standar audit

23
D. STANDAR AUDIT 1. UMUM Standar audit merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga kuallitas kinerja auditor dan hasil auditnya dalam pelaksanaan tugas. Standar Audit sangat menekankan tidak hanya terhadap pentingnya kualitas professional auditor tetapi juga terhadap bagiamana auditor mengambil pertimbangan dan keputusan saat melakukan audit dan pelaporan. Standar audit merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh SPI dan auditor internal yang mencakup persyaratan mengenai : a) Profesionalisme Auditor dan SPI b) Lingkup Kerja Audit c) Pelaksanaan dan Pelaporan Audit d) Pengelolaan SPI 2. PERSYARATAN PROFESIONALISME AUDITOR DAN SPI a. Standar independensi Dalam pelaksanaan tugasnya organisasi SPI maupun auditornya harus independen dari aktivitas yang auditnya, yaitu : 1) Organisasi SPI berada langsung dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Semua jajaran dalam Perusahaan dan Unit kerja lainnya berkewajiban untuk bekerjasama dengan SPI, sehingga memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab audit. 2) Bersikap indenpenden yaitu dapat melaksanakan tugas auditnya dengan bebas baik secara organisatoris maupun

Upload: marny-adriyana-nomleny

Post on 16-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Standar Audit

D. STANDAR AUDIT

1. UMUM

Standar audit merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga kuallitas kinerja

auditor dan hasil auditnya dalam pelaksanaan tugas. Standar Audit sangat menekankan tidak

hanya terhadap pentingnya kualitas professional auditor tetapi juga terhadap bagiamana

auditor mengambil pertimbangan dan keputusan saat melakukan audit dan pelaporan.

Standar audit merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh SPI dan auditor internal yang

mencakup persyaratan mengenai :

a) Profesionalisme Auditor dan SPI

b) Lingkup Kerja Audit

c) Pelaksanaan dan Pelaporan Audit

d) Pengelolaan SPI

2. PERSYARATAN PROFESIONALISME AUDITOR DAN SPI

a. Standar independensi

Dalam pelaksanaan tugasnya organisasi SPI maupun auditornya harus independen dari

aktivitas yang auditnya, yaitu :

1) Organisasi SPI berada langsung dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Utama. Semua jajaran dalam Perusahaan dan Unit kerja lainnya

berkewajiban untuk bekerjasama dengan SPI, sehingga memungkinkan pelaksanaan

tanggung jawab audit.

2) Bersikap indenpenden yaitu dapat melaksanakan tugas auditnya dengan bebas baik

secara organisatoris maupun secara pribadi terhadap auditee dan organisasinya

dengan demikian ia dapat memberikan pendapat penting yang tidak memihak dan

tidak berprasangka dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil auditnya.

3) Bersikap obyektif yaitu jujur terhadap diri sendiri serta yakin bahwa hasil kerjanya

dapat dihandalkan, dapat dipercaya dan bebas dari pengaruh pihak-pihak lain. Untuk

itu ia tidak boleh mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan obyektif yang

ditemui dalam tugas auditnya.

Page 2: Standar Audit

4) Menjaga integritas yaitu tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi atau hal-hal lain yang patut diduga dapat

disalahgunakan baik oleh dirinya sendiri atau oleh pihak lainnya yang tidak berhak.

b. Standar Keahlian

Audit internal harus dilaksanakan oleh auditor-auditor internal yang mempunyai

kecermatan professional yang memadai dan kecermatan yang seksama untuk bidang

tugasnya.

1) Tanggung jawab SPI untuk memenuhi standar kecermatan profesionalisme meliputi :

a) Rekruitmen, seleksi dan penugasan tenaga auditor internal yang memenuhi syarat

tuntutan tugas dari segi pendidikan, kemampuan teknis, luas cakupan dan

kompleksitas tugas audit tersebut.

b) Pemenuhan kebutuhan tenaga-tenaga yang mempunyai kecakapan sesuai dengan

variasi bidang kerja dan disiplin ilmu yang menjadi tugas dari SPI bila perlu dapat

dilaksanakan melalui tenaga ahli dari luar (outsourcing).

c) Menugaskan seseorang ketua tim auditor yang berpengalaman dan ahli sehingga

terlaksana supervisi yang baik mulai sejak perencanaan audit, pelaksanaan audit,

pelaporan sehingga pemantauan tindak lanjut hasil audit. Supervisi ini

dilaksanakan secara seksama dan terdokumentasi dengan baik serta dapat diuji

efektivitasnya.

2) Tanggung jawab auditor internal mengenai kecermatan profesionalnya meliputi hal-

hal sebagai berikut :

a) Kepatuhan kepada Standar Audit dan Kode Etik Satuan Pengawasan Intern

b) Pengusahaan atas pengetahuan teori dan kecakapan praktek disiplin ilmu tertentu

yang berkaitan dengan tugas auditnya. Kecakapan ini haruslah dapat diterapkan

dalam bentuk standar prosedur dan teknik audit dalam praktek bisnis yang sehat.

c) Meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dan tertulis sehingga dapat

berkomunikasi secara efektif dengan auditee dan manajemen perusahaan.

d) Memelihara kemampuan teknis auditnya melalui pembelajaran baik melalui

training, seminar ataupun buku/periodical jurnal sehingga tetap mengikuti

perkembangan standar, prosedur dan teknik audit Perusahaan termasuk

perkembangan dunia usaha Perusahaan.

Page 3: Standar Audit

e) Menjaga dan meningkatkan kemampuan dan kecermatan profesionalnya dengan

memperhatikan ;

(1) Cakupan kerja audit yang harus dilaksanakan sehingga sasaran audit dapat

dicapai.

(2) Materialitas atau signifikansi permasalahan yang ditemui.

(3) Standar operasi yang ada apakah dapat diterima/dipatuhi oleh pelaksana

(4) Tingkat kehandalan dan efektivitas pengendalian sistem operasi yang ada

(5) Biaya audit dibandingkan dengan potensi manfaat yang diperoleh.

(6) Menjaga tingkat kecermatan dan kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya

penyimpangan, pemborosan, ketidakefektivan dan kelemahan pengendalian

internal dengan melakukan pengujian dan verifikasi yang memadai sehingga

dapat dipertanggungjawabkan tanpa harus melakukannya untuk seluruh proses

atau transaksi.

3. PERSYARATAN LINGKUP KERJA AUDIT

a. Lingkup kerja audit harus meliputi pengujian dan penilaian

1) Bidang keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan termasuk

ketaatan terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah

ditetapkan, kontrak-kontrak dan atau perjanjian-perjanjian.

2) kehandalan dan efektivitas ssistempengendalian intern Perusahaan dan kegiatan

operasinya termasuk manajemen risiko.

3) Kualitas kinerja pelaksanaan suatu kegiatan khususnya analisis terhadap menfaat dan

biaya yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

b. Kegiatan tinjauan dalam audit sistem pengendalian intern mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1) Audit kehandalan sistem pengendalian intern bertujuan untuk memastikan bahwa

sistem yang dijalankan mampu untuk mencapai sasaran Perusahaan secara efisien dan

ekonomis.

2) Audit efektivitas sistem pengendalian intern bertujuan untuk memastikan bahwa

sistem dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga kekeliruan material,

penyimpangan maupun perbuatan melawan hokum dapat dicegah atau dideteksi dan

diperbaiki secara dini.

Page 4: Standar Audit

3) Audit terhadap kualitas kinerja pelaksanaan tugas pengendalian internal bertujuan

untuk memastikan bahwa sasaran dan tujuan Perusahaan dapat tercapai dengan

optimal.

c. Pelaksanaan audit intern harus memastikan terdapatnya :

1) Kehandalan dan kebenaran informasi keuangan dan operasi Perusahaan. Auditor

internal harus memeriksa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi,

mengklarifikasi, mengukur dan melaporkan informasi-informasi tersebut sehingga

kehandalan dan kebenarannya dapat dipastikan. Untuk itu penyajian laporan

keuangan dan operasi Perusahaan harus diuji apakah telah akurat, handal, tepat

waktu, lengkap dan mengandung informasi yang bermanfaat serta disusun dan

disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang

berlaku.

2) Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana kerja dan anggaran, prosedur dan peraturan

perundang-undangan. Oleh karenanya auditor harus memeriksa dan meninjau apakah

sistem yang digunakan telah cukup memadai dan efektif dalam menilai apakah

aktivitas yang diaudit memang telah memenuhi ketentuan yang dimaksud.

3) Keamanan asset Perusahaan , termasuk memeriksa keberadaan asset tersebut sesuai

dengan prosedur yang benar.

4) Efisiensi pemakaian sumber daya perusahaan, untuk itu auditor harus memeriksa

apakah :

a) Standar operasi telah dibuat sehingga mampu untuk mengukur efisiensi dan

penghematan yang dicapai.

b) Standar operasi yang digunakan dapat dipahami dengan mudah dan baik serta

dapat dilaksanakan secara efektif.

c) Penyimpangan terhadap standar operasi yang digunakan dapat dengan mudah

diidentifikasi, dianalisa dan dapat dilaporkan kepada penanggungjawab kegiatan

untuk diambil langkah perbaikan.

d) Terdapat kondisi dimana sarana yang digunakan dibawah standar, kerja yang

tidak produktif, kelebihan/kekurangan tenaga kerja dan penggunaan sistem/sarana

yang kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi biaya.

Page 5: Standar Audit

5) Hasil keluaran suatu kegiatan atau operasi sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

ingin dicapai. Untuk ini auditor harus memeriksa :

a) Program atau operasi tersebut apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana

b) Kriteria yang dipakai untuk mengukur hasil yang diperoleh telah memadai dan

sesuai dengan tujuannya.

c) Informasi dan data mengenai hasil yang diperoleh memang dapat dibandingkan

dengan kriteria yang disusun dan sesuai dengan tujuannya.

d) Temuan hasil audit secara terpadu telah dikomunikasikan kepada pimpinan unit

terkait.

4. PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN PELAPORAN AUDIT

Pelaksanaan audit harus meliputi perencanaan audit, pelaksanaan audit lapangan, evaluasi

temuan data dan informasi, pengkomunikasian hasil audit, rekomendasi tindak lanjut dan

pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.

a. Untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab SPI maka perlu disusun perencanaan

kegiatan yang konsisten dan sesuai dengan program dan sasaran Perusahaan yang antara

lain meliputi :

1) Rencana jangka panjang audit untuk jangka 5 (lima) tahun yang disesuaikan dengan

rencana jangka panjang Perusahaan

2) Rencana Kerja Audit Tahunan untuk tahun berikutnya yang dijabarkan dalam

Rencana Kerja Manajemen, Rencana Kerja Anggaran, dan Program Kerja

Pemeriksaan Tahunan Rutin dan Program Pemeriksaan Khusus untuk yang non rutin.

Termasuk dalam rencana ini adalah jadwal kerja audit dan sasarannya, rencana

pengembangan dan pemenuhan tenaga audit yang professional.

b. Auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan audit dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu auditor internal haruslah mendokumentasikan rencana kerja audit dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Informasi dan latar belakang mengenai obyek audit, bila pernah diaudit maka perlu

diperiksa bagaimana hasil pelaksanaan tindak lanjut yang pernah disarankan,

bagaimana dampaknya terhadap audit yang dilakukan.

2) Jenis luasnya cakupan kerja audit yang akan dilaksanakan.

Page 6: Standar Audit

3) Sasaran audit harus dinyatakan dengan jelas, sehingga auditor dapat mengetahui

dengan tepat masalah-masalah khusus apa yang harus mendapat prioritas

pemeriksaan.

4) Penentuan prosedur dan teknik audit yang akan digunakan untuk memastikan bahwa

audit dapat mencapai sasarannya, tanpa menghalangi kemungkinan pertimbangan lain

yang berdasarkan keahlian auditor.

5) Kebutuhan sumber daya pelaksanaan audit, yang meliputi jumlah auditor dan bidang

keahlian yang diperlukan, tingkat pengalaman yang diinginkan dan bila perlu

menggunakan konsultan/tenaga ahli luar, sarana kerja yang dibutuhkan serta biaya

pelaksanaan audit.

6) Mengkomunikasikan rencana audit dengan pihak-pihak terkait terutama mengenai

bentuk aktivitas, jadwal kegiatan, sumber daya yang diperlukan dan bila diperlukan,

rencana survey awal sebelum audit dilaksanakan. Survey awal ini dimaksudkan untuk

mengurangi risiko audit dan hal-hal rawan yang perlu diantisaipasi atau pendalaman

lebih lanjut.

7) Format dan rencana susunan laporan hasil audit dan rencana kepada siapa saja

laporan tersebut didistribusikan serta cara mengkomunikasikan.

8) Mendapatkan persetujuan pimpinan SPI sebelum audit dimulai.

c. Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus menggunakan prosedur dan teknik

yang memadai dalam melakukan pengumpulan, pemeriksaan, evaluasi dan analisis

informasi serta mendokumentasikan hasil kerjanya sedemikian rupa sehingga :

1) Semua informasi yang terkait dengan tujuan dan ruang lingkup audit beserta bukti

factual yang diperoleh telah memenuhi kebutuhan audit.

2) Prosedur dan teknik audit yang dipakai, termasuk metode sampling, metode

pengklasifikasian hingga penarikan kesimpulan hasil temuan sesuai dengan sasaran

audit.

3) Obyektivitas Auditor sejak pengumpulan informasi hingga penarikan kesimpulan

hasil temuan tetap terjaga.

4) Format kertas kerja dan pelaporan hasil temuan cukup komunikatif baik bagi tim

audit sendiri dan terutama bagi auditee. Beberapa ketentuan mengenai kertas kerja ini

antara lain adalah :

Page 7: Standar Audit

a) Cakupan audit program dan ketelitian.

b) Tampilannya rapi, jelas dan ringkas.

c) Sistimatikanya mudah dibaca dan dimengerti

d) Informasi yang disampaikan relevan dan tepat dengan tujuan audit.

d. Auditor internal harus melaporkan hasil kerja audit mereka kepada auditee dan pemberi

tugas. Dalam menyampaikan laporan hasil audit, auditor internal harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1) Draf laporan hasil audit yang berisi hasil temuan, butir-butir kesimpulan dan butir-

butir rekomendasi haruslah direview dan didiskusikan bersama dengan pimpinan

auditee dan stafnya untuk menghindari kesalahpahaman.

2) Laporan hasil audit harus mengungkapkan tujuan, lingkup kerja hasil temuan dan

kesimpulan yang berupa opini internal terhadap dampak temuan terhadap aktivitas

yang diaudit.

3) Laporan temuan antara lain harus bersifat :

a) Obyektif, tidak memihak dan bebas dari prasangka dan bebas dari kekeliruan.

b) Jelas, mudah dimengerti, logis, lugas dan sederhana serta menghindari bahasa

teknis yang terlalu rumit.

c) Singkat dan langsung ke inti masalah

d) Konstruktif, lebih memantau auditee ke arah perbaikan daripada kritik.

4) Laporan hasil audit seyogyanya juga mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

a) Hal-hal yang masih merupakan masalah dan belum dapat terselesaikan hingga

saat audit berakhir.

b) Pengakuan terhadap prestasi kerja auditee hasil perbaikan yang telah dilaksanakan

dan terutama bila perbaikan ini dapat diterapkan pada bagian lain.

c) Rekomendasi tindak lanjut bila memang ada hal-hal yang perlu dilakukan

perbaikan pada proses kerja auditee.

5) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan auditee dan auditor internal

mengenai hasil temuan dan kesimpulan, maka perbedaan pendapat ini harus juga

diungkapkan dalam laporan hasil audit.

6) Pimpinan SPI harus mereview dan menyetujui laporan hasil audit sebelum

menerbitkan dan mendistribusikan laporan tersebut.

Page 8: Standar Audit

7) Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama dan Komisaris sesuai batas

waktu yang ditetapkan dalam Surat Tugas.

e. SPI harus menindaklanjuti laporan hasil pengawasan atau audit untuk mendapatkan

kepastian bahwa langkah yang tepat atas hasil temuan audit telah dilaksanakan. Saran

atau rekomendasi hasil pengawasan dan audit selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh)

hari kerja telah ditindaklanjuti oleh pihak yang diaudit (auditee).

Jika pimpinan unit kerja yang bersangkutan memutuskan untuk tidak mengikuti saran

tindak lanjut atas suatu pertimbangan tertentu, maka Ka.SPI harus melaporkan hal

tersebut kepada Direktur Utama.

5. PERSYARATAN PENGELOLA SPI

Kepala SPI beserta para auditornya wajib berusaha secara terus menerus agar organisasi SPI

dapat berfungsi sesuai dengan visi, misi, atribut dan tanggung jawabnya.

Untuk dapat melaksanakan hal tersebut di atas maka :

a. SPI harus mempunyai uraian tertulis mengenai tujuan, tugas, wewenang dan tanggung

jawab yang tersebut dalam pembentukan Piagam Satuan Pengawasan Intern (Internal

Audit Charter) yang kemudian disahkan oleh Komisaris dan Direksi.

Piagam Satuan Pengawasan Intern ditinjau dan dimutahirkan setidaknya setiap 3 (tiga)

tahun sesuai kebutuhan. Evaluasi Piagam Satuan Pengawasan Intern dilakukan untuk

memenuhi perkembangan Perusahaan, arahan dari PT PLN (Persero), dan Standar Audit

yang wajib dilaksanakan SPI.

b. Kepala SPI menerbitkan buku pedoman kerja SPI yang antara lain berisikan :

1) Buku rencana kerja SPI yang sesuai dengan Piagam Satuan Pengawasan Intern

(Internal Audit Charter) dan tujuan Perusahaan baik untuk jangka panjang 5 (lima)

tahunan maupun jangka pendek (tahunan). Rencana kerja ini haruslah mencakup hal-

hal sebagai berikut :

a) Tujuan, jenis dan macam kegiatan/program, jadwal pelaksanaan dan pelaporannya

serta lokasinya.

b) Ketentuan mengenai ukuran keberhasilan kinerja dan indicator kinerja kuncinya

dari tiap kegiatan atau program.

c) Uraian rinci dari setiap kegiatan/program yang terkait dan sumber daya yang

diperlukan.

Page 9: Standar Audit

d) Rincian sumber daya yang diperlukan antara lain budget/dana, waktu, jumlah

personalia dan peralatan lainnya.

2) Buku pegangan audit (audit manual) yang berisikan kebijakan dan prosedur audit

mulai dari persiapan pemeriksaan sampai dengan penyelesaian laporan hasil audit dan

pemantauan hasil tindak lanjut.

c. Kepala SPI harus mempunyai program untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya

manusia dan program pengembangannya yang meliputi :

1) Uraian tugas setiap jenjang auditor.

2) Persyaratan kualifikasi dan kemampuan individu dari setiap jenjang tersebut.

3) Program pelatihan dan pengembangan bagi setiap auditor.

4) Penilaian kinerja, coaching dan konseling bagi tiap auditor sebagai bagian dari proses

pengembangan profesionalisme mereka.

d. Kepala SPI harus mengadakan koordinasi dengan Komite Audit (bila ada) dan Auditor

Eksternal untuk menghindari tumpang tindih pemeriksaan dan memperkecil adanya

kemungkinan duplikasi kegiatan audit. Hal ini dapat dilakukan melalui :

1) Rapat periodic dengan Komite Audit (bila ada) dan Auditor Eksternal membahas

kepentingan bersama rencana audit.

2) Penyelerasan program audit dan akses timbal balik terhadap program audit dan kertas

kerja masing-masing.

3) Pertukaran laporan hasil audit dan management letter dari kantor Akuntan Publik

yang telah ditunjuk sebagai Auditor Eksternal.

4) Persamaan persepsi mengenai teknik, metode dan terminology audit sehingga dapat

diperoleh keseragaman dalam penggunaannya.

e. Kepala SPI harus mempunyai dan melakukan program jaminan mutu untuk dapat

mengevaluasi kinerja unitnya dengan tujuan agar memperoleh keyakinan yang memadai

bahwa kinerja SPI telah sesuai dengan Internal Audit Charter dan tujuan Perusahaan.

Untuk itu Kepala SPI harus :

1) Melakukan supervise dan memperdaya terus menerus sejak tahap perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi pelaporan hingga pemantauan tindak lanjut.

Page 10: Standar Audit

2) Melakukan review internal secara berkala bersama pimpinan dan staf atau tim lain

yang independen, untuk menilai tingkat efektivitas audit, kepatuhan auditor terhadap

standar audit, kode etik serta ketentuan dan kebijakan lain.

3) Melakukan review eksternal setiap 2 (dua) tahun oleh organisasi atau tim atau

individu yang mampu, independen dan tidak mempunyai konflik kepentingan dengan

Perusahaan untuk memberikan penilaian dan opini terhadap efektivitas SPI terhadap

standar audit, Internal Audit Charter, tujuan Perusahaan dan ketentuan lainnya.

E. KODE ETIK

1. UMUM

Hasil kerja SPI antara lain ditentukan oleh hasil kerja pengawas dan auditor internalnya.

Pengawasan dan audit internal oleh SPI harus memberikan nilai tambah bagi UB. Untuk

keperluan ini maka perlu disyaratkan suatu kode etik yang mengatur perilaku dan

kepatuhan pengawas dan auditor internal dengan mengikuti tuntunan peraturan

perundang-undangan. Kode etik ini mengatur prinsip dasar perilaku yang dalam

pelaksanaannya memerlukan kesungguhan dan keseksamaan dari pengawas. Pelanggaran

terhadap kode etik ini dapat mengakibatkan pengawas dan atau auditor mendapat sanksi

mulai dari peringatan hingga pemberhentian dari tugas pengawas dan atau audit internal.

2. STANDAR PERILAKU INTERNAL AUDITOR

Pengawas dan atau auditor internal harus memegang teguh, mematuhi dan melaksanakan

kode etik sebagai berikut :

a. Jujur, obyektif dan cermat dalam pengawasan,

b. Memiliki integritas dan loyalitas tinggi UB,

c. Menghindari perbuatan yang merugikan atau patut diduga dapat merugikan UB,

d. Menghindari aktivitas yang bertentangan dengan kepentingan UB,

e. Menghindari situasi dan kondisi yang mengakibatkan tidak dapat melakukan tugas

dan kewajiban secara obyektif,

f. Tidak menerima janji, imbalan dan atau apapun dari pihak manapun yang terkait

langsung atau tidak langsung dengan pengawasan,

g. Tidak memanfaatkan data dan informasi yang diperoleh untuk kepentingan atau

keuntungan pribadi,

Page 11: Standar Audit

h. Tidak menimbulkan atau patut diduga dapat menimbulkan kerugian bagi UB dengan

alasan apapun,

i. Melaporkan semua hasil pengawasan dan atau audit kepada Rektor dengan

mengungkapkan kebenaran dan tidak menyembunyikan hal yang dapat merugikan

UB dan atau dapat melanggar hukum,

j. Mematuhi sepenuhnya standar profesi auditor internal, kebijakan Rektor dan

peraturan perundangan.

F. HARAPAN TERHADAP KEBERADAAN SPI DI RUMAH SAKIT

Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah membantu agar para anggota organisasi

dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga sistem dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Rumah Sakit sebagai sebuah organisasi, bila ingin

maju maka SPI-nya haruslah kuat. Ini menjadi semacam peraturan tidak tertulis bagi sebuah

organisasi yang menginginkan tetap eksis dan berkembang. Karena dengan SPI yang

berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan perannya, maka organisasi dapat mencegah

terjadinya kehilangan uang, menjaga asset dari tindakan korupsi, kelalaian, kebiasaan salah

yang dibenarkan, penyimpangan, kecurangan dan pemborosan yang pada akhirnya organisasi

dihindarkan dari kerugian- kerugian yang bisa dicegah.

Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI diharapkan dapat menjadi mitra kerja

yang baik bagi manajemen dalam menilai setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah

Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari kesalahan, tetapi unit kerja yang membantu top

manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga

mengarahkan jalannya perusahaan dalam jalur yang benar.

Karena Rumah Sakit merupakan organisasi yang unik, maka SPI Rumah Sakit harus mampu

mengakomodasi keunikan tersebut. Keunikan tersebut karena Rumah Sakit merupakan

organisasi dengan produknya adalah jasa pelayanan yang berhubungan dengan manusia,

sehingga area auditnya meliputi audit medik, audit keuangan dan aset, audit sumber daya

manusia beserta administrasinya. Audit medik yang merupakan kekhususan dari SPI Rumah

Sakit inilah yang akan berperan penting secara langsung terhadap mutu layanan yang

diberikan oleh sebuah Rumah Sakit.

Pembentukan SPI haruslah didasari dengan itiket baik untuk memajukan Rumah Sakit.

Dengan audit yang kuat dan sesuai harapan, Rumah sakit akan semakin dipercaya dimana

Page 12: Standar Audit

kepercayaan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakitlah yang akan menentukan hidup

matinya Rumah Sakit.

Oleh karena itu anggota SPI diharapkan mampu :

1. Menjalin komunikasi dengan seluruh anggota organisasi melalui sebuah metode

pendekatan audit yang bersifat fasilitatif. Anggota SPI diharapkan mampu menempatkan

diri untuk membantu para anggota organisasi dalam menilai kinerja dan mengatasi

persoalan atau hambatan yang terjadi sehingga dapat berfungsi secara efektif dan kinerja

menjadi optimal.

2. Anggota SPI harus memiliki pemahaman yang memadai terhadap bidang-bidang yang

akan diaudit. Karena itu, penempatan personil sebagai anggota SPI harus memikirkan

berbagai aspek baik latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi melakukan

audit, memiliki catatan kinerja baik, loyalitas tinggi dan dedikasi terhadap pekerjaan.

Integritas dan kredibilitas anggota menjadi penilaian utama. Penempatan personil yang

tidak layak hanya akan memperlemah SPI dan ini akan membuat SPI tidak bisa

memberikan kinerja seperti yang diharapkan. Karena itu, anggota SPI hendaknya juga

diberikan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai sebagai dasar kompetensi mereka

melakukan kegiatan audit.

3. Disamping memiliki ilmu yang memadai, anggota harus menguasasi kemampuan untuk

menganalisa, melakukan penilaian, mengajukan rekomendasi atau saran-saran perbaikan

sampai melakukan penilaian ulang apakah proses perbaikan sudah dilakukan sehingga

persoalan benar-benar bisa selesai dengan tuntas.

4. Tim SPI bukanlah merupakan Tim yang mencari-cari kesalahan anggota. Tim ini

merupakan unit kerja yang membantu manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi

sistem pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalannya perusahaan dalam jalur

yang benar. Temuan SPI tidak selalu negatif tetapi juga ada temuan positif, temuan

positif ini sebaiknya disebarluaskan sehingga dapat menjadi contoh bagi unit kerja yang

lain. Setiap temuan Tim SPI yang memerlukan tindak lanjut oleh manajemen sebaiknya

melalui manajemen review yang khusus membahas temuan atau rekomendasi SPI.

Sehingga tidak ada kesan bahwa SPI merupakan “polisi” perusahaan yang bisa langsung

mengambil tindakan koreksi tanpa koordinasi dengan manajemen. Untuk ini diperlukan

Page 13: Standar Audit

komitmen yang kuat antara manajemen dengan SPI agar sistem kendali tetap bisa

berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan ketakutan pada anggota organisasi.

5. Adanya kewenangan yang memadai yang diberikan kepada tim SPI untuk bisa

mengakses berbagai tempat atau dokumen di organisasi sesuai peraturan perundangan

yang berlaku, dalam rangka melakukan tugasnya. Apabila tidak ada keterbukaan dan

akses yang cukup, maka segala penyimpangan yang berisiko terhadap kerugian Rumah

Sakit tidak segera diketahui untuk segera dicarikan jalan penyelesaiannya.

6. Tim mampu mengawal tindak lanjut yang direkomendasikan oleh auditor eksternal agar

dapat diselesaikan oleh manajemen.

7. Adanya independensi dari Tim SPI, yang artinya bahwa Tim SPI berpihak pada

kebenaran factual yang berdasarkan data dan fakta yang otentik, relevan dan cukup.

8. Adanya aturan internal organisasi yang jelas yang mengatur tentang Tim SPI ini yang

diketahui dan disepakati oleh semua pihak di Rumah Sakit. Aturan ini memuat tentang

pengertian, ruang lingkup, dasar hukum, hak dan kewenangan auditor, serta bentuk

pertanggungjawabannya. Hal ini untuk menghindari salah pengertian tentang keberadaan

Tim SPI itu sendiri di Rumah Sakit.

G. KONDISI SAAT INI

Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa SPI masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal

ini tercermin dari beberapa hal berikut ini :

1. Pembentukan SPI masih merupakan syarat untuk sebuah penyelenggaraan Rumah Sakit

dan belum dirasakan sebagai kebutuhan internal untuk perbaikan organisasi. Hal ini bisa

dilihat dari pemilihan anggota yang kurang memperhatikan standar minimal kompetensi

seorang auditor. Hal ini bisa dimengerti, salah satunya karena memang pekerjaan auditor

merupakan pekerjaan yang “kurang diminati” oleh sebagian kalangan. Pekerjaan ini

dianggap sebagai pekerjaan “mencari musuh”. Hal ini tentunya tidak benar bila

pemahaman tentang auditor internal ini sudah merata pada seluruh anggota organisasi.

2. Adanya komunikasi yang kurang baik antara auditor dengan anggota organisasi. Hal ini

mungkin disebabkan oleh anggapan yang masih belum tepat tentang auditor baik oleh

auditor itu sendiri maupun anggota organisasi. Tidak adanya aturan yang jelas yang

mengatur tentang auditor ini juga sering menyebabkan salah pengertian. Harusnya

Page 14: Standar Audit

memang ada aturan yang jelas mengenai keberadaan auditor ini dan adanya komitmen

seluruh anggota organisasi termasuk manajemen untuk menghormati peraturan ini.

3. Kesulitan mencari personil yang akan ditempatkan dalam Tim SPI. Hal ini mungkin

karena pekerjaan auditor dianggap pekerjaan yang tidak menarik dan di Rumah Sakit

sendiri mungkin merupakan beban tambahan dari tupoksi seorang karyawan yang

ditempatkan sebagai auditor internal. Hal ini karena di banyak Rumah Sakit, Tim SPI

masih diambilkan dari karyawan yang sehari-harinya memiliki tupoksi dan belum

merupakan Tim yang benar-benar independen dengan tupoksi hanya sebagai auditor

internal.

H. PENUTUP

1. Piagam Satuan Pengawasan Intern (Internal Audit Charter) ini mulai diberlakukan sejak

tanggal ditetapkan.

2. Sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kebutuhan Perusahaan, maka Piagam Satuan

Pengawasan Intern ini akan ditinjau dan direview secara berkala.

Dengan adanya pelatihan untuk Kepala SPI ini diharapkan ke depan SPI dapat menjadi mitra

kerja manajemen dalam mengawal organisasi dalam mencapai visi dan misinya melalui SPI yang

menjadi :

1. Pihak paling independen untuk melakukan pengawasan seluruh jajaran organisasi sesuai

tupoksinya.

2. Pihak yang mengawal misi khusus yaitu pengelolaan risiko dan pengendalian operasional

yang akan menjadi penyeimbang bagi jajaran manajemen dalam menjalankan organisasi agar

dapat mengeliminasi hambatan-hambatan yang muncul menjadi sekecil mungkin.

3. Tim yang menerapkan kinerja secara integrasi dan berkesinambungan setiap waktu sebagai

sebuah siklus.

4. Tim yang memiliki anggota dengan kompetensi memadai yang memiliki pengalaman untuk

mencegah terjadinya tindak kecurangan yang akan merugikan organisasi.

Page 15: Standar Audit

Ditetapkan di Halilulik

Pada tanggal 1 Januari 2015

Direktris RSKM Halilulik

Sr. Kristina A. Nahak, SSpS, SST, M.Kes

Ketua SPI

Sr. Hildegunda, SSpS