strategi promosi pariwisata provinsi gyeonggi di … · akhirnya, bali menjadi tujuan utama saya...
TRANSCRIPT
i
TESIS
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA
PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN
UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
KANG HYEONSEOCK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA
PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN
UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
KANG HYEONSEOCK
NIM 1491062001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
TESIS
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA
PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN
UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister Program Studi Kajian Pariwisata,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
KANG HYEONSEOCK
NIM 1491062001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 28 NOVEMBER 2016
Pembimbing I,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt
NIP 196112051986031004
Pembimbing II,
Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP
NIP 195705061984031001
Mengetahui,
Ketua Direktur
Program Studi Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 196112051986031004 NIP 195902151985102001
v
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 25 November 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor 5845/UN14.4/HK/2016, Tanggal 16 November 2016
Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt.
Sekretaris : Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP.
Anggota :
1. Prof. Made Sudiana Mahendra, Mapp.Sc.Ph.D.
2. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS.
3. Dr. Ir. Widiastuti., MT.
vi
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebelum berangkat ke Indonesia, khususnya Bali saya mencari informasi
tentang Indonesia melalui internet dan mulai mengetahui sedikit demi sedikit
tentang berbagai potensi alam, budaya, dan ekonomi Indonesia. Secara khusus,
saya mencari tahu lebih dalam mengenai kepariwisataan Indonesia yang kemudian
mengarahkan saya ke Pulau Dewata. Akhirnya, Bali menjadi tujuan utama saya
untuk belajar tentang sumber daya pariwisata dan karakterisitik pariwisata
Indonesia.
Teman-teman mahasiswa di Universitas Udayana (Unud) maupun teman
seangkatan sering bertanya “Mengapa Pak Kang datang ke Bali untuk studi?”
Saya tersenyum dan menyampaikan bahwa saya sedang mempunyai misi yang
baik untuk Korea dan Indonesia. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih ketika
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Kajian Pariwisata merupakan program studi yang menjadi studi saya
selama dua tahun terakhir di Universitas Udayana. Suatu keberuntungan bagi saya
pribadi karena melanjutkan studi di kampus yang secara inklusif sebagai
„Wonderful Indonesia‟. Teman-teman mahasiswa dari berbagai daerah di
Indonesia berkumpul dan belajar bersama dengan gembira. Saling bertukar
informasi mengenai daya tarik wisata di daerah asalnya, sebaliknya saya
memberikan informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea
dan pariwisata Provinsi Gyeonggi.
Biasanya ketika melakukan studi di luar negeri stres seringkali dialami
karena adanya perbedaan budaya dan cara hidup masyarakat. Saya justru merasa
nyaman karena masyarakat Indonesia ramah, unik, dan terbuka. Kesulitan yang
sempat terpikirkan saat di Korea ternyata hanya pola pikir (mindset) yang keliru
sebab kehidupan sehari-hari selama di Indonesia membawa kesenangan bagi saya.
Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain itu, selama hampir 50 tahun, saya tidak pernah belajar atau bekerja
di bidang kepariwisataan. Bali memberikan pengetahuan kepariwisataan tentang
karakteristik kehidupan seseorang sambil menikmati keindahan alam dan budaya
Indonesia, khususnya Bali. Ketika tubuh dan hati lelah, saya mengelilingi pantai
vii
dan menikmati gemuruh ombak sambil menikmati sunrise, sunset dan panorama
landscape pegunungan dengan teman-teman Indonesia.
Saya juga mengunjungi kebun kopi, sekolah atau desa yang terletak di
kampung yang jauh dari keramaian. Terkadang berpartisipasi dalam upacara
pernikahan, pemakaman, dan potong gigi. Saya dapat merasakan budaya
tradisional masyarakat Bali. Pikiran terbuka (open mind) mereka menambah
wawasan pengetahuan dan memberikan pandangan atau misi yang baru bagi saya
yang sebelumnya hanya tinggal di Korea. Saya ucapkan terima kasih kepada
Pulau Dewata Bali.
Perhatian dan kesempatan sebagai mahasiswa dan keluarga besar
Universitas Udayana begitu bermakna bagi saya pribadi. Berkat dorongan besar
dari Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas
Udayana dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana, saya dapat menyelesaikan pendidikan Program
Magister Pariwisata Universitas Udayana. Penulis ucapkan terima kasih untuk
kampus yang memiliki visi sebagai institusi pendidikan yang unggul, mandiri, dan
berbudaya yaitu almamater tercinta Universitas Udayana.
Sebagai PNS yang sudah lama tidak belajar setelah lulus S2 Ilmu Hukum
di Dongguk University pada tahun 1993, melanjutkan gelar master di luar negeri
adalah tantangan besar. Dengan berbagai tantangan dalam penelitian maupun
penulisan, berkat bimbingan Prof. Darma Putra sebagai pembimbing I, Dr.
Syamsul Alam Paturusi sebagai pembimbing II dan Prof. Dr. Made Antara, MS.,
Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D., Dr. Ir. Widiastuti, MT. sebagai Penguji,
akhirnya karya ilmiah (tesis) ini dapat terselesaikan.
Proses bimbingan yang dimulai sejak saat menetapkan judul,
konseptualisasi penelitian, metodologi, hingga penyajian hasil analisis merupakan
proses pembelajaran bagi saya karena saran dari kedua dosen pembimbing dan
ketiga dosen penguji sangat berarti untuk menyempurnakan penelitian ini. Saya
juga terkadang melakukan diskusi dan sharing dengan teman-teman untuk
memberikan masukan dan dukungan moral. Tak ada kata yang lebih indah untuk
saya ucapkan selain terima kasih kepada dosen pembimbing, staff dan teman-
teman di Program Studi Magister Kajian Pariwisata.
viii
Selanjutnya, Prof. Darma Putra merekomendasikan agar saya mengajar
teman-teman sekelas tentang budaya Korea dan Bahasa Korea, maka pengalaman
tersebut di UNUD selama dua semester menjadi kenangan (memory) yang
berharga setelah kembali Korea. Menariknya, Prof. Darma berpesan dengan
slogan “memang ada jawaban di lapangan daripada di meja tulis”. Pesan ini
terbukti karena saya menemukan fakta-fakta yang menarik seperti karakteristik
wisatawan, hubungan transaksional agen perjalanan wisata, dan fakta-fakta unik
lainnya.
Memang di masa kepemimpinannya, Prof. Darma Putra mementingkan
studi lapangan sehingga mahasiswa dapat mengetahui korelasi antara teori dan
praktek di lapangan. Mahasiswa seringkali diajak untuk melakukan studi lapangan
seperti mengunjungi situs warisan budaya subak Jatiluwih dengan daya tarik Rice
Terracenya, Taman Ayun, dan daya tarik wisata lainnya. Mahasiswa juga
dipertemukan dengan stakeholder yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan kepariwsataan Indonesia yaitu ITDC di Nusa Dua.
Fakta menarik lainnya adalah Provinsi Gyeonggi dan Indonesia memiliki
kesamaan dalam fenomena kunjungan wisatawan. Sumber daya pariwisata di
Provinsi Gyeonggi begitu potensial karena jenis daya tarik wisatanya yang
beragam. Namun, dibandingkan dengan Ibu Kota Seoul atau Pulau Jeju, jumlah
kunjungan wisatawan asing di Provinsi Gyeonggi belum begitu signifikan.
Demikian halnya di Indonesia, daya tarik wisata yang dimilikinya
sangatlah potensial, namun wisatawan mancanegara yang berkunjung relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia mencapai sekitar 9 juta orang pada tahun 2015, yang
jumlah ini masih berada bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan
data dan fakta tersebut maka saya berharap hasil penelitian tesis ini memberikan
sesuatu solusi bagi kedua Negara untuk pembangunan kepariwisataan di masa
depan.
Denpasar, November 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI
KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi promosi pariwisata
yang efektif kepada wisatawan Indonesia yang berkeinginan untuk mengunjungi
Korea. Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan
Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul,
pulau Jeju, sedangkan di Provinsi Gyeonggi singgah beberapa jam atau
merupakan jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata
yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ(DeMiliterized Zone), warisan
budaya dunia. Namun, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat
mengunjungi daya tarik wisata ini.
Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu
Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Data kualitatif berasal
dari informan penelitian yaitu ahli pemangku kepentingan pariwisata. Selain itu
dibutuhkan juga data kuantitatif sebagai data pendukung. Data kuantitatif
dikumpulkan dengan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada
responden yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk saat ini, kebanyakan
wisatawan Indonesia menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden
ingin mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang.
Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain: DMZ
(38,2%), English Village (31,6%), Everland (30,3%) dan jenis pariwisata yang
lain seperti wisata edukasi (33,8%), meditasi (20%), medis (15%) juga menarik
minat orang Indonesia.
Promosi pariwisata Gyeonggi diharapkan diselenggarakan melalui tiga
pendekatan, diantaranya; Pertama, kerjasama langsung antara agen perjalanan
wisata melalui bantuan BtoB dan Fam Tour. Kedua, pemasaran website dan Social
media yang sering diakses oleh orang Indonesia. Ketiga peningkatan kerjasama
antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dengan Pemerintah Daerah di Indonesia,
serta kemitraan dengan perusahaan dan lembaga pendidikan di Indonesia.
Kata Kunci: Promosi Pariwisata, Pariwisata Provinsi Gyeonggi, Wisatwan
Indonesia.
x
ABSTRACT
PROMOTION STRATEGY ON TOURISM GYEONGGI PROVINCE
FOR ATTRACTING INDONESIAN TOURISTS
This study aims to identify the effective promotion strategies on tourism of
Gyeonggi Province toward Indonesian tourists who wish to visit Korea. Based on
the tourist attractions that are visited, mostly Indonesian tourists plan their trip to
the popular attractions such as the capital city of Seoul, Jeju island, whereas in
Gyeonggi Province, they only stop for a few hours or is only a bypassed path.
Gyeonggi Province has a tourist attraction that is varied and interesting as
Everland, DMZ (DeMiliterized Zone), a world cultural heritage. However, most
Indonesian tourists have not had enough time to visit this tourist attractions.
The method used basically is a qualitative descriptive study. The research
location was set in the two countries, namely Korea (Gyeonggi Province) and
Indonesia (Bali and Jakarta). Qualitative data was derived from research
informants who are experts and tourism stakeholders. It also requires quantitative
data as a supporting data. Quantitative data was collected by distributing
questionnaires to the respondents amounted to 80 people. The sampling technique
used was purposive sampling.
The results shows that nowadays, most Indonesian tourists are using travel
packages, while 52.5% of respondents wanted to visit Korea by way of personal
travel in the future. Interesting tourist attractions for Indonesian tourists, among
others: DMZ (38.2%), English Village (31.6%), Everland (30.3%) and other types
of tourism such as travel education (33.8%), meditation (20%), medical (15%)
also attracts people of Indonesia.
Promotion strategies on tourism of Gyeonggi Province is expected to be
held through three approaches, including; First, direct cooperation between travel
agents through the help of „B to B‟ and „Fam Tour‟. Second marketing through a
website and social media frequently accessed by the people of Indonesia. Third
cooperation between Gyeonggi Provincial Government and Local Government in
Indonesia, as well as partnerships with companies and educational institutions in
Indonesia.
Keywords: Tourism Promotion, Tourism of Gyeonggi Province, Indonesian
Tourists
xi
RINGKASAN
Hubungan dan pertukaran warga antara Korea Selatan dan Indonesia
semakin meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik
secara resmi pada tahun 1966. Kerjasama Korea Selatan-Indonesia diprioritaskan
pada bidang ekonomi, dan sosial budaya. Secara ekonomi nilai realisasi investasi
Korea di Indonesia pada tahun 2013, sebesar US$2,2 milyar, maka Korea
merupakan penanam modal (investor) terbesar ke-4 yang menanamkan modalnya
(capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014.
Dalam aspek sosial budaya, fenomena „Hallyu‟ sebagai Korean Pop
Culture di Indonesia juga menjadi salah satu aspek yang menunjang hubungan
masyarakat antara Indonesia dan Korea, baik secara langsung maupun tidak
langsung. „Hallyu‟ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra
Korea di mata dunia internasional. Fenomena ini terlihat di Indonesia, masyarakat
Indonesia tertarik dengan „Hallyu‟ bahkan mereka mempelajari kebudayaan yang
dimiliki oleh negara Ginseng. Dapat dikatakan bahwa „Hallyu‟ menjadi faktor
pendorong utama evolusi sektor pariwisata Korea Selatan.
Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound tour ke
Korea meningkat secara statistik. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara mencapai 14,2 juta wisatwan. Indonesia menyumbang sebanyak 208
ribu wisaatwan. Hal ini menunjukan keadaan peningkatan angka kunjungan
sebanyak 10,1% apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah 189
ribu wisatawan.
Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan
Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul,
pulau Jeju, dan gunung Seorak, sedangkan di Provinsi Gyeonggi singgah beberapa
xii
jam atau jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata
yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ, warisan budaya dunia. Namun,
kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata di
Provinsi Gyeonggi.
Dengan kata lain, tingkat preferensi terhadap daya tarik wisata tersebut
masih sangat rendah karena calon wisatawan tidak mempunyai kesempatan untuk
memilih produk wisata yang terkait dengan alasan kesulitan dalam menemukan
produk wisata Provinsi Gyeonggi di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Pertama, bagaimana persepsi
wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi? Kedua,
bagaimana klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata
Provinsi Gyeonggi? Ketiga, Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi
Gyeonggi bagi wisatawan Indonesia?
Untuk mengetahui alasan atau kecenderungan wisatawan Indonesia di atas,
identifikasi tentang persepsi dan tingkat minat wisatawan Indonesia terhadap
pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi dilakukan melalui survei kepada agen-
agen perjalanan wisata di Indonesia. Selanjutnya, identifkasi mengenai kesesuaian
eksistensi daya tarik wisata Gyeonggi menurut preferensi atau kebutuhan
wisatawan Indonesia.
Analisis teori SWOT digunakan untuk mengetahui efektifitas program
pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Teori strategi pemasaran
digunakan sebagai formulasi pemasaran pariwisata Gyeonggi melalui tiga
indikatornya yaitu segmentasi pasar (segmenting), penetapan target atau sasaran
pasar (targeting), penetapan posisi pasar (positioning). Teori strategi promosi
digunakan untuk melakukan promosi pariwista Gyeonggi yang bertujuan
xiii
memberikan informasi dan memengaruhi calon wisatawan Indonesia untuk
mengambil keputusan dalam memilih produk-produk pariwisata di Provinsi
Gyeonggi.
Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu
Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Metode pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) pada dinas
pariwisata, agen-agen perjalanan wisata, dan lembaga pariwisata di Jakarta dan
Bali (Indonesia) serta di Provinsi Gyeonggi (Korea). Data kuantitatif digunakan
untuk mendukung penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden
yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kebanyakan wisatawan Indonesia
memilih menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden ingin
mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang.
Adapun persepsi wisatawan Indonesia mengenai atraksi wisata sebelum dilakukan
promosi wisata, sebanyak 78.8% telah mengetahui produk wisata Korea dan 30%
responden pernah mendengar terhadap Gyeonggi. Setelah dilakukan promosi
ternyata terjadi perubahan signifikan terkait minat wisatawan Indonesia ke
Provinsi Gyeonggi, sebesar 96,8% berminat untuk mengunjungi destiasi wisata di
Gyeonggi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebab utama rendahnya
persepsi terhadap Geyonggi dikarenakan kurangnya strategi pemasaran dan
promosi pariwisata Gyeonggi.
Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain:
DMZ dan Imjingak (38,2%), English Village (31,6%), Everland (30,3%), Benteng
Hwaseong (23,7%) dan dari sisi jenis pariwisata dianraranya wisata edukasi
xiv
(33,8%), meditasi (20%), medis (15%) menarik minat orang Indonesia. Hasil data
di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia telah bergeser,
wisatawan lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi
serta wisata berbasis edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai dan bermain
pasir.
Dilihat dari sisi segmentasi dan penetapkan target pasar, pertama, daya
tarik wisata tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket
produk wisata Korea dapat dipromosikan kepada wisatawan umum di Jawa atau
Bali. Kedua, produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk
dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu. Ketiga, produk
wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja
seperti siswa atau mahasiswa. Keempat produk wisata pendidikan ditujukan pada
sekolah internasional atau sekolah swasta. Kelima, produk wisata medis perlu
dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari
kelas ekonomi tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak
panjang. Keenam wisata pertahanan seperti DMZ, layak direkomendasikan
sebagai wisata minat khusus. Ketujuh konfigurasi produk wisata yang
digabungkan pada dua atau tiga negara dipromosikan pada target pasar Indonesia,
yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. Kemudian dari
sisi Positioning Gyeonggi, membentuk citra Gyeonggi dengan produk alternatif
yang beraneka ragam, harga produk wisata normal dan wajar, serta kualitas dan
pelayanan pariwisata Gyeonggi tetap bertaraf tinggi.
Dari sisi strategi promosi pariwisata Gyeonggi dapat diatur dalam tiga
aspek sebagai berikut. Pertama, agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi
melakukan pemasaran kepada agen-agen perjalanan wisata di Indonesia secara
aktif dan langsung. Oleh karena itu, dibangun hubungan kepercayaan (mutual
xv
trust) antara agen perjalanan wisata di kedua negara, maka BtoB, Fam Tour yang
diselenggarakan di Indonesia dan Provinsi Gyeonggi dapat menjadi jembatan bagi
agen perjalanan wisata antara kedua negara. Kedua, strategi pemasaran melalui
Online adalah cara promosi yang paling umum dan mudah karena pengguna
smartphone semakin berkembang jumlahnya, termasuk di Indonesia. Terdapat
tiga cara dalam strategi pemasaran melalui online antara lain, membangun website
sendiri agar memungkinkan akses oleh lebih banyak orang terlepas dari lokasinya,
menampilkan iklan dalam website dan Social media, dan mengoperasikan
sekelompok wartawan/jurnalis dan pelajar/mahasiswa yang meliput 'Pariwisata
Gyeonggi'.
Ketiga, peningkatan citra dan persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan
mampu ditingkatkan dengan membangun hubungan kerjasama dengan
Kota/Kabupaten di Indonesia. Ada tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk
menjalin kerjasama dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi
Gyeonggi antara lain, sinergi kerjasama pemerintah daerah antara kedua negara,
kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti antara Universitas, serta kerjasama
dengan pihak swasta seperti tempat syuting yang lengkap ditawarkan pada
perusahaan atau industri perfilman di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diajukan saran yaitu:
Pemerintah Pusat Korea diharapkan melakukan formulasi kebijakan yang
memungkinkan wisatawan Indonesia dapat berkunjung ke Korea dengan cara
pengambilan Visa Perjalanan yang lebih sederhana dalam jangka waktu pendek.
Kemudian sebagai saran kepada dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi, membantu
secara pro-aktif untuk menyelenggarakan BtoB, Fam Tour di Korea dan Indonesia
dengan berguna untuk membangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan
wisata di kedua negara. Dinas pariwisata ini membentuk lembaga sendiri untuk
xvi
mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan
pertukaran internasional, pembangunan database, promosi pariwisata, dan lain-
lain.
Selain itu, Dinas Pariwisata ini menyediakan pusat data (database)
kepariwisataan agar tersedia data statistik yang dapat dianalisis kemudian
disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Dinas
Pariwisata Provinsi Gyeonggi semestinya memperbanyak jumlah ahli bahasa
Indonesia yang profesional dan resmi untuk memberikan kenyamanan wisatawan
Indonesia. Apalagi, perlu usaha untuk memperluas pertukaran dan kerjasama
antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota di
Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia.
Sebagai saran kepada agen perjalanan wisata di Korea, mengembangkan
produk pariwisata „musim‟ dan produk wisata budaya Korea yang familiar dan
dikenal. Kemudian, disiapkan produk wisata alternatif yang disesuaikan dengan
preferensi atau kebutuhan wisatawan Indonesia seperti wisata industri, wisata
medis, wisata meditasi, wisata pendidikan. Lalu, disiapkan pula produk perjalanan
insentif bagi pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di
Indonesia. Selanjutnya ditawarkan produk yang memiliki kualitas yang baik dan
menarik dengan harga yang wajar agar wisatawan mempunyai minat untuk
mengunjungi kembali produk destinasi wisata di Provinsi Gyeonggi.
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER ..................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................... v
UCAPAN TRIMAKASIH ............................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
RINGKASAN ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Akademik.................................................................. 9
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN ........................................................ 11
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................ 11
2.1.1 Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara .................... 11
2.1.2 Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi ..................................... 12
2.1.3 Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara .................. 13
2.2 Kajian Konsep ............................................................................... 14
xviii
2.2.1 Pariwisata Massal.................................................................... 14
2.2.2 Pemasaran Alternatif ............................................................... 16
2.2.3 Pemasaran Pariwisata .............................................................. 19
2.2.4 Promosi Pariwisata.................................................................. 20
2.3 Landasan Teori .............................................................................. 22
2.3.1 Teori SWOT............................................................................ 22
2.3.2 Teori Strategi Pemasaran ........................................................ 23
2.3.3 Teori Bauran Promosi ............................................................. 29
2.4 Model Penelitian ............................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 36
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 36
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 36
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 39
3.3.1 Jenis Data ................................................................................ 39
3.3.2 Sumber Data............................................................................ 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
3.4.1 Wawancara dan Informan ....................................................... 41
3.4.2 Survei dan Responden............................................................. 42
3.4.3 Studi Kepustakaan dan Dokumentasi ..................................... 42
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 43
3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI GYEONGGI ....................... 45
4.1 Gambaran Umum tentang Provinsi Gyeonggi ............................... 45
4.2 Sejarah Provinsi Gyeonggi ............................................................ 49
4.3 Kondisi Kepariwisataan Provinsi Gyeonggi .................................. 50
4.3.1 Warisan Budaya Dunia ........................................................... 51
4.3.2 City of Crafts and Folk Art ..................................................... 52
4.3.3 Taman Hiburan ....................................................................... 53
4.3.4 Pariwisata Pertahanan ............................................................ 54
4.3.5 Tempat Syuting ....................................................................... 55
4.3.6 English Village ........................................................................ 56
4.3.7 Temple Stay ............................................................................. 57
4.4 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............................................ 59
xix
4.5 Analisis Produk Wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi ................. 63
4.6 Karakteristik Responden ................................................................ 67
4.6.1 Jenis Kelamin .......................................................................... 67
4.6.2 Tempat Penyebaran Kusioner ................................................. 67
4.6.3 Agama ..................................................................................... 68
4.6.4 Usia ......................................................................................... 69
4.6.5 Pekerjaan ................................................................................. 69
4.6.6 Pendidikan............................................................................... 70
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 71
5.1 Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Provinsi Gyeonggi ........................................................................................ 72
5.1.1 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea ............ 72
5.1.2 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Provinsi Gyeonggi ................................................................................. 87
5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT ............... 94
5.2.1 Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ............... 94
5.2.2 Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ... 100
5.2.3 Segementasi Pasar Pariwisata ................................................. 108
5.2.4 Penetapan Target Pasar Pariwisata ......................................... 112
5.2.5 Positioning Pariwisata Gyeonggi ............................................ 122
5.3 Strategi Promosi Pariwisata ........................................................... 125
5.3.1 Strategi Pemasaran di Indonesia ............................................. 126
5.3.2 Strategi Pemasaran Online ...................................................... 127
5.3.3 Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah ................ 128
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 130
6.1 Simpulan ........................................................................................ 130
6.2 Saran .............................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 134
LAMPIRAN .................................................................................................... 138
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 English Village di Provinsi Gyeonggi ....................................................... 57
4.2 Kuil di Gyeonggi yang mengurus Temple Stay.......................................... 59
4.3 Jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara .............................................. 60
4.4 Jumlah wisatawan mancanegara ke Korea ................................................. 61
4.5 Jumlah wisatawan mancanegara ke Provinsi Gyeonggi ............................ 63
4.6 Produk wisata ke Korea di Indonesia ......................................................... 64
4.7 Angka produk per masa ............................................................................. 65
4.8 Harga paket wisata ..................................................................................... 66
4.9 Jenis Kelamin responden............................................................................ 67
4.10 Daerah responden ..................................................................................... 68
4.11 Agama responden ..................................................................................... 68
4.12 Usia responden ......................................................................................... 69
4.13 Pekerjaan responden................................................................................. 69
4.14 Pendidikan responden .............................................................................. 70
5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir ..................... 72
5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi ............................................... 73
5.3 Kesempatan mendengar/melihat produk wisata Korea .............................. 73
5.4 Cara memperoleh informasi tentang Korea ............................................... 74
5.5 Daya tarik wisata Korea bagi wisatawan Indonesia ................................... 75
5.6 Hambatan untuk mengunjungi Korea ........................................................ 78
5.7 Musim yang diminati bagi wisatawan Indonesia ....................................... 80
xxi
5.8 Rencana ke Korea ...................................................................................... 82
5.9 Jenis pariwisata yang diminati ................................................................... 84
5.10 Minat wisatawan Indonesia terhadap jenis wisata Korea ....................... 86
5.11 Kesempatan memiliki Informasi terkait Provinsi Gyeonggi ................... 87
5.12 Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di
Gyeonggi ................................................................................................. 88
5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi .............................. 88
5.14 Daya tarik wisata di Gyeonggi yang ingin dikunjungi ........................... 89
5.15 Jenis pariwisata yang paling sesuai bagi wisatawan Indonesia .............. 91
5.16 Daya tarik wisata yang paling sesuai bagi wisatawan individu .............. 93
5.17 Matriks SWOT pariwisata Provinsi Gyeonggi ....................................... 107
5.18 Komposisi agama di Indonesia .............................................................. 110
5.19 Penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok usia ........... 111
xxii
DAFTAR GAMBER
Halaman
2.1 Model penelitian........................................................................................ 35
3.1 Gyeonggi Fam Tour dan BtoB yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota
Goyang ..................................................................................................... 37
3.2 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di
DKI Jakarta ............................................................................................... 38
3.3 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di
Bali ........................................................................................................... 38
4.1 Peta Korea Selatan dan Provinsi Gyeonggi .............................................. 45
4.2 Benteng Hwaseong dan Makam Penguasa Dinasti Joseon ....................... 51
4.3 Gama yang di Kota Icheon ........................................................................ 52
4.4 Everland .................................................................................................... 53
4.5 DMZ .......................................................................................................... 54
4.6 Tempat Syuting ......................................................................................... 55
4.7 English Village .......................................................................................... 56
4.8 Temple Stay ............................................................................................... 58
5.1 Mengalami Budaya Korea......................................................................... 114
5.2 Samsung Museum Inovasi di Kota Suwon ............................................... 117
5.3 Positioning pariwisata Gyeonggi .............................................................. 123
xxiii
DARTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman wawancara dan
Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Korea) .......................... 137
2. Pedoman wawancara .................................................................................. 141
3. Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Indonesia) ..................... 142
4. Kuesioner untuk peserta acara promosi wisata Gyeonggi ......................... 143
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan dan pertukaran warga antara Korea dan Indonesia semakin
meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara
resmi pada tahun 1966. Pemerintah Indonesia (Republik Indonesia) dan
Pemerintah Korea (Republic of Korea) telah sepakat menandatangani The Joint
Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on
Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st
Century pada tanggal 4 Desember 2006 di Jakarta. Kesepakatan kedua negara
tersebut ditandatangani oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan
Presiden Korea Roh Moo-hyun (Kedutaan Besar Indonesia di Seoul, 2015).
Setidaknya terdapat tiga pilar kerjasama pada Joint declaration itu yaitu:
kerjasama politik, keamanan dan kerjasama ekonomi, perdagangan,investasi, serta
kerjasama sosial budaya. Dengan demikian, melalui Joint declaration tersebut,
semakin diperkuat hubungan yang harmonis dan dikembangkan di antara kedua
negara. Artinya, ketiga pilar sebagaimana yang dimaksud di atas, sebagai upaya
untuk mendorong kedua negara mempererat persahabatan dan menciptakan
kerjasama yang lebih kongkrit.
Penandatanganan Joint Declaration telah membuat kecenderungan
investasi dan perdagangan Korea terhadap Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Signifikansi investasi Korea terhadap Indonesia dapat ditinjau dari
nilai investasi Korea pada tahun 2013. Berdasarkan data Korea Trade–Investment
Promotion Agency (2015), nilai realisasi investasi Korea di Indonesia pada tahun
tersebut, sebesar USD 2,2 milyar, meningkat sebesar 11,4% dibandingkan tahun
2012 dengan nilai investasi sebesar USD 1,95 milyar.
Korea merupakan penanam modal (investor) terbesar keempat yang
menanamkan modalnya (capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014.
Hal ini menunjukan bahwa Korea berupaya memberikan kontribusi yang
signifikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia (Kedutaan Besar
Indonesia di Seoul, 2015). Sementara itu, jika ditinjau dari aspek ketenagakerjaan,
sampai dengan bulan Januari 2015 terdapat sekitar 35 ribu tenaga kerja asal
Indonesia yang bekerja di Korea. Sebaliknya, terdapat sekitar 50 ribu warga
negara Korea di Indonesia dengan sekitar 2.500 perusahaan yang bergerak di
berbagai bidang industri yang telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat Indonesia (Korea Trade–Investment Promotion Agency, 2015).
Lebih lanjut, fenomena „Hallyu‟ sebagai Korean Pop Culture di Indonesia
juga menjadi salah satu faktor yang menunjang hubungan people-to-people
contact baik secara langsung maupun tidak langsung antara Indonesia dan Korea.
„Hallyu‟ merupakan strategi pemasaran Korea untuk memengaruhi negara lain,
seperti Cina, Jepang, Rusia, Perancis, Brazil, dan termasuk Indonesia (Ha
Kyunghee, 2008: 110).
Masyarakat Indonesia pun menikmati keindahaan kebudayaan Korea
melalui acara-acara TV, musik, dan drama Korea. Di Indonesia fenomena
„Hallyu‟ dapat dilihat dalam berbagai hal, misalnya kalangan remaja yang menjadi
fans fanatik grup band asal Korea seperti Big Bang, Girls Generation, Exo, Super
Junior, dan lain sebagainya. Di kalangan dewasa atau orang tua, tayangan drama
Jewel in the Palace (Dae Jang Geum) yang ditampilkan pada salah satu TV
swasta nasional telah memikat perhatian para ibu-ibu di Indonesia dengan cerita
yang menarik (Korea Creative Content Agency, 2014:137).
Sejarah fenomena „Hallyu‟ yang muncul sejak awal 2000-an telah
menjadikan Korea sebagai negara pengekspor kebudayaan yang sebelumnya
hanya merupakan negara pengimpor kebudayaan, bahkan kebanyakan orang
sepakat bahwa „Hallyu‟ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra
Korea di mata dunia internasional ke arah yang lebih baik sebagai suatu jenis
diplomasi yang bersifat multidimensi (Suray 2009:6, Riska 2012:5).
Perubahan citra Korea tersebut, dianggap sebagai faktor pendorong utama
evolusi sektor pariwisata Korea yang memungkinkan pertumbuhan wisatawan
mancanegara dua kali lipat selama 12 tahun terakhir. Meskipun terdapat keadaan
yang berbeda dalam pertumbuhan pada negara masing-masing, tidaklah
berlebihan kalau dikatakan bahwa sikap dan pengetahuan terhadap „Hallyu‟
memengaruhi motivasi wisatawan secara menyeluruh (Ha Kyunghee, 2008: 114).
Ditinjau dari bidang akademis, banyak mahasiswa asal Indonesia yang
belajar di Institut Bahasa Korea di Seoul. Sebaliknya, mahasiswa asal Korea juga
belajar di Indonesia, misalnya, di bidang Pariwisata, Bahasa Indonesia, Sastra
Indonesia, dan lain-lain. Peningkatan kerjasama di bidang sosial dan kebudayaan
dalam bingkai pendidikan pun semakin membaik. Beberapa universitas terkemuka
di Indonesia seperti, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas
Brawijaya, dan Universitas Hasanuddin telah membuka Program Studi Bahasa
dan Kebudayaan Korea.
Hal ini menunjukan bahwa kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan
di Indonesia melihat kebudayaan Korea sangat penting untuk dipelajari bagi
generasi muda bangsa Indonesia. Dalam artian, hubungan antara kedua negara
tidak hanya pada tataran elit pemerintahan melainkan harus juga pada peningkatan
hubungan antara masyarakat Indonesia dan Korea. Implikasinya, setelah
pembukaan program tersebut, kalangan remaja yang baru menamatkan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Indonesia dan tertarik untuk mempelajari bahasa dan
kebudayaan Korea, pada akhirnya melanjutkan studi pada jurusan bahasa maupun
sastra Korea. Selain itu, pada tahun 2011 kursus bahasa Korea di Jakarta telah
melebihi 100 tempat kursus (Newsis Korea, 22. Dec. 2013).
Pada sektor pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound
tour ke Korea juga terus-menerus mengalami peningkatan. Melihat dari sudut
pandang inbound tour, pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang mengunjungi Korea mencapai 14.201 ribu orang, jumlah
tersebut mengalami peningkatan 16,6% dibandingkan dengan tahun 2013 (12.175
ribu orang). Wisatawan asal Cina dan Hongkong merupakan penyumbang terbesar
jumlah wisatawan asing di Korea (Korea Tourism Organization, 2015).
Jika dilihat dari data historis mengenai jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara mengunjungi Korea, pada tahun 1978 jumlah wisatawan
mancanegara ke Korea sebanyak 1 juta orang, sedangkan di awal abad 21 atau
tepatnya pada tahun 2000 tercatat 5 juta orang mengunjungi Korea. Apabila
dianalis dari tahun 1978 sampai 2000 tidak ada peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Korea secara signifikan, penulis berargumentasi hal ini terjadi
karena krisis keuangan di Korea terkait IMF (International Monetary Fund).
Namun demikian, tahun 2005 menjadi titik awal peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara bepergian ke Korea dan peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara satu juta orang per tahun pun tercapai pada tahun 2008. Data dari
Korea Tourism Organization mencatat bahwa pada tahun 2012 angka kunjungan
wisatawan mancanegara telah mencapai lebih dari 10 juta orang dan lebih dari 14
juta orang pada tahun 2014.
Penyebab tercapainya pertumbuhan yang tinggi secara kuantitatif dalam
jangka waktu singkat seperti yang disebutkan di atas, karena adanya kenaikan
wisatawan mancanegara dari Cina dan Asia Tenggara, kebijakan pembukaan Cina
dan pertumbuhan perekonomian negara dalam Asia Tenggara yang memiliki
kedekatan secara budaya (Korea Tourism Organization, 2015).
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang saat ini,
mengalami pertumbuhan perekonomian juga memberikan dampak pada jumlah
wisatawannya yang berkunjung ke Korea. Di tahun 2014, jumlah wisatawan asal
Indonesia yang mengunjungi Korea adalah 208 ribu orang. Hal ini menunjukan
keadaan peningkatan angka kunjungan sebanyak 10,1% apabila dibandingkan
dengan tahun 2013 yang berjumlah 189 ribu orang.
Kebanyakan orang Indonesia mempunyai sudut pandang tentang Korea
bahwa daya tarik wisata Korea sangat populer dan menarik. Menurut data
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, pada tahun 2014 jumlah
wisatawan Indonesia ke luar negeri sebanyak 7.899 ribu orang yang mengalami
sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2013. Apalagi jumlah wisatawan
Indonesia ke Cina, yang berdekatan dengan Korea secara geografis mengalami
penurunan 6,4%, apabila dibandingkan dengan tahun 2013. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa saat ini wisatawan Indonesia lebih memilih berwisata ke
negeri ginseng (Korea) dari pada ke negeri tirai bambu (Cina).
Berdasarkan data wisatawan mancanegara yang mengunjungi Provinsi
Gyeonggi pada tahun 2014 sebanyak 1.846 ribu orang. Data ini menunjukan
bahwa pada tahun 2014 rasio pengunjung di Provinsi Gyeonggi adalah 13% dari
jumlah 14.202 ribu wisatawan mancanegara yang mengunjungi Korea (Buku
Tahunan Statistik Gyeonggi 2015, lihat Tabel 4.5) .
Namun demikian, berdasarkan program pariwisata Korea kepada
wisatawan Indonesia baru-baru ini, sebagian besar jadwal tersebut terdiri dari
beberapa daya tarik wisata seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dari sekian banyak pilihan yang ada,
hanya beberapa daerah saja yang baru dikunjungi. Dengan kata lain, kebanyakan
wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea hanya pada daya tarik wisata yang
populer menurut persepsi mereka. Padahal di dalam Provinsi Gyeonggi terdapat
banyak daya tarik wisata yang menarik seperti yang akan disebutkan pada bab
empat. Artinya, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi
Provinsi Gyeonggi.
Dengan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan suatu strategi
pemasaran dan promosi terhadap daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang
dikemas secara menarik, efektif, dan efisien bagi wisatawan asal Indonesia. Hal
ini dikarenakan ciri khas dari kebanyakan wisatawan Indonesia yang mengunjungi
Korea untuk pertama kali, maka biasanya mereka hanya mengadakan perjalanan
di daya tarik wisata yang populer saja, bahkan agen perjalanan wisata di Indonesia
juga hanya merekomendasikan daya tarik wisata populer di Korea. Dengan
demikian, melalui pemasaran dan promosi pariwisata tersebut terhadap wisatawan
asal Indonesia diharapkan akan memilih berwisata di Provinsi Gyeonggi dan
tinggal lebih lama seperti wisatawan asal Jepang dan Cina.
Lebih lanjut, melalui penelitian mengenai pemasaran dan promosi
pariwisata maka dapat diidentifikasi produk wisata alternatif atau tematik yang
lebih sesuai (attractive) dengan minat atau preferensi wisatawan Indonesia.
Dengan demikian, fokus penelitian ini tertuju pada strategi pemasaran dan
promosi wisata Provinsi Gyeonggi yang potensial dan menarik bagi wisatawan
Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, perlu ada pemahaman secara tepat (ilmiah)
berkaitan dengan persepsi terhadap daya tarik wisata dan preferensi wisatawan
Indonesia yang berwisata ke Korea. Termasuk dalam hal ini adalah aspek
kepuasan wisatawan di Provinsi Gyeonggi dan menemukan penyebab mengapa
waktu tinggal atau berwisata wisatawan asal Indonesia di Provinsi Gyeonggi
terlalu pendek. Hal ini penting sebagai rekomendasi kepada pihak Pemerintah
Provinsi sehingga ada upaya formulasi kebijakan-kebijakan promosi pariwisata
agar tercipta efektivitas dan efisiensi untuk menarik wisatawan asal Indonesia.
Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk membahas mengenai daya
tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menarik minat wisatawan
Indonesia untuk mengajak mengunjungi Provinsi Gyoenggi. Dengan kata lain,
fokus utamanya adalah bagaimana menginformasikan atau melakukan promosi
daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyeonggi
sendiri yang menarik kepada calon wisatawan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan
Provinsi Gyeonggi?
b. Bagaimana preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata
Provinsi Gyeonggi?
c. Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi bagi
wisatawan Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk menginformasikan daya tarik wisata di
Provinsi Gyeonggi yang disesuaikan dengan minat atau preferensi calon
wisatawan Indonesisa.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil identifikasi
terkait dengan wisatawan Indonesia yang hanya tinggal beberapa jam di Provinsi
Gyeonggi dan untuk mengetahui apa yang lebih menarik dan dipilih sebagai daya
tarik wisata bagi wisatawan Indonesia. Pemaparan poin-poin khusus penelitian
dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui persepsi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik
wisata yang ditawarkan oleh Provinsi Gyeonggi.
b. Untuk mengidentifikasi strategi segmentasi pasar, penetapan target,
penetapan posisi menurut klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia.
c. Untuk mengusulkan strategi promosi pariwisata Gyeonggi yang lebih
efektif dan disesuaikan dengan karakter wisatawan Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat peneltian ini terdiri dari dua macam manfaat yaitu manfaat
akademik dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Akademik
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan dan pembangunan keilmuan khususnya dalam informasi
kepariwisataan mengenai cara kerjasama melalui evaluasi komperatif terhadap
lintas wisatawan antara Indonesia dan Korea.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendukung dan
mencanangkan daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi, dan dapat dijadikan tolak
ukur formulasi kebijakan khususnya bagi Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi dan
umumnya, bagi Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Korea serta Indonesia.
Selain itu, juga dapat bermanfaat bagi stakeholder lainnya, seperti agen perjalanan
wisata, perusahaan pariwisata di Provinsi Gyeonggi, dan lain-lain. Dengan
demikian, penelitian ini dapat menjadi contoh katalisator pengembangan
pariwisata dan diharapkan dapat mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan
untuk menarik wisatawan Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini menggunakan beberapa studi atau hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai upaya untuk menarik wisatawan mancanegara ke
Korea. Ditinjau dari aspek kuantitas, studi tentang upaya untuk menarik minat
wisatawan mancanegara yang menjelajahi Korea telah dibahas dalam beberapa
kajian oleh beberapa peneliti. Namun demikian, masih terdapat keterbatasan
dalam hal fokus penelitian. Dari hasil tinjauan kepustakaan yang penulis lakukan,
diketahui bahwa belum cukup hasil studi yang dilakukan untuk membahas
mengenai penarikan wisatawan dari negara-negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia.
2.1.1 Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara
Berdasarkan dari pengumpulan penelitian-penelitian terdahulu, studi-studi
yang berhubungan dengan penarikan wisatawan ke Korea, khususnya Cina cukup
banyak ditemukan. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Kim Heungsik (2009)
berjudul „Marketing Strategies Attracting Chinese Tourists to Gyeonggi-Do‟, Ha
Kyunghee (2008) yang fokus untuk meneliti Hallyu, Korean Wave dengan judul
„Inducing Strategy of Chinese Tourists; Focusing on the Hallyu-Korean Wave‟,
dan Kim Gicheol (2015) mengenai strategi kota kembar antara Cina dan Kota-
11
Kota atau Kabupaten di Provinsi Gyeonggi yang berjudul „A Study on the Strategy
for Attracting Tourists of Sister City in China to Gyeonggi-Do‟.
Penelitian-penelitian di atas dan penelitian ini yang dibahas memiliki
kesamaan pada strategi penarikan wisatawan asing. Strategi tersebut merujuk pada
pengaruh Hallyu sebagai motivasi pariwisata Korea. Namun demikian, penelitian
ini berfokus pada pemasaran dan promosi pariwisata bagi wisatawan Indonesia
yang mengunjungi Provinsi Gyeonggi di masa mendatang.
2.1.2 Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi
Beberapa penelitian atau studi terdahulu tentang pariwisata alternatif atau
wisata tematik di provinsi Gyeonggi antara lain sebagai berikut.
Kim Heugsik (2013) mengenai pariwisata MICE yang berjudul „A
Strategy for the Development of MICE Industry as New Engine of Growth in
Gyeonggi-Do‟, Lee Sujin (2014) dengan kajiannya tentang Medical Tourism
dalam „Reseach on Developing Strategic Policies for Medical Tourism in
Gyeonggi-Do‟, Sin Gidong (2014) mengenai pariwisata kecantikan yang berjudul
„A Study on the Curent Conditions of Beauty Industry in Gyeonggi-Do‟, dan Lee
Sangun dkk (2011) yang fokus penelitiannya mengenai perubahan tren pariwisata
di Provinsi Gyeonggi yang berjudul „A Study on IncheonㆍGyeonggi-do Tourism
Revitalization for Improvement: Focus on the changes of tourism trends‟.
Penelitian-penelitian di atas berfokus pada tentang pariwisata alternatif
atau pariwisata tematik seperti MICE Industry, Medical Tourism, Beauty Industry,
sedangkan pada penelitian ini penulis memfokuskan pada daya tarik wisata
alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyoenggi yang disesuaikan
dengan klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia.
2.1.3 Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara
Sementara itu, beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan
kepariwisataan antara Asia Tenggara dan Korea telah dilakukan, namun penelitian
tersebut masih umum dan belum spesifik merujuk pada lokasi penelitian yakni
Provinsi Gyeonggi. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang dimaksud Han
Huijoo (2009) mengenai „An Exploratory Study on the Malaysian Muslim
Tourism Market to Korea‟, dan Kim Jaewon (2012) dengan penelitianya yang
berujudul „Tourists Characteristics of South-East Asian inbound market in Korea
- Comparison with Japanese and Chinese inbound markets‟.
Seperti yang dikemukakan penulis di atas, meskipun sudah banyak
penelitian mengenai cara-cara menarik wisatawan Cina ke Korea, akan tetapi riset
yang mengkaji mengenai hubungan pariwisata antara Asia Tenggara dan Korea di
kalangan akademisi Korea masih kurang, bahkan riset pariwisata antara Indonesia
dan Korea (Provinsi Gyeonggi) belum dilakukan sampai saat ini. Sehingga dalam
pandangan ini, penelitian-penelitian tersebut belum komprehensif, spesifik, dan
bersifat multi-dimensional bagi pemasaran pariwisata Korea di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Hal ini dikarenakan belum merujuk pada penelitian-
penelitian terhadap negara lainya, misalnya saja Indonesia dan Korea yang
menjadi kajian penelitian penulis saat ini.
Dengan demikian, penelitian ini berupaya membantu secara akademis para
akademisi, mahasiswa, dan pelajar yang ingin mencari hasil riset atau artikel
tentang kepariwisataan antara Indonesia dan Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi.
2.2 Kajian Konsep
2.2.1 Pariwisata massal
Menurut Failker (1997:14), pariwisata massal memiliki karakteristik yakni:
(1) jumlah wisatawan yang mengikuti perjalanan dalam jumlah besar (group); (2)
pembelian paket wisata dan perjalanan sangat diseragamkan (tidak ada pilihan); (3)
perjalanan diatur segalanya oleh agen perjalanan wisata; (4) wisatawan yang
mengikuti perjalanan ini relatif tidak berpengalaman; (5) wisatawan yang
mengikuti perjalanan ini tidak canggih; (6) mengunjungi daerah tujuan wisata,
hanya untuk bersantai, menikmati pemandangan dan melihat sinar matahari, pasir
putih dan pantai putih, (7) wisatawan di daerah tujuan wisata banyak mengunjungi
dan menyaksikan daya tarik wisata; (8) jadwal perjalanannya sangat padat.
Poon (1997: 15) dalam buku Tourism Technology and Competitive
Strategies, mengatakan pariwisata massal (pariwisata konvensional) berorientasi
pada paket wisata atau kelompok, produk wisata yang dibakukan menurut pasar
massal dan perjalanan ke banyak tujuan dan waktunya lebih lama. Kodhyat (1997:
75) menyebutkan pariwisata massal sebagai pariwisata modern atau konvensional,
dimana jenis pariwisata ini memiliki ciri-ciri yakni kegiatan wisata berjumlah
besar (Mass Tourism), sebagian besar dikemas dalam satuan paket wisata,
pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan berskala besar dan mewah
memerlukan tempat-tempat yang dianggap strategis serta memerlukan tanah yang
cukup luas.
Menurut Poon (1997: 15), sebenarnya pariwisata massal telah membuka
jalan untuk karakteristik pariwisata baru, yaitu: (1) wisatawan yang lebih canggih
dan berpengalaman; (2) lebih suka merencanakan perjalanan wisata mereka
sendiri; (3) bepergian secara mandiri; (4) bersifat lebih spontan dan luwes dalam
mengatur susunan perjalanannya dan (5) mereka terdorong untuk mencari daya
tarik wisata dengan minat khusus seperti wisata budaya, ekowisata, wisata
petualangan, agro wisata dan lain sebagainya.
Fandeli (2002) juga menyatakan bahwa pergeseran minat wisata telah
melahirkan perkembangan pariwisata kearah pola wisata minat khusus (Special
Interest Tourism). Wisatawan minat khusus tidak hanya menginginkan
kesenangan sebagai tujuan wisata, tetapi juga menghendaki wisata yang
berkualitas serta mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru dan unik
(Monica 2013, 30).
Oleh karena itu, penelitian ini berupaya merumuskan pariwisata yang
sesuai dengan minat wisatawan. Artinya, formulasi pariwisata yang berpotensi
pada wisatawan Indonesia. Daya tarik wisata yang dapat meningkatkan tingkat
kepuasan wisatawan Indonesia. Dengan demikian, diperlukan serangkaian
penelitian untuk mengetahui apakah daya tarik wisata Gyeonggi sudah sesuai
dengan minat wisatawan massal Indonesia, atau kalau tidak cocok apakah ada
pilihan yang lain, misalnya saja, pariwisata alternatif, wisata minat khusus, wisata
tematik, atau pariwisata baru sebagai penggantian pariwisata massal.
2.2.2 Pariwisata Alternatif
Pariwisata alternatif secara lebih luas didefinisikan sebagai bentuk
kepariwisataan yang konsisten terhadap nilai alam, social, dan masyarakat yang
memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan menikmati interaksi positif dan
berharga serta berbagai pengalaman. Lebih jauh, ada kecenderungan
wisatawan untuk mencari sesuatu yang baru di daya tarik wisata yang pernah
dikunjungi sebagai alternatif dari yang telah ada. Selain itu, dari segi penawaran
disadari pula bahwa perlu sesuatu yang baru di daya tarik sebagai pilihan terutama
bagi wisatawan yang berkunjung ulang (Eadington dan Smith, 1994: 3-4).
Hasslacher (1984) sebagaimana dikutip oleh Pearce (1994: 22-23),
membuat sintesis variable yang digunakan untuk membedakan mass (hard)
tourism dengan alternative (soft) tourism. Variabel yang disusun diambil dari
berbagai penulis buku dan rangkuman menjadi satu tabel klasifikasi. Secara
umum, dikatakan bahwa perbedaan di antara kedua jenis pariwisata tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Karakteristik kontekstual, fisik, sosial, budaya, lingkungan, atau
ekonomi. Hal ini akan berkaitan dengan dampak yang akan
ditimbulkan.
b. Fasilitas, baik jenis maupun skala. Bila pariwisata masal membangun
fasilitas akomodasi dengan skala besar, kualitas standar, dan harga
standar, maka pariwisata alternatif membangun fasilitas akomodasi
dengan skala terbatas namun bervariasi dalam hal atraksi wisata serta
fasilitas lainnya. Umumnya, pariwisata alternatif cenderung
mempunyai harga yang lebih mahal dengan kualitas pelayanan
premium.
c. Lokasi, yaitu tempat di mana fasilitas tersebut dibangun. Bila
pariwisata masal cenderung dibangun secara ekstensif, maka
pariwisata alternatif cenderung dibangun terlokalisasi.
d. Pengembangan/kepemilikan. Pariwisata alternatif cenderung
dikembangkan dan dimiliki oleh orang lokal yang termotivasi untuk
memanfaatkan kehadiran wisatawan demi keuntungan bagi orang lokal.
Sementara fasilitas pariwisata masal cenderung dimiliki oleh orang
asing dengan usaha yang terjalin dalam jaringan internasional.
e. Proses pembangunan. Dalam pembangunan pariwisata masal,
cenderung memerlukan sumber daya yang sangat besar (listrik, air,
tenaga kerja, modal, dan sebagainya) serta memerlukan waktu yang
lama. Namun dalam proses pembangunan pariwisata alternatif,
cenderung menggunakan sumber daya yang terbatas.
f. Pasar dan pemasaran. Pariwisata masal biasanya untuk berbagai
segmen besar yang berasal dari berbagai negara dengan karakteristik
berbeda serta dibuat dalam paket dan promosi yang beragam. Namun,
pariwisata alternatif cenderung untuk membidik segmen pasar tertentu
dengan jalur promosi dan paket yang terbatas namun mengedepankan
kualitas.
g. Dampak. Bila pariwisata masal telah banyak dikeluhkan memiliki
dampak negatif yang luas terhadap destinasi, sedangkan pada
pariwisata alternatif belum banyak penelitian yang dilakukan karena
perkembangannya relatif baru. Namun demikian, secara
hipotesis karena pariwisata alternatif muncul sebagai reaksi dari
pariwisata masal, maka peluang meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif akan lebih besar.
Beberapa penulis menyatakan bahwa pariwisata alternatif bersinonim
dengan pariwisata minat khusus. Pariwisata minat khusus muncul sebagai respon
pada perubahan minat/motivasi, pola konsumsi, maupun faktor demografi lainnya
dari calon wisatawan di negara asal wisatawan yang menyebabkan perubahan
pada permintaan perjalanan dan liburan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hall dan
Weiler (1992: 1) bahwa peningkatan pendapatan per kapita, waktu liburan yang
lebih panjang, dan komposisi demografi memberikan peluang bagi calon
wisatawan untuk tidak sekedar berkunjung ke destinasi yang murah namun lebih
ditentukan oleh nilai kepuasan (tourist satisfaction) yang akan didapatkan yang
bermuara pada pengambilan keputusan (travel decision) untuk memilih destinasi
yang akan dituju.
Perubahan-perubahan pada sisi permintaan di atas menimbulkan keinginan
wisatawan untuk berwisata sesuai dengan minat, motivasi, dan kemampuan
keuangan yang dimiliki sehingga kepuasan wisatawan akan lebih terpenuhi. Hal
ini pula yang memicu wisatawan untuk datang ke destinasi sesuai dengan minat
sehingga muncul istilah pariwisata minat khusus. Read (1980) sebagaimana
dikutip oleh Hall dan Weiler (1992: 5), menyatakan bahwa wisata khusus adalah
wisata yang dilakukan oleh orang yang pergi ke suatu tempat karena mereka
memiliki kepentingan minat tertentu yang akan dilakukan di daerah atau destinasi
tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pariwisata minta khusus dimulai
dari motivasi wisatawan pada minat tertentu, kemudian diikuti oleh pemilihan
destinasi untuk memenuhi minat khususnya tersebut.
2.2.3 Pemasaran Pariwisata
Menurut Kotler (2003: 10), pemasaran (marketing) adalah suatu proses
sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Supranto (2004) menyebutkan bahwa pemasaran berarti sebagai
pengarahan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kreasi dan distribusi dari produk
untuk segmen pasar yang sudah dikenali. Mengarahkan kegiatan-kegiatan,
dimaksudkan untuk menentukan kegiatan apa saja yang terkait dengan pengadaan
barang atau jasa bagi pelanggan. Kegiatan harus terkontrol dalam pelaksanaannya
agar tercapai tujuan yang sudah ditentukan yaitu menghasilkan produk yang bisa
memuaskan para pelanggan. Hal-hal yang terkait dalam kegiatan pemasaran
adalah proses perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dalam melaksanakan dan
evaluasi dari hasilnya. Meskipun barang atau jasa sebetulnya dihasilkan oleh unit
produksi, tenaga pemasaran tidak hanya berkenaan dengan kreasi barang atau jasa
secara fisik akan tetapi juga dari perspektif kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Jadi pemasaran berkenaan dengan kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan secara memuaskan.
Menurut Morison (2002: 205), strategi pemasaran adalah pemilihan
terhadap suatu tindakan dari beberapa pilihan yang ada yang melibatkan
kelompok pelanggan tertentu, metode komunikasi, jaringan distribusi, dan
struktur penentuan harga. Seperti yang diungkapkan oleh sebagian besar ahli,
strategi pemasaran adalah kombinasi dari target pasar dan bauran pemasaran.
Dengan persaingan yang semakin ketat, maka diperlukan suatu strategi
pemenuhan akan metode bisinis pariwisata yang semakin responsif. Perlu
pemahaman konsep-konsep pemasaran pariwisata dengan mempraktikkan dan
menerapkan konsep-konsep pemasaran yang lebih modern. Tidak bisa dibantah
semua usaha atau bisnis selalu menggunakan istilah pemasaran. Tetapi jarang ada
teori pemasaran yang dikeluarkan oleh para ahli dapat diterapkan dengan
sempurna (Pitana dan Diarta, 2009: 123)
2.2.4 Promosi Pariwisata
Promosi merupakan bagian dari pemasaran. Promosi termasuk salah satu
aspek dalam bauran pemasaran (marketing mix). Promosi kepariwisataan
merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi penyelenggara
pariwisata untuk memengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli suatu
produk atau jasa pariwisata yang ditawarkan oleh suatu daya tarik wisata
(Sunaryo, 2013: 177).
Promosi adalah sarana untuk menjual yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan melalui volume penjualan (Pitana dan Diarta, 2009: 154). Promosi
juga merupakan variabel kunci rencana strategi pemasaran. Dengan kata lain,
promosi dinyatakan sebagai variabel kunci karena mendisitribusikan informasi
atas produk yang ditawarkan ke konsumen.
Promosi pariwisata berperan sebagai penghubung yang digunakan untuk
mempercepat proses keputusan pembelian oleh wisatawan. Kegiatan promosi
bertujuan agar produk yang ditawarkan lebih cepat dikenal oleh pelanggan
potensial. Promosi merupakan sebuah sarana dalam upaya peningkatan penjualan
dengan menginformasikan barang atau jasa yang ditawarkan pihak perusahaan
kepada konsumen potensial (Sri Astuti 2015: 35).
Menurut Hasan (2013: 603) inti kegiatan promosi adalah bentuk kegiatan
komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi,
memengaruhi, mengingatkan pasar agar bersedia menerima, membeli, dan loyal
pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Promosi pariwisata merupakan komunikasi pemasaran untuk memberikan
informasi atas layanan pariwisata yang disediakan oleh perusahaan pariwisata.
Promosi pariwisata bertujuan agar layanan pariwisata lebih dikenal oleh
wisatawan, sehingga dapat memengaruhi dalam pembelian layanan pariwisata.
Promosi merupakan bagian komunikasi dalam pemasaran yang menyediakan
informasi dan pengetahuan dengan cara yang informatif dan persuasif bagi
wisatawan (Sri Astuti 2015: 37).
Promosi pariwisata merupakan fungsi pemasaran yang fokus dalam
mengkomunikasikan produk layanan jasa wisata. Komunikasi dilakukan secara
persuasif yang ditujukan kepada calon wisatawan untuk memberikan infromasi
mengenai layanan jasa wisata. Tujuan promosi pariwisata adalah untuk
mendorong terciptanya keputusan pembelian oleh wisatawan.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori SWOT
Berkembangnya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi
berdampak terhadap berkembangnya organisasi dan kegiatan bisnis di tahun
1990-an sehingga terjadi perubahan konsep persaingan dalam bisnis. Pada periode
sebelumnya, persaingan merupakan kegiatan pembuatan produk sebanyak-
banyaknya atau lebih dikenal dengan periode produksi massal dan produsen dapat
memaksakan kehendaknya kepada konsumen. Namun selanjutnya adalah
kebalikannya, yaitu pada abad ke 21 dimana masing-masing negara di muka bumi
ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Pada era sebelumnya produsen
dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen namun yang terjadi sekarang
adalah kebalikannya yaitu konsumenlah yang justru memaksakan kehendaknya
kepada produsen. Produsen dipaksa untuk membuat produk yang sesuai dengan
nilai dan keinginan konsumen. Oleh sebab itu, reorientasi perencanaan strategis
sangat diperlukan.
Rangkuti (2013: 18) menyebutkan SWOT adalah singkatan dari
lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal
Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Teori SWOT digunakan pada penelitian ini untuk mempertajam analisis
dengan membantu melakukan pemasaran, yaitu mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman daya tarik wisata di Gyeonggi. Termasuk
menjelaskan efek promosi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang belakangan
ini dipromosikan di Indonesia. Dengan mengetahui kekuatan dan peluang daya
tarik wisata di Gyeonggi, maka penulis dapat memaksimalkan daya tarik wisata
alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi ketertarikan utama bagi calon
wisatawan Indonesia. Sementara itu, pada analisis kelemahan dan ancaman
penulis akan mengetahui dan selanjutnya mencari cara alternatif untuk
meminimalkan kelemahan dan ancaman tersebut.
2.3.2 Teori Strategi Pemasaran
Kotler (2009: 58) menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat dilihat dari
tiga strategi yang biasa dikenal dengan istilah strategi STP (Segmentation,
Targeting, Positioning). Bahwa dalam melakukan suatu pemasaran produk, selalu
memerhatikan pentingnya daya saing (segmentation) yang dapat memenuhi target
penjualan produk (targeting) tanpa mengabaikan tata letak dari suatu kegiatan
pemasaran (positioning). Ketiga strategi pemasaran ini menentukan berhasil
tidaknya suatu kegiatan pemasaran.
2.3.2.1 Segmentasi Pasar (Market Segmention)
Secara sederhana segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai
dengan sifat dan karakteristiknya. Menurut Kotler (2002: 252), dalam industri
pariwisata segmentasi pasar adalah membagi pasar pariwisata ke dalam
kelompok-kelompok wisatawan secara tegas, dan tiap kelompok itu dipilih atau
ditetapkan sebagai target pasar yang akan dipengaruhi dengan menggunakan
strategi bauran pemasaran (marketing mix).
Berikut ini beberapa variabel utama yang dapat digunakan dalam
melakukan segmentasi (Kotler, 2008: 226-237).
a. Segmentasi Geografis: yang membagi pasar ke dalam unit-unit
geografis, misalnya daerah atau negara asal wisatawan yang
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Unit-unit geografis ini
dapat berupa negara, provinsi, kota, kabupaten, kota dan kecamatan.
b. Segmentasi Demografis: yang membagi pasar ke dalam kelompok-
kelompok berdasar pada variabel demografis seperti usia, jenis
kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama dan kebangsaan.
c. Segmentasi Psikografis: yang membagi pasar ke dalam kelompok-
kelompok berdasar kelas sosial, gaya hidup dan karakteristik pribadi
atau individu.
d. Segmentasi berdasarkan perilaku: yang membagi pasar ke dalam
kelompok-kelompok berdasar pengetahuan mereka, sikap,
penggunaan atau tanggapan terhadap suatu produk.
2.3.2.2 Penetapan Target Pasar (Targeting)
Menentukan target pasar menjadi bagian pokok dalam strategi pemasaran
bisnis. Ada beberapa perusahaan yang ingin menjangkau konsumen dari semua
kalangan, namun ada pula beberapa perusahaan yang sengaja memisahkan
konsumen sesuai dengan target pasar produknya. Dengan target pasar yang jelas,
akan mempermudah perusahaan untuk menentukan produk yang sesuai kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dapat diartikan pula bahwa target pasar merupakan
pasar yang memiliki konsumen dengan daya beli yang cukup potensial (Kotler,
2008: 237).
Dalam dunia pemasaran terdapat tiga strategi penetapan target pasar yang
sering dilakukan para pelaku bisnis, strategi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Strategi pemasaran tanpa pembeda (undifferentiated marketing)
Ada beberapa perusahaan yang melihat pasar secara keseluruhan
tanpa membedakan target pasar tertentu. Perusahaan yang
menggunakan strategi pemasaran ini, hanya menawarkan satu macam
produk dan mencakup seluruh pasar. Tanpa membedakan target pasar,
perusahaan bertujuan untuk menanamkan image kuat produknya kepada
para konsumen.
Pemasaran tanpa membedakan target pasar dipilih para pelaku
bisnis, karena strategi ini biayanya lebih kecil dibandingkan pemasaran
dengan membedakan target pasar. Pemasaran tanpa membedakan target
pasar lebih mengandalkan produksi, distribusi dan strategi
promosi secara massal, sehingga bisa menghemat biaya.
Namun disamping kelebihannya, strategi pemasaran tersebut juga
memiliki kekurangan. Kebanyakan pelaku bisnis yang tidak
membedakan konsumen, maka akan memilih target pasar yang paling
luas untuk menawarkan produknya. Jika banyak pelaku bisnis yang
memilih cara tersebut, maka persaingan bisnis pun semakin ketat.
b. Strategi pemasaran dengan pembeda (differentiated marketing)
Pemasaran yang kedua dengan membedakan target pasar sesuai
kebutuhan konsumen. Berbagai variasi kebutuhan yang dibutuhkan para
konsumen, menjadi faktor pendorong pelaku bisnis membedakan target
pasar mereka. Jika pemasaran tanpa pembeda hanya memproduksi satu
macam produk, pemasaran dengan pembeda memproduksi berbagai
macam produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para
konsumen.
Pembedaan produk bisa dilihat berdasarkan letak geografis
konsumen, style atau gaya hidup, usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, bahkan bisa juga dibedakan berdasarkan tingkat
pendidikan para konsumen. Upaya pembedaan target pasar ini bertujuan
agar loyalitas konsumen terhadap suatu produk lebih kuat, karena
perusahaan menawarkan produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen.
Jika dibandingkan dengan pemasaran tanpa pembeda, strategi
pemasaran dengan pembeda membutuhkan biaya yang lebih besar.
Karena dibutuhkan biaya untuk riset produk baru, proses produksinya
yang lebih besar, serta peningkatan biaya untuk riset pasar. Meskipun
demikian, pemasaran dengan pembeda lebih disenangi para pelaku
usaha. Sebab dengan pemasaran pembeda, produk mereka memiliki
daya tarik yang lebih kuat dibandingkan produk yang dipasarkan para
pesaing.
c. Strategi pemasaran terkonsentrasi (concentrated marketing)
Berbeda dengan strategi pemasaran yang membedakan konsumen
sesuai dengan kebutuhan, pemasaran terkonsentrasi hanya fokus
memasarkan produknya kepada satu atau beberapa kelompok pembeli
saja. Sehingga pemasaran produk hanya ditujukan kepada kelompok
pembeli yang paling berpotensi. Seperti produk Tropicana Slim, gula
rendah kalori dan bebas gula ini lebih fokus kepada para konsumen
yang ingin menjaga kesehatannya terutama bagi para penderita diabetes.
Dengan fokus pada kelompok tertentu, perusahaan yang
menggunakan strategi pemasaran ini berusaha menawarkan produk
yang terbaik bagi target pasar mereka. Sehingga spesifikasi image
produk yang ditawarkan dapat tertanam pada konsumen yang menjadi
sasaran pasarnya. Selain itu pemasaran terkonsentrasi juga lebih
menghemat biaya, baik biaya produksi, biaya distribusi maupun biaya
promosi. Sebab semuanya hanya fokus pada satu atau dua kelompok
konsumen saja.
Tetapi ada juga kelemahan dari pemasaran konsentrasi, bahkan
resikonya lebih besar dari pemasaran tanpa pembeda maupun
pemasaran dengan pembeda. Bila target pasar yang menjadi fokus
pemasaran tiba-tiba beralih ke perusahaan pesaing dengan fokus yang
sama, maka ada kecenderungan suatu perusahaan akan kehilangan
konsumen yang dimilih. Besarnya resiko yang ada, membuat pemilik
perusahaan lebih mepilih memasarkan produknya ke beberapa target
pasar.
Dengan demikian, apabila ingin mencoba peluang usaha baru,
sebaiknya tentukan terlebih dahulu target pasar yang ingin dijangkau.
Semakin jelas target pasar, semakin mudah pula menentukan strategi
pengembangan usaha tersebut.
2.3.2.3 Positioning
Setelah mengadakan segmentasi pasar dan penentuan sasaran pasar, perlu
dilakukan penentuan posisi penawarannya. Untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif, perlu dikembangkan strategi penentuan posisi produk ke pasar sasaran
yang dituju. Milton (2006: 88) menyatakan bahwa positioning adalah bagaimana
sebuah produk di mata konsumen yang dibedakannya dengan produk pesaing.
Dalam hal ini termasuk brand image, manfaat yang dijanjikan serta competitive
advantage. Inilah alasan kenapa konsumen memilih produk suatu perusahaan
bukan produk pesaing.
Menurut Fanggidae (2006: 49), positioning adalah suatu strategi dalam
kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (different),
keuntungan (advantages), manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat
dengan suatu produk. Dengan kata lain, positioning adalah usaha menempatkan
sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan informasi
tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan.
Strategi penentuan posisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pasar
sasaran menunjukkan sifat dasar program pemasaran yang diperlukan untuk
memperoleh tanggapan menguntungkan dari pasar sasaran. Tahap daur hidup
produk memengaruhi peran dan pentingnya komponen program pemasaran yang
berbeda. Prioritas manajemen dalam hal ini untuk memperluas daya saing,
mempertahankan posisi yang ada dan menghasilkan profit, mengurangi komitmen
perusahaan atau meninggalkan pasar produk.
Pada sub-bab sebelumnya mengenai analisis SWOT telah dijelaskan
bahwa analisis tersebut untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari daya tarik
wisata di Provinsi Gyeonggi. Dengan demikian, pada kajian mengenai teori
pemasaran, maka teori ini digunakan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar
dari kalangan calon wisatawan Indonesia yang berminat dan ingin mengunjungi
daya tarik wisata di Gyeonggi terkait dengan rumusan masalah kedua. Setelah
melakukan segmentasi pasar, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis
terhadap target pasar dan posisi pasar dari calon wisatawan Indonesia yang
berminat pada daya tarik wisata yang berada di Provinsi Gyenonggi.
2.3.3 Teori Bauran Promosi
Promosi (promotion) merupakan bagian dari proses pemasaran yang
termasuk salah satu aspek dalam bauran pemasaran (marketing mix). Bauran
pemasaran pada dasarnya merupakan koordinasi interaksi dari empat komponen,
yang sering disebut dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat
(place), dan promosi (promotion).
Menurut Kotler (2002) yang dikutip Payangan, terdapat lima langkah
dalam mengembangkan efektivitas komunikasi pemasaran, yaitu: a)
mengindentifikasi target audiens; b) menentukan tujuan komunikasi; c) mendesain
pesan; d) memilih saluran komunikasi; dan e) menetapkan total anggaran
pemasaran. Fungsi promosi di dalam strategi pemasaran pariwisata pada
umumnya ialah untuk merangsang transaksi (Payangan, 2014: 63).
Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang
sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas
khususnya. Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi adalah:
a. Personal Selling
Personal selling adalah komunikasi langsung atau tatap muka (face
to face) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan
suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman
pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba
dan membelinya. Ada beberapa bentuk personal selling diantaranya
adalah program insentif, pasar malam, dan pameran.
b. Mass Selling (Promosi Penjualan)
Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai
(general public) dalam waktu yang sama. Metode ini merupakan
alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak atau sasaran pasar yang jumlahnya sangat banyak dan
tersebar luas. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan
publisitas.
c. Advertising (Periklanan)
Advertising merupakan salah satu bentuk promosi yang paling
banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.
Bentuk-bentuk iklan berupa film, brosur, buklet, billboard, simbol dan
logo, iklan cetak dan iklan siaran.
d. Public Relations
Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari
suatu perusahaan untuk memengaruhi persepsi, keyakinan, dan sikap
berbagai kelompok terhadap instansi tersebut. Pelaksanaanya public
relations dapat dilakukan oleh individu kunci dari suatu perusahaan
dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal dalam bentuk biro,
departemen, maupun seksi public relations dan struktur organisasi.
e. Direct Marketing
Bila personal selling berupaya mendekati pembeli, advertising
berupaya memberitahu dan memengaruhi pelanggan, mass selling
berupaya mendorong pembelian, dan public relations membangun
citra instansi, maka direct marketing memadatkan semua kegiatan
tersebut dalam penjualan langsung tanpa perantara. Dalam direct
marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen
yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang
langsung ke tempat pemasar.
Kegiatan promosi yang akan dilakukan Dinas Pariwisata khususnya bidang
promosi dan pemasaran tentu saja memiliki tujuan yang bermanfaat. Menurut Setiadi
(2003: 266), tujuan promosi adalah sebagai berikut:
a. Untuk Menginformasikan (To Inform)
Kegiatan Menginformasikan ini ditujukan kepada publik mengenai
potensi Pariwisata yang ada dalam rangka memperkenalkan tentang
keberadaan potensi Pariwisata serta menjelaskan aspek-aspek yang
berkaitan dengan potensi Pariwisata yang ada.
b. Untuk Memengaruhi (To Persuade)
Kegiatan Memengaruhi ini dilakukan guna mendorong
terbentuknya minat atau keinginan Publik. Seorang pegawai bidang
promosi dan pemasaran yang baik harus memperhatikan kegiatan
persuasif, kegiatan ini tidak cukup hanya dengan membujuk
memengaruhi khalayak ramai agar timbul minat untuk mengenal lebih
dekat potensi Pariwisata yang ada, tetapi juga harus mendorong
khalayak untuk bisa mengunjungi langsung serta mampu juga
mendorong pihak ketiga yaitu investor untuk lebih mempromosikan
produk atau jasa mereka.
Teori promosi pariwisata digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
strategi promosi yang semestinya dilakukan oleh Dinas Pariwsata Gyeonggi dan
agen perjalanan wisata di Provinsi Gyeonggi. Strategi promosi tersebut dilakukan
untuk mencapai dua tujuan utama. Pertama, memberikan informasi spesifik
mengenai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Kedua, memengaruhi atau
menarik calon wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih
produk-produk pariwisata atau daya tarik wisata yang ada di Provinsi Gyeonggi.
Dengan demikian, teori promosi tersebut akan menjawab rumusan masalah nomor
tiga melalui Kegiatan Menginformasikan dan Memengaruhi kepada calon
wisatawan Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, personnal selling,
mass selling, advertising, public relations, dan direct marketing.
2.4 Model Penelitian
Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan penelitian yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah, diperlukan kerangka konsep atau model yang
merupakan abstraksi dari penelitian. Pertama, peneliti melakukan identifikasi
fenomena bahwa Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata yang variatif dan
menarik seperti Everland, DMZ, Temple stay, warisan budaya dunia dan lainnya,
sedangkan kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya
tarik wisata ini.
Kedua, untuk mengetahui alasan atau kecenderungan wisatawan Indonesia
di atas, peneliti mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia terhadap
pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi melalui survei kepada agen-agen
perjalanan wisata di Indonesia, selanjutnya melakukan pemeriksaan mengenai
kesesuaian eksistensi daya tarik Provinsi Gyeonggi menurut preferensi wisatawan
Indonesia melalui analisis SWOT dalam rangka mengetahui efektifitas program
pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Oleh karena itu, peneliti
akan melakukan wawancara mendalam (depth interview) pada dinas pariwisata,
agen-agen perjalanan wisata, dan lembaga pariwisata di Jakarta dan Bali
(Indonesia) serta di Provinsi Gyeonggi (Korea).
Ketiga atau yang terakhir, untuk mengetahui strategi pemasaran dan
promosi seperti apa yang semestinya diformulasikan Dinas Pariwisata Provinsi
Gyeonggi dan agen-agen perjalanan wisata, maka peneliti menggunakan kajian
strategi pemasaran dengan indikatornya yaitu 1) Segmentasi pasar; 2) Penetapan
target atau sasaran pasar (targeting); 3) Penetapan posisi pasar (positioning).
Sementara itu, untuk melakukan promosi pariwisata yang bertujuan memberikan
informasi mengenai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi dan upaya
memengaruhi calon wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam
memilih produk-produk pariwisata yang ada di Provinsi Gyeonggi, kemudian
mengadakan studi strategi promosi dengan indikator peneltiannya.
Identifikasi Fenomena
Provinsi Gyeonggi
Daya tarik wisata Gyeonggi yang variatif
dan menarik
Kebanyakan wisatawan Indonesia belum sepat mengunjungi Gyeonggi
naik
Ektifitas program pemasaran dan promosi
pariwisata Provinsi Gyeonggi
Persepsi atau tingkat minat wisatawan
Indonesia terhadap wisata Gyeonggi
Preferensi atau kebutuhan wisatawan
Indonesia terhadap daya tarik wisata Gyeonggi
Adaptasi Teori
Strategi Pemasaran 1. Segmentasi 2. Pasar Sasaran/Target 3. Posisi Pasar
Strategi Promosi 1. Personal Selling 2. Mass Selling 3. Advetising 4. Public Relations 5. Direct Marketing
Hasil Penelitian
Sasaran dan Rekomendasi
Gambar 2.1 : Model Penelitian
SWOT tentang Kepariwisataan
Provinsi Gyeongnggi
Pemeriksaan Situasi & Masalah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif kualitatif
yang bertujuan untuk menggali fakta-fakta tentang strategi pemasaran dan
promosi wisata oleh Dinas Pariwisata Gyeonggi, agen perjalanan wisata, dan
kelembagaan pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Data atau informasi diperoleh dari
hasil wawancara dengan informan. Selain itu dibutuhkan juga data berbentuk
angka-angka yang merupakan pendekatan kuantitatif sebagai data pendukung.
Kemudian, hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif untuk mendapatkan
jawaban dari rumusan masalah.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di dua negara, yaitu (1) Provinsi Gyeonggi di
Korea, (2) DKI Jakarta dan Provinsi Bali di Indonesia.
Pertama, penelitian ini dengan analisis SWOT tentang daya tarik wisata
dan diferensiasi produk wisata Provinsi Gyeonggi, berfokus pada daya tarik
wisata alternatif atau wisata tematik yang dapat memikat perhatian wisatawan
Indonesia. Dengan demikian peneliti mewawancarai para pemangku kepentingan
pariwisata yang mengikuti acara Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) dan
BtoB (Business to Business) yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang,
Provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016.
36
Kedua, untuk mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia terhadap
pariwisata Gyeonggi dan mengetahui produk wisata yang ditawarkan oleh agen-
agen perjalanan wisata di Indonesia dalam memasarkan produk-produk wisata
yang berkaitan dengan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Dengan demikian, peneliti
menyurvei dan mewawancarai agen-agen perjalanan wisata yang menghadiri
acara promosi pariwisata Gyeonggi dan konsultasi BtoB yang dilakukan di DKI
Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus 2015 dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni
2016. DKI Jakarta dan Bali dipilih dengan alasan karena hanya di dua lokasi ini
dapat ditemukan penerbangan langsung menuju Korea. Lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3.
Gambar 3.1
Gyeonggi Fam Tour dan BtoB yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang,
Provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Gambar 3.2
Gambar ① adalah acara promosi pariwisata Gyeonggi, Gambar ② adalah
konsultasi BtoB yang dilakukan di Hotel Mulia di DKI Jakarta, Indonesia pada
tanggal 13-15 Agustus 2015 (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015)
Gambar 3.3
Gambar ① adalah konsultasi BtoB, Gambar ② adalah acara promosi pariwisata
Gyeonggi yang dilakukan di Hotel Sofitel Nusadua pada tanggal 29-30 Juni 2016
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu: Pertama, data Kualitatif.
Data Kualitatif itu adalah data yang berupa keterangan-keterangan yang diperoleh
dari hasil penelitian atau data yang berupa keterangan-keterangan dan bukan
berupa data numerik atau nilainya (Sugiyono 2014: 9). Data kualitatif dalam
penelitian ini berupa data pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi
dan data lainnya yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari lapangan.
Kedua, data Kuantitatif. Data Kuantitatif itu adalah data yang berbentuk
numerik atau angka sebagai hasil dari pengukuran dan perhitungan (Sugiyono
2014: 10). Untuk memahami persepsi atau tingkat preferensi terhadap pariwisata
Gyeonggi, data kuantitatif dalam penelitian ini berupa diperoleh dari hasil
kuesioner dengan responden, yaitu agen-agen perjalanan wisata Indonesisa yang
pernah menghadiri acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu data primer dan
data sekunder.
3.3.2.1 Data Primer
Sugiyono (2014: 225) menyatakan sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber primer
penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner dengan responden untuk
mengidentifikasi persepsi atau tingkat minat wisatawan Indonesia. Selanjutnya
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan untuk memahami
tingkat kepuasan dan preferensi tentang daya tarik wisata yang berpotensi di
Provinsi Gyeonggi.
Informan tersebut antara lain, agen perjalanan wisata dan pegawainya di
dua negara, yaitu Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (DKI Jakarta,
Provinsi Bali), dan pegawai lembaga, pegawai negeri sipil di Dinas Pariwisata
Provinsi Gyeonggi. Analisis fakta informan di dua negara tersebut menjadi acuan
dalam perumusan strategi pemasaran dan promosi daya tarik wisata Provinsi
Gyeonggi.
3.3.2.2 Data Sekunder
Sugiyono (2014: 225) menyatakan sumber sekunder adalah sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian
ini sumber sekunder diperoleh melalui dokumen seperti buku-buku, jurnal,
makalah dan laporan penelitian yang relevan dengan penelitian ini, khususnya
data dari dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi dan kelembagaan pariwisata
Gyeonggi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data-data
yang dibutuhkan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, beberapa teknik
pengumpulan data digunakan, antara lain wawancara, kuesioner, studi
kepustakaan, dan studi dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan
sebagai berikut:
3.4.1 Wawancara dan Informan
Wawancara adalah suatu usaha untuk melakukan komunikasi antara peneliti
dengan informan yang telah ditetapkan. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara secara mendalam. Informan kunci yang
ditetapkan secara purposive adalah para pelaku agen perjalanan wisata, pegawai
Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi, pegawai di Gyeonggi Tourism
Organization, dan pegawai di Gyeonggi Tourism Assosiation.
Informan adalah orang yang diwawancarai secara mendalam yang
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling
adalah cara untuk menentukan sampel berdasarkan suatu pertimbangan dimana
yang diwawancarai adalah orang yang ahli dalam bidang yang diteliti oleh
peneliti (Sugiono, 2010:67).
Dalam hal ini, ditentukan sendiri dengan pertimbangan bahwa para
informan tersebut memiliki kemampuan yang andal dalam memberikan
informasi/data terkait dengan seterategi pemasaran dan promosi pariwisata
Provinsi Gyeonggi, maka informan yang dipilih adalah delapan orang informan
yang diwawancarai, yakni satu orang dari pegawai Dinas Pariwisata Provinsi
Gyeonggi, satu pegawai di Gyeonggi Tourism Organization, dua pegawai di
Gyeonggi Tourism Assosiation, dan empat agen perjalanan wisata yang pernah
menghadiri acara promosi yang dilakukan di Indonesia. (Lihat Lampiran I -
Pedoman wawancara)
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan peserta Gyeonggi Fam
Tour yang dilakukan di provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016, maka
enam orang informan yang diwawancarai yakni satu orang wartawan dari Jawa
Pos, lima agen perjalanan wisata di Bali atau Lombok. (Lihat Lampiran II -
Pedoman wawancara)
3.4.2 Survei dan Responden
Survei adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Rancangan
survei dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui daya tarik wisata alternatif
atau wisata tematik apa yang lebih menarik bagi wisatawan Indonesia yang akan
mengunjungi Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi, serta mengetahui apa saja
strategi pemasaran atau promosi lebih efektif bagi orang Indonesia dalam memilih
dan mengambil keputusan tentang suatu daya tarik wisata yang dikunjungi.
Pada pertemuan acara konsultasi Business to Business yang dilakukan oleh
Gyeonggi Tourism Assosiation di DKI Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus 2015
dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni 2016, para peserta agen perjalanan wisata
dimintai mengisi kuesioner sebagai responden pelaku pariwisata. Penelitian ini
mengambil 80 kuesioner yang terdiri dari 49 agen perjalanan wisata di Bali dan
31 agen perjalanan wisata di Jakarta. (Lihat Lampiran III - Kuesioner)
3.4.3 Studi Kepustakaan dan Dokumentasi
Dalam melengkapi hasil penelitian, dilakukan studi kepustakaan dengan
menggunakan buku atau literatur yang terkait dan relevan dengan masalah yang
diteliti seperti hasil penelitian sebelumnya.
Selanjutnya dokumentasi atau pengumpulan dokumen juga merupakan
bagian yang penting dalam suatu penelitian. Dokumen yang diperoleh dalam
bentuk grafik, bahan tertulis, arsip-arsip dan brosur untuk mendukung data-data
yang telah dimiliki. Dokumentasi ini diperoleh di kantor Dinas Pariwisata
Provinsi Gyeonggi dan Korea, Badan Pusat Statistik Korea, dan kantor Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Korea. Adapun data yang diperoleh di antaranya
informasi mengenai gambaran umum dan sejarah Provinsi Gyeonggi, bentuk-
bentuk promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan pariwisata Provinsi
Gyeonggi di Jakarta (tahun 2015) dan Bali (tahun 2015).
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diperolah (Arikunto, 2002: 136). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti dalam penelitian kualitatif
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat simpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014: 222). Instrumen
lain yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan penelitian ini adalah pedoman
wawancara yang akan dijadikan sebagai acuan selama proses wawancara
berlangsung, kamera, dan perekam untuk merekam semua pembicaraan atau
percakapan.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau
interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan
bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-lankahnya adalah
reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan simpulan.
Temuan tentang tingkat preferensi dan kebutuhan (needs) wisatawan Indonesia
dalam memilih sesuatu daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi, kemudian
diformulasikan dan dirumuskan sebuah strategi pemasaran dan promosi tentang
kesesuaian eksistensi daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sesuai dengan analisis
deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2014: 243):
a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih dan memfokuskan hal-hal yang
penting kemudian dicari tema dan polanya. Sehingga data yang sudah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
b. Penyajian data, dilakukan dengan membangun kembali data yang telah
direduksi dan disajikan dalam bentuk teks naratif.
c. Penarikan simpulan, dilakukan setelah melakukan penyajian data dan
merupakan temuan baru berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
masih belum jelas.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PROVINSI GYEONGGI
4.1 Gambaran Umum tentang Provinsi Gyeonggi
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dan sejarah tentang Provinsi
Gyeonggi yang dikutip dan dirumuskan dari Laporan Kebijakan Provinsi
Gyeonggi 2016 sebagai berikut.
Gambar 4.1 Peta Korea dan Provinsi Gyeonggi
(Sumber: Gyeonggi Tourism Organization 2015)
Provinsi Gyeonggi yang terletak di antara 36 °dan 38 ° garis lintang Utara,
127 ° dan 126 ° bujur Timur merupakan daerah pusat bagian Barat semenanjung
Korea yang membentang di Asia Timur. Provinsi Gyeonggi memiliki luas sekitar
10.182 ㎢, yaitu sekitar 17 kali lipat luas Seoul, Ibu Kota Korea, dan sebesar 10,2%
atau 100.326 km persegi dari keseluruhan luas wilayah negara Korea. Provinsi
Gyeonggi merupakan provinsi yang menempati peringkat ke-5 yang memiliki
45
wilayah geografis terbesar di Korea Selatan. Pada Gambar 4.1 dapat dilihat
perbandingan Peta Korea dan Provinsi Gyeonggi.
Provinsi Gyeonggi memiliki jumlah daerah otonom yang kecil sebanyak
31, yaitu 28 kota dan 3 kabupaten. Salah satu daerah otonom di Provinsi
Gyeonggi adalah Kabupaten Yangpyeong yang terluas dengan total wilayah 878
km persegi, yang kedua adalah Kota Pocheon dengan wilayahnya sebesar 827 km
persegi. Menariknya, Provinsi Gyeonggi memiliki kota kecil yaitu Kota Guri yang
wilayahnya hanya sebesar 33 km persegi.
Dari segi populasi penduduknya, terjadi peningkatan jumlah penduduk di
Provinsi Gyeonggi. Pada tahun 1994 jumlah penduduk Provinsi Gyeonggi adalah
7,4 juta orang, sedangkan penduduk Ibu Kota Seoul berjumlah 10 juta. Jumlah
penduduk di Provinsi Gyeonggi mulai meningkat pada tahun 2003 dengan jumlah
peningkatan sebesar 10.020 ribu orang. Angka ini melampaui jumlah penduduk
Ibu Kota Seoul pada tahun tersebut yaitu 10.017 ribu orang.
Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1994 yang
mencapai 16.3% dari jumlah penduduk Korea Selatan ini membuat Provinsi
Gyeonggi menjadi pemerintah otonomi daerah besar yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di Korea. Jumlah penduduk Provinsi Gyeonggi adalah
12.825 ribu orang dengan 24.4% dari total penduduk Korea Selatan berjumlah
52.588 ribu orang pada tahun 2015.
Terdapat 9 kota di Provinsi Gyeonggi dengan jumlah penduduk lebih dari
500 ribu orang, yaitu Kota Suwon, Kota Goyang, Kota Seongnam, Kota Yongin,
Kota Bucheon, Kota Ansan, Kota Namyangju, Kota Anyang, Kota Hwaseong. Di
antara kota- kota tersebut, dua kota memiliki populasi penduduk lebih dari 1 juta
yaitu Kota Suwon berjumlah 1.178 ribu orang dan Kota Goyang sebanyak 1.019
ribu orang.
Penduduk asing yang tinggal di Provinsi Gyeonggi totalnya 364.333 orang.
Penduduk ini terkosentrasi di empat kota yaitu, Kota Ansan 55.633 orang, Kota
Suwon 36.659 orang, Kota Hwaseong 32.529 orang dan Kota Siheung 31.473
orang. Selain itu, Gyeonggi juga merupakan wilayah yang menjadi pusat
pertukaran kerjasama antara pemerintah daerah (Provinsi, Kab/Kota) di Asia
Timur dan semenanjung Korea.
Dari segi ekonomi, persentase bidang industri yang bergerak di sektor
ekonomi dan manufaktur adalah bidang bisnis sebesar 20% dan industri
manufaktur sebesar 35% dari jumlah pabrik yang ada di seluruh Korea Selatan.
Belakangan ini, kebijakan Provinsi Gyeonggi terfokus pada pengembangan
industri baru seperti IT (Teknologi Informatika), BT(Bioteknologi), dan NT
(Teknologi Nano). Provinsi Gyeonggi bahkan berusaha untuk mengembangkan
industri penerbangan dan perkapalan dengan teknologi mesin baru yang menyasar
pasar di bidang industri bahari dan penerbangan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gyeonggi mendorong keseimbangan
anggaran belanja negara Korea. Hal ini dikarenakan Provinsi Gyeonggi menjadi
penyumbang terbesar 20% produk domestik regional bruto (PDRB), sekitar 251
triliun won pada tahun 2012.
Data dari OECD (Organization for Economic Cooperation dan
Development) menunjukan bahwa apabila dibandingan dengan 34 negara OECD
pada tahun 2011, PDRB Provinsi Gyeonggi berada pada posisi ke-27. Posisi ini
setara dengan negara seperti Selendia Baru dan Hongaria (2.010 miliar USD),
Selandia Baru (ke-28), Hongaria (ke-29). Hal ini mengindikasikan Provinsi
Gyeonggi mempunyai peran vital sebagai pusat sosio-ekonomi Korea.
Berkaitan dengan keunikan dan ciri khas pariwisata Gyeonggi, berikut ini
adalah penjelasan secara singkat yang memuat daya tarik, aksesibilitas, dan
sejarah dari Provinsi Gyeonggi:
Pertama, zona demiliterisasi atau DMZ (DeMilitarized Zone). Provinsi
Gyeonggi merupakan wilayah yang masih menyisakan bukti jejak dari kisah
kelam perang Korea. Selama 70 tahun, tidak ada yang menyentuh atau
menginjakkan kaki di zona ini. Akan tetapi, dengan adanya DMZ yang
merupakan bukti otentik sejarah yang sekaligus melambangkan perdamaian
(peace) dapat dinikmati dan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan.
DMZ dapat memberikan nuansa edukatif dan pengalaman hidup yang
mengesankan tentang hubungan antar negara, wilayah perbatasan dan keamanan
nasional.
Kedua, secara geografis, di sebelah utara, Provinsi Gyeonggi berbatasan
langsung dengan Korea Utara, sedangkan di sebelah barat Provinsi Gyeonggi
berbatasan dengan Pantai Barat Korea dengan garis pantai sepanjang 413 km yang
menyuguhkan keindahan alam bawah laut serta beragam ekosistem biota laut.
Provinsi ini juga memiliki peran penting terhadap lintas pasar perdagangan besar
Cina yang berpusat di Pelabuhan Pyeongtaek.
Ketiga, jaringan lalu-lintas di dalam dan ke luar Provinsi Gyeonggi sudah
berkembang dan dilengkapi dengan baik karena terletak di kawasan metropolis.
Provinsi Gyeonggi memiliki beraneka ragam industri teknologi baru seperti
sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi, dilengkapi dengan fasilitas
standar pada kawasan industri dan merupakan daerah otonomi yang memiliki
pasar ekonomi terbesar di Korea setelah Ibu Kota Seoul.
Keempat, kekuatan budaya dinasti Joseon dan Goryo. Selama 1000 tahun
ketika Dinasti Joseon dan Goryo berkuasa, Provinsi Gyeonggi adalah wilayah ibu
kota serta kawasan pusat budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, wilayah ini kaya
dengan bukti benda-benda peninggalan bersejarah dan warisan budaya dunia.
4.2 Sejarah Provinsi Gyeonggi
Setelah Dinasti Goryeo (tahun 918 s.d. tahun 1392) bersatu dari tiga
dinasti, wilayah Gyeonggi telah menjadi pusat ekonomi dan budaya, kemudian
didirikan dengan sistem 8 provinsi setelah berdirinya Dinasti Joseon (tahun 1392
s.d. tahun 1897). Provinsi Gyeonggi ditetapkan sebagai pemerintahan daerah sejak
kepemimpinan Raja Taejong (Raja ke-3) pada Dinasti Joseon tahun 1414,
sehingga nama „Gyeonggi‟ sudah mulai digunakan sejak 602 tahun yang lalu.
Menurut sistem pemerintahan daerah Dinasti Joseon yang setiap provinsi
dipimpin oleh gubernur dan apabila menurut tradisi atau aturan daerah tersebut,
gubernur Provinsi Gyeonggi sekarang merupakan gubernur yang ke-689 dengan
periode menjabat dari tanggal 1 Juli 2014 sampai dengan tanggal 30 Juni 2018.
Wilayah Gyeonggi merupakan bagian penting semenanjung Korea yang termasuk
lembah sungai Han, dan banyak masyarakat ingin tinggal di sini karena
kenyamanan lalu lintas yang dimiliki.
Pada zaman tiga negara, kira-kira tahun 100 Sebelum Masehi sampai
tahun 660 terjadi persaingan ketat untuk memenangkan wilayah itu, persaingan
dalam merebutkan wilayah tersebut dikarenakan lokasinya yang mengelilingi
daerah Ibu Kota Seoul dan daerah pusat distribusi dalam bidang kemiliterian atau
ekonomi. Gyeonggi merupakan wilayah dengan banyak hasil bumi dan sumber
daya manusia yang berpotensi tinggi dan memiliki ciri khas, yaitu adanya
percampuran budaya, adat istiadat dan bahasa yang selaras di setiap daerah.
Provinsi Gyeonggi juga merupakan daerah pusat di filsafat dan ilmu
pengetahuan. Pada Dinasti Joseon, Neo-Konfusianisme dan filsafat, serta
penyusunan kembali ilmu filsafat yang termasuk ilmu Silhak dikembangkan
secara aktif. Setelah merdeka, dibangunnya Republic of Korea (tahun 1945),
Provinsi Gyeonggi bersama dengan Kota Seoul berperan khusus dan penting
dalam pengembangan ekonomi. Banyak usaha yang dikerahkan dalam rangka
penyambutan era otonomi daerah tersebut, antara lain membuat suatu lokasi
pemukiman baru dan mengembalikan identitas daerah serta mengumpulkan
kepercayaan penduduk.
4.3 Kondisi Kepariwisataan Provinsi Gyeonggi
Provinsi Gyeonggi secara geografis mengelilingi Seoul yang merupakan
ibu kota Korea dan sebagai daerah sentral ekonomi negara. Berkat keindahan
alamnya, Provinsi Gyeonggi kerap menjadi lokasi syuting dari berbagai drama TV
dan Film terkenal Korea seperti drama 'Dae Jang Geum' (Jewelry in Palace) yang
telah menjadi sensasi baik di AS, Eropa, maupun seluruh Asia termasuk
Indonesia, sehingga menjadi tujuan wisata yang populer.
Selain itu, terdapat banyak daya tarik wisata yang menarik untuk
dikunjungi di Provinsi Gyeonggi di antaranya sebagai berikut.
4.3.1 Warisan Budaya Dunia
Dua tempat yang telah mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya
Dunia UNESCO yakni, Benteng Hwaseong di Suwon (UNESCO; 1997) dan 40
buah Makam Penguasa Dinasti Joseon (UNESCO; 2007). Dua Warisan Budaya
Dunia UNESCO yang ada di Provinsi Gyeonggi dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Gambar besar (①) adalah Benteng Hwaseong, Gambar kecil (②) adalah Makam
Penguasa Dinasti Joseon yang dikunjungi oleh Tim Fam Tour asal Indonesia
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Dari dua warisan budaya tersebut, yang lebih banyak dikunjungi
wisatawan mancanegara adalah Benteng Hwaseong. Benteng Hwaseong adalah
salah satu tembok panjang yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Joseon.
Tembok ini memiliki panjang sekitar 5,5 km dan menjadi tembok kebanggaan
warga Provinsi Gyeonggi. Selain dapat menikmati nuansa kerajaan Korea pada
masa lalu, wisatawan juga dapat mencoba memanah dengan gaya tradisional
Korea dan mengelilingi Benteng Hwaseong dengan kereta api khusus yang
disediakan oleh pihak pengelola wisata.
4.3.2 City of Crafts and Folk Art
Kota Icheon ini telah dinyatakan sebagai City of Crafts and Folk Art oleh
UNESCO pada tanggal 20 Juli 2010. Keramik Village, Kota Icheon memiliki
sekitar 300 perusahaan dan 40 Gama tempat kayu-kayu dibakar dua kali,
derajatnya 700 dan 1400 masing-masing dengan cara tradisional seperti Gambar
4.3 ①. Mereka menggunakan keterampilan tradisional dan menghasilkan
keramik khas Korea.
Gambar 4.3
Gama (①) dan pengalaman membuat keramik (②)
(Sumber: Dokumentasi Kota Icheon, http://www.ceramic.or.kr/korean/ 2016)
Hal menarik yang dapat dilakukan adalah pengalaman dimana wisatawan
dapat mencoba membuat keramik khas Korea yang unik, sekaligus belajar tentang
teknik-teknik pembuatannya di museum keramik. Hal ini akan menjadi
pengalaman yang bersifat edukatif bagi wisatawan seperti Gambar 4.3 ②.
4.3.3 Taman Hiburan
Everland adalah salah satu di antara 4 theme park yang terbesar di seluruh
dunia. Everland terkenal dengan taman bunga serta bangunan-bangunannya yang
indah seperti negeri dongeng. Everland memiliki theme park, kebun binatang,
arena balap mobil, serta aneka wahana dan petualangan outdoor yang menjadi
Zoo-Topia, European Adventure, Magic Land, American Adventure, dan Roller
Coasters. Theme Park ini begitu populer di kalangan generasi muda dan sangat
ramai di malam hari karena merupakan puncak atraksi Everland Theme park.
Everland saat ini, adalah daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang paling
populer bagi wisatawan mancanegara. Salah satu pemandangan Everland dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4
Tim Fam Tour yang sedang berwisata di Everland
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
4.3.4 Pariwisata Pertahanan
Bagi wisatawan yang berminat terhadap simbol perdamaian dan bukti
otentik sejarah dari kisah kelam perang Korea dapat diperkenalkan DMZ. DMZ
adalah singkatan dari DeMiliterized Zone atau zona demiliterisasi (kawasan bebas
senjata) yang merupakan sebuah garis panjang membelah semenanjung menjadi
dua bagian, yaitu Korea Selatan dan Korea Utaran, panjangnya 250km dengan
lebar 4km. Dikatakan bahwa zona ini merupakan One and only place in the whole
world. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan yang mengunjungi DMZ, antara
lain: menyusuri pagar perbatasan yang dipenuhi kawat berduri (lihat Gambar 4.5
①), melihat Terowongan Rahasia Ketiga yang digali Korea Utara pada tahun
1978 untuk menyusupkan sesuatu dari dan ke Korea Utara sewaktu perang
saudara dulu (lihat Gambar 4.5 ②, ③), serta melihat ruangan militer di
Panmunjom yang biasa digunakan oleh para petinggi Korea Selatan dan Korea
Utara saat mengadakan perundingan (lihat Gambar 4.5 ④).
Gambar 4.5
Beberapa daya tarik wisata yang dapat dikunjungi di DMZ
(Sumber: Dokumentasi Provinsi Gyeonggi, https://dmz.gg.go.kr/, 2016)
4.3.5 Tempat Syuting
Wisatawan yang menyukai drama Korea juga dapat mengunjungi lokasi
pembuatan film dan syuting, seperti Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss
Village dan lain-lain. Salah satu tempat yang layak dikunjungi adalah Petite Franc.
Petite Franc merupakan lokasi syuting dari Beethoven. Di ruangan ini, semua hal
tentang musik, dari meja berbentuk gitar, piano, buku musik hingga lembaran
catatan yang dipakai dalam film itu dapat ditemukan.
Gambar 4.6
Tim Fam Tour yang sedang berwisata di tempat syuting
seperti Petite Franc. (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Lokasi pembuatan film dan syuting ini merupakan suatu daya tarik yang
sangat mengagumkan khususnya bagi wisatawan yang belum pernah berkunjung
ke Prancis karena desain gedung dan ornamennya menciptakan atmosfer negara
yang dikenal sebagai negara romantik itu. Penjelasan tersebut berarti, dengan
berkunjung ke Petite France wisatawan akan merasa seperti berada di Prancis.
Selain itu, daya tarik ini menyuguhkan keindahan yang sangat disukai dan
dinikmati baik anak-anak maupun orang dewasa dengan berbagai bangunan dan
air mancur yang mengagumkan dalam konsep Little Prince (Pangeran Kecil).
Tempat pembuatan film dan syuting seperti Petite Franc dapat dilihat pada
Gambar 4.6 .
4.3.6 English Village
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Korea, khususnya Provinsi
Gyeonggi tetapi tujuanya tidak hanya berwisata melainkan juga belajar atau yang
bersifat edukatif, salah satu yang dapat menjadi pilihan adalah Gyeonggi English
Village. Gyeonggi English Village memiliki luas sekitar 28 hektar, terdapat 49
gedung bernuansa barat (western style) dan disana wisatawan dapat belajar bahasa
Inggris serta kebudayaan Korea. Sampai akhir tahun 2015, tercatat sejumlah 4.417
wisatawan asing telah mengikuti English program di Gyeonggi English Village
sambil menikmati budaya Korea. Wisatawan asing tersebut berasal dari berbagai
negara seperti Jepang, Russia, Cina, Thailand, dan lainnya. Salah satu aktivitas
tim Fam Tour pada bulan Januari tahun 2016 tampak pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7
Tim Fam Tour yang sedang berkunjung di English Village
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Lima English Village dilengkapgi fasilitas khusus gaya barat dalam
mengajar bahasa Inggris di Provinsi Gyeonggi seperti pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1 English Village di Provinsi Gyeonggi
No. Nama Tgl buka Yang Milik Luas(㎡) Yang Mengurus
1 Gyeonggi English Village
Paju Camp ‘06. 4. 3
Provinsi
Gyeonggi 278,252
Gyeonggi English
Village
2 Gyeonggi English Village
Yangpyeong Camp ‘08. 4.14
Provinsi
Gyeonggi 99,936 SDA
3 Suwon Global Village ‘11. 9. 1 Kota
Suwon 20,650 EJ TOP
4 Ansan Hwajeong English
Village ‘06. 9.27
Kotan
Ansan 5,818 Ansan University
5 Icheon Global Peace
Village ‘08.11.14
Kota
Icheon 68,425
Korean National
Commission for
UNESCO
Sumber: Pemerintah Provinsi Gyeonggi, 2016
4.3.7 Temple Stay
Temple stay diperkenalkan pertama kali saat World Cup tahun 2002 yang
diselenggarakan di Korea dan Jepang. Pada saat itu, pemerintah Korea mencari
penginapan yang memadai bagi warga negara asing yang datang ke Korea untuk
mendukung tim sepak bola negaranya. Beberapa kepala biksu dari berbagai kuil
(Temple) di Korea merasa perlu untuk turun tangan membantu agar acara (event)
World Cup tidak mengalami kendala sekaligus membantu Pemerintah Korea.
Para biksu memperkenalkan konsep Temple Stay yaitu sebuah konten
wisata budaya bagi para tamu World Cup untuk menawarkan bukan hanya tempat
makan dan tidur saja kepada orang asing, namun juga tempat dimana mereka
dapat belajar budaya Korea.
Temple Stay mendapatkan respon positif dari pemerintah Korea apalagi
wisatawan asing. Respon positif ini kemudian menjadikan kuil-kuil memiliki
peran multi fungsi dimana selain sebagai tempat ibadah, wisatawan juga dapat
tinggal dan menginap di kuil-kuil tersebut serta merasakan langsung pengalaman
hidup dengan budaya tradisional Korea.
Gambar 4.8
Aktivitas di Temple Stay sebagai daya tarik wisata religi
(Sumber: www.bongnyeongsa.org, 2016)
Tujuan dari program ini adalah untuk menawarkan tempat tinggal bagi
orang asing dan juga mencerahkan jiwa dan pikiran mereka dengan ritual
tradisional yang hanya dapat mereka mempelajari dengan cara menghabiskan
waktu di kuil-kuil tersembunyi di pegunungan. Setelah acara 4 tahunan World
Cup di Korea berakhir, program ini tetap berjalan dan tumbuh menjadi program
budaya dimana pengunjung dapat menghabiskan beberapa hari di sebuah kuil,
mengikuti rutinitas sehari-hari bersama biksu yang tinggal di sana dan
berpartisipasi dalam kuliah dan kegiatan khusus seperti Gambar 4.8.
Program “Temple Stay” ini dikelola di 20 kuil yang terletak di Provinsi
Gyeonggi seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kuil di Gyeonggi yang mengurus Temple Stay
No. Kota Tempat Nama Tel Website
1 Suwon Bongnyeongsa 031-256-4127 www.bongnyeongsa.org
2 Seongnam Daegwangsa 031-715-3000 www.daegwangsa.org
3 Yongin
Beomnyunsa 031-332-5703 www.beomnyunsa.or.kr
4 Hwaunsa 031-337-2576 www.hwaunsa.kr
5 Gwangmyeong Geumgangjeongsa 02-898-8200 www.sejon.org
6 Hwaseong
Yongjoosa 031-234-0040 www.yongjoosa.or.kr
7 Shinheungsa 031-357-2695 www.shinheungsa.or.kr
8 Yeoju Silleuksa 031-885-2505 www.silleuksa.or.kr
9 Yangpyeong Yongmunsa 031-773-3797 www.yongmunsa.biz
10 Gyacheon Yeonjuam 02-502-3234 www.yeonjuam.or.kr
11 Goyang Heungguksa 02-381-7970 www.heungguksa.or.kr
12
Gapyeong
Baekryunsa 031-585-3853 www.baekryunsa.org
13 Deawonsa 031-582-0477 www.deawonsa.com
14
Namyangju
Bongsunsa 031-527-9969 www.bongsunsa.net
15 Bonginsa 031-574-5585 www.bonginsa.net
16 Myojeoksa 031-577-1761 www.myojeoksa.org
17 Sujinsa 031-591-7710 www.sujinsa.com
18 Yangju Yukjijangsa 031-871-0101 www.yukjijangsa.org
19 Goyang Joongheungsa 02-355-4488 jhs.or.kr/
20 Yangju Hoeamsa 031-866-0355 www.hoeamsa.com
Sumber: Pemerintah Provinsi Gyeonggi, 2016
4.4 Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Jumlah wisatawan Korea ke luar negeri mengalami fluktuasi kunjungan,
namun progresnya semakin positif. Hal ini dapat dilihat dari outbound tour yang
terus-menerus mengalami peningkatan jumlah kunjungan. Berdasarkan data yang
dihimpun dari Organisasi Pariwisata Korea (Korean Tourism Organization),
sebanyak 5,5 juta orang pergi ke luar negeri pada tahun 2000 dan 6,1 juta orang
pada tahun 2001 menjadi 14,8 juta orang pada tahun 2013 dan 16 juta orang pada
tahun 2014.
Pada tahun 2009, jumlah wisatawan Korea ke luar negeri mengalami
penurunan karena dampak krisis ekonomi dunia. Namun setelah krisis ekonomi
dunia selesai, wisatawan Korea yang pergi ke luar negeri meningkat kembali.
Jumlah wisatawan Korea pada tahun 2012 ke luar negeri hampir sama dengan
jumlah wisatawan Korea pada tahun 2007. Adapun jumlah wisatawan Korea ke
Asia Tenggara per tahun disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara
Tahun Indonesia Thailand Vietnam Philippines Singapore Malaysia Southeast Asia Total
Total
2000 - 448.207 - - - - 448.207 5.508.242
2001 - 553.441 - - - - 553.441 6.084.476
2002 218.155 717.361 - - - - 935.516 7.123.407
2003 190.630 695.034 - - - - 885.664 7.086.133
2004 246.545 910.891 - - 360.870 91.270 1.609.576 8.825.585
2005 263.356 816.407 317.213 - 364.192 158.177 1.919.345 10.080.143
2006 298.228 1.092.783 421.804 581.981 454.661 189.464 3.038.921 11.609.879
2007 337.246 1.083.652 486.374 653.310 463.610 224.867 3.249.059 13.324.977
2008 337.146 888.344 449.239 611.629 423.011 267.460 2.976.829 11.996.094
2009 255.548 618.227 362.115 497.936 271.982 227.312 2.233.120 9.494.111
2010 293.336 805.445 495.902 740.622 360.615 264.052 2.959.972 12.488.364
2011 303.802 1.014.292 535.700 925.204 414.864 263.428 3.457.290 12.693.733
2012 303.256 1.169.131 703.401 1.031.155 345.223 283.977 3.836.143 13.736.976
2013 324.560 1.295.342 748.727 1.165.789 471.767 274.622 4.280.807 14.846.485
2014 328.122 1.096.456 832.969 1.135.248 536.544 385.769 4.315.108 16.080.684
Sumber: Organisasi Pariwisata Korea (http://korean.visitkorea.or.kr 2015/4.5)
Keterangan: Tanda „-‟ menunjukkan bahwa data kunjungan tidak tersedia.
Dalam Tabel 4.3 di atas, dapat ditunjukkan bahwa proporsi wisatawan
Korea yang berkunjung ke Asia Tenggara masing-masing adalah 24,8% (2008),
23,5% (2009), 23,7% (2010), 27,2% (2011), 27,9% (2012), 28,8% (2013), 26,8%
(2014). Dengan demikian, jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara cenderung
mengalami kenaikan.
Dari sisi Inbound tour, pada tahun 2014, yaitu jumlah kunjungan orang
asing ke Korea mencapai 14,2 juta orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan
16,6% dibandingkan dengan tahun 2013. Inbound tourists dari Indonesia, pada
tahun 2014 jumlahnya 208.329 orang, jumlah ini mengindikasikan bahwa terdapat
kenaikan dengan rata-rata 18,9% per tahun selama empat tahun terakhir.
Jumlah wisatawan ke Korea selama empat tahun terakhir mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Secara umum, jumlah kunjungan
wisatawan selalu meningkat dari tahun ke tahun selama kurun waktu empat tahun
terakhir. Meskipun demikian, terdapat beberapa negara yang kunjungan
wisatawannya ke Korea mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah wisatawan mancanegara ke Korea
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Jumlah wisatawan 9.794.796 11.140.028 12.175.550 14.201.516
13,7% 9,3% 16,6%
1 Cina 2.220.196 2.836.892 4.326.869 6.126.865
2 Jepang 3.289.051 3.518.792 2.747.750 2.280.434
3 Amerika Serikat 661.503 697.866 722.315 770.305
4 Taiwan 428.208 548.233 544.662 643.683
5 Hong Kong 280.849 360.027 400.435 558.380
6 Thailand 309.143 387.441 372.878 466.783
7 Philippines 337.268 331.346 400.686 434.951
8 Malaysia 156.281 178.082 207.727 244.520
9 Indonesia 124.474 149.247 189.189 208.329
19,9% 26,8% 10,1%
10 Singapore 124.565 154.073 174.567 201.105
11 India 92.047 91.700 123.235 147.736
12 Vietnam 105.531 106.507 117.070 141.504
Sumber: Organisasi Pariwisata Korea (http://korean.visitkorea.or.kr 2015/4.5)
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan asing yang
mengunjungi Korea dari berbagai negara telah mengalami peningkatan 4,4 juta
orang (CAGR 13,2%) selama empat tahun terakhir.
Sejak tahun 2011 Provinsi Jeju mengalami peningkatan dari rata-rata 519
ribu orang per tahun menjadi 2,6 juta orang pada tahun 2014, dengan rata-rata
peningkatan kunjungan per tahun 37,2%. Ibu Kota Seoul juga mengalami
peningkatan rata-rata 13,6% (1,2 juta orang) sehingga pada tahun 2014 terdapat
11.4 juta wisatawan mancanegara yang mengunjungi Seoul. Indeks-indeks di
dalam Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil peningkatan wisatawan mancanegara
saat ini terpusat di Kota Seoul dan Provinsi (pulau sendiri) Jeju.
Kontradiktif dengan kecenderungan peningkatan wisatawan asing ke
desitinasi tersebut, sebagian besar provinsi lainnya tidak mengalami pertumbuhan
wisatawan mancanegara, apalagi Provinsi Gyeonggi yang justru mengalami
penurunan 484 ribu orang selama empat tahun dengan rata-rata tahunan turun 7,2
persen. Dengan demikian, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup
signifikan hanya terjadi di dua destinasi yaitu Ibu Kora Seoul dan pulau Jeju,
sebaliknya Provinsi Gyeonggi mengalami defisit (penurunan) jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara.
Untuk lebih rinci, data Buku Tahunan Statistik Gyeonggi tentang jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Jumlah wisatawan mancanegara ke Provinsi Gyeonggi
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Total 9.794.796
11.140.028 13,7%
12.175.550 9,3%
14.201.516 16,6%
Seoul 7.806.452
9.190.523
17,7% 9.850.020
7,2% 11.418.018
15,9%
Busan 1.381.066 1.359.083 1.424.539 1.136.121
Daegu 342.818 345.341 353.090 170.418
Incheon 881.532 857.782 949.693 710.075
Gwangju 156.717 133.680 158.282 56.806
Daejeon 303.639 245.081 255.686 156.216
Ulsan 235.075 200.521 219.159 198.821
Gyeonggi 2.331.161
2.372.826
1,8%
2.179.423
-8,2%
1.846.197
-15,3%
Gangwon 1.087.222 1.080.583 1.120.150 1.008.307
Choongbuk 97.948 100.260 73.053 71.007
Choongnam 146.922 167.100 206.984 127.813
Jeonbuk 195.896 178.240 182.633 170.418
Jeonnam 146.922 245.081 255.686 227.224
Gyeongnam 548.509 467.881 487.022 340.836
Gyeongbuk 333.023 267.361 206.984 511.254
Jeju 999.069
1.336.803
33,8%
2.033.317
52,1%
2.556.272
25,7%
Sejong
14.201
Sumber: Buku Tahunan Statistik Gyeonggi 2015
4.5 Analisis Produk Wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi
Produk perjalanan wisata ke Korea merupakan konfigurasi yang sangat
sederhana dengan difokuskan pada destinasi di Ibu Kota Seoul dan pulau Jeju.
Selain itu, terlihat juga baberapa paket wisata yang berisi tempat wisata di
Provinsi Gyeonggi yang meliputi Everland, Petite France, Edelweiss dan tempat-
tempat bermain Sky Ice saat musim dingin (winter).
Paket wisata yang mencantumkan daya tarik wisata Gyeonggi seperti
DMZ, Imjingak dan Paju Premium Outlet, hanya dipromosikan dalam satu produk
dari 29 produk yang peneliti memeriksa melalui website agen perjalanan wisata
yang besar di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Produk wisata ke Korea di Indonesia
Produk Harga
(Rp)
Durasi tinggal Tempat Kunjungi
Korea Gyeonggi
A
1 10.980.000 6/5 0/0 Jeju Island, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
2 9.880.000 6/5 0/0 Jeju Island, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
3 10.880.000 6/5 0/0 Jeju Island, Pyeongchang, Nami Island, Seoul
4 8.380.000 5/4 0/0 Pyeongchang, Ski, Nami island, Seoul
5 8.980.000 6/5 0/0 Jeju Island, Nami island, Mt.Sorak, Seoul
6 19.590.000 6/5 1/1 Jeju Island, Nami island, Ski, Everland, Seoul
7 18.290.000 6/5 1/1 Jeju Island, Nami island, Ski, Everland, Seoul
8 19.990.000 6/5 0.5/0 Jeju Island, Nami island,
Mr.Sorak, Ski, Seoul
9 5.880.000 4/3 0.5/0 Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
10 5.780.000 4/3 0.5/0 Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
G
1 4.388.000 4/3 0.5/0 Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
2 5.688.000 4/3 1/0 Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul
3 5.888.000 4/3 1/0 Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
4 6.088.000 4/3 0/0 Incheon, Pyeongchang, Nami island, Seoul
5 6.388.000 5/4 1/1 Nami Island, Petite France, Ski, Mt.Sorak, Everland,
Seoul
6 6.888.000 4/3 0/0 Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
7 6.988.000 4/3 1/0 Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul
8 9.588.000 6/5 1.5/1 Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski,
Everland, Seoul
9 9.788.000 6/5 1.5/1 Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski,
Everland, Seoul
10 10.188.000 6/5 1.5/1 Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski,
Everland, Seoul
11 10.918.000 4/3 0.5/0 Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Seoul
P 1 7.290.000 4/3 1/0 Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul
2 4.290.000 5/4 0/0 Seoul
D
1 11.999.000 7/6 0/0 Daejon, Mt.Daedun, Jeonju, Busan, Gyeongju, Daegu,
Uiseong, Seoul
2 29.499.000 6/5 0/0 Gumi, Daegu, Busan, Seoul
3 9.999.000 6/5 1/1 Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak,
Everland, Seoul
4 6.899.000 5/4 1/1 Jeju Island, Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak,
Everland, Seoul
5 6.899.000 4/3 0.5/0 Paju, DMZ, Imjingak, Mt.Sorak, Seoul
6 6.599.000 4/3 0.5/0 Taebaek, Jeongseon, Paju Premium oulet, Seoul
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 (Tanggal 10 – 15. September)
Keterangan: 1) Daya tarik wisata yang digarisbawahi merupakan daya tarik
wisata yang terletak di Provinsi Gyeonggi.
2) A, G, P, D adalah inisial agen perjalanan wisata.
Berdasarkan Tabel 4.7, dari jumlah 29 produk yang ditunjukkan di atas,
dapat diterangkan bahwa, produk ⓐ (4hari 3malam) dan produk ⓒ (6hari 5malam)
masing-masing merupakan 12 buah produk (41,4%), produk ⓑ (5hari 4malam)
dengan 4 buah produk (13,8%), produk ⓓ (7hari 6malam) dilihat dengan satu
buah produk (3,4%) dalam website di agen perjalanan wisata.
Dilihat dari lama tinggalnya yang ditawarkan operator perjalanan wisata
(tour operator), dalam produk ⓐ (4hari 3malam), selama sejumlah 48 hari
wisatawan Indonesia berwisata di Korea, sedangkan selama 10 hari (20,8%),
wisatawan Indonesia menikmati atraksi di Provinsi Gyeonggi. Namun, dilihat dari
sisi waktu menginapnya, dalam produk ⓐ, wisatawan Indonesia menginap di
Korea selama sejumlah 36 malam, sedangkan menginap di Provinsi Gyenggi
hanya satu malam dengan jumlah 2,8 persentase seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Angka produk per masa
Jumlah ⓐ (4hari
3malam)
ⓑ (5hari
4malam)
ⓒ (6hari
5malam)
ⓓ (7hari
6malam)
Jumlah
Produk(%) 29 (100%) 12 (41,4%) 4 (13,8%) 12 (41,4%) 1 (3,4%)
ⓐ (4hari
3malam)
ⓑ (5hari
4malam)
ⓒ (6hari
5malam)
ⓓ (7hari
6malam)
hari malam hari malam hari malam hari malam
Jumlah Hari di
Korea 48 36 20 16 72 60 7 6
Jumlah Hari di
Gyeonggi(%)
10 1 4 4 16 9 1 - (20,8%) (2,8%) (20%) (25%) (22,2%) (15%) (14,3%) -
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Keterangan: ⓐⓑⓒⓓ adalah golongan produk wisata dengan durasi yang sama.
Berdasarkan Tabel 4.8, dari rasio harga, dapat dengan mudah dikenali
fakta bahwa praktek persaingan diantara operator perjalanan wisata adalah
penyebab utama yang menurunkan harga paket wisata ke Korea dengan tidak
normal. Hal ini terlihat bahwa harga rata-rata di dalam jumlah biaya tentang
produk A dan B hampir sama dengan hanya biaya tiket pesawat, malah jumlah
harga dalam beberapa produk lebih murah daripada biaya penerbangan.
Bahkan di luar musim puncak (peak season), biasanya harga tiket pesawat
langsung antara Korea (Incheon) dan Indonesia (Jakarta atau Bali) mencapai 6 – 7
juta, namun jumlah harga produk wisata Korea yang termasuk biaya tiket pesawat,
dipromosikan dengan harga Rp 4.388.000, Rp 4.290.000. Akhirnya kekurangan
keuntungan agen perjalanan wisata Korea dilengkapi dengan belanja dipaksa dan
uang tambah (wajib bayar) seperti tip sopir atau guide.
Tabel 4.8 Harga Paket Wisata (Rp)
A (4hari
3malam)
B (5hari
4malam)
C (6hari
5malam)
D (7hari
6malam)
rata-rata 6.607.833 6.489.250 13.971.000 11.999.000
terendah 4.388.000 4.290.000 8.980.000 11.999.000
tertinggi 10.918.000 8.380.000 29.499.000 11.999.000
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Hasil wawancara dengan Lee Hanok, pegawai LNT Tour Travel Agency
di Provinsi Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business
to Business) pada tanggal 29-30 Juni 2016 di Bali, menunjukkan fakta
sehubungan praktek dumping oleh agen-agen perjalanan wisata di Kota Seoul
sebagai berikut:
“Kami menawarkan harga paket wisata murah kepada agen perjalanan
wisata di Indonesia bahkan sampai Rp. 0 (noll), karena persaingan diantara
agen travel Korea. Misalnya, agen perjalanan wisata A di Korea
menawarkan harga paket 2 juta, agen B yang bersedia menawarkan harga 1
Juta, bahkan C menawarkan hingga harga 0 (noll) dengan syarat wisatawan
yang mengikuti paket perjalanan harus belanja, termasuk memberikan tip
untuk guide dan sopir” (Wawancara pada 7 Juli 2016)
Dari hasil wawancara di atas, peneliti berasumsi bahwa hal ini merupakan
permasalahan yang bersifat struktural karena praktek persaingan yang dilakukan
agen perjalanan wisata mengakibatkan kualitas perjalanan wisatawan yang
mengunjungi Korea menurun sehingga besar kemungkinan tamu tidak mau lagi
berkunjung karena pelayanan (service) yang diberikan.
4.6 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini digunakan 80 responden yang mengikuti acara
promosi Pariwisata Gyeonggi sebagai agen perjalanan wisata Indonesia, dimana
acara ini dilakukan dua kali, yaitu di DKI Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus
2015 dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni 2016 (Lihat Lampiran III - Kuesioner).
4.6.1 Jenis Kelamin
Menurut hasil penelitian pada Tabel 4.9 di bawah ini, dari 80 jumlah
responden diperoleh data bahwa laki-laki berjumlah 45 orang (56,3%), sedangkan
perempuan berjumlah 35 orang (43,8%).
Tabel 4.9 Jenis Kelamin Responden
Jumlah (%) Laki-laki Perempuan
80 (100%) 45 (56,3%) 35 (43,8%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.2 Tempat Penyebaran Kusioner
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 80 jumlah responden diperoleh data
bahwa 49 responden (61,2%) adalah agen perjalanan wisata yang mengikuti acara
promosi dilakukan di Bali dan 31 responden (38,8%) adalah peserta acara yang
diadakan di Jakarta.
Tabel 4.10 Daerah Responden
Jumlah Jakarta Bali
80 (100%) 31 (38,8%) 49 (61,2%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.3 Agama
Pemerintah Indonesia mengakui enam agama resmi: Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Menurut sensus penduduk
tahun 2010, 87,2% dari 237 juta penduduk Indonesia pemeluk Islam, 6,9%
Protestant, 2,9% Katolik, 1,7% Hindu, 0,7% Buddha dan 0,05% Khonghucu.
Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian ini, dalam rasio agama responden,
45% (36 orang) beragama Hindu, 38,8% (31 responden) beragama Islam, 7,5% (6
orang) beragama Protestan, 6,3% (5 orang) beragama Katolik, 2,5% (2 orang)
beragama Buddha seperti pada Tabel 4.11. Rasio agama dalam survei ini tidak
menunjukkan gambaran sesungguhnya dari agama Indonesia secara keseluruhan
karena lokasi survei hanya dilakukan pada dua tempat yaitu Jakarta dan Bali,
dalam hal ini kebanyakan orang Bali menganut agama Hindu dengan mayoritas
84,5%. (Lihat Tabel 6.1)
Tabel 4.11 Agama Responden
Jumlah Islam Protestan Katolik Hindu Buddha Kong Hu Cu
80
(100%)
31
(38,8%)
6
(7,5%)
5
(6,3%)
36
(45,0%)
2
(2,5%)
-
(0,0%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.4 Usia
Usia responden diklasifikasikan menjadi 4 golongan: 24 orang (30%) di
bawah 30 tahun, 29 orang (36,3%) berusia antara 31 tahun sampai dengan 40
tahun, 21 orang (26,3%) berusia antara 41 tahun sampai dengan 50 tahun, dan 6
orang (7,5%) berusia 51 tahun atau lebih seperti pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Usia Responden
Jumlah -30 31 - 40 41 - 50 51 -
80
(100%)
24
(30,0%)
29
(36,3%)
21
(26,3%)
6
(7,5%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.5 Pekerjaan
Peneliti melakukan pengelompokan responden dari segi pekerjaan,
menjadi empat kelompok yaitu pelajar, wiraswasta, pegawai dan pekerjaan lain-
lain. Dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar
pekerjaannya adalah wiraswasta (26,3%) dan pegawai (67,5%) karena mereka
merupakan peserta acara promosi pariwisata Gyeonggi sebagai agen perjalanan
wisata seperti pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Pekerjaan Responden
Jumlah Pelajar Wiraswasta Pegawai Lainnya
80
(100%)
4
(5,0%)
21
(26,3%)
54
(67,5%)
1
(1,3%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.6 Pendidikan
Dari sisi pendidikan, responden dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
SMP, SMA/SMK, S1/ST, dan S2/S3. Dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden merupakan tamatan SMA/SMK (57,5%).
Selanjutnya jumlah tamatan S1/ST sebanyak 24 orang (30%), jumlah tamat S2/S3
sebanyak 10 orang (12,5%) seperti pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Pendidikan Responden
Jumlah SMP SMA/SMK S1/ST S2/S3
80
(100%)
-
(0,0%)
46
(57,5%)
24
(30,0%)
10
(12,5%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyajian hasil dan pembahasan pada bab ini merupakan upaya untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian melalui kajian teori serta
metodologi dalam melakukan identifikasi dan analisis data. Penyajian hasil dan
pembahasan terdiri dari tiga sub-bab.
Pertama, persepsi wisatawan Indonesia. Persepsi ini diukur dengan
mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia tentang wisata Korea secara
umum, setelah itu persepsi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata
Provinsi Gyenonggi. Kedua, strategi pemasaran melalui analisis SWOT. Analisis
SWOT digunakan untuk mengetahui karakteristik daya tarik wisata di Provinsi
Gyeonggi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan Indonesia,
dan strategi SWOT digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi
segmentasi pasar, penetapan target, penetapan posisi, dan promosi pariwisata
Provinsi Gyeonggi.
Terakhir, promosi pariwisata. Promosi pariwisata dilakukan setelah
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman di pasar pariwisata Provinsi
Gyeonggi dan dilakukan segmentasi pasar serta ditetapkan target pasar. Strategi
promosi adalah komponen penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, Korea.
71
5.1 Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Gyeonggi
Persepsi wisatawan Indonesia diukur dengan dianalisis persepsi
wisatawan ke Korea secara umum, setelah itu dilakukan identifikasi persepsi
wisatawan Indonesia tentang atraksi wisata di Provinsi Gyenonggi. Adapun hasil
dan pembahasan terkait persepsi wisatawan Indonesia adalah sebagai berikut.
5.1.1 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea
Berdasarkan pengalaman berwisata ke Korea yang dilakukan oleh
responden, dari 80 jumlah responden terlihat bahwa 13 orang (16.3%) pernah
berwisata di Korea selama 10 tahun terakhir. Dari 13 orang tersebut, 4 orang dari
Jakarta, 9 orang dari Bali. Apabila dilihat dari sisi jenis kelamin, 8 laki-laki
pernah ke Korea dan 5 perempuan juga memiliki pengalaman berwisata ke Korea.
Berikut daftar kunjungan ke Korea selama 10 tahun terakhir pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir
No Pernah
Ke Korea
Daerah Kelamin Total
Jakarta Bali Laki-laki Wanita
1 Pernah 4
(12,9%)
9
(18,4%)
8
(19,0%)
5
(13,2%)
13
(16,3%)
2 Belum 27
(87,1%)
40
(81,6%)
34
(81,0%)
33
(86,8%)
67
(83,7%)
Total 31
(100%)
49
(100%)
42
(100%)
38
(100%)
80
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Berdasarkan hasil survei, ditunjukkan bahwa destinasi wisata yang
dikunjungi oleh 13 responden terbatas beberapa daya tarik wisata selama berada
di Korea.
Dengan kata lain, hasil survei menunjukkan bahwa terdapat empat daya
tarik wisata utama yang dikunjungi wisatawan Indonesia selama kunjungannya di
Korea. Semua wisatawan yang berwisata di Korea pernah mengunjungi Ibu Kota
Seoul, sebesar 61,5% melakukan aktivitas naik Gunung Seorak di Provinsi
Gangwon, dan 46,2% responden menyatakan pernah mengunjungi tempat wisata
di pulau Jeju atau Provinsi Gyeonggi sebagai pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi
No Destinasi Jakarta Bali Total
1 Seoul 4
(100%)
9
(100%)
13
(100%)
2 Mt. Seorak 2
(50,0%)
6
(66,7%)
8
(61,5%)
3 Pulau Jeju 2
(50,0%)
4
(44,4%)
6
(46,2%)
4 Gyeonggi 2
(50,0%)
4
(44,4%)
6
(46,2%)
Total 4
(100%)
9
(100%)
13
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Berdasarkan Tabel 5.3, dari 80 responden yang telah diteliti, sebanyak 63
orang (78,8%) pernah mendengar atau melihat tentang produk wisata Korea.
Responden mendengar dari berbagai macam atribut sumber informasi. Ini berarti
produk wisata Korea telah semakin dikenal oleh calon wisatawan Indonesia.
Tabel 5.3 Kesempatan Mendengar/Melihat Produk Wisata Korea
No Pernah
dengar/lihat Jakarta Bali Total
1 Pernah 24
(77,4%)
39
(79,6%)
63
(78,8%)
2 Belum 7
(22,6%)
10
(20,4%)
17
(21,3%)
Total 31
(100%)
49
(100%)
80
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Berdasarkan Tabel 5.4, 36 orang (57.1%) dari jumlah 63 responden yang
pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan bahwa
informasi mengenai Korea diperoleh melalui brosur atau buku; 29 orang (46.0%),
melalui internet; 17 orang (27.0%), melalui media seperti TV, koran; dan 11
orang (17.5%), melalui kenalan (Word to Word).
Kebanyakan laki-laki bisasanya memperoleh informasi lewat brosur
(66.7%) berbeda dengan perempuan lebih sering mendapat informasi dari media
internet (56.7%). Berdasarkan karakteristik usia, wisatawan yang berusia di
bawah 30 tahun hampir semuanya menerima informasi melalui internet (83.3%),
sedangkan wisatawan yang berusia lebih dari 41 tahun menggunakan media
brosur (72%). Data tersebut mengindikasikan bahwa kecendrungan calon
wisatawan di masa depan akan lebih menggunakan media internet sebagai media
informasi wisatawan sebelum melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata
termasuk ke Korea.
Tabel 5.4 Cara Memperoleh Informasi tentang Korea
No Sumber
Informasi
Kelamin Usia
Total Laki-laki Wanita - 30 31 - 40 41 -
1 Word to
Word 2
(6,1%)
9
(30,0%)
1
(5,6%)
6
(30%)
4
(16%)
11
(17,5%)
2 Internet 12
(36,4%)
17
(56,7%)
15
(83,3%)
4
(20%)
10
(40%)
29
(46,0%)
3 Media 11
(33,3%)
6
(20,0%)
2
(11,1%)
8
(40%)
7
(28%)
17
(27,0%)
4 Brosur 22
(66,7%)
14
(46,7%)
10
(55,6%)
8
(40%)
18
(72%)
36
(57,1%)
Total 33
(100%) 30
(100%)
18
(100%)
20
(100%)
25
(100%)
63
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Berdasarkan hasil survei penelitian ini pada Tabel 5.5, sebesar 63 orang
responden yang pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan
bahwa mereka tertarik pada daya tarik wisata yang popular sebagai wisata buatan
(61,9%), wisata budaya Korea (47,6%), wisata kemajuan atau kecanggihan
eknologi (46%), wisata keindahan alam seperti salju pada musim dingin, daun-
daun yang berwarna-warni saat musim gugur (30,2%), wisata belanja (17,5%).
Namun bila diamati dari lokasi penyebaran survey ini, terlihat beberapa
perbedaan, yaitu responden asal Jakarta yang berjumlah 62,5% lebih tertarik
dengan daya tarik wisata kemajuan negara Korea dalam bidang ilmu pengetahuan
dan kecanggihan teknologi. Berbeda dengan responden dari Bali yang berjumlah
64,1% terlihat lebih tertarik pada wisata buatan. Preferensi terhadap wisata buatan
tersebut juga disampaikan oleh I Made Sukayana, pegawai Bali Fun Holiday
Travel Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada
Januari 2016 sebagai berikut:
“Everland, Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village, One mount
dan Gyeonggi English Village ini merupakan wisata buatan di Korea yang
sangat menarik, kita bisa bermain, berwisata sepuasnya, dan tentunya di
dalam One mount bisa merasakan salju selalu terlepas dari musim panas
atau dingin.” (Wawancara 27 Januari 2016)
Dilihat dari pernyataan di atas, wisatawan asal Indonesia mendapatkan
pengalaman yang sangat berkesan ketika menikmati salju di One mount yang
tidak dapat dirasakan di daerah asalnya. Sebagaimana diketahui Indonesia berada
di garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis sehingga hanya memiliki dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Apabila dilihat dari agama, 69% responden yang beragama Hindu tertarik
dengan wisata buatan, sedangkan 63,6% responden yang berasal dari Jakarta dan
umumnya beragama Islam lebih tertarik pada kemajuan dari wisata Korea. Hasil
survey ini juga menarik bila dilihat dari usia responden yaitu 72,2% responden
yang berusia kurang dari 30 tahun lebih tertarik pada wisata budaya Korea.
Merujuk pada hasil survey di atas, produk wisata budaya Korea di masa
mendatang perlu dikemas secara lebih kreatif dengan memadukan unsur budaya
Korea dan kecanggihan teknologi. Sinergi unsur budaya dan kecanggihan dalam
wisata buatan juga perlu dipadukan, mengingat kelompok usia di bawah 30 tahun
menyukai keunikan budaya yang dimiliki Korea. Perpaduan unsur-unsur ini
dibutuhkan agar selalu menjadi daya tarik untuk dikunjungi dan diminati bagi
wisatawan Indonesia.
Selanjutnya, berdasarkan Tabel 5.6. tentang hambatan untuk mengunjungi
Korea, diketahui terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan wisatawan
Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea. Sebanyak 52,4% responden
menyatakan anggaran menjadi faktor penghambat utama untuk berkunjung ke
Korea. Ini berarti masalah biaya dalam melakukan perjalanan wisata sangat
berpengaruh terhadap tingkat kunjungan ke daya tarik wisata di Korea. Selain itu,
perbedaan nilai mata uang antara Indonesia dan Korea menjadi salah penyebabnya.
Namun, di lain pihak bagi mayoritas responden yang berjenis kelamin wanita
(56,7%), hambatan berkunjung ke Korea bukanlah anggaran, melainkan akses
untuk mendapatkan Visa Perjalanan Korea.
Secara keseluruhan, tidak ada (0%) responden yang menyatakan Korea
memiliki pilihan daya tarik wisata yang kurang menarik untuk dikunjungi. Ini
berarti, Korea telah memiliki aneka ragam daya tarik wisata mulai dari alam,
budaya dan buatan yang begitu menarik. Oleh karena itu, yang perlu menjadi
perhatian bagi pemerintah Korea adalah mempromosikan sesuai dengan
permintaan pasar wisatawan Indonesia.
Ditinjau dari musim yang diminati wisatawan, Indonesia dan Korea
terletak pada geografis yang cukup jauh sehingga memiliki musim yang berbeda.
Karena perbedaan musim inilah, banyak wisatawan Indonesia ingin berkunjung ke
Korea untuk merasakan pengalaman musim yang berbeda.
Berdasarkan survey ini, sebagian besar wisatawan Indonesia yang
berkunjung ke Korea yaitu sebanyak 48,8% mengunjungi Korea dengan alasan
Korea memiliki musim dingin. Oleh karena itu, wisatawan tersebut ingin
merasakan suasana musim bersalju yang tidak dapat ditemui di Indonesia.
Kemudian disusul oleh musim semi sebanyak 43,8% dan musim gugur sebanyak
33,8%. Hanya 1,3% responden yang menyatakan ingin berkunjung ke Korea pada
saat musim panas.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan bila dilihat berdasarkan jenis
kelamin responden. Responden laki-laki mayoritas (54,8%) memilih musim
dingin untuk merasakan salju. Berbeda dengan responden perempuan yang
mayoritas sebesar 47,4% memilih berkunjung ke Korea pada musim semi.
Kecenderungan responden perempuan yang lebih memilih musim semi ini
dapat dijadikan acuan apabila nantinya terdapat target pasar bagi wisatawan
perempuan Indonesia. Beberapa hal yang menjadi dasar argumentasi dikarenakan
perempuan memiliki sifat yang lebih sensitif dan biasanya memang lebih senang
terhadap suasana romantis dengan banyaknya bunga-bunga yang mekar seperti
pada musim semi di Korea. Berikut Tabel 5.7 mengenai musim yang diminati
bagi wisatawan Indonesia.
Dari minat wisatawan Indonesia ke Korea, pada Tabel 5.8 ini terlihat calon
wisatawan Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat berkunjung.
Sebanyak 53,8% responden menyatakan memiliki rencana untuk berkunjung ke
Korea pada tahun 2017. Bila dilihat pada lokasi penyebarannya, jenis kelamin,
agama dan usia mayoritas juga memiliki rencana berkunjung pada tahun 2017.
Hal ini berarti produk wisata Korea sangat diminati bagi wisatawan Indonesia.
Adapun kecenderungan persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea
dijelaskan oleh I Gede Gian Saputra selaku pegawai Komodo Naga Travel
Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari
2016 sebagai berikut:
“Saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai berpikir untuk merencanakan
liburan wisatanya. Korea menjadi salah satu negara favorit bagi masyarakat
Indonesia karena pengenalan budaya Korea melalui film dan musik K-POP
yang memberikan rasa penasaran untuk ingin langsung melihat dan
mengalami produk wisata di Korea.” (Wawancara 29 Januari 2016)
Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat pengenalan budaya melalui media
yang dikemas dalam film dan musik cukup berpengaruh bagi promosi pariwisata
Korea. Hallyu menjadi tren bagi masyarakat Indonesia sehingga disamping
meningkatkan prestige Korea di lingkungan sosial, hal ini juga berpengaruh
secara psikologis terhadap rencana kunjungan ke Korea yang semakin diminati.
Berikut ini pada Tabel 5.8 dapat dilihat rencana kunjungan calon wisatawan
Indonesia ke Korea.
Berdasarkan tipologi wisatawan Indonesia melakukan perjalanan ke Korea,
terdapat dua cara yang digunakan antara lain, pertama adalah melalui paket wisata
yang telah dibuat oleh agen perjalanan wisata, cara kedua adalah wisata pribadi
atau perjalanan individual yang jadwalnya dibuat sendiri.
Dari jumlah total 80 responden, 38 orang (47,5%) menyukai perjalanan
dengan menggunakan paket wisata, sedangkan 42 orang (52,5%) akan memilih
cara wisata pribadi. Melihat dari aspek daerah, orang Jawa lebih suka wisata
pribadi (18 orang, 58,1%), sedangkan orang Bali ingin ke Korea dengan paket
wisata (15 orang, 51%).
Dilihat dari sisi atribut jenis kelamin, laki-laki lebih suka cara paket wisata
(23 orang dari 42 orang, 54,8%), sedangkan wanita memilih wisata pribadi (23
orang dari 38 orang, 60.5%). Selanjutnya berdasarkan agama, umat Hindu suka
cara paket wisata (22 orang, 61,1%), sedangkan umat Islam menyukai wisata
pribadi (19 orang, 69.2%). Dilihat dari sisi usia, responden yang usianya 30 tahun
ke bawah lebih tertarik dengan cara berwisata melaui agen perjalanan wisata atau
menggunakan paket wisata (18 orang, 75%), sedangkan golongan usia 31 tahun
sampai dengan 40 tahun dan golongan yang 40 tahun ke atas lebih suka wisata
pribadi. Adapun jenisi wisata yang diminati wisatawan Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 5.9 di atas.
Secara umum berdasarkan survei mengenai minat wisatawan Indonesia
terhadap jenis wisata di Korea, sebanyak 33,3% wisatawan berminat terhadap
wisata budaya Korea kemudian disusul oleh wisata edukasi sebanyak 24,8%.
Dilihat dari usia, responden di bawah umur 30 tahun, yaitu sebanyak 75%, lebih
banyak memilih wisata budaya. Budaya sangat besar pengaruhnya terhadap minat
wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea.
Apabila diamati, promosi yang dilakukan pemerintah Korea yang berupa
pengenalan budaya seni, seperti musik dan perfilman, memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadaap ketertarikan orang Indonesia tentang Korea.
Menariknya, walaupun masyarakat Indonesia tidak begitu paham bahasa Korea,
namun mereka menyukai dan menikmati budaya yang dimiliki Korea.
Selain itu, hal-hal yang turut memengaruhi ketertarikan masyarakat
Indonesia terhadap daya tarik wisata di Korea yaitu wisata budaya, edukasi dan
wisata medis. Terlihat sebesar 10,6% responden memiliki minat terhadap wisata
medis di Korea. Bahkan isu ini sempat menjadi bahasan menarik bagi masyarakat
Indonesia karena di Korea orang-orang dapat melakukan operasi plastik untuk
menambah kecantikan dan organ-organ tubuh lainnya. Hal ini cukup menarik
perhatian, karena banyak masyarakat yang melihat secara langsung melaui media
film dan musik. Adapun ragam minat wisatawan Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 5.10 berikut ini.
5.1.2 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Gyeonggi
Provinsi Gyeonggi memiliki beragam daya tarik wisata bagi wisatawan.
Namun, belum banyak wisatawan Indonesia yang menyadari keberadaan dari
daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Dari hasil survey ini, 70% responden
belum memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi. Dilihat dari jenis kelamin
responden, laki-laki lebih banyak yang pernah memiliki informasi terkait Provinsi
Gyeonggi, yaitu sebesar 33,3% persen. Ini berarti pariwisata Provinsi Gyeonggi
perlu diperkenalkan lebih banyak bagi calon wisatawan Indonesia untuk
meningkatkan minat dan kunjungan ke Provinsi Gyeonggi. Adapun data tentang
kesempatan yang memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi dapat dilihat pada
Tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11 Kesempatan memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi
No Pengalaman Daerah Kelamin
Total Jakarta Bali Laki-laki Wanita
1 Pernah 9
(29,0%)
15
(30,6%)
14
(33,3%)
10
(26,3%)
24
(30,0%)
2 Belum 22
(71,0%)
34
(69,4%)
28
(66,7%)
28
(73,7%)
56
(70,0%)
Total 31
(100%)
49
(100%)
42
(100%)
38
(100%)
80
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Dilihat dari pilihan daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi, responden
menyatakan Everland merupakan daya tarik wisata terfavorit. Sebesar 79,2%
responden memilih Everland sebagai daya tarik wisata utama ketika berkunjung
ke Provinsi Gyeonggi. Setelah itu disusul oleh Pulau Jara (Gapyeong) yang
berlokasi dekat dengan pulau Nami sebanyak 62,5% sebagai Tabel 5.12.
Tabel 5.12
Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di Gyeonggi
No Daya tarik wisata
yang pernah dengar
Daerah Total
Jakarta Bali
1 Warisan Budaya Dunia 2
(22,2%)
4
(26,7%)
6
(25,0%)
2 Everland 8
(88,9%)
11
(73,3%)
19
(79,2%)
3 Kintex, Onemount 3
(33,3%)
6
(40,0%)
9
(37,5%)
4 DMZ, Imjingak 7
(77,8%)
7
(46,7%)
14
(58,3%)
5 English Village 2
(22,2%)
3
(20,0%)
5
(20,8%)
6 Petite Franc, Swiss Village 1
(11,1%)
2
(13,3%)
3
(12,5%)
7 City of Crafts and Folk Art 3
(33,3%)
4
(26,7%)
7
(29,2%)
8 Pulau Jara / Gapyeong 5
(55,6%)
10
(66,7%)
15
(62,5%)
9 Lain-lain -
(0,0%)
-
(0,0%)
-
(0,0%)
Total 9
(100%)
15
(100%)
24
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Tabel 5.13 menunjukan bahwa 77 orang (96,3%) menyatakan mereka mau
mengunjungi tempat wisata atau menyukai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi
setelah mengikuti acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi.
Tabel 5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi
No Keinginan
mengunjungi
Daerah Kelamin Total
Jakarta Bali Laki-laki Wanita
1 Mau 30
(96,8%)
47
(95,9%)
41
(97,6%)
36
(94,7%)
77
(96,3%)
2 Tidak 1
(3,2%)
2
(4,1%)
1
(2,4%)
2
(5,3%)
3
(3,8%)
Total 31
(100%)
49
(100%)
42
(100%)
38
(100%)
80
(100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Tabel 5.14 menunjukan bahwa pengalaman sendiri maupun pengetahuan
yang didapatkan dari hasil promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi di Bali dan
Jakarta menyebabkan munculnya suatu keinginan untuk mengunjungi daya tarik
wisata di Provinsi Gyeonggi. Setiap calon wisatawan memiliki pendapat yang
berbeda-beda tentang Provinsi Gyeonggi.
Berdasarkan survei mengenai pendapat calon wisatawan tentang daya tarik
wisata di Provinsi Gyeonggi yang ingin dikunjungi, 29 peserta (38,2%)
berkeinginan untuk mengunjungi DMZ, Imjingak, Panmunjom di Kota Paju; 24
peserta (31,6%) ingin mengunjungi English Village; 23 peserta (30,3%) mau
mengunjungi Everland di Kota Yongin; 18 peserta (23,7%) mau mengunjungi
Benteng Hwaseong di Kota Suwon.
Melihat dari jenis kelamin, paling banyak laki-laki memilih DMZ,
Imjingak, Panmunjom (17 orang, 41,5%), sedangkan paling banyak wanita mau
mengunjungi Everland sebagai tempat wisata (13 orang, 36,1%). Selanjutnya
melihat dari sisi usia, orang yang dibawah usia 30 tahun lebih menyukai pulau
Jara di Kabupaten Gapyeong (11 orang, 45,8%), orang yang usianya di antara dari
usia 31 tahun sampai usia 40 tahun paling menyukai Everland (12 orang, 42,9%),
dan orang yang usianya di atas 41 tahun lebih menyukai situs Warisan Budaya
Dunia seperti Benteng Hwaseong (11 orang, 44%) daripada tempat yang lain.
Dari beberapa daya tarik wisata yang dimiliki oleh Korea, DMZ, Imjingak
merupakan daya tarik wisata terfavorit bagi wisatawan Indonesia. Berdasarkan
survey, sebanyak 38,2% responden menyatakan ingin berkunjung ke DMZ. Daya
tarik wisata ini menjadi lebih menarik karena lokasinya terletak di antara
perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, yang kadang-kadang ditutup ketika
kondisi hubungan kedua Negara sedang memburuk. Selain DMZ, English village
juga memiliki daya tarik bagi wisatawan Indonesia dengan sebesar 31,6%
responden. Ini berarti aktifitas pendidikan mampu memberikan pengalaman yang
bersifat edukatif kepada wisatawan Indonesia tentang gambaran daya tarik wisata
English villlage di Gyeonggi. Berikut ini Tabel 5.14 mengenai daya tarik wisata di
Gyeonggi yang ingin dikunjungi.
Tabel 5.15 mengenai jenis pariwisata yang sesuai bagi wisatawan
Indonesia menunjukkan bahwa 52,5% responden berpendapat menyukai wisata ke
Korea karena keunikan budayanya. Wisatawan Indonesia ingin melihat langsung
budaya tradisional maupun budaya modern Korea, khususnya di Provinsi
Gyeonggi. Jenis wisata Industri dan wisata Edukasi berada pada urutan
selanjutnya yang diminati oleh wisatawan Indonesia dengan nilai persentase yang
sama sebesar 33,8%.
Data di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia yang
telah bergeser, mereka lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan
teknologi serta wisata yang bersifat edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai
dan bermain pasir. Analisis ini dilengkapi dengan jenis wisata Medis (medical
tourism), sebesar 15% responden tertarik untuk melihat langsung sehingga
memiliki potensi yang baik untuk pengembangan ke depan dalam mencari pasar
wisatawan Indonesia.
Berdasarkan survey tentang daya tarik wisata yang paling sesuai bagi
wisatawan individu asal Indonesia, hasilnya cukup mencengangkan. Sejumlah 48
responden dengan persentase 60% menyatakan sesuai dengan wisata budaya
Korea. Namun hal yang terlihat berbeda adalah bila membandingkan dengan
minat responden di Jakarta dan Bali yang sebagian besar responden di Jakarta
memilih wisata budaya.
Berbeda dengan responden yang ada di Bali walaupun wisatawan budaya
masih tertinggi, namun antara wisata budaya dan wisata edukasi memiliki selisih
yang tidak terlalu besar yaitu 53,1% memilih wisata budaya dan 42,9% memilih
edukasi. Berkaiatan dengan kelompok usia, responden yang relatif lebih muda,
yaitu di bawah 30 tahun, menyatakan memilih wisata budaya dengan persentase
sebesar 70% sebagai pada Tabel 5.16.
5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi segmentasi pasar,
penetapan target, penetapan posisi, dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi.
Dalam sub bab ini analisis SWOT merupakan poin yang dibahas terlebih
dahulu yaitu mengenai hasil identifikasi terkait dengan daya tarik wisata
Gyeonggi dan wisatawan Indonesia, serta menarik strategi pengembangan produk
wisata Provinsi Gyeonggi. Poin kedua membahas mengenai strategi pemasaran
pariwisata Provinsi Gyeonggi dengan mengidentifikasi strategi Segmentasi,
Target Pasar, dan Positioning.
5.2.1 Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi
Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders) di Provinsi Gyeonggi dan Indonesia (Jakarta dan Bali),
ditunjukkan hasil identifikasi yang menarik terkait dengan faktor eksternal
maupun internal. Hal ini ditinjau dari informan di Provinsi Gyeonggi seperti agen
perjalanan wisata, pegawai lembaga pariwisata, dan PNS dinas pariwisata,
sedangkan di Indonesia meliputi agen perjalanan wisata di Jakarta dan Bali yang
mengikuti Gyeonggi Fam Tour. (Lihat Lampiran I-Pedoman wawancara)
Mengenai hasil analisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang terkait dengan kebijakan peningkatan wisatawan Indonesia ke Korea
termasuk Provinsi Gyeonggi dapat diuraikan sebagai berikut.
5.2.1.1 Analisis Internal
Analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor internal dalam upaya
peningkatan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, Korea terdiri dari dua
faktor yaitu faktor kekuatan (strengths) dan faktor kelemahan (weakness). Berikut
ini akan diuraikan mengenai kedua faktor tersebut.
A. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan adalah segala sesusatu yang dapat dikembangkan sebagai
andalan pengembangan dan peningkatan kunjungan wisatawan ke Provinsi
Gyeonggi meliputi potensi pariwisata tematik (Theme Tourism), sumber daya
pariwisata buatan, wisata budaya dan minat wisata mengenai kondisi kehidupan
sosial-ekonomi, sehingga nantinya bisa bersaing dengan daya tarik wisata lain.
Melihat faktor kekuatan pariwisata Korea, pertama dapat diartikan bahwa
adanya tempat penyuntingan film yang sangat populer dipengaruhi Hallyu seperti
K-pop, drama Korea. Kedua, Korea, bersama Cina dan Jepang, memiliki musim
semi, musim gugur dan musim dingin yang berbeda dengan musim di Indonesia.
Jika produk wisata yang dijual di Indonesia mencantumkan konfigurasi daya tarik
Cina dan Jepang, maka produk akan memiliki nilai respon yang tinggi oleh
wisatawan. Sebagai contoh, konfigurasi produk tiga negara Cina, Korea, dan
Jepang, ataupun sebaliknya Jepang, Korea, dan Cina.
Konfigurasi di atas berdampak pada faktor kekuatan pariwisata Provinsi
Gyeonggi. Pertama, Provinsi Gyeonggi berdekatan dengan Bandara Internasional
Incheon yang berstandar kelas dunia dalam sisi pelayanan, dan terletak di pusat
Korea. Kedua, terdapat beberapa premium outlet maupun bebas pajak untuk
wisata belanja sebagai salah satu tujuan utama wisatawan Indonesia. Ketiga,
pemandangan dan aksesibilitas yang cukup baik di Korea yang dikarenakan
ditetapkannya sebagai lokasi penyuntingan film internasional maupun domestik.
Keempat, sebagai satu-satunya wilayah yang memiliki zona demiliterisasi,
baik di negara Korea maupun seluruh dunia, keberadaan DMZ, Terowongan
rahasia ketiga, Panmunjom dan ekosistemnya khusus hanya dapat ditemukan di
Provinsi Gyeonggi. DMZ tidak hanya sejarah bagi Korea atas perang dingin (cold
war) di masa lalu, namun telah menjadi sejarah bagi seluruh dunia.
Kelima, terdapat berbagai fasilitas yang baik dan canggih untuk dapat
digunakan sebagai pariwisata medis, pariwisata kecantikan, pariwisata industri
dan pariwisata pendidikan mendapatkan respon yang baik dari wisatawan asing.
Keenam, untuk memperbaiki indeks kebahagiaan manusia dari stress mental saat
ini wisata yang religius cenderung dijadikan pilihan untuk menenangkan hati dan
jiwa maka Temple stay merupakan tempat yang tepat mengatasi hal tersebut.
B. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan merupakan suatu keadaan pada objek yang kurang
menguntungkan dalam pengembangan pariwisata Provinsi Gyeonggi melalui
sesuatu atraksi yang berbasis masyarakat. Kelemahan ini perlu diatasi sehingga
layak dikembangkan dan tidak memberikan dampak negatif terhadap faktor dari
luar yang memengaruhi faktor eksternal tersebut.
Dari sudut pandang pariwisata Korea, kelemahan pertama adalah harga
produk wisata yang sedang dijual terlalu rendah dengan tidak memperhatikan
mutunya, bahkan kecenderungan ini menjadikan citra Korea buruk. Kelemahan
kedua adalah adanya keputusan pemerintah tentang Visa dan Ijin Berkunjung
untuk kunjungan ke Korea menjadi penghalang utama bagi calon wisatawan
Indonesia. Misalnya hanya untuk mendapatkan Visa Perjalanan perlu puluhan
dokumen seperti Tabungan/Rekening Bukti Keuangan Pribadi (atau Perusahaan),
Surat bekerja dan SIUP, Surat Undangan/Surat Sponsor dari Korea.
Kelemahan yang ketiga adalah perbelanjaan wajib. Ketika wisatawan tidak
ingin berbelanja selama berwisata, wisatawan tersebut harus membayar beberapa
biaya lagi. Hal tersebut bisa menjadi kendala bagi wisatawan Indonesia yang akan
ke Korea. Kelemahan keempat adalah harga pesawat yang relatif mahal
dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Cina, dan sebagainya. Kelemahan
kelima adalah bahwa tidak ada banyak tempat yang menyediakan aktivitas
tertentu pada malam hari dibandingkan dengan Seoul.
Sementara itu, terdapat tiga kelemahan dalam pariwisata Provinsi
Gyeonggi. Kelemahan pertama adalah kekurangan upaya promosi tentang wisata
Kecantikan, MICE, Medis (kosmetik), Belanja, dan Belajar yang menarik dan
bernilai tinggi, meskipun Provinsi Gyeonggi memiliki banyak item yang baik
selain paket wisata massal. Kelemahan kedua adalah rendahnya tingkat persepsi
tentang Provinsi Gyeonggi dibandingkan dengan Ibu Kota Seoul, pulau Jeju yang
namanya lebih dikenal oleh wisatawan asing.
Ketiga, produk-produk wisata Korea yang saat ini dipromosikan di
Indonesia, seperti yang disebutkan sebelumnya hanya terbatas pada wilayah di
Seoul, Jeju, dan Gunung Seorak. Dengan kata lain, Indonesia memiliki
bermacam-macam pasar, apalagi tingkat pembangunan ekonomi atau karakteristik
budaya juga berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan
perencanaan produk pariwisata dengan mempertimbangkan karakteristik segmen
pasar yang sedang diminati atau telah terjual.
5.2.1.2 Analisis Eksternal
Faktor eksternal meliputi dua hal yaitu peluang (opportunities) dan
ancaman (threat). Berkaitan dengan analisis faktor peluang dan ancaman bagi
pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi akan diuraikan sebagai berikut.
A. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan segala sesuatu yang memberikan kesempatan untuk
meningkatkan pengembangan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Adapun peluang
yang dimaksud yaitu kemajuan teknologi dan transportasi, keberadaan pariwisata
warisan dunia, dan segmen pasar yang jelas oleh Provinsi Gyeonggi.
Melihat faktor peluang dari sisi pariwisata Korea, pertama, masa kini
warga Indonesia yang ingin mengunjungi Korea biasanya ragu-ragu karena alasan
biaya perjalanan termasuk tiket pesawat yang relatif mahal dibandingkan dengan
negara tetangga. Namun, secara perlahan pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami peningkatan yang positif. Pertumbuhan ini mendorong peningkatan
taraf kelas ekonomi menengah ke atas, sehingga keinginan untuk berwisata ke
luar negeri semakin meningkat. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi peluang
yang sangat potensial untuk menarik pasar wisatawan Indonesia ke Provinsi
Gyeonggi.
Kedua, lebih dari 2.500 perusahaan yang diurus orang Korea aktif di
Indonesia, mereka melakukan pertukaran pegawai secara berkelanjutan dan
terkadang mengutus pegawai Indonesia untuk perjalanan insentif ke Korea. Ketiga,
kemungkinan kunjungan masyarakat dan pertukaran material antara kedua negara
semakin banyak dan dipercepat karena adanya Hallyu (Korean Wave).
Melihat beberapa faktor peluang dari sisi pariwisata Gyeonggi, beberapa
hal dapat diidentifikasi, diantaranya; Pertama, wisatawan Indonesia yang
mengunjungi Korea dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan
stabil yaitu lebih dari 10% per tahun, sehingga hal ini berdampak positif bagi
Provinsi Gyeonggi untuk menarik pasar wisatawan Indonesia.
Kedua, Provinsi Gyeonggi memiliki kelebihan yaitu Provinsi Gyeonggi
menawarkan berbagai bentuk wisata berupa wisata tematik seperti wisata
pendidikan, keamanan, medis, dan industri yang dapat dipilih dan dinikmati baik
oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Ketiga, pada tahun 2015,
Gubernur Gyeonggi mengunjungi Indonesia, selanjutnya beberapa kota dan
kabupaten dalam Provinsi Gyeonggi berharap bahwa kerjasama dengan
pemerintah daerah di Indonesia dapat terjalin sehingga pertukaran antara kedua
negara dapat menjadi lebih optimal.
B. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan dampak negatif yang ditimbulkan dari faktor
eksternal sehingga harus diantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian terhadap
pengembangan pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Yang termasuk ancaman tersebut
di antaranya persaingan produk wisata/destinasi lain, rusaknya lingkungan,
pengaruh budaya luar, ketergantungan yang berlebihan pada pariwisata, naiknya
harga tanah/lahan, dan isu keamanan nasional.
Melihat faktor ancaman dari sisi pariwisata Korea, beberapa hal dapat
diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut; Pertama, negara-negara seperti
Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Australia yang berdekatan dengan
Indonesia lebih menarik bagi wisatawan Indonesia dari segi biaya. Apalagi di
negara-negara seperti Cina, Taiwan dan Jepang yang berdekatan dengan Korea
juga melakukan upaya aktif untuk menarik wisatawan Indonesia.
Kedua, Jepang yang bersaing dengan Korea melaksanakan kebijakan
pemasaran pariwisata sangat agresif untuk memungkinkan mengunjungi Jepang
dengan bebas Visa oleh pemerintah dengan menargetkan wisatawan Indonesia
pada tahun 2014. Ketiga, mayoritas wisatawan yang menggunakan program paket
wisata yang harganya terlalu rendah dan kualitasnya tidak bagus berdampak pada
kesan yang tidak baik terhadap pariwisata Korea dan akhirnya tidak ingin
mengunjungi kembali Korea sebagai destinasi pariwisatanya.
Sementara itu, faktor ancaman dari sisi pariwisata Gyeonggi, antara lain:
pertama, pulau Jeju melakukan sebuah kebijakan promosi pariwisata yang agresif,
seperti pemasaran promosi pariwisata di Indonesia setiap tahun. Kedua, lokasi
geografis yang dekat dengan Ibu kota Seoul justru cenderung membuat terbatas
terhadap aktivitas wisata seperti belanja yang terfokus di wilayah Seoul. Ini jelas
menjadi ancaman bagi pariwisata Gyeonggi, karena seharusnya pariwisata yang
baik dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dimana pariwisata itu
dikembangkan.
5.2.2 Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi
Berdasarkan analisis pada faktor internal dan eksternal dengan
menggunakan matrik SWOT dapat dirumuskan beberapa strategi seperti Strategi
SO (Strengths Opportunities), Strategi WO (Weaknesess Opportunities), Strategi
ST (Strenghts Threats), Strategi WT (Weaknesses Threats) yang merupakan
kombinasi fakta-fakta dari internal dan eksternal.
Dalam hal ini, strategi–strategi di atas digunakan untuk mengetahui daya
tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
wisatawan asing termasuk wisatawan Indonesia. Dengan mengetahui tingkat
preferensi daya tarik wisata di Gyeonggi, maka penelitian ini dapat membantu
untuk merumuskan cara dalam memaksimalkan efek pemasaran dan promosi
tentang daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi daya
tarik utama bagi calon wisatawan Indonesia.
Berikut ini diuraikan setiap strategi yang akan digunakan dalam
pengembangan produk wisata di Provinsi Gyeonggi.
5.2.2.1 Sterategi SO (Strengths Opportunities)
Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Strategi SO yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Pertama, secara umum, wisatawan Indonesia cenderung lebih suka
mengunjungi Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak, maka dicamtumkan beberapa
tempat yang populer di Provinsi Geonggi seperti Everland, DMZ, Onemount,
Kintex (Korea International Exhibition Center), Tempat bermain Sky Ice, Tempat
pengalaman budaya Korea dalam satu paket wisata tersebut. Hal ini merupakan
cara termudah dalam jangka waktu pendek untuk mendorong kunjungan
wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi.
Kedua, kemungkinan lingkungan alam di Korea tidak begitu menarik bagi
wisatawan Indonesia karena Indonesia memiliki lingkungan alam yang indah,
eksotis dan sudah terkenal di dunia seperti Bali, Raja Ampat, Komodo, Danau
Toba, Gunung berapi Bromo, Gunung Kelimutu dan lain-lain. Maka dari itu,
wisatawan pada umumnya ragu-ragu untuk memilih Korea sebagai tempat wisata
untuk melihat keindahan alam. Di sisi lain, alam empat musim Korea yang tidak
terdapat di Indonesia seperti musim dingin dan musim semi, serta musim gugur
sangat menarik karena hal tersebut akan menambah pengalaman baru bagi
wisatawan Indonesia.
Ketiga, relatif sedikit terdapat orang Indonesia yang sudah mengenal atau
mengingat nama Gyeonggi, serta tidak mudah menemukan agen perjalanan wisata
yang merekomendasikan Gyeonggi sebagai tujuan wisata. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan wisatawan yang sangat kurang akan produk pariwisata
Gyeonggi. Padahal bila diperhatikan, reaksi agen perjalanan wisata asal Indonesia
yang pernah mengikuti Fam tour oleh Provinsi Gyeonggi menunjukkan minat
yang sangat tinggi khususnya wisata Kintex yang berkaitan dengan MICE dan
wisata industri seperti Museum Inovasi Samsung, wisata kesehatan (medis),
wisata pendidikan seperti Gyeonggi English Village. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa perlu disiapkan promosi pariwisata alternatif yang berpotensi di
Provinsi Gyeonggi melalui segmentasi pasar dan menentukan target pasar yang
diperlukan.
Keempat, perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia semakin banyak
sehingga pertukaran untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
terus dilakukan secara aktif. Pertukaran ini dilaksanakan melalui peningkatan
pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu dipertimbangkan aspek ini dengan melakukan kebijakan yang
dapat memberikan dukungan terhadap program perjalanan insentif.
5.2.2.2 Sterategi ST (Strengths Threats)
Srategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman antara lain perencanaan pengembangan, menyusun regulasi
yang mengatur dan membatasi pembangunan yang dapat merusak potensi
ekologis, di antaranya:
Pertama, promosi merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan
pariwisata Provinsi Gyeonggi. Kesenjangan pengembangan pariwisata terjadi saat
ini sebabnya perbedaan promosi. Namun belum dapat menjangkau perhatian
banyak orang sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Korea tetapi tidak
mengetahui produk wisata yang mencakup daya tarik wisata di Provinsi
Gyeonggi. Oleh sebab itu, strategi promosi yang menunjukkan citra
pengembangan Korea sebagai tujuan wisata secara agresif dapat dipertimbangkan.
Kedua, penentuan target pasar utama sangat penting. Misalnya, Gyeonggi
English Village dapat dipertimbangkan sebagai program perjalanan sekolah
terutama International School atau sekolah swasta yang ada di Indonesia.
Demikian halnya, dengan Samsung Museum of Innovation dapat dimanfaatkan
sebagai perjalanan teknik utama untuk menargetkan mahasiswa di lingkup
keilmuan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya, promosi program
Temple Stay dapat dilakukan dengan target umat yang beragama Hindu, promosi
tentang tempat wisata belanja seperti kosmetik dapat ditargetkan pada golongan
wanita usia setengah baya, selain itu, ginseng juga dapat diperkenalkan sebagai
oleh-oleh khas dari Korea. Informasi tambahan yang terkait STP akan dibahas
dalam bab berikutnya.
Ketiga, Dinas Provinsi Gyeonggi juga dapat mempromosikan pengalaman
pariwisata spesial karena Provinsi Gyeonggi memiliki tempat-tempat menarik
yang keberadaanya tidak bisa ditemukan di belahan dunia lain, seperti DMZ,
Panmunjom yang berkaitan dengan produk keamanan nasional di Korea. Daya
tarik wisata ini berlokasi dekat dengan Ibu Kota Seoul dan dapat dimanfaatkan
sebagai produk pariwisata yang special karena di Seoul tidak terdapat daya tarik
wisata seperti ini.
5.2.2.3 Sterategi WO (Weaknesses Opportunities)
Strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang, antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pengadaan pelatihan pariwisata terhadap pemangku kepentingan
(Stakeholders) seperti pemandu wisata (guide).
Pertama, dapat dipertimbangkan dengan memperluas pertukaran dan
kerjasama antara Provinsi Gyeonggi (pemerintah daerah besar), kota atau
kabupaten (pemerintah daerah kecil) di Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah
Daerah di Indonesia. Pertukaran dan kunjungan satu sama lain atau studi banding
dapat membantu meningkatkan tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi.
Kedua, masalah tentang produk yang terlalu murah. Hal ini berkaitan
dengan produk paket wisata murah yang ditawarkan kepada wisatawan, namun
tidak berkualitas dan menurunkan mutu produk sehingga perlu dipertimbangakan
untuk melakukan usaha promosi yang stabil mengenai produk pariwisata yang
memiliki kualitas yang baik dan menarik. Dalam rangka menarik wisatawan
dengan harga yang wajar, diperlukan langkah-langkah untuk mempromosikan dan
mendorong kunjungan berulang dengan menawarkan berbagai insentif.
Ketiga, diperlukan ahli bahasa Indonesia yang profesional untuk
memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia ketika berkunjung ke Korea.
Korea berencana memberi bantuan untuk kenyamanan perjalanan bagi wisatawan
asing, seperti memunculkan sub judul dan jasa penyiaran bahasa lain dalam
bahasa Inggris dan Cina di kereta bawah tanah. Namun, sebagian besar wisatawan
Indonesia hanya dapat berbahasa Indonesia dan tidak dapat memakai bahasa
Inggris. Oleh karena itu, walaupun tingkat kepuasan sangat tinggi setelah belanja
secara umum, diketahui bahwa ketidaknyamanan yang terbesar ketika berbelanja
di Korea adalah hambatan komunikasi bahasa karena kekurangan ahli bahasa
Indonesia.
Selain itu, wisatawan yang menggunakan paket wisata seharusnya dipandu
oleh pemandu wisata resmi yang dapat berbahasa Indonesia. Karena kurangnya
pemandu wisata dibandingkan dengan permintaan saat ini, muncullah pemandu
wisata tanpa lisensi yang kemudian mengakibatkan turunnya kualitas wisata. Ini
terjadi karena pemandu wisata yang tidak mempunyai lisensi resmi dalam bahasa
Indonesia, memungkinkan tidak memiliki pengetahuan dan kompetensi tepat
tentang tempat wisata dan budaya Korea.
Pada akhirnnya, komunikasi tersebut dapat mengganggu pemahaman
wisatawan terhadap pariwisata dan budaya Korea, bahkan memaksa wisatawan
untuk berbelanja berlebihan. Hal ini sebenarnya telah diketahui pemerintah,
namun bila dibiarkan begitu saja dapat menjadi faktor yang dikeluhkan (tourist
complain) wisatawan itu sendiri.
5.2.2.4 Sterategi WT (Weaknesses Threats)
Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan
kelemahan guna menghindari ancaman. Dari WT dapat diformulasikan beberapa
strategi antara lain membentuk lembaga promosi pariwisata untuk menarik
kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefits).
Seperti disebutkan sebelumnya, dalam rangka untuk menarik wisatawan
Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, perlu dilakukan kebijakan yang sesuai dengan
ciri khas pariwisata Gyeonggi dengan mempertimbangkan karakteristik masing-
masing segmen pasar wisatawan asal Indonesia.
Namun, sebagian besar agen perjalanan wisata di Indonesia memanfaatkan
produk pariwisata yang tempat kunjungannya hampir sama. Produk yang
ditawarkan oleh beberapa agen perjalanan wisata besar di Seoul tersebut dapat
dengan mudah ditemukan pada agen perjalanan wisata di Indonesia, termasuk
event pameran wisata di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan
Surabaya. Oleh karena itu, konversi kebijakan pariwisata diperlukan untuk
mengatasi masalah ini di masa depan.
Sebagai contoh, kebijakan konversi tersebut melalui penyediaan pusat data
(database) kepariwisataan. Pusat data perlu dibangun agar tersedia data statistik
yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku
para wisatawan Indonesia. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah terkait
rendahnya tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi dapat dipertimbangkan
dengan membentuk lembaga sendiri untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi
di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, pembangunan
pusat data, promosi pariwisata, dan lain-lain.
Meskipun Jepang baru-baru ini melakukan bebas Visa pada wisatawan
asing, Korea tetap mempertahankan kebijakan Visa yang menuntut lebih dari 10
dokumen. Oleh karena itu, pemerintah pusat Korea diharapkan membuat
kebijakan untuk mengatasi masalah ini secepat mungkin, yaitu antara lain;
Pertama, pemerintah Korea memungkinkan masuk Korea tanpa Visa Perjalanan
bagi wisatawan atau setidaknya menyederhanakan dokumen yang diperlukan
untuk pengambilan Visa Perjalanan. Kedua, pemerintah Korea diharapkan
membangun kantor dinas yang bertanggung jawab untuk pembuatan Visa bagi
wisatawan Indonesia yang tinggal di luar pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Papua, dan Bali.
Selain itu, perlu disediakan sarana atau tempat beribadah karena perbedaan
agama dan budaya serta menu makanan yang sesuai dengan aturan agama Islam
dan Hindu. Mengingat biaya pesawat yang relatif mahal, dapat diperhatikan
dengan menjalin sinergi program wisata besar yang menghubungkan konfigurasi
Cina, Jepang, atau produk-produk berkualitas tinggi. Hasil penelitian SWOT
terhadap pariwisata Gyeonggi di atas dapat dirumuskan seperti Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Matriks SWOT Pariwisata Provinsi Gyeonggi
Faktor-faktor
Internal
Faktor-Faktor
Eksternal
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
<Korea>
S1 Citra Korea S2 Keadaan empat musim
<Gyeonggi>
S3 Lokasi Gyeonggi dekat bandara Incheon.
S4 Tempat berbelanja yang besar dan
digemari oleh orang asing S5 Lokasi syuting yang popluer
S6 Daya tarik DMZ
S7 Daya tarik ilmu pengetahuan dan kecanggiihan teknologi
S8 Daya tarik temple stay
<Korea>
W1 Harga murah dengan kualitas rendah yang tidak baik
W2 Kesulitan Tourist Visa
W3 Perbelanjaan wajib W4 Harga Pesawat relatif mahal
<Gyeonggi>
W5 Kurangnya promosi W6 Persepsi wisatawan tentang
Gyeonggi
W7 Kurangnya tempat wisata di malam hari
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO <Korea>
O1 Perkembangan Ekonomi Indonesia
O2 Trend pariwisata O3 Investasi pKorea di Indonesia
O4 pertukaran budaya,
<Gyeonggi> O6 Peningkatan jumlah kunjungan di
Korea
O7 kerjasama pemerintah daerah antara dua negara
1) Mengembangkan pariwisata musim
dingin, semi, dan gugur
2) Mengemas produk wisata budaya Korea lebih atraktif
3) Menciptakan produk wisata
kelompok insentif perusahaan 4) Mempromosikan pariwisata
alternatif melalui segmentasi dan
menentukan target pasar
1) Meningkatkan kerjasama
pemerintah daerah antara kedua
negara 2) Mempromosikan pariwisata
alternatif yang berkualitas
3) Menawarkan produk wisata dengan harganya normal dan wajar
4) Mendorong niat kunjungan
berulang 5) Meningkatkan jumlah pemandu
wisata berbahasa Indonesia
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
<Korea>
T1 Kebijakan pariwisata negara-
negara tetangga T2 Kebijakan Bebas Tourist Visa
Jepang
T3 Kunjungan ulang rendah <Gyeonggi>
T4 Kebijakan promosi pemerintah
daerah lain T5 Wisata berbelanja terpusat di ibu
Kota Seoul
1) Mempromosikan pariwisata
industri berteknologi canggih
2) Memfokuskan wanita usia setengah baya untuk wisata medis
3) Mempromosikan pariwisata
pertahanan DMZ 4) Menciptakan produk wisata yang
berbeda dengan wisata Seoul
1) Memformulasikan Kebijakan Bebas
Tourist Visa
2) Tersedianya sarana dan prasarana sesuai persepsi wisatawan
3) Membangun database pariwisata
4) Membangun lembaga promosi pariwisata
5) Menciptakan Konfigurasi produk
wisata 6) Komersialisasi wisata malam di
Kota Suwon, Goyang, Ansan, dll
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
5.2.3 Segementasi Pasar Pariwisata
Dalam rangka memperkenalkan daya tarik wisata dan produk wisata di
Provinsi Gyeonggi, penentuan atau pengaturan target pasar merupakan proses
yang sangat penting. Selain itu, dalam rangka menentukan target pasar untuk
mengembangkan produk kepariwisataan yang sesuai dengan karakteristik atau
preferensi warga negara Indonesia, proses segmentasi pasar tersebut perlu
diadakan terlebih dahulu.
Dalam melakukan segmentasi, beberapa variabel utama dapat digunakan
antara lain adalah segmentasi geografis, segmentasi demografis, segmentasi
psikografis, dan segmentasi berdasarkan perilaku. Dengan demikian, maka
penelitian ini akan memakai sudut pandang seperti geografis, umat, kelamin,
umur sebagai berikut.
Secara segmentasi geografisnya, yaitu dari sisi daerah, dapat dikatakan
bahwa daya tarik wisata utama di Korea menarik pasar yang ada di seluruh
wilayah Indonesia. Sedangkan secara keseluruhan produk paket wisata di Provinsi
Gyeonggi tidak begitu menarik. Produk paket wisata Korea termasuk Provinsi
Gyeonggi dapat dilihat di Jakarta dan Bali, tetapi produk paket wisata yang hanya
terdiri dari daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi tidak dapat dilihat di manapun.
Meskipun begitu, produk paket wisata Korea yang mencantumkan daya tarik
wisata Gyeonggi sedang dijual di seluruh Indonesia, hanya wilayah Jawa dan Bali,
sedangkan untuk wilayah lainnya, seperti, Sumatra, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua masih belum optimal. Pada akhirnya, karena wisatawan yang
berasal dari wilayah lain terpaksa memakai pesawat yang tidak langsung dan lebih
mahal untuk mengunjungi Korea.
Muhamad Ismoyo, direktur Lingkar Lombok Travel Agency yang
menghadiri Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016,
memberikan keterangan tentang kesulitan dalam memilih berwisata ke Korea
untuk tujuan wisata sebagai berikut:
“Biasanya, biaya perjalanan mengakibatkan tekanan besar bagi calon
wisatawan Indonesia di luar Bali atau Jakarta yang ingin melakukan
perjalanan ke Korea, dan ragu-ragu membeli produk wisata karena misalnya
masyarakat wilayah Lombok, Kupang harus mengganti pesawat di Bali atau
Jakarta. Apalagi, perlu menitip dokumen Tourist Visa di Kedutaan Besar
Korea melalui agen perjalanan wisata di Jakarta atau mengunjungi Jakarta
sendiri. Maka produk paket wisata Korea yang populer di wilayah Jakarta
dan Bali mengalami kesulitan untuk dijual di luar pulau Jawa dan pulau
Bali.” (Wawancara 22 Januari 2016)
Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah
penduduk sebesar 237.641.326 jiwa, Indonesia adalah negara berpenduduk
terpadat nomor empat di dunia. Penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak
119.630.913 jiwa dan perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Rasio jenis kelamin
adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Rasio jenis
kelamin menurut provinsi, yang terendah adalah 94 di Provinsi NTB dan tertinggi
adalah 113 di Provinsi Papua. Rasio jenis kelamin nasional pada kelompok usia 0-
4 sebesar 106, usia 5-9 sebesar 106, kelompok usia lima tahunan dari 10 sampai
64 berkisar antara 93 sampai dengan 109, dan usia lebih 65 sebesar 81.
Melihat ciri khas yang berdasarkan data Tabel 5.9, misalnya dari sejumlah
80 responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih menyukai
perjalanan menggunakan paket wisata (23 orang dari 42 orang, 54.8%),
sedangkan responden wanita memilih wisata pribadi (23 orang dari 38 orang,
60.5%), maka wanita lebih menyukai wisata pribadi daripada laki-laki.
Tabel 5.18 mengenai komposisi agama di Indonesia menunjukkan
mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Sekitar 87,2 persen dari
jumlah penduduk Indonesia atau 207,2 juta orang adalah orang Muslim. Namun,
Indonesia bukan negara Islam, negaranya merupakan Negara dengan sistem
demokrasi yang sekuler. Mesikpun demikian, prinsip-prinsip yang berdasarkan
doktrin Islam memainkan peran penting dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat Indonesia (Sensus penduduk tahun 2010).
Terdapat sekitar 16,5 juta orang Protestan (6,9 persen dari jumlah
penduduk Indonesia), 6,9 juta umat Katolik (2,9 persen), dan 4 juta Hindu (1,7
persen) yang tinggal di Indonesia. Terakhir, terdapat minoritas kecil dari umat
Buddha (0,7 persen), serta orang yang menganut Konfusianisme (0,05persen),
sebagian besar adalah masyarakat etnis Tionghoa.
Tabel 5.18 Komposisi Agama di Indonesia
Persentase Angka Absolut
(dari populasi total) (juta jiwa)
Muslim 87,2 207.2
Kristen 6,9 16.5
Katolik 2,9 6.9
Hindu 1,7 4.0
Buddha 0,7 1.7
Konghucu 0,05 0.1
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, Sensus Penduduk 2010
Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, agama masih tetap
memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan agama adalah
bagian besar dari identitas sehingga seringkali bertentangan dengan dunia Barat.
Secara segmentasi sisi usia masyarakat, salah satu kekuatan penting dalam
komposisi demografi Indonesia yang memiliki hubungan dengan perekenomian
adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Rata-rata usia penduduk
Indonesia adalah 28,6 tahun (perkiraan tahun 2016). Ini adalah median age yang
berarti separuh dari populasi Indonesia. Mengenai jenis kelamin, rata-rata median
age wanita Indonesia adalah 29,1 tahun, sementara median age pria lebih muda
setahun (28,1 tahun). Untuk Korea sendiri, rata-rata usia penduduk Korea adalah
41,2 tahun dengan median age wanita Korea 42,8 tahun, pria 39,7 tahun (CIA
World Factbook, perkiraan tahun 2016)
Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang dikategorikan
dalam tiga kelompok usia dan jenis kelamin.
Tabel 5.19 Penduduk Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia
` Persentase Gabungan
(Total Populasi)
Pria
(absolut)
Wanita
(absolut)
0-14 tahun 27,3 34.165.213 32.978.841
15-64 tahun 66,5 82.104.636 81.263.055
65 tahun ke atas 6,1 6.654.695 8.446.603
Sumber: CIA World Factbook
Pada tahun 2010, sekitar 27,3% penduduk Indonesia adalah anak yang
usianya di bawah 15 tahun, sekitar 66,5% berusia antara 15 tahun sampai dengan
64 tahun, dan 6.1% penduduk berusia 65 tahun ke atas seperti ditunjukkan oleh
Tabel 6.2. Angka-angka ini menunjukkan dari perspektif demografis bahwa
Indonesia memiliki potensi besar dalam hal produktifitas.
5.2.4 Penetapan Target Pasar Pariwisata
Setelah wawancara agen perjalanan wisata di Korea, ciri khas atau
karakter wisatawan Indonesia dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Sebagian besar wisatawan relatif sensitif terhadap harga, ini
mengindikasikan bahwa wisatawan Indonesia cenderung lebih
menyukai produk wisata yang harganya rendah daripada yang
kualitasnya tinggi.
b. Pilihan menu makanan perlu disesuaikan untuk umat Muslim atau
Hindu yang menjadi mayoritas wisatawan. Perlu diperhatikan agar
dalam menu makanan, yang dilarang tidak dimasukkan.
c. Secara umum, Islam berdoa pada waktu tertentu, maka perlu
diperhatikan untuk menyiapkan tempat ibadah sehingga dapat
memberikan kenyamanan dalam perjalanan wisatawan tersebut.
d. Paket wisata adalah program yang populer saat ini karena kebanyakan
wisatawan yang berwisata bersama keluarga.
e. Kesulitan dalam komunikasi terjadi karena biasanya komunikasi
dilakukan dengan bahasa Inggris dalam memandu wisatawan
Indonesia. Hal ini kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu
disiapkan pemandu wisata yang memiliki kemampuan berbahasa
Indonesia yang memadai.
f. Mengingat bahwa Indonesia merupakan daerah beriklim tropis,
konfigurasi produk dengan program unggulan yang berkaitan dengan
musim favorit perlu dimasukkan karena wisatawan Indonesia lebih
suka bepergian pada musim gugur, musim dingin dan musim semi
daripada saat musim panas.
g. Di antara produk-produk wisata Korea yang populer, lebih efektif
untuk mempersiapkan produk pengalaman yang menekankan sektor
atau faktor seni.
h. Warga Indonesia berminat tinggi pada produk-produk wisata yang
terkait pendidikan, maka warga Indonesia tertarik pada wisata belajar,
wisata industri, wisata pengalaman budaya Korea.
i. Tidak begitu menyukai berjalan kaki, tetapi menggemari mengambil
gambar secara kelompok atau sendiri, dan orang-orang Indonesia yang
kaya biasanya tinggal bersama pembantu sehingga perlu diperhatikan.
j. Sangat tertarik pada Hallyu, yaitu wave budaya Korea, yang
ditayangkan dalam real-time seperti tempat wisata yang mereka telah
lihat dalam film, youtube, dan musik.
Melihat karakter wisatawan Indonesia dan hasil segmentasi pasar yang
dibahas di atas, target pasar Provinsi Gyeonggi dapat diuraikan sebagai berikut.
5.2.4.1 Produk Paket wisata termasuk Hallyu
Saat ini cukup banyak wisatawan Indonesia mengunjungi Korea dan
sebagian besar menggunakan paket perjalanan, dalam konteks ini dapat disebut
sebagai langkah awal dalam langkah perkembangan pariwisata. Oleh karena itu,
dalam paket wisata gaya keluarga yang sedang dijual dapat dicantumkan daya
tarik wisata Provinsi Gyeonggi. Cara tersebut relatif mudah untuk menarik minat
wisatawan dan dapat berhasil dalam waktu singkat walaupun keuntungannya tidak
begitu besar. Aktivitas pengalaman budaya Korea oleh peserta Gyeonggi Fam
Tour dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1
Tim Fam Tour yang sedang mengalami budaya Korea.
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Salah satu tempat syuting drama Korea yang terkenal adalah pulau Nami
di mana drama 'Winter Sonata' direkam. Setiap tahunnya terdapat 1 juta
wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahannya.
Selanjutnya, serial TV drama, Dae Jang Geum Theme Park terletak di
Kota Yangju juga dikunjungi oleh 1.290 ribu orang setelah pembukaan yang
diselenggarakan pada bulan Desember tahun 2004 sampai ditutup. Selain itu,
Petite France di kabupaten Gapyeong di mana terkenal sebagai lokasi drama
Korea seperti "My Love from the Star", Korea Folk Village di kota Yongin,
Pangyo Baekhyeon-dong café street, Ilsan Lake Park dikunjungi sebagai tempat
syuting drama Korea.
Hal yang terkait Hallyu juga ditegaskan dalam wawancara dengan Shin
Minju, pegawai Santa Tour Travel Agency yang merupakan salah satu partisipan
dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016 di Bali
sebagai berikut:
“Wisatawan Indonesia juga menyukai budaya Korea, maka baru-baru ini
pertanyaan calon wisatawan Indonesia untuk kunjungan Korea mengalami
kenaikan berkat drama Korea "Descendant of Sun", sehingga hal ini
berkontribusi pada peningkatan wisatawan Indonesia ke Korea”
(Wawancara 12 Juli 2016)
Semakin tingginya minat terhadap Hallyu, yaitu terutama mengenai
tempat syuting drama Korea, diharapkan Provinsi Gyeonggi menjadi bagian dari
salah satu daya tarik wisata di Korea. Dengan kata lain, daya tarik wisata tempat
syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket wisata Korea dapat
dipromosikan pada target pasar Indonesia, yaitu kepada calon wisatawan umum di
Jawa dan Bali, dan dapat menuai efek yang praktis.
5.2.4.2 Produk Wisata Meditasi
Ritual keagamaan masyarakat Indonesia memberikan ciri khas tersendiri
pada ketertarikan pariwisata spiritual ataupun meditasi di Temple Stay, Korea.
Terutama dalam kalangan agama Hindu di Indonesia dapat dilihat bahwa ritual
penyajian ataupun upacara pemujaan memiliki kesamaan yang cukup jelas dengan
kebudayaan agama Buddha di Korea. Sebuah Temple (kuil Buddha) tetap menjadi
pengalaman baru bagi wisatawan dan belajar secara langsung tentang budaya
Buddhis Korea. Hampir semua Temple terletak di gunung yang jauh dari kota-
kota, sehingga semua pengunjung dapat menikmati suasana tenang.
Secara praktis, melihat ciri khas yang berdasarkan data Tabel 5.10, dari
sisi wisata meditasi, rasio rata-rata preferensi dalam jumlah 80 responden adalah
7,1%, namun umat Hindu (11,5%) lebih gemar dibandingkan umat Islam (1,8%).
Sukayana, pegawai Bali Fun Holiday Travel Agency yang menghadiri
Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016, menjelaskan
alasan preferensi umat Hindu terhadap wisata meditasi dengan memberikan
pernyataan sebagai berikut:
“Dengan mengalami pelatihan spiritual seperti meditasi dan upacara
Buddha, kebanyakan umat Hindu dapat merasakan ketenangan pikiran yang
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kunjungan spiritual dapat
mengenali kembali tubuh dan jiwa yang diisi dengan semangat yang baik,
apalagi wisata meditasi memang populer juga pada orang asing yang mau
mengalami budaya tradisional Korea.” (Wawancara 27 Januari 2016)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produk wisata meditasi di
Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk dikembangkan dan dipromosikan pada
target pasar umat Hindu yang nantinya dapat menuai efek yang bersifat praktis.
5.2.4.3 Produk Wisata Industri
Wisata Industri yang bakal menjadi daya tarik wisata saat ini di Provinsi
Gyeonggi adalah 19 perusahaan, delapan di antaranya adalah perusahaan
makanan, 3 industri perfilman, 3 industri mobil, 2 perusahaan elektrik, 1
perusahaan kosmetik, dan lain-lain.
Misalnya, Kota Gwangmyeong mempromosikan Pabrik Mobil Kia di
Sohari sebagai destinasi pariwisata industri. Wisatawan langsung dapat melihat
seluruh proses perakitan mobil di Pabrik Kia Sohari yang begitu luas sambil
mendengarkan keterangan proses manufaktur dari pihak Pabrik Mobil KIA.
Selanjutnya, wisatawan dibimbing secara langsung untuk mengikuti berbagai
program seni dan budaya yang diadakan di Goa Gwangmyeong. Goa ini
merupakan tempat pertambangan tertutup. Kemudian wisatawan juga dapat
melihat fasilitas pembakaran sampah dan pemakaian pemanasan.
Gambar 5.2
Peserta Gyeonggi Fam Tour sedang mengalami teknik elektronik di Samsung
Museum Inovasi di Kota Suwon
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Sandijaya, wartawan Jawa Pos Radar Bali yang mengikuti Gyeonggi Fam
Tour pada Januari 2016, memberikan keterangan tentang wisata industri sebagai
berikut:
“Saya mengunjungi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi antara lain tempat
yang paling menarik bagi mahasiswa atau remaja merupakan Samsung
Museum Inovasi di Kota Suwon. Pengunjung dapat merasakan dan melihat
sejarah, mempesona, dan inovasi industri elektronik termasuk Samsung
Electronics terbesar di Korea. Museum itu tidak hanya menunjukkan
riwayat Samsung Electronics, tetapi juga gambaran tentang sejarah industri
elektronik secara general yang mendapatkan respon yang baik dari para
wisatawan. Itu pengalaman luar biasa.” (lihat Gambar 5.2, Wawancara 29
Januari 2016)
Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti bahwa produk wisata industri di
Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja seperti siswa atau
mahasiswa dapat memberikan pengaruh dan menuai efek yang positif.
5.2.4.4 Produk Wisata Edukasi
Wisata Edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang memiliki nilai tambah
edukasi, tidak hanya sekedar berwisata akan tetapi juga memiliki tujuan untuk
menambah nilai-nilai edukasi atau pendidikan bagi seluruh peserta. Pada
umumnya, wisata edukasi dilakukan oleh institusi pendidikan, seperti sekolah-
sekolah maupun institusi pendidikan lainnnya.
Adapun perkembangan wisata edukasi diproyeksikan dalam hasil
wawancara dengan Song Geumhee, direktur e-Korea Tour Travel Agency di
Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business)
pada Agustus 2015 di Jakarta dan Juni 2016 di Bali sebagai berikut:
“Mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang
antusiasme pendidikannya sangat tinggi dan angka mahasiswa meningkat
drastis, semakin banyak mahasiswa berharap belajar di luar negeri baik studi
jangka pendek maupun studi jangka panjang, maka produk wisata
pendidikan sangat menarik pada siswa” (Wawancara 5 Juli 2016)
Sebagai produk wisata pendidikan, target ditujukan pada International
School atau sekolah swasta di Indonesia yang kebanyakan siswa adalah kelas
menengah dan atas. Artinya, sekolah swasta yang ada di Indonesia diharapkan
melakukan kerjasama dengan Gyeonggi English Village untuk mendapatkan
pengetahuan budaya Korea dan budaya Western. Dengan kata lain, wisata edukasi
ditargetkan pada golongan siswa atau remasa secara sepesifik.
5.2.4.5 Produk Wisata Kesehatan
Dikembangkan secara sengaja atau tidak, fasilitas untuk medical telah
menjadi komponen vital dan sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan kegiatan
pariwisata di suatu daerah tujuan. Sehingga adanya fasilitas kesehatan yang
canggih akan menjadi salah satu syarat penting yang harus terpenuhi oleh sebuah
destinasi agar menjadi daerah tujuan wisata yang ideal.
Apalagi pada tahun 2013, sekitar 600.000 orang Indonesia pergi berobat
ke luar negeri. Jumlah ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak orang
Indonesia yang bepergian ke luar negeri untuk mendapat perawatan medis
sekaligus liburan. Wisata Kesehatan dari benua Asia yang menjadi favorit adalah
Cina, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Taiwan dan Turki
(http://traveltourismindonesia.com/medical-tourists-dari-indonesia.html).
Menurut data statistik (Korea Health Industry Development Institute, 2013), pada
tahun 2012, jumlah pasien asing di Korea mencapai 155.625, jumlah tersebut
mengalami peningkatan 27,2% dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi
peningkatan 31.823 orang per tahun selama tiga tahun terkahir (CAGR 37,3%).
Sedangkan pasien dari Indonesia mengalami peningkatan dari rata-rata 53,9% per
tahun selama tiga tahun menjadi 667 orang pada tahun 2012.
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa wisata medis perlu dipromosikan
pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari kelas ekonomi
tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak panjang untuk
mendapat efek yang lebih baik.
5.2.4.6 Produk Wisata Khusus
Wisata minat khusus adalah suatu bentuk perjalanan wisata, di mana
wisatawan melakukan perjalanan atau mengunjungi suatu tempat karena memiliki
suatu minat atau preferensi khusus mengenai suatu jenis objek atau kegiatan yang
dapat ditemui atau dilakukan di sebuah lokasi wisata. Wisata minat khusus
bertemu pada motivasi pada pencarian terhadap bentuk-bentuk objek dan daya
tarik wisata yang mampu memberikan nilai manfaat yang berarti bagi wisatawan,
nilai pengkayaan atau pengembangan diri (enriching), nilai tantangan atau
petualangan, serta nilai pengetahuan atau wawasan baru.
Kekuatan atau pendorong utama dalam pengembangan destinasi wisata
Provinsi Gyeonggi antara lain adalah produk wisata pertahanan seperti DMZ yang
satu-satunya hanya ada (the only one) di Korea dan di seluruh dunia.
Lee Hanok, pegawai LNT Tour Travel Agency di Gyeonggi yang
berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016
di Bali, memberikan pernyataannya terhadap DMZ sebagai berikut:
“Tempat ini hanya bisa dijangkau melalui perjalanan khusus yang
sebelumnya telah disetujui oleh dinas pengelola di sini. Wisata pertahanan
ini sangat menarik bagi wisatawan minat khusus karena uniknya bentuk
perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang terbentuk sejak
berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953 dan merupakan perbatasan
negara yang paling termiliterisasi di dunia, membentang sepanjang 250km
dengan lebar 4km. Apalagi sebelumnya siapa pun tidak boleh masuk selama
sekitar 70 tahun” (Wawancara 7 Juli 2016)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wisata pertahanan (DMZ,
Imjingak, Terowongan rahasia, Panmunjom) yang hanya dapat ditemukan di
Provinsi Gyeonggi layak direkomendasikan sebagai wisata minat khusus kepada
calon wisatawan Indonesia.
5.2.4.7 Konfigurasi Produk Wisata
Kekuatan utama di pariwisata Provinsi Gyeonggi dianggap sebagai daya
tarik wisata alternatif yang beraneka ragam seperti DMZ, Temple Stay dan tempat-
tempat wisata edukatif yang menyajikan kecanggihan teknologi Samsung
Smartphone. Kekuatan lainnya adalah lokasi Gyeonggi dekat dengan bandara
Incheon yang berstandar kelas dunia dalam sisi pelayanan dan aksesbilitas yang
baik di Korea karena ditetapkan sebagai lokasi penyuntingan film internasional
maupun domestik, dan terdapat beberapa premium outlet maupun bebas pajak
untuk wisata belanja.
Lebih lanjut, Korea bersama Cina dan Jepang, memiliki musim semi,
musim gugur dan musim dingin yang berbeda dengan musim di Indonesia
beriklim tropis. Jika produk wisata yang dipromosikan di Indonesia
mencantumkan konfigurasi daya tarik wisata yang ada di negara tetangga yaitu,
Cina dan Jepang, maka produk akan memiliki nilai respon yang tinggi oleh
wisatawan Indonesia. Sebagai contoh, konfigurasi produk dua negara Korea dan
Cina atau Korea dan Jepang, ataupun Korea, Jepang, dan Cina.
Adapun kepentingan konfigurasi produk ditegaskan oleh wawancara
dengan Shin Minju, pegawai Santa Tour Travel Agency yang berpartisipasi dalam
acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016 di Bali sebagai
berikut:
“Jika berwisata ke dua negara dengan memakai dua produk wisata maka
dibutuhkan biaya sebesar 15 juta rupiah untuk masing-masing produk,
sedangkan jika berwisata ke dua negara dengan pakai satu produk wisata,
jumlah biayanya 20 juta rupiah untuk satu produk wisata yang digabungkan
dari dua negara. Artinya, wisatawan menikmati daya tarik wisata yang ada
di dua negara dengan menghemat biaya karena dikurangi dari biaya pesawat.
Belakangan ini, produk yang digabungkan dua negara itu disukai wisatawan
Korea. Hubungan kepercayaan antara tiga negara sangat penting untuk
berhasil” (Wawancara 12 Juli 2016)
Belakangan ini pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mendorong
peningkatan taraf kelas ekonomi menengah ke atas, sehingga semakin banyak
wisatawan Indonesia yang ingin berwisata ke luar negeri dengan produk wisata
yang berkualitasi tinggi. Oleh karena itu, produk wisata yang digabungkan dua
negara dalam satu produk wisata dapat dipromosikan pada target pasar Indonesia,
yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas.
5.2.5 Positioning Pariwisata Gyeonggi
Peneliti telah melakukan wawancara dengan pejabat Dinas Provinsi
Gyeonggi, pegawai Asosiasi Pariwisata Gyeonggi, dan pegawai Organisasi
Pariwisata Gyeonggi. Wawancara ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang tentang pariwisata Provinsi
Gyeonggi serta tren kepariwisataan maupun karakteristik, preferensi perilaku
wisatawan Indonesia. Selain itu peneliti juga telah mengadakan penyelidikan
survei pada agen-agen perjalanan wisata untuk melakukan segmentasi pasar dan
menentukan target pasar di Indonesia yaitu Bali dan Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, positioning pariwisata Gyeonggi ditinjau ke
dalam dua masa yaitu citra Gyeonggi pada masa kini/sebelum positioning dan
citra Gyeonggi pada masa depan/setelah positioning. Positioning pariwisata
Gyeonggi masa kini terfokus pada pariwisata massal atau mass tourism untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Gyeonggi melalui
paket wisata. Permasalahannya, posisi pariwisata Gyeonggi saat ini menghadapi
tantangan pada praktek dumping, yaitu harga tidak normal yang dijalankan oleh
agen perjalanan wisata sebagai akibat dari persaingan usaha. Praktek ini bersifat
umum karena ditemukan produk yang sama dimanapun, baik di Bali maupun
Jakarta. Calon wisatawan Indonesia ditawarkan harga paket wisata yang tidak
normal sebagai dumping, maka dari itu memiliki kualitas yang rendah.
Positioning pariwisata Gyeonggi dapat dilihat pada Gambar 5.1:
Gambar 5.3 Positioning pariwisata Gyeonggi
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Mengantisipasi kondisi yang demikian, pariwisata Gyeonggi di masa
depan diharapkan memposisikan wisata alternatif yang menawarkan produk
wisata yang beraneka ragam untuk dua tipologi wisatawan yaitu paket wisata dan
wisata pribadi. Perubahan citira Gyeonggi tersebut diharapkan memengaruhi
pengambilan keputusan calon wisatawan Indonesia dalam memilih berwisata ke
Gyeonggi seperti berkut: Pertama, wisatawan Indonesia dapat menggunakan
wisata alternatif aneka ragam di Gyeonggi yang telah disediakan oleh agen-agern
perjalanan wisata. Kedua, wisatwawan individual Indonesia merencanakan
perjalanannya sendiri ke Provinsi Gyeonggi atau wisata pribadi.
Dengan menerapkan positioning terhadap Gyeonggi sebagai destinasi
wisata yang menawarkan aneka ragam produk berkualitas tinggi, praktik dumping
saat ini, yang berupa ketidaknormalan harga, dapat diatasi. Dengan kata lain,
permasalahan struktural berupa paket wisata sejenis yang ditawarkan di Indonesia
dapat diperbaiki dengan cara membentuk citra produk wisata Gyeonggi yang
berkualitas dan menyuguhkan pengalaman serta pengetahuan yang baru dan unik.
Dengan demikian memaksimalkan manfaat dari produk-produk pariwisata
alternarif atau wisata tematik di Gyeonggi sebagai pengganti “biayanya tidak
normal dan kualitasnya juga rendah” sehingga memberikan kesan yang baik di
benak wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih produk
pariwisata atau daya tarik wisata yang ada di Gyeonggi.
5.3 Strategi Promosi Pariwisata
Seperti yang telah diuraikan pada Tabel 5.11 dan 5.13, sebelum mengikuti
acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi yang diadakan di Indoensia, hanya
30 persen responden agen perjalanan wisata pernah mendengar terhadap produk
pariwisata Provinsi Gyeonggi, sedangkan setelah acara promosi, 96,3 persen
peserta menjawab bahwa ingin mengunjungi daya tarik wisata di Gyeonggi atau
akan rekomendasikan produk pariwisata Gyeonggi pada tamunya. Dengan
demikian, dalam sub-bab ini, strategi promosi pariwisata Gyeonggi dapat diatur
sebagai berikut.
5.3.1 Strategi Pemasaran di Indonesia
Agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi secara aktif melakukan
pemasaran di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali.
Aktivitas pemasaran diharapkan sesuai dengan produk dan target pasar yang
berbeda-beda di Indonesia. Sebagai contoh, melalui Familiarisation Tour yang
menargetkan pemangku kepentingan pariwisata yang terlibat dan berpengaruh di
dalamnya terhadap perencanaan perjalanan dan pemimpin opini publik di
Indonesia, mendorong atau merangsang permintaan wisatawan potensial dari
semua lapisan masyarakat.
Jang Yujong, pegawai MM International Travel Agency di Gyeonggi yang
berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Agustus
2015 di Jakarta dan Juni 2016 di Bali, memberikan keterangan terhadap efektifitas
promosi pariwisata sebagai berkut:
“Cara promosi paling efektif yang dapat kami lakukan adalah membangun
hubungan baru dengan agen perjalanan wisata di Indonesia. Oleh karena itu
perlu dibangun hubungan kepercayaan antara kedua negara, maka BtoB,
Fam Tour yang diselenggarakan di Bali, Jakarta (Indonesia) dan Provinsi
Gyeonggi (Korea) dapat menjadi jembatan bagi agen perjalanan wisata dari
kedua negara. Cara ini efeknya jauh lebih tinggi daripada website atau
media.” (Wawancara 10 Juli 2016)
Selanjutnya, agen perjalanan wisata di kedua negara bersama-sama
menciptakan produk wisata yang disesuaikan dengan preferensi wisatawan
Indonesia, akhirnya bersama-sama mempromosikan produk pariwisata yang
mencerminkan kebutuhan atau keinginan wisatawan Indonesia guna ekspansi
kualitas kepuasan wisatawan Indonesia.
5.3.2 Strategi Pemasaran Online
Strategi Pemasaran melalui On-line adalah cara promosi paling umum dan
mudah yang dilakukan saat ini. Dengan kata lain, strategi ini merupakan cara yang
sangat praktis untuk mempromosikan produk pariwisata melalui sebuah website
yang dibuat untuk memungkinkan akses oleh semua orang di dunia, termasuk
warga negara Indonesia. Menampilkan iklan dalam website dan Social media
yang sering dikunjungi orang Indonesia juga dapat dipertimbangkan sebagai salah
satu cara pemasaran promisi.
Selain itu, menghimpun sekelompok wartawan yang meliput 'Pariwisata
Gyeonggi'. Wartawan yang dimaksud tidak hanya terbatas pada wartawan
professional namun jurnalis-jurnalis yang berasal dari sekolah-sekolah di
Indonesia juga patut dipertimbangkan. Jurnalis–jurnalis sekolah ini membantu
menyediakan layanan yang dapat berfungsi untuk menyebarkan artikel yang tepat
terkait dengan Pariwisata Gyeonggi memakai Situs Jaringan Sosial (SNS, Social
Networking Site) dan mendorong komunikasi dua arah antara pihak Provinssi
Gyeonggi dan pihak wisatawan.
5.3.3 Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah
Cara promosi dengan peningkatan citra dan persepsi terhadap Gyeonggi
seperti ditampilkan melaui media penyiaran dan surat kabar lokal sangat
berpengaruh terhadap promosi pariwisata Gyeonggi. Sebagai salah satu contoh,
peningkatan persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan mampu ditingkatkan dengan
meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kota/Kabupaten di Indonesia.
Pengembangan kerjasama kota kembar/saudara (sister city) di Indonesia
dibentuk sebagai wujud hubungan persaudaraan dengan tujuan (goals) untuk
meningkatkan tingkat kesadaran umumnya mengenai Provinsi Gyeonggi,
khususnya berkaitan dengan pariwisata di Provinsi Gyeonggi, Korea. Ada tiga
pendekatan yang dilaksanakan untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Daerah dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi Gyeonggi.
Pertama, sinergi kerjasama antara Pemerintah Daerah. Kerjasama
pemerintah daerah diperlukan pertimbangan dan perhatian dari lembaga ataupun
dinas yang terkait bahwa kota dan kabupaten di Provinsi Gyeonggi mengadakan
suatu kemitraan dengan pemerintah daerah di Indonesia. Kemitraan ini dibangun
untuk memperluas pertukaran antara kedua negara, dan pameran pariwisata yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah di Gyeonggi, di mana penyelengaraannya
dilangsungkan di Indonesia. Selain itu, partisipasi pada pameran festival atau
acara resmi untuk menawarkan informasi tentang Provinsi Gyeonggi juga dapat
dilakukan.
Kedua, kerjasama dengan lembaga pendidikan. Pemerintah Provinsi
Gyeonggi diperlukan melakukan kerjasama dan membantu lembaga atau institusi
pendidikan untuk saling bekerja sama antara Universitas di Gyeonggi dan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan institusi pendidikan memegang peranan penting
sehingga universitas termasuk sekolah-sekolah swasta di antara kedua negara
diharapkan saling menjalin hubungan di bidang pendidikan dan penelitian lalu
mendorong pertukaran mahasiswa atau pelajar. Dengan demikian, diperlukan
strategi yang efektif untuk mendorong perjalanan studi bagi siswa antara masing-
masing pihak yang sudah disepakati bersama.
Ketiga, kerjasama dengan pihak swasta. Pengembangan hubungan
kerjasama lainnya dapat disebutkan dengan pihak swasta atau perusahaan.
Sebagaimana diketahui Provinsi Gyeonggi memiliki tempat yang lengkap untuk
film atau drama yang ditawarkan pada perusahaan atau industri perfilman di
Indonesia untuk menampilkan daya tarik wisata seperti kuliner dan budaya Korea.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, dapat ditarik suatu simpulan
sebagai berkut.
Berdasarkan persepsi wisatawan Indonesia sebelum dilakukan promosi,
terdapat 78.8% responden yang telah mengetahui produk wisata Korea dan 30%
agen wisata perjalanan telah memiliki informasi terkait Gyeonggi. Sedangkan
setelah mengikuti acara promosi Gyeonggi terjadi perubahan yang signifikan
terkait minat agen wisata perjalanan ke Provinsi Gyeonggi. Sebesar 96,8%
responden berminat untuk mengunjungi destiasi wisata di Gyeonggi. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa sebab utama rendahnya persepsi terhadap Geyonggi
dikarenakan kurangnya strategi pemasaran dan promosi pariwisata Gyeonggi.
Dari sisi strategi segmentasi dan pasar target, pertama, daya tarik wisata
tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket produk
wisata Korea dapat dipromosikan kepada wisatawan umum di Jawa dan Bali.
Kedua, produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk
dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu. Ketiga, produk
wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja
seperti siswa atau mahasiswa. Keempat produk wisata pendidikan ditujukan pada
International School atau sekolah swasta. Kelima produk wisata medis
dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari
kelas ekonomi tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak
panjang. Keenam wisata pertahanan seperti DMZ, layak direkomendasikan
130
sebagai wisata minat khusus. Ketujuh konfigurasi produk wisata yang
digabungkan pada dua atau tiga negara dipromosikan pada target pasar Indonesia,
yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. Kemudian dari
sisi Positioning Gyeonggi, membentuk citranya dengan produk alternatif yang
beraneka ragam, harga produk wisata normal dan wajar, serta kualitas dan
pelayanan pariwisata Gyeonggi tetap bertaraf tinggi.
Dalam aspek strategi promosi pariwisata Gyeonggi, pertama, agen
perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi melakukan pemasaran kepada agen-agen
perjalanan wisata di Indonesia secara aktif dan langsung. Oleh karena itu,
dibangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan wisata di kedua negara,
maka BtoB, Fam Tour yang diselenggarakan Indonesia dan provinsi Gyeonggi
dapat menjadi jembatan bagi agen perjalanan wisata antara kedua negara. Kedua,
strategi pemasaran melalui Online adalah cara promosi yang paling umum dan
mudah karena pengguna smartphone semakin berkembang jumlahnya, termasuk
di Indonesia antara lain, membangun website sendiri, menampilkan iklan dalam
website dan Social media, dan mengoperasikan sekelompok wartawan/jurnalis
dan pelajar/mahasiswa yang meliput 'Pariwisata Gyeonggi'. Ketiga, peningkatan
persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan mampu ditingkatkan dengan
meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kota/Kabupaten di Indonesia. Ada
tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Daerah dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi Gyeonggi
antara lain adalah sinergi kerjasama antara Pemerintah Daerah, kemudian
kerjasama dengan lembaga pendidikan, dan kerjasama dengan pihak swasta.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan, ada beberapa
saran yang perlu dipertimbangkan pihak terkait yaitu: Pemerintah Pusat Korea
diharapkan melakukan formulasi kebijakan yang memungkinkan wisatawan
Indonesia dapat berkunjung ke Korea dengan cara pengambilan Visa Perjalanan
yang lebih sederhana dalam jangka waktu pendek.
Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi membantu secara pro-aktif untuk
menyelenggarakan BtoB, Fam Tour di Korea dan Indonesia. Hal ini berguna
untuk membangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan wisata di kedua
negara. Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi perlu membentuk lembaga sendiri
untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus
dukungan pertukaran internasional, promosi pariwisata, dan lain-lain.
Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi menyediakan pusat data (database)
kepariwisataan agar tersedia data statistik yang dapat dianalisis kemudian
disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Dinas
pariwisata Provinsi Gyeonggi semestinya memperbanyak jumlah pemandu bahasa
Indonesia yang profesional dan resmi untuk memberikan kenyamanan wisatawan
Indonesia. Apalagi, perlu usaha untuk memperluas pertukaran dan kerjasama
antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia.
Agen perjalanan wisata di Korea mengembangkan produk pariwisata
„musim‟ dan produk wisata budaya Korea yang familiar dan dikenal melalui
media TV. Tersedianya produk wisata alternatif disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan Indonesia seperti wisata industri, wisata medis, wisata meditasi, dan
wisata pendidikan. Pemberian insentif diperlukan bagi pengutusan SDM ke Korea
oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Sebagai penutup, menawarkan
produk yang memiliki kualitas yang baik dan menarik dengan harga yang wajar
dan normal agar wisatawan mempunyai minat untuk mengunjungi kembali
produk destinasi wisata di Provinsi Gyeonggi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya Purnomo. 2009. Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa
Cerme, Imogiri, Bantul. Karisma, Vol.3(2): 99-112, Akademi Maritim
Yogyakarta.
CIA World Factbook. 2016. [diakses 20. Agustus 2016]
http://www.ciaworldfactbook.us/asia/indonesia.html
Eadington, William R dan Valene L. Smith, 1994. Tourism Alternatives:
Potentials and Problems in the Development of Tourism. Chicester: John
Wiley & Sons Ltd. Hal. 1-30
Faulkner, Bill. 1997. Perkembangan pariwisata Indonesia: perspektif “Gambaran
Besar” (Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan) ITB, Bandung.
Fandeli C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Fanggidae, Apriana H.J., 2006, Strategi Pemasaran Pariwisata : Segmentation,
Target Market, Positioning, dan Marketing Mix, Manajemen Usahawan
Indonesia No. 01 TH XXXV Januari 2006.
Ha Kyunghee. 2008. Inducing Strategy of Chinese Tourists(Focusing on the
Hallyu-Korean Wave). Tourism Research. 26: Hal. 109-128
Hall, C. Michael dan Betty Weiler. 1992. Introduction: Whats Special Interest
Tourism? . Special Interest Tourism. Belhaven Pres. London: Hal. 1-14
Han Huijoo and Lee Jaeseob. 2009. Exploratory Study on Muslim Malaysians
visiting Korea and their tourism market. Tourism Management Research.
Vol.13(1): Hal. 121-133.
Jeon Hyejin, Lee Heeseung. 2009. Market Segmentation in Special Interest
Tourism Product Case study of Wine Train Tourism program . Tourism
Reseach Vol. 24-2. Hal. 239-258. Korea Tourism Institue.
Kedutaan besar Republik Indonesia di Seoul. 2015. [diakses 20. Juni 2016].
http://kbriseoul.kr/kbriseoul/ index.php/id/indokor
Kim Gicheol. 2015. A Study on the Strategy for Attracting Tourists of Sister
Sities in China to Gyeonggi-Do. Studi dasar 2015-30. Gyeonggi
Reseach Institute.
Kim Heungsik. 2009. Marketing Strategies Attracting Chinese Tourists to
Gyeonggi-Do. Studi dasar 2009-2. Gyeonggi Reseach Institute.
Kim Heungsik. 2013. A Strategy for the Development of Mice Industry as New
Engine of Growth in Gyeonggi-Do. Studi dasar 2013-40. Gyeonggi
Reseach Institute.
Kim Jaewon. 2012. Tourists Characteristics of South-East Asian inbound market
in Korea. Penelitian pariwisata 20. Institute Tourism Korea.
Kodhyat, H. 1997. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Korea Creative Content Agency. 2014. Indonesia Cultural code for overseas
market expansion of the Korea Creative Contents. Korea Creative
Content Agency.
Korea Health Industry Development Institute. 2013. Statisik pasien asing tahun
2012. Korea Health Industry Development Institute.
Korea Tourism Organization. 2015. [diakses 18. Januari 2016]. http://
www.visitkorea.or.kr
Korea Trade–Investment Promotion Agency. 2015. [diakses 15. Januari 2016]
http://www.kotra.or.kr/kh/main/ KHMIUI010M.html
Kotler Philip. 2003. Manajemen Pemasaran (Marketing Management). Edisi
Kesebelas Jilid I. Jakarta: PT. INDEKS Kelopok Gramedia.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran (Marketing Management), Edisi
Ketiga Belas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Kotler Philip dan Amstrong Gary. 2008. Prinsip prinsip Pemasaran (Principles of
Marketing), Edisi Kedua Belas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Lee Gyeongmo. 2005. Special Interist Tourism masa depan. Daewangsa. Seoul.
Lee Sangun, Kwon Inteak, Yeo Jeongtea. 2011. A Study on
Incheon ㆍ Gyeonggi-do Tourism Revitalization for Improvement: Focus
on the changes of tourism trends. Gyeonggi Tourism Reseach Vol.18.
Tourism Reseach Institute.
Lee Sujin. 2014. Reseach on Developing Strategic Policies for Medical Tourism
in Gyeonggi-Do. Studi dasar 2014-04. Gyeonggi Reseach Institute.
Monica, Dyah Rahmaningsih. 2013. Penyusunan Desain Wisata Minat Khusus
Berdasarkan Pola Pergerakan Badak Jawa di Taman Nasional Ujung
Kulon. (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Morrison. Alastair M. 2002. Hospitality and Travel Marketing. Third Edition.
Australia: Delmar Thompson Learning.
Newsis. 2015. [diakses 14. Juni 2016] http://www. newsis.com/ar_detail/ view.
html?ar_id=NISX20131220_0012 608674&cID=10201&pID=10200
Ni Luh, Christine Prawitha Sari Suyasa. 2014. Strategi Pemasaran Program
Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali. (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Novelli, Marina. 2005. Niche Tourism : Contemporary Issues, Trends, and Cases.
Elsevier Butterworth-Heinemann. MA.
Oh Yongsu. 2014. Local Tourism Policy. Baeksanchulpansa. Seoul.
Park Deukhee, Lee Gyehee, Kim Hyesun. 2015. A Social Network Analysis
Approach to Tourism Destination Choices Between Group Tourists and
Independent Tourists among Chinese Inboud Tourists to Korea.
International Journal of Tourism and Hospitality Research. Vol.29(7):
Hal.133-143
Payangan, Otto. 2014. Pemasaran Jasa Pariwisata. Kampus IPB Taman Kencana.
PT Penerbit IPB Press.
Pearce, Douglas G. 1994. Alternatif Tourism: Concepts, Classifications, and
Questions. Dalam : Valene L. Smith dan William R. Eaddington,
editors. Tourism Alternatifs : Potentials and Problems in the
Development of Tourism. Chicester: John Willey & Sons Ltd. P. 15-30
Pitana I Gde dan Diarta I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Poon, Auliana. 1993. Tourism, Technology and Competitive Strategies,
Wallingfort, Oxford: CAB International.
Provinsi Gyeonggi. 2015. Buku Tahunan StatisticGyeonggi 2015. Gyeonggi-do.
Provinsi Gyeonggi. 2016. Laporan Kebijakan Provinsi Gyeonggi. Gyeonggi-do.
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Riska, Ayu Wahyudiya. 2012. Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun
Citra Korea Selatan di Indonesia. (tesis). Universitas Hasanuddin.
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.
Sin Gidong. 2014. A Study on the Curent Conditions of Beauty Industry in
Gyeonggi-Do. Studi dasar 2014-33. Gyeonggi Reseach Institute.
Sri Astuti, Luh. 2015. Persepsi Pengelola Vila Di Kecamatan Kuta Utara
Terhadap Penggunaan Online Travel Agents Sebagai Media Promosi dan
Penjualan. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiratif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suray Agung Nugroho. 2004. “Hallyu „Gelombang Korea‟ di Asia dan Indonesia:
Trend Merebaknya Budaya Pop Korea”, Makalah dipresentasikan dalam
workshop untuk Guru-guru Sekolah di Jawa Tengah, Multimedia Room,
Universitas Gajah Mada, April, 2004.
Supranto, J. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbangkan. Jakarta:
Rieka Cipta.
Lampiran I
면접설문안내문(Pedoman Wawancara)
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) KAJIAN
PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
본 면접조사서는 인도네시아 Udayana대학교 관광대학원에서 「
인도네시아 관광객을 대상으로 하는 경기도 관광 홍보전략」에 관한 석사
논문 작성을 위하여 전문가 의견을 반영하고자 실시하는 것입니다.
작성하여 주신 내용은 본 연구에 매우 중요한 자료로 활용될 것입니다.
아울러 귀하께서 작성하신 내용들은 대한민국 통계법 규정에 의거
철저히 비밀을 보장드리며, 오로지 연구를 위한 자료로만 활용할 것이오니,
평소 느끼시는 대로 응답해 주시면 고맙겠습니다. 바쁘신 와중에도 본
연구에 많은 도움을 주셔서 대단히 감사합니다.
연구자 강현석
Yang terhormat,
Dalam menyelesaikan penelitian akhir (Tesis) sebagai mahasiswa S2
Kajian Pariwisata Universitas Udayana, saya mohon kiranya dapat meluangkan
waktu untuk mengisi Formulir Email Wawancara ini. Berikut adalah penelitian
mengenai “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI
KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA”. Penelitian ini ditujukan untuk
mengkaji produk terbaik bagi wisatawan Indonesia.
Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang sudah Anda
luangkan. Hasil dari Formulir Email Wawancara ini akan dijaga kerahasiannya
menurut undang-undang Korea.
Terima kasih,
Peneliti.
Lampiran I. Lanjutan
응답자 정보 (IDENTITAS INFORMAN)
• 성명(Nama) :
• 나이(Usia) :
• 성별(Jenis Kelamin) :
• 직위(Pekerjaan/Jabatan) :
• 근무처(Tempat Bekerja) :
면접내용(DAFTAR PERTANYAAN)
1. 경기도를 방문하는 중국, 일본 등 아시아 관광객은 경기도의 어느
관광지를 선호한다고 생각하시는지요? 가장 선호되는 곳과 그 이유는
무엇이라고 생각하시는지 평소 느끼시는대로 기재하여 주십시오.
①
②
③
2. 경기도를 방문하는 중국, 일본 등 아시아 관광객은 경기도의 어떤 테마
관광을 선호한다고 생각하시는지요? 가장 선호되는 테마관광과 그
이유는 무엇이라고 생각하시는지 평소 느끼시는대로 기재하여
주십시오.
①
②
③
3. 다음은 2015년 8월 또는 2016년 1월 및 7월, 인도네시아(자카르타,
발리)와 한국(수원)에서 실시된 양국의 여행사간 BtoB 상담과 관련된
질문입니다.
3.1 인도네시아 여행사 또는 관광객들에게 인기 있다고 생각되는 경기
도 소재 관광지 중에서 인기가 많았던 순으로 3곳을 기재하여 주십
시오. (예: ① DMZ,임진각 ② 수원화성 ③ 에버랜드 ④ 킨텍스 ⑤
삼성박물관 ⑥ 영어마을 ⑦ 스키장,고양원마운트 ⑧ 꽃박람회, 도자기축
제, ⑨ 쁘띠프랑스,자라섬 등)
①
②
③
3.2 인도네시아 여행사 또는 관광객들에게 인기 있다고 생각되는 경기
도의 테마관광 상품중에서 인기가 많았던 순으로 3가지를 기재하
여 주십시오.(예시: ① 안보관광상품 ② MICE관광상품 ③ 의료관
광상품 ④ 산업관광상품 ⑤ 교육관광상품 ⑥ 한류체험관광, ⑦ 역
사문화관광, ⑧ 쇼핑관광 등)
①
②
③
3.3 경기도, 경기관광공사, 경기관광협회가 관광상품의 개발하거나 지
원한다면 어떤 상품이 유망하다고 판단되는지 순서대로 3가지를
기재하여 주십시오.(예시: ① 안보관광상품 ② MICE관광상품 ③
의료관광상품 ④ 산업관광상품 ⑤ 교육관광상품 ⑥ 한류체험관광
⑦ 역사문화관광, ⑧ 쇼핑관광 등)
②
③
3.4 상담후 일본, 중국 등 다른 아시아 국가와 비교하여 인도네시아 관
광객의 특징은 무엇이라 생각하시는지 기재하여 주십시오
3.5 상담후 중국, 일본 등과 비교하여 인도네시아 관광객에게 한국 관
광지가 갖고 있는 강점, 약점, 기회, 위험 요인 등은 무엇이라고 생
각하시는지 자유롭게 기재하여 주십시오.
① 강점요인
② 약점요인
③ 기회요인
④ 위협요인
3.6 상담후 서울 및 다른 지방자치단체와 비교하여 인도네시아
관광객에게 경기도 관광지가 갖고 있는 강점, 약점, 기회, 위험
요인 등을 무엇이라고 생각하시는지 자유롭게 기재하여 주십시오.
1) 강점요인
2) 약점요인
3) 기회요인
4) 위협요인
4. 인도네시아 관광객을 대상으로 마케팅을 하시거나 하실 계획이 있다면
어떤 방법이 가장 효과가 있다고 생각하시는지 기재하여 주십시오.
5. 인도네시아 여행사 또는 관광객을 대상으로 관광업을 할 때 어려운 점을
기재하여 주십시오.
6. 인도네시아 관광객 유치를 위해 경기도청, 경기관광공사, 경기관광협회
등에 바라는 것이 있다면 구체적으로 말씀하여 주십시오.
끝까지 설문에 응해 주신 선생님께 진심으로 감사드립니다(Terima Kasih)
Lampiran II
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) KAJIAN
PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
PEDOMAN WAWANCARA
“STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA
PADA WISATAWAN INDONESIA”
Bapak/Ibu/ yang terhormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Karyasiswa (Mahasiswa)
Pascasarjana (S2) Universitas Udayana Bali, Program Studi Magister Kajian
Pariwisata. Dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk penyusunan Tesis
dengan judul “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI
KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA”
Dalam proses pengumpulan data di atas, saya ingin menyertakan
pendapat Bapak/Ibu tentang STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI
GYEONGGI ke depannya.
Atas dukungan, partisipasi serta kerjasama yang baik Bapak/Ibu, saya
ucapkan terimakasih.
12 Januari 2016
Peneliti,
Kang Hyeonseock
Lampiran III.
IDENTITAS INFORMAN
• Nama :
• Usia :
• Jenis Kelamin :
• Pekerjaan/Jabatan :
• Tempat Bekerja :
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana wisatawan Indonesia mengetahuhi atau mencari program
perjalanan Korea Selatan?
2. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, bagaimana kesan Anda
tentang Daya tarik wisata provinsi Gyeonggi? Jelaskan perbedaan antara
sebelum mengikuti dan setelah?
3. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, wisata Provinsi Gyeonggi
manakah paling menarik bagi Anda dan alasannya apa?
4. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, antara desitinasi wisata di
provinsi Geonggi, wisata tematik atau wisata alternatif manakah paling
menarik bagi wisatawan Indonesia pada masa depan?
5. Apabila Anda merencanakan perjalanan ke Korea Selatan sendiri, hal apa
yang menarik perhatian?
6. Apa manfaat setelah menghadiri program consulting wisata Gyeonggi secara
business to business?
7. Menurut pendapat Anda, cara promosi pariwisata Gyeonggi manakah yang
paling menarik bagi wisatawan Indonesia?
Lampiran IV
Kuisioner Untuk Peserta Acara BtoB
PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI
MAGISTER KAJIAN PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
Responden yang terhormat,
Dalam menyelesaikan penelitian akhir (Tesis) sebagai mahasiswa S2 Kajian Pariwisata
Universitas Udayana, saya memohon kiranya dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
ini. Berikut adalah penelitian mengenai “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI
GYEONGGI DI KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA”. Penelitian ini ditujukan untuk
mengkaji produk terbaik bagi wisatawan Indonesia.
Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang sudah anda luangkan. Hasil dari
kuesioner ini akan dijaga kerahasiannya.
Silahkan beri tanda silang (√ ) atau checklist pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Terima kasih,
Peneliti.
Bagian 1. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin Anda:
Laki-laki ○ Perempuan
2. Usia Anda:
< 20 tahun ○ 21 – 30 tahun
31 – 40tahun ○ 41 – 50 tahun
51 – 60 tahun ○ > 61 tahun
3. Pekerjaan Anda:
Pelajar / Mahasiswa ○ Wiraswasta
Pegawai Negeri/ Karyawan Swasta ○ Lainnya
4. Pendidikan
○ ≤ SMP ○ SMA / SMK
S1 / Sekolah Tinggi ○ S2 / S3
5. Agama
Islam ○ Protestan
Katolik ○ Hindu
Buddha ○ Kong Hu Cu
lainnya
Bagian 2. Tentang bepergian ke luar negeri
1. Apakah Anda pernah bepergian ke luar negeri selama 5 tahun terakhir ini?
Ya ○ Tidak
1-1 Kalau Anda pernah ke luar negeri, Negara di benua apa yang menjadi pilihan anda?
Asia ○ Eropa
Amerika Serikat ○ Austalia
Lain-lain ...................................
1-2 Kalau Anda pernah ke luar negeri, sudah berapa kali Anda mengunjungi luar negeri?
1 kali ○ 2 kali ○ 3 kali lebih dari 3 kali
1-3 Kalau Anda pernah ke luar negeri, apa tujuan Anda mengunjungi Negara tersebut?
Tur ○ ○ Bekerja
Lain-lain (sebutkan)..........................................
2. Apakah Anda pernah mengunjungi Korea Selatan selama 10 tahun terakhir ini?
Ya ○ Tidak
2-1Kalau Anda pernah ke Korea Selatan, tempat wisata mana yang dikunjungi antara lain?
(Cek semua tempat yang dikunjungi)
Seoul ○ Gunung Seorak
Pulau Jeju ○ Provinsi Gyeonggi (Everland, Suwon, DMZ, dll)
Lain-lain (sebutkan)..........................................
2-2 Setelah Anda pernah berkunjung, apakah Anda mau mengunjungi Korea Selatan lagi?
Ya ○ Tidak
3. Apakah Anda pernah melihat atau mendengar tentang paket tur (produk wisata) ke
Korea Selatan?
Ya (lanjut ke pertanyaan 3-1) ○ Tidak (lanjut ke pertanyaan 4)
3-1 Apabila pernah, dari mana informasi tentang paket tur ke Korea Selatan Anda dapatkan?
Rekomendasi teman/saudara ○ Internet
Media (tv, radio, koran, dsb) ○ Brosur paket perjalanan wisata
Lain-lain (sebutkan)..........................................
3-2 Menurut Anda, hal apa yang paling menarik dalam kunjungan tersebut?
Salju, Daun-daun berwarna-warni ○ Budaya
Kemajuan ○ Shopping (belanja)
Wisata buatan ○ Tidak ada
Lain-lain (sebutkan)..........................................
3-3 Menurut pendapat Anda, adakah kesulitan bila ingin mengunjungi Korea Selatan?
Anggaran (ongkos tur) ○ Perbedaan budaya
Mengambil Visa ○ Tidak banyak produk wisata ke Korea
Tidak ada ○ Lain-lain (sebutkan)..........................................
4. Apakah Anda berminat bepergian di Korea Selatan?
Ya Tidak
4-1 Kalau Anda berminat tur ke Korea, pada musim apa Anda ingin berkunjung?
○ ○ musim gugur ○ musim dingin
4-2 Kalau Anda berminat tur ke Korea, kapan rencana Anda akan berkunjung?
dalam tahun ini ○ ○ tahun 2018 ○ setelah tahun 2018
5. Menurut pendapat Anda, sebaiknya jenis paket tur apa yang perlu dikembangkan oleh
Korea Selatan?
(Cek semua tempat yang dikunjungi)
Program Paket Tur (pariwisata masal) ○ Free tour (tidak pakai Program Paket Tur)
6. Menurut pendapat Anda, sebaiknya program paket tur apa yang perlu dikembangkan
oleh Korea Selatan?
Program Tur Budaya ○ Eduwisata (belajar)
Wisata industri ○ Medical tour
Ekowisata ○ Tur Olahraga (sports tour seperti sky)
Meditasi(temple stay) ○ Lain-lain (sebutkan)..........................................
Bagian 3. Tentang bepergian ke Provinsi Gyeonggi
1. Sebelum menghadiri acara hari ini, apakah Anda pernah mendengar atau mengunjungi
tempat wisata di Provinsi Gyeonggi?
Ya ○ Tidak
1-1 Apabila Anda pernah, silahkan beri tanda (√ ) pada semua tempat (DTW) yang masih
diingat?
Benteng Hwaseong (Warisan Budaya Dunia UNESCO) / kota Suwon
Everland (theme park) / kota Yongin
Kintex, Onemount / kota Goyang
DMZ (kawasan bebas senjata) / kota Paju
Gyeonggi English Village / kota Paju
Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village
City of Crafts and Folk Art oleh UNESCO / Kota Icheon
Pulau Nami, Jara / Gapyeong,
Lain-lain (sebutkan)..........................................
2. Setelah menghadiri acara hari ini, apakah Anda ingin mengunjungi tempat wisata yang
berada di Provinsi Gyeonggi?
Ya (pilih daya tarik wisata yang ingin anda kunjungi) Tidak
Benteng Hwaseong (Warisan Budaya Dunia UNESCO) / kota Suwon
Everland (theme park) / kota Yongin
Kintex, Onemount / kota Goyang
DMZ (kawasan bebas senjata) / kota Paju
Gyeonggi English Village / kota Paju
Petite France, Park Dae Jang Geum, Swiss Village
City of Crafts and Folk Art oleh UNESCO / Kota Icheon
Pulau Nami, Jara / Gapyeong
Lain-lain (sebutkan)..........................................
3. Setelah menghadiri acara hari ini, menurut Anda, paket wisata manakah paling menarik
bagi wisatawan Indonesia?
Pariwisata Budaya Korea (folk vIcheon Cerapia, Korean folk village, dll)
Pariwisata Sejarah (Suwon Hwaseung, Seoul Gyeongbokgung, dll)
Pariwisata berhijau: Green Tour(winery, Horseback riding, Boat fishing, dll)
Pariwisata Industri: Business Tour (Samsung Electronics, LG, Tekno Vally, dll)
Pariwisata Kesehatan: Medical Tour(Medical check, Operasi, dll)
Healing Tour (Meditasi, templestay, dll)
Sports Tour ( Bermain Ski, Kuda, kapal layar atau menonton sepak bola, dll)
MICE Tour (Bermacam-macam events)
Festival Tour (International Horticulture Goyang Korea, dll)
Special Interest Tour (DMZ Tour, dll)
Educatonal Tour (Paju English Village, dll)
Lain-lain (sebutkan)..........................................
4. Setelah menghadiri acara hari ini, menurut Anda manakah wisata Provinsi Gyeonggi
yang paling menarik bagi Anda?
Paket Tur Budaya ○ Eduwisata
Wisata industri ○ Medical tour
Ekowisata ○ Tur Olahraga (sports tour seperti sky)
Lain-lain (sebutkan)..........................................
5. Apabila Anda merencanakan paket tur ke Korea Selatan sendiri, menurut Anda, hal apa
yang menarik perhatian?
..................................................................................................
............................................................................................................................. ......................
............................................................................................................................. ......................
...................................................................................... .............................................................
Sekian
Terima Kasih