strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan …
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENJAGA
KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI KABUPATEN POSO
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan
Untuk mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Oleh
Muh. Alif E121 13 303
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa
Ta’ala, atas berkat dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga skripsi
yang berjudul “Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan
dan Ketertiban di Kabupaten Poso” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) Program Studi
Ilmu Pemerintahan, Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam
tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam beserta keluarganya, para sahabat dan umatnya yang senantiasa
istiqamah dijalan-Nya hingga akhir zaman.
Setiap proses yang telah penulis lalui mulai dari awal kuliah hingga
pada penyusunan skripisi memberikan pengalaman yang sangat berharga
dan tidak terlepas dari doa serta dukungan kedua orang tua. Oleh karena itu,
penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan sangat berterima
kasih kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Muh. Alwi dan Ibunda
Sanatang yang senantiasa merawat serta memberi kasih sayang kepada
penulis dan tak lupa menjadi motivator yang selalu memberikan nasihat dan
iv
dukungan kepada penulis. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
kebahagiaan yang tiada tara di dunia maupun di akhirat kelak. Tidak lupa
kepada saudara penulis, Riswandi dan Fatur Rahman, terima kasih atas
kehadiran kalian dikehidupan penulis. Semoga kita bisa menggapai cita-cita,
agar mampu membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua. Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah.
Penulis menemukan berbagai hambatan dan tantangan, namun dapat
teratasi berkat tekad dan upaya keras serta tentunya dukungan dari berbagai
pihak. Dengan penuh kerendahan hati patutlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
3. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu
Politik dan Ilmu Pemerintahan
4. Ibu Dr. Hj. Nurlina, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
5. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.
Indar Arifin M.Si selaku Pembimbing II, yang tidak pernah jenuh
memberikan bimbingan, memotivasi, membantu, dan mendorong penulis
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini
v
6. Kepada para penguji penulis mulai dari Ujian Proposal sampai dengan
Ujian Skripsi terima kasih atas masukan dan arahannya.
7. Civitas Akademik FISIP Unhas, khususnya dosen Departemen Ilmu Politik
dan Ilmu Pemerintahan yang telah membimbing, mendidik, memberikan
pengetahuan dan nasihat-nasihat serta seluruh staf, para pegawai di
lingkup FISIP UNHAS.
8. Pemerintah Daerah Kabupaten Poso yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Kabupaten Poso.
9. Terima Kasih untuk segala pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam
hal ini Wakil Bupati Kabupaten Poso, Kepala Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Kabupaten Poso beserta jajarannya, Kepolisian Resort
Kabupaten Poso dan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten
Poso. Terima kasih atas segala dukungan dan bantuan serta meluangkan
waktunya kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian.
10. Kepada keluarga penulis yang senantiasa mendukung memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis.
11. Terima kasih kepada mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2013
“Lebensraum”. Semoga penulis dapat mengambil pelajaran atas segala
pemikiran dan pengalaman yang kalian bagikan selama ini.
12. Serta kepada seluruh pihak yang tak kuasa penulis sebutkan satu
persatu, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan studi Strata
Satu di Universitas Hasanuddin.
vi
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini,
karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh penulis.
Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis berserah diri kepada-Nya.
Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 17 Juli 2018
Muh. Alif
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENERIMAAN ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR MATRIKS ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
INTISARI ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1. Tinjauan Strategi ................................................................................... 8
2.2. Tinjauan Pemerintah ........................................................................... 11
2.3. Tinjauan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ............................... 14
2.4. Tinjauan Terorisme ............................................................................ 16
2.1.1. Ciri-ciri Terorisme ....................................................................... 18
2.5. Kerangka Koseptual ............................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................. 25
viii
3.2. Tipe dan Dasar Penelitian .................................................................. 25
3.3. Informan Penelitian ............................................................................. 26
3.4. Sumber Data Penelitian ...................................................................... 28
3.4.1. Data Primer ................................................................................. 28
3.4.2. Data Sekunder ............................................................................ 29
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 29
3.5.1. Studi Kepustakaan (library research)......................................... 29
3.5.2. Observasi .................................................................................... 29
3.5.3. Wawancara ................................................................................. 30
3.5.4. Penelusuran Data Online ........................................................... 30
3.6. Teknik Analisis Data ......................................................................... 30
3.7. Definisi Operasional .......................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 32
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 32
4.1.1. Sejarah Kabupaten Poso ........................................................... 32
4.1.2. Kondisi Geografis ....................................................................... 36
4.1.3. Kependudukan ............................................................................ 38
4.1.4. Potensi Kabupaten Poso ............................................................ 41
4.1.5. Agama ......................................................................................... 42
4.1.6. Pemerintahan Kabupaten Poso ................................................. 44
4.1.7. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso ............. 49
4.1.8. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso 53
4.2. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun
2012-2017 ............................................................................................. 55
4.3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso ....................... 69
4.3.1. Pendeteksian Dini ...................................................................... 73
4.3.2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai
Aspek .......................................................................................... 82
ix
4.3.3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh
Pemeluk Agama ......................................................................... 90
4.3.4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan
Hukum......................................................................................... 96
4.3.5. Implementasi Revolusi Mental ................................................. 105
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 116
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 116
5.1.1. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso
Tahun 2012-2017 ..................................................................... 116
5.1.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso ........... 116
5.2. Saran .................................................................................................. 118
Daftar Pustaka ................................................................................................ 119
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Poso Tahun 2016 .................................................... 39
Tabel 4.2. Sumber Daya Kabupaten Poso Tahun 2017…………………...41
Tabel 4.3. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Poso...….…………………………………………………………...42
xi
DAFTAR MATRIKS
Matriks 4.1 Program Prioritas Kabupaten Poso Tahun 2017-2021 dalam
Menjaga Keamanan dan Ketertiban ......................................... 48
Matriks 4.2 Daftar Nama-Nama Teroris Poso Tahun 2017 ........................ 61
Matriks 4.3 Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di kabupaten Poso Tahun
2012-2017 ................................................................................. 66
Matriks 4.4 Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban di Kabupaten Poso Tahun 2016-2021 ................... 71
Matriks 4.5 Pendeteksian Dini ..................................................................... 79
Matriks 4.6 Analisis Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat
Beragama pada Berbagai Aspek ............................................ 87
Matriks 4.7 Analisis Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama ............................ 93
Matriks 4.8 Analisis Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat
dan Penegakan Hukum .......................................................... 103
Matriks 4.9 Analisis Strategi Implementasi Revolusi Mental .................... 112
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……………………………….……….….24
Gambar 4.1 Strategi Pendeteksian Dini .................................................... 81
Gambar 4.2 Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama
pada Berbagai Aspek.............................................................. 89
Gambar 4.3 Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi
Seluruh Pemeluk Agama ........................................................ 95
Gambar 4.4 Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan
Penegakan Hukum................................................................ 104
Gambar 4.5 Strategi Implementasi Revolusi Mental ................................ 114
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor: 9 Dan Nomor: 8 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadat
Lampiran II : Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/0401/2017 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Bupati Poso Nomor
088.45/1110/2016 Tanggal 23 September 2016 Tentang
Pembentukan Kepengurusan Forum Kerukunan Umat
Beragama Kabupaten Poso Periode 2016-2021
Lampiran III : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran IV : Dokumentasi Penelitian
xiv
INTISARI
MUh. Alif, Nomor Induk Mahasiswa E12113303, Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin
menyusun skripsi dengan judul Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga
Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso, dibawah bimbingan Bapak Dr.
H. Andi Samsu Alam, M.Si sebagai Pembimbing I dan Ibu Dr. Indar
Arifin,M.Si sebagai Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk
aksi dan kondisi terorisme di Kabupaten Poso tahun 2012-2017, dan strategi
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan
ketertiban pada kasus terorisme di Kabupataten Poso. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, teknik pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, wawancara, serta dokumen dan arsip
dengan menggunakan teknik analisis data dengan teknik kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penembakan dan pengeboman
sebagai aksi terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban dari
tahun 2012-2017 masih terjadi di daerah Kabupaten Poso. Kondisi terakhir,
data jumlah anggota teroris pada tahun 2017 mengalami penurunan, dari
empat puluh enam anggota teroris menjadi tujuh orang. Strategi pemerintah
daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban khususnya terkait kasus
terorisme di Kabupaten Poso adalah dengan melakukan pendeteksian dini,
meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai aspek,
meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama,
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan hukum, dan
implementasi revolusi mental.
Kata kunci: Strategi, Pemerintah Daerah, Kemananan dan Ketertiban, dan
Terorisme
xv
ABSTRACT
Muh. Alif, student identity number E12113303, Government Studies
Program, Department of Political Science and Governmental Sciences,
Hasanuddin University set essay with title “Strategy of Local Government in
Maintaining Security and Order in Poso District”, under the guidance Dr. H.
Andi Samsu Alam, M.Si as a Mentor II and Dr. Indar Arifin, M.Si as a Mentor
II.
The study aims to find out how forms of acts and conditions of
terrorism in Poso District in 2012-2017, and the strategies undertaken by
local governments in maintaining security and order in terrorism cases in
Poso District. The research method used in this research is descriptive, data
collection technique is done through observation, interview, and document
and archive by using data analysis technique with qualitative technique.
The results showed that shootings and bombings as acts of terrorism
that disrupt security and order from 2012-2017 still occur in Poso District. The
final condition, data on the number of terrorist members in 2017, the decline
of forty-six terrorist members to seven people. The strategy of local
government in maintaining security and order especially related to terrorism
case in Poso Regency is by doing early detection, promote inter-religious
harmony on various aspects, improving the quality of religious service for all
believers, raising awareness of community law and law enforcement, and
implementation of mental revolution.
Keywords: Strategy, Local Government, Security and Order, and Terrorism.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat multikultural
yang memiliki wilayah yang luas. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi
baik sebagai daya perekat atau penyatu maupun sebagai daya pemecah
yang menyimpan potensi konflik antar sesama. Jika potensi ini dapat dikelola
secara baik, akan memberikan kesejahteraan pada bangsa ini. Akan tetapi,
jika dalam pengelolaannnya tidak baik serta diperburuk dengan efek negatif
yang terdapat pada era modern seperti sekarang ini, maka hal tersebut akan
menghasilkan konflik sosial1. Bahkan dalam berbagai kasus, efek negatif
yang ditimbulkan telah memunculkan kelompok-kelompok radikal atau yang
biasa dikenal dengan sebutan terorisme atas nama golongan, etnis, atau
bahkan agama yang mana dapat mengganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat di wilayah Indonesia.
Keamanan dan Ketertiban merupakan suatu kebutuhan dasar yang
senantiasa diharapkan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Oleh karenanya, masyarakat sangat menginginkan adanya perasaan dan
lingkungan yang aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan intimidasi
yang mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan
1 Sofyan Tan, Pendidikan Multikulturalisme: Solusi Ancaman Konflik Sosial Bangsa, (Antropologi Sosial Budaya Etnovisi, 2006), Vol. II, Hlm. 36
2
kehidupan bermasyarakat, yang dilakukan oleh orang-perorangan dan atau
pihak-pihak tertentu lainnya.
Wacana yang cukup menyita perhatian mengenai persoalan
keamanan dan ketertiban adalah munculnya kelompok teroris di wilayah
Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Poso, yang meyebabkan sering
terjadinya konflik di daerah tersebut. Sejumlah aksi terorisme di Kabupaten
Poso baik itu pengeboman, penembakan ataupun pembunuhan bahkan
kepada anggota kepolisian kerap terjadi di wilayah Kabupaten Poso.
Tercatat, antara tahun 2012-2017 berbagai bentuk aksi terorisme berupa
penembakan dan pengeboman terhadap masyarakat sipil dan kepolisian
maupun perusakan fasilitas umum kerap terjadi dan menimbulkan korban
jiwa2. Kasus terbaru mengenai peristiwa kontak senjata yang terjadi pada
Senin (15/5/2017) di pegunungan Poso Kecamatan Poso Pesisir Utara
antara kelompok terduga teroris Mujahidin Indonesia Timur dan tim Satuan
Tugas Operasi Tinombala merupakan contoh nyata dari kasus terorisme
yang mengganggu keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Meskipun
aparat sudah berulang kali memburu dan menangkap anggota kelompok
teroris ini, tetapi tetap saja terus berkembang dan aksi pengeboman dan
penembakan tetap terjadi.
2 https://id.wikipedia.org/wiki/Mujahidin_Indonesia_Timur#2012-2017:_Aksi_terorisme_dan_kejahatan_sporadis
3
Tidak dapat dipungkiri bahwa latar belakang sejarah konflik Poso
pada masa lalu menjadikan wilayah Poso menjadi tempat yang startegis bagi
para kelompok teroris untuk mengembangkan jaringan mereka. Hal ini bukan
tanpa sebab, sewaktu konflik poso berkecamuk kelompok-kelompok ini
melindungi masyarakat setempat dengan melawan Tibo Cs dimasa itu,
sehingga sampai sekarang masyarakat cenderung permisif terhadap
gerakan-gerakan dengan aliran tertentu, hal ini diungkapkan peneliti senior
center for security and pearce studies (CSPS) Universitas Gajah Mada, Najib
Azka dalam nasional.republika.co.id. Sebagai contoh, kelompok teroris
seperti Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Poso pimpinan Santoso mengadakan
perekrutan dan pelatihan militer di daerah Sulawesi Tengah ini dan juga
bertanggung jawab terhadap pelbagai aksi pengeboman3. Hal ini merupakan
tantangan dan hambatan yang cukup berat dalam menciptakan kondisi
keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Kasus terorisme di Kabupaten Poso menjadi bahan yang sering
diperbincangkan, karena berhubungan dengan ranah psikologis sosial yang
menyangkut agama tertentu. Disadari atau tidak, aksi teror di Kabupaten
Poso adalah cermin nyata bahwa aksi teror bisa menjadi momok pemicu
instabilitas keamanan dan ketertiban, bahkan dampaknya bukan hanya
traumatik secara psikologis, tetapi juga secara sosial masyarakat. Dampak
yang dapat ditimbulkan dari aksi dan ancaman terorisme akan memunculkan
3 Ansyaad Mbai, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, (Jakarta: Squad Publising, 2014), Hlm. 30
4
sikap saling tidak percaya dan curiga antar umat beragama, serta kerusakan
fisik dan mental masyarakat, sehingga mengganggu tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang telah disepakati dan tercantum dalam
pancasila serta UUD 1945. Dari segi keamanan, adanya kasus penembakan
dan pengeboman akan menimbulkan perasaan was-was dan kekhawatiran
dari masyarakat untuk melaksanakan setiap aktifitasnya.
Melihat realiatas berbagai aksi teror yang mengganggu keamanan
dan ketertiban serta akibat yang akan ditimbulkan kedepannya, tentunya
harus ada aksi nyata dari pemerintah daerah Kabupaten Poso. Kebijakan
negara pada kasus terorisme sudah cukup memadai dengan adanya UU No.
15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme menjadi Undang-Undang. Namun, hal ini perlu ditindaklanjuti
dengan kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut sampai di
daerah, khususnya daerah yang rawan akan kasus atau kejadian teror
dengan menyusun strategi sebagai praktik dari kebijakan tersebut.
Strategi pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Poso
dalam menumpas kelompok-kelompok teroris harus berpedoman pada
Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam
Negeri, yang mana diharapkan tidak ada ada lagi keragu-raguan bertindak,
keterlambatan bertindak, dan tidak menangani konflik komunal, kekerasan
dan terorisme secara tidak tuntas. Tentunya pemerintah daerah Kabupaten
5
Poso harus menyusun strategi dalam menjaga keamanan dan ketertiban
khususnya terkait tindak pidana terorisme terorisme yang komprehensif dan
mencakup penggunaan pendekatan keras (hard power) yang
termanifestasikan dalam penegakan hukum dan pendekatan lunak (soft
power) yang antara lain termanifestasikan dalam pendidikan publik dan
pencegahan dini dalam mengatasi berbagai kejadian kekerasan yang terjadi
daerahnya, demi penegakan hukum, keamanan dan ketertiban sosial
kemasyarakatan.
Berbagai aksi teror yang berkepanjangan yang mengganggu stabilitas
keamanan dan ketertiban, menyebabkan kondisi di daerah ini belum aman
dan mengharuskan pemerintah daerah Kabupaten Poso untuk menyusun
sebuah strategi yang komprehensif yang menyediakan dasar, orientasi, serta
pengaturan bagi penyelenggaraan berbagai kebijakan untuk menanggulangi
terorisme di daerah ini sehingga tidak berdampak negatif pada keamanan
dan ketertiban, mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban
di Kabupaten Poso”.
6
1.2. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi
pokok pembahasan adalah strategi dari pemerintah daerah dalam menjaga
keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Dalam membahas dan
mengkaji lebih lanjut, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk aksi dan kondisi terorisme di Kabupaten Poso
tahun 2012-2017?
2. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan
dan ketertiban pada kasus terorisme di Kabupaten Poso?
1.3. Tujuan Penelitian
Memperhatikan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan bentuk aksi dan kondisi terorisme di
Kabupaten Poso tahun 2012-2017 dan strategi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban pada kasus
terorisme di Kabupataten Poso.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya,
dan dalam kajian keamanan dan ketertiban di daerah khususnya yang
berhubungan dengan kasus terorisme.
7
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan atau evaluasi bagi pemerintah pada umumnya dan
pemerintah daerah pada khusunya dalam menyusun strategi dalam
menjaga keamanan dan ketertiban dari kasus terorisme di berbagai
wilayah Indonesia.
3. Manfaat metodologis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
nilai tambah yang selanjutnya dapat dikomparasikan dengan
penelitian-penelitian ilmiah lainnya, khususnya yang mengkaji
keamanan dan ketertiban masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep
yang dipergunakan untuk menjelaskan lebih dalam, sehingga mengarah
pada kedalaman pengkajian penelitian yang memiliki relevansi dengan
proposal penelitian ini. Hal ini juga sebagai pendukung dalam rangka
menjelaskan atau memahami makna di balik realitas yang ada. Dalam
proposal ini penulis menggunakan tinjauan teori strategi, pemerintah,
keamanan dan ketertiban masyarakat dan terorisme.
2.1. Tinjauan Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani, yaitu strategos atau streteus
dengan kata jamak strategi. Strategos memiliki generalship atau sesuatu
yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang4. Menurut (Heene dkk, 2010) Penggunaan kata
strategos itu dapat diartikan sebagai perencanaan dan pemusnahan musuh-
musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana
yang dimiliki.
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan organisasi dengan tantangan lingkungan dan
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat melalui
4 Jonathan Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), Hlm. 84
9
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi5. Menurut SAKIP LAN-RI (Salusu,
1996) strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan
kedalam kebijakan-kebijakan dan program-program sebagai berikut:
a) Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan,
atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan
program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan
dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi pemerintah.
b) Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerja sama dengan
masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu.
Penyusunan strategi kebijakan perlu memperhatikan beberapa aspek,
diantaranya menetapkan prioritas, koordinasi, dan consensus builders.
Sebuah organisasi pasti memiliki keterbatasan sumber daya. Oleh karena
itu, diperlukan penetapan prioritas, kunci utama dari prioritas adalah
kesadaran akan tahapan, yaitu hal yang perlu dikerjakan terlebih dahulu
sebelum hal yang lain. Proses konstruksi strategi memainkan peranan yang
penting, untuk membantu membentuk konsensus tidak hanya tentang
wacana luas tentang masa depan sebuah organisasi serta tujuan jangka
5 Akdon, Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hlm. 13
10
pendek dan menengah, tapi juga merupakan bagian yang penting untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pembangunan konsensus (consensus
building) tidak hanya penting sebagai bagian untuk mencapai stabilitas sosial
dan politik, tapi juga menggiring kepada “ownership” kebijakan dan institusi
yang dapat meningkatkan peluang dalam mencapai tujuan.
Adapun tujuan dari strategi adalah untuk memenuhi sasaran yang
diatur dalam kebijakan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tujuan tersebut bisa offensive
(menyerang), bisa defensive (bertahan), ataupun bisa juga
mempertahankan status quo politik. Adapun hasil yang diinginkan adalah
memaksa musuh untuk menerima persyaratan yang dibebankan kepada
mereka.
Berdasarkan penjelasan diatas, strategi dapat diartikan sebagai suatu
seni dalam menyususun rencana suatu organisasi untuk memastikan tujuan
dapat tercapai dan terlaksana dengan efektif. Strategi yang dimaksud adalah
langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mengatasi
permasalahan pokok pembangunan daerah dan disesuaikan dengan
lingkungan internal ataupun eksternal organisasi serta kemampuan dan
sumber daya organisasi sehingga mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
11
2.2. Tinjauan Pemerintah
Lahirnya pemerintahan pada awalnya untuk menjaga suatu sistem
ketertiban dalam suatu masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat
menjalankan aktifitasnya dengan aman. Dalam suatu kelompok, untuk
menjaga pemenuhan hak dan kewajiban serta ancaman dari luar, maka
harus ada yang memerintah. Menurut Rousseau (Ndraha, 2005) kekerasan
(kekuatan) tidak dapat menegakkan hak dan kewajiban, dan yang terkuat
tidak akan pernah cukup kuat untuk menjadi “tuan”6. Oleh sebab itu,
pemerintahan tidak dibangun atas dasar kekuatan kelompok semata antara
satu dengan yang lainnya, melainkan dibangun atas dasar kontrak sosial.
Kontrak sosial yang dimaksud merupakan perjanjian antara pihak yang
memerintah dengan yang diperintah, karena pada dasarnya manusia
sebagai individu yang memiliki hak kebebasan sebagai hak pribadinya, akan
tetapi sehubungan dengan perlu adanya individu lain untuk mengamankan
harta bendanya, maka ia memberikan hak kepada individu atau kelompok
lain untuk memerintah dengan tujuan utamanya mengamankan dan menjaga
harta benda dari pihak yang diperintah. Seiring dengan perkembangan
masyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran
pemerintah kemudian berubah menjadi melayani masyarakat.
Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni
karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan
6 Taliziduhu Ndraha, Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) Hlm. 227
12
pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda
pemerintahan. Sedangkan dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu
pengetahuan, adalah karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat
dipelajari dan diajarkan, memiliki objek, baik objek material maupun formal,
universal sifatnya, sistematis serta spesifik (khas).
Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, yang paling sedikit kata
“perintah” tersebut memiliki empat unsur yaitu, ada dua pihak yang
terkandung, kedua pihak tersebut saling memiliki hubungan, pihak yang
memerintah memiliki wewenang,dan pihak yang diperintah memiliki
ketaatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah pasal 1 ayat 2 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan, dan
pada pasal 3 pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Pemerintah Daerah adalah satuan-satuan organisasi pemerintah yang
berwenang untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari
sekelompok yang mendiami suatu wilayah yang dipimpin oleh kepala
pemerintahan daerah. Pemerintahan dapat dipahami melalui dua pengertian:
13
disatu pihak dalam arti “fungsi pemerintahan” (kegiatan memerintah), di lain
pihak dalam arti “organisasi pemerintahan” (kumpulan dari kesatuan-
kesatuan pemerintahan). Fungsi pemerintahan ini secara keseluruhan terdiri
dari berbagai macam tindakan pemerintahan: keputusan-keputusan,
ketetapan-ketetapan yang bersifat umum, tindakan-tindakan hukum perdata
dan tindakan-tindakan nyata. Hanya perundang-undangan dari penguasa
politik dan peradilan oleh para hakim tidak termasuk di dalamnya7.
Pelaksanakan pemerintahan, yaitu pemerintah pusat dan daerah
membagi urusannya masing-masing sesuai dengan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 terbagi menjadi 3 bagian, urusan pemerintahan absolut,
urusan pemerintahan konkuren dan urusan pemerintahan umum. Ketiga
urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain pusat dan domain
daerah. Dalam urusan pemerintahan yang konkuren, pemerintah mempunyai
urusan wajib sebagai berikut:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan
6. Sosial.
Urusan dalam ketenteraman dan ketertiban serta perlindungan
masyarakat, pemerintah daerah mempunyai peran dalam menjaga stabilitas
7 Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogjakarta: Gajahmada University Press, 2005), Hlm. 6
14
di daerahnya dan tidak berdampak pada stabiltas nasional, sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Pada dasaranya
pemerintah harus mempunyai cara bagaimana mempertahankan dari
ancaman, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan
ancaman secara lebih realistik. Untuk waktu yang dapat diperhitungkan ke
depan, keamanan terhadap ancaman internal masih akan mendominasi
pemikiran strategis di Indonesia. Pluralisme sosial, ketimpangan ekonomi,
menjadikan upaya bina-bangsa menjadi soal serius. Bhinneka Tunggal lka
adalah semboyan yang seharusnya ditafsirkan sebagai komitmen untuk
menghormati keragaman, bukan untuk menciptakan keseragaman. Masalah
pokok, seperti apa cara dari pemrintah daerah yang paling efektif dan efisien
untuk menghadapi sumber dan watak ancaman-ancaman tertentu dan harus
diketahui dengan pasti alasan timbulnya ancaman-ancaman tersebut8.
2.3. Tinjauan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Pengertian keamanan sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Sadjijono, 2005) yang dimaksud “aman” adalah bebas dari bahaya, bebas
dari gangguan, tidak mengandung resiko, tenteram tidak merasa takut,
terlindung dan tersembunyi. Dengan demikian, aman bersangkut paut
dengan psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbebas dari bahaya,
8 Kusnanto Anggoro, Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum, Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI, 2003, Hlm.6
15
gangguan, rasa takut maupun resiko9.
Adapun dalam Surat Menhankam/Pangab No.:Skep/B/66/I/1972,
keamanan masyarakat diartikan sebagai suasana yang menciptakan pada
individu manusia dan masyarakat perasaan-perasaan, sebagai berikut:
Perasaan bebas dari gangguan baik fisik maupun psychis;
Adanya rasa kepastian dan bebas dari kekhawatiran, keragu-raguan dan
ketakutan;
a) Perasaan dilindungi dari segala macam bahaya;
b) Perasaan kedamaian dan ketenteraman lahiriah dan bathiniah.
Sedangkan pengertian ketertiban masyarakat, yang berasal dari kata
“tertib” berarti teratur atau tertata. Ketertiban mengandung arti suatu kondisi
yang teratur atau tertata dengan tidak ada suatu penyimpangan dari tatanan
yang ada. Ketertiban ini terkait dengan kepatuhan, karena dengan rasa
patuh tidak akan terjadi penyimpangan, dengan tidak adanya penyimpangan
maka berarti tertib. Ketertiban (Soedjono: 2005) adalah suasana bebas yang
terarah, tertuju kepada suasana yang didambakan oleh masyarakat, yang
menjadi tujuan hukum. Ketertiban tersebut merupakan cermin adanya
patokan, pedoman dan petunjuk bagi individu di dalam pergaulan hidup.
Hidup tertib secara individu sebagai landasan terwujudnya tertib masyarakat,
yang di dalamnya terkandung kedamaian dan keadilan.
9 Sadjijono, 2005, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance, Yogyakarta, LB Laks Bang., Hlm. 49
16
Adapun pengertian keamanan dan ketertiban masyarakat menurut
pengertian dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 bahwa:
“keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang mengandung kemampuan, membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”.
Keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah keadaan bebas dari
kerusakan atau kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan
dan memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada
kepastian dan rasa kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu
keadaan yang bebas dari pelanggaran norma-norma hukum10.
2.4. Tinjauan Terorisme
Setelah Indonesia memasuki masa reformasi yang ditandai dengan
tumbangnya orde baru, secara tidak langsung memfasilitasi beberapa
kelompok radikal atau terorisme untuk muncul lebih militan dan lebih vokal,
ditambah dengan liputan media, sehingga pada akhirnya gerakan ini lebih
tampak.
Secara teoritis, teror atau terorisme tidak selau identik dengan
kekerasan. Terorisme adalah puncak dari aksi kekerasan. Bisa saja
10 Ibid., Hlm. 50
17
kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan.
Terorisme merupakan pandangan yang subyektif. Oleh karena itu, tidak
mudah untuk membuat suatu pengertian mengenai terorisme yang dapat
diterima secara universal oleh semua pihak. Akan tetapi, belum adanya
pengertian secara universal mengenai definisi dari terorisme bukan berarti
menghilangkan berbagai aksi dan dampak yang ditimbulkannya.
Menurut Rickard kata terorisme berasal dari bahasa perancis “le
terreur” yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah
dari hasil revolusi perancis (1789-1794) yang mempergunakan kekerasan
secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang
dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah11.
Peneliti ilmu sosial mendefenisikan aksi terorisme sebagai kekerasan
yang dikalkulasikan dan ditujukan kepada masyarakat sipil, termasuk
personal keamanan dan militer yang tidak sedang bertugas, terjadi dalam
kondisi damai, dan target-target simbolis lainnya yang dilakukan oleh agen-
agen rahasia, untuk tujuan psikologis yaitu mempublikasikan masalah politik,
agama, dan/atau intimidasi atau pemaksaan terhadap pemerintah atau
masyarakat sipil agar menyetujuai mereka12.
Convention of Organization of Islamic Conference on Combating of
International Terorism (1999) mengartikan terorisme adalah tindakan 11 Muhammad Nursalim, dkk, Deradikalisasi Terorisme: Studi Atas Epistemologi. Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror, (Lampung: IAIN Raden Intan Lampung, 2014), Hlm. 333 12 Sukawarsini Djelantik, Terorisme; Tinjaua Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010) Hlm. 21
18
kekerasan atau ancaman tindakan kekerasan terlepas dari motif atau niat
yang ada untuk menjalankan rencana tindak kejahatan individu atau kolektif
dengan tujuan menteror orang lain atau mengancam untuk mencelakakan
mereka atau mengancam kehidupan, kehormatan, kebebasan, keamanan
dan hak mereka atau mengeksploitasi lingkungan atau fasilitas atau harta
benda pribadi atau publik atau menguasainya atau merampasnya,
membahayakan sumber nasional atau fasilitas internasional, atau
mengancam stabilitas, integritas teritorial, kesatuan politis atau kedaulatan
negara-negara yang merdeka13. Sedangkan menurut Hafid Abbas (Dirjen
Perlindungan HAM Depkeh dan HAM RI) mengartikan terorisme sebagai
pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau property
untuk mengintimidasi atau menekan pemerintah, masyarakat sipil, atau
bagian-bagiannya untuk memaksa tujuan sosial dan politik14.
2.4.1. Ciri-ciri Terorisme
Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme (sekarang UU No.15 Tahun 2003) terorisme adalah
perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk
menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan
membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan
13 Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Habibie Center, 2002), Hlm. 174 14 Hermawan Sulistyo, Beyond Terorism, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), Hlm. 3
19
kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas sehingga
terjadi kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis,
kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia
negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi,
perindustrian, fasilitas umum atau fasilitas internasional.
Ciri pengidentifikasian terorisme akan dapat memberikan
pengenalan yang tunggal dan solid mengenai terorisme, agar dapat
mudah dikenali dalam konteks operasinya. Dalam sudut pandang
seperti tersebut, maka paling tidak ada lima (5) ciri identifikasi
terorisme:
1. Terorisme, apapun metode yang digunakan, merupakan suatu
bentuk penggunaan kekerasan (oleh suatu kelompok) untuk
menekan pemerintah dan/atau masyarakat, agar menerima
tuntutan perubahan sosial maupun politik yang secara umum
bernuansa dan atau menggunakan cara-cara yang bersifat
radikal.
2. Sangat profesional dalam tugasnya dan mendapat
perlindungan yang ketat dari organisasi dan sebaliknya.
3. Secara organisatoris, baik dalam pembinaan, pengembangan
dan operasinya memiliki sayap operasional dilapangan.
20
4. Selalu mengadakan kerjasama yang melampaui batas wilayah
negara.
5. Penampilan para teroris sering mengecoh aparat.
Terorisme merupakan tindak pidana yang unik, karena motif
dan dan faktor penyebabnya sangat berbeda dengan motif tindak
pidana lainnya. Pemicu terorisme adalah pertentangan agama,
ideologi, etnis dan makin melebarnya jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin. Disamping itu, tersumbatnya komunikasi antar
rakyat dengan pemerintah, jumlah penduduk yang melonjak tajam,
makin panjangnya barisan pengangguran, jumlah generasi frustasi
yang meningkat, munculnya orang-orang yang kesepian,
munculnya ideologi fanatisme baru, dan paham separatisme
merupakan ladang subur beraksinya terorisme15.
Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk
menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah
dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati
kehendak pelaku teror. Terorisme sebagai aksi kekerasan untuk
tujuan-tujuan pemaksaan kehendak, koersi dan publikasi yang
memakan korban masyarakat sipil yang tidak berdosa, pada
15 A.C. Manullang, Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim, (Jakarta: Panta Rhei, 2001) Hlm. 151
21
umumnya menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan
politik.
Aksi terror dan kekerasan seringkali dilakukan oleh
kelompok-kelompok yang merasa dirugikan secara politik. Sudah
banyak dibuktikan bahwa politik dan terorisme berhubungan satu
sama lain. Jika arus komunikasi politik tersumbat, dalam artian
media massa maupun sistem perwakilan rakyat tidak efektif dan
tidak mampu memenuhi aspirasi rakyat, saat itulah terorisme
muncul. Terorisme bersumber dari rasa ketidakpuasan dan frustasi
politik16. Terorisme selalu identik dengan teror, kekerasan,
ekstriminitas dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan
konsekuensi negatif bagi banyak orang dan dapat menjatuhkan
korban yang banyak.
2.5. Kerangka Konseptual
Aksi terorisme yang terjadi di wilayah Kabupaten Poso tidak dipungkiri
telah mengganggu keamanan dan ketertiban serta menimbulkan kerugian
materil seperti rusaknya fasilitas umum maupun kerugian moril seperti
timbulnya rasa kekhawatiran warga sekitar dan timbulnya kecurigaan antar
kelompok. Adanya Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan
Gangguan Keamanan Dalam Negeri menjadi landasan hukum bagi
pemerintah daerah untuk memberantas tindak pidana ini. Tentunya dalam
16 Sukawarsini Djelantik, Op.cit., Hlm. 4
22
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari aksi terorisme,
pemerintah daerah Kabupaten Poso perlu berpedoman pada aturan ini, yaitu
menyusun rencana aksi terpadu nasional dan pelaksanaan peningkatan
efektifitas penanganan gangguan keamanan di daerahnya.
Pemerintah daerah Kabupaten Poso merumuskan upaya
menanggulangi tindak pidana terorisme untuk menjaga keamanan dan
ketertiban di daerah ini, baik itu dalam bentuk peraturan maupun program
yang direncanakan dengan mengeluarkan Peraturan Bupati Poso No. 21
tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Poso
tahun 2017, yang mana pada bagian Prioritas dan Sasaran Pembangunan
Daerah tahun 2017 memprioritaskan program pembinaan kerukunan umat
beragama, program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
serta program pengembangan wawasan kebangsaan, sebagai penegakan
hukum, keamanan dan ketertiban sosial di Kabupaten Poso.
Selain mengacu pada Peraturan Bupati Poso No. 21 Tahun 2016
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Poso tahun 2017,
untuk menjaga kemanan dan ketertiban, pemerintah Kabupaten Poso juga
merumuskan strategi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten
Poso dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-
2021. Memaksimalkan peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)
23
dengan mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama No. 9 dan 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadat juga perlu dilakukan.
24
Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme Tahun 2012-2017
Srategi Pemerintah Daerah Menjaga
Keamanan dan Ketertiban
1. Pendeteksian Dini
2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat
Beragama pada Berbagai Aspek
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk
Agama
4. Meningkatkan Kesadaran Hukum
Masyarakat dan Penegakan Hukum
5. Implementasi Revolusi Mental
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
Pemerintah Daerah
Kabupaten Poso
1. Inpres No. 2 Tahun 2013
2. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 11 Tahun
2006
3. Peraturan Daerah No. 4
Tahun 2017
4. Peraturan Bupati No. 21
Tahun 2016
5. Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama No. 9 dan
8 tahun 2006
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di wilayah Kabupaten Poso, khususnya Kota
Poso sebagai pusat pemerintahan daerah ini. Pertimbangan bahwa dalam
proses penyusunan strategi untuk penanganan gangguan keamanan dalam
negeri khususnya menumpas tindak pidana terorisme, sehingga keamanan
dan ketertiban dapat terjaga menjadi tanggung jawab dari kepala daerah
sebagai ketua tim terpadu ditingkat daerah, sebagaimana yang tercantum
dalam Inpres No. 2 tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Kemanan
Dalam Negeri.
Pemerintah daerah Kabupaten Poso selaku pembuat regulator, tentu
harus cermat dalam menyusun strategi yang akan diterapkan dengan
melihat kondisi serta faktor-faktor pendukung lainnya seperti lembaga yang
berkaitan dan sumber daya manusia, sehingga dalam penerapannya strategi
ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mendapat dukungan
dari masyarakat wilayah Kabupaten Poso.
3.2. Tipe dan Dasar Penelitian
1. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu tipe
penelitian yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai
strategi Pemerintah Daerah dalam menjaga keamanan dan
26
ketertiban di Poso terkhusus pada pemberantasan tindak pidana
terorisme.
2. Dasar penelitian yang dilakukan adalah survei yaitu penelitian
dengan mengumpulkan dan menganalisis suatu peristiwa atau
proses tertentu dengan memilih data atau menemukan ruang
lingkup tertentu sebagai sampel yang dianggap representatif.
3.3. Informan Penelitian
Informan adalah orang-orang yang betul paham atau pelaku yang
terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian
ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau bahkan terlibat langsung
dalam proses perencanaan, perumusan ataupun pelaksanaan strategi dalam
menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive
sampling, yaitu teknik penarikan sampel secara subjektif dengan maksud
atau tujuan tertentu, yang mana menganggap bahwa informan yang diambil
tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang akan
dilakukan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1. Wakil Bupati Kabupaten Poso.
Wakil Bupati Kabupaten Poso berperan sebagai ketua tim terpadu
ditingkat daerah yang mempunyai tanggung jawab dalam merumuskan
dan melaksanakan strategi untuk menciptakan keamanan di daerahnya
27
sebagaimana yang tercantum dalam Inpres No. 2 tahun 2013 tentang
Penanganan Gangguan Kemanan Dalam Negeri dan juga bertanggng
jawab dalam meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat yang aman
dan tertib.
2. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso merupakan
salah satu satuan perangkat kerja daerah yang diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Poso No. 13 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Keja
Lembaga Teknis Daerah pada pasal 5 ayat 3 poin b, dimana tugas
pokoknya adalah melaksanakan urusan di bidang pengkajian masalah
strategis untuk membina kesatuan bangsa, politik dan perlindungan
masyarakat dari ancaman dan bencana. Adapun yang menjadi informan
dalam Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso adalah
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, kepala bidang Ideologi,
Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Nasional dan kepala bidang
Ketahanan Nasional dan Budaya.
3. Polres Kabupaten Poso
Tatanan Negara Indonesia saat ini, Polres merupakan alat negara
yang menjalankan fungsi pertahanan Negara dan kejahatan yang
meresahkan mayarakat sehingga salah satu kebutuhan dasar
masyarakat yaitu perasaan aman dan tenteram dalam menjalankan tugas
28
dan aktivitas sehari-hari. Adapun informan Polres Poso diwakili oleh
Kasat Binmas Polres Poso
4. FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Poso
FKUB Kabupaten Poso adalah sampel yang representatif dari
Masyarakat dan dianggap memiliki informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini. Dalam hal ini, tokoh agama khususnya yang tergabung
dalam Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Poso berperan
membantu melaksankan strategi pemerintah daerah dalam menjaga
kemanan dan ketertiban dari kasus terorisma yang mengatasnamakan
agama. Adapun Informan dari FKUB adalah Ketua dan wakil ketua FKUB
kabupaten Poso
3.4. Sumber Data Penelitian
Data dari penelitian ini, diproleh berdasarkan sumbernya, dibagi
menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer, yaitu data yang akan diperoleh langsung dari
sumber asalnya atau di lapangan yang merupakan data empirik. Data
empirik yang dimaksud adalah hasil wawancara, dengan beberapa
pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan
kebutuhan penelitian.
29
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari telaah bacaan
ataupun kajian pustaka, buku-buku, dokumen-dokumen, catatan-
catatan maupun laporan-laporan serta arsip-arsip yang resmi atau
lembaga terkait yang dapat mendukung data primer.
Penggunaan data tersebut dilakukan secara bersama-sama guna
dimaksudkan agar saling melengkapi yang akan disesuaikan dengan
keperluan penelitian dan selain itu dilakukan untuk memperbandingkan data
yang akan diperoleh.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Studi Kepustakaan (library research)
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca literatur-
literatur yang berhubungan tentang buku/artikel mengenai strategi
atau kebijakan keamanan dalam negeri khususnya mengenai
terorisme, serta dokumen-dokumen yang ada relevansinya dengan
topik yang dibahas dalam penelitian ini.
3.5.2. Observasi
Pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
terhadap objek atau proses yang berkaitan dengan strategi
pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban
khususnya mengatasi kasus terorisme di Kabupaten Poso.
30
3.5.3. Wawancara
Teknik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung
mengadakan tanya-jawab dengan informan dengan menggunakan
pedoman wawancara, alat rekaman atau video.
3.5.4. Penelusuran Data Online
Data yang dikumpulkan seperti studi kepustakaan namun hal
yang membedakan hanya media tempat pengambilan data dan
informasi dengan memanfaatkan data online melalui internet.
3.6. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan hasil yang obyektif dalam penelitian ini maka
data yang didapatkan di lapangan akan dianalisa secara kualitatif. Hal ini
didasari bahwa penelitian ini dinyatakan akan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan, tanggapan-tanggapan, serta tafsiran yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, penelusuran data online dan studi kepustakaan,
untuk memperjelas gambaran hasil penelitian.
3.7. Definisi Operasional
Setelah beberapa teori diuraikan dalam hal yang akan berhubungan
dengan kegiatan penelitian ini, untuk mempermudah dalam mencapai tujuan
penelitian, maka disusun defenisi operasional yang dijadikan acuan dalam
penelitian ini antara lain :
31
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Poso adalah lembaga yang bertugas
merumuskan dan melaksanakan strategi menjaga keamanan dan
ketertiban (penanganan kasus terorisme) di Kabupaten Poso.
2. Strategi pemerintah daerah adalah langkah-langkah yang yang
berisikan program-program dari pemerintah daerah Kabupaten Poso
untuk mengatasi permasalahan pokok pembangunan daerah dalam
hal ini terkait kasus terorisme dan disesuaikan dengan lingkungan
internal ataupun eksternal serta kemampuan dan sumber daya dari
pemerintah daerah sehingga mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah keadaan yang bebas
dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam individu maupun
secara keseluruhan masyarakat Kabupaten Poso dan memberikan
rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran akibat aksi teror.
4. Terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan untuk
memaksakan kehendak yang membahayakan nyawa, harta benda
dan menimbulkan kerusakan umum sehingga mengganggu kehidupan
yang aman dan tertib di wilayah Kabupaten Poso.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini, penulis akan mengungkapkan beberapa hasil penelitian
yang telah didapatkan dilapangan yang berkenaan dengan strategi
pemerintah daerah Kabupaten Poso dalam menjaga keamanan dan
ketertiban.
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran dari lokasi penelitian sangat menunjang dalam memetakan
strategi dalam melihat sesuatu, selain sebagai salah satu penunjang dalam
pengumpulan data juga dapat memeberikan gambaran terperinci kondisi
sosial budaya serta yang lainnya.
4.1.1. Sejarah Kabupaten Poso
Poso adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tengah, yang memiliki sejarah panjang. Raja-raja yang ada didaerah
tersebut ternyata tidak lepas dari terbentuknya kabupaten ini. Pada
mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah
kekuasaan Pemerintahaan Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso,
Raja Napu, Raja Mori, Raja Una-Una dan Raja Bungku yang satu
sama lain tidak ada hubungannya. Keenam wilayah kerajaan tersebut
tersebut dibawah pengaruh tiga kerajaan, yakni : Wilayah bagian
selatan tunduk kepada Kerajaan Luwu yang berkedudukan di Palopo,
sedangkan wilayah bagian utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi
33
yang berkedudukan di Sigi (daerah Kabupaten Donggala) dan khusus
wilayah bagian timur, yakni daerah Bungku termasuk daerah
kepulauan tunduk kepada Raja Ternate17. Sejak tahun 1880
Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai
menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha
melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah
Poso.Tahun 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah telah dikuasai
oleh Hindia Belanda dan mulailah disusun pemerintahan sipil.
Pemerintah Belanda wilayah Poso pada tahun 1905-1918 terbagi
dalam dua kekuasaan pemerintah, sebagian masuk wilayah
Keresidenan Manado, yakni Onderafdeeling (kewedanan) Kolonodale
dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan wilayah
kekuasaannya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-
Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintahan Belanda yang disebut Self Bestuure
atau Peraturan adat kerajaan (hukum adat).
Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dalam wilayah
Keresidenan Manado dimana wilayah Sulawesi Tengah terbagi dalam
wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu : Afdeeling Donggala dengan ibu
kotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibu kotanya Poso yang
dipimpin maing-masing asisten residen. Sejak 2 Desember 1948,
17 BPS “Kabupaten Poso dalam Angka” 2012
34
daerah otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling
Donggala dan Afdeeling Poso dengan Donggala dan Afdeeling Poso
dengan ibu kotanya Poso, yang terdiri dari tiga wilayah Onder
Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau
Hood Van PoltselykBesture (HPB)18. Ketiga Onder Afdeeling ini
meliputi beberapa Landschap dan terbagi dengan beberapa distrik,
yakni:
a. Onder Afdeeling Poso, meliputi :
Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso
Landschap Lore berkedudukan di Wanga
Landschap Tojo berkedudukan di Ampana
Landschap Una-Una berkedudukan di Una-Una.
b. Onder Afdeeling Bungku dan Mori, meliputi :
Landschap Bungku berkedudukan di Bungku
Landschap Mori berkedudukan di Mori.
c. Onder Afdeeling Luwuk, meliputi Landschap Banggai
berkedudukan di Luwuk.
Kemudian pada tahun 1949 setelah realisasi pembentukan
Daerah Otonom Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan
Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah. Pembentukan Daerah
18 http://id.wikipedia.org/Kab.Poso
35
Otonom Sulawesi Tengah merupakan tindak lanjut dari hasil
muktamar raja-raja se-Sulawesi Tengah pada tanggal 13-14 Oktober
1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat se-Sulawesi Tengah
agar dalam lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT).
Sulawesi Tengah dapat berdiri sendiri dan ditetapkan bapak
Rajawali Pusadan ketua Dewan Raja-raja sebagai Kepala Daerah
Otonom Sulawesi Tengah. Selanjutnya, melalui beberapa tahapan
perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan
Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y.Binol pada tahun
1952 dikeluarkan PP No.33 tahun 1952 tentang pembentukan Daerah
Otonom Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onder Afdeeling Poso,
Luwuk, Banggai dan Kolonodale dengan ibukotanya Poso dan daerah
Otonom Donggala meliputi Onder Afdeeling Donggala, Palu, Parigi
dan Toli-Toli dengan ibukotanya Palu. Pada tahun 1959 berdasarkan
Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, Daerah Otonom Poso
dipecah menjadi 2 (dua) derah Kabupaten yakni Kabupaten Poso
dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Luwuk Banggai dengn
ibukotanya Luwuk. Pada tahun 1999 daerah Kabupaten Poso dipecah
menjadi 2 (dua) daerah Kabupaten, yaitu: Kabupaten Poso dengan
ibukotanya Poso dan Kabupaten Morowali dengan ibukotanya
Kolonodale. Dan tahun 2004 daerah kabupaten Poso dipecah kembali
menjadi 2 (dua) daerah kabupaten yaitu kabupaten Kabupaten Poso
36
dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Tojo Una-una dengan
ibukotanya Ampana.
4.1.2. Kondisi Geografis
1. Wilayah Kabupaten Poso
Kota Poso adalah ibu kota Kabupaten poso yang berada di
provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Kabupaten Poso membentang
dari arah tenggara ke barat daya dan melebar dari arah barat ke
timur. Posisi Kabupaten Poso terletak ditengah-tengah pulau
Sulawesi yang merupakan jalur strategis yang menghubungkan
Sulawesi Utara dengan Sulawesi Selatan serta Sulawesi Tenggara.
Letak wilayah Kabupaten Poso dapat dilihat dari berbagai aspek,
antara lain letak Astronomis, letak geografis dan letak geologis.
a) Letak Astronomi
Berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayah
Kabupaten Poso terletak pada kordinat 1 06’ 44, 892”- 2 12’
53,172” Lintang Selatan dan 120 05’ 96” – 120 52’ 4,8” Bujur
Timur19. Berdasarkan letak astronomisnya, panjang wilayah
Kabupaten Poso dari ujung barat sampai ujung timur diperkirakan
jaraknya kurang lebih 86,2 KM dan lebarnya dari utara ke selatan
dengan jarak kurang lebih 130 KM.
b) Letak Geografis
19 BPS “Kabupaten Poso dalam angka 2017”
37
Dilihat dari posisinya dipermukaan bumi letak wilayah
Kabupaten Poso secara umum terletak dikawasan hutan dan
lembah. Kawasan lainnya terletak di pesisir pantai yang sebagian
terletak diperairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo.
c) Letak Geologis
Secara geologis wilayah Kabupaten Poso terletak pada
deretan pegunungan lipatan, yakni Pegunungan Fennema dan
Tineba di bagian barat, Pegunungan Takolekaju dibagian barat
daya, Pegunungan Verbeek dibagian tenggara, Pegunungan
Pompangeo dan Pegunungan Lumut dibagian timur laut.
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Poso diperkirakan sekitar 8.712,25
KM2 atau 12,81 persen dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.
Bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso menempati urutan
keempat.
3. Batas Wilayah
Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni
kawasan pantai dan pegunungan / perbukitan dengan batas
administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara
:
berbatasan dengan Teluk Tomini dan
Provinsi Sulawesi Utara
38
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Selatan.
Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali
Sebelah Barat : bebatasan dengan wilayah Kabupaten
Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong
Lage berbatasan dengan kecamatan Tojo Una-una. Dan pada
belahan barat terdiri dari Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah dan
Lore Barat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Donggala
dan Kabupaten Parigi Moutong. Sedangkan Kecamatan Pamona
Selatan dan Lore Selatan sebagian wilayahnya berbatsan dengan
Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Poso sebagian besar
merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan, maka ketinggian
wilayah pada umumnya berada diatas 500 meter dari permukaan laut.
4.1.3. Kependudukan
Jumlah penduduk kabupaten Poso tiap tahun terus meningkat.
Jumlah ini merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan hasil
Sensus Penduduk (SP) tahun 2010. Jumlah penduduk laki-laki
mencapai 124.588 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan
116.224 jiwa. Jika di bandingkan tahun 2015 jumlah penduduk
kabupaten Poso bertambah bertambah 2.23 persen atau sebanyak
5.046 jiwa.
39
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Poso Tahun 2016
Kecamatan Subdistrict
Jenis Kelamin (Ribu) Sex (thousand) Rasio
Jenis Kelamin
Sex Ratio
Laki-Laki
Male
Perempuan
Female
Jumlah
Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pamona Selatan 10 989 10 169 21 158 108
Pamona Barat 5 638 5 108 10 746 110
Pamona Tenggara
3 855 3 599 7 454 107
Pamona Utara 7 368 6 694 14 062 110
Pamona Pusalemba
10 532 10 170 20 702 104
Pamona Timur 5 774 5 192 10 966 111
Lore Selatan 3 352 3 120 6 472 107
Lore Barat 1 680 1 552 3 232 108
Lore Utara 7 223 6 478 13 701 112
Lore Tengah 2 462 2 172 4 634 113
Lore Timur 3 055 2 549 5 604 120
Lore Peore 1 802 1 577 3 379 114
Poso Pesisir 11 834 11 314 23 148 105
Poso Pesisir Selatan
5 267 4 907 10 174 107
Poso Pesisir Utara
9 372 8 682 18 054 108
Poso Kota 11 954 11 369 23 323 105
40
Poso Kota Selatan
5 132 5 217 10 349 98
Poso Kota Utara 6 417 6 310 12 727 102
Lage 10 882 10 045 20 927 108
Kabupaten Poso 124 588 116 224 240 812 107
Sumber: Data Skunder, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat
kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Dari tabel 4.1
dapat dilihat bahwa rasio jenis kelamin Kabupaten Poso adalah 107,
artinya tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 107 penduduk
laki-laki, dengan rasio jenis kelamin terbesar ada pada kecamatan
Lore Timur, yaitu sebanyak 120. Jumlah penduduk Kabupaten Poso
pada tahun 2016 adalah 240. 812 jiwa, dengan kecamatan Poso Kota
merupakan daerah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu 23.323
jiwa.
Secara demografis Kabupaten Poso memiliki penduduk yang
sangat plural dan memiliki perkembangan penduduk yang dapat
dikatakan tinggi. Dampak dari ekonomi dalam bidang perdagangan
dan transmigrasi serta imigrasi secara spontan menyebabkan daerah
Poso tidak hanya dialami oleh suku/agama tertentu melainkan
pertemuan dari beberapa suku/agama.Suku Bugis, Makassar, Jawa,
Gorontalo yang merupakan mayoritas beragama Islam. Suku
Minahasa, Toraja dan Tionghoa yang merupakan mayoritas
41
beragama Kristen. Suku Bali meurpakan mayoritas beragam Budha
dan Hindu serta suku-suku lainnya. Yang menonjol dalam persoalan
jumlah diantara penduduk pendatang adalah seperti, suku bugis,
gorontalo, jawa dan bali.
4.1.4. Potensi Kabupaten Poso
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Poso memiliki tanah
yang subur dengan curah hujan yang relatif tinggi, sektor ini menjadi
andalan masyarakat.
Tabel 4.2.
Sumber Daya Kabupaten Poso Tahun 2017
No. Sektor Sumber daya
1. Sektor Pertanian Padi sawah, coklat, cengkeh dan kelapa.
2. Sektor Industri Industri pengolahan kayu eboni.
3. Sektor Pariwisata Danau Poso, patung megalit, air terjun dan taman anggrek.
4. Sektor Perikanan Kelautan Perikanan laut dan perikanan darat.
5. Sektor Energi dan Pertambangan
Emas, perak, tembaga, belerang, tanah urug, batu gamping, marmer, fosfat, lempung, biji besi, PLTA.
Sumber : Data Skunder, Kabupaten Poso dalam angka 2017
Melaui tabel 4.2 dapat dilihat bahwa wilayah Kabupaten Poso
memiliki berbagai jenis sumberdaya alam sebagai aset daerah yang
sangat potensial untuk dikembangkan guna menunjang pelaksanaan
pembangunan dan peningkatan pendapatan daerah dalam rangka
42
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Sektor pertanian juga
merupakan penunjang sektor lainnya seperti sektor industri,
perdagangan, serta jasa lainnya.
4.1.5. Agama
Searah dengan kebijaksanaan pembangunan, pelayanan
kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa ditumbuh kembangkan dalam membina kehidupan
masyarakat serta mengatasi berbagai masalah sosial budaya.
Tabel 4.3.
Jumlah Tempat Peribadatan menurut Kecamatan di Kabupaten Poso
Kecamatan Subdistrict
Jumlah Tempat Peribadatan
Masjid
Mosque
Mushola
Mushola
Gereja Protestan Christian Church
Gereja Katholik Catholic Church
Vihara
Vihara
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pamona Selatan
18 21 39 1 5
Pamona Barat
1 - 26 3 10
Pamona Tenggara
- - 23 1 6
Pamona Utara
- 4 35 1 -
Pamona Pusalemba
1 1 56 1 2
Pamona Timur
2 2 27 2 -
43
Kecamatan Subdistrict
Jumlah Tempat Peribadatan
Masjid
Mosque
Mushola
Mushola
Gereja Protestan Christian Church
Gereja Katholik Catholic Church
Vihara
Vihara
Lore Selatan
1 1 18 - -
Lore Barat 1 9 6 - -
Lore Utara 16 6 30 - -
Lore Tengah
1 - 18 - -
Lore Timur 5 9 16 1 -
Lore Peore 5 - 13 4 4
Poso Pesisir
34 21 20 - 7
Poso Pesisir Selatan
8 1 30 - 1
Poso Pesisir Utara
15 8 22 - 15
Poso Kota 24 9 2 - 17
Poso Kota Selatan
5 1 23 3 -
Poso Kota Utara
20 4 8 - -
Lage 11 6 48 1 -
Kabupaten Poso
168 103 460 18 67
Sumber: Data Skunder, Kementerian Agama Kabupaten Poso 2017
44
Dari sisi agama, melalui tabel 4.3 mayoritas tempat peribadatan
di Kabupaten Poso yaitu Gereja Protestan, yaitu sebanyak 460 gereja,
diikuti berturut-turut total 168 Masjid, 18 Gereja Katolik, dan 67 Pura.
4.1.6. Pemerintahan Kabupaten Poso
Wilayah administrasi Kabupaten Poso terdiri dari 19 kecamatan
yang membawahi 142 desa definitif, 28 yang berstatus kelurahan.
Pada tahun 2016 kabupaten Poso tidak mengalami pemekaran
wilayah. Jumlah Unit Pemukiman Transmigrasi pada tahun ini adalah
2 unit, yaitu terdapat di kecamatan Lage dan kecamatan Lore Peore.
Sementara pada tahun ini tidak terdapat desa persiapan. Kabupaten
Poso dipimpin oleh Bupati sebagai pihak eksekutif dan bertanggung
jawab penuh terhadap pemerintahan di Kabupaten Poso. Sedangkan
dalam urusan legislasi bupati dan DPRD melakukan kordinasi dalam
mebuat peraturan daerah. DPRD Kabupaten sebagai salah satu
lembaga daerah yang mengawasi terhadap jalannya pemerintahan,
terdiri atas wakil-wakil dari organisasi peserta pemilihan umum yang
dilaksanakan tahun 2014. Pada tahun 2016 keanggotaan masing-
masing adalah : anggota fraksi Demokrat 8 orang, Nasdem 2 orang,
Golongan Karya 5 orang, PDI-P 3 orang, dan Fraksi gabungan
sebanyak 10 orang, yang seluruhnya sebanyak 2820.
20 Kabuapaten Poso dalam Angka: Katalog 1102001.7204
45
Dibawah genta demokrasi dengan menjunjung tinggi hak
kebebasan berpendapat dan memilih kabupaten Poso ikut serta
mengadakan pemilihan kepala daerah secara langsung. Pemilihan
umum Bupati Poso 2015 diselenggarakan pada tanggal 9 Desember
2015 untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Poso untuk periode 2016
hingga 2021. Pilkada sebelumnya digelar pada tahun 2010, yang
dimenangkan oleh Piet Inkiriwang dan Toto Samsuri. Dinamika politik
yang terus terjadi pada partai politik daerah, akhirnya menetapkan
Pilkada Poso 2015 diikuti oleh empat pasang calon,
diantaranya Amdjad Lawasa dan Maxnover Kaiya, Frany
Djaru'u dan Abdul Gani Israil, Wirabumi Kaluti dan Yohanis Krisnajaya
Syaiban, serta Darmin A. Sigilipu dan Toto Samsuri. Pasangan
Darmin-Samsuri berhasil memperoleh suara terbanyak, sebesar
33.55% dari total suara, sekaligus menetapkan Darmin bersama
Samsuri sebagai pemenang Pilkada Poso serta bupati dan wakil
bupati terpilih.
Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Poso
“Terwujudnya Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang
Didukung Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat”
Pemahaman terhadap terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut :
46
Damai : Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat diseluruh
wilayah Kabupaten Poso yang diliputi suasana
damai, aman dan tenteram tanpa rasa kuatir dan
takut.
Adil : Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat tanpa
diskriminasi yang meliputi suku, agama, jender,
golongan, ekonomi maupun paham politik. Adil juga
meliputi implementasi pelaksanaan pembangunan
yang berkeadilan secara proporsional di setiap
wilayah.
Sejahtera : 1. Terpenuhinya kebutuhan strategis bagi masyarakat
untuk meningkatkan martabat dan kapasitasnya.
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
Sumber daya manusia yang andal dan bermartabat :
1. Terciptanya SDM yang berkualitas pada semua
jenjang pendidikan, baik anak didik maupun
pendidik sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
2. Terciptanya SDM aparatur Pememerintah Daerah
yang profesional dan kompeten.
3. Terciptanya masyarakat yang memiliki derajat yang
sama saling menghargai dan menghormati, toleran
47
tanpa membedakan latar belakang budaya, suku,
maupun agama.
Khusus permasalahan keamanan dan ketertiban di Kabupten
Poso, dalam rangka menciptakan kondisi kehidupan masyarakat
diseluruh wilayah Kabupaten Poso yang diliputi suasana damai,
maka perlu diperjelas tujuan dan sasaran dari visi pertama yaitu:
Tujuan : 1. Mewujudkan rasa aman, tenteram dan toleransi antar
umat beragama
2. Mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat
Sasaran : 1. Meningkatnya toleransi dan kerukunan antar umat
beragama dalam semangat Sintuwu Maroso
2. Meningkatnya ketentraman, ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat
3. Meningkatnya wawasan kebangsaan masyarakat
Tentunya, permasalahan pokok pembangunan daerah
Kabupaten Poso dalam hal ini terkait pada persoalan keamanan dan
ketertiban digunakan sebagai landasan untuk menentukan program
yang akan ditetapkan, sebagaimana yang dimuat dalam RPJMD
Kabupaten Poso tahun 2016-2021.
48
Matriks 4.1
Program Prioritas Kabupaten Poso Tahun 2017-2021 dalam Menjaga
Keamanan dan Ketertiban.
Permasalahan Pokok
Pembangunan Daerah
Program Kegiatan Goals Tahun
Pengamalan nilai-nilai agama dan sosial budaya berbasis revolusi mental dan sintuwu maroso belum sepenuhnya teraktualisasi
Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Peningkatan Toleransi dan Kerukunan dalam Kehidupan Beragama
POSO CERDAS
Ceria, Elok, Rapi,
Damai, Adil,
Sejahtera
2017-2021
Ketentraman, ketertiban, 2017-2021 lingkungan hidup, kebersihan dan sanitasi perkotaan serta supremasi hukum dan HAM yang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik
Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal
Peningkatan kerjasama dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan
Sumber: Data Skunder, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021
Penyusunan kebijakan umum pembangunan Kabupaten Poso
tahun 2016-2021 dikelompokkan sesuai bidang utama pengembangan
program prioritas sebagaimana pada matriks 4.1 Dalam upaya
49
menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso Pemerintah
daerah menetapkan program sekaligus akan menjadi semboyan
pembangunan daerah Kabupaten Poso yang yang akan diwujudkan
selama 5 (lima) tahun kedepan.
4.1.7 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso
Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1970 Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Poso berada di bawah Departemen
Dalam Negeri bernama bagian Keamanan dan Ketertiban. Pada tahun
1970 sampai dengan tahun 1980 berubah nama menjadi Direktorat
Khusus yang membidangi tugas – tugas politik dalam negeri yaitu
Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan
Nasional (Ipoleksosbud Hankamnas). Selanjutnya tahun 1990
berubah lagi menjadi Direktorat Sosial Politik dimana tugas pokok dan
fungsinya juga menangani tugas pokok dalam negeri dan tugas
tambahan seperti Badan Koordinasi Daerah (Bakorinda).
Tahun 1999 Direktorat Sosial Politik berubah lagi menjadi
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Poso yang dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 27 tanggal 28 Agustus tahun 2000. Tahun 2008 sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 26 Juli
tahun 2008 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Kabupaten Poso berubah nama menjadi Badan Kesatuan Bangsa,
50
Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Poso, dimana tugas
dan kewenangannya membidangi politik dalam negeri seperti Pemilu,
Pemilukada, Pilpres, LSM, Parpol, Ormas, OKP, Wawasan
Kebangsaan, Ekonomi dan Sosial Budaya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Poso berubah nama menjadi Badan Kesatuan Bangsa dan Poltik
Kabupaten Poso (sampai saat ini) dimana tugas dan kewenangannya
membidangi Politik Dalam Negeri, Ideologi dan Wawasan
Kebangsaan serta Ketahanan Sosial Budaya.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso yang
merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah yang diberi
tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan
Bangsa dan Politik telah menetapkan Visi dan Misiya yaitu :
Visi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso:
“Terwujudnya Persatuan dan Kesatuan, Kestabilan Politik Masyarakat
yang Aman, Damai, Tertib dan Tentram di Kabupaten Poso”
Untuk mewujudkan visi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Poso, maka disusun misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan agar tercipta sistem politik
yang demokratis serta iklim kehidupan politik yang dinamis,
51
demokratis dan transparan yang ditopang oleh makin mantapnya
wawasan integritas dan ketahanan bangsa
2. Mewujudkan situasi dan kondisi daerah yang kondusif demi
lancarnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
sesuai dengan jiwa semangat otonomi daerah
Berdasarkan visi dan misi diatas, Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Poso menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai sebagai berikut :
1. Tujuan
Mewujudkan sistem politik yang demokratis, serta iklim
kehidupan yang dinamis dan terbuka yang ditopang oleh makin
mantapnya wawasan integritas ketahanan bangsa.
2. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
wawassan kebangsaan masyarakat.
3. Struktur Organisai Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Poso
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Daerah. Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso mempunyai susunan
organisasi sebagai berikut :
52
1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Perencanaan Program
b. Sub Bagian Keuangan dan Aset
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan
Nasional, membawahi :
a. Sub Bidang Bina Ideologi dan Bina Kebangsaan
b. Sub Bidang Kewaspadaan Nasional
4. Bidang Ketahanan Nasional dan Budaya, membawahi :
a. Sub Bidang Ketahanan Seni dan Budaya
b. Sub Bidang Ketahanan Ekonomi
5. Bidang Politik Dalam Negeri, membawahi :
a. Sub Bidang Partai Politik dan Pemilu
b. Sub Bidang Kelembagaan dan Pendidikan Politik
4.1.8. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat merupakan salah satu
kebijakan penting yang ditetapkan Pemerintah dalam rangka
53
memelihara kerukunan umat beragama. Forum Kerukunan Umat
Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang
dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam
rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat
beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. FKUB merupakan
wadah yang strategis bagi upaya mewujudkan keharmonisan dan
kesejahteraan umat. Hal ini tidak terlepas dari dari peran dan
pelaksanaan tugas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
sebagaimana diamanatkan dalam PBM.
Pada 18 Maret 2006 di Poso dibentuk Forum Komunikasi Antar
Umat Beragama (FKUB) kabupaten berdasarkan Keputusan Bupati
Poso Nomor: 18845/0849/2006 tentang Kepengurusan Forum
Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso dan Drs.
Abdul Malik Syahadat menjadi ketua pertama FKUB. Yang menarik
dari FKUB Kabupaten Poso ini pertama adalah namanya yang
berbeda dengan FKUB Forum Kerukunan Umat Beragama,
sementara di Poso adalah Forum Komunikasi Antar Umat Beragama
meskipun singkatannya sama. Hal ini dapat dimaklumi karena forum
tersebut dibentuk 3 (tiga) hari sebelum lahirnya Peraturan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun
2006 (21 Maret 2006). Pemrakarsa pembentukan FKUB adalah
inisiatif bersama satgas, tokoh adat, tokoh masyarakat, perwakilan
54
majelis-majelis agama Kabupaten Poso. Cara pembentukan melalui
ketua dan anggota formatur yang mewakili semua unsur yang ada di
Kabupaten Poso, sesuai dengan kesepakatan bersama. Melihat
proses dirumuskannya FKUB yang lebih banyak lebih banyak
dilakukan oleh para wakil dari majelis-majelis agama, dan difasilitasi
oleh pemerintah mengindikasikan bahwa FKUB merupakan bentuk
rekacipta kearifan lokal baru (institusional development) dalam upaya
membangun tradisi untuk memenuhi kebutuhan sosial politik tertentu
pada suatu masa itu.
Saat ini, FKUB Kabupaten Poso sesuai SK Bupati Poso No.
188.45/0401/2017 memiliki jumlah anggota sebanyak Sembilan belas
(19) orang anggota. Adapun ketua dan wakil ketua terdiri dari satu (1)
Ketua Umum, yaitu H. Yusuf Runa, S.Sos, dan empat (4) anggota
sebagai wakil ketua antara lain, wakil ketua I yaitu Pdt. Budi Tarusu
S.Th, wakil ketua II yaitu Ibrahim Ismail S.Ag, MH.i, wakil ketua III
yaitu Ir. Sukade Sutania, dan wakil ketua IV yaitu Yakin Ngguna,
S.Sos, M.Si, Adapun tugas dari FKUB menurut PBM adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
2. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
3. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam
bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
55
4. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan
kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan
5. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian
rumah ibadat.
FKUB Kabupaten Poso memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan umat beragama, bahkan forum ini beperan aktif
dalam pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam menjaga
keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
4.2. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun
2012-2017
Aksi terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang
bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara
peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target
korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Kegiatan
Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan
sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau
suatu bangsa. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk
menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah daerah.
56
Wilayah Kabupaten Poso memiliki latar belakang sejarah konflik yang
cukup panjang. Sederet konflik komunal Poso yang merenggut korban ribuan
jiwa semakin membuat wilayah ini jadi basis utama para jihadis Indonesia,
setelah kerusuhan Maluku Utara dan Ambon mereda. Lama setelah konflik
Poso didamaikan, sisa-sisa kelompok militan pun masih bertahan dan
membuat basis-basis baru. Poso sebagai home base karena medan untuk
para teroris seperti tempat pelatihan sangat mendukung. Banyak wilayah
pegunungan hutan yang strategis untuk mereka jadikan tempat latihan dan
persembunyian oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Mujahidin
Indonesia Timur atau yang disingkat menjadi MIT, adalah sebuah
kelompok militan islam yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten
Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi
Tengah di Indonesia. Setelah Santoso meninggal, pemimpin kelompok ini
adalah Ali Kalora. MIT secara umum melakukan operasi mereka di
daerah Sulawesi Tengah, khususnya di kabupaten Poso Operasi kelompok
ini biasanya menimbulkan korban jiwa. Pemimpin MIT, Santoso, tewas pada
kontak tembak pada 18 Juli 2016. Pada 14 September 2016, tangan kanan
Santoso, Basri, ditangkap bersama istrinya oleh Satgas Operasi Tinombala.
Santoso merupakan pimpinan yang anggota dari Abu Bakar Ba’asyrir,
langkah awal yang dilakukan oleh Santoso dengan Ustadz Yasin yang tidak
lain yaitu teman Santoso yaitu dengan membentuk proyek Uhud yang akan
didirikan di Poso sebagai wilayah qoidah amaniah atau daerah yang
57
berbasis cikal bakal dari negara Islam21. Para kelompok santoso diwajibkan
untuk melakuka perbuatan amaliyah yaitu dengan memerangi kaum kafir
seperti yang dilakukan oleh Ryanto alias Ato Margono alias Abu Ulya yang
mendapat tugas dari santoso untuk melakukan perbuatan amaliyah dengan
membunuh orang yang dianggapnya memiliki prilaku yang buruk dan
memasang bom di dekat gereja di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota
Selatan22.
Begitu hebat sekali pengaruh Santoso di kalangan MIT di Kabupaten
Poso Pesisir (khususnya Desa Tambarana dan Landangan tempat orangtua
Santoso), Ampana (Tojo Una-una), dan Parigi Moutong. Karena itu,
penduduk wilayah itu menyambut jenazah Santoso yang tewas tertembak
polisi dalam operasi penggerebekan pada 18 Juli 2016 sebagai pahlawan
atau martir, dengan iring-iringan kendaraan.
Rentetan peristiwa serangkaian teror masih terjadi di daerah Poso
sepanjang tahun 2012-2017. Kasus terorisme seolah tak mau berhenti
membuat sebagian warga Poso tidak dapat hidup tenang dan dilanda oleh
kekhawatiran. Poso kini seperti daerah yang menyimpan bara konflik yang
entah kapan akan berakhir. Keadaaan Poso yang sekarang tidak ubahnya
pesakitan seperti peristiwa konflik etnik horizontal sepanjang 1999-2000.
21 Ansyaad Mbai, loc.cit.
22 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor:629/Pid.Sus/2014/PN.Jkt.
58
Serangkaian aksi teror pada 2012 masih terjadi. Saat itu seorang
warga biasa ditemukan tewas akibat penembakan misterius dan disusul
dengan ledakan bom di garasi rumah warga di kelurahan Kawua. Pada 8
Oktober 2012, sasaran korban kekerasan adalah dua anggota Polres Poso
yang diculik saat bertugas. Tak lama kemudian disiarkan dua anggota Polres
tersebut ditemukan tewas terkubur di derah hutan Gunung Biru. Polisi
menduga saat itu ada oknum ingin memercik konflik Poso kembali. Tidak
terima dengan sejumlah aksi terror, polisi kemudian mengerahkan pasukan
untuk menggelar operasi dan membidik sejumlah orang. Sesuai diberitakan
oleh harian Kompas, 24 Oktober 2012, langkah operasi polisi bergerak
cepat, yang berujung ditangkapnya sejumlah orang yang diduga terkait
kelompok garis keras. Tidak hanya melakukan penangkapan, polisi berhasil
menembak mati Jippo di Desa Kalora, Kecamatan Poso pesisir, karena
diduga merupakan otak dari sejumlah kekerasan di Poso.
Lagi-lagi dendam amarah dari kelompok garis keras memanas.
Mereka membalas dengan meledakkan sebuah bom di kecamatan Poso
Kota, disusul serangkaian terror bom. Polisi saat itu segera bertindak
mengejar para pelaku dan kembali menembak mati seorang tersangka
bernama Kholid. Namun kekejadian itu membuat malang nasib polisi,
mereka ternyata menembak mati seorang warga biasa. Hal ini memicu
kemarahan warga. Ribuan warga merasa tidak terima dan menyerang
59
anarkis Mapolres Poso. Sejak saat itu Kota Poso lumpuh total sejak pagi
hingga malam.
Polisi kembali kecolongan menangani kekerasan poso yang tidak
kunjung berakhir. Empat personil Polda Sulawesi Tengah tewas tertembak
misterius saat melintasi Desa Kalobara, Kecamatan Poso Pesisir Utara,
dimuat di Harian Kompas Desember 2012. Polisi bergerak cepat melansir
sekitar 24 buron, salah satunya ialah Santoso yang diduga otak dibelakang
sejumlah serangkaian kekerasan dan pemimpin kelompok garis keras.
Namun terror bom seolah tak mau berhenti, polisi dikejutkan dengan kasus
bom bunuh diri di Mapolres Poso di tengah digelarnya aksi penangkapan
buron. Tidak mau dikatakan kewalahan menghadapi kelompok garis keras,
polisi mengirim Densus 88 untuk menangkap sejumlah buronan. Selang
sepekan dari aksi bom bunuh diri di Mapolres Poso, dimuat di harian kompas
Juni 2013 memberitakan aparat Densus 88 menembak mati Nurdin, warga
Kelurahan Gebang Rejo karena diduga tangan kanan jaringan Santoso.
Buntut dari peristiwa penembakan ini, warga menyerang Mapolres Poso
karena warga menilai operasi dilakukan polisi nyatanya tak kunjung tuntas
dan meresahkan keamanan warga. Aksi sepihak yang dilakukan warga
membuat sebagian Kecamatan Poso Kota lumpuh sejak Senin sore hingga
Selasa pagi pada pekan itu.
Pada Desember 2014 dan Januari 2015, aksi penembakan masih
kerap terjadi. Aksi terakhir yang terjadi pada pada 15 Januari 2015, yaitu
60
terjadi penembakan di perkebunan masyarakat wilayah Banua Ose Desa
Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, yang diduga
kelompok teroris Poso. Korbannya adalah Tomi Alipa (22 tahun) dan Aditia
Tetembu alias Papa Rine (55 tahun). Keduanya tinggal di Desa Tangkura
Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Tomi ditemukan oleh ibunya sekitar satu
kilometer dari kebun mereka sedangkan Papa Rine ditemukan warga
setempat tak jauh dari ladangnya. Aksi kekerasan ini tak ayal membuat
aparat keamanan harus bekerja lebih keras. Kalangan intelijen bahkan
memperkirakan aksi kekerasan kelompok MIT masih akan terus berlangsung
selama tahun 2015 ini.
Anggota Densus 88 Antiteror masih akan menjadi target serangan
utama. Para kelompok teror itu mengobarkan perang melawan Densus 88
sebagai balasan terhadap teman-teman mereka yang telah didzolimi karena
ditangkap, disiksa, dan ditembak mati. Pada tanggal 31 Maret 2017, sebuah
ledakan keras diduga bom terjadi di tugu bundaran Jalan Pulau Sumatera
atau tepatnya di depan lokasi bekas Pasar Sentral Poso, walaupun tidak ada
korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi tetap mengganggu ketenangan warga
sekitar. Selanjutnya pada tanggal 9 Juli 2017 sepanjang hari, terjadi dua
teror yang terjadi di depan Mapolres Poso dan di depan sekolah yang
berjarak sekitar 50 meter dari pos lalu lintas di bundaran SMA GKST,
61
Kelurahan Kasintuwu, Kecamatan Poso Kota Utara. Polres Poso menyebut
ada pihak yang ingin mengacaukan keamanan yang berjaga di Poso23.
Upaya memutus mata rantai pergerakan teroris di Kabupaten Poso
bukanlah pekerjaan yang mudah dan dan memakan waktu yang sebentar.
Harus ada kerjasama antar berbagai pihak agar dapat meminimalisir
aktivitas para jaringan teroris tersebut. Tanpa kerjasama itu niscaya jaringan
mereka akan terus berkembang. Intinya masyarakat harus proaktif
bekerjasama dengan pemerintah daerah dan aparat keamanan terkait untuk
memutus mata rantai jaringan teroris.
Matriks 4.2
Daftar Nama-Nama Teroris Poso Tahun 2017
Nama Asal Ket.
Ali Ahmad alias Ali Kalora Poso DPO
Qatar alias Farel Bima DPO
Basir alias Romji Bima DPO
Abu Alim Bima DPO
Nae alias Galuh Bima DPO
Kholid Bima DPO
Muhammad Faisal alias Namnung Jawa DPO
Taufik Buraga alias Upik Lawanga Poso Tewas
Santoso alias Abu Wardah Poso Tewas
Sabar Subagyo alias Daeng Koro Jawa Tewas
Basri alias Bagong Poso Ditangkap
Suharyono Hiban alias Yono Sayur Poso Tewas
Firman alias Ikrima Poso Tewas
Sucipto alias Cipto Ubaid Poso Tewas
Adji Pandu Suwotomo alias Sobron Jawa Tewas
Andika Eka Putra alias Hilal Poso Tewas
Yazid alias Taufik Jawa Tewas
Mukhtar alias Kahar Palu Tewas
23http://regional.kompas.com/read/2017/07/09/15572611/dua.teror.terjadi.di.
poso.ada.surat.ancaman.untuk.polisi.
62
Nama Asal Ket.
Firdaus alias Daus alias Barok alias Rangga
Bima Tewas
Askar alias Jaid alias Pak Guru Bima Tewas
Abu Urwah alias Bado alias Osama Poso Tewas
Mamat - Tewas
Nanto Bojel - Tewas
Can alias Fajar Bima Tewas
Sogir alias Yanto Bima Tewas
Herman alias David Bima Tewas
Busro alias Dan Bima Tewas
Fonda Amar Shalihin alias Dodo Jawa Tewas
Hamdra Tamil alias Papa Yusran Poso Tewas
Udin alias Rambo Malino Tewas
Germanto alias Rudi - Tewas
Anto alias Tiger - Tewas
Agus Suryanto Farhan alias Ayun - Tewas
Ibrahim Uighur Tewas
Bahtusan Magalazi alias Farouk Uighur Tewas
Nurettin Gundoggdu alias Abd Malik Uighur Tewas
Sadik Torulmaz alias Abdul Aziz Uighur Tewas
Thuram Ismali alias Joko Uighur Tewas
Mustafa Genc alias Mus'ab Uighur Tewas
Samil alias Nunung Poso Ditangkap
Salman alias Opik Bima Menyerah
umri alias Tamar Poso Menyerah
Ibadurahman Bima Menyerah
Syamsul Jawa Menyerah
Mochamad Sonhaji Jawa Menyerah
Irfan Maulana alias Akil Poso Menyerah
Sumber: Analisis Data Skunder Tahun 2017
Data terakhir, jumlah anggota kelompok teroris hanya tersisa tujuh (7)
orang dari empat puluh enam (46) orang dan mayoritas berasal dari luar
kabupaten Poso yang bersembunyi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso.
Tercatat lima (5) anggota dari kelompok ini berasal dari bima (NTB) yaitu
Nae alias Galuh, Qatar alias Farel, Basir alias Romzi, Abu Alim dan
Kholid, serta masing-masing satu (1) orang berasal dari pulau jawa dan
63
Kabupaten Poso, yaitu Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon,
dan Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar. Kondisi Kabupaten
Poso saat ini dapat dikatakan kian kondusif. Selain selama setahun terakhir
hanya ada dua sampai tiga kejadian yang mengganggu keamanan dan
ketertiban, sisa-sisa dari kelompok ini setelah operasi Tinombala memilih
untuk bersembunyi di daerah pegunungan. Hal ini sesuai dengan informasi
dari T. Samsuri:
“Sekarang sisa tujuh dari empat puluh enam, sehingga sangat disayangkan itu yang membuat poso terkenal, kesannya tidak aman, padahal sebenarnya aman. Yang terjadi kasus-kasus seperti itu ya dipinggiran hutan sana, yang mana hanya terjadi apabila terjadi gesekan-gesekan dengan masyarakat, juga kadang-kadang gesekan dengan aparat”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Senada dengan hal ini, M. Masloman juga mengatakan:
“Sekarang itu sisa tujuh orang di hutan sana, dari bima lima orang, dari jawa satu orang”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
Wilayah Kabupaten Poso memiliki keberagaman penduduk tergolong
yang cukup majemuk, selain terdapat suku asli yang mendiami Poso,yaitu
suku Pamona suku-suku pendatang pun banyak berdomisili di Poso, seperti
dari Jawa, Bugis, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Arab dan lain sebagainya. Ini
dikarenakan Kota Poso berada di tengah-tengah jalur darat transportasi
Sulawesi. Pelancong yang berasal dari wilayah Selatan Sulawesi akan
melewati Kota Poso untuk menuju bagian Utara Sulawesi, begitu juga
sebaliknya. Secara faktual, daerah Poso yang masyarakat yang pluralis
64
dalam interaksinya tidak selalu berjalan baik, dalam interaksi sosial sering
kali terjadi persinggungan sehingga menimbulkan “gesekan-gesekan” yang
dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di daerah ini, seperti yang
dikatakan oleh T. Samsuri:
“Ya memang kalau dari segi geografis, kabupaten poso ini ditusuk oleh dari berbagai kota, kalau dari manado, gorontalo, parigi, tembus ke poso. Dari palu juga tembus keposo biar lewat jalan yang lain, dari kendari juga tembus ke poso. Dari luwuk banggai, tojo una-una juga tembus ke poso. Begitu juga kalau orang Makassar kalau mau ke manado misalnya, kalau mendarat juga lewat poso. Jadi ada satu titik simpul akses di poso. Artinya apa, disitu rawan terjadi benturan antar budaya, karena tidak menutup kemungkinan juga terjadi transportasi isu, transformasi budaya, informasi baik yang bagus maupun yang sifatnya provokator. Poso juga punya laut, mau ditutup di darat, dari laut juga bisa masuk, dari udara juga bisa masuk ini yang harus kita antisipasi”.
“Yang kita waspadai sekarang ini kalau ada pendatang yang bermukim di daerah poso, yang membawa keluarganya sehingga pada akhirnya membentuk rumpun dan pahamnya sendiri yang bisa berbenturan dengan dengan paham-paham lain yang sudah dulu di poso”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Kondisi geografis Kabupaten Poso yang umumnya pegunungan juga
merupakan tempat yang ideal bagi para kelompok teroris untuk bersembunyi
sehingga menyulitkan pemerintah daerah maupun aparat untuk
mengidentifikasi atau melakukan pendekatan-pendekatan dengan kelompok
ini, sesuai informasi dari dari kepolisian, M. Masloman:
“Ketujuh orang inikan (kelompok teror) mereka bergerilya di hutan, hutan ini mereka sudah kuasai, sementara kita ini aparat berada dibawah atau di kota, artinya hutan, jurang, tebing ini sudah dimereka kuasai, jadi untuk melakukan pendekatan atau penangkapan dengan hidup-hidup istilahnya butuh waktu”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
65
Kasus terorisme yang terjadi di Kabupaten Poso cukup menyita
perhatian, walaupun sudah jarang terjadi teror yang mengganggu keamanan
dan ketertiban di daerah ini, tetapi telah berdampak negatif pada citra daerah
Kabupaten Poso, seperti yang dikatakan oleh T. Samsuri:
“Sebenarnya menyedihkan, saya kalau rapat atau ada pertemuan lain pasti ditanya bagaimana keamanan Poso. Sebenarnya sekarang poso aman. Saya pernah mau ke palu dapat orang yang bepergian tapi tidur di dijalan di darah poso malam-malam aman saja, tidak takut dengan masalah keamanan”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Melihat kondisi Kabupaten Poso pada saat ini, dapat dikatakan kasus-
kasus atau kejadian-kejadian yang dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban khususnya kasus terorisme menurun drastis. Masyarakat
kabupaten Poso saat ini lebih tenang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-
hari tanpa merasa khawatir mengenai keselamatannya, tidak seperti pada
masa kasus terorisme baru mencuat hingga pada operasi tinombala
berakhir. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Budi Tarusu:
“Kalau menurut saya, kita sudah maju selangkah, majunya kita itu kan hari ini masyarakat sekalipun masih ada sedikit cerita tentang terorisme ini, tetapi kita ini kan sudah berpikir tentang pembangunan yang nyata soal daerah ini. Apalagi dari segi non fisik, ketertiban dan keamanan sekarang jauh lebih baik daripada dulu. Tidak semua persoalan kemudian melebar kepersoalan antar kelompok, tidak lagi. Saya kalau kepalu biasa bawa mobil sendiri aman dijalan, tidak tergesa-gesa walaupun jalan subuh sendiri dan istirahat dijalan. Dan kelihatannya pemerintah langkah yang mereka tempuh sudah cukup lebih baik”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
66
Matriks 4.3
Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di kabupaten Poso
Tahun 2012-2017
Pernyataan Informan (Sumber)
Uraian Analisis
- Tanggal 8 Oktober 2012, dua anggota Polres Poso di culik saat bertugas dan ditemukan tewas terkubur di daerah hutan Gunung Biru
- Empat personil Polda Sulawesi Tengah tewas tertembak di Desa Kalobara Kecamatan Poso Pesisir Utara pada Desember 2012
- Juni 2013, aparat Densus 88 menembak mati Nurdin yang diduga tangan kanan jaringan Santoso
- Tanggal 15 Januari 2015 terjadi penembakan yang dilakukan oleh Kelompok teroris Poso di perkebunan Desa Tangkura yang mengakibatkan dua warga meninggal dunia
- 31 Maret 2017, ledakan bom terjadi di Jl. Pulau Sumatera walaupun tidak ada korban jiwa
- 9 Juli 2017, dua teror terjadi didepan
Rangkaian peristiwa penembakan dan pengeboman baik itu kepada aparat Kepolisian maupun kepada warga yang dilakukan oleh kelompok teroris di daerah Poso, Sulawesi Tengah sepanjang tahun 2012 hingga tahun 2017 menyisakan duka mendalam bagi warga Poso. Kasus terorisme seolah tak mau berhenti membuat sebagian warga Poso tidak dapat hidup tenang dan dilanda oleh kekhawatiran. Poso kini seperti daerah yang menyimpan bara konflik yang entah kapan akan berakhir.
Peristiwa penembakan dan pengeboman sebagai aksi teror dari tahun 2012-2017 masih terjadi di daerah Poso
67
Pernyataan Informan (Sumber)
Uraian Analisis
Mapolres Poso dan di depan Sekolah SMA GKST Kecamatan Poso Pesisir
Sekarang sisa tujuh dari empat puluh enam, sehingga sangat disayangkan itu yang membuat poso terkenal, kesannya tidak aman, padahal sebenarnya aman. (Wakil Bupati Kabupaten Poso)
Kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso saat ini dapat dikatakan kondusif. Hal ini berbanding terbalik dengan citra yang terbangun di masyarakat diluar Kabupaten Poso. Hal ini dapat dibuktikan dari jumlah anggota kelompok teroris pada tahun 2017 mengalami penurunan, dari data terakhir jumlah anggota kelompok teroris di Kabupaten Poso tersisa tujuh orang.
Jumlah anggota teroris pada tahun 2017 mengalami penurunan, dari empat puluh enam anggota teroris menjadi tujuh orang.
kalau dari segi geografis, kabupaten poso ini ditusuk oleh dari berbagai kota, kalau dari manado, gorontalo, parigi, tembus ke poso. Disitu rawan terjadi benturan, karena tidak menutup kemungkinan juga terjadi transportasi isu, transformasi budaya, informasi baik yang bagus maupun yang sifatnya provokator. (Wakil Bupati Kabupaten Poso)
Secara faktual, Kabupaten Poso yang merupakan daerah jalur transportasi dapat berdampak negatif pada keamanan dan ketertiban. Dalam interaksi sosial, hal ini dapat menimbulkan “gesekan-gesekan”, seperti percampuran kebudayaan dan perkembangan isu-isu yang sifatnya provokatif yang dapat mengganggu keamanan di daerah Kabupaten Poso.
Letak Kabupaten Poso yang merupakan jalur transportasi dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan isu-isu yang sifatnya provokatif.
Ketujuh orang inikan Kondisi geografis Kondisi geografis
68
Pernyataan Informan (Sumber)
Uraian Analisis
(kelompok teroris) mereka bergerilya di hutan, hutan ini mereka sudah kuasai, sementara kita ini aparat berada dibawah atau di kota, artinya hutan, jurang, tebing ini sudah mereka kuasai. (Kasat Binmas Polres Poso)
Kabupaten Poso yang umumnya pegunungan menyulitkan aparat untuk menangkap ketujuh orang kelompok teror ini. Hal ini juga dikarenakan pegunungan yang merupakan tempat bersembunyi telah mereka kuasai dan merupakan wilayah yang tepat untuk melakukan persembunyian dan pelatihan.
Kabupaten Poso berpengaruh pada pemberantasan tindak pidana terorisme
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Melihat kondisi Kabupaten Poso pada masa sekarang, melalui matriks
4.3 dapat dikatakan bahwa stabilitas keamanan dan ketertiban lebih baik.
Akan tetapi yang menarik perhatian adalah citra dari Kabupaten Poso pada
saat ini masih identik dengan terorisme, hal ini tidak lepas dari berbagai
kasus terorisme yang terjadi pada masa lampau. Kondisi geografis
Kabupaten Poso yang banyak memiliki daerah pegunungan juga
berpengaruh pada proses pemberantasan terorisme sehingga menyulitkan
kepolisian untuk menangkap teroris karena tempat kelompok ini
bersembunyi telah mereka kuasai dan merupakan wilayah yang tepat untuk
melakukan persembunyian, pelatihan, dan aksi teror. Selain kondisi
geografis, letak Kabupaten Poso yang merupakan jalur transportasi yang
dalam interaksi sosial, hal ini dapat menimbulkan “gesekan-gesekan”, seperti
69
percampuran kebudayaan dan perkembangan isu-isu yang sifatnya
provokatif. Hal ini tentunya menjadi aspek negatif pada stabilitas keamanan
dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Kabupaten Poso kini seperti daerah yang menyimpan bara konflik
yang entah kapan akan berakhir. Keadaaan Poso yang sekarang tidak
ubahnya pesakitan yang dapat menghasilkan konflik etnik horizontal
sepanjang 1999-2000 jika tidak ditanganai secara tepat. Penyelesaian konflik
poso membutuhkan peran pemerintah sebagai mediasi untuk mengundang
semua tokoh, agama, masyarakat, mulai dari daerah hingga pusat, untuk
berdialog dan mencari solusi damai.
4.3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban
pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso
Menurut Neil J. Smeler, berbagai faktor politik seperti kondisi ekonimi,
politik, agama dan lain-lain memang dapat menimbulkan gerakan terorganisir
dalam terorisme. Akan tetapi kondisi tersebut tidak menjamin adanya suatu
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para terorisme terkecuali dengan
diikuti oleh faktor-faktor lain, seperti doktrin ideologi keagamaan yang
ditamankan oleh para pemimpin. Dengan adanya doktrin ideologi yang telah
ditanamkan para pengikutnya maka hal tersebut dapat membuat terorisme
melakukan tindakan kekerasan yang dapat mengancam seluruh masyarakat
yang tidak dianggapnya dapat menghalangi tujuan mereka dan setiap orang
yang dianggapnya telah menyalahi agama pun menjadi objek sasaran untuk
70
para teroris24. Aksi terorisme di kabupaten Poso yang mengatasnamakan
agama juga disampaikan oleh M. masloman bahwa:
“Jadi berkaitan dengan kasus-kasus terorisme di kabupaten Poso ini sejak pasca kerusuhan kemarin, penegakan hukum 2007, mulai bermunculan aliran-aliran yang pada intinya melakukan teror-teror berupa kekerasan, ancaman, bahkan pembunuhan. Kemudian kasus-kasus yang terjadi di wilayah kabupaten poso ini memang pada umumnya dilakukan oleh para teroris karena berkaitan dengan pemahaman-pemahaman, paham-paham keagamaan to, sehingga kelompok-kelompok ini dia punya misi melawan pemerintah ingin mendirikan Negara islam”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
Pemerintah daerah Kabupaten Poso menyadari bahwa pembangunan
daerah tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa situasi yang
kondusif. Situasi kondusif tersebut tidak mungkin terwujud tanpa penegakan
hukum, keamanan dan ketertiban sosial kemasyarakatan dilaksanakan
secara konsisten, sehingga suasana damai, aman dan tenteram tanpa rasa
kuatir dan takut dapat dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Poso. Dalam
rangka menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso, penyusunan
strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting
yang tidak terpisahkan yang selanjutnya dimuat dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021.
24 Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Hlm. 79
71
Matriks 4.4
Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban
di Kabupaten Poso Tahun 2016-2021
No. Strategi Arah Kebijakan Sasaran Tujuan
1. Meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai aspek
Peningkatan dan penguatan kerukunan internal maupun antar umat beragama untuk menciptakan harmoni social
Meningkatnya Toleransi kerukunan dan kesadaran lingkungan umat beragama dalam semangat Sintuwu Maroso
Mewujudkan rasa aman, tenteram dan nyaman
Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga keagamaan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama
Peningkatan fasilitas Keagamaan
3. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakkan hokum
Peningkatan kesadaran masyarakat dan kinerja aparat hokum
Meningkatnya ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
4. Implementasi revolusi Mental
Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
Meningkatnya wawasan kebangsaan masyarakat
Mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat
Sumber: Data Skunder, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021
72
Pemerintah daerah Kabupaten Poso merumuskan strategi dan arah
kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara komprehensif untuk
mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif (berdaya guna) dan
efisien (berhasil guna) seperti pada matriks 4.4 dengan menerapkan strategi
meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai aspek,
meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama,
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan hukum dan
implementasi revolusi mental. Secara umum, untuk menjaga keamanan dan
ketertiban dalam bingkai “Sintuwu maroso”, pemerintah daerah Kabupaten
Poso menetapkan tujuan dari strategi, yaitu mewujudkan rasa aman dan
tenteram dan mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat. Hal ini
tentunya juga mengupayakan sinergitas dari setiap pemangku kepentingan
pembangunan, yaitu pemerintah daerah, masyarakat, tokoh agama, dan
Polri.
Teror atas dasar agama inilah yang menjadi pemantik sering
terjadinya aksi pengeboman dan penembakan. Jika masyarakat terdoktrin
atau terprovokasi bahwa agama tertentu sebagai sebab utama dalam
berbagai aksi teror, maka upaya untuk mencegah berkembangnya kelompok
teroris akan sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah daerah
Kabupaten Poso harus berupaya keras untuk menghapus anggapan
penyebab aksi terorisme di Kabupaten Poso karena agama tertentu.
73
Pemerintah Kabupaten Poso menyusun strategi pencegahan
terorisme dan pemikiran radikal dengan cara yang tepat, dengan lebih
memperhatikan pendekatan lunak (soft power) yang antara lain
termanifestasikan dalam pendidikan publik dan pencegahan dini dalam
mengatasi berbagai kejadian kekerasan yang terjadi daerahnya. Hal ini
didukung oleh Pdt. Budi Tarusu, dengan pernyataannya:
“Dalam pengamatan saya, upaya pemerintah ini sangat luar biasa dalam mengatasi kasus terorisme. Yang pertama dia langkah-langkah yang mereka lakukan kelihatannya sudah lebih halus. Jadi pemda berupaya untuk pembersihan didalam dulu. Kalau lalu itu kepolisian dengan angkat senjata untuk penanganan kasus-kasus ini, tapi sekarang lebih persuasif. Tentu ini belum selesai, tapi kita akan lihat hasilnya nanti ini kedepan. Pemerintah berupaya menempatkan posisinya sebagai pemerintah bagi semua, tidak hanya yang tidak anarkis, tapi juga pada kelompok-kelompok yang menempatkan diri sebagai teroris ini juga diperhatikan bahwa dia juga sebagai pemerintah bagi mereka. Nah diupayakan mereka bisa meninggalkan pemikiran itu”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
Strategi yang dimaksud adalah langkah-langkah berisikan program-
program indikatif untuk mengatasi permasalahan pokok pembangunan
daerah yang dimaksud dalam program prioritas Kabupaten Poso tahun
2016-2021.
4.3.1. Pendeteksian Dini
Sebelum penerapan strategi untuk menjaga keamanan dan
ketertiban di Kabupaten Poso, pemerintah daerah Kabupaten Poso
berfokus terlebih dahulu dalam mencari informasi dari potensi dan
indikasi sekecil apapun kemungkinan timbulnya gangguan keamanan.
74
Ini harus diantisipasi oleh pemerintah Kabupaten Poso dengan penuh
kepekaan dan kesiagaan. Bentuk upaya dari pemerintah dalam
mencari informasi yang dapat menimbulkan aksi terorisme di
Kabupaten Poso adalah dengan melakukan upaya pendeteksian dini
sebagai “modal” pemerintah atau faktor pendukung dalam penerapan
strategi menjaga keamanan dan ketertiban.
Pendeteksiaan dini untuk menjaga keamanan dan ketertiban
ialah kondisi kepekaan, kesiap-siagaan, antisipasi dimasyarakat
dalam menghadapi kemungkinan timbulnya gangguan keamanan..
Pentingnya kewaspadaan keamanan diantisipasi secara dini dengan
penuh kepekaan dan kesiagaan karena benturan sosial, agama, etnis,
maupun ideologi setiap saat akan muncul, apalagi dengan bercermin
dari sejarah Poso pada masa lalu yang mana benturan antar agama
dan kasus terorisme yang terjadi hingga saat ini cukup mengganggu
keamanan dan ketertiban di Kabupaten ini.
Dalam kerangka penegakan hukum, harus ada elemen
pendeteksian dini sebelum tindak teroris terjadi dan penindakan atau
pemrosesan secara hukum setelah tindakan teror terjadi. Tindakan ini
diharapkan mampu mendeteksi gejala-gejala yang diprediksi akan
menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di Kabupaten
Poso. Di Kabupaten Poso, upaya yang dilakukan untuk mendeteksi
dan mencegah tindakan terorisme yang mungkin terjadi, maka
75
dibentuk Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) sebagai instansi
berwenang yang diketuai oleh Bupati Kabupaten Poso dan Kepala
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai sekretaris dengan
melibatkan intelijen, seperti yang dikatakan oleh mahmudin Jamal:
“Kita juga ada dalam satu komunitas, namanya itu Kominda (Komunitas Inteleijen Daerah), nah ini bupati selaku ketua kemudian kesbang sebagai sekretaris, pelaksananya itu ada dari kesbang, dan intelijennya ada dari polisi, ada dari tentara, semua itu bekerja sama dalam Kominda”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018)
Forum ini merupakan koordinasi diantara unsur intelijen, seperti
BIN, Polri, TNI, serta Kejaksaan, sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen
Daerah. Hal ini juga sesuai dengan Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang
Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri, yang diharapkan
bahwa kepala daerah Kabupaten Poso tidak lagi ragu untuk bertindak
mengatasi kasus yang mengganggu Keamanan dan ketertiban di
daerahnya. Peran bupati dan wakil bupati kabupaten Poso akan
sangat besar dan menentukan dalam proses penanganan masalah
keamanan, karena instruksi tersebut pada intinya menginginkan
adanya efektivitas penanganan gangguan keamanan di daerah.
Karakteristik kelompok yang sudah terpapar dengan narasi
radikal adalah hanya mau mendengar dari pemimpin kelompoknya,
atau orang dekat yang dipercaya. Jika langkah kontra narasi
76
dilakukan oleh pemerintah, terlebih yang mencerminkan kekuatan
aparat bersenjata, maka tidak akan berhasil. Kontra narasi oleh
pemerintah secara kelembagaan hanya akan menghabiskan waktu
dan biaya. Maka dari itu, Kominda (Komunitas Intelijen Daerah),
sangat berperan dalam mendeteksi dini isu-isu mengenai gerakan
gerakan seperti ini dan segera menyusun strategi soft power
(pendekatan lunak) sehingga pemikiran-pemikiran radikal tidak
meyebar ke masyarakat yang lain.
Kominda terus melakukan deteksi terhadap potensi - potensi
gesekan di masyarakat. Laporan dan hasil dari identifikasi dari
intelijen, ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupaten dengan mengambil
langkah yang akan ditangani oleh Badan Kesatuan Bagsa dan Politik
Kabupaten Poso dengan mengadakan pertemuan dengan kelompok
masyarakat yang dimaksud atau dengan sosialisasi mengenai
wawasan kebangsaan dan pancasila. Hal ini juga dapat melibatkan
FKUB untuk membahas polemik di masyarakat jika potensi gesekan
menyangkut masalah agama. Hal ini senada dengan yang dikatakan
oleh Budi Tarusu:
“Ya mereka juga perlu untuk diayomi kepentingannya, tapi di arahkan saja, kalau ada tindakan-tindakan yang sifatnya anarkis, lebih kepada soal kekerasan, tentu pemerintah juga mendengar suara mereka, kalau bisa mereka dibuat meninggalkan itu. Hari ini segala sesuatu bisa dipercakapkan, lebih baik kita diskusikan, ada ketidakpuasan pada pemerintah disampaikan lewat jalurnya kan”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
77
Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) Kabupaten Poso
berperan dalam langkah awal untuk mengetahui isu-isu maupun
tindakan-tindakan yang terjadi di tengah masyarakat yang berpotensi
mengganggu keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso, Seperti
yang diutarakan oleh T. Samsuri:
“Untuk mengantisipasi itu, untuk mengurangi gesekan, Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) selalu mengadakan rapat koordinasi untuk mendeteksi dini isu-isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang bisa mengganggu stabilitas keamanan daerah, terutama dari radikalisasi, dan juga pemikiran garis keras, kemungkinan juga ada pemikiran-pemikiran yang menumbuhkan terjadinya ketegangan dan juga menimbulkan ketegangan dan terganggunya stabilitas keamanan daerah. Ini selalu kita koordinasi”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Selain mendeteksi dini isu-isu yang terkait radikalisasi ditengah
masyarakat sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan
kedepannya., Kominda Kabupaten Poso juga berupaya mencari
informasi mengenai hal-hal yang dapat memicu perkelahian antar
kelompok. Strategi deteksi dini merupakan respon dari pemerintah
daerah Kabupaten Poso untuk mencegah terjadinya aksi terorisme
dan konflik di tengah masyarakat. Namun deteksi dini dan respons
cepat terkait ancaman terorisme itu harus terus harus dilakukan
secara continue dengan bekerjasama dengan berbagai pihak. Setelah
pelaksanaan rapat koordinasi, Kominda memberikan informasi
bupati/wakil bupati Kabupaten Poso maupun ke instansi yang akan
tekait mengenai kebijakan yang berkenaan dengan deteksi dini dan
78
peringatan dini terhadap ancaman stabilitas keamanan di Kabupaten
Poso. Permasalahan yang berkembang selalu selalu
direkomendasikan kepada bupati/wakil bupati Kabupaten Poso
maupun ke instansi yang tekait. Seperti yang dijelaskan oleh
mahmudin Jamal:
“Dari Kominda ini sebagian besar informasi kita dapatkan, contohnya ketika kita mau idul fitri atau natal, itu kita rapat kominda bagaimana informasi dari semua pihak terus hasilnya apa yang harus kita lakukan, pemerintah daerah apa yang harus lakukan. Biasanya itu ada edaran yang ditandatangani oleh bupati kapolres maupun FKUB, yang isinya biasanya masyarakat tidak boleh berbuat hal-hal yang menggganggu ketentraman”.
“Kita juga bekerja sama dengan BNN, kepala badan kesbang itu sebagai ketua harian pemberantasan narkoba di daerah, kita operasi dimana ada peredaran narkoba. Kenapa ini kita lakukan, karena embrio dari konflik itu berasal dari sini. Jadi kita menjaga jangan sampai terjadi lagi, pengalaman itu konflik poso berawa dari orang mabuk”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018)
Pendeteksian dini yang dilakukan oleh pemerintah daerah
melalui Kominda dengan berkolaborasi dengan intelijen sektoral
lainnya merupakan faktor yang sangat penting dalam menghimpun
informasi. Hal ini dilakukan guna lebih tanggap terhadap segala
bentuk kerawanan daerah yang berkaitan dengan keamanan dan
ketertiban di Kabupaten Poso.
79
Matriks 4.5
Analisis Pendeteksian Dini
Pernyataan Informan (Sumber)
Uraian Analisis
Kita juga ada dalam satu komunitas, namanya itu Kominda (Komunitas Inteleijen Daerah), nah ini bupati selaku ketua kemudian kesbang sebagai sekretaris, pelaksananya itu ada dari kesbang, dan intelijennya ada dari polisi, ada dari tentara, semua itu bekerja sama dalam Kominda. (Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso)
Untuk mendukung strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban, maka dibentuk Kominda Kabupaten Poso yang diketuai oleh bupati Kabupaten Poso dan kepala Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai sekretaris serta anggota dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai pelaksana dari Kominda yang bekerja sama dengan intelijen dari Polisi dan tentara. Komunitas ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban khususnya yang terkait dengan kasus terorisme sebagai bagian dari strategi pemerintah daerah Kabupaten Poso.
Kominda Kabupaten Poso sebagai unsur pendukung dari strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Untuk mengantisipasi itu, untuk mengurangi gesekan, Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) selalu mengadakan rapat koordinasi untuk mendeteksi dini isu-
Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso, Kominda selalu berupaya mendeteksi isu-isu yang berkembang di tengah
Kominda bertugas mendeteksi isu ditengah masyarakat terkait pemikiran radikal atau lainnya yang dapat menimbulkan konflik.
80
Pernyataan Informan (Sumber)
Uraian Analisis
isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang bisa mengganggu stabilitas keamanan daerah. (Wakil Bupati Kabupaten Poso)
masyarakat terutama yang berkaitan dengan pemikiran-pemikiran yang dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan atau konflik seperti pemikiran radikal. Hal ini dilakukan guna lebih tanggap terhadap segala bentuk kerawanan daerah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Dari Kominda ini sebagian besar informasi kita dapatkan, contohnya ketika kita mau idul fitri atau natal, itu kita rapat kominda bagaimana informasi dari semua pihak terus hasilnya apa yang harus kita lakukan. (Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso)
Informasi-informasi yang diperoleh Kominda sebagai hasil dari pendeteksian dini digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan kedepannya. Hal ini disesuaikan dengan strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Pendeteksian dini berperan penting dalam mendukung strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Upaya mendeteksi dini yang dilakukan oleh Kominda Kabupaten Poso
sesuai pada matriks 4.5 dapat digambarkan sebagai berikut:
81
Gambar 4.1
Strategi Pendeteksian Dini
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) Kabupaten Poso sesuai
dengan gambar 4.1 selalu berupaya mencari informasi dan
mendeteksi isu-isu yang dapat mengarah pada pertikaian atau konflik
dan juga pemikiran-pemikiran radikal ditengah masyarakat. Hal ini
merupakan upaya pendeteksian dini yang dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Poso untuk mendukung strategi yang diterapkan
Pendeteksian Dini Kominda
Kabupaten Poso
Mencari informasi ditengah masyarakat yang dapat menyebabkan pertikaian atau konflik
Strategi
Pemerintah
Daerah Dalam
Menjaga
Keamanan Dan
Ketertiban
Peraturan
Inpres No.2 Tahun
2013
Permendagri No. 11
Tahun 2006
Penindaklanjutan
Informasi
82
pemerintah daerah dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban
di Kabupaten Poso.
4.3.2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada
Berbagai Aspek
Peran pemerintah daerah harus ditingkatkan dalam
mewujudkan keharmonisan kerukunan beragama. Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama nomor 9 dan 8 tahun 2006
tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah, wakil kepala
daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian
rumah ibadat, pasal 6 ayat (1) memberikan tanggung jawab kepada
kepala daerah dan wakil kepala daerah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari T. Samsuri:
“Kemarin memang sempat itu mengarah keagama (kasus terorisme), nah untuk mengantisipasi itu, kita juga ada Forum kerukunan umat beragama juga dimaksimalkan karena kita menyadari masyarakat poso juga kurang lebih 38%nya muslim, 4%nya hindu, selebihnya nasrani. Ini kita jaga untuk menghindari benturan agama. FKUB ini didukung dengan APBD, sehingga jika ada indikasi yang mengarah keagama cepat kita atasi dengan melalui wadah ini. Itu semua kita wadahi dengan peranan dari FKUB ini”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Dialog antar umat beragama dilakukan sebagai sarana untuk
menjaga kerukunan dan mengatisipasi terjadinya konflik sosial antar
agama dan penyebaran paham radikal yang mengatasnamakan
agama tertentu, seperti yang dikatakan oleh Budi Tarusu:
83
“Jadi kita ini kan forum kerukunan umat beragama, jadi tugas kita ini bagaimana menciptakan kerukunan antar agama. Kita kan ada koordinasi dengan wakil bupati, FKUB itu ada di bawahnya wakil bupati. Jadi peran kita hari ini itu, lebih banyak kita mengantisipasi supaya kejadian-kejadian teror ini tidak berkembang jadi kerusuhan seperti lalu”.
“Jadi kita kalau dapat informasi ada pertikaian antar kelompok yang kelihatannya dia bisa melebar segera, atau persoalan apa saja yang bisa jadi pemicu, segera kita atur bagaimana bagusnya langkah yang kita tempuh, segera kita atur. Jadi kita waspada jangan sampai ada masyarakat yang terpengaruh dengan yang di gunung-gunung sana”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
Sikap yang harus dipahami bagi setiap anggota di FKUB
Kabupaten Poso dalam melakukan dialog antar agama, apapun
bentuknya, diperlukan adanya sikap saling terbuka, saling
menghormati dan kesediaan untuk mendengarkan yang lain. Sikap-
sikap ini diperlukan untuk mencari titik temu antar agama di
kabupaten Poso, karena masing-masing agama mempunyai
karakteristik yang unik dan kompleks, seperti yang dikatakan oleh
Yusuf Runa:
“Kalau kami dari FKUB itu pertama kita itu memahami bahwa kebhinekaan itu adalah rahmat tuhan, kita berbangga bahwa bangsa Indonesia ini adalah plural, apakah dia punya suku, adat, bahasa atau dia punya agama kita harus bangga itu, kita harus pertahankan. Karena macam yang di timur tengah, dia Cuma satu suku disana tapi berkelahi juga dia. Jadi bagi kami itu di FKUB kita tidak mau terseret terbawa-bawa saling menghujat. Jadi kita punya prinsip agama kita walaupun berbeda tidak boleh saling mengganggu”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)
84
Hal ini didukung dengan pernyataan dari Budi Tarusu:
“Memang tokoh-tokoh agama sekarang harus punya pemikiran seperti itu (tidak saling mengganggu). Kita harus melakukan tindakan yang lebih luas lagi, tidak hanya mengurus umatnya di daerahnya masing-masing, tapi juga mengurus yang lain, harus berpikir keluar untuk perdamaian”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
Pentingnya dialog antar umat agama inilah dijadikan salah satu
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Poso
dalam meningkatkan kerukunan dan menghadapi konflik sosial atau
disintegrasi Sosial atas nama agama, seperti yang dikatakan oleh
Budi Tarusu:
“Yang jelas upaya pemerintah ini menurut saya dalam penindakan terrorisme ini sedikit berubah dari yang fisik (angkat senjata) jadi lebih ke soal pemberdayaan kalau menurut saya. Dan disitu kelihatannya sisi agama yang diupayakan jalan kan. Kalau tokoh-tokoh agama itu diupayakan mereka yang melakukan pendekatan yang tegabung dalam FKUB kan”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
Strategi meningkatkan kerukunan antar umat beragama
dengan melakukan dialog antar umat beragama menurut wakil bupati
Kabupaten Poso adalah adalah dengan memaksimalkan peran Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat. Prosesnya berjalan dengan baik dan hasilnya
sangat membantu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di
85
Poso dan dapat mencegah terjadinya perpecahan lagi antara kedua
kelompok-kelompok agama di Poso.
Berkenaan dengan tugas FKUB kabupaten Poso dalam pasal
Sembilan ayat (2) huruf d, melakukan sosialisasi peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang
berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan
masyarakat menurut PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Hal ini
dijelaskan oleh Yusuf Runa:
“Kita sosialisasi terutama masalah kebhinekaan dan kerukunanan umat beragama. Ada peraturan menteri agama no. 9 tahun 2006. Berikut sosialisasi mengenai aturan ini. Makanya yang kita hindari ini kalau ada paham-paham yang berbeda yang bisa memecah belah agama/antar agama atau pertentangan antar paham-paham. Intinya kita di FKUB ini merangkul semua agama, bukan memerangi karena kita tidak punya senjata, kita berikan penyadaran bahwa Poso ini bukan Cuma punya agama tertentu”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)
Adanya dialog antar umat beragama di Kabupaten Poso ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah Poso telah melakukan
resolusi konflik dengan cara meminimalisir sebab-sebab konflik dan
aksi-aksi terorisme dan berusaha membangun hubungan baru. Dialog
antar umat beragama memiliki dampak positif bagi keragaman
agama. Dilihat dari intern umat beragama dapat lebih menguatkan
kemampuan menghayati dan mendalami serta melaksanakan ajaran
agama yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
86
terpengaruh pada provokasi-provokasi dari luar, seperti yang
dikatakan oleh bapak Yusuf Runa:
“Kita tangkap itu bahwa pasti ada masalah, kenapa mereka jadi teroris. Barangkali paham mereka, barangkali juga juga ketidakpuasan, ini kita antisipipasi jangan sampai ini diseret ke agama. Mereka itu banyak dari luar karena medannya poso ini di gunung sana bagus untuk basembunyi, terus juga lalu sebagian dari kita melihat ada keluarga dibantai waktu rusuh, nah tentu ini yang gampang di masuki sama orang dari luar sana”.
Adanya peran dari FKUB diharapkan masyarakat dapat lebih
memahami keberadaaan agama lain, hal senada diungkapkan oleh
Budi Tarusu:
“Kalau khusus penaggulangan terorisme ini, kalau saya lihat, fKUB ini waktu dia memang menjadi titik tumpu, menjadi harapan dimana pemerintah itu mengharapkan perannya, sehingga ada perbaikan dimasyarakat. Karena perannya bisa masuk ke dua agama ini, karena dulu yang bertikai ini ada dua agama kan, jadi peran dari FKUB ini vital”.
“kalau saya lihat juga hari ini kelihatannya Pemerintah Poso ini berupaya menggaet semua kelompok, pemerintah memang tidak bisa jalan sendiri, mereka memang butuh komunitas yang lain, apalagi komunitas agama itu memang yang harus digandeng. Jadi kita juga para tokoh agama ini berupaya supaya kita tidak mudah disulut, karena kalau kita mudah terbakar amarah, pasti ada pihak-pihak yang untung kan, dan itu kita saling mengingatkan antar lintas agama”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
87
Matriks 4.6
Analisis Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama
pada Berbagai Aspek
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Jadi, kita ini kan forum kerukunan umat beragama, jadi tugas kita ini bagaimana menciptakan kerukunan antar agama. Jadi peran kita hari ini itu, lebih banyak kita mengantisipasi supaya kejadian-kejadian teror ini tidak berkembang jadi kerusuhan seperti lalu. (wakil ketua FKUB Kabupaten Poso)
FKUB Kabupaten Poso berupaya untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dengan mengantisipasi agar kasus-kasus terorisme yang telah terjadi di Kabupaten Poso tidak berkembang menjadi Konflik yang lebih luas, baik itu konflik yang sifatnya vertikal maupaun konflik yang bersifat horizontal yang mengarah pada agama seperti terjadi pada masa lalu di Kabupaten Poso.
FKUB hadir untuk meminimalisir konflik yang mengarah pada agama.
Kalau kami dari FKUB itu pertama kita itu memahami bahwa kebhinekaan itu adalah rahmat tuhan, kita berbangga bahwa bangsa Indonesia ini adalah plural, apakah dia punya suku, adat, bahasa atau dia punya agama kita harus bangga itu, kita harus pertahankan. (ketua FKUB Kabupaten Poso)
FKUB Kabupaten Poso memahami bahwa dalam menjaga keamanan dan ketertiban dengan kondisi masyarakat yang plural, diperlukan adanya sikap saling terbuka, saling menghormati dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat dari agama lain. Sikap-sikap ini diperlukan untuk mencari titik temu antar agama di kabupaten Poso.
Untuk meningkatkan kerukunan antar umat beragama, FKUB harus paham terlebih dahulu mengenai Khebinekaan di Kabupaten Poso
88
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Kita sosialisasi terutama masalah kebhinekaan dan kerukunanan umat beragama. Makanya yang kita hindari ini kalau ada paham-paham yang berbeda yang bisa memecah belah agama/antar agama atau pertentangan antar paham-paham. (ketua FKUB Kabupaten Poso)
Mengadakan sosialisasi terutama masalah kebhinekaan dan kerukunan antar umat beragama menjadi tugas dari FKUB Kabupaten Poso. Hal ini dimaksudkan guna menghindari paham-paham yang dapat menimbulkan konflik atau gesekan antar agama dan paham-paham yang berbeda dalam agama.
FKUB Kabupaten Poso bertugas mengadakan sosialisasi mengenai kebhinekaan dan kerukunan antar umat beragama.
Kalau khusus penaggulangan terorisme ini, kalau saya lihat, fKUB ini waktu dia memang menjadi titik tumpu, menjadi harapan dimana pemerintah itu mengharapkan perannya, sehingga ada perbaikan dimasyarakat. Karena perannya bisa masuk ke dua agama ini. ( wakil ketua FKUB Kabupaten Poso)
Melihat kasus terorisme yang didasari atas dasar agama tertentu, peran dari FKUB Kabupaten Poso sangat vital karena menjadi titik tumpu dalam menghadapi gesekan antar agama dan paham berbeda dalam suatu agama yang ada di Kabupaten Poso.
FKUB Kabupaten Poso sebagai penghubung antar agama di Kabupaten Poso.
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Berdasarkan matriks 4.6, meningkatkan kerukunan umat
beragama dapat digambarkan sebagai berikut:
89
Gambar 4.2
Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai
Aspek
Sumber: Analisis Data Primer 2018
FKUB Kabupaten Poso sesuai dengan gambar 4.2 mempunyai
peran yang sangat penting yaitu harus mampu meminimalisir
“gesekan-gesekan” yang timbul ditengah masyarakat akibat masalah
agama. Mengingat konflik yang terjadi pada masa lampau dan kasus
terorisme yang terjadi di Kabupaten Poso sedikit banyak melibatkan
unsur kepercayaan. FKUB Kabupaten Poso memamahi bahwa
menjaga keamanan dan ketertiban dengan kondisi masyarakat
Kabupaten Poso yang plural, diperlukan adanya sikap saling terbuka
dan saling menghormati kelompok atau agama lain. Oleh karena itu,
Straregi meningkatkan
kerukunan antar umat beragama pada berbagai
aspek
FKUB
Kabupaten Poso
1. Dialog kebhinekaan dan kerukunan umat beragama.
2. Mediator paham-paham yang berbeda dalam suatu agama.
Terjaganya
Keamanan
dan Ketertiban
di Kabupaten
Poso
Peraturan
Perda No. 4 Tahun 2017
PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006
90
tugas FKUB Kabuapaten Poso selalu mengadakan sosialisasi (dialog)
masalah kebhinekaaan dan kerukunan antar umat beragama sesuai
dengan PBM pasal 9 ayat 2 huruf d, serta menjadi penengah dari
paham-paham yang berbeda dalam suatu agama, agar masyarakat
Kabupaten Poso dapat hidup berdampingan dengan aman dan tertib
sesuai dengan PBM pasal 9 ayat 2 huruf a.
4.3.3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh
Pemeluk Agama
Berkenaan dengan kualitas pelayanan keagamaan di
Kabupaten Poso, pemerintah daerah perlu memaksimalkan peran dari
tokoh agama untuk mengatasi persoalan komunikasi antar agama
maupun antar komunitas agama dan terhindar dari konflik yang
mengatasnamakan agama sebagaimana yang dimaksud oleh Budi
Tarusu:
“Saya ini kan ketua majelis klasis yang membawahi sepuluh gereja, ada dua puluh satu teman pendeta yang bekoordinasi dengan saya, jadi mereka untuk hubungan keluar saya yang jembatani, baik itu kepemerintah ke lintas agama yang lain, atau kemana, itu saya yang jembatani. kalau saya lihat juga hari ini kelihatannya pemerintah poso ini berupaya menggaet semua kelompok, pemerintah memang tidak bisa jalan sendiri, mereka memang butuh komunitas yang lain, apalagi komunitas agama itu memang yang harus digandeng. Jadi kita juga para tokoh agama ini berupaya supaya kita tidak mudah disulut, karena kalau kita mudah terbakar amarah, pasti ada pihak-pihak yang untung kan, dan itu kita saling mengingatkan antar lintas agama”.
91
FKUB Kabupaten Poso yang beranggotakan para tokoh agama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dalam PBM
mempunyai tugas antara lain: melakukan dialog dengan pemuka
agama dan tokoh masyarakat. Cara yang ditempuh untuk melakukan
dialog, adalah dengan mengundang para tokoh dan pemuka lintas
agama untuk berdialog berkenaan dengan masalah-masalah yang
sedang dihadapi masyarakat dan umat beragama di Kabupaten Poso,
dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atau untuk
menyelesaikannya. Hal ini seperti pernyataan dari Yusuf Runa:
“Pertama kita itu dialog dan memediasi, jadi misalnya kalau ada yang kurang paham yang bisa memicu ketegangan ada gejala mau keributan kita harus panggil, kalau masalah agama kita panggil ahli agama, diusahakan supaya mereka bisa menerima”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)
Hal ini didukung oleh pernyataan dari Budi Tarusu:
“Tanggung jawab kita sebagai FKUB, kita berupaya untuk terjun langsung, untuk beberapa kegiatan. Kita di FKUB melakukan koordinasi beberapa hal, ada kemarin peristiwa di malei, anak-anak remajanya mau berarah ke konflik kelompok bahkan antar agama, kita langsung terjun kelapangan melakukan mediasi, dan membuat pertemuan untuk kedua kelompok yang bertikai ini, dan wabup juga hadir. Kami turut membantu menciptakan situasi yang aman dalam dalam tanggung jawab sebagai FKUB. Kita seringkali hadir dalam menjembatani, memfalisitasi pertemuan-petemuan, karena yang paling penting ini bagaimana masyarakat ini bisa dipertemukan, lalu kita beri beberapa masukan dan buat kesepakatan, kalau masalah hukum kita serahkan ke ranah hukum”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)
92
Aspirasi yang pernah ditampung oleh FKUB antara lain
berkaitan dengan pemulihan konflik di Poso, dan berkaitan dengan
pendirian rumah ibadat sesuai dengan PMB pasal sembilan ayat (2)
huruf e. Cara yang dilakukan FKUB adalah menemui atau
bersilaturahmi dan melakukan audiensi dengan para pemuka dan
tokoh agama dengan cara mengunjungi rumah-rumah mereka atau
bertemu di tempat yang telah ditetapkan.mendirikan rumah
ibadat.sebagaimana yang dikatakan oleh Yusuf Runa:
“Ini juga yang biasa bikin ricuh ini pendirian rumah ibadah, misalnya ada yang protes. Jadi ini dia punya tugas FKUB ini. Misalnya menurut FKUB salah satu syarat mendirikan rumah ibadah permanen tidak seenaknya, pertama itu katakanalah apakah tanahnya itu betul-betul bukan tanah bermasalah. Jadi jangan sampai membangun disitu digugat, kan bisa panjang masalah. Nah kemudian juga jemaahnya, jadi misalnya disatu tempat itu harus ada jamaahnya paling sedikit 40 KK (kepala Keluarga), baru diterima sama rankyat disitu 60 KK (kepala keluarga). Tapi ini biasa tidak terlalu berlaku di Poso. Contohnya di meko (Pamona barat), disana islam itu tidak terlalu banyak, tapi karena disana itu merupakan daerah lintasan, jadi dibikin mesjid dan yang bantu juga orang-orang Kristen disana, tentunya sudah berkonsultasi dengan kami FKUB”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)
FKUB Kabupaten Poso memiliki kewajiban memberikan
rekomendasi terkait pendirian rumah ibadat sebagai maksud dari
peningkatan dari pelayanan keagamaan sehingga menjaga menjaga
harmonisasi dalam masyarakat serta lepas dari segala persinggungan
internal masyarakat untuk menciptakan keadaan yang aman di daerah
kabupaten Poso sesuai dengan pasal 15 dalam PBM yang berbunyi:
93
“Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis”.
Strategi peningkatan kualitas pelayanan keagamaan demi
terwujudnya Kabupaten Poso yang aman dan tertib merupakan upaya
untuk menciptakan suatu kondisi bebas dari ancaman akan
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintahan
utamanya pada persoalan agama dengan bercermin pada konflik
poso pada masa lalu.
Matriks 4.7
Analisis Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan
bagi Seluruh Pemeluk Agama
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Saya ini kan ketua majelis klasis yang membawahi 10 gereja, ada dua puluh satu teman pendeta yang bekoordinasi dengan saya, jadi mereka untuk hubungan keluar saya yang jembatani, baik itu kepemerintah ke lintas agama yang lain, atau kemana, itu saya yang jembatani. (wakil ketua FKUB Kabupaten Poso)
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan, peran dari ketua atau tokoh agama juga sangat diperlukan, utamanya untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di internal dan menjembatani hubungan ekternal seperti kepemerintah atau keagama lain.
Ketua atau tokoh agama yang tergabung dalam FKUB berperan penting dalam hubungan internal maupun eksternal agama.
Jadi misalnya kalau ada yang kurang paham yang bisa memicu ketegangan ada gejala mau keributan kita harus panggil, kalau masalah
Peningkatan kulitas pelayanan keagamaan dapat berupa penyelesaian masalah akibat ketidakpahaman pada persoalan agama
Penyelesaian masalah agama harus melibatkan tokoh agama sebagai bentuk nyata dari peningkatan
94
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
agama kita panggil ahli agama, diusahakan supaya mereka bisa menerima. (ketua FKUB Kabupaten Poso)
yang yang dapat memicu ketegangan atau ada indikasi yang akan memuncukan keributan dengan mengundang tokoh agama dalam rangka penyelesaiannya.
kualitas pelayanan keagamaan di Kabupaten Poso.
Ini juga yang biasa bikin ricuh ini pendirian rumah ibadat, misalnya ada yang protes. Jadi ini dia punya tugas FKUB ini. (ketua FKUB Kabupaten Poso)
FKUB Kabupaten Poso juga mempunyai tugas dalam pendirian rumah ibadat. Dalam pendirian rumah ibadat, masyarakat Kabupaten Poso harus berkonsultasi dengan FKUB untuk menghindari kemungkinan protes atau ketegangan yang timbul dari pendirian rumah ibadat.
Dalam peningkatan kualitas pelayanan keagamaan, FKUB juga terlibat dalam pendirian rumah ibadat, baik itu dalam bentuk hubungan konsultasi maupun rekomendasi.
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Berdasarkan matriks 4.7, peningkatan kualitas pelayanan
keagamaan dapat digambarkan sebagai berikut:
95
Gambar 4.3
Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh
Pemeluk Agama
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Sebagai bagian dari strategi meningkatkan kualitas pelayanan
keagamaan seperti yang tercantum dalam gambar 4.3, pemerintah
daerah Kabupaten Poso menyadari peran penting ketua atau tokoh
agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di internal
koumunitas suatu agama serta menjadi jembatan penghubung
kepemerintah atau keagama lain seperti yang dimaksud pada PBM
Strategi meningkatkatkan
kualitas pelayanan
keagamaan bagi seluruh pemeluk
agama
FKUB
Kabupaten Poso
1. Menigkatkan peran tokoh agama dalam mengatasi persoalan internal agama.
2. Tokoh agama sebagai jembatan penghubung kepemerintah atau keagama lain.
3. Keterlibatan FKUB dalam pendirian rumah ibadat.
Terjaganya
Keamanan
dan Ketertiban
di Kabupaten
Poso
Peraturan
Perda No. 4 Tahun
2017
PBM No. 9 dan No.
8 Tahun 2006
96
pasal 9 ayat 2 huruf c. Oleh sebab itu, dalam penyelesaian masalah
akibat ketidakpahaman pada persoalan agama yang yang dapat
memicu ketegangan atau ada indikasi yang akan memuncukan
keributan, harus melibatkan tokoh agama yang tergabung dalam
FKUB dalam rangka penyelesaiannya. Selain itu, peningkatan
kualitas pelayanan keagamaan juga dapat berupa keterlibatan FKUB
Kabupaten Poso dalam pendirian rumah ibadat, baik itu dalam bentuk
hubungan konsultasi maupun rekomendasi tertulis yang diatur dalam
PBM pasal 9 ayat 2 huruf e. Hal ini untuk menghindari kemungkinan
protes atau ketegangan yang timbul dari pendirian rumah ibadat.
4.3.4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan
Hukum
Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai pemahaman atau
kesadaran tentang apa hukum itu sendiri dan apa seharusnya hukum
itu. Dengan meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat,
tentunya masyarakat akan mengetahui antara yang seharusnya
dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Kesadaran masyarakat
tentang apa itu hukum berarti masyarakat sadar bahwa hukum
merupakan perlindungan kepentingan antar sesama sehingga tidak
ada ketakutan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Permasalahan ketertiban dan keamanan bukan hanya
tanggung pemerintah atau aparat keamanan. Akan tetapi, masyarakat
97
setempat juga mempunyai peran dalam menjaga keamanan dan
ketertiban. Maka dari itu, pemerintah daerah Kabupaten Poso juga
merasa perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepedulian
keamanan dan ketertiban khususnya pada permasalahan kasus
terorisme, sehingga tidak terprovokosi dan tidak ikut serta mengambil
bagian atau bergabung dengan kelompok teroris. Peningkatan
kesadaran hukum di masyarakat Kabupaten Poso khususnya terkait
permasalahan terorisme serta berbagai pemikirannya pada dasarnya
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Tindakan
Tindakan penyadaran hukum pada masyarakat mengenai
bahaya dari terorisme dapat dilakukan dengan menindak tegas
oknum-oknum yang terlibat dalam kasus terorisme, sehingga
secara tidak langsung dapat meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat di Kabupaten Poso. Untuk penindakan kasus
terorisme di Kabupaten Poso, M. Masloman menjelaskan:
“Ditambah dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kepolisian yaitu melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka-mereka ini baik simpatisan yang masuk dalam daftar, dengan maksud tidak melakukan lagi kekerasan. Toh kalau mereka tetap melakukan upaya-upaya tindak kekerasan, tetap berlaku Undang-undang teorisme tadi”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
98
Hal ini perlu dilakukan oleh aparat keamanan di Kabupaten
Poso untuk menjaga keamanan dan ketertiban sesuai dengan
Undang-undang No. 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-
Undang pada pasal 2 yang berbunyi:
“Pemberantasan tindak pidana terorisme dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini merupakan kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk memperkuat ketertiban masyarakat, dan keselamatan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia, tidak bersifat diskriminatif, baik berdasarkan suku, agama, ras, maupun antar golongan”.
Upaya pemberantasan terorisme di Kabupaten Poso
dengan penindakan hukum telah dilakukan dan cukup
berpengaruh pada kuantitas serangan atau teror yang dilakukan
oleh kelompok ini seperti yang dijelaskan oleh bapak M.
Masloman:
“Terakhir bentuk pemberantasan terorisme yaitu penindakan terhadap gembong teroris santoso, itu yang terakhir. Setelah dari itu tidak ada lagi bentuk teror atau ancaman, karena mereka itu sisa tujuh, inipun mereka ada di dalam huatan sana”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
b. Pendidikan
Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat melalui
pendidikan merupakan salah satu cara efektif khusunya bagi
generasi muda, baik dengan melakukan sosialisasi maupun
99
pembinaan. Hal yang pelu diperhatikan dan ditanamkan dalam
pendidikan adalah secara umum tentang bagaimana menjadi
warga Negara yang baik dan tentang hak dan kewajiban seorang
warga Negara utamanya dalam menjaga keamanan dan ketertiban
di Kabupaten Poso.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik juga bekerja sama
dengan Polres kabupaten Poso dalam mensosialisasikan
pentingnya pengamalan pancasila dan pentingnya bela Negara
kepada pelajar di sekolah-sekolah. Seperti yang dikatakan oleh
Jalaluddin:
“Misalnya kegiatan dengan penataran ketahanan bangsa dan cinta tanah air, itu berkaitan dengan wawasan kebagsaan, tapi ditjukan kepada siswa-siswa. Kalau kita, dalam rangka peningkatan wawasan kebangsaan dalam mencegah radikalisasi itu, kita sosialisasi mengenai pasti bela Negara, wawasan kebangsaan, atau ujaran kebencian dan kesiswa-siswa, keguru-gurunya, atau kemasyarakat luas juga biasa. Kita juga biasa bekerja sama dengan polisi, kalau sosialisasi ini. Artinya ini kan upaya dalam rangka mencegah radikalisme di Poso ini”. (wawancara dengan kepala bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018)
Hal senada juga dikatakan oleh M. Masloman:
“Oh sering, di sekolah, dan yang melakukan sosialisasi ini bukan cuma dari kepolisian tapi juga bekerja sama dengan pemda. Kalau kita memang sasarannya pelajar. Dan Alhamdulillah, respon dari masyarakat sangat mendukung dengan acara sosialisasi ini, 95% mendukung”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
100
Kepolisian Kabupaten Poso juga melakukan pembinaan
terhadap terhadap mantan napi teroris. Orang atau kelompok yang
sudah terpapar pemikiran radikal dan bertindak radikal perlu
ditangani secara khusus agar kembali normal. Sasaran langkah ini
tentu saja diperoleh dari hasil pemetaan terhadap orang/kelompok
yang sudah berpikir dan berperilaku radikal. Pembinaan terhadap
mereka dilakukan untuk membatasi ruang gerak oknum yang
memiliki paham radikal ini tidak meluas kemasyarakat Seperti yang
dikatakan oleh M. Masloman:
“Kita dari kepolisian melakukan pendekatan-pendekatan dengan maksud agar mereka tidak lagi terpengaruh dengan ajakan-ajakan di atas gunung ini, agar tidak lagi bertambah. Ini sebenarnya keluarganya sudah semua kita pegang, bahkan dari ex-napi-ter ini semua di pegang itu”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
Selain dengan melakukan sosialisasi yang bertujuan
menjaga keamanan dan ketertiban dari pemikiran dan aksi
terorisme, perlu juga adanya contoh dari penegak hukum dalam
hal ini adalah kepolisian sebagai bagian dari proses pendidikan
kepada masyarakat Kabupaten Poso. Oleh karena itu, Polres Poso
juga mempunyai program polisi Madago Raya, seperti yang
dijelaskan oleh M. Masloman:
101
“Makanya ada program polisi Madago Raya, polisi yang baik hati. Harapannya polisi lokal ini harus berada paling depan dalam kamtibmas. Hampir semua masyarakat sudah memahami ini”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)
Polisi Madago Raya diambil dari bahasa Poso sendiri yang
berarti Polisi yang baik hati. Implementasinya adalah Polisi harus
hadir ditengah-tengah masyarakat dalam bentuk kegiatan
apapun,Polisi sebagai panutan, contoh jika Polisi berbuat tidak
baik maka akan merusak individu itu sendiri maupun organisasi.
Hal ini berdampak positif pada citra polisi di Kabupaten Poso,
seperti yang dikatakan oleh M. Masloman:
“Kalau dulu memang sangat sulit, karena masyarakat belum menerima keberadaan dari polisi. Nah sekarang denga adanya program ini Madago Raya, itu polisi dicari terus”.
Program Polisi Madago Raya yang diterapkan oleh Polres
Poso bukan hanya dimaksudkan untuk member contoh, tetapi juga
sebagai bentuk bentuk silaturahmi dan menjalin komunikasi untuk
mendekatkan diri antara Polri dengan masyarakat Kabupaten
Poso.
102
Matriks 4.8
Analisis Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat
dan Penegakan Hukum
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Terakhir bentuk pemberantasan terorisme yaitu penindakan terhadap gembong teroris santoso, itu yang terakhir. Setelah dari itu tidak ada lagi bentuk teror atau ancaman. (Kasat Binmas Polres Poso)
Operasi Tinombala yang dilakukan, sebagai bentuk pemberantasan tindak pidana terorisme yang mengakibatkan terbunuhnya pimpinan kelompok terorisme yaitu Santoso, cukup mempengaruhi (mengurangi) kuantitas serangan (teror) yang dilakukan oleh kelompok teroris di Kabupaten Poso.
Penindakan hukum berdampak positif terhadap pemberantasan terorisme.
Oh sering, di sekolah, dan yang melakukan sosialisasi ini bukan cuma dari kepolisian tapi juga bekerja sama dengan pemda. Kalau kita memang sasarannya pelajar. Dan Alhamdulillah, respon dari masyarakat sangat mendukung. (Kasat Binmas Polres Poso)
Polres Poso juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk mengadakan sosialisasi pentingnya pengamalan pancasila dan bela Negara ke pelajar di sekolah Kabupaten Poso.Ini dimaksudkan untuk menangkal paham yang bertentangan dengan pancasila untuk peningkatan kesadaran hukum kepada generasi muda dan mendapat sambutan yang positif oleh masyarakat...
Peningkatan kesadaran hukum yang dilakukan kepada generasi muda mendapat respon positif oleh masyarakat kabupaten Poso.
103
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Makanya ada program polisi Madago Raya, polisi yang baik hati. Harapannya polisi lokal ini harus berada paling depan dalam kamtibmas. Hampir semua masyarakat sudah memahami ini. (Kasat Binmas Polres Poso)
Sebagai upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat mengenai bahaya dari tindak pidana terorisme, Polres Poso mengadakan program polisi Madago Raya (polisi yang baik hati) sebagai contoh dan menjadi bagian dari sosialisasi yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.
Program polisi Madago Raya (polisi yang baik hati) dimaksudkan untuk memberi contoh kepada masyarakat mengenai hukum di Kabupaten Poso.
Kalau dulu memang sangat sulit, karena masyarakat belum menerima keberadaan dari polisi. Nah sekarang denga adanya program ini madago raya, itu polisi dicari terus. (Kasat Binmas Polres Poso)
Dengan adanya program polisi Madago Raya, kepercayaan masyarakat terhadap polisi di Kabupaten Poso meningkat. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan masa lalu, yang mana polisi tidak mendapatkan kepercayaan masyarakat.
program polisi Madago Raya merubah citra polisi menjadi lebih baik.
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Meningkatkan kesadaran hukum kemasyarakat dan penegakan
hukum di Kabupaten Poso sesuai pada matriks 4.8 dapat dijelaskan
sesuai gambar berikut:
104
Gambar 4.4
Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan
Hukum
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Bentuk pemberantasan tindak pidana terorisme melalui
penegakan hukum seperti yang dimaksud pada gambar 4.4 adalah
dengan digelarnya operasi Tinombala dari tahun 2016-2018 untuk
memberantas terorisme sesuai dengan Undang-undang No. 15 tahun
2003. Operasi penindakan ini cukup berpengaruh positif dalam
penurunan jumlah anggota dari kelompok teroris maupun dalam
jumlah aksi teror yang terjadi di Kabupaten Poso. Selain melaui
penegakan hukum, dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban
di Kabupaten Poso, Kepolisian Resort Poso juga bekerja sama
Strategi meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dan
penegakan hukum
Polres Poso
Kesbangpol
Terjaganya
Keamanan
dan Ketertiban
di Kabupaten
Poso
Peraturan
UU No. 15 Tahun 2003
Perda No. 4 Tahun
2017
1. Operasi Tinombala tahun
2016-2018.
2. Sosialisasi pentingnya
pengamalan pancasila dan
bela degara kepada pelajar.
3. Program polisi Madago
Raya untuk merubah citra
polisi menjadi lebih baik.
105
dengan pemerintah daerah dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik untuk mengadakan sosialisasi pentingnya pengamalan
pancasila dan bela Negara kepada pelajar dengan maksud untuk
meningkatkan kesadaran hukum dan mendapat respon yang positif di
masyarakat. Selain itu, Polres Poso juga mengadakan program polisi
Madago Raya (polisi yang baik hati) untuk memberi contoh kepada
masyarakat mengenai hukum di Kabupaten Poso serta untuk
merubah citra polisi menjadi lebih baik.
4.3.5. Implementasi Revolusi Mental
Sebagai salah satu program prioritas nasional pemerintah
Indonesia, gerakan revolusi mental diperlukan untuk memperbaiki dan
membangun karakter bangsa Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Kabupaten Poso pada khususnya yang mengacu pada
nilai-nilai integritas demi membangun budaya bangsa yang
bermartabat dan membangun karakter anak bangsa berdasarkan
pancasila. Hal ini diharapkan mampu diterapkan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek, baik itu aspek
politik, ekonomi, dan aspek lainnya, utamanya dalam aspek
keamanan dan ketertiban. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten
Poso perlu menciptakan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat
Kabupaten Poso sebagai wahana atau bagian dari revolusi mental
106
yang penuh dengan keragaman budaya, adat istiadat, suku dan
agama yang berpotensi dalam memicu terjadinya konflik sosial.
Mengingat pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban di
Kabupaten Poso sebagai bagian dari revolusi mental, pemerintah
Kabupaten Poso menerapakan strategi implementasi revolusi mental
yang dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunann Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021. Dalam hal ini, strategi
implementasi revolusi mental diterapkan oleh pemerintah Kabupaten
Poso dengan tujuan mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat
demi mencapai visi pemerintah Kabupaten Poso yaitu Terwujudnya
Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang Didukung
Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat.
Peran visi-misi ini mempunyai dampak yang positif dalam
manajemen strategi suatu daerah. Pernyataan dalam visi dan misi
yang jelas ini akan menuntun pemerintah derah maupun instansi yang
terkait untuk merumuskan, merencanakan dan menjalankan strategi
apa yang akan digunakan sehingga yang menjadi tujuan dari visi misi
ini dapat tercapai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh T. Samsuri:
107
“Sudah ada aturan tugas kita sebagai pemerintah daerah adalah pembangunan pemerintahan. Oleh karena itu dengan melihat kondisi saat ini, visi-misi bapak bupati dan saya itu, adalah mewujudkan Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat. Untuk mencapai visi itu, salah satu misi yaitu mencitakan rasa aman dalam masyarakat, karena kita menyadari masyarakat poso ini ada yang merasa kurang aman. Ini yang menjadi prioritas saya dengan pak bupati menciptakan rasa aman dalam bingkai budaya sintuwu maroso. Karena ini semboyan dari orang poso, kalau bersatu kita kuat, walaupun kita terdiri dari berbagai suku. Jadi kembali kita tarik budaya kebanggan daerah kita”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Keseriusan pemerintah daerah menggunakan soft power dalam
mengatasi munculnya benih-benih terorisme ataupun memberikan
penjelasan kepada masyarakat dapat dilihat dari misi pertama kepala
daerah Kabupaten Poso, yaitu meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat yang damai, aman dan tenteram dalam bingkai Sintuwu
Maroso, yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan
masyarakat. Ini tercantum dalam Peraturan Bupati Poso Nomor 21
Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Kabupaten Poso Tahun 2017 pada bagian Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah. Sosialisai yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten Poso sangat penting guna meminimalisasi dan mencegah
terjadinya konflik dan bertambahnya paham radikal yang memancing
aksi terorisme di kabupaten Poso. Sosialisasi mengenai radikalisme
yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Poso merupakan
salah satu strategi untuk menjadikan mereka yang tadinya memiliki
108
paham yang radikal (mendukung terorisme) sehingga tidak lagi
memiliki paham yang radikal tersebut atau setidaknya tidak
menindaklanjuti paham tersebut dalam tataran praktis (tindak teroris
itu sendiri). Sosialisasi mengenai kebangsaan dan pancasila
diharapkan mampu menanamkan cara hidup menghormati, tulus, dan
toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-
tengah masyarakat plural di Kabupaten Poso.
Sosialisasi-sosialisasi ini, diharapkan dapat membentuk mental
masyarakat Kabupaten Poso dalam menghadapi benturan konflik
sosial dan aksi teror, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah
dan retak. Dalam kegiatan sosialisasi ini, yang paling berperan
penting adalah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso
mempunyai program ketertiban masyarakat dan pengembangan
wawasan kebangsaan sesuai dengan Rencana Kerja (RENJA)
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Poso. Dalam melaksanakan
tugasnya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso
menyiapkan bahan perumusan kebijakan dibidang politik, ideologi,
dan penanganan konflik di Kabupaten Poso, sesuai dengan yang
dikatakan oleh Mahmudin Jamal:
109
“Kalau tugas kita, terbagi dalam berbagai bidang, yang pertama bidang wawasan kebangsaan, bidang ini bertugas untuk mengadakan pembinaan terhadap masyarakat secara bergantian, dari satu kecamatan, kita pindah ke kecamatan yang lain, yang kita anggap potensial terjadi atau ada benih-benih yang bertentangan dengan pancasila dan benih radikalisme. Itu kita datang, kita adakan pembinaan. Kita kumpul masyarakat kita kumpul pemudanya, kemudian kita sosialisasikan tentang menangkal bahaya laten radikalisme. Itu secara terus menerus kita lakukan”.
“Itu kita lakukan terus, itu sepanjang kesbang ini masih ada, jadi setiap tahun itu kita pindah-pindah, kalau misalnya di kecamatan ini kita laksanakan, tahun depan itu kita pindah ke kecamatan lain. Nah ketika misalnya di kecamtan A terjadi keributan/potensi untuk terjadinya konflik kita amankan ini kecamatan, kita masuk dengan pembinaan, baik dengan pembinaan wawasan kebangsaan/pancasila, kerukunan umat beragama dan lain-lain. Jadi dari bidang agama kita masuk, dari bidang kebangsaan juga kita masuk”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018)
Hal ini juga ditambahkan dengan peryataan dari T. Samsuri:
“Kita didalam kesbang, selalu mengadakan sosialisasi-sosialisasi yang dipetakan darah kita mana yang rawan, mana yang kondisi buruk. Sosialisasinya misalnya bagaimana kebersamaan didalam berbangsa dan bernegara, itu sangat penting”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Tugas dan wewenang Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Poso berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun
2010 membidangi Politik Dalam Negeri, Ideologi dan Wawasan
Kebangsaan serta Ketahanan Sosial Budaya. Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Poso bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan
untuk tahun 2017 merancang program kerja seperti penataran
ketahanan bangsa dan cinta tanah air yang dilaksanakan di
110
Kecamatan Pamona Puselemba dan Kecamatan Poso Pesisir
Selatan, dan peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan
beragama yang dilaksanakan di Kecamatan Poso Pesisir Utara dalam
upaya mengadakan sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat
Sosialisasi yang dilakukan pada intinya penjelasan yang
mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di
dalam bermasyarakat atau pengalaman sosial, identitas pribadi,
maupun Negara serta mengamalkan pancasila. Dalam hal ini, adanya
pengakuan yang menilai pentingnya aspek keragaman dalam dalam
membentuk perilaku manusia yang terhindar dari pemikiran-pemikiran
radikal. Seperti yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik bidang Ketahanan Sosial dan Budaya yang melakukan
sosialisasi mengenai penyuluhan pencegahan paham yang
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan diadakan kecamatan
Poso Pesisir dan dihadiri oleh tujuh kecamatan. Hal ini dimaksudkan
selain untuk pencegahan paham radikal di kecamatan-kecamatan ini,
juga diharapkan adanya tukar pikiran antar masyarakat di kecamatan
berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh Hasmila:
“Jadi satu kegiatan itu, sosialisasi tentang paham yang bertentangan dengan nilai pancasila kemarin dilaksanakan di wilayah kecamatan Poso Pesisir tetapi yang diundang, yang hadir itu tujuh kecamatan yang ada ada diwilayah poso dengan tokoh masyarakatnya, tokoh agamanya, pemudanya, nanti inshaallah kita mau adakan lagi di Pamona. Itupun nanti kita akan mengundang beberapa kecamatan untuk hadir”.
111
“Jadi yang akan hadir itu, misalnya kecamatan Poso Kota tempatnya, bukan cuma orang Poso Kota saja yang datang. Karena itu harus ada beberapa kecamatan yang hadir yang berdekatan supaya ada pembicaraan-pembicaraan (diskusi-diskusi), kita berrsama-sama antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain, untuk ada penyelesaian yang ada beberapa pihak. Jadi kalau di pamona nanti kita adakan namanya Pamona Bersaudara”. (wawancara dengan kepala bidang Ketahanan Sosial dan Budaya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, 12 Februari 2018)
Pemerintah daerah Kabupaten Poso menyadari betul bahwa
untuk menciptakan kondisi yang aman dan tertib di masyarakat,
pemerintah jangan hanya terfokus kepada kelompok teroris yang
masih bersembunyi di daerah pegunungan Kabupaten Poso, tetapi
harus lebih memperhatikan kondisi dan isu-isu yang bersifat provokatif
di tengah masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi
berkembangnya kelompok teroris di Kabupaten Poso dan juga
menutup “celah” ditengah masyarakat untuk tidak terpengaruh atau
mengikuti kelompok teroris baik yang berada di Kabupaten Poso
ataupun diluar Kabuapaten Poso. Sikap ini juga diambil dengan
mempertimbangkan faktor konflik Poso pada masa lalu yang
menyangkut masalah agama. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
oleh T. Samsuri:
“Yang menangani memang, karena mereka (kelompok teroris) juga bersenjata, punya keahlian perang bahkan kepolisian juga tidak mampu, maka ada pasukan Tinombala yang dari pusat, pasukan yang memang memburu yang melakukan teror”.
112
“Saya sendiri, kalau ada masalah-masalah yang timbul yang mungkin mengarah pada suku/agama, walaupun hari minggu, hari itu juga kita undang tokoh-tokoh agama atau tokoh masyarakat kita kumpul untuk melakukan tindakan-tindakan terhadap saudara-saudara kita yang memerlukan penjelasan-penjelasan lebih lanjut”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)
Matriks 4.9
Analisis Strategi Implementasi Revolusi Mental
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
Kalau tugas kita, terbagi dalam berbagai bidang, yang pertama bidang wawasan kebangsaan, bidang ini bertugas mengadakan pembinaan terhadap masyarakat secara bergantian, dari satu kecamatan, kita pindah ke kecamatan yang lain, yang kita anggap potensial terjadi atau ada benih-benih yang bertentangan dengan pancasila dan benih radikalisme. (Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso)
Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Nasional pada Badan kesatuan bangsa dan Politik memiliki tugas mengadakan pembinaan kepada masyarakat. Sosialisasi atau pembinaan yang dilakukan diadakan di kecamatan-kecamatan di daerah Kabupaten Poso khususnya di wiliyah yang dianggap potensial terjadi atau ada benih-benih yang bertentangan dengan pancasila atau benih radikalisme.
Sosialisasi diadakan di kecamatan yang dianggap potensial terjadi atau ada benih-benih yang bertentangan dengan pancasila dan radikalisme
Jadi satu kegiatan itu, sosialisasi tentang paham yang bertentangan dengan nilai pancasila kemarin dilaksanakan di wilayah kecamatan Poso Pesisir tetapi yang diundang, yang hadir itu tujuh kecamatan. misalnya
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di kecamatan Kabupaten Poso tidak hanya mewajibkan masyarakat yang berada di kecamatan tempat dilaksanakannya sosialisasi untuk datang.
Bentuk sosialisasi dilakukan dengan dengan metode diskusi mengundang beberapa kecamatan agar terjadi tukar pikiran antar masyarakat
113
Pernyataan Informan (sumber)
Uraian Analisis
kecamatan Poso Kota tempatnya, bukan cuma orang Poso Kota saja yang datang. Karena itu harus ada beberapa kecamatan yang hadir yang berdekatan supaya ada pembicaraan-pembicaraan. (kepala bidang Ketahanan Sosial dan Budaya)
Akan tetapi, juga turut mengundang kecamatan-kecamatan yang berada disekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi diskusi-diskusi dan tukar pikiran antar masyarakat kecamatan berbeda guna penguatan paham dari nilai pancasila dan kesadaran akan pentingnya aspek keragaman dalam dalam membentuk perilaku yang terhindar dari pemikiran yang radikal.
kecamatan berbeda.
Saya sendiri, kalau ada masalah-masalah yang timbul yang mengarah pada suku/agama, walaupun hari minggu, hari itu juga kita undang tokoh agama atau tokoh masyarakat, kita kumpul untuk melakukan tindakan terhadap saudara-saudara kita yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. (Wakil Bupati Kabupaten Poso)
Permasalahan yang mengarah keagama atau suku perlu diantisipasi oleh pemerintah daerah Kabupaten Poso dengan melibatkan tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan guna mencegah berkembangnya kelompok teroris di Kabupaten Poso dan juga menutup “celah” ditengah masyarakat untuk tidak terpengaruh.
Permaslahan mengenai agama mendapat perhatian khusus pemerintah daerah Kabupaten Poso.
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Bentuk implementasi dari revolusi mental di Kabupaten Poso
sesuai dengan matriks 4.9 dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
114
Gambar 4.5
Strategi Implementasi Revolusi Mental
Sumber: Analisis Data Primer 2018
Strategi implentasi revolusi mental bertujuan untuk
memperbaiki dan membangun karakter masyarakat Kabupaten Poso
pada yang mengacu pada nilai-nilai integritas demi membangun
budaya bangsa yang bermartabat dan berdasarkan pancasila
sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Daerah No. 4 tahun
2017. Gambar 4.5 menjelaskan bahwa Sebagai bentuk nyata dari
imlementasi revolusi mental, sosialisasi akan pentingnya nilai-nilai dari
pancasila dan dan bahaya radikalisme yang dilakukan oleh Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso sesuai dengan
Strategi implementasi
revolusi mental
Kesbangpol
Kabupaten Poso
1. Sosialisasi pentingnya pancasila dan bahaya radikalisme di kecamatan Kabupaten Poso
2. Peserta sosialisasi dari berbagai kecamatan yang berdekatan agar terjadi tukar pikiran
Terjaganya
Keamanan
dan Ketertiban
di Kabupaten
Poso
Peraturan
Perda No. 4 Tahun 2017
Perda No.13 Tahun 2010
115
tugasnya yang tercantum dalam Peraturan Daerah No. 13 tahun
2010. Sosilaisasi-sosialisasi ini dilaksanakan keberbagai daerah di
Kabupaten Poso khususnya di kecamatan-kecamatan yang
dianggap potensial akan terjadi gesekan-gesekan ditengah
masyarakat akibat dari adanya paham radikal dan paham-paham
yang bertentangan dengan pancasila. Kegiatan sosialisasi ini juga
dimakasudkan mempertemukan kecamatan-kecamatan yang jaraknya
berdekatan agar terjadi interaksi dan tukar pikiran dalam penguatan
paham dari nilai pancasila dan kesadaran akan pentingnya aspek
keberagaman dalam suatu wilayah.
116
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian dan pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun
2012-2017
Peristiwa penembakan dan pengeboman sebagai bentuk
aksi terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban dari tahun
2012-2017 masih terjadi di daerah Kabupaten Poso. Letak Kabupaten
Poso yag merupakan jalur transportasi dapat memberikan dampak
negatif pada perkembangan isu-isu yang sifatnya provokatif. Selain
itu, kondisi geografis juga berpengaruh pada pemberantasan tindak
pidana terorisme. Data terakhir, jumlah anggota teroris pada tahun
2017 mengalami penurunan, dari empat puluh enam anggota teroris
menjadi tujuh orang.
5.1.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso
1. Pendeteksian dini dengan berupaya mencari informasi
mengarah pada pertikaian dan pemikiran radikal yang
dilakukan oleh Kominda.
117
2. Meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai
aspek dengan mengadakan sosialisasi mengenai kebhinekaan
dan kerukunan antar umat beragama dan penghubung antar
agama yang dilakukan oleh FKUB.
3. Meningkatkan Kuliatas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh
Pemeluk Agama berupa penyelesaian masalah agama yang
harus melibatkan tokoh agama yang tegabung dalam FKUB
juga terlibat dalam pendirian rumah ibadat baik dalam bentuk
hubungan konsultasi maupun rekomendasi tertulis.
4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan
hukum berupa penindakan hukum terhadap aksi terorisme dan
peningkatan kesadaran hukum yang dilakukan kepada
generasi muda mendapat respon positif oleh masyarakat.
5. Implementasi revolusi mental berupa sosialisasi diadakan oleh
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di kecamatan yang
dianggap potensial terjadi atau ada benih yang bertentangan
dengan pancasila dan radikalisme.
118
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan terhadap strategi pemerintah dalam
menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso adalah sebagi berikut:
1. Mempertahankan Kominda sebagai instansi berwenang, karena
sangat membantu dalam kepekaan, kesiap-siagaan, antisipasi
dimasyarakat dalam menghadapi kemungkinan timbulnya gangguan
keamanan dan ketertiban. Selain itu, juga perlu bekerja sama dengan
masyarakat guna lebih tanggap terhadap segala bentuk kerawanan
daerah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban khususnya
terkait terorisme.
2. Melakukan pendekatan budaya dalam menjaga keamanan dan
ketertiban karena ilisofi hidup masyarakat Poso, Sintuwu Maroso
(ikatan persaudaraan yang kuat) dapat dianggap sebagai modal
dalam mengembalikan harmonisasi kehidupan masyarakat Poso,
kegiatan tersebut dapat berupa pengkajian terhadap temuan nilai-
nilai budaya, khususnya yang mencerminkan kebersamaan dan
integrasi.
119
Daftar Pustaka
Buku
Akdon. (2011). Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Djelantik, S. (2010). Terorisme; Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media,
Kemiskinan dan Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Gie, T. L. (1968). Pertumbuhan Daerah Pemerintahan Daerah di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Hadjon, P. M., & dkk. (Yogyakarta). Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia. 2005: Gajahmada University Press.
Heene, dkk. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung:
PT. Rafika Aditama.
Klinken, G. V. (2007). Perang Kota Kecil, Kekerasan Komunal dan
Demokrasi di Indonesia . Jakarta: KTLV.
Manullang, A. (2001). Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim.
Jakarta: Panta Rhei.
Mbai, A. (2014). Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia. Jakarta: Squad
Publising.
Muladi. (2002). Demorasi hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di
Indonesia. Jakarta: Habibie Center.
Ndraha, T. (2005). Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sadjijono. (2005). Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance.
Yogyakarta: LB Laks Bang.
Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik
dan Organisasi Nonprofit. Jakatra: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sulistyo, H. (2002). Beyond Terorism. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
120
Wibowo, A. (2012). Hukum Pidana Terorisme. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal
Anggoro, K. (2003). Keamanan Nasional. Pertahanan Negara dan Ketertiban
Umum. Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum
Nasional, Vol. VllI: 6
Nursalim, M, dkk. (2014). Deradikalisasi Terorisme: Studi Atas Epistemologi.
Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror:333.
Tan, S. (2006). Pendidikan Multikulturalisme: Solusi Ancaman Konflik Sosial
Bangsa. Antropologi Sosial Budaya Etnovisi , Vol. II: 36.
Peraturan Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Inpres No. 2 Tahun 2013
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 9 dan
8 Tahun 2006
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006
Surat Menhankam/Pangab No.: Skep/B/66/I/1972.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: 629/Pid.Sus/2014/PN.Jkt.
Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2017
Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 13 Tahun 2010
Peraturan Bupati Poso Nomor 21 Tahun 2016
121
Website
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan-daerah-di-Indonesia. Diakses pada
tanggal 03 Oktober 2017. Pukul 17.31 Wita.
http://harianandalas.com/Berita-Utama/Terorisme-Kejahatan-Luar-Biasa-
Musuh-Semua-Umat-Beragama. Diakses pada tanggal 11
September 2017. Pukul 09.30 Wita.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mujahidin_Indonesia_Timur#2012-
2017:_Aksi_terorisme_dan_kejahatan_sporadis. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2017. Pukul 20.16 Wita.
http://nasional.kompas.com/read/2013/12/30/2203101/2013.Polri.Bekuk.12.T
eroris.Jaringan.Santoso. Diakses pada tanggal 07 september 2017.
Pukul 11.43 wita.
http://regional.kompas.com/read/2014/03/03/1549215/Polisi.dan.Teroris.Bak
u.Tembak.di.Poso. Diakses pada tanggal 07 September 2017. Pukul
08.13 Wita.
https://nasional.tempo.co/read/875451/baku-tembak-di-poso-pesisir-2-
terduga-teroris-dikabarkan-tewas. Diakses pada Tanggal 03 Oktober
2017. Pukul 20.00 Wita.
http://regional.kompas.com/read/2017/07/09/15572611/dua.teror.terjadi.di.po
so.ada.surat.ancaman.untuk.polisi. Diakses pada Tanggal 20
November 2017. Pukul 19.46 Wita.
Lampiran I
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI
DALAM NEGERI NOMOR : 9 DAN NOMOR : 8 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL
KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT
PERATURAN BERSAMA
MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 9 TAHUN 2006
NOMOR : 8 TAHUN 2006
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA
DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN
RUMAH IBADAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI
Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun;
b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut
agamanya;
c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu;
d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha
penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-
pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan, tidak menyalahgunakan atau menodai
agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum;
e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan
bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam
melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan
rukun, lancar, dan tertib;
f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional
di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan
pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan
kerukunan intern dan antar umat beragama;
g. bahwa daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi,
mempunyai kewajiban . melaksanakan urusan wajib bidang
perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta
kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan,
dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
h. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting
dari kerukunan nasional;
i. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka
melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
j. bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan
Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan
Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama
oleh PemelukPemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah
otonom, pengaturannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g,
huruf h, huruf i, dan huruf j, perlu menetapkan Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor I Tahun 1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaandan/atau Penodaan Agama
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 32
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4468);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3331);
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;
9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tatakerja Kementerian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah dan terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2005;
11. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas
Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan
Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh
PemelukPemeluknya;
12. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara Pelaksanaan
Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga
Keagamaan di Indonesia;
13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI
DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM
PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan :
1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama
yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RepublikTahun 1945.
2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat
beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan
pemberdayaan umat beragama.
3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus
dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.
4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas
Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang
dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia
secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah
setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.
5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin
ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang
diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan.
6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah
forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam
rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk
kerukunan dan kesejahteraan.
7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat
beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.
8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah
ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan
rumah ibadat.
BAB II
TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Pasal 2
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat
beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.
Pasal 3
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan
kewajiban gubernur.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.
Pasal 4
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan
kewajiban bupati/walikota.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
Pasal 5
(1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam
pemeliharaan kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling
menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil
walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur.
Pasal 6
1. Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam
pemeliharaan kerukunan umat beragama;
c. menumbuh kembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling
menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama;
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan
ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama;
e. menerbitkan IMB rumah ibadat.
2. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di
wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa
dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.
Pasal 7
(1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling
menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan
ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan.
(2) Tugas dan kewajiban lurah/ kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat (3) meliputi
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah
kelurahan/desa; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling
menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama.
BAB III
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Pasal 8
(1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
(3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat
konsultatif.
Pasal 9
(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai
tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
mempunyai tugas :
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat; dan
e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.
Pasal 10
(1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota
FKUB , kabupaten/kota paling banyak 17 orang.
(3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk
agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama
yang ada di propinsi dan kabupaten/kota.
(4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1(satu)
orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara
musyawarah oleh anggota.
Pasal 11
(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan
kabupaten/kota.
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas:
a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan
kerukunan umat beragama; dan
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan
hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama.
(3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil gubernur;
b. Wakil Ketua provinsi : Kepala kantor wilayah departemen agama
c. Sekretaris provinsi : kepala badan kesatuan bangsa dan politik
d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
(4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;
b. Wakil Ketua : kepala kantor departemen agama kabupaten/kota;
c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik
kabupaten/kota;
d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB IV
PENDIRIAN RUMAH IBADAT
Pasal 13
(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-
sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat
beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.
(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman
dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah
kelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan
komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau
kabupaten/ kota atau provinsi.
Pasal 14
1. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis
2. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian
rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi :
a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling
sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat
sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (3);
b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang
disahkan oleh lurah/kepala desa;
c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan
d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah
berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.
Pasal 15
Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d
merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam
bentuk tertulis.
Pasal 16
(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk
memperoleh IMB rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 17
Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung
rumah ibadat yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana
tata ruang wilayah.
BAB V
IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG
Pasal 18
(1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat
sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari
bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan :
a. laik fungsi; dan
b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban
masyarakat.
(2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu
pada peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung.
(3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan
ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. izin tertulis pemilik bangunan;
b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa;
c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan
d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
Pasal 19
(1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan -gedung
bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala
kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
(2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung
bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama
2 (dua) tahun.
Pasal 20
(1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat.
(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala
kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
BAB VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 21
(1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah
oleh masyarakat setempat.
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai,
penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor
departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara
adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB
kabupaten/kota.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak, dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan
setempat.
Pasal 22
Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait
di daerah dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21.
BAB VII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 23
(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan
pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas
pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum
kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota
melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi
terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.
Pasal 24
(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian
rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama
dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat
beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan
pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap
6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang
perlu.
BAB VIII
BELANJA
Pasal 25
Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat
beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 26
(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara
ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan
umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat
di provinsi didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah provinsi.
(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara
ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan
umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat
dikabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/ kota.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota
disesuaikan paling lambat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
Pasal 28
(1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap
berlaku.
(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk
rumah ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi
pemindahan lokasi.
(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara
permanen dan/atau merniliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk
rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota
membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud.
Pasal 29
Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah
wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu
2 (dua) tahun.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian
rumah ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur
Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan
Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 31
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2006
MENTERI AGAMA MENTERI DALAM NEGERI
TTD TTD
MUHAMMAD M. BASYUNI H. MOH. MA’RUF
Lampiran II
KEPUTUSAN BUPATI POSO NOMOR: 188.45/0401/2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI POSO NOMOR
088.45/1110/2016 TANGGAL 23 SEPTEMBER 2016 TENTANG
PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN FORUM KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA KABUPATEN POSO PERIODE 2016-2021
Lampiran III
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
Lampiran IV
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso
Wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Poso
Wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso
Wawancara dengan Ketua FKUB Kabupaten Poso
Wawancara dengan Wakil Ketua FKUB Kabupaten Poso