skripsi - islamic university
TRANSCRIPT
1
Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
Dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat – Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam
OLEH
DONI SAPUTRA
NIM.AS 131451
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDIN JAMBI
2
i
3
ii
4
iii
5
MOTTO
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al Hujurat: 13)
iv
6
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah,,,,,,,,,
Kupersembahkan karya sederhana ini
kepada orang yang sangat kumuliakan dan yang sangat ku kasihi
Ayahanda Syafril dan ibunda Nursiam terimakasih untuk ayah dan ibuku yang
telah merawat ku dari kecil hingga sekarang, sehingga aku bisa menyelesaikan
studiku sampai saat ini kalian tetap mendampingiku. Semoga Allah SWT selalu
melindungi ayah dan ibu serta selalu memberi kesehatan untuk kalian berdua.
Abang, kakak dan adik
Karya kecil ini juga kupersembahkan untuk abang ku Adnu Suardi dan Afrisal,
kakak ku Surmiati beserta adik ku Tika Syafriani yang sangat aku banggakan dan
yang sangat ku cintai, terimakasih untuk semua yang telah engkau lakukan dan
terimakasih untuk semangat, motivasi dan juga perjuanganmu yang sangat banyak
untuk ku, semoga Allah SWT selalu mempermudah setiap urusan kalian.
Sahabat-sahabat ku
Ku persembahkan juga karya ini kepada sahabat seperjuangan ku teman-teman
Prodi SKI angkatan 2013 yang telah banyak membantu dan memberi semangat
dan selalu menjadi teman yang luar biasa.
v
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta hidayahnya kepada penulis berupa
kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Lembaga Adat Melayu Kota
Jambi dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi“ serta
teriring sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan keterbatasan
ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi
dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun berkat bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala tersebut dapat terselesaikan
dengan baik oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan MA, selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Ibu Prof. Maisyah M.Pd.I selaku Dekan Fakutas Adab Dan Humaniora UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Alfian, S.Pd. M. Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
4. Bapak Dr. H. M. Fadhil, M. Ag bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan
Keuangan.
5. Ibu Dr. Raudhoh, S. Ag, S.S, M. Pd.I Selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Dan Kerjasama.
6. Bapak Dr. Ali Muzakir, M. Ag dan Bapak M. Nuur, M. Sy selaku pembimbing
I dan II yang selalu memberi masukan dan selalu menerima keluh kesah,
terimakasih untuk bimbingannya yang sangat luar biasa.
7. Bapak Kepala Perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi dan
Perpustakaan Nasional Daerah Jambi Beserta Staf yang telah memberikan
pinjaman literatur.
vi
8
8. Seluruh Bapak-bapak dan Ibu-ibu Karyawan dan Dosen Fakultas Adab dan
Humaniora Sultan Thaha Saifuddin Jambi, yang telah memberi bantuan dan
pedoman sepanjang perkuliahan dan penggarapan skripsi.
9. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besar yang ikut berperan dalam
memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.
10. Teman-teman dan sahabat seperjuangan yang telah ikut memberi semangat
dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstuktif dari pembaca, sehingga penulis dapat menyempurnakan dimasa
yang akan datang. Akhirnya kepada Allah SWT berserah diri dan memohon
petunjuk serta ridhanya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan masyarakat.
Jambi, Februari 2019
Penulis
Doni Saputra
AS. 131451
viii
9
ABSTRAK
Saputra, Doni. 2019. Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam
Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi. Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora. Pembimbing I: Dr. Ali Muzakir,
M. Ag dan Pembimbing II: M. Nuur, M. Sy.
Penelitian ini membahas tentang Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam
Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi. Tujuan penelitian adalah
mengetahui latar belakang berdirinya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi,
mengetahui program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan nilai
lokal budaya melayu serta mengetahui kendala lembaga adat dalam
mensosialisasikan programnya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau
field research yang berbentuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sejarah Lembaga Adat Jambi tidak terlepas dari pemikiran
untuk dibentuk suatu wadah yang dapat menjembatani permasalahan antara
sesama anggota masyarakat adat serta antar wilayah hukum adat dalam bentuk
suatu lembaga permanen yang disebut dengan Lembaga Adat di Kota Jambi.
Program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam mempertahankan nilai budaya
lokal adalah memperkuat internal Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, Menjadi
partner atau mitra pemerintah daerah dalam membangun Kota Jambi serta
melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya budaya melayu Jambi.
Adapun kendala Lembaga Adat Melayu Kota Jambi adalah Sulit memberi
pemahaman kepada pemuda-pemudi Kota Jambi akan pentingnya budaya melayu
Jambi; Banyaknya imigran yang masuk ke Kota Jambi; Minimnya dana dalam
melakukan penyuluhan hingga ke kelurahan.
Kata Kunci: Adat Melayu, Lembaga Adat, Budaya Jambi
viii
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS ............................................................................................ i
PENGESAHAN ......................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 7
D. Kerangka Teori................................................................................ 8
E. Jadwal Penelitian ............................................................................. 12
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian .......................................................................... 14
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 14
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 15
D. Tekhnik Analisis Data ..................................................................... 18
BAB III ADAT DAN LEMBAGA ADAT JAMBI
A. Gambaran Umum Kota Jambi ......................................................... 19
B. Sejarah Lembaga Adat Jambi .......................................................... 35
C. Gambaran Umum Adat Istiadat Jambi ............................................ 40
D. Kedudukan Lembaga Adat Jambi ................................................... 45
E. Nilai Adat dan Budaya Jambi .......................................................... 47
BAB IV PERAN LEMBAGA ADAT JAMBI
A. Program Lembaga Adat Kota Jambi ............................................... 54
B. Kendala Lembaga Adat Kota Jambi ............................................... 63
ix
11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I Gambar
Lampiran II Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran III Bukti Seminar Proposal
Lampiran IV Surat Persetujuan Pembimbing
Lampiran V Kartu Bimbingan Skripsi dan Surat Izin Penelitian
Lampiran VI Daftar Riwayat Hidup Penulis
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jambi merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya bersuku Melayu.
Sebuah fakta sejarah bahwa orang Melayu adalah orang yang paling kental
keislamannya.1 Agama Islam sendiri berkembang di Kota Jambi berawal dari
masyarakat Jambi yang berada di daerah pesisir pantai, dari daerah pesisir pantai
inilah agama dan kebudayaan Islam dikembangkan ke daerah pedalaman oleh
para ulama. Kebudayaan Islam yang berkembang diadaptasi dengan budaya lokal
Jambi, sehingga tercipta suatu tradisi keagamaan yang baru dan masyarakat
menjadikan tradisi tersebut sebagai bagian dari kebudayaannya, yaitu budaya
Islam Melayu. Sebagai contoh adalah tradisi menghormati Tuan Guru yang
dianggap memiliki barokah dan paham ilmu keagamaan. Istilah Tuan Guru adalah
gelar untuk para ulama Jambi yang berperan penting dalam perkembangan Islam.
Berbeda dengan masyarakat di Pulau Jawa, gelar ulama di Pulau Jawa lebih
dikenal dengan istilah Kyai atau Ustadz. Budaya lokal masyarakat Melayu yang
sangat mempercayai mitos atau hal-hal yang bersifat metafisik membuat
masyarakat Jambi sangat menghormati Tuan Guru.2 Hal ini bukan tanpa alasan,
tuan guru dianggap mampu melakukan sesuatu di luar kemampuan masyarakat
pada umumnya. Selain itu, setiap tradisi lokal seperti ritual pendirian rumah,
1 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
57. 2 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah,… hlm. 56.
2
panen raya, pernikahan, dan lain-lain selalu dilakukan dengan mencampurkan
nuansa Islam.
Pada mulanya, budaya lokal yang bercorak Islam di Jambi sangat
dijunjung tinggi sebagai identitas lokal. Bahkan untuk mensakralkan budaya
tersebut, hingga kini masyarakat Jambi masih menggunakan seloko adat yang
berbunyi "adat bersendi syarak dan syarak bersendikan kitabullah".3 Jadi agama
Islam merupakan unsur dari adat istiadat sebagai suatu aspek kebudayaan dalam
kehidupan masyarakat di daerah Jambi. Pada perkembangannya, awal abad ke-21,
geliat pembangunan hampir merata di seluruh wilayah Kota Jambi yang
berkembang sangat signifikan. Potret kemajuan terlihat nyata dengan berkembang
pesatnya infrastruktur di berbagai daerah. Gubernur dan Wali Kota pun berupaya
mengimbanginya dengan meningkatkan sumber daya manusia dari berbagai
sektor, baik pada sektor ekonomi maupun sektor pendidikan. Perkembangan
pembangunan di Kota Jambi ternyata menjadi daya tarik bagi masyarakat provinsi
lain, seperti: Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jawa dan
lain-lain. Mereka mendatangi Kota Jambi untuk mempertaruhkan nasib.
Kedatangan para migran dari berbagai provinsi tersebut menjadikan
masyarakat Kota Jambi semakin majemuk. Kemajemukan dalam masyarakat
sudah tentu mempengaruhi ragam budaya yang berkembang di Kota Jambi.
Ragam suku, ragam bahasa, ragam budaya, ditambah kuatnya arus globalisasi
yang masuk ke Kota Jambi tentu berindikasi mempengaruhi eksistensi budaya
lokal, yaitu budaya Melayu.
3 Anonym, Garis-garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kotamadya Dati
II Jambi, (Jambi: Lembaga Adat Tingkat II Kota Madya Jambi dan Pemerintah Kotamadya Jambi,
1995), hlm. 6.
3
Menurut Koentjaraningrat, perubahan budaya diakibatkan oleh benturan
antar unsur budaya yang berbeda. Perubahan budaya sendiri diartikan sebagai
proses pergeseran, pengurangan, penambahan dan perkembangan unsur-unsur
dalam suatu kebudayaan.4 Seperti yang terjadi di Kota Jambi, banyak sekali
budaya lokal yang mulai memudar akibat perubahan budaya.5 Padahal, budaya
lokal Jambi memiliki nilai-nilai positif yang dapat membangun masyarakatnya.
Penerapan nilai budaya lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya
melaksanakan nilai, ukuran tentang baik atau buruk, sesuai dengan ide, pokok
pikiran, dan gagasan dasar Melayu. Tujuannya adalah agar generasi penerus tetap
memiliki ukuran baik atau buruk sesuai dengan gagasan dasar-dasar Melayu
sehingga mereka terhindar dari unsur negatif. Untuk itu, generasi penerus
masyarakat Melayu harus dibentengi dengan nilai-nilai budaya lokal Melayu yang
mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia.6
Sejak dahulu, bahkan sebelum Islam datang ke Kota Jambi, orang-orang
dahulu telah mewariskan budaya-budaya lokal yang memiliki nilai positif. Wujud
kebudayaan lokal masyarakat Jambi yang berupa ide adalah seloko. Landasan
utama yang menjadi pedoman bagi masyarakat Melayu Jambi sebelum
kedatangan Islam ialah “Adat bersendi ke alur dengan patut; alur bersendi ke
mufakat; mufakat bersendi ke kebenaran.” Jadi seloko ini merupakan himpunan
aturan-aturan yang dibuat oleh petinggi adat ketika itu yang kemudian disepakati
4 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II, (Jakarta: UI-Press, 1990), hlm. 89. 5 Salah satu budaya lokal yang mulai memudar adalah bahasa melayu Jambi, dimana
bahasa melayu Jambi merupakan bahasa daerah yang berfungsi sebagai identitas daerah Jambi.
Selain bahasa, budaya lokal Jambi juga meliputi kesenian Jambi, pakaian tradisional Jambi, ritual
keagamaan dan lain-lain. 6 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah,… hlm. 44
4
untuk dijadikan aturan bersama dalam masyarakat. Setelah Islam datang, maka
seloko tersebut diadaptasi dengan nilai-nilai Islam menjadi “adat bersendi syarak
dan syarak bersendikan kitabullah.” Wujud kebudayaan lokal masyarakat Jambi
lainnya adalah berupa benda atau perlengkapan hidup masyarakat. Salah satunya
adalah peralatan pertanian tradisional Jambi. Terdapat delapan jenis alat pertanian
tradisional pada masyarakat Melayu Jambi, yaitu Tajak, Luci, Galah, Tuai, Jangki,
Karung Goni, Gerobak dan Bilik (Lumbung). Mayoritas alat pertanian tradisional
tersebut terbuat dari kayu. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, bahan baku
kayu juga dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan lain karena bisa
diperoleh dari hutan sekitar tanpa harus membeli. Nilai ekonomis dan kemudahan
dalam pengerjaan semakin sempurna ketika bahan kayu dapat dikatakan tidak
menghasilkan emisi apapun sehingga ramah lingkungan. Alat-alat tradisional ini
memperkuat kearifan lokal petani Jambi terhadap lingkungan dan hutan Jambi
yang saat ini mulai rusak oleh berbagai faktor.7 Selain wujud kebudayaan lokal
yang telah disebutkan di atas, masih banyak contoh lain dari kebudayaan lokal
Jambi yang memiliki nilai positif untuk mempertahankan identitas masyarakat
Jambi.
Mengikisnya budaya lokal yang bernilai positif tentu mempengaruhi
identitas lokal suatu daerah. Hal ini dikarenakan identitas suatu daerah dapat
dilihat dari kebudayaan lokalnya. Bahkan kebudayaan lokal sangat penting dalam
membentuk budaya nasional. Senada dengan pendapat Judistira yang mengatakan
7 Melayuonline.com, diakses pada 18 oktober 2017.
5
bahwa kebudayaan lokal meliputi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional
adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentuk kebudayaan nasional.8
Pentingnya mempertahankan budaya lokal dapat terlihat dari peraturan
menteri dalam negeri nomor 52 tahun 2007 tentang pedoman pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat. Setiap
masyarakat diharapkan mampu menjaga dan memelihara adat istiadat dan nilai
sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, terutama nilai-nilai etika, moral,
dan adab yang merupakan inti dari adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat, agar dapat memperkokoh jati diri masyarakat dalam mendukung
kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembagunan, serta untuk mendukung
pengembangan budaya nasional dalam mencapai peningkatan kualitas ketahanan
nasional dan keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia.9 Untuk membangun
suatu daerah perlu ada keterpaduan dan sinergi antara aparat daerah dan lembaga-
lembaga yang ada di daerah tersebut. Hal ini penting karena setiap pembangunan
tentunya ada suatu perencanaan yang matang, di sanalah peran lembaga adat
dibutuhkan, sebab lembaga adat lebih mengetahui keadaan dan kebutuhan
masyarakatnya. Salah satu lembaga adat yang ada di Indonesia serta turut menjaga
identitas budaya lokal adalah Lembaga Adat Melayu Kota Jambi. Berdasarkan
peraturan daerah Provinsi Jambi tahun 2014, Lembaga Adat Melayu adalah wadah
fasilitasi, koordinasi, mediasi, dalam menjaga stabilitas keutuhan, kebersamaan
serta saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpedoman
pada adat bersendi syara’ dan syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato dan
8 Judistira K Garna, Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan, (Bandung:
Lemlit Unpad, 2008), hlm. 141 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007.
6
adat memakai.10
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi merupakan sebuah lembaga
yang sangat berperan penting dalam membina dan menjaga eksistensi adat istiadat
Melayu Jambi. Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya, terpaan badai
globalisasi yang dimobilisasi dari luar agaknya merupakan suatu tantangan
tesendiri bagi pelestarian nilai-nilai lokal seperti mentaati aturan adat istiadat
tersebut. Di sinilah sesungguhnya titik singgungnya, dimana adat (khasanah lokal)
mencoba bertahan menghadapi ’ancaman’ globalisasi yang semakin tak
terkendali, seperti ada arus tarik menarik yang sangat kuat. Arus globalisasi
beserta seperangkat kemajuan teknologinya tidak perlu dihadang, tetapi nilai-nilai
budaya lokal tidak harus terpinggirkan. Idealnya, adat istiadat mampu menjadi
penyaring dari dampak negatif budaya luar yang mencoba masuk ke dalam sendi-
sendi kehidupan masyarakat. Namun pada kenyataanya tidak dapat dipungkiri
bahwa dari hari ke hari nilai-nilai itu semakin tergerus dan tercabut dari akarnya,
lebih-lebih lagi di kalangan generasi muda saat ini.
Melihat fenomena di atas, penting rasanya bagi saya meneliti lebih lanjut
mengenai peran lembaga adat dalam mempertahankan nilai lokal budaya Melayu
kota Jambi. Oleh sebab itu, saya merasa tertarik untuk menjadikan masalah
penelitian tersebut ke dalam judul skripsi Peran Lembaga Adat Melayu Kota
Jambi dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi.
10 Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2014.
7
B. Rumusan Masalah
Untuk kepentingan analisis, berbagai faktor yang berkaitan dengan permasalahan
utama dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi ?
2. Bagaimana program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam melestarikan
nilai lokal budaya melayu ?
3. Apa kendala lembaga adat dalam mensosialisasikan programnya ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Setelah diketahui permasalahan utama penelitian ini, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.
2. Mengetahui program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam
melestarikan nilai lokal budaya melayu.
3. Mengetahui kendala lembaga adat dalam mensosialisasikan programnya.
Adapun kegunaan yang penulis ambil dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperkaya keilmuan budaya melayu khususnya di Jambi.
2. Untuk menambah ilmu penulis serta penerapan ilmu dan teori yang telah
dipelajari.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana strata satu (S.1)
pada jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sultan Taha Syaifuddin Jambi.
8
D. Kerangka Teori
1. Adat
Secara harfiah adat mempunyai arti suatu kebiasaan yang terjadi berulang
kali dan disakralkan. Secara istilah adat adalah suatu aturan yang dibuat
manusia yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang dipandang baik untuk
mengatur cara hidup, berpikir, berbuat dan bertindak dalam kehidupan
bermasyarakat.11
Adat Melayu Jambi masih berpegang teguh pada tata nilai
yang bersendikan pada ”Adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah.
Seloko adat singkat ini memiliki muatan yang sangat padat makna sekaligus
merupakan fondasi yang paling asas bagi adat itu sendiri. Adat bersendi
syara’ bermakna bahwa landasan dasar dari adat (Melayu) itu adalah syar’i
atau agama (Islam). Syara’ bersendi Kitabullah menyatakan bahwa agama
mengacu pada undang-undangnya yang paling hakiki yaitu Kitabullah al-
Quran.
2. Adat Melayu
Ada beberapa istilah dalam adat Melayu Jambi yaitu Adat Yang Teradat;
merupakan suatu kebiasaan yang tidak dapat dihindari atau ditinggalkan.
Adat Yang Diadatkan; merupakan suatu kebiasaan yang berjalan menurut
masanya. Adat Istiadat; adalah istilah yang mengacu pada adat yang dicari-
cari, aturan yang diciptakan oleh nenek moyang dahulu yang dianggap baik
dan patut untuk dipakai dan dijadikan contoh oleh orang kemudian hari.
Adat Yang Sebenar Adat; yaitu adat yang berpedoman pada Al-Quran dan
11 Pemerintah Kota Jambi bekerja sama dengan Lembaga Adat Tanah Pilih Pusako Betuah
Kota Jambi. 2004. Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi. cetakan II, hlm. 16
9
Hadis Nabi yang disebut dengan hukum syara’.12
Mengacu pada Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No 5 Tahun 2007 tentang Adat Melayu Jambi,
Lembaga Adat Jambi merupakan sebuah lembaga yang sangat berperan
penting dalam membina dan menjaga eksistensi adat istiadat Melayu Jambi.
Pada Bab IV, pasal 13 tentang hubungan kerja sama, dalam Perda ini
menyebutkan; ”Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, Lembaga
Adat Melayu Jambi sesuai dengan tingkatnnya dapat melakukan hubungan
kerja sama dan koordinasi dengan kepolisian Negara Republik Indonesia,
Kejaksaan, Badan Peradilan, serta instansi terkait; Kerjasama dan koordinasi
sebagaimana dimaksud pada ayat satu dilakukan dalam hal penguatan
hukum adat, penegakan hukum serta keamanan dan ketertiban
masyarakat”.13
3. Lembaga Adat Melayu
Lembaga adat merupakan kata yang berasal dari gabungan antara kata
lembaga dan kata adat. Lembaga diartikan sebagai sebuah institusi dan adat
diartikan sebagai pola prilaku suatu masyarakat. Jadi dapat disimpulkan
lembaga adat adalah suatu institusi yang dibentuk oleh masyarakat adat
tertentu dan berwenang untuk mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang
berhubungan dengan adat.14
12 Pemerintah Kota Jambi bekerja sama dengan Lembaga Adat Tanah Pilih Pusako Betuah
Kota Jambi. 2004. Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi. cetakan II. hlm. 21-23 13 Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 5 Tahun 2007 14 Peraturan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
10
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi merupakan sebuah lembaga yang sangat
berperan penting dalam membina dan menjaga eksistensi adat istiadat
Melayu Jambi.
4. Budaya Lokal
Budaya secara bahasa berasal dari bahasa sanskerta Budhayah. Jika diurai
kata ini berasal dari dua kata yaitu Budi dan Daya. Budi artinya akal, tabiat,
watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan, atau cara untuk
menyelesaikan masalah. Sedangkan Daya berarti kekuatan, tenaga,
pengaruh, jalan, akal, cara, atau muslihat.15
Sementara itu, Koentjaraningrat mengartikan budaya sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan cara
belajar. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang
merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk
didalamnya benda-benda hasil kreativitas atau ciptaan manusia. Namun
dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan
didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah
masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai
tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari
masyarakat bersangkutan.16
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa budaya lokal adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat
15 Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, (Yogyakarta: Hanindita, 1991),
hlm. 89. 16 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu Antropologi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009) Hlm. 144.
11
tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat
lokal.
Cukup sulit untuk merumuskan atau mendefenisikan konsep budaya
lokal. Kebudayaan memang ihwal yang tidak pernah tuntas untuk dibatasi.
Pembatasan kebudayaan akan sia-sia sejauh manusia itu ada. Karena, sejauh
itu pula kebudayaan akan eksis dan berkembang. Kebudayaan adalah
fenomena pilihan hidup, baik pilihan budaya positif ataupun budaya negatif.
Karena, pada dasarnya ada kebudayaan baik atau positif dan adapula
kebudayaan jelek atau negatif. Kebudayaan positif dan negatif tersebut akan
selalu ada sepanjang manusia ada.17
Oleh sebab itu, dibutuhkan peran lembaga adat untuk memfilter serta
meningkatkan potensi budaya lokal yang positif agar masyarakat Jambi
dapat bersaing dengan budaya lain dan menjawab tantangan zaman.
Kebudayaan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini dapat terwujud dari
perilaku, pikiran atau benda hasil dari pemikiran masyarakat, misalnya
bahasa melayu Jambi, kesenian Jambi, seloko, adat-istiadat, upacara atau
ritual keagamaan, dan lain-lain.
Kebudayaan lokal Melayu yang terbuka, akomodatif, dan adaptif
dengan sistem nilai agama, adat, dan tradisi yang dikandungnya, telah teruji
kemampuannya dalam membangkitkan semangat penyertaan masyarakat
pendukungnya dalam pembangunan bangsa. Karena itu, nilai-nilai itu dirasa
perlu untuk terus dipelihara serta ditumbuh kembangkan dan
17 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Tekhnik, Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 26.
12
disosialisasikan guna memacu pertumbuhan masyarakat, terutama dibidang
ekonomi dan sumber daya manusia.18
E. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan
dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan
riset, maka penulis melakukan pengumpulan data, verifikasi data dan analis data
dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing sebelum diajukan kepada siding munaqosah. Hasil sidang
munaqosah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan skripsi.
Tabel 1.
JADWAL PENELITIAN
18 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah,… hlm. 42.
NO
TAHAP
PENELITIAN
BULAN
Bulan
ke 1
Bulan
ke 2
Bulan
ke 3
Bulan
ke 4
Bulan
ke 5
Bulan
ke 6
Bulan
ke 7
Bulan
ke 8
1 Obeservasi awal dan
pencarian data
X
2 Pembuatan Proposal
Skripsi
X
3 Penunjukkan Dosen
Pembimbung
X
4 Konsultasi dengan
Dosen Pembimbing
X
5 Seminar Proposal X
6 Perbaikan Hasil
Seminar Proposal
X
7 Pengesahan Judul
dan Permohonan
Riset
X
8 Pengumpulan Data X X X
9 Penyusunan Data X
10 Analisis Data X X
11 Penyusunan Draf X X
13
Skripsi
12 Penyusunan dan
Penggandaan
X
13 Ujian Skripsi
(Munaqosah)
X
14
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research yang
berbentuk deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Adat Melayu
Kota Jambi dengan fokus penelitian Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
Dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi.
B. Jenis dan sumber data
1. Jenis data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya.19
Data primer yang penulis maksudkan
dalam penelitian ini adalah data wawancara, observasi, dan dokumentasi
mengenai Peran Lembaga Adat Melayu Kota Jambi Dalam Mempertahankan
Nilai Lokal Budaya Melayu Jambi.
Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data skunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari data
yang sudah terdokumentasi dan mempunyai hubungan dengan permasalahan
yang diteliti.20
Adapun data sekunder tersebut adalah buku-buku yang
menceritakan lembaga adat dan budaya, jurnal budaya melayu, dan dokumen-
dokumen dari kantor lembaga adat yang berupa struktur organisasi, sejarah
pendirian lembaga dan lain-lain.
19 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 61 20 Muhammad Idrus,… hlm. 62
15
2. Sumber data
Sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh, sedangkan
sumber data dalam penelitian ini adalah orang dan materi yang terdapat di
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi yang meliputi: Ketua Lembaga Adat (H.
Azra’i al Basyari), Karyawan bagian Hukum Adat, Karyawan bagian Kesenian
dan Budaya, tokoh adat dan pemerhati, serta arsip dan dokumen yang terkait.
Penentuan informan berdasarkan purposive sampling atau sampel bertujuan,
dalam artian informan dipilih karena memiliki pengetahuan yang lebih
berdasarkan tema penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan
pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera21
.
Dalam melaksanakan observasi, ada empat pola yang dapat dilakukan, yaitu:22
a. Pengamatan secara lengkap, maksudnya adalah menjadi anggota
masyarakat yang diamati secara penuh. Dengan begitu, observer
tidak lagi terpisah tetapi menyatu dan menjadi bagian masyarakat
yang sedang diamatinya.
b. Pemeran serta sebagai pengamat, maksudnya peneliti tidak
sepenuhnya sebagai pemeran serta (tidak menjadi anggota), namun
masih tetap melaksanakan proses pengamatan.
21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Insan Madani, 2009) Hlm. 234 22 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm.
103
16
c. Pengamatan sebagai pemeran serta, maksudnya peneliti secara
terbuka diketahui oleh seluruh subjek, bahkan mungkin pula
pengamat didukung oleh subjek.
d. Pengamatan penuh, maksudnya adalah peneliti bebas melaksanakan
proses pengamatan tanpa diketahui oleh subjek yang sedang
diamatinya.
Penulis menggunakan bentuk observasi Pengamatan sebagai pemeran
serta, dimana peneliti secara terbuka diketahui oleh seluruh subjek, bahkan
peneliti didukung oleh subjek. Pihak Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
mendukung penelitian ini karena mampu mensosialisasikan program Lembaga
Adat di lingkungan akademik.
2. Wawancara
Wawancara adalah a conversation with purpose23
. Pewawancara
merupakan wahana strategis pengambilan data mengenai Peran Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi Dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu
Jambi.
Penulis menggunakan bentuk wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana Pewawancara menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan yang diajukan. Wawancara ini digunakan
untuk karyawan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi. Sedangkan Wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara dimana peneliti maupun subyek penelitian
lebih bebas menggunakan pandapatnya, namun peneliti tidak terkesan
23 Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2006) hlm 212.
17
mengajari kepada informan.24
Wawancara ini digunakan untuk mencari
informasi dari Ketua Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-
variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, prasasti, agenda, dan sebagainya.25
Dokumentasi penulis
gunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan Peran Lembaga
Adat Melayu Kota Jambi Dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya
Melayu Jambi.
4. Penentuan Sampel dan Informan
Sampel adalah sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat berupa
peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya. Penentuan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling, artinya sampel yang bertujuan. Jumlah
sampel tidak ada batas minimal atau maksimal yang penting telah memadai
dan mencapai data jenuh sehingga tidak ditemukan informasi baru lagi dari
subjek penelitian.26
Sampel dalam penelitian ini adalah Ketua Lembaga Adat
Kota Jambi yakni Drs. H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako,
Sekretaris Lembaga Adat Kota Jambi yakni M. Fauzi Kadir, SE gelar Rio
Tanum Setio Negeri. Karyawan bagian Hukum Adat yakni H. Yahya As’ari
dan Supardi, dan Karyawan bagian Kesenian atau Kebudayaan yakni Nanang
Sunarya, S.Pd, serta salah satu pemerhati adat Kota Jambi yakni Munsarida.
24 Suwardi Endaswara,… Hlm 213. 25 Suharsimi Arikunto,… Hlm 149 26 Suwardi Endaswara,,… hlm. 206
18
D. Teknik Analisis Data
Setelah selesai penelitian ini, maka data yang diperoleh terlebih dahulu
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi
kualitatif, data ini dianalisis dengan tiga komponen analisis yaitu reduksi data,
sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.27
1. Reduksi Data
Proses reduksi data yang dilakukan oleh peneliti adalah menelaah data-
data yang diperoleh kemudian membuat rangkuman dari setiap pertemuan
dengan responden. Setelah itu peneliti kemudian melakukan reduksi yaitu
dengan cara memilih data atas dasar tingkat relevansi, dan kemudian
menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
2. Sajian Data
Dalam tahap ini peneliti menyusun data-data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Peneliti juga mengkaitkan fenomena-fenomena yang timbul di lapangan
dengan data-data yang diperoleh dari responden.
3. Verifikasi Data
Pada langkah ini peneliti melakukan penarikan kesimpulan, dan
memaknai data-data yang diperoleh. Pemaknaan data dilakukan dengan
pemaknaan secara spesifik, serta menarik kesimpulan.
27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013), Hlm. 248.
19
BAB III
ADAT DAN LEMBAGA ADAT JAMBI
A. Gambaran Umum Kota Jambi
Sejak pergantian kepemimpinan Wali Kota Jambi pada tahun 2013, geliat
pembangunan terlihat hampir merata di seluruh daerah Kota Jambi yang
berkembang sangat signifikan. Pembangunan Kota Jambi terlihat nyata dengan
berkembang pesatnya infrastruktur di berbagai Kelurahan dan Kecamatan yang
ada di Kota Jambi. Wali Kota juga ikut berupaya mengimbanginya dengan
meningkatkan Sumber daya manusia dari berbagai sektor, baik pada sektor
ekonomi maupun sektor pendidikan. Perkembangan pembangunan di Kota Jambi
sebagai Ibu Kota Provinsi ternyata menjadi daya tarik bagi masyarakat di daerah
lain, sehingga banyak para pendatang yang menetap di Kota Jambi dan menjadi
bagian dari kelompok sosial masyarakat Kota Jambi.
Masyarakat Kota Jambi secara umum selama ini diketahui sebagai
pendukung kebudayaan melayu, karena itu dikenallah sebutan masyarakat melayu
Jambi. Masyarakat Kota Jambi secara sosio kultural memiliki karakteristik
tersendiri, hal ini dapat dilihat dari kemajemukan masyarakatnya. Kemajemukan
masyarakat Kota Jambi dengan masih eksisnya jati diri budayanya dan nilai luhur
yang dikandungnya telah menunjukkan bahwa masyarakatnya beradab dari dulu
hingga saat ini. Berdasarkan bukti kesejarahan dan nilai filosofis budaya melayu,
diyakini akan tetap membawa masyarakat Kota Jambi mampu menjadi tuan di
rumahnya sendiri. Kebudayaan melayu sebagai pemikiran, gagasan, ide, segala
20
aktivitas, nilai-nilai dan benda yang dihasilkan akan senantiasa mampu membawa
masyarakatnya bahagia dan sejahtera dalam era tantangan global.
Kondisi seperti yang dijelaskan di atas perlu dipahami sebagai tantangan
masyarakat Kota Jambi agar tidak terlena sehingga masyarakat Kota Jambi
mampu duduk sama tinggi dan tegak sama rendah dengan unsur masyarakat lain.
Di sisi lain diharapkan masyarakat pendatang harus selalu mengimplementasikan
ungkapan, “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, dimana tembilang
tercacak di situ tanaman tumbuh, dimano periuk pecah di situ tembikar tinggal,
larasnya dicincang, airnyo diminum, adat diisi lembaga dituang”.28
Ungkapan
yang terkandung dalam seloko ini perlu menjadi pegangan kita supaya kerukunan
dan kebersamaan antar unsure masyarakat menjadi perekat dan bukan sebaliknya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat kota Jambi
adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti
Melayu, Bugis, Banjar, Minang, Jawa, Batak dan lain-lain. Mereka mempunyai
perbedaan dari segi adat dan tradisi, bahasa, agama, namun mayoritasnya menjadi
pendukung budaya melayu. Keberagaman budaya di Kota Jambi merupakan
dampak dari perkembangan Kota Jambi di segala bidang.
Sebagai etalase Provinsi Jambi, saat ini Kota Jambi telah menjelma menjadi
Kota yang maju. Sejalan dengan transformasi dari Kota Sedang menjadi Kota
Besar dengan geliat harmoni yang maju, tertib, indah dan nyaman. Rona fisik
Kota Jambi pun saat ini jauh lebih estetik, sarana prasarana dasar perkotaan
semakin optimal dan diperluas akses serta juga cakupannya. Pembangunan
28 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, (Jambi: Lembaga Adat dan Pemerintah Kotamadya Dati II Jambi, 1995), hlm. 131.
21
lingkungan lebih ditujukan pada peningkatan kapasitas dan kearifan lokal yang
berkelanjutan. Perkembangan kota yang massif itu membuat Kota Jambi semakin
dikenal. Kegiatan perekonomian menggeliat, unit-unit usaha bermunculan dalam
berbagai skala, investasi tumbuh untuk merespon trend dan kondisi positif pada
berbagai sektor perkotaan dan lapangan pekerjaan bermunculan untuk
menyiapkan lowongan-lowongan pekerjaan. Meningkatnya kepuasan masyarakat
atas kinerja pemerintah daerah yang mencapai 75,1% yang direlease lembaga
survey Idea Institute awal tahun 2018 turut memberikan motivasi bagi jajaran
pemerintah dan segenap masyarakatnya untuk semakin terus maju membangun
Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi.
Perkembangan kota Jambi dalam tiga tahun belakangan (2015, 2016 dan
2017) membuat semakin banyak pendatang dari daerah luar Kota Jambi. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya jumlah pengurusan IMB di kota Jambi. Hingga
akhir tahun 2017, Dinas Penanaman Modal Perizinan dan Pelayanan Satu Pintu
(DPMPTSP) sudah menerbitkan 4485 Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal ini
mengalami peningkatan dengan tahun 2016, di mana DPMPTSP hanya
menertibkan sebanyak 4204 IMB. Setiap tahunnya jumlah masyarakat yang
mengurus IMB terus meningkat, Seperti tahun 2013 IMB hanya 2968, naik di
tahun 2014 menjadi 3985, dan 2015 menjadi 4165. Jumlah paling banyak yang
mengurus IMB tahun 2017 yakni dari Rencana Tata Gedung Lingkungan (RTGL)
dan Perumahan yang mencapai angka 3660. Hal ini karena semakin meningkatnya
jumlah perumahan di Kota Jambi. Sementara IMB lainnya seperti ruko, rumah
ibadah, kos-Kosan, rumah sakit sekitar 552 IMB. Sedangkan untuk IMB reklame
22
yakni 253 IMB, dan IMB Tower yang bekerjasama dengan mitra Tell yakni 20
IMB.29
Sejalan dengan upaya mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Produktif
dan Berdaya Saing, Cerdas dan memiliki karakter yang kuat dalam menyongsong
tantangan masa depan yang semakin kompleks, maka pemerintah kota Jambi juga
membenahi sumberdaya pendidikan. Sepanjang Tahun 2016 lalu, berbagai
program dan kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan urusan pendidikan, baik
yang merupakan program-program wajib Nasional, maupun program-program
untuk menunjang target-target daerah dan juga muatan lokal. Pemerintah Kota
Jambi tetap fokus mewujudkan terselenggaranya pendidikan yang bermutu, layak
dan juga terjangkau melalui berbagai program yang terarah, terukur, tepat sasaran
dan berkelanjutan. Misalnya dengan melanjutkan peluncuran sekolah swasta
bebas pungutan, pemberian bantuan untuk meringankan beban siswa yang tidak
mampu, meningkatkan jumlah even-even bertajuk peningkatan prestasi akademik,
seni budaya, iman dan taqwa serta olahraga. Pemerintah Kota Jambi juga telah
melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Jambi
2013-2018 di bidang pendidikan, seperti:
1. Angka Partisipasi Sekolah atau APS pada usia sekolah yang pada tahun
2016 ditargetkan 82%, dapat direalisasikan menjadi 113,46%;
2. Tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi ditargetkan 91.57%,
terealisasi 97,09%;
29 http://jambi.tribunnews.com/2018/03/08/jumlah-pengurusan-imb-di-kota-jambi-
meningkat-setiap-tahun.
23
3. Jumlah sekolah sesuai SNP pada semua jenjang pendidikan ditargetkan
75%, mampu mencapai realisasi 97,33%.
Disamping itu, untuk memperkuat sumber daya Pendidikan tersebut,
Pemerintah Kota Jambi senantiasa mendorong optimalisasi CSR yang
diperuntukan bagi Beasiswa, Peralatan Sekolah, Bantuan Alat Peraga dan
Penunjang Pendidikan, termasuk Bantuan Peningkatan sarana Sanitasi di sekolah-
sekolah.
Dibidang kesehatan, Pemerintah Kota terus mengupayakan kemudahan dan
peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang murah, berkualitas
dan manusiawi serta dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa
membeda-bedakan status sosial pasien, termasuk terus melakukan perbaikan dan
peningkatan infrastruktur dan sarana prasarana kesehatan, termasuk SDM Tenaga
Medis dan Paramedisnya. Pemerintah Kota Jambi juga mempersembahkan
layanan kesehatan masyarakat dengan program-program inovasi daerah seperti ;
1. One PUSKESMAS One Inovation
2. Mobile Care
3. Klinik Lansia
4. Call Center 119
5. SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) untuk warga yang tidak/belum
tercover melalui BPJS.
Bersamaan dengan itu, Pemerintah Kota Jambi juga terus menyiapkan
anggaran untuk Pembayaran Premi hampir 25.000 Masyarakat Miskin dan juga
24
Pembayaran Pengobatan pasien kurang mampu yang tidak ter-cover di dalam
program Penerima Bantuan Iuran atau PBI Pusat.
Selain itu, Pemerintah Kota Jambi juga terus melaksanakan peningkatan
sarana dan prasarana layanan kesehatan agar dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, selain dengan meningkatkan status Puskesmas Pembantu menjadi
Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas 24 jam, Pemerintah Kota Jambi juga
mendirikan Rumah Sakit baru di kawasan Kota Jambi Seberang. Rumah Sakit
yang diberi nama RSU H. Abdurrahman Sayuti itu dapat melayani rujukan
termasuk operasi pada akhir tahun 2017.
Sementara dalam rangka memenuhi target RPJMD Kota Jambi dibidang
kesehatan, pada tahun 2016 lalu telah direalisasikan lagi 7 unit puskesmas dengan
pelayanan 24 jam. Sehingga saat ini telah terdapat 17 Puskesmas dengan
Pelayanan 24 Jam, termasuk 3 puskesmas yang menyediakan pelayanan Rawat
Inap bagi pasiennya. Sejalan dengan hal tersebut, RSUD Haji Abdul Manap
sebagai instalasi pelayanan kesehatan lanjutan juga terus di tingkatkan performa
layanan dan juga kenyamanannya untuk menjaga kualititas Sertifikasi Standar
Akreditasi Layanan Rumah Sakit yang sudah di peroleh. Disamping itu, untuk
meningkatkan kecepatan layanan, efisiensi dan efektivitas operasionalisasi RSUD
Haji Abdul Manap dan juga Puskesmas-puskesmas yang tersebar di Kota Jambi,
Pemerintah Kota Jambi telah mempersiapkan kerangka kelembagaan bagi RSUD
Haji Abdul Manap dan juga Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah.30
30 http://sinarjambi.com/index.php/jambi-kita/item/1142-geliat-kota-partisipasi-untuk-
negeri-laju-pertumbuhan-ekonomi-kota-jambi-melampaui-provinsi-jambi-dan-nasional.
25
Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa penting di Koridor Tengah Sumatera,
Pemerintah Kota Jambi terus memacu sumber-sumber ekonomi dan
mengoptimalkan potensi daerah dalam upaya bersama memajukan kesejahteraan
masyarakat, dengan mempertajam tujuan dan capaian program-program
pembangunan di bidang ekonomi yang diarahkan untuk peningkatan investasi,
pembangunan dan peningkatan infrastruktur perdagangan dan jasa, melanjutkan
pembinaan serta penataan PKL, termasuk melakukan pemberdayaan bagi pelaku
Usaha Kecil, menengah dan koperasi.
Tahun 2016, PDRB per kapita atas Harga Berlaku Kota Jambi tercatat
sebesar 41,9 juta rupiah per-kapita per-tahun, angka ini meningkat 11,67%
dibandingkan dengan PDRB per-kapita tahun sebelumnya sebesar 37,01 juta
rupiah. Indikator ini menunjukkan bahwa secara umum selama setahun terakhir,
telah terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Jambi secara signifikan.
Kinerja ekonomi Kota Jambi juga menunjukkan trend yang cukup baik, laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) PDRB Kota Jambi pada Tahun 2016 sebesar
6,81%, tumbuh 1,23% dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,83%. LPE Kota
Jambi ini melampaui Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi yang sebesar 4,37%
dan juga Nasional sebesar 5,02%.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, salah satu variabel
pentingnya adalah hal yang terkait dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah atau APBD. Pada Tahun 2016 lalu Total APBD Kota Jambi
sebesar 1,712 Triliun rupiah, dengan komposisi Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung adalah 50,77 berbanding 49,23%.
26
Tahun 2017 ini APBD Kota Jambi dipergunakan secara cermat, baik dalam
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan juga pengawasannya.
Pada Tahun 2016 lalu Realisasi Investasi PMDN melalui Izin Prinsip Penanaman
Modal tercatat sebesar Rp 2,1 Triliun lebih, meningkat 356% dibandingkan
realisasi investasi pada Tahun 2015 yang sebesar Rp 461 Milyar lebih. Untuk
peningkatan investasi itu, Pemerintah Kota Jambi juga melakukan berbagai hal
dalam memudahkan pengurusan perizinan, mulai dari peningkatan sumberdaya
manusia staf, SOP, dan pemanfaatan IT untuk perizinan. Sepanjang Tahun 2016,
telah diterbitkan 11.265 izin baru, dan 14.543 izin yang diregistrasi ulang.
Untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan terhadap pengguna pasar,
pemerintah Kota Jambi telah melaksanakan rehabilitasi dan mempercantik unit-
unit pasar tradisional milik pemerintah. Sementara disektor industri, Pemerintah
Kota Jambi terus mengupayakan eksistensi dan pertumbuhan industri kecil dan
industri rumah tangga agar mampu bersaing serta memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Guna mendukung kebijakan tersebut misalnya, telah dibangun 1 unit
rumah Tenun di Kelurahan Solok Sipin, memberikan bantuan 100 unit sepeda
jamu, 100 unit tenda PKL dan 50 unit gerobak dagang.31
Sepanjang Tahun 2016 Pemerintah Kota Jambi juga berkontribusi aktif
dalam menumbuhkan 402 unit IKM di bidang makanan yang tergabung dalam
ASMAMI (160 anggota) dan industri batik atau ASBAJA (75 anggota).
31 http://sinarjambi.com/index.php/jambi-kita/item/1142-geliat-kota-partisipasi-untuk-
negeri-laju-pertumbuhan-ekonomi-kota-jambi-melampaui-provinsi-jambi-dan-nasional.
27
Pemerintah Kota Jambi juga telah mengapresiasi pengrajin yang telah berhasil
meraih sertifikat OVOP (onevillageoneproduct) dari Kementerian Perindustrian
RI degan merevitalisasi 3 unit Rumah Batik di Kecamatan Danau Teluk dan
Pelayangan.
Dibidang Koperasi dan UMKM, sesuai dengan target RPJMD Pemerintah
Kota Jambi dapat merealisasikan Jumlah Koperasi Aktif dari semula hanya
berjumlah 193, menjadi 208 unit Koperasi Aktif pada Tahun 2016. Untuk
meningkatkan geliat ekonomi perkotaan dan pariwisata, sepanjang setahun
belakangan ini, Pemerintah Kota Jambi telah melaksanakan berbagai event skala
nasional di Kota Jambi, baik event pemerintahan, komersil, ilmu pengetahuan dan
teknologi, Seni budaya serta juga Olahraga.
Kegiatan tersebut selain mampu mengenalkan Kota Jambi kedunia luar, juga
menimbulkan multi player effect yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Pemerintah Kota Jambi berencana menjadikan kegiatan MICE (Meeting,
Incentive, ConventionandExibition) menjadi bagian yang penting guna
mendukung pengembangan sektor Jasa dan Pariwisata di Kota Jambi.32
Secara makro ekonomi di kota Jambi telah terjadi peningkatan berbagai
indikator pertumbuhan ekonomi. PAD setiap tahun mengalami peningkatan
signifikan. PAD adalah salah satu indikator terbesar penyumbang pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kota Jambi melebihi provinsi, bahkan
nasional.Pada tahun 2013 PAD Kota Jambi Rp 149,0 M, kemudian naik signifikan
32 http://sinarjambi.com/index.php/jambi-kita/item/1142-geliat-kota-partisipasi-untuk-
negeri-laju-pertumbuhan-ekonomi-kota-jambi-melampaui-provinsi-jambi-dan-nasional.
28
pada tahun 2014 menjadi Rp 246,4 M.Selanjutnya, pada tahun 2015 PAD kembali
naik menjadi Rp 263,9 M. Di tahun berikutnya angka kembali naik menjadi Rp
287,5 M. Terakhir, pada tahun lalu angka PAD Kota Jambi kembali
memperlihatkan kenaikan signifikan menjadi Rp 335,4 M.33
Sejalan dengan misi membangun infrastruktur perkotaan yang merata dan
berwawasan lingkungan, dan juga memantapkan fungsi dan kedudukan Kota
Jambi, baik sebagai Ibukota Provinsi Jambi maupun fungsinya dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, maka Pemerintah Kota Jambi terus berkomitmen
untuk melaksanakan pembangunan dan juga peningkatan sarana, prasarana dan
utilitas perkotaan yang baik dan memadai; yang merata dan terintegrasi dengan
sistem perkotaan, serta mendukung kondisi lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Komitmen Pemerintah Kota Jambi dalam hal ini dapat dilihat dari
peningkatan alokasi anggaran ke-PU-an dari tahun ke tahunnya. Tahun 2014
Pemerintah Kota Jambi menganggarkan 162,32 Milyar rupiah, termasuk di
dalamnya Dana Alokasi Khusus ke-PU-an sebesar 9,5 Milyar rupiah. Pada Tahun
2015, Anggaran yang Pemerintah Kota Jambi alokasikan untuk kegiatan
infrastruktur mencapai 265,21 milyar rupiah, termasuk didalamnya Alokasi DAK
ke-PU-an yang meningkat signifikan, menjadi 105,7 Milyar rupiah.
Pada Tahun 2016 lalu, Anggaran yang di alokasikan untuk kegiatan
infrastruktur mencapai 350.1 milyar rupiah, termasuk didalamnya Alokasi DAK
ke-PU-an yang sebesar 211,3 Milyar rupiah. Pada APBD Murni 2017, Pemerintah
33 http://www.jambi-independent.co.id/read/2018/03/09/20377/prof-syamsurizal-tan-sebut-
pad-kota-jambi-naik-selama-dipimpin-fasha.
29
Kota Jambi telah mengalokasikan Anggaran sebesar 283,1 milyar rupiah, dengan
DAK sebesar 30,8 milyar rupiah. Pemerintah Kota Jambi juga mengupayakan
sumber pendanaan melalui Dana APBN untuk mempercepat peningkatan
infrastruktur.
Sejak Tahun 2014 Pemerintah Kota Jambi telah mengajukan berbagai
proposal program dan kegiatan kepada Kementerian PU, seperti Penanganan
Kawasan Kumuh (berdasarkan Surat Keputusan Walikota Jambi No. 700 Tahun
2014 seluas 685 Ha sebesar 191 Milyar rupiah), Peningkatan Layanan Air Bersih,
Pembangunan Rusunawa, Penanganan Banjir dan lain-lain. Pada Tahun 2016 dari
APBN telah direalisasikan beberapa proyek senilai 211 Milyar rupiah untuk
Program Jambi FloodControl (Rp 74 M), Penanganan Kumuh (Rp 24 M),
Peningkatan Layanan Air Bersih (Rp 110 M) dan Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (Rp 3 M). Pada Tahun 2017 ini Pemerintah Kota Jambi mendapatkan
alokasi dari APBN sebesar 122,6 Milyar rupiah untuk Jambi FloodControl (Rp 83
M), Pembangunan Rumah Susun dan Bedah Rumah (Rp 24,4 M) dan Peningkatan
IPA Tanjung Sari (Rp 15,2 M). Belum termasuk pendanaan dari APBD Provinsi
Jambi sesuai kewenangan yang menjadi urusan konkurennya.
Adapun hasil yang telah dicapai terkait dengan peningkatan dan
pembangunan infrastruktur sepanjang tahun 2016 adalah :
1. Terlaksananya perbaikan dan rehabilitasi ruas jalan status Kota sepanjang
74,64 Kilometer. Sehingga realisasi panjang jaringan jalan yang baik saat
ini telah mencapai 90%, melampaui target yang ditetapkan sebesar 82%
atau sepanjang 418,57 km dari total panjang jalan Kota Jambi 510,45 km.
30
2. Terlaksananya peningkatan drainase sepanjang 522 meter pada alur
sekunder dan tersier, sehingga Rasio panjang drainase dalam kondisi
baik terealisasi sebesar 84,2% dari target 80% dari total panjang drainase
Kota Jambi 127,2 km.
3. Terlaksananya pekerjaan jalan lingkungan sepanjang 55,5 kilometer yang
tersebar secara proporsional dalam wilayah kota Jambi.
4. Melalui Program Bangkit Berdaya pada Tahun 2016 telah dilaksanakan
pekerjaan Pembangunan Jalan Setapak Rabat Beton sepanjang 12.606
meter, drainase sepanjang 6.591 meter, jembatan kayu sebanyak 2 unit,
dan 32 unit poskamling yang tersebar di seluruh Kecamatan dalam Kota
Jambi.
5. Dalam Pengembangan Sistem Distribusi Jaringan Air Bersih/Air Minum,
telah dilaksanakan peningkatan kualitas dan perluasan cakupan pelayanan
air bersih, diantaranya Pemasangan Pipa Distribusi dari Tower Jelutung ke
Ruas Jalan Jend. Sudirman, Pipa Distribusi dari IPA Tanjung Sari untuk
Wilayah Jambi Timur serta pemasangan sambungan rumah.
6. Untuk Air limbah dilaksanakan pengembangan jaringan perpipaan
instalasi pengelolaan air limbah dan sambungan rumah pada 2 lokasi,
dan pembangunan Toilet umum pada Pondok Pesantren dan Tempat
Umum lainnya sebanyak 9 Lokasi.
7. Untuk Pembangunan dan Pemeliharaan Gedung/Utilitas Pemerintah,
Tahun 2016 telah dilaksanakan pembangunan puluhan unit RKB di
31
semua jenjang, Pembangunan Baru Kantor Kecamatan Palmerah dan
Alam Barajo dan Rehab, Pembangunan dan Rehab 7 Kantor Lurah,
Pembangunan dan Rehab 8 Puskesmas dan Pembangunan 2 unit pasar.
8. Khusus untuk Peningkatan Infrastruktur di Jambi Kota Seberang telah
dilaksanakan pembangunan fisik dengan anggaran sebesar 49
Milyar rupiah, yang meliputi : Pembangunan 3 Irigasi guna menunjang
kegiatan Pertanian ; Pembangunan Jembatan Sungai Kampung Tengah
; Pembebasan Lahan untuk pembangunan Jalan, Pembangunan 2 unit
Jembatan Pedestarian di Kecamatan Danau Teluk ; Peningkatan Jalan-
jalan baik Jalan Status maupun Jalan-jalan lingkungan secara
proporsional.
9. Meningkatkan sarana prasarana sosial ekonomi masyarakat, seperti
merehab sekolah, puskesmas termasuk memantapkan fungsi RSU H.
Abdurrahman Sayuti ; serta peningkatan sanitasi dengan pembangunan
toilet umum di pondok-pondok pesantren.
10. Pemasangan 846 titik Lampu penerangan jalan umum dan SmartLamp
LED serta pemasangan HighMastLamp sebanyak 18 unit.
Dalam mewujudkan peningkatan infrastruktur perkotaan, Pemerintah Kota
Jambi tidak hanya melakukan pembangunan fisik saja, namun juga telah
dilaksanakan berbagai kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup yang
bersih, hijau dan berkelanjutan. Pemerintah Kota Jambi juga terus menjalin
kerjasama dengan berbagai lembaga nasional dan internasional di bidang
32
lingkungan melalui kementerian dan lembaga pemerintah pusat. Di level
Internasional misalnya, Kota Jambi adalah Anggota dari ICLEI (International
Councilfor Local Environmental Initiatives), UCLG ASPAC (United Citiesand
Local Governments Asia-Pacific) dan DELGOSEA (Democratic Local
Governance in Southeast-Asia).
Kota Jambi termasuk kota di Indonesia yang mendapatkan berbagai bantuan
program dan kegiatan untuk mendukung pembangunan lingkungan hidup
berkelanjutan. Pada Tahun 2018 akan dilaksanakan tender pembangunan fisik
untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Skala Kota (Sewerege
System) di Jambi Timur senilai ± 625 Milyar rupiah, dan Pembangunan TPA
SanitaryLandfill dari KfW (Bank Pembangunan Jerman) sebesar ± 225 Milyar
rupiah. Dari Bantuan UNESCAP PBB, Pemerintah Kota Jambi juga mendapatkan
bantuan untuk Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah menjadi Energi
(Wasteto Energy) sebesar US $ 200.000 di Pasar Talang Banjar, yang saat ini
sudah sudah dilaksanakan pembangunan fisiknya. Dari UN Habitat telah
disepakati Bantuan pembangunan Public Space di RT 6 dan 7 Kelurahan Murni.
Selain itu, Pemerintah Kota Jambi senantiasa berupaya memastikan
implementasi dari kebijakan yang telah diterbitkan terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup, dan peningkatan estetika Kota, termasuk menerapkan beberapa
inovasi daerah, seperti gerakan Sejuta Biopori, Komitmen Kota Hijau dan
Gerakan Menanam Pohon termasuk Kewajiban Menanam Pohon bagi calon
pengantin, Perluasan Pengembangan RTH, Bank Sampah, Kampung Bantar,
Kampung Iklim dan juga Program BANGKIT BERDAYA yang mendapatkan
33
penghargaan 30 DeservingCitiesAward 2016 Guangzhou, dan pada Tahun ini
menjadi 30 Kota Dunia yang menjadi Nominator penerima Best Citizen
Participation dari IOPD (International ObservatoryonParticipationDemocracy).
Kota Jambi juga menjadi Nominator Peace PrizeforLocalGovernment di Bogota
pada UCLG 2016 atas program-program inisiatif local dalam menjaga
keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Disamping itu, untuk meningkatkan sumber daya pembangunan, Pemerintah
Kota Jambi juga senantiasa mengoptimalkan dana CSR untuk berbagai program-
program seperti Pendidikan, Sanitasi dan Sarpras, Kebersihan, bibit pohon
penghijauan dan pertanian termasuk untuk UMKM dan kesehatan. Selama Tahun
2016 sampai dengan saat ini telah direalisasikan bantuan CSR senilai 7,23 Milyar
rupiah.
Untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
yang berkualitas, pemerintah Kota Jambi telah menerapkan prinsip-prinsip New
Public Service yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur dan akuntabel.
Di bidang Aparatur Pemerintah Kota Jambi terus mereformasi tata kelola
pemerintahan dan ASN, melalui peningkatan efektifitas OPD, penempatan
pegawai yang kapabel dan berintegritas, yang bebas Narkoba, merubah paradigma
aparatur dari yang dilayani menjadi aparatur pekerja keras yang melayani serta
membuka peluang bagi pegawai untuk berkreasi dan berinovasi serta
mengembangkan diri, termasuk mengimplementasikan kebijakan
rewardandpunish di lingkungan pemerintah. Tentu saja kebijakan yang ditempuh
34
tersebut, diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan pegawai, melalui
pemberian Tunjangan Kesejahteraan Daerah (TKD) bagi seluruh pegawai, sesuai
dengan kapasitas dan beban kerjanya, termasuk kepada PTT dan PHL di Lingkup
Pemerintah Kota Jambi sesuai dengan tingkat Pendidikan dan keahlian yang
dimiliki.
Selain itu pemerintah Kota Jambi senantiasa berupaya melakukan
peningkatan kualitas SDM ASN, diantaranya melaksanakan pendidikan dan
pelatihan reguler sesuai kebutuhan, termasuk Pendidikan Karakter (NCB) dan
Revolusi Mental. Lebih dari pada itu, melalui Pemerintah Pusat, Kota Jambi juga
menjalin kerjasama peningkatan SDM dengan Pemerintah Singapura, Korea
Selatan dan China Sejak Tahun 2014, yang telah mengirim 14 ASN ke tiga
Negara tersebut. Tahun ini dalam program SingaporeCoorporateProgramme
(SCP), yang ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Singapura, Pemerintah Kota
Jambi telah mengirimkan lagi 50 orang ASN Pemerintah Kota Jambi.34
Dalam beberapa tahun terakhir pembangunan di kota Jambi memang
berjalan dengan pesat. Hal ini menjadi magnet bagi masyarakat dari daerah lain
untuk datang ke kota Jambi, dikarenakan kota Jambi sebagai kota jasa dan
perdagangan yang semakin maju. Sangat di sayangkan, masih ada beberapa orang
oknum yang mengambil kesempatan dalam melakukan tindakan kejahatan. Dari
catatan akhir tahun 2017 yang digelar polresta Jambi, jumlah tindak pidana tahun
2016 sebanyak 10.223 kasus, sedangkan tindak pidana kriminalitas pada tahun
34 http://sinarjambi.com/index.php/jambi-kita/item/1142-geliat-kota-partisipasi-untuk-
negeri-laju-pertumbuhan-ekonomi-kota-jambi-melampaui-provinsi-jambi-dan-nasional.
35
2017 sebanyak 9.091 kasus.35
Meskipun mengalami penurunan 11,07%, aksi
kriminal tetap menjadi momok yang menakutkan dan menjadi ancaman dalam
kerukunan masyarakat kota Jambi.
Tindakan kriminal merupakan bukti menurunnya moral serta etika
masyarakat. Oleh sebab itu, dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan dengan nilai
etika, moral, dan adab. Kebudayaan melayu mengandung nilai-nilai positif
tersebut, nilai-nilai ini telah berlangsung ribuan tahun dan tetap membentengi
anggota masyarakatnya yang berpegang teguh dan menjalankannya secara benar.
Apabila anggota masyarakatnya tetap berpegang kepada nilai-nilai ini dalam
kehidupan mereka masa kini dan masa depan, mereka dipastikan akan selalu
selamat atau terhindar dari perbuatan tercela. Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
merupakan lembaga yang berperan dalam mensosialisasikan nilai lokal budaya
yang positif, sehingga perkembangan Kota Jambi diiringi dengan perkembangan
budaya melayu yang positif.
B. Sejarah Lembaga Adat
Masyarakat adat Jambi adalah bagian integral yang tidak dapat terpisah
dengan wilayah adat dan sekaligus merupakan wilayah daerah Provinsi Jambi.
Tanggal 6 Januari 1957 adalah toggak sejarah berdirinya pemerintah daerah
Provinsi Jambi, karena pada waktu itu telah diproklamirkan bahwa daerah Jambi
yang saat itu merupakan daerah keresidenan bagian dari Provinsi Sumatera
Tengah menyatakan sebagai daerah provinsi yang berdiri sendiri, yang
35 https://news.okezone.com/amp/2017/12/28/340/1836679/9-091-tindak-pidana-
kriminalitas-terjadi-di-jambi-sepanjang-2017.
36
diumumkan oleh BKRJ (Badan Kongres Rakyat Jambi) dan disampaikan oleh H.
Hanafie atas nama masyarakat Jambi yang dilanjutkan dengan sidang istimewa
DPRD pada tahun 1958, dimana dinyatakan bahwa Provinsi Jambi terlepas dari
Provinsi Sumatera Tengah.36
Pada awal berdirinya, Provinsi Jambi terdiri dari tiga wilayah yaitu:
Kotapraja Jambi dengan ibukotanya Jambi; Kabupaten Merangin dengan
ibukotanya Bangko, kemudian pindah ke Muaro Bungo; dan Kabupaten
Batanghari dengan ibukotanya Jambi.
Pada perkembangan berikutnya, Propinsi Jambi kemudian berkembang
menjadi 6 daerah Tingkat II yaitu:
a. Kotamadya Jambi ibukotanya Jambi.
b. Kabupaten Batanghari ibukotanya Pall 10 KA.
c. Kabupaten Tanjung Jabung ibukotanya Kuala Tungkal.
d. Kabupaten Sarolangun Bangko ibukotanya Bangko
e. Kabupaten Bungo Tebo ibukotanya Muaro Bungo.
f. Kabupaten Kerinci ibukotanya Sei Penuh.
Memasuki era reformasi yang merupakan tranparansi dan era kebebasan,
maka beberapa daerah kabupaten mengajukan untuk diadakan pemekaran dan ini
kemudian mendapat respon positif dari pemerintah pusat, yakni dengan
dikeluarkannya Undang-undang No.57 Tahun 1999 sehingga dengan demikian
daerah Propinsi Jambi menjadi 9 Daerah Tingkat II yaitu 1 Kota dan 8 kabupaten,
yang meliputi:
36 Anonym, Kota Jambi Pada Masa Lampau Sekarang Dan Akan Datang, (Jambi:
Lembaga Adat dan Pemerintah Kotamadya Dati II Jambi, 1998), hlm. 51.
37
a. Kota Jambi ibukotanya Jambi.
b. Kabupaten Batanghari ibukotanya Muara Bulian
c. Kaubupaten Sarolangun Ibukotanya Sarolangun.
d. Kabupaten Tebo ibukotanya Tebo
e. Kabupaten Merangin ibukotanya Bangko.
f. Kabupaten Bungo ibukotanya Muara Bungo.
g. Kabupaten Tanjung Jabung Barat ibukotanuya Kuala Tungkal.
h. Kabupaten Tanjung Jabung Timur ibukotanya Sabak
i. Kabupaten Kerinci ibukotanya Sei Penuh.
Seluruh daerah baik Kota dan Kabupaten tersebut di atas merupakan lingkup
wilayah masyarakat adat Propinsi Jambi. Dengan demikian menunjukkan adanya
keanekaragaman wilayah hukum adat untuk saling berinteraksi sesama
masyarakat adat. Dalam proses berinteraksi kadang muncul reaksi negatif antar
masyarakat adat, oleh sebab itu diperlukan adanya sikap dan tindakan melalui
jalur hukum adat. Untuk itulah muncul pemikiran untuk dibentuk suatu wadah
yang dapat menjembatani permasalahan antara sesama anggota masyarakat adat
serta antar wilayah hukum adat dalam bentuk suatu lembaga permanen yang
disebut dengan Lembaga Adat.37
Menyadari terhadap kemungkinan tersebut, maka pada tanggal 17 sampai
dengan tanggal 19 desember tahun 1975 dilangsungkan musyawarah daerah yang
pertama antar tokoh masyarakat adat dari seluruh daerah kota dan kabupaten yang
dihadiri 232 peserta materi musyawarah daerah (musda) yang akan membahas
37 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, (Jambi: Lembaga Adat dan Pemerintah Kotamadya Dati II Jambi, 1995), hlm. 3
38
hukum adat, fungsi adat serta peran Tokoh adat. Keputusan yang dihasilkan dari
musyawarah daerah tersebut adalah:
a. Keputusan No.01/Musda/I/12/1975 tanggal 19 Desember 1975
tentang Anggaran Dasar (AD)dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
adat Jambi.
b. Keputusan No.02/Musda/12/1975 tanggal 19 Desember 1975
tentang Program Kerja Lembaga Adat.
c. Keputusan No.03/Musda/I/12/1975 tanggal 19 Desember 1975,
tentang Komposisi dan pengurus Lembaga Adat Propinsi Jambi.
Dengan telah dihasilkannya keputusan Musda tersebut sejak saat itu telah
resmi dinyatakan berdirinya Lembaga Adat Propinsi Jambi. Apalagi dengan
adanya peraturan Daerah Propinsi No.11 tahun 1991, maka lebih memperkuat
peran dan fungsi lembaga adat tersebut.
Lembaga adat menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
pembangunan di setiap daerah. Salah satu agenda tetap pemerintah Kota Jambi
adalah melaksanakan pembangunan, hal ini suatu proses yang dinamis dan
multidimensional, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.
Untuk membangun Kota Jambi perlu adanya keterpaduan antara aparat daerah
dengan Lembaga Adat. Hal ini penting karena setiap pembangunan tentunya ada
suatu perencanaan yang matang, disanalah Lembaga Adat tahu apa yang harus
dilakukan. Pernyataan ini juga dipertegas oleh Datuk H. Azra’i al Basyari selaku
ketua Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, peran lembaga adat sangat dibutuhkan
sebagai partnersip aparat daerah dalam menjalankan roda pembangunan. Oleh
39
sebab itu, Lembaga Adat Melayu Kota Jambi didirikan sebagai mitra pemerintah
daerah dalam membangun Kota Jambi.
Pada rapat kerja wilayah II Lembaga Adat Melayu se-Sumatera tahun 2017,
Zumi Zola selaku Gubernur Kota Jambi juga menegaskan, Lembaga Adat Melayu
Kota Jambi merupakan mitra pemerintah daerah yang juga berfungsi sebagai
media bagi masyarakat untuk menerima estapet dan regenerasi tata nilai adat
istiadat sebagai jati diri masyarakat melayu.38
Selanjutnya, Gubernur Zumi Zola
juga mengatakan, pemahaman adat istiadat merupakan sesuatu yang penting bagi
generasi muda maupun masyarakat agar mengerti makna dan arti adat istiadat
sebagai perekat dan peredam dari berbagai gejala konflik yang menjadi akar
perpecahan di tengah kehidupan bermasyarakat.39
Pengaruh arus informasi serta gaya hidup dengan kecanggihan teknologi
yang dapat diakses melalui handphone bisa memberi pengaruh buruk bagi
generasi muda jika tidak melalui filter yang baik. Untuk itu, penguatan budaya
melayu harus terus dilakukan baik oleh pemerintah, Lembaga Adat Melayu,
maupun masyarakat.
Pentingnya Lembaga Adat Melayu Kota Jambi bagi masyarakat juga
dijelaskan oleh H. Abdul Kadir Husein selaku tokoh adat dan wakil Lembaga
Adat Melayu Provinsi Jambi. Beliau menjelaskan, Lembaga Adat Melayu Kota
Jambi adalah wadah untuk melestarikan budaya melayu yang memiliki nilai
positif. Perkembangan Kota Jambi yang semakin maju sering kali mengiring
sebagian besar masyarakat dalam pola kehidupan yang cenderung bergeser dari
38 http://beritajambi.co/read/2017/12/18/2861/zola-resmi-buka-rakerwil-larm-sesumatera. 39 http://jamberita.com/index.php/berita-jambi/item/3244-rakerwil-lembaga-adat-melayu-
se-sumatera-zola-budaya-melayu-jambi-perkuat-anak-muda.
40
nilai kepribadian luhur budaya dan agama. Peran Lembaga Adat Melayu di sini
sebagai benteng terakhir untuk menyaring budaya asing yang tendensinya ke arah
negatif. Kebudayaan melayu juga bisa menjadi role model bagi restorasi akhlak
dan budaya di tengah masyarakat.40
Oleh sebab itu, pentingnya pendirian Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
bukan hanya sebagai mitra pemerintah daerah tetapi juga berperan dalam
mensosialisasikan kebudayaan melayu yang memiliki nilai positif kepada
masyarakat Kota Jambi agar tidak terjadi pergeseran budaya yang kontras dalam
masyarakat Kota Jambi.
C. Gambaran Umum Adat Istiadat Jambi
Undang-undang adat Jambi memuat aturan-aturan hukum adat istiadat
masyarakat Jambi, khusus mengatur mengenai ketentuan hukum pidana adat
(Adat delicten recht). Ada dua bentuk kesalahan atau sumbang, yaitu kesalahan
kecil atau sumbang kecil dan kesalahan besar atau sumbang besar. Disebut
kesalahan kecil atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya
mengakibatkan kerugian terhadap seseorang atau beberapa orang (keluarga atau
kerabat), kesalahan besar atau sumbang besar apabila perbuatan itu merupakan
kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan
masyarakat adat secara keseluruhan. Aturan-aturan hukum pidana adat tersebut
sudah dikenal oleh masyarakat adat sejak dari nenek moyang sebelum agresi
Belanda masuk ke Indonesia.41
40 Wawancara dengan H. Abdul Kadir Husein, 18 Februari 2018. 41 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 2.
41
Jenis-jenis aturan hukum adat, oleh masyarakat Jambi dikenal dengan
undang nan dua puluh. Akan tetapi secara sistematika dibagi menjadi dua bagian
yaitu, “Pucuk undang nan delapan,” dan “Anak undang nan duabelas”. Namun
baik pucuk undang nan delapan maupun anak undang nan duabelas, keduanya
mengatur bentuk kejahatan (hukum publik) dan tata tertib masyarakat yang
berkaitan dengan ekonomi (hukum privat/sipil).42
Sistematika dan rumusan normalnya dari undang-undang nan dua puluh
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pucuk Undang nan Delapan, terdiri dari:
a. Dago-dagi
Maksudnya adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar
kepentingan bersama atau kepentingan umum sehingga menimbulkan
kekacauan dalam negeri.
b. Sumbang-salah
Maksudnya adalah melakukan perbuatan yang menurut pendapat umum
dipandang sebagai perbuatan yang tercela karena tidak layak.
c. Samun-Sakai
Maksudnya adalah mengambil harta orang lain dengan paksa disertai
penganiayaan dan pngrusakan.
d. Upas-Racun
Maksudnya adalah melakukan pembunuhan dengan menggunakan
ramuan yang disebut racun, akibatnya orang yang terkena racun menderita
42 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 79.
42
sakit yang lama sebelum meninggal, sedangkan yang terkena upas biasanya
mati seketika.
e. Siur Bakar.
Maksudnya adalah perbuatan dengan sengaja membakar kampung,
rumah, kebun atau ladang pertanian.
f. Tipu-tepok
Maksudnya adalah tindakan orang yang untuk memperoleh suatu
barang atau suatu keadaan yang menguntungkan dirinya dengan cara tipu
daya dan bujuk rayu atau keadaan palsu.
g. Maling-Curi
Maksudnya adalah mengambil barang kepunyaan orang lain dengan
maksud hendak memiliki tanpa setahu pemiliknya baik pada waktu malam
maupun siang hari.
h. Tikam-bunuh.
Maksudnya adalah melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan
menggunakan senjata tajam atau alat lainnya sehingga berakibat kematian.
2. Anak Undang Nan Duabelas, terdiri dari:
a. Lebam-Balu di Tepung Tawar.
Maksudnya adalah orang yang menyakiti fisik atau badan orang lain
berkewajiban mengobatinya sampai sembuh dan baik kembali sampai hilang
bekasnya.
b. Luka-lekih dipampas
43
Maksudnya adalah barang siapa yang melukai badan/fisik orang lain
dihukum membayar pampas yang dapat dibedakan atas 3 kategori, yaitu :
1) Luka Rendah: Pampasannya seekor ayam, segantang beras dan kelapa
setali ( dua buah);
2) Luka Tinggi: Pampasannya seekor kambing dan 20 gantang beras;
3) Luka Parah: pampasannya dihitung selengan separoh bangun.
c. Mati di Bangun
Maksudnya adalah barang siapa membunuh orang lain dihukum
membayar bangun berupa 1 ekor kerbau, 100 gantang beras dan 1 kayu putih
( 30 Yard).
d. Samun
Maksudnya adalah merampas barang milik orang lain dengan paksa,
dilakukan dipinggir hutan atau tempat terkecil.
e. Salah makan diludah, Salah bawak dikembalikan, Salah pakai diluruskan
Maksudnya adalah siapa yang telah berbuat sesuatu yang akibatnya
menimbulkan kerugian ia wajib menggantikannya atau membayar senilai
kerugian yang ditumbulkan oleh perbuatannya.
f. Hutang kecil dilunasi, Hutang Besar diangsur.
Maksudnya adalah apabila seseorang berhutang maka ia wajib
melunasinya, kalau jumlah hutangnya kecil dilunasi sekaligus, kalau
jumlahnya besar boleh diangsur.
g. Golok Gadai Timbang Lalu
44
Maksudnya adalah harta atau sesuatu barang yang diserahkan kepada
orang lain sebagai jaminan hutang, akan pindah pemiliknya apabila sudah
lewat waktu yang dijanjikan.
h. Tegak Mengintai Lenggang, Duduk menanti kelam, Tegak berdua
bergandeng dua, Salah bujang dengan gadis kawin.
Maksudnya adalah pergaulan antara orang bujang dengan seorang gadis
yang diduga kuat telah melanggar adat dan memberi malu kampung tanpa
sisik siang harus dikawinkan.
i. Memekik Mengentam tanah, Menggulung lengan baju, Menyingsingkan
kaki celana.
Maksudnya adalah menantang orang untuk berkelahi, kalau yang
ditantang itu orang biasa hukumannya seekor ayam, 1 gantang beras dan
setali kelapa (2buah). Jika yang ditantang berkelahi itu lebih tinggi
kedudukannya, maka dihukum 1 ekor kambing, 20 gantang beras dan kelapa
20 buah.
j. Menempuh nan Bersamo, Mengungkai nan bererbo
Maksudnya adalah memasuki suatu tempat atau memanjat yang ada
tanda larangannya berupa pagar atau tanda khusus. Perbuatan ini dihukum
dengan seekor ayam, 1 gantang beras dan kelapa setali (2 buah).
k. Meminang di atas Pinang, Menawar diatas tawar.
Maksudnya adalah apabila seseorang gadis sudah dipinang dan sudah
jelas pinangannya itu diterima, maka status si gadis tunangan orang itu tidak
45
boleh dipinang lagi oleh orang lain. pelanggaran ketentuan ini dihukum 1
ekor kambing dan 20 gantang beras.
l. Umo Bekandang siang Ternak bekandang malam
Maksudnya adalah para petani harus menjaga umo (sawah) atau
tanamannya harus mengurungkan pada malam hari. Apabila tanaman petani
dimakan atau dirusak hewan ternak pada waktu siang hari maka pemilik
ternak tidak dapat dituntut mengganti kerugian, tetapi apabila terjadinya pada
malam hari pemilik ternak harus membayar ganti rugi senilai tanaman yang
dimakan atau dirusak oleh ternaknya.
D. Kedudukan Lembaga Adat Jambi
Lembaga adat merupakan mitra pemerintah daerah yang menjaga eksistensi
adat dan budaya daerah setempat. Masyarakat yang majemuk seperti masyarakat
perkotaan yang terdiri dari bermacam-macam suku, kepercayaan, dan berbagai
kepentingan sangat mutlak adanya adat tersebut, supaya terhindar dari gejolak
sosial yang nantinya akan membawa kepada kehancuran. Adat merupakan
pedoman dalam pergaulan sehari-hari di samping pedoman yang lainnya seperti
ajaran agama dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
Pengertian adat menurut istilah adalah suatu aturan manusia yang berasal
dari kebiasaan-kebiasaan yang dipandang baik untuk mengatur cara hidup,
berpikir, berbuat dan bertindak dalam hidup bermasyarakat sebagai suatu tata nilai
yang tumbuh dalam masyarakat. Adat istiadat akan bersifat dinamis dan akan
berubah sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Tujuan adat sendiri adalah
menciptakan masyarakat yang aman, damai, tentram dan patuh. Hal ini juga
46
diakui oleh seluruh masyarakat Kota Jambi. Seloko adat Jambi mengatakan; elok
kampung dek nan tuo, rame negeri dek nan mudo. Maksudnya adalah
menciptakan wilayah yang baik harus ada kerja sama antar masyarakat baik yang
tua dan yang muda. Demikianlah masyarakat yang diingini oleh adat bersendi
syara’ dan syara’ bersendi kitabullah.43
Menurut Perda Tingkat I Jambi Nomor 11 Tahun 1991 tentang pembinaan
dan pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga
adat desa/kelurahan dalam propinsi daerah tingkat I Jambi, Lembaga Adat
Kotamadya Jambi berkedudukan di Kotamadya Jambi; Lembaga Adat Kecamatan
berkedudukan di tiap-tiap Kecamatan dalam Kotamadya Jambi; dan Lembaga
Adat Kelurahan/Desa berkedudukan pada tiap-tiap Kelurahan/Desa dalam
Kotamadya Jambi; sedangkan pada tiap-tiap RW dan RT dibentuk pula lembaga
adatnya masing-masing.44
Setiap lembaga baik swasta maupun milik pemerintah tentu memiliki fungsi
di masyarakat. Adapun fungsi lembaga adat Kota Jambi adalah;45
1. Membantu pemerintah dalam mengusahakan kelancaran
pembangunan di segala bidang, terutama bidang kemasyarakatan dan
bidang sosial budaya.
2. Memberi kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal
yang menyangkut harta kekayaan masyarakat hukum adat di tiap-
43 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari, 27 November 2017. 44 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 8. 45 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 8.
47
tiap tingkat lembaga adat guna kepentingan hubungan keperdataan
adat, juga dalam hal adanya persengketaan atau perkara perdata adat.
3. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat
istiadat di Kotamadya Jambi dalam rangka memperkaya,
melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan nasional pada
umumnya dan kebudayaan Kotamadya Jambi pada khususnya.
4. Menjaga, memelihara dan memanfaatkan ketentuan-ketentuan adat
istiadat yang hidup dalam masyarakat untuk kesejahteraan
masyarakat.
Sementara itu, tugas dan kewajiban lembaga adat meliputi;46
1. Menggali dan mengembangkan adat istiadat dalam upaya
melestarikan budaya Kotamadya Jambi guna memperkaya khazanah
kebudayaan nasional.
2. Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat istiadat
di Kotamadya Jambi.
3. Menyelesaikan perkara-perkara perdata adat istiadat di daerah
Kotamadya Jambi sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
dan undang-undang yang berlaku.
4. Menginventarisir, menggunakan, memelihara dan mengurus serta
memanfaatkan sumber-sumber kekayaan yang dimiliki oleh
Lembaga Adat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kotamadya Jambi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
46 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 9.
48
E. Nilai Adat dan Budaya Jambi
Masyarakat melayu Jambi memiliki ragam budaya yang terus berkembang
seiring perkembangan zaman. Tidak berbeda dengan masyarakat pada umumnya,
masyarakat Jambi juga memiliki wujud kebudayaan baik itu berupa ide atau
gagasan, suatu tindakan atau aktivitas interaksi yang terpola, ataupun berupa
benda yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebudayaan
masyarakat Jambi yang berupa ide atau gagasan dapat dilihat dari hukum adat
yang sudah ada dan terjaga sejak dahulu. Dahulu, sebelum masuknya kolonial
Belanda, masyarakat melayu Jambi tunduk kepada hukum adat. Setelah kolonial
Belanda masuk ke Jambi, maka hukum yang digunakan menyesuaikan dengan
hukum buatan Belanda, bahkan hingga kini Indonesia masih mengikuti hukum
buatan Belanda dengan beberapa penyesuaian. Meskipun demikian, dalam
beberapa hal di Jambi masih dapat diterapkan hukum adat untuk masyarakat
Jambi. Tujuannya demi untuk menjaga ketentraman masyarakat dan melindungi
kepentingan perorangan, maka dalam suatu desa atau kelurahan orang dapat
menggunakan hukum adat. Contoh hukum adat yang sering ditemui di Kota Jambi
adalah kesalahan dalam pergaulan muda-mudi. Menurut Datuk H. Azra’i sebagai
ketua lembaga adat kota Jambi, salah bujang dengan gadis tegak duo gandeng
tegak tempat lengang (sepi) duduk tempat gelap (sepi) dan kesalahan baru satu
kali hukumnyo tegur sapo, tetapi apabila sudah berkali-kali maka hukumnyo
nikah dan cuci kampung beras duo puluh gantang ditambah kambing seekor.47
47 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari, 27 November 2017.
49
Selain hukum adat mengenai pergaulan muda-mudi, adat Jambi juga
mengatur hukum yang tergolong hukum pidana seperti melukai bahkan hingga
menghilangkan nyawa seseorang. Hukum adat jika melukai seseorang dengan
luka ringan maka cukup dengan membayar ayam seekor, beras satu gantang, dan
kelapo betali. Sedangkan hukuman untuk luka berat maka diganjar dengan
pembayaran beras dua puluh gantang, seekor kambing, seasam segaram selemak
semanis, kain empat gabung dan diangkat saudara. Berbeda dengan kasus
pembunuhan, hukum adat mengatur perkelahian atau dendam yang
mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang maka harus dibangun atas dasar
perdamaian dan dibangun beras seratus gantang, kerbau seekor, kain delapan
kayu, kemudian dua keluarga yang berselisih dipersatukan dan menjalankan
hukum Negara (pidana). Selain hukum-hukum adat yang dijelaskan di atas, masih
banyak hukum adat lainnya yang mengatur masyarakat Jambi selain hukum
Negara.
Interaksi masyarakat Jambi atau tidakan-tindakan masyarakat yang terpola
juga termasuk wujud kebudayan masyarakat melayu Jambi. Kebiasaan masyarakat
Jambi yang suka berkumpul, saling membantu dan bergotong royong jika ada
yang membuat hajatan serta saling berinteraksi dengan masyarakat lain
merupakan salah satu contoh wujud kebudayaan yang berupa tindakan atau
tingkah laku. Hal ini sejalan dengan seloko adat “berat samo dipikul, ringan samo
dijinjing, kebukit samo mendaki, kelura samo menurun, ado samo dimakan, idak
samo dicari, seciap bak ayam, sedakak semak batu di pulau sedencing bak besi,
50
serentak bak regam, malang samo merugi, belabo samo mendapat, terendam samo
basa, terampai samo kering.”48
Tindakan sosial masyarakat melayu Jambi yang berpola juga dapat
dikatakan sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati serta
didokumentasikan. Contoh lainnya adalah cara masyarakat melayu Jambi
melangsungkan acara pernikahan sesuai dengan adat melayu Jambi. Pernikahan
menurut adat Kotamadya Jambi bukanlah urusan kedua belah pihak calon
pengantin, tetapi merupakan kewajiban kedua belah pihak orang tua, tengganai,
nenek mamak mereka. Seperti dijelaskan dalam hukum kekerabatan maka
menjadi hutang bagi orang tua, terutama oleh ayah atau ibunya masing-masing
untuk mengantar anak naik rumah tango terlebih terhadap pihak anak perempuan.
Di samping itu dalam pandangan masyarakat adat Kotamadya Jambi pernikahan
adalah satu ikatan sakral yang mengikat kedua belah pihak pengantin lahir batin
dengan jalan memenuhi ketentuan adat, syara’ dan ditambah dengan peraturan
atau undang-undang pernikahan. Dalam pelaksanaannya tidak terikat atau tidak
kaku, prosesi disesuaikan dengan kemampuan kedua calon pengantin. Adapun
proses pernikahan menurut adat Kotamadya Jambi dapat dibagi beberapa tahap
yang meliputi; pemilihan jodoh (perkenalan); penetapan jodoh (bertunangan); ulur
antar adat; akad nikah menurut syara’; ulur hantar serah terimo pengantin laki-laki
48 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 128.
51
ke tempat semendonya; buka lanse; upacara adat penuh (naik timbangan, naik
kepala kerbau dan menaiki rumah gonjong); tunjuk ajar tegur sapo; iwa
(pengumuman); penyuapan nasi sapat; dan do’a.49
Ada hal yang menarik dalam proses pernikahan adat melayu Jambi, yaitu
tradisi berbalas pantun atau seloko yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Seloko bagi masyarakat Jambi memiliki makna yang dalam, makna yang jauh
lebih penting dari hanya sebagai sebuah “keistimewaan” semata. Seloko dapat
mengandung pesan atau nasihat yang bernilai etik dan moral, sebagai alat kontrol
sosial-kemasyarakatan, bahkan politik serta penjaga keserasian dengan alam dan
sebagai pandangan hidup, bahkan sebagai tuntunan hidup. Dalam pembacaan
seloko, penyeloko biasanya menggunakan pantun atau sejenisnya yang diiringi
dengan rima dan metrum yang mantap sehingga tidak jarang menarik perhatian
bagi sebagian orang yang mendengarkan. Namun demikian, tidak semua orang
bisa memahami maksud seloko tersebut karena dalam pemilihan diksi cenderung
menggunakan majas perbandingan atau perumpamaan. Tradisi seloko masih bisa
ditemukan dalam acara pernikahan di Kota Jambi. Tradisi pernikahan yang masih
menggunakan budaya Jambi akan dipenuhi dengan kalimat-kalimat seloko yang
berirama dan memiliki makna kehidupan sosial untuk calon pengantin dan
masyarakat sekitar.50
Tradisi seloko dalam pernikahan adat Jambi masih relevan
untuk diimplementasikan dalam kehidupan masa kini. Jika dahulu pelaku seloko
menyesuaikan dengan keadaan sosial masyarakat yang agraris, maka pada masa
49 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 18-19. 50 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari, 27 November 2017.
52
sekarang seloko dapat dijadikan jawaban untuk melawan efek negatif dari arus
perkembangan zaman.
Kebudayaan melayu umumnya mengandung nilai-nilai moral, etika, dan
nilai positif lainnya, diantaranya dapat juga ditemukan dalam seloko-seloko adat
Jambi, yaitu:51
1. Dorongan berbuat baik
Pulai bertingkat naik, meninggalkan ruas dengan buku, rimau mati
meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusio mati
meninggalkan jaso, jangan menggunting dalam lipatan, berjalan peliharo
kaki, berkato peliharo lidah.
2. Pedoman dalam bermasyarakat
Bajenjang naik betanggo turun, turun dari takok nan di atas naik dari
takok nan di bawah, gemuk idak membuang lemak, cerdik idak membuang
kawan, elok diambil dengan mufakat, gedang jangan melinjo, panjang
jangan melilit.
3. Ketentuan pemimpin
Tumbuh kareno ditanam, tinggi kareno dianjung, gedang kareno
dilambuk, muliyo kareno dihormati, bukan cucur dari langit, idak tumbuh
dari bumi.
Seorang pemimpin harus seperti:
51 Anonym, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya
Dati II Jambi, hlm. 128-132.
53
Kayu gedang di tengah padang, daun rindang tempat beteduh, dahannyo
tempat begantung, batang gedang tempat besandar, akarnyo kukuh tempat
besilo, kok pergi tempat betanyo, kok balik tempat beberito.
4. Kewajiban sebagai penduduk
Dimano bumi dipijak di situ langit dijunjung, dimano tembilang tecacak di
situ tanaman tumbuh, dimano periuk pecah di situ tembikar tinggal,
larasnyo dicincang airnyo diminum, adatnyo diisi lembagonyo dituang.
5. Kepedulian sosial
Tudung menudung bak daun sirih, jahit menjahit bak daun pete, hati gajah
samo dilapah, hati tungau samo dicacah, ado samo dimakan idak samo
dicari, sukung menyukung tongkat menongkat, jangan sukung membawa
rebah, jangan tongkat membawa jatuh.
6. Tujuan Pernikahan
Bak kuku dengan daging, bak emas dengan suaso, bak tali dipintal tigo, bak
aur sayang ketebing, tebing sayang ke aur, tebing runtuh aur tebawo, bak parang
catuk di tunggul, tunggul lapuk parang takucil.
54
BAB IV
PERAN LEMBAGA ADAT JAMBI
A. Program Lembaga Adat Kota Jambi
Kemajuan Kota Jambi terlihat dari berbagai pembangunan yang dilakukan,
majunya perekonomian, transportasi, infrastruktur, dan lain-lain, membuat para
imigran mencoba untuk masuk dan ikut berpartisipasi dalam perkembangan Kota
Jambi. Kedatangan para imigran dari berbagai daerah menjadikan masyarakat
Kota Jambi semakin majemuk. Untuk meneruskan kehidupan mereka, para
imigran umumnya mengisi pasar-pasar di Kota Jambi. Baik itu pasar tradisional
maupun modern. Menurut Datuk H. Azra’i, banyak pendatang masuk ke Jambi,
rato-rato beda budayo dan agamo. Ini yang kadang buat kito takut tejadi kles,
tejadi salah sangko akhirnyo ribut. Yang paling biso bebaur tuh seagamo lah,
saling nerimo kerna samo-samo meluk Islam. 52
Dengan kata lain, para imigran
muslim lebih mudah berbaur dengan masyarakat lokal karena memiliki kesamaan
kepercayaan serta kemiripan budaya. Sementara itu, para imigran yang memiliki
kepercayaan non muslim biasanya sulit beradaptasi dengan masyarakat lokal, atau
membutuhkan waktu lama untuk bersosialisasi. Perbedaan inilah yang terkadang
mengakibatkan masyarakat imigran non muslim menjaga jarak dengan
masyarakat lokal, sehingga tercipta masyarakat marjinal. Kecenderungan
masyarakat marjinal biasanya mempertahankan jenjang sosial mereka. Akibatnya
muncul prasangka yang memperkuat kesukuan, agama, ras atau golongan sosial
52 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 27
November 2017.
55
yang merupakan potensi konflik. Dampak negatif seperti inilah yang harus
dihindari oleh masyarakat melayu Jambi dalam perkembangan Kota Jambi.
Perkembangan dan kemajuan Kota Jambi selain membawa dampak positif,
sering kali juga mengiring sebagian besar masyarakat dalam pola kehidupan yang
cenderung bergeser dari nilai kepribadian luhur budaya dan agamapun tak luput
dari perhatiannya. Hal tersebut merupakan tantangan yang wajib disikapi dengan
bijak jika masyarakat tidak ingin terjadi pergeseran budaya yang kontras. Peran
lembaga adat diharapkan mampu menjadi benteng terakhir filtrasi budaya yang
tendensinya ke arah negatif dan juga diharapkan menjadi role model bagi restorasi
akhlak dan budaya di tengah masyarakat.
Lembaga adat merupakan suatu lembaga yang dibentuk untuk mewadahi
dan berfungsi melakukan pembinaan, pengembangan dan penerapan serta
mengawal nilai-nilai adat Melayu. Selain itu, lembaga adat Melayu kota Jambi
juga diharapkan mampu merekatkan kehidupan sosial masyarakat yang
berdampak sangat positif dalam mendukung pembangunan. Adat dan budaya
Jambi hendaknya bukan hanya menjadi suatu simbol keberadaan suatu lembaga,
tapi diharapkan keberadaan lembaga adat ini benar-benar menjadi perekat dalam
mewujudkan kesejahteraan, persatuan dan kesatuan antar etnis, antar komunitas,
dan antar anggota masyarakat Melayu Jambi sendiri tanpa dibatasi oleh latar
belakang perbedaan pandangan politis atau kelompok-kelompok lembaga lainnya.
Hal ini juga menjadi perhatian Bapak Munsarida selaku pengamat adat
Jambi, beliau menyatakan bahwa Lembaga Adat Melayu harus mampu bekerja
sama dengan pemerintah membentuk masyarakat majemuk yang damai, aman dan
56
sejahtera. Untuk itu, Lembaga Adat Melayu harus melakukan program kerja yang
menunjang tujuannya, seperti; sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat atau
pemuda sebagai kader yang mampu meneruskan perjuangan Lembaga Adat
Melayu dalam mempertahankan adat.53
Untuk mencapai tujuan lembaga adat Melayu Kota Jambi, dibutuhkan kerja
sama yang baik antar semua kalangan. Selain itu, senada dengan pendapat Bapak
Munsarida, Lembaga Adat Melayu juga membutuhkan program-program kerja
yang baik sehingga lembaga adat melayu Kota Jambi dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Adapun program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dapat
diringkas sebagai berikut;54
1. Memperkuat Kerja Sama antara sesama pengurus Lembaga Adat Melayu
Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi.
Program pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan
solidaritas antara sesama pengurus Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan rapat kerja dan pertemuan
pada hari-hari besar Islam. Datuk H. Azra’i menjelaskan, hal yang utamo
dibuat itu menyatukan pendapat sesamo pengurus, saling kejo samo.
Untuk itu kadang kito adokan rapat atau pertemuan, atau kalau ado acara
hari rayo kito saling mengunjungi. Program lembaga adat salah satunya
adalah menyatukan visi antar pengurus lembaga adat. Untuk itu sering
diadakan rapat dalam menentukan program kerja atau sekedar
53 Wawancara dengan Bapak Munsarida, 21 Januari 2019. 54 Anonym, Hasil Keputusan Musyawarah Daerah VIII, (Jambi: Lembaga Adat Melayu
Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi, 2017), poin program kerja Lembaga Adat Melayu Kota
Jambi.
57
menyelesaikan masalah-masalah masyarakat Jambi yang berhubungan
dengan adat. Bukan hanya itu, setiap hari raya Idul Fitri atau Idul Adha
juga membuat acara pertemuan khusus agar silaturahmi tetap terjaga.
Lebih lanjut disampaikan oleh Datuk H. Azra’i bahwa kegiatan seperti ini
terus dilakukan demi menjaga kekompakan antar pengurus Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi.55
Pernyataan H. Azra’i dibenarkan oleh Fauzi Kadir yang juga
menjabat sebagai sekretariat Lembaga Adat Melayu. Menurut Pak Fauzi
Kadir; solidaritas pengurus lembaga adat tidak hanya terlihat di dalam
kantor, namun juga di luar kantor. Pengurus lembaga adat sering
bersilaturahmi ke rumah para anggota atau pegawai lembaga adat baik itu
di hari-hari raya ataupun di hari biasa.56
2. Melaksanakan pembinaan, penyuluhan, sosialisasi secara terencana dan
berkelanjutan oleh Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, Lembaga Adat
Melayu Kecamatan dan Lembaga Adat Melayu Kelurahan.
Melihat pentingnya nilai kearifan lokal dalam masyarakat multi
kultur membuat Lembaga Adat Melayu Kota Jambi semakin giat
mensosialisasikan budaya melayu hingga ke kecamatan dan kelurahan.
Program ini setiap tahunnya terus diadakan. Sosialisasi ini bekerja sama
dengan lembaga adat kecamatan dan kelurahan untuk memberi
pemahaman adat kepada masyarakat Kota Jambi dalam menghadapi era
globalisasi.
55 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 27
November 2017. 56 Wawancara dengan Fauzi Kadir gelar Rio Tanum Setio Negeri, 21 Januari 2019.
58
Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkuat peran dan fungsi
Lembaga Adat Melayu di Kota Jambi. Pada tanggal 7 Agustus 2018,
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi bekerja sama dengan Kecamatan Pasar
Kota Jambi menggelar sosialisasi di empat kelurahan, yakni Kelurahan
Beringin; Kelurahan Orang Kayo Hitam; Kelurahan Pasar Jambi; dan
Kelurahan Sungai Asam. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Bapak
Supardi selaku pegawai Lembaga Adat Melayu Kota Jambi sekaligus
orang kepercayaan Datuk H. Azra’i mengatakan bahwa; sosialisasi
Lembaga Adat Melayu di Kecamatan Pasar bertujuan untuk memperkuat
peran dan fungsi Lembaga Adat khususnya dalam menyelesaikan masalah
adat yang ada di Kota Jambi. Sosialisasi ini rutin dilakukan setiap tahun di
beberapa kecamatan. Khusus tahun 2018, sosialisasi dilakukan di
Kecamatan Pasar Kota Jambi yang dibuka langsung oleh Camat Pasar
Kota Jambi Mustari Affandi. Sosialisasi ini juga melibatkan para ketua RT
di Kecamatan Pasar Kota Jambi, PKK, masyarakat dan para perwakilan
remaja.57
Lebih lanjut dijelaskan oleh Datuk H. Azra’i yang turut memberikan
materi ketika sosialisasi dilakukan; acara sosialisasi itu penting, lebih-
lebih untuk orang yang ngumpul di pasar. Beragam manusio, dari dalam
maupun luar kota. Gunonyo untuk menyatukan pikiran kito demi kemajuan
bersamo. 58
Pentingnya sosialisasi dilakukan mengingat Kecamatan Pasar
merupakan tempat bertemunya para masyarakat dari latar belakang yang
57 Wawancara dengan Supardi, 14 Januari 2019. 58 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 22 Januari
2019.
59
beragam. Masyarakat yang heterogen seperti ini harus diberi pemahaman
bahwa Kota Jambi punya budaya, punya adat, yang harus dijunjung tinggi
guna mempererat dan menjaga kemakmuran Kota Jambi.
3. Membantu pemerintah membina generasi muda dalam melestarikan
kebudayaan daerah, dengan tujuan untuk mengantisipasi budaya asing.
Program ini bisa berlangsung dengan bantuan aparat pemerintah
daerah serta lembaga pendidikan yang ada di Kota Jambi. Hingga saat ini,
pendidikan adat Melayu Jambi diberikan di dalam kurikulum sekolah
berupa muatan lokal, sehingga peserta didik memahami budaya melayu
Jambi. Tidak hanya itu, Lembaga Adat Melayu Kota Jambi juga memberi
kuliah umum atau seminar di beberapa Perguruan Tinggi yang ada di Kota
Jambi. Menurut Bapak Munsarida yang juga merupakan pemerhati adat
budaya Jambi mengatakan bahwa; terakhir yang saya ketahui Lembaga
Adat Melayu Kota Jambi mengisi seminar di UIN STS Jambi dalam acara
kuliah umum yang diadakan HMJ SPI bulan Oktober 2018. Materi yang
diberikan merupakan petingnya pemahaman adat dan budaya Jambi
khususnya bagi kalangan mahasiswa.59
Datuk H. Azra`i juga menjelaskan bahwa, beliau membuka pelatihan
adat dan budaya melayu Jambi di rumahnya yang diadakan setiap hari
selasa, malam rabu.60
Pelatihan ini dikhususkan untuk para pemuda Jambi
yang ingin memperdalam pemahamannya terhadap adat dan budaya Jambi.
Seperti pelatihan yang penulis terima ketika mengunjungi kediaman Datuk
59 Wawancara dengan Bapak Munsarida, 21 Januari 2019. 60 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 22 Januari
2019.
60
H. Azra’i pada hari selasa malam; dijelaskan bahwa pentingnya
pemahaman adat dan budaya Jambi untuk memperkuat kekeluargaan. Pada
tahun politik saat ini perbedaan pandangan politik dapat memecah belah
masyarakat, oleh sebab itu penting adanya pemahaman kekeluargaan
meskipun berbeda dalam hak memilih di Politik. Datuk H. Azra’i juga
berpesan agar tidak menggunakan SARA dalam isu politik, karena di Kota
Jambi khususnya terdapat masyarakat yang beragam atau heterogen.61
4. Membantu pemerintah dalam menciptakan kerukunan antar umat
beragama demi terciptanya keharmonisan masyarakat.
Kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu fokus tujuan
yang ingin dicapai oleh Lembaga Adat Melayu Kota Jambi. Nilai kearifan
lokal budaya melayu Jambi diharap mampu membendung dampak negatif
dari perbedaan budaya yang ada di Kota Jambi. Untuk itu, Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi terus ikut berpartisipasi dalam mengkampanyekan
kerukunan umat beragama melalui pamflet, baliho dan lain-lain, serta
menghadiri setiap pertemuan tokoh lintas agama yang membahas
kerukunan beragama, dan ikut menyelesaikan kasus penistaan agama yang
terjadi pada akhir 2016 lalu.
Bahkan problem penyegelan gereja yang terjadi di Kota Jambi pada
bulan september 2018 juga turut menjadi perhatian Lembaga Adat Melayu
Kota Jambi. Rapat Pemerintah Kota Jambi dalam menyelesaikan masalah
ini turut melibatkan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, serta FKUB,
61 Pelatihan di kediaman H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 12 Maret 2019.
61
MUI, masyarakat sekitar dan instansi terkait.62
Keterlibatan Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi tidak lain hanya untuk menjaga kerukunan antar umat
beragama di Kota Jambi agar tercipta keharmonisan masyarakat.
5. Mendorong internal Lembaga Adat Melayu Kota Jambi untuk
melaksanakan simulasi hukum adat terhadap generasi muda agar hukum
adat bisa dipahami oleh generasi muda dalam pelatihan dan sosialisasi
adat.
Pembinaan mengenai adat Jambi ditujukan untuk internal lembaga
adat melayu Kota Jambi. Tujuannya agar para karyawan lebih memahami
adat Jambi. Datuk H. Azra’i menjelaskan “sebagai internal lembaga adat
berarti tugasnya sebagai pengurus adat. Orang yang bertugas mengurus
adat harus paham benar dengan adat yang berlaku. Untuk itu, perlu
pendidikan bagi pengurus adat dalam memahami benar isi adat.”63
Program ini terus berlanjut dengan harapan hukum adat tetap bertahan dan
bisa tersosialisasi kepada masyarakat. Untuk merealisasikan program ini,
Datuk H. Azra’i tidak hanya melakukan pelatihan di kantor lembaga adat
tetapi juga di rumahnya pada tiap hari selasa, malam rabu.
Bapak Munsarida menambahkan, Lembaga Adat Melayu dalam
melaksanakan simulasi hukum adat terhadap generasi muda juga
melibatkan para pemangku adat baik tingkat kota maupun kecamatan,
yang berperan aktif melatih kader-kader baru dalam pelaksanaan upacara-
62 Wawancara dengan Supardi, 14 Januari 2019. 63 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 27 November
2017.
62
upacara adat, seperti upacara adat dalam pernikahan, pemberian gelar, dan
lain-lain.64
6. Melaksanakan pelatihan kader prosesi adat perkawinan Jambi, rias
pengantin dan tatacara penyelesaian silang sengketa.
Menjaga kesakralan sebuah pernikahan merupakan kewajiban bagi
setiap masyarakat Kota Jambi. Tujuannya adalah untuk meminimalisir
dampak negatif seperti perceraian atau kekerasan dalam rumah tangga.
Dengan menanamkan nilai nilai melayu diharapkan masyarakat tidak
terjatuh kepada budaya yang tidak lagi memandang pentingnya
pernikahan. Sosialisasi mengenai adat pernikahan hanya dilakukan jika
masyarakat Kota Jambi menggunakan adat pernikahan Jambi. Di sinilah
Lembaga Adat Kota Jambi mensosialisasikan perannya.
Tidak hanya dalam hal pernikahan, Lembaga Adat Melayu juga
melakukan pelatihan untuk menyelesaikan masalah silang sengketa yang
berhubungan dengan adat. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Munsarida;
tahun 2018 saya (Bapak Munsarida) pernah mengikuti penyuluhan atau
sosialisasi Lembaga Adat Melayu dalam menyelesaikan silang sengketa
khususnya yang ada di Kota Jambi.65
7. Memperbanyak buku ihtisar adat melayu Jambi agar dapat dipelajari oleh
masyarakat.
Mengenai buku ihtisar adat melayu Jambi, pihak Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi bekerja sama dengan Pemerintah Kotamadya Dati II
64 Wawancara dengan Bapak Munsarida, 21 Januari 2019. 65 Wawancara dengan Bapak Munsarida, 21 Januari 2019.
63
Jambi merumuskan buku dengan judul Garis-Garis Besar Pedoman Adat
Bagi Pemangku Adat Dalam Kota Madya Dati II Jambi, namun untuk
sampai ke masyarakat sedikit mengalami kendala karena buku ini tidak
diperjual belikan secara bebas. Datuk H. Azra’i juga menegaskan bahwa
untuk kedepannya program ini juga menjadi pekerjaan rumah untuk
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, bagaimana nanti kedepannya buku
ihtisar adat melayu Jambi bisa dipelajari oleh seluruh masyarakat Kota
Jambi.
Program-program tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
kerja sama dengan masyarakat dan lembaga yang terkait, oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya Lembaga Adat Melayu tidak bekerja sendiri, masyarakat juga
diharapkan bisa berpartisipasi demi terjaganya budaya dan identitas melayu
Jambi.
B. Kendala Lembaga Adat Kota Jambi
Adat melayu adalah suatu konsep yang menjelaskan satu keseluruhan cara
hidup Melayu di alam Melayu. Dari sudut lain adat juga merupakan struktur yang
menghubung seluruh kehidupan manusia Melayu, yang menegaskan sifat, diri,
kepribadian, identitas atau jati diri manusia, masyarakat dan budaya Melayu. Adat
adalah jati diri yang menyatupadukan, menyimpul dan mengikat hubungan
seluruh anggota masyarakat. Lantaran itu kedudukan seorang melayu bukan
ditentukan oleh keturunan (bangsa), kekayaan, kealiman, gaya hidup, ketinggian
ilmu pengetahuan, tetapi ditentukan oleh pelaksanaan yang beradat, tahu adat, dan
cukup ajar tentang adat. Suatu kehalusan perlakuan, sikap, tindakan, tutur kata,
64
bermoral, beretika, berakhlak mulia, seperti yang telah ditetapkan oleh adat
Melayu.66
Kebudayaan Melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan
nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia pada umumnya, di samping
aneka budaya lainnya. Kebudayaan Melayu yang terbuka, akomodatif, dan adaptif
dengan sistem nilai agama, adat, dan tradisi yang dikandungnya, telah teruji
kemampuannya dalam membangkitkan semangat penyertaan masyarakat
pendukungnya dalam pembangunan bangsa. Karena itu, nilai-nilai itu dirasa perlu
untuk terus dipelihara serta ditumbuh kembangkan dan disosialisasikan guna
memacu pertumbuhan masyarakat, terutama dibidang ekonomi dan sumber daya
manusia.
Lembaga Adat Melayu Kota Jambi adalah lembaga yang dibentuk untuk
mewadahi dan berfungsi melakukan pembinaan, pengembangan dan penerapan
serta mengawal nilai-nilai adat budaya Melayu. Untuk menjaga nilai positif
budaya Melayu Jambi, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi. Adapun kendala-kendala tersebut adalah:
1. Sulit memberi pemahaman kepada pemuda-pemudi Kota Jambi akan
pentingnya budaya Melayu Jambi.
Perkembangan zaman memang tidak bisa dihindari. Meskipun
berdampak positif dalam pembangunan Kota Jambi namun tidak sedikit
dampak negatif yang ditimbulkannya. Salah satunya adalah mengikisnya
budaya lokal yang berganti dengan budaya baru dari daerah lain yang
66 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, hlm. 30.
65
dianggap lebih populer. Dalam era globalisasi, orang Melayu terutama
pada generasi muda sudah merubah nilai-nilai budaya lokal yang mereka
anggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Landasan generasi
muda Melayu seharusnya menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini,
namun tidak meninggalkan identitas budaya Melayu. Sikap
ketergantungan terhadap orang lain yang membelenggu jika dibiarkan
akan dapat mematikan keyakinan, motivasi, dan kreativitas.67
Jika orang
Melayu terus bersikap pasif, hanya mengikuti budaya populer tanpa
kreatifitas maka ia tidak punya daya saing, dan bahkan hanya sekedar
penonton dengan menyerahkan nasib atau bantuan orang lain.
Menurut Datuk H. Azra’i; pemudo-pemudo kini banyak yang hilang
budayo melayunyo, budayo malunyo, budayo timurnyo, padahal pemudo
inilah penerus budayo melayu seharusnyo. Banyak kami di undang ke
acara sekolah, tapi yang ditampilkan bukan budayo kito. Dari musik yang
tampil bukan musik Jambi, katonyo acara seni Jambi, bahkan
bepakaianpun dak kayak kito. Penting rasonyo diberi pemahaman buat
anak-anak kito, bukan cuma dari kami tapi jugo dari semua pihak, baik
keluargo, lembaga lain sampai ke lingkungan masyarakat. 68
Generasi muda adalah penerus bangsa, dan generasi yang memegang
identitas melayu berikutnya. Masalahnya, banyak generasi muda yang
mulai meninggalkan budaya lokal dan lebih memilih budaya barat agar
disebut orang kekinian. Contohnya dalam acara-acara pentas seni sekolah,
67 Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, hlm. 36. 68 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 27
November 2017.
66
para pelajar lebih banyak menampilkan budaya-budaya asing
dibandingkan budaya lokal. Bukan hanya itu, dalam hal berpakaian pun
para pelajar banyak tidak mencirikan orang melayu. Padahal, sosialisasi
kepada generasi muda ini terus dilakukan, dari sekolah tingkat dasar
hingga perguruan tinggi terus diberi arahan. Namun tidak cukup hanya
sosialisasi dari pihak lembaga adat, keluarga dan masyarakat juga harus
terlibat dalam menyadarkan kepada generasi muda akan pentingnya
budaya Melayu. Melihat fenomena ini, memberi pemahaman kepada
generasi muda merupakan salah satu yang menjadi kendala dalam
merealisasikan tujuan Lembaga Adat Melayu Kota Jambi.
2. Banyaknya masyarakat pendatang yang masuk ke Kota Jambi.
Perkembangan zaman bukan hanya merubah gaya hidup generasi
muda, tetapi juga menjadikan Kota Jambi semakin berkembang khususnya
dalam hal perekonomian. Berkembangnya Kota Jambi menarik banyak
para imigran dari berbagai daerah untuk pindah ke Kota Jambi. Hasilnya
Kota Jambi menjadi daerah yang memiliki masyarakat multikultur.
Menurut Datuk H. Azra’i ; banyak orang yang masuk ke Kota Jambi,
banyak jugo ragam manusio, banyak budayo. Jangan sampai perbedaan
yang buat kito ribut, pakai seloko orang tuo kito dulu, jangan sampai
ragam manusio beragam jugo masalah yang ado. 69
Perbedaan budaya bisa menimbulkan konflik jika saling merasa
benar, inilah yang harus diwaspadai. Contohnya tragedi sampit di
69 Wawancara dengan H. Azra’i al Basyari gelar Depati Setio Junjung Pesako, 27
November 2017.
67
Kalimantan Tengah dan konflik etnis Lampung dengan etnis Bali di
Lampung. Meskipun secara kultural sebenarnya setiap budaya memiliki
kearifan lokal yang dapat diandalkan untuk menciptakan kerukunan dan
mencegah konflik, tetapi dalam berbagai kasus konflik terlihat bahwa
kearifan lokal itu seolah sirna. Oleh sebab itu, seloko adat Jambi yang
mengatakan “dimano bumi dipijak di situ langit dijunjung” memang harus
diterapkan di Kota Jambi, namun apakah semua mau menyadari itu ?
menyadari pentingnya kebersamaan, menjaga adab sebagai tamu untuk
para imigran dan menjaga budaya positif sebagai masyarakat lokal.
Meskipun perbedaan itu tidak bisa dihindarkan namun alangkah baiknya
jika bisa saling melengkapi, saling bekerja sama demi kemajuan Kota
Jambi. Saling sukung menyakung tongkat menongkat, jangan sukung
membawa rebah, jangan tongkat membawa jatuh. Dengan berpegang
kepada seloko tersebut maka para imigran atau pendatang menjadi penguat
kebudayaan melayu bahkan memperkaya kebudayaan melayu.
3. Kurangnya dana untuk merealisasikan program kerja.
Keberhasilan sebuah lembaga tentu tidak hanya dilihat dari sisi
kepemimpinan atau bagusnya struktur organisasi yang ada, melainkan
dibutuhkan juga keuangan yang sehat dalam sebuah kelembagaan. Untuk
merealisasikan semua program kerja Lembaga Adat Melayu Kota Jambi
dibutuhkan dana yang cukup banyak, terlebih jika ingin melakukan
sosialisasi hingga ke kelurahan. Hal ini yang menjadi permasalahan hingga
saat ini sehingga beberapa program kerja Lembaga Adat Melayu tidak bisa
68
direalisasikan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Supardi; kendala yang
paling krusial dalam merealisasikan program kerja Lembaga Adat Melayu
adalah dana, terlebih untuk melakukan penyuluhan.70
Ditambahkan oleh
Bapak Munsarida; program kerja Lembaga Adat Melayu Kota Jambi yang
saya lihat saat ini cukup berjalan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada
beberapa yang belum terealisasi. Salah satu penyebabnya adalah tidak
cukupnya dana dalam melakukan program yang ada.71
70 Wawancara dengan Supardi, 14 Januari 2019. 71 Wawancara dengan Bapak Munsarida, 21 Januari 2019.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan menguraikan permasalahan mengenai Peran Lembaga
Adat Melayu Kota Jambi dalam Mempertahankan Nilai Lokal Budaya Melayu
Jambi, maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sejarah Lembaga Adat Jambi tidak terlepas dari sejarah berdirinya daerah
Provinsi Jambi. Masyarakat adat Jambi adalah bagian integral yang tidak
dapat terpisah dengan wilayah adat dan sekaligus merupakan wilayah
daerah Provinsi Jambi. Seluruh daerah baik Kota dan Kabupaten yang ada
di Provinsi Jambi merupakan lingkup wilayah masyarakat adat Propinsi
Jambi. Dengan demikian menunjukkan adanya keanekaragaman wilayah
hukum adat untuk saling berinteraksi sesama masyarakat adat. Dalam
proses berinteraksi kadang muncul reaksi negatif antar masyarakat adat,
oleh sebab itu diperlukan adanya sikap dan tindakan melalui jalur hukum
adat. Untuk itulah muncul pemikiran untuk dibentuk suatu wadah yang
dapat menjembatani permasalahan antara sesama anggota masyarakat adat
serta antar wilayah hukum adat dalam bentuk suatu lembaga permanen
yang disebut dengan Lembaga Adat. Dengan telah dihasilkannya
keputusan musyawarah daerah, sejak saat itu telah resmi dinyatakan
berdirinya Lembaga Adat Melayu Jambi.
70
2. Program Lembaga Adat Melayu Kota Jambi dalam mempertahankan nilai
budaya lokal adalah memperkuat internal Lembaga Adat Melayu Kota
Jambi, Menjadi partner atau mitra pemerintah daerah dalam membangun
Kota Jambi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan
pentingnya budaya melayu Jambi.
3. Untuk menjaga nilai positif budaya melayu Jambi, ada beberapa kendala
yang dihadapi oleh Lembaga Adat Melayu Kota Jambi. Adapun kendala-
kendala tersebut adalah:
a. Sulit memberi pemahaman kepada pemuda-pemudi Kota Jambi akan
pentingnya budaya melayu Jambi.
b. Banyaknya imigran yang masuk ke Kota Jambi.
c. Minimnya dana dalam melakukan penyuluhan hingga ke kelurahan.
B. Saran
Dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka ada beberapa rekomendasi
yang disarankan antara lain:
1. Kepada pihak Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota untuk dapat
bekerja sama dalam mengembangkan budaya melayu kepada masyarakat
Kota Jambi agar identitas kemelayuan Kota Jambi serta kerukunan antar
masyarakat tetap terjaga.
2. Kepada pihak masyarakat Kota Jambi untuk membantu program Lembaga
Adat Melayu Kota Jambi dalam mensosialisasikan kebudayaan melayu
terutama bagi generasi muda agar tidak terjadi perubahan kebudayaan
yang kontras di Kota Jambi.
71
3. Kepada pihak Lembaga Adat Melayu Kota Jambi agar melakukan
pelatihan – pelatihan Seloko, Rias Penggantin dan lain – lain yang
berbayar. Dimana dananya bisa dari dana pemerintahan atau dari peserta
didik/masyarakat. Dana inilah untuk prpgram – program Lembaga Adat
Melayu Kota Jambi.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, Kota Jambi Pada Masa Lampau Sekarang dan Akan Datang, Jambi:
Lembaga Adat Tingkat II Kotamadya Jambi dan Pemerintah Kotamadya
Dati II Jambi, 1998.
, Keris si Ginjei Dalam Legenda dan Sejarah Jambi, Jambi: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Prop. Jambi, proyek pembinaan
permuseuman Jambi, 1998/1999.
, Garis-Garis Besar Pedoman Adat Bagi Pemangku Adat Dalam Kota
Madya Dati II Jambi, Jambi: Lembaga Adat dan Pemerintah Kotamadya
Dati II Jambi, 1995.
, Hasil Keputusan Musyawarah Daerah VIII, Jambi: Lembaga Adat
Melayu Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi, 2017.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Insan Madani, 2009.
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi, Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Endraswara, Suwardi, Metode, Teori, Tekhnik, Penelitian Kebudayaan,
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006.
Gunawan, Hendra, “Perkembangan Kontemporer Madrasah Nurul Iman di Kota
Jambi (1970-2013)”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, Penerbit : ALFABETA, Bandung,
2010.
Herusatoto, Budiono, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita,
1991.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.
Judistira K Garna, BudayaSunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan,
Bandung: Lemlit Unpad, 2008.
Koentjaraningrat, Pengantar ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta, 2009.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013.
73
Meng, Usman, Napak Tilas Liku-Liku Provinsi Jambi; Kerajaan Melayu Kuno
sampai terbentuknya Provinsi Jambi, Jambi: Pemerintah Provinsi Jambi,
2006.
Mukhtar ,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Penerbit : Jakarta
Referensi, 2013.
Muljana, Slamet, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-
Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LkiS, 2007.
Pemerintah Kota Jambi bekerja sama dengan Lembaga Adat Tanah Pilih Pusako
Betuah Kota Jambi. 2004. Ikhtisar Adat Melayu Kota Jambi. cetakan II.
Peraturan Daerah Provinsi Jambi, Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Lembaga Adat
Melayu Jambi.
Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2008.
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terj.
Alimandan, Jakarta: Rajawali Pers, 1992
Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Sasmita, Uka Tjandra, Arkeologi Islam Nusantara, Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2010.
Scholten, Elsbet Locher, Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the
Rise of Dutch Imperialism 1830-1907, translated from the Dutch by
Beverley Jackson, USA: Conell SEAP, 2004.
T.O Ihromi, pokok-pokok antropologi budaya, Jakarta : PT Gramedia, 1980.
Kemas Arsyad Somad, Mengenal Adat Jambi dalam Perspektif Modern, Jambi:
Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, 2003.
Referensi Web
Dekranasda.jambikota.go.id, diakses pada 25 November 2017.
Melayuonline.com, diakses pada 18 oktober 2017.
www.indopos.co.id diakses pada 25 November 2017.
www.teboonline.com, diakses pada 25 November 2017.
www.wahanabudayaindonesia.com, diakses pada 25 November 2017.
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Doni Saputra
NIM : As 131451
Tempat/TglLahir : Padang/15 Juni 1991
Alamat : Perumahan Puri Arza Blok AD No.15
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Hp : 085268987537
Pendidikan : S1 Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
Riwayat Pendidikan
No. JenjangPendidikan Alamat TahunTamat
1 SDN/196 Kota Jambi Kota Jambi 2004
2 SMPN 7 Muaro Jambi Muaro Jambi 2007
3 SMAN 1 Muaro Jambi Muaro Jambi 2010
Jambi, Februari 2019
Penulis,
Doni Saputra
NIM. AS 131451