skripsi print
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara berkembang memiliki berbagai permasalahan terutama di
bidang kesehatan. Berbagai permasalah kesehatan dapat belum dapat teratasi dengan baik,
salah satu permasalahnya adalah insidensi kesakitan yang tinggi. Beberapa penyakit
memiliki insidensi yang signifikan.selain itu di negara-negara maju tren penyakit yang
timbul mengarah ke penyakit degeneratif dan metabolik. Sedangkan di Indonesia lebih
mengarah ke penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang memiliki angka insidensi
yang cukup tinggi adalah diare.
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit
yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World
Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua
pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare
dengan angka kematian
1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-
rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011
yang tercatat di fasilitas kesehatan mencapai 9.739.163 orang (Kemenkes RI, 2012).
1
Dimana lebih dari 70.000 pasien melakukan rawat inap dan sekitar 1.200 pasien meninggal
dunia dengan CFR mencapai 1,79%. Gambaran umum diare ini juga terjadi di Bali secara
umum dan kabupaten Klungkung secara khusus.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/
MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun
1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa
diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun
di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2012).
Perencanaan rawat inap merupakan salah satu tata laksana kasus diare. Terdapat
indikasi medis dan pertimbangan suatu kasus diare dapat dirawat inap. salah satu indikasi
tersebut adalah derajat dehidrasi. Kasus dengan derajat dehidrasi sedang dan berat
merupakan indikasi utama untuk dirawat inap. kasus tanpa dehidrasi dan dengan dehidrasi
ringan juga dapat dirawat inap, namun dengan pertimbangan berbagai faktor lainnya. Seperti
umur, jenis kelamin dan jenis diare kasus. Keseluruhan hal ini yang menjadi faktor yang
mempengaruhi suatu kasus diare terutama diare balita untuk perlu dilakukan rawat inap.
Karena beragamnya faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kasus diare balita untuk
dirawat inap, maka perlu adanya penelitian dan pembahasan lebih lanjut untuk mengetahui
karakteristik kasus diare balita yang dirawat inap.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan karakteristik pasien diare anak dengan
kasus diare yang dirawat inap di RSUD Kabupaten Klungkung pada tahun 2012?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum yang merupakan hasil
yang ingin didapatkan, dan tujuan khusus yang merupakan sesuatu yang ingin diteliti untuk
mencapai tujuan umum.
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik pasien diare yang dirawat inap di RSUD Kab. Klungkung
tahun 2012.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi karakteristik pasien diare anak dengan kasus diare
yang dirawat inap.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:
1. Bagi peneliti: diharapkan dapat menambah wawasan mengenai korelasi karakteristik
kasus diare yang dirawat inap dan berbagai faktor yang bisa mempengaruhinya, serta
meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
2. Bagi pembaca: diharapkan dapat memberi informasi mengenai berbagai faktor yang
cenderung dapat menyebabkan kasus diare untuk dirawat inap.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Juffrie,2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare.
Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >
200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan
indikator untuk volume tinja.
2.2. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
4
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).
2. 4. Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)(Suraatmaja, 2007)
2. 5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
5
walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+ATPase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata, 2006).
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
6
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya
diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan
diare sekretorik (Juffrie, 2010).
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan
usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri
non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut
(Simadibrata, 2006).
2. 6 Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal
bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah
ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang
paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan
kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas
plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau
dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi
7
ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan
dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan
ada sensasi ingin ke belakang.
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual,
muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah
tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak
invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa
jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin
yang dihasilkan (Simadibrata, 2006).
2.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,
8
2010).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi (Juffrie, 2010).
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif
dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010).
Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasiPenilaian A B C
Lihat :
Keadaan Umum
Baik, sadar *Gelisah,rewel *Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata, mulut dan
lidah
ada Tidak ada Sangat kering
Rasa haus Minum biasa tidak
haus
*Haus, ingin minum
banyak
*Malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa :
Turgor kulit
Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang
Dehidrasi berat
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
WHO, 2010.
Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)
b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang 9
diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada
kolom yang sama.
2. 7.3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya
pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan
bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain.
Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit,
bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002).
2.8. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
10
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
2.8.1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di
pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2012).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas
setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.
Tabel 2. Jumlah oralit yang diberikanUmur Jumlah Oralit yang diberikan tiap
BAB
Jumlah oralit yang disediakan
dirumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
11
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Kemenkes RI, 2012
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan
cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.
Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan
dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie,2010).
2.8.2 Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2012).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian
12
tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2012).
2.8.3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2012).
2.8.4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita
diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI,
2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status
gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
13
parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
2.8.5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2012), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
14
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan ini, yang menjadi variabel bebas adalah karakteristik
pasien diare yang dirawat inap di RSUD Kab. KLungkung. Karakteristik pasien kemudian
dibedakan menjadi beberapa variabel yaitu variabel umur yang terdiri dari kelompok umur
dibawah satu tahun, satu sampai lima tahun, enam sampai dua belas tahun dan umur diatas
dua belas tahun. Kemudian ada variabel gender yang terdiri dari kelompok pria dan wanita.
Variabel jenis diare yang terdiri dari diare akut dan kronis. Variabel derajat dehidrasi yang
dikelompokkan dalam dehidrasi ringan, sedang dan berat.
Variabel kendali adalah pasien diare variabel ini dapat mengendalikan variabel
tergantung, dimana jika variabel kendali dapat diubah keadaannya maka variabel 15
Variabel Bebas
Karakteristik Pasien Diare anak :
Umur
Gender
Jenis Diare
Derajat Dehidrasi
Variabel Tergantung
Kasus Diare anak yang di Rawat Inap
Variabel Kendali
Pasien Diare
tergantung akan mengalami perubahan hasil. Sedangkan variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah kasus diare yang dirawat inap.
3.2 Hipotesis
Adanya hubungan antara variabel bebas berupa karakteristik pasien diare dengan derajat
dehidrasi kasus diare anak yang dirawat inap.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksakan di RSUD Kabupaten Klungkung. Pengumpulan data untuk penelitian
ini memerlukan waktu selama 1 minggu, yang dimulai dari tanggal 15 Desember 2012,
dengan rincian:
- Menghubungi Dinas Kesehatan Kab. Klungkung dan RSUD Kab. Klungkung untuk
menanyakan segala hal yang dibutuhkan apabila akan melakukan penelitian di daerah
tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 15 Desember 2012.
- Membawa surat resmi dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Warmadewa ke Dinas Kesehatan Kab. Klungkung dan RSUD Kab. Klungkung perihal
mohon ijin melakukan penelitian di daerah tersebut, serta pengumpulan data kasus diare
yang dirawat inap di RSUD Kab. Klungkung sejak Januari 2012 hingga Desember 2012.
Hal ini dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Desember 2012.
Penelitian dilakukan di RSUD Kab. Klungkung mengingat angka kasus diare yang
dirawat inap cukup tinggi dan masuknya penyakit diare dalam 10 besar penyakit di RSUD
Kab. Klungkung.
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif crossectional dengan data sekunder kasus diare
yang di rawat inap dari RSUD Kab. Klungkung selama tahun 2012. Penelitian
17
menggunakan uji chi square dan tabulasi silang yang kemudian disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah data kasus diare yang dirawat inap di RSUD Klungkung pada
tahun 2012. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diketahui populasi berjumlah 374
orang. Dari populasi tersebut kemudian akan dilakukan inklusi serta eksklusi. Kriteria
inklusi adalah Pasien diare bayi dan balita yang dirawat inap di RSUD Klungkung pada
tahun 2012. Kriteria eksklusi adalah Pasien diare yang disertai penyakit lain
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang dilakukan. Seluruh populasi terinklusi
sehingga populasi tetap berjumlah 158 orang. Populasi ini kemudian akan dilakukan
sampling. Untuk menentukan besaran sampel menggunakan teknik Slovin dengan rumus
sebagai berikut.
N = Jumlah Populasi
e = rentang eror (5%)
Berdasarkan perhitungan, ditemukan sampel sebesar 113 orang yang kemudian akan
diteliti. Namun mempertimbangkan jumlah populasi yang tidak terlalu berbeda dengan
penghitungan sampel dan cukup memadai untuk diteliti dalam waktu 3 minggu, maka
seluruh populasi tersebut dijadikan sebagai sampel.
18
n =
4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, maka variabel penelitian
pada penelitian ini antara lain:
Variabel bebas : Umur, gender, jenis diare dan derajat dehidrasi
Variabel tergantung : Kasus diare yang dirawat inap
Variabel kendali : Pasien diare
Setiap variabel yang ada dalam penelitian memiliki banyak pengertian, sehingga
perlu didefinisikan terlebih dahulu.
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel
No. Nama Variabel Definisi Operasional Skala Klasifikasi
1. Umur Umur sampel. Diukur dalam tahun
rasio 1. ≤ 1 tahun2. 2 tahun3. 3 tahun4. 4 tahun5. 5 tahun
2. Gender Jenis kelamin sampel Kategorikal I. PriaII. Wanita
3. Jenis Diare Jenis diare sampel Kategorikal I. AkutII. Kronis
4. Derajat dehidrasi
Tingkat dehidrasi sampel
Kategorikal I. Tidak ada dehidrasiII. Dehidrasi ringanIII. Dehidrasi sedangIIII. Dehidrasi berat
5. Kasus Diare yang dirawat inap
Jumlah kasus diare yang dirawat inap
Nominal
6. Pasien diare Jumlah pasien yang didiagnosis diare
Nominal
19
4.5 Alat Dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini bahan yang diperlukann adalah berupa data jumlah kasus diare yang
dirawat inap dan rekam medis sampel. Alat penelitian berupa software excel dan SPSS
untuk pengolahan data.
4.6 Rencana Analisis Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data dan pengelompokan sampel, data kemudian
diolah dan dikelompokkan dalam beberapa variabel. Masing-masing kelompok variabel
kemudian diuji menggunakan analisis cross tab dan chi square. Hasil uji dicocokan dengan
hipotesis yang telah dibuat dan kemudian dijabarkan.
4.7 Prosedur Penelitian
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data dan Informasi
Analsisis Data
Penyusunan Skripsi
20
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis
5.1.1 Frekuensi
Dibawah ini akan dicantumkan frekuensi/persentase tiap variabel yang telah dihitung.
Tabel 4.1Validitas variabel
Umur Jenis Kelamin Jenis Diare
Derajat
Dehidrasi
N Valid 158 158 158 158
Missing 0 0 0 0
Tabel 4.2 Frekuensi variabel umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 Tahun 112 70.9 70.9 70.9
2 Tahun 25 15.8 15.8 86.7
3 Tahun 11 7.0 7.0 93.7
4 Tahun 7 4.4 4.4 98.1
5 Tahun 3 1.9 1.9 100.0
Total 158 100.0 100.0
21
Tabel 4.3 Frekuensi variabel jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki - Laki 96 60.8 60.8 60.8
Perempuan 62 39.2 39.2 100.0
Total 158 100.0 100.0
Tabel 4.3 Frekuensi variabel jenis diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Akut 155 98.1 98.1 98.1
Kronis 3 1.9 1.9 100.0
Total 158 100.0 100.0
Tabel 4.4 Frekuensi variabel derajat dehidrasi
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Tanpa Dehidrasi 16 10.1 10.1 10.1
Dehidrasi Ringan 69 43.7 43.7 53.8Dehidrasi Sedang 70 44.3 44.3 98.1Dehidrasi Berat 3 1.9 1.9 100.0Total 158 100.0 100.0
22
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk umur didominasi oleh pasien dengan umur
dibawah 1 tahun (70%), jenis kelamin laki-laki (60,8%), jenis diare akut (98,1%) dan
dengan derajat dehidrasi tersering yaitu derajat dehidrasi sedang (44,3%).
Hasil yang diperoleh sesuai dan relevan dengan tinjauan pustaka yang dilakukan
dimana usia dibawah satu tahun lebih rentan mengalami diare dan perlu mendapatkan
perhatian lebih karena mudah mengalami dehidrasi sehingga perlu adanya tindakan rawat
inap. hasil penghitungan frekuensi derajat dehidrasi juga menunjukkan hasil yang relevan
dimana kasus diare anak dengan derajat dehidrasi sedang yang paling banyak untuk
dirawat inap. Namun perlu diperhatikan bahwa kelompok tanpa dehidrasi dan dehidrasi
ringan mencapai 53,8% yang berarti lebih dari setengah sampel. Hal ini perlu dilakukan
pembahasan lebih lanjut.
5.1.2. Tabulasi silang
Selain menghitung frekuensi tiap variabel, dilakukan juga uji tabulasi silang untuk
mengetahui hubungan antavariabel. Ingin diketahui hubungan derajat dehidrasi dengan
variabel lainnya.
5.1.2.1 Variabel derajat dehidrasi dengan umur
Hipotesis :
H0 : tidak adanya hubungan antara umur pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
H1 : adanya hubungan antara umur pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung > α, maka H0 diterima.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung < α, maka H0 ditolak.
23
Tabel 5.1 Case Processing Summary derajat dehidrasi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Derajat Dehidrasi 158 100.0% 0 .0% 158 100.0%
Tabel 5.2 cross tabulasi umur * derajat dehidrasi
Derajat Dehidrasi
TotalTanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan
Dehidrasi
Sedang Dehidrasi Berat
Umur 1 Tahun 8 50 52 2 112
2 Tahun 4 9 11 1 25
3 Tahun 1 6 4 0 11
4 Tahun 2 3 2 0 7
5 Tahun 1 1 1 0 3
Total 16 69 70 3 158
24
Tabel 5.3 Chi-Square umur* derajat dehidrasi
Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided)
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided) Sig. Lower Bound Upper Bound Sig. Lower Bound Upper Bound
Pearson Chi-Square 8.260a 12 .765 .699b .690 .708
Likelihood Ratio 7.192 12 .845 .864b .857 .870
Fisher's Exact Test 11.036 .515b .505 .525
Linear-by-Linear Association 3.539c 1 .060 .071b .066 .076 .036b .032 .040
N of Valid Cases 158
a. 15 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
c. The standardized statistic is -1,881.
Dari hasil tabel diatas ditemukan Asymp. Sig (2 sided) 0,765. Dengan ketentuan sebelumnya. Asymp. Sig (2 sided) 0,765 > α (0,05)
maka H0 diterima. Jadi tidak ada hubungan antara umur pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
25
5.1.2.2 Variabel derajat dehidrasi dengan jenis kelamin
Hipotesis :
H0 : tidak adanya hubungan antara umur pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
H1 : adanya hubungan antara umur pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung > α, maka H0 diterima.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung < α, maka H0 ditolak.
Tabel 6.1 Case Processing Summary untuk jenis kelamin
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Derajat Dehidrasi * Jenis
Kelamin
158 100.0% 0 .0% 158 100.0%
Tabel 6.2 tabulasi silang derajat dehidrasi * jenis kelamin
Jenis Kelamin
TotalLaki - Laki Perempuan
Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi 10 6 16
Dehidrasi Ringan 38 31 69
Dehidrasi Sedang 46 24 70
Dehidrasi Berat 2 1 3
Total 96 62 158
26
Tabel 6.3 chi square derajat dehidrasi * jenis kelamin
Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided)
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided) Sig. Lower Bound Upper Bound Sig. Lower Bound Upper Bound
Pearson Chi-Square 1.721a 3 .632 .673b .663 .682
Likelihood Ratio 1.721 3 .632 .674b .665 .683
Fisher's Exact Test 1.849 .627b .618 .637
Linear-by-Linear Association .696c 1 .404 .415b .406 .425 .245b .236 .253
N of Valid Cases 158
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
c. The standardized statistic is -,834.
Dari hasil tabel diatas ditemukan Asymp. Sig (2 sided) 0,632. Dengan ketentuan sebelumnya. Asymp. Sig (2 sided) 0,632 > α (0,05)
maka H0 diterima. Jadi tidak ada hubungan antara jenis kelamin pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
27
5.1.2.1 Variabel derajat dehidrasi dengan jenis diare
Hipotesis :
H0 : tidak adanya hubungan antara jenis diare pasien dengan derajat dehidrasi yang
dialami.
H1 : adanya hubungan antara jenis diare pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung > α, maka H0 diterima.
Jika nilai Asymp. Sig (2 sided) chi square hitung < α, maka H0 ditolak.
Tabel 7.1 Case Processing Summary untuk jenis diare
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Derajat Dehidrasi * Jenis
Diare
158 100.0% 0 .0% 158 100.0%
Tabel 7.2 tabulasi silang derajat dehidrasi * jenis diare
Jenis Diare
TotalAkut Kronis
Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi 16 0 16
Dehidrasi Ringan 69 0 69
Dehidrasi Sedang 69 1 70
Dehidrasi Berat 1 2 3
Total 155 3 158
28
Tabel 7.3 Chi-Square
Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided)
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Value dfAsymp. Sig. (2-
sided) Sig. Lower Bound Upper Bound Sig. Lower Bound Upper Bound
Pearson Chi-Square 69.290a 3 .000 .000b .000 .001
Likelihood Ratio 15.425 3 .001 .000b .000 .001
Fisher's Exact Test 15.204 .000b .000 .001
Linear-by-Linear Association 10.572c 1 .001 .001b .000 .001 .000b .000 .000
N of Valid Cases 158
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.
b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 624387341.
c. The standardized statistic is 3,251.
Dari hasil tabel diatas ditemukan Asymp. Sig (2 sided) 0,000. Dengan ketentuan sebelumnya. Asymp. Sig (2 sided) 0,000 < α (0,05)
maka H0 ditolak. Jadi ada hubungan antara jenis diare pasien dengan derajat dehidrasi yang dialami.
29
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Umur dengan Kasus Diare yang Dirawat Inap
Berdasarkan hasil peelitian dan analisis diketahui bahwa pasien diare dengan kelompok
umur satu tahun merupakan penyumbang tertinggi pada kasus diare yang dirawat inap
dengan persentase 70.9%. kelompok umur 2 tahun sebesar 15,8%, umur 3 tahun 7,0%,
umur 4 tahun 4,4%, dan umur 5 tahun dengan jumlah kasus terendah sebesar 1,9%.
Tingginya kasus diare pada kelompok umur 1 tahun ini sesusai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan angka kejadian diare paling tinggi pada anak usia satu
tahun kebawah (68,75%). (Minarti Majid, 2011)
Hasil ini juga didukung tinjauan pustaka yang ada, episode diare banyak terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada golongan umur 6-11 bulan,
pada masa diberikan makanan pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada saluran
pencernaan bayi dan dewasa. Sistem pertahanan saluran cerna pada bayi masih belum
matang. Sekresi asam lambung belum sempurna saat lahir dan membutuhkan waktu
hingga beberapa bulan untuk dapat mencapai kadar bakteriosidal dimana pH < 4. Begitu
pula dengan barier mukosa berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Ada
perbedaan ikatan mikrovilus terhadap bakteri atau toksinnya serta komposisi mukus
intestinal pada bayi dan dewasa. Perbedaan jumlah flora normal terjadi karena saluran
pencernaan pada awalnya steril dan flora normal saluran cerna berkembang beberapa
bulan awal kehidupan.
Pada neonatus, produksi beberapa enzim pencernaan belum berkembang
sempurna, misalnya produksi lipase oleh pankreas. Selain itu efek penurunan kadar
30
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang kemungkinan
terpapar bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat
bayi mulai merangkak akan memperbesar risiko.
6.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kasus Diare yang Dirawat Inap
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa dari 158 sampel, 60.8% berjenis kelamin laki-
laki dan 39,2% berjenis kelamin permpuan. Hal ini berbeda dengan epidemologi di
negara lain. Di luar negeri angka kesakitan lebih tinggi pada kalangan perempuan
sedangkan angka kematian lebih tinggi pada kalangan laki-laki juga pada semua
golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka
kesakitan ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Jurnalis jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dari perempuan (75,9% vs 24,1%). Sedangkan berdasarkan penelitian di Bali
juga mendapatkan laki-laki lebih banyak dari perempuan (60% vs 40%) (Mahalini,
2004). Pada kasus tertentu jenis kelamin mempengaruhi terjadinya penyakit akan tetapi
pada kasus diare jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian diare.
6.3 Hubungan Jenis Diare dengan Kasus Diare yang Dirawat Inap
Jumlah kasus diare berdasarkan jenis diare yang ditemukan dalam penelitian adalah
98,1% untuk diare akut dan 1,9% untuk diare kronis. Berdasarkan uji tabulasi
ditemukan adanya hubungan antara jenis diare dengan derajat dehidrasi kasus. Hal ini
dimungkinkan karena sedikitnya kasus diare kronis, namun semua kasus diare kronis
mengalami derajat dehidrasi berat. Dibandingkan dengan tingginya kasus diare akut
yang dominan merupakan kasus dengan derajat dehidrasi ringan sampai sedang. Hasil
31
ini hampir sesuai dengan literatur bahwa kejadian diare akut didapatkan 80%, dan diare
melanjut lebih kurang 15%, sedangkan yang menjadi diare persisten sebanyak 5%.
Hasil ini juga mendukung penelitian lain dimana 258 kasus diare akut hanya 7,17%
berkembang menjadi diare akut dehidrasi berat (Sulaiman, 2011)
6.4 Hubungan Derajat Dehidrasi dengan Kasus Diare yang Dirawat Inap
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel derajat dehidrasi ditemukan bahwa
dehidrasi sedang merupakan kelompok tertinggi dengan 44,3%, dehidrasi ringan dengan
10,1%, tanpa dehidrasi 10,1% dan dehidrasi berat 1,9%. Namun perlu diperhatikan
bahwa kelompok tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan mencapai 53,8% yang berarti
lebih dari setengah sampel.
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, ataupun kesembuhan pada
pasien penderita diare. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada
orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak
mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami
dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada kematian. Hal ini
yang menjadi pertimbangan pihak rumah sakit dalam merawat inap kasus diare balita
meski hanya datang dengan dehidrasi ringan bahkan tanpa dehidrasi karena jika
pemberian cairan oral rehidrasi, tidak segera membaik. Diperlukan observasi dan rawat
inap untuk mencegah terjadinya perburukan derajat dehidrasi pasien.
32
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik beberapa simpulan yaitu :
1. Pasien diare dengan usia 1 tahun kebawah (70%), lebih sering mengalami kasus
diare yang dirawat inap dibandingkan umur lain. Setelah dilakukan tabulasi
silang dengan derajat dehidrasi, tidak ditemukan hubungan antara keduanya (H0
diterima).
2. Pasien diare dengan jenis kelamin laki-laki (60,8%), lebih tinggi dari jenis
kelamin perempuan (39,2%). Setelah dilakukan tabulasi silang dengan derajat
dehidrasi, tidak ditemukan hubungan antara keduanya (H0 diterima).
3. Pasien diare dengan jenis diare akut (98,1%) tampak signifikan dari keseluruhan
kasus diare yang dirawat inap dibandingkan dengan jenis diare kronis (1,9%).
Setelah dilakukan tabulasi silang dengan derajat dehidrasi, ditemukan hubungan
yang bermakna antara keduanya (H0 ditolak).
4. Pasien diare dengan derajat dehidrasi tersering yaitu derajat dehidrasi sedang
(44,3%) dibandingkan kategori derajat dehidrasi lainnya. Setelah dilakukan
tabulasi silang dengan derajat dehidrasi, tidak ditemukan hubungan antara
keduanya (H0 diterima).
33
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diberikan beberapa saran yaitu :
1. Balita terutama umur 1-2 tahun merupakan kelompok umur paling rentan dan
beresiko mengalami diare. Sehingga perlu adanya pengawasan lebih dari orang
tua untuk mencegah balitanya mengalami diare.
2. Pihak pemberi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit mampu menetapkan
prosedur standar untuk pelayanan kasus diare terutama pada balita. Sehingga
berbagai kemungkinan dapat tertanggulangi dengan baik dan rumah sakit
melakukan rawat inap pada kasus secara rasional.
34