spss
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan studi kuesioner maka pembahasan
hasil penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) topik, yaitu: (1) karakteristik responden, (2)
variabel yang diteliti, dan (3) hubungan antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian dan
pembahasannya akan dibahas sebagai berikut:
4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang akan dijabarkan dan dijelaskan dari penelitian ini
meliputi: (1) umur responden, (2) pendidikan terakhir, (3) jenis pekerjaan, (4) jumlah
anak, dan (5) alamat. Berikut adalah tabel yang menyangkut hal di atas:
4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat
diperoleh distribusi umur responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden
Umur Frekuensi (N) Persentase (%)
15-19 2 4.9
20-24 12 29.3
25-29 12 29.3
30-34 12 29.3
>34 3 7.3
Total 41 100.0
Dari hasil penelitian mengenai distribusi umur responden, menunjukkan 3 orang
responden (7,3%) memiliki usia > 34 tahun, 2 orang responden (4,9%) pada sebaran usia
15-19 tahun, dan masing-masing 12 orang responden (29,3%) pada sebaran usia 20-24
tahun, 25-29 tahun dan 30-34 tahun.
4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat
diperoleh distribusi tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan Frekuensi (N) Persentase (%)
Tidak sekolah/tidak tamat SD 7 17.1
Tamat SD atau sederajat 7 17.1
Tamat SMP atau sederajat 11 26.8
Tamat SMA atau sederajat 11 26.8
Tamat Perguruan Tinggi 5 12.2
Total 41 100.0
Dari hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan responden menunjukkan
masing-masing 7 orang responden (17,1 %) dengan tingkat pendidikan tidak
sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD atau sederajat, masing-masing 11 orang responden
(26,8%) tamat SMP atau sederajat dan tamat SMA atau sederajat dan 5 orang responden
(12,2%) tamat Perguruan Tinggi.
4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaannya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat
diperoleh distribusi pekerjaan responden yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
Pekerjaan Frekuensi (N) Persentase (%)
Pegawai Negeri 1 2.4Pegawai Swasta 3 7.3
Wiraswasta 9 22.0Penjahit 1 2.4Buruh 1 2.4Pembantu rumah tangga 1 2.4Ibu rumah tangga 25 61.0Total 41 100.0
Dari hasil penelitian mengenai pekerjaan responden didapatkan 25 orang
responden (61 %) sebagai ibu rumah tangga, 9 responden (22%) bekerja sebagai
wiraswasta, 3 responden (7,3 %) sebagai pegawai swasta, dan masing-masing 1 orang
responden (2,4 %) sebagai pegawai negeri, penjahit, buruh dan pembantu rumah tangga.
4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anaknya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat
diperoleh distribusi jumlah anak yang dimiliki responden yang dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak Responden
Jumlah Anak Frekuensi (N) Persentase (%)
Sedikit 21 51,2
Sedang 19 46,3
Banyak 1 2,4
Total 41 100 %
Keterangan:
Sedikit = memiliki 1 orang anak
Sedang = memiliki 2-3 orang anak
Banyak = memiliki lebih atau sama dengan 4 orang anak
Dari hasil penelitian mengenai jumlah anak responden didapatkan 21 orang
responden (51,2 %) memiliki jumlah anak dalam kategori sedikit, 19 orang responden
(46,3 %) memiliki jumlah anak dalam kategori sedang dan 1 orang responden (2,4 %)
memiliki jumlah anak dalam kategori banyak.
4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden di wilayah
kerja Puskesmas Karang Taliwang dan Puskesmas Pagesangan, maka dapat diperoleh
distribusi alamat responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Distribusi Alamat Responden
Alamat Responden Frekuensi (N) Persentase (%)
Timrah 6 14.6Kekalik 2 4.9Selagalas 3 7.3Kamasan 3 7.3Fajar timur 1 2.4Sayang daye 1 2.4Sayang-sayang 2 4.9Marong 1 2.4Cakranegara 4 9.8Tohpati 1 2.4Sweta selatan 1 2.4Sindu 1 2.4Karang taliwang 3 7.3Singrahan 1 2.4Kekalik kebon 1 2.4Dasan agung 2 4.9Monjok culik 2 4.9Monjok kebon bawah 1 2.4BTN pengsong 1 2.4
Monjok 1 2.4Kampung jawa 1 2.4Pejarakan 1 2.4BTN pepabri 1 2.4
Total 41 100.0
Dari hasil penelitian mengenai distribusi alamat responden didapatkan 6 orang
responden (14,6 %) beralamat di Timrah, 4 orang responden (9,8%) beralamat di
Cakranegara, masing-masing 3 orang responden (7,3 %) beralamat di Selagalas,
Kamasan, dan Karang Taliwang, masing-masing 2 orang responden (4,9 %) beralamat di
Kekalik, Sayang-Sayang, Dasan Agung dan Monjok Culik, serta masing-masing 1 orang
responden (2,4%) beralamat di Fajar Timur, Sayang Daye, Marong, Tohpati, Sweta
Selatan, Sindu, Singrahan, Kekalik Kebon, Monjok Kebon Bawah, BTN Pengsong,
Monjok, Kampung Jawa, Pejarakan dan BTN Pepabri.
4.1.2 Variabel yang Diteliti
4.1.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 10 (sepuluh) aspek pertanyaan
mengenai pengetahuan Ibu tentang MP-ASI diperoleh gambaran jawaban yang diberikan
oleh responden. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.6 Jawaban Responden Terkait Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI
NOAspek pengetahuan ibu tentang MP-
ASIJawaban Responden (% Responden)
1. Ibu pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI
Ya Tidak
21 (51,2) 20 (48,8)
2.Sumber informasi mengenai MP-ASI
Koran / majalah
TVTenaga
KesehatanSaudara / teman
5 (23,8) 1 (4,7) 14 (66,7)1 (4,7)
3. Ya Tidak
Kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan dapat tercukupi hanya dengan pemberian ASI saja
35 (85,4) 6 (14,6)
4. Anak yang berusia 6 bulan harus mulai diberi MP-ASI
Ya Tidak
38 (92,7) 3 (7,3)
5. Telur, tahu, tempe, daging banyak mengandung protein
Ya Tidak
35 (85,4) 6 (14,6)
6. Jeruk banyak mengandung vitamin CYa Tidak
38 (92,7)3 (7,3)
7. ASI sebaiknya diberikan pada bayi hingga berusia 2 tahun
Ya Tidak
38 (92,7) 3 (7,3)
8.Ibu member MP-ASI karena sudah waktunya dan merupakan anjuran dari petugas kesehatan
Ya Tidak
20 (48,8) 21 (51,2)
9.Memberikan MP-ASI sebelum anak berusia 6 bulan dapat menyebabkan diare
Ya Tidak
14 (34,2) 27 (65,8)
10. MP-ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak selain ASI
Ya Tidak
32 (78,1)9 (21,9)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa 21 responden (51,2%)
pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI dan 20 responden (48,8%)
tidak pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI. Sebanyak 5
responden (23,8%) mendapatkan informasi tersebut dari majalah/koran, 1 orang
responden (4,7%) dari TV, 14 orang responden (66,7%) dari tenaga kesehatan dan 1
orang responden (4,7%) mendapatkan informasi dari saudara atau teman. Untuk
pertanyaan mengenai pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan
dapat tercukupi hanya dengan pemberian MP-ASI saja, sebanyak 35 orang responden
(85,4%) menjawab ya dan 6 orang lainnya (14,6%) menjawab tidak. Pada pertanyaan
selanjutnya apakah anak yang berumur 6 bulan harus mulai diberikan MP-ASI, hampir
semua responden menjawab ya, yaitu 38 orang responden (92,7%) dan hanya 3 orang
responden (7,3%) yang menjawab tidak. Pada pertanyaan nomer 5 dan 6 mengenai
kandungan gizi makanan, sebanyak 35 responden (85,4%) menjawab benar bahwa telur,
tempe, tahu, daging merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan
sebanyak 38 orang responden (92,7%) menjawab benar bahwa jeruk adalah makanan
yang banyak mengandung vitamin C. Sebanyak 38 responden yang mengetahui bahwa
ASI sebaiknya diberikan hingga anak berusia 2 tahun. Dalam pemberian MP-ASI,
sebanyak 20 responden (48,8%) memberikan MP-ASI kepada anaknya karena sudah
waktunya dan merupakan anjuran dari petugas kesehatan dan sebanyak 21 orang
responden (51,2%) memberikan MP-ASI karena inisiatif sendiri dan bukan merupakan
anjuran dari petugas kesehatan dengan menjawab tidak pada point pertanyaan tersebut.
Pada pertanyaan nomer 9, lebih banyak pasien yang tidak mengetahui bahwa pemberian
MP-ASI sebelum anak berusia 6 bulan dapat menyebabkan diare yaitu sebanyak 27 orang
(65,8%) sedangkan sebanyak 14 orang (34,2%) menjawab pernah mendengar atau
mengetahui. Pada pertanyaan terakhir, sebanyak 32 orang (78,1%) mengetahui bahwa
MP-ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak selain ASI dan sebanyak 9
orang responden (21,9%) tidak mengetahui dengan menjawab tidak pada pertanyaan
tersebut.
Berdasarkan berbagai aspek pengetahuan yang telah ditanyakan, maka didapatlah
hasil penelitian tingkat pengetahuan responden tentang MP-ASI yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.7 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang MP-ASI
Tingkat PengetahuanSebaran responden
Jumlah (orang) Persentase (%)Kurang 14 34,2Cukup 9 21,9Baik 18 43,9
Total 41 100
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tertinggi pada
tingkat baik yaitu sebanyak 18 orang (43,9%), disusul oleh tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 14 orang (34,2%) dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 9 orang (21,9%).
4.1.2.2 Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 10 (sepuluh) aspek pertanyaan
mengenai sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI diperoleh gambaran jawaban
yang diberikan oleh responden. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Jawaban Responden Terkait Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MPASI
NO Aspek sikap dan perilakuJawaban Responden (% Responden)
1. Ibu masih memberikan ASI kepada anaknya
Ya Tidak
27 (65,8) 14 (34,2)
2. Anak sudah diberikan MP-ASIYa Tidak
41 (100)- (0)
3. Usia anak saat pertama kali diberikan MP-ASI
< 6 bulan > 6 bulan
18 (43,9) 23 (56,1)
4. Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari.
< 3 kali 3 kali >3 kali
7 (17,1)29 (70,7) 5 (12,2)
5. Bentuk atau tekstur makanan yang diberikan pada anak saat ini.
Sesuai teori Tidak sesuai teori
31 (75,6) 10 (24,4)
6. Buah Pisang sebaiknya pertama kali diberikan saat anak berumur >6 bulan.
Ya Tidak
18 (43,9)23 (56,1)
7. Porsi makanan yang diberikan pada anak per tiap kali pemberian.
Sesuai teori Tidak sesuai teori
27 (65,8) 14 (34,2)
8.Ibu memberikan MP-ASI secara bertahap mulai dari bentuk cair kemudian menjadi lebih kental
Ya Tidak
21 (51,2) 20 (48,8)
9.Ibu selalu menjaga kebersihan serta menyimpan makanan di tempat yang tertutup.
Ya Tidak
33 (80,5) 8 (19,5)
10.Makanan yang telah dibuat dan disimpan dalam suhu ruangan tidak boleh diberikan kembali ke anak setelah >1 jam
Ya Tidak
24 (58,5)17 (41,5)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 27 orang
responden (65,8%) masih memberikan ASI kepada anaknya dan sebanyak 14 responden
(34,2%) sudah tidak memberikan ASI kepada anaknya. Namun, semua responden yaitu
sebanyak 41 orang (100%) sudah memberikan atau memperkenalkan MP-ASI kepada
anaknya. Sebanyak 23 responden (56,1%) memberikan MP-ASI pertama kali pada usia >
6 bulan dan 18 orang responden (43,9%) yang memberikan MP-ASI pertama kali kepada
anak saat anak berusia < 6 bulan. Untuk frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari, 29
responden (70,7%) memberikan 3 kali sehari, 7 responden (17,1%) memberikan < 3 kali
sehari dan 5 responden (12,2%) memberikan >3 kali sehari. Sedangkan untuk pertanyaan
mengenai bentuk atau tekstur makanan yang diberikan pada anak saat ini, 31 responden
(75,6%) menjawab sesuai teori dan 10 orang responden (24,4%) memberikan tidak sesuai
teori. Pemberian buah pisang pertama kali sebaiknya diberikan kepada anak setelah
berusia > 6 bulan, sebanyak 18 responden (43,9%) menjawab ya dan 23 responden
(56,1%) menjawab tidak. Untuk pertanyaan mengenai porsi makanan per tiap kali
pemberian, sebanyak 27 responden (65,8%) memberikan sesuai teori dan 14 responden
(34,2%) tidak sesuai teori. Sebanyak 21 orang responden (51,2%) memberikan MP-ASI
secara bertahap dan sebanyak 20 responden (48,8%) memberikan secara tidak bertahap.
Sebanyak 33 responden (80,5%) selalu menjaga kebersihan makanan dan tempat
memasak dan 8 orang responden (19,5%) lainya menjawab tidak. Sebanyak 24 responden
(58,5%) menjawab tidak lagi memberikan makanan yang telah dibuat dan disimpan
dalam suhu ruangan selama > 1 jam kepada anak dan sebanyak 17 responden (41,5%)
masih memberikan kembali.
Berdasarkan penjabaran berbagai aspek di atas, maka didapatlah hasil penelitian
tingkat sikap dan perilaku responden dalam pemberian MP-ASI yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.9 Sebaran Responden Menurut Tingkat Sikap dan Perilaku tentang Pemberian
MP-ASI
Tingkat Sikap dan Perilaku
Sebaran responden
Jumlah (orang) Persentase (%)Kurang 12 29,3Cukup 20 48,8Baik 9 21,9
Total 41 100
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, tingkat sikap dan perilaku responden dalam
pemberian MP-ASI terbanyak pada tingkat cukup yaitu sebanyak 20 orang responden
(48,8%), lalu disusul oleh tingkat sikap dan perilaku kurang yaitu sebanyak 12 orang
responden (29,3%) dan tingkat sikap dan perilaku baik yaitu sebanyak 9 orang responden
(21,9%).
4.1.3 Hubungan antara Variabel yang Diteliti:
Pada analisi hubungan antara variabel yang diteliti ini akan dibahas mengenai 3
hubungan antar variabel, yakni: (1) hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
MP-ASI dengan angka kejadian diare, (2) hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang
pemberian MP-ASI dengan angka kejadian diare, dan (3) hubungan antara pengetahuan
ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.
4.1.3.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Angka
Kejadian Diare
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan
suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Sebaran Kejadian Diare pada Anak dalam Setahun Terakhir Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI
Kejadian Diare dalam Setahun TerakhirTotalTingkat Pengetahuan Ibu
tentang MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali
Count 57.9
84.4
11.7
1414.0Kurang Expected Count
CukupCount
Expected Count6
5.02
2.91
1.19
9.0
Baik Count 1210.1
35.7
32.2
1818.0Expected Count
TotalCount
Expected Count 2323.0
1313.0
55.0
4141.0
Tabel 4.11 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 6.568a 4 .161Likelihood Ratio 6.460 4 .167Linear-by-Linear Association .663 1 .416N of Valid Cases 41
*5 cells (55,6%) have expected countless than 5. The minimum expected countis 1.10
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel
dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak
memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai
expected kurang dari lima yaitu sebanyak 5 sel (55,6%). Untuk itu perlu dilakukan
penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.12 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel
Kejadian Diare dalam Setahun Terakhir
TotalTingkat Pengetahuan Ibu tentang
MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali
Kurang+cukup Count11
12.9107.3
22.8
2323.0
Expected Count
Baik Count12
10.13
5.73
2.218
18.0Expected
Count
TotalCount
Expected Count
2323.0
1313.0
55.0
4141.0
Tabel 4.13 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 3.454a 2 .178Likelihood Ratio 3.610 2 .164
Linear-by-Linear Association .237 1 .626N of Valid Cases 41
*2 cell (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected countins 2.20
Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan perhitungan Chi-square karena masih
terdapat 2 sel (33,3%) dengan nilai expected kurang dari lima, maka dilakukan uji
hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Kejadian diare dalam setahun terakhir
Most Extreme Differences Absolute .188Positive .080Negative -.188
Kolmogorov-Smirnov Z .599Asymp. Sig. (2-tailed) .866
Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed)) = 0,866. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan angka
kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.
4.1.3.2 Hubungan antara Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI dengan
Kejadian Diare
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan
suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Sebaran Kejadian Diare pada Anak Berdasarkan Sikap dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI
Kejadian Diare dalam Setahun TerakhirTotalSikap dan Perilaku Ibu
Tentang Pemberian MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali
Count 56.7
53.8
21.5
1212.0Kurang Expected Count
CukupCount
Expected Count13
11.27
6.30
2.420
20.0
Baik Count 55.0
12.9
31.1
99.0Expected Count
TotalCount
Expected Count 2323.0
1313.0
55.0
4141.0
Tabel 4.16 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 8.310a 4 .081Likelihood Ratio 10.059 4 .039Linear-by-Linear Association .010 1 .922N of Valid Cases 41
*5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected caountis 1.10
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel
dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak
memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai
expected kurang dari lima yaitu sebanyak 5 sel (55,6%). Untuk itu perlu dilakukan
penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.17 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel
Kejadian Diare dalam Setahun Terakhir
TotalTingkat Pengetahuan Ibu
tentang MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali
Kurang Count 56.7
53.8
21.5
1212.0Expected Count
Cukup+Baik Count18
16.38
9.23
3.529
29.0Expected Count
TotalCount
Expected Count23
23.013
13.05
5.041
41.0
Tabel 4.18 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 1.439a 2 .487Likelihood Ratio 1.434 2 .488Linear-by-Linear Association 1.206 1 .272N of Valid Cases 41
*3 cells (50,0%) have expected countless than 5. The minimum expected count is 1,46.
Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan perhitungan Chi-square karena masih
terdapat 3 sel (50,5%) dengan nilai expected kurang dari lima, maka dilakukan uji
hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.19 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Kejadian diare dalam setahun terakhir
Most Extreme Differences Absolute .204Positive .204Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z .594Asymp. Sig. (2-tailed) .872
Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed)) = 0,872. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI dengan
angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.
4.1.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Sikap dan Perilaku
Ibu dalam Pemberian MP-ASI.
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan
suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.20 Sebaran Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI
Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI
TotalTingkat Pengetahuan Ibu
tentang MP-ASI Kurang Cukup Baik
Count 74.1
56.8
23.1
1414.0Kurang Expected Count
CukupCount
Expected Count3
2.66
4.40
2.09
9.0
Baik Count 25.3
98.8
74.0
1818.0Expected Count
TotalCount
Expected Count 1212.0
2020.0
99.0
4141.0
Tabel 4.21 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 9.923a 4 .042Likelihood Ratio 11.767 4 .019Linear-by-Linear Association 6.451 1 .011N of Valid Cases 41
*6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.98.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel
dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak
memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai
expected kurang dari lima yaitu sebanyak 6 sel (66,7%). Untuk itu perlu dilakukan
penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.22 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel
Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI
TotalTingkat Pengetahuan Ibu tentang
MP-ASI Kurang Cukup Baik
Kurang+cukup Count106.7
1111.2
25.0
2323.0
Expected Count
Baik Count2
5.39
8.87
4.018
18.0Expected
Count
TotalCount
Expected Count
1212.0
2020.0
99.0
4141.0
Tabel 4.23 Tes Chi-Square
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided)Pearson Chi-Square 7.818a 2 .020Likelihood Ratio 8.353 2 .015Linear-by-Linear Association 7.607 1 .006N of Valid Cases 41
*1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.95.
Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan Chi-square
karena masih terdapat 1 sel (16,7%) yang nilai expected-nya kurang dari lima, maka
dilakuakan uji hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai
berikut:
Tabel 4.24 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Sikap Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI
Most Extreme Differences Absolute .324Positive .324Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.029Asymp. Sig. (2-tailed) .241
Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed)) = 0,241. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Angka
Kejadian Diare.
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara tingkat
pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan angka kejadian diare pada balita usia 0-24
bulan di Puskesmas Karang Taliwang dan Puskesmas Pagesangan Mataram. Berdasarkan
tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden banyak yang
berpendidikan sedang (tamat SMP-SMA) yaitu sebesar 53,6%, diikuti oleh kategori
pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD atau sederajat) yaitu
sebesar 34,2%. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pikiran
seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan
pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Menurut
Widyastuti (2005), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi
pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan
memiliki status kesehatan yang lebih baik. Namun hasil pengujian pada penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan
angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Karang
Taliwang dan Puskesmas Pagesangan dengan hasil uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan
nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,866 (p > 0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu
(Wulandari,2009) tentang hubungan antara faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi
dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen tahun
2009, bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada anak balita, dengan hasil uji statistic Chi-square menunjukkan nilai p = 0,080
(p > 0,05). Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Yulisa (2008),
yang menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada
balita dengan nilai p = 0,001. Hal ini mungkin karena karakteristik responden disuatu
daerah dengan daerah lain berbeda-beda, sehingga hasil yang dperoleh pun juga berbeda.
4.2.2 Hubungan antara Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI dengan
Kejadian Diare
Makanan pendamping ASI mempunyai fungsi sebagai asupan tambahan bagi
anak selain ASI. Pemberiannya sangat bergantung kepada sikap dan perilaku Ibu.
Menurut Walgito (2003), banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
manusia, begitu pun juga sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI, baik berasal
dari diri sendiri seperti factor fisiologis (umur, kesehatan), pengalaman, pendidikan
maupun faktor yang berasal dari luar seperti faktor lingkungan.
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan didapatkan nilai signifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,872. (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pada analisis ini, tidak
terdapat hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI dengan
angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Anastasya (2010), tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dan food believe
terhadap kejadian diare pada balita kurang gizi di Kelurahan Ujung, Kecamatan
Semampir, Surabaya, bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dini
dengan terjadinya diare pada balita dengan nilai p > 0,05. Perbedaan penelitian ini
terletak pada kriteria populasi yaitu Balita yang diberikan MP-ASI dini serta mempunyai
indeks BB/U < -2 SD. Serta jumlah sampel yang lebih banyak yaitu 54 sampel yang
dipilih berdasarkan simpel random sampling.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nutrisiani (2010) yang
menunjukkan ada hubungan antara pemberian MP-ASI pada anak usia 0-24 bulan dengan
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Dengan
nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini mungkin karena terdapat beberapa perbedaan dalam hal
metode penelitian, dimana metode yang digunakan Nurtisiani yaitu rancangan case
control dengan jumlah sampel yang jauh lebih banyak yaitu 80 sampel. Walaupun
penelitian ini sama-sama meneliti kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan, namun
kenyataanya dalam penelitian yang dilakukan tidak ditemukan bayi < 6 bulan yang
menderita diare, sehingga kemungkinan menyebakan tidak meratanya sebaran umur
sampel penelitian. Jumlah sampel yang kurang banyak (41 sampel) juga kemungkinan
menyebabkan hasil penelitian menjadi tidak bermakna.
4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Sikap dan Perilaku
Ibu dalam Pemberian MP-ASI.
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan kurang+cukup tentang MP-ASI sebanyak 23 responden (56,1%) dan
sebagian besar lainnya memiliki tingkat pengetahuan baik tentang MP-ASI yaitu
sebanyak 18 responden (43,9%). Faktor pendidikan dan informasi memegang peranan
penting dalam memperoleh pengetahuan, makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah pula menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Begitu juga dalam hal informasi, semakin sering seseorang mendapatkan
informasi, maka pengetahuan seseorang tersebut juga semakin bertambah. Gambaran
tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini tercermin dari hampir samanya
jumlah responden yang pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI,
yaitu sebanyak 21 orang responden (51,2%) dengan responden yang tidak pernah
mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI sebanyak 20 (48,8%).
Pada tabel yang sama juga menunjukkan bahwa tingkat sikap dan perilaku
responden tentang pemberian MP-ASI terbanyak pada kategori cukup yaitu 20 responden
(48,8%). Sebagian besar dari ibu-ibu memang sudah menunjukan perilaku yang positif
terhadap apapun yang berhubungan dengan anak mereka, tetapi walaupun pengetahuan
ibu baik belum tentu perilaku ibu baik pula.
Hasil analisis variabel yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan perilaku ibu
dalam pemberian MP-ASI dengan didapatkannya nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed)) = 0,241 (p > 0,05) pada uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Faturrahman (2007) tentang beberapa factor yang berhubungan
dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan oleh Ibu-Ibu di pedesaan di Kabupaten
Hulu Sungan Selatan, dimana dari hasil analisis statistik ditemukan bahwa tidak tedapat
hubungan antara pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI di
pedesaan (p > 0,05). Hal ini kemungkinan karena seseorang dengan pengetahuan baik,
belum tentu secara otomatis berperilaku baik. Untuk dapat mempengaruhi perilaku dan
sikap, pengetahuan masih tergantung pada variabel lain seperti fasilitas, perilaku petugas,
dan tersedianya kesempatan untuk mempraktikkan sikap dan perilaku tersebut.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009)
tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku Ibu tentang pemberian MP-ASI pada
balita usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Tlangu Desa Bulan Kec. Wonosari Klaten,
dimana didapatkan hasil penelitian menunjukkan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 yang
berarti ada hubungan pengetahuan dengan sikap Ibu tentang MP-ASI pada anak usia 6-24
bulan. Berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kodiyah (2009) tentang
hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan pemberian MP-ASI di Desa Jatirejo
Kecamatan Jumapolo, dengan hasil penelitian ada hubungan yang cukup antara tingkat
pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo
dengan nilai p = 0,013 (p < 0,05). Menurut Notoatmodjo (2003) hal ini dapat disebabkan
oleh faktor pengetahuan yang memegang peranan penting dalam menentukan perilaku
karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan
perspektif pada manusia dalam mempersiapkan kenyataan, memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap obyek tertentu.
Adanya pengetahuan yang baik dan ditunjang dari berbagai macam faktor seperti
pengetahuan, pendidikan, informasi dan pengalaman mempunyai dampak dalam
menentukan perlakuan ibu terhadap anak mereka sehingga antara pengetahuan dan sikap
perilaku akan saling berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan demikian meningkatnya pengetahuan seseorang baik dengan cara
meningkatkan perolehan informasi serta pendidikan dan pengalaman maka akan
terbentuklah sikap dan perilaku orang tersebut terhadap suatu obyek yang dihadapinya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin sering pula orang tersebut
mendapatkan informasi, maka semakin positif pula sikap dan perilaku yang akan
terbentuk.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:
4.3.1 Faktor responden:
1. Tingkat kejujuran, kesungguhan, ketelitian dan tingkat obyektifitas responden
dalam pengisian kuesioner saat proses wawancara tidak diketahui.
2. Recall memory responden, meliputi daya ingat responden akan jawaban dari
pertanyaan yang sifatnya mengingat kembali.
4.3.2 Faktor kuesioner seperti:
1. Daftar pertanyaan yang diajukan belum dapat mewakili keseluruhan dari
aspeek yang diteliti (tingkat pengetahuan serta sikap dan perilaku).
2. Meskipun kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner yang telah
dipublikasikan (artinya telah melalui uji validitas yang tepat) namun karena
yang diadopsi tidak secara keseluruhan, maka kuesioner ini dirasa masih
belum dapat mewakili aspek pertanyaan yang diteliti.
3. Pada penelitian ini tidak ditanyakan tentang besar penghasilan keluarga dan
faktor sosial budaya subyek penelitian yang mungkin akan sangat
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Tidak terdapat hubungan antara tingkap pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan
angka kejadian diare
2. Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) terhadap ketepatan waktu pemberiannya
3. Profil tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI adalah sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, yaitu sejumlah 37 orang
responden (52,9 %), 25 orang responden (35,7 %) memiliki pengetahuan cukup
dan sisanya yaitu sejumlah 8 orang responden (11,4 %) memiliki pengetahuan
yang baik.
4. Profil pemberian MP-ASI di Desa Jenggik wilayah kerja puskesmas Terara
Kabupaten Lombok Timur adalah sebagian besar responden yakni sejumlah 42
orang responden (60 %) memberikan MP-ASI tepat pada waktunya, sedangkan 28
orang responden lainnya (40 %) memberikan MP-ASI tidak tepat pada waktunya.
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mencoba memberikan
saran- saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan perbaikan terhadap istrumen dan
penggunaan metode penelitian yang berbeda.
2. Pada penelitian berikutnya perlu dikaji faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
variabel sikap dan perilaku seperti faktor sosial budaya serta tingkat ekonomi.
3. Diperlukan penambahan jumlah sampel untuk meningkatkan ketepatan hasil
penelitian.
4. Pada penelitian berikutnya perlu digunakan kuisioner dengan tingkat kevalidan
lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA