statistik kecelakaan tambang

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, penerimaan negara sebesar Rp 42,12 triliun berasal dari subsektor pertambangan. Pada tahun 2009, penerimaan negara dari pertambangan meningkat menjadi sebesar Rp 51,58 triliun. Dan pada tahun 2010, penerimaan negara dari subsektor ini kembali meningkat menjadi sebesar Rp 66,33 triliun serta memberikan konstribusi sekitar 4,4% dari total penerimaan negara. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki resiko yang besar. Salah satu resiko yang dihadapi adalah kecelakaan. Ribuan orang meninggal akibat kecelakaan tambang setiap tahun. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian Statistik Kecelakaan Tambang | 1

Upload: eftoon

Post on 20-Dec-2015

348 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Statistik Kecelakaan Tambang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan memegang peranan yang sangat penting dalam

perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, penerimaan negara sebesar Rp

42,12 triliun berasal dari subsektor pertambangan. Pada tahun 2009,

penerimaan negara dari pertambangan meningkat menjadi sebesar Rp

51,58 triliun. Dan pada tahun 2010, penerimaan negara dari subsektor ini

kembali meningkat menjadi sebesar Rp 66,33 triliun serta memberikan

konstribusi sekitar 4,4% dari total penerimaan negara.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal,

padat teknologi dan memiliki resiko yang besar. Salah satu resiko yang

dihadapi adalah kecelakaan. Ribuan orang meninggal akibat kecelakaan

tambang setiap tahun. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian

materi yang besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang

tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan

kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber

daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui secara umum tentang kecelakaan tambang

b. Untuk mengetahui pembebanan hari pada cedera hilang waktu kerja

Statistik Kecelakaan Tambang | 1

Page 2: Statistik Kecelakaan Tambang

c. Untuk mengetahui cara menghitung statistik kecelakaaan tambang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecelakaan Tambang

Pada industri pertambangan, masalah kecelakaan (atau lebih tepatnya

masalah keselamatan kerja) diatur dalam KepMen Pertambangan dan

Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pertambangan Umum. Di dalam KepMen dijelaskan secara spesifik bahwa

kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut (tanpa

terkecuali):

1. Benar-benar terjadi, artinya murni kejadian kecelakaan, bukan

rekayasa, tanpa motif, dan bukan kesengajaan

2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin

oleh Kepala Teknik Tambang

3. Akibat kegiatan usaha pertambangan

4. terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera

5. terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah

proyek

Seluruh kecelakaan tambang harus dicatat dan dilaporkan. Jenjang

pelaporan tergantung  dari  kategori cedera yang terjadi  akibat kecelakaan

Statistik Kecelakaan Tambang | 2

Page 3: Statistik Kecelakaan Tambang

tambang. Cedera akibat kecelakaan tambang dikategorikan ke dalam 3

(tiga) kelas, yaitu:

1. Cedera ringan, yaitu cedera akibat kecelakaan tambang yang

menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas

semula lebih dari 1 hari namun kurang dari 3 minggu

2. Cedera berat, yaitu cedera akibat kecelakaan tambang yang

menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas

semula selama lebih dari 3 minggu, atau cedera yang menyebabkan

pekerja tambang cacat tetap

3. Meninggal, yaitu kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja

tambang meninggal dalam waktu 24 jam sejak terjadinya

kecelakaan tersebut.

2.2 Pembebanan Hari pada Cedera HWK (Hilang Waktu Kerja)

1. Kehilangan anggota tubuh – luka atau pembedahan

Tabel 2.1 jari, ibu jari, dan tangan

Amputasi seluruh atau sebagian

Ibu jari

Jari telunju

k

Jari tenga

h

Jari manis

Jari kelingkin

gRuas I (Distal phalange) 300 100 75 60 50Ruas II (Middle phalange) - 200 150 120 100Ruas III (Proximal phalange) 600 400 300 240 200Ruas IV (Metacarpal) 900 600 500 450 400Tangan pada pergelangan 3000

Tabel 2.2 jari kaki, kaki, dan pergelangan kaki

Amputasi seluruh atau sebagian Ibu jariSetiap ruas dari

masing-masing jariRuas I (Distal phalange) 150 35Ruas II (Middle phalange) - 75Ruas III (Proximal phalange) 300 150

Statistik Kecelakaan Tambang | 3

Page 4: Statistik Kecelakaan Tambang

Ruas IV (Metacarpal) 600 350Pergelangan kaki (foot ankle) 2400

Tabel 2.3 lengan

Bagian mana saja di atas siku termasuk sambungan bahu – 4500

Bagian mana saja di atas pergelangan atau di bawah siku –

3600

Tabel 2.4 kaki

Bagian mana saja di atas lutut 4500Bagian mana saja di atas pergelangan atau di bawah siku

3600

2. Kehilangan fungsi

Melalui satu mata yang lain 1800Kedua mata (kehilangan penglihatan) dalam satu kecelakaan 6000Satu telinga (kehilangan pendengaran akibat kerja) tidak peduli masih ada pendengaran melalui telinga yang lain

600

Kedua telinga (kehilangan pendengaran) dalam satu kecelakaan

3000

Hernia (benjolan) yang tidak dapat diperbaiki 50Lumpuh total 6000

2.3 Menghitung Statistik Kecelakaan Tambang

Berdasarkan SNI13-6618-2001, metode perhitungan tingkat kekerapan

(Frequency Rate – FR) dan tingkat keparahan (Saverity Rate – SR) cedera

akibat kerja di pertambangan umum mengacu pada ANSI Z16.1.1973

American National Standards Institute. Method of Recording and Measuring

Work Injury Experience.

Statistik Kecelakaan Tambang | 4

Page 5: Statistik Kecelakaan Tambang

a. Metode penghitungan tingkat kekerapan hilang waktu kerja

(Frequency Rate)

Perhitungan tingkat kekerapan (FR) cidera hilang waktu kerja (HWK)

adalah jumlah cedera HWK untuk setiap 1.000.000 jam kerja dibagi dengan

jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut.

Perhitungan tingkat kekerapan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Tingkat Kekerapan= jumlah cedera hilang waktu kerja x 1.000.000jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut

Catatan: satu juta jam adalah jumlah jam kerja dari 500 karyawan yang

bekerja 40 jam seminggu dan 50 minggu per tahun.

b. Metode penghitungan tingkat keparahan hilang waktu kerja

(Saverity rate)

Penghitungan tingkat keparahan (SR) cedera hilang waktu kerja adalah

jumlah “hari pembebanan” (days charged) untuk setiap 1.000.000 jam

dibagi dengan jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut.

Penghitungan tingkat keparahan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Tingkat Keparahan= jumlah pembebanan hari hilang waktu kerja x 1.000.000jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut

Catatan : Pembebanan hari hilang waktu kerja (days charged) adalah :

- Semua hari kalender (penuh) korban tidak masuk kerja karena

keparahan cedera termasuk hari libur resmi ataupun hari libur kerja (day

off). Hari tersebut tidak termasuk hari korban mendapat cedera dan hari

ia kembali kerja

Statistik Kecelakaan Tambang | 5

Page 6: Statistik Kecelakaan Tambang

- Jumlah hari yang dibebankan karena tingkat keparahan ditentukan pada

tabel-tabel sebelumnya.

c. Metode penghitungan tingkat kekerapan semua cedera (All Injury

Frequency Rate)

Tingkat kekerapan semua cedera adalah jumlah semua cedera yang

tercatat untuk setiap 1.000.000 jam kerja dibagi dengan jumlah jam

pemaparan dalam periode tersebut.

Perhitungan tingkat kekerapan semua cedera dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Tingkat Kekerapan= jumlah semua cedera x 1.000.000jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut

Statistik Kecelakaan Tambang | 6

Page 7: Statistik Kecelakaan Tambang

DAFTAR PUSTAKA

1. Badawi, Abdullah. “Kecelakaan Tambang”. 20 Maret 2015.

http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2012/12/kecelakaan-tambang.html

2. Nurdiansyah, Warid. “Penurunan Frequency Rate (FR) Kecelakaan

Tambang di Indonesia”. 20 Maret 2015. http://www.esdm.go.id/berita/37-

umum/4241-penurunan-frekuensi-rate-fr-kecelakaan-tambang-di-

indonesia.html

3. Standar Nasional Indonesia. 2001. Metode Penghitungan Tingkat

Kekerapan dan Tingkat Keparahan Cedera Akibat Kerja di Pertambangan

Umum.

Statistik Kecelakaan Tambang | 7