strategi pemasaran produk perlebahan pada badan …
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERLEBAHAN PADA BADAN
USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA LABBO KECAMATAN
TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG
RATNAH. A
10572 02765 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014
STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERLEBAHAN PADA BADAN
USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA LABBO KECAMATAN
TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG
RATNAH. A
10572 02765 10
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Pada Jurusan Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skrpsi Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar dengan keputusan Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: ...................... dan telah
dipertahankan di depan penguji pada hari Sabtu Tanggal 01 Bulan
November Tahun 2014, sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar
Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar,
Panitia Ujian:
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwaan Akib, M.Pd. (........................)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung. M.A (........................)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda. MM (........................)
4. Penguji :a)Dr.H.Mahmud Nuhung. M.A(........................)
b)Moh.Aris Pasigai. SE.MM (........................)
c)Drs. H. Sultan Sarda. MM (........................)
d) Samsul Rizal. SE.MM (........................)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Skripsi ini berjudul Strategi Pemasaran Produk Perlebahan Pada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak
abntuan dari berbagai pihak terutama dari Dra. Murni. M.Si. dan Edy
Jusriadi. S.E., MM. Masing-masing sebagai pembimbing I dan
pembimbing II, yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan mulai penyusunan proposal
hingga penyelesaian skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih.
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada Dr. H.
Irwan Akib, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr.
H. Mahmud Nuhung, M.A, Dekan Fakultas Ekonomi, para Dosen dan
staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Terkhusus, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
kedua orang tua atas dorongan dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis, semoga segala bantuan
yang diberikan oleh berbagai pihak mendapat pahala yang berlipat
ganda di sisi Allah SWT. Aamiin.
Makassar, 01 November 2014
Penulis
RATNAH.A
105720276510
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xl
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
A. Pengertian Pemasaran ............................................................... 7
B. Pengertian Strategi Pemasaran ................................................ 10
C. Jenis-jenis strategi pemasaran ................................................. 11
D. Pengertian bauran pemasaran .................................................. 15
E. Unsur-unsur bauran pemasaran ............................................... 16
F. Usaha perlebahan ..................................................................... 19
G. Metode analisis SWOT ............................................................. 20
H. Kerangka pikir ........................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 23
A. Lokasi dan waktu penelitian ....................................................... 23
B. Metode pengumpulan data ......................................................... 23
C. Jenis dan sumber data ............................................................... 24
D. Populasi dan sampel .................................................................. 24
E. Metode analisis .......................................................................... 25
F. Defenisi operasional variabel ..................................................... 28
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .............................. 29
A. Keadaan fisik wilayah ................................................................. 29
B. Keadaan sosial ekonomi ............................................................ 32
C. Sarana dan prasarana ................................................................ 36
D. Pemerintah desa dan kelembagaan masyarakat ....................... 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 39
A. Analisis marketing mix (bauran pemasaran) .............................. 39
B. Identifikasi produk dan cara pemasaran ..................................... 51
C. Misi, sasaran, dan tujuan produk usaha lebah ........................... 54
D. Menyusun strategi ...................................................................... 57
E. Posisi pasar ................................................................................ 59
F. Kendala-kendala usaha perlebahan di desa Labbo ................... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 62
A. Kesimpulan ................................................................................ 62
B. saran .......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63
DAFTAR TABEL
1. Jumlah penduduk berdasarkan ............................................... 33
2. Pekerjaan pokok kepala keluarga (KK) desa Labbo ................ 34
3. Tingkat kesejahteraan kepala keluarga desa Labbo ............... 34
4. Data pendidikan masyarakat desa Labbo ............................... 35
5. Struktur organisasi desa Labbo .............................................. 37
6. Lembaga masyarakat di desa Labbo ...................................... 37
7. Permintaan dan penawaran madu di desa Labbo .................. 40
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur bauran pemasaran .................................................... 18
2. Kerangka pikir ......................................................................... 22
3. saluran distribusi ..................................................................... 44
4. posisi pasar ............................................................................. 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Bantaeng adalah salah satu kabupaten wilayah pesisir di Sulawesi
Selatan yang hanya memiliki luas wilayah 395,83 km persegi dengan
populasi kurang lebih 180.000 jiwa. Kabupaten yang berjuluk Butta Toa ini
memiliki potensi 3 klaster yakni, lautan, dataran rendah, dan dataran
tinggi. Bantaeng tumbuh dari sektor pertanian yang diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta peluang pertumbuhan
ekonomi masyarakat khususnya di bidang kehutanan.
Bantaeng yang dulunya adalah sebuah daerah yang tertinggal, kini
kembali bangkit dengan memperbaiki keadaan pedesaan diantaranya
persoalan air, benih, dan pupuk. Begitupun pesisir di Bantaeng yang
semula tidak memiliki apa-apa, namun kini menjadi tempat
pengembangan rumput laut. Dataran tinggi dikembangkan sebagai pusat
pembibitan dengan dikembangkan sebagai pusat sayur-mayur yang
selama empat tahun terakhir telah berhasil mengembangkan apel dan
stroberi Bantaeng. Keberhasilan pengembangan berbagai komoditi
pertanian ini mendorong masyarakat dari daerah lain dan masyarakat
lokal Bantaeng untuk berkunjung ke dataran tinggi ini yang sekarang
menjadi salah satu pusat agrowisata di Sulawesi Selatan.
Pemerintah kabupaten Bantaeng, memprogramkan pembangunan
Hutan Desa secara bertahap pada seluruh Desa yang memiliki sumber
daya hutan. Terbentuknya Hutan Desa di Kabupaten Bantaeng
dilatarbelakangi oleh persoalan hak masyarakat terhadap hutan yang
sudah sejak lama bermukim dan melakukan aktivitas secara ilegal di
dalam kawasan hutan. Pemerintah Kabupaten Bantaeng memandang
masalah tersebut sebagai suatu masalah besar yang tidak dapat dibiarkan
berlarut-larut sehingga perlu adanya suatu solusi pengelolaan hutan yang
dapat mensejahterakan dan melestarikan hutan.
Hutan Desa merupakan hutan negara yang dikelola oleh Desa dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan Desa. Berdasarkan peraturan Menteri
Kehutanan Nomor 49 Tahun 2008, penyelenggaraan Hutan Desa
dimaksudkan untuk memberi akses kepada masyarakat setempat melalui
lembaga Desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari
serta bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara
berkelanjutan.
Pengembangan Hutan Desa menurut Alam dkk (2003), intinya
lebih diarahkan untuk meningkatkan fungsi-fungsi hutan secara optimal,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu sistem
pengelolaan yang menempatkan masyarakat Desa sebagai pelaku utama,
mitra kerja dan sebagai pihak yang harus mendapat bagian kesejahteraan
yang memadai dari kegiatan pengelolaan hutan.
Hutan Desa lebih bertumpu pada kemandirian masyarakat Desa
melalui suatu lembaga Desa Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.
Pengambilan keputusan diadakan secara musyawarah antara masyarakat
Desa dengan BUMDes. Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng adalah salah satu sentra lokasi pengembangan Hutan Desa dan
pengembangan pasar produk hutan Desa tersebut. Desa ini memiliki luas
hutan Desa 342 Ha yang merupakan hutan lindung.
Salah satu produk hutan Desa yang dikembangkan di Desa ini
adalah produk non kayu. Fokus pengembangan produk non kayu ini
ditempuh karena produk berupa kayu tidak diperkenankan mengingat
lokasi hutan Desa ini berstatus hutan lindung yang tidak memperkenankan
adanya penebangan.
Potensi hutan Desa non kayu di Desa Labbo dapat dikembangkan
seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Salah satu potensi non
kayu tersebut adalah produk-produk perlebahan seperti madu, madu
sarang, bee pollen, dan royal jelly. Tetapi yang populer dikembangkan
masyarakat adalah madu. Saat ini masyarakat memperoleh madu dengan
cara memanennya di alam atau memanennya dari hasil budidaya lebah
madu.
Salah satu aspek yang perlu dikembangkan dalam pemasaran
madu adalah aspek ekonomi utamanya pengembangan pasar, mengingat
pengembangan pasar di Desa ini belum berkembang. Menurut data yang
ada pada BUMDes Desa Labbo, produksi madu yang dipanen oleh petani
rata-rata sebanyak 25 botol dan dijual dalam bentuk kemasan yang
sangat sederhana yaitu botol bekas yang telah dibersihkan dengan harga
perbotol rata-rata sebesar Rp.50.000. ketiadaan informasi pasar dan
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengembangan pasar
merupakan dugaan utama dalam penelitian ini, untuk itu perlu adanya
pengamatan lingkungan untuk melihat peluang baru bagi masyarakat di
Desa Labbo.
Pengembangan pasar adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk
meningkatkan pendapatan. Berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan di atas, maka penelitian ini akan mengkaji aspek ekonomi dalam
pengembangan pasar produk Hutan Desa khususnya produk perlebahan
di Desa Labbo. Kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi bahan
informasi bagi masyarakat pemilik lahan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan demikian pula lembaga desa atau BUMDes untuk
memperhatikan pengembangan pasar produk hutan Desa.
Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa aspek
ekonomi/ pasar dalam pengembangan pasar produk hutan Desa di lokasi
penelitian meliputi permintaan dan penawaran, sarana promosi, struktur
harga atau struktur pasar, jalur distribusi, persaingan dan strategi
pemasaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas di atas,
maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimanakah keadaan pemasaran produk perlebahan pada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
2. Faktor-faktor internal dan eksternal apa yang dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam usaha
pemasaran produk perlebahan pada Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng.
3. Strategi pemasaran apakah yang efektif yang dapat diterapkan
pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
a. Mengetahui keadaan pemasaran produk perlebahan pada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
b. Menemukan Faktor-faktor internal dan eksternal apa yang dapat
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
dalam usaha pemasaran produk perlebahan pada Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng.
c. Mengetahui Strategi pemasaran apakah yang efektif yang dapat
diterapkan pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa
Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengalaman dan pengetahuan di bidang manajemen
pemasaran.
b. Bagi BUMDes, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang,
terutama dalam strategi pemasaran yang digunakan.
c. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang,
terutama pemasaran produk perlebahan pada Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo.
d. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber
informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi
untuk penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran
Defenisi pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan
keinginan konsumen, menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan tingkat harga,
mempromosikannya agar produk dikenal konsumen, dan mendistribusikan
produk ketempat konsumen.
Menurut Rangkuti (2002), pemasaran adalah suatu proses kegiatan
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya ekonomi, politik, dan
manajerial. Akibat dari berbagai pengaruh tersebut adalah masing-masing
individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang
memiliki nilai komoditas (comodity values).
Unsur utama dalam pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga
unsur utama, yaitu:
1. Unsur strategi persaingan, meliputi:
a. Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi dan
membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah.
Masing-masing konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan
produk, dan bauran pemasaran tersendiri.
b. Targetting, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen
pasar yang akan dimasuki.
c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar, tujuannya adalah
untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan
bersaing produk yang ada di pasar kedalam benak konsumen.
2. Unsur taktik pemasaran, meliputi:
a. Differensiasi, yang terkait dengan cara membangun strategi
pemasaran di berbagai aspek perusahaan. Kegiatan
membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan
differensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
b. Bauran pemasaran (Marketing Mix), terkait dengan kegiatan
mengenai produk, harga, promosi dan tempat atau yang lebih
dikenal dengan sebutan 4P, yaitu Product, Price, Promotion,
dan Place.
3. Unsur nilai pemasaran.
Merek (brand), merek adalah nama, tanda simbol atau desain,
atau kombinasi dari semuanya, yang ditujukan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa sebuah/sekelompok penjual dan
membedakannya dengan para pesaing. Merek mempunyai banyak
arti penting bagi konsumen, yaitu:
a. Sebagai identifikasi untuk membedakan antara satu produk
dengan produk lain. Identifikasi ini diperlukan agar konsumen
mempunyai kebebasan memilih produk dan merek mana yang
memenuhi kebutuhannya.
b. Sebagai garansi atas kualitas dan kinerja dari produk yang akan
dibeli. Merek akan memberikan rasa percaya diri kepada
konsumen.
c. Merek memberi status dan image pada seseorang. Dengan
membeli merek tertentu, sudah menunjukkan bagaimana status
sosial seseorang. (Butterfly, 2007).
Menurut Stanton (1991), dalam melakukan pemasaran perlu
diperhatikan strategi pemasaran yang dijalankan perusahaan berkaitan
dengan produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi pemasaran adalah
kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran.
Demikian halnya dengan yang dikemukakan oleh William J. Santon
dalam buku Swastha dan Handoko (2008:4) bahwa pemasaran adalah
suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Adapun pengertian pemasaran menurut Yazid (2005:13)
mengemukakan bahwa pemasaran merupakan penghubung antara
organisasi dengan konsumennya. Peran penghubung ini akan berhasil
bila semua upaya pemasaran diorientasikan kepada pasar.
Lain halnya menurut Alma (2004:2) mengatakan bahwa pemasaran
didefenisikan sebagai kegiatan membeli dan menjual, dan termasuk
didalamnya kegiatan menyalurkan barang dan jasa antara produsen dan
konsumen.
B. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran pada umumnya mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menghadapi lingkungan yang dinamis, dan pada
akhirnya memperoleh keunggulan tertentu atau berhasil untuk
meningkatkan laba tertentu. Strategi pemasaran yang ditetapkan harus
ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan
lingkungan pasar tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus
dapat memberi gambaran yang jelas dan terarah apa yang akan dilakukan
perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang pada
beberapa pasar sasaran.
Menurut Craven dikutip dari Purwanto (2008:151), strategi
pemasaran didefenisikan sebagai analisis strategi pengembangan dan
pelaksanaan kegiatan dalam strategi penentuan pasar sasaran bagi
produk pada tiap unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan
pengembangan, pelaksanaan, serta pengelolaan strategi program
pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk memenuhi
keinginan konsumen pasar sasaran.
Menurut Chandra (2002:93) bahwa: "Strategi pemasaran
merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan
dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu".
Selanjutnya pengertian strategi pemasaran menurut Kenneth R.
Andrews dalam Buchari Alma (2004:199) bahwa : "Strategi pemasaran
adalah pola keputusan dalam perusahaan menentukan dan
mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan
kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta
merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan".
Sedangkan menurut Assauri (2008:168) strategi pemasaran adalah
: "Serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturanyang memberi
arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu kewaktu,
pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan
keadaan persaingan yang selalu berubah. oleh karena itu, penentuan
strategi pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan dan internal
perusahaan melalui analisa keunggulan dan kelemahan perusahaan,
serta analisa kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaandari
lingkungannya".
Selanjutnya Menurut Craven dikutip Purwanto (2008:151). Strategi
pemasaran didefenisikan sebagai analisis strategi pengembangan dan
pelaksanaan kegiatan dalam strategi penentuan pasar sasaran bagi
produk pada tiap unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan
pengembangan, pelaksanaan serta pengelolaan strategi program
pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk memenuhi
keinginan konsumen pasar sasaran.
C. Jenis-Jenis Strategi Pemasaran
Menurut Assauri (2008:179) bahwa strategi pemasaran secara
umum ini, dapat dibedakan tiga jenis stratgei pemasaran yang dapat
ditempuh perusahaan, yaitu:
1. Strategi pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar
(Undifferentiated Marketing).
2. Strategi pemasaran yang membeda-bedakan pasar
(Differentiated Marketing).
3. Strategi pemasaran yang terkonsentrasi (Concentrated
Marketing).
Ketiga jenis strategi diatas dapat diuraian sebagai berikut:
1. Strategi pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar
(Undifferentiated Marketing).
Perusahaan menganggap pasar sebagai suatu keseluruhan,
sehingga perusahaan hanya memperhatikan kebutuhan
konsumen secara umum. Oleh karena itu perusahaan hanya
menghasilkan dan memasarkan satu macam produk saja dan
berusaha menarik semua pembeli dan calon pembeli dengan
suatu rencana pemasaran saja. Strategi ini bertujuan untuk
melakukan penjualan secara massal, sehingga menurunkan
biaya. Perusahaan memusatkan perhatiannya pada seluruh
konsumen dan kebutuhannya, serta merancang produk yang
dapat menarik sebanyak mungkin para konsumen tersebut.
Perusahaan yang menggunakan strategi ini, tidak menghiraukan
adanya kelompok pembeli yang berbeda-beda. Pasar dianggap
sebagai suatu keseluruhan dengan ciri kesamaan dalam
kebutuhannya. Salah satu keuntungan strategi ini adalah
kemampuan perusahaan untuk menekan biaya sehingga dapat
lebih ekonomis. Sebaliknya, kelemahannya adalah apabila
banyak perusahaan lain juga menjalankan strategi pemasaran
yang sama, makan akan terjadi persaingan yang tajam untuk
menguasai pasar tersebut (hyper competition), dan mengabaikan
segmen pasar yang kecil lainnya. Akibatnya, strategi ini dapat
menyebabkan kurang menguntungkannya usaha-usaha
pemasaran perusahaan, karena banyak dan makin tajamnya
persaingan.
2. Strategi pemasaran yang membeda-bedakan pasar
(Differentiated Marketing).
Perusahaannya melayani kebutuhan beberapa kelompok
konsumen tertentu dengan jenis produk tertentu pula. Jadi
perusahaan atau produsen menghasilkan dan memasarkan
produk yang berbeda-beda untuk tiap segmen pasar. Dengan
kata lain, perusahaan atau produsen menawarkan berbagai
variasi produk dan product mix yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan kelompok konsumen atau pembeli
yang berbeda-beda, dengan program pemasaran yang
tersendiri diharapkan dapat dicapai tingkat penjualan yang
tertinggi dalam masing-masing segmen pasar tersebut.
Perusahaan yang menggunakan strategi ini bertujuan untuk
mempertebal kepercayaan kelompok konsumen tertentu
terhadap produk yang dihasilkan dan dipasarkan, sehingga
pembeliannya akan dilakukan berulang kali. Dengan demikian
diharapkan penjualan perusahaan akan lebih tinggi dan
kedudukan produk perusahaan akan lebih kuat atau mantap
disegmen pasar. Keuntungan strategi pemasaran ini , penjualan
dapat diharapkan akan lebih tinggi dengan posisi produk yang
lebih baik disetiap segmen pasar, dan totalpenjualan
perusahaan akan dapat ditingkatkan dengan bervariasinya
produk yang ditawarkan. Kelemahan strategi ini adalah terdapat
kecenderungan biaya akan lebih tinggi karena kenaikan biaya
produksi untuk modifikasi produk, biaya administrasi, biaya
promosi, dan biaya investasi.
3. Strategi pemasaran yang terkonsentrasi (Concentrated
Marketing).
Perusahaan mengkhususkan pemasaran produknya dalam
beberapa segmen pasar, dengan pertimbangan keterbatasan
sumberdaya perusahaan. Dalam hal ini perusahaan produsen
memilih segmen pasar tersentu dan menawarkan produk yang
sesuai dengan kebutuhan dan keingianan kelompok konsumen
yang ada pada segmen pasar itu yang tentunya lebih spesifik.
Strategi pemasaran ini mengutamakan seluruh usaha
pemasaran pada satu atau beberapa segmenpasar tertentu
saja. Jadi perusahaan memusatkan segala kegiatan akan
memberikan keuntungan yang terbesar. Keuntungan
penggunaan strategi ini, perusahaan dapat diharapkan akan
memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat didalam segmen
pasar tertentu yang dipilih. Hal ini karena perusahaan akan
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik
dalam melakukan pendekatan bagi pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen dari segmen pasar yang dilayaninya.
Disamping itu perusahaan memperoleh keuntungan karena
spesialisasi dalam produksi, distribusi, dan usaha promosi,
sehingga apabila segmen pasar dipilih secara tepat, akan dapat
memungkinkan berhasilnya usaha pemasaran produk
perusahaan tersebut. Kelemahan strategi ini adalah perusahaan
akan menghadapi risiko yang besar bila hanya tergantung pada
satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal ini karena,
kemungkinan terjadinya perubahan selera para konsumen atau
peningkatan kemampuan daya saing perusahaan lain yang
dapat melebihi kemampuan perusahaan ini dalam melayani
pasar secara baik dan efektif.
D. Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau Marketing Mix adalah kombinasi variabel
atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi
para pembeli atau konsumen. Jadi, Marketing Mix terdiri dari himpunan
variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh oleh perusahaan
untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan
oleh perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan tugas atau kegiatan
pemasaran. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya sekedar memiliki
kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat
mengkoordinasikan berbagai variabel Marketing Mix tersebut untuk
melaksanakan program pemasaran secara efektif.
Marketing Mix adalah variabel-variabel pemasaran yang terdiri dari
produk (product), harga (price), distribusi atau penempatan produk
(place), dan promosi (promotion).
Keempat macam tindakan tersebut sering disebut sebagai "bauran
pemasaran" atau " Marketing Mix" atau "4P". Menurut Sunarto (2003:13)
bahwa bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai
tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
Sedangkan pengertian Marketing Mix menurut Assauri (2008:198)
bahwa Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan
oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau
konsumen.
Selanjutnya Gitosudarmo (2001:182) mengungkapkan bahwa:
"Bauran pemasaran atau Marketing Mix merupakan alat yang dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumennya".
E. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran
Strategi pemasaran adalah himpunan asas yang tepat, konsisten,
dan loyal dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar
yang akan dituju (target market) dalam jangka panjang. Dalam strategi
pemasaran ini, terdapat strategi acuan atau bauran pemasaran (Marketing
Mix), yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat variabel
pemasaran. Untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Semua kegiatan perusahaan
diarahkan untuk memenuhi keinginan dan memuaskan kebutuhan
konsumen mulai dari perancangan produk, penentuan komposisi bahan,
bentuk, kemasan, harga, promosi dan sebagainya.
Fuad (2001:128) mengelompokkan unsur-unsur bauran pemasaran
yang terdiri dari 4 (empat) variabel yang dikenal dengan nama 4P, yaitu:
produk (product), harga (price), distribusi atau penempatan produk
(place), dan promosi (promotion).
Sedangkan menurut kotler (2004:18) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai
tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas disebut "4P" dalam
pemasaran: produk (product), harga (price), distribusi atau penempatan
produk (place), dan promosi (promotion).
Lain halnya dengan Basu Swastha (2002:60) menyatakan
Marketing Mix adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh unsur
pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai sasaran
perusahaan misalnya laba, harta, penjualan bagian pasar yang akan
direbut dan sebagainya. Jika sasaran pasarnya sudah ditentukan melalui
riset pemasaran, maka perusahaan harus membuat suatu rencana yang
baik untuk memasuki segmen pasar yang dipilih.
Bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk,
distribusi, promosi dan penentuan harga yang bersifat unik yang
dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan
dengan pasar yang dituju.(Cravens, 2000:18-20; lamb et al, 2001:55).
Gambar 1: Struktur Bauran Pemasaran
Strategi Produk
Pasar Sasaran Strategi Promosi Strategi Distribusi
Strategi Harga
F. Usaha Perlebahan
Lebah atau bahasa arabnya dikenal dengan An-Nahl memproduksi
4 hal yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia yaitu
madu, propolis, royal jelly, dan bee pollen.
1. Propolis : dari beraneka ragam getah tanaman campur air liur lebah
2. Madu : bahan hasil dari racikan lebah yang terbuat dari nektar
bunga.
3. Royal jelly : kelenjar pekerja lebah yang masih muda
4. Bee pollen : produk yang dibuat dari kumpulan bermacam-macam
serbuk sari bunga.
Indonesia dikenal memiliki potensi yang cukup besar dalam
pengembangan perlebahan yang berupa kekayaan sumber daya alam
hayati seperti berbagai jenis lebah asli Indonesia dan beraneka ragam
jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah. Kondisi agroklimat tropis,
dan jumlah penduduk yang tinggi (Rismunandar, 1990).
Perlebahan sudah sejak lama dikenal oleh bangsa Indonesia,
dimana masyarakat di Jawa dan Bali secara tradisional telah
membudidayakan lebah lokal Apis Cerana. Sedangkan masyarakat
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan kepulauan Nusa Tenggara lebih
terbiasa memanfaatkan lebah hutan (Apis Dorsata) sebagai serangga
penghasil madu. Sedangkan pembudidayaan lebah jenis Apis Mellifera
telah dimulai sejak tahun 1841. Usaha-usaha tersebut mengalami masa
surut pada masa-masa perang kemerdekaan. Sedangkan, setelah
kemerdekaan usaha peternakan lebah mulai digalakkan kembali oleh
badan-badan swasta yang berminat dibidang peternakan lebah (Anonim,
2001).
G. Metode Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategi yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Fredy Rangkuti "Analisis SWOT adalah indentifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi prusahaan.
Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur
internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal
yaitu peluang dan ancaman".
Sedangkan Daniel Start dan Ingie Hovland mengatakan Analisis
SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan
eksternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-
hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Sebuah sanalisis SWOT sangat membantu dalam bidang yang
lebih luas dalam membahas pertanyaan untuk mengembangkan rencana
bisnis, tetapi tidak pergi cukup jauh, "kata co-founder worthworm dan
SkyMall, Alan Lobock, pelaksanaan saja tidak akan mengidentifikasi nilai
kunci dari bisnis anda. Perencanaan tanpa mengetahui tujuan dan metriks
dimana anda akan mengukur kemajuan anda menuju pencapaian tujuan
tersebut adalah sangat tidak efisien dan bisa membuat bisnis anda
tersesat".
Disisi lain, Lynn Sheehan pendiri dan CEO CPAreviewforFREE
mencatat bahwa analisis SWOT membantu perusahaannya untuk
sepenuhnya menganalisis struktur biaya yang bisa menjadi ancaman bagi
keberhasilannya. Sementara itu pemilik bisnis tentu harus terlibat dalam
menciptakan sebuah analisis SWOT sehingga bisa jauh lebih bermanfaat
untuk menyertakan anggota tim lainnya dalam proses analisis. Brandon
Dudley, seorang direktur dan operasi di the BusBank juga mengatakan
bahwa analisis SWOT kolaboratif memberikan karyawan rasa percaya diri
yang lebih besar serta memahami keterlibatannya dalam bisnis.
H. Kerangka Pikir
Penerapan strategi pemasaran produk perlebahan pada Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada kerangka pikir dibawah ini:
Gambar 2: Kerangka Pikir
Hutan Desa Bantaeng
Produk Kayu Produk Non Kayu
Madu
BUMDes
Aspek Ekonomi
− Permintaan dan penawaran
− Sarana promosi
− Struktur harga
− Struktur pasar
− Jalur distribusi
− Persaingan
− Strategi pemasaran
kajian
Merumuskan strategi
Aspek Pengembangan Pasar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di BUMDes Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini dirancang selama 3 bulan dimulai
bulan Mei sampai dengan Juli 2014.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dengan cara:
1. Penelitian Lapangan
Yaitu cara memperoleh data melalui penelitian langsung
dilapangan dengan mengamati obyek-obyek yang diteliti. Selama
penelitian lapangan dilakukan teknik dan alat pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Metode interview
Yaitu cara mengumpulkan data melalui wawancara langsung
dengan masyarakat Desa yang tergabung dalam lembaga Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes).
b. Metode Observasi
Yaitu cara mengumpulkan data dengan berdasarkan pengamatan
pada objek yang menjadi sasaran penelitian.
c. Metode Dokumen
Yaitu cara mengumpulkan data dan keterangan sefrta teori dengan
jalan membaca yang ada hubungannya dengan penelitian yang
dilaksanakan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study)
dengan pendekatan metode kualitatif.
2. Sumber data
a. Data primer adalah datang yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian. Data tersebut diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung dan wawancara yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari masyarakat
anggota BUMDes.
D. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil adalah lima kelompok peternak madu di
Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng yang
mana setiap kelompok terdiri dari 20 sampai 30 orang.
Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin:
� =�
1 + ���
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang ditolerir, Misalnya 5%.
� =�
1 + 30(0.05)�
� =30
1.075= 38
E. Metode analisis
1. Analisis deskriptif kualitatif
Metode deskriptif kualitatif adalah hasil penelitian beserta
analisisnya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi,
kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan
(Anonim, 2007). Data yang diambil dapat berasal dari hasil wawancara,
observasi dan pencatatan.
2. Analisis SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi
pemasaran produk perlebahan pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu usaha dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT
digambarkan kedalam matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif
strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi
kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T
strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).
1. Strategi SO
a. Membuat produk madu yang berkualitas, menciptakan produk
madu yang unggulan, mempertahankan keaslian dan kemurnian
madu, dan keragaman jenis produk madu untuk meningkatkan
loyalitas konsumen.
b. Menjaga kontinuitas produk dengan menjaga hubungan baik
dengan pemasok.
c. Meingkatkan kerjasama dengan lembaga litbang untuk
mengembangkan produk madu.
d. Meingkatkan penjualan berdasarkan segmen pasar geografis,
target pasar dan menggunakan saluran distribusi yang pendek.
e. Meningkatkan jumlah agen penjualan didaerah yang
mempunyai volume penjualan yang tinggi.
f. Menjajaki daerah pemasaran baru yang memiliki potensi
terhadap peningkatan penjualan madu.
2. Strategi ST
a. Memanfaatkan teknologi yang lebih tinggi untuk memperoleh
madu dengan kadar air yang lebih rendah.
b. Menggunakan kemasan yang dapat menunjukkan identitas
perusahaan untuk menghindari maraknya pemalsuan identitas
madu.
c. Menerapkan SOP dalam proses pengemasan sehingga
pengemasan produk lebih higienis.
d. Meningkatkan promosi penjualan melalui event-event yang
diselenggarakan oleh pemda, menggunakan internet dengan
selalu update informasi, membuat stan sendiri saat ada event
penting, katalog dan pengenalan pengobatan sengat lebah
pada segmen pasar yang dituju.
3. Strategi WO
a. Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen agar
konsumen percaya dan loyal terhadap produk madu dari
perusahaan.
b. Meningkatkan ketersediaan pasokan madu yang cukup selama
musim paceklik.
4. Strategi WT
a. Melakukan pencatatan data produksi dan data penjualan yang
lebih rinci.
b. Menetapkan harga yang lebih kompetitif agar penjualan
meningkat untuk menutup biaya pemeliharaan yang tinggi.
F. Defenisi Operasional Variabel
1. Strategi pemasaran: strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan
dan sasaran, kebijakan serta aturan yang memberi arah kepada
usaha-usaha pemasaran dari waktu kewaktu pada masing-masing
tingkatan serta lokasinya.
2. Usaha perlebahan: usaha perlebahan adalah salah satu unit usaha
yang dikelola oleh masyarakat Desa Labbo didalam areal kerja
hutan Desa dalam pemanfaatan kawasan hutan.
3. BUMDes: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah salah satu
lembaga Desa yang mengelola hutan Desa yang ada di Desa
Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Keadaan Fisik Wilayah
1. Letak dan Luas Desa
Kawasan hutan yang terdapat di Desa Labbo sesuai Badan
Planologi kehutanan dan hasil peta paduserasi Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 1999, memiliki luas 342 Ha, dan berada di 5°25'2" - 5°23'40" LU dan
119°57'30" - 119°59'20" LS. (Tim Layanan Kehutanan Masyarakat
UNHAS, 2010).
Hutan Desa di Kabupaten Tompobulu berada pada:
Jarak dari pusat Desa :± 4.6 Km
Jarak dari pusat Kecamatan (Banyorang) : ± 7 Km
Jarak dari pusat Kabupaten (Bantaeng) : ± 16 Km
Jarak dari pusat Provinsi (Kota Makassar) : ± 160 Km
Hutan Desa Desa Labbo merupakan salah satu desa yang terletak
dikecamatan Tompobulu yang berada dibagian utara kabupaten
Bantaeng. Jarak tempuh wilayah Desa Labbo dari Ibukota Kabupaten
Bantaeng adalah 23 km. Desa ini memiliki luas wilayah ± 13,81 ha, 9.8
km�, dengan potensi lahan yang produktif diantaranya, perkebunan dan
hutan (kantor Desa Labbo, 2010).
Areal Hutan Desa di Labbo berada diketinggian dari muka laut
antara 1100 m dan 1800 m. Areal Hutan Desa tersebut berbatasan
dengan Kabupaten Bulukumba, selengkapnya batas-batas desa adalah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara :Desa Pattaneteang
2. Sebelah Timur :Kecamatan Ulu Ere dan Kecamatan Eremerasa
3. Sebelah Selatan :Desa Bonto Tappalang, Desa Bonto Balumbung
dan kelurahan Ereng-Ereng.
4. Sebelah Barat :Kabupaten Bulukumba.
Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
merupakan hutan alam yang dibatasi oleh Sungai Bialo yang membelah
daerah tersebut. Sungai Bialo dikelilingi oleh beberapa mata air yang
menjadi sumber air bersih bagi masyarakat.
2. Administrasi Desa
Pusat Pemerintahan Desa Labbo terletak di Dusun Ganting dan
untuk menuju Kantor Desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum
atau jalan kaki karena berada di jalan poros desa dengan kondisi baik
yang menghubungkan desa dengan pusat kota Kabupaten Bantaeng.
Secara administratif Desa Labbo terbagi atas 4 dusun yaitu:
1. Dusun Pattiro membawahi (2) RW dan (4) RT
2. Dusun Ganting membawahi (2) RW dan (4) RT
3. Dusun Panjang membawahi (2) RW dan (4) RT
4. Dusun Bawa membawahi (2) RW dan (4) RT
Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun dan di bantu
oleh kepala RK dan ketua RT. Sistem pemerintahan yakni, Camat sebagai
penyelenggara tuga sumum pemerintahan desa, kepala Desa pada
dasarnya bertanggungjawab kepada masyarakat desa dna prosedur
pertanggungjawaban disampaikan ke Bupati melalui Camat, kemudian
Kepala Desa bersama dengan BPD wajib memberikan keterangan
laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat setiap tahunnya.
3. Topografi Desa
Desa Labbo memiliki kondisi daerah yang terbukti dengan
ketinggian di antara 1.200 m sampai 2000 m diatas permukaan laut.
Keadaan topografi desa terdiri dari kondisi curam sampai dengan sangat
curam (25-40%).
Kondisi tanah di Desa Labbo cukup subur untuk ditanami berbagai
jenis tanaman baik tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka
panjang.
4. Iklim dan Curah Hujan
Iklim dan curah hujan di Desa labbo hampir sama dengan daerah
lainnya yang ada di Kabupaten Bantaeng yakni terdapat dua musim
(musim hujan dan musim kemarau). Musim hujan biasanya mulai pada
bulan November sampai Juli dan biasanya masyarakat petani
memanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman pertanian jangka
panjang seperti, Sengon (Albazia falcataria), Durian (Durio zibethinus)
maupun tanaman jangka pendek seperti cengkeh (Syzygium aromaticum),
Kopi (Coffea), Markisa (Passiflora edulis), Kakao (Theobroma cacao),
tanaman hortikultural dan berbagai jenis tanaman lainnya. Sedangkan
musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Agustus Sampai Oktober
diantara musim kemarau tersebut masih sering terjadi hujan meskipun
hanya sesekali (Kantor Desa Labbo, 2014).
5. Hidrologi dan Tata Air
Sumber mata air di Desa Labbo sebanyak 5 Unit, sebagian besar
dipergunakan untuk kebutuhan air bersih rumah tangga melalui pipa. Sisa
air terbuang kesungai yang mengaliri sebagian lahan pertanian sekitarnya
dan mengalir hingga kelaut.
Tata kelola air melalui sistem kelompok untuk setiap dusun, dengan
melakukan perawatan ringan yaitu perawatan rutin tiap minggu berupa
perbaikan pipa yang bocor, sedangkan perawatan berat yaitu penggantian
pipa yang bocor atau rusak dari hasil kontrol (Kantor Desa Labbo, 2014).
Aliran sungai yang membelah kawasan Hutan Desa Labbo adalah
sungai Lalijangang. Karakteristik sungai adalah sungai-sungai hulu yang
mempunyai debit air yang tidak terlalu besar, namun tersebar dan memiliki
nilai strategis dalam pengelolaan DAS.
B. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Penduduk
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Labbo adalah sebanyak 3173
jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 883 kK (741 KK laki-laki
dan 142 KK perempuan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut
:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
No Dusun Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 Pattiro 289 313 602
2 Labbo 245 222 467
3 Ganting 308 342 650
4 Bawa 228 206 434
5 Panjang Selatan 222 246 468
6 Panjang Utara 319 339 658
Total 1.611 1.668 3.279
Sumber Data : Kantor Desa Labbo, 2014
Keterangan : L : Laki-laki
P : Perempuan
2. Pekerjaan Pokok
Sebagaimana lazimnya desa-desa agraris di Indonesia, penduduk
Desa Labbo sebagian besar adalah petani, pengusaha yang ada sebagian
besar juga berorientasi pada usaha-usaha di bidang pertanian.
Selengkapnya tersaji pada tabel berikut:
Tabel 2. Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga (KK) Desa Labbo.
No
Jenis
Pekerjaan
Pokok
Dusun
Jumlah % Pattiro Ganting Bawa Panjang
L P L P L P L P
1 PNS 17 2 1 - 1 - - - 21 2,3%
2 Pengusaha 5 - 4 2 1 - - - 12 1,3%
3 Petani 189 38 169 35 181 37 142 15 806 91,4%
4 Tukang 2 - - - - - - - 2 0,2%
5 Buruh 10 7 6 1 9 4 4 1 42 4,8%
Jumlah 223 47 180 38 192 41 146 16 883 100%
Sumber Data : Kantor Desa Labbo, 2012
3. Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan Kepala Keluarga di Desa Labbo adalah
orang kaya dengan jumlah 3,6 %, kategori sedang adalah 3,4 %, kategori
miskin dengan jumlah 51,4 %, dan kategori sangat miskin adalah 11 %.
Secara rinci, tingkat kesejahteraan kepala keluarga dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
No Nama Jumlah KK Sesuai Tingkat Kesejahteraan
kaya sedang miskin Sangat miskin
1 Pattiro 18 130 91 31
2 Ganting 8 102 87 21
3 Panjang 6 36 162 29
4 Bawa - 32 114 16
Jumlah Total 32 300 454 97
Persentase 3,6% 34% 51,4% 11%
Sumber data : Kantor Desa Labbo, 2012
4. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Labbo dimulai dari anak
usia 4-5 tahun dari empat dusun yang belum mengakses pendidikan
sebanyak 78 orang, anak putus sekolah dari semua tingkat usia yakni SD
sebanyak 264 orang, SLTP 105 orang, SLTA 90 orang, dan Diploma tidak
ada. Anak yang sementara sekolah untuk tahun 2009 di SD 412 orang,
SLTP 162 orang, SLTA 126 orang, Diploma tidak ada, dan Sarjana 49
orang. Untuk yang tamat dan tidak lanjut dari SD 444 orang, SLTP 258
orang, SLTA 320 orang, Diploma 21 orang, dan Sarjana 43 orang.
Masyarakat yang buta aksara berusia 18 tahun keatas berjumlah 646
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Dusun
KATEGORI PENDIDIKAN MASYARAKAT
Usia
Dini
Usia sekolah yang putus
pendidikan
Sementara
sekolah/menempuh
pendidikan
Selesai untuk masing-masing
tingkatan
Buta
Aksar
a >18
tahun Non
SD SD
SLT
P
SLT
A S1 SD
SLT
P
SLT
A S1 SD
SLT
P
SLT
A D S1
Pattiro 50 15 20 20 - 124 50 38 19 170 80 126 14 32 156
Ganting 35 24 25 15 - 98 38 30 23 134 100 136 5 7 93
Panjang 48 125 35 40 - 115 47 36 6 90 53 43 2 3 229
Bawa 31 100 25 15 - 75 27 22 1 50 25 15 - 1 168
Jumlah 164 264 105 90 - 412 162 126 49 444 258 320 21 43 646
Sumber Data : Kantor Desa Labbo, 2012
5. Mata Pencaharian
Jenis-jenis mata pencaharian pokok dan sampingan yang terdapat
di Desa Labbo yaitu terdiri dari PNS, pedagang/ pengusaha, petani,
tukang kayu, tukang batu, perbengkelan, tukang ojek, buruh tani dan
buruh bangunan serta beberapa warga yang merantau keluar daerah
untuk mencari nafkah. Terdapat beberapa hal yang sangat mendukung
pendapatan masyarakat yakni tanaman kopi, tanaman kakao dan
tanaman markisa, serta tanaman cengkeh tanaman beserta kayu olahan.
TLKM UNHAS (Tim Layanan Kehutanan Masyarakat UNHAS, 2010).
C. Sarana dan Prasarana
Sarana transportasi jalan desa di Desa Labbo tergolong sangat
memadai karena 80% berupa jalanan beraspal Hotmix, selain jalan desa
adapula jalan dusun yang menuju langsung ke perumahan penduduk.
Jalur ini juga dapat dilalui kendaraan dengan lancar karena telah diaspal.
Jalan yang masih berupa jalan setapak yang hanya dapat dilalui pejalan
kaki ada sepanjang 4 km, yang terletak di dusun Pattiro sepanjang 2 km,
Ganting sepanjang 500 m, dusun panjang 500 m, dusun Bawa sepanjang
1 km. Sedangkan untuk jenis angkutan umum yang beroperasi di dalam
desa ada dua macam yaitu 18 buah pete-pete dan 21 buah ojek (Tim
Layanan Kehutanan Masyarakat UNHAS, 2012).
D. Pemerintah Desa dan Kelembagaan Masyarakat
Struktur organisasi desa terdiri dari kepala desa, sekretaris desa
yang dibantu oleh staf desa dan BPD (Badan Perwakilan Desa). Serta
kelembagaan masyarakat di Desa Labbo terdiri dari BUMDes (Badan
Usaha Milik Desa), LPM (Lembaga pemberdayaan Masyarakat), karang
taruna, kelompok tani, PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan
kader posyandu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
No Pejabat Desa Jumlah
1 Kepala Desa 1 0rang
2 Sekretaris Desa 1 orang
3 Staf Desa 2 orang
4 BPD 7 orang
Sumber : Kantor Desa Labbo, 2012
Seluruh perangkat desa berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan hutan desa. Secara umum mereka banyak membantu
memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai
lembaga, baik lembaga pemerintah, lembaga pendidikan maupun
lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun yang berasal dari luar
negeri seperti RECOFTC yang banyak membantu dalam kegiatan
peningkatan kapasitas masyarakat dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
Tabel 6. Lembaga Masyarakat di Desa Labbo
No Lembaga Masyarakat Jumlah
1 BUMDes 1 buah
2 LPM 1 buah
3 Karang Taruna 1 buah
4 Kelompok Tani 8 buah
5 PKK 1 buah
6 Kader Posyandu 1 buah
Sumber : Kantor Desa Labbo, 2012.
Lembaga-lembaga tersebut juga banyak berperan dalam
pembangunan Hutan Desa. BUMDes sebagai lembaga utama melakukan
koordinasi dengan lembaga lain, utamanya pada pelaksanaan preparasi
Hutan Desa.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Marketing mix adalah suatu strategi yang menekankan bagaimana
cara menjual produk seefektif mungkin. Berdasarkan data-data yang
diperoleh dan dikumpulkan, baik melalui proses komputerisasi maupun
data yang dikoleksi berdasarkan langganan, agar proses penjualan
berjalan lancar. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran
pemasaran merupakan variabel-variabel terkendali yang digabungkan
untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasar sasaran.
a. Strategi Pasar/ Ekonomi
1. Product (Produk)
Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program
pemasaran. Strategi produk dapat mempengaruhi strategi
pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya
sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu para
kelompok tani di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng harus meningkatkan kualitas produk madu terlebih
permintaan masyarakat terhadap produk madu cukup tinggi karena
semua hasil panen masyarakat terserap habis dipasaran bahkan
masih banyak permintaan yang belum bisa dipenuhi oleh pemanen
madu. Potensi produk madu di Kabupaten Bantaeng cukup tinggi,
menurut penuturan Jamil (ketua BUMDes Desa Labbo), rata-rata
dalam setiap musim panen (musim kemarau) masyarakat mampu
memanen madu antara 10 botol hingga 200 botol dengan harga
jual Rp.70.000 per botol (650 ml), sedangkan permintaan madu
menurut Rabbani (salah seorang pengusaha madu) rata-rata 100
botol setiap musim panen. Panen madu dapat dilakukan setiap
bulan sedangkan musim panen madu mencapai puncaknya antara
bulan Juli sampai bulan Desember. Madu yang dipasarkan ada dua
jenis yakni madu biasa dan madu super dan dikemas lebih menarik
dengan ukuran yang lebih beragam. Permintaan dan penawaran
madu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Permintaan dan penawaran madu di Desa Labbo
No Jenis Madu Permintaan Penawaran selisih
1 Madu biasa 215 250 35
2 Madu super 55 45 10
Total 270 295 25
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Selain itu kelompok juga berencana untuk melakukan
diversifikasi produk berdasarkan pengetahuan uang diterima saat
pelatihan madu yang diselenggarakan oleh Recoftc. Saat ini
diversifikasi yang dilakukan baru sebatas membuat madu stick
yang dikemas dalam plastik dan dijual dengan harga Rp.2000/stick.
Kemasan ini disasarkan pada anak sekolah untuk dijadikan sebagai
jajanan sehat.
2. Price (Harga)
Anggota kelompok usaha memutuskan untuk menentukan
harga dengan berorientasi biaya dimana harga ditetapkan secara
individu, berdasarkan ongkos produksi, operasional dan
kemungkinan keuntungan yang diharapkan. Selain itu kelompok
juga memutuskan untuk mencari tahu harga produk yang
diberlakukan oleh pesaing dengan produk sejenis.
Berdasarkan hasil dari informasi yang didapat menunjukkan
bahwa harga madu dari tahun 2006 sampai dengan 2009 dengan
harga Rp.30.000 dan pada 2010 mengalami peningkatan sebesar
Rp.40.000. dengan harga tersebut produk Madu mengalami
peningkatan penjualan yaitu pada tahun 2006 sampai tahun 2009
sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan penjualan
produk. Selengkapnya tersaji pada grafik berikut:
Gambar 5. Kurva Hubungan antara Tahun (X) dengan Jumlah
produk (Y) Terjual dari Madu.
Gambar 6. Kurva Hubungan antara Tahun (X) dengan harga
produk (Y) dari Madu.
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 2008 2009 2010
jumlah produk madu terjual
jumlah produk madu
terjual
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
2006 2007 2008 2009 2010
Harga Madu
Harga Madu
Dinamika produksi madu ini disebabkan produk madu belum
dibudidayakan secara optimal. Selain itu cuaca berpengaruh
terhadap produksi madu. Jika musim hujan biasanya produksi
menurun karena bunga-bunga beruguran dan lebah cenderung
tidak mencari nektar sebagai bahan baku madu. Dari penjelasan di
atas produk madu memiliki potensi permintaan pasar yang besar
jikalau petani sudah membudidayakannya. Maka BUMDes
berinisiatif untuk memberikan pelatihan budidaya lebah madu
sehingga perkembangan produk madu dapat meningkat.
3. Place (Saluran Distribusi)
Memudahkan kelompok unit usaha dalam mendistribusikan
produk dari tempat pemanenan kepasar atau tempat pembeli maka
kelompok mneyadari bahwa diperlukan sistem distribusi yang
terencana dengan seksama. Distribusi berkaitan dengan
kemudahan memperoleh produk dipasar dan tersedia saat
konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau
jasa diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran.
Saat ini saluran distribusi hanya dilakukan melalui BUMDes.
Langkah ini ditempuh dengan pertimbangan untuk mendapatkan
harga yang pasti dan stabil. BUMDes membeli seluruh produksi
masyarakat dan menyalurkannya ke konsumen, dengan demikian
produksi masuk melalui satu pintu dan keluar juga melalui satu
pintu dengan satu harga. Sistem ini menjamin harga akan stabil
dan seragam.
4. Promotion (Promosi)
Untuk meningkatkan penjualan produk madu, kelompok
usaha memutuskan untuk melakukan strategi promosi yang
sederhana yakni dengan membuat label dan kemasan yang
menarik serta informatif. Disetiap label dicantumkan alamat lengkap
yang bisa dihubungi. Strategi promosi lainnya adalah dengan
bekerjasama dengan instansi-instansi ataupun ikut serta dalam
pameran.
Dinas koperasi dan perindag setempat sudah menyatakan
bersedia untuk membantu pemasaran produk lebah madu. Bantuan
yang diberikan adalah pemberian informasi tentang standar mutu
madu yang harus dipenuhi oleh kelompok usaha, pemberian
informasi kepada masyarakat tentang manfaat madu dan mutu
madu yang dihasilkan oleh petani di Desa Labbo, serta informasi
melalui media.
Saluran distribusi di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 7. Saluran distribusi di Desa Labbo
Disini terlihat bahwa saluran distribusi cenderung pendek,
sehingga margin pada setiap saluran pemasaran juga tidak terlalu
PETANI BUMDes PASAR LOKAL
besar, sehingga perbedaan harga pada tingkat produsen (petani)
dengan harga di pasar lokal juga tidak terlalu besar. Konsumen
memperoleh harga dan kualitas madu yang terjamin dari tangan
BUMDes.
5. People (Partisipan)
Kelompok memperoleh informasi mengenai minat dan calon
pembeli melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh lembaga
tertentu seperti Recoftc, Dinas Kehutanan ataupun Perindag.
Pertemuan ini memberikan informasi kepada masyarakat tingkat
kebutuhan madu yang ada serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk
memenuhi permintaan tersebut, termasuk cara mengatasi masalah
dalam pemasaran.
Salah satu masalah yang dihadapi kelompok usaha adalah
terkristalnya madu yang menyebabkan penampilannya mirip madu
yang dicampur gla pasir, padahal madu kristal memiliki kelebihan
dibanding madu biasa.
Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan pelatihan yang
diselenggarakan oleh BUMDes selama seminggu pada bulan Januari
2013 dengan mendatangkan pakar perlebahan dari Universitas
Hasanuddin. Melalui edukasi, masyarakat secara perlahan memahami
bahwa madu terkristal disebabkan oleh suhu di Desa Labbo yang
sejuk dan dingin. Suhu yang dingin menyebabkan madu terkristal dan
madu terkristal sangat baik untuk mengatasi lendir ditenggorokan
sehingga baik untuk para perokok, selain itu dapat mengatasi penyakit
asma. Saat ini permintaan madu kristal sudah mulai membaik dan
mulai dicari oleh konsumen.
b. Strategi Pengelolaan Sumberdaya/lingkungan
Strategi yang akan dikembangkan adalah melakukan
pembudidayaan lebah madu untuk menjaga keberlangsungan produksi
sehingga tidak hanya mengandalkan produk lebah dari hutan alam saja.
Menurut data dari BUMDes Desa Labbo, pelatihan budidaya Lebah
Madu sudah dua kali diselenggarakan yakni pada Maret 2011 dan
Februari 2013 bekerjasama dengan RECOFTC dan pakar perlebahan dari
Universitas Hasanuddin.
Persaingan memanen madu di alam akan semakin meninggi
seiring dengan makin meningkatnya permintaan madu. Selama lima tahun
terakhir hanya lima pemburu lebah alam yang aktif untuk memanen, tetapi
saat ini sudah banyak masyarakat yang memanen madu dari alam,
karena itulah upaya budidaya sudah mulai dilakukan. Selain untuk lebih
memudahkan dalam memanen, upaya budidaya juga merupakan upaya
untuk meredakan potensi konflik dikalangan masyarakat. Hasil pelatihan
perlebahan menunjukkan hasil yang memadai, saat ini sudah ada 19
peternak lebah Madu di Desa Labbo.
Strategi yang akan dikembangkan adalah membuat asosiasi usaha
lebah madu. Melalui asosiasi ini mereka dapat menyatukan tujuan mereka
dengan cara yang sama untuk mencapainya.
Wadahnya disatukan dalam BUMDes, sehingga produk akan
dipasarkan secara satu pintu, sehingga harga yang dilepas adalah satu
harga, dengan demikian persaingan harga dapat diredam agar
masyarakat dapat menikmati harga yang wajar. Saat ini harga masih
bervariasi antara Rp.50.000 sampai Rp.70.000 per botol ukuran 650 ml.
Harga yang wajar adalah Rp.70.000/botol.
BUMDes saat ini sudah membantu masyarakat dengan
menyediakan botol kemasan sehingga masyarakat bisa mendapatkan
botol yang higienis dan masih baru. Selama ini masyarakat memanfaatkan
botol bekas dengan mencuci bersih kemudian mengemas madu.
Penutupnyapun masih memakai plastik yang diikat. Setelah BUMDes
menyediakan botol, masyarakat sudah mulai memakai botol yang
disediakan oleh BUMDes.
Menurut Jamil, salah seorang pengurus BUMDes, kami pernah
menyediakan 1000 bootol madu dan semuanya terserap habis oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat untuk
memasarkan madu dengan kemasan yang lebih baik tergolong tinggi.
c. Strategi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Strategi yang akan dikembangkan adalah dengan teknologi
pengemasan yang dapat meningkatkan mutu/kualitas madu. Selain itu,
kelompok juga akan melakukan diversifikasi produk.
Saat ini botol yang digunakan masih botol bekas yang dibersihkan
kemudian diberi penutup seadanya. Stratgei yang ditempuh adalah
BUMDes menyediakan botol plastik dengan tiga ukuran, 250 ml, 350 ml,
650 ml. Meskipun botol plastik bukan merupakan standar nesional
pemasaran madu, setidaknya botol plastik gampang diperoleh dengan
harga yang murah.
Diversifikasi yang ditempuh baru dalam bentuk ukuran botol yang
digunakan. Masyarakat sudah mulai memproduksi serbuk sari bunga (bee
pollen) yang dikemas dalam bentuk kemasan plastik kecil ukuran 100
gram. Pemasarannya masih terbatas dikalangan tertentu, mengingat
produk ini masih belum dikenal baik oleh konsumen.
a. Analisis Situasi: SWOT
Analsisi situasi adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam
analisis pasar. Analisis situasi merupakan awal proses perumusan
strategi. Selain iut, analisis situasi juga mengharuskan kelompok untuk
menemukan kesesuaian strategi antara peluang-peluang eksternal dan
kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-
ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.
1. Strengths (Kekuatan) adalah kekuatan yang dimiliki saat ini oleh
kelompok usaha, yakni:
a. Madu mudah diperoleh dengan harga murah
b. Keahlian teknis sudah dimiliki anggota setelah pelatihan
c. Jaringan baik dengan pelanggan, utamanya pelanggan lokal
d. Pengalaman mengelola produk.
e. Sistem distribusi melalui BUMDes.
f. Harga jual terjangkau konsumen
g. Sudah ada upaya peningkatan mutu madu.
h. Pengemasan sudah baik.
2. Weaknesses (Kelemahan) adalah dibawah kontrol kelompok usaha
yang terjadi pada saat ini, yaitu: kekurangan, kehilangan, atau titik
kelemahan. Weaknesses harus bisa dieliminir sebisa mungkin.
a. Belum ada kontrol terhadap stok madu, masih terjadi
kekurangan
b. Teknologi yang digunakan belum baik
c. Pengelola masih memasarkan secara lokal
d. Kekurangan modal kerja
e. Stok sedikit pada saat penjualan ramai
f. Kekurangan promosi
g. Umur produk terbatas
h. Desain produk belum baik
3. Opportunities (Peluang) adalah faktor positif atau faktor
menguntungkan dalam lingkungan dimana kelompok usaha dapat
mengambil keuntungan, peluang tersebut diantaranya:
a. Pesaing sedikit dan lemah
b. Permintaan meningkat
c. Ketersediaan bantuan teknis
d. Tidak ada produk yang sama dipasar
e. Kelangkaan produk secara lokal
f. Kebijakan pemerintah menguntungkan
g. Program dan prioritas pemerintah menguntungkan
4. Threats (tantangan) adalah faktor negatif atau faktor eksternal yang
tidak menguntungkan dalam lingkungan dan secara normal
dibawah kontrol kelompok usaha.
a. Birokrasi pemerintah
b. Kekurangan bahan baku pada saat permintaan meninggi
c. Musim hujan yang panjang
d. Menurunnya populasi lebah di alam
e. Budidaya lebah masih kurang.
Hasil analisis SWOT yang dilakukan oleh kelompok usaha Tani di
Kabupaten Bantaeng.
Kekuatan kelemahan
− Produk mudah diperoleh
dengan harga murah
− Keahlian teknis sudah dimiliki
anggota setelah pelatihan
− Jaringan dengan pelanggan
cukup baik
− Berpengalaman mengelola
produk
− Adanya upaya peningkatan
mutu produk
− Stok produk kurang
− Pemasaran masih secara
lokal
− Teknologi belum dikuasai
− Tidak ada kontrol terhadap
ketersediaan bahan baku
− Kekurangan modal kerja
− Kurang produksi
− Umur produk terbatas
− Desain produk belum baik
− Pengemasan yang baik
Kesempatan/peluang Tantangan
− Pesaing sedikit dan lemah
− Tidak ada produk yang sama
dipasar
− Permintaan tinggi
− Kelangkaan produk secara
lokal
− Ketersediaan bantuan
tekhnis
− Bantuan pemerintah
− Persyaratan mutu
− Ada pesaing
− Kurang bahan baku
− Musim hujan panjang
B. Identifikasi Produk dan Cara Pemasaran
1. Pasar/ ekonomi
Menurut Rabbani, salah seorang anggota kelompok usaha lebah
madu, potensi madu di Kabupaten Bantaeng cukup tinggi, rata-rata dalam
setiap musim panen (musim kemarau) masyarakat mampu memanen
madu antara 10 botol hingga 200 botol dengan harga jual Rp.40.000 per
botol (650 ml) dan dijual di BUMDes.
Permintaan madu di Kabupaten Bantaeng cukup tinggi karena
semua hasil panen masyarakat terserap habis dipasaran bahkan masih
banyak permintaan yang belum bisa dipenuhi oleh pemanen madu.
2. Pengelolaan sumberdaya/ lingkungan
Kehadiran lebah madu dikawasan hutan Desa akan menjamin
terjadinya perkawinan bunga sebagai cikal bakal buah. Penelitian yang
pernah dilakukan oleh lembaga penelitian UNHAS untuk membuat sarang
buatan pada tebing-tebing pegunungan didaerah Manipi (Sinjai Barat)
menunjukkan hasil yang menggembirakan, karena lebah madu
menjadikan sarang buatan itu untuk mengembangkan koloninya.
Dengan adanya sarang buatan akan memastikan keberlangsungan
koloni lebah madu dikawasan hutan Desa.
3. Sosial/ kelembagaan
Mengingat sangat berfluktuasinya harga madu dipasaran serta
ketidakseragaman petani dalam menjual produk lebah madunya, maka
sudah perlu dipikirkan lembaga sebagai wadah bagi petani.
Lembaga yang diharapkan berperan adalah lembaga yang dibentuk
oleh petani itu sendiri untuk mengatur harga jual yang layak serta
membantu petani untuk mendapatkan sarana produksi. Hadirnya lembaga
akan memudahkan petani untuk mendapatkan bantuan usaha, karena
mekanisme pemberian bantuan baik oleh mitra maupun pemerintah
kebanyakan dilakukan melalui lembaga (Kelompok Tani). Selain itu harga
sarana produksi akan lebih murah bila pembeliannya dilakukan dalam
jumlah yang banyak (untuk kebutuhan kelompok).
Lembaga lain yang diharapkan berperan adalah lembaga
keuangan, karena budidaya lebah madu memerlukan investasi yang
cukup besar pada awal-awal pengusahaan terutama untuk pengadaan
sarana produksi dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Lembaga keuangan ini bisa berupa Bank
atau lembaga mitra keuangan lainnya dengan sistem pengembalian yang
tidak memberatkan petani.
4. Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Standar utama dalam pemasaran madu menurut SNI adalah kadar
air. Kadar air yang diperkenankan adalah 17%. Madu yang dipanen dari
alam pada umumnya berkadar air 28% sampai 30%, sangat jauh dari
standar SNI. Kondisi ini tidak bisa dihindari mengingat sifat madu yang
higroskopis (menghisap kelembaban dari udara) yang ditunjang oleh
tingkat kelembaban udara yang mencapai 90%.
Satu-satunya cara untuk meningkatkan mutu madu adalah dengan
menurunkan kadar air. Cara sederhana yang biasa dilakukan oleh
masyarakat adalah dengan pemanasan. Tetapi pemanasan akan
mengakibatkan enzim-enzim yang ada didalam madu menjadi rusak. Cara
yang paling aman adalah dengan menguapkan kadar air yang ada
didalam madu dengan menggunakan alat dehumidifier. Investasi untuk
peralatan cukup mahal, mencapai harga Rp. 20 Juta. Biaya yang cukup
tinggi hanya untuk membeli mesin dehumidifier, tetapi harga yang cukup
mahal ini dapat ditanggulangi dengan dana kredit dari lembaga keuangan
atau dari Kelompok Tani. Pembelian alat bisa dilakukan bersama dan
dipakai secara bersama dengan sistem arisan.
C. Misi, Sasaran, dan Tujuan produk usaha madu
1. Misi
Madu rimba pegunungan Bantaeng dan madu budidaya dengan
keunggulan tersendiri. Harga terjangkau dan memenuhi standar.
2. Sasaran
a. Pasar/ ekonomi
a) Produk
Sasaran: produk dibuat dalam dua jenis yaitu madu rimba
pegunungan Bantaeng dan madu budidaya. Untuk
memenuhi permintaan dengan tingkat kemampuan
masyarakat yang berbeda-beda, kemasan dibuat dalam
berbagai tingkatan volume dan harga.
b) Harga
Sasaran: harga terjangkau sesuai dengan stratifikasi
kemampuan konsumen. Madu dibuat dengan kemasan 650
ml seharga Rp.60.000, 500 ml seharga aaaaarp.50.000 dan
350 ml seharga Rp.40.000. harga madu 1 kg seharga
Rp.40.000. satu kg dapat dibuat 3 kemasan yakni 650 ml.
Dan 350 ml.
c) Tempat/ distribusi
Sasaran: sepanjang jalan Kabupaten dan pada setiap
instansi pemerintah, toko-toko swalayan dan pasar-pasar
lokal.
d) Orang
Sasaran: konsumen yang memerlukan suplemen untuk
menjaga kesehatan. Selain pasar lokal, konsumen ditingkat
propinsi (Makassar) juga dilayani (untuk memperkenalkan
produk) ataupun pelaku industri yang memerlukan bahan
baku madu.
e) Promosi
Sasaran: promosi dilakukan dengan mengadakan kerjasama
dengan instansi pemerintah melalui organisasi dharma
wanita pada setiap event yang dilaksanakan. Selain itu
setiap instansi terkait seperti Dinas Kehutanan serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan pro aktif untuk
mempromosikan keunggulan madu rimba dan madu
budidaya Bantaeng.
Madu rimba dipromosikan sebagai madu dengan keunggulan
tertentu karena berasal dari hutan pegunungan Bantaeng yang berisi
aneka tumbuhan berbunga. Madu budidaya dipromosikan sebagai madu
budidaya yang alami dan bebas dari polusi karena dibudidayakan di areal
tanaman kopi yang sehat, aman, dan bebas dari polutan.
f) Pengelolaan sumberdaya/ lingkungan
Sasaran: keberlangsungan pengusahaan lebah madu
sangat tergantung kepada tersedianya pakan lebah dalam
jumlah yang cukup dan tersedia sepanjang tahun. Karena itu
keberadaan tanaman pakan lebah sangat penting.
Untuk menjaga keberlangsungan pengusahaan lebah madu
diperlukan adanya gerakan untuk menanam pohon yang
berbunga, tanaman hias maupun hortikultural yang
mempunyai potensi bunga yang tinggi.
g) Sosial/ Kelembagaan
Sasaran: salah satu kegiatan dalam budidaya lebah madu
adalah migratori (perpindahan koloni mengikuti kalender
pakan di tempat lain). Karena itu jaringan kelompok
diperluas untuk memberi kemudahan antar kelompok untuk
migratori.
Lembaga yang mempersatukan masyarakat dalam satu
wadah dibentuk untuk mempermudah akses kelompok
memperolah permodalan, sarana produksi, dan pemasaran
hasil.
h) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Sasaran: karena mutu madu sangat ditentukan oleh kadar
air madu, teknologi tepat guna untuk prosesing madu mulai
panen sampai pasca panen juga diperlukan. Perhatian
utama diarahkan pada teknologi pengemasan dengan
menggunakan wadah botol kaca bening dan pelabelan
produk. Tujuan: menghasilkan madu rimba dan budidaya
dengan kualitas yang memenuhi standar higienis dan mutu.
Sasaran utama memenuhi permintaan lokal dengan tingkat
volume kemasan dan harga berbeda-beda yang terjangkau
oleh masyarakat. Sasaran jangka panjang memenuhi
permintaan pasar nasional dan eksportir.
D. Menyusun strategi
a. Produk
Rencana tindakan: produk madu dikemas dalam dua jenis, madu
rimba dan madu budidaya. Volume dibuat bervariasi dengan
kemasan botol bening masing-masing: 650 ml, 500 ml, 350 ml.
Waktu: setiap musim panen madu baik madu rimba maupun madu
budidaya yang dimulai pada tahun kedua pengusahaan dengan
asumsi pada tahun pertama adalah kegiatan persiapan.
b. Harga
Rencana tindakan: harga dibuat lebih tinggi dibanding harga normal
dipasaran sebagai kompensasi pengemasan dan pelabelan. Harga
650 ml adalah Rp.60.000, 500 ml Rp.50.000, dan 350 ml
Rp.40.000. setiap kg madu dapat dibuat menjadi 3 kemasan yang
tertera diatas. Waktu: pasca panen madu ditahun kedua dan
seterusnya hingga akhir daur pengusahaan.
c. Tempat/Distribusi
Rencana tindakan: pasar konvensional, sepanjang jalan
Kabupaten, pasar swalayan, pedagang pengumpul di Makassar.
Waktu: pasca panen madu ditahun kedua hingga akhir daur
pengusahaan.
d. Orang
Rencana tindakan: kelompok mencari informasi mengenai pasar
potensil dan tingkat kebutuhan madu, selain itu kelompok juga
mencari informasi tentang pengembangan produk madu lanjutan.
Waktu: setiap tahun sepanjang pengusahaan madu dilaksanakan.
e. Promosi
Rencana tindakan: pada setiap event-event yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun pihak lain, promosi dilakukan dengan
membuat gerai madu. Pada gerai tersebut disajikan dua jenis madu
yaitu madu rimba dan madu budidaya. Promosi dilakukan dengan
memperkenalkan keunggulan dari masing-masing jenis madu yang
dihasilkan dari areal pegunungan yang bersih, sehat dan bebas
polutan, yakni pada saat dilakukan rapat-rapat/pertemuan, madu
disajikan sebagai minuman penyegar. Waktu: setiap tahun
sepanjang waktu pengusahaan.
E. Posisi Pasar
Posisi pasar merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan dimana posisi pasar dari komoditi perlebahan saat ini. Hal
ini berguna sebagai data dasar dalam menyusun perencanaan
pengembangan pasar selanjutnya.
Secara teoritis dari seluruh pembahasan tentang segmentasi pasar,
pasar sasaran dan posisi pasar tersebut diatas, pada dasarnya
terdapat keterkaitan antara tiga permasalahan pokok dalam usaha
perlebahan yakni: pada benak mana produk tersebut akan diposisikan,
diferensiasi produk seperti apa memiliki nilai atau value bagi konsumen
serta merek atau brand apa yang yang digunakan agar produk
tersebut memiliki identitasnya. Keterkaitan ketiga unsur tersebut oleh
Hermawan Kartajaya dinyatakan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 8. Posisi Pasar
Positioning merupakan tujuan penempatan produk pada benak
konsumen. Untuk itu kelompok usaha perlebahan di Desa Labbo harus
melakukan diferensiasi produknya sehingga dapat menambah nilai atau
value bagi konsumen. Agar pproduk tersebut mudah diingat pada benak
konsumen, maka produk haruslah diberi identitas tertentu yang dalam
bentuk merek. Merek dipergunakan untuk menyatakan identitas dan
kualitas produk. Dengan demikian merek merupakan identitas barang,
pembuat citra akan barang serta sebagai penjaga kesetiaan terhadap
produk agar tetap berada dibenak konsumen. Karena itulah merek yang
akan dipakai oleh kelompok usaha adalah Madu Labbo, murni dari
pegunungan Desa Labbo.
Dari data dan fakta yang ada dan dihubungkan dengan posisi pasar
terdiri atas 4 tahap yakni tahap pemula, pertumbuhan, dewasa dan
penurunan, maka posisi pasar produk perlebahan di Desa Labbo baru
dalam tahap pertumbuhan, karena tahapan untuk mencapai tahap dewasa
belum terpenuhi mengingat produksi yang masih rendah. Tetapi
optimisme kelompok usaha perlebahan di Desa Labbo tetap tinggi
mengingat upaya ke arah pengembangan pasar sudah gencar dilakukan.
Kendala memang masih ada, tetapi itu bukan alasan untuk tidak memulai
pengembangan pasarnya.
F. Kendala-Kendala Usaha Perlebahan di Desa Labbo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa
kendala yang dialami oleh kelompok usaha perlebahan di Desa Labbo
diantaranya:
1. Mutu produk yang belum memenuhi persyaratan nasional untuk
pemasaran produk perlebahan, diantaranya kadar air yang masih
tinggi.
2. Pesaing sudah mulai muncul, terutama adanya produk sejenis dari
Jawa yang dipasarkan pada berbagai minimarket di kota Bantaeng
3. Produksi masih rendah, utamanya produksi dari usaha budidaya
lebah madu
4. Musim hujan yang panjang sehingga produksi cenderung menurun
jika musim hujan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi produk perlebahan
pada badan usaha milik desa (BUMDes) Desa Labbo Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil produksi madu yang dikelola oleh para kelompok tani di Desa
Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng mempunyai
keunggulan dalam pemasaran yaitu dengan harga madu yang
murah dan mudah diperoleh.
2. Faktor internal yang dimiliki kelompok usaha adalah: madu mudah
dieproleh, keahlian teknis sudah dikuasai, jaringan sudah baik,
produk dikelola oleh BUMDes, harga terjangkau, sudah ada upaya
peningkatan mutu serta pengemasan sudah baik.
Sedangkan faktor eksternal adalah: belum ada kontrol terhadap
stok madu, teknologi belum baik, pasar masih lokal, stok sedikit
pada saat penjualan ramai, kurang promosi, umur produk terbatas
dan desain belum baik.
Faktor eksternal adalah : pesaing sedikit dan lemah, permintaan
meningkat, ketersediaan bantuan teknis, tidak ada produk yang
sama dipasar, kelangkaan produk secara lokal, musim hujan yang
panjang, budidaya yang masih kurang kebijakan pemerintah
menguntungkan
3. Strategi pemasaran efektif adalah dengan melihat posisi pasar
yang masih dalam tahap pertumbuhan dengan mempertimbangkan
langkah-langkah yang harus ditempuh seperti positioning produk
sebagai produk alami dari pegunungan, keaslian dan mutu yang
terjamin, serta pengemasan yang lebih baik.
B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan mutu produk, setidaknya memenuhi
syarat nasional agar pemasaran produk tidak terkendala
standarisasinya jika kelak pasar produk perlebahan sudah meluas.
Langkah yang bisa ditempuh adalah pengadaan peralatan/ mesin
untuk menurunkan kadar air madu.
2. Mengembangkan produk madu jenis baru dengan harga yang
terjangkau dan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga
banyak diminati. Misalnya membuat produk madu dalam kemasan
yang menarik dan warna-warni, membuat produk olahan dari madu
seperti sabun, lulur, masker, dan lain-lain agar bisa bersaing
denagn produk lain.
3. Meningkatkan produksi dengan meningkatkan mutu masyarakat
untuk budidaya lebah madu. Peningkatan jumlah kelompok tani
yang berbudidaya lebah madu diharapkan dapat meningkatkan
produksi.
4. Memaksimalkan produksi pada saat musim kemarau untuk
mengantisipasi menurunnya produksi pada saat musim hujan.
Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menanam tanaman
yang merupakan pakan lebah baik tanaman hias, tanaman
perkebunan maupun tanaman kehutanan disekitar rumah
penduduk, agar sumber pakan tersedia sepanjang tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. Dkk. 2003. Pengelolaan Hutan Desa Di Sulawesi Selatan.
Makalah disusun pada seminar nasional hutan desa Yogyakarta.
Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
Alfabeta, Bandung.
Chandra Wahyu, "madu alam dari hutan desa di Bantaeng " diakses
tanggal 16 April 2014.
http://www.mongabay.co.id/2013/11/21/madu-alam-dari-hutan-
desa-di-Bantaeng/
Kotler, P, 1993. Manajemen Pemasaran, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kotler, 1994. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian), Jakarta. Penerbit Erlangga, Edisi
Keenam. Jilid 1.
KS, Muhammad, Alif. Ekaputra, Pmicha. 2010. Analisis Aspek Ekonomi
Dalam Pengembangan Pasar Produk Hutan Desa Labbo
Kabupaten Bantaeng. Makassar.
KS, Muhammad, Alif. 2011. Membangun Hutan Desa. 10 Tips Bagi
Fasilitator. Jakarta: Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat
(FKKM).
Mahbub, Asar, Said. Makkarennu, 2010. Market Analysis And Enterprise
Development (MAED) Di Kabupaten Maros Dan Kabupaten
Bantaeng. Makassar.
Mursid, M. 1993. Manajemen Pemasaran. Penerbit Bumi Aksara
Bekerjasama dengan PAU, Studi Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.
Neraca.co.id. "memasarkan produk madu tradisional". Diakses tanggal 16
April 2014.
http://www.neraca.co.id/article/12572/Memasarkan-Produk-Madu-
Tradisional/3
Nitisemito, 1986. Marketing. Penerbit PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Radiosunu, Djasmin, 1990. Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Penerbit
Ganeca Exact Bandung, Anggota IKAPI.
Rangkuti, Fredy. "Analisis SWOT" diakses pada tanggal 16 April 2014.
http://www.academia.edu/5090849/pengertian-analisis-SWOT/
Stanton, William, J. 2000. Prinsip Pemasaran. Edisi revisi. Jakarta:
Erlangga.
Start, Daniel dan Hovland, Ingie. "Analisis SWOT" diakses pada tanggal
16 April 2014.
http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani-penelitian-
dan-kebijakan/untuk-cso/file/82.pdf.
supratman. Sahide, Muhammad, Alif, K. 2013. Hutan Desa dan
Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Kabupaten
Bantaeng. Direktorat bina perhutanan sosial. Jakarta.
Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Liberty, Edisi kedua. Cetakan keempat.
Yazid. 2005. Pemasaran Jasa: Konsep dan Implementasi, edisi kedua.
Ekonisia. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.