strategi livelihood petani penggarap sawah di …
TRANSCRIPT
eJournal Sosiatri-Sosiologi 2021, 9 (1): 110-124 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2021
STRATEGI LIVELIHOOD PETANI PENGGARAP SAWAH
DI KELURAHAN RAPAK DALAM KECAMATAN
LOA JANAN ILIR KOTA SAMARINDA
Eddwin Sampe1
Abstrak
Tujuan Peneltian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan Strategi-
Penghidupan Petani Penggarap Sawah dengan melalui Penyederhanaan Ke-lima
Dimensi Aset (Pentagonal Asset). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian yaitu berfokus pada
Subtansi Startegi Bertahan Hidup Livelihood Petani Penggarap Sawah Di
Kelurahan Rapak Dalam Kecamatan Samarinda Sebrang Kota Samarinda, Strategi
yang dimaksudkan adalah bagaimana cara dan tindakan Petani Penggarap dalam
bertahan untuk memenuhi Kebutuhan baik dari segi sosial – ekonomi dan sosial
Budayanya demi keberlangsungan hidup. Dari hasil penelitian diketahui bahwa:
(1) Dilihat dari aktivitas kesehariannya di lapangan dalam hal ini Sawah tempat
Petani menggarap dan (2) dari cara pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan
papan di dalam keluarga di lihat dari penyederhanaan ke-lima Dimensi yaitu :
Modal Sumber Daya Manusia , Modal Sumber Daya Alam , Modal Finansial,
Modal Fisik, Modal sosial.
Kata Kunci : Strategi, Petani Penggarap, 5 Dimensi Aset , Bertahan Hidup.
Pendahuluan
Petani Penggarap sama saja dengan petani biasa pada umumnya. Namun,
yang membedakan hanyalah lahan pertanian tempat petani tersebut bekerja. Petani
penggarap bekerja pada lahan milik orang lain.pengalihan fungsi lahan tersebut
kini telah meramba tidak hanya di desa-desa tetapi juga di pinggiran kota besar,
munculnya fenomena Petani penggarap dikarenakan adanya dua pihak yang saling
membutuhkan yaitu si Petani yang tidak memiliki lahn dan orang memiliki lahan
tetapi enggan mengolahnya secara mandiri. Oleh karena itu muncullah istilah
Petani penggarap bagi mereka para petani yang menggarapkan lahan pertanian
milik orang lain tersebut.
Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya).
Kelompok Tani Sejahtera memiliki beberapa anggota dengan latar belakang
keluarga yang berbeda-beda, ada yang latar belakang keluarga petani sejak dari
dahulu, ada juga yang latar belakangnya sebagia karyawan swasta yang
menjadikan bertani sebagai sampingan untuk menambah pangan buat kebutuhan di
rumah , ada juga yang menjadikan sebagai lahan untuk berbisnis yang dapat di jual
hasilnya baik itu berupa padi , hasil kebun : sayur, palawijaya, tuak, beternak
1 Mahasiswa Program S1 Sosiatri-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: [email protected]
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
111
bebek ayam, serta ikan. di dalam bercocok tanam petani penggarap sawah yang
berada di kelurahan Rapak Dalam sebagian besar masih menggunakan cara
tradisional baik dalam proses membajak sawah menggunakan cangkul, menanam
bibit padi, maupun memanen padi menggunakan alat potong sederhana yaitu arit,
dan juga perotok bulir padi dari batangnya, tetapi juga ada yang menggunakan alat
modern seperti alat dros atau perontok padi, dan untuk terkhusus dalam proses
menanam para petani yang tergabung dalam Kelompok Sejahtera Tani masih
berpegang teguh pada asas kekeluargaan dimana mereka saling bahu membahu di
dalam membantu memanen hasil mau menanam bibit ini merupakan nilai gotong
royong yang luar biasa masih di jaga secara turun temurun. Mereka menanam dan
memanen memiliki masa yaitu 3 bulan sekali sehingga dapat di nilang sangat
produktif lahan yang di pakai, hasilnya pun berupa beras mayoritas di konsumsi
secara pribadi . Biasa yang terjadi pada petani penggarap di pulau jawa sistem bagi
hasil terdiri dari dua macam, jika yang ditanam merupakan tanaman basah (padi)
maka pembagian hasilnya setengah untuk Petani penggarap dan setengah untuk
pemilik lahan.
Pekerjaan sebagai Petani merupakan salah satu alternatif untuk dapat
melangsungkan kehidupan masyarakat kecil yang berada di kota maupun di desa,
pekerjaan ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memerlukan pengetahuan yang
tinggi saja tanpa memerlukan pengetahuan yang tinggi karena dapat hanya
mengandalkan tenaga. Pada masyarakat tani dapat di bedakan menjadi beberapa
lapisan berdasarkan, antara lain, keberhasilan dalam mengelola usaha taninya,
pemilik lahan dan modal. Bagi sebagian petani yang belum berhasil terasa berat
beban mereka karena mereka harus mencukupi bermacam- macam kebutuhan
hidupnya.
Mengenai pihak peminjam dalam hal ini adalah PT. Pancakarya Marga Bakti
merupakan sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang Perkebunan kelapa sawit
serta properti perumahan kaitannya dengan pihak peminjam lahan dalam hal ini
petani memiliki surat perjanjian hitam di atas putih yang sudah di sepakati oleh
kedua belah pihak dimana garis besar isi dari surat perjanjian itu adalah
menjelaskan bahwa lahan yang digunakan bukan milik individu petani tetapi
merupakan lahan pinjaman yang di perbolehkan menggarap lahan tersebut dan
sewaktu-waktu apabila lahan yang di gunakan oleh yang punya lahan dalam hal ini
PT. Pancakarya Marga Bakti maka pihak petani tidak berhak untuk protes atupun
menuntut, dari keterangan tersebut tentunya merupakan suatu kebijakan yang mau
tidak mau harus di terima oleh kelompok tani sejahtera. Sehingga menimbulkan
polemik atau masalah yang akan datang di kemudian hari ketika lahan benar-benar
di ambil si empunya lahan (pihak Perusahaan) karena pada dasarnya Kelompok
masyarakat yang berprofesi sebagai petani penggarap padi yang dapat ditemui
ialah kelompok sejahtera Tani yang berada di Kelurahan Rapak dalam Kecamatan
Loa Janan Ilir Kota Samarinda. Kelompok Sejahtera Tani yang di dalamnya
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
112
merupakan para Petani yang sejak dari tahun 2003 hingga saat ini kurang lebih
sekitar 15 tahun lamanya telah menggarap lahan milik PT. Pancakarya Marga
Bakti.
Tercatat jumlah petani waktu itu dalam keanggotaan kelompok Tani
Sejahtera sekitar 50 kepala keluarga tapi sekarang yang bertahan sekitar 21 kepala
rumah tangga. Mereka menggantungkan hidup pada lahan ini untuk di jadikan
sawah dan di tanami padi. Maka dari itu Penulis sangat tertarik dengan dan
mengambil masalah yang di teliti ini dimana peneliti dapat melihat cara maupun
suatu bentuk mobilitas survive Kelompok Sejahtera Tani yang nota bene
keseluruhan anggotanya adalah merupakan sebagian kecil dari masyarakat suku
Toraja yang bermukim di kelurahan Mangkupalas. Kelompok sejahtera Tani yang
berada di wiliyah administratif Kelurahan Rapak Dalam yang sejak dari tahun
2003 hingga saat ini telah lama menggarap lahan milik PT. Pancakarya Marga
Bakti.
Ini merupakan fakta sosial yang tidak bisa di biarkan begitu saja tetapi perlu
diketahui masalah itu tidak sampai di kelompok Sejahtera Tani saja , melainkan
ada kehidupan lain diluar sawah yaitu rumah tangga yang harus setiap harinya
diberi makan apalagi yang mengantungkan hidup di lahan tersebut tercatat jumlah
KK tani sebanyak 21 orang dimana masing-masing kk pastinya memiliki anggota
keluarga yang wajib di penuhi kebutuhan pokoknya selain makan, hal ini menjadi
salah satu dari sekian masalah yang setiap hari di hadapi oleh para Petani
penggarap sawah di ladang tersebut.
Kerangka Dasar Teori
Livelihood
Livelihood dapat diartikan sebagai penghidupan dalam arti luas. Livelihood
atau penghidupan juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan setiap orang
untuk memperoleh penghasilan, termasuk kapabilitas mereka, aset yang dapat
dihitung seperti ketersediaan dan sumber daya, serta Aset yang tak dapat dihitung
seperti klaim dan akses. Menurut Sajogyo (dalam Dharmawan; 2007) “livelihood
dan mata pencarian masyrakat pedesaan selalu merujuk pada sektor pertanian”
(dalam arti luas). Dalam posisi sistem ekonomi yang demikian, basis mata
pencarian rumah tangga petani adalah segala aktivitas ekonomi sektor pertanian
dan Non-pertanian. Karakteristik sistem livelihood yang dicirikan dengan
bekerjanya kedua sektor ekonomi macam ini, dibangun oleh 3 elemen penting.
Ketiga elemen tersebut yaitu: (1). Infrastrukutur sosial (setting kelembagaan dan
tatanan norma sosial yang berlaku, (2) struktur sosial (setting lapisan sosial,
struktur agrarian,struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal,
pengetahuan lokal), (3) supra-struktur sosial.
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
113
Petani Penggarap
“Petani penggarap merupakan petani yang bekerja di lahan pertanian milik
seorang pemilik lahan dengan bayaran uang ataupun hasil tani saat panen tiba”
(Marsudi, 2011). Pada dasarnya, petani penggarap sama saja dengan petani biasa
pada umunya. Namun, yang membedakan hanyalah lahan pertanian tempat petani
tersebut bekerja. Petani penggarap bekerja pada lahan milik orang lain. Hal
tersebut disebabkan banyaknya kasus pengalih fungsian lahan, khususnya di pulau
Jawa. Pengalihan fungsian lahan tersebut kini sudah merambah sampai ke desa-
desa. Munculnya fenomena petani penggarap dikarenakan adanya dua pihak yang
saling membutuhkan yaitu si petani yang sudah tidak lagi memiliki lahan (akibat
pengalih fungsian lahan) dan orang memiliki lahan tetapi enggan mengolahnya
secara mandiri. Oleh karena itu, muncullah istilah petani penggarap bagi mereka
para petani yang menggarapkan lahan pertanian milik orang lain tersebut. Tidak
adanya lahan dan ,minimnya kemampuan membuat para warga tersebut berprofesi
menjadi Petani penggarap.
Petani penggarap pada umumnya adalah petani yang menggarap atau
mengerjakan lahan orang lain. Biasanya modal untuk menggolah lahan pertanian
berasal dari petani penggarap itu sendiri atau petani pemilik dengan upah yang di
terima oleh petani penggarap itu sendiri atau petani pemilik dengan upah yang
diterima oleh petani penggarap terjadi kesepakatan atau interaksi yang terjadi
kesepakatan atau interaksi yang membentuk suatu hubungan sosial. Pemenuhan
kebutuhan pokok keluarga petani penggarap juga dipengaruhi oleh pendapatan
yang diperoleh petani penggarap. Pendapatan yang diperoleh petani penggarap ,
juga dapat mempengaruhi kepemilikan barang dan harta apa saja yang dimiliki
oleh petani penggarap, jika pendapatan yang diperoleh petani penggarap tinggi
maka akan banyak barang dan harta yang dimiliki oleh keluarga petani penggarap,
begitu pun sebaliknya, jika pendapatannya rendah maka kepemilikan hartanya
akan terbilang sedikit.
Petani penggarap memiliki kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan
petani pada umumnya. Hal ini disebabkan petani penggarap memiliki perjanjian
bagi hasil dengan si pemilik lahan. Biasanya, yang terjadi pada Petani penggarap
di Pulau Jawa sistem bagi hasil terdiri dari dua macam. Jika yang ditanam
merupakan tanaman basah (padi) maka pembagian hasilnya setengah untuk
pemilik lahan. Ketika tanaman yang ditanam adalah tanaman kering
(jagung,palawijaya), maka pembagiannya adalah tiga bagian untuk petani
penggarap dan dua bagian untuk si pemilik lahan. Ini hamper sama dengan apa
yang di hadapi oleh Petani penggarap yang berada di kelompok Sejahtera Tani
dimana mereka menggunakan sistem pinjam lahan terhadap perusahaan
Pancakarya Marga Bakti melalui surat hitam di atas putih dengan di tandatangani
oleh masing- masing anggota kelompok Sejahtera Tani namun pihak perusahaan
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
114
itu sendiri tidak membebani dengan bagi hasil seperti hal pada umumnya yang di
lakukan oleh para pemilik lahan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku dapat di amati. Serta penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,dimana peneliti merupakan insturmen
kunci. Penelitian ini juga mendeskripsikan secara sistematika fakta dan
karakteristik objek yang di teliti secara cepat.
Hasil Penelitian
Strategi Livelihood Petani Penggarap di Kelurahan Rapak Dalam Kecamatan
Samarinda Sebrang Kota Samarinda
Dalam bentuk pentagonal Aset Modal Manusia (Human Capital)
Didalam startegi livelihood dalam bentuk Pentagonal Aset pada poin yang
pertama yaitu modal Manusia di kelompok sejahtera Tani merupakan keseluruhan
dan potensi masing-masing anggota di lahan garap tersebut, baik dari segi
pemenuhan kebutuhan maupun pengolahan lahan pinjaman tersebut yang menjadi
salah satu indikator ada atau tidaknya manusia yang memiliki potensi yang di
lakukan petani alias anggota dari kelompok sejahtera Tani.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menemukan bahwa
masyarakat petani yang mengelolah lahan itu bukan merupakan masyarakat
kelurahan Rapak Dalam melainkan Masyarakat yang mayoritas dari Kelurahan
mangkupalas yang tidak jauh jaraknya dari lokasi lahan tersebut, dimana mereka
memulai aktivitas dan beranjak dari rumah subuh sekali untuk beraktivitas di
ladang seharian hingga maghrib baru balik, dan seterusnya rutinitas itu di lakukan
setiap harinya terkadang juga ada yang menginap di pondok yang mereka buat
apalagi di masa panen.
Serta jika di lihat berdasarkan data jumlah keanggotan Kelompok Sejahtera
Tani yang memilki anggota sebanyak 21 orang,untuk dalam rumah tangga sendiri
memang benar adanya bahwa profesi sebagai Petani Penggarap itu sendiri
merupakan bagian pokok dalam menunjang kebutuhan rumah tangga karena hasil
yang mereka peroleh tidak untuk di jual melainkan di konsumsi sendiri walaupun
kalau bisa di bilang sesuai pernyataan-pernyataan hasil wawancara diatas yang di
tanyakan peneliti saat turun langsung ke lapangan menunjukan taraf hidup yang
minim atau menegah ke bawah karena hasil yang mereka dapat hanya cukup di
makan dan untuk pemenuhan kebutuhan lain seperti sekolah anak mereka sering
mengalami kesulitan dalam mencukupinya. Belum lagi dari sisi pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga lainnya yang dimana mereka perlu memenuhi
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
115
kebutuhan pokoknya seperti makan, minum, tentunya butuh anggaran dan untuk
berbelanja.
Dalam Bentuk Dimensi Aset Modal Alam (Nature Capital)
Tentu tidak diragukan lagi dengan keadaan sumber daya alam yang di garap
oleh Petani Penggarap sebagai kelompok Sejahtera Tani ini dikarenakan fakta
yang sesuai di lapangan bahwa tanah atau lahan yang di pakai merupakan lahan
yang di milki oleh PT. Pancakarya Marga Bakti yang dimana sistem pinjam di
berlakukan, sejalan dengan itu lahan ini merupakan asebagian kecil dari lahan
yang seharusnya di fungsikan sebagai lahan Developer (lahan pembangunan
Properti), namun dengan kebijaksanaan beliau alm. Luther kombong yang saat itu
masih sehat di pinjamkan lah ke perorangan waktu itu (sesuai bunyi dari surat
pernyataan), dengan tujuan agar lahan itu dapat produktif dari di biarkan saja
dalam bentuk lahan hutan dan sebagian rawa.
Lahan hutan dan sebagian besar lahan rawa atau lahan basah merupakan
bentuk dimensi Aset Modal Sumber Alam yang di manfaatkan oleh Kelompok
Sejahtera Tani, dimana lahan tersebut menyediakan air yang cukup melimpah
dalam mengairi persawahan di sana, dan di satu sisi terdapat juga lahan hutan yang
kayu serta buah-buahan yang dapat di manfaatkan, sebagai salah satu contohnya
durian hutan , rambutan lokal Kalimantan yang dapat tumbuh subur. Selian itu
juga terdapat pohon yang airnya dapat di konsumsi sebagai minuman atau yang di
kenal masyarakat suku Toraja sebagai minuman Tuak yang dapat di konsumsi
sendiri dan bahkan dapat dijual.
Dengan begitu lahan ini potensi begitu besar jika benar-benar di fokuskan
dalam pemberdayaanya dan secara khusus ada pengetahuan dan pengalaman yang
berharga ketika kita melihat bagaimana mereka/petani Penggarap mengupayakan
dan memaksimalkan sumber daya alam yang ada sebagai suatu langkah-langkah
strategi aktif agar kehidupan rumah tangga mereka berlangsung walaupun di satu
sisi kedepan para petani penggarap masih memilki kekhawatiran jika memang
lahan ini di ambil ahli oleh pihak keluarga serta mitra perusahaan maka mereka ha
nya bisa pasrah dan tentunya kehilangan mata pencaharian utama ini muaranya
akan kembali ke masalah sosial dan adanya pengganguran, hal ini sangat perlu di
perhatikan tidak hanya tentu perusahaan namun dari pihak Pemkot itu sendiri
seharusnya harus dari sekarang memikirkan hal itu melalui dinas terkait dalam hal
ini Dinas Pertanian , memang sejauh ini sudah di lakukannnya penyuluhan namun
tidak efektif rasanya dan masih kurang dari tepat sasaran, seharusnya selain
sosialisasi yang terus di laksanakan dan pengadaan barang maupun obat dan
sebaginya.
Perlunya juga di kembangkan konsep lain sebagai contohnya membantu
dalam memberdayakan secara masif kepada bagaimana hasil yang mereka peroleh
di ladang dapat di putar dengan baik dan menghasilakn nilai ekonomis sehingga
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
116
menambah value atau nilai yang baik pada perekonomian rumah tangga atau
paling tidak bagaimana mengajarkan dan membina secara langsung dari mulai
penyemaian, pembibitan, atau pada saat masa panen agar lebih efektif, karena
sebagai contohnya saja gambaran yang ada di tanah papua pada masa kini
pemerintah pusat gencar saat ini menumbuhkan perekonomian bangsa melalui
mengenal komiditi utama bangsa yaitu pada kepada saudara kita di merauke sana
sehingga secara besar-besaran di buka lahan agar bisa di gunakan untuk bercocok
tanam padi dengan tujuan Indonesia bisa sejahtera dan pemerataan perekonomian
dapat terjadi, tentunya respon masyarakat papua di sana ada yang menerima
konsep ini da nada juga yang sinis melihat nya kedepan, kenapa ini terjadi?,
Mengambil referensi dari youtube penulis mencoba melihat fakta yang
disana bukan sebagai membandingakan namun meilhat secara kaca mata ilmiah
pada documenter perjalanan 2 jurnalis pada EKSPEDISI BIRU , yang peneliti
sering nonton ada poin utama yang didapat dari salah satu video documenter itu
yaitu “ Keluarga MAHUZE‟S”, dimana ini merupakan salah satu marga dari suku
asli papua yang tetap gigih memperjuangkan dan mempertahankan lahan yang
mereka anggap sebagai „ibu‟ dan tanah adat yang menghidupkan mereka sedari
lamanya turun temurun dari nenek moyangnya hingga sekarang, namun ada
polemik yang terjadi dimana lahan itu di coba untuk di buka sebagai lahan
konsensi kelapa sawit dan untuk lahan komiditi padi, tentunya marga
“MAHUZE‟S” menolak dengan keras, selain beralasan tanah tanah leluhur ,
mereka juga beranggapan “dengan bercocok tanam padi membutuhkan proses
yang lama kalau kami hanya butuh sagu , sagu tidak perlu di tanam alam yang
sediakan hanya butuh sehari sudah bisa proses dan di pakai dalam setengah tahun
sedangkan padi lama belum lagi kita hanya di sediakan bibit tanpa di bombing
secara efektif itu menambah persoalan bagi kami” tutur salah satu pemuka adat
keluarga MAHUZE‟S.
Beda hal nya lagi dengan yang berada di tanah jawa dimana mereka di
hadapkan dengan Perusahaan Semen yang akan mendirikan tapak lokasi
perusahaan yang sebagian besar kena lokasi pertanian atau sawah masyarakat
petani di sana.
Masyarakat adat Petani Samin namanya, yang merupakan rumpun keluarga
adat sedari lama ada dan bermukim dari perjuangan sejak jaman kolonial hingga
sekarang. Walaupun mereka bukan Petani Penggarap namun memiliki ciri sama
dengan Masyarakat Petani yang berada di samarinda dimana mereka saat ini
khawatir ketika lahan di ambil ahli oleh pihak Perusahaan maka jati diri mereka
akan hilang sumber kehdiupan satu-satunya akan hilang, makna penting yang di
dapat diatas adalah apakah dengan berprofesi Petani masyarakat Indonesia tidak
akan sejahtera?” ini yang menjadi polemik berkepanjangan yang seharusnya butuh
solusi bukan kolusi ataupun polusi. Namun Masyakrakat Petani Penggarap
Kelompok Sejahtera Tani boleh bisa di bilang sangat terbantukan dengan adanya
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
117
lahan ini dan bersyukur sudah di berdayakan walaupun hanya sebatas peminjaman
lahan tanpa adanya pemberdayaan lebih lanjut.
Dalam Bentuk Dimensi Aset Modal Fisik (Phsicyal Capital)
Yaitu, rumah, alat dan mesin, stok pangan atau ternak, perhiasan dan
peralatan pertanian;Jika kita berbicara tentang modal fisik dalam hal ini
merupakan akomodasi berupa peralatan untuk menunjang berlangsungnya proses
bercocok tanam maka fakta di lapangan kelompok Sejahtera Tani mengalami
suatu situasi yang bisa di bilang kurang menguntungkan karena dimana mereka
dari tahun 2003 hingga saat (kurang lebih 15 tahun lamanya) masih menggunakan
peralatan tradisional diluar dari bantuan yang ada dan masih minim dari dinas
terkait, saya melihat dalam keseharian aktivitas mereka bisa dikatakan boros
tenaga dan waktu karena modal fisik yang semestinya di penuhi seperti mesin
dros, traktor, bibit, pupuk dan obat hama. Mereka beli , menyewa secara pribadi.
Untuk dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian dalam melaksanakan
penyuluhan kelapangan memberikan baik itu bantuan alat maupun obat dan pupuk
seadanya sehingga hasilnya tidak maksimal karena penggarapan tidak di dukung
dengan baik dalam arti secara keseluruhan modal sendiri, jadi di simpulkan bahwa
para petani penggarap bercocok tanam menggunakan modal sendiri tanpa di
dukungnya alat yang memadai dan kurang tepatnya sasaran bantuan.
Hal ini yang perlu menjadi perhatian dari pemerintah kota untuk menentukan
arah kebijakan agar tepat sasaran. Pernyataan ini selaras dengan apa yang di
sampaikan oleh salah satu anggota kelompok Sejahtera Tani yaitu Ibu Damaris
Tandi yang mewakili suara harapan para Petani Penggarap yang ada di lahan
tersebut, harapanya adalah agar kedepan Perusahaan maupun Pemkot, dan Dinas
Pertanian dapat berkolaborasi dalam mengambil dan menentukan kebijakan baru
agar keberlangsungan hidup Para Petani penggarap Sawah terjadi seperti
contohnya menyediakan lahan baru jika suatu waktu lahan ini di ambil,
memfasilitasi dalam proses menggarap seperti Pengadaan alat,barang dan obat-
obatan hama dan perangsang tumbuhan padi, bila kalau perlu adanya
pemerberdayan yang tidak hanya memfokuskan pada menunjang aktivitas di lahan
namun ada juga usaha lain yang bunyinya sama dalam memberdayakan.
Dalam Bentuk Dimensi Aset Modal Finansial (Financial Capital)
Yaitu, uang dalam rekening tabungan atau kaus kaki tua, pinjaman atau
kredit; Mengenai modal finansial di kelompok Sejahtera Tani hampir bisa di
bilang tidak memiliki tabungan yang signifikan , hal ini dikarenakan itu tadi hasil
yang kurang dan kurangnya dukungan dari instansi yang terkait dalam membantu
permodalan tentu ini mempengaruhi siklus ekonomi rumah tangga para petani dan
tidak ada kemajuan yang efsien dan boleh dikata jalan di tempat karena pada
dasarnya mereka memenuhi kebutuhan rumah tangga. ini merupakan salah satu
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
118
masalah yang dihadapi para Petani penggarap di kelompok Sejahtera Tani Yang
berjuang untuk hidup beradaptasi pada lingkungan dan menyesuaikan melalui
strategi yang mereka terapkan.
Jika melihat lagi ke hasil wawancara hampir keseluruhan, maka sudah jelas
bahwa untuk memilki tabungan, atau kaos kaki tua saja tidak dapat terlaksana
dengan baik ini tentunya bukan tanpa alasan namun ada alasan yang kuat mengapa
hal ini sukar untuk di laksanakan, yaitu:
1. Tidak memilki ladang/tanah sendiri
Terlihat dari pernyataan ibu Damaris (salah atu anggota), untuk tanah saja
selain tanah yang didirikan rumah pribadi tidak punya, untuk menabung saja
beliau kesulitan dalam melaksanakan ini dikarenakan kebutuhan yang tiap hari
harus di penuhi belum lagi kebutuhan sekolah dan hasil yang digarap hanya
cukup untuk di makan tidak bisa untuk di kelola lebih lanjut.
2. Bagi hasil panen
Sistem bagi hasil ketika panen terlihat dan sudah lama di lakukan , hal ini
terjadi karena dalam proses memanennya di butuhkan tenaga lebih agar semua
bisa diambil , padi yang panen belum tentu milik seutuhnya yang memanen ini
bukan karena pihak perusahaan mengambil persenan namun di bagi hasil atau
pemberian upah kepada orang yag ikut bantu , ini selaras dengan apa yang di
sampaikan oleh Ibu Laberthin Sali dimana sering beliau ataupun anggota lain
menggunakan tenaga pembantu untuk memanen dan untuk mengupahnya bisa
dibayar dengan uang ambil contoh dalam sehari pemabntu panen bisa di upah
sebesar 100 ribu ataupun di bayar dengan 3 muk beras atau 3 kaleng padi, itu
pun memanen tidak dalam sehari habis namun bisa sering berminggu-minggu
tergantung dari matangnya padi , bukannya Ini menjadi faktor baru lagi karena
jika di hitung-hitung dengan petani penggarap yang menggarap beberapa petak
lahan dengan biaya mandiri dibandingan dengan pembantu panen maka lebih
menguntungkan pembantu panen apalagi sistem sama saja dengan hasil panen
di bagi dua.
3. Kelola lahan
Dalam mengolah lahan tentu saja SDM sebagai penentu sebagai kecakapan
dan ketangkasan, namun ada faktor penting lain dimana lahan yang di garap
dengan harapan bisa menghasilakan baik, untuk kelola lahan ini sendiri masih
di bilang minim dan tidak terkordnir dengan baik ini terlihat dengan alat yang
digunakan terbatas dan kurang seperti mesin dros yang kurang maksimal
dalam pengadaanya karena jumlah mesin dros dengan luas lahan tidak
seimbang begitulah pemakain mesin traktor jauh dari kata standar pemenuhan
kebutuhan , obatan-obatan yang hanya sebatas percontohan atau uji coba, bibit
yang di sediakan kurang maksimal pembagiannya dan terkadang harus di beli
sendiri, ini merupakan segala sesuatu yang menghambat stimulun dalam
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
119
menginventasikan hasil panen buat masa depan terkhususnya perekonomian
rumah tangga.
Ketiga poin diatas merupakan bagian-bagian penting dalam tantangan
startegi bertahan hidup para petani penggarap di kelompok Sejahtera Tani yang
sejauh ini peneliti liaht sesuai fakta di lapangan dan ini yang perlu di perhatikan ,
sesuai dengan pernyataan itu maka sangat dibutuhkan terobosan baru agar
pertumbuhan dan sistem bercocok tanam sebagai bentuk strategi bertahan hidup
dapat memiliki ciri ekofisien-keberlanjutan yang baik , umpamanya saja jika
memang kolaborasi yang di harapkan ada dan terlaksana maka para Petani
Penggarap yang ada di lahan pinjaman tersebut memilki potensi yang besar untuk
lebih sejahtera dengan misalnya didirikan objek edukasi lapangan kepada sekitar
masyarakat ataupun masyarakat kota samarinda bagaimana cara bercocok tanam
padi sawah, pusat kajian padi sawah yang berada di tengah perkotaan yang
heterogen seperti Kota Samarinda,dan bahkan yang lebih baik sebagai labotarium
lapangan tempat mahasiswa-mahasisiwi menyelaraskan teroi yang di dapat di
kelas.
Dalam Bentuk Dimensi Aset Modal Sosial Yang menunjuk pada kualitas hubungan antara orang-orang, misalnya,
apakah seseorang dapat mengandalkan dukungan dari satu keluarga atau bantuan
dari tetangga (mutual).
Modal Sosial adalah merupakan salah satu bagian terpenting penunjang
keberlangsungan hidup para Petani Penggarap di kelompok sejahtera Tani , ini
dikarenakan sesuai dengan hasil wanwancara kepada salah satu anggota yang
bernama pak Yulius yang lahan berdampingan dengan anggota lainnya, dimana
beliau menyampaikan bahwa untuk kualitas sosial dalam hal ini semangat gotong
rotyong di lingkungan kami masih bisa di bilang baik namun untuk penggunaan
barang masih minim untuk di pakai secara bersama karena sistemnya seperti siapa
yang duluan panen itu yang pakai namun pengaturan tidak termanajemen dengan
baik ini tidak terlepas dari peran pengurus Kelompok sejahtera Tani dimana sesuai
pernyataan beliau kurangnya kepedulian dalam mengkodinir anggota-anggota
yang ada, jarangnya rapat evaluasi dalam penggunaan ataupun sosialisasi kegiatan,
ini dapat terlihat juga mereka berkumpul keseluruhan jika hanya dinas pertanian
melalui petugas penyuluhan turun kelapangan namun setelah pertemuan kembali
seperti semula sibuk pada lahan masing-masing. Seharusnya bila di lihat dengan
jeli maka banyak potensi yang hadir dan dapat terealisasi dengan baik jika dari
pengurus dan anggota dapat menjalin komunikasi dengan baik.
Terlepas dari faktor x yang ada di lapangan untuk di lingkungan rumah
tangga masing-masing mereka dengan maksimal mungkin memanfaatkan jaringan
yang ada seperti contoh saja yang di lakukan oleh Ibu Dina dimana selain padi
yang di tanam, beliau menanam sayur mayur dengan bibit yang didapat dari
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
120
pembagian PPA Gefima yang merupakan organisasi internal di salah satu gereja
yang berada di kelurahan Mangkupalas, ini merupakan suatu bentuk dalam
pemanfaatan strategi jaringan yang dimana menggunakan jaringan terdekat di
lingkungan sekitaran rumah maupun lahan sehingga dapat berguna dalam
pemenuhan kebutuhan Rumah Tangga. Lain hal dengan Ibu Selvi yang dalam
serumah memiliki 3 orang anak dengan 3 rumah tangga (masing-masing
berkeluarga),salah satu menantu kerja di kapal dan yang satu masih mencari
pekerjaan, jadi keselurahan kalau di total dengan anak cucu 9 orang di rumah.
Sesuai dengan pernyataan ibu Selvi kalau tidak berusaha seperti ini dalam 1
bulan itu beras kalau di bulatkan beli sebesar satu juta belum lagi pemenuhan yang
lain, selain itu sayur mayur sebagai salah satu penyokong kebutuhan dapur rumah
tangga untuk di jual kembali ke pasar atau market-market terdekat macam timun
yang jika hasil di jual bersih dapat hampir 200 ribu dengan masa Idul Fitri di jual 1
kg 10 ribu di bantu dengan seorang anak kandung dalam memasarkan hasil dari
apa yang ditanam, ini merupakan suatu bentuk dari jaeingan aktif yang
memanfaatkan sanak keluarga serta memaksimalkan sumber daya pendukung
yang ada untuk di kelola agar terpenuhi.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Modal Manusia (Human Capital)
Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak
mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
Diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik dari segenap
anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan diatas maka dalam dimensi aset
Modal manusia menunjukan potensi yang besar dilihat dari jumlah keanggotan
Kelompok Sejahtera Tani namun menunjukan taraf hidup yang minim atau
menegah ke bawah karena hasil yang mereka dapat hanya cukup di makan dan
untuk pemenuhan kebutuhan ini dikarenakan oleh latar belakang yang rata-rata
pendidikan tamatan SMP dan SMA sehingga dalam pengelolaannya terbatas
pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga, selain itu pada usia rata-rata yang
dimilki petani Penggarap pada usia yang tidak lagi muda dan diatas usia
produktif.
2. Modal Alam (Nature Capital )
Tentu tidak diragukan lagi dengan keadaan sumber daya alam yang di garap
oleh Petani Penggarap sebagai kelompok Sejahtera Tani ini dikarenakan fakta
yang sesuai di lapangan bahwa tanah atau lahan yang di pakai merupakan
lahan yang di milki oleh PT. Pancakarya Marga Bakti yang dimana sistem
pinjam di berlakukan, sejalan dengan itu lahan ini merupakan asebagian kecil
dari lahan yang seharusnya di fungsikan sebagai lahan Developer (lahan
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
121
pembangunan Properti), namun dengan kebijaksanaan beliau alm. Luther
kombong yang saat itu masih sehat di pinjamkan lah ke perorangan waktu itu
(sesuai bunyi dari surat pernyataan) , dengan tujuan agar lahan itu dapat
produktif dari di biarkan saja dalam bentuk lahan hutan dan sebagian rawa.
Pada modal alam untuk petani Penggarap yang berada di Kelompok Sejahtera
Tani memiliki keuntungan baik di kebutuhan air yang sangat memadai untuk
pengairan sawah sebagi tempat bercocok tanam, dan juga kondisi flora dan
fauna liar yang masih bisa hidup berdampingan dengan aktivitas Petani pada
lahan garapan tersebut, karena dulunya sebelum menjadi lahan garapan lahan
tersebut merupakan lahan rawa basah yang lumpurnya lumayan dalam dan
dikelilingi oleh hutan diatas perbukitan, sehingga hewan liar seperti burung,
ikan, biawak dan berang bisa hidup di ekosistem tersebut.
3. Modal Fisik ( Phisycal Capital)
Lebih merujuk pada kepemilikan rumah,alat dan mesin dan berbagai macam
peralatan yang berbau pertanian. Melihat dari dimensi Modal Fisik maka
untuk kondisi dilapangan pada Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak
Dalam Kecamatan Samarinda Sebrang , sangat sederhana dalam menunjang
aktivitas disawah terlihat dari ketika dalam proses menanam mereka harus
mengandalkan bibit sendiri, dan mengolah lahan yang serba tradisional
menggunakan peralatan tani yang sederhana seperti cangkul,linggis, sekop,
serta untuk dalam proses panen masih di bilang lambat dan harus bergantian
untuk penggunaan mesin dros (mesin perontok padi).
4. Modal Finansial (Financial Capital )
Kondisi finansial merujuk pada tabungan, kaos kaki tua, atau bentuk investasi
kedepan, kesimpulan yang didapat. Mengenai modal finansial di kelompok
Sejahtera Tani hampir bisa di bilang tidak memiliki tabungan yang signifikan ,
hal ini dikarenakan itu tadi hasil yang kurang dan kurangnya dukungan dari
instansi yang terkait dalam membantu permodalan tentu ini mempengaruhi
siklus ekonomi rumah tangga para petani dan tidak ada kemajuan yang efsien
dan boleh dikata jalan di tempat karena pada dasarnya mereka memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Namun ada jug dari beberapa responden yang
memiliki tabungan pada koperasi simpan pinjam yang dapat mempermudah
akses kepada para anggotanya dengan bunga yang serendah-rendahnya,
sehingga dapat membantu dalam mengembangkan dan memperluas usahanya
seperti petani penggarap dapat membeli pupuk, benih unggul,cangkul, dan
alat-alat pertanian lainnya.
5. Modal Sosial (Social Capital )
Modal sosial yang dimilki petani Penggarap sawah sedari lama sudah ada
dimilki ketika dalam proses peminjaman lahan kepada Alm. Luther Kombong,
ini merupakan sesuatu yang unggul dan menjadi dasar yang kuat dalam proses
menggarap lahan pinjaman tersebut, karena tidak serta-merta lahan garapan itu
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
122
alngsung bisa di alih fungsikan sebagai sawah namun ada surat yang menjadi
legalitas, tidak hanya sebatas pada rasa empati yang dimilki beliau namun
merupakan suatu bentuk pemberdayaan kepada masyarakat adat Suku Toraja,
terkhususnya pada masyarakat Toraja yang berada di kelurahan Mangkupalas.
Kualitas sosial dalam hal ini semangat gotong royong di lingkungan kami
masih bisa di bilang baik namun untuk penggunaan barang masih minim untuk
di pakai secara bersama karena sistemnya seperti siapa yang duluan panen itu
yang pakai namun pengaturan tidak termanajemen dengan baik ini tidak
terlepas dari peran pengurus Kelompok sejahtera Tani dimana sesuai
pernyataan beliau kurangnya kepedulian dalam mengkodinir anggota-anggota
yang ada, jarangnya rapat evaluasi dalam penggunaan ataupun sosialisasi
kegiatan, ini dapat terlihat juga mereka berkumpul keseluruhan jika hanya
dinas pertanian melalui petugas penyuluhan turun kelapangan namun setelah
pertemuan kembali seperti semula sibuk pada lahan masing-masing.
Terhadap lahan pinjaman PT. Pancakarya Marga Bakti, yang merupakan
perusahaan Kelapa sawit dan pembangunan properti. Dimana Para Petani
Penggarap tergabung dalam Kelompok Sejahtera Tani sebagai peminjam lahan
memilki potensi yang besar selama ini namun belum efektif dikembangkan
dan di berdayakan, sejauh ini hanya sebatas dalam startegi untuk pemenuhan
kebutuhan pokok rumah tangga yang nota bene masih di bilang menengah
kebawah, karena keterbatasan di segala aspek pengolahan lahan dan
pemanfaatan sumber daya alam yang disediakan oleh lahan tersebut, akan
tetapi mereka sangat bersyukur sampai saat ini sangat terbantukan dengan
lahan yang di pinjam ini yang dimana berangkat dari gagasan-gagasan atau ide
dari perorangan yang dapat di rasakan oleh kelompok, berangkat juga dari
persetujuan dari alm. Luther Kombong yang memang memilki intergritas,
sosial, dan memberdayakan masyarakat khsususnya masyarakat Toraja,
sehingga jiwa sosial tinggi beliau sampai saat ini masih dirasakan. Fakta
lainnya adalah ternyata sebagian besar yang menggarap atau sebagai profesi
Petani Penggarap Di lahan tersebut adalah bukan dari Kelurahan Rapak Dalam
melainkan warga dari Kelurahan Mangkupalas yang jaraknya tidak jauh dari
lokasi tersebut.
Saran
1. Modal Manusia (Human Capital)
Potensi yang di miliki oleh Petani Penggarap Kelompok Sejahtera Tani di
dimensi manusianya baik dan memiliki jumlah keanggotaan yang tetap ,
namun ketika menilik kembali kelapangan ada beberapa masalah yang
dihadapi oleh mereka selaku petani penggarap, salah satunya kurang kordinir
baik itu antar anggota maupun terhadap pengurus sehingga kepengurusan yang
ada kurang tepat dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya, serta untuk
Strategi Livelihood Petani Penggarap Sawah di Kelurahan Rapak Dalam (Eddwin Sampe)
123
ke proses kegiatan sendiri anggota yang dengan secara mandiri menggarap
seharusnya hadirnya PT. Pancakarya Marga Bakti dapat memberi kebijakan
selain di awal tadi yaitu meminjamkan lahan, yang diperlukan oleh sumber
daya manusia di lahan tersebut adalah lebih diberdayakan lagi seperti
contohnya diberikan pelatihan dalam penanggulangan hama, atau sosialisasi
lain yang dapat mestimulun potensi manusia yang ada , kebijakan lain yang
bisa di terapkan adalah dengan lahan yang luas tersebut seharunsya bisa di
jadikan sebagai tempat edukasi bagi perguruan tinggi yang ada di samarinda
terkhusus pada bidang atau jurusan yang diberikan, sehingga menghasilkan
nilai yang lebih bagi petani Penggarap lahan tersebut dan bagi Perguruan
Tinggi.
2. Modal Alam (nature Capital)
Jika tadi melihat dari sisi Manusianya maka Sumber Daya Alamnya menjadi
salah satu indikator penting dalam proses kegiatan Petani penggarap sawah,
potensi yang dimilki oleh lahan tersebut bisa di bilang sangat mumpuni namun
semua tiada arti bila tidak di urusan dengan tepat guna, jika memang benar
lahan itu dapat produktif dengan baik selain di gunakan sebagai sawah maka
ada proses lain yang dapat dilakukan, contohnya saja Dinas pertanian dapat
melihat dari sisi ekoparawisatanya selain sebagi tempat edukasi lahan tersebut
memiliki luas yang bisa di manfaatkan , seperti tempat perternakan itik,
budidaya ikan mas dan lele, sehingga menambah pundi-pundi keuangan rumah
tangga Petani Penggarap.
3. Modal Fisik (Phsicyal Capital )
Selain pemberdayaan dalam bentuk sosialisasi, penting juga untuk pengadaan
barang yang dapat memobilisasi aktivitas petani dengan baik, memberikan
berupa alat pertanian bibit unggul, serta pupuk yang disesuaikan dengan
kebutuhan petani penggarap, karena selama ini mereka tidak merasakn secara
signifikan dan kurang efektif.
4. Modal Finansial (financial Capital)
Modal finansial yang di miliki oleh petani penggarap di kelurahan Rapak
Dalam Kecamatn Loa Janan Ilir , sangat minim ini di altar belakingi oleh hasil
yang di peroleh dan kebutuhan yang di perlukan tidak seimbang , sehingga
hasil panen yang di dapat hanya sebats di konsumsi sendiri, perlunya sebuah
terobosan baru dan inovatif dari pihak Perusahaan maupun Dinas Terkait
dalam memberi kebijakan yang bisa di kordinasikan dengan Pengurus
Kelompok Sejahtera Tani, sepertinya contoh mendirikan koperasi bersama
dengan tujuan dapat memberikan simpan pinjam bagi anggota kelompok tani,
atau juga bisa dalam bentuk membuka rekening bersama dengan bekerja sama
pihak Bank.
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 110-124
124
5. Modal Sosial (Social Capital)
Pada dimensi ini petani penggarap yang berda di kelurahan Rapak Dalam
unggul, karena padas dasarnya keberdaan lahan ini sudah lama emnjadi modal
sosial yang kuat sehingga dapat di fungsikan,namun akhir-akhir ini menjadi
masalah buat kedepan jika tidak dipikirkan dengan karena bisa saja lahan
tersebut dapat dapat di ambil kembali pemiliknya dalam hal ini PT.
Pancakarya Marga Bakti, sehingga petani penggarap yang ada perlu lahan baru
untuk digarap, hal ini bisa dicermati denganj baik bila Dinas Pertanian maupun
Pemkot samarinda mau bekerjasama dengan pemilik Perusahaan, merumuskan
bersama dimana lokasi yang baru dan strategis tempatnya.
Daftar Pustaka
Abidin, Z. (2014). Strategi Bertahan Hidup Petani Kecil di Desa Sindetiami
Kecamatan Besuk. Skripsi Ilmu Pengetahuam Sosial.
Binta Aulia, R. (2013). Strategi Penghidupan Berkelanjutan (sustainable
Livelihood) Masyarakat dikawasan Lahan Kering desa karang Patihan
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum Universitas Negeri Surabaya.
Febriani, D. (2017). Strategi Bertahan Hidup Petani Penggarap di Jorong
Sarilamak Nagari Sarilamak Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh
Kota. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas
Riau.
Handayani Puteri, R. . (2018). Strategi Bertahan Hidup Petani Penggarap Padi
Sawah di Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara.
Hindi, F. (2006). Strategi Kelangsungan Hidup. Skripsi.
Kriyanto, R. (2013). Teknik Menulis Skripsi & Etika Penulisan Ilmiah. Jurusan
Komunikasi UB.
Raharjo. (2004). Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada
Universitas Press.
Safari, M. (2019). Strategi Penghidupan Rumah Tangga Petani Padi
Sawah(Studi di Desa Lebung Bandung Kecamatan Rantau Alai
Kabupaten Ogan Ilir.
Suharto, E. (2004). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Wulandari. (2013). Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kelurahan
Mangalli Kecamatan Pallanga Kabupaten Gowa.
Indonesia Biru. Watchdoc image. Bumi Cipta Gelar-Ekspedisi Indonesia
Biru #05 http://indonesiabiru.com/ diakses 5 juni 2020)
Indonesia Biru. Watchdoc Image. The MAHUZes (full movie.
(http://watchdoc.co.id diakses 10 Juni 2020).