stk 2004

Upload: dniezz-kristy-cahya

Post on 05-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 STK 2004

    1/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29-30 Novemb er 2011

    Peran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    ISBN 978-979-8510-34-2

    SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV

    Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    KONSERVASI DAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS

    PENAMBANGAN TIMAH DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

    Ishak Juarsah

    Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir.H.Juanda 98. Bogor

    ABSTRAK

    Pada areal tailing atau bekas tambang memiliki struktur tanah sangat tidak

    stabil, kandungan bahan organik sangat rendah sehingga rawan longsor dan erosi

    apabila ditimbun berbentuk bukit-bukit. pH tanah sangat masam sampai sangat

    masam, kandungan hara yang sangat rendah, daya menyimpan air rendah dan

    suhu tanah yang tinggi merupakan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya

    mereklamasi lahan bekas tambang. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmencari teknologi konservasi dan reklamasi yang tepat pada lahan bekas

    penambangan timah. Penentuan jenis tanaman dan teknologi spesifik lokasidilakukan berdasarkan karakterisasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan untuk

    mendukung perencanaan dan pelaksanaan reklamasi atau rehabilitasi lahan agarpemanfaatan lahan bekas tambang optimal dan dapat dipulihkan kembali fungsi

    lingkungannya. Penanaman tanaman tahunan dan penanaman legume cover crop

    (Mucuna sp., Calopogonium sp., Peuraria javanica) dan pengelolaan bahan

    organik merupakan suatu keharusan, selain untuk memperbaiki struktur tanah,

    memelihara kelembaban tanah, juga untuk mengurangi kehilangan hara, karena

    pada tanah-tanah yang bertekstur kasar (berpasir) hara dalam tanah mudah tercuci.

    Kata kunci:Areal tailing, Konservasi, Struktur tanah

    PENDAHULUAN

    Dalam rangka optimalisasi produktivitas dan rehabilitasi lahan bekas tambang

    timah yang berada dalam kawasan hutan produksi di Provinsi Kepulauan Bangka

    Belitung oleh PT. Tambang Timah, maka diperlukan informasi karakteristik lahansebelum dan sesudah eksploitasi tambang timah. Informasi spasial sumberdaya

    lahan tentang lokasi, distribusi, luasan, potensi, kesesuaian dan kendala biofisik

    lahan sebelum dan sesudah penambangan sangat diperlukan untuk menentukan

    teknik rehabilitasi yang mempercepat pemulihan lahan yang terdegradasi.

    Informasi ini diperlukan untuk memberikan arah dalam perencanaan dan

    pelaksanaan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang timah agar kerusakan

    lingkungan diperkecil dan produktivitas lahan dipulihkan. Penambangan adalah

  • 7/31/2019 STK 2004

    2/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1142

    BAGIAN I I

    kegiatan yang dilakukan baik manual maupun mekanis untuk mendapatkan bahan

    galian (SK Mentamben Nomor: 1211.K/008/M.PE-/1995).Kegiatan penambangan

    dapat dilakukan di atas permukaan tanah (tambang terbuka) maupun di dalam

    tanah (tambang dalam).

    Kegiatan penambangan ini antara lain meliputi penggalian, pengerukan, dan

    penyedotan yan menyebabkan terjadinya tumpukan bukit-bukit dan kolong-

    kolong yang berisikan air. Kolong dapat didefinisikan sebagai kolam bekas

    penambangan yang merupakan perairan/badan air yang terbentuk dari lahan bekas

    penambangan atau lahan galian. Lahan bekas pertambangan di daratan berbentuk

    lubang/cekungan-cekungan di permukaan tanah yang kemudian terisi air danlimpasan air permukaan (hujan, sungai, laut) sehingga menyerupai kolam atau

    danau besar.

    Proses penambangan di daratan dilakukan dengan penggalian dan penyemprotan.

    Penggalian dilakukan untuk mengupas material di atas lapisan deposit timah.

    Material yang dikupas dapat mencapai kedalaman 5 m hingga puluhan meter di

    bawah permukaan tanah, yang selanjutnya diangkut ke tempat

    penimbunan/dumping area. Pasca penambangan akan didapatkan:1. kolong

    (kolam besar) dengan kedalaman dangkal atau dalam, terisi air atau kering. 2.

    dumping area merupakan tumpukan material berupa campuran tanah, batuan

    induk, pasir, kerikil atau yang lain 3. tailing merupakan tumpukan material hasil

    proses pemisahan timah dengan material lain yang dibuang setelah melalui proses

    pencucian. Material ini dapat berupa pasir, kerikil dan batu-batu kecil. Dumping

    area dan tailing tidak dapat dikatakan tanah lagi sesuai definisi ilmiah, karena

    tidak ada perkembangan tanah, dan bukan melalui proses pedogenik. Keduanya

    mempunyai tingkat kesuburan tanah sangat rendah, dengan alasan (a) material

    tailing telah kehilangan koloid tanah karena proses penyemprotan, timah dan

    material lainya dipisahkan dengan cara penyemprotan dengan tekanan tinggi

    sehingga koloid tanahnya hilang; (b) pada dumping area telah terjadi pembalikkan

    lapisantanah akibat cut and fill, dan dikembalikan sesuai susunan lapisan

    sebelumnya. Akibat proses ini material lapisan di bawahnya bisa menjadi lapisan

    atas, dan telah terjadi campur-aduk. Lahan pasca penambangan inilah yang

  • 7/31/2019 STK 2004

    3/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201143

    BAGIAN I I

    nantinya akan direklamasi sesuai dengan fungsi lahan sebelumnya, yaitu hutan

    atau untuk komoditas perkebunan sesuai dengan peruntukannya..

    Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa semua calon lokasi kuasa

    penambangan PT Tambang Timah dapat dikelompokkan berdasar kegiatan

    tambang, yaitu : (1) areal belum pernah ditambang, (2) areal yang telah ditambang

    tetapi ditambang lagi oleh penambang inkonvesional (TI), dan (3) areal yang tidak

    ditambang lagi. Semua lokasi tersebut dalam proses izin pinjam pakai calon lokasi

    kuasa penambangan (KP) PT Tambang Timah.

    Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung

    terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan

    lingkungan kurang atau tidak berfungsi optimal dalam menunjang pembangunan

    yang berkelanjutan (UU No. 4 Tahun 1982). Calon lokasi tambang timah terdapat

    pada dataran aluvial, volkanik dan tektonik/struktural. Dataran aluvial meliputi

    lembah-lembah aluvial, jalur aliran, teras sungai, dan tanggul sungai. Pada

    perbukitan tektonik terdapat dataran cembung, bergelombang sampai berbukit.

    Di dalam kawasan hutan produksi Bangka Belitung terdapat 74 calon lokasi

    tambang timah seluas 60.000 ha yang perlu diidentifikasi dan direhabilitasi

    setelah lahan tersebut ditambang. Hal ini dilakukan untuk menetapkan komoditas

    yang sesuai dikembangkan dan teknologi pengelolaan lahan spesifik lokasi

    (perbaikan kesuburan tanah dan penerapan teknologi konservasi tanah) yang

    diarahkan pada perbaikan produktivitas lahan dan pengendalian kerusakan

    lingkungan. Penentuan jenis tanaman dan teknologi spesifik lokasi dilakukan

    berdasarkan karakterisasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan untukmendukung perencanaan dan pelaksanaan reklamasi/rehabilitasi lahan agar

    pemanfaatan lahan bekas tambang optimal dan dapat memulihkan kembali fungsi

    lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat kondisi sifat fisik tanah

    dan lingkungan pada bekas areal penambangan sebagai akibat dari ulah manusia

    yang menyebabkan kerusakan lingkungan baik mikro maupun makro.

  • 7/31/2019 STK 2004

    4/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1144

    BAGIAN I I

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakandiwilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terletak

    pada koordinat 01 30 - 0345 Lintang Selatan dan antara 10500- 10835

    Bujur Timur Greenwich. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    wawancara terstruktur dengan petani. PPL dan Dinas Instasi terkait.

    Pengumpulan data sosek dan iklim diperoleh melalui wawancara dengan petani

    atau petugas pertanian/perkebunan di lapangan, sedangkan data sekunder

    diperoleh dari BPS Kabupaten Bangka, 2005, BPS Kabupaten Belitung, 2006,

    BPS Kabupaten Belitung Timur, 2006; BPS Kabupaten Belitung, 2006, Belitung

    Dalam Angka, Katalog BPS Anonymous, 2003. serta studi literatur dan laporan

    yang ada. Data sosek yang dikumpulkan meliputi sistem usaha tani, jenis tanaman

    yang diusahakan, pola tanam, data produksi, penduduk dan mata pencaharian,

    teknologi pengelolaan lahan, budaya petani setempat, jenis komoditas perkebunan

    yang dikembangkan dan komoditas unggulan daerah. Hasil pengamatan lapangan

    tentang kondisi fisik tanah dan teknik konservasi tanah yang sudah diterapkan

    digunakan untuk menilai potensi biofisik lahan dan arahan teknik

    konservasi/reklamasi lahan yang tepat.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi lingkungan lokasi penelitian

    Lahan di lokasi penelitian mempunyai bentuk wilayah bervariasi mulai dari datar

    sampai bergelombang dengan kemiringan < 325%. Selain lereng, faktor lain

    yang berpengaruh terhadap besarnya erosi dan degradasi lahan adalah tanah dan

    curah hujan. Sebagian besar tanah di daerah ini tergolong kedalam ordo:Entisols,

    Inceptisols, Ultisols, dan Oxisols yang peka erosi dengan rata-rata curah hujan

    2.339 mm/tahun. Bentuk wilayah berombak sampai bergelombang merupakan

    faktor yang mendorong terjadinya erosi dan degradasi lahan. Pertambangan selalu

    mempunyai dua sisi yang saling berlawanan yakni sebagai sumber kemakmuran

    sekaligus sebagai perusak lingkungan yang potensial. Untuk pertambangan

    mineral, Indonesia merupakan negara penghasil timah nonor 2 (Gautama, 2007).

  • 7/31/2019 STK 2004

    5/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201145

    BAGIAN I I

    Di Kepulauan Bangka Belitung dijumpai 2 sistem penambangan biji timah yakni

    tambang semprot dan tambang kapal keruk. Pada tambang semprot, sistem

    penambangan biji timah dibagi dalam 3 tahapan (1). Pengupasan: pada tahap ini

    dilakukan pembongkaran lapisan tanah atau batuan yang tidak mengandung biji

    timah (overburden) yang dapat mencapai kedalaman tertentu. Lapisan tanah yang

    dikupas terdiri atas: a) top soil (tanah pucuk)yang telah mengalami pelapukan

    sehingga merupakan media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan b) bahan induk

    tanah yang belum mengalami pelapukan. (2) Penyemprotan: kegiatan ini

    bertujuan untuk membongkar atau melarutkan tanah/batuan yang mengandung biji

    timah sehingga berubah menjadi lumpur. Lumpur yang mengandung biji timah ini

    kemudian dipompa/dialirkan ke instalasi pencucian (disebut palong atau sakam).

    (Gambar1).

    Gambar 1. Kondisi penambangan yang dilakukan oleh tambang

    inkonvensional

    Penyemprotan akan meninggalkan lubang-lubang (kolong-kolong) dengan

    kedalaman bervariasi (6-10 m) dengan luas beberapa hektar dan di musim hujan,

    kolong pasca penambangan ini akan terisi air. (3) Pencucian: Kegiatan ini

    bertujuan untuk memisahkan biji timah dari bahan lainnya. Pemisahan

    menggunakan sistem gravitasi dimana biji timah dengan berat jenis 7,2 g/cm3

    akan lebih dulu mengendap, disusul dengan pasir kasar (tailing) dan kerikil

    dengan berat jenis 2-4 g/cm3 dan yang lebih jauh dan terakhir mengendap adalah

    lumpur (slime). Dari proses pencucian ini akan menghasilkan tailing dengan

    kandungan bahan organik sangat rendah, miskin unsur hara, kapasitas menyimpan

    air sangat rendah), serta bagian lumpur yang jenuh air. Hamparan pasir tailing

    yang berbentuk bukit-bukit kecil mengandung pasir > 90%; debu < 8%; liat

  • 7/31/2019 STK 2004

    6/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1146

    BAGIAN I I

    0,5%; C organik< 0,10%; KTK < 0,5 me/100 mg (P4LH-Puslittanak, 1996 dam

    P4LH- Puslittanak, 1997).

    Peningkatan Kesuburan Tanah

    Tingkat kesuburan tanah sebelum ditambang tergolong rendah, pasca

    penambangan tingkat kesuburan menjadi ekstrim rendah yang disebabkan

    terbaliknya tanah, tercampurnya tanah dengan bahan induk, hilangnya koloid

    tanah dalam proses penambangan. Pada Tailling tekstur tanahya berpasir. Tanah

    yang demikian miskin unsur hara, mudah kering, dan tidak mampu memegang

    hara tanaman dan air. Akibatnya hanya tanaman tertentu saja (tanaman pioner)

    yang mampu beradaptasi. Untuk tanaman yang mempunyai nilaia ekonomis

    diperlukan upaya khusus untuk memperbaiki sifat tanah yang ekstrim tersebut.

    Perbaikan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan perbaikan media tanam dalam

    pot ataupun keseluruhan lahan, tetapi lebih disarankan menggunakan sistem pot

    dengan pertimbangan biaya lebih murah dan mudah dikontrol.

    Pot atau lubang tanam dibuat dengan ukuran minimal 60 x 60 x 50 cm. Bahan

    pengisi lubang berasal dari tanah bagian atas atau tanah pucuk atau top soil setebal0-50 cm ditambahkan pupuk kandang sebagai bahan amelioran. Untuk

    meningkatkan pH tanah diberikan kapur atau dolomit yang banyaknya tergantung

    pH tanah. Pemberian pupuk NPK sebagai sumber hara makro. Berat tanah yang

    ditambahkan jika BD tanah 1,0 adalah 216 kg, jika C-organik yang ditambahkan

    2% berarti harus ditambah bahan organik 7 kg/lubang. Penanaman legume cover

    crop (LCC) dengan tujuan menutup tanah secara vegetatif dengan cepat, sumber

    bahan organik, menekan besarnya erosi dan aliran permukaan. Jenis LCC yangdipilih yang mampu beradaptasi baik pada tanah yang mempunyai tingkat

    kesuburan tanah dan fisik yang ekstrim. Jenis LCC yang umum dipakai adalah

    Centrosema pubescen (CP), Pueraria javanica (PJ), ataupun Calopogonium

    muconoides (CM).

  • 7/31/2019 STK 2004

    7/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201147

    BAGIAN I I

    Pemilihan jenis tanaman reklamasi

    Tanaman pohon yang dipilih adalah tanaman yang mampu beradaptasi tinggi pada

    kondisi tanah yang ekstrim, mempunyai fungsi ekonomis baik untuk tanaman

    industri, tanaman pakan atau yang lain.Acasia mangium termasuk tanaman jenis

    legume yang tumbuh cepat, dan tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi,

    dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. A. mangium dapat tumbuh baik

    pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang

    memiliki pH rendah (4,2). Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan

    curah hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis

    pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis A. mangium sangat

    membutuhkan sinar matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang

    sempurna dengan bentuk tinggi dan kurus. Kayunya bernilai ekonomi karena

    merupakan bahan yang baik untuk finir (kayu lapis) atau perabot rumah yang

    menarik seperti: lemari, kusen pintu dan jendela serta baik untuk bahan bakar.

    Sungkai (Peronema canescens) atau jati seberang merupakan jenis tanaman kayu

    bernilai ekonomi yang dapat dipergunakan untuk bangunan, furniture, laintai,

    papan dinding, patung, ukiran, kerajinan tangan dan finir mewah. Sungkaiumumnya tumbuh baik pada ketinggian 0 - 600 meter dengan tipe iklim A - C

    menurut tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson (1951) Sungkai dapat

    diperbanyak dengan stek. Sungkai memerlukan tanah yang baik sedangkan

    ditanah margel tidak dianjurkan karena tanaman akan menjadi layu dan kering.

    Tempat tumbuh utama sungkai di hutan sekunder yang berair dan kadang-kadang

    terdapat juga dihutan sekunder yang kering, akan tetapi tidak dijumpai di hutan

    primer serta daerah yang periodik tergenang air (Irwanto. 2007). Seru (Schima

    walichi Korth) tumbuh di lahan kering dan tahan kebakaran. Tanaman ini dapat

    digunakan sebagai bahan bangunan dan meubel..Simpur (Dillenia

    suffruticosa Griff. ex Hook) tumbuh di lahan kering. Tanaman ini dapat

    digunakan sebagai bahan bangunan dan meubel.

    Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan tanaman yang cocok pada

    tanah berpasir, tanah ringan berpasir dan lempung berpasir, daerah dengan curah

    hujan 1.000 2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (< 60 mm). Jambu mete

  • 7/31/2019 STK 2004

    8/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1148

    BAGIAN I I

    ditanam dengan biji yang disemai dalam pembibitan, jarak tanam dibuat 6 m x 6

    m. Lubang tanam dibuat 60 cm x 60 cm x 60 cm, lubang tanam dibiarkan 4

    minggu. Tanah yang digunakan untuk menutup lubang digunakan tanah lapisan

    atas (0-20 cm) dari tanah asli yang tidak berkrokos. Untuk meningkatkan kadar C-

    organik tanah 2%, setiap lubang tanam dibutuhkan 7-10 kg bahan organik. Bahan

    organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sapi, kambing, domba,

    ayam, kerbau. Tanaman jati (Tectona grandis Linn, F.) merupakan tanaman yang

    mempunyai nilai ekonomi tinggi dan permintaan di pasaran cukup banyak. Jati

    tumbuh optimum pada curah hujan sekitar 1000 1500 mm/tahun, suhu optimal

    32-42o

    C, pada tanah dengan bahan induk batu kapur, granit, gneis, mica, schist,

    batu pasir, kuarsa, endapan, shale dan lempung (Siregar, 2005), tanah berdrainase

    baik.

    Sengon (Albazia falcata) merupakan pohon yang dapat digunakan sebagai bahan

    bangunan, bahan baku kertas dan kayu lapis. Pertumbuhannya cepat, mudah

    tumbuh tunas jika ditebang atau terbakar, mudah dibiakan, perakaran dalam

    sehingga membantu siklus hara, pertumbuhan terhambat pada tanah yang dangkal.

    Sengon mudah tumbuh pada kondisi tanah marjinal (www.tasikmalaya.go.id).

    Perkembangan akar sengon pada Ultisols daerah Lampung Utara sangat

    dipengaruhi oleh rendahnya ketersediaan P dan tingginya kepadatan (BI) tanah di

    lapisan bawah Mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan tanaman penghasil kayu

    bangunan tumbuh baik pada zona lembab dan mampu tumbuh pada daerah kering.

    Jenis ini secara alami dijumpai pada iklim dengan curah hujan tahunan 580-800

    mm. Tanaman mahoni dapat tumbuh baik pada ruang terbuka atau sebagian

    ternaungi, dapat tumbuh pada beragam tanah, dan tahan pada tanah salin, dapat

    tumbuh pada tanah yang berdrainase baik hingga buruk.

    Gelam merupakan salah satu jenis Melaleuca dari suku Myrtaceae yang mampu

    hidup pada kondisi tanah yang kurang subur, bersifat asam, rendah oksigen dan

    tanah tergenang dari pada tumbuhan asli lainnya. Gelam merupakan bahan

    bangunan dan bahan obat tradisional bagi masyarakat di Kalimantan Selatan.

  • 7/31/2019 STK 2004

    9/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201149

    BAGIAN I I

    Melihat berbagai kondisi tanah bekas penambangan maka tanaman mahoni,

    sengon dan jati sebaiknya ditanam pada daerah dengan yang berasal dari lahan

    kering. Di lapangan dijumpai masa campuran pasir, krokos besi merah (plinthic),

    sedikit batu liat, dan masa pasir berkarbon (pasir warna coklat & kelabu = silt +

    pasir). Jambu mete dapat digunakan untuk reklamasi lahan masa campuran pasir,

    krokos besi merah (plinthic), sedikit batu liat, dan masa pasir berkarbon (pasir

    warna coklat & kelabu = silt + pasir serta pada masa yang campur aduk.

    Pinus merkusii dengan nama daerah Tusam banyak dijumpai tumbuh di belahan

    bumi bagian selatan. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut mempunyai

    perakaran cukup dalam dan kuat. Walaupun jenis ini dapat tumbuh pada berbagaiketinggian tempat, bahkan mendekati 0 meter di atas permukaan air laut, dengan

    tempat tumbuh yang terbaik pada ketinggian tempat antara 400 1500 m dpl,

    pada tipe iklim A dan B menurut SchmidtFerguson (1951), pada curah hujan

    sekurang-kurangnya 2000 mm/tahun tanpa dengan jumlah bulan kering 0 3

    bulan. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe jenis tanah dengan lapisan tanah

    yang tebal/dalam, pH tanah asam dan menghendaki tekstur tanah ringan sampai

    sedang. Manfaat jenis pohon ini cukup banyak, kayunya dapat digunakan sebagai

    bahan bangunan ringan, peti, korek api. Dengan pengolahan tanah dan

    pengelolaan bahan organik akan turut memperbaiki kondisi permeabilitas tanah di

    lokasi.

    Kondisi lahan pasca penambangan yang belum stabil, drainase dan permeabilitas

    yang jelek/lambat, kemampuan memegang air sangat rendah, pH yang sangat

    masam, kadar bahan organik tanah rendah dan miskin unsur hara serta rendahnya

    daya adaptasi beberapa jenis tanaman pada kondisi ekstrim seperti ini juga turut

    mempengaruhi tingkat kematian dan proses pertumbuhan tanaman (Sudjadi,1996).

    Menurut Adiningsih dan Sudjadi (1993), apabila kadar bahan organik dalam tanah

    rendah, maka efisiensi pemupukan juga rendah. Untuk meningkatkan kadar bahan

    organik pada lahan pasca penambangan dapat ditempuh melalui: penggunaan

    pupuk kandang, pemberian mulsa, dan penanaman jenis tanaman legum penutup

    tanah.

  • 7/31/2019 STK 2004

    10/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1150

    BAGIAN I I

    Konservasi Tanah, Reklamasi Dan Reahabilitasi Lahan Bekas Tambang

    Pelaksanaan tindakan konservasi reklamasi/rehabilitasi lahan bekas penambangan

    sebaiknya kita menggunakan tanaman lokal yang telah ada disekitar lokasi

    penambangan antara lain : Mentangor, Melastoma, Mentru, Seru, mangrov

    dipantai dll, sedangkan tanaman Acasia yang tumbuh cocok disetiap lokasi atau

    untuk semua jenis lahan baik yang subur sampai kritis dilokasi penambangan

    adalah merupakan tanaman introduksi. Introduksi tanaman yang ada dan telah

    tumbuh dilokasi penambangan adalah : Jambu mete, Mahion, Albasia yang

    ditanamn dengan sistim pot seperti yang dijumpai di KP Bandul di Mentok.

    Kesemua tanaman tersebut harus dipersiapakan atau dibuat persemaian dalam

    jumlah yang cukup banyak. Dosis pupuk yang diberikan pada pelaksanaan

    rehabilitasi (Tabel 1)

    Tabel 1. Dosis pupuk anorganik untuk tanaman jambu mete (LPTP Koya Barat,

    1997)

    Umur tanamanJenis dan dosis pupuk (g/pohon/tahun)

    Urea SP-36 KCl

    1tahun 40 25 202 tahun 100 50 40

    3 tahun 160 100 80

    4 tahun 200 200 160

    5 tahun 500 375 300

    Pengelolaan tanah pucuk sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan.Tanah

    pucuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman dengan ketebalan 30-50 cm

    ditempatkan di atas lapisan tanah/bahan eks galian (tailing). Pengalaman

    menunjukkan, bahwa tanpa dilapisi tanah pucuk ternyata lahan pasca

    penambangan sulit ditumbuhi tanaman pada 2 sampai 3 tahun pertama.Tanah

    pucuk terdiri dari: top soil dan sub soil, bahkan bahan induk tanah yang telah

    melapuk. Sifat kimia, fisika, dan biologi tanah atas ini jauh lebih baik

    dibandingkan dengan tailing. Untuk itu pemisahan tanah pucuk dan

    menempatkannya di daerah yang aman merupakan keharusan. Pada awal

    penambangan, untuk mendapatkan tanah pucuk tidak begitu bermasalah. Namun

    menjelang berakhirnya proses penambangan, lapisan tanah atas semakin sulit

    untuk didapatkan. Hal initerjadi karena: (1) sebagian tanah atas tertimbun bahan

  • 7/31/2019 STK 2004

    11/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201151

    BAGIAN I I

    galian berupa tailing, dan (2) luas permukaan lahan yang perlu ditutup dengan

    tanah pucuk sangat luas. Untuk lahan bekas penambangan yang tidak

    memungkinkan untuk dilapisi dengan tanah pucuk, diusahakan lapisan atasnya

    berasal dari material tambang yang tidak bersifat racun bagi tanaman.

    Penanaman Acasia mangium (Gambar 2), mahoni, Albazia falcata, dan kelapa

    dilakukan dengan sistem pot dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm, dengan jarak tanam

    4 m x 4 m. Tanah yang digunakan untuk mengisi lubang tanam adalah tanah

    bercampur krokos atau tanah yang diambil bagian bawah dari Ultisols.

    Pertumbuhan tanaman hingga 6 bulan setelah tanam, cukup bagus, namun dengan

    bertambahnya umur tanaman akan terjadi kekurangan hara, karena diluar lubangadalah tanah pasir

    Gambar 2. Tanaman waru-waruan dan acasia mangium sebagai tanaman pioneer

    Mengingat umur penambangan relatif pendek maka sejak dibukanya

    penambangan, selayaknya sudah memperhatikan dan direncanakan pemanfaatan

    lahan pasca penambangan secara komprehensif apakah akan dihutankan kembali,

    menjadi hutan tanaman industri, perkebunan, atau sebagai obyek wisata..Setelah

    proses penambangan dianggap selesai, kegiatan berikutnya adalah meratakan

    (leveling), perbaikan dan pembuatan saluran drainase serta terjunan air dari kayu

    pada tempat-tempat dimana air aliran permukaan terkonsentrasi, menanami

    dengan vegetasi lokal maupun introduksi yang adaptif dengan kondisi ekstrim

    lahan pasca penambangan. Upaya reklamsi lahan pasca penambangan dapat

    dilakukan antara lain: dengan pemberian bahan pembenah tanah, misalnya: bahan

    organik,kapur, dolomit, P- alam, zeolit, terak baja, dan atau bitumen. Bahan

    organik dapat berupa: pupuk kandang, pupuk hijau, sisa panen, limbah sawmill

    dan lain sebagainya.Pupuk hijau dapat diusahakan melalui tanaman kacang-

  • 7/31/2019 STK 2004

    12/13

    Prosiding : Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Sem inar N asiona l Sains & Tekno logi IV

    Hotel M arcopolo, Bandar Lampu ng, 29 30 November 20 1152

    BAGIAN I I

    kacangan penutup tanah(legume cover crop), rumput-rumputan, pohon-pohonan

    atau perdu lainnya.

    KESIMPULAN

    Perbaikan kondisi tanah/media tanam di Kepulauan Bangka dapat dilakukan

    antara lain meliputi: perbaikan pH dengan pengapuran, pemberian pupuk organik

    untuk meningkatkan kadar C-organik tanahnya, bahan amelioran zeolit, serta

    pemupukan N,P, dan K sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan komoditas

    tanaman reklamasi. Tanaman penutup tanah yang dapat digunakan untuk

    merehabilitasi/reklamasi adalah: jenis LCC (Mucuna sp., berumur panjang,

    Centrosema pubescens, Peuraria javanica, Calopogoniummucunioides); jenis

    rumput untuk tanah mineral (Vetiveria zizanioides,Phaspalum sp., Brachiaria

    decumbens, Panicum maximum), dan sekaligus sebagai tanaman pencegah erosi.

    Tanaman tahunan atau tanaman penghijauan yang dapat dikembangkan diareal

    pasca penambangan antara lain: tanaman lokal (gelam, simpur, seru,mentru,

    karamunting, sapu-sapu, asam, nyatoh); tanaman introduksi (Acasiamangium,

    Albizia falcata, Switenia mahagoni, Leucaena leucocephala,Gliricideae sp.,

    Gmelina arborea, Kapuk, Angsana, kemiri), serta jenis buah buahan (jambu mete,

    sukun, durian, dukuh, langsat, rambutan).

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous. 2003.Laporan Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi Kepulauan

    Bangka Belitung. Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka, 2005. Bangka Selatan Dalam Angka

    2004. Katalog BPS: 1403. 1904. Kerjasama Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Selatan dengan Badan Pusat

    Statistik Kabupaten Bangka 2005. Nomor Publikasi: 1901.04.02. pp. 223.

    Cetakan 2005.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur. 2006. Belitung Timur Dalam

    Angka. Katalog BPS: 1403, 1906, pp 379. Cetakan 2007.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung, 2006. Belitung Dalam Angka. Katalog

    BPS: 1403.1902. ISSN: 0215.4005. pp 295. Cetakan 2007.

  • 7/31/2019 STK 2004

    13/13

    Prosiding : Seminar N asiona l Sains & Tekno logi IVPeran Strategis Sains & Te knologi dalam M em ban gun Karakt er Bangsa

    Semina r Nasional Sains & Tekno logi IV

    Hote l M arcopolo, Bandar Lamp ung, 29 30 Novem ber 201153

    BAGIAN I I

    Gautama, R.S. 2007. Pidato Guru Besar ITB. Pengelolaan air asam tambang:

    Aspek penting menuju pertambangan berwawasan lingkungan.

    Puslittanak P4LH. 1996. Laporan akhir penelitian studi upaya rehabilitasi

    lingkungan penambangan timah. Kerja sama Puslittanak dengan ProyekPenataan Lingkungan Hidup. (Tidak dipublikasikan).

    Puslittanak. 1997. Laporan Akhir Pengujian dan Pengembangan Reklamasi

    Sumberdaya Lahan serta Pelatihan Tahun III. Kerja Sama PTBA dengan

    Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. (Tidak dipublikasikan).

    Sudjadi, M. 1996. Reklamasi dan Reboisasi Lahan Bekas Tambang, Makalah

    Disajikan pada Pertemuan Teknis Pengelolaan Lingkungan Departemen

    Pertambangan dan Energi 1995/1996. Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi

    Lahan, Departemen Kehutanan. (Tidak dipublikasikan).

    Siregar, I.B.M. 2005. Potensi Budidaya Jati. Repository Universitas Sumatera

    Utara. Hal. 13.