studi atas pondok pesantren hidayatul mubtadi-ien, desa...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERSEPSI SANTRI ATAS KARISMA KIAI
DAN PENGAMALAN TRADISI PONDOK PESANTREN
TERHADAP SIKAP TAWADHU’ SANTRI
(Studi Atas Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien,
Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
BUDI PRASETYA
NIM 111 10 049
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
MOTTO
Semangatlah dalam menjalani hidup, karena Allah selalu bersama kita
Laa Tahzan, You‟ll Never Walk Alone
Salam YNWA
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya
persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua yang telah membantu dalam segala-galanya dan berjuang
demi pendidikan anak-anaknya;
2. Saudariku tersayang Eri Apriliani Prastikasari yang telah mendukungku
dalam segala hal;
3. KH. Abda‟ Abdul Malik yang selalu mengarahkanku dalam kebaikan;
4. Bapak Drs. H. Miftahuddin, M.Ag. yang telah sabar dalam mengarahkan dan
memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini;
5. Teman-teman PAI B yang selalu menemani dan memberi semangat agar
skripsi ini cepat terselesaikan;
6. Teman-teman santri PPHM yang selalu mengisi hari-hariku.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmad, ridho, hidayah, serta inayah-Nya, akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Salawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun
umatnya kejalan kebenaran.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah Pengaruh Persepsi Santri atas Karisma Kiai dan Pengamalan Tradisi
Pondok Pesantren terhadap sikap Tawadhu’ Santri pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening, Tingkir, Salatiga Tahun 2014. Penulisan
skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah
mengijinkan saya untuk menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi ini;
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga;
3. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku ketua jurusan Program Studi Pendidikan
Agama Islam;
4. Bapak Drs. H. Miftahuddin M.Ag. yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian
penulisam skripsi ini;
5. Bapak Drs. A. Mahzumi, M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran, semangat, dan motivasi selama proses perkuliahan.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawaan STAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai;
7. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening,
Bapak KH. Abda‟ Abdul Malik dan keluarga yang telah memberi ijin pada
penelitian ini;
8. Kepada segenap pengurus serta santri PPHM Kalibening, yang telah
memberikan informasi-informasi dalam menyusun skripsi ini;
9. Ibu dan Bapakku tercinta yang selalu mendukung saya dalam semua hal baik
moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdo‟a demi
tercapainya cita-cita anak-anaknya;
10. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mandapatkan balasan yang berkah dan berlimpah. Aamiin
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis
sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan,
bagi agama, nusa, dan bangsa. Aaamiiiiiin.
Salatiga, 14 Juli 2014
Penulis
Budi Prasetya
NIM: 111 10 049
ABSTRAK
Budi Prasetya. 2014. Pengaruh Persepsi Santri atas Karisma Kiai dan Pengamalan
Tradisi Pondok Pesantren terhadap Sikap Tawadhu’ Santri (Studi Atas
Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Salatiga Tahun 2014.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Program Tarbiyah, STAIN
Salatiga.
Kata Kunci: karisma kiai, pengamalan tradisi ponpes, dan sikap tawadhu’ santri
Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis pengaruh persepsi santri atas
karisma kiai terhadap sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014, 2)
menganalisis pengaruh pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap
tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014, dan 3) menganalisis pengaruh secara
bersama-sama persepsi santri atas karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok
pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian regresi linear sederhana
dengan pendekat kuantitatif. Populasi sebanyak 122 santri, sedangkan sampel
yang diambil adalah 39 santri yang diambil menggunakan random sampling
dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Data yang dibutuhkan digali melalui angket yang dikembangkan dan disusun oleh
peneliti. Sebelum angket terlebih dahulu diuji cobakan kepada 39 responden
untuk diuji validitas dan realibilitasnya. Data penelitian dianalisis dengan teknik
regresi.
Hasil dari penelitian adalah 1) Terdapat kontribusi positif dan signifikan
karisma kiai terhadap sikap tawadhu’ santri, hal ini ditunjukkan dengan perolehan
hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 > 0,05, 2) Terdapat kontribusi
pengaruh positif dan signifikan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap
sikap tawadhu’ santri, hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, dan 3) Karisma kiai dan pengamalan tradisi
pondok pesantren secara simultan memiliki kontribusi signifikan dan positif
terhadap sikap tawadhu’ santri. Hal ini diperoleh dari hasil uji Anova atau F test,
didapat nilai Fhitung adalah 51,425 dengan tingkat signifikansi 0,002. Nilai
probabilitas 0,002 < 0,05.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LOGO STAIN SALATIGA ............................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 5
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6
F. Definisi Operasional ............................................................................ 7
G. Metode Penelitian ................................................................................ 12
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Karisma Kiai ........................................................................................ 19
1. Pengertian Karisma Kiai .......................................................... 19
2. Kepemimpinan Kiai di Ponpes ................................................ 21
3. Interaksi Kiai dengan Santri .................................................... 25
B. Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren ................................................ 26
1. Pengertian Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren ................. 26
2. Elemen-elemen sebuah Pesantren ........................................... 27
3. Tradisi-tradisi lain yang ada di Ponpes .................................... 35
C. Sikap Tawadhu’ ................................................................................... 36
1. Pengertian Tawadhu’ ............................................................... 36
2. Ketawadhu‟an dalam pembelajaran ......................................... 36
3. Dalil-dalil tentang Tawadhu’ ................................................... 38
4. Lawan dari sifat Tawadhu’ ...................................................... 40
5. Keutamaan sifat Tawadhu’ ...................................................... 42
6. Karakteristik santri yang Tawadhu’ terhadap Kiai .................. 43
D. Pengaruh Persepsi Santri atas Karisma Kiai dan Pengamalan Tradisi
Pondok Pesantren terhadap Sikap Tawadhu’ Santri ............................ 46
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PPHM ..................................................................... 48
B. Deskripsi tentang Karisma Kiai, Pengamalan Tradisi Ponpes, dan Sifat
Tawadhu’ Santri .................................................................................. 63
1. Karisma Kiai .................................................................................. 63
2. Pengamalan Tradisi Ponpes ........................................................... 69
3. Sikap Tawadhu’ Santri .................................................................. 76
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisi Pengaruh Karisma Kiai terhadap Sikap Tawadhu’ Santri ...... 82
B. Analisi Pengaruh Pengamalan Tradisi Ponpes terhadap Sikap Tawadhu’
Santri .................................................................................................... 86
C. Analisi Pengaruh Karisma Kiai dan Pengamalan Tradisi Ponpes terhadap
Sikap Tawadhu’ Santri ........................................................................ 89
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan .......................................................................................... 92
E. Saran .................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL dan BAGAN
Daftar Sarana dan Prasarana ................................................................ 55
Pembelajaran Pendidikan Madin ......................................................... 55
Kegiatan Santri .................................................................................... 57
Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................................... 59
Keadaan Para Ustadz ........................................................................... 60
Keadaan Santri ..................................................................................... 62
Daftar nilai hasil angket tentang karisma kiai di PPHM ..................... 64
Daftar distribusi frekwensi jawaban tentang karisma kiai di PPHM ... 65
Tabel distribusi frekwensi karisma kiai PPHM ................................... 69
Daftar nilai hasil angket tentang pengamalan tradisi di PPHM ........... 70
Daftar distribusi frekwensi jawaban pengamalan tradisi di PPHM ..... 72
Tabel distribusi frekwensi pengamalan tradisi di PPHM .................... 75
Daftar nilai hasil angket sikap tawadhu’ di PPHM ............................. 76
Daftar distribusi frekwensi jawaban tentang tawadhu’ di PPHM ....... 78
Tabel distribusi frekwensi tawadhu’ di PPHM ................................... 81
Tabel persiapan analisis statistik X1 terhadap Y ................................. 83
Tabel hasil analisis data karisma kiai .................................................. 85
Tabel persiapan analisis statistik X2 terhadap Y ................................. 86
Tabel hasil analisis uji hipotesis pengamalan tradisi ........................... 88
Hasil analisis data pengaruh karisma kiai dan pengamalan tradisi ponpes
terhadap sikap Tawadhu’ santri ........................................................... 89
LAMPIRAN
Angket Penelitian
Output SPSS Hasil Olah Data
Lembar Konsultasi
Surat Keterangan Kegiatan
Surat Ijin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia ini ada banyak sekali lembaga pendidikan yang sudah
berdiri, bahkan ada banyak yang berdirinya sejak Indonesia belum merdeka.
Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya tersendiri. Selain dikenal
sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren juga berfungsi sebagai
lembaga sosial keagamaan yang didalamnya terdapat interaksi orang banyak
dan menjadi pemberdayaan masyarakat dibidang sosial, budaya, dan ekonomi.
Dalam lembaga tersebut mempunyai tradisi sendiri yang pastinya berbeda
dengan lembaga pendidikan lain, serta ada figur seorang kiai yang memiliki
peran signifikan dalam menggerakkan semua aktivitas yang ada dalam sebuah
pondok pesantren.
Keberadaan kiai dan tradisi pondok pesantren merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan dan kemajuan suatu pondok
pesantren. Karena figur kiai sebagai pemimpin pondok pesantren sangatlah
dominan dalam menentukan segala arah kebijakan, pengelolahan, dan
pengembangan pondok pesantren. Disamping itu, pada diri seorang kiai
melekat kuat otoritas karismatik karena ketinggian ilmu agama dan
kesalehannya. Kondisi inilah yang menjadikan kiai diposisikan oleh para
santrinya sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan dunia. Dengan demikian,
maka terjadi intensitas interaksi dan komunikasi seorang kiai dengan
komunitas pondok pesantren, yang didukung dengan adanya persepsi positif
dari santri terhadap kiainya sebagai pengasuh pondok pesantren. Yaitu persepsi
tentang kepemimpinan dan karismanya.
Meskipun di pondok pesantren terjadi berkali-kali berganti pengasuh,
tradisi yang secara turun-temurun selalu dijaga keasliannya oleh semua
keluarga besar pondok pesantren juga sangat mempengaruhi karakter dari
semua anggota pondok pesantren, terutama santri yang menimba ilmu dalam
lembaga tersebut. Meskipun dalam pondok pesantren diasuh dengan sistem
tradisional, namun pondok pesantren tetap bertahan ditengah-tengah derasnya
arus globalisasi yang dapat merubah tradisi yang sudah melekat dalam pondok
pesantren. Daya tahan pondok pesantren tersebut juga tidak lepas dari peran
kiai dalam menyaring tradisi dan budaya luar yang dengan segala cara kiai
berusaha mempertahankan tradisi, budaya, dan tampilan pondok pesantren.
Sikap dan perilaku kiai yang demikian itu dapat melahirkan keseganan
dikalangan santri untuk bersikap tidak sopan kepada kiai. Dari sikap seperti
inilah kemudian muncul sikap mengidolakan kiai dan timbullah penghormatan
yang biasanya berlebihan, salah satunya adalah sikap tawadhu’ seorang santri
tehadap kiai.
Salah satu contohnya adalah ketika dalam sebuah kegiatan belajar
mengajar, di dalam pondok pesantren para santrinya tidak akan berani untuk
keluar kelas terlebih dahulu sebelum ustadz atau kiai nya keluar. Berbeda
dengan sekolah formal macam SMP atau SMA yang dianggap biasa saja keluar
kelas lebih dulu sebelum gurunya keluar kelas.
Kondisi seperti itulah yang membedakan antara pondok pesantren yang
masih menggunakan sistem tradisional dengan sekolah-sekolah formal yang
notabenenya didalam sekolah formal tersebut tidak ada sosok kiai dan tradisi
yang kuat seperti didalam pesantren.
Karena masalah tersebut maka penulis disini sangat tertarik meneliti
betapa besar pengaruh persepsi santri atas karisma kiai dan tradisi pondok
pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri dalam sebuah pondok pesantren.
Oleh karena itu penulis memberikan judul dalam penelitian ini adalah
PENGARUH PERSEPSI SANTRI ATAS KARISMA KIAI DAN
PENGAMALAN TRADISI PONDOK PESANTREN TERHADAP SIKAP
TAWADHU’ SANTRI PADA PONDOK PESANTREN HIDAYATUL
MUBTADI-IEN, DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR,
SALATIGA TAHUN 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana sudah dipaparkan diatas, maka
rumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana variasi persepsi santri atas karisma kiai pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga
Tahun 2014?
2. Bagaimana variasi pengamalan tradisi pondok pesantren pada Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Salatiga Tahun 2014?
3. Bagaimana variasi sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014?
4. Apakah terdapat pengaruh persepsi santri atas karisma kiai terhadap sikap
tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014?
5. Apakah terdapat pengaruh pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap
sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014?
6. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama persepsi santri atas
karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap
tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana variasi persepsi santri atas karisma kiai pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga
Tahun 2014.
2. Bagaimana variasi pengamalan tradisi pondok pesantren pada Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Salatiga Tahun 2014.
3. Bagaimana variasi sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014.
4. Apakah terdapat pengaruh persepsi santri atas karisma kiai terhadap sikap
tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014.
5. Apakah terdapat pengaruh pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap
sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014.
6. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama persepsi santri atas karisma
kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’
santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010 :110). Adapun dugaan atau jawaban sementara pada penelitian
ini dapat penulis kemukakan bahwa : 1). Ada pengaruh antara persepsi santri
atas karisma kiai dengan sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun
2014. 2). Ada pengaruh antara pengalaman tradisi pondok pesantren dengan
sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014. 3). Ada pengaruh secara
bersama-sama antara persepsi santri atas karisma kiai dan pengalaman tradisi
pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun
2014.
E. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah
wacana keilmuan terutama tentang persepsi santri atas karisma kiai dan tradisi
pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri pada pondok pesantren.
Dengan penelitian ini dapat melahirkan sumbangan pemikiran baru, yang
terkait dengan persepsi santri atas karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok
pesantren. Adapun manfaat dan kegunaan dari teori ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan adanya kajian ilmiah yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, menambah bahan bacaan
dan sebagai referensi bagi mahasiswa STAIN yang terkait dengan persepsi
santri atas karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap
sikap tawadhu’ santri pada pondok pesantren.
a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan masukan dan pertimbangan
bagi keberlangsungan pendidikan di pesantren, khususnya bagi
pendidikan tawadhu’ dan kepatuhan serta memperkaya ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti lebih lanjut, agar dapat mengembangkan penelitiannya
tentang pondok pesantren dalam perspektif yang berbeda.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengasuh
dan para pengurus dalam membimbing, mengasuh, dan mengajarkan
kepada santri, dengan memberikan teladan serta mengajak santri
senantiasa meningkatkan ibadah, dan selalu bertawadhu’ kepada orang
lain.
F. Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi dan menghindari adanya perbedaan
pemahaman beberapa istilah dalam penelitian ini, perlu adanya definisi dan
batasan istilah sebagai berikut :
1. Persepsi Santri atas Kharisma Kiai
a. Persepsi
Persepsi menurut Haryanto (2012:23) merupakan proses
pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh
organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:863) persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.
b. Santri
Menutut Nurcholish Madjid (1997:19-20) asal-usul perkataan
santri ada dua pendapat. Pertama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
kata sastri yang artinya melek huruf . Kaum santri merupakan kaum
literary bagi orang Jawa. Ini disebabkan pengetahuan mereka tantang
agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua kata
santri berasal bahasa Jawa yaitu kata cantrik yang artinya seseorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.
Tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu
keahlian.
c. Karisma
Karisma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:509)
adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan
yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap
dirinya.
d. Kiai
Kiai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:565) adalah
sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama islam).
Sedangkan menurut Dhofier (1982:55) kiai merupakan gelar yang
diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang
memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab
Islam klasik kepada para santrinya.
Pengertian persepsi santri atas karisma kiai dalam penelitian
ini adalah tanggapan seorang yang mempelajari kitab-kitab Arab
kepada kiai atas kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh kiai yang
dapat membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat.
Adapun indikator-indikatornya adalah
a. Persepsi bahwa kiai mempunyai ilmu yang tinggi
b. Persepsi bahwa kiai mempunyai kewenangan dan kekuasaan yang
absolut
c. Persepsi bahwa kiai mempunyai sifat kepemimpinan yang tinggi
d. Persepsi bahwa kiai memiliki moralitas yang tinggi
e. Persepsi bahwa kiai memberikan keteladanan yang baik.
2. Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren
a. Pengamalan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi pengamalan adalah
proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan,
menerapkan.
b. Tradisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1208) tradisi
adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang
masih dijalankan dalam masyarakat.
c. Pondok Pesantren
Pesantren menurut Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:866) adalah asrama tempat santri atau tempat murid-murid
belajar mengaji dan sebagainya.
Sedangkan menurut M. Ariefin sebagaimana dikutip oleh
Patoni (2007:90), pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat
sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana santri-santri
menerima pendidikan melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada dibawah kadaulatan dari seorang atau beberapa
kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen
dalam segala hal.
Pengertian pengamalan tradisi pondok pesantren dalam
penelitian ini adalah melaksanakan adat kebiasaan dari nenek
moyang yang berada dalam lembaga pendidikan agama Islam yang
didalamnya terdapat santri yang diajar oleh kiai yang karismatik.
Indikator-indikator dari pengamalan tradisi pondok
pesantren adalah
a. Melaksanakan jadwal keseharian dengan teratur
b. Melaksanakan tradisi-tradisi khusus pesantren seperti puasa,
salat jama‟ah, mujahadah, dan lain-lain
c. Mengikuti pembelajaran kitab kuning secara rutin
d. Mentaati tata tertib yang diberlakukan di pesantren
e. Mematuhi takdzir jika melanggar aturan.
3. Sikap Tawadhu’
Tawadhu’ dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:1150)
adalah rendah hati atau patuh atau juga taat.
Secara etimologi Arab, kata tawadhu’ besrasal dari kata ( احضع
حوضع – ) yang artinya merendahkan diri atu rendah hati.
Secara terminologi, tawadhu’ menurut dalam kitab Ihya’
Ulumuddin Al Ghazali (350) adalah mengeluarkan kedudukanmu atau
kita dan menganggap orang lain lebih utama daripada kita.
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa tawadhu’
adalah sikap rendah hati, taat seseorang karena menganggap orang lain
lebih baik daripada kita.
Dari beberapa pengertian tentang sikap tawadhu’ maka indikator-
indikator dari sikap tawadhu’ adalah sebagai berikut :
1. Berbicara sopan santun
2. Bersikap rendah hati
3. Bersikap suka menolong
4. Bersikap patuh pada orang tua dan guru atau kiai
5. Bersikap patuh pada nasehat guru atau kiai
6. Rajin belajar
7. Berpakaian rapi dan bersahaja.
G. Metode Penelitian
Agar agar dalam penelitian ini penulis memperoleh hasil yang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka sangat diperlukan akan adanya metode
yang cocok dan jelas seperti berikut :
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat
korelasional, untuk mengetahui hubungan setiap variabel penelitian
menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisis regresi untuk
mengetahui besarnya pengaruh antar variabel.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Letak dari pondok Hidayatul Mubtadi-ien adalah di jalan Raden
Patah nomor 20, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga,
Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung selama sekitar 3 minggu, yaitu 02
Mei sampai 22 Mei 2014.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2010:173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan siswa atau santri Pondok dan Madrasah Hidayatul
Mubtadi-ien. Adapun jumlah keseluruhan santri yang ada 122 siswa
dengan perincian laki-laki 84 perempuan ada 38 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah bagain dari populasi. (Hadi, 1994:221).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random
sampling dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel. Arikunto (1998:117) menyatakan apabila
jumlah populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih. Adapun sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini adalah 39 orang.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis memilih metode penelitian sebagai
berikut :
1. Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yamg ia ketahui (Arikunto, 1998:128).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup,
sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan yang telah
disediakan. Kuesioner disini digunakan sebagai metode pokok dalam
memperoleh informasi tentang pengaruh persepsi santri atas karisma
kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’
santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Salatiga tahun 2014
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:
236).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data dengan mengambil yang telah ada di Pondok
Pesantren serta gambaran, keadaan, lokasi, dan sarana pra-sarana yang
ada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga tahun 2014.
3. Observasi
Menurut Suharsini Arikunto, observasi adalah suatu cara untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan yang digunakan dengan cara
pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti (Hadi, 1981:
158).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel
yang akan diteliti. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
lembar angket yang digunakan untuk mengetahui sebarapa besar pengaruh
persepsi santri atas karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren
terhadap sikap tawadhu’ santri. Angket dirancang dalam 30 pertanyaan
ditujukan untuk para santri pondok pesantren.
Setiap item ditentukan dengan skor 1-3 dengan pengkatagorian
bobot yang peneliti tetapkan adalah :
- Untuk pilihan (a) bobot nilai 3
- Untuk pilihan (b) bobot nilai 2
- Untuk pilihan (c) bobot nilai 1
Skor 3 berarti baik, skor 2 berarti cukup, skor 1 berarti kurang.
Angket yang dijawab dilakukan pengkatagorian pengaruh persepsi santri
atas karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap
tawadhu’ santri.
6. Analisis data
Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data
yang terkumpul selama penelitian berjalan, dianalisis guna menjawab
permasalahan-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Adapun
cara menganalsis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Pendahuluan
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah
berikut yang dilakukan adalah mengadakan analisis terhadap semua
data yang telah terkumpul. Cara yang ditempuh peneliti adalah
memberikan skor untuk setiap jawaban per item soal dari angket yang
disebarkan kepada para responden. Kemudian seluruh skor
dijumlahkan secara keseluruhan, dan dianalisis secara statistik. Dari
hasil penelitian kemudian dibuat tiga kategori, yaitu tinggi (baik),
sedang (cukup baik), dan rendah (kurang baik).
2. Analisis Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknis
analisis korelasi berganti (multiple regression analisis) dengan
bantuan SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini analisis korelasi
untuk mengetahui pengaruh antara karisma kiai (X1) dan pengamalan
tradisi pondok pesantren (X2) terhadap sikap tawadhu’ santri (Y).
Analisis regresi ganda bertujuan untuk meramalkan nilai
pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Angka probabilitas hasil analisa < 0,05 maka hipotesis nol (H0)
ditolak dan hipotesis kerja (Hk) diterima.
Langkah-langkah menganalisis menggunakan SPSS 16 for
windows adalah sebagai berikut :
1. Buka lembar kerja SPSS
2. Buat semua keterangan variabel dari variabel view
3. Klik Data view dan masukkan data
4. Lakukan analisis dengan cara : Klik Analize-Regression-linear.
Kemudian akan muncul dialog. Selanjutnya isilah kotak menu
Dependent dengan variabel terikat, yaitu variabel Y dan kotak
menu independent dengan variabel bebas, yaitu X1 dan X2.
5. Selanjutnya ketik kotak menu Statistics. Pilih Estimates,
Descriptives, dan Model fit lalu klik continue.
6. Kotak menu plots, berfungsi untuk menampilkan grafik pada
analisis regresi. Klik kotak menu Plots, kemudian klik Normal
probanility plot yang terletak pada kotak menu Standardized
Residual plots. Selanjutnya klik continue.
7. Setelak klik continue klik Ok, beberapa saat kemudian akan keluar
outputnya.
H. Sistematika Penulisan
Bab I (PENDAHULUAN)
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II ( KAJIAN PUSTAKA)
Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang yang menjadi
landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian,
yaitu teori-teori mengenai kharisma kiai, pengamalan tradisi pondok pesantren
dan pengaruh kharisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren secara
bersama-sama terhadap sikap tawadhu’ santri Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga tahun 2014.
Bab III ( HASIL PENELITIAN)
Secara garis besar, bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu gambaran
umum lokasi penelitian dan penyajian data.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian
meliputi sejarah singkat, letak geografis, profil, visi, misi, motto, jadwal
keseharian pondok dan lain-lain.
2. Penyajian Data
Bagian ini berisi uraian tentang karakteristik tiap-tiap variabel,
berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrumen penelitian.
Bab IV (ANALISIS DATA)
Isi dari bab ini meliputi analisis terhadap tiap-tiap variabel,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.
Bab V (PENUTUP)
Dalam bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KARISMA KIAI
1. Pengertian Karisma Kiai
Karisma merupakan suatu hal yang tidak dimilki oleh sembarangan
orang. Untuk memperoleh batasan karisma kiai terlebih dahulu
dikemukakan mengenai pengertian karisma kiai dari beberapa sumber
pendapat.
Kiai adalah salah satu orang yang memiliki sifat tersebut. Kiai
(Solihin, 2002:85) adalah orang yang telah diberi sesuatu (anugerah) yang
tidak dimiliki oleh semua orang dan orang tersebut telah menngetahui apa
yang belum diketahui banyak orang serta telah mengamalkan ilmunya.
Karena dikalangan masyarakat awam kiai dianggap mempunyai banyak
hal yang tidak dimiliki orang pada umumnya, seperti kedekatannya dengan
Tuhan, tingginya ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan masalah karisma, Abdullah (1997:40) mengutip
dari pendapat Weber
“.....a certain quality of an individual personality by virtue of
which he is set a part from ordinary men and treated as endowed with
supernatural, superhuman, or at least, specifically exceptional powers of
qualities
yang artinya kurang lebih kualitas tertentu dari kepribadian
seseorang berdasarkan yang ia diatur bagian dari orang biasa dan
diperlakukan sebagai diberkahi dengan kekuatan gaib, manusia super, atau
paling tidak, khususnya yang luar biasa kualitasnya. Weber menekankan
bahwa yang menentukan kebenaran karisma adalah pengakuan
pengikutnya. Tidak jauh berbeda dengan Abdullah, menurut Turner
(1992:37) yang mengutip pendapat Weber, ciri-ciri karismatik adalah
ketaatan tidak pada peraturan-peraturan atau tradisi, tetapi kepada
seseorang yang dianggap suci, pahlawan, atau berkualitas luar biasa.
Seorang kiai biasanya dihormati karena :
1. Ilmu yang dimilikinya
2. Kesalehannya (Stenbrink,1986:109)
3. Keislamannya di dalam batas-batas kemanusiaan (Solihin, 2002:37).
4. Dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam dan dianggap
memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebanyakan
orang awam (Dhofier, 1989:56).
5. Faktor ekonomi juga menentukan diterimanya karisma (Turner,
1992:40)
6. Nasab atau keturunan (Nasir, 2005:130)
Jadi pengertian karisma kiai adalah kualitas tertentu dari
kepribadian seseorang kiai berdasarkan yang ia diatur bagian dari orang
biasa dan diperlakukan sebagai orang yang diberkahi dengan kekuatan
gaib, manusia super, atau paling tidak, khususnya yang luar biasa
kualitasnya yang dekat dengan Tuhan dan mempunyai pengaruh yang
besar dalam kehidupan masyarakat.
2. Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren
Masalah kepemimpinan (leadership) merupakan pembahasan yang
menarik, karena merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
berhasil atau tidaknya sebuah organisasi. Demikian juga di dalam pondok
pesantren, keberadaan seorang kiai merupakan salah satu elemen yang
penting dalam menggerakkan aktivitas yang ada di pondok pesantren.
Pebahasan kepemimpinan kiai, Usman berpendapat sebagaimana dikutip
Suprayogo yang kemudian dikutip lagi oleh Haryanto melihat kiai dari tiga
dimensi, yaitu dimensi legitimasi, dimensi pengaruh, dan dimensi
visibilitas. Yang dimaksud dimensi legitimasi adalah melihat posisi
pemimpin dari aspek legalitas. Dimensi pengaruh adalah melihat luas
ajang atau kiprah pemimpin. Selanjutnya, dimensi visibilitas adalah
melihat derajat pengakuan baik dari massa yang dipimpinnya maupun
pemimpin-pemimpin yang lain. Menurut Tholhah Hasan sebagaimana
dikutip oleh Haryanto (2012:72) berpendapat bahwa kepemimpinan kiai
umumnya tampil dalam empat dimensi, yaitu 1). Sebagai pemimpin politik
(community leader), jika tampil sebagai pemimpin organisasi masyarakat
atau partai politik, 2). Pemimpin keilmuan (intellectual leader), dalam
kapasitasnya sebagai guru, pemberi fatwa, dan rujukan umum, 3).
Pemimpin kerohanian (spiritual leader) apabila kiai memimpin kegiatan
peribadatan, menjadi mursyid thariqat, menjadi panutan moral, dan 4).
Pemimpin administrative (administration leader), jika kiai berperan
sebagai penanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, pondok
pesantren atau badan-badan kemasyarakatan yang lain.
Dengan beragamnya dimensi yang melekat di pribadi kiai, maka
keberadaan seorang kiai sebagai pemimpin pondok pesantren, ditinjau dari
tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan
yang unik. Sebab, kiai sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan
Islam tidak sekedar menyusun kurikulum, membuat peraturan dan tata
tertib, merancang sistem evaluasi, sekaligus melaksanakan proses balajar
mengajar yang berkaitan dengan ilmu agama di lembaga yang diasuhnya,
melainkan bertugas pula sebagai pembina dan pendidik ummat serta
menjadi pemimpin masyarakat.
Keunikan lain dari kepemimpinan kiai adalah dengan karismanya
kiai dalam kepemimpinannya akhirnya berkembang menjadi apa yang
disebut oleh Sidney Jones sebagai sebuah hubungan patroclient yang
sangat erat, di mana otoritas seorang kiai besar (dari pondok pesantren
induk) diterima dikawasan seluas propinsi, baik oleh pejabat pemerintah,
pemimpin publik maupun kaum hartawan.
Salah satu konsep kepemimpinan dalam Islam ada yang disebut
Wilayatu al-Imam, menurut Al-Mawardi kepemimpinan sebagai pengganti
kenabian dalam memelihara agama dan mengatur kehidupan umat di
dunia. Konsep kepemimpinan Wilayatu al-Imam tidak lain merupakan
realisasi konkret dari gaya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang
telah diwajibkan menjadi standar keteladanan bagi semua pemimpin umat
Islam. Hal ini berarti kepemimpinan tidak dilandasi oleh kemampuan
seseorang dalam mengatur dan menjalankan mekanisme
kepemimpinannya, melainkan menganggap kepemimpinan lebih dilandasi
oleh nilai spiritual, (spiritual veliue) yang dimiliki otoritas keagamaan di
mana imam atau pemimpin dijadikan model bagi yang lain.
Kepemimpinan kiai di dalam pondok pesantren tidak sama antara
kiai satu dengan kiai yang lainnya, hal ini dapat dimengerti bahwa
kepemimpinan kiai di pondok pesantren banyak didukung oleh watak
sosial dimana beliau berada. Yang hal itu masih ditambah lagi dengan
pengaruh konsep-konsep kepemimpinan Islam Wilayatu al-Imam serta
pengaruh ajaran sufi. Dari banyak kajian hasil sebuah penelitian ada
beberapa model kepemimpinan kiai di pondok pesantren, yaitu :
1. Kepemimpinan religio-paternalistik di mana adanya gaya suatu
interaksi antara kiai dengan para santri atau bawahan didasarkan atas
nilai-nilai keagamaan yang disandarkan kepada gaya kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW.
2. Kepemimpinan paternalistic-otoriter, di mana pemimpin pasif,
sebagai seorang bapak yang memberi kesempatan kepada anak-
anaknya untuk berkreasi, tetapi juga otoriter, yaitu memberikan kata-
kata final untuk memutuskan apakah karya anak buah yang
bersangkutan dapat diteruskan atau dihentikan.
3. Kepemimpinan legal-formal, mekanisme kerja kepemimpinan ini
menggunakan fungsi kelembagaan, dalam hal ini masing-masing
unsur berperan sesuai dengan bidangnya, dan secara keseluruhan
bekerja mendukung keutuhan lembaga.
4. Kepemimpinan bercorak alami, model kepemimpinan ini kiai tidak
membuka ruang bagi pemikiran-pemikiran yang menyangkut
penentuan kebijakan pondok pesantren, mengingat hal ini menjadi
wewenangnya secara mutlak. Jika ada usulan-usulan pengembangan
yang berasal dari luar yang berbeda sama sekali dari kebijakan kiai
justru direspon secara negatif.
5. Kepemipinan karismatik-tradisional-rasional, yaitu suatu pola
kepemimpinan yang mengacu pada figur sentral yang dianggap oleh
komunitas pendukungnya memiliki kekuatan supranatural dari Allah
SWT, kelebihan dalam berbagai bidang keilmuan, partisipasi
komunitas dalam mekanisme kepemimpinan kecil, dan mekanisme
kepemimpinan tidak diatur secara birokratik, membutuhkan legitimasi
formal komunitas pendukungnya dengan cara mencari kaitan
geneologis dari pola kepemimpinan yang bersifat kolektif, dimana
tingkat partisipasi komunikasi lebih tinggi, struktur keorganisasian
lebih kompleks sentra kepemimpinan tidak mengarah pada satu
individu melainkan lebih mengarah pada kelembagaan, dan
mekanisme kepemimpinan diatur secara manajerial.
3. Interaksi Kiai dengan Santri
Di pondok pesantren perlakuan kiai berupa interaksi layaknya
seorang ayah dan anak terhadap santri atau komunitasnya tentu berdampak
pada terbentuknya ketaatan, kesetiaan, kepatuhan santri atau komunitas
terhadapnya (Haryanto, 2012:97). Loyalitas atau kesetiaan adalah suatu
kondisi dimana pelanggan mempunyai sifat positif terhadap suatu merek,
mempunyai komitmen terhadap merek tersebut, dan meneruskan
pembeliannya dimasa mendatang. Menurut Hurriyati yang dikutip oleh
Haryanto (2012:97), santri atau komunitas pondok pesantren jika
dianalogkan dengan pelanggan, mereka seakan pelanggan yang
mendapatkan apa yang diinginkan yaitu ilmu pengetahuan dan perhatian
(atensi) dari seorang kiai. Dan fenomena kiai dan santri ini sejalan dengan
konsep loyalitas yaitu, bentuk komitmen pelanggan yang bertahan secara
mendalam untuk berlangganan kembali atau untuk melakukan pembelian
ulang. Adanya atensi dari kiai akan berakibat munculnya kesetiaan dan
kepatuhan yang mendalam dari kommunitasnya (santri).
Sebagaimana diatas santri diibaratkan sebagai pelanggan yang
sehari-hari setia berinteraksi dengan kiai untuk mendapatkan sesuatu dari
kiai, baik ilmu pengetahuan maupun berkah sebagaimana yang diyakini
dalam komunitas pondok pesantren.
Di dalam organisasi pondok pesantren memiliki kekhasan
tersendiri dibanding organisasi pada umumnya. Kekhasan tersebut muncul
seiring dengan dominasi figur karismatik kiainya. Hasil dari proses
dominasi munculah apa yang dikatakan loyalitas (loyalty), keajegan
(constancy), ketaatan (devotion), kesetiaan (allegience, faith ful) dan rasa
hormat (deference) yang semuanya menunjukkan arti kesetiaan dan
komitmen seseorang terhadap organisasi.
Dalam Islam juga ada konsep tentang kepatuhan, ketaatan,
kesetiaan sebagaimana yang diuraikan oleh al-Qahthani yang dikutip oleh
Haryanto (2012:99) bahwa walaayah atau al-wala’ (loyalty) adalah
dukungan, pembelaan cinta, pemuliaan, penghormatan, bersama-sama
orang yang dicintai secara lahir dan batin.
Walayah adalah buah dari mahabbah (kecintaan). Ketika seseorang
mencintai sesuatu, ia wajib memberikan wala’ kepada yang dicintainya.
Demikian juga halnya jika seseorang hamba mencintai Allah SWT, maka
dia harus memberikan wala’nya kepada Allah SWT. Cinta yang tidak
menghasilkan wala’ tidaklah dapat disebut sebagai cinta yang sebenarnya.
Al-wala’ atau walayah biasanya diartikan sebagai kesetiaan, kepatuhan,
dan ketaatan.
B. PENGAMALAN TRADISI PONDOK PESANTREN
1. Pengertian Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengamalan adalah
proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan,
menerapkan.
Tradisi dalam banyak hal menunjukkan pada suatu yang bernilai
(valuable) dan menjadi adat istiadat (customs) yang dilakukan (Mas‟ud,
2005:132). Adat istiadat yang bernilai tersebut sampai sekarang masih
berlaku dan dipertahankan oleh lembaga atau masyarakat secara turun-
temurun.
Kata tradisi berasal dari istilah Latin tradere yang berarti
memindahkan, atau memberikan sesuatu kepada orang lain untuk
disimpan, dan merupakan harta milik yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi lainnya untuk dilindungi dan dipelihara (Mas‟ud, 2005:132).
Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat nilai dan
tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir
seluruh perjalanan sejarahnya (A‟la, 2006:9).
Jadi yang dimaksud pengamalan tradisi pesantren dalam
penulisan ini adalah cara melaksanakan tradisi warisan dari orang
terdahulu yang sampai sekarang masih dilakukan dalam pondok
pesantren baik dalam kehidupan sehari-hari maupun saat acara tertentu.
2. Elemen-elemen Sebuah Pesantren
Menurut Dhofier (1980:44) lima elemen dasar dari tradisi
pesantren adalah sebagai berikut :
a. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah
asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau
lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kiai”. Asrama
untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek
pesantren di mana kiai bertempat tinggal yang juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk
belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Dimana
komplek pesantren biasanya dikelilingi dengan tembok untuk
dapat mengawasi keluar masuknya santri sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pada kebanyakan pesantren, dahulu seluruh komplek
merupakan milik kiai, tetapi sekarang kebanyakan pesantren
tidak semata-mata dianggap milik kiai saja, melainkan milik
masyarakat. Hal ini disebabkan karena kiai sekarang
memperoleh sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi
pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat.
Pondok atau asrama bagi para santri merupakan ciri
khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem
pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di
kebanyakan wilayah Islam di negara-negara lain. Bahkan
sistem asrama ini pula yang membedakan pesantren dengan
sistem pendidikan surau di daerah Minangkabau.
Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus
menyediakan asrama bagi para santri yaitu :
1. Kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman
pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari
jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara
teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut
harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap
di dekat kediaman kiai.
2. Hampir semua pesantren berada di desa-desa di mana
tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk
dapat menampung santri-santri, dengan demikian
perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri.
3. Ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana
para santri menganggap kiainya seolah-olah sebagai
bapaknya sendiri, sedangkan kiai menganggap para
santrinya sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa
dilindungi. Dengan sikap timbal balik ini menimbulkan
keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-
menerus.
b. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan
dengan pesantren dengan pesantren dan dianggap sebagai
tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri,
terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah
dan sebahyang jum‟ah, dan pengajaran kitab-kitab Islam
klasik.
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam
tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari
sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain
kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada
masjid sejak masjid Al-Qubba didirikan dekat Madinah pada
masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem
pesantren.
Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara
terus tradisi ini. Para kiai selalu mengajar murid-muridnya di
masjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling
tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam
mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu,
memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang
lain.
Seorang kiai yang ingin mengembangkan sebuah
pesantren, biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di
dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah
gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup
memimpin sebuah pesantren.
c. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Pada masa lalu pengajaran kitab-kitab Islam klasik
merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan
dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama dari pengajaran
ini adalah untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri
yang bercita-cita untuk menjadi ulama mengembangkan
keahliannya dalam bahasa Arab melalui sistem sorogan
dalam pengajian sebelum mereka pergi ke pesantren untuk
mengikuti sistem bandongan.
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di
pesantren dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu : 1).
Nahwu dan saraf, 2). Fiqh, 3). Usul fiqh, 4). Hadis, 5). Tafsir,
6). Tauhid, 7). Tasawwuf, 8). Cabang-cabang lain seperti
tarikh dan balaghah. Kesemuanya ini juga dapat digolongkan
ke dalam tiga kelompok yaitu : 1. Kitab-kitab dasar, 2. Kitab-
kitab menengah, dan 3. Kitab-kitab besar.
Dengan sistem pengajaran sorogan dan bandongan,
seorang kiai yang memimpin pesantren kecil mengajar
sejumlah kecil santri tentang beberapa kitab dasar dalam
beberapa kelompok pelajaran. Sedangkan dalam pesantren
besar, masing-masing kiai mengkhususkan diri dalam mata-
mata pelajaran tertentu. Para kiai sebagai pembaca dan
penerjemah kitab tersebut, bukanlah sekedar membaca teks,
tetapi juga meberikan pandangan-pandangan (interpretasi)
pribadi, baik mengenai isi maupun bahasan dari teks.
Dengan kata lain, para kiai tersebut meberikan
komentar atas teks sebagai pandangan pribadinya. Oleh
karena itu, para penerjemah tersebut haruslah menguasai tata
bahasa Arab, literatur, dan cabang-cabang pengetahuan Islam
yang lainnya.
d. Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan
orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kiai
bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam
pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam
klasik. Oleh karena itu santri merupakan elemen yang penting
dalam pesantren.
Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren
terdapat 2 kelompok santri, yaitu :
1. Santri Mukim
Yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri
mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut
biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang
memegang yang memegang tanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul
tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang
kitab-kitab dasar dan menengah.
2. Santri Kalong
Adalah murid- murid yang berasal dari desa-desa
di sekeliling pondok pesantren, yang biasanya tidak
menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di
pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya
sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan
kecil dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah
pesantren maka akan semakin besar jumlah santri
mukim-nya. Dengan kata lain, pesantren kecil akan
memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri
mukim.
Seorang santri pergi dan menetap di suatu pondok
pesantren karena berbagai alasan, diantaranya :
1. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahasa
Islam lebih mendalam di bawah bimbingan kiai yang
memimpin pesantren tersebut.
2. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan
pesantren, baik dalam bidang pengajaran,
keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-
pesantren yang terkenal.
3. Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa
disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah
keluarganya.
e. Kiai
Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari
suatu pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya.
Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pondok
pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan
pribadi kiainya.
Asal-usul perkataan kiai dalam bahasa Jawa dipakai
untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda, yaitu :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat, umpamanya “Kiai Garuda Kencana”
dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di Keraton
Yogyakarta.
2. Gelar penghormatan untuk orang-orang tua pada
umumnya.
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang
ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan
pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada
para santrinya. Selain gelar kiai ia juga sering disebut
alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).
Kebanyakan para kiai di Jawa beranggapan bahwa
suatu pesantren dapat diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil
dimana kiai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan
kewenangan dalam kehidupan dan lingkungan pesantren.
Meskipun kebanyakan kiai di Jawa tinggal di daerah
pedesaan, mereka merupakan bagian dari kelompok elite
dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Jawa.
Sebab sebagai suatu kelompok, para kiai memiliki pengaruh
yang amat kuat di masyarakat.
3. Tradisi-tradisi lain yang ada di Pondok Pesantren
a. Pengetahuan seseorang diukur oleh jumlah buku-buku yang pernah
dipelajarinya dan kepada “ulama” mana ia telah berguru
(Dhofier,1989:22).
b. Pemberian ijazah, tetapi bentuknya tidak seperti yang kita kenal
dengan sistem modern. Ijazah model pesantren itu berbentuk
pencantuman nama dalam suatu daftar rantai transmisi pengetahuan
yang dikeluarkan oleh gurunya terhadap muridnya yang telah
menyelesaikan pelajarannya dengan baik tentang suatu buku tertentu
sehingga si murid tersebut di anggap menguasai dan
mengajarkannya kepada orang lain (Dhofier,1989:23).
c. Tradisi bahwa keluarga yang terdekat harus menjadi calon kuat
pengganti kepemimpinan pesantren (Dhofier,1989:61).
d. Sikap hormat dan patuh berlaku seumur hidup si murid. Karena rasa
hormat dan kepatuhan murid kepada gurunya adalah mutlak dan
tidak boleh putus. Bagi seorang santri adalah tabu mengatakan
bahwa ia bekas murid dari seorang kiai tertentu, sebab sekali ia
menjadi murid kiai tersebut, maka seumur hidupnya akan menjadi
muridnya (Dhofier,1989:82).
C. SIKAP TAWADHU’
1. Pengertian Tawadhu’
Menurut Kalali (1987:446) tawadhu’ berarti rendah diri. Secara
terminologi tawadhu’ adalah sikap mental yang selalu merendahkan diri
kepada sesama manusia maupun kepada Allah SWT (Asywadie, 1890:79).
Menurut As‟ad (2007:36-37) bahwa salah satu cara memuliakan ilmu
adalah memuliakan sang guru, sebagaimana Sy Ali, kw, : “Saya menjadi
hamba bagi orang yang mengajariku satu huruf ilmu, terserah ia mau
menjualku, memerdekakan, atau tetap menjadikan aku sebagai hamba”.
Jadi yang dimaksud tawadhu’ santri adalah sikap rendah hati santri.
2. Ketawadhu’an dalam Pembelajaran
Tawadhu’ merupakan sifat terpuji. Sifat ini menjadikan yang
pelakunya lebih terlihat agung dan berwibawa. Menurut Asy Syalhub
(2006:25), orang yang mengira bahwa tawadhu’ adalah sifat tercela dan
sifat yang harus dijauhi dan ditinggalkan merupakan pendapat yang keliru
dan jauh dari kebenaran.
Kita cukup melihat apa yang dicontohkan oleh pemimpin orang-
orang yang bertaqwa, Nabi Muhammad SAW. Meski sikap tawadhu’
berarti harus merendahkan hati, akan tetapi jika kerendahatian itu
diperlihatkan di sisi Allah SWT, maka itulah kerendahatian yang paling
nikmat dan paling baik. Hal itu disebabkan karena ubudiyyah
(penghambaan) tidak akan terwujud dan tidak dikatakan sempurna, kecuali
jika merendahkan diri di hadapan Allah dan merasa lemah di hadapan-
Nya.
Adapaun sikap rendah hati (berlemah lembut) dihadapan sesama
makhluk hanya dapat dihadapan orang mukmin. Allah SWT berfirman
dalam QS Al-Maidah : 54
....... ......
Artinya : “...,yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,..”
Mereka hanya menunjukkan kelemah-lembutan kepada orang-
orang mukmin sebagai rasa cinta, nasihat, kelembutan, penghormatan,
kasih sayang, perlindungan, dan pertolongan terhadap mereka.
Sifat seperti ini sangatlah dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Bagi para murid (santri) bahkan wajib memiliki sikap tawadhu’
ini terhadap seorang guru atau kiainya. Bahkan dalam kitab Ta’limul
Muta’alim karangan Syaikh Zarnuji terjemahan Aliy As‟ad (2007:120),
pelajar harus sanggup menanggung derita dan hina dalam menuntut ilmu,
berkasih mesra itu dilarang kecuali dalam rangka menuntut ilmu, karena
itu murid dianjurkan berkasih-sayang dengan guru, teman-teman sebangku
pelajaran, dan para ulama agar mudah memetik pengetahuan dari mereka.
Karena selain meneladani sifat dari Rasulullah SAW, sifat ini juga
memiliki manfaat yang sangat besar bagi para murid.
3. Dalil-dalil tentang Tawadhu’
Berikut ini adalah dalil dan contoh-contoh tawadhu’ yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW :
a. QS. Asyu‟ara: 215
Artinya:
“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,
yaitu orang-orang beriman”
b. Hadits 1/602 (Dhofier, 2005:680)
الله عى قال : قال رسول الله صلى الله وعه عاض به حمار رض
أن حوا ضعوا, حخى لفخز أحذ على وسلم : ان الله أو حى ال عل
أحذ على احذ. .رواي مسلم.. أحذ, ول بغ
Iyadh bin Himar ra. berkata bahra Rasulullah SAW bersabda,
“sesungguhnya, Allah menurunkan wahyu kepadaku, yaitu hendaklah
kalian bersikap tawadhu’ (merendahkan diri), sehingga tidak ada
seorangpun bersikap sobong kepada orang lain dan tidak seorangpun
menganiaya yang lain.” (Riwayat Muslim)
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits diatas adalah :
1. Keharusan bersikap rendah hati kepada Allah, Rasul-Nya, para
ulama, dan sesama muslim.
2. Rendah hati kepada orang-orang yang berbuat zalim adalah suatu
kehinaan.
c. Hadits 2/603 (Dhofier, 2005:680)
وسلم وعه الله عى أن رسول الله صلى الله عل زة رض ز اب
ا, وما قال : ما وقصج صذقت مه مال, وما ساد الله عبذا بعفو ال عش
حوضع أحذ لل ال رفع الله ...رواي مسلم....
Artinya :
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “ tiada
berkurang harta karena shadaqah, Allah pasti akan menambah
kemuliaan kepada seseorang yang suka memaafkan. Dan seseorang
yang selalu merendahkan diri karena Allah, pasti Allah akan
mengangkat derajatnya.” (riwayat Muslim)
Pelajaran-pelajaran hadits di atas di antaranya:
1. Islam menyuruh kita bershadaqah, memberi maaf, dan rendah hati
kepada sesama muslim.
2. Sikap rendah hati menjadikan seseorang semakin terhormat di sisi
Allah dan di mata orang lain.
d. Hadits 4/605 (Dhofier, 2005:681)
صلى ىت لخأخذ بذ الىب وعى قال : ان كاوج المت مه امإ المذ
ث شأث! ....رواي البخاري.... ح وسلم فخىطلق ب الله عل
Artinya :
Anas r.a. berkata, “ Adakalanya budak perempuan di Madinah
memegang tangan Nabi SAW, maka beliau mengikuti kemana
budak itu menghendaki.” (riwayat Bukhori)
Pelajaran dari hadits di atas adalah
1. Hadits ini merupakan bukti bahwa Rasulullah SAW adalah
orang yang rendah hati. Dan sebagai umat Muhammad,
sepatutnya kita mencontoh beliau.
2. Semua manusia adalah hamba Allah SWT.
3. Hadits ini merupakan bukti keseriusan Rasulullah SAW untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Lawan dari Sifat Tawadhu’
Sikap takabur adalah lawan dari sikap tawadhu’. Takabur ialah
memandang diri sendiri dengan pandangan bahwa dirinya mulia/gagah dan
memandang orang lain dengan pandangan bahwa orang itu hiha/lemah
(Solihin, 2002:86). Sikap takabur adalah sifat tercela yang tidak akan
mendatangkan manfaat apapun bagi pelakunya.
Asy Shalhub (2006:28-29) menuliskan dampak dari sikap takabur
bagi masyarakat Islam adalah sebagai berikut:
a. Pengingkaran terhadap kebenaran dan tidak tunduk pada kebenaran
tersebut.
b. Teperdaya terhadap ilmu yang dimiliki, padahal ilmu yang sedikit
tersebut sangatlah sedikit.
c. Enggan lebih mendalami ilmu pengetahuan karena merasa dirinya
telah mengetahui dan memahami segala sesuatu.
Seorang murid yang sombong tidak akan mampu mencapai tujuan
pendidikan. Dengan ketakaburannya ia juga tidak akan dapat mengetahui
sejauh mana hasil yang telah dicapainya. Hal ini disebabkan jauhnya
hubungan antara murid dan gurunya. Padahal dengan kedekatan tersebut,
ia dapat mengetahui problem-problem yang sedang dihadapi mereka
dalam hal apa saja yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan
sebagaimana yang telah digariskan.
Dari beberapa pemaparan yang sudah peneliti tulis di atas, maka
dapat diambil kesimpulan :
a. Dampak dari sikap tawadhu’ bukan hanya dirasakan oleh seorang
murid, tetapi juga dirasakan oleh para gurunya.
b. Sikap tawadhu’ akan memberikan dampak yang positif bagi si pelaku
sifat tawadhu’ ini.
c. Sikap tawadhu’ dapat menghancurkan batas yang menghalangi antara
seorang guru dan murid.
d. Sifat sombong dapat menjauhkan hubungan seorang murid dengan
para guru mereka.
e. Jika seorang murid dekat dengan gurunya, maka ia akan mampu
menyerap ilmu dengan baik. Dan sikap tawadhu’lah yang dapat
mewujudkan kedekatan itu.
5. Keutamaan Sikap Tawadhu’
Sikap tawadhu’ mempunyai beberapa keutamaan, diantaranya :
a. Orang yang dapat menghilangkan sikap takabur dengan tawadhu’
adalah termasuk orang yang beriman (Solihin,2002:85).
b. Tawadhu’ adalah perhiasan bagi suatu keturunan (Solihin,2002:249).
c. Tawadhu’ membawa seseorang untuk selalu berkata jujur. Hal ini
seperti dalam kitab terjemah Nashaihul Ibad karya Solihin (2002,278-
279), yaitu dan tidaklah seorang menjadi zuhud sehingga dia menjadi
seorang yang wara’, sehingga dia tawadhu’, dan tidaklah dia bersikap
tawadhu’, sehingga dia mengetahui siapa dirinya, dan tidaklah dia
mengetahui dirinya sendiri, sehingga dia berakal dalam ucapannya.
d. Tawadhu’ meninggikan derajat seseorang. Menurut Solihin
(2002:278-279) seorang ahli hikmah berkata “aku mencari ketinggian
derajat di dalam kesombongan, tapi aku menemukannya di dalam
tawadhu’.
e. Menjalankan sunah Rasul. Karena Rasulullah adalah orang yang sangat
rendah hati dan penuh kasih sayang kepada umatnya
(Dhofier,2005:683).
6. Karakteristik Tingkah laku Santri yang Tawadhu’ terhadap kiai :
a. Bersikap hormat
Sikap hormat seoramg santri pada kiai selalu dilaksanakan
dimanapun dan kapanpun. Sikap hormat ini sesuai dengan kutipan,
Dan juga penyair Mesir terkenal, Ahmad Syauqi mengatakan :
“berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, seorang
guru itu hampir sama merupakan utusan Tuhan (Tatapangarsa, 1980:
161).
b. Ramah
Menurut Haryanto (2012:104) keramahan merupakan sifat
terpuji yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berperilaku
sehari-hari kepada para sahabatnya. Dengan keramahan beliau dapat
memikat hati para pemikatnya, karena sifat ramah menunjukkan
sehatnya rohani seseorang.
c. Lemah lembut
Adalah sifat yang ditampilkan seseorang di saat berinteraksi
dengan lainnya. Dengan lemah lembut, seseorang dapat dukungan dan
mendapat loyalitas penuh dari sesamanya. Dengan kelembutan
perangainya seseorang dapat membangun keharmonisan antar sesama
(Haryanto, 2012:104). Hal ini sesuai dengan QS Thaha ayat 44 :
44. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
d. Kesabaran dan kemurahan hati
Kesabaran adalah alat paling baik untuk mencapai kesuksesan
seseorang . Kemurahan hati dan kesabaran merupakan soft skill yang
harus di asah dalam rangka membangun interaksi antar sesama
(Haryanto, 2012:104).
e. Tutur kata dan bahasa yang santun dan ikhlas
Berbicara adalah alat komunikasi efektif untuk membangun
hubungan antar sesama, kelembutan tutur kata menunjukkan
kemulyaan budi pekerti seseorang. Sebaliknya, ejekan dan hinaan
akan menyebabkan jatuhnya harkat dan martabat orang yang dihina,
yang mana hal ini akan menimbulkan permusuhan (Haryanto,
2012:104). Hal ini juga terdapat dalam QS Al Kahfi ayat 66 :
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
f. Berhubungan baik dengan siapa saja
Dengan bekal baiknya hubungan dengan siapapun, maka orang
tidak dapat diragukan intergritasnya di hadapan sesamanya. Dengan
hubungan yang baik, orang dapat menanam benih-benih kedamain di
lingkungannya (Haryanto, 2012:104).
g. Rendah diri di hadapan kiai
Ath Tabrani di dalam Al Ausath, meriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. , ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ىت ولو قار وحوضعوا ك لموا للعلم الس لمه حعلمو مى حعلموا العلم وحع
“pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan dan kesopanan dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya”
D. PENGARUH PERSEPSI SANTRI ATAS KARISMA KIAI DAN
PENGAMALAN TRADISI PONDOK PESANTREN TERHADAP
SIKAP TAWADHU’ SANTRI
Karisma kiai adalah kualitas tertentu dari kepribadian seseorang kiai
berdasarkan yang ia diatur bagian dari orang biasa dan diperlakukan sebagai
orang yang diberkahi dengan kekuatan gaib, manusia super, atau paling tidak,
khususnya yang luar biasa kualitasnya yang dekat dengan Tuhan dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.
Pengalaman tradisi pondok pesantren adalah pengamalan warisan
nilai-nilai dari orang terdahulu yang sampai sekarang masih dilakukan dalam
pondok pesantren baik dalam kehidupan sehari-hari maupun saat acara
tertentu. Sedangkan sikap tawadhu santri adalah sikap rendah hati santri.
Keberadaan seorang kiai dituntut untuk bijaksana, wawasan yang luas,
terampil dalam ilmu agama, mampu menanamkan sikap dan pandangan serta
menjadi suri tauladan yang baik. Kiai memilki karisma yang tinggi, semakin
tinggi karisma yang dimiliki maka kiai tersebut akan lebih dikagumi banyak
orang. Kiai tidak hanya dipandang masyarakat sebagai orang yang dekat
dengan Tuhan, namun juga sebagai tolok ukur para santrinya. Pengaruh kiai
ditentukan oleh kualitas karimsa kiai yang dimilkinya. Seorang kiai yang
memiliki karisma yang sangat tinggi sangat mempengaruhi kepribadian
santri. Dapat dilihat ketika sang kiai memerintahkan santri lekas
melaksanakannya, karena apabila perintah tersebut tidak dilaksanakannya
takut ilmunya tidak bermanfaat karena mengabaikan guru.
Konsep barokah kiai menjadi keyakinan bagi santri karena
hubungannya mempunyai kekuatan ghoib, bahkan orang yang sudah
meninggal selalu didoakan sebagai wasilah mampu memberikan keberkahan.
Tentang keberkahan tersebut adalah salah satu dari banyak tradisi yang ada di
dalam pondok pesantren. Karena dalam kehidupan sehari-hari pondok
pesantren selalu menjaga tradisi dan adat yang telah berlaku secara turun-
temurun. Dari tradisi itulah yang mendorong santri untuk berpegang teguh
pada nilai-nilai moral santri yang sesuai dengan aturan dan membentuk
akhlak terpuji pada diri para santri. Dengan demikian dari definisi dan uraian
diatas, ada pengaruh antara karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok
pesantren secara bersama-sama terhadap sikap tawadhu’ santri di pondok
pesantren.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
1. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien sudah berdiri kokoh
sejak tahun 1926 M yaitu masa kolonial penjajahan Belanda, di bawah
naungan ulama besar yang bernama KH. Abdul Halim dan diteruskan
oleh putra-putranya di antaranya yaitu KH. Abda‟ Abdul Malik, yang
letak perkembangannya tepat di sebuah perkampungan di Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Awal mula dari pesantren
tersebut adalah pengajian al-Qur‟an yang diasuh oleh Ibu Ny Hj.
Miskiyah Hisyam (putri KH Hisyam) dari petak Susukan. Sepeninggalan
KH Abdul Halim Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien mengalami
kekosongan, kemudian dirintis dan dikembangkan lagi oleh putranya
yang ke-5 yaitu KH. Abda‟ Abdul Malik menjadi Pondok Pesantren dan
madrasah salafiyah “Hidayatul Mubtadi-ien” sampai sekarang. Yang
mengajarkan kitab-kitab kuning, Falaqiyah, Faroidh, Nahwu Shorof
mulai dari Al Imriti sampai Jauharul Maknum dan lain-lainnya. Sistem
pembelajaran di pesantren dan madrasah tersebut dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu tingkat TPA, dan Ibtida‟iyah, tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.
2. Letak Geografis
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien di Desa Kalibening,
letak geografis Desa Kalibening adalah sebagai berikut :
1. Batas bagian utara : Masjid Al Muttaqiin Kalibening
2. Batas bagian timur : Jalan dan Perumahan warga
3. Batas bagian selatan : Jalan dan Lapangan Kalibening
4. Batas bagian barat : Perumahan warga
Sedangkan letak Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
adalah sebagai berikut :
1. Batas bagian utara : Desa Klumpit
2. Batas bagian timur : Desa Kalilondo
3. Batas bagian selatan : Perumahan Tingkir Residance
4. Batas bagian barat : Desa Krasak
3. Profil Pondok Pesantren
a. Nomor Statistik : 512337302007
b. Nama Pondok Pesantren : Hidayatul Mubtadi-ien
c. Alamat : Jl. Raden Patah No. 20 Kalibening
Kecamatan : Tingkir
Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
d. Telp. : (0298) 311315
e. No. Rekening : BRI 0081-01-009602-50-2
f. Tahun Berdiri : 1979
g. Pengelola : K.H. Abda‟ Abdul Malik
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren
a. Visi
Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien merupakan sub-
sistem dalam pendidikan nasional di Indonesia yang dikelola oleh
masyarakat secara otonom. Misi pendidikan pondok pesantren
mengarah pada pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia
yang sekaligus dapat membentuk santri yang :
1) Menguasai ilmu-ilmu Fiqih, Tasawuf, Nahwu Sorof, dan Tauhid
serta ilmu-ilmu bantu yang lain
2) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan akhlak
bangsa
3) Berakhlakul karimah dan berwawasan mondial
4) Memahami dan mengapresisi ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)
5) Memilki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah
lingkungan hidup
6) Berwawasan kerakyatan dan peduli terhadap kemajuan, serta
kesejahteraan bangsa Indonesia.
b. Misi
1) Menggelorakan semangat pemurnian ajaran Islam, sesuai
dengan ajaran “ahlussunah wal jamaah” yang bersumber pada
al-Qur‟an dan Hadits serta Ijma dan Qiyas
2) Membina budaya kesalehan (kesholihsn individusl dan
kesholihsn social) dan budaya kefakiran (asketisme intelektual)
di kalangan santri dan masyarakat
3) Mengembangkan Budaya Presatasi dan sikap produktif di
kalangan santri dan masyarakat
4) Mendukung, mengamalkan, dan melaksanakan pembangunan
Nasional di segala bidang secara pro-aktif, dinamis, ikhlasa dan
bertanggung jawab
5. Motto
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien dalam membina dan
mendidik santri serta masyarakat di lingkungannya berpijak pada motto
pesantren, yaitu : Moslem Moderat, mu’min Demokrat, Muhsin
Diplomat”.
6. Tata Tertib Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
Al-Wajibat (Kewajiban) :
a. Menjunjung tinggi kehormatan santri
b. Menjalankan salat berjama‟ah
c. Berpeci tanpa miqot
d. Mengikuti dirosah PP/MHM, Musyawarah, Mujahadah Nariyah,
Mujahadah Al-Qur‟an, dan Musyafahah
e. Minta ijin pengasuh dan pengurus bila pulang atau bepergian
f. Membayar i‟anah syahriyah atau i‟anah lain yang ditentukan
g. Saling menghormati dan tolong-menolong
h. Memberitahu pengurus bila ada tamu laki-laki (khusus bagi santri
putri)
Al-Manhiyat (Larangan) :
a. Melanggar semua hukum syara‟
b. Bergaul antara ajnabi dan ajnabiyah
c. Menggunakan hak milik orang lain tanpa ijin
d. Menonton hiburan tanpa ru’shoh
e. Keluar ma‟had (asrama) setelah pukul 23.30 WIB
f. Memperlihatkan aurat di depan umum dan berpakaian kurang sopan
g. Menyalahgunakan kewenangan sarana dan prasarana PP/MHM
h. Masuk kamar lain dalam keadaan kosong
i. Mengikuti pengajian tanpa seijin pengasuh atau pengurus
j. Memakai kulot, celana panjang (khusus santri putri)
Al-Ma‟murot (Anjuran) :
a. Menjalankan berbagai riyadhoh
b. Membudayakan salam
c. Membudayakan, disiplin, mandiri, dan giat belajar
d. Ziarah ke maqom
e. Menjaga kebersihan
f. Mujahadah Al-Qur‟an sebelum subuh
7. Keadministrasian
A. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
a. Kewajiban
Pendaftaran : Rp. 80.000,-
Daftar ulang : Rp. 20.000,-
I‟anah Zahriyah perbulan :
- Santri tidak ber Hp : Rp. 17.500,-
- Santri ber Hp : Rp. 35.000,-
- Santri berlaptop : Rp. 50.000,-
Pembuatan KTS : gratis
b. Perijinan
Surat ijin pulang : Rp. 1.500,-
Suran ijin sementara (ke kota) : Rp. 500,-
Surat ijin kontrak : menyesuaikan
Surat ijin dirosah MHM : Rp. 500.-
Kegiatan sekolah (mingguan) : Rp. 1.000.-
Ijin kontrak :
Kegiatan sekolah (>1 minggu) : Rp. 1.000.-
Bekerja berkala : Rp. 1.000.-
PKL sekolah : Rp. 10.000.-
c. Ta‟ziran
Musyawarah tanpa ijin : Rp.1000,- / hari
Keluar ma‟had tanpa ijin :
Menginap : Rp. 10.000,- / hari
Tidak menginap : Rp. 5.000,- / hari
Denda setiap kegiatan (absen) : Rp. 500.-
Denda musyawarah : Rp. 500.-
d. Lain-lain
Menyeterika : Rp. 500.- /2 buah
Perpawonan : menyesuaikan
Kamar tidak piket : Rp. 10.000.-
Pendanaan kamar : Menyesuaikan
B. Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
a. Pendaftaran Siwa-siswi baru
- Tingkat TPA sampai 6 Ibtidaiyah : Rp. 20.000,-
- Tingkat Tsanawiyah sampai 3 Aliyah : Rp. 25.000,-
b. Daftar ulang semua tingkatan : Rp. 10.000,-
c. I‟anah syahriyah perbulan:
- Tingkat TPA sampai 5 Ibtidaiyah : Rp. 7.500,-
- Tingkat 6 Ibtidaiyah : Rp. 10.000,-
- Tingkat 1 sampai 2 Tsanawiyah : Rp. 10.000,-
- Tingkat 3 Tsanawiyah : Rp. 12.500,-
- Tingkat 1 dan 2 Aliyah : Rp. 10.000,-
- Tingkat 3 Aliyah : Rp. 12.500,-
8. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren
Dalam upaya untuk menunjang pendidikan di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai
serta pemanfaatannya secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien antara lain :
No. Nama Barang Banyaknya
1. Asrama putra 10
2. Asrama Putri 6
3. Dapur 3
4. Kompor gas 2
5. Komputer 2
6. Aula 2
7. Meja siswa 54
8. Meja ustadz 9
9. Kursi siswa 6
10. Kursi murid 122
11. Koperasi 2
12. Perpustakaan 1
13. Kamar mandi putra 8
14. Kamar mandi putri 10
15. Sound syistem 2
16. Printer 1
17. Lapangan voli 1
18. Lapangan badminton 1
9. Pembelajaran Pendidikan Madrasah Diniyah
No. Kelas Mata Pelajaran
1. 1 Tsanawiyah
Washoya
Khoridulbahiyyah
Ilma‟ dan Al-Qur‟an
Muhtasorjiddan
Abi Suja
Qowaisul I‟lal
Nurul Yaqin
2. 2 Tsanawiyah
Sulam Sibyan
Tahliyah
Tasrif dan I‟lal
Qoidah 1
Fathul Qorib 1
Risalatul Mahid
Jawahirul Kalamiyah
3. 3 Tsanawiyah
Al Imrithy
Ta‟lim Muta‟alim
Tasrif Lughowi
Qoidah 2
Fathul Qorib 2
Tijan Durori
Hadits Arbain Mawawi
Maqsud
4. 1 Aliyah
Alfiyah 1
Fathul Mu‟in 1
Kifayatul Awam
Qowaidul I‟rob
I‟rob
Jawahirul Bukhori 1
Al Jazariyah
Tafsir Juz Amma
5. 2 Aliyah
Alfiyah 2
Fathul Mu‟in 2
Jawahirul Bukhori 2
„Iddatul Faridh
Falaqiyah
Hujjah Ahlissunah wal
Jama‟ah
Al Waroqot
6. 3 Aliyah
Jauhirul Maknun
Hisab
Manteq
Fathul Mu‟in 3
Qowaidul Fiqhiyah
Ummu Barohin
10. Kegiatan Santri
a. Harian
No. Waktu Kegiatan
1. Sebelum Subuh Mujahadah Al- Qur‟an
2. Subuh Awal
Pengajian Bandongan Hadrotus
Syeikh
3. Subuh Tsani Pengajian Ihya‟ Ulumuddin
4. 07.00 WIB Piket
5. Subuh Tsalis
Pengajian Kitab-kitab
Bandongan
6. Ba‟da Ashar
Pengajian Tafsir Jalalain
Praktek Ibadah
Dzikiran, Do‟aiyah, Suratan
Penting
7. 16.00 Istiwa‟ Musyawaroh
8. Sebelum Maghrib Mujahadah Al-Qur‟an
9. Ba‟da Jama‟ah Maghrib Dirosah MHM
10. 21.00 WIB Sorogan Al-Qur‟an
11. 22.00 WIB Belajar Bersama
12. 23.00 WIB Istirahat
b. Mingguan
No. Waktu Kegiatan
1. Kamis Sore Ziarah ke Maqbaroh
2. Malam Jum‟at
Ba‟da Maghrib
20.30 WIB
I‟tikaf di Masjid
Jam‟iyah Al Bazanji
3.
Jum‟at
Ba‟da Subuh
06.30 WIB
09.30 WIB
Ba‟da Jum‟at
Mujahadah Nariyah
Muhafadhoh
Olahraga/Ekstarkulikuler
Wajar Dik Das
4. Malam Ahad (21.30-
00.00WIB)
Ru‟shoh nonton TV
5.
Ahad
08.00 WIB
10.00 WIB
Musyafahah Qutubul
Fiqhiyah
Seni Kreatifitas Khot
Kaligrafi
Ru‟shoh nonton TV
6. Malam Senin Khitobiyah
c. Bulanan
No. Waktu Kegiatan
1. Jum‟at Kliwon Ro‟an / Kerja Bakti Bersama
2. Malam Hari Menguras MCK
3. Malam Hari Menguras Tempat Wudhu Masjid
d. Tahunan
No. Waktu Kegiatan
1. Dzulhijah
Takbir Keliling
Qurbanan
2. Sya‟ban Ziarah
3. Sya‟ban Pra-Haflah Muwada‟ah Akhirussanah
4. Sya‟ban Pengajian Haflah Muwada‟ah Akhirussanah
11. Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan di luar jam
madrasah diniyah yang diadakan oleh pondok pesantren dalam rangka
mengembangkan bakat, minat, dan potensi santri yang tidak bisa di
dapatkan dalam kegiatan kurikuler. Diantara kegiatan ekstrakulikuler
yang ada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien adalah sebagai
berikut :
No. Kegiatan Pemandu Waktu
1. Rebana M. Umar Syafi‟i
Kamis (ba‟da ziarah
maqom)
2. Seni baca Al-Qur‟an Muhlisin
Selasa dan Sabtu, pukul
07.00 WIB
3. Seni Khot Kaligrafi M. Umar Syafi‟i
Jum‟at, pukul 09. 30
WIB
12. Keadaan Para Ustadz
Pondok pesantren Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
diampu oleh 35 ustadz baik itu barasal dari Desa Kalibening dan
sekitanya maupun pengurus yang diberi amanat untuk mengajar dengan
rincian tugas sebagai berikut :
No. Nama Keterangan Asal
1. K.H. Abda‟ Abdul Malik Desa
2. Ustadz Drs Ridwan Desa
3. Ustadz Khoirudin Desa
4. Ustadz Abdul Ghofur Desa
5. Ustadz M Umar Syaifi‟i Desa
6. Ustadz Ma‟sum A A Desa
7. Ustadz Thohir Ahmad Desa
8. Ustadz Ahmad D J K Desa
9. Ustadz Zahroni Desa
10. Ustadz Mahfudhi Desa
11. Ustadz Syukron H Desa
12. Ustadz Abdul Rohim Desa
13. Ustadz Daman Huri S.Pd.I Desa
14. Ustadz Muhdi Azis Desa
15. Ustadz Mutho‟un Desa
16. Ustadz Agus H S Desa
17. Ustadz Muhyiddin C N Desa
18. Ustadz Sabiqun Desa
19. Ustadz Mustaqim Desa
10. Ustadz Sukiman Desa
21. Ustadz Abdul Roziq Desa
22. Ustadz Misri B Desa
23. Ustadz Solihin Pengurus
24. Ustadz Masykur Desa
25. Ustadz Muhlisin Pengurus
26. Ustadz Sobaruddin Pengurus
27. Ustadz Mustakim Pengurus
28. Ustadz M Amiruddin Pengurus
29. Ustadz Imam Safrudy Pengurus
30. Ustadz Ahmad Fariq A Pengurus
31. Ustadz Hasanudin Pengurus
32. Ustadz Nur Faizin Pengurus
33. Ustadz Rozin Makfi Pengurus
34. Ustadz A Syamsul H
S.Pd.I. Pengurus
35. Ustadz Mutholib Pengurus
a. Struktur Organisasi Pengurus
1) Pengurus Putra
a) Pengasuh : K H Abda‟ Abdul Malik
b) Ketua : Daman Huri S.Pd.I.
c) Wakil ketua : Sholihin
d) Sekretaris : Imam Safrudy
e) Bendahara : Nur Faizin
f) Seksi-seksi
Seksi Dirosah : 1. M Amiruddin
2. A Syamsul H S.Pd.I.
3. Shobarudin
Seksi Keamanan : 1. Muhlisin
2. Mustaqim
3. M Riyan Hidayat
Seksi kebersihan : 1. Mutholib
2. Hasanuddin
Seksi Perlengkapan : 1. Rozin Makfi
2. Wakidin
Seksi Kesra : Ahmad Fariq A
2) Pengurus Putri
a) Pengasuh : K H Abda‟ Abdul Malik
b) Ketua : Mar‟atus Sholihah
c) Sekretaris : Zainul Masri‟ah
d) Bendahara : Lutfatul „Ilmi
e) Seksi-seksi :
Seksi keamanan : Siti Masruroh
Seksi perlengkapan : Tri Utami
Seksi Kesra : Siti Anita
Seksi Kebersihan : Siti Zumrotun
13. Keadaan Santri Pondok Pesantren
Pada tahun pelajaran 2013/2014 jumlah santri Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien ada 122 santri, seperti terlihat dalam tabel berikut
:
No. Nama Kamar (Santri Putra) Jumlah
1 . Al Ghozali 7 orang
2. Darut Tholibin 8 orang
3. Muadz Ibnu Amr 8 orang
4. Hujrotul Muhajirin 9 orang
5. Imroatul Ma‟had 10 orang
6. Ibnu Malik 6 orang
7. Kamar Tamu 5 orang
8. Ittihadul Muata‟alimin 9 orang
9. Sirojul Huda 7 orang
10. Ibnu Hamdun 5 orang
Jumlah 84 orang
Santri Putri
No. Nama Kamar (Santri Putri) Jumlah
1 . Kamar Pengurus 7 orang
2. Nurul Falah 7 orang
3. Miftahul Janah 6 orang
4. Roudlotun Jinan 5 orang
5. Jamiatul Muta'aliman 8 orang
6. Kamar Tamu 5 orang
Jumlah 38 orang
B. Deskripsi tentang Karisma Kiai, Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren,
dan Sikap Tawadhu’ Santri
1. Karisma Kiai
Karisma kiai dalam penelitian ini diperoleh lewat persepsi santri
tentang karisma kiai yang ada di pondok pesantrennya. Berdasarkan
jawaban angket yang diberikan kepada 39 responden dapat memberikan
gambaran tentang kondisi karisma kiai yang ada di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini.
Tabel 3.1
Daftar nilai hasil angket tentang karisma kiai PPHM Kalibening
Tahun 2014
No. Nama
Responden
Jawaban angket tentang Skor
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. AF 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 26
2. AG 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 28
3. AH 3 3 1 3 2 3 2 3 3 1 24
4. AI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
5. AK 3 3 1 3 2 1 3 3 3 2 26
6. AL 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 24
7. AN 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 27
8. AS 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 25
9. AT 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 28
10. AW 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 26
11. BM 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
12. CP 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 28
13. DK 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28
14. FH 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 25
15. FR 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 28
16. FS 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 25
17. FT 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 25
18. FZ 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19. HB 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 25
20. HD 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
21. HN 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
22. IM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
23. JK 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 25
24. KH 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28
25. KL 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 26
26. LA 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 26
27. MA 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 28
28. MF 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28
29. MM 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 26
30. MR 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 24
31. NA 3 3 3 1 3 3 3 1 3 2 25
32. NJ 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 26
33. NK 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 23
34. NY 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 23
35. RQ 2 3 2 2 3 1 2 3 3 2 23
36. SA 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 24
37. SH 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 25
38. VZ 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 26
39. ZD 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 26
Tabel 3.2
Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban
tentang karisma kiai PPHM Kalibening
Tahun 2014
No.
Res
Alternatif Jawaban
Total Nominasi
A B C
1. 21 4 1 26 B
2. 24 4 0 28 B
3. 18 4 2 24 C
4. 30 0 0 30 A
5. 18 4 2 26 B
6. 12 12 0 24 C
7. 21 6 0 27 B
8. 18 6 1 25 C
9. 24 4 0 28 B
10. 18 8 0 26 B
11. 27 2 0 29 B
12. 24 4 0 28 B
13. 24 4 0 28 B
14. 15 10 0 25 C
15. 27 0 1 28 B
16. 15 10 0 25 C
17. 15 10 0 25 C
18. 30 0 0 30 A
19. 15 10 0 25 C
20. 27 2 0 29 B
21. 27 2 0 29 B
22. 30 0 0 30 A
23. 15 10 0 25 C
24. 24 4 0 28 B
25. 18 8 0 26 B
26. 21 4 1 26 B
27. 24 4 0 28 B
28. 24 4 0 28 B
29. 18 8 0 26 B
30. 12 12 0 24 C
31. 21 2 2 25 C
32. 18 8 0 26 B
33. 15 6 2 23 C
34. 9 14 0 23 C
35. 12 10 1 23 C
36. 18 8 0 24 C
37. 15 10 0 25 C
38. 21 4 1 26 B
39. 18 8 0 26 B
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah,
kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
= ( )
Keterangan :
= interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
= kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel di atas tersebut dapat diketahui pada
variabel karisma kiai, nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 13. Dalam hal
ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= ( )
= ( )
=
= 2,67= 3
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi
tinggi, sedang, rendah sebagai berikut :
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 30
b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 26-29
c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 23-25.
Kemudian dicari prosentasi frekwensi karisma kiai dengan rumus
P =
x 100%
1. Untuk karisma kiai yang tinggi, antara skor 30 sebanyak 3 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 7,7%
2. Untuk karisma kiai yang sedang, antara skor 26-29 sebanyak 21
santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 53,8%
3. Untuk karisma kiai yang tinggi, antara skor 23-25 sebanyak 15
santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 38,5%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi karisma kiai.
Tabel 3.3
Tabel distribusi frekwensi karisma kiai PPHM Kalibening
Tahun 2014
No. Karisma Kiai Interval Frekwensi Prosentase
1 Tinggi 30 3 7,7%
2 Sedang 26-29 21 53,8%
3 Rendah 23-25 15 38,5%
Jumlah 39 100%
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Distribusi frekwensi di atas menunjukkan bahwa frekwensi
data karisma kiai tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 21
jawaban responden terhadap variabel sikap tawadhu’ santri dari 39
santri sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban responden
berada pada interval 26-29, hal ini menunjukkan bahwa karisma kiai
di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga berada pada kategori sedang, yakni sebanyak
53,8%.
2. Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren
Pengamalan tradisi pondok pesantren dalam penelitian ini
diperoleh lewat persepsi santri tentang pengamalan tradisi pondok
pesantren yang ada di pondok pesantrennya. Berdasarkan jawaban angket
yang diberikan kepada 39 responden dapat memeberikan gambaran
tentang kondisi pengamalan tradisi pondok pesantren yang ada di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini.
Tabel 3.4
Daftar nilai hasil angket pengamalan tradisi PPHM Kalibening
Tahun 2014
No. Nama
Resp.
Jawaban angket tentang pengamaln
tradisi pondok pesantren pada PPHM
Kalibening
Skor
total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. AF 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 23
2. AG 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 25
3. AH 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 22
4. AI 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29
5. AK 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28
6. AL 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 25
7. AN 3 3 3 2 3 3 2 1 3 2 25
8. AS 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 24
9. AT 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 26
10. AW 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 24
11. BM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12. CP 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 26
13. DK 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26
14. FH 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 25
15. FR 2 2 3 1 1 3 2 3 3 2 22
16. FS 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 22
17. FT 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 22
18. FZ 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 27
19. HB 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 24
20. HD 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 27
21. HN 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 25
22. IM 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 24
23. JK 2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 22
24. KH 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 26
25. KL 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 24
26. LA 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 23
27. MA 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 27
28. MF 2 3 2 3 1 2 1 3 3 3 23
29. MM 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
30. MR 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 24
31. NA 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 22
32. NJ 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 24
33. NK 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 22
34. NY 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 22
35. RQ 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 23
36. SA 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 23
37. SH 3 2 1 3 1 3 2 3 2 3 23
38. VZ 3 3 1 2 2 3 3 2 3 2 24
39. ZD 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 25
Tabel 3.5
Daftar distribusi frekwensi jawaban tentang
pengamalan tradisi PPHM Kalibening
Tahun 2014
No
Res.
Alternatif Jawaban Total Nominasi
A B C
1. 12 10 1 23 C
2. 15 10 0 25 B
3. 9 12 1 22 C
4. 27 2 0 29 A
5. 24 4 0 28 A
6. 15 10 0 25 B
7. 18 6 1 25 B
8. 12 12 0 24 B
9. 18 8 0 26 B
10. 12 12 0 24 B
11. 30 0 0 30 A
12. 15 8 1 26 B
13. 18 8 0 26 B
14. 15 10 0 25 B
15. 12 8 2 22 C
16. 9 12 1 22 C
17. 6 16 0 22 C
18. 21 6 0 27 B
19. 15 8 1 24 B
20. 21 6 0 27 B
21. 15 10 0 25 B
22. 12 12 0 24 B
23. 9 12 1 22 C
24. 18 8 0 26 B
25. 12 12 0 24 B
26. 9 14 0 23 C
27. 21 6 0 27 B
28. 15 6 2 23 C
29. 0 20 0 20 C
30. 21 4 1 24 B
31. 9 12 1 22 C
32. 12 12 0 24 B
33. 9 12 1 22 C
34. 9 12 1 22 C
35. 9 14 0 23 C
36. 9 14 0 23 C
37. 15 8 1 23 C
38. 15 8 1 24 B
39. 15 10 0 25 B
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah,
kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
= ( )
Keterangan :
= interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
= kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel di atas tersebut dapat diketahui pada
variabel pengamalan tradisi pondok pesantren pada PPHM Kalibening,
nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 20. Dalam hal ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
= ( )
= ( )
=
= 3,67=4
Jadi jelasa bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi
tinggi, sedang, rendah sebagai berikut :
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 28-30
b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 24-27
c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 20-23
Kemudian dicari prosentase frekwensi pengamalan tradisi
pondok pesantren pada PPHM Kalibening dengan rumus
P =
x 100%
1. Untuk pengamalan tradisi pondok pesantren yang tinggi, antara
skor 28-30 sebanyak 3 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 7,7%
2. Untuk pengamalan tradisi pondok pesantren yang sedang, antara
skor 24-27 sebanyak 21 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 53,8%
3. Untuk pengamalan tradisi pondok pesantren yang tinggi, antara
skor 20-23 sebanyak 15 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 38,5%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk
tabel distribusi frekwensi pengamalan tradisi pondok pesantren.
Tabel 3.6
Tabel distribusi frekwensi pengamalan tradisi PPHM Kalibening
Tahun 2014
No.
Pengamalan Tradisi
Pondok Pesantren
Interval Frekwensi Prosentase
1. Tinggi 28-30 3 7,7%
2. Sedang 24-27 21 53,8%
3. Rendah 20-23 15 38,5%
Jumlah 39 100%
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Distribusi frekwensi di atas menunjukkan bahwa frekwensi data
pengamalan tradisi pondok pesantren tertinggi pada kategori sedang,
yaitu sebanyak 21 jawaban responden terhadap variabel sikap tawadhu’
santri dari 39 santri sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban
responden berada pada interval 24-27, hal ini menunjukkan bahwa
pengamalan tradisi pondok pesantren di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga berada pada
kategori sedang yakni 53,8%.
3. Sikap Tawadhu’ Santri
Sikap tawadhu’ santri dalam penelitian ini diungkap lewat
persepsi santri tentang sikap tawadhu’ santri yang ada di pondok
pesantrennya. Berdasarkan jawaban angket yang diberikan kepada 39
responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi sikap tawadhu’
santri yang ada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga sebagaimana terlihat dari hasil angket
dibawah ini.
Tabel 3.7
Daftar nilai hasil angket sikap tawadhu’ santri PPHM Kalibening
Tahun 2014
No. Nama Res.
Nomor item dan skor Skor
total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. AF 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28
2. AG 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3. AH 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 26
4. AI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
5. AK 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 27
6. AL 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 27
7. AN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
8. AS 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28
9. AT 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29
10. AW 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 26
11. BM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12. CP 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29
13. DK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
14. FH 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 28
15. FR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
16. FS 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 26
17. FT 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 27
18. FZ 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19. HB 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 26
20. HD 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
21. HN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
22. IM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
23. JK 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 26
24. KH 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
25. KL 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 27
26. LA 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28
27. MA 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
28. MF 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29
29. MM 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 26
30. MR 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 25
31. NA 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 27
32. NJ 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 26
33. NK 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 24
34. NY 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 25
35. RQ 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 27
36. SA 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 26
37. SH 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 27
38. VZ 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 27
39. ZD 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
Tabel 3.8
Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban sikap tawadhu’ santri
PPHM Kalibening
Tahun 2014
No Res. Alternatif Jawaban
Total Nominasi
A B C
1. 24 4 0 28 B
2. 30 0 0 30 A
3. 18 8 0 26 C
4. 30 0 0 30 A
5. 24 2 1 27 B
6. 21 6 0 27 B
7. 30 0 0 30 A
8. 24 4 0 28 B
9. 27 2 0 29 B
10. 18 8 0 26 C
11. 30 0 0 30 A
12. 27 2 0 29 B
13. 30 0 0 30 A
14. 24 4 0 28 B
15. 30 0 0 30 A
16. 18 8 0 26 C
17. 21 6 0 27 B
18. 30 0 0 30 A
19. 18 8 0 26 C
20. 30 0 0 30 A
21. 30 0 0 30 A
22. 30 0 0 30 A
23. 18 8 0 26 C
24. 30 0 0 30 A
25. 21 6 0 27 B
26. 24 4 0 28 B
27. 27 2 0 29 B
28. 27 2 0 29 B
29. 18 8 0 26 C
30. 15 10 0 25 C
31. 21 6 0 27 B
32. 18 8 0 26 C
33. 12 12 0 24 C
34. 15 10 0 25 C
35. 24 2 1 27 B
36. 18 8 0 26 C
37. 21 6 0 27 B
38. 21 6 0 27 B
39. 30 0 0 30 A
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah,
kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
= ( )
Keterangan :
= interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
= kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel di atas tersebut dapat diketahui pada
variabel sikap tawadhu’ santri PPHM Kalibening, nilai tertinggi 30 dan
nilai terendah 24. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
= ( )
= ( )
=
= 2,3 = 3
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi
tinggi, sedang, rendah sebagai berikut :
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 30
b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 27-29
c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 24-26
Kemudian dicari prosentasi frekwensi Y dengan rumus
P =
x 100%
1. Untuk sikap tawadhu’ santri yang tinggi, antara skor 30
sebanyak 12 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 30,8%
2. Untuk sikap tawadhu’ santri yang sedang, antara skor 27-29
sebanyak 16 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 41%
3. Untuk sikap tawadhu’ santri yang tinggi, antara skor 24-26
sebanyak 11 santri :
P =
x 100%
P =
x 100% = 28,2%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi sikap tawadhu’ santri
Tabel 3.9
Tabel distribusi frekwensi sikap tawadhu’ santri
Tahun 2014
No.
Sikap Tawadhu’
Santri
Interval Frekwensi Prosentase
1. Tinggi 30 12 30,8%
2. Sedang 27-29 16 41%
3. Rendah 24-26 11 28,2%
Jumlah 39 100%
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Berdasarkan deskripsi sikap tawadhu’santri diatas bahwa distribusi
frekwensi di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu
pada frekwensi 16 pada kategori sedang atau baik berada pada interval 27-
29 hal ini menunjukkan bahwa sikap tawadhu’ santri di PPHM Kalibening
berada pada kategori sedang yakni dengan nilai prosentase sebesar 41%.
BAB IV
ANALISIS DATA
Pengolahan data tentang pengaruh karisma kiai (X1) dan pengamalan
tradisi pondok pesantren (X2) terhadap sikap tawadhu’ santri (Y) di Ponpes
Hidayatul Mubtadi-ien Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dalam
penelitian ini menggunakan bantuan komputasi program SPSS 16.0 for windows.
Hal ini ditampilkan dalam bentuk skor, rata-rata/mean, median, modus,
standar deviasi/simpangan baku, nilai terendah, nilai maksimum. Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
A. Analisis Pengaruh Karisma Kiai terhadap Sikap Tawadhu’ Santri
1. Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y
Tabel 4.1
Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y
No. Res. Nama Res. X1 Y X1Y X12 Y
2
1. AF 26 28 728 676 784
2. AG 28 30 840 784 900
3. AH 24 26 624 576 676
4. AI 30 30 900 900 900
5. AK 26 27 702 676 729
6. AL 24 27 648 576 729
7. AN 27 30 810 729 900
8. AS 25 28 700 625 784
9. AT 28 29 812 784 841
10. AW 26 26 676 676 676
11. BM 29 30 870 841 900
12. CP 28 29 812 784 841
13. DK 28 30 840 784 900
14. FH 25 28 700 625 784
15. FR 28 30 840 784 900
16. FS 25 26 650 625 676
17. FT 25 27 675 625 729
18. FZ 30 30 900 900 900
19. HB 25 26 650 625 676
20. HD 29 30 870 841 900
21. HN 29 30 870 841 900
22. IM 30 30 900 900 900
23. JK 25 26 650 625 676
24. KH 28 30 840 784 900
25. KL 26 27 702 676 729
26. LA 26 28 728 676 784
27. MA 28 29 812 784 841
28. MF 28 29 812 784 841
29. MM 26 26 676 676 676
30. MR 24 25 600 576 625
31. NA 25 27 675 625 729
32. NJ 26 26 676 676 676
33. NK 23 24 552 529 576
34. NY 23 25 575 529 625
35. RQ 23 27 621 529 729
36. SA 24 26 624 576 676
37. SH 25 27 675 625 729
38. VZ 26 27 702 676 729
39. ZD 26 30 780 676 900
2. Analisis Uji Hipotesis
Hasil analisis karisma kiai dengan menggunakan analisis
regresi disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Data Karisma Kiai
Uraian X1 Kesimpulan
b (koefisien regresi) 0,701 Berpengaruh signifikan
thitung 7,136*
Signifikansi (P) 0,000
Keterangan :
* = taraf signifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Pada uji t diperoleh nilai thitung sebesar 7,136 dan probabilitas
sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada kontribusi
yang positif dan signifikan variabel karisma kiai terhadap sikap
tawadhu’ santri di PPHM Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga.
3. Analisis Lanjutan
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa terdapat kontribusi
positif dan signifikan karisma kiai terhadap sikap tawadhu’ santri. Hal
ini ditunjukkan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000 > 0,05. Artinya, karisma kiai mempunyai kontribusi
yang signifikan terhadap sikap tawadhu’ santri.
Kiai sebagai pengasuh dan pemimpin sebuah pondok
pesantren harus mempunyai sifat karisma yang tinggi dalam
menjalankan program di dalam pondok pesantren. Dalam penelitian
ini karisma kiai ternyata memberi kontribusi positif terhadap sikap
tawadhu’ para santrinya. Hal ini bisa dijelaskan karena seorang santri
dalam menjalankan aktivitas kesehariannya sangat dipengaruhi oleh
kiainya. Kiai yang mempunyai sifat karisma yang tinggi dan penuh
dengan pesona akan mampu meningkatkan sikap tawadhu’ santri
kepada kiai.
B. Analisis Pengaruh Pengamalan Tradisi Pondok Pesantren
terhadap Sikap Tawadhu’ Santri
1. Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y
Tabel 4.3
Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y
No. Res. Nama Res. X2 Y X2Y X22 Y
2
1. AF 23 28 644 529 784
2. AG 25 30 750 625 900
3. AH 22 26 572 484 676
4. AI 29 30 870 841 900
5. AK 28 27 756 784 729
6. AL 25 27 675 625 729
7. AN 25 30 750 625 900
8. AS 24 28 672 576 784
9. AT 26 29 754 676 841
10. AW 24 26 624 576 676
11. BM 30 30 900 900 900
12. CP 26 29 754 676 841
13. DK 26 30 780 676 900
14. FH 25 28 700 625 784
15. FR 22 30 660 484 900
16. FS 22 26 572 484 676
17. FT 22 27 594 484 729
18. FZ 27 30 810 729 900
19. HB 24 26 624 576 676
20. HD 27 30 810 729 900
21. HN 25 30 750 625 900
22. IM 24 30 720 576 900
23. JK 22 26 572 484 676
24. KH 26 30 780 676 900
25. KL 24 27 648 576 729
26. LA 23 28 644 529 784
27. MA 27 29 783 729 841
28. MF 23 29 667 529 841
29. MM 20 26 520 400 676
30. MR 24 25 600 576 625
31. NA 22 27 594 484 729
32. NJ 24 26 624 576 676
33. NK 22 24 528 484 576
34. NY 22 25 550 484 625
35. RQ 23 27 621 529 729
36. SA 23 26 598 529 676
37. SH 23 27 621 529 729
38. VZ 24 27 648 576 729
39. ZD 25 30 750 625 900
2. Analisis Uji Hipotesis
Berikut ini adalah hasil analisis uji hipotesis pengamalan
tradisi pondok pesantren dengan menggunakan analasis regresi.
Tabel 4.4
Hasil analsis uji hipotesis pengamalan tradisi pondok pesantren
Uraian X2 Kesimpulan
b (koefisien regresi) 0,102 Berpengaruh signifikan
thitung 1,106*
Signifikansi (P) 0,000
Keterangan :
* = taraf signifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Uji t yang diperoleh dari perhitungan menggunakan
program SPSS 16.0 for windows yaitu nilai thitung sebesar 1,106 dan
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada
kontribusi yang positif dan signifikan variabel pengamalan tradisi
ponpes terhadap sikap tawadhu’ santri di PPHM Kalibening,
Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
3. Analisis Lanjutan
Pengamalan tradisi pondok pesantren mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap sikap tawadhu’ santri. Hal ini dibuktikan
dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 0,000
< 0,05
Artinya semakin tinggi pengalaman tradisi yang dimiliki
oleh santri maka akan semakin tinggi sikap tawadhu’ santri.
Pengamalan tradisi tersebut akan mewujudkan perilaku sehari-hari
mereka menjadi lebih sopan dan lebih rendah hati. Oleh sebab itu
pengamalan tradisi pondok pesantren harus terus ditambah dan
diperbaiki oleh setiap santri agar sikap tawadhu’ yang dimilikinya
juga bertambah.
C. Analisis Pengaruh Karisma Kiai dan Pengamalan Tradisi Pondok
Pesantren terhadap Sikap Tawadhu’ Santri di Pondok Pesantren
Berikut disajikan hasil analisis uji pengaruh karisma kiai dan
pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri di
PPHM Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga dalam tabel
berikut.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Data Pengaruh Karisma Kiai dan Pengamalan Tradisi
Pondok Pesantren terhadap Sikap Tawadhu’ Santri
Uraian Y Kesimpulan
b (koefisien regresi) 6,913 Berpengaruh signifikan
Signifikansi (P) 0,002
F 51,452*
R2 0,741
Keterangan :
* = taraf signifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh karisma kiai dan
pengamalan tradisi pondok pesantren secara bersama-sama terhadap
sikap tawadhu’ santri menggunakan program SPSS 16.0 for windows
yaitu dengan hasil pada tabel uji F, hasil uji Anova atau F test. Pada
penelitian ini didapat nilai Fhitung adalah 51,425 dengan tingkat
signifikansi 0,002. Nilai probabilitas 0,002 < 0,05 maka hipotesis H0
ditolak yang berarti karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok
pesantren secara simultan memiliki kontribusi signifikan dan positif
terhadap sikap tawadhu’ santri.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh karisma kiai dan
pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’ santri
dapat diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2) yang bermakna
besarnya sumbangan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh nilai R2
(R Square) sebesar 0,741 yang berarti besarnya kontribusi variabel X
(independent) terhadap Y (dependent) sebesar 74,1% sedangkan
sisanya sebesar 25,9% disumbangkan oleh faktor-faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan hasil uji F dengan
nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,05. Apabila karisma kiai positif
dan tinggi maka sikap tawadhu’ santri akan semakin meningkat.
Demikian pula dengan pengamalan tradisi pondok pesantren, apabila
santri dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan selalu
mematuhi tradisi yang ada dalam pondok pesantren tersebut maka
sikap tawadhu’ yang dimiliki oleh santri tersebut juga akan semakin
meningkat pula.
Berdasarkan hasil analisis hasil uji hipotesis di atas
membuktikan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan karisma
kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren terhadap sikap tawadhu’
santri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Variasi persepsi santri atas karisma kiai pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014
kategori tinggi 7,7%, sedang 53,8%, dan rendah 38,5%.
2. Variasi pengamalan tradisi pondok pesantren pada Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga
Tahun 2014 adalah kategori tinggi 7,7%, sedang 53,8%, dan rendah
38,5%.
3. Variasi sikap tawadhu’ santri pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-
ien, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga Tahun 2014 kategori
tinggi 30,8%, sedang 41%, dan rendah 28,2%.
4. Ada pengaruh positif yang sangat signifikan karisma kaia terhadap sikap
tawadhu’ santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ditunjukkan dengan nilai
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05.
5. Ada pengaruh positif yang signifikan pengamalan tradisi pondok pesantren
terhadap sikap tawadhu’ santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-
ien Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ditunjukkan
dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05.
6. Ada pengaruh positif yang signifikan karisma kiai dan pengamalan tradisi
pondok pesantren secara bersama-sama terhadap sikap tawadhu’ santri di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Desa Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga, ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000
< 0,05.
B. Saran
1. Bagi Pembuat Kebijakan
a. Dapat lebih memperhatikan faktor lainnya yang dapat
memepengaruhi sikap tawadhu’ santri, sebab dengan sikap tawadhu’
yang baiklah akan tercipta bibit-bibit unggul yang dapat memajukan
pendidikan Islam. Santri merupakan pewaris para Ulama dan para
Kiai yang kelak akan menggantikan posisi mereka.
b. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi sikap tawadhu‟ santri,
karisma kiai dan pengamalan tradisi pondok pesantren sebaiknya
menjadi salah satu hal yang harus mendapatkan prioritas utama
untuk meningkatkan sikap tawadhu’ santri di pondok pesantren.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu diadakan
penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya.
a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi acuan
dan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya. Dimana
sebaiknya sampel yang dipakai hendaklah lebih diperluas lagi tidak
sebatas hanya di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
Kalibening saja.
b. Menambah variabel baru selain dari kedua variabel bebas diatas,
sehingga hasil yang dicapai dapat lebih akurat serta maksimal dari
penelitian ini.
Daftar Pustaka
Abdullah, Syamsudin. 1997. Agama dan Masyarakat Pendekatan
Sosiologi Agama. Jakarta: LOGOS.
Al Kalali, Asad M. 1987. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Asy Syalhub, Fu‟ad. 2006. Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema
Insani Press.
As‟ad, Aliy. 2007. Terjemah Ta‟limul Muta‟allim. Kudus: Menara
Kudus.
A‟la, Abd. 2006. Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Depag RI. 2003. Pedoman Teknis: Perbaikan Kualitas Air di Lembaga
Pendidikan Agama/Pondok Pesantren. Jakarta.
Dhofier, Ahmad. 2005.Syarah dan terjemahan Riyadhus Sholihin.
Jakarta: Al-I‟tishom.
Dhofier, Zamakhsyari.1989.Tradisi Pesanren: Studi tentang
Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.
Galba, Sindu.1995. Pesantren sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta:
Rieka Cipta.
Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Haryanto, Sugeng. 2012. Persepsi Santri terhadap Perilaku
Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren. Jakarta:
Kementrian Agama RI.
Mas‟ud, Abdurrahman. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Patoni, Ahmad. 2007. Peran Kiai Pesantren dalam Partai Politik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwodarminto, W.J.S. 1987. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Stenbrink, Karel A.1986. Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: LP3S.
Solihin. 2002. Terjemahan Nashaihul Ibad. Jakarta: Pustaka
Amani.
Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: Bina
Ilmu.
Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan.
Yogyakarta: LkiS.
Turner, Bryan S. 1992. Sosiologi Islam Telaah Analisis atas Tesa
Sosiologi Weber. Jakarta: Rajawali.
Ulwan, A.N. 1992. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Jilid I.
Jakarta: Asy Syifa.
Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi. Yogyakarta:
LKiS.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN
Variabel Indikator Butir Angket
X1 (Kharisma Kiai) 1. Persepsi bahwa kiai
mempunyai ilmu
yang tinggi
Nomor 1 dan 2
2. Persepsi bahwa
kiai mempunyai
kewenangan dan
kekuasaan yang
absolut
3. Persepsi bahwa
kiai mempunyai
kewibawaan
kepemimpinan
yang tinggi
4. Persepsi bahwa
kiai memiliki
moralitas yang
tinggi
5. Persepsi bahwa kiai
memberikan
keteladanan yang
baik
Nomor 3 dan 4
Nomor 5 dan 6
Nomor 7 dan 8
Nomor 9 dan 10
X2 (Pengamalan Tradisi
Pondok Pesantren)
1. Melaksanakan
jadwal keseharian
dengan teratur
2. Melaksanakan
tradisi-tradisi
khusus pesantren
seperti puasa
Nariyah,
mujahadah, dan
lain-lain
3. Mengikuti
pembelajaran kitab
kuning secara rutin
4. Mentaati tata tertib
yang diberlakukan
di pesantren
5. Mematuhi takdzir
jika melanggar
aturan
Nomor 11, 12, dan 13
Nomor 14 dan 15
Nomor 16 dan 17
Nomor 18 dan 19
Nomor 20
Y (Sikap Tawadhu’) 1. Berbicara sopan
santun
2. Bersikap rendah
hati
3. Bersikap suka
menolong
4. Bersikap patuh
pada orang tua dan
guru atau kiai
5. Bersikap patuh
pada nasehat guru
6. Rajin belajar
7. Berpakaian rapi dan
bersahaja
Nomor 21 dan 22
Nomor 23 dan 24
Nomor 25 dan 26
Nomor 27 dan 28
Nomor 29
-
Nomor 30
NAMA : ............................. KELAS : .............................
1. Apakah Anda menganggap bahwa kiai mempunyai ilmu agama yang
mendalam ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Apakah Anda meyakini bahwa ilmu kiai sangatlah mahir dalam
penguasaan kitab kuning ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
3. Apakah Anda menganggap bahwa kiai mempunyai kewenangan dan
kekuasaan yang penuh dalam mengatur penyelenggaraan pendidikan di
pondok pesantren ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
4. Berdasarkan persepsi yang Anda miliki tentang kiai, apakah Anda selalu
menjalankan semua yang diperintahkan kiai ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Apakah Anda menganggap bahwa kiai mempunyai sifat kepemimpinan
yang tinggi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
6. Apakah keputusan kiai Anda anggap selalu benar ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
7. Apakah Anda mengganggap bahwa kiai memiliki moralitas yang tinggi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
8. Apakah menurut Anda perilaku kiai selalu mencerminkan kebaikan ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
9. Menurut Anda, apakah kiai selalu memberikan keteladanan yang baik ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
10. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah Anda selalu meneladani perilaku
kiai ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
11. Apakah Anda selalu mentaati peraturan yang berlaku dalam pondok
pesantren ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
12. Apakah Anda selalu melaksanakan salat jama‟ah yang merupakan
kewajiban santri ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
13. Apakah Anda selalu datang mengaji tepat waktu ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
14. Apakah Anda sering melaksanakan puasa Nariyah ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
15. Apakah Anda selalu mengikuti mujahadah rutin tiap hari jum‟at ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
16. Apakah Anda selalu mengikuti pembelajaran kitab kuning ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
17. Apakah Anda dapat memahami pembelajaran kitab kuning ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
18. Apakah Anda selalu mentaati tata tertib pondok pesantren ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
19. Apakah Anda selalu membayar iuran bulanan pondok dengan tertib ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
20. Apakah Anda selalu melaksanakan hukuman yang diberikan oleh
keamanan, pada saat kena ta’dzir ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
21. Apakah Anda selalu bicara sopan kepada Romo Kiai ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
22. Apakah Anda selalu menjaga sikap jika bertemu kiai ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
23. Apakah Anda selalu bersikap rendah hati kepada semua ustadz dan teman
santri lain ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
24. Apakah Anda selalu menghargai para ustadz dan teman santri lain ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
25. Apakah Anda selalu menolong teman yang sedang kesulitan ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
26. Apakah Anda ikhlas ketika menolong teman Anda ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
27. Apakah Anda selalu melaksanakan semua perintah ustadz ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
28. Apakah Anda selalu melaksanakan perintah orang tua ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
29. Apakah Anda selalu menerima nasehat kiai dengan ikhlas ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
30. Apakah Anda selalu menjaga untuk berpakaian rapi ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
OUTPUT DATA HASIL OLAH DATA PENELITIAN
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) CIN(95)
/NOORIGIN
/DEPENDENT tawadhu
/METHOD=ENTER karisma tradisi
/SCATTERPLOT=(tawadhu ,*ADJPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID)
/SAVE PRED ZPRED MCIN RESID ZRESID SRESID DFBETA.
Regression
[DataSet1]
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
tawadhu 27.8462 1.81425 39
karisma 26.3333 2.01747 39
tradisi 24.3077 2.15399 39
Correlations
tawadhu karisma tradisi
Pearson Correlation tawadhu 1.000 .856 .612
karisma .856 1.000 .630
tradisi .612 .630 1.000
Sig. (1-tailed) tawadhu . .000 .000
karisma .000 . .000
tradisi .000 .000 .
N tawadhu 39 39 39
karisma 39 39 39
tradisi 39 39 39
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 tradisi, karismaa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: tawadhu
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .861a .741 .726 .94892 .741 51.452 2 36 .000 1.530
a. Predictors: (Constant), tradisi,
karisma
b. Dependent Variable: tawadhu
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 92.661 2 46.330 51.452 .000a
Residual 32.416 36 .900
Total 125.077 38
a. Predictors: (Constant), tradisi, karisma
b. Dependent Variable: tawadhu
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 6.913 2.105 3.285 .002 2.645 11.182
Karisma .701 .098 .779 7.136 .000 .502 .900
Tradisi .102 .092 .121 1.106 .000 -.085 .288
a. Dependent Variable: tawadhu
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 25.2747 30.8940 27.8462 1.56155 39
Std. Predicted Value -1.647 1.952 .000 1.000 39
Standard Error of Predicted
Value .154 .440 .251 .079 39
Adjusted Predicted Value 25.1847 31.0632 27.8575 1.57561 39
Residual -1.58118 2.31702 .00000 .92361 39
Std. Residual -1.666 2.442 .000 .973 39
Stud. Residual -1.689 2.485 -.006 1.010 39
Deleted Residual -1.62410 2.39920 -.01135 .99662 39
Stud. Deleted Residual -1.735 2.692 .000 1.035 39
Mahal. Distance .030 7.178 1.949 1.916 39
Cook's Distance .000 .140 .027 .037 39
Centered Leverage Value .001 .189 .051 .050 39
a. Dependent Variable: tawadhu
Charts
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Budi Prasetya
Nim : 111 10 049
Dosen PA : Drs. A. Mahzumi, M.A.
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No. Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Poin Keterangan
1.
ORIENTASI
PENGENALAN
AKADEMIK DAN
KEMAHASISWAAN
(OPAK) STAIN
SALATIGA TAHUN 2010
25-27 Agustus
2010 Peserta
2.
USER EDUCATION
OLEH UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
SALATIGA
20-25 September
2010 Peserta
3. PRAKTIKUM BTQ 22 Juni 2011 Peserta
4.
PRAKTIKUM
KEPRAMUKAAN
JURUSAN TARBIYAH
STAIN SALATIGA
22-27 Juli 2011 Peserta
5. PRAKTIKUM 17 September Peserta
PERAWATAN JENAZAH 2012
6. PRAKTIKUM ETIKA
PROFESI KEGURUAN 10 Februari 2012 Peserta
7.
PRAKTIKUM
KOMPUTER
MULTIMEDIA
14-15 Februari
2012 Peserta
8.
PROGRAM MA‟HAD
MAHASISWA STAIN
SALATIGA 1 TAHUN
Semester 1 dan
Semester 2 Peserta
9.
“THE CULTURAL
EXCHANGE PROGAM”
A FRIENDSHIP
PROGRAM BETWEEN
STAIN SALATIGA AND
THE STUDENTS OF
AZUSA PASIFIC
UNIVERSITY,
CALIFORNIA, USA
6-8 Juni 2011 Peserta
10.
“INTERNATIONAL
RELIGIOUS DIALOGUE”
WITH ATENEO DE
MANILA UNIVERSITY,
SANATA DHARMA
UNIVERSITY AND STF
DRIYA KARYA
UNIVERSITY, SHOPIA
UNIVERSITY, SOGANG
UNIVERSITY, AND FU
22-24 Desember
2010 Peserta
JEN UNIVERSITY
11. AKHIRUSSANAH
MA‟HAD MAHASISWA 10 Agustus 2011 Panitia
12.
MAPABA PMII “
MEMBENTUK KADER
YANG SADAR DIRI
DAN LINGKUNGAN
UNTUK
KESEJAHTERAAN
SOSIAL”
12-14 November
2010 Peserta
13.
MAPABA PMII
“REFORMULASI
NALAR ORGANISASI
MENUJU KESADARAN
KOLEKTIFITAS
BERORGANISASI”
23-25 Maret 2012 Panitia
14.
PLCCP XXI
“PENDIDIKAN
SEBAGAI PEMBENTUK
KARAKTER YANG
KREATIF DAN
INOVATIF SERTA
LOYAL DALAM
RANGKA
MEWUJUDKAN CITA-
CITA GERAKAN
PRAMUKA”
30 September-03
Oktober 2011 Peserta
15. PERTANDINGAN 1 Desember 2012 Peserta
FUTSAL RACANA SE-
KOTA SEMARANG DAN
SEKITARNYA RACANA
WALISONGO IAIN
WALISONGO
16.
SEMINAR NASIONAL
HMJ TARBIYAH
“PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
SEBAGAI PILAR
KARAKTER BANGSA”
29 Mei 2012 Peserta
17.
NATONAL WORKSHOP
OF
ENTREPRENEURSHIP
AND BASIC
COOPERATION 2010
19 Desenber 2010 Peserta
18.
SEMINAR NASIONAL
ENTREPRENEURSHIP
“TREN BISNIS
BERBASIS
MULTIMEDIA DAN
TEKNOLOGI
INFORMATIKA
SEBAGAI WUJUD
PASAR MODERN”
KOPMA FATAWA
21 April 2012 Peserta
19.
SEMINAR NASIONAL
HMJ SYARI‟AH “PILAR-
PILAR
22 Juni 2011 Peserta
PENANGGULANGAN
KORUPSI DI
INDONESIA
PERSPEKTIF AGAMA,
BUDAYA, DAN
NEGARA”