skripsi - you windows world · 2020. 2. 4. · skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah...
TRANSCRIPT
PENGARUH TEKNIK SHOW NOT TELL TERHADAP HASIL BELAJAR
KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MURID KELAS V
SD NEGERI 189 BUKIT BARINGENG KECAMATAN LILIRILAU
KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru SekolahDasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Rina Masriana
10540 9696 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RINA MASRIANA
Nim : 10540 9696 15
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Show Not Tell Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten
Soppeng
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya
sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh orang lain.
Demikian pernytaan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2019
Yang Membuat Permohonan
RINA MASRIANA
NIM : 10540 9696 15
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RINA MASRIANA
Nim : 10540 9696 15
Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1
Fakultas : Keguruan dan IlmuPendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Show Not Tell Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten
Soppeng
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, September 2019
Yang Membuat Perjanjian
RINA MASRIANA
NIM : 10540 9696 15
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk di hari tua”
“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik
terhadap diri sendiri”
“orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang
harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak”
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. kedua orang tuaku tercinta Hasanuddin dan Rohani, terimakasih atas segala
bantuan, dukungan, dan lantunan doanya.
2. Saudara-saudaraku Nurul Hikma dan Rahmat Kurniawan yang merupakan
sumber semangatku.
3. Kerabat dekatku yang telah membantu dalam menyelesaikan studiku.
Jangan mengatakan bahwa kepintaran yang dimiliki
seseorang itu adalah suatu hal keberuntungan, karena
seseorang yang pintar itu belum tentu dia memiliki
kecerdasan
ABSTRAK
Rina Masriana. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Teknik Show Not Tell
Terhadap Hasil belajar Keterampilan Menulis Deskripsi Kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I H. Andi Syukri Syamsuri dan Pembimbing II Haslinda.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada yang
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah
dalam proses pembelajaran. Melalui pemberian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell khususnya dalam
pelajaran Keterampilan Menulis Deskripsi, diharapkan hasil belajar yang dialami
oleh siswa dapat ditingkatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Teknik Show Not Tell terhadap hasil belajar keterampilan menulis deskripsi murid
kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten
Soppeng. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian pre eksperimental dengan jenis one group pre test-post test design.
Desain ini melakukan dua kali pengukuran terhadap hasil belajar keterampilan
menulis deskripsi siswa yang akan dijadikan sampel.
Pengukuran pertama (pre test) dilakukan untuk melihat kondisi sampel
sebelum diberikan perlakukan, yaitu tingkat hasil belajar keterampilan menulis
deskripsi murid kelas V sebelum diterapkan model pembelajaran Teknik Show Not
Tell dan pengukuran kedua (post test) dilakukan untuk mengetahui tingkat hasil
belajar keterampilan menulis deskripsi murid kelas V setelah diterapkan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini
adalah murid kelas V SD Negeri Tanetea sebanyak 18 orang.
Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Teknik Show Not Tell memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar menulis karangan deskripsi murid kelas V SD Negeri Bukit
Baringeng, setelah diperoleh tHitung= 2,21 dan tTabel = 2,110 maka diperoleh tHitung >
tTabel atau 2,21 > 2,110.
Kata Kunci: Model pembelajaran teknik show not tell dan keterampilan menulis
deskripsi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt. Sehingga
skripsi dengan Judul “Pengaruh Teknik Show Not Tell Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng” dapat diselesaikan dengan baik. Pernyataan
rasa syukur kepada Allah Swt, atas yang diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan
dengan kalimat apa pun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas
junjungan Nabiullah Muhammad Saw, yang menjadi penerang kehidupan kita dengan
risalahnya.
Teristimewa dan paling utama penulis sampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada Ayahanda Hasanuddin dan Ibunda Rohani atas segala pengorbanan dan
doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak
kecil sampai sekarang ini. Semoga yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan,
motivasi dan uluran tangan dari berbagai pihak dan dosen pembimbing yakni
Dr. H. Andi Syukri,. M.Hum pembimbing I dan Dr. Haslinda, S.Pd,. M. Pd.
pembimbing II yang senantiasa memberikan dorongan, bimbingan, motivasi, dan
petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan segala rasa hormat dan penuh kesadaran tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., ph.D, Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan
Aliem Bahri, S.Pd,. M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Buat teman
teman yang selalu setia memberikan motivasi. Buat teman teman seperjuangan
angkatan 2015 yang namanya tak mampu penulis tuliskan satu per satu atas segala
dorongan, kerja samanya dan kebersamaannya selama menjalani perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga kepada Rosmini, S.Pd., kepala SD Negeri 189
Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng yang telah memberikan
izin penelitian. Guru dan Staf Karyawan SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng yang telah membantu peneliti selama penelitian, serta
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu, kepada seluruh
keluarga dan teman-teman tanpa terkecuali serta semua pihak yang tidak sempat
penulis sebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan
kritikan yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mengiringi penghargaan dan ucapan
terima kasih tersebut penulis hanya mampu untuk bermohon dan penuh harap kepada
Allah Swt, karena penulis menyadari di atas segalanya ingatlah bahwa ada Tuhan
menurunkan pertolongan kepada mereka yang mau membantu sesamanya dan dirinya
sendiri. Berbuatlah seakan semuanya bergantung padamu, berdoalah seakan
semuanya bergantung pada Tuhan”. Hanya kepada Allah Swt. Semoga kerja ini
terhitung sebagai amal untuk kepentingan umat manusia kepada dunia pendidikan.
Aamiin !
Makassar, Juli 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A.Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9
1. Penelitian yang relevan ................................................................ 9
2. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ....................... 10
a. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia11
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................ 12
3. Keterampilan Menulis .................................................................. 13
a. Tujuan Pembelajaran Menulis ........................................... 14
b. Fungsi Menulis ................................................................... 16
c. Tahap-tahap MenulisDeskripsi ........................................... 16
4. Deskripsi ....................................................................................... 18
a. Tahap menulis deskripsi ..................................................... 20
b. Ciri-ciri dan jenis deskripsi ................................................. 20
c. Teknik dan pendekatan menulis deskripsi ........................ 21
d. Jenis-jenis kegiatan menulis .............................................. 23
5. Tujuan pengajaran menulis di SD ................................................. 24
6. Metode Kooperatif ....................................................................... 25
a. Pengertian metode kooperatif ........................................... 25
b. Pembelajaran teknik show not tell..................................... 27
7. Hasil Belajar .................................................................................. 33
a. Pengertian hasil belajar ...................................................... 33
b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar .......................... 34
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 34
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 39
C. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 41
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 48
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 48
B. Pembahasan ........................................................................................ 60
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 64
A. Simpulan .............................................................................................. 64
B. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kunci dan upaya pemerintah dalam
mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Dengan bertambahnya kemajuan pada
zaman terlebih pada perkembangan teknologinya, manusia dituntut untuk turut
berkembang dalam banyak hal. Maka dari itu pendidikan merupakan kunci untuk
manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi pada
saat ini.
Hasbullah (2005: 10) Menyatakan bahwa “pendidikan suatu bentuk
kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu
yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai
pada rumusan-rumusan yang bentuk secara khusus untuk menemukan pencapaian
tujuan yang lebih tinggi”. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan
bimbingan terhadap perkembangan manusia kearah cita-cita tertentu, maka yang
merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang
ingin dicapai.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, yaitu : (1) distribusi guru yang tidak
merata serta pendayagunaan yang belum efisien belum menghasilkan kinerja guru
secara optimal; (2) profesionalisme guru masih dirasakan rendah, terutama
disebabkan oleh penyiapan pendidikan guru dan pengelolaan yang masih perlu
ditingkatkan; (3) kinerja guru yang berorientasi pada penguasaan teori dan
hafalan; (4) menyebabkan kemampuan murid tidak dapat berkembang secara
akuntabilitas publik sehingga output pendidikan belum akuntabel dan belum
mencapai kualitas yang diinginkan. Hanafiah Dkk, (2009: 75)
Untuk membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan murid ke arah
kemampuan berbahasa secara kreatif, ada empat komponen keterampilan berbahasa yang
harus diperhatikan, yaitu kemampuan menyimak, (listening skill), kemampuan berbicara
(speaking skill), kemampuan membaca (reading skill), dan kemampuan menulis (writing
skill).
Tarigan (2005 :3) bahwa: “Kemampuan menulis siswa masih sangat
kurang, mereka belum mampu menyatakan gagasan secara sempurna baik lisan
maupun tulisan”. Keterampilan menulis deskripsi memang menjadi salah satu
keterampilan berbahasa yang paling sulit untuk dikuasai. Hal ini disebabkan
adanya dua unsur yang harus dikuasai oleh penulis, yaitu unsur bahasa, seperti
ejaan, struktur kalimat, kohesi, dan koherensi, serta unsur non bahasa yang
dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan yang meliputi pengetahuan dan
pangalaman penulis. Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca
menyadari dengan hidup apa yang diserap penulis melalui pancaindra,
merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan
suatu kualitas pengalaman langsung.
Menulis deskripsi adalah suatu kegiatan menulis atau mengarang dengan
menghubungkan pengalaman pancaindra seperti penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan perasaan. Menulis deskripsi diartikan pula sebagai
penggambaran dan pendeskripsian tentang satu peristiwa atau kejadian dan
masalah sehingga pembaca dapat mengetahui dan seolah-olah melihat langsung
objek tersebut.
Masalah yang dialami oleh murid adalah kurang berminat pada kegiatan
menulis deskripsi. Murid sulit menciptakan ide dan menuangkannya dalam tulisan
deskripsi. Kendala lain yang dialami oleh murid adalah sulit mengikuti prosedur
dan kriteria menulis deskripsi seperti memperhatikan isi deskripsi, penggunaan
bahasa, keteraturan susunan dan urutan, pilihan kata, dan penggunaan ejaan dan
tanda baca.
Show not tell dikembangkan oleh Rebekah Caplan 1992 dalam (De Porter
dan Hernacki, 2007: 14) dan Hernowo (2003: 188): Show not tell adalah strategi
untuk mempercepat pengembangan gagasan pada proses menulis deskripsi dengan
cara bertolak dari bentuk kalimat memberitahukan, kemudian mengubahnya
menjadi deskripsi yang menunjukkan. Misalnya, kalimat memberitahukan atau
menggambarkan, “Ini adalah hari yang indah, perlu diubah dengan cara
menggambarkannya dalam sebuah deskripsi apa indah itu, hari apa kejadiannya,
mengapa hari itu menjadi indah.”
Show not tell merupakan suatu teknik yang dapat mempengaruhi
keterampilan murid dalam menulis deskripsi, sebab teknik ini membiasakan
murid menggambarkan suatu objek yang lebih rinci, bukan dengan cara
memberitahukan secara umum.
Berdasarkan observasi hasil peneliti pada prapenelitian dalam pelajaran
bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng ditemukan bahwa: Hasil aktivitas murid dalam
menulis deskripsi sangat rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
penyebabnya adalah kurangnya penggunaan teknik pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran, kurangnya kreativitas guru dalam mengelolah
pembelajaran yang menarik bagi murid, serta kurangnya kemampuan murid
tentang cara menulis deskripsi yang baik dan benar sesuai dengan aspek dalam
menulis deskripsi.Dampakya adalah murid sulit berinspirasi dan sulit menciptakan
ide/gagasan untuk dituangkan dalam deskripsi.
Terlihat bahwa hasil belajar murid di kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng masih rendah atau belum
mencapai standar kelulusan minimal yaitu 70. Hal ini disebabkan karena model
pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat monoton. Jika masalah ini
tidak segera diatasi maka akan berdampak negatif terhadap hasil belajar bahasa
Indonesia khususnya pada keterampilan menulis deskripsi. Pada pembelajaran
bahasa Indonesia ada beberapa model yang dapat mempengaruhi hasil belajar
murid, salah satu diantaranya adalah model kooperatif Teknik Show Not Tell.
Mencermati uraian tersebut, pembelajaran menulis deskripsi dilaksanakan
dengan beriorentasi pada hasil dan mengabaikan proses. Hal ini menyebabkan
murid kurang kreatif karena guru jarang menerapkan teknik pembelajaran yang
menarik bagi murid sehingga lambat dalam proses menulis dan sulit
menggambarkan suatu objek. pembelajaran menulis demikian yang menyebabkan
deskripsi murid yang di nilai itu banyak mengalami kesalahan. Kenyataan ini
yang memengaruhi pembelajaran menulis deskripsi sehingga di cari model yang
lebih menekankan pada proses yaitu menggunakan teknik show not tell.
Untuk memperbaiki pembelajaran yang dimaksud, penulis memilih dan
menerapkan model kooperatif Teknik Show Not Tell dengan materi keterampilan
menulis karangan deskripsi, sehingga yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran adalah murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng.Alasan penulis memilih perlakuan model kooperatif
Teknik Show Not Tell dalam mengajarkan materi keterampilan menulis adalah
karena model kooperatif Teknik Show Not Tell adalah: (1) mudah dibuat guru
hanya dengan pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara bertolak
dari bentuk kalimat memberitakan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf
yang menggambarkan (2) murid tidak perlu menjelaskan jawabannya, tetapi
kalimat memberitakan menggambarkan sebuah paragraf deskripsi (3) murid
diajarkan untuk mengerti mengenai materi dan menulis karangan deskripsi.
Menggunakan perlakuan model yang sesuai dan metode yang tepat, guru
akan mampu mendorong murid untuk memahami materi yang diajarkan seperti
materi menulis deskripsi yang menurut sebagian murid kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng termasuk salah satu
materi pelajaran yang sulit dimengerti. Dengan penerapan Teknik Show Not Tell,
maka guru dapat membimbing murid melakukan kegiatan belajar berdasarkan
langkah-langkah Teknik Show Not Tell yang telah ditempuh oleh para ilmuwan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut penulis terinspirasi melakukan penelitian
dengan judul: ”Pengaruh teknik show not tell terhadap hasil belajar menulis
deskripsi kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten
Soppeng.” Hal ini dilakukan untuk memperkaya model pembelajaran menulis
deskripsi di SD sehingga guru dapat menerapkan model pembelajaran dengan
teknik show not tell yang diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar murid
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan pada penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh teknik Show not
tell terhadap hasil belajar keterampilan menulis deskripsi murid kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?
C. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah dalam penelitian ini maka peneliti dapat
menetapkan tujuan penelitian, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh teknik Show not tell terhadap hasil belajar keterampilan menulis
deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun
secara praktis. Selain itu bermanfaat terutama bagi peneliti pribadi maupun orang
lain.
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai salah satu alternatif untuk mempengaruhi keterampilan menulis
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui Teknik Show Not Tell
terhadap hasil belajar siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan guru SD memiliki teori pembelajaran yang
dapat dijadikan acuan untuk mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia
di SD dan dapat dijadikan acuan belajar dan mengevaluasi diri terhadap
kemampuan yang dimilikinya.
c. Memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya, khusus penelitian
menulis deskripsi dengan pemanfaatan show not tell.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka perbaikan
pengajaran tingkat SD
b. Bagi guru
Sebagai masukan kepada guru bahasa Indonesia tentang pemanfaatan show
not tell dalam pembelajaran menulis deskripsi dan bahan informasi kepada
guru tentang inovasi pembelajaran dengan pemanfaatan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran menulis deskripsi.
c. Bagi murid
Meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi murid dalam interaksi proses
belajar mengajar bahasa Indonesia serta dapat menjadikan murid berpikir
mandiri dan kreatif.
d. Bagi peneliti
Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas tentang model
pembelajaran Teknik show Not Tell dan cara penerapannya dalam proses
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Keberhasilan sebuah penelitian bergantung pada teori yang didasarinya.
Teori merupakan landasan dari sebuah penelitian. Suatu penelitian yang berkaitan
dengan kajian pustaka yang mempunyai koherensi dengan masalah yang dibahas.
1. Penelitian yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Ilham
(2015) dengan judul “Peningkatan keterampilan menulis deskripsi dengan
menggunakan teknik pembelajaran Show Not Tell pada murid kelas V SD Inpres
Perumnas Antang II/1 Kecamatan Manggala kota Makassar. Hasil siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell mengalami peningkatan
dari hasil belajar pada kegiatan pra tindakan dengan menggunakan metode
pembelajaran Teknik show not tell. Rata-rata hasil belajar siklus I adalah 75,0.
meningkat 15,9% dari hasil kegiatan tindakan yang hanya 59,1. Jika dari nilai
rata-rata kelas sudah mencapai nilai KKM, namun hal ini perlu ditingkatkan.
Sedangkan hasil belajar pada tindakan siklus II mencapai 86,5 meningkat 26,4%
dari kegiatan pra tindakan dan meningkat 11,5% dari tindakan siklus I. Secara
garis besar hasil belajar murid mengalami peningkatan dan mencapai nilai KKM
yang sudah ditetapkan.
Penelitian relevan kedua oleh Putry (2016)Penggunaan strategi
pembelajaran Teknik Show Not Tell dapat meningkatkan keterampilan menulis
dan hasil belajar menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi
siswa kelas IV SD Negeri 2 Undaan Lor Kudus tahun ajaran 2016/2017. Hal ini
ditunjukkan pada nilai rata-rata untuk nilai awal atau pra siklus adalah 65,89
dengan persentase 46,45 % siswa yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM. Siklus
I nilai rata-rata 70,71 dengan persentase 71,43 % siswa yang mendapat nilai ≥ 70
sebagai KKM. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 78,04 dengan persentase
89,29 % siswa yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM.
Berdasarkan penelitian relevan diatas, maka peneliti mampu mengetahui
bahwa persamaan dari penelitian adalah sama-sama menggunakan teknik show
not tell dalam proses pembelajaran. Adapun perbedaan penelitian peneliti dengan
penelitian relevan diatas ditunjukkan oleh tempat penelitian. Pertama, jika
dibandingkan dengan penelitian Ilham yang meneliti di SD Inpres Perumnas
Antang II/1 Kecamatan Manggala kota Makassar. Penelitian kedua yang
dilakukan oleh Putry di SD Negeri 2 Undaan Lor Kudus. Sedangkan, peneliti
melakukan penelitian di SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di Sekolah Dasar tidak akan
terlepas empat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai
makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain
menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi dengan bahasa lisan,
juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulis.
Karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yang penekanannya terletak
pada cara penggunaan bahasa secara benar sesuai dengan sistem bahasa
(Depdiknas, 2003: 1). Secara pragmatis, bahasa merupakan satu bentuk kinerja
dan performansi daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa
konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan pada fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.
Sebagai konsekuensi dari pandangan itu, dalam menyusun silabus haruslah
menekankan pada standar kompetensi dan materi yang berupa performansi. Jadi,
standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak ditekankan
pada penguasaan materinya, tetapi pada kemampun menggunakan bahasa
Indonesia secara benar sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan situasi tutur.
Menurut Widjono (2005: 4) bahwa: “pembelajaran bahasa Indonesia di
SD terdiri atas menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa
Indonesia tersebut dapat diajarkan melalui pembelajaran menyimak/mendengar,
berbicara, membaca, dan menulis”. Keempat aspek tersebut di dalamnya
terintegrasi materi kebahasaan atau tata bahasa.
a. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendidikan formal dalam lingkungan sekolah memiliki kurikulum tertulis,
dilaksanakan secara terjadwal dan dalam suatu interaksi edukatif dibawah arahan
guru. Kurikulum merupakan suatu alat yang penting dalam rangka merealisasikan
dan mencapai tujuan sekolah. Begitupula halnya dengan kurikulum Bahasa
Indonesia, merupakan suatu alat yang penting dalam rangka merealisasikan dan
mencapai tujuan kebahasaan Indonesia baik liasan maupun tulisan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 81) mengatakan
bahwa:
Standar isi bahasa Indonesia sebagai berikut Pembelajara bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di
SD karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan Pembelajaran bahasa Indonesia
sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk (1998: 1) adalah “agar murid
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta tingkat
pengalaman murid sekolah dasar”. Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian (1)
lulusan SD duharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar. (2) lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia.
(3) penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa. (4)
pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman murid SD. Butir (1) dan (2)
menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD yang mencakup tujuan
pada ranah kognitif dan afektif. Butir (3) menyiratkan pendekatan komunikatif
yang digunakan. Sedangkan butir (4) menyiratkan sampai dimana kesulitan
pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan.
3. Keterampilan Menulis
Menulis yang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan ide
kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri melalui tulisan.
Menurut Akhadiah (2008: 3) bahwa:
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah suatu
kegiatan penyampaian dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Pesan adalah isis atau muatan dalam tulisan. Tulisan
merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati
pemakaiannya. Komunikasi tertulis memiliki empat unsur yaitu
(1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3)
saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima
pesan.
Menurut Natia (2016: 1) menyatakan bahwa: “karangan merupakan hasil dari
proses kegiatan berpikir seseorang yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya
kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam bentuk tulisan”. Menulis
kreatif merupakan kegiatan menulis yang berkembang dan gagasan yang kreatif.
Mirriam (2006: 169) menyatakan bahwa: “menulis kreatif merupakan gagasan
yang mengalir dari pikiran seseorang ke dalam sebuah tulisan. Gagasan kreatif
yang sudah diungkapkan dalam bentuk tulisan akan menggambarkan hal-hal yang
ingin dikembangkan oleh penulis”.
Salah satu jenis menulis kreatif adalah menyadur atau memparafrasekan
suatu bentuk teks ke bentuk yang lain, dari puisi menjadi prosa, dan sebagainya.
Menyadur adalah salah satu pilihan dalam menyediakan wacana sebagai bahan
ajar sehingga tercipta wacana saduran. Cara apa pun yang dipilih dalam
mempersiapkan bahan ajar wacana itu harus memenuhi persyaratan kriteria
pemilihan wacana.
Mengarang mencakup cara penulis melahirkan isi kesadarannya (gagasan,
perasaan dan ungkapan efektif dan intensif, cara menyusun dan menarik
perhatian, cara mengomunikasikan ide-ide pikiran Alwi dkk, (2005: 45).
Selanjutnya, The Liang Gie (2002: 17) mengatakan bahwa: “mengarang adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
penyampaian ide melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan
kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik
pula. Bahkan, tanpa penalaran tidak akan ada pengetahuan yang benar. Salah satu
substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Hal ini berarti untuk
menghasilkan simpulan yang benar harus dilakukan penalaran secara cermat
dengan berdasarkan pikiran yang logis. Penalaran yang salah akan menuntun
kepada simpulan yang salah.
a. Tujuan Pembelajaran Menulis
Menurut Tarigan, (2005: 23-24) yang dimaksud dengan tujuan
penulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis
akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan ini maka dapatlah
dikaitkan, bahwa: (1) tulisan yang bertujuan untuk
memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (2)
tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan atau mendesak disebut
wacana persuasif (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut
tulisan literer disebut wacana kesastraan, (4) tulisan yang
mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api
disebut wacana ekspresis.
Tarigan (2005: 24-25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah
sebagai berikut :
1) Assignment purpose (tujuan penugasan), penulis menulis sesuatu karena
ditegaskan, bukan karena kemauan sendiri.
2) Altruistic purpose(tujuan altruistik), penulis bertujuan untuk menyenangkan
pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya, ingin membuat, hidup para pembaca lebih mudah
dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif), penulis bertujuan menyakinkan
pembaca dan kebenaran-kebenaran yang di utarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional/tujuan penerangan), penulis
bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca.
5) Self-expresive porpuse (tujuan pernyataan diri), tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyatakan diri sebagai pengarang kepada para
pembaca.
4) Creative purpose (tujuan kreatif), tulisan yang bertujuan untuk mencapai
nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.
5) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), tulisan yang
bertujuan yang menceminkan atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat
dimengerti oleh pembaca.
b. Fungsi Menulis
Fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Adapun fungsi menulis menurut Tarigan (2005: 22) adalah sebagai berikut :
(1) menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan
para pelajar berfikir, (2) dapat menolong penulis untuk berfikir
secara kritis, (3) menulis dapat membantu penulis untuk
menjelaskan pikiran-pikiran, (4) memudahkan penulis untuk dapat
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam
daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi,
dan menyusun urutan bagi pengalaman. Secara umum fungsi
menulis adalah menuangkan gagasan atau ide kedalam bentuk
tulisan. Dengan kata lain, menulis merupakan komunikasi secara
tidak langsung.
c. Tahap-tahap Menulis
Akhadiah, dkk. (2008: 2) menyatakan bahwa: “kegiatan menulis adalah
sebuah proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan
menulis dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan
tahap pascamenulis”. Ketiga tahap penulisan ini menunjukkan kegiatan utama
yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan
mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahap
penulisan yang dilakukan adalah mengembangkan gagasan dalam kalimat-
kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang
pertama. Dalam tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali
apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas
tulisan tadi.
1) Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan
mencakup beberapa langkah kegiatan.
Kegiatan mula-mula yang harus dilakukan jika menulis karangan ialah
menentukan topiknya. Ini berarti bahwa penulis menentukan apa yang akan
dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber. Setelah
berhasil menemukan topik maka langkah kedua yang perlu dilakukan ialah
membatasi topik. Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus
lingkup pembicaraan. Dengan membatasi topik, sebenarnya juga telah
menentukan tujuan penulisan. Langkah berikutnya adalah menentukan bahan atau
materi penulisan, macamnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan
bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan penulisan. Bahan tersebut bisa berupa rincian, sejarah kasus,
definisi, dll. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu
pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman ialah keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera, sedangkan inferensi ialah
kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Bahan yang diperoleh
dari pengalaman bisa didapatkan melalui dua sumber, yaitu observasi
(pengamatan) langsung atau melalui bacaan. Langkah selanjutnya yang paling
penting ialah menyusun kerangka (rancang bangun) karangan. Menyusun
kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-sub topik. Kerangka itu dapat
berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat.
2) Tahap Penulisan
Pada tahap ini kita membahas setiap butir topik yang ada di dalam
kerangka yang disusun. Ini berarti bahwa kita menggunakan bahan-bahan yang
sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam mengembangkan
gagasan menjadi suatu karangan yang utuh diperlukan bahasa. Ini berarti bahwa
kita harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat
dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi
kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi
paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan.
3) Tahap Pascamenulis
Jika buram seluruh tulisan sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu
dibaca kembali. Perlu dilakukan revisi: diperbaiki, dikurangi, atau jika perlu
diperluas. Sebenarnya, revisi sudah dilakukan juga pada waktu tahap penulisan
berlangsung. Pada tahap ini yang direvisi secara menyeluruh mengenai logika,
sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan
kaki dan daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang
memenuhi persyaratan selesailah tulisan tersebut.
4. Pengertian Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek
sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang
digambarkan itu Keraf (2007: 31). Selanjutnya, paragraf deskripsi menurut Finoza
(2009: 201) adalah: “paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu
berdasarkan pengalaman semua panca indra dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci”. Tujuan dari paragraf ini adalah untuk memberikan perincian atau
detail tentang objek sehingga pembaca seakan-akan ikut melihat, mendengar,
merasakan, atau mengalami apa yang dideskripsikan.
Paragraf Deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan
kesan/impresi kepada pembaca mengenai objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan
semacamnya yang ingin disampaikan penulis atau secara singkat paragraf
deskripsi bisa diartiakan sebagai paragraf yang isinya menggambarkan suatu
objek sehingga pembaca biasa seolah-olah melihat dan merasakan apa yang
tertulis dalam peragraf tersebut.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut:
(a) Deskripsi imajinatif/impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek
sesuai kesan/imajinasi si penulis.
(b) Deskripsi factual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek
berdasarkan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung yaitu
dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik,
diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut
dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu objek
yang dapat dilihat atau dirasakan.
Parera (2005:9) Menyatakan bahwa:
Secara garis besar dapat dibedakan atas dua bagian : (1) Deskripsi
ekspositoris yang bertujuan memberikan informasi yang
menyebabkan pembaca dapat melihat, mendengar, dan merasakan.
(2) Deskripsi impresionistik yang menyebabkan pembaca bereaksi
secara emosional.
a. Tahap menulis karangan deskripsi :
1) Menentukan objek pengamatan
2) Menemukan tujuan
3) Mengadakan pengamatan dan pengumpulan bahan
4) Menyusun kerangka karangan
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b. Ciri-ciri dan Jenis Karangan Deskripsi
Junus (2002: 61) menyebutkan ciri-ciri paragraf deskripsi. Adapun
menurut Junus (2002: 61) wacana deskripsi mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) memberikan atau melukiskan suatu hal;
2) memperluas pandangan atau pengetahuan melalui kesan;
3) menyodorkan gambaran melalui kata-kata;
4) seakan-akan melihat sendiri objeknya;
5) menimbulkan daya khayal;
6) penulis memindahkan daya kesannya kepada pembaca; dan
7) tidak terikat pada waktu (statis).
Ciri lain yang disebutkan oleh Brotowidjoyo (2002: 12) bahwa: “sebagai
informatif, sebagai imajinatif, dan subjektif”. Brotowidjoyo menambahkan bahwa
prinsip yang harus dipegang dalam deskripsi ialah” pembaca ini ingin mengetahui
tentang apa”. Jadi, mendeskripsikan sesuatu sampai bagian-bagiannya dengan
maksud semata-mata memberi informasi.
Jenis deskripsi berdasarkan objek yang ditulis ada dua macam, yaitu
deskripsi tempat dan deskripsi orang. Deskripsi tempat melukiskan keadaan latar
tempat, suasana, dan waktu. Deskripsi orang melukiskan keadaan orang baik
secara fisik, milik, tindakan, perasaan, dan watak Brotowidjoyo (2002:12).
c. Teknik dan Pendekatan Menulis Deskripsi
Untuk mencapai tujuan sebuah deskripsi, segala daya dan upaya dapat
digunakan dengan semaksimal-maksimalnya, misalnya dengan penyusunan
rincian dan objek, cara penulis melihat persoalan yang telah digarapnya, sikap
penulis terhadap pembaca, dan cara mengolah fakta atau dengan kata lain cara
pendekatan.
Pendekatan dalam deskripsi menurut Akhadiah, dkk. (2008: 34-38) antara
lain:
(a) Pendekatan yang Realistis
Penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, jadi dilukiskan seobjektif mungkin. Perincian, perbandingan
antara satu bagian dengan yang dilukiskan sedemikian rupa, sehingga tampak
seperti dipotret. Walaupun demikian, tidak ada sebuah deskripsi pun yang persis
sama dengan keadaan yang sebenarnya, atau yang dilihat dengan mata. Bahkan,
deskripsi fiktif dapat juga menggunakan pendekatan realistis, walaupun yang
dipisahkan bukanlah suatu yang faktual, namun pendekatan yang digunakan
adalah realistis
(b) Pendekatan yang Impresionistis
Penulis berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Penulis
menonjolkan pilihannya dan interpretasinya. Dalam memilih dari bagian objeknya
ini untuk disoroti. Penulis harus menyeleksi secara cermat atas bagian bagian-
bagian yang diperlukan, kemudian baru berusaha menginterpretasikannya. Fakta-
fakta yang dipilih oleh penulis harus dihubungkan dengan efek yang ingin
ditampakkan. Fakta ini dijalin dan diikat dengan pandangan-pandangan yang
subjektif dari pengarang.
(c) Pendekatan Menurut Sikap Penulis
Pendekatan yang menggunakan bagaimana sikap penulis terhadap objek
yang ingin dideskripsikan, sangat bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai,
sifat objek, serta pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah persoalan,
penulis mungkin mengharapkan agar pembaca tidak puas terhadap suatu tindakan
atau keadaan, atau penulis menginginkan agar pembaca juga harus merasakan
bahwa persoalan yang dihadapi adalah masalah gawat. Penulis juga dapat
membayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga
pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak,
seram, takut dan sebagainya.
d. Jenis-jenis Kegiatan Menulis
(a) Menulis Deskripsi
Deskripsi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari
waktu ke waktu. Karangan deskripsi itu dimaksudkan untuk memberi tahu
pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami
oleh penulisnya. Deskripsi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya
konflik Keraf (2001: 117).
(b)Eksposisi
Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan
yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran
yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha
memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terinci memberikan
interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat
dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan
yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah,
skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah Keraf (2001:
117).
(c) Argumentasi
Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan
pendapat penulis meyakinkan atau memengaruhi pembaca agar menerima
pendapatnya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan
pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil
penalaran Keraf (2001: 118).
(d) Persuasi
Menurut Keraf (2001: 118), persuasi adalah suatu seni verbal yang
bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki
pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi tidak
mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima
persuasi.
5. Tujuan Pengajaran Menulis di Sekolah Dasar
Darmadi (1996: 3) mengatakan bahwa:
Tujuan pengajaran menulis di jenjang sekolah dasar agar murid
mampu memahami dan mengkomunikasikan dengan tujuan
tersebut, dalam petunjuk khusus pengajaran bahasa Indonesia
sekolah dasar, dijelaskan bahwa pengajaran menulis di SD
bertujuan untuk melatih murid dalam menuangkan pikiran dan
perasaan dengan bahasa yang teratur dan teliti.
Dengan demikian halnya dengan petunjuk pengajaran menulis di sekolah
dasar dikemukakan bahwa tujuan pengajaran menulis adalah untuk
mengembangkan keterampilan murid dalam mengungkapkan gagasan, pendapat,
sehingga dapat menggunakannya dalam komunikasi tulis.
Untuk lebih memperjelas uraian di atas, maka berikut ini akan
dideskripsikan tahapan pembelajaran menulis permulaan, (a) menulis atau
mengarang pola yakni murid hanya diminta membuat karya seperti pola atau
contoh diberikan, (b) menulis atau mengarang melengkapi, yakni murid diminta
untuk melengkapi kalimat dengan kata-kata yang disediakan, (c) menulis atau
mengarang melengkapi yakni murid diminta untuk memasangkan kelompok kata
dengan kalimat yang terpenggal atau kurang lengkap, (d) menulis atau mengarang
membimbing kalimat, yakni murid dibimbing untuk mengurutkan kalimat sesuai
dengan gambar seri yang telah memiliki kalimat-kalimat, (e) menulis atau
mengarang bimbingan pertanyaan-pertanyaan yaitu murid diminta membuat
karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya.
Berbeda dengan menulis permulaan, murid yang telah dibangku kelas V.
Pada tahap ini pembinaan kemampuan menulis tidak hanya sekedar dalam bentuk
latihan tetapi sudah mengacu kepada tuntutan kemampuan berpikir. Hal ini
disebabkan, murid tidak hanya ditugasi menulis kembali hal yang di lihatnya,
tetapi pembinaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pembuatan sebuah
karangan atau karya tulis.
6. Metode Kooperatif
a. Pengertian Metode Kooperatif
Menurut Bern dan Ericson (2001: 5) “cooperatif learnig (pembelajaran
kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran
dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana murid bekerja sama untuk
mencapai tujuan belajar”.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan
kerja sama dalam kelompok dan interaksi antar kelompok. Menurut Nurhadi dan
Agus G.S (2003: 60) mengatakan bahwa: “pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling
mengasihi antar sesama siswa”. Mereka tentunya akan saling membutuhkan dan
harus saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Supriyono (2010: 54) mengatakan bahwa: “model pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.
Slavin (2008: 4) mengatakan bahwa: “belajar kooperatif adalah belajar
dimana murid bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen”. Berkaitan dengan belajar kooperatif, Kooper dan Heinich (2006: 11)
menjelaskan:
”Pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang
melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan murid
bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas
akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-
keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok
memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama”.
Pembelajaran kooperatif di dalam kelas, murid belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil. Menurut Suherman (2003: 31) mengatakan bahwa:
“jika kelompok terlalu kecil akan mengakibatkan kesulitan dalam berinteraksi dan
jika terlalu besar akan mengakibatkan kesulitan dalam melakukan koordinasi dan
mencapai kesepakatan antar sesama anggota kelompok”.
Murid secara rutin bekerja dalam kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari murid berkemampuan tinggi, sedang, rendah, dan jenis kelamin yang
berbeda. Selama belajar secara kooperatif, murid tetap berbeda dalam
kelompoknya selama beberapa minggu atau bulan. Supaya dapat terlaksana
dengan baik, murid diberi lembar kerja yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan.
Arends (2006: 16) menyatakan bahwa:
unsur-unsur dasar belajar kooperatif yakni: (1) murid dalam
kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama, (2) murid bertanggung jawab atas segala
sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3)
murid haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) murid haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya, (5) murid akan dikenakan atau akan diberikan
hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok, (6) murid berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajar, (7) murid akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.
b. Pembelajaran Teknik Show Not Tell
1) Pengertian teknik Show Not Tell (Menunjukkan,bukan Memberitahukan)
Show not tell dikembangkan oleh Rebekah Caplan 1992 (dalam De Porter
dan Henacki,2007: 19) dan Hernowo (2003: 11). Show not tell adalah strategi
mempercepat pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara bertolak
dari bentuk kalimat memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf
yang menggambarkan. Misalnya, kalimat memberitahukan, kini adalah hari yang
indah, perlu diubah dengan cara menggambarkannya dalam sebuah paragraf apa
indah itu, hari apa kejadiannya, mengapa hari itu menjadi indah, sehingga
gambaran uniknya “Ini adalah hari yang indah” yang digambarkan pada paragraf.
Pengembangan strategi show not tell menurut De Porter (2007: 50)
dimulai dari mendaftar kalimat berita sebagal berikut:
(a) Untuk memunculkan kelompok kalimat memberitahukan pada pramenulis
dilakukan dengan cara meminta murid membuat daftar (De Porter dan
Henacki,2007: 50). Daftar yang dimaksud adalah daftar kalimat
memberitahukan, misalnya murid membuat daftar kalimat tentang hal-hal yang
menarik waktu berkunjung ke rumah nenek. Daftar kalimat memberitahukan
yang akan muncul dari murid, misalnya:
Saya bertemu nenek
Di rumah nenek ada pohon mangga Banyak ayamnya
(b) Mengubah kalimat-kalimat memberitahukan menjadi paragraf
menggambarkan berdasar daftar kalimat memberitahukan yang telah ditetapkan
dan dibantu dengan pertanyaan, “Apa yang menarik waktu bertemu nenek; dan
pohon mangga di rumah nenek; ayam yang banyak dan kapan kejadiannya.”
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa penggambaran hal
yang menarik waktu bertemu nenek, pohon mangga di rumah nenek, ayam
yang banyak dan waktu kejadiannya pada paragraf dan setiap tulisan murid
akan berbeda, tetapi masing-masing murid mempunyai ciri atau kekhasan
gambaran tentang hal- hal yang menarik sehingga maksudnya dapat dipahami.
Show not tell adalah strategi untuk mempercepat pengembangan gagasan
pada proses menulis dengan cara bertolak dari bentuk kalimat memberitahukan,
kemudian mengubahnya menjadi paragraf yang menggambarkan. Perhatikan
contoh berikut:
Dari kalimat-kalimat memberitahukan: (1) ini adalah hari yang indah; (2) hujan
menimpa atap; (3) di seberang jalan, padang rumput menghijau; (4) beberapa
anak perempuan mengenakan pita kuning di rambut mereka.
Menurut De Porter dan Henacki (2007: 51) menyatakan bahwa: kalimat
tersebut merupakan kalimat memberitahukan dan dapat diubah menjadi paragraf
menunjukkan seperti berikut ini.
Saat ia membuka jendelanya di hari Sabtu pagi yang cerah itu, ia
merasakan kesegaran menebar di udara. Dedaunan di setiap pohon kemilau
terkena pantulan sinar mentari. Hamparan bunga yang beraneka warna menghiasi
jalan masuk berseru, “Musim semi!” Dan di atas semua itu, gumpalan-gumpalan
awan putih berarak di langit biru yang sangat cerah.
Di suatu senja di musim semi, hujan rintik-rintik mulai turun di kaca
jendela, dihangatkan oleh maraknya perapian di tengah ruangan pondok. Pohon-
pohon Willow melambai dalam hembusan angin membisikkan lagu-lagu malam
kepada riak-riak hening di danau. Menggeliat untuk meraih tetesan embun, daun-
daun rumput yang kecoklatan menyerap air untuk persediaan bagi tunas-tunas
hijau baru yang bersemi pada hangatnya hari di bulan Mei.
Kuberpikir sejenak lalu kuikuti arah pandanganku mencari tanda
kesejukan. Di seberang jalan, padang rumput menghijau. Ia berdiri tegak dan
segar seakan tak pernah diganggu oleh biota lain. Ia sesekali bergoyang
mengikrarkan hari kemenangannya, kemenangan yang sekian lama dinanti-
nantikan. Mungkin juga hijaunya membuka cahaya hidup seluruh umat, umat
yang dulu selalu mengeksploitasinya.
Cahaya hidup bagian dari kehidupan manusia. Diraihnya cahaya itu sambil
bergembira seakan terpatri di sanubari kehidupan yang cerah dalam seribu tahun.
Ramalan hidup yang dirasakan oleh anak kecil itu. Ia seperti perempuan. Pita
kuning di rambut mereka menandakan bahwa ia anak perempuan. Hatinya
gembira dan riang menatapi hidupnya yang bebas di hari esok.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Show Not Tell
Tahap-tahap proses penulisan ini diambil dari Proyek Penulisan california
(1999: 194) dan diuraikan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
(a) Persiapan
Tahap pertama yang dilakukan adalah mengelompokkan dan menulis cepat.
(b) Draft-Kasar
Tahap selanjutnya adalah mengeksplorasi dan mengembangkan gagasan.
(c) Berbagi
Seorang siswa membaca draft tersebut dan memberikan umpan balik.
(d) Memperbaiki
Dari umpan balik tersebut siswa memperbaiki tulisannya.
(e) Penyuntingan
Siswa memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tata baca.
(f) Penulisan kembali
Siswa menulis kembali karangan tadi, dengan memasukkan isi yang baru
dan perubahan-perubahan penyuntingan.
(g) Evaluasi
Siswa memeriksa apakah tugas ini sudah selesai.
3) Teknik Show Not Tell dalam Pembelajaran Menulis
Simak contoh deskripsi berikut:
Si A merasa bahwa orangtuanya tidak menyayangi dia. Dia seperti
dianaktirikan. Padahal semua saudaranya selalu disayang dan dimanja. Kenapa si
A diperlakukan secara berbeda? Dia merasa sakit hati, marah pada keluarganya.
Lalu suatu hari, secara tak sengaja dia mendapat info bahwa dia sebenarnya hanya
anak pungut. Si A merasa amat terpukul, lalu dia lari dari rumah.”
Bagi seorang penulis pemula yang masih “lugu”, yang biasanya dilakukan
pada deskripsi di atas hanyalah mengembangkan kalimat demi kalimat sehingga
tulisan yang hanya satu alinea di atas menjadi 6 atau 10 halaman sehingga tidak
ada yang didapatkan oleh pembaca selain informasi yang datar-datar saja. Tak ada
pengalaman batin, tak ada keindahan apa pun yang dirasakan oleh si pembaca.
Padahal, deskripsi identik dengan sebuah karya seni. Sebagai karya seni, deskripsi
haruslah mengandung keindahan, ia meninggalkan kesan yang mendalam di hati
pembaca.
Berbeda dengan deskripsi berikut :
Deskripsi 1:
Aku amat sakit hati, orangtuaku sepertinya tidak sayang padaku. Mereka
tak pernah peduli padaku. Aku minta dibelikan baju, jarang sekali dikabulkan.
Padahal kalau saudaraku lainnya yang minta, selalu dikabulkan. Sebel deh!
Kenapa mereka memperlakukanku secara tidak adil seperti itu?
Deskripsi 2 :
Di rumah, aku seperti orang yang terlupakan. Aku ada, tapi seolah-olah
tidak ada. Pernah ketika lebaran, ibu belanja baju-baju baru. Semua kebagian,
kecuali aku. Alasan ibu, “Wah, ibu lupa membelikan kamu. Besok ya, ibu ke
pasar lagi. Janji deh, ibu akan membelikan baju yang paling bagus buat kamu.”
Memang sih, ibu menepati janji. Tapi kejadian seperti itu bukan hanya sekali.
Kedua kakakku selalu dipeluk dengan amat erat, dengan ucapan-ucapan yang
amat membahagiakan. Tapi aku? Hanya dipeluk sekilas, lalu dilepas begitu saja.
Aku tak merasakan sensasi apapun kecuali sentuhan fisik yang membuat leherku
seperti tercekik.
Apabila disimak dan dirasakan, contoh nomor 2 terasa lebih indah dan
berkesan di hati karena penulis bukan sekadar menyampaikan fakta. Si penulis
mencoba menuliskan kalimat-kalimat yang indah, unik, asyik dibaca. Pemilihan
diksi yang tepat juga membuat deskripsi ini menjadi lebih renyah untuk dinikmati.
Ada banyak kiat yang dapat digunakan agar kita dapat menulis deskripsi
seperti itu. Salah satunya adalah dengan cara rajin membaca karya sastra yang
bermutu. Biasanya, seorang penulis akan mudah tertular oleh gaya bahasa yang
dipakai oleh penulis lain. Misalnya, bila rajin membaca novel-novel Asma Nadia,
maka gaya bahasa kamu akan seperti Asma Nadia. Setelah membaca buku
Stephen King, tiba-tiba saja gaya tulisan seperti gaya Stephen King, tanpa
disadari.
7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Teknik Show Not Tell
a. Kelebihan Pembelajaran Teknik Show Not Tell
Kelebihan dari Teknik Show Not Tell adalah pola putaran penulisan yang
dapat memberikan informasi dari pembaca dalam fase berbagi. Selain itu bisa
meminimalkan kesalahan yag muncul dalam penulisan. Kesalahan di sini berupa
ejaan, kepaduan paragraf dan struktur ide yang akan diungkapkan. Maka dengan
menerapkan Teknik ini siswa diharapkan mampu menulis sebuah karangan
dengan baik.
Ketika siswa menggunakan “menunjukkan bukan memberitahukan”,
paragraf terbentuk secara alamiah dan berkesan hidup. Hal terbaik tentang
menunjukkan bukan memberitahukan”adalah bahwa setiap siswa akan menulis
dengan deskripsi uniknya sendiri untuk masing-masing kalimat. Teknik ini juga
mempunyai banyak aplikasi, diantaranya dapat digunakan untuk karakterisasi,
efektif untuk puisi dan cerita, dan terutama sangat baik untuk menulis karangan.
b. Kekurangan Pembelajaran Teknik Show Not Tell.
Kekurangan dari Teknik Show Not Tell adalah teknik ini sedikit akan
membingungkan karena banyaknya tahapan yang harus dilalui. Akan tetapi
setelah mendapatkan perlakuan, tentu siswa akan terbiasa menggunakan Teknik
Show Not Tell.
8. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Syamsiah (dalam Hasriani, 2008: 28) memberikan batasan bahwa hasil
belajar adalah proses berpikir menyususn hubungan-hubungan antara bagian-
bagian interaksi yang telah diperoleh sebagai pengertian, karena itu orang jadi
memahami dan menguasai hubungan tersebut sehingga orang itu dapat
menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sunal (1993: 94) menyatakan bahwa: “evaluasi merupakan
proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu
program telah memenuhi kebutuhan murid”. Selain itu dengan dilakukannya
evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut atau bahkan
cara ulang bentuk mengukur tingkat penguasaan murid. Kemajuan prestasi belajar
murid tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga
sikap atau keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar murid
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diberikan kepada murid.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor internal, faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya sedangkan
Faktor eksternal faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Wasliman,(2013:12)
B. Kerangka Pikir
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai suatu materi
pelajaran dengan baik, tetapi tidak dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik. Hal ini terjadi, karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga hasil belajar yang
diperoleh murid masih rendah. Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor dari guru
dan murid. Faktor dari guru adalah model yang digunakan masih monoton,
sehingga kurang melibatkan murid dalam kegiatan pemebelajaaran. Sedangkan
faktor dari murid kurangnya percaya diri ketika menyampaikan pendapatnya pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan faktor tersebut guru
menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell yang dapat
mempengaruhi Hasil belajar Keterampilan Menulis Deskripsi pada mata
pelajaran bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Model pembelajaran Show not tell adalah strategi mempercepat
pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara bertolak dari bentuk
kalimat memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf yang
menggambarkan. Salah satu kompetensi kebahasaan yang diharapkan dikuasai
oleh murid adalah menulis. Untuk mencapai hal tersebut, seorang guru harus
menguasai dan menerapkan strategi dalam proses belajar mengajar, khususnya
pembelajaran menulis. Salah satunya adalah melalui teknik quantum learning tipe
show not tell (menunjukkan, bukan dengan memberitahukan).
Dalam penelitian ini difokuskan pada strategi show not tell (menunjukkan,
bukan dengan memberitahukan) dalam menulis karangan deskripsi. Dengan
adanya model Show Not Tell seorang guru harus merencanakan apa yang akan
dilakukan dalam mempengaruhi hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran tersebut.
Adapun bagan kerangka pikirnya yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Menulis Deskripsi
Hasil belajar menulis karangan
deskripsi dengan cara bentuk
kalimat memberitahukan,
kemudian mengubahnya menjadi
paragraf yang menggambarkan.
Pembelajaran Teknik Show
Not Tell
Tes Awal
(Pretest)
Tes Akhir
(Posttest)
Analisis
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Hasil
Ada Pengaruh Tidak Ada Pengaruh
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian serta kerangka
pikir, maka hipotesis penelitian ini ialah Ada Pengaruh Teknik Show Not Tell
terhadap hasil belajar Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
H0 : Tidak ada pengaruh Teknik Show Not Tell terhadap hasil belajar
Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
H1 : Ada pengaruh Teknik Show Not Tell terhadap hasil belajar Keterampilan
Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen dengan bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model
Pembelajaran Teknik Show Not Tell terhadap hasil belajar keterampilan menulis
Deskripsi pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini paling tidak
harus terdapat dua variabel utama yang dikaji, yakni variabel bebas dan variabel
terikat. Masalah dan kajian yang umumnya dilakukan dalam metode ini antara
lain melihat bagaimana hubungan antara varibel X dan variabel Y. Dimana
variabel X ialah model pembelajaran Teknik Show Not Tell dan variabel Y ialah
hasil belajar keterampilan menulis Deskripsi.
Menurut Sugiyono (2010: 3) bahwa: “metode penelitian diartikan sebagai
suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif atau eksperimen”.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Sebelum Perlakuan Setelah
T1 X T2
Keterangan:
X = Perlakuan
T1 = Hasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan
T2 = Hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan (Menggunakan model
Pembelajaran Teknik Show Not Tell)
2. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 61) bahwa “variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Teknik Show Not
Tell Terhadap hasil belajar Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Adapun jenis variabel yang akan diteliti antara lain:
a. Variabel X : Pengaruh Model Pembelajaran Teknik Show Not Tell
b. Variabel Y : Hasil belajar Keterampilan Menulis Deskripsi Murid Kelas V
SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Arikunto (2006: 130) menyatakan
bahwa: “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Menurut Zuriah (2007:
116) mengemukakan bahwa: “populasi merupakan seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti”. Dan menurut Sugiyono (1997: 57) memberikan pengertian
bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Jadi, populasi penelitian dapat disimpulkan sebagai subjek penelitian yang
mengenainya dapat diperoleh dari data yang dipermasalahkan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Nama Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Keterangan L P
1 Kelas 5 10 8 18 Aktif Jumlah populasi 18
(Sumber data: Papan potensi SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng TA. 2018/2019)
2. Sampel
Arikunto (2008: 117) mengatakan bahwa: “sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)” dan Sugiyono (1997: 57)
memberikan pengertian bahwa: “sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang di miliki oleh populasi”. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Sampel merupakan bagian populasi yang ingin diteliti, Sampe dianggap
sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang
diamati. Metode pengambilan sampel adalah sampling jenuh (Sugiyono,
2014:124) yaitu semua murid kelas V yang menjadi sampel.
Tabel 3.2 sampel Siswa Kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng
NO. Kelas Jumlah Peserta didik
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1. 1 Kelas 10 8 18
Jumlah keseluruhan Peserta didik Kelas V 18 Sumber data: Papan potensi SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng TA. 2016/2017).
C. Definisi Operasional Variabel
Teknik show not tell adalah teknik pembelajaran yang mempercepat
pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara bertolak dari bentuk
kalimat memberitahukan, kemudian mengembangkan menjadi paragraf yang
menunjukkan. Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
objeknya agar pembaca seakan-akan melihat, merasakan, dan mendengar apa
yang telah dilukiskan oleh penulis.
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional
didefenisikan setelah pretest (tes awal), posttest (tes akhir) serta evaluasi hasil
belajar murid sebagai berikut:
D. Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas/ partisipasi murid
tentang kehadiran murid, keaktifan murid, dan interaksi murid dalam mengikuti
proses belajar mengajar
2. Test
Test hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang
pengaruh dan penguasaan materi murid setelah proses pembelajaran berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran pada keterampilan menulis deskripsi yang
berfokus pada pembelajaran metode konvensional dan rencana pelaksanaan
pembelajaran Teknik Show Not Tell. Kedua mengenai analisis hasil keterampilan
menulis deskripsi pada metode konvensional dan Teknik Show Not Tell
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk melihat hasil belajar murid sebelum peneliti
datang. Dokumentasi nilai ini didapatkan melalui buku nilai wali kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng selama
belajar di sekolah. Nilai yang dapat diamati adalah nilai harian murid, nilai tugas,
nilai pekerjaan rumah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Dimana kedua tes ini berfokus pada
keterampilan menulis murid. Adapun langkah-langkah (prosedur) pengumpulan
data yang akan dilakukan sebagai berikut:
Tes awal (pretest) dilakukan sebelum treatment. Pretest dilakukan untuk
mengetahui kemampuan yang dimiliki murid sebelum diterapkan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell ( Menunjukkan, bukan memberitahukan).
Langkah selanjutnya yaitu pemberian perlakuan dalam hal ini peneliti
menggunakan model Teknik Show Not Tell ( Menunjukkan, bukan
memberitahukan). Terhadap hasil belajar keterampilan menulis deskripsi. Setelah
pemberian perlakuan, perlakuan selanjutnya adalah Tes akhir (Posttest) untuk
mengetahui kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell (Menunjukkan, bukan memberitahukan).
Adapun kedua tes tersebut pada pembelajaran sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan penilaian berdasarkan poin perolehan murid dimana hal ini
apabila murid menjawab benar maka poin yang di dapatkan 1 (satu) dan apabila
murid menjawab salah maka poinnya 0 (nol). Saoal tes pada penelitian ini
berbentuk paragraf deskripsi, strategi untuk mempercepat pengembangan gagasan
pada proses menulis deskripsi dengan cara bertolak dari bentuk kalimat
memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi deskripsi yang menunjukkan.
Misalnya, kalimat memberitahukan atau menggambarkan, “Ini adalah hari yang
indah, perlu diubah dengan cara menggambarkannya dalam sebuah deskripsi apa
indah itu, hari apa kejadiannya, mengapa hari itu menjadi indah.”
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan
digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa
nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua
nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan, “apakah ada perbedaan nilai yang
di dapatkan antara nilai pretest dengan nilai Posttest?”. Pengujian perbedaan nilai
hanya dilakukan terhadap rerata kedua nilai saja dan untuk keperluan itu
digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-
langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest
Posttest Design adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Statistik Deskriptif
Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses
penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan
melalui analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata (Mean)
= ∑
Sugiono ( 2016:85)
b. Persentase (%) nilai rata-rata
=
x 100%
Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Banyaknya sampel responden.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar menulis
karangan deskripsi siswa di kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng yaitu :
Tabel 3.2. Standar Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi
No. Tingkat Penguas aan
(%) Kategori Hasil Belajar
1. 0 - 59 Sangat Rendah
2. 60 - 69 Rendah
3. 70 - 79 Sedang
4. 80 - 89 Tinggi
5. 90 - 100 Sangat Tinggi
Sumber: (Penilaian belajar murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.)
2. Analisis Data Statistik Inferensial
Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik
statistik t (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut :
t=
√∑
Sugiyono (2016:56)
Keterangan:
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
D = Deviasi masing-masing subjek
∑ = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
Md=∑
Keterangan:
Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest
= Jumlah dari gain (posttest – pretest)
N = Subjek pada sampel.
b. Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus:
∑ = ∑ ∑
Keterangan :
∑ = Jumlah kuadrat deviasi
= Jumlah dari gain (posttest – pretest)
N = Subjek pada sampel
c. Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:
t =
√∑
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
D = Deviasi masing-masing subjek
∑ = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan
Kaidah pengujian signifikan :
1) Jika t Hitung> t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti
penggunaan model pembelajaran Teknik Show Not Tell berpengaruh
terhadap hasil belajar keterampilan menulis deskripsi kelas V SD
Inpres Bonto-bontoa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
2) Jika tHitung< tTabel maka Ho diterima, berarti penggunaan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell tidak berpengaruh terhadap hasil
belajar keterampilan menulis deskripsi kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Menentukan
harga t Tabeldengan Mencari t Tabel menggunakan tabel distribusi t
dengan taraf signifikan .
e. Membuat kesimpulan apakah penggunaan model pembelajaran Teknik
Show Not Tell berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan menulis
deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pretest Keterampilan Menulis Deskripsi Kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng, Kec.Lilirilau, Kab.Soppeng. Sebelum Menggunakan
Model Pembelajaran Teknik Show Not Tell.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 189
Bukit baringeng, Kec.Lilirilau, Kab.Soppeng. mulai tanggal 06 Juli – 06
September 2019, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen
tes sehingga dapat diketahui hasil belajar murid berupa nilai dari murid kelas V
SD Negeri 189 Bukit Baringeng.
Data hasil belajar murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng dapat
diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.1 Skor dan Nilai Pre-Test
No
.
Kode
Sampel
(Kode
Nama
Murid)
Aspek Penilaian Jumlah
Isi
Paragraf
(0-20)
Organisasi
Karangan
(0-20)
Penggunaan
Bahasa
(Kalimat
Efektif)
(0-20)
Diksi
(0-20)
Penggunaan
Ejaan dan
Tanda Baca
(0-20)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. 01 15 10 10 10 10 55
2. 02 20 10 20 10 10 70
3. 03 20 15 15 15 10 75
4. 04 10 10 5 5 10 40
5. 05 15 10 10 10 10 55
6. 06 20 15 20 10 20 85
No
.
Kode
Sampel
(Kode
Nama
Murid)
Aspek Penilaian Jumlah
Isi
Paragraf
(0-20)
Organisasi
Karangan
(0-20)
Penggunaan
Bahasa
(Kalimat
Efektif)
(0-20)
Diksi
(0-20)
Penggunaan
Ejaan dan
Tanda Baca
(0-20)
1 2 3 4 5 6 7 8
7. 07 20 20 10 15 20 85
8. 08 20 10 20 10 15 65
9. 09 20 20 15 15 20 90
10. 010 20 15 15 15 20 85
11. 011 15 10 5 10 10 50
12. 012 10 10 10 10 10 50
13. 013 5 5 5 5 10 30
14. 014 10 10 10 10 15 55
15. 015 5 5 5 10 10 35
16. 016 10 10 10 15 20 65
17. 017 10 10 10 10 10 50
18. 018 15 10 10 10 10 55
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari murid kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng, Kec.Lilirilau, Kab.Soppeng dapat dilihat melalui tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2 Perhitungan untuk mencari mean ( rata – rata )
nilai pretest
X F F.X
40 1 40
50 3 150
55 4 220
60 3 180
70 2 140
75 2 150
80 1 80
85 2 170
Jumlah 18 1130
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1130, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 18. Oleh karena itu dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
= ∑
18
1130
=62,77
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar
keterampilan menulis karangan deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng, sebelum menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell
62,77. Adapun dikategorikan pada pedoman Kurikulum K13 SD Negeri 189 Bukit
Baringeng, maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Tingkat Penguasaan Materi Pre-Test
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori hasil belajar
1 0 - 59 8 44,44 Sangat rendah
2 60 - 69 3 16,67 Rendah
3 70 - 79 4 22,22 Sedang
4 80 - 89 1 5,56 Tinggi
5 90 - 100 2 11,11 Sangat tinggi
Jumlah 18 100
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap pretest dengan menggunakan
instrumen test dikategorikan sangat rendah yaitu 44,44%, rendah 16,67%, sedang
22,22%, tinggi 5,56% dan sangat tingggi berada pada presentase 11,11%. Melihat
dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan murid
dalam memahami serta penguasaan materi menulis karangan deskripsi sebelum
menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell tergolong sangat
rendah.
Tabel 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Deskripsi
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 69 Tidak tuntas 11 61,11
70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 7 38,89
Jumlah 18 100
Apabila Tabel 4.3 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar
keterampilan menulis deskripsi murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika
jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (70) 61,11%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi
murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten
Soppen, belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal dimana
murid yang tuntas hanya 38,89%.
2. Hasil Belajar (posttest) Keterampilan Menulis Deskripsi Murid kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng Setelah Menggunakan Model Pembelajaran
Teknik Show Not Tell.
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah
diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya
diperoleh setelah diberikan post-test. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data
berikut ini :
Data hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi murid kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng. Setelah menggunakan model pembelajaran Teknik
Show Not Tell :
Tabel 4.5 Skor Nilai Post-Test
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid kelas V SD
Negeri 189 Bukit Baringeng :
No
.
Kode
Sampel
(Kode
Nama
Murid)
Aspek Penilaian Jumlah
Isi
Paragraf
(0-20)
Organisasi
Karangan
(0-20)
Penggunaan
Bahasa
(Kalimat
Efektif)
(0-20)
Diksi
(0-20)
Penggunaan
Ejaan dan
Tanda Baca
(0-20)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. 01 20 20 10 15 15 80
2. 02 20 10 20 15 15 80
3. 03 10 10 20 10 20 70
4. 04 15 15 10 10 20 70
5. 05 15 15 15 15 20 80
6. 06 20 20 20 20 20 100
7. 07 20 20 20 20 20 100
8. 08 20 15 15 15 20 85
9. 09 20 20 20 20 20 100
10. 010 20 15 15 15 20 85
11. 011 20 20 20 20 20 100
12. 012 15 15 10 10 20 70
13. 013 15 20 15 15 15 80
14. 014 15 15 10 15 15 70
15. 015 15 15 10 15 20 85
16. 016 10 15 10 15 15 75
17. 017 15 15 10 10 10 60
18. 018 15 15 15 15 15 75
Tabel 4.6 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata)
nilai Post-Test
X F F.X
60 1 60
65 - 0
70 4 280
75 2 150
80 4 320
85 3 255
100 4 400
Jumlah 18 1465
Dari data hasil post-test di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ =
1465 dan nilai dari N sendiri adalah 18. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
= ∑
= 81,39
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil
belajar keterampilan menulis deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng, setelah menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell yaitu
81,39 dari skor ideal 100. Adapun di kategorikan pada pedoman Kurikulum K13
SD Negeri 189 Bukit Baringeng, maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.7 Tingkat Penguasaan Materi Post-Test
18
1465
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori hasil belajar
1 0 - 59 - 0,00 Sangat rendah
2 60 - 69 1 5,56 Rendah
3 70 - 79 6 33,33 Sedang
4 80 - 89 7 38,89 Tinggi
5 90 - 100 4 22,22 Sangat tinggi
Jumlah 18 100
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pada tahap post-test dengan menggunakan
instrumen test dikategorikan sangat tinggi yaitu 22,22%, tinggi 38,89%, sedang
33,33%, rendah 5,56%, dan sangat rendah berada pada presentase 0,00%. Melihat
dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan murid
dalam memahami serta penguasaan materi keterampilan menulis karangan
deskripsi setelah menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell
tergolong tinggi.
Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Deskripsi
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 69 Tidak tuntas 1 5,56
70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 17 94,44
Jumlah 18 100
Apabila Tabel 4.7 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang
mencapai atau melebihi nilai KKM (70) 5,56%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar keterampilan menulis deskripsi murid kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau kabupaten Soppeng telah memenuhi kriteria
ketuntasan hasil belajar secara klasikal dimana murid yang tuntas adalah 94,44%.
3. Deskripsi Hasil Pretest Posstest Siswa Kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng.
A. Hasil Pretest
Berdasarkan data hasil belajar pretest murid kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Pretest Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng
Nama siswa Pre-test
01 55
02 70
03 75
04 40
05 55
06 85
07 85
08 65
09 90
010 85
011 50
012 50
013 30
Dari data hasil pre-test diatas dapat diketahuibahwa nilai dari
fx 1095 dan nilai N sendiri adalah 18. Kemudian dapat diperoleh
nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:
= ∑
18
1095
= 60,83
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai rata-rata dari
hasil belajar murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng sebelum
penerapan model pembelajaran Teknik show Not Tell yaitu 60,83.
B. Hasil Post-test
Berdasarkan data hasil belajar pretest murid kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng dapat diketahui sebagai berikut:
014 55
015 35
016 65
017 50
018 55
Jumlah 1095
Tabel 4.10 Hasil Pretest Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng
Dari data hasil post-test diatas dapat diketahuibahwa nilai dari fx 1460
dan nilai N sendiri adalah 18. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata (mean)
sebagai berikut:
= ∑
80
1465
= 81,38
Nama siswa Post-test
01 80
02 80
03 70
04 70
05 80
06 100
07 100
08 85
09 100
010 85
011 100
012 70
013 80
014 70
015 85
016 75
017 60
018 75
Jumlah 1465
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai rata-rata dari
hasil belajar murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng setelah
penerapan model pembelajaran Teknik Show Not Tell yaitu 81,38.
4. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Teknik Show Not Tell
Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Menulis Deskripsi Murid kelas V
SD Negeri 189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “penggunaan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell memiliki pengaruh terhadap keterampilan
menulis deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng, Kec.Lilirilau,
Kab.Soppeng”. maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut
adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.
Tabel 4.11 Analisis skor Pre-test dan Post-test
No X1 (Pre-test) X2 (Post-test) d = X2 - X1 d²
1 55 80 25 625
2 70 80 10 100
3 75 70 -5 25
4 40 70 30 900
5 55 80 25 625
6 85 100 15 225
7 85 100 15 225
8 65 85 20 400
9 90 100 10 100
10 85 85 0 0
11 50 100 50 2500
12 50 70 20 400
13 30 80 50 2500
14 55 70 15 225
15 35 85 50 2500
16 65 75 10 100
17 50 60 10 100
18 55 75 20 400
Jum 1095 1465 830 24250
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
Md= ∑
= 14,94
2. Mencari harga “∑ ” dengan menggunakan rumus:
∑ = ∑ ∑
= 24250 - 18
)830( 2
= 24250 - 18
688900
= 24250 - 38272,22
= 14022,22
3. Menentukan Nilai t Hitung :
t =
√∑
18
830
t =
)118(18
22,14022
94,14
t =
306
22,14022
94,14
t = 82,45
94,14
t = 76,6
94,14
t = 2,21
4. Menentukan Nilai t Tabel
Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan
taraf signifikan = 18 – 1 = 17 maka diperoleh t
0,05 = 2,110
Setelah diperoleh tHitung = 2,21 dan tTabel = 2,110 maka diperoleh
tHitung > tTabel atau 2,21 > 2,110. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima. Ini berarti bahwa penggunaan model pembelajaran Teknik
Show Not Tell berpengaruh terhadap keterampilan menulis deskripsi.
B. Pembahasan
Dari hasil pengelolaan data diatas dapat dianalisa bahwa model
pembelajaran Teknik Show Not Tell mempunyai pengaruh yang positif terhadap
hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil analisis
statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t, diketahui bahwa nilai thitung
= 2,21. Dengan frekuensi (dk) sebesar 18 - 1 = 17, pada taraf signifikansi 0,05%
diperoleh ttabel = 2,100. Oleh karena thitung ttabel pada taraf signifikansi 0,05, maka
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1) diterima yang berarti
bahwa penggunaan model pembelajaran Teknik Show Not Tell mempengaruhi
keterampilan menulis karangan deskripsi murid kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Hasil pengujian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu,
diantaranya adalah hasil penelitian Muhammad Asriawan tahun 2011 yang
mengatakan bahwa terdapat peningkatan terhadap keaktifan belajar matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell semakin aktif
murid maka akan semakin tinggi hasil belajar murid. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Wirdya Wanty Nawir tahun 2015 yang mengatakan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Debat terhadap keterampilan menulis
murid. Dalam penerapan model ini dapat membangkitkan minat dan motivasi
murid untuk belajar maka semakin tinggi motivasi murid maka semakin tinggi
prestasi belajar murid terutama dalam menulis karangan deskripsi.
Hasil analisis diatas yang menunjukkan adanya pengaruh penggunaan
model pembelajaran Teknik Show Not Tell terhadap keterampilan menulis
karangan deskripsi, sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan. Berdasarkan
hasil observasi terdapat perubahan pada murid dimana pada awal kegiatan
pembelajaran ada beberapa murid yang melakukan kegiatan lain atau bersikap
cuek selama pembelajaran berlangsung Pada awal pertemuan, hanya sedikit murid
yang aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Akan tetapi sejalan dengan
digunakannya model pembelajaran Teknik Show Not Tell murid mulai aktif pada
setiap pertemuan.
Hasil observasi menunjukkan banyaknya jumlah murid yang menjawab
pada saat diajukan pertanyaan dan murid yang mengajukan diri untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh temannya. Murid juga mulai aktif dan
percaya diri untuk menanggapi jawaban dari murid lain sehingga murid yang lain
ikut termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran yang
menyenangkan membuat murid tidak lagi keluar masuk pada saat pembelajaran
berlangsung. Dengan itu model pembelajaran Teknik Show Not Tell
dikembangkan oleh Rebekah Caplan (dalam De Porter dan Henacki, 2007:19) dan
Hernowo (2003:11). Show not tell adalah strategi mempercepat pengembangan
gagasan pada proses menulis dengan cara bertolak dari bentuk kalimat
memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf yang
menggambarkan. Misalnya, kalimat memberitahukan, kini adalah hari yang indah,
perlu diubah dengan cara menggambarkannya dalam sebuah paragraf apa indah
itu, hari apa kejadiannya, mengapa hari itu menjadi indah, sehingga gambaran
uniknya “Ini adalah hari yang indah” yang digambarkan pada paragraf.
Pengembangan strategi show not tell menurut De Porter (2007:50) dimulai
dari mendaftar kalimat berita sebagal berikut:
1) Untuk memunculkan kelompok kalimat memberitahukan pada pramenulis
dilakukan dengan cara meminta murid membuat daftar (De Porter dan
Henacki, 2007:50). Daftar yang dimaksud adalah daftar kalimat
memberitahukan, misalnya murid membuat daftar kalimat tentang hal-hal yang
menarik waktu berkunjung ke rumah nenek. Daftar kalimat memberitahukan
yang akan muncul dari murid, misalnya:
Saya bertemu nenek
Di rumah nenek ada pohon mangga Banyak ayamnya
2) Mengubah kalimat-kalimat memberitahukan menjadi paragraf menggambarkan
berdasar daftar kalimat memberitahukan yang telah ditetapkan dan dibantu
dengan pertanyaan, “Apa yang menarik waktu bertemu nenek; dan pohon
mangga di rumah nenek; ayam yang banyak dan kapan kejadiannya.”
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang
diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Teknik Show Not Tell memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar keterampilan menulis deskripsi murid kelas V SD Negeri
189 Bukit Baringeng Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, disimpulkan hasil penelitian ini, yaitu:
Perencanaan pembelajaran kemampuan menulis karangan deskripsi dengan
model pembelajaran teknik show not tell murid kelas V SD Negeri 189 Bukit
Baringeng, disusun dengan terlebih dahulu menelaah kurikulum, mempelajari
bahan yang diajarkan dari berbagai sumber, membuat rencana pembelajaran
(RPP) untuk enam kali pertemuan, menyediakan sarana pendukung yang
diperlukan (daftar penglaman) yang akan diajukan kepada siswa sebagai bahan
menulis deskripsi), membuat lembar observasi untuk keaktifan murid pada saat
proses belajar mengajar, serta menyusun soal sebagai alat evaluasi.
Peaksanaan pembelajaran kemampuan menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan model teknik show not tell murid kelas V Negeri 189 Bukit
Baringeng, dilaksanakan enam kali pertemuan dengan tahap sebagai berikut:
tahap pramenulis (pengajuan masalah tentang pengalaman, perumusan
pengalaman melalui strategi show not tell, dan penyusunan kerangka karangan
berdasarkan pengalaman), tahap selanjutnya adalah tahap menulis, yakni
penuangan dan pengembangan gagasan dalam bentuk karangan berdasarkan
kerangka dan pascamenulis, yakni tahap perevisian dan penyuntingan karangan.
Penerapan model pembelajaran Teknik Show Not Tell berpengaruh terhadap
hasil menulis karangan deskripsi. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum
menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell tergolong rendah dan
setelah menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell tinggi.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Teknik Show Not Tell memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar menulis karangan deskripsi murid kelas V SD Negeri 189
Bukit Baringeng, setelah diperoleh tHitung= 9,38 dan tTabel = 2,166 maka diperoleh
tHitung > tTabel atau 9,38 > 2,166.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang berkaitan hasil penelitian penggunaan model
pembelajaran Teknik Show Not Tell yang mempengaruhi hasil belajar menulis
karangan deskripsi kelas V SD Negeri 189 Bukit Baringeng, maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada para pendidik khususnya guru SD Negeri 189 Bukit Baringeng,
disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Teknik Show Not Tell
dalam pembelajarannya agar dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa
untuk belajar.
2. Kepada Peneliti, diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran
Teknik Show Not Tell ini pada mata pelajaran lain demi tercapainya tujuan
yang diharapkan.
3. Kepada calon Peneliti, akan dapat mengembangkan model pembelajaran
Teknik Show Not Tell ini serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara
mengkaji terlebih dahulu dan mampu mengadakan penelitian yang lebih
sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyono Agus, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Akhadiah Sabarti dkk. 2008. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ambo Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Arends, 2006. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktora Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (BSNP, 2006:81). Standar Bahasa Indonesia
Bern dan Ericson. (2001:5). Cooperatif learning, (online),
(http//id.wikipedia.org/wiki/ diakses 17 Januari 2017).
Brotowijoyo, Mukayat D., 2002. Penulisan Karangan Ilmiah Edisi Revisi.
Jakarta: Akademia Pressindo.
Darmadi, Kaswan. 2006. Meningkatkan Kemampuan Menulis Panduan untuk
Mahasiswa dan Calon Guru. Yogyakarta: Andi.
De Porter, Bobby dan Hernacki. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. New York: KAIFA.
De Porter, Bobby dkk. 2001. Quantum Teaching. New York: KAIFA.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Finoza. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Hanafiah, Nanang. dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT
Refika Aditama. Bandung.
Hasbullah, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(cet.II; Jakarta: PT. Rajagravindo
Persada )
Hasbullah, 2005. Imu Pendidikan. Jakarta: Edisi Revisi PT. Raja Gravindo.
Persada.
Hasriani, 2008. Kemampuan Menulis Anak. Semarang: Balai Pustaka .
Henacki, 2007. Quantum Learning, Bandung: Kaifa.
Hernowo. 2003. Quantum Writing. Cara Cepat dan Bermanfaat untuk
Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Misan Learning
Center.
Junus, Andi Muhammad. 2002. Keterampilan Menulis. Makassar: Badan Penerbit
UNM.
Keraf, Gorys. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia II. Petunjuk Guru Bahasa
Indonesia SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 2007. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, NTT: Nusa Indah,
Flores.
Keraf, Gorys. 2005. Argumentasi dan Deskripsi. Jakarta: Gramedia.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Diterjemahkan oleh Tjejep
Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Mirriam, Caryn. 2006. Daripada Bete Nulis Aja. Bandung: KAIFA.
Natia, I.K. 2016. Bimbingan Mengarang. Surabaya: Arkola.
Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Parera, Daniel Jos. 2005. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga.
Slavin, 2008. Cooperatif Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media.
Sugiono, (2010: 64). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta.
Sugiono, (2016: 85). Sistematik Kualiatif. Bandung: Alfabeta
Sugiono, (2016: 56). Sistematik Kualiatif. Bandung: Alfabeta
Suherman, (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Tebuka.
Sunal, (2011: 94). Cooperatif Learning, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Taringan, Henry Guntur. 2005. Prinsip-prinsip dasar sastra. Bandung: angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Sutau Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Tolla, Achmad dan Marlan Hartini. 1992. “Retorika Menulis Murid Kelas II SMA
Negeri Kota Madya Ujung Pandang”. Laporan Penelitian. Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3.Tujuan Pendidikan.
Wasliman, (2013). Bahasa Indonesia dengan benar. Jakarta : PT. Priastu.
Widjono H.S, 2005. Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Zigmund (1997:112) . (online) (http://www.asikbelajar.com) Tanggal 25 Januari
2017 Pukul 14:44 Wita.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V / I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Menulis
4. mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara
tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.
B. Kompetensi Dasar
4.1.menuliskan karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan
kata dan penggunaan ejaan.
C. Indikator
4.1.1 Mampu menyusun kerangka karangan yang di dapat dari pengalaman.
4.1.2 Mampu mengembangkan kerangka karangan dari pengalaman.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Menyusun karangan sesuai dengan pengalaman
b. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin, kerja sama, rasa ingin tahu ,
mandiri dan tanggung jawab.
E. Materi Ajar
Penulisan karangan.
F. Metode Pembelajaran
Pemberian Tugas
ceramah
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal ( 10 menit )
Salam pembuka, presensi, dan doa.
Menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. (disiplin)
Apersepsi : Guru menanyakan pada siswa : “ Siapa yang pernah menulis
sebuah karangan?” (eksplorasi)
Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari (eksplorasi) / (rasa ingin
tahu)
- Siapa yang tahu langkah – langkah dalam menyusun kerangka karangan?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 50 menit )
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai langkah – langkah menyusun
kerangka karangan. (eksplorasi) / (rasa ingin tahu,kerjasama).
Guru menyajikan sebuah karangan yang berjudul “ Perawatan Akibat Thypus
”. (konfirmasi).
Siswa mendengarkan karangan yang dibacakan guru. (elaborasi) / (disiplin,
tanggung jawab).
Siswa menyusun kerangka karangan dari teks bacaan yang didengar.
(elaborasi) / (mandiri, rasa ingin tahu).
Guru membagikan karangan yang masih diacak kalimatnya pada setiap
kelompok.
Siswa menyusun kalimat acak menjadi karangan yang utuh dan runtut dalam
kegiatan kerja kelompok. (elaborasi) / (rasa ingin tahu. Kerjasama).
Siswa membacakan hasil kerja kelompok. (elaborasi) / (disiplin, mandiri,
tanggung jawab).
Siswa menyusun kerangka karangan kemudian mengembangkan kerangka
karangan tersebut menjadi karangan yang utuh.(elaborasi) / (disiplin,
tanggung jawab).
Guru melakukan umpan balik positif , meluruskan kesalahpahaman
(konfirmasi).
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
(konfirmasi) / (tanggung jawab, kerjasama)
Kegiatan Penutup (10 menit).
Siswa dan guru menyimpulkan cara menyusun kerangka karangan dan
mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh.
Motivasi dan salam penutup.
H. Alat / Bahan dan Sumber Belajar
Media : teks contoh karangan
Papan tulis, Spidol, penghapus papan tulis.
Buku BSE Bahasa Indonesia kelas IV SD/MI.
Umri Nur’aini & Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Untuk SD dan MI Kelas
V. Halaman 35 – 37. Penerbit : Depdiknas.
Teks karangan “Perawatan Akibat Thypus ”
Lembar penilaian.
I. Penilaian
a. Prosedur : Tes Akhir.
b. Jenis : Tes Tertulis.
c. Alat tes : Soal, kunci jawaban, kriteria penilaian.
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
/soal
Menyusun
kerangka karangan.
Mengembangkan
kerangka karangan
yang telah disusun
Tugas individu Tugas unjuk
rasa
Tes tertulis
Dengarkan karangan
yang berjudul
“Perawatan Akibat
Thypus ” kemudian
buatlah kerangka
karangannya !
Buatlah kerangka
karangan kemudian
kembangkan kerangka
menjadi karangan
yang utuh.
karangan tersebut
dengan kalimat sendiri
menjadi karangan utuh.
Catatan :
Nilai = Jumlah skor x 10
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
remedial.
Watansoppeng , Juli 2019
Menyetujui
Guru Kelas IV Mahasiswa
NURFAHMI, S.Pd RINA MASRIANA
NIM. 10540969615
Mengetahui
Kepala Sekolah
ROSMINI, S.Pd
NIP. 19700401 199501 2002
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SD Negeri 189 Bukit Baringeng
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V / I
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
G. Standar Kompetensi
Menulis
5. mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara
tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.
H. Kompetensi Dasar
4.2.menuliskan karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan
kata dan penggunaan ejaan.
I. Indikator
4.1.3 Mampu menulis kerangka karangan yang di dapat dari pengalaman.
4.1.4 Mampu mengembangkan kerangka karangan dari pengalaman.
J. Tujuan Pembelajaran
c. Menulis karangan sesuai dengan pengalaman
d. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin, kerja sama, rasa ingin tahu ,
mandiri dan tanggung jawab.
K. Materi Ajar
Penulisan karangan.
L. Metode Pembelajaran
Pemberian Tugas
ceramah
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal ( 10 menit )
Salam pembuka, presensi, dan doa.
Menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. (disiplin)
Apersepsi : Guru menanyakan pada siswa : “ Siapa yang pernah menulis
sebuah karangan?” (eksplorasi)
Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari (eksplorasi) / (rasa ingin
tahu)
- Siapa yang tahu langkah – langkah dalam menyusun kerangka karangan?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 50 menit )
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai langkah – langkah menyusun
kerangka karangan. (eksplorasi) / (rasa ingin tahu,kerjasama).
Guru menyajikan sebuah karangan yang berjudul “ Perawatan Akibat Thypus
”. (konfirmasi).
Siswa mendengarkan karangan yang dibacakan guru. (elaborasi) / (disiplin,
tanggung jawab).
Siswa menyusun kerangka karangan dari teks bacaan yang didengar.
(elaborasi) / (mandiri, rasa ingin tahu).
Guru membagikan karangan yang masih diacak kalimatnya pada setiap
kelompok.
Siswa menyusun kalimat acak menjadi karangan yang utuh dan runtut dalam
kegiatan kerja kelompok. (elaborasi) / (rasa ingin tahu. Kerjasama).
Siswa membacakan hasil kerja kelompok. (elaborasi) / (disiplin, mandiri,
tanggung jawab).
Siswa menyusun kerangka karangan kemudian mengembangkan kerangka
karangan tersebut menjadi karangan yang utuh.(elaborasi) / (disiplin,
tanggung jawab).
Guru melakukan umpan balik positif , meluruskan kesalahpahaman
(konfirmasi).
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
(konfirmasi) / (tanggung jawab, kerjasama)
Kegiatan Penutup (10 menit).
Siswa dan guru menyimpulkan cara menyusun kerangka karangan dan
mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh.
Motivasi dan salam penutup.
H. Alat / Bahan dan Sumber Belajar
Media : teks contoh karangan
Papan tulis, Spidol, penghapus papan tulis.
Buku BSE Bahasa Indonesia kelas IV SD/MI.
Umri Nur’aini & Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Untuk SD dan MI Kelas
V. Halaman 35 – 37. Penerbit : Depdiknas.
Teks karangan “Perawatan Akibat Thypus ”
Lembar penilaian.
I. Penilaian
a. Prosedur : Tes Akhir.
b. Jenis : Tes Tertulis.
c. Alat tes : Soal, kunci jawaban, kriteria penilaian.
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
/soal
Menyusun
kerangka karangan.
Mengembangkan
kerangka karangan
yang telah disusun
Tugas individu Tugas unjuk
rasa
Tes tertulis
Dengarkan karangan
yang berjudul
“Perawatan Akibat
Thypus ” kemudian
buatlah kerangka
karangannya !
Buatlah kerangka
karangan kemudian
kembangkan kerangka
menjadi karangan
yang utuh.
karangan tersebut
dengan kalimat sendiri
menjadi karangan utuh.
Catatan :
Nilai = Jumlah skor x 10
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
remedial.
Watansoppeng , Juli 2019
Menyetujui
Guru Kelas IV Mahasiswa
NURFAHMI, S.Pd RINA MASRIANA
NIM. 10540969615
Mengetahui
Kepala Sekolah
ROSMINI, S.Pd
NIP. 19700401 199501 2002
Rubrik penilaian karangan deskripsi
Aspek yang dinilai Skor maksimal
1. Isi karangan
2. Organisasi karangan
3. Penggunaan bahasa
4. Pilihan kata
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca
20
20
20
20
20
Pedoman penilaian karangan deskripsi Nurgiyantoro (2005:441)
Skor penilaian :
1. Isi karangan dengan penilaian: (skor 20)
a. Kesesuaian isi karangan sehingga bermakna, menarik, tepat. jalan pikiran
baik (skor 20);
b. Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak
pengulangan (skor 15);
c. Pengembangan kurang relevan dengan isi karangan (skor 10);
d. Karangan tidak relevan dengan isi karangan yang diminta (skor 5);
2. Organisasi karangan (skor 20)
a. Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi
meyakinkan, alur karangan mudah diikuti, skor (20);
b. Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi agak berbelit-belit (skor
15);
c. Ada usaha menyusun paragraf dengan baik tetapi batas ide tiap paragraf
tidak jelas (skor 10);
d. Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami (skor 5);
3. Penggunaan bahasa, (skor 20)
a. Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata bahasa (skor
20);
b. Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan tata bahasa
menyebabkan kalimat menjadi rancu (skor 15);
c. Kesalahan bahasa yang cukup prinsip yang menyebabkan kalimat tidak
gramatikal (skor 10);
d. Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami (skor 5);
4. Pilihan Kata, (skor 20)
a. Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda (skor 20);
b. Kata jelas tetapi kurang tepat penggunaannya ,(skor 15);
c. Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya, (skor 10);
d. Banyak kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami, (skor 5);
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (20)
a. Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik sekali, penulisan suku kata
semuanya benar, (skor 20);
b. Ada kesalahan ejaan dan tanda baca, (skor 15);
c. Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi masih dapat dipahami, (skor
10);
d. Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali, (skor 5);
NAMA :
KELAS :
ALOKASI WAKTU : 2 x 35 menit
BUATLAH KARANGAN DESKRIPSI TENTANG RUANG KELAS !
*KUNCI JAWABAN
Ruang Kelasku
Kelas kami, kelas V dinobatkan sebagai kelas terbaik tahun ini oleh sekolah. Hal
ini dikarenakan kelas kami rapi dan bersih. Hampir tidak ada satupun sampah
yang berserakan baik dilantai maupun didalam laci meja. Semua meja dan kursi
tersusun dengan sejajar dan menghadap dua buah papan tulis yang ada di depan.
Kami juga menyusun sepatu-sepatu di rak yang ada didepan kelas.
Selain bersih dan rapi, kelas kami pun sangat lengkap. Kami memiliki dua buah
lemari yang ada didepan dan di belakang meja siswa. Selain itu, kami juga
memiliki dispenser yang diletakkan di samping meja guru.
Kami juga menempelkan berbagai macam gambar pahlawan dan kata-kata
motivasi di dinding-dinding kelas. Bahkan kami juga memiliki kebun bunga yang
ada di depan kelas. Kebun itu kami tanami dengan berbagai macam bunga yang
indah.
Karena bersih, rapi dan lengkap kelas kami menjadi sangat nyaman sehingga
membuat kami konsentrasi dalam belajar. Selain kami, guru-guru yang mengajar
kami pun ikut merasakan hal yang sama. Oleh karena itu, kelas kami dinobatkan
sebagai kelas terbaik oleh pihak sekolah.
NAMA : KELAS : ALOKASI WAKTU : 2 x 35 menit BUATLAH KARANGAN DESKRIPSI TENTANG HALAMAN RUMAH!
*KUNCI JAWABAN
Lingkungan Rumahku Rumahku adalah rumah mungil di depan mushola. Dengan warna cat hijau muda
membuat rumah itu terlihat sejuk dipandang mata. Halaman sempit didepan
rumah penuh dengan tanaman yang ditanam di pipa. Setiap tanaman tumbuh
subur, bahkan tanaman cabe sudah berbuah banyak.
Rumahku terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 kamar santai, dapur, dan 1
kamar mandi. Di ruang tamu hanya berisi karpet sebagai alas duduk dan rak buku
SOAL POSTEST
SOAL PRETEST
yang terpasang di dinding. Semua brang yang ada di rumah selalu tertata rapi.
Lantai keramik berwarna putih membuat rumah mungil ini menjadi nampak luas.
Barisan bunga dan pepohonan membuat rumah terlihat sejuk dan rindang,di kebun
belakang rumah terlihat berbagai jenis pepohonan, seperti pohon mangga,dan
pohon rambutan. Jika berbuah pasti banyak teman yang datang untuk
mencicipinya.
RIWAYAT HIDUP
Rina Masriana Lahir di Mallanroe pada tanggal 27
Oktober 1996 di Desa Maccile Kecamatan Lalabata
Kabupaten Soppeng. Anak pertama dari tiga bersaudara
buah hati dari pasangan Ayahanda Hasanuddin dan
Ibunda Rohani, Sekarang bertempat tinggal Desa
Maccile Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng.
Pendidikan yang penulis tempuh di RA Perwanida 3 Mallanroe Desa Maccile
Kec. Lalabata (2002-2003), SD 9 Mallanroe Kab. Soppeng (2003-2009), SMP
Negeri 3 Watansoppeng Kab. Soppeng (2009-2012), SMA Negeri 1 Soppeng
Kabupaten Soppeng (2012-2015). Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pengalaman organisasi
penulis, HMJ Pendidikan Guru Sekolah Dasar periode 2016/2017.