skripsi hubungan teknik menyusui dengan kejadian
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI 0 - 3 BULAN
DI KLINIK DINA MEDAN DENAI TAHUN 2018
WELAN SARI PUTERI TAMPUBOLON
P07524414049
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI 0 - 3 BULAN
DI KLINIK DINA MEDAN DENAI TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV
WELAN SARI PUTERI TAMPUBOLON P07524414049
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Kebidanan, Prodi D-IV Kebidanan Medan Skripsi, 19 Juli 2018
Welan Sari Puteri Tampubolon
viii + 47 halaman ,8 tabel, 12 gambar , 9 lampiran
Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 – 3 Bulan
Di Klinik Dina Medan Denai Tahun 2018
Abstrak
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Dari hasil SDKI 2012 AKB sebanyak 32/1000 KH. Sedangkan AKB di Sumatera Utara sebesar 40 / 1.000 kelahiran hidup (KH). Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi di Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI). Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar (Yuliani, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi di Klinik Dina Medan Denai Tahun 2018
Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Teknik menyusui yang salah dapat menyebabkan regurgitasi. Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung ke dalam kerongkongan dan dikeluarkan melalui mulut yang berlangsung secara involunter. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.
Hasil penelitian menujukkan terdapat 15 orang (44.1%) yang melakukan teknik menyusui dengan benar dan terdapat 21 orang (61.8%) yang mengalami kejadian regurgitasi didapatkan dari hasil tabulasi silang terdapat hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi dengan nilai p= 0,001 (p < 0,05) dan RP sebesar 3.355 artinya yang melakukan teknik menyusui yang kurang baik beresiko 3.355 kali mengalami kejadian regurgitasi.
Didapatkan bahwa teknik menyusui memiliki hubungan dengan kejadian regurgitasi dan perlu dilakukan penyuluhan dan KIE oleh tenaga kesehatan terutama oleh bidan tentang teknik menyusui yang benar agar kejadian regurgitasi dapat dicegah.
Kata kunci : Teknik menyusui, Kejadian regurgitasi
Daftar Bacaan : 37 (2011-2017)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Hubungan
Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 – 3 Bulan di Klinik
Dina Medan Denai Tahun 2018”.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun Proposal.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan
4. Julietta Hutabarat, SST, S.Psi. M.Keb selaku pembimbing utama yang
telah memberikan saran dan bimbingan.
5. Eva Mahayani, SST, M.Kes selaku pembimbing pendamping sekaligus
penguji pertama yang telah memberikan saran dan bimbingan.
6. Drs. Mukamto, MPH selaku ketua penguji yang telah memberikan saran
dan bimbingan.
7. Seluruh dosen dan staf jurusan kebidanan Prodi D-IV Kebidanan Medan
8. Afriana Am.Keb selaku bidan di Klinik Dina Medan Denai yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
9. Teman – teman angkatan I D-IV 0 tahun Kebidanan Medan stambuk 2014
10. Sahabat – sahabat selama perkuliahan: Desy S, Mayrida, Yolanda K,
Rika W, Selfi D yang banyak memberi semangat, dukungan,doa dan
berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta Ir. Samser
Tampubolon dan ibunda Helmina Sinaga, SPd, dan saudara saya (Irfandi N
Tampubolon SKM, Agus Rusman,Amd) dan adik-adik saya
(Pranson,Nanda,Jesita, Amelia,Enisa) serta
keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi dan doa untuk penulis
dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis sampaikan terimakasih,
semoga Tuhan Yesus senantiasa melimpahkan kasih dan anugerahNya kepada
kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencurahkan berkat dan kasih
karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan kebidanan.
Medan, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
C.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4 C.2 Tujuan Khusus...................................................................... 4
D. Manfaat........................................................................................ 4 D.1 Manfaat teoritis .................................................................... 4 D.2 Manfaat Praktis .................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 7 B. Kerangka Teori ........................................................................... 29 C. Kerangka Konsep ....................................................................... 30 D. Defenisi Operasional .................................................................. 30 E. Hipotesis ..................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32
A. Jenis dan Metode Penelitian ..................................................... 32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 33 E. Alat / Instrumen dan Bahan Penelitian ..................................... 34 F. Prosedur Penelitian ................................................................... 34 G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 38
A. Hasil............................................................................................ 38 B. Pembahasan ............................................................................ 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45
A. Kesimpulan ............................................................................... 45 B. Saran ......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Lima kunci pokok menilai proses menyusui ibu dan bayi .... 11 Tabel 2.2 Penyebab perlekatan yang salah / buruk ............................ 19 Tabel 2.3 Daftar tilik observasi menyusui ............................................. 20 Tabel 2.4 Defenisi Operasional............................................................. 30 Tabel 4.1 Data demografi .................................................................. 38 Tabel 4.2 Analaisis Univariat ............................................................... 39 Tabel 4.3 Analisis Bivariat..................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Cara meletakkan bayi dan memegang payudara ......... 10 Gambar 2.2 Posisi menyusui mengendong....................................... 13 Gambar 2.3 Posisi Mengendong Menyilang...................................... 14 Gambar 2.4 Posisi football (mengepit) .............................................. 15 Gambar 2.5 Posisi menyusui berbaring miring.................................. 16 Gambar 2.6 Posisi menyusui bayi kembar ....................................... 17 Gambar 2.7 Cara Perlekatan Yang benar ......................................... 18 Gambar 2.8 Perbedaan perlekatan yang benar dan yang salah ...... 18 Gambar 2.9 Menyendawakan bayi .................................................... 27 Gambar 2.10 Kerangka Teori .............................................................. 29 Gambar 2.11 Kerangka Konsep .......................................................... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 Surat Survey Pendahuluan Lampiran 3 Etika Penelitian Lampiran 4 Kartu Bimbingan Lampiran 5 Lembar Checklist Lampiran 6 Lembar Kuesioner Lampiran 7 Master Tabel Lampiran 8 Hasil Olahan Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Dari hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012
angka kematian bayi sebanyak 34 / 1000 kelahiran hidup (KH) menjadi 32 / 1000
kelahiran hidup (KH). Penyebab kematian neonatal adalah asfiksia yaitu sebesar
27%. Adapun penyebab langsung kematian bayi baru lahir 29% disebabkan
berat bayi lahir rendah BBLR, asfiksia (13%), tetanus (10%), masalah pemberian
makan (10%), infeksi (6,7%), gangguan hematologik (5%) dan lain-lainnya
(27 %) (SDKI, 2012).
Berdasarkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara dari 259.320
bayi yang lahir hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun.
Berdasarkan angka kematian bayi (AKB) di Sumatera Utara sebesar 40 / 1.000
kelahiran hidup (KH). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilaksanakan tahun 2007 menunjukkan bahwa kematian terbanyak pada
kelompok bayi 0 - 6 hari di dominasi oleh gangguan / kelainan pernafasan
(35.9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama
kematian bayi pada kelompok 7 - 28 hari yaitu sepsis (20.5%), malformasi
kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab utama kematian bayi
pada kelompok 29 hari - 11 bulan yaitu diare (31,4%), pneumonia (23,6%)
dan meningitis / ensefalitis (Profil Sumatera Utara, 2012).
Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi di
Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Pada
tahun 2012 telah diterbitkan peraturan pemerintah tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif yaitu PP Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada
bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (Profil Kesehatan, 2016).
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 - 5 bulan di Indonesia pada
tahun 2016 sebesar 54,0% dan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan
sebesar 29,5%, dimana target renstra dalam pencapaian pemberian ASI
eksklusif sebesar 42%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Sumatera Utara
pada bayi 0 - 5 bulan sebesar 46,8% dan pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 12,4%
( Profil Kesehatan, 2015).
Penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif adalah
Pemberian susu formula, faktor ibu bekerja, faktor terbatasnya tenaga konselor
ASI, faktor kurangnya edukasi, advokasi. Ada 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM) salah satunya membantu ibu tentang teknik meyusui yang
benar (Profil Kesahatan, 2013). Menurut WHO 2009 terdapat 35,6% ibu gagal
menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu-ibu Negara berkembang,
sementara itu berdasarkan dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dijelaskan
bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar (Yuliani, 2014).
Teknik menyusui yang tidak tepat dapat menyebabkan regurgitasi seperti
proses perlekatan yang salah, posisi terlentang saat disusui mengakibatkan ASI
yang diminum dapat keluar kembali (Dwienda, 2014). Semua bayi mengalami
regurgitasi khususnya ketika bayi (Bernstein, 2017). Regurgitasi adalah aliran
balik isi lambung ke dalam kerongkongan dan dikeluarkan melalui mulut yang
berlangsung secara involunter (IDAI, 2013).
Cakupan kejadian regurgitasi pada bayi sekitar 25% mengalami
regurgitasi > 4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami regurgitasi
1 – 4 kali per hari sampai usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami
kecemasan mengenai regurgitasi pada bayi, dimana kecemasan lebih berkaitan
dengan dengan frekuensi (66%) dan volume regurgitasi (9%) (IDAI, 2016).
Faktor yang menyebabkan terjadinya Regurgitasi adalah proses
menyusui yang terlalu cepat diakhiri, posisi ibu menyusui sambil tiduran dengan
posisi miring dan posisi bayi yang salah saat menyusui dan menyebabkan udara
masuk ke dalam lambung dan cairan tersebut tidak masuk ke saluran
pencernaan tetapi ke saluran nafas, ASI yang diberikan melebihi kapasitas
lambung jika bayi suka dot besar dan diberi dot kecil, ia akan malas menghisap
karena lama akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut bayi
sehingga lebih banyak udara yang masuk udara masuk ke lambung yang
mengakibatkan bayi mengeluarkan susu kembali, klep penutup lambung belum
berfungsi sempurna (Dwienda, 2014).
Jika regurgitasi secara belebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam
waktu lama akan menyebabkan masalah yang bisa mengakibatkan gangguan
pada bayi. Baik gangguan pertumbuhan yaitu asupan gizi berkurang karena
asupan makanan tersebut keluar dan dapat merusak dinding kerongkongan
akibat asam lambung yang ikut keluar dan terjadinya regurgitasi melalui hidung
dan bahkan disertai muntah dan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan
cairan tubuh. Regurgitasi dikategorikan normal, jika terjadi beberapa saat setelah
makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain seperti berat badan bayi
menurun, rewel, regurgitasi bercampur darah, susah makan dan minum
(Rukiyah, 2013).
Adapun upaya untuk mencegah dan mengatasi regurgitasi adalah dengan
memperbaiki cara menyusui sehingga tidak menyebabkan terlalu banyak udara
yang tertelan. Sendawakan bayi dengan tujuan udara yang tertelan pada saat
menyusui dapat dikeluarkan (Samsuri, 2016). Jangan mengangkat bayi saat
regurgitasi segera mengangkat bayi ketika tidur itu berbahaya karena regurgitasi
bisa turun dan masuk ke paru-paru. Jika regurgitasi keluar dari hidung bersihkan
segera (Erlina 2008 dalam Yuliani 2014).
Menurut Andani dkk, 2015 tentang Hubungan Posisi Ibu Menyusui
Dengan Kfejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang didapatkan bahwa posisi menyusui di Desa Jetak
Kecamatan Getasan kabupaten Semarang. Sebagian besar dalam kategori
posisi menyusu tidak baik yaitu sejumlah 21 orang (55,3%) dan sebagian besar
bayi mengalami kejadian regurgitasi yaitu sejumlah 22 bayi (57.9%) dan yang
tidak mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16 bayi (42,1%) Hasil uji statistik
diperoleh nilai p 0,027 < 0,05, berarti ada hubungan antar posisi ibu menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian Ninik Azizah, 2014 tentang Hubungan
Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 - 12 Bulan. Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara hubungan
teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 12 bulan dengan nilai
x2 hitung > x
2 tabel atau 4,196 > 3,481 = 0,007.
Hasil studi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Dina pada
tanggal 10 Desember 2017. Didapatkan 6 dari 7 bayi mengalami regurgitasi lebih
dari 1 kali dalam sehari. Dari 7 orang ibu menyusui yang teknik menyusui yang
kurang tepat sebanyak 5 orang dan terdapat 2 orang yang melakukan teknik
menyusui secara tepat. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 7 orang ibu
hanya ada satu orang yang melakukan penanganan regurgitasi dengan baik
seperti memiringkan bayi saat terjadi regurgitasi.
Berdasarkan uraian data yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Teknik Menyusui Dengan
Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0-3 bulan di Klinik Dina Medan Denai Tahun
2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana hubungan teknik menyusui dengan kejadian
regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018 ?
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian
regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018.
C.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu menyusui di Klinik Dina
2. Mengidentifikasi kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan.
3. Menganalisis hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi
pada bayi 0 - 3 bulan.
D. Manfaat
D.1 Manfaat Teoritis
Menambah hasanah tentang hubungan teknik menyusui dengan kejadian
regurgitasi pada bayi.
D.2 Manfaat Praktis
1. Untuk Institusi Pendidikan
a) Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mencegah
dan mengatasi regurgitasi.
b) Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik
menyusui yang benar.
2. Untuk Klinik Bersalin
a) Dapat memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang
teknik menyusui yang benar
b) Dapat Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk
mengatasi regurgitasi.
E. Keaslian Penelitian
1. Merri Andani, Surjani, Chicik Nirmasari (2015) ‘’Hubungan Posisi Ibu
Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”. Jenis peneltian ini deskriptif
koleratif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling jenuh. Analisa data dengan chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan posisi menyusu tidak baik yaitu sejumlah
21 orang (55,3%) dan sebagian besar bayi mengalami kejadian
regurgitasi yaitu sejumlah 22 bayi (57.9%) dan yang tidak mengalami
kejadian regurgitasi sejumlah 16 bayi (42,1%) Hasil uji statistik diperoleh
nilai p 0,027 < 0,05. Persamaan dengan penelitian tersebut terletak pada
variabel penelitian yaitu kejadian regurgitasi (variabel terikat), rancangan
penelitian, teknik pengampilan sampel, analisa data dengan uji chi
square. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variable
penelitian yaitu Teknik menyusui (variable bebas), waktu penelitian,
tempat penelitian, jenis penelitian.
2. Ninik Azizah (2014) “Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian
Regurgitasi Pada Bayi 0-12 Bulan”. Jenis penelitian ini menggunakan
analitik cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). Analisa data
menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara hubungan teknik menyusui dengan
kejadian regurgitasi pada bayi 0-12 bulan dengan nilai x2 hitung > x2 tabel
atau 4,196 > 3,481 = 0,007. Persamaan dengan penelitian tersebut
terletak pada variabel penelitian yaitu teknik menyusui (variabel bebas)
dan kejadian regurgitasi (variabel terikat), jenis penelitian, analisa data
Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada waktu penelitian,
tempat penelitian, teknik pengambilan sampel, tahun penelitian.
3. Rahmawati (2017) “Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik
Menyusui Pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0 – 12 bulan”.
Jenis peneltian ini analitik croos sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Analisa data dengan chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan teknik menyusui dengan nilai p = 0.029 sedangkan
faktor lain tidak berhubungan antara umur p = 0.847, paritas p = 0.950,
pekerjaan p = 0.311 dengan teknik menyusui. Persamaan dengan
penelitian tersebut terletak pada variabel penelitian yaitu jenis penelitian,
analisa data dengan uji chi square. Perbedaan dengan penelitian tersebut
terletak pada variable penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
A.1 Teknik Menyusui
A.1.1 Pengertian
Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam memulai proses
menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase dimana
mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga
kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu
memulai proses menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017).
Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Cara menyusui sangat
mempengaruhi kenyamanan bayi saat menghisap ASI. Bidan / perawat perlu
memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan
(nifas) tentang cara - cara menyusui yang benar (Mulyani, 2015).
A.1.2 Manfaat Menyusui
1. Manfaat bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan bayi.
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
c. ASI mengandung zat pelindung.
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
e. Menunjang perkembangan kognitif.
f. Menunjang perkembangan penglihatan.
g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
(Saleha, 2013).
j. Bagi kesehatan bayi
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI baik untuk bayi. Bayi
yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding dengan
tidak mendapat ASI. ASI dapat menghindari bayi dari malnutrisi karena
komponen gizi ASI yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,
mineral, vitamin dan zat – zat penting lainnya.
k. Kecerdasan
Manfaat bagi kecerdasaran bayi di dalam ASI terkandung DHA yang
baik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak.
Mielinisasi otak adalah salah satu proses pematangan otak supaya
berfungsi optimal. Saat ibu memberikan ASI, terjadi proses stimulasi yang
merangsang terbentuknya networking (hubungan) antara ibu dan bayi
yang terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan, pancaran
dan rasa ASI.
l. Emosi
Pada saat disusui, bayi berada dalam dalam dekapan ibu. Hal ini akan
merangsang terbentuknya “Emotional intelligence / IE” (kecerdasan
secara emosional). ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada
buah hatinya. Doa dan harapan yang didengungkan di telinga bayi
selama proses menyusui akan mengasah kecerdasan spiritual anak
(Maryunani, 2012).
2. Manfaat Memberikan ASI untuk ibu
a. ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu
Dengan memberikan ASI eksklusif berat badan ibu yang bertambah
selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya
hormon oksitosin waktu menyusui menyebabkan kontraksi pada otot
polos dan memberikan ASI membantu memperkecil ukuran rahim ke
ukuran sebelum hamil.
Berbagai kegiatan seperti mengendong bayi, memberi makan,
mengajak bermain merupakan kegiatan yang dapat menurunkan berat
badan. Dengan demikian, menyusui dapat membakar kalori sehingga
membantu penurunan berat badan lebih cepat.
b. Mengurangi resiko anemia
Pada saat memberikan ASI resiko perdarahan setelah bersalin akan
berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan
menyebabkan semua otot polos berkontraksi, kontraksi mengakibatkan
uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan. Perdarahan yang
berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu
penyebab anemia. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan
meningkatkan kontraksi rahim yang dapat mengurangi resiko
perdarahan.
c. Mencegah kanker
Pada saat menyusui hormon estrogen mengalami penurunan,
sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi
dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara
karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron.
d. Manfaat ekonomis
1. Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli
susu / suplemen bagi bayi.
2. Cukup dengan ASI eksklusif, kebutuhan bayi selama 6 bulan
terpenuhi dengan sempurna.
3. Ibu tidak perlu repot untuk sterilkan peralatan bayi seperti dot,
cangkir, gelas, sendok untuk memberikan susu kepada bayi.
e. Manfaat bagi negara
1. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemaikan obat-obatan.
2. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusu.
3. Mendapatkan sumber daya yang berkualitas (Saleha, 2009).
A.1.3 Cara Menyusui Yang Benar
Ibu harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak,
ibu juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat
menyusui bayi, ada beberapa cara yang harus diketahui oleh seorang ibu
tentang cara menyusui yang benar yaitu:
a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan di puting susu
dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembapan puting susu.
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas
pangkuan ibu dengan cara:
1. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
2. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan.
3. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
4. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
5. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
menekan payudara bagian atas aerola
Gambar 2.1
Cara meletakkan bayi dan memegang payudara
Rentinasmawati, 2016. Teknik menyusui yang benar.
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
g. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah aerola.
h. Setelah bayi menghisap payudara tidak perlu dipegang atau di sanggah lagi.
i. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada payudara yang lain, cara melepaskan isapan bayi:
1. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
2. Dagu bayi ditekan ke bawah.
j. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum dikosongkan.
k. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan aerola disekitarnya biarkan kering dengan sendirinya.
l. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusui dengan cara sebagai berikut :
1. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya di tepuk perlahan – lahan.
2. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap
punggung bayi sampai bayi bersendawa.
Berikut formulir ringkasan lima kunci pokok untuk menilai proses menyusui
ibu dan bayi berjalan dengan baik yang disingkat dengan BREAST yaitu body
position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan emosi),
anatomy (anatomi), sucking (menghisap) dan time (waktu).
Tabel 2.1
Lima kunci pokok menilai proses menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik
Tanda-tanda bahwa pemberian ASI berjalan dengan baik
Tanda-tanda kemungkinan adanya kesulitan
Body position ( Posisi tubuh)
a. ibu santai dan nyaman b. badan bayi dekat,
menghadap payudara c. dagu bayi menyentuh
payudara (belakang bayi ditopang)
a. Bahu tegang, condong ke arah bayi
b. Badan bayi jauh dari badan ibu
c. Leher bayi berpaling d. Dagu tidak
menyentuh payudara (hanya bahu atau kepala yang ditopang
Response (respon) a. Bayi menyentuh payudara, ketika ia lapar (bayi mencari payudara)
b. Bayi mencari payudara dengan lidah
c. Bayi tenang dan siap pada payudara
a. Tidak ada respon terhadap payudara
b. Bayi tidak berminat untuk menyusu
c. Bayi gelisah atau menangis
d. Bayi menghindar / tergelincir dari payudara
Emotional bonding (ikatan emosi)
a. Pelukan yang mantap dan percaya diri
b. Perhatian ibu terhadap bayi (kontak ibu dan
a. Pelukan tidak mantap dan gugup
b. Tidak ada kontak mata ibu-bayi
bayi) c. Banyak sentuhan
belaian dari ibu
c. Sedikit sentuhan atau menggoyang atau menggendong bayi
Anatomy (anatomi ) a. Payudara lembek setelah menyusui
b. Puting menonjol keluar, memanjang
c. Kulit tampak sehat d. Payudara tampak
membulat sewaktu menyusui
a. Payudara bengkak b. Puting rata atau
masuk ke dalam c. Fisura atau
kemerahan pada kulit d. Payudara tampak
meregang atau tertarik
Sucking (menghisap)
a. Mulut terbuka lebar b. Bibir berputar keluar c. Lidah berlekuk sekitar
payudara d. Pipi membulat e. Lebih banyak areola di
atas mulut bayi f. Menghisap pelan dan
dalam diselingi istrahat g. Dapat melihat atau
mendengar tegukannya
a. Mulut tidak terbuka lebar, mengarah ke depan
b. Bibir bawah berputar ke bawah
c. Lidah bayi tidak tampak
d. Pipi tegang dan tertarik ke dalam
e. Labih banyak areola di bawah mulut bayi
f. Dapat menghisap cepat
g. Dapat mendengar kecapan atau klikan
Time (Lamanya menghisap )
Bayi melepaskan payudara Ibu melepaskan bayi dari payudara
Sumber : Mulyani, 2015. ASI dan pedoman ibu menyusui. Hal: 37 – 38
A.1.4 Posisi Menyusui
Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu
ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui
dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk
menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi
selama proses menyusui berlangsung.
Sebelum ibu menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang
bayi. Dalam memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai
berikut :
a. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat
menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung.
b. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu
seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Posisi ini yang terbaik untuk bayi,
untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit mengarah ke
bawah
c. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.
d. Apabila bayi baru lahir, ibu harus menopang bokong bukan hanya kepala
dan bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih
besar menopang bagian atas tubuhnya biasanya cukup.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu Posisi menggendong (The cradle
hold), posisi menggendong menyilang (cross cradle hold), posisi mengepit
(football), posisi berbaring miring, posisi menyusui dengan kondisi khusus
sebagai berikut:
1. Posisi Mengendong (The Cradle Hold)
Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik
untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui
dengan posisi Madonna (mengendong) :
a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas
pangkuan ibu.
b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Gambar 2.2
Posisi menyusui menggendong
Mckinley, 2015. Posisi Menyusui Yang Benar.
2. Posisi mengendong menyilang (Cross cradle hold )
Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan wajah bayi
ke puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil.
Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan
posisi mengendong menyilang:
a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan
dengan telapak tangan.
b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk
memegang bayi.
c. Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu.
d. Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu
dibelakang kepala dan bawah telinga bayi.
e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.
Gambar 2.3 Posisi Mengendong Menyilang
Natasha, 2015. The Top 4 Breastfeeding Positions.
3. Posisi Football (Mengepit)
Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar untuk menghindari
bayi berbaring di atas perut. Selain itu, posisi ini juga dapat digunakan jika bayi
lahir kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusui, puting susu ibu datar (flat
nipple) atau ibu mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui bayi dengan
posisi football atau mengepit adalah:
a. Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuh bayi diselipkan
dibawah tangan ibu seperti memegang bola.
b. Jika menyusui dengan payudara kanan maka memegangnya dengan tangan
kanan, demikian sebaliknya.
c. Arahkan mulut bayi ke puting susu, mula - mula dagunya (tindakan ini harus
dilakukan dengan hati - hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras
kearah payudara, bayi akan menolak mengerakkan kepalanya / melawan
tangan ibu).
d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
Gambar 2.4
Posisi football (mengepit)
Mckinley, 2015. Posisi Menyusui Yang Benar.
4. Posisi berbaring miring
Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya pada ibu menyusui yang melahirkan
melalui operasi caesar. Yang harus diperhatikan dari teknik ini adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena
itu, harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Pada posisi ini kesukaran
perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala
bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai puting. Menyusui berbaring
miring juga berguna pada ibu yang ingin tidur sehingga ia dapat menyusui tanpa
bangun. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah :
a. Posisi ini dilakukan sambal berbaring ditempat tidur.
b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan
bahu serta diantara lutut. Hal ini akan membuat panggung dan panggul pada
posisi yang lurus.
c. Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke
puting susu.
d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar
bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak
perlu membungkukkan badan kearah bayi sehingga tidak cepat lelah.
Gambar 2.5
Posisi menyusui berbaring miring
Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui
5. Posisi Menyusui dengan kondisi khusus
Adalah posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu
seperti menyusui pasca operasi caesar menyusui pada bayi kembar dan
menyusui ASI yang berlimpah (penuh).
a. Posisi menyusui pasca operasi caesar. Ada dua posisi menyusui yang dapat
digunakan yaitu ;
1.) Posisi berbaring miring
2.) Posisi football atau mengepit.
b. Posisi menyusui dengan bayi kembar
1) Posisi double football atau mengepit :
Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui
seksio caesaria. Posisi football juga tepatnya untuk bayi kembar dimana
kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan dengan cara:
1.) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti
memegang bola.
2.) Letakkan tepat dibawah payudara ibu.
3.) Posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar.
4.) Untuk memudahkan kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar
yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.
5.) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya
saja.
6.) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.
Gambar 2.6
Posisi menyusui bayi kembar
Dokter O, 015. Bagaimana Cara Menyusui Bayi Yang Baik dan Benar
Dalam setiap posisi hal yang penting adalah mengisap secara efektif,
Menyusui segera setelah melahirkan dengan posisi menyusui yang baik adalah
di telungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan pada kulit bayi.
Kontak kulit dalam jam pertama setelah melahirkan membantu menyusui dan
ikatan antara ibu dan bayi terjalin. Semua posisi dapat digunakan sehingga dapat
menemukan posisi yang nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi, namun dianjurkan
untuk berganti – ganti posisi secara teratur. Selain posisi menyusui, bra dan
pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan kenyamanan ibu saat
menyusui (Mulyani, 2015).
A.1.5 Kunci Utama Keberhasilan Menyusui
Agar pemberiaan ASI Eksklusif berhasil hal yang paling utama perlu
diperhatikan adalah :
1. Perlekatan
Perlekatan merupakan kunci keberhasilan menyusui. Agar terjadi
perlekatan yang benar maka bagian areola masuk kedalam mulut bayi, sehingga
mulut bayi dapat memerah ASI.
Gambar. 2.7 Cara Perlekatan Yang benar
Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui
2. Perlekatan yang baik :
a. Dagu menempel payudara ibu.
b. Mulut terbuka lebar.
c. Bibir bawah berputar kebawah.
d. Sebagian besar areola masuk ke mulut bayi.
3. Perbedaan perlekatan yang salah dan benar:
Gambar 2.8
Perbedaan perlekatan yang benar dan yang salah
Rentinasmawati, 2016. Teknik Menyusui Yang Benar.
4. Penyebab perlekatan yang salah / buruk
Tabel 2.2
Sumber: Maryunani, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Hal : 115.
A.1.6 Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi
produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu
dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak
yang masuk.
f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
g. Lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah.
h. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
i. Puting susu tidak terasa nyeri.
j. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
k. Kepala bayi agak menengadah (Dewi, 2014).
Memakai botol - Memberikan susu formula sebelum ASI. - Memberikan makanan pendamping.
Ibu belum berpengalaman - Bayi yang pertama (anak pertama)
- Pemakaian botol
Fungsi tidak sempurna - Bayi yang kecil - Payudara yang kaku - Mulai pemberian ASI terlambat.
Pendukung tidak ada - Keluarga kurang mendukung - Petugas kesehatan kurang terlatih
Tabel 2.3
Daftar tilik observasi menyusui dari UNICEF
Ciri - ciri menyusui berlangsung dengan
baik
Tanda – tanda adanya kesulitan
Sebelum perlekatan
Posisi Ibu
Ibu santai dan nyaman Ibu tidak relaks, bahu tegang Payudara menggantung atau terkulai secara alamiah
Payudara kelihatan terdesak atau terhimpit
Akses ke puting / aerola mudah Akses ke puting / aerola terhalang Rambut / pakaian ibu tidak menghalangi pandangan ibu
Pandangan ibu terhalang rambut / pakaian
Posisi Bayi Kepala dan badan bayi segaris Bayi harus memutar kepala dan
leher untuk menyusu
Bayi di gendong dekat dengan badan ibu
Bayi tidak digendong dekat dengan tubuh ibu
Seluruh badan bayi disokong Hanya kepala dan bahu yang disokong
Hidung bayi berhadapan dengan putting
Bibir bawah / dagu berhadapan dengan putting
Melekat pada payudara
Bayi mencapai atau mencari – cari kea rah payudara
Tidak ada respon terhadap payudara
Ibu menunggu bayi untuk membuka mulutnya dengan lebar
Bayi tidak membuka mulut dengan lebar
Ibu membawa bayi ke arah payudara Ibu tidak membawa bayi medekatinya
Dagu / bibir bawah / lidah menyentuh payudara terlebih dahulu
Bibir atas bayi menyentuh payudara terlebih dahulu
Selama Menyusu (observasi)
Dagu bayi menyentuh payudara Dagu bayi tidak menyentuh payudara
Mulut bayi terbuka lebar Mulut bayi berkerut, bibir bayi runcing ke depan
Pipi bayi lunak dan bulat Pipi bayi tegang dan tertarik ke dalam
Bibir bawah bayi menjulur keluar Bibir bawah bayi mengarah ke dalam
Lebih banyak aerola diatas bibir bayi Lebih banyak aerola terlihat di bawah bibir
Payudara tetap bulat selama menyusui Payudara terlihat teregang atau tertarik
Tingkah Laku bayi
Bayi tetap melekat pada payudara Bayi lepas dari payudara
Mengisap dengan lambat dan dalam
diselingi istrahat Tidak ada suara lain selain suara menelan
Terdengar bunyi mengecap
Terlihat menelan berirama Hanya sekali - kali menelan atau tidak sama sekali
Pada Akhir Menyusu
Bayi melepaskan payudara secara spontan
Ibu melepaskan bayi dari payudara
Payudara tampak lunak Payudara keras atau mengalami peradangan
Bentuk puting sama dengan sebelum menyusui
Puting berbentuk baji atau teremas
Kulit puting / aerola terlihat segar Puting / aerola luka atau pecah – pecah
Sumber: Pollard. 2015. Evidence – Based Care Breastfeeding Mothers. Hal : 72 – 73.
A.1.8 Tanda Bayi Cukup ASI
Masih banyak ibu yang meragukan apakah ASI yang diberikan kepada
kepada bayi yang telah cukup atau tidak. Banyak ibu beranggapan jika bayi
tertidur pada saat menyusui maka bayi sudah bisa dikatakan cukup ASI. Bayi
dikatakan cukup ASI bisa menunjukan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Bayi minum ASI tiap 2 - 3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
8 - 10 kali pada 2 - 3 minggu.
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih
muda pada hari kelima setelah lahir.
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6 - 8 kali sehari.
d. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.
e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis.
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g. Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) sesuai dengan
grafik pertumbuhannya.
h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan
rentang usianya.
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan
cukup (Mulyani, 2015).
A.1.8 Refleks - Refleks Bayi :
a. Refleks menangkap (rooting reflex) :
Berikut ini terdapat beberapa uraian yang menjelaskan tentang rooting
reflex :
1.) Penjelasan tentang reflex menangkap (rooting reflex ) :
a.) Bisa juga disebut sebagai refleks memalingkan muka, dengan
mendekatkan obyek tertentu, terutama puting susu ibunya.
b.) Refleks ini akan menjadi sangat kuat bila bayi sedang lapar.
c.) Pada mulanya, refleks lapar dan segera makan pada bayi
masih termasuk lemah dan belum teratur.
d.) Menjelang usia 1 bulan rasa lapar akan terasa secara ritmis,
hingga perilaku menyusu dan selanjutnya perilaku makan akan
terjadi secara lebih terorganisir.
e.) Pada fase ini, orang tua dapat lebih memanfaatkan keadaan
tersebut untuk mengatur kebiasaan makan bayi sejak dini.
f.) Refleks menangkap dilakukan degan sentuhan di pipi, bayi
melihat dan sentuhan puting bayi akan membuka mulut
berusaha menangkap.
g.) Dalam hal ini, refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh
pipinya dan bayi akan menoleh kearah sentuhan.
h.) Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae maka bayi akan
membuka dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks menghisap (Sucking reflex) :
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam
mulut bayi., dengan demikan sinus lakitiferus yang berada di bawah areola,
tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. Refleks akan tetap
bertahan kuat sampai bayi berusia 1 - 2 tahun dan baru menghilangkan pada
usia 3 tahun. Proses menyusu atau makan pada bayi tidak sekedar memberi
kepuasaan biologis pada bayi, tetapi memberikan kepuasaan emosional - sosial
sekaligus bayi mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sebagai dasar
pembentukan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar tersebut.
Misalnya bila ibu menyusui sedang dalam keadaan emosi yang tegang,
gelisah, jengkel ataupun perasaan marah pada seseorang / suami sehingga
mempegaruhi produksi ASI sehingga ASI akan keluar sedikit. Bayi kecewa dan
menangis hebat. Ibu akan bertambah cemas dan gelisah, pada akhirnya bayi
akan kehilangan minat untuk menyusu. Bayi akan dikuasai oleh semacam rasa
tidak aman dan rasa tidak percaya terhadap lingkungan. Hal ini akan
mengakibatkan hambatan dalam perkembangan selanjutnya.
c. Refleks menelan ( Swallowing reflex ) :
1.) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi akan
menelannya.
2.) Refleks kenyang, puas bila bayi sudah cukup kebutuhan akan ASI,
maka reflkes menghisap akan dihentikan oleh refleks lain, yaitu
refleks kenyang.
A.2 Regurgitasi
Bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya yang
disebut regurgitasi, bayi sering mengalami regurgitasi / gumoh. Bila hal ini sering
terjadi sering membuat ibu risau. Sebagai bidan harus dapat menjelaskan
mengapa gumoh terjadi dan pencegahan dalam memberikan pendidikan
kesehatan bagi klien / ibu (Maryunani, 2013).
A.2.1 Pengertian
Gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. Regurgitasi adalah
gejala klinis merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi berusia di
bawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.
Jika terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam
waktu lama akan mengakibatkan gangguan pada bayi. Baik gangguan
pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan makanan tersebut
keluar lagi dan merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut
keluar dan mengiritasi (Rukiyah, 2013). Regurgitasi adalah keluarnya kembali
sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa
saat setelah makan dan minum susu ( Depkes 2007 dalam Dwienda 2014).
Regurgitasi adalah keluarnya sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat makanan masuk lambung. regurgitasi adalah hal yang umum
terutama bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini t idak akan mengganggu
pertambahan berat badan bayi dan pada umumnya disebabkan karena bayi
menelan udara pada saat menyusui (Yongki , 2012).
Regurgitasi berbeda dengan muntah. Muntah adalah sebagian besar
makanan yang keluar dari lambung, sedangkan Regurgitasi hanya sedikit
makanan yang dikeluarkan kembali oleh bayi. Regurgitasi merupakan gejala
yang umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi. Hal ini
disebabkan oleh lendir dan cairan ketuban yang tertelan bayi pada waktu proses
persalinan, kedua cairan inilah yang merangsang bayi Regurgitasi. Gangguan ini
tidak membahayakan terutama jika terjadi pada usia kurang dari 6 bulan dan
tidak sering frekuensinya (Maryunani, 2013).
Regurgitasi terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong
keluar ketika makanan masuk ke dalam lambung bayi. regurgitasi terjadi secara
pasif atau terjadi secara spontan dalam konsisi normal regurgitasi dapat dialami
bayi antara 1 - 4 kali sehari. regurgitasi dikatakan normal jika terjadi setelah
makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain yang mencurigakan. Selama
berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, regurgitasi
tidak bercampur darah dan tidak susah makan dan minum maka gumoh tidak
perlu di waspadai (Dwienda, 2014).
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama
pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan
bertambahnya usia diatas 6 bulan, regurgitasi akan semakin jarang dialami oleh
anak. Namun regurgitasi dapat menjadi abnormal apabila terjadi terlalu sering
atau hampir setiap saat. Terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi
juga saat tidur, regurgitasi bercampur darah. Regurgitasi yang seperti ini tentu
saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis
yang diistilahkan dengan refluks esophagus.
Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya
dengan muntah, regurgitasi terjadi secara pasif artinya tidak ada usaha bayi
untuk mengeluarkan makanan dan minuman. Bayi mengalami regurgitasi dalam
keadaan santai dalam gendongan atau sedang berbaring atau bermain
sedangkan muntah terjadi secara aktif, muntah merupakan aksi refleks yang di
koordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa
melalui mulut (Dwienda, 2014). Bayi yang mengalami regurgitasi dimana
volumenya kurang dari 10 cc, regurgitasi susu dalam jumlah yang kecil
merupakan hal yang biasa pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak
mengganggu pertumbuhan. Namun jika volumenya banyak diatas 10 cc dsebut
dengan bayi muntah (Marmi, 2015). Regurgitasi akan berkurang dan menghilang
saat bayi mencapai usia 18 – 24 bulan saat ukuran lambung bayi lebih besar dan
katup penutup lambung lebih kuat (IDAI, 2016).
A.2.2 Etiologi
a) ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung
yang sudah penuh juga bisa membuat bayi regurgitasi, ini terjadi
karena makanan yang sebelumnya belum sampai ke usus tetapi sudah
diisi makanan lagi.
b) Posisi menyusui
i. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara
masuk ke dalam lambung.
ii. Ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara bayi
tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran
pencerna tapi ke saluran nafas dan bayi pun regurgitasi.
iii. Pemakaian bentuk dot
Jika bayi suka dot besar diberi dot kecil ia akan malas menghisap
karena lama. Akibatnya, susu tetap keluar dari dot dan memenuhi
mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.
c) Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, susu akan masuk
ke saluran pencernaan atas baru kemudian ke lambung diantara
kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung pada bayi, klep
ini biasanya belum berfungsi sempurna. Sampai 4 bulan lambung bayi
hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum.
d) Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
e) Terlalu aktif yaitu bayi menggeliat dan bayi terus menerus menangis
hal ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga
keluar dalam bentuk regurgitasi.
f) Bayi sudah kenyang
g) Tergesa-gesa saat pemberian susu.
h) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
i) Regurgitasi terjadi karena bayi minum susu terlalu banyak, sehingga
lambung tidak dapat menampung susu yang masuk. Keadaan ini
menyebabkan perut kembung (Yongki, 2012).
j) Regurgitasi bisa disebabkan oleh cedera di kepala bayi akibat
persalinan yang sulit atau berlangsung lama. Jika cedera kepala bayi
sembuh, perlahan-lahan gejala gumoh juga akan berkurang (Marynani,
2013)
A.2.3 Hal-hal yang harus diwaspadai
Meskipun regurgitasi tidak membahayakan, namun pada keadaan-
keadaan tertentu harus diwaspadai oleh ibu bayi atau bidan, antara lain sebagai
berikut :
a) Bayi regurgitasi dengan karakteristik sebagai berikut :
i. Tanpa memandang cara pemberian minum.
ii. Setiap kali minum ASI atau minuman dimuntahkan.
iii. Muntahan berwarna hijau atau bercampur darah.
iv. Distensi abdomen (Marmi, 2015).
b) Apabila bayi regurgitasi hebat dan berlangsung terus-menerus atau terlalu
sering. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan saluran pencernaan.
Akibat dari gumoh hebat bayi akan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi).
c) Selain regurgitasi hebat, hal yang harus diwaspadai adalah isi dari
regurgitasi. Apakah regurgitasi berisi lendir, bercampur air liur dan darah.
Bila isi regurgitasi bercampur darah dan bayi regurgitasi lebih dari lima kali
sehari maka perlu pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan (Maryunani,
2013).
A.2.4 Pencegahan terjadinya Regurgitasi
Menyusui bayi untuk pertama kalinya merupakan suatu pengalaman yang
menyenangkan, serta menakutkan bagi seorang yang baru menjadi orang tua.
Bayi setelah menyusui harus di sendawakan, sendawa dapat membantu
mengeluarkan udara yang masuk ke perut bayi saat menyusui. Jika bayi tidak
bersendawa setelah menyusui maka udara yang masuk bisa menyebabkan
regurgitasi, mudah tersedak pada beerapa bayi dapat menimbulkan kolik (sakit
perut) sehingga menyebabkan bayi menangis terus – menerus dan membuat
rasa tidak nyaman pada perut bayi, sementara bayi menangis secara tidak
langsung gas akan masuk kembali ke dalam perut bayi yang semakin membuat
bayi tidak nyaman.
Ketika ingin membuat bayi bersendawa, lakukan menepuk dengan lembut
punggung bayi secara berulang dan untuk mencegah adanya cairan yang keluar
letakkan alas dada atau handuk kecil di bawah dagu bayi atau di pundak ibu.
Berikut metode menyendawakan bayi ;
a. Ibu duduk dengan posisi tegak dan gendong bayi pada dada.
b. Letakkan dagu bayi pada bahu ibu dan pegang kepala bayi dengan satu
tangan.
c. Tangan lainnya menepuk lembut punggung bayi secara berulang.
d. Bila bayi mulai rewel atau menangis saat sedang menyusui, maka hentikan
sebentar. Buatlah bayi bersendawa lalu ganti posisi dan menyusui kembali.
Usahakan bayi mengkonsumsi 60 sampai 90 ml susu.
e. Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu bersendawa selama
10 sampai 15 menit sambil bayi tetap ditegakkan. Bayi yang tidak
bersendawa akan mengeluarkan susu yang telah diminum (Marmi, 2015).
Gambar 2.9 Menyendawakan bayi
Bahagia, 2013 . Buku Panduan Keterampilan Teknik Menyusui.
A.2.5 Penatalaksanaan
a. Perbaiki teknik menyusui, setelah menyusui usahakan bayi
disendawakan.
b. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi yang sedang
menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat
seluruh puting susu ibu (Yongki, 2012).
c. Jika bayi gumoh cepat miringkan tubuhnya atau diangkat ke belakang
seperti disendawakan atau di tengkurangkan agar muntahan tidak
masuk ke saluran nafas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
Jika cairan susu keluar dari hidung, segera dibersihkan orang tua tidak
perlu khawatir karena gumohnya sudah keluar. Yang menjadi
perhatian bila cairan susu yang keluar dari hidung masuk lagi dan
terhisap ke saluran nafas dan masuk ke paru - paru dan harus segera
ditangani lebih lanjut.
d. Memperlakukan bayi secara halus karena gumoh dapat juga
disebabkan oleh gangguan psikologis, misalnya bayi diperlakukan
kasar.
e. Setelah selesai menyusui, tubuh bayi seharusnya tidak digoyang-
goyang atau diayun - ayun.
f. Tutuplah baju atau pangkuan ibu dengan handuk bersih, sedangkan
untuk bayi dapat dikenakan celemek untuk berjaga - jaga bila bayi tiba
- tiba memuntahkan sebagian dari makanan atau minuman
(Maryunani, 2013).
g. Setelah minum ASI posisikan bayi tegak selama 30 menit, pastikan
bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.10 Kerangka Teori
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Sumber : Dwienda, 2014; Marynani, 2013; Rukiyah, 2013.
Kejadian Regurgitasi Teknik
Menyusui
Faktor-faktor yang
menyebabkan regurgitasi:
- Klep penutup lambung
belum sempurna
- Bayi sudah kenyang
- Kegagalan
mengeluarkan udara
- Teknik menyusui yang
kurang tepat
- Tergesa-gesa saat
pemberian ASI
- Bayi terlalu aktif
Dampak regurgitasi yang
berlebihan
- Bayi akan kehilangan
cairan (dehidrasi)
- Berat badan bayi
berkurang
- Bayi susah makan dan
minum
- Bayi menjadi rewel
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengeidentifikasi
Hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan
maka dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.11
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
D. Defenisi Operasional
Tabel 2.11 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Cara
Ukur
Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
Variabel dependen (Terikat )
Regurgitasi
Keluarnya
sebagian ASI
yang ditelan
melalui mulut
setelah bayi
menyusu
Observasi
Kuesioner Nominal - Mengalami
-Tidak
Mengalami
Variabel Independen (bebas)
Teknik
Menyusui
Cara ibu
memberikan
ASI kepada
bayi dengan
Perlekatan dan
posisi ibu yang
benar.
Observasi Checklist Nominal - Kurang baik
bila < 50 %
- Baik
Bila > 50 %
Teknik Menyusui :
- Perlekatan
- Posisi Menyusui
Kejadian Regurgitasi
E. Hipotesis
Suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam
perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Ha Ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi
0 - 3 bulan di klinik Dina.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik
dimana penelitian ini mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi dan desain penelitian ini adalah cross sectional dimana
rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara
simultan pada satu saat atau sekali waktu (Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Dina jl. Bromo Ujung. Alasan pemilihan
Klinik Dina sebagai tempat penelitian karena jumlah ibu bersalin dan yang
memiliki tafsiran persalinan diantara februari sampai dengan maret di klinik dina
tersebut cukup banyak, diperkirakan 18 orang perbulan dan jumlah bayi 0 - 3
bulan cukup banyak diperkirakan 16 orang dilihat dari data cakupan imunisasi
setiap bulan. Sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang
sesuai dengan. 3
B.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari studi pendahuluan hingga seminar hasil
akhir yaitu dari mulai November sampai dengan Juli 2018
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang menyusui secara eksklusif dan mempunyai bayi
berumur 0 - 3 bulan di Klinik Dina yang berjumlah 34 responden.
C.2 Sampel
C.2.1 Besar Sampel
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
menyusui secara eksklusif dan mempunyai bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina. Besar
sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang.
C.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengumpulan sampel secara sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. (Notoatmodjo,
2012).
C.2.3 Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri - ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).
Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Ibu yang menyusui secara eksklusif
b. Ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 3 bulan.
c. Bersedia menjadi responden.
d. Bayi yang sehat secara fisik dan tidak mengalami gangguan kongenital
seperti labiopalatoskizis dan labioskizis.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi :
Data kareteristik ibu menyusui (nama, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas)
dikumpulkan secara langsung melalui teknik wawancara.
Data sekunder meliputi :
Data yang didapatkan dari rekam medik yaitu data ibu yang menyusui dan
yang mempunyai bayi 0 - 3 bulan.
D.2 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan :
a. Saat ibu datang ke klinik Dina untuk membawa anaknya imunisasi, lalu
peneliti melakukan wawancara apakah ibu dan bayi sesuai dengan kriteria
peneliti. Kemudian jika sesuai dengan kriteria, peneliti akan dan menjelaskan
tujuan dari penelitian dan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Lalu peneliti mengobservasi teknik menyusui ibu dengan lembar
checklist sebagai panduan dan mengoberservasi apakah bayi mengalami
regurgitasi atau tidak dan peneliti memberikan kuesioner kepada ibu untuk
diisi.
b. Pengumpulan data dilakukan dengan cara door to door. Data yang telah di
dapat dari Klinik Dina akan dikumpulkan dan peneliti datang ke rumah calon
responden dan memberikan penjelasan tentang tujuan kedatangan peneliti
dan menjelaskan tujuan dari penelitian, lalu peneliti memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Lalu peneliti mengobservasi teknik
menyusui ibu dengan lembar checklist sebagai panduan dan
mengoberservasi apakah bayi mengalami regurgitasi atau tidak dan peneliti
memberikan kuesioner kepada ibu untuk diisi.
E. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian
Alat ukur / instrument dan bahan yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini adalah checklist mengenai teknik menyusui dan kuesioner
untuk kejadian regurgitasi
a. Kuesioner untuk kejadian regurgitasi berbentuk closed ended /
pertanyaan tertutup dengan satu pertanyaan, dengan pilihan jawaban
dichotomous choice yaitu :
Indikator penilaian : Mengalami regurgitasi, kode 1
Tidak mengalami regurgitasi, kode 2
b. Checklist untuk teknik menyusui dengan pilihan jawaban dichotomous
choice yaitu dalam pernyataan hanya disediakan dua jawaban/alternatif.
Indikator penilaian : Dilakukan, kode 1
Tidak dilakukan, kode 0
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap I : Perijinan
Pada tahapan ini peneliti mengajukan permohonan izin penelitian
kepada Institusi pendidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
untuk melakukan studi pendahuluan, pengambilan data dan penelitian
terhadap ibu menyusui secara eksklusif dan bayi usia 0 – 3 bulan di
lapangan.
2. Tahap II : Penarikan Sampel
Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan
yaitu ibu yang menyusui secara eksklusif dan bayi yang mempunyai bayi
0 – 3 bulan pada bulan Februari - Maret 2018.
3. Tahap III Persetujuan responden
Peneliti memberikan inform consent sebagai lembar persetujuan
yang bersedia menjadi responden dalam penelitian tanpa ada unsur
paksaan.
4. Tahap Pengumpulan Data
Peneliti melakukan observasi dengan mengumpulkan data tentang
tehnik menyusui dengan lembar checklist sebagai panduan. Apakah ibu
menyusui dengan teknik menyusui yang baik dengan kode 2 dan kurang
baik dengan kode 1 kemudian melakukan pencatatan dan pengumpulan
data. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada ibu, apakah bayi
mengalami regurgitasi atau tidak mengalami regurgitasi sesaat setelah
menyusui dengan kode 1 jika mengalami regurgitasi dan kode 2 jika
tidak mengalami regurgitasi kemudian melakukan pencatatan.
5. Tahap IV : Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian dimasukkan ke dalam komputer
dan dianalisis dengan bantuan system komputerisasi.
6. Tahap V : Penarikan Kesimpulan
Hasil dari analisis kemudian ditarik kesimpulan.
G. Pengolahan dan Analisis Data
G.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah
Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian
lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di
tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat
segera dilengkapi.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng’’kodean’’ atau ‘’coding’’, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Pada variabel independen yaitu teknik menyusui, peneliti
menggunakan kode jawaban berupa 1 = kurang baik, 2 = baik.
Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam dalam
memasukkan data (data entry).
c. Entry Data
Yaitu dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”
komputer.
d. Cleaning Data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan
data (data cleaning).
e. Scoring
Pemberian nilai pada masing - masing jawaban dari pertanyaan
yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan
penilaian yang telah ditentukan.
f. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-
tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai
dengan kuesioner.
G.2 Analisis Data
Penilaian teknik menyusui menggunakanan checklist dengan
berpedoman pada SOP (Standar Operasioanal Prosedur) menyusui,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P =
x 100 %
Ketarangan:
P = Presentase
F = Jumlah Jawaban Benar
N = Jumlah Soal (Machfoedz, 2011)
Sistem Penilaian (Yuliani, 2014) :
a. Teknik Menyusui yang baik = bila responden melakukan > 50%
tindakan teknik menyusui sesuai SOP (Standar Operasional
Prosedur) menyusui.
b. Teknik Menyusui yang kurang baik = bila responden melakukan <
50% tindakan teknik menyusui sesuai SOP (Standar Operasional
Prosedur) menyusui.
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan bantuan sistem komputerisasi. Data univariat dianalisis yang
dilakukan terhadap tiap variable. Analisis ini menghasilkan distibusi frekuensi
dan presentase dari tiap variabel dan data bivariate dilakukan terhadap dua
variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Data bivariate dianalisis
dengan uji chi square yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas dimana data
berbentuk nominal dan sampelnya besar. Untuk dapat membuat keputusan
tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka harga chi square
dibandingkan dengan taraf kesalahan α = 0.05 (Sugiyono, 2011).
a. Ha ditolak : jika p > 0,05 artinya tidak ada hubungan variable independen
dengan variable dependen
b. Ha diterima : jika p < 0,05 artinya ada hubungan variable independen
dengan variable dependen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Dina yang terletak di jalan
Selamat Bromo Ujung Medan Denai, Pengumpulan data dimulai dari bulan
April sampai dengan bulan Juni. Didapatkan sampel sebanyak 34 orang
sesuai dengan kriteria inklusi.
A.1 Data Demografi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Dina
Medan Denai Tahun 2018
Umur Jumlah (n) Persentase (%) <20 tahun 3 8.8 20-35 tahun 28 82.4 > 35 tahun 3 8.8
Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Pendidikan Dasar 14 41.2 Pendidikan Menengah 19 55.9 Pendidikan Tinggi 1 2.9
Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak Bekerja 14 41.2 Bekerja 20 58.8 Paritas Jumlah (n) Persentase (%) Primipara 16 47.1 Multipara 18 52.9
Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan bahwa karakteristik sampel
berdasarkan umur di Klinik Dina Medan tahun 2018 dari 34 orang mayoritas
berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 28 orang (82.4%). Sedangkan pada
karakteristik sampel berdasarkan pendidikan di Klinik Dina Medan tahun 2018
mayoritas pendidikan menengah sebanyak 19 orang (55.9%), sedangkan pada
karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan di Klinik Dina Medan Denai Tahun
2018 mayoritas bekerja yaitu sebanyak 20 orang (58.8%), pada karakteristik
sampel berdasarkan paritas di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018 mayoritas
multipara sebanyak 18 orang (52.9%)
A.2 Analisis Univariat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Analisis Univariat di Klinik Dina Medan
Denai Tahun 2018
Teknik Menyusui Jumlah (n) Persentase (%) Baik 15 44.1 Kurang Baik 19 55.9
Kejadian Regurgitasi Jumlah (n) Persentase (%) Tidak 13 38.2 Ya 21 61.8
Pada karakteristik sampel berdasarkan teknik menyusui di Klinik Dina
Medan Denai tahun 2018 mayoritas kurang baik sebanyak 19 orang (55.9%)
sedangkan pada kejadian regurgitasi mayoritas mengalami regurgitasi sebanyak
21 orang (61.8%)
A.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara teknik
menyusui dengan kejadian regurgitasi dilakukan dengan menggunakan uji chi-
square pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0.05) yang memperlihatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Teknik Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi di Klinik
Dina Medan Denai Tahun 2018
Teknik
Menyusui
Kejadian Regurgitasi
Total
P RP
Ya Tidak
N % N % N %
Kurang Baik 17 89.4 2 10.6 19 100.0 0.001 3.355
Baik 4 26.7 11 73.3 15 100.0
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil analisis chi
square dengan nilai signifikasi p sebesar 0.001 (p < 0,05) sehingga Ha diterima
artinya ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi.
Adapun RP sebesar 3.355 yang berarti bahwa teknik menyusui yang kurang baik
beresiko 3.355 kali lebih beresiko untuk mengalami regurgitasi.
B. Pembahasan
B.1 Teknik Menyusui
Hasil tabulasi silang memperlihatkan dari 34 sampel yang melakukan
teknik menyusui dengan benar sebanyak 15 orang (44.1 %) dan 19 orang
(55.9%) dengan teknik menyusui yang kurang baik. Hal ini menggambarkan
mayoritas sampel melakukan teknik menyusui yang kurang baik.
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik - teknik
menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi
posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch),
keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui
yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga
keberhasilan menyusui bisa tercapai sedangkan menyusui dengan teknik yang
salah menimbulkan masalah seperti bayi dapat mengalami regurgitasi, puting
susu menjadi lecet sehingga ASI tidak keluar secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI hal ini menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak
tercukupi (Mulyani, 2015).
Menyusui dengan teknik yang kurang baik menimbulkan masalah seperti
puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya enggan menyusu. Hal ini menyebabkan
kebutuhan ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani dengan teknik menyusui
yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga
keberhasilan menyusui bisa tercapai (Rinata, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
multipara sebanyak 18 orang (52.9%). Menurut Sukmawati (2014) paritas
memiliki hubungkan dengan pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya menjadi sumber pengetahuan.
Prevalensi menyusui dengan teknik yang benar cenderung meningkat dengan
bertambahnya jumlah anak, dimana seorang ibu yang telah melahirkan anak
kedua dan seterusnya cenderung untuk menyusui anaknya dengan teknik
menyusui yang lebih baik bila dibandingkan dengan seorang ibu yang menyusui
anak pertamanya. Dimana ibu yang menyusui anak kedua lebih memiliki
pengalaman dalam menyusui anaknya, begitu pula pada anak ketiga dan
seterusnya. Ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui pada anak
pertama sehingga ibu belum mengetahuan secara pasti bagaimana cara dan
teknik menyusui yang baik dan benar. Didapatkan ada hubungan antara paritas
dengan teknik menyusui menggunakan uji chi-square dengan nilai p= 0.007 (p=
0.05).
Menurut Yusmalibar (2013) usia merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi cara yang digunakan ibu saat menyusui bayinya kurangnya
pengetahuan yang didapat oleh ibu untuk menyusui bayi akan menyebabkan
teknik yang digunakan menjadi kurang tepat. Hal Ini sejalan dengan teori
Notoatmodjo (2010), mengemukakan bahwa usia seseorang dapat
mempengaruhi pengetahuan semakin bertambahnya usia semakin baik
pengalaman yang didapat dan semakin bertambah pengetahuan dimana
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Menurut Rahmawati (2017) Pendidikan seseorang berpengaruh pada
pengetahuannya dan pola pikir ibu sehingga ibu memiliki daya serap terhadap
informasi yang baru sebaliknya jika pendidikan yang rendah atau kurang dapat
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai dan informasi baru
yang diperkenalkan. Penelitian Rahmawati (2017) menunjukkan bahwa sebagian
besar (80,4%) ibu menyusui tidak berhasil melakukan teknik menyusui dengan
benar dan sekitar 64,7% ibu menyusui memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang, dan sebanyak (80,4%) ibu menyusui bekerja. Hasil uji chi- square
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan keberhasilan teknik menyusui
pada ibu menyusui di Posyandu Melati Desa Kolelet Wetan Tahun 2014.
Menurut asumsi peneliti yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan
di Klinik Dina yaitu masih banyak ibu - ibu yang telah melahirkan lebih dari 2 kali
melakukan teknik menyusui yang kurang baik seperti proses memegang
payudara yang kurang tepat, proses perlekatan ibu dan bayi yang tidak tepat. Hal
ini sesuai dengan teori Sukmawati (2014) responden yang teknik menyusui
kurang baik dikarenakan tidak menyusui anak pertama dengan alasan ASI tidak
keluar, ASI tidak cukup dan bayi tidak mau menyusui, sehingga kurang
mempunyai pengalaman tentang menyusui yang berdampak terhadap teknik
menyusui.
B.2 Kejadian Regurgitasi
Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas sampel mengalami kejadian
regurgitasi yakni sebanyak 21 orang (61.8%). Regurgitasi adalah keluarnya
sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung,
regurgitasi merupakan hal yang umum terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI.
Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan bayi pada umumnya
(Yongki, 2012).
Menurut Ilmiasih (2017) salah satu penyebab regurgitasi adalah teknik
menyusui yang salah. Bayi dengan posisi terlentang saat disusui akan
mengakibatkan ASI yang diminum keluar karena otot sfingter esofagus pada bayi
masih lemah sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Regurgitasi
secara belebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan masalah yang dapat mengakibatkan gangguan pada bayi. Baik
gangguan pertumbuhan yaitu asupan gizi berkurang karena asupan makanan
tersebut keluar dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung
yang ikut keluar Adapun upaya untuk mencegah dan mengatasi regurgitasi
adalah dengan memperbaiki cara menyusui sehingga tidak menyebabkan terlalu
banyak udara yang tertelan.
Menurut Samsuri (2016) salah satu untuk mengurangi kejadian
regurgitasi dengan cara menyendawakan bayi dengan tujuan udara yang tertelan
pada saat menyusui dapat dikeluarkan. Hasil analisis penelitian menunjukkan
dari 30 bayi yang sering disendawakan jarang mengalami kejadian regurgitasi
sebanyak 90%. Dari 20 bayi yang jarang disendawakan sering mengalami
kejadian regurgitasi sebanyak 89,5% didapat dari hasil analisis chi-square
dengan nilai p = 0.000 dengan p = 0.05 disimpulkan bahwa terdapat hubungan
menyendawakan bayi setelah menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi
usia 0-6 bulan dimana semakin tinggi perilaku menyendawakan bayi setelah
menyusui maka kejadian regurgitasi semakin rendah.
Menurut asumsi peneliti bahwa kejadian regugitasi dapat terjadi akibat
perlekatan bayi yang salah dan proses mengulum yang kurang tepat sehingga
menyebabkan udara ikut masuk ke lambung hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ilmiasih (2017) bahwa faktor mengulum dan pelekatan secara
bersama-sama mempengaruhi regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0- 6 bulan
di Wilayah Pukesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Mengulum dan
pelekatan merupakan hal penting dalam teknik menyusui agar udara tidak masuk
dalam lambung yang akan menyebabkan regurgitasi pada bayi.
B.3 Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi
Hasil tabulasi silang memperlihatkan dari 15 sampel dengan teknik
menyusui yang baik, 4 orang (89.4%) mengalami kejadian regurgitasi dan 11
orang (73.3%) tidak mengalami kejadian regurgitasi, hal ini menunjukkan
penyebab terjadinya regurgitasi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu teknik
menyusui yang kurang tepat klep penutup lambung belum berfungsi
sempurna,bayi menangis berlebihan, ASI atau susu yang diberikan melebihi
kapasitas lambung, bayi terlalu aktif (Maryunani, 2013).
Selanjutnya dari 19 sampel dengan teknik menyusui yang kurang baik,
17 orang (89.4%) mengalami kejadian regurgitasi dan 2 orang (10.6%) tidak
mengalami kejadian regurgitasi. Regurgitasi disebabkan oleh adanya udara saat
menyusui, Udara yang masuk kedalam lambung terperangkap sehingga
mendorong isi lambung, cairan tersebut naik ke esofagus sehingga bayi
mengalami regurgitasi (Dwienda, 2014). Didapatkan nilai p yaitu 0.001 hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian
regurgitasi, dimana semakin buruk teknik menyusui semakin tinggi kejadian
regurgitasi.
Kejadian regurgitasi dapat dikurangi dengan teknik menyusui yang benar.
Teknik menyusui yang benar diantaranya perut bayi menempel pada perut ibu
dan kepala bayi menghadap ke payudara, saat bayi membuka mulut masukkan
putting serta sebagian areola kedalam mulut bayi, sehingga puting susu
menghadap ke langit - langit serta lidah bayi akan menekan ASI yang terletak
dibawah areola setelah disusui bayi disendawakan (Mulyani, 2015).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Ilmiasih (2017) bahwa posisi
menyusui yang kurang tepat yaitu bayi tidak menghadap payudara secara
sempurna sehingga proses mengulum dan pelekatan bibir bayi pada puting ibu
tidak melekat dengan baik dan dapat menyebabkan udara masuk dari sela- sela
puting pada saat bayi menghisap puting ibu. Mengulum dan pelekatan
merupakan kunci keberhasilan dalam teknik menyusui agar tidak terjadi
regurgitasi pada bayi. Hal ini sejalan dengan teori Dwienda, (2014) mengatakan
posisi menyusui dengan pelekatan yang tidak tepat yaitu pada saat mengulum
bibir bayi tidak membuka lebar dan tidak menutupi setengah dari areola
payudara ibu dengan baik akan mengakibatkan udara terhisap bersama ASI.
Udara tersebut masuk kedalam lambung dan akan mendorong isi lambung
sehingga bayi mengalami regurgitasi
Hasil penelitian Rinata (2016) didapat ada hubungan yang signifikan
antara paritas dengan posisi p = 0.009 dan perlekatan p = 0.000, untuk usia
gestasi bayi didapatkan bahwa ada hubungan antara usia gestasi dengan
perlekatan p = 0.001 dan keefektifan menghisap p = 0.003 sedangkan faktor
lainnya tidak memiliki hubungan seperti usia ibu, status pekerjaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah (2014), Prodi DIII
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyusui memiliki
hubungan signifikan Dengan kejadian regurgitasi. di Posyandu Desa Kedung
Papar, Kec. Sumobito, Kab. Jombang adalah kurang. Hal tersebut disebabkan
oleh pendidikan yang kurang, ibu tidak bekerja, dan didukung dengan tidak
pernah mendapatkan informasi dengan nilai p = 0.007
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ilmiasih (2017) Program
Studi Ilmu Keperawatan, FIKES Universitas Muhammadiyah Malang Analisis
Faktor Yang Mempengaruhi Regurgitasi Pada Bayi Asi Esklusif Usia 0- 6 Bulan
Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo dimana hasil
penelitian membuktikan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan
kejadian regurgitasi diantaranya adalah teknik menyusui. Didapatkan terdapat
hubungan antara mengulum dan pelekatan dengan nilai p = 0.011 dan 0.000
terhadap kejadian regurgitasi. Mengulum dan pelekatan pada proses menyusui
dapat mempengaruhi regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0 - 6 bulan.
Mengulum dan pelekatan yang diperhatikan dengan baik akan membantu
mengurangi terjadinya regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0 - 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik Dina Medan
Denai didapatkan bahwa teknik menyusui memiliki hubungan dengan kejadian
regurgitasi dimana teknik menyusui yang kurang baik dapat terjadi regurgitasi
pada bayi sesaat setelah menyusui. Teknik menyusui dengan perlekatan pada
aerola yang tepat dapat membuat ASI masuk ke dalam lambung tanpa ada
udara yang terhisap bersama ASI.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
tentang hubungan teknik menyusui dan kejadian regurgitasi Pada Bayi 0 - 3
bulan di Klinik Dina Jl. Bromo Ujung Medan tahun 2018, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Mayoritas sampel melakukan teknik menyusui yang kurang baik yakni
sebanyak 19 orang (55.9%).
2. Mayoritas sampel mengalami kejadian regurgitasi yakni sebanyak 21 orang
(61.8%).
3. Dari hasil penelitian didapat nilai p = 0.001, sehingga Ha diterima artinya ada
hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi dan didapat RP
sebesar 3.355 artinya yang melakukan teknik menyusui yang kurang baik
memiliki resiko 3.355 kali mengalami kejadian regurgitasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat
diajukan sebagai berikut:
1. Bagi Klinik Dina untuk meningkatkan KIE tentang teknik menyusui yang baik
dengan menambahkan gambar atau leaflet, brosur yang dapat membantu
proses penyampaian informasi kepada klien
2. Bagi institusi pendidikan agar lebih memperbanyak buku - buku tentang
teknik menyusui dan kejadian regurgitasi dan memperbaharui tahun penerbit
buku sehingga referensi yang digunakan lebih ter - update. Dalam penelitian
ini penulis hanya mendapatkan sebanyak 5 buku.
3. Bagi penelitian selanjutnya untuk peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangkan penelitian dengan menambahkan dan mengembangkan
variabel penelitian yang mempengaruhi teknik menyusui dan kejadian
regurgitasi. Selain itu, untuk waktu penelitiannya bisa diperpanjang, serta
jumlah sampel lebih diperbanyak agar penelitian yang dihasilkan lebih akurat
dan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Andani, M, Surjani dan Chicik Nirmasari. 2015 . Hubungan Posisi Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Semarang : Jurnal AKBID Ngudi Waluyo.
Azizah, N. 2014. Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 - 12 Bulan. Jombang : Jurnal Edu Health, Vol. 4 No. 1, April 2014.
Bahagia, D dan Ema Alasiry, 2013 . Buku Panduan Keterampilan Teknik Menyusui. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Bernstein, D dan Steven P Shelov. 2016. Pediatrics For Medical Students. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui. http://bundanet.com/posisi-dasar-menyusui-bundanet/. 14 Februari 2018 (15:24)
Dewi, V, N.L dan Tri Sunarsih. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Dokter, O. 2015. Bagaimana Cara Menyusui Bayi Yang Baik dan Benar.
http://www.onedokter.com/2017/03/bagaimana-cara-menyusui-bayi-yang-
baik-benar.html. 14 Februari 2018 (19:27)
Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : CV. Budi Utama.
IDAI, 2016. Bedanya Gumoh dan Muntah Pada Bayi. www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya%E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi. 23 November 2017 (16:24).
. 2013. Gumoh Pada Bayi. www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/gumoh-pada-bayi. 23 November 2017 (16:25).
Ilmiasih R, Susanti H dan Damayanti V, (2017), Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Regurgitasi Pada Bayi Asi Esklusif Usia 0- 6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Malang : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta.
. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.
. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
. 2013, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012. Jakarta.
. 2013. Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Marmi dan R Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Balita. Cetakan ke IV. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Machfoedz, I. 2011. Metodologi Penelitian kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.
Mckinley,2015.Posisi Menyusui Yang Benar. https://infoibubayi.wordpress.com/tag/posisi-menyusui/. 14 Februari 2018 (15:23).
Mulyani N.S. 2015. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke 2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Natasha, 2015. The Top 4 Breastfeeding Positions. http://www.babycubby.com/baby-cubby-blog/the-top-4-breastfeeding-positions/. 14 Februari 2018 (15:25).
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Pollard, M. 2015. Evidence - Based Care For Breastfeeding Mothers. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Rahmawati, 2017, Hubungan Pendidikan ibu Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan, Yogyakarta : Universitas Alma Ata
Rinata, (2016), Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan Dan Keefektifan Menghisap Studi Pada Ibu Menyusui Di RSUD Sidoarjo, Sidoarjo : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Rukiyah, Y dan L Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Rentinasmawati,2016.Teknik Menyusui Yang Benar. https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/04/18/teknik-menyusui-yang-benar/. 14 Februari 2018 (15:26).
Saleha, S, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Samsuri, E. 2016, Hubungan Menyendawakan Bayi Setelah Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan Di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Surakarta : Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. 2011. Statitistika Untuk Penelitian. Cetakan ke 18. Bandung : Alfabeta, cv.
Yongki, et.al. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yuliani, F. 2014. Teknik Menyusui Yang Benar Pada Ibu Menyusui Studi di BPS. Umi Muntadiroh SST,M.Kes Mojokerto. Mojokerto : Hospital Majapahit. Vol 6 No. 1 Pebruari 2014.
Yusmaliabar, 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Aceh : STIKes U’Budiyah Banda Aceh