skripsi sout

Upload: dedhy-hendriadi

Post on 17-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belajar bagi sebagian besar siswa dari tingkat dasar sampai menengah telah menjadi momok yang sangat menakutkan, bahkan phobia matematika telah mendarah daging pada diri sebagian besar siswa di Indonesia, sehingga wajar jika prestasi matematika siswa Indonesia berada di level yang rendah diantara Negara-negara asia lainya. Menurut data UNESCO dari hasil penelitian yang dilakukan oleh TIMMS (Trends in Internasional Mathematics and Science Studi) pada tahun 1999 (http://duniaguru.com) bahwa prestasi matemtika siswa Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang di survei. Berdasarkan penelitian yang juga dilakukan oleh TIMMS yang dipublikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 ja. Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh dibawah kedua Negara tersebut, prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 ( 400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut ). Artinya waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Hal ini karena, seperti yang diungkapkan Frederick K. S. Leung peneliti dari TIMMS pembelajaran matematika disekolah Indonesia masih menerapakan

metode klasik yaitu ceramah dan latihan, dimana sebagian besar soal soal yang diberikan kepada siswa lebih banyak soal yang diekspresikan dalam bahasa dan symbol matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realiatas kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa sering sekali meras bosan dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa. B. Identifikasi Masalah Dari uraian masalah diatas maka ada beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi diantaranya adlah sebagai berikut : 1. Bagaimana motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika? 3. Kemampuan komunikasi apa saja yang didapat siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 4. Apakah ada peningkatan hasil belajar setelah siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 5. Bagaimana interaksi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 6. Apakah ada peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 7. Kemampuan apa saja yang didapat siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

C. Batasan Masalah Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap berbagai masalah yang sudah di identifikasi, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan menjadi sasaran dan focus kajian dalam peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek Peneliti Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 1 Lape tahun pembelajaran 2012/2013 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pengaruhnya meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi belajar matematika Siswa kelas VII SMPN 1 Lape, kemampuan komunikasi ini meliputi kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan, memahami orang lain, memberikan dukungan serta kemampuan mengungkapkan diri pada orang lain, sedangkan prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VII SMPN 1 Lape yaitu hasil tes akademik untuk pokok bahasan tentang himpunan.

D. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan menjadi focus kajian dalam penelitian ini, yakni:

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas VII SMPN 1 Lape? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMPN 1 Lape?

E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakasanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas VII SMPN 1 Lape. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMPN 1 Lape. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa memiliki pengalaman belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga bisa meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi belajar siswa. 2. Guru Sebagai bahan referensi bagi guru untuk meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar siswa menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

3. Sekolah Untuk menngkatkan mutu sekolah dari segi peningkatan prestasi akademik siswa dalam pelajaran matematika. 4. Peneliti a. Sebagai pengalaman dalam mencari dan menerapkan model-model pembelajaran kontemporer untuk meningkatkan kebemaknaan proses pembelajaran matematika ketika nanti menjadi guru. b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban akhir sebagai mahasiswa

pendidikan matemetika yakni menyelesaikan tugas akhir (skripsi) pada Program Studi Pendidikan Matematika di STKIP Hamzanwadi 5. STKIP Hamzanwadi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pustaka bagi mahasiswa STKIP Hamzanwadi yang ingin melakukan penelitian mengenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Belajar Salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha

mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah. Keharusan belajar sepanjang hayat sudah disepakati para pakar jauh sebelum itu, Islam adalah agama pertama yang merekomendasikan belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abdul Barr: Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Dan ditegaskan lagi oleh hadis riwayat Bukhari-muslim yakni: Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar. Urgensi belajar bagi manusia juga ditunjukkan Allah, yakni surat yang pertama (Al-Alaq: 1-5) yang diturunkan kepada Rasulullah SAW tidak berisi perintah syariat yang lain tapi berisi tentang perintah untuk membaca Bacalah dengan nama Tuhan mu Ynag menciptakan (AlAlaq:1). Ini menunjukkan bahwa hal pertama yang harus dilakukan oleh

masing masing individu adalah belajar untuk mencapai kesempurnaan menjadi seorang manusia yang berpikir. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Pentingnya interaksi dalam proses belajar mengajar di kelas tegaskan pula dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu linkungan belajar. Model pembelajaran yang dalam praktiknya mengharuskan adanya interaksi yang intensif untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah belajar secara kelompok atau dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menurut jonhson dalam Supriyadi (1995) merupakan metode pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar. Dengan adanya kerjasama tersebut akan terbentuk suatu pengaruh sosial, dimana pengaruh ini akan membawa masing-masing anggota dalam kelompok untuk memahami materi yang sedang dipelajari melalui proses kooperatif. Pengaruh sosial tersebut menurut Kelman dalam Krismanto (2003) adalah (1) pengaruh itu dapat diterima seorang karena ia berharap untuk menerimanya, (2) keinginan untuk mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya, (3) karena pengaruh itu

kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat di kembangkan. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Seperti yang di ungkap oleh (Johnson & Johnson, 1993) dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima struktur yang harus dibangun, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal atau komunikasi antar anggota, keahlian bekerjasma, dan proses kelompok. Untuk membngun kelima struktur pembelajaran kooperatif tersebut maka diperlukan teknik pengorganisasian kelompok yang efektif salah satunya dengan menerapakan metode jigsaw. Metode jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian dia adaptasi oleh Slavin di Universitas John Hopkins (Arends, 2001) Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif. Arends (1997) menyatakan bahwa setiap anggota kelompok jigsaw yang bertugas mempelajari bagian dari materi pelajaran bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus di pelajari dan menyampaikan materi terseburt kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw merupakan Pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada angota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Oleh karena itu jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, siswa saling trergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan (Lie, A., 1994). Secara spesifik Supriyono Koes ( 2003 ) dalam Ratih Tri.S (2008)

menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw ada 4 tahap, meliputi : a. Bahan ajar b. Diskusi kelompok ahli c. Laporan dan pengetesan d. Tahap penghargaan Gambaran tentang bagaimana model jigsaw diterapkan dapat dicermati pada tahap pembelaran berikut: a. Bahan ajar Guru memilih satu bab dalam buku ajar kemudian membagi bab tersebut menjadi bagian bagian sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setiap anggota kelompok ditugasi untuk membaca bagiannya pada bab tersebut.

b. Diskusi kelompok ahli Setiap anggota kelompok ahli harus menerima satu lembar kerja ahli. Lembar kerja ahli harus memuat pertanyaan pertanyaan dan kegiatan (jika ada ) untuk mengarahkan diskusi kelompok. Guru mendorong para siswa untuk menggunakan cara belajar yang berpariasi. Tujuan kelompok ini adalah mempelajari sub bab dan menyiapkan ringkasan presentasi untuk mengajarkan sub bab tersebut pada kelompok kecil masing masing . setiap anggota kelompok ahli harus menguasai materi bagiangnya agar dapat menjelaskan dengan baik kepada kelompok asal. c. Pelaporan dan pengetesan Masing masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok kecil masing masing. Masing masing anggota kelompok mengajarkan topic masing masing ke anggota lainnya dalam kelompok dan guru mendorong anggota kelompok untuk mengajukan pertanyaan ke penyaji dan mendiskusikan lembar kerja kelompok kecil. Pada bagian ini keterampilan komunikasi setiap siswa dilatih sebab harus dapat menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menjelaskan dengan rinci suatu masalah pada anggota lain sampai mereka paham dan mengerti. Setelah diskusi kelompok kecil guru

menyelenggarakan tes yang mencangkup materi satu bab penuh dalam waktu yang terbatas.

d. Tahap penghargaan Tahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para siswa untuk lebih kompak, penghargaan kerja ini dapat disajikan pada papan pengumuman yang melaporkan peringkat masing masing kelompok dalam kelas. Penting untuk dipahami bahwa menghargai para siswa secar akademik dari kelompok berkemampuan rendah merupakan bagian integral dari keefektipan pembelajaran kooperatif. Elizabeth Cohen telah menemukan bahwa penting untuk menyadari akan para siswa yang diduga memiliki kompetensi yang rendah, ketika siswa ini menunjukkan kinerja baik segera beri penghargaan bersipat terbuka. 4. Kemampuan komunikasi Dalam proses pembelaran menggunakan metode kooperatif, kemampuan berkomunikasi masing masing anggota kelompok sangat diperlukan apalagi menggunakan metode jigsaw, karena pada saat masing masing anggota dari kelompok ahli kembali kekelompok asal maka mereka harus bias menjelaskan pada teman kelompoknya tentang materi bab yang dibahas pada saat diskusi dikelompok ahli. Untuk itu menigkatnya kemampuan komunikasi siswa menjadi indicator khusus

keberhasilan pembelajran yang menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw. Untuk dapat menentukan aspek - aspek komunikasi yang harus ditumbuhkan dalam proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maka

diperlukan difenisi yang jelas tentang komunikasi. Menurut para ahli komunikasi, ada tiga dimensi definisi komunikasi salah satunya adalah dimensi kesengajaan. Definisi komunikasi berdasar dimensi ini adalah komunikasi sebagai situasi situasi yang memungkinkan suatu sumber menstrasminisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima ( Gerald E Miller ). Ada tiga kerangka pemahan mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. ( Jhon R. Weenburg and William E. Wilmot juga Kenneth K.Sereno dan Edward M. Bodalen. 5. Prestasi belajar matematika A. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi juga dapat diartikan sebagai kemamnpuan masksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha menghasilkan pengetahuan atau nilai nilai kecakapan. Menurut Nurkencana dan sunartana ( 1992 ) dalam (http://ipotes.wordpress.com ), prestasi belajar bias juga disebut kecakapan actual ( actual ability ) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial ( potensial ability ) yaitu kemampuan untuk dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan actual dan kecakapan potensial ini dapat dimaksudkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan ( ability )

Hasil belajar siswa menadakan mutu pendidikan yang telah diperolehnya, dengan indicator moto hasil belajar siswa, yang merupakan gambaran dari tingkat ketercapaian tujuan dan penguasaan siswa atas isi dari apa yang dipelajarinya. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak factor yaitu: 1. Factor internal yang terdapat dalam diri indvidu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan ( intelegensia ). Daya ingat, kemauan dan bakat: 2. Factor eksternal yang terdapat diluar individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, masyarakat, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan semua lingkungan 6. Himpunan A. Pengertian himpunan Himpunan adalah kumpulan atau kelompok benda ( objek ) yang telah terdevinisi secara jelas B. Lambing himpunan Suatu himpunan dinyatakan dengan hurup capital seprti:

A,B,C,N,P, apabila objek atau anggota himpunan berupa huruf, maka objek tersebut dinyatkan dengan hurup kecil, diletakkan didalam kurung kurawal, dan anggota satu dengan yang lain dipisahkan dengan tanda koma. Anggota suatu himpunan tidak boleh sama, anggota yang sama cukup ditulis sekali.

Contoh : himpunan huruf vocal dapat ditulis V = { a, i, u, e, o, } dengan anggotanya : a, i, u, e dan o C. Anggota himpunan Misalkan himpunan A = { a,b,c,d }, maka a,b,c dan d berada didalam himpunan a dan merupakan anggota dari A. dapat ditulis a A, b A, c A dan d A Jadi, jika x merupakan anggota himpunan A, maka ditulis x A. jika x bukan merupakan anggota A, maka ditulis x A. D. Notasi himpunan Suatu himpunan dapat di notasikan dalam bentuk : a. Metode Deskripsi Contoh : R adalah himpunan nama hari dalam seminggu yang huruf awalnya S b. Metode Tabulasi Contoh: A = {1,3,5,7} menyatakan himpunan empat bilangan ganjil yang pertama secara tabulasi. c. Notasi Pembentuk Himpunan (Metode Bersyarat) Contoh: A = {xx > 4,x E. Jenis Himpunan 1. Himpunan bilangan a) Himpunan Bilangan asli (A) himpunan bilangan asli

Himpunan bilangan asli yang beranggotakan : 1,2,3,4, dan seterusnya, dapat dinyatakan dengan : A = {1,2,3,4, } dengan A adalah himpunan bilangan asli. b) Himpunan bilangan cacah (C) Himpunan bilangan cacah beranggotakan : 0,1,2,3,4 dan seterusnya, dapat dinyatakan dengan : C = {0,1,2,3,4,} dengan C adalah symbol bilangan cacah. c) Himpunan bilangan Prima (P) Bilangan Prima adalah bilangan yang memiliki tepat dua

factor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri, dapat dinyatakan dengan : P = {2,3,5,7, } dengan P adalah symbol bilangan prima. d) Himpunan Bilangan bulat (B) Himpunan bilangan bukat beranggotakan : bilangan bulat positif, nol dan bulat negative, dapat dinyatakan : B = { ,-3, -2,-1,0,1,2,3, } dengan B adalah symbol bilangan bulat. 2. Himpunan kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan kosong di simbolkan dengan { } atau . Contoh : H adalah himpunan satu bilangan cacah yang pertama, berarti H = {0} dan n(H) =1, anggota H adalah 0

3.

Himpunan Semesta Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat semua objek yang sedang dibicarakan.

B. Penelitian yang relevan Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif, hal karena pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang baru dikembangkan dan arah proses pembelajarannya lebih pada siswa sebagai pusat belajar dan mengajar siswa bagaimana cara belajar. Diantara hasil penelitian tersebut yang dilakukan oleh Yustini Yusuf Dan Marini Natalia dengan Judul Upaya meningkatkan hasil belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktur Dikelas I7 Smp Negeri 20 Pekan Baru Tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan, sebelum penelitian dilakukan, presentase ketuntasan siswa adalah 35,71 % sedangkan ketidaktuntasan siswa adalah 64,19% setelah dilakukan penelitian presentase ketuntasan siswa pada siklus 1 adalah 54,76% dan ketidaktuntasan siswa adalah 45,24%, untuk siklus II ketuntasan siswa mencapai 76,19% dan ketidaktuntasn siswa adalah 23,81 % , jadi penerapan pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan ketuntasan siswa yang sebelumnya hanya 35,71 % menjadi 76,19 %. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat ,meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang lain pernah dialkukan oleh Peny Demiyanti

Anggraini

pada tahun 2005 dengan judul Upaya Mengatasi Kesulitan

Siswa dalam Menyelesaikan Soal Aplikasi Matematika Dengan Metode Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 7 malang. Hasil penelitiannya menunjukkan nilai siswa pada tes akhir dimana rata-rata nilai tes akhir lebih tinggi daripada rata-rata nilai tes awal (rata-rata tes akhir 67,9 dan rata-rata tes awal 36,9). Hal ini menunjukkan bahwa metode kooperatif model jigsaw ini cocok diterapkan dalam rangka mengatasi kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal aplikasi matematika. C. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran yang menitik beratkan tehnik mengorganisasikan kelas agar lebih efektif dalam sebuah ( Kegiatan Belajar Mengajar ) KBM yang menerapakan metode kooperatif. Dalam praktiknya jigsaw mebagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam dua tahap, tahap pertama untuk menentukan kelompok asal dan tahap kedua untuk membentuk kelompok ahli. Dalam prosesnya setiap anggota dari kelompok ahli akan mempelajari bagian bab dari materi yang ditentukan oleh guru, sehingga jika semua kelompok dalam kelompok-kelompok ahli sudah menguasai materi yang dibahas, maka akan kembali mendiskusikan dan menjelaskan materi yang dibahas pada kelompok ahli dikelompok asal sampai semua anggota dalam kelompok asal menguasai materi tersebut, Karena semua anggota dalam sebuah kelompok asal berasal dari kelompok ahli yang berbeda dengan materi

yang berbeda pula, maka semua anggota kelompok asal akan menguasai seluruh materi yang didiskusikan.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMPN 1 Lape. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 samapai dengan bulan februari 2009

B. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian korelasi sebab-akibat atau korelasional kausal yang mencari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dimana keadaan variabel terikat dipengaruhi secara langsung oleh variabel bebas. (Suharsimi Arikunto, 2002). Penelitian menggunakan pendekatan eksperimen, Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. (Riduwan, 2004: 50). Dalam penelitian eksperimen peneliti memberikan perlakuan pada variabel bebas sehingga dengan adanya perlakuan tersebut akan mempengaruhi kondisi variabel terikat. (Arief Furchan. 1982).

2. Rancangan Penelitian Model rancangan dalam penelitian ini menggunakan randomized Control Group pretest-Postest Design dengan satu perlakuan, yakni sampel yang diambil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw , sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tetapi pembelajaran

berlangsung sesuai dengan metode yang dipakai guru setiap hari (konvensional). Pemberian pretest pada kedua kelompok dilakukan sebelum pelajaran dilukukan dengan mengukur variabel terikatnya. Dan posttest diberikan setelah berakhirnya pembelajaran. Model rancangan randomized Control Group pretest-Postest dapat dilihat pada diagram dibawah ini Model rancangan randomized Control Group pretest-Postest E

K Keterangan: E = Kelompok eksperimen

K X1 X2 Q1 Q2 Q3 Q4

= kelompok Kontrol = perlakuan(model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) = pembelajaran konvensional = hasil pretest kelompok eksperimen = hasil post-test kelompok eksperimen = hasil pretest kelompok kontrol = hasil post-test kelompok control

(Sumardi Suryabrata, 2003: 106) 3. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam sebuah penelitian mengidentifikasi variabel merupakan sebuah keharusan untuk memfokuskan pelaksanaan dan hasil penelitian yang diinginkan oleh si peneliti. Sutrisno Hadi dalam (Suharsimi Arikunto. 2002, 94) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian yang bervariasi. (Suharsimi Arikunto. 2002, 94). Dalam penelitian eksperimen terdapat dua jenis variabel yang dipengaruhi, untuk variabel yang pertama disebut dengan variabel bebas dan variabel yang kedua disebut dengan variabel berikut. 4. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dari masing-masing varibel di atas adalah : a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw b. Definisi menurut model (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2005: 751) adalah Pola, (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah suatu

cara pembelajaran di dalam kelas yang membagi siswa dalam kelompok yang terdiri atas kelompok ahli dan kelompok asal, masing-masing kelompok ahli akan membahas dan mendiskusikan materi-materi yang berbeda, sehingga masing-masing anggota kelompok ahli setelah selesai mendiskusikan bagian materi yang dibahas kelompoknya akan kembali kekelompok asal untuk menjelaskan materi yang dibahas kepada siswa lain yang menjadi anggota kelompok asalnya.

C. Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian Berkenaan dengan pengertian populasi, (Sugiyono, 2002: 57) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Suharsimi Arikunto, 2002: 108) mengatakan populasi adalah keseluruhan objek penelitian, lebih khusu dijelaskan oleh (Husaini Usman Dan Pramono Setiady Akbar,2004: 43) bahwa populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Jadi populasi merupakan seluruh objek penelitian yang akan menjadi wilayah generalisasi atas semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran,

baik secara kualitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk pelajari dan ditarik kesimpulannya. 2. Sampel Penelitian Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau kendalikan dapat diteliti, maka penelitian ini hanya atas sebagian dari anggota populasi yang mana anggota populasi yang di ambil sebagai subjek penelitian dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 109) hasil kesimpulan dari sampel yang dteliti akan digeneralisasikan kepada seluruh anggota populasi. Agar kesimpulan yang dicapai mampu menggambarkan seluruh karakteristik dari populasi, maka sampel yang diambil haruslah menggambarkan seluruh karakteristik dari populasi, dengan kata lain sampel harus refresentatif.

D.

Teknik Pengumpulan Data 1. Instrument Penelitian Untuk mengumpulkan data pada saat penelitian alat untuk mengumpulkan data yang disebut dengan intrumen penelitian. (Riduwan, 2004:98) menyebutkan bahwa: Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih untuk dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut lebih sistematis dan dipermudah olehnya. Sehinga intrumen

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

lembar

observasi/pengamatan, angket dan tes. a. Lembar observasi/pengamatan Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Husaini Usman Dan Purnomo Stiady Akbar, 2004: 54). Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan apabila objek penelitian bersifat prilaku dan tindakan manusia (Riduwan, 2004: 104). Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw alat yang digunakan berupa catatan lapangan dan panduan observasi. b. Angket Angket sering juga disebut dengan kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002: 128) Riduwan (2004:) mengatakan angket adalah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Data yang ingin di dapat dari

angket adalah mengenai kemampuan komunikasi siswa, data yang akan dihasilkan berbentuk interval. c. Tes Menurut Riduwan (2004:105 ) tes dapat dibedakan menjadi: a. Tes kepribadian Tes Kepribadian adalah tes yang digunakan untuk mengungkapan kepribadian seseorang. b. Tes Bakat Tes bakat adalah tes yang digunakan mengukur dan mengetahui bakat. c. Tes Prestasi Belajar Tes Prestasi Belajar ialah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. d. Tes Intelegensi Tes Intelegensi adalah tes yang digunakan untuk membuat penaksiran atau perkiraan terhadap intelektual sesorang dengan memberikan berbagai tugas kepada orang yang diukur intelegensinya. e. Tes sikap adalah tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap sesorang.

Dalam penelitian untuk memproleh data tentang pengaruh model pembelajaran koperatif tipe jigsaw terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi siswa, maka peneliti menggunakan tes sikap berupa angket. Sedang untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa, peneliti menggunakan tes prestasi belajar.