strategi pemerintah kabupaten karawang...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN
KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA
ABAS SUDRAJAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Strategi Pemerintah Kabupaten
Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa adalah karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua informasi yang berasal atau disebutkan dalam teks dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Juni 2007
Abas Sudrajat A 153044085
ABSTRAK
ABAS SUDRAJAT, Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa. Komisi Pembimbing: LALA M KOLOPAKING dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA
Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di seluruh Propinsi Jawa Barat. Untuk pencapaian tujuan Program Raksa Desa diperlukan pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor. Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini karena (1) masih lemahnya koordinasi antar sektor (2) masih kurang oftimalnya peran dan fungsi Satlak (3) perlu mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) perlu mengkaji kembali strategi kedepan guna upaya perbaikan sehingga terjadi sinergi yang diharapkan.
Tujuan Kajian secara umum adalah untuk mengkaji dan merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa. Secara khusus tujuan kajian ini adalah (1) mengungkapkan pelaksanaan program Rakdes yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (2) mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa (3) mengungkapkan pelaksanaan Program Rakdes di tingkat desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam mensinergikan Program Raksa Desa.
Objek kajian ini adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa. Lokasi kajian di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 111 responden menggunakan rumus Slovin. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Bapeda, BPMS, Bagian Pemerintahan, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Analisis yang digunakan dalam kajian ini mengukur persepsi/pendapat responden menggunakan angket atau kuisioner berdasarkan Skala Likert yang diinterprestasikan dalam interval Sugiyono. Selanjutnya menentukan alternatif strategi yang layak menggunakan analisis SWOT, Matrik IE, SPACE Matrik dan QSPM.
Hasil kajian ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan sinergitas program pada Satlak kabupaten memperoleh jawaban sebesar 55,33 persen yang apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti netral. Hal ini perlu perhatian dan perbaikan menyangkut komitmen kepala dinas atau instansi,koordinasi dan pelaksanaan rapat koordinasi Rakdes. Dinas atau ainstansi yang tergabung dalam Satlak Rakdes memberikan dukungan program dan anggaran dalam menunjang Program Rakdes memperoleh
prosentase sebesar 66,67 persen berarti setuju disamping itu melakukan pembinaan dan monitoring program Rakdes dengan mendapat 74,67 persen yang berarti setuju. Selanjutnya pelaksanaan Rakdes di tingkat Satlak kecamatan memperoleh 82,29 persen yang berarti sangat setuju, sedangkan pelaksanaan di tingkat satlak desa mendapat 81,67 persen berarti sangat setuju, untuk pelaksanaan di tingkat kelompok masyarakat penerima bantuan memperoleh prosentase sebesar77,39 persen yang berarti setuju atas pernyataan tersebut.
Rancangan program yang dihasilkan dari analisis strategi memunculkan 12 alternatif strategi, namun alternatif strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh Satlak Raksa Desa adalah (1) mengefektifkan koordinasi antar satlak,antar sektor termasuk dengan propinsi (2) mengoftimalkan kinerja Satlak Program Raksa Desa (3) meningkatkan pembinaan dan pengawasan. Ketiga faktor tersebut apabila dilakukan oleh Satlak Rakdes secara terintegrasi dan berkesinambungan akan meningkatkan sinergitas program dan pencapaian tujuan yang diharapkan. Sedangkan alternatih program yang direkomendasikan yaitu (1) Program pembentukan Bumdes di desa paska Rakdes (2) Program pembangunan desa sejahtera.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.
STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM
RAKSA DESA
ABAS SUDRAJAT
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
Judul Tugas Akhir : Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang Untuk Mensinergikan Program Raksa Desa
Nama : Abas Sudrajat
N R P : A 153044085
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Lala. M. Kolopaking, MS Ir.Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Manajemen Pembangunan Daerah
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro M.S
Tanggal Ujian : 01 Juni 2007 Tanggal Lulus :
PRAKATA Bismillahirrahmanirrohim,
Tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali Puji dan Syukur kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir Kajian Pembangunan Daerah yang berjudul “Strategi Pemerintah
Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa”
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis sampaikan terima kasih
yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan kajian ini
terutama kepada Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS selaku pembimbing
pertama dan Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, MSc selaku pembimbing
kedua, serta seluruh dosen Sekolah Pascasarjana Magister Profesional Manajemen
Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor. Tak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Manajemen Pembangunan
Daerah serta ucapan serupa disampaikan kepada rekan-rekan seluruh mahasiswa/i
Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor yang telah
membantu dalam penulisan kajian ini. Penulis serahkan amal kebaikan yang telah
membantu kepada Allah SWT semoga Yang Maha Kuasa dapat membalasnya
dengan berlipat ganda, amin.
Penulis berharap semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat khususnya bagi
Pemerintah Kabupaten Karawang sebagai bahan rekomendasi strategi alternatif
untuk mensinergikan Program Raksa Desa maupun Pemerintah kabupaten lain
yang memerlukan serta pihak pihak yang membutuhkan kajian studi ini.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat,
tanggal 13 Agustus 1972 dari ayah Dana Salya dan Ibu E. Sumini. Penulis
merupakan anak keempat dari enam bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN Cilengkrang
Sumedang pada tahun 1985. Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP)
Cimalaka Sumedang tahun 1988 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2
Sumedang tahun 1991. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan D III di
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Sumedang
tahun 1994, dan menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi – Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) di Bandung, jurusan
Manajemen Pembangunan Daerah pada tahun 2000. Pada Tahun 2005, penulis
melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Magister Profesional Manajemen
Pembangunan Daerah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor.
Penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 1992 pada
waktu masih kuliah di STPDN dengan status ikatan dinas. Pada saat ini penulis
bertugas di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial Kabupaten Karawang.
Penulis menikah pada tahun 2002 dengan Ambar Wulan, SE dan dikaruniai satu
orang anak laki-laki yaitu Andhika Nurfadilah Sudrajat.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 3 1.3. Tujuan Kajian ....................................................................................... 6 1.4. Manfaat Kajian ..................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah ............. 8 2.2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan ....................... 12 2.3. Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa.......... 18 2.4. Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa......................................... 24
2.4.1. Maksud dan Tujuan program Raksa Desa ................................. 24 2.4.2. Strategi dan Pendekatan ............................................................. 25 2.4.3. Komponen Kegiatan Program Raksa Desa ................................ 27 2.4.4. Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa ................................ 28 2.4.5. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian ................................ 29
2.5. Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM ........................................ 31
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran............................................................................ 35 3.2. Metode Kajian ..................................................................................... 37 3.3. Lokasi Kajian ...................................................................................... 39 3.4. Sasaran Kajian..................................................................................... 39 3.5. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data .......................................... 40 3.6. Metode Perangcangan Program .......................................................... 41
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis ............................................................................... 43 4.2. Kondisi Pemerintahan Daerah ............................................................ 45 4.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................................... 48
iii
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH 5.1. Alokasi Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang ...................... 57 5.2. Satuan Pelaksana Program Raksa Desa Kabupaten Karawang.......... 58 5.3. Dukungan Dinas atau Instansi dlm Menunjang Program Raksa Desa 62 5.4. Pelaksanaan Program Raksa Desa....................................................... 65
5.4.1. Pelaksanaan Program Rakdes di Kabupaten Karawang............ 65 5.4.2. Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Kecamatan ..... 80 5.4.3. Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Desa ............... 85 5.4.4. Pelaksanaan Program Raksa Desa Menurut Persepsi
Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan ................................ 89 5.4.5. Exit Strategy Program Raksa Desa............................................ 92
VI. ANALISIS PERANCANGAN PROGRAM 6.1. Lingkungan Internal (Kekuatan-Kelemahan)...................................... 96 6.2. Lingkungan Eksternal (Peluang-Ancaman) ........................................ 100 6.3. Formulasi Strategi ............................................................................... 105
6.3.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa ................ 105 6.3.2. Analisis Evaluasi Faktor Eksternal satlak Program
Raksa Desa ................................................................................ 106 6.3.3. Analisis SWOT Satlak Program Raksa Desa ............................ 107 6.3.4. Matriks Internal-Eksternal Satlak Raksa Desa .......................... 112 6.3.5. Penentuan Strategi ..................................................................... 114 6.3.6. QSPM Satlak Raksa Desa.......................................................... 118 6.3.7. Alternatif Strategi dan Program................................................. 120
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................... 123 7.2. Rekomendasi Kebijakan................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 130
iv
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa dan Masyarakat ............................................................................................... 41
2. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Karawang .............................. 46
3. Perkembangan Ketenagakerjaan di Kab. Karawang Tahun 2001-2005 ......... 50
4. Rencana Pencapaian IPM Kabupaten Karawang Tahun 2006-2010 .............. 53
5. Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Tahun 2001-2005 ................... 53
6. PDRB, Jumlah penduduk dan PDRB per kapita ............................................. 54
7. APBD Kabupaten Karawang Tahun 2006 ...................................................... 55
8. Daftar Alokasi Program Raksa Desa Tiap Kecamatan ................................... 56
9. Jawaban Angket tentang Pelaksanan Sinergitas Program Raksa Desa Dari Dinas atau Instansi yang Tergabung Dalam Satlak - Kabupaten Karawang ...................................................................................... 60
10. Kegiatan Rapat Satlak Program Raksa Desa Tingkat Kabupaten Karawang . 61
11. Jawaban Angket tentang Dukungan Dinas atau Instansi dalam Menunjang Rakdes ............................................................................................................. 62
12. Dukungan Program dan Anggaran Dinas atau Instansi dalam (Satlak Raksa Desa) Tahun 2006 .................................................................... 63
13. Kegiatan Pembinaan dan Monitoring dari Satlak Kabupaten Karawang........ 65
14. Realisasi Raksa Desa Bidang Kesehatan ........................................................ 72
15. Kasus Yang Ditangani Dana Program Raksa Desa Tahun 2005 .................... 73
16. Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Kab Karawang Tahun 2000-2004 ............ 74
17. Daftar Rekapitulasi Usulan Infrastruktur Fisik Desa Lokasi Raksa Desa Tahun 2006...................................................................................................... 79
18. Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Program Rakdes di Tingkat satlak Kecamatan ....................................................................................................... 81
19. Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Rakdes di Tingkat Satlak Desa ......... 95
20. Jawaban Angket tentang Pelaksanaan Rakdes Menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan ...................................................... 90
21. Kekuatan dan Kelemahan Satlak Program Raksa Desa di Kabupaten - Karawang .........................................................................................................96
22. Peluang dan Ancaman pada Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang.....101
23. Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa ..................... .. 106
24. Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Eksternal Satlak Raksa Desa ...................... 107
v
25. Matriks SWOT Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang ....................... 111
26. Variabel Penyusun SPACE Matriks Satlak Raksa Desa ............................... 115
27. Nilai Rata-rata Empat faktor SPACE Matriks Satlak Raksa Desa................ 115
28. QSPM Satlak Raksa Desa Kabupaten .......................................................... 130
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat .............................................................. 16
2. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM............................................... 33
3. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 37
4. Peta Karawang ............................................................................................. 43
5. Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2001-2004 ........................................................................ 48
6. Piramida Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2004 .............................. 49
7. Peta Kluster Keluarga Miskin di Kabupaten Karawang .............................. 51
8. Grafik Perkembangan IPM Tahun 2001-2004 ............................................. 54
9. Komposisi Angka Buta Huruf di Kabupaten Karawang ............................... 66
10. APK dan APM SD/MI, SLTP/MTs, dan SMA/MA/SMK di Kaupaten Karawang ................................................................................................... 68
11. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Karawang Tahun 2004 .................. 69
12. Perkembangan Jumlah Prasarana Pendidikan Sudah Tahun 2004 ............. 69
13. Kasus Penaganan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Karawang Tahun 2004................................................................................. 72
14. Perkembangan Indeks Daya Beli ................................................................ 79
15. Hierarki Exit Strategy Program Raksa Desa .............................................. 93
16. Matrik IE Satlak Program Raksa Desa .......................................................114
17. SPACE matrik Satlak Program Raksa Desa .............................................116
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Data Responden .......................................................................................... 130
2. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Sinegritas Program Rakdes Satlak Kabupaten Karawang ................................................................................... 135
3. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Kecamatan .................................................................................................... 135
4. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Desa ....... 136
5. Tabulasi Data Tentang Manfaat Program Raksa Desa Bagi Masyarakat Penerima Bantuan ........................................................................................ 137
6. Faktor Internal Satlak Program Raksa Desa ................................................ 138
7. Faktor Eksternal Satlak Program Raksa Desa .............................................. 138
8. Rekapitulasi Nilai Evaluasi Faktor Internal (EFI)........................................ 139
9. Rekapitulasi Nilai Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) .................................... 139
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Kabupaten Karawang hakekatnya adalah ingin mewujudkan
Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi
landasan dalam proses pencapaian tujuan pembangunan. Orientasi pembangunan
pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang harus dapat
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat miskin dengan
mengutamakan penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum, penyedian
sumber daya produksi, dan peningkatan kegiatan usaha serta penguatan organisasi
sosial dan ekonomi masyarakat. Hal tersebut perlu ditunjang dengan penyusunan
kebijakan penaggulangan kemiskinan termasuk pengembangan model dan
instrumen pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kondisi masyarakat
Karawang.
Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan Rencana strategis dan Kebijakan
Umum Kabupaten Karawang yang disusun melalui mekanisme penelaahan dan
pengkajian, dan sebagai tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, dirumuskan
formulasi Visi Kabupaten Karawang, yaitu : “Terwujudnya Masyarakat
Karawang yang Sejahtera Melalui Pembangunan di Bidang Pertanian Dan
Industri yang Selaras dan Seimbang Berdasarkan Iman dan Taqwa “
Dari rumusan visi tersebut maka pernyataan visi dijabarkan pada 9
(sembilan) rumusan Misi Kabupaten Karawang, sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan.
2. Meningkatkan cakupan layanan dan kualitas kesehatan masyarakat.
2
3. Mengembangkan ekonomi kerakyatan pada sektor pertanian dengan pola
agribisnis dan agroindustri yang didukung oleh sektor industri lainnya.
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah.
5. Meningkatkan kualitas angkatan kerja dan peluang kerja.
6. Meningkatkan pelayanan, pembinaan dan kesadaran hukum serta hak asasi
manusia.
7. Menciptakan tata pemerintahan Kabupaten Karawang yang bersih dan
berwibawa.
8. Mengutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan pada seluruh kegiatan pembangunan.
9. Pemberdayaan perempuan dan pengarusatamaan gender
Rumusan Visi dan Misi yang merupakan target jangka panjang masih
bersifat abstrak, maka perlu dijabarkan menjadi suatu yang konkrit dan dapat
diukur keberhasilan dan kegagalannya. Oleh karena itu perlu adanya suatu
indikator yang merupakan acuan pencapaian visi secara makro dalam kurun waktu
jangka menengah dan jangka pendek.
Selanjutnya untuk menjamin Pemerintah Kabupaten Karawang dapat
menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor
perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta persfektif kedepan
bidang pengelolaan keuangan daerah maka perlu dibuatkan landasan berpijak
yang komprehensif. Undang-undang 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa
Pemerintah Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat,
namun kewajiban tersebut bukan hanya merupakan tugas Pemerintah Propinsi tapi
3
juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota
serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat.
Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah
Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di
seluruh Propinsi Jawa Barat. Prioritas program tersebut terkait dengan pencapaian
Indek Pembangunan Manusia (IPM) Propinsi Jawa Barat.
Untuk pencapaian tujuan pelaksanaan Program Raksa Desa diperlukan
pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan
serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten
mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Karawang berupaya
mensinergikan Program Raksa Desa dengan strategi program untuk
dikembangkan. Adapun Pertanyaan pokok kajian ini adalah Bagaimanakah
Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa
Desa ?
Perumusan Masalah
Dalam implementasinya, perencanaan pembangunan yang dirumuskan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten Karawang Tahun 2001-2005,
bahwa pencapain target IPM secara kuantitatif mengalami peningkatan pada
seluruh indikator-indikator IPM, walaupun peningkatan pada masing-masing
indikator IPM belum memperlihatkan perkembangan yang cukup tinggi. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan selama
4
ini berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Karawang dapat dinilai belum terlaksana secara oftimal.
Dengan dasar uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pola dari kebijakan
pembangunan yang selama ini berjalan belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap optimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu program yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat atau IPM yaitu Program Raksa Desa yang telah berjalan di Kabupaten
Karawang sejak tahun 2003, selain program lain yang berbasis pemberdayaan
masyarakat baik dari pemerintah pusat maupun dari sektor lainnya. Namun pada
perjalanannya dirasa masih kurang sinergi, dimana program-program sejenis yang
begitu banyak kelihatan masih bersifat sektoral atau kurang terpadu.
Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan
pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas
atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini dimungkinkan
karena masih lemahnya koordinasi antar sektor mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Dengan pemahaman tersebut, maka pertanyaan
spesifik pertama yang diajukan dalam kajian ini adalah Bagaimanakah Strategi
Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Program Raksa Desa
untuk Mensinergikan pelaksanaan Program Raksa Desa ?
Langkah selanjutnya adalah mengungkapkan peran dan dukungan dari
dinas atau instansi terkait yang tergabung dalam Satuan Pelaksana (SATLAK)
Program Raksa Desa dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan Program Raksa
Desa baik ditinjau dari peran dan fungsinya maupun komitmen kebijakan
program. Hal ini didasarkan masih kurang oftimalnya peran dari Satlak.
5
Kabupaten yang diindikasikan dengan masih kurangnya koordinasi dan jarangnya
menyelenggarakan rapat khusus menyangkut Program Raksa Desa. Dengan
demikian maka pertanyaan spesifik kedua yang diajukan dalam kajian ini adalah
Bagaimanakah peran dan dukungan Dinas atau instansi terkait dalam menunjang
Program Raksa Desa ?
Dilain pihak kita perlu mengkaji pelaksanaan dari Program Raksa Desa di
tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok
masyarakat penerima bantuan. Hal ini tentunya akan memberikan gambaran
terhadap evaluasi pelaksanaan Program Raksa Desa ditinjau dari aspek muatan
atau hasilnya yang selama ini masih berjalan, baik dari aspek ketersediaan modal
usaha masyarakat dan penambahan infrastruktur desa yang menunjang
peningkatan daya beli, maupun peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
sehingga kita dapat mengetahui persepsi dari kelompok masyarakat penerima
bantuan. Hal ini didasari pemikiran mengingat luasnya cakupan kajian dan
keterbatasan waktu penulis. Dengan demikian pertanyaan spesifik ketiga yang
diajukan adalah Bagaimanakah persepsi yang dirasakan oleh kelompok
masyarakat penerima bantuan terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di
tingkat desa?
Selanjutnya setelah mengungkapkan kelemahan atau kendala dalam
pelaksanaan Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang, perlu
mengkaji kembali strategi atau kebijakan kedepan guna upaya perbaikan sehingga
terjadi sinergi yang yang diharapkan khususnya dalam pelaksanaan Program
Raksa Desa, sehingga pertanyaan spesifik keempat yang diajukan adalah
6
Bagaimanakah alternatif strategi yang perlu diterapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa?
Tujuan Kajian
Tujuan penulisan Kajian ini secara umum adalah untuk mengkaji dan
merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa, yang bertujuan untuk
peningkatan pembangunan Kabupaten Karawang. untuk itu, selain
mengungkapkan strategi alternatif juga dukungan dinas atau instansi terkait dalam
menunjang keberhasilan program ditinjau dari aspek peran dan fungsi serta
dukungan program.
Adapun secara khusus tujuan kajian ini adalah :
a. Mengungkapkan pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa.
b. Mengetahui dan mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas
atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa.
c. Mengungkapkan persepsi kelompok masyarakat penerima bantuan
terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat desa.
d. Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa) dalam
mensinergikan Program Raksa Desa.
7
Manfaat Kajian
Adapun manfaat dari kajian ini adalah :
a. Secara teoritis, kajian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk
memahami tentang strategi yang dilakukan untuk mensinergikan Program
Raksa Desa di Kabupaten Karawang dan memberikan wawasan atau
pengetahuan bagi pembaca yang berminat dalam bidang studi ini.
b. Secara praktis, kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan atau
informasi yang dapat dipertimbangkan khususnya oleh Pemerintah
Kabupaten Karawang dan Kabupaten lain umumnya dalam merumuskan
strategi atau kebijakan untuk mensinergikan Program Raksa Desa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah
Strategi merupakan aspek penting dalam organisasi, karena dengan strategi
akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi mengalami
keberhasilan ataupun kegagalan. Strategi merupakan sejumlah sarana atau jalur
tindakan (means) yang perlu ditemukan oleh suatu organisasi secara aktif, guna
mewujudkan sasaran organisasi. Strategi bersifat umum dan mendukung
eksistensi organisasi. Selain itu strategi juga diperlukan untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Dalam hal ini Kotten
( Salusu,1996;104) menyatakan bahwa tipe-tipe strategi adalah :
a. Corporate strategi (strategi organisasi), strategi ini berkaitan dengan
perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif strategi baru. Pembatasan
diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b. Program strategy (strategi program), strategi ini lebih memberikan
perhatian pada implikasi strategik dari suatu program tertentu.Apa kiranya
dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan,
apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
c. Resource support strategy (strategi pendukung sumberdaya), strategi
sumberdaya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan
sumberdaya esensial yang tersedia guna meningkatkan kreativitas kinerja
sumberdaya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dsb.
9
d. Institusi strategy (strategi kelembagaan), fokus strategi institusional
adalah menggambarkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan
inisiatif-inisiatif strategik.
Dilain pihak Stoner (1986;118) menyatakan bahwa ”Strategi adalah
program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana cara
melaksanakan misinya”.
Ada tiga hal penting yang secara khusus perlu diperhatikan dalam lingkup
manajemen strategis, yaitu :
1. Strateginya sendiri, yang meliputi rumusan arah organisasi, sarana untuk
mencapai hal tersebut, dan dukungan dari daya saing yang kuat.
2. Keberhasilan aplikasi strategi yang mencakup pembahasan tentang
penerapan strategi untuk memperoleh hasil paling efektif.
3. Inovasi (upaya pembaharuan) atas strategi yang ada, agar organisasi tetap
mampu memberi tanggapan pada berbagai perubahan yang ada, sehingga
strategi dapat diubah atau diperbaharui dalam aplikasinya.
Dalam pengelolaan perubahan strategi, dapat ditemukan beberapa model
strategi (Chaffee, 1985) yang digolongkan menjadi tiga pilihan pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan strategi linier, dimana pendekatan ini terpusat pada perencanaan
dengan sasaran dan uraian tentang sarana pencapaiannya sebagai hasil
pengambilan keputusn strategis. Adapun rumusannya adalah ”strategi
sebagai suatu penentu sasaran dasar jangka panjang bagi satu organisasi, dan
adopsi merupakan jalur tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mewujudkan sasaran tersebut” (Chandler, 1962).
10
b. Pendekatan strategi adaptif, berhubungan dengan pemikiran konsep
pertambahan (incrementalism). Adapun rumusannya adalah ”strategi
berkaitan dengan pengembangan satu kecocokan aktif antara peluang dan
resiko, telah ditemukan dalam lingkungan usaha, dilengkapi dengan
kemampuan organisasi dan sumberdaya yang diperlukan untuk
mengeksploitasi peluang tersebut”. (Hofer,1973).
c. Pendekatan strategi interpretif, berkaitan dengan hubungan antara organisasi
dengan lingkungannya, dimana kendalinya berada di tangan manajer yang
memegang peta kognitif tentang gambaran dunia yang diharapkan mampu
untuk menjelaskan apa organisasi dimaksud dengan melalui wajah
organisasi serta menyediakan tanggapan yang sesuai (Weick, 1983). Dalam
hal itu kultur dan nilai organisasi memegang peranan penting sebagai
motivasi manajemen. Dan keberhasilan masa lalu perlu dikembangkan lebih
lanjut sebagai jawaban atas terjadinya perubahan lingkungannya.
Untuk itulah diperlukan aspek kepemimpinan strategis, harus ikut
bertanggungjawab secara langsung dalam mengarahkan organisasi. Dia harus
paham tentang sasaran jangka panjang dan strategi yang ditetapkan, selanjutnya
perlu diaplikasikan melalui struktur organisasi yang juga dipilih oleh
kepemimpinan strategis. Selanjutnya tanggungjawab utama lainnya adalah
melakukan komunikasi kepada semua pihak.
Sebagai organisasi yang besar, Pemerintah Kabupaten Karawang yang
merupakan bagian dari pemerintahan daerah menjalankan fungsinya sebagaimana
diatur dalam pasal 2 ayat 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagai berikut :
11
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah.
Dilain pihak berdasarkan penjelasan atas Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan pula bahwa urusan yang
menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup
minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang
bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
Ini berarti bahwa pemerintah daerah diantaranya mengemban amanah
untuk melakukan dan meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan serta peran
serta masyarakat. Pemerintah daerah dituntut meningkatkan layanannya terhadap
masyarakat sehingga IPM daerah meningkat dan dapat memenuhi standar yang
ditetapkan.
Pentingnya strategi dirasakan dalam penyusunan rencana pembangunan
jangka menengah daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
kepala daerah untuk 5 tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah
dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJM daerah itu sendiri memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan
program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,
program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Adapun untuk lebih jelas hal tersebut
12
tersirat dalam pasal 151 Bab VII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagai berikut :
1. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang selanjutnya
disebut Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
berpedoman pada RPJM daerah dan bersifat indikatif.
2. Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan dalam
bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
Dengan demikian strategi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penentuan keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi Pemerintah
Kabupaten Karawang khususnya Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dalam
mensinergikan Program Raksa Desa.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kondisi hasil pembangunan
selama ini, antara lain harus disadari bahwa Bangsa Indonesia masih memiliki
kesempatan untuk keluar dari keterpurukan akibat krisis moneter dan diperlukan
visi dan misi serta komitmen yang jelas dari seluruh elemen bangsa untuk
diimplementasikan melalui strategi-strategi yang tepat. Hal tersebut perlu diawali
dengan menelusuri struktur sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
yang selama ini melembaga dengan mengedepankan pemberdayaan sebagai inti
13
pendekatan pembangunan, dimana pendekatan tersebut mendekati pada proses
demokratisasi dan penegakan HAM serta terfokus pada pembangunan berbasis
masyarakat (community based develompent).
Menurut Rothman dan Tropman dalam Isbandi (2003), secara konseptual,
sedikitnya ada lima prinsip dasar dan konsep pembangunan berbasis masyarakat
(community based development-CBD), yaitu :
1. Untuk mempertahankan eksistensinya, CBD memerlukan break-event dalam
setiap kegiatan yang dikelola.
2. Konsep CBD selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam
perencanan maupun pelaksanaan program termasuk pengawasan.
3. Dalam melaksanakan CBD, antara kegiatan pelatihan dan pembangunan
fisik merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
4. Dalam mengimplementasikan CBD harus dapat memaksimalkan
sumberdaya (resources), khususnya dalam hal dana, baik yang berasal dari
pemerintah, swasta, maupun sumber-sumber lainnya, seperti dana dari
sponsor pembangunan sosial.
5. Organisasi CBD harus lebih memfungsikan diri sebagai ”katalis” yang
menghubungkan antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan
kepentingan masyarakat yang lebih bersifat mikro.
Dalam mencapai visi pengembangan masyarakat, perlu dikembangkan
model-model yang diarahkan pada pembangunan masyarakat, dimana menurut
Jack Rothman dalam Isbandi (2003) menyusun dan merumuskan tiga model
dalam praktek pembangunan masyarakat, yaitu :
14
a. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model), model
pembangunan lokal mensyaratkan bahwa perubahan dalam masyarakat dapat
dilakukan secara oftimal bila melibatkan partisipasi aktif yang luas dari
spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam penentuan tujuan maupun
pelaksanaan tindakan perubahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah
mengembangkan kemampuan masyarakat agar dapat berfungsi secara
integratif. Strategi yang digunakan ialah mencari cara untuk dapat
memotivasi warga masyarakat agar terlibat aktif dalam proses perubahan.
Partisipasi aktif seluruh warga masyarakat dalam pembangunan itulah yang
menjadi tujuan utama proses perubahan.
b. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model), model ini menganggap
betapa penting menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan
yang terkendali untuk mencapai tujuan akhir secara rasional. Perencanaan
dilakukan dengan sadar dan rasional, dalam pelaksanaannya dilakukan
pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan yang terjadi. Sasaran atau
tujuan utama model in adalah menciptakan, menyusun, dan memberikan
bantuan baik yang bersifat materi maupun pelayanan yang berbentuk jasa
kepada masyarakat. Oleh karenanya yang ingin dikembangkan yaitu
kemampuan dan kecakapan masyarakat dalam memecahkan
permasalahannya melalui usaha yang terencana, terarah dan terkendali.
Strategi yang digunakan adalah mengumpulkan atau mengungkapkan fakta-
fakta dan data mengenai permasalahan kemudian mengambil tindakan yang
rasional dan feasible.
15
c. Model Aksi Sosial (Sosial Action Model), model ini menekankan betapa
pentingnya penanganan kelompok penduduk yang tidak beruntung secara
terorganisasi, terarah dan sistematis. Model ini bertujuan mengadakan
perubahan yang mendasar didalam lembaga utama atau kebiasaan
masyarakat. Adapun langkah yang ditempuh dengan menggerakkan
golongan masyarakat tertentu guna terlibat aktif dalam mengadakan
perubahan. Tujuannya yaitu mengubah sistem atau kebijakan pemerintah
secara langsung dalam rangka menanggulangi masalah yang mereka hadapi.
Strateginya adalah mengadakan usaha-usaha yang lebih terorganisir untuk
mencapai tujuan atau target tertentu, melalui tindakan yang lebih terorganisir
dan terarah, golongan-golongan tersebut mampu memperoleh kekuatan dan
tujuan yang diinginkan.
Selanjutnya prinsip kesetaraan bagi para stakeholder merupakan sebuah
kunci keberhasilan dalam membangun kemitraan. Akan tetapi menurut kenyataan
di lapangan, masyarakat lokal sebagai stakeholder berada pada posisi paling
lemah sehingga diperlukan pemberdayaan. Pemberdayaan mengandung makna
”membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian dan
pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi
untuk menentukan masa depan warga komunitas. Oleh karenanya pemberdayaan
menjadi tujuan pengembangan masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan
mengandung tiga komponen penting yaitu power sharing, partisipasi dan
keberlanjutan.
16
Langkah awal dari pemberdayaan masyarakat adalah pencerahan.
Pencerahan masyarakat merupakan buah dari upaya-upaya pelayanan publik yang
difasilitasi oleh pemerintah sebagaimana gambaran berikut :
Gambar 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Merujuk uraian di atas, posisi masyarakat sebagai subjek bukan objek dari
program pembangunan sehingga diharapkan dengan pemberdayaan tercipta
kedirian dan peran serta atau partisipasi masyarakat menjadi meningkat.
Melalui proses pendampingan diharapkan akan dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat lokal, sehingga pada saatnya nanti mereka akan dapat
memiliki peran yang sebanding dengan stakeholder lainnya. Menurut Bina Desa
(1998) ciri-ciri masyarakat kuat adalah : (1) Kedirian, tidak mudah dipengaruhi.
(2) Kritis dalam menghadapi persoalan. (3) Teguh dan konsisten dalam
menjalankan cita-cita komunitas. (4) Solidaritas dan kesetiakawanan. (5)
Kemadirian. (6) Gender persfektif. (7) Kemampuan dalam mengelola sumberdaya
alam. (8) Kooperatif (9) Replikatif (10) Non eksklusif.
Untuk menuju masyarakat lokal yang kuat ada beberapa upaya atau
langkah-langkah strategis dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
melalui kegiatan pendampingan, diantaranya adalah :
a. Pembentukan dan pengorganisasian sistem kelembagaan, kegiatan ini
diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok dampingan, melalui
mekanisme kelompok akan dibangun konsensus-konsensus atau komitmen
Masyarakat
Pencerahan
Pemberdayaan
Partisipasi
17
bersama untuk menyelesaikan persoalan komunitas. Antar kelompok juga
akan membentuk jaringan kerjasama baik dibidang kegiatan usaha produktif,
sharing pengetahuan dan pengalaman, informasi dan yang lebih penting
adalah dalam rangka me nghimpun kekuatan bersama sehingga mereka
memiliki daya tawar (bargaining position) yang lebih kuat.
b. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan melalui
kegiatan pelatihan, belajar bersama, diskusi kelompok, diklat, magang, study
banding, seminar dll.
c. Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif, kegiatan usaha
produktif diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang
berarti penguatan masyarakat dibidang ekonomi. Jenis kegiatannya bisa
mengembangkan usaha produktif yang sudah ada atau membuka bidang
usaha yang baru.
d. Mengembangkan sistem informasi kampung, nilai-nilai strategis yang
sesungguhnya dari mengembangkan sistem informasi kampung adalah
penguatan masyarakat lokal dibidang informasi. Sistem informasi ini sangat
membantu masyarakat lokal dalam pembentukan jaringan antar lembaga
atau kelompok yang telah terorganisir melalui kegiatan pendampingan
masyarakat. Sistem informasi yang dikembangkan juga akan menjadikan
masyarakat lokal mampu mengakses informasi ke dunia luar. Kekuatan
masyarakat lokal dalam mengakses informasi dapat mempengaruhi seluruh
aktifitas mereka yang pada akhirnya akan bermuara pada sustainable
tidaknya komunitas mereka.
18
Selanjutnya Desa menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal
1, butir 12 adalah :
”Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diatur dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Sedangkan dalam pasal 206, desa mempunyai kewenangan antara lain
mencakup :
1. Urusan pemerintahan yang sudah ada dan berdasarkan hak asal usul desa.
2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan atau
pemerintah Kabupaten/Kota.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh perundang-undangan diserahkan
kepada desa.
2.3. Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa
Perubahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disamping karena adanya
perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 juga
memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan Keputusan MPR, seperti Ketetapan
MPR Nomor: IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah, dan Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002
19
tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK dan
Mahkamah Agung dan pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: 5/MPR/2003 tentang Penugasan kepada MPR-RI
untuk menyampaikan Saran Atas Laporan Pelaksanaan Keputusan MPR-RI oleh
Presiden, DPR, BPK, dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003.
Sejalan dengan amanat Tap MPR tersebut serta adanya perkembangan
dalam peraturan perundang-undangan dibidang Keuangan Negara yaitu Undang-
undang Nomor 17 tahun 2003 tantang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara serta Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem
pengelolaan keuangan negara.
Di dalam Undang-undang mengenai Keuangan negara, terdapat penegasan
dibidang pengelolaan keuangan yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan
negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan
pengelolaan keuangan negara dari Presiden sebagian diserahkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan
pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Gubernur/Bupati/Walikota
bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari
kekuasaan Pemerintahan Daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan
20
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah ataupun penyusunan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah melekat dengan pengaturan pemerintahan daerah sebagaimana
diamanatkan pada pasal 194 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Sejalan dengan dinamika perubahan pengelolaan keuangan daerah baik
mekanisme dan prosedurnya sebagaimana diuraikan di atas, maka prinsip utama
yang perlu ditekankan dalam perbaikan konsepsi pengelolaan keuangan daerah ke
depan adalah mendudukan kembali makna dari prinsip pengelolaan keuangan atau
anggaran publik yaitu ”apa yang menjadi kewajiban dari masyarakat (pajak atau
retribusi dan aspek pembebanan lainnya) akan menjadi hak bagi pemerintah, dan
apa yang menjadi kewajiban pemerintah (pelayanan umum dan kesejahteraan
masyarakat) akan menjadi hak bagi masyarakat”. Jadi dengan prinsip ”dari rakyat
untuk rakyat” akan menjadi spirit hidup atau jiwa dari semua kebijakan
pengelolaan keuangan publik yang ditopang oleh akuntabilitas, transparansi, dan
profesionalisme yang menjadi dasar bagi keberhasilan pengelolaan keuangan atau
anggaran daerah yang tentunya hal tersebut akan mendukung citra dan
kredibilitas pemerintahan daerah dimata masyarakatnya.
Pada hakekatnya pemberian kekuasaan di bidang pengelolaan keuangan
daerah merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan cita-cita
pelaksanaan otonomi daerah. Untuk menjamin pemerintahan daerah dapat
menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor
perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta perspektif ke
depan dibidang pengelolaan keuangan daerah, maka perlu dibuatkan landasan
21
berpijak yang komprehensif dengan memperhatikan permasalahan keuangan
secara umum serta praktek-praktek permasalahan pengelolaan keuangan daerah
yang terjadi. Pemahaman dan implementasi atas permasalahan lingkup
pengelolaan keuangan daerah akan menjadi dasar dalam menetapkan arah
kebijakan dan strategi pelaksanaan selanjutnya.
Prioritas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang
menjadi prioritas adalah peningkatan peran pemerintah dalam penghormatan dan
perlindungan hak-hak dasar masyarakat miskin, pemantapan dan penajaman
berbagai upaya pemenuhan hak-hak dasar khususnya melalui program penciptaan
lapangan kerja dan usaha, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan serta
pemenuhan kebutuhan pangan, pengembangan sistem informasi manajemen,
memperkuat sistem monitoring dan evaluasi serta asistensi kepada pemerintah
daerah dalam penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan hak dasar rakyat
merupakan keharusan untuk dilaksanakan.
Secara nasional arah kebijakan penanggulangan kemiskinan tahun 2006
diarahkan pada berbagai regulasi dan pengembangan program yang memiliki
dampak luas terhadap penghormatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan tindak kekerasan serta partisipasi
dalam kehidupan sosial politik. Selain itu untuk mendukung pemenuhan hak-hak
dasar rakyat miskin secara bertahap, kebijakan penanggulangan kemiskinan
diarahkan pada perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, dan pengembangan
wilayah melalui percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan,
percepatan kawasan pesisir, dan pembangunan kawasan tertinggal.
22
Sejalan dengan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan, maka perlu
menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Oleh karenanya
pemerintah berupaya untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi dengan
agenda utamanya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang profesional,
partisipatif, berkepastian hukum, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas,
bersih dan bebas KKN, peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan
aspirasi masyarakat. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan
penyelenggaraan negara diantaranya diarahkan untuk meningkatkan keberdayaan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan melalui (1) Peningkatan
kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan
pelayanan unggulan. (2) Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat
mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
mengawasi jalannya pemerintahan. (3). Peningkatan transparansi, partisipasi dan
mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pembangunan adalah usaha yang
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan guna meningkatkan kondisi
yang lebih baik, terwujudnya kehidupan masyarakat yang berdaulat, mandiri,
memiliki daya saing, berkeadilan, sejahtera, maju serta memiliki kekuatan moral
dan etika yang baik. Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Barat di masa yang akan
datang tidak terlepas dari tuntutan dan tantangan yang diartikulasikan kedalam
visi dan misi serta strategi Jawa Barat yang akseleratif tahun 2003-2008.
Dalam rangka mewujudkan visi ”Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010”, perlu dilakukan
upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan
23
daerah yang efektif dan efisien. Pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu
pada pembangunan manusia merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi
yang sudah ditetapkan. Pembangunan manusia adalah pembangunan yang
berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari
pembangunan bukan sebagai alat pembangunan.
Dalam Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat 2003-2010 dinyatakan
bahwa indikator pencapaian visi Jawa Barat adalah Indeks Pembangunan Manusia
yang pada tahun 2010 diharapkan mencapai nilai 80. Pengertiannya adalah Jawa
Barat pada tahun 2010 dapat mensejajarkan kualitas pembangunan manusianya
pada kelompok daerah kategori sejahtera.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 mengamanatkan bahwa Pemerintah
Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat. Pada dasarnya
kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat bukan hanya merupakan tugas
Pemerintah Propinsi, namun juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat.
Dengan kata lain semua stakeholder pembangunan harus bersama-sama dan
bersinergis memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat.
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan tugas yang ringan, apalagi
bilamana terjadi kendala atau hambatan dalam teknis pelaksanaannya seperti
belum stabilnya faktor keamanan, belum pulihnya kondisi perekonomian nasional,
dan faktor lainnya. Dengan mencermati hal-hal tersebut maka perlu dilakukan
upaya terobosan yang tepat untuk mempercepat pencapaian sasaran melalui
aktifitas pembangunan yang efektif dan efisien yang terintegrasi dan
terkonsentrasi di desa. Sesuai Arah Kebijakan Umum (AKU) APBD Propinsi
24
Jawa Barat tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2001,
Pemerintah Propinsi dapat memberikan tugas pembantuan kepada Desa dan
menetapkan kebijakan untuk mengarahkan pembangunan berbasis IPM ke desa
melalui program yang disebut Program Raksa Desa. Dengan asumsi jika IPM desa
meningkat maka akan meningkatkan IPM Kecamatan, dan jika IPM Kecamatan
meningkat maka akan meningkatkan IPM Kabupaten . Selanjutnya dengan
meningkatnya IPM Kabupaten maka akan meningkatkan IPM Propinsi Jawa
Barat.
2.4. Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa
2.4.1. Maksud dan Tujuan Program Raksa Desa
Pemerintah Propinsi Jawa Barat meluncurkan Program Raksa Desa dengan
maksud untuk mempercepat pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat
desa dengan memberdayakan pemerintah dan masyarakat desa melalui
pendayagunaan sumberdaya lokal secara mandiri dan sumberdaya pembangunan
secara oftimal. Sedangkan tujuan Program Raksa Desa itu sendiri yaitu :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur desa.
b. Meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, melalui penyediaan
permodalan bagi kelompok usaha ekonomi masyarakat.
c. Meningkatkan kinerja aparat kecamatan, desa atau kelurahan.
d. Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan antar wilayah di Jawa
Barat.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar.
f. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat.
25
g. Memformulasikan kegiatan guna meningkatkan senergitas program-
program Pemerintah Propinsi maupun kabupaten/Kota yang terkoordinasi
di lokasi Program Raksa Desa.
2.4.2. Strategi dan Pendekatan
Sebagaimana kita ketahui bahwa desa memiliki posisi terdepan dalam
struktur pemerintahan di Indonesia. Dalam hal ini desa mempunyai basis yang
kuat dan mendasar baik dalam rangka otonomi maupun pembangunan. Desa
juga dapat dikatakan sebagai agen pembangunan dan agen demokrasi dalam
pembangunan sistem demokrasi di Indonesia.
Dengan posisi tersebut, upaya memerankan desa melalui implementasi
tugas pembantuan merupakan bentuk artikulasi paradigma perencanaan
pembangunan yang mengedepankan pendekatan partisifatif. Dengan
perencanaan partisipatif ini diharapkan terlaksana pembangunan yang sinergis,
efisien dan efektif serta meningkatnya iklim demokrasi kepemerintahan dan
pembangunan.
Adapun strategi yang digunakan dalam Program Raksa Desa adalah :
a. Mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa dan swadaya gotong
royong masyarakat, partisipasi masyarakat serta transparansi.
b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan organisasi yang berakar pada
masyarakat desa.
c. Membangun sinergi berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di
desa dalam kontek kewilayahan.
26
d. Mendorong tumbuhnya kesalehan sosial dengan wujud kesetiakawanan
sosial dalam konteks pembangunan desa.
e. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga masyarakat (BPD dan LPM)
terutama dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap pelaksanaan
program-program pembangunan desa.
Sedangkan pendekatan yang dilgunakan dalam pelaksanaan program
Raksa Desa adalah :
a. Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (Comunity Based
Development).
b. Bottom up planning yaitu perencanaan dari bawah artinya perencanaan
untuk menentukan prioritas kegiatan yang dilakukan melalui mekanisme
musyawarah perencanaan pembangunan.
c. Pemberiaan kredit permodalan lebih diarahkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat yang memiliki usaha dalam sektor informal, mikro
dan usaha kecil.
d. Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan diarahkan pada pembangunan
infrastruktur yang dapat mengungkit secara signifikan pada tingkat
ekonomi masyarakat serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan dasar kesehatan, pendidikan serta sumberdaya ekonomi.
Dalam hal ini strategi ke depan (exit strategy). Program Raksa Desa
perlu dipersiapkan guna keberlanjutan program. Sedangkan kalau kita kaji maka
sasaran Program Raksa Desa antara lain adalah :
a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur perdesaan.
b. Meningkatnya perekonomian masyarakat perdesaan.
27
c. Meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masyarakat
perdesaan.
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu
hamil dan menyusui.
2.4.3. Komponen Kegiatan Program Raksa Desa
Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah
Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari
Pemerintah Propinsi kepada Pemerintah Desa. Menurut pasal 206 huruf C dan
pasal 207 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 : tugas pembantuan dari
pemerintah, Pemerintah propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota disertai
dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia.
Tugas pembantuan pada dasarnya meliputi aspek sebagai berikut :
a. Merupakan kewenangan pemberi tugas, dalam hal ni Pemerintah Propinsi
Jawa Barat.
b. Penerima tugas dapat menolak sebagian atau seluruhnya, bila pemberian
tugas pembantuan tersebut tidak disertai pembiayaan, sarana atau
prasarana serta sumberdaya manusia.
c. Penerima tugas (Desa) harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada pemberi tugas (Pemerintah Propinsi Jawa Barat).
Tugas pembantuan kepada desa ini diharapkan dapat membantu
pemerintah dan masyarakat desa dalam mengatasi permasalahan yang ada di
desa, diantaranya :
28
1. Prasarana fisik atau infrastruktur perdesaan (jalan, jembatan, irigasi dll,
yang menunjang perekonomian pedesaan).
2. Perekonomian desa (permodalan, teknologi dan pemasaran).
3. Pendidikan (penurunan angka drop out dan pemberantasan buta aksara).
4. Kesehatan (penanggulangan ibu hamil atau ibu bersalin beresiko tnggi dan
komplikasi kebidanan serta bayi baru lahir).
Program Raksa Desa ini diarahkan pada sasaran dan kegiatan yang
sesuai dengan karakteristik dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing
desa. Prioritasnya adalah segala kegiatan yang terkait dengan pencapaian IPM
Jawa Barat yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Adapun besarnya dana bantuan Program Raksa Desa yang berkaitan
dengan bidang peningkatan daya beli masyarakat sebesar Rp. 100.000.000,- tiap
desa, dengan proporsi 60 persen untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan
40 persen untuk kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana
dasar pedesaan.
2.4.4. Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa
Desa-desa di Jawa Barat memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
secara garis besar desa-desa di Jawa Barat dapat diklasifikasikan menjadi desa
di daerah perkotaan dan desa di daerah pedesaan. Secara umum daerah pedesaan
bercirikan struktur kegiatan penduduk berbasis agraris, kepadatan penduduk
rendah, dan cara hidup maupun pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan
sumberdaya alam, tempat tinggal penduduk berkelompok, tersebar, potensi
29
tenaga kerja dengan tingkat pendidikan baik agak langka serta mempunyai
sistem organisasi sederhana dengan kegiatan subsistem atau primer.
Bantuan Program Raksa Desa pada dasarnya diarahkan untuk semua
desa di Jawa Barat, namun dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
setiap tahun sampai semua desa menerima. Desa-desa yang diprioritaskan
menerima bantuan Program Raksa Desa adalah desa-desa dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Desa-desa terpilih dalam satu wilayah kecamatan dan atau antar kecamatan
yang diupayakan satu hamparan.
b. Desa yang memiliki banyak jumlah rumah tangga berstatus Pra sejahtera
dan sejahtera 1.
c. Desa rawan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Desa rawan infrastruktur jalan.
e. Desa rawan listrik, yang ditentukan oleh proporsi rumah tangga yang
berlangganan listrik kurang dari 50 persen.
2.4.5. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian
Tugas pembantuan kepada desa berupa Program Raksa Desa
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Kebijakan dan Program Raksa Desa ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi
b. Dana Program Raksa Desa bersifat specifik grant dari Pemerintah Propinsi
dan disalurkan langsung kepada desa.
30
c. Tenaga pendamping yaitu berperan sebagai fasilitator kecamatan
ditetapkan dan didanai oleh Pemerintah propinsi melalui SATLAK
Kabupaten/Kota.
d. Penentuan jenis kegiatan serta pelaksanaannya diselenggarakan oleh Desa
dengan membentuk kelompok kerja sesuai dengan garis kebijakan
Propinsi Jawa Barat serta memperhatikan aspirasi masyarakat desa. Secara
teknis diusulkan bertahap oleh desa kepada SATLAK Kecamataan
selanjutnya ke Bupati atau Walikota melalui SATLAK Kabupaten/Kota
untuk memperoleh pengesahan.
e. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh desa dan disampaikan
secara berjenjang dan atau langsung kepada SATLAK Propinsi Jawa
Barat.
f. Pemantauan kegiatan dilakukan oleh SATLAK Propinsi bekerjasama
dengan SATLAK Kabupaten/Kota yang secara operasional dikendalikan
dan dikordinasikan oleh Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota.
g. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis
maupun administratif, transparan dan partisipatif.
h. Hasil kegiatan harus dapat dilestarikan dan dikembangkan baik oleh
Pemerintah Desa maupun masyarakat.
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan Program Raksa
Desa dibentuk Satuan Pelaksana (SATLAK) pada setiap tingkatan
pemerintahan, yaitu :
1. SATLAK Propinsi, ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat dimana Wakil
Gubernur selaku penanggungjawab Program Raksa Desa. SATLAK
31
Propinsi diketuai oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah
Propinsi Jawa Barat dengan beranggotakan unsur dinas terkait.
2. SATLAK Kabupaten/Kota dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati atau
Walikota, terdiri dari Ketua SATLAK Kabupaten/Kota dengan
beranggotakan unsur dinas terkait. Tugas dan tanggung jawab SATLAK
Kabupaten/Kota adalah melakukan pembinaan dan perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan perkembangan kegiatan.
3. SATLAK kecamatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota atas usulan Camat. SATLAK Kecamatan terdiri dari Camat
selaku Ketua SATLAK Kecamatan dengan beranggotakan unsur teknis
terkait dengan kegiatan program yang dilaksanakan di desa dan dalam
pelaksanaannya di bantu oleh seorang Tenaga Pendamping Program Raksa
Desa.
4. SATLAK Desa, dibentuk oleh Camat berdasarkan usulan Kepala Desa.
SATLAK Desa terdiri dari Kepala Desa selaku Ketua SATLAK Desa,
Pemegang Kas atau pengelola administrasi keuangan serta sekretaris.
Dilengkapi dengan Bidang Ekonomi, Bidang Fisik/infrastruktur Desa,
Bidang Pendidikan dan Bidang kesehatan.
2.5. Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM
Dewasa ini untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan
manusia, UNDP atau The United Nations Development Program mengembangkan
suatu indeks komposit yang memasukan unsur keberhasilan pembangunan
32
ekonomi dan keberhasilan sosial yang selanjutnya disebut Indeks Pembangunan
Manusia.
UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk
ditempatkan sebagai tujuan terakhir (the ultimed end), sedangkan upaya
pembangunan dipandang sebagai sarana ( principal means) untuk mencapai tujuan
itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok
yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan
pemberdayaan. (UNDP, 1995 : 12). Dalam hal ini menurut UNDP, hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik
sedangkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia terbukti
tidak bersifat otomatis.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu alat ukur sederhana
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. IPM
merupakan angka rata-rata dari indeks pendidikan, indeks kesehatan, dan indeks
kemampuan daya beli masyarakat. IPM merupakan indeks komposit yang paling
banyak digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur taraf kualitas fisik
penduduk.
Dalam hal ini, IPM akan berkaitan dengan dimensi-dimensi yang memiliki
ukuran, yaitu :
a. Dimensi ekonomi, perwujudannya adalah ”kehidupan yang layak” yang
diukur dengan indikator pengeluaran perkapita riil, secara ringkas dapat
dirumuskan sebagai tingkat daya beli masyarakat berkaitan dengan tingkat
income perkapita.
33
b. Dimensi Sosial, meliputi aspek-aspek kualitas sumber daya manusia
berkaitan dengan tingkat pengetahuan dengan indikator Angka Melek Huruf
(AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta tingkat kesehatan dengan
indikator adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Dimensi, indikator dan
indeks dimensi untuk IPM dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM
Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status
pembangunan manusia suatu wilayah kabupaten menjadi 4 golongan yaitu rendah
kurang dari 50, menengah bawah antara 50-66, menengah atas antara 66-80, dan
tinggi mulai 80 ke atas
Dalam merumuskan kebijakan pembangunan, perlu diperhatikan tingkat
pencapaian setiap tahun. Karena itu kajian tentang pencapaian upaya
pembangunan manusia perlu dilakukan dalam suatu periode tertentu, yang
Umur Panjang dan sehat
Pengetahuan Kehidupan yang layak
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Pengeluaran Perkapita riil yg
disesuaikan
Indeks Kesehatan
Indeks Pendidikan
Indeks Pendapatan
Angka Melek Huruf
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
• Dimensi :
• Indikator :
• Indeks Dimensi :
34
memberi kesempatan untuk mengkaji dampak dari program bagi peningkatan
kapasitas dasar penduduk. Tingkat pencapaian setiap tahun menuju status
pembangunan manusia yang ideal (reduction in shortfall) yang telah dihasilkan
pada suatu periode merupakan validasi bagi kebijakan pembangunan yang telah
diputuskan pada periode tersebut.
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pembangunan merupakan suatu proses untuk melakukan perubahan yang
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pembangunan juga bermakna
pembebasan dari kebodohan dan kemiskinan, dengan demikian diperlukan suatu
strategi yaitu mulai dari visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan yang
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mewujudkan kesejahteraan
masyarakat bukan tugas yang ringan apalagi jika terdapat kendala dan hambatan
dalam teknis pelaksanaan pembangunan itu sendiri seperti faktor keamanan belum
kondusif dan perekonomian nasional yang belum stabil.
Pembangunan harus terintegrasi dan dikonsentrasikan di desa. Dalam
mewujudkan visi ”Akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna
mendukung pencapaian Visi Jawa Barat 2010”, yaitu IPM 80 perlu dilakukan
upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan
daerah yang efektif dan efisien. Pemerintah Propinsi Jawa Barat menyadari bahwa
pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu pada pembangunan manusia
merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan.
Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah
Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari
Pemerintah Propinsi Jawa Barat kepada pemerintah desa. Prioritasnya adalah
segala kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian IPM Jawa Barat yang
meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli. Untuk pencapaian tujuan dari
Program Raksa Desa diperlukan keberadaan Pemerintah Daerah yang kapabel,
35
mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung keberhasilan program dan
disamping itu melakukan fasilitasi, pembinaaan dan pengawasan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Hal lain diperlukannya strategi yang tepat dalam pengelolaan program
oleh Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dengan mensinergikan berbagai
program terkait dengan pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor sehingga
terjadi keterpaduan yang pada akhirnya menunjang keberhasilan Program Raksa
Desa.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan langkah-langkah
perbaikan baik menyangkut koordinasi antar Satlak, antar sektor maupun kegiatan
pembinaan yang berkesinambungan.
Dalam kajian ini akan mengkaji pelaksanaan strategi untuk mensinergikan
Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa)
untuk diadakan penelaahan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala atau
kelemahan dalam pelaksanaannya. Penulis tidak menguraikan secara
komprehensif tentang pelaksanaan dan dampak Program Raksa Desa terhadap
masyarakat sekitar, mengingat keterbatasan waktu dan pembatasan permasalahan.
Dari uraian tersebut diatas maka kerangka pemikiran kajian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
36
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
3.2. Metode Kajian
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode
campuran antara kualitatif dengan kuantitatif. Dalam hal ini analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengkaji strategi Pemerintah
Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk mensinergikan
Program Raksa Desa.
Untuk mengukur pendapat atau persepsi responden dalam hal pelaksanaan
Program Raksa Desa maka dipergunakan angket atau kuisioner. Dalam kuisioner,
Strategi Pemda
Program Raksa Desa
Komitmen Pemda
Peran &Dukungan Instansi Terkait
( program & anggaran)
Pelatihan Pendampingan
Bantuan Modal Usaha Ekonomi
Infrastruktur Desa
Bidang Kesehatan
Bidang Pendidikan
Ketersediaan modal dan
Kemandirian
Perkembangan Prasarana Desa
Peningkatan Pelayanan Pendidikan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
(Peningkatan IPM)
feedback
37
setiap pertanyaan/pernyataan diberi lima alternatif penilaian. Penggunaan lima
alternatif penilaian ini sesuai dengan skala Likert.
Menurut Sugiyono (1994 : 74-75) menyatakan bahwa ”Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial, ini telah ditetapkan secara specifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian”. Penelitian
dengan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat
negatif dengan penilaian atau penskoran sebagai berikut :
Keterangan Simbol Bobot
Sangat Setuju
Setuju
Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
(SS)
(S)
(N)
(TS)
(STS)
5
4
3
2
1
Untuk menginterprestasikan data yang diperoleh melalui angket,
digunakan interprestasi data kuantitatif ke dalam data kualitatif dari masing-
masing indikator yang dikembangkan dalam butir-butir pernyataan yang telah
disusun sesuai dengan interprestasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1994 : 74)
sebagai berikut :
a. Jumlah prosentase 0-20 persen masuk kategori jawaban sangat tidak
setuju.
b. Jumlah prosentase 21-40 persen masuk kategori jawaban tidak setuju.
c. Jumlah prosentase 41-60 persen masuk kategori jawaban netral atau ragu.
d. Jumlah prosentase 61-80 persen masuk kategori jawaban setuju.
e. Jumlah prosentase 80-100 persen masuk kategori jawaban sangat setuju.
38
Selanjutnya menggunakan analisis SWOT, SPACE matrik dan QSPM
guna menentukan alternatif-alternatif strategi yang layak dari paduan faktor-faktor
penting dari lingkungan internal dan eksternal Satlak Program Raksa Desa,
kemudian dilakukan analisis strategi guna memilih strategi yang layak untuk
diterapkan.
3.3. Lokasi dan Waktu Kajian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat,
pengumpulan dan pengolahan data dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari
Bulan September 2006 sampai dengan Bulan Desember 2006.
3.4. Sasaran Kajian
Sasaran kajian adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk
mensinergikan Program Raksa Desa, berupa pelaksanaan Satlak kabupaten,
kecamatan, desa dan kelompok masyarakat penerima bantuan. Adapun aspek yang
dikaji mencakup komitmen dan koordinasi yang dilakukan oleh Dinas atau
Instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa dalam menunjang
keberhasilan program. Selanjutnya mengkaji dan menguraikan peran dan fungsi
serta dukungan dari dinas atau instansi terkait dalam menunjang pelaksanaan
Program Raksa Desa. Dilain pihak mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa
Desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan di desa, dan
mengungkapkan faktor internal dan eksternal Satlak Rakdes guna merumuskan
alternatif strategi yang layak untuk diterapkan.
39
3.5 Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang dipergunakan dalam kajian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan mempergunakan
kuisioner dan wawancara. Informasi yang dikumpulkan dari responden meliputi
pelaksanaan koordinasi dan komitmen para Kepala Dinas atua Instansi terkait
yang tergabung dalam SATLAK Program Raksa Desa tingkat Kabupaten
Karawang, Satlak kecamatan, dan Satlak desa, serta ketua kelompok masyarakat
penerima bantuan. Dalam hal ini masyarakat sekitar tidak dijadikan responden
mengingat luasnya cakupan kajian dan pembatasan masalah serta keterbatasan
waktu penulis.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Bagian Pemerintahan, BPS,
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial (BPMS), Bapeda, Dinas Pendidikan,
serta Dinas kesehatan Kabupaten Karawang meliputi jumlah desa lokasi Raksa
Desa,perkembangan IPM, APBD Kabupaten Karawang, dukungan program dan
anggran dari dinas atau instansi, prasaranan fisik Rakdes, jumlah dan prosentase
buta aksara, jumlah tenaga medis, jumlah penanganan kasus pelayanan kesehatan
dari program Rakdes, realisasi kegiatan Rakdes,prasarana kesehatan dan
pendidikan serta penambahan prasarana desa.
Dalam hal ini penentuan sampel dilakukan dengan cara :
a. Untuk Satuan Pelaksana (Satlak) Program Raksa Desa Kabupaten Karawang
berjumlah 15 Responden, terdiri atas Kepala BPMS, Kepala Dinas
Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Koperasi, Kepala Dinas
Binamarga dan Ciptakarya, Kepala Bagian Pemerintahan, Kepala Bagian
Pengendalian Program, Kepala Bapeda serta unsur staf pelaksana.
40
b. Dalam menentukan ukuran sampel dari Satlak Kecamatan, Satlak Desa, dan
Kelompok masyarakat maka penelitian ini menggunakan rumus Slovin
(Sevila at all 1993:161) yaitu sebagai berikut :
n = N Keterangan :
1 + N e² n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian yg dinginkan) yaitu 10 %
Dengan demikian didapat distribusi sampel sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa dan Masyarakat
No Lokasi dan
lingkup kegiatan Uraian
Jumlah
Populasi
Nilai yang
diperoleh
Jumlah
Sampel Ket
1 Satlak Kecamatan 24 Kec x 7 Org 168 6,75 7 n1
2 Satlak Desa 202 Desa x 7 Org 1414 56,80 57 n²
3
Ketua Kelompok
Masyarakat
Penerima Bantuan
202 Desa x 4 Org 808 32,45 32 n³
Jumlah 2390 96,00 96 -
3.6. Metode Perancangan Program
Sesuai dengan tujuan kajian, hasil dari kajian ini diharapkan adanya
rancangan program atau strategi untuk mensinergikan Program Raksa Desa.
Dalam kajian ini menggunakan metode analisis SWOT (strength, weaknesses,
oportunity, threats).
41
Adapun paduan lingkungan internal berupa kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan Satlak Program Raksa Desa sebagai berikut :
Kekuatan-kekuatan : Kelemahan-kelemahan :
1. Adanya komitmen Pemda 1. Kurang komitmen pejabat
2. Legalitas kewenangan Satlak 2. Sinergitas program blm oftimal
3. Dukungan BOP 3. Kurang koordinasi antar Satlak
4. Dukungan Dinas atau instansi 4. Jarang melaksanakan rakor
5. PTO dan Juknis 5. Kemampuan SDM aparat relatif
6. Kesanggupan pemerintah desa
Sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman pada Satlak
Program Raksa Desa adalah :
Peluang : Ancaman :
1. Terdapat pendamping 1. Persepsi thd bantuan pemerintah
2. Peningkatan peran masy desa 2. Kecemburuan yang blm dibantu
3. Tersedia modal usaha 3. Masih terjadi penyelewengan
4. Meningkat pelayanan kesehatan 4.Timbul kemacetan modal usaha
dan pendidikan. 5. Keterlambatan realisasi program
5. Bertambahnya infrastruktur desa.
6. Dapat dibentuk Bumdes.
Dari paduan lingkungan Internal dan Eksternal dalam SWOT kemudian
dilakukan analisis strategi dengan menggunakan Matrik IE untuk menentukan
alternatif strategi yang dapat dikembangkan, kemudian penentuan strategi melalui
SPACE matrik, dan metode QSPM untuk dapat menentukan alternatif-alternatif
strategi yang layak yang dihasilkan dari penentuan nilai daya tarik tertinggi.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau
Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu
Kabupaten Subang, Indramayu dan Cirebon. Kabupaten Karawang memiliki luas
wilayah 1.753,27 Km persegi atau 175.327 ha, dengan skala perbandingan dengan
luas Propinsi Jawa Barat 3,73 persen serta memiliki laut seluas 4 mil x 57 Km.
Sumber : Bapeda Kab. Karawang, 2006
Gambar 4. Peta Karawang
Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107002 - 1070 40 BT
dan 50 56 – 60 34 LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, mempunyai
variasi kemiringan wilayah antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut dengan
kemiringan wilayah 0-2 persen, 2-15 persen, 15-40 persen dan diatas 40 persen
dengan suhu rata-rata 270 C.
U
43
Secara administratif Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Ø Di sebelah Utara : Batas laut jawa.
Ø Di sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang.
Ø Di sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta.
Ø Di sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Bogor & Cianjur.
Ø Di sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.
Wilayah Kabupaten Karawang terdiri dari dataran dan pantai serta
sebagian perbukitan dan pegunungan, kondisi ini memberikan kontribusi yang
sangat besar, yaitu melimpahnya sumber daya alam berupa; potensi laut dengan
ikan tangkapannya yang saat ini masih relatif kecil, sekitar 41.090,1 ton per tahun,
minyak bumi dan gas serta hutan bakau sesuai kewenangan yang dimiliki oleh
daerah sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang pengelolaan 4 mil
laut, wisata pantai seperti Pantai Tanjungbaru, Pantai Pisangan dan Pakisjaya,
lahan pertanian yang luas menghampar seluas 102.467 Ha. yang terdiri dari lahan
teknis, marginal atau perladangan dan tadah hujan yang mampu memproduksi
beras sebanyak rata-rata 1.091.384,60 ton Gabah Kering Pungut (GKP) dan
memberikan kontribusi ke 3 (tiga) propinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan
Banten sebanyak 10,44 persen serta perkebunan dan kawasan hutan yang berada
di bagian selatan.
44
4.2. Kondisi Pemerintahan Daerah
Aspek ini akan berkaitan dengan kondisi yang mempengaruhi aspek-aspek
politik menyangkut proses penetapan kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsi
serta kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah. Aspek tersebut akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kelembagaan dan Wilayah Administrasi Pemerintahan
Implementasi otonomi daerah di Kabupaten Karawang diawali dengan
ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 tentang kewenangan
Pemerintah Kabupaten Karawang. yang berisi 25 bidang kewenangan yakni 11
kewenangan wajib dan 14 kewenangan lainnya.
Untuk melaksanakan kewenangan tersebut dibentuk lembaga-lembaga
daerah melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Lembaga Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah. Sesuai dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2004 yang diarahkan pada organisasi pemerintah daerah yang efektif dan
efisien yang terdiri dari 3 badan daerah, 2 kantor daerah dan 14 dinas daerah serta
Sekretariat DPRD dan Sekretariat Daerah.
Secara administratif, Pemerintah Kabupaten Karawang memiliki 30
kecamatan hasil dari pemekaran wilayah tahun 2005 dengan 12 kelurahan dan 297
desa, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
45
Tabel 2. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Karawang
No Nama Kecamatan Jumlah Desa/
Kelurahan No
Nama Kecamatan
Jumlah Desa/
Kelurahan 1. Karawang Barat 8 16. Jayakerta 8 2. Karawang Timur 8 17. Kutawaluya 10 3. Telukjambe Barat 10 18. Cilamaya Kulon 12 4. Telukjambe Timur 9 19. Cilamaya Wetan 12 5. Pangkalan 8 20. Cikampek 10 6. Tegalwaru 9 21. Tirtamulya 10 7. Klari 13 22. Jatisari 14 8. Ciampel 7 23. Banyusari 12 9. Rengasdengklok 9 24. Kotabaru 9
10. Batujaya 10 25. Purwasari 8 11. Pakisjaya 8 26. Telagasari 14 12. Tirtajaya 11 27. Rawamerta 13 13. Cibuaya 11 28. Lemahabang 11 14. Pedes 12 29. Tempuran 14 15. Cilebar 10 30. Majalaya 7
Sumber : Bag. Pemerintahan Setda Karawang, 2006
Pembagian wilayah administratif terbagi atas 3 kawasan yaitu :
a. Kawasan Utara
Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Pakisjaya, Cibuaya, Batujaya,
Kutawaluya, Pedes, Tirtajaya, Jayakerta, Tempuran, Cilamaya Wetan,
Cilamaya Kulon, Rengasdengklok dan Cilebar.
b. Kawasan Tengah
Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Karawang Barat, Karawang Timur,
Klari, Purwasari, Cikampek, Kotabaru, Banyusari, Tirtamulya, Jatisari, dan
Rawamerta, Telagasari Lemahabang, serta Majalaya.
c. Kawasan Selatan
Terdiri atas kecamatan-kecamatan: Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur,
Ciampel, Tegalwaru, dan Pangkalan.
46
Dengan kondisi pembagian wilayah yang cukup proporsional diharapkan
perencanaan pembangunan akan lebih berorientasi pada pengembangan
karakteristik wilayah dengan pengelolaan potensi geografi, demografi serta
keterkaitan antar wilayah dapat dijadikan dasar untuk memperhitungkan mobilitas
terpadu dari seluruh sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Karawang, termasuk
pertimbangan konsentrasi lokasi kegiatan pembangunan yang menjadi pusat
jaringan pengembangannya.
Kondisi obyektif pembagian wilayah kecamatan tersebut akan terus
diupayakan penataannya agar tercipta keseimbangan antara jumlah desa di
masing-masing kecamatan, sehingga luas wilayah dan potensi sumber daya alam
dan kondisi demografi dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan tugas, baik
bidang pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat.
A. Aparatur Pemerintahan Daerah
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah, maka
penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada paradigma pemerintahan yang
baik (Good Governance), dimana akan mengedepankan aplikasi tugas dan fungsi
pemerintah dalam mewujudkan aspirasi masyarakat.
Untuk mendukung pencapaian hal tersebut diperlukan aparatur pemerintah
daerah yang memadai baik dari aspek jumlah yang proporsional maupun aspek
kualitas yang profesional. Adapun kondisi aparatur Pemerintah Kabupaten
Karawang sampai dengan tahun 2004 tercatat sebanyak 13.055 orang, dengan
klasifikasi jenjang pendidikan formal S2 sebanyak 49 orang, S1 sebanyak 6.525
orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 1.901 orang, SMA sebanyak 4.116 orang, SMP
sebanyak 263 dan selebihnya 201 orang berpendidikan SD.
47
4.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Secara umum kondisi geografis Kabupaten karawang memberikan dampak
yang beragam yaitu heterogenitas penduduk Kabupaten Karawang baik dilihat
dari kultur masyarakat, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian masyarakat.
A. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan proyeksi penduduk pada
tahun 2001 tercatat sebanyak 1.831.008 jiwa, sedangkan pada tahun 2005 tercatat
sebanyak 1.971.517 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,93
persen, atau sedikit lebih besar dibandingkan target yang diharapkan sebesar
1.889.874 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk tersebut bukan semata disebabkan
oleh pertumbuhan alami kabupaten akan tetapi lebih dipengaruhi oleh migrasi dari
luar kabupaten yang datang sebagai tenaga kerja pada sektor jasa, industri dan
perdagangan. Jika dibandingkan dengan luas wilayah seluas 1.753,27 Km2 maka
angka kepadatan penduduk bruto Kabupaten Karawang mencapai
1.103 jiwa/Km2.
Gambar 5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2001 - 2004
Sedangkan berkaitan dengan produktivitas penduduk perlu diupayakan
peningkatan kualitas penduduk agar dapat dioptimalkan sebagai salah satu modal
pembangunan.
880,000
890,000900,000
910,000
920,000930,000
940,000950,000
960,000
970,000980,000
2000 2001 2002 2003 2004
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006
48
Gambar 6. Piramida Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2004
(120,000) (90,000) (60,000) (30,000) 0 30,000 60,000 90,000 120,000 150,000
Laki-Laki Perempuan
Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006
Dari gambaran tersebut, tercatat bahwa penduduk perempuan saat ini
berjumlah lebih besar dari penduduk laki-laki, akan tetapi jumlah tersebut
berbanding kontras dengan tingkat kualitas hidup penduduk perempuan, dimana
kualitas sumber daya mereka masih rendah dibandingkan penduduk laki-laki pada
berbagai bidang pembangunan. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan kebijakan –
kebijakan pembangunan yang mengupayakan peningkatan kualitas hidup
perempuan.
B. Ketenagakerjaan
Kabupaten Karawang telah berkembang menjadi salah satu daerah
kawasan industri di Jawa Barat. Adanya penambahan jenis industri PMA, PMDN
dan Non Fasilitas setiap tahunnya telah menjadikan Kabupaten Karawang sebagai
daerah tujuan para pencari kerja baik secara regional maupun nasional. Hal ini
menyebabkan jumlah pencari kerja pun selalu bertambah setiap tahunnya. Apabila
dihubungkan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja yang selalu mengalami
penurunan, keadaan ini akan memberikan kesan yang negatif terhadap kinerja
Pemerintah Daerah.
75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5 - 9 0 - 4
49
Tabel 3. Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2001– 2005
No Uraian Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
1 Angkatan Kerja 755.527 830.404 848.185 753.270 n/a
2 Penduduk yang bekerja
678.335 669.408 670.314 * 608.490 n/a
3 Angkatan kerja mencari pekerjaan
77.192 160.996 177.871 144.780 n/a
* Angka sementara Sumber : BPS Kabupaten Karawang,2006
Dalam tabel tersebut di atas terlihat bahwa jumlah angkatan kerja yang
bekerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan jumlah penduduk
yang bekerja mengalami penurunan. tergambar pula bahwa ternyata banyak
angkatan kerja yang belum terserap oleh lapangan kerja yang ada. Masih
tingginya angka pengangguran di Kabupaten Karawang antara lain disebabkan
oleh (1) banyaknya arus migrasi penduduk yang masuk dan menetap di Kabupaten
Karawang. (2) banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan terutama
perusahaan-perusahaan garmen atau konveksi yang berskala import, (3) investasi
disektor manufaktur yang ada selama ini mengunakan teknologi tinggi (padat
modal) sehingga hanya menyerap sedikit tenaga kerja, (4) terbatasnya tenaga kerja
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan industri manufaktur.
C. Kesejahteraan Sosial
Dengan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan tidak terlepas dari aspek
budaya masyarakat Karawang, mata pencaharian sebagian besar penduduk
karawang berada pada lapangan pekerjaan sektor pertanian. Hal tersebut berkaitan
dengan ketersediaan lahan pertanian sebesar 51,11 persen dari keseluruhan luas
50
wilayah Kabupaten Karawang. Disamping itu terjadi sebaran penduduk miskin
seperti gambaran berikut :
Gambar 7. Peta Kluster Keluarga Miskin Kab. Karawang
Sumber : Bapeda Kab Karawang, 2006
Dari gambar di atas, data persentase KK miskin terhadap jumlah KK per
kecamatan ditunjukan dengan zona warna sebagai berikut :
1. Zona hijau, jika persentase KK miskin suatu daerah berada pada interval
dibawah atau sama dengan 21,26 persen.
2. Zona kuning, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval
anatara 35,69 persen dan 21,26 persen.
3. Zona orange, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval
antara 36,69 persen dan 55 persen.
4. Zona merah, jika prosentase KK miskin suatu daerah berada pada interval
lebih besar atau sma dengan 54,99 pesrsen.
51
Sedangkan asumsi pemeringkatan KK miskin tersebut didasarkan atas
asumsi bahwa :
a. 21,26 pesrsen adalah median antara prosentase terendah 6,84 pesrsen dan
rata-rata kabupaten 35,69 pesrsen.
b. 54,99 persen adalah median antara prosentase tertinggi 74,29 persen dan
rata-rata kabupaten 35,69 persen
c. 6,84 persen adalah nilai terendah minimal
d. 74,29 persen adalah nilai tertinggi maksimal
Kemudian jumlah keluarga prasejahtera alek dan non alek pada tahun
2001 tercatat sebanyak 175.975 KK masing-masing sebanyak 131.102 KK dan
44.873 KK. Pada tahun 2004 jumlah keluarga prasejahtera alek tercatat sebanyak
135.862 KK dan jumlah keluarga prasejahtera non alek sebanyak 46.448 KK
sehingga secara keseluruhan jumlah keluarga prasejahtera yang ada berjumlah
182.310 KK.
Gambaran tersebut dapat dijadikan dasar untuk penetapan kebijakan
pengembangan sektor pembangunan agar dapat dihindari kesenjangan
pertumbuhan antar sektor termasuk kesenjangan kesejahteraan masyarakat yang
berkaitan dengan income perkapita masyarakat yang tidak seimbang.
Untuk lebih fokus terhadap kegiatan yang akan ditentukan serta
keberhasilan yang ingin diraih khususnya pada aspek target pencapaian IPM,
maka ditetapkanlah target yang meliputi target jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang. Target tersebut pada akhirnya diakselerasikan dengan target
Propinsi Jawa Barat yaitu angka IPM 80 pada tahun 2010. Dengan rumusan
52
tersebut, maka dalam penetapan target jangka menengah bermuara pada kurun
lima tahun mendatang sebagaimana target dalam tabel 3.
Sejalan dengan uraian tersebut, maka kebijakan pembangunan jangka
panjang dan jangka menengah harus lebih diorientasikan pada upaya peningkatan
kesejahteraan berbasis IPM yang diselaraskan dengan pencapaian Visi dan Misi
yang telah ditetapkan.
Tabel 4. Rencana Pencapaian IPM Kabupaten Karawang Tahun 2006-2010
Indikator/ Komponen
Target Capaian 2006 2007 2008 2009 2010
IPM 71,93 73,66 76,20 78,36 80,00
AHH 66,50 66,75 67,00 67,25 67,40
AMH 90,50 92,75 94,05 96,95 98,80
RLS 7,70 8,05 8,40 8,65 9,00
PPP 600,00 610,55 635,10 650,30 662,00 Sumber : Bapeda Kab Karawang,2006
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut memperlihatkan tingkat
keberhasilan pencapaian IPM dari yang ditargetkan sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5. Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Tahun 2001 dan Tahun 2005
No Komponen Indikator
Capaian
2001 2002 2003 2004 2005 1 Angka Harapan
hidup (tahun) 64,04 65,70 65,75 66,12 66,48
2 Angka Melek Huruf (AMH) (%)
87,65 87,82 87,86 87,98 88,40
3 Rata-rata lama sekolah (tahun)
5,70 6,01 6,40 6,61 6,85
4 Purchasing Power Party (PPP) (Rp.000/kapita)
518,00 524,20 526,17 530,36 543,36
I P M 62,18 63,84 64,33 65,04 65,82 Sumber : BPS Kabupaten Karawang,2006
53
5960616263
6465
6667
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Per
sen
Capaian IPM Target IPM
Gambar 8. Grafik Perkembangan IPM Tahun 2001 – 2005
Sumber : BPS Kabupaten Karawang, 2006
Dari tabel di atas terjadi perkembangan capaian khususnya pada indikator-
indikator ekonomi, namun secara umum masih terdapat dampak dari wujud
pelaksanaan pembangunan daerah yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pelayanan umum yang dinilai belum tercapai secara oftimal.
Derajat tingkat perekonomian penduduk di Kabupaten Karawang dapat
dilihat pada indikator-indikator yang juga mencerminkan kesejahteraan selama
kurun waktu 2001 sampai 2004. Indikator-indikator pembangunan bidang
ekonomi dapat dilihat pada PDRB, jumlah penduduk dan PDRB Perkapita,
distribusi PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, dan laju
pertumbuhan ekonomi. PDRB, jumlah penduduk dan PDRB perkapita dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. PDRB Jumlah penduduk dan PDRB Perkapita
No. Uraian Tahun
2001 2002 2003 2004 1. PDRB Harga berlaku
(Milyar) 9.620 11.346 12.866 14.684
2. PDRB Harga Konstan (Milyar) 3.079 3.225 3.380 3.565
3. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1.800.553 1.826.182 1.897.641 1.934.274
4. PDRB Perkapita, harga 5.293.863 6.143.338 6.843.273 7.664.004
54
Berlaku (Rp) 5. PDRB Perkapita, harga
Konstan (Rp) 1.694348 1.746.306 2.797.646 1.860.455
Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006
Dari tabel di atas, pada Tahun 2004 PDRB perkapita penduduk
berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 7.664.004,- sedangkan PDRB perkapita
berdasarkan harga konstan sebesar Rp. 1.860.0455,- Hal ini mengalami penurunan
dibanding pada Tahun 2003, akan tetapi naik jika dibandingkan pada periode
tahun sebelumnya yaitu Tahun 2001 dan Tahun 2002.
D. APBD Kabupaten Karawang
Untuk mengetahui kemampuan pembiayaan pembangunan daerah di
Kabupaten karawang, berikut ini kami uraikan gambaran garis besar APBD
Kabupaten Karawang Tahun 2006 :
Tabel 7. APBD Kabupaten Karawang Tahun 2006
RAPBD SETELAH DIKURANGI GAJI 560,721 M PRIORITAS PEMBANGUNAN
1. RENCANA PENDAPATAN
930 M
2. RENCANA PENGGUNAAN
a. BELANJA GAJI 369,297 M
b. BELANJA NON GAJI 159.242 M atau 28,40 %
c. BELANJA PEMBANGUNAN 401,478 M atau 71,60 %
1) PENDIDIKAN 2) KESEHATAN 3) EKONOMI KERAKYATAN 4) AGAMA &
KEMASYARAKATAN
55
Rencana Pendapatan
NO URAIAN TARGET RENCANA BERTAMBAH TAHUN 2005 TAHUN 2006 (BERKURANG)
1 BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
84,861,162,731,00 78,296,717,250,00 96,564,445,481,00)
2 BAGIAN DANA PERIMBANGAN 483,275,250,000,00 694,937,140,000,00 211,661,890,000,00
3 BAGIAN LAIN – LAIN PENERIMAAN YANG SAH
114,443,076,000,00 80,505,277,350,00 (33,937,798,650,00)
JUMLAH PENDAPATAN MURNI 682,579,488,731,00 853,739,134,600,00 171,159,645,869,00
4 SISA PERHITUNGAN TAHUN LALU
36,302,511,269,00 853,739,134,600,00 171,159,645,869,00
TOTAL 718,882,000,000,00 930,000,000,000,00 211,118,000,000,00 Sumber : Bapeda Kab Karawang, 2006
Dari tabel di atas, terjadi kenaikan rencana pendapatan dan APBD
Kabupaten Karawang dari tahun 2005, dengan belanja pembangunan sebesar
71,60 persen yang diarahkan pada skala prioritas bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi kerakyatan dan agama serta kemasyarakatan.
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
5.1. Alokasi Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang
Program Raksa Desa diluncurkan pertama kali oleh Pemerintah Propinsi
Jawa Barat pada tahun 2003. Sampai Tahun 2006 jumlah desa yang telah
mendapatkan Program Raksa Desa berjumlah 202 desa dari 297 desa yang ada di
Kabupaten Karawang. Pembagian jumlah lokasi yang diterima oleh pemerintah
kabupaten melalui mekanisme sistem kuota akibat kebijakan anggaran dan
komitmen pemerintah daerah setempat. Adapun jumlah alokasi desa tiap
kecamatan yang telah mendapatkan Program Raksa Desa sebagai berikut :
Tabel 8. Daftar Alokasi Program Raksa Desa Tiap Kecamatan
No Nama Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Desa
Rakdes No Nama
Kecamatan Jumlah
Desa
Jumlah Desa
Rakdes 1. Karawang Barat 8 - 16. Jayakerta 8 5 2. Karawang Timur 8 8 17. Kutawaluya 10 7 3. Telukjambe Barat 10 10 18. Cilamaya Kulon 12 12 4. Telukjambe Timur 9 7 19. Cilamaya Wetan 12 12 5. Pangkalan 8 8 20. Cikampek 10 10 6. Tegalwaru 9 9 21. Tirtamulya 10 6 7. Klari 13 13 22. Jatisari 14 14 8. Ciampel 7 7 23. Banyusari 12 12 9. Rengasdengklok 9 - 24. Kotabaru 9 9 10. Batujaya 10 - 25. Purwasari 8 8 11. Pakisjaya 8 - 26. Telagasari 14 - 12. Tirtajaya 11 3 27. Rawamerta 13 6 13. Cibuaya 11 6 28. Lemahabang 11 5 14. Pedes 12 5 29. Tempuran 14 6 15. Cilebar 10 10 30. Majalaya 7 7
Jumlah 297 202 Sumber : BPMS Kabupaten Karawang, 2006
Dari tabel 7, terdapat 5 kecamatan belum mendapatkan Program Raksa
Desa, hal ini karena 4 kecamatan merupakan kecamatan PPK yang masih berjalan
dan 1 kecamatan merupakan kecamatan kota sebagai pusat pemerintahan, dimana
57
semua desanya sudah berstatus kelurahan yang bukan sasaran Program Raksa
Desa. Sedangkan jumlah alokasi per kecamatan disesuaikan dengan prioritas dan
kuota yang ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat.
Sedangkan jumlah bantuan yang diberikan untuk menunjang daya beli
masyarakat pada bidang ekonomi dan fisik sebesar Rp.100 juta per desa,
selanjutnya bidang kesehatan dan pendidikan besarannya disesuaikan dengan
pengajuan target atau prediksi sasaran pada desa lokasi Raksa Desa yang diajukan
ke Propinsi menurut mekanisme tertentu.
5.2. SATLAK Program Raksa Desa Kabupaten Karawang
Untuk menunjang pelaksanaan pengelolaan Program Raksa Desa maka
dibentuk Satuan Pelaksana (SATLAK) pada setiap tingkatan pemerintahan.
Dalam hal ini SATLAK Program Raksa Desa tingkat Kabupaten Karawang
mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan pembinaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian program, dengan susunan personalia sebagai
berikut :
I. Penanggung Jawab : Bupati Karawang
II. Pengarah/Ketua : Sekretaris Daerah Kab. Karawang
Anggota :1. Asisten Tata Praja Setda Karawang
2. Asisten Administrasi Pembangunan Setda
Kabupaten Karawang
3. Kepala Bapeda Kab. Karawang
58
Ketua : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Sosial Kab Karawang.
III. Sekretaris : Kabid PMD pada BPMS Kab Karawang.
IV. Wakil Sekretaris : Kabag Pemerintahan Setda Kab.Karawang.
V. Sekretariat : Kasubid PDD/K pada BPMS Karawang.
VI. Bidang–bidang
a. Pendidikan : Kepala Dinas Pendidikan Kab Karawang.
b. Kesehatan : Kepala Dinas Kesehatan Kab Karawang.
c. Ekonomi : Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah Kabupaten Karawang.
d. Fisik : 1. Kepala Dinas Binamarga Karawang.
2. Kepala Dinas Ciptakarya Karawang.
3.Kabag Pengendalian Program Setda
Kabupaten Karawang.
Berdasarkan susunan personalia Satlak kabupaten, keanggotaannya terdiri
atas gabungan dinas atau instansi yang tercermin dalam masing-masing bidang
sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban, hal ini menunjukkan
Program Raksa Desa merupakan program terpadu yang membutuhkan upaya atau
strategi untuk mensinergikan program tersebut agar tercapai tujuan yang
diharapkan.
Untuk mengetahui hasil angket terhadap pelaksanaan sinergitas Program
Raksa Desa dari dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak kabupaten dapat
dilihat sebagai berikut :
59
Tabel 9. Jawaban Angket tentang pelaksanaan sinegritas Program Raksa Desa Dari Dinas atau Instansi yang tergabung dalam Satlak kabupaten
No Pernyataan Jumlah Nilai
Yang Diperoleh
Jumlah Nilai
Yang ditetapkan Prosentase
1 Komitmen dan perhatian dari setiap Kepala dinas/instansi yg tergabung dlm satlak Program raksa Desa dlm menunjang pelaksanaan Program raksa Desa melalui peningkatan peran dan fungsi selaku pelaksana Program Rakdes sudah optimal
49 75 68,33%
2 Keterpaduan (sinegritas) Program dari dinas/instansi dlm menunjang Program rakdes mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sudah memadai
39 75 52%
3 Dinas/instansi yang tergabung dalam satlak Rakdes selalu menyampaikan laporan/koordinasi masalah Rakdes setiap bulan sehingga setiap anggota satlak mengetahui perkembangan Program Raksa Desa
41 75 54,67%
4 Dinas/instansi yang tergabung dalam satlak selalu mengadakan Rapat koordinasi khusus menyangkut masalah Program Raksa Desa setiap bulan sekali
37 75 49,33%
Jumlah 166 300 55,33 %
Sumber : Hasil penelitian angket, 2006
Dari hasil penelitian angket di atas, menunjukkan bahwa komitmen dan
perhatian kepala dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa
Desa dalam menunjang pelaksanaan program Rakdes melalui peningkatan peran
dan fungsi selaku pelaksana program, diperoleh prosentase sebesar 68,33 persen.
Hal ini memberikan pengertian bahwa prosentase ini apabila diinterprestasikan
dalam interval dari sugiyono menunjukkan hasil setuju atau positif.
Selanjutnya keterpaduan atau sinergitas program dari dinas atau instansi
dalam menunjang program Rakdes mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, diperoleh prosentase sebesar 52 persen. Hal ini mengandung pengertian
60
apabila prosentase ini diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan
netral atau ragu.
Dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa
selalu menyampaikan laporan atau koordinasi masalah Rakdes setiap bulan
sehingga setiap anggota Satlak mengetahui perkembangan Program Raksa Desa,
diperoleh prosentase sebesar 54,67 persen yang menunjukan netral atau ragu
bahwa setiap anggota Satlak mengetahui perkembangan Program Raksa Desa.
Kemudian diperoleh prosentase 49,33 persen yang berarti netral atau ragu
terhadap pernyataan dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak Rakdes
selalu mengadakan rapat koordinasi khusus menyangkut Program Raksa Desa.
Namun demikian kegiatan rapat koordinasi pada Tahun 2006 telah dilakukan
sebanyak 3 kali walaupun setiap kali rapat tidak sepenuhnya dihadiri oleh anggota
satlak sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 10. Kegiatan Rapat Satlak Program Raksa Desa Tingkat Kabupaten
No Dinas/Instansi Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 BPMS v v v
2 Bapeda v v v
3 Dinas Pendidikan v
4 Dinas Kesehatan v v
5 Dins Koperasi v v
6 Dinas Binamarga v
7 Bag Pemerintahan v v
8 Bag Dalprog v v
9 Dinas Ciptakarya v
Sumber : BPMS Kab. Karawang, 2006
Secara keseluruhan pelaksanaan sinergitas program Raksa Desa dari
Satlak Kabupaten memperoleh prosentase sebesar 55,33 persen, hal ini apabila
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban netral atau
61
ragu. Dengan demikian beberapa faktor yang merupakan indikator penunjang
perlu perhatian untuk perbaikan agar memperoleh hasil yang lebih oftimal.
5.3. Dukungan Dinas atau Instansi Dalam Menunjang Program Raksa Desa
Program Raksa Desa merupakan program terpadu karena melibatkan
berbagai dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak kabupaten. Untuk
mengetahui hasil angket tentang dukungan dinas atau instansi terkait dalam
menunjang Program Raksa Desa diuraikan sebagaimana tabel berikut :
Tabel 11. Jawaban Angket Tentang Dukungan Dinas atau Instansi Terkait Dalam Menunjang Program Raksa Desa
N
o Pernyataan
Jumlah Nilai
Yang Diperoleh
Jumlah Nilai
Yang ditetapkan Prosentase
1 Dinas/instansi yang tergabung dalam satlak Rakdes memberikan dukungan program dan anggaran terhadap desa lokasi Program Raksa Desa dalam upaya menunjang keberhasilan Program Rakdes
50 75 66,67%
2 Dinas/instansi yang tergabung dlm satlak Rakdes secara khusus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Program rakdes guna mencapai keberhasilan program dan menghindari penyelewengan
56 75 74,67%
Jumlah 106 150 70,67%
Sumber : Hasil penelitian angket, 2006
Dari hasil penelitian angket di atas, menunjukkan bahwa dinas atau
instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa memberikan
dukungan program dan anggaran terhadap desa lokasi Program Raksa Desa
dalam upaya menunjang keberhasilan program, diperoleh prosentase sebesar
66,67. Hal ini mengandung pengertian apabila prosentase tersebut
62
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
Adapun dukungan dinas atau instansi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Dukungan Program dan Anggaran Dinas atau Instansi (Satlak Raksa Desa) Tahun 2006
No Dinas/Instansi Program Jml
Anggaran Sasaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bag Pemerintahan Bag Dalprog Bapeda BPMS Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan Dinas Koperasi Dinas Perindustrian Dinas Ciptakarya Dinas Binamarga
Pemb Kec Program dan Desa berupa : - Dana Bantuan Desa Monitoring dan pengendalian Pemb Daerah
Program peningkatan perencanaan pemb daerah Program pengkajian dan evaluasi dan evaluasi kebijakan PPK – IPM Program Pemberdayaan Masyarakat Program Pembangunan Desa dlm TMMD dan Satata Sariksa PPK Program Peningkatan Kesehatan Dasar & Rujukan Program Perbaikan gizi keluarga berupa : PMTAS & Balita Program rehabilitasi gedung SD /MI Program Pendidikan Luar sekolah Program pendidikan dasar & pra sekolah Program Pengemb sistim pendukung UKM Program pengawasan dan pembinaan usaha kecil Program/Pemb prasarana pemukiman : Pemb Jalan setapak, Jaling & Draniase Penyirtuan Jalan Desa
18,54 M
450 Jt
150 Jt
615 Jt
15 M
140 Jt
400 Jt
6,750 M
4,389 M
1,140 M
4,224 M
1,2 M
800 Jt
1,855 M
150 Jt
2 M
10 M
Peningkatan infra- Struktur dan kelembagaan desa Peningkatan efektifitas & Pengendalian Program Pemb Peningkatan skala prioritas perencanaan pemb Peningkatan efektivitas & tinjut program Peningkatan indikator IPM Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Peningkatan infrastruktur & Pemukiman Desa Peningkatan Infrastruktur, Ekonomi & Kapasitas Masy Desa Peningkatan kesehatan dasar masyarakat Peningkatan Gizi Balita dan aanak usia sekolah Peningkataninfrastruktur SD/MI Peningkatan penanganan anak putus sekolah Peningkatan Pendidikan anak usia dini Peningkatan pelayanan & dukungan terhadap usaha kecil Peningkatan pembinaan usaha kecil Peningkatan prasarana desa Peningkatan prasarana jalan desa
Jumlah 67,803 M
Sumber : Buku APBD Kab. Karawang Tahun 2006
63
Dari tabel di atas, setiap dinas atau instansi yang tergabung dalam
Satlak Program Raksa Desa Kabupaten Karawang memberikan dukungan
program dan anggaran terhadap desa lokasi program raksa desa, hal ini
menunjukkan komitmen dan perhatian dalam menunjang keberhasilan
program tersebut. Disamping itu sejalan dengan hasil wawancara dengan
kepala dinas atau instansi terkait menyatakan bahwa dinas atau instansi
berupaya untuk mendukung Program Raksa Desa berupa program dan
anggaran serta pembinaan terhadap desa lokasi program raksa desa.
Adapun anggaran yang dialokasikan bersumber dari APBN, APBD
Propinsi, dan APBD Kabupaten Karawang, walaupun prioritas diarahkan pada
desa lokasi program raksa desa namun pada pelaksanaannya masih terjadii
kendala dalam upaya mensinergikan program-program tersebut. Hal ini terjadi
akibat perbedaan data sasaran, keterlambatan program ataupun koordinasi
yang belum oftimal.
Selanjutnya dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak
Program Raksa Desa secara khusus melakukan pembinaan dan monitoring
terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa guna mencapai keberhasilan
program dan menghindari penyimpangan, diperoleh prosentase sebesar 74,67
persen. Hal ini mengandung pengertian apabila prosentase tersebut
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
Adapun kegiatan dinas atau instansi yang tergabung dalam Satlak
Program Raksa Desa kabupaten Karawang dalam rangka menunjang
keberhasilan program raksa desa terdiri atas kegiatan sosialisasi, pembinaan
dan monitoring sebagai tahapan program, walaupun pada pelaksanaannya
64
kegiatan tersebut ada yang dilakukan secara bersama atau terpadu, namun ada
pula yang secara khusus dari masing-masing dinas atau instansi (bidang) pada
kurun bulan yang telah ditentukan.
Tabel 13. Kegiatan Pembinaan dan Monitoring dari Satlak Kabupaten Karawang
No Kegiatan Bulan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 Sosialisai
2 Pembinaan
3 Monitoring «
Sumber : BPMS Kab. Karawang, 2006
Secara umum prosentase yang diperoleh dari dukungan dinas atau
instansi dalam menunjang Program Raksa Desa sebesar 70,67 persen. Hal ini
mengandung pengertian apabila prosentase tersebut diinterprestasikan dalam
interval Sugiyono menunjukan jawaban setuju. Dalam arti dukungan dinas
atau instansi dalam menunjang program raksa desa sudah cukup baik,
walaupun masih perlu peningkatan agar lebih oftimal.
5.4. Pelaksanan Program Raksa Desa
5.4.1. Pelaksanaan Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang
Sesuai dengan tujuan dan susunan bidang dalam Satlak Program Raksa
Desa kabupaten serta muatan dari Program Raksa Desa yang mencerminkan
indikator dari IPM, walaupun tidak secara detail dan komprehensif akan
membahas masalah IPM, namun hanya bersifat gambaran secara umum
terhadap lingkup bidang dalam Program Raksa Desa yaitu :
65
A. Bidang Pendidikan
Bidang pendidikan diarahkan untuk menurunkan angka droup out
dan buta aksara melalui penyaluran dana subsidi biaya penyelenggaraan
pendidikan yang diarahkan untuk kegiatan belajar mengajar dan beasiswa
bagi siswa SD, SLTP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) baik negeri
maupun swasta. Program tersebut diarahkan dalam rangka mencapai desa
cerdas khususnya di lokasi desa Raksa Desa dengan memperhatikan
mekanisme tugas pembantuan. Program ini dikenal pula dengan sebutan
KBBS atau Bantuan Gubernur untuk Siswa (BAGUS).
Gambar 9. Komposisi Angka Buta Huruf di Kabupaten Karawang
55%18%
27%
Usia 15 th -44 th Usia th 45-54 th Usia > 55 th
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang , 2006
Gambar 7 memperlihatkan bahwa total angka buta huruf di
Kabupaten Karawang sebesar 117.710 jiwa atau 8,32 persen dari total
penduduk usia 15 tahun ke atas. Dari angka buta aksara tersebut sebagian
besar terdapat pada penduduk kelompok usia > 55 tahun ke atas, yaitu
sekitar 55 persen atau sebesar 65.158 jiwa. Sedangkan 27 persen atau
sebesar 31.248 jiwa terdapat pada kelompok usia 15 – 45 tahun dan 18
persen atau sebesar 21.304 jiwa terdapat pada kelompok usia 45 – 55
tahun.
66
Adapun mekanisme penyaluran dana bidang pendidikan disalurkan
kepada rekening Dinas Pendiikan Kabupaten atas usulan pengajuan yang
disampaikan kepada Dinas Pendidikan Propinsi yang selanjutnya
ditransfer kepada masing-masing sekolah penerima bantuan.
Adapun realisasi bantuan Program Raksa Desa bidang pendidikan
diwujudkan dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Dana bantuan Operasional penyelenggaraan pendidikan SD, MI,
SLTP, MTs, realisasi anggaran Rp.2.442.000.000,00. Terealisasinya
dana bantuan operasional, 872 SD/MI. 82 SLTP/MTs, dan terealisasi
bantuan beasiswa bagi siswa kurang mampu sebanyak 2.458 siswa
SD/MI dan 1.713 siswa SLTP/MTs untuk Tahun 2004/2005
2) Terealisasinya dana bantuan murid bagi siswa kurang mampu
sebanyak 2.865 Siswa SD 2.094 Siswa SLTP serta Program
Beasiswa terencana Putus Sekolah pada SD/MI, SLTP/MTs,
terealisasi dana bantuan murid bagi siswa kurang mampu sebanyak
2.824 Siswa SD, 1.054 Siswa SLTP untuk Tahun 2005/2006
3) Bantuan operasional penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah
SLTP dan MTs negeri dan swasta dengan realisasi anggaran Rp.
3.135.500.000,00 serta bantuan Beasiswa bagi siswa terancam drop
out (DO) sebanyak 25.256 siswa dan 53 Sekolah untuk Tahun
2006/2007.
67
Indek Pendidikan
Indek pendidikan di Kabupaten Karawang menunjukan adanya
peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari capaian indikator pada bidang
pendidikan antara lain Rata-rata lama sekolah (RLS), Angka Melek Huruf
(AMH). Pada tahun 2001 nilai angka rata-rata lama sekolah tercatat
sebesar 5,70 tahun sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebesar 6,85 tahun.
Hal ini berarti, rata-rata lama pendidikan masyarakat Kabupaten Karawang
bertambah dari 5,70 tahun menjadi 6,85 tahun. Sedangkan berdasarkan
indikator AMH, tingkat melek huruf juga mengalami peningkatan dari
87,65 persen menjadi 88,40 persen.
Perkembangan indikator bidang pendidikan di Kabupaten Karawang
dapat dilihat pada perkembangan sebagai berikut :
1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM)
Gambar 10. APK DAN APM SD/MI, SLTP/MTs, DAN SMA/MA/SMK
DI KABUPATEN KARAWANG
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang,2006
Gambar di atas menunjukan terjadi peningkatan baik APK maupun
APM dari pendidikan SD sampai SLTA.
105.05
87.33
69.71
52.33
69.71
52.33
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
SD/MI SLTP/MTs SMA/MA/SMK
APK APM
68
2. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Gambar 11. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Karawang Tahun 2004
Tingkat partisipasi sekolah dapat diketahui melalui dua indikator
utama yaitu Angka Partisipasi kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM). Dari gambara di atas terjadi peningkatan capaian kedua
indikator tersebut baik dari jenjang pendidikan SD, SLTP maupun
SLTA walaupun kenaikannya tidak terlalu besar.
3. Fasilitas Pendidikan
Gambar 12. Perkembangan Jumlah Prasarana Pendidikan Sudah Tahun 2004
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2001 2002 2003 2004
SD S M P SMA
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang,2006
234,246205,450
113,419
79,067108,031
36,585
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA
Jumlah Penduduk Jumlah Siswa
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang,2006
69
Untuk fasilitas pendidikan di tingkat SLTP jumlah bangunan
SLTP yang ada di Kabupaten Karawang pada tahun 2004 mencapai 56
unit SLTP Negeri dan 32 SLTP Swasta. Hal ini menunjukan kenaikan
jumlah dibanding tahun-tahun sebelumnya yang berjumlah 53 Unit
SLTP Negeri dan 26 SLTP swasta di tahun 2001, 55 unit SLTP Negeri
dan 27 SLTP Swasta di tahun 2002, dan 56 unit SLTP Negeri dan 30
SLTP Swasta di tahun 2003.
Untuk fasilitas pendidikan di tingkat SLTA pun seiring dengan
tumbuhnya lembaga pedidikan yang dikelola oleh sektor swasta, maka
jumlah sarana bangunan SLTA mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Tahun 2001 berjumlah 57 unit, tahun 2002 67 unit, tahun 2003
turun menjadi 66 unit, dan tahun 2004 naik kembali menjadi 69 unit.
4 . Jumlah Guru
Untuk tenaga pengajar yang ada di Kabupaten Karawang dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
dapat dilihat pada data jumlah Guru SD/MI yang tercatat mulai tahun
2001 yaitu sebanyak 3.910 orang, tahun 2002 bertambah menjadi
5.103 orang, tahun 2003 ada 5.191 orang dan pada tahun 2004 tercatat
7.117 orang.
Untuk tenaga pengajar SLTP juga mengalami kenaikan yang
positif, walaupun tidak sebesar guru SD. Tahun 2001 julah guru SLTP
yang ada di Kabupaten Karawang tercatat 2.245 orang, bertambah
70
menjadi 2.318 orang pada tahun 2002, tahun 2003 tercatat berjumlah
2.435 orang dan tahun 2004 berjumlah 2.598 orang.
Tahun 2001 jumlah guru SMU/SMK di Kabupaten Karawang
tercatat 1.677 orang, tahun 2002 ada 1.914 orang, tahun 2003 ada
2.011 orang dan tahun 2004 berjumlah 2.154 orang.
Selanjutnya berdasarkan tabel 20, hasil penelitian angket
terhadap kelompok sasaran penerima bantuan menunjukkan bahwa
program raksa desa dapat membantu meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu, diperoleh prosentase
sebesar 74,67 persen, hal ini apabila diinterprestasikan pada interval
Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
B. Bidang Kesehatan
Program Raksa Desa bidang Kesehatan diarahkan untuk membantu
masyarakat kurang mampu dengan bantuan biaya pelayanan
penanggulangan ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi kebidanan serta
penanganan bayi baru lahir di desa lokasi Program Raksa Desa.
Adapun mekanisme penyalurannya disalurkan ke rekening Dinas
Kesehatan kabupaten atas usulan pengajuan proposal yang disampaikan ke
Dinas Kesehatan Propinsi, kemudian disalurkan kepada masyarakat
kurang mampu penerima bantuan dengan bukti atau ketentuan yang telah
ditentukan.
71
Adapun realisasi bantuan Raksa Desa bidang kesehatan dapat
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 14. Realisasi Raksa Desa Bidang Kesehatan
No Tahun Alokasi Jml Kasus %
Penyerapan
1. 2004 1.402.909.000,- 405 89,47%
2. 2005 3.080.000.000,- 525 93,86%
3. 2006 3.825.500.000,- 576 91,83%
Jumlah 8.308.409.000,- 1.506 91,72%
Untuk memberikan gambaran kasus penanganan bayi baru lahir di
Kabupaten Karawang sebagaimana uraian pada gambar berikut :
Gambar 13. Kasus Penanganan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Karawang tahun 2004 Kasus Rawat Jalan di Puskesmas Umur 0 - 28
hari, Tahun 2004
29%
21%15%
11%
11%
8%5%
Penyakit infeksi saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifikDiare dan Gastroenteritis Nasofaringtis Akuta (Common Cold)InfluenzaDemam yang tidak diketahui sebabnyaGangguan lain pada kulit dan jaringan sub kutan Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema)
Kasus Rawat Inap di Rumah Sakit Umur 0- 28 hari, Tahun 2004
43%
23%
13%
10%6% 3% 2%
Febris Infeksi Intra PeritonialDiare & Gastroenteritis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)Dehidrasi Sedang PharingitisIcterik
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Karawang ,2006
Penyakit ISPA merupakan penyakit terbanyak yang diderita bayi
0 – 28 hari (29 persen), karena pada usia tersebut daya tahan tubuh anak
masih rentan, sehingga mudah terserang penyakit.
Sedangkan jenis penanganan bidang kesehatan yang ditangani oleh
dana Program Raksa Desa dapat dilakukan di puskesmas, klinik dan
rumah sakit. Adapun jenis penanganan kasus dapat diuraikan pada tabel
berikut :
72
Tabel 15. Kasus Yang Ditangani Dana Program Raksa Desa Tahun 2005
NAMA KASUS TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV JML
JAN FEB MR APRIL MEI JUNI JULI AGTS SEPT OKT
NOP DES KASUS
Abortus Iminens 5 1 3 1 2 12
Abortus Incomplitus 3 4 2 1 4 14
Abortus Insipiens 1 3 1 1 6 Anemia Post Pprtum 1 1
Bayi Baru lahir 20 11 27 21 25 28 23 31 16 19 24 261
CPD 1 1 1 1 4
Eklampsi 2 3 3 4 3 3 3 2 23
GED 1 1
Gravida Serotonius 1 1 1 3 Hemoragic Ante Partum 1 4 5 2 1 3 2 4 2 1 25
IUFD 1 1 2
KET 2 1 1 2 2 3 11
Kista Ovarium 1 1 2
KPD 4 3 2 3 2 5 29 Hemoragic Post Partum 1 1 1 3 1 1 1 9
Letak Lintang 2 2 2 1 7
Letak Sungsang 1 3 2 2 3 3 5 2 16
Missed Abortus 1 1 2
Mola Hidatidosa 1 2 2 1 6
Partus Lama 2 3 4 4 13
PEB 4 1 3 4 3 4 3 27
PER 2 1 1 1 1 1 1 8
PK I Lama 1 4 4 3 2 3 17
PK II Lama 1 3 2 2 3 1 14
Placenta Previa 2 1 1 1 1 1 1 8
Retensio Placenta 1 1 1 3 Retensio Urine (Post SC) 1 4 1 6
J U M L A H 525 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Karawang,2006
Indikator pertama derajat kesehatan adalah kematian. Data tentang
kematian di Kabupaten Karawang masih sulit ditentukan. Data yang ada
masih bersifat facility base pemerintah seperti dari Dinas Kesehatan dan
Rumah Sakit Umum Daerah serta Rumah Sakit swasta, jumlah kematian
73
dan penyebabnya. Jumlah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Karawang
sebagai berikut :
Tabel 16. Jumlah Kematian Ibu dan Bayi Di Kabupaten Karawang Tahun 2000 – 2004
No Kelompok Kematian Jumlah
2000 2001 2002 2003 2004
1. Kematian Bayi 113 53 108 100 99
2. Kematian Ibu Bersalin 9 12 14 23 33 Sumber : SP3 Puskesmas tahun 2000-2004
Penyebab kematian utama pada bayi dan balita di RSUD adalah
BBLR dan asphixia berat. Di Puskesmas, penyebab kematian bayi adalah
Tetanus Neonatorum, BBLR, Infeksi dan lain-lain. Sehingga penyebab
kematian pada bayi adalah BBLR hal ini terlihat data yang sama baik di
puskesmas maupun di RSUD. Jumlah kematian karena penyebab lain-lain
adalah kelainan kongenital, diare dan ispa.
Selama periode 5 tahun terakhir jumlah kematian ibu yang
dilaporkan Puskesmas mengalami fluktuatif yaitu 20 kematian di tahun
1999, 9 kematian di tahun 2000, 12 kematian di tahun 2001, 14 kematian
di tahun 2002 dan 23 kematian di tahun 2003 serta 33 kematian di tahun
2004. Kematian ini di disebabkan antara lain oleh pendarahan,
preeklamsia, eklampsi, infeksi, abortus dan lain-lain.
Indikator ketiga derajat kesehatan adalah angka harapan hidup.
Angka ini mencerminkan lamanya bayi yang baru dilahirkan diharapkan
hidup. Tinggi rendahnya angka harapan hidup menggambarkan taraf
kesejahteraan hidup suatu negara. Dengan melihat angka umur harapan
74
hidup waktu lahir dan angka kematian bayi maka dapat ditentukan indeks
mutu hidup (IMH) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu
daerah.
Angka harapan hidup waktu lahir di Kabupaten Karawang selama
periode tahun 1999-2004 terlihat terus membaik. Dari 61,9 di tahun 1999
menjadi 66,12 di tahun 2004.
Indikator terakhir derajat kesehatan adalah gizi buruk dan
kecamatan bebas rawan gizi. Untuk mengetahui status gizi balita yang ada
di wilayah Kabupaten Karawang, maka setiap tahun dilakukan Bulan
Penimbangan Balita (BPB). Hasil BPB tahun 1999 sampai dengan tahun
2004 menunjukkan bahwa status gizi buruk balita sebesar 0,40 persen -
1,48 persen di tahun 2004. Berbeda dengan hasil survey Gizi Buruk yang
dilakukan oleh propinsi Jawa Barat di tahun 2004, angkanya lebih tinggi
yaitu 4 persen.
Cakupan pelayanan ibu hamil (K1) tahun 2004 sebesar 89.15
persen, K4 sebesar 79.72 persen dan persalinan oleh tenaga kesehatan
72,49 persen Sebaliknya Persalinan oleh Dukun terjadi penurunan
dibanding menjadi 9,33 persen, walaupun bila dilihat dari kualitas belum
menggembirakan namun keadaan ini sudah menunjukan bahwa minat
masyarakat terhadap tenaga kesehatan sudah mulai meningkat.
Dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan diarahkan
pada kebijakan operasional pembangunan kesehatan kearah akselerasi
pencapaian IPM 80 pada tahun 2010. Arah kebijakan bidang kesehatan
melalui kegiatan dengan sasaran meningkatkan pelayanan kesehatan dasar,
75
peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat melalui
aktivitas yang dilakukan oleh Puskesmas dan Posyandu serta peningkatan
kinerja pelaku kesehatan.
Perkembangan sarana kesehatan secara keseluruhan meliputi
Rumah Sakit (Pemerintah dan Swasta) 7 unit, Puskesmas 43 unit,
Puskesmas Pembantu 74 unit, Puskesmas Keliling 32 unit, Balai
Pengobatan (mata dan umum) 139 unit, Posyandu 1.976 unit, Apotek 87
unit dan Rumah Bersalin 18 unit.
Rasio jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar (puskesmas)
terhadap jumlah penduduk pada saat ini masih lebih dari 1 per 30.000
penduduk, artinya satu puskesmas melayani lebih dari 30.000 penduduk.
Hal ini menunjukan masih perlunya dilakukan penambahan terhadap
sarana dan prasarana kesehatan khususnya Puskesmas sebagai sarana
pelayanan kesehatan dasar.
Perkembangan jumlah tenaga medis dan paramedis dari tahun ke
tahun mengalami naik turun. Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun
2001 mencapai 1.303 orang yang terdiri dari Tenaga Medis sebanyak 292
diantaranya Dokter Spesialis 30 orang, Dokter Umum 84 orang, Dokter
Gigi 47 orang. Sedangkan Tenaga Paramedis sebanyak 1.011 orang
meliputi Perawat 517 orang, Sanitarian 46 orang, Perawat Gigi 29 orang
dan Bidan 419 orang.
Walaupun secara kunantitas menurun, hingga tahun 2004 mencapai
976 orang meliputi tenaga medis sebanyak 253 orang meliputi Dokter
Spesialis 53 orang, Dokter Umum 71 orang, Dokter Gigi 29 orang. Tenaga
76
Paramedis sebanyak 723 orang meliputi Perawat 366 orang, Sanitarian 21
orang, Perawat Gigi 24 orang dan Bidan 312 orang.
Berdasarkan tabel 20, hasil penelitian angket terhadap kelompok
sasaran penerima bantuan menunjukkan bahwa program raksa desa dapat
membantu dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan penanganan
bayi baru lahir, memperoleh prosentase sebesar 75 persen, hal ini apabila
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
Indek Kesehatan
Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Karawang pada tahun
2004 tercatat sebesar 66,12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
masyarakat Kabupaten Karawang berumur 66 tahun. Kondisi ini lebih
baik jika dibandingkan kondisi pada tahun 2003 yang mencapai 65,77
tahun.
C. Bidang Ekonomi dan Fisik
Bidang ekonomi dan fisik diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan
ekonomi masyarakat, pada dasarnya merupakan dana bergulir dengan
pengertian dana bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat untuk
dikelola secara berkesinambungan sebagai dana abadi yang akan
digulirkan menurut mekanisme yang disepakati oleh masyarakat setempat.
Di lain pihak dana bantuan fisik ditujukan untuk pembangunan
infrastruktur dasar perdesaan yang diarahkan pada pembangunan
infrastruktur yang diharapkan dapat menunjang terhadap perekonomian
77
masyarakat, aksebilitas masyarakat terhadap pelayanan dasar kesehatan,
pendidikan dan sumberdaya ekonomi.
Adapun mekanisme penyaluran dana bantuan ekonomi dan fisik
disalurkan dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat ditransfer langsung ke
rekening Satlak desa (Pemerintah Desa) atas usulan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat kabupaten ke Badan Pemberdayaan
Masyarakat Propinsi dengan sistem penilaian dan kebijakan kuota.
Selanjutnya dari Satlak desa disalurkan kepada kelompok
masyarakat untuk disampaikan kepada masyarakat penerima, sedangkan
dana fisik digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa. Secara
keseluruhan dana bantuan tersebut disalurkan sesuai dengan proposal
kegiatan yang sebelumnya telah dibuat melalui mekanisme musyawarah
desa dan telah diverifikasi oleh tingkat kabupaten.
Besarnya bantuan bidang ekonomi dan fisik sebesar Rp.100 juta
atau desa, dengan proporsi Rp.60 juta untuk bantuan ekonomi dan Rp.40
juta untuk bantuan pembangunan infrastruktur desa. Sampai Tahun 2006,
jumlah dana bantuan bidang ekonomi dan fisik mencapai Rp.20,2 Milyar,
secara keseluruhan telah terserap 100 persen.
Adapun realisasi dana tersebut telah terserap pada sekitar 808
pokmas utama selain pokmas perguliran dan terwujud pembangunan
prasarana fisik sekitar 746 proyek yang tersebar di 202 desa lokasi
Program Raksa Desa. Adapun jenis infrastruktur desa yang dibangun
sebagaimana contoh pada tabel berikut :
78
Tabel 17. Daftar Rekapitulasi Usulan Infrastruktur Fisik Desa Lokasi Raksa Desa Tahun 2006
No Jenis Proyek Fisik Jumlah Keterangan 1 Penyirtuan jalan 56 unit Telah diselesaikan 2 Pengerasan / pengaspalan jalan 14 unit 3 Pembangunan jembatan 12 unit 4 Pembangunan saluran irigasi 16 unit 5 Pembangunan Spal 9 unit 6 Pembangunan pompa air bersih 5 unit Jumlah 112 unit
Sumber: BPMS Kabupaten Karawang, 2006
Dari tabel di atas terlihat beberapa proyek prasarana fisk yang
telah diselesaikan oleh pemerintah dan masyarakat desa, rata-rata tiap desa
membuat 3-4 proyek pembangunan fisik.
Indeks Daya Beli
Untuk memberikan gambaran terhadap indeks daya beli
masyarakat di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 14. Perkembangan Indeks Daya Beli
500
510
520
530
540
550
2001 2002 2003 2004 2005
PPP Target PPP Capaian
Sumber : BPS Kab. Karawang, 2006
Gambar di atas, memperlihatkan perkembangan target dan
capaian PPP tahun 2001 - 2005. Secara umum dapat dikatakan bahwa
angka PPP selama periode tersebut selalu berada di atas target yang
direncanakan. Selama 5 (lima) tahun, terdapat kenaikan rata-rata tingkat
pertumbuhan per tahunnya (annual growth rate) capaian PPP sebesar 1,20
79
persen. Angka-angka tersebut lebih tinggi dari target PPP tahun 2001 -
2005 yang direncanakan naik dengan annual growth rate PPP sebesar 0,40
persen.
Akan tetapi kondisi perekonomian masyarakat lokasi Raksa Desa
umumnya relatif masih kurang karena masih cukup tingginya angka
kemiskinan, sehingga diperlukan upaya-upaya peningkatan pendapatan
yang sekaligus mengoptimalkan potensi yang dapat menjadi unggulan
ditunjang dengan prasarana yang lebih baik.
Berdasarkan tabel 20, hasil penelitian angket terhadap kelompok
sasaran penerima bantuan menunjukan bahwa program raksa desa
membantu menyediakan bantuan modal ekonomi bagi masyarakat miskin
sehingga menambah kesempatan berusaha disamping membantu
pembangunan prasarana fisik di desa, memperoleh prosentase sebesar
83,75 persen, hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono
menunjukkan jawaban sangat setuju.
5.4.2. Pelaksanaan Program Raksa Desa di Tingkat Satlak Kecamatan
Pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat kecamatan merupakan
refleksi dari pelaksanaan program di tingkat desa dalam wilayah kecamatan
yang bersangkutan, dilain pihak menjadi bagian yang menggambarkan
pelaksanaan dalam lingkup kabupaten. Namun dalam pembahasan penelitian
ini tidak akan menggambarkan secara konkrit keterkaitan dalam bentuk data
penunjang dari level pemerintahan yang berkaitan dengan Program Raksa
Desa, hal ini karena keterbatasan waktu dan tenaga serta wawasan.
80
Pembahasan ini lebih diarahkan pada uraian tentang persepsi/tanggapan dari
Satlak kecamatan terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa.
Untuk mengetahui hasil angket tentang Pelaksanaan Program Raksa
Desa tingkat kecamatan, diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 18. Jawaban Angket tentang Pelaksanaan Program Raksa Desa
Tingkat Satlak Kecamatan
No Pernyataan
Jumlah Nilai
Yang
Diperoleh
Jumlah Nilai
Yang ditetapkan Prosentase
1 Kegiatan pengarahan/sosialisasiyang diberikan dapat menambah wawasan dan pengertian tentang maksud dan tujuan Rakdes sehingga meningkatkan kesadaran dan pemahaman thd hakekat program tersebut
32 35 91,43%
2 Untuk menunjang keberhasilan Program Raksa Desa perlu dilakukan Rapat Koordinasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten setiap sebulan sekali
29 35 82,86%
3 Bagi desa yg belum mendapatkan bantuan Rakdes, penambahan dan mutu infrastruktur, desa selain yang didapat dari bantuan pemerintah pusat atau APBD dirasa belum optimal
29 35 82,86%
4 Bagi desa yang belum mendapatkan bantuan Rakdes ketersediaan bantuan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin dirasa belum memadai
26 35 74,29%
5 Bagi desa yang mendapat bantuan Rakdes, pelayanan bidang kesehatan dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan anak baru lahir bagi keluarga miskin sudah cukup memadai
27 35 77,14%
6 Program rakdes dapat meningkatkan kuantitasdan kualitas infrastruktur desa, seperti jalan lingkungan jembatan dan irigasi
32 35 91,43%
7 Program Rakdes membantu menyediakan bantuan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin sehingga menambah kesempatan berusaha dalam upaya peningkatan taraf hidupnya
35 35 100%
8 Dalam penerimaan dana bantuan 26 35 74,29%
81
modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan atau dicatat
9 Program Rakdes membantu meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat miskin dalam meminimalisir angka drop out.
22 35 62,29
10 Untuk meningkatkan keterpaduan Program rakdes usulan semestinya dimantapkan dalam perencanaan melalui forum musrenbang dan realisasi anggaran harus tepat waktu awal tahun anggaran
32 35 91,43%
11 Untuk menjamin keutuhan dana bantuan dan menghindari penyimpangan perlu meningkatkan pengawasan dari aparatur terkait serta melibatkan pengawasan dari masyarakat
31 35 88,57%
12 Program rakdes dapat menunjang peningkatan taraf hidup masyarakat miskin dan partisifasi gotong royong masyarakat
29 35 82,86%
Jumlah 350 420 83,29%
Sumber : Hasil penelitian angket, 2006
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kegiatan pengarahan atau
sosialisasi program raksa desa yang diberikan dapat menambah wawasan dan
pengertian tentang maksud dan tujuan serta hakekat program tersebut,
memperoleh prosentase sebesar 91,43 persen, apabila diinterprestasikan dalam
interval Sugiyono menunjukkan jawaban sangat setuju. Dalam hal ini kegitan
sosialisasi dan pelatihan program raksa desa diberikan kepada semua tingkatan
satlak. Pelatihan tersebut diselenggarakan baik di tingkat propinsi maupun
kabupaten.
Selanjutnya untuk menunjang keberhasilan program raksa desa perlu
dilakukan rapat koordinasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten setiap sebulan sekali.
Hal ini mendapat respon dengan memperoleh prosentase jawaban sebesar
82
82,86 persen, apabila diinterprestasikan dalaam interval Sugiyono
menunjukkan jawaban sangat setuju.
Untuk membandingkan persepsi antara desa-desa yang telah dan
belum mendapatkan program raksa desa, diajukan beberapa pernyataan
berikut, bagi desa yang belum mendapat bantuan raksa desa, penambahan dan
mutu infrastruktur desa selain yang didapat dari bantuan pemerintah pusat atau
APBD dirasa belum oftimal, memperoleh prosentase jawaban 82,86 persen.
Selanjutnya bagi desa yang belum mendapatkan raksa desa, ketersediaan
bantuan modal ekonomi produktif dirasa belum memadai, mendpat prosentase
jawaban sebesar 74,29 persen. Apabila diinterprestasikan dalam interval
Sugiyono menyatakan sangat setuju dan setuju.
Bagi desa yang mendapat program raksa desa, pelayanan bidang
kesehatan dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan anak baru lahir
dirasa cukup memadai, mendapat respon jawaban sebesar 77,14 persen, pabila
diinterprestasikan menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut.
Selanjutnya program raksa desa dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas infrastruktur desa, seperti jalan lingkungan, jembatan dan saluran
irigasi direspon dengan jawaban sebesar 91,43 persen yang berarti sangat
setuju dengan pernyataan tersebut. Disamping itu program raksadesa
membantu menyediakan bantuan usaha ekonomi produktif bagi masyarakat
miskin sehingga menambah kesempatan berusaha dalam peningkatan taraf
hidupnya, direspon dengan jawaban sebesar 100 persen yang berarti sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
83
Dalam penerimaan modal usaha ekonomi produktif bagi
masyarakat miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan atau dicatat,
memperoleh prosentase sebesar 74,29 persen. Hal ini apabila diinterprestsikan
dalam interval Sugiyono menunjukkan setuju. Kemudian untuk menjamin
keutuhan dana bantuan dan menghindari penyimpangan perlu meningkatkan
pengawasan dari aparat terkait dan melibatkan pengawasan dari masyarakat,
mendapat respon jawaban sebesar 88,57 persen, yang berarti responden sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
Program raksa desa membantu meningkatkan pelayanan pendidikan
bagi masyarakat miskin dalam meminimalisir angka droup out, direspon
dengan jawaban sebesar 62,29 persen yang berarti setuju. Disamping itu
program raksa desa dapat menunjang peningkatan taraf hidup dan partisipasi
gotong royong masyarakat mendapat respon jawaban sebesar 82,86 persen
yang berarti menunjukkan sangat setuju.
Untuk meningkatkan keterpaduan program, usulan semestinya
dimantapkan dalam perencanan melalui forum musrenbang dan realisasi
anggaran harus tepat waktu pada awal tahun anggaran mendapat respon
jawaban sebesar 91,43 persen, jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono
menunjukkan jawaban sangat setuju.
Secara umum pelaksanaan program raksa desa ditanggapi oleh satlak
kecamatan selaku responden memperoleh rata-rata prosentase sebesar 83,29
persen yang menunjukkan jawaban sangat setuju.
84
5.4.3. Pelaksanaan Program Raksa Desa di Tingkat Satlak Desa
Desa lokasi Program Raksa Desa merupakan sasaran program yang
mencerminkan pelaksanaan dari program tersebut, pada bagian pembahasan
ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program ditinjau dari persepsi
atau tanggapan Satlak desa yang menjadi responden dari penelitian ini.
Untuk mengetahui hasil angket tentang pelaksanaan program Raksa
Desa tingkat desa diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 19. Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Desa
No Pernyataan Jumlah Nilai
Yang Diperoleh
Jumlah Nilai
Yang ditetapkan Prosentase
1 Kegiatan pengarahan/sosialisasi yang diberikan dapat menambah wawasan dan pengertian tentang maksud dan tujuan Rakdes sehingga meningkatkan kesadaran dan pemahaman thd hakekat program tersebut
249 285 87,37%
2 Untuk menunjang keberhasilan Program Raksa Desa perlu dilakukan Rapat Koordinasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten setiap sebulan sekali
229 285 80,35%
3 Bagi desa yg belum mendapatkan bantuan Rakdes, penambahan dan multi infrastruktur, desa selain yang didapat dari bantuan pemerintah pusat atau APBD dirasa belum optimal
226 285 79,30%
4 Bagi desa yang belum mendapatkan bantuan Rakdes ketersediaan bantuan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin dirasa belum memadai
249 285 87,37%
5 Bagi desa yang mendapat bantuan Rakdes, pelayanan bidang kesehatan dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan anak baru lahir bagi keluarga miskin sudah memadai
208 285 72,98%
6 Program rakdes dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur desa, seperti jalan lingkungan jembatan dan
252 285 88,42%
85
irigasi 7 Program Rakdes membantu
menyediakan bantuan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin sehingga menambah kesempatan berusaha dalam upaya peningkatan taraf hidupnya
245 285 85,96%
8 Dalam penerimaan dana bantuan modal usaha ekonomi produktif bagai masayarakat miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan atau dicatat
215 285 75,44%
9 Program Rakdes membantu meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat miskin dalam meminimalisir angka droup out.
201 285 70,53%
10 Untuk meningkatkan keterpaduan Program rakdes usulan semestinya dimantapkan dalam perencanaan melalui forum musrenbang dan realisasi anggaran harus tepat waktu awal tahun anggaran
246 285 86,32%
11 Untuk menjamin keutuhan dana bantuan dan menghindari penyelewengan perlu meningkatkan pengawasan dari aparatur terkait serta melibatkan pengawasan dari masyarakat
233 285 81,75%
12 Program rakdes dapat menunjang peningkatan taraf hidup masyarakat miskin dan partisifasi gotong royong masyarakat
240 285 84,21%
Jumlah 2793 3420 81,67%
Sumber : Hasil penelitian angket, 2006
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi atau
pengarahan program raksa desa yang diberikan dapat menambah wawasan dan
pengertian tentang maksud dan tujuan serta hakekat program tersebut,
memperoleh respon jawaban sebesar 87,37 persen. Hal ini apabila
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban sangat
setuju. Dengan pengertian kegiatan sosialisasi atau pengarahan dan pelatihan
secara signifikan memberikan pengertian dan pemahaman kepada satlak desa
sehingga mereka mengerti tentang program tersebut. Kegiatan pelatihan
86
memang merupakan bagian dari tahapan program yang diberikan kepada
setiap tingkatan satlak termasuk pendamping program.
Untuk menunjang keberhasilan program perlu dilakukan rapat
koordinasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari tigkat
kecamatan dan kabupaten setiap sebulan sekali, memperoleh prosentase
sebesar 80,35 persen, menunjukkan jawaban sangat setuju.
Selanjutnya guna membandingkan persepsi antara desa-desa yang
telah dan belum mendapatkan program raksa desa, diajukan beberapa
pernyataan berikut, bagi desa yang belum mendapat bantuan raksa desa,
penambahan dan mutu infrastruktur desa selain yang didapat dari bantuan
pemerintah pusat atau APBD dirasa belum oftimal, memperoleh prosentase
jawaban 79,30 persen, hal ini jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono
menunjukkan setuju.
Sedangkan bagi desa yang belum mendapatkan raksa desa,
ketersediaan bantuan modal ekonomi produktif dirasa belum memadai,
mendapat prosentase jawaban sebesar 87,37 persen. Menunjukkan jawaban
sangat setuju.
Bagi desa yang mendapat program raksa desa, pelayanan bidang
kesehatan dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan anak baru lahir
dirasa cukup memadai, mendapat respon jawaban sebesar 72,98 persen,
apabila diinterprestasikan menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut.
Selanjutnya program raksa desa dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas infrastruktur desa, seperti jalan lingkungan, jembatan dan saluran
87
irigasi direspon dengan jawaban sebesar 88,42 persen yang berarti sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
Disamping itu program raksa desa membantu menyediakan bantuan
usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin sehingga menambah
kesempatan berusaha dalam peningkatan taraf hidupnya, direspon dengan
jawaban sebesar 85,96 persen yang berarti sangat setuju dengan pernyataan
tersebut.
Dalam penerimaan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat
miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan atau dicatat, memperoleh
prosentase sebesar 75,44 persen. Hal ini apabila diinterprestsikan dalam
interval Sugiyono menunjukkan setuju. Kemudian untuk menjamin keutuhan
dana bantuan dan menghindari penyimpangan perlu meningkatkan
pengawasan dari aparat terkait dan melibatkan pengawasan dari masyarakat,
mendapat respon jawaban sebesar 81,75 persen, yang berarti responden sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
Program raksa desa membantu meningkatkan pelayanan pendidikan
bagi masyarakat miskin dalam meminimalisir angka droup out, direspon
dengan jawaban sebesar 70,54 persen yang berarti setuju. Disamping itu
program raksa desa dapat menunjang peningkatan taraf hidup dan partisipasi
gotong royong masyarakat mendapat respon jawaban sebesar 84,21 persen
yang berarti menunjukkan sangat setuju.
Untuk meningkatkan keterpaduan program, usulan semestinya
dimantapkan dalam perencanan melalui forum musrenbang dan realisasi
anggaran harus tepat waktu pada awal tahun anggaran mendapat respon
88
jawaban sebesar 86,32 persen, jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono
menunjukkan jawaban sangat setuju.
Secara umum pelaksanaan program raksa desa ditanggapi oleh satlak
desa selaku responden memperoleh rata-rata prosentase jawaban sebesar 81,67
persen . Hal ini menunjukkan jawaban sangat setuju.
5.4.4. Pelaksanaan Program Raksa Desa menurut Persepsi Kelompok
Masyarakat Penerima Bantuan.
Kelompok masyarakat penerima bantuan merupakan sasaran dari
Program Raksa Desa yang perlu mendapatkan perhatian dan bantuan yang
berada di desa lokasi raksa desa agar mampu hidup berkembang dan
meningkatkan taraf kehidupannya serta berhak menerima pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah termasuk
kategori masyarakat keluarga pra sejahtera yang memiliki kemauan dan
kemampuan berusaha atau mempunyai usaha kecil baik individu maupun
kelompok, baik yang berstatus pemula atau sudah lama namun membutuhkan
tambahan modal usaha. Disamping itu calon penerima bantuan merupakan
warga setempat dan bertempat tinggal di desa yang bersangkutan serta
diusulkan oleh Pemerintah desa sebagai bagian sasaran program yang
dimasukkan dalam proposal kegiatan.
Sampai saat ini jumlah kelompok masyarakat yang telah diusulkan dan
mendapat bantuan program raksa desa berjumlah 808 pokmas selama
bergulirnya program raksa desa, dengan jumlah masing-masing kelompok
89
bervariasi antara 15-25 orang anggota. Disamping pokmas perguliran yang
jumlahnya relatif belum terinventarisir semua.
Untuk mengetahui hasil angket tentang pelaksanaan program raksa
desa menurut persepsi ketua kelompok penerima bantuan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 20. Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Program Raksa Desa menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan
No Pernyataan Jumlah Nilai
Yang Diperoleh
Jumlah Nilai
Yang ditetapkan Prosentase
1 Program Raksa Desa membantu menyediakan modal usaha ekonomi bagi masyarakat miskin sehingga menambah kesempatan berusaha disamping itu membantu pembangunan prasarana fisik di desa.
134 160 83,75%
2 Program Raksa Desa membantu meningkatan pelayanan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
119 160 74,37%
3 Program Raksa Desa dapat membantu meningkatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan ibu bersalin resiko tinggi dan penanganan bayi baru lahir bagi masyarakat miskin.
120 160 75%
4 Dalam penerimaan dana bantuan modal usaha ekonomi produktif bagi masyarakat miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan/dicatat
109 160 68,12%
5 Untuk menjamin keutuhan dana bantuan dan menghindari penyelewengan terhadap pelaksanaan Program Rakdes perlu meningkatkan pengawasan dari aparat terkait serta melibatkan pengawasan dari masyarakat.
129 160 80,62%
6 Dalam menindaklanjuti paska Program Raksa Desa perlu dibentuk lembaga ekonomi kecil yang berkekuatan hukum seperti BUMDES guna kesinambungan program bantuan.
132 160 82,50%
Jumlah 743 960 77,39 %
Sumber : Hasil penelitian angket, 2006
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa program raksa desa membantu
menyediakan modal usaha ekonomi bagi masyarakat miskin sehingga
90
menambah kesempatan berusaha, disamping itu membantu pembangunan
prasarana fisik di desa, memperoleh prosentase jawaban sebesar 83,75 persen.
Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan
jawaban sangat setuju.
Selanjutnya program raksa desa membantu meningkatkan pelayanan
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat kurang
mampu, mendapatkan respon jawaban sebesar 74,37 persen, hal ni
menunjukkan jawaban setuju. Disamping itu program raksa desa dapat
membantu meningkatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan ibu bersalin
resiko tinggi dan penanganan bayi baru lahir bagi masyarakat miskin,
memperoleh prosentase jawaban sebesar 75 persen. Apabila diinterprestasikan
dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
Dalam penerimaan dana bantuan modal usaha ekonom produktif bagi
masyarakat miskin diberikan sesuai dengan yang diusulkan atau dicatat,
mendapatkan respon jawaban sebesar 68,12 persen. Hal ini apabila
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
Untuk menjamin keutuhan dana bantuan dan menghindari
penyelewengan pelaksanaan program raksa desa perlu meningkatkan
pengawasaan dari aparat terkait dan melibatkan pengawasan dari masyarakat,
mendapatkan respon jawaban sebesar 80,62 persen. Hal ini menunjukkan
sikap atau jawaban sangat setuju.
Berkaitan dengan pelaksanan program raksa desa, dalam rangka
menindaklanjuti program raksa desa perlu dibentuk lembaga ekonomi kecil
yang berkekuatan hukum seperti BUMDES guna kesinambungan program
91
bantuan, mendapatkan respon jawaban sebesar 82,50 persen. Hal ini
menunjukan jawaban sangat setuju.
Secara umum pelaksanaan program raksa desa menurut persepsi
kelompok penerima bantuan, memperoleh rata-rata prosentase jawaban
sebesar 77,39 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval
Sugiyono menunjukkan jawaban setuju.
5.4.5. Exit Strategy Program Raksa Desa
Dalam mengatasi permasalahan pengentasan kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat melalui Program Raksa Desa tidak dapat dilakukan
secara partial atau sektoral tetapi harus integrated approach. Dalam kajian ini
sekilas diuraikan secara singkat exit strategy Program Raksa Desa, hal ini
guna memberikan gambaran seperlunya dengan tidak menguraikan secara
komprehensif mengingat keterbatasan waktu dan pembatasan masalah.
Adapun prinsip dasar yang diajukan untuk exit strategy adalah :
a. Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dalam
Program Raksa Desa harus menjadi komitmen semua pihak dan
menjadi landasan normatif bagi pelaku program.
b. Upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat dalam
Raksa Desa harus dipandang sebagai konsekwensi logis dari tanggung
jawab bersama bukan hanya Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Selain
itu upaya perbaikan penghidupan masyarakat miskin sebagai sasaran
program terus dilakukan.
c. Sistem pengelolaan program yang dilakukan Satlak Raksa Desa jangan
sampai kontra produktif bagi pelaksanaan pencapaian tujuan Program
92
Mikro : Implementasi prog Rakdes - Pemb Infrastruktur desa - Perekonomian desa - Pelayanan pendidikan - Pelayanan kesehatan
Raksa Desa, disamping itu terjalin koordinasi yang baik dalam
pelaksanaannya.
d. Sumber daya yang ada di desa harus dapat dioftimalkan untuk
mendukung pelaksanaan program, sementara pemerintah kabupaten
atau kota harus memberikan dukungan diantaranya berupa dana
operasional, program dan pembinaan agar terjalin sinergi.
Berdasarkan prinsip dasar tersebut, kerangka pikir untuk exit strategy Program Raksa Desa
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 14. Hierarkhi Exit Strategy Program Raksa Desa
Strategi khusus
Sebagai bahan untuk alternatif exit strategy maka aspirasi dan masukan
dari pelaku Program Raksa Desa selaku responden dalam hal ini Satlak Raksa
Desa dan kelompok masyarakat penerima bantuan (perwakilan masyarakat)
dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi ke depan.
Makro: Kebijakan Prop.Jawa Barat - Legislasi - Kerangka konseptual
Mezzo: Kebijakan teknis Rakdes - Teknis Administrasi - Teknis Operasional -
Supporting System Programme
Sustainability
Exit Strategy
93
1. Saran atau masukan Satlak Raksa Desa, diantaranya :
a. Untuk menunjang pelaksanaan program Rakdes diharapkan setiap
anggota Satlak dapat meningkatkan dan mengefektifkan
koordinasi.
b. Setiap anggota Satlak agar mengoftimalkan kinerjanya dalam
memfasilitasi Program Raksa Desa.
c. Untuk kelancaran program dan menghindari penyimpangan, agar
setiap anggota Satlak Raksa Desa meningkatkan pembinaan dan
pengawasan.
Inti dari saran-saran tersebut menyatakan bahwa dalam pengelolaan
Program Raksa Desa (Mezzo atau kebijakan teknis) hendaknya Satlak
Raksa Desa mengefektifkan koordinasi, mengoftimalkan kinerjanya, dan
meningkatkan pembinaan dan pengawasan.
2. Saran atau masukan kelompok masyarakat penerima bantuan :
a. Sosialisasi Program Raksa Desa kepada masyarakat agar
ditingkatkan.
b. Agar jumlah kuota Program Raksa Desa ditambah sehingga
masyarakat yang belum mendapatkan bantuan dapat terpenuhi dan
menghindari kecemburuan sosial.
c. Untuk menghindari kemacetan modal di masyarakat, agar Satlak
memfasilitasi ketentuan sanksi dan melakukan pembinaan.
d. Untuk kesinambungan program perlu dibentuk BUMDES
e. Hendaknya Pemerintah Propinsi Jawa Barat merealisasikan Program
Raksa Desa tepat waktu.
94
Inti dari saran-saran tersebut (mikro/Implementasi program)
menyatakan bahwa sosialisasi program ditingkatkan,jumlah kuota
ditambah,Satlak agar membina dan memfasilitasi kemacetan modal,
pembentukan BUMDES di desa, dan realisasi program Rakdes tepat
waktu.
Selanjutnya saran atau masukan tersebut menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan strategi ke depan (exit strategy). Namun
demikian salah satu strategi ke depan yang menjadi aspirasi kelompok
masyarakat di desa adalah pembentukan BUMDES di desa, karena dana
Program Raksa Desa tersebut diharapkan terus bergulir dan menjadi aset
desa sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat.
VI. ANALISIS PERANCANGAN PROGRAM
6.1. Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Analisis lingkungan internal merupakan suatu proses, dimana organisasi
melakukan penilaian terhadap peran dan fungsinya. Dalam hal ini Pemerintah
Kabupaten Karawang yang diformulasikan dalam bentuk Satuan Pelaksana
Program Raksa Desa melakukan penilaian untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan dalam melaksanakan Program Raksa Desa, pelaksanaan fungsi dan
peran Satlak Raksa Desa, seperti komitmen pejabat, keterpaduan program yang
mencakup komitmen pejabat, pelaksanaan peran dan fungsi, koordinasi, dukungan
dinas/instansi, dukungan BOP dan pembinaan dalam pelaksanaan program.
Adapun ringkasan kekuatan dan kelemahan dari Satlak Program Raksa Desa
Kabupaten Karawang sebagai berikut :
Tabel 21. Kekuatan dan Kelemahan Satlak Raksa Desa Kabupaten
Kekuatan Kelemahan
1. Adanya komitmen 1. Masih kurangnya komitmen pejabat
2. Legalitas kewenangan mll pmbentukn Satlak
2. Sinegritas program blm optimal
3. Dukungan BOP 3. Kurang koordinasi antar anggota Satlak
4. Dukungan Dinas/instansi terkait 4. Jarangnya Melaksanakan Rakor
5. PTO dan Juknis 5. Kemampuan SDM Aparat bervariasi
6. Kesanggupan pemerintah desa selaku
penerima program
97
A. Komitmen Pemerintah Daerah
Komitmen Pemerintah Daerah sangat diperlukan bagi pelaksanaan
Program Raksa Desa, hal ini mengingat program tersebut merupakan tugas
pembantuan dari Pemerintah Propinsi kepada pemerintah desa sehingga
keberadaan Pemerintah Daerah yang kapabel dan mempunyai komitmen sangat
menunjang sekali bagi berlangsungnya program tersebut. Pemerintah Kabupaten
Karawang diharapkan mampu melakukan fasilitasi dan pembinaan serta
pengawasan terhadap pelaksanaan program, disamping itu berpartisipasi
menyediakan dana penunjang berupa biaya operasional pelaksanaan tugas dan
fungsi satuan pelaksana kabupaten. Adapun komitmen yang harus dilakukan oleh
Pemerintah Daerah guna menyukseskan Program Raksa Desa sesuai Surat Edaran
Gubernur Jawa Barat meliputi :
1. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menyedikan dana tambahan
biaya operasional.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota bersedia mensinergikan program maupun
anggaran ke lokasi Program Raksa Desa.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota akan membina secara intens pelaksanaan
Program Raksa Desa (Satlak Desa).
4. Pemerintah Kabupaten/Kota akan mendorong tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat.
98
B. Legalitas Kewenangan melalui Pembentukan Satuan Pelaksana
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan Program Raksa
Desa perlu dibentuk Satuan Pelaksana pada setiap tingkatan pemerintahan. Satlak
kabupaten terdiri atas gabungan dinas atau instansi terkait yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Karawang, yang mempunyai tugas dan
fungsi diantaranya:
1. Menyebarluaskan informasi dan sosialisai atau desiminasi tentang
Program Raksa Desa kepada Satlak desa dan masyarakat.
2. Menyusun petunjuk teknis lingkup kabupaten dan melaksanakan
pembinaan teknis pelaksanaan Program Raksa Desa.
3. Melaksanakan pengendalian, monitoring dan evaluasi proggram di
lingkup kabupaten.
4. Melaksanakan pelatihan bagi Satlak Desa dan melakukan koordinasi
dengan Satlak propinsi.
5. Menerima laporan kemajuan pelaksanaan program dan menerima
pengaduan masyarakat berkaitan dengan penyimpangan program
sekaligus menindaklanjutinya.
Dukungan BOP
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa Pemerintah Kabupaten
Karawang mempunyai komitmen untuk menunjang pelaksanaan Program Raksa
Desa, salah satu bentuk komitmen tersebut dengan berpartisipasi menyediakan
biaya operasional bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Satlak Kabupaten. Pada
Tahun 2005 dianggarkan dana sebesar Rp.100 juta, dan Tahun 2006 mengalami
99
kenaikan menjadi Rp.130 juta. Adapun secara umum peruntukan biaya operasinal
Satlak tersebut, diantaranya untuk operasionalisasi kegiatan, sosialisasi atau
desiminasi, pelaksanaan pelatihan, koordinasi, penyusunan perencanaan dan
pelaporan.
Dukungan Dinas atau Instansi
Program Raksa Desa merupakan program terpadu yang memerlukan
keterlibatan dinas atau instansi terkait, guna mewujudkan keberhasilan program
tersebut dinas atau instansi terkait dilibatkan dalam Satuan Pelaksana kabupaten.
Disamping itu Pemerintah Propinsi mengharapkan agar dinas atau instansi yang
ada di kabupaten/kota memberikan perhatian kepada pemerintah desa lokasi
Program Raksa Desa dengan mengalokasikan program dan anggaran kepada desa
lokasi Raksa Desa sehingga dapat menunjang keberhasilan program tersebut.
Petunjuk Teknis Operasionaal dan Juknis
Petunjuk teknis operasional dan juknis Program Raksa Desa merupakan
acuan dan arah program yang memuat ketentuan dan petunjuk pengelolaan,
pelaksanaan dan pengendalian atau pengawasan serta teknis pelaporan Program
Raksa Desa yang harus dipedomani oleh pelaku Program Raksa Desa di daerah.
Petunjuk teknis Program Raksa Desa tersebut dikeluarkan berdasarkan Surat
Edaran Gubernur Jawa Barat.
Kesanggupan Pemerintah Desa selaku Penerima Program
Menurut pasal 206 huruf C dan pasal 207 Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi atau
Pemerintah Kabupaten/Kota disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana
100
serta sumberdaya manusia. Tugas pembantuan pada dasarnya meliputi aspek
sebagai berikut :
1. Merupakan kewenangan pemberi tugas (dalam hal ini Pemerintah Propinsi
Jawa Barat).
2. Penerima tugas dapat menolak sebagian atau seluruhnya, bila pemberian
tugas pembantuan tersebut tidak disertai pembiayaan, sarana dan prasarana
serta sumberdaya manusia.
3. Penerima tugas (Desa) harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada pemberi tugas (Pemerintah Propinsi)
Dalam hal ini Pemerintah Desa di Kabupaten Karawang menerima dan
menyanggupi tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah Propinsi dan
sepakat akan melaksanakannya.
6.2. Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Setiap organisasi, tak terkecuali pemerintah daerah berada dalam suatu
jaringan yang mendapat tekanan lingkungan yang sangat kompleks yang
berdampak pada kecenderungan perubahan. Untuk menyusun suatu strategi
terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap lingkungan eksternal untuk
mengidentifikasikan kemungkinan peluang dan ancaman serta menganalisis
lingkungan internal guna mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan- kelemahan
yang dimiliki, dari hasil analisis lingkungan eksternal Satlak Raksa Desa maka
dapat disusun peluang dan ancaman seperti tabel berikut :
101
Tabel 22. Peluang dan Ancaman pada Satlak Raksa Desa Kabupaten
Peluang Ancaman
1. Terdapatnya pendamping 1. Persepsi masyarakat thd bantuan Pemerintah
2. Peningkatan peran masyarakat desa 2. Kecemburuan sosial bagi masyarakat yang belum mendapat bantuan
3. Tersedianya modal usaha 3. Masih terjadi penyimpangan atau penyelewengan
4. Meningkatnya pelayanan kesehatan dan pendidikan
4. Timbulnya kemacetan modal bergulir akibat
belum ada sanksi yang tegas
5. Bertambahnya infrastruktur desa 5. Keterlambatan Realisasi program
6. Bisa dibentuk lembaga usaha ekonomi kecil di desa (Bumdes)
A. Terdapatnya Pendamping
Tenaga pendamping merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah
Propinsi Jawa Barat dalam rangka memberikan tugas pembantuan kepada
pemerintah desa, yang mempunyai tugas membantu dan memfasilitasi satlak
desa dalam penyelenggaraan Program Raksa Desa. Tenaga pendamping
tersebut direkrut dari unsur masyarakat atau sarjana lokal yang berdomisili di
lingkungan kecamatan yang bersangkutan yang kemudian dilatih oleh
Pemerintah propinsi atau kabupaten. Tenaga pendamping ini mempunyai
tugas mencakup desa di kecamatan masing-masing.
Pada tahun 2006 terdapat 10 pendamping sesuai dengan alokasi Raksa
Desa pada 10 kecamatan, sedangkan jumlah desa yang ditangani bervariasi
sesuai alokasi jumlah desa yang menerima bantuan pada kecamatan yang
bersangkutan. Adapun tugas dan tanggungjawab Tenaga Pendamping,
diantaranya adalah :
102
1. Memberikan informasi dan pengertian tentang Program Raksa Desa
kepada desa.
2. Membantu memandu pelaksanaan forum musyawrah desa dan
menampung usulan kegiatan hasil musyawarah.
3. Membantu Satlak desa dalam menyiapkan dokumen pencairan dana
dan penyusunan laporan kemajuan pelaksanaan program.
4. Membantu satlak desa dengan memberikan masukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program serta bila terjadi penyimpangan
yang dilakukan oleh kerlompok atau satlak desa.
5. Membantu Camat atau Kepala desa dalam penyusunan laporan.
B. Peningkatan Peran Masyarakat Desa
Konsekwensi dengan mendapatkannya Program Raksa Desa adalah
meningkatnya peran masyarakat desa, karena muatan dari program tersebut
diantaranya memberdayakan masyarakat desa, disamping itu melibatkan
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program.
Masyarakat terlibat dalam perencanaan untuk menyusun rencana kegiatan dan
sasaran, selanjutnya menjadi bagian dari sasaran program dalam menerima
bantuan usaha dan sasaran pelayanan pendidikan dan kesehatan. Kemudian
terlibat dalam pelaksanaan program khususnya pembangunan prasarana
infrastruktur desa, bahkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat desa
baik berupa pikiran, materil maupun dana.
103
C. Tersedianya Modal Usaha
Program Raksa Desa menyediakan bantuan modal usaha ekonomi
produktif bagi masyarakat miskin yang telah ditetapkan sebagai sasaran
program sesuai dengan mekanisme pengajuan proposal hasil musyawarah
desa. Adapun besarnya bantuan modal usaha ekonomi sebesar Rp. 60 juta per
desa. Sedangkan alokasi bantuan yang diterima masyarakat bervariasi sesuai
dengan jenis usaha dan kesanggupan pinjaman modal yang diajukan.
Umumnya jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa diantaranya usaha
perdagangan seperti usaha warungan, endul, kerajinan rumahan dll dan usaha
pertanian (usaha sayur mayur atau palawija) serta peternakan.
D. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Program Raksa Desa bidang kesehatan difokuskan pada upaya yang
dapat menurunkan angka kematian ibu akibat komplikasi baik hamil maupun
bersalin serta upaya peningkatan dan pencegahan lainnya. Kegiatan-kegiatn
tersebut meliputi kegiatan pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir dengan komplikasi pada masyarakat miskin lokasi Program Raksa
Desa. Pelayanan ini akan dilaksanakan di semua fasilitas pelayann kesehatan
pemerintah (Puskesmas,RSUD, Rumah Bersalin) dan rumah sakit swasta yang
ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Program Raksa Desa bidang pendidikan diarahkan pada kegiatan
bidang pendidikan diantaranya meliputi pemberian subsidi biaya
penyelenggaraan pendidikan dan beasiswa bagi siswa SD dan SMP atau
104
Tsanawiyah bagi masyarakat kurang mampu di desa lokasi Program Raksa
Desa dalam rangka mengurangi angka droup out dan meningkatkan wajib
belajar 9 tahun.
E. Bertambahnya Infrastruktur Desa
Alokasi dana Program Raksa Desa bidang fisik difokuskan pada
pembangunan infrastruktur desa terutama jalan desa, dengan tujuan agar
masyarakat mempunyai akses yang lebih baik dan desa menjadi lebih terbuka
sehingga masyarakat dapat lebih berinteraksi dengan pihak luar atau
pelayanan yang disediakan pemerintah, seperti pendidikan dan kesehatan.
Bantuan yang disediakan untuk pembangunan fisik sebesar Rp. 40 juta per
desa. Pada Tahun 2006 telah terwujud penambahan infrastruktur desa sekitar
746 proyek yang tersebar di 202 desa, meliputi pembangunan jembatan,
penyirtuan atau pengaspalan jalan desa, pembangunan saluran irigasi,
penyediaan air bersih, SPAL, dll.
F. Pembentukan Lembaga Usaha Ekonomi Kecil (BUMDES) di Desa
Sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan paska pelaksanaan
Program Raksa Desa khususnya bidang ekonomi, tentunya perlu upaya untuk
memfasilitasi masyarakat desa untuk menampung kegiatan ekonomi yang
telah berjalan melalui pembentukan wadah berupa kelembagaan ekonomi
mikro yang me mpunyai kekuatan hukum yang dikelola oleh desa berbentuk
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah
105
Propinsi Jawa Barat yaitu mengembangkan struktur perekonomian yang
tangguh, dengan kebijakan mengembangkan usaha ekonomi skala kecil dan
menengah, dengan tujuan mewujudkan fungsi lembaga keuangan yang dapat
mendorong usaha ekonomi kecil masyarakat di desa.
6.3. Formulasi Strategi
Formulasi strategi disusun dari hasil jawaban kuisioner yang diajukan
kepada pihak pelaksana Program Raksa Desa yang ditetapkan. Terdapat 4
responden utama yang menjadi sumber pengisian kuisioner, responden tersebut
meliputi ketua Satlak Program Raksa Desa kabupaten, kecamatan, desa dan salah
seorang ketua kelompok penerima bantuan. Hal ini dimaksudkan mengingat
responden tersebut terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan Program Raksa
Desa. Penulis menentukan responden berdasarkan pihak yang dibutuhkan
keterangannya dalam penulisan kajian ini.
6.3.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal Program Raksa Desa
Dalam matriks EFI, jumlah nilai yang dibobot dapat berkisar dari 1,0
sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total nilai yang dibobot 2,5 merupakan ciri
organisasi yang lemah secara internal, sedangkan jumlah rata-rata di atas 2,5
menunjukkan posisi internal yang kuat. Dari matriks EFI pada Tabel 21
diketahui bahwa total nilai yang dibobot sebesar 2,551. Hal ini menunjukkan
Satlak Program Raksa Desa di atas rata-rata dalam kekuatan internal secara
keseluruhan atau memiliki posisi internal yang kuat.
106
Tabel 23. Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa
Faktor – faktor internal R1 R2 R3 R4 Nilai
Rata Kekuatan
1. Adanya Ketentuan Pemda 0,48 0,36 0,24 0,12 0,30
2. Legalitas Kewenangan satlak 0,24 0,24 0,32 0,16 0,24
3. Dukungan BOP 0,21 0,21 0,21 0,07 0,175
4. Dukungan Dinas/Instansi 0,32 0,24 0,16 0,16 0,220
5. PTO dan Juknis 0,48 0,48 0,36 0,24 0,390
6. Kesanggupan Pem.Desa 0,21 0,21 0,28 0,14 0,210
Kelemahan
1. Kurang komitmen pejabat 0,27 0,27 0,27 0,18 0,248
2. Sinegritas belum optimal 0,36 0,24 0,24 0,12 0,240
3. Kurang Koordinasi 0,27 0,27 0,27 0,18 0,248
4. Jarang Rapat Koordinasi 0,24 0,16 0,16 0,08 0,160
5. Kmp SDM Satlak Relatif 0,16 0,08 0,16 0,08 0,120
Total 2,551 Ket : R = responden (pelaku Raksa Desa)
6.3.2. Analisis Evaluasi Faktor Eksternal Satlak Program Raksa Desa
Dalam matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 dan
yang terendah adalah 1,0, sedangkan rata-rata yang dibobot adalah 2,5. Jumlah
nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan strategi yang dilakukan
secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh
negatif potensial dari ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0
menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan memanfaatkan peluang atau
menghindari ancaman eksternal.
Dari matriks EFE pada Tabel 22 diketahui bahwa total nilai yang
dibobot adalah 2,769 dan berada di atas rata-rata nilai yang dibobot yaitu 2,5.
Hal ini menunjukkan bahwa Satlak Program Raksa Desa telah memanfaatkan
107
peluang yang ada dan meminimalkan ancaman yang ada dengan cukup baik
walaupun belum oftimal.
Tabel 22. Nilai Rata–rata Evaluasi Faktor Eksternal Satlak Rakdes
Faktor–faktor Eksternal R1 R2 R3 R4 Nilai
Rata Peluang
1. Pendapat pendamping 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
2. Peningkatan peran masy 0,24 0,24 0,32 0,32 0,28
3. Tersedia modal usaha 0,36 0,36 0,36 0,27 0,338
4. Peningkatan ply kes & Pend 0,21 0,21 0,28 0,28 0,245
5. Pemanfaatan Infstruktur Des 0,27 0,36 0,36 0,36 0,338
6. Bisa dibentruk Bumdes 0,36 0,36 0,36 0,48 0,390
Ancaman
1. Persepsi masy thd bant Desa 0,18 0,09 0,09 0,18 0,135
2. Kecemburuan Sosial 0,20 0,20 0,10 0,20 0,175
3. Kemungkinan tjd Penylnga 0,07 0,07 0,14 0,07 0,088
4. Terjadi kemacetan Mdl Ush 0,12 0,06 0,06 0,12 0,090
5. Keterlambatan Realisasi Prg 0,36 0,36 0,36 0,48 0,390
Total 2,769
Ket : R = Responden (Pelaku Raksa Desa)
6.3.3. Analisis SWOT Satlak Program Raksa Desa
Perumusan strategi bagi Satlak Program Raksa Desa dapat diperoleh
dari gabungan hasil analisis Evaluasi Faktor Internal dan Evaluasi Faktor
Eksternal sebagaimana telah diuraikan di atas. Pada Satlak Program Raksa
Desa ditemukan berbagai kekuatan,kelemahan, ancaman dan peluang yang
berpengaruh terhadap perkembangan peran dan pelaksanaan kegiatannya.
Berikut ini adalah rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis faktor
internal dan eksternal di atas :
108
A. Strategi S-O (Strengths-Opportunities)
Kekuatan yang dimiliki oleh Satlak Program Raksa Desa adalah
adanya komitmen Pemerintah Kabupaten Karawang, legalitas kewenangan
Satlak, dukungan BOP, dukungan dinas atau instansi terkait, dan adanya
petunjuk teknis operasional serta adanya kesanggupan Pemerintah desa.
Sedangkan peluang yang ada adalah terdapatnya pendamping program,
terjadinya peningkatan peran masyarakat, tersedianya modal usaha bagi
masyarakat, peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan,
penambahan infrastruktur desa dan dapat dibentuk lembaga ekonomi kecil
(BUMDES) di desa.
Satlak Program Raksa Desa mempunyai legalitas kewenangan dan
komitmen Pemerintah Daerah dimanfaatkan untuk meningkatkan peran
dan fungsi Satlak dalam menyikapi peluang adanya pendamping program
dan peningkatan peran masyarakat desa. Selanjutnya dengan adanya
kekuatan yang dimiliki berupa dukungan BOP, dukungan dinas atau
instansi terkait dan PTO serta kesanggupan pemerintah desa dimanfaatkan
guna mengoftimalkan kinerja Stlak dalam memfasilitasi program serta
menyikapi peluang tersedianya modal usaha, peningkatan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penambahan infrastruktur desa. Disamping itu
Pembentukan BUMDES merupakan strategi untuk menyikapi peluang
yang muncul paska program untuk yang memungkinkan dibentuknya
BUMDES sebagai upaya menjaga kesinambungan program juga aspirasi
masyarakat desa.
109
B. Strategi W-O (Weakness-Opportunities)
Kelemahan Satlak Program Raksa Desa saat ini adalah masih
kurang komitmennya pejabat terkait, sinergitas program belum oftimal,
masih kurangnya koordinasi, jarangnya melakukan rapat koordinasi
khusus menyangkut masalah Rakdes, dan kemampuan SDM Satlak
bervariasi. Sedangkan peluang Satlak untuk mengatasi kelemahannya
adalah terdapatnya pendamping program, peningkatan peran msyarakat,
tersedianya modal usaha bagi masyarakat, peningkatan pelayanan
kesehatan dan pendidikan, penambahan infrastruktur desa serta bisa
dibentuknya BUMDES. Dalam hal ini peluang yang ada dimanfaatkan
guna menutup kelemahan berupa kurangnya komitmen pejabat, sinergitas
program belum oftimal,kurang koordinasi dan jarangnya rapat melalui
strategi peningkatan komitmen dan perhatian terhadap pelaksanaan Rakdes
dan mengefektifkan koordinasi antar satlak, antar sektor termasuk dengan
propinsi. Sedangkan peluang berupa adanya dana modal usaha yang
disalurkan pada masyarakat dan peluang dibentuknya BUMDES dapat
disikapi melalui peningkatan kemampuan pelaku Raksa Desa dalam upaya
memfasilitasi program dan paska program dengan pembentukan
BUMDES.
C. Strategi S-T (Strengths-Threats)
Kekuatan yang dimiliki Satlak Program Raksa Desa yaitu adanya
komitmen Pemerintah Daerah, legalitas kewenangan Satlak, dukungan
110
BOP, dukungan dinas atau instansi terkait dan adanya petunjuk teknis
operasional serta adanya kesanggupan Pemerintah desa. Sedangkan
ancaman yang muncul meliputi persepsi masyarakat terhadap bantuan
pemerintah yang dianggap merupakan hibah karena program sebelumnya,
kecemburuan sosial masyarakat yang belum mendapat bantuan,
kemungkinan terjadi penyelewengan dan kemungkinan terjadi kemacetan
modal usaha serta keterlambatan realisasi program. Untuk menyikapi
ancaman yang muncul dan memanfaatkan kekuatan yang ada maka Satlak
Program Raksa Desa dapat mengambil langkah melalui upaya mencakup
mempedomani PTO dan juknis dalam pelaksanaan Rakdes, mengusulkan
penambahan kuota Rakdes kepada propinsi dan memfasilitasi ketentuan
sanksi yang dibuat kelompok masyarakat bila terjadi kemacetan.
D. Strategi W-T (Weakness-Threats)
Kelemahan Satlak Program Raksa Desa yaitu masih kurang
komitmennya pejabat terkait, sinergitas program belum oftimal, masih
kurang koordinasi, jarangnya melakukan rapat koordinasi menyangkut
masalah Raksa desa serta kemampuan SDM Satlak bervariasi. Sedangkan
ancaman yang muncul meliputi persepsi masyarakat terhadap bantuan
pemerintah, kecemburuan sosial masyarakat yang belum mendapat
bantuan, terjadi penyelewengan dan terjadi kemacetan modal usaha serta
keterlambatan realisasi program disikapi dengan mengoftimalkan
sosialisai, meningkatkan pembinaan dan pengawasan serta mengusulkan
realisasi program tepat waktu.
111
Tabel 25. Matrik SWOT Satlak Raksa Desa Kabupaten
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength (Kekuatan) 1. Adanya komitmen Pemda 2. Legalitas kewenangan Satlak 3. PTO dan Juknis Rakdes 4. Dukungan BOP 5. Dukungan Dinas/Instansi 6. Kesanggupan Pemerintah Desa
Weakness ( Kelemahan) 1. Kurng komitmen pejabat. 2. Sinegritas belum optimal 3. Kurang koordinasi 4. Jarang rapat koordinasi 5. Kemampuan anggota Satlak
relatif bervariasi.
Opportunities 1. Terdapat pendamping 2. Peningkatan peran masyrakat 3. Tersedia modal usaha 4. Peningkatan pelayanan kesehatan
dan pendidikan 5. Penambahan infrastruktur desa 6. Dapat dibentuk BUMDES
STRATEGI S-O 1. Peningkatan peran dan fungsi
Satlak Raksa Desa 2. Mengoftimalkan kinerja Satlak
dalam memfasilitasi Program Raksa Desa
3. Pembentukan BUMDES
STRATEGI W-O 1. Peningkatan komitmen dan
perhatian terhadap pelaksanaan program Rakdes
2. Mengefektifkan kordinasi antar satlak dan antar sektor termasuk dengan Propinsi
3. Meningkatkn kemampuan pelaku program Rakdes
Threath 1. Persepsi masyarakat trhadap
bantuan pemerintah 2. Kecemburuan sosial masy yang
belum dapat bantuan 3. Kemungkinan terjadinya
penyelewengan 4. Kemungkinan terjadi kemacetan
modal usaha 5. Keterlambatan realisasi program
STRATEGI S-T 1. Mempedomani PTO dan juknis
dalam pelaksanan program Rakdes.
2. Mengusulkan penambahan jumlah kuota Rakdes.
3. Memfasilitasi ketentuan sanksi yang dibuat masyarakat bila terjadi kemacetan
STRATEGI W-T 1. Mengoftimalkn sosialisasi
program Rakdes kepada masyarakat.
2. Meningkatkn pembinaan dan pengawasan trhadap pelaksanaan Rakdes.
3. Mengusulkan kepada Pemerintah Propinsi agar realisasi program tepat waktu.
Dari Matriks SWOT sebagaimana diuraikan pada Tabel 23 di atas,
maka analisis SWOT tersebut menghasilkan beberapa strategi alternatif,
yaitu :
1. Peningkatan peran dan fungsi Satlak Program Raksa Desa.
2. Mengoftimalkan kinerja Satlak dalam memfasilitasi Raksa Desa.
3. Pembentukan lembaga ekonomi kecil (BUMDES) di desa.
112
4. Peningkatan komitmen dan perhatian terhadap Program Raksa
Desa.
5. Mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor termasuk
dengan Propinsi.
6. Meningkatkan kemampuan pelaku Program Raksa Desa.
7. Mempedomani PTO dan juknis dalam pelaksanaan program
Rakdes.
8. Mengusulkan penambahan jumlah kuota Rakdes kepada propinsi.
9. Memfasilitasi sanksi yang dibuat masyarakat bila terjadi
kemacetan.
10. Mengoftimalkan sosialisai program Rakdes kepada masyarakat.
11. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rakdes.
12. Mengusulkan kepada Pemerintah Propinsi agar realisasi program
Raksa Desa tepat waktu.
6.3.4. Matriks Internal-Eksternal (IE) Satlak Program Raksa Desa
Dari hasil rata-rata perkalian bobot dan rating seperti diuraikan pada
Tabel 23 dan Tabel 24 di atas, maka diperoleh nilai total evaluasi faktor
internal sebesar 2,551 dan nilai total evaluasi faktor eksternal sebesar 2,769.
Kedua nilai total tersebut dapat dipetakan dalam matriks Internal-Eksternal
113
untuk memperoleh alternatif strategi yang dapat dikembangkan dalam
pelaksanaan Program Raksa Desa.
Pada gambar 9, posisi pertahankan dalam matriks IE berarti Satlak
Program Raksa Desa memiliki kekuatan untuk bertahan dalam
melaksanakan peran dan fungsinya melaksanakan program Raksa Desa,
selain itu Satlak Program Raksa Desa sebaiknya mempertahankan kegiatan
yang baik yang telah dicapai sesuai dengan peran dan fungsinya.
Sedangkan posisi pelihara berarti Satlak Program Raksa Desa
mempunyai kewajiban untuk menjaga dukungan yang sudah ada dan
mencapai semua tujuan program seoftimal mungkin. Disamping itu segera
mewujudkan tujuan pelaksanaan program yang belum tercapai serta
memperbaiki kegiatan Satlak khususnya mensinergikan program yang
belum oftimal sehingga dapat meningkatkan kinerja Satlak Program Raksa
Desa. Dalam kondisi baik untuk berkembang seperti itu, strategi yang dapat
diterapkan adalah mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor,
mengoftimalkan kinerja Satlak dan meningkatkan pembinaan dan
pengawasan. Adapun gambaran matriks IE sebagai berikut :
114
Total Nilai EFI (2,551)
Kuat Rata Lemah
Total EFE (2,769) 3,0 -4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99
Tinggi
3,0 – 4,0
Sedang
2,0 – 2,99
Rendah
1,0 – 1,99
Gambar 15. Matrik IE Satlak Program Raksa Desa
6.3.5. Penentuan Strategi
Untuk menentukan strategi dalam SPACE Matriks, perlu diketahui
nilai yang menentukan letak sumbu X dan sumbu Y dalam matriks.
Koordinat sumbu X merupakan penjumlahan dari nilai rata-rata keunggulan
Kompetitif dan kekuatan industri, sedangkan penjumlahan dari nilai rata-rata
kekuatan keuangan dan stabilitas lingkungan merupakan penentu koordinat
sumbu Y.
Hasil penentuan rating terhadap variabel penyusunan faktor matriks
tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Dari pemberian rating tersebut maka
dapat diperoleh rata-rata masing-masing faktor (keunggulan kompetitif,
kekuatan keuangan, stabilitas lingkungan dan kekuatan industri)
sebagaimana diuraikan pada Tabel 27.
1. Tumbuh & Bina 2. Tumbuh dan bina
3. Pertahankan & pelihara
4.Tumbuh dan bina 5. Pertahankan dan
pelihara
6. Deviasi
7. Pertahankan dan
Pelihara
8. Deviasi 9. Deviasi
115
Tabel 26. Variabel Penyusunan SPACE Matriks Satlak Raksa Desa
Faktor Strategis Internal R1 R2 R3 R4
Keunggulan Kompetitif (CA)
1. Adanya komitmen Pemda -1 -1 -1 -1
2. Legalitas kewenagan Satlak -1 -2 -2 -3
3. PTO dan Juknis -1 -3 -1 -3
Kekuatan Keuangan (FS)
1. Dukungan BOP 6 6 6 2
2. Dukungan dinas/instansi 6 6 6 2
3. Kesanggupan Pemerintah Desa 6 6 6 2
Faktor Strategis Eksternal
Stabilitas Lingkungan (ES)
1. Kecemburuan masy yg belum dapat bantuan -1 -3 -1 -4
2. Persepsi masy terhadap bantuan pemerintah -1 -3 -1 -4
Kekuatan Industri (IS)
1. Keterlambatan realisasi program 3 4 3 4
2. Terjadi kemacetan modal usaha 3 4 3 4
3. Kemungkinan terjadi penyelewengan (deviasi) 3 4 3 4
Ket : R = Responden (Pelaku Program Raksa Desa)
Tabel 27. Nilai Rata-rata Empat Faktor SPACE Matriks Satlak Raksa Desa
Faktor Penyusun SPACE Matriks R1 R2 R3 R4
Nilai
Rata - rata
1. Keunggulan Kompetitif (CA) -1 -2 -1,3 -2,3 -1,7
2. Kekuatan Finansial (FS) 6 6 6 2 5
3. Stabilitas Lingkungan (ES) -1 -3 -1 -4 -2,3
4. Kekuatan Industri (IS) 3 4 3 4 3,5
Ket : R = Responden (Pelaku Program Raksa Desa)
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penghitungan nilai rata-rata
faktor penyusun SPACE matriks tersebut adalah sebagai berikut :
116
Koordinat vektor penunjuk arah sumbu X : (-1,7) + 3,5 = 1,8
Koordinat vektor penunjuk arah sumbu Y : (-2,3) + 5 = 2,7
Gambar SPACE matriks dari hasil perhitungan letak sumbu X dan
sumbu Y di atas, dapat dilihat pada gambar berikut :
FS 5 Knservatif Agresif 4 3 2 ( 1,8 : 2,7 ) 1
CA 0 IS -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 -1 -2 -3 -4 Defensif Bersaing -5 ES
Gambar 16. SPACE Matrik Satlak Program Raksa Desa
Dari koordinat tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa strategi
yang dihasilkan oleh SPACE matrik adalah strategi dalam profil agresif.
Dalam profil tersebut Satlak Program Raksa Desa memiliki kekuatan
keuangan dan dukungan yang kuat untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya. Dalam kondisi ini, strategi yang dapat diterapkan oleh Satlak
Program Raksa Desa untuk mensinergikan program meliputi
117
mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor, mengoftimalkan
kinerja Satlak dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa jika arah panah suatu
organisasi (Satlak Raksa Desa) terletak pada kuadran agresif dari SPACE
matrik, maka organisasi tersebut berada pada posisi yang baik untuk
memanfaatkan kekuatan internalnya untuk memanfaatkan peluang
mengatasi masalah/kelemahan internalnya dan menghindari ancaman
eksternal.
Apabila dibandingkan antara SPACE Matriks dengan Matriks IE
yang telah diuraikan di atas, terdapat persamaan strategi utama yang
dihasilkan antara SPACE matrik dan Matrik IE. Persamaan tersebut terletak
pada strategi berupa mengefektifkan koordinasi antar satlak (W-O),
mengoftimalkan kinerja Satlak (S-O) dan meningkatkan pembinaan dan
pengawasan (W-T). Dalam hal ini posisi bertahan dalam matrik IE
menunjukkan bahwa Satlak Raksa Desa memiliki kekuatan untuk bertahan
dalam melaksanakan peran dan fungsinya,dan posisi pelihara berarti Satlak
mempunyai kewajiban menjaga dukungan yang sudah ada. Sedangkan
dalam SPACE matrik menunjukkan strategi pada profil agresif berarti Satlak
Raksa Desa memiliki kekuatan keuangan dan dukungan yang cukup kuat
dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Namun demikian apabila terjadi
ketidaksesuaian atau kontradiksi diantara keduanya, hal itu dimungkinkan
karena kekeliruan dalam aplikasi ataupun penerapan metodenya.
Untuk selanjutnya strategi utama yang dihasilkan tersebut akan
diolah dengan QSPM untuk mendapatkan strategi pilihan.
118
6.3.6. QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matrix) Satlak Rakdes
Metode matrik internal eksternal menghasilkan strategi
mengefektifkan koordinasi, mengoftimalkan kinerja Satlak dan
meningkatkan pembinaan dan pengawasan. Sedangkan matrik SPACE
berada dalam posisi agresif yang menghasilkan strategi intensif, integratif
dan diversifikasi. Namun dari ketiga strategi generik yang dihasilkan oleh
kedua metode tersebut di atas, maka yang dapat diterapkan dan cocok untuk
situasi Satlak saat ini adalah strategi intensif.
Strategi yang akan dipilih dalam metode QSPM ini adalah strategi
yang memiliki jumlah total nilai daya tarik tertinggi. Untuk memperoleh
jumlah tersebut perlu diketahui nilai daya tarik alternatif strategi bagi
responden.
Dari Tabel 28 dapat diketahui bahwa jumlah total daya tarik
tertinggi jatuh pada strategi mengefektifkan koordinasi Satlak dan antar
sektor termasuk dengan propinsi. Strategi ini merupakan strategi yang
bertujuan agar Satlak Program Raksa Desa mampu lebih mengoftimalkan
sinergitas program sehingga pelaksanaan program akan lebih baik dan
tujuan dari program dapat tercapai. Disamping itu Satlak juga dapat
memperbaiki kinerjanya atau mengembangkan program untuk menghindari
deviasi atau penyelewengan yang mungkin muncul. Adapun hasil dari
QSPM dapat dilihat pada tabel berikut :
119
Tabel 28. QSPM Satlak Raksa Desa
Faktor Kunci Bobot Mengefektifkan koordinasi Satlak
Mengoftimalkan kinerja Satlak
Meningkatkan Pembinaan & was
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan 1 0,12 4 0,48 2 0,24 3 0,36
2 0,08 3 0,24 4 0,32 3 0,24
3 0,07 3 0,21 3 0,21 3 0,21
4 0,08 4 0,32 2 0,16 3 0,24
5 0,12 4 0,48 3 0,36 4 0,48
6 0,07 3 0,21 4 0,28 3 0,21
Kelemahan 1 0,09 3 0,27 3 0,27 3 0,27
2 0,12 3 0,36 2 0,24 2 0,24
3 0,09 3 0,27 3 0,27 3 0,27
4 0,08 3 0,24 2 0,16 2 0,16
5 0,08 2 0,16 2 0,16 1 0,08
Peluang 1 0,10 3 0,30 3 0,30 3 0,30
2 0,08 3 0,24 4 0,32 3 0,24
3 0,09 4 0,36 3 0,27 4 0,36
4 0,07 3 0,21 4 0,28 3 0,21
5 0,09 3 0,27 4 0,36 4 0,36
6 0,12 3 0,36 4 0,48 3 0,36
Ancaman 1 0,09 3 0,18 2 0,18 1 0,09
2 0,10 3 0,20 2 0,20 2 0,20
3 0,07 1 0,07 1 0,07 1 0,07
4 0,06 2 0,12 2 0,12 1 0,06
5 0,12 3 0,36 4 0,48 3 0,36
Jumlah Total Daya 5,91 5,73 5,37
Tarik (Bobot x AS)
Ket : AS = Nilai Daya Tarik TAS = Total Nilai Daya Tarik
Berdasarkan hasil analisis QSPM, terdapat beberapa alternatif
strategi yang muncul. Diantaranya strategi yang perlu diterapkan oleh Satlak
untuk mensinergikan Program Raksa Desa adalah mengefektifkan
koordinasi, mengoftimalkan kinerja satlak dan meningkatkan pembinaan dan
pengawasan. Sedangkan strategi pilihan adalah mengefektifkan koordinasi,
120
dari analisis SWOT, strategi tersebut berkaitan dengan peningkatan
komitmen dan perhatian pejabat terhadap pelaksanaan program Raksa Desa,
peningkatan kemampuan SDM Satlak, keterpaduan program dan kegiatan
koordinasi antar Satlak dan antar sektor termasuk dengan propinsi.
6.3.7. Alternatif Strategi dan Program
Berdasarkan uraian sebelumnya, hasil dari analisis strategi
menghasilkan strategi-strategi alternatif yang tentunya berguna bagi
masukan atau koreksi terhadap pelaksanaan program yang sedang berjalan.
Dalam hal ini untuk mensinergikan Program Raksa Desa diperoleh sebanyak
12 alternatif strategi yaitu :
1. Peningkatan peran dan fungsi Satlak Program Raksa Desa.
2. Mengoftimalkan kinerja Satlak dalam memfasilitasi Program Rakdes
3. Pembentukan lembaga ekonomi kecil (BUMDES) di desa.
4. Peningkatan komitmen dan perhatian terhadap pelaksanaan Raksa
Desa.
5. Mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor termasuk
dengan propinsi.
6. Meningkatkan kemampuan pelaku Program Raksa Desa.
7. Mempedoma ni PTO dan juknis dalam pelaksanaan program Rakdes.
8. Mengusulkan penambahan jumlah kuota Rakdes kepada propinsi.
9. Memfasilitasi sanksi yang dibuat masyarakat bila terjadi kemacetan.
121
10. Mengoftimalkan sosialisai program Rakdes kepada masyarakat.
11. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rakdes.
12. Mengusulkan kepada Pemerintah Propinsi agar realisasi Program
Raksa Desa tepat waktu.
Namun demikian strategi yang direkomendasikan untuk dapat
diterapkan oleh Satlak Rakdes untuk mensinegikan Program Raksa Desa
sebanyak 3 (tiga) strategi yaitu :
1. Mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor termasuk
dengan propinsi.
2. Mengoftimalkan kinerja Satlak dalam memfasilitasi program dan
paska program melalui pembentukan BUMDES di desa.
3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rakdes.
Dengan demikian apabila ketiga aspek tersebut dapat diterapkan oleh
Satlak Program Raksa Desa dengan baik dalam penyelenggaraan
kegiatannya niscaya tujuan Program Rakdes dan upaya mensinergikan
program tersebut akan tercapai secara oftimal.
Adapun alternatif program yang ditawarkan adalah Program
pembentukan lembaga ekonomi kecil (Bumdes) di lokasi desa paska
Raksa Desa. Selanjutnya dalam upaya menindaklanjuti Program Raksa Desa
dan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat kami rekomendasikan
pula program lanjutan yang bersifat terpadu, sistematis dan terarah berupa
122
Program Pembangunan Desa Sejahtera, yang mencakup 3 indikator
pengukuran dan target yang ditetapkan yaitu :
1. Pembangunan desa sehat, diarahkan untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat desa, berupa peningkatan pelayanan kesehatan
dan pembinaan budaya sehat. Adapun leading sektor yang terkait yaitu
Dinas Kesehatan, BKKBN, dan Dinas Kependudukan.
2. Pembangunan desa cerdas, diarahkan untuk peningkatan pendidikan
masyarakat desa, berupa peningkatan pelayanan pendidikan,
pendidikan gratis, pendidikan alternatif (pendidikan luar sekolah) dan
pembinaan budaya membaca. Adapun leading sektor yang terkait yaitu
Dinas Pendidikan, Dinas Penerangan, Departemen Agama dan
Perpustakaan Daerah.
3. Pembangunan desa Raharja, diarahkan untuk peningkatan
perekonomian dan infrastruktur desa, berupa bantuan dan pembinaan
usaha kecil,pemberdayaan ekonomi masyarakat menuju kemandirian,
peningkatan pembangunan infrastruktur desa. Adapun leading sektor
yang terkait adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Koperasi
dan UKM, Dinas Perindag,Dinas Binamarga, Dinas Ciptakarya dan
Bapeda.
Dari ketiga indikator kegiatan tersebut di atas, apabila dilaksanakan
melalui mekanisme yang terpadu, terintegrasi, sistematis dan dilakukan
secara sinergi tidak menutup kemungkinan Program Pembangunan Desa
Sejahtera dapat tercapai. Disamping itu alternatif strategi yang dtawarkan
masih mungkin dapat diterapkan.
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
7.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Untuk menunjang keberhasilan Program Raksa Desa diperlukan dukungan
Pemerintah Daerah yang kapabel dalam memfasilitasi dan membina
program. Secara keseluruhan pelaksanaan sinergitas program Raksa Desa
dari Satlak Kabupaten memperoleh prosentase sebesar 55,33 persen, hal
ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan
jawaban netral atau ragu. Walau demikian beberapa faktor yang
merupakan indikator penunjang perlu perhatian untuk perbaikan agar
memperoleh hasil yang lebih oftimal dalam upaya mensinergikan program
tersebut, diantaranya komitmen dan perhatian kepala dinas/instansi,
keterpaduan program, koordinasi serta pelaksanaan rapat koordinasi
menyangkut Program Rakdes.
b. Dinas atau instansi terkait yang tergabung dalam Satlak Program Raksa
Desa memberikan dukungan program dan anggaran baik yang bersumber
dari APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten terhadap desa
lokasi Program Raksa Desa. Dari hasil perhitungan kuisioner mendapat
prosentase sebesar 66,67 persen yang apabila diinterprestasikan dalam
interval Sugiyono menunjukkan jawaban setuju. Selanjutnya dinas atau
instansi terkait yang tergabung dalam Satlak Raksa Desa melakukan
pembinaan dan monitoring pelaksanaan Program Raksa Desa mendapat
125
prosentase sebesar 74,67 persen yang berarti setuju atas pernyataan
tersebut.
c. Pelaksanaan Program Raksa Desa Bidang ekonomi diarahkan untuk
menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dan bantuan fisik
ditujukan untuk pembangunan infrastruktur desa yang diharapkan
menunjang kegiatan ekonomi dan eksebilitas masyarakat terhadap
pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan serta sumberdaya ekonomi
lainnya. Bidang kesehatan diarahkan membantu masyarakat kurang
mampu di lokasi desa Rakdes dengan bantuan biaya pelayanan
penanggulangan ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi kebidanan serta
penanganan bayi baru lahir. Sedangkan bidang pendidikan diarahkan
untuk menurunkan angka droup out dan buta aksara melalui penyaluran
dana subsidi biaya penyelenggaraan pendidikan untuk kegiatan belajar dan
mengajar dan beasiswa siswa SD, SLTP, MTs kurang mampu. Dari hasil
penghitungan kuisioner, pelaksanaan Raksa Desa tingkat satlak kecamatan
memperoleh prosentase sebesar 82,29 persen yang berarti sangat setuju
terhadap pelaksanaan progran Rakdes, selanjutnya pelaksanaan Rakdes
menurut satlak desa memperoleh prosentase sebesar 81,67 yang
menunjukkan sikap sangat setuju pada pelaksanaan Rakdes. Sedangkan
Pelaksanaan Raksa Desa menurut persepsi kelompok masyarakat penerima
bantuan memperoleh prosentase sebesar 77,39 persen. Hal ni apabila
diinterprestasikan dalam interval Sugiyono menunjukkan setuju.
126
d. Rancangan program yang dihasilkan dari analisis strategi memunculkan
strategi alternatif meliputi :
1. Peningkatan peran daan fungsi Satlak Program Raksa Desa.
2. Mengoftimalkan kinerja Satlak dalam memfasilitasi Raksa Desa
3. Pembentukan lembaga ekonomi kecil (BUMDES) di desa.
4. Peningkatan komitmen dan perhatian terhadap pelaksanaan Raksa
Desa.
5. Mengefektifkan koordinasi antar Satlak dan antar sektor termasuk
dengan Propinsi.
6. Meningkatkan kemampuan pelaku Program Raksa Desa.
7. Mempedomani PTO dan juknis dalam pelaksanaan program Rakdes.
8. Mengusulkan penambahan jumlah kuota Rakdes kepada propinsi.
9. Memfasilitasi ketentun sanksi yang dibuat masyarakat bila terjadi
kemacetan.
10. Mengoftimalkan sosialisai program Rakdes kepada masyarakat.
11. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rakdes.
12. Mengusulkan kepada Pemerintah Propinsi agar realisasi program
Raksa Desa tepat waktu.
Sedangkan strategi alternatif yang direkomendasikan untuk diterapkan
oleh Satlak Raksa Desa meliputi: mengefektifkan koordinasi Satlak,
127
mengoftimalkan kinerja satlak dan peningkatan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa.
7.2. Rekomendasi Kebijakan
Dari hasil analisis strategi yang dilakukan muncul beberapa alternatif
strategi untuk mensinergikan pelaksanaan Program Raksa Desa di Kabupaten
Karawang, namun strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh Satlak
Program Raksa Desa adalah :
1. Mengefektifkan koordinasi antar satlak, antar sektor termasuk dengan
propinsi. Hal ini didasarkan karena masih kurangnya koordinasi yang
dilakukan menyebabkan belum oftimalnya sinergitas program dalam
pelaksanaan Program Raksa Desa.
2. Mengoftimalkan kinerja Satlak Program Raksa Desa. Hal ini didasarkan
karena Satlak Program Raksa Desa merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan program mengingat mendapat dukungan dana operasional,
dukungan dinas atau instansi serta legalitas kewenangan. Oleh karenanya
perlu memacu kembali kinerja yang telah dilakukan agar lebih oftimal
sehingga keberhasilan program dapat tercapai.
3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan. Sebagai salah satu upaya
preventif yang cukup efektif dalam penyelenggaraan suatu program maka
pembinaan dan pengawasan harus tetap dilakukan bahkan ditingkatkan
guna menghindari penyimpangan (deviasi) terhadap tujuan program. Hal
ini juga perlu dilakukan oleh Satlak Program Raksa Desa termasuk paska
program yang memungkinkan keinginan masyarakat dan pemerintah desa
128
untuk kesinambungan program membentuk lembaga ekonomi kecil
(BUMDES) di desa.
Dalam hal ini apabila ketiga aspek tersebut dapat diterapkan oleh Satlak
Rakdes dengan baik maka tujuan dan sinergitas program tersebut akan tercapai
secara oftimal.
Selanjutnya alternatif program yang diajukan (exit strategy) adalah :
a. Program pembentukan lembaga ekonomi kecil (Bumdes) di lokasi desa
paska Program Raksa Desa.
b. Program lanjutan Rakdes yaitu Program pembangunan desa sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Isbandi Rukminto, 2003, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi UI, Jakarta.
BPS, BAPENAS, UNDP, 2001, Laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001
Menuju Konsensus Baru ; Demokrasi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta.
BPS Kabupaten Karawang, 2004, Karawang dalam Angka.
Departemen Komunikasi dan Informatika, 2005, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Harry Hikmat & Indra Lestari, 1999, Monitoring dan Evaluasi Program,
Social Sector Strategy and Capacity Building (S3CB), Jakarta.
Indrianawati Usman, 2003, Manajemen Stratejik, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta.
Kristiadi JB, 1997, Dimensi Praktis Manajemen Pembangunan di Indonesia,
STIA-LAN, Jakarta.
Pemerintah Kabupaten Karawang, 2001, Rencana Strategis Kabupaten
Karawang Tahun 2000 – 2005.
Pemerintah Kabupaten Karawang, 2005, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Karawang Tahun 2000-
2005.
Pemerintah Kabupaten Karawang, 2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2006.
Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 2005, Petunjuk Teknis Program Raksa Desa,
Satlak Program Raksa Desa Prop. Jawa Barat, Bandung.
Rangkuti F, 2004, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis,
Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad 21, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sekretariat Bina Desa Depdagri, 1998, Pendampingan Komunitas pedesaan,
Buku pegangan Seri kesatu, Jakarta.
Sugiyono, 1994, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Sadu Wasistiono,MS dkk, 2002, Manajemen Sumberdaya Aparatur
Pemerintah Daerah, Pusat Kajian Pemerintahan STPDN, Jatinangor.
Soesilo, Nining I, 2002, Manajemen Strategik di Sektor Publik (Buku II),
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Saragi. Tumpal P, 2004, Mewujudkan Masyarakat desa : Alternatif
Pemberdayaan Desa, CV Cipuruy, Jakarta.
Sevilla, at all, 1993, Pengantar Metode Penelitian, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Stoner, James AF, 1982, Manajemen, Erlangga, Jakarta.
Salusu, 1996, Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi non Profit, Jakarta, PT. Gramedia.