skripsi - iain ponorogoetheses.iainponorogo.ac.id/4073/1/roviana.pdfabstrak royani, roviana budi....
TRANSCRIPT
-
PERAN GURU DALAM MENEGAKKAN TATA TERTIB SEKOLAH DI
SMP MA’ARIF 5 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
ROVIANA BUDI ROYANI
NIM: 210314358
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
-
ABSTRAK
Royani, Roviana Budi. 2018. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib
Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Pembimbing: M. Harir Muzakki MHI.
Kata Kunci: Peran Guru, Tata Tertib Sekolah.
Tata tertib sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan
sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya. Tata tertib
sekolah dibuat supaya ditaati dan dipatuhi oleh siswa. Tercapainya penerapan
untuk menegakkan tata tertib sekolah, tidak terlepas dari peran seorang guru yang
selalu mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut kepada siswa yang
melanggar peraturan tata tertib sekolah. Memberikan hukuman pada siswa yang
melanggar peraturan tata tertib sekolah. Selain mengawasi, memeriksa, dan
memberi tindak lanjut, guru juga berperan sebagai penghubung, pembimbing dan
membangun komunikasi pihak sekolah dengan orang tua murid, dan juga siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan
tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? (2) Bagaimana peran guru dalam
menegakkan tata tertib sekolah?
Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif.
Adapun jenis penelitian adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan:
wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data berdasarkan Miles
dan Huberman dengan urutan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah: (1) tata tertib sekolah sudah terlaksana dengan
baik, namun yang masih menjadi kendala adalah dari pelaksanaan dan penerapan
tata tertib tersebut. Pelaksanaan dan penerapan akan berjalan baik apabila ada ikut
campur pihak sekolah dengan orang tua murid. Sekolah membuat peraturan tata
tertib sekolah supaya siswa mematuhinya bukan melanggarnya. Namun masih ada
siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Pelaksanaan tata tertib sekolah
amat ditentukan oleh pengawasan dan proses penegakan tata tertib sekolah itu
sendiri. Tata tertib dan peraturan sekolah memang diperlukan untuk meningkatkan
disiplin semua warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan terutama pada
murid. (2) Peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah sudah maksimal
terlaksana dengan baik, namun terkendala di penerapan tata tertib sekolah. Peran
guru dalam menegakkan tata tertib sekolah yaitu mengawasi dan memeriksa
pelaksanaannya yang kemudian memberi tindak lanjut, sebagai penghubung dan
pengkomunikasi dalam menghadapi siswa, dan ada juga yang berperan sebagai
pembimbing. Guru sudah menjalankan perannya dengan baik dalam menegakkan
tata tertib sekolah, namun yang masih menjadi kendala adalah penerapan tata
tertib sekolah.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tata tertib sekolah merupakan bentuk perwujudan dari norma-norma
yang ada dalam masyarakat, baik norma kesopanan, norma hukum, norma
kesusilaan, dan norma agama. Yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap komponen sekolah yang diaturnya. Dengan adanya tata
tertib sekolah diharapakan terwujud sebuah keteraturan hidup di lingkungan
sekolah, hingga tujuan mendasar dari sekolah sebagai lembaga pendidikan agar
tercapai dengan baik. Untuk itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang
besar dari pelajar sebagai subjek utama dalam penegakan tata tertib yang ada.1
Tujuan tata tertib yang dibuat sekolah adalah untuk dapat menciptakan
suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu proses
pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi selaku
peserta didik di lingkungan sekolah yang akhirnya akan berdampak terhadap
kualitas belajar siswa.2 Dengan adanya peraturan yang ditetapkan oleh sekolah,
siswa secara tidak langsung bersedia untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan
1 Sri Harnita, Hubungan Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah dengan Perilaku Peserta Didik di
Sma Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017 (Skripsi, Universitas, Lampung). 2Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 56-
57.
-
2
tersebut. Dengan demikian, peraturan tentang kedisiplinan dapat mengontrol
tingkah laku dari para siswa tersebut supaya dapat belajar dengan baik.3
Banyaknya pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekolah seperti
memakai seragam tidak sesuai dengan aturan sekolah, menggunakan handphone
ketika proses pembelajaran berlangsung, datang terlambat, membolos, berkelahi
dan sebagainya menunjukkan bahwa tingkat pengawasan guru terhadap peserta
didik kurang optimal dan kurang tegasnya pihak sekolah terhadap pelanggaran
tata tertib sekolah. Di sekolah tidak hanya guru bimbingan konseling yang
bertugas mengawasi dan menangani ataupun dalam hal yang berhubungan
dengan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi itu menjadi tugas bagi semua guru
untuk dapat memperhatikan, mengawasi, membimbing, dan mendidik akan hal-
hal yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik. Guru dan anak didik adalah dwi tunggal. Oleh karena itu dalam
pemikiran guru hanya ada satu prinsip yaitu satu kiat bagaimana mendidik anak
didik agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama,
nusa dan bangsa di masa yang akan datang.4
Dalam pepatah jawa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru kelakuane
(dipercaya ucapannya dan dicontoh tidakannya). Menyandang profesi guru,
3Slameto, 59. 4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 43.
-
3
berarti harus menjaga citra, wibawa, keteladanan, integritas dan kreadibilitasnya.
Ia tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga mendidik, membimbing,
menuntun dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa-siswinya.5
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, utama, dan pertama.
Figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah
pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat
menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kedisiplinan peserta didik
di sekolah. Guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap
terciptanya lingkungan sekolah yang disiplin, teratur, dan kondusif. Oleh karena
itu tingkat pengawasan semua guru di sekolah sangat penting untuk perbaikan
penurunan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.
Pelanggaran terjadi karena tingkat pengawasan guru yang kurang optimal,
semakin lemah tingkat pengawasan guru maka akan semakin meningkat
pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik, sebaliknya semakin
tinggi tingkat pengawasan guru maka akan semakin berkurang pelanggaran tata
tertib yang dilakukan oleh peserta didik.6
Hal ini mau tidak mau menuntut guru selalu memperhatikan sikap,
tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah
5Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, danKompetensi
Guru) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 17. 6Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 5.
-
4
tetapi di luar sekolah sekalipun. Peserta didik dapat memelihara, mengarahkan,
ketekunan dalam melakukan kegiatan sebagai pelajar. Bagi mereka aturan-aturan
yang diterapkan di sekolah adalah sekumpulan aturan yang dapat begitu saja
dilanggar tanpa mengindahkan guru-guru mereka di sekolah sebagai orang tua
pengganti di dalam proses belajar dan yang mengawasi semua sikap dan perilaku
mereka di lingkungan sekolah. Terlaksananya tata tertib sekolah akan dapat
berjalan dengan baik bila guru, aparat sekolah dan peserta didik telah saling
mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari
peserta didik akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang
diterapkan disekolah.
Upaya penegakkan tata tertib bukan hal yang mudah, ada kesukaran
dalam meneggakkan tata tertib dengan baik, tetapi ada juga sekolah yang berhasil
menegakkan tata tertib sekolah. Salah satu sekolah yang belum berhasil
menegakkan tata tertib sekolah adalah SMP Ma’arif 5 Ponorogo.7
Dari hasil pengamatan awal di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, penerapan tata
tertib sekolah belum optimal karena masih banyak kasus pelanggaran tata tertib
yang berlangsung sehingga seolah anak menjadi terbiasa melakukan pelanggaran.
Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo yang terjadi
menunjukkan bahwa siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Kasus atau
pelanggaran tata tertib sekolah tersebut salah satunya terkait dengan perbedaan
karakteristik yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat,
7Hasil pengamatan peneliti di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
-
5
kesadaran, kereligiusan, pengetahuan dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah kesiapan yang harus
ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga tata tertib sekolah dapat
terlaksana dengan baik. Maka dari itu guru sangatlah berpengaruh dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara
optimal. Sikap dan tingkah laku guru sangat berpengaruh terhadap sikap dan
tingkah laku peserta didik di sekolah. Peran guru sangat penting bagi peserta
didik supaya mereka mematuhi tata tertib sekolah dan tidak melanggar peraturan
yang telah dibuat oleh sekolah, dan guru di harapkan dapat menegakkan tata
tertib sekolah dengan baik.8
Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian mengenai tata tertib
sekolah dan peran guru. Maka dari itu peneliti mengangkat judul “Peran Guru
dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini
pada permasalahan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP
Ma’arif 5 Ponorogo, meliputi :
1. Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo
8Hasil pengamatan peneliti di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
-
6
2. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5
Ponorogo
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo?
2. Bagaimana Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP
Ma’arif 5 Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk Mengetahui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5
Ponorogo
2. Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di
SMP Ma’arif 5 Ponorogo
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis
maupun praktis bagi semua pihak:
1. Secara Teoritis
-
7
Secara teoritis kegunaan dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya
kajian pustaka tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di
SMP Ma’arif 5 Ponorogo. Serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang
akan melakukan penelitian yang sejenis. Oleh karena itu penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian dan teori-
teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan dalam
melaksanakan tata tertib sekolah sebagai sarana meningkatkan kedisiplinan
siswa dan meningkatkan kesadaran guru dalam penegakkannya.
b. Bagi Guru
1) Bagi guru SMP Ma’arif 5 Ponorogo dapat digunakan sebagai acuan
pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan tata tertib sekolah
supaya siswa menjadi disiplin dan tidak melanggar peraturan tata tertib
sekolah. Dan diharapkan guru mampu mendidik dan membimbing
siswa untuk mentaati tata tertib sekolah dengan sebaik-baiknya agar
siswa bisa lebih disiplin dan tata tertib dapat terlaksana dengan baik.
2) Sebagai pijakan guru agar lebih bisa membantu untuk meningkatkan
tata tertib sekolah.
-
8
c. Bagi siswa
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih dapat
mentaati tata tertib sekolah dan tidak melanggarnya.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah hasil penelitian diperlukan sebuah sistematika
pembahasan dalam laporan penelitian ini. Penelitian ini dikelompokkan menjadi
6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu
sama lainnya. Sistematika ini menguraikan secara garis besar apa yang termaktub
dalam setiap bab. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dirancang untuk di
uraikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara
keseluruhan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan
telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai
landasan melakukan penelitian yang terdiri dari: definisi guru, peran guru dan
tata tertib sekolah.
Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode
penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur
-
9
pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan
tahapan-tahapan penelitian.
Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi
tentang data umum yang meliputi: letak geografis, visi dan misi, keadaan guru
dan siswa, dan sarana prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo dan data khusus
yang berkaitan dengan rumusan masalah.
Bab kelima, Pembahasan. Merupakan bab yang membahas tentang
analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang
penerapan tata tertib dan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di
SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian
pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan
pembaca memahami intisari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
-
10
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan, peneliti
juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat persamaan dan
perbedaannya. Dalam telaah penelitian terdahulu ini peneliti menemukan bahwa:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Binti Ila Rohmah, berjudul:
“Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui
Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan
Babadan Ponorogo)”.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MI Ma’arif
Patihan Wetan Babadan Ponorogo melakukan Tugas kepala sekolah sebagai
manajer, beliau menyerahkan langsung kepada pihak guru dan wali kelas untuk
bertanggung jawab menerapkan tata tertib murid, selain itu juga mengawasi atau
mengontrol para guru dan siswa dalam penerapan tata tertib murid. Tugas kepala
sekolah sebagai leader (pemimpin), beliau mendorong siswa-siswinya untuk
memiliki kemauan kuat dalam mentaati tata tertib murid agar kedisiplinannya
meningkat, dan memberikan bimbingan, arahan, teguran mengenai pelanggaran
yang sifatnya nampak di umum, yang biasanya dilakukan siswa ketika upacara
berlangsung. Tugas kepala sekolah sebagai educator (pendidik), ia memberi
1Binti Ila Rohmah, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui
Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan Ponorogo)”
(Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2015).
-
11
teladan atau contoh pada siswa seperti datang lebih awal, membuang sampah di
tempatnya, selalu ikut menjalankan shalat berjamaah, dan untuk memberikan
efek jera ia memberi ajaran berupa hukuman pada siswa yang melanggar.
Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam menerapkan tata tertib murid
untuk meningkatan kedisiplinan siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan
Ponorogo yaitu: kurangnya kepedulian dari pihak guru untuk selalu aktif
menerapkan, menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa-siswi, karena
walaupun sudah ditempelkan di dinding setiap kelas terkadang anak-anak
mungkin tidak membacanya. Selain itu hambatan yang beliau alami yaitu tentang
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler terkadang ada yang
aktif hadir terkadang juga tidak. Solusi yang dilakukan kepala sekolah untuk
mengatasi hambatan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melalui penerapan
tata tertib murid sebagai berikut:
1. Kepala sekolah segera bertindak tegas untuk mengatasinya dengan selalu
mengingatkan pada pihak guru agar bisa ikut bekerjasama untuk selalu
menerapkan tata tertib murid dengan konsisten, kemudian selalu
menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa supaya siswa selalu
mengingat peraturan tata tertib murid dan bisa meningkatkan perilaku
disiplin pada siswa.
2. Memberikan absen dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler supaya siswa lebih
aktif untuk hadir dengan adanya pengabsenan di setiap kegiatan
ekstrakulikuler.
-
12
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan
penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
sama-sama menggunakan penerapan tata tertib. Sedangkan untuk perbedaanya
terletak pada perannya, untuk penelitian ini perannya menggunakan peran kepala
sekolah, sedangkan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Retno, berjudul: “Peran
Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di SDN
Ngunjung 2 Maospati Magetan”.2 Hasil penelitian ini menunjukkan Peran guru
sebagai pembimbing dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V
dengan memberi bimbingan dengan bentuk persuasif yang tidak memojokkan
pada kesalahan siswa, dalam pemberian bimbingan guru harus memahami fisik
maupun psikis siswa agar melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, selalu
mengarahkan dengan cara pemberian tugas, upacara bendera serta memasang tata
tertib yang bertujuan untuk melatih siswa agar patuh pada peraturan.
Mengadakan kegiatan yang menunjang kedisiplinan peserta didik seperti
esktrakurikuler pramuka, mengadakan bacaan Asmaul Husna, infaq dan TPA.
Peran guru sebagai penasihat dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV
dan V selalu memberikan contoh yang baik bagi siswa dan memberikan nasihat
yang selalu dihubungkan dengan agama serta moral. Peran guru sebagai
pengawas dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V selalu
2Indah Retno, “Peran Guru dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di
SDN Ngunjung 2 Maospati Magetan” (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2016).
-
13
melakukan pengamatan serta penilaian pada siswa.Dalam hal pengamatan dan
penilaian guru tidak membeda-bedakan antara siswa laki-laki maupun
perempuan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan
penelitian kedua dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
sama-sama menggunakan peran guru. Sedangkan untuk perbedaanya terletak
pada pembahasannya yaitu tentang peran guru dalam membentuk karakter
disiplin siswa, dan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru dalam
menegakkan tata tertib sekolah.
B. Kajian Teori
1. Peran Guru
a. Pengertian Guru
Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz
yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat
memperoleh ilmu). Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan
ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang
pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi
lain sebagai pendidik dan pelatih). Namun, pada dinamika selanjutnya,
definisi guru berkembang secara luas. Guru disebut pendidik profesional
karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orangtua untuk
mendidik anak. Guru juga dikatakan sebagai seseorang yang memperoleh
-
14
Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta untuk
melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan
sekolah.
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.
Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Pekerjaan guru
memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional,
yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan
berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga perlu pembinaan dan
pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan
prajabatan.3
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-
tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah, dan sebagainya.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di
masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,
sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin
3Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi
Guru) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 23–24.
-
15
bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak
guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas
memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab
tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di
luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara
kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau
menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi di luar
sekolah sekalipun.4
Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A. Ametembun,
bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun
klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.5
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator
sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan
kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan sekolah, baik
yang didirikan oleh pemerintah atau swasta.6
4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 31. 5Djamarah, 32. 6Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), 12–13.
-
16
Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud
dengan guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Orang
yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang
program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar
siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.7
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.8
Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung
jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik agar
dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan
sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.9
7Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru),
24. 8Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 23. 9Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 15.
-
17
b. Peran Guru
Peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri
khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus
bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-
prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan
kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar
yang sebaik-baiknya.10
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan sesuatu peranan.11 Setiap orang
mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan
apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa
yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pendidikan di
sekolah, guru memegang peranan paling sentral. Perilaku guru dalam
proses pendidikan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pembinaan
perilaku dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku hendaknya
10Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 33. 11Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 212.
-
18
dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
pengaruh positif dalam terhadap proses dan hasil pendidikan. Psikologi
guru merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru
dalam proses pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Peran (role) guru
merupakan keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang
luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun masyarakat.12
Di sekolah ia berperan sebagai perancang pengajaran, pengelola
pengajaran, penilai hasil pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan
sebagai pembimbing siswa. Di dalam keluarga guru berperan sebagai
pendidik atau family educator. Sedangkan di masyarakat, guru berperan
sebagai pembina masyarakat (social developer), pendorong masyarakat
(social motivator), penemu masyarakat (social innovator), dan sebagai
agen masyarakat (social agent). Guru yang baik dan efektif adalah guru
yang dapat memainkan semua peranan itu secara baik dan utuh.13
Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau
siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang
diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:
12Mohammad Surya, Psikologi Guru “Konsep dan Aplikasi” (Bandung: Alfabeta, 2014), 192. 13Surya, 193.
-
19
a) Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai
yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan
dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak
anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan
peranannya sebagai korektor, yang menilai dan megoreksi semua
sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru
lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah,
tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar
sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di
masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian
anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak
didik mudah larut di dalamnya.14
b) Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah
masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk
(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti
harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun
bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang
14Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 44.
-
20
penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang
dihadapi oleh anak didik.15
c) Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik
dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah racun
bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif, penguasaan
bahasalah kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan
diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang
mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.16
d) Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang
diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun kalender akademik, dan sebagainya.17
e) Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru
dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik
malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Setiap saat guru
15Djamarah, 44. 16Djamarah, 44–45. 17Djamarah, 45.
-
21
harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif
tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan
sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar
memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan
motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan
guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena
menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran
sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi
diri.18
f) Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan
pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan
informasi abad ini.19
g) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas
18Djamarah, 45. 19Djamarah, 46.
-
22
yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang
kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena
itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga
akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak
didik.20
h) Pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar
mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan
masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru
dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,
kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan
interpersonal. Karena itu setiapa guru perlu memahami dengan baik
tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian,
psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa
pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid
menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan bantuan
cara memecahkannya, baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan
20Djamarah, 46.
-
23
(guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang
bersangkutan.21
i) Penghubung
Sekolah berdiri diantara dua lapangan yakni disatu pihak
mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi,
dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan
dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan,
minat, dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua lapangan inilah
sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru
berfungsi sebagai pelaksana. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh
guru untuk menghubungkan sekolah dan masyarakat, antara lain
dengan public relation, buletin, pameran, pertemuan-pertemuan
berkala, kunjungan masyarakat, dan senagainya. Karena itu
keterampilan guru dalam tugas-tugas ini senantiasa perlu
dikembangan.22
j) Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola
kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak
didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas yang
terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang kurang, penuh
21Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 124. 22Hamalik, 126.
-
24
kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya
interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan
umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolan
kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
k) Mediator
Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materil. Media
berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses
interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu
diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan
pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah
dalam proses belajar anak didik. Guru harus mampu menjadi sebagai
pengatur dan mencari jalan keluar dari pemecahan masalah.
Bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan.23
l) Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
23Djamarah, 47–48.
-
25
Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan
yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya, pendidikannya,
kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya atau karena
memiliki kepribadian yang menonjol.
m) Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang
evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang
menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek
instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values). Penilaian
terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan dari pada
penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.24
n) Pengawas
Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh
perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah,
sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera
diatasi.25
o) Penasehat
Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
24Djamarah, 48. 25Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
126.
-
26
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta
didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan
mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu
kepada guru sebagai orang kepercayaannya.26
2. Tata Tertib Sekolah
a. Pengertian Tata Tertib Sekolah
Ditinjau dari bentuk katanya tata tertib berasal dari dua kata yaitu
tata dan tertib yang keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Tata
menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan aturan, sistem dan
susunan, sedangkan tertib mempunyai arti peraturan. Jadi tata tertib
menurut pengertian etimology adalah sistem atau susunan peraturan
yang harus ditaati atau di patuhi.27
Tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara
tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah
merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah
akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa
saling mendukung tata tertib sekolah, kurangnya dukungan dari siswa
akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang
26Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), 47. 27Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 1025.
-
27
diterapkan di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagai aturan
yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.28
Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di
samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga
administratif. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang
penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan
sekadar sebagai kelengkapan sekolah.29
Untuk memperoleh ketertiban yang baik, maka diperlukan
pendidikan tentang tata cara sopan santun, nilai moral dan sosial agar
dapat hidup rukun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Setiap
pendidikan moral yang bertujuan untuk membantu generasi penerus
untuk mencapai ketertiban dan kedamaian harus memiliki tata tertib
sekolah yang lengkap, yaitu yang menyangkut segala segi kehidupan di
sekolah yang harus dilaksanakan, di taati dan dilindungi bersama oleh
segenap unsur yang ada di sekolah.
28Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 139–140. 29Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 82.
-
28
Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan dalam pendidikan
tidak lain adalah untuk mengubah tingkah laku yang sedemikian rupa
sehingga menjadi tingkah laku yang diingiinkan.30
Menurut Suharsimi, peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk
mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.31
1) Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum
yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi
yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran
sedang berlangsung.
2) Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas
khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan
laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas
rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.
b. Tujuan Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah tidak hanya membantu program sekolah, tapi
juga untuk menunjang kesadaran dan ketaatan terhadap tanggung jawab.
Sebab rasa tanggung jawab inilah yang merupakan inti dari kepribadian
yang sangat perlu dikembangkan dalam diri anak, mengingat sekolah
adalah salah satu pendidikan yang bertugas untuk mengembangkan
potensi manusia yang dimiliki oleh anak agar mampu menjalankan
30Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Pembimbing (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 130. 31Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), 122.
-
29
tugas-tugas kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai
anggota masyarakat.32
Adapun secara rinci tujuan tata tertib sekolah dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Bagi anak didik
a) Menginsafkan anak akan hal-hal yang teratur, baik dan buruk.
b) Mendorong berbuat yang tertib dan baik serta meninggalkan
yang baik atau buruk.
c) Membiasakan akan ketertiban pada hal-hal yang baik.
d) Tidak menunda pekerjaan bila dapat dikerjakan sekarang.
e) Menghargai waktu seefektifitas mungkin.
2) Bagi sekolah
a) Ketenangan sekolah dapat tercipta.
b) Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.
c) Terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa dan
antara siswa yang satu dengan yang lain.
d) Terciptanya apa yang menjadi tujuan dari sekolah tersebut.
c. Unsur-Unsur Tata Tertib di Sekolah
Untuk mewujudkan situasi yang tertib sebuah lembaga
pendidikan guru yang sering bertanggung jawab untuk menyampaikan
32H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga
Pendiidkan (Jakarta: Tema Baru, 1998), 27.
-
30
dan mengontrol berlakunya tata tertib. Tata tertib bisa berjalan apabila
ada kerjasama antara guru dan siswa. akan tetapi apabila tata tertib bisa
berjalan maka tata tertib bisa dibagi menjadi dua yaitu: ada yang berlaku
untuk umum (seluruh lembaga pendidikan) maksudnya, sebuah tata
tertib yang diberlakukan untuk semua kalangan yang ada di dalam
sebuah lembaga itu, ada pula yang khusus (hanya untuk dikelas)
maksudnya adalah tata tertib ini diberlakukan untuk siswa saja tidak
berlaku untuk guru atau karyawan. Semua tata tertib, baik yang berlaku
untuk umum maupun untuk khusus meliputi tiga unsur, yaitu:
1) Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.
Contoh: jika terlambat datang harus melapor ke bagian pengajaran
untuk memperoleh surat keterangan terlambat yang harus
diserahkan kepada guru yang sedang mengajar.
2) Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau
pelanggar tata tertib.
Contoh: jika terlambat datang tetapi tidak melapor ke bagian
pengajaran dianggap tidak masuk sekolah, dan setibanya di kelas
tidak diijinkan mengikuti pelajaran.
3) Cara atau prosedur untuk menyampaikan tata tertib kepada subyek
yang dikenai tata tertib tersebut.
Contoh: peraturan tentang keterlambatan datang ke sekolah
dikomunikasikan kepada siswa dan orangtua siswa secara tertulis
-
31
pada waktu mereka mendaftarkan kembali sesudah dinyatakan
diterima di sekolah yang bersangkutan.33
Dalam aspek agama unsur-unsur tata tertib meliputi: Wajib
karena baik untuk individu atau kelompok. Sunnah karena dianggap
baik. Mubah karena boleh dilakukan. Makruh karena dianggap tidak
baik dan haram karena dilarang.34
d. Pentingnya Tata Tertib Sekolah
Adanya pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia.
Tujuan yang ada tersebut sulit tercapai bila lingkungan disekitarnya
tidak mendukung. Oleh karena itu lembaga pendidikan sekolah sebagai
salah satu komponen yang mewujudkan tujuan pendidikan harus
mempunyai tata tertib. Adanya tata tertib sangat membutuhkan karena
sedikit banyak akan menumbuhkan kedisiplinan pada anak. Agar anak
menjadi disiplin, tentunya kedisiplinan ini harus dimulai dari pihak yang
memberikan pengajaran. Dalam menanamkan disiplin pada anak harus
konsisten artinya apa yang diperintahkan oleh subyek disiplin kepada
obyek disiplin (siswa) subyek juga harus menjalankannya.35
33Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123-124. 34Hasan Langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan)
(Jakarta: Pustaka alHusna, 1986), 89. 35Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan
(Surabaya: Usaha Nasional t.t.h, n.d.), 142.
-
32
J.A. Comunius mengemukakan pentingnya tata tertib sekolah,
yaitu : “suatu sekolah yang tidak mempunyai tata tertib ibarat kincir
yang tidak berair”.36
Berdasarkan dari pedoman tersebut apabila sekolah tidak
mempunyai tata tertib akan menimbulkan ketimpangan dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu tata tertib sekolah merupakan syarat
mutlak terjaminya kelangsungan hidup suatu kesatuan sosial. Dan
sekolah merupakan salah satu kesatuan sosial yang menjadi wadah
pendidikan.37
1) Bagi pendidik
a) Dengan adanya tata tertib memungkinkan untuk membantu
keamanan sekolah, ketentraman dilingkungan sekolah,
sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lancar.
b) Dengan adanya tata tertib memungkinkan bagi pendidik
membuat suasana pergaulan kearah pendidikan yang baik,
dengan demikian pendidikan akan mudah memperhatikan
kondisi dari anak didik.
36Wasty Sumanto, 142. 37Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123.
-
33
2) Bagi siswa
a) Dengan adanya tata tertib menjadikan suasana belajar lebih
terkendali sehingga memudahkan siswa untuk menangkap
pelajaran.
b) Tata tertib dapat membiasakan anak didik untuk menghormati
hak dan kepentingan orang lain dengan menahan kemauan
mereka.
c) Siswa akan sadar bahwa tata tertib dibuat untuk kebaikan bagi
mereka.38
e. Faktor-faktor penyebab timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah
Permasalahan yang dihadapi siswa adalah timbul karena adanya
sebab diantara faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor
masyarakat. Berikut akan penjelasan dari ketiga faktor tersebut:
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam
melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga
memberikan pengaruh menentukan pembekalan watak kepribadian
anak.
Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan,
mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya.
Mulai dari awal lahir dibina atau dididik oleh keluarga sampai
38Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1988), 138.
-
34
menginjak usia sekolah baru dititipkan ke lembaga pendidikan
formal.
2) Faktor lingkungan sekolah
Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah keluarga
bagi anak-anak. Permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah
adalah:
a) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya.
b) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai.
c) Hubungan antaraguru dan siswa yang kurang harmonis.
d) Cara mengajar guru yang membosankan.39
3) Faktor lingkungan masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat dapat memberi
pengaruh terhadap perilaku anak, membentuk kebiasaan
pengetahuan anak.40
Anak remaja yang sebagai anggota masyarakat selalu
mendapat pengaruh dari keadaan dan lingkungannya baik langsung
mauupun tidak langsung, dan lingkungan sekitar tidak selalu baik
dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Hal-
39Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 48. 40Hasbullah, 48.
-
35
hal yang dapat menyebabkan remaja menajadi nakal dan melanggar
peraturan diantaranya:
a) Persaingan dan perekonomian.
b) Kurangnya saranadan pemanfaatan waktu dengan kegiatan
yang positif bagi para remaja.
c) Pengaruh bagi teman sebaya.
d) Pengaruh media massa.
e) Kurangnya kegiatan atau pendidikan keagamaan dalam
masyarakat.41
41Hasbullah, 58.
-
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting). Penelitian
kualitatif ini memiliki karakteristik alami karena menggunakan sumber data
langsung, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.1 Hal ini disebabkan adanya
hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan
secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.2 Dalam beberapa
bidang studi, pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif,
misalnya penelitian yang berupaya mengungkap sifat atau pengalaman seseorang
dengan fenomena tertentu. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun
belum diketahui.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
di mana studi kasus itu sediri adalah suatu deskripsi intensif untuk menganalisis
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
1998), 31. 2Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
3.
-
37
fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok-kelompok,
institusi ataupun masyarakat. Peneliti ini mencoba menggambarkan subyek
penelitian didalam keseluruhan tingkahlakunya, yakni tingkah laku itu sendiri
beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan
riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula hal-hal lain yang berkaitan
dengan tingkah laku tersebut. Peneliti juga mencoba untuk mencermati individu
atau sebuah unit secara mendalam.3 Studi kasus adalah suatu studi yang bersifat
komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya
menelaah permasalahan yang bersifat kontemporer.
Keunikan atau keunggulan dari studi kasus secara umum adalah
memberikan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara
mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Ini
adalah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Selain itu
studi kasus juga memiliki keunggulan spesifik lainnya, yakni studi kasus dapat
memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-
proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus
memberi kesempatan untuk memperoleh konsep-konsep dasar perilaku manusia.
Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan
hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, studi kasus dapat
menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar
3Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 314.
-
38
untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih
besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus
dalam penelitian ini adalah tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib
sekolah.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai key instrument, yaitu orang
yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara
cermat dan leluasa. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamat berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Sehingga peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, yang mana
peneliti merencanakan penelitian, kemudian mencari data yang meliputi
observasi dan wawancara awal tentang penerapan tata tertib sekolah dan peran
guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Selanjutnya mengumpulkan data,
menganalisis dan menulis hasil penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih tempat di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, dengan beberapa
hal yang menjadi pertimbangan, yaitu SMP Ma’arif 5 Ponorogo merupakan
lembaga yang bernaungan pendidikan Islam. Dari tata tertib sekolah yang telah
di paparkan belum semua terlaksana atau terealisasikan dengan sempurna
-
39
sehingga muncul berbagai problematika-problematika dalam penerapan tata
tertib sekolah. Dan mengetahui peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah.
D. Data dan Sumber Data
Data yang dicari adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu tentang bagaimana penerapan tata tertib sekolah di SMP
Ma’arif 5 Ponorogo dan bagaimana peran guru dalam menegakkan tata tertib
sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data
adalah dari mana peneliti akan mengedepankan dan menggali informasi yang
berupa data-data yang diperlukan. Sumber data secara garis besar terdiri orang
(person), tempat (place) dan kertas atau dokumen (paper).4
Sumber data dari penelitian kualitatif ini terdiri dari sumber data manusia
dan non manusia. Dari sumber data manusia datanya berupa kata-kata dan
tindakan. Untuk sumber data non manusia, datanya adalah berupa data tambahan
seperti dokumen, foto dan lainnya.5 Kata-kata dan tindakan informan pada
penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru dan siswa SMP Ma’arif 5
4Arikunto, 99. 5Arikunto, 112.
-
40
Ponorogo. Dengan demikian, dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan yang
menjadi sumber data utama.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif diskriptif terdapat beberapa metode
pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam.6 Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah
wawancara tak terstruktur.
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada :
a. Kepala Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo, sebagai penentu kebijakan
dalam sebuah lembaga pendidikan, peneliti mencari informasi mengenai
penerapan tata tertib sekolah dan peran guru dalam menegakkan tata
tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
6Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 180.
-
41
b. Guru di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, untuk mencari informasi tentang
penerapan tata tertib sekolah dan bagaimana peran guru dalam
menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
c. Siswa SMP Ma’arif 5 Ponorogo, untuk mengetahui bagaimana peran guru
dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
2. Observasi
Observasi adalah aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan alat panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan mengecap.7 Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek
penelitian.8 Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan karena hal ini
sangat bermanfaat atau penting bagi peneliti. Bahkan dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.9 Penelitian
kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan
data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat
”catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun
”catatan lapangan”.10 Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
7Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 310. 8Arikunto, 77. 9Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 154. 10Moleong, 153.
-
42
Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.11
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah,
siswa, penerapan tata tertib sekolah, kondisi guru yang akan diteliti serta
peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5
Ponorogo. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu participant observation (observasi berperan
serta) dan non participant observation (observasi non partisipasi). Dalam
penelitian ini menggunakan non participant observation. Ini berarti peneliti
tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati. Peneliti
hanya mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat
kesimpulan dari apa yang telah dilihatnya.
Pada observasi ini peneliti mengamati bagaimana upaya atau peran
guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Serta bagaimana penerapan tata
tertib sekolah tersebut di terapkan. Apakah sudah terlaksana dengan baik
atau belum. Kemudian melihat bagaimana peran guru supaya tata tertib
sekolah dapat terlaksana dengan baik. Serta mencoba melihat seberapa besar
tingkat keberhasilan dan dampak dari upaya tersebut. Hasil observasi ini
ditulis lengkap dan disajikan dalam transkrip observasi.
11Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2003), 145.
-
43
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari
dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap
bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.12
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang
gambaran umum sekolah terkait lokasi, visi dan misi, tujuan, keadaan
pendidik dan peserta didik, kondisi sekolah, sarana-prasarana, dan data
terkait tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dengan berbagai macam teknik pengumpulan data,
maka diperlukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
12Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2008), 158.
-
44
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar: 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman
a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti bekerja untuk memperoleh data sebanyak-
banyaknya dari subyek penelitian dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data bukan hanya sekedar
membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang
dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah
13Suwandi, 334.
Penyajian data Pengumpulan data
Reduksi data
Kesimpulan
-
45
yang tak terpisahkan dari analisis data. Berkaitan dengan hal ini, setelah data-
data terkumpul yakni yang berkaitan dengan masalah tata tertib sekolah
selanjutnya dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai
berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses
sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan
pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti
menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi). Dalam
penelitian ini, reduksi data bermanfaat untuk memilah dan memilih data-data
yang sesuai dengan penelitian terkait peran guru dalam menegakkan tata tertib
sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.
c. Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke
dalam suatu bentuk yang sistematis. Penyajian data (data display) melibatkan
langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data
yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan penelitian kualitatif data
biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka membantu
proses analisis. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-
-
46
kelompok gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai
dengan kerangka teori yang digunakan.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data menguraikan data dengan teks yang bersifat deskriptif. Tujuan
penyajian data ini adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti
dan bisa segera dilanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah
difahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi.
d. Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions).
Drawing and Verifying Conclusions adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola
data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.14
Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan
apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.
Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.
14Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008), 106.
-
47
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data. Dalam penelitian
ini peneliti mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu
membandingkan data-data yang sudah diperoleh dari satu sumber kepada sumber
yang lain agar tercapai keabsahan data.15
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan
hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
1. Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian;
2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan
data;
3. Tahap Analisis Data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan
data;
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
15Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 105.
-
48
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum
1. Lokasi SMP Ma’arif 5 Ponorogo
SMP Ma’arif 5 Ponorogo berlokasi di Jalan Seloaji No 25 Ngrumpit,
Kec. Jenangan, Kab. Ponorogo. Ini adalah sekolah swasta berbasis Islam dan
lokasi sekolah ini berdampingan dengan sekolah MI Ma’arif Ngrumpit.
2. Visi dan Misi SMP Ma’arif 5 Ponorogo
a. Visi: Berprestasi, terampil dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa.
Indikator visi :
1) Berprestasi dalam kelulusan.
2) Berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
3) Terampil dalam pegembangan kurikulum.
4) Terampil dalam proses pembelajaran.
5) Terampil dalam penilaian prestasi akademik dan non akademik.
6) Terampil dalam kelembagaan dan manajemen sekolah.
7) Berbudaya dalam sarana dan prasarana pendidikan.
8) Berbudaya dalam penggalangan pembiayaan sekolah.
-
49
b. Misi
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi sekolah
yang telah ditetapakan, dalam mewujudkan visi tersebut antara lain:
1) Menumbuhkembangkan sikap dan amaliyah keagamaan islam.
2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam upaya
meningkatkan pembelajaran yang berwawasan lingkungan.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah baik dalam prestasi akademik maupun non
akademik.
4) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
5) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan
berwawasan kedepan.
6) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai wajar dan adil.
7) Melaksanakan pengembangan model-model penilaian
pembelajaran.
3. Tujuan Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo
a. Tersusunnya ktsp dilengkapi silabus tiap mata pelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan sistem penilaian.
b. Menghasilkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran
dan kondisi siswa.
-
50
c. Terlaksananya proses belajar-mengajar yang mengarah pada program
pembelajaran berbasis “kompetensi”.
d. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu bersaing dan melajutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
e. Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik.
f. Berhasil menjadi 10 besar dalam lomba mata pelajaran di tingkat
kabupaten.
g. Menjadi juara pada lomba olahraga atletik, bola voli, dan tenis meja
tingkat kabupaten.
h. Memperoleh kejuaraan dalam lomba bidang seni karawitan di tingkat
kabupaten.
i. Meningkatnya jumlah siswa yang dapat membaca al-qur’an dengan baik
dan benar.
j. Meningkatnya kompetensi professional pendidik dan tenaga
kependidikan.
k. Tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai.
l. Terwujudnya pengembangan model-model penilaian pembelajaran.
4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Ma’arif 5 Ponorogo
a. Keadaan Pendidik
Kepala Sekolah : 1
Guru Tetap : Laki-laki 6 dan Perempuan 6
-
51
Guru Bantu Pusat : 1
Tenaga Administrasi : Laki-laki 1 dan Perempuan 2
b. Keadaan Peserta didik
Di SMP Ma’arif 5 Ponorogo jumlah siswa kelas VII, VIII, IX, dari tiap
tahunnya berbeda-beda, dari tahun:
2012/2013 jumlah siswa keseluruhan adalah 67
2013/2014 jumlah siswa keseluruhan adalah 60
2014/2015 jumlah siswa keseluruhan adalah 48
2015/2016 jumlah siswa keseluruhan adalah 34
5. Kondisi SMP Ma’arif 5 Ponorogo
Peningkatan kondisi di sekolah ini adalah usaha segenap unsur sekolah
yang telah bekerja keras untuk meningkatkan mutu SMP Ma’arif 5
Ponorogo.
a. Luas Tanah : 2090 m
b. Ruang Kepala Sekolah : 1 Buah
c. Ruang Kantor : 1 Buah
d. Ruang Guru : 1 Buah
e. Ruang Perpustakaan : 1 Buah
f. Ruang Laboraturium IPA : 1 Buah
g. Ruang UKS : 1 Buah
h. Ruang Kelas : 3 Buah
-
52
i. Toilet : 1 Buah
6. Sarana dan Prasarana SMP Ma’arif 5 Ponorogo
Sarana dan prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo memadai. Sarana
dan prasarana yang masih perlu diperbaiki dan dilengkapi meliputi: ruang
dan buku-buku perpustakaan, ruang media, ruang dan peralatan laboraturium
IPA, peralatan olahraga dan ruang mushola. Hasil analisis menunjukkan
perlunya perhatian dari pemerintah dan komite sekolah untuk melengkapi
sarana dan prasarana yang masih kurang.
7. Data Tata Tertib Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo
Jenis-jenis pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo
adalah sebagai berikut:
1. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Ketentuan pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran di sekolah diatur
sebagai berikut :
a. Waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
b. Siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas kecuali kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.
c. Siswa tidak dibenarkan keluar ruangan kelas pada jam pelajaran,
pada waktu guru pengajar belum memasuki ruang kelas. Apabila
-
53
dalam waktu sepuluh menit guru pengajar belum memasuki ruang
kelas, maka ketua/ wakil ketua kelas menghubungi guru
pengampu/guru piket.
d. Siswa dilarang mengaktifkan Hand Phone, Audio Vidio Player
(MP3, MP4, dan sejenisnya) serta bermain game pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e. Siswa tidak dibenarkan untuk makan dan minum pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
f. Siswa tidak dibenarkan memakai pakaian/atribut lain yang tidak
sesuai ketentuan sekolah, seperti jaket, sweater, topi dan sejenisnya
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
g. Siswa tidak dibenarkan membawa uang berlebihan/barang berharga
ke sekolah tanpa alasan yang jelas.
h. Siswa tidak dibenarkan melakukan aktivitas yang tidak berkaitan
dengan materi pelajaran pada saat kegiatan pembelajaran
berlangusung.
i. Siswa tidak dibenarkan mengganggu jalannya kegiatan
pembelajaran kelas lain.
j. Siswa wajib menghormati guru dan karyawan SMP Ma’arif 5
Ponorogo.
k. Siswa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan pembelajaran
dengan tertib.
-
54
2. Pakaian seragam dan kelengkapannya.
a. Pakaian seragam siswa yang ditentukan sekolah adalah sebagai
berikut :
1) Senin dan Selasa : Seragam OSIS lengkap berdasi, ikat pinggang
hitam, sepatu (bertali) hitam, kaos kaki putih polos minimal
sepuluh cm di atas mata kaki.
2) Rabu dan Kamis : Seragam Identitas sekolah dengan atribut
lengkap, ikat pinggang hitam, sepatu bebas, kaos kaki warna
bebas minimal sepuluh cm di atas mata kaki.
3) Jumat dan Sabtu : Seragam Pramuka, ikat pinggang hitam,
sepatu (bertali) hitam, kaos kaki hitam minimal sepuluh cm di
atas mata kaki.
b. Siswa diwajibkan berpakaian seragam dengan atribut lengkap (bedge,
lokasi, logo sekolah).
c. Bagi siswa putri berjilbab :
1) Pada saat berseragam OSIS, jilbab warna putih tanpa motif.
2) Pada saat seragam identitas sekolah, jilbab menyesuaiakan warna
baju tanpa motif.
3) Pada saat memakai seragam pramuka, jilbab berwarna coklat tua
tanpa motif.
d. Siswa diwajibkan berpakaian rapi, bersih dan sopan.
e. Larangan memakai aksesori :
-
55
1) Siswa putra : dilarang bertindik, bertato, memakai/membawa
kalung, gelang, cincin, anting, dan sejenisnya.
2) Siswa putri : dilarang bertato, bertindik berlebihan, berdandan
berlebihan, memakai gelang ataupun kalung bukan emas, dan
memakai gelang ataupun kalung emas berlebihan.
f. Siswa wajib memakai pakaian olah raga dan kelengkapannya sesuai
dengan ketentuan sekolah.
3. Pelaksanaan ibadah
a. Siswa wajib mengikuti kegiatan perayaan hari-hari besar keagamaan
yang dilaksanakan atau diadakan sekolah sesuai dengan agamanya.
b. Semua siswa yang beragama Islam wajib menjalankan ibadah puasa
pada bulan Ramadhan.
c. Semua siswa yang beragama Islam wajib menjalankan ibadah sholat
tarwih di Masjid SMP Ma’arif 5 Ponorogo sesuai dengan jadwal
yang ditentukan.
d. Semua siswa yang beragama Islam wajib melaksanakan sholat
dhuhur sebelum pulang sekolah.
e. Siswa yang beragama Islam wajib melaksanakan pembacaan surat-
surat pendek dan Asmaul Husna pada jam nol.
4. Perilaku siswa.
a. Siswa wajib menjaga nama baik sekolah.
-
56
b. Siswa wajib bersikap dan berperilaku sopan, menghormati Bapak/Ibu
guru dan karyawan, bertutur kata yang baik disekolah maupun di luar
sekolah.
c. Siswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan,keindahan
dan kenyamanan disekolah.
d. Siswa wajib parkir pada tempatnya.
e. Siswa dilarang menyebarkan berita bohong dan memfitnah.
f. Siswa putra berambut pendek, rapi, dan tidak disemir warna.
g. Siswa dilarang berkuku panjang dan mewarnai kuku.
h. Siswa dilarang melakukan pemalsuan tanda tangan yang
berhubungan dengan urusan sekolah.
i. Siswa dilarang mencontek dan bekerja sama pada saat ujian/ulangan
berlangsung.
j. Siswa dilarang menyalahgunakan uang yang seharusnya untuk
pembayaran administrasi sekolah.
k. Siswa dilarang menyalahgunakan uang iuran kelas, kas kelas, dan
sejenisnya.
l. Siswa dilarang membawa, mengedarkan dan mengonsumsi minuman
keras, narkoba, dan zat psikotropika lainnya didalam / luar sekolah.
m. Siswa dilarang membawa rokok/merokok dan berjudi.
n. Siswa dilarang mencorat-coret tembok, meja, dan fasilitas sekolah
lainnya.
-
57
o. Siswa dilarang membawa atau melihat media cetak/elektronik berbau
pornografi.
p. Siswa dilarang membawa senjata tajam/ senjata api.
q. Siswa dilarang menganiaya orang lain.
r. Siswa dilarang berkelahi/tawuran.
s. Siswa dilarang mencuri uang/barang milik sekolah/orang lain.
t. Siswa dilarang mengunjungi tempat-tempat yang tidak layak bagi
pelajar, seperti diskotik, night club dan lain lain.
u. Siswa tidak dibenarkan berada di luar tempat tinggal lewat jam 22.00
WIB tanpa keperluan yang jelas.
v. Siswa dilarang bercanda berlebihan baik perkataan maupun
perbuatan.
w. Siswa dilarang melakukan pergaulan bebas dengan lawan
jenis/sejenis yang melampaui norma agama dan susila.
x. Siswa dilarang melakukan tindak asusila.
y. Siswa dilarang menikah selama masih berstatus sebagai siswa.
z. Siswa wajib mematuhi tata tertib sekolah yang sudah ditetapkan.
5. Pelanggaran dan poin-poin.1
a. Setiap siswa yang melanggar tata tertib diberikan sanksi langsung
dan kredit poin berdasarkan jenis pelanggarannya.
1 Lihat lampiran 04, (kredit poin pelanggaran dan tindak lanjut dan sanksi).
-
58
b. Semakin besar kredit poin yang diberikan, menunjukkan semakin
besar bobot pelanggaran yang dilakukan siswa.
c. Pelanggaran yang dilakukan lebih dari satu kali, kredit poin
diakumulasikan dengan pelanggaran sebelumnya dengan jenis sanksi
sesuai kredit poin akumulasi.
d. Kredit poin pelanggaran diakumulasikan selama 3 tahun, dengan
ketentuan sebagaiberikut :
1) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk
siswa Kelas X adalah 100 poin.
2) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk
siswa Kelas XI adalah 150 poin (sudah termasuk akumulasi poin
dari Kelas X).
3) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk
siswa Kelas XII adalah 200 poin ( sudah termasuk akumulasi
poin dari Kelas X dan Kelas XI).
e. Siswa yang telah mencapai kredit poin lebih besar dari batas
maksimal kredit poin seperti diatur dalam ayat 4 di atas, dikeluarkan
dari sekolah.
-
59
B. Deskripsi Data Khusus
1. Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo
a. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Ketentuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Ma’arif 5
Ponorogo diatur supaya siswa mematuhi peraturan tata tertib sekolah.
Maka dari itu ketika pelajaran berlangsung siswa tidak boleh keluar
kelas tanpa seizin guru. Hal ini sebagaimana yang telah ada pada
transkip dokumen sebagai berikut:
Siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas kecuali kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.2
Adapun yang telah diutarakan oleh Guru PAI SMP Ma’arif 5
Ponorogo sebagai berikut:
Setiap anak yang melanggar tata tertib sekolah akan mendapat
sanksi, misalnya anak yang datang terlambat masuk kelas maka
tidak boleh mengikuti pelajaran sebelum mendapat izin dari guru
piket, atau siswa berdiri didepan kelas untuk menghafal surat
pendek, lagu wajib, dll, jika guru piket tidak ada.3
Dari deskripsi diatas dapat diketahui bahwa tata tertib sekolah
terkait waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP
Ma’arif 5 Ponorogo adalah siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas
kecuali kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan. Dan bagi
2 Lihat transkip dokumentasi no, 03/D/17-V/2018. 3 Lihat transkip wawancara no, 03/W/29-VI/2018.
-
60
siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah akan mendapatkan
sanksi dari pihak sekolah.
b. Pakaian Seragam dan Kelengkapannya
Diantara peraturan tata tertib sekolah yang ada, salah satu
peraturannya adalah tentang tata tertib pakaian seragam dan
kelengkapannya. Siswa harus memakai seragam sesuai yang ditentukan
oleh sekolah. Siswa diwajibkan berpakaian dengan atribut lengkap,
yaitu berpakaian rapi, bersih dan sopan. Hal ini sebagaimana yang telah
diutarakan oleh Guru PAI SMP Ma’arif 5 Ponorogo sebagai berikut:
Tata tertib di SMP Ma’arif 5 Ponorogo sudah terlaksana, seperti
upacara bendera yang diadakan setiap hari senin, siswa memakai
seragam sesuai ketentuan sekolah, masuk dan pulang sesuai dengan
jam yang telah ditentukan, sholat dhuha dan sholat dzuhur
berjamaah.4
Selain keterangan tersebut Guru BK SMP Ma’arif 5 Ponorogo juga
mengatakan bahwa:
Tetap peraturan kita laksanakan sesuai dengan ketentuan yang
tertulis, tetapi kita bijaki adalah alasan anak melanggar. Kalau
semisal baju tidak masuk kalau saya langsung saya suruh bersih-
bersih toilet, atau menyirami tanaman atau membuang sambah.
Kalau misal A nya banyak itu otomatis tidak kita naikkan itu untuk
kelas 1 dan 2. Tetapi kalau untuk anak kelas 3 itu ada banyak
permasalahan, itu kita asramakan di pondok pesantren. Kita
asramakan minimal 1 minggu, dan itu semua atas kesepakatan
antara pihak sekolah dan orang tua. Untuk masalah biaya orang tua
yang menanggungnya, sekolah hanya mengasramakan supaya
perilakunya berubah.5
4 Lihat transkip wawancara no, 03/W/29-VI/2018. 5 Lihat transkip wawancara no, 02/W/03-VII/2018.
-
61
Pakaian seragam dan kelengkapannya sangat penting sekali di
dalam tata tertib sekolah, utamanya ketika mengikuti upacara bendera
yang wajib diikuti siswa setiap hari senin, siswa harus berpakaian
lengkap beserta atributnya dan berpakaian rapi. Hal ini sebagaimana
yang telah ada pada transkip dokumen sebagai berikut:
Siswa diwajibkan berpakaian seragam dengan atribut lengkap, dan
siswa diwajibkan untuk berpakaian rapi, bersih dan sopan.
Kemudian bagi siswa putri berjilbab, dan larangan untuk memakai
aksesoris atau benda berharga.6
Selain keterangan tersebut Guru Akidah Akhlak di SMP Ma’arif 5
Ponorogo juga mengatakan bahwa:
Tata tertib berjalan dengan baik, akan tetapi masih perlu ditekankan
kembali terkait dengan kedisiplinan anak didik. Secara umum
kedisiplinan disini sudah baik, namun memang perlu ditingkatkan
lagi karena masih ada beberapa anak yang belum mematuhinya,
termasuk ketika upacara terlambat, kemudian mengenai kelegkapan
atribut berseragam juga masih ada yang tidak dipakai seperti dasi,
kemudian tentang kebersihan, sampah itu tiap hari di kelas pasti
ada, karena kebiasaan anak-anak itu menaruh sampah di meja atau
di dalam meja tidak kok langsung dibuang di tempat sampah. Dan
saya juga masih sering sekali melihat anak-anak ketika masih di
lingkungan sekolah baju seragam mereka dikeluarkan tidak kok di
masukkan, tapi biasanya kalo ketika saya atau guru lain melihat
seperti itu saya akan memberi hukuman kepada mereka yang
melanggar.7
Berdasarkan data observasi yang telah diteliti di SMP Ma’arif 5
Ponorogo adalah:
6 Lihat transkip dokumentasi no, 03/D/17-V/2018. 7 Lihat transkip wawancara no, 04/W/28-VI/2018.
-
62
Kegiatan Upacara ya