skripsi - repository - unair...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EKO JULIANTO
TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL EKSTRAK ETANOL
80% KULIT BATANG CEMPEDAK DENGAN PARAMETER
HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN SGPT PADA
MENCIT
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI & FITOKIMIA
SURABAYA
2011
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
Lembar Pengesahan
TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL
EKSTRAK ETANOL 80% KULIT BATANG
CEMPEDAK DENGAN PARAMETER
HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN
SGPT PADA MENCIT
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat
Mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga
2011
Oleh :
Eko Julianto
NIM : 050710052
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Drs. Herra Studiawan, Apt. MSi. Ajik Azmijah ,S.U,drh
NIP. 19570310198601101 NIP. 195011191978832001
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya
ilmiah saya, dengan judul: “Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak
Etanol 80 % Kulit Batang cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati
Serta Enzim SGOT dan SGPT Pada Mencit“ untuk dipublikasikan atau
ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau
media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang
Hak Cipta.
Demikian pernyataan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Surabaya, 14 Agustus 2011
Eko Julianto
NIM: 050710052
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa sesungguhnya hasil skripsi/tugas
akhir ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 14 Agustus 2011
Eko Julianto
NIM: 050710052
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena
rahmat dan ridha-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan
judul “Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80 % Kulit
Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT
dan SGPT Pada Mencit“ ini dapat saya selesaikan dengan sebaik – baiknya.
Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya yang telah
memberikan fasilitas selama mengikuti kuliah dan melakukan penelitian ini.
2. Drs. Herra Studiawan, MS, Apt selaku dosen pembimbing utama yang telah
berkenan meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberi petunjuk,
bimbingan serta dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ajik Azmijah ,S.U,drh selaku dosen pembimbing serta yang juga telah
memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Dr. Agil Mangestuti, Msi dan Dr. Achmad Fuad.,Apt selaku dosen penguji
yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi ini.
5. Dr. Aty Widyawaruyanti, Msi selaku dosen proyek penelitian ini yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan petunjuk, bimbingan serta
dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Bambang Prayogo.,Apt sebagai dosen wali yang telah sabar membimbing
dan memberikan motivasi selama masa pendidikan sarjana ini.
7. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah mendidik dan
membimbing saya sampai menyelesaikan pendidikan sarjana ini.
8. Laboran Departemen Farmakognosi dan Fitokimia serta lab.Patologi FKH
Unair yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kedua Orang tuaku serta seluruh keluargaku tercinta yang selalu menyayangi
dan mendoakan, memberi bantuan baik moril maupun materiil sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman – teman ”komunitas lab.hewan” yang telah banyak memberikan
motivasi dan pencerahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
iv
11. Mbak Lidya,Mbak Anggi,Rori,Dina,Ima,Dewi,Suci,Widji,Prita,Nike yang
telah memberi banyak masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Riga Ayu Dinar yang telah menemani dalam suka maupun duka serta
memberikan masukan dan memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat banyak
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembaca pada
umumnya demi kemajuan Universitas Airlangga.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
v
RINGKASAN
TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL EKSTRAK
ETANOL 80% KULIT BATANG CEMPEDAK DENGAN PARAMETER
HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN SGPT PADA
MENCIT
Eko Julianto
Penggunaan tanaman obat sebagai obat alternatif dalam pengobatan oleh
masyarakat semakin meningkat sehingga diperlukan penelitian untuk
membuktikan khasiat dan keamanan tanaman obat tersebut. Pada penelitian ini
dilakukan uji toksisitas akut dan subakut dengan parameter histopatologi hati serta
enzim SGOT dan SGPT mencit pada granul ekstrak etanol 80% kulit batang
Artocarpus champeden Spreng atau lebih banyak dikenal dengan nama
cempedak.
Uji toksisitas akut dan subakut dilakukan dengan hewan coba mencit. Untuk
Uji toksisitas Akut menggunakan mencit sebanyak 20 ekor yang dibagi ke dalam
2 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit yaitu
masing-masing 5 ekor jantan dan 5 ekor betina . Kelompok kontrol diberikan
CMC-Na 0,5%. Kelompok I merupakan kelompok uji yang diberikan granul
ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) yang
diberikan dalam bentuk suspensi CMC-Na 0,5%. Dosis yang diberikan pada
kelompok I merupakan dosis tertinggi (dosis LD50 yang relatif tidak berbahaya)
yaitu 21 g ekstrak/Kg BB mencit atau 0,42 g / 20 g BB mencit. Pemberian sediaan
dilakukan satu kali dengan cara per oral. Kemudian diamati jumlah hewan coba
yang mati selama 24 jam setelah pemberian dan dilanjutkan pengamatan selama 7
hari. Hasil uji toksisitas akut pada mencit menunjukkan bahwa pada dosis tersebut
tidak menimbulkan kematian pada hewan coba sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua toksisitas akut yang berbahaya dapat disingkirkan dan LD50 tidak
perlu ditentukan.
Parameter yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah aktivitas enzim
SGOT, SGPT dan gambaran histopatologi organ hati. Dipilihnya aktivitas enzim
SGOT dan SGPT sebagai tolak ukur kemungkinan terjadinya kelainan hati oleh
karena peningkatan aktivitas enzim-enzim tersebut merupakan indikator yang kuat
dan peka terhadap adanya kelainan sel-sel hati. Parameter lain yang digunakan
pada penelitian ini adalah melihat gambaran histopatologi organ hati, karena efek
toksik terlihat dari adanya kelainan hati berupa deganerasi dan nekrosis.
Pada uji toksisitas subakut dilakukan pemberian suspensi granul ekstrak
etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng ) sehari sekali
dengan rute per oral selama 14 hari. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mencit jantan 36 ekor dibagi dalam 4 kelompok dimana masing-masing
kelompok 9 ekor. Setiap kelompok diuji dengan dosis yang berbeda yaitu
kelompok yang diuji dengan dosis efektif 10 mg/ kg BB mencit atau 0,2 mg / 20 g
BB mencit (KEL.I), 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g BB mencit (KEL.II), dan
10x dosis efektif 2 mg / 20 g BB mencit (KEL.III). Pada kelompok kontrol
diberikan CMC-Na 0,5%. Dosis efektif yang digunakan adalah dosis yang
mempunyai aktivitas obat pada manusia sehat yang dikonversikan pada hewan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
vi
coba. Pada akhir masa uji dilakukan pembedahan dan diambil organ hati serta
darahnya dari jantung (intra cardial). Kemudian diamati perubahan yang terjadi
pada preparat histopatologi yaitu berupa degenerasi dan nekrosis. Perubahan
diamati pada lima lapang pandang, diberi skor kemudian diolah datanya.
Data dari enzim SGOT dan SGPT setelah didapat dianalisis menggunakan
uji ANAVA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil yang didapat untuk SGPT
setelah dianalisis didapatkan harga sig= 0,225. Sig tersebut lebih besar dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara
kontrol dengan semua kelompok perlakuan . Sedangkan enzim SGOT setelah
dianalisis didapatkan harga sig = 0,978. Sig tersebut lebih besar dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara
kontrol dengan semua kelompok perlakuan.
Sedangkan hasil analisis Histopatologi dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis untuk degenerasi pada perubahan degenerasi didapatkan harga signifikansi
(Asymp.Sig.) = 0,000 . Harga signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji.
Selanjutnya dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney U antara kelompok
kontrol dengan kelompok 1x dosis efektif ; kontrol dengan 5x dosis efektif ;
kontrol dengan 10x dosis efektif, didapatkan hasil adanya perbedaan yang nyata
antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok uji. Sedangkan hasil analisis
Kruskal Wallis untuk histopatologi hati pada perubahan berupa nekrosis
didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig.) = 0,548 signifikansi tersebut lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan
bermakna diantara semua kelompok uji. Berdasarkan hasil analisis di atas maka
dapat disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak
(Atrocarpus champeden Spreng) dapat menyebabkan perubahan histopatologi hati
berupa degenerasi.
Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut yakni pengujian
enzim SGOT, SGPT dan pengamatan histopatologi dari hati mencit dapat
disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Atrocarpus
champeden Spreng) tidak mempengaruhi terhadap peningkatan enzim SGOT dan
SGPT mencit, sedangkan penggunaan granul ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) selama 14 hari dapat menyebabkan
degenerasi sel hati. Sehingga dapat dikatakan bahwa granul ekstrak etanol 80%
kulit batang cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) tidak menyebabkan
hepatotoksik.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
vii
ABSTRACT
The test was about acute toxicity and subacute toxicity effects from granul
ethanolic 80% extract of cempedak(Artocarpus champeden Spreng) The effect of
its use was observed by SGOT and SGPT enzyme activities and the
histopathology of the liver organ of male white mice.
Study of acute toxicity used twenty mice for each extract and for subacute
toxicity used thirty six mice and divide into four groups, one as control group with
CMC-Na 0,5% and three groups were tested (Group I,Group II and Group III).
Study of acute toxicity, control group only be given CMC-Na 0,5% suspension.
Test group I was given higher dose of granul ethanolic extract of cempedak
(Artocarpus champeden Spreng). Each test groups was given ethanolic extract
cempedak (Artocarpus champeden Spreng) orally 1,0 ml during 24 hours and
observe for seven days.
Study of subacute toxicity, control group only be given CMC-Na 0,5%
suspension. Test group I was given effective dose granul ethanolic extract of
cempedak (Artocarpus champeden Spreng), test group II was given 5x effective
dose of ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng), and test
group III was given 10x effective dose of ethanolic extract of cempedak
(Artocarpus champeden Spreng). Each test groups was given granul ethanolic
extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng) orally one ml during a two
weeks every day. After a two weeks those mice in eutanasi, be cut opened and
then take the liver and blood from intra-cardial.
Data from SGOT and SGPT enzymes were analyzed using ANAVA 95%.
The change on the histopathology picture of the liver organ was recorded, and
then scored and processed using the Kruskal-Wallis test. The result showed that
SGOT value of sig = 0,978. That sig was higher than 0,05. Its mean that there was
no significant differences between control and treatment group. SGPT value value
of sig = 0,225. That sig was higher than 0,05. It means that there was no
significant differences between control and treatment group. And the result of
Kruskal-Wallis Analysis for degeneratif value show that Asymp. Sig = 0,000 that
lower than 0,05. It means that there was have differentiation between treatment
groups was significant. And than necrosys value show that Asymp. Sig = 0,548
that higher than 0,05. Its mean that the differentiation between treatment groups
was no significant. It means that granul ethanolic extract of cempedak
(Artocarpus champeden Spreng) didn’t have hepatotoxic effect on mice liver.
Keyword : cempedak (Artocarpus champeden Spreng), hepatotoxic effects,
SGOT and SGPT, liver histopathology, acute and subacute toxicity
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................
KATA PENGANTAR……………………………………………….
RINGKASAN………………………………………………………..
ABSTRAK……………………………………………………………
i
ii
iii
v
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………… 4
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………. 4
1.3.1. Tujuan Umum ……………………………………… 4
1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………… 4
1.4 Hipotesis…………………………………………………... 5
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 6
2.1. Tinjauan tentang Artocarpus champeden Spreng………… 6
2.1.1. Klasifikasi Tanaman………………………………... 6
2.1.2. Nama Daerah Tanaman……………………………... 7
2.1.3. Deskripsi Tanaman…………………………………. 7
2.1.4. Kandungan Kimia…………………………………... 8
2.1.5. Bioaktivitas dan Kegunaan Tanaman………………. 8
2.2. Tinjauan Toksisitas……………………………………….. 9
2.2.1. Tujuan Studi Toksisitas…………………................ 9
2.2.2. Macam Studi Toksisitas……………………………. 9
2.2.2.1. Toksisitas Akut………………………………… 9
2.2.2.2. Toksisitas Sub Akut…………………………… 10
2.3. Tinjauan Hati………..…………………………………… 11
2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Hati……………………….. 11
2.3.2. Fungsi Hati………………………………………... 13
2.3.2.1. Fungsi Vaskular untuk Menyimpan Darah…. 13
2.3.2.2. Fungsi Metabolisme…………………………. 13
2.3.2.3. Fungsi Ekskresi……………………………… 14
2.3.2.4. Fungsi Proteksi……………………………… 14
2.3.2.5. Fungsi Detoksifikasi………………………… 14
2.3.3. Test Gangguan Hati………………………………. 15
2.3.4. Tinjauan Parameter Kerusakan Hati……………… 15
2.4. Tinjauan Enzim…………………………………………. 18
2.4.1. Sifat Umum Enzim………………………………. 18
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berlangsungnya
Reaksi Enzim……………………………………
18
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ix
2.4.2.1. Kadar Enzim dan Substrat…………………. 18
2.4.2.2. Suhu………………………………………… 19
2.4.2.3. pH………………………………………….. 19
2.4.2.4. Inhibitor……………………………………. 19
2.4.3. Tinjauan Enzim SGOT dan SGPT……………… 19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL…………………………. 22
3.1. Skema Kerangka Penelitian……………………………. 24
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………… 25
4.1. Bahan ……….………………………………………….. 25
4.1.1. Bahan Kimia………….…………………………... 25
4.1.2. Bahan Larutan Uji Toksisitas……………………...
4.1.3. Bahan Uji………………………………………….
25
25
4.2. Hewan Coba…………………………………………….. 26
4.3. Alat-Alat Penelitian……………………………………..
4.4. Penyiapan Obyek Penelitian…………………………….
26
26
4.5. Cara Kerja……………………………………………….. 26
4.5.1. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Akut...…………… 26
4.5.2. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Subakut…………... 27
4.5.3. Penyiapan Bahan Uji………………………………. 27
4.5.4. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Akut…………… 27
4.5.5. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Subakut………. 28
4.5.6. Analisis Data Uji Toksisitas Akut………….......... 28
4.5.7. Analisis Data Uji Toksisitas Subakut…………….. 28
4.5.7.1. Pemeriksaan Preparat………………………. 28
4.5.7.2. Analisis Data Preparat………………………. 29
4.5.7.3. Pembuatan Preparat Histopatologi…………. 29
4.5.7.4. Analisis Enzim SGOT dan SGPT……………. 30
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………….............. 34
5.1. Data Hasil Penelitian….…………….…………………… 34
5.1.1. Uji Toksisitas Akut…….…………………………… 34
5.1.2. Uji Toksisitas Subakut………………………………. 35
5.1.2.1. Nilai Skor Perubahan Gambar Histopatologi
Hati Pada Mencit……………………………..
5.1.2.2. Hasil Pengamatan Histopatologi Hati Pada
Mencit………………………………………...
5.1.2.3. Hasil Pengamatan Enzim SGOT & SGPT
Mencit………………………………………...
5.2. Analisis Data……………………………………………….
5.2.1. Uji Toksisitas Akut……………………………………
5.2.2. Histopatologi Sel Hati………………………………...
5.2.2.1. Uji Statistik Kruskal-Wallis……………………
5.2.2.2. Uji Mann Whitney U…………………………..
5.2.3. Aktivitas Enzim SGOT & SGPT Mencit…………….
5.2.3.1. Uji ANAVA (One Way)………………………
BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………
BAB VII KESIMPULAN......................................................................
7.1. Kesimpulan………………………………………………….
7.2. Saran………………………………………………………..
35
36
38
40
40
40
40
42
43
43
46
52
52
52
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
x
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 53
LAMPIRAN………………………………………………………….. 57
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Pohon dan buah cempedak……………………………. 6
Gambar 2.2. Kulit batang pohon cempedak……………………….... 7
Gambar 2.3. Gambaran histopatologi sel hati normal yaitu
sitoplasma tidak mengalami pembengkakan dan tidak
pucat serta pada inti tidak terjadi penggumpalan
kromatin, sinusoid (s)………………………………..
17
Gambar 2.4. Gambaran histopatologi sel hati yang mengalami
degenerasi yaitu terjadinya pembengkakan pada
sitoplasma nampak bervakuola dan lebih pucat
daripada sel normal …………………………………
17
Gambar 2.5. Gambaran histopatologi sel hati yang mengalami
nekrosis berupa piknotik yaitu terjadinya
penggumpalan kromatin, inti tampak lebih padat dan
bewarna gelap hitam…………………………………...
18
Gambar 2.6. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGOT…………….. 20
Gambar 2.7. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGPT…………….. 21
Gambar 3.1. Skema kerangka konseptual………………………… 24
Gambar 4.1. Skema pemberian bahan uji toksisitas akut………….. 31
Gambar 4.2.
Gambar 5.1.
Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Skema pemberian bahan uji toksisitas subakut………
Gambaran histopatologi hati normal pada perbesaran
400x……………………………………………………
Gambaran histopatologi hati pada perbesaran 400x
yang terjadi degenerasi yakni terjadi pembengkakan
pada sitoplasma, sitoplasma Nampak bervakuola
daripada sel normal…………………………………….
Gambaran histopatologi hati pada perbesaran 400x
yang terjadi nekrosis berupa piknotik yakni terjadinya
penggumpalan kromatin dan tidak dikenali lagi inti
(nukleus), inti tampak lebih padat dan berwarna gelap
hitam…………………………………………………...
32
37
37
38
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1.
Tabel IV.1.
Kategori Toksisitas Zat Kimia Pada Tikus………………………
Formulasi Granul Sediaan Kapsul Ekstrak Kulit Batang
Cempedak………………………………………………………...
10
25
Tabel IV.2.
Tabel V.1.
Tabel V.2.
Skor Perubahan Gambaran Histopatologi Hati Mencit………….
Hasil Uji Toksisitas Akut pada Mencit………………………….
Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Kelompok
Perlakuan yang mengalami perubahan berupa degenerasi………
29
34
35
Tabel V.3.
Tabel V.4.
Tabel V.5.
Tabel V.6.
Tabel V.7.
Tabel V.8.
Tabel V.9.
Tabel V.10.
Tabel V.11.
Tabel V.12.
Tabel V.13.
Tabel V.14.
Tabel V.15.
Tabel V.16.
Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Kelompok
Perlakuan yang mengalami perubahan berupa nekrosis…………
Aktivitas Enzim SGOT Mencit pada Seluruh Kelompok
Perlakuan…………………………………………………………
Aktivitas Enzim SGPT Mencit pada Seluruh Kelompok
Perlakuan…………………………………………………………
Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi pada Perubahan
berupa Degenerasi………………………………………………..
Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Perubahan berupa Degenerasi…..
Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi pada Perubahan
berupa Nekrosis………………………………………………..
Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Perubahan berupa Nekrosis……..
Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 1
yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi…………………
Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 2
yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi…………………
Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 3
yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi…………………
Hasil Rerata Aktivitas SGOT Hewan Coba Tiap Kelompok……
Ringkasan ANAVA untuk Aktivitas Enzim SGOT Hewan Coba
Hasil Rerata Aktivitas SGPT Hewan Coba Tiap Kelompok……
Ringkasan ANAVA untuk Aktivitas Enzim SGPT Hewan Coba
36
38
39
41
41
41
42
42
43
43
44
44
44
45
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Contoh Perhitungan Toksisitas Akut……………………….. 57
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Contoh Perhitungan Toksisitas Subakut……………………..
Pengambilan dan pemeriksaan serum……………………….
Pembuatan preparat histopatologi hati……………………...
Hasil skoring histopatologi hati…………………………….
Data hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT………………….
Hasil uji Kruskal-Wallis…………………………………….
Hasil uji Mann-Whitney U………………………………….
Hasil uji ANAVA……………………………………………
Klasifikasi toksisitas………………………………………..
Konversi dosis………………………………………………
Volume maksimum pemberian obat pada hewan coba……..
Hasil pemeriksaan organ hati mencit……………………….
58
60
61
63
67
70
72
75
77
78
79
80
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, dunia berada dalam iklim back to nature atau dikenal dengan
gerakan kembali ke alam yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan
menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan alami.
Semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang, salah satunya
adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan (Kardinan & Kusuma, 2003).
Para ahli dari berbagai negara seperti Jerman, India, Cina, Australia, Indonesia
dan sebagainya, tidak henti-hentinya mengadakan penelitian dan pengujian
berbagai tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk penyembuhan penyakit
tertentu. Hasil penelitian dan pengujian secara ilmiah tersebut disimpulkan bahwa
dapat dipertanggungjawabkan sebab telah diketahui adanya komposisi kandungan
kimiawi yang berguna sebagai obat (Thomas,1992). Di Indonesia penggunaan
obat tradisional masih banyak dilakukan dan hal ini sudah menjadi tradisi
masyarakat di Indonesia sejak lama. Sampai saat ini masyarakat masih
menggunakan obat tradisional, bahkan ada kecenderungan hal tersebut meningkat,
karena obat tradisional dianggap relatif tidak menimbulkan efek samping yang
bermakna (Sutarjadi, 1991).
Tumbuhan Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang dikenal
masyarakat dengan nama daerah cempedak, secara empirik digunakan untuk
bahan ramuan tradisional, antara lain sebagai obat demam,disentri, malaria, dan
penyakit kulit. Cempedak mempunyai tujuh kandungan senyawa flavonoid :
artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E, artoindosianin R,
artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007) dan empat senyawa
flavon : artocarpon A & artocarpon B (Widyawaruyanti et al, 2007),
artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1999). Selain itu terdapat
kandungan lain yaitu empat senyawa triterpen : sikloeukalenol, glutinol,
sikloartenon, 24-metilsikloartenon serta suatu senyawa sterol yaitu β-sitosterol
(Hakim et al, 1996).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
2
Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporakan
bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari
cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum
. Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat
menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah
terinfeksi malaria (Utomo,2003;Hidayati,2004). Aktivitas malaria juga
ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari tanaman ini dan salah
satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu flavon terprenilasi
menunjukan aktivitas yang lebih poten daripada kloroquin (Widyawaruyanti et al,
2007).
Maretnowati (2007) telah melakukan uji toksisitas akut dan subakut
ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden Spreng dengan
parameter histopatologi hati mencit menunjukkan bahwa harga LD50 ekstrak
etanol dan ekstrak air kulit batang cempedak di atas 21 g/kg BB untuk mencit
relatif kurang berbahaya. Akan tetapi pada pemberian ekstrak etanol dapat
menyebabkan terjadinya perubahan gambaran histopatologi berupa degenerasi dan
nekrosis pada dosis 10x dosis lazim sedangkan ekstrak air dapat menyebabkan
terjadinya degenerasi dan tidak terjadi nekrosis. Penelitian lainnya uji toksisitas
ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak juga menunjukkan zat yang relatif
kurang berbahaya akan tetapi pula ekstrak ini dapat menyebabkan perubahahan
morfologi hati dan meningkatkan kadar enzim SGOT dan SGPT pada mencit
(Wardhani, 2008).
Mengingat cempedak mempunyai aktivitas yang poten sebagai obat
antimalaria dan prospektif untuk obat fitofarmaka sehingga perlu dikembangkan.
Pengembangan produk fitofarmaka ini perlu dilakukan untuk menjamin
keefektifan,khasiat,keamanannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu untuk melanjutkan
penelitian dengan melakukan uji toksisitas tablet obat antimalaria yang berasal
dari ekstrak etanol 80% kulit batang Artocarpus champeden Spreng diharapkan
dari penelitian ini dapat memberikan informasi keamanan pemakaian obat tersebut
terhadap manusia.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
3
Pada penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan
hewan uji mencit (Mus musculus). Uji toksisitas yang dilakukan yaitu uji
toksisitas akut dan subakut. Uji toksisitas akut dilakukan dengan menggunakan
parameter LD50 untuk mendapatkan dosis yang aman. Sedangkan uji toksisitas
subakut dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi organ hati untuk mengetahui
derajat kerusakan yang mungkin di timbulkan akibat pemakaian obat dalam
jangka waktu tertentu dan peningkatan enzim SGOT dan SGPT.
Pemilihan hati sebagai organ sasaran yang mungkin dirusak oleh adanya
efek toksik dari obat dikarenakan hati merupakan organ tubuh yang rentan
terhadap pengaruh bahan toksik. Kerentanan tersebut terkait dengan posisinya
dalam sirkulasi cairan tubuh. Hati memiliki dua sumber suplai darah, yaitu dari
saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatika, dan dari aorta melalui arteri
hepatika. Setelah diabsorbsi, zat-zat toksik maupun bahan obat akan masuk ke
peredaran darah dan kemudian didetoksifikasi dalam hati menjadi zat-zat yang
tidak berbahaya yang kemudian diekskresi melalui ginjal. Adanya zat-zat toksik
dalam jumlah besar dan terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel
hati (Koeman, 1987 ; Price dan Wilson, 2002). Selain itu, hati merupakan organ
parenkim terbesar dan memegang peranan penting pada proses metabolisme tubuh
(Hadi, 2002).
Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah aktivitas enzim
SGOT dan SGPT karena aktivitas enzim-enzim tersebut merupakan indikator
yang kuat dan peka terhadap adanya kerusakan atau kelainan sel-sel hati.
Terjadinya kerusakan sel-sel tersebut menyebabkan bebasnya enzim-enzim
intraseluler masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadarnya di dalam darah
meningkat (Hadi, 2002). Parameter yang lain adalah gambaran histopatologi
organ hati. Ini digunakan untuk mengetahui derajat kerusakan yang mungkin
ditimbulkan akibat pemakaian obat dalam jangka waktu tertentu. Sel hati yang
mengalami kerusakan ditandai dengan adanya degenerasi dan nekrosis (meliputi
piknosis, karioeksis, dan kariolisis).
Pada penelitian toksisitas ini mengacu pada peneltian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Wardhani pada tahun 2008. Uji toksisitas yang dilakukan
peneliti sebelumnya yaitu menguji ekstrak kulit batang cempedak dengan etanol
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
4
80 % sedangkan pada penelitian ini menggunakan sediaan granul yang dibuat
berasal dari penelitian sebelumnya. Diharapkan pada penelitian ini sediaan granul
ini dapat meningkatkan kemananannya dibanding dalam keadaan ekstraknya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus
champeden Spreng) dapat menimbulkan efek toksisitas akut berdasarkan
parameter LD50 ?
2. Apakah granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak
(Artocarpus champeden Spreng) dapat menimbulkan efek toksisitas
subakut berdasarkan parameter histopatologi organ hati dan aktivitas
enzim SGOT dan SGPT ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas akut dan
subakut dari granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak
(Artocarpus champeden Spreng) pada mencit.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menentukan toksisitas akut dari granul berasal dari ektrak etanol 80%
kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) berdasarkan
parameter LD50
2. Mengetahui efek toksisitas subakut dari granul berasal dari ektrak etanol
80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) berdasarkan
parameter histopatologi organ hati dan aktivitas kadar enzim SGOT dan
SGPT pada mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
5
1.4. Hipotesis
Granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus
champeden Spreng) tidak menimbulkan efek toksik dan tidak mempengaruhi
aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada hati mencit.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Untuk memperkirakan spektrum efek toksik berdasarkan toksisitas
relatifnya dengan keamanan penggunaan tablet berasal dari granul ektrak
etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
2. Untuk memberikan informasi dalam merencanakan pengujian pada
manusia
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Artocarpus champeden Spreng
2.1.1. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Sub kelas : Monochlamydae
Bangsa : Morales
Suku : Moraceae
Marga : Artocarpus
Jenis : Artocarpus champeden Spreng (Van Steenis, 1975;
Backer & Van den Brink,1965)
Gambar 2.1. Pohon dan buah cempedak
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
7
Gambar 2.2. Kulit batang pohon cempedak
2.1.2. Nama Daerah Tanaman
Di beberapa daerah, Artocarpus champeden Spreng. Dikenal dengan
berbagai nama antara lain :
Sunda : Campedak, cempedak, nangka beuri
Jawa : Campedak, cepedak, cempedak, nangka cina
Madura : Nangka, comedak, cempedak (Van Steenis, 1975; Backer & Van
Den Brink, 1965)
2.1.3. Deskripsi Tanaman
Habitus : Pohon berumah satu, tinggi 10-20 m, liar atau ditanam,
berbuah pada Juli sampai September
Batang : Tumbuhan berbatang sedang, membulat dengan banyak getah
yang rekat
Daun : Helaian daun tipis berbentuk bulat 10-25 x 5-10 cm dengan
panjang tangkai 1-3 cm, terdapat banyak trikoma pada tulang
daun, betajuk pangkal pendek yang menyempit, tepi rata,
warna daun mengkilat hijau tua.
Bunga : Karangan bunga jantan atau betina. Bulir betina berbentuk
gada memanjang, bunga tenggelam dalam poros, bagian yang
bebas panjangnya ± 3 mm, pada ujung yang berpori muncul
kepala putik yang tunggal serupa cacing. Bulir jantan silindris
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
8
hijau pucat atau kekuningan, bunga sangat kecil dengan
bertajuk dua pipih pada ujungnya dan satu benang sari
Buah : Buah semu, silindris memanjang, bau menusuk, berbentuk segi
4-7.
Biji : Biji panjangnya 2-3 cm, diliputi oleh semacam lapisan daging
biji berwarna kuning tua, lembut, tipis mengandung banyak air
terasa manis (Van Steenis, 1975; Morton, 1987).
2.1.4. Kandungan Kimia
Hakim et al (1998) melaporkan adanya senyawa flavonoid yang diberi
nama siklocampedol telah ditemukan pada kulit batang tumbuhan ini, bersama-
sama dengan empat senyawa triterpen, yakni sikloeukalenol, glutinol,
sikloartenon, dan 24-metilsikloartenon, serta suatu sterol, β-sitosterol (Hakim,
1996). Selain itu cempedak mempunyai tujuh kandungan senyawa flavonoid
lainnya : artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E,
artoindosianin R, artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007)
dan empat senyawa flavon : artocarpon A & artocarpon B (Widyawaruyanti et al,
2007), artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1999).
2.1.5. Bioaktivitas dan Kegunaan Tanaman
Artocarpus champeden Spreng adalah tumbuhan pangan yang endemik
untuk Indonesia, kayunya keras, awet, dan digunakan sebagai bahan bangunan
(Heyne, 1987). Buah dan bijinya digunakan sebagai bahan pangan, sedangkan
beberapa bagian tanaman lain digunakan untuk bahan ramuan tradisional, antara
lain digunakan sebagai obat demam, malaria, dan penyakit kulit.
Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporkan
bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari
cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum
. Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat
menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah
terinfeksi malaria (Utomo,2003;Hidayati,2004).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
9
Aktivitas malaria juga ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari
tanaman ini dan salah satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu
flavon terprenilasi menunjukan aktivitas yang lebih poten daripada kloroquin
(Widyawaruyanti,2006).
2.2. Tinjauan Toksisitas
2.2.1. Tujuan Studi Toksisitas
Untuk menjamin keamanan dari suatu produk obat perlu dilakukan uji
toksisitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari studi toksisitas (Ghosh,
1971; Loomis, 1978). Manfaat antara lain adalah :
a) Mendapatkan gejala-gejala yang timbul akibat pemberian obat.
b) Mengetahui batas keamanan obat.
c) Mengetahui derajat kematian hewan coba akibat pemberian.
Dari hasil-hasil tersebut di atas, akan dapat dilakukan evaluasi obat dalam
bidang medis. Selain itu juga dapat juga menunjukkan organ sasaran (misalnya
hati), sistem (misalnya sistem kardiovaskular), atau toksisitas khusus (misalnya
karsinogenitas) yang membutuhkan penelitian lebih lanjut (Lu, 1995).
2.2.2. Macam Studi Toksisitas
2.2.2.1 Toksisitas Akut
Sebagian besar penelitian semacam ini dirancang untuk menentukan dosis
letal median (LD50) toksikan, menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak
dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang
sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Lu, 1995). Biasanya
terlebih dahulu dilakukan range finding test sebelum mengamati gejala pada
hewan coba untuk mendapatkan tolok ukur dosis penyebab kematian. Cara
pemberian harus diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia,
biasanya pemberian per oral. Dosis diberikan sekali atau beberapa kali dalam
jangka waktu 24 jam. Setelah selang waktu 7-14 hari kemudian, atau 24 jam
kemudian diamati gejala yang terjadi pada hewan coba. Gejala yang dimaksud
adalah jumlah hewan yang mati, waktu kematian dan tanda-tanda toksisitasnya
untuk memperkirakan LD50. Otopsi kasar perlu dilakukan pada semua hewan yang
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
10
mati dan pada beberapa hewan hidup terutama hewan yang tampak sakit pada
akhir percobaan. Otopsi dapat memberikan informasi yang berharga tentang organ
sasaran, terutama bila kematian tidak terjadi dengan segera setelah pemberian obat
(Andreas et al., 1992; Lu, 1995).
LD50 merupakan dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan
akan membunuh 50% hewan coba. Nilai LD50 berguna untuk hal-hal sebagai
berikut :
a) Mengevaluasi efek keracunan yang tidak disengaja
b) Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya
c) Perencanaan penelitian toksisitas sub akut dan kronik pada hewan
d) Memberikan informasi tentang reaktivitas suatu populasi hewan
e) Memberikan sumbangan informasi yang dibutuhkan dalam merencanakan
pengujian obat pada manusia dan dalam pengedalian mutu zat kimia
f) Deteksi pencemaran toksik serta perubahan fisik yang mempengaruhi
bioavaibilitas (Lu, 1995).
Tabel II.1. Kategori Toksisitas Zat Kimia Pada Tikus
Kategori LD50
Luar biasa toksik ≤ 1 mg/kg BB
Sangat toksik 1-50 mg/kg BB
Cukup toksik 50-500 mg/kg BB
Sedikit toksik 0,5-5 g/kg BB
Praktis tidak toksik 5-15 g/kg BB
Relatif kurang berbahaya > 15 g/kg BB
(Loomis, 1978)
2.2.2.2. Toksisitas Sub Akut
Pada uji toksisitas ini dilakukan dengan memberikan bahan uji berulang-
ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang
lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu tiga bulan untuk tikus dan satu atau dua
tahun untuk anjing. Meskipun demikian, beberapa peneliti menggunakan jangka
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
11
waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 dan 28 hari (Lu,
1995).
Pengamatan yang perlu dilakukan pada toksisitas sub akut meliputi :
a. Berat badan dan konsumsi makanan
Kedua hal tersebut harus diukur setiap minggu. Berkurangnya
pertambahan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana
namun sensistif. Konsumsi makanan merupakan indikator yang berguna
sebab bila konsumsi makanan berkurang dapat menimbulkan efek yang
mirip atau memperberat manifestasi toksik zat kimia.
b. Pengamatan umum
Hal yang harus diamati adalah penampilan, perilaku dan semua
abnormalitas. Hewan yang mati atau sakit harus dipisah dari kandang
untuk diperiksa secara umum dan kalau mungkin secara mikroskopik.
c. Uji laboratrium
Pemeriksaan hematologik biasanya mencakup hematokrit,
hemoglobin, hitung leukosit total dan hitung jenis leukosit. Uji laboratrium
klinik biasanya mencakup glukosa darah puasa, SGOT, SGPT, alkali
fosfatase, protein total, albumin, globumin, BUN dan unsur-unsur seperti
natrium, kalium, kalsium dan klorit. Sedangkan urinalis mencakup warna,
berat jenis, protein, glukosa, keton, unsur berbentuk kristal dan benda
amorf (Lu, 1995).
2.3. Tinjauan Hati
2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1.500 g,
atau 2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis
lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung
dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian
bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas,
dan usus. Hati mempunyai dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat
dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
12
falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati
ke diafragma dan dinding depan abdomen. ( Price & Wilson, 1995).
Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati yang merupakan struktural
silindris dengan panjang beberapa milimeter dan garis tengah 0,8-2 mm. Hati
manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus (Guyton & Hall, 1997).
Lobulus hati terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang bermuara
ke dalam vena hepatika dan kemudian ke dalam vena cava. Lobulus sendiri
dibentuk terutama dari banyak lempeng sel hati yang memancar secara sentrifugal
dari vena sentralis seperti jeruji roda. Masing- masing lempeng hati tebalnya satu
sampai dua sel, dan diantara sel-sel yang berdekatan terdapat kanalikuli biliaris di
dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus hati yang berdekatan (Guyton &
Hall, 1997).
Dalam septa juga terdapat venula porta kecil yang menerima darah
terutama dari vena saluran pencernaan melaui vena porta. Dari venula ini darah
mengalir ke sinusoid hati gepeng dan bercabang yang terletak diantara lempeng-
lempeng hati dan kemudian masuk vena sentralis. Dengan demikian, sel hati terus
menerus terpapar dengan darah vena porta (Guyton & Hall, 1997).
Selain vena porta, juga ditemukan arteriol hati di dalam septum
interlobularis. Arterol ini menyuplai darah arteri ke jaringan septum diantara
lobulus yang berdekatan,dan banyak arteriol kecil juga mengalir langsung ke
sinusoid hati, paling sering pada sepertiga jarak ke septum interlobularis (Guyton
& Hall, 1997).
Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis sel yaitu sel endotel dan sel kupffer
besar yang merupakan makrofag jaringan (sel retikoloendotel), yang mampu
menjaga fagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah sinus hepatikus.
Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori yang sangat besar, beberapa
diantaranya berdiameter hampir satu mikrometer. Di bawah lapisan ini, terletak
diantara sel endotel dan sel hepar, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit
yang disebut ruang disse. Jutaan ruang disse kemudian menghubungkan pembuluh
limfe di dalam septum interlobularis. Oleh karena itu, kelebihan cairan di dalam
ruang ini dikeluarkan melalui cairan limfatik ( Guyton & Hall, 1997).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
13
2.3.2. Fungsi Hati
Hati merupakan organ parenkim terbesar dan menduduki urutan pertama
dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi. Hati sangat penting untuk
mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh,
dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktifitas yang berbeda. Telah
dilakukan penenlitian pada hewan coba, bahwa pengambilan 80-90% parenkim
hati, hewan masih dapat menunujukkan fungsi hati yang normal. Sehingga untuk
menghabiskan daya cadangan ini, diperlukan penyakit yang mengenai seluruh
parenkim hati (Robbin & Kumar , 1995 ; Price & Wilson, 1995). Hati merupakan
kelenjar tubuh terbesar dan memiliki multifungsi komplek, diantaranya adalah : 1.
Fungsi vaskular untuk menyimpan darah, 2. Fungsi metabolisme, 3.Fungsi
ekskresi, 4. Fungsi proteksi, 5. Fungsi detoksifikasi
2.3.2.1. Fungsi Vaskular untuk Menyimpan Darah
Kira-kira 1100 ml darah mengalir dari vena porta ke sinusoid hati setiap
menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir ke sinusoid dari arteri hepatika,
dengan total rata-rata 1450 ml/menit. Jumlah ini sekitar 29% dari sisa curah
jantung, hampir satu pertiga dari aliran total darah tubuh. Karena hati merupakan
suatu organ yang dapat diperluas, sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam
pembuluh darah hati. Volume darah normal hati, meliputi yang di dalam vena hati
dan yang di dalam jaringan hati, adalah 450 ml, atau hampir 10 % dari total
volume darah tubuh. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan
tekanan balik di dalam hati , hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 L
cadangan darah kadang-kadang disimpan di dalam vena hepatika dan sinus
hepatika. Keaadaan ini terjadi terutama pada gagal jantung disertai dengan
kongesti perifer (Guyton & Hall, 1997).
2.3.2.2. Fungsi Metabolisme
Hati terutama penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah
(fungsi penyangga glukosa dari hati). Misalnya, penyimpanan glikogen
memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya,
dan kemudian mengembalikannya ke darah bila konsentrasi glukosa darah mulai
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
14
turun terlalu rendah. Walaupun beberapa metabolisme lemak dapat terjadi di
semua sel tubuh, aspek metabolisme lemak tertentu terjadi di hati. Beberapa
fungsi spesifik dalam metabolisme lemak adalah pembentukan sebagian besar
lipoprotein, kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat untuk
mensuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, pembentukan sejumlah besar
kolesterol dan fosfolipid, pengubahan sejumlah besar karbohidrat dan protein
menjadi lemak.
Fungsi hati yang paling penting dalam metabolisme protein adalah
deaminasi asam amino, pembentukan protein plasma. Selain itu fungsi metabolik
hati yang lain adalah penyimpanan vitamin dan besi (Guyton & Hall, 1997).
2.3.2.3. Fungsi Ekskresi
Empedu disekresi secara terus menerus oleh hati. Empedu hati tidak dapat
segera masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus,
empedu masuk ke dalam duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung
empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam
anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira lima kali lebih
pekat dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu
mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan
ototnya dan relaksasi sfingter Oddi (Price & Wilson, 1995).
2.3.2.4. Fungsi Proteksi
Hati berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh karena pada hati terdapat sel
kupffer yang mempunyai kemampuan memfagositosis sel-sel yang sudah tua,
partikel atau benda asing, sel tumor, bakteri, virus dan parasit di dalam hati
(Sherlock, 1995).
2.3.2.5 Fungsi Detoksifikasi
Dalam tubuh zat-zat yang bersifat toksik akan mengalami proses
detoksikasi dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau konjugasi. Zat akan
diubah menjadi zat yang dapat larut air dan dikeluarkan melalui urin (Hadi, 2002).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
15
2.3.3. Test Gangguan Hati
Untuk mengetahui gangguan fungsi organ tubuh dapat ditentukan melalui
test laboratrium atau diagnosa dengan pemeriksaan jaringan. Test laboratrium
untuk evaluasi penyakit hati pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diagnosis terhadap hasil ekskresi dan sekresi dari hati
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan bilirubin dalam serum dan
urin. Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan warna jaringan
menjadi kuning dan disebut sebagai ikterus. Ikterus biasanya dapat dideteksi
pada sklera, kulit, atau urine yang menjadi gelap bila serum mencapai 2
sampai mg/dl (bilirubin serum normal adalah 0,3 sampai 1,0 mg/dl). Jaringan
permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah
biasanya menjadi kuning pertama kali. Bilirubin terkonjugasi diekskresi dalam
urin bila kadarnya meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi
pada sel hati atau saluran empedu (Prince & Wilson, 1995).
2. Diagnosis terhadap fungsi biokimia yang spesifik
Beberapa enzim yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis
adanya kerusakan parenkim hati adalah :
a. Glutamat Piruvat Transaminase (GPT), Glutamat Oxaloacetat
Transaminase (GOT), Laktat Dehidrogenase (LDH) adalah enzim
intrasel terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet, yang
dilepaskan dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis), meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokard.
b. Alkali fosfatase adalah enzim yang dibentuk dalam tulang, hati,
ginjal, usus halus dan diekskresikan ke dalam empedu. Kadarnya
meningkat pada obstruksi biliaris, penyakit tulang dan metastasis hati.
Dari enzim-enzim tersebut GPT dan GOT lebih sering digunakan untuk
menilai adanya kerusakan parenkim hati (Price & Wilson, 1995).
2.3.4. Tinjauan Parameter Kerusakan Hati
Apabila jaringan hati normal diamati secara mikroskopik, maka akan
terlihat penampang jaringan organ yang kompak. Penggunaan pewarnaan
Hematoxylin Eosin metode Harris, maka akan tampak sel-sel tersusun teratur
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
16
radial, inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna merah. Sitoplasma sel
terlihat penuh dan tidak berlubang-lubang.
Tanda-tanda kerusakan hati yang dapat diamati secara mikrokopis adalah
degenerasi. Degenerasi merupakan perubahan morfologi sel akibat dari luka yang
tidak mematikan (non letal injury) yang bersifat reversibel. Dikatakan reversibel
karena apabila rangsangan yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel
akan kembali seperti semula. Tetapi apabila berjalan terus menerus dan dosis
berlebihan, maka akan mengakibatkan nekrosis atau kematian sel yang tidak dapat
pulih kembali (Price & Wilson, 1995 ; Himawan, 1994).
Degenerasi bengkak keruh atau dapat juga disebut cloudy swelling
merupakan degenerasi yang paling ringan dan merupakan degenerasi yang
terdeteksi paling dini dari suatu keadaan patologik. Apabila diamati dibawah
mikroskop, maka akan terlihat perubahan-perubahan berupa pembengkakan
mitokondria, sitoplasma tampak keruh karena kadar protein atau asam amino
bertambah, inhibisi sel oleh protein serum dan hidrasi ion natrium akibat
permeabilitas dinding sel hati yang terganggu. Bengkaknya sel hati dengan
sitoplasma berbutir keruh disebabkan oleh pengendapan protein yang disebut juga
albuminous degeneration. Pada kelainan ini, sitoplasma akan tampak sedikit
bervakuola dan lebih gelap daripada biasanya akibat dari kadar glikogen yang
berkurang (Himawan,1994).
Degenerasi hidropik atau hydropic deneration adalah degenerasi yang
ditandai dengan penumpukan air dalam sel. Pada prinsipnya sama dengan
bengkak keruh, tetapi tingkat kerusakan jaringan yang ditimbulkan lebih berat
dengan jangka waktu yang lebih lama.
Nekrosis adalah kematian sel tau jaringan yang merupakan kelanjutan dari
denerasi sel yang sifatnya irreversibel sebab nekrosis pada sel hati adalah
rusaknya susunan enzim dari sel. Tampak atau tidaknya kerusakan pada sel
tergantung pada lama dan jenis nekrosis. Tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis,
karioeksis, dan kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya penggumpalan
kromatin dan inti (nukleus) tidak dikenali lagi, inti tampak lebih padat dan
berwarna gelap hitam. Karioeksis ditandai dengan terjadinya kerusakan pada inti
yaitu inti pecah berkeping-keping sehingga bentuknya menjadi tidak teratur.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
17
Sitoplasma mulai memanjang dan menyerap zat warna lebih banyak sehingga
warna menjadi lebih gelap setelah dilakukan pewarnaan. Kariolisis ditandai
dengan inti yang mulai hilang hingga sulit dikenali secara mikroskopik, bentuk sel
lebih memanjang dan warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaan
(Himawan, 1994). Gambaran Hispatolgi hati hewan coba ditujukan pada
gambaran 2.3, 2.4, 2.5 (Donald & Zachary, 2007)
Gambar 2.3. Gambaran histopatologi sel hati normal yaitu sitoplasma tidak
mengalami Pembengkakan dan tidak pucat serta pada inti tidak terjadi
penggumpalan kromatin, sinusoid (s)
Gambar 2.4. Gambaran hispatologi sel hati yang mengalami degenerasi yaitu
terjadinya pembengkakan pada sitoplasma, sitoplasma nampak bervakuola dan
lebih pucat daripada sel normal
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
18
Gambar 2.5. Gambaran hispatologi sel hati yang mengalami nekrosis berupa
piknotik yaitu terjadinya penggumpalan kromatin, inti tampak lebih padat dan
berwarna gelap hitam
2.4. Tinjauan Enzim
2.4.1. Sifat Umum Enzim
Enzim befungsi sebagai katalisator dalam sel dan mempunyai sifat yang
sangat khas. Sebagian besar reaksi kimia dalam sel hidup akan terjadi sangat
lambat jika tidak dikatalisa oleh enzim (Wilson, 1982). Dalam jumlah yang sangat
kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim akan
kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, dan pelarut organik
yang bisa menyebabkan denaturasi protein (Girinda, 1986). Pada keadaan
patologis tertentu kadar enzim dalam serum dapat digunakan sebagai parameter
diagnostik yang penting (Wilson, 1982).
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berlangsungnya Reaksi Enzim
2.4.2.1. Kadar Enzim dan Substrat
Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi enzim yang berperan
sebagai katalisator dalam reaksi itu. Banyak substrat yang ditransformasikan
sesuai dengan tingginya konsentrasi enzim yang digunakan. Michelis dkk
menyatakan bahwa reaksi yang dikatalis oleh enzim pada berbagai konsentrasi
substrat mengalami dua fase yaitu : (1) jika konsentrasi substrat masih rendah,
daerah yang aktif pada enzim tidak semuanya terikat dengan substrat dan (2) jika
jumlah molekul substrat meningkat maka daerah yang aktif pada enzim terikat
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
19
seluruhnya oleh substrat dan pada saat itu enzim telah bekerja dengan kapasitas
penuh (Girinda, 1986).
2.4.2.2. Suhu
Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikan.
Sehingga daya kerja enzim menurun. Pada suhu di atas 45°C timbul efek
denaturasi termal dan pada suhu yang mendekati 55°C fungsi katalisis enzim
hilang (Girinda, 1986).
2.4.2.3 pH
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH karena sifat gugus karboksil
dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH. Di dalam sel dan lingkungan sel
sekelilingnya, pH dalam keadaan normal harus tetap sebab adanya perubahan
akan menyebabkan pergeseran aktivitas enzim. Hal ini akan mempengaruhi sistem
katabolik dan anabolik dalam sel dan jaringan (Girinda, 1986).
2.4.2.4. Inhibitor
Enzim sangat peka terhadap senyawa atau gugus senyawa yang
diikatnya. Senyawa atau gugus senyawa yang menghambat aktivitas enzim
disebut inhibitor. Tidak semua inhibitor bersifat merugikan karena dalam sel bisa
juga terdapat inhibitor yang berfungsi sebagai regulasi reaksi enzim. Dalam hal ini
inhibitor mengontrol produk enzim sehingga hanya cukup untuk kebutuhan sel
saja (Girinda, 1986).
2.4.3. Tinjauan Enzim SGOT dan SGPT
Transaminase adalah sekelompok enzim dan bekerja sebagai katalisator
dalam proses pemindahan gugusan amino antara suatu asam alfa amino dengan
asam alfa keto (Page, 1997).
Enzim serum Glutamat Oxaloasetat Transaminase (SGOT) terdapat
dalam sel-sel organ tubuh, yang terbanyak pada otot jantung, kemudian sel-sel
hati, otot ginjal dan pankreas. Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan yang
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
20
akut, kadarnya dalam serum meningkat. Kadar yang meningkat terdapat pada
hepatoseluler nekrosis atau infark miokard (Hadi, 2002).
Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGOT adalah Glutamat
Oksaloasetat Transaminase mengkatalisis reaksi antara asam α-ketoglutarat
dengan asam L-aspartat menghasilkan suatu asam oksaloasetat dan asam L-
glutamat. Asam oksaloasetat yang terbentuk, dengan adanya MDH, akan
direduksi menjadi asam malat, bersamaan dengan itu NADH menjadi NAD+.
NADH diabsorbsi pada panjang gelombang 340 nm. Kecepatan penurunan
absorbsi pada panjang gelombang tersebut sebanding dengan aktivitas SGOT.
Persamaan reaksi yang digunakan untuk menentukan aktivitas enzim SGOT
ditunjukkan pada gambar 2.6 (Amadea, 1987).
Gambar 2.6. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGOT
Enzim Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) banyak terdapat
dalam sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah sel-sel hati, sedang dalam
jantung dan otot-otot skelet agak kurang jika dibandingkan dengan GOT. Kadar
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
21
dalam serum meningkat terutama pada kerusakan dalam hati jika dibandingkan
dengan GOT (Hadi, 2002).
Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGPT adalah Glutamat Piruvat
Transaminase mengkatalisis reaksi antara α-ketoglutarat dengan L-alanin
menghasilkan suatu asam piruvat dan asam L-glutamat. Asam piruvat yang
terbentuk, dengan adanya LDH, akan direduksi menjadi asam laktat, bersamaan
dengan itu NADH menjadi NAD+. NADH diabsorbsi pada panjang gelombang
340 nm. Kecepatan penurunan absorbsi pada panjang gelombang tersebut
sebanding dengan aktivitas SGPT. Persamaan reaksi yang digunakan untuk
menentukan aktivitas enzim GPT ditunjukan pada gambar 2.7 (Amadea, 1987).
Gambar 2.7. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGPT
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Saat ini, dunia berada dalam iklim back to nature atau dikenal dengan
gerakan kembali ke alam yang dalam pelaksanaanya membiasakan hidup dengan
menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan alami.
Semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang, salah satunya
adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan (Kardinan & Kusuma, 2003).
Di Indonesia penggunaan obat tradisional masih banyak dilakukan dan hal
ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia sejak lama. Sampai saat ini
masyarakat masih menggunakan obat tradisional, bahkan ada kecenderungan hal
tersebut meningkat, karena obat tradisional dianggap relatif tidak menimbulkan
efek samping yang bermakna (Sutarjadi, 1991).
Tumbuhan Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang dikenal
masyarakat dengan nama daerah cempedak, secara empirik digunakan untuk
bahan ramuan tradisional, antara lain sebagai obat demam,disentri, malaria, dan
penyakit kulit. Cempedak mempunyai tujuh kandungan senyawa flavonoid :
artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E, artoindosianin R,
artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007) dan empat senyawa
flavon : artocarpon A & artocarpon B (Widyawaruyanti et al, 2007),
artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1998). Selain itu terdapat
kandungan lain yaitu empat senyawa triterpen : sikloeukalenol, glutinol,
sikloartenon, 24-metilsikloartenon serta suatu senyawa sterol yaitu β-sitosterol
(Hakim et al, 1996).
Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporakan
bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari
cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum
. Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat
menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah
terinfeksi malaria (Utomo,2003;Hidayati,2004).
Aktivitas malaria juga ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari
tanaman ini dan salah satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
23
flavon terprenilasi menunjukan aktivitas yang lebih poten daripada
kloroquin(Widyawaruyanti,2007).
Maretnowati(2007) telah melakukan uji toksisitas akut dan subakut ekstrak
etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden Spreng dengan
parameter histopatologi hati mencit menunjukkan bahwa harga LD50 ekstrak
etanol dan ekstrak air kulit batang cempedak di atas 21 g/kg BB untuk mencit
relatif kurang berbahaya. Akan tetapi pada pemberian ekstrak etanol dapat
menyebabkan terjadinya perubahan gambaran histopatologi berupa degenerasi dan
nekrosis pada dosis 10x dosis lazim sedangkan ekstrak air dapat menyebabkan
terjadinya degenerasi dan tidak terjadi nekrosis. Penelitian lainnya uji toksisitas
ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak juga menunjukkan zat yang relatif
kurang berbahaya akan tetapi pula ekstrak ini dapat menyebabkan perubahahan
morfologi hati dan meningkatkan kadar enzim SGOT dan SGPT pada mencit
(Wardhani, 2008).
Mengingat cempedak mempunyai aktivitas yang poten sebagai obat
antimalaria dan prospektif untuk obat fitofarmaka sehingga perlu dikembangkan.
Pengembangan produk fitofarmaka ini perlu dilakukan untuk menjamin
keefektifan,khasiat,keamanannya.
Menindaklanjuti penelitian tentang cempedak yang telah dilakukan, pada
penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut dan subakut dari granul ekstrak etanol
80% kulit batang cempedak yang merupakan pengembangan dari penelitian
sebelumnya untuk menjamin keamanan dari produk tersebut. Pada uji toksisitas
akut digunakan dosis tertinggi untuk menentukan parameter LD50 sedangkan uji
toksisitas subakut diberikan dosis yang mengacu pada dosis efektif. Selanjutnya
pada uji toksisitas akut dilakukan pengamatan adanya kematian pada dosis
tertinggi sedangkan uji toksisitas subakut dilakukan pengamatan organ hati untuk
mengetahui kerusakan tersebut. Selain itu juga dilakukan pengambilan darah
untuk pemeriksaan harga SGOT & SGPT untuk mengetahui fungsi normal hati.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
24
3.1. Skema Kerangka Konseptual
Gambar 3.1. Skema kerangka konseptual
Indonesia kaya dengan aneka ragam flora
(The second mega biodiversity)
Sebagai produk fitofarmaka
ANTIMALARIA
Paradigma
SAFETY
Paradigma
EFFICACY
Paradigma
QUALITY
Uji toksisitas subakut Uji toksisitas akut
Pemeriksaan histopatologi
hati & aktivitas enzim SGOT
& SGPT
Parameter LD50
Granul dari ekstrak etanol 80% dari kulit
batang cempedak relatif aman berdasarkan
parameter LD50 dan tidak menimbulkan
efek toksik pada hati terhadap mencit
Uji praklinik
Studi bioaktivitas
Kriteria Toksisitas
Dimanfaatkan manusia untuk tujuan pengobatan
Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Bahan
4.1.1. Bahan Kimia
Bahan untuk penentuan toksisitas dan keamanan :
Formalin 10%, hematoxylin eosin, xylol, paraffin cair, dan kanada balsam
4.1.2. Bahan Larutan Uji Toksisitas
CMC Na 0,5% , Granul dari ekstrak 80% etanol dari kulit batang
cempedak diperoleh dari desa Mugirejo, Samarinda, Kalimantan Timur. Tgl
pemanenan 17 Juni 2009, ketinggian permukaan tanah ± 50 m DPL, ketinggian
pohon ± 15 m, diameter pohon ± 80 cm, usia tanaman ± 6 tahun.
4.1.3. Bahan Uji
Bahan yang digunakan berasal dari ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak kemudian diformulasikan menggunakn metode granulasi basah oleh
bagian tehknologi farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dengan
spesifikasi pada tabel berikut :
Tabel IV.1. Formulasi Granul Sediaan Kapsul Ekstrak Kulit Batang Cempedak
Bahan Jumlah
Ekstrak cempedak
PEG 6000
PVP K25
Etanol 95%
Laktosa
Avicel PH 101
Primogel
15 mg
15 mg
3 mg
± 25 mL
178,5 mg
76,5 mg
12 mg
Berat granul/kapsul 300 mg
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
26
4.2. Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan untuk penentuan uji toksisitas adalah
mencit jantan dan betina dewasa (2-3 bulan dengan berat 20-30 g), galur BALB/C
yang diperoleh dari Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.
4.3. Alat-Alat Penelitian
Alat untuk penentuan toksisitas dan keamanan :
Alat-alat bedah (gunting,pisau,pinset), alat-alat gelas, kaca objek, alat
sonde, labu ukur, gelas beker, cawan porselen, batang pengaduk, sudip, mortir,
stamper, lemari pendingin, timbangan hewan, mikroskop cahaya, spet injeksi,
venoject, pot plastik, bak hewan, dan kawat penutup.
4.4. Penyiapan Obyek Penelitian
Mencit yang akan digunakan diadaptasikan dengan lingkungan minimal
1 minggu. Semua mencit dipelihara dengan cara yang sama dan diberi diet
makanan sama pula. Sebelum perlakuan semua mencit ditimbang untuk
mengetahui berat badan sehingga mempermudah pengaturan dosis.
4.5. Cara Kerja
4.5.1. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Akut
Pemilihan dosis awal yang digunakan untuk penelitian ini dipilih dosis
dengan harga tertinggi dari suatu bahan yang dikategorikan sebagai “relatively
harmless” menurut tabel Toxicity Rating (Dorelanko, 1995). Dinyatakan bahwa
suatu bahan dikatakan praktis tidak beracun jika jumlah bahan uji pada tikus 15
g/kg BB. Kemudian dilakukan penyetaraan dosis dari tikus ke mencit, dan
diperoleh dosis sebesar 21 g/kg BB mencit.
Dosis yang digunakan pada mencit 20 g adalah 20/1000 x 21 g = 0,42 g
ekstrak. Dari hasil tersebut dosis diturunkan untuk mendapatkan dosis yang
membunuh mencit kurang dari 50% tetapi tidak 0% dan membunuh lebih dari
50% tetapi tidak 100% (Ghosh, 1971).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
27
4.5.2. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Subakut
Dosis yang digunakan pada uji toksisitas ini adalah dosis efektif dari
kulit cempedak dari penelitian antimalaria Dr. Aty Widyawaruyanti sebesar 10
mg/kg BB mencit. Dari dosis efektif ini ditingkatkan lagi menjadi 5 kali dan 10
kalinya berdasarkan penelitian uji toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak oleh Esti Eka Wardhani pada tahun 2008 untuk mengetahui perbedaan
kerusakan hati yang ditimbulkan dari ketiga dosis yang berbeda tersebut apabila
digunakan secara oral sebanyak 1 kali pada mencit selama 14 hari. Dosis yang
digunakan pada uji toksisitas subakut adalah 1x dosis efektif ; 5x dosis efektif ;
dan 10x dosis efektif.
4.5.3. Penyiapan Bahan Uji
Pemberian tiap dosis dalam bentuk ekstrak kering yang disuspensikan
dalam mucilago CMC Na 0,5%. Kontrol negative diberi mucilage CMC Na 0,5%.
Pembuatan mucilago CMC Na 0,5% dengan cara ditimbang 0,5 g CMC Na,
ditaburkan di atas air panas secukupnya, dibiarkan mengembang ± 15 menit di
dalam mortir. Digerus sampai homogen, setelah homogen beri sedikit air agar
sediaan menjadi encer kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur dan ditambah
dengan aquadest sampai 100 ml. Mucilago CMC Na ini diberikan ke kelompok
kontrol sebanyak 1ml secara oral.
4.5.4. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Akut
Disiapkan dua kelompok mencit untuk tiap granul dari ekstrak etanol
yang masing-masing menerima dosis yang berbeda. Masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor betina, tiap hewan coba diberi granul
esktrak etanol cempedak sesuai dengan dosis masing-masing, kecuali kelompok
kontrol. Pemberian dilakukan secara per oral sebanyak satu kali, kemudian
dilakukan pengamatan selama 7 hari.
Kontrol : Sebagai kelompok kontrol, diberi suspensi CMC Na 0,5%
Kelompok I : Diberi granul dari ekstrak cempedak dosis tertinggi yang
setara dengan 0,42 g granul /20 g BB mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
28
4.5.5. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Subakut
Disiapkan 4 kelompok mencit untuk tiap granul ekstrak yang masing-
masing menerima dosis yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 9
ekor mencit jantan. Tiap hewan coba diberi granul ekstrak etanol cempedak sesuai
dengan dosis masing-masing, kecuali kelompok kontrol. Pemberian dilakukan
secara per oral sebanyak 1 kali selama 14 hari, kemudian hewan coba dikorbankan
diambil organ hatinya untuk dibuat preparat dan darahnya secara intra cardial.
Kemudian diukur aktivitas enzim SGOT dan SGPT-nya.
Kontrol : Sebagai kelompok kontrol, diberi suspensi CMC Na 0,5%
Kelompok I : diberi granul dari esktrak cempedak setara dengan dosis efektif
yaitu 10 mg/kg BB atau 0,2 mg / 20 g BB mencit
Kelompok II : diberi granul dari ekstrak cempedak dengan 5x dosis efektif yaitu
50 mg/kg BB atau 1 mg / 20 g BB mencit
Kelompok III : diberi granul dari ekstrak cempedak dengan 10x dosis efektif
yaitu 100 mg/kg BB atau 2 mg / 20 mg BB mencit
4.5.6. Analisis Data Uji Toksisitas Akut
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan
probit analisis, suatu program komputer yang dibuat untuk menentukan LD50 dari
granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak yang diuji. Prinsip pengolahan
data dari program ini adalah mengintrapolasikan dosis bahan uji dengan persen
letalitas (kematian) mencit yang diuji.
4.5.7. Analisis Data Uji Toksisitas Subakut
4.5.7.1. Pemeriksaan Preparat
Pada penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya agar dapat
mengamati secara mikroskopik preparat hati mencit. Mula-mula digunakan
perbesaran 100 kali kemudian digunakan perbesaran 400 kali. Setiap preparat hati
mencit diamati perubahannya melalui lima lapang pandang yang berbeda.
Setiap lapang pandang, diamati perubahan-perubahan yang terjadi.
Setiap preparat digeser minimal lima kali lapang pandang kemudian diskor,
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
29
dijumlah dan dibagi lima, maka hasil dari lima kali pergeseran itu adalah data dari
satu preparat. (Sukardja, 1998).
Tabel IV.2. Skor Perubahan Gambaran Histopatologi Hati Mencit
Tingkat Perubahan Gambaran
Histopatologi Hati
Skor
Normal (0%) 0
Degenerasi < 25% 1
Degenerasi 25-50% 2
Degenerasi 51-75% 3
Degenerasi > 75% 4
Nekrosis < 25% 1
Nekrosis 25-50% 2
Nekrosis 51-75% 3
Nekrosis > 75% 4
4.5.7.2. Analisis Data Preparat
Data Perubahan gambaran histopatologi hati mencit yang telah diberi
skor, diolah dengan penilaian peringkat (rank) lalu dianalisis menggunakan uji
Kruskal Wallis. Dipilih uji Kruskal Wallis karena data yang diperoleh berdasarkan
nilai skoring ataua penilaian derajat perubahan. Bila terjadi perbedaan yanga nyata
diantara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan Uji Perbandingan
Berganda (uji Z) 5% (Daniel, 1989).
4.5.7.3. Pembuatan Preparat Histopatologi
Pembuatan preparat histopatologi dilaksanakan di laboratrium Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Cara pembuatannya melalui
beberapa tahap sebagai berikut : 1. Fiksasi dengan formalin 10% dilanjutkan
pencucian dengan air, 2. Dihidrasi dan clearing, 3. Infiltrasi, 4. Pembuatan blok
paraffin, 5. Pemotongan blok paraffin dengan mikrotom, 6. Pewarnaan dengan
menggunakan Hematoxylin Eosin, 7. Pemberian lapisan Kanada Balsam pada
gelas objek yang telah diwarnai.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
30
4.5.7.4. Analisis Enzim SGPT dan SGOT
Data yang diperoleh dari aktivitas enzim SGOT dan SGPT, dianalisis
dengan ANAVA (one way) pada derajat kepercayaan 95% untuk mengetahui
apakah ada perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan.
Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna aktivitas enzim SGOT dan SGPT
antar kelompok perlakuan.
Ha : Ada perbedaan bermakna aktivitas enzim SGOT dan SGPT antar
kelompok perlakuan
Untuk menilai hipotesis statistik, dilihat harga Sig. harga ini kemudian
dibandingkan dengan α (0,05). Bila Sig. < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna,
dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference). Dari hasil uji
kemudian dilihat harga Sig. harga ini kemudian dibandingkan dengan α (0,05).
Bila Sig. < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
31
Skema Pemberian Bahan Uji Toksisitas Akut
Keterangan gambar 4.1. :
Kelompok Kontrol = sebagai kontrol , diberi suspensi CMC-Na 0,5%
Kelompok Dosis I = diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak dengan dosis 21 g/kg BB atau 0,42 g / 20
mg BB mencit
Granul dari ekstrak 80% etanol kulit
batang cempedak (Artocarpus
champeden Spreng )
Kontrol
4 jam pertama
Pengamatan
24 jam – 7 hari
Hitung jumlah mencit mati
Analisis data
Gambar 4.1. Skema pemberian bahan uji toksisitas akut
Dosis I
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
32
Skema Pemberian Bahan Uji Toksisitas Subakut
Keterangan gambar 4.2. :
Kelompok Kontrol = sebagai kontrol , diberi suspensi CMC-Na 0,5%
Kelompok Dosis I = Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak dengan dosis efektif 10 mg/kg BB atau 0,2
mg / 20 g BB mencit
Kelompok Dosis II = Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak dengan dosis efektif 50 mg/kg BB atau 1
mg / 20 g BB mencit
Granul dari ekstrak 80% etanol kulit
batang cempedak (Artocarpus
champeden Spreng )
Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV
Pemberian sediaan sehari satu kali
selama 14 hari
Pengambilan organ hati Pengambilan darah
Pembuatan preparat hati
Pengamatan mikroskopik
Analisis data
Analis data
Pengamatan SGOT & SGPT
Gambar 4.2. Skema pemberian bahan uji toksisitas subakut
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
33
Kelompok Dosis III = Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang
cempedak dengan dosis efektif 100 mg/kg BB atau 2
mg / 20 g BB mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Data Hasil Penelitian
5.1.1. Uji Toksisitas Akut
Hasil uji toksisitas akut sediaan suspensi dari sediaan granul ekstrak etanol
80% kulit batang cempedak pada mencit ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel V.1. Hasil Uji Toksisitas Akut pada Mencit
Kelompok Jumlah Mencit Jantan
Mati Hidup
Kontrol 0 5
I 0 5
Kelompok Jumlah Mencit Betina
Mati Hidup
Kontrol 0 5
I 0 5
Keterangan :
KEL Kontrol = Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I = Kelompok perlakuan yang diberi granul dari ekstrak
etanol 80% kulit batang cempedak dengan dosis
tertinggi 0,42 g / 20 g BB mencit atau 21 g/ kg BB mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
35
5.1.2. Uji Toksisitas Subakut
5.1.2.1. Nilai Skor Perubahan Gambar Histopatologi Hati Mencit
Untuk mengetahui efek hepatotoksik granul ekstrak etanol 80 % kulit batang
cempedak (Artocarpus champeden Spreng) selain dilakukan pengukuran aktivitas
dari enzim SGOT dan SGPT pada hewan coba, dilakukan pula pengamatan
histopatologi sel hepar hewan coba. Pengamatan histopatologi ini untuk melihat
kerusakan sel hati secara mikroskopis.
Perubahan yang nampak pada gambaran histopatologi hati mencit diperoleh
dari pengamatan secara mikroskopik melalui lima lapang pandang yang berbeda
terhadap seluruh kelompok perlakuan, dicatat, diskor lalu diolah dengan penilaian
peringkat (rank), seperti dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3 sebagai berikut :
Tabel V.2. Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Seluruh
Kelompok Perlakuan yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi
Akibat Pemberian Granul Ekstrak Etanol Cempedak ( Artocarpus
champeden Spreng )
Replikasi KONTROL KEL I KEL II KEL III
1 0.4 0.4 0 2
2 0 1.8 0 2.4
3 0.4 1.4 1.2 2.2
4 0 1.6 1.2 1.6
5 0.6 3.2 0.8 2
6 0 0 2 1.2
7 0.2 1.6 1.4 2.2
8 0 0.8 1.8 2.2
9 0 1 2 3.6
Rerata 0,18 1,31 1,16 2,16
Keterangan :
Replikasi = Ulangan
KEL Kontrol = Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I = Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II = Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III = Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
36
Tabel V.3. Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Seluruh
Kelompok Perlakuan yang Mengalami Perubahan Berupa Nekrosis Akibat
Pemberian Granul Ekstrak Etanol Cempedak ( Artocarpus champeden
Spreng )
Replikasi KONTROL KEL I KEL II KEL III
1 0 0,2 0,8 0,6
2 0 2,2 0,6 1
3 0,6 1,4 0,6 0,6
4 0,6 0,6 0,4 0,4
5 0,6 0,4 0 0,4
6 0,4 0 0,8 1
7 0,6 1 0,6 0,8
8 1,0 0 1,2 0,6
9 0,6 0 1 0,8
rerata 0,49 0,64 0,67 0,69
Keterangan :
Replikasi = Ulangan
KEL Kontrol = Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I = Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II = Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III = Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
5.1.2.2. Hasil Pengamatan Histopatologi Hati Pada Mencit
Irisan organ hepar yang didapat diproses untuk pembuatan sediaan
mikroskopis kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE).
Irisan kemudian dievaluasi adanya kerusakan yang terjadi. Sel hati yang
mengalami kerusakan ditandai adanya degenerasi sel yang meliputi perubahan
hidropik ataupun degenerasi lemak maupun nekrosis, meliputi piknosis,
karioreksis, kariolisis. Gambaran histopatologi hati hewan coba disajikan pada
gambar di bawah ini:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
37
Gambar 5.1
Gambaran Histopatologi Hati Normal pada Perbesaran 400x
Gambar 5.2
Gambaran Histopatologi Hati Pada Perbesaran 400x yang Terjadi
Degenerasi Yakni Terjadi Pembengkakan pada Sitoplasma, Sitoplasma
Nampak Bervakuola Daripada Sel Normal
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
38
Gambar 5.3
Gambaran Histopatologi Hati Pada Perbesaran 400x yang Terjadi Nekrosis
Berupa Piknotik Yakni Terjadinya Penggumpalan Kromatin dan Tidak
Dikenali Lagi Inti (nukleus), Inti Tampak Lebih Padat dan Berwarna Gelap
Hitam
5.1.2.3. Hasil Pengamatan Enzim SGOT dan SGPT Mencit
Tabel V.4. Aktivitas Enzim SGOT Mencit pada Seluruh Kelompok
Perlakuan
Replikasi Aktivitas Enzim SGOT ( U / L )
KONTROL KEL I KEL II KEL III
1 63 72 48 31
2 51 28 66 85
3 39 96 66 78
4 73 54 73 64
5 74 50 46 56
6 74 79 45 56
7 70 59 43 46
8 64 36 78 73
9 31 53 74 70
rerata 59,89 58,56 58,89 62,11
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
39
Keterangan :
Replikasi = Ulangan
KEL Kontrol = Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I = Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II = Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III = Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
Tabel V.5. Aktivitas Enzim SGPT Mencit pada Seluruh Kelompok
Perlakuan
Replikasi Aktivitas Enzim SGPT ( U / L )
KONTROL KEL I KEL II KEL III
1 18 21 33 60
2 12 25 23 20
3 15 21 16 25
4 48 26 72 13
5 26 15 77 19
6 20 21 17 34
7 25 12 36 18
8 22 22 22 21
9 25 26 19 18
rerata 23,45 21,00 35,00 25,33
Keterangan :
Replikasi = Ulangan
KEL Kontrol = Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I = Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II = Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III = Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
40
5.2. Analisis Data
5.2.1. Uji Toksisitas Akut
Pada uji toksisitas akut pada mencit digunakan dosis yang tertinggi yaitu 21
g/kg BB mencit kemudian disetarakan ke mencit dengan berat 20 g sehingga
didapatkan dosis 0,42 g / 20 g BB mencit. Hasil uji toksisitas akut dengan dosis
tertinggi tersebut tidak menunjukkan kematian pada mencit sehingga disimpulkan
bahwa LD50 tidak perlu ditentukan atau dapat pula dianggap dosis yang
digunakan yaitu dosis yang tergolong klasifikasi relatif tidak berbahaya tersebut
dijadikan sebagai LD50 untuk sediaan suspensi granul ekstrak etanol 80% dari
kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ).
Dengan demikian dapat pula disimpulkan bahwa LD50 untuk ekstrak etanol
kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) di atas dosis 0,42 g /
20g BB mencit.
5.2.2. Histopatologi Sel Hati
5.2.2.1. Uji Statistik Kruskal-Wallis
Data skoring masing-masing perubahan patologis yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan analisis Kruskal-Wallis. Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
Ho: Tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok.
Ha : Ada perbedaan bermakna antar kelompok
Untuk menilai hipotesis statistik, terlebih dahulu ditentukan harga signifikasi
(Asymp. Sig.) yang akan dibandingkan dengan harga tingkat kepercayaan 95%.
Bila signifikansi (Asymp. Sig.) < (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Untuk mengetahui kelompok mana saja yang berbeda makna, maka dilakukan uji
U Mann-Whitney.
Tabel V.6. Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi Hati pada
Perubahan Berupa Degenerasi
Kelompok N Rerata Perubahan
Histopatologi
Simpangan Baku
Kontrol 9 0,18 0,23
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
41
I 9 1,31 0,98
II 9 1,16 0,89
III 9 2,16 0,65
.
Tabel V.7. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pada Perubahan Berupa Degenerasi
Chi-Square 19,873
Derajat Bebas 3
Asymp.Sig 0,000
Dari tabel ringkasan uji Kruskal-Wallis histopatologi hati pada perubahan
degenerasi didapatkan harga signifikasi (Asymp. Sig.) = 0,000 signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan.
Tabel V.8. Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi Hati pada
Perubahan Berupa Nekrosis
Kelompok N Rerata Perubahan
Histopatologi
Simpangan Baku
Kontrol 9 0,49 0,32
I 9 0,64 0,76
II 9 0,67 0,35
III 9 0,69 0,23
Tabel V.9. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pada Perubahan Berupa Nekrosis
Chi-Square 2.118
Derajat Bebas 3
Asymp.Sig 0.548
Dari tabel ringkasan uji Kruskal-Wallis histopatologi hati pada perubahan
nekrosis didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,548 signifikansi tersebut
lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
42
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan
5.2.2.2. Uji Mann-Whitney U
Hasil perhitungan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji
U Mann-Whitney.
Hasil analisis data dengan uji Mann-Whitney U akan dapat diketahui urutan
tingkat perubahan gambaran histopatologi hati diantara kelompok uji.
Tabel V.10. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan
Kelompok I yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi
DEG
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 53.500
Z -2.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .003
a
Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok I
didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,004 signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara
kelompok.
Tabel V.11. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan
Kelompok II yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi
DEG
Mann-Whitney U 13.000
Wilcoxon W 58.000
Z -2.506
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .014
a
Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok
II didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,012 signifikansi tersebut lebih
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
43
kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara
kelompok.
Tabel V.12. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan
Kelompok III yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi
DEG
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 45.000
Z -3.625
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .000
a
Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok
III didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig.) = 0,000 signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara
kelompok.
5.2.3. Aktivitas Enzim SGOT / SGPT Mencit
5.2.3.1. Uji ANAVA ( One Way )
Dari data di atas dilakukan analisis dengan uji ANAVA ( One Way )
menggunakan pada tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ) untuk membuktikan
apakah ada perbedaan bermakna yang ditunjukkan antar kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Tabel V.13. Hasil Rerata Aktivitas SGOT Hewan Coba Tiap Kelompok
Kelompok N Rerata kadar SGOT
U/L
Simpangan Baku
Kontrol 9 59,9 16,00
I 9 58,6 21,12
II 9 55,2 14,20
III 9 62,1 16,82
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
44
Tabel V.14. Ringkasan ANAVA Untuk Aktivitas Enzim SGOT Hewan
Coba
Sumber Variasi Jumlah
Kuadrat
db Rata-rata
Kuadrat
F Sig
Antar
Kelompok 58.667 3 19.556 .066 .978
Dalam
Kelompok 9494.889 32 296.715
Total 9553.556 35
Dari Tabel di atas, diperoleh harga signifikansi = 0,978 untuk SGOT, harga
sigfikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan
Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna diantara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Tabel V.15. Hasil Rerata Aktivitas SGPT Hewan Coba Tiap Kelompok
Kelompok N Rerata kadar SGPT
U/L
Simpangan Baku
Kontrol 9 23,5 10,36
I 9 21,0 4,80
II 9 35,0 23,43
III 9 25,3 14,25
Tabel V.16. Ringkasan ANAVA Untuk Aktivitas Enzim SGPT Hewan
Coba
Sumber Variasi Jumlah
Kuadrat
db Rata-rata
Kuadrat
F Sig
Antar Kelompok 1015.417 3 338.472 1.534 .225
Dalam
Kelompok 7060.222 32 220.632
Total 8075.639 35
Untuk SGPT didapatkan nilai signifikansi = 0,225 , harga tersebut lebih
besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
45
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Penggunaan tanaman obat tradisonal di Indonesia masih banyak
dilakukan dan hal tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat sejak lama. Sampai
saat ini masyarakat sering menggunakan obat tradisional untuk berbagai
pengobatan penyakit karena mempunyai efek samping yang relatif tidak bermakna
(Sutarjadi, 1991). Salah satu tumbuhan yang sering di gunakan masyarakat
sebagai pengobatan adalah Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang
dikenal masyarakat dengan nama daerah cempedak. Cempedak tersebut
mempunyai aktivitas sebagai antimalaria sehingga berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sediaan fitofarmaka. Keamanan dalam penggunaan
sediaan merupakan salah satu syarat sediaan fitofarmaka. Hal ini dilakukan dalam
upaya melindungi masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian toksisitas akut untuk melihat LD50 dan
subakut untuk melihat gambaran histopatologi hati serta aktivitas enzim SGOT
dan SGPT dari hati mencit selama 14 hari dengan menggunakan granul ekstrak
etanol 80% kulit batang cempedak.
Uji toksisitas akut dilakukan dengan pemberian granul ekstrak etanol 80%
kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dengan disuspensikan ke
dalam CMC-Na 0,5%. Dosis yang digunakan yaitu dosis tertinggi 15 g/kg BB
tikus tabel toxicity rating (Loomis,1987). Dinyatakan bahwa suatu bahan disebut
relatif tidak berbahaya jika pada pemberian dosis 15 g/kg BB tikus tidak
memberikan kematian pada hewan coba. Kemudian dilakukan penyetaraan dosis
dari tikus ke mencit dan diperoleh dosis sebesar 21 g/kg BB mencit. Dari dosis
tersebut disetarakan ke mencit dengan berat badan 20 g didapat 20/1000x 21 g
ekstrak = 0,42 g. Pada penelitian uji toksisitas akut ini dibagi dua kelompok
yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Sebagai kontrol, jumlah mencit yang
digunakan ada 10 mencit masing-masing terdiri 5 mencit jantan dan 5 mencit
betina. Kelompok kontrol diberikan suspensi CMC-Na 0,5%. Kemudian pada
kelompok perlakuan , mencit yang digunakan ada 10 mencit masing-masing
terdiri 5 mencit jantan dan 5 mencit betina. Kelompok perlakuan ini diberikan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
47
dosis tertinggi sebesar 0,42 g / 20 g BB mencit. Pada uji toksisitas akut dilakukan
dengan pemberian bahan uji sebanyak satu kali kemudian diamati jumlah mencit
yang mati setelah pemberian bahan uji selama empat jam dan 24 jam. Apabila
setelah 24 jam tidak terjadi kematian maka pengamatan dilakukan lagi selama satu
minggu.
Hasil dari uji toksisitas akut dengan menggunakan dosis tertinggi yaitu
dosis 21 g/kg BB mencit atau 0,42 g / 20 g BB mencit disimpulkan tidak
berbahaya karena tidak terjadi kematian pada hewan coba. Sehingga dengan
demikian, LD50 dari granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak
(Artocarpus champeden Spreng) dikategorikan sebagai bahan yang relatif tidak
berbahaya (Loomis,1987).
Uji toksisitas subakut dilakukan dengan pemberian granul ekstrak etanol
80 % kulit batang cempedak yang disuspensikan dalam CMC-Na 0,5% pada
mencit jantan. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah dosis
efektif dari kulit cempedak sebesar 10 mg/kg BB mencit. Dari dosis efektif ini
ditingkatkan lagi menjadi 5 kali dan 10 kalinya berdasarkan penelitian uji
toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Wardhani,2008). Untuk
mengetahui perbedaan kerusakan hati yang ditimbulkan dari ketiga dosis yang
berbeda tersebut apabila digunakan secara oral sebanyak 1 kali sehari pada mencit
selama 14 hari. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah 1x dosis
efektif atau 0,2 mg / 20 g BB mencit; 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g BB
mencit; dan 10x dosis efektif atau 2 mg / 20 g BB mencit. Uji toksisitas subakut
pada percobaan ini dibagi menjadi menjadi empat kelompok yaitu kontrol yang
diberi suspensi CMC-Na 0,5% , kelompok 1 yang diberi 1x dosis efektif atau 0,2
mg / 20 mg BB mencit, kelompok 2 yang diberi 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g
BB mencit, dan kelompok 3 yang diberi 10x dosis efektif atau 2 mg / 20 g BB
mencit. Setelah 14 hari dilakukan pembedahan untuk diambil darah dari jantung
(intracardial) dan organ hati.
Pengamatan histopatologi hepar mencit bertujuan untuk melihat kerusakan
yang terjadi pada sel hati secara mikroskopis akibat pemberian bahan uji. Irisan
organ hepar yang diperoleh diproses untuk pembuatan sediaan mikroskopis
kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoksillin Eosin (HE). Pemeriksaan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
48
histopatologi dilakukan melalui pengamatan mikroskopik preparat histopat hati
mencit dengan perbesaran 400x. Pengamatan histopatologi hepar dilakukan pada
lima lapang pandang yang berbeda. Setiap lapang padang diamati perubahan-
perubahan yang terjadi pada sel hepar yaitu degenerasi dan nekrosis kemudian
diskor dan dirata-rata lima kali hasil skor setiap pergeseran maka itu adalah data
yang diperoleh dari satu preparat. Data yang didapat selanjutnya dianalisis dengan
uji statistik Kruskal Wallis. Apabila dari hasil uji terdapat perbedaan bermakna
antara kelompok perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U untuk
mengetahui perbedaan antara kelompok.
Berdasarkan hasil analisis Kruskal Wallis untuk histopatologi hati pada
perubahan degenerasi didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig) = 0,000. Harga
sigfikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji. Untuk mengetahui perbedaan
tersebut dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney U antara kelompok
kontrol dengan kelompok 1x dosis efektif ; kontrol dengan kelompok 5x dosis
efektif ; kontrol dengan kelompok 10x dosis efektif, didapatkan hasil ada
perbedaan terhadap semua kelompok. Sedangkan hasil analisis Kruskal Wallis
untuk histopatologi hati pada perubahan berupa nekrosis didapatkan harga
signifikansi (Asymp.Sig) = 0,548. Harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara semua
kelompok uji. Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut disimpulkan bahwa
granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
dapat menyebabkan perubahan histopatologi hati berupa degenerasi.
Degenerasi merupakan perubahan morfologi sel akibat dari luka yang
tidak mematikan (non lethal injury) yang bersifat reversibel dikarenakan apabila
rangsangan yang menimbulkan cedera tersebut dihentikan, maka sel akan kembali
sehat seperti semula. Tetapi apabila berjalan terus-menerus dan diberikan dengan
dosis yang berlebihan, maka akan mengakibatkan nekrosis atau kematian sel yang
bersifat irreversibel (Himawan, 1994 ; Price & Wilson, 2002).
Degenerasi umumnya disebabkan oleh kerusakan mitokondria yang nyata.
Mitokondria berfungsi sebagai sumber tenaga dalam sel yang dihasilkan dalam
bentuk ATP. Apabila mitokondria terganggu, maka pembentukan ATP juga akan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
49
terganggu. Akibatnya proses transfer sel mengalami gangguan. Salah satu proses
transfer sel yang penting adalah pompa natrium. Mekanisme ini penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik dalam sel. Apabila mekanisme ini terganggu,
maka akan mengakibatkan sel tidak mampu memompa ion natrium yang cukup
keluar sel. Akibat dari peningkatan konsentrasi ion natrium dalam sel
menyebabkan masuknya air ke dalam sel. Perubahan pembengkakan sel tidak
nyata secara mikroskopik dan hanya menyebabkan sedikit pembesaran sel dan
sedikit perubahan susunan. Pembesaran jaringan atau organ bersangkutan dapat
diketahui karena berat yang sedikit yang meningkat dan organ terlihat lebih pucat.
Keadaan seperti ini disebut dengan degenerasi hidropik karena pada pengamatan
mikroskopik terlihat vakuola yang jernih berisi air dalam sitoplasma (Price &
Wilson, 2002).
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang merupakan kelanjutan
dari degenerasi sel yang sifatnya irreversibel sebab nekrosis pada sel hati adalah
rusaknya susunan enzim dari sel. Tampak atau tidaknya kerusakan pada sel
tergantung pada lama dan jenis nekrosis. Tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis,
karioreksis, dan kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya penggumpalan
kromatin dan tidak dikenali lagi anak inti tampak lebih padat dan berwarna gelap
hitam. Karioeksis ditandai dengan terjadinya kerusakan pada inti yaitu inti pecah
berkeping-keping sehingga bentuknya menjadi tidak teratur. Sitoplasma mulai
memanjang dan menyerap zat warna lebih banyak sehingga warna menjadi gelap
setelah dilakukan pewarnaan. Kariolisis ditandai dengan inti yang mulai hilang
hingga sulit dikenali secara mikroskpis, bentuk sel lebih memanjang dan
warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaan (Himawan, 1994).
Menurut Achmad (2004) cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
mempunyai kandungan utama yaitu senyawa flavonid dan berdasarkan penelitian
sebelumnya marker dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak merupakan
senyawa flavonoid yang terkandung dalam suku Moraceae adalah khalkon
(Widyawaruyanti, 2008). Pada penelitian lainnya senyawa khalkon diujikan
terhadap mencit yang mengalami kerusakan liver akut mempunyai aktivitas
hepatoprotektif yang kuat melalui penekanan TNF alpha , mengurangi perubahan
histopatologi di dalam hati, dan melemahkan apoptosis hepatosit (Guan, 2005).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
50
Selain itu senyawa khalkon juga dilaporkan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan enzim Glutation S-Transferase di hati (Kohno, 2002). Glutation S-
Transferase adalah enzim detoksifikasi utama fase II yang ditemukan di sitosol
dan enzim ini mempunyai aktivitas menghambat N-kinase sehingga melindungi
sel melawan H2O2 yang menyebabkan kematian sel (Sheehan, 2001). Dengan
adanya peningkatan enzim Glutation S-Transferase , maka senyawa karsinogen
akan mengalami detoksifikasi sehingga lebih cepat diekskresikan dan tidak
sempat megalami tahap-tahap perkembangan menjadi kanker (Sugianto, 2009).
Degenerasi pada sel hati kemungkinan disebabkan karena glikosida
flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol kulit batang cempedak (Artocarpus
champeden Spreng). Senyawa flavonoid dapat menyebabkan kegagalan fungsi
liver dan bersifat toksik bagi mitokondria sel plasma ,akan tetapi efek toksik
tersebut jarang terjadi sehingga relatif aman untuk dikonsumsi (Galati,2004).
Toksisitas pada senyawa flavonoid terhadap hewan rendah, hal tersebut
ditunjukkan penelitian harga LD50 tikus 2-10 g untuk kebanyakan macam
flavonoid. Jika dosis tersebut diberikan pada manusia sangat tidak realistis karena
ada peringatan bahwa pemberian flavonoid untuk manusia harus kurang dari 1 mg
per hari (Tapas, 2008).
Selain melalui pengamatan terhadap histopatologi hati mencit, aktivitas
enzim SGOT dan SGPT juga menjadi paremeter dalam penelitian uji toksisitas
subakut. Dipilihnya aktivitas enzim SGOT dan SGPT sebagai tolak ukur
kemungkinan terjadinya kelainan hati karena peningkatan aktivitas enzim-enzim
tersebut merupakan indikator kuat dan peka terhadap adanya kelainan sel-sel hati.
Enzim SGOT merupakan enzim mitokondria yang banyak ditemukan dalam
jantung, hati, otot tubuh, dan ginjal. Nilainya akan meningkat bila terjadi
kerusakan sel yang akut Kadar yang meningkat terdapat pada hepatoseluler
nekrosis atau infark myokard (Hadi, 2002). Enzim SGPT banyak terdapat dalam
sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah se-sel hati, sedang dalam jantung
dan otot-otot skelet agak kurang jika dibandingkan dengan SGOT.
Peningkatannya lebih khas untuk kerusakan hati. Kenaikan kadar transaminase
dalam serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya akan transaminase mengalami
nekrosis atau hancur (Hadi, 2002).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
51
Pada penelitian uji toksisitas subakut data enzim SGOT dan SGPT yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji ANAVA pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil analisis pada aktivitas enzim SGOT diperoleh harga Sig. (0,978) lebih besar
dari pada 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antar
kelompok. Demikian pula pada aktivitas enzim SGPT, dari hasil analisis diperoleh
harga Sig. (0,225) lebih besar dari pada 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan bermakna antar kelompok.
Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut yaitu pengamatan
terhadap histopatologi hati mencit dan pengukuran aktivitas enzim SGOT dan
SGPT, disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak
pada dosis efektif (0,2 mg/20 g BB mencit), 5 x dosis efektif (1 mg/ 20 g BB
mencit), dan 10 x dosis efektif (2 mg / 20 g BB mencit) tidak bersifat
hepatotoksik. Dari hasil analisis SGOT dan SPGT dinyatakan bahan uji tidak
bersifat hepatotoksik akan tetapi sediaan granul aman digunakan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
52
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Harga LD50 granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (
Artocarpus champeden Spreng ) diatas 21 g/kg BB mencit atau 0,42 g / 20
g BB mencit sehingga granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (
Artocarpus champeden Spreng ) termasuk zat yang relatif kurang
berbahaya.
2. Pemberian granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus
champeden Spreng ) selama 14 hari pada dosis 0,2 mg / 20 g BB mencit,
dosis 1 mg / 20 g BB mencit, dosis 2 mg / 20 g BB mencit dapat
menyebabkan terjadinya perubahan histologi pada hati, yaitu berupa
degenerasi.
3. Pemberian granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus
champeden Spreng ) selama 14 hari pada dosis 0,2 mg / 20 g BB mencit,
dosis 1 mg / 20 g BB mencit, dosis 2 mg / 20 g BB mencit tidak
menyebabkan peningkatan aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada mencit.
7.2. Saran
Saran–saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain :
1. Diharapkan selanjutnya dilakukan pengujian toksisitas cempedak (
Artocarpus champeden Spreng ) terhadap hewan coba yang memiliki sel
mirip dengan sel manusia yaitu primata.
2. Perlu dilakukan uji toksisitas yang lebih lanjut terhadap organ lain seperti
ginjal dan usus.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., 2004. Empat Puluh Tahun Dalam Kimia Organik Bahan Alam
Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia : Rekoleksi Dan Prospek.
Bull Soc Nat Prod Chem 4 : 35-54
Amadea, J., Pesce, L., Kaplas, A. 1987. Methods in Clinical Chemistry. The
C.V. Mosby Company St. Louis, Washington DC. Toronto. P. 1062-
1093.
Andreas, J. M. 1992. The Mouse, in : Gad, S. C., Chengelis, C.P., (Eds.), Animal
Models in Toxicology. Marcell Dekker Inc, New York.
Backer, C. A. dan Backhuizen Van Den Brink, B. C., 1965. Flora of Java Vol. II.
Groningen The Netherland :NVP. Noordhoff, hal.19
Boonlaksiri, C., Oonanant, W., Kongsaeree, P., Kittakoop, P., Tanticharoen, M.,
Thebtaranonth, Y., 2000. An antimalarial stillbene from Artocarpus
intreger. J. Phytochem 54: 415-417.
Daniel, W.W. 1989. Statistika Non Parametrik Terapan (Terjemahan oleh Elex
dan Kantjono W). PT Gramedia, Jakarta.
Donald, M.G., Zachary, F. J. 2007. Pathologic Basic of Veterynary Disease.
Fourth Edition. By Mosby. Inc. an Affiliate of Elsevier Inc.
Dorelanko MJ, Holinger MA, 1995. CRC Handbook of Toxicology, CRC Press,
New York
Galati, G., O’brien, P.J. 2004. Potential toxicity of flavonoid and other dietary
phenolics: significance for their chemopreventive and anticancer
properties.http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S089158490
4003806. diakses tanggal 7-8-2011.
Guan, L.P., Nan, J.X, Jin, Q.H.,Kwak, K.C., Chai, K.Y., Quan, Z.S. 2005.
Protective Effect of Chalcone Derivatives for Acute liver Injury in
Mice. Arch Pharm 28: 81-86.
http://www.springerlink.com/content/enrh871520562p1u/. diakses tanggal 5-8-
2011.
Ghosh, M., N. 1971. Fundamental of Eksperimental Pharmacology. Scientific
Book Agency, Calcutta. hal. 84-90
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
54
Girinda, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Guyton, C.A. & Hall, J.E. 1997. In : Setiwan, I. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. hal. 1103-1109
Hadi, S. 2002. Gastroenterology. Penerbit Alumni, Bandung. Hal. 402-420
Hakim, E., H., Achmad, S., A., Juliawaty, L., D., Makmur, L., Suyatno, 1996, A
New Prenylated Flavone from Artocarpus champeden. J. Nat. Prod.
59, 878-879.
Hakim, E., H., Fahriyati, A., Kau, M., S., Achmad, S., A., Makmur, L.,
Ghisalberti, E., L., Nomura, T., 1999, Artoindosianin A and B, Two
New prenylated Flavones from the Root of Artocarpus champeden. J.
Nat. Prod.62, 613-615.
Heyne K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II, diterjemahkan oleh
Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta, hal. 1817-
1818
Hidayati, A.R. , 2004. Skripsi : Aktivitas Antimalaria Fraksi Kloroform Kulit
Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng.) terhadap
Plasmodium berghei in vivo
Himawan, S. 1994. Patologi. Edisi 1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. hal. 226-249
Kardinan, A. dan Kusuma,F.R.,2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami.Jakarta:2004, hal. 2
Koeman, J.H. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. hal. 39
Kohno, H., Yamaguchi, K., Taima, M., Tanaka, T. 2002. Prevention of Colonic
Aberrant Crypt Foci by Dietary Feeding of Chalcone and 2-
Hydroxychalcone in Male F344 Rats. J Toxicol Pathol 15: 137-143.
Lu,F.C. 1995. Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko.Edisi II. Jakarta : UI
Press , hal. 85-100.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
55
Loomis, T. 1978. Essential of Toxicology. 3rd edition, Lea & Febriger, Philadephia.
hal. 22
Marenowati, N. , 2005. Skripsi : Uji Toksisitas Akut dan Subakut Esktrak
Etanol dan Esktrak Air Kulit Batang Artocarpus champeden Spreng
dengan Parameter Hispatologi Hati Mencit
Morton, J., 1987. Fruits of Warm Climates. Creative Resource System Inc.
Miami, Florida
Page, D. S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Edisi kedua. Jakarta : Erlangga. hal.
86
Price, A. S. & Wilson, M. L. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. hal. 426-430.
Sheehan, D., Meade, G., Foley, V.M., Dowd, C.A. 2001. Structure, function and
evalution of glutathione tranferases: implications for classification of
non-mammalian members of an ancient enzyme superfamily.
Biochem J. 360: 1-16. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1222196/
diakses tanggal 5-8-2011.
Sherlock, S. 1995. Penyakit Hati dan System Saluran Empedu. Jakarta : Widya
Mandala. hal. 15
Steenis C.G.G.J van. 1975., Flora Untuk Sekolah di Indonesia. diterjemahkan
oleh Jurusan Botani UGM. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, hal. 406-
407.
Sugianto, Hamid, I.S., Meiyanto, E., Widyarini, S. 2009. Ekspresi CYP1A1 dan
GSTµ hepatosit terinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasena dan
pengaruh pemberian ekstrak etanolik Gynura procumbens. Majalah
Farmasi Indonesia 20: 198-206.
Sukardja, I.D.G 1998. Correlation of Clinical and Pathological Diagnosis of
Neoplasm. Modern Pathology for Service and Research on Cancer.
Hal 15-35.
Sutarjadi. 1991. Dari Jamu Menjadi Obat Tradisional Menuju ke
Fitofarmaka. Lab.Botani-Farmakognosi UNAIR, Surabaya.
Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., Kakde, R.B.2008. Flavonoid as Nutraceuticals: A
Review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3): 1089-1099
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
56
Thomas, 1992. Tanaman Obat Tradisional 2 .Yogyakarta:Kanisius, hal 9
Utomo, N. D. W, 2003. Skripsi: Aktivitas Antimalaria Ekstrak Metanol Kulit
Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng.) terhadap
Plasmodium berghei in vivo
Wardhani, E. E., 2008. Skripsi : Uji Toksisitas Akut dan Subakut Ekstrak
Etanol 80% Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden
Spreng) dengan parameter Histopatologi Hati dan Enzim
SGOT/SGPT pada Mencit
Widyawaruyanti, A. 2008. Ekstrak Terstandar Kulit Batang Cempedak
(Artocarpus champeden Spreng) Sebagai Bahan Baku Obat
Fitofarmaka Antimalaria Potensial. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian Perguruan Tinggi Proyek DP3M Tahun Anggaran 2008
Widyawaruyanti, A., Subehan, Kalauni, S., K., Asih B., S., Nindatu, M., Awale
S., Kadota, S., Sjafruddin, Zaini, N., C., 2007, New prenylated flavones
from Artocarpus champeden, and their antimalarial activity in vitro.
J. Nat. Med.61.410-413. DOI :10.1007/s11418-007-0153-8
Wilson dan Gusvald. 1982. Textbook of Organic Medical and Chemistry, Bag.
I Penerjemah Achmad Mustafa Fatah, IKIP Semarang Press.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
57
Lampiran 1
Contoh perhitungan dosis toksisitas akut :
Kelompok I
Dosis 21 g / kg BB = 21000 mg / 1000 g BB = 420 mg / 20 g BB
Untuk 10 ekor mencit = 10 x 420 mg = 4200 mg
Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl =
2000 µl = 2 ml
Granul yang ditimbang = 4200 mg = 4,2 g dilarutkan dalam 2,5 ml CMC – Na
Catatan :
karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5
ml.
Sehingga 4,2 g dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk mencit
20 g menjadi 0,4 ml atau 4,2 g dilarutkan dalam 10 ml CMC Na maka
penyodean untuk mencit 20 g menjadi 0,8 ml
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
58
Lampiran 2
Contoh perhitungan toksisitas subakut :
Kelompok I
Dosis 10 mg / kg BB = 10 mg / 1000 g BB = 0,2 mg / 20 g BB
Untuk 10 ekor mencit = 10 x 0,2 mg = 2 mg
Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl =
2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak
maka granul yang diperlukan adalah x 1 mg = 40,59 mg
Granul yang ditimbang = 40,59 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na. karena labu
ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml
Sehingga 40,59 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk
mencit 20 g menjadi 0,4 ml
Kelompok II
Dosis 5 x 10 mg / kg BB = 1 mg / 20 g BB
Untuk 10 ekor mencit = 10 x 1 mg = 10 mg
Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl =
2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak
maka granul yang diperlukan adalah x 1 mg = 202,96 mg
Granul yang ditimbang = 202,96 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na . karena
labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml
Sehingga 202,96 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk
mencit 20 g menjadi 0,4 ml
Kelompok III
Dosis 10 x 10 mg / kg BB = 2 mg / 20 g BB
Untuk 10 ekor mencit = 10 x 2 mg = 20 mg
Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl =
2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak
maka granul yang diperlukan adalah x 1 mg = 405,93 mg
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
59
Granul yang ditimbang = 405,93 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na
karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5
ml
Sehingga 405,93 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk
mencit 20 g menjadi 0,4 ml
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
60
LAMPIRAN 3
PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SERUM
Pengambilan Serum
Pengambilan darah dilakukan melalui jantung (intrakardial) dengan alat
suntik sebanyak 1 ml. Darah yang telah diambil dimasukkan dalam tabung
venoject yang bersih dan kering, kemudian disentrifus dengan kecepatan 300 rpm
selama 10 menit. Serum yang sudah terpisah diambil dan dimasukkan dalam
tabung lain yang bersih kering dan ditutup. Jika serum tidak langsung diperiksa,
maka harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC selama maksimal 4 hari.
Jika lebih dari 4 hari serum akan mengalami degradasi aktivitas sebesar 10%
(Anonim,1986).
Pemeriksaan Aktivitas Enzim SGOT
Serum dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambah dengan larutan pereaksi sebanyak 1 ml kemudian dikocok
sampai homogen dan ditunggu selama satu menit sebelum diukur. Setelah satu
menit, diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm,
dicatat ∆Anya setiap menit selama tiga menit. Kemudian ∆A dikalikan factor
yang tertera pada prosedur kerja kit.
Pemeriksaan Aktivitas Enzim SGPT
Serum dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambah dengan larutan pereaksi 1 ml kemudian dikocok sampai
homogen dan ditunggu selama satu menit sebelum diukur. Setelah satu menit,
diukur dengan dengan panjang gelombang 340 nm, dicatat ∆Anya setiap menit
selama 3 menit. Kemudian dikalikan factor yang tertera pada prosedur kerja kit.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
61
LAMPIRAN 4
PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI
Cara pembuatannya melalui beberapa tahap yaitu:
1. Fiksasi dengan formalin 10% dilanjutkan pencucian dengan air
Tujuan :
• Mencegah degenerasi post mortem
• Mematikan kuman atau bakteri
• Meningkatkan afinitas jaringan terhadap bermacam-macam zat warna
• Menjadikan jaringan lebih keras, sehingga mengawetkan bentuk sebenarnya
dan mudah dipotong
• Meningkatkan indeks refraksi berbagai komponen jaringan
Cara kerja :
Segera setelah hewan percobaan dikorbankan, diambil organ hati dan dimasukkan
dalam formalin 10% sekurang-kurangnya 24 jam, kemudian dilakukan pencucian
dengan air kran.
2. Dehidrasi dan clearing
Tujuan :
• Menarik air dari jaringan
• Membersihkan dan menjernihkan jaringan
Reagen :
• Alkohol bertingkat : alkohol 70%, 80%, 90%
• Xylol I dan II
Cara kerja :
Hati yang telah dicuci air kran dimasukkan kedalam reagen alkohol selama
masing-masing 30 menit kemudian direndam dengan xylol yang diganti sebanyak
2 kali untuk penjernihan jaringan.
3. Infiltrasi
Tujuan : Jaringan lebih tahan terhadap pemotongan
Reagen : Parafin I dan II
Cara kerja : Jaringan dimasukkan dalam parafin I yang mencair, kemudian
dimasukkan dalam oven selama 30 menit, lalu dimasukkan dalam parafin II dan
dimasukkan oven selama 30 menit pada suhu 600 C.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
62
4. Pembuatan balok paraffin
Tujuan : Supaya jaringan mudah dipotong
Reagen : Parafin cair
Cara kerja:
Disediakan beberapa cetakan besi yang sudah diolesi gliserin dengan untuk
mencegah lekatnya parafin dengan cetakan, kemudian hati yang dipotongpotong
tadi dimasukkan kedalam dengan pinset dan ditunggu sampai paraffin membeku.
5. Pemotongan balok paraffin dengan mikrotom
Tujuan : Mendapatkan jaringan yang setipis mungkin agar mudah dilihat
dengan mikroskop.
Alat : Mikrotom
Cara kerja :
Pemotongan dilakukan secara random yaitu tiap 15 kali pemotongan dilakukan
secara seri, diambil satu dengan ketebalan empat sampai tujuh micron. Kemudian
dicelupkan air hangat dengan suhu 200C sampai jaringan mengembang dengan
baik kemudian diletakkan pada obyek glass sebelum diolesi dengan egg albumin,
lalu dikeringkan dengan hot plate.
6. Pewarnaan dengan menggunakan Hematoxylin Eosin
Tujuan : Memudahkan melihat perubahan pada jaringan.
Cara kerja :
• Tempatkan cover glass yang telah diberi sediaan pada rak pewarnaan
• Tetesi sediaan dengan hematoxylin selama 1 menit
• Lepaskan warna dengan dialiri air
• Cuci hingga jernih
• Tetesi sediaan dengan eosin selama 1-2 menit
• Lepaskan warna dengan dialiri air
• Cuci hingga air jernih
• Dilakukan dehidrasi dengan larutan alkohol (50%, 70%, 80%, 95% x 2, 100%
x 2)
• Dilakukan clearing dengan xylene (3-4 x)
7) Pemberian lapisan kanada balsam pada gelas obyek yang telah terwarnai
8) Kemudian ditutup dengan cover glass
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
63
LAMPIRAN 5
HASIL SKORING HISTOPATOLOGI HATI
Tabel Tingkat dan Jumlah Skor Perubahan Histopatologi Hati Mencit yang
Mengalami Degenerasi
KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5%
Replikasi Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 0 0 0 1 1 0,4
2 0 0 0 0 0 0
3 1 0 0 1 0 0,4
4 0 0 0 0 0 0
5 0 1 1 1 0 0,6
6 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 1 0,2
8 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0
KELOMPOK 1 DOSIS (0,2 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 1 0 0 1 0 0,4
2 2 2 2 2 1 1,8
3 2 1 2 1 1 1,4
4 2 2 0 0 2 1,6
5 4 2 4 2 4 3,2
6 0 0 0 0 0 0
7 3 2 1 1 1 1,6
8 1 1 1 0 1 0,8
9 1 2 1 1 0 1
KELOMPOK 2 DOSIS (1 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 2 2 0 0 2 1,2
4 1 1 1 1 2 1,2
5 2 0 0 1 1 0,8
6 1 2 3 1 3 2
7 1 2 1 2 1 1,4
8 2 1 2 2 2 1,8
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
64
9 2 2 3 2 1 2
KELOMPOK 3 DOSIS (2 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 2 2 1 4 1 2
2 1 2 3 4 2 2,4
3 3 1 3 1 3 2,2
4 3 0 2 1 2 1,6
5 1 1 2 2 4 2
6 0 1 2 2 1 1,2
7 3 1 3 3 1 2,2
8 2 2 1 3 3 2,2
9 3 4 4 3 4 3,6
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Rata-rata Perubahan
Degenerasi Yang Terjadi Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit
Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
65
Tabel Tingkat dan Jumlah Skor Perubahan Histopatologi Hati Mencit yang
Mengalami Nekrosis
KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5%
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 0 0 0,6
4 1 0 1 0 1 0,6
5 1 1 0 1 0 0,6
6 0 0 1 0 1 0,4
7 0 1 1 0 1 0,6
8 1 1 1 1 1 1,0
9 0 1 1 1 0 0,6
KELOMPOK 1 DOSIS (0,2 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 0 1 0 0 0 0,2
2 2 2 2 2 3 2,2
3 1 1 1 2 2 1,4
4 1 2 0 0 0 0,6
5 0 0 0 2 0 0,4
6 0 0 0 0 0 0
7 1 2 2 0 0 1
8 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0
KELOMPOK 2 DOSIS (1 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 1 1 1 0 1 0,8
2 1 1 0 0 1 0,6
3 1 1 1 0 0 0,6
4 1 0 0 0 1 0,4
5 0 0 0 0 0 0
6 1 1 0 1 1 0,8
7 0 0 1 1 1 0,6
8 1 1 1 2 1 1,2
9 1 1 1 1 1 1
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
66
KELOMPOK 3 DOSIS ( 2 mg / 20 g BB mencit)
Replikasi
Lapang Pandang Rata-rata
skor 1 2 3 4 5
1 1 1 0 1 0 0,6
2 1 1 1 1 1 1
3 0 1 0 1 1 0,6
4 1 0 1 0 0 0,4
5 0 1 0 1 0 0,4
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 0 0,8
8 0 0 1 1 1 0,6
9 1 1 1 1 0 0,8
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Rata-rata Perubahan
Nekrosis Yang Terjadi Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit
Batang Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng )
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
67
LAMPIRAN 6
DATA HASIL PEMERIKSAAN ENZIM SGOT & SGPT PADA MENCIT
KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5%
N SGOT U/L SGPT U/L
1 63 18
2 51 12
3 39 15
4 73 48
5 74 26
6 74 20
7 70 25
8 64 22
9 31 25
KELOMPOK I DOSIS 0,2 mg / 20 g BB mencit
N SGOT U/L SGPT U/L
1 72 21
2 28 25
3 96 21
4 54 26
5 50 15
6 79 21
7 59 12
8 36 22
9 53 26
KELOMPOK II DOSIS 1 mg / 20 g BB mencit
N SGOT U/L SGPT U/L
1 48 33
2 66 23
3 66 16
4 73 72
5 46 77
6 45 17
7 43 36
8 78 22
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
68
9 74 19
KELOMPOK III DOSIS 2 mg / 20 g BB mencit
N SGOT U/L SGPT U/L
1 31 60
2 85 20
3 78 25
4 64 13
5 56 19
6 56 34
7 46 18
8 73 21
9 70 18
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Aktivitas Enzim SGOT
Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak
( Artocarpus champeden Spreng )
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
69
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Aktivitas Enzim SGPT
Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak
( Artocarpus champeden Spreng )
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
70
LAMPIRAN 7
HASIL UJI KRUSKAL WALLIS
1. Hasil Uji Kruskal Wallis Degenerasi
Ranks
kelompok N Mean Rank
skor dosis 10 9 19.22
dosis 50 9 18.06
dosis 100 9 29.33
kontrol negatif 9 7.39
Total 36
Test Statisticsb,c
skor
Chi-Square 19.873
df 3
Asymp. Sig. .000
Monte Carlo Sig. Sig. .000a
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 743671174.
b. Kruskal Wallis Test
c. Grouping Variable: kelompok
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
71
2. Hasil Uji Kruskal Wallis Nekrosis
Ranks
kelompok N Mean Rank
skor kontrolnegatif 9 15.61
dosis 100 9 21.17
dosis 50 9 20.78
dosis 10 9 16.44
Total 36
Test Statisticsb,c
skor
Chi-Square 2.118
df 3
Asymp. Sig. .548
Monte Carlo Sig. Sig. .560a
95% Confidence Interval Lower Bound .550
Upper Bound .570
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1314643744.
b. Kruskal Wallis Test
c. Grouping Variable: kelompok
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
72
LAMPIRAN 8
HASIL UJI MANN-WHITNEY U
1.Degenerasi
1.1 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok I
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor dosis 10 9 13.06 117.50
kontrol negatif 9 5.94 53.50
Total 18
Test Statisticsc
skor
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 53.500
Z -2.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .003a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .003b
95% Confidence Interval Lower Bound .002
Upper Bound .004
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 95% Confidence Interval Lower Bound .001
Upper Bound .002
Sig. .001b
a. Not corrected for ties.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 624387341.
c. Grouping Variable: kelompok
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
73
1.2 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok II
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor dosis 50 9 12.56 113.00
kontrol negatif 9 6.44 58.00
Total 18
Test Statisticsc
skor
Mann-Whitney U 13.000
Wilcoxon W 58.000
Z -2.506
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .014a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .009b
95% Confidence Interval Lower Bound .007
Upper Bound .011
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 95% Confidence Interval Lower Bound .003
Upper Bound .006
Sig. .004b
a. Not corrected for ties.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 334431365.
c. Grouping Variable: kelompok
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
74
1.3 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok III
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor dosis 100 9 14.00 126.00
kontrol negatif 9 5.00 45.00
Total 18
Test Statisticsc
skor
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 45.000
Z -3.625
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .000b
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
Sig. .000b
a. Not corrected for ties.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1502173562.
c. Grouping Variable: kelompok
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
75
LAMPIRAN 9
HASIL UJI ANAVA 95%
1.SGOT
Descriptives
N
Mean
Std. Deviati
on Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Maximum
Between-
Component
Variance
Lower Bound Upper Bound KONTROL 9 59.88
89 16.003
47 5.334
49 47.5875 72.1902 31.00 74.00
Dosis 10 mg 9 58.55
56 21.119
37 7.039
79 42.3218 74.7893 28.00 96.00
Dosis 50 mg 9 59.88
89 14.207
78 4.735
93 48.9678 70.8100 43.00 78.00
Dosis 100 mg 9 62.11
11 16.818
48 5.606
16 49.1833 75.0389 31.00 85.00
Total 36 60.1111
16.51246
2.75358 54.5211 65.7012 28.00 96.00
ANOVA
SGOT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 58.667 3 19.556 .066 .978 Within Groups 9494.889 32 296.715 Total 9553.556 35
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
76
2.SGPT
Descricptives
N Mean
Std. Deviat
ion Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Maximum
Between-
Component
Variance
Lower Bound Upper Bound kontrol 9 23.44
44 10.36
956 3.45652 15.4737 31.4152 12.00 48.00
Dosis 10 9 21.0000
4.79583 1.59861 17.3136 24.6864 12.00 26.00
Dosis 50 9 35.0000
23.43075 7.81025 16.9895 53.0105 16.00 77.00
Dosis 100 9 25.3333
14.24781 4.74927 14.3815 36.2852 13.00 60.00
Total 36 26.1944
15.18988 2.53165 21.0549 31.3340 12.00 77.00
ANOVA
SGPT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1015.417 3 338.472 1.534 .225 Within Groups 7060.222 32 220.632 Total 8075.639 35
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
77
LAMPIRAN 10
KLASIFIKASI TOKSISITAS
Toxicity
Rating
Commonly
Used Term
LD50
Single
Oral
Dose Rats
Inhalations
4-hr Vapor
Exposure
Mortality of
2/6-4/6 Rats
LD50 Skin
Rabbit
Probable
Lethal
Dose For
Man
1 Extremely
Toxic
< 1
mg/Kg < 10 ppm < 5 mg/Kg
A taste, 1
grain
2 Higly Toxic 1-50 mg 10-100 ppm 5-43
mg/Kg
1 teaspoon,
4 cc
3 Moderately
Toxic
50-500
mg
100-1000
ppm
44-340
mg/Kg
1 ounce, 30
gm
4 Slightly
Toxic 0,5-5 g
1000-10.000
ppm
0,35-2,81
g/Kg
1 cup, 250
gm
5 Practically
Non-Toxic 5-15 g
10.000-
100.000 ppm
2,82-22,59
g/Kg
1 quart,
1000 gm
6 Relatively
Harmless >15 g
>100.000
ppm >22,6 >1 quart
Dikutip dari: Dorelanko, M. J and Holinger, M. A., 1995. CRC Handbook of
Toxicology. CRC Press, New York, Hal. 657
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
78
LAMPIRAN 11
KONVERSI DOSIS
Mouse
20 g
Rat
200 g
Guinea
Pig
400 g
Rabbit
1,5 Kg
Cat
2 Kg
Monkey
4 Kg
Dog
12
Kg
Man
70
Kg
Mouse
20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Rat
200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Guinea
Pig
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Rabbit
1,5 Kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Cat
2 Kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Monkey
4 Kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Dog
12 Kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Man
70 Kg 0,0026 0,018 0,01 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
Dikutip dari: Ghosh., 1971. Fundamental of Experimental Pharmacology.
Calcutta, Scientific Book Agency, page 85.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
79
LAMPIRAN 12
VOLUME MAKSIMUM DARI OBAT YANG DIBERIKAN
PADA HEWAN COBA
Binatang Volume Maksimum (ml)
Intravena Intramuscular Intraperitonial Subkutan Peroral
Mencit
20-30 g 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
Tikus
100 g 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0
Tupai
50 g - 0,1 1,0-2,0 2,5 2,5
Marmut
250 g - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0
Merpati
300 g 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
Kelinci
2,5 Kg 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0
Kucing
3 Kg 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0
Anjing
5 Kg 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 10,0 100,0
Dikutip dari: Ritschel, W. A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutics
and Pharmacokinetics, Drugs Intelegence Inc.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
80
LAMPIRAN 13
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
81
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
82
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
83
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
84
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto