skripsi efektivitas hipnoterapi terhadap penurunan
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI
PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2018
NATALIA GIRSANG P07524414032
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI
PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
NATALIA GIRSANG P07524414032
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV SKRIPSI, JULI 2018
NATALIA GIRSANG
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2018.
Viii + 56 Halaman + 7 Tabel + 13 Lampiran
ABSTRAK Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang menimbukan efek samping
yang dapat diprediksi. Diantara berbagai macam efek kemoterapi, mual muntah merupakan yang paling menimbulkan stress pada anak dan keluarga. Walaupun telah ditemukan antiemetik yang efektif untuk mencegah dan mengatasi mual muntah akibat kemoterapi, namun perlu dilakukan tindakan non farmakologis atau komplementer untuk mengoptimalkan pencegahan mual muntah akibat kemoterapi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas hipnoterapi terhadap penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi pada pasien anak leukemia di RSUP H. Adam Malik Medan . Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttes, dilakukan terhadap 16 responden yang diambil dengan cara accidental sampling. Data dianalisis mengunakan uji t untuk melihat perbedaan skor mual muntah sebelum dan setelah diberikan intervensi hipnoterapi.
Dari 16 responden yang diteliti, terjadi penurunan skor mual muntah pretest 12,19 dan posttest 4,44 dengan penurunan 7,75 dengan selisih rerata nilai p < 0,05 maka dapat dinyatakan terjadinya penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi pada pasien anak leukemia di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2018.
Perlu dikembangkan unit komplementer terutarama hipnoterapi untuk pendamping medis untuk anak penderita kanker, dalam menurunkan frekuensi mual muntah post kemoterapi.
Kata kunci : Kemoterapi, Hipnoterapi, Terapi Komplementer Daftar Bacaan : 29 : 2003 – 2017
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, JULY 2018
NATALIA GIRSANG
THE EFFECTIVENESS OF HYPOTHOTHERAPY FOR DECREASE NAUSEA
AND VOMITING INTENSITY OF POST CHEMOTHERAPY IN LEUKEMIA
CHILDREN IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2018.
Viii + 56 Pages + 7 Table + 13 Attachments
Abstract
Chemotherapy is a cancer treatment that causes predictable side effects. Among
the various effects of chemotherapy, nausea and vomiting are the most stressful
for children and families. Although effective antiemetics have been found to
prevent and treat nausea and vomiting due to chemotherapy, non-
pharmacological / complementary measures are needed to optimize the
prevention of nausea and vomiting due to chemotherapy.
The purpose of this study was to analyze the effectiveness of hypnotherapy on
reducing the intensity of nausea and vomiting post chemotherapy in children with
leukemia in RSUP H. Adam Malik Medan. The research design was quasi-
experimental with the design of one group pretest-posttes, carried out on 16
respondents taken by accidental sampling. The data were analyzed using the t
test to see the difference in the score of nausea and vomiting before and after the
hypnotherapy intervention was given.
Of the 16 respondents studied, there was a decrease in the score of nausea and
vomiting pretest 12.19 and posttest 4.44 with a decrease of 7.75 with a mean
difference of p <0.05, it can be stated that there was a decrease in the intensity of
nausea and vomiting post chemotherapy in children with leukemia in RSUP H.
Adam Malik Medan in 2018.
Complementary units of hypnotherapy need to be developed for medical
assistants for children with cancer, in reducing the frequency of nausea and
vomiting post chemotherapy.
Keywords: Chemotherapy, Hypnotherapy, Complementary Therapy
References: 29: 2003 - 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Skripsi ini telah terselesaikan tepat pada
waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menempuh ujian akhir Program khusus D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Medan Tahun 2018 dengan judul yaitu “Efektivitas Hipnoterapi
Terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien
Anak Leukemia Di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2018”.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST,M.Keb Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan dan selaku Penguji 1 yang telah
memberikan saran dan kritikan dalam penulisan proposal skripsi ini.
3. Yusniar Siregar SST,M.Kes selaku Kaprodi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Melva Simatupang SST, M.Kes selaku Kaprodi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan Periode ( 2014-2018)
5. Bebaskita Br.Ginting SSiT, M.PH selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan
bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan
proposal skiripsi ini.
6. Ardiana Batubara SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah
memberikan kritikan dan masukan dalam penulisan proposal skiripsi ini.
7. Kepada Pihak RSUP H.Adam Malik Medan yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian dan membimbing dalam pembuatan skripsi ini.
8. Hormat dan sayang ananda kepada kedua orang tua, ibunda tersayang
Masniati Turnip dan ayahanda Basaruddin Girsang yang telah
membesarkan, membimbing dan mengasuh penulis dengan penuh cinta
dan kasih sayang yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi buat
penulis dan juga telah memberikan dukungan moril dan material sehingga
proposal skiripsi ini dapat diselesaikan.
9. Salam sayang dari saya kepada kakak dan abang- abang saya, Maria
Fransiska Girsang, Dani Efendi Girsang, Surya Andi Putra Girang dan
Junaidi Girsang yang menjadi penyemangat saya dalam mengerjakan
skripsi ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes
Medan yang telah memberikan dorongan moril terhadap penulis dalam
pembuatan ini.
Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari sempurna. Baik
dari teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya skiripsi ini. Semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembacanya.
Medan, Juli 2018
Natalia Girsang
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ............................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR GRAFIK .................................................................................. vii DAFTAR TABEL .................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 Latar Belakang............................................................................... 1 Rumusan Masalah......................................................................... 6 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
Tujuan Umum............................................................................ 7 Tujuan Khusus .......................................................................... 7
Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 Keaslian Penelitian ........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 9 Landasan Teori ............................................................................. 9
Leukemia................................................................................... 9 Kemoterapi................................................................................ 20 Mual Muntah Sebagai Efek Kemoterapi................................... 24 Hipnoterapi................................................................................ 29 Konsep Anak............................................................................. 37
Kerangka Teori .............................................................................. 40 Kerangka Konsep .......................................................................... 40 Defenisi Operasional ..................................................................... 41 Hipotesis ........................................................................................ 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................... 43 Desain Penelitian........................................................................... 43 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 43
Lokasi Penelitian...................................................................... 43 Waktu Penelitian...................................................................... 44
Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 44 Populasi…………………………………………………………... 44 Sample……………………………………………………………. 44
Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45 Alat Ukur /Instrumen Penelitian..................................................... 45 Prosedur Penelitian ....................................................................... 46 Pengolahan Data…………………………………………………….. 46 Teknik Analisis Data ...................................................................... 47
Analisis Univariat ...................................................................... 47 Analisis Bivariat......................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49 Hasil Penelitian ............................................................................. 49
Analisis Univariat..................................................................... 49 Analisis Bivariat ....................................................................... 49
Pembahasan ................................................................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 55
Kesimpulan ................................................................................... 55 Saran ............................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 56 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami perubahan di
banyak bidang dari waktu ke waktu termasuk gaya hidup masyarakat yang ada di
dalamnya. Perubahan ini juga yang membuat negara Indonesia mengalami
transisi epidemologi dimana pola penyakit bergeser dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Sebelum masalah penyakit menular diselesaikan, penyakit
tidak menular sudah banyak bermunculan (Apriany, 2010).
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia (PUSDATIN) tahun 2012, pola
penyakit yang terjadi pada anak-anak, banyak didominasi oleh penyakit infeksi
setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena penyakit yang
sebenarnya dapat dicegah, beberapa penyakit infeksi menular tersebut termasuk
diare, ISPA dan TB paru. Namun dari tahun ke tahun ada pola perubahan
sehingga yang awalnya penyakit infeksi menular berubah menjadi penyakit tidak
menular tetapi menyebabkan kematian paling banyak. Salah satu penyakit tidak
menular tersebut adalah leukimia atau sering disebut dengan kanker darah
(Dinkes, 2012).
Kanker darah atau leukemia adalah kelainan yang terjadi karena sel darah
putih (sel limfosit B) yang tidak berfungsi sebagaimana semestinya, sel darah
yang membentuk jaringan ini ditandai dengan adanya peningkatan sel darah
putih dalam sirkulasi darah atau sumsum tulang dan kelenjar getah bening yang
abnormal dan belum matang (Yuni, 2015). Kanker darah ada bagiannya, salah
satunya adalah Leukemia limfoblastik akut (acute lymphoblastic leukemia,LLA)
adalah penyakit ganas yang disebabkan oleh akumulasi limfoblas di sumsum
tulang dan merupakan keganasan tersering pada anak (Hoffbrand,Moss,2013).
Terminologi “Kanker Anak” biasanya digunakan pada diagnosis kanker yang
terjadi pada anak sampai usia 18 tahun. Menurut data Union For International
Cancer Control (UICC), di seluruh dunia setiap tahun terdapat sekitar 176.000
anak yang didiagnosis kanker, yang mayoritas berasal dari Negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun kejadian kanker pada anak di
seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker salah satu penyebab utama
kematian 90.000 anak tiap tahun. Di Negara berpenghasilan tinggi, kanker
merupakan penyebab kedua kematian anak umur 5-14 tahun, setelah cedera
dan kecelakaan. Sementara itu di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus
kanker anak setiap tahunnya, dan terdapat 650 kasus kanker anak di Jakarta
(Kemenkes, 2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP H Adam malik, kanker yang
banyak diderita anak- anak adalah leukemia atau sering disebut kanker darah. Ini
adalah data 5 tahun terakhir. Ditahun 2012 data rawat jalan 216 kasus rawat inap
432 kasus. Tahun 2013 data rawat jalan 313 kasus, rawat inap 507 kasus.
Ditahun 2014 data rawat jalan 478 kasus, rawat inap 482 kasus. Ditahun 2015
data rawat jalan 634 kasus, rawat inap 330 kasus. Sedangkan di tahun 2016
terdapat 1686 kasus rawat jalan, rawat inap 431 kasus. Dan pada tahun 2017
dari bulan januari sampai oktober terdapat 1546 kasus. Dari tahun ke tahun
kasus kanker darah pada anak terus meningkat bahkan 2 kali lipat dari tahun
sebelumnya. Berikut dapat dilihat dari grafik 1.1 dibawah ini
Sumber: Rekam Medik RSUP H Adam Malik Medan
Leukemia adalah penyakit yang banyak sekali di derita oleh anak- anak.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, insiden tertinggi
kanker 5 tahun pertama kehidupan 18/100.000, 5-14 tahun 10/100.000.Setiap
tahun lebih dari 160.000 anak di dunia didiagnosis kanker. Diperkirakan 90.000
diantaranya akhirnya meninggal (Kemenkes, 2011).
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai, insiden leukemia di
Negara Barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukemia merupakan 2,8%
dari keseluruhan kasus kanker. Frekuensi relatif leukemia di Negara Barat
menurut Gunz, leukemia limfoblastik akut (acute lymphoblastic leukemia, ALL)
(60%), leukemia limfositik kronik (chronic lymphocytic leukemia, CLL (25%), dan
Leukemia mielositik kronik (chronic myelogenous leukemia, CML (15%). Di
Indonesia frekuensi CLL sangat rendah. CML merupakan leukemia kronik yang
paling sering dijumpai. Dari data usia yang di temukan. ALL bnyak diderita anak-
anak dan dewasa mudah, leukemia meloid akut (acute myloid leukemia, AML)
sering terjadi pada semua umur, lebih banyak orang dewasa. CML semua usia
tetapi lebih rentan 40-60 tahun, sedangkan CLL terbanyak pada orang tua.
Leukemia juga sering dijumpai pada laki-laki dibanding perempuan dengan
perbandingan 2:1 (Bakta, 2015).
Beberapa keganasan hematologi, misalnya leukemia berespon terhadap
kemoterapi non-intensif bahkan dengan satu jenis obat oral. Keganasan tingkat
tinggi membutuhkan kemoterapi kombinasi, sering berupa pengabungan obat
oral dan parenteral. Prinsip kemoterapi kombinasi adalah pemilihan obat sesuai
yang efektif untuk melawan leukemia atau limfoma, tetapi tidak memiliki efek
toksik yang tumpang tindih (Bain, 2015).
Sampai saat ini leukemia masih merupakan penyakit yang fatal, tetapi dalam
kepustakaan dilaporkan pula beberapa kasus yang dianggap sembuh karena
dapat hidup lebih dari 10 tahun tanpa pengobatan. Biasanya serangan pertama
dapat diatasi dengan pengobatan induksi. Penderita akan berada pada keadaan
remisi beberapa bulan. Pada stadium remisi ini secara klinis penderita tidak sakit,
sama seperti anak biasa. Tetapi selanjutnya dapat timbul serangan kedua
(kambuh). Yang disusul lagi oleh masa remisi yang biasanya lebih pendek dari
masa remisi yang pertama. Demikian seterusnya masa remisi akan lebih pendek
lagi sampai akhirnya penyakit ini resitensi terhadap pengobatan dan penderita
meninggal. Kematian biasanya disebabkan pendarahan akibat trombositopenia,
leukemia serebral atau infeksi (sepsis, infeksi jamur) (Hassan, Alatas, 2007).
Pengobatan kanker sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor,
antara lain jenis kanker, lokasi kanker pada tubuh, stadiumnya, dan status
kesehatan pasien. Pada umumnya, pengobatan kanker ditujukan untuk
membunuh sel kanker, mengangkat sel kanker melalui tindakan operasi, atau
mencegah sel kanker agar tidak mendapatkan sinyal yang didapat untuk proses
pembelahan sel. Selain itu, upaya pengobatan kanker juga dilakukan dengan
cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien sehingga tubuh mampu
mempertahankan diri dari sel kanker. Kebanyakan kemoterapi antikanker
memiliki indeks terapi yang sempit dan menyebabkan mual, muntah, sakit perut,
alopesia yang tingkat keparahannya bergantung pada jenis kemoterapi yang
digunakan (Radji, 2017).
Pengobatan kanker sering menyebabkan sejumlah efek samping pada
mayoritas pasien kanker. Efek samping ini berdampak negatif terhadap kualitas
hidup. Mual muntah akibat kemoterapi (Chemotherapy Induced Nausea and
Vomiting, CINV) adalah dua efek samping yang paling umum dan menyulitkan
yang dialami pasien kanker. Efek samping ini dapat mengganggu kepatuhan
terhadap pengobatan. Pasien terkadang menunda kemoterapi dan berfikir untuk
menunda pengobatan. Sementara kemajuan signifikan telah dicapai dalam
pengobatan kemoterapi yang mengakibatkan muntah (Chemotherapy Induced
Vomiting, CIV), mual akibat kemoterapi (Chemotherapy Induced Nausea, CIN),
mual dan muntah antisipasi (Anticipation Nausea Vomiting, ANV), dan mual
muntah yang tertunda (Delayed Nausea Vomiting, DNV) tetap merupakan
tantangan besar untuk pasien kanker dan penyedia layanan kesehatan. Mual
antisipatif dilaporkan oleh 30% pasien yang mengalami mual selama siklus
kemoterapi sebelumnya. Muntah antisipatif dilaporkan sebesar 20% yang
mengalami muntah selama siklus pengobatan kemoterapi sebelumnya. CINV
yang partisipatif, akut, dan tertunda menyebabkan kepatuhan kemoterapi yang
buruk, gangguan fungsi, meningkatnya kecemasan dan depresi, dan
berkurangnya kualitas hidup (Quality Of Life,QOL) pasien. Dokter dan pasien
akibatnya meningkatkan pemanfaatan sumber daya kesehatan untuk mengelola
efek samping ini, yang secara substansial meningkatkan beban kesehatan
masyarakat terhadap kanker dan perawatannya ( Mustian, M K, Darling,T V, et
al, 2014).
Mual dan muntah akibat kemoterapi tidak selalu sama antara beberapa
individu, mual muntah tersebut biasa ringan sampai berat tergantung obat (agen)
kemoterapi yang diberikan dan toleransi anak dalam menerima obat tersebut
(Bowden et al,1998). Garrett et al (2003) menyebutkan bahwa potensi emetik
dari agen kemoterapi merupakan stimulus utama terjadinya mual muntah yang
disebabkan kemoterapi. Berdasarkan potensi emetiknya, agen kemoterapi
tersebut memiliki potensi 1 (satu) sampai 5 (lima). 1 (satu) mengindikasikan
potensi emetik ringan sedangkan 5 (lima) mengindikasikan potensi emetik paling
besar. Bila anak mendapatkan agen kemoterapi dengan potensi emetik besar
kemungkinan akan mengalami mual muntah berat, sedangkan bila agen
kemoterapi termasuk potensi emetik ringan kemungkinan tidak terjadi mual
muntah atau derajat mual muntah relatif ringan (Apriany,2010).
Selain adanya perbedaan toleransi mual muntah, waktu timbulnya atau pola
mual muntah juga bervariasi. Waktu timbulnya mual muntah dapat terjadi
sebelum kemoterapi (antisipator), saat kemoterapi (akut/24jam pertama) dan
stelah kemoterapi (lambat/24-120 jam) serta ada pula mual muntah yang
berlanjut/berlarut (Garrett et al, 2003). Prevalansi data dari beberapa studi
menunjukan bahwa sekitar 25% pasien yang mendapat kemoterapi untuk
kanker, mengalami muntah muntah antisipator pada pengobatan yang keempat
(Morrow & Dobkin,2002 dalam Apriany,2010).
Dalam kalangan masyarakat, kekhawatiran akan efek yang disebabkan dari
pengobatan kemoterapi yang membuat kalangan masyarakat yang sudah
mengenal kemoterapi, bahkan yang keluarganya sendiri yang harus mengikuti
prosedur pengobatan kemoterapi ketakutan, cemas dan merasa tidak nyaman.
Sehingga rasa kekhawatiran tersebuat membuat klien juga merasa ketakutan
dan akhirnya akan membuat sistem tubuh semakin menurun. Selain itu jika efek
samping mual muntah tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan resiko aspirasi pneumonia. Dari berbagai hasil
penilitian rasa sakit akan semakin parah apabila klien merasa tidak nyaman dan
terganggu pola fikiranya atau sering kita sebut stres. Pengobatan komplementer
bisa menimbulkan rasa nyaman, salah satunya adalah hipnoterapi.
Beberapa ilmuwan berargumentasi kalau hipnoterapi menstimulasi otak
untuk melepaskan neurotransmitter zat kimia yang terdapat diotak. Zat itu adalah
encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga
dapat merubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.
Banyak yang belum memahami bahwa penyakit fisik sering berkaitan dengan
problem psikis. Bahkan, dalam penelitian di Amerika disebut bahwa hampir 70%
orang yang mengalami sakit kepala, migren, maag, jantung, muntah, diabetel,
mual, insomnia dan penyakit lain, disebabkan karena gangguan psikis seperti
stress, depresi, trauma, fobia, kecemasan, ketakutan dan lain sebagainya.
Pengobatan yang instan hanya menghilangkan rasa sakit secara sementara dan
tidak menyelesaikan problem secara tuntas. Penyembuhan alamia hipnoterapi
efektif dalam mengatasi gangguan problem keduanya baik fisik maupun psikis
tanpa obat dan alat (Fachri, 2015).
Hipnosis ternyata dapat menurunkan respon otak terhadap sinyal rasa sakit
dan ketidaknyamanan. Hal tersebut memungkinkan seseorang biasa
mempelajari bagaimana mengelola rasa sakit dan ketidaknyamanan secara
cepat. Pada zaman dahulu, hypnosis dijadikan sebuah cara untuk mengurangi
rasa nyeri. Sampai saat inipun hipnoterapi dapat dilakukan di instansi rumah
sakit sebagai pengganti obat antinyeri, maupun recovery pasca kemoterapi.
Pada beberapa kasus hipnoterapi dapat digunakan sebagai bentuk pengobatan.
Namun pada banyak kasus, hipnoterapi lebih banyak digunakan sebagai terapi
pendamping untuk pengobatan medis (Setengah, 2016).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
299/MENKES/SK/VII/2013. Pengobatan komplementer atau pendamping setelah
pengobatan medis sangat dianjurkan. Tetapi perlu di garis bawahi bahwa
pengobatan pendamping yang diberikan harus dapat dipertanggung jawabkan
manfaat dan keamananya serta tidak bertentangan dengan nilai nilai yang
berlaku di masyarakat (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Efektivitas Hipnotherapi Terhadap Penurunan Intensitas
Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Leukemia di RSUP H Adam Malik
Medan 2018.
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada “Efektivitas
Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Post Kemoterapi Pada
Pasien Anak Leukemia di RSUP H Adam Malik Medan 2018”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Menganalisis Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas
Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia di RSUP H
Adam Malik Medan 2018.
C.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penurunan intensitas mual dan muntah post
kemoterapai sebelum dilakukan hipnoterapi
2. Mengidentifikasi penurunan intensitas mual dan muntah post kemoterapi
sesudah hipnoterapi
3. Menganalisis pengaruh hipnoterapi terhadap Penurunan intensitas mual
dan muntah
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penderita Leukemia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menurangi rasa ketidaknyamanan
mual dan muntah post kemoterapi pada pasien anak leukemia di RSUP H
Adam Malik 2018.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi terapi pendamping untuk
mengurangi ketidaknyamanan efek dari post kemoterapi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengalaman bagipeneliti dalam melakukan penelitian
terkait Efektivitas Hipnoterapi terhadap Penurunan Intensitas Mual
Muntah Post Kemoterapi pada pasien Leukemia di RSUP H Adam Malik
2018.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan Dyna Apriany (2010) dengan judul Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Mual Dan Muntah Lambat Akibat Kemoterapi Pada Anak
Usia Sekolah Yang Menderita Kanker di RSUP Dr. Hasan Sidikin, yang dilakukan
di Kota Bandung. Variabel yang digunakan yaitu terapi musik terhadap mual
muntah lambat. Metode yang digunakan kuantitatif dengan rancangan Quasi
Experiment dengan pretest-posttest control design. Hasil penelitian pada
kelompok kontrol (p value = 0,000; ɑ = 0,05 p<ɑ)
Penelitian yang dilakukan Happy Hayati (2009) dengan judul Pengaruh
Distraksi Oleh Keluarga Terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi Pada
Anak Usia Prasekolah di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, yang
dilakukan di Depok. Variabel yang digunakan ditraksi terhadap mual muntah.
Metode yang digunakan kuantitatif dengan rancangan Quasi Experiment dengan
Pre-post test Only dengan purvosive sampling dengan uji t.
Penelitian yang akan saya lakukan Natalia Girsang (2018) dengan judul
Efektivitas Hipnoterapi Dengan Penurunan Intensitas Mual Muntah Post
Kemoterapi Pada Pasien Leukemia di RSUP H. Adam Malik Medan. Variable
yang digunakan Hipnoterapi terhadap mual muntah post kemoterapi, jenis
penelitian yang digunkan bersifat kuantitatif dengan Quasi Experiment dengan
one group pre-test post- test design.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
A.1. Leukemia
A.1.1. Definisi
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan,
jumlah leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga disebut
kanker darah). Sel-sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Penghancuran
sel terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi yang terjadi kemudian pada
unsur-unsur metabolik (Apriany, 2016).
Leukemia adalah keganasan hematologic akibat proses neoplastik
yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai
tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari
kelompok (clone) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel
leukemia beredar secara sistemik (Bakta, 2015). Leukemia atau kanker
darah terjadi karena sel darah putih (sel limfosit B) mengalami kelainan
sehingga tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Selain itu, sel tersebut
juga mengalami pembelahan yang tidak terkendali (Yuni, 2015).
Leukemia adalah gangguan keganasan yang berkembang dari
satu sel yang mengalami jumlah mutasi. Mutasi ini menyebabkan
perkembangan sel leukemik atau kemampuan bertahan yang melebihi sel
normal. Sel leukemik dapat berproliferasi lebih cepat dari sel normal atau
bertahan lebih lama. Pada beberapa jenis leukemia, sel ganas ini terus
mengalami pembelahan, tetapi gagal untuk matang seperti layaknya sel
normal (Bain, 2015).
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya
akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah. Sel-sel
abnormal ini menyebabkan timbulnya gejala karena: kegagalan sumsum
tulang (yaitu anemia, netropenia, trombositopenia) dan infiltrasi organ
(misalnya hati, limfa, kelenjar getah bening, otak, kulit, atau testis) (Moss,
2012).
A.1.2. Klasifikasi
Menurut Bakta (2015), leukemia dapat diklasifikasikan 2 tipe yaitu:
1. Garis turunan sel (cell line) yang mengalami transformasi
ganas.
Tabel 2.1. Garis turunan sel (cell line) yang mengalami transformasi ganas.
No. Akut Kronik
I. Acute myeloid leukemia (AML) Klasifikasi FAB
a. M0 - myeloblastic without differentiation.
b. M1 - myeloblastic without maturation.
c. M2 - myeloblastic with maturation
d. M3 - acute promyeloccytic e. M4 - acute myelomonocytic f. M5 - monocytic g. M6 - erythroleukemia h. M7 - acute megakaryocytic
leukemia
Chronic myloid leukemia (CML)
II. Acute lymphoblastic leukemia (ALL). a. Common-ALL b. null- ALL c. Thy-ALL d. B-ALL
Varian menurut FAB: a. L1 b. L2 c. L3
Chronic lymphocytic leukemia (CLL)
III. Sindrom preleukemia/sindrom Mielodisplastik
Bentuk yang tidak biasa: a. Hairy call leukemia b. Prolymphocytic c. Cutaneus cell leukemia d. Micosis funguides
2. Onset penyakit: akut atau kronik
Dengan demikian didapatkan klasifikasi, seperti yang terlihat di
table 2.1
Klasifikasi yang lain adalah klasifikasi MIC (morphology
immunophenotyping cytogenetisc). Klasifikasi ini memerlukan
pemeriksaan morfologi konvensional, tetapi juga memerlukan
pemeriksaan sitogenetik yang memerlukan pemeriksaan yang lebih
canggih.
A. Leukemia Limfoblastik Akut
Leukimia akut merupakan leukemia dengan perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita rata-rata meninggal
dalam 2-4 bulan. Namun, dengan pengobatan yang baik ternyata
leukemia akut mengalami kesembuhan lebih banyak dibandingkan
dengan leukemia kronis (Bakta, 2015).
Penyakit ini terdapat pada 20% orang dewasa yang menderita
leukemia. Keadaan ini merupakan kanker yang sering menyerang
anak-anak dibawah umur 15 tahun dengan puncak insidens antara
umur 3 dan 4 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas
abnormal dalam sumsum tulang dan tempat-tempat
ekstramedular. Gambaran klinis ALL cukup bervariasi dan
gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut (Apriany, 2016)
Leukimia akut dapat di klarifikasikan menurut klarifikasi FAB
(French American British Group), tetapi dalam praktik klinik sehari-
hari cukup dibagi 2 golongan besar:
1. Acute lymphoblastic leukemia (ALL)
Secara morfologik, menurut FAB (French American British
Group), ALL dibai menjadi 3 yaitu:
a. L1: ALL dengan sel limpoblas kecil kecil dan merupakan
84% dari ALL.
b. L2: sel lebih besar, inti irregular, kromatin bergumpal,
nucleoli prominen dan sitoplasma agak banyak. Merupakan
14% dari ALL.
c. L3: ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma
basofil dengan banyak vakuola, hanya merupakan 1% dari
ALL.
Secara imunofenotipe ALL dapat dibagi menjadi 4 golongan
besar seperti terlihat pada table 2.2.
Table 2.2 Pembagian ALL secara Imunofenotipe dan Frekuensi Relatifnya
Subtype Frekuensi relative
Anak anak Dewasa
1.common-ALL (c-ALL) 76% 51%
2. null-ALL 12% 38%
3. T-ALL 12% 10%
4. B-ALL 1% 2%
2. Acute meloid leukemia (AML) atau acute nonlymphoblastic
leukemia (ANLL).
Klasifikasi morfologik yang umum dipakai ialah klarifikasi dari
FAB:
a. M0: Acute myeloid leukemia without differentiation
b. M1: Acute myeloid leukemia without maturation
c. M2: Acute myeloid leukemia with maturation
d. M3: Acute promyelocytic leukemia
e. M4: Acute myelomonocytic leukemia
f. M5: Acute monocytic leukemia
i. Subtype M5a: tanpa mutasi
ii. Subtipe M5b: dengan mutasi
g. M6: Erythroleukemia
h. M7: Megakaryocytic leukemia
M1+M2+M3 disebut sebagai acute myeloblastic leukemia
yang merupakan 75% dari seluruh ANLL.
Klarifikasi World Health Organization WHO mempunyai
hubungan yang lebih baik dengan prognosis. Pentingnya nilai
prosnotik dari kelainan genetik ditunjukan dengan jelas pada AML
dengan recurrent chromosome translocatons yang secara umum
menunjukan prognosis yang lebih baik jika diobati dengan
pengobatan yang tepat. Sebaliknya AML dengan karyotipe
kompleks, delesi parsial atau hilangnya kromosom 5 atau 7 sering
kali ditandai oleh multilineage dysplasia, positif terhadap multi-drug
resistant glycoprotein disertai dengan respon yang tidak baik
terhadap terapi (Bakta, 2015).
B. Leukemia Kronik
Leukimia limfositik Kronik (Chronic Lymphocytic Leukemia,
CLL) berbeda dengan jenis leukemia yang lain karena penyakit ini
berlangsung lambat bertahun-tahun. Leukemia ini dijumpai
khususnya pada orang dewasa yang berumur diatas 40 tahun
yang merupakan salah satunya leukemia yang tidak pernah timbul
sebagai akibat radiasi. Pada sebagian besar CLL, sel yang
berfoliferasi adalah limfosit B dengan penanda permukaan normal,
tetapi tidak menunjukan aktivitas imunologi. Sel B leukemik dapat
hidup selama 5 tahun, berbeda dengan sel B normal berumur
panjang yang hanya hidup 1 tahun. Karena produksi sel B
meningkat sebanyak 10 kali, maka jumlah sel B sangat banyak.
Sel-sel ini secara imunologik lumpuh dan dalam pertumbuhannya
mendesak sel B yang normal, limfa, sumsum tulang dan kelenjar
limfe juga dipenuhi oleh sel-sel ini, sehingga mengganggu
pergerakan granulosit dan monosit untuk melewati membrane
vaskuler (Kiswari, 2016).
A.1.3. Tanda-tanda Penyakit Leukemia
Menurut Yuni (2015) tanda tanda penyakit leukemia adalah
sebagai berikut:
1. Anemia
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas
cepat (Sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen
dalam tubuh berkurang, akibatnya penderita bernafas cepat
sebagai konpensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam
tubuh).
2. Perdarahan
Ketika platelet (sel pembeku darah) tidak tereproduksi dengan
wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita
akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya bintik
merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh,
terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukimia, sel
darah putih yang dibentuk adalah tidak normal (abnormal)
sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita
rentan terkena inveksi/virus, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone
marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri perut
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia,
dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan
empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ organ tubuh
ini dan timbulnya nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada
kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan
lainya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia
dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea)
Penderita mungkin menampakan gejala kesulitan bernafas dan
nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.
A.1.4. Etiologi
Menurut Yuni (2015) ada beberapa penyebab leukemia sebagai
berikut:
1. Radiasi
Menurut data, LMA (Leukemia meiloid akut) lebih disebabkan
karena serangan radiasi. Sedangkan LLK (Leukemia Limfositik
Kronik) sendiri jarang mendapat laporan karna faktor radiasi.
2. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena factor zat kimia tertentu. Biasanya
racun lingkungan seperti benzene, insektisida, obat-obatan terapi
kemoterapi juga akan memungkinkan terjadinya leukemia.
3. Virus
Virus ini biasanya virus HTLV (Human T-cell lymphotropic virus)
penyebab utamanya. HTLV itu T-cell Leukimia Viruses yang
merupakan penyebab utama dari ketidaknormalan perkembangan
sel darah putih. Biasanya HTLV I atau II, virus lainnya antara lain
retrovirus atau virus leukemia feline.
4. Herediter
Herediter atau faktor keturunan. Biasanya orang yang memiliki
Sindrom Down lebih rentan terkena leukimia dibanding yang tidak.
Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan dibanding
yang normal.
A.1.5. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi tanpa-batas sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah, walaupun bukan
suatu “tumor”. Sel-sel leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang
sama seperti sel-sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan
patologi dan manifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan
penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel-sel leukemia nin
fungsional. Organ-organ yang terdiri dari banyak pembuluh darah,
seperti limfa dan hati, merupakan organ yang terkena paling berat
(Apriany, 2016).
Pada semua tipe leukemia, sel-sel yang berpoliferasi menekan
produksi unsur-unsur darah yang terbentuk dalam sumsum tulang
melalui kompetisi gizi yang esensial bagi metabolisme. Tanda dan
gejala leukemia yang paling sering ditemukan merupakan akibat dari
infiltrasi dari sumsum tulang, tapi akibat yang utama adalah:
1. Anemia, akibat penurunan sel darah merah.
2. Infeksi, akibat neutropenia.
3. Tendesi pendarahan, akibat penurunan trombosit.
Invasi sel-sel leukemia kedalam sumsum tulang secara perlahan
lahan akan melemahkan tulang dan cendrung mengakibatkan fraktur
karena sel-sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat (Apriany, 2016).
A.1.6. Gejala Klinik
Baik ALL (Leukemia Limfositik/ Limfoblastik Akut) maupun AML
(Leukemia myeloid akut) dimulai secara mendadak. Lesu dan demam
merupakan gejala umum. Gejala lainnya biasanya ada kaitannya
dengan anemia, kecendrungan untuk terjadinya perdarahan atau
infeksi. Hal ini disebabkan oleh produksi eritrosit yang menurun,
trombosit berkurang, dan penekanan granulosit sedemikian rupa
sehingga tidak mampu melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Jumlah leukosit tidak bisa diperkirakan. Sekitar 25% penderita
mempunyai jumlah leukosit di atas 5000/mm2. 25% yang lain hitung
leukositnya rendah (<5000/mm2), dan 15% menunjukan hitung leukosit
normal (5000-10.000/mm3), tetapi sel-sel tersebut jelas abnormal.
Pada separuh dari jumlah penderita leukemia akut dijumpai
peningkatan kadar asam urat dalam serum. Setelah pengobatan,
biasanya kadar sama urat meningkat sekali. Kadar LDH sering kali
meningkat dengan predominasi isoenzim 2,3 dan 4 (Kiswari, 2016).
Gejala klinik leukemia akut sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya timbul cepat, dalam beberapa hari sampai minggu. Menurut
Bakta (2015) gejala leukemia akut dapat digolongkan menjadi tiga
golongan besar yaitu:
1. Gejala kegagalan sumsum tulang, yaitu:
a. Anemia menimbulkan gejala pucat dan lemah
b. Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam,
infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit, saluran nafas, dan sepsis
sampai syok septik.
c. Trombositopenia menimbulkan easy bruising, perdarahan kulit,
perdarahan mukos, seperti perdarahan gusi dan epistaksis.
2. Keadaan hiperkatabolik, yaitu ditandai oleh:
a. Kaheksia.
b. Keringat malam.
c. Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan gagal ginjal.
3. Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan organomegali dan gejala
lain seperti:
a. Nyeri tulang dan nyeri sternum
b. Linfadenopati superficial
c. Splenomegali atau hepatomegali, biasanya ringan
d. Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit
e. Sindrom menigeal: sakit kepala, mual muntah, mata kabur,
kaku kuduk.
4. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah
a. Leukostatis terjadi jika leukosit melebihi 50.000/µL. Penderita
dengan leukositosis serebral ditandai oleh sakit kepala,
confusion, dan gangguan visual. Leukostasis pulmoner ditandai
oleh sesak nafas, takhipnea, ronchi dan adanya infiltrate
primer.
b. Koagulapati dapat berupa DIC (DIsseminated Intravascular
Coagulation) atau fibrinolisis primer. DIC lebih sering dijumpai
pada leukemia promielositik akut (M3). DIC juga dapat timbul
pada saat pemberian kemoterapy yaitu pada fase regimen
induksi remisi.
c. Hiperurikemia yang dapat bermanifestasi sebagai arthritis gout
dan batu ginjal.
d. Sindrom lisis tumor dapat dijumpai sebelum terapi terutama
pada ALL. Tetapi sindrom lisis tumor lebih sering dijumpai
akibat kemoterapi.
A.1.7. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Hassan, Alatas (2007), pemeriksaan laboratorium dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan
pada kelainan sumsum tulang yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis yang kadang kadang menyebabkan gambaran darah
tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Terdapatnya sel blas
dalam darah tepi merupakan gejala potognomonik untuk leukemia.
2. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis
sedangkan system lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA
selain gambaran yang monoton, terlihat pula adanya hiatus
leukemikus yaitu keadaan yang memperlihatkan banyak sel blas
(mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk
pematangan sel yang berada diantaranya (promielosit, mielosit,
metamielosit, dan batang).
Hassan dan Alatas (2007), juga menjelaskan tentang
Pemeriksaan lainnya seperti:
1. Biops limpa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit
normal, RES, granulosit, piulp cell.
2. Kimia darah
Kolestrol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
3. Cairan serebrospinalis
Bila terjadi peningkatan jumlah sel (sel patologis) dan protein,
maka hal ini berarti suatu leukemia menigeal. Kelainan ini dapat
terjadi pada setiap saat dari perjalanan penyakit baik pada
keadaan remisi maupun pada keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotroksat
(MTX) intratekal secara rutin pada setiap penderita baru atau pada
mereka yang menunjukan gejala tekanan intrakranial yang
meninggkat.
4. Sitogenetik
70%-90% dari kasus LMK menunjukan kelainan kromosom, yaitu
pada kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph1).
50%-70% dari penderita LLA dan MLA mempunyai kelainan
berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), HIPLOID (2n-
a), hiperploid (2n+a).
b. Kariotip yang pseudodipploid pada kasus dengan jumlah
kromosom yang diploid
c. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial
depletion).
d. Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen secara
morfologis bukan merupakan kromosom normal: dari bentuk
yang sangat besar sampai yang sangat kecil.
A.1.8. Pengobatan
Menurut Hassan dan Alatas (2007) ada beberapa macam jenis
pengobatan diantaranya yaitu:
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari
6g/dl. Pada trombositopenia yang berat dan pendarahan masif,
dapat diberikan transfuse trombosit dan bila terdapat tanda tanda
DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi
sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-mekaptopurin atau 6-
mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru
dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid
atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika
diberikan dalam kombinasi bersama sama dengan prednisone.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping
berupa alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau
kandidiasis. Hendaknya lebih berhati-hati bila jumlah leukosit
kurang dari 2.000/mm3.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi
dikamar yang suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106),
imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dengan
dilakukan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan
dengan menyuntikkan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan
cara ini diharapkan akan terbentuk antibody yang spesifik
terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan
dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat
sembuh sempurna.
A.2. Kemoterapi
A.2.1 Definisi
Kemoterapi (obat kanker) merupakan suatu senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan atau sel kanker. Antikanker umumnya
bekerja dengan cara membunuh sel kanker yang sedang berkembang.
Dengan begitu, sel kanker lebih rentan terhadap senyawa yang
bersifat sitotoksik tersebut karena sel kanker umumnya terus
membelah dengan cepat dibandingkan dengan sel yang normal.
Antikanker biasanya ditujukan untuk menghabat langsung system
metabolisme esensial pada replikasi sel kanker, antara lain
penghambatan terhadap biosintesis purin dan pirimidin yang
merupakan senyawa penting untuk RNA dan DNA (Radji, 2017).
A.2.2 Jenis-jenis pengobatan kanker
Menurut Radji (2017) ada beberapa jenis pengobatan kanker
yaitu:
1. Operasi
Tindakan operasi merupakan pengobatan pertama untuk kanker
atau tumor padat. Pada kasus kanker yang terdiagnosis pada
stadium dini, tindakan operasi merupakan cara yang cukup efektif
untuk menanggulangi kanker. Pada umumnya, tindakan operasi
dapat mengatasi kanker jinak atau tumor.
2. Radiasi
Radiasi ditujukan untuk membunuh sel kanker dengan energi
sinar, biasanya merupakan terapi setelah pengangkatan sel tumor.
Radiasi juga dapat dikombinasi dengan kemoterapi untuk
membunuh sel sel kanker yang kemungkinan tidak sepenuhnya
dapat dihilangkan dengan operasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang menggunakan suatu
senyawa kimia untuk membunuh sel kanker yang sedang
membelah dan mencegah perkembangan sel selanjutnya.
4. Terapi hormonal
Obat ini diberikan untuk mencegah pertumbuhan sel kanker
dengan mencegah sel kanker menerima sinyal penting untuk
pembelahan dan proliferasi sel kanker.
5. Terapi tepat sasaran
Terapi tepat sasaran (targeted terapy) merupakan golongan obat
yang relative baru untuk pengobata kanker. Obat ini bekerja
secara spesifik dan terarah untuk menghalangi peran protein atau
enzim tertentu yang spesifik hanya terdapat atau banyak terdapat
pada sel kanker. Penghambatan terhadap peran protein spesifik
tersebut akan mencegah pertumbuhan dan porifelasi sel kanker.
6. Antibodi monokronal
Antibodi yang digunakan dalam terapi kanker merupakan antibodi
monokronal yang di produksi tidak hanya untuk menghantarkan
senyawa kemoterapi, tetapi juga dapat digunakan sebagai obat.
Antibodi monokronal sebagai terapi antikanker yang bekerja dalam
berbagai mekanisme, baik secara langsung dapat membunuh sel
kanker maupun dengan menghambat sinyal penting yang
dibutuhkan untuk proliferasi sel. Karena antibodi bersifat sangat
spesifik, antibodi monokronal dapat dikatakan sebagai inhibitor
spesifik untuk sel kanker tertentu.
7. Biological response modifier
Terapi ini menggunakan protein yang secara alami terdapat dalam
tubuh untuk menstimulasi pertahanan tubuh dalam mengatasi sel
kanker.
8. Vaksin kanker
Tujuan penggunaan vaksin kanker adalah untuk menstimulasi
system kekebalan tubuh melawan kanker. Vaksin kanker
umumnya mengandung protein yang terdapat pada sel kanker
atau yang diproduksi oleh sel kanker. Pemberian protein tersebut
sebagai vaksin akan merangsang respon tubuh terhadap sel
kanker.
9. Terapi terapi alternatif dan komplementer
Terapi ini menggunakan senyawa alami dari herbal atau hean
yang digunakan untuk pengobatan kanker disamping obat
konvensional. Terapi alternatif banyak dilakukan dalam terapi
kanker walaupun bukti ilmiah tentang efikasinya masih menjadi
kontroversi.
A.2.3 Jenis jenis Kemoterapi
Menurut Radji (2017) beberapa jenis antikanker yang umumnya
digunakan pada terapi kanker adalah:
1. Senyawa antimetabolit
Senyawa ini dapat menghambat sintesis purin atau pirimidin yang
merupakan prekusor nukleotida sehingga dapat menghambat
sintesis RNA dan DNA sel dan menyebabkan kematian sel kanker.
Namun, antimetabolit tidak dapat dimanfaatkan oleh sel dalam
proses metabolisme. Di dalam sel senyawa antimetabolit dapat
digunakan secara keliru oleh sel karena kemiripan strukturnya
dengan metabolit sehingga keberadaan antimetabolit dapat
menghambat fungsi vital perkembangbiakan sel yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematia sel. Apabila DNA tidak
dapat disintesis, sel tidak dapat membelah dengan baik.
Jenis jenis antimetabolit yang sering digunakan sesuai dengan
sasaran aksinya adalah:
a. Antagonis folat, antara lain metrotreksat (Trexall), dan
penetresed
(Alimta).
b. Antagonis purin, antara lain mekaptopurin (Purinethol, Puri-
Nethol)
c. Antagonis pirimidin, antara lain fluorourasil
2. Senyawa genotoksik
Senyawa genotoksik menyebabkan kelainan pada DNA sehinga
memengaruhi replikasi DNA dan pembelahan sel kanker.
Antikanker golongan senyawa ini memiliki efek toksik terhadap
asam nukleat dan memengaruhi fungsi asam nukleat. Obat dapat
terikat secara langsung pada DNA atau secara tidak langsung
merusak DNA dengan cara menghambat kerja enzim yang
dibutuhkan dalam proses replica DNA. Sel – sel yang bereplika
dengan cepat sensitive terhadap senyawa genotoksik karena
mereka secara aktif melakukan sintesis untaui DNA baru. Apabila
terjadi kerusakan pada DNA yang sedang bereplika karena
senyawa genotoksik dalam sel, sel akan melakukan proses
apoptosis yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel.
3. Inhibitor spinder mitosis sel
Senyawa ini menghambat pembelahan sel dengan menghambat
pembentukan spindle sel yang merupakan komponen sitoskeletal
sel sehingga sel tidak mampu membelah diri. Selama proses
mitosis sel, DNA kromosom telah di replikasi dengan sempurna
dan kemudian dipisahkan menjadi dua kromosom yang identik
yang merupakan materi genetik masing masing sel yang
membelah.
4. Senyawa antikanker lain
Senyawa dalam golongan ini merupakan senyawa yang dapat
menghambat pembelahan sel kanker yang tidak termasuk dalam
kategori senyawa yang telah disebut sebelumnya,
A.2.4 Efek Samping Kemoterapi
Menurut Radji (2017) efek dari pengobatan kemoterapi ada
beberapa yaitu, sulit tidur, mual dan muntah, supresi sumsum tulang,
anemia, pendarahan pada lambung, gangguan detak jantung,
demam, mengigil, sakit pinggang, pecah pecah pada mukosa mulut,
kemerahan pada wajah, rasa sakit, sulit kencing, diare, pendarahan,
rambut rontok, dan kesulitan bernafas.
A.3. Mual dan Muntah sebagai Efek Pengobatan Leukemia
A.3.1. Definisi Mual dan Muntah Post Kemoterapi
Mual dan muntah merupakan efek samping serius dari terapi
kanker yang mempengaruhi kebanyakan pasien yang menjalani
kemoterapi. Terapi radiasi ke otak, saluran gastrointestinal, atau hati
juga menyebabkan mual dan muntah. Mual adalah perasaan tidak
enak di bagian belakang tenggorokan dan perut yang mungkin
datang dan masuk dalam gelombang. Bisa terjadi sebelum muntah.
Sedangkan muntah adalah membuang isi perut melalui mulut.
Meskipun perawatan untuk mual dan muntah telah membaik, mual
dan muntah masih merupakan efek samping serius dari terapi kanker
karena hal ini menyebabkan pasien terdesak dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Penderita mungkin
mengalami mual lebih dari muntah (Hanish, J, 2016).
Mual dikontrol oleh bagian sistem saraf otonom yang
mengendalikan fungsi tubuh tidak disengaja (seperti pernapasan atau
pencernaan). Muntah adalah refleks yang dikendalikan sebagian oleh
pusat muntah di otak. Muntah bisa dipicu oleh bau, rasa,
kegelisahan, nyeri, gerak, atau perubahan pada tubuh akibat
peradangan, aliran darah yang buruk, atau iritasi pada perut (Hanish
J, 2016).
Menurut Garret, et al (2003) dalam Apriany mual muntah
merupakan efek samping dari kemoterapi yang paling mengakibatkan
stres berat. Agen kemoterapi menstimulasi sel enterochromaffin pada
saluran pencernaan untuk melepaskan Serotonin dengan memicu
reseptor Serotonin. Aktivasi reseptor memicu aktifnya jalur aferen
vagal yang mengaktifkan pusat muntah dan menyebabkan respon
muntah.
A.3.2. Faktor Penyebab Mual Muntah Pada Pasien Kanker Post
Kemoterapi
Menurut Hanish, J (2016) banyak faktor yang meningkatkan
risiko mual dan muntah dengan kemoterapi. Mual dan muntah
dengan kemoterapi lebih mungkin terjadi jika pasien:
a. Diobati dengan obat kemoterapi tertentu
b. Pernah mengalami mual dan muntah yang parah atau sering
setelah menjalani perawatan kemoterapi
c. Perempuan
d. Di bawah usia 50 tahun
e. Menderita atau muntah dengan kehamilan sebelumnya
f. Memiliki ketidakseimbangan cairan dan / atau elektrolit
(dehidrasi, terlalu banyak kalsium dalam darah, atau terlalu
banyak cairan di jaringan tubuh)
g. Memiliki tumor di saluran gastrointestinal, hati, atau otak
h. Mengalami sembelit
i. Menerima obat tertentu, seperti opioid (obat sakit)
j. Memiliki infeksi, termasuk infeksi dalam darah
k. Mengalami penyakit ginjal
Pada beberapa pasien, setelah mereka memiliki beberapa cara
pengobatan, mual dan muntah mungkin terjadi sebelum sesi
pengobatan. Ini disebut antisipasi mual dan muntah. Hal ini
disebabkan oleh pemicu, seperti bau di ruang terapi. Misalnya,
seseorang yang memulai kemoterapi dan mencium bau alkohol pada
saat bersamaan mungkin akan mengalami mual dan muntah saat
mencium bau alkohol. Semakin banyak sesi kemoterapi yang dimiliki
pasien, semakin besar kemungkinan mual dan muntah antisipasi
akan terjadi.
A.3.3. Dampak Mual Muntah
Pencegahan dan pengendalian mual muntah sangat penting
untuk dilakukan pada penderita kanker post kemoterapi, sehingga
para penderita kanker bisa terus berobat dan melakukan aktivitas
keseharian. Mual dan muntah yang tidak terkontrol bisa
menyebabkan hal berikut:
a. Perubahan kimia dalam tubuh.
b. Perubahan mental.
c. Kehilangan selera makan.
d. Malnutrisi.
e. Dehidrasi.
f. Patah tulang.
g. Membuka kembali luka bedah.
(Hanish J, 2016)
A.3.4. Tipe Mual Muntah
Berbagai jenis mual dan muntah disebabkan oleh kemoterapi,
terapi radiasi, dan kondisi lainnya. Mual dan muntah dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah perawatan. Jenis mual dan muntah
meliputi:
1. Akut
Mual dan muntah yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah
perawatan dimulai.
2. Tertunda
Mual dan muntah yang terjadi lebih dari 24 jam setelah
kemoterapi. Ini juga disebut mual dan muntah terlambat.
3. Antisipatif
Mual dan muntah yang terjadi sebelum pengobatan kemoterapi
dimulai. Jika pasien mengalami mual dan muntah setelah
menjalani sesi kemoterapi sebelumnya, mual dan muntah sebelum
kemoterapi. Ini biasanya dimulai setelah perawatan ketiga atau
keempat. Bau, pemandangan, dan suara ruang perawatan
mungkin mengingatkan pasien pada masa-masa sebelumnya dan
dapat memicu mual dan muntah sebelum sesi kemoterapi dimulai.
4. Breakthrough
Mual dan muntah yang terjadi dalam 5 hari setelah mendapat
pengobatan antinausea (Anti mual). Obat atau dosis yang berbeda
diperlukan untuk mencegah lebih banyak mual dan muntah.
5. Refractory
Mual dan muntah yang tidak merespon obat.
6. Kronis
Mual dan muntah yang berlangsung selama beberapa waktu
setelah perawatan berakhir.
A.3.5. Cara Mengatasi Mual Muntah
Menurut Harrish, J (2016), antisipasi mual dan muntah secara
dini, bila gejala mual antisipatif dan muntah didiagnosis dini,
pengobatan lebih cenderung bekerja. Psikolog dan profesional
kesehatan mental lainnya dengan pelatihan khusus seringkali dapat
membantu pasien dengan mual dan muntah antisipatif. Jenis
perawatan berikut dapat digunakan:
a. Relaksasi otot.
b. Hipnoterapi.
c. Perilaku mengubah metode.
d. Biofeedback.
e. Pengalihan (seperti bermain video game).
Pada anak-anak, mual dan muntah akut biasanya diobati dengan
obat-obatan dan metode lainnya. Obat-obatan dapat diberikan
sebelum setiap perawatan untuk mencegah mual dan muntah.
Setelah kemoterapi, obat dapat diberikan untuk mencegah muntah
yang tertunda. Pasien yang diberi kemoterapi beberapa hari berturut-
turut mungkin memerlukan perawatan untuk mual dan muntah akut
dan tertunda. Beberapa obat hanya bertahan dalam waktu singkat di
tubuh dan perlu diberikan lebih sering. Yang lain bertahan lama dan
kurang diberi. Perawatan non-obat dapat membantu meringankan
mual dan muntah, dan dapat membantu obat anti mual bekerja lebih
baik pada anak-anak. Perawatan ini meliputi, akupunktur, akupresur,
terapi, musik, latihan relaksasi otot, kelompok pendukung anak dan
keluarga, game realitas virtual.
Dukungan diet meliputi:
a. Makan lebih sedikit tapi sering.
b. Menghindari bau makanan dan bau yang menyengat lainnya.
c. Menghindari makanan yang pedas, berlemak, atau sangat asin.
d. Makan "makanan yang menenangkan" yang telah membantu
mencegah mual di masa lalu.
e. Minum obat antinausea sebelum makan.
Mual yang tertunda mungkin sulit dideteksi pada anak-anak.
Tidak seperti pada orang dewasa, mual dan muntah yang tertunda
pada anak-anak mungkin lebih sulit dilakukan oleh orang tua dan
pengasuh. Perubahan pola makan anak mungkin merupakan satu-
satunya tanda adanya masalah. Selain itu, kebanyakan perawatan
kemoterapi untuk anak dijadwalkan beberapa hari. Hal ini membuat
waktu dan risiko mual tertunda tidak jelas. Studi tentang pencegahan
mual dan muntah tertunda pada anak terbatas. Anak-anak biasanya
diperlakukan dengan cara yang sama seperti orang dewasa, dengan
dosis obat yang mencegah mual disesuaikan dengan usia (Hanish J,
2016)
A.3.6. Alat ukur mual muntah
Menurut Rhodes dan McDaniel (2001) dalam Apriany (2010),
ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur mual
muntah. Instrumen tersebu berupa Duke Descriptive Scale (DSS),
Visual Analog Scale (VAS), Rhodess Index of nausea Vomiting and
Retching (INVR), Morrow Assessment of Nausea and Emesis
(MANE) dan Functional Living Index Emesis (FLIE), yang telah teruji
validitas dan realibilitasnya, masing-masing instrument tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Instrument
tersebut umumnya digunakan untuk mengukur mual muntah pada
orang dewasa dan dapat pula pada anak usia sekolah dan remaja.
Sedangkan instrument yang biasa digunakan untuk usia anak adalah
Rhodess Index of nausea Vomiting and Retching (INVR). Intrumen ini
terdiri dari 8 pertanyaan, dimana akan diisi oleh responden dengan 5
respon Skala Likert 0-4.
A.4. Hipnoterapi
A.4.1. Definisi
Hipnosis adalah suatu kondisi pikiran saat saat analisis logis
pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk kedalam
kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconscious). Dalam keadaan
itu, tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan
untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada
kondisi hipnotik atau “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti
dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut yang berlebihan
(phobia), trauma, atau rasa sakit. Individu yang mengalami hypnosis
dapat menyadari apa yang terjadi disekitarnya dan juga berbagai
stimulus yang diberikan oleh therapist (Fachri, 2008).
Hipnosis juga bisa disebut juga sebagai seni atau ilmu
komunikasi dengan alam bawah sadar yang dapat mempengaruhi
orang dan dapat memprogram orang. Menurut Human Service
Division US Departement of Education, hipnosis adalah metode untuk
menembus faktor kritis fikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya
pemikiran atau sugesti tertentu (Setengah, 2015).
Hipnosis adalah keadaan alami dari relaksasi total tubuh di mana
kondisi kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Ketika
memasuki keadaan hipnosis, kesadaran klien terhadap apa yang
terjadi di sekitar jelas akan berkurang bila akan dibandingkan
kesadaran terhadap perasaan -perasaan di dalam diri klien. Maka
dengan sendirinya. Klien akan memfokuskan perhatian kepada
sugesti yang ditanamkan dalam diri klien sebagai upaya mengatasi
suatu masalah. Selama proses hipnosis berlangsung, klien berada
dalam tahapan perubahan yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan, meningkatkan kesadaran diri, dan untuk mengakses
berbagai sumber positif diri klien (Fachri, 2015).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit atau dalam
perawatan penyakit (Rafael,2015). Hipnoterapi adalah terapi yang
menggunakan hypnosis untuk memfasilitasi perubahan. Sugesti yang
telah disetujui sebelumnya ditanamkan kedalam alam bawah sadar
sementara klien dalam keadaan rileks terhipnosis. Selama proses
hipnosis tersebut berlangsung, klien tidak dapat dan tidak akan
melakukan sesuatu yang tidak terapis kehendaki (Rafael, 2015).
Hipnotherapi dapat diartikan sebagai sebuah metode terapi yang
memanfaatkan hipnosis untuk mencapai tujuan tertentu. Terapi
diberikan pada saat seseorang berada dalam kondisi terhipnosis.
Tujuannya bisa beraneka ragam, tergantung kebutuhan, misalnya
membangun keinginan untuk olaraga, mengatur pola makan,
menurunkan berat badan, bisa juga sebagai terapi bagi pasien
(Setengah, 2016).
Terapi hipnosis (Hypnoterapi) merupakan fenomena ilmiah.
Namun, masih belum dapat definisi yang jelas, bagaimana
sebenarnya mekanisme kerja hipnotherapi. Beberapa ilmuan
berspekulasi kalau hipnotherapi menstimulasi otak untuk melepaskan
neurotransmiter, zat kimia yang terdapat diotak. Zat itu adalah
encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood
sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap sakit atau
gejala fisik lainnya (Fachri, 2015).
A.4.2. Mekanisme Kerja Hipnoterapi
Secara umum, mekanisme kerja hipnotherapi sangat terkait
dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada
saat kondisi yang diidentifikasikan melalui gelombang otak yang
dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electro Encephalo
Graphs). Berikut uraian berbagai gelombang otak disertai dengan
aktivitas yang terkait (Fachri, 2015).
Pada prinsipnya hal yang jelas berubah ketika terjadi proses
hipnosis adalah gelombang otak. Untuk dapat memberikan sugesti
yang efektif kepada subjek, hipnotis harus tahu kapan waktu yang
tepat untuk untuk menyampaikan sugesti, dan bagaimana membuat
kondisi itu tercipta. Hipnotis harus mampu membawa subjek kearah
gelombang otak dengan frekuensi tertentu, yang tepat untuk diberi
sugesti. Gelombang otak sendiri ada empat macam (Setengah,
2016).
Menurut Fachri (2015) dan Setengah (2016) ada empat macam
gelombang otak yaitu:
1. Beta (14Hz-25Hz): normal
Gelombang otak Beta dominan terjadi pada seseorang yang
sedang melakukan aktivitas yang membutuhkan ketelitian serta
konsentrasi (Fachri, 2015). Contoh kegiatanya, saat seseorang
mengerjakan soal matematika, berolaraga, belajar, serta berfikir
kritis. Pemberian sugesti pada saat seseorang berada dalam
kesadaran penuh agak sulit sebab subjek akan sangat mengkritik
kata kata dari hipnotis. Jika ingin memberikan hipnosis pada orang
yang berada pada gelombang ini, ajaklah subjek untuk santai
sejenak dan berhenti dari kegiatannya. Orang yang rileks akan
lebih mudah menerima sugesti (Setengah,2016).
2. Alpha (8Hz-13Hz): meditative
Gelombang otak Alpha dominan terjadi pada seseorang yang
sedang melakukan aktivitas. Relaksasi, pembelajaran super, fokus
rileks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin,
kondisi pra tidur, mediasi, da awal mengakses fikiran alam bawah
sadar (unconscious) (Fachri,2015).
Gelombang Alpha membuka akses menuju alam bawah sadar
sehingga proses hypnosis bisa mulai dilakukan. Jenis aktivitas
pada gelombang Alpha contohnya adalah menghayati puisi,
membaca sebuah novel, menulis, menonton tv, atau keadaan
ketika baru bangun tidur. Dalam gelombang Alpha, otak akan
sangat mudah menerima instruksi. Proses hypnosis bisa dilakukan
secara perlahan lahan (Setengah, 2016).
3. Theta (4Hz-7-Hz): meditative
Pada gelombang otak Theta, dimana seseorang kondisinya sudah
setengah tidur atau sangat rileks. Gelombang ini dominan pada
saat seseorang hamper tertidur. Apa yang terjadi pada gelombang
ini merupakan representasi alam bawah sadar (Setengah, 2016).
4. Delta (0,5 Hz-3Hz): tidur terlelap
Pada kondisi ini, seseorang tidur secara terlelap tanpa bermimpi
dan tentunya sugesti apapun tidak dapat diberikan. Konon,
dengan istirahat total seperti ini, tubuh manusia sedang melakukan
penyembuhan. Untuk dapat menerima hypnosis pada orang yang
sedang tidur terlelap, keadaannya harus dipindahkan ke
gelombang Theta terlebih dahulu. Caranya adalah memberikan
sedikit sentuhan, memanggil namanya, atau mengajak bicara.
Lakukan dengan perlahan dan jangan sampai membuatnya
terbangun karena kanget sebab subjek akan merasa jengkel, tidak
nyaman, atau bahkan marah (Setengah, 2016).
A.4.3. Proses Hipnotherapi
Pada beberapa kasus, hipnotherapi dapat digunakan sebagai
pengobatan. Namun, pada banyak kasus, hipnotherapi lebih banyak
digunakan sebagai terapi pendamping untuk pengobatan medis.
Hipnotherapi merupakan terapi dengan mengunakan hipnosis. Metode
yang digunakan, bisa mengunakan metode trance sleep atau tanpa
trance (Setengah, 2016).
Menurut Setengah (2016), proses-proses hipnotherapi sebagai berikut:
1. Prainduksi
Prainduksi merupakan proses awal sebelum sesi
hypnotherapi sebenarnya dimulai. Didalamnya terdapat proses
building rapport atau membangun kepercayaan dengan tujuan
menciptakan kedekatan dan rasa percaya klien terhadap
hipnoterapisnya. Prainduksi merupakan proses yang sangat
penting dan bersifat kritis serta menentukan kesuksesan sesi
hypnotherapi. Pada proses ini akan dilakukan dan diketahui hal hal
sebagai berikut:
a. Analisis permasalahan klien
Di dalamnya, hipnoterapis dank lien akan membicarakan
permasalahan yang akan menjadi fokus terapi dan tujuan
yang ingin dicapai dari proses hipnotherapi.
b. Pengujian tingkat sugestibilitas klien dan pemahaman klien
terhadap metode hipnotherapi.
Tes sugestibilitas adalah prosedur wajib yang dilakukan di
sesi awal hipnotherapi, dan termasuk didalam prosedur wajib
hipnotherapi dilakukan. Di dalamnya, akan diukur seberapa
patuh klien dan seberapa mudah ia diberikan sugesti.
c. Meningkatkan tingkat sugestibilitas klien melalui hypnotic
training dan pemahaman hipnotherapi. Sugestibilitas dapat
ditingkatkan melalui hypnotic training yaitu sarana pengenalan
bawah sadar klien terhadap hipnotherapi dan pengenalan
terhadap hipnoterapis. Hipnoterapis akan memberikan
perintah, menguji kepatuhan, hingga akhirnya klien bisa
sepenuhnya bisa mengikuti sugesti dari hipnoterapis. Melalui
terapi ini, hipnoterapis harus mampu meningkatkan tingkat
sugestibilitas dari klien.
2. Induksi
Induksi merupakan proses memberikan sugesti untuk
membawa klien dari normal state (kondisi normal) ke hypnosis
state (fase hypnosis). Dengan kata lain, induksi akan membuat
kesadaran klien menjadi “sangat rileks” atau bahkan “tertidur”.
Terdapat ratusan jenis induksi yang diperuntukan untuk klien
dengan tipe sugestibilitas yang berbeda-beda.
3. Pendalaman
Pendalaman dilakukan ketika subjek sudah terinduksi dan
mulai masuk dalam kondisi trance. Metode-metode yang
digunakan biasanya bersifat imajinatif, seperti membuat subjek
menghitung angka (biasanya 1-5), memintanya mengimajinasikan
kegiatan menuruni tangga, memintanya ke tempat yang damai,
dan lain sebagainya. Semua metode ini bertujuan membuat subjek
semakin rileks dan semakin dalam level trance-nya.
4. Tes Kedalaman trance
Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa dalam level
trance subjeknya. Tes ini dilakukan karena beberapa sugesti
hanya bisa dilakukan pada orang yang telah mencapai level trance
tertentu. Biasanya, hypnoterapis akan menguji level kedalaman
dengan meminta subjek mengerakkan bagian badanya, alih-alih
menjawab pertanyaan hipnoterapis. Hal ini dilakukan karena jika
subjek menjawab dengan lisan, kemungkinan subjek untuk
kembali ke kondisi normal (dalam kondisi sadar), akan semakin
besar. Contohnya: “Angka 0-100 mengambarkan kondisi anda, 0
artinya, subjek tertidur paling lelap, dan angka 100, artinya subjek
sedang berada pada kesadaran penuh. Apakah anda sudah
berada pada angka 30? Jika iya, silakan gerakan jempol anda”.
5. Sugesti
Pada tahap ini, sugesti diberikan. Sugesti yang disampaikan
pun sesuai dengan tujuan pelaksanaan hipnotherapi. Script
hypnosis sangat bervariasi. Pada prinsipnya, script selalu
mengunakan kalimat present tense (masa kini), meminimalisasi
pengunaan kalimat negative, dan harus sesuai dengan norma-
norma dan nilai-nilai yang dianut oleh subjek sehingga kecil
kemungkinan subjek akan menolak sugesti yang diberikan.
6. Terminasi
Proses ini adalah tahap akhir dari hypnotherapi. Setelah
proses hypnosis dirasa sudah cukup maka terminasi dapat
dilakukan. Umumnya, hypnoterapis menggunakan sugesti positif
untuk mengakhiri sesi, seperti,” anda akan bangun dengan tubuh
yang sehat, perasaan yang lebih bahagia”.
7. Pascahipnosis
Pascahipnosis adalah tahap akhir dari hipnotherapi. Kondisi
ini biasanya digunakan untuk menayakan kondisi subjek, apakah
subjek merasa lebih baik, lebih segar, dan lain-lain. Setelah tahap
ini, subjek akan memasuki kondisi normalnya yakni sudah tidak
dalam pengaruh hipnosis.
A.4.4. Teknik-teknik Hypnotherapi
Ada banyak sekali teknik yang bisa digunakan dalam
hypnotherapi. Menurut Setengah (2016) teknik teknik yang digunakan
dalam hipnoterapi adalah:
1. SuggestionTherapy
Teknik ini digunakan untuk mengatasi permasalah yang
sederhana dan jelas akarnya. Untuk kasus-kasus kompleks,
suggestion therapi secara langsung biasa tidak digunakan. Sebab,
pada permasalahan yang kompleks, masalah perlu digali lebih
dalam sehinggasugesti yang diberikan nanti tidak akan salah
sasaran. Prinsip pengunaan suggestion therapy adalah
menyampaikan sejumlah sugesti yang sesuai dengan
permasalahan klien dan harapannya dapat membantu klien
membantu mengatasi masalahnya. Sebagai catatan, seseorang
hanya akan menerima sugesti yang sejalan dengan nilai dasar
yang ia anut.
Untuk menyusun script suggestion therapy dibutuhkan
pengetahuan-pengetahuan praktis yang berkaitan dengan
pemberdayaan diri serta pengetahuan praktis mengenai psikologi
manusia. Suggestion terapi biasanya dilakukan sekitar 15-20
menit. Pada saat suggestion terapy dilakukan, proses deepening
(pendalaman) tetap harus dilakukan agar orang tersebut terus
berada dalam kondisi relaks.
Aturan sugesti:
a. Positif (Sebutkan apa yang diinginkan, misalnya, ingin
sembuh)
b. Lakukan pengulangan
c. Present Tense (hindari kata akan)
d. Pribadi
e. Tambahkan sentuhan emosional dan imajinasi
f. Progresif (bertahap), jika diperlukan
2. Regression Therapy
Teknik ini biasa digunakan untuk kasus-kasus yang diduga
bersumber atau berhubungan dengan kejadian pada masa lalu.
Contohnya, psikosomatis. Melalui teknik ini, hipnoterapis berusaha
membawa subjek mengingat masa lalu dengan tujuan agar ia
mendapatkan pandangan baru tentang kenangannya. Dengan
merekontruksi kenangan menjadi lebih positif, harapanya, subjek
akan mendapatkan pandangan yang berbeda tentang masa
lalunya, dan dengan sendirinya akan mempengaruhi masa kini
dan masa depan subjek.
Subjek akan dibawa untuk mengingat kembali pengalaman
emosional (affect bridge) dan pengalaman fisik (somatic bridge).
Dengan mendapatkan detail lengkap mengenai situasi pada masa
lalu, hypnoterapis bisa menanamkan sugesti positif terhadap
subjek. Misalnya, pada masa lalu, subjek ternyata mengalami
pelecehan seksual, yang dilakukan oleh keluarga dekatnya sendiri.
Dengan mendapatkan detail, hipnoterapis dapat memberikan
sugesti “iya, benar, dia ada pada masa lalu. Sekarang, kamu
bukan seorang gadis kecil lagi. Kamu bisa melawan mereka
berniat kurang ajar padamu.
Hal ini bertujuan untuk membuat subjek yakin bahwa kondisi
masa lalunya berbeda dengan kondisi pada masa kini sehingga
pengalaman traumatis tersebut tidak perlu mengganggu
kehidupannya. Setelah subjek berhasil merekontruksi memori,
gejala-gejala fisik maupun psikologi yang bersumber dari
pengalaman ini harapannya sudah tidak akan muncul lagi.
3. Reverse Metaphor
Manusia memiliki alam bawah sadar, alam sadar dan
perantara keduanya (subconscious). Alam bawah sadar tidak bisa
serta merta berkomunikasi dengan alam bawah sadar sehingga
subconscious banyak berperan dalam menjebatani keduanya.
Namun, cara succonscious menyampaikan kemauan alam bawah
sadar tidak selalu positif. Ia bisa berkomunikasi dengan cara
menimbulkan rasa pusing, rasa sakit, emosi negative tanpa
penyebab yang jelas, melalui prilaku yang tidak diinginkan,
maupun mimpi buruk. Teknik ini berusaha membantu alam bawah
sadar secara langsung dengan bentuk metafora-metafora, tanpa
melewati subconscious lebih dulu. Teknik ini biasanya digunakan
pada saat hipnoterapis:
a. Hipnoterapis belum menemukan metode yang tepat untuk
klien dan ingin mengali lebih dalam permasalahan
sebenarnyayang mungkin masih tersembunyi.
b. Klien mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
permasalahan.
4. Secondary Gains
Dasar teknik ini adalah keyakinan bahwa setiap kebiasaan,
perilaku, atau pilihan, selalu memiliki manfaat yang tersembunyi.
Hipnoterapis berusaha mengetahui sudut pandang subjek
terhadap keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari suatu
kebiasaan, pilihan, kondisi atau prilaku. Melalui teknik interogasi,
subjek akan diajak untuk menemukan aspek positif dan negative
pada keadaannya sekarang serta menemukan aspek positif dan
negative jika tidak dalam keadaan sekarang.
A.5. Konsep Anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak
adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun.
Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan
diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud
Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa
usia dewasa dicapai lebih awal (InfoDatin, 2014).
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Pada
periode usia sekolah, anak mulai memasuki dunia yang lebih luas,
ditandai anak memasuki lingkungan sekolah yang memberikan dampak
perkembangan dan hubungan dengan orang lain (Hockenbery dan
Wilson, 2007 dalam Apriany, 2010). Ball dan Blinder (2003) dalam
Apriany (2010) menyatakan anak usia sekolah berada pada fase industri,
dimana aktivitas sangat bermakna bagi anak. Aktivitas akan
meningkatkan harga diri anak dan mencegah perasaan rendah diri pada
anak usia sekolah.
Perkembangan sistem tubuh yang terjadi pada anak usia sekolah
ditandai dengan maturnya sistem gastrointestinal, jaringan tubuh dan
organ, imun dan tulang. Perkembangan psikososial anak usia sekolah
ditandai dengan perkembangnya fase industri. Pada tahap industry anak
mengembangkan kemampuan personal dan kemampuan sosial
perkembangan tempramen anak dikembangkan melalui interaksi dengan
lingkungan, pengalaman, motivasi dan kemampuan. Tiga tempramen
anak yang mudah, anak yang lambat dan anak yang sulit. Perkembangan
konsep diri pada anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai
mengetahui tentang tubuh manusia dan anak mampu mengambar figur
manusia. Anak usia sekolah juga mulai meningkat rasa keingintahuannya
(Hockenbery dan Wilson, 2007 dalam Apriany, 2010).
Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut dengan
masa anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai
tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak factor secara
simultan memberikan kemampuan pada anak-anak untuk mengevaluasi
diri sendiri dan merasakan evaluasi orang disekitarnya (Behman et, 2000
dalam Sarayati, 2016).
Petumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan
berbeda. Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan
kemajuan keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan,
misalnya individu mengembangkan kemampuan berjalan, berlari dan
melakukan aktivitas yang semakin kompleks (Wilson et,2009; Kozier et,
2011 dalam Sarayati, 2016)
Perkembangan anak mencakup berbagai aspek. Secara umum
perkembangan anak mencakup perkembangan fisik, social, emosional
dan kognitif. sedangkan menurut Sastro menyatakan perkembangan anak
mencakup perkembangan fisik, kognitif, social-emosional, moral, Bahasa,
identitas diri, dan gender (Dr. Masganti, 2015).
Perkembangan sistem tubuh yang terjadi pada anak usia ditandai
dengan maturnya sistem gastrointestinal, jaringan tubuh dan organ, imun
dan tulang. Perkembangan psikososial anak usia ditandai dengan
perkembangnya fase industri. Pada tahap industri anak mengembangkan
kemampuan personal dan kemampuan sosial perkembangan tempramen
anak dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan, pengalaman,
motivasi dan kemampuan. Tiga tempramen anak yang mudah, anak yang
lambat dan anak yang sulit. Perkembangan konsep diri pada anak
ditandai dengan anak mulai mengetahui tentang tubuh manusia dan anak
mampu mengambar figur manusia. Anak juga mulai meningkat rasa
keingintahuannya (Hockenbery dan Wilson, 2007 dalam Apriany, 2010).
Anak mengalami stres bila dirawat dirumah sakit (hospitalisasi)
sebagaimana kelompok anak yang lain. Hospitalisasi merupakan
pengalaman baru dan sering membingungkan dan berdamfak negative.
Hospitalisasi juga membuat anak masuk ke dalam lingkungan asing
dimana mereka biasanya dipaksa untuk bias menerima prosedur yang
menakutkan, nyeri tubuh dan ketidaknyamanan (Zehr 1998, dalam
Happy, 2009).
Terkait prosedur yang menyakitkan, prosedur pemberian obat
kemoterapi pada kasus keganasan merupakan prosedur yang
menyakitkan bagi anak, ditambah lagi efek samping yang mungkin timbul
akibat kemoterapi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan
akibat efek kemoterapi, perlu dilakukan teknik nonfarmakologis. Relaksasi
dan ditraksi merupakan teknik nonfarmakologis yang dapat dilakukan
untuk menangani efek kemoterapi khususnya mual dan muntah pada
anak. Relaksasi merupakan intervensi yang membuat individu
berkonsentrasi pada stimulus yang menyenangkan dari pada berfokus
pada gejala yang tidak menyenangkan . terkait stimulus yang yang
menyenangkan untuk mencapai relaksasi yang efektif pada anak, maka
perlu disesuaikan dengan tumbuh kembang anak (Schneider,2000 dalam
Happy, 2009).
Hipnoterapi Hipnoterapi Intensitas mual muntah pada
pasien post kemoterapi
B. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Teori
Sumber: Hayati (2009), Fachri (2015)
C. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memerlihatkan variabel-
variabel yang memengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain dalam
kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variable
penelitian (Muhammad, 2013).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah hipnotherapi dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penurunan mual dan muntah. Penelitian ini
dirancang untuk membandingkan kelompok yang belum mendapatkan intervensi
dan kelompok yang telah mendapatkan intervensi. Kerangka konsepnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.2. Kerangka konsep
Anak
Hipnoterapi Extended
progressive relaksasion (EPR)
Menstimulasi otak untuk melepaskan
hormon neutrotransmitter
Tingkat keparahan
efek kemoterapi:
Mual muntah
Kenyamanan: - Fisik - Psikospiritual - Sosiokultural
- Lingkungan
Faktor Resiko: - Usia & jenis kelamin - Pengalaman mual
muntah - Agen kemoterapi &
antiemetik
- Lingkungan
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional Hubungan Hipnoterapi Dengan Frekuensi Mual dan
Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukimia di RSUP H Adam Malik
Tahun 2017.
Tabel 2.4 Defenisi Operasional
Variable Definisi Operasional
Cara dan Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
Variable Independen
Hipnoterapi Metode terapi Memberikan Semua - dengan cara hypnosis responden
menstimulasi kepada diberikan
fikiran untuk pasien post treatmen
meningkatkan kemoterapi, hipnoterapi
perasaan dengan
seseorang menggunakan
sehingga lembar
dapat observasi
mengubah (Rhodes).
penerimaan
seseorang
terhadap sakit
atau
kecemasan
fisik lainnya
Variable Dependen
Pretest Tingkat Mengukur Intensitas Interval Frekuensi kejadian mual Intensitas mual muntah
mual muntah muntah akibat mual muntah dengan
post kemoterapi pasien post rentang skor
kemotrapi sebelum kemoterapi 0-32
dilakukan menggunakan
treatment lembar
observasi
Posttest Tingkat Mengukur Intensitas Interval Frekuensi kejadian mual Intensitas mual muntah
mual muntah muntah akibat mual muntah dengan
post kemoterapi pasien post rentang skor
kemotrapi sesudah kemoterapi 0-32
dilakukan menggunakan
treatment lembar
observasi
(Rhodes).
E. Hipotesa Penelitian
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:
Ha : Hipnotherapi Efektivitas Terhadap Penurunan Intensitas Mual dan
Muntah Post Kemoterapi Pada Anak Pasien Leukemia di RSUP H
Adam Malik Medan 2018.
A. Desain Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-
eksperimen yang bersifat one group pretest-postest design yaitu rancangan
eksperimen dengan cara sampel mengukur frekuensi mual muntah penderita
leukemia post kemoterapi sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan)
untuk mengidentifikasi hubungan hipnoterapi dengan frekuensi mual muntah post
kemoterapi pada pasien leukemia, sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
Desain ini di gambarkan:
Skema 3.1 Desain Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
01 X 02
Keterangan:
01 : Pretest dilakukan pada penderita leukemia sebelum dilakukan
treatment.
02 : Postest dilakukan pada penderita leukemia sesudah dilakukan
treatment.
X : Treatment (hipnoterapy)
Pengaruh hypnotherapy adalah 02-01, hasil 02 dan 01 diperbandingkan
apakah terjadi perbedaan hasil ukur tingkat mual muntah secara statistik antara
sebelum dan sesudah melakukan hipnotherapi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian B.1. Lokasi Penelitian (Lokus)
Penelitian dilaksanakan di RSUP H Adam Malik Medan.
B.2. Waktu Penelitian
Proses penelitian dari pembuatan proposal sampai penyusunan laporan
penelitian berlangsung mulai bulan November 2017 sampai dengan Juli 2018.
Pengumpulan data dilakukan selama 4 minggu yaitu pada bulan mei 2018.
C. Populasi dan Sampel C.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia (6-12 tahun) dengan
leukemia post kemoterapi dan dirawat di ruang inap Rindu B di RSUP H Adam
Malik berjumlah 58 orang.
C.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang kebetulan bertemu dengan peneliti pada
periode Mei .
Kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Pasien anak diagnosa leukemia semua tipe
b. Usia anak (6-12 tahun) yang mendapat kemoterapi
c. Kooperatif untuk melakukan hipnoterapi
d. Penderita leukemia post kemoterapi (diatas 4 kali pernah melakukan
kemoterapi).
e. Bersedia jadi responden dan mendapat izin dari orang tua.
f. Anak beserta ibu/keluarga mampu membaca, menulis dan berkomunikasi
secara verbal dan nonverbal.
Kriteria eksklusi sebagai berikut:
a. Anak usia sekolah dengan kondisi yang sangat lemah dan tidak sadar
b. Anak usia sekolah yang mengalami mual muntah antisipator.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara pengisian
lembar observasi intensita mual muntah yang telah dipersiapkan pengukuran
frekuensi mual dan muntah responden sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi yaitu hipnoterapi.
1. Tahap Persiapan
Peneliti mengajukan permohonan melakukan penelitian di RSUP H Adam
Malik Medan. Kemudian, setelah izin penelitian diperoleh. Kemudian peneliti
melakukan pendekatan kepada calon responden, setelah responden
bersedia, responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan
menjadi responden. Kemudian peneliti menjelaskan prosedur penelitian
kepada responden serta mendemonstrasikan metode tersebut. Kemudian,
peneliti membuat perjanjian untuk pengukuran intensitas mual muntah
sebelum dan setelah diberikan treatment sebagai hasil pengukuran.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti meminta izin untuk menyiapkan sebuah ruangan untuk pelaksanaan
hypnoteraphy kepada pihak RSUP H Adam Malik Medan untuk penggunaan
ruang rindu B. Peneliti melakukan observasi keadaan umum dan
memberikan lembar kuesioner pada orang tua responden, kemudian
menjelaskan cara mengisi kuesioner dan menunggu sampai responden
menyelesaikan pengisian kuesioner, responden bisa bertanya bila ada
pertanyaan yang belum dipahami. Dan observasi dilakukan dengan
kerjasama antara peneliti dan orang tua responden.
E. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan peneliti untuk pengumpulan
data yang dialami responden adalah lembar kuesioner Rhodes INVR/Rhodes
Indeks for Nausea, Vomiting and Retching. Kuesioner yang diisi oleh responden,
berdasarkan mual muntah yang dialami responden. Kuesioner Rhodes INVR ini
berisi 8 pertanyaan dengan skala likert 0-4. Kuesioner RINVR merupakan
kuesioner baku yang banyak digunakan dalam penelitian yang berhubungan
Anak dengan Leukimia post kemoterapi
Hipnoteraphy
Melakukan hypnotherapy
terhadap responden
dengan mual muntah, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan
rehabilitas kembali (Apriany,2010).
F. Prosedur Penelitian
G. Pengolahan Data
Data yang telah di peroleh dari hasil lembar observasi diolah secara
komputerisasi. Pengolahan data melalui langkah berikut :
1) Collecting
Peneliti mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun
observasi.
Membandingkan intensitas mual muntah sebelum dan sesudah dilakukan hypnoteraphy
Pengukuran intensitas mual muntah (posttest)
menggunakan lembar observasi
Pengukuran intensitas mual muntah (pretest) menggunakan lembar
observasi
2) Checking
Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan
jawaban kuesioner atau lembar observasi.
3) Coding
selanjutnya peneliti melakukan pemberian kode pada variabel-variabel
yang diteliti.
4) Entering
Setelah data dikumpulkan dan dilakukan pengkodean, data tersebut
dimasukkan ke dalam master tabel. Kemudian memasukkan data yang
terkumpul kedalam program pengolahan data melakukan analisis
menggunakan program statistik dengan komputer.
5) Data Processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer diolah sesuai
dengan menggunakan uji paired t test.
H. Teknik Analisis Data H.1. Analisis Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-
masing variabel yang diteliti untuk memperoleh data dengan menghitung mean,
median, nilai minimal dan maksimal. Pengujian masing-masing variable dengan
menggunakan table dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.
Analisa deskripsi pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan frekuensi
mual dan muntah sebelum maupun sesudah treatment.
H.2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi
mual muntah post kemoterapi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Untuk
dapat menguji hipotesis dan menganalisa data yang diperoleh, digunakan uji
Paired sample t-test. Disebut uji t pair related, digunakan untuk mengetahui rata-
rata data berpasangan (design before and after) atau perbedaan data dua
kelompok sampel yang berhubungan satu sama lain (Muhammad, 2014).
Menurut Tri hendradi (2010), paired sample t test atau yang sering disebut
pre-post design adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran dengan
subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran
pertama dilakukan sebelum diberikan perlakuan tertentu dan pengukuran kedua
dilakukan sesudahnya. Syarat/asumsi yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Data berdistribusi normal dengan tujuan untuk mengetahui apakah
penyebaran datanya merata sesuai dengan kurva normal. Dasar kurva normal
adalah nilai rata-rata dan simpangan baku.
2. Data harus homogen dengan tujuan untuk mengetahui apakah datanya
memiliki varians yang sama.
Berdasarkan uji statistik tersebut maka dapat diputuskan :
a. Bila nilai p > 0,05, artinya bahwa tidak ada perbedaan Intensitas mual muntah
post kemoterapi sebelum dan sesudah diberi treatment (hipnoterapi).
b. Bila ≥ atau nilai p < 0,05, artinya bahwa ada perbedaan Intensitas mual
muntah post kemoterapi sebelum dan sesudah diberi treatment (hipnoterapi).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian tentang efektifitas hipnoterapi terhadap
penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi pada pasien anak leukemia
di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2018, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
A.1 Analisis Univariat
Tabel 2.5 Deskripsi Intensitas Mual Muntah Pretest dan Post Test Hipnoterapi pada Post Kemoterapi pada Anak Leukemia di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2018
Paired Samples Statistics Mean
Difference
Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pre test
Hipnoterapi 12.19 16 2.373 .593
7,75
Post test
Hipnoterapi 4.44 16 2.658 .664
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat perubahan secara deskriptif intensitas
mual muntah pretest dan post test hipnoterapi pada pasien post kemoterapi anak
dengan leukemia, terjadi penurunan intensitas mual dan muntah 7,75 skor. Jadi
dapat disimpulkan terdapat penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi
dengan dilakukannya hipnoterapi.
A.2 Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat ini menggunakan statistik komparasi parametrik (uji
beda) yang memiliki data dengan skala interval. Menggunakan uji T berpasangan
(Paired T-test).Sebelum dilakukan uji T, terlebih dahulu dilakukan uji Normalitas
dan Homogenitas sebagai syarat untuk uji Parametrik.
9
Efektifitas Hipnoterapi terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Post Kemoterapi pada Pasien Anak Leukemia
di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2018
1) Tabel 2.6 Uji Normalitas dan Homogenitas Hipnoterapi terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Post Kemoterapi pada Pasien Anak Leukemia di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2018
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Homogeneity of Variances
Pre test Hipnoterapi
Post test Hipnoterapi
Sig.
N 16 16
Normal Parametersa Mean 12.19 4.44
Std. Deviation
2.373 2.658 .398
Asymp. Sig. (2-tailed) .427 .647
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat uji normalitas baik sebelum dan
sesudah dilakukan hipnoterapi dapat dinyatakan kedua data berdistribusi normal
sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan analisis parametrik dengan uji T.
karena nilai p > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data post test
intensitas mual muntah berdistribusi normal artinya sebaran data dari nilai rata-
rata dan standart deviasi pretest dan post test intensitas mual muntah mengikuti
kurva normal.
Berdasarkan test homogenitas variansi data menggunakan uji Levene
nilai p = 0,398 karena nilai p > 0,05 maka intesitas mual muntah memiliki
variansi data yang homogen artinya variansi data intensitas mual muntah sama
sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan analisis parametrik dengan uji T.
9
10
Tabel 2.7 Efektivitas Hipnoterapi terhadap Penurunan Intensitas Mual
Muntah Post Kemoterapi pada Pasien Anak Leukemia di RSUP.H. Adam Malik Medan Tahun 2018.
Paired Samples Test
Paired Differences
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Sig. (2- tailed) Mean Lower Upper T df
Pair 1
Pre test Hipnoterapi - Post test Hipnoterapi
7.750
2.696
.674
6.314
9.186
11.500
15
.000
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh perbedaan rerata sebesar 7,750
tanda positif menunjukkan arti bahwa nilai pretest lebih besar dari pada nilai post
test nilai signifikansi lebih kecil dari < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipnoterapi efektif menurunkan intensitas mual muntah post kemoterapi pada
pasien anak leukemia di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2018.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terjadi penurunan nilai rerata (mean) intensitas
mual muntah pretest dan post test hipnoterapi pada pasien post kemoterapi anak
dengan leukemia. Diperoleh perbedaan rerata sebesar 7,750 tanda positif
menunjukkan arti bahwa nilai pretest lebih besar dari pada nilai post test, nilai
signifikansi lebih kecil dari < 0,05 maka dapat dinyatakankan bahwa hipnoterapi
efektif menurunkan intensitas mual muntah post kemoterapi pada pasien anak
leukemia di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2018.
Penelitian ini sejalan dengan laporan kasus pediatrik yang diterbitkan
pada tahun 2007, Mackenzie dan Frawley menggambarkan proses hipnoterapi
empat sesi yang digunakan untuk mengobati PONV (postoperative nausea and
vomiting) pada anak laki-laki berusia 6 tahun yang menjalani beberapa intervensi
pelebaran esofagus. Selama sesi-sesi ini, pasien menerima saran bahwa dia
memiliki "tombol di otaknya" yang dapat mengubah suara mengunyah, tersedak,
atau mual, HIDUP atau MATI, Laporan mencatat pengurangan yang signifikan
dan akhirnya penghentian gejala PONV pada anak ini.
11
Dalam penelitian acak yang lebih besar dari 100 pasien tiroidektomi,
Eberhart et al (1998), memainkan rekaman rekaman saran terapeutik
intraoperatif. Studi ini menemukan penurunan tingkat PONV dari 85,7% pada
kelompok kontrol, menjadi 47,2% pada kelompok perlakuan. Pengurangan
substansial dalam persyaratan farmakologis antimetik dilaporkan sebagai hasil
dari intervensi hipnoterapi ini (30,6 vs 68,6%). Studi di populasi lain juga
menemukan hasil positif dengan hipnosis untuk PONV. Selain mengurangi
PONV, hipnosis dilaporkan bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit pasca
operasi, kecemasan,mual muntah dan berkontribusi terhadap stabilitas
hemodinamik (Steven, 2003).
Penelitian yang dilakukan Boehm dan Horneber (2016), dari dua puluh dua uji
klinis terkontrol menunjukkan bahwa hipnoterapi dapat mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan terapi kanker, mual dan muntah, dan kecemasan.
Hipnoterapi umumnya dianggap aman tetapi merupakan kontraindikasi pada
psikosis akut, gangguan kepribadian yang parah
Beberapa hasil intervensi hipnoterapi untuk mengantisipasi mual dan
muntah ANV (Anticipatory Nausea and Vomiting) selama prosedur medis
menunjukkan bahwa pengurangan mual yang signifikan dicapai dalam enam
penelitian, pengurangan emesis dalam lima dan pengurangan penggunaan
antiemetik di salah satu uji coba. Mual dan muntah terus-menerus, yang terjadi
pada 10% hingga 25% pasien yang menerima kemoterapi, menciptakan beban
yang signifikan bagi pasien, meningkatkan biaya untuk sistem perawatan
kesehatan (biaya perawatan) dan meningkatkan potensi untuk ditinggalkannya
pengobatan karena penderitaan yang terkait dengan antisipasi mual dan muntah
. Penambahan hipnosis ke rejimen antiemetik secara signifikan dapat
mengurangi potensi pengembangan ANV, sehingga melindungi kualitas hidup
pasien, meningkatkan kemungkinan keberhasilan manajemen penyakit, dan
mengurangi biaya pengobatan (Kravits, 2015)
Menurut Boehm dan Horneber (2016). Hipnoterapi adalah prosedur
perilaku, kognisi, dan pola afektif dengan cara hipnosis dan kesadaran
pergeseran yang ditimbulkannya. Ini memungkinkan perubahan dan persepsi
yang diperlukan untuk mempertahankan proses penyembuhan. Hipnosis telah
memungkinkan untuk menjadi terapi yang bermanfaat bagi pasien kanker.Selain
itu, juga bisa untuk masalah, insomnia, manajemen dan penyakit yang
12
berhubungan dengan stres.Dua puluh uji klinis acak dan dua uji klinis terkontrol
melaporkan hasil hipnoterapi untuk pasien kanker.Mereka termasuk studi
hipnoterapi dalam mengantisipasi mual dan muntah (ANV), nyeri dan lain-
lain.Penelitian menunjukkan bahwa hipnosis dapat meringankan rasa sakit, mual
dan muntah, muka memerah, dan emosional.Hipnoterapi dianggap modalitas
pengobatan yang aman oleh para profesional.Psikosis akut, gangguan
kepribadian yang parah dan ketidakmampuan untuk dihipnotis dianggap
kontraindikasi.
Menurut Hanish J (2016), Mual dan muntah merupakan efek samping
serius dari terapi kanker yang mempengaruhi kebanyakan pasien yang menjalani
kemoterapi. Terapi radiasi ke otak, saluran gastrointestinal, atau hati juga
menyebabkan mual dan muntah.Mual adalah perasaan tidak enak di bagian
belakang tenggorokan dan perut yang mungkin datang dan masuk dalam
gelombang.Bisa terjadi sebelum muntah.Sedangkan muntah adalah membuang
isi perut melalui mulut.Meskipun perawatan untuk mual dan muntah telah
membaik, mual dan muntah masih merupakan efek samping serius dari terapi
kanker karena hal ini menyebabkan pasien terdesak dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan lainnya.Penderita mungkin mengalami mual lebih dari
muntah.
Hanish J (2016) juga menyatakan Antisipasi mual dan muntah secara
dini, bila gejala mual antisipatif dan muntah didiagnosis dini, pengobatan lebih
cenderung bekerja.Psikolog dan profesional kesehatan mental lainnya dengan
pelatihan khusus seringkali dapat membantu pasien anak dengan mual dan
muntah antisipatif.Jenis perawatan berikut dapat digunakan seperti relaksasi otot,
hipnoterapi, perilaku mengubah metode, biofeedback, pengalihan (seperti
bermain video game).
Hipnosis adalah keadaan alami dari relaksasi total tubuh di mana kondisi
kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Ketika memasuki
keadaan hipnosis, kesadaran klien terhadap apa yang terjadi di sekitar jelas akan
berkurang bila akan dibandingkan kesadaran terhadap perasaan -perasaan di
dalam diri klien. Maka dengan sendirinya. Klien akan memfokuskan perhatian
kepada sugesti yang ditanamkan dalam diri klien sebagai upaya mengatasi suatu
masalah. Selama proses hipnosis berlangsung, klien berada dalam tahapan
perubahan yang berguna untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan
13
kesadaran diri, dan untuk mengakses berbagai sumber positif diri klien (Fachri,
2015).
Fachri (2015) juga menyatakan Terapi hipnosis (Hypnoterapi) merupakan
fenomena ilmiah.Namun, masih belum dapat definisi yang jelas, bagaimana
sebenarnya mekanisme kerja hipnotherapi.Beberapa ilmuan berspekulasi kalau
hipnotherapi menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia
yang terdapat diotak.Zat itu adalah encephalin dan endhorphin yang berfungsi
untuk meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu
terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.Intensitas mual muntah dapat diturunkan
dengan terapi komplementer yang salah satunya adalah hipnoterapi.
Penggunaan hipnoterapi dapat menurunkan intesitas mual muntah karena
hipnoterapi adalah salah satu tekhnik relaksasi otot yang meningkatkan tingkat
kesadaran yang lebih tinggi untuk menerima sugesti yang positif dari diri klien,
sehingga menstimulasi otak untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dapat
meningkatkan mood atau mengurangi rasa sakit termasuk rasa mual muntah
post kemoterapi.
Menurut asumsi peneliti bahwa sebaran data tentang intensitas mual muntah
terjadi penurunan karena pasien anak leukemia yang menjalani kemoterapi
menerima sugesti yang diberikan oleh therapist sehingga tubuh klien merespon
dengan baik sugesti positif yang diberikan. Akibat dari respon yang baik dari
sugesti yang diberikan oleh therapist intesitas mual muntah menurun. Maka
dapat dinyatakankan terdapat perbedaan antara pretest dengan post test
hipnoterapi terhadap intensitas mual muntah yang berarti dapat dinyatakan
terdapat pengaruh efektifitas hipnoterapi terhadap penurunan intensitas mual
muntah post kemoterapi pada pasien anak leukemia di RSUP. H. Adam Malik
Medan tahun 2018.
Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah yang
berkaitan dengan sampel dan keadaan responden yang tidak memungkinkan
untuk menerima perlakuan. Dan juga pengumpulan data, dimana pada awal
peneliti akan mengukur skor mual muntah (data posttest) yang telah diberi
perlakuan hipnoterapi, ada 1 responden yang tidak dapat dinilai dikarenakan exit.
Ada 2 responden yang tidak dapat diukur sesuai dengan jadwal yang ditentukan
dikarenakan responden tersebut akan pulang, sehingga peneliti mengukur mual
muntah lebih cepat dari jadwal yang ditentukan.
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpuan dalam penelitian ini adalah:
1. Terjadi perubahan secara deskriptif intensitas mual muntah pretest dan
post test hipnoterapi pada pasien post kemoterapi anak dengan
leukemia, darI 12,19 menjadi 4,44 terjadi penurunan 7,75.
2. Dengan paired sample t test dilihat hipnoterapi efektif menurunkan mual
muntah post kemoterapi anak dengan leukemia, dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p = 0,000 < 0,05), maka dapat
dinyatakankan terdapat perbedaan antara pretest dengan post test
hipnoterapi terhadap intensitas mual muntah yang berarti Ho ditolak dan
Ha diterima sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh efektifitas
hipnoterapi terhadap penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi
pada pasien anak leukemia di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2018.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Disarankan untuk mengembangkan unit pengobatan komplementer
sebagai pengobatan pendamping, terutama hipnoterapi untuk
mendampingi pengobatan medis.
2. Bagi Pendidikan
Mengembangkan praktik kebidanan berbasis terapi komplementer
khususnya hipnoterapi
3. Bagi Penelliti Selanjutnya
Perlu penelitian lebih lanjut tentang efektifitas hipnoterapi yang sama
atau berbeda baik secara kuantitatif maupun kualitatif, , terhadap mual
muntah akibat kemoterapi, kepada kelompok usia yang sama dengan
jumlah sample yang lebih banyak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H, dan Hassan, R. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. IKA FKUI. Jakarta.
Alfan, Muhammad. 2013. Pengantar Filsafat Nilai. CV.Pustaka Setia. Bandung.
Ali, Muhammad. 2014. Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bumi. Jakarta.
Apriany, D. 2010. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat Kemotrapi Pada Anak Usia Sekolah Penderita Kanker. Tesis. Magister
Keperawatan Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI). Depok.
Apriany, D. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Keganasan. Refika
Aditama. Bandung.
Bain, B J. 2015. Hematologi. EGC. Jakarta.
Bakta, M. 2013. Hematologi Klinik Ringkas. EGC. Jakarta.
Dinas Kesehatan RI Medan. 2012. Profil Kesehatan Sumatera Utara. 2012. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL KES PROVINSI 2012/02Profil Kes Prov. Sumatera Utara 2012.pdf (diunduh 28 November 2017).
Fachri, Hisyam. 2008. The Real Art Of Hypnosis. Trans Media. Jakarta Selatan
Hanish, J. Nause and Vomiting. 2016. Nasional Compherensive Cancer Network. USE.
Hayati, Happy. 2009. Pengaruh Ditraksi Oleh Keluarga Terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi Pada Anak Usia Prasekolah Di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta. Tesis. Magester Keperawatan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. (UI). Depok.
Hoffhard, A.V. and Moss, PHA. 2013. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta.
Kathy, G Kravits. 2015. Hypnosis for the Management of Anticipatory Nausea andVomiting.https://www.thefreelibrary.com/Preoperative+hypnotherapy+i
n+the+management+of+a+child+with...-a0188847468
Katja, Boem and Markus, Hornober. 2016. Hypnoterapy. CAM-Cancer Consortium. https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/side- effects/nausea/nausea-pdq
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Situasi Penyakit Kanker http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&g=&esrc=s&source=web&cd=1&ca d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjUy43c9LHZAhVBkZQKHTZbDH4QFggpMA A&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload%2Fpusdatin%2
16
Fbuletin%2F%buletinkanker.pdf&usg=AOvVaw35Jb54sFMKwOES38rnota h (diunduh tanggal 27 November 2017)
Kiswari, R. 2016. Hematoligi dan Transfusi. Erlangga. Jakarta.
Masganti, Dr. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Perdana Mulya Sarana. Jakarta.
Moss, PHA.et al. 2012. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta.
Mustian, K.M. 2008. Chemoterapy Incuded Nausea an Vometing. University School of Medicine and Dentistry.
www.touchoncology.com/System/Files/Private/Articles/18399pdf.Mustam.p df11Januari2008. (diunduh tanggal 29 November 2017).
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. PT RINEKA CIPTA.
Jakarta.
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI ( InfoDATIN). 2014. Tujuan Pencapaian Program Kesehatan Anak. 23 Juli 2014.
Radji, M. 2017. Antibiotik dan Kemoterapi. EGC. Jakarta.
Romy, R. 2007. HIPNOTERAPI. Gagas Media. Jakarta Selatan
Sarayati, S. 2016. Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak SD Di SDN Dukuh Kupang-II 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang, Surabaya. Skripsi . Program Studi Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga. Surabaya.
Setengah, O. 2016. HIPNOSIS GO. Bintang Wahyu. Jakarta.
Steven, G. 2003. Clinical Hypnosis and Surgery. Alternatif Medicine Alert. https://salemhypnosissolutions.com/pre-and-postoperative/
Trihendadri. 2010. Step by step SPSS 16. Andi. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 299 Tahun 2013. Kelompok Kerja Nasional Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer. 27 Agustus 2013. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KMK%20No.%20299%2) ttg%20POKJANAS%20Kestrad,%%20Alternatif,%20Komplementer.pdf
Yuni, N.E. 2015. Kelainan Darah. Nuha Medika. Yogyakarta.
17
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK
LEUKEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2018
Oleh : Natalia Girsang
Nim : P07524414032
Saya adalah mahasiswi Prodi D IV Kebidan Medan Poltekkes Kemenkes
RI Medan. Ingin melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan dengan
tujuan untuk mengetahui Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Mual
Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia. Penelitian ini salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Prodi D IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
Saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden
penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika adik-adik bersedia untuk
mengizinkan menjadi responden silahkan adik-adik menandatangani formulir
persetujuan ini.
Medan, 2018
No. responden :
Tanda tangan :
18
Lampiran 2
INFORMED CONSENT MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Orang Tua :
Nama Anak :
No. Responden :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menandatangani lembaran ini, saya memberikan persetujuan untuk
mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Hubungan Hipnoterapi Dengan Frekuensi Mual
Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia Di RSUP H.Adam Malik
Medan.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan
saya telah mengetahui bahwa kuesioner ini bersifat rahasia dan jawabannya
hanya untuk penelitian.
Saya telah mendapat penjelasan ini dan diberi kesempatan bertanya mengenai
penelitian atau peran saya dalam penelitian ini. Saya secara sukarela berperan
serta dalam penelitian ini.
Tanda Tangan, Medan, 2018
Orang Tua Responden
Peneliti,
( ) (Natalia Girsang)
19
Lampiran 3
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK
LEUKEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2018
Oleh : Natalia Girsang
Nim : P07524414032
Saya adalah mahasiswi Prodi D IV Kebidan Medan Poltekkes Kemenkes
RI Medan. Ingin melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan dengan
tujuan untuk mengetahui Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas
Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia. Penelitian ini salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Prodi D IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada
anak dari Bapak/Ibu yang bernama: usia :
untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini
hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan
dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini
bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada
sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia untuk mengizinkan anak dari Bapak/Ibu
menjadi responden silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.
Medan, 2018
No. responden :
Tanda tangan
Orang tua/ Wali
20
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
Kode : (diisi oleh peneliti)
Tanggal : Pukul : WIB
Kuesioner penelitian ini terdiri dari 2 (dua) bagian :
Bagian A : Mengenai karakteristik responden
1. Usia anak :
2. Jenis Kelamin :
3. Jenis Kanker :
4. Jenis Kemoterapi :
5. Pengalaman Mual Muntah :
6. Siklus Kemoterapi :
7. Lingkungan Ruang Rawat :
8. Ruang :
Bagian B : Pengukuran frekuensi kejadian mual muntah
Petunjuk :
Beri satu tanda pada kolom disetiap baris yang sesuai dengan kejadian yang
dialami anak.
Tanggal :
No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Dalam 12 jam
terakhir, anak
saya mengalami
muntah
sebanyak ........kali
Tidak
muntah
1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7x/lebih
2. Dalam 12 jam
terakhir, dari
adanya rasa
ingin muntah
anak merasa
tidak nyaman yang ............
Tidak ada Ringan Sedang Berat Sangat Berat
21
3. Dalam 12 jam
terakhir, dari
muntah-muntah
yang anak
alami, anak
merasakan tidak nyaman yang....
Tidak ada Ringan Sedang Berat Sangat Berat
4. Dalam 12 jam
terakhir, anak-
anak merasa
mual atau rasa
tidak enak pada perut selama......
Tidak ada Ringan
(kurang
dari 1 jam)
Sedang
(2-3 jam)
Berat (4-6 jam)
Sangat Berat
(lebih dari 6
jam)
5. Dalam 12 jam
terakhir, dari
mual atau tidak
enak di perut,
anak merasakan
tidak nyaman yang.....
Tidak ada Ringan Sedang Berat Sangat
6. Pada 12 jam
terakhir, anak
merasa mual
atau tidak
nyaman pada
bagian perut
Tidak ada Ringan
(1-2 kali)
Sedang
(3-4 kali) Berat (5-6 kali)
Sangat Berat
(lebih dari 7
kali)
7. Pada 12 jam
terakhir, anak
merasa mual
atau tidak
nyaman pada
bagian perut......kali
Tidak ada Ringan
(1-2 kali)
Sedang
(3-4 kali)
Berat (5-6 kali)
Sangat Berat
(lebih dari 7
kali)
8. Pada 12 jam
terakhir, anak
merasa ingin
muntah namun
tidak
mengeluarkan
apapun
sebanyak .......kali
Tidak ada Ringan
(1-2 kali)
Sedang
(3-4 kali)
Berat (5-6 kali)
Sangat Berat
(lebih dari 7
kali)
Keterangan : 0 = Tidak ada 1 = Ringan 2 = Sedang 3 = Berat 4 = Sangat Berat
22
Lampiran 5
HIPNOTERAPI
(Hipnoterapi Biasa)
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN NO REVISI : HALAMAN :
TANGGAL
TERBIT :
DITETAPKAN OLEH :
1. PENGERTIAN Hipnotherapi adalah suatu
metode dimana pasien
dibimbing untuk melakukan
relaksasi, dimana setelah
kondisi relaksasi dalam ini
tercapai maka secara alamiah
gerbang pikiran bawah sadar
sesesorang akan terbuka lebar,
sehingga yang bersangkutan
cenderung lebih mudah untuk
menerima sugesti
penyembuhan yang diberikan.
2. TUJUAN Saat ini hipnoterapi dapat
digunakan untuk mengatasi
masalah – masalah sebagai
berikut:
1. Fisik
2. Masalah Emosi
23
3. Masalah Perilaku
4. Pengobatan
3. INDIKASI 1. Meningatkan mental klien
(kepercayaan diri,
menghilangkan trauma,
mengurangi phobia)
2. Menyembuhkan
psikosomatis klien (alergi,
asma)
3. Membantu proses
penyembuhan klien
(kanker, aids)
4. KONTRAINDIKASI 1. Seseorang yang dalam
kondisi tidak tenang, gaduh
gelisah, misalnya pada
psikosis akut sehingga
tidak dapat dilakukan
kontak psikis dengan
subjek.
2. Seseorang yang dalam
keadaan tidak mengerti
apa yang akan dilakukan,
misalnya pada orang
imbesil atau d imensia.
Pada mereka tidakdapat
dilakukan hipnotis dengan
cara apapun.
3. Pada orang yang tidak
tahu atau belum mengerti
tentang apa yang kita
katakana, sugesti verbal
tidak akan berpengaruh
pada subjek.
24
4. Subjek yang memiliki
kesulitan dengan
kepercayaan dasar seperti
pasien paranoidatau yang
memiliki masalah
pengendalian seperti
obsesi-kompulsif.
5. Penggunaan hipnosis oleh
operator yang tidak terlatih
dengan baik.
6. Penggunaan hipnosis
untuk tujuan yang tidak
baik.
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien sebagai subjek.
2. Terapis sebagai fasilitator
3. Bersedia dengan sukarela.
4. Memiliki kemampuan untuk
fokus
5. Memahami komunikasi
verbal.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Kursi
2. Bantal jika diperlukan
7. CARA KERJA
A. Pre induction
1. Klien dan penghipnotis memperkenalkan diri
2. Menganjurkan klien untuk menceritakan keluhan yang sedang
dialami
3. Memberikan berbagai pemecahan masalah yang dapat diambil
4. Menjelaskan hipnoterapi secara singkat, jelas, dan mudah
dipahami
5. Meminta persetujuan klien dan memberikan inform consent pada
klien untuk dilakukan hipnoterapi
25
6. Melakukan tes subjektifitas
a. Anjurkan klien duduk dengan nyaman
b. Mengajarkan klien tarik napas dalam
c. Menganjurkan klien untuk melakukan hand clasp
test yaitu dengan meminta subjek menangkupkan
kedua tangan, kemudian merekatkan kedua jari
telunjuk dan sugestikan bahwa pada kedua
telunjuk terdapat lem yang akan merekatkan jari
telunjuk tersebut. Sugestikan bahwa semakin klien
ingin memisahkan telunjuknya maka jari
telunjuknya akan semakin lengket. Selanjutnya
minta klien untuk menyatakan apakah jarinya
semakin lengket atau tidak.
d. Anjurkan klien untuk rileks dan menarik napas
dalam
e. Lepaskan jari tangan tersebut.
B. Induction
1. Pada tahap induksi hIpnotherapist harus mahir dalam menyusun
variasi kalimat Pacing–Leading (Physical mirroring yaitu
pencerminan fisik, Match the voice yaitu penyelarasan kualitas
suara, Match the breathing yaitu penyelarasan irama nafas,
Match the size of the pieces of information yaitu penyelarasan
pengelompokan informasi, Match their common experience yaitu
penyelarasan pengalaman umum)
2. Posisikan klien lebih rileks lagi dari Normal State ke Hypnosis
State (suasana sangat rileks dan sugestif)
3. Latih klien untuk nafas dalam lagi untuk merilekskan tubuh dan
pikiran klien
4. Bawa klien pada satu titik focus atau tanamkan sugesti yang
berkebalikan pada masalah klien (contoh kalimat “saat ini anda
tidak merasakan apapun, yang anda rasakan nyaman dan
bahagia”)
5. Pastikan klien sudah pada posisi yang benar-benar fokus dan
26
rileks.
6. Apabila sudah, tepuk kedua tangan hypnoterapist secara cepat
dan keras
C. Deepening dan dept level test
1. Pada tahap Deepening hypnotherapist akan membimbing klien
untuk berimajinasi melakukan suatu kegiatan atau berada di
suatu tempat yang mudah dirasakan oleh subjek untuk memasuki
trance level yang lebih dalam.
2. Pastikan bahwa klien hanya mendengarkan suara hypnotherapist
dengan memegang tubuh klien dan memberikan perintah untuk
mendengarkan suara hypnotherapist saja.
3. Pastikan bahwa klien mengerti perintah yang diberikan oleh
hypnotherapist dengan memerintahkan klien untuk menggerakkan
bagian tubuhnya.
4. Bimbing klien untuk berimajinasi ke suatu tempat yang nyaman
untuk klien dengan menggunakan 5 tahap.
a. Lima, perintahkan agar tubuh dan pikiran anda
memasuki relaksasi lebih dalam, total, semakin
tenang, semakin lelap.
b. Empat, biarkan tubuh dan pikiran anda memasuki
tidur yang lebih dalam lagi, bahkan saat ini anda
dapat membayangkan berada di suatu tempat lain
yang menurut anda adalah tempat yang nyaman,
tempat yang indah, dimanapun itu, buatlah
semakin jelas, semakin riel, semakin nyata,
bahkan anda dapat merasakan detailnya,
emosinya.
c. Tiga, semakin lelap, lebih dalam lagi, rasakan
tubuh anda semakin ringan, bahkan anda dapat
melupakannya.
d. Dua, masuki tidur lelap berkali lipat lebih dalam,
27
dan rasakan suasana menjadi sangat hening,
bahkan anda benar-benar tidak menghiraukan
suara apapun juga, begitu tenang, fisik anda
terlelap, fikiran anda bersitirahat, bahkan seluruh
panca-indra anda benar benar beristirahat.
e. Satu, silakan nikmati relaksasi yang sangat luar
biasa ini, silakan anda membayangkan diri anda di
suatu tempat yang nyaman dan indah, dan saat
yang sama biarkan fisik dan pikiran anda
beristirahat total, nyaman, tenang, damai.
D. Suggestion
1. Sampaikan pada klien untuk merilekskan seluruh tubuhnya
hingga merasa rileks dan nyaman.
2. Setelah pasien sudah merasa nyaman mulailah dengan
rangkaian kata menjadi kalimat yang indah dan mudah difahami
klien
3. Kemudian sampaikan sugesti dengan rangkaian kata yang sudah
biasa di dengar, agar pasien akan mudah memahami dan mudah
mengimajinasikannya seperti “bayangkan oleh anda bahwa anda
sedang berada di tempat yang paling nyaman dan tempat
bermain yang menyenangkan” dengan kalimat ini si pasien pasti
dapat dengan mudah membayangkannya, karena bahasa
tersebut sudah biasa di dengar dan di lakukan.
4. Tegaskan ke klien untuk memfokuskan hanya pada perkataan
terapis. Contoh “dengarkan kata-kata saya, hanya dengarkan
kata-kata saya, anda merasakan sangat bahagia dan rasa tidak
nyaman ditubuh anda perlahan-lahan menghilangkan”.
5. Kata-kata tersebut diulang beberapa kali sampai klien benar-
benar memahami
6. Berikan reinforcement positif pada klien
28
E. Termination
1. Kaji respon klien Membangun sugesti positif yang akan membuat
tubuh seorang Client lebih segar dan rileks, kemudian diikuti
dengan proses hitungan beberapa detik untuk membawa Client
ke kondisi normal kembali. Contoh: “Kita akan mengakhiri sesi
Hypnotherapy ini … saya akan menghitung dari 1 sampai dengan
5, dan tepat pada hitungan ke-5 nanti, silakan anda bangun
dalam keadaan sehat dan segar, dst.
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan reinforcement positif
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik.
8. HASIL
Dokumentasikan tindakan:
1. Respon responden selama hipnosis (respon subyektif dan
obyektif).
2. Tanggal dan waktu pelaksaan tindakan.
3. Nama dan paraf peneliti.
9. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Klien bersedia untuk dilakukan hipnosis
2. Pastikan klien benar-benar fokus saat dilakukannya hipnosis
29
HIPNOTERAPI
Extended Progressive Relaxation (EPR)
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN NO REVISI : HALAMAN :
TANGGAL
TERBIT :
DITETAPKAN OLEH :
1. PENGERTIAN Sugesti adalah pesan yang
diberikan pada klien ketika
berada pada kondisi
hipnotik.
2. TUJUAN 1. Memperdalam kondisi hipnosis
klien yang bersugestivitas mudah,
sedang sampai yang sulit.
2. Meningkatkan relaksasi.
3. Mengurangi stress psikis dan fisik
3. INDIKASI 1. klien yang mengalami kesulitan
untuk memasuki relaksasi.
2. klien yang mengalami ketegangan
psikis.
3. klien yang mengalami ketegangan
fisik fisik.
4. KONTRAINDIKASI 1. tidak diperbolehkan untuk pasien
penderita penyakit syaraf
2. klien tidak mengalami gangguan
30
jiwa
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien.
2. Kaji kondisi klien.
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/
keluarganya tindakan yang
dilakukan.
4. Posisikan klien senyaman mungkin.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Kursi.
2. Bantal (jika diperlukan)
7. CARA KERJA
1. Klien dan penghipnotis memperkenalkan diri
2. Menganjurkan klien untuk menceritakan keluhan yang sedang
dialami
3. Memberikan berbagai pemecahan masalah yang dapat diambil
4. Menjelaskan tentang Extended Progressive Relaxation (EPR)
secara singkat, jelas, dan mudah dipahami
5. Meminta persetujuan orang tua klien dan memberikan inform
consent pada klien untuk dilakukan Extended Progressive
Relaxation
6. Anjurkan klien dalam posisi yang nyaman
7. Mengajarkan klien teknik tarik napas dalam agar klien lebih
rileks
8. Menganjurkan klien untuk menutup mata, melemaskan bagian
kelopak mata, dahi, kening, dan seluruh wajah menjadi rileks,
malas dan sangat lemas. Berikan penjelasan kepada klien
bahwa:
a. Dikarenakan oleh kondisi yang rileks, ketika klien
mencoba untuk menggerakkan kelopak mata, bahkan
mata anda benarbenar tidak mau bergerak karena
malas dan lemasnya. Semakin klien mencoba untuk
membuka mata, maka mata klien justru akan tertarik
memasuki relaksasi yang lebih dalam dan lebih
sempurna
31
9. Bagi petugas kesehatan: Pada tahapan ini, amati apakah mata
klien sudah benar-benar lemas? Jika klien masih dapat
membuka matanya dengan mudah, maka segeralah minta klien
untuk menutup kembali, dan ulangi mulai langkah no. 8 yang
memandu klien untuk menutup mata.
10. Anjurkan pada klien mempertahankan matanya tertutup dan
melemaskan kelopak matanya, memberikan pernyataan pada
klien bahwa klien dapat mengendalikan bagian tubuh klien.
11. Menganjurkan klien untuk merasakan adanya getaran relaksasi
yang turun secara halus dan perlahan ke seluruh anggota tubuh
menjadi benar-benar nyaman.
12. Menganjurkan klien untuk memusatkan perhatiannya ke daerah
kepala hingga ujung kaki memasuki relaksasi sempurna
sehingga akan menjadi sangat lemas dan nyaman.
13. Menganjurkan klien untuk merasakan bagian – bagian dari
tubuhnya, semakin dirasa klien akan merasakan lebih rileks
berlipat-lipat kali dan menjadi sangat nyaman.
14. Berikan pernyataan pada klien tarik nafas dalam maka klien
semakin tertarik memasuki relaksasi yang lebih dalam lagi, lebih
sempurna, lebih sempurna, lebih nyaman dan lelap.
15. Perintahkan pada klien untuk menoba menggerakkan
tangannya. Pada tahap ini, petugas kesehatan amati apakah
tangan klien benar-benar lemas. Jika klien masih dapat
menggerakkan tanganya dengan mudah, maka ulang bagian
script yang memandu klien untuk memerintahkan tangannya
agar menjadi benar-benar lemas tanpa daya.
16. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini tangan klien benar
benar merasakan relaksasi yang sangat dalam di kedua
tangannya sehingga kedua tangannya tidak berminat untuk
bergerak, semakin klien menggerakkan tangannya maka klien
semakin memasuki rileksasi sempurna.
17. Perintahkan klien untuk mencoba menggerakkan tanggannya.
18. Pada tahap ini, petugas kesehatan mengamati apakah tangan
32
klien benar-benar lemas, jika klien masih dapat menggerakkan
tangannya dengan mudah, maka segera ulangi bagian sript
yang memandu client untuk memerintahkan tangan dan jari
jemarinya agar menjadi benarbenar lemas dan tanpa daya.
19. Anjurkan kepada klien untuk melemaskan seluruh tubuhnya.
20. Anjurkan klien untuk memerintahkan tubuhnya memasuki
relaksasi dengan mengatakan “Wahai tubuh …. dari ujung
kepala sampai dengan ujung kaki …. aku perintahkan saat ini
juga engkau memasuki relaksasi sempurna, sehingga saat ini
juga engkau menjadi sangat malas, sangat lemas, dan benar-
benar engkau beristirahat secara sempurna, benar-benar malas
dan sangat lemas”.
21. Berikan pernyataan pada klien bahwa saat ini tubuh klien benar-
benar lemas dan sangat lunglai seakan-akan tulang-tulangnya
menghilang sehingga tidak mampu untuk menggerakkan bagian
dari tubuhnya.
22. Berikan pernyataan pada klien bahwa semakin klien ingin
menggerakkan tubuhnya maka klien semakin tertarik memasuki
relaksasi yang lebih dalam lagi, lebih sempurna, lebih sempurna,
lebih nyaman dan lelap.
23. Perintahkan pada klien untuk mencoba menggerakkan
tubuhnya. Pada tahap ini, petugas kesehatan amati apakah
tubuh klien benar-benar lemas. Jika klien masih dapat
menggerakkan tubuhnya dengan mudah, maka ulang bagian
script yang memandu klien untuk memerintahkan tubuhnya agar
menjadi benar-benar lemas tanpa daya
24. Sampaikan pada klien untuk merilekskan seluruh tubuhnya
hingga sangat rileks dan nyaman.
25. Minta klien untuk benar-benar beristirahat dengan melemaskan
seluruh tubuh hingga terasa ringan.
26. Minta klien untuk merasakan setiap hembusan nafasnya. Setiap
hembusan nafas akan menarik klien memasuki relaksasi yang
lebih dalam sehingga semakin merasa tenang, damai, dan
33
nyaman sekali.
27. Sugestikan pada klien untuk memerintahkan pikiran dan otaknya
untuk beristirahat.
28. Berikan aba-aba kepada klien untuk mengatakan dalam hati
kepada pikiran dan otak untuk memasuki alam relaksasi yang
sempurna.
29. Beri reinforcemen positif pada klien dan dukung klien untuk
semakin rileks dan mulai memasuki penghayatan rasa.
30. Dalam suasana yang semakin nyaman, sugestikan pada klien
agar memerintahkan agar tubuh fisik dan juga otaknya benar-
benar memasuki istirahat yang sangat total, bahkan hingga
tertidur.
31. Beritahukan pada klien bahwa yang tidur hanya tubuh fisik dan
pikiran, sedangkan alam bawah sadar akan tetap terjaga.
32. Tuntun klien memerintahkan tubuh dan pikirannya untuk
beristirahat lebih dalam.
33. Beri aba-aba pada klien bahwa tindakan akan segera dilakukan.
34. Mulailah menuntun klien hingga beristirahat total dengan 5
hitungan mundur.
a. Hitungan Lima, perintahkan klien untuk relaksasi dalam,
tenang, dan lelap.
b. Hitungan Empat, minta klien membayangkan sedang berada
di suatu tempat yang tenang.
c. Hitungan Tiga, Minta klien untuk merasakan tubuhnya mulai
ringan.
d. Hitungan Dua, Perintahkan klien untuk memasuki tidur yang
semakin lelap dan merasakan suasana yang hening.
e. Hitungan Satu, Biarkan klien menikmati relaksasi yang
sangat luar biasa, tertidur dengan nyaman dan indah.
35. Untuk mengakhiri katakan pada klien bahwa dalam hitungan 1-5
pada hitungan ke 5 klien akan bangun membuka mata dalam
keadaan segar, sehat, dan positif
34
36. HASIL
Dokumentasikan tindakan:
1. Respon responden selama hipnosis (respon subyektif dan
obyektif).
2. Tanggal dan waktu pelaksaan tindakan.
3. Nama dan paraf peneliti.
37. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Klien bersedia untuk dilakukan hipnosis
2. Pastikan klien benar-benar fokus saat dilakukannya hipnosis
35
Lampiran 6
Titik Persentase Distribusi t (df= 1-200)
Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
36
Lampiran 7
Tabel F
df untuk
penyebut (N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94 7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31 18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11 25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03 30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95 37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92 42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89 47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88 50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85 57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
37
Lampiran 8
EFEKTIFITAS HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTESITAS MUAL MUNTAH
POST KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2018
No No. Rekam Medik Nama Responden Umur Pretest Posttest
1 00.69.74.56 D 11 12 4
2 00.69.53.59 R 11 14 0
3 00.73.01.58 D 10 12 6
4 00.71.63.53 M 7 12 6
5 00.68.87.24 R 11 16 5
6 00.73.71.51 J 8 16 6
7 00.74.57.15 R 11 16 8
8 00.72.95.06 T 9 11 1
9 00.73.86.81 V 9 13 7
10 00.71.58.53 G 6 9 1
11 00.73.96.61 J 12 11 4
12 00.74.41.66 R 9 10 0
13 00.72.03.80 A 8 8 4
14 00.72.51.03 M 12 12 6
15 00.74.67.18 F 7 12 8
16 00.73.81.13 D 12 11 5