strategi pemasaran tanaman hias aglaonema …
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema
Commutatum) DI DESA SIDODADI KECAMATAN PEKALONGAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
SKRIPSI
Oleh:
ARIF ROHMADIR
13210031
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
LAMPUNG
2019
2
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema
Commutatum) DI DESA SIDODADI KECAMATAN PEKALONGAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
S K R I P S I
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Agribisnis
Oleh :
ARIF ROHMADIR
NPM. 13210031
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
LAMPUNG
2019
3
ABSTRAK
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema
Commutatum) DI DESA SIDODADI KECAMATAN PEKALONGAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
ARIF ROHMADIR
Tanaman hias adalah gabungan dari berbagai jenis tanaman hortikultura yang
bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan,
keasrian dan kenyamanan didalam ruang tertutup atau terbuka. Aglaonema
termasuk tanaman hias daun, yaitu tanaman hias dengan daya tarik utama terletak
pada keindahan daun-daunnya. Bentuk daun Aglaonema sebetulnya sederhana,
tidak berlenggok-lenggok, atau menjari yang membuatnya tampil unik. Yang
membuatnya menarik adalah warna dan motifnya yang dekoratif (Subono dan
Andoko, 2005). Tujuan penelitian ini adalah : menganalisis strategi pemasaran
tanaman hias Aglaonema yang ada di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan.
Metode analisis yang di gunakan adalah analisi SWOT. Responden di pilih secara
sengaja (purposive) yaitu di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur dengan jumlah sampel 20 responden.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil analisis pada
matriks SWOT rekomendasi yang harus di berikan adalah strategi “Agresif”.
Alternatif strategi yang dapat di terapkan yaitu memanfaatkan adanya asosiasi
tanaman hias di harapkan petani mendapatkan bekal ilmu yang mumpuni dalam
budidaya maupun pemasaran tanaman hias melalui penyuluhan oleh dinas
pertanian, meningkatkan kegiatan promosi sehingga dapat meningkatkan
permintaan pasar, memberikan petani pembekalan ilmu tentang hama dan
penyakit sehingga ancaman hama dan penyakit bisa tertanggulangi dan
meningkatkan teknis penanaman untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
iklim yang tidak menentu, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan hama
dan penyakit.
Kata Kunci: Strategi, Pemasaran, Tanaman Hias Aglaonema.
4
Judul Proposal : STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS
AGLAONEMA (Aglaonema Commutatum) DI
DESA SIDODADI KECAMATAN
PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Nama Mahasiswa : Arif Rohmadir
No. Pokok Mahasiawa : 13210031
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Supriyadi, S.E., M.T.A Zulkarnain, S.P., M.EP. NIP. 196204271992031001 NIDN. 0205058102
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Dr. Ismalia Afriani, S.P., M.Si
NIP. 197504 17200501 2 001
5
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Supriyadi, S.E., M.T.A. ……………………
Penguji Utama : Kusmaria, S.P., M.Si. ……………………
Anggota : Zulkarnain, S.P., M.E.P. ……………………
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.
NIP. 19630408 1989032 001
Tanggal lulus ujian skripsi : 11 Januari 2019
6
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 18 Februari 1996 yang
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan
Bapak Sutarno dan Ibu Kasmini.
Riwayat pendidikan penulis:
1. SD Negeri 4 Adiluwih tahun 2007.
2. SMP Negeri 1 Adiluwih tahun 2010.
3. SMA Negeri 1 Adiluwih tahun 2013.
4. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sarjana S1 pada tahun 2013 di
STIPER Dharma Wacana Metro.
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan sepenuhnya kepada:
1. Bapak Sutarno dan Ibu Kasmini yang selalu mendo’akan ku dan telah
menjadi motivasi dalam keberhasilan ku.
2. Mamas Andri dan adik ku Naja tersayang yang senantiasa selalu menanti
keberhasilan ku.
3. Tanti yang memberikan bantuan, perhatian, dan semangat kepada ku untuk
menyelesaikan program studi S1 di STIPER Dharma Wacana Metro.
4. Sahabat-sahabat ku yang terus memberi semangat dalam menyelesaikan
program studi S1.
5. Almamater ku beserta teman-teman seperjuangan dan dosen-dosen yang telah
membimbing dan mendampingi hingga penulis dapat menyelesaikan program
S1 di STIPER Dharma Wacana Metro.
8
MOTTO
“Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan
caranya. Namun jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan”
(Jim Rohn)
“Lakukanlah sekarang. Terkadang “nanti” bisa jadi “tak pernah”
(Arif Rohmadir)
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga proposal dengan judul “Strategi Pemasaran
Tanaman Hias Aglaonema Di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur” dapat penulis selesaikan dengan baik.Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Selaku Ketua STIPER yang telah memberikan
dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER
Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Dr. Ismalia Afriani, S.P., M.Si sebagai Ketua Jurusan Program Studi
Agribisnis yang telah memberikan dukungan dan kemudahan-kemudahan
dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.
3. Bapak Supriyadi, S.E., M.T.A. selaku pembimbing I, atas segala bimbingan,
bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
4. Zulkarnain, S.P., M.EP. selaku pembimbing II, atas segala bimbingan,
bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
5. Kusmaria, S.P. M.Si. selaku penguji, atas segala saran yang sangat berarti
hingga selesainya penulisan skripsi ini.
10
6. Temanteman seperjuangan STIPER Dharma Wacana khususnya jurusan
Agribisnis yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan yang tak
terlupakan, semoga kita dapat mewujudkan mimpimimpi kita.
7. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan
proposal ini.
Karya skripsi ini bukanlah akhir dari kesempurnaan pemikiran peneliti. Peneliti
menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, akan
tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan Ilmu
Pengetahuan khususnya di bidang Pertanian. Aamiin.
Metro, Januari 2019
Penulis
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pemasaran ......................................................................... 10
2.2 Analisis SWOT ............................................................................. 14
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 19
2.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Oprasional ......................................................................... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 27
3.3.1 Populasi ................................................................................ 27
3.3.2 Sampel .................................................................................. 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 28
3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 29
3.5.1 Analisis SWOT ................................................................... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskrisi Wilayah Penelitian ........................................................... 39
4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ....................................... 39
4.1.2 Potensi Sumber Daya Alam ................................................. 39
4.2 Analisis SWOT ............................................................................... 40
4.2.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang,
dan Ancaman ........................................................................ 41
4.2.3 Analisis Strategi .................................................................... 46
4.2.4 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan
12
Matriks IFE dan EFE ............................................................ 46
4.2.5 Perumusan Perioritas Strategi dengan Analisis SWOT ........ 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 59
5.2 Saran ............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas Panen Dan Produksi Per m2 Tanaman Sri Rejeki/Aglaonema. .... 4
2. Luas Panen Dan Produksi Tanaman Hias Aglaonema 2014-2016 ..... 5
3. Produksi Tanaman Hias Aglaonema Kecamatan Pekalongan .............. 7
4. Daftar Penelitian Terdahulu .................................................................. 20
5. Matriks Penilaian Bobot Faktor Internal Pemasaran
Tanaman Hias Aglaonema ................................................................... 31
6. Matriks IFE (Kekuatan) ........................................................................ 33
7. Matriks IFE (Kelemahan) ..................................................................... 33
8. Matriks EFE (Peluang) .......................................................................... 33
9. Matriks EFE (Ancaman) ...................................................................... 34
10. Matriks Internal-Eksternal (I-E) ............................................................ 35
11. Luas Wilayah Desa Sidodadi dan Jenis Penggunaan Lahan ................. 40
12. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .............................................. 47
13. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) .......................................... 49
14. Matriks Strategi Kombinasi Internal dan Eksternal .............................. 54
15. Pembobotan Rating IFE dan EFE ......................................................... 54
16. Tingkat Prioritas Strategi SWOT .......................................................... 55
17. Matrik SWOT Pemasaran Tanaman Hias Aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan ...................................................................... 55
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 24
2. Matriks SWOT ...................................................................... 38
3. Grafik Pemetaan SWOT ........................................................ 51
4. Grafik Analisis SWOT Pemasaran Tanaman Hias
Aglaonema.............................................................................. 52
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman hias adalah gabungan dari berbagai jenis tanaman hortikultura yang
bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan,
keasrian dan kenyamanan didalam ruang tertutup atau terbuka.
Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang sangat cerah sebagai
komoditas unggulan ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri (Agung
dkk.,2017).
Secara mikro, holtikultura mampu meningkatkan pendapatan petani holtikultura
namun juga meningkatkan pendapatan daerah, selain itu agribisnis holtikultura
dapat menyerap tenaga kerja yang dulunya pengangguran dan memunculkan
petani baru meski dalam skala kecil, sehingga holtikultura diyakini akan mampu
dijadikan sumber tanaman disektor pertanian dimasa yang akan datang dengan
semakin menyempitnya lahan (Soekartawi, 1995). Komoditas hortikultura terdiri
dari tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias serta obat-obatan.
Komoditas ini mempunyai prospek yang bagus bila dikembangkan mengingat
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah (Hasanah,
2016).
2
Pada umumnya tanaman hias dapat dibagi menjadi dua yaitu tanaman hias yang
menonjolkan bunganya dan tanaman hias yang menonjolkan daun. Tanaman hias
bunga mempunyai keunggulan dibagian bunga yang menarik demikian pula
dengan tanaman hias daun yang mempunyai keunggulan dibagian daun. Dalam
hal ini perlu diketahui daun terdiri dari tiga unsur yaitu pelepah, tangkai, dan
helaian, unsur itu yang paling menentukan adalah pelepahnya, kalau pelepahnya
menarik para penggemar tanaman hias banyak yang suka (Prihmantoro, 1997).
Perkembangan tanaman hias juga mengenal trend, di saat trend sedang
berlangsung harga tanaman hias menjadi sangat tinggi dan akan turun saat trend
yang baru atau berikutnya berlangsung.
Perkembangan budidaya tanaman hias sangat meningkat, hal ini tampak jelas dari
tahun ke tahun mengingat trend tanaman florikultura pada masyarakat perkotaan
cukup meningkat. Sama halnya dengan tanaman langka yang identik dengan
penurunan harga yang drastis namun tidak membuat tanaman tersebut dilupakan
oleh masyarakat (Agung dkk. 2017). Sementara menurut data yang ada pada
Statistika Tanaman Hias Indonesia (2017) bekerja sama dengan Direktorat Jendral
Hortikultura, Kementrian Pertanian, data hortikultura tanaman hias yang
dikumpulkan mencakup 24 (dua puluh empat) jenis tanaman hias dan salah
satunya aglaonema.
Aglaonema atau juga dikenal dengan sebutan Sri Rejeki yang merupakan tanaman
tropis, bukan lagi asing bagi masyarakat Indonesia, terutama penggemar tanaman
hias. Nama Aglaonema semakin dikenal setelah dihasilkan hibrida-hibrida baru
dari hasil penyilangan. Salah satu hibrida hasil penyilangan yang sangat terkenal
hingga saat ini bernama Pride of Sumatera (Fitdyanto, 2006).
3
Saat ini tanaman hias yang menjadi trend adalah aglaonema. Tanaman hias ini
menjadi “buah bibir” dimana-mana dan setiap kali ada pameran menjadi salah
satu primadona. Aglaonema sebenarnya bukan tanaman hias baru di Indonesia
karena tanaman ini berasal dari Asia, bahkan beberapa varietasnya merupakan
tanaman asli Pulau Sumatera. Masyarakat lebih mengenalnya sebagai sri rezeki,
tanaman yang dipercaya membawa rezeki karena konon jika tanaman ini tumbuh
daun baru berarti tambahan rezeki bagi pemiliknya (Subono dan Andoko, 2005).
Aglaonema termasuk tanaman hias daun, yaitu tanaman hias dengan daya tarik
utama terletak pada keindahan daun-daunnya. Bentuk daun Aglaonema
sebetulnya sederhana, tidak berlenggok-lenggok, atau menjari yang membuatnya
tampil unik. Yang membuatnya menarik adalah warna dan motifnya yang
dekoratif (Subono dan Andoko, 2005).
4
Berikut data luas panen dan produksi per m2 tanaman sri rejeki/aglaonema
menurut provinsi 2016.
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Per m2
Tanaman Sri Rejeki/Aglaonema
Menurut Provinsi Tahun 2016
Provinsi Luas Panen (m2) Produksi (pohon)
Aceh 37 37
Sumatera Utara 516 1.958
Sumatera Barat 1.674 3.291
Riau 368 1.088
Jambi - -
Sumatera Selatan 2.955 5.838
Bengkulu 271 1.217
Lampung 5.631 26.900 Kep. Bangka Belitung 12 255
Kepulauan Riau 1.651 1.895
DKI Jakarta 8.890 19.083
Jawa Barat 17.521 218.687
Jawa Tengah 36.373 150.733
DI Yogyakarta 16.340 35.889
Jawa Timur 16.866 169.530
Banten 9.815 41.079
Nusa Tenggara Barat 500 4.660
Kalimantan Timur 4.227 17.600
Sulawesi Utara 1.523 9.655
Sumber : Statistik Tanaman Hias Indonesia 2016
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi dan luas Panen tanaman hias
aglonema di Provinsi Lampung menempati urutan ke-enam dari seluruh provinsi
yang ada di Indonesia. Hal ini terlihat bahwa Lampung potensial untuk
pengembagan tanaman hias aglaonema. Data di atas menujukkan bahwa
banyaknya minat masyarakat Lampung terhadap tanaman hias Aglonema.
Menurut data Statistik Tanaman Hias Dan Biofarmaka Profinsi Lampung (2016),
wilayah Provinsi Lampung yang sebagian datarannya mempunyai kondisi
geografis yang berbukit serta udara yang sejuk, sangat menunjang untuk dijadikan
wilayah pertanian tanaman hortikultura terutama untuk tanaman obat-obatan
5
(biofarmaka) dan tanaman hias. Tanaman hortikultura merupakan bagian dari
sektor pertanian. Berdasarkan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), kontribusi sektor Pertanian 2016 Provinsi Lampung adalah 31,86 persen.
Dalam rangka meningkatkan persentase nilai tanaman hias dalam perekonomian
daerah dibutuhkan perbaikan budidaya melalui penerapan teknologi inovatif,
penguatan kelembagaan, peningkatan akses permodalan dan pengembangan
kawasan sentra produksi (Agung dkk, 2017). Langkah tersebut diharapkan
mampu meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan permintaan konsumen. Berikut ini adalah luas panen dan produksi
tanaman hias aglonema di kabupaten di Provinsi Lampung.
Tabel 2. Luas Panen Dan Produksi Tanaman Hias Aglaonema Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2014-2016.
No.
Kabupaten/Kota Luas Panen (m2) Produksi (pohon)
2014 2015 2016 2014 2015 2016
1. Bandar Lampung 2.346 219 1.844 4.662 1.786 18.141
2. Metro 63 454 169 684 3.676 1.838
3. Lampung Tengah - - 2.000 - - 2.521
4. Lampung Barat 130 70 110 1.190 830 610
5. Lampung Timur 119 508 615 613 1.271 2.336
Sumber : Produksi Tanaman Biofarmaka dan Hias Provinsi Lampung 2014-2016
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa produksi pada tahun 2014 sampai 2016
di Kabupaten Lampung Timur mengalami peningkatan setiap tahunnya
dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung yang produksinya besar pada tahun
2016 tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan atau fluktuasi. Hal ini terlihat
bahwa Kabupaten Lampung Timur potensial untuk pengembangan tanaman hias
aglaonema. Dan untuk Luas Panen di provinsi Lampung Timur mengalamai
peningkatan di bandingkan dengan Provinsi lainnnya. Tingginya produksi dan
6
luas panen tanaman hias aglaonema di Kabupaten Lampung Timur, maka
diperlukan suatu strategi yang bertujuan untuk memasarkan hasil produksinya
yang berdanpak pada keuntungan.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam kurun waktu 2014 – 2016 produksi aglaonema mengalami perkembangan
yang berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung meningkat. Kabupaten Lampung
Timur memiliki kawasan agrowisata di Kecamatan Pekalongan, yaitu Balai Benih
Induk Hortikultura (BBIH) yang merupakan tempat penyiapan benih unggul dan
bermutu bagi tanaman hortikultura dan dikenal sebagai daerah pusat pembibitan
dan budidaya tanaman hortikultura di Provinsi Lampung serta sudah dikenal
hingga ke luar daerah Provinsi Lampung. Selain itu, di sekitar kawasan
agrowisata Kecamatan Pekalongan juga terdapat banyak nursery yang
membudidayakan berbagai macam bibit maupun tanaman hias yang berbentuk
pohon yang sudah jadi.
Oleh karena itu, Kecamatan Pekalongan juga terkenal sebagai supplier tanaman
hias bagi pedagang eceran (Balai Benih Induk Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2010). Menurut (BPP) di Kabupaten
Lampung Timur yang berpotensi akan produksi tanaman hias adalah Kecamatan
Pekalongan.
Menurut Subono dan Andoko (2005) aglaonema disebut dengan ratu tanaman
hias mungkin juga karena harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan
tanaman hias lainnya. Sebagai gambaran untuk varietas aglaonema lokal Pride Of
Sumatera terjual dengan harga Rp.75.000 dan varietas impor Suksom Jaipong
7
dengan harga Rp.325.000. Berikut ini adalah luas panen dan produksi tanaman
hias aglaonema di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.
Tabel 3. Produksi Tanaman Hias Aglaonema di Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2017
No. Nama Desa Luas Panen
( m2)
Produksi
(pohon )
1. Adirejo 876 10.247
2. Gantimulyo 1.587 15.234
3. Adijaya 1.100 12.342
4. Wono Sari 220 1.876
5. Sidodadi 4.930 123.250
6. Gondang Rejo 342 1.710
7. Siraman 3.870 96.750
8. Tulus Rejo 2.320 30.933
9. Kali Bening 420 2.010
10. Ganti Warno 750 9.347
11. Jojog 524 5.256
12. Pekalongan 3.244 90.245
Sumber : BPP Pekalongan Lampung Timur 2017
Desa Sidodadi merupakan desa di Kecamatan Pekalongan yang sebagian
penduduknya berprofesi sebagai petani tanaman hias dengan luas lahan
pekarangan yang ditanam tanaman hias yakni sebesar 4.930 m2 (BPP Pekalongan
Lampung Timur 2017). Dengan demikian, hasil produksi tanaman hias
Aglaonema dapat menguntungkan petani apabila dapat dipasarkan dengan proses
pemasaran atau manajemen yang baik.
Pemasaran maupun manajemen yang kurang baik dalam mengelola usahatani
tanaman hias khususnya aglaonema merupakan persoalan yang sangat kompleks,
sehingga untuk melakukan realisasi diperlukan strategi pemasaran usahatani.
Kebutuhan akan keindahan untuk menghiasi rumah, perkantoran serta tanam kota
sekarang ini telah menjadi trend sehingga permintaan akan aglaonema semakin
meningkat. Tanaman hias dapat menjadi karya seni rupa yang bernilai tinggi, dan
8
seni merupakan hal yang konstan yakni tak akan ditinggalkan dan dilupakan oleh
masyarakat. Nilai estetika memiliki pesona tersendiri, bisnis tanaman hias adalah
peluang yang menjanjikan untuk ditekuni.
Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa perkembangan pemasaran tanaman
hias saat ini terbilang cukup pesat. Berbagai strategi pemasaran dilakukan oleh
pengusaha tanaman hias agar usahanya dilirik oleh konsumen dan memperoleh
pelanggan, namun tidak semua pengusaha tanaman hias di Kecamatan Pekalongan
memiliki manajemen serta pemasaran yang baik dalam mengelola usahatani nya,
sehingga menyebabkan banyak usaha tanaman hias yang perputaran usahanya
sangat lambat untuk berkembang. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor
lingkungan internal dan eksternal pada setiap usahatani tanaman hias tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
adalah Bagaimana strategi pemasaran dalam usaha tani tanaman hias Aglaonema
di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis strategi pemasaran tanaman hias Aglaonema
yang ada di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh:
9
1. Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam merumuskan
strategi pemasaran yang tepat sebagai wujud aplikasi dari ilmu yang
diperoleh.
2. Petani, sebagai cara untuk mengembangkan Aglaonema khususnya di Desa
Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.
3. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam
menerapkan strategi kegiatan pemasaran di suatu kelompok tanaman hias dan
sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang
bersangkutan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pemasaran
Strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan
yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah. Menurut
Siagian (2004) menyatakan bahwa strategi adalah serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan
oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Selain itu, Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan,
serta pendayagunaan dan alokasi semua sumberdaya yang penting untuk
mencapai tujuan tersebut, pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan
konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang
disusun (Rangkuti, 2005).
Pemasaran pertanian merupakan jumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
memberi kepuasan dari barang dan jasa yang ditukarkan kepada konsumen baik
input maupun output pertanian (Rahim, 2007). Petani serba terbatas berada dalam
posisi lemah dalam penawaran dan persaingan terutama menyangkut penjualan
hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Petani tidak menentukan harga
produk sehingga harus menerima kehendak penjual dan pembeli. Menurut Fadholi
Hernanto (1996), tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek penjualan
11
hasil usaha tani. Pemasaran harus dilakukan petani dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk mendapatkan laba agar
berkembang. Berhasil tidaknya usaha tersebut sangat tergantung pada keahliannya
di bidang pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia (Firdaus,
2008).
Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar
yang di jadikan target oleh perusahaan. Definisi strategi pemasaran adalah sebagai
berikut: “strategi pemasaran adalah logika pemasaran yang digunakan oleh
perusahaan dengan harapan agar unit bisnis dapat mencapai tujuan perusahaan
(Kotler, 2001). Menurut Rahmady dan Andi (2007) dalam posisi bersaing ada
beberapa strategi yang bisa diterapkan, yaitu :
a. Strategi Pemimpin Pasar (Market Leader)
Strategi pemimpin pasar adalah perusahaan yang diakui oleh yang bersangkutan
sebagai pemimpin.Karakteristik dari pemimpin pasar adalah memiliki pangsa
pasar yang terbesar dalam pasar produk yang relevan.Keunggulannya dari
perusahaan ini adalah dalam hal pengenalan produk baru, perubahan harga,
cakupan saluran distribusi dan intensitas promosi.Pada perusahaan yang masuk
pada strategi pemimpin pasar, perusahaan selalu ingin menjadi nomer satu.Sikap
ini mendorong mengembangkan pasar secara keseluruhan, melindungi pasar, dan
memperluas pangsa pasar.
b. Strategi Penantang Pasar (Market Challenger)
Strategi penantang pasar adalah perusahaan nomer dua yang secara konstan
mencoba untuk memperbesar pangsa pasar mereka, yang dalam usaha tersebut
12
mereka berhadapan secara terbuka dan langsung dengan pemimpin pasar.
Karakteristik penantang pasar adalah biasanya dilihat dari sudut volume penjualan
dan laba serta berupaya menemukan kelemahan pihak pemimpin pasar atau
perusahaan lainnya. Dan kemudian menyerangnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ada dua hal pokok yang perlu direncanakan dengan cermat oleh
penantang pasar, yaitu menentukan lawan dan sasaran strategis dan memilih
strategis penyerangan.
c. Strategi Pengikut Pasar (Market Follower)
Strategi pengikut pasar adalah perusahaan yang mengambil sikap tidak mengusik
pemimpin pasar dan hanya berpuas dengan cara menyesuaikan diri terhadap
kondisi-kondisi pasar. Perusahaan yang memakai strategi pengikut pasar juga
perlu merumuskan strategi untuk pertumbuhan dan berusaha agar tidak
mengundang balasan dari perusahaan lain.
d. Strategi Penggarap Relung Pasar (Market Nicher)
Strategi penggarap relung pasar adalah strategi dimana perusahaan yang
mengkhususkan diri melayani sebagian besar pasar yang diabaikan dan
menghindari bentuk penyerangan dengan perusahaan lain.
Merancang strategi pemasaran yang kompetitif dimulai dengan melakukan
analisis terhadap pesaing.Perusahaan membandingkan nilai dan kepuasan
pelanggan dengan nilai yang diberikan oleh produk, harga, promosi dan distribusi
(marketing mix) terhadap pesaing dekatnya. Menurut Radiosunu (2001) strategi
pemasaran didasarkan atas lima konsep strategi berikut:
13
a. Segmentasi pasar. Tiap pasar terdiri dari bermacam-macam pembeli yang
mempunyai kebutuhan, kebiasaan membeli dan reaksi yang berbeda-beda.
Perusahaan tak mungkin dapat memenuhi kebutuhan semua pembeli. Karena itu
perusahaan harus mengkelompok-kelompokkan pasar yang bersifat heterogen ke
dalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.
b. Market positioning. Perusahaan tak mungkin dapat menguasai pasar
keseluruhan. Maka prinsip strategi pemasaran kedua adalah memilih pola spesifik
pemusatan pasar yang akan memberikan kesempatan maksimum kepada
perusahaan untuk mendapatkan kedudukan yang kuat. Dengan kata lain
perusahaan harus memilih segmen pasar yang dapat menghasilkan penjualan dan
laba yang paling besar.
c. Targeting adalah strategi memasuki segmen pasar yang dijadikan sasaran
penjualan.
d. Marketing mix strategi. Kumpulan variabel-variabel yang dapat digunakan
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Variabel-variabel yang
dapat mempengaruhi pembeli adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan
product, place, promotion dan price (4P).
e. Timing strategi. Penentuan saat yang tepat dalam memasarkan produk
merupakan hal yang perlu diperhatikan. Meskipun perusahaan melihat adanya
kesempatan baik, terlebih dulu harus dilakukan persiapan baik produksi.
14
2.2 Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunies, Treaths)
Keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
perusahaan disebut Analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran
internal dan eksternal (Kotler, 2009)
Adapun elemen-elemen yang membentuk adanya SWOT adalah sebagai berikut:
a. Strengths (Kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki oleh satuan bisnis merupakan kompetensi khusus yang
terdapat dalam organisasi yang berakibat pada kepemilikan keunggulan
komparatif oleh unit usaha di pasaran. Adapun contoh bidang-bidang yang
menjadi keunggulan adalah kekuatan pada sumber keuangan, citra positif,
keunggulan kedudukan di pasar, hubungan dengan pemasok, loyalitas pengguna
produk dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan.
b. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis merupakan
keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber keterampilan dan kemampuan
yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang
memuaskan.Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan
tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki,
kemampuan manajerial yangrendah, produk yang tidak ataupun kurang diminati,
maupun strategi pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar.
15
c. Opportunities (Peluang)
Peluang pemasaran (marketing opportunity) adalah wilayah kebutuhan dan minat
pembeli, dimana perusahaan mempunyai probabilitas tinggi untuk memuaskan
kebutuhan tersebut dengan menguntungkan.Terdapat sumber-sumber peluang
pasar yang utama. Sumber peluang pasar tersebut meliputi kegiatan pemasokan
sesuatu yang persediaannya sedikit, serta memasok produk atau jasa yang ada
dengan cara yang baru atau unggul.
Ada beberapa cara untuk mengungkapkan kemungkinan perbaikan produk atau
jasa: metode deteksi masalah meminta saran dari konsumen, metode ideal
membuat konsumen membayangkan versi ideal produk atau jasa, dan metode
rantai konsumsi meminta konsumen membuat diagram tentang langkah-langkah
mereka dalam memperoleh, menggunakan, dan menyingkirkan produk atau jasa
yang seluruhnya baru.
d. Threats (Ancaman)
Ancaman lingkungan merupakan tantangan yang ditempatkan oleh tren atau
perkembangan yang tidak disukai yang akan menghasilkan penurunan penjualan
atau laba akibat tidak adanya tindakan pemasaran defensif.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi petani.
1) Faktor Internal
Analisis lingkungan internal petani dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
aspek produksi, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek sumberdaya
manusia.
16
2) Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
lingkungan mikro dan faktor lingkungan makro.
a. Lingkungan Mikro
Menurut Kotler (1993) lingkungan mikro meliputi :
1. Pemasok adalah petani bisnis dan individu-individu yang menyediakan
sumberdaya yang diperlukan oleh petani dan para pesaing untuk
memproduksi barang dan jasa.
2. Perantara adalah petani bisnis yang membantu petani menemukan
pelanggan atau mendekatkan penjualan kepada petani.
3. Pelanggan adalah suatu petani mengaitkan dirinya dengan beberapa
pemasok dan perantara sehingga dapat memasok secara efisien produk-
produk dan jasanya kepada pasar sasaran.
4. Pesaing adalah suatu petani yang menjual sendiri ke suatu pasar
pelanggan tertentu.
5. Publik atau masyarakat adalah sekelompok orang yang mempunyai
kepentingan aktual/potesial atau mempunyai dampak terhadap
kemampuan petani untuk mencapai tujuannya.
b. Lingkungan Makro
Menurut Kotler (1993) lingkungan makro memiliki enam kekuatan utama,
yaitu :
1. Lingkungan demografi yakni kondisi lingkungan yang pertama-tama
punya kepentingan terhadap pemasar yaitu populasi karena manusia
membentuk pasar. Pemasar sangat berkepentingan terhadap jumlah
17
penduduk dunia. Kedua, Distribusi yakni letak geografis dan
kepadatannya, kecenderungan pergerakannya, distribusi umurnya,
tingkat kelahirannya, perkawinannya, dan kematiannya, rasialnya,
kesukuan dan struktur keagamaannya.
2. Lingkungan Ekonomi; Lingkungan ekonomi terdiri dari fakror-faktor
yang mempengaruhi daya beli konsumen dan pola pengeluarannya.
Pasar memerlukan daya beli selain jumlah orang. Daya beli total
tergantung pada pendapatan sekarang, harga-harga, tabungan dan utang.
Pemasar harus menyadari kecenderungan utama dalam pendapatan dan
pola pengeluaran konsumen yang berubah-ubah.
3. Lingkungan Alam; Kondisi lingkungan alam yang memburuk
merupakan salah satu dari masalah utama yang dihadapi bisnis dan
masyarakat di tahun 1990-an. Di banyak kota-kota dunia polusi udara
dan air telah mencapaitingkat yang membahayakan.
4. Lingkungan Teknologi; Kekuatan yang paling dramatis yang
membentuk hidup manusia adalah teknologi. Setiap teknologi baru
merupakan kekuatan untuk penghancuran yang praktis. Tingkat
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa penemuan teknologi
baru yang besar.
5. Lingkungan Politik; Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan ini terdiri dari
undang-undang, lembaga pemerintah dan golongan yang berpengaruh
yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan individu
dalam masyarakat.
18
6. Lingkungan Kebudayaan; Lingkungan sosial dimana orang tumbuh
menjadi dewasa membentuk kepercayaan, nilai, dan norma-norma
pokok mereka. Secara tidak sadar menyerap suatu pandangan umum
yang menentukan hubungan mereka dengan mereka sendiri, dengan
orang lain, dengan alam dan dengan seluruh dunia.
3) Matriks Pangsa Pasar
Pertumbuhan Pasar Boston Consulting Group (BCG) Matriks Pangsa-
Pertumbuhan mengasumsikan bahwa peruasahaan harus menghasilkan kas dari
bisnis dengan posisi kompetitif yang kuat di dalam pasar yang jenuh. Kemudian
bisnis itu dapat mendanai investasi dan pengeluaran dalam industri yang
menunjukkan peluang masa depan yang menarik. Pertumbuhan pasar (market
growth rate) adalah ukuran terdekat untuk kejenuhan dan daya tarik
industri.Sedangkan pangsa pasar relatif (relative market share) adalah perkiraaan
untuk kekuatan kompetitifnya di dalam industri (Boyd, 2000).Menurut Boyd
(2000) Matriks pasar-pertumbuhan dibagi menjadi empat sel, setiap sel dari
matriks pasar-pertumbuhan menunjukkan jenis bisnis yang berbeda dengan
strategi dan kebutuhan sumber daya yang berbeda. Implikasinya akan dibahas di
bawah ini:
1. Question marks artinya bisnis di dalam industri yang tinggi pertumbuhannya
dengan pangsa pasar relatif rendah. Pemasaran ini membutuhkan kas dalam
jumlah besar, tidak hanya untuk ekspansi dan bertahan di dalam pasar yang
tumbuh dengan pesat, tetapi juga untuk memasarkan kegiatan (atau
mengurangi margin) untuk membangun pangsa pasar dan menangkap
pemimpin industri.
19
2. Starsadalah pemimpin pasar dalam industri yang tinggi pertumbuhannya,
petani harus terus menanamkan modal agar pertumbuhan pasar yang cepat
tetap terjaga dan untuk mendukung kegiatan-kegiatan litbang dan pemasaran
yang diperlukan untuk menahan serangan pesaing dan mempertahankan pangsa
pasar.
3. Cash cows artinya bisnis dengan pangsa relatif tinggi dari pasar yang rendah
pertumbuhannya. Bisnis ini tidak membutuhkan banyak investasi modal
tambahan. Pasarnya stabil dan posisi kepemimpinan pangsanya kuat sehingga
biasanya berarti bisnis ini menikmati skala ekonomis dan marjin laba yang
relatif tinggi.
4. Dogsartinya bisnis dengan pangsa rendah di dalam pasar yang rendah
pertumbuhannya, biasanya menghasilkan laba yang rendah atau rugi.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tidak lepas dari penelitian terdahulu yang menjadi referensi dan
acuan dalam penelitian ini. Berikut adalah penelitian sebelumnya yang menjadi
referensi dan acuan bagi peneliti ini.
20
Tabel 4. Daftar Penelitian Terdahulu
No. Nama/Tahun/Jurnal Judul Tujuan Metode
Analisis Kesimpulan
1. Sri Sepriani Sinaga,
Diana Chalil,
Emalisa.
Progam Study
Agribisnis Fakultas
Pertanian
Universitas
Sumatera
Analisis Strategi
Pemasaran Bunga
Potong Desa Raya
Kecamatan
Berastagi Kabupaten
Karo
1.Mengidentifikasi
faktor internal dan
faktor eksternal yang
mempengaruhi
pemasaran bunga
potong.
2.Menganalisis
strategi pemasaran
yang dapat
dilaksanakan oleh
Dinas Pertanian
dalam meningkatkan
pemasaran bunga
potong.
Analisis SWOT 1) Faktor Internal yang paling penting dan mempengaruhi pemasaran
bunga potong yaitu penetapan GAP dan SOP (kekuatan) dan
kurangnya dukungan Dinas Pertanian dalam penyediaan sarana
prasarana (kelemahan). Untuk faktor eksternal yang paling penting
dan mempengaruhi pemasaran bunga potong adalah pemodalan
pribadi dan kesesuaian jadwal tanam bunga (peluang), serta harga
yang di terima petani rendah (ancaman).
2) Strategi pemasaran berada di kuadran tiga yaitu Turn-around
dengan tiga alternatif strategi yaitu: meningkatkan pelaksanaan GAP
dan SOP dalam jadwal tanam hingga perlakuan dan pascapanen,
meningkatkan dukungan Dinas Pertanian dalam penyedian sarana
prasarana produksi usaha tani bunga potong, dan meningkatkan
promosi melalui pengefektifan penggunaan leaflet dan pameran untuk
mendorong peningkatan jumlah permintaan bunga.
2. Ananda Putra
Agung, Tetty
Wijayanti dan Nella
Naomi
Duakaju
Fakultas Pertanian
Universitas
Mulawarman 2017
Analisis Strategi
Pemasaran Usaha
Tanaman Hias
(Studi Kasus Pada
Naten Flower Shop
Kota Samarinda)
1. Faktor internal dan
eksternal usaha
pemasaran tanaman
hias pada Naten
Flower Shop Kota
Samarinda
2. Strategi pemasaran
untuk meningkatkan
omzet penjualan pada
Naten Flower Shop
Kota Samarinda.
Analisis
matriks EFE
dan IFE, matrik
IE dan matrik
SWOT
1) Faktor eksternal yang menjadi peluang utama Naten Flower Shop
adalah Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam PP No. 7/2007,
sedangkan yang menjadi ancaman utama adalah kemampuan dalam
dunia telekomunikasi dan periklanan yang masih konvensional. Faktor
internal yang menjadi kekuatan utama Naten Flower Shop adalah
memiliki SDM yang berpengalaman, sedangkan kelemahan utama
adalah tidak seragamnya penjualan tiap jenis tanaman hias.
2) Strategi yang tepat untuk digunakan berdasarkan posisi perusahaan
yang berada pada sel V (Pertahankan/Pelihara) adalah strategi intensif
serta strategi terbaikyang harus dilakukan oleh Naten Flower Shop
berdasarkan nilai TAS pada QSPM adalah menciptakan produk yang
memiliki ciri khas dan terjangkau.
21
3. Andika Pratama
Elza, Syaiful, dan
Novia
Fakultas Pertanian
Universitas Riau
2016
Strategi Pemasaran
Agribisnis Tanaman
Hias Palem Weregu
(Rhapis Excelsa) Di
Kota Pekanbaru
Provinsi Riau
1. Mengetahui sistem
agribisnis tanaman
hias palem weregu di
Kota Pekanbaru
2. Merumuskan
strategi pemasaran
agribisnis tanaman
hias palem weregu di
Kota Pekanbaru.
Analisis SWOT 1) Subsistem sarana dan prasarana produksi pada tahap awal sebagian
besar dibantu oleh pemerintah Kota Pekanbaru sebagian lagi di toko
toko pertanian terdekat. Hasil rangkaian pada tahun ke-3 yang
dihasilkan untuk ekspor belum menguntungkan yang mengakibatkan
petani tanaman hias palem weregu belum mendapatkan keuntungan.
Namun pada tahun ke-4, petani menjual untuk lokal dan mendapatkan
keuntungan. Subsistem pengolahan atau perangkaian tanaman hias
palem weregu, proses perangkaian ekspor memakan waktu lama
ketimbang perangkaian lokal. Hal ini disebabkan syarat ekspor
harus benar benar berkualitas. Pada subsistem pemasaran petani
menangung biaya pengangkutan dari Kota Pekanbaru ke Pelabuhan
Tanjung Priuk, Jakarta. Lembaga- lembaga pendukung seperti
pedamping lapangan, kelompok tani maupun pemerintah kota
pekanbaru.
2) Strategi prioritas pemasaran yang cocok dalam agribisnis
tanaman hias palem weregu adalah (1). Menjalin kemitraan antara
petani dengan pengusaha toko tanaman hias (2). Mengurangi
ketergantungan ekspor palem weregu (3). Meningkatan peran
pemerintah dalam mengendalikan harga palem weregu agar petani
untung dan harga tidak dimainkan pihak eksportir (4). Meningkatan
penjualan palem weregu skala ekspor dengan pemerintah (5).
Memperluas lahan pembibitan palem weregu untuk ketersedian
anakan palem weregu bagi petani.
22
2.4. Kerangka Pemikiran
Usahatani tanaman hias merupakan salah satu produksi usaha tani yang memiliki
prospek yang cerah untuk dikembangkan. Karena kebutuhan akan tanaman hias
terus meningkat yang disebabkan oleh pembangunan komplek perumahan,
perkantoran, dan taman kota membuka peluang untuk pengembangan usaha di
bidang tanaman hias. Tidak hanya itu saja, pada saat perayaan hari-hari besar
agama atau pergantian tahun, acara seremonial ataupun nonseremonial dikantor-
kantor, hotel, dan rumah serta menjadi koleksi para penggemar tanaman hias.
Aglaonema yang merupakan salah satu jenis tanaman hias daun yang juga
diperkirakan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dapat
dilihat dari strategi pemasaranyang ada dalam usahatani tersebut.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dari seluruh aktifitas bisnis
suatu perusahaan. Tujuan kegiatan pemasaran adalah agar produk dapat sampai ke
tangan konsumen dan pihak produsen maupun konsumen sama-sama memperoleh
apa yang diharapkan. Produsen ingin memperoleh kepuasan dalam harga
menguntungkan, sedangkan konsumen ingin memperoleh kepuasan dalam hal
mutu yang baik dan harga yang pas.Untuk tujuan ini diperlukan suatu
strategipemasaran sehingga tujuan tersebut dapat dicapai.
Merencanakan strategi pemasaran, perlu diketahui faktor-faktor yang
dipertimbangkan kelompok dalam menyusun strategi pemasaran. Untuk
mengetahui posisi petani sekarang dan yang akan datang perlu diketahui faktor
eksternal dan faktor internal.
23
Hal ini sangat penting untuk melihat sejauh mana faktor-faktor tersebut berperan
dalam penyusunan strategi pemasaran, maka digunakan metode SWOT. Dalam
penelitian ini, masalah yang harus dipecahkan adalah strategi pemasaran tanaman
hias aglaonema dari masing-masing strategi pemasaran. Dalam strategi
pemasaran, dianalisis tindakan atau skenario paling efektif untuk dijalankan
pemasaran, sehingga pada akhirnya didapatkan suatu strategi pemasaran yang
terdiri dari kombinasi masing-masing strategi. Strategi pemasaran ini adalah
strategi yang dianggap tepat dan strategis untuk dijalankan petani dalam
menghadapi persaingan yang ketat dan juga memperluas pangsa pasarnya.
Dalam mengembangkan usahatani aglaonema biasanya terdapat beberapa
masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Untuk itu diperlukan adanya srategi
pengembangan guna dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dan dapat
diketahui prospek pengembangannya. Dengan demikian prospek pengembangan
usahatani tanaman hias aglaonema dapat diketahui. Secara skematis kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
24
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Strategi Pemasaran Tanaman Hias Aglaonema di
Desa Sidodadi, Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Tmur.
Tanaman Hias Aglaonema
Strategi Pemasaran
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan
- Adanya Asosiasi tanaman hias
- Varietasnya banyak
- Kualitas tanaman hias yang
dihasilkan
- Lokasi dagang yang strategis
- Petani mempunyai bekal ilmu
- Harganya murah Lokasi yang
strategis
Kelemahan
- Kurangnya kegiatan promosi
- Penjualan tanaman hias yang
tidak merata untuk setiap
jenisnya
- Teknologi teknis yang masih
sederhana
- Persediaan modal yang terbatas
- Waktu panen memakan waktu
lama
- Kurangn ya inovasi
Peluang
- Daya dukung dinas pertanian
- Meningkatnya agrowisata
- Banyaknya permintaan untuk
pembuatan taman
- Sumber pendapatan petani
- Sadar akan pentinya lingkungan
- Permintaan akan pasar meningkat
Ancaman
- Banyak pesaing baru
- Iklim yang tidak menentu
- Adanya hama dan penyakit
tanaman hias
- Trend tanaman hias tidak menentu
- Adanya perubahan harga produk-
produk pertanian.
- Harga tanaman bisa menurun
sewaktu-waktu
Matriks SWOT & Strategi SO, WO, ST, WT
Strategi Pemasaran Tanaman Hias Aglaonema
Rekomendasi
25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang di tunjukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Aglaonema merupakan tanaman hias yang dapat di pajang di seluruh sudut
ruangan. Pesona daunnya yang bercorak atau motif dekoratif akan terlihat lebih
paripurna jika ditanam dalam pot yang serasi. Selain itu, warna-warna pada
daunnya akan menyejukan setiap mata yang memandangnya.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi petani.
Kekuatan adalah segala hal yang di butuhkan pada kondisi yang sifatnya internal
perusahaan agar supaya kegiatan-kegiatan perusahaan berjalan dengan maksimal.
Kelemahan adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi internal perusahaan,
akibatnya kegiatan-kegiatan perusahaan belum maksimal terlaksana.
Peluang adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang dapat dan mampu
mengarahkan kegiatan perusahaan kearahnya.
26
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu menghambat
pergerakan perusahaan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan petani dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Pangsa pasar relatif adalah perkiraan untuk kekuatan kompetitifnya di dalam
industri.
Periklanan merupakan bentuk kegiatan promosionil yang dibayar, disajikan oleh
sponsor yang dapat dikenal.
Hubungan masyarakat merupakan semua kegiatan promosionil lainnya yang
membantu petani untuk mempertahankan dan meningkatkan kesan baik terhadap
petani atau hasil produksi oleh masyarakat atau konsumen.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi yang berlokasi di Kecamatan
Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa petani di Desa Sidodadi
adalah petani yang bergerak dalam budidaya tanaman hias. Selain itu, karena
ketersediaan para Petani dari Desa Siraman untuk memberikan data-data yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian. Penelititan ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2018.
27
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2006), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Apeksi diketahui bahwa seluruh
anggota Apeksi menanam tanaman hias aglaonema, dengan jumlah anggota terdiri
dari 20 orang (1 orang ketua, 2 orang sekertaris, 1 orang bendahara dan 16 orang
anggota). Dengan demikian, populasi dalam penelitian ini berjumlah 20 populasi
serta untuk memperkuat dalam pengambilan data maka melibatkan para praktisi
dalam mengetahui strategi pemasaran tanaman hias aglaonema, antara lain 1
orang dinas pertanian Lampung Timur, 2 orang petani tanaman hias, dan 2 orang
pedagang eceran tanaman hias. Dalam penelitian ini total sampel yang akan
digunakan berjumlah 20 orang.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2006) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi
yang di pergunakan sebagai sumber data yang sebenarnya. Dengan kata lain,
sampel merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sebagian dari populasi itu
dimaksudkan sebagai representasi dari seluruh populasi sehingga kesimpulan juga
berlaku bagi keseluruhan populasi.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling yaitu dengan sampling jenuh (sensus) yaitu metode
penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini
28
sering di lakukan apabila jumlah populasi kecil, kurang dari 30 orang (Supriyanto
dan Machfudz, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang akan di ambil adalah
seluruh petani tanaman hias yang berjumlah 20 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua, yaitu dengan
pengumpulan data secara primer dan sekunder. Berikut ini penjelasan dari teknik
pengumpulan data tersebut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung
peneliti dari hasil penelitian langsung untuk menjawab masalah atau tujuan
penelitian yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi dan
kuesioner. Adapun penjelasan sebagai berikut:
a. Observasi adalah melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan
usaha pemasaran tanaman hias aglaonema yang dilakukan dan hal-hal
lainnya yang mendukung penelitian.
b. Wawancara adalah melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek
penelitian.
c. Kuesioner adalah memberikan pernyataan berupa kuesioner kepada
responden terpilih. Kuesioner terdiri dari kuesioner identifikasi eksternal
dan internal, pembobotan dan peringkatan, serta kuesioner untuk
penentuan prioritas strategi.
29
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan kumpulkan dari pihak lain
(pihak eksternal). Data sekunder diperoleh dari kumpulan data yang dimiliki
pihak perusahaan, bahan pustaka, dan instansi terkait (BPS, Ditjen Hortikultura
Departemen Pertanian) dan data-data lain yang diperlukan untuk menunjang
penelitian.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis SWOT
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis SWOT, yaitu
metode untuk identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi yang diperlukan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
(Rangkuti, 2006).
Analisis SWOT digunakan untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi
pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi. Alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategi adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Analisis
SWOT dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data (input stage),
tahap pencocokan (matching stage), dan tahap pengambilan keputusan (decision
stage).
30
1. Tahap Pengumpulan Data (Input Stage)
Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi.
Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah Internal Factor Evaluation
Matrix (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation Matrix (EFE). IFE digunakan
untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam
perusahaan bisnis. Sedangkan EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi
peluang dan ancaman dalam perusahaan. Pada analisis internal dan eksternal,
dilakukan penentuan bobot dengan mengajukan kuesioner kepada pihak
kelompoktani. IFE dan EFE dapat dikembangkan dalam lima langkah, yaitu :
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
anacaman yang tertera pada kolom 1.
2. Memberi bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai
0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
posisi strategis usaha pemasaran tanaman hias aglaonema.
Menurut Kinnear (1991), untuk menentukan nilai bobot pada faktor-faktor
internal digunakan metode “Paired Comparison”. Penilaian bobot dilakukan
dengan cara mengajukan identifikasi faktor internal kepada responden ahli. Untuk
menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
31
Bentuk matriks penilaian bobot faktor internal dapat dilihat pada tabel 5 berikut
ini :
Tabel 5. Matriks Penilaian Bobot Faktor Internal Pemasaran Tanaman Hias
Aglaonema
Faktor
Internal A B ….. N Nilai (X)
Bobot
(Yi)
A Xa
B Xb
….. …..
N Xn
Nilai (X) Xa Xb ….. Xn 𝜮Xn
Total 1,00
Sumber: Kinnear, 1991
Rumus penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear, 1991) :
a
∑
Keterangan :
ai = bobot variabel ke-i
xi = nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, …, n
n = jumlah variabel
3. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari
1,0 (terendah) sampai dengan 4,0 (tertinggi) berdasarkan pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap kondisi usaha yang bergerak. Penilaian rating
untuk lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) diberikan dalam skala
dengan pembagian sebagai berikut :
1 = sangat lemah (kelemahan utama)
2 = cukup lemah (kelemahan kecil)
3 = cukup kuat (kekuatan kecil)
32
4 = sangat kuat (kekuatan utama)
Penilaian rating untuk lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) diberikan
dalam skala dengan pembagian sebagai berikut :
1 = respon dibawah rata-rata
2 = respon rata-rata
3 = respon di atas rata-rata
4 = respon sangat superior
4. Kalikan bobot kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 1,0 (terendah)
sampai dengan 4,0 (tertinggi).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan. Total nilai skor pada matriks IFE dan EFE akan berada pada
kisaran 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5.
Semakin tinggi nilai total tertimbang pada matriks IFE dan EFE
mengindikasikan usaha tani merespon kekuatan dan kelemahan (faktor
internal) atau peluang dan ancaman (faktor eksternal) dengan sangat baik,
begitu pula sebaliknya. Bentuk matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 6 dan
Tabel 7 sedangkan bentuk matrik EFE dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9
33
Tabel 6. Matriks IFE (Kekuatan)
Kekuatan Bobot Rating Skor
Pembobotan
- Adanya Asosiasi tanaman hias
- Varietasnya banyak
- Kualitas tanaman hias yang
dihasilkan
- Lokasi dagang yang strategis
- Petani mempunyai bekal ilmu
- Harganya murah
Sumber : David, 2006
Tabel 7. Matriks IFE (Kelemahan)
Kelemahan Bobot Rating Skor
Pembobotan
- Kurangnya kegiatan promosi
- Penjualan tanaman hias yang tidak
merata untuk setiap jenisnya
- Teknologi teknis yang masih
sederhana
- Persediaan modal yang terbatas
- Waktu panen memakan waktu
lama
- Kurangnya inovasi
Sumber : David, 2006
Tabel 8. Matriks EFE (Peluang)
Peluang Bobot Rating Skor
Pembobotan
- Daya dukung dinas pertanian
- Meningkatnya agrowisata
- Banyaknya permintaan untuk
pembuatan taman
- Sumber pendapatan petani
- Sadar akan pentinya lingkungan
- Permintaan akan pasar meningkat
Sumber : David, 2006
34
Tabel 9. Matriks EFE (Ancaman)
Ancaman Bobot Rating Skor
Pembobotan
- Banyak pesaing baru
- Iklim yang tidak menentu
- Adanya hama dan penyakit
tanaman hias
- Trend tanaman hias tidak menentu
- Adanya perubahan harga produk-
produk pertanian.
- Harga tanaman bisa menurun
sewaktu-waktu
Sumber : David, 2006
2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap ini berfokus untuk menciptakan alternatif strategi yang layak dengan
mencocokkan faktor internal dan eksternal kunci. Penggabungan matrik IFE dan
EFE akan menghasilkan matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis matrik ini didasarkan pada
asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan
peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Melalui analisis SWOT
akan diperoleh beberapa alternatif strategi.
a. Matriks Internal-Eksternal (I-E)
Parameter yang digunakan dalam matriks internal-eksternal ini meliputi parameter
kekuatan internal petani tanaman hias aglaonema dan pengaruh eksternal yang
dihadapi. Matriks IE merupakan pemetaan skor total IFE dan EFE yang telah
dihasilkan pada tahap input. Sumbu vertikal pada tahap matriks IE menunjukkan
total skor IFE, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan total skor pembobotan
EFE. Berikut ini merupakan matriks IE dapat dilihat pada Tabel 10.
35
Tabel 10. Matriks Internal-Eksternal (I-E)
Skor Total IFE
Kuat
3.0-4.0
Rata-rata
2.0-2.99
Lemah
1.0-1.99
Total Nilai
EFE
Tinggi
3.0-4.0 I II III
Menengah
2.0-2.99 IV V VI
Rendah
1.0-1.99 VII VIII IX
Sumber : David, 2006
Sumbu vertikal pada matriks IE menunjukkan total skor IFE, sedangkan sumbu
horizontal menunjukkan total skor pembobotan EFE. Skor antara 1,00 sampai
1,99 pada sumbu horizontal menunjukkan posisi internal petani tanaman hias
aglaonema yang lemah, posisi 2,00 sampai 2,99 menunjukkan skor rata-rata san
skor 3,00 sampai 4,00 menunjukkan kuatnya posisi internal pada petani tanaman
hias aglaonema. Pada sumbu vertikal skor 1,00 sampai 1,99 menunjukkan respon
petani tanaman hias aglaonema masih rendah terhadap peluang dan ancaman,
posisi 2,00 sampai 2,99 menunjukkan skor rata-rata, dan skor 3,00 sampai 4,00
menunjukkan respon yang tinggi terhadap lingkungan eksternalnya.
Hasil matriks IE dapat mengidentifikasi 9 sel strategi usaha, tetapi prinsipnya
kesembilan sel tersebut bisa dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :
1. Sel I, II, dan IV (Grow and Build)
Strategi yang paling cocok untuk usaha pada kelompok ini adalah strategi
intensif dan integratif.
36
2. Sel III, V, dan VII (Hold and Maintain)
Strategi yang bisa diterapkan dalam kelompok ini adalah penetrasi pasar
dan pengembangan produk.
3. Sel VI, VIII, dan IX (Harvest and Divest)
Strategi usaha yang harus dilakukan dalam kelompok ini adalah dengan
melakukan penyelamatan usaha atau menutup usaha dengan menggunakan
defensive strategy (usaha patungan, penciutan biaya, penciutan usaha, dan
likuidasi).
b. Matriks SWOT
Hasil analisis SWOT disajikan dalam bentuk Matriks SWOT yang dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi peternakan CV Berkah bisa disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe kemungkinan
alternatif strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih atau
memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil maupun memperbaiki
kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-
peluang eksternal.
3. Strategi ST (Strengths-Threats)
37
Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan
menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
4. Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi ini merupakan teknik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman.
Terdapat delapan tahap dalam menyusun matriks SWOT, yaitu:
1. Menentukan peluang eksternal perusahaan.
2. Menentukan ancaman eksternal perusahaan.
3. Menentukan kekuatan internal perusahaan.
4. Menentukan kelemahan internal perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.
Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
38
Gambar 2. Matriks SWOT
Analisis
Internal
Analisis Eksternal
Kekuatan (Strengths)
1……
2……
Kelemahan (Weakness)
1……
2……
Peluang (Opportunities)
1……
2……
Strategi SO:
Memanfaatkan kekuatan
untuk mencari
keuntungan dari peluang
Strategi WO:
Memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Ancaman (Threats)
1……
2……
Strategi ST:
Memanfaatkan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi WT:
Mengurangi kelemahan
dengan menghindari
ancaman
Sumber: David, 2006
3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)
Analisis yang telah dilakukan kemudian mendapatkan perumusan strategi dan
melakukan pengambilan keputusan.
39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Jumlah penduduk di Desa Sidodadi pada tahun 2017 sebesar 5,511 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebesar 2,830 jiwa dan penduduk perempuan sebesar
2,681 jiwa. Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur
memiliki luas wilayah 715 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Gondangrejo
- Sebalah Barat : Berbatasan dengan Adirejo
- Sebalah Utara : Berbatasan dengan Pekalongan
- Sebalah Selatan : Berbatasan dengan Adirejo
4.1.2 Potensi Sumber Daya Alam
Area Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur seluas
715 Ha, yang secara rinci disajikan pada Tabel 9. di bawah ini :
40
Tabel 11. Luas Wilayah Desa Sidodadi dan Jenis Penggunaan Lahan
No. Uraian Luas Wilayah (Ha)
1 Pertanian Sawah 260,50
2 Pertanain Nonsawah 142
3 Nonpertanain 321,42
Sumber : Kecamatan Pekalongan Dalam Angka, 2018
Berdasarkan tabel 9, menunjukan bahwa luas keseluruhan Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan adalah 715 Ha, yang di peruntukan untuk lahan pertanian
sawah 260,50 Ha, pertanian nonsawah 142 Ha, dan nonpertanian 321,42 Ha. Pada
data yang ada menunjukan bahwa wilayah di Desa Sidodadi penggunaan lahanya
terbesar untuk Nonpertanian (Kecamatan Pekalongan Dalam Angka, 2018).
4.2 Analisis SWOT
Kekuatan dan kelemahan digolongkan ke dalam faktor internal karena faktor-
faktor tersebut merupakan peubah-peubah yang dapat dikendalikan oleh petani.
Sedangkan peluang dan ancaman termasuk kedalam faktor eksternal yang terdiri
dari peubah-peubah diluar kendali petani.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan
langsung di lokasi budidaya tanaman hias Aglaonema, dapat diidentifikasikan
bahwa faktor-faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan dalam
pemasaran tanaman hias Aglaonema, serta faktor-faktor strategis eksternal yaitu
peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pemasaran tanaman hias Aglaonema.
Faktor-faktor strategis tersebut kemudian di analisis dengan matriks analisis
SWOT dan dihasilkan empat strategi yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST,
dan strategi WT.
41
4.2.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
Berikut ini disajikan analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dari pemasaran tanaman hias Aglaonema di wilayah kajian secara deskriptif
kualitatif, yaitu digunakan pendekatan rating (skor) dan bobot memuat matriks
Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE).
A. Kekuatan (Strenght)
Situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau
perusahaan pada saat ini. Yang perlu dilakukan didalam analisis ini adalah setiap
perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan
dibandingkan dengan para pesaingnya. Adapun faktor kekuatan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya Asosiasi tanaman hias
Terbentuknya kelompok tani APEKSI (Asosiasi Petani Kembang Sidodadi)
di Desa Sidodadi.
2. Memiliki varietas tanaman hias yang banyak
Petani tanaman hias di Desa Sidodadi memiliki varietas tanaman hias
aglaonema yang cukup banyak.
3. Kualitas tanaman hias yang dihasilkan
Kualitas tanaman hias aglaonema yang di hasilkan relatif bagus di karenakan
petani di Desa Sidodadi sudah memiliki bekal ilmu tentang budidaya tanaman
hias, selain itu di tunjang dengan media tanam yang tepat sehingga tanaman
aglaonema yang di hasilkan siap di pasarakan.
4. Lokasi dagang yang strategis
42
Lokasi budidaya pembibitan tanaman hias aglaonema yang terletak dekat
dengan jalan raya menjadikan kekuatan bagi usahatani tanaman hias
aglaonema untuk lebih cepat di kenal orang.
5. Petani mempunyai bekal ilmu tentang tanaman hias
Petani tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi memiliki pengalaman serta
di dukung oleh dinas pertanian berupa penyuluhan dalam budidaya tanaman
hias aglaonema.
6. Harganya relatif terjangkau
Harga tanaman hias aglaonema yang relatif terjangkau sehingga hal ini
menarik minat konsumen untuk datang ke Desa Sidodadi untuk membeli
tanaman hias aglaonema dengan jumlah banyak.
B. Kelemahan (Weakness)
Situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi ataupun
kelompoktani pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam
sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam
kemajuan suatu kelompoktani atau organisasi tersebut. Adapun faktor kelemahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kegiatan promosi.
Dalam proses pemasaran tanaman hias aglaonema kelompok tani di Desa
Sidodadi melakukan pemasaran tanaman hias aglaonema dengan cara
promosi hanya dari mulut ke mulut saja sehingga penjualannya masih
mencakup daerah Lampung saja.
2. Penjualan tanaman hias aglaonema yang tidak merata untuk setiap jenisnya.
43
Dalam proses penjualan tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi tidak
merata di akibatkan oleh Trend.
3. Teknologi teknis yang masih sederhana
Minimnya teknologi teknis yang di miliki petani di Desa Sidodadi masih
sederhana, sehingga produksi tanaman hias aglaonema belum memenuhi
pasar dengan maksimal.
4. Persediaan modal yang terbatas
Persediaan modal yang terbatas menjadi kelemahan usahatani tanaman hias
aglaonema apabila permintaan meningkat maka petani tanaman hias belum
bisa memenuhi permintaan dengan maksimal.
5. Proses budidayanya memakan waktu lama
Untuk menghasilkan bibit tanaman hias aglaonema meliputi berbagai tahapan
seperti penyiapan lahan, persiapan media tanaman, perbanyakan tanaman dan
penanaman sehingga untuk menghasilkan bibit yang layak jual membutuhkan
waktu yang lama sekitar 3 bulan.
6. Kurangnya inovasi
Minimnya inovasi yang dimiliki petani belum bisa mengembangkan varietas
tanaman hias aglaonema yang baru.
C. Peluang (Opportunity)
Situasi ataupun kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau
kelompoktani dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa
depan. Cara ini untuk mencari peluang atau terobosan yang memungkinkan suatu
kelompoktani bisa berkembang di masa yang akan datang. Adapun faktor peluang
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
44
1. Daya dukung dinas pertanian
Petani mendapat pelatihan budidaya tanaman hias aglaonema dari penyuluhan
pertanian. Pembinaan dilakukan pendamping lapangan berakhir setelah petani
bisa melakukan budidaya hingga penjualan tanaman hias aglaonema di Desa
Sidodadi.
2. Meningkatnya agrowisata daerah
Dengan adanya pembibitan tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan dapat di jadikan salah satu Desa agrowisata sehingga
selain dapat menarik pengunjung dari dalam maupun luar kota tentunya akan
berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar.
3. Permintaan untuk pembuatan taman
Mulai banyak orang yang menyadari bahaya global warming sehingga
menciptakan permintaan pembuatan taman di lingkungan tempat tinggal,
bahkan di instansi sekalipun selain itu tanaman hias aglaonema juga dapat
menambah nilai estetika di lingkungan sekitar.
4. Sumber pendapatan petani
Dengan adanya usahatani tanaman hias aglaonema maka petani di Desa
Sidodadi bersyukur dan menjadikan usahatani tersebut sebagai sumber
pendapatan petani.
5. Sadar akan penting nya lingkungan
Petani di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan sudah mulai sadar akan
pentingnya lingkungan, sehingga petani terus menambah varietas pada
tanaman hias sehingga bisa mengurangi polusi.
6. Permintaan akan pasar
45
Permintaan akan tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan
Pekalongan terus meningkat hal ini seiring dengan meningkanya trend
tanaman hias aglaonema.
D. Ancaman (Threat)
Cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu
kelompoktani ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan yang menyebabkan
kemunduran. Adapun faktor ancaman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Banyak pesaing baru
Banyaknya pesaing baru di Desa Sidodadi merupakan ancaman bagi petani
tanaman hias aglaonema.
2. Iklim yang tidak menentu
Iklim yang tidak menentu sangatlah berpengaruh terhadap jumlah budidaya
maupun produksi tanaman hias aglaonema.
3. Adanya hama dan penyakit tanaman hias aglaonema
Apabila tanaman hias aglaonema terjangkit hama dan penyakit berpengaruh
pada hasil produksi tanaman hias aglaonema yang tidak maksimal.
4. Trend tanaman hias tidak menentu
Dalam Trend tanaman hias yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap
penjualan tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi.
5. Adanya perubahan harga produk-produk pertanian
46
Adanya perubahan harga produk-produk pertanian membuat harga tanaman
hias menjadi tidak stabil di karenakan naik turunnya harga media tanam
(polybag) dan obat-obatan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
6. Harga tanaman hias yang fluktuatif
Harga tanaman hias yang fluktuatif di akibatkan oleh pergantiannya trend
yang sangat cepat dan jumlah varietas yang terlalu banyak.
4.2.3 Analisis Strategi
Setelah diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terdiri dari
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada pemasaran tanaman hias
Aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur,
tahap selanjutnya adalah menyusun tabel matriks Internal Factor Evaluation
(IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap ini merupakan tahap awal
dalam merumuskan strategi pemasaran tanaman hias Aglaonema di Desa Sidodadi
Kabupaten Lampung Timur.
4.2.4 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan Matriks IFE dan
EFE
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor IFE dan EFE diperoleh kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki petani tanaman hias Aglaonema
di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Faktor-
faktor strategi internal dan eksternal diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian
kuesioner oleh konsumen di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan. Pembobotan
dilakukan dengan menggunakan tabel perhitungan untuk mendapatkan bobot
masingmasing variabel internal dan eksternal. Bobot yang digunakan merupakan
hasil total pembobotan ratarata dari petani. Pemberian peringkat (rating)
47
diperoleh dari petani yang sama, sehingga diperoleh nilai dari faktorfaktor
strategi internal dan eksternal. Dengan memasukan identifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Kemudian diberi bobot dan peringkat maka
diperoleh skor pembobotan. Berikut ini merupakan matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Pembobotan
Kekuatan
- Adanya Asosiasi tanaman hias 0,15 3,05 0,47
- Varietasnya banyak 0,11 2,9 0,32
- Kualitas tanaman hias yang
dihasilkan 0,06 2,7 0,15
- Lokasi dagang yang strategis 0,17 1,9 0,32
- Petani mempunyai bekal ilmu 0,14 2 0,28
- Harganya Murah 0,01 2,55 0,04
Sub Total 1,57
Kelemahan
- Kegiatan promosi 0,01 2,55 0,04
- Penjualan tanaman hias yang
tidak merata untuk setiap
jenisnya
0,06 2,3 0,13
- Teknologi teknis yang di
gunakan masih sederhana 0,11 2,9 0,32
- Persedian modal 0,04 2,35 0,1
- Proses budidayanya memakan
waktu lama 0,08 2,2 0,18
- Kurangnya inovasi 0,06 2,7 0,15
Sub Total 0,92
Total 2,49
Sumber : Data Primer (diolah), 2018
Berdasarkan hasil pengamatan matriks IFE, faktor strategi internal yang
merupakan kekuatan terbesar dan yang paling berpengaruh terhadap pemasaran
tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan adalah lokasi
dagang yang strategis yang memiliki bobot sebesar 0,17. Hal ini menunjukan
48
bahwa apabila lokasi dagang yang strategis maka petani tanaman hias aglaonema
di Desa Sidodadi dapat meningkatkan penjualan terhadap tanaman hias
aglaonema.
Faktor strategi internal yang merupakan kelemahan terbesar dan paling
berpengaruh terhadap pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan adalah teknologi teknis yang di gunakan masih sederhana
dengan bobot sebesar 0,11. Hal ini menunjukan bahwa minimnya teknologi teknis
yang di miliki petani di Desa Sidodadi masih sederhana, sehingga produksi
tanaman hias aglaonema belum memenuhi pasar dengan maksimal.
Hasil analisis IFE untuk kekuatan mendapatkan skor 1,57 dan kelemahan
mendapatkan skor 0,92. Sehingga diperoleh total nilai pada posisi internal
ratarata yang dilihat dari bobot yaitu 2,49. Hal ini bahwa skor kekuatan pada
pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan
lebih baik dari pada kelemahannya. Oleh karena itu harus memanfaatkan kekuatan
yang ada untuk mengatasi kelemahan yang ada pada pemasaran Aglaonema di
Desa Sidodadi.
Berdasarkan penilaian skor yang telah disusun, total skor pemasaran tanaman hias
aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan sebesar 2,49 termasuk dalam
kategori baik, yaitu diatas ratarata 2 dari rating yang telah ditetapkan. Dari hasil
tersebut petani tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi harus lebih bisa
memanfaatkan kekuatan yang di miliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
yang ada. Adapun hasil perkalian antara bobot dan rating dari petani tanaman hias
49
aglaonema di Desa Sidodadi di gabungkan dalam matriks Eksternal Factor
Evaluation (EFE) yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Faktor-faktor Strategi
Eksternal Bobot Rating
Skor
Pembobotan
Peluang
- Daya dukung dinas pertanian 0,34 1,2 0,41
- Meningkatnya agrowisata 0,03 2,35 0,08
- Permintaan untuk pembuatan
taman 0,06 2,25 0,13
- Sumber pendapatan petani 0,02 2,55 0,05
- Sadar akan penting nya
lingkungan 0,04 2,6 0,09
- Permintaan akan pasar 0,29 3,55 1,03
Sub Total 1,8
Ancaman
- Banyak pesaing baru 0,02 2,55 0,05
- Iklim yang tidak menentu 0,01 2,45 0,01
- Adanya hama dan penyakit
tanaman hias 0,09 2,8 0,25
- Trend tanaman hias tidak
menentu 0,04 2,6 0,09
- Adanya perubahan harga
produk-produk pertanian. 0,05 2,3 0,11
- Harga tanaman bisa menurun 0,02 2,55 0,05
Sub Total 0,56
Total 2,36
Sumber : Data primer (diolah), 2018
Berdasarkan tabel hasil perhitungan EFE, faktor strategi ekternal yang merupakan
peluang terbesar dan paling berpengaruh terhadap pemasaran tanaman hias
aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan yaitu daya dukung dinas
pertanian dengan nilai bobot sebesar 0,34. Hal ini menunjukan bahwa daya
dukung dinas pertanian sangat berpengaruh terhadap keahlian dalam budidaya
tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan. Sehingga
50
tanaman hias yang di hasilkan akan lebih baik dan penjualannya menjadi lebih
tinggi.
Faktor strategi eksternal yang merupakan ancaman terbesar dan paling
berpengaruh terhadap pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan adalah adanya hama dan penyakit tanaman hias dengan
bobot sebesar 0,09. Hal ini menunjukan bahwa adanya hama dan penyakit
tanaman hias merupakan ancaman terbesar dalam pemasaran tanaman hias
aglaonema, di karenakan apabila tanaman hias aglaonema terkena hama dan
penyakit maka jumlah produksi yang di hasilkan akan menurun sehingga dapat
berpengaruh terhadap penjualan tanaman hias aglaonema.
Hasil analisis matriks EFE untuk peluang mendapatkan skor 1,8 dan ancaman
mendapatkan skor 0,57. Sehingga diperoleh total nilai pada posisi eksternal
ratarata yang dilihat dari bobot yaitu 2,37. Hal ini bahwa skor peluang pada
pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan
lebih baik dari pada ancaman.
Berdasarkan penilaian skor yang telah disusun, total skor pemasaran tanaman hias
aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan sebesar 2,37 termasuk dalam
kategori sangat baik, yaitu diatas ratarata 2 dari rating yang telah ditetapkan. Dari
hasil tersebut petani tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi harus lebih bisa
memanfaatkan peluang yang di miliki untuk mengatasi mengantisipasi segala
ancaman yang datang.
Kegunaan matriks IFE dan EFE adalah untuk mengetahui posisi pemasaran
tanaman hias di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan saat ini. Oleh sebab itu
pemetaan posisi kelompok tanaman hias di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan
51
sangat penting dalam pemilihan strategi yang ditetapkan. Berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan, total nilai pada metrik IFAS untuk kekuatan dan
kelemahan sebesar 2,49, yang artinya faktor internal berada di atas ratarata.
Sedangkan total nilai pada matrik EFAS untuk peluang dan ancaman yaitu sebesar
2,37 yang artinya faktor eksternal berada di atas ratarata.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk
merumuskan strategi. Berdasarkan data faktor-faktor internal dan eksternal
didapatkan skor pembobotan sebagai berikut: faktor kekuatan = 1,57, faktor
kelemahan = 0,92, faktor peluang = 1,8, dan faktor ancaman = 0,56.
Skor pembobotan selanjutnya diplotkan pada gambar analisis diagram SWOT
yang terdiri dari 4 kuadran yaitu:
Peluang
III I
1,8
1,57
Kelemahan Kekuatan
0,92 0,56
IV II
Ancaman
Gambar 2. Grafik Pemetaan SWOT
52
Dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, maka didapatkan koordinat (0,65 ; 1,23) yaitu:
skor kekuatan – skor kelemahan ; skor peluang – skor ancaman
2 2
1,57 - 0,92 ; 1,8 – 0,57
2 2
0,32 ; 0,61
Peluang
III 0,62 I
0,32
Kelemahan Kekuatan
IV II
Ancaman
Gambar 3. Grafik Analisis SWOT Pemasaran Tanaman Hias Aglaonema
Analisis SWOT yang dilakukan sebelumnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
penentuan strategi pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan kedepan. SWOT matrik ini dibangun berdasarkan hasil
analisis faktorfaktor strategis internal maupun eksternal yang terdiri dari berbagai
faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis pada matrik
SWOT diperoleh koordinat (0,32;0,61) yang mana koordinat ini masuk pada
kuadran I, yakni posisi ini menandakan sebuah usaha atau organisasi yang kuat
dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang harus diterapkan adalah “Progresif“
artinya usaha atau organisasi dalam kondisi baik sehingga sangat mungkin untuk
53
terus melakukan pengembangan, memperbesar pertumbuhan dan meraih peluang
yang menguntungkan.
4.2.5 Perumusan Perioritas Strategi dengan Analisis SWOT
Perumusan perioritas dan keterkaitan antar strategi berdasarkan pembobotan
rating hasil SWOT, maka dilakukan interaksi kombinasi strategi internaleksternal,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Interaksi kombinasi strategi SO merupakan strategi menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang, jika pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa
Sidodadi berada pada posisi ini maka mendukung pemasaran tanaman hias
aglaonema ke depannya.
2. Interaksi kombinasi strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang, jika usaha pemasaran tanaman hias
aglaonema di Desa Sidodadi berada pada posisi ini maka masalahmasalah
internal strategi pemasaran tanaman hias aglaonema dapat diusahakan dengan
memanfaatkan peluang yang ada.
3. Interaksi kombinasi strategi ST merupakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman, jika usaha pemasaran tanaman hias
aglaonema berada pada posisi ini strategi yang dilakukan adalah menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh petani tanaman hias
aglaonema.
4. Interaksi kombinasi strategi WT merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan ancaman. Apabila usaha pemasaran tanaman
hias aglaonema sedang berada pada saat yang tidak menguntungkan. Hal ini
karena usaha pemasaran tanaman hias aglaonema menghadapi kelemahan
54
internal. Berdasarkan interakasi kombinasi tersebut, kemudian di gabungkan
dalam matriks seperti Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Matriks Strategi Kombinasi Internal dan Eksternal
EFAS
IFAS
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
Hasil perhubungan dalam perhitungan pembobotan rating Internal Factor
Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Pembobotan Rating IFE dan EFE
O = 1,8 T = 0,56
S = 1,57
W = 0,92
SO = 3,37
WO = 2,72
ST = 2,13
WT = 1,48
Berdasarkan hasil pembobotan rating hasil kuesioner SWOT, maka dapat disusun
prioritas strategi berdasarkan kombinasi strategi yang paling tinggi sampai dengan
paling rendah, dapat dilihat pada Tabel 16.
55
Tabel 16. Tingkat Prioritas Strategi SWOT
Prioritas Strategi Bobot Nilai
I StrenghOpportunity (SO) 3,37
II StrenghThreat (ST) 2,13
III Weakness Opportunity (WO) 2,72
IV Weakness Threat (WT) 1,48
Hasil interaksi IFE dan EFE yang menghasikan alternatif strategi yang
mendapatkan bobot tertinggi adalah StrenghOpportunity (SO) dengan skor 3,37.
Strategi untuk pemasraan tanaman hias aglaonema bobot kekuatan lebih besar dari
pada kelemahan, sedangkan bobot peluang lebih besar dari pada ancaman dalam
pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan.
Tujuan dari tahap analisis terhadap faktorfaktor strategi (matrik SWOT) adalah
untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak. Berdasarkan matrik SWOT
dihasilkan srategi StrenghOpportunity (SO), StrenghThreats (ST),
WeaknessOpportunity (WO), dan Weakness Threats (WT). Hasil analisis
terhadap empat strategi yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Matrik SWOT Pemasaran Tanaman Hias Aglaonema di Desa Sidodadi
Kecamatan Pekalongan
Internal Factor
Analysis
Eksternal Factor
Analysis
Kekuatan (S)
- Adanya Asosiasi tanaman hias
- Varietasnya banyak
- Kualitas tanaman hias yang dihasilkan
- Lokasi dagang yang strategis
- Petani mempunyai bekal ilmu
- Harganya murah
Kelemahan (W)
1. Kegiatan promosi
2. Penjualan tanaman hias yang tidak
merata untuk setiap jenisnya
3. Teknologi teknis yang masih sederhana
4. Persediaan modal
5. Proses budidayanya memakan waktu
lama
6. Kurangnya inovasi
Peluang (O)
1. Daya dukung dinas
pertanian
Strategi S – O
1. Memanfaatkan adanya asosiasi tanaman
hias di harapkan petani mendapatkan
Strategi W – O
1. Meningkatkan kegiatan promosi
sehingga dapat meningkatkan
56
2. Meningkatnya agrowisata
3. Permintaan untuk
pembuatan taman
4. Sumber pendapatan petani
5. Sadar akan penting nya
lingkungan
6. Permintaan akan pasar
bekal ilmu yang mumpuni dalam
budidaya maupun pemasaran tanaman
hias, melalui penyuluhan oleh dinas
pertanian. (S1, S5, O1)
2. Meningkatkan kualitas tanaman hias
dengan cara menambah varietas dalam
jumlah banyak suapaya permintaan akan
pasar terus meningkat. (S3, S2, O6)
permintaan pasar. (W1, S6)
2. Menciptakan inovasi dengan dukungan
dinas pertanian sehingga dapat
meningkatkan agrowisata. (W1, O1, O2)
Ancaman (T)
1. Banyak pesaing baru
2. Iklim yang tidak menentu
3. Adanya hama dan
penyakit tanaman hias
4. Trend tanaman hias tidak
menentu
5. Adanya perubahan harga
produk-produk pertanian.
6. Harga tanaman bisa
menurun
Strategi S – T
1. Memanfaatkan adanya asosiasi tanaman
untuk menekan adanya trend tanaman
hias yang sering berubah-ubah. (S1, T4)
2. Memberikan petani pembekalan ilmu
tentang hama dan penyakit sehingga
ancaman hama dan penyakit bisa
tertanggulangi. (S5, T3)
Strategi W – T
1. Meningkatan kegiatan promosi untuk
menciptakan trend tanaman hias
aglaonema. (W1, T4)
2. Meningkatkan teknis penanaman untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya
iklim yang tidak menentu, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan
hama dan penyakit. (W3, T2, T3)
Berdasarkan hasil pembobotan nilai tertinggi adalah strategi StrenghOpportunity
(SO) terletak pada kuadran I. Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat
baik, karena pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa Sidodadi Kecamatan
Pekalongan memiliki kekuatan yang dimiliki pertanian untuk mengatasi ancaman.
Tingginya strategi nilai prioritas SO bukan berarti strategi lain yang memiliki nilai
lebih rendah tidak bermanfaat dan tidak perlu diterapkan. Akan tetapi, apabila
ingin mendapatkan hasil yang maksimal strategi ST, WO, dan WT harus ikut
dilaksanakan.
Berdasarkan matriks SWOT, maka dihasilkan 8 macam strategi yang
dikelompokkan kedalam 4 sel. Penjelasan terhadap strategi-strategi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
57
a. Stategi S – O
Strategi ini adalah untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang dapat
digunakan yaitu memanfaatkan adanya asosiasi tanaman hias di harapkan
petani mendapatkan bekal ilmu yang mumpuni dalam budidaya maupun
pemasaran tanaman hias, melalui penyuluhan oleh dinas pertanian,
Meningkatkan kualitas tanaman hias dengan cara menambah varietas
dalam jumlah banyak suapaya permintaan akan pasar terus meningkat.
b. Strategi W – O
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat digunakan
yaitu meningkatkan kegiatan promosi sehingga dapat meningkatkan
permintaan pasar, menciptakan inovasi dengan dukungan dinas pertanian
sehingga dapat meningkatkan agrowisata.
c. Strategi S –T
Strategi ini adalah menggunakan kekuatan yang dimiliki kelompok untuk
mengatasi ancaman. Strategi yang dapat digunakan yaitu memanfaatkan
adanya asosiasi tanaman untuk menekan adanya trend tanaman hias yang
sering berubah-ubah, memberikan petani pembekalan ilmu tentang hama
dan penyakit sehingga ancaman hama dan penyakit bisa tertanggulangi.
d. Strategi W – T
Strategi ini didasarkan pada kegiatan kelompok yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatan kegiatan promosi untuk
58
menciptakan trend tanaman hias aglaonema, meningkatkan teknis
penanaman untuk menghadapi kemungkinan terjadinya iklim yang tidak
menentu, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan hama dan
penyakit
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Strategi yang dapat dilakukan dalam pemasaran tanaman hias aglaonema di Desa
Sidodadi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur sebagai beikut :
1. Berdasarkan hasil analisis pada matrik SWOT diperoleh koordinat (0,32 ; 0,61)
yang mana koordinat ini masuk pada kuadran I, yakni posisi ini menandakan
sebuah usaha atau organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi
yang harus diterapkan adalah “Progresif“ artinya usaha atau organisasi dalam
kondisi baik dan prima sehingga sangat mungkin untuk terus melakukan
pengembangan, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan yang
menguntungkan.
2. Alternatif strategi yang dapat di terapkan yaitu memanfaatkan adanya asosiasi
tanaman hias di harapkan petani mendapatkan bekal ilmu yang mumpuni
dalam budidaya maupun pemasaran tanaman hias, melalui penyuluhan oleh
dinas pertanian, meningkatkan kegiatan promosi sehingga dapat meningkatkan
permintaan pasar, memberikan petani pembekalan ilmu tentang hama dan
penyakit sehingga ancaman hama dan penyakit bisa tertanggulangi serta
60
meningkatan kegiatan promosi untuk menciptakan trend tanaman hias
aglaonema.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah di lakukan serta hasil analisis yang telah diuraikan,
maka dapat di ambil beberapa hal yang dapat digunakan sebagai saran atau
masukan kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Kepada petani tanaman hias aglaonema lebih menjaga tanaman hias dari
hama dan penyakit agar produksi semakin meningkat.
2. Kepada Pemerintah di perlukan bantuan untuk petani agar petani tetap
membudidayakan tanaman hias.
61
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.P., T. Wijayanti, dan N.N. Duakaju. 2017. Analisis Strategi Pemasaran
Usaha Tanaman Hias. Jurnal Jurnal Ekonomi Pertanian & Pembangunan,
14(1), PP. 46.
Andreasen dan Kotler. 1993. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba edisi
Ketiga. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Emilia O, penerjemah ;
Hasanbasri M, editor. Terjemahan dari : Strategic Marketing for Nonprofit
Organizations Third Edition.
Boyd H , Walker O. C dan J.C. Larrenche. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu
Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global edisi Kedua. Erlangga :
Jakarta.
BPP Kecamatan Pekalongan. 2017. Data Luas Panen Dan Produktivitas. BPP.
Lampung Timur
Budiana, N.S., 2006. Agar Aglaonema Tampil Memikat. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Departemen Pertanian. 2017. Analisis dan Evaluasi Pengembangan Komoditas
Hortikultura Unggulan. Jakarta.
Fitdyanto A. 2006. Budidaya Aglaonema Di Dewi Sri Flora. Tugas Akhir, PP. 1-
2. Universitas Sebelas Maret
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Bumi Aksara
Hasanah N. 2016. Komoditas Holtikultura. Universitas Negeri Medan. Medan
Kotler,P. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Leman, 2005. Aglaonema Tanaman Pembawa Keberuntungan. Penebar Swadaya
Jakarta.
Monografi Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan, 2015
Monografi Desa Sidodadi Kecamatan Pekalongan, 2016
Plantus. 2010. Cara Menanam Aglaonema.
62
PPL Pekalongan Lampung Timur 2017. Data Luas Panen Dan Produktivitas. PPL.
Lampung Timur
Prihmantoro H. 1997. Tanaman Hias Daun. Penebar Swadaya. Jakarta
Produksi Tanaman Biofarmaka dan Hias Provinsi Lampung. Data Luas Lahan
Dan Produksi Menurut Seluruh Provinsi Lampung.
Purwanto, Ari .W. 2006. Aglaonema, Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun.
Kanisius. Yogyakarta.
Radiosunu. 2001. Manajemen Pemasaran; Suatu Pendekatan Analisis, Edisi
Kedua, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
Rahim, 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahmady Radiany dan Andi Sularso. 2007. Kosentrasi Pemasaran. Surabaya:
Bahan Penerbit Mahardhika.
Rangkuti. 2005. Analisis SWOT teknik membelah kasus bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, S.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Mikrobiologi Untuk Mahasiswa
Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Statistik Tanaman Hias Indonesia. 2016. Data Luas Lahan dan Produksi Menurut Provinsi
Di Seluruh Indonesia. BPS. Jakarta.
Statistika Tanaman Hias Dan Biofarmaka Provinsi Lampung, 2016
Subono, M dan Andoko, A. 2005. Meningkatkan Kualitas Aglaonama. Cet IV.
Agromedia Pustaka. Depok.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Supardi. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Supriyanto, Achmad Sani. dan Masyhuri Machfudz. 2010. Metodelogi Riset:
Manajemen Sumberdays Manusia. Malang: UIN-Maliki Press.
63
LAMPIRAN
64
KUESIONER PENELITIAN
PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN YANG SESUAI
UNTUK TANAMAN HIAS AGLAONEMA
Judul Penelitian
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema
Commutatum) DI DESA SIDODADI KECAMATAN PEKALONGAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jabatan :
Tanggal Pengisian :
Alamat :
Saya mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena
kuesioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah.
Peneliti :
ARIF ROHMADIR
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN DHARMA WACANA
METRO – LAMPUNG
TAHUN 2019
65
Aspek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema
Faktor-Faktor Penentu
Alternatif Strategi Terpilih
1 2 3 4
Kekuatan
- Adanya Asosiasi tanaman hias
- Varietasnya banyak
- Kualitas tanaman hias yang dihasilkan
- Lokasi dagang yang strategis
- Petani mempunyai bekal ilmu
- Harganya murah
Kelemahan
7. Kegiatan promosi
8. Penjualan tanaman hias yang tidak merata
untuk setiap jenisnya
9. Teknologi teknis yang masih sederhana
10. Persediaan modal
11. Proses budidayanya memakan waktu
lama
12. Kurangnya inovasi
Peluang
7. Daya dukung dinas pertanian
8. Meningkatnya agrowisata
9. Permintaan untuk pembuatan taman
10. Sumber pendapatan petani
66
11. Sadar akan penting nya lingkungan
12. Permintaan akan pasar
Ancaman
7. Banyak pesaing baru
8. Iklim yang tidak menentu
9. Adanya hama dan penyakit tanaman hias
10. Trend tanaman hias tidak menentu
11. Adanya perubahan harga produk-produk
pertanian.
12. Harga tanaman bisa menurun
Keterangan :
1 = kecil
2 = sedang
3 = besar
4 = sangat besar
67
Lampiran 1. Identitas Responden
No. Nama Responden Alamat Suku Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Jabatan
1 Sugeng Subagio Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
2 Mufazan Sidodadi Jawa Petani L Sekertaris Apeksi
3 Sudarman Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
4 Panijan Sidodadi Jawa Kepala Dusun L Ketua Apeksi
5 Yulianto H.S (Kelik) Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
6 Sutomo Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
7 Joko Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
8 Muryanto Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
9 Desianto Prabowo Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
10 Sucipto Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
11 Dasiman Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
12 Saptadi Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
13 Nasihudin Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
14 Sukarno Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
15 Kecuk Pradana Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
16 Budi Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
17 Putra Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
18 Muksin Sidodadi Jawa Petani L Anggota Apeksi
19 Agus Sarwoko Sidodadi Jawa Pamong Desa L Anggota Apeksi
20 Patiem Sidodadi Jawa Wirausaha P Anggota Apeksi
68
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Penelitian Responden Bobot Faktor Internal
Faktor-faktor
Internal
Bobot Penliaian Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Rata-rata Ket.
1 4 4 3 3 3 3 4 4 1 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 1 61 3.05 S
2 3 3 3 3 1 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 58 2.9 S
3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 4 3 4 2 3 4 3 3 54 2.7 S
4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 1 2 3 3 2 2 38 1.9 S
5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 1 2 3 2 1 40 2 S
6 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 51 2.55 S
7 4 4 4 4 1 4 3 4 1 3 1 2 3 3 1 3 1 4 4 1 51 2.55 W
8 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 3 3 46 2.3 W
9 3 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 2 4 58 2.9 W
10 3 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 4 1 4 4 1 3 4 2 47 2.35 W
11 2 3 1 1 3 1 2 2 3 1 2 1 3 2 3 4 3 3 3 3 44 2.2 W
12 4 4 3 4 1 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 1 3 2 3 54 2.7 W
Rata-rata (Benchmark) 602 2.5
69
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Responden Bobot Faktor Eksternal
Faktor-faktor
Eksternal Bobot Penilaian Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Rata-rata Ket.
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1.2 O
2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 3 3 1 4 1 2 4 2 4 47 2.35 O
3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 1 2 1 4 3 1 2 1 45 2.25 O
4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2 4 2 4 4 2 2 51 2.55 O
5 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 3 52 2.6 O
6 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 71 3.55 O
7 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 2 2 4 2 3 51 2.55 T
8 2 2 2 2 4 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 49 2.45 T
9 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 1 4 2 3 56 2.8 T
10 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 52 2.6 T
11 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 46 2.3 T
12 1 3 2 2 4 2 2 2 4 3 2 4 3 2 4 1 2 3 2 3 51 2.55 T
Rata-rata (Benchmark) 595 2.47
70
Faktor Internal
No
Penyesuaian Nilai Rata-
Rata (bi) Bobot % Urgensi
Bobot
x
Rating (Nilai Rata-Rata - 2,5) (bi/Xsi)*Bs Rating
1 0,55 0,15 3,05 0,47
2 0,4 0,11 2,9 0,32
3 0,2 0,06 2,7 0,15
4 0,6 0,17 1,9 0,32
5 0,5 0,14 2 0,28
6 0,05 0,01 2,55 0,04
Total S (Xsi) = 2,3 1,57
No
Penyesuaian Nilai Rata-
rata (bi) Bobot % Urgensi
Bobot
x
Rating (Nilai Rata-Rata - 2,5) (bi/Xwi)*Bw Rating
7 0,05 0,01 2,55 0,04
8 0,2 0,06 2,3 0,13
9 0,4 0,11 2,9 0,32
10 0,15 0,04 2,35 0,1
11 0,3 0,08 2,2 0,18
12 0,2 0,06 2,7 0,15
Total W (Xwi) = 1,3 0,92
Total (Xi) = (Xsi) + (Xwi) = 3,6
Bs = (Xsi/Xi) x 100% = 63,89 Bw = (Xwi/Xi) x 100% = 36,11
Faktor Eksternal
No
Penyesuaian Nilai Rata-
Rata (be) Bobot % Urgensi Bobot x
Rating (Nilai Rata-Rata - 2,47) (be/Xoe)*Bo Rating
1 1,27 0,34 1,2 0,41
2 0,12 0,03 2,35 0,08
3 0,22 0,06 2,25 0,13
4 0,08 0,02 2,55 0,05
5 0,13 0,04 2,6 0,09
6 1,08 0,29 3,55 1,03
Total O (Xoe) = 2,9 1,8
No
Penyesuaian Nilai Rata-
Rata (be) Bobot % Urgensi Bobot x
Rating (Nilai Rata-Rata - 2,47) (be/Xte)*Bt Rating
7 0,08 0,02 2,55 0,05
8 0,02 0,01 2,45 0,01
9 0,33 0,09 2,8 0,25
10 0,13 0,04 2,6 0,09
11 0,17 0,05 2,3 0,11
12 0,08 0,02 2,55 0,05
Total T (Xte) = 0,81 0,57
Total (Xe) = (Xoe) + (Xte) = 3,71
Bo = (Xoe/Xe) x 100% = 78,17 Bt = (Xte/Xe) x 100% = 21,83