sttpd.files.wordpress.com · seorang hamba tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti...
TRANSCRIPT
HAK DAN KEWAJIBAN RASUL BERDASARKAN 1 KORINTUS 9: 1-14 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIK KRISTEN
Donna M. Nainggolan, M.Pd.K.
A. LANDASAN TEOLOGIS
1. Latar Belakang Kitab 1 Korintus
1.1 Keadaan Kota Korintus
Kota Korintus adalah kota yang besar, ibukota provinsi Akhaya yang terletak
ditepi laut dan merupakan suatu tempat yang strategis dan penting karena terletak di
persimpangan antara jalan raya sebelah barat dengan jalan raya sebelah timur. Dan
berdasarkan letaknya maka kota ini menjadi tempat yang strategis untuk melakukan
kegiatan perdagangan/perniagaan.
Sejarah kota Korintus cukup unik yaitu pada sekitar tahun 146 sM kota ini
dihancurkan oleh tentara Romawi dan kemudian dibangun kembali pada tahun 50
sM. Menurut catatan sejarah, penduduk kota Korintus terdiri dari pendatang Romawi,
orang Yunani asli, dan bangsa-bangsa Timur pada umumnya termasuk orang Yahudi.
Dalam Kisah 18:4 ditulis: “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat
dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.”
Penduduk yang tinggal di kota Korintus memiliki mata pencaharian sebagai
pedagang, dan karena pengaruh pekerjaan mereka menjadi cepat kaya tetapi sayang
justru kekayaan itulah yang menyebabkan mereka banyak berbuat dosa. Selain
kejahatan di bidang materi secara moral penduduk kota Korintus melakukan
kejahatan di bidang keagamaan di mana mereka mulai menyembah banyak dewa
(Polytheisme).
Dikatakan bahwa pengaruh agama terhadap penduduk kota Korintus sangat
kuat, bahkan karena faktor agamalah yang telah menyebabkan mereka semakin jatuh
dalam kejahatan dan semakin bertambah-tambah. Mereka menyembah Dewi Venus,
sama seperti penduduk Efesus menyembah Dewi Diana, dan penduduk Athena
menyembah Dewi Minerva1
Dengan kejahatan yang demikian maka kota ini menjadi najis dan penuh
dengan dosa di hadapan Tuhan, tetapi walaupun demikian kota Korintus terkenal
juga sebagai kota yang disebut pusat pengetahuan, filsafat, dan olah raga. Rupanya
orang Kristen di Korintus jauh lebih maju dalam ilmu pengetahuan dari pada hal-hal
rohani sehingga sering mengakibatkan timbul kesalah pahaman dan perselisihan di
antara jemaat. Hal ini membuat mereka semakin jauh dari Tuhan.
Letak kota Korintus yang strategis ini sebenarnya memiliki potensi untuk
masuknya Pekabaran Injil (PI). Mengingat mereka adalah kaum cerdik dan pandai
(cendikiawan) tetapi secara moral mereka merosot itulah sebabnya mereka
sebenarnya membutuhkan Injil untuk hidup mereka
1.1 Penulis Surat Korintus
Menurut penggolongan surat-surat Paulus yang terdahulu maka surat
Korintus ini harus dipandang sebagai uraian ajaran keselamatan, karena sebagian
besar berkenaan dengan pokok keselamatan. Bersama-sama dengan surat Galatia dan
Roma, surat-surat ini merupakan inti semua tulisan Paulus
Surat Korintus ditulis oleh rasul Paulus sendiri dan catatan sejarah Perjanjian
Baru mengakui bahwa memang Paulus yang menulis surat ini. 1 Korintus 1:1 berkata:
“Dari Paulus yang dikehendaki Allah dipanggil menjadi rasul Kristus.”1
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam Kisah Para Rasul 18 dicatat bahwa Paulus pernah tinggal selama 18
bulan di Korintus dalam perjalanannya yang kedua untuk mengabarkan Injil dan
menguraikan dasar untuk mendirikan jemaat atau gereja disitu.
Surat yang ditulis oleh rasul Paulus ini memiliki tujuan dan alasan sebagai
seorang hamba Tuhan yang pernah melayani jemaat tersebut, seperti seorang gembala
yang mengenal domba-dombanya (bnd. Yoh. 10:14)
Ketika rasul Paulus melayani di kota ini ada banyak masalah yang terjadi, dan
ada dua alasan utama penulisan surat ini, yaitu:
Pertama, Paulus telah mendengar laporan yang diterimanya dari orang-orang dan
keluarga Kloe,
Sebab saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari
keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu, bahwa ada
perselisihan diantara kamu (1 Kor. 1:11)
Memang orang mendengar bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan
yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya (1
Kor. 5:1)
Dari kedua ayat itu tersebut maka dapat diambil kesimpulan mengenai
masalah yang terjadi di kota Korintus, yaitu pertama, adanya perselisihan dan
perpecahan dalam jemaat menjadi beberapa golongan, perbuatan
1 J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus Pertama, (Bandung, Kalam Hidup, 1994), 11
sumbang/perzinahan antara orang-orang dalam satu keluarga-seorang laki-laki
kawin dengan isteri ayahnya, adanya perkara-perkara pengadilan antara saudara
seiman dan yang terakhir adalah adanya penyalah gunaan kebebasan orang Kristen.
Kedua, rasul Paulus mendengar secara langsung dari jemaat Korintus: “Sebab
sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat
tinggal lebih lama dengan kamu, jika diperkenan Tuhan (1 Kor. 16:7).
Dengan adanya alasan diatas dapat diketahui mengenai latar belakang surat
Korintus dan tujuan penulisannya. Selain kedua soal yang sudah dijelaskan tadi hal
lain adalah bahwa rasul Paulus juga menerima surat dari jemaat yang isinya
melaporkan masalah-masalah yang terjadi di dalam jemaat Korintus, yaitu :
1. Perpecahan dalam gereja
2. Kasus Insect (hubungan seksual antar anggota keluarga dekat)
3. Kasus pengaduan ke pengadilan di antara sesama anggota jemaat
4. Penyalah gunaan “Kemerdekaan Orang Kristen”
Suasana yang kacau yang pada umumnya terjadi pada saat ibadah di gereja bahkan
saat perjamuan kudus
Bertolak dari masalah-masalah yang ada maka rasul Paulus menyadari
tanggung jawabnya sehingga ia harus menulis surat ini kepada mereka dengan
adanya banyak masalah yang harus diselesaikan dalam jemaat dan yang menjadi inti
permasalahan adalah perpecahan jemaat atau adanya pengelompokkan dalam
berjemaat. Dikatakan ada 3 golongan pada masa rasul Paulus melayani, yaitu:
Golongan Paulus sebagai pendiri jemaat, golongan Apolos-seorang Yahudi Kristen
yang paling berpengaruh dalam pengajarannya yang berasal dari Alexandria, dia
seorang guru, dan yang terakhir adalah golongan Kefas yang disebut Petrus-
pemimpin dari ke dua belas rasul yang memiliki banyak pengikut khususnya orang-
orang Yahudi Kristen.
Dalam bagian lain, rasul Paulus juga menjelaskan tentang tanggung jawabnya
atau kewajibannya kepada jemaat di Korintus.
It will help to emphasize these commands if one recalls the character of the city
of Corinth. In the first century it was nooted for its wickedness and immorality,
highlighted by the corrupt, sensual worship of Aphrodite, the Greek goddess of love (
itu akan menolong menekankan perintah-perintah ini jika mengingat sifat dari kota
Korintus. Pada abad pertama tercatat karena kejahatan dan imoralitasnya dibuai oleh
kejahatan, rangsangan penyembahan sexualitas, dewi cinta Yunani)2
Penulisan 1 Korintus secara terus-menerus membahas masalah-masalah
prinsip hidup kekristenan. Juga dapat dikatakan merupakan himbauan dari rasul
Paulus kepada jemaat di Korintus untuk kembali kepada Injil. Rasul Paulus dengan
kerendahan hati dan penuh kasih menulis surat ini seperti seorang bapak kepada
anaknya. Dan satu hal yang terpenting dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam
kehidupan berjemaat rasul Paulus terus berkeinginan untuk mengunjungi kota
Korintus. Inilah penekanan dan tujuan rasul Paulus menulis surat Korintus : “Hal ini
kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur kamu sebagai anak-
anak yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam
Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus
telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku
menasehatkan kamu: Turutilah teladanku! ( 1 Korintus 4:14-16)
Teladan yang sudah diberikan oleh rasul Paulus adalah teladan sebagai
seorang hamba Allah berdasarkan Firman Tuhan yang sangat mengasihi jemaat-Nya.
B. LANDASAN TEORITIS
1. Analisis teks tentang Hak dan Kewajiban
Melalui surat rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus
ingin menjelaskan tentang prinsip secara umum mengenai pembatasan kebebasan
orang Kristen. Dan sebelum rasul Paulus menerapkan prinsip tersebut kepada orang
lain maka ia terlebih dahulu menerapkannya kepada diri sendiri. Dengan tujuan agar
orang-orang di Korintus mengerti setelah rasul Paulus mendengar adanya masalah
penyalah gunaan kebebasan orang Kristen, dan dengan penjelasan ini rasul Paulus
ingin memperbaiki masalah tersebut. “The cleansing from false conception of
ministry, intellectual pride, social evils and other disorders”.2
Jemaat di Korintus pada saat itu memiliki anggapan yang salah tentang
keberadaan orang Kristen dalam hal kebebasan. Dan untuk mengatasi hal tersebut
rasul Paulus dalam suratnya menjelaskan tentang kebebasan yang bertanggung jawab
dlam hidup orang Kristen, dan sebagai contoh secara konkret dia mengambil dirinya
sebagai teladan bagi jemaat di Korintus
Hak yang dimiliki sebagai seorang rasul dan hamba Tuhan (1 Korintus 9: 1-14)
Sebagai mahluk sosial, setiap manusia mempunyai hak dan kewajibannya yang
harus diterima dan dijalankan dalam kehidupannya. Dan pada kenyataannya
keduanya sering menjadi dilema dalam hidup secara pribadi dan dalam
bermasyarakat.
2 Frank C. Thompson, Thompson Chain-Reference Bible, (Indiana-Polis B-B Kirkbridge Bible, Co,
Inc, 1964), 215
Pada umumnya orang kurang antusias bila diperhadapkan dengan berbagai
macam kewajiban yang harus dipenuhi. Biasanya kita lebih senang menuntut hak-hak
kita. Padahal, antara hak dan kewajiban diibaratkan seperti dua sisi dari satu mata
uang. Jadi keduanya haruslah berjalan dengan seimbang. Keduanya saling terkait erat
sekali, tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidak
seimbangan, maka akan terciptalah suatu kondisi atau keadaan yang kurang sehat.
Dalam hidup bermasyarakat, di bidang apa saja kita pasti berhubungan dengan hak
dan kewajiban.3
Masalah hak dan kewajiban berlaku disetiap aspek kehidupan dari manusia.
Kata ‘Hak’ menunjuk pada status atau derajat yang dimiliki oleh seseorang. Dalam
bahasa Inggris, kata ‘Hak’ memiliki beberapa pengertian: “Authority”.4, “Right”.5, dan
“power”.6 yang kesemuanya memiliki arti: Suatu kewibawaan, martabat untk
bertindak, melakukan kekuasaan sesuai dengan kekuatan, kemampuan atau
wewenang yang dimilikinya.
Dalam bahasa Yunani “Hak” disebut Exsousian yang berarti: Kekuatan,
kemerdekaan, kebebasan untuk melakukan. Kata “Exsousian” berasal dari kata dasar
“Exesti” yang artinya: mengijinkan, memperbolehkan.7
Jadi pengertian kata Hak adalah melakukan sesuatu berdasarkan kekuatan,
kekuasaan atau wewenang yang dimiliki oleh seseorang
Penguraian berdasarkan teks :
a. Ayat 1-3: Paulus sebagai seorang rasul menjelaskan dan sekaligus
mengatakan bahwa jika kebebasan orang Kristen memperbolehkan untuk
melakukan segala sesuatu, maka kasih Kristen seringkali melarangnya, hal
ini berarti bahwa kebebasan sebagai orang Kristen dibatasi oleh kasih
Kristen yaitu kasih kepada saudara-saudara seiman.
Sebagai orang Kristen biasa, rasul Paulus mempunyai kebebasan yang sama
seperti yang dimiliki oleh orang lain, tetapi sebagai seorang rasul dia
mempunyai beberapa hak-hak tambahan yang menunjukkan status
kerasulannya.
b. Ayat 4-6: Hak istimewa yang dimiliki oleh Paulus sebagai seorang rasul
dan hamba Tuhan, yaitu :
3 K. A. M Yusuf Roni, Membina Keluarga Bahagia, (Yogyakarta: ANDI, 1991), 1 4 Jay P. Green, Pocket Interlinear (New Testament), (Michigan: Baker Book House, 1976), 399 5 Holy Bible, The Thinline, New American Standard Reference Edition, (Chicago: Moody Press,
1997), 924 6 Holy Bible, (KJV), (The Gideons International, 1987), 1191 7 Robert L. Thomas, Exhausetive Concordance of Bible (Hebrew-Aramaic and Greek
Dictionary), 1649
1. Hak untuk disokong/ditanggung oleh jemaat dalam kebutuhan
sehari-hari (makan dan minum), dalam hal-hal jasmani yang
meliputi sandang, pangan, dan papan
2. Hak untuk menerima tunjangan bagi isteri (jika sudah menikah). Hal
ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan untuk rasul-rasul lain, secara
khusus Petrus dan saudara-saudara Tuhan Yesus (misalnya Yakobus
dan Yudas)
3. Hak untuk dibebaskan dari keperluan mencukupi diri sendiri
melalui pekerjaan sambilan
Hak-hak istimewa yang dimiliki oleh Paulus sebagai seorang rasul tidak
menjadikannya sombong atau bermegah karena ia tidak ingin menjadi batu
sandungan bagi orang lain (1 Kor. 8:13b).
Berbicara tentang hak biasanya cenderung ditujukan kepada kesempatan-
kesempatan yang harus dimiliki tetapi tidak menjadikan hal tersebut sebagai satu
kesempatan untuk memegahkan diri. Inilah teladan yang ingin disampaikan oleh
rasul paulus kepada jemaat di Korintus dengan tujuan agar jemaat dapat menyadari
bahwa hak yang dimiliki bukan dipergunakan hanya untuk memuaskan diri sendiri
tetapi juga harus diingat bahwa ada orang lain yang hidup disekitarnya.
Sebagai seorang hamba Tuhan, dalam hidupnya memiliki hak bahwa seluruh
hidupnya harus ditopang oleh jemaat yang dilayani, seperti yang ditulis di 1 Kor. 9:7:
“Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang
menanami kebun anggur dan tidak pernah memakan buahnya? Atau siapakah yang
menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu?”
Hal tersebut digambarkan melalui contoh dari kehidupan sehari-hari bahwa
setiap pekerjaan atau usaha yang dilakukan semua berhak mendapat tunjangan atau
penghasilan. Dalam bagian selanjutnya dikatakan bahwa rasul Paulus ingin
menekankan bahwa setiap orang yang bekerja harus makan dari tempatnya bekerja,
hal ini bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga berlaku bagi hewan/binatang yang
dikatakan harus dibiarkan makan dari sisa-sisa di tempat pengirikan (bnd. Ul. 25:4), 1
Kor. 9:9: “Sebab dalam hukum Musa ada tertulis, janganlah engkau memberangus
mulut lembu yang sedang mengirik!” Lembukah yang Allah perhatikan?”
Penekanan ini muncul dari rasul Paulus supaya sebagai seorang hamba Tuhan
ketika berbicara tentang hak diingatkan bahwa hamba Tuhan yang bekerja untuk
Tuhan harus mempunyai pandangan, pikiran, atau konsep bahwa setelah ia bekerja
atau melayani akan mendapatkan balasan atas kerjanya (1 Kor.9:10-11). Artinya dapat
juga dijelaskan bahwa seseorang tidak dapat memaksa orang lain untuk berkorban
jika dirinya sendiri juga belum melakukan hal tersebut.
Hak seorang hamba Tuhan adalah mendapat upah dalam pekerjaannya, rasul
Paulus melanjutkan bahwa jika seorang hamba Tuhan sudah membajak dan menabur,
maka akan ada waktu untuk menuai hasil pekerjaannya. Atau dengan kata lain hamba
Tuhan juga berhak menerima upah dari jemaat yang telah dilayaninya untuk segala
sesuatu yang diperlukan dalam hidupnya.
Dalam kehidupan jemaat di Korintus, para hamba Tuhan yang sudah
melayani di jemaat tersebut rupanya sudah menggunakan hak mereka dengan cara
menuntut dukungan dari jemaat di Korintus. Tetapi rasul Paulus yang ditulis sebagai
hamba Tuhan yang merintis Pekabaran Injil di Korintus, lebih mempunyai hak yang
lebih besar untuk menuntut juga hak yang dimilikinya. Tetapi ia tidak
mempergunakannya dengan satu alasan tidak mau menjadi beban bagi jemaat yang
sudah dia rintis dan layani karena jemaat ada waktu rasul Paulus melayani tergolong
masih baru atau baru bertumbuh. Dalam 1 Kor. 9:12; “Kalau orang lain mempunyai
hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak
yang lebih besar?”. Selain itu juga dalam jemaat ada sekelompok orang yang tidak
menyukai atau tidak senang kepada rasul Paulus sehingga dengan berbagai cara
berusah untuk menjatuhkan dia, hanya oleh karena rasul Paulus tidak mau
menggunakan haknya sebagaimana mestinya.
Dari sikap dan tindakan rasul Paulus, dia ingin memberikan teladan sebagai
seorang rasul yang besar dan yang telah dipilih oleh Allah secara khusus supaya para
hamba Tuhan yang lain juga mengerti akan posisi haknya dalam kehidupan dan
pelayanan.
Dalam Perjanjian Lama juga dapat ditemukan penjelasan bahwa para imam
yang melayani di tempat kudus berhak untk mendapat bagian mereka dari tempat
kudus itu, seperti yang dijelaskan dalam 1 Kor. 9:13; “Tidak tahukah kamu, bahwa
mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat
kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah mendapat bahagian mereka dari
mezbah itu?”
Dalam Matius 10:10; diakatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Rasul Paulus mengingatkan kembali akan perintah dari Tuhan Yesus
tentang hak seorang rasul, dan perkataan ini pula yang dipakai oleh rasul Paulus
untuk mengakhiri penjelasannya tentang masalah hak yang dimiliki oleh seorang
rasul.
1.2.Kewajiban yang dimiliki sebagai Rasul dan Hamba Tuhan (1 Kor. 9: 15-18)
Pada bagian berikutnya, rasul Paulus menjelaskan tentang kewajiban-
kewajiban yang dimiliki dalam kapasitasnya sebagai seorang rasul.
Kata ‘Kewajiban; dalam bahasa Yunani disebut: Anagke.8, dengan akar
katanya ‘Ana’ yang berarti: “Sebuah, dalam, sampai di bawah”.9. Dan juga dari kata
‘Agcho’ yang berarti: “Suatu keharusan, kebutuhan yang harus dijalankan. Dan
bagian ini dimulai dari 1 Kor 9: 15-18.
Dikatakan bahwa kewajibannya yang utama adalah memberitakan Injil.
Tujuan rasul Paulus dalam memberitakan Injil adalah untuk memenangkan banyak
jiwa bagi Tuhan Yesus. Dengan motivasi inilah maka rasul Paulus dengan giat
melakukan tugasnya tanpa menuntut imbalan atau upah. Rasul Paulus memiliki
keyakinan bahwa Tuhan akan selalu mencukupkan semua kebutuhannya.
Rasul Paulus juga tidak menganggap bahwa pelayanannya dapat dijadikan
alasan untuk mendapat pujian yang membanggakan demi kepentingannya sendiri,
oleh karena ia yakin bahwa panggilannya untuk melayani datang dari Tuhan Yesus
secara langsung. Dan juga rasul Paulus tidak dapat sombong atau menyombongkan
diri dalam melakukan tugas pemberitaan Injil karena ia menyadari bahwa sebenarnya
Tuhanlah yang telah mempercayakan hal itu (tugas pelayanan) kepadanya dan ia tahu
akan mengalami teguran dari Tuhan jika ia tidak menjalankan tugas tersebut, 1 Kor.
9:16 menulis : “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan
untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku
tidak memberitakan Injil”
Dalam hal ini rasul Paulus ingin menegaskan bahwa bagaimana cara ia
mendapat tugas kerasulan itu dan menjalankan tugas tersebut sesuai kehendak Allah.
Rasul Paulus juga menekankan ajaran penting untuk semua orang Kristen agar
mampu melihat bahwa tugas Pekabaran Injil itu sebagai suatu kewajiban yang bersifat
mutlak untuk dilaksanakan oleh semua orang percaya, dalam setiap aspek hidupnya
secara khusus harus sesuai dengan Injil/Alkitab yang dipercaya sebagai Firman
Tuhan.
Dalam bagian ini rasul Paulus ketika menjelaskan tentang kewajiban sebagai
seorang rasul, dia sudah memberikan teladan melalui dirinya sendiri yaitu saat ia
melayani dan bekerja keras agar Injil dapat disebarluaskan. Sekali lagi sungguhpun
rasul Paulus sangat berhak untuk menerima upah atas pekerjaannya tetapi dengan
tegas dia sudah menjelaskan bahwa ia mau memberitakan Injil oleh karena itu sudah
merupakan tanggung jawabnya/kewajibannya sebagai seorang rasul dan dengan
sukacita rasul Paulus menjalankannya.
8 Robert, Exhausetive, 1631 9 Ibid, 1630
Dalam penjelasannya rasul Paulus mengatakan:
Tetapi karena aku melakukannnya bukan untuk menurut kehendakku sendiri,
pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku (1 Kor.
9:17b)
Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh
memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai
pemberita Injil (1 Kor. 9:18).
Dari pengertian diatas rasul Paulus ingin menjelaskan bahwa telah sekian
lama ia bekerja untuk memberitakan Injil tanpa pernah menerima upah. Rasul Paulus
dengan rela melaksanakan tanggung jawabnya tanpa menuntut dari jemaat yang telah
dilayaninya untuk menyokong kehidupannya dan tidak menuntut haknya yang
memang patut diterimanya agar seluruh haknya ditanggung atau diperhatikan oleh
jemaat itu.
Rasul Paulus rela melakukan pemberitaan Injil dah juga rela mengorbankan
dirinya karena orang lain dengan tidak menuntut haknya yang sebenarnya dapat ia
tuntut. Dengan demikian ia melakukan tugas pemberitaan Injil dengan tidak terpaksa
tetapi dengan sangat bertanggung jawab. Disitulah letak kebebasan rasul Paulus.
Sekali lagi ia bekerja karena dan atas dasar tanggung jawab dan kasihnya kepada
jemaat di Korintus dan juga dikatakan bahwa kewajiban yang rasul Paulus lakukan
merupakan tugas yang tanpa upah/menuntut upah. Dalam hal ini rasul Paulus sudah
memberikan teladan yang benar dalam hal pemberitaan Injil
1.1.Sikap rasul Paulus terhadap hak dan kewajiban yang dimilikinya
Dalam bagian ini peneliti sekali lagi memberikan rangkuman tentang apa yang
menjadi hak dan kewajiban sebagai seorang rasul, jika diatas telah diuraikan maka itu
berdasarkan teks atau bacaan Alkitab, maka pada bagian ini merupakan uraian secara
theologis tentang hak dan kewajiban seorang rasul
2. Pengaruh Hak Berdasarkan 1 Korintus 9:1-18 Terhadap Kinerja Pendidik Kristen
a. Hak Seorang Rasul
1.Sebagai orang bebas
Berbicara tentang kebebasan hidup, setiap manusia mempunyai hak asasi
yang sama untuk dapat memiliki kehidupan dengan baik atau memiliki tingkat
kehidupan sosial yang baik. Setiap pribadi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dapat mencapai kehidupan yang baik karena ada kebebasan yang sama yang
bertanggung jawab yang dimiliki oleh setiap pribadi. Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata ‘Bebas’ memiliki beberapa arti: pertama, Lepas sama sekali
(tidak terhalang, terganggu). Kedua, Lepas dari (kewajiban, perasaan takut, dsb),
Ketiga, tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan, dsb. Keempat, Merdeka(13)
Dari keempat definisi diatas dapat diambil kesimpulan untuk mendefinisikan
kata “Bebas” itu yaitu “Sesuatu yang tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan,
tuntutan-tuntutan dan juga kewajiban-kewajiban tertentu”
Bagi orang percaya, kebebasan ini juga dimiliki yaitu untuk dapat hidup
dengan baik, tetapi penekanannya adalah kebebasan yang bertanggung jawab dengan
Firman Tuhan sebagai tolak ukurnya. Untuk menaggapi akan unsur kebebasan dalam
setiap diri manusia ini, ada pendapat yang salah mengartikannya. Dalam bukunya,
John S. Feinberg mengungkapkan satu pertanyaan, yaitu :
“Apakah kita hidup sebagai robot atau sebagai seorang manusia bebas?
Siapakah yang berkuasa didalam dunia ini, manusia atau Allah? Jika Allah
menetapkan segala tindakan kita, bagaimanakah kita dapat bertanggung jawab secara
moral atas setiap tindakan kita tersebut? Jikalau Allah telah menentukan apapun yang
akan terjadi, haruskah kita memenuhinya? (14)
Dan untuk menjawab pertanyaan tersebut harus kembali kepada Alkitab yang
pada akhirnya akan menekankan konsep kedaultan Allah dan kebebasan manusia,
artinya setiap kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia harus kembali kepada
otoritas Allah.
Seorang rasul juga mempunyai kebebasan yang sama seperti orang lain, tidak
lebih dan tidak kurang kadarnya dari orang lain. Paulus dalam suratnya untuk jemaat
di Korintus mengatakan : ‘Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? (1 Kor.
9:1). Kebebasan yang rasul Paulus tuntut pada saat itu untuk menjawab
keberadaannya sebagai seorang rasul yang pada saat itu ada pertentangan mengenai
soal kerasulannya dan adanya pembatasan hak-hak atas seorang pelayan Tuhan
sehingga rasul Paulus menekankan kebebasannya dalam status sebagai rasul.
Kebebasan yang sama seperti yang orang lain miliki, yaitu kebebasan Kristen
yang dibatasi oleh moral-moral tertentu, bebas tetapi terikat dalam hal ini adalah
keterikatan dengan Firman Tuhan
2. Memiliki Kehidupan Sosial yang Baik
Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda tetapi satu tujuan yaitu
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Pribadi seorang rasul pada hakekatnya sama
dengan orang lain yang mempunyai pekerjaan lain. Sama halnya dengan orang-orang
yang bekerja maka rasul juga termasuk sebuah pekerjaan. Dan dalam hal ini pun
berhak untuk dapat memiliki hidup yang secara primer, sekunder dan tertier semua
kebutuhannya terpenuhi dengan cukup. Rasul Paulus menanggapi hal ini dalam
tulisannya: “Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum?” (1 Kor. 9:4)
Dari tulisan ini Paulus ingin mengajukan haknya. Dia menuntut bahwa
seorang rasul juga berhak untuk ditanggung hidupnya oleh jemaat yang telah
dilayani. Kebutuhan seorang rasul sama dengan kebutuhan orang lain. Lalu dari
golongan kaum awam timbul pertanyaan: “Apakah antara lain kebutuhan pendeta
anda?”. Kebutuhannya adalah kebutuhan setiap orang. Tuhan mengutus seorang
manusia untuk melayani anda. Orang ini, entah ia seorang pria atau wanita,
mempunyai kebutuhan jasmani”.10 Dan salah satu kebutuhan dasar pendeta adalah
dimengerti oleh istrinya, keluarganya, stafnya, teman-temannya dan jemaatnya.11
3. Memiliki Penolong yang sepadan
Hak yang juga merupakan bagian dari hidupnya adalah memiliki seorang
teman hidup sebagai penolong dalam hidupnya. Seorang rasul sama seperti orang lain
juga membutuhkan seorang penolong untuk dapat mendukung pelayanannya selain
dalam kehidupannya.
Dalam Perjanjian Lama, dijelaskan tentang maksud Allah ketika
menempatkan seorang wanita dalam kehidupan Adam. Kitab Kejadian mencatat
sebagai berikut:
Tuhan Allah berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Dan dari rusuk yang
diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
dibawa-nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil
dari laki-laki.” (Kej. 2: 18, 22-23)
Keberadaan seorang wanita pada hakekatnya menjadi seorang penolong bagi
seorang laki-laki, dan dalam menempuh sebuah kehidupan, pria dan wanita saling
membutuhkan dan melengkapi, walaupun pada kenyataannya ada pria dan wanita
yang tidak menikah.
Rasul juga mempunyai kesempatan yang sama seperti orang lain yaitu
memiliki seorang penolong dalam hidup dan pelayanan.
4. Bekerja
Setiap manusia yang ingin hidup baik haruslah bekerja. Tidak ada manusia
yang dapat hidup dengan baik tanpa bekerja. Seperti ada istilah yang mengatakan:
“Hidup untuk makan atau makan untuk hidup”. Orang yang ingin makan untuk
meneruskan hidupnya harus bekerja. Dalam Alkitab juga dicatat mengenai hal ini:
“Sebab, juga waktu kami berada diantara kamu, kami memberi peringatan ini kepada
kamu, jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan” (2 Tes. 3:10). Ini berarti
setiap orang yang ingin terus hidup harus bekerja!
Dalam bukunya, Jerry dan Mary White menulis :
10 Lucille Lavender, Mereka juga Manusia, (Jakarta: BPK Gn Mulia,1989), 42-43 11 Ibid, 43
Hampir seluruh dri seluruh kehidupan seseorang dilewati dengan bekerja. Bekerja
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan terus menerus oleh manusia. Tanggapan
manusia terhadap pekerjaan membentang luas penuh dengan berbagai perasaan dan
sikap.12
Kehidupan dunia kerja penuh dengan dilema serta kontradiksi yang mau
tidak mau harus dihadapi oleh setiap orang yang bekerja. Di dalam dunia ini ada
banyak pilihan jenis pekerjaan sesuai dengan tingkat kemapuan dan keinginan. Setiap
orang berusaha bekerja dengan tujuan agar ada kepuasan dan pemenuhan kebutuhan
dalam hidupnya.
Berkenaan dengan kehidupan rasul, Paulus sebagai seorang rasul ia juga
bekerja. Hal ini berarti Paulus mau menepis anggapan negatif dari orang lain
sehubungan dengan kerasulannya, Paulus hidup bukan hanya dengan iman tetapi ia
juga bekerja keras.
Paulus dalam pelayanannya, selain memberitakan Injil dia juga berprofesi
sebagai tukang kemah. Mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-
sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama
tukang kemah (Kis. 18:3). Inilah pekerjaan yang Paulus lakukan yang merupakan juga
pendukung dalam pelayanannya dalam soal dana. Alasan yang diberikan Paulus
sendiri ialah bahwa ia tidak mau bergantung pada jemaat tetapi dengan kekuatannya
ia mau mencukupkan diri secara khusus dalam pelayanannya.
Melalui bagian ini, Paulus menekankan agar setiap hamba Tuhan dibebaskan
dari pekerjaan-pekerjaan dunia dengan tujuan agar dapat lebih sungguh-sungguh
memberikan waktu dan tenaganya dalam melayani pekerjaan Tuhan, atau melayani
secara full time bukan part time (paruh waktu).
Jika demikian timbul pertanyaan: apakah hubungan antara hak seorang rasul
dengan soal bekerja, karena seolah-olah keduanya kontradiksi? Sebagai jawabannya
adalah bahwa bekerja yang dikategorikan sebagai hak, disini penekanannya adalah
bahwa setiap hamba Tuhan dalam hal ini rasul juga berhak untuk bekerja, dan
komposisi untuk mereka adalah bekerja dalam bidang rohani. Pekerjaan yang
digolongkan untuk rasul adalah bekerja yang bukan seperti orang dunia lakukan
dalam pekerjaan sekuler, dan seorang rasul berhak untuk bekerja dalam pemenuhan
kebutuhannya.
5. Memperoleh Upah Dari Pekerjaan Kudus
Pada bagian yang terakhir ini, mengetengahkan tentang hak dari seorang
rasul. Seperti sudah diketahui tentang pekerjaan seorang rasul adalah bekerja dalam
bidang rohani atau melakukan pelayanan, pelayanan ini masih berhubungan dengan
12 Jerry dan Mary White, Bekerja: Arti, Tujuan, Dan Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1990), 1
pekerjaan yang nantinya memiliki relevansi dengan masalah gaji atau upah. Seperti
pada umumnya bahwa ketika melakukan setiap pekerjaan pasti ada upah yang akan
diberikan.
Demikian pula halnya dengan rasul, dalam hal ini bekerja dalam hal rohani,
mereka juga berhak untuk mendapatkan upah. Rasul Paulus mengambil dasar dalam
Perjanjian Lama bahwa kehidupan para imam yang melayani di tempat kudus,
mereka berhak mendapat bagian dari pelayanan yang dilakukan.
Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik
pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada Tuhan dan apa
mendapat rezeki. yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki. Dalam
menyelenggarakan kebaktian demi nama Tuhan, Allahnya, sama seperti saudara-
saudaranya, orang Lewi, yang melayani TUHAN di sana, maka haruslah mereka
mendapat rezeki yang sama (Ul. 18:1, 7, 8a). Ayat ini menjelaskan hak para imam
setelah mereka melayani Tuhan dan melakukan pelayanan kudus. Para rasul, dalam
soal kedudukan sama seperti para nabi, mereka juga melayani atau bekerja bagi nama
Tuhan dan mereka berhak mendapat upah dari pelayanan kudus.
Berkaitan dengan penjelasan diatas maka rasul Paulus memperkuat dengan
pernyataannya: “Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang
memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu: (1 Kor. 9:4).
Hidup dari pemberitaan Injil harus menjadi satu prinsip dalam melayani Tuhat ini
yang berarti full time. Dari ayat ini Paulus menghubungkan kembali dengan perintah
Tuhan Yesus : “Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” (Mat.10:10).
b. Sikap Rasul Paulus Terhadap Hak yang Dimiliki
Panggilan Paulus merupakan peristiwa supranatural (Kis.9). Panggilan Paulus
ini merupakan panggilan keselamatan bagi dirinya dan juga untuk menjadi pemberita
Firman Allah. Setiap kali Paulus mengacu kepada penampakan Kristus kepada
dirinya, ia mengklaim bahwa dengan demikian ia dipanggil dan diutus sebagai
seorang rasul dan ia melakukan hal tersebut dengan acuan-acuan yang sangat jelas
kepada panggilan kenabian dari Yesaya dan Yeremia. Seperti mereka, panggilan
berasal dan tindakan Allah yang menentukan dan yang disampaikan kepadanya
melalui suatu penyataan dan penglihatan13
Panggilan Rasul Paulus sangat jelas yakni sebagai tanda bahwa Allah sanggup
membawa orang yang menganiaya umat-Nya untuk dipakainya menjadi hamba
Allah. Paulus yang bertemperamen kolerik, sebelumnya menjadi salah seorang tokoh
13 David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta:BPK Gn Mulia, 1977), 196
penganiaya umat Kristen, dengan rasa penyesalan pada akhirnya merendahkan diri
dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupannya.
Setelah rasul Paulus bertobat, kemudian ia menjadi hamba Tuhan Yesus yang
terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus. Atas
dorongan inilah ia pergi kemana saja dan dalam setiap kesempatan Paulus
mempergunakan waktunya untuk terus mengajar orang Yahudi, dan dihadapan
rakyat jelata di segala kota dan desa dikunjunginya untuk mengajar raja-raja dan wali-
wali negeri, orang-orang cendekiawan dan juga kaum budak, baik pria maupun
wanita, orang Asia, Yunani dan Romawi.
Dan sesungguhnya ketika Paulus selesai mengajar dia dapat saja
mengharapkan upah atau menerima upah yang memang seharusnya dia bisa
dapatkan setelah selesai menjalnkan kewajibannya untuk memberitakan Injil melalui
pengajarannya, tetapi dalam pemahaman yang demikian seharusnya Paulus dapat
memberkan suatu keteladanan dengan tidak menhgharapkan hak yang memang
seharusnya dia peroleh atau dapatkan.
Suatu sikap yang perlu diteladani oleh orang percaya pada waktu itu, karena
sesungguhnya Paulus dapat saja menerima apa yang menjadi haknya sama seperti
rasul-rasul yang lainnya. Memang ketika seseorang sudah bekerja atau menjalankan
kewajibannya bukanlah sebuah kesalahan apabila dia mengharapkan upah dari apa
yang sudah dikerjakan, tetapi sikap Paulus memang berbeda dengan rasul yang lain
pada waktu itu yaitu dengan memandang bahwa ketika ia dipercaya untuk
memberitkan Injil bagi dia itu sudah merupakan sebuah anugerah sehingga dia tidak
lagi memikirkan apa yang harus diterima karena apa yang telah diterima dari Tuhan
Yesus yaitu anugerah untuk mengenal Dia dan menerima keselamatan jauh lebih
berharga daripada sekedar meminta apa yang menjadi haknya.
Tetapi dalam banyak pengajaran yang Paulus tuangkan dalam surat-suratnya
dia juga mengajarkan bahwa setiap orang yang sudah bekerja keras adalah orang yang
layak untuk menikmati hasil atau buah dari pekerjaannya.
3.Pengaruh Kewajiban Berdasarkan 1 Korintus 9:1-18 Terhadap Kinerja Pendidik
Kristen.
a. Kewajiban seorang Rasul
Kedudukan seorang rasul dalam suatu tempat atau tugas pelayanan pasti
memiliki tujuan. Ke-12 orang rasul yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi rasul
dipilih dengan tujuan untuk menyertai Dia dan juga menjalankan tugas Pekabaran
Injil (PI).
Tugas seorang rasul yang utama adalah menjadi saksi tentang kebangkitan
dan pekerjaan Kristus yang telah selesai. Dalam Kisah 1:8 dikatakan : “Tetapi kamu
akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dalam bagian akan dipaparkan tugas atau kewajiban utama dari seorang rasul
berdasarkan 1 Korintus 9:1-18, yaitu :
1. Mengutamakan Panggilan
Para rasul sebelum dipilih oleh Tuhan Yesus memiliki latar belakang
kehidupan yang berbeda seorang dari yang lain. Syarat utama yang harus dilakukan
untuk seseorang mendapat hidup dan tinggal di dalam Kristus adalah menyangkal
dirinya, meninggalkan masa lalunya dan cara hidupnya yang lama sebelum mengenal
Tuhan. Dengan kata lain Paulus lebih mengutamakan panggilan dalam hidupnya.
Sebagai contoh Paulus, sebelum ia menjadi rasul Kristus , ia adalah seorang yang
terkenal dengan prinsip “ 7 kebanggaan Paulus” yang dipertahankan dan dijadikan
sebagai senjata kekuatan dirinya.
Oleh karena itu, Paulus dalam panggilannya menyangkali dirinya atau
meninggalkan kehidupan lamanya dan bertobat/percaya secara total kepada Tuhan
Yesus, sejak itu Paulus lebih mengutamakan panggilannya dibandingkan dengan
kepentingan pribadinya. Hal inilah yang menjadi prioritas dalam pengambilan
keputusan untuk melayani Tuhan.
2. Memberitakan Injil
Memberitakan Injil merupakan suatu tugas mulia yang harus dilakukan oleh
para rasul. Untuk menanggapi pernyataan ini, D.W.Ellis menulis : “Mengabarkan Injil
bukanlah melulu kewajiban kita terhadap Kristus, Pribadi yang mengutus kita, tetapi
juga kewajiban kita terhadap Injil itu sendiri, yang upaya pengkomunikasiannya telah
dipercayakan kepada kita.14
Untuk pemberitaan Injil ini, Paulus sendiri sebagai seorang rasul menyadari
akan tugasnya ini dan Paulus katakan: “Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah
aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16). Dengan begitu Paulus juga mau
menjelaskan baha tugas ini walaupun berat tetapi mendatangkan sukacita kepadanya.
Rasul Paulus juga menegaskan bahwa akan nada satu “teguran” Tuhan bagi dia
apabila tidak memberitakan Injil. Dan karena kesadaran ini muncul dari dalam
hatinya untuk dilakukan, maka kewajiban ini tidak membuat Paulus bermegah atau
menjadi sombong, karena Paulus tahu akan tugas dan kewajibannya dalam
panggilannya. “dari Paulus hamba Yesus Kristus, yang dipanggil menjadi rasul dan
dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1)
Bertolak dari panggilan itu, maka rasul Paulus menyadari bahwa kewajiban
dalam memberitakan Injil merupakan bagian dari tugas kerasulannya. Seringkali
14 Calvin Miller, Pola Hidup Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1990), 51
tugas pemberitaan Injil menjadi satu bahan pertanyaan, tugas siapakah ini? Dan
kecondongan yang terjadi adalah ditujukan kepada para hamba-hamba Tuhan.
Walaupun pada hakekatnya tugas pemberitaan Injil adalah tugas semua orang
percaya, “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis.1:8). Atau dengan kata lain pemberitaan
Injil merupakan tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus dalam
hidupnya.
Para rasul adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus, sebab oleh karena
imanlah mereka terpanggil. Melihat pada sub tema di atas maka dapat diketahui
bahwa tugas pemberitaan Injil adalah suatu kewajiban yang mutlak harus dilakukan
oleh para rasul, dan tidak terbatas bagi setiap orang percaya.
Jadi yang diberitakan bukan pengalaman atau kesaksian pribadi tetapi Kristus
yang diberitakan. Inilah inti dari berita Injil. Dan kewajiban yang dilakukan oleh para
rasul ini jelas harus memiliki tujuan untuk orang lain yaitu memperkenalkan Injil
kepada orang lain agar mereka juga diselamatkan.
3. Melayani dengan bertanggung jawab
Memberitakan Injil telah menjadi tanggung jawab Paulus sebagai seorang
rasul, dan ini merupakan pelayanan yang menunjukkan bukti dari pertobatannya.
Pelayanan yang dilakukan oleh para rasul merupakan bagian hidup dan kewajiban
yang musti dilakukan dengan bertanggung jawab, sebab suatu pelayanan yang
dimiliki oleh seorang rasul bersumber dari Allah dan dipercayakan untuk dilakukan
dengan bertanggung jawab.
Masalah keberhasilan atau kegagalan dalam suatu pelayanan tergantung dari
kesungguhan orang tersebut ketika memahami dan melakukannya, karena setiap
perbuatan baik atau buruk mempunyai resiko sendiri. Dalam bukunya Leroy Eims
mengatakan:
Allah menuntut pertanggung jawab dari seorang pemimpin atas apa yang
terjadi dalam bidang tanggung jawabnya. Pemimpin adalah sarana utama yang
digunakan Allah untuk menjaga umat-Nya agar tetap bergerak ke arah yang benar
dan mengerjakan hal yang benar.15.
Hal ini penting untuk diperhatikan bahwa rasul mempunyai tugas untuk
melakukan pelayanannya dengan bertanggung jawab kepada Allah yang telah
memanggil dan mengutus rasul-rasul tersebut. Hal tersebut bermuara pada kata
“kewajiban” maka ini berarti memiliki arti atau konotasi yang harus dilakukan,
dilaksanakan, tidak boleh tidak, mutlak oleh sebab tugas tersebut adalah tugas yang
15 Leroy Eims, 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif, (Bandung: Kalam Hidup, 1981), 15
harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan sebagai Tuan yang mengutus hamba-
Nya.
4. Menempatkan kewajiban di atas hak pribadi
Dari keseluruhan kewajiban yang telah dijabarkan maka point ini adalah yang
terakhir dibahas, yaitu menempatkan pelayanan di atas hak pribadi, mengutamakan
kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Sebagai rasul, Paulus harus mampu melakukan kewajiban ini karena tidak
mungkin seorang rasul dapat melakukan dengan seoptimal mungkin tanpa melihat
kepentingan orang lain atau orang banyak, seperti pada uraian sebelumnya telah
dijelaskan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk dituntut tetapi juga harus
diingat bahwa ada kewajiban yang harus dilakukan.
Dalam hidup bermasyarakat, akan dapat terjadi kepincangan apabila seorang
selalu mengutamakan haknya di atas kepentingan orang banyak atau mengorbankan
kepentingan orang banyak. Dalam hal ini rasul Paulus memberikan suatu gambaran
yang baik untuk diteladani karena kendatipun ia seorang rasul tetapi Paulus tidak
menggunakan statusnya untuk mementingkan kepentingannya sendiri. Paulus secara
sadar menggunakan haknya sebagai seorang pemberita Injil untuk kepentingan orang
lain. Dalam arti tidak menuntut upah sebagaimana layaknya sebuah pekerjaan ada
upah yang sepatutnya diterima.
Hal ini diperkuat dengan pendapat dari J. Wesley Brill : “ Upah rasul Paulus ialah memberitakan Injil tanpa upah. Ia memberitakan Injil dengan tidak menuntut agar haknya ditanggung jemaat itu. Ia rela mengorbankan dirinya karena orang lain dengan tidak menuntut hak yang memang patut dituntutnya. Dengan demikian ia melakukan pemberitaan Injil itu dengan tidak terpaksa.16 Penjelasan pada bagian ini tidak memberikan pengertian bahwa sebuah hak
yang dimiliki oleh seseorang tidak penting tetapi yang menjadi penekannya bahwa
hak harus diletakkan kemudian setelah kewajiban selesai dilaksanakan. Dengan
demikian ada keseimbangan hidup dalam menjalankan tugas yang dibebankan
kepadanya (para rasul) untuk menjalankan tugas pemberitaan Injil.
Juga sebagai kesimpulan dari bagian ini dikatakan bahwa seorang pemimpin
rohani berbeda secara tanggung jawab dibandingkan dengan pemimpin dalam bidang
sekuler. Alasan yang paling mendasar adalah jika pemimpin sekuler hanya
bertanggung jawab kepada manusia tetapi pemimpin rohani selain bertanggung
jawab kepada sesamanya juga diatas semuanya itu memiliki tanggung jawab kepada
Tuhan yang memberikan tugas itu.
16 J Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus I, (Bandung: Kalam Hidup, 1994), 167
Teladan yang dimaksud bukan hanya yang bersumber dari sendiri tetapi yang
berdasarkan Alkitab. Akar kekuatan atau sumber kekuatan seorang pemimpin yang
memimpin dengan sikap sebagai hamba, adalah realitas dari pengejah wantaan dari
Firman Tuhan (Alkitab) yang diekspresikan melalui cara hidup dan ajaran.
Dalam Alkitab, sangat ditekankan pola keteladanan yaitu prinsip yang
dijelaskan oleh rasul Paulus dan Timotius. Paulus sering menunjuk pada kesempatan
Timotius untuk memperhatikan dengan cermat kehidupan dan pengajarannya dan
pada keharusan Timotius untuk juga memimpin melalui keteladanan dan ajaran (1
Tim. 4:11-16, 2 Tim. 3:10-15)
Paulus mengatakan bahwa semua orang percaya adalah bagaikan “surat
terbuka dari Kristus” yang ditulis dengan Roh Allah yang hidup….pada loh-loh hati
manusia. Dalam pengertian luas dikatakan bahwa seorang pemimpin rohani harus
memiliki kualitas-kualitas dari keserupaan Kristus yang harus mereka
demonstrasikan sebagi pemimpin yang memberikan teladan. Dalam kitab Ibrani
dijelaskan : “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah meyampaikan
Firman Allah kepadamua. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman
mereka (Ibr. 13:7)”
Jadi seorang hamba Tuhan harus hidup secara terbuka dengan membagi
kehidupannya kepada semua orang sehingga mereka semua melihat keteladanan dari
mereka sebagai pemimpin rohani.
b.Sikap Paulus terhadap kewajiban yang dimiliki
Sebagai seorang rasul yang paling banyak menulis surat-suratnya dalam
Perjanjian Baru, Paulus telah banyak menjadi teladan yang memotivasi orang banyak
pada waktu itu dan juga bagi orang percaya pada saat ini. Seperti dalam penjelasan
diatas bahwa Paulus sebagai seorang rasul pada hakekatnya sama dengan manusia
yang lainnya yaitu memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya.
Tetapi Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru mencatat berbagai contoh
keteladanan dari rasul Paulus dalam hidup dan panggilannya. Ketika banyak orang
lebih suka membicarakan dan cenderung menuntut apa yang menjadi haknya atau
sesuatu yang harus diterima, maka rasul Paulus telah menjadi teladan yang baik
karena dia lebih suka membicarakan tentang apa yang harus diterima setelah selesai
melakukan tugas atau tanggung jawab maka justru rasul Paulus lebih suka
mengangkat masalah kewajiban secara khusus yang berkaitan dengan panggilan
hidupnya yaitu menjadi hamba Tuhan Yesus.
Memberitakan Injil adalah sebuah panggilan bagi rasul Paulus sehingga dia
tidak menganggap itu sebagai suatu beban dalam hidupnya malah sebuah
kebanggaan.
Dalam bagian sikap Paulus terhadap kewajiban yang dimiliki, maka penulis
akan memaparkan kinerja dan sikap dari rasul Paulus menyikapi kewajibannya.
Dalam 4 hal diuraikan sikap Paulus terhadap kewajibannya, yaitu;
1. Kesetiaan
Paulus adalah tipe orang yang berkeyakinan kuat dan beriman teguh, selalu
siap sedia untuk bertukar pikiran, menegur dan mampu mengajak orang untuk
percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat dan setia untuk terus
mengajar tentang berita Injil. Disetiap tempat dia mengajar banyak orang; di rumah-
rumah, di gedung-gedung, di lorong-lorong, di pasar, di kota, di desa, di atas kapal,
dan di dalam kumpulan orang banyak. Paulus adalah seorang guru yang ulung! Ia
benar tokoh yang penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik
untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan
Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar, sehingga mengagumkan pendengarnya.17
Keprihatinan Paulus terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi di kekaisaran Roma
tampak dalam kesadaran yang mendalam bahwa ia mempunyai kewajiban untuk
memberitakan Injil kepada mereka, Paulus yang sangat mengerti panggilannya, sadar
bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah sebuah “anangke” (kewajiban yang
tidak terelakkan), hal ini dikatakannya dalam 1 Kor. 9:16: “Celakalah aku, jika tidak
memberitakan Injil”
Hal ini dikatakan dalam suratnya juga kepada jemaat di Roma, yaitu ia sering
menggunakan kata-kata “Oipheilema” dan “Opheiletes” (“hutang”, “orang
berhutang”). Secara khusus dia katakan dalam Roma 1:4: “Aku berhutang (Ofeiletes
eimi) baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada
orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.”
Paulus tidak mengenal ‘kreditur-krediturnya’, merekapun tidak memberikan
kepadanya. Sebab Paulus berhutang kepada Kristus dan ini diubah menjadi sbuah
hutang bagi mereka yang kepadanya Kristus ingin menyampaikan keselamatan
b.Memiliki Kemauan yang Keras
Paulus juga memiliki tipe yang mempunyai keteguhan hati dalam
melaksanakan setiap tugas yang sedang ia kerjakan atau sudah ada dalam
rencananya, ia gigih menyelesaikan setiap pekerjaannya sampai ia mencapai tujuan
yang diinginkan.
Penekanan pada hal kemauan yang keras secara positif teruang dalam 1 Kor.
9:24-27 ketika dia menegaskan tentang patokan-patokan pribadi. Firman Allah ini
menunjukkan bahwa ia “menguasai dirinya dalam segala hal”. Yang terpenting
17 Homrighausen dan Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gn Mulia, 1994), 29
baginya adalah Yesus Kristus dapat diberitakan bagi dunia dan dipercaya sebagai
Tuhan dan Juruslamat
c.Setia berdoa
Paulus dalam pelayanannya banyak memberikan pengalaman bagi dirinya,
baik itu suka maupun duka. Keberhasilan Paulus dalam memberitakan kebenarn Injil
ini tidak terlepas dari senjata yang dikenakan yaitu Doa.18 Paulus banyak berdoa
untuk setiap orang yang dilayani baik secara pribadi maupun secara jemaat, sehingga
melalui dia lebih kuat dalam menghadapi tantangan yang sudah dan yang akan
ditemuinya.
Karena itu Paulus berdoa supaya mereka memiliki pengetahuan rohani yang
benar, yang membawa mereka kepada pengenalan dan pengetahuan yang benar
sesuai dengan kehendak Allah.
d.Pengajar yang hidup dalam kebenaran
Tuduhan yang sering dilontarkan kepada Paulus sebagai orang yang tidak
setia, mudah goyah (berganti haluan), suka membingungkan jemaat, praktis sempat
menjadi pergumulan Paulus diawal pelayanannya. Darmawijaya mengatakan :
“Bahwa dakwaan yang diajukan kepada Paulus itu hanya berani bila jauh (1 Kor.10:1-
6), dan Paulus bekerja di Korintus di luar wilayah kerja dan wewenangnya (1 Kor.
10:12-16).19
Sikap Paulus tegas dan konsisten terhadap kewajiban atau tanggung jawab
yang harus dia kerjakan bukan dengan maksud untuk menyombongkan diri, akan
tetapi untuk memberikan bahan bagi jemaat untuk membela dirinya terhadap
serangan orang yang hendak merongrong kewibawaan dirinya sebagai hamba Kristus
yang benar (1 Kor. 5:11-13)
Demikianlah paparan sikap seorang Paulus terhadap kewajiban yang harus
dia kerjakan sebagai seorang rasul. Secara khusus saat kewajibannya sebagai seorang
rasul/pemberita Injil.
18 J. Wesley Brill, Doa-doa dalam Perjanjian Baru, (Bandung:Kalam Hidup, t,t), 53 19 Darmawijaya, Sekilas Bersama Paulus, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 112