skripsi relevansi kegiatan ekstrakurikuler pramuka...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
RELEVANSI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP DJOJOREDJO PAMULANG
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana (S1)
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
SITI SALBIAH
1110011000069
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ABSTRAK
Siti Salbiah, Relevansi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dengan Pendidikan
Agama Islam Di SMP Djojoredjo Pamulang.
Pendidikan kepramukaan merupakan salah satu kegiatan pendidikan tambahan di
luar sekolah atau yang biasa disebut ekstrakurikuler. Setiap kegiatan ekstrakurikuler
bisa dimasukkan nilai-nilai pendidikan agama di dalamnya, termasuk kegiatan
ektrakurikuler pramuka, salah satunya yaitu melalui kedisiplinan di dalam kegiatan
pramuka itu. Dari kegiatan-kegiatan yang ada dapat ditanamkan nilai-nilai agama
Islam sekaligus pengamalan ajaran agama Islam.
Keterkaitan pendidikan kepramukaan dengan pendidikan agama Islam ialah
dengan memberi materi-materi dan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya mengandung
nilai-nilai pendidikan agama Islam. Kegiatan ini tentunya juga sangat membantu
untuk mencapai tujuan suatu lembaga, tujuan Nasional bahkan membantu tercapainya
tujuan pendidikan agama Islam dengan meningkatkan kualitas akhlak serta
kedisipilinan anggota pramuka.
Dalam skripsi ini mengupas serta menggali untuk menemukan keterkaitan atau
relevansi kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan pendidikan agama Islam di SMP
Djojoredjo daerah Pamulang. Penelitian ini merumuskan pokok permasalahan, yakni:
Bagaimana relevansi kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan pendidikan agama
Islam?
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif,
pengumpulan data dilakukan natural setting (kondisi yang alami) dan teknik
pengumpulan data dengan observasi, wawancara serta dokumentasi.
Beberapa hal relevan yang penulis temukan setelah mengkaji permasalahan ini
adalah, bahwa di dalam kegiatan kepramukaan terdapat nilai-nilai ajaran agama Islam
yang mendalam, seperti kejujuran, amanah, kedisiplinan, kebersihan, kerapihan,
ketertiban dan berakhlak mulia, sehingga bermanfaat bagi terlaksananya tujuan
sekolah terutama tujuan pendidikan agama Islam di sekolah itu sendiri.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
nikmat yang tiada hentinya engkau anugerahkan kepada penulis. Dan berkat kasih serta
sayang-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senatiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, kelak syafa’at
beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Relevansi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dengan
Pendidikan Agama Islam Di SMP Djojoredjo Pamulang”, merupakan tugas akhir yang
harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Atas selesainya skripsi ini tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Khalimi, M.Ag, selaku pembimbing skripsi atas dorongan serta nasihat,
masukan, arahan dan motivasi yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat
tersusun dan terselesaikan.
4. Perpustakaan Nasional Pusdiklatnas Gerakan Pramuka Cibubur, atas kerjasamanya
untuk menyediakan buku-buku kepramukaan.
iii
5. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Agama Islam Fakulktas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah banyak
memberikan pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis
mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan penulis.
6. Kedua orang tua penulis ayahanda H. Hasyim dan ibunda Hj. Sopiah, terimakasih
atas do’a, cinta, serta kasih sayang, didikan, semangat, kepercayaan dan
pengorbanan kalian yang tulus tiada hentinya untuk penulis,
7. Suami tersayang Arif Cholis, M.Pd.I, yang telah memberikan dukungan, semangat,
motivasi serta bantuan materi dan non materi.
8. Sahabat-sahabat PAI B angkatan 2010, terimakasih atas masukan, dorongan, dan
sharingnya yang telah diberikan untuk penulis sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
9. Racana Fatahillah-Nyi mas Gandasari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Angkling
2011 racana UIN Jakarta, terima kasih atas masukan, dorongan, dan ilmu dan
sharingnya yang telah diberikan untuk penulis sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang mungkin tidak dapat
penulis sebutkan, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Akhirnya tiada
gading yang tak retak, penulis menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, dengan
senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya skripsi ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Ciputat, 22 Juni 2017
Penulis
Siti Salbiah
i
DAFTAR ISI
ABSTRAKI... ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
C. Pembatasan Fokus Masalah ...................................................... 8
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 8
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teori ............................................................................. 10
1. Kepramukaan .................................................................. 10
a. Arti Kepramukaan ........................................................... 10
b. Sejarah Kepramukaan Dunia .......................................... 16
c. Sejarah Kepramukaan Indonesia .................................... 26
d. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan 31
e. Fungsi dan Tujuan Gerakan Pramuka ………………… 33
f. Kode Kehormatan Pramuka …………………………… 33
g. Kepenggalangan ………………………………………. 35
2. Pendidikan Agama Islam (PAI) ....................................... 36
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................. 36
b. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ............................ 37
c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.................. 42
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam....................... 46
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 47
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 49
B. Latar Penelitian ........................................................................ 49
C. Metode Penelitian...................................................................... 50
D. Data dan Sumber Data ............................................................. 50
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 51
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................... 54
G. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Djojoredjo Pamulang .......................... 57
B. Deskripsi Data ........................................................................... 60
C. Analisis Data ............................................................................ 71
BAB V
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 75
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha sadar
untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati,
pikir, rasa dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan.
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.1
Dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional, pendidikan agama
Islam di sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu
pendidikan agama Islam di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum
nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari SD sampai
dengan Perguruan Tinggi sebagaimana yang termaktub dalam Tap MPR
Tahun 1983 sebagai berikut:
Diusahakan supaya terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan
bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk pendidikan agama yang
dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari Sekolah
Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Bagi umat Islam tentunya
pendidikan agama yang wajib diikutinya itu adalah pendidikan agama
Islam. Dalam hal ini pendidikan agama Islam mempunyai tujuan kurikuler
1 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5.
2
yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana
yang termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003, yaitu:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2
Pendidikan nasional menggalakkan potensi individu secara
menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan
harmonis dari segi intelektual, rohani dan iman, berdasarkan kepada
kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memang
adanya penekanan di bidang pembentukan manusia seutuhnya baik
jasmani maupun rohani dalam sistem pendidikan nasional merupakan ciri
pendidikan Islam. Karena itu, dalam kurikulum pendidikan, pendidikan
keagamaan merupakan bagian terpadu yang dimuat dalam kurikulum
pendidikan maupun yang melekat pada setiap mata pelajaran sebagai
bagian dari pendidikan nilai. Oleh sebab itu, nilai-nilai agama akan selalu
memberikan corak dan warna pada pendidikan nasional di Indonesia.3
Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.4 Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
pasal 1 ayat (9), menyebutkan bahwa Kurikulum adalah “ seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5 Kurikulum di
Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami
2 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 139-140.
3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rajawali Pres,2013), Cet. 11, h. 150
4 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet. 1, h. 2.
5 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum ..., h. 22.
3
beberapa kali perubahan, perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan
implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi
dan perkembangan iptek.6
Seperti halnya baru-baru ini dilakukannya perubahan dan
pengembangan kurikulum 2006 atau KTSP yang sudah memasuki usia ke-
7 tahun menjadi kurikulum 2013 melanjutkan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilah (skill), dan
pengetahuan (knowledge). Sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003
sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi kelulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.7
Tujuh elemen yang baru sebagai perubahan kurikulum yang menjadi
ciri kurikulum 2013 yaitu: kompetensi lulusan, kedudukan mata pelajaran
(ISI), pendekatan (ISI), struktur kurikulum (ISI), proses pembelajaran
penilaian, penilaian dan ekstrakurikuler.8 Elemen ekstrakurikuler yang ada
adalah a). SD: Pramuka (wjib), UKS, PMR, Bahasa Inggris dan untuk
SMP/SMA/SMK: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR dan lain-lain, juga
perlunya ekstrakurikuler partisipatif.9 Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan
untuk memfasilitasi pengembangan bakat dan potensi siswa juga untuk
6 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum ..., h. 1
7 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum ..., h. 112-113.
8 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum ..., h. 126-127
9 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum ..., h. 129
4
menampung dan menyalurkan serta mengembangkan kreativitas siswa,
guna menunjang keberhasilan kurikuler.10
Untuk meraih tujuan pendidikan yang sudah dijabarkan di atas,
maka tidak hanya bertumpu kepada program persekolahan yang semata-
mata hanya mengandalkan pada kegiatan intrakurikuler saja atau proses
belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. Akan tetapi lebih dari
itu yakni program kegiatan persekolahan yang diperkaya dengan adanya
pembinaan kesiswaan, melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan
untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa,
memperkenalkan hubungan antar mata pelajaran, mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa, menyalurkan minat dan bakat siswa serta melengkapi
upaya pembinaan manusia seutuhnya. Dan salah satu kegiatan
ekstrakulikuler adalah pramuka, yang memiliki peranan besar di sekolah
pada umumnya dan bagi siswa khususnya.
Pendidikan kepramukaan merupakan subsistem Pendidikan Nasional
yang mempunyai peranan penting bagi terwujudnya tujuan Pendidikan
Nasional sebagaimana yang sudah disebutkan di atas. Gerakan Pramuka
selain melengkapi tujuan Pendidikan Nasional, Gerakan Pramuka juga
merupakan wadah pembinaan generasi muda yang sangat potensial dengan
prinsip dasar metodik kepramukaan yang tercantum dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pramuka memiliki kode kehormatan sebagai ukuran atau standar
tingkah laku seorang anggota Gerakan Pramuka. Kode kehormatan di
golongan penggalang, terdiri dari dua macam, yaitu: Trisatya dan Dasa
Darma. Trisatya yaitu:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Repulik
Indonesia dan mengamalkan pancasila.
10 Rugaiyah, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 59.
5
2. Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun
masyarakat.
3. Menepati Dasadarma.
Semua anggota dari Gerakan Pramuka Kepanduan diharuskan
bersumpah mengikuti Sumpah Pandu (Scout Promise) seperti di atas dan
bersedia menjalankan Hukum Pandu (Scout Law) atau Janji Pandu yang
disebut dengan Dasa Darma yaitu:
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin terampil dan gembira
7. Hemat cermat dan bersahaja
8. Disiplin berani dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.11
Dari bunyi setiap poin dalam Trisatya dan Dasa dharma diatas sudah
jelas kita melihat bahwa adanya unsur pendidikan, khususnya pendidikan
agama Islam dalam kepramukaan. Dengan begitu kepramukaan bisa jadi
alternatif pendukung pendidikan agama Islam siswa di sekolah maupun di
kehidupannya sehari-hari. Walaupun dalam dunia pendidikan Islam,
gerakan pramuka banyak menuai kontroversi dari beberapa pihak, karena
pramuka merupakan gerakan kepanduan yang berasal dari Afrika dan
didirikan oleh orang non muslim.
Tetapi di sisi lain ada sebagian besar materi, sistem, kode kehormatan
dan metode pendidikan dalam gerakan pramuka yang bersesuaian dengan
ajaran agama Islam seperti menggunakan satuan terpisah dalam organisasi,
dimana putra dan putri memiliki organisasi terpisah. Terdapat juga dalam
Trisatya pramuka di atas, tepatnya di poin satu yaitu menjalankan
kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mengamalkan pancasila, dan dalam Dasa Dharma pada poin satu yaitu
11 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Darma Utama, 2016), Cet.
10, h. 10-12.
6
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari dua poin tersebut mengajarkan
tentang aqidah agama Islam kepada anggotanya, dan masih banyak lagi
ajaran agama Islam di dalam gerakan pramuka itu sendiri.
Tetapi masih banyak pula sekolah-sekolah dan masyarakat sekolah
yang tidak mengetahui bahwa banyaknya kesesuaian antara gerakan
pramuka dengan pendidikan agama Islam. Sekalipun sekolah tersebut
berbasis Islam seperti pondok pesantren atau madrasah dan sekolah umum
dengan mayoritas beragama Islam di dalamnya. Ada sebagian sekolah
yang mendukung tapi masih belum menyeluruh dukungannya, baik berupa
dana, sarana dan prasarana. Belum lagi para guru yang merasa tidak
pentingnya kegiatan kepramukaan di sekolah karena menyita waktu siswa
untuk belajar, karena kepramukaan bukan mata pelajaran yang akan
diujikan di akhir proses pembelajaran nanti. Jangankan mencari pembina
yang berkualitas yang telah mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) untuk
membina siswa agar tercapai tujuan dari kepramukaan itu juga sebagai
penunjang keberhasilan tujan pendidikan, bahkan guru tidak ingin terlibat
dalam kegiatan kepramukaan yang tidak penting itu baginya.
Di sisi lain banyaknya siswa yang kurang berminat dengan kegiatan
ektrakurikuler pramuka karena kegiatannya yang monoton dan hanya
menghabiskan waktu saja bahkan membuat siswa lelah, sedangkan siswa
memiliki tugas belajar di rumah dan banyak mengerjakan pekerjaan rumah
dari guru mata pelajaran lainnya.
Memang sedikit banyaknya ada siswa yang berminat karena sejak
sekolah dasar ia sudah mendalami dunia kepramukaan sehingga ia ingin
melanjutkan di tingkat sekolah menengah pertamanya kegiatan
kepramukaan tersebut, tapi terkadang orang tua yang belum memahami
akan pentingnya pendidikan kepramukaan melarang dan tidak mendukung
anaknya mengikuti kegiatan ini. Padahal kegiatan kepramukaan itu sendiri
sangat mendukung bagi penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam
untuk diri anaknya.
7
Seharusnya sekolah yang belum ada kepramukaan bahkan menon-
aktifkan kepramukan melihat sisi manfaatnya, salah satunya dalam sisi
pendidikan agama Islam sehingga sekolah tersebut mendukung terhadap
kegiatan ekrakurikuler pramuka itu sendiri
Maka dari itu peneliti mempunyai inisiatif untuk mencari keselarasan
dan kesesuaian dalam ekstrakurikuler pramuka dengan pendidikan agama
Islam di SMP Djojoredjo Pamulang, dan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ RELEVANSI KEGIATAN
EKTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian
ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyaknya masyarakat sekolah yang tidak mengetahui gerakan
pramuka secara utuh
2. Masih banyaknya pembina dari sekolah atau yayasan yang belum
mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD). Karena maksud dari
diselenggarakannya Kursus Mahir Dasar (KMD) adalah sebagai syarat
awal pembina untuk mengajar pramuka dan mengetahui pramuka
secara utuh.
3. Kurangnya minat siswa mengikuti kegiatan ektrakurikuler pramuka
karena dianggap sebagai kegiatan yang hanya menghabiskan waktu
untuk bermain-main saja.
4. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di sekolah.
5. Dukungan sekolah masih kurang menyeluruh untuk diadakannya
kegiatan ektrakurikuler pramuka di sekolah itu.
6. Banyaknya guru yang tidak mendukung kegiatan ektrakurikuler
pramuka karena bukan mata pelajaran yang akan diujikan di akhir
pembelajaran.
8
7. Banyaknya guru yang tidak memahami terdapat banyaknya nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam kegiatan kepramukaan.
8. Kegiatan kepramukaan masih monoton, kurang menyentuh nilai-nilai
pendidikan agama Islam.
9. Orang tua kurang memahami akan pentingnya pendidikan
kepramukaan bagi penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah untuk memfokuskan pembahasan
pada hal-hal pentingnya pendidikan kepramukaan bagi penanaman nilai-
nilai pendidikan agama Islam.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : Bagaimana relevansi kegiatan ekstrakurikuler
pramuka dengan pendidikan agama Islam?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ektrakurikuler pramuka di
SMP Djojoredjo Pamulang.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai agama Islam dalam kegiatan
ektrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang.
c. Untuk mengetahui proses pendidikan agama Islam dalam kegiatan
ektrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang.
d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan
pendidikan agama Islam dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka di
SMP Djojoredjo Pamulang.
2. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:
a. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian tentang
nilai-nilai agama Islam dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka.
9
b. Memberikan gambaran yang jelas pada pembina pramuka dan
guru pendidikan agama Islam tentang penerapan nilai-nilai
agama Islam pada kegiatan ektrakurikuler pramuka.
Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna bagi:
a. Siswa
Dapat memberikan motivasi dan semangat bagi siswa anggota
pramuka untuk terus memperhatikan pendidikan kepramukaan
serta memahami pentingnya menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam sekolah maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Guru
Memberi masukkan dalam memperluas pengetahuan dan
wawasan bagi guru tentang kegiatan ektrakurikuler pramuka
dan penerapan pendidikan agama Islam pada siswa khususnya
dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka.
c. Sekolah
Memberikan sumbangan dalam rangka penerapan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekrakurikuler pramuka
demi tercapainya tujuan belajar pendidikan agama Islam siswa,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.
d. Penulis
Menambah wawasan kependidikan serta sebagai bekal
pengetahuan mengenai kepramukaan dan pendidikan agama
Islam.
e. Pembaca
Memberikan gambaran pentingnya pendidikan agama Islam
dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka demi tercapainya
tujuan pendidikan agama Islam,
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kepramukaan
a. Arti Kepramukaan
Kata Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana
yang artinya orang muda yang suka berkarya.1
Kata Pramuka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
organisasi kepanduan untuk pemuda yang mendidik para
anggotanya dalam berbagai ketrampilan, disiplin, kepercayaan
terhadap diri sendiri, saling tolong menolong dan sebagainya.2
Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka yang terdiri dari
anggota muda yaitu peserta didik S, G, T, D dan anggota dewasa
yaitu pembina pramuka, pembantu pembina pramuka, pelatih
pembina pramuka, pembina profesional, pamong SAKA dan
instruktur SAKA, pimpinan SAKA, andalan, pembantu andalan,
anggota MABI, staf karyawan kwartir, mitra. Sedangkang
kepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan Pramuka.3
Gerakan Pramuka adalah nama orgnisasi yang merupakan suatu
wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia.
Sebelum tahun 1961 di Indonesia pernah berdiri puluhan bahkan
sampai ratusan organisasi kepanduan, seperti misalnya; Pandu
Rakyat Indonesia (PRI), Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI),
Hizbul Wathon (HW), Pandu Kesultanan (PK), Wira Tamtama,
dan banyak lainnya. Sekarang hanya ada satu organisasi kepanduan
1 Andri Bob sunardi, Boyman 2 Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Darma Utama, 2016), Cet.
1, h. 45.
2 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), Cet. Ke- 1, h. 699
3 Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Kusus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka,
(Jakarta; PUSDIKLATNAS, 2010), hal. 27.
11
nasional, Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana,
disingkat Gerakan Pramuka.4
Gerakan Pramuka didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan
dan ditetapkan dengan keputusan Presiden No. 238 tahun 1961
tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan dan pembaharuan
Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia.5
Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan luar sekolah
bertujuan untuk mendidik generasi muda agar berwatak dan
berbudiperkerti luhur, serta mampu mengembangkan kepribadian,
potensi dan jati dirinya, sebagai tunas bangsa yang masih dalam
masa transisi, sehingga pada saatnya nanti dapat mencapai proses
kedewasaan dalam arti sebenarnya.6 Terutama mereka yang berusia
7-25 tahun: pramuka siaga, 7-10 tahun; pramuka penggalang, 11-
15 tahun; pramuka penegak, 16-20 tahun; dan pramuka pandega,
21-25 tahun.
Organisasi masyarakat ini dinamai gerakan, karena ia
bermaksud mempersiapkan generasi muda Indonesia ini menjadi
penggerak-penggerak pembaharuan dan pembangunan negara-
negara melalui jalur pendidikan luar sekolah. Para penggerak
adalah manusia-manusia yang berketetapan hati untuk
melaksanakan pembaharuan-pembaharuan negara-bangsa terus-
menerus, yakni para anggota Gerakan Pramuka, baik anggota muda
peserta didik maupun anggota orang dewasa.7
Gerakan Pramuka nama satu-satunya organisasi kepanduan
nasional Indonesia yang merupakan wadah dan boleh
menyelenggarakn pendidikan bagi anak-anak dan pemuda
4 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Darma Utama, 2016), Cet.
10, h. 7.
5 Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Kusus Mahir Dasar..., 18.
6 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara Dalam Gerakan Pramuka, (Jakarta; KNGP, 1996), h. 1.
7 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka, (Jakarta, KNGP,
1999), h. 2-3.
12
Indonesia dengan menggunakan prinsip metodik pendidikan
kepramukaan.8
b. Sejarah Kepramukaan di Dunia
1) Sejarah Baden Powell Bapak Pandu Sedunia
Standhope 1857. Pada tanggal 22 Februari tahun itu, ketika
di Amerika orang sedang merayakan hari lahir George
Washington yang ke- 125 yaitu bapak kemerdekaan Amerika
yang banyak dikagumi orang; di sebuah tempat yang tak jauh
dari kota London lahir seorang anak lelaki yang kelak akan
memimpin anak-anak dalam bidang kepanduan di seluruh
dunia.
“ Dia kami beri nama Robert Stephenson Smyth Baden
Powell, nama yang telah disetujui oleh seluruh keluarga,” kata
Tuan H. G. Baden Powell, sang ayah yang sangat berbahagia
atas kelahiran anaknya yang kelima ini. Sahabat-sahabatnya
memandang Tuan H.G. Baden Powell sambil tersenyum-
senyum, ikut bersuka cita atas kegembiraan lelaki muda itu.
“Tapi kenapa namanya demikian panjang?” tanya salah
seorang di antara mereka. Tuan H.G. Baden Powell menengok
ke arah sahabatnya yang baru saja bertanya. Lelaki yang masih
muda dan menjadi guru besar di Universitas Oxford ini
menarik nafas.
“ Namanya sendiri Robert Stephenson,” ujarnya kemudian,
“yang lainnya adalah nama moyangnya. Nama Smyth kami
ambil dari nama moyang pihak ibunya, sebagai kenangan pada
John Smyth yang dengan berani telah mengarungi samudera
untuk bertualang mengembara di Amerika. John Smyth adalah
petualang yang gagah berani, ia telah masuk hutan-hutan
belantara di Amerika, sampai akhirnya mendirikan koloni
8 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Pedoman Pelaksanaan..., h. 4.
13
Jajahan Virginia. Sedangkan nama Baden Powell dari pihak
ayahnya.9
Pada tahun 1863, Robert Stephenson Smyth Baden Powell
menginjak umur enam tahun. Masa untuk sekolah baginya
telah tiba. Stephen selalu menggembirakan hati kawannya,
yang paling disenangi kawannya dari Stephen adalah sifatnya
yang selalu gembira. Stephen tidak pernah murung, wajahnya
yang cerah dan selalu tampak gembira. Ini membuat kawan-
kawannya menyenanginya. Tetapi ketika menginjak tahun
yang kedua dalam masa sekolahnya, terjadi suatu peristiwa
yang membuatnya harus bersedih. Ini terjadi tahun 1864.
Ketika Stephen pulang dari sekolah, ia mendapatkan
banyak orang di rumahnya. Stephen heran, ia menatap
berkeliling. Stephen mendapatkan ayahnya terbaring di
kamarnya, akhirnya ia pun tau apa yang terjadi, bahwa
ayahnya tertidur lelap untuk selama-lamanya. Di sana ia
menangis seperti yang lain, walaupun ia tidak mengerti kenapa
ia harus menangis. Ia masih terlalu bocah untuk dapat mengerti
arti kematian.10
Stephen mempunyai sembilan orang saudara, yaitu:
Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes,
Henrietta, Jessie dan Baden Fletcher.11
Sepeninggal ayahnya,
semua anak-anaknya itu menjadi tanggung jawab Nyonya
Baden Powell. Ia bukan saja ibu yang baik bagi anak-anaknya,
ia bahkan sekaligus menjadi ayah bagi keenam anaknya.
Walaupun tugas yang dihadapinya tidak ringan, ia tidak pernah
mengeluh, ia benar-benar wanita yang tabah.
Usaha Nyonya Baden Powell memang tidak sia-sia. Berkat
bimbingan dan jerih payahnya, keadaan keluarganya cukup
9 Diah Ansorie, Lord Baden Powell Bapak Pandu Sedunia, (Djambatan: 1980), Cet. 3, h. 1.
10
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 3
11
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 19
14
cerah. Kehidupan dan pendidikan anak-anaknya berlangsung
baik. Stephen dan saudara-saudarnya dapat melanjutkan
pelajarannya seperti anak-anak lain dengan baik, walaupun
mereka harus menyadari kehidupan keluarganya yang
prihatin.12
Pada tahun 1870 Stephen berhasil menamatkan
pelajarannya di sekolah permulaan dengan angka bagus. Ini
merupakan usaha yang dilakukan Stephen untuk selalu rajin
belajar, ia bahkan sanggup mendapatkan angka-angka yang
sangat baik. Dengan angka-angka itu Stephen mampu
mendapat beasiswa dari Charterhouse School di London. Ia
terdaftar dengan nama lengkap Robert Stephenson Smyth
Baden Powell, tapi kawannya lebih senang memanggilnya
dengan nama Baden Powell saja karena lebih enak didengar
telinga.13
Di Charterhouse School, Baden Powell terkenal sebagai
pelajar yang serba bisa. Guru-gurunya juga heran pada
kemampuannya yang demikian banyak ragamnya. Selain
dalam bidang yang ada hubungannya dengan kesenian, juga
cukup menonjol dalam olahraga. Dengan kemampuannya yang
banyak, ia tidak senang pada pujian atas kemampuannya.
Diantara kemampuannya adalah sepak bola, lari jarak jauh
tanpa kelelahan, kesehatannya yang sempurna, melukis,
bermain musik, pandai mengarang dan main sandiwara.
Bahkan selain itu ia juga senang pada petualangan di tengah
laut sehingga ia sering mengajak teman-temannya berlayar
menyusuri sungai Thames dan terus melaju ke tengah laut.14
Setelah tamat dari Charterhouse School, Baden Powell
tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
12 Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 6.
13
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 10
14
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 11-12
15
sebagaimana yang dilakukan saudara-saudaranya yang lebih
tua. Ia lebih memilih sekolah Militer Sandhurst sebagai tempat
pendidikannya. Tampaknya bidang militer memang lebih tepat
baginya yang selama ini menyukai pertualangan. Sebenarnya
menjadi militer hanyalah jembatan yang memungkinkannya
dapat mengelilingi dunia. Pada tanggal 30 Oktober 1876
Baden Powell melaksanakan tugasnya dengan pergi ke India.15
Dan pada tahun 1880 Baden Powell dikirim ke Afganistan,
sebuah wilayah Inggris juga yang berbatasan dengan India. Di
sana ia bertugas memperkuat pertahanan Inggris.16
Pada abad ke XIX masih merupakan benua yang dianggap
tidak bertua. Beberapa negara di Eropa berlomba untuk
menancapkan taring kekuasaannya di sana, dan terjadilah
perang Boer yang pertama berlangsung dari tahun 1880 sampai
1881. Baden Powell yang tergabung dalam pasukan berkuda
“Resimen ke XIII” dikirim ke Afrika Selatan pada tahun 1884
untuk membantu Inggris pada perang Boer. Dan masih banyak
lagi pengalamannya dalam memimpin perang dan pasukan
inggris di berbagai negara. Terutama penyelidikan wilayah
Ashanti di Afrika Barat. Ia bertemu dengan pemimpin Ashanti,
ia juga mengajarkan beberapa hal yang penting dan berguna
bagi mereka, baik tentang kehidupan yang layak, kesehatan
dan budi pekerti. Sebenarnya di tempat inilah dia mulai
menemukan dasar-dasar kepanduan.17
Salama bertugas di Afrika, Baden Powell banyak
melakukan petualangan sehingga pengalaman-pengalamannya
makin bertambah. Karena keberaniannya, Baden Powell
mendapat julukan IMPEESA dari suku-suku setempat seperti
Zulu, Ashanti dan Metabele. Impeesa mempunyao arti “Srigala
15 Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 17
16
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 20
17
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 21-23
16
yang tidak pernah tidur”. Hal ini disebabkan karena sifat
waspada, cekatan dan keberanian Baden Powell (termasuk
tindakan mengambil kalung manik-manik milik Raja
Dinuzulu).
Pada tahun 1901 Baden Powell kembali ke tanah airnya,
Inggris dengan disambut besar-besaran sebagai salah satu
pahlawan bangsanya.18
Ia mendapat ilham untuk menulis buku
buku tentang cara memandu. Ia segera mengumpulkan
pengalaman-pengalamannya selama bertugas di India dan
Afrika. Ia menuliskan bagaimana caranya mengintai musuh,
bagaimana menyeberangi sungai dalam keadaan darurat, juga
memberi penerangan bagaimana caranya menolong orang yang
ditimpa kecelakaan dan banyak lagi hal-hal yang berguna. Tak
lama kemudian buku yang ditulisnya terbit, judulnya “
Pedoman untuk memandu” judul aslinya “Aids to scouting”.19
Boden Powell pada tahun 1908 menulis buku Scouting For
Boys, sebuah maha karya yang sangat spektakuler. Buku inilah
yang mengakibatkan perkembangan kepanduan menjadi
semakin besar. Buku ini menyebar di seluruh daratan Eropa
sampai ke daerah-daerah jajahan. Dan pada tahun 1910 Baden
Powell meletakkan jabatannya di dinas ketentaraan dengan
pangkat terakhirnya adalah Letnan Jendral. Mulailah Baden
Powell berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan
kepanduan ke seluruh dunia.
Pada tahun 1912 Baden Powell mengadakan perjalanan
keliling dunia untuk menemui pada pandu di berbagai negara.
Baden Powell menikah dengan Olave St. Clair Soames (Lady
18 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 23.
19
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 28.
17
Boden Powell) pada tahun tersebut dan kemudian dikarunia
tiga orang anak yaitu Peter, Heather dan Betty.20
Pada tahun 1920 para pandu sedunia berkumpul di
Olimpia, London Inggris dalam acara Jambore Dunia yang
pertama. Pada hari terakhir kegiatan jambore tersebut (6
Agustus 1920) Baden Powell diangkat sebagai Chief Scout Of
The World atau bapak Pandu Sedunia. Boden Powell juga
dianugrahi gelar Lord Baden Powell Of Gilwell, dengan
julukan Baron oleh Raja George V.
Setelah berkeliling dunia termasuk mengunjungi Batavia
(sekarang Jakarta), pada tanggal 3 Desember 1934,
sepulangnya dari meninjau Jambore di Australia. BP beserta
Lady Baden Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal
di Inggris (sekitar tahun 1935-1938). Kemudia Boden Powell
kembali ke tanah yang amat dicintainya Afrika. Dan BP
menghabiskan masa tuanya di Nyeri Kenya. Beliau akhirnya
wafat pda tanggal 8 Jnuari 1941 dan diantar di atas kereta yang
ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat
peristirahatan terakhir.21
Adapun buku-buku Baden Powell selama hidupnya selain
Scouting For Boys, Aids To Scouting dan Rovering To Succes
adalah:
a) On Vedette (1883).
b) Reconnaissance and Scouting (1885).
c) Cavalry Instruction (1885).
d) Pigsticking Organisasi Hoghunting (1889).
e) The Downfall Of Prempeh (1896).
f) The Metabele Campaign (1897).
g) Sports in War (1900).
h) Notes And Instructions Of The South African
Constabulary (1901).
i) Sketches In Mafeking And East Afrika (1907).
20 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 24.
21
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 25.
18
j) Yarns for Boys Scouts (1909).
k) Scouting Games (1910).
l) Handbook for Girl Guides (dikerjakan bersama-sama
dengan Agnes Bden Powell,1912).
m) Boy Scouts Beyond the Seas (1913).
n) Quick Training fo War (1914).
o) Indian Menories dan My Adventures as aSpy (1915).
p) Young Knights of the Empire dan The Wolf Cub‟s
Handbook (1916).
q) Girl Guiding (1918).
r) Aids to Scoutmastership (1919).
s) What Scouts Can Do (1921).
t) An Old Wolf‟s Favourites (1921).
u) Life‟s Snags and How To Meet Them (1927).
v) Scouting and Youth Movement (1929).
w) Lessons from the Varsity of Life (1933).
x) Adventures and Accident (1934).
y) Scouting Round the World (1935).
z) Adventuring to Manhood (1936).
aa) African Adventures (1937).
bb) Birds and Beasts of Africa (1938).
cc) Paddle Your Own Canoe (1939) dan
dd) More Sketches of Kenya (1940).22
2) Sejarah terbentuknya Kepanduan Dunia
Sejarah terbentuknya kepanduan dunia tidak bisa
dipisahkan dengan sejarah Baden Powell itu sendiri.
Tepatnya sejak berada kembali ke Inggris Baden Powell
menyadari akan seseuatu panggilan dari dasar hatinya.
Panggilan ini muncul berulang-ulang mengetuk hatinya.
Bahwa ia ingin membahagiakan anak-anak, secara bertahap
Baden Powell memikirkan sesuatu, ia menyusun cara-cara
suatu kelompok anak-anak yang bertugas menolong
sesamanya tanpa pamrih. Itulah yang kemudian dikenal
sebagai kepanduan pada tahun 1907 ia menghimpun
sejumlah anak-anak untuk diajak berkemah di Brownsea
Island. Ternyata perkemahan kepanduan yang pertama ini
22 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 26-27.
19
terselenggara baik.
Keberhasilannya menghimpun anak-anak di Brownsea
Island, membuat Baden Powell semakin bersemaangat
untuk membuktikan cita-citanya tentang kepanduan. Pada
bulan Januari 1908 sampai bulan Maret 1908, selama dua
minggu sekali ia menerbitkan tulisannya tentang
kepanduan, tentang kewajiban-kewajiban seorang pandu
dan berbagai hal yang harus diketahui oleh seorang pandu.
Tulisan tersebut kemudian disusun kembali dan diterbitkan
sebagai satu jilid buku dengan judul “Memandu untuk
putra” yang judul aslinya “Scouting for boys”.23
Buku ini
pertama kali diedarkan pada tanggal 15 Januari 1908, oleh
penerbit Horace Cox, Windsor House, Bream‟s Building,
London E.C.24
Buku tersebut diberi gambar bagus-bagus
hasilcoretan Boden Powell sendiri, dan segera tersebar
dengan sangat luas. Buku ini telah menarik angan-angan
banyak anak laki-laki. Begitu buku ini muncul di toko-toko
buku, kelompok-kelompok kepanduanpun serentak tumbuh
dimana-mana. Bukan hanya di Inggris, tapi juga di luar
Inggris. Sehingga buku yang ditulis Baden Powell tersebut
telah tersebar ke luar Inggris dengan berbagai terjemahan.
Saudara-saudara Baden Powell meminta, akan
sempurna sekali jika anak perempuan juga dapat mengikuti
gerakan kepanduan ini. Baden Powell berjanji tidak lama
lagi ia akan mengusahakan pembentukan kepanduan untuk
anak perempuan. Apa yang dijanjikan Baden Powell tidak
lama kemudian segera menjadi kenyataan. Bersama dengan
Agnes, adik perempuannya. Kepanduan untuk anak laki-
laki disebut “Boys Scout”, sedangkan untuk anak-anak
23 Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., 29.
24
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 32.
20
perempuan disebut “Girls Guides”.
Kedua gerakan kepanduan ini mendapat perhatian besar
tokoh-tokoh pendidikan, orang tua dan tokoh pemerintahan.
Raja Edward VII sendiri menilai gerakan kepanduan ini
sebagai sesuatu yang harus dipelihara dan dikembangkan.25
Pada tahun 1910 Baden Powell mengundurkan diri dari
ketentaraan. Pangkatnya yang terakhir adalah Letnan
Jendral. Selanjutnya ia mencurahkan kehidupannya untuk
dunia kepanduan. Ia menganggap kepanduan sebagai
dunianya yang kedua, tempat ia dapat mencurahkan seluruh
tenaganya utnuk mendidik anak-anak menjadi warga dunia
yang utama.
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas pada tahun 1912
Baden Powell bertemu dengan Olave St. Clair Soames,
seorang wanita sederhana dan penuh semangat. Mereka
kemudian menikah pada tanggal 30 Oktober 1912. Dari
perkawinan tersebut mereka dikaruniai seorang anak laki-
laki dan dua anak perempuan. Yang tertua Peter, lahir tahun
1913. Kemudian Heather lahir pada tahun 1915, dan yang
terkecil Betty lahir pada tahun 1917.
Bersama anak istrinya Baden Powell hidup bahagia.
Mereka sering mendapat undangan dari kepanduan di luar
Inggris. Mereka sering mengadakan perjalanan ke luar
negeri. Karena itu cita-cita Baden Powell untuk berkeliling
dunia telah terlaksana.26
Kepanduan siaga didirikan pada tahun 1916, dengan
illustrasi kegiatannya diambil dari buku yang terkenal karya
Rudyard Kipling “ The Jugle Book”, yang berisikan cerita
tentang petualangan Mowgli si anak srigala beserta teman-
25 Diah Ansorie, Lord Baden Powell 29-31.
26
21
teman binatangnya. Bagheera si macan kumbang dan juga
Bugaloo si beruang.
Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918 BP
mendirikan kepanduan untuk golongan Penegak (Rover
Scout). Untuk meningkatkan kualitas para penegak, BP
menulis buku berjudul Rovering To Success (menggembara
menuju keberhasilan) di tahun 1922. Buku ini berkisah
tentang petualang seorang anak muda yang sedang
berperahu menuju sebuah pantai (BP menyebutnya pantai
bahagia) dengan melewati berbagai rintangan berbentuk
karang-karang tajam (karang-karang kehidupan) yang
berbahaya dan selalu menghalangi laju perahu pemuda
tersebut. Karang-karang kehidupan itu, adalah:
1. Karang wanita
2. Karang perjudian
3. Karang minuman keras dan merokok
4. Karang mementingkan diri sendiri (egois) dan
mengorbankan oranglain.
5. Karang tidak bertuhan (atheis).
Jadi dari semula Baden Powell telah mengajarkan
bahwa untuk bisa meraih keberhasilan, para pemuda harus
bisa menahan diri dari berbagai macam tantangan dan
rintangan.
Baden Powell menerima sebidang tanah dari salah
seorang sahabatnya, William F. Debois Mc. Laren untuk
dipergunakan sebagai tempat bermain dan berlatih. Taman
ini diberi nama Gilwell park. Di gilwell park ini, para pandu
remaja banyak bermain dan berlatih, di halaman depan
taman ini ada patung singa yang besar biasa dinaiki para
pandu untuk bermain-main.27
Pada jambore yang pertama yang diadakan di London
27 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 33.
22
tahun 1920, berkumpullah pandu dari seluruh dunia. Semua
utusan menunjuk Baden Powell sebagai “Bapak Pandu
Sedunia”.28
Dan pada tahun ini juga dibentuknya Dewan
Internasional yang mempunyai sembilan anggota dan kantor
pusatnya berada di London, Inggris. Kemudian Dewan
Internasional berubah menjadi Biro Kepanduan Sedunia
(World Scout Buereau), yang di tahun 1958 kantor pusatnya
berkedudukan di kota Ottawa, Kanada. Dan di tahun yang
sama pula, tepatnya tanggal 1 Mei 1958 kantor pusatnya
dipindahkan lagi ke Jenewa, Swiss.29
Atas jasa-jasa dalam kepanduan, Raja George
menganugerahkan gelar bangsawan yang lebih agung bagi
Baden Powell. ini terjadi pada tahun 1929, dan sejak itu
namanya menjadi Lord Baden Powell of Gilwell, yang
sebelumnya tahun 1909 dianugerahkan gelar bangsawan
oleh Raja Edward VII yaitu “ Sir Robert Stephenson Smyth
Baden Powell. tetapi para pandu tetap memanggil Baden
Powell.30
Ketika Baden Powell mencapai umur 80 tahun,
kesehatannya mulai menurun. ia sering sakit. Namun
demikian ia selalu penuh semangat. Sebelum ia meninggal,
ia ingin melihat Afrika lagi. Dan istrinya pun membawanya
ke Afrika bersama keluarganya. Di sebuah tempat yang
indah, tenang, nyaman dan tenteram di Nyeri, Baden Powell
mendirikan tempat tinggal bersama keluarganya. Mereka
hidup bahagia di tengah ketenangan alam yang tenteram. Ia
meninggal di tempat yang tenteram itu pada tanggal 8
Januari 1941. Ia meninggal dengan penuh damai dalam
hatinya. Tubuhnya terbaring di tengah kicau burung yang
28 Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 32.
29
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 34
30
Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 34.
23
meloncat dari dahan ke dahan, seakan-akan mengucapkan
selamat jalan pada Baden Powell. Ia kini telah tiada, tetapi
benih kepanduan yang ditaburkannya telah tersebar ke
seruluh pelosok dunia.31
3) WOSM
World Organization of the Scout Movement (WOSM)
adalah organisasi internasional yang mengorganisir
organisasi-organisasi kepanduan yang ada di negara-negara
seluruh dunia , anggotanya sekitar 31 juta orang. WOSM
didirikan pada tahun 1920, dan berkantor pusat di kota
Genewa, Switzerland. WOSM bekerjasama dengan
organisasi serupa untuk kelompok wanita, yaitu the World
Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS).
Misi dari WOSM adalah memiliki kontribusi terhadap
pendidikan dan pembinaan generasi muda, melalui sistem
yang berdasarkan pada jJnji dan Darma pandu, untuk
membantu membangun dunia yang lebih baik, menjadi
indivindu yang mandiri dan berperan positif dalam
masyarakat. WOSM pengorganisasian dibagi ke dalam
regional-regional dan dioperasikan dengan Konferensi,
Komite dan Biro.
World Scout Conference (WSC) atau Konferensi
Kepanduan Sedunia adalah lembaga pemerintahan
kepamduan yang bertemu setiap tiga tahun sekali. WSC
adalah majelis umum yang dihadiri enam orang delegasi
dari setiap organisasi anggota WOSM. Jika sebuah negara
memiliki organisasi lebih dari satu, dapat dibentuk sebuah
federasi untuk membentuk perwakilan. Pada konferensi ini
semua rencana kegiatan yang mendasar dibahas tuntas
untuk dilaksanakan dengan seksama.
31 Diah Ansorie, Lord Baden Powell..., h. 34.
24
The World Scout Committee atau Komite Kepanduan
Sedunia adalah lembaga eksekutif dari WSC yang
terbentuk dari delegasi-delegasi yang terpilih. Komite
bertanggungjawab pada implementasi dari resolusi-resolusi
yang dihasilkan pada konferensi. Anggota-anggota komite
bertemu dua kali dalam setahun, biasanya di Jenewa, Swiss.
Komite dipimpin seorang ketua (Chairman), dua wakil
ketua (Vice-Chairman) dan seorang Sekretaris Jendral.
Komite beranggotakan 14 orang atau 12 orang
diantaranya berasal dari masing-masing negara terpilih.
Dipilih untuk masa jabatan enam tahun hingga masa
Konferensi Kepanduan Sedunia berikutnya. Sebagai
anggota komite, para anggota yang terpilih tidak lagi
mewakili negaranya masing-masing, tetapi berdasarkan
kepedulian dan interest pada Gerakan Kepanduan
seutuhnya. Yang menjadi ex-officio WOSM adalah
Sekretaris Jendral.32
Adapun lambang WOSM sebagai berikut:
Gambar 2.1
Lambang Pandu Sedunia (World Organization of the Scout
Movement/ WOSM)
32 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 35-36.
25
Lambang Pandu Sedunia adalah ujung panah yang
menunjukkan utara peta atau kompas. Itu adalah lambang
pandu sedunia karena menunjukkan arah yang benar serta
ke atas. Hal itu menunjukkan jalan untuk melakukan
kewajibanmu serta menolong orang lain. Ketiga ujung
tersebut mengingatkan kamu kepada ketiga satya dan jani
pramuka.
Ujung panah ini adalah Lencana Pandu dari hampir
semua Organisasi Pandu Nasional (National Scout
Organization) di dunia. Untuk membedakan bangsa yang
satu dengan bangsa yang lain, maka lambang dari negara
tersebut sering dipakai di depan Lambang Pandu Sedunia.
Misalnya: di Amerika Serikat, pada Lambang Boy Scouts of
America terdapat rajawali dan perisai nasional berada di
depan lambang World Organization of the Scout Movement.
Begitu juga di negara-negara lain.33
Di bawah ujung panah terdapat pita, dengan motto
Pandu Sedunia “SEDIA”. Pita tersebut ujungnya
melengkung ke atas seperti mulut pramuka yang sedang
tersenyum, karena pramuka melaksanakan kewajibannya
dengan senyuman serta dengan hati yang ikhlas.
Di bawah pita ini ada seutas tali dengan simpul. Simpul
tersebut akan mengingatkan bahwa kamu akan selalu
berbuat kebaikan setiap hari kepada sesama makhluk. Dan
Lambang Pandu Sedunia dipakai antara lain untuk Lencana
(badge) dan Bendera Organisasi Gerakan Pandu Sedunia
(WOSM).34
33 Baden Powell, Scouting For Boys Memandu untuk Pramuka, (Jakarta: Pustaka Tunas
Media, 2008), Cet. 4, h. 27.
34
Baden Powell, Scouting For Boys..., h. 28.
26
c. Sejarah kepramukaan di Indonesia
Kepanduan masuk ke Indonesia (pada waktu itu masih Hindia
Belanda, karena negara kita sedang dijajah orang belanda)
pertama-tama dibawa oleh orang Belanda. Organisasinya bernama
Nederland Indische Padvinders Vereniging (NIPV) yang artinya
adalah Persatuan Pandu-pandu Hindia Belanda.
Bangsa kita mulai tertarik pada organisasi tersebut dan karena
sifatnya yang universal maka organisasi kepanduan dapat dengan
cepat diterima oleh bangsa kita, apa lagi kondisi pada waktu itu
sangat memungkinkan. Para remaja dan pemuda kita
membutuhkan suatu organisasi yang dapat menampung aspirasi
mereka terhadap tanah airnya.
Sesuatu yang membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi
cukup khawatir. Oleh karena itu pemerintah kolonial Belanda
melarang bangsa kita mengikuti kegiatan NIPV. Maka berdirilah
organisasi-organisasi kepanduan yang berartikan nasionalisme dan
organisasi kepanduan nasional yang pertama didirikan adalah pada
tahun 1916, Javaanse Padvinders Organisatie (JPO) atas prakarsa
Sultan Pangeran Mangkunegara VII di Surakarta. JPO ini membuat
para remaja dan pemuda di daerah lain tertarik mendirikan
oraganisasi kepanduan. Yang memang pada waktu itu bisa
dianggap sebagai salah satu cara perjuangan dalam usahanya
mencapai kemerdekaan.
Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya
organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Lalu peristiwa Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, yang menjiwai Gerakan Kepanduan
Nasional kita semakin bergerak maju (merupakan semangat
Nasionalisme).35
Kemudian pemerintah kolonial Belanda melarang
pemakaian istilah Padvinder bagi organisasi-organisasi kepanduan
bangsa kita. Istilah “PANDU” dan “Kepanduan” dikemukakan
35 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih...., h. 37.
27
pertama kali dalam kongres SIAP tahun 1928 oleh KH. Agus
Salim di Kota Banjarnegara, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.
Peristiwa bersejarah terjadi saat Baden Powell dan Lady Baden
Powell berkunjung ke Hindia Belanda (Indonesia sekarang), pada
tanggal 3 Desember 1934. Baden Powell singgah di Jakarta,
sepulangnya beliau datang mengikuti perhelatan Jambore Dunia di
New South Wales, Australia. Walau pandu-pandu Pribumi
kesulitan menemui beliau peristiwa kunjungan ini sangat
bersejarah bagi perkembangan kepanduan di tanah air.36
“Dai Nippon”. Itu adalah nama yang dipakai untuk menyebut
Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, balatentara
Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan
Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk
gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun semangat
kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.37
Semua
organisasi kepanduan harus bergabung dengan organisasi-
organisasi kepemudaan bentukan Jepang.38
Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
tepatnya sebulan setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta
dan bersepakat untuk membentuk panitia kesatuan kepramukaan
Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan
satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa
Indonesia dan segera mengdakan Kongres Kesatuan Kepanduan
Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29
Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya pandu
Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap
36 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih...., h. 38.
37
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 4 Windu Gerakan Pramuka, (Jakarta, KNGP, 1993), h.
21.
38
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih...., h. 38.
28
pemimpin dan tokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”,
lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi
kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 93/Bag. A, tertanggal
1 Februari 1947.39
berdiri kembali organisasi-organisasi kepanduan hingga mencapai
jumlah lebih dari 100 organisasi, yang tergabung ke dalam 3
federasi, yaitu:
1) IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, 13-09-1995),
2). POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri, tahun
1954), dan
3). PKPI (Perserikatan Kepanduan Puteri Indonesia).40
Kemudian terjadi peristiwa penting lainnya adalah Jambore
Nasional Kepanduan Pertama pada masa Pandu (sebelum jadi
pramuka), yaitu diselenggarakan di Pasar Minggu, Jakarta pada
tahun 1955 (diselenggarakan oleh IPINDO). Lalu ketiga federasi
tersebut bergabung menjadi satu dalam PERKINDO (Persatuan
Kepemudaan Indonesia), sekitar 60 organisasi dengan kurang lebih
50.000 anggota pandu. Dan akhirnya disadari bahwa banyaknya
organisasi kurang baik untuk persatuan bangsa, maka Pemerintah
mengeluarkan KEPRES No. 238/61 Tentang Gerakan Pramuka,
sebagai dukungan pemerintah terhadap organisasi kepanduan di
Indonesia. Kepres tersebut di atas ditandatangani oleh Perdana
Menteri RI saat itu, Ir. H. Juanda (Presiden Soekarno sedang
mengadakan kunjungan kenegaraan ke negara Jepang).41
Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian
peristiwa yang saling berkaitan yaitu:
1) Pidato Presiden/ mandataris MPRS di hadapan para tokoh dan
pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di
39 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 4 Windu Gerakan Pramuka..., h. 23.
40
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih...., h. 38.
41
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih...., h. 40
29
Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Tunas Gerakan
Pramuka.
2) Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 tahun 1961,
tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang
menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi
kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan
kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta
mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang
dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangangan bagi para
pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya.
Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun
bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan
tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Permulaan Tahun
Kerja.
3) Pernyatan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang
dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan
Pramuka, di lakukan di Istana Olah Raga Senayan pada tanggal
30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai hari Ikrar
Gerakan Pramuka.
4) Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara,
diikuti defile pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakan
yang didahului dengan penganugrahan Panji-panji Gerakan
Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka, dan
kesemuanya ini terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa
ini kemudian disebut sebagai Hari Pramuka.42
Gerakan Pramuka bukan badan pemerintahan, semua organisasi
kepanduan melebur diri masuk menjadi anggota Gerakan
Pramukan, kecuali organisasi-organisasi berhaluan kiri atau
komunis. Mulailah Gerakan Pramuka berkembang menjadi
organisasi yang disegani. Kemudian hingga saat ini telah
diselenggarakan beberapa kali Jambore Nasional (Jamnas),
pertemuan besarnya para Pramuka Penggalang setanah air. Jambore
ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pada mulanya sering
diselenggarakan di ibu kota negara, Jakarta, namun seiring waktu
42 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 4 Windu..., h. 30-31.
30
kegiatan Jambore sudah dilaksanakan berpindah-pindah dari satu
daerah ke daerah lainnya.43
Organisasi Gerakan Pramuka pada saat ini telah menjadi
organisasi yang dapat diandalkan, dan hal itu tidak lepas dari jerih
payah para pandu dalam membangun kerangka organisasi dan para
pramuka dalam membentuk organisasi Gerakan Pramuka seperti
sekarang ini.44
Adapun lambang Gerakan Pramuka sebagai berikut:
Gambar 2.2
Lambang Gerakan Pramuka
Lambang Gerakan Pramuka adalah tanda pengenal organisasi
Gerakan Pramuka yang bersifat tetap. Lambang ini diciptakan oleh
R. Soenardjo Atmodipoerwo, seorang pegawai tinggi Departemen
Pertanian yang juga tokoh Gerakan Pramuka.
Lambang ini dipergunakan pertama kali sejak tanggal 14
Agustus 1961, ketika Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno
menganugrahkan Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional
43 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 39.
44
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 40.
31
Indonesia kepada organisasi Gerakan Pramuka melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 448 tahun 1961.
Lambang Gerakan Pramuka adalah tanda pengenal tetap yang
mengkiaskan cita-cita setiap anggota Gerakan Pramuka. Lambang
ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka No. 06/KN/72 tahun 1972.45
d. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan
merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari lembaga
pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai dengan kepentingan,
kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat.46
Prinsip dasar ialah yang mendasar, yang menjadi dasar dalam
berfikir dan bertindak. Sedangkan Prinsip Dasar Kepramukaan
adalah asas yang mendasari kegiatan kepramukaan dalam upaya
membina watak peserta didik.
Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:
1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Peduli terhadap bangsa, negara, sesama manusia dan alam serta
isinya.
3) Peduli terhadap diri sendiri.
4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Menerima dan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan adalah
hakekat Pramuka, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa
pribadinya:
1) Taat pada perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai
tata dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
2) Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup
bersama dengan sesama manusia dalm kehidupan bersama
yang disasari oleh prinsip perikemanusiaan yang adil dan
beraadab.
3) Diberi tempat tempat hidup dan berkembangnya oleh Tuhan
45 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 89.
46
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 87.
32
Yang Maha Esadi bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara
yang merupakan tempat bagi manusia untuk hidup bersama,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa yang rukun dan damai.
4) Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestaraikan
lingkungan sosial serta memperkokoh persatuan menerima
kebhinekaan dalam Negara Kesatuan Repunblik Indonesia.
5) Merasa wajib peduli terhadap lingkungannya dengan cara
menjaga, memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang
baik.
6) Menyadari bahwa sebagai anggota masyarakat, wajib peduli
pada kebutuhan diri sendiri agar, bagi kader pembangunan
dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.
7) Selalu berusaha taat pada Satya dan Darma Pramuka dalam
kehidupan sehari-hari.47
Metode kepramukaan adalah cara memberikan pendidikan
watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang
menarik, menyenangkan dan menantang, yang disesuaikan kondisi,
situasi dam kegiatan peserta didik.
Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif
melalui:
1) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
2) Belajar sambil melakukan
3) Sistem beregu
4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan
jasmani anggota muda.
5) Kegiatan di alam terbuka
6) Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.
7) Sistem tanda kecakapan.
8) Sistem satuan terpisah untuk putera dan puteri.
9) Kiasan dasar.48
Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan
dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Metode kepramukaan sebagai
suatu sistem terdiri atas unsur-unsur pengamatan Kode
Kehormatan, belajar sambil melakukan, sistem berkelompok,
kegiatan yang menantang yang mengandung pendidikan, kegiatan
47 Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Dasar, (Jakarta, PPLN, 2016), h. 34.
48
Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina...., h. 36.
33
di alam terbuka, sistem tanda kecakapan, sistem satuan terpisah
untuk putera dan untuk puteri dan sistem among, yang merupan
sub sistem terpadu dan terkait, yang tiap-tiap unsurnya mempunyai
unsur pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta
menunjang tercapainya tujuan.49
e. Fungsi dan Tujuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka befungsi sebagai penyelenggara pendidikan
nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah
pembinaan dan pengembangan kaum muda dengan penerapan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta
berlandaskan Sistem Among. (Berdasarkan AD dan ART Gerakan
Pramuka, Pasal 5).
Gerakan Pramuka berfungsi sebagai wadah untuk mencapai
tujuan Pramuka melalui:
1) Pendidikan dan pelatihan pramuka
2) Pengembangan pramuka
3) Pengabdian masyarakat dan orang tua
4) Permainan yang berorientasi pada pendidikan (Pasal 3, UU No.
12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka).
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka
agar memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan
lingkungan hidup.50
f. Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan adalah suatu norma atau nilai-nilai luhur
dalam kehidpan para anggota Gerakan Pramuka yang merupakan
ukuran atau standar tingkah laku seorang anggota Gerakan
49 Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina...., h. 39-40.
50
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 5.
34
Pramuka.51
Kode kehormatan adalah salah satu persyaratan bagi
organisasi kepramukaan, juga merupakan ciri khas dari sistem
pendidikan yang wajib diterapkan oleh setiap organisasi
kepramukaan.
Kode kehormatan bagi suatu organisasi kepramukaan biasanya
terdiri dari dua bagian, yaitu disebut:
1) Janji Pramuka, yang harus diucapkan secara sukarela pada saat
seorang calon dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka,
setelah yang bersangkutan selesai memenuhi ujian syarat-syarat
kecakapan umum menurut masing-masing golongan.
2) Ketentuan moral, sebagai pedoman tingkah laku dan sikap
hidup yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pramuka.52
Janji pramuka (satya) yang berupa Trisatya:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
2) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun
masyarakat.
3) Menetapkan Dasadarma.
Ada perbedaan Trisatya penggalang dengan Trisatya penegak,
pandega dan anggota dewasa. Perbedaannya, jika pada Trisatya
golongan penggalang tercantum kalimat mempersiapkan diri
membangun masyarakat, maka pada Trisatya golongan penegak
menjadi ikut serta membangun masyarakat.53
Ketentuan moral (darma) berupa Dasa Darma:
Pramuka itu
1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3) Patriot yang sopan dan kesatria.
51 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 10.
52
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Patah Tulang Hilang Berganti, (Jakarta, KNGP, 1987),
h. 66.
53
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 10.
35
4) Patuh dan suka bermusyawarah.
5) Rela menolong dan tabah
6) Rajin, terampil dan gembira.
7) Hemat, cermat dan bersahaja.
8) Disiplin, berani dan setia.
9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.54
g. Kepenggalangan
Penggalang adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang
berusia 11-15 tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat
keingintahuan (curiosity) yang tinggi, semangat yang kuat, sangat
aktif dan suka berkelompok.
Formasi barisan pada upacara pembukaan dan penutupan
latihan penggalang adalah berupa “angkare”, di mana Pembina
berdiri di depan pasukan di bagian tengah di sebelah kiri bendera
(tiang bendera berada di sebelah kanan pembina). Hal ini memberi
makna bahwa di dalam penggalang, porsi terbesar adalah “ing
madya mangun karsa”, atau di tengah-tengah menggerakkan,
sedangkan porsi “ing ngarsa sung tulada dan tut wuri handayani
porsinya lebih kecil. Simbol bentuk upacara ini juga mengkiaskan
bahwa penggalang mulai diperkenankan melihat dunia luar melalui
cerminan kepribadian pembinanya55
.
Kegiatan penggalang adalah kegiatan yang selalu berkarakter
dinamis, progresif, menantang. Pembina menjadi kunci pokok di
dalam mengemas bahan latihan ini, kreativitas pembina sangat
diperlukan. Semakin akrab hubungan antara pembina dengan
penggalang maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan
penggalang untuk tetap berlatih.
Pembina tidak perlu khawatir tentang materi apa yang akan
dilatihkan karena pada hakekatnya semua aspek hidup yang
normatif dapat dilatihkan kepada penggalang. Hanya saja materi itu
54 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih..., h. 12.
55
Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina...., h. 54.
36
harus dikemas sehingga memenuhi 4H sebagaimana yang
dikemukakan oleh Baden Powell yakni: Health, Happiness,
Helpfulnes, Handricraft. Yang perlu diutarakan lagi adalah materi
latihan itu datang dari hasil rapat Dewan penggalang, namun
demikian pembina bisa menawarkan program-program baru yang
menarik, yang belum diketahui oleh dewan penggalang itu sendiri,
sehingga menjadi keputusan latihan dewan penggalang.
Hasil pendidikan dan pelatihan pramuka penggalang dilihat
dari Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang dicapai dan Syarat
Kecakapan Khusus (SKK) yang diraih.56
Syarat Kecakapan Umum
(SKU) adalah syarat kecakapan minimal yang wajib dimiliki oleh
peserta didik. Tanda kecakapan Umum (TKU) diperoleh setelah
lulus melewati ujian-ujian dan disematkan melalui upacara
pelantikan.
Sedangkan Syarat Kecakapan Khusus adalah syarat kecakapan
pada bidang tertentu berdasarkan pilihan pribadi untuk dalam
pengembangan minat dan bakatnya. Tanda Kecakapan Khusus
(TKK) diperoleh setelah melalui ujian-ujian dan disematkan pada
upacara latihan mingguan. SKU untuk golongan penggalang terdiri
dari 3 tingkat, yaitu:
1) Tingkat Penggalang Ramu
2) Tingkat Penggalang Rakit
3) Tingkat Penggalang Terap.57
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam Kurikulum PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama
Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
56 Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina...., h. 57.
57
Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Modul Kursus Pembina...., h. 136.
37
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.58
Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, dkk
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.59
Sedangkan Tayar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Abdul
Majid, dkk mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, keterampilan, kepada generasi muda agar kelak
menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.60
Dari berbagai pengertian diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Islam sebagai pandangan hidup dan agar kelak menjadi
manusia bertaqwa kepada Allah AWT.
b. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaa pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai
dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairi dkk. (1983:22)
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
1) Dasar Yuridis atau Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah
58 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 130.
59
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 130.
60
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 130.
38
secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga
macam, yaitu:
a) Dasar idiil, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila
pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Dasar struktur/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam
Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.61
Dalam pasal 31 ayat (2) UUD 1945 disebutkan
bahwa: “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang
diatur dengan undang-undang”. Menurut para
penyusunnya, yang dimaksud dengan “satu sistem
pengajaran nasional” adalah suatu sistem pendidikan
dan pengajaran yang bisa memelihara pendidikan
kecerdasan akal budi secara merata kepada seluruh
rakyat, yang bersendi agama dan kebudayaan bangsa,
untuk mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan
masyarakat bangsa Indonesia seluruhnya.
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, sebagai
realisasi dari keinginan UUD 1945 tersebut, lahirlah UU
nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, merupakan undang-
undang yang mengatur penyelenggaraan satu sistem
pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki UUD
1945. Melalui proses yang melelahkan, sejak Indonesia
61 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 132
39
merdeka hingga tahun 1989 dengan kelahiran UU
Nomor 2 tahun 1989, dan kemudian disempurnakan
menjadi UU Nomor 20 Tahun 2003, merupakan puncak
dari usaha mengintegrasikan pendidikan Islam ke dalam
sistem pendidikan Nasional.62
c) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No.
IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap
MPR No. IV/MPR/1978 jo. Ketetapan MPR Np.
II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No.
II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR/1993 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama
secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum
sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
2) Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan
agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepadaNya.63
Pendidikan Islam bertolak dari pandangan Islam tentang
manusia. Al-Qur‟an menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk yang mempunyai dua fungsi yang sekaligus mencakup
dua tugas pokok pula. Fungsi pertama: manusia sebagai
khalifah Allah di bumi; makna ini mengandung arti bahwa
manusia diberi amanah untuk memelihara, merawat,
memanfaatkan serta melestarikan alam raya. Fungsi kedua:
manusia adalah makhluk Allah yang diberi tugas untuk
menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Selain itu, manusia
62 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet.
11, h. 173
63
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 133
40
adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan batin. Potensi
lahir adalah unsur fisik yang dimiliki oleh manusia. Adapun
potensi batin adalah unsur batin yang dimiliki manusia yang
dapat dikembangkan ke arah kesempurnaan.
Berdasarkan konsep Islam tentang manusia itulah yang
diaplikasikan ke dalam konsep pendidikan Islam, yang dalam
kaitan ini sesungguhnya pendidikan Islam itu adalah
pendidikan yang berkesimbangan.64
Prinsip keseimbangan pendidikan Islam tersebut menjadi
ciri khas pendidikan Islam. Keseimbangan antara jasmani-
rohani, individu-masyarakat, dunia-akhirat dan intelektual-
emosional.
Dasar pendidikan Islam adalah al-Qur‟an dan Sunnah Nabi
SAW. Di atas kedua pilar inilah dibangun konsep dasar
pendidikan Islam. Titik tolaknya dimulai dari konsep manusia
menurut Islam. Manusia yang bagaimana yang dicita-citakan
oleh Islam. Hal ini harus tergambar dalam tujuan. Kemudian
baru muncul upaya apa yang dilakukan dalam rangka mencapai
konsep tersebut. Dari situ lahirlah materi apa yang akan
diberikan untuk mencapai tujuan yang di kemas dalam
kurikulum dan silabus. Diperlukan pula sarana dan fasilitas.
Selanjutnya untuk mengukur apakah yang disampaikan itu telah
dapat dipahami peserta didik atau sejauh mana daya serapnya
terhadap materi yang diberikan, maka diperlukan evaluasi.65
Dalam al-Qur‟an banyak ayat yang menunjukkan perintah
tersebut, antara lain:
a) Q.S. al-Nahl: 125:
64 Haidar Putra Dulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Predana Media,
2014), Cet. 1, h. 15
65
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam..., h. 16
41
.....
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik....”
b) Q.S. ali Imran: 104:
............
“ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar...”
c) Al-hadits:
“ sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun
hanya sedikit”.66
3) Dasar Psikologis
Aspek psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan
bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang
membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini dkk (1983:25) bahwa: Semua
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan
hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang
66 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 133
42
Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada
masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang
sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya
kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang
Maha Esa.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat
hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri
kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah
Al-Ra‟ad ayat 28, yaitu: “..... Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah lah hati menjadi tentram.67
c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Adapun fungsi pendidikan agama Islam antara lain sebagai
berikut:
1) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
serta akhlak mulia.
Bangsa Indonesia telah berketetapan bahwa melalui proses
pendidikan setiap warga negara Indonesia dibina dan
ditingkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan demikian, peningkatan keimanan dan
ketakwaan, sebagai salah satu unsur tujuan pendidikan
nasional, mempunyai makna pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang kita dambakan. Dengan demikian, pendidikan
agama Islam di sekolah umum merupakan media untuk proses
pendidikan agama dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang utuh jasmani dan
rohani yang sesuai dengan tujuan umum pendidikan nasional.
Oleh karena itu, bisa kita fahami bahwa pendidikan agama
Islam di samping fungsinya sebagai fungsi pendidikan, juga
67 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 132-134.
43
berfungsi sebagai fungsi agama. Artinya, untuk mengetahui
ajaran agama Islam tidak lain melalui tahapan proses
pendidikan yang pada akhirnya konsep manusia iman, takwa
dan akhlak mulia akan tercapai.68
2) Kegiatan pendidikan dan pengajaran
Pendidikan agama itu tidak boleh lepas dari pengajaran
agama, yaitu pengetahuan yang ditujukan kepada pemahaman
hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, batas-batas
dan norma-norma yang harus dilakukan dan diindahkan.
Pendidikan agama harus memberikan nilai-nilai yang dapat
dimiliki dan diamalkan anak didik, supaya semua perbuatannya
dalam hidup mempunyai nilai-nilai agama, memiliki roh yang
tidak keluar dari moral agama.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kehidupan bangsa yang cerdas yang dikehendaki oleh
rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah
terwujudnya manusia Indonesia yang mempunyai imtak (iman
dan takwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Oleh
karena itu, pendidikan agama Islam harus berperan dan
berfungsi sebagai rangkaian proses untuk tercapainya peserta
didik yang mempunyai kekuatan imtak dan iptek.69
4) Fungsi semangat studi keilmuan dan IPTEK
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berketuhanan Yang
Maha Esa dan bangsa yang menghendaki kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam pelaksanaannya
pendidikan nasional tidak boleh mengabaikan dua dimensi
tersebut.
Dengan demikian, pembinaan imtak siswa tidak lagi hanya
semata-mata dipercayakan kepada PAI sebagai suatu mata
68 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 44-45.
69
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan..., h. 46-47.
44
pelajaran, melainkan dilakukan melalui strategi-strategi yang
saling melengkapi diarahkan untuk membina imtak siswa,
strategi dimaksudkan adalah integrasi materi imtak ke dalam
materi iptek (pelajaran yang non-PAI).
Seperti dikemukakan di atas, bahwa upaya peningkatan
imtak tidak hanya merupakan tugas guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) saja, melainkan juga tugas guru lain serta seluruh
warga sekolah lainnya, bahkan semua pihak yang terkait.70
Dengan demikian pendidikan agama Islam memiliki fungsi
yang sangat signifikan dalam penerapan proses pembelajaran di
sekolah. Pendidikan agama islam tidak hanya membentuk
kecerdasan peserta didik, tetapi membentuk keterampilan dan
nilai-nilai yang sangat berpengaruh bagi pengembangan diri
peserta didik dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.71
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam, yaitu:
1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agam Islam;
2) Dimensi Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam;
3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan
peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; dan
4) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi
70 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembanguna..., h. 49-50.
71
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 135.
45
oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam
dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran
agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.72
Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses
pendidikan agama Islam yang dilalui oleh peserta didik di sekolah
dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman
siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni
terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri
siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini
terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan
siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan
pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui
tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi diri
siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam
(tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya.
Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman,
bertakwa dan berakhlak mulia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka mata pelajaran
pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup
al-Qur‟an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah,
sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama
Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,
sesama mausia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun
minallah wa hablun minannas).73
72 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3,
h. 78.
73
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 131.
46
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lngkup Ilmu Pendidikan Islam dapat dikemukakan
sebagai berikut: Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi perumusan desain pendidikan Islam dengan
berbagai aspeknya: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar
mengajar dan sebagainya. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut
dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap
sumber ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan al-
Sunnah, serta dari berbagai disiplin ilmu yang relevan: sejarah,
filsafat, psikologi, sosiologi, budaya, politik, hukum, etika,
menajemen, teknologi canggih dan sebagainya.
Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan
praktik pendidikan, yaitu mempengaruhi peserta didik agar
mengalami perubahan, peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi
wawasan, keterampilan, mental spiritual, sikap, pola pikir dan
kepribadiannya. Berbagai komponen keterampilan terapan yang
diperlukan praktik pendidikan, berupa praktik pedagogis, didaktif,
dan metodik didasarkan pada teori-teori dan konsep-konsep yang
terdapat dalam Ilmu Pendidikan Islam.74
Ruang lingkup agama Islam meliputi Al-Qur‟an dan Hadits,
keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh/sejarah Islam. Ruang
lingkup tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan kleseimbangan hubungannya manusia dengan
Allah Swt. Dengan sesame manusia, dengan dirinya sendiri dan
dalam hubungannya dengan makhluk lainnya maupun alam
sekitarnya (hablum minallah dan hablum minannas).75
Dengan mengacu pada pendapat Zakiah Daradjat dan Noeng
Muhajir, konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia
seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi
74 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2009), h. 22-23. 75
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan…, h. 167.
47
akidah (keyakinan), ibadah (ritual), dan akhlak (norma-etika) saja,
tetapi jauh lebih luas dan dalam dari pada itu semua itu. Para
pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama
bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: (1)
keagamaan, (2) akidah dan amaliah, (3) akhlak dan budi pekerti
dan (4) fisik-biologis, eksak, mental-psikis dan kesehatan. Dari sisi
akhlak, pendidikan Islam harus dikembangkan dengan didukung
oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.
Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang
lingkup pendidikan Islam meliputi:
1) Setiap proses perubahan menuju kea rah kemajuan dan
perkembangan berdasarkan ruh ajaran Islam.
2) Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual),
mental, perasaan (emosi) dan rohani (spiritual).
3) Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan –
ketakwaan, fikir-zikir, ilmiah-amaliah, materi-spiritual,
individual-sosial dan dunia-akhirat.
4) Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan
sebagai hamba Allah („abdullah) untuk menghambakan
diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhilafahan
sebagai kahlifah Allah (khalifatullah) yang diberi tugas
untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan,
melestarikan dan memakmurkan alam semesta (rahmatan
lil ‘alamin).76
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penulis menemukan beberapa karya yang relevan diantaranya skripsi
yang ditulis oleh Muhammad Fauzun lulusan 2011 di IAIN Walisongo
Semarang yang berjudul Relevansi Sistem Among Dalam Gerakan
Pramuka Dengan Pendidikan Agama Islam. Pada skripsi ini,
persamaannya dengan skripsi yang akan ditulis adalah sama-sama
membahas tentang relevansi kegiatan pramuka dengan pendidikan agama
Islam, hanya saja pada skripsi ini lebih spesifik pada pembahasan sistem
among, sedangkan penulis akan menuliskan tentang kegiatan
ekstrakurikuler pramuka lebih global.
76
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang, 2009), h. 21-
22.
48
Skripsi yang kedua adalah skripsi yang ditulis oleh Ade Darmawan
lulusan 2011 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan skripsi yang
berjudul Peranan Pendidikan Kepramukaan dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa di MA Daarul „Uluum Lido Bogor. Pada skripsi ini
persamaannya dengan skripsi yang akan ditulis adalah tentang
kepramukaan tetapi berbeda dalam metode penelitiannya, yaitu dengan
pendekatan kuantitatif sedangkan penulis akan menggunakan pendekatan
kualitatif.
Skripsi yang ketiga adalah skripsi yang ditulis oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ginanjar Citra Cimarga mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul “Aspek-Aspek Pendidikan Agama
Islam Dalam Kegiatan Pramuka Di SMA Negeri 1 Rangkasbitung, tahun
2008 “ Ginanjar Citra Cimarga menyimpulkan bahwa Aspek-aspek
Pendidikan Agama Islam yang menunjang dalam kegiatan Pramuka di
SMA Negeri 1 Rangkasbitung meliputi, aspek jasmani, rohani dan akal.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Djojoredjo yang terletak
di Jl. Beringin no. 45A Pamulang Kota Tangerang Selatan Banten,
15417. Telp. 021-7429078, Email. [email protected].
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan penyerahan revisi proposal penelitian
kepada jurusan pada bulan Februari, kemudian dilanjutkan dengan
pengumuman dosen pembimbing, bimbingan awal dengan dosen
pembimbing dan dilanjutkan dengan studi lapangan. Penelitian
lapangan di SMP Djojoredjo Pamulang akan dilaksanakan pada
tanggal 1 September 2016 – 15 November 2016.
3. Latar Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Djojoredjo Pamulang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang di jadikan
obyek penelitian yang berorientasi pada temuan atau gejala yang
bersifat alami. Penelitian ini menggambarkan relevansi kegiatan
ektrakurikuler pramuka dengan pendidikan agama Islam yang meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup di SMP Djojoredjo Pamulang.
50
4. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif yaitu dengan
maksud menafsirkan fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara
holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada.1 Dari segi pengertian ini, latar alamiah yang
dimaksudkan agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan
fenomena dan dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya
dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan
dokumen.
5. Data dan Sumber Data
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atau temuannya.2
Data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen.3
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 6.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 10, h. 306.
3 Sugiyono, Metode Penelitian ..., h. 308-309.
51
Data yang digunakan dalam penelitian yakni data yang didapat
secara langsung saat melakukan penelitian yang diperoleh melalui
kata-kata dan perilaku siswa dan pembina dalam pelaksanaan
ektrakurikuler pramuka. Selain itu juga terdapat data pendukung
seperti silabus ekrakurikuler prmuka dan juga catatan lapangan
penelitian.
6. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.4 Selanjutnya bila dilihat dari segi cara dan teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi
dan triangulasi.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta,
wawancara mendalam dan dokumentasi.5
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Metode observasi yang akan digunakan adalah observasi langsung
dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
4 Sugiyono, Metode Penelitian ..., h. 308-309.
5 Sugiyono, Metode Penelitian ..., h. 309.
52
ada pertolongan alat standar lain untuk kepentingan tersebut.6
Dalam hal ini, teknik yang akan digunakan adalah participant
observation dimana peneliti mengamati kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru PAI. Metode ini digunakan peneliti untuk
mengetahui pelaksanaan relevansi kegiatan ektrakurikuler pramuka
dengan pendidikan agama Islam di SMP Djojoredjo Pamulang.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.7
Wawancara dilakukan dengan beberapa orang yang terkait dengan
masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah pembina
ektrakurikuler pramuka, guru PAI, dan juga siswa di SMP
Djojoredjo Pamulang.
Wawancara yang akan digunakan adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan.8 Metode ini bertujuan untuk
mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Untuk itu pertanyaan-
pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Format wawancara yang
digunakan bisa bermacam-macam, dan format itu dinamakan
pedoman wawancara yang bersifat terbuka. Pertanyaan-pertanyaan
ini disusun sebelumnya dan didasarkan dalam rancangan penelitian.
Pokok-pokok yang dijadikan dasar pertanyaan diatur secara sangat
terstruktur. Lebih spesifik metode ini digunakan untuk memperoleh
6 Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 66.
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 186.
8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 190.
53
data tentang pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler pramuka di SMP
Djojoredjo Pamulang.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber
ini adalah sumber yang cukup bermanfaat, merupakan sumber yang
stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya
serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak
mengalami perubahan.9
Data yang peneliti peroleh dilapangan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai
pertanyaan penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Data
dari ketiga metode tersebut tidak bisa dipisahkan, karena satu sama
lain saling melengkapi.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sebagai acuan
kegiatan ekrakurikuler pramuka diantaranya adalah silabus,
program tahunan, program semester dan dokumen-dokumen lain
yang berkaitan di SMP Djojoredjo Pamulang.
Untuk lebih jelas peneliti merangkumnya dalam bentuk tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.3
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
No Sumber data Metode Instrumen
1. Peristiwa
berupa kata-kata
dan tindakan
Observasi Pedoman observasi
2. Informan Interview Pedoman wawancara dan tape
9 Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan ..., h. 67.
54
recorder
3. Dokumen Dokumentasi Pedoman Dokumentasi dan
Arsip Sekolah
7. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan teknik yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong, dalam
Metodologi Penelitian Kualitatif yaitu Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.10
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat
dicapai dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara
b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti bagian HRD,
R&D, kepala madrasah, koordinator mata pelajaran, guru, dan
juga staf jika penelitiannya disebuah madrasah/sekolah.
c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
d) Membandingkan hasil temuan dengan teori.11
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang kejadian
10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 330.
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 331
55
dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa
dengan tirangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau
teori.12
8. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dimulai dengan pengolahan data mentah. Mengolah
data berarti membuat data ringkasan berdasarkan data mentah hasil
pengumpulan data.13
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.14
Menurut Seiidel yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, analisis data
kualitatif proses berjalannya sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintensiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.15
Pada penelitian kualitatif, analisis data dimulai dari reduksi
data, kategorisasi data, sintesis dan diakhiri dengan menyusun
hipotesis kerja. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 332.
13
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan ..., h. 67.
14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 248.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian ..., h. 248.
56
sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah
selesai penelitian.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Djojoredjo Pamulang
1. Nama Sekolah : SMP Djojoredjo
NSS/NDS : 202 280309005 / B. 04052028
Alamat : Jalan Beringin No. 45A Pamulang-
Tangerang
No. Telp : (021) 7429078
2. Nama Kepala Sekolah : Tri Tjiptaning Lestari
No. Telp / HP : (021) 7429078 HP. 08161677117
3. Kategori Sekolah : Reguler
4. Tahun Didirikan/ Th. Beroperasi : 1988/1988
5. Kepemilikan Tanah Bangunan : Yayasan
a. Luas Tanah / status : 1500m2/SHM/HGB/Hak Pakai/akta
jual-beli/hibah
a. Luas Bangunan : 956 m2
6. No. Rekening rutin sekolah : 0919-01-000401-50-4 Nama Bank
BRI Cabang Pamulang
7. Data siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir:
Tahun
Ajaran
Jumlah
Pendaftar
(calon
siswa)
Kelas 1 Kelas II Kelas III Jml Kls I, II, III
Jml
Siswa
Jml rbl
Belajar
Jml
Siswa
Jml
rbl
Jml
Siswa
2
rbl
siswa Romb.
Belajar
Th.
2013/2014
130 Orang 91 2 rbl 86 org 3 rbl 68 org 3
rbl
245
org
7 rbl
Th.
2015/2016
120 Orang 76 org 2 rbl 78 org 2 rbl 85 org 2
rbl
239
org
7 rbl
Th.
2016/2017
120 org 50 org 2 rbl 70 org 2 rbl 74 org 194
org
6 rbl
58
8. Data Ruang
a. Data Ruang Kelas
Jumlah ruang kelas asli
Jumlah
ruang
lainnya
yang
digunakan
untuk
ruang
kelas (e)
Jumlah
ruang yang
digunakan
untuk ruang
kelas
f=(d+e)
Ukuran
7x9 m2
(a)
Ukuran
63 m2
(b)
Ukuran
63 m2
(c)
Jumlah
d=
(a+b+c)
Jml: 2
ruang
yaitu: Aula
7
Ruang
Kelas
5
5
b. Data Ruang lainnya
Jenis ruang Jumlah Ukuran
(m2)
Jenis ruang Jumlah Ukur
an
(m2)
1. Perpustakaan
7x 16
4. lab Komputer
1
7x8
2. Lab. IPA 1 4,5x16 5. keterampilan
3. Lab. Bahasa 6. kesenian
9. Data Tenaga Pendidik6
Tenaga pendidik /TU Jumlah
Tenaga Pendidik/ Guru 17 orang
Pustakawan 4 orang
Laboran (IPA/Bahasa/Komputer)
2 orang
Staff Tata Usaha 2 orang
6 Dokumentasi Profil Sekolah SMP Djojoredjo Pamulang
59
Dalam rangka menecetak generasi yang cerdas dalam kata lain demi
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah Menengah Pertama Djojoredjo
Pamulang menyajikan dua jalur pendidikan, yakni intrakulrikuler dan
ekstrakurikuler. Pendidikan ekstrakurukuler diberikan untuk menunjang
intrakurikuler, yakni bertujuan mengasah dan mengembangkan potensi yang telah
dimiliki oleh siswa. Di antara ekstrakurikuler di SMP Djojoredjo Pamulang yaitu
marawis, pramuka, marching band dan BTQ (Baca Tulis Qur’an).7
Pramuka adalah ekstrakurikuler yang paling diminati siswa SMP Djojoredjo
Pamulang, bukan karena itu saja tetntunya pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib
di sekolah ini. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang
dilaksanakan setiap hari senin pagi pukul 07.00 WIB sampai 09.00 WIB, dengan
diikuti seluruh siswa dari kelas 7 sampai kelas 9. Sekitar 194 anggota pramuka
adalah Penggalang. Berhubujng kegiatan ekstrakurikuler pramuka dilaksanakan
hari senin pagi, maka guru-guru SMP Djojoredjo Pamulang pun ikut
berpartisipasi dalam upacara senin pagi. Tetapi upacara ini dilaksanakan hanya
dua minggu seklai dan satu minggu lainnya hanya apel pagi sebelum kegiatan
ekstrakurikuler pramuka dimulai.
Kegiatan kepramukaan di SMP Djojoredjo Pamulang ini cukup, karena
masyarakat yang ada di dalam sekolah ini sangat mendukung, mulai dari kepala
sekolah, guru-guru dan siswa-siswanya. Selain itu sarana dan prasarana sangat
memadai, seperti seragam pramuka yang disediakan oleh sekolah, mulai dari baju,
rok/celana, sepatau juga atribut kepramukaan tingkat penggalang lainnya. Bahkan
ketika saat kegiatan apel berlangsung, guru-guru pun tidak sungkan untuk
menertibkan anggota pramuka walau bukan tugas guru mata pelajarn tetapi tugas
para Pembina pramuka SMP Djojoredjo Pamulang.
Walau masih banyak kekurangan seperti sangat jarangnya mengikuti kegiatan
di luar sekolah tetapi kepramukaan SMP Djojoredjo Pamulang cukup baik dan
rapih di dalam sekolah, hanya saja kurangnya wawasan tentang perkembangan
7 Hasil Wawancara dengan pak Yaya Koordinator Guru Pendidikan Agama islam, Pamulang, 5
september 2016.
60
kepramukaan di luar. Selain itu masih kurangnya pula daya saing bagi para
anggota karena selalu berada di zona aman dan nyaman.
B. Data Deskriptif Relevansi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dengan
Pendidikan Agama Islam
1. Kondisi Kegiatan Ekstrakurikuler Parmuka Di SMP Djojoredjo
Pamulang
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di
luar kelas atau di luar jam pelajarn dengan beretujuan untuk
menumbuhkembangkan potensi yang ada dalam diri siswa baik potensi
ilmu pengetahuan yang didapatkan dari guru mata pelajaran maupun
mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa dari mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler wajin dan yang pilihan.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang
memiliki gugus depan 04185 / 04186 di SMP Dojoredjo pamulang, yang
dilaksanakan setiap hari senin pukul 07.00WIB sampai 09.00 WIB. Diikuti
seluruh siswa dari kelas VII, VIII, dan IX di SMP Djojoredjo Pamulang.
Dengan harapan siswa lebih baik lagi dalam mengembangkan potensi
dalam diri siswa.8
a. Kurikulum Kegiatan Pramuka Di SMP Djojoredjo pamulang
Agar kegiatan ekstrakurikuler pramuka berjalan dengan baik dan
pengajaran sesuai dengan tingkatan penggalang, maka harus dibuat
kurikulum kepramukaan atau silabus kepramukaan oleh para Pembina
yang sudah dilatih dengan Kursus Pembina Pramuka mahir Tingkat Dasar.
Berikut adalah materi-materi kepramukaan yang diajarkan kepada
pramuka SMP Djojoredjo Pamulang;
Tabel I
Agenda Latihan Rutin Pramuka
SMP Djojoredjo
8 Hasil wawancara dengan kak Ahmad Faisol sebagai Pembina pramuka di gugus depan
Djojoredjo Pamulang pada hari rabu tanggal 15 September 2016.
61
Tahun Pelajaran 2017 / 2018
A. Kelas VII
BULAN Minggu ke-
1
Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Juli
- - PBB Hymne
Pramuka
PBB Ice
Breaking
Pembagian
Regu
Agustus
PBB Tata
Upacara
Bendera
Pengetahuan
Kepramukaan
Tri Satya dan
Dasa Dharma
PBB
Kemampuan
Indra
Manusia
(KIM Rab,
cium)
PBB
Kemampuan
Indera
Manusia
(KIM dengar,
rasa, lihat)
September
PBB Tali
temali dan
Tandu
PBB Tali
Temali dan
Tandu
PBB
pioneering
PBB
pioneering
Oktober
PBB
Tongkat
PBB Kompas PBB Peta Pita PBB
Lapangan
November
PBB
Menaksir
PBB Menaksir PBB Survival PBB PPGD
Desember
PBB PPGD PBB Games PBB UTS
(Tata Upacara
Bendera)
PBB UAS
(Jelajah)
62
Januari
Libur PBB Games PBB Morse PBB Morse
Februari
PBB Morse PBB Sandi PBB Sandi PBB Isyarat
Maret
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB Senam
Pramuka
April
PBB Senam
Pramuka
PBB Hasta
Karya
PBB
Mendirikan
Tenda
PBB
Mendirikan
Tenda
Mei
PBB
Tongkat
PBB Wawasan
Nusantara
PBB
Pengenalan
Saka
PBB
Masakan
Nusantarta
Juni
PBB Masak
Rimba
PBB Games
dan Tuker
Kado
PBB UTS
(Senam
Pramuka)
PBB UAS
(Semaphore
Dance)
B. Kelas VIII
BULAN Minggu ke-
1
Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Juli - - PBB Hymne
Pramuka
PBB Ice
Breaking
Pembagian
Regu
63
Agustus
PBB Tata
Upacara
Bendera
Pengetahuan
Kepramukaan
Tri Satya dan
Dasa Dharma
PBB
Kemampuan
Indra
Manusia
(KIM Rab,
cium)
PBB
Kemampuan
Indera
Manusia
(KIM dengar,
rasa, lihat)
September
PBB Tali
Temali dan
Tandu
PBB Tali
Temali dan
Tandu
PBB
Pioneering
PBB
Pioneering
Oktober
PBB
Tongkat
PBB Kompas PBB Peta Pita PBB
Lapangan
November
PBB
Menaksir
PBB Menaksir PBB Survival PBB PPGD
Desember
PBB PPGD PBB Games PBB UTS
(Tata Upacara
Bendera)
PBB UAS
(Jelajah)
Januari
Libur PBB Games PBB Morse PBB Morse
Februari
PBB Morse PBB Sandi PBB Sandi PBB Isyarat
Maret
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB Senam
Pramuka
64
April
PBB Senam
Pramuka
PBB Hasta
Karya
PBB
Mendirikan
Tenda
PBB
Mendirikan
Tenda
Mei
PBB
Tongkat
PBB Wawasan
Nusantara
PBB
Pengenalan
Saka
PBB
Masakan
Nusantarta
Juni
PBB Masak
Rimba
PBB Games
dan Tuker
Kado
PBB UTS
(Senam
Pramuka)
PBB UAS
(Semaphore
Dance)
C. Kelas IX
BULAN Minggu ke-
1
Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Juli
- - PBB Hymne
Pramuka
PBB Ice
Breaking
Pembagian
Regu
Agustus
PBB Tata
Upacara
Bendera
Pengetahuan
Kepramukaan
Tri Satya dan
Dasa Dharma
PBB
Kemampuan
Indra
Manusia
(KIM Rab,
cium)
PBB
Kemampuan
Indera
Manusia
(KIM dengar,
rasa, lihat)
65
September
PBB Tali
temali dan
Tandu
PBB Tali
Temali dan
Tandu
PBB
pioneering
PBB
pioneering
Oktober
PBB
Tongkat
PBB Kompas PBB Peta Pita PBB
Lapangan
November
PBB
Menaksir
PBB Menaksir PBB Survival PBB PPGD
Desember
PBB PPGD PBB Games PBB UTS
(Tata Upacara
Bendera)
PBB UAS
(Jelajah)
Januari
Libur PBB Games PBB Morse PBB Morse
Februari
PBB Morse PBB Sandi PBB Sandi PBB Isyarat
Maret
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB Senam
Pramuka
April PBB Senam
Pramuka
PBB Hasta
Karya
PBB
Mendirikan
Tenda
PBB
Mendirikan
Tenda
Mei PBB
Tongkat
PBB Wawasan
Nusantara
PBB
Pengenalan
Saka
PBB
Masakan
Nusantarta
66
Juni PBB Masak
Rimba
PBB Games
dan Tuker
Kado
PBB UTS
(Senam
Pramuka)
PBB UAS
(Semaphore
Dance)
D. Pasukan Khusus
BULAN Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Juli
- - PBB Hymne
Pramuka
PBB Ice
Breaking
Pembagian
Regu
Agustus
Semaphore,
Morse, Sandi,
Pioneering
Semaphore,
Morse, Sandi,
Pioneering.
Semaphore,
Morse, Sandi,
Pioneering.
Semaphore,
Morse,
Sandi,
Pioneering.
September
PUPK Puzzle Memasak Membuat
Ring
Oktober
Senam
Pramuka
PBB Kompas PBB Peta Pita PBB
Lapangan
November
PBB
Menaksir
PBB
Menaksir
PBB Survival PBB PPGD
Desember PBB PPGD PBB Games PBB UTS
(Tata
Upacara
Bendera)
PBB UAS
(Jelajah)
67
Januari
Libur PBB Games PBB Morse PBB Morse
Februari
PBB Morse PBB Sandi PBB Sandi PBB Isyarat
Maret
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB
Semaphore
PBB Senam
Pramuka
April
PBB Senam
Pramuka
PBB Hasta
Karya
PBB
Mendirikan
Tenda
PBB
Mendirikan
Tenda
Mei
PBB Tongkat PBB
Wawasan
Nusantara
PBB
Pengenalan
Saka
PBB
Masakan
Nusantarta
Juni
PBB Masak
Rimba
PBB Games
dan Tuker
Kado
PBB UTS
(Senam
Pramuka)
PBB UAS
(Semaphore
Dance)
68
Adapun program tahunan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMP
Djojoredjo Pamulang mengikuti program kegiatan sekolah. Seperti diadakannya
PERJUSAMI (Perkemahanm Jum’at Sabtu dan Minggu) di luar lingkungan
sekolah.9
b. Keadaan Tenaga Pendidik (Pembina Pramuka)
Tabel II
Data Djojoredjo Pramuka
SMP Djojoredjo Pamulang
DATA PEMBINA PRAMUKA
SMP DJOJOREDJO PAMULANG
No. Nama Jenis
Kelamin
Pendidikan Jabatan
1. Kak Baiti Perempuan KML Pembina
2. Kak
Priska
Perempuan KMD Pembantu Pembina
3. Kak
Faisol
Laki-laki KMD Pembantu Pembina
4. Kak
Fadil
Laki-laki KMD Pembantu Pembantu
Dengan tenaga pendidik yang sudah memiliki pendidikan dasar tentang
kepramukaan, kegiatan kepramukaan di SMP Djojoredjo Pamulang mampu
mencetak kader-kader pramuka yang lebih baik. Walaupun SMP Djojoredjo
Pamulang sangat jarang sekali mengirimkan anggota untuk mengikuti lomba-
lomba di luar, tetapi sering dilibatkan dalam acara-acara kepramukaan lainnya,
karena tidak hanya perlombaan saja kegiatan penggalang juga jamboree, menjadi
petugas dalam HUT Tangerang Selatan juga diikuti para pramuka SMP
Djojoredjo.10
9 Hasil wawancara dengan kak Priska Amaliani sebagai Pembina pramuka di gugus depan
Djojoredjo Pamulang pada hari rabu tanggal 15 September 2016. 10
Hasil wawancara dengan kak Ahmad Fasiol sebagai Pembina pramuka di gugus depan
Djojoredjo Pamulang pada hari rabu tanggal 15 September 2016.
69
2. Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang
Pendidikan kepramukaan sebagai suatu wahana dimana pendidikan agama
dapat dimasukkan melalui disiplin pramuka. Dari kegiatan-kegiatan pramuka
yang ada dapat ditanamkan nilai-niali ajaran Islam sekaligus pengamalan
ajaran Islam. Pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh, begitujuga
pendidikan kepramukaan berusaha membina dan mengembangkan generasi
muda secara utuh. Sesuai dengan Dasa Dharma Pramuka sebagai berikut:
a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
c. Patriot yang sopan dan kesatria
d. Patuh dan suka bermusyawarah
e. Rela menolong dan tabah
f. Rajin terampil dan gembira
g. Hemat cermat dan bersahaja
h. Disiplin berani dan setia
i. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
j. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan11
Dalam Satya Dharma Pramuka mulai dari nomor satu sampai dengan
nomor sepuluh, itu semua terkait dengan ajaran-ajaran yang ada dalam Al-
Qur’an. Seperti contoh yang paling kongkrit adalah dharma yang pertama
yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hakikatnya seorang pramuka
itu harus memiliki jiwa religi yang kuat. Kemudian di antaranya ada rela
menolong dan tabah, rela menolong dan tabah dalam artian jika dikaitkan
dengan ajaran Islam ada yang disebut ta’awun.
Keterkaitan kepramukaan dengan pendidikan agama Islam sangat
erat, karena saya pun beberapa kali menguji anggota pramuka
penggalang untuk mengisi SKU dengan materi pendidikan agama
Islam. Jelas sekali bahwa saya sebagai guru pendidikan agama Islam di
SMP Djojoredjo Pamulang merasa terbantu dalam pencapaian tujuan
11
Ade Darmawan, 2011. “Peran Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Di MA Daarul Ulum Lido Bogor”, Skripsi. Dipublikasikan. (Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidaytullah).
70
pendidikan agama Islam itu sendiri. Seperti contohnya saya menguji
anggota pramuka dengan memerintrahkan untuk menghafal rukun
iman dan rukun Islam, doa-doa keseharian dan surat-surat pendek. Ya
walau terlihat mudah bagi kita orang dewasa tetapi bagi mereka adalah
sebuah usaha untuk menjadi pramuka yang lebih baik lagi dengan kata
lain menjadi muslin yang lebih baik lagi.12
Dari hasil wawancara di atas bahwa tidak hanya dalam kegiatannya
saja kepramukaan di SMP Djojoredjo mengandung unsure pendidikan
agama Islam, tetapi dalam pencapaian syarat unutk naik tingkat dalam
kepramukaan penggalang juga sangat menanamkan nilai-nilai keagamaan.
Kami pihak sekolah mempunyai program tahunan yaitu
PERJUSAMI (Perkemahan Jum’at Sabtu dan Minggu) yang baru saja
dilaksanakan di daerah gunung Bunder Bogor. Kegiatan ini
berkolaborasi dengan kakak-kakak Pembina pramuka SMP Djojoredjo
Pamulang untuk menyusun giat-giat apa saja yang akan dimasukkan.
Selama tiga hari kami berkemah ada beberapa kegiatan yang jarang
kami lakukan bersama antara murid, guru dan kakak Pembina yaitu
melaksanakan shalat tahajud berjama’ah di malam hari, melaksanakan
shalat lima waktu dan mendengarkan kultum yang kebetulan saya
sendiri menjadi penyampai kultum tersebut.13
Dari penjabaran pak Yaya di atas bahwa ada kegiatan keagamaan yang
jarang sekali dilaksanakan masyarakat sekolah bersama namun dengan
mengikuti PERJUSAMI yang tak lain adalah kegiatan ekstrakurikuler
pramuka meweujudkan kebersamaan dalam ibadah.
Kami sebagai Pembina tidak sulit untuk mengatur para anggota
pramukauntuk menjaga kebersihan, mereka tahu bahwa Islam
mengajarkan akan kebersihan baik lingkungan ataupun jasmaninya
para anggota. Tugas kami hanya tinggal mempertahankan sikap
menjaga kebersihan.14
12
Hasil wawancara dengan bapak Yaya, koordinator guru pendidikan agama Islam, Pamulang, 5
september 2016. 13
Hasil wawancara dengan bapak Yaya, koordinator guru pendidikan agama Islam, Pamulang, 5
september 2016. 14
Hasil wawancara dengan kak Priska Amaliani sebagai Pembina Pramuka di Gugus Depan
Djojoredjo Pamulang pada hari Rabu, 15 september 2016.
71
Tidak hanya kebersihan, kerapihan dan ketertiban dibiasakan pada anggota
pramuka kelas VII yang akan mendapatkan materi kepramukaan di dalam
ruang aula. Para anggota membuka dan menata rapih sepatunya di depan
ruangan agar tidak kotor dan berantakan. Mereka pun memasuki ruangan
dengan tertib dan tanpa suara keributan pun mereka lakukan.15
Nilai-nilai pendidikan agama Islam lainnya yang tertanam dalam kegiatan
ekstrakurikuler kepramukaan adalah sebagai berikut:
1. Berbakti kepada orang tua
Pramuka dididik untuk mau dan mampu memberikan baktinya kepada
ayah-bundanya, orang tua yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi.
Orang tua dipatuhi dan didengar ajarannya, karena pada hakikatnya,
orang tua itulah wakil Allah di dunia ini.
2. Berani dan tidak putus asa
Pada hakikatnya pernyataan ini terdiri dari dua buah niali yang penting
di dalam kehidupan. Berani karena benar, takut karena salah. Pramuka
tidak mengenal putus asa, orang yang putus asa adalah manusia yang
tidak berpegang teguh pada ajaran Tuhan.
3. Berjanji dengan sungguh-sungguh menjalankan kewajibannya terhadap
Tuhan.
4. Berjanji akan bersungguh-sungguh menolong sesama hidup, terutama
manusia dan juga terhadap flora dan fauna.
5. Kedisiplinan
Kedisiplinan dalam mengerjakan kewajiban shalat lima waktu.
6. Berdoa bersama-sama pada setiap kegiatan dan latihan pramuka.
7. Membantu dan ikut berpartsipasi dalam penyelenggaraan kegiatan
yang bersifat kegamaan pada acara memperingati Hari Raya/Hari
Besar Umum maupun keagamaan.
15
Hasil Observasi pada saat kegiatan ekstrakurikuler pramuka hari sabtu, 3 september 2016
72
D. Analisis Data
Dari hasil deskripsi data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan
dokumentasi terkait dengan pendidikan agama Islam dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka dapat dianalisis sebagai berikut:
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang harus didapatkan
seorang muslim sejak dini mungkin. Mulai besar seorang muslim mendapatkan
pendidikan agama Islam dengan dimasukkan ke dalam sekolah terbaik pilihan
orang tua. Mulai di sekolahlah seseorang mendapatkan pendidikan Agama Islam
dengan pencapaian-pencapaian yang harus dicapai, seperti tujuan pendidikan
agama Islam itu sendiri. Tercapainya pendidikan agama Islam tidak hanya
didapatkan di ruang kelas saja, bisa melalui ekstrakurikuler di sekolah seperti
ekstrakurikuler pramuka yang menjadi pilihan wajib dalam K-13.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo Pamulang juga menjadi
pilihan wajib para siswa dari kelas VII, VII dan IX. Kegiatan yang cukup banyak
mengandung pendidikan agama Islam namun antara Pembina pramuka dan guru
pendidikan agama Islam tidak bekerja sama untuk tercapainya tujuan pendidikan
agama Islam maupun kepramukaan. Kalaupun ada kerjasama antara kedua itu pun
tanpa kesengajaan.
Kepramukaan di SMP Djojoredjo Pamulangcukup baik di dalam lingkungan
sekolah dengan didukungnya sarana dan prasarana juga masyarakat sekolah yang
antusias terlibat di dalamnya, namun masih banyak kekurangan di dalamnya
dengan tidak berjalannya pengisian SKU sebagai syarat naiknya tingkat
penggalang dari ramu ke rakit, dari rakit ke terap. Padahal banyak sekali materi
pendidikan Islam di dalam syarat yang harus dipenuhi itu. Karena cukup
membantu sekolah umumnya dan untuk guru pendidikan agama Islam khususnya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pendidikan kepramukaan sebagai suatu sistem pendidikan ekstrakurikuler
merupakan salah satu wahana dimana pendidikan agama dapat dimasukkan
melalui disiplin pramuka. Dari kegiatan-kegiatan yang ada dapat ditanamkan
nilai-nilai ajaran Islam seklaigus pengamalan ajaran Islam. Pendidikan pada
dasarnya bersifat menyeluruh, begitu juga pendidikan kepramukaan berusaha
membina dan mengembangkan generasi muda secara utuh.
Pendidikan kepramukaan di SMP Djojoredjo pamulang cukup bagus
dengan adanya pemberian materi-materi dan kegiatan-kegiatan yang
mengandung nilai pendidikan agama Islam yang bermanfaat bagi sekolah
dengan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional umumnya dan
membantu tercapainya tujuan pendidikan agama Islam khususnya. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMP Djojoredjo dapat meningkatkan
kualitas ibadah, akhlak, kedisipilinan dan moral anggota pramuka yang ada di
dalamnya.
Antusiasnya masyarakat SMP Djojoredjo Pamulang dari mulai Kepala
Sekolah, guru-guru dan para siswanya yang membuat kepramukaan di sekolah
ini berjalan dengan baik. Walau masih banyak kekurangan yang ada, tetapi
untuk sekolah yang tidak pernah mengutus anggotanya unutuk keluar
mengikuti kepramukaan di luar sekolah, seperti perlombaan-perlombaan,
cukup dikatakan baik karena masih bisa mengimbangi perkembangan
kepramukaan Nasional.
B. Saran- Saran
1. Bagi pihak sekolah hendaknya memberikan izin kepada siswanya untuk
mengikuti kegiatan kepramukaan Nasional atau kegiatan yang melibatkan
siswa untuk keluar sekolah. Mengikuti perlombaan-perlombaan guna
membentuk mental berani dan mental yang siap untuk bersaing.
74
2. Bagi guru agama untuk senantiasa bekerjasama dengan para kakak
Pembina untuk merumuskan kegiatan dan materi kepramukaan di SMP
Djojoredjo Pamulang yang mengandung nilai keagamaan, atau
menyelipkannya dalam kegiatan itu, guna membantu tercapainya tujuan
pendidikan agama Islam. Selain itu dengan menjaga komunikasi antara
keduanya yaitu guru agama Islam dan kakak Pembina pramuka agar
tercapai pula tujuan dari kepramukaan itu sendiri.
3. Bagi Pembina pramuka untuk selalu meng-update materi dan kegiatan
kepramukaan di SMP Djojoredjo Pamulang agara anggota pramuka bisa
mengikuti perkembangan kepramukaan di luar, walaupun masih terbatas
untuk mengikuti kegiatan di luar gugus depan.
57
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Abdul Majid dan Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: PT REmaja Rosdakarya, 2006.
Ansorie, Diah, Lord Baden Powell Bapak Pandu Sedunia, Djambatan: 1980
Atmasulistya, Endy R dkk, Kwarda Gerakan Pramuka, Panduan Praktis
Membina Pramuka Penggalang, Jakarta:2000.
Bob, Andri, Sunardi, Boyman, Ragam Latih Pramuka, Bandung: Nuansa Muda,
2010.
Darmawan, Ade, Peranan Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Di MA Daarul ‘Ulum Lido Bogor, Skripsi.
Dipublikasikan, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2011.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Ed.1, 1982.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Ed. 4, 2008.
Dokumentasi Profil Sekolah SMP Djojoredjo Pamulang.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press, 2013.
Hasil Observasi pada saat kegiatan ekstrakurikuler pramuka hari sabtu, 03
September 2016.
Hasil wawancara dengan Pak Yaya Koordinator guru Pendidikan Agama Islam,
05 September 2016.
Hasil wawancara dengan Kak Ahmad Faisol Sebagai Pembina Pramuka Di Gugus
Depan Djojoredjo Pamulang hari rabu, 15 September 2016.
Hasil wawancara dengan Kak Priska Amaliani Sebagai Pembina Pramuka Di
Gugus Depan Djojoredjo Pamulang hari rabu, 15 September 2016.
Hidayat, Sholeh, Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
76
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta, Panduan Praktis Membina
Pramuka Penegak dalam Ambalan Penegak, Maret 2000.
Kwartir Daerah Jawa Barat, Panduan Praktis Membina Pramuka Penegak dalam
Ambalan Penegak, 2002.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 4 Windu Gerakan Pramuka, Jakarta, KNGP,
1993
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Pendidikan Nilai gerakan Pramuka, Jakarta,
KNGP, 1987.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara Dalam Gerakan Pramuka, Jakarta; KNGP, 1996.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Patah Tulang Hilang Berganti, Jakarta,
KNGP, 1987.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009.
Ormrod, Jeanne Ellis, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2008.
Powell, Baden, Scouting For Boys Memandu Untuk Pramuka, (Jakarta: Pustaka
Tunas Media, 2008.
Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina
Pramuka, Jakarta: PUDIKLATNAS, 2010.
Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional,Modul Kursus Pembina Pramuka Mahir
Tingkat Dasar, Jakarta: PPLN, 2016.
Putra, Haidar Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, Jakarta:
Predana Media, 2014.
Rachman, Abdul Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.
77
Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang,
2009.
Rugaiyah, Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, Ed. 1, 2008.
Yanggo, Huzaimah T., dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
Jakarta: IIQ Press, 2011.
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006.
UU Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No. 20 tahun 2003.