sss d-4 k-1
DESCRIPTION
makalah sss case 1TRANSCRIPT
MATA MERAH VISUS NORMAL
SPECIAL SENSORY SYSTEM
Makalah
Tutorial D4
drh. Djoko Walujo BR, MSc
Disusun oleh :
Intan Sulistiani
Sarah Itsnina
Hasna Ibadurrahmi
Fairuz Hanifah
Muhammad Ali Saifullah
Rachmalia Nuragustin
Aulia Livia
Sonia Basaria Sagala
Randilufti Santoso
Rasendah
Bagus Indra Wicaksana
121.0211.068
121.0211.167
121.0211.065
121.0211.014
121.0211.112
121.0211.209
121.0211.048
121.0211.205
121.0211.018
121.0211.163
121.0211.195
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2015
KATA PENGANTARPuji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kami tutorial D4 selaku penyusun, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini kami lakukan untuk pembelajaran dan memenuhi
standar penilaian dan juga sebagai acuan belajar kami untuk ujian SOCA. Makalah
ini berisi materi mengenai mata merah visus normal. Dalam proses penyusunan
laporan ini kami telah memperoleh banyak dorongan dan bantuan baik berupa
bimbingan maupun berupa sumbangan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat
drh. Djoko Walujo BR, MSc selaku pembimbing tutorial D4, serta rekan-rekan lain
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sendiri sebagai penyusun pada khususnya. Demikian pengantar
yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.
Jakarta,
Februari 2015
D4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
1.1 Case ..............................................................................................................
1.2 Mekanisme ...................................................................................................
1.3 Learning Issue ..............................................................................................
BAB II
1. Benda asing intraocular
2. Hordeolum
3. Khalazion
4. Skleritis
5. Episkleritis
2.2 Embriologi Mata .........................................................................................
2.3 Anatomi Mata .............................................................................................
2.4 Histologi Mata .............................................................................................
2.5 Fisisologi Mata ............................................................................................
2.6 Mikroorganisme penyebab infeksi mata dan patologi anatomi ..................
2.7 Konjungtivitis ..............................................................................................
2.8 Pterigium .....................................................................................................
2.9 Blefaritis .....................................................................................................
2.10 Perdarahan subkonjungtiva ........................................................................
2.11 Benda asing intraocular ..............................................................................
2.12 Hordeolum .................................................................................................
2.13 Khalazion ...................................................................................................
2.14 Sklertitis .....................................................................................................
2.15Episkleritis ..................................................................................................
Referensi
BAB I
CASEHALAMAN 1
Seorang pasien laki-laki Tn. M 20 tahun datang ke poliklinik tempat Anda bekerja
dengan keluhan mata sebelah kiri terlihat merah sejak 3 hari yang lalu. Ia merasa
seperti menangis karena air matanya sering keluar. Selama ini ketika mengalami
mata merah ia selalu menggunakan tetes mata ‘insto’ yang dia beli di warung dekat
rumah namun untuk keluhan yang sekarang ia merasa tidak ada perbaikan.
HALAMAN 2
Selain mata merah pasien juga merasakan gatal, lengket, dan berlendir pada mata
kirinya tersebut. Pasien bercerita bahwa setiap pagi ia sulit membuka mata karena
banyak kotoran berwarna kuning yang menempel pada kelopak matanya. Ia mengaku
masih dapat melihat dengan jelas dan tidak silau terhadap cahaya. Ia menyangkal
adanya demam. Riwayat trauma tidak ada. Mata sebelah kanan tidak ada keluhan.
Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tiga saudara kandung
yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama
dengan pasien. Pasien adalah anak kelima dari enam bersaudara, belum mempunyai
pekerjaan tetap dan hanya sekolah tamatan SD.
HALAMAN 3
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis, kooperatif
Tanda vital : Laju napas 18 kali/menit Suhu 37,2C
Laju nadi 86 kali/menit Tekanan darah 120/80
mmHg
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
THT : Tidak ditemukan kelainan KGB preaurikular tidak membesar
Leher : KGB tidak membesar
Toraks : paru dan jantung dalam batas normal
Abdomen : perut tidak membesar, hepar dan lien tidak teraba, perkusi
timpani, BU normal
Ekstremitas : perkusi baik, akral hangat
Status oftalmikus:
Status oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/6 6/6
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Madarosis -, trikiasis - Madarosis -, trikiasis -, krusta +
Palpebral superior Udem - Udem +
Palpebral inferior Udem - Udem +
Margo palpebral Hordeolum -,
khalazion -
Hordeolum -, khalazion –
Apparatus lakrimalis Lakrimasi normal Hiperlakrimasi
Konjungtiva tarsalis Hiperemis -, injeksi
konjungtiva -, injeksi
siliaris -, secret -
Hiperemis +, injeksi konjungtiva
+, injeksi siliaris -, secret +
mukoid
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli
anterior
Cukup dalam Cukup dalam
Iris Rugae +, coklat Rugae+, coklat
Pupil Bulat, diameter 3 mm,
refleks +
Bulat, diameter 3 mm, refleks +
Lensa Bening Bening
Korpus vitreum Bening Bening
Fundus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan pewarnaan Gram terhadap secret didapatkan hasil sebagai berikut:
Bentuk: coccus
Susunan: bergerombol seperti anggur
Warna: ungu
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
Blefarokonjungtivitis bakterialis os e.c Staphylococcus
MEKANISME
Tn M, 20 tahun
Belum punya pekerjaan tetap
(stress)
Sekolah tamatan SD (mungkin mempengaruhi higienitas lingkungan dan pribadi)
Factor risiko
Perubahan lingkungan keseimbangan mata
Perubahan flora normal --> Staphylococcus aureus
Jumlah bakteri meningkat
Infeksi Staphylococcus aureus
Konjungtivitis Blefaritis
LEARNING ISSUES
6. Embriologi mata
7. Anatomi mata
8. Histologi mata
9. Fisiologi mata
10. Mikroorganisme penyebab infeksi mata dan patologi anatomi
11. Konjungtivitis
12. Pterigium
13. Blefaritis
14. Perdarahan subkonjungtiva
15. Benda asing intraocular
16. Hordeolum
17. Khalazion
18. Skleritis
19. Episkleritis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EMBRIOLOGI MATA
A. Cawan optic & vesikula lentis
Mudigah 22 hari
Sepasang alur dangkal
Neural tube tertutup ~ vesikula optika (vesikel mata)
Ektoderm permukaan
Cawan optic (optic cup)
Ruang intraretina
Fisura koroidea
Arteri hialoidea
Mgg ke-7
Bakal pupil
~~Plakoda lentis (lempeng lensa)
Vesikula lentis (vesikel lensa)
B. Retina, iris, dan korpus siliare
Cawan optic:
Lapisan luar lapisan pigmen retina :.granula-granula pigmen kecil
Lapisan dalam lapisan saraf
1/5 anterior pars seka retinae
Ketebalan 1 lapis sel
Terbagi menjadi :
○ Pars iridika retinae bentuk lapisan dalam iris
○ Pars siliaris retinae bentuk korpus siliare
○ Pars siliaris retina .: berlipat-lipat
Bagian luar: mesenkim m. siliaris
Bagian dalam: berhubungan dg lensa melalui jaringan serabut elastis
ligamentum suspensorium (zonula)
m. siliaris dengan ligamentum suspensorium
m. siliaris berkontraksi ligamentum suspensorium relaksasi menambah
kelengkungan lensa
m. siliaris relaksasi ligamentum suspensorium tegang menark lensa,
lensa gepeng
4/5 posterior pars optika retinae
Mgd sel-sel yg berbatasan dg ruang intraretina
Mengalami differensiasi mjd elemen-elemen penyerap cahaya
DI DEKAT LAPISAN INI:
Ada lapisan mantel yang seperti di otak menghasilkan neuron & sel
penunjang
DI PERMUKAAN LAPISAN INI:
Ada lapisan fibrosa yang mengandung akson sel saraf dari lapisan lebih
dalam, dimana pada sel saraf serabut-serabut sarafnya mengumpul ke arah tangkai
optic berkembang mjd Nervus opticus
Regio antara cawan optic & epitel permukaan terdapat mesenkim longgar
Pada mesenkim ini, terbentuk:
m. sfingter pupilae
m. dilator pupilae
Pada dewasa
Cawan optic lapisan dalam tak berpigmen & lapisan kaya jaringan ikat
bervaskular (mgd otot-otot pupil) membentuk iris
C. Lensa
Vesikula lentis terbentuk sel-sel dinding posterior mulai memanjang ke
anterior membentuk serabut-serabut panjan nantinya yang akan mengisi lumen
vesikel
Akhir mgg ke-7
Serabut lensa primer mencapai dinding anterior vesikula lentis
D. Koroid, sclera, kornea
Akhir mgg ke-5
Primordium mata seluruhnya dikelilingi oleh mesenkim longgar
berdiferensiasi mjd:
Lapisan luar ~ Duramater otak
○ Berkembang mjd sclera dan bersambung dg duramater di sekitar N. opticus
Lapisan dalam ~ Piamater otak
○ Membentuk lapisan pigmen kaya PD disebut koroid
Lapisan mesenkim di atas permukaan anterior mata berdiferensiasi
Pemisahan mesenkim mjd:
lapisan dalam di depan lensa dan iris
Membrana iridopupilaris
Lapisan luar yang bersambungan dg sclera
Substansia propria kornea
Membentuk bilik mata depan (kamera anterior) .: dilapisi mesenkim gepeng
Kornea dibentuk oleh:
Lapisan epitel dari ectoderm permukaan
Substansia propria/stroma yg bersambungan dg sclera
Lapisan epitel yg berbatasan dg bilik mata depan (kamera anterior)
Membrana iridopupilaris lenyap membentuk hubungan antara bilik
mata depan dan belakang
E. Korpus vitreum
Mesenkim..
Sebelah luar mesenkim ia mengelilingi primordium mata
Sebelah dalam mesenkim cawan optic melalui fisura koroidea.
Mesenkim membentuk:
○ PD hialoid
○ Membentuk jalinan serabut halus antara lensa dan retina
- PD hialoid : pada kehidupan intrauterus mendarahi lensa dan bentuk
vascular di permukaan dalam retina
- Jalinan serabut halus : memiliki rongga interstisium yang terisi oleh bahan
gelatinosa transparan membentuk korpus vitreum
.: PD hialoid pada bagian ini mengalami obliterasi & lenyap meninggalkan kanalis
hialoideus
F. N. opticus
Cawan optic dengan otak terhubung oleh tangkai optic. Diantara sel-sel
dinding tangkai optic terdapat serabut saraf retina
Terdapat alur (fisura koroidea) di ventral tangkai optic
Di dalam alur tersebut terdapat PD hialoid
Selama mgg ke-7
Fisura coroidea menutup terbentuk terowongan sempit di dalam tangkai
optic
Peningkatan jumlah saraf yang terus menerus mybb:
Dinding tangkai optic terus tumbuh
Dinding luar dan dalam tangkai optic menyatu
○ Sel-sel lapisan dalam menghasilkan jalinan neuroglia menunjang serabut N.
opticus
Tangkai optic membentuk n. opticus
Bagian tengah tangkai optic mengandung sebagian a. hialoidea
membentuk a. sentralis retinae
Bagian luar membentuk:
○ Lapisan pia arachnoid
○ Lapisan dura
Yang keduanya merupakan kelanjutan dari koroid dan sclera yang mengelilingi N.
opticus
G. Regulasi molecular pembentukan mata
PAX6, SHH
PAX2, FGF
TGF, MITF & CHX10
SOX2, PROX1
SOX3, LMAF
BMP 4
H. Kelainan mata
1. Koloboma ~~Koloboma iridis
2. Membrana iridopupilaris
3. Arteri hialoidea
4. Katarak kongenital
5. Mikroftalmia
6. Anoftalmia
7. Afakia kongenital
8. Aniridia
9. Siklopia
10. Sinoftalmia
2.2 ANATOMI MATA
Anatomi organ visus
(Mata)
Adalah:
Sistem optik yg memfokuskan berkas cahaya ke fotoreseptor, yg mengubah energi
cahaya menjadi impuls saraf
Berbentuk bulat, panjang maksimal : 24 mm
- Dibungkus oleh 3 lapisan jaringan:
1. Sklera
- Jaringan ikat yang kenyal
- Memberi bentuk pada bola mata
- Perlekatan untuk otot intrinsik
- Bagian terluar yang melindung mata
- Perpanjangan anterior pada sklera di bagian depan mata disebut kornea (bersifat
transparan, memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata)
- Kelengkungan kornea >> sclera
2. Jaringan Uvea
- Jaringan vascular
- Jaringan sclera-uvea ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan suprakoroid
- Jaringan ini terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid
-Koroid bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas
cahaya, bagian ini juga sangat tervaksularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata
-Badan siliar (dibelakang iris) penebalan di bagian anterior koroid.
∙ Mengandung pembuluh darah dan otot siliaris.
∙ Otot melekat pada ligamen suspensorik tempat perlekatan lensa
∙ Menghasilkan cairan bilik mata (aquous humour) yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera
-Iris perpanjangan sisi anterior koroid,terdiri dari jaringan ikat dan otot intrinsik
(otot sirkular dan radialis) yang mengendalikan diameter pupil
-Pupil ruang terbuka yang bulat pada iris, yang harus dilalui cahaya untuk dapat
masuk ke interior mata
Diatur oleh 3 susunan otot yg mengatur jumlah sinar masuk dalam mata
∙ Otot dilator saraf simpatis
∙ Sfringter iris dan otot siliar saraf parasimpatis
∙ Otot siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi
3. Retina
-Lapisan yang tipis dan transparan
-Terdiri dari lapisan luar (pigmentosa) dan dalam (jar.saraf)
Kornea
- Kornea (latin cornum = seperti tanduk)
- Selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
- Tdd atas lapis:
1. Epitel
2. Membrane bowman
3. Stroma
4. Membrane descement
5. Endotel
- Dipersarafi dari banyak saraf sensoris utama dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
araf ke-V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membrane bowman melepaskan selubung schwannya
- Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai kedua lapis saraf
- Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea
Uvea
- Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari iris, badan siliar dan koroid
- Perdarahan :
1. Bagian Anterior
∙ Diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sclera
di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optic dan 7 buah arteri siliar anterior
∙ Kedua arteri bergabung membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar
2. Bagian Posterior
∙ Mendapat perdarahan dari 15 – 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sclera di sekitar tempat masuk saraf optic
- Persarafan :
Dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral,
menerima 3 akar saraf di bagian posterior :
1. Serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar
2. Saraf simpatis untuk dilatasi pupil
3. Akar saraf motor untuk mengecilkan pupil
- Otot
∙ Otot longitudinal badan siliar yang berinsersi di daerah baji sclera bila berkontraksi
akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran cairan mata pada
sudut bilik mata
∙ Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan
mengendurnya Zonulla Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa
∙ Kedua otot dipersarafi saraf parasimpatis
Pupil
- Anak = kecil, saraf simpatis belum berkembang
- Dewasa = sedang
- Orang tua = kecil, lensa sudah sklerosis sehingga terjadi rasa silau
- Tidur=kecil, karena berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan
hambatan miosis
- Pupil mengecil untuk mencegah abrasi kromatis pada akomodasi untuk
memperdalam focus
Sudut bilik mata depan
- Dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris
- Terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata
Lensa Mata
- Jaringan ini berasal dari ectoderm
- Bersifat bening
- Terletak di belakang iris
- Terdiri atas zat tembus cahaya berbentuk cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi
- Berbentuk cakram bikonveks
- Dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa didalam kapsul lensa
- Serat lensa memadatnukleus lensa
- Nucleusembrional, fetal dan dewasa
- Di bagian luar nucleus=korteks (anterior dan posterior)
- Di bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuator pada badan siliar
- Sifat lensa:
∙ Kenyal/lentur untuk akomodasi
∙ Jernih/transparan untuk media penglihatan
∙ Terletak di tempatnya
Badan Kaca (Vitreus)
- Jaringan seperti kaca bening yang terletak diantara lensa dengan retina.
Dibagi menjadi :
- Ruang anterior (di belakang kornea, di dpn iris)
ruang tersebut berisi aquous humor fungsinya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
lensa dan kornea
- Ruang Posterior : terletak diantara lensa dan retina, dan berisi vitreus humor
semacam gel transparan yang juga berperan dalam mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea
Retina
- Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor penerima rangsangan cahaya
- berbatas dengan kororid dengan reseptor penerima rangsangan cahaya
- berbatas dengan kororid dengan sel pigmen epitel retina
- terdiri dari lapisan:
1. lapis fotoreseptor sel batang (ramping) dan sel kerucut
2. membrane limitan
3. lapis nucleus luar
4. lapis pleksiform luar
5. lapis nucleus dalam
6. lapis pleksiform dalam
7. lapis sel ganglion
8. lapis serabut saraf
9. membrane limitan interna
- warna retina biasanya jingga, kadang hyperemia
- pembuluh darah cabang oftalmika
- pemeriksaan fungsi retina tajam penglihatan, penglihatan warna, lapang pandang,
ERG,
Saraf optik
- saraf optic keluar dari polus posterior bola mata 2 jenis serabut saraf
∙ saraf penglihatan
∙ saraf pupilomotor
Sklera
- Bagian putih bola mata pembungkus &pelindung isi bola mata
- Sclera anterior ditutupi 3 lapis jaringan ikat vascular
- Sclera mempunyai kekakuan tertentu sehigga mempengaruhi pengukuran tekanan
bola mata
Vaskularisasi
ORBITA
Orbita digambarkan sebagai piramid berdinding empat yang berkonvergensi ke arah
belakang. Dinding medial orbita kiri dan kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh
hidung. Pada setiap orbita, dinding lateral dan medial membentuk sudut 45 derajat.
Lima tulang pembentuk orbita :
1. Os. Frontal
2. Os. Spenoidal
3. Os. Zygomaticus
4. Os. Palatinum
5. Os. Maxila
6. Os. Ethmoidales
7. Os. Lakrimalis
Orbita berbentuk buah pir, dengan nervus optikus sebagai tangkainya. Lingkaran
anterior lebih kecil sedikit dari pada lingkaran di bagian dalam tepiannya yang
merupakan pelindung yang kuat. Volume orbita kira-kira 30cc dan bola mata hanya
menempati seperlima bagian ruangan, selebihnya diisi lemak dan otot. Pada bagian
anterior, terdapat septum orbitae (pemisah antara palpebra dan orbita). Orbita berisi :
Otot penggerak bola mata N. Optikus
Glandula Lakrimalis Lemak
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di bawah, sinus
ethmoidalis dan sinus sphenoid di medial. Dasar orbita yang tipis mudah rusak oleh
trauma langsung terhadap bola mata sehingga menimbulkan 'fraktur blow-out'
dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris. Infeksi pada sinus ethmoidalis
dan sphenoid dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina
papyracea) dan mengenai orbita. Defek pada atapnya (misal : neurofibromatosis)
dapat berakibat timbulnya pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak
Dinding Orbita:
Atap orbita => terdiri dari facies orbitalis osis frontalis. Di bagian anterior lateral
atas, terdapat fosa lakrimalis yang berisi kelenjar lakrimal. Di posterior atap, terdapat
ala parva osis sphenoid yang mengandung kanalis optikus.
Dinding lateral => dipisahkan dari bagian atap oleh fisura ortalis superior yang
memisahkan ala parva dan ala magna osis sphenoidalis. Bagian anterior dinding
lateral dibentuk oleh facies orbitalis osis zygomatici (malar), merupakan bagian
terkuat orbita.
Dasar orbita => dipisahkan dari dinding lateral oleh fisura orbitalis inferior. Bagian
dasar yang luas terbentuk dari pars orbitalis osis maksilaris (merupakan tempat yang
paling sering terjadinya fraktur). Processus orbitalis osis platini membentuk daerah
segitiga kecil pada dasar posterior.
Apeks Orbita => merupakan tempat masuknya semua saraf dan pembuluh darah ke
mata serta merupakan tempat asal semua otot ekstraokuler kecuali obliquus inferior.
Fisura orbitalis superior =>
o vena ophthalmika superior, nervus lakrimalis, frontalis, dan trabekularis =>
berjalan di bagian lateral fisura (di luar anulus Zinn)
o Ramus superior dan inferior nervus okulomotorius, nervus abducens dan nasosiliaris
=> berjalan di bagian medial fisura (di dalam anulus Zinn)
o Vena ophthalmika superior sering bergabung dengan vena ophthalmika inferior
sebelum keluar dari orbita.
Kanalis Optikus (di dalam anulus Zinn) => dilalui nervus optikus dan arteri
ophthalmika
Perdarahan
Arteri Carotis Interna => Arteri Ophtalmika (berjalan dengan nervus optikus menuju
orbita dan bercabang)
=> Arteri Retina Sentralis (cabang intraorbita pertama, memasuki nervus optikus
sekitar 8-15mm di belakang bola mata.
=> Arteri Lakrimalis => perdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas.
=> Arteri Siliaris Posterior Longa dan Brevis (cabang muskularis ke berbagai otot
orbita)
o Longa => perdarahi korpus siliare dan beranastomose dengan arteri siliaris anterior
membentuk circulus arterialis mayor iris.
o Brevis => perdarahi khoroid dan bagian nervus optikus.
=> Arteri Siliaris Anterior (cabang muskularis menuju muskuli recti) => perdarahi
sklera, episklera, limbus, konjungtiva.
=> Arteri Palpebralis (cabang ke kelopak mata) ACPL (Artery Cyliaris Posterior
Longus) + ACA (Artery Cyliaris Anterior) => di pangkal iris membentuk sirkulus
arteriosus mayor.
Bola Mata
Bola mata dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior
sekita 24,5 mm. Pada saat bayi, panjangnya 16,5 mm.
Konjungtiva
=> merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus :
Permukaan posterior kelopak mata =>konjungtiva palpebralis
K.Palpebralis melekat erat ke tarsus
Permukaan anterior sklera => konjungtiva bulbaris
K. bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon menyatu
dengan konjungtiva sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar dengan
kapsul tenon dan sklera di bawahnya.
Konjungtiva fornik
Perdarahan konjungtiva versal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Persarafannya berasal dari cabang pertama N. V.
Kapsula Tenon (Fascia Bulbi)
Kapsula Tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata dari
limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-dan
episklera menyatu. Segmen bawah kapsula tenon tebal dan menyatu dengan fasia
muskulus rektus inferior dan muskulus obliquus inferior membentuk ligamentum
suspensorium bulbi(Ligamentum Lock-wood), tempat terletaknya bola mata.
Sklera dan Episklera
Sklera merupakan 5/6 bagian dinding bola mata berupa jaringan kuat yang berwarna
putih. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik
halus yang disebut episklera. Di bagian anterior, sklera bersambung dengan kornea
dan dibagian belakang bersambung dengan duramater nervus optikus. Beberapa
sklera berjalan melintang bagian anterior nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa.
Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.
Episklera banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan pembungkus mata
bagian luar :
1. Episklera
2. Sklera
3. Lamina Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera
yang membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.
Kornea
Kornea merupakan lapisan transparan yang melapisi 1/3 depan bola mata.
Permukaannya licin dan mengkilat. Lebih tebal di bagian pinggir dari pada sentral.
Indeks biasnya 1,337 dengan daya refraksi + 42 dioptri. Kornea bersifat avaskuler
sehingga nutrisinya berasal dari pembuluh darah limbus, air mata, dan akuos humor.
Dipersarafi oleh N. V1 (N. Ophthalmicus).
Lapisan kornea :
1. Epitel : terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus sampai gepeng.
2. Membrana Bowman : Lapisan jernih aseluler.
3. Stroma : terdiri dari kumpulan sel yang membentuk jaringan ikat yang kuat.
4. Membrana Dessement : sebuah membran jernih yang elastik, tampak amorf.
5. Endotel : merupakan satu lapis sel berbentuk kubus.
Bila ada infeksi kronik, kornea akan memutih dan terbentuk vaskuler pada kornea.
Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan.
Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Terdiri dari :
Iris => merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot dilatator. Perdarahan iris berasal dari circulus mayor iris,
persarafannya berasal dari serat di dalam nervi siliare.
Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran
pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik
yang dihantarkan melalui N. Kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh
aktivitas simpatik.
Korpus Siliare
Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi untuk produksi akuos
humor. Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, radial.
Fungsi serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat Zonula yang
berorigo di lembah di antara prosesus siliaris.
Koroid => merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera.
Tersusun dari 2 lapis pembuluh darah
Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Lensa Kristalin => saat neonatal bentuknya hampir bulat
dengan konsentrasi cair. Daya akomodasinya sangat kuat. Lensa kristalin ini tumbuh
seumur hidup di ekuator lensa sehingga semakin tua lensanya semakin padat dan
daya akomodasinya turun.
Saat dewasa, bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding
posterior. Diameter 9 mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan,
avaskuler. Daya refraksinya +16 dioptri, indeks bias 1,337. Konsistensinya 65% air
dan 35% protein (kristalin). Kandungan kalsium lensa lebih banyak dari pada
jaringan tubuh lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah.
Menggantung pada korpus siliare melalui Zonula Zinii. Di anteriornya terdapat akuos
humor dan di posteriornya terdapat vitreus humor.
Aquaeus Humor
Akuos humor merupakan cairan yang mengisi COA, diproduksi oleh korpus siliare
di COP (Kamera Okuli Posterior) yang selanjutnya mengisi COA dan dieksresi
melalui trabekula. Sepuluh persennya dieksresikan melalui iris.
Fungsi :
Nutrisi lensa dan kornea sampai epitel Pertahankan TIO normal 10-20 mmHg.
Kamera Okuli Anterior (COA)
Sudut COA merupakan terbentuk dari perifer kornea dengan akar iris, besarnya 45'.
COA berisi cairan Akuos humor yang dihasilkan corpus siliaris. Garis Schwalbe
merupakan tanda dari berakhirnya kornea. Jalinan trabekula terdapat di atas kanalis
Schlemm.
Retina
Retina merupakan jaringan saraf tipis yang semi transparan, membentang dari papil
saraf optic ke depan sampai Oraserata. Tebalnya 0,1 mm, dan semakin tebal pada
bagian posterior. Pada retina terdapat :
Makula => merupakan pigmentasi kekuningan (Xantofil) yang membatasi arcade
arteri retina sentralis sehingga Fovea menjadi avaskular
Fovea => merupakan bagian di tengah makula, merupakan cekungan sehingga
menghasilkan pantulan khusus dengan ophthalmoscop yang disebut refleks
fovea.
Foveola => bagian paling tengah dari Fovea. Seluruhnya berupa sel Cone/ Sel
kerucut (sel foto reseptor) dan semakin ke perifer digantikan oleh sel
Rod.
Vitreus
Korpus vitreus mengisi 2/3 bagian isi bola mata dan mempertahankan bentuknya
selalu bulat. Konsistensinya 99% air dan berbentuk gel.
ADNEKSA MATA
Alis Mata
Alis mata merupakan lipatan kulit menebal yang ditutupi rambut. Lipatan kulit ini
ditunjang oleh serat otot di bawahnya. Glabela merupakan prominentia tanpa rambut
di antara alis.
Palpebra
Palpebra merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi
bola mata bagian anterior. Struktur palpebra :
Lapisan Kulit => lapisan kulit luar, berbeda dengan kulit pada bagian tubuh lain
karena lebih longgar, tipis, dan elastik. Terdapat sedikit folikel rambut dan lemak
subkutan.
Muskulus Orbikularis Okuli => berfungsi untuk menutup palpebra. Dipersarafi oleh
N. Facialis.
Jaringan Alveolar => jaringan aerolar submuskular yang terdapat di bawah muskulus
orbikularis okuli.
Tarsus => struktur penyokong utama palpebra berupa jaringan fibrosa padat.
Terdapat tarsus superior dan inferior.
Konjungtiva Palpebra => selapis membran yang melekat pada tarsus di bagian
posterior palpebra.
Tepian Palpebra :
1. Tepian Anterior
o Bulu mata
o Glandula Zeis => modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara ke dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata.
o Glandula Moll => modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.
2. Tepian Posterior => bagian posterior palpebra yang berkontak dengan mata
dan di sepanjangnya bermuara dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(Glandula Meibom)
3. Punktum Lakrimale
Aparatus Lakrimalis
Terdiri dari glandula lakrimalis > duktus sekretori > menyebar di permukaan mata >
masuk ke punctum superior atau inferior > menuju kanalis superior atau inferior >
menyatu di kanalis komunis > sakus lakrimalis >duktus lakrimalis > bermuara pada
meatus inferior dari rongga nasal. Pasokan darah dari aparat lakrimal berasal dari
arteria lakrimalis
PERSYARAFAN MATA
Nervus Optikus
Nervus opticus merupakan kumpulan dari 1 juta serat saraf. Terdapat beberapa
bagian :
Pars Intra Okuler
Terdapat papil saraf optik berwarna merah muda dengan diameter 1,5 mm, berbatas
tegas, tempat keluar masuk arteri dan vena sentralis retina. Terdapat cekungan (cup)
normal dibanding papil (disc) dengan C/D = 0,3.
Pars Intra Orbita
Keluar dari sklera, diameter 3 mm, panjang 25-30 mm. Berbentuk S dan berjalan
dalam muskular memasuki foramen optikum 4-9 mm.
Pars Intra Kranial
Panjangnya 10 mm dan bergabung dengan nervus optikum sebelahnya membentuk
kiasma optikum. Ganglion retina dan aksonnya merupakan bagian dari susunan saraf
pusat sehingga tidak dapat beregenerasi bila terpotong. Mendapat pasokan darah dari
cabang arteri retina.
Kiasma Optikus
Kiasma dibentuk dari pertemuan kedua nervi optici dan merupakan tempat
penyilangan serat-serat nasal ke tractus optikus. Kiasma menerima perdarahan dari
circulus Willis.
Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata
Untuk diagnosis kelainan pergerakan mata, diperlukan penentuan kedudukan atau
posisi bola mata. Ada 9 posisi:
1. Posisi primer => mata melihata lurus ke depan
2. Posisi Sekunder => mata melihat lurus ke atas, bawah, kiri, dan kanan
3. Posisi Tertier => mata melihat ke atas kanan, atas kiri, bawah kanan, dan
bawah kiri.
Pergerakan bola mata dilakukan oleh 3 pasang otot mata
luar
.
1. Otot rektus medius (N III =
okulomotoriu
s)
=> adduksi => gulirkan bola mata ke arah
nasal
2. Otot rektus lateral (N VI =
abdusen
)
=> abduksi => gulirkan bola mata ke arah
temporal
3. Otot rektus superior (N III)
=> elevasi, adduksi, intorsi bola
mata.
4. Otot rektus inferior (N III)
5. Otot oblik superior (N IV = troklear)
6. Otot oblik inferior (N III)
Masing-masing otot rectus berorigo pada sklera di depan ekuator (bagian tengah
mata). Masing-masing otot obliq berorigo pada sklera bagian lateral di belakang
ekuator. Otot levator tidak termasuk otot mata karena tidak berorigo pada bola
mata. Fungsi levator : menaikkan bola mata.
2.3 HISTOLOGI MATA
Lapisan mata
Bola mata (bulbus oculi)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kelopak mata (palpebral)
FISIOLOGI MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan1.
1. Lapisan fibrosa (sklera, kornea)
2. Lapisan vaskulosa (khoroid, badan siliar, iris)
3. Lapisan nervosa (retina)
Sklera merupakan jaringan ikat protektif yang kuat disebelah luar, yang
membentuk bagian putih mata.
Kornea, lapisan luar anterior yang transparan tempat lewatnya berkas-berkas
cahaya ke interior mata.
Koroid merupakan lapisan tengah di bawah sklera yang sangat berpigmen dan
mengandung banyak pembuluh darahuntuk memberi makan retina, lapisan koroid
di sebelah anterior mengalami spesialisasi menjadi badan siliaris dan iris.
Retina, lapisan paling dalam dibawah koroid, yang terdiri dari sebuah lapisan
berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan jaringan saraf di bagian dalam.
Retina memiliki fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls
listrik, yaitu sel batang dan sel kerucut. Bagian dalam mata terdiri dari dua ruang
yang dipisahkan oleh lensa, ruang anterior berisi aqueous humor (dihasilkan
1 Sherwood, L. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Hal. 161. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC, 2001.
sekitar 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam badan siliaris) dan ruang posterior
berisi vitreous humor.
Iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin
(otot sirkuler untuk miosis dan otot radialis untuk midriasi) yang berfungsi
untuk mengatur banyak jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur
ukuran pupil (lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya) dan
berfungsi menentukan warna mata.
REFRAKSI
Definisi : penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari satu medium ke
medium lain yang berbeda densitasnya.2
Pembelokan suatu berkas cahaya yang terjadi ketika berkas berpindah dari satu
medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang
berbeda.3
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan
lain. Makin tinggi densitas suatu medium, semakin lambat gerakan cahaya (begitu
juga sebaliknya).
Dua faktor yang berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua
media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan
2 Dorland, W.A. Newman. Kamus kedokteran DORLAND. Ed. 29. Hal. 1880. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.3 Sherwood, L. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Hal. 162. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC, 2001.
sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin
besar pembiasan).
Lensa konveks (cembung) menyebabkan konvergensi, atau penyatuan, berkas-
berkas cahaya, yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus.
Lensa konkaf (cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkas-berkas
cahaya. Bagian mata yang penting dalam refraktif mata adalah kornea dan lensa.
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di
retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah terfokus sebelum
mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, bayangan tersebut
tampak kabur. Berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen
sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Jadi, untuk
melihat benda dekat lensa akan melakukan penyesuaian agar dapat terfokus di
retina, yang disebut proses akomodasi.
AKOMODASI
Definisi : kemampuan penyesuaian kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya
dekat maupun jauh dapat di fokuskan di retina.4
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid
di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama : otot siliaris
dan jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor. Otot siliaris merupakan
otot polos melingkari yang melekat lensa melalui ligamentum suspensorium.
Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom
Ketika otot siliaris relaksasi (diatur oleh saraf simpatis), ligamentum
suspensorium tegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk lebih gepeng
dengan kekuatan refraksi minimal.
Ketika otot siliaris berkontraksi (diatur oleh saraf parasimpatis), ligamentum
suspensorium akan mengendur, sehingga lensa berbentuk lebih sferis.
Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar
kekuatannya, sehingga berkas-berkas cahaya lebih dibelokkan.
4 Sherwood, L. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Hal. 165. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC, 2001.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan. Seumur
hidup, hanya sel-sel ditepi luar lensa yang diganti sedangkan bagian tengah
mengalami kesulitan ganda, karena hal tersebut dan letaknya yang jauh dari
aqueous humor, lama-kelamaan bagian tengah tersebut akan mati dan kaku,
akhirnya kelenturan lensa berkurang dan mengganggu proses akomodasi dan
mengganggu penglihatan dekat yang disebut presbiopia.
Emetropia (berpenglihatan normal) terjadi bila cahaya dari objek jauh difokuskan
di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total dan berakomodasi untuk melihat
benda dekat.
Miopia (berpengliahatan dekat) karena bola mata terlalu panjang atau lensa
terlalu kuat, sehingga sumber cahaya dekat difokuskan ke retina tanpa akomodasi.
Dengan demikian orang miopia memiliki penglihatan dekat lebih baik daripada
penglihatan jauh, dan dapat dikoreksi dengan lensa konkaf.
Hiperopia (berpenglihatan jauh)karena bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu
lemah, sehingga sumber cahaya jauh difokuskan ke retina dengan akomodasi.
Dengan demikian orang miopia memiliki penglihatan jauh lebih baik daripada
penglihatan dekat, dan dapat dikoreksi dengan lensa konveks.
Astigmatisme adalah kelengkungan kornea yang tidak rata/sama, sehingga
berkas-berkas cahaya mengalami refraksi yang tidak sama. Dapat diperbaiki
dengan lensa silindris.
RESEPTOR DAN FUNGSI NEURAL RETINA
Lapisan retina dari luar kedalam :
1. Lapisan paling luar mengandung sel batang dan sel kerucut, yang ujung-
ujung peka cahayanya menghadap koroid.
2. Lapisan tengah, neuron bipolar
3. Lapisan bagian dalam, sel ganglion.
Akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optikus. Titik di retina tempat
keluarnya nervus optikus dan pembuluh darah adalah diskus optikus (bintik
buta), karena sel ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut.
Cahaya harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai
fotoreseptor di semua daerah retina kecuali fovea (cekungan sebesar pangkal
jarum pentul yang terletak tepat di tengah retina, lapisan bipolar dan ganglion
tertarik kesamping, sehingga cahaya secara langsung mengenai fotoreseptor (sel
kerucut). Daerah disekitar fovea disebut makula lutea.
Fotoreseptor terdiri dari tiga bagian :
1. Segmen luar, mendeteksi rangsangan cahaya.
2. Segmen dalam, mengandung perangkat metabolik.
3. Terminal sinaps, menyalurkan sinyal yang dihasilkan di fotoreseptor ke
sel-sel berikutnya (neuron bipolar).
Segmen luar fotoreseptor terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa
pipih yang banyak mengandung fotopigmen, yang akan mengalami perubahan
kimiawi apabila diaktifkan oleh cahaya.
Suatu fotopigmen terdiri dari protein enzimatik yang disebut opsin yang berikatan
dengan retinen (suatu turunan vit. A). Fotopigmen pada sel batang disebut
rodopsin dan pada sel kerucut disebut pigmen kerucut.
Rodopsin tidak dapat membedakan berbagai panjang gelombang spektrum cahaya
tampak; pigmen ini menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak sehingga
sel batang hanya memberi gambaran bayangan abu-abu. Sedangakan fotopigmen
sel kerucut terdiri dari tiga jenis : sel kerucut merah, hijau, dan biru- berespon
secara selektif terhadap panjang gelombang warna, sehingga penglihatan warna
dapat terjadi.
Ketika terpajan cahaya, rodopsin akan akan berdisosiasi menjadi retinen dan opsin
, melalui serangkaian reaksi, perubahan biokimiawi pada fotopigmen yang di
induksi oleh cahaya ini menimbulkan hiperpolarisasi potensial reseptor yang
mempengaruhi pengeluaran zat perantara dari terminal sinaps fotoreseptor yang
menyebabkan penurunan pengeluaran transmiter (transmiter bersifat inhibisi
terhadap sebagian besar sel bipolar).
Sifat-sifat penglihatan sel batang dan sel kerucut
SEL BATANG SEL KERUCUT
100 juta per retina 3 juta per retina
Pengliahtaan dalam rona abu-abu Penglihatan warna
Kepekaan tinggi Kepekaan rendah
Ketajaman rendah Ketajaman tinggi
Banyak konvergensi di jalur retina Sedikit konvergensi di jalur retina
Lebih banyak di perifer Terkonsentrasi di fovea
Adaptasi gelap keadaan tidak dapat melihat apa-apa (setelah terpajan sinar yg
terang ke ruangan gelap), lalu perlahan dapat membedakan benda-benda. Karena
proses pembentukan kembali rodopsin yg telah terurai oleh cahaya.
Adaptasi terang
Penglihatan warna terjadi karena terdapatnya sel-sel kerucut merah, hijau, dan
biru dan bergantung pada rasio stimulasi tiga jenis sel tersebut.
JARAS PENGLIAHATAN
Cahaya masuk melalui kornea-pupil-lensa-retina perangsangan fotoreseptor
menyebabkan penguraian fotopigmen hambatan pelepasan transmiter inhibin
perambatan potensial aksi dari sinaps fotoreseptor - neuron bipolar – ganglion
– saraf optikus nukleus genikulatus lateralis di talamus – memisahkan
informasi diolah dan di integrasikan oleh korteks visual di oksipital.
MEKANISME PERTAHANAN MATA
1. Kelopak mata
– Untuk menutup bag. Anterior mata
– Menutup secara refleks dari bahaya yg mengancam (benda yg
datang cepat, silau, bag. Mata yg terpajan, bulu mata tersentuh)
2. Air mata
– Fungsi : pelumas, pembersih, + bahan bakterisidal (lisozim)
– Diproduksi oleh kelenjar lakrimal
3. Bulu mata
– Bersifat protektif
– Menangkap kotoran halus di udara. Seperti debu
• Terdapat 2 rongga yg berisi cairan :
– Posterior Humor Vitreus
• Diantara lensa dan retina
• mengandung bahan setengah cairan mirip gel
• Untuk mempertahankan bentuk bola mata
– Anterior Humor Aquosus
• Diantara kornea dan lensa
• Mengandung cairan encer
• Membewa nutrien untuk kornea dan lensa
• (-) aliran darah
• Dibentuk oleh prosesus siliaris
KELAINAN REFRAKSI
• Emetropia tidak ada kelainan refraksi
• Ametropia terdapat kelainan refraksi
– Presbiopia
– Miopia
– Hiperopia
– astigmatisme
Presbiopia (mata tua)
• Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
• Tidak mampu membaca huruf kecil / membedakan benda kecil
• Terjadi pd usia 44-46 th dan dapat meningkat dampai usia 55 th menjadi
stabil dan menetap
• Di koreksi dengan lensa plus
– Seluruh kacamata
– Separuh kaca mata
– Kacamata bifokus
– Kacamata trifokus
– Lensa progresif
Miopia (rabun jauh)
• Bila bayangan yang terletak jauh difokuskan didepan retina
• Dibagi 2 menurut penyebab :
– Miopia aksial
– Miopia refraktif
• Miopia kurvatura
• Miopia karna pe↑ indeks refrakasi
• Karna pergerakan anterior dari lensa
• Dikoreksi oleh lensa sferis konkaf (minus)
Hiperopia (rabun dekat)
• Hiperopia manifes
– Keadaan mata yg tak berakomodasi yang memfokuskan bayangan
dibelakang retina
– Etiologi :
• hiperopia aksial :berkurangnya panjang sumbu (kelainan
kongenital
• Hiperopia refratif : menurunkan indeks refraksi (afakia)
• Hiperopia laten
– Derajat hiperopia yg diatasi oleh akomodasi
– Dedeteksi dengan refraksi setelah penetesan obat sikloplegik
– Dikoreksi dg kacamata plus dan minus
Astigmatisme (silinder)
• Astigmatisme reguler : terdapat 2 meridian
utama
– Horizontal – vertikal astigmatisma
• With in the rule
astigmatism
• Against the rule
astigmatism
– Astigmatisme oblik
– Astigmatisme bioblik
• Astigmatisme ireguler
– Orientasi meridian utamanya berubah disepanjang lubang pupil
14.1 MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI MATA
DAN PATOLOGI ANATOMI
Penyakit Infeksi Mata
MIKROBA PENYEBAB
• Infeksi bakterial :
– Haemophylus influenzae : conjunctivitis
– Naesseria gonnorrhae : neonatal opthalmia
– Chlamydia trachomatis : trachoma & inclusion conjunctivitis.
– Staphylococcus aureus : conjunctivitis
• Infeksi viral :
– Adenovirus : viral conjunctivitis
– Herpes simplex type 1 : Herpetic keratitis
– Herpes zoster : Herpes Zoster Ophthalmicus (HZO)
• Infeksi jamur :
– Histoplasma capsulatum : Histoplasmosis
Haemophylus influenzae
Taksonomi
• Kelas : Schizomicetes
• Ordo : Eubacteriales
• Famili : Haemophilunaceae
• Genus : Haemophilus
• Spesies : Haemophilus influenza
Morfologi dan Identifikasi
• Bentuk : kokobasil
• Susunan : tunggal
• Warna : merah
• Sifat : Gram negatif
• Metode Perwarnaan : Perwarnaan Gram
Identifikasi
• Tidak berkapsul
• Flora normal di saluran napas atas
• Resistansi terhadap ampisilin dan kloramfenikol
• Tidak dapat menghasilkan eksotoksin
Karakteristik & Faktor Pertumbuhan yang dibutuhkan beberapa spesies Hemophylus
X = hemeY = dinukleotida nikotinamid-adenin
Conjunctivitis
• Etiologi : Haemophilus aegypticus/Haemophylus influenzae biotype III
• Gejala
– Mata bengkak
– Mata terasa gatal
– Sekret di mata
– Mata kemerahan
• Diagnosis
– Biakan agar coklat dengan Iso Vitalex coklat keabu-abuan
– Perwarnaan Gram Gram Negatif
• Tatalaksana
– Sefotaksim IV
Naesseria gonnorrhae
Taksonomi
• Filum : Proteobakteria
• Kelas : Beta Proteobakteria
• Ordo : Neisseriales
• Famili : Neisseriaceae
• Genus : Neisseria
• Spesies : N. gonorrhoeae
Morfologi
• Bentuk : diplokokus
• Susunan : kokus
• Warna : ungu
• Sifat : Gram positif
• Metode : Perwarnaan Gram
Identifikasi
• Tidak dapat bergerak
• Kokus individual berbentuk spt ginjal
• Hanya dapat menfermentasikan glukosa
• Tumbuh pada kondisi aerob & beberapa anaerob
• Dapat menghasilkan asam tanpa gas
• Pertumbuhan dapat dihambat dengan as. Lemak atau garam
• Dapat dibunuh dengan pengeringan, sinar matahari, & disinfektan
• Dapat memproduksi enzim autolitik pembengkakan & lisis in vitro
pada suhu 25C & pH basa
• Memiliki 4 struktur
– Pili
– Por
– Opa
– LOS/lipooligosakarida
neonatal opthalmia
• Etiologi : Naesseria gonnorrhae
• Gejala :
– Sekret di mata
– Mata merah
– Bengkak di mata
• Diagnosis
– Pus dan sekret
– Serologi
• Tatalaksana
– Seftriakson IM dosis tunggal
– ditambah dengan doksisiklin oral 2x sehari selama 7 hari
(direkomendasikan jika ada infeksi bersamaan dengan klamidia)
– Eritromisin untuk menggantikan doksisiklin pada Bumil
Chlamydia trachomatis
Taksonomi
• Ordo : chlamydiales
• Famili : chlamydia ceae,
• Genus :chlamydia.
• Spesiesnya: Chlamydia trachomatis, Chlamydia psittaci, Chalmydia
pneumonia dan Chlamydia pecorum
Morfologi
• Bentuk : bulat
• Susunan : tunggal
• Warna : merah
• Sifat : Gram negatif
• Metode : perwarnaan Gram
Identifikasi
• Parasit obligat intraseluler
• Siklus perkembangan memerlukan waktu 24-48 jam
• Dinding selnya keras tapi tidak mengandung peptidoglikan
Trakoma & konjunctivitis inklusi
• Etiologi : Chlamydia Trachomatis
• Gejala
• Masa inkubasi 3-10 hari
• Terjadi perlahan-lahan
• Gejala dini : lakrimasi, sekret mukopurulen, hiperemia konjungtiva
& hipertrofi folikuler
• Penurunan penglihatan jk terjadi bertahun-tahun
• Tidak terdapat gejala sistemik atau tanda infeksi
• Diagnosis
• Serologi imunofluoresensi
• Perwarnaan Gram
• Tatalaksana
• Eritromisin dan tetrasiklin
• Kortikosteroid tidak diindikasikan karena dapat mengaktifkan
kembali trakoma
Staphylococcus aureus
Taksonomi
• Kingdom : Monera
• Divisi : Firmicutes
• Kelas : Bacilli
• Order : Bacillales
• Family : Staphylococcaceae
• Genus : Staphilococcus
• Species : Staphilococcus aureus
Morfologi
• Bentuk : kokus
• Susunan : bergerombol spt anggur
• Warna : Ungu
• Sifat : Gram Positif
• Metode : Perwarnaan Gram
Identifikasi
• Berdiameter 1 mikrometer
• Kokus muda Gram positif, tp klo kokus tua Gram negatif
• Tumbuh pd kondisi aerobik
• Tumbuh pd suhu 37C
• Dapat menfermentasikan karbohidrat scr lambat
• Menghasilkan asam tanpa gas
• Resistan terhadap pengeringan & panas (tahan pd suhu 50C selama 30
menit)
• S. Aureus biasanya dapat menginfeksi melalui makanan ataupun kulit,
yang kemudian bisa menyebar scr hematogen ke organ lainnya
• S. Epidermidis merupakan flora normal manusia, tp dapat menjadi patogen
jk sistem imun turun atau setelah pemasangan implantasi alat-alat
Struktur
• memiliki peptidoglikan yang dapat memicu produksi interleukin 1 utk
mengaktifkan komplemen
• Memiliki kapsul untuk menghambat difagositosis
• Plasmid yg memproduksi beta laktamase yg membuat bakteri resistan
terhadap penisilin
• Memiliki 4 enzim
– Katalase mengubah hidrogen menjadi air & oksigen
– Koagulase menggumpalkan plasma
– F. Pengumpul melekatkan organisme dgn fibrin
– Hialuronidase faktor penyebar
• Memiliki 4 toksin
– Alfa toksin hemolisis yg kuat
– Beta toksin dapat menguraikan sel darah merah manusia
– Delta toksin melisiskan sela darah manusia
– Gama toksin
• Leukosidin yg dapat membunuh sel darah putih manusia
Conjunctivitis
• Etiologi : Staphylococcus aureus
• Gejala
– Mata merah
– Bengkak
– Adanya sekret
– Nyeri
• Diagnosis
– Usapan permukaan, pus atau cairan untuk biakan
– Sediaan apus
– Uji katalase
– Uji koagulase
– Uji sensitivitas
• Tatalaksana
– Sulit untuk membasmi staphylococcus patogen dari pasien yang
terinfeksi
Adenovirus
Sifat Adenovirus
• Virion : ikosohedral
• Komposisi : DNA (13%), protein (87%)
• Selubung tidak ada
Patogenesis
• Adenovirus menginfeksi dan replikasi dalam sel epitel mata
• Tidak dapat menyebar sampai KGB regional
viral conjunctivitis
• Etiologi : adenovirus
• Gejala :
– Durasi konjungtivitis 1-2 mgg
– Mata merah
– Sekret bening
– Tidak bengkak
• Diagnosis
– Uji serologi
• Tatalaksana
– Antiviral
Histoplasma capsulatum
Taksonomi
• Kingdom : Fungi
• Phylum : Ascomycota
• Subphylum : Ascomycotina
• Class : Ascomycetes
• Order : Onygenales
• Family : Onygenaceae
• Genus : Ajellomyces (Histoplasma)
• Species : Histoplasma capsulatum
H. capsulatum hidup sebagai saprofit di tanah yang banyak mengandung
nitrogen dengan konsentrasi tinggi.
Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150.
Fungi ini termasuk fungi dimorfik. Fungi dimorfik adalah fungi yang
dapat memiliki dua bentuk, yaitu kapang dan yeast.
jamur yang bersifat dimorfik bergantung suhu.
Pada suhu 35 – 37oC jamur ini membentuk koloni ragi (yeast)
Pada suhu lebih rendah/suhu kamar (25 – 30oC) membentuk koloni
filamen (kapang) berwarna coklat tetapi gambarannya bervariasi.
Histoplasmosis
• Etiologi : Histoplasma capsulatum
• Diagnosis :
– Pemeriksaan Mikroskopik
• Pewarnaan fungi (missal, perak metenamin Gomori,
Schiff-asam periodic atau calcofluor white)
– Biakan
• agar darah glukosa sistein pada suhu 37 oC koloni
berkeriput (wrinkled), seperti adonan (pasty).
• agar Sabouraud pada suhu 25 – 30 oC tumbuh dengan
koloni putih, seperti kapas
Tatalaksana
• amfotersin B secara intravena dengan dosis 0,7 – 1 mg/hari tiap hari
selama 1 – 2 minggu.
• diteruskan dengan itrakonazol 200 – 400 mg/hari sampai paling sedikit 6
bulan
Infeksi Mata Merah
Mata merah
• Merupakan keluhan utama yang paling sering muncul pada penderita
penyakit mata
Klasifikasi
• Mata merah dibagi atas dasar proses yang mendasarinya
– Fisiologis
• Setelah menangis ataupun bangun tidur
– Patologis
• Karena pecahnya pembuluh darah, iritasi, proses inflamasi,
infeksi dan sumbatan pembuluh darah
Mata merah patologis
Dengan visus normal Dengan visus menurun
Merah tidak merata
• episkleritis &skleritis
• Perdarahan subkonjungtiva
• Pterigium
• Pseudopterigium
• Konjungtivitis flikten
• Pinguekula iritans
Merah merata
• konjuntivitis akut
• konjungtivitis kronis
• keratitis
• ulkus kornea
• iritis, iridosiklitis
• endoftalmitis
• panoftalmitis
• uveitis
• panuveitis
14.2 KONJUNGTIVITIS
MATA MERAH
Etiologi :
1.Melebarnya PD konjungtiva
Injeksi (melebarnya) PD;
-Injeksi konjungtiva
Bakteri
Hygienitas yang buruk
Penularan peny mata
Kuman masuk ke konjungtiva
Rx Inflamasi
Dilatasi PD
Pada konjungtiva posterior
Darah mengalir banyak
HiperemiHiperemi
Hub seks oral
Cairan sperma terpecik ke mata
Kuman masuk ke mata
-Injeksi Siliar
2.Pecahnya salah satu dri ke-2 PD(a.konjungtiva post/a.siliaris
ant/episklera)darah tertimbun dibawah jar.konjungtivaperdarahan
subkonjungtiva
15Klasifikasi :
Konjungtivitis
Definisi:
Radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis
Epidemiologi:
Penyakit mata paling umum di dunia
Etiologi:
bakteri, klamidia, alergi, viral, toksik atau berkaitan dengan penyakit sistemik
Gambaran Klinis:
Gejala:
-sensasi benda asing;sensai tergores/terbakar
-sensasi penuh disekeliling mata
-gatal
-fotofobia
Tanda:
- hiperemi konjungtiva bulbi
- epifora
- eksudat dgn sekret lebih nyata di pagi hari
- pseudoptosis akibat kelopak mata bengkak
- kemosis
- hipertrofi papil
- folikel, membran, pseudomembran
- granuloma, flikten
-limfadenopati preaurikula
Klasifikasi :
Perbedaan:
Klinik &
Sitologi
Viral Bakteri Klamidia Alergi
Gatal Minim Minim Minim Hebat
Hiperemia Umum Umum Umum Umum
Air mata Profuse Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minim Mengucur Mengucur Minim
Adenopati
preurikular
Lazim Jarang Lazim hanya
konjungtivitis
inklusi
Tidak ada
Pewarnaan
kerokan &
eksudat
Monosit Bakteri, PMN PMN, plasma
sel badan-
badan inklusi
Eosinofil
Sakit
tenggorok,
panas yang
Kadang Kadang Tidak pernah Tidak pernah
menyertai
1.Hiperakut(purulen)
Etiologi:
N.gonorrhae,N.kochii,N.meningitidis
MK:
Eksudat purulen yg >>
Talak:
Harus segera dilakukan px.lab&diobatijika ditunda dpt menyebabkan
kerusakan kornea/kehilangan mata atau jdi gerbang msk bakteri yg
menyebabkan sepsis/meningitis
2.Akut(mukopurulen)
Konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral mukoid
Etiologi:
Streptococcus pneumonia,H.aegyptius,Staphylococcus&Streptococcus(kurang
umum)
MK:
hiperemia konjungtiva akut dgn sekret mukopurulen sedang shg kelopak
melekat terutama waktu bangun pagi
3.Subakut
Etiologi:
-H.influenzaeplg sering(ditandai dgn eksudat tipis,berair/berawan)
-E.coli&spesies Proteuskadang
4.Kronik
Etiologi:
Corynebacterium diphtheriae&Streptococcus pyogenes(jrg)
Terapi:
Farmako (tergantung agen mikrobiologinya)
1.Antimikroba spektrum luas
co:polymyxin-trimethoprim
2.Antimikroba spesifik
co:konjungtivitis purulen e.c Nesseria
-jika kornea terlibatceftriaxone parenteral 1-2g/hri slm 5hri
-jika kornea tdk terlibatceftriaxone 1g dosis tunggal im
Non farmako
-saccus konjungtivitis dibilas dgn lar.salin(purulen&mukopurulen)
-memperhatikan higiene perorangan
Prognosis:
Akuthampir selalu sembuh sendiri(tanpa diobati 10-14hri,diobati 1-3hri)
Staphylococcusdpt berlanjut jdi blefarokonjungtivitis&msk fase kronik
Kronik tdk dpt sembuh sendiri
1.Demam Faringokonjungtiva
Disebabkan oleh adenovirus tipe 3,4,7 terutama pada anak
Biasanya ditularkan melalui droplet atau kolam renang, masa inkubasi 5-12 hari
Gejala :
demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva,
hiperemi kongjungtiva, fotofobia, kelopak bengkak dgn pseudomembran
Tata laksana suportif krn dapat sembuh sendiri
2.Keratokonjungtivitis epidemik
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
3.Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
4. Konjungtvitis Hemoragik Akut
Epidemiologi :
-seluruh benua didunia pernah mengalami epidemi besar pnykt ini
-masa inkubasi pendek(8-48 jam),berlangsung singkat(5-7hri)
-ditularkan mll kontak erat dri orang ke orang&oleh benda
penular;seprai,alat2optik yg terkontaminasi,air
Etiologi
-enterovirus tipe 70
-coxsackievirus A24(sesekali)
MK:
-Nyeri
-Fotofobia
-Sensasi benda asing
->> air mata
-Kemerahan
-Edem palpebra
-Perdarahan subkonjungtiva
-Kemosis
-Limfadenopati preaurikula
-Folikel
-Keratitis
Px .lab:
Sel esonofil,sel plasma,limfosit,dan basofil
Talak:
Farmako:
-astringen
-sodium kromolin
-steroid topikal dosis rendah
-antihistamin&steroid sistemik(berat)
Nonfarmako:
-menghindari pencetus
-kompres dinginutk hilangin edem
1.Konjungtivitis Vernal
Epidemiologi :
-bilateral,rekuren
-tu pd musim panas
-mengenai pasien usia muda(3-25thn)pd L biasanya <10thn
-L=P
-pasien sering menunjukka alergi trhdp tepung sari rumput2an
Etiologi :
akibat reaksi hipersentivitas tipe I
Terdapat 2 bentuk:
1.Bentuk palpebra
-tu pd konjungtiva tarsal sup: papil besar diliputi sekret mukoid dgn
permukaanrata, gatal berat.konjungtiva tarsal inf hiperemi,edem.
-pd kornea:keratitis, neovaskularisasi dan tukak indolen
2.Bentuk limbal
-hipertrofi papil pd limbus sup.dgn Trantas dot atau eosinofil di epitel limbus
kornea,pannus,sedikir eosinofil
Talak :
Farmako :
-sedang-berat:kombinasi antihistmin
-steroid topilak/sistemikdpt nyembuhin
-kelainan kornea&konjungtivanatrium cromolyn tpikal
-tukakantibiotik dan sikloplegik
Nonfarmako :
-kompres dingin
-vasokonstriktor
-natrium karbonat
Prognosis :
Biasanya sembuh sendiri
2.Konjungtivitis Flikten
-Konjungtivitis nodular akibat alergi (hipersensitivitas tipe IV) thd bakteri
atau antigen tertentu
-Sering pada anak di daerah padat dgn gizi kurang atau sering ISPA
-Terlihat kumpulan pembuluh darah yg mengelilingi suatu tonjolan
bulatberwarna kuning kelabu spt suatu mikroabses
-Gejala : mata berair, iritasi dgn sakit, fotofobia ringan-berat
-Dapat sembuh sendiri selama 2 mgg, dgn kemungkinan kambuh
3.Konjungtivitis Iatrogenik
-Akibat pengobatan yg diberikan oleh dokter yang menyebabkan efek
samping pada mata
4.Sindrom Steven Johnson
-Suatu penyakit eritema multiform mayor
-Sering pada usia 35 thn, diduga akibat reaksi alergi pada org yg punya
predisposisi alergi pada sulfonamid, barbiturat, salisilat. Ada juga yg
beranggapan idiopatik & sering ditemukan setelah infeksi herpes simpleks
-Tanda : lesi eritema timbul mendadak, tersebar simetris, mata merah dgn demam
dan kelemahan umum, serta sakit pada sendi
-Pada mata : vaskularisasi kornea, parut konjungtiva, konjungtiva kering,
simblefaron, tukak & perforasi kornea
5.Konjungtivitis Atopik
-Reaksi alergi konjungtiva terhadap polen disertai dgn demam
-Tanda : mata berair, bengkak dan belek berisi eosinofil
28.1 PTERIGIUM
Definisi
Kelainan pada Konjungtiva Bulbi, berbentuk segitiga, berada di fisura palpebra
dan mengarah ke kornea.
Epidemiologi
• Lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.
• Di daerah berdebu dan kering
• Insiden tertinggi pada umur 20 dan 49
• Kejadian rekuren lebih sering terjadi pada usia muda
• Laki-laki : Perempuan = 4 : 1 sering dikarenakan oleh asap rokok
Factor risiko
Bagian-bagian pterigium
Klasifikasi
Berdasarkan luas perkembangannya:
• Derajat I : jika pterigium terbatas hanya pada limbus kornea.
• Derajat II : jk sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2mm
melewati kornea.
• Derajat III : sudah melebihi derajat II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil
mata dalam keadaan cahaya normal (pupil normal : 2-4mm)
• Derajat IV : petumbuhan pterigium melewati pupil, sehingga mengganggu
pengelihatan.
Berdasarkan progresivitasnya:
• Regresif : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi membentuk
membrantetapi tdk pernah hilang.
• Progresif : tebal dan vaskular dgn bbrp infitratdi dpn kepala pterigium
(disebut cap pterigium)
Berdasarkan tipenya:
• Tipe I : meluas kurang 2mm dari kornea. Stocker’s line atau deposit besi
dapat dijumpai pada epitel kornea. Lesi sering asimptomatis.
• Tipe II : menutupi kornea sampai 4mm. Bisa primer atau rekuren setelah
oprasi. Menimbulkan astigmatisma.
• Tipe III : menutupi korna lebih 4mm dan mengganggu aksis visual.
Biasanya menimbulkan gangguan pergerakan bola mata.
Gambaran klinis
• Lesi biasanya terdapat di sisi nasal konjungtiva bulbi
• Bisa dijumpai di sisi nasal & temporal pada satu mata (pterigium dupleks)
• Atau pada kedua mata (pterigium bilateral)
Gejala subjektif
• Rasa perih
• Terganjal
• Sensasi benda asing
• Silau
• Berair
• Gangguan virus
• Masalah kosmetik
Gejala objektif
• Konjungtiva bulbi (fisura palp) jar. Fibrovaskuler berbentuk segitiga
(apeks menuju kornea/ di kornea)
• Di depan apeks kadang dijumpai :
– Yellow brown line
– Gray cap
– Pada pterigium yg besar, gerakan bola mata terbatas ke arah yg
berlawanan dgn lesi.
– Ggn.visus
– Diplopia timbul bia pterigium besar.
Diagnosis/DD
PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM
LOKASI Selalu di fisura
palpebra
Sembarang lokasi
PROGRESIFITAS Bisa progresif/
stationer
Selalu stationer
RIW. PENYAKIT Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
TES SONDASE (-) (+)
Tatalaksana
Non bedah
• Mengurangi keluhan subyektif, mis : gatal antihistamin.
• Merah vasokontriksi topikal
Bedah
• Bare sclera
• Simple closure
• Sliding flap
• Rotational flap
• Conjungtival graft
Indikasi operasi
Menurut Ziegler
• Mengganggu visus
• Mengganggu pergerakan bola mata
• Berkembang progresif
• Mendahului suatu operasi intraokuler
• Kosmetik
Menurut guilermo pico
• Progresif
• Mengganggu visus
• Mengganggu pergerakan bola mata
• kosmetik
Komplikasi
• Selama operasi
– Perforasi kornea atau sklera
– Trauma pada m.rektus/lateral
• Sesudah operasi
– Infeksi
– Granuloma
– Fuch’s dellen
– Neovaskularisasi
– Sikatriks kornea
– Astigmat kornea
28.2 BLEFARITIS
Definisi
• Radang/ infeksi pada kelopak mata
– Bertukak
– Kronis
– Melibatkan folikel & kelenjar rambut (pembentukan minyak
berlebih)
Gejala umum
• Kelopak mata merah
• Bengkak
• Sakit
• Eksudat lengket
• epiforia
Klasifikasi etiological (bacterial)
• Infeksi ringan – berat
• Sebagian besar diakibatkan o/ streptococcus. Bentuk infeksi : tolikulitis,
impetigo, dermatitis dan eksematoid.
• Pengobatan – ringan : AB lokal & kompres basah dgn as. Borat
• Pengobatan – berat : AB sistemik
-Blefaritis superficial
• Talak : staphylococcus : AB spt sulfasetamid atau sulfisoksazol. Tp
sebelumnya krusta harus diangkat dulu pake kapas basah
• Blefaritis menahun : lakuin penekanan manual kelenjar meibom
keluarin nanah.
-Blefaritis seboroik
• LK – usia 50th, peradangan menahun.
• Gejala : mata kotor, panas dan rasa kelilipan, air mata berbusa pd kantus
lateral, ada sekret dr kel. Meibom, hiperemi dan hipertrofi papil pd konjung.
• Talak : bersihin kelopak dgn kapas lidi hangat (nitrat argenti 1%), salep
sulfonamid u/ keratolitiknya. Kompres 5-10mnt kel. Meibom ditekan &
bersihkan dgn shampoo bayi.
• AB tetrasilklin 4x250mg
-Blefaritis skuamosa
• Disertai skuama/krusta pd pangkal bulu mata yg kalo dikupas tdk
mengakibatkan luka. Sering pada daerah akar bulu mata & pd org kulit
berminyak.
• Berjalan bersamaan dgn d.seboroik.
• Etiologi : kelainan metabolik/jamur.
• Gejala : panas & gatal, tdpt sisik berwarna halus2 & penebalan margo
palpebra disertai madarosis. Sisik mudah dikupas
• Talak : tepi kelopak dibersihin pake shampoo bai, salep mata & steroid
setempat. Dan perbaiki metabolisme pasien.
-Blefaritis ulseratif
• Perdangan tepi kelopak dgn tukak akibat infeksi staphylococcus.
• Terdapat keropeng kekuningan yg kl diangkat menimbulkan luka dan
berdarah disekitar bulu mata. Skuama kering&keras
• Bersifat infeksius dan menyebabkan kerontokan.
• Talak : AB sulfasetamid, gentamisin atau basitasin.
• Jaga higienitas yg baik
-Blefaritis angularis
• Infeksi staphylococcus aureus pd tepi kelopak di daerah kantus/komisura.
• Bisa mengakibatkan ggn fungsi pungtum lakrimal. Biasanya bersifat
rekuren.
• Talak : sulfa, tetrasiklin dan sengsulfat.
Klasifikasi etiologic (virus)
-Herpes zoster
• Mengenai org usia lanjut, bl terkena di cabang oftamlik maka akan terlihat
gejala2 HZ pada mata dan kelopak atas.
• Gejala : tidak akan melampaui garis median kepala. Biasanya sakit disertai
demam.
• Terdpt vesikel pd cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial.
• Talak : pengobatan simptomatik. Steroid superfisial.
-herpes simpleks
• Vesikel kecil dikelilingi eritem & disertai keluhan yg sama pada bibirnya.
• Terbentuk krusta kuning basah pd tepi bulu mata shg kedua kelopak
lengket.
• Talak : tdk ada pengobatan spesifik.
• AB bisa diberi bl ada inf. Sekunder.
-moluskum kontagiosum
• Benjolan dgn penggunaan ditengah yg biasanya terletak di tepi kelopak.
• Talak : tdk ada pengobatan spesifik atau diberikan AB lokal untuk
mencegah inf. Sekunder.
Klasifikasi etiologic (jamur)
-infeksi superficial
• Talak : griseofulvin terutama efektif sebanyak 0,5-1gr/hr dgn dosis tunggal
atau dibagi rata.
• Pengobatan diteruskan 1-2minggu stlh gejala menurun
• Untuk infeksi kandida beri nistatin 100.000 unit/gr
-infeksi jamur dalam
• Diberi sulfonamid, penisilin atau AB spektrum luas.
-blefaritis pedikulosis
• Pada penderita dgn higiene buruk bisa menjadi sarang tuma atau kutu pada
pangkal silia di daerah margo palpebra.
• Talak : salep amoniated 3%
• Salep fisostigmin & tetes mata DFP
Klasifikasi etiologic (alergi kelopak)
-dermatitis kontak
• Akibat bahan yg berkontak pd kelopak, dgn berjalan waktu gejala akan (-)
• Talak : kelopak dibersihkan dari bahan penyebab, cuci dengan larutan
garam fisiologik, salep steroid sampe gejala (-)
-blefaritis urtikaria
• Akibat masuknya obat/ makanan pd pasien yg rentan.
• Talak : steroid topikal/sistemik antihistamin dpt (-) gejala.
Klasifikasi berdasarkan tempat
-blefaritis anterior
• Yaitu radang bilateral kronik yg umum di tepi palpebra
-blefaritis posterior
• Peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom.
• Sifat : kronik & bilateral
28.3 PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Definisi
• Yaitu perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah konjungtiva.
• Darah terdapat antara konjungtiva dan sklera.
Epidemiologi
• Dapat terjadi di semua kelompok umur
• Biasanya yg terkena umur >30th
Etiologic
• Idiopatik
• Manuver valsava (seperti batuk, muntah2, bersin)
• Traumatik (terpisah atau berhubungan dgn perdarahan retrobulbar atau
ruptur bola mata)
• Hipertensi
• Ggn. Perdarahan yg diakibatkan o/ penyakit hari, diabetes, SLE
• Infk. Sistemik yg menyebabkan demam
• Gejala sisa dari oprasi mata.
• Penggunaan lensa kontak
Gejala klinis
• Tidak ada gejala sipmtomatis
• Sangat jarang mengalami nyeri
• terasa tdk nyaman terasa ada yg mengganjal & penuh dimata
• Tampak adanya perdarahan di sklera dgn warna merah terang (tipis) atau
merah tua (tebal)
• Perdarahan akan terlihat meluas dlm 24 jam pertama setelah itu kemudian
akan berkurang perlahan ukurannya karna diabsorpsi.
Klasifikasi berdasarkan mekanisme
Diagnosis
Diagnosis banding
• Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorbsi sendiri o/ tubuh dalam waktu
1-2minggu
• Perdarahan subkonjungtiva yg sifatnya menetap akan berulang limfoma
adneksa okuler.
• Rujuk ke spesialis mata :
– Nyeri yg berhubungan dgn perdarahan
– Perubahan pengelihatan
– Riwyat gangguan perdarahan
– Riwayat hipertensi
– Riwayat trauma pada mata
Tatalaksana
• Perdarahan subkonjungtiva akan hilang/ diabsorbsi dlm 1-2mgg tanpa
diobati.
• Pada bentuk berat sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari
perdarahan.
28.4 BENDA ASING INTRAOCULAR
Benda asing intraocular
Etiologic
• Riwayat benturan logam&logam
• Ledakan
• Cedera proyektil berkecepatan tinggi
Pemeriksaan
• Terfokus u/ melihat adanya kerusakan kornea, lensa, iris ataupun sklera yg
merupakan tmpt jalannya benda asing ke bola mata.
• Bag anterior inspeksi dgn loop u/ mencari lokasi benda asing.
• Oftalmoskopi lgsg/tdk lgsg.
• Ct scan/ px sinar x jaringan lunak orbita u/ identfikasi benda asing
radio opak (etiologi)
• Tdk boleh dilakukan MRI medan magnet yg dihasilkan slm scaning bs
mnybbkan benda asing menjadi proyektil shg menimbulkan efek katastrofik.
Indikasi tatalaksana
• Partikel besi/tmbga keluarkan krn bs mgakibatkan perubahan dgeneratif
toksik
• Partikel lain (kaca) toleransi seumur hidup/ dibiarkan saja.
• Kaca, porselain, benda asing anorganik
• Benda asing organik harus diangkat perdangan orbita dn
pembentukan abses.
Cara tatalaksana
• Benda asing dikeluarkan dgn pinget intraokular yaitu pinset khusus
memegang pyl dan magnet berbentuk sferis ditarik.
• Rujuk
28.5 HORDEOLUM
Definisi
• Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi
kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.
• Hordeolum merupakan jenis infeksi kelopak mata yg paling sering
ditemukan. Dapat mengenai semua usia, tp lebih sering menyerang pada
dewasa muda.
Etiologic
• Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus dan Streptoccocus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.
Klasifikasi
• Berdasarkan tempatnya, terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Hordeolum interna (peradangan pada kelenjar Meibomian), pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak
mata bagian dalam).
• Hordeolum eksterna (peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll),
Benjolan ini nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra).
Pathogenesis
Gambaran klinis
• Gejala utama pada hordeolum yaitu:
• Nyeri,
• Bengkak, dan
• Merah
• Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu:
• Eritema,
• terasa panas dan tidak nyaman,
• sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal
• Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu :
• Stadium Infiltrat, ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan,
nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran.
• Stadium Supuratif, ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus.
Diagnosis
• Anamnesis
• Px.fisik khusus, dilihat hadapan benjolan, dan CVI
Tatalaksana
• Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7
hari
• Medika Mentosa
• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase
• Non-Medikamentosa
• Pembedahan
Indikasi : dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon dengan
baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka
prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum
Hindari
• Hindari melakukan penekanan/penusukan hordeolum
• Hindari penggunaan make up pada mata
• Hindari penggunaan kontak lens
• Terapi dengan menggunakan antibiotika topikal diindikasikan;
• Bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila
proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
• Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari.
• Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna ringan.
• Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau
terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular,
• Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari
selama 7 hari.
• Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300
mg oral 4 kali/hari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali /hari
selama 7 hari.
• Analgetika seperti asam mefenamat atau paracetamol dapat juga diberikan
Prognosis
• Prognosis baik
28.6 KHALAZION
Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai
penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.
Etiologic
Kalazion mungkin Karena minyak dalam kelenjar meibom terlalu pekat untuk
mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh
karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar
dan membentuk benjolan di palpebra.
Patofisiologi
Tanda dan gejala klinis
• Tanda dan Gejala Klinis
– Pembengkakan kelopak mata
– Tidak nyeri
– Tidak hiperemik
– Konjungtiva jernih
– Pseudoptosis / Ptosis
– Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikular
– Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi (astigmatisma) pada
mata tersebut
Perbedaan
Kalazion Hordeolum Kista Dermoid
Definisi peradangan
granulomatosa
peradangan
supuratif kelenjar
pertumbuhan berlebih dari
jaringan normal, non-cancer
kelenjar
Meibom
Zeis, kelenjar
Moll (hordeolum
eksternum) atau
kelenjar Meibom
(hordeolum
internum)
di lokasi abnormal
Etiologi penyumbatan
kelenjar
Meibom
infeksi akut
biasanya
disebabkan oleh
bakteri
Staphylococcus
sp.
terperangkapnya lapisan-
lapisan epitel saat
embriogenesis
Letak kelenjar
Meibom
palpebra
- eksternum:
kelenjar Zeis dan
Moll
- internum:
kelenjar Meibom
- dangkal: frontozygomatic
suture, frontolacrimal suture
- dalam: frontozygomatic
suture, superior orbital
fissure
Gejala
Klinis
pembengkakan
kelopak mata
tanpa rasa
nyeri dan
hiperemik,
diameter dapat
mencapai
8mm
pembengkakan
kelopak mata
dengan rasa nyeri
dan hiperemik
disertai
pembengkakan
kelenjar
preaurikular,
diameter dapat
mencapai 8mm
pembengkakan biasa terletak
di daerah temporal dengan
konsistensi keras, diameter
1-2cm
Gambar
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis kalazion seringkali tidak membutuhkan adanya pemeriksaan
penunjang.
Namun, pada kalazion yang rekuren, dilakukan pemeriksaan fine-needle
aspiration cytology.
Tatalaksana
Medikamentosa
– Steroid topikal.
– Pemberian antibiotik tertrasiklin dosis rendah (doksisiklin tablet
100mg/minggu) selama 6 bulan
– Bila kecil dapat dilakukan injeksi intralesi dengan steroid yang
berdaya kerja lama (triamsinolon 0.2-2 mL of 5 mg/mL).
Nonmedikamentosa
– Kompres hangat 4 kali sehari selama masing-masing 15 menit.
– Jangan menusuk kalazion sendiri karena dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius
– Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi
– Hindari penggunaan lensa kontak karena dapat menyebarkan
infeksi sekunder
Pembedahan
Indikasi Operasi Kalazion
• Indikasi kosmetik
• Indikasi optik: bila mengganggu visus
• Indikasi sosial: bila mengganggu aktivitas sehari-hari
• Indikasi medik: bila berisiko komplikasi yang lebih parah
• Pada umumnya, bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan
konservatif dalam waktu 2 minggu sudah dapat dilakukan
pembedahan
Langkah-langkah insisi dan kuretasi kalazion
• Anastesi:
– Topikal pentokain diteteskan pada mata
– Injeksi obat anastesi infiltratif (xylocaine 2%) di depan kalazion
• Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga
konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
• Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra
• Isi kalazion dikuret sampai bersih.
• Pembersihan dengan asam karbol dapat dilakukan dalam kavitas untuk
mencegah kekambuhan.
• Klem kalazion dilepas, kemudian diberi salep antibiotik mata, dan mata
ditutup selama 12 jam ke depan.
Setelah operasi
• Mata akan ditutup kasa dan plastik pelindung yang dapat dilepas setelah 8-
12 jam operasi.
• Kacamata dapat digunakan seperti biasa, namun lensa kontak tidak dapat
digunakan di mata yang dioperasi selama 8 minggu.
• Obat analgetik diberikan untuk meminimalkan rasa nyeri dan tidak
nyaman.
• Tetes mata antibiotik dan steroid diberikan untuk mencegah infeksi dan
pembengkakan di mata.
• Menghindari air terkena mata selama 7-10 hari.
• Jika ada benang bekas operasi, dapat diambil setelah 5-7 hari setelah
operasi.
• Kontrol 3-4minggu setelah operasi.
Komplikasi
– Kalazion besar dapat mengakibatkan gangguan refraksi, misalnya
astigmatisma.
– Infeksi sekunder dapat mengakibatkan menjadi hordeolum
internum.
– Hati-hati kemungkinan karsinoma sel sebasea.
28.7 SKLERITIS
Definisi
• Skleritis merupakan peradangan pada sklera berupa gangguan
granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel,
dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis
• Pada skleritis terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga, kadang-
kadang mengenai seluruh lingkaran kornea
Epidemiologi
• Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras.
• Jarang pada anak-anak, wanita lebih banyak terkena daripada pria dengan
perbandingan 1,6 : 1.
• Insiden skleritis terutama terjadi antara 11-87 tahun, dengan usia rata-rata
> 40 tahun
Etiologic
• Pada banyak kasus, kelainan- kelainan skleritis murni diperantarai oleh
proses imunologi yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat)
dan tipe III (kompleks imun) dan disertai penyakit sistemik
Klasifikasi
Skleritis dibagi menjadi 2 :
Skleritis Anterior
Diffuse Anterior Scleritis
Peradangan yang meluas pada seluruh permukaan sklera
Skleranya edema dan kemerahan
Merupakan skleritis yang paling umum terjadi
Nodular Anterior Scleritis
Adanya satu atau lebih nodul radang yang eritem, tidak dapat
digerakkan
Nyeri pada sclera anterior
20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis.
Necrotizing Anterior Scleritis with Inflamation
Nyeri sangat berat
Kerusakan pada sclera terlihat jelas
Apabila disertai dengan inflamasi kornea, dikenal sebagai
sklerokeratitis.
Necrotizing Anterior Scleritis without Inflamation
Biasa terjadi pada pasien yang sudah lama menderita rheumatoid
arthritis
Diakibatkan oleh pembentukan nodul rhematoid
Dikenal sebagai skleromalasia perforans.
Skleritis Posterior
Jarang terjadi
Ditandai dengan adanya nyeri tekan bulbus okuli
Penurunan penglihatan, dengan sedikit atau tanpa kemerahan dan proptosis.
Terdapat perataan dari bagian posterior bola mata
Penebalan lapisan posterior mata (koroid dan sklera)
Edema retrobulbar
Dapat dijumpai vitritis ringan, penglepasan retina eksudatif, edema macular,
dan papiledema
Gejala klinis
• Nyeri
• Mata berair,
• fotofobia, dan
• penurunan ketajaman penglihatan.
• Tanda primernya adalah perubahan difus pada sklera yaitu mata merah
disertai pembengkakkan.
• Karakteristik nyeri pada skleritis yaitu:
• Nyeri terasa berat,
• Nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus,
• Pasien terbangun sepanjang malam,
• Kambuh akibat sentuhan atau digerakkan.
Patofisiologi
• Kompleks imun Proses peradangan kerusakan vaskular
(hipersensitivitas tipe III) ataupun respon granulomatosa kronik
(hipersensitivitas tipe IV)
Diagnosis
Anamnesis
• Pada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan
penyakit, riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat infeksi, trauma
ataupun riwayat pembedahan juga perlu pemeriksaan dari semua sistem
pada tubuh
Pemeriksaan fisik
• Daylight, Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus.
Setelah serangan yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera
dan translusen juga dapat muncul dan juga terlihat uvea yang gelap.
• Pemeriksaan Slit Lamp, Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di
jaringan dalam episklera dengan beberapa bendungan pada jaringan
superfisial episklera
• Pemeriksaan Red-free Light, menegakkan area yang mempunyai kongesti
vaskular yang maksimum, area dengan tampilan vaskular yang baru dan
juga area yang avaskular total.
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan ; untuk mencari etiologi dari skleritis.
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi yang dapat dilakukan yaitu :
– Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah
– Factor rheumatoid dalam serum
– Antibodi antinuclear serum (ANA)
– Serum antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA)
– B-Scan Ultrasonography dapat membantu mendeteksi adanya
skleritis posterior.
Tatalaksana
• Terapi disesuaikan dengan penyebabnya
• Terapi awal skleritis obat anti inflamasi non-steroid sistemik.
• Obat pilihan indometasin 100 mg perhari atau ibuprofen 300 mg perhari
nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan
• Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak
penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik
dosis tinggi.
• Steroid biasanya diberikan peroral prednison 80 mg perhari yang
diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan
sekitar 10 mg perhari
• Penyakit yang berat metil prednisolon 1g setiap minggu
• Obat-obat imunosupresif lain dapat digunakan Siklofosfamid sangat
bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah.
• Steroid topikal saja tidak bermanfaat tetapi dapat menjadi terapi tambahan
untuk terapi sistemik.
• Apabila dapat diidentifikasi adanya infeksi harus diberikan terapi
spesifik.
• Tindakan bedah untuk memperbaiki perforasi sklera atau kornea.
• Tindakan ini diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat akibat invasi
langsung mikroba, atau pada granulomatosis Wegener atau poliarteritis
nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea.
28.8 EPISKLERITIS
Definisi
• Tindakan bedah untuk memperbaiki perforasi sklera atau kornea.
• Tindakan ini diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat akibat invasi
langsung mikroba, atau pada granulomatosis Wegener atau poliarteritis
nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea.
Etiologic
• Pada radang episklera disebabkan,
• oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti TB,
reumatoid arthritis, lues, SLE, dll. Merupakan suatu reaksi toksik,alergi
atau merupakan bagian daripada infeksi.
• Dapat juga terjadi secara spontan dan idiopatik.
Klasifikasi
• Episkeritis diklasifikasi menjadi:
a. Simple ( difus)
b. Nodular
Gejala klinis
• Mata tampak kering dengan rasa sakit ringan
• Mengganjal
• Rasa silau dan tidak mempengaruhi visus
Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran
khusus, yaitu:
• Benjolan setempat
• Batas tegas dan
• Warna putih di bawah konjungtiva
Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas
benjolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar
mata
Komplikasi
• Episkleritis adalah penyakit self-limiting menyebabkan kerusakan yang
sedikit permanen atau sembuh total pada mata. Oleh karena itu, sebagian
besar pasien dengan episkleritis tidak akan memerlukan pengobatan
apapun.
• Namun jika gejala terus berlanjut maka bisa mengarah pada keratitis
superfisialis
Tatalaksana
Medika Mentosa
• Terapi awal episkleritis adalah obata anti-inflamasi non-steroid sistemaik.
Obat pilihan adalah indometasin 100 mg per hari, atau ibuprofen 300 mg
per hari, efeknyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan.
• Apabila tidak timbul respons dalam 1-2 minggu atau segera setelah
tampak penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid
sistematik dosis tinggi. Steroid ini biasanya diberikan per oral yaitu
prednison 80 mg per hari yang diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu
sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg per hari.
Referensi
Sherwood
Mata nana
Mata UI
Gambar (c) google
Kuliah Pengantar BLOK 3.6 FKUA
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Med