skripsi efektifitas terapi kompres air hangat …repository.stikes-bhm.ac.id/164/1/24.pdf · 2018....
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGAN KECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN
Oleh :
FINDY NUR ISA ISNAWATI
NIM : 201402077
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGAN KECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN
Diajukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Oleh :
FINDY NUR ISA ISNAWATI
NIM : 201402077
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim..
Puji syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat serta limpah Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan terselesainya skripsi ini, penulis ingin mempersembahkan
proposal ini untuk semua pihak yang turut membantu, khususnya :
1. Kedua orang tuaku, Papa Djoko Sutrisno dan Mama Wiwin Catur Indra
Nuryati yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar,
memberikan saya support dan terima kasih yang tak terhingga atas segala
dukungan moril maupun materil, doa serta kasih sayang yang telah
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua adekku M.Odie Indra Saputra dan Talitha Hasnaa Nabiilah, tak
akan tergantikan saat berkumpul bersama kalian, walaupun sering
bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna terssendiri untukku, terima
kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini. Maaf belum bisa menjadi
panutan, tetapi setidaknya aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk
kalian semua.
3. Untuk Priyoto, S.Kep,Ns.,M.Kes dan Sagita Haryati, S.Kep,Ns.,M.Kes
terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukkan dalam
vi
penyusunan skripsi dengan sabar dan ketelatena. Semoga Allah SWT
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.
4. Almamater yang saya banggakan Program Studi Ilmu Kesehatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun dan seluruh dosen pengajar maupun staf
terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, pengalaman dan bantuan
yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepadaku selama ini.
5. Untuk Dina Putri Adiyati, Eka Fifiandani, Rizky Dwi Oktaviani, Senja
Nur Hamidah, Tri Wulandari, Sylvia Rika Pohan, Rosel, Titis Arum,
Nanda Rizky, Priyo Pambudi, Putri, Ema, Lutfiana, Harma, Adel, Arum,
Antira, Wiwik A, Yusi Vita, Geztika, Herlina, kakak tingkat yang selalu
mendukung ku Ranti Rosita, Ratih Dwi Susilo dan seseorang yang selalu
support, memotivasi Devin Ardianto terima kasih telah menjadi patner
yang baik dalam perjalanan masa kuliah saya dan terima kasih telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku angkatan 2014
Prodi S1 Keperawatan perjuangan kita belum selesai sampai disini. Mari
kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat
yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Findy Nur Isa Isnawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 01 Desember 1995
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Kemala Bayangkari Tahun 2002
2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri Bulu 1 Tahun 2008
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukomoro Tahun 2011
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Kejurusan Persatuan Maospati Tahun 2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-sekarang
ix
ABSTRAK
Findy Nur Isa Isnawati
EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID DI
POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN DESA
JANGGAN KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN
100 Halaman + 10 Tabel + 8 Gambar + 18 Lampiran
Penyakit Arthritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang menyerang
autoimun dimana persendian (tangan dan kaki), mengalami peradangan, sehingga
terjadi nyeri dan dapat menyebabkan kerusakan pada sendi (Handriani, 2011).
Untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian terapi Non
Farmakologis salah satunya dengan terapi kompres air hangat yang bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah spasme otot (Hidayah & Uliyah,
2012). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui efektifitas terapi
kompres air hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang
menderita Arthrtitis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
Penelitian ini menggunakan desain Pra Eksperimen dengan rancangan One-
group Pra-post. Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang mengalami nyeri
Arthritis Reumatoid diambil dengan teknik sampling Simple Random Sampling
dan pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Analisa data
menggunakan Uji Statistik Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat dengan mean sebelum
diberikan 6,7 sedangkan sesudah diberi terapi mean 4,6. Hasil penelitian dengan
uji Wilcoxon diperoleh nilai P = 0.000 < 0,05, karena nilai ρ value < α maka H¹
diterima.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan terapi kompres air hangat dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi dalam mengurangi nyeri pada lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dan terapi kompres air
hangat efektif dalam penurunan intensitas nyeri pada lansian yang menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
Kata kunci : Kompres Air Hangat, Arthritis Rumatoid
x
ABSTRACT
Findy Nur Isa Isnawati
EFFECTIVENESS OF WATER COMPRESS WARM AGAINST INTENSITY OF
PAIN IN ELDERLY TREATING ARTHRITIS REUMATOID IN POSYANDU
LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN DESA JANGGAN KECAMATAN
PONCOL KABUPATEN MAGETAN
100 Pages + 10 Tables + 8 pictures + 18 Attachments
Reumatoid Arthritis disease is an autoimmune disease that attacks the joints
where (hands and feet), experiencing inflammation, which can cause damage and
pain in the joints (Handriani, 2011). Factors that influence include genetic
factors, hormonal factors and fantor infection (Noer, 2012). To reduce the pain
can be done with Non Pharmacological therapy of granting one of them with a
warm water compress therapy aims to reduce pain and prevent muscle spasme
(Hidayah & Uliyah, 2012).
This research uses Experimental Design Pre design One-group Pre-post.
Sample research totalling 28 people experiencing soreness Arthritis Reumatoid
taken with sampling Simple Random Sampling and data collection using the
observation sheet. Analyze data using Statistical test of Wilcoxon Signed Rank
Test.
The results showed that there was a change in pain intensity before and
after giving warm water compress therapy with the mean before being given 6.7
while after being given mean therapy 4.6. The results of the study with Wilcoxon
test obtained P value = 0.000 <0.05, because the value of ρ value <α then H¹ was
accepted.
Based on these results, it is expected that warm water compress therapy can
be used as one of the therapies in reducing pain in the elderly who suffer from
Rheumatoid Arthritis in the Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan and warm water compress
therapy is effective in reducing pain intensity in patients suffering Rheumatoid
Arthritis at the Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan,
Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan.
Keywords: Warm Water Compress, Rumatoid Arthritis
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan ......................................................................................... v
Halaman Pernyataan............................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Abstract .............................................................................................................. x
Daftar Isi.............................................................................................................. xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
Daftar Istilah ....................................................................................................... xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii
Kata Pengantar .................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kompres Air Hangat
2.1.1 Pengertian Kompres Hangat ............................................ 8
2.1.2 Efek Terapeutik Pemberian Kompres Hangat ................. 8
2.1.3 Efek Fisiologi Pemberian Kompres Hangat .................... 9
2.1.4 Manfaat Efek Kompres Hangat ...................................... 10
2.1.5 Mekanisme Kerja Panas ................................................. 11
2.1.6 Prosedur Kompres Hangat .............................................. 11
2.1.7 Mekanisme Kerja Kompres Hangat terhadap Nyeri
Sendi ................................................................................ 12
2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri .............................................................. 13
2.2.2 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengalaman Nyeri ............ 13
2.2.3 Fisiologi Nyeri ................................................................ 14
2.2.4 Patofisiologi Nyeri ........................................................... 15
2.2.5 Sistem Penekanan Nyeri .................................................. 16
2.2.6 Klasifikasi Nyeri .............................................................. 17
2.2.7 Skala Pengukuran Nyeri Arthritis Reumatoid ................. 18
2.2.8 Tindakan Pereda Nyeri .................................................... 22
xii
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Pengertian Lansia............................................................. 25
2.3.2 Batasan Lansia ................................................................. 26
2.3.3 Perubahan Lansia ............................................................. 26
2.3.4 Teori-teori Penuaan ......................................................... 28
2.3.5 Faktor-faktor Penuaan ..................................................... 32
2.3.6 Masalah-masalah Pada Lansia ......................................... 34
2.4 Konsep Arthritis Reumatoid
2.4.1 Pengertian Arthritis Reumatoid ...................................... 36
2.4.2 Etiologi ........................................................................... 37
2.4.3 Patofisiologi .................................................................... 38
2.4.4 Manifestasi Klinis ........................................................... 38
2.4.5 Pembagian Penyakit Arthritis Reumatoid ....................... 39
2.4.6 Penatalaksanaan Arthritis Reumatoid ............................. 39
2.4.7 Perawatan Arthritis Reumatoid ....................................... 40
2.4.8 Mekanisme Terapi Kompres Hangat Terhadap
Arthritis Reumatoid ........................................................ 42
2.5 Kerangka Teori ........................................................................... 44
2.6 Penerapan Kerangka Teori ......................................................... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 45
3.2 Hipotesa Penelitian ...................................................................... 46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 47
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 48
4.2.1 Populasi ........................................................................... 48
4.2.2 Sampel ............................................................................. 48
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 52
4.5.1 Indentifikasi Variabel ...................................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 52
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 53
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 53
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 54
4.9 Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 56
4.9.1 Pengolahan Data .............................................................. 56
4.9.2 Analisa Data .................................................................... 58
4.10 Etika Penelitian ............................................................................ 59
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................. 62
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 63
5.2.1 Data Umum ..................................................................... 63
5.2.2 Data Khusus .................................................................... 64
5.3 Pembahasan ................................................................................ 67
5.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 70
xiii
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 71
6.2 Saran ........................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 76
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Panas ........................................................ 11
Tabel 2.2 Klasifikasi Nyeri ................................................................... 17
Tabel 4.1 Skema Penelitian One-group pra-post test design ................ 47
Tabel 4.2 Definisi Operasional .............................................................. 52
Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Frekuensi Usia Responden di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan April
2018 (n = 28) ......................................................................... 63
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan ............................................................ 63
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pekerjaan lansia di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol
Kab. Magetan ........................................................................ 64
Tabel 5.4 Skor skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sebelum diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ............................. 65
Tabel 5.5 Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sesudah diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ............................. 65
Tabel 5.6 Hasil Analisa Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ... 66
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif ...................................... 18
Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual ................................ 19
Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik ......................................... 20
Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Wajah ........................................... 21
Gambar 2.5 Kerangka Teori ................................................................. 44
Gambar 2.6 Penerapan Kerangka Teori ............................................... 44
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ....................................................... 45
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal STIKES ................................. 76
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian STIKES .................................................. 77
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian BanKes BangPol ..................................... 78
Lampiran 4 Surat Izin Desa Janggan ........................................................... 80
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian UPTD PusKesMas Poncol ...................... 81
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 82
Lampiran 7 Lembar Permohonan Menjadi Responden ............................... 83
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................. 84
Lampiran 9 SOP (Standar Operasional Prosedur) ....................................... 85
Lampiran 10 Lembar Assemen Nyeri ............................................................ 87
Lampiran 11 Data Assemen Nyeri Responden .............................................. 89
Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Responden .............................................. 90
Lampiran 13 Data Demografi ........................................................................ 92
Lampiran 14 Uji Normalitas .......................................................................... 94
Lampiran 15 Hasil Uji SPSS Wilcoxon Sign Rank Test ................................ 96
Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 97
Lampiran 17 Jadwal Penyusunan Skripsi ...................................................... 98
Lampiran 18 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................ 99
xvii
DAFTAR ISTILAH
Guided imaginery :Teknik Imajinasi Terbimbing
Shock absorber : Peredam Kejut
None : Tidak Nyeri
Mild : Nyeri Ringan
Moderate : Nyeri Sedang
Severe : Nyeri Berat
Middle age : Usia Pertengahan
Ederly : Lanjut Usia
Old : Tua
Very Old : Sangat Tua
Early old age : Usia Dini
Advance old age : Lanjut Usia Tua
Teori error catasrophe : Konsep Kesalahan Catasrophe
Arthritis Reumatoid : Arthritis Reumatoid/Rematik
Inform consent : Fomulir Persetujuan
Numeric rating scale : Skala Penilaian Nomor
Editing : Pengeditan
Coding : Perkodean
Entry : Memasukan data
Cleaning : Pembetulan atau koreksi
Tabulating : Tabel
Respect for human dignity : Menghormati harkat dan Martabat
Manusia
Autonomy : Otonomi
Confidentiality : Kerahasiaan
Respect for justice an inclusiveness : Keadilan dan Keterbukaan
xviii
DAFTAR SINGKATAN
DinKes : Dinas Kesehatan
DNA : Deoxybrose Neucleic Acid
NRS : Numeric Rating Scale
PBS : Pusat Badan Statistik
PTM : Penyakit Tidak Menular
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RNA : Rebonucleic Acid
WHO : World Health Organization
WWZ : Warm Water Zak
VAS : Visual Analog Scale
VDS : Visual Descriptor Scale
xix
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP
INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS
REUMATOID DI POSYANDU MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN, DESA
JANGGAN KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN” dengan baik.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Tatang Broto Legowo selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Poncol
dan seluruh Staf Puskesmas Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
2. Bapak Sarmo selaku Kepala Desa Janggan yang telah memberi ijin peneliti
untuk melakukan penelitian di Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan.
3. Bapak Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
4. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Bapak Priyoto W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing 1 beserta
Ibu Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
xx
6. Kedua Orang tua saya Bapak Djoko Sutrisno dan Ibu Wiwin Catur Indra
Nuryati yang telah memberi dorongan dan semangat tanpa henti.
7. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan tugas skripsi ini. Mas Devin Ardianto, Tri Wulandari,
Putri, Dina Putri Adiyati, Eka, Senja Nur, Emma, Rika Pohan, Titis Arum,
Ainin, Risma, Yusi Vita, Nanda dan Priyo Pam yang banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, 26 Juli 2018
Peneliti,
Findy Nur Isa Isnawati
NIM. 201402077
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Arthritis Reumatoid termasuk penyakit yang menyerang
pada sistem muskuloskeletal. Dimana kekuatan muskulur mulai merosot
pada usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang cepat setelah usia 60
tahun dengan perubahan gaya hidup dan perubahan kekuatan otot. Salah
satu penyakit yang sering diderita pada lansia adalah penyakit Arthritis
Reumatoid. Suatu penyakit yang menyerang autoimun dimana persendian
(tangan dan kaki), secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkaan nyeri dan dapat menyebabkan kerusakan pada bagian dalam
sendi (Handriani, 2011).
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit Arthritis
Reumatoid seperti faktor genetik, faktor hormonal, dan faktor infeksi (Noer,
2012). Untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian
terapi Farmakologis dan terapi Non Farmakologis. Terapi Farmakologis
(medis) adalah pemberian obat analgesik non opioid dan obat antiinflamasi
non steroid, analgesik opioid, dan obat tambahan (adjuvan) atau
koanalgesik, tetapi salah satu efek yang serius dari obat antiinflamasi non
steroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan dalam keperawatan
terapi non farmakologis disebut juga keperawatan komplementer. Terapi
komplementer meupakan terapi alamiah diantarnya adalah dengan terapi
2
herbal. Pengobatan dengan terapi komplementer mempunyai manfaat selain
dapat meningkatkan kesehatan secara menyeeluruh juga lebih murah,
manfaat dengan menggunakan terapi komplementer dirasakan oleh klien
dengan penyakit kronik yang rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien
yang yang harus membeli obat dengan harga yang murah sehingga
pengeluaran dana untuk membeli obat dapat berkurang setelah
menggunakan pengobatan komplementer. Oleh karena itu, terapi Arthritis
Reumatoid dapat dilakukan dengan terapi herbal atau dengan menggunakan
terapi tanaman seperti jahe merah, rebusan daun sereh dan dapat juga
menggunakan dengan terapi relaksasi, distraksi dan pemberian sensai hangat
dengan cara terapi kompres air hangat (Perry, 2009). Kompres air hangat
dapat dilakukan oleh semua orang yang menderita Arthritis Reumatoid dan
kompres air hangat lebih efektif dilakukan setiap saat ketika nyeri Arthrtitis
Reumatoid terasa atau kambuh.
Kompres air hangat memberikan efek mengatasi atau menghilangkan
sensai nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
hangat (Hidayat & Uliyah, 2012). Pemakaian kompres air hangat biasanya
dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan
pemberian kompres air hangat, pembuluh-pembuluh darah melebar,
sehingga akan memperbaiki pereedarah darah didlam jaringan dengan cara
penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan
pembuangan dari zat yang dibuang akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses
pertukaran zat yang lebih baik. Aktifitas sel yang meningkat akan
3
mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan luka,
radang yang setempat seperti abses, bisul yang besar dan bernanah, radang
empedu dan juga beberapa radang persendian. Pada otot-otot, kompres air
hangat memiliki efek menghilangkan ketegangan.
Di dunia penderita Arthritis Reumatoid mencapai angka 335 juta jiwa,
sekitar 1 dari 6 orang di dunia ini menderita Arthritis Reumatoid.
Diperkirakan angka terus bertambah hingga tahun 2025 dengan indikasi
lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. WHO (World Health
Organization) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang Arthritis
Reumatoid dimana 5-10% adalah yang berusia diatas 60 tahun (Taja, 2011).
Prevalensi Arthritis Reumatoid di Indonesia tahun 2013 cukup tinggi yaitu
mencapai 15,5% pada wanita dan 12,7% pada pria. Prevalensi yang cukup
tinggi dan sifatnya yang cukup besar baik negara maju maupun dinegara
berkembang diperkirakan 1-2 juta orang penderita cacat karena tidak
melakukan pencegahan / perawatan diri dari pada penderita Arthritis
Reumatoid (Diana, 2011).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur,
penyakit Arthritis Reumatoid merupakan salah satu penyakit terbanyak yang
diderita oleh lansia pada tahun 2007 sebanyak 4.209.817 lansia yang
menderita penyakit Arthritis Reumatoid (Smart, 2010). Hasil data dari
DinKes Kota Magetan, Surveilans Kasus PTM dikota / kabupaten Magetan
tahun 2017 yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid pada lansia laki-
laki dan perempuan sebanyak 48 orang. (DinKes Kota Magetan, 2017)
4
Dampak dari penyakit Arthritis Reumatoid ini adalah kerusakan pada
sendi, kecacatan dan bahkan Arthritis Reumatoid dapat mengalamai trauma
dalam dua tahun pertama perjalanan penyakit tersebut (Handriani, 2011).
Terapi farmakologis harus diminimalkan dalam penggunakannya, karena
obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki
kontraindikasi. Oleh sebab itu, terapi non farmakologi lebih utama untuk
mencegah atau memungkinkan untuk mengurangi angka kejadian Arthritis
Reumatoid. Terapi secara non farmakologis dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti, sentuhan terapeutik, relaksasi, distraksi, stimulus
kutaneus dan pemberian sensasi hangat dengan memberikan tindakan
pemberian kompres hangat, karena pemberian sensasi kompres air hangat
untuk mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan. Intervensi
pemberian kompres hangat diberikan sesuai dengan kondisi klien (Perry,
2009).
Hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan
pada tahun 2017, jumlah keseluruhan penyakit Arthritis Reumatoid
sebanyak 364 orang. Hasil data survey yang dilakukan Puskesmas Poncol di
posyandu lansia yang menderita Arthritis Reumatoid se-kecamatan Poncol
sebanyak 471 orang. Sedangkan jumlah lansia terbanyak se-Kecamatan
Poncol adalah Desa Janggan dengan jumlah 70 orang.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari
2018 berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas bahwa dari 15 orang
di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan
5
Poncol Kabupaten Magetan menderita Arthritis Reumatoid. Peneliti
melakukan wawancara terhadap 5 orang yang menderita Arthritis
Reumatoid, mereka mengatakan selama ini belum ada cara untuk
menurunkan rasa nyerinya. Untuk mengurangi keluhan tersebut, sebagian
besar lansia diberi terapi farmakologis (mengkonsumsi obat-obatan dari
kader Posyandu) dari pada melakukan tindakan non farmakologis seperti
kompres air hangat, distraksi dan relaksasi. Ternyata penderita selama ini
belum pernah melakukan kompres air hangat. Penderita tidak mengetahui
kompres air hangat sebenarnya lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri
pada Arthitis Reumatoid.
Berdasarkan urian latar belakang diatas, maka penulis ingin
mengangkat masalah tentang “Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat
terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis Reumatoid
di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan
bahwa peneliti menyimpulkan “Apakah ada efektifitas terapi kompres air
hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang menderita Arthritis
Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan getan?”.
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi
kompres air hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri pada lansia yang menderita
Arthritis Reumatoid sebelum pemberian terapi kompres air hangat di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Poncol
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
2. Mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri pada lansia yang menderita
Arthritis Reumatoid sesudah pemberian terapi kompres air hangat di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Poncol
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
3. Menganalisis efektifitas terapi kompres air hangat terhadap perubahan
tingkat nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menabah informasi mengenai terapi
kompres air hangat didesa dengan pengendalian intensitas nyeri pada
lansia.
2. Untuk Desa
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pelaksanaan terapi
kompres air hangat didesa agar dapat meningkatkan kesehatan lansia.
3. Untuk Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
tentang pelaksanaan penberian terapai kompres air hangat diinstitusi.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kompres Air Hangat
2.1.1 Pengertian Kompres Hangat
Kompres Hangat adalah tindakan yang bertujuan memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh
yang memerlukannya. (Kusyati, 2006)
Kompres Hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
bagian daerah tertentu. (Uliyah & Hidayat, 2006)
Terapi Kompres Hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan
memberikan kompres hangat untuk memenuhi rasa nyaman, mengurangi
atau memebebaskan nyeri, dan memeberikan rasa hangat. (Hidayat &
Uliyah, 2006)
2.1.2 Efek Terapeutik Pemberian Kompres
Menurut Potter & Perry (2005), efek terapeutik pemberian kompres
hangat dijelaskan sebagai berikut :
1. Vasodilatasi, meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang
mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan
9
pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan
yang mengalami cidera.
2. Viskositas darah menurun, meningkatkan pengiriman leukosit dan
antibiotik ke daerah luka.
3. Ketegangan otot menurun, meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan.
4. Metabolisme jaringan meningkat, meningkatkan aliran darah,
memberi rasa hangat local.
5. Permaebilitas kapiler meningkat, meningkatkan pergerakan zat sisa
dan nutrisi.
2.1.3 Efek Fisisologis Kompres Hangat
1. Vasodilatasi
2. Meningkatkan mermeabilitas kapiler
3. Meningkatkan metabolisme seluler
4. Merelaksasi otot
5. Meningkatkan aliran darah ke sutu area
6. Meredakan nyeri
7. Efek sedative
8. Mengurangi kekakuan sendi meredakan perdarahan.
Pemakaian kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat saja
pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh
darah melebar. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam
10
jaringan tersebut. Pada otot –otot, panas memeiliki efek menghilangkan
ketegangan.
2.1.4 Manfaat Efek Kompres Hangat
Menurut Kozier (2009), kompres hangat digunakan secara luas dalam
pengobatan karena memiliki efek bermanfaat yang besar. Adapun manfaat
efek kompres hangat adalah efek fisik, efek kimia, dan efek biologis.
1. Efek fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami
pemuaian ke segala arah.
2. Efek kimia
Bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalamtubuh tergantung pada
temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan
menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran
antara zak kimia tubuh dengan cairan tubuh.
3. Efek biologis
Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon
tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah
menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas
kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan
11
terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh.
Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 15-20
menit, elakukan kompres lebih dari 20 menit akan mengakibatkan
kongesti jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka bakar
karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak mampu membuang
panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier, 2009).
2.1.5 Mekanisme Kerja Panas
Tabel 2.1 Suhu yang direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin
Deskripsi Suhu Aplikasi
Sangat Dingin Dibawah 15oC Kantong es
Dingin 15 - 18oC Kemasan pendingin
Sejuk 18 - 27oC Kompres dingin
Hangat Kuku 27 - 37oC Mandi spons – alkohol
Hangat 37 - 40oC Mandi dengan air hangat, bantalan aquatermia
Panas 40 - 46oC Berendam dalam air panas, irigasi, kompres panas
Sangat Panas Diatas 46oC Kantong air panas untuk orang dewasa
Sumber : Kozier, (2009)
2.1.6 Prosedur Kompres Hangat
Menurut Sriyanti (2016), langkah-langkah pemberian terapi kompres
hangat adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan
a. Botol atau kain yang dapat menyerap air
b. Air hangat dengan suhu 40 oC
2. Tahap kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
c. Ukur suhu air dengan thermometer
12
d. Isi botol dengan air hangat, kemudian dikeringkandan dibungkus /
lapisi botol dengan kain ataau menggunakan WWZ (Warm Water
Zak)
e. Bila menggunakan WWZ (Warm Water Zak) isin WWZ dengan air
hangat kemudian tempelkan pada aera yang nyeri
f. Bila menggunakan kain, masukkan kain pada air hangat, lalu
diperas
g. Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah diperas
pada daerah yang akan dikompres
h. Angkat botol atau kain setelah 15-20 menit, dan lakukan kompres
ulang jika nyeri belum teratasi
i. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan
2.1.7 Mekanisme Kerja Kompres Hangat terhadap Nyeri Sendi
Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang
sudah lama di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan
untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan
relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis,
dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai counteriritan (Koizier & Erb,
2009). Pada tahap fisiologis kompres hangat menurunkan nyeri lewat
tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres dapat
menghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokinin pro
inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas nosiseptor yang
13
akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga terjadilah
penurunan nyeri.
2.2 Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulu tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat indivisual. Stimulus nyeri dapaat berupa stimulus yang
bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individul (Mahon, 1994,
dikutip oleh Potter & Perry, 2009) .
Nyeri sendi adalah masalah bagi pasien dalam semua kelompok usia
yang menyerang persendian seseorang (Stanley, 2006).
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, cangkue
dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Mutaqqin, 2008).
Pengertian lain nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
memefektifitasi seseorang yang pernah mengalaminya (Mc. Caffery
dikutip oleh Asmadi, 2006).
2.2.2 Faktor-Faktor Mempengaruhi Pengalaman Nyeri
Berbagai faktor mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap
nyeri. Nyeri merupakan suatu yang kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhi pengalaman nyeri individu (Perry & Potter, 2009), yaitu :
14
1. Faktor Fisiologis
2. Faktor Sosial
3. Faktor Spiritual
4. Faktor Psikologis
2.2.3 Fisiologi Nyeri
Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat
kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian
menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari
daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan
sebagai implus elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsalbspinal
cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan
kemudian dihantarkan ke thamulus, pusat sensorik di otak dimana sensasi
sperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali dipersepsikan.
Pessan lalu dihantarkan ke cortex, dimana intensitas dan lokasi nyeri
dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak
kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti
endorphin dilepaskan untuk mengurangi nyeri di daerah yang terluka
(Potter & Perry, 2005).
Di dalam spinal cord, ada gerbang yang dapat terbuka atau tertutup.
Ssat gerbang terbuka, implus nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang
juga bisa ditutup. Stimulasi saraf sensorik dengan cara menggaruk atau
mengelus secara lembut di dekat daerah nyeri dapat menutup gerbang
sehingga mencegah transmisi implus nyeri. Implus dari pusat juga dapat
15
menutup gerbang, misalnya motivasi dari individu yang bersemangat ingin
sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan
(Potter & Perry, 2005).
2.2.4 Patofisologi Nyeri Sendi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian
diatrodial penyakit atau sinovial merpakan kunci untuk memahami
patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah
gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada
sendi-sendi yang dapat digeraka. Pada sendi sinoval yang normal.
Kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan
menghasilakan permukaan yang licin sertas ulet untuk gerakan. Membran
sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan
kedalam ruang antara tulang. Cairan sinoval ini berfungsi sebagai peredam
kejut (shock absorber) dan pelunas yang memungkinkan sendi untuk
bergerak secarabebas dalam arah arah yang tepat. Sendi merupakan bagian
tubu yang sering terkana inflamasi dan degenarasi yang terlihat pada
penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari
kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang
sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenarasi
dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat
pada persendian sebagai sinovitis.
16
Inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan
proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannue (proliferasi
jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degenerati dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya
untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhungan dengan
pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebass dari karilago artikulerr
yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat terlibat
(Smeltzer, 2011).
2.2.5 Sistem Penekanan Nyeri
Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri sangat bervariasi.
Keadaan ini sebagian disebabkan oleh kemampuan otak sendiri untuk
menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf, yaitu
dengan mengaktifkan sistem pengatur nyeri, disebut sistem analgesik.
Neurotransmietr otak akan menjadi reseptor dan jika diaktivasi, sistem
saraf pusat tubuh tertekan, sehingga menurunkan persepsi nyeri. Sebagai
neurotransmitter dasar dan sama pentingnya seperti noradrenalin, serotin
dan dopamine dalam fungsi otak (Voight, 2003). Pengalam nyeri berbeda
pada setiap indivisu. Beberapa orang mempunyai toleransi tinggi terhadap
nyeri dari pada yang lain. Jumlah endrophin yang dilepaskan dalam
aktivitas yang berbeda adalah berbeda pada setiap orang. Semakin banyak
17
endorphin dalam tubuh, nyeri yang dirasakan semakin berkurang (Voight,
2003).
2.2.6 Klasifikasi Nyeri
Menurut Barbara C.Long (1989) dikutip oleh Mubarak (2008), nyeri
dapat diklasifikasikan menjai dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Tujuan / keuntungan Memperingatkan adanya
cedera atau masalah
Tidak ada
Awitan Mendadak Terus-menerus/
interminet
Intensitas Durasi singkat (dari beberapa
detik sampai 6 bulan )
Ringan sampai berat
Durasi respon autonom 1. Konsisten dengan respon
stress simpati
2. Frekuensi jantung
meningkat
3. Volume sekuncup
meningkat
4. Tekanan darah meningkat
5. Tegangan otot meningkat
6. Motilitas gastrointensial
menurun
7. Aliran saliva menurun
(mulut kering )
Durasi lama (6 bulan
atau lebih)
Komponen psikologis Ansietas Tidak ada respon
autonomy
Respon jenis lainnya Tidak ada Depresi, mudah marah,
menarik diri dari minat
dunia luar, menarik diri
dari persahabatan
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, arthritis,
neuralgia trigeminal
Sumber : Port CM ( 1995 ), dikutip oleh Smeltzer (2002)
Nyeri kronis sering terjadi pada lansia. Diperkirakan sekitar 80%
lansia mengalami stidaknya satu kondisi kronis yang dihubungkan dengan
nyeri. Penyebabnya kemungkinan diketahui persisten atau progresif
(misalnya Arthritis Reumatoid atau kanker) atau tidak diketahui atau sulit
ditemukan.
18
2.2.7 Skala Pengukuran Nyeri Arthritis Reumatoid
Menurut Smeltzer dalam Qittun ada 3 metode umumnya yang
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri, yaitu Verbal Descriptor
Scale (VDS), Visual Analog Scale (VAS) dan Numerical Rating Scale
(NRS).
1. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih obyektif. Skala pendeskrisi verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa sakit”
sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri yang
baru klien rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
yang paling dirasakan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak
menyakitkan. Alat ADV ini memungkin klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Gambar 2.1
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008
19
2. Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel
subdivisi. VAS adalah alat ukur nyeri dengan garis lurus, mewakili
intensites nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien
dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa
memilih satu kata atau satu angka.
Gambar 2.2
Skala Intensitas Nyeri Analog Visual
Tidak Nyeri sangat
nyeri hebat
Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008
3. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat deskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
melakukan intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri maka direkomendasiakn patokan 10 cm.
20
Gambar 2.3
Skala Intensitas Nyeri Numerik
Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008
Keterangan :
0 : None (tidak nyeri)
1-3 : Mild (nyeri ringan) : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
4-6 : Moderate (nyeri sedang) : secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
7-10 : Severe (nyeri berat) : secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tetapi masih respon / tidak
merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panang dan distraksi.
Menurut Wong-Baker dalam Kozier (2009), tidak semua klien
mengerti atau menghubungkan nyeri yang dirasakan ke skala intensitas
nyeri berdasarkan angka. Termasuk di dalamnya adalah anak-anak yang
21
tidak dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan secara verbal, klien
lansia yang mengalami kerusakan kognitif atau komunikasi, dan orang
yang tidak dapat berbahasa inggris. Untuk klien tersebut, menggunakan
skala nyeri wajah.
Gambar 2.4
Skala Intensitas Nyeri Waja
Sumber : Wong-Banker dalam Kozier 2009
Jelaskan pada klien bahwa setiap wajah adalah wajah seseorang yang
terlihat bahagia karena ia tidak merasa nyeri (sakit) atau terlihat sedih
karena ia merasakan nyeri sedikit atau banyak. Wajah 0 sangat bahagia
atau tidak merasakan sakit. Wajah 1 nyeri yang dirasakan sedikit. Wajah 4
nyeri sekali. Wajah 5 nyeri yang dirasakan sangat hebat, walupun kamu
tidak perlu mnangis untuk merasakan nyeri ini. Minta klien untuk memilih
wajah sesui dengan nyeri yang dirasakan klien saat itu. Instruksi kata
singkat : Tunjuk setiap wajah dan gunakan kata-kata untuk menggambar
intensitas nyeri. Minta lansia untuk memilih wajah yang paling
menggambarkan rasa nyerinya dan catat nomor yang sesuai.
22
2.2.8 Tindakan Pereda Nyeri
1. Tindakan Non Farmakologis
Tindakan pereda nyeri Non Farmakolis menurut Tri Sulistyarini,
dkk, (2017) dikutip dalam Perry, (2005), antara lain :
a. Sentuhan Terapeutik
Berasal dari praktik kuno “ meletakan tangan “ (Mackey, 1995
yang dikutip oleh Perry, 2005). Pendekatan ini menyatakan
bahwa pada individu yang sehat, terdapat ekuilibrum antara aliran
energi dalam dan luar tubuh. Sentuhan terapeutik meliputi
penggunaan tangan untuk secara sadar melakukan pertukaran
energi. Langkah dasar dalam melakukan teknik ini adalah
pemusatan, pengkajian terapi dan evaluasi.
b. Relaksasi
Kien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif
dengan melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi
merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri. Teknik relaksasi tersebut
merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar
kembali dan beregenerasi setiap hari dan meupakan alternatif
(Edlman dan Mandle, 1994 yang dikutip oleh Perry, 2005).
Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga dan latihan relaksasi.
23
c. Distraksi
Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan
toeransi terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi efektifitas
paing baik untuk jangka waktu yang singka, saah satu distraksi
yang efektif adaah musik, yang dapat menurunkan nyeri
fisiologis, stress dan cemas dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri.
d. Pemberian Sensasi Hangat dan Dingin
Mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan pemiihan antara
intervensi pemberian sensasi hangat dan sensai dingin bervarias
sesuai dengan kondisi kien (McCarberg dan O’connor, 2004 dam
Perry, 2005) .
2. Tindakan Farmakologis
Tindakan pereda nyeri Farmakologis menurut Tri Sulistyarini,
dkk, (2017) dikutip dalam Perry, (2009), antara lain :
a. Analgesik
Analgesik merupakan metde yang paing umum untuk mengatasi
nyeri ada beberapa jenis analgesik, yaitu :
1) Non narkotik, seperti Asitaminfen (paacetamol), asam
asetilsaisilat (aspirin)
2) Obat antinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, naproksen,
indometasin, tolmetin, piroksikam, ketorolak.
24
3) Analgesik narkotik atau opiat, seperti meperidin, matimorfin,
morfin sulfat, fentanil, butofanol, hidromorfon Hcl.
4) Obat tambahan (adjusvant) atau koanalgesik, seperti
amitriptilin, hidroksin, klorpromazin, diazepam.
b. Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)
Klien menerima keuntungan, apabila ia mampu mengontrol terapi
nyeri. Sistem pembeian obat ADP ini merupakan metode yang
aman untuk penatalaksanaan nyari kanker, nyeri paska-operasi
dan nyeri traumatik. Tujuan metode ini adalah mempertahankan
kadar plasma analgetik yang konstan, sehingga masalah
pemberian dosis sesuai kebutuhan dihindari.
c. Anastesi Lokal dan Regional
Anastesi lokal adalah suatu keadaan hilangnya sensasi pada
lokalisasi bagian tubuh. Dokter menggunakan anastesi ini saat
menjahit luka, membantu persalinan dan melakukan pembedahan
sederhana.
d. Analgesia Epidural
Analgesia epidural merupakan suatu bentuk anestesi lokal dan
terapi yang efektif untuk menangani nyeri paksa – operasi akut,
nyeri persalinan dan melahirkan, serta neri kronik khususnya
yang berhubungan dengan kanker. Analgesia ini memungkinkan
pengontrolan atau pengurangan nyeri yang berat tanpa efek
sedatif dari narkotik parenteral atau oral yang lebih srius.
25
Keuntungan analgesia ini adalah penghasil analgesia yang luar
biasa, kejadian sedasi yang minimal, kerja durasi yang panjang,
tidak ada efek yang bermakna pada sensasi dan efek pada tekanan
darah dan denyut jantung yang kecil.
2.3 Lansia
2.3.1 Definisi Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan (Pujiastuti, 2003 dikutip dalam Efendi, 2006).
Menurut pengertian lainnya lansia adalah keadaan yang ditandia oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan perubahan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Hawari, 2001 dikutip dalam Efendi, 2008).
Menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 dikutip dalam Nugroho,
2008 Lansia adalah seorang pria atau wanita yang telah mencapai usia 60
tahun keatas.
26
2.3.2 Batasan Lansia
1. Batasan usia menurut WHO dalam Nugroho, 2008 meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun
2. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia)
dalam Nugroho, 2008. Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa.
Kedewasaan di bagi menjadi empat bagian, yaitu :
a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
b. Fase varilitas, antara usia 40-50 tahun
c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun
d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
3. Menurut (Hurlock 1979 dalam Nugroho, 2008) perbedaan lanjut usia
terbagi dalam dua tahap, yaitu :
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advance old age (usia 70 tahun keatas).
2.3.3 Perubahan-perubahan Lansia
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Slanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisologis dan biokimia pada tubuh
sehingga memefektifitasi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan.
27
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, perubahan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
melambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Menurut Nugroho, 2008. Perubahan-perubahan pada lansia adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
b. Sistem Persarafan
c. Sistem Pendengaran
d. Sistem Penglihatan
e. Sistem Kardiovaskuler
f. Sistem Pernapasan
g. Sistem Pencernaan
h. Sistem Reproduksi
i. Sistem Genitourinaria
j. Sistem Integumen
k. Sistem Muskuloskeletal
2. Perubahan Mental
Faktor yang memepngaruhi perubahan mental, antara lain :
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
28
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Kenangan (memori)
1) Kenangan jangaka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu mencangkup beberapa perubahan
2) Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk.
g. IQ (Intelegency Quantion) Perubahan spiritual
2.3.4 Teori-teori Proses Penuaan
1. Teori Biologi
a. Teori “Genetic Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam
jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian Hiflick, (1980) dikutip Darmojo
dan Martono (2009) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan
antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya
yang per;i diperhatikan dalam mengalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya proses menus adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum
diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.
29
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progesif pada DNA sel
somatik, akan menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan
fungsional set tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somotik
adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Mrtono,
2002). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan
manusia. Akibat kesalhan tersebut akan berakibat kesalahan
metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi
sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi
yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pad permukaan sel,
maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap
sel ini mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein (1989) dikutip dari Azis (1994). Hal
ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto
antibody pada lansia (Brocklehurst, 1987 dikutif dari Darmajo dan
Martono, 2009). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahananya mengalami perubahan pada proses menua, daya
30
seranganya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel
patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana,
2002 dikutip dari Nuryati, 2005).
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa superoksida
(O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H202).
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga
dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Menurut Oen (1999) yang dikutif dari Darmajo dan Martono
(2009) menyatakan bahwa semakin tua umur makin banyak
terbentuknya radikal bebas, sehingga proses pengrusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel semakin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear & Tear Theory
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
f. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melabatnya perbaikan sel
jaringan.
2. Teori Sosiologis
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan perubahan jumlah
kegiatan secara langsung.
31
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang
menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar
seperti hubungan dengan masyarkat, hubungan dengan individu
lain. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepas diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) berkurangnya kontak komitmen
4) teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam
usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai
aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa
mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai
tugas dalam perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, seseorang dalam hubungan dengan
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
32
d. Development Task Theory, tiap tingakt kehidupan mempunyai
tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
e. Penuan Primer adalah perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang
mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak
mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjdai kisut dan akibat kurang
membuat protein maka akan terjadi perubahan imunologi dan
mudeah terjadi infeksi.
f. Penuaan Sekunder adalah proses penuaan akiba dari faktor
lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup
dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diit, seperti
suka memakan oksidator atau yang lebih dikenal dengan makanan
yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses
menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal pada
kepribadian tipe A yang tidsk pernah puas dengan apa yang
diperolehnya.
2.3.5 Faktor-faktor Penuaan
Mbnurut Nugroho tahun 2008 faktor-faktor yang mepenaruhi
penuaan, yaitu :
1. Hereditas (Keturunan atau Genetik)
Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari satu kewaktu yang lain untuk mengubah sel atau struktur
jaringan.
33
2. Nutrisi (Makanan)
Radikalbebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
3. Status Kesehatan
Pada saat orang mengalami proses penuaan akan terjadi suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan
fungi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infesi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
4. Pengalaman Hidup
Bertabahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya.
5. Lingkungan
Faktor-faktor di dalam lingkungan dapat membawa perubahan proses
penuaan. Faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.
34
6. Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestablan
lingkungan kestabilan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
telah terpakai.
2.3.6 Masalah-masalah Pada Lansia
Menurut Nugroho tahun 2008 masalah dan penyakit pada lanjut usia,
yaitu :
1. Masalah Fisik Umum
a. Mudah Jatuh
Jatuh pada lanjut usia meupakan masalah yang sering terjadi.
Penyebabnya multi-faktor.baik faktor intrinsik mapupun dari dalam
diri lanjut usia.
b. Mudah Lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan,
keletihan atau depresi) dan gangguan organisme.
2. Gangguan Kardiovaskuler
a. Nyeri Dada
Dapat disebabkan oleh penyakit jjantung koroner.
b. Sesak Nafas pada kerja fisik
Dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem
saluran nafas, berat badan berlebih dan anemia.
35
c. Palpasi
d. Edema kaki
3. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, keluhan pusing,
kesemutan pada anggota badan.
4. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluranpencernaan,
faktor sosial ekonomi.
5. Gangguan Eleminasi
a. Inkontinesia atau ngompol
Disebabkan oleh melehnya otot dasar panggul, kontraksi abdomen
pada kangdung kemih, radang kandung kemih, radang saluran
kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih.
b. Inkontinesia Alvi
Disebabkan oleh obat pencahar perut, gangguan saraf, keadaan
diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung saluran
pencernaan dan neurodiabetik.
6. Gangguan Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh presbiopi,kekeruhan pada lensa, pupil konstruksi,
tekanan dalam mata, retina terjadi degenasi, radang saraf mata.
36
7. Gangguan Pendengaran
Disebabkan oleh kelainan degenerasi, ketulian pada lanjut usia,
vertigo.
8. Gangguan Tidur
Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh :
a. Faktor eksternal
b. Faktor intinsik
9. Mudah Gatal
Disebabkan oleh kelainan kulit dan penyakit sistemik.
2.4 Arthritis Reumatoid (Rematik)
2.4.1 Definisi Arthritis Reumatoid (Rematik)
Arthritis Reumatoid adalah penyakit kronos sistemik yang progresif
pada jaringan pengikat mencankup peradangan pada persendian sinovial
yang simetris sehingga menyebabkan kerusakan pada persendian (Reever,
C. Dkk, 2011).
Arthritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliarthritis dan melibatkan seluruh tubuh (Noer, 2012).
Menurut pengertian lain Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya terjadi pada tangan dan kaki),
secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan
nyeri dan menyebabkan kerusakan pada bagian sendi (Handriani, 2011).
37
2.4.2 Etiologi
Menurut Noer, (2012) faktor penyebab terjadinya Arthritis Reumatoid
secara pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menyebabkan terrjadinya penyakit Arthritis Reumatoid, diantaranya :
1. Faktor Genetik
Hal ini membuktikan terdapatnya hubungan antar komples
histokompabilitas utama untuk menderita penyakit Arthritis
Reumatoid.
2. Faktor Hormonal
Kecenderungan wanita untuk menderita Arthritis Reumatoid dan
sering dijumpai pada wanita yang sedang hamil. Menimbulkan dugaan
terdapatnya aktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor
yang berefektifitas pada penyakit ini, walaupun demikian pemberian
estrogen eksternal tidak pernah menghasilakn perbaikan, sehingga
faktor hormonal belum dipastikan sebagai faktor penyebab penyakit
ini.
3. Faktor Infeksi
Infeksi ini telah menyebabkan Arthritis Reumatoid. Dugaan dari
faktor infeksi sebagai penyebab terjadinya Arthritis Reumatoid, karena
penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul sebagai gambaran
inflasi yang menolak. Hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi.
Suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, tidak memungkinkan
bahwa terdapat suatu komponen endotoksin mikroorganisme yang
38
dapat menyebabkan terjadinya Arthritis Reumatoid. Infeksius yang
diduga sebagai penyebab Arthtritis Reumatoid diantaranya bakteri,
dan virus.
2.4.3 Patofisologi
Pada Arthritis Reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinovial prosese fagositosis yang menghasilkan enzom-enzim
dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhrinya pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
pada tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan terkena karena serabut otot akan
mengalami degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot (Sweitzer, 2012).
2.4.4 Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dari pembengkakan sendi, panas, dan gangguan fungsi
pada sendi
2. Kaku sendi di pagi hari berlangsung lebih dari 30 menit
3. Deformitas tangan dan kaki
4. Nafsu makan berkurang
5. Berat badan menurun
6. Fenofena keynoud (vasospasme yang ditimbulakn oleh cuaca dingin
dan stres sehingga jari-jari menjadi pucat atau sianosis).
39
2.4.5 Pembagian Penyakit Arthritis Reumatoid
Menurut Handriani (2011), Arthritis Reumatoid dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Arthritis Akut
Gejala inflamasi akibat aktivasi sinovial yang bersifat reveriabel.
Menurut Handriani (2013), manifestasi sistemik yang terjadi adalah
lesu, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Persendian yang
sering diserang adalah tangan, lutu, siku, kaki, bahu dan pinggul.
Karakteristik pada Arthritis Akut seperti persendian tangan dan kaki.
Gejala lokal awal adalah nyeri dan kekakuan ringan (lebih dari 1 jam)
yang terutama dirasakan waktu mulai menggerakkan persendian yang
meradang.
2. Arthritis Kronis
Gejala dari Arthritis Kronis ini adalah akibat kerusakan struktur
persendian yang bersifat ireversibel. Kerusakan struktur persendian
akibat kerusakan rawan persendian dan erosi pada tulang. Periartikuler
merupakan proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan
modifikasi mekanik atau pembebasan rekonstruksf. Pada fase ini
terdapat nodula-nodula reuamtoid deformitas sendi (Noer, 2012).
2.4.6 Penatalaksanaan Arthritis Reumatoid
Menurut Smeltzer (2011), setelah dilakukan diagnosa Arthritis
Reumatoid dapat ditegakkan bahwa pendekatan pertama yang harus
40
dilakukan adalah mambina hubungan baik antar pasien dan keluarga
dengan dokter dan tim keshatan yang merawatnya.
1. Pendidikan pada pasien yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid
2. Istirahat, latihan spesifik bemanfaat dalam mempertahankan fungsi
persendian
3. Kompres hangat pada bengkak dan nyeri
4. Alat-alat pembantu mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
5. Pemberian obat sejak dini membantu untuk mengurangi rasa nyeri,
aspirin dewasa dosis 3-4 x 1 / hari.
2.4.7 Perawatan Penyakit Arthritis Reumatoid
1. Tindakan Farmakologis
Dengan pemberian analgesik. Disini analgesik dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
a. Analgesik non opioid dan obat antiinflamasi non steroid
b. Analgesik opioid
c. Obat tambahan (ajuvan) atau koanalgesik
2. Tindakan Non Farakologis
a. Diet
Menurut Smeitzer (2011), untuk penderita Arthritis Reumatoid diet
rendah purin. Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan
nukleoprotein.
41
b. Latihan
Menurut Reevers (2011), latihan untuk penderita Arthritis
Reumatoid dengan menjaga tubuh agar tetap pada kondisi yang
paling baik, mengontrol berat badan, waktu istirahat dan waktu
latihan.
c. Mengurangi Rasa Nyeri
Menurut Priharjo (2012), nyeri pada sendi penderita Arthritis
Reumatoid dapat dikurang dengan cara :
1) Mengistirahatkan pada bagian sendi yang nyeri
2) Istirahat tidak boleh terlalu lama, diselingi dengan
relaksasi/istirahat 15-20 menit dan dilakukan massage
3) Kompres dengan iar hangat
4) Menjemur daerah sendi dengan sinar matahari pagi jam 07.00-
09.00 WIB
5) Saat nyeri lakukan untuk napas dalam
6) Berobat ke Puskesmas
d. Istirahat
Menurut Priharjo (2012), istirahat pada penderita Arthritis
Reumatoid meliputi :
1) Istirahat setiap hari minimal 30-60 menit
2) Istirahat malam hari 8-9 jam
3) Pada Arthritis Reumatoid posisi tidur terlentang atau setengan
duduk
42
4) Setelah melakukan kegiatan atau pekerjaan segera istirahat
yang cukup
e. Kompres air hangat
Menurut Tri Sulistyarini, Dkk. (2017), dikutip dalam Potter &
Perry (2005), efek dari pemberian kompres air hangat adalah :
1) Dapat meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh yang
mengalami cidera, dan mengurangi kongesti vena di dalam
jaringan yang mengalami cidera
2) Meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi rasa nyeri akibat
spasme atau kekaukan
3) Metabolisme jaringan dapat meningkat dan memberi rasa
hangat local.
f. Relaksasi
Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif
dengan melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi
merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
g. Distraksi
2.4.8 Mekanisme Terapi Kompres Hangat terhadap Arthritis Reumatoid
Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang
sudah lama di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan
untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan
relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis,
dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai counteriritan (Koizier & Erb,
43
2009). Pada tahap fisiologis kompres hangat menurunkan nyeri lewat
tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres dapat
menghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokinin pro
inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas nosiseptor yang
akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga terjadilah
penurunan nyeri.
44
2.5 Kerangka Teori
membantu
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Sumber : Teori Virginia Henderson (1996)
2.6 Penerapan Kerangka Teori
Gambar 2.6 Penerapan Kerangka Teori
Sumber : Teori Virginia Henderson (1996)
Keperawatan
Koping
terhadap
ketergantungan
esensial
Pemulihan
kesehatan
Kehidupan
dan kesehatan
Melalui pelaksanaan
aktivitas kehidupan,
menyamankan dan
komponen
ketergantungan
keperawatan agar
klien
Melakukan
kegiatan:
- Preventif
- Kenyamanan
- Mencoba
Individu Dapat
melakukan
aktivitas hidup
sehari-hari
Koping terhadap
ketergantungan
esensial
Penyebab :
Genetik
Hormonal
Infeksi
Penurunan
Nyeri Sendi
Intervensi :
Kompres Air
Hangat
Arthritis Reumatoid
Pemulihan
kesehatan
Kehidupan dan
kesehatan
45
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti : efektifitas
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Terapi Kompres Air Hangat Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita Penyakit
Arthritis Reumatoid.
Faktor penyebab
terjadinya Arthritis
Reumatoid :
1. Faktor genetik
2. Faktor hormonal
3. Faktor infeksi
Penatalaksanaan Non
Farmakologis pada Arthritis
Reumatoid :
a. Diet
b. Latihan
c. Istirahat
d. Distraksi
e. Relaksasi
f. Kompres air hangat
Perubahan
Intensitas Nyeri
Arthrititis
Reumatoid
Penatalaksanaan Farmakologis
pada Arthritis Reumatoid :
a. Analgesik non opioid dan
obat antiinflamasi non
steroid
b. Analgesik opioid
c. Obat tambahan (adjuvan)
atau koanalgesik
46
Gambar 3.1 menjelaskan bahwa Arthritis Reumatoid dipengaruhi
beberapa faktor yaitu, faktor genetik, faktor hormonal dan faktor infeksi.
Terapi kompres air hangat merupakan salah satu jenis terapi yang dapat
menangani penyakit Arthritis Reumatoid. Terapi kompres air hangat
mampu mengatasi atau menghilangkan sensasi nyeri, memberikan reaksi
fisiologis meningkatkan respon inflamasi dan mencegah terjadinya
spasme otot dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh yang
memerlukannya.
3.2 Hipotesis
Ha : Ada efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri
pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia
Maawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan.
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian Pra eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah One-group pra-post test design,dimana pada penelitian ini
dilakukan dengan intervensi/tindakan pada satu kelompok kemudian
diobservasi pada variabel dependen setelah dilakukan intervensi.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 Skema Penelitian One-group pra-post test design
Subyek Pra Perlakuan Pasca-tes
K O I OI
Keterangan :
K : Subjek
O : Observasi sebelum perlakuan (pre test)
I : Intervensi (kompres air hangat)
OI : Observasi setelah perlakuan (post test)
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud
dan tujuan serta inform consent. Setelah mendapatkan persetujuan dari
responden peneliti membagikan Numeric Rating Scale pada responden dan
menjelaskan cara mengisi Numeric Rating Scale setiap item pernyataan
pada Numeric Rating Scale yangtelah diisi secara lengkap selanjutnya
diserahkan kepada peneliti untuk pengolahan data. Setelah pengisian
48
Numeric Rating Scale selesai, responden diberikan terapi Kompres Air
Hangat untuk mengurangi intensitas nyeri pada penderita Arthritis
Reumatoid. Setelah terapi Kompres Air Hangat selesai, peneliti
melakukan observasi kepada responden tentang nyeri yang dirasakan dan
20 menit setelah dilakukan terapi peneliti melakukan observasi kembali.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita
penyakit Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Populasi
dalam penelitian ini adalah anggota posyandu lansia yang menderita
Arthirtis Reumatoid dengan berjumlah 30 orang. Peneliti memiliki kriteri
inklusi semua lansia yang menderita Arthritis Reumatoid diPosyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan, dan kriteria eksklusi yang tidak merasakan nyeri pada
saat didatangi peneliti, yang mengalami penurunan kesadaran.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec.Poncol Kab. Magetan.
Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus
besar sampel menggunakan rumus Slovin, adapun rumus Slovin sebagai
berikut :
49
𝑛 =N
1 + N (d)²
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar ppulasi
d = tingkat signifikan
𝑛 =30
1 + 30 (0,05)2
𝑛 =30
1 + 30 (0,0025)
𝑛 =30
1 + 0,075
𝑛 =30
1,075
𝑛 = 27,90
𝑛 = 28 orang
Sehingga dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel yang
diperlukan untuk kelompok perlakuan adalah n = 28 responden.
Untuk menghindari Drop Out dalam penelitian, maka perlu
penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan
rumus berikut :
𝑛′ =n
(1 − ƒ)
=28
(1 − 0,005)
= 28
0,95
50
= 29, 47
= 29
Keterangan:
n’ = ukuran sampel mengantisipasi drop out
n = ukuran sampel asli
1 – ƒ = perkiraan proporsi Drop Out, yang diperkirakan 10% (ƒ=0,005)
4.3 Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability yaitu sampel jenuh
atau sering disebut sampling Simpel Random Sampling dengan cara
mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel.
51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Tentang Efektifitas Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensita Nyeri pada Lansia yang Menderita
Penyakit Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan.
Populasi
Seluruh lansia yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid sebanyak 30 orang di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Sampel
Sebagian lansia yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid yang berjumlah 28 orang di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Teknik Sampling
Simple Random Sampling
Desain Penelitian
Pra Eksperimental (One-group pra-post test design)
Pengumpulan Data
Lembar Observasi (Numeric Rating Scale)
Pengolahan Data
Editing, Coding,Entry, Cleaning, Tabulating
Analisis
Uji Wilcoxon Sign Rank Test
Hasil dan Kesimpulan
Penyajian
52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen (Nursalam,
2008 dalam Nursalam, 2016) :
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian kompres air
hangat terhadap lansia yang menderita Arthritis Reumatoid.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah intensitas nyeri pada lansia
yangmenderita Arthritis Reumatoid.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi
operasional penelitian yang digambarkan dibawah ini:
Tabel 4.2 Definisi Operasional Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat
terhadap Intensita Nyeri pada Lansia yang Menderita Penyakit
Arthritis Reumatoid
Variabel Definisi
Operasional Parameter Cara Ukur Alat Ukur
Skala
Data Skor
Independent
Pemberian
kompres air
hangat
Salah satu
terapi
dengan
mengggunak
an rasa
hangat yang
didapat dari
kompres air
hangat
1. Suhu kompres
hangat
40 °C
2. Alat yang
digunakan
untuk kompres
hangat
menggunakan
WWZ (Warm
Water Zak),
botol dan
waslap atau
kain
3. Air yang
dibutuhkan
50cc
Dengan
melihat suhu
air pada
termometer
dengan suhu
40 °C dan
melihat
pengompresan
selama 20
menit dengan
menggunakan
jam/stopwatch
Termomet
er air dan
jam/stopw
atch
- -
53
Variabel Definisi
Operasional Parameter Cara Ukur Alat Ukur
Skala
Data Skor
4. Lama
pemberian
kompres hangat
selama 20
menit
5. Setiap harinya
4 respondeen
dalam 7 hari
atau satu
minggu
Dependent
Intensitas
nyeri pada
lansia yang
menderita
Arthritis
Reumatoid
Suatu nyeri
yang
disampaikan
dari klien
tentang nyeri
yang
dirasakanny
a
Skala nyeri
menggunakan
penilaian angka
0-10 dengan
keterangan nilai
0: tidak nyeri
hinggan nilai 10:
nyeri berat
Klien diminta
untuk
menyebutkan
skala nyeri
yang
dirasakan
0 : Tidak
Nyeri
1-3 : Nyeri
Ringan
4-6 : Nyeri
Sedang
7-9 : Nyeri
Berat
10 : Nyeri
Sangat Berat
Lembar
Observasi
Numeric
Rating
Scae (NRS)
rasio
1.
Skore
Nyeri
0-10
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dilakukan menggunakan alat ukut
tingkat nyeri yang dalam penggunaannya menggunakan termometer air,
WWZ (Warm Water Zak) dan lembar observasi, alat ukur tingkat nyeri
yang paling efektif yang sering digunakan adalah Numeric Rating Scale
(NRS).
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Peneliti ini telah dilakukan di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
54
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan dalam kurun waktu bulan Desember
2017 – Mei 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang dilakukan peeliti dalam pengumpulan data
berawal dari mengurus surat izin penelitian dengan membawa surat dari
STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun untuk ditunjukan kepada Kepala
Bakesbangpol Magetan. Setelah mendapat persetujuan dan surat izin dari
Bakesbangpol Magetan, peneliti memberikan surat izin tersebut yang
diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Poncol.
Setelah menddapat persetujuan dan izin dari Dinas Kesehatan dan
Pusksmas Poncol peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang maksud dan tujuan serta informed consent responden. Setiap
responden diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau
menolak menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan
ketersedian untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden diminta
untuk menandatangani lembar informed consent yang telah disipakan
penelitia (lampiran). Setelah mengisi lembar informed consent, kemudian
responden dimintai untuk mengisi data demografi meliputi nama, umur,
usia, jenis kelamin dan alamat. Selanjutnya responden dilakukan tindakan
sebelum tindakan responden terrlebih dahulu akan diobservasi intensitas
nyerinya kemudian dilakukan terapi kompres air hangat, setelah dilakukan
55
tindakan terapi kompres air hangat responden diobservasi lagi intensitas
nyerinya.
Penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Mawar indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kec.Poncol ini, dilaksanakan pada bulan April
selama 7 hari. Seluruh populasi atau calon responden di kumpulkan di
Posyandu Lansia untuk dilakukan pengambilan sampel dengan teknik
Simpel Random Sampling sebanyak 30 orang untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh beberapa
teman dari peneliti dan bidan desa 1 orang.
Setelah mendapatkan 30 responden selama 7 hari dengan setiap hari
mengambil responden sebanyak 4 orang, di hari pertama peneliti
melakukan observasi nyeri awal pada responden sebagai pre-test
menggunakan penilaian intensitas nyeri Numerik Rating Scale/NRS,
kemudian hasil observasi nyeri awal dicatat pada lembar observasi nyeri
yang sudah disediakan.
Setelah responden dilakukan observasi nyeri awal kemudian
dilakukan tindakan terapi kompres air hangat oleh peneliti sendiri dengan
cara menggunakan alat WWZ (Warm Water Zak), botol dan waslap atau
kain dengan air yang dibutuhkan sebanyak 50cc dengan suhu 40 °C dan
memberikan beberapa penjelasan tentang prosedur pemberian terapi
kompres air hangat tersebut diberikan selama 20 menit pada saat
merasakan nyeri. Peneliti memberikan terapi kompres air hangatdengan
56
mengumpumpul di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan..
Setelah dilakukan tindakan terapi kompres air hangat dihari pertama
sampai hari ke-2 dan satu minggu atau 7 hari kumdian responden
dilakukan observasi nyeri menggunakaan lembar penilaian intensitas nyeri
menggunakan Numerik Rating Scaale/NRS sebagai post-test dan mencatat
hasilnya pada lembar observasi nyeri. Saat data sudah terkumpul semua,
selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis. Pada penelitian, peneliti
memberikan reinforcement positif pada semua respondeen atau
keterlibatan dalam penelitian.
4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses
dan dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di
tabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) meliputi :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali
apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih lanjut. Pada
saat melakukan penelitian, apabila ada kolom yang belum diisi oleh
responden maka responden diminta untuk mengisi kembali.
57
2. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat
menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan kode antara lain
yaitu :
a. Jenis kelamin
Laki-laki : 1
Perempuan : 2
b. Umur
45-59 Tahun : 1
60-74 Tahun : 2
75-90 Tahun : 3
90 Tahun : 4
c. Tingkatan Skala Nyeri
Tidak nyeri = 1
Ringan = 2
Sedang = 3
Berat = 4
Sangat berat = 5
d. Pendidikan
Tidak sekolah = 1
SD = 2
58
e. Pekerjaan
Tani = 1
Pedagang = 2
Buruh = 3
3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.
5. Tabulating
Tabel yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.9.2 Analisa Data
4.9.2.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri, jenis
kelamin, usia dan uji Shapiro-Wilk untuk mngetahui normalitas data,
distribusi data dikatakan normal jika p > 0,05 dan tidak normal jika nilai
p < 0,05. Uji normalitas Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50,
pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 28 orang sehingga cocok
59
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data–data tersebut akan disajikan dalam
bentuk tabel.
4.9.2.2 Analisa Bivariat
Metode analisis statistik ini untuk mengetahui perubahan intensitas
nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid yaitu sebelum
dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan terapi kompres air
hangat. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat
pada penderita Arthritis Reumatoid. Untuk menentukan analisa bivarian
dari penelitian ini, peneliti menggunakan uji wilcoxon sign rank test untuk
menguji efektifitas terapi kompres air hangat, peneliti menggunakan uji ini
karena data yang didapatkan dari hasil penelitian setelah dilakukan uji
normalitas berdistribusi tidak normal dengan kemaknaan nilai α kurang
dari 0,05. Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan
system komputerisasi SPSS 16,0.
4.10 Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Peneliti harus memahami
prinsip-prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka
peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan
sebagai klien. Subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan
(Nursalam, 2016).
60
Dalam melakukan penelitian ini , masalah etika meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy)
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap subyek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan
kebebasan dalam memberikan informasi. Subyek berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti seyogyanya cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa
membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya serta perlunya
prinsip keterbukaan dan adil pada kelompok.Keadilan dalam
penelitian ini pada setiap calon responden, sama-sama diberi
intervensi pemberian terapi kompres air hangat selama 20 menit
mengenai intensitas nyeri pada masing-masing responden meski
responden tidak memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan peneliti dengan
61
memberikan lembar Numeric Rating Scale tentang perawatan Arthritis
Reumatoid kepada responden yang tidak menjadi sampel setelah
dilakukan pemberian lembar observasi pre post test.
62
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Pengumpulan data
dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 07 April sampai 13 April 2018. Jumlah
responden 60 lansia. Penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data
khusus. Data umum berisi karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan dan tingkatan nyeri. Data khusus yang disajikan
berdasarkan hasil pengukran variabel, yaitu penyakit Arthitis Reumatoid sebelum
dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat pada lansia.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskemas Poncol.
Puskesmas Poncol terdapat 4 posyandu yaitu Posyandu Dagung Sekar
Wangi, Posyandu Tawang Sedap Malam, Posyandu Danguk Kelapa Indah
dan Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan. Jumlah anggota Posyandu Lansia Mawar
Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan sebanyak 60 lansia di mana anggota yang tinggal di dusun
63
Janggan Desa Janggan itu sendiri. Posyandu Lansia Mawar Indah terletak
di Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
yang di laksanakan oleh kader wilayah setempat sebanyak 8 kader.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum Responden
1. Distribusi Frekuensi Usia Responden
Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, usia, tingkatan nyeri, pendidikan dan pekerjaan.
Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Frekuensi Usia Responden di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Mei 2018 Variabel Usia
Mean 63,85
SD 1,10
Min-Max 50,00-80,00
Sumber : Data Primer Responden
Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa rerata usia pada lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid 63,85, standart devisiasi 1,10 dan min-
max 50,00-80,00.
2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan Bulan Mei 2018 Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sekolah 17 60,7
SD 11 39,3
Total 28 100,0
Sumber: Data Primer Responden, 2018
64
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak dengan tingkat pendidikan tidak sekolah sebanyak 17 orang
dengan persentase sebanyak 60,7%.
3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pekerjaan lansia di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol
Kab. Magetan Bulan Mei 2018 Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
Petani 15 53,6
Pedagang 5 17,9
Buruh 8 28,6
Total 28 100,0
Sumber: Data Primer Responden, 2018
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak dengan pekerjaan petani sebanyak 15 orang dengan
presentase 53,6%.
5.2.2 Data Khusus Responden
Setelah dilakukan normalitas data diketahui data tidak berdistribusi
normal sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non-
parametrik yaitu dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test
untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres air hangat terhadap
perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis reumatoid
di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
65
1. Identifikasi Skor Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang
Menderita Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Terapi di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan
Tabel 5.4 Skor skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sebelum diberikan terapi Kompres
Air Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan Bulan
Mei 2018 Tendensi Sentral Sebelum
Mean 6,7
Minimal 6
Maksimal 8
Standar deviasi 0,762
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan
Tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa rerata skor skala intensitas pad
lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar
Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kaabupaten
Magetan mean 6,7, min 6, mak 8 dan standart deviasi sebesar 0,762.
2. Identifikasi Skor Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang
Menderita Arthritis Reumatoid Sesudah Diberikan Terapi di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan
Tabel 5.5 Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sesudah diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan Bulan Mei 2018 Tendensi Sentral Sesudah
Mean 4,6
Minimal 3
Maksimal 7
Standar deviasi 0,9511
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan
Tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa rerata skor skala intensitas
nyeri tertinggi pada lansia di Posyandu Lansia Mawaar Indah Dusun
66
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan mean
4,6, min 3, mak 7 dan standart devisiasi 0,9511.
3. Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Lansia Yang Menderitas Arthritis Reumatoid di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan
Tabel 5.6 Hasil Analisa Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan
Bulan Mei 2018 Tendensi Sentral Sebelum Sesudah
Mean 6,7 4,6
Minimal 6 3
Maksimal 8 7
Standar deviasi 0,762 0,951
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dijelaskan bahwa skala nyeri
tertinggi sebelum diberikan terapi yaitu 8 dan skala nyeri terendah 6.
Sedangkan skor skala intensitas nyeri tertinggi sesudah diberikan
terapi menurun menjadi 7 dan skala nyeri terendah sesudah diberi
terapi 3 maka dapat disimpulkan ada perubahan skala nyeri dari
sebelum dan sesudah pemberian terapi. Rerata selisih sebelum dan
sesudah diberi terapi sebesar 2, 17. Dari hasil uji statistik Wilcoxon
didapatkan p-value (0,000) ≤ α (0,05) artinya H0 ditolak dan H1
diterima dengan begitu terdapat efektifitas terapi kompres air hangat
terhadap perubahan intensitas nyeri pada Lansia yang menderita
Arthitis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol KabupatenMagetan.
67
5.3 Pembahasan
5.3.1 Identifikasi Skala Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Kompes Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Hasil penelitian terhadap 28 responden di Posyandu Lansia Mawar
Indah Dususn Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan, dapat diketahui rerata skala nyeri sebelum diberikan terapi
kompres air hangat adalah 6,7, min 6 dan max 8.
Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nugroho (2008)
bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat diindari,
berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambunga sehingga dapat
menyebabkan perubahan anatomis dan biokimia pada tubuh sehingga
mengefektifitasi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Selain
itu penyakit pada lanjut usia sangat banyak seperti masalah pada fisik,
gangguan kardiovaskuler, nyeri atau ketidaknyamanan, gangguan
ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan tidur.
Berdasarkan hasil penelitian diatas sehingga peneliti dapat
menyimpulkan bahwa ketika lansia terkena penyakit Arhtritis Reumatoid
maka terjadi peradangan pada area yang terkena penyakit Arthritis
Reuamtoid sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri.
68
5.3.2 Identifikasi Skala Nyeri Sesudah Diberikan Terapi Kompes Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Hasil penelitian terhadap 28 lansia di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
menunjukkan rerata nyeri mean 4,6, min 3 dan max 7. Sesuai dengan yang
disampaikan oleh Kozier (2009) bahwa beberapa manfaat dari terapi ini
adalah salah satunya dapat mengurangi nyeri. Kompres air hangat dapat
dilakukan dengan sangaat terjangkau dalam artian sangat mudah
dilakukan, dan sederhana hanya menggunakan alat kompres seperti WWZ
(Warm Water Zak), waslap atau juga bisa menggunakan botol kaca.
Menurut Perry (2009) menyatakan bahwa tindakan non farmakologis
salah satu tindakan yang paling umum digunakan untuk meredakn nyeri.
Sedangan menurut Kozier & Erb (2009) menyatakan bahwa intervensi
keperawatan yang sudah lama diaplikasikan oleh perawat adalah kompres
hangat yang dianjurkan untuk menurunkan nyeri karena darat meredakan
rasa nyeri, meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi,
meningkatkan relaksasi psikologis dan memberi rasa nyaman karena
bekreja sebagai counteriritan. Pada tahap fisiologis kompres air hangat
menurunkan nyeri lewat tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian
kompres dapat menghambaat pengeluaran mediator inflamasi seperti
sitokinin pro inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas
nosiseptor yang akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga
terjadilah penurunan nyeri.
69
Berdasarkan dari penjelasan hasil penelitian diatas terdapat
penurunan skor nyeri antara dan sebelum diberikan terapi sehingga peneliti
dapat menyimpulkan bahwa terapi Kompres air hangat menurunkan
intensitas nyeri. Sebagian besar skala intensitas nyeri sesudah diberikan
terapi mengalami penurunan yang cukup signifikan.
5.3.3 Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderitas Arthritits Reumatoid
di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan
Untuk mengetahui efektifitas terapi kompres air hangat terhadap
perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggam Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan maka
dilakukan uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan
syarat data minimal berskala normal dan untuk mengetahui perbedaan skor
sebelum dan sesudah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
rerata sebelum diberikan terapi yaitu 8 turun menjadi 7 dengsn nilai (p)
yang diperoleh yaitu 0,000 dan tingkat kemaknaan α = 0,05. Karena nilai
(p) lebih kecil dari nilai α, maka hal ini menyatakan bahwa terdapat
penurunan yang signifikaan antara sebelum pemberian terapi kompres air
hangat dan sesudah pemberian terapi kompres air hangat.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Smeltzer, S.C bare B.G
dalam Qittun (2008), bahwa skala paling efektif yang digunakan saat
pengkajian intensitas nyeri sebelum dan sesudah melakukan intervensi
dapat menggunakan penilaian numerik. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afdaleli, Wiwit
70
Fetrisia, Nikmatullah Wahida dan Fauzi Ashra (2016) menyatakan bahwa
tingkat nyeri pada pasien rematik (osteoarthritis) sesudah dilakukan
kompres hangat aromaterapi lavender pada lansia di Panti Kasih Sayang
Ibu Batusangkar sebagian besar mengalami penurunan skala nyeri sedang
dan terapi kompres hangat aromaterapi lavender efektif terhadap
penurunan nyeri pada lansia yang menderita rematik (osteoarthritis).
Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada
sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa terapi kompres air hangat
efektif dalam perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan. Sehingga terapi ini dapat diterapkan pada lansia yang mengalami
nyeri Arthritis Reumatoid.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini terdapat berbagai kelemahan dan
kekurangan sehingga memungkinkan hasil dipaparkan dalam penelitian ini
kurang maksimal . Adapun kelemahan dan kekurangan tersebut adalah
peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding untuk
mengontrol berbagai faktor perancu sehingga memungkinkan adanya bias
pada penelitian ini. Pada saat peneliti melakukan penelitian lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid tidak mengkonsumsi obat.
71
BAB 6
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang berrjudul efektifitas terapi kompres air
hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang menderita Arthritis
Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri
pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupanten Magetan dengan skala nyeri berat dan nyeri sedang.
2. Setelah dilakukan terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri
pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupanten Magetan dengan skala nyeri berat dan nyeri ringan.
3. Ada efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri
pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyanddu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan dibuktikan dengan hasil analisis nilai p (0,00) < α
(0,05).
72
6.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Sudah banyak literatur dan referensi di bidang keperawatan yang
membahas mengenai terapi kompres air hangat untun menurunkan
intensitas skala nyeri, namun masih minimnya penerapan secara
langsung pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid. Sehingga,
peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat dijadikan referensi
sebagai terapi non farmakologi untun menurunkan intensitas skala
nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan mengubah
beberapa metode penelitian. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini
masih banyak kekurangan sehingga peneliti menyarankan pada
peneliti lain agar dapat memperjelas dalam membuat lembar observasi
yang akan diamati sehubungan dengan terapi kompres air hangat dan
memperpanjang waktu penelitian sehingga peneliti lain mendapatkan
hasil yang optimal.
3. Bagi Lansia yang Mendirita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nyeri terasa sangat hebat pada
pagi hari. Oleh karena itu peneliti menyarankan pada saat nyeri terasa
hebat lansia untuk melakukan terapi kompres air hangat. Dan bagi
73
keluarga lansia yang menderita Arthritis Reumatoid juga dapat
membantu lansia untuk melakukan terapi kompres air hangat saat
nyeri terasa.
4. Bagi Perawat
Peneliti menyarankan agar terapi kompres air hangat dapat diberikan
oleh perawat. Perawat dapat mengajarkan lansia yang mengalami
nyeri Arthritis Reumatoid dengan diberikan cara pemberian terapi
kompres air hangat, sehingga lansia tidak tergantung pada pengobatan
medis.
74
DAFTAR PUSTAKA
Afdaleli, Wiwit Fetrisia dkk. 2016. Pengaruh Kompres Hangat Aromaterapi
Lavender Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Rematik (Osteoartitis)
Pada Lansia di Panti Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2016. Jurnal.
Vol.0 No1 Januari 2017. STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedur Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diana, S. 2011. Osteoartritits, Artritis Reumathoid, dan Penyakit Sendi. Januari
2015.
Dinas Kesehatan. 2017. Laporan Surveilans Kasus PTM. Desember. Kota
Magetan.
Effendi & Makhfudli. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
FKUI.
Handriani. 2011. Kesehatan Gaya Hidup Modern bisa Disebabkan Reumatik.
Diakses 29 Januari 2015.
Hidayat, A. A. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta
Salemba Medika.
Kozier, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis, Jakarta: EGC.
Kusyanti, 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Kesehatan Teknik
Mengatasi Nyeri. Jakarta: EGC.
Lalla, N. Norma. 2015. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Arthritis
Reumatoid. Jurnal Keperawatan. Akademik Keperawatan Sandi Karsa
Makassar: Makassar.
Martono. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Noer, Sarwono. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
75
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Perry, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Perry, P. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.
Edisi 7. Jakarta: EGC.
Reevers. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medical.
Smart, A. 2010. Rematik dan asam urat; pengobatan dan terapi sampai sembuh
total. Yogyakarta: A’Plus Books.
Smeltzer, S. C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). (vol.3).
Jakarta: EGC.
Stanley, M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sulistyarini, T. Sari, H. P. Ika Dewi, dan Kurnia, E. 2017. Kompres Hangat dan
Senam Lansia. Dalam Menurunkan Nyeri Sendi Lansia. Editor Adji Media
Nusantara. Cetakan 2. Nganjuk: Penerbit Adji Media Nusantara.
Voight. 2003. Techniques in musculoskeletal rehabilitation. Mc Graw-Hill,
Medical Pub. Division Walsh, Linda 2008 Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Jakarta: EGC.
WHO. 2013. World Health Organization Internation of Associations for
Rhematoidology Community Oriented Program for Control of Rhematic
Disease.
83
Lampiran 7
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Findy Nur Isa Isnawati
NIM : 20140277
Bermaksud melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis
Reumatoid”. Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan
saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Mei 2018
Peneliti
Findy Nur Isa Isnawati
NIM : 20140277
84
Lampiran 8
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama:
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Findy Nur Isa Isnawati berjudul “Pengaruh Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis
Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan”. Saya mengetahui bahwa informasi yang
akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di
Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-
benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai
keperluan.
Madiun, Mei 2018
Responden
85
Lampiran 9
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KOMPRES AIR HANGAT PADA PENDERITA
ARTHRITIS REUMATOID
Standar Opersional Prosedur
Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.
Tujuan 1. Untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan
2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Menurunkan suhu tubuh
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Sebagai terapi alternatif selain terapi farmakologis
Indikasi 1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang
persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma
Alat dan Bahan 1. WWZ (Warm Water Zak), botol atau kain yang menyerap
air
2. Termometer
3. WWZ dan baskom
4. Air hangat dengan suhu 40ºC
5. Air yang dibutuhkan 50cc
6. Lama pemberian 20 menit
Persiapan Klien Responden diberi penjelasan dari inform consent
Prosedur 1. Observasi skala nyeri sebelum diberikan terapi kompres
air hangat
2. Bila klien sudah diobservasi isi WWZ (Warm Water Zak)
dengan air hangat
3. Ukur suhu air dengan termometer dengan skor normal
yaitu hangat 40ºC
4. Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai nyeri yang
dirasakan
5. Isi WWZ (Warm Water Zak dengan air hangat, kemudian
tempelkan WWZ pada bagian tubuh yang terasa nyeri
6. Bila menggunakan botol, masukan air hangat dengan
suhu 40ºC pada botol dan kemudian tempelan pada
bagian tubuh yang terasa nyeri
86
7. Bila menggunakan waslap atau kain, masukan kain pada
baskom yang terisi air hangat, lalu diperas dan kemudian
tempelkan waslap atau kain pada bagian tubuh yang
terasa nyeri
8. Angkat WWZ, botol atau kain setelah 20 menit
9. Evaluasi: observasi perubahan intensitas nyeri yang
terjadi setelah dilakukan kompres air hangat
87
Lampiran 10
LEMBAR ASSEMEN NYERI
EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGANKECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Alamat :
Pengukuran nyeri pre-post test (sebelum dan sesudah dilakukan terapi
kompres air hangat).
A. Petunjuk Pengisian Lembar Observasi
1. Diisi sebelum dan sesudah dilakukan terapi kompres air hangat.
2. Lingkarilah nomor sesuai dengan tingkat nyeri yang saat ini anda
rasakan!
LEMBAR ASSEMEN NYERI
MENGGUNAKAN NUMERIC RATING SCALE
1. Sebelum Terapi Kompres Air Hangat
88
2. Susudah Terapi Kompres Air Hangat
Keterangan:
a. 0: None (tidak nyeri)
b. 1-3: Mild (nyeri ringan): secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
c. 4-6: Moderate (nyeri sedang): secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
d. Severe (nyeri berat): secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi masih respon/tidak merespon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapatb diatasi dengan alih posisi nafas
daalam dan distraksi
89
Lampiran 11
DATA ASSEMEN NYERI RESPONDEN
EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGANKECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN
No
Nama
Responden
(Inisial)
Umur Jenis
Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Pre Post Selisih
1. Ny. J 59 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 7 5 2
2. Ny. T 51 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 7 5 2
3. Ny. D 65 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 6 4 2
4. Ny. B 50 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 6 5 1
5. Ny. R 78 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 8 6 2
6. Ny. K 63 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 8 5 3
7. Ny. W 54 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 6 5 1
8. Ny. S 80 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 6 4 2
9. Ny. K 65 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 8 4 4
10. Ny. T 75 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 5 1
11. Ny. P 65 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 7 3 4
12. Ny. M 65 P Ds. Janggan 01/01 SD PETANI 8 5 3
13. Ny. H 50 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 4 2
14. Ny. T 51 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 5 1
15. Ny. P 79 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 7 4 3
16. Ny. S 54 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 4 3
17. Ny. M 60 P Ds. Janggan 01/01 - PEDAGANG 8 6 2
18. Ny. S 65 P Ds. Janggan 01/01 SD PEDAGANG 6 4 2
19. Ny. S 78 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 5 2
20. Ny. S 80 P Ds. Janggan 02/01 SD BURUH 6 5 1
21. Ny. K 79 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 3 4
22. Ny. P 63 P Ds. Janggan 04/01 - PETANI 7 4 3
23. Ny. R 50 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 7 3 4
24. Ny. P 50 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 6 4 2
25. Ny. K 51 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 6 5 1
26. Ny. M 63 P Ds. Janggan 01/01 SD PETANI 7 6 1
27. Ny. K 75 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 7 0
28. Ny. H 75 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 6 5 1
Total 58
90
Lampiran 12
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 50 4 14.3 14.3 14.3
51 3 10.7 10.7 25.0
54 2 7.1 7.1 32.1
59 1 3.6 3.6 35.7
60 2 7.1 7.1 42.9
63 3 10.7 10.7 53.6
65 4 14.3 14.3 67.9
75 3 10.7 10.7 78.6
78 2 7.1 7.1 85.7
79 2 7.1 7.1 92.9
80 2 7.1 7.1 100.0
Total 28 100.0 100.0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2 28 100.0 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Sekolah 17 60.7 60.7 60.7
SD 11 39.3 39.3 100.0
Total 28 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tani 15 53.6 53.6 53.6
Pedagang 5 17.9 17.9 71.4
Buruh 8 28.6 28.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
91
Pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 6 13 46.4 46.4 46.4
7 10 35.7 35.7 82.1
8 5 17.9 17.9 100.0
Total 28 100.0 100.0
Postest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 3 10.7 10.7 10.7
4 9 32.1 32.1 42.9
5 12 42.9 42.9 85.7
6 3 10.7 10.7 96.4
7 1 3.6 3.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
92
Lampiran 13
DATA DEMOGRAFI
Statistics
Usia JK Pendidikan Pekerjaan Pretest Postest
N Valid 28 28 28 28 28 28
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 63.8571 2.0000 1.3929 1.7500 6.7143 4.6429
Median 63.0000 2.0000 1.0000 1.0000 7.0000 5.0000
Mode 50.00a 2.00 1.00 1.00 6.00 5.00
Std. Deviation 1.10075E1 .00000 .49735 .88715 .76290 .95119
Minimum 50.00 2.00 1.00 1.00 6.00 3.00
Maximum 80.00 2.00 2.00 3.00 8.00 7.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
93
HASIL
DISTRIBUSI SELISIH PRE DAN POST
Statistics
selisih
N Valid 28
Missing 0
Mean 2.1071
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation 1.10014
Minimum .00
Maximum 4.00
selisih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .00 1 3.6 3.6 3.6
1.00 8 28.6 28.6 32.1
2.00 10 35.7 35.7 67.9
3.00 5 17.9 17.9 85.7
4.00 4 14.3 14.3 100.0
Total 28 100.0 100.0
94
Lampiran 14
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%
Postest 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Pretest Mean 6.7143 .14417
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.4185
Upper Bound 7.0101
5% Trimmed Mean 6.6825
Median 7.0000
Variance .582
Std. Deviation .76290
Minimum 6.00
Maximum 8.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .550 .441
Kurtosis -1.027 .858
Postest Mean 4.6429 .17976
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 4.2740
Upper Bound 5.0117
5% Trimmed Mean 4.6190
Median 5.0000
Variance .905
Std. Deviation .95119
Minimum 3.00
Maximum 7.00
95
Range 4.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .253 .441
Kurtosis .289 .858
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest .290 28 .000 .776 28 .000
Postest .218 28 .002 .900 28 .011
a. Lilliefors Significance Correction
96
Lampiran 15
HASIL UJI SPSS
UJI WILCOXON SIGN RANK TEST
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest - Pretest Negative Ranks 27a 14.00 378.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 1c
Total 28
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest
Test Statisticsb
Postest - Pretest
Z -4.589a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
98
Lampiran 17
JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi