stocks split
DESCRIPTION
Research about Impact of Stock Split in Indonesia Stocks Exchange.TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP VOLUME
PERDAGANGAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2008 – 2012
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pengampu : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt
Disusun oleh :
Rahajeng Sekar Pramudita
F0311096
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pasar modal merupakan salah satu sarana bagi pemilik modal untuk menginvestasikan
modal yang dimiliki dan sekaligus bagi perusahaan yang membutuhkan modal bagi
keberlangsungan usahanya. Pasar modal sendiri didefinisikan oleh Husnan (1994 : 3) yang
dikutip oleh Rizki Meirdiani Lestari sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun pihak
swasta. Menurut Jogiyanto (2008 : 25) Pasar Modal merupakan tempat bertemunya antara
pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Dari pendapat Jogiyanto diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam pasar modal melibatkan dua pihak yang saling
membutuhkan. Kedua pihak tersebut adalah pengusaha yang membutuhkan modal (Penjual)
dan investor yang menanamkan modalnya kepada perusahaan (Pembeli) yang mampu
memberikan keuntungan atau mungkin kerugian bagi dirinya di masa depan.(Rizki : 2005).
Perkembangan pasar modal sebagai sarana investasi memegang peranan penting dalam fungsi
ekonomi dan keuangan yan dibutuhkan masyarakat dalam menghimpun dana (Suad
Husnan;1994). Tujuan utama investasi adalah memperoleh berbagai macam manfaat yang
cukup layak dikelak kemudian hari, manfaat tadi dapat berupa imbalan keuangan misalnya
laba (Siswanto : 1989 dalam Shobriati : 2012). Pasar modal di Indonesia mulai mengalami
perkembangan pesar dari tahun ke tahun. Perkembangan pasar modal ini dilihat dari begitu
banyaknya penawaran investasi yang ditawarkan perusahaan-perusahaan investasi di
Indonesia.
Para pelaku pasar modal melakukan investasi berdasarkan informasi-informasi yang
ada. Informasi yang dapat diperoleh investor sangat banyak bisa berasal dari publik atau
informasi privat. Keputusan yang akan diambil investor pun didasarkan kepada informasi
yang dimiliki. Salah satu informasi tersedia di pasar adalah pengumuman Pemecahan Saham
(Stock Split). Pemecahan saham merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang
Go Publik untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham dan Gapenski, 1994 dalam
I Gusti, 2010). Sama halnya dengan Pendapat Baridwan (1993 : 241) dalam Rizki (2008),
Stock Split adalah usaha perusahaan untuk memperbanyak jumlah saham yang beredar
dengan cara mengurangi nominal sahamnya. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
dengan turunnya harga saham sebesar setengah dari harga semula berakibat pada jumlah
saham yang beredar pun naik.
Menurut Khomsiyah dan Sulistyo (2001) dalam Rizki (2008), pemecahan saham
(stock split) merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah
saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factors).Pemecahan Saham ini
terjadi ketika, lembar saham yang berjumlah satu dibagi menjadi dua saham dan berdampak
terhadap harga saham yang terbagi pula menjadi dua. Misal, satu saham Perusahaan bernilai
Rp. 1000 lalu dilakukan Stock Split dari satu saham tersebut menjadi sehingga harga saham
menjadi Rp. 500.
Pemecahan Saham biasa terjadi karena harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga
akan berdampak pada tingkat pembelian saham oleh pembeli. Menurut Katerina dan
Apostolos (2006 : 402) alasan dilakukannya Stock Split adalah menerapkan teori optimal
trading range dimana menyatakan bahwa manajer memutuskan melakukan pemecahan
saham bertujuan agar harga saham turun dan meningkatkan jumlah investor kecil di
perusahaan tersebut. Menurut Keown, Scott, Martin, Petty (1996) seperti dikutip dari Rizki
(2008) Stock Split dilakukan untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang
berupa peningkatan laba dan dividen kas.
Pemecahan saham tidak berpengaruh terhadap modal yang dimiliki oleh investor,
yang terjadi hanyalah perubahan nilai nominal dan jumlah saham perusahaan. Selain itu tidak
berpengaruh terhadap aliran kas bagi perusahaan. maka hal tersebut tidak dilakukan
penjurnalan hanya disajikan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997) dalam I Gusti (2010) secara teoritis
pemecahan saham tidak menambah nilai perusahaan dimana para investor menerima
kepemilikan atas tambahan saham biasa, namun proporsi kepemilikan perusahaan tidak
berubah. Harga pasar saham seharusnya menurun secara seimbang, sehingga total nilai setiap
kepemilikan pemegang saham tetap sama. Menurut Katerina dan Apostolos (2006 : 401)
secara teoritis Pemecahan Saham sejatinya tidak memberikan manfaat nyata bagi investor.
Pemecahan saham dinilai sebagai lipstik atau pemanis. Hal tersebut diungkapkan oleh
Lamoureux and Poon (1987) dikutip dari Katerina dan Apostolos (2006) yang menyatakan
bahwa Pemecahan saham hanyalah perubahan kosmetik, seperti irisan pai yang dipotong
lebih kecil tapi tidak merubah kepemilikan modal dan hak suara di perusahaan.
Informasi Pemecahan Saham dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan
informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan
tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau
karakteristik pasar lainnya (Fatmawati dan Asri, 1999).
Secara teoritis memang pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, dan tidak
berpengaruh banyak terhadap kepemilikan modal perusahaan. Namun, pemecahan saham itu
tetap menjadi praktik penting dan mendapat pengaruh besar di perdagangan pasar modal.
Praktek penting dipasar modal bila dikaitkan dengan alasan pemecahan saham yaitu
menggunakan Trading Range Theory.
Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan
akan mampu menjaga tingkat perdagangan saham dalam rentang yang optimal dan
menjadikan saham lebih likuid. Likuiditas mengacu pada seberapa mudah investor dapat
memperjualbelikan sahamnya di bursa diantaranya adalah jumlah sahamsaham yang beredar di
masyarakat semakin banyak dan semakin mudah pula bagi investor memperjualbelikan saham
yang bersangkutan (Pipit Wahyu : 2010). Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari volume
perdagangan saham. Turunnya harga saham menyebabkan investor berminat untuk membeli
saham sehingga meningkatkan Volume Perdagangan Saham. Volume perdagangan saham
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa tertentu, untuk melihat pengaruh pemecahan saham terhadap volume
perdagangan saham dilihat dari aktivitas perdagangan saham yang bersangkutan yang diukur
dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan
perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah
saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Untuk mengetahui apakah pemecahan
saham berdampak terhadap kapitalisasi perdagangan saham maka digunakan uji beda dua
rata-rata, rata-rata kapitalisasi perdagangan sebelum pemecahan saha dibandingkan dengan
rata-rata kapitalisasi perdagangan setelah pemecahan saham. Untuk mengetahui apakah
pemecahan saham berdampak terhadap kapitalisasi perdagangan saham maka digunakan uji
beda dua rata-rata, rata-rata TVA sebelum pemecahan saha dibandingkan dengan rata-rata
TVA setelah pemecahan saham.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menunjukkan adanya
pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan antara lain Katarina dan
Apostolos (2006), yang menyatakan terdapat pengaruh positif pemecahan saham terhadap
likuiditas dimana penelitian tersebut membuktikan hipotesis likuiditas. Hal yang sama juga
dibuktikan dalam penelitian Susana Yu, yang menyatakan ada pengaruh positif terhadap
permintaan saham oleh investor ketika terjadi pemecahan saham. Di Indonesia peneliti Wang
Sutrisno (2000) yang dikutip dari I Gusti (2010), yang menemukan bahwa terdapat pengaruh
signifikan pemecahan saham terhadap volume perdagangan saham.
Penelitian yan berbeda diungkapkan oleh I Gusti Ayu Mila, dengan judul Analisis
Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan
Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007 – 2009. Hasil
dari penelitian tersebut dimana tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan
sebelum dan sesudah pemecahan saham.Penelitianlain yang sama diteliti oleh (Sri Fatmawati
dan Marwan Asri (2002) dikutip oleh I Gusti (2010), penelliti menemukan bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan pemecahan saham terhadap volume perdagangan. Penelitian ini
membuktikan penelitian yang dilakukan Copeland (1979) yang dikutip dari I Gusti (2010)
yang menyatakan menurut penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa volume perdagangan
setelah split memiliki rata-rata lebih kecil dan signifikan, menunjukkan terjadinya penurunan
likuiditas saham.
Penelitian yang berkaitan dengan kapitalisasi perdagangan dilakukan oleh Rizki
Meirdiani Lestari, dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Dan
Dampak Yang Ditimbulkannya. Hasil dari penelitian ini dalam hal kapitalisasi perdagangan
adalah tidak terdapat perbedaan rata-rata kapitalisasi perdagangan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah stock split.
Menurut Mc. Nicholas dan David (1990) yang dikutip dari I Gusti (2010) menyatakan bahwa
tujuan perusahaan melakukan pemecahan saham adalah menggeser harga saham perusahaan
kedalam suatu “optimal trading range”. Fenomena diatas yang didasarkan atas teori optimal
trading range yang berdampak atas kapitalisasi perdagangan dan likuiditas perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong untuk meneliti “Pengaruh Stocsplit Terhadap
Volume Perdagangan Saham Dan Kapitalisasi Yang Diukur Dengan Closing Price
Saham Stock Split Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010 – 2012”. Dari judul tersebut, peneliti ingin meneliti tentang dampak dari adanya Teori
Optimal Trading Range dalam Stock Split terhadap likuiditas dan kapitalisasi perdagangan
saham. Sekaligus melihat perubahan likuiditas dan kapitalisasi perdagangan sebelum dan
sesudah Stock Split.
B. PERUMUSAH MASALAH
Hasil penelitian yang dilakukan para peneliti terhadap pengaruh atau dampak
pemecahan saham, ada peneliti yang menunjukkan bahwa Stock Split memiliki pengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Dimana harga saham setelah stock split yang dinilai lebih
terjangkau, diharapkan akan meningkatkan nilai harga saham di pasar perdagangan saham
yang didorong dari turunnya harga sehingga meningkatkan permintaan pasar akan saham
tersebut. peningkatan permintaan saham ini juga berdampak pada pasar yang semakin
likuid. Likuiditas saham ini, yang diharapkan terjadi setelah dilakukannya pemecahan
saham
Di sisi lain, terdapat peneliti yang menemukan bahwa pemecahan saham tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham di pasar. Dimana peneliti
menemukan bahwa terjadi penurunan volume perdagangan saham setelah terjadinya
pemecahan saham. Menurut I Gusti (2010), pemecahan harga saham menempatkan
perusahaan pada kelompok perusahaan yang memiliki nilai saham rendah sehingga
berakibat pada kepercayaan investor terhadap perusahaan yang melakukan pemecahan
saham.
Fenomena pemecahan saham ini menarik untuk diteliti karena terdapat perbedaan
penelitian disetiap tahun dan negara. Permasalah yang terungkap dalam penelitian ini
adalah : satu sisi, Pemecahan Saham bisa dianggap memiliki efek atau dampak yang nyata
terhadap saham baik secara likuiditasnya maupun kapitalisasinya. Sisi yang lain, menilai
bahwa pemecahan saham hanya sebagai „lipstik‟ untuk mempercantik nilai suatu
perusahaan tersebut. Karena tidak berpengaruh terhadap aliran kas maupun kepemilikan
suatu perusahaan.
Dari perbedaan penelitian tersebut, permasalah yang timbul dari penelitian ini adalah :
1. Apakah pemecahan saham berpengaruh positif terhadap volume perdagangan
saham ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menganalisis perbedaan likuiditas saham yang terlihat dalam volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah perusahaan melakukan pemecahan
saham
2. Untuk memberi gambaran kepada investor apakah pemecahan saham berdampak
secara signifikan terhadap volume perdagangan
3. Untuk menilai apakah pemecahan saham dinilai sebagai kosmetik atau sesuatu
yang berdampak terhadap perdagangan saham di BEI
BAB II
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
a.1. Pemecahan Saham
Menurut kamus Oxford istilah bisnis dalam Bahasa Inggris, stock split
atau pemecahan saham merupakan suatu kejadian yang terjadi ketika
perusahaan membagi modal sahamnya menjadi saham yang lebih banyak
yang bertujuan untuk menurunkan harga saham tersebut. Pemegang saham
diberikan saham yan baru sesuai dengan saham yang yang seharusnya
dipegang. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau
pemecahan saham merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari
suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang
saham. Menurut Jogiyanto, stock split diartikan sebagai memecah selembar
saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham yang baru
setelah stock split adalah 1/n dari harga per lembar saham sebelum dilakukan
stock split. Menurut Van Horne dan Wachowics (1995) yang dikutip oleh I
Gusti (2010), pemecahan saham merupakan kenaikan jumlah saham yang
beredar dengan mengurangi nilai nominal suatu saham secara proporsional.
Perlakuan akuntansi saat terjadi Pemecahan Saham, Menurut Dyckman,
Dukes dan Davis (1994 : 451), seperti dikutip oleh Rizki (2006), dalam stock
split yang murni, tidak ada ayat jurnal akuntansi yang diperlukan, karena tidak
ada perubahan jumlah pada modal saham, tambahan modal disetor, atau laba
ditahan. Kenaikan jumlah saham secara penuh ditutupi oleh pengurangan
proporsional nilai pari atau ditetapkan per saham. Sedangkan pos-pos yang
berubah hanya nilai pari (ditetapkan per saham) dan saham yang diterbitkan,
beredar, treasury stock, dan dipesan.
Proses dilakukannya pemecahan saha menurut Ang (1997 : 6) dikutip dari
I Gusti (2010), menyatakan bahwa proses stock split dilakukan dengan cara
menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham
baru dengan nilai nominal yang baru. Penukaran dapat dilakukan di Biro
Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten.
Pemecahan Saham dalam kaitannya dengan distribusi laba atau
keuntungan perusahaan, dimana sebuah perusahaan dapat melakukan
pembagian deviden tidak hanya menggunakan kas namun menggunakan
saham. Pembagian deviden saham ini dapat dilakukan dengan melakukan
pemecahan saham. Distribusi saham melalui deviden ini menguntungkan
investor dapat memperoleh tambahan saham, tapi tetap tidak mempengaruhi
besar kepentingan mereka di perusahaan.
Pemecahan saham dapat menjadi informasi yang mampu memberikan
keyakinan kepada investor tentang masa depan sebuah perusahaan. Namun,
pemecahan saham bisa saja hanya dianggap sebagai pemanis oleh para
investor. Informasi ini bergantung pada tingkat efisiensi yang terjadi di
pasar saham.
Jenis perusahaan Menurut Fatmawati dan Asri (1999) yang dikutip dari Rizki
(2008), pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Pemecahan naik (split up) Split up adalah penurunan nilai nominal per
lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang
beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1.
b. Pemecahan turun (split down atau reverse split) Split down adalah
peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah
saham yang beredar. Misalnya split down dengan split factor 1:2, 1:3, 1:4.
b.1. Teori Pemecahan Saham
Secara teoritis pemecahan saham dilakukan atas dengan latar belakang yang
berbeda. Beberapa alasan terjadinya Pemecahan Saham menurut Katarina dan
Apostolos (2006) dibagi menjadi beberapa hipotesis yang melatarbelakangi
perusahaan melakukan Pemecahan Saham :
i. Signalling Hypothesis
Menurut Brennan and Copeland (1988b), McNichols and Dravid
(1981), and Brennan and Hughes (1991), yang idkutip dari Katarina
dan Apostolos (2006), pemecahan saham terjadi sebagai suatu sinyal
yang positif yang ditunjukkan perusahaan dengan melakukan
pemecahan saham. Sinyal positif yang dimaksudkan berdampak
terhadap kenaikan pendapatan perusahaan atau deviden yang akan
diterima para pemegang saham.
ii. Liquidity Hypothesis
Latar belakang paling rasional yang menjadi alasan terjadinya
pemecahan saham adalah agar sekuritas perusahaan berada pada
Optimal price range. Dimana harga saham diharapkan memiliki
tingkat likuiditas yang lebih setelah dilakukannya pemecahan saham.
Bisa dikatakan bahwa Liquidity Hypothesis ini sama halnya dengan
Trading Range Theory. Trading Range Theory menyatakan bahwa
pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan
kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. (I Gusti : 2010)
iii. The neglected-firm Hypothesis
Menurut hipotesis ini latar belakang perusahaan melakukan pemecahan
saham adalah manajer ingin menunjukkan atau menggambarkan
informasi bahwa perusahaan sudah lebih luas dibanding yang
sebelumnya (Katarina dan Apostolos : 2006)
iv. Optimal Tick Size Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan alasan sebuah perusahaan melakukan
pemecahan saham adalah untuk menggeser harga saham dalam tingkat
rentang harga yang optimal. Teori ini dapat berdampak terjadinya
Liquidity Hypothesis.
v. Devidend Hypothesis
Teori ini mendukung teori signalling, dimana teori ini menyatakan
alasan terjadinya pemecahan saham sebagai suatu sinyal bahwa akan
terjadi kenaikan deviden perusahaan. Dengan kata lain terdapat
kenaikan abnormal return disekitar tanggal pengumuman.
c.1. Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dari reaksi pasar
terhadap suatu pengumuman, seperti yang dikemukakan oleh Copeland
(1979), Lakonishok dan Lev (1987) serta Lamoureux dan Ponn (1987)
dikutip dari I Gusti (2010) dimana likuiditas saham dapat diukur dengan
besarnya Trading Volume Activity (TVA). Lebih lanjut, Marwan Asri dan
Faisal (1998) menjelaskan Trading Volume Activity (TVA) merupakan
suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter perusahaan volume perdagangan
saham dipasar modal. Holtvasen dan Verrecchia (1990) berpendapat bahwa
suatu pengumuman yang tidak membawa informasi baru tidak akan
mengubah kepercayaan investor sehingga mereka tidak akan melakukan
perdagangan.
B. RERANGKA TEORITIS
Pemecahan saham adalah suatu fenomena saham yang membingungkan.
Setiap investor memiliki pandangan yang berbeda atas terjadinya Pemecahan
Saham. Secara teori, Pemecahan Saham bukan merupakan kejadian ekonomi
karena tidak berdampak terhadap aliran kas yang ada diperusahaan. Perusahaan
tidak perlu melakukan penjurnalan atas terjadinya pemecahan saham. Pemecahan
saham sebenarnya tidak merubah nilai kepemilikan dan modal yang ada di
perusahaan. Pemecahan saham terjadi membagi saham sehingg mengakibatkan
harga saham pun menjadi turun. Misal, satu saham dengan nilai par Rp. 10.000
lalu perusahaan membagi 1 saham tersebut menjadi dua saham mengakibatkan
harga saham turun menjadi Rp. 5000. Namun, fenomena ini bisa menjadi suatu
sinyal atau indikasi atas keadaan dari perusahaan tersebut. Seoran investor bisa
bisa saja menilai perusahaan melakukan Pemecahan Saham karena adanya sinyal-
sinyal positif perusahaan di masa yang akan datang. Karena keputusan untuk
melakukan pemecahan saham akan berpengaruh pada nilai perusahaan yang
dicerminkan oleh harga saham perusahaan, akan tetapi tidak semua perusahaan
dapat melakukan pemecahan saham karena dalam melakukan pemecahan saham
diperlukan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dan hanya (Susi
Dwimulyani : 2008)
perusahaan yang mempunyai prospek bagus yang dapat menanggung biaya tersebut.Sehingga
hal tersebut memberikan dampak yang baik bagi investor itu sendiri.
Latar belakang perusahaan melakukan pemecahan saham yang paling
banyak diteliti berdasarkan Trading Range Theory. Teori ini adalah teori yang
paling rasional dimana mengapa perusahaan tersebut melakukan pemecahan
saham. Teori tersebut menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan karena
perusahaan ingin menurunkan harga saham pada tingkat harga optimal dalam
perdagangan. Dengan penurunan harga pada tingkat yang optimasl dalam
perdagangan diharapkan berdampak secara langsung terhadap likuiditas saham
dalam perdagangan. Penurunan harga yan diharapkan dapat menaikkan likuiditas
perusahaan, dapat pula berdampak terhadap kapitalisasi saham dalam
perdagangan. Dimana Kapitalisasi adalah harga saham seluruh perusahaan.
Jika pemecahan saham memiliki kandungan informasi yang sangat
menguntungkan dna memberikan sinyal yang baik bagi investor, maka akan
berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan yang dilihat dengan volume
perdagangan dna kemungkinan terjadinya peningkatan kapitalisasi perusahaan.
Hal tersebut disebabkan turunnya harga saham sehingga membuat investor tertarik
penurunan harga tersebut. besarnya pengaruh likuiditas saham dilihat dari
penghitungan Trading Volume Activity (TVA) dimana Trading Volume Activity
(TVA) dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan periode
tertentu, setelah itu rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum stock split
dibandingkan dengan Trading Volume Activity (TVA) sesudah stock split. Untuk
pengaruh akan kapitalisasi perdagangan pun juga dilihat melalui Kapitalisasi
perdagangan sebelum Pemecahan saham dibandingkan dengan rata-rata
kapitalisasi perdagangan saham setelah pemecahan saham.
GAMBAR II.I
Variabel Independen Variabel Dependen
Pemecahan Saham
(Stock Split)
rata-rata volume perdagangan
saham dan kapitalisasi
perdagangan setelah pemecahan
saham
C. HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rerangka teoritis diatas
dapat diambil hipotesis atas penelitian ini adalah :
1) HI : Terdapat pengaruh positif Volume Perdagangan Sebelum dan
Sesudah pengumuman Pemecahan Saham
UJI BEDA
DUA RATA-RATA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE ANALISIS
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda dua rata-
rata (t-test). Pengujian dengan cara ini menggunakan metodologi studi peristiwa
(event study).
1. Untuk menguji Hipotesis 1 dan 2 menggunakan analisis uji beda.
Adapun tahap-tahap dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi tanggal publikasi stock split. Tanggal publikasi pemecahan
saham (event date) yang dimaksud adalah tanggal pencatatan di BEI ketika
saham sudah dapat diperdagangkan, untuk mempermudah tanggal pencatatan
maka diidentifikasi sebagai hari ke 0.
b. Menentukan event period, yaitu periode waktu disekitar event time (ketika event
memang benar – benar terjadi). Event period yang dipilih dalam penelitian ini
adalah kuartalan, yaitu terdiri dari kuartalan sebelum peristiwa (pre event), dan
kuartalan setelah peristiwa (post – event).
c. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata likuiditas saham dengan
menggunakan ukuran, harga saham, Trading Volume Activity (TVA),
Kapitalisasi dengan atau (event date) untuk melihat apakah terdapat perbedaan
signifikan diantara kedua periode tersebut dibandingkan dengan kuartalan
sebelum dan sesudah. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1) Menghitung perubahan volume perdagangan saham untuk masing-masing
saham emiten untuk periode kuartalan sebelum dan kuartalan sesudah
pemecahan saham. Rumus TVA :
𝑇𝑉𝐴𝑖
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡
Setelah TVA masing-masing saham diketahui, maka kemudian
dihitung rata-rata volume perdagangan saham untuk semua sampel. Dihtiung
dengan rata-rata TVA periode tersebut dibagi sampel.
2) Kapitalisasi Perdagangan
Kapitalisasi diperoleh dari hasil perkalian antara harga pasar pada saat
penutupan (closing price) dengan jumlah saham yang beredar pada waktu
tertentu (dihitung secara kuartalan).
B. PENGUKURAN VARIABEL
Variabel adalah segala sesuatu dapat diambil atas banyak nilai (Sekaran dan
Bougie : 68). Variabel dibutuhkan dalam membuktikan sebuah penelitian. Berikut
adalah variabel yan digunakan dalam penelitian :
a. Pengumuman Pemecahan Saham
Pengumuman pemecahan saham adalah jumlah saham ketika terjadi pemecahan
saham. Variabel yang digunakan adalah jumlah saham pada bulan dimana
pemecahan saham terjadi.
b. Volume perdagangan
Volume perdagangan saham merupakan jumlah saham yang diperdagangakan
dalam periode tertentu. Volume perdagangan saham diukur dengan Trading
Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang
beredar pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu
tertentu. Setelah itu, rata-rata masing-masing volume perdagangan saham antara
sebelum dan sesudah pemecahan saham dihitung untuk mengetahui besarnya
perbedaan. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya digunakan uji beda dua
rata-rata antara sebelum dan sesudah pemecahan saham.
Adapun rumus yang digunakan yaitu (Suad Husnan,2001) dikutip oleh I Gusti
(2010) :
𝑇𝑉𝐴𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡
Variabel adalah sesuatu yang akan diuji dalam suatu penelitian. Variabel penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri daribeberapa variabel bebas (independent
variables) dan variabel terikat (dependent variables).Variabel bebas (variabel
independen) merupakan variabel yang diduga mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (variabel
dependen)merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dari variabel diatas dapat dibagi menjadi :
a. Variabel Dependen
- Volume Perdagangan Saham, melalui penghitungan TVA
b. Variabel Independen
- Peristiwa pengumuman pemecahan saham tersebut yang tergambarkan
melalui jumlah saham
C. PENENTUAN SAMPEL
Sampel adalah sub bagian dari populasi. (Sekaran dan Bougie : 240). Pemilihan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih
sampel dengan kriteria tertentu, sehingga sesuai dengan penelitian yang dirancang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI
yang melakukan pemecahan saham pada periode 2010 dan 2012 dan memenuhi
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Perusahaan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2012
b) Mengumumkan kebijakan stock split periode 2008 – 2012
c) Ketersediaan datanya memenuhi
d) Perusahaan yang aktif melakukan perdagangan selama periode terjadinya
pengumuman pemecahan saham
Berdasarkan sampel yang diperoleh dari ICMD, terdapat 33 perusahaan yang
melakukan Pemecahan Saham namun 3 diantaranya adalah outlier sehing diperoleh
30 sampel perusahaan.
TABEL III.1
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PEMECAHAN SAHAM TAHUN 2010 – 2012
NO
PERUSAHAAN KODE
TANGGAL STOCK
SPLIT
1 PT. International Nickel Indonesia Tbk INCO 15 Januari 2008
2 Panin Sekuritas PANS 21 Januari 2008
3 Bank Central Asia BBCA 28-Jan-08
4 Panorama Sentrawisata Tbk PANR 11 Februari 2008
5 Berlina BRNA 04 Agustus 2008
6 Arwana Citramulia Tbk. ARNA 11 September 2009
7 Ciputra Development Tbk. CTRA 15 Juni 2010
8 Tunas Ridean Tbk. TURI 17 Juni 2010
9 Intiland Development Tbk. DILD 02 Juli 2010
10 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 08 Desember 2010
11 Bank Rakyat Indonesia BBRI 11 Januari 2011
12 PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP 25 Februari 2011
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 28 Maret 2011
14 Intraco Penta Tbk INTA 06 Juni 2011
15 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 15 Juni 2011
16 Pan Brother Tbk PBRX 15 Juni 2011
17 Astra Otoparts Tbk. AUTO 24 Juni 2011
18 Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA 07 Juli 2011
19 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. JTPE 26 Juli 2011
20 Central Omega Resources Tbk DKFT 02 Desember 2011
21 Petrosea Tbk. PTRO 06 Maret 2012
22 Pakuwon Jati Tbk. PWON 30 Maret 2012
23 Hero Supermarket Tbk. HER0 05 April 2012
24 Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS 07 Juni 2012
25 Modern International Tbk MDRN 03 Juli 2012
26 Central Omega Resources DKFT 03 Agustus 2012
27 Kresna Graha Sekurindo KREN 07 Agustus 2012
28 Indosiar Karya Media Tbk. IDKM 03 Oktober 2012
29 Kalbe Farma Tbk. KLBF 08 Oktober 2012
30 Ace Hardware ACES 01 Nopember 2012
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Pemecahan Saham (Stock Split), Besar pemecahan saham perusahaan bisa dilihat
berdasarkan data yang terdapat pada ICMD.
Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi yang berada di pasar melalui parameter
pergerakan aktivitas volume perdagangan. Perhitungan TVA dilakukan dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode
tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut. Berikut adalah
rata-rata TVA sebelum dan sesudah dilakukannya pemecahan saham :
NO PERUSAHAAN RATA-RATA TVA
Sebelum Sesudah
1 PT. International Nickel Indonesia Tbk 0.001875012 0.037094649
2 Panin Sekuritas 0.006212153 0.002114583
3 Bank Central Asia 0.009265886 0.024808731
4 Panorama Sentrawisata Tbk 0.034713542 0.095283125
5 Berlina 0.033132246 0.002498188
6 Arwana Citramulia Tbk. 0.003165868 0.011625935
7 Ciputra Development Tbk. 0.015021892 0.030682556
8 Tunas Ridean Tbk. 0.016260842 0.042728943
9 Intiland Development Tbk. 0.032746411 0.039509047
10 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 0.007818819 0.030889301
11 Bank Rakyat Indonesia 0.015441958 0.035051798
12 PP London Sumatra Indonesia Tbk. 0.012672684 0.055273856
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 0.000778761 0.006986202
14 Intraco Penta Tbk 0.043281012 0.254017281
15 Malindo Feedmill Tbk. 0.016430973 0.141979794
16 Pan Brother Tbk 0.022088784 0.029850131
17 Astra Otoparts Tbk. 0.000502881 0.007322825
18 Surya Semesta Internusa Tbk. 0.023302218 0.127767668
19 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.035355827 0.088326279
20 Central Omega Resources Tbk 0.020981849 0.114807784
21 Petrosea Tbk. 0.008994849 0.089370963
22 Pakuwon Jati Tbk. 0.008724356 0.009007985
23 Hero Supermarket Tbk. 1.81379E-05 0.000512719
24 Indomobil Sukses Internasional Tbk. 0.013667069 0.046242903
25 Modern International Tbk 0.000704888 0.060673333
26 Central Omega Resources 0.018710254 0.050136911
27 Kresna Graha Sekurindo 0.009866077 0.016972457
28 Indosiar Karya Media Tbk. 0.006110173 0.015600876
29 Kalbe Farma Tbk. 0.006437579 0.032534918
30 Ace Hardware 0.00231691 0.025037886
B. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Analisis statistik deskriptif Trading Volume Activity sebelum terjadinya pemecahan
saham :
Dari kedua tabel diatas, diketahui bahwa diketahui jumlah sampel perusahaan yang
melakukan pemecahan saham selama tahun 2008 – 2012 adalah sebanyak 30 perusahaan.
Dari 30 perusahaan tersebut diketahui rata-rata jumlah pemecahan saham adalah 21,8395230
dengan standar deviasinya 1,36224371. Untuk rata-rata Trading Volume Activity 30
perusahaan sebelum dilakukan Pemecahan Saham adalah 0,0142200 dengan Standar
Deviasinya 0, 01194560. Sedangkan rata-rata Trading Volume Activity sesudah dilakukan
Pemecahan Saham adalah sebesar 0,0508237 dengan Standar deviasinya 0,05410504.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PEMECAHAN SAHAM 30 18.04962 24.42763 21.8395230 1.36224371
TVA SEBELUM 30 .00002 .04328 .0142200 .01194560
TVA SESUDAH 30 .00051 .25402 .0508237 .05410504
Valid N (listwise) 30
C. UJI NORMALITAS
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogrov
Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal
baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-
Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda
antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. (Nurlaela Permata, 2010).
Uji normalitas diperlukan sebelum dilakukannya pengujian hipotesis. Berikut adalah uji
normalitas data sebelum pemecahan saham dan sesudah pemecahan saham :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual N 30 Normal Parameters
a,,b Mean .0000000
Std. Deviation .01063225 Most Extreme Differences Absolute .096
Positive .096 Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z .524 Asymp. Sig. (2-tailed) .946 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30 Normal Parameters
a,,b Mean .0000000
Std. Deviation .05322094 Most Extreme Differences Absolute .202
Positive .202 Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z 1.109 Asymp. Sig. (2-tailed) .171 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan uji normalitas diatas dapat terlihat bahwa data TVA sebelum dan sesudah
terjadinya stock split terdistribusi secara normal. Hal tersebut ditunjukkan pada bagian
Aymp Sig. (2 tail) yang menunjukkan nilai yang lebih dari 5 % atau 0,05. Karena data
terdistribusi secara normal, maka pengujian hipotesis menggunakan uji statistik T-Paired.
(I Gusti, 2010).
D. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji statistik T-Paired. Uji Statistik
Paired prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu
group. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel
yang berhubungan atau dua sampel berpasangan (Teguh Wiyono, 2009).
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata dan standar deviasi antara TVA sebelum dan sesudah
pemecahan saham. Dapat dilihat tingkat rata-rata TVA sebelum dan sesudah mengalami
kenaikan dari 0,0142200 ke 0,0508237. Dari peningkatan TVA sebelum dan sesudah ini
dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan volume perdagangan saham setelah terjadinya
pemecahan saham.
Tabel 4.2 menunjukkan hubungan antara TVA sebelum dan sesudah. Nilai korelasi untuk
TVA sebelum dan sesudah menunjukkan nilai positif sebesar 0,615 dan korelasi yang terjadi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 TVA SEBELUM .0142200 30 .01194560 .00218096
TVA SESUDAH .0508237 30 .05410504 .00987818
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 TVA SEBELUM & TVA
SESUDAH
30 .615 .000
sempurna. Hasil ini positif ini membuktikan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham.
Studi yang terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Katerina dan Apostolos (2006). Studi ini menyatakan bahwa pemecahan saham yang terjadi
mendukung hipotesis likuiditas. Dimana pemecahan saham dilakukan agar tingkat likuiditas
saham perusahaan mengalami peningkatan.
Faktor yang menyebabkan tingkat Volume Perdagangan naik adalah menurunnya harga
saham dipasar. Sehingga menarik minat investor yang memiliki dana kecil untuk melakukan
investasi di perusahaan-perusahaan besar. Karena beberapa perusahaan yang melakukan
pemecahan saham selama periode 2008 – 2012 adalah perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia. Hal ini mungkin juga menarik perhatian investor untuk menanamkan sahamnya.
Peningkatan volume perdagangan ini membuktikan bahwa pemecahan saham sebagai alat
komestik saja bisa dikatakan benar. Karena mampu menarik minat investor untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan-perusahaan yang melakukan Pemecahan Saham.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif
Trading Volume Activity sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan saham.
Kesimpulan ini berdasarkan pengujian Paired T-test, dimana menghasilkan nilai
korelasi positif 0,615 yang menyatakan terdapat pengaruh positif Trading Volume
Activity sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham. Pengujian ini
membuktikan Hipotesis Liquidity dimana pemecahan saham dilakukan agar tingkat
likuiditas perdagangan saham bisa lebih tinggi. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Fretty Asih dan Moerdiyanto, dimana terdapat perbedaan signifikan
antara TVA sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham.
B. SARAN
Penelitian ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut, hal-hal yang dapat
dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya :
1. Penelitian berikutnya sebaiknya bisa menambah variabel dipengaruhi oleh adanya
pemecahan saham
2. Penelitian berikutnya sebaiknya periodenya bisa menggunakan data harian karena
akan lebih akurat dalam pengujiannya
3. Penelitian selanjutnya juga memperhatikan aspek-aspek kebijakan-kebijakan yang
diterapkan perusahaan pada periode terjadinya Pemecahan Saham, karena hal
tersebut juga dapat mempengaruhi hasil pengujian
C. KETERBATASAN
1. Penelitian ini hanya mengambil 30 perusahaan saja sebagai sampel selama kurun
waktu 5 tahun terakhir
2. Data Trading Volume Activity diambil secara kuartalan, sedangkan beberapa
penelitian lain mengambil data secara harian sehingga bisa terlihat lebih akurat
dalam pengujiannya
3. Sample frame dari penelitian ini terlalu luas, tidak mengeluarkan perusahaan-
perusahaan yang melakukan kebijakan-kebijakan lain dalam periode masa
kebijakan pemecahan saham. Hal ini bisa berpengaruh terhadap perdagangan
saham
4. Kesulitan dalam memperoleh besarnya jumlah saham secara kuartalan
DAFTAR PUSTAKA
Sekaran Uma dan Bougie, 2010, Research Methods for Business. Sixth Edition. United
Kingdom. Wiley
W Mila, 2010, Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume
Perdagangan Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di BEI Tahun 2007 – 2009, Skripsi Program Sarjana 1
Lestari Meirdiani, 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Dan
Dampak Yang Ditimbulkannya, Skripsi Program Sarjana 1
Oxford Learner‟s Pocket Dictionary
Jogiyanto, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Jogjakarta. BPFE
Lyroudi K dan Dasilas A., 2006, The valuation effects of stock splits in NASDAQ.
Managerial Finance 32 (5): 401-414.
Yu Susan dan Webb Gwendolyn., 2009 The effects of ETF splits on returns, liquidity, and
individual investors, Managerial Finance 35 (9), 754-771
Permata Nurlaela, 2010 Analisis Pengaruh Stock Split Pada Harga Saham Terhadap
Volume Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Program Sarjana 1
Rumanti dan Moerdiyanto. 2010. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap
Return Dan Trading Volume Activity (Tva) Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2006-2010
Shobriati I, Darminto, dan Endang. 2012. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan
Saham Dan Varian Return Terhadap Bid Ask Spread Di Seputar Pengumuman Stock
Split (Studi Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2005-2011)
Fatmawati, Sri dan Marwan. Asri. 1999. Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham
yang Diukur dengan Besarnya Bid–Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, XIV(4): 93 110.
Dwimulyani Susi. 2008. Analisis Pemecahan Saham (Stock Split): Dampaknya Terhadap
Likuiditas Perdagangan Saham Dan Pendapatan Perusahaan Publik Di Indonesia.
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik, III (1) : 01 – 14
Sedhayati Wahyu P. 2010. Analisis Pengaruh Harga Saham Dan Volume Perdagangan
Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Melakukan
Stock Split Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program Sarjana 1
Wiyono Teguh, 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17, 2009, Elex Media Komputindo,
Jakarta.