skripsi pajak

154
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF SKRIPSI AGUS CATUR PAMUNGKAS 1010112136

Upload: ferry-fadly

Post on 26-Dec-2015

553 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Skripsi Tentang Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Pajak

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR

TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF

SKRIPSI

AGUS CATUR PAMUNGKAS

1010112136

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

2014

Page 2: Skripsi Pajak

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR

TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

AGUS CATUR PAMUNGKAS

1010112136

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

2014

Page 3: Skripsi Pajak

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua

sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Agus Catur Pamungkas

NIM : 1010112136

Tanggal : 7 Agustus 2014

Tanda Tangan :

II

Page 4: Skripsi Pajak

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASISKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :Agus Catur PamungkasNIM :1010112136Fakultas :EkonomiProgram Studi :AkuntansiJenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi/PKL saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemiliki hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : JakartaPada tanggal : 1 1 Agustus 2014

Yang menyatakan,

Agus Catur Pamungkas

Page 5: Skripsi Pajak

Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif “

PENGESAHAN

Skripsi diajukan olehNama : Agus Catur PamungkasNRP : 1010112136Program Studi : EkonomiJudul

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Drs. P. Simorangkir, Ak., MM. CAKetua Penguji

Satria Yudhia Wijaya, SE. M.S AkPenguji 1

Satria Yudhia Wijaya, SE. M.S AkKa. Prodi

Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CAPenguji II/Pembimbing

Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CADekan

Ditetapkan di : JakartaTanggal Ujian : 11 Agustus 2014

Page 6: Skripsi Pajak

PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP

TINDAKAN PAJAK AGRESIF

Oleh

Agus Catur Pamungkas

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor terhadap dan Tindakan Pajak AgresiF. Penelitian ini mengukur Tindakan Pajak Agresif melalui proksi ETR, CETR, TAXPLAN. Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor digunakan sebagai Variabel Bebas untuk mengukur keagresifan perpajakan suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan 14 sampel dari perusahaan yang terdaftar di indeks Corporate Governance yang dikeluarkan oleh IICG periode 2010-2012.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif melalui proksi ETR dan CETR, namun tidak signifikan untuk proksi TAXPLAN.

Kata Kunci : Tindakan Pajak Agresif, Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor

Page 7: Skripsi Pajak

THE INFLUENCE OF AUDIT COMMITTE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, AND REPUTATION OF AUDITOR TOWARD

TAX AGGRESSIVENESS

By

Agus Catur Pamungkas

Abstrak

This research aims to examine the influence of Audit Committee, Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor toward Tax Aggressiveness. This research measure the tax aggressiveness from ETR, CETR, TAXPLAN proxy. Audit Committee, Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor have used as Independent variable for measure a aggressiveness of corporate tax. This research used a sample of 14 companies that listed in Corporate Governance Index that published by IICG for year 2010-2012. The result of this research shows that relation between Audit Committee, Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor has significantly toward Tax Aggressiveness from ETR and CETR proxy, but has not significantly relation for TAXPLAN proxy.

Keywords : Tax Aggressiveness, Audit Committe, Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor

Page 8: Skripsi Pajak

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam

penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan maret 2014 ini adalah Pengaruh Komite

Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan

Pajak Agresif.Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak

dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat

diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada

Ibu DR. Erna Hernawati, CPMA, Ak selaku pembimbing  yang telah dengan sabar, tekun,

tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi,

arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

Untuk Ferry Fadly, Agung Setia Dharma, Farid Rakhmadin, Andrea Dwi Prasetya,

Muhammad Permata Hadi, Aditya Riyadi, Adam Husni Ali, Fachmi Ardiyansyah, Rizky

Yudha Satria, Muhammad Ridwan yang telah memberikan bantuan moral, material serta

dukunganya dalam penulisan skripsi ini

      Akhirnya, dengan segala kerendahan hati  penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang

bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 11 Agustus 2014

Agus Catur Pamungkas

Page 9: Skripsi Pajak

RIWAYAT HIDUP

Nama : Agus Catur Pamungkas

Tempat/Tanggal Lahir : Magetan, 12 Agustus 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kompl. PLN P3B .No.53 Rt.005/007

Krukut, Limo -Depok

No. Telp : 08881042312

Email :[email protected]

PENDIDIKAN FORMAL 1. SD Negeri 1 Panekan 20032. SMP Negeri 1 Panekan 2006 3. SMA Negeri 2 Magetan 20094. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta S1 Akuntansi 2014

PENGALAMAN ORGANISASI 1. Pengurus HMJUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta2. Pengurus BEM Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

FOTO

(4x6)

Berwarna

Page 10: Skripsi Pajak

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................iPernyataan Orisinalitas........................................................................iiAbstrak..................................................................................................iiiPernyataan Persetujuan Publikasi......................................................vHalaman Judul.....................................................................................viPengesahan..........................................................................................viiPrakata................................................................................................viiiRiwayat Hidup......................................................................................ixDaftar Isi................................................................................................xDaftar Tabel.......................................................................................xiiiDaftar Gambar...................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUANI.1. Latar Belakang........................................................................1I.2. Perumusan Masalah................................................................4I.3. Tujuan Penelitian....................................................................4I.4. Manfaat Penelitian..................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII.1. Hasil Penelitian Terdahulu...................................................... 6II.2. Landasan Teori........................................................................10II.2.1 Teori Keagenan.......................................................................11II.2.2 Pajak Agresif...........................................................................12II.2.2.1 Definisi Pajak..........................................................................12II.2.2.2 Perencanaan Pajak...................................................................13II.2.2.3 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak............................14II.2.2.4 Tindakan Pajak Agresif...........................................................14II.2.2.5 Kebaikan dan Kerburukan Tindakan Pajak Agresif................15II.2.2.6 Indikasi Tindakan Pajak Agresif.............................................15II.2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan

Tindakan Pajak Agresif...........................................................16II.2.2.8 Perbedaan Perencanaan Pajak (Tax Planning), Tindakan

Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion).........16

II.2.3 Komite Audit...........................................................................20II.2.3.1 Pengertian Komite Audit........................................................20II.2.3.2 Fungsi Komite Audit...............................................................21II.2.3.3 Tanggung Jawab Komite Audit..............................................21II.2.3.4 Aktifitas Komite Audit............................................................25II.2.3.5 Keanggotaan Komite Audit....................................................27

Page 11: Skripsi Pajak

II.2.4 Penerapan Good Corporate Governance................................28II.2.4.1 Definisi Good Corporate Governance.....................................28II.2.4.2 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Good Corporate Governance....29II.2.4.3 Maksud dan Tujuan serta Manfaat Pelaksanaan Good

Corporate Governance...........................................................32II.2.5 Reputasi Auditor.....................................................................34II.3 Pengembangan Hipotesis........................................................36II.3.1 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif. . .36II.3.2 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance

Terhadap Tindakan Pajak Agresif...........................................37II.3.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

38II.4 Kerangka Penelitian................................................................39

BAB III METODOLOGI PENELITIANIII.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel......................40III.1.1 Definisi Operasional...............................................................40III.1.2 Pengukuran Variabel...............................................................41III.2 Metode Penentuan Populasi dan Sampel................................43III.2.1 Populasi...................................................................................43III.2.2 Sampel.....................................................................................43III.3 Teknik Pengumpulan Data .....................................................44III.3.1 Jenis Data ...............................................................................44III.3.2 Sumber Data ...........................................................................44III.3.3 Pengumpulan Data .................................................................44III.4 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis .................................45III.4.1 Teknik Analisis Data...............................................................45III.4.1.1 Statistik Deskriptif Data..........................................................45III.4.1.2 Uji Asumsi Klasik...................................................................45III.4.2 Uji Hipotesis...........................................................................47III.4.2.1 Uji F dan Uji Adjusted R2......................................................47III.4.2.2 Uji t.........................................................................................47III.4.3 Model Regresi.........................................................................48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANIV.1 Deskripsi Obyek Penelitian.....................................................49IV.2 Deskripsi Hasil Analisa Data..................................................50IV.2.1 Tindakan Pajak Agresif...........................................................51IV.2.2 Komite Audit...........................................................................52IV.2.3 Penerapan Good Corporate Governance................................52IV.2.4 Reputasi Auditor.....................................................................53IV.2.5 Statistik Deskriptif..................................................................54

Page 12: Skripsi Pajak

IV.2.6 Uji Normalitas.........................................................................58IV.2.7 Uji Multikolinieritas................................................................61IV.2.8 Uji Heterokedastisitas.............................................................62IV.2.9 Uji Autokorekasi.....................................................................64IV.3 Pengujian Hipotesis.................................................................64IV.3.1 Uji F Secara Simultan) dan Uji Koefisien Data (Adjusted R2)65IV.3.2 Uji t (Secara Parsial)...............................................................67IV.3.3 Uji Regresi berganda...............................................................69IV.4 Pembahasan dan Keterbatasan................................................75IV.4.1 Pembahasan.............................................................................75IV.4.2 Keterbatasan Penelitian...........................................................78

BAB V KESIMPULAN DAN SARANV.1 Kesimpulan.............................................................................79V.2 Saran........................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................81LAMPIRAN

Page 13: Skripsi Pajak

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Penelitian Terdahulu ........................................................ 9Tabel 2 Proses Seleksi Sampel .................................................................. 50Tabel 3 Klasifikasi Tindakan Pajak Agresif Proksi ETR, CETR,

dan TAXPLAN Periode 2010-2012.............................................. 51Tabel 4 Komite Audit................................................................................. 52Tabel 5 Penerapan Good Corporate Governance....................................... 52Tabel 6 Reputasi Auditor............................................................................ 53Tabel 7 Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap

Tindakan Pajak Agresif................................................................. 53Tabel 8 Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance

Terhadap Tindakan Pajak Agresif................................................. 56Tabel 9 Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap

Tindakan Pajak Agresif................................................................. 56Tabel 10 Hasil Statistik DeskriptifAntar Variabel Dependen....................... 57Tabel 11 Hasil Uji Multikolinieritas............................................................. 61Tabel 12 Hasil Uji Autokorelasi................................................................... 64Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan.............................................. 65Tabel 14 Uji Koefisien Determinasi (R2)...................................................... 66Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Secara Partial ................................................. 67Tabel 16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................ 69

Page 14: Skripsi Pajak

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Unifying Conceptual Framework of Corporate Tax Planning.............................................................................17

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran..................................................................29Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas Proksi ETR..............................................59Gambar IV.2 Hasil Uji Normalitas Proksi CETR...........................................60Gambar IV.3 Hasil Uji Normalitas Proksi TAXPLAN...................................60Gambar IV.4 Scatterplot Proksi ETR..............................................................62Gambar IV.5 Scatterplot Proksi CETR...........................................................63Gambar IV.6 Scatterplot Proksi TAXPLAN..................................................63Gambar IV.7 Kesimpulan Regresi Berganda..................................................75

Page 15: Skripsi Pajak

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama Perusahaan yang terdaftar di IICG periode 2010 - 2012Lampiran 2 Perhitungan Komite audit Lampiran 3 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2010 Lampiran 4 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2011 Lampiran 5 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2012 Lampiran 6 Tabel Chi-SquareLampiran 7 Surat Riset

Page 16: Skripsi Pajak

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pajak merupakan aspek fiskal yang memberikan masukan kepada negara berupa

pendapatan nasional yang nantinya akan digunakan sebagai input dalam meningkatkan

pembangunan nasional kearah yang lebih baik. Sejatinya, pajak merupakan komponen

didalam pendapatan nasional yang bersumber dari pungutan terhadap wajib pajak baik

perseorangan, badan, maupun wajib pajak luar negeri berdasarkan sistem serta tata cara

pemungutan yang telah ditentukan undang undang. Salah satunya yaitu UU No 28 Tahun

2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diharapkan wajib pajak

perseorangan, badan serta wajib pajak luar negeri mengerti tentang mekanisme

pembayaran pajak sehingga peningkatan penerimaan Negara dari sisi pajak meningkat

pula.

Peningkatan pendapatan Negara di sektor perpajakan dapat dikatakan meningkat

jika dilihat dari data yang diterbitkan bps.go.id pada periode 2010-2013, berikut grafik

pendapatan nasional dari sektor pajak :

Gambar 1.

Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Nasional Dalam Persentase

(%) periode 2010-2013

2010 2011 2012 201368.0%70.0%72.0%74.0%76.0%78.0%80.0%

72.9% 72.5% 74.9%78.2%

Sumber Data : BPS.co.id

Dari grafik batang diatas, diperoleh data penerimaan pajak terhadap pendapatan

nasional dalam bentuk prosentase (%) periode 2010-2013. Peningkatan pendapatan terjadi

pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 74,9 % dan 78,2 %, namun kondisi sebaliknya terjadi

pada tahun 2011 sebesar 72,5 %. Namun terlepas dari penurunan penerimaan negara

lewat sektor pajak yang menurun di tahun 2011, tak dapat dipungkiri bahwa alokasi pajak

terhadap penerimaan negara begitu besar bahkan melebihi 50 %.Sehingga pemerintah

jelas menyadari bahwa penerimaan negara lewat sektor pajak harus terus ditingkatkan.

Hal tersebut diungkapkan oleh wakil ketua komisi XI DPR RI Achsanul Qosasih

Page 17: Skripsi Pajak

(NERACA, 25 Februari 2013:8281) yang menyatakan bahwa peningkatan sektor pajak

bisa ditingkatkan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan penambahan Wajib Pajak (WP) baru

atau mengoptimalkan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak (WP) yang nakal.

Nampaknya pernyataan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achsanul Qosasih tersebut

sesuai dengan kasus penggelapan pajak yang terjadi terhadap PT Bumi Resources Tbk

(BUMI) sebesar US $ 1.060 Miliar. Kondisi tersebut juga diperburuk dengan Kerugian

Pajak yang harus dibebankan kepada pemerintah sebesar US $ 477 Juta dan juga selisih

royalti atas batu bara (BPHPB) sebesar US $ 143 Juta. Sehingga kerugian yang diderita

Negara akibat penggelapan pajak tersebut mencapai US $ 1.680 Miliar.Hal tersebut

berdasarkan data dalam Laporan Keuangan Periode 2003-2008. (NERACA, 25 Februari

2013:8281)

Berdasarkan fakta diatas, sangat mungkin terjadi penggelapan pajak terhadap

perusahaan perusahaan di Indonesia sebagaimana yang terjadi pada PT Bumi Resources

Tbk (BUMI).Sari dan Martani (2010) mengungkapkan bahwa pembayaran pajak

penghasilan merupakan biaya bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Sehingga pemilik

perusahaan diduga akan cenderung lebih suka manajemen perusahaan melakukan

tindakan pajak agresif (Chen et al.2010).

Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan

laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau

tidak tergolong tax evasion (Frank et al.2009). Sari dan Martani (2010) menyatakan

bahwa Tindakan Pajak Agresif juga dapat menimbulkan konsekuensi biaya lain, yaitu

biaya akibat dari masalah yang timbul akibat adanya masalah keagenan (agency

problem).

Menurut IICG (2009:4) untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus

ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen,

maka Penerapan Good Corporate Governance diperlukan. Dalam rangka pelaksanaan tata

kelola perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik, Bursa Efek Indonesia (BEI)

mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli yang mengatur tentang Pembentukan Komite

Audit.(Palestin. 2007).Palestin (2007) melanjutkan bahwa keberadaan Komite Audit ini

merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara

pengawasan terhadap manajemen perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Martani (2010) mengenai Pengaruh

Karakteristik Kepemilikan dan Good Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak

Agresif perusahaan belummampu memberikan bukti kuat atas seluruh hipotesis yang

Page 18: Skripsi Pajak

diajukan, namun telah memberikan gambaran awal Pengaruh Karakteristik Kepemilikan

dan Good Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif perusahaan.

Gambaran tersebut memperlihatkan kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih

agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga, dan praktik Good Corporate

Governance berpengaruh negatif terhadap tindakan pajak agresif tersebut.

Oleh karenanya, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Komite

Audit dan Praktik Good Corporate Governance serta Reputasi Auditor terhadap Tindakan

Pajak Agresif perusahaan di Indonesia. Lebih spesifiknya akan dilihat pengaruh dari

adanya Praktik Good Corporate Governance yang baik terhadap hubungan Reputasi

Auditor dan Komite Audit dengan Tindakan Pajak Agresif.

Berdasarkan fenomena dan hasil research yang belum konsisten, maka dilakukan

penelitian yang berjudul Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif.

I.2. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif

Perusahaan?

2. Apakah GoodCorporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Tindakan

Pajak Agresif Perusahaan?

3. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak

Agresif Perusahaan?

I.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa Komite Audit, Penerapan Good

Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor berpengaruh Terhadap Tindakan Pajak

Agresif.

Page 19: Skripsi Pajak

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak,

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan

pengetahuan empiris kepada penulis mengenai pengaruh bahwa Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor berpengaruh

Terhadap Tindakan Pajak Agresif, di samping pengetahuan konseptual yang

telah penulis miliki.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan,

khususnya mengenai pengaruh Komite Audit dan Reputasi Auditor

perusahaan dengan klasifikasi tertentu terhadap Pajak Agresif. Disamping itu

pula, Perusahaan bisa melihat seberapa besar pengaruh GoodCorporate

Governance terhadap Pajak Agresif perusahaan yang diharapkan dapat

memberi tambahan keyakinan serta informasi untuk perusahaan dalam

mengontrol Pajak Agresif perusahaan.

b. Bagi Investor

Untuk memberikan informasi, sehingga dapat melihat seberapa besar

keterlibatan Good Corporate Governance serta pengaruh yang disebabkan

Komite Audit dan Reputasi Auditor terhadap Pajak Agresif perusahaan.

Page 20: Skripsi Pajak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitianterdahulu yang berkaitan dengan masalah Pengaruh Komite

Audit, Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap

Tindakan Pajak Agresif yang diantaranya dikutip dari beberapa sumber penelitian

tersebut antara lain :

a. Frank et.al (2008)

Frank et.al(2008) melakukan penelitian yang berjudul Tax Reporting

Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. Variabel

yang diteliti dalam penelitian ini adalah Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak

sebagai variabel independen dan Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Keuangan

sebagai Variabel dependen. Sampel perusahaan yang digunakan dalam

penelitian ini dipilih dengan purposive sampling method. Populasi penelitian ini

ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Compustat’s annual industrial file

selama periode 1991-2005, yaitu sebanyak 49.886 perusahaan yang kemudian

berubah menjadi sampel akhir sebanyak 8.100 perusahaan. Metode analisis yang

digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa variabel Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak memiliki

hubungan signifikan positif terhadap Tingkat Keagresifitasan Pelaporan

Keuangan. Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Frank et.al(2008)

adalah yaitu belum dapat menjelaskan penyebab terjadinya hubungan positif

antara Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak dengan Tingkat Keagresifitasan

Pelaporan Keuangan.

b. Chen et.al (2010)

Chen et.al(2010) melakukan penelitian yang berjudul “Are Family firms more

tax aggressive than non-Family firms?”. Variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah Karakteristik Kepemilikan sebagai variabel independen dan Tindakan

Pajak Agresif sebagai Variabel dependen. Variabel Kepemilikan dibagi menjadi

2 bagian yaitu Kepemilikan Keluarga dan Kepemilikan Non-Keluarga. Sampel

perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan purposive

sampling method. Populasi penelitian ini ialah perusahaan yang terdaftar di S&P

Page 21: Skripsi Pajak

1500 index (S&P 500, S&P Mid Cap 400, and S&P Small Cap 600 indices)

selama periode 1996-2000, yaitu sebanyak 3,865 perusahaan yang kemudian

berubah menjadi sampel akhir sebanyak 1,003 perusahaan. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa variabel Karakteristik Kepemilikan Non-Keluarga memiliki

kecenderungan lebih agresif terhadap perpajakan dibanding Kepemilikan

Keluarga.

c. Sari dan Martani (2010)

Sari dan Martani (2010) melakukan penelitian yang berjudul Karakteristik

Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif.

Variabel yang diteliti adalah Karakteristik Kepemilikan, Corporate Governance

sebagai variabel independen dan Tindakan Pajak Agresif sebagai Variabel

dependen. Variabel Kepemilikan dibagi menjadi 2 bagian yaitu Kepemilikan

Keluarga dan Kepemilikan Non-Keluarga. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini dipilih dengan purposive sampling method. Populasi penelitian ini

ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2005-

2008, yaitu sebanyak 160 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis regresi berganda. hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel

Karakteristik Kepemilikan dengan Keluarga memiliki kecenderungan lebih

agresif terhadap perpajakan dibanding Non-Keluarga, sedangkan hubungan

antara Praktik Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif yaitu

Signifikan Negatif. Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari dan

Martani(2010) yaitu kurang tepatnya prosedur pemilihan sampel. Dalam

pemilihan sampel, tiap ada perusahaan yang memiliki laba negatif pada salah

satu tahun observasi, maka perusahaan tersebut langsung dikeluarkan dari

sampel. Terlalu banyaknya proksi tindakan pajak agresif yang digunakan, bisa

jadi merupakan penyebab dari inkonsistensi dalam signifikansi dan arah

koefisien variabel independen. Setelah melihat penjelasan mengenai

penelitianterdahulu yang berkaitan dengan masalah Pengaruh Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor terhadap

Tindakan Pajak Agresif, selanjutnya akan dijelaskan berupa matriks penelitian

sebagai berikut:

Page 22: Skripsi Pajak

d. Choi (2011)

Choi (2011) dengan judul “Ownership Structure, Board Characteristics, And

Tax Aggressiveness”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Ownership Structure(Controlling Shareholdings, State-Controlled Firms),

danBoard Characteristics(Independent Directors Of The Board, Board

Chairman, dan The Percentage Of Board Shareholdings). Sampel dari penelitian

ini adalah semua perusahaan non-keuangan A-saham yang terdaftar di Shanghai

dan Bursa Efek Shenzhen periode 2003-2009. Sampel yang digunakan sebanyak

6.842 observasi perusahaan (7 tahun) (1.552 perusahaan per tahun). Penelitian

menggunakan analisa regresi berganda. Studi ini menyimpulkan bahwa bahwa

perusahaan dengan persentase yang lebih tinggi kepemilikan saham

pengendalinya cenderung lebih agresif pajak. Agresivitas pajak berkurang jika

pemegang saham pengendali adalah pemerintah. Namun Choi (2011) tidak

menemukan hubungan yang signifikan antara Independent Directorsdan ETR.

Penelitian tersebut memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Kendala data.

Dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan AS, perusahaan yang terdaftar di

China cenderung memiliki transparansi pelaporan keuangan yang lebih

rendah.Dengan demikian, sejumlah besar data yang hilang dapat menurunkan

kekuatan interpretasi hasil regresi seperti tercermin rendah R square.Pembatasan

data yang juga membatasi beberapa pengukuran alternatif ETR.Selain itu,

Literatur yang digunakan dalam penelitian ini terbatas.

e. Ayu-Kurniasih(2012)

Ayu-Kurniasih(2012)menguji“Pengaruh Corporate Governance TerhadapTax

Avoidance”. Dengan variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional,

Komposisi Dewan Komisaris, Dewan Komisaris, Komite Audit,dan Kualitas

Audit. Variabel dependennya yaitu Tax Avoidance. Sampel yang digunakan

sebanyak 200 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Dari

hasil penelitian membuktikan bahwa Komite Audit dan Kualitas Audit

berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. Sedangkan Kepemilikan

Institusional, Komposisi Dewan Komisaris, Dewan Komisaris tidak berpengaruh

signifikan terhadap Tax Avoidance.

Page 23: Skripsi Pajak

Tabel 1

Matriks Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait dengan Tindakan Pajak Agresif

No.Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Sampel dan Alat Uji VariabelHasil /

Kesimpulan1. Frank et al (2008) a. 8.100 Perusahaan

b. Regresi BergandaTingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak

Signifikan (+)

Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Keuangan

Signifikan (+)

2. Chen et al (2010) a. 1,003 Perusahaanb. Regresi Berganda

Corporate Governance Tidak SignifikanTindakan Pajak Agresif Tidak SignifikanKepemilikan Manajerial Signifikan (+)

3. Sari dan Martani(2010)

a. 160 perusahaanb. Regresi Berganda

Keputusan Keuangan Tidak SignifikanNilai Perusahaan Signifikan (+)Karakteristik Kepemilikan Tidak Signifikan

4. Choi (2011) a. 6.842 perusahaanb. Regresi Berganda

Ownership Structure Signifikan (+)Board Characteristics Tidak Signifikan

5. Ayu-Kurniasih (2012)

a. 200 perusahaanb. Regresi Berganda

Kepemilikan Institusional Tidak SignifikanKomposisi Dewan Komisaris Tidak SignifikanDewan Komisaris Tidak SignifikanKomite Audit Signifikan (+)Kualitas Audit Signifikan (+)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sudut pandang

dalam melihat Tindakan Pajak Agresif dilihat dari sudut pandang audit, dimana penelitian

ini mencoba melihat seberapa besar pengaruh yang ada dari variabel Komite Audit, dan

juga variabel Reputasi Auditor selain memastikan hubungan Penerapan Good Corporate

Governance.Hal yang paling membedakan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya selain penggunaan variabel adalah objek yang diteliti dan tahun penelitian.

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah indeks CG

bersumber dari Research Report on Indonesian Corporate Governance Scorecardyang

dikeluarkan oleh IICD (Indonesian Institute for Corporate Directorship) serta tahun

penelitian yang digunakan dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Namun pada penelitian ini

yang digunakan adalah indeks CG yang bersumber dari Corporate Governance

Perception Indexyang dikeluarkan oleh IICG (Indonesian Institute For Corporate

Governance) serta menggunakan tahun penelitian yang lebih baru yaitu dari tahun 2010

hingga tahun 2012.

II.2. Landasan Teori

Pajak yang menjadi penerimaan negara terbesar di negara Indonesia menjadi sangat

vital dalam membiayai pembangunan nasional. Depkeu mencatat, bahwa tahun 2011

dominasi pajak sebesar 76,95 % menjadi sangat dominan dalam memberikan kontribusi

Page 24: Skripsi Pajak

nyata sepanjang tahun terhadap pertumbuhan serta pembangunan nasional secara

menyeluruh. Namun angka tersebut dinilai belum maksimal jika melihat kondisi

kenyataan dilapangan, sehingga pemerintah berusaha meningkatkan alokasi penerimaan

pajak yang optimal. Peningkatan alokasi tersebut diwujudkan dengan adanya regulasi-

regulasi yang mendukung tujuan pemerintah itu. Salah satunya yaitu UU No 28 Tahun

2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Namun tetap saja masih ada

beberapa Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak bahkan penyimpangan pajak.

Penelitian ini meneliti tentang perusahaan yang terlalu agresif mengenai hal pajak

perusahaan dalam kaitannya terhadap keberadaan komite audit, orientasi Corporate

Governance dan juga reputasi audit. Variabel yang diteliti adalah Komite Audit,

Penerapan Corporate Governance, Reputasi Auditor dan Tindakan Pajak Agresif

Perusahaan. Pajak Agresif adalah sebuah kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk

menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir tahun baik dengan metode yang

melanggar hukum atau tidak melanggar hukum. Dan tindakan yang dilakukan perusahaan

tersebut sangat sulit dideteksi.

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana pengaruh antara Komite

Audit yang ada di dalam perusahaan, penerapan Corporate Governance dan Reputasi

Auditor terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan pada tahun 2010 – 2012.

Sesuai dengan penjelasan dari peneliti terdahulu dan penjabaran variabel-variabel

dari penelitian yang dilakukan, maka diberikan beberapa landasan teori yang

berhubungan dengan variabel-variabel tersebut yaitu, teori keagenan, definisi pajak,

perencanaan pajak, motivasi dilakukannya perencanaan pajak, pengertian pajak agresif,

kebaikan dan keburukan pajak agresif, indikasi tindakan pajak agresif, komite audit,

Corporate Governance, serta teori mengenai Reputasi Auditor. Landasan teori tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

II.2.1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah

kontrak antara agent (Manajer) dengan pricipal (Pemilik/Investor). Teori keagenan

(agency theory) menjelaskan jika antar pihak principal (Pemilik/Investor) dan agent

(Manajer) memiliki kepentingan yang berbeda, Widyaningdyah (2001) menyatakan

bahwa Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata

termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan

antara principal dan agent maka muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan

(agency conflict)(Richardson, 1998). Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa

Page 25: Skripsi Pajak

adanya pemisahan kepemilikan oleh principal (Pemilik/Investor) dengan pengendalian

oleh agent (Manajer) dalam suatu organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan

diantara principal (Pemilik/Investor) dan agent (Manajer). Hubungan antara Theory

Agency dengan Tindakan Pajak Agresif terletak pada konflik kepentingan yang timbul

antara manajer (agent)yang berkeinginan untuk memaksimalkan laba (menurunkan laba

kena pajak perusahaan) dengan pemilik (principal) yang takut nama baik perusahaan

menjadi buruk akibat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajer diketahui

oleh stakeholder. Masri dan Martani (2012) menjelaskan masalah agensi yang muncul

dengan adanya manajemen pajak adalah karena adanya perbedaan kepentingan antara

para pihak, satu sisi manajer sebagai agent menginginkan peningkatan kompensasi,

pemegang saham ingin menekan biaya pajak.

II.2.2. Pajak Agresif

II.2.2.1. Definisi Pajak

Secara etimologi pajak adalah pungutan wajib, ekspektasi yang diberikan pun

berupa uang yang harus dibayar oleh warga negara sebagai sumbangan wajib kepada

negara terkait dengan penghasilan, pemilikan, dan sebagainya. Oleh karena itu negara

sangat berharap banyak pada pajak sebagai sumber penerimaan negara.

Terkait hal tersebut, banyak ahli yang berpendapat mengenai penegertian pajak

menurut asumsi dan pengetahuan yang mereka miliki. Hal tersebut antara lain ialah:

Menurut S.I Djajadiningrat dalam Resmi (2005:1) menyatakan bahwa:“Pajak

sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang

disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,

tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat

dipaksakan, tetapi tidaka da jasa timbal balik dari negara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum.”

Menurut Feldmann dalam Priantara (2013:2) mengemukakan bahwa: “Pajak

adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut

norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-

mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

Menurut Rochmat Soemitro dalam Priantara (2013:2) menyatakan bahwa: “Pajak

adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang

undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan (tegenprestatie), yang

secara langsung dapat ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum

Page 26: Skripsi Pajak

dan sebagai pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai tujuan yang ada

diluar keuangan Negara.”

Dari beberapa pengertian serta definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak

adalah kewajiban atau pengorbanan setiap warga negara kepada negara sebagai wajib

pajak dengan menyerahkan sebagian kas kepada pemerintah khususnya negara yang akan

digunakan untuk kepentingan dan kemajuan negara.

II.2.2.2. Perencanaan Pajak

Tax Planning atau Perencanaan Pajak jika diartikan secara sederhana ialah suatu

tindakan menghemat pengeluaran pajak lewat perencanaan. Namun, banyak pendapat

menyatakan bahwa Tax Planning akan membawa lebih banyak keuntungan, karena

manfaatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan

(Handoko:2007). Hoyt dalam Tax Havens (1993:48) menyatakan bahwa kenyataan yang

ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak sering mencari cara-cara baru untuk

mengurangi kewajiban pajak mereka. Untuk itu perlu dipahami secara benar tentang

pengertian dari perencanaan pajak.

Seiring dengan perkembanganya, ada beberapa ahli dibidang pajak yang

mendefinisikan Tax Planning (Perencanaan Pajak) antara lain sebagai berikut:

Menurut Barry Spitz dalam Suandy (2011:8) Perencanaan Pajak atau Tax

Planning adalah Proses Pengambilan Tax Factor yang relevan dan non-tax factor yang

material untuk menentukan a). apakah, b). kapankah, c). bagaimana, dan d). dengan siapa

(pihak mana),Dilakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan

tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan

tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut Farid Ahmad dalam Gunadi (2006:276) menyatakan bahwa:

“Perencanaan Pajak merupakan serangkaian proses atau tindakan yang dilakukan wajib

pajak untuk merekayasa sumber-sumber penghasilan dan beban maupun transaksi lainnya

dengan tujuan meminimalisasi, penangguhan atau eliminasi beban pajak yang masih

berada dalam kerangka perantara perundang-undangan.”

Handoko (2007) dalam Observation and Research of Taxation menyatakan bahwa

Tax Planning atau Perencanaan Pajak adalah “Suatu perencanaan pajak sehingga dapat

mencapai suatu penghematan pajak (tax savings) dengan mencari ide-ide baru dan

memanfaatkan celah hukum perpajakan”.

Page 27: Skripsi Pajak

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Tax Planning atau

perencanaan pajak merupakan kebijakan atau otorisasi dari manajemen atas dalam

meminimalkan pengeluaran beban pajak kepada pemerintah lewat kombinasi-kombinasi

keuangan yang sudah direncanakan sebelumnya untuk menambah alokasi keuntungan

perusahaan.

II.2.2.3. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak

Suandy (2011:10-11) menyatakan bahwamotivasi yang mendasari dilakukannya

perencanaan pajak (Tax Planning) umumnya bersumber dari 3 unsur perpajakan, yaitu :

a. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)

b. Undang Undang Perpajakan (Tax Law)

c. Administrasi Perpajakan (Tax Administration).

Ketiga unsur tersebut terjadi menurut proses sesuai dengan urutan waktu

penyusunan sistem perpajakan.

II.2.2.4. Tindakan Pajak Agresif

Pajak agresif dapat dipahami dan dimengerti secara jelas mengacu dari pengertian

yang dinyatakan oleh:

Choi (2011) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai suatu upaya yang dilakukan

perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak secara hukum.

Hite and McGill (1992) dan Murphy (2004) juga menyatakan suatu agresivitas

pelaporan pajak adalah sebagai berikut :“Situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan

pajak tertentu dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan

diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena

ketidakjelasan posisi akhir (apakah tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak

melanggar hukum yang berlaku)”.

Frank et al (2009) yaitu : “Suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba

kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak

tergolong tax evasion. Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan,

namun semakin banyak celah yang digunakan perusahaan maka perusahaan tersebut

dianggap semakin agresif”

Dengan mengetahui beberapa definisi serta pengertian diatas yang mengungkapkan

mengenai pajak agresif dapat disimpulkan bahwa Pajak Agresif adalah suatu kebijakan

perusahaan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir

Page 28: Skripsi Pajak

tahun baik dengan metode yang melanggar hukum atau tidak melanggar hukum.Namun

Tidak ada definisi atau pengukuran Pajak Agresif yang diterima secara universal (Hanlon

dan Heizman, 2010).

II.2.2.5. Kebaikan Dan Keburukan Tindakan Pajak Agresif

Tiga keuntungan tindakan pajak agresif yang akan dipaparkan di sini. (1)

Keuntungan berupa penghematan pajak yang dibayarkan perusahaan kepada negara,

sehingga porsi kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham menjadi lebih besar. (2)

Keuntungan (baik langsung atau tidak langsung) bagi manajer yang mendapatkan

kompensasi dari pemilik/pemegang saham atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya.

(3) Keuntungan berupa kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction (Chen

et al. 2010).

Sedangkan kerugian dari tindakan pajak agresif antara lain adalah kemungkinan

perusahaan mendapat sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham

perusahaan. Kemungkinan harga saham mengalami penurunan, dikarenakan pemegang

saham lainnya mengetahui tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan

dalam rangka rent extraction (Desai and Dharmapala. 2006).

II.2.2.6. Indikasi Tindakan Pajak Agresif

Dalam penelitian-sebelumnya, dijelaskan mengenai Indikasi/Standar untuk

mengidentifikasi Perusahaan melakukan Tindakan Pajak Agresif, yaitu:

a. Menurunkan Laba Kena Pajak (Frank et.al : 2009),

Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan melakukan pengelolaan beban

yang secara langsung mengurangi pendapatan perusahaan, seperti melaporkan

peningkatan jumlah asset sehingga beban penyusutan perusahaan menjadi besar,

melaporkan peningkatan beban piutang tak tertagih dari tahun sebelumnya, dll.

b. Melakukan kebijakan pajak tertentu (Hite and McGill. 1992, dan Murphy. 2004)

Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan berkonsultasi dengan konsultan

pajak untuk melihat serta memilih kebijakan pajak yang tepat dalam

“menghindari” pajak, seperti melaporkan perusahaan mengalami kerugian,

perusahaan tidak membayar pajak tahun ini, dsb.

c. Jumlah kas dan setara kas meningkat tiap tahun (Chen et.al. 2010).

Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan memanipulasi penjualan

perusahaan dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan tunai sehingga kas

Page 29: Skripsi Pajak

yang diperoleh masuk secara langsung kedalam kas Negara, hal ini menunjukan

bahwa perusahaan sudah melakukan tindakan pajak agresif.

II.2.2.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Tindakan

Pajak Agresif

Menurut Choi (2011), adapun faktor-faktor yang mempengaruhiPerusahaan

melakukan Tindakan Pajak Agresifadalah :

a. Keinginan Perusahaan dalam mengurangi Beban Pajak Eksplisit Perusahaan.

b. Celah hukum yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan.

c. Karakter manager.

d. Tingkat Resiko Pajak.

II.2.2.8. Perbedaan Perencanaan Pajak (Tax Planning), Tindakan Pajak Agresif

(Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak

(Tax Evasion).

Dari sub bab sebelumnya dapat diketahui bahwa pengertian dari Tindakan Pajak

Agresif (Tax Aggressive) adalah adalah suatu kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk

menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir tahun baik dengan metode yang

melanggar hukum atau tidak melanggar hukum. NamunChoi (2011) dalam penelitiannya

membuat suatu kerangka pemikiran yang membedakan antara Perencanaan Pajak (Tax

Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan

Penggelapan Pajak (Tax Evasion) yang dinamakan sebagai “Unifying Conceptual

Framework of Corporate Tax Planning”. Berikut adalah kerangka berpikir yang disebut

“Unifying Conceptual Framework of Corporate Tax Planning” oleh Choi (2011).

Gambar 2

“Unifying Conceptual Framework of Corporate Tax Planning”

Page 30: Skripsi Pajak

Dimana pada penelitian Choi (2011) membedakan Perencanaan Pajak (Tax Planning),

Pajak Agresif (Tax Aggressif), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan

Pajak (Tax Evation) secara substansial serta pengukuran.

Dari kerangka berpikir yang dibuat oleh Choi (2011) diatas membedakan secara

jelas bahwa Perencanaan Pajak (Tax Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive),

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) berbeda.

Berikut penjelasan yang dibuat oleh Choi (2011) tentang Perencanaan Pajak (Tax

Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan

Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

a. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Konsep yang mendasari yang semua konstruksi pajak lainnya dalam Unifying

Conceptual Framework of Corporate Tax Planning adalah Perencanaan Pajak

(Tax Planning) perusahaan (lihat gambar 2.1). Perencanaan pajak (Tax

Planning) yang efektif dalam proses pengambilan keputusan perusahaan yang

ditujukan untuk memaksimalkan kembali setelah pajak, antara lain :

1) Mempertimbangkan Posisi Pajak Semua Pihak yang terlibat (Pendekatan

Multilateral)

2) Mempertimbangkan Semua Pajak, Baik Eksplisit Dan Implisit

3) Mengetahui Relevansi Semua Biaya, Baik biaya Pajak Dan Non-Pajak

Dari mempertimbangkan tiga tema umum "semua pihak", "semua pajak", dan

"semua biaya" maka bahwa strategi minimisasi pajak tidak selalu diinginkan.

Perencanaan pajak selalu membutuhkan pertimbangan dan trade- off yang

tidak terpisahkan dari semua pajak eksplisit dan implisit serta biaya non-

pajak. Pada poin ini, konstruksi yang berada dibawah Perencanaan Pajak (Tax

Planning), yaitu Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Pajak Agresif (Tax

Aggressive), dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) berbeda (lihat gambar

2.1). namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi beban

pajak eksplisit perusahaan.

b. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dalam kerangka disini didefinisikan

sebagai pengurangan pajak eksplisit suatu perusahaan dengan cara apapun.

Pendekatan ini sejalan dengan definisi yang diasumsikan oleh Dyreng et.al

(2008) dan Hanlon dan Heitzman (2010), yang menunjukkan bahwa definisi ini

tidak membedakan antara kegiatan “pajak yang disukai” pada

Page 31: Skripsi Pajak

kenyataanya,Perencanaan Pajak (Tax Planning) yang secara eksplisit dilakukan

untuk menghindari pembayaran pajak, dan/atau manfaat pajak yang diharapkan

dari proses lobi. Selanjutnya, konstruksi Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

tidak membedakan antara hukum jelas, secara hukum diragukan atau "abu-abu -

skala", ilegal , dan pada kenyataannya praktek penipuan pajak (Dyreng

et.al.2008). Ini menjelaskan bahwa Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

mungkin termasuk Pajak Agresif (Tax Aggressive), bahkan berpotensi

Penggelapan Pajak (Tax Evasion) dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)

eksplisit.

c. Pajak Agresif (Tax Aggressive)

Pajak Agresif (Tax Aggressive) (seperti digambarkan pada Gambar 2.1)

dipahami untuk berada pada tingkat agregasi yang lebih rendah dibanding

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Kerangka konseptual yang diuraikan

secara umum menunjukkan bahwa semakin lemah dukungan hukum dari posisi

pajak perusahaan, akan lebih masuk akal untuk mempertimbangkan posisi ini

menjadi pajak agresif (Tax Aggressive). Tantangan besar terletak pada upaya

untuk menentukan secara obyektif titik cut-off di mana tindakan Penghindaran

Pajak (Tax Avoidance) yang mendasarinya ke tingkat kritis secara hukum dapat

dicoba dalam rangka untuk membangun keuntungan yang lebih tepat pada label

Pajak Agresif (Tax Aggressive). Oleh karena itu, secara tegas mengakui bahwa

titik cut-off ini umumnya kasat mata. Perusahaan yang struktur posisi pajak

mereka dengan cara yang hipotetis menanggung risiko > 50 % tidak akan

dilanjutkan pada pemeriksaan potensial oleh IRS (Internal Revenue Service) atau

lembaga lain, namun tindakan ini dianggap sebagai pajak "agresif".

d. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Sebuah hal mendasar dari Penggelapan Pajak (Tax Evasion) adalah melawan

hukum yang jelas. Namun, berbeda dengan Pajak Agresif (Tax Aggressive)

ilegal, Penggelapan Pajak (Tax Evasion) lebih memerlukan tindakan jelas yang

berusaha untuk melakukan Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Tindakan yang

dilakukan dengan sengaja atau disengaja untuk kecurangan. Menurut Mahkamah

Agung AS tahun 2004, penggelapan pajak berkonotasi integrasi dari tiga unsur :

1) Akhir Yang Ingin Dicapai, yaitu, pembayaran kurang dari yang diketahui oleh

wajib pajak secara hukum, atau bukan- pembayaran pajak sesuai aturan

hukum ,

Page 32: Skripsi Pajak

2) Keadaan yang menyertai pikiran yang digambarkan sebagai "jahat" dalam

"itikad buruk", "disengaja", atau "disengaja dan tidak disengaja", dan

3) Suatu tindakan atau tindakan gagal yang berlawanan secara hukum.

Sesuai kerangka berpikir yang dibuat oleh Choi (2011) diatas yang

membedakan secara jelas antara Perencanaan Pajak (Tax Planning), Pajak

Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan

Penggelapan Pajak (Tax Evasion), bahwa seluruh tindakan tersebut memiliki

tujuan yang sama yaitu mengurangi Beban Pajak Eksplisit Perusahaan. yang

membedakan adalah motif dari dilakukannya tindakan tersebut.

II.2.3. Komite Audit

II.2.3.1. Pengertian Komite Audit

Komite audit merupakan salahsatukomite yang wajib dimiliki dalam perusahaan

publik. Keberadaan komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan

internal serta memberikan perlindungan yang optimal untuk para pemegang saham dan

stakeholders. Berikut ini beberapa definisi tentang komite audit :

Menurut Messier et.al. (2006:175) “an audit committee is a subcommittee of the

board of directors that is responsible for the financial reporting and disclosure process”.

Definisi komiteaudit di atas adalah sub komite dari dewan komisaris yang

bertanggung jawab atas proses pelaporan keuangan dan pengungkapan.

Menurut Surya dan Yustiavandana (2006:145) menyatakan bahwa: Komite Audit

adalah suatu organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate

Governance, serta beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris.

Menurut Arens et.al dalam Zarkasyi (2008:16) mengemukakan pengertian tentang

komite audit, yaitu :

Komite Audit adalah suatu komite yang anggotanya merupakan anggota Dewan

Komisaris yang terpilih yang pertanggungjawabannya antara lain : membantu

menetapkan auditor independen terhadap usulan manajemen. Kebanyakan komite audit

terdiri dari 3 orang sampai 5 kadang-kadang 7 orang yang bahkan merupakan bagian

manajemen perusahaan.

Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-643/BL/2012

menyatakan bahwa : Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung

jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan

Komisaris.

Page 33: Skripsi Pajak

Kesimpulan dari beberapa defenisi diatas yaitu bahwa komite audit adalah suatu

komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab atas pelaporan

keuangan dan kinerja direksi perusahaan.

Keberadaan komite terdapat pada peraturan yang dikeluarkan oleh badan regulasi

lewat Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012. Di dalam keputusan

tersebut menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang

baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komite audit salah

satunya.

Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris dan dilaporkan kepada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu dari komite audit merupakan komisaris

independen yang biasanya bertindak sebagai ketua komite audit.

II.2.3.2. Fungsi Komite Audit

Zarkasyi (2008:19) menyatakan bahwa Komite audit merupakan pihak yang

menghubungkan antara dewan direksi selaku wakil dari pemegang saham dan auditor

independen, maka fungsi komite audit sebagai berikut, yaitu :

a. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor

b. Berkonsultasi untuk menentukan auditor independen

c. Berkonsultasi dengan auditor independen dalam menganalisa laporan audit dan

menyertai dalam management letter

d. Berkonsultasi dengan auditor independen

II.2.3.3. Tanggung Jawab Komite Audit

MenurutSawyer (2006:512) komite akan melaksanakan tanggung jawab-tanggung

jawab berikut ini :

a. Laporan Keuangan

1) Menelaah masalah-masalah akuntansi dan pelaporan yang signifikan,

termasuk transaksi-transaksi yang rumit atau tidak umum dan bidang-bidang

yang sangat membutuhkan pertimbangan, dan pengumuman profesional

maupun peraturan yang baru saja dikeluarkan, serta memahami dampak

yang dapat mereka miliki atas laporan keuangan.

Page 34: Skripsi Pajak

2) Bersama-sama dengan manajemen dan auditor eksternal melakukan

penelaahan atas hasil-hasil audit, termasuk kendala-kendala yang dihadapi.

3) Melakukan penelaahan atas laporan keuangan tahunan, dan

mempertimbangkan apakah laporan keuangan tahunan telah lengkap,

konsisten dengan informasi yang dimiliki oleh anggota komite, dan

mencerminkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat.

4) Melakukan penelaahan atas bagian-bagian dari laporan tahunan dan

pelaporan peraturan terkait sebelum diterbitkan serta mempertimbangkan

keakuratan dan kelengkapan dari informasi yang termuat di dalamnya.

5) Melakukan penelaahan bersama-sama dengan manajemen dan auditor

eksternal terhadap seluruh permasalahan yang perlu untuk dikomunikasikan

kepada komite sesuai dengan standar audit yang berlaku umum.

6) Mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana manajemen mengembangkan

informasi keuangan interim, serta sifat dan luas keterlibatan auditor internal

dan eksternal di dalamnya.

7) Melakukan penelaahan laporan keuangan interim dengan manajemen dan

auditor eksternal sebelum disampingkan kepada pihak penyelenggara, serta

memstikan apakah laporan keuangan interim telah lengkap dan konsisten

dengan informasi yang dimiliki oleh para anggota komite.

b. Kontrol Internal

1) Mempertimbangkan efektivitas sistem kontrol internal perusahaan, termasuk

keamanan dan kontrol teknologi informasi.

2) Memahami lingkup penelaahan auditor dan eksternal dalam hal kontrol

internal atas pelaporan keuangan, dan memperoleh laporan mengenai temuan-

temuan dan rekomendasi yang signifikan, berikut respons manajemen.

c. Audit Internal

1) Bersama-sama dengan manajemen dan direktur audit melakukan penelaahan

atas akta, rencana, aktivitas, penempatan staf, dan struktur organisasi dari

fungsi audit internal.

2) Memastikan bahwa tidak terdapat pembatasan yang tidak berdasar, dan

menelaah serta menyetujui masalah penunjukan, penggantian, atau

penghentian direktur audit.

3) Menelaah efektifitas fungsi audit internal, termasuk kepatuhannya terhadap

Standar IIA.

Page 35: Skripsi Pajak

4) Secara rutin, melakukan pertemuan terpisah dengan direktur audit untuk

membahas hal-hal yang diyakini oleh komite atau audit internal sebagai

sesuatu yang perlu di bahas secara pribadi.

d. Audit Eksternal

1) Melakukan penelaahan terhadap lingkup dan pendekatan audit yang

ditawarkan oleh auditor eksternal, termasuk koordinasi kegiatan audit dengan

audit internal.

2) Melakukan penelaahan terhadap prestasi auditor eksternal, dan melakukan

persetujuan final atas penunjukan ataupun penghentian auditor.

3) Melakukan penelaahan dan mengonfirmasi kebebasan dari auditor eksternal

dengan mendapatkan pernyatan dari auditor mengenai hubungan antara

auditor dengan perusahaan, termasuk jasa-jasa non-audit, dan membahas

hubungan tarsebut dengan auditor.

4) Secara rutin, melakukan pertemuan terpisah dengan auditor eksternal untuk

mendiskusikan hal-hal yang oleh komite atau auditor dianggap sebagai

sesuatu yang harus didiskusikan secara pribadi.

e. Kepatuhan

1) Melakukan penelaahan atas efektivitas dari sistem yang mengawasi kepatuhan

terhadap hukum dan perundang-undangan serta hasil dari investigasi dan

tidak lanjut oleh manajemen (termasuk tindakan pendisiplin) untuk setiap

kejadian ketidakpatuhan.

2) Melakukan penelaahan atas temuan-temuan dari setiap pemeriksaan oleh

badan-badan penyelengara dan observasi-observasi oleh auditor lain.

3) Melakukan penelaahan atas proses untuk menyampaikan kode perilaku

kepada para karyawan perusahaan, dan untuk mengawasi kepatuhan terhadap

hal tersebut selanjutnya.

4) Mendapatkan pembaruan rutin dari manajemen dan penasihat hukum

perusahaan sehubungan dengan permasalahan-permasalahan kepatuhan.

f. Tanggung Jawab

1) Secara rutin memberikan laporan kepada dewan komisaris mengenai aktivitas

komite, isu-isu, dan rekomendasi-rekomendasi terkait.

2) Memberikan suatu celah terbuka untuk berkomunikasi dengan audit internal,

audit eksternal, dan dewan komisaris.

Page 36: Skripsi Pajak

3) Memberikan laporan tahunan kepada para pemegang saham, yang

menguraikan mengenai komposisi dari para anggota komite, tanggung jawab

dan bagaimana ia dapat diberhentikan, serta informasi lain yang mungkin

menurut peraturan dibutuhkan atas jasa-jasa non-audit.

g. Tanggung Jawab Lainnya

1) Melakukan aktifitas-aktifitas lain yang berhubungan dengan akta ini sesuai

dengan yang diminta oleh dewan komisaris.

2) Mengadakan dan mengawasi invetigasi-investigasi khusus jika dibutuhkan.

3) Menelaah dan menentukan kecukupan dari akta komite secara tahunan,

meminta persetujuan dewan mengenai perubahan proposal, dan memastikan

pengungkapan yang tepat seperti yang diharuskan oleh hukum atau peraturan

yang berlaku.

4) Mendapatkan konfirmasi secara tahunan bahwa seluruh tanggung jawab yang

tercantum di dalam akta ini telah dilaksanakan.

5) Melakukan evaluasi atas kinerja komite dan anggota-anggota individual

secara rutin.

II.2.3.4. Kompetensi Komite Audit

Komite audit merupakan salah satu proses terlaksananya suatu mekanisme tata

kelola perusahaan yang baik. Agar komite audit dapat menjalankan tugasnya dengan baik

dan benar ada beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi. Kualifikasi dari komite audit

diharapkan mampu dapat memaksimalkan komite audit menjalankan tugasnya.

Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi yang harus dipenuhi. Kompetensi harus

dimiliki seseorang yang bergerak di semua bidang. Begitu pula dengan komite audit salah

satu kompetensi yang harus dimiliki adalah pemahaman yang memadai tentang akuntansi,

audit dan sistem yang berlaku pada suatu perusahaan. Dengan adanya kompetensi

tersebut diharapkan komite audit mengerti dan dapat menganalisa laporan keuangan.

Untuk menjadi seorang komite audit terdapat pedoman pembentukan komite audit

menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012, terdapat syarat yang

harus dipenuhi, yaitu :

a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang

memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu

berkomunikasi dengan baik

Page 37: Skripsi Pajak

b. Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman

sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampuberkomunikasi dengan baik;

c. Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yangterkait

dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses

audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar

Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya;

d. Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau

Perusahaan Publik;

e. Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan

pelatihan;

f. Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakangpendidikan

dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan;

g. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor

KonsultanHukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa

assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada

Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan

terakhir;

h. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dantanggung

jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, ataumengawasi

kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6(enam) bulan

terakhir kecuali Komisaris Independen;

i. Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten

atauPerusahaan Publik;Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham

Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat

suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain

dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham

tersebut.

j. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris,anggota

Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau PerusahaanPublik tersebut;

dantidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsungyang

berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publiktersebut..

Dengan adanya peraturan tersebut setidaknya ada seorang dari anggota komite audit

yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Hal ini dimaksud agar

komite audit dapat memahami informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena

Page 38: Skripsi Pajak

salah satu tugasnya adalah melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan

(Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012).

II.2.3.5. Aktifitas Rapat Komite Audit

Komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat dengan pihak yang

berkepentingan secara rutin sebagaimana yang ditetapkan oleh komite audit sendiri dan

mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan.Aktifitas rapat

merupakan komponen aktifitas komite audit yang dilihat dari jumlah pertemuan (rapat)

komite audit (Fitriasari, 2007).

Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 tentang rapat

komite audit adalah :

a. Komite Audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3

(tiga) bulan.

b. Rapat Komite Audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih dari

1/2 (satu per dua) jumlah anggota.

c. Keputusan rapat Komite Audit diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

d. Setiap rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila

terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions), yang ditandatangani oleh

seluruh anggota Komite Audit yang hadir dan disampaikan kepada Dewan

Komisaris.

Sawyer (2006:512) mengungkapkan bahwa komite akan bertemu paling sedikit

empat kali dalam setahun, dengan wewenang untuk melakukan rapat-rapat tambahan jika

kondisi menginginkan demikian.

Pertemuan yang dilakukan oleh komite audit ini berfungsi untuk memantau

pengendalian internal perusahaan, sebagai media komunikasi formal anggota komite audit

dalam mengawasai proses corporate governance yang diterapkan oleh perusahaan guna

memahami masalah-masalah yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaaan.

II.2.3.6. Keanggotaan Komite Audit

Menurut peraturan BAPEPAM-LK di tahun 2010 dalam Prawinandi

(2012:11)Komite audit adalah komite yang bertugas membantu dewan komisaris untuk

memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan

Page 39: Skripsi Pajak

dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan

standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh

manajemen.

Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 tentang

keanggotaan komite audit, yaitu:

a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari

Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.

b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

II.2.4. Penerapan Good Corporate Governance(GCG)

II.2.4.1. Definisi Good Corporate Governance

Kata “governance” berasal dari bahasa perancis “gubernance” yang berarti

pengendalian. Selanjutnya kata tersebut digunakan dalam konteks perusahaan atau jenis

organisai yang lain, menjadi corporate governance. Dalam bahasa indonesia, corporate

governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan

(siswanto sutoyo: E john aldridge, 2005)

Shleifer and Vishny (1997) mengemukakan pengertian mengenai Corporate

Governance, sebagai berikut:

“Corporate governance relating to the manner or mechanism to assure the owners in obtaining the return of capital which corresponds to investments that have been planted.”

Definisi Corporate Governance menurut Turnbull Report dalam Arief Effendi

(2009:1) adalah sebagai berikut :

“Corporate Governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are significant to the filfilment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Arief Effendi

(2009:2) menyatakan bahwa :

“Corporate governance adalahSeperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik NegaraNomor : PER —

01 /MBU/2011Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance)Pada Badan Usaha Milik Negara menyatakan bahwa :

Page 40: Skripsi Pajak

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang

selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan

mekanisme pengelolaanperusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan

etika.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, Good Corporate Governance adalah suatu

sistem pengendalian internal dalam perusahaan bertujuan untuk mengelola risiko yang

signifikan guna memenuhi tujuan bisnis perusahaan dalam meningkatkan keuntungan

jangka panjang investor terhadap investasi yang ditanamkan dalam perusahaan serta

memberikan keamanan terhadap aset-aset perusahaan.

II.2.4.2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Good Corporate Governance

Sesuai dengan Pasal 3 dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

NegaraNomor : PER — 01 /MBU/2011TentangPenerapan Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik (Good Corporate Governance)Pada Badan Usaha Milik Negara, prinsip - prinsip

yang harusdiperhatikan dalam perusahaan dalam menerapkan Corporate Governance

ialah:

a. Transparansi (Transparency yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan;

b. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif;

c. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

d. Kemandirian (Independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

e. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-

hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian

dan peraturan perundangundangan.

Code Of Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional,

menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Governance harus

menerapkan 5, yaitu:

Page 41: Skripsi Pajak

a. Transparansi (Transparancy)

Untuk mewujudkan dan mempertahankan objektivitas dalam praktek bisnis,

perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dan material yang mudah

diakses dan mudah dipahami bagi stakeholder. Perusahaan harus mempunyai

inisiatif untuk mengungkapkan informasi tidak hanya yang diwajibkan oleh

hukum dan regulasi, tetapi juga informasi lain yang dianggap penting bagi

pemegang saham, kreditur dan stakeholder lain untuk pembuatan keputusan.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan wajar dan

transparan. Jadi, perusahaan harus mengatur cara agar kepentingan perusahaan

sejalan dengan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas

adalah salah satu prasyarat untuk memperoleh kinerja berkelanjutan.

c. Tanggung Jawab (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi hukum dan aturan dan memenuhi tanggung jawab

kepada komunitas dan lingkungan dengan tujuan mempertahankan kelangsungan

bisnis jangka panjang dan dikenal sebagai perusahaan yang baik.

d. Kemandirian(Independensi)

Untuk mendukung implementasi prinsip-prinsip corporate governance,

perusahaan harus diatur secara independen oleh kekuasaan yang seimbang,

dimana tidak ada salah satu organ perusahaan yang mendominasi organ lain dan

tidak ada intervensi dari pihak lain.

e. Kewajaran (Fairness)

Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan harus mengutamakan kepentingan

pemegang saham dan stakeholder lain berdasarkan prinsip kewajaran.

Menurut Organization For Economic Co-operation and Development (OECD)

menguraikan 4 prinsip dalam Corporate Governance, yaitu:

a. Keadilan (Fairness)

Fairness menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-

hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin

terlaksananya komitmen dengan para investor. Prinsip Fairness diharapkan

untuk membuat seluruh asset perusahaan dikelola secara baik dan hati-hati

sehingga terdapat perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham secara

jujur dan adil. Pemegakan prinsip Fairness mensyaratkan adanya peraturan

Page 42: Skripsi Pajak

perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara

baik serta efektif.

b. Transparansi (Transparency)

Transparency mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu,

jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,

pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Prinsip transparency

diharapkan dapat membantu stakeholder dalam menilai risiko yang mungkin

terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan serta meminimalisasi

adanya benturan kepentingan berbagai pihak dalam manajemen.

c. Akuntabilitas(Accountability)

Prinsip accountability menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung

usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang

saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Beberapa bentuk

implementasi dari prinsip accountability adalah adanya praktek audit internal

yang efektif serta menjelaskan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan target pencapaian perusahaan di

masa depan. Apabila prinsip accountability diterapkan secara efektif maka ada

kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara

pemegang saham, dewan komisaris serta direksi.

d. Tanggung Jawab (Responsibility)

Responsibility memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku

sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Penerapan prinsip ini diharapkan

membuat perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya sering

kali menghasilkan eksternalitas (dampak di luar perusahaan) negatif yang harus

ditanggung masyarakat.

II.2.4.3. Maksud, Tujuan serta Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah

sebagai berikut:

a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip

keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar

Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun

internasional.

Page 43: Skripsi Pajak

b. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan

efisien, memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.

c. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesadaran akan

tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders Perusahaan.

d. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.

e. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.

Berbagai manfaat dapat diperoleh perusahaan dalam menerapkan corporate

governance. Komite Nasional Kebijakan Governance (2006:2) menyebutkan manfaat-

manfaat penerapan corporate governance adalah sebagai berikut:

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang

didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi

serta kesetaraan dan kewajaran.

b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ

perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.

c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar

dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakkannya dilandasi oleh nilai

moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,

sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi

dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

II.2.4.5. Reputasi Auditor

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang

terdapat antara manajer dan pemegeng saham dengan menggunakan pihak luar untuk

memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Setiap perusahaan menginginkan

perusahaanya diaudit oleh seorang auditor berkualitas, De Angelo (1981) menyebutkan

bahwa kualitas KAP dapat dilihat dari hasil proses audit yang diberikan oleh auditor

Page 44: Skripsi Pajak

kepada klien, dilihat dari kemampuan seorang auditor dalam menemukan adanya

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Sesuai dengan pendapat Belkaoui (2006:85) yang

menyebutkan bahwa kualitas audit adalah probabilitas bahwa laporan keuangan tidak

memuat penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material.

Choi (2010) mengungkapkan bahwa, KAP besar adalah KAP yang mempunyai

reputasi berskala intenasional (kategori big four), dimana KAP yang besar akan

menghasilkan mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang belum

memiliki reputasi, karena perusahaan audit yang besar jika tidak menyajikan kualitas

audit yang tinggi maka akan kehilangan reputasinya sehingga dia akan mengalami

kerugian.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1167), reputasi adalah perbuatan dan

sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. KAP yang telah mempunyai nama baik di

mata masyarakat, tentunya memiliki kualitas audit yang secara tidak langsung tidak

dimiliki oleh KAP lainnya.

Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit atas

semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh kantor

akuntan publik (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu. Hak legal untuk

melakukan audit diberikan kepada kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan, (Arens,

2011 : 34). Hanya kurang dari 500 kantor akuntan publik yang beroperasi di Indonesia

(dibandingkan lebih dari 45.000 kantor akuntan publik beroperasi di Amerika Serikat),

yang besarnya berkisar dari 1 hingga 20.000 partner dan staf, keempat KAP the big four

di Indonesia yaitu:

a. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan, yang bekerjasama dengan KAP Price

Waterhouse Coopers.

b. KAP Sidharta dan wijaya, yang bekerjasama dengan KAP KPMG (Klynveld

Peat Marwick Goerdeler)

c. KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, yang bekerja sama dengan KAP Ernts dan

Young.

d. KAP Osman Bing Satrio dan Rekan, yang bekerjasama dengan KAP Deloitte

Touche Thomatsu.

Perusahaan yang menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja

perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa

KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan

jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan

Page 45: Skripsi Pajak

KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big

Four Worldwide Accounting Firm (Big Four) (Hilmi dan Ali . 2008).

Page 46: Skripsi Pajak

II.3. Pengembangan Hipotesis

II.3.1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Sesuai dengan tugasnya, komite

audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengevaluasi integritas laporan

keuangan, mengidentifikasi ketidaksesuaian dengan aturan yang berlaku sehingga

informasi dalam laporan keuangan dapat diandalkan. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Messier et.al,. (2006:175) yang menyatakan bahwa komite audit bertanggung

jawab atas pelaporan laporan keuangan perusahaan dan proses pengungkapan yang

terjadi. Sedangkan manajer perusahaan menganggap bahwa Perencanaan Pajak atau Tax

Planningakan membawa lebih banyak keuntungan, karena manfaatnya dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan (Handoko.2007). Hal

tersebut diperkuat oleh pendapat Hoyt dalam Tax Havens (1993:48) menyatakan bahwa

kenyataan yang ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak sering mencari cara-cara

baru untuk mengurangi kewajiban pajak mereka.

Penelitian Sari - Martani (2010) yang dilakukan untuk mengetahui apakah

perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya daripada perusahaan non-

keluarga, menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat

didalam Bursa Efek Indonesia (BEI) (periode 2005-2008), kepemilikan keluarga

cenderung bertindak lebih agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga.

Mengacu pada penelitian Sari - Martani (2010), maka hipotesis penelitian pertama

dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1 : Komite Auditberpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

II.3.2. PengaruhPenerapan GoodCorporate Governance Terhadap Tindakan

Pajak Agresif

Di level dunia internasional, interaksi antara pajak dan corporate governance sudah

mulai diteliti mengenai hubungan serta pengaruhnya. Friese et.al. (2008) dalam Sari dan

Martani (2010) menyatakan bahwa pajak dan corporate governance dapat berinteraksi

dalam berbagai aspek, dan interaksi ini dapat bersifat satu atau dua arah. Lalu Schön

(2008) juga menyatakan bahwa peraturan corporate governance telah dijadikan alat oleh

pemerintah untuk memerangi usaha penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Di

Indonesia, contoh peraturan perpajakan yang dapat mempengaruhi governance

perusahaan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

43/PMK.03/2008 (DJP – 2008). Peraturan tersebut menyatakan bahwa Wajib Pajak (WP)

Page 47: Skripsi Pajak

dapat menggunakan nilai buku dalam pemekaran usaha jika WP atau badan usaha hasil

pemekaran tersebut akan melakukan penawaran umum perdana. Dari peraturan ini terlihat

adanya dorongan dari pemerintah bagi perusahaan untuk melakukan transparansi lebih

dengan cara menjadi perusahaan public (Sari dan Martani. 2010).

Sedangkan contoh prinsip corporate governance yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan perpajakan perusahaan adalah prinsip keterbukaan dan

transparansi. Dengan adanya keterbukaan informasi, maka diharapkan perusahaan akan

cenderung mengambil tindakan perpajakan yang tidak berisiko. Karena apabila

perusahaan terlalu agresif dalam perpajakan perusahaan, maka perusahaan akan

mengalami kerugian dari tindakan pajak agresif antara lain adalah kemungkinan

perusahaan mendapat sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham

perusahaan(Desai and Dharmapala. 2006).Oleh karenanya dalam penelitian ini diajukan

hipotesis kedua dalam bentuk alternatif sebagai berikut:

H2 : Penerapan GoodCorporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Tindakan

Pajak Agresif Perusahaan.

II.3.3. PengaruhReputasi AuditorTerhadap Tindakan Pajak Agresif

Setiap perusahaan menginginkan perusahaanya diaudit oleh seorang auditor

berkualitas, De Angelo (1981) menyebutkan bahwa kualitas KAP dapat dilihat dari hasil

proses audit yang diberikan oleh auditor kepada klien, dilihat dari kemampuan seorang

auditor dalam menemukan adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

Hite and McGill (1992) dan Murphy (2004) menyatakan suatu agresivitas pelaporan

pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu dan suatu hari

terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan diaudit atau dipermasalahkan

dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena ketidakjelasan posisi akhir (apakah

tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku).

Choi (2010) mengungkapkan bahwa, KAP besar adalah KAP yang mempunyai reputasi

berskala internasional (kategori big four), dimana KAP yang besar akan menghasilkan

mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang belum memiliki reputasi,

karena perusahaan audit yang besar jika tidak menyajikan kualitas audit yang tinggi maka

akan kehilangan reputasinya sehingga dia akan mengalami kerugian.

Oleh karenanya dalam penelitian ini diajukan hipotesis ketiga dalam bentuk

alternatif sebagai berikut:

Page 48: Skripsi Pajak

H3 : Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif

Perusahaan.

Page 49: Skripsi Pajak

II.4. Kerangka Peneltian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang menguji tentang Komite

Audit, Pengaruh GoodCorporate Governance(GCG), dan Reputasi Auditor terhadap

Tindakan pajak Agresif Perusahaan, maka dapat digambarkan suatu kerangka teoritis

sebagai berikut :

Gambar 2

Pemikiran Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,

2007).Sedangkan Pengukuran Variabel ialah penjabaran suatu Variabel agar dapat diukur

dengan satuan dan angka serta bisa dihitung. Dalam penelitian ini Variabel Dependennya

(Variabel Terikat) adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan Variabel Independennya

X1

Komite Audit

X2

Penerapan Good Corporate

Governance

Y

Tindakan Pajak Agresif

X3

Reputasi Auditor

Uji Regresi Berganda

Page 50: Skripsi Pajak

(Variabel Bebas) adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance

(GCG)dan Reputasi Auditor.

III.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional terhadap variabel-variabel akan diteliti adalah:

a. Variabel Independen (X)

1) Komite Audit

Komite yang bertanggung jawab atas pelaporan laporan keuangan dan proses

pengungkapan laporan keuangan.(Messier etal.,2006:175)

2) Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,

pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang

kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. (Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI) dalam Arief Effendi (2009:2).

3) Reputasi Auditor

Reputasi auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang

auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Sinarwati, 2010:7)

b. Variabel Dependen (Y)

Tindakan Pajak Agresif

Choi (2011) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai suatu upaya yang

dilakukan perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak secara hukum.

III.1.2. Pengukuran Variabel

Sedangkan Pengukuran Variabel ialah penjabaran suatu Variabel agar dapat diukur

dengan satuan dan angka serta bisa dihitung. Dalam penelitian ini Variabel Dependennya

(Variabel Terikat) adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan Variabel Independennya

(Variabel Bebas) adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),

dan Reputasi Auditor.Berdasarkan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Variabel Independen (X)

Varibel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Komite Audit

Page 51: Skripsi Pajak

Dalam penelitian ini, komite audit diukur dengan jumlah anggota komite

audit dalam perusahaan (Zaluki dan Husin, 2009).

0 = Jika anggota Komite Audit berjumlah 3 orang

1 = Jika anggota Komite Audit berjumlah lebih dari 3 orang

Data Komite Audit dapat dilihat dari laporan keuangan pada bagian catatan

atas laporan keuangan ataupun Annual Report (AR).

2) Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diukur melalui Laporan

Pemeringkatan yang diterbitkan oleh IICG (Indonesian Institute For

Corporate Governance) dengan skala.

0 = Jika indeks dibawah 75%, artinya bahwa perusahaan tersebut belum

menerapkan Good Corporate Governance dengan baik

1 = Jika Indeks diatas 75%, artinya bahwa perusahaan tersebut sudah

menerapkan Good Corporate Governance dengan baik

3) Reputasi Auditor

Variabel Reputasi Auditor diukur dengan melihat apakah perusahaan

menggunakan KAP yang masuk kategori Big Four atau tidak.

0 = Jika KAP yang digunakan adalah KAP nonBig Four

1 = Jika KAP yang digunakan adalah KAP Big Four

Data Reputasi Auditor dapat ditemukan di Laporan Keuangan.

b. Variabel Dependen (Y)

Dalam penelitian ini varibel dependennya yaitu Tindakan Pajak Agresif

perusahaan.Dalam mengukur variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif

perusahaan, penelitian ini mengikuti kriteria dari penelitian sebelumnya yaitu

Sari - Martani (2010), yaitu :

Keterangan :(Persamaan 3)

(Persamaan 2)

(Persamaan 1)ETR it=Total Tax Expense itPre-Tax Income it

CETR it=Cash Tax Paid itPre-Tax Income it

T AXPLANit=∑

t

t-2

(PTI* 30 % - Current Portion Expense of Tax Expense ): 3

Ending Assets t

Page 52: Skripsi Pajak

= 2 Tahun sebelum tahun sekarang : Tahun Sekarang

PTI = Laba Sebelum Pajak

CPOT = Pajak Kini

Ending Assets = Total Aset

Dalam melakukan penelitian ini, pengujian terhadap Tindakan Pajak Agresif ini

menggunakan 3 ukuran. ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan

tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et.al. 2009). CETR

digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak

perusahaan yang dilakukanmenggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer

(Chen et.al. 2010). TAXPLAN digunakan karena dianggap dapat menggambarkan tingkat

subsidi pajak yang digunakan (Yin and Cheng, 2004) dalam Sari dan Martani (2010).

Skala data variabel dependen penelitian ini adalah rasio. Data dapat diambil dari

laporan keuangan perusahaaan.

III.2. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

III.2.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek yang akan diteliti (Andi, 2010: 10). Objek yang

menjadi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di IICG (Indonesian

Institute For Corporate Governance) periode 2010 sampai dengan tahun 2012.

III.2.2. Sampel

Sampel (sample)adalah sebagian dari populasi (Sekaran, 2006: 123), jadi jumlah

sampel yang diteliti lebih kecil dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

diambil menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-

pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2007: 97).

Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

∑t

t-2

Page 53: Skripsi Pajak

a. Perusahaan terdaftar di IICG (Indonesian Institute For Corporate

Governance)tahun 2010-2012.

b. Perusahaan yang memiliki komite audit periode 2010-2012.

c. Perusahaan yang tidak memiliki laba negatif pada 2010-2012.

d. Perusahaan yang datanya tidak lengkap.

III.3. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan

parameter yang telah ditentukan (Sulistyo, 2010:12). Metode pengambilan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

III.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh secara tidak langsung dari utama (perusahaan), berupa publikasi dengan

kurun waktu 3 (tiga) tahun. Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan (annual

report), dan data lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian selama 3 tahun

periode 2010 sampai dengan 2012.

III.3.2. Sumber Data

Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca,

atau bertanya tentang data (Arikunto, 2007: 88). Data yang diperoleh dalam penelitian ini

berasal dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan mengunjungi situs

web perusahaan-perusahaan yang terdaftar di IICG (Indonesian Institute For Corporate

Governance)tahun 2010 sampai dengan 2012.

III.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara sebagai berikut:

a. Peneliti Kepustakaan (Library Research)

Adalah mencari bahan atau data-data terkait dengan cara membaca, mempelajari

buku–buku, literatur serta jurnal akuntansi dan sumber tertulis lainnya yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Teknik Observasi

Page 54: Skripsi Pajak

Adalah cara peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan

selama penelitian (Sulistyo, 2010:14). Dalam penelitian dapat dilakukan

observasi melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau mengunjungi Pusat

Referensi Pasar Modal (PRPM) Gedung BEI Menara II Lantai 1, yang beralamat

di Jl. Jenderal Sudirman Kav 52–53 Jakarta 12190.

III.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

III.4.1. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh mekanisme Komite Audit dan Penerapan Good

Corporate Governance (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif

Perusahaan digunakan analisis regresi Dummy Variabel dan untuk mempermudah

perhitungan maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu SPSS (Statistical

Product and Service Solutions).

III.4.1.1. Statistik Deskriptif Data

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan secara ringkas informasi

dari sejumlah besar data, yang dapat berupa informasi frekuensi, pengukuran tendensi

sentral (range, varians, standar deviation dan trend).

III.4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam uji regresi

linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian tidak

bias. Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini maka

harus dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009: 147).

Untuk mengetahuinya dapat melihat analisis grafik normal P-P plots atau uji

statistik. Jika distribusi data residual normal maka, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,

2009: 147).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2009: 95). Model

regresi seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk

Page 55: Skripsi Pajak

mengetahuinya model regresi terbebas dari multikolinearitas atau tidak dapat

melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai

Variance Inflation Factor (VIF) melebihi 10, jika nilai Variance Inflation Factor

(VIF) kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen

masih bisa ditolerir.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain ( Ghozali, 2009: 125). Cara untuk melihat uji heteroskedastisitas

dengan melihat gambar scatterplot. Selain itu dapat juga diuji dengan beberapa

uji statistik salah satunya uji Glejser.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2010: 213). Uji

autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson (DW), secara

umum dapat diambil keputusan angka (DW) dibawah – 2 berarti autokorelasi

positif, angka (DW) diantara – 2 sampai + 2 berarti tidak ada autotokorelasi,

angka (DW) diatas +2 berarti ada autokorelasi positif.

Page 56: Skripsi Pajak

III.4.2. Uji Hipotesis

III.4.2.1. Uji F dan Uji Adjusted R2

1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (uji F)

Untuk mengetahui pengaruhnya maka membandingkan Fhitung dan Ftabel. Apakah

variabel independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance

(GCG) dan Reputasi Auditor secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

atau tidak terhadap Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel dependen. Kriteria

penerimaan dan penolakan hipotesis adalah

a. Jika F hitung> F tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh yang signifikan). Jika F

hitung F t tabel, maka Ho diterima (tidak berpengaruh signifikan)

b. Berdasarkan dasar signifikansi, kriterianya adalah

- Jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima

- Jika signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak

2. Uji Adjusted R2

Uji Adjusted R2 berguna untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari Variabel

Independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

dan Reputasi Auditor dalam mempengaruhi Variabel Dependen yaitu Tindakan

Pajak Agresif.

III.4.2.2. Uji t

Untuk mengetahui bahwa variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen maka melihat uji t yaitu dengan mencari thitung dan

membandingkan dengan ttabel. Rumusan hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai

berikut :

Ho1= Komite Auditmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tindakan Pajak

Agresif.

Ha1= Komite Audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tindakan

Pajak Agresif.

Ho2=Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

Ha2= Penerapan Good Corporate Governance (GCG) tidak mempunyai

pengaruh yangsignifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif

Ho3= Reputasi Auditor mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap Tindakan

Pajak Agresif.

Page 57: Skripsi Pajak

Ha3= Reputasi Auditor tidak mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah

a. Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh yang signifikan). Jika t hitung< t

tabel, maka Ho diterima (tidak berpengaruh signifikan)

b. Berdasarkan dasar signifikansi, kriterianya adalah

- Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

- Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak

III.4.3. Model Regresi

Pembuktian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan persamaan

regresi linier berganda dengan menggunakan 3 (tiga) variabel independen dan 1 (satu)

variabel dependen adalah sebagai berikut :

Dimana :

Y = Tindakan Pajak Agresif.

X1 = Komite Audit

X2 = Penerapan Good Corporate Governance (GCG).

X3 = Reputasi Auditor

α = konstanta

β = koefisien regresi untuk masing–masing variabel independen

e = error

Y = α + β1 X1 + b2 X2 + b3X3 + e

Page 58: Skripsi Pajak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur

melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR),

TAXPLAN terhadap perusahaan yang terdaftar di Indeks Corporate Governance yang

dikeluarkan oleh II CG periode 2010-2012.

Selama 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 terdapat 57 perusahaan

yang terdaftar di Indeks Corporate Governance yang diterbitkan oleh IICG. Dari 57

perusahaan, terdapat 35 perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam sampel penelitian

karena perusahaan tersebut tidak mengikuti Indeks Corporate Governance yang

dikeluarkan oleh IICG selama periode 2010-2012. 1 perusahaan dikeluarkan karena tidak

memiliki Komite Audit selama periode 2010-2012 yaitu PT. Asuransi Jasa Indonesia.

Selain itu, sebanyak 4 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sampel juga tidak

dimasukkan ke dalam sampel penelitian yaitu perusahaan yang memiliki laba negatif

selama periode 2010 - 2012.Namun 3 perusahaan dikeluarkan dari sampel penelitian

karena data yang diperoleh tidak lengkap.Sehingga jumlah sampel penelitian dari

populasi penelitian yang memenuhi kriteria dalam penelitian selama periode 2010-2012

hanya terdapat 14 perusahaan.

Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai

berikut:

Page 59: Skripsi Pajak

Tabel IV.1 Proses Seleksi Sampel

No KeteranganJumlah Perusahaan

1Perusahaan terdaftar di Indeks Corporate Governance IICG periode 2010-2012 57

2

Sampel yang dikeluarkan karena tidak mengikuti Indeks Corporate Governance IICG selama 3 tahun berturut-turut periode 2010-2012 (35)

3Sampel yang dikeluarkan karena tidak memiliki Komite Audit periode 2010-2012 (1)

4Sampel yang dikeluarkan karena memiliki laba negative periode 2010-2012 (4)

5Sampel yang dikeluarkan karena data dan laporan keuangan tidak lengkap (3)

Jumlah perusahaan dalam penelitian 143 Tahun Penelitian periode 2010-2012 X 3Total Sampel Akhir 42

Berdasarkan proses seleksi sampel yang dilakukan dengan kriteria yang telah

ditentukan, maka diperoleh 14 perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan jumlah

tahun pengamatan 3 tahun. Data perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dengan mengakses pada situs www.idx.co.id serta mengunduh langsung dari

situs perusahaan yang menjadi sampel penelitian.Daftar 14 perusahaan yang memenuhi

kriteria sampel penelitian ditampilkan pada lampiran.

IV.2. Deskripsi Hasil Analisis Data

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan

variabel independennya adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance

dan Reputasi Audit.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik

deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji statistik deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, uji asumsi klasik digunakan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, kesamaan

residu antar variabel serta melihat apakah data tersebut terdapat unsur manipulasi atau

tidak, dan uji hipotesis untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis

mengenai populasi yang ada.

IV.2.1. Tindakan Pajak Agresif

Variabel Independen Tindakan Pajak Agresif pada penelitian ini diukur melalui 3

proksi, yaitu :Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), TAXPLAN.

Page 60: Skripsi Pajak

Pada tabel IV.3 merupakan klasifikasi Tindakan Pajak Agresif melalui 3 proksi pada

perusahaan sampel periode 2010-2012.

Tabel IV.2.

Klasifikasi Tindakan Pajak Agresif Proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN

Periode 2010-2012

No ProksiMaksimum Minimum Mean

1 ETR (Effective Tax Rates) 1.19841 0.00122 0.005502 CETR (Cash Effective Tax Rates) 0.59152 0.00422 0.005183 TAXPLAN 0.04748 -0.03298 0.00004

Sumber : Data yang diolah

Pada tabel klasifikasi Tindakan Pajak Agresif yang dilihat melalui proksi Effective

Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), TAXPLAN, dapat dilihat bahwa

pada proksi Effective Tax Rates (ETR) nilai Maksimum berada pada angka 1.19841 pada

PT. Panorama Transportasi Tbk, nilai minimum berada pada angka 0.00122 pada

perusahaan PT. Astra Otoparts Tbk, dengan nilai rata rata sebesar 0.00550 untuk

keseluruhan sampel. Untuk proksi CashEffective Tax Rates (CETR) nilai Maksimum

berada pada angka 0.59152 pada PT. Garuda Indonesia (Persero), nilai minimum berada

pada angka 0.00422 pada perusahaan PT. Panorama Transportasi Tbk, dengan nilai rata

rata sebesar 0.00518 untuk keseluruhan sampel. Kemudian untuk proksi TAXPLAN nilai

Maksimum berada pada angka 0.04748 pada PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, nilai

minimum berada pada angka -0.03298 pada perusahaan PT Aneka Tambang (Persero)

Tbk, dengan nilai rata rata sebesar 0.00004 untuk keseluruhan sampel.

Page 61: Skripsi Pajak

IV.2.2. Komite Audit

Pada tabel IV.3 merupakan klasifikasi sampel Komite Audit yang terdapat dalam

perusahaan sampel periode 2010-2012.

Tabel IV.3.

Klasifikasi Komite Audit Periode 2010-2012

No. Komite Audit Jumlah Perusahaan Persentase (%)1 Lebih dari 3orang 9 64.32 Berjumlah 3 orang 5 35.7

Jumlah 14 100.00Sumber : Data yang diolah

Pada tabel klasifikasi Komite Audit, dapat dilihat bahwa 64.3% perusahaan sampel

memiliki Komite Audit dengan anggota lebih dari 3 orang dan 35.7 % sisanya memiliki

anggota Komite Audit sebanyak 3 orang. Hal ini diduga, karena hampir sebagian

perusahaan yang yang mengikuti Indeks Corporate Governance yang dikeluarkan oleh

IICG diharapkan serta diharuskan untuk memiliki sebuah komite audit dengan anggota

minimal 3 orang.Hal tersebut dipandang sebagai suatu keinginan serta tindakan positif

yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengaplikasikan peraturan perundang-undangan

tentang penerapan Komite Audit sebagai salah satu tindakan taat hukum dan pola

organisasi perusahaan kearah manajemen korporat yang baik.

IV.2.3. Penerapan Good Corporate Governance

Pada tabel IV.4 merupakan klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance

pada perusahan sampel periode 2010-2012.

Tabel IV.4.

Klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance Periode 2010-2012

No.

Persentase Penerapan Good Corporate Governance (%)

Jumlah Perusahaan Prosentase (%)

1 Lebih Besar dari 75 % 11 78.62 Sama Dengan 75% 3 21.4

JUMLAH 14 100.00Sumber : Data yang diolah

Dari tabel klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance selama periode

2010–2012, terlihat sebanyak 11 perusahaan sampel yang memiliki ketaatan

dalamPenerapan Good Corporate Governance diatas 75 % dengan presentase dari total

sampel sebesar 78.6%. Kemudian sebanyak 3 perusahaan sampel dengan ketaatan

dalamPenerapan Good Corporate Governance dibawah 75 % dengan presentase dari total

sampel sebesar 21.4 %. hal ini menandakan bahwa perusahaan yang terdaftar dalam

Indeks Corporate Governance yang dikeluarkan IICG sudah menerapkan Corporate

Page 62: Skripsi Pajak

Governance dengan baik. Dimana ketaatan dalam mengimplikasikan aturan-aturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah dan juga aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan

dengan baik, sehingga stakeholder memiliki perspektif positif terhadap citra perusahaan.

Hal ini menandakan bahwa Good Corporate Governance tidak lagi menjadi sebuah

isu belaka dalam menjembatani pola pengorganisasian manajemen perusahaan di

Indonesia.

IV.2.4. Reputasi Auditor

Pada tabel IV.5 akan diklasifikasikan Reputasi Auditor yang digunakan oleh

perusahaan sampel periode 2010-2012.

Tabel IV.5.

Klasifikasi Reputasi Auditor Periode 2010-2012

No. Reputasi AuditorJumlah Perusahaan Prosentase (%)

1 KAP Big Four 11 78.6%2 KAP Non-Big Four 3 21.4%

JUMLAH 21 100%Sumber : Data yang diolah

Dari tabel klasifikasi Reputasi Auditorselama periode 2010–2012 terlihat sebanyak

11 perusahaan menggunakan KAP Big Four sebagai mitra dalam proses audit laporan

keuangan dari 14 total perusahaan sampel, lalu terdapat 3 perusahaan dari 14 total

perusahaan sampel dengan persentase 26.7 % menggunakan KAP Non Big Four. Hal ini

menandakan bahwa sebagian perusahaan yang mengikuti indeks Corporate Governance

yang dikeluarkan oleh IICG berusaha untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas

pelaporan keuangan perusahaan terutama mengenai pelaporan perpajakan yang menjadi

kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak badan, sehingga stakeholderberanggapan

bahwa perusahaan sebagai Wajib Pajak sudah menjalankan kewajiban perpajakan dengan

baik disaat Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak menemukan indikasi perusahaan

melakukan tindakan pajak agresif.

IV.2.5. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan deskripsi (forecast) mengenai

hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 3

variabel independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),

Page 63: Skripsi Pajak

dan Reputasi Auditor yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel

dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik

untuk pengolahan data sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis

regresi berganda karena variabel independen (X) yang digunakan pada penelitian ini lebih

dari 1 (satu).

Berdasarkan hasil pengolahan datameliputi deskripsi antar variabel Independen,

deskripsiantar proksi variabel dependen yaitu Effective Tax Rates (ETR), CashEffective

Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN.

1. Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif.

Komite Audit dalam penelitian ini diukur dengan jumlah anggota komite audit

dalam perusahaan sesuai dengan penelitian Zaluki dan Husin (2009). Berikut

hasil statistik deskriptif Komite Audit dengan Tindakan Pajak Agresif :

Tabel IV.6

Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Kelompok Perusahaan

N (Perusahaan)

N (Sampel)

Mean

ETRCETR

TAXPLAN

Anggota > 3 Orang

9 27 0.29 0.27 0.00

Anggota = 3 Orang

5 15 0.32 0.19 0.01

Sumber: data olah SPSS.

Tabel IV.6 menunjukkan statistik deskriptif Komite Audit terhadap

Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi Effective Tax Rates (ETR),

CashEffective Tax Rates (CETR), TAXPLAN. Berdasarkan tabel diatas statistik

deskriptif komite audit dapat dilihat nilai mean dari proksi ETR untuk komite

audit yang beranggotakan lebih dari 3 orang sebesar 0,29, CETR 0,27 dan

TAXPLAN 0,00. Sedangkan komite audit yang beranggotakan sama dengan 3

orang nilai mean dari proksi ETR sebesar 0,32, CETR 0,19 dan TAXPLAN 0,01.

Maka dapat dilihat bahwa perbedaan antara perusahaan yang memiliki anggota

komite audit lebih dari 3 orang dengan perusahaan yang memiliki anggota

komite audit 3 orang dalam melakukan tindakan pajak agresif berbeda.

Perusahaan yang memiliki anggota komite audit diatas 3 orang memiliki nilai

mean lebih kecil (kecuali CETR) dibanding perusahaan yang memiliki anggota

dibawah 3 orang. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak anggota komite

Page 64: Skripsi Pajak

audit yang dimiliki perusahaan membuat pengawasan terhadap kegiatan

manajemen dalam melakukan tindakan pajak agresif semakin kecil. Jadi

perusahaan yang memiliki anggota komitte audit lebih dari 3 orang dalam

melakukan tindakan pajak agresif lebih besar dari pada perusahaan yang

memiliki anggota komite audit sama dengan 3 orang.

2. Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap

Tindakan Pajak Agresif

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diukur melalui Laporan

Pemeringkatan yang diterbitkan oleh IICG (Indonesian Institute For Corporate

Governance). Variabel Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu kategori Well Governed dan Poor Governed. Kategori

Well Governedmerupakan Perusahaan-perusahaan yang memiliki Indeks

Corporate Governance diatas 75 %, sedangkan kategori Poor Governed untuk

perusahaan yang memiliki Indeks dibawah 75 %. Berikut hasil statistik deskriptif

Penerapan Good Corporate Governance dengan Tindakan Pajak Agresif :

Tabel IV.7

Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance Terhadap

Tindakan Pajak Agresif

Kelompok Perusahaan

N (Perusahaan)

N (Sampel)

MeanETR

CETR

TAXPLAN

Well Governed

11 330.22 0.26 0.01

Poor Governed

3 90.61 0.17 0.00

Sumber: data olah SPSS.

Tabel IV.7 menunjukkan statistik deskriptif Penerapan Good Corporate

Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi

Effective Tax Rates (ETR), CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perusahaan dengan kategori well

governed memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,22, CETR 0,26 dan

TAXPLAN 0,01. Sedangkan perusahaan dengan kategori poor governed

memiliki nilai mean dengan proksi ETR sebesar 0,61, CETR 0,17 dan

TAXPLAN 0,00. Jadi dapat dilihat perusahaan dengan kategori well governed

lebih kecil (kecuali ETR) dibanding dengan perusahaan yang masuk kategori

poor governed. Ini menunjukan bahwa perusahaan yang well governed lebih

menahan diri dalam melakukan tindakan pajak agresif dibanding poor governed.

Page 65: Skripsi Pajak

3. Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Reputasi Auditor diukur dengan melihat apakah perusahaan menggunakan KAP

yang masuk kategori Big Four atau tidak.Variabel Reputasi Auditor dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu kategori Big Four dan NonBig Four.Kategori Big Four

merupakan perusahaan-perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sebagai

mitra perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan, sedangkan kategori Non

Big Four untuk perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan KAP Big Four

sebagai mitra perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan. Berikut hasil

statistik deskriptif Reputasi Auditor dengan Tindakan Pajak Agresif :

Tabel IV.8

Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Kelompok Perusahaan

N (Perusahaan)

N (Sampel)

MeanETR

CETR

TAXPLAN

Big-Four 11 33 0.27 0.27 0.01Non Big-Four

3 90.44 0.15 0.00

Sumber: data olah SPSS.

Tabel IV.8 menunjukkan statistik deskriptif Reputasi Auditor terhadap

Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi Effective Tax Rates (ETR),

CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN. Berdasarkan tabel diatas

dapat dilihat bahwa perusahaan yang menggunakan KAP kategori Big Four

memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,27, CETR 0,27 dan TAXPLAN 0,01.

Sedangkan perusahaan yang menggunakan KAP kategori Non Big Four

memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,44, CETR 0,15 dan TAXPLAN 0,00.

Jadi perusahaan yang menggunakan jasa KAP dengan kategori Big Four memliki

nilai lebih besar (kecuali ETR) dibanding dengan perusahaan yang masuk

kategori Non Big Four. Sehingga perusahaan yang menggunakan KAP kategori

Big Four lebih menahan diri untuk melakukan tindakan pajak agresif dibanding

perusahaan perusahaan yang menggunakan KAP kategori Non Big Four.

4. Statistik Deskriptif Antar Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Tindakan Pajak Agresif.

Tindakan Pajak Agresif dilihat dari sudut melalui proksi Effective Tax Rates

(ETR), CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN. Berikut statistik

deskripsi antar variabel Independen :

Page 66: Skripsi Pajak

Tabel IV.9

Statistik Deskriptif Antar Proksi Variabel Dependen

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ETR 42 .001 1.198 .30466 .212098

CETR 42 .004 .592 .24282 .127350

TAXPLAN 42 -.033 .048 .00710 .013244

Valid N (listwise) 42

Sumber: data olah SPSS.

Tabel IV.9 menunjukkan statistik deskriptif antar proksi variabel

dependen. Nilai rata-rata dari proksi Effective Tax Rates (ETR) sebesar

0,30466dengan nilai standar deviasi sebesar 0,212098. Nilai standar deviasi yang

kecil menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data cukup besar. Hal ini

ditunjukkan dengan jarak antara nilai minimum (0,001) dan maksimum (1,198)

yang cukup dekat.

Proksi Cash Effective Tax Rate(CTR)menunjukkan rata-rata sebesar

0.24282 dengan nilai standar deviasi 0,127350.Nilai standar deviasi yang kecil

menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data cukup tinggi. hal ini ditunjukkan

dengan jarak antara nilai minimun (0,04) dan maksimum (0,592) tidak terlalu

jauh.

Proksi Taxplan (TAXPLAN)menunjukkan rata-rata sebesar 0,00710dengan

nilai standar deviasi 0,013244.Nilai standar deviasi yang sangat kecil

menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data sangat tinggi. hal ini ditunjukkan

dengan jarak antara nilai minimum (- 0,033) dan maksimum (0,048) sangat

dekat.

Nilai standar deviasi yang kecil menunjukkan nilai rata-rata yang ada dapat

menunjukkan gambaran sebenarnya dari data.

IV.2.6. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menhuji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:160). Salah satu cara

Page 67: Skripsi Pajak

termudah untuk melihat normalitas data residual adalah dengan melihat grafik histogram

yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika data terdistribusi

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonal (Ghozali, 2011: 161)

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

GambarIV.1

Hasil Uji Normalitas Proksi ETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

Page 68: Skripsi Pajak

Gambar IV.2

Hasil Uji Normalitas Proksi CETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

Gambar IV.3

Hasil Uji Normalitas Proksi TAXPLAN

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

Page 69: Skripsi Pajak

Berdasarkan grafik-grafik diatas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi ini

layak dipakai untuk memprediksi pengaruh antara Variabel Komite Audit, Penerapan

Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak

Agresif yang diukur melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), CashEffective Tax Rates

(CETR), dan TAXPLAN karena data tersebut berdistribusi normal dan memenuhi uji

normalitas.

IV.2.7. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel

independen mengandung korelasi atau tidak, dimana penelitian ini menggunakan variabel

Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor,

Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor

(VIF). VIF >10 antar variabel independen, maka terjadi Multikolinieritas, dan jika VIF

<10 antar variabel, maka tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel IV.10

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

ETR CETR TAXPLANCollinearity Statistics

Collinearity Statistics

Collinearity Statistics

VIF VIF VIF1 (Constant

)KA 1.579 1.579 1.579GCG 1.956 1.956 1.956RA 1.635 1.635 1.635

Sumber: data olah dengan SPSS.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) Komite

Audit yang dinotasikan dengan KA, Penerapan Good Corporate Governnace (GCG) yang

dinotasikan dengan GCG, serta Reputasi Auditor yang dinotasikan dengan RA kurang

dari 10 untuk masing-masing proksi Tindakan Pajak Agresif. Nilai Variance Inflation

Factor (VIF) untuk semua variabel independent kurang dari 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada ketiga variabel penelitian ini.

IV.2.8. Uji Heterokedastisitas

Page 70: Skripsi Pajak

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Salah

satu cara untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi

pada penelitian ini dilakukan melihat Scatterplot.

Jika gambar Scatterplot tidak membentuk pola tertentu maka penelitian ini bebas

dari heteroskedastisitas. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas:

GambarIV.4

ScatterplotProksi ETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

GambarIV.5

Page 71: Skripsi Pajak

ScatterplotProksi CETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

GambarIV.6

ScatterplotProksi TAXPLAN

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

Gambar-gambar diatas melalui Scatterplot menggambarkan bahwa distribusi data

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2011: 139), dan distribusi

data penelitian ini acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, dan dengan demikian

dapat dikatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas

Page 72: Skripsi Pajak

IV.2.9. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota

sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam

model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.

Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin

Watson (uji DW) menurutGhozali (2006:100).Hasil Uji Autokorelasi adalah sebagai

berikut :

Tabel IV.11

Hasil Uji Autokorelasi

Coefficientsa

ModelDurbin-Watson

1 (Constant)ETR 1.101CETR 1.983TAXPLAN 1.264

Dari tabel hasil uji autokorelasi pada tabel diatas terlihat bahwa nilai Durbin

Watson (DW) proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN berturut-turut sebesar 1.101, 1.983,

dan 1.264.Angka tersebut diantara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi autokorelasi disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat

masalah autokorelasi.

IV.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen (Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan

Reputasi Auditor) berpengaruh signifikan atau berpengaruh tidak signifikan terhadap

variabel dependen (Tindakan Pajak Agresif) baik secara simultan (keseluruhan) maupun

secara parsial (individu). Selain itu, pengujian hipotesis juga digunakan untuk melihat

seberapa jauh atau seberapa besar pengaruh variabel independen (Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor) terhadap variabel

dependen (Tindakan Pajak Agresif). Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari Uji F (Secara Simultan) dan uji koefisien data (Adjusted R2) serta Uji t

(Secara Parsial).

IV.3.1. Uji F (Secara Simultan) dan Uji Koefisien Data (Adjusted R2)

a. Uji F (Secara Simultan)

Page 73: Skripsi Pajak

Uji Signifikansi Simultan atau uji-F ini dilakukan untuk mengetahui bahwa

variabel independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan

Reputasi Auditor bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh y berang

signifikan terhadap variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif yang diukur

lewat sudut pandang Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rate

(CETR) dan TAXPLAN. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini

dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Untuk lebih jelasnya

berikut ini adalah hasil pengujian secara menyeluruh atau uji-F :

Tabel IV.12 Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model F Sig.

1 Regression ETR 11.341 .000

CETR 3.132 .037

TAXPLAN 2.211 .103

a. Predictors: (Constant), KA, GCG, RA

b. Dependent Variable: ETR, CETR, dan TAXPLAN

Sumber: data diolah dengan SPSS

Hasil Uji Hipotesis secara Simultan antara Komite Audit, Penerapan Good

Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor terhadap ETR, CETR, dan

TAXPLAN menunjukan bahwa nilai F sign < 0.05. Dari tabel diatas dapat

diketahui bahwa hubungan secara Simultan Variabel Independen yaitu Komite

Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor

terhadap Variabel Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif signifikan untuk

proksi Effective Tax Rate (ETR) dan Cash Effective Tax Rate (CETR), dengan

kata lain jika dilihat melalui sudut pandang Effective Tax Rate (ETR) dan Cash

Effective Tax Rate (CETR), maka Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governance (GCG), danReputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif karena koefisien signifikansi berada di bawah 0.05 (<

0.05). Namun apabila hubungan Variabel Independen yaitu Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor terhadap

Variabel Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif diukur lewat proksi

TAXPLAN ternyata tidak signifikan karena koefisien signifikansi berada di atas

0.05 ( > 0.05).

b. Uji Koefisien Data (Adjusted R2)

Page 74: Skripsi Pajak

Uji Koefisien Data (Adjusted R2) berguna untuk mengukur seberapa besar

pengaruh dari Variabel Independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governance (GCG), danReputasi Auditor dalam mempengaruhi Variabel

Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi ETR, CETR, dan

TAXPLAN.Berikut ini adalah hasil Uji Koefisien Data (Adjusted R2) :

Tabel IV.13

Uji Koefisien Data (Adjusted R2)

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ETR 0.687a 0.472 0.431 0.160029CETR 0.445a 0.198 0.135 0.118448TAXPLAN 0.386a 0.149 0.081 0.012693

a. Predictors: (Constant), KA, GCG, RAb. Dependent Variable: ETR, CETR, dan TAXPLANSumber : Data Diolah SPSS

Berdasarkan dari perhitungan tabel 4.13 diatas, nilai Adjusted R Square

ETR, CETR, dan TAXPLAN berturut-turut sebesar 0.431, 0.135, dan 0.081.Hal

ini menunjukkan bahwa 43.1% perubahan atau variasi dari variabel Tindakan

Pajak Agresif melalui Proksi ETR dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi

dari variabel Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),

danReputasi Auditor.

Koefisien adjusted R2 sebesar 0.135 artinya 13.5 % perubahan atau variasi

dari variabel Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi CETR dapat dijelaskan oleh

perubahan atau variasi dari variabel Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governance (GCG), danReputasi Auditor .

Koefisien adjusted R2 sebesar 0.081 artinya 8.1% perubahan atau variasi

dari variabel Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi TAXPLAN dapat dijelaskan

oleh perubahan atau variasi dari variabel Komite Audit, Penerapan Good

Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor. Sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diuji dalam variabel penelitian

ini.

IV.3.2. Uji t (Secara Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel

independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),

Page 75: Skripsi Pajak

danReputasi Auditor terhadap variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif dengan

Proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN. Berikut ini adalah hasil uji t (Secara Parsial):

TabelIV.14.

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

ModelETR CETR TAXPLAN

T Sig. T Sig. T Sig.1 (Constant) 5.776 0.00 -1.136 0.26 0.569 0.57

KA 2.801 0.00 0.099 0.92 -1.973 0.05GCG -5.037 0.00 1.535 0.13 0.083 0.93RA -0.179 0.85 0.899 0.37 1.960 0.05

a. Dependent Variable: ETR, CETR, TAXPLANSumber : Data yang diolah

Untuk mengetahui apakah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance

(GCG), danReputasi Auditor memiliki pengaruh secara parsial (secara parsial) terhadap

variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi ETR, CETR, dan

TAXPLAN, atau untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dalam suatu penelitian dapat dilihat dengan

membandingkan thitungdengan ttabel dan membandingkan taraf signifikansi variabel dengan

taraf signifikansi thitung.

1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel Komite

Audit dengan proksi variabel dependen yaitu ETR, CETR, dan TAXPLAN

adalah sebesar 0.00, 0.92, dan 0.05, sehingga pada proksi ETR dan TAXPLAN

taraf signifikasi Komite Audit lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, sedangkan

pada proksi CETR lebih besar. Dapat diartikan bahwa variabelKomite Audit

secara parsial lebih kecil dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05. Mengacu

pada keadaan tersebut, maka Ho1ditolak dan Ha1 diterima. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel Komite Audit berpengaruh signifikan

terhadap Tindakan Pajak Agresif.

2. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Tindakan

Pajak Agresif.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan proksi ETR, CETR, dan

Page 76: Skripsi Pajak

TAXPLAN adalah sebesar 0.00, 0.13, dan 0.93 sehingga hanya pada proksi ETR

taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih kecil dari taraf

signifikansi 0.05, sedangkan pada proksi CETR, TAXPLAN lebih besar. Dapat

diartikan bahwa variabelGood Corporate Governance (GCG)secara parsial lebih

besar dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05.Mengacu pada keadaan tersebut,

maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara

parsial variabel Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh tidak

signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

3. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel Reputasi

Auditor dengan proksi ETR, CETR, TAXPLAN adalah sebesar 0.85, 0.37, dan

0.05, sehingga taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih besar

dari pada taraf signifikansi 0.05 untuk proksi ETR dan CETR, sedangkan untuk

proksi TAXPLAN taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih

kecil dari pada taraf signifikansi 0.05. Dapat diartikan bahwa variabelReputasi

Auditor secara parsial lebih besar dari taraf nyata signifikansi sebesar

0.05.Mengacu pada keadaan tersebut, maka Ho3 diterima dan Ha3 ditolak.Hal ini

dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Reputasi Auditorberpengaruh

tidak signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

IV.3.3. Uji Regresi Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor sebagai variabel

bebas (independent variabel) terhadap Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel terikat

(dependent variabel). Berikut ini adalah hasil uji regresi berganda :

TabelIV.15Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

ModelETR CETR TAXPLAN

B Std. Error B Std. Error B Std. Error

Page 77: Skripsi Pajak

1 (Constant) 2.171 0.376 -0.316 0.278 0.017 0.030KA 0.283 0.101 0.007 0.075 -0.016 0.008GCG -0.027 0.005 0.006 0.004 0.000 0.000RA -0.014 0.077 0.051 0.057 0.012 0.006

Sumber : Data yang diolah

TaxxAgg¿=∝+β1 KA +β2GCG+β3 RA+εi+u¿

ETR¿=2.171+0.283 KA+0.027 GCG−0.014 RACETR CETR¿=−0.316−0.007 KA +0.006 GCG+0.051 RATAXPLAN TAXPLAN ¿=0.017−0.016 KA+0.000 GCG+0.012 RA

(Persamaan Regresi dengan ketiga Proksi Tindakan Pajak Agresif)

Berdasarkan tabel 4.15terlihat hubungan variabel independen yaitu Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor terhadap variabel

Tindakan Pajak Agresif melalui 3 proksi yaitu ETR, CETR, dan TAXPLAN.

1. Komite Audit

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)

dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa saat

Anggota Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective

Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171 dengan arah positif. Arah positif

diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota Komite Audit 3 orang, maka

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar

2.171. Pada saat Komite Audit mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai

koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR)

berubah menjadi sebesar 0.614 (2.171 x 0.283). Ini menunjukan bahwa

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami

kenaikan sebesar 0.331 (0.614 – 0.283) pada saat perusahaan memiliki anggota

Komite Audit lebih dari 3 orang. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan

memiliki anggota Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif

dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar 0.331.

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Cash Effective Tax

Rates (CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif

dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar - 0.316, yang dapat

diartikan bahwa saat Anggota Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif

dengan proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316 dengan

arah negatif. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota

Page 78: Skripsi Pajak

Komite Audit 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar 0.316. Pada saat Komite Audit

mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif

dengan Proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) berubah menjadi sebesar 0.003

((- 0.316) x (- 0.007)). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan

proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) mengalami kenaikan sebesar 0.364

(0.003 – (- 0.314))pada saat perusahaan memiliki anggota Komite Audit lebih

dari 3 orang. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota

Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

CashEffective Tax Rates (CETR) naik sebesar 0.316 (0.003 – (- 0.314)).

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)

dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

Tax Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa saat Anggota

Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan

(TAXPLAN) bernilai sebesar 0.017 dengan arah positif. Arah positif diartikan

bahwa jika Perusahaan memiliki anggota Komite Audit 3 orang, maka Tindakan

Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.017. Pada

saat Komite Audit mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai koefisien

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) berubah menjadi

sebesar - 0.0003 (0.017 x (- 0.016)). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak

Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami penurunan sebesar

0.0173 (0.0170 – (- 0.0003)) pada saat perusahaan memiliki anggota Komite

Audit lebih dari 3 orang. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki

anggota Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan

proksi Tax Plan (TAXPLAN) turun sebesar 0.0173 (0.0170 – (- 0.0003)).

2. Penerapan Good Corporate Governance (Gcg)

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)

dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa saat

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan

Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171

dengan arah positif. Arah positif diartikan jika Perusahaan memiliki Penerapan

Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan Pajak

Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar 2.171. Pada saat

Page 79: Skripsi Pajak

Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75

%, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates

(ETR) berubah menjadi sebesar 0.059 (2.171 x 0.027). Ini menunjukan bahwa

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami

peningkatan sebesar 0.032 (0.059 – 0.027) pada saat perusahaan memiliki

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Cash Effective Tax Rates

(CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif

dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar - 0.316, yang dapat

diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

Cash Effective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316. Pada saat Perusahaan

memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %, maka

nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Cash Effective Tax Rates

(CETR) berubah menjadi sebesar - 0.002 ((- 0.316) x 0.006). Ini menunjukan

bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Cash Effective Tax Rates (CETR)

mengalami penurunan sebesar 0.008 (0.006 – 0.002) pada saat Perusahaan

memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) dapat

dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax

Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa jika Perusahaan

memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) bernilai sebesar

0.017 dengan arah positif. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan

Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.017. Pada

saat Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas

75 %, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan

(TAXPLAN) berubah menjadi sebesar 0.000 (0.017 x 0.000). Ini menunjukan

bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami

penurunan sebesar 0.017 pada saat perusahaan memiliki Penerapan Good

Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.

3. Reputasi Auditor

Page 80: Skripsi Pajak

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)

dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa Perusahaan

tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), Tindakan Pajak Agresif dengan

proksi Effective Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171 dengan arah positif.

Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four,

maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik

sebesar 2.171. Pada saat Perusahaan menggunakan KAP Big Four (RA=1), nilai

koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR)

berubah menjadi sebesar -0.030 (2.171 x (-0.014)). Ini menunjukan bahwa

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami

penurunan sebesar 0.016 (0.030 - 0.014 ) pada saat perusahaan menggunakan

KAP Big Four. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan menggunakan

KAP Big Four, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates

(ETR) turun sebesar 0.016.

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi CashEffective Tax Rates

(CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif

dengan CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar 0.316, yang dapat diartikan jika

Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), maka Tindakan Pajak

Agresif dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316

dengan arah negatif. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak

menggunakan KAP Big Four, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar 0.316. Pada saat Perusahaan

menggunakan KAP Big Four (RA=1), nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif

dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR) berubah menjadi sebesar -0.018 ((-

0.316) x 0.051). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi

CashEffective Tax Rates (CETR) mengalami penurunan sebesar 0.298 (0.316 –

0.018) pada saat perusahaan menggunakan KAP Big Four. Arah negatif

diartikan bahwa jika Perusahaan menggunakan KAP Big Four, maka Tindakan

Pajak Agresif dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar

0.298.

Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) dapat

dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax

Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa jika Perusahaan

Page 81: Skripsi Pajak

tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), maka Tindakan Pajak Agresif

dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) bernilai sebesar 0.017 dengan arah positif.

Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four

(RA=0), maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)

naik sebesar 0.017. Pada saat Perusahaan menggunakan KAP Big Four (RA=1),

nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)

berubah menjadi sebesar 0.0002 (0.017 x 0.012). Ini menunjukan bahwa

Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami

penurunan sebesar 0.0168 (0.0170–0.0002) pada saat perusahaan menggunakan

KAP Big Four (RA=1). Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan

menggunakan KAP Big Four (RA=1), maka Tindakan Pajak Agresif dengan

proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.0003.

Page 82: Skripsi Pajak

GambarIV.7

Kesimpulan Regresi Berganda

Sumber :Data Diolah

IV.4. Pembahasan dan Keterbatasan

IV.4.1. Pembahasan

Hubungan antara Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),

danReputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif dijelaskan oleh proksi (sudut

pandang) Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), dan Tax Plan

(TAXPLAN). Dari 57 sampel perusahaan yang mengikuti Indeks Corporate Governance

yang dikeluarkan oleh IICG periode 2010-2012, terdapat 14 perusahaan sampel yang

lolos kriteria sampel.

Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) Nilai koefisien uji regresi yang positif terhadap

Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR) menunjukan bahwa Komite

Audit dengan anggota lebih dari 3 orang memiliki perubahan positif terhadap tindakan

pajak agresif yang berarti perusahaan cenderung agresif terhadap pajak pada saat

memiliki komite audit 3 orang. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan bahwa

perusahaan-perusahaan di Indonesia “sekedar” menjalankan aturan yang berlaku tentang

komite audit sebagai fondasi dalam menciptakan korporasi yang sehat dan bersih. Jumlah

anggota komite audit dalam perusahaan tidak mendorong perusahaan untuk menahan diri

dalam mengurangi aktifitas pajak yang agresif.Ini dapat tejadi karena jumlah anggota

yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam

berkomunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan (Ujiyantho dan Pramuka. 2007)

Page 83: Skripsi Pajak

dan jumlah anggota yang kecil dianggap lebih efektif, aktif dan dinamis (Zhou dan

Panbunyuen. 2008).

Kompensasi serta insentif yang diterima akibat penghematan pajak serta rent

extraxtion menjadi pemicu komite audit membantu manajer dalam melakukan tindakan

pajak agresif. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perusahaan selalu berusaha mencari

cara dalam mengurangi beban pajak perusahaan. Hoyt dalam Tax Havens (1993:48)

menyatakan bahwa kenyataan yang ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak

sering mencari cara-cara baru untuk mengurangi kewajiban pajak mereka. Budaya

korupsi di Indonesia membuat praktik “kerja-sama” antara manajer dan komite audit pun

menjadi alasan bahwa tindakan ini “seolah” terlihat biasa. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Çule dan Fulton (2009) yang menyatakan bahwa dalam kondisi dimana korupsi

dan tindakan curang dianggap merupakan hal yang biasa, maka tindakan tersebut akan

semakin dapat diterima dan biaya atas tindakan tersebut akan semakin rendah.

Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) terlihat bahwa nilai koefisien estimasi regresi

variabel Penerapan Good Corporate Governance menunjukkan arah negatif terhadap

CETR, positif terhadap ETR dan TAXPLAN.Ini menunjukan bahwa Penerapan Good

Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Tindakan Pajak Agresif perusahaan.

Perusahaan cenderung untuk melakukan tindakan pajak yang agresif. Dan hasil dari

analisa statistik deskriptif bertolak belakang dengan dengan hasil uji regresi, dimana

perusahaan yang masuk dalam kategori well governed, terlihat menghindari adanya

praktik perlakuan pajak yang agresif dibanding poor governed.

Ini disebabkan karena peran Good Corporate Governnace meningkatkan tata kelola

serta pola manajemen korporat perusahaan dalam mengurangi tingkat keagresifitasan di

bidang pajak hanya sebatas memenuhi kepatuhan yang bersifat pragmatis.Indikasi

perusahaan menghindari aktifitas dalam mengurangi laba kena pajak melalui

“pengelolaan” beban operasional serta penghasilan perusahaan tidak terlihat.ini

menunjukan bahwa perusahaan cenderung “sekedar” mematuhi dan menjalankan Good

Corporate Governance sebagai aturan yang berlaku. Hal ini dikuatkan oleh pendapat

Sari-Martani (2010) yang menyatakan bahwa dalam menerapkan Good Corporate

Governance perusahaan publik cenderung hanya sebatas memenuhi peraturan

BEI/Bapepam-LK. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Desai dan

Dharmapala (2006) yang menyatakan bahwa semakin buruk tingkat corporate

governance suatu perusahaan maka akan semakin tinggi tindakan penghindaran pajak

yang dilakukan perusahaan tersebut.

Page 84: Skripsi Pajak

Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) terlihat bahwa nilai koefisien estimasi regresi

variabel Reputasi Auditor menunjukkan arah negatif terhadap ETR dan CETR, serta

positif terhadap TAXPLAN pada saat Perushaan menggunakaan KAP Big Four.

Koefisien regresi Reputasi Auditor dengan arah negatif menunjukan bahwa penggunaan

Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dalam proses pemeriksaan serta pengungkapan

laporan keuangan cenderung menahan keinginan perusahaan dalam memanipulasi kas

yang tersedia untuk membayar pajak dan juga perencanaan perusahaan dibidang

perpajakan. Berdasarkan hasil uji parsial pada Tabel IV.14 (Tabel Uji Parsial), tidak ada

satu pun proksi Tindakan Pajak Agresif yang mampu memproyeksikan hubungan antara

reputasi auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif. Penelitian ini belum mampu

membuktikan hubungan antara Reputasi Auditor sebagai variabel independen terhadap

Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel dependen. Hasil ini setidaknya mampu

mendeskripsikan gambaran awal hubungan antara Reputasi Auditor terhadap Tindakan

Pajak Agresif, dimana perusahaan yang NonBig Four atau Perusahaan yang

menggunakan KAP selain KAP Big Four lebih agresif dalam melakukan Tindakan Pajak

Agresif dibanding perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sesuai dengan hasil

analisa statistik deskriptif.

Jadi kesimpulan akhir mengenai hubungan antara pengaruh Komite Audit,

Penerapan Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan

Pajak Agresif yang diukur melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax

Rates (CETR), dan TAXPLAN adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governace (GCG) dan Reputasi Auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

Tindakan Pajak Agresif.

Mengenai hubungan antara pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur

melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), dan

TAXPLAN secara Uji Parsial hanya Variabel Komite Audit yang berpengaruh signifikan

terhadap Tindakan Pajak Agresif, namun Penerapan Good Corporate Governace (GCG)

dan Reputasi Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

IV.4.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Penelitian ini dilakukan menggunakan periode pengamatan yang relatif masih

pendek yaitu tahun 2010-2012.

Page 85: Skripsi Pajak

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya perusahaan yang

terdaftar dalam IICG sehingga tidak bisa merefleksikan kondisi sebenarnya dari

perusahaan-perusahan di Indonesia.

Page 86: Skripsi Pajak

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif pada

perusahaan terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan

oleh IICG selama tahun 2010 - 2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis

regresi berdanda dengan program olah data SPSS Statistic 17.0

Berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian selama 3 tahun pengamatan (2010-2012) pada perusahaan

terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan oleh

IICG, Secara Simultan bahwa Komite Audit, Penerapan Good Corporate

Governace (GCG) dan Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif.

2. Hasil penelitian selama 3 tahun pengamatan (2010-2012) pada perusahaan

terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan oleh

IICG,Secara Parsial bahwa

a. Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

b. Penerapan Good Corporate Governace (GCG) berpengaruh tidak signifikan

terhadap Tindakan Pajak Agresif.

c. dan Reputasi Auditor berpengaruh tidak signifikan (tidak memiliki

hubungan) terhadap Tindakan Pajak Agresif.

V.2. Saran

Terdapat saran yang didasarkan pada beberapa keterbatasan sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

a. Penelitian selanjutnya lebih umum dalam memilih sampel yang akan digunakan.

b. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian.

Page 87: Skripsi Pajak

DAFTAR PUSTAKA

________.Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/M-

MBU/2002 TentangPenerapan Praktek Good Corporate Governance Pada

Badan Usaha Milik Negara (BUMN).(2002). Jakarta.

________.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.(2007). Jakarta.

________.Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor :

PER-01/MBU/2011 TentangPenerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

(Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.(2011).

Jakarta.

________.Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-643/BL/2012 Tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan

Kerja Komite Audit .(2012). Jakarta

Ardiyos. 2007. Kamus Standar Akuntansi, Cetakan kedua, Jakarta: Citra Harta Prima.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J, Mark S. Beasley. 2011. Auditing dan Jasa Assurance

Pendekatan Terintegrasi. Jakarta: Erlangga.

Badan Pusat Statistik (BPS), Www.bps.go.id

Barber, Hoyt L. 1993. Tax Havens. How to Bank, Invest, and Do Bussiness Offshore and

Tax Free: McGraw-Hill, Inc. p.49-53.

Chen S, Chen X, Cheng Q dan Shevlin T. 2010. Are Family Firms More Tax Aggressive

Than Non-Family Firms?. Journal of Financial Economics.

Choi, Jong-Hang., Francis Kim, Jeong-Bon Kim dan Yoonseok Zang. 2007. Audit Office

Size, Audit Quality and Audit Pricing. AAA Annual Meeting, Chicago. Research

Collection School Of Accountancy.

Çule, M. dan Fulton, M. 2009. Business culture and tax evasion: Why corruption and the

unofficial economy can persist. Journal of Economic Behavior & Organization, 72,

811-822.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation.

Journal of Accounting and Economics, 3 Agustus. Pp. 113-127.

Desai M.A. & Dharmapala D. 2006. Corporate Tax Avoidance And High-Powered

Incentives. Journal of Financial Economics.

Effendi, Muh.Arief. 2008. “The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan

Implementasi”. Jakarta: Salemba Empat.

Page 88: Skripsi Pajak

Fitriasari. 2007. Pengaruh Aktivitas Dan Financial Literacy Komite Audit Terhadap Jenis

Manajemen Laba. Simposium Nasional X. Makasar

Frank M, Lynch L, dan Rego S. 2009. Tax reporting aggressiveness and its relation to

aggressive financial reporting. The Accounting Review.

Ghozali Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunadi. 2006. Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. p. 275-277

Handoko.2007.Observation and Research of Taxation.

Harian NERACA, 25 Februari 2013:8281

Hilmi, Utari dan Ali, Syaiful. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada

Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006). Simposium

Nasional XI

Hite and McGill1992.An examination of taxpayer preference for aggressive tax

advice.National Tax Journal.(1986 – 1998).

Jensen& Meckling .1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and

Ownership Structure. Journal of Financial Economics.

Kartika Sari Dewi danMartani Dwi. 2010. Karakteristik Kepemilikan Perusahaan,

Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif. Simposium Nasional

Akuntansi VIII.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance.

Masri, Indah dan Martani, Dwi. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost Of Debt.

Simposium Nasional XV

Messier, William F., Glover, Steven M., Prawitt, Douglas F. 2006.Auditing & Assurance

Services A Systematic Approach. New York: McGraw-Hill Irwin

Murphy, K. 2004. Aggressive tax planning: Differentiating those playing the game from

those who don’t. Journal of Economic Psychology.

Organisation For Economic Co-Operation And Development. 2004. OECD Principles Of

Corporate Governance. OECD publications service.

Palestin, Halima Shatila. 2007.Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik

Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba.

Page 89: Skripsi Pajak

Prawinandi, dkk.2012. Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan

Mandatory DisclosureKonvergensi IFRS.Simposium Nasional XV

Prawinandi, dkk.2012. Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan

Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS. Simposium Nasional XV hal 16

Priantara, Diaz. 2013. Perpajakan Indonesia (Pembahasan Lengkap dan Terkini disertai

CD Praktikum) Edisi 2 Revisi.Mitra Wacana Media.

Resmi Siti. 2005. Pajak dan Perpajakan.

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer., James H. Scheiner. 2006. Internal

Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Schön, Wolfgang. 2008. Tax and Corporate Governance: A Legal Approach.

Shleifer, Andrei and Vishny, Robert W. A. 1997. Survey of Corporate Governance. The

Jurnal Of Finance. Vol LII, No 2.

Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi

IX, Padang.

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?.Simposium Nasional Akuntansi

XIII, Purwokerto

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat .p. 4-8.

Sulistiyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2006. “Penerapan Good Corporate Governance,

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Lembaga Kajian

Pasar Modal dan Keuangan (LKPMK): Fakultas Hukum, Universitas UI. p.145

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001.Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3 No. 2, 89 – 101

Zaluki, Nurwati Ashikkin Ahmad dan Hussin, Wan Nordin Wan. 2009. Corporate

Governance and the Quality of Financial Information Disclosure. Accountants

Today

Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance pada Badan Usaha

Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. PenerbitAlfabeta, Bandung

Page 90: Skripsi Pajak

No Perusahaan1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk2 PT Bank CIMB Niaga Tbk3 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk4 PT United Tractors Tbk5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk6 PT Garuda Indonesia (Persero)7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk11 PT Astra Otoparts Tbk12 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero)13 PT Timah (Persero) Tbk14 PT Panorama Transportasi Tbk

Page 91: Skripsi Pajak

1Komite Audit Diukur Dengan Jumlah Anggota Komite Audit Dalam Perusahaan

No Perusahaan TahunJumlah Komite Audit

Komite Audit

1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 5 KAP Haryanto Sahari & Rekan2011 5 KAP PWC2012 6 KAP PWC

2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 6 KAP Haryanto Sahari & Rekan2011 6 KAP PWC2012 6 KAP PWC

3PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk

2010 6KAP Haryanto Sahari & Rekan

2011 7 KAP PWC2012 7 KAP PWC

4 PT United Tractors Tbk 2010 3 KAP PWC2011 3 KAP PWC2012 3 KAP PWC

5PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

2010 6KAP ERNST & YOUNG

2011 7 KAP ERNST & YOUNG2012 6 KAP ERNST & YOUNG

6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan2011 5 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan2012 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan

7PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

2010 4KAP Purwantono, Sarwoko & SandJaja

2011 6 KAP ERNST & YOUNG2012 3 KAP ERNST & YOUNG

8PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

2010 5KAP ERNST & YOUNG

2011 4 KAP ERNST & YOUNG2012 4 KAP PWC

9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 3 KAP PWC2011 3 KAP PWC2012 3 KAP PWC

10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 4 KAP HLB Hadori & Rekan2011 3 KAP HLB Hadori & Rekan2012 3 KAP HLB Hadori & Rekan

Page 92: Skripsi Pajak

11 PT Astra Otoparts Tbk 2010 3 KAP Haryanto Sahari & Rekan2011 3 KAP PWC2012 3 KAP PWC

12PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)

2010 3KAP TRISNOWATI & MARIATI

2011 3 KAP TRISNOWATI & MARIATI2012 3 KAP TRISNOWATI & MARIATI

13 PT Timah (Persero) Tbk 2010 5 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan2011 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan2012 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan

14 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO2011 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO2012 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO

Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2010

No Perusahaan TahunSelf

Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 23,04 20,98 14,97 32,82 91,812 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 22,84 20,85 14,96 32,81 91,46

3PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2010 20,85 21,77 15,05 31,43 89,10

4 PT United Tractors Tbk 2010 21,82 20,15 14,1 31,29 87,365 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2010 21,54 19,50 14,23 30,88 86,156 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 19,68 19,84 14,86 31,44 85,827 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2010 22,59 18,96 13,41 30,74 85,708 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2010 20,44 20,73 13,13 31,05 85,359 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 20,26 20,54 14,61 28,92 84,3310 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 21,44 19,93 13,47 28,57 83,4111 PT Astra Otoparts Tbk 2010 21,24 16,46 12,28 28,13 78,1112 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2010 19,94 15,76 12,21 26,78 74,6913 PT Timah (Persero) Tbk 2010 20,14 17,63 14,25 28,67 80,6914 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 19,34 15,37 8,88 26,51 70,10

Sumber : Laporan CGPI 2010

Page 93: Skripsi Pajak

Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2011

No Perusahaan TahunSelf

Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2011 13,83 18,19 12,99 46,90 91,912 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2011 13,16 17,95 12,43 46,34 89,88

3PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2011 13,23 18,16 12,52 45,66 89,57

4 PT United Tractors Tbk 2011 13,53 17,25 11,20 45,79 87,775 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2011 12,68 17,47 11,98 44,42 86,556 PT Garuda Indonesia (Persero) 2011 12,38 17,26 12,39 43,81 85,847 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2011 12,99 16,85 11,65 44,41 85,908 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2011 13,01 17,72 11,14 43,88 85,759 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2011 12,36 16,33 11,61 42,25 82,5510 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2011 12,16 16,19 11,88 43,42 83,6511 PT Astra Otoparts Tbk 2011 12,24 13,95 10,28 42,62 79,0912 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2011 11,83 12,91 9,01 39,8 73,5513 PT Timah (Persero) Tbk 2011 11,44 13,76 10,05 40,43 75,6814 PT Panorama Transportasi Tbk 2011 10,53 11,62 8,96 37,79 68,90

Sumber : Laporan CGPI 2011

Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2012

No Perusahaan TahunSelf

Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2012 15,76 32,13 12,05 31,94 91,882 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2012 14,97 32,04 11,61 31,13 89,75

3PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2012 15,9 31,13 12,46 31,09 90,58

4 PT United Tractors Tbk 2012 15,58 30,85 7,80 30,78 85,01

Page 94: Skripsi Pajak

5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2012 14,91 31,37 11,83 30,59 88,706 PT Garuda Indonesia (Persero) 2012 14,01 30,37 11,02 30,53 85,937 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2012 15,82 29,39 10,47 29,75 85,438 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2012 15,23 29,93 11,40 29,60 86,169 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2012 14,37 29,04 11,40 28,99 83,8010 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2012 14,26 29,64 11,18 29,45 84,5311 PT Astra Otoparts Tbk 2012 14,67 26,27 9,45 29,64 80,0312 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2012 13,35 26,02 9,71 25,53 74,6113 PT Timah (Persero) Tbk 2012 12,87 26,16 9,79 28,99 77,8114 PT Panorama Transportasi Tbk 2012 11,85 23,06 9,21 26,00 70,12

Sumber : Laporan CGPI 2012

Page 95: Skripsi Pajak

PENGUKURAN REPUTASI AUDITOR

Keterangan :

1Reputasi Auditor Diberi Angka 1, Jika Menggunakan KAP BIG 4

Reputasi Auditor Diberi Angka 0, Jika Tidak Menggunakan KAP BIG 4

No

Perusahaan Tahun Reputasi Auditor

1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

3 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

4 PT United Tractors Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 1

2011 1

2012 1

7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 0

2011 0

2012 0

11 PT Astra Otoparts Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

12 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) 2010 0

2011 0

2012 0

13 PT Timah (Persero) Tbk 2010 1

2011 1

2012 1

14 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 0

2011 0

2012 0

Page 96: Skripsi Pajak

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

ETR .30466 .212098 42

KA 1.40688 .311271 42

GCG 83.4493 6.52081 42

RA .79 .415 42

Correlations

ETR KA GCG RA

Pearson Correlation

ETR 1.000 -.087 -.602 -.337

KA -.087 1.000 .590 .469

GCG -.602 .590 1.000 .608

RA -.337 .469 .608 1.000

Sig. (1-tailed)

ETR . .292 .000 .014

KA .292 . .000 .001

GCG .000 .000 . .000

RA .014 .001 .000 .

N ETR 42 42 42 42

Page 97: Skripsi Pajak

KA 42 42 42 42

GCG 42 42 42 42

RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 RA, KA, GCGa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Mo

del R

R

Squar

e

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Chang

e df1 df2

Sig. F

Change

1 .687a .472 .431 .160029 .472 11.341 3 38 .000 1.101

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

b. Dependent Variable: ETR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .871 3 .290 11.341 .000a

Residual .973 38 .026

Total 1.844 41

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

b. Dependent Variable: ETR

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial

1 (Constant) 2.171 .376 5.776 .000

KA .283 .101 .415 2.801 .008 -.087 .414

GCG -.027 .005 -.830 -5.037 .000 -.602 -.633

RA -.014 .077 -.027 -.179 .859 -.337 -.029

a. Dependent Variable: ETR

Page 98: Skripsi Pajak

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22

a. Dependent Variable: ETR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .09995 .70218 .30466 .145775 42

Std. Predicted Value -1.404 2.727 .000 1.000 42

Standard Error of Predicted

Value

.030 .090 .048 .013 42

Adjusted Predicted Value .08244 .63821 .30261 .143302 42

Residual -.331172 .609567 .000000 .154063 42

Std. Residual -2.069 3.809 .000 .963 42

Stud. Residual -2.169 4.123 .006 1.027 42

Deleted Residual -.363793 .714158 .002050 .175542 42

Stud. Deleted Residual -2.286 5.473 .035 1.178 42

Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42

Cook's Distance .000 .729 .036 .114 42

Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42

a.Dependent Variable: ETR

Page 99: Skripsi Pajak
Page 100: Skripsi Pajak

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

CETR .24282 .127350 42

KA 1.40688 .311271 42

GCG 83.4493 6.52081 42

Page 101: Skripsi Pajak

RA .79 .415 42

Correlations

CETR KA GCG RA

Pearson Correlation CETR 1.000 .280 .424 .365

KA .280 1.000 .590 .469

GCG .424 .590 1.000 .608

RA .365 .469 .608 1.000

Sig. (1-tailed) CETR . .036 .003 .009

KA .036 . .000 .001

GCG .003 .000 . .000

RA .009 .001 .000 .

N CETR 42 42 42 42

KA 42 42 42 42

GCG 42 42 42 42

RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 RA, KA, GCGa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

1 .445a .198 .135 .118448 .198 3.132 3 38

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

b. Dependent Variable: CETR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .132 3 .044 3.132 .037a

Residual .533 38 .014

Total .665 41

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

Page 102: Skripsi Pajak

b. Dependent Variable: CETR

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial

1 (Constant) -.316 .278 -1.136 .263

KA .007 .075 .018 .099 .922 .280 .016

GCG .006 .004 .312 1.535 .133 .424 .242

RA .051 .057 .167 .899 .374 .365 .144

a. Dependent Variable: CETR

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22

a. Dependent Variable: CETR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .11171 .30797 .24282 .056699 42

Std. Predicted Value -2.312 1.149 .000 1.000 42

Standard Error of Predicted

Value

.022 .067 .035 .009 42

Adjusted Predicted Value .11052 .32054 .24315 .056844 42

Residual -.173341 .321660 .000000 .114032 42

Std. Residual -1.463 2.716 .000 .963 42

Stud. Residual -1.490 2.766 -.001 1.003 42

Deleted Residual -.179620 .333683 -.000336 .123852 42

Stud. Deleted Residual -1.515 3.054 .010 1.031 42

Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42

Cook's Distance .000 .133 .021 .026 42

Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42

a.Dependent Variable: CETR

Page 103: Skripsi Pajak
Page 104: Skripsi Pajak
Page 105: Skripsi Pajak

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TAXPLAN .00710 .013244 42

KA 1.40688 .311271 42

GCG 83.4493 6.52081 42

RA .79 .415 42

Correlations

TAXPLAN KA GCG RA

Pearson Correlation TAXPLAN 1.000 -.185 .027 .212

KA -.185 1.000 .590 .469

GCG .027 .590 1.000 .608

RA .212 .469 .608 1.000

Sig. (1-tailed) TAXPLAN . .120 .433 .089

KA .120 . .000 .001

GCG .433 .000 . .000

RA .089 .001 .000 .

N TAXPLAN 42 42 42 42

KA 42 42 42 42

GCG 42 42 42 42

RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 RA, KA, GCGa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

1 .386a .149 .081 .012693 .149 2.211 3 38

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

b. Dependent Variable: TAXPLAN

Page 106: Skripsi Pajak

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 3 .000 2.211 .103a

Residual .006 38 .000

Total .007 41

a.Predictors: (Constant), RA, KA, GCG

b.Dependent Variable: TAXPLAN

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial

1 (Constant) .017 .030 .569 .573

KA -.016 .008 -.371 -1.973 .056 -.185 -.305

GCG 3.530E-5 .000 .017 .083 .934 .027 .013

RA .012 .006 .375 1.960 .057 .212 .303

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.00198 .01467 .00710 .005106 42

Std. Predicted Value -1.777 1.484 .000 1.000 42

Standard Error of Predicted

Value

.002 .007 .004 .001 42

Adjusted Predicted Value -.00292 .01614 .00712 .005282 42

Residual -.036672 .043737 .000000 .012220 42

Std. Residual -2.889 3.446 .000 .963 42

Page 107: Skripsi Pajak

Stud. Residual -2.988 3.557 -.001 1.003 42

Deleted Residual -.039232 .046618 -.000026 .013281 42

Stud. Deleted Residual -3.371 4.298 .010 1.099 42

Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42

Cook's Distance .000 .208 .022 .041 42

Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Page 108: Skripsi Pajak