skripsi perilaku komunikasi anak dalam gaya bahasa …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DALAM
GAYA BAHASA MELAYU PADA TAYANGAN UPIN & IPIN
(Studi Pada Murid SDN 210 Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara)
Oleh:
DEVI RATMA PRATAMA
Nomor Induk Mahasiswa: 105651104616
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DALAM
GAYA BAHASA MELAYU PADA TAYANGAN UPIN & IPIN
(Studi Pada Murid SDN 210 Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun dan diusulkan oleh:
DEVI RATMA PRATAMA
Nomor Induk Mahasiswa : 105651104616
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi Penelitian : Perilaku Komunikasi Anak dalam Gaya Bahasa
Melayu pada Tayangan Upin & Ipin (Studi pada
Murid SDN 210 Lemahabang di Kabupaten
Luwu Utara)
Nama Mahasiswa : Devi Ratma Pratama
Nomor Induk Mahasiswa : 105651104616
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muhammad Yahya, M.Si Indah Pratiwi M, S.Sos., M.A
NBM. 862 871 NIDN. 0302018701
Mengetahui :
Dekan Ketua Program Studi
FISIP Unismuh Makassar Ilmu Komunikasi
Dr.Hj.Ihyani Malik,S.Sos.,M.Si Dr. H. Muh. Tahir, M.Si
NBM : 730727 NBM : 811413
iv
HALAMAN PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan
Nomor : 0171/FSP/A.3-VIII/IV/42/2021 sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana (S.I.Kom) dalam Program Studi Ilmu Komunikasi di
Makassar pada hari Rabu tanggal 28 April Tahun 2021.
TIM PENILAI
Ketua Sekretaris
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si
NBM: 730727 NBM: 1084366
Penguji :
1. Dr. Muhammad Yahya, M.Si (Ketua) ( )
2. Wardah, S.Sos., M.A ( )
3. Muhammad Amin, S.Ag., M.Pd ( )
4. Indah Pratiwi M, S.Sos., M.A ( )
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Devi Ratma Pratama
Nomor Induk Mahasiswa : 105651104616
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa benar skripsi penelitian ini yang berjudul “Perilaku
Komunikasi Anak dalam Gaya Bahasa Melayu pada Tayangan Upin & Ipin (Studi
pada Murid SDN 210 Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara)” adalah penelitian
saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat
dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 2021
Yang Menyatakan,
Devi Ratma Pratama
vi
ABSTRAK
Devi Ratma Pratama, Perilaku Komunikasi Anak dalam Gaya Bahasa Melayu
pada Tayangan Upin & Ipin (Studi Murid SDN 210 Lemahabang di Kabupaten
Luwu Utara) (dibimbing oleh Muhammad Yahya dan Indah Pratiwi M).
Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi
seseorang, sehingga perilaku komunikasi seseorang akan pula menjadi kebiasaan
pelakunya. Anak-anak sekarang cenderung banyak duduk di depan televisi untuk
menyaksikan tayangan yang mereka sukai Anak-anak sangat menyukai yang
namanya film kartun animasi, salah satunya adalah Upin & Ipin. Tipe penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian
fenomenologis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah informan sebanyak 7 orang.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dengan analaisis data interaktif dan menggunakan teknik triangulasi
jenis waktu dan sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi intrapersonal yang
diadopsi seperti berkomunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir
dalam melakukan suatu kegiatan, Komunikasi antarpersonal yang diadopsi,
cenderung untuk mengikuti gaya bahasa pada tayangan Upin & Ipin saat
berinteraksi dikesehariannya, Komunikasi kelompok yang diadopsi, pada saat
proses belajar mengajar di kelas yang berlangsung siswa cenderung menggunakan
pola bahasa melayu. Kecenderungan tersebut terpengaruh pada tayangan film
kartun Upin & Ipin dengan gaya Bahasa melayu yang di gunakannya. Sebagai
orang tua lebih baik mendampingi anak-anak secara intensif ketika menonton
tayangan film kartun Upin & Ipin saat menggunakan Bahasa melayu perlu
langsung di artikan dalam Bahasa Indonesia. Meskipun tayangan Upin & Ipin
pada dasarnya Film tidak memberikan dampak yang buruk namun efek
komunikasi pada anak-anak beragam walaupun menerima pesan yang sama, anak-
anak mempunyai perhatian, minat, dan keinginan yang berbeda.
Kata kunci : Perilaku komunikasi anak, Gaya Bahasa
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat karunia
nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita
curahkan kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman yang
terang menderang ini. Penyusunan skripsi dengan judul “Perilaku Komunikasi
Anak dalam Gaya Bahasa Melayu pada Tayangan Upin & Ipin (Studi pada Murid
SDN 210 Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara)” guna memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan
hingga penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, melalui ucapan sederhana ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tinggi nya
kepada:
1. Terima kasih kepada Allah SWT telah memberikan kesehatan dan umur
Panjang.
2. Kedua orang tua Bapak Darwis dan Ibu Rosmawati terima kasih yang
telah membesarkan dan mendidik penulis serta selalu memberikan
dorongan, dukungan, doa, dan semangat yang tak henti-henti nya. Terima
kasih juga untuk saudara sedarah penulis Dewi, Abi, dan Dina yang
memberikan semangat untuk terus melanjutkan Pendidikan sampai saat
ini.
viii
3. Dr. Muhammad Yahya, M. Si selaku pembimbing I dan Indah Pratiwi
Manggaga, S. Ikom, M. A selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran dan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada
setiap permasalahan dan kesulitan pada penulisan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Komunikasi terima kasih telah memberikan
ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan dan staf tata usaha
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar yang banyak membantu dalam pengurusan ujian sarjana penulis.
5. Terima kasih sahabat-sahabat Study Group (Suci, Rega, Tira, Fikhry, dan
Fakhry) yang selalu ada, yang selalu memberikan motivasi dan semangat
mulai dari awal Pendidikan sampai sekarang.
6. Terima kasih sahabat-sahabat seperjuangan penulis Girls Family (Innah,
Fauzia, Iyang, Tika, Hikma) yang masih bersama berjuang mendapatkan
gelar sarjana. Yang selama ini membantu dan memberikan semangat untuk
penulis.
7. Terima kasih Adjie Reska Pratama yang selalu memberikan semangat dan
doa untuk penulis menyelesaikan skripsi.
8. Teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
(HUMANIKOM).
9. Teman-teman angkatan 2016 “FEDERASI” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
ix
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca khusus nya Jurusan Ilmu Komunikasi.
Penulis
Devi Ratma Pratama
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENEIMAAN TIM ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH........................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Malasalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 6
B. Konsep dan Teori ................................................................................ 8
1. Perilaku Komunikasi ...................................................................... 8
2. Perilaku Anak ................................................................................ 17
3. Efek Media Terhadap Anak ……………………………………... 18
4. Teori Peluru Atau Jarum Hipodermik ........................................... 20
C. Kerangka Pikir .................................................................................... 22
D. Fokus Penelitian .................................................................................. 23
E. Deskripsi Fokus ................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 26
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 26
C. Informan .............................................................................................. 27
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 27
E. Teknik Pengabsahan Data .................................................................... 28
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................. 31
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 35
C. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 41
xi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 47
A. Kesimpulan .......................................................................................... 47
B. Saran ..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan media komunikasi sudah mengalami banyak kemajuan.
Salah satunya yaitu media televisi. Televisi yang dulunya hanya menampilkan
gambar putih abu-abu dengan siaran yang terbatas, kini televisi sudah memiliki
gambar berwarna dan mempunyai banyak siaran baru. Media ini ialah sesuatu
yang berasal dari kombinasi atau kolaborasi antara suara dan gambar (Nurhadi,
2017). Seiring dengan kemajuan teknologi, televisi kini memiliki banyak
tayangan yang dapat menarik perhatian dan mempengaruhi pemikiran orang.
Kebutuhan akan mendapatkan informasi melalui media terus meningkat.
Orang akan bisa memperoleh informasi melalui media-media yang ada baik
berupa koran, radio, televisi ataupun internet. Media massa telah merasuk
(pervasive) ke kehidupan masyarakat modern. Orang hampir menghabiskan rata-
rata 40 persen bersama media massa (Dewi, 2012). Media massa telah menyentuh
hampir semua aspek sehari-hari dalam kehidupan kita. Banyak ahli komunikasi
yang menyatakan bahwa saat ini kita hidup dalam apa yang dinamakan
masyarakat komunikasi massa.
Secara sederhana, masyarakat komunikasi massa adalah satu masyarakat
yang kehidupan kesehariannya tidak bisa dilepaskan dari media massa.
Masyarakat komunikasi massa, menjual dan membeli barang melalui media
massa, mencari informasi mutakhir, mencari bahan untuk pendidikan, mencari
2
hiburan dan bahkan mencari jodoh pun melalui media massa (Indriana, 2011).
Sehingga tentunya hal tersebut berdampak terhadap perilaku komunikasi
seseorang, apa lagi bagi kalangan anak-anak. Perilaku komunikasi merupakan
suatu tindakan atau respon seseorang dalam lingkungan dan situasi
komunikasinya.
Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi
seseorang, sehingga perilaku komunikasi seseorang akan pula menjadi kebiasaan
pelakunya. Definisi perilaku komunikasi tidak akan lepas dari pengertian perilaku
dan komunikasi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan yaitu perilaku
atau kebiasaan seseorang umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan
sesuatu dan untuk memperoleh tujuan tertentu. Hasil dari perilaku komunikasi
tersebut yang mengharuskan seseorang tersebut untuk mendapat titik temu
tindakannya (Wijaya, 205).
Perilaku komunikasi akan menampilkan teknik dan keterampilan
dariseseorang untuk mencapai tujuankomunikasinya, dalam hal ini dapat
diterapkanpada seseorang yang mengatur teknik komunikasinya baik secara
verbal maupun secara non verbal. Salah satu contoh dari perilaku komunikasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang ada dalam lingkungan kita sehari-
hari. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang sudah semakin canggih
sehingga pola hidup dan dunia bermain anak juga semakin berkembang tidak
seperti anak-anak pada zaman dulu. Anak-anak sekarang cenderung banyak duduk
di depan televisi untuk menyaksikan tayangan yang mereka sukai. Melihat
perkembangan teknologi yang sangat pesat, hampir semua masyarakat sudah
3
memiliki televisi, sehingga mereka dapat menikmati tayangan televisi di setiap
saat. Tidak terkecuali pada acara anak-anak misalnya film kartun animasi. Anak-
anak sangat menyukai yang namanya film kartun animasi, salah satunya adalah
Upin & Ipin. Film kartun animasi ini tayang setiap hari jam 1 siang dan jam 6
malam. Keunikan dalam bahasa pengantar Upin & Ipin inilah yang menjadikan
daya tarik bagi anak-anak untuk menontonnya. Anak-anak hampir setiap hari
menonton film kartun Upin & Ipin, bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka
menggunakan Bahasa Melayu. Mereka menirukan gaya bahasa yang di gunakan
Upin & Ipin. Bahasanya yang unik menjadikan film kartun animasi Upin & Ipin
di gemari oleh anak-anak. Saat ini hampir semua anak sering atau bahkan tidak
mau melewatkan film kartun Upin & Ipin.
Tingkat keseringan menonton Upin & Ipin yang timbul dalam diri anak-
anak, menjadikan mereka ikut menirukan bahasa pengantar Upin & Ipin dalam
keseharian mereka. Film Kartun Animasi Upin & Ipin memberikan pengaruh
terhadap anak-anak bukan hanya soal pengetahuan saja melainkan sudah
merambah ke ranah bahasa anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Karena
tayangan film kartun animasi Upin & Ipin setiap episode diputar berulang-ulang
sehingga anak-anak menjadi hafal di luar kepala. Fenomena ini terjadi pada siswa
SDN 210 Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara. Observasi yang dilakukan
ditemukan siswa yang menggunakan bahasa dan dari tayangan dialek Upin &
Ipin. Hal ini terjadi dikarenakan terlalu seringnya si anak menonton tayangan
animasi upin & ipin, mereka pun sejenak melupakan Bahasa Indonesia yang
seharusnya mereka gunakan. Anak-anak saat ini banyak mengikuti cara berbicara
4
mereka seperti “selamat pagi cikgu” , betul.. betul.. betul atau dua singgit dua
singgit. Anak-anak tersebut jadi terbuai oleh apa yang di tayangkan oleh film
kartun animasi Upin & Ipin. Mereka juga jadi lebih tahu Budaya Malaysia di
bandingkan negara sendiri Indonesia. Hal ini sangat di sayangkan, semoga dengan
adanya tayangan film kartun animasi Upin & Ipin ini anak-anak Indonesia sebagai
penikmat dan penonton aktif film kartun animasi Upin & Ipin tidak melupakan
Bahasa Indonesia yang seharusnya di pertahankan dan tetap cinta akan nilai-nilai
budaya yang ada di Indonesia.
Fenomena tersebut telah terjadi di kalangan siswa SD Negeri 210
Lemahabang, di mana kecenderungan siswa menggunakan bahasa dan dialek dari
film kartun Upin & Ipin dikarenakan intensitas menyaksikan tayangan tersebut
yang sangat intens. Anak-anak jadi lebih tahu budaya Malaysia daripada budaya
Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Perilaku Komunikasi Anak dalam Gaya
Bahasa Melayu pada Tayangan Upin & Ipin (Studi pada Murid SDN 210
Lemahabang di Kabupaten Luwu Utara)”.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana perilaku komunikasi siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
Kabupaten Luwu Utara ?
2) Seperti apa dampak dari tayangan Upin & Ipin terhadap perilaku
komunikasi Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu
Utara?
5
C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui perilaku komunikasi siswa Kelas III SDN 210
Lemahabang Kabupaten Luwu Utara .
2) Untuk mengetahui dampak dari tayangan Upin & Ipin terhadap perilaku
komunikasi Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu
Utara.
D. Manfaat Penelitian
1) Secara Praktis
Sebagai sumbangsih informasi hingga bahan masukan bagi unsur yang
berkewajiban dan berkaitan, dalam hal ini pihak orang tua hingga
terkhusus bagi guru sekolah untuk dapat menyikapi fenomena dalam
konteks perilaku komunikasi anak.
2) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih akademik guna
pengembangan literatur dari Ilmu Komunikasi terkhusus dalam konteks
perilaku komunikasi anak, hingga sebagai bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang memiliki minat kesamaan kajian penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar
dalam penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan
gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
Berikut ini adalah rincian terkait dengan penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan dengan penelitian penulis saat ini :
1. Penelitian Arinda Gita Pratiwi, (2016) hubungan antara sikap terhadap
tayangan Upin Ipin dan empati pada anak, metode penelitian berdasarkan
hasil penelitian bisa disimpulkan bahwa telah di ketahui kepada hubungan
yang positif dan signifikan antara sikap anak-anak yang menonton kepada
film Upin Ipin dengan tingkah laku empatinya. Hal itu di buktikan dengan
hasil analisa yang memperlihatkan nilai r sebesar 0,447 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000 atau <0,05. Dapat dilihat bahwa kepada hubungan
yang positif dan signifikan antara sikap anak-anak yang menonton kepada
film Upin Ipin dengan tingkah laku empatinya. Selain itu dapat di
tunjukkan pula besarnya kontribusi hubungan antara sikap anak-anak
dengan tingkah laku empatinya yakni sebesar 44,7%.
2. Penelitian Dyah Noviati Kusumaningrum, (2017) analisis film kartun Upin
Ipin sebagai media pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada siswa taman kanak-kanak RA miftahul huda kecamatan
7
sumpiuh kabupaten banyumas, berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah di uraikan di atas dapat di simpulkan bahwa banyak
terdapat nilai-nilai pendidikan karakter dalam 2 judul film kartun Upin Ipin
“siapa atan” dan “kedai makan Upin Ipin” melalui adegan dalam cerita film
Upin Ipin yang telah di analisis menggambarkan perilaku tokoh yang
mengandung pesan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan sifat
menghargai prestasi dan cinta damai yang masing-masing muncul 3 kali,
sedangkan film Upin Ipin adalah nilai kerja keras sebanyak 6 nilai dan nilai
yang paling sedikit muncul adalah jujur, toleransi, mandiri demokratis,
peduli sosial dan peduli lingkungan.
3. Penelitian Novriyanto, (2019) analisis semiotika pesan moral dalam film
animasi Upin & Ipin episode mulanya ramadhan, berdasarkan penelitian
yang telah di lakukan peneliti mengenai pesan moral dalam film animasi
Upin & Ipin episode “mulanya ramadhan” dengan menggunakan analisis
semiotika Charles sandrers pierce maka dapat menarik kesimpulan bahwa
film animasi Upin & Ipin episode “mulanya ramadhan” memiliki pesan
moral yaitu hubungan manusia dengan tuhannya dalam bentuk berdoa,
hormat kepada orang tua dan sedekah, kemudian pesan moral hubungan
manusia dengan manusia lainnya pada lingkup sosial dalam bentuk
persahabatan, kekeluargaan, berani mengakui kesalahan sebagai bentuk
tanggung jawab tolong menolong antar sesama, dan interaksi sosial, serta
nasihat-nasihat yang di sampaikan mengenai rasa syukur atas rezeki yang
telah di dapatkan juga pembelajaran mengenai bulan ramadhan.
8
B. Konsep Dan Teori
1. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi adalah cara seseorang individu atau kelompok itu
berkomunikasi. Perilaku komunikasi dalam tulisan ini adalah cara kerja suatu
kelompok ataupun individu dalam berkomunikasi yang didasarkan pada teori-teori
komunikasi dalam menyampaikan pesan atau mempengaruhi komunikan
(Daryanto, 2012 :45). Pemahaman tentang pola ini dapat kita ilustrasikan seperti
ketika kita akan membuat baju, ketika seseorang akan membuat baju dia akan
membuat pola atau sering disebut pattern pola ini bersifat fleksibel.
Perilaku ini yang akan menentukan bentuk dan model sebuah baju
kemudian setelah melalui beberapa proses akhirnya dari sebuah baju itu akan
kelihatan dan model sebenarnya akan terlihat jelas (Anwar, 2015:13).
Berdasarakan illustrasi di atas, pola komunikasi dapat dipahami dari suatu
komunikasi yang bersifat fleksibel. Pola ini sangat dipengaruhi oleh simbol-
simbol bahasa yang digunakan dan disepakati oleh kelompok tertentu.
a. Jenis-Jenis Pola dalam Perilaku Komunikasi
1) Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol (symbol)
sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu
lambang verbal dan lambang nirverbal. Lambang verbal yaitu bahasa sebagai
lambang verbal yang paling banyak dan paling sering digunakan, karena bahasa
mampu mengungkapkan pikiran komunikator.
9
Lambang nirverbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi
selain bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata, kepala,
bibir, dan tangan. Selain itu, gambar juga sebagai lambang komunikasi nirverbal,
sehingga dengan memadukan keduanya maka proses komunikasi dengan pola ini
akan lebih efektif. Pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model
ini merupakan model pemula yang dikembangkan oleh Aristoteles (Mulyana
2012). Aristoteles hidup pada saat retorika sangat berkembang sebagai bentuk
komunikasi di Yunani, terutama keterampilan orang membuat pidato pembelaan
di muka pengadilan yang dihadiri oleh rakyat menjadikan pesan atau pendapat
yang dia lontarkan menjadi dihargai orang banyak. Berdasarkan pengalaman itu
Aristoteles mengembangkan idenya untuk merumuskan suatu model komunikasi
yang didasarkan atas tiga unsur yaitu: komunikator, pesan, komunikan.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Aristoteles
Sumber : Mulyana (2012)
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris,
yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato.
Pada masa itu, seni berpidato merupakan suatu ketrampilan yang penting,
sehingga dalam komunikasi publik ini melibatkan unsur persuasi. Aristoteles
tertarik menelaah sarana persuasive yang paling efektif dalam pidato. Model
Aristoteles dalam Mulyana (2012) ini masih termasuk komunikasi yang lugas,
karena tidak menempatkan unsur media dan tidak dibahasnya aspek nirverbal
dalam persuasi. Memang harus diakui, pada masa kehidupan Aristoteles
Komunikator Pesan Komunikan
10
keterampilan berkomunikasi dengan retorika memang sangat populer, sehingga
tidak heran bila komunikasi dilakukan secara sederhana. Jadi, dalam proses
komunikasi primer ini menggunakan lambang bahasa dan anggota badan dalam
menyampaikan pesan komunikasi atau memberikan respon atas pesan tersebut.
Masalah penggunaan bahasa dalam pola komunikasi ini, dapat kita lihat
dari pandangan Aristoteles yang memberitahukan bahwa bahasa sebagai penentu
utama keberhasilan komunikasi. Dengan bahasa ini pula kita dapat menyampaikan
dan mengetahui informasi dari orang lain yang berupa ucapan. Bahasa sangat
penting dalam berkomunikasi antar manusia, karena bahasa tersebut akan dapat
mengungkapkan maksud tertentu. Selain itu, dengan bahasa juga dapat
menimbulkan dua macam pengertian, yaitu makna denotatif yang berarti makna
sesungguhnya dan makna konotatif yang memiliki makna ganda dan terkadang
bersifat emosional atau evaluatif yang mengarahkan ke arah negatif. Jadi apabila
berkomunikasi yang mempunyai bahasa atau makna yang berbeda lebih baik
menggunakan kata yang bermakna denotatif.
Sedangkan lambang nirverbal digunakan dalam proses komunikasi dengan
menggunakan anggota badan yang meliputi bibir, kepala, dan tangan. Ray L.
Birdwhistel dalam Onong Uchjana Effendy melakukan analisis mengenai
pengenalan "Body Communication " yaitu pemberian kode bagi gerakan badan
(comprehensive coding scheme), sehingga dapat diketahui respon apa yang
diberikan. Selain itu, lambang nirverbal dapat berupa gambar, bagan, tabel
sebagai alat penyampai pesan. Tetapi kelemahan cara ini lambang nirverbal hanya
sebagai pembantu, sehingga belum dicapai secara efektif.
11
Tipe komunikasi yang menggunakan pola ini adalah komunikasi persona
yang meliputi komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
Komunikasi intrapersonal dalam pola ini menggunakan aspek diri sebagai
pengirim maupun penerima, sehingga komunikasi ini merupakan komunikasi
yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam komunikasi intrapersonal proses
komunikasi yang dilakukan bertanya dan menjawab dalam diri sendiri. Selain itu
komunikasi interpersonal juga menggunakan pola komunikasi primer ini, karena
dalam komunikasi ini hanya dilakukan dua, tiga dan beberapa orang secara
langsung tanpa menggunakan media.
Berdasarkan asumsi dasar ditemukannya pola ini oleh Aristoteles, maka
komunikasi publik menggunakan pola komunikasi primer ini. Dalam komunikasi
publik, antara komunikator dan komunikan proses komunikasi terjadi secara
langsung dan umpan balik dalam komunikasi ini tidak begitu dipermasalahkan.
Komunikasi retoris mempunyai tiga unsur utama yaitu komunikator, komunikan
dan pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Pola komunikasi
menegak yaitu pola komunikasi ke bawah merupakan bagian clan pola
komunikasi primer ini, karena hanya bersifat memberi arahan atau perintah saja.
Dengan adanya pola yang beraneka macam itu, menjadikan pola komunikasi
primer ini lebih mudah dikembangkan.
2) Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator
12
menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang
jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara
sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh
teknologi komunikasi yang semakin canggih. Pola komunikasi ini didasari atas
model sederhana yang dibuat Aristoteles, sehingga mempengaruhi Harold D.
Lasswell, seorang sarjana politik Amerika yang kemudian membuat model
komunikasi yang dikenal dengan formula Lasswell (Mulyana, 2012).
Gambar 2.2 Formula Lasswell
Sumber : Mulyana (2012)
Bila melihat formula Lasswell, proses komunikasi selalu mempunyai efek
dan penggaruh terhadap khalayak, sehingga mengabaikan faktor tanggapan balik
atau efeknya. Dalam formula Lasswell ini, ada lima unsur yang dibahas yaitu
siapa, mengatakan apa, melalui apa, kepada siapa dan apa akibatnya. Dengan
adanya unsurunsur tersebut, memberi pengertian bahwa proses komunikasi ini
menyangkut siapa, yaitu siapa yang menyampaikan pesan atau memberikan
informasi yang berarti komunikator. Mengatakan apa yang dimaksud di sini
adalah pesan yang akan disampaikan komunikator.
Melalui apa yaitu dalam proses komunikasi tersebut pengiriman pesan dari
komunikator kepada komunikan melalui saluran, media, atau secara langsung,
untuk menunjang agar komunikasi lancar. Kepada siapa yang dimaksud di sini
adalah orang yang menerima pesan dalam hal ini komunikan. Terakhir apa
Siapa Mengatakan
Apa
Melalui
Apa
Kepada
Siapa
Apa
Akibatnya
13
akibatnya yaitu pengaruh pesan itu terhadap penerima pesan, yang ditanggapi oleh
komunikator. Lasswell dalam Mulyana (2012) mengakui bahwa tidak semua
komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik
yang terjadi antara pengirim dan penerima pesan menjadikan komunikasi efektif
Lasswell juga menambahkan bahwa suatu fungsi penting komunikasi adalah
menyediakan informasi mengenai negara-negara kuat lainnya di dunia. Lasswell
menyimpulkan bahwa penting bagi suatu masyarakat untuk menemukan dan
mengendalikan faktor yang mungkin mengganggu komunikasi yang efektif.
Model Lasswell dalam Mulyana (2012) sering diterapkan dalam
komunikasi massa, model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran
dapat membawa pesan. Model tersebut dikritik oleh beberapa tokoh dan praktisi
komunikasi, karena tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan
yang bertujuan. Model ini juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah, tetapi
keunggulan model ini memfokuskan perhatian pada aspek-aspek pentingnya
komunikasi. Tipe komunikasi yang menggunakan pola ini adalah komunikasi
massa karena komunikasi massa merupakan komunikasi yang mengutamakan
saluran sebagai alat menyampaikan pesan komunikasi.
Selain itu, komunikasi yang bermedia baik media cetak maupun elektronik
juga cocok menggunakan pola ini, karena dalam pola ini menggunakan saluran.
Dalam komunikasi organisasi, pola penjuru merupakan bagian dari pola sekunder
ini, karena dapat menerapkan komunikasi yang sifatnya terbuka, sehingga dapat
dengan mudah melakukan komunikasi dengan berbagai macam hirarki dalam
organisasi tersebut.
14
3) Pola Komunikasi Linear
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu
titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini
biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi adakalanya
komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini, pesan yang disampaikan
akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi. Weaver
pada tahun 1949 dalam Mulyana (Purwasito, 2002) menerapkan proses
komunikasi manusia (human communication) yang berakar dari teori matematik
dalam komunikasi permesinan (engineering communication). Model matematikal
tersebut menggambarkan komunikasi sebagai proses linear.
Gambar 2.3 Model Matematikal Shannon dan Weaver
Message Signal Received Signal
Sumber : Mulyana (2012)
Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan bahwa sumber informasi
memproduksi sebuah pesan untuk dikomunikasikan, kemudian pemancar
mengubah pesan menjadi isyarat yang sesuai bagi saluran. Dengan saluran inilah,
isyarat disampaikan dari pemancar kepada penerima untuk kemudian melakukan
kebalikan operasi yang dilaksanakan pemancar. Destination adalah tujuan yaitu
orang atau benda yang dituju atau kepada siapa pesan tersebut ditujukan.
Information Transmitte Receiver Destination
Noise Saurce
15
Berdasarkan perspektif transmisi memandang komunikasi sebagai suatu
pengalihan informasi dari sumber kepada penerima. Model linear (satu arah) yang
digunakan di sini bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Perspektif
transmisi memberi tekanan pada peran media serta waktu yang digunakan dalam
menyalurkan informasi. Memang harus diakui bahwa komunikasi linear dalam
prakteknya hanya ada pada komunikasi bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap
muka juga dapat dipraktekkan, yaitu apabila komunikannya pasif. Sebagai contoh
seorang ayah yang sedang memarahi anaknya dan anaknya hanya diam.
4) Pola Komunikasi Sirkuler
Salah satu pola yang digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi
adalah pola sirkuler yang dibuat oleh Osgood bersama Schramm. Kedua tokoh ini
mencurahkan perhatian mereka pada peraan sumber dan penerima sebagai pelaku
utama komunikasi. Pola ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang
dinamis, di mana pesan ditranmisit melalui proses encoding dan decoding.
Encoding adalah transilasi yang dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan
decoding adalah transilasi yang dilakukan oleh penerima terhadap pesan yang
berasal dari sumber.. Sebagai proses yang dinamis, maka interpeter pada pola
sirkular ini bisa berfungsi ganda sebagaii pengirim dan penerima pesan. Pada
tahap awal, sumber berfungsi sebagai encorder dan penerima sebagai decorder.
Tetapi pada tahap berikutnya penerima berfungsi sebagai pengirim
(encorder) dan sumber sebagai penerima (decorder), dengan kata lain sumber
pertama akan menjadi penerima kedua dan penerima pertama berfungsi sebagai
sumber kedua, dan seterusnya.
16
Gambar 2.4 Model Sirkuler Osgood dan Schramm
Sumber : Mulyana (2012)
Jika dalam pola komunikasi matematik Shannon dan Weaver melihat
proses komunikasi berakhir setelah tiba pada tujuan (destination) maka dalam
pola sirkular justru Osgood dan Schramm melihat proses komunikasi baik sumber
maupun penerima dalam pola ini mempunyai kedudukan yang sama. Karena
proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir di mana dan kapan saja.
b. Bentuk perilaku komunikasi
1) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi dengan diri sendiri
dengan tujuan untuk berfikir,melakukan penalaran, menganalisis, dan merenung.
Demikian menurut Onong Effendy tentang pengertian komunikasi intrapersonal
atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam
diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan. Sedangkan menurut Rahmat, komunikasi intrapersonal adalah suatu
proses pengolahan informasi,meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir.
Message
Encorder I
Interpreter I
Decorder
Message
Decorder I
Interpreter I
Encorder
17
2) Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
3) Komunikasi kelompok
a) Komunikasi dalam Kelompok Besar dalah komunikasi yang jumlahnya
terbilang besar (puluhan atau ratusan orang) di mana dalam suatu situasi
komunikasi yang sedang berlangsung tidak terdapat banyak kesempatan
untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal dan
memungkinkan bagi komunikator untuk
b) Komunikasi Kelompok Kecil adalah sekumpulan perorangan yang relative
kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama
dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka (Efendi, 2002).
2. Perilaku Anak
Perilaku adalah kecendrungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku tetapi
lebih merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap
objek sikap (Yusuf, 2009). Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat,
gagasan, situasi atau kelompok. Dengan demikian pada kenyataannya tidak ada
istilah sikap yang berdiri sendiri. Pengertian umum perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang di lakukan oleh mahkluk hidup. Perilaku dapat di
batasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berpikir, bersikap dan sebagainya
18
yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek baik fisik maupun non fisik.
Proses pembentukan perilaku anak dapat di pengaruhi oleh faktor dari orang tua,
keluarga, lingkungan, teman-teman dan berasal dari individu itu sendiri, factor-
faktor antara lain : (1) persepsi, sebagai pengalaman yang di hasilkan melalui
indera penglihatan dan sebagainya. (2) motivasi, sebagai dorongan untuk
bertindak mencapai suatu tujuan tertentu hasil dari dorongan dan gerakan ini di
wujudkan dalam bentuk perilaku. (3) emosi, perilaku dapat timbul karena emosi.
Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan
jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). (4)
belajar, sebagai suatu pembentukan perilaku yang di hasilkan dari praktek dalam
lingkungan kehidupan. (5) mementingkan diri sendiri, sikap egosentris dalam
memenuhi keinginannya. (6) simpati, sikap emosional yang mendorong individu
untuk menaruh perhatian terhadap orang lain (Jalaluddin, 2003) .
3. Efek Media Terhadap Anak
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang di timbulkan pesan
komunikator terhadap komunikan. (Daryanto, 2010). Efek yang di timbulkan
dapat memengaruhi aspek kognitif, afektif, dan konatif pelaku komunikasi.
Adapun efek komunikasi massa dari sisi psikologi tidak sebatas karena pesan
media, tetapi di sebabkan oleh kehadiran media massa secara fisik.
1) Efek Kehadiran Media Massa
Steven H. Chaffe merumuskan efek kehadiran media massa yaitu (a). efek
ekonomis, kehadiran media massa menggerakkan lahirnya berbagai usaha dalam
bidang jasa media massa, mulai produksi, distribusi, hingga komsumsi. (b). efek
19
sosial berkaitan dengan perubahan pada stuktur atau interaksi sosial. (c).
penjadwalan ulang kegiatan sehari-hari. Hadirnya media massa dapat
mempengaruhi penjadwalan kegiatan seseorang. Seperti sebelum ada televisi,
masyarakat tidur malam sekitar pukul delapan dan bangun pagi sekali untuk
segera berangkat bekerja.(d). menghilangkan dan menumbuhkan perasaan
terntentu. Khalayak sering menggunakan media massa untuk menghilangkan
perasaan tidak nyaman seperti kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya.
2) Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek kognitif ialah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifat nya
informatif bagi diri nya. Dalam efek kognitif ini di bahas tentang cara media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat
dan mengembangkan keterampilan kognitif. (Siti, 2016). Informasi yang di
sajikan media massa berupa realitas yang tampak sebagai gambaran yang
memiliki makna. Gambaran tersebut lazim di sebut citra. (Laksana, 2015). Efek
kognitif komunikasi massa dapat di jelaskan dengan cara menelaah terlebih
dahulu proses pembentukan dan perubahan citra, lalu memperkenalkan agenda
setting yang merupakan penguraian dari pembentukan citra. Setelah itu barulah di
pahami efek prososial kognitif media massa.
3) Efek Afektif Komunikasi Massa
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efek afektif dari
komunikasi massa (Jalaluddin, 2003). (a) suasana emosional, responsterhadap
sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi akan dipengaruhi oleh suasana
emosional kita. (b). skema kognitif, naskah yang ada dalam pikiran kitayang
20
menjelaskan alur peristiwa. (c). situasi terpaan, situasi yang menyebabkan
timbulnya sifat tententu. (d). faktor predisposisi individual, faktor ini
menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang di tampilkan
dalam media massa.
4) Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek behavioral komunikasi massa menjelaskan efek komunikasi massa
terhadap perilaku khalayak nya yang teraplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
Perilaku yang terjadi sebagai efek dari komunikasi massa yang akan di bahas
adalah efek prososial behavioral dan perilaku agresif karena keduanya lebih sering
di bicarakan. (a). efek prososial behavioral, perilaku prososial ialah memiliki
keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Keterampilan dapat di
peroleh dari tenaga pendidik keterampilan yang sifatnya personal seperti guru,
orang tua, dan tenaga pendidik keterampilan lainnya. (b). perilaku agresif,
perilaku yang di arahkan untuk merusak sesuatu yang dapat menghindari
perlakuan seperti itu. Misalnya ketika maraknya kabar seorang siswa sekolah
dasar yang meniru adegan gulat dari acara smackdown sehingga satu orang tewas
akibat adegan gulat tersebut.
4. Teori Peluru Atau Jarum Hipodermik
Teori peluru merupakan konsep awal efek komunikasi massa oleh para
pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan hypodermic needle theory (teori
jarum hipodermik) (Efendy, 2002). Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah
peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio siaran CBS di amerika berjudul The
invasion from mars. istilah model jarum hipodermik dalam komunikasi massa
21
diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung,
terarah, dan segera. Teori peluru atau jarum hipodermik mengasumsikan bahwa
media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau
tidak tahu apa-apa (Efendy, 2002). Teori ini mengasumsikan bahwa seorang
komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada
khalayak yang tidak berdaya (pasif). Menurut Elihu Katz (Dewi, 2012) model ini
berasumsi sebagai berikut:
a. Media massa sangat ampuh dan mampu memasukkan ide-ide pada benak
komunikan yang tidak berdaya.
b. Khalayak yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak
tidak saling berhubungan.
Model ini cenderung melebihkan peranan komunikasi massa dengan
media massanya. Para ilmuwan social mulai berminat terhadap gejala-gejala
tersebut dan berusaha memperoleh bukti-bukti yang valid melalui penelitian-
penelitian ilmiah. Teori peluru yang dikemukakan Schramm pada tahun 1950-an
ini kemudian dicabut kembali tahun 1970-an sebab khalayak yang menjadi
sasaran media massa itu tidak pasif. Lazarsfeld menyatakan bahwa jika khalayak
diterpa peluru komunikasi mereka tidak jatuh terjerembap karena kadang-kadang
peluru itu tidak menembus. Ada kalanya efek yang timbul berbeda dengan tujuan
penembak. Sering pula sasaran senang untuk ditembak. Adapun Bauer
menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif mereka secara aktif mencari yang
diinginkannya dari media massa dan melakukan interpretasi sesuai dengan
kebutuhan mereka. (Wiryanto, 2005).
22
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang
penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian
yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan peneltian
(Sugiyono 2014 : 55). Oleh karena itu, perlu dibangun kerangka teoritis yang
memuat gagasan-gagasan pokok untuk memperjelas penelitian. Berdasarkan
uraian tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator sebagai rujukan
adalah: (1) komunikasi intrapersonal, (2) komunikasi antarpersonal dan (3)
komunikasi kelompok (Efendi, 2002). Berikut ini interpretasi landasan bagan
kerangka pikir pada penelitian :
Gambar 2.5
Bagan Kerangka Pikir
Sumber : (Efendi, 2002)
Diolah dan Dikembangkan Oleh Peneliti (2021)
Bahasa Melayu pada
tayangan Upin & Ipin
Perilaku Komunikasi Anak
(Siswa Kelas III SDN 210
Lemahabang Kabupaten Luwu Utara)
Komunikasi
Intrapersonal Komunikasi
Antarpersonal
Komunikasi
Kelompok
23
D. Fokus Penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah mengenai Perilaku Komunikasi Anak dalam
Bahasa Melayu pada Tayangan Upin & Ipin (Studi Siswa Kelas III SDN 210
Lemahabang Kabupaten Luwu Utara) dengan menggunakan aspek (1) Komunikasi
Intrapersonal, (2) Komunikasi Antarpersonal dan (3) Komunikasi Kelompok.
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian merupakan uraian lebih lanjut tentang
penjabaran indikator yang menjadi tolok ukur utama dalam kerangka pikir,
dimana pada penelitian ini menggunakan indikator :
1) Komunikasi intrapersonal, merupakan komunikasi dengan diri sendiri
dengan tujuan untuk berfikir,melakukan penalaran, menganalisis, dan
merenung.
2) Komunikasi antarpersonal, adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-
pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik.
3) Komunikasi kelompok, terbagi menjadi komunikasi dalam kelompok besar
di mana dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung tidak
terdapat banyak kesempatan untuk memberikan tanggapan. Serta
komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relative
kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan
mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 kemudian lokasi
penelitian bertempat di SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara untuk lebih
jauh mengkaji tentang Perilaku Komunikasi Anak dalam Bahasa Melayu pada
Tayangan Upin & Ipin serta dampaknya dalam perilakunya untuk bersosialisasi.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1) Jenis Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian terkait dengan Perilaku Komunikasi Anak
dalam Bahasa Melayu pada Tayangan Upin & Ipin serta dampaknya dalam perilakunya
untuk bersosialisasi, dalam memberikan gambaran dan tinjauan lebih jauh terkait
dengan manajemen organisasi Karang Taruna tersebut dalam memberdayakan
pemuda secara objektif, maka pada penelitian ini menggunakan metode Kualitatif
yang menggambarkan realita secara empirik di balik fenomena.
2) Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah tipe fenomenologis dengan
didukung data kualitatif sebagaimana peneliti berusaha untuk mengungkapakan
suatu fakta atau realita yang terkait dengan permasalahan yang terjadi pada fokus
dan lokus kajian yang sesuai dengan penelitian yang tentunya tetap berada pada
wilayah penelitian yaitu terkait dengan Perilaku Komunikasi Anak dalam Bahasa
Melayu pada Tayangan Upin & Ipin serta dampaknya dalam perilakunya untuk
bersosialisasi.
27
C. Informan
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan
informan penelitian ini. Purposive sampling merupakan penentuan informan
dengan tidak berdasarkan atas strata, kedudukan atau wilayah tetapi didasarkan
pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan
permasalahan dan kajian pada penelitian (Sugiyono 2014 : 96). Sesuai dengan
kebutuhan peneliti terkait Perilaku Komunikasi Anak dalam Bahasa Melayu pada
Tayangan Upin & Ipin serta dampaknya dalam perilakunya untuk bersosialisasi,
maka Informan dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Inisial Keterangan
1 Asima Kharunisa AK Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
2 Aulia AU Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
3 Nadia Rasyid NR Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
4 Aida AI Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
5 Fikram FK Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
6 Riyan DY Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
7 Rahmat RH Siswa Kelas III SDN 210 Lemahabang
Jumlah Informan 7 Orang
Sumber : Diolah dan Dikembangkan Oleh Peneliti (2021)
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara yaitu salah satu proses yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan
data secara sederhana dan dapat dikatakan bahwa wawancara (interview)
adalah suatu peristiwa atau suatu cara interaksi antara pewawancara dan
sumber informasi atau yang di wawancarai melalui komunikasi langsung.
28
Dapat juga dikatakan bahwa wawancara adalah pertemuan face to face antara
pewawancara dengan sumber informasi dimana pewawancara bertanya
langsung tentang satu objek yang akan diteliti dan yang telah dirancang.
2. Observasi
Salah satu proses yang bisa dilakukan untuk mengetahui atau menyelidiki
tingkah laku non verbal yakni dengan menggunakan observasi.
3. Dokumen dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang suatu yang sudah
lama. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang peristiwa atau kejadian
dalam situasi sosial yang sesuai dan terikat dengan fokus penelitian adalah
sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen
itu dapat berupa teks tertulis, gambar maupun foto. Dokumentasi tertulis
dapat berupa kenangan, biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada
pula material budaya atau hasil karya seni yang merupakan sumber informasi
dalam penelitian kualitatif.
E. Teknik Pengabsahan Data
1. Standar kredibilitas
Menurut Bungin (2015) Valitas merupakan persoalan yang fundamental
dalam kegiatan ilmiah. Validates data yang dilakukan dalam penelitian ini
ada empat cara.
2. Trigulasi
Trigulasi yang di gunakan adalah trigulasi sumber data yaitu memilih
berbagai sumber data yang tepat dengan trigulasi pengumpulan data yaitu
29
peneliti yang mempunyai kajian yang sama mengumpulkan data secara
terpisah. Dengan demikian cara trigulasi ini memungkinkan di peroleh
variasi informasi yang seluas luasnya.
3. Melibatkan teman sejawat
Melibatkan teman dalam melakukan penelitian berguna untuk dia ajak
berdiskusi memberikan masukan bahkan kritikan mulai dari awal jalan
penelitian hingga terstukturnya hasil penelitian. Hal ini perlu di lakukan
memikirkan keterbatasan kemampuan peneliti yang dihadapkan pada
kompleksitas peristiwa sosial yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan
menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila di analisis. Analisis data ialah langkah
selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data
diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan
persoalan yang di ajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive
model of analysis). Dalam model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles
dan Huberman dalam Sugiyono (2013) ketiga komponen tersebut yaitu :
1) Reduksi Data merupakan komponen pertama analisis data yang
mempertegas, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan dapat dilakukan.
30
2) Sajian Data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya
makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3) Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus
mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat
peraturan-peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga
penarikan kesimpulan dapat di pertanggung jawabkan.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Profil SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara
Sekolah Dasar Negeri 186 Lemahabang kini terganti menjadi Sekolah
Dasar Negeri 210 Lemahabang setelah resmi berpindah di bawah binaan Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Luwu Utara
Kecamatan Bone-Bone Kelurahan Patoloan. SDN 210 Lemahabang didirikan
pada tahun 2004 dengan luas tanah 1.888 M2, dan memiliki 6 ruangan belajar, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang kantor, 1 ruang dapur, 5 ruang wc, dan 3 ruang
kantin. Adapun jumlah pendidik di SDN 210 Lemahabang sebanyak kepala
sekolah 1, guru PNS 9, guru honorer 8, guru tetap 9, pustakawan 1, dan tata usaha
1. Berikut data yang di dapatkan tentang Sekolah Dasar Negeri 210 Lemahabang :
a. Identitas Sekolah :
Tabel 4.1 Profil Sekolah
Nama Sekolah UPT SD NEGERI 210 LEMAHABANG
NPSN 40306951
Jenjang Pendidikan SD
Status Sekolah Negeri
Alamat Sekolah Lemahabang
RT/RW 1/1
Kode Pos 92966
SK Pendirian Sekolah 188.4.45/125/1/2018
Tanggal SK Pendirian 2018-02-01
Memungut Iuran Tidak
NPWP 005721261803000
Nomor Telepon 081241007441
Email [email protected]
32
b. Jumlah Pendaftar
Berdasarkan jumlah pendaftar yang di dapatkan dari data profil Sekolah
Dasar Negeri 210 Lemahabang pada tahun ajaran 2016/2017 jumlah pendaftar
sebanyak 70 siswa dan di terima hanya 63 siswa. Pada tahun ajaran 2017/2018
jumlah pendaftar 28 siswa dan semua di terima. Pada tahun ajaran 2018/2019
jumlah pendaftar sebanyak 60 siswa dan di terima hanya 55 siswa. Dan pada
tahun ajaran 2019/2020 jumlah pendaftar sebanyak 50 siswa dan di terima 49
siswa. Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Pendaftar
PSB TAHUN PELAJARAN
2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020
Pendapatan 70 28 60 50
Diterima 63 28 55 49
Tidak Diterima 7 - 5 1
Jumlah Kelas 2 1 2 2
Jumlah Siswa 63 28 55 49
Total Jml. Siswa 63 28 55 49
% Diterima 90% 100% 92% 99%
c. Inventaris Sekolah
Tabel 4.3 Inventaris Sekolah
NAMA BARANG JUMLAH KET
Meja 12
Kursi 12
Lemari 11
Bangku Siswa 320 Baik
Meja Siswa 160 Baik
Papan Data 17
Mesin Tik/Komputer 2 Baik
33
2. Visi Dan Misi Sdn 210 Lemahabang
Visi :
Mewujudkan peserta didik yang berwawasan luas, mandiri, kreatif, serta
berkepribadian yang di landasi IMTAK. (unggul dalam IPTEK, kokoh dalam
IMTAK).
Misi :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mencapai nilai ujian
sekolah/nasional dan kualitas peserta didik yang meningkat dari tahun ke
tahun.
2. Melaksanakan kegiatan ekstakurikuler yang dapat menunjang kegiatan
intrakurikuler untuk memberi kesempatan kepada peserta didik memperluas
wawasan mengembangkan bakat dan minat dalam IPTEK.
3. Menumbuhkan kreatifitas dan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga sekolah
4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah, masyarakat, dan pemberhati pendidikan (stakeholder).
3. Stuktural Organisasi SDN 210 Lemahabang
Gambar 4.1. Struktur organisasi
34
4. Denah SDN 210 Lemahabang
Gambar 4.2. Denah Sekolah
B. Hasil Penelitian
Sebagai salah satu media hiburan, TV dapat memuaskan penontonnya
melalui program-program yang menghibur dan menghilangkan rasa bosan. Selain
secara langsung maupun tidak langsung memiliki fungsi atau pengaruh televisi,
tidak semua program siaran dapat memperoleh manfaat darinya, karena banyak
dari siaran televisi tersebut yang tidak sesuai dengan sosial budaya bangsa
Indonesia, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis, sikap dan
perilaku masyarakat Indonesia. sikap. Serta perilaku masyarakat khususnya anak-
anak dan remaja. Berdasarkan dengan kajian utama dalam penelitian, maka untuk
mengetahui perilaku komunikasi anak dalam bahasa melayu pada tayangan upin
& ipin serta dampaknya dalam perilakunya untuk bersosialisasi, ditinjau dengan
menggunakan aspek (1) komunikasi intrapersonal, (2) komunikasi antarpersonal
dan (3) komunikasi kelompok. Berikut ini penjabaran mengenai dengan aspek-
aspek yang digunakan sebagai rujukan utaa pada penelitian ini :
35
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal, merupakan komunikasi dengan diri sendiri
dengan tujuan untuk berfikir,melakukan penalaran, menganalisis, dan merenung.
Berikut ini hasil uraian mengenai salah satu kutipan pada tayangan Upin & ipin
yang menginterpretasikan komunikasi Intrapesonal dan dialog komunikasi
intrapersonal yang dilakukan oleh siswa SDN 210 Lemahabang:
a. Komunikasi Intrapersonal (dalam tayangan Upin & Ipin)
Opah : Upin… Ipin.. kamu orang sudah merapikan mainan kalian ta?
Upin : Nantilah opah, ipin sajelah.. upin nak pergi main hhe
Opah : Kalian bedua jomlah rapikan mainan tu.. Kak Ros marah baru tau
rase kalian.
Ipin : (wah, bahaya kalo Kak Ros marah) iyaa opah ipin bergegas
Upin : (hm… bisa saye bisa dimarahin) iyaa.. iyaa.. opah upin berangkat
b. Komunikasi Intrapersonal (Siswa SDN 210 Lemahabang)
Bu Ira : Apa ada yang bisa membantu ibu untuk membawa buku-buku ini?
Aulia : Saya saje bu, saya dengan Riyan saje lah.
Riyan : Wah, kan saya belum cakap iya (berbisik ke Aulia)
Aulia : Ayolah, kamu jangan tidak mau nanti Bu Ira nilai kamu tak elok
Upin : (hm… betul juga si Aulia) Baiklah. jom kita bantu Bu ira
Berdasarkan dengan salah satu kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin
dan kutipan komunikasi intrapersonal Siswa SDN 210 Lemahabang yang
paparkan, menunjukkan bahwa adanya perilaku pola komunikasi intrapersonal
ketika salah satu karakter diberikan perintah untuk melakukan suatu kegiatan yang
awalnya menolak namun diberikan informasi tambahan yang berkonotasi buruk
(dimarahi) sehingga timbul kondisi dimana adanya komunikasi intrapersonal
untuk menggerakkan diri dan mengikuti perintah komunikator. Kemudian dimana
36
pada gaya bahasay yang ditunjukkan pada contoh dialog siswa SDN 210
Lemahabang cenderung mengikuti gaya bahasa dari tayangan Upin & Ipin.
Kemudian berikut ini hasil wawancara dari salah seorang informan penelitian,
yang menyatakan bahwa :
“saya kak suka ka ikuti gaya Bahasa nya film Upin & Ipin karena ku rasa bahasa
nya bagus dan comel, dan kaya kebiasaanmi begitu kak.. saya juga paham sama
hafal-hafal kalimat yang di ucapkan oleh Upin & Ipin dan biasa ku praktekkan”.
(Asima Khairunisa, 28/11/2020)”
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa gaya bahasa yang diperagakan pada tayangan Upin & Ipin
terbilang menarik bagi kalangan anak-anak untuk diikuti sebab mudah untuk
dicrna dan membekas diingatan anak-anak apa lagi dengan dipengaruhi intensitas
menonton tayangan tersebut. Hasil dari wawancara tersebut juga tentunya
menginterpretasikan bahwa muncul kecenderungan untuk melakukan komunikasi
intrapersonal (berkomunikasi sendiri) karena kegemaran akan gaya bahasa pada
tayangan tersebut. Kemudian hasil wawancara dengan informan berikutnya,
mengatakan bahwa :
”saya suka nonton Upin & Ipin, kakak ku dirumah juga kadang suka kak.. karena
ku rasa bahasa nya bagus dan enaki di dengar, kaya nabikin ki mau mengikuti kak,
di kartun Upin & Ipin juga kaya na ajarki untuk rajin pergi sholat di masjid pergi
mengaji. Terus saya senang untuk mengikuti apa yang ada di kartun Upin & Ipin”.
(Aulia, 28/11/2020).
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa kegemaran akan tayangan Upin & Ipin baik dari segi bahasa
yang digunakan hingga perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh karakter pada
tayangan tersbut, dapat mempengaruhi perilaku berkomunikasi hingga perilaku
seorang anak yang intens menyaksikan tayangan tersebut. Berdasarkan dengan
37
hasil dari kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin hingga hasil dari wawancara
yang dilakukan, maka pada aspek komunikasi intrapersonal ini dapat disimpulkan
bahwa komunikasi intrapersonal yang diadopsi oleh kalangan siswa SDN 210
Lemahabang seperti berkomunkasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk
berfikir dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terdapat dorongan untuk
melakukannya. Sehingga seseorang yang menerima informasi atau berinteraksi
dengan komunikator lain, dapat mencerna informasi yang disampaikan untuk
dijadikan sebagai pemikiran didalam menentukan tindakan dan perilaku yang
akan dijalani dan tentunya dengan menyimak contoh-contoh positif yang ada pada
tayangan Upin & ipin menjadikan perilaku anak tidak mengarah ke hal negatif.
2. Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal, adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik. Berikut ini hasil uraian mengenai salah
satu kutipan pada tayangan Upin & ipin yang menginterpretasikan komunikasi
Antarpersonal dan dialog komunikasi antarpersonal yang dilakukan oleh siswa
SDN 210 Lemahabang :
a. Komunikasi antarpersonal (dalam tayangan Upin & Ipin)
Upin : Puase itu ape Opah
Opah : Puase itu kite tak boleh makan, minum, dari pagi sampai petan,
Ipin : Haah, tak boleh makan, matilah.
Kak Ros : Halah, tak ade matinye.
Upin : Kenape kita puase Opah?
Opah : Orang Islam wajib puase, Tuhan suruh. Sepaya kite tahu macem
mane rasanye Orang yang kelaparan.
38
b. Komunikasi antarpersonal (Siswa SDN 210 Lemahabang)
Nadia : Sudah waktunya keluar main nih (Istirahat). Ayo
Aida : Jom kita beli Ice Cream di uncle (pedagang kantin)
Fikram : Saye nak ikut… bolehke? Boleh ji hhe
Aida : Jomlah.. tapi bayar sendiri-sendiri nah.
Nadia : Ceppat lah kalian…
Aida : Iyaa tunggu.. tunggu kita orang
Berdasarkan dengan salah satu kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin
dan kutipan komunikasi antar personal Siswa SDN 210 Lemahabang yang
paparkan, menunjukkan bahwa adanya perilaku pola komunikasi Antarpersonal
ketika terjadi percakapan antara lebih dari satu komunikator. Pada dialog tersebut
menunjukkan proses interaksi antara karakter yang berbeda dengan
mengkomunikasikan informasi megenai pentingnya untuk berpuasa ramadhan
bagi sorang muslim. Kemudian berikut ini hasil wawancara dari salah seorang
informan penelitian berkaitan dengan konteks aspek komunikasi antarpersonal,
yang menyatakan bahwa :
“setiap hari selalu ka untuk nonton film kartun Upin & Ipin. Bahkan saya
kak, ku hapal semua episodenya. Saya suka juga pake bahasa nya (Melayu)
saat bermain dengan teman-teman ku jadi saya rasa senang juga kak sama
yang lain untuk pakai bahasanya”. (Fikram, 07/02/2021).
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang digunakan oleh
karakter-karakter dalam tayangan Upin & Ipin menjadi kegemaran untuk
digunakan saat berinteraksi dengan sesama teman karena diangap sebagai bahasa
yang ringan dan sudah terlanjut melekat sebab intensitas menyaksikan tayangan
tersebut. Hasi dari wawancara tersebut juga tentunya menginterpretasikan bahwa
39
adanya aspek komunikasi antarpersonal yang dapat terjalin dengan mengadoipsi
gaya bahasa ayangan Upin & Ipin. Kemudian hasil wawancara dengan informan
berikutnya, mengatakan bahwa :
“Setiap hari saya suka menonton film kartun Upin & Ipin karena bahasanya yang
lucu saya rasa. Saya juga suka sekali kak dengan tokoh Jarjit yang sangat pandai
dalam berpantun, saya selalu berpantun seperti tokoh Jarjit menggunakan bahasa
Melayu”. (Riyan, 07/02/2021).
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa bahasa yang digunakan oleh karakter pada tayangan Upin & ipin
dianggap sebagai gaya bahasa yang lucu dan menarik untuk diikuti. Terlebih
dengan salah satu karakter yang ada pada seriak tersebut yang sangat menarik
perhatian karena memiliki kelebihan untuk merangkai kalimat menjadi sebuah
pantun dan tentunya hal tersbut sangat melekat diingatan kalangan anak-anak
yang intens untuk menyaksikannya.
Berdasarkan dengan hasil dari kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin
hingga hasil dari wawancara yang dilakukan, maka pada aspek komunikasi
antarpersonal ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpersonal yang
diadopsi oleh kalangan Siswa SDN 210 Lemahabang seperti proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang cenderung untuk mengikuti gaya
bahasa pada tayangan Upin & Ipin.
Rasa ketertarikan yang muncul baik karena gaya bahasa dan tutur kata
yang lucu juga karena terdapat beberapa karakter yang dianggap menarik karena
memiliki kelebihan-kelebihan dalam merangkai kalimat hingga menjadi sebuah
sajak atau pantun yang tentunya sangat membekas diingatan dan menarik
perhatian anak-anak.
40
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok, terbagi menjadi komunikasi dalam kelompok
besar di mana dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung tidak
terdapat banyak kesempatan untuk memberikan tanggapan. Serta komunikasi
kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-
masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat
organisasi tertentu diantara mereka. Berikut ini hasil uraian mengenai salah satu
kutipan pada tayangan Upin & ipin yang menginterpretasikan komunikasi
Kelompok dan dialog komunikasi kelompok yang dilakukan oleh siswa SDN 210
Lemahabang :
a. Komunikasi Kelompok (Siswa SDN 210 Lemahabang)
Opah : Ha, duduk-duduk, makanlah dengan kenyang kalian orang
dengan elok-elok
Ekhsan : Hai geng, habis ni kita beraye ke rumah pak Mail dengan tuk
Dalang nak tak?
Fizi : Tapi geng, tapi tahun depan pak Mail kasih 2 ringgit. Rajoo : Ha,
iye.
Ekhsan : Alah, tok Dalang tuh lagi, tak nak buka pintu Upin : Ih,
gedengkotnya
Mei Mei : Ya lho, banyak bahil
Opah : Heh, udah-udah tak baik cakap macam tuh, kita pergi beraye
untuk salam, minta maaf, bukan untuk duit, tapi kalau kita dapat
duit, alhamdulillah
Kak Ros : Ha, orang semue yang dapet dose dengan siape siape, baik pergi
minta maaf.
41
b. Komunikasi Kelompok (Siswa SDN 210 Lemahabang)
Bu Ira : Baik anak-anak sudah waktunya untuk mengumpulkan tugas yang
kemarin ibu kasih
Riyan : Baik Cekgu, Jom Jom ayo tugas nya di kumpul
Nadia : Tunggu sikit
Aida : Ini tugas saye, cantikkan tulisanku
Aulia : asima ceppatlah.. jom kamu kumpul
Asima : iyaaa saye nak kumpulkan sekarang ke Cekgu Ira
Berdasarkan dengan salah satu kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin
yang paparkan, menunjukkan bahwa adanya perilaku pola komunikasi Kelompok
ketika melibatkan beberapa karakter yang saling berinteraksi dan bertukar
informasi sehingga informasi yang disampaikan dapat menjadi bahan rujukan
dalam bertindak. Kemudian berikut ini hasil wawancara dari salah seorang
informan penelitian berkaitan dengan konteks aspek komunikasi antar personal,
yang menyatakan bahwa :
“kalau saya kak itu tidak pernah ka mau ketinggalan untk nonton film kartun
Upin & Ipin karena saya suka sekali tapi orang tua saya selalu melarang
saya menonton terlalu lama di depan televisi”. (Nadia Rasyid, 28/11/2020).
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa kecenderungan seorang anak untuk menyaksikan tayangan Upin
& Ipin juga menjadi perhatian bagi kalangan orang tua untuk menasehatinya agar
tidak terlalu intens dalam menyaksikan tayangan tersebut meskipun pada dasarnya
tayangan Upin & Ipin tidak mengandung hal yang negatif. Hasi dari wawancara
tersebut juga tentunya menginterpretasikan bahwa adanya aspek komunikasi
kelompok karena melibatkan adanya interaksi antara satu atau lebih komunikator
Kemudian hasil wawancara dengan informan berikutnya, mengatakan bahwa :
42
“saya suka pakai Bahasa Melayu dari itu film kartun Upin & Ipin karena
saya rasa lucuki bahsanya dan enaki juga diikuti saya juga sudah hapal
Bahasa yang sering di gunakan karakter Upin & Ipin”. (Aida, 28/11/2020).
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan salah satu informan, dapat
diketahui bahwa kegemaran untuk menggunakan bahasa melayu yang
dicontohkan oleh tayangan Upin & Ipin karena dianggap sebagai bahasa yang
lucu dan sangat membekas diingatan kalangan anak-anak sehingga diadopsi
didalam kehidupannya sehari-hari. Kemudian berdasarkan dengan hasil dari
kutipan dialog pada tayangan Upin & Ipin hingga hasil dari wawancara yang
dilakukan, maka pada aspek komunikasi kelompok ini dapat disimpulkan bahwa
komunikasi kelompok yang diadopsi oleh kalangan Siswa SDN 210 Lemahabang
pada saat proses belajar mengajar di kelas yang berlangsung siswa cenderung
menggunakan pola bahasa melayu yang biasa dilakukan oleh karakter pada
tayangan Upin & Ipin seperti bahasa dalam menyebut guru menjadi “cekgu” atau
ketika menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menyebut kata “saye” atau
“tak nak” ketika tidak bisa atau idak ingin menjawab pertanyaan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perilaku Komunikasi Anak dalam bahasa Melayu pada Tayangan Upin
& Ipin.
Keinginan anak-anak menonton tayangan film kartun Upin & Ipin
sangatlah tinggi dan sangat di gemari karena adanya gaya bahasa unik yang di
gunakan karakter Upin & Ipin sehingga banyak murid yang menirukan gaya
bahasa karakter Upin & Ipin. Gaya bahasa yang di gunakan menjadi populer di
kalangan anak-anak dan hafal dengan bahasa yang sering di gunakan mulai dari
43
kata-kata sampai kalimat yang di gunakan seperti cikgu, betul..betul..betul, dua
singgit, comelye dan sebagai nya lalu menerapakan dalam kehidupan sehari-hari
dan menggantikan bahasa ibu yang seharusnya mereka gunakan. Mereka juga
memahami semua karakter Bahasa yang di gunakan oleh pemain film kartun Upin
& Ipin dan di kuasai oleh anak-anak yang sering menonton nya. Menggunakan
Bahasa yang baik dalam bertutur dengan sikap lemah lembut juga sudah di
jelaskan dalam Al-Qur’an Q.S Ali Imran 3:159 :
Terjemahannya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Film kartun Upin & Ipin banyak anak-anak menirukan gaya Bahasa yang
di gunakan karena lucu dan unik, selain itu film kartun Upin & Ipin tidak hanya
memberikan hiburan melainkan memberikan pelajaran moral, agama, dan budaya.
Film kartun yang popular di kalangan anak-anak saat ini ialah film kartun Upin &
Ipin yang bahasanya menggunakan Bahasa Melayu. Tayangan film kartun
tersebut, menjadikan anak-anak berbahasa Melayu setiap hari di bandingkan
dengan bahasa Ibu atau daerahnya masing-masing.
44
Fakta lain bahwa film kartun Upin & Ipin sangat digemari anak-anak, pada
saat hari libur memilih menonton televisi meskipun teman-temannya sedang
bermain. Bahkan mereka hafal jadwal tayang Upin & Ipin setiap harinya. Dengan
adanya tayangan film kartun Upin & Ipin banyak orang tua yang kurang setuju
dengan penggunaan Bahasa Melayu karena membawa dampak pada cara anak-
anak berbahasa yang lebih suka menggunakan Bahasa Melayu yang selalu di
sajikan pada tayangan film kartun Upin & Ipin. Penggunaan Bahasa ibu pada
murid SDN 210 Lemahabang sudah cukup baik dan lancar tapi karena seringnya
menonton tayangan film kartun Upin & Ipin membuat anak-anak lebih
menggunakan Bahasa Melayu yang di gunakan karakter Upin & Ipin.
Dengan demikian, dapat di lihat bahwa penggunaan Bahasa ibu pada
murid SDN 210 Lemahabang memang terpengaruh pada tayangan film kartun
Upin & Ipin dengan gaya Bahasa melayu yang di gunakannya. Sebagai orang tua
lebih baik mendampingi anak-anak secara intensif ketika menonton tayangan film
kartun Upin & Ipin saat menggunakan Bahasa melayu perlu langsung di artikan
dalam Bahasa Indonesia.
2. Dampak dari tayangan Upin & Ipin terhadap perilaku komunikasi Siswa
Kelas III SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara
Karakter film kartun Upin & Ipin yang lucu dan cerita nya yang relate
menjadi daya tarik tersendiri dari anak-anak untuk menonton nya. Tidak hanya
film nya saja yang di gemari tapi semua barang-barang yang bergambar film
kartun Upin & Ipin menjadi incaran bagi anak-anak. Upin & Ipin di ceritakan
sebagai anak yatim piatu dan di asuh oleh nenek dan kakak nya. Mereka selalu di
45
ajarkan kebaikan dan di beri nasihat mana yang baik dan yang mana yang harus di
lakukan seperti menghormati yang lebih tua, kerugian akibat menyianyiakan
waktu, hal-hal yang tidak boleh di lakukan pada saat puasa, bahkan di ajarkan
bagaimana menjaga kesehatan dan kebersihan.
“film kartun Upin & Ipin adalah kesukaan saya dan saya suka membeli barang
dengan gambar Upin & Ipin. Tokoh yang paling saya sukai adalah Mei-Mei
karena dia cantik, lucu dan walaupun beda agama tapi saling menghargai satu
sama lain”. (Asima Kharunnisa, 28/11/2020).
Ditinjau dari ranah agama bahwa islam adalah agama yang di turunkan
Allah SWT untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Pesan kebaikan benar-benar
tersebar dalam islam baik Al-Qur’an maupun hadist. Sebagaimana dalam surah
Luqman kita ketahui banyak petuah-petuah yang beliau berikan pada nya agar
menjadi seorang hamba yang baik budi seta iman pada ilahi. Salah satu nya ialah
surah Luqman ayat 17 yaitu :
Terjemahannya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Ayat ini mengandung nasihat, Luqman menyuruh anak nya untuk selalu
mengerjakan shalat mengajak kepada kebaikan dan mencegah hal-hal yang buruk
serta selalu sabar dengan cobaan yang Allah berikan. Dengan kata lain bahwa
bimbingan dan pesan-pesan positif sangat penting untuk selalu di sampaikan
kepada anak agar pola perilaku anak terbentuk dengan baik dan berpengaruh serta
46
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan tumbuh untuk masa depan nya yang
lebih baik. Film kartun ini memberikan dampak yang positif tidak seperti film
kartun yang lain yang selalu memberikan dampak negatif seperti film kartun yang
selalu menampilkan perkelahian yang membuat anak-anak mengikuti adegan
tersebut dengan melawan teman nya sendiri karena anak-anak cenderung
menirukan apa yang mereka lihat. Efek komunikasi pada anak-anak beragam
walaupun menerima pesan yang sama, anak-anak mempunyai perhatian, minat,
dan keinginan yang berbeda.
“saya lebih suka menonton film kartun Upin & Ipin daripada film kartun yang
lain karena saya lebih banyak mendapat pelajaran dari film kartun Upin & Ipin
ini”. (Aulia, 28/11/2020).
Menonton setiap hari membuat orang tua tidak khawatir karena film
kartun Upin & Ipin tidak berdampak negatif terhadap anak justru film kartun
Upin & Ipin memberikan segi Pendidikan terhadap anak.
“saat hari libur saya selalu menonton film kartun Upin & Ipin selain
bahasanya yang sering saya ikuti, adapun pelajaran yang saya dapat dari film
kartun Upin & Ipin”. (Nadia Rasyid, 28/11/2020).
Dengan gaya Bahasa yang di gunakan film kartun Upin & Ipin menjadikan
anak selalu ingin menirukan gaya Bahasa tersebut. Seperti mempengaruhi
perilaku komunikasi pada murid SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara
dengan Bahasa yang selalu di ucapkan comelye, dua singgit, cikgu,
betul..betul..betul dan sebagainya.
“setiap hari saya menonton film kartun Upin & Ipin saya tidak pernah bosan.
Saya selalu mengatakan betul..betul..betul jika apa yang ditanyakan itu benar.
Saya mengerti apa yang di katakan dari film ini”. (Aida, 28/11/2020).
47
Film kartun Upin & Ipin saat ini memang merupakan tayangan televisi
yang menjadi favorit anak-anak. Apalagi gambar animasi dan alur ceritanya yang
sesuai dengan kegiatan sehari-hari. Tanpa di sadari bahasa yang di gunakan dalam
film kartun Upin & Ipin menjadi idola anak-anak dan di gunakan sebagai bahan
candaan serta untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan.
“tokoh yang paling saya sukai adalah Upin & Ipin karakter yang selalu
mempunyai tingkah yang lucu membuat saya suka mengikutinya. (Fikram,
07/02/2021 ).”
Meskipun bahasa yang di gunakan dalam film kartun tersebut
menggunakan bahasa Melayu, mereka tetap bisa memahami alur ceritanya.
Terkadang mereka juga menirukan gaya bahasa Melayu dalam berkomunikasi
bersama teman sebayanya. Kemudian berdasarkan dengan hasil dari kutipan
dialog pada tayangan Upin & Ipin hingga hasil dari wawancara yang dilakukan,
maka dampak dari tayangan Upin & Ipin terhadap perilaku komunikasi Siswa
Kelas III SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara berimplikasi pada aspek
komunikasi yang diadopsi oleh kalangan siswa SDN 210 Lemahabang seperti
berkomunkasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir dalam melakukan
suatu kegiatan sehingga terdapat dorongan untuk melakukannya.
Sehingga seseorang yang menerima informasi atau berinteraksi dengan
komunikator lain, dapat mencerna informasi yang disampaikan untuk dijadikan
sebagai pemikiran didalam menentukan tindakan dan perilaku yang akan dijalani
dan tentunya dengan menyimak contoh-contoh positif yang ada pada tayangan
Upin & ipin.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) Hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilku komunkasi anak dalam
bahasa melayu pada Tayangan Upin & Ipin, yang ditinjau dari aspek
komunikasi intrapersonal, antarpersonal dan kelompok maka disimpulkan
bahwa :
a) Komunikasi intrapersonal yang diadopsi seperti berkomunikasi dengan
diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir dalam melakukan suatu kegiatan
sehingga terdapat dorongan untuk melakukannya. Sehingga meenjadi
acuan dalam menentukan perilaku yang akan dijalani dengan menyimak
contoh-contoh positif yang ada pada tayangan Upin & Ipin.
b) Komunikasi antarpersonal yang diadopsi, cenderung untuk mengikuti gaya
bahasa pada tayangan Upin & Ipin saat berinteraksi dikesehariannya,
dikarenakan rasa ketertarikan yang muncul baik karena gaya bahasa yang
menarik dimana beberapa karakter memiliki kelebihan dalam merangkai
kalimat menjadi sebuah sajak yang tentunya sangat membekas diingatan
dan menarik perhatian anak-anak.
c) Komunikasi kelompok yang diadopsi, pada saat proses belajar mengajar di
kelas yang berlangsung siswa cenderung menggunakan pola bahasa
melayu yang biasa dilakukan oleh karakter pada tayangan Upin & Ipin
seperti bahasa dalam menyebut guru menjadi “cekgu” atau ketika
48
menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menyebut kata “saye” atau
“tak nak” ketika tidak bisa atau idak ingin menjawab pertanyaan.
2) Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dampak dari kecenderungan tersebut
bahwa penggunaan Bahasa Ibu pada murid SDN 210 Lemahabang memang
terpengaruh pada tayangan film kartun Upin & Ipin dengan gaya Bahasa
melayu yang di gunakannya. Sebagai orang tua lebih baik mendampingi
anak-anak secara intensif ketika menonton tayangan film kartun Upin & Ipin
saat menggunakan Bahasa melayu perlu langsung di artikan dalam Bahasa
Indonesia. Meskipun tayangan Upin & Ipin pada dasarnya Film tidak
memberikan dampak yang buruk namun efek komunikasi pada anak-anak
beragam walaupun menerima pesan yang sama, anak-anak mempunyai
perhatian, minat, dan keinginan yang berbeda.
B. Saran
1. Untuk orang tua agar selalu memperhatikan dan mendampingi anak nya
saat menonton tayangan film kartun karena anak-anak mempunyai ingatan
yang kuat dan belum bisa memilah yang mana positif dan yang mana
negatif. Orang tua harus paham tayangan film kartun yang di tonton oleh
anak sehingga tidak dapat menemani pun, anak masih dalam kondisi
aman. Anak juga harus di berikan Batasan dan waktu saat menonton
tayangan film kartun.
2. Untuk KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) agar selalu memperhatikan film
yang akan di tayangakan terkhusus untuk tayangan film anak-anak.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2015). Pengantar Komunikasi Massa. Bandung: Armico.
Andrik Purwasito. (2002). Komunikasi Multikultural. Surakarta : Muhammadiyah
University.
Bungin, B. (2015). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
BPS: Statistik Penunjang Pendidikan. (2018)
Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:
Jalasutra.
Daryanto. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung: Satunusa.
Dedy Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Efendi, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komuniksi Teori & Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hafied Cangara. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran:
Mengenal,Merancang, dan Mempraktikkannya. Semarang: Diva Press.
Izzaty, Rita Eka. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Jalaluddin Rakhmat. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Keraf,G. (2009). Diksi Dengan Gaya Bahasa. Jakarta.
Kustiono. (2010). Media Pembelajaran: Konsep, Nilai Edukatif, Klasifikasi
Praktek Pemanfaatan dan Pengembangan. Semarang : UNNES Press.
Kusumanigrum, Novianti Dyah. (2017). Analisis Film Kartun Upin Ipin Sebagai
Media Pendidikan Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karekter
Pada Siswa Taman Kanak-Kanak RA Miftahul Huda Kecamatan Sumpiuh
Kabupaten Banyumas. Jurnal Pendidikan.
50
Laksana Wijaya muhibudin. (2015). PsikologiKomunikasi. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi, edisi 9.
Jakarta: Salemba Humanika.
M.A, Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran:Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Musyarofah Siti, Susilowati Erna, (2016). Hubungan Frekuensi Menonton Tv
Pada Anak SD (Kelas V) Dengan Tingkat Prestasi Belajar Anak Usia 10-11
Tahun. Jurnal kesehatan, Volume (5).
Moleong, Lexy J. (2004). Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy. (2002). Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Novriyanto. (2019). Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Animasi Upin &
Ipin Episode Mulanya Ramadhan. Jurnal Komunikasi
Nurhadi, Fachrul Zikri Dr. (2017). Teori Komunikasi Kontenporer. Bandung:
Kencana.
Pratiwi, Gita Arinda. (2016). Hubungan Antara Sikap Terhadap Tayangan Upin
Ipin Dan Empati Pada Anak. Jurnal Psikologi.
Purwati, P., Rosdiani, R., Lestari, R.D,. & Firmansyah, D. (2018). Menganalisis
Gaya Bahasa Metafora Dalam Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea
Hirata. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 1(3),
291-302.
Prasetyo dkk. (2005). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Sujanto, Agus. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
51
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suyanto. (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenanda Media
Group.
Taufik, Tata. (2012). Etika Komunikasi Islam: Komparasi Islam dan Barat.
Bandung: Pustaka Setia.
Yusuf. Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Widowati, Dewi. (2012). Efek Media Massa Terhadap Khalayak. Jurnal Adzikra,
Volume (3).
52
LAMPIRAN
53
Dokumentasi objek Penelitian
SDN 210 Lemahabang Kabupaten Luwu Utara
54
Dokumentasi Aktivitas Peneliti
Saat Mewawancarai Siswa SDN 210 Lemahabang
Kabupaten Luwu Utara
55
Dokumentasi Aktivitas Peneliti
Saat Mewawancarai Siswa SDN 210 Lemahabang
Kabupaten Luwu Utara