strategi market perbankan syariah

13
STRATEGI MARKET PERBANKAN SYARIAH Disusun oleh : ARIFIN 5108005 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH DI WONOSOBO 2010

Upload: dompet-sosial-madani-bali

Post on 29-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

STRATEGI MARKET PERBANKAN SYARIAH

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

STRATEGI MARKET PERBANKAN SYARIAH  

Disusun oleh :

ARIFIN

5108005

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO2010

Page 2: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem Perbankan Syariah Indonesia dimulai tahun 1992 dengan digulirkannya UU No.

7/1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

Pada tahun yang sama lahir bank syariah pertama di Indonesia, Bank Syariah Muamalat

Indonesia (BMI). Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah

diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat

naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Bangking System, pelaku bank syariah

bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas mandiri (BMI dan Bank

Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank konvesional. Pendatang-

pendatang baru perbankan syariah dipastikan terus bertambah mengingat pada akhir 2003,

beberapa bank konvesional sudah mengantungi ijin dari Bank Indonesia untuk membuka

unit/divisi tahun ini.

Dalam dunia perbankan di Indonesia saat ini, perbankan syariah sudah tidak lagi

dianggap sebagai tamu asing. Hal ini disebabkan oleh kinerja dan kontribusi perbankan syariah

terhadap perkembangan industry perbankan di Indonesia selama 10 tahun terakhir.

Kinerja ini semakin nyata ketika badai krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika

perbankan konvesional banyak yang terpuruk, perbankan syariah relative dapat bertahan

bahkan menunjukkan perkembangan. Data menunjukkan bahwa pada akhir 1996, jumlah

keseluruhan kantor, baik kantor pusat, kantor cabang, kantor capem, maupun kantor kas, yaitu

41 kantor. Bulan Januari 2003, jumlahnya telah menjadi 116 kantor.

Ini membuktikan bahwa secara konseptual, perbankan syariah memang sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman serta sudah menjadi kewajiban sejarahnya untuk lahir dan

berkembang menjadi sistem perbankan alternatif yang sesuai dengan fitrah hidup manusia.

Walau demikian, kesempurnaan konsep yang berdasarkan konsep ilahiah ini tetap di up-

date disesuaikan dengan tuntutan zaman agar tetap dapat diterapkan dalam kehidupan bisnis

yang nyata. Berangkat dari pemikiran itulah diperlukan alternatif-alternatif pemikiran yang dapat

menyempurnakan konsep pengembangan perbankan syariah di masa depan.

Tantangan pertama yang berada di depan mata adalah mampukah perbankan syariah

memerankan fungsi intermediasi secara baik sehingga dapat menggerakkan sector riil??

Tantangan kedua adalah mampukah perbankan syariah berkembang di ‘habitatnya’ yang subur

(negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia) serta menjadi contoh sukses bagi negara-

negara lain dalam mengembangkan perbankan syariah. Tantangan ketiga, di masa depan

perbankan syariah harus mampu menjadi rahmatan lil alamin. Artinya ia tidak hanya bermanfaat

bagi kaum muslim tetapi juga bagi seluruh umat manusia.

Page 3: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Analisis Pasar Perbankan Syariah

Seiring dengan makin bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia,

jumlah dana yang berhasil dihimpun perbankan syariah juga terus bertambah. Jika pada 1997

dana masyarakat bank syariah baru mencapai Rp 463 M maka pada Desember 2003 telah

meningkat menjadi Rp 5,7 T.

Pesatnya pertumbuhan dana masyarakat ini dipicu oleh beberapa faktor. Di samping karena

kinerja bank syariah yang mengesankan, sistem bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah

lebih stabil terhadap gejolak ekonomi makro. Di tengah terus menurunnya suku bunga bank

konvensional, margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan

bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil diberikan

berdasarkan nisbah (perbandingan bagi hasil) keuntungan yang disepakati saat nasabah

membuka rekening. Dalam periode 1997-2003, produk dana berupa deposito mudharabah

merupakan pilihan terbesar dari seluruh dana masyarakat yang disimpan pada perbankan

syariah.

Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya

tingkat pembiayaan syariah. Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang berada

pada kisaran 100% jauh melampaui Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan konvensional yang

sekisar 40%.

Berbeda dengan bank konvensional yang fungsi intermediasinyadilakukan dengan

mengucurkan kredit secara tunai, pada perbankan syariah konsep pembiayaan tidak dilakukan

secara tunai tetapi dengan cara membiayai / mendatangi langsung sejumlah kebutuhan yang

diajukan debitur, baik pembelian barang maupun pendirian suatu usaha. Dengan demikian

transaksi tunai tidak terjadi secara langsung antara bank dan debitur melainkan antara bank

dengan pihak yang berbisnis dengan debitur seperti dealer mobil,pengembang atau yang lain.

Hingga tahun 2003 perbankan syariah telah mendanai pembiayaan sebesar Rp 5,53 T

dengan tingkat FDR 96,6%. Dari seluruh skim pembiayaan syariah, total pembiayaan masih

didominasi oleh pembiayaan murabahab/jual beli (70%), disusul pembiayaan mudharabah/bagu

hasil (19%) dan pembiayaan masyarakat (2%). Tingkat Non Performing Financing (NPF)

sebesar 2,3% pada Desember 2003, stabil dibawah 5% sejak tahun 2000.

Dari segi asset, pada 2003 perbankan syariah mengalami peningkatan pesat dengan tingkat

penetrasi asset terhadap perbankan konvensuonal sebesar 0,7% (Rp 7,859). Pertumbuhan

asset bank-bank syariah melonjak dengan adanya Dual Banking System pada 1998. Ini terlihat

dari compound annual growth rate (CAGR) setelah tahun 1998 yang mencapai 70%.

Bank Indonesiamenargetkan penetrasi asset perbankan syariah terhadap asset perbankan

konvensional akan mencapai 5% pada tahun 2010.

    

2.      Strategi Bank-bank Syariah

Tidak dapat dipungkiri Fatwa MUI pada Desember 2003 merupakan trigger penting dalam

proses pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, sebagai unit bisnis yang

terukur kinerjanya bank-bank syariah harus menyiapkan strategi pasca Fatwa MUI untuk

memposisikan diri sebagai bisnis yang kokoh.

Page 4: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Dengan nasabah potensial mencapai 78%, bank-bank syariah seharusnya mulai berbenah

diri. Tingginya potensi nasabah dengan rendahnya persepsi masyarakat terhadap syariah

menunjukan minimnya informasi syariah di masyarakat.

Untuk itu straregi Pertama yang harus ditempuh bank syariah adalah komunikasi eksternal

baik dalam rangka edukasi prinsip syariah maupun produk-produk yang ditawarkan. Sebagai

bisnis yang masik baru berkembang, sudah selayaknya pelaku perbankan syariah melakukan

kerja sama baik dalam iklan bersama maupun mensponsori suatu event tertentu.

Strategi Kedua adalah menciptakan efisiensi melalui inovasi produk dan inovasi proses.

Tidak seperti perbankan konvensional yang didukung oleh banyak instrumen keuangan, produk-

produk syariah cenderung terbatas mengingat belum lengkapnya instrument keuangan syariah.

Tingginya margin bagi hasil yang ditawarkan saat ini ( relatif terhadap bunga bank

konvensional ) menjadikan bank syariah cederung nengalami excess funding. Untuk itu perlu

dilakukan inovasi produk pembiayaan dengan skim yang menarik untuk menjaga agar tingkat

bagi hasil yang ditawarkan tetap bersaing. Inovasi proses untuk efisiensi dapat dilakukan dengan

cara menyederhanakan adopsi proses kredit bank konvensional untuk proses pembiayaan bank

syariah. Sistem referensi cross-selling dan sistem skoring pada kredit bank konvensional

merupakan beberapa inovasi yang dapat ditiru perbankan syariah.

Excess funding juga bisa disebabkan oleh kurang agresifnya system pemasaran perbankan

syariah. Survei Bank Indonesia menunjukkan kurangnya sense of marketing pelaku perbankan

syariah. Hasil survei menyebutkan, dari 6 sampel perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta

Islamic Index, hanya 2 perusahaan mengaku pernah didatangi tenaga pemasar bank syariah.

Semua perusahaan ini berharap mendapatkan penawaran pembiayaan dari perbankan syariah.

Tidak boleh tidak, perbankan syariah harus mulai menata dan merencanakan sistem pemasaran

yang lebih baik dan mulai melihat potensi bisnis non ritel untuk menggiatkan pembiayaannya.   

Bank syariah juga tidak dapat menghindari timbulnya risiko pembiayaan. Hal tersebut terjadi

ketika bank tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau seluruh pembiayaan yang disalurkan

atau investasi yang sedang dilakukannya. Risiko pembiayaan dapat mempengaruhi tingkat

profitabilitas bank syariah. Hal ini disebabkan ketika tingkat jumlah pembiayaan bermasalah

(Non Perfoming Financing) menjadi besar, semakin besar pula jumlah kebutuhan biaya

penyisihan penghapusan pembiayaan yang berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk

menghasilkan keuntungan. Maka dari itu pembiayaan dan investasi yang disalurkan harus dijaga

serta dikelola dengan hati-hati (Prudential) agar tidak menjadi pembiayaan yang bermasalah

(Non Perfoming Financing). Strategi berikutnya adalah mangembangkan budaya syariah

sebagai salah satu usaha menuju good corporate government. Mengingat 8 dari 10 pelaku

perbankan syariah Indonesia (per Desember 2003) adalah merupakan unit/divisi syariah

perbankan konvensional, diperlukan komitmen yang kuat untuk menciptakan budaya syariah

yang berbeda dengan budaya perbankan konvensional. Syariah adalah bisnis yang tidak hanya

murni bisnis. Inilah bisnis yang didukung oleh moral dan niat baik untuk mengembalikan uang

pada fungsinya, yaitu murni sebagai alat tukar yang tidak akan bertambah/berkurang semata-

mata karena waktu. Inisiasi budaya syariah ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan

motivasi kerja berdasarkan syariah, rekrutmen pegawai yang tidak hanya didasarkan pada

kemampuan intelektual, menumbuhkan syariah leadership style, dan sebagainya.

3.      Strategi Meningkatkan Market Share Bank Syariah

Page 5: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Bank syariah di Indonesia saat ini, relatif masih kecil, masih 1,6% dari total asset bank

secara nasional (Data BI Februari 2007). Menurut Siti Fajriyah, salah seorang Deputi Gunernur

Bank Indonesia, jumlah nasabah Bank syariah saat ini, baru sekitar 2 juta orang. Padahal jumlah

umat Islam potensial untuk menjadi customer bank syariah lebih dari 100 juta orang. Dengan

demikian, mayoritas umat Islam belum berhubungan dengan bank syariah.

Banyak faktor yang menyebabkan mengapa umat Islam belum berhubungan dengan bank

syariah, antara lain :

a.       Pertama, Tingkat pemahaman dan pengetahuan umat tentang bank syariah masih sangat

rerndah. Masih banyak yang belum mengerti dan salah faham tentang bank syariah dan

menganggapnya sama saja dengan bank konvensional. Bahkan sebagian ustadz yang tidak

memiliki ilmu yang memadai tentang ekonomi Islam (ilmu ekonomi makro ; moneter) masih

berpandangan miring tentang bank syariah.

b.       Kedua, Belum ada gerakan bersama dalam skala besar untuk mempromosikanbank syariah.

c.       Ketiga, Terbatasnya pakar dan SDM ekonomi syariah.

d.      Keempat, Peran pemerintah masih kecil dalam mendukung dan mengembangkan ekonomi

syariah.

e.       Kelima,Peran ulama, ustadz dan da’i masih relatif kecil. Ulama berjuang keras mendakwahkan

ekonomi syariah selama ini terbatas pada DSN dan kalangan akademis yang telah tercerahkan.

Bahkan masih banyak anggota DSN yang belum menjadikan tema khutbah dan pengajian

tentang bank dan ekonomi syariah.

f.        Keenam, Para akademisi di berbagai perguruan tinggi, termasuk Perguruan Tinggi Islam belum

optimal

g.       Ketujuh, Peran ormas Islam juga belum optimal membantu dan mendukung gerakan bank

syariah. Terbukti mereka masih banyak yang berhubungan dengan bank konvensional.

h.       Kedelapan, dan ini yang paling utama, Bank Indonesia dan bank-bank syariah belum

menemukan strategi jitu dan ampuh dalam memasarkan bank syariah kepada masyarakat luas.

Strategi jitu dan sangat ampuh tersebut telah lama kita temukan dan telah lama terbukti

dengan ampuh menggiring dan menyadarkan umat untuk menabung, mendepositokan uangnya

di bank syariah serta bertransaksi perbankan dengan bank syariah. Strategi ini akan mampu

menyadarkan umat tentang kejahatan system ribawi dan keunggulan bank Islam yang pada

gilirannya mendorong mereka datang berduyun-duyun ke bank-bank syariah sembari

meninggalkan bank konvensional. Apabila umat datang berdduyun-duyun ke bank syariah, maka

bank-bank syariah akan mengalami antrian panjang nasabah. Tetapi kenyataannya hari ini,

banyak wanita berjilbab dan ibu-ibu haji yang masih menabung di bank konvensional ribawi.

Masalah utamanya adalah mereka belum mendapat pencerahan dan pencerdasan dari para

pakar ekonomi Islam atau ulama yang ahli ekonomi. Mereka tidak tahu ilmu ekonomi Islam dan

rasionalitasnya melarang bunga bank.

Untuk itu perlu strategi jitu memasarkan bank syariah kepada masyarakat. Pola dan sistem

pemasaran bank syariah selama ini masih belum tepat dan perlu perubahan-perubahan

mendasar. Sistem dan strategi pemasaran bank syariah selama ini belum bisa membuahkan

pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan (quantum growing) yang memuaskan. Karena

itu tidak aneh jika market share bank syariah masih berkisar di angka 1,5%. Padahal bank

syariah telah berkembang pesat sejak tahun 2000. Bahkan Bank Muamalat telah berkembang

sejak tahun 1992’

Page 6: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Oleh karena para praktisi bukan berasal dari latar belakang ulama/da’i, maka mereka masih

banyak yang tidak memahami psikologi dakwah ekonomi syariah. Bayangkan, di Indonesia

misalnya jumlah masjid mencapai 1 juta buah, lebih banyak dari jumlah desa yang ada di

Indonesia.belum lagi mushala dan jumlah majlis ta’lim. Jika semua ustadz yang berkhutbah

mengkampanyekan bank syariah secara haqqul yakin, rasional dan spiritual, maka bisa

dipastikan lebih seratus juta umat akan hijrah ke bank syariah. Jika setiap masjid diisi 100 orang

jamaah, maka 100 juta umat akan menjadi lahan potensial untuk bank syariah. Tetapi Bank

Indonesia dan bank-bank syariah belum menyadari potensi ini.

Karena itu saya berulang kali mendesak semua pihak untuk menyadarkan para ustadz dan

mengisi atau membekali mereka dengan ilmu ekonomi makro dan ilmu mpneter serta

keunggulan-keunggulan ekonomi dan bank syariah. Juga menjelaskan bagaimana dampak

buruk bunga bagi perekonomian dunia dan Indonesia. Meskipun ada seminar, tulisan dan

berbagai penjelasan, namun semua itu belum optimal dan belum tajam mendoktrin umat secara

rasional dan ilmiah tentang keunggulan bank syariah dan kezaliman bank konvensional.

Materi cerramah, ulama DSN atau DPS masih banyak yang bersifat emosional keagamaan.

Artinya mengajak umat berbank syariah, karena label syariah atau prinsip syariah, yang kadang-

kadang letak syariahnya tidak begitu kelihatan. Yang lebih kita utamakan adalah pendekatan

rasional obyektif, bahwa bank syariah tersebut betul-betul unggul dan menciptakan

kemaslahatan umat manusia. Sebaliknya sistem riba telah menimbulkan kerusakan ekonomi

dunia dan masyarakat.

Kita telah melakukan upaya brainwashing para ulama/ustadz dan hasilnya alhamdulilah

dalam waktu beberapa bulan jamaah dan umat datang berduyun-duyun ke bank syariah yang

menimbulkan antrian panjang di bank syariah, sehingga sebuah kantor kas saja bisa menjadi

terbaik se-Indonesia. Bukti empiris ini telah teruji di beberapa kota, seperti Medan dan Binjei.

Para ulama di sebuah kota detraining dalam bentuk workshop lalu diminta untuk mendakwahkan

keunggulan bank syariah dan dengan penuh keyakinan yang mendalam mereka menyampaikan

keharaman bunga bank konvensional secara rasional, bukan emosional. Jika jamaah setiap

masjid 500 orang dan ustadz yang berdakwah ada 200 orang, maka sasaran potensial nasabah

bank syariah ada 100 ribu orang. Belum lagi dihitung setiap ustadz memiliki ribuuan jamaah

pengajian, dikali jumlah ustadz yang ribuan juga jumlahnya. Jika potensi ini digerakkan, maka

bank-bank syariah akan tumbuh spektakuler dan dalam waktu singkat bisa menguasai pasar

perbankan nasional.

Sekarang masih ada ustadz yang meragukan keharaman bunga, karena ilmunya masih

terbatas dalam ekonomi Islam. Jangankan mengecap pendidikan S3 dan S2 di bidang ekonomi

Islam, malah sama sekali belum pernah pernah belajar ilmu ekonomi makro, mikro, moneter dan

akuntansi. Mereka belum pernah detraining dengan modul khusus yang telah disiapkan untuk

membrainwashing para ustadz/ulama.share bank syariah.

Untuk itu kita harus menciptakan ustadz/da’i/ulama bank syariah yang memiliki ilmu yang

memadai untuk mendakwah bank syariah. Mereka tidak saja bertekad untuk mengajak umat ke

bank syariah, tetapi malah dipastikan membenci seluruh sistem bunga sebagaimana mereka

membenci kemaksiatan yang ada di bumi ini. Hal itu bisa terwujud setelah mereka mendapat

training jitu dan intensif. Mereka selama ini masih berhubungan dengan system bunga karena

belum memahami ilmu ekonomi moneter Islam, 15 keunggulan bank syariah, perbedaan bunga

dan margin murabahah, bahkan ada yang belum bisa membedakan bunga dan bagi hasil.

Page 7: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Workshop dan training ulama tentang bank Islam harus terus-menerus dilakukan, agar

mereka cerdas dalam ilmu ekonomi dan mampu menyampaikan dakwah ekonomi syariah

kepada umat. Selain itu, penyebaran buletin tentang ekonomi dan bank syariah harus digalakkan

dan disebarkan di masjid-masjid agar kebodohan umat tentang ekonomi Islam bisa di atasi

secara bertahap. Dengan gerakan ini, Insya Allah market share bank syariah akan meningkat

secara signifikan.

(Penulis adalah Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Dosen Pascasarjana

Ekonomi dan Keuangan Syariah U, Pascasarjana Islamic Economics and Finance Universitas

Trisakti dan Pascasarjana Bisnis dan Keuangan Islam Universitas PARAMADINA dan

Universitas Islam Negeri Jakarta).

4.      5 Langkah Strategis Meningkatkan Pangsa Pasar Perbankan  Syariah

Bank Indonesia, data pada Juni 2008, mempublikasikan bahwa total asset perbankan

syariah masih sebesar 2,11% dibandingkan dengan total asset perbankan nasional. Hasil ini

menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah masih cukup lambat bila melihat rentang

waktu sejak bank syariah (Bank Muamalat) berdiri. Bahkan, target pangsa pasar 5% sampai

akhir 2008 yang telah dicanangkan Bank Indonesia terancam gagal.

Karena itu, tema utama yang selalu menjadi perbincangan hangat bagi pelaku perbankan

syariah adalah bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan

syariah. Ada lima langkah strategis sebagai sebuah solusi.

Pertama, bank syariah harus berani masuk ke pasar rasional dan mengakuisasi nasabah bank

konvensional dengan strategi yang fokus mengkomunikasikan keuntungan fungsional.

Bank syariah harus fokus pada keuntungan fungsional atau mendasar seperti keamanan,

ragam layanan produk, dan kemudahan. Ini berarti, perhatian bank syariah jangan tersita hanya

sebatas mengkomunikasikan keuntungan emosional seperti terhindar dari riba. Mengapa?

Karena kenyataannya, mayoritas masyarakat menganggap keuntungan fungsional juga sangat

penting.

Contoh bank syariah yang sudah mulai fokus mengkomunikasikan keuntungan fungsional

adalah Bank Muamalat. Hal ini dapat dilihat pada berbagai layanan iklan produk Share saat

bulan puasa.

Kedua, bank syariah jangan lagi hanya mengalokasikan seluruh sumber dayanya untuk

melakukan komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan awareness. Karena awareness bank

syariah telah tinggi. Yang masih rendah adalah pengetahuan nasabah akan produk-produk bank

syariah.

Sesuai pasa tahapan pada hierarchy of effect model, bahwa setelah awareness, perusahaan

perlu memberikan pemahaman (knowledge) yang jelas akan produk-produknya. Hal ini ditujukan

agar masyarakat tidak lagi bertanya-tanya akan perbedaan produk bank syariah dengan produk

bank konvensional. Sayangnya, masih sangat banyak masyarakat yang belum memahami

produk bank syariah. Bahkan yang lebih fatal, ada masyarakat yang masih mempersepsikan

sama antara bagi hasil dan bunga bank.

Ketiga, setiap strategi komunikasi yang dilakukan bank syariah perlu di-match-kan dengan

tahapan-tahapan pada hierarchy of effect model. Misalnya, ketika di awal munculnya

bank/produk syariah, maka strategi komunikasi lebih difokuskan pada peningkatan awareness.

Page 8: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Tetapi ketika awarenesstelah tinggi, bank syariah perlu mengkomunikasikan berbagai

keuntungan agar nasabah memiliki pemahaman (knowledge) akan produk bank syariah.

Pada tahap berikutnya, bank syariah perlu membuat strategi komunikasi yang dapat

menciptakan ketertarikan (interest) nasabah akan produk bank syariah. Setelah nasabah tertarik,

maka bank syariah harus lebih maju dalam membuat program komunikasi. Hal ini ditujukan agar

tercipta nasabah dengan prefensi yang kuat untuk memanfaatkan atau memiliki rekening di bank

syariah dibandingkan bank konvensional. Terakhir, agar tidak sebatas trial dan akhirnya lepas

lagi, bank syari’ah perlu membuat strategi relationship yang berkesinambungan agar

nasabahnya menjadi pelanggan yang loyal dalam jangka panjang. Kesemua hal tersebut perlu

dilakukan agar dapat diketahui pada tahap mana strategi bank syariah dalam mengakuisi

nasabah konvensional menjadi pelanggannya. Dan, dapat menentukan strategi komunikasi apa

yang tepat untuk setiap tahapannya.

Keempat, bank syariah perlu memanfaatkan peran influencer. Untuk mengakuisi nasabah bank

konvensianal, tidak semudah membalikan telapak tangan. Misalnya dengan mem-

borbardir melalui berbagai iklan dan promosi. Lalu, berharap nasabah bank konvensional akan

langsung berpindah. Tidaklah sesederhana itu.

Diperlukan sebuah pemicu yang mampu menggerakkan nasabah bank konvensional

berpindah. Pemicu itu adalah orang-orang yang mampu  memberi pengaruh besar, atau biasa

disebut sebagaiinfluencer. Influencer ini bisa berupa pemilik atau pemimpin perusahaan,

pemimpin organisasi, atau pemimpis sekolah/pesantren.

Contoh bank yang sangat sukses memanfaatkan peran influencer adalah Bank Central Asia

(BCA). Lihat saja, telah sejak lama perusahaan atau industri memiliki kebijakan agar

karyawannya memiliki rekening BCA, walau dengan alasan pembayaran gaji atau payroll. Pada

kasus ini, terlihat peran yang besar dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk membuat

karyawannya menjadi nasabah BCA.

Namun, untuk memanfaatkan peran influencer perlu strategi pendekatan yang khusus.

Karena para influencer ini adalah orang-orang yang sangat penting dan sangat sibuk dengan

berbagai urusan. Karena itu, perlu ada strategi relationship marketing yang tepat dan bersifat

jangka panjang. Bukan hanya dalam bentuk transactional yang sekadar mengambil manfaat

sesaat.

Kelima, berikan layanan dalam bentuk produk-produk yang memberikan kemudahan,

kecepatan, dan kenyamanan. Berdasarkan riset MARS Indonesia, layanan menjadi salah satu

faktor utama nasabah memilih bank.

Namun jangan tertipu. Layanan di sini bukan hanya dalam bentuk keramahan. Tetapi yang

dimaksud nasabah adalah layanan dalam bentuk produk-produk yang mampu memberikan

kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan. Untuk itu, bank syariah harus terus meningkatkan

produk-produknya yang dapat memuaskan kebutuhan fungsional nasabah.

Akhirnya, bila kelima solusi ini dijalankan, maka bank syariah akan mampu

mengkomunikasikan keuntungan emosional sekaligus keuntungan fungsional. Semoga kelima

solusi singkat ini dapat membantu peran bank syariah dalam meningkatkan pangsa pasar

perbankan syariah di Indonesia.

BAB III

Page 9: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

KESIMPULAN

Meskipun populai Indonesia mayoritas Muslim, tidak mudah bagi perbankan syariah

merebut hati nasabah. Masyarakat terlalu lama bersentuhan dengan perbankan konvensional

sehingga banyak mempertanyakan perbankan syariah.

Hingga Maret 2006, asset bank syariah mencapai Rp 20,55 triliun atau baru 1,4%

dibandingkan total asset bank konvensional. Sebagian dari kita menyadari bahwa sistem

perbankan non ribawi atau sistem syariah lebih adil dan jauh dari unsure eksploitasi dan

spekulasi. Namun, bukanlah hal yang mudah bagi bank syariah untuk merebut hati nasabah

(personal maupun korporasi). Perlu strategi dan langkah byang sistematis, sosialisasi dan

kampanye yang kontinyu serta dukungan dari berbagai pihak yang terkait seperti pemerintah,

parlemen, Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, Pusat

Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), konsultan, praktisi

dan pihak-pihak lain yang terkait.

Strategi bank syariah untuk merebut hati nasabah ini bisa dilakukan dalam tiga

tahapan.Pertama, dimulai dengan menyentuh sisi kognisi nasabah yaitu memberikan sosialisasi

edukatif tentang ‘realitas’ sistemdan produk perbankan syariah kepada nasabah melalui

publikasi di berbagai media cetak, elektronik maupun dalam bentuk gathering, talkshow dan

seminar publik. Pada tahapan ini diharapkan masyarakat mampu mengetahui dan aware tentang

sistem perbankan syariah dan bagaimana sistem itu diterapkan. Diharapkan masyarakat juga

memahami fungsi keberadaan perbankan syariah dari sisi personal maupun social.

Tahap Kedua adalah menyentuh sisi emosional nasabah dengan memberikan gambaran

menyeluruh tentang manfaat dan keuntungan memakai sistem perbankan syariah dari sisi bisnis

(profit) maupun spirit sehingga masyarakat merasa bahwa system dan produk perbankan

syariah ini memang baik dan layak untuk dipakai. Pada tahapan inilah yang dalam strategi public

relation disebut dengan tahap pembentukan citra bank syariah dalam benak nasabah. Hal

terpenting yang harus dalakukan dalam tahap ini adalah perbankan syariah terlebih dulu

memahami kebutuhan nasabah yang bisa dilakukan dengan riset pasar (marketing research).

Setelah memahami apa yang menjadi kebutuhan nasabah, dilakukan strategi pembentukan citra

bank syariah yang fokus, kreatif, dan konsisten.

Pembentukan citra bank syariah dimulai dengan memetakan persepsi masyarakat

tentang perbankan syariah. Citra bank syariah yang ada dalam benak masyarakat bisa

dioptimalkan menjadi titik pembangkit citra yang diinginkan.

Citra bank syariah yang diinginkan ini dibentuk dari realitas mendasar dan kredibel dari

kondisi perkembangan perbankan syariah yang telah ada. Pembentukan citra yang tidak didasari

dengan informasi realitas dengan kredibilitas tinggi tentu akan menghasilkan citra yang lemah.

Karena akan muncul banyak celah yang bisa dilihat oleh publik, termasuk pihak lain yang

memiliki kepentingan berseberangan, untuk mudah mengubah citra menjadi biasanya disebut

dengan corporate social responsibility.

Citra bank syariah juga sangat dipengaruhi oleh sistem perbankan syariah itu sendiri,

product knowledge para praktisi perbankan syariah maupun sikap dan perilaku sesuai syariah

yang ditunjukkan para praktisi kepada nasabah.

Tahap Ketiga adalah tahap aktivasi yang menyentuh sisi konasi dengan menggerakkan

nasabah sampai mereka benar-benar menggunakan sistem dan produk bank syariah.

Page 10: STRATEGI MARKET PERBANKan syariah

Keberadaan regulasi office channeling, sistem aplikasi IT yang proven untuk bank syariah, SDM

(Sumber Daya Manusia) perbankan syariah yang handal, harus diimbangi dengan strategi

persuasif dari semua pihak yang terkait dalam sistem perbankan syariah untuk mengajak

masyarakat menggunakan sistem dan produk bank syariah, misalnya dengan mengadakan

kampanye dan berbagai kegiatan massal di berbagai daerah seperti kegiatan Expo serta

pemberian fasilitas lain yang memudahkan masyarakat untuk menjangkau layanan bank syariah.

CEO gathering juga bisa dioptimalkan untuk menjaring nasabah korporasi. Dengan strategi

komprehensif yang melibatkan sisi kognisi, emosi, dan konasi nasabah (baik nasabah personal

maupun korporasi), diharapkan perbankan syariah bisa tumbuh dan berkembang dengan pesat

dan bermanfaat bagi nasabah, sehingga nasabah bisa menjadikan sistem dan produk bank

syariah sebagai sesuatu yang “good-and-for-me”.

PENUTUP

Demikian makalah dari kami. Semoga selain untuk pemenuhan tugas, juga dapat

sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca lain. Kami sadar penulisan makalah kami masih

jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami memohon bagi pembaca memberikan saran dan

kritik yang bersifat konstruktif untuk pembuatan makalah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

-         http://bankbagihasil.wordpress.com/2008/10/06strategi-bank-syariah-merebut-hati-nasabah/

-         Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’I Antonio, 1992, Apa dan Bagaimana Bank

Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Waqaf