studi awal pemanfaatan minyak biji mangga (mangifera
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Memiliki kulit kering dapat mengurangi kepercayaan diri dan mengganggu
penampilan, sehingga merupakan problem bagi wanita maupun pria. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan kulit kering adalah cuaca, kekurangan nutrisi, usia, genetik, dan sinar
UV (Lastri,2012). Secara alamiah, kulit berusaha melindungi diri dari kehilangan air,
dengan adanya lapisan lemak di atas kulit sebagai lapisan pelindung yang disebut mantel
asam. Namun demikian faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi dalam
kondisi tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan untuk mencegah kulit
kekeringan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Agnessya, 2008).
Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia,
baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia ini. Produk-
produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh, mulai dari rambut
sampai ujung kaki (Tranggono, 2007). Tujuan utama penggunaan kosmetik adalah untuk
mendapatkan kulit yang sehat, wajah yang cantik, penampilan pribadi yang baik dan
kepercayaan pada diri sendiri (Achyar, 1986). Salah satu kosmetik yang sering digunakan
baik pria maupun wanita adalah lotion.
Lotion merupakan salah satu sediaan kosmetik golongan emolien (pelembut) yang
mengandung air lebih banyak (Mahaparadipa,2012). Fungsi dari lotion adalah
untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah
kehilangan air. Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi,
bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet. Proses pembuatan
lotion dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada
bahan - bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan
(Setyaningsih (2007) dalam Mahaparadipa,2012).
Buah mangga termasuk salah satu jenis buah-buahan penting yang memiliki nilai
ekonomis tinggi di Indonesia. Salah satu jenis mangga yang banyak disukai adalah mangga
Arumanis karena rasanya sangat manis. Pada umumnya mangga hanya dimanfaatkan
bagian daging buahnya, biji dan kulitnya dibuang begitu saja, padahal masih ada manfaat
yang dapat diambil dari limbah buah mangga tersebut. Seperti layaknya biji tumbuhan yang
2
lain, biji mangga juga mengandung lemak. Augustin (1987) melaporkan bahwa biji mangga
Arumanis mengandung asam palmitat (6,9-7,3%), asam stearat (44,3-44,4%), asam oleat
(38,9-42,1%), dan asam linoleat (4,5-7,4%).
Asam palmitat bermanfaat dalam memerangi kanker kulit (Julie, 2011). Asam
stearat sering dimanfaatkan pada pembuatan kosmetik sebagai bahan pengental dan
pelembab, sedangkan asam oleat dan asam linoleat berfungsi untuk membantu
mempertahankan kesehatan kulit terutama mencegah terjadinya peradangan kulit
(Desnelli,2007). Penggunaan minyak biji mangga sebagai pensubstitusi bahan kimia dalam
pembuatan skin lotion dapat mendukung penggunaan kembali bahan-bahan alami untuk
perawatan kulit sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk lotion karena
lebih aman untuk digunakan konsumen. Selain itu juga memenuhi kebutuhan pasar akan
kosmetika alami.
TUJUAN
1. Mengidentifikasi senyawa penyusun minyak biji mangga.
2. Menentukan jumlah penambahan minyak biji mangga yang ideal dalam formula lotion.
3. Memperoleh data fisika kimia biologis lotion minyak biji mangga yang ditinjau dari :
homogenitas, pH,Viskositas, Penyusutan Bobot, dan Total Mikroba.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Piranti
Bahan yang digunakan adalah biji mangga Aromanis diperoleh dari Pasar buah
Salatiga, n-Heksan (standart teknis), cerra alba, cethyl alkohol, asam stearat, lanolin,
paraffin wax, propil paraben, metyl paraben, minyak sayur, glycerin, Na2EDTA, aquades,
olive oil , Triethanolamin (TEA), PCA. Drying cabinet, soxhlet,rotary evaporator (Buchi
R-114 ), Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa Shimadzu QP2010S , pH meter
(Hanna HI 9812), Viskometer buatan sendiri, neraca (Ohaus TAJ602), plastik mika, oven,
inkubator (Binder,BD 53), Autoclave (Tomy Seiko,SS-240).
3
Metode
Preparasi Minyak
Biji mangga dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan dengan cabinet drying
selama 6 jam. 100 g biji mangga yang sudah kering, diekstrak menggunakan soxhlet
dengan 400 ml n-heksan. Sampel diekstraksi hingga bening ± 51 jam, kemudian pelarut
diuapkan dengan rotary evaporator. Sampel minyak dimasukkan ke dalam botol sampel
kering, ditutup rapat dan disimpan dalam almari es.
Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Biji Mangga
Identifikasi senyawa penyusun minyak biji mangga dianalisa menggunakan
Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa Shimadzu QP2010S, di Laboratorium Kimia
Organik, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan kondisi operasional:
Kolom : EGILENT J&W DB-5
Panjang : 30 meter x 0,25 mm
Gas Pembawa : Helium
Gradien Suhu : 70oC selama 5 menit dan 10
oC/menit sampai 300
oC
Pengionan : Electron Impact (EI)
Pembuatan Lotion (Andriana,2004 yang dimodifikasi)
Sebanyak 1,2 g cerra alba, 1 g cetyl alkohol, 2 g asam stearat, 0,5 g lanolin, 1 g
paraffin wax, 0,1 g propil paraben, 0,1 g metyl paraben, serta minyak sayur dan minyak biji
mangga (dengan perlakuan 0%,1,5%,3%,4,5%) dimasukkan ke dalam beaker A (fase
minyak). 2 ml glycerin, 0,1 g Na2EDTA dan 81 ml akuades dimasukkan ke dalam beaker B
(fase air). Kemudian beaker A dan B masing-masing dipanaskan pada suhu 75˚C sambil di
aduk. 1 ml olive oil ditambahkan ke dalam campuran beaker A, kemudian di tuang dalam
wadah yang lebih besar. Kemudian campuran B dituang ke dalam wadah sambil terus di
aduk. Terakhir 2 ml TEA dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam beaker sambil diaduk.
Campuran diaduk pelan-pelan hingga suhu turun sampai 30˚C, kemudian ditambah parfum
secukupnya.
4
Uji pH (Andriana, 2004)
1 gram lotion dilarutkan dalam 9 gram air, kemudian diukur pHnya dengan
menggunakan pH meter.
Uji Viskositas (Raddi, 2012 yang dimodifikasi)
Viskometer dirangkai, kemudian diisi sampel lotion kontrol. Selanjutnya bola besi
dimasukkan dalam pipa kapiler dan disinari lampu. Ketika bola besi jatuh sampai
permukaan pipa kapiler di catat waktu akhirnya, kemudian dihitung nilai konstantanya.
Sampel lotion yang akan diukur sebanyak 20 ml, kemudian dicatat waktu tetes terakhir.
Dihitung nilai viskositasnya dalam centipoise (cp).
Uji Penyusutan Berat (Suryani et al. (2000) dalam Agnessya, 2008)
Sampel dioleskan secara merata di atas plastik (kedap air) yang sudah diketahui
berat awalnya, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awal. Sampel dibiarkan di
udara terbuka kemudian dilakukan penimbangan lagi setelah 5 jam.
Total Mikroba (Fardiaz, 1992 yang dimodifikasi)
Disiapkan 6 gelas beaker steril, masing-masing gelas beaker diisi 1 gram lotion dari
formulasi penambahan minyak biji mangga 0%, 1,5%, 3%, 4,5% dan merk “x”. Masing-
masing ditambah 19 g akuades steril, 0,1 g TEA, dilarutkan sampai homogen. Setiap gelas
beaker dipipetkan 1 ml kedalam cawan petri (triplo). Kedalam cawan petri dituang 15 ml
media PCA. Cawan petri digoyang sampai suspensi tersebar merata. Setelah media
memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam dengan posisi terbalik.
Diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Uji Sensori (Carpenter et al. (2000) dalam Agnessya, 2008)
Uji sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan atau uji hedonik yang
bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala
hedonik yang dihasilkan berkisar 1-9, dimana: (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat tidak
5
suka, (3) tidak suka, (4) agak tidak suka, (5) normal, (6) agak suka, (7) suka, (8) sangat
suka, (9) amat sangat suka. Parameternya meliputi warna, kenampakan, kekentalan,
homogenitas, kesan lembab, rasa lengket. Uji sensori yang dilakukan menggunakan panelis
sebanyak 30 orang dari mahasiswa UKSW.
Uji Alergi (Pengamatan tambahan)
Sampel lotion dengan penambahan minyak biji mangga 4,5% dioleskan merata pada
kulit yang sensitif (lekuk siku tangan) kemudian didiamkan dan diamati pada jam ke 30
menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit. Jika tidak ada efek kemerahan atau gatal maka
dianggap negatif.
Analisa Data
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan
dan 5 ulangan, sebagai perlakuan adalah persentase penambahan minyak biji mangga yaitu
0%, 1,5%, 3%, 4,5%, Lotion merk “X”, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisa.
Antar perlakuan dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%.
Data organoleptik dianalisa dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dengan 5 perlakuan dan 30 panelis sebagai ulangan, sedangkan sebagai perlakuan adalah
persentase penambahan minyak biji mangga yaitu 0%, 1,5%, 3%, 4,5% (b/b) dan sebagai
pembanding lotion merk ”X”. Antar perlakuan dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ) dengan
tingkat kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Karakteristik Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L)
Ekstrak minyak biji mangga (M.indica L) yang diperoleh dengan menggunakan
ekstraktor soxhlet memiliki rendemen sebesar 10,46% (w/w) dengan sifat fisik sebagai
berikut : berbentuk cairan kental, berwarna kuning, tidak berbau.
II. Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Biji Mangga (M.indica L)
Hasil identifikasi menunjukkan adanya 16 komponen kimia yang muncul sebagai
16 puncak (lihat gambar 1).
6
Gambar 1. Kromatogram Minyak Biji Mangga (M.indica L)
Gambar 1 menunjukkan bahwa minyak biji mangga tersusun dari 16 komponen
yang berbeda kadarnya. Komponen dominan ditunjukkan oleh puncak no 3,4,10,1,12
dengan kadar lebih dari 3%. Analisa lebih lanjut dilakukan dengan membandingkan dengan
spektra referens dari Data Base Wiley 7.LIB. Puncak nomor 3 dengan waktu retensi 23,535
ternyata sesuai dengan spektra referens senyawa asam 9-Oktadekenoat (gambar 2).
Sehingga di yakini bahwa puncak no 3 adalah asam 9-Oktadekenoat. Senyawa ini
merupakan senyawa paling dominan dengan kadar sebesar 38,35%. Struktur kimia dari
asam 9-Oktadekenoat dapat dilihat pada gambar 3.
7
.
(a)
(b)
Gambar 2.Spektra Massa Senyawa asam 9-Octadekenoat (a) puncak no 3, (b)
Menurut Data Base Wiley 7. LIB
Gambar 3. Struktur Kimia Senyawa asam 9-Octadekenoat
Dengan cara yang sama tiap puncak pada kromatogram di identifikasi. Hasil
identifikasi senyawa utama penyusun minyak biji mangga (M.indica L) dapat dilihat pada
Tabel 1.
8
Tabel 1.Komponen Kimia Minyak Biji Mangga(M.indica L)
No
puncak
Waktu
retensi
Komponen
Kimia
BM Total (%)
1 21,624 Asam Hexadekanoat 270 10,61
2 22,626 Asam Heptadekanoat 284 0,20
3 23,535 Asam 9-Oktadekenoat 296 38,35
4 23,751 Asam Oktadekanoat 298 29,85
5 23,904 Asam 9-Oktadekenoat 282 0,86
6 24,246 Asam 9-12-Okta dekadienoat 294 0,18
7 24,343 Tidak teridentifikasi 299 0,62
8 24,435 Tidak teridentifikasi 312 0,35
9 24,713 Tidak teridentifikasi 243 0,82
10 24,950 Tidak teridentifikasi 226 12,46
11 25,318 Tidak teridentifikasi 296 0,46
12 25,519 Asam Eikosanoat 326 3,15
13 27,216 Asam dokosanoat 354 0,77
14 28,038 Asam trikosanoat 368 0,18
15 28,925 Asam tetrakosanoat 382 1,01
16 29,867 Asam tetrakosanoat 382 0,14
Hasil penelitian ini agak berbeda dengan penelitian Nzikou, 2010 yang melaporkan
bahwa penyusun minyak biji mangga adalah asam stearat (37,73%), palmitat (6.43%), oleat
(46,22%), linoleat (7,33%) dan linolenat (2,30%). Sedangkan pada penelitian ini,
komponen utama yang dihasilkan dari minyak biji mangga adalah asam oleat (38,35%),
asam stearat (29,85%), asam palmitat (10,61%), dan masih terdapat campuran komponen
lain yang tidak ditemukan pada hasil penelitian Nzikou. Perbedaan ini mungkin disebabkan
oleh jenis mangga yang digunakan.
III. Karakteristik Lotion Minyak Biji Mangga (M.indica L)
3.1.pH Lotion Minyak Biji Mangga(M.indica L)
pH merupakan salah satu variabel yang harus diukur dan dikontrol, terutama bila
hasil pengolahan proses akan digunakan pada makhluk hidup. Menurut SNI 16-4399-1996,
pH dalam lotion antara 4,5 – 8. Bahan kimia didalam lotion yang dapat mempengaruhi pH
adalah Trietanolamin karena trietanolamin merupakan bahan kimia organik yang terdiri
dari amine dan alkohol dan tergolong dalam basa lemah (Anonim,2008). Levin dan
Maibach (2007) menyatakan bahwa pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan
kulit menjadi kering dan mengalami iritasi karena terjadinya kerusakan mantel asam pada
9
lapisan stratum corneum. Oleh sebab itu pH dari produk tidak boleh melebihi nilai yang
tertera pada SNI (4,5 – 8). Hasil pengukuran pH kontrol adalah 8, ternyata penambahan
minyak biji mangga sebesar 1,5% ; 3% ; maupun 4,5% juga menunjukkan nilai yang sama
dengan kata lain penambahan minyak biji mangga sampai 4,5% tidak berpengaruh terhadap
nilai pHnya . Nilai pH produk berada dalam kisaran nilai pH SNI 16-4399-1996 sebesar 4,5
- 8 demikian juga dengan lotion merk “X” yang ada dipasaran adalah 8, sehingga produk
yang dihasilkan relatif aman digunakan.
3.2.Viskositas Lotion Minyak Biji Mangga (M.indica L)
Menurut Schmitt (1996) dalam Anita (2008), viskositas merupakan parameter
penting dalam produk emulsi, khususnya lotion karena viskositas berkaitan dengan
stabilitas emulsi. Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan. Viskositas yang baik
akan mempunyai nilai yang tinggi karena semakin tinggi viskositas suatu bahan maka
pergerakan partikel akan cenderung makin sulit sehingga bahan akan semakin stabil
(Sapnianti,2002).
Tabel 2. Purata Hasil Pengukuran Viskositas Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica
L)
Viskositas
0% 1,5% 3% 4,5% x
Purata ± SE 3715,8±245,66 6862,35± 394,11 4271,85± 155,23 2900,7± 295,30 4182,75± 105,20
W = 312,97 (b) (d) (c) (a) (c)
Keterangan:* W = BNJ 5 %
* Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak
berbeda secara bermakna sebaliknya bila diikuti angka berbeda menunjukkan antar
perlakuan berbeda bermakna. keterangan ini berlaku untuk tabel 3s/d 4
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai purata viskositas pada lotion yang diperoleh
berkisar antara 2900,7 cP - 6862,35 cP. Nilai purata terbesar diperoleh pada penambahan
konsentrasi minyak biji mangga 1,5% sebesar 6862,35 cP. Sedangkan nilai purata terkecil
adalah pada penambahan minyak biji mangga 4,5% yaitu 2900,7 cP. Pada penambahan
10
minyak biji mangga 4,5%, nilai viskositas dari lotion masih memenuhi standart SNI yaitu
antara 2000-50.000 cP. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji mangga yang ditambahkan
akan menyebabkan nilai viskositasnya menurun. Hal ini diduga karena minyak biji mangga
mengandung asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh dengan jumlah ikatan
rangkap yang besar akan memiliki nilai titik didih yang rendah sehingga asam lemak tidak
jenuh memiliki kekentalan dan titik didih yang lebih kecil dibandingkan dengan asam
lemak jenuh dengan jumlah rantai yang sama ( Anonim,2012). Pada penelitian Nasution
dkk (2007) yang menggunakan minyak sereh dilaporkan bahwa pada variasi konsentrasi
minyak sereh untuk pembuatan lotion anti nyamuk, juga menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi minyak yang diaplikasikan pada lotion semakin menurun viskositasnya.
Lotion merk “X” memiliki viskositas sebesar 4182,75cP. Viskositas lotion dengan
penambahan minyak biji mangga 3% relatif sama dengan viskositas lotion merk “X”.
Gambar 4. Histogram Uji Viskositas Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
Keterangan : 1= penambahan minyak biji mangga 0%, 2 = penambahan minyak biji mangga 1,5%,
3 = penambahan minyak biji mangga 3%, 4 = penambahan minyak biji mangga 4,5%,
5 = merk “X”. keterangan ini berlaku untuk gambar 5 s/d 6
3.3. Penyusutan Bobot Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
Analisis terhadap penyusutan bobot bertujuan untuk mengetahui kemampuan
humektan yang terkandung pada lotion dalam mempertahankan kandungan air sehingga
kelembaban kulit saat pemakaian lotion tersebut dapat terjaga. Humektan umumnya
3715.8
6862.35
4271.85
2900.7
4182.75
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5
vis
ko
sita
s (c
p)
11
bersifat larut dalam fase air dan merupakan bagian yang terpenting dalam lotion. Humektan
bersifat higroskopis dapat mengikat air dari lingkungan sehingga dapat melindungi
kelembaban pada kulit yang sudah diolesi lotion (Sapnianti, 2002). Humektan yang
digunakan pada lotion ini adalah Gliserin (C3H8O3).
Humektan ditambahkan pada produk lotion untuk mengurangi kekeringan ketika
disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik
tidak banyak mengalami penyusutan bobot atau dengan kata lain penyusutan bobot yang
dialami memiliki persentase yang kecil. Penyusutan antara lain juga disebabkan oleh
penguapan air pada saat penyimpanan (Safira,2003). Purata hasil penyusutan bobot lotion
minyak biji mangga ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Purata Hasil Pengukuran Penyusutan Bobot Lotion Minyak Biji Mangga (M.
indica L)
Penyusutan Bobot
0% 1,5% 3% 4,5% x
Purata ± SE 48,56± 3,23 44,56± 5,59 45,8± 1,36 43,904± 1,88 45,6± 1,11
W = 4,82 (a) (a) (a) (a) (a)
Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan minyak biji mangga kedalam lotion
sampai 4,5% tidak berpengaruh terhadap penyusutan bobot karena bobot lotion yang tidak
ditambah minyak biji mangga maupun lotion “X” yang sudah ada di pasaran memiliki
penyusutan yang relatif sama yaitu berkisar antara 43,904-48,56%. Batas SNI untuk
penyusutan bobot berkisar antara 0,95 – 1,05 tetapi tidak ada satuannya.
12
Gambar 5. Histogram Uji Penyusutan Bobot Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica
L)
3.4. Total Mikroba Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
Analisis ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel hidup akan berkembang
menjadi satu koloni yang muncul pada cawan dan merupakan suatu indeks jumlah mikroba
yang dapat hidup dan terkandung dalam sampel (Mitsui,1997). Tumbuhnya mikroba dapat
menyebabkan kerusakan pada produk. Purata hasil pengukuran total mikroba lotion
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Purata Hasil Pengukuran Total Mikroba Lotion Minyak Biji Mangga (M.
indica L)
Total mikroba
0% 1,5% 3% 4,5% x
Purata ±SE 2169.19±432.23 1386.78 ± 493.97 783.49 ±336.51 540.07 ±79.50 1160.41±306.77
W = 115,56 (e) (d) (b) (a) (c)
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua sampel yang diukur termasuk kontrol dan
sampel lotion “X” yang sudah ada di pasaran memiliki total mikroba yang melebihi SNI,
Pada penambahan minyak biji mangga terlihat bahwa semakin tinggi penambahan minyak
biji mangga maka semakin kecil jumlah mikrobanya sehingga dapat dikatakan minyak biji
48.56
44.56
45.8
44
45.6
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
1 2 3 4 5
pen
yu
suta
n b
ob
ot
(%)
13
mangga mempunyai sifat anti bakteri. Bahkan penambahan minyak biji mangga 3%
menghasilkan total mikroba kurang dari lotion yang ada di pasaran. Sesuai dengan
penelitian Mirghani, 2009 yang melaporkan bahwa minyak biji mangga mempunyai sifat
anti bakteri.
Gambar 6. Histogram Uji Total Mikroba Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
3.5.Uji Sensori Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
Menurut Carpenter (2000), dalam Agnessya (2008) menyatakan bahwa uji sensori
merupakan penilaian suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indera (penglihatan,
penciuman, pengecapan, sentuhan, dan pendengaran). Uji sensori pada penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan.
Parameter yang diamati meliputi warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan
lembab, dan rasa lengket. Skala yang digunakan berkisar 1-9 dari amat sangat tidak suka
sampai amat sangat suka. Hasil uji sensori lotion minyak biji mangga ditampilkan pada
Tabel 5.
2169.19
1386.78
783.49 540.07
1160.41
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 5
tota
l m
ikro
ba
(k
olo
ni/
gra
m)
14
Tabel 5. Hasil Sensori Lotion Minyak Biji Mangga (M. indica L)
PERLAKUAN (Persentase Penambahan minyak biji mangga
3% 4,5% 1,5% Ko x
Rasa
Lengket
X ±SE
w =
0,691
4,53 ± 0,34
(a)
4,67 ± 0,48
(ab)
4,77 ± 0,41
(ab)
5,30 ± 0,34
(b)
6,20 ± 0,50
(c)
Kekentalan X ±SE
w =
0,899
4,13 ± 0,40
(a)
3,53 ± 0,45
(a)
4,37 ± 0,49
(a)
5,73 ± 0,48
(b)
6,53 ± 0.53
(b)
Kesan
Lembab X ±SE
w = 0,73
4,93 ± 0,45
(a)
4,37 ± 0,43
(a)
5,03 ± 0,40
(a)
6,07 ± 0,46
(b)
6,77 ± 0,41
(b)
Homogenitas X ±SE
w =
0,613
5,44± 0,53
(ab)
5,16 ± 0,50
(a)
5,32 ± 0,52
(a)
5,96 ± 0,38
(b)
6,72 ± 0,34
(c)
Warna X ±SE
w = 0,61
5,59± 0,49
(ab)
5,22 ± 0,57
(a)
5,93 ± 0,41
(b)
6,04 ± 0,42
(b)
6,93 ± 0,46
(c)
Kenampakan X ±SE
w = 0,63
5,22 ± 0,53
(b)
4,59 ± 0,54
(a)
5,59 ± 0,41
(bc)
5,89 ± 0,35
(c)
6,96 ± 0,47
(d)
Keterangan:
Skor : 1 : Amat sangat tidak suka; 2 : Sangat tidak suka; 3 : Tidak suka; 4 : Agak tidak suka;
5 : Normal; 6 : Agak suka; 7 : Suka; 8 : Sangat suka; 9 : Amat sangat suka
Tabel 5 menunjukkan bahwa untuk parameter rasa lengket, penambahan minyak
biji mangga baru mencapai agak tidak suka sampai normal. Penambahan minyak biji
mangga 3% tidak disukai panelis karena relatif lebih kental, sedangkan dosis 4,5% dan
1,5% masuk dalam kategori yang sama yaitu agak suka.
Kekentalan merupakan salah satu parameter penting dalam memilih lotion.
Penilaian dilakukan secara visual dengan menekan permukaan lotion menggunakan ujung
jari kemudian mengoleskannya ke tangan. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji mangga
yang digunakan, ternyata tingkat kesukaan semakin menurun. Dengan demikian, diduga
bahwa panelis cenderung lebih menyukai lotion yang lebih kental karena konsentrasi
minyak biji mangga terendah menyebabkan kekentalan semakin meningkat.
Kesan lembab merupakan parameter untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap
kesan lembab yang dirasakan setelah memakai lotion. Penilaian dilakukan dengan cara
mengoleskan lotion ke tangan kemudian panelis diminta untuk memberikan penilaian
terhadap kesan lembab yang dirasakan setelah beberapa menit pemakaian lotion
(Anita,2008). Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab berkisar antara 4,37-6,77 yang
15
berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara agak tidak suka sampai agak suka. Nilai
kesukaan panelis menunjukkan bahwa dengan semakin sedikit penambahan minyak biji
mangga, maka kesukaan panelis terhadap kesan lembab lotion cenderung meningkat.
Parameter homogenitas lotion mencerminkan tingkat kehalusan dari emulsi lotion.
Semakin halus emulsi lotionmaka semakin baik mutunya. Kehalusan tekstur emulsi lotion
tersebut menunjukkan homogenitas pencampuran komponen minyak dan air (Sapnianti,
2002). Hasil uji sensori ini tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan
homogenitas lotion. Hal ini karena konsentrasi minyak biji mangga yang digunakan rendah
sehingga tidak mempengaruhi homogenitas lotion. Homogenitas lotion ditentukan oleh
pencampuran fase-fase pada emulsi dan pembuatan emulsi tersebut (Anita, 2008).
Warna merupakan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan konsumen
dalam memilih lotion. Penilaian kesukaan dilakukan dengan mengamati warna lotion
secara visual. Hasil uji sensoris warna lotion, menunjukkan bahwa semakin besar
persentase penambahan minyak biji mangga maka warna lotion semakin tidak disukai oleh
panelis. Semakin banyak minyak biji mangga yang ditambahkan warna lotion yang
dihasilkan semakin kuning.
Hasil penelitian uji penampakan menunjukkan bahwa lotion dengan penambahan
minyak biji mangga 1,5% dapat diterima oleh semua panelis. Hal ini diduga karena minyak
biji mangga yang digunakan masih sedikit sehingga kenampakan yang dihasilkan paling
menarik dari segi warna, kekentalan, kesan lembab. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji
mangga yang digunakan, maka tingkat kesukaan cenderung menurun. Hal ini diduga karena
warna lotion yang menjadi semakin kuning. Pada parameter ini, panelis cenderung lebih
menyukai lotion yang berwarna lebih putih, tidak terlalu kental, dan tidak terlalu encer.
Lotion kontrol memiliki tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan lotion yang
menggunakan minyak biji mangga karena adanya pengaruh dari warna lotion.
16
3.6.Uji Alergi Lotion Minyak Biji Mangga (M. Indica L)
Tabel 6. Hasil uji alergi Lotion Minyak Biji Mangga(M. Indica L)
Penambahan minyak biji mangga
0% 1,5% 3% 4,5% x
Jumlah orang yang teriritasi 0 0 0 0 0
Hasil penelitian tambahan uji alergi yang dilakukan terhadap 30 orang panelis,
menunjukkan bahwa tidak ada gejala alergi pada penelis.
KESIMPULAN
1. Komponen utama yang dihasilkan dari minyak biji mangga adalah asam oleat
(38,35%), asam stearat (29,85%), asam palmitat (10,61%).
2. Penambahan minyak biji mangga yang ideal untuk pembuatan lotion adalah 1,5%
3. Lotion dengan penambahan minyak biji mangga 1,5% memiliki karakteristik pH 8,
viskositas 6862,35 cP, penyusutan bobot 44,56% dan total mikroba 1386,78
koloni/g.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian tentang massa simpan “Lotion minyak biji mangga”.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang penambahan anti bakteri pada lotion.
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, Lies Yul.1986.Cermin Kedokteran: Dasar-dasar Kosmetologi
Kedokteran.Jurnal Cermin Kedokteran no.41: 4
Agnessya, Ranni.2008.Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat Dalam
Formulasi Skin Lotion.Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Andriana,Mida.2004.PengaruhVariasi Volume Minyak Kelapa(VCO) Pada
KestabilanEmulsi MoisturizerKrim. Universitas Gadjah Mada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Yogyakarta
Anita,Syeni Budi.2008.Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion. Institut
Pertanian Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.
Anonim. 2008.Triethanolamin.http://en.wikipedia.org. Diakses Senin,16 Juni 2012
17
Anonim.2012.Pabrik Margarin dari Minyak Dedak Padi (RBO) dengan proses
Hidrogenasi.http://www.scribd.com/doc/95753145/ITS-Undergraduate-12803-
Chapter1. Diakses Rabu, 20 Juni 2012
Augustin, M. A.; Ling, E. T., 1987.Composition of mango seed
kernel.http://www.trc.zootechnie.fr/node/2023[3 Maret 2012]
Desnelli dan Zainal Fanani,2007. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan
Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa
Medium. http://digilib.unsri.ac.id/download/jpsmipaunsri-v12-no1-07-c-
desneli.pdf. [30 Maret 2012]
Julie,2011. Palmitic Acid and Skin.http://www.prosperorganics.com/2011/09/palmitic-
acid-and-skin/. [30 Maret 2012]
Lastri, Marselina.2012.Faktor Penyebab Kulit Kering dan Cara
Mengatasinya.http://id.shvoong.com/how-to/health/2247409-faktor-penyebab-
kulit-kering-dan/. [25 Maret 2012]
Levin J, Maibach H. 2007. Human Skin Buffering Capacity.Journal of Skin
Mahaparadipa,dkk.2012.Formulasi Sediaan Body
Lotion.http://www.scribd.com/doc/85553685/JB-Corporation-Body-Lotion. [28
Maret 2012]
Mirghani, F. Yosuf, N.A. kabbashi, J. Vejayan and Z.B.M .Yosuf, 2009.Antibacterial
Activity of Mango Kernel Extracts.Journal of Applied Sciences, 9: 3013-3019.
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. NewYork: Elsevier
Nasution,Muhamaria.,Dwi Setyaningsih., Erliza Hambali.2012. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak
Nyamuk. Institul Perlanian Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor.
Nzikou,J.M.,A. Kimbonguila.,L. Matos., Loumouamou.,N.P.G. Pambou-Tobi.,C.B.
Ndangui., A. A. Abena., Silou., J. Scher., S. Desobry. 2010. Extraction and
Characteristics of Seed Kernel Oil from Mango (Mangifera indica).ISSN: 2041-
0492, hal.34.
Raddi,Eunike.2012.Pengukuran Viskositas Menggunakan Alat Suntik dan Mouse
Optik. Universitas Kristen Satya Wacana.Salatiga
Research and Technology14: 121-126.
Safira.2003. Aplikasi Gelatin Tipe A sebagai Bahan Pengental dalam Pembuatan Skin
Lotion. Institut Pertanian Bogor : Fakultas Pertanian. Bogor.
Sapnianti.2002.Pemanfaatan Khitosan pada Pembuatan Skin Cream. Institut Pertanian
Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.
SNI 16-4399.1996. Sediaan Tabir Surya.
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2016-4399-1996.PDF. Diakses
Kamis, 26 Januari 2012
Tranggono,Retno Iswari dan Latifah Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.