standarisasi naoh
DESCRIPTION
this report can help your problem to finish ypur report, maybe.. heheTRANSCRIPT
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
1/13
1
PRAKTIKUM II
STANDARISASI LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA
TITRASI ALKALIMETRI
A. PRAKTIKAN
Nama : CHICI WULANDARI
NIM : P07 134 012 007
B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Tujuan :
1. Dapat membuat larutan NaOH dan H2C2O4.2H2O.
2. Dapat menentukan kadar NaOH dan H2C2O 4.2H2O dalam
sample dengan titrasi
3. Dapat melakukan standarisasi larutan NaOH dengan
H2C2O4.2H2O
b. Waktu : Jumat, 23 November 2012
c. Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Mataram.
I. DASAR TEORI
Titrasi adalah suatu metode analisa kuantitatif dari reaksi-reaksi suatu zat yang
direaksikan dengan zat yang lain yang telah diketahui konsentrasinya sampai didapat
suatu titik ekuivalen. Titrasi digolongkan menjadi dua yaitu titrasi berdasarkan reaksi-
reaksi metatetik, antara lain titrasi asidi-alkalimetri, titrasi presipitimetri (argentometri),
titrasi kompleksometri, sedangkan titrasi berdasarkan reaksi redoks antara lain titrasi
yodometri, yodimetri, dan permanganometri. Titrasi asidi dan alkalimetri menggunakan
analisis volumetri dalam penetapan kadarnya. Analisis volumetri adalah suatu analisis
yang menggunakan volume larutan untuk menetapkan suatu kadar larutan atau zat.
Titrasi Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) adalah penetapan kadar
secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar
senyawa basa. Alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar basa dalam suatu larutan
secara analisa volumetri. Alkalimetri ini melibatkan titrasi asam yang terbentuk dari
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
2/13
2
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa
standar (alkalimetri). (Basset, J, 1994)
Larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang
diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Larutan standar dibedakan
menjadi dua yakni larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah suatu larutan standar yang dibuat dari bahan standar
primer dimana konsentrasinya baru diketahui secara pasti setelah distandarisai/
dibakukan. Standarisasi merupakan suatu proses penentuan kadar atau konsentrasi
dari larutan standar sekunder.
Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan
dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau
uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor,
umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat
dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar
komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
Larutan standar primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang
dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan
larutan standar primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu.
Zat yang dapat dibuat sebagai larutan standar primer adalah asam oksalat, Boraks,
asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, As2O3, NaCl.
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
3/13
3
Zat yang digunakan untuk larutan standar sekunder memiliki karakteristik antara
lain :
1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang
diketahui kemurniannya.
2. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2
pada waktu penimbangan
3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Dalam melakukan titrasi volumetri, untuk mengetahui volume titran dan
konsentrasinya harus mencapai suatu titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat dimana
antara titrat dengan titran tepat saling menghabiskan tak ada sisa. Titrat adalah zat
(baku primer) yang telah diketahui konsentrasinya (berada dalam labu erlenmeyer),
sedangkan titran adalah zat (baku sekunder) yang akan dicari konsentrasinya (berada
dalam buret). Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan
titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa,
yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Titik akhir titrasi ditentukan pada saat indikator berubah warna. Dengan kata lain
titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penitrasi
(titrant) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Jumlah indikator yang
ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin sekitar 3-5
tetes, karena pemberian yang berlebih akan mengakibatkan ketidaktepatan titik akhir
dengan titik ekivalen titrasi, sehingga indikator mempengaruhi pH larutan dengan
demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal
mungkin. Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak
terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolpthalein (
pp ) dimana terdapat suatu keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
4/13
4
berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi (
dalam larutan basa ).
Ada beberapa persyaratan dalam reaksi analisa titrimetrik agar dapat digunakan
sebagai dasar untuk titrasi, yaitu :
1. Reaksi harus stokiometri,dan tidak ada reaksi sampingnya
2. Reaksi harus sempurna sampai terjadi titik ekivalen
3. Ada suatu zat atau cara untuk menentukan titik akhir titrasi
4. Reaksi harus berjalan cepat.
II. PRINSIP KERJA
Larutan baku sekunder NaOH direaksikan dengan larutan baku primer asam
oksalat maka akan terbentuk garam Natrium Oksalat +air. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna dari indicator phenol phlatein (PP) dari tidak berwarna
menjadi pink merah muda.
Reaksi :
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4+ 2 H2O
III. ALAT DAN REAGENSIA
a. Alat-Alat :
1. Neraca Analitik merck Sartorius atau Mettler
2. Buret dan stand
3. Labu Erlenmeyer
4. Gelas beaker
5. Pipet Volumetrik
6. Gelas Ukur
7. Pipet Tetes
8. Labu Ukur
9. Corong
10. Gelas Arloji
11. Kertas Timbang
12. Botol Semprot
13. Batang Pengaduk
14. Tissue
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
5/13
5
b. Reagensia :
1. NaOH 0,1000 N
2. Asam Oksalat.2H2O
3. Indikator Phenol Phlatein (PP)
4. Aquades
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan alat-alat yang diperlukan
2. Pembuatan Larutan NAOH 0,1000 N (Baku Sekunder):
a. Dihitung berat/ massa NaOH yang akan ditimbang 2 gram
b. Ditimbang NaOH menggunakan neraca digital Sartorius dengan wadah
gelas arloji
c. Dimasukkan NaOH ke beaker glass 500 mL yang telah berisi aquadest
250 mL
d. Dibersihkan sisa NaOH yang ada pada gelas arloji dengan aquades
e. Diaduk larutan sampai homogen
f. Ditambahkan air 250 mL lagi, aduk
3. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat.2H2O 0,1000 N (Baku
Primer):
a. Ditimbang secara saksama 1,5750 gram asam oksalat.2H2O
b. Ditimbang asam oksalat.2H2O menggunakan neraca digital Sartorius
dengan wadah gelas arloji
c. Diisi labu ukur 250,0 mL dengan aquadest sekitar 100 mL
d. Diaduk larutan sampai homogen
e. Ditambahkan kembali aquadest sampai tanda batas 250,0 mL tercapai
4. Dibersihkan pipet volum 10,0 mL dengan aquadest dan kemudian asam
oksalat.2H2O
5. Dipipet asam oksalat.2H2O 10,0 mL
6. Dimasukkan hasil pipetan ke dalam erlenmeyer dengan posisi pipet lurus
vertikal tegak lurus dengan erlenmeyer yang dibuat miring.
7. Diukur volume aquades dengan gelas ukur 25 mL lalu tambahkan ke dalam
erlenmeyer yang telah terisi dengan asam oksalat.2H2O
8. Diteteskan 3-5 tetes indikator PP
9. Titrasi :
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
6/13
6
a. Dibilas buret dengan aquadest
b. Dibilas buret dengan NaOH
c. Ditambahkan NaOH ke dalam buret hingga tanda batas, usahakan tidak
ada gelembung
d. Diletakkan kertas putih dibawah erlenmeyer untuk mengetahui perubahan
warna titrasi
e. Diletakkan erlenmeyer yang telah siap di bawah buret
f. Dititrasi hingga larutan berubah warna dari tidak berwarna menjadi pink/
merah muda.
g. Dicatat berapa volume NaOH yang terpakai
V. RUMUS PERHITUNGAN
Massa (w) BP dan BS = N x V (L) x BE
Keterangan :
o N : Normalitas yang diketahui
o V : Volume larutan BP/BS
o BE : Bobot ekivalen
Normalitas Baku Primer Asam Oksalat =
()
()()
Normalitas NaOH : N NaOH =
Keterangan :
o BE : Berat Ekivalen Asam Oksalat
o BP : Baku Primer
o W : Penimbangan BP (miligram)o N1 : Normalitas larutan baku primer
o V1 : Volume larutan baku primer yang dipipet
o Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (NaOH)
o N2 : Normalitas Baku Sekunder (NaOH)
o V : Volume baku primer yang dibuat
VI. DATA PERCOBAANa. Data penimbangan :
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
7/13
7
1. Massa NaOH = 1,9498 gr
2. Massa H2C2O4. 2H2O = 1,5792 gr
b. Data standarisasi NaOH
No.Volume asam oksalat. 2H2O
yang ditetesPembacaan Buret
Volume Titran
(NaOH)
1. 10,0 mL 0,00 mL 12,30 Ml 12,30 mL
2. 10,0 mL 12,30 mL 23,80 mL 11,50 mL
3. 10,0 mL23,80 mL 25,00 mL
0,00 mL 6,80 mL
1,20 + 6,80 = 8,00
mL
VII. PERHITUNGAN
Sebelum Titrasi :
1. Diketahui :
a. Normalitas NaOH = 0,1000 N
b. Volume NaOH = 500 mL
c. BM NaOH = 40 gr/mol
Rumus : Massa (w) = N x V (L) x BE
Penyelesaian :
Massa NaOH (w) = 0,1000 N x 0,500 L x 40 gr/mol
= 2,0 gr
2. Diketahui :
a. Normalitas H2C2O4. 2H2O = 0,1000 N
b. BM H2C2O4. 2H2O = 126 gr/mol BE= 63 gr/mol
c. V H2C2O4. 2H2O = 250,0 mL,
Penyelesaian :
Massa H2C2O4. 2H2O (w) = 0,1000 N x 0,250 L x 63 gr/mol
= 1,5750 gr
Normalitas (N) Baku Primer H2C2O4. 2H2O
1. Diketahui:
a. Massa (w) H2C2O4. 2H2O = 1,5792 gr massa setelah ditimbang
b. Volume (mL) H2C2O4. 2H2O = 250,0 mL
c. BM H2C2O4. 2H2O = 126 gr/mol BE= 63 gr/mol
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
8/13
8
Penyelesaian :
Normalitas (N) H2C2O4. 2H2O = 1,5792 gr
63 gr/mol x 0,250 L
= 0,1002 N
Normalitas (N) Baku Sekunder NaOH setelah titrasi
1. Diketahui:
a. Volume NaOH = 12,30 mL
b. Normalitas (N) NaOH = 0,1002 N x 10,00 mL
12,30 mL
= 0,0814 N
2. Diketahui :
a. Volume NaOH = 11,50 mL
b. Normalitas NaOH = 0,1002 N x 10,00 mL
11.50 mL
= 0,0871 N
3. Diketahui :
a. Volume NaOH = 8,00 mL
b. Normalitas NaOH = 0,1002 N x 10,00 mL
8,00 mL
= 0,1252 N
Normalitas rata-rata = 0,0814 N + 0,0871 N + 0,1252 N
3
= 0,0979 N
VIII. HASIL PERCOBAAN dan KESIMPULAN
Hasil Percobaan
Standarisasi Larutan NaOH dengan H2C2O4. 2H2O
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Ditimbang 2,0 gr NaOH Berupa butiran bulat kecil lengket denganmassa 1,9498 gr
2 1,9498 gr NaOH + aquades Larutan sedikit pekat
3 Ditimbang 1.5750 gr H2C2O4. 2H2O Berupa bubuk putih dengan massa 1.5792 gr
4 1.5792 gr H2C2O4. 2H2O + aquades Larutan bening sedikit pekat
5 Larutan No. 4 + indikator PP Larutan bening tak berwarna
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
9/13
9
6 Larutan No. 5 dititrasi dengan NaOH Larutan berubah berwarna merah muda
7 Volume NaOH yang terpakai 1. 12,30 mL
2. 11.50 mL
3. 8,00 mL
Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi dari suatu larutan menggunakan larutan lain yang telah
distandarisasi atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
2. Analisis volumetri adalah suatu analisis yang menggunakan volume larutan
untuk menetapkan suatu kadar larutan atau zat.
3. Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
4. Titik ekivalen adalah suatu titik ketika titrat dan titran tepat ekivalen
5. Titik akhir titrasi suatu larutan ketika indikator berubah warna
6. Indikator digunakan untuk menetapkan titik akhir suatu titrasi
7. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu larutan standar primer sebagai titrat
(labu erlenmeyer) dan larutan sekunder (buret) sebagai titran.
8. Normalitas H2C2O4. 2H2O setelah penimbangan adalah 0,1002 N9. Rata-rata Normalitas NaOH yang dititrasi adalah 0,0979 N
10. Titik akhir titrasi larutan NaOH dengan larutan H2C2O4. 2H2O ditandai dengan
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda di labu erlenmeyer.
IX. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan standarisasi larutan NaOH denganH2C2O4. 2H2O untuk menentukan kadar normalitas NaOH dengan titrasi. Larutan
standar primer yang digunakan adalah H2C2O4.2H2O karena sesuai dengan
persyaratannya yaitu zatnya mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-120oC), mempunyai masa ekuivalen yang tinggi untuk
memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan, mudah larut, zatnya tidak
higroskopik, tidak dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Larutan
standar sekunder yang digunakan yakni NaOH, sebab tidak dikatahui dengan tepat
konsentrasinya karena berasal dari zat yang higroskopis (mudah bereaksi dengan
udara). Oleh sebab itu, sebelum digunakan larutan standar NaOH harus distandarisasi
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
10/13
10
dengan larutan standar primer yakni H2C2O4.2H2O. Selanjutnya asam oksalat.2H2O
tersebut dihitung kadar massanya, dan diperoleh hasil 1,5750 gram, lalu ditimbang dan
didapatkan massa asam oksalat.2H2O yang akan digunakan yakni 1,5792 gram.
Setelah ditimbang asam oksalat.2H2O tersebut dilarutkan dengan aquades dalam labu
ukur sampai batas 250,0 mL. Kemudian diambil 10,0 mL larutan tersebut dengan pipet
volum dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Pembuatan larutan standar primer
ini harus dilakukan dengan teliti agar kadar larutan standar sekunder didapatkan hasil
yang akurat.
Berbeda dengan pembuatan larutan baku sekunder yang pada umumnya
dilakukan di dalam beaker glass, karena ketidakakuratan pembuatan dapat di abaikan.
NaOH yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades sebanya 500 mL.
Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang
berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan
baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari
sebelum dan sesudah titrasi.
Sebelum dititrasi asam oksalat.2H2O terlebih dahulu ditambah dengan larutan
indikator PP. PP digunakan agar titik akhir titrasi dapat mudah terlihat karena
perubahannya dari tidak berwarna menjadi berwarna. Selain itu, karena larutan
campuran memiliki pH di atas 7 atau berada dalam suasana basa sehingga larutan
akan memberikan warna secara teori dalam suasana basa. Dimana range pH PP yakni
berkisar 8,3 - 10,0, jadi apabila pH larutan di bawah 8,3 maka larutan tersebut tidak
berwarna, sehingga larutan tersebut berada dalam suasana asam. Indikator diteteskan
sekitar 3-5 tetes. Kemudian apabila larutan tersebut berubah warna proses titrasi
dihentikan.
Setelah mencapai titik akhir titrasi volume NaOH yang terpakai dicatat dan
percobaan ini dilakukan beberapa kali, volume tersebut antara lain 12,30 mL, 11,50
mL, dan 8,00 mL. Data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar
NaOH dalam satuan Normalitas, kemudian dilakukan perhitungan kadar normalitas
masing-masing volume setelah dilakukan standarisasi. Hasil normalitas setelah dirata-
ratakan yakni 0,0979 N. Hasil ini tidak begitu jauh dengan normalitas NaOH awalnya
yakni 0,1000 N, ini berarti titik akhir titrasi hampir sama atau hampir mendekati titik
ekivalen. Namun dari beberapa percobaan yang dilakukan terdapat selisih dari volume
titrasi tersebut lebih dari 0,05 mL, hal ini bisa terjadi dan dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor antara lain, human eroratau kesalahan manusia sebab masing-masing
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
11/13
11
orang memilki teknik yang berbeda ketika melakukan titrasi, ketidaktepatan praktikan
saat melakukan titrasi, kocokan pada erlenmeyer yang tidak seirama dengan tetesan
larutan titran. Sehingga, ketika titrasi tepat pada titik akhir dan warna larutan hampir
berubah, karena kurangnya pengocokan maka titrasi yang seharusnya dihentikan,
malah dilanjutkan. Selain itu, apabila hasil kadar titrasi tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan, ada beberapa penyebabnya antara lain : kehilangan cuplikan (tumpah pada
saat penimbangan, pemindahan larutan, buret yang bocor), kontaminasi atau larutan
menjadi encer karena kurang baik saat membilas buret, pipet atau labu, salah
mencampur larutan, pengotoran pada larutan standar primer, kesalahan penimbangan
dan kelebihan menggunakan indikator.
X. CATATAN dan DOKUMENTASI
Catatan :
1. Penimbangan : gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
Akan lebih baik gunakan timbangan dengan neraca analitik. Jangan
menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan.
Untuk zat higroskopis, sebaiknya melebihi perhitungan zat sebenarnya apabila
dibandingkan dengan kurang dari masa perhitungannya. Apabila
menggunakan neraca sartorius, ketika penimbangan dilakukan tutup kaca
timbangan agar masa udara yang masuk kedalam timbangan tidak bercampur
dengan zat yang akan dihitung. Setelah penimbangan selesai dilakukan
apabila masih terdapat zat sisa bilas wadah tersebut dengan aquades yang
akan digunakan.
2. Pengukuran : pengukuran larutan bisa menggunakan gelas ukur, pipet volum,
dan labu ukur, sesuai dengan kapasitasnya. Namun apabila terdapat suatu
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran
harus dilakukan dengan saksama, berarti pengukuran volume harus dengan
memakai alat yang sesuai dengan standar. Misalnya dengan menggunakan
pipet volum atau labu ukur.
3. Penggunaan buret :
o Sebelum melakukan titrasi periksa terlebih dahulu buret yang akan
digunakan apakah ada kebocoran atau bagian yang pecah.
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
12/13
12
o Apabila keran buret susah diputar atur sedemikian rupa atau dengan
pemberian vaselin pada kranagar pengaturan penetesan mudah
dilakukan.
o Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, lalu bilas buret dengan
zat kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya.
o Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut
dengan menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh
bagian buret terisi dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
o Cara titrasi
o Kertas putih untuk alas digunakan untuk mempermudah melihat titik
akhir titrasi.
o Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar dengan miniskus,
miniskus bawah digunakan untuk larutan dalam buret yang tidak
berwarna, sedangkan miniskus atas digunakan untuk larutan berwarna.
4. Penulisan angka :
o untuk penulisan angka normalitas dengan batas 4 angka dibelakang
koma. Misalnya, NaOH 0,1 N ditulis menjadi NaOH 0,1000 N.
o Untuk penulisan angka di buret dengan batas 2 angka dibelakang
koma. Misalnya, volume NaOH yang terukur yakni 10,5 mL maka ditulis
menjadi 10, 50 mL.
5. Dalam mengisi larutan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet misal pipet
volum, labu erlenmeyer harus dimiringkan dan pipet posisinya vertikal dan
tegak lurus dengan dinding labu erlenmeyer.
6. Penambahan aquades ke dalam beaker glass, batang pengduk yang
digunakan tadi dibilas dengan aquades tersebut. Batang pengaduk tersebut
jangan sampai terkena larutan lagi ketika dibilas.
-
5/26/2018 Standarisasi NaOH
13/13
13
Dokumentasi
Sebelum penambahan indikator:
Sesudah penambahan indikator sebelum titrasi :
Setelah titrasi
larutan H2C2O4. 2H2O 10,0
mL, 0,1002 N + aquades 25
mL
larutan bening
larutan H2C2O4. 2H2O 10,0
mL, 0,1002 N + aquades 25
mL + indikator PP
larutan bening tak berwarna
Larutan H2C2O4. 2H2O 10,0 mL,
0,1002 N + aquades 25 mL +
indikator PP + beberapa volum
NaOH
Larutan berwarna merah muda