skripsi quw komplit 17-03-11 - · pdf fileaccordance with the principles of ergonomics, making...

150
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA ASSEMBLING PT X BOGOR TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : Emi Maijunidah NIM 106101003319 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: domien

Post on 01-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA

ASSEMBLING PT X BOGOR TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

Emi Maijunidah NIM 106101003319

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

2

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2010

Emi Maijunidah

Page 3: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

3

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Desember 2010

Emi Maijunidah, NIM: 106101003319

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Assembling PT X Bogor Tahun 2010

xvi + 121 halaman, 18 tabel, 18 gambar, 2 bagan, 1 grafik, lampiran

ABSTRAK

Keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai berat. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sakit permanen pada otot, sendi dan ligamen serta mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja. Proses pekerjaan ditempat ini dipengaruhi oleh target produksi yaitu 10-20 unit per hari dengan estimasi waktu yang telah ditetapkan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 pekerja assembling 90% diantaranya mengalami keluhan otot seperti nyeri atau pegal-pegal pada leher, bahu, pinggang, punggung, paha, betis dan kaki.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja assembling di PT X Bogor tahun 2010 yang terdiri dari faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok dan masa kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2010. Sampel penelitian ini berjumlah 70 orang didapatkan dari hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Penelitian ini menggunakan dua uji statistik yaitu chi square untuk melihat adanya hubungan antara variabel pekerjaan, usia dan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs sedangkan Mann-Whitney untuk variabel masa kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pekerja mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 65 pekerja (92,9%) dan berdasarkan pengukuran faktor pekerjaan sebagian besar pekerja mengalami risiko pekerjaan tinggi (47,1%) dan sangat tinggi (34,3%). Pada Penelitian ini didapatkan faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok dan masa kerja tidak berhubungan dengan keluhan MSDs.

Untuk mengurangi keluhan MSDs, disarankan kepada perusahaan agar memberikan alat bantu penanganan pada pekerjaan manual handling yang membutuhkan tenaga besar. Memberikan training tentang risiko ergonomi dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi, membuat standar ergonomi (SOP) untuk setiap jenis pekerjaan terutama yang memiliki risiko ergonomi sangat tinggi dan tinggi serta pemberdayaan SMK3 dengan meningkatkan pengawasan dan koordinasi program P2K3 yang terkait dengan ergonomi di perusahaan yang dapat digunakan pekerja untuk bekerja dengan aman dan nyaman. Daftar bacaan: 32 (1980-2010)

Page 4: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

4

SYARIEF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, December 2010 Emi Maijunidah, NIM: 106101003319 The Factors Affecting Complaint Musculoskeletal Disorders (MSDs) On Workers Assembling PT X Bogor Year 2010 xvi + 121 pages, 18 tables, 18 drawings, 2 charts, 1 graphics, attachments

ABSTRACT

Musculoskeletal disorders (MSDs) are the complaint in the skeletal muscles that one feels complaint ranging from mild to very severe. If this condition occurs in a long time can cause permanent pain in muscles, joints and ligaments and reduce productivity and work efficiency. The process works in this place is influenced by production targets of 10-20 units per day with estimated time frames. Based on preliminary studies conducted on 10 workers assembling 90% of them experienced muscle complaint such as pain or stiffness in the neck, shoulders, waist, back, thighs, calves and feet.

This study aims to identify many factors that influence the complaint musculoskeletal disorders (MSDs) in workers assembling in PT X Bogor in 2010, which consist of job factor, age, smoking habits and working period. This research is a quantitative research with cross sectional design conducted in August through December 2010.The sample was 70 people obtained from the calculation formula of the sample with two different hypothesis test proportions. This study used two statistical tests of chi square to analyse the correlation between variables job factors, age and smoking habits with symptoms of MSDs, and the Mann-Whitney test for variable working period.

Based on the results of the study, most workers experience MSDs complaints which are 65 workers (92.9%) and job factors measured on the majority of workers experienced high-risk jobs (47.1%) and very high (34.3%). In this study, obtained a job factor, age, smoking habits and working period not associated with symptoms of MSDs.

To reducing complaint musculoskeletal disorders (MSDs), advised the company to provide a tool handling in manual handling jobs that require great strength. Provide training about ergonomic risk and working procedures in accordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) for each type of work, especially with very high risk and high ergonomics and empowerment SMK3 by improving supervision and coordination of programs related to ergonomics P2K3 in the company which can be used workers to work safely and comfortably. Reading list: 32 (1980 - 2010).

Page 5: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

5

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) PADA PEKERJA ASSEMBLING

DI PT X BOGOR TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 16 Desember 2010

Mengetahui,

Iting Shofwati, ST, MKKK DR. H. Arif Sumantri, SKM, MKes Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Page 6: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

6

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 16 Desember 2010

Penguji I

Iting Shofwati, ST, MKKK

Penguji II

DR. H. Arif Sumantri, SKM, Mkes

Penguji III

Selamat Riyadi, MKKK

Page 7: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

7

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Emi Maijunidah TTL : Lamongan, 4 April 1988 Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah Agama : Islam Ponsel : (021) 93366900 Alamat : Jl. Harun No 11 B Rt 012/01, Tn. Kusir Jakarta Selatan

12240 E-mail : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL 1994 – 2000 : SDN. 09 Pagi Kebayoran Lama 2000 – 2003 : SLTPN 31 Jakarta 2003 – 2006 : SMPN 32 Jakarta 2006 – 2010 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

8

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

NYA dan salam tak lupa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor-faktor yang

mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja assembling

PT X Bogor Tahun 2010”.

Dalam pelaksanaan magang dan penulisan laporan magang, penulis banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. My beloved family, orang tua tercinta yang telah banyak memberikan perhatian,

dukungan secara moril dan materil, terima kasih atas doa, kasih sayang dan

kesabaran yang tak terkira, kakak-kakakku dan adikku tersayang.

2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Jakarta.

3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan

skripsi ini, yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan banyak

masukan serta motivasi kepada penulis.

4. Bapak DR H Arif Sumantri, SKM, Mkes, selaku pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini, yang juga telah meluangkan waktu dan memberikan

banyak saran.

5. Direksi PT X Bogor beserta jajarannya yang telah memberikan izin serta fasilitas

kepada penulis.

Page 9: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

9

6. Bapak Ir. Didit Suwardi, selaku Ketua P2K3 dan Bapak Ir. Ari Abriyarto, selaku

Sekretaris Umum P2K3, Bapak Dewo selaku manager dan Bapak Didi, selaku

supervisor di lokasi penelitian yang banyak memberikan masukan kepada

penulis.

7. Pak Suyono, Pak Damiri, Ibu Wuri, Mas Budi serta seluruh staf dan operator PT

X Bogor, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Sahabat dan Saudaraku tersayang yang selalu membuat hariku ceria dan

memberikan semangat (Desi, Nita, Heri Puji, Dita, Agita, Nisa, Rina, Lesy,

Abel, Prit, Adit Prayudi, Angga, Eka Wahyuni, Rony, anak-anak Kos’an, Mas

Amir dan seluruh mahasiswa kesmas 3G angkatan 2006 UIN Jakarta.

9. Seluruh dosen dan civitas akademik FKIK UIN Jakarta, khususnya Pak Gozali

yang sudah banyak membantu proses administrasi dan memberikan motivasi.

10. Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan. Thank you for everythings.

Semoga Allah membalas jasa-jasa kalian semuanya. Penulis menyadari bahwa

sebagai manusia tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan penulis terima dengan baik. Akhir kata penulis berharap semoga

skrpsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan berbagai pihak yang

memerlukan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2010

Emi Maijunidah

Page 10: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

10

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ i ABSTRAK ................................................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5 1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 6 1.4 Tujuan .............................................................................................................. 7

1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7 1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 7

1.5 Manfaat .............................................................................................................. 8 1.5.1 Perusahaan ................................................................................................ 8 1.5.2 Peneliti ..................................................................................................... 8 1.5.2 Institusi Pendidikan ................................................................................. 8

1.6 Ruang Lingkup ................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Risiko MSDs ........................................................................................ 10

2.1.1 Faktor Pekerjaan .................................................................................... 10 a. Postur Tubuh .......................................................................................... 10

b. Peregangan Otot yang Berlebihan ........................................................... 11 c. Aktivitas Berulang .................................................................................. 12 d. Force/Load ............................................................................................. 12 e. Durasi ..................................................................................................... 13 2.1.2 Faktor Invidu ......................................................................................... 13 a. Umur ....................................................................................................... 13 b. Jenis Kelamin ......................................................................................... 15 c. Kebiasaan Merokok ................................................................................ 16 d. Kesegaran Jasmani ................................................................................. 18 e. Kekuatan Fisik ........................................................................................ 19 f. Indeks Massa Tubuh ............................................................................... 21

Page 11: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

11

g. Masa Kerja ............................................................................................. 22 2.1.3 Faktor Lingkungan ................................................................................ 22 a. Mikrolimat .............................................................................................. 22 b. Iluminasi ................................................................................................. 23 c. Vibrasi .................................................................................................... 24

2.1.4 Faktor Psikososial ................................................................................. 25 2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) ...................................................................... 26

2.2.1 Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs) ........................................ 26 2.2.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ....................................... 29 2.2.3 Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Musculoskeletal .............. 31

2.2.3.1 Muskuler/Otot ................................................................................ 31 2.2.3.2 Skeletal ........................................................................................... 32

2.2.3.3 Low back Region ............................................................................. 33 2.2.3.4 Intervertebral Disc ......................................................................... 34 2.2.3.5 Leher .............................................................................................. 35

2.2.3.6 Elbow/Siku ..................................................................................... 35 2.2.3.7 Shoulder/Bahu ................................................................................ 36 2.3 Metode Penilaian Ergonomi ................................................................................. 36

2.3.1 Pengertian Ergonomi ............................................................................. 36 a. Ergonomic Assesment Survey Method (EASY) ...................................... 38

b. Base Risk of Ergonomic Factor (BRIEF) .............................................. 38 c. Employee Survey (Survei Gejala) .......................................................... 39 d. Medical Survey (Survei Rekam Medis) ................................................. 39 e. Rapid Upper Limb Assesment (RULA) ................................................ 40 f. Rapid Entire Body Assesment (REBA) .................................................. 50

2.4 Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................................ 60 2.5 Kerangka Teori ..................................................................................................... 63 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 65 3.2 Definisi Operasional ......................................................................................... 69 3.3 Hipotesis .......................................................................................................... 71

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 72 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 72 4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 72

4.3.1 Populasi ................................................................................................. 72 4.3.2 Sampel .................................................................................................. 72

4.4 Instrumen Penelitian dan Sumber Data ........................................................... 74 4.5 Pengolahan Data .............................................................................................. 75

Page 12: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

12

4.6 Analisis Data .................................................................................................. 84 4.6.1 Analisis Univariat .................................................................................. 84 4.6.2 Analisis Bivariat .................................................................................... 85

BAB V HASIL 5.1 Sejarah singkat perusahaan ................................................................................. 86 5.2 Departemen APC (Assembling Passenger Cars) ................................................ 86 5.3 Analisis Univariat ................................................................................................. 98

5.3.1 Keluhan MSDs pada Pekerja Assembling ............................................. 98 5.3.2 Risiko Faktor Pekerjaan pada Pekerja Assembling ................................ 99 5.3.3 Risiko Faktor Pekerja pada Pekerja Assembling ................................ 100

5.4 Analisis Bivariat ................................................................................................. 101 5.4.1 Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs ........................... 101 5.4.2 Hubungan Faktor Pekerja dengan Keluhan MSDs ............................ 102

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 104 6.2 Keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) ......................................................... 105 6.3 Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs ........................................ 108 6.4 Hubungan Faktor Pekerja dengan Keluhan MSDs ............................................. 111

6.4.1 Hubungan usia dengan Keluhan MSDs ............................................. 111 6.4.2 Hubungan kebiasaan merokok dengan Keluhan MSDs ...................... 113

6.4.3 Hubungan masa kerja dengan Keluhan MSDs ..................................... 116

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 118 7.2 Saran ................................................................................................................... 119 7.2.1 Bagi Perusahaan .................................................................................. 119

7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

13

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor Grup A RULA .................................................................................. 44

Tabel 2.2 Skor Grand Total RULA ........................................................................... 45

Tabel 2.3 Skor Grup B RULA .................................................................................... 48

Tabel 2.4 Penilaian Skor Grup A REBA .................................................................... 55

Tabel 2.5 Penilaian Skor Grup B REBA ..................................................................... 57

Tabel 2.6 Penilaian Skor Grup C dan Skor Aktivitas ................................................. 59

Tabel 2.7 Level Akhir Skor REBA ............................................................................. 59

Tabel 4.1 Contoh Penilaian Skor Grup A REBA ...................................................... 77

Tabel 4.2 Contoh Penilaian Skor Grup B REBA ....................................................... 79

Tabel 4.3 Contoh Penilaian Skor Grup C REBA ....................................................... 80

Tabel 4.4 Level Akhir Skor REBA ............................................................................. 81

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs pada Pekerja

Assembling PT X Bogor tahun 2010 ............................................................... 98

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Faktor Pekerjaan

pada Pekerja Assembling PT X Bogor tahun 2010 ......................................... 99

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Kebiasaan Merokok

pada Pekerja Assembling PT X Bogor tahun 2010 ....................................... 100

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja

Assembling PT X Bogor tahun 2010 ............................................................. 100

Tabel 5.5 Distribusi Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada Pekerja

Assembling PT X Bogor tahun 2010 ............................................................. 101

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Usia dan Kebiasaan Merokok

dengan Keluhan MSDS pada Pekerja Assembling PT X Bogor tahun

2010 ............................................................................................................... 102

Tabel 5.7 Analisis Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada

Pekerja Assembling PT X Bogor tahun 2010 ............................................... 103

Page 14: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian Intervertebral disc ........................................................... 34

Gambar 2.2 Tulang Leher ........................................................................................... 35

Gambar 2.3 Otot Leher .............................................................................................. 35

Gambar 2.4 Otot dan Bagian Siku .............................................................................. 35

Gambar 2.5 Otot Bahu ................................................................................................ 36

Gambar 2.6 Postur Bagian Lengan Atas ..................................................................... 41

Gambar 2.7 Postur Bagian Lengan Bawah ................................................................. 42

Gambar 2.8 Postur Pergelangan Tangan ..................................................................... 43

Gambar 2.9 Postur Putaran Pergelangan Tangan ........................................................ 43

Gambar 2.10 Postur Leher .......................................................................................... 46

Gambar 2.11 Postur Punggung ................................................................................... 47

Gambar 2.12 Postur Kaki ............................................................................................ 47

Gambar 2.13 Penilaian Grup A Posisi Leher .............................................................. 53

Gambar 2.14 Penilaian Grup A Posisi Punggung ....................................................... 54

Gambar 2.15 Penilaian Grup A Posisi Kaki................................................................ 54

Gambar 2.16 Penilaian Grup B Posisi Lengan Atas ................................................... 56

Gambar 2.17 Penilaian Grup B Posisi Lengan Bawah ............................................... 56

Gambar 2.18 Penilaian Grup B Posisi Pergelangan Tangan ....................................... 57

Page 15: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

15

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 64

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 68

Page 16: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

16

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Distribusi bagian tubuh yang dikeluhkan pada operator assembling

PT X tahun 2010 ............................................................................................ 99

Page 17: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Lampiran 2 Hasil Uji Univariat

Lampiran 3 Hasil Uji Bivariat

Lampiran 4 Form REBA

Lampiran 5 Form RULA

Lampiran 6 Lay Out APC (Assembling Passenger Cars)

Page 18: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang

dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai berat. Jika dalam

hal ini otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama maka

dapat menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago dan

discus intervetebrata (Tarwaka, 2004). Keluhan muskuloskeletal sering juga

dinamakan MSDs (Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD

(Cumulative Trauma Disorders), Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),

RMI (Repetitive Motion Injury).

Biasanya MSDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan. Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri

adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki.

Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan

terhadap risiko terkena MSDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data

menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah

pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga

menyebabkan timbulnya MSDs.

Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi

mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi

seperti ini berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang lama (kronis) bisa

menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan

Page 19: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

19

jaringan-jaringan lain. Selain itu, bekerja dengan rasa sakit dapat mengurangi

produktivitas serta efisiensi kerja dan apabila bekerja dengan kesakitan ini diteruskan

maka akan berakibat pada kecacatan yang akhirnya menghilangkan pekerjaan bagi

pekerjanya. Terdapat lebih dari sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang (lost

time injuries) karena hal ini (Melissa, 2009).

Cohen et al (1997) menyebutkan bahwa MSDs dapat terjadi karena faktor

pekerjaan, personal, lingkungan dan psikososial. Faktor pekerjaan antara lain postur

janggal, postur statis, peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang,

force/load, frekuensi, durasi dan alat perangkai/genggaman. Faktor pekerja antara

lain umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik,

ukuran tubuh, masa kerja dan indeks massa tubuh. Faktor lingkungan antara lain

mikrolimat (suhu), getaran, iluminasi. Sedangkan faktor psikososial antara lain

kepuasaan kerja, stress mental dan organisasi kerja (Bridger, 1995; Tarwaka et al,

2004).

Gangguan musculoskeletal adalah masalah kesehatan yang paling umum di

Uni Eropa yaitu 25 – 27% dari pekerja Eropa mengeluh sakit punggung dan 23%

nyeri otot. Kemudian 62% dari pekerja di Uni-Eropa 27 terekspos seperempat waktu

atau lebih untuk gerakan tangan repetitif dan gerakan lengan, 46% ke posisi yang

menyakitkan atau melelahkan, 35% gerakan membawa atau memindahkan beban

berat. Data lainnya dari The Labour Force Survey pada tahun 2007/2008,

diperkirakan 539.000 pekerja di Britania Raya menderita musculoskeletal disorders

yang disebabkan oleh pekerjaan mereka saat ini maupun pekerjaan sebelumnya

dalam waktu 12 bulan terakhir.

Page 20: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

20

Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001) pada

periode tahun 1996 sampai 1998 terdapat 2.811.000 kasus, diantaranya adalah

gangguan yang berhubungan dengan faktor risiko ergonomi. Data lainnya juga

menyebutkan di Amerika terjadi sekitar 6 juta kasus per tahun atau rata-rata 300 –

400 kasus per 100 ribu pekerja. Masalah ini mengakibatkan pekerja harus istirahat

dirumah (lost day) selama rata-rata 20 hari, dengan variasi mulai dari ringan hingga

cacat permanen tentunya. Biaya yang harus dikeluarkan akibat MSDs ini mencapai

rata-rata $ 14.726 (lebih dari 130 juta rupiah). Bagi perusahaan, angka ini tentu

belum termasuk biaya terhentinya produksi dan hilangnya kepercayaan pekerja

kepada jaminan keselamatan yang diberikan perusahaan (aspek moral) (ergoinstitute,

2008).

Sedangkan di Indonesia berdasarkan dari hasil studi Departemen Kesehatan

dalan profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar

40,5% penyakita yang diderita pekerja sehubungan dengan pekerjaannya. Gangguan

kesehatan yang dialami pekerja, menurut penelitian yang dilakukan terhadap 9.482

pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit

musculoskeletal disorders (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan

gangguan THT (1,5%) (Sumiati, 2007).

Menurut penelitian Melyssa tahun 2007, tingkat resiko MSDs pada pekerja

otomotif di section assembling I-line memiliki risiko cukup tinggi terutama pada

proses kerja chassis 1 dengan jenis aktifitas yaitu pemasangan rear suspension, bolt

front strut, protector muffler, hose fuel tank. Hal serupa juga diungkapkan pada

penelitian Soleha tahun 2009, yang mengatakan bahwa risiko ergonomi pekerjaan di

bagian cant plant memiliki medium risk dan high risk, dimana terdapat hubungan

Page 21: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

21

antara variabel umur (Pvalue 0,024) dan variabel kebiasaan merokok (Pvalue 0,005)

dengan keluhan MSDs pada operator Can Plant PT X tahun 2009. Selain itu

didapatkan dari hasil penelitian bahwa operator yang mengalami keluhan MSDs

lebih banyak dibandingkan dengan operator yang tidak mengalami keluhan.

Sementara itu pada penelitian Ikrimah tahun 2010, menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara faktor pekerjaan (Pvalue 0,029), kebiasaan merokok (Pvalue 0,000),

getaran (Pvalue 0,032) dengan keluhan MSDs.

PT X merupakan salah satu produsen mobil yang ada di negara ini. Di pabrik

ini di produksi dua jenis kendaraan yaitu Passenger Cars yang berada di plant

Assembling Passenger Cars dan Commercial Vehicle atau chassis bus yang berada di

plant Assembling Commercial Vehicle. Untuk perakitan chassis bus terdapat

departemen Aggregate Assembly & Commponent yang khusus merakit mesin,

gearbox dan axle yang nantinya akan digabungkan dengan chassis pada proses

selanjutnya.

Proses pekerjaan pada perakitan passenger cars memiliki beragam jenis

kegiatan atau lebih bervariasi jika dibandingkan dengan proses pekerjaan pada

commercial vehicle disertai dengan kegiatan berpindah tempat. Selain itu proses

pekerjaan di tempat ini dipengaruhi oleh target produksi yang harus dikerjakan tiap

harinya yakni 10 – 20 unit per hari yang tentu saja tiap pekerjaannya dilakukan

berdasarkan estimasi waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga

kemungkinan tubuh pekerja sering melakukan perputaran cepat dan terus menerus

serta beragam tehnik atau gerakan diantaranya berdiri, berputar, membungkuk dan

mengangkat beban.

Page 22: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

22

Berdasarkan studi pendahuluan di perusahaan tersebut, diketahui bahwa 9

dari dari 10 operator diantaranya mengalami keluhan otot seperti nyeri atau pegal-

pegal yang umumnya sering dirasakan dibeberapa bagian tubuh seperti leher, bahu,

pingggang, punggung, paha, betis dan kaki. Sepuluh operator ini mewakili dari setiap

stasiun yang ada dan diambil secara acak. Selain itu menurut pernyataan pihak

klinik, jumlah pekerja dibagian ini yang mengeluhkan nyeri otot atau pegal-pegal di

klinik sekitar 15 orang per bulan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Proses pekerjaan di passenger cars yang memiliki beragam jenis kegiatan

(bervariasi) jika dibandingkan dengan commercial vehicle dan banyak gerakan yang

repetitif disertai dengan kegiatan berpindah tempat. Selain itu proses pekerjaan di

tempat ini dipengaruhi oleh target produksi yang harus dikerjakan tiap harinya yakni

10 – 20 unit per hari yang tentu saja tiap pekerjaannya dilakukan berdasarkan

estimasi waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga kemungkinan tubuh

pekerja sering melakukan perputaran cepat dan terus menerus serta beragam tehnik

atau gerakan diantaranya berdiri, berputar, membungkuk dan mengangkat beban.

Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa 9 dari 10 operator

diantaranya mengalami keluhan otot seperti nyeri atau pegal-pegal yang umumnya

sering dirasakan dibeberapa bagian tubuh seperti leher, bahu, pingggang, punggung,

Page 23: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

23

paha, betis dan kaki. Selain itu jumlah pekerja dibagian ini yang mengeluhkan nyeri

otot atau pegal-pegal di klinik sekitar 15 orang per bulan.

Diperkirakan kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja dapat

mempengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja, meningkatkan risiko kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja serta target produksi yang telah ditetapkan perusahaan

akan terganggu. Diperkirakan juga Faktor risiko keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada pekerja dibagian ini yaitu faktor pekerjaan dan pekerja (umur,

kebiasaan merokok, masa kerja).

Dengan demikian diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja

sehingga upaya preventif akan lebih mudah dilakukan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan pada pekerja assembling di PT X

Bogor Tahun 2010.

3. Bagaimana gambaran faktor pekerja pada pekerja assembling di PT X Bogor

Tahun 2010.

4. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan risiko Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerja dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

Page 24: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

24

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pekerja assembling di PT X Bogor Tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan pada pekerja assembling di PT X

Bogor Tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran faktor pekerja pada pekerja assembling di PT X

Bogor Tahun 2010.

4. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X

Bogor Tahun 2010.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerja dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X

Bogor Tahun 2010.

1.5 Manfaat

1.5.1 Perusahaan

a. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko yang

berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja,

agar perusahaan lebih meningkatkan perhatian pada permasalahan

ergonomi.

Page 25: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

25

b. Dapat memberikan solusi alternatif mengenai tindakan pencegahan

terhadap risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja guna

meningkatkan kesehatan dan kinerja pekerja.

1.5.2 Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam dunia kerja

khususnya tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs), melakukan

penilaian risiko MSDs dan permasalahanya di tempat kerja serta sebagai bahan

referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya.

1.5.3 Institusi Pendidikan

Menambah referensi mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja di industri

perakitan kendaraan dalam bidang keilmuan K3 dan mahasiswa peminatan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada bagian passenger cars di PT X Bogor tahun

2010. Topik penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja, karena banyaknya kegiatan atau

proses pekerjaan yang dilakukan pada bagian ini dan proses kerja yang dilakukan

dengan cepat karena adanya target produksi yang harus dicapai tiap harinya yaitu 10

– 20 unit perhari. Sehingga kemungkinan tubuh pekerja sering melakukan perputaran

cepat dan terus menerus serta beragam tehnik atau gerakan diantaranya berdiri,

berputar, membungkuk, mengangkat beban, yang rentan terhadap postur kerja

janggal.

Page 26: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

26

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi

cross sectional yang terdiri dari beberapa variabel yaitu faktor pekerjaan dan pekerja

(umur, kebiasaan merokok, masa kerja).

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh operator di Assembling Passenger

Cars yang berjumlah 90 orang dan sampel penelitian ini berjumlah 70 orang yang

didapatkan dari hasil perhitungan sampel dengan rumus sampel uji hipotesis beda

dua proporsi. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisioner, observasi

serta melakukan penilaian skor terhadap faktor pekerjaan dengan menggunakan

metode pengukuran ergonomi yaitu metode REBA dan RULA.

Page 27: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Risiko MSDs

2.1.1 Faktor Pekerjaan

a. Postur Tubuh

Postur adalah orientasi relatif dari bagian tubuh dalam ruang. Postur manusia

dalam keadaan melakukan kerjanya ditentukan oleh dimensi tubuh dan dimensi

deasain kerjanya, jika tidak terdapat keselarasan dalam kedua dimensi tersebut maka

akan timbul dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek terhadap tubuh

manusia (Pheasant, 1991).

ILO (1998) mengkategorikan postur tubuh sebagai postur janggal adalah

berdiri, duduk tanpa dukungan lumbar, duduk tanpa dukungan punggung, duduk

tanpa footrest (tumpuan kaki) yang baik dengan ketinggian yang sesuai, duduk

dengan mengistirahatkan bahu pada permukaan alat kerja yang terlalu tinggi, tangan

bagian atas terangkat tanpa dukungan dari alas vertikal, tangan meraih sesuatu yang

sulit terjangkau (jauh/tinggi), kepala mendongak, posisi membungkuk, punggung

yang mengarah ke depan, membawa beban berat dengan cara memanggul atau

memikul, semua posisi tegang, posisi ekstrim yang terus menerus setiap sendi.

Sedangkan postur statis merupakan postur kerja fisik dalam posisi yang sama

dimana pergerakan yang terjadi sangat minimal. Pada waktu diam, dimana

pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir

baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus

tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.

Page 28: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

28

Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan

nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan.

Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot,

dengan dampak sakit dan letih. Sifat yang khusus dari gangguan statik termasuk

didalamnya menjaga usaha dalam level yang tinggi dalam 10 menit atau lebih, level

menengah 1 menit atau lebih, atau usaha dengan level rendah 4 menit atau lebih.

Contoh dari gangguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu untuk

periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong dan memutar

benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu yang lama dan memiringkan

kepala kedepan dalam waktu yang lama. Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di

atur dalam beberapa jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan

gaya yang besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean,

1980).

b. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang

mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang besar seperti aktivitas

mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot

yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui

kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan

mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya

cidera otot skeletal (Peter Vi, 2000 dalam Tarwaka et al, 2004).

Page 29: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

29

c. Aktivitas Berulang

Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus

menerus, tanpa memperoleh kesempatan untuk melakukan relaksasi (Peter Vi, 2000

dalam Tarwaka et al, 2004).

Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama

pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs.

Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam

waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang (Ikrimah, 2010).

d. Force/Load

Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan

seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang

digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.

Massa beban/objek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

gangguan otot rangka (Soleha, 2009).

Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang

diperkenankan, agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per.01/MEN/1978 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam penebangan dan pengangkutan kayu. Untuk

laki-laki dewasa dengan pekerjaan terus menerus sebesar 40 kg dan pekerjaan sekali-

kali sebesar 15-18 kg dan untuk wanita dewasa dengan pekerjaan terus menerus

sebesar 15 kg dan pekerjaan sekali-kali sebesar 10 kg. Sedangkan untuk tenaga kerja

muda laki-laki dengan pekerjaan terus menerus sebesar 15 kg dan pekerjaan sekali-

kali sebesar 10-15 kg dan untuk tenaga kerja muda wanita dengan pekerjaan terus

Page 30: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

30

menerus sebesar 10-12 kg dan pekerjaan sekali-kali sebesar 6-9 kg (Ramandhani,

2003).

e. Durasi

Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu

pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama akan

semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan

untuk pemulihan tenaganya (NIOSH, pub 97-117, 1997). Bird (2005) mendefinisikan

durasi dengan pengkategorian yaitu durasi singkat jika < 1 jam/hari, durasi sedang

jika 1-2 jam/hari dan durasi lama jika > 2 jam/hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ikrimah tahun 2010

didapatkan hasil bahwa faktor pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan

keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,029. Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Soleha tahun 2009 didapatkan hasil bahwa faktor pekerjaan kurang

memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar

0,148.

2.1.2 Faktor Individu

a. Umur

Prevalensi MSDs seseorang meningkat saat mereka mulai masuk bekerja. Pada

umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin

meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan perubahan biologis secara

alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun karena

proses penuaan, misalnya degeneratif otot, tendon, ligamen dan sendi sehingga

resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat.

Page 31: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

31

Pada usia 35, kebanyakan orang memiliki episode pertama mereka kembali

sakit [Guo et al. 1995; Chaffin 1979]. Setelah di tahun-tahun kerja mereka (usia 25-

65), Namun, prevalensi relatif konsisten [Guo et al. 1995; Biering-Sorensen

1983]. Gangguan otot adalah salah satu gejala sebagian besar masalah kesehatan

umum usia menengah dan tua Buckwalter et al [. 1993]. Namun, kelompok usia

dengan tingkat nyeri punggung tertinggi compensable dan strain adalah kelompok

umur 20-24 untuk laki-laki, dan kelompok umur 30-34 untuk perempuan. Selain

penurunan fungsi muskuloskeletal karena perkembangan usia yang terkait gangguan

degeneratif usia, kehilangan kekuatan jaringan dapat meningkatkan probabilitas atau

tingkat keparahan kerusakan jaringan lunak (NIOSH, 1997).

Sebagai contoh, Betti’e et al (1989) telah melakukan studi tentang kekuatan

statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60

tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat

umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penururnan sejalan dengan

bertambahnya umur. Pada saat umur mencapai 60 tahun, rata-rata kekuatan otot

menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai menurun, maka resiko

terjadinya keluhan otot akan meningkat. Riihimaki et al. (1989) menjelaskan bahwa

umur mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kekuatan otot, terutama untuk

otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur

merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot (Tarwaka, et al. 2004).

Beberapa studi menemukan usia menjadi faktor penting yang terkait dengan

MSDs [Guo et a. 1995; Biering-Sorensen 1983; Inggris et al. 1995; Ohlsson et

al. 1994; Riihimäki et al; Toomingas et al 1989]. Misalnya pada penelitian Riihimaki

et al. (1989) menemukan hubungan yang signifikan antara sciatica dan usia di

Page 32: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

32

operator mesin, tukang kayu, dan pekerja yang menetap. Usia juga merupakan faktor

risiko yang kuat untuk leher dan bahu gejala di tukang kayu, operator mesin dan

pekerja berpindah-pindah. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soleha tahun

2009 juga mendapatkan hasil yang serupa yaitu terdapat hubungan yang signifikan

antara faktor individu (umur) dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,024.

Namun beberapa penelitian juga mendapatkan hasil bahwa umur tidak

memiliki hubungan dengan keluhan MSDs sebagai contohnya penelitian Torell et

al. [1988] tidak menemukan korelasi antara usia dan MSDS pada prevalensi dalam

populasi pekerja galangan kapal. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara

beban kerja (dalam kategori rendah, sedang, atau berat) dan gejala atau diagnosis

MSDS. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Ikrimah tahun 2010 bahwa

faktor individu (umur) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan

MSDs dengan Pvalue sebesar 0,121.

b. Jenis Kelamin

Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin

pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita

hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Namun pendapat ini masih diperdebatkan

oleh para ahli, namun beberapa hasil penelitian secara seginifikan menunjukkan jenis

kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.

Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih

rendah dari pria. Hasil penelitian Betti’e et al. (1989) menunjukkan bahwa rata-rata

kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya

untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang

Page 33: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

33

et al. (1993), Bernard et al. (1994), hales et al. (1994), dan Johansonb(1994) yang

menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3

(Tarwaka, et al. 2004).

Penelitian, Lindman et al. [1991], menemukan bahwa wanita memiliki lebih

banyak jenis serat otot di otot muscle daripada pria dan membuat hipotesis sakit

miofasial berasal dalam serat otot tipe I. Ulin et al. [1993] mencatat bahwa perbedaan

gender yang signifikan dalam sikap kerja yang terkait dengan sosok laki-laki atau

perempuan. Namun prevalensi wanita yang lebih tinggi mengeluh MSDs daripada

laki-laki dapat disebabkan karena bias pelaporan yang mungkin terjadi karena wanita

mungkin lebih mungkin melaporkan rasa sakit dan mencari perawatan medis

daripada laki-laki [Armstrong et al. 1993; Hales et al. 1994].

c. Kebiasaan Merokok

Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat merokok positif

dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu panggul, atau intervertebral disc

hernia [Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al. 1983; Svensson

dan Anderson 1983; Kelsey et al.1984]. Meningkatnya keluhan otot sangat erat

hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan

semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang

dirasakan.

Boshuizen et al. (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang

memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi

kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas

paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengonsumsi oksigen menurun dan sebagai

Page 34: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

34

akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus

melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena

kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi

tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka, et al. 2004).

Deyo dan [Bass 1989] mengamati bahwa prevalensi sakit punggung meningkat

dengan jumlah paket-tahun merokok dan dengan tingkat merokok terberat.

Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64, [Makela et al. 1991], nyeri leher

ditemukan secara signifikan berhubungan dengan merokok saat ini (OR 1.3, CI 95%

1-1,61) ketika model logistik telah disesuaikan untuk usia dan jenis kelamin.

Beberapa penjelasan untuk hubungan yang telah dirumuskan. Satu hipotesis adalah

bahwa nyeri punggung disebabkan oleh batuk dari merokok. Batuk meningkatkan

tekanan perut dan tekanan intradiscal dan meletakkan beban pada tulang

belakang. Beberapa studi telah mengamati hubungan tersebut [Deyo dan Bass 1989;

Frymoyer et al. 1980; Troup et al. 1987]. Mekanismenya dimulai dari nikotin yang

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan dan kandungan rokok

menyebabkan kandungan mineral tulang belakang berkurang dan menyebabkan

microfractures.

Hal serupa juga diungkapkan pada penelitian Soleha tahun 2009 dan

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor individu

(kebiasaan merokok) dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,005. Sedangkan

pada penelitian Ikrimah tahun 2010 didapatkan hasil bahwa faktor individu

(kebiasaan merokok) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan

MSDs.

Page 35: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

35

Jadi dalam hal ini perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah

punggung dari pada bukan perokok. Efeknya adalah hubungan dosis dan lebih kuat

dari pada yang diharapkan dari efek batuk. Risiko meningkat sekitar 20% untuk

setiap 10 batang rokok perhari (Pheasant,1991).

Menurut Bustan tahun 1997, kebiasaan merokok dibagi menjadi beberapa

kategori yaitu yang mempunyai kebiasaan merokok ringan (10 batang sehari), sedang

(10-20 batang sehari), berat (> 20 batang sehari) dan tidak punya kebiasaan merokok.

d. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam

aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi

yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup

istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Namun, kurangnya aktivitas fisik

juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap cedera dan setelah cedera, ambang

batas untuk cedera lebih jauh berkurang. Disisi lain, beberapa rezim pengobatan

standar telah menemukan bahwa gejala MSDs sering membaik oleh aktivitas fisik

(NIOSH, 1997).

Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al.(1979)

menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko

terjadinya keluhan adlah 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan

tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat dengan laporan

Batti’e et al.(1989) yang menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penerbang

menunjukkan bahwa kelompok penerbang dengan tingkat kesegaran tubuh yang

paling mempunyai risiko yang sangat kecil terhadap risiko cidera otot.

Page 36: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

36

Namun beberapa studi epidemiologi kerja telah melihat pada kegiatan non fisik

terkait dengan pekerjaan di atas kaki. Kebanyakan studi NIOSH [Hales dan Denda

1989; Kiken et al. 1990; Burt et al. 1990; Baron et al. 1991; Hales et al. 1994;

Bernard et al. 1994] telah membuktikan MSDS karena cedera olahraga atau kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan non-pekerjaan atau cedera dan belum termasuk

faktor-faktor dalam analisis.

Singkatnya, meskipun kebugaran fisik dan aktivitas secara umum diterima

sebagai cara untuk mengurangi MSDs yang berhubungan dengan pekerjaan, literatur

epidemiologi saat ini tidak memberikan indikasi yang jelas seperti itu. Literatur

kedokteran olahraga, bagaimanapun tidak memberikan indikasi yang lebih baik yang

melibatkan aktivitas olahraga yang kuat, bersifat berulang (seperti tenis dan pitching

baseball) yang berkaitan dengan MSDS (NIOSH,1997).

e. Kekuatan Fisik

Beberapa studi epidemiologi mengatakan ada hubungan antara cedera

punggung dan ketidakkekuatan fisik dan tugas pekerjaan. Chaffin dan Park (1977)

seperti yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam

pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot

maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah berisiko tiga kali

lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki

kekuatan otot yang tinggi. Dalam studi lain, Troup et al. [1981] menemukan bahwa

mengurangi kekuatan otot fleksor punggung adalah prediktor yang konsisten dari

sakit punggung berulang atau terus-menerus, namun asosiasi ini tidak ditemukan

untuk pertama kali terjadinya nyeri punggung.

Page 37: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

37

Disisi lain, studi-studi lain tidak menemukan hubungan yang sama dengan

kekuatan fisik. [Battie et al. 1989; Leino 1987] gagal untuk membuktikan bahwa

kekuatan fisik ditentukan oleh kekuatan mengangkat isometrik, pekerja beresiko

rendah untuk mengeluh sakit punggung. Battie et al. [1990] membandingkan nyeri

punggung pekerja dengan pekerja lain pada pekerjaan yang sama dengan menguji

kekuatan isometrik dan tidak menemukan bahwa pekerja dengan nyeri punggung

yang melemah. Dalam dua studi dari perawat (Videman et al;. 1989, Mostardi et

al. 1992) kekuatan mengangkat tidak merupakan prediktor yang dapat diandalkan

sakit punggung.

Oleh karena itu, jika dicermati bersama, studi yang menemukan hubungan

yang signifikan antara kekuatan/pekerjaan tugas dan kembali sakit digunakan

penilaian pekerjaan atau analisis yang lebih menyeluruh dan terfokus pada pekerjaan

mengangkat manual. Namun, studi-studi ini hanya diikuti pekerja untuk jangka

waktu satu tahun, dan apakah hubungan yang sama akan terus selama masa kerja

lama, tentunya masih banyak yang tidak jelas dalam hal ini. Sedangkan studi yang

tidak menemukan hubungan, meskipun mereka mengikuti pekerja untuk jangka

waktu yang lebih lama, tidak termasuk pengukuran tingkat eksposur yang tepat untuk

setiap pekerja, sehingga mereka tidak bisa menilai kemampuan kekuatan yang

penting dalam pekerjaan individu. Oleh karena itu, mereka tidak bisa memperkirakan

tingkat ketidakcocokan antara 'kekuatan pekerja dan tuntutan tugas (NIOSH, 1997).

f. Indeks Massa Tubuh

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan

otot skeletal. Berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (BMI) (rasio berat

terhadap tinggi kuadrat), dan obesitas semua telah diidentifikasi dalam studi sebagai

Page 38: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

38

faktor risiko potensial untuk MSDS tertentu, terutama CTS dan herniasi diskus

lumbar.

Dalam Werner et al. [1994] studi populasi yang membutuhkan evaluasi klinis

elektrodiagnostik dari ujung kanan atas, pasien diklasifikasikan sebagai obesitas

(BMI> 29) adalah 2,5 kali lebih besar dibandingkan pasien kurus (BMI <20) untuk

didiagnosis dengan CTS. Werner et al. [1994] mengembangkan model regresi linier

berganda CTS dengan perbedaan antara indra ulnaris latency dan median sebagai

variabel dependen yang menunjukkan bahwa BMI adalah variabel yang paling

berpengaruh, tapi tetap hanya menyumbang 5% dari varians dalam model. Pada

model logistik Nathan 1994, indeks massa tubuh dicatat 8,6% dari total risiko.

Hubungan CTS dan BMI telah disarankan untuk berhubungan dengan jaringan lemak

meningkat dalam saluran karpal atau untuk meningkatkan tekanan hidrostatik

sepanjang kanal karpal pada orang obesitas dibandingkan dengan orang yang

ramping.

Data antropometrik yang bertentangan, tetapi secara umum menunjukkan

bahwa tidak ada korelasi kuat antara tinggi badan, berat badan, tubuh membangun

dan nyeri pinggang. Obesitas tampaknya memainkan peran kecil tapi signifikan

dalam terjadinya CTS.

g. Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja

disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis

yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin

lana waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini

maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004).

Page 39: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

39

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikrimah tahun 2010

didapatkan hasil bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,313. Demikian juga dengan penelitian Soleha

tahun 2009 yang menunjukkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan keluhan MSDs dengan Pvalue sebesar 0,439.

2.1.3 Faktor Lingkungan

a. Mikrolimat

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi

lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Demikian juga dengan paparan

udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar

menyebabkan sebagian besar energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh

tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi

dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke

otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot

menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam

laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993

dalam Tarwaka et al. 2004).

b. Iluminasi

Iluminasi adalah datangnya cahaya ke suatu objek. Iluminansi merupakan

besaran penerangan yang kaitannya erat dengan kuat penerangan penerangan.

Iluminansi adalah penyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh

permuakaan pada suatu arah. (Muhaimin, 2001). Iluminansi suatu permukaan

Page 40: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

40

ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh

permukaan.

Penelitian yang dilakukan Escuyer dan Fontoynont, mengadopsi metode

wawancara tidak langsung untuk mensurvey kecenderungan intensitas penerangan

yang disukai oleh para pekerja di Perancis melalui lingkungan kerjanya. Hasilnya,

44% responden mengatakan bahwa ”memiliki pencahayaan alami yang sedikit”

adalah karakteristik utama pada sebuah kantor. Kadar pencahayan dapat

dikategorikan berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu:

• Tidak cermat (ex: menumpuk barang) = 80 – 170 lux

• Agak cermat (ex: memasang, tidak persis) = 170 – 350 lux

• Cermat/persis (ex: membaca, menggambar) = 350 – 700 lux

• Amat persis (ex: memasang, persis) = 700 – 10000 lux

Jika tingkat iluminasi pada suatu tempat tidak memenuhi persyaratan maka

akan menyebabakan postur leher untuk fleksi ke depan (menunduk) dan postur tubuh

untuk fleksi (membungkuk) yang berisiko mengalami MSDs (Bridger, 1995).

c. Vibrasi

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot

bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat-

alat dengan bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi sebab

kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di otak menjadi

sebab mabuk. (Suma’mur, 1982).

Paparan dari getaran lokal terjadi ketika bagian tubuh tertentu kontak dengan

objek yang bergetar, seperti kekuatan alat-alat yang menggunakan tangan. Paparan

getaran seluruh tubuh dapat terjadi ketika berdiri atau duduk dalam lingkungan atau

Page 41: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

41

objek yang bergetar, seperti ketika mengopeasikan kendaraan atau mesin yang besar

(Cohet et al, 1997).

Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ pada

seluruh tubuh, menurut beberapa penelitian telah dilaporkan efek jangka lama yang

menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (J.M. Harrington, 2003:187-188).

Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi

sebab kelelahan.

Getaran menjadi faktor risiko jika pekerja terpapar secara terus menerus atau

berada pada intensitas tinggi, yang mungkin didapat dari penggunaan peralatan.

Pekerja yang mengalami getaran dapat menyebabkan kelelahan, letih, mati rasa dan

peningkatan sensitifitas terhadap dingin (Nurmianto, 2004).

2.1.4 Faktor Psikososial

Faktor psikososial yaitu kepuasaan kerja, stress mental, organisasi kerja (shift

kerja, waktu istirahat, dll) (Dinardi, 1997 dalam Soleha 2009). Sejumlah faktor

psikososial tempat kerja dapat mempengaruhi gangguan ekstemitas atas seperti

kepuasaan kerja, kerja monoton, dukungan sosial tempat kerja, tuntutan kerja yang

tinggi, stres kerja dan emosional di tempat kerja. Persepsi dari kemampuan seseorang

untuk bekerja juga berhubungan dengan nyeri punggung untuk waktu yang akan

datang.

Ada semakin banyak bukti dalam literatur kesehatan kerja yang menyatakan

faktor psikososial dapat mempengaruhi perkembangan masalah muskuloskeletal,

termasuk low back dan gangguan ekstremitas atas (Bongers et al, 1993). Faktor

Psikososial kerja didefinisikan sebagai aspek lingkungan kerja (seperti peran kerja,

Page 42: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

42

tekanan kerja, hubungan di tempat kerja) yang dapat memberikan kontribusi

pengalaman stres dalam individu (Lim dan Carayon 1994; ILO 1986).

Penelitian terbaru yang lebih kuat menggunakan teknik statistik inferensial titik

lebih kuat ke pengaruh faktor pekerjaan psikososial pada ekstremitas atas gangguan

muskuloskeletal antara pekerja kantor. Misalnya, Lim dan Carayon (1994)

menggunakan metode analisis struktural untuk menguji hubungan antara faktor-

faktor kerja psikososial dan ekstremitas atas ketidaknyamanan muskuloskeletal

dalam sampel 129 pekerja kantor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor

psikososial seperti tekanan kerja, kontrol tugas dan kuota produksi prediktor dapat

menimbulkan ekstremitas atas ketidaknyamanan muskuloskeletal, terutama di daerah

leher dan bahu,. Demografi faktor (umur, jenis kelamin masa jabatan dengan

majikan, jam menggunakan komputer per hari) dan faktor perancu lain (self-laporan

tentang kondisi medis, hobi dan menggunakan keyboard di luar pekerjaan) yang

dikontrol dalam penelitian dan tidak berhubungan dengan masalah ini (ILO, 2010).

Namun, bukti hubungan sebab akibat antara faktor risiko psikososial kurang

umum. Secara umum, faktor psikososial berkaitan dengan daerah non-fisik pekerjaan

(misalnya tekanan waktu, dianggap beban kerja, dukungan sosial dari rekan-rekan

dan manajemen, tingkat kontrol, dll). Tidak adanya definisi universal dan objektif

dalam mengukur faktor psikososial telah membuatnya sulit untuk melakukan studi

untuk menyelidiki penyebab-akibat di konteks MSDs (Sauter dan Swanson 1996).

Page 43: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

43

2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs)

2.2.1 Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan salat satu penyakit yang

berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen sistem saraf, struktur tulang dan

pembuluh darah. Bagian tubuh yang menjadi fokus penelitian dari MSDs adalah

leher, bahu, lengan bawah, lengan atas, pergelangan tangan dan kaki. MSDs pada

awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan,

gemetar, gangguan tidur dan rasa tebakar. (Humantech, 1995).

Sedangkan menurut NIOSH (1997) MSDs adalah sekumpulan kondisi

patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem

musculoskeletal yang mencakup syaraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti

discus intervertebral. Menurut WHO didefinisikan sebagai salah satu gangguan

terkait yang timbul ketika seseorang terkena aktivitas kerja dan kondisi kerja yang

signifikan berkontribusi pada pengembangan atau eksaserbasi tetapi tidak bertindak

sebagai satu-satuya determinan penyebab.

MSDs dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk pada bagian tubuh dengan

gejala dan penyebab yang berbeda-beda, seperti kondisi-kondisi yang dijelaskan

dibawah ini:

• Tendinitis merupakan peradangan hebat atau iritasi pada urat/sendi yang

berkembang ketika otot secara berulang-ulang terpajan oleh penggunaan

berlebih dan kejanggalan penggunaan tangan, pergelangan, lengan dan bahu.

• Carpal Tunnel Syndrome (CTS) berupa tekanan pada syaraf di pergelangan

tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang yang dapat menyebabkan pernutup

sendi/urat ataupun urat sendi yang mengalami iritasi dan pembengkakan.

Page 44: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

44

Gejalanya ditandai dengan seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan

tidak nyaman pada jari-jari dan mati rasa/kebas. CTS dapat menyebabkan

sulitnya seseorang menggenggam sesuatu pada tangannya.

• Trigger Finger berupa tekanan yang berulang pada jari-jari (pada saat

menggunakan alat kerja yang memiliki pelatuk) dimana menekan tendon secara

terus menerus hingga ke jari-jari dan mengakibatkan rasa sakit dan tidak nyaman

pada bagian jari-jari.

• Tenosynovitis yaitu sebuah peradangan hebat atau iritasi pada penutup urat/sendi

yang berhubungan dengan gerakan flexion dan extension dari pergelangan

tangan.

• Synovitis yaitu peradangan atau iritasi lapisan synovial (lapisan tulang sendi).

• DeQuervain’s disease yaitu tipe synovitis yang terjadi pada ibu jari kaki atau

nyeri pada telapak tangan. Penyebabnya yaitu gerakan repetitif pada tangan dan

gripping dengan menggunakan tenaga.

• Bursitisis yaitu peradangan atau iritasi, kaku, nyeri yang terjadi pada jaringan

penyambung di sekitar sendi, biasanya terjadi pada bahu dan disebabkan karena

gerakan berulang.

• Epicondylitis sakit pada siku berhubungan dengan rotasi berlebih dari lengan

bawah atau membengkokan pergelangan tangan secara berlebih.

• Thorac Outlet syndrome yaitu tekanan pada system syaraf atau saluran

pembuluh darah antara tulang iga pertama, clavicle (tulang leher), otot-otot

thorax dan bahu. Gejalanya berupa nyeri, mati rasa dan bengkak pada tangan.

Penyebabnya karena membawa beban, flexion pada bahu dan bekerja dengan

posisi lengan diatas bahu terus menerus.

Page 45: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

45

• Cervical radiculapathy yaitu tekanan dasar system syaraf pada leher yang

ditandai dengan gejala Ischaemania dan rasa sakit seperti oedema. Penyebanya

postur statis dan beban statis.

• Ulnar nerve entapment yaitu tekanan pada syaraf ulnar pada pergelangan.

Sumber: Epidemiology of musculoskeletal diorders due to biomechanical overload

(Pulat, 1997; Grieco, 1998; Canadian Centre of Occupational Health and Safety

(CCOHS), 2005).

2.2.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya

pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang,

syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja (Fitrihana, 2008). Sedangkan

menurut Tarwaka et al (2004) keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam

waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligament, dan tendon.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum.

Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot

berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang

diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat

Page 46: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

46

terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan

timbulnya rasa nyeri otot.

Akobundu et al (2008) mengatakan bahwa rasa sakit pertama adalah sinyal

bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus beristirahat serta memulihkan.

Jika sebuah cedera dapat menjadi lama dan kadang-kadang ireversibel. Semakin

cepat seseorang mengenali gejala, semakin septa mereka harus menanggapinya agar

keluhan MSDs dapat segera diatasi. Gejalanya terdiri dari sensasi terbakar di tangan,

berkurangnya kekuatan pegangan di tangan, pembengkakan atau kekakuan pada

sendi, nyeri di pergelangan tangan, lengan, siku, leher atau kembali diikuti dnegan

rasa tidak nyaman, pengurangan berbagai gerakan di bahu, leher atau punggung,

gatal, kering, sakit pada mata dan kram. Sedangkan menurut Week et al (1991) tanda

awal yang menunjukkan MSDs yaitu bengkak (sweeling), gemetar (numbnes),

kesemutan (tingling), sakit (aching) dan rasa terbakar (burning pain). Gejala-gejala

ini dapat berlangsung secara bertahap dari ringan sampai parah.

Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit

untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Grandjean (1997) dan Akobundu et al

(2008) mengungkapkan gejala terjadinya MSDs terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

• Tahap 1 atau awal: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan pafa bagian tubuh

yang tertentu selama jam kerja tapi biasanya menghilang setelah waktu kerja

usai atau di malam hari. Tidak berpengaruh terhadap performa kerja. Efek ini

pulih setelah istirahat.

• Tahap 2 atau intermediate: Gejala tetap ada setelah melewati waktu satu malam

setelah bekerja atau sakit dan kelelahan pada bagian tubuh tertentu yang

muncul pada awal shift kerja dan bertahan di malam hari. Tidur mungkin

Page 47: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

47

terganggu, kadang-kadang menyebabkan menurunnya performa kerja secara

bertahap.

• Tahap 3 atau akhir: Gejala atau sakit, kelelahan dan kelemahan tidak

menghilang meskipun sudah istirahat, nyeri terjadi ketika bekerja secara

repetitif. Tidur terganggu, sulit melakukan pekerjaan bahkan pekerjaan yang

ringan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja. Pemulihan pada tahap ini

bisa berlangsung selama 6-24 bulan. Tidak semua orang melewati tahap ini

dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk kapan tepatnya satu

tahap berakhir dan tahap berikutnya mulai.

2.2.3 Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Musculskeletal

2.2.3.1 Muskuler/Otot

a. Otot

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat

lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot:

• Pergerakan.

• Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan

mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk

terhadap gaya gravitasi.

• Produksi panas.

b. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang

terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan

otot atau otot dengan otot.

Page 48: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

48

c. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan

jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang

dengan tulang yang diikat oleh sendi.

2.2.3.2 Skeletal

a. Tulang/rangka

Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh

kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang

belakang.

Fungsi Sistem Skeletal:

1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.

2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-

otot yang.

3. Melekat pada tulang

4. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu

jaringan pembentuk darah.

5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah

misalnya.

6. Hemopoesis

b. Sendi

Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga

dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.

1. Synarthrosis (suture) : Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat

digerakkan, strukturnya terdiri atas fibrosa.

Page 49: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

49

2. Amphiarthrosis : Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,

strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang.

3. Diarthrosis : Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan,

yang terdiri dari struktur sinovial.

2.2.3.3 Low Back Region

a. Struktur

Ruas tulang punggung dikelompokkan menjadi:

1. Cervical/leher 7 ruas

2. Thoracalis/punggung 12 ruas

3. Lumbalis/pinggang 5 ruas

4. Sakralis/kelangkang 5 ruas

5. Koksigeus/ekor 4 ruas

b. Fungsi

Low back region berfungsi untuk menegakkan/menopang postur struktur

tulang belakang manusia. Postur tegak juga meningkatkan gaya mekanik

struktur tulang belakang lumbrosakral.

c. Komponen punggung

1. Otot punggung

Ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel.

Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan diskus tetap

dalam posisi normal.

2. Diskus

Merupakan bantalan tulan rawan yang berfungsi sebagai penahan goncangan.

Tiap diskus mengandung cairan yang mengalir ke dalam dan keluar diskus.

Page 50: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

50

Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan punggung

bergerak bebas.

2.2.3.4 Intervertebral Disc

Pada tubuh manusia terdapat 24 buah Intervertebral disc. Tulang rawan ini

berfungsi sebagai penyangga agar vertebra tetap berada pada posisinya dan juga

memberi fleksibilitas pada ruas tulang belakang ketika terjadi pergerakan atau

perubahan posisi pada tubuh.

Gambar 2.1

Gambar bagian-bagian Intervertebral disc Sumber: www.anakfkmui.blogspot.com

2.2.3.5 Leher

Tulang leher terdiri dari tujuh ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang

ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lajunya saraf yang disebut

foramen tranvertalis. Ruas pertama vertebra serfikalis disebut atlas yang

memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontois (aksis)

yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke kanan. Ruas ketujuh mempunyai

taju yang disebut prosesus prominan. Taju ruasnya agak panjang.

Page 51: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

51

Gambar 2.2 Tulang leher

Gambar 2.3 Otot leher

Sumber: www.anakfkmui.blogspot.com

2.2.3.6 Elbow (Siku)

Siku adalah suatu titik yang sangat komplek di mana terdapat tiga tulang yaitu

humerus, radius dan ulna. Ketiga tulang tersebut bekerja secara bersama-sama dalam

suatu gerakan flexi, extensi dan rotasi.

Gambar 2.4 Otot dan bagian siku

Sumber: www.anakfkmui.blogspot.com

2.2.3.7 Shoulder (Bahu)

Tulang-tulang pada bahu terdiri dari:

• Clavicula (tulang selangka), merupakan tulang berbentuk lengkung

yang menghubungkan lengan atas dengan batang tubuh.

Page 52: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

52

• Scapula (tulang belikat), merupakan tulang yang berbentuk segitiga.

• Sendi glenohumeral, merupakan penghubung antara tulang lengan atas

dengan scapula.

Sedangkan otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus

tulang pangkal lengan dan scapula.

Gambar 2.5 Otot bahu

Sumber: www.anakfkmui.blogspot.com

2.3 Metode Penilaian Ergonomi

2.3.1 Pengertian Ergonomi

Terdapat beberapa pengertian ergonomi, baik dari segi bahasa maupun dari

segi ilmu pembahasannya. Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ergon” yang

berarti kerja dan “Nomos” yang berarti peraturan atau hukum. Jadi secara harfiah

ergonomi diartikan sebagai “Ilmu aturan tentang Kerja” atau dapat didefinisikan

sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau

secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering dan desain/perancangan. Ergonomi

berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah ataupun di tempat rekreasi.

Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, et al. (1979) ergonomi didefinisikan suatu

cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai

Page 53: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

53

sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga

orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan

yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Oleh

Sritomo Wignjosoebroto (1995) ergonomi didefinisikan sebagai disiplin keilmuan

yang mempelajari manuasi dalam kaitan pekerjaannya.

Menurut Stephen Pheasant, 1999, ergonomi adalah ilmu kerja yang

membahas beberapa komponen dalam pekerjaan, termasuk pekerjaannya, bagaimana

pekerjaan itu dilakukan, alat dan perlengkapan yang digunakan, tempat kerja, aspek

psikologi dalam lingkungan kerja.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi merupakan suatu ilmu

terapan yang mempelajari dan mencari pemecahan persoalan yang menyangkut

faktor manusia dalam proses produksi. Secara praktis ergonomi adalah sebagai

teknologi untuk mendesain atau mengatur kerja, sedang ruang lingkup ilmu

ergonomi meliputi sejumlah aplikasi beberapa ilmu lain yang saling mendukung,

seperti ilmu anatomi, ilmu faal, imu psikologi, imu tehnik dan sejumlah ilmu lainnya

yang secara bersama-sama menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama dalam

rangkaian kerja yang terdapat dalam sistem kerja (Ramandhani, 2003).

a. Ergonomic Assesment Survey Method (EASY)

EASY metode adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk menilai tingkat

risiko ergonomi terhadap suatu kegiatan kerja. Metode ini terdiri dari tiga jenis

survey yang masing-masing memiliki skor yang berbeda. Ketiga skor tersebut yaitu

BRIEF survey (4 skor), employee survey (1 skor) dan medical survey (2 skor).

Hasil akhir dari EASY berupa rating yang diperoleh dari penjumlahan skor

yang didapatkan dari ketiga survey diatas (maksimal 7 skor). Rating tersebut akan

Page 54: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

54

menunjukkan prioritas pengendalian yang perlu dilakukan. Semakin besar skornya,

maka tindakan pengendaliannya pun semakin besar (Melyssa, 2007).

b. Base Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF)

BRIEF survey adalah suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko

ergonomi pada suatu pekerjaan dengan menggunakan sistem rating untuk

mengidentifikasikan bahaya ergonomi yang diterima oleh pekerja dalam kegiatannya

sehari-hari. Terdapat empat faktor yang perlu diketahui dalam metode ini yaitu:

1) Postur : yaitu sikap anggota tubuh yang janggal sewaktu melakukan pekerjaan.

2) Gaya : beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh pada saat melakukan

postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh.

3) Lama : lamanya waktu yang digunakan dalam melakukan postur janggal. Setiap

postur dipertahankan selama atau lebih dari 10 detik.

4) Frekuensi : jumlah postur yang berulang dalam satuan waktu (menit) yaitu lebih

dari atau sama dengan 2 kali per menit.

Dalam survey ini, setiap faktor risiko yang melanggar kriteria standar

(Humantech, 1995 dalam Melyssa 2007), maka akan mendapatkan skor 1. Semakin

banyak skor yang didapatkan dalam suatu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut

semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan segera. Skor maksimal yang bisa

didapatkan pada survey ini yaitu sebesar 4 skor.

c. Employee Survey (Survei Gejala)

Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui keluhan nyeri (gangguan

kesehatan) pada pekerja yang dialami pada saat melakukan suatu kegiatan. Ketika

pekerja melaporkan rasa sakit yang terus menerus pada bagian tubuhnya, informasi

ini dimasukkan dalam metode EASY. Dalam metode ini dapat diketahui tahapan

Page 55: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

55

kegiatan mana yang paling berat (berisiko) untuk dikerjakan terkait dengan keluhan

kesehatan yang selama ini muncul pada pekerja. Survey ini dpat dilakukan dengan

menyebarkan kuisioner atau wawancara pada para pekerja (Melyssa, 2007). Survey

ini mendapatkan skor 1 apabila pekerja mempunyai mengenai pekerjaannya dan skor

0 bila pekerja tidak mengalami keluhan apapun (Humantech, 1995).

d. Medical Survey (Survei Rekam Medis)

Medical survey didapatkan dari hasil laporan rekam medis pekerja berupa kertu

sakit dan data kunjungan pada poliklinik perusahaan atau pelayanan kesehatan lain.

Data ini merupakan data yang paling dapat dipercaya, namun sulit didapatkan karena

faktor kerahasiaan dan kebijaksanaan dari perusahaan. Pemberian skor pada metode

ini diberikan secara berurutan yaitu 0 bagi pekerja yang tidak mengalami gangguan

musculoskeletal, 1 bagi pekerja yang mengalami gangguan musculoskeletal namun

tidak kehilangan hari kerjanya dan 2 (tertinggi) bagi pekerja yang mengalami

gangguan atau kelainan pada sistem musculoskeletal dan kehilangan hari kerjanya.

e. Rapid Upperl Limb Assesment (RULA)

Metode ini dapat digunakan untuk menilai kegiatan dimana pekerja banyak

menggunakan upper limb. Khususnya, pekerja duduk atau berdiri tanpa banyak

pergerakan. Contoh kegiatan yang cocok menggunakan RULA seperti aktivitas yang

memakai komputer, manufaktur dan aktivitas kasir (Albugis, 2009).

Metode RULA fokus terhadap pengukuran biomekanik dan beban postur pada

masing-masing individu sehingga faktor risiko yang diukur dan dianalisis dengan

menggunakan metode ini adalah postur, beban, penggunaan otot, durasi dan

frekuensi (Mc Atammey dan Corlet, 1993; Corlett, 1998; Lueder, 1996 ). RULA

memberikan sebuah kemudahan dalam menghitungkan rating dari beban kerja otot

Page 56: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

56

dalam bekerja dimana orang mempunyai risiko pada bagian leher dan beban kerja

pada anggota tubuh bagian atas seperti postur dari bahu/lengan atas, siku/lengan

bawah, pergelangan tangan, leher, dan pinggang yang biasanya pada pekerjaan yang

dilakukan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa adanya perpindahan. Selain itu,

RULA juga mempertimbangkan adanya beban dan perpindahan yang dilakukan

dalam penilaiannya serta menilai posisi kaki stabil atau tidak.

Pengukuraan dengan metode RULA dilakukan dengan cara observasi secara

langsung pekerja atau operator saat bekerja selama beberapa siklus tugas untuk

memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran. Alat ini memasukan skor tunggal

sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana rating dari postur, besarnya

gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. Risiko adalah hasil perhitungan

menjadi suatu nilai atau skor 1 (rendah) sampai skor tinggi (7), skor tersebut adalah

dengan menggolongkan menjadi 4 level gerakan atau aksi itu memberikan sebuah

indikasi dari kerangka waktu yang mana layak untuk mengekspektasi pengendalian

risiko yang akan diajukan (Staton et al, 2005 dalam Ikrimah 2010).

Langkah penilaian skor RULA adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama:

a. +1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion

b. +2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion

c. +3 Untuk 45° - 90° flexion

d. +4 Untuk 90° flexion atau lebih

Keterangan:

a. + 1 jika pundak/bahu ditinggikan

b. + 1 jika lengan atas abducted

Page 57: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

57

c. -1 jika operator bersndar atau bobot lengan ditopang

Gambar 2.6 Postur Bagian Lengan Atas

2. Langkah kedua

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitian Grandjean dan

Tichauer. Skor tersebut yaitu:

a. + 1 untuk 60° - 100° flexion

b. +2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion

Keterangan:

a. + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi

Gambar 2.7 Postur Bagian Lengan Bawah

3. Langkah ketiga

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and

Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:

a. + 1 untuk berada pada posisi netral

b. + 2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension

c. + 3 untuk 15° atau lebih flexionmaupun extension

Page 58: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

58

Keterangan:

a. +1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar

Gambar 2.8 Postur Pergelangan Tangan

4. Langkah keempat

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh

Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut

adalah:

b. +1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah putaran

c. +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang

putaran

Gambar 2.9 Postur Putaran Pergelangan Tangan

Page 59: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

59

5. Langkah kelima

Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi

lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan

diamati dan ditentukan skor unutk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut

dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

Table 2.1 Skor Grup A

6. Langkah keenam

Skor penggunaan otot

Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :

a. Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.

b. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.

7. Langkah ketujuh

Skor untuk penggunaan tenaga atau beban

Page 60: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

60

8. Langkah kedelapan

Tetapkan lajur pada table C

Table 2.2 Grand Total Score Table

9. Langkah kesembilan

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang

dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:

a. +1 untuk 0 - 10° flexion

b. +2 untuk 10 - 20° flexion

c. +3 untuk 20° atau lebih flexion

d. +4 jika dalam extention

Apabila leher diputar atau dibengkokkan

Keterangan :

a. +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.

0 Beban < 2 kg, intermiten

1 Beban 2-10 kg, Intermiten

2 Beban 2-10 kg, statis atau repetitif

3 Beban > 10 kg, Refetitif atau dengan kejutan

Page 61: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

61

Gambar 2.10 Postur Leher

10. Langkah kesepuluh

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et

al:

a. +1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°atau

lebih

b. +2 untuk 0 - 20° flexion

c. +3 untuk 20° - 60° flexion

d. +4 untuk 60° atau lebih flexion

Punggung diputar atau dibengkokkan

Keterangan:

a. +1 jika tubuh diputar

b. +1 jika tubuh miring kesamping

Page 62: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

62

Gambar 2.11 Postur Punggung

11. Langkah kesebelas

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:

a. +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.

b. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat

ruang untuk berubah posisi.

a. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.

Gambar 2.12 Postur Kaki

12. Langkah kedua belas

Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher,

punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.

Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.

Page 63: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

63

Tabel 2.3 Skor Grup B

13. Langkah ketiga belas

Skor penggunaan otot

Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :

a. Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.

b. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.

14. Langkah keempat belas

Skor untuk penggunan tenaga atau beban.

15. Langkah kelima belas

Tetapkan lajur pada table C

0 Beban < 2 kg, intermiten

1 Beban 2-10 kg, Intermiten

2 Beban 2-10 kg, statis atau repetitif

3 Beban > 10 kg, Refetitif atau dengan kejutan

Page 64: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

64

Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok A (arm

and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai postur

kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C.

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level

tindakan (action level) sebagai berikut:

a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima

selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh

dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan segera.

d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Metode ini memiliki keterbatasan dalam pengukurannya, diantaranya (Corlett,

1998):

a. Tangan : metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan menggenggam,

meluruskan, memutar, memerlukan tekanan pada telapak tangan.

Page 65: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

65

b. Tempat kerja : metode ini tidak mengukur antropometri tempat kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya postur janggal.

c. Ketidaknyamanan : metode ini tidak mengukur derajat ketidaknyamanan akibat

dimensi fisik tempat kerja.

Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan yaitu mudah

digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan dengan metode lainnya dan dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan investigasi lebih lanjut tindakan

perbaikan.

f. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue

Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di

Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic).

Rapid Entire Body Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang ergonomi

yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Metode ini juga dilengkapi dengan

faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas kerja. Penilaian dengan menggunakan

REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan

scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya

pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000).

Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua grup, yaitu grup

A dan Grup B. Grup A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki.

Sedangkan grup B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.

Penentuan skor REBA, yang mengindikasikan level resiko dari postur kerja, dimulai

dengan menentukan skor A untuk postur-postur grup A ditambah dengan skor beban

Page 66: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

66

(load) dan skor B untuk postur-postur grup B ditambah dengan skor coupling. Kedua

skor tersebut (skor A dan B) digunakan untuk menentukan skor C. Skor REBA

diperoleh dengan menambahkan skor aktivitas pada skor C. Dari nilai REBA dapat

diketahui level resiko cedera. Pengembangan Rapid Entire Body Assissment (REBA)

terdiri atas 3 (tiga) tahapan, yaitu:

1. Mengidentifikasikan kerja

2. Sistem pemberian skor

3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat yang ada,

dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan dengan analisis

yang didapat.

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan

peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa

biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang

terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap.

Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan

bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian

tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan

coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah

perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai

REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu

dilakukan untuk perbaikan kerja.

Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000) :

Page 67: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

67

1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau

foto Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher,

punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci

dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini

dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail

(valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat

untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

2. Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil

rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar

sudut dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang

tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada

metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh),

leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup

dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk

melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor

untuk masing–masing tabel.

Penilaian posisi leher yaitu skor 1 (posisi leher 0o- 20o ke depan), skor 2 (posisi

leher > 20o ke depan dan ke belakang), skor + 1 (jika leher berputar atau miring ke

kanan dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah).

Page 68: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

68

Gambar 2.13 Penilaian grup A posisi leher

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Penilaian posisi punggung adalah skor 1 (posisi punggung lurus atau 0o), skor 2

(posisi 0o- 20o ke depan dan ke belakang), skor 3 (posisi 20o-60o ke depan dan > 20o

ke belakang), skor 4 (posisi > 60o ke depan), skor + 1 (jika punggung berputar atau

miring ke kanan dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah).

Gambar 2.14 Penilaian grup A posisi punggung

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Penilaian posisi kaki yaitu skor 1 (tubuh bertumpu pada kedua kaki, jalan,

duduk), skor 2 (berdiri dengan satu kaki, tidak stabil), skor + 1 (jika lutut ditekuk

30°-60º ke depan), skor + 2 (jika lutut ditekuk >60° ke depan).

Gambar 2.15

Page 69: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

69

Penilaian grup A Posisi Kaki

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Penilaian Skor A dalam tabel 2.4 mengikuti tabel pengumpulan data.

Tabel 2.4

Penilaian Skor Tabel A

Tabel A merupakan penggabungan nilai dari group A untuk skor postur tubuh,

leher dan kaki. Sehingga didapatkan skor tabel A. Kemudian skor tabel A dilakukan

penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang dilakukan operator dalam

melaksanakan aktifitas.

Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor beban atau besarnya

gaya. Skor tabel A ditambah 0 (nol) apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai <

Page 70: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

70

5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg,

ditambah 2 (dua) bila berat beban atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan

mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat gerakan perputaran

(twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).

Setelah perhitungan skor tabel A selesai dilakukan, perhitungan untuk skor

tabel B dapat dilakukan yaitu lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.

Penilaian posisi bahu (lengan atas) yaitu skor 1 (posisi bahu 0o – 20o ke depan

dan ke belakang), skor 2 (posisi bahu > 20o ke belakang, dan 200-40o ke depan), skor

3 (posisi bahu antara 45o-90o), skor 4 (posisi bahu > 90o ke atas), skor + 1 (jika

lengan berputar atau bahu dinaikkan atau di beri penahan), skor – 1 (jika lengan

dibantu oleh alat penopang atau terdapat orang yang membantu).

Gambar 2.16 Penilaian grub B posisi lengan atas

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Penilaian area siku yaitu skor 1 (posisi lengan 600-100o ke depan), skor 2

(posisi lengan antara 0o – 60o ke bawah, dan > 100o ke atas).

Gambar 2.17 Penilaian Grup B Posisi Lengan Bawah

Page 71: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

71

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Penilaian area pergelangan tangan yaitu skor 1 (posisi pergelangan tangan 00-

15o ke depan dan ke belakang), skor 2 (posisi pergelangan tangan > 15o ke depan dan

ke belakang), skor + 1 (jika terdapat penyimpangan pada pergelangan).

Gambar 2.18 Penilaian Grup B Posisi Pergelangan Tangan

Sumber: www.nur-w.blogspot.com/rapid-entire-body-assessment-reba.html

Kemudian untuk menghasilkan skor B mengikuti tabel lembar pengumpulan

data untuk grup B :

Page 72: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

72

Tabel 2.5 Penilaian Skor Tabel B

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan

atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B.

Kemudian skor tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau coupling dari

setiap masing-masing bagian tangan.

Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai atau coupling dari

setiap masing-masing bagian tangan. Skor tabel B ditambah 0 (nol) yang berarti good

atau terdapat pegangan pada beban dan operator mengangkat beban hanya dengan

mengunakan separuh tenaga, ditambah 1 (satu) yang berarti fair atau terdapat

pegangan pada beban walaupun bukan merupakan tangkai pegangan dan operator

mengangkat beban dengan dibantu mengunakan tubuh lain, ditambah 2 (dua) yang

berarti poor atau tidak terdapat pegangan pada beban, dan ditambah 3 (tiga) yang

berarti unacceptable tidak terdapat pegangan yang aman pada beban dan operator

mengangkat beban tidak dapat dibantu oleh angota tubuh lain.

Skor C adalah dengan melihat tabel C, yaitu memasukkan skor tersebut dengan

skor A dan skor B. Kemudian skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor

aktivitas. Berikut ini adalah tabel skor C dan skor aktivitas.Tabel 2.6

Page 73: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

73

Penilaian Skor Tabel C dan skor aktivitas

Skor C ditambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu atau beberapa

bagian tubuh bergerak secara statis untuk waktu yang lebih dari satu menit, terdapat

beberapa pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit (belum termasuk

berjalan), dan pergerakan atau perubahan postur lebih cepat dengan dasar yang tidak

stabil. Tahap terakhir dari REBA menilai action level dari hasil final skor REBA.

Berikut ini adalah tabel Action level dari metode REBA.

Tabel 2.7 Level Akhir dari Skor REBA

Level Aksi

Skor REBA

Level Risiko

Aksi (Termasuk Tindakan Penilaian)

0 1 Sangat rendah Risiko masih dapat diterima dan tidak perlu dirubah

1 2 atau 3 Rendah Mungkin diperlukan perubahan-perubahan

2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

3 8-10 Tinggi Kondisi berbahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

4 11 + Sangat Tinggi Perubahan dilakukan saat itu juga Kelebihan dari metode REBA adalah:

a. Metode ini dapat menganalisa pekerjaan berasarkan posisi tubuh dengan cepat.

b. Menganalisa faktor-faktor risiko yang ada dalam melakukan pekerjaan.

Page 74: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

74

c. Metode ini cukup peka untuk menganlisa pekerjaan dan beban kerja berdasarkan

posisi tubuh ketika bekerja.

d. Tehnik penilaian membagi tubuh kedalam bagian-bagian tertentu yang

kemudian diberi kode-kode secara individual berdasarkan bidang-bidang

geraknya untuk kemudian diberikan nilai.

e. Hasil akhir dari penilaian REBA dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah,

untuk menentukan prioritas penyelidikan dan perubahan yang perlu dilakukan.

f. Fasilitas kerja dan metode kerja yang lebih baik dapt dilakukan ditinjau dari

analisa yang telah dilakukan.

Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu (Staton et al, 2005):

a. Hanya menilai aspek postur dari pekerja.

b. Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja terutama yang

berkaitan dengan faktor psikososial.

c. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja terutama yang berkaitan dengan vibrasi,

temperatur, dan jarak pandang.

2.4 Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Tarwaka et al (2004) mengemukakan langkah-langkah untuk mengatasi

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) berdasarkan rekomendasi dari

Occupational Safety and Health Administration (OSHA), yaitu tndakan ergonomi

untuk mencegah adanya sumebr penyakit adalah dengan dua cara, yakni:

1. Rekayasa Tehnik

Rekayasa tehnik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa

alternatif yaitu:

Page 75: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

75

a. Eliminasi : menghilangkan sumber bahaya yang ada, namun jarang

dilakukan karena mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi : mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru

yang aman, sehingga dapat menyempurnakan proses produksi dan

menyempurnakan prosedur penggunaan alat.

c. Partisi : melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.

d. Ventilasi : menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit, seperti

suhu udara yang terlalu panas.

2. Rekayasa Manajemen

a. Pendidikan dan pelatihan : diharapkan dengan diadakan upaya ini pekerja

akan lebih memahami lingkung dan alat kerja sehingga dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap risiko sakit akibat kerja.

b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang : pengaturan ini

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,

sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber

bahaya.

c. Pengawasan yang intensif : diharapkan dengan pengawasan yang intensif

dapat dilakukan pencegahan lebih awal terhadap kemungkinan terjadinya

risiko sakit akibat kerja.

Sebagai contoh, berikut ini diberikan gambaran tindakan untuk mencegah dan

mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagai kondisi dan aktivitas, yaitu

sebagai berikut:

Page 76: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

76

1. Akitivitas angkat-angkut material secara manual:

a. Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual

b. Upayakan agar lantai kerja tidak licin

c. Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti crane,

kereta dorong, pengungkit, dll.

d. Gunakan alat apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu

e. Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja

2. Berat bahan dan alat

a. Upayakan untuk menggunakan bahan atau alat yang ringan

b. Upayakan menggunakan wadah atau alat angkut dengan kapasitas < 50

kg

3. Alat tangan

a. Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam

pekerja dan karakteristik pekerjaan (pekerjaan berat atau ringan).

b. Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan

c. Upayakan pemiliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam kondisi

layak pakai

d. Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoperasikan alat.

2.5 Kerangka Teori

Paparan dari faktor risiko ergonomi di tempat kerja dapat menyebabkan atau

memberi konstribusi bagi perkembangan musculoskeletal disorders atau disebut

faktor risiko MSDs. Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat terjadi sebagai akibat

dari faktor pekerjaan, pekerja, lingkungan dan psikososial (Cohen et al, 1997).

Page 77: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

77

Faktor-faktor risiko MSDs yaitu faktor pekerjaan yang terdiri dari postur tubuh,

peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, force/load dan durasi. Faktor

individu meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani,

kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri), masa kerja dan indeks massa tubuh.

Faktor lingkungan terdiri dari mikrolimat, ilmunasi dan getaran. Sedangkan faktor

psikososial yaitu kepuasaan kerja, stress mental dan organisasi kerja (Bridger, 1995;

Tarwaka et al, 2004).

Beberapa penelitian terdahulu juga menyampaikan hal serupa mengenai faktor-

faktor yang berkaitan dengan keluhan MSDs. Faktor individu yang terkait dengan

MSDs adalah usia (Guo et al. 1995; Chaffin 1979; Biering-Sorensen 1983; Inggris et

al. 1995; Ohlsson et al. 1994; Riihimäki et al; Toomingas et al 1989), jenis kelamin

(Betti’e et al.1989; Chiang et al.1993; Bernard et al.1994; Hales et al. 1994;

Johansonb 1994; Lindman et al. 1991; Armstrong et al. 1994), kebiasaan merokok

(Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al. 1983; Svensson dan

Anderson 1983; Kelsey et al.1984; Boshuizen et al. 1993), kesegaran jasmani (Cady

et al. 1979; Betti’e et al. 1989), kekuatan fisik (Chaffin dan Park, 1977; Troup et

al. 1981; Bettie et al. 1989; Leino 1987), indeks massa tubuh (Wener et al. 1994) dan

masa kerja (Guo, 2004).

Faktor lingkungan yang berkontribusi terhadap kejadian MSDs diantaranya

adalah mikrolimat (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993), iluminasi (Bridger, 1995)

dan getaran (Cohen et al, 1997; J.M. Harrington, 2003; Nurmianto, 2004).

Sedangkan faktor psikososial (Bongers et al, 1993; Lim dan Carayon 1994; ILO

1986; Sauter dan Swanson 1996).

Page 78: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

78

Berikut adalah bagan kerangka teori tersebut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Pekerjaan : 1. postur tubuh

2. peregangan otot yang berlebihan

3. aktivitas berulang

4. force/load

5. durasi

Faktor Psikososial : 1. Kepuasaan kerja 2. Stress mental 3. Organisasi kerja

Faktor Lingkungan : 1. Mikrolimat 2. Iluminasi 3. Getaran

Faktor individu : 1. umur 2. jenis kelamin 3. kebiasaan merokok 4. kesegaran jasmani 5. kekuatan fisik 6. masa kerja

7. indeks massa tubuh.

Keluhan Muculoskeletal

Disorders (MSDs)

Page 79: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

79

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja

assembling di PT X Bogor. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen

dan variabel independen yang mengacu pada kerangka teori yang telah

disebutkan sebelumnya. Variabel independen terdiri dari faktor pekerjaan dan

faktor pekerja dan variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs). Sedangkan variabel yang tidak diteliti yaitu:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin tidak diteliti dalam penelitian ini karena populasi di tempat

penelitian homogen atau dengan kata lain semua responden adalah laki-laki.

b. Kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani tidak diteliti dalam penelitian ini karena populasi di

tempat kerja homogen yaitu mendapatkan perlakuan yang sama (pemanasan

atau olahraga terlebih dahulu sebelum bekerja).

c. Kekuatan fisik

Kekuatan fisik tidak diteliti dalam penelitian ini karena secara fisiologis

tiap orang dilahirkan dengan struktur otot yang berbeda-beda yaitu ada yang

dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat

dibandingkan dengan lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini,

apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas

Page 80: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

80

yang mempunyai kekuatan rendah akan lebih rentan terhadap risiko cidera

otot. Selain itu pengukuran kekuatan uji memerlukan serangkaian

pengukuran yang cukup rumit, mahal, melibatkan banyak waktu dan

biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dibidang ini.

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Variabel ini tidak diteliti karena pengaruhnya yang relatif kecil atau

kurang signifikan meskipun merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan keluhan MSDs dan tidak langsung berhubungan dengan

keluhan MSDs yang terjadi.

e. Lingkungan

Variabel lingkungan tidak diteliti karena untuk mikrolimat atau suhu

yang dianggap sama atau homogen untuk seluruh pekerja di bagian yang

akan diteliti karena mereka bekerja di ruangan atau tempat yang sama

sehingga secara otomatis lingkungan kerja mereka sama. Sedangkan untuk

iluminasi tidak diteliti karena proses pekerjaan di bagian ini tidak tetap pada

satu tempat, dikarenakan pekerjaan dibagian ini selalu berpindah tempat

untuk memasang bagian-bagian pada kendaraan yang sedang dirakit

sehingga akan sulit menentukan posisi pekerja yang tetap dan

pencahayaannya akan sulit diukur. Sedangkan untuk getaran tidak diteliti

karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk mengukur getaran, serta

keterbatasan biaya dan alat.

f. Psikososial

Variabel psikososial yang terdiri dari kepuasaan kerja, stress mental

dan organisasi kerja tidak diteliti karena variabel ini dipengaruhi oleh faktor-

Page 81: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

81

faktor yang terdiri dari faktor internal dan eksternal pekerja yang sehingga

akan sulit diukur. Tidak adanya definisi universal dan objektif dalam

mengukur faktor psikososial telah membuatnya sulit untuk melakukan studi

untuk menyelidiki penyebab-akibat di konteks MSDs (Sauter dan Swanson

1996).

Menurut Terry Beehr dan John Newman (dalam Widyasari, 2009)

memaparkan mengenai 3 gejala umum stres yang terjadi pada individu,

yaitu gejala psikologis, gejala fisiologis dan gejala sikap atau perilaku yang

masing-masing memiliki ciri-ciri khusus dan membutuhkan keahlian khusus

atau seseorang yang memiliki kemampuan dibidang ini untuk melakukan

penilaian pada masing-masing gejala yang berkaitan dengan keluhan MSDs.

Selain itu stress mental atau kelelahan mental dapat dikatakan sebagai

kelelahan semu (tidak kasat mata) yang timbul dalam perasaan pekerja.

Kelelahan ini terlihat dengan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang

sudah tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya

perubahan dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

Sedangkan untuk organisasi kerja tidak diteliti karena seluruh pekerja

berada pada organisasi kerja yang sama atau bekerja di perusahaan yang

sama.

Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan

pada bab II yang mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Seperti yang

disampaikan oleh Cohen et al pada tahun 1997, menyatakan bahwa musculoskeletal

disorders (MSDs) dapat terjadi sebagai akibat dari faktor pekerjaan, pekerja,

lingkungan dan psikososial. Hal serupa juga disampaikan oleh Bridger pada tahun

Page 82: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

82

1995 yaitu faktor-faktor risiko musculoskeletal disorders yaitu faktor pekerjaan yang

terdiri dari postur tubuh, peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang,

force/load dan durasi. Faktor individu meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri), masa kerja

dan indeks massa tubuh. Faktor lingkungan terdiri dari mikrolimat, ilmunasi dan

getaran. Sedangkan faktor psikososial yaitu kepuasaan kerja, stress mental dan

organisasi kerja.

Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.

Variabel independen yaitu faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, dan masa

kerja. Sedangkan keluhan MSDs ditetapkan sebagai variabel dependen. Dalam

penelitian ini tidak semua variabel pada masing-masing faktor risiko MSDs diteliti

karena kondisi dan keadaan yang tidak memungkinkan serta beberapa alasan lain

yang telah dijelaskan diatas. Variabel yang tidak diteliti seperti jenis kelamin,

kesegaran jasmani, kekuatan fisik dan indeks massa tubuh pada faktor individu,

faktor lingkungan serta faktor psikososial.

Berikut ini adalah bagan kerangka konsep.

Gambar 3.1

Bagan Kerangka Konsep

Faktor Pekerjaan • postur tubuh • peregangan otot yang

berlebihan • aktivitas berulang • force/load • durasi

Faktor pekerja: • Umur • Kebiasaan merokok • Masa kerja

Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Page 83: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

83

3.2 Definisi Operasional

No.

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

1. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Nyeri pada bagian otot berupa pegal-pegal dan ketidaknyamanan pada sistem otot dan tulang yang dirasakan pekerja/operator. (Tarwaka et al, 2004)

Kuisioner Wawancara kepada operator

0. Mengeluh 1. Tidak mengeluh

Ordinal

2. Faktor Pekerjaan Skor akhir dari hasil identifikasi postur operator dengan menggunakan metode REBA dan RULA

1. Busur 2. Stopwatch 3. Kamera 4. Timbangan

1. Observasi kegiatan yang dilakukan operator dan merekamnya dengan kamera serta menghitung lamanya waktu melakukan suatu pekerjaan

2. Menilai postur operator dengan metode REBA dan RULA serta mengukur sudutnya dengan

0. Sangat tinggi (Act level 4)

1. Tinggi (Act level 3)

2. Sedang (Act level 2)

3. Rendah (Act level 1)

Ordinal

Page 84: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

84

busur 3. Menimbang

beban yang diangkat oleh operator

3. Umur Lama hidup operator yang dihitung dari tanggal lahir hingga penelitian berlangsung

Kuisioner Menyebarkan kuisioner kepada operator

0. ≥ 35 tahun 1. < 35 tahun

(Guo et al, 1995; Chaffin, 1979)

Ordinal

4. Kebiasaan merokok

Kegiatan menghisap rokok yang dilakukan berulang kali, teratur dan sulit untuk dilepaskan

Kuisioner Menyebarkan kuisioner kepada operator

0. Merokok 1. Tidak merokok

Ordinal

5. Masa kerja Lama operator bekerja sebagai perakit dari perusahaan ini maupun dari perusahaan sebelumnya hingga saat penelitian berlangsung

Kuisioner Menyebarkan kuisioner kepada operator

Bulan Ratio

Page 85: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

85

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs).

2. Ada hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs).

4. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs).

Page 86: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

86

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan variabel dependen

diukur pada waktu yang sama untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja assembling di PT X

Bogor tahun 2010.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT X Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada

bulan Agustus sampai Desember 2010..

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator atau pekerja yang bekerja

di assembling passanger cars PT X yang berjumlah 90 orang.

4.3.2 Sampel

Jumlah sampel diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

rumus jumlah sampel uji hipotesis dua propors. Metode pengambilan sampel adalah

simple random sampling untuk mendapatkan sampel kasus yang mewakili populasi

induknya.

Dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu proporsi pada populasi yang

mengeluh MSDs akibat umur operator ≥ 35 tahun (P1) adalah 80,5% dan proporsi

Page 87: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

87

yang mengeluh MSDs akibat umur operator < 35tahun (P2) adalah 47,1% (Soleha,

2009). Pada penelitian ini, peneliti menginginkan tingkat kepercayaan 95%, derajat

kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%.

Rumus besar sampel uji hipotesis beda dua proporsi :

Sampel (n) = [ Z1- α/2 x √(2P(1 – P)) + Z1- ß x √(P1(1- P1) + P2 (1- P2))]²

(P1 – P2)²

Keterangan :

n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian

Z1- α : Derajat kepercayaan (confident interval CI)

α : Derajat kemaknaan (5 %)

Z1- ß : Kekuatan uji (80%)

P : Rata-rata proporsi pada populasi

P1 : Proporsi yang mengeluh MSDs akibat umur operator ≥ 35 tahun

P2 : Proporsi yang mengeluh MSDs akibat umur operator < 35tahun

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar:

n = [ 1,96 √2 x 0,64 (1 – 0,64) + 0,84 √0,805 (1- 0,805) + 0,471 (1- 0,471)]²

(0,805 – 0,471)²

n = 1,33 + 0,33 + 0,25

0,11

n = 33,27

n = 34

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi diatas,

diperoleh besar sampel sebesar 34 sampel. Kemudian sampel tersebut dikali dua

Page 88: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

88

sehingga sampel yang dibutuhkan adalah 68 sampel atau dibulatkan menjadi 70

sampel.

4.4 Instrumen Penelitian dan Sumber Data

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden mengenai keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs), umur, kebiasaan merokok, masa kerja dan pekerjaan dengan menggunakan

form REBA dan RULA yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Selain kuisioner,

pada penelitian juga memakai beberapa peralatan lain seperti kamera, busur,

stopwatch dan timbangan.

a. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Variabel Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) diukur dengan

metode Nordic Body Map (NBM) dengan melihat dan menganalisis peta

tubuh NBM maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal

yang dirasakan oleh pekerja.

b. Pekerjaan

Variabel pekerjaan didapatkan dari pengukuran dengan menggunakan dua

metode yaitu REBA untuk pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri dan

RULA untuk pekerjaan yang dilakukan dengan duduk. Peralatan yang

digunakan dalam pengukuran ini terdiri dari kamera, busur, stopwatch dan

timbangan. Dimulai dengan observasi pada pekerjaan, memilih postur yang

akan dinilai, memberi nilai pada postur, memproses nilai, menetapkan nilai

REBA dan RULA kemudian menentukan nilai action level.

Page 89: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

89

c. Untuk variabel umur, kebiasaan merokok dan masa kerja didapatkan dari

jawaban kuisioner yang diisi oleh responden.

4.5 Pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan

menggunakan program komputer meliputi:

a. Editing

Sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi dan dibetulkan

apabila masih ada kesalahan serta memerikasa kelengkapannya.

b. Coding

Data yang sudah dikumpulkan diberi kode pada setiap variabel untuk

memudahkan pemasukan, mengelompokan dan pengolahan data. Pengkodean

pada masing-masing variabel yaitu sebagai berikut:

a. Keluhan MSDs : mengeluh 0, tidak mengeluh 1

b. Faktor pekerjaan:

Sedangkan untuk faktor pekerjaan pengkodeannya dilakukan setelah

penilaian metode REBA dan RULA. Mula-mula setelah proses kerja

direkam dan diambil gambar dengan menggunakan kamera digital dan

postur kerja yang telah ditentukan kemudian diukur dengan menggunakan

busur derajat untuk mengetahui sudut untuk menentukan besar posisi

janggal dan melakukan pengisian skor pada form REBA dan RULA.

Langkah-langkah untuk REBA adalah sebagai berikut:

Page 90: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

90

1. Memberi skor pada grup A yang terdiri dari leher, punggung, dan kaki.

Nilai tersebut dimasukkan ke tabel A. Kriteria penilaian postur grup A

adalah:

a. Kriteria penilaian area leher :

a) Skor 1 = Posisi leher 0o- 20o ke depan.

b) Skor 2 = Posisi leher > 20o ke depan dan ke belakang.

c) Skor + 1, jika leher berputar atau miring ke kanan, dan atau ke

kiri, serta ke atas dan atau ke bawah.

b. Kriteria penilaian area punggung :

a) Skor 1 = Posisi punggung lurus atau 0o.

b) Skor 2 = Posisi 0o- 20o ke depan dan ke belakang.

c) Skor 3 = Posisi 20o-60o ke depan dan > 20o ke belakang.

d) Skor 4 = Posisi > 60o ke depan.

e) Skor + 1, jika punggung berputar atau miring ke kanan, dan

atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah.

c. Kriteria penilaian area kaki :

a) Skor 1 = Tubuh bertumpu pada kedua kaki, berjalan, duduk.

b) Skor 2 = Berdiri dengan satu kaki, tidak stabil.

c) Skor + 1, jika lutut di tekuk 30o-60o ke depan, dan skor + 2,

jika lutut di tekuk > 60o ke depan.

Setelah didapatkan skor postur punggung, leher dan kaki, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel penilaian skor A. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 91: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

91

Tabel 4.1

Contoh Penilaian Skor Tabel A

Kemudian skor tabel A dijumlahkan dengan berat beban yang

diangkat. Penilaian beban dilakukan dengan pengukuran langsung

menggunakan timbangan. Kriteria penilaian beban :

a. Skor 0 = Berat beban < 5 kg.

b. Skor 1 = Berat beban 5 – 10 kg.

c. Skor 2 = Berat beban > 10 kg.

d. Skor + 1, jika disertai dengan pergerakan yang cepat.

2. Memberi nilai dari grup B yang terdiri dari bagian lengan atas, lengan

bawah, dan pergelangan tangan, untuk bagian kanan dan kiri tubuh.

Kriteria penilaian postur grup B adalah:

a. Kriteria penilaian area lengan atas :

a) Skor 1 = Posisi lengan atas 0o – 20o ke depan dan ke

belakang.

Skor postur

Skor postur punggung

Skor postur kaki

Skor tabel A

Page 92: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

92

b) Skor 2 = Posisi lengan atas > 20o ke belakang, dan 200-40o ke

depan.

c) Skor 3 = Posisi lengan atas antara 45o-90o.

d) Skor 4 = Posisi lengan atas > 90o ke atas.

e) Skor + 1, jika bahu berputar atau bahu dinaikkan atau di beri

penahan.

f) Skor – 1, jika lengan dibantu oleh alat penopang atau terdapat

orang yang membantu.

b. Kriteria penilaian area lengan bawah :

a) Skor 1 = Posisi lengan 600-100o ke depan.

b) Skor 2 = Posisi lengan antara 0o – 60o ke bawah, dan > 100o

ke atas.

c. Kriteria penilaian area pergelangan tangan :

a) Skor 1 = Posisi pergelangan tangan 00-15o ke depan dan ke

belakang.

b) Skor 2 = Posisi pergelangan tangan > 15o ke depan dan ke

belakang.

c) Skor + 1, jika terdapat penyimpangan pada pergelangan

tangan.

Setelah skor leher, punggung, dan kaki didapat maka dimasukkan ke

tabel skor B. Dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 93: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

93

Tabel 4.2. Contoh Penilaian Skor Tabel B

Tahap selanjutnya dijumlahkan dengan nilai genggaman tangan.

Kriteria penilaian cara memegang :

a. Skor 0 = Memegang beban dengan dibantu oleh alat pembantu.

b. Skor 1 = Memegang beban dengan mendekatkan beban ke anggota

tubuh yang dapat menopang.

c. Skor 2 = Memegang beban hanya dengan tangan tanpa mendekatkan

beban ke anggota tubuh yang dapat menopang.

d. Skor 3 = Memegang beban tidak pada tempat pegangang yang

disediakan.

Skor postur pergelangan tangan

Skor postur bahu

Skor postur tangan

Skor tabel B

Page 94: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

94

3. Setelah nilai dari grup A dan grup B didapat, maka dimasukkan ke

tabel C. dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Contoh Penilaian Skor C

4. Kemudian diperoleh nilai C dan dijumlahkan dengan nilai aktivitas.

Kriteria nilai aktifitas yaitu:

a. Skor + 1, jika salah satu atau lebih dari anggota tubuh statis > 1

menit.

b. Skor + 1, jika melakukan gerakan berulang > 4 kali dalam waktu

1 menit.

c. Skor + 1, jika perubahan postur dengan cepat atau tidak stabil.

Hasil skor C

Page 95: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

95

Setelah didapat skor tabel C dijumlahkan dengan skor aktifitas, maka

diperoleh skor akhir REBA, level perubahan yang harus dilakukan serta

didapatkan juga pengkodean untuk faktor pekerjaan yaitu sangat tinggi 0,

tinggi 1, sedang 2, rendah 3 dan sangat rendah 4. Hasil skor tabel C dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Skor Akhir REBA

Level Aksi

Skor REBA

Level Risiko

Aksi (Termasuk Tindakan Penilaian)

0 1 Sangat rendah Risiko masih dapat diterima dan tidak perlu dirubah

1 2 atau 3 Rendah Mungkin diperlukan perubahan-perubahan

2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

3 8-10 Tinggi

Kondisi berbahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

4 11 + Sangat Tinggi Perubahan dilakukan saat itu juga

Sedangkan langkah-langkah untuk RULA adalah sebagai berikut:

1. Memberi skor pada grup A yang terdiri dari lengan atas dan lengan bawah

serta pergelangan tangan. Setelah didapatkan skor postur lengan atas,

lengan bawah, serta pergelangan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam

tabel penilaian skor A untuk mendapat skor A.

Page 96: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

96

2. Menambahkan skor penggunaan otot dan skor untuk penggunaan

tenaga atau beban.

3. Member skor pada grup B yang terdiri dari leher, punggung (badan),

dan kaki. Setelah didapatkan skor postur leher, punggung (badan), dan

kaki, kemudian dimasukkan ke dalam tabel penilaian skor B untuk

mendapatkan skor B.

4. Menambahkan skor penggunaan otot dan skor untuk penggunaan

tenaga atau beban.

Page 97: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

97

5. Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok

A (arm and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu

memasukkan nilai postur kelompok B (neck, trunk, and leg analysis)

ke dalam kolom horizontal tabel C.

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level

tindakan (action level) dan pengkodeannya sebagai berikut :

• Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama

tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

• Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh

dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

• Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan segera.

• Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Untuk faktor pekerjaan pengkodeannya dilakukan setelah didapatkan skor dari

hasil pengukuran REBA dan RULA yang kemudian dikelompokan menjadi dua kategori

berdasarkan action level masing-masing metode dan tindakan penanganan yang harus

Page 98: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

98

dilakukan yaitu sebagai berikut: tinggi (action level 3 dan 4) �0, rendah (action level 1

dan 2) � 1.

c. Umur : ≥ 35 tahun 0, < 35 tahun 1

d. Kebiasaan merokok: merokok 0, tidak merokok 1

e. Masa kerja: Bulan

c. Entry

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan dalam program

computer untuk diolah.

d. Cleaning

Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan

atau tidak, sehingga data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini

untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase yaitu meliputi keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs), faktor pekerjaan, faktor personal (umur,

kebiasaan merokok dan masa kerja).

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini dengan

menggunakan uji chi-square dimana variabel independen dan dependen dalam

penelitian ini berupa data kategorik.

Persamaan Chi Square :

Page 99: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

99

X² = ∑ ( 0 – E )² E Keterangan :

X² = Chi Square

0 = nilai yang diamati

E = nilai yang diharapkan

Jika Pvalue > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik

antara variabel pekerjaan, umur dan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs.

Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara

variabel pekerjaan, umur dan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs.

Untuk mencari hubungan antara variabel masa kerja dengan keluhan MSDs,

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah variabel

ini berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas data, jika

data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji T-test sedangkan jika data

tidak berdistribusi normal maka digunakan uji beda 2 mean independen (Mann-

Whitney).

Page 100: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

100

BAB V

HASIL

5.1 Sejarah singkat perusahaan

PT. X merupakan salah satu industri dibidang perakitan kendaraan bermotor

yang memproduksi dua kendaraan yaitu, kendaraan untuk pribadi (passenger cars)

dan chassis untuk kendaraan commercial. Perusahaan ini adalah agen resmi dan

perakit semua produknya di Indonesia serta bertanggung jawab untuk pemasaran

semua produknya di Indonesia. Selain itu perusahaan ini merupakan perusahaan

patungan antar perusahaan asing dan indonesia.

Kegiatan perusahaan ini di Indonesia dimulai tahun 1970-an dan pada tahun

yang sama didirikan pula sebuah perusahaan sebagai perakit dan pembuat produk

untuk perusahaan ini. Saat ini Indonesia memiliki tiga perusahaan serupa yang

lokasinya disekitar Jakarta dengan jumlah karyawan keseluruhan lebih dari 583

orang, yaitu pabrik perakitan kendaraan, layanan purna jual dan perusahaan

distribusi.

5.2 Departemen APC (Assembling Passenger Cars)

PT. X terbagi atas beberapa departemen, dua diantaranya merupakan

departemen yang berkaitan dengan pekerjaan assembling yaitu produksi passenger

cars yang terdapat di APC dan commercial vehicle atau chassis bus yang terdapat di

ACV (Assembling Commercial Vehicle). Untuk departemen APC terbagi lagi

menjadi beberapa bagian yaitu trimming line, mechanical line, rectification dan

finishing. Penelitian ini fokus pada bagian trimming line dan mechanical line.

Page 101: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

101

Bagian trimming line merupakan bagian awal dalam proses produksi passenger

cars. Pada bagian ini dilakukan bermacam-macam pekerjaan yang berkaitan dengan

pemasangan interior dan exterior parts pada passenger cars. Proses pekerjaan

dibagian ini menggunakan bermacam-macam peralatan dan mesin, diantaranya ada

yang memiliki risiko dan bahaya yang cukup signifikan terkait ergonomi pada

pekerja. Bagian trimming line terdiri dari 10 stasiun dan didukung oleh dua stasiun

lainnya yaitu cockpit dan doors. Gambaran proses pekerjaan pada trimming line

adalah sebagai berikut:

1. Pre Stasiun : merupakan stasiun paling awal pada bagian ini dengan

pekerjaannya yaitu pemasangan engine roof, tutup bagasi, karet dan spring pada

cabin. Pada pemasangan engine roof dan tutup bagasi pada cabin, pekerja

mengangkat part tersebut secara manual yang beratnya sekitar 10 kg. Ketika

pengangkatan punggung pekerja membungkuk dan saat pemasangan lengan

atas dan bawah pekerja tidak lurus atau membengkok. Pada kegiatan ini

didapatkan skor REBA 11 sehingga masuk ke dalam kategori sangat tinggi.

2. Stasiun 0 : pekerjaan pada stasiun ini yaitu pemasangan air cover, bumper cross

member, lampu dan proses markier, mal dan seting bonet pada cabin. Pada

proses markier pekerja harus mengangkat alat markier dan mal secara manual

dengan berat 15 kg dan 20 kg dengan posisi punggung membungkuk dan leher

tertekuk. Pada proses ini didapatkan skor REBA 12 yang berarti pekerjaan ini

memiliki risiko ergonomi sangat tinggi dan merupakan proses pekerjaan yang

memiliki skor REBA tertinggi jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya di

stasiun ini.

Page 102: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

102

3. Stasiun 1 : pekerjaan pada stasiun ini yaitu pemasangan spare will dengan berat

sekitar 15 kg, plug, proses sealing atau proses pengeleman dengan alat yang

memiliki berat sekitar 5 kg dan alat pemberatnya dengan berat sekitar 60 kg,

pipa kecil dan tanki dengan berat sekitar 30 kg yang seluruhnya diangkat dan

dipasang secara manual serta posisi punggung yang membungkuk, lengan

membengkok dan leher tertekuk, ada juga posisi leher in extension pada proses

pengangkatan tanki. Pada proses sealing didapatkan skor REBA 11 dan pada

proses pengangkatan tanki didapatkan skor REBA 12 sehingga kedua proses ini

termasuk dalam kategori pekerjaan dengan risiko ergonomi sangat tinggi.

4. Stasiun 2 : pekerjaan pada stasiun ini yaitu pemasangan plug, shock becker dan

dumping. Pada pekerjaan ini posisi punggung agak membungkuk dan leher

yang menekuk dan ada juga posisi leher in extension pada proses pemasangan

plug pada engine roof. Skor REBA pada proses ini yaitu 8 sehingga termasuk

kategori pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi.

5. Stasiun 3 : pekerjaan pada stasiun ini terbagi menjadi dua yaitu 3A dan 3B.

Pekerjaan pada stasiun 3A adalah pemasangan kabel-kabel yang berhubungan

dengan electric control dan RBA kabel, airbag control unit dan RBA

passenger compartment rear. Pada pemasangan kabel-kabel tersebut pekerja

harus mengangkatnya secara manual dengan berat sekitar 40 kg dan posisi

punggung yang agak membungkuk dan leher in extension dengan skor REBA 9

sehingga termasuk kategori pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi.

Sedangkan pekerjaan pada stasiun 3B adalah pemasangan booster rem, kabel-

kabel engine hood, kabel harness, pedal rem/sub assy pedal system, pipa AC.

Page 103: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

103

Pada proses pemasangan pedal rem, pekerjaan dilakukan dengan duduk, posisi

punggung membungkuk, leher menekuk dan lengan atas bawah membengkok

dengan skor RULA 6 sehingga termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

Sedangkan pada proses pemasangan pipa AC posisi punggung membungkuk

dan agak miring ke kanan, leher menekuk dan lengan bawah atas membengkok

dengan skor REBA 9 sehingga termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

6. Stasiun 4: pekerjaan pada stasiun ini juga terbagi menjadi dua yaitu 4A dan 4B.

Pekerjaan pada stasiun 4A adalah pemasangan window bag, control unit plate

of firewall dan sub assy cockpit pada cabin. Pada pemasangan cockpit, pekerja

mengangkatnya secara manual dengan berat sekitar 60 kg ke dalam cabin

dengan posisi punggung yang membungkuk, leher in extension, kaki menekuk

dan lengan atas bawah yang membengkok serta mengangkat beban berat. Skor

REBA pada pekerjaan ini 13 sehingga termasuk pekerjaan dengan kategori

risiko ergonomi sangat tinggi. Sedangkan pada proses pemasangan cockpit

karena dilakukan didalam cabin maka dilakukan dengan posisi duduk dan

didapatkan skor RULA 7 sehingga termasuk kategori risiko ergonomi sangat

tinggi.

Sedangkan pekerjaan pada stasiun 4B adalah pemasangan park handle, brake

pipe, air duct firewall, battery frame engine. Pada pemasangan battery frame

engine posisi punggung agak membungkuk dengan leher menekuk dan agak

miring ke kiri, posisi kaki menekuk dan kadang berdiri dengan satu tumpuan

kaki saja, lengan atas & bawah membengkok. Pada proses ini didapatkan skor

REBA 9 yang termasuk pekerjaan dengan kategori risiko ergonomi tinggi.

Page 104: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

104

7. Stasiun 5 : proses pekerjaan di stasiun ini juga terbagi menjadi dua yaitu 5A dan

5B. Pekerjaan pada stasiun 5A yaitu pemasangan part untuk interior seperti

seat belt driver, part pd roof atau atap mobil, lampu, gear shift, handles roof.

Proses pekerjaan pada stasiun ini banyak dilakukan di dalam cabin, sehingga

pekerja bekerja dengan cara duduk atau terkadang setengah berdiri di dalam

cabin seperti pada pemasangan lampu di dalam cabin dan part interior. Posisi

punggung dan leher in extension, lengan atas dan bawah terangkat keatas. Pada

proses ini dapatkan skor RULA 7 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk

kategori risiko ergonomi sangat tinggi.

Sedangkan untuk pekerjaan pada stasiun 5B yaitu pemasangan karpet bawah

(panel), ABS untuk rem atau sistem kendali, safety hook bonet, rubber sealing

bonet, cooling water tank, warning triangle compl, shock becker. Proses

pekerjaan di staisun ini banyak dilakukan diluar cabin, seperti pada

pemasangan shock becker pekerja harus merunduk dengan punggung

membungkuk, leher in extension dan agak miring serta posisi lengan yang

membengkok. Skor REBA pada pekerjaan ini adalah 9 yang termasuk

pekerjaan dengan kategori risiko ergonomi tinggi.

8. Stasiun 6 : proses pekerjaan pada stasiun ini yaitu glozing in rear glass,

pemasangan glass atau kaca depan dan belakang, whipped system, covering

aggregate, water deflector, shielding partition panel. Pekerjaan di bagian ini

lebih terfokus pada pemasangan glass yang terdiri dari beberapa kegiatan,

seperti memberi lem pada tepi glass, mengangkat glass kemudian dipasang

pada bagian depan dan belakang cabin. Postur tubuh pada proses pekerjaan

Page 105: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

105

tersebut bermacam-macam, seperti punggung yang membungkuk saat

mengangkat glass dan mengolesi lem pada tepi glass, leher menekuk dan agak

miring, lengan atas dan bawah terangkat ke atas serta mengangkat beban sekitar

15 kg. Untuk proses ini didapatkan skor REBA 10 yang termasuk pekerjaan

dengan kategori risiko ergonomi tinggi.

9. Stasiun 7 : proses pekerjaan pada stasiun yaitu terdiri dari pemasangan

perlengkapan berbagai cover seperti cover rain-light sensor dan cover c-pillar,

air intake (pendingin), engine compaqment, rear floor carpet, handle rem, side

bag rear. Pekerjaan pada bagian ini lebih banyak dilakukan didalam cabin

dengan posisi duduk atau jongkok, punggung agak membungkuk, leher

menekuk, lengan atas terangkat. Dari proses ini didapatkan skor RULA 5 yang

berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

10. Stasiun 8 : proses pekerjaan pada stasiun ini terbagi menjadi dua yakni stasiun

8A dan 8B. Pekerjaan pada stasiun 8A terdiri dari pemasangan cover under

dashboard, accelerator pedal , cover side panel, cockpit side cover, seat belt

house, sandaran jok belakang, lampu atas jok belakang. Pekerjaan pada bagian

ini ada yang dilakukan didalam cabin dan luar cabin. Di dalam cabin seperti

sandaran jok belakang dan lampu diatas jok belakang dengan posisi jongkok,

punggung membungkuk, leher in extension, lengan atas dan bawah terangkat,

kaki menekuk. Dari proses ini didapatkan skor REBA 13 yang berarti pekerjaan

tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Adapun pekerjaan diluar cabin seperti

pemasangan pedal yang dilakukan dengan posisi setengah berdiri, punggung

membungkuk, leher in extension, kaki menekuk. Dari proses ini didapatkan

Page 106: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

106

skor REBA 11 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko

ergonomi tinggi.

Sedangkan pekerjaan pada stasiun 8B yaitu pemasangan front seat, rear seat

backrest, karet pada pemasangan pintu, list pintu, edge protecting.

Pengangkatan dan pemasangan seat ke troley dan ke dalam cabin merupakan

salah satu pekerjaan di bagian ini yang memiliki risiko ergonomi cukup

signifikan karena postur tubuh yang berisiko serta beban sekitar 25-30 kg yang

harus diangkat secara manual berkali-kali dalam satu hari. Skor REBA yang

didapatkan dari proses ini adalah 13 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk

kategori risiko ergonomi sangat tinggi.

11. Stasiun 9 :proses pekerjaan pada stasiun ini terdiri dari pemasangan rear safety

belt, rear seat cushion, sill cover, door lock striker, front door dan dumping

under rear seat serta ISTK yaitu penggabungan beberapa software dalam satu

control unit pada kendaraan. Pekerjaan pada bagian ini terdapat bermacam-

macam postur tubuh yang berisiko diantaranya ketika pengangkatan jok

dudukan belakang sekitar 8-10 kg, dengan punggung membungkuk, kaki

menekuk, lengan atas bawah terangkat. Pada proses tersebut didapatkan hasil

skor REBA adalah 11 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko

ergonomi sangat tinggi.

12. Stasiun 10 : proses pekerjaan pada stasiun ini tidak terlalu berat seperti

pekerjaan pada stasiun lain. Pekerjaannya terdiri dari quality control, seperti

pengecekan apakah part atau komponen kendaaran dirakit atau dipasang

dengan benar dan memeriksa fungsional masing-masing part. Dari proses ini

Page 107: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

107

didapatkan skor REBA 6 yang berarti termasuk pekerjaan dengan kategori

risiko ergonomi sedang.

Selanjutnya adalah bagian mechanical line yaitu bagian assembling yang

berkaitang dengan perakitan aggregates parts, yaitu seperti engine, rear dan front

axle dan semua komponen yang berkaitan dengan engine pada kendaraan. Selain itu

terdapat perakitan tires, fluid filling dan electrical checking. Bagian ini terdiri dari 9

stasiun yakni stasiun 11 sampai 19. Gambaran proses pekerjaan pada mechanical

line adalah sebagai berikut:

1. Stasiun 11 – 12 : proses pemasangan hoist crane pada cabin untuk proses

selanjutnya yaitu married engine atau pemasangan komponen engine pada

cabin atau body mobil. Diawali dengan proses pendorongan untuk memasukkan

mesin (pengepasan lubang baut), pada proses ini didapatkan hasil skor REBA

11 yang termasuk pekerjaan dengan kategori risiko ergonomi tinggi. Setelah itu

dilanjutkan dengan pemasangan front dan rear axle pada cabin, pemasangan

stearing connection dan connected working bottom, wish bone, lempengan

besi/cover (heat shield fuel tank, heat shield MSD RH, heat shield catalist),

propeller shaft (batang penghubung rear dan front axle, engine), propeller shaft

center bearing dan plug. Seluruh pemasangan bagian tersebut dilakukan

dibawah cabin dengan postur tubuh pekerja rata-rata yaitu leher in extension,

punggung in extension, lengan atas dan bawah over head dan kaki tegak lurus.

Seperti pada pemasangan front axle dan front rear axle didapatkan skor REBA

8 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

Page 108: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

108

2. Stasiun 13: proses pekerjaan pada stasiun ini terdiri dari pemasangan exhaust

system front (knalpot) dengan berat sekitar 15 kg yang diangkat secara manual

sedangkan exhaust pipe front beratnya sekitar 5 – 8 kg. Postur pekerja saat

mengangkat knalpot leher in extension, punggung membungkuk, lengan atas

dan bawah posisi terangkat dan kaki lurus. Dari pekerjaan ini didapatkan skor

REBA 10 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko ergonomi

tinggi. Selanjutnya pemasangan shifftening bagian depan dan belakang dengan

berat > ½ kg, gearbox brackets, connection at radiator, radiator covering,

temperatur sensor, cable, harness transmission, strut (lempeng besi panjang),

tunnel strut, sprig strut cap dan covering under body. Pemasangan komponen-

komponen tersebut juga dilakukan dibawah cabin. Seperti pada pemasangan

shifftening depan dan belakang, dengan postur tubuh pekerja leher in extension,

punggung in extension, lengan atas dan bawah terangkat keatas dan kaki sedikit

menekuk dan didapatkan hasil skor REBA 10 yang berarti pekerjaan tersebut

termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

3. Stasiun 14: proses pekerjaan pada stasiun ini tidak dilakukan dibawah cabin lagi

seperti pada stasiun 11-13, namun terdapat beberapa pekerjaan yang dilakukan

dengan duduk. Prosesnya terdiri dari pemasangan front module diikuti dengan

pengencangan baut yang menggunakan moment 90 nm 180o dengan postur

tubuh leher menekuk, punggung membungkuk, kaki membengkok, lengan atas

dan bawah terangkat dalam posisi menarik moment dan didapatkan skor REBA

10 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko ergonomi tinggi.

Kemudian pemasangan rear bumper fitting dengan berat sekitar 10 kg diangkat

Page 109: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

109

secara manual, brake house, activated charcoal filter (pompa bahan bakar, filler

nech fitment), tutup bensin, tanki whipped depan, fluid reservoir, induction

pipe, screen plate ESD. Misalnya pemasangan brake house postur pekerja leher

in extension, punggung sedikit membungkuk dan agak miring, lengan atas dan

bawah terangkat dan kaki dalam posisi duduk. Dari pekerjaan ini didapat skor

RULA 7 yang berarti pekerjaan tersebut termasuk kategori risiko ergonomi

sangat tinggi.

4. Stasiun 15 : proses pekerjaan pada stasiun ini terdiri dari pemasangan tires

dengan moment 130 nm, bumper depan dengan berat sekitar 10 kg, lampu

depan, grill (pasang setir), engine complied (cover engine) dengan moment

33nm. Kemudian pemasangan connection brake pipe wheel arch front, brake

pipe rear, covering wheel house, wheels front dan rear, tighten spring strut.

Pada pemasangan tires, sebelumnya tires diangkat secara manual dari troley ke

cabin dengan berat sekitar 15 kg dan punggung in extension, leher in extension,

tangan dan lengan terangkat ke atas pada posisi mengangkat tires serta kaki

sedikit membengkok, didapatkan skor REBA 10 yang berarti pekerjaan ini

termasuk kategori risiko ergonomi tinggi. Kemudian proses moment tires

dengan menggunakan moment 130 nm posisi punggung membungkuk, leher in

extension, lengan atas dan bawah terangkat dengan beban yang dipegang

sekitar 2-3 kg dan kaki menekuk, didapatkan skor REBA 9 yang berarti

pekerjaan ini termasuk kategori risiko ergonomi tinggi. Pemasangan bumper

depan diawali dengan mengangkat bumper ke cabin secara manual, posisi

punggung membungkuk, leher in extension, lengan atas dan bawah terangkat

Page 110: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

110

dalam posisi mengangkat bumper dan kaki lurus, didapatkan skor REBA 11

yang berarti pekerjaan ini memiliki risiko ergonomi sangat tinggi. Sedangkan

pada pemasangan lampu depan posisi punggung lurus, leher in extension,

lengan atas dan bawah terangkat ke atas dan kaki lurus, didapatkan skor REBA

9 yang berarti pekerjaan ini memiliki kategori risiko ergonomi tinggi.

5. Stasiun 16 : proses pekerjaan pada stasiun ini terdiri dari pengencangan untuk

bagian setir mobil, pengangkatan dan pemasangan ban serep secara manual

dengan berat sekitar 30 – 50 kg, setting bonet (engine hood) dengan special

tool, vacuum pipe engine compartment, trunk floor. Untuk setting bonet,

didapatkan skor REBA 5 yang berarti pekerjaan ini memiliki risiko ergonomi

sedang.

6. Stasiun 17 : proses pekerjaan pada stasiun ini yaitu berupa filling vehicle atau

pengisian fuel dan cairan seperti, bahan bakar, minyak rem, isi culler radiator,

freon AC, oli stearing, air whipper dan tes kebocoran. Proses pekerjaan pada

stasiun ini memiliki skor REBA 2 yang termasuk dalam kategori risiko

ergonomi rendah. Hal ini karena pekerjaan pada stasiun ini hanya filling vehicle

yang terdiri dari beberapa cairan dan fuel yang sudah ada alat khusus untuk

mengerjakannya sehingga pekerja tidak perlu menggunakan peralatan yang

menggunakan tenaga besar.

7. Stasiun 18 : proses pekerjaan pada stasiun ini hanya diagnosis fungsional pada

kendaraan atau disebut juga dengan ISTK. Proses bertujuan untuk memastikan

dan memeriksa sistem komputerisasi dan connection pada kendaraan sudah

sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hal serupa juga dilakukan pada

Page 111: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

111

bagian trimming line yaitu pada stasiun 9 dan pekerjaan ini juga memiliki risiko

ergonomi yang rendah dengan skor REBA 3, karena pekerjaannya hanya

diagnosis dan lebih banyak berhadapan dengan komputer.

8. Stasiun 19 : stasiun ini merupakan stasiun terakhir pada keseluruhan proses

assembling. Pekerjaannya terdiri dari pemeriksaan quality secara fungsi dan

visual pada kendaraan yang telah selesai dipasang semua komponennya, apakah

sudah sesuai dengan ketentuan atau masih ada perbaikan. Setelah itu dibuat

laporan dan pemberian stempel yang menyatakan bahwa kendaraan tersebut

sudah sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan. Proses pemeriksaan visual

pada kendaraan dilakukan secara menyeluruh di dalam maupun di luar

kendaraan, sehingga tidak jarang pekerja harus membungkuk dengan leher

tertekuk untuk memeriksa bagian dalam mobil, pada proses ini didapatkan skor

REBA 7 yang berarti pekerjaan ini termasuk kategori risiko ergonomi sedang.

5.3 Analisis Univariat

5.3.1 Keluhan MSDs pada Pekerja Assembling

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs pada Pekerja Assembling PT. X Bogor tahun 2010

Keluhan Jumlah (n) Persentasi (%) Mengeluh 65 92,9

Tidak mengeluh 5 7,1 Jumlah 70 100

Page 112: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

112

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar reponden mengalami

keluhan MSDs yaitu sebanyak 65 (92,9%) responden. Sedangkan responden yang

tidak mengalami keluhan MSDs sebanyak 5 (7,1%) responden.

Grafik 5.1 Distribusi bagian tubuh yang dikeluhkan pada operator assembling PT X

tahun 2010

23%

46%47%

14%19%

10%

41%

34%

6%

14%16%11%

14%14%14%

24%24%

10%10%

20%21%

43%49%

14%14%16%14%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

leh

er

ba

hu

ka

na

n

ba

hu

kir

i

len

ga

n a

tas

ka

na

n

len

ga

n a

tas

kir

i

pu

ng

gu

ng

pin

gg

an

g

bo

ko

ng

pa

nta

t

sik

u k

an

an

sik

u k

iri

len

ga

n b

aw

ah

ka

na

n

len

ga

n b

aw

ah

kir

i

pe

rge

lan

ga

n t

an

ga

n …

pe

rge

lan

ga

n t

an

ga

n k

iri

jari

-ja

ri k

an

an

jari

-ja

ri k

iri

pa

ha

ka

na

n

pa

ha

kir

i

lutu

t k

an

an

lutu

t k

iri

be

tis

ka

na

n

be

tis

kir

i

pe

rge

lan

ga

n k

ak

i k

an

an

pe

rge

lan

ga

n k

ak

i k

iri

jari

-ja

ri k

ak

i k

an

an

jari

-ja

ri k

ak

i k

iri

pe

rse

nta

se

Bagian tubuh

Dari grafik 5.1 diketahui bagian tubuh yang paling dikeluhkan yaitu betis kiri

dengan persentase 49%. Frekuensi yang cukup besar pada bagian tubuh lainnya

yaitu bahu kiri sebesar 47 %, bahu kanan sebesar 46 %, betis kanan sebesar 43 %

dan pinggang sebesar 41 %.

Page 113: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

113

5.3.2 Risiko Faktor Pekerjaan pada Pekerja Assembling

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Faktor Pekerjaan

pada Pekerja Assembling PT. X Bogor tahun 2010 Risiko Jumlah (n) Persentasi (%)

Sangat Tinggi 24 34,3 Tinggi 33 47,1 Sedang 11 15,7 Rendah 2 2,9 Jumlah 70 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat

risiko sangat tinggi sebanyak 24 orang (34,3%), tinggi sebanyak 33 orang

(47,1%), sedang sebanyak 11 orang (15,7%) dan rendah sebanyak 2 orang

(2,9%).

5.3.3 Risiko Faktor Pekerja pada Pekerja Assembling

a. Usia dan Kebiasaan Merokok

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Kebiasaan Merokok pada

Pekerja Assembling PT. X Bogor tahun 2010

No Variabel Kategori Jumlah (86) Persentase (%)

1 Usia ≥ 35 tahun 41 58,6

< 35 tahun 29 41,4

2 Kebiasaan merokok Merokok 36 51,4

Tidak merokok 34 48,6

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui sebagian besar responden berusia ≥ 35 tahun

yaitu sebanyak 41 orang (58,6%) dan responden yang berusia < 35 tahun sebanyak 29

orang (41,4%). Untuk kebiasaan merokok 36 orang (51,4 %) merokok, dan 34 orang

(48,6%) tidak merokok.

Page 114: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

114

b. Masa Kerja

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Assembling

PT. X Bogor tahun 2010

Variabel Rata-Rata Masa Kerja

SD Min-Max

Masa kerja (dalam bulan)

147,39 124,670 4 – 384

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata masa kerja pekerja adalah 147,39

bulan dengan standar deviasi 124,670 bulan serta masa kerja terendah 4 bulan dan masa

kerja tertinggi 384 bulan.

5.4 Analisis Bivariat

5.4.1 Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada Pekerja Assembling

Tabel 5.5 Distribusi Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada Pekerja

Assembling PT. X Bogor tahun 2010

Variabel Kategori

Keluhan MSDs

P value OR 95% CI Mengeluh Tidak

mengeluh Total (70)

n % n % n %

Faktor pekerjaan

Sangat Tinggi

22 91,7 2 8,3 24 100

0,927 -

Tinggi 31 93,9 2 6,1 33 100 Sedang 10 90,9 1 9,1 11 100 Rendah 2 100 0 0 2 100

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki risiko

pekerjaan sangat tinggi dan mengalami keluhan MSDs sebanyak 22 orang (91,7%),

responden yang memiliki risiko pekerjaan tinggi dan mengalami keluhan MSDs

sebanyak 31 orang (93,9%), responden yang mengalami resiko pekerjaan sedang dan

mengalami keluhan MSDs sebanyak 10 orang (90,9 %), dan responden yang mengalami

Page 115: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

115

resiko pekerjaan rendah dan mengalami keluhan MSDs sebanyak 2 orang (100 %)

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,927 artinya pada α

= 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara keluhan

MSDs dengan responden yang memiliki risiko pekerjaan tinggi dan rendah.

5.4.2 Hubungan Faktor Pekerja dengan Keluhan MSDs pada Pekerja Assembling

a. Usia dan Kebiasaan Merokok

Tabel 5.6

Distribusi Responden Menurut Usia dan Kebiasaan Merokok Dengan

Keluhan MSDs Pada Pekerja Assembling PT. X Bogor tahun 2010

Variabel Kategori

Keluhan MSDs

Pvalue OR 95% CI Mengeluh Tidak

Mengeluh Total (70)

N % n % n %

Usia

Pekerja

≥ 35 tahun 40 97,6 1 2,4 41 100

0,152 6,400

(0,676-60,573) < 35 tahun

25 86,2 4 13,8 29 100

Kebiasaan

Merokok

Merokok 32 88,9 4 11,1 36 100

0,358 0,242

(0,026-2,288) Tidak

merokok 33 97,1 1 2,9 34 100

a. Hubungan antara usia dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang berusia ≥

35 tahun sebagian besar mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 40

orang (97,6%). Sedangkan responden yang berusia < 35 tahun sebagian

besar juga mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 25 orang (86,2%).

Page 116: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

116

Berdasarkan hasil statistik Chi Square diketahui usia responden tidak

memiliki hubungan yang bermakna (Pvalue > 0,05) dengan keluhan

MSDs, dengan Pvalue = 0,152.

b. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa responden yang merokok

sebagian besar mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 32 orang

(88,9%). Sedangkan responden yang tidak merokok sebagian besar

mengalami keluhan MSDs sebanyak 33 orang (97,1%). Berdasarkan

hasil statistik Chi Square diketahui kebiasaan merokok tidak memiliki

hubungan yang bermakna (Pvalue > 0,05) dengan keluhan MSDs, dengan

Pvalue = 0,358.

b. Masa Kerja

Analsis bivariat keluhan MSDs berdasarkan masa kerja pada pekerja assembling

dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.7 Analisis Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs

pada Pekerja Assembling PT. X Bogor Tahun 2010

Keluhan MSDs N p-value Mengeluh 65

0,160 Tidak mengeluh 5

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerja yang mengeluh MSDs sebanyak

65 orang dan pekerja yang tidak mengeluh MSDs sebanyak 5 orang. Berdasarkan hasil

uji didapatkan p-value sebesar 0,160 yang berarti tidak ada hubungan yang signifkan

antara keluhan MSDs dengan masa kerja pada pekerja assembling.

Page 117: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

117

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang didapatkan

dengan observasi langsung pada pekerja atau operator untuk faktor pekerjaan (REBA

dan RULA) serta menggunakan kuesioner untuk survei pekerja. Terdapat beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang tidak dapat

menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan

serta hanya menggambarkan variabel yang diteliti, independen maupun dependen

pada waktu yang sama.

2. Observasi langsung pada faktor pekerjaan sulit dilakukan, terutama pada

pengambilan video atau gambar tidak dari segala arah hanya pada arah yang

memungkinkan saja karena situasi dan prosedur di tempat kerja.

3. Hasil penelitian untuk variabel keluhan MSDs bersifat subjektif karena sangat

dipengaruhi kejujuran responden.

4. Pengumpulan data untuk variabel keluhan MSDs tidak dilakukan dalam waktu

yang sama, sebagian pekerja diambil datanya pada pagi hari dan sebagian

lainnya pada siang atau sore hari. Sehingga kemungkinan akan mempengaruhi

informasi yang didapatkan khususnya untuk variabel keluhan MSDs.

Pengumpulan data seharusnya dilakukan setelah 4 jam kerja atau sebelum

pekerja beristirahat.

Page 118: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

118

5. Adanya recall bias yaitu bias dalam mengingat kembali kapan merokok dan

berhenti merokok pada variabel kebiasaan merokok sehingga dapat

mempengaruhi jawaban responden.

6. Variabel lingkungan kerja seperti mikrolimat dan suhu tidak diteliti karena

dianggap homogen untuk seluruh pekerja sedangkan untuk ilumunasi atau

pencahayaan tidak diteliti karena proses pekerjaan dibagian yang diteliti tidak

tetap pada satu tempat sehingga sulit menentukan posisi pekerja yang tetap dan

pencahayaannya akan sulit diukur dan untuk getaran tidak diteliti karena

keterbatasan alat dan biaya.

7. Variabel psikososial tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena variabel ini

dipengaruhi faktor internal dan external pekerja dan tidak adanya definisi

universal dan objektif dalam mengukur variabel ini sehingga membuatnya sulit

untuk melakukan studi untuk menyelidiki penyebab akibat pada konteks MSDs.

6.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya

pada sistem otot (musculoskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang,

syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja (Fitrihana, 2008). Sedangkan

menurut Tarwaka et al (2004) keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Akobundu et al (2008) mengatakan bahwa rasa sakit pertama adalah

sinyal bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus beristirahat serta

memulihkan.

Page 119: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

119

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap para pekerja assembling

didapatkan hasil bahwa sebagian besar (92,9%) pekerja mengalami keluhan MSDs.

Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs sebesar (7,1%) pada

pekerjaan yang memiliki risiko sedang dan beberapa diantaranya tinggi, namun pekerja

yang tidak mengeluh ini sebagian besar berusia < 35 tahun dengan masa kerja sekitar 1-

2 tahun dan diantaranya ada yang tidak merokok. Gangguan yang paling banyak

dikeluhkan pekerja yaitu pada bagian betis kiri dengan persentase 49%, bahu kiri

sebesar 47 %, bahu kanan sebesar 46 %, betis kanan sebesar 43 % dan pinggang sebesar

41 %. Keluhan MSD pada bagian tersebut adalah bagian tubuh yang sering timbul pada

pekerja industri seperti perakitan yang pekerjaannya lebih banyak dilakukan dengan

posisi berdiri dan mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga

menyebabkan timbulnya MSDs.

Menurut Sastrowinoto (1985), bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat

mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki yang

dapat menyebabkan MSD pada bagian kaki. Selain bekerja dengan posisi berdiri, ada

beberapa pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk dan biasanya dilakukan

didalam cabin. Pekerja yang melakukan pekerjaan dengan posisi duduk biasanya bagian

tubuh yang dikeluhkan pada bagian pinggang, punggung dan leher. Posisi duduk pada

otot rangka (musculoskeletal) dan tulang belakang (vertebral) terutama pada pinggang

(sacrum, lumbar, dan thoracic) harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar

dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah (fatique). Selain itu, ketika duduk kaki

harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk bergerak dengan relaksasi. Namun

berdasarkan observasi kegiatan pekerja dengan posisi duduk terutama dalam cabin tidak

Page 120: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

120

terdapat sandaran atau sesuatu yang dapat menahan punggung atau pinggang pekerja

serta sikap duduk yang tidak bergerak untuk relaksasi karena ruang gerak didalam cabin

sangat terbatas dan posisi kaki yang tertekuk.

Risiko MSDs pekerja juga dipengaruhi oleh peralatan kerja yang digunakan.

Seperti pekerjaan manual handling pada pengangkatan komponen yang akan dirakit

yang umumnya memiliki berat lebih dari lima kilogram namun dilakukan tanpa alat

bantu. Pada pekerjaan seperti ini, cidera yang paling banyak terjadi adalah cidera yang

bersifat akumulatif dan tidak langsung disebabkan karena satu insiden tunggal. Selain itu

terdapat ketidaknyamanan saat bekerja yaitu ketika bekerja dengan posisi dan dimensi

tubuh yang kurang sesuai dengan tempat dan alat kerjanya, misalnya pekerjaan yang

jangkauannya tinggi seharusnya dilakukan oleh pekerja yang memiliki postur tubuh

yang tinggi sehingga pekerja yang memiliki postur tubuh lebih rendah tidak kesulitan.

Untuk mengatasi keluhan MSDs akibat hal tersebut diperlukan upaya

pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSDs pada pekerja dengan cara memberikan

alat bantu yang sesuai dengan pekerjaannya terutama untuk pekerjaan manual handling

yang membutuhkan tenaga besar untuk mengangkat beban komponen yang akan dirakit,

rotasi pekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh, umur dan risiko ergonomi

pekerjaan, bekerja dalam posisi atau postur normal dan waktu istirahat atau peregangan

untuk pemulihan dalam kerja atau sesudah kerja, hal ini sangat penting karena untuk

pekerjaan yang terus menerus seperti perakitan sekalipun bersifat dinamik namun selalu

diikuti dengan kelelahan yang kemudian dapat menjadi MSDs. Level MSD dari yang

paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja,

Page 121: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

121

menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas dan efisiensi

kerja.

Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit

untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya perlu

diperhatikan dalam pengambilan data terkait keluhan MSDs, terutama pada waktu

pengambilannya, karena dimungkinkan perbedaan waktu pengambilan data pada pagi,

siang dan sore hari mempengaruhi jawaban pekerja. Selain itu jawaban pekerja juga

dapat dipengaruhi oleh pekerja yang lain, sehingga pastikan jawaban dan informasi yang

didapat bersumber langsung dari pekerja yang bersangkutan serta dapat lebih objektif

dalam melakukan penelitian terkait keluhan MSDs.

6.3 Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Pada penelitian ini cara melihat faktor pekerjaan dengan melakukan pengukuran

risiko ergonomi pada pekerjaan dengan menggunakan dua metode yaitu REBA untuk

pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja berdiri dan RULA untuk pekerjaan yang

dilakukan dengan posisi kerja duduk. Berdasarkan observasi, para pekerja melakukan

beberapa pekerjaan di setiap stasiun. Maka dilakukan pengukuran risiko ergonomi

pekerjaan pada setiap pekerjaan. Sehingga dalam setiap pekerjaan pada masing-masing

stasiun memiliki nilai risiko atau action level yang berbeda. Nilai risiko atau action level

yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai risiko atau action level tertinggi yang

dilakukan pekerja pada setiap pekerjaan.

Page 122: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

122

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa keluhan MSDs banyak dialami oleh

pekerja dengan risiko pekerjaan tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis

sebagian besar operator mengalami gangguan MSDs atau mengeluh MSDs dan memiliki

risiko perkerjaan tinggi sebesar 93,9% dan operator mengalami gangguan MSDs atau

mengeluh MSDs dan memiliki risiko perkerjaan sangat tinggi sebesar 91,7 %. Hasil

analisis bivariat menunjukkan hubungan yang kurang signifikan antara faktor pekerjaan

dengan keluhan MSDs. Walaupun tidak ada hubungan yang signifikan tetapi jika dilihat

dari REBA dan RULA banyak pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu

diperlukan investigasi ulang untuk meninjaui kembali faktor pekerjaan dan dilakukan

pengendalian secepatnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soleha (2009)

yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko ergonomi

pekerjaan dengan keluhan MSDs. Berdasarkan observasi pekerja yang memiliki

pekerjaan risiko rendah, juga melakukan pekerjaan dengan risiko tinggi ketika sedang

ada rolling atau pertukaran pekerja antar stasiun pada waktu tertentu misalnya ketika ada

produk baru yang mengharuskan salah satu pekerja mengikuti training dan pekerjaannya

digantikan dengan pekerja lainnya. Hal ini dimungkinkan karena risiko MSDs bersifat

akumulatif yang berarti meskipun saat penelitian pekerja melakukan pekerjaan yang

berisiko rendah namun jika sebelumnya pekerja pernah melakukan pekerjaan dengan

risiko tinggi maka dimungkinkan pekerja tersebut mengalami keluhan MSDs.

Selain itu postur tubuh pekerja saat bekerja banyak diantaranya merupakan

postur janggal misalnya duduk tanpa sandaran punggung atau pinggang, duduk tanpa

tumpuan kaki yang baik ketika sedang bekerja dalam cabin, tangan bagian atas terangkat

Page 123: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

123

tanpa dukungan dari alas vertikal seperti bekerja dalam dan dibawah cabin, kepala

mendongak, posisi punggung membungkuk dan ke depan, mengangkat dan membawa

beban berat dengan cara memanggul tanpa alat bantu. Menurut ILO (1998) semua posisi

tersebut merupakan posisi janggal yang dapat menyebabkan MSDs.

Namun tidak semua posisi tersebut dapat diambil gambarnya dengan baik, karena

situasi dan prosedur di tempat kerja yang tidak memungkinkan sehingga hasil gambar

yang didapatkan kurang maksimal. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya agar lebih

memastikan pengambilan gambar atau video terkait postur tubuh pekerja di tempat

penelitian dapat dilakukan dari segala arah.

Walaupun tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan dengan

keluhan MSDs, namun dari hasil obervasi dan perhitungan REBA dan RULA banyak

pekerjaan yang memiliki risiko sangat tinggi dan tinggi. Oleh karena itu untuk mencegah

risiko MSDs yang lebih berat pada pekerja, maka diperlukan investigasi ulang untuk

meninjau kembali faktor pekerjaan dan dilakukan pengendalian secepatnya. Menurut

Macleod (1999) ada beberapa prinsip ergonomi yang dapat diterapkan untuk mencegah

dan menanggulangi risiko ergonomi termasuk pada proses pekerjaan perakitan yang

terbagi menjadi beberapa pengendalian yaitu secara engineering control dan

administrative. Engineering control dengan penggunaan alat bantu penanganan

material, terutama pada pekerjaan manual handling yang membutuhkan pengerahan

tenaga besar sehingga massa beban yang diangkat dapat berkurang.

Sedangkan secara administrative dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan

atau training pada pekerja mengenai risiko ergonomi dan tata cara bekerja yang sesuai

dengan prinsip ergonomi serta pihak perusahaan dapat membuat SOP yang dapat

Page 124: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

124

digunakan oleh pekerja untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman dan tetap

sehat bagi pekerja saat bekerja, misalnya pengaturan penempatan pekerja sesuai dengan

dimensi tubuhnya. Disamping itu pemberdayaan SMK3 yang ada di perusahaan perlu

ditingkatkan lagi untuk pengawasan dan koordinasi program P2K3 yang terkait dengan

ergonomi di perusahaan. Semua hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan karyawan

untuk memberikan ide dan pendapat agar sistem kerja menjadi lebih baik.

6.4 Hubungan Antara Faktor Pekerja (Usia, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja)

Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

6.4.1 Hubungan usia dengan keluhan MSDs

Prevalensi MSDs seseorang meningkat saat mereka mulai masuk bekerja.

Peningkatan usia berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik. Bertambahnya umur

akan diikuti dengan penurunan VO2 max sehingga akan menurunkan kapasitas kerja.

Hal ini disebabkan perubahan biologis secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan

dan ketahanan otot mulai menurun karena proses penuaan. Dalam penelitian ini usia

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≥ 35 tahun dan < 35 tahun karena umumnya

keluhan sakit punggung atau MSDs mulai dirasakan oleh pekerja pada usia kerja dan

episode pertama untuk kembali sakit biasanya dirasakan pada usia 35 tahun (Guo et al,

1995 & Chaffin, 1979 dalam NIOSH 1997).

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa keluhan MSDs banyak dialami oleh

pekerjayang berusia ≥ 35 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs. Hal ini sejalan dengan penelitian

Ikrimah (2009) yang menyatakan bahwa usia tidak berhubungan dengan keluhan MSDs

Page 125: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

125

pada pekerja. Penelitian Rahma (2004) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan gejala awal CTD.

Menurut NIOSH (1997), kelompok usia dengan tingkat nyeri punggung tertinggi

compensable dan strain adalah kelompok umur 20-24 untuk laki-laki, dan kelompok

umur 30-34 untuk perempuan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Betti’e et al

(1989) telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan

usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus

terjadi penururnan sejalan dengan bertambahnya umur. Pada saat umur mencapai 60

tahun, rata-rata kekuatan otot menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai

menurun, maka resiko terjadinya keluhan otot akan meningkat.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya kelompok umur yang

banyak mengalami keluhan MSDs adalah pekerja dengan usia ≥ 35 tahun. Namun pada

kelompok umur < 35 tahun banyak diantara mereka yang juga mengalami keluhan

MSDs dan melakukan pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi. Jadi meskipun pekerja

yang berusia ≥ 35 tahun banyak mengalami keluhan MSDs, namun karena pekerja yang

berusia < 35 tahun banyak juga yang melakukan pekerjaan dengan risiko ergonomi

tinggi atau sangat tinggi sehingga menyebabkan pada penelitian ini usia tidak

berhubungan secara signifikan dengan keluhan MSDs.

Disamping itu faktor usia memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan

bertambahnya jumlah tahun kerja (masa kerja) sehingga meskipun ada pekerja dengan

usia muda namun sudah bekerja cukup lama dimungkinkan pekerja tersebut juga dapat

mengalami keluhan MSDs. NIOSH 1997 juga mengungkapkan bahwa meskipun pekerja

Page 126: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

126

yang lebih tua telah ditemukan memiliki kekuatan kurang dari pekerja muda, namun

Mathiowetz et al (1985) menunjukkan bahwa kekuatan tangan tidak menurun dengan

penuaan, hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata genggaman tangan yang tetap relatif

stabil dalam populasi dengan kisaran usia 29-59 tahun.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukan Torell et al (1988) dalam

penelitiannya yang mendapatkan hasil bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan

keluhan MSDs. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara beban kerja (dalam

kategori rendah, sedang, atau berat) dan gejala atau diagnosis MSDs. Selain itu banyak

peneliti tidak menemukan usia merupakan faktor signifikan yang berkaitan dengan

MSDs karena terdapat pelaporan kembali mengenai prevalensi sakit atau kejadian MSDs

(Bigos Riesbold & Greenland 1985; et al 1991), Daltroy et al. (1991) menunjukkan

bahwa pekerja pos muda yang berisiko tinggi untuk mengalami kejadian MSDs (OR =

3,0).

6.4.2 Hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs

Beberapa penelitian sebelumnya telah memberikan penjelasan mengenai

hubungan yang telah dirumuskan dalam satu hipotesis bahwa meningkatnya keluhan

MSDs berhubungan dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin tinggi

frekuensi merokok dan lama seseorang merokok, maka semakin tinggi pula tingkat

keluhan otot yang dirasakan. Beberapa studi telah mengamati hubungan tersebut yakni

Deyo dan Bass 1989; Frymoyer et al. 1980; Troup et al. 1987. Mekanismenya dimulai

dari nikotin yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan dan kandungan

rokok menyebabkan kandungan mineral tulang belakang berkurang dan menyebabkan

Page 127: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

127

microfractures. Selain itu, keterkaitan antara kebiasaan merokok dan keluhan otot

pinggang sebenarnya berkaitan dengan kesegaran jasmani seseorang karena kebiasaan

merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk

mengkonsumsi oksigen menurun dan akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun.

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pekerja yang merokok sebagian

besar mengalami keluhan MSDs. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara merokok dengan keluhan MSDs. Hal ini dimungkinkan karena

banyak juga pekerja yang tidak merokok tapi mengalami keluhan MSDs. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soleha (2009) dan Ikrimah (2009) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan keluhan

MSDs.

Meskipun banyak penelitian yang menyatakan bahwa merokok memiliki

hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs, misalnya seperti yang dilakukan oleh

Boshuizen et al (1993) yang menemukan hubungan antara kebiasaan merokok dan nyeri

punggung hanya dalam pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik, kemudian disusul

oleh (Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al. 1983; Svensson dan

Anderson 1983; Kelsey et al.1984) yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok

berpengaruh terhadap nyeri pinggang, linu panggul (intervertebral disc hernia). Akan

tetapi ada juga beberapa penelitian yang menyatakan bahwa merokok tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Heliovaara et al. 1991; Rihimaki et al. 1989 pada kalangan pekerja konstruksi beton dan

pelukis rumahan. Hal serupa juga diungkapkan pada penelitian Toomingas et al. 1991

yang juga tidak menemukan hubungan antara beberapa hasil kesehatan (termasuk

Page 128: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

128

ketegangan leher, CTS atau masalah di leher dan tulang belikat atau bahu/lengan atas)

dengan kebiasaan merokok pada platers, perakit dan pekerja kantoran. Wieslander et al

(1989) juga menemukan bahwa merokok atau menggunakan tembakau tidak terkait

dengan CTS yang merupakan salah satu jenis MSDs.

Brage et al (1996) pada penelitiannya di Norwegia menyatakan bahwa merokok

memiliki hubungan signifikan dengan MSDs setelah disesuaikan dengan gender, usia,

morbiditas, tekanan mental, gaya hidup dan faktor terkait pekerjaan. Berdasarkan

obervasi banyak diantara pekerja yang tidak merokok ternyata mereka juga mengalami

keluhan MSDs, hal ini dikarenakan pekerja yang tidak merokok banyak yang melakukan

pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi dengan demikian kemungkinan pekerja tersebut

mengalami keluhan MSDs akibat dari pekerjaan yang mereka lakukan.

Di sisi lain ada juga pekerja yang merokok bahkan telah merokok lebih dari satu

tahun namun mereka tidak mengalami keluhan MSDs, hal ini dimungkinkan karena

beberapa diantaranya berusia < 35 tahun sehingga efek dari rokok tersebut belum

signifikan mempengaruhi fisik mereka dan ada juga diantara mereka yang tidak

melakukan pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi sehingga mereka tidak mengalami

keluhan MSDs. Oleh karena itu, meski kebiasaan merokok berperan untuk menyebabkan

nyeri tulang namun pengaruh dari merokok juga didukung faktor lain seperti usia,

gender, tekanan mental dan faktor pekerjaan.

Namun dalam pengambilan data pada variabel kebiasaan merokok, sering kali

pekerja kesulitan untuk mengingat kapan pertama kali merokok dan berhenti merokok,

berapa banyak batang rokok yang dihabiskan dalam satu hari. Untuk itu perlu

diperhatikan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meminimalisasi hal ini. Selain itu agar

Page 129: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

129

dapat dibuat pengkategorian kebiasaan merokok berdasarkan frekuensi merokok dan

berapa banyak batang rokok yang dihisap. Hal ini bertujuan untuk melihat hubungan

merokok dengan keluhan MSDs lebih jauh lagi, sehingga dapat dilihat perbedaannya

berdasarkan frekuensi merokok dan jumlah rokok yang dihisap.

6.4.3 Hubungan Masa kerja dengan keluhan MSDs

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja

disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang

membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lana

waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka

semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara masa

kerja dengan keluhan MSDs. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Soleha (2009) dan Ikrimah (2009) dimana mereka menyatakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan MSDs.

Berdasarkan observasi pekerja yang memiliki masa kerja rendah juga mengalami

keluhan MSDs, hal ini dikarenakan pekerja yang memiliki masa kerja rendah banyak

yang melakukan pekerjaan dengan risiko ergonomi tinggi dan sangat tinggi. Selain itu

banyak diantara mereka juga yang memiliki kebiasaan merokok sehingga meskipun

masa kerjanya masih rendah namun mereka juga dapat mengalami keluhan MSDs.

Page 130: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

130

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Gambaran keluhan MSDs pada pekerja assembling PT X Bogor tahun 2010,

sebagian besar pekerja mengalami keluhan MSDs (92,9%) jika dibandingkan

dengan pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs (7,1%).

2. Gambaran faktor pekerjaan pada pekerja assembling PT X Bogor tahun 2010,

berdasarkan metode REBA dan RULA, sebagian besar pekerja mengalami risiko

pekerjaan yang tinggi (47,1%) dan sangat tinggi (34,3%).

3. Gambaran faktor pekerja antara lain:

a. Pekerja yang berusia ≥ 35 tahun lebih banyak daripada pekerja yang

berusia < 35 tahun.

b. Pekerja yang memiliki kebiasan merokok lebih banyak daripada pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

c. Pekerja memiliki rata-rata masa kerja 147 bulan dengan masa kerja

terendah 4 bulan dan tertinggi 384 bulan.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaaan, pekerja (usia,

kebiasaan merokok dan masa kerja) dengan keluhan MSDs pada pekerja

assembling PT X Bogor tahun 2010.

Page 131: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

131

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Perusahaan

Untuk menanggulangi dan mencegah keluhan MSDs pada pekerja pihak

perusahaan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Engineering control

1. Memberikan alat bantu penanganan material yang sesuai dengan

pekerjaannya, terutama pada pekerjaan manual handling yang membutuhkan

pengerahan tenaga besar.

b. Administrative control

1. Memperbaiki metode kerja agar posisi janggal pekerja pada pekerjaan yang

berisiko tinggi dapat diminimalisasi.

2. Melakukan rotasi pekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh, umur dan

risiko ergonomi pekerjaan

3. Memberikan pelatihan kerja atau training tentang risiko ergonomi di tempat

kerja dan tata-tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi.

Training ini dapat dilakukan dengan metode TOT (Training of Trainer)

misalnya pelatihan diberikan dahulu pada supervisor kemudian supervisor

dapat memberikan pelatihan serupa kepada pekerja.

4. Membuat SOP terkait ergonomi untuk setiap jenis pekerjaan terutama

pekerjaan yang memiliki risiko ergonomi tinggi.

5. Pemberdayaan SMK3 yang ada di perusahaan perlu ditingkatkan lagi untuk

pengawasan dan koordinasi program P2K3 yang terkait dengan ergonomi di

perusahaan.

Page 132: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

132

7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain

yang kemungkinan memiliki hubungan signifikan dengan keluhan MSDs

yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti variabel pekerja (jenis kelamin,

kesegaran jasmani, kekuatan fisik dan indeks massa tubuh), lingkungan

(mikrolimat, iluminasi, getaran) dan psikososial (kepuasaan kerja, stress dan

organisai kerja).

b. Disarankan untuk lebih melihat aktifitas yang dilakukan pekerja selama

bekerja dari segala arah, sehingga pengambilan gambar atau video guna

pengukuran faktor pekerjaan dapat lebih maksimal.

c. Pengambilan data pada keluhan MSDs diharapkan dapat dilakukan dalam

waktu yang bersamaan pada seluruh sampel penelitian.

d. Pengkategorian variabel kebiasaan merokok berdasarkan frekuensi dan

jumlah batang rokok yang dihisap.

e. Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai risiko ergonomi dengan

sumber data yang lebih lengkap dan akurat yaitu dengan metode Ergonomic

Assesment Survey Method (EASY), karena pada metode ini sumber data

berasal dari tiga survei yaitu BRIEF survey (4 skor), employee survey (1

skor) dan medical survey (2 skor) yang masing-masing memberikan

informasi berbeda terkait pekerja, pekerjaan dan keluhan yang dialami secara

akurat.

Page 133: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

133

f. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya dapat lebih objektif meneliti tentang

MSDs yaitu secara diagnosis.

g. Untuk design studi, dapat digunakan case control yaitu meneliti perbedaan

eksposur pada sampel pekerja yang terkena MSDs sebagai kasus dan pekerja

yang tidak terkena MSDs sebagai kontrol.

Page 134: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

134

DAFTAR PUSTAKA

Akobundu, Uzoamaka et al. 2008. Hubungan Gangguan Bekerja dengan Musculoskeletal Penyebab dan Pencegahan. Konsultasi fisioterapi,Hopeville Fisioterapi Klinik, 40 Julius Nyerere Crescent, Asokoro, Abuja

Albugis, Dina Yasmin. 2009.Tingkat Risiko (risk level) Muculoskletal Disorders (MSDs)

workshop steel tower berdasarkan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) di PT BUKAKA Tehnik Utama tahun 2009. Skripsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Aprilia, Melissa. 2009. Tingkat Risiko Ergonomi Terkait Keluhan Musculoskletal

Disorders pada Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya tahun 2009. Skrpsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: mcGraww Hill, Inc. Budiono, Sugeng A.M (dkk). 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Edisi ke 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Cohen, Alexander L. et al. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A Primer Based on

Workplace Evaluation of Musculoskeletal Disorders. Amerika: U.S Department of Health and Human Services. NIOSH.

Darwati, Naniek. Murti, Bhisma. Hubungan Antara Keanggotaan Asuransi Kesehatan

dan Kebiasaan Merokok tahun 2006. Ecamuti.2010. Perancangan sistem kerja dan ergonomi. Lebih dekat dengan beban

mental. Dalam Situs Web http://megabagus.com/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi/lebih-dekat-dengan-beban-mental/#more-394 available at 7 Juni, pukul 08:10 WIB.

Fitrihana, Noor. 2008.Upaya mengurangi risiko Musculoskeletal. Dalam situs Web

http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/30/ available at 7 Juni, pukul 9:09 WIB.

Grandjean, E.1993.“Fitting the task to the man”. A Textbook of Occupational

Ergonomics. 4th Ed. London. Taylor & Francis.

Page 135: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

135

Humantech Inc. 1995. Applied Ergonomic Training Manual. Berkeley Vale Australia: Protector and Gamble Inc.

Ikrimah, Nur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskletal

Disorders (MSDs) pada Pekerja Konveksi Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarief Hidayatullah.

Lim, Soo Yee et al. 1994. Gangguan Otot. Dalam situs Web

http://www.ilo.org/safework_bookshelf/english?content&nd=857170462 available at 7 Juni, pukul 11:05 WIB.

Melyssa. 2007.Gambaran Tingkat Risiko Musculoskletal Disorders pada Pekerja

Section Assembling I Line di PT Indomobil Suzuki International (PT ISI) Tambun II. Skripsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

M.N, Bustan. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. NIOSH.1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors:A Critical Review of

Epidemiologic Evidence for Work Related Musculoskeletal Disorders. Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi ke 2. Guna

Widya. Surabaya. Nursatya. Mugi. 2008. Gambaran faktor risiko MSDs pada pekerja catering PT. Pusaka

Nusantara cabang Jakarta tahun 2008. Skripsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work, and Health. Aspen Publisher Inc, USA. Raharjo, Suwandi.2008. Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Pekerja Panen Kelapa Sawit di PT X Sumatera Selatan 2008. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: CV

Haji Masagung. Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta.

PT Pustaka Binaman Pressindo.

Page 136: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

136

Soleha, Siti. 2009. Hubungan Faktor Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Operator Can Plant PT. X, Plant Ciracas Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarief Hidayatullah.

Sue Hignett and Lynn McAtamney.2000. Technical: REBA. Applied Ergonomics.

Cornell University of Ergonomics. http://www.REBA/cutools.htm Suma’mur, P.K. 1989. Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:

Prestasi Pustaka. Suma’mur, P.K. 1980. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.

Jakarta. Sumiati. 2007. Analisa Risiko Low Back Pain (LBP) pada Perawat Unit Darurat dan

Ruang Operasi di RS. Prikasih Jakarta Selatan. Skripsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Stanton, Neville et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.

London: CRC Press. Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan

Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Taylor & Francis. Jurnal Ergonomi Vol. 50, No 2, Februari 2007, 261-274. Dalam situs

Web http://www.tandf.co.uk/journals available at 27 Juli 2010, pukul 11:56 WIB

………., 2008. Cedeta Otot Rangka. Dalam situs Web http://www.ergointitute.com

available at 4 Mei 2010, pukul 15:22 WIB. http://osha.europa.eu/en/topics/msds available at 7 Juni, pukul 09:02 WIB.

Page 137: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

137

LAMPIRAN

Page 138: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

138

KUISIONER

No Kuisioner :

Assalamualaikum, Wr. Wb,,

Dengan hormat, perkenalkan saya Emi Maijunidah, mahasiswi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta, prodi Kesehatan Masyarakat

peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Saat ini saya sedang melakukan

penelitian untuk penyusunan tugas akhir (skripsi) mengenai “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders pada pekerja Assembling Passenger

Cars (APC) PT Mercedes Benz Indonesia Wanaherang Bogor Tahun 2010” sebagai

syarat untuk penyelesaian studi program sarjana.

Berkenaan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Saudara untuk

mengisi formulir kuisioner ini dengan sebaik-baiknya. Jawaban Bapak/Saudara sangat

bermanfaat dalam penelitian ini dan sekaligus dapat juga digunakan sebagai masukan

terhadap pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan ini, khususnya

berguna untuk para pekerja dibagian ini. Jawaban dan data Bapak/Saudara akan terjamin

kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja Bapak/Saudara.

Silakan Bapak/Saudara mengisi kuisioner ini dengan mengisi jawaban atau

memberikan tanda (√) pada tiap jawaban yang Bapak/Saudara pilih. Diharapkan

Bapak/Saudara mengisi kuisioner ini dengan lengkap dan jujur dan tidak perlu

menanyakan atau berdiskusi kepada rekan Bapak/Saudara terhadap jawaban yang

dipilih.

Terima Kasih

Page 139: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

139

NoNoNoNo I. KaraI. KaraI. KaraI. Karakteristik Pekerjakteristik Pekerjakteristik Pekerjakteristik Pekerja JawabanJawabanJawabanJawaban

1. Nama Responden

2. Tanggal Lahir

3. Stasiun

II. Masa KerjaII. Masa KerjaII. Masa KerjaII. Masa Kerja

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di

perusahaan ini

2. Sudah berapa lama Anda bekerja di

APC

3. Apakah sebelumnya Anda pernah

bekerja di bagian atau departemen

lain di perusahaan ini

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Jika Ya, berapa lama …………

4. Apakah sebelumnya Anda pernah

bekerja sebagai perakit di

perusahaan lain

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Jika Ya, berapa lama …………

III. Kebiasaan MerokokIII. Kebiasaan MerokokIII. Kebiasaan MerokokIII. Kebiasaan Merokok

1. Apakah Anda pernah Merokok Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2. Jika Ya, apakah sekarang Anda

masih merokok

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Jika Tidak, lanjut ke no 5

3. Jika Ya, berapa banyak rokok yang

Anda habiskan setiap hari (batang)

4. Sudah berapa lama Anda merokok

5. Jika Tidak, sudah berapa lama

Anda berhenti merokok

6. Saat Anda masih merokok, berapa

banyak rokok yang Anda habiskan

setiap hari

IV. Keluhan MSDsIV. Keluhan MSDsIV. Keluhan MSDsIV. Keluhan MSDs

1. Apakah selama Anda bekerja

pernah merasakan pegal-pegal,

nyeri, kesemutan, mati rasa, kaku,

kramp, gatal dan sakit pada bagian

tubuh

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Jika Tidak, SELESAI

Page 140: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

140

Mohon jawab dengan memberikan tanda (√) dan mohon jawab setiap pertanyaan yang Bapak/Saudara pernah

alami/rasakan pada bagian tubuh Bapak.

L (Kiri), R (Kanan).

NO JENIS KELUHAN

Selama bekerja berapa kali Anda merasakan sakit atau nyeri pada bagian tubuh Setiap Hari

1-3 kali /minggu

1-3 kali /bulan

1-3 kali /tahun

1 Sakit/kaku di leher

2 & 3 Sakit di bahu

4 & 6 sakit pada lengan

atas

5 sakit punggung

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada bokong

9 Sakit pada pantat

10 & 11 Sakit pada siku

12 & 13 sakit pada lengan

bawah

14 & 15 sakit pada

pergelangan tangan

16 & 17 sakit pada jari-jari

18 &19 sakit pada paha

20 & 21 sakit pada lutut

22 & 23 sakit pada betis

24 & 25 sakit pada

pergelangan kaki

26 & 27 sakit pada jari kaki

Page 141: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

141

Page 142: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

142

A. Univariat 1. Pekerjaan

Statistics

act level70

0

,87

1,00

,779

0

3

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

act level

24 34,3 34,3 34,3

33 47,1 47,1 81,4

11 15,7 15,7 97,1

2 2,9 2,9 100,0

70 100,0 100,0

sangat tinggi

tinggi

sedang

rendah

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

2. Umur

Statistics

umur responden70

0

,41

,00

,496

0

1

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

umur responden

41 58,6 58,6 58,6

29 41,4 41,4 100,0

70 100,0 100,0

>= 35

< 35

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 143: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

143

3. Kebiasaan merokok

N Valid 70

Missing 0

Mean ,49

Median ,00

Std. Deviation ,503

Minimum 0 Maximum 1

rokok2ktgri

4. Masa kerja � Uji normalitas

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%masa kerja dlm blnN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Descriptives

147,39 14,901

117,66

177,11

142,47

174,00

15542,501

124,670

4

384

380

195

,329 ,287

-1,090 ,566

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

masa kerja dlm blnStatistic Std. Error

Tests of Normality

,200 70 ,000 ,876 70 ,000masa kerja dlm blnStatistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid merokok 36 51,4 51,4 51,4

tidak merokok 34 48,6 48,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 144: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

144

5. Keluhan MSDs

N Valid 70 Missing 0

Mean ,07 Median ,00 Std. Deviation ,259 Minimum 0 Maximum 1

B. Bivariat 1. Pekerjaan � keluhan MSDs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent act level * msds 2ktgri 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

act level * msds 2ktgri Crosstabulation

msds 2ktgri Total

mengeluh tidak

mengeluh mengeluh act level

sangat tinggi Count 22 2 24 % within act level 91,7% 8,3% 100,0%

tinggi Count 31 2 33 % within act level 93,9% 6,1% 100,0%

sedang Count 10 1 11 % within act level 90,9% 9,1% 100,0%

rendah Count 2 0 2 % within act level 100,0% ,0% 100,0%

Total Count 65 5 70 % within act level 92,9% 7,1% 100,0%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid mengeluh 65 92,9 92,9 92,9

tidak mengeluh 5 7,1 7,1 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 145: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

145

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Pearson Chi-Square ,326(a) 3 ,955 Likelihood Ratio ,465 3 ,927 Linear-by-Linear Association ,045 1 ,831

N of Valid Cases 70

a 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,14.

2. Umur � keluhan MSDs

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent umur responden * msds 2ktgri 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

umur responden * msds 2ktgri Crosstabulation

msds 2ktgri Total

mengeluh tidak

mengeluh mengeluh umur responden >= 35 Count 40 1 41

% within umur responden 97,6% 2,4% 100,0% < 35 Count 25 4 29

% within umur responden 86,2% 13,8% 100,0% Total Count 65 5 70

% within umur responden 92,9% 7,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,301(b) 1 ,069 Continuity Correction(a) 1,811 1 ,178

Likelihood Ratio 3,353 1 ,067 Fisher's Exact Test ,152 ,090 Linear-by-Linear Association 3,254 1 ,071

N of Valid Cases 70

Page 146: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

146

a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,07. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower Odds Ratio for umur responden (>= 35 / < 35) 6,400 ,676 60,573

For cohort msds 2ktgri = mengeluh 1,132 ,971 1,319

For cohort msds 2ktgri = tidak mengeluh ,177 ,021 1,502

N of Valid Cases 70

3. Kebiasaan merokok � keluhan MSDs

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent rokok2ktgri * msds 2ktgri 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

rokok2ktgri * msds 2ktgri Crosstabulation

msds 2ktgri Total

mengeluh tidak

mengeluh mengeluh rokok2ktgri merokok Count 32 4 36

% within rokok2ktgri 88,9% 11,1% 100,0% tidak merokok Count 33 1 34

% within rokok2ktgri 97,1% 2,9% 100,0% Total Count 65 5 70

% within rokok2ktgri 92,9% 7,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,760(b) 1 ,185 Continuity Correction(a) ,743 1 ,389

Likelihood Ratio 1,886 1 ,170 Fisher's Exact Test ,358 ,197 Linear-by-Linear Association 1,735 1 ,188

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43.

Page 147: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

147

Risk Estimate

Value 95% Confidence

Interval

Lower Upper Lower Odds Ratio for rokok2ktgri (merokok / tidak merokok) ,242 ,026 2,288

For cohort msds 2ktgri = mengeluh ,916 ,805 1,042

For cohort msds 2ktgri = tidak mengeluh 3,778 ,444 32,128

N of Valid Cases 70 Masa kerja mann-whitney

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum masa kerja dlm bln 70 147,39 124,670 4 384 msds 2ktgri 70 ,07 ,259 0 1

Ranks

msds 2ktgri N Mean Rank Sum of Ranks masa kerja dlm bln mengeluh 65 36,45 2369,00

tidak mengeluh 5 23,20 116,00 Total 70

Risk Estimate Test Statistics(b)

masa kerja

dlm bln Mann-Whitney U 101,000 Wilcoxon W 116,000 Z -1,406 Asymp. Sig. (2-tailed) ,160 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,169(a)

a Not corrected for ties. b Grouping Variable: msds 2ktgri

Page 148: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

148

Page 149: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

149

Page 150: SKRIPSI QUW KompliT 17-03-11 - · PDF fileaccordance with the principles of ergonomics, making ergonomics standard (SOP) ... empowerment SMK3 by improving supervision and coordination

150