skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh...

104
STUDI TENTANG TARÂDUF DALAM AL-QUR’AN (Kajian Terhadap Kata Khalaqa- Ja’ala dan Khauf- Khasyyah) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Siti Nuradni Adzkiah NIM. 1112034000136 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./2019 M.

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

STUDI TENTANG TARÂDUF DALAM AL-QUR’AN

(Kajian Terhadap Kata Khalaqa- Ja’ala dan Khauf- Khasyyah)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Siti Nuradni Adzkiah

NIM. 1112034000136

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./2019 M.

Page 2: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya
Page 3: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya
Page 4: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya
Page 5: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

i

ABSTRAK

Siti Nuradni Adzkiah

Studi Tentang Tarâduf Dalam Al-Qur’an (Kajian Terhadap Kata Khalaqa-

Ja’ala dan Khauf- Khasyyah)

Skripsi ini mengkaji persoalan Sinonimitas (mutarâdif). Sinonimitas

dalam al-Qur’an telah menjadi kajian yang hangat diperbincangkan. Ulama ahli

bahasa Arab memperdebatkan keberadaan sinonim kata yang berada dalam

alQur’an. Sebagian Ulama sepakat dengan keberadaan sinonimitas dalam al-

Qur’an.

Dalam skripsi ini mengkaji kata khalaqa, ja’ala dan khauf, khasyyah yang

bermakna pencipta dan takut. Data yang digunakan adalah ayat-ayat al-Qur’an

yang di dalamnya terdapat kata khalaqa, ja’ala dan khauf, khasyyah, penulis

meneliti apa makna kedua pasang kata tersebut melalui sampling kata atau objek

pasangan kata tersebut dan menurut penafsiran al-Qur’an. Metode penelitian yang

dilakukan pada riset ini adalah penelitian kepustakaan (library reaseach) yang

bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis.

Hasil penelitian ini adalah bahwa lafadz khalaqa lebih banyak digunakan

dalam penciptaan langit dan bumi, dapat mengandung makna bahwa penciptaan

berdasarkan suatu sistem yang Allah Swt. telah tetapkan, yaitu sistem yang sangat

rapi. Ja’ala mempunyai satu objek, berarti khalaqa (menciptakan) dan ikhtara’a

(membuat atau menjadikan), yakni menjadikan, menciptakan, dan membuat

sesuatu dari yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan Khauf adalah perasaan takut

yang disertai cemas dan khawatir terhadap keselamatan diri seseorang, khauf

banyak digunakan untuk menggambarkan adanya perasaan tentang bahaya yang

dapat mengancam, yaitu takut kepada makhluk selain Allah Swt. kemudian

khasyyah hanya dikhususkan kepada Allah Swt. Karena mereka adalah orang-

orang yang mengetahui akan kekuasaan dan keagungan Allah Swt.

Kata Kunci: tarâduf, tafsir, Khalaqa- Ja’ala dan Khauf- Khasyyah

Page 6: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

ii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الر حيم

Alhamdulillâhirabbil ‘âlamîn puji syukur yang tak terhingga kepada Allah

Swt. dzat yang memiliki cinta abadi dan dzat yang maha berkehendak. Atas

kehendak dan ketentuan-Nya skripsi ini bisa terwujud, meski melalui perjalanan

yang sangat panjang.

Ṣhalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada tauladan sempurna

pemimpin yang sangat cinta kepada umatnya Nabi Muhammad Saw., juga untuk

keluarga dan sahabat beliau. Semoga syafâ’at beliau sampai kepada kita. Âmîn

Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir yang harus saya selesaikan

untuk menamatkan kuliah dan mendapatkan gelar sarjana Strata-1 pada jurusan

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Melalui upaya yang melelahkan dan berbagai kesulitan yang saya hadapi

dengan hidayah dan pertolongan-Nya saya bisa menyelesaikan skripsi ini,

penulisan skripsi ini juga terasa sulit bagi saya sendiri jikalau tanpa bantuan,

dukungan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Selanjutnya saya menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

iii

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, Ketua Program Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan

Dra. Banun Binaningrum, M.pd, Sekretaris Program Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir.

4. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, dan meluangkan waktunya untuk membimbing

saya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Maulana M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

memberikan nasihat dan masukan kepada penulis dalm penulisan skripsi.

6. Segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak membantu kelancaran administrasi dan birokrasi.

Segenap staf Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin (PF), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pusat Studi Al-Qur’an

(PSQ), yang telah melayani dan menyediakan buku-buku yang dapat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang

telah mendidik, memberikan ilmu, pengalaman serta pengarahan kepada saya

selama masa perkuliahan.

8. Kepada kedua orang tua saya ibunda saya Siti Nurjanah dan ayahanda Holid

S.Ag (Alm.) yang telah bersabar dalam mengasuh, mendidik, memberikan

kasih sayang dan selalu ikhlas mendoakan serta memberikan dukungan moril

maupun materil selama saya menuntut ilmu hingga akhirnya saya bisa

menyelesaikan pendidikan sampai jenjang S-1 ini. Semoga Allah Swt

Page 8: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

iv

mengampuni dan memaafkan segala khilaf dan kesalahan serta memberikan

kasih sayang-Nya dan menempatkan derajat keduanya pada derajat tinggi.

Âmîin.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam Ciputat Terutama Abi, KH.

Bahrudin S.Ag dan Umi yang telah banyak memberikan ilmu, nasehat dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan Studi S-1 ini.

10. Untuk Adik-adikku tercinta (Pupu, Ayu, Adnan) dan keluarga yang tak henti-

hentinya memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman Wadah Silaturahmi 2012 yang selalu menemani dan

mendukung serta membantu penulis menyelesaikan skripsi.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan IQTAF angkatan 2012 yang telah

menemani berjuang di saat susah dan senang selama kuliah. Semoga kita

semua tetap dalam ikatan silaturahmi dan jalinan persahabatan yang indah.

dan seluruh pihak yang yang membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Akhirnya saya sebagai penulis skripsi ini berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya dan bagi penulis

khususnya. Âmîn Yâ Rabbal ‘Âlamîn.

Ciputat, 14 Mei 2019

Siti Nuradni Adzkiah

Page 9: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam Keputusan Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah

A. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

J Je

ẖ h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D De

Dz de dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Page 10: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

vi

Sy es dan ye

S Es dengan garis di bawah

ṯ De dengean garis di bawah

ṯ Te dengan garis di bawah

ẕ Zet dengan garis di bawah

‘ Koma terbalik di atas hadap kanan

Gh ge dan ha

F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

` Apostrof

Y Ye

Page 11: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

vii

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatẖ ah

I Kasrah

U Ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

au a dan u و

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ـا

Î i dengan topi di atas ـي

Û u dengan topi di atas ـو

Page 12: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

viii

D. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun

huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda () dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakana huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis

ad-darûrah melainkan al-ḏ arûrah, demikian seterusnya.

F. Ta Marbûṯ ah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯ ah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jia ta marbûṯ ah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯ ah tersebut

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 Ṯ arîqah

2 Al-jâmi’ah al-Islamiyyah

3 waẖ dat al wujûd

G. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan

Page 13: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

ix

yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain menuliskan

permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.

Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata

sandangnya, Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî, bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî al-

Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-

Rânîrî.

H. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-

kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di

atas:

Kata Arab Alih Aksara

Dzahaba al-ustâzu

Tsabata al-ajru

al-ẖ arakah al-‘asriyyah

Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

Page 14: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

x

Maulânâ Malik al-Sâliẖ

Yu’atstsirukum Allâh

al-maẕ âhir al-‘aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholis Madjid, bukan Nûr Khâlis Madjîd; Mohamad

Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazhlur Rahman bukan Fadl al-Rahmân.

Page 15: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

PEDOMAN TRANSILITERASI ............................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 5

D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

F. Metodologi Penelitian .................................................................. 7

G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8

H. Sistematika Penulisan ................................................................ 11

BAB II: DEFINISI TARÂDUF DALAM AL-QUR'AN

A. Definisi Tarâduf ........................................................................ 12

B. Pandangan Ulama Tentang Tarâduf Dalam Al-Qur’an ............. 15

C. Sebab-sebab Munculnya Tarâduf .............................................. 24

D. Urgensi Mengetahui Adanya Tarâduf Dalam Al-Qur’an .......... 26

BAB III: PENAFSIRAN KATA KHALAQA-JA'ALA DAN

KHAUF-KHASYYAH DAN OBJEKNYA DALAM AL-QUR'AN

A. Kata Khalaqa dan ja’ala ........................................................... 28

1. Kata Khalaqa ......................................................................... 28

2. Kata Ja'ala ............................................................................. 40

B. Kata Khauf dan Khasyyah ......................................................... 50

1. Kata Khauf ............................................................................. 50

2. Kata Khasyyah ....................................................................... 60

BAB IV: IMPLIKASI MAKNA KATA DALAM AL-QUR'AN

A. Tidak ada Kata Yang Sama Artinya .......................................... 73

B. Relevansi Ungkapan Al-Qur’an Bagi Kehidupan .................... 77

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 84

Page 16: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

xii

B. Saran .......................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86

Page 17: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah Swt. sebagai petunjuk cahaya yang

menerangi gelapnya gulita bagi umat manusia. Al-Qur‟an bukan hanya petunjuk

bagi manusia untuk menuju kebahagiaam dunia dan akhirat saja, tetapi dalam

bidang ilmu pengetahuan al-Qur‟an juga telah banyak membantu manusia

memecahkan dan menjawab berbagai macam pertanyaan yang ada di alam

semesta ini untuk melakukan terobosan-terobosan baru.

Salah satu keistimewaan al-Qur‟an yakni kata dan kalimat-kalimatnya

yang singkat dapat menampung sekian banyak makna. Ia bagaikan berlian yang

memancarkan cahaya dari setiap sisinya.1 Bahasa al-Qur‟an mengandung nilai

yang tinggi, memiliki makna yang berkaitan dan saling mengisi ketika digunakan

dalam berbagai ayat. Biasanya, bahasa al-Qur‟an mengandung banyak muatan dan

konsep-konsep yang tidak hanya menunjukkan satu arti. Kadangkala bahasa al-

Qur‟an memberi makna baru di dalam bahasa Arab.2

Dalam bahasa Indonesia tidak aneh lagi mendengar tentang sinonim atau

persamaan kata. Di dalam bahasa Arab juga banyak ragam kosa kata yang

mempunyai makna yang sama. kata yang memiliki makna yang sama dalam ilmu

bahasa (linguistik) disebut sinonim, dalam bahasa arab disebut al-tarâduf

1 M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur‟an (Bandung: Anggota Ikapi, 2007), h. 120

2 Sugeng Sugiyono, Lisan dan Kalam Kajian Semantik al-Qur‟an (Yogyakarta: Sunan

Kalijaga Press, 2009) h. 3.

Page 18: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

2

.(الترادف)3 Namun tidak sedikit para Ulama yang tidak setuju dengan pernyataan

tersebut.

Setiap kata dalam al-Qur‟an memiliki makna sendiri dan tidak bisa diganti

oleh kata lain.4 Seperti yang dikatakan oleh Muhammad Syahrur bahwa setiap

kata dalam al-Qur‟an memiliki makna sendiri dan tidak ada kata sinonim.

Begitupun dengan pendapat dari Bintusy Syathi bahwa kata apapun hanya

memiliki satu makna sekalipun kamus memberikan selusin ataupun lebih makna

tersebut dan penelitian Bintusy Syathi juga mengungkapkan al-Qur‟an

menggunakan sebuah lafadz dalalah tertentu, yang tidak mungkin dapat diganti

dengan lafadz lain yang mempunyai makna sama seperti yang diterangkan oleh

kamus-kamus bahasa dan kitab-kitab tafsir, baik jumlah kata yang dikatakan

sebagai murâdif (sinonim) itu sedikit maupun banyak.5

Dalam ilmu balaghah, al-Qur‟an memiliki makna yang mendalam dan

setiap kata mempunyai makna berbeda walaupun sama dalam bentuk tekstualnya.

Seperti kata fa‟ala dan kasaba yang artinya melakukan. kata fa‟ala ditemukan

tujuh kali dalam al-Qur‟an dan kesemuanya dalam arti melakukan sesuatu yang

buruk. Sedangkan kasaba berbeda dengan fa‟ala semua pelakunya adalah

manusia dan apa yang dilakukannya itu berpotensi untuk dituntut oleh Allah

pertanggungjawabannya. Qalb dan Fu‟âd yang artinya hati. Kata qalb dalam al-

Qur‟an berfungsi sebagai wadah selain makna itu, hati ada yang tidak berada

3 Yudiansyah, “Sinonim Kata Berpikir Dalam Al-Qur‟ân,” (Skripsi S1 Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2010), h. 29 4 Mahmud Saltut, Tafsir al-Qur‟ân al-Karim (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h.

786 5 Namedia, Metodologi Penafsiran Dr. Aisyah Abdurrahman (Bintu Syathi), di akses dari

https://milahidayah.wordpress.com/2014/10/01/metodologi-penafsiran-dr-aisyah-abdurrahman-

bintu-syathi/, pada 20 januari 2018 pukul 11.10

Page 19: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

3

dalam kontrol manusia sehingga pelakunya tidak dituntut untuk

mempertanggungjawabkannya, sedangkan kata fu‟âd hati yang harus

mempertanggungjawabkan sikapnya, dan masih banyak lagi kata yang memiliki

sinonim, tetapi masing-masing kata memiliki penekanan yang berbeda. Begitu

juga dengan kata khalaqa dan ja‟ala kata khalaqa berarti mencipta, kata khalaqa

secara umum hanya membutuhkan satu objek saja.6

Dalam Mu‟jam Maqâyîs al-Lugah disebutkan kata yang terdiri dari huruf

kha, lam dan qaf mempunyai dua makna dasar, yaitu: penetapan sesuatu يردق)ت

(ئيالش dan kehalusan sesuatu )مالسة الشيئ(. Penggunaan kata khalaqa dalam

penciptaan dapat mengandung makna bahwa penciptaan berdasarkan suatu sهstem

yang Allah telah tetapkan, yaitu system yang sangat rapi.7

Sedangkan kata ja‟ala yaitu huruf jim,‟ayn dan lam yaitu kalimat yang

tidak kurang dan tidak ada yang menyerupai selainnya8. menciptakan atau

menjadikan dari sesuatu, sesuatu yang lain karena itu kata ja‟ala membutuhkan

dua objek. Tidak jarang ditemukan kata ja‟ala hanya menggunakan satu objek,

ketika itu ia semakna dengan khalaqa.9

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi

dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang

6 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami al-Qur‟an, Cet. II (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 126 7 Muhammad Syarif Hasyim, “al-„Alam dalam al-Qur‟an: (Analisis Tentang Ayat-ayat

Penciptaan),” (PPs UIN Makassar), h. 67 8 Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam Muqâyîs al-Lugah (Kairo, Mesir:

Maktabah al-Khanji, 1981), h. 460 9 Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui

dalam Memahami al-Qur‟an, Cet. II (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 133

Page 20: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

4

kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (QS. al-

An‟am [6]: 1)

Menurut Husein al-Dhahabi, banyak faktor penyebab terjadinya

penyelewengan dan distori makna dari ayat al-Qur‟an. Diantaranya yaitu riwayat-

riwayat yang bersumber dari agama Yahudi dan Israiliyat, fanatic madzhab,

kebebasan pandangan politik dan kepentingan ideologi. Berbeda dengan Sa‟id

Nursi bahwa salah satu penyebab kesalahan dalam memahami al-Qur‟an

dikarenakan hanya berpatokan pada tekstualnya saja tanpa penyentuh esensi

eksoterik, tidak memperhatikan maqâsidnya serta kurangnya penguasaan bahasa

Arab.10

Memang, sampai saat ini pun masih banyak masyarakat yang hanya

melihat dan memahami al-Qur‟an dari tekstualnya saja yang bermodal dari kamus

dan al-Qur‟an terjemah, sehingga menganggap setiap kata yang memiliki arti

yang sama adalah juga memiliki makna yang sama. Begitupun dengan kata khauf

dan khasyyah, yang memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia yaitu takut, Selain

itu kata yang bersinonim banyak juga di dalam al-Qur‟an dengan objek-objek

yang berbeda bahkan menjadikan lafadz-lafadz tersebut memiliki makna

tersendiri dari setiap ayat.

Berangkat dari masalah tersebut penulis tertarik dan merasa penting untuk

membahas hal ini. Bagaimana penggunaan objek, makna dan tujuan kata

“khalaqa-ja‟ala” khauf-khasyyah dalam al-Qur‟an. Apakah kedua kata tersebut

memiliki makna yang sama atau berbeda dan bagaimana penggunaan kata tersebut

menggunakan objeknya? Apabila mengkaji ayat-ayat yang terdapat lafadz-lafdz

tersebut, kemudian di kaji dengan menggunakan penafsiran para Ulama.

10

Moh. Bakir, “Konsep Maqâsid al-Qur‟an Perspektif Badi‟ al-Zaman Sa‟id Nursi (Upaya

Memahami Makna al-Qur‟an Sesuai dengan Tujuannya),” Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin

Vol. I (01 Agustus 2015), h. 50-51

Page 21: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

5

Yakni kata khalaqa dan ja‟ala, khauf dan khasyyah. karena itu pada

skripsi ini penulis mengambil judul: Studi Tentang Tarâduf Dalam Al-Qur’an

(Kajian Terhadap Kata Khalaqa- Ja‟ala dan Khauf- Khasyyah).

B. Identifikasi Masalah

Bila di identifikasi dari judul di atas, maka masalah yang akan muncul

adalah:

1. Apa makna kata khalaqa - ja‟ala, khauf - khasyyah dalam al-Qur‟an?

2. Apa pesan yang ingin disampaikan oleh al-Qur‟an tentang kata khalaqa -

ja‟ala, khauf - khasyyah?

3. Bagaimana kontekstual dan objek kata khalaqa - ja‟ala, khauf -khasyyah

yang terdapat dalam al-Qur‟an?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya kata dalam al-Qur‟an yang memiliki makna

menciptakan, seperti kata khalaqa, ja‟ala, badi‟, fathara, dan ansya‟a

dengan segala derivasinya, maka untuk memperjelas dan menghindari

pembahasan yang tidak mengarah pada maksud dan tujuan penulisan

skripsi ini, penulis menginventarisir ayat-ayat al-Qur‟an yang di dalamnya

terdapat kata-kata tersebut lalu mendapati bahwa makna yang paling

sering digunakan adalah khalaqa dan ja‟ala. Selain itu penulis juga hanya

memfokuskan kata khauf-khasyyah saja, karena dua kata tersebut sering

dirasakan dan diungkapan oleh manusia dalam kehidupan.

Page 22: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

6

Penulis hanya meneliti fi‟il madhi nya saja dari lafadz-lafadz

menciptakan yang bersinonim tersebut Karena mengingat banyaknya

penyebutan kata kedua kosa kata sinonim tersebut dalam al-Qur‟an dan

keterbatasan penulis.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan

permasalahan penelitian yaitu. Bagaimana makna dan fungsi kata

“khalaqa-ja‟ala” dan “khauf-Khasyyah” di dalam al-Qur‟an dengan

menganalisis penafsiran para ulama?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan kata khalaqa - ja‟ala, khauf - khasyyah dalam al-Qur‟an

dalam perspektif al-Qur‟an.

2. Penafsiran al-Qur‟an dari kata khalaqa - ja‟ala, khauf - khasyyah dan

objeknya.

3. Untuk memberikan sumbangsih terhadap penelitian di bidang al-Qur‟an

dan tafsir

4. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program strata satu

(S-1) pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

Secara akademik penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khazanah

keilmuan tentang ulum al-Qur‟an, sehingga berguna bagi para pemikir dan

Page 23: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

7

praktisi yang haus akan pengetahuan. Dan menguatkan pendapat para ulama yang

mengatakan bahwa mutarâdif dalam al-Qur‟an itu tidak ada.

F. Metodologi Penelitian

Metode Penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah:

1. Jenis penelitian

Guna memperoleh data-data, penulis menempuh dan memakai metode

penelitian kepustakaan (library research),11

2. Sumber data

Kajian yang dijadikan sumber data terbagi menjadi dua bagian, yaitu

primer dan sekunder. Sumber primer yang akan menjadi penelitian adalah ayat-

ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kata khalaqa - ja‟ala, khauf-

khasyyah. Sedangkan sumber sekunder yang akan menjadi penelitian ini adalah

kamus-kamus bahasa arab, buku-buku, jurnal, artikel dan yang berkaitan

dengan masalah ini.

3. Metode pengolahan data

Penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu suatu pendekatan

yang menguraikan atau menggambarkan terlebih dahulu permasalahan yang

akan dikaji sebagai gambaran awal yang berlanjut dengan analisa.

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur‟an yang akan dikaji. kata

khalaqa dan ja‟ala, khauf dan khasyyah adalah topik yang diangkat.

11

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offest), h. 3

Page 24: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

8

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah

yang telah ditetapkan.

c. Menganalisis makna-makna yang Terkandung di dalam ayat tersebut

menurut Tafsir.

d. Menganalisis dengan melihat konteks tekstual kata khalaqa dan

ja‟ala, khauf dan khasyyah pada ayat-ayat nya masing-masing.

4. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Pedoman

Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

G. Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengamatan dan penelitian penulis, tidak dipungkiri memang

banyak sekali yang sudah membahas tentang makna kata dalam al-Qur‟ān. tetapi

tidak ada yang membahas secara khusus tentang objek-objekd dari kata

“khalaqa” - “ja‟ala”khauf-khasyyah.

Diantara karya- karya yang berhasil penulis temukan yang berkaitan

dengan penelitian penulis yakni;

Muhammad Syarif Hasyim dalam Jurnalnya “al-„Âlam Dalam al-Qur‟ân:

(Analisis tentang Ayat-ayat Penciptaan), jurnal ini lebih membahas tentang

hikmah diciptakannya alam. dan lebih kepada bagaimana proses penciptaan

dengan melihat dari ayat-ayat penciptaan.12

Sedangkan penulis akan meneliti

tentang bagaimana makna dan fungsi kata khalaqa dan ja‟ala.

12

Muhammad Syarif Hasyim, “al-„Alam dalam al-Qur‟an: (Analisa Tentang Ayat-ayat

Penciptaan)” (Jurnal PPs UIN Alaudin Makassar, Hunafa: Jurnal Studi Islamika)

Page 25: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

9

Skripsi oleh Asep Murdana, Lafazh yang Bermakna Kebaikan Dalam

Persfektif Al-Qur‟ân (Analisis Terhadap kata Al-Birr, Al-Ihsan, dan Al-Khair).

Dalam skripsi ini Asep menjelaskan bagaimana kedudukan dari lafazh-lafazh

tersebut dalam persfektif al-Qur‟ân.13

Berbeda dengan apa yang akan di bahas

oleh penulis yaitu apa makna dan fungsi kata khalaqa dan ja‟ala dalam al-Qur‟an.

Skripsi oleh Achmad Yasir Arrojab, Makna Kata Ṣ irâṭ , Sabîl, dan Ṭ arîq

Dalam Al-Qur‟an (Studi Komparasi Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah).

Dalam skripsi ini Yasir membandingkan kedua tafsir yaitu al-Azhar dan al-

Misbah tentang makna kata Ṣ îrâṭ , Ṣ abîl, dan Ṭ arîq dalam al-Qur‟ân.14

Sedangkan penulis meneliti makna kata khalaqa dan ja‟ala dengan menggunakan

ilmu bahasa atau semantik dalam penelitian ini.

Skripsi oleh Rumzah berjudul Teori Asinonimitas (Lâ Tarâdufa fi alfâẓ

al-Qur‟ân) (Studi Terhadap Pemikiran „Âisyah „Abdurrahmân Binti al-Syâṭ ‟i)

skripsi ini membahas teori asinonimitas dari metode penafsiran Bint al-Syâṭ i‟

yaitu al-Istiqrâ‟u al-Lafẓ i al-Qur‟ân fi kulli mawâḍ i‟I wurûdiha. Skripsi ini

mempraktekan teori asinonimitas terhadap lafadz-lafadz yang nampak sinonim

dalam kitab Tafsīr al-Bayᾱ ni. Serta menjelaskan implikasi teori asinonimitas Bint

13

Asep Murdana, “Lafazh yang Bermakna Kebaikan Dalam Persfektif Al-Qur‟ān (Analisis

Terhadap kata al-Birr, al-Ihsan, dan al-Khair),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2006) 14

Oleh Achmad Yasir Arrojab, Makna Kata Sirat, Sabil, dan Tariq Dalam Al-Qur‟an (Studi

Komparasi Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Misbah),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri jakarta, 2017)

Page 26: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

10

al-Syâṭ i‟ terhadap penafsiran al-Qur‟an. Sedangkan skripsi yang akan ditulis

mencari makna dan fungsi kata khalaqa dan ja‟ala dalam al-Qur‟an.15

Skripsi dari Ahmad Toib berjudul Mutaradif Dalam Al-Qur‟an Studi Kata

Ṯ ayyib Dan Hasan Dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhîṯ . Skripsi meneliti kata tayyib

dan hasan dengan menggunakan tafsir Al-Bahr Al-Muhit, setelah itu toib

menyimpulkan apa makna tayyib dan hasan dari tafsir tersebut.16

Skripsi Erwin Kusumastuti yang berjudul Khauf Dalam Al-qur‟an. Skripsi

tematik yang mengambil kata khauf sebagai objek penelitian. Dalam skripsi ini

dijelaskan gambaran umum tentang kata khauf, fungsi khauf serta cara

menghindari khauf. Namun yang menjadi perbedaan dalam skripsi ini ialah kata

objek kajian yang lebih luas yaitu kata khalaqa dan ja‟ala, kata khauf dan

khasyyah dengan menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yang ada kata-kata tersebut.17

Yayan Nurbayan, Analisis Semantik Ayat-ayat Al-Qur‟an Tentang

Penciptaan Manusia, dalam jurnal ini membahas tentang proses penciptaan

manusia dengan mengkaji kata kerja penciptaan.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ᾱ n, Penciptaan Bumi dalam

perspektif Al-Qur‟ān dan Sains (Tafsir „Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur‟an, 2010). Buku ini membahas tentang penafsiran al-Qur‟an

15

Rumzah, “Teori Asinonimitas (Lâ Tarâdufa fi alfâẓ al-Qur‟ân) (Studi Terhadap

Pemikiran „Âisyah „Abdurrahmân Binti al-Syâṭ ‟i),” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga, 2008). 16

Ahmad Toib, “Mutaradif Dalam al-Qur‟an Studi Kata Ṯ ayyib Dan Hasan Dalam Tafsir

al-Bahr al-Muhîṯ ,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) 17

Erwin Kusumastuti, Khauf dalam Al-Qur‟an. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014

Page 27: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

11

tentang ayat-ayat mengenai Bumi. Dalam buku tafsir ini menjelskan tentang

struktur dan penciptaan bumi melalui pandangan al-Qur‟an dan sains.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terbagi menjadi 5 (lima) Bab, setiap Bab terdiri dari beberapa

sub-sub bab yang dimaksudkan untuk memepermudah dalam penyusunan serta

memepelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama, terdiri dari pendahuluan berisikan latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran

singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua, yaitu menguraikan pengertian tarâduf, pendapat para Ulama

yang Pro dan kontra terhadap adanya Tarâduf dalam al-Qur‟an, sebab-sebab

munculnya tarâduf, dan urgensi mengetahui tarâduf dalam alQur‟an.

Bab ketiga, yaitu Klasifikasi ayat-ayat dan objek-objek dalam al-Qur‟ān

yang terdapat kata khalaqa - ja‟ala, khauf - khasyyah, pengertian dan penafsiran

para ulama.

Bab keempat, yaitu implikasi atau akibat makna kata dalam al-Qur‟an

terhadap kehidupan.

Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan

penelitian yang didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah

dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, juga memuat saran-saran yang diperlukan.

Page 28: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

12

BAB II

DEFINISI TARÂDUF DALAM AL-QUR’AN

A. Definisi Tarâduf

Al- Tarâduf ( ف اد ر الت ) berasal dari kata ( ف-د-ر ) ra’ – dal – fa’ (ردف -

) yang bentuk mashdarnya ialah (يردف دف الر ). Al-Radf ialah segala sesuatu yang

mengkuti sesuatu lainnya. Sedangkan Al-Tarāduf bermakna sesuatu yang

mengikuti sesuatu lainnya di belakangnya. Bentuk jamaknya adalah ( ف اد الر ),

dikatakan telah datang rombongan kaum berturut-turut ( اف د ر م وق الء اج ) maksudnya

yakni bagian satu mengikuti bagian yang lainnya. Perkataan Mutarādif (مرتادف)

adalah isim fâ’il (lil musyārakah). Mutarâdif adalah beberapa kata dengan satu

arti, berbeda dengan kata musytarak, karena kata ini menunjukan kesatuan lafadz

dengan berbagi pengertian.1

Al-Mutarâdif ( فدارتملا ) ialah mengendarai sesuatu di belakang pengendara

atau membonceng. Perkataan bagi malam dan siang berturutan, karena setiap

salah satu dari keduanya mengikuti yang lain.2. Maksud dari tarâduf al-syakhsān

1 Ibnu Manzur, Lisân al-‘Arab (Kairo: Dâr al-Ma‟ârif, t.th.), h. 1625.

2 Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf fi al-qur’ân al-Karîm Baina al-

Mazâriyah Wa al-Tatbīq, h. 29.

Page 29: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

13

( الشخصانترادف ) ialah saling membantu atau gotong royong, dapat dipahami juga

dengan saling mengikuti atau membonceng.3

Al-Tarâduf dilihat dari sisi istilah tidak ditemukan kesepakatan umum

diantara para ulama, akademisi klasik dan kontemporer, Sibawaih (w.180 H.)

diduga sebagai orang pertama yang menampakkan penjelasan mengenai tarâduf

dalam ilmu bahasa. Ia membagi konteks hubungan antara lafadz dan makna,

menjadi tiga macam yakni: lafadz-lafadz yang beraneka ragam dan mempunyai

makna yang beraneka ragam pula, satu lafadz mempunyai aneka makna yang

berbeda-beda dan beragam lafadz namun hanya mempunyai satu makna.

Pembagian tersebut disinyalir sebagai awal munculnya konsep Musytarak lafzi

dan al-Mutarâdif.4

Para ahli bahasa arab memberikan definisi yang berbeda mengenai al-

tarâduf, seperti al-Fakhru-razi yang mendefinisikan tarâduf dengan beberapa

yang mempunyai makna yang sama.5

Menurut al-Murtada al-Zabadi (w. 1205 H.) ia mendefinisikan Mutarâdif

dengan menjadikan banyak nama pada satu hal. Pengertian ini tidak keluar dari

3 Emil badi‟ Ya‟qub, Mausû’ah Ulûm al-‘Arâbiyah (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah,

2006), h. 294. 4Muhammad Nuruddin, al-Tarâduf fi al-Qur’an al-Karim, h. 30

5 Mukhtar „Umar, Ilm al-Dalalah, cet. Ke-1 (Kuwait: Maktabah Dar „Urubah, 1982), h.

215

Page 30: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

14

pernyataan yang disampaikan oleh Sibawaih dalam klasifikasi hubungan antara

lafadz dengan makna.6 Hal yang berbeda disampaikan oleh al-Suyuti bahwa

Mutarâdif ialah beberapa dengan satu arti, namun beliau membatasi pada

beberapa kata yang memang mempunyai batasan tertentu, seperti kata al-Insân

dengan al-Basyar dan saif dengan al-Sârim. Kedua kata ini mempunyai batasan

dari segi zat dan sifatnya.7 Bagi Al-Jurjânî, mutarâdif adalah setiap kata yang

memiliki satu makna dan memiliki beberapa nama, dan mutarâdif merupakan

antonim dari musytarak.8 Bagi al-Jurjani, mutarâdif adalah setiap kata yang

memiliki satu makna dan memiliki beberapa nama, dan mutarâdif merupakan

antonim dari musytarak.9

Mutaradif menurut istilah bahasa adalah beraneka ragamnya lafadz

berjumlah dua atau lebih dengan disepakati satu makna. Seperti al-asad, al-Sab;

al-Lais dan asâmah (األسد,السبع,اليث,أسامة) yang menunjukan mempunyai satu

makna yakni singa. Begitu juga dengan al-husâm, al-saif, al-muhannad dan al-

yamânî (احلسام,السيف,املهند,اليماين) memiliki satu makn yaitu pedang. Mutarâdif

(sinonim) yakni lafadz bermacam-macam dengan kesesuaian makna. Bangsa Arab

6 Muhammad Nuruddin, al-Tarâduf fi al-Qur’an al-Karim, h. 32.

7 Jalaluddin al-Suyuṭi, al-Munzir ‘ulûm al-Lugah wa ‘Anwâ’uhâ (Kairo: Maktabah Dâr

al-Turas, t.t), h. 403. 8 Abû Bakr Ibn „Abd al-Qahir Ibn Abd al-Rahman Ibn Muhammad al-Jurjani, Kitab al-

Ta’rifât (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2009), h. 60 9 Abû Bakr Ibn „Abd al-Qâhir, Kitab al-Ta’rifât, h. 60

Page 31: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

15

adalah bangsa paling kaya bahasa dengan sinonimnya/al-Mutarâdifat. Misalnya

kata al-Saif (السيف) memiliki lebih dari seribu nama, kata al-Asad (األسد)

mempunyai lima ratus nama. Kata al-‘Asl (العسل) namanya lebih dari delapan

puluh nama.10

Ada yang berpendapat bahwa Mutarâdif serupa dengan al-Nazâir dan

Musytarak serupa dengan al-Wujûh. Sebenarnya ada sedikit perbedaan antara al-

Musytarak dan al-Wujuh, antara lain al-Wujûh dapat terjadi pada lafadz tunggal

dan dapat juga akibat rangkaian kata-kata, berbeda dengan musytarak yang tertuju

kepada satu lafadz saja. Ada juga perbedaan antara Mutarâdif dengan al-Nazâir:

kendati keduanya serupa, tetapi letak perbedaannya pada kedalaman analisis.

Ketika seseorang berkata insân (انسان) nazir serupa dengan kata basyar (بشر),

sekedar berhenti disana , tidak menganalisis lebih jauh apa kesamaan dan

perbedaannya. Seharusnya ada penjelasan lebih jauh.11

B. Pandangan Ulama Tentang Taraduf Dalam Al-Qur’an

1. Ulama yang Sepakat Terhadap Adanya Tarâduf dalam al-Qur’an

Persoalan mengenai sinonim telah menjadi kajian bagi para penggiat al-

Qur‟an maupun „ulûm al-Qur‟an di era klasik maupun kontemporer.

10

Emil badi‟ Ya‟qub, Mausû’ah Ulûm al-‘Arâbiyah (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah,

2006) h. 294 11

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, ed: Abd Syakur. DJ (Tangerang: Lentera Hati,

2015), h. 120.

Page 32: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

16

Berkenaan dengan keberadaan sinonim dalam „ulûm al-Qur‟an telah menjadi

perbedaan pendapat mengenainya. Sebagian dari mereka meyakini adanya

sinonim dan sebagian yang lain menolak adanya sinonim. Berikut ulasan para

ulama mengenai pro tarâduf atau sinonim dalam al-Qur‟an

Mutarâdif dalam ‘ulûm al-Qur’an menurut para ulama yang menyetujui

keberadaannya disebabkan adanya wasilah atau hal yang berhubungan

dengannya bukan di maksudkan pada zatnya. Ada beberapa pembahasan

dalam ‘ulûm al-Qur’an yang dikaitkan dengan Mutarâdif. Diantaranya

pembahasan ta’kid dalam al-Qur‟an, ilmu al-Mutasyabih bagi sebagian

kalangan, dan ilmu tafsir secara khusus.12

Beberapa ulama berpendapat bahwa mutarâdif adalah bagian dari

pembahasan taukid/ta’kid. Mereka memandang bahwa tarâduf adalah jenis

dari taukid dari segi maknanya. Ulama membagi taukid menjadi dua bagian,

taukid dengan lafadz yang sinonim dan taukid dengan meng-„ataf-kan yang

serupa.13

Muhammad Nurudin al-Munajjad mengutip al-Zarkasyi tentang

penjelasan mengenai taukid dengan lafadz yang sinonim, bahwa taukid al-

sama’i dibagi menjadi dua yakni lafzi dan ma’nawiy. Lafzi ialah penetapan

makna awal dengan lafadz yang sama atau lafdz sinonimnya. Contoh taukid

yang di ikuti dengan lafadz sinonim (سبال al-Anbiya: [21]: 31 dan (فجاجا

حرجا) al-An‟am [6]: 125. Sedangkan taukid dengan meng-„ataf-kan (ضيقا

12

Muhammad Nuruddin, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm, h. 109 13

Muhammad Nuruddin, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm, h. 116

Page 33: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

17

yang serupa, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Zarkasyi yakni dengan

huruf wawu (و), auw (أو) dan al-Farra‟ membolehkan dengan summa (مث).14

Menurut al-Zarkasyi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Nuruddin

al-Munajjad, „ataf adalah salah satu dari berbagai macam bentuk sinonim,

atau yang memiliki kedekatan makna yang tujuannya ialah sebagai taukid.

Salah satu ciri „ataf ialah adanya huruf wawu yang berada pada suatu kalimat

atau adanya wawu al-a’taf. sebagaimana dalam firmannya ( ا لم ن وا و ه ا ف م

بيلالل هو م اض ع ف واو م ااست ك ان وا ) ,[QS. Ali Imrân [3]: 146] (أ ص اب ه مفس ف الي اف

د ر كاو الت ش ى) ,[QS. Tâhâ [20]: 112] (ظ لماو اله ضما :QS. Tâhâ [20]] ( الت اف

77], ) و ب س ر ع ب س الل ه) ,[QS. Al-Mudassir [74]: 22] (مث إل و ح زين ب ثي أ شك و (إن ا

[QS. Yusuf [12]: 86], ( ر ) ,[QS. Al-Mudassir [74]: 28] (الت بقيو الت ذ ت ه لم أ لق اه او ك

م ري و ر وحمنه سر ه مو ن و اه م) [QS. al-Nisa‟ [4]: 171] (إل -QS. Al] ( أ ن اال ن سم ع

Zukhruf [43]: 80], dan seterusnya.15

Ulama yang sepakat berpendapat bahwa tarâduf dalam „ulum al-Qur’an

ditandai dengan adanya ilmu al-Mutasyabih (penyerupaan). Taraduf adalah

bagian dari macam-macam hal yang serupa dalam al-Qur‟an. Muhammad

Nuruddin al-Munajjad mengutip pendapat al-Zarkasyi berkenaan dengan

pendefinisian ilmu al-Mutasyabih, ilmu al-Mutasyabih yajni menunjukan

pada kisah yang satu namun berada dalam surat-surat berlainan. Maksudnya

ialah bergantinya kalimat satu dengan yang lainnya dalam dua ayat yang

14

Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm,h. 117 15

Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm,h. 117

Page 34: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

18

semisal. Contohnya, seperti dalam QS. Al-Baqarah [2] (القيناماعليهأبآءنا) dan

dalam QS. Luqman [31] ( عليه أبآءناماوجدنا ), dalam QS. Al-Baqarah [2]: 60

dalam QS. Al-Baqarah (فانبجست) dan dalam QS. Al-A‟raf [7]: 160 (فانفجرت)

) dan dalam QS. Al-A‟raf [7]: 20 (فأزله ما) 36 :[2] ل م ا dalam QS. Ali (ف و سو س

Imran [3]: 47 (ي ك ون لو ل د أ ن ق ال ت) dan dalam QS. Maryam [9]: 20 (ق ال تر ب

ي ك ون لغ الم .dan seterusnya (أ ن 16

Selain kedua hal diatas yang menjadikan keberadaan sinonimitas dalam

„ulum al-Qur‟an dengan lafadz-lafadz yang memiliki persamaan atau

sinonim. Hal ini terlihat pada penafsiran yang dilakukan oleh al-Maturidiy

mengenai penciptaan tujuh lapis langit. Sesekali menggunakan ( سبع فسو اه نه

مساوات) kemudian ,(مساوات سبع مساوات) serta (خلق سبع ) dan (فقضاهنه بديع

.aemuanya kembali pada makna yang satu ,(السهماوات

Dalam tafsir al-Thabari dipaparkan ayat yang ditafsirkan dengan

mengganti lafadz-lafadznya dengan sinonim. Misalnya (باحلقه بيننا يفتح (مثه

ditafsirkan dengan kalimat yang serupa (ثم يقضي بيننا بالعدل), kemudian ayat

17 .(واهللالقاضيالعليمبالقضاءبنيخلقه) ditafsirkan dengan (وهوالفتهاحالعليم)

Dapat di ikhtisarkan pada pembahasan ini bahwa beberapa ulama yang

sepakat akan adanya taraduf atau sinonim dalam „ulum al-Qur‟an memiliki

tiga argumen, yakni: pertama, bahwa sinonim adalah jenis dari taukid yang

ditinjau dari maknanya. Ditunjukan dengan dengan adanya taukid dengan

16

Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm,h. 118 17

Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm, h. 119

Page 35: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

19

lafadz sinonim dan taukid dengan meng-„ataf-kan lafadz yang serupa. Kedua,

taraduf salah satu jenis dari bentuk penyerupaan (al-Mutasyabih) yaitu

pergantian kata satu dengan yang lainnya dalam dua ayat yang semisal.

Ketiga, penafsiran ayat oleh ulama dengan menggunakan kalimat yang mirip

untuk mendekati maknanya serta menjelaskan yang samar terhadap lafadz-

lafadz al-qur‟an.

2. Ulama yang Tidak Sepakat Terhadap Adanya Tarâduf dalam al-

Qur’an

Al-Baraziy berpendapat bahwa ada kata yang memiliki kemuliaan

dibandingkan kata yang lain, walaupun kata tersebut sama. Ia tidak

mengingkari adanya tarâduf namun memuliakan kata satu atas kata yang

lain. Seperti dalam firman-Nya (منكتاب منقبله تتلوا ك نت lebih utama (وما

dibanding dengan penggunaan (تقرأ), lalu (فيه lebih baik dari (الريب

(خريلكم) dan (والتضعفوا) lebih baik dibanding (والهتنوا) kemudian ,(الشكه)

lebih ringan dibanding kan (لكم Pendapat ini dikutip oleh .(افضل

Muhammad Nuruddin al-Munajjad dalam kitab al-Tarâduf fi al-Qur’an al-

Karim. 18

Sedangkan Al-Asfahani berpendapat bahwa setiap kata yang

memiliki makna yang sama di dalam al-Qur‟an tidak dapat disamakan

18

Muhammad Nuruddin al-Munajjad, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm, h. 121

Page 36: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

20

sepenuhnya. Hal ini dikarenakan susunan kata dalam al-Qur‟an selain

memiliki kekhususan dalam setiap maknanya, juga memiliki arti yang

berbeda dengan yang lainnya, disamping itu kata tersebut memiliki

kesesuaian dalam susunannya. Karyanya yang berjudul Mu‟jam Mufradât

li Alfâz al-Qur‟an didedikasikan untuk menjelaskan beberapa kata yang

dianggap mirip maknanya dalam al-Qur‟an.19

Beberapa ulama kontemporer juga tidak sedikit yang memiliki pandangan

yang sama dengan al-Asfahani, di antaranya ialah Abd al-Rahmân al-Akk, Manna

Khalil al-Qattan, dan „Âisyah bint al-Syâti‟. Al-Akk berpendapat bahwa dalam al-

Qur‟an tidak ada kata-kata yang sama kecuali memiliki makna dan maksud yang

berbeda.20

Hal ini senada dengan pendapat al-Qattan yang mengatakan, “sesuatu

yang dianggap sinonim (mutarâdif) dalam al-Qur‟an sejatinya bukanlah

sinonim.21

Salah satu ulama yang menolak adanya sinonim dalam al-Qur‟an bahkan

dalam bahasa Arab secara umum ialah Bint al-Syati. Ia dipengeruhi oleh ulama

klasik, diantaranya Abu Hilal al-„Asykariy, ibnu al-„Arabiy, Abu Qasim al-

Anbariy dan al-Sa‟labiy. Ia berpedoman pada al-„Anbariy, bahwa setiap kata yang

telah ditetapkan menunjuk pada referen tertentu, didalamnya mengandung „illat

atau sebab tertentu yang menyebabkan kata tersebut diucapkan pada referen

19

Al-Ragib al-Asfahani, Mu’jam Mufradât li Alfaz al-Qur’an (Beirut: Dār al-Fikr, 2008),

h. 7. 20

Al-„Akk, Usûl al-Tafsir wa Qawâ’iduh, h. 271. 21

Al-Qattan, Mabâhits fi ‘Ulûm alQur’an, h. 194.

Page 37: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

21

tersebut. Menurut al-Munajjad, al-Anbariy melihat pada kondisi-kondisi eksternal

yang berhubungan dengan ucapan suatu kata.22

Bint al-Syati‟ mengutip Ibnu Faris bahwa jika ada dua lafadz untuk satu

makna atau untuk satu benda, niscaya lafadz yang sama memiliki kekhususan

yang tidak dimiliki lafadz yang lainnya, kalau tidak demikian niscaya lafadz yang

lainnya itu sia-sia, lafadz yang banyak itu hanya merupakan sifat. Misalkan,

dikatakan makna batu memiliki 70 kata, makna singa 500 lafadz, makna ular 200

lafadz dan makna pedang 50 lafadz.23

Bint al-Syati‟ menemukan rumus setelah menelusuri penggunaan kata

ni’mah (نعمة) dan na’im (نعيم) dalam al-Qur‟an, bahwa na’im digunakan al-qur‟an

untuk nikmat-nikmat ukhrawi, bukan duniawi.24

Kemudian kata aqsama dan

halafa, sekalipun dua kata tersebut mempunyai arti yang sama, akan tetapi kata

tersebut memiliki penekanan makna yang berbeda. Aqsama yaitu digunakan untuk

jenis sumpah sejati yang tidak pernah diniatkan untuk dilanggar, sedangan kata

halafa yaitu digunakan untuk menunjukan sumpah palsu yang selalu dilanggar.25

Hal serupa dilakukan oleh mufassir Syi‟ah, al-Tabataba‟i (1321-1402 H.),

dalam tafsirnya al-Mizan (sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam

buku Kaidah Tafsir). Disana antara lain dikemukakan tentang makna sirât (صراط)

22

Muhammad Nurūddīn, al-Tarâduf al-Qur’an al-Karîm, h. 124 23

Aisyah Abdurrahman, al-I’jaz al-Bayani fi al-Qur’an, h. 212. 24

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 124. 25

Issa Bollata, kata pengantar dalam „Aisyah Bint al-Syati‟, Tafsir Bint al-Syati’, terj.

Muzakir (Bandung: Mizan 1996), h. 21

Page 38: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

22

dan perbedaannya dengan sabîl (سبيل). Kesimpulannya, sirât adalah jalan lebar

yang mengantar kepada kebaikan, keadilan, dan hak. Sirât hanya satu, karena itu

tidak ditemukan bentuk jamaknya. Ini berbeda dengan sabîl, yang merupkan

jalan-jalan kecil dan bermacam-macam, terbukti al-Qur‟an juga menggunakan

bentuk jamknya. Disamping itu ada sabîl yang baik dan ada yang buruk, karena

demikian itulah penggunaan al-Qur‟an.26

M. Quraish Shihab salah satu pakar tafsir di indonesia, termasuk ulama

yang menolak adanya sinonim murni dalam al-Qur‟an. Ia mengungkapkan kaidah

umum mengenai Mutarâdif yakni, tidak ada dua kata yang berbeda akar katanya,

yang sama akar katanya pun, tetapi berbeda bentuknya akibat penambahan huruf,

seperti kata rahmân dan rahîm, atau qatal dan qattala, maka pasti ada perbedaan

maknanya, sedikit atau banyak.27

Sekali lagi ada perbedaan walau sedikit antara kedua kata yang Mutarâdif

atau sinonim itu, baik dalam satu susunan kalimat, seperti firman Allah dalam QS.

Al-Maidah [5]: 48;

اجا لك لج ع لن امنك مشرع ةو من ه

Maupun terpisah dalam dua ayat yang berbeda, seperti kata tabzîr (تبذير )

dalam QS. al-Isrâ‟ [7]: 26 dan kata isrâf (إسراف) dalam QS. al-Nisa‟ [4]:6, yang

26

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 124. 27

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 124.

Page 39: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

23

oleh sementara orang dinilai semakna. Padahal masing-masing mempunyai makna

yang tidak dimiliki oleh rekan sinonimnya. Kata Syir‟ah (شرعة) dipahami dalam

arti awal dan prinsip sesuatu, sedang minhājan ( اجمنها ) adalah rinciannya secara

umum. Adapun isrâf (إسراف), ia mengandung makna memberikan sesuatu kepada

yang wajar diberi, tetapi dengan pemberian yang melebihi kewajaran, sedang

tabẓîr (تبذير) adalah memberi sesuatu yang tidak wajar diberi, seperti memberi

senjata berat guna berperang kepada orang lumpuh atau memberi petani buku

kedokteran. Ada juga ulama yang merumuskan perbedaannya dengan menyatakan

bahwa tabẓîr adalah ketidaktahuan tentang siapa yang hendaknya diberi, sedang

isrāf adalah ketidaktahuan tentang kadar yang hendaknya diberikan.28

Hanya mengutip pendapat para ulama yang menolak adanya sinonimitas

al-Qur‟an, M. Quraish Shihab juga telah melakukan riset terhadap beberapa kata

yang dianggap sinonim. Yakni antara lain lafadz fa’ala (فعل) dan kasaba (كسب),

qalb (قلب) dan fu’âd (فؤاد), „ibâd (عباد) dan „abîd (عبيد), ḍiyâ’ (ضياء) dan nûr (نور),.

Dari pasangan lafadz tersebut, ia dapat menunjukan penggunaannya dalam al-

Qur‟an.29

28

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 112 29

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 126-138

Page 40: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

24

C. Sebab-Sebab Munculnya Tarâduf

Ada beberapa alasan menjadikan sejumlah kata memiliki persamaan

makna, antara lain:30

1. Banyaknya kata-kata yang berdialek Arab berpindah ke dialek Quraisy.

Dari kesekian kosakata yang banyak jumlahnya, tidak sedikit lafadz yang

tidak menjadi kehendak dialek quraisy. Sehingga sampai menimbulkan

persamaan dalam nama-nama, sifat-sifat dan bentuk-bentuknya.

2. Sumber kosakata yang diambil oleh kamus-kamus berasal dari

bermacam-macam dialek suku (suku Dais, Ailân, Tamim, Asad, Huzail,

Quraisy, dan sebagian suku Kinanah). Kesempurnaan kamus-kamus atas

kosakatanya bukan berasal dari bahasa Quraisy saja, namun didapati

mayoritas kosakatanya berasal dari bahasa ini.

3. Penulisan kata-kata dalam kamus-kamus banyak yang tidak digunakan

lagi dalam penggunaannya, kemudian tergantikan dengan kosakata yang

lain.

4. Tidak adanya pembeda dalam petakan kosakata di kamus-kamus antara

makna hakiki dengan makna majazi, banyaknya kosakata yang belum

diletakkan pada maknanya yang tepat. Namun kebanyakan digunakan

pada makna majazi.

5. Banyaknya kata yang berupa berpindah ke dalam makna kata benda yang

sebenarnya menyifatkannya. Seperti al-Hindâ, al-Husâm, al-Yamânî, al-

‘Adb, al-Qâti merupakan nama-nama al-Saif (pedang) yang menunjukan

30

Emil Badi‟ Ya‟kub, Mausû’ah Ulûm al-Lugâh al’Arâbiyah, h. 299-300.

Page 41: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

25

setiap dari nama-nama tersebut sesungguhnya ialah sifat-sifat khusus

kata al-Saif. Kata al-Saif terganti dengan sifat-sifatnya tersebut yang

kemudian menunjukan bahwa sifat-sifatnya adalah al-Saif itu sendiri.

6. Sesungguhnya banyak dari kosakata yang hakikatnya bukan benar-benar

sama. Akan tetapi setiap darinya memiliki keadaan yang khusus

kemudian menunjukan perbedaan konteks yang dimiliki setiap kata

sehingga terlihatlah perbedaan antara satu dengan lainnya. Seperti kata

kerja ramaqa, lahaza, hadaja, syafana dan ranâ. Dari kesekian kata yang

menunjukan persamaan pada kata kerja nazara (melihat) sesungguhnya

memiliki ciri khasnya masing-masing yakni memiliki konteks yang

berbeda. Ramaqa menunjukan pada penglihatan yang menggunakan

kedua mata, lahaza menunjukan pada cara memandang dari samping

telinga atau melirik, hadaja bermakna melihat dengan mata yang

terbelalak, syafana menunjukan pada cara melihat dengan takjub san

ranâ adalah memandang dengan kedamaian atau ketenangan.

7. Banyaknya lembaran-lembaran dalam kitab-kitab bahasa Arab masa

lampau yang ditulis dengan tulisan Arab (khat al-‘Arabi) terbebas dari

tanda atau syakl.31

31

Ahmad Toib, “Mutarâdif dalam al-Qur‟an Studi Kata Ṯayyib dan Hasan dalam Tafsir

al-Bahr al-Muhiṯ,” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 13

Page 42: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

26

D. Urgensi Mengetahui Tarâduf dalam al-Qur’an

Penafsiran makna-makna yang terkandung dalam kitab suci al-qur‟an

berbeda dengan penafsiran atas tulisan-tulisan yang ditulis manusia. Untuk

menghindari kesalahan dalam penafsiran, dan agar tujuan diturunkannya wahyu

tersebut tercapai, maka Allah menugaskan utusan-Nya untuk menjelaskan pesan-

pesan tersebut kepada manusia. Hal ini termaktub dalam QS. al-Nahl : 44.

بالب ي ن اتو الز ب إل يهمو ل ع ل ه مي ت ف ك ر ون للن اسم ان زل لت ب ني الذكر رو أ ن ز لن اإل يك

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan

kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah

diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.

Ulumul Qur‟an suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan

yang sangat luas. Ulumul Qur‟an meliputi semua ilmu yang berkaitan dengan al-

Qur‟an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu

bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan I‟rab al-Qur‟an. Ilmu-ilmu tersebut dalam

definisi ini berupa ilmu tentang sebab turun ayat al-Qur‟an, urutannya,

pengumpulannya, penulisannya, qiraatnya, tafsirnya, kemukjizatannya, naikh dan

mansukhnya, ayat-ayat makiyyah dan madaniyah, ayat muhkamah dan

mutasyabihahnya.32

Selain itu masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di

dalamnya, untuk mempelajari ayat-ayat al-Qur‟an salah satunya yaitu mengetahui

32

Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟I, Ulumul Qur’an I (Bandung: Pustaka Setia, 2000),

h. 17

Page 43: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

27

dan mempelajari ada atau tidaknya tarāduf dalam al-Qur‟an untuk memecahkan

rasa penasaran bagi para cendikiawan muslim.

Dari sekian bahasan ilmu-ilmu al-Qur‟an, tidak sedikit para pengkaji al-

qur‟an yang mengesampingkan penelitiannya terhadap persoalan kesamaan kata

(tarâduf) dalam al-Qur‟an, padahal ini merupakan fenomena yang terjadi dalam

bahasa arab, bahkan tidak menutup kemungkinan terdapat hampir di seluruh

bahasa yang ada di bumi.33

Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui apa perbedaan dari

makna-makna yang terdapat pada al-Qur‟an. Apabila diamati lebih mendalam

eksistensi tarâduf dalam al-qur‟an maka dipahami bahwa kedudukannya pasti

sangat penting. Hal ini terutama bagi para mufassir di dalam menafsirkan ayat-

ayat al-Qur‟an. Dimana lafadz-lafadz di dalam ayat-ayat al-Qur‟an itu, walaupun

memiliki makna dasar, namun ia mempunyai makna-makna lain sesuai dengan

konteks ayat dan penggunaan al-Qur‟an terhadap lafadz tersebut.

33

Ahmad Fawaid, “Kaidah Mutarâdif al-Fâẓ dalam al-Quran”, Jurnal Mutawatir, IAIN

Nurul Jadid Probolinggo, Vol. V (01 juni 2015): h.144

Page 44: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

28

BAB III

PENAFSIRAN KATA "KHALAQA-JA'ALA" DAN "KHAUF-KHASYYAH"

DAN OBJEKNYA DALAM AL-QUR'AN

A. Kata Khalaqa dan Ja’ala

1. Kata Khalaqa

Dalam Mu‟jam Maqâyîs al-Lugah disebutkan kata yang terdiri dari huruf

kha, lam dan qaf mempunyai dua makna dasar, yaitu: penetapan sesuatu

dan kehalusan sesuatu . Khalaqa dalam bahasa arab

memulai sesuatu dari perumpamaan yang tidak didahului olehnya, dan setiap

sesuatu Allah menciptakannya, maka pemulaiannya setiap selain

perumpamaan yang didahului olehnya.1 Kata khalaqa menunjukkan

kemahakuasaan dan kehebatan ciptaan Allah yang tiada taranya.2 Kata

khalaqa terdapat 266 pengulangan dalam al-Qur‟an.3 Penulis akan membagi

kata khalaqa sesuai dengan objeknya.

Tabel 3.1: Objek Kalimat kata Khalaqa dan Ja‟ala

No Objek

Surah dan Ayat dalam Al-Qur‟an

Khalaqa Ja‟ala

1 Ibnu Manzur, Lisan al-„Arâb (Kairo: Al-Mu‟assasah al-Misriyyah al-„Ammah), h.1243

2 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati,

2007), h. 458. Cet. 1 3 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras li al-Fadz al- Qur‟ân al-karim,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1987), h.241

Page 45: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

29

1. Penciptaan Langit dan

Bumi

al-Baqarah [2]:

29, al- An‟am [6]:

1, 73, 101; al-

A‟raf [7]: 54; At-

Taubah [9]: 36;

Yunus [10] :

3,5,6; Hud [11]:

7; Ibrahim [14]:

19, 32; An-nahl

[16]: 3, 81; Al-

Isra [17]: 99;

Thaha [20]: 4; Al-

Furqan [25]: 59;

An-Naml [27]:

60; Al-

Ankabut[29]: 44,

61; Ar-Rûm [30]:

8; Luqman [31]:

10,11,25; As-

Sajadah [32] : 4;

Yasîn [36] : 81;

Az-Zumar [39]: 5,

38; Fushilat [41]:

9; Az-Zukhruf

[43]: 9; Al-

Jatsiyah [45]: 22;

Al-Ahqâf [46]:

33; Al-Hadîd [57]

4; At- Taghâbun

[64]: 3; Ath-

al-Baqarah [2]:

22,Yunus [5]: 5; surah

Thaha [20]: 53; surah

al-Furqon [25]: 61;

surah An-Naml [27]:

61; surah Al-Mu‟minun

[23]: 64; surah Az-

Zukhruf [43]: 10; surah

Al-Mulk [67]: 15; surah

Nuh [71]: 19

Page 46: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

30

Thalâq [65]: 12;

Al- Mulk [67]: 3;

Nuh [71]: 15.

2. Penciptaan Manusia

Al- Baqarah [2]:

228; An-Nisa [4]:

10; Al-Maidah

[5]: 18; An-nahl

[16]: 4; Al-

Furqan [25]: 54;

Ar-Rahman [55]:

3, 14; Al-Mulk

[67]: 14; Al-

Qiyamah [75]:

38; Al-Alaq [96]:

2.

As-Sajadah [32]: 8,

Hud [11]: 118.

3.

Penciptaan Mati dan

Hidup

Al-Mulk [67]: 2

4.

Penciptaan Pasangan atau

suami istri

Ar-Rum [30]: 2,

Zukhruf [43]: 12;

An-Najm [53]:

45; surah Yasîn

[36] ayat 36;

surah Asy-

An-Nahl [16]: 71, Al-

A‟raf [7]: 189; surah

Al-Ahzab [33]: 4; surah

Az-Zumar [39]: 6.

Page 47: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

31

Syuara‟ [26] :166.

5. Penciptaan Makhluk Al-Mu‟minun

[23]: 91

6.

Penciptaan laki-laki dan

Perempuan

Al-Lail [92]: 3

7.

Penciptaan Hewan

An-Nur [24]: 45:

Al-An‟am [6]: 97, Al-

Maidah ayat 60, Al-

Maidah [5]: 103, Al-

Mu‟minun [23]: 79.

8.

Penciptaan Jin

Ar-Rahman [55]:

15

9.

Penciptaan Siang dan

Malam

Al-An‟am [6]: 96, Al-

Furqan [25]: 57, 62; Al-

Qashash [28]: 71, 72;

surah Al-Mu‟minun

[23]: 61.

10. Penciptaan Pasangan As-Syuara [26]: 11, Al-

Qiyamah [72]: 39.

Page 48: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

32

11. Penciptaan Gunung Fushilat ayat 10, Ar-

Ra‟d [13]: 3.

12. Penciptaan Surga Al-Furqan [25]: 10

a. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Langit dan Bumi

Salah satunya dalam Qur‟an Surah al-An‟am ayat 1, yang berbunyi:

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi

dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir

mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka”.

Firman Allah “yang telah menciptakan langit

dan bumi.” Allah memberitahukan tentang kekuasaan, pengetahuan, dan

kehendak-Nya.

Allah berfirman, “yang telah menciptakan, yakni menemukan,

mengadakan dan membuat (langit dan bumi).” Sebab kata al khalq (menciptakan)

itu terkadang mengandung makna al ikhtiraa‟ (menemukan atau menciptakan) dan

terkadang pula mengandung makna at-taqdiir (menentukan). Firman Allah

tersebut merupakan dalil bahwa langit dan bumi itu baru. Allah meninggikan

langit tanpa tiang, menjadikannya lurus tanpa kebengkokan, menciptakan padanya

matahari dan bulan sebagai dua tanda kekuasaan-Nya, menghiasinya dengan

Page 49: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

33

bintang-bintang, dan menciptakan padanya awan dan mendung sebagai tanda

kekuasaannya-Nya.4

Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, kata khalaqa/mencipta

bagi langit dan bumi, untuk menekankan betapa hebat dan agungnya ciptaan itu.

Adapun ketika menguraikan tentang gelap dan terang, maka kata yang

digunakannya adalah ja‟ala/menjadikan. ini bukan karena gelap dan terang

dalam kehidupan sehari-hari muncul akibat adanya sesuatu sebelumnya, yakni

tenggelam dan terbitnya matahari, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa

manusia harus dapat meraih manfaat dari kehadiran gelap dan terang. Dari ayat

ini, al-Qur‟an selalu menggunakan kata al-samâwât, yakni bentuk

jamak untuk langit, jika kata itu digandengkan dengan al-ardh/bumi, yang

juga selalu ditampilkan dalam bentuk tunggal.5

Apabila matahari mengirimkan sinarnya, bukanlah matahari itu yang patut

dipuji, melainkan hendaklah pujian diberikan kepada yang menciptakan matahari

itu. Maka semua langit dan bumi itu adalah dia yang menjadikan. Setelah Dia

menjadikan langit dan bumi, ia adakan pula yang gelap-gelap dan cahaya. Maka

disebutkanlah yang lebih dahulu dijadikan ialah semua langit dan bumi, artinya

seluruh alam setelah ada seluruh alam, Allah pun mengadakan yang gelap-gelap,

dan setelah ada yang gelap-gelap, baru Allah menjadikan yang terang, yaitu

cahaya.6

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan langit dan bumi ialah

surah Al-Baqarah [2]: 29, Al- An‟am [6]: 1, 73, 101; Al- A‟raf [7]: 54; At-Taubah

[9]: 36; Yunus [10] : 3,5,6; Hud [11]: 7; Ibrahim [14]: 19, 32; An-nahl [16]: 3, 81;

4 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 912

5 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, jil. 4

6 Hamka, Tafsir al-Azhar (Jakarta: Pustaka panjimas, 1983), h. 111

Page 50: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

34

Al-Isra [17]: 99; Thaha [20]: 4; Al-Furq an [25]: 59; An-Naml [27]: 60; Al-

Ankabut[29]: 44, 61; Ar-Rûm [30]: 8; Luqman [31]: 10,11,25; As-Sajadah [32] :

4; Yasîn [36] : 81; Az-Zumar [39]: 5, 38; Fushilat [41]: 9; Az-Zukhruf [43]: 9; Al-

Jatsiyah [45]: 22; Al-Ahqâf [46]: 33; Al-Hadîd [57] 4; At- Taghâbun [64]: 3; Ath-

Thalâq [65]: 12; Al- Mulk [67]: 3; Nuh [71]: 15.

b. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Manusia

Qur‟an surah al-Rahman [55]: 14

Artinya:

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”.

Firman Allah SWT, dia menciptakan manusia” ketika Allah“ خهق اإلسا

menyebutkan penciptaan alam yang amat besar ini yang terdiri dari langit, bumi

dan segala isinya, yang di dalamnya terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan-

Nya, dia pun menyebutkan penciptaan alam yang kecil. Sesuai dengan .خهق اإلسا

kesepakatan para ahli takwil, maksudnya adalah Adam AS.

Firman Allah SWT, صهصال كانفخار ”.Dari tanah kering seperti tembakar“ ي

artinya tanah kering yang mengeluarkan suara. Diserupakan dengan صهصال

tembikar yang digunakan untuk memasak. Ada juga yang mengatakan bahwa

artinya adalah tanah yang bercampur dengan pasir. Ada juga yang menegatakan

bahwa artinya adalah tanah yang berbau busuk, dari shalla al-lahmu wa ashalla,

artinya apabila daging telah berbau busuk , Dalam surah al-Hijr juga disebutkan

“dari tanah liat kering (yang berasal)dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan

ayat lainnya.semuanya semakna, bahwa Allah SWT mengambil sebagian tanah

bumi, lalu mengadoninya hingga menjadi tanah, kemudian berubah hingga

Page 51: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

35

menjadi seperti lumpur hitam, kemudian berubah hingga menjadi tanah kering

seperti tembikar. 7

Ayat ini menyebut secara khusus penciptaan kedua makhluk yang menjadi

mitra bicara ayat-ayat ini. Allah berfirman: dia telah menciptakan manusia yakni

Adam as. Atau jenis manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan dia

menciptakan jin yakni iblis atau jenis jin dari nyala api yang murni. Maka nikmat

tuhan pemelihara kamu wahai manusia dan jin yang manakah yang kamu berdua

ingkari. Kata shalshal adalah tanah kering yang bila diketuk akan terdengar

bersuara. Al-qur‟an menyebut berbagai materi penciptaan manusia.8

Bahwasanya asal semula manusia terjadi ialah dari tanah, yaitu tanah liat,

dan tanah itu disaring lagi sampai kering laksana tembikar. Di sini pun dapat

difikirkan betapa Rahman-Nya ilahi terhadap kita. Dari tanah liat yang disaring

halus sampai menyerupai tembikar, demikian halus perkembangannya sampai

bisa menjadi manusia. Dalam ayat-ayat yang lain dijelaskan pula berkali-kali

bahwa kejadian itu melalui mani, dari mani berpadu menjadi nuthfah, menjadi

„alaqah, menjadi Mudhgah; segumpal air, segumpal darah, segumpal daging, dan

dari daging itu tumbuh menjadi manusia.

Maka segala yang diciptakan oleh tuhan itu, dalam peningkat proses

kejadiannya, selalu dalam cara yang indah sekali.9 Surah lainnya yang mempunyai

objek penciptaan manusia ialah surah Al- Baqarah [2]: 228; An-Nisa [4]: 10; Al-

Maidah [5]: 18; An-nahl [16]: 4; Al-Furqan [25]: 54; Ar-Rahman [55]: 3, 14; Al-

Mulk [67]: 14; Al-Qiyamah [75]: 38; Al-Alaq [96]: 2.

7 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 532

8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, j. 4, h. 504

9 Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 188

Page 52: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

36

c. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Mati dan Hidup

Qur‟an Surah Al-Mulk[67]: 2

Artinya:

“yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di

antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun”.

Firman Allah Ta‟ala: وث وانحياة yang menjadikan mati dan“ انذي خهق ان

hidup” menurut satu pendapat, makna firman Allah ini adalah: Dia menciptakan

kalian untuk kematian dan kehidupan, maksudnya, untuk kematian di alam dunia

dan kehidupan di akhirat.

Kematian lebih dulu disebutkan daripada kehidupan, sebab kematian itu lebih

identik dengan pemaksaan, sebagaimana anak perempuan lebih dulu disebutkan

daripada anak laki-laki. Dimana Allah berfirman: “dia memberikan anak-anak

perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Asy-Syuuraa:[42]: 49.

Menurut satu pendapat, Allah lebih dulu menyebutkan kematian karena kematian

itu memang lebih dulu. Sebab segala sesuatu itu pada mulanya berada dalam

hukum kematian, seperti sperma, tanah dan yang lainnya.10

Allah yang menciptakan mati dan hidup. Tetapi tentu timbullah pertanyaan,

mengapa di dalam ayat ini maut yang disebut terlebih dahulu, kemudian baru

disebut hayat. Tujuannya sebagai peringatan kepada manusia bahwa hidup ini

tidaklah berhenti di dunia ini saja.ini adalah peringatan kepada manusia agar

mereka insaf.

Seperti hadis yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari qatadah, bahwa

Rasulullah Saw. dan dirawikan pula oleh Ma‟mar dari Qatadah juga.

10

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 6

Page 53: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

37

“yakni asal kita lahir ke dunia, sudahlah berarti bahwa kita telah pasti mati, sebab

kita telah menempuh hidup, dan diantara waktu hidup dan mati itulah kita anak

Adam menentukan nilai diri. Maka diantara hidup dan mati itulah kita kita

mempertinggi mutu amalan diri, berbuat amalan yang terlebih baik atau

bermutu.”11

Menurut tafsir Al-Misbah kematian manusia dalam pentas bumi ini bukanlah

ketiadaan. Ia masih wujud tetapi berpindah ke alam lain. Itulah salah satu yang di

isyaratkan oleh kata menciptakan kematian. Ada juga yang memahami mati dalam

arti ketiadaan wujud. Yang memahami demikian, memahami ayat di atas dalam

arti Allah menciptakan sebab-sebab kematian.12

d. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Pasangan atau suami istri

Surah Ar-Rûm[30]: 21

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untuk kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Ayat ini menguraikan pengembangbiakan manusia serta bukti kuasa dan

rahmat Allah dalam hal tersebut. Ayat tersebut membuktikan dengan menyatakan

bahwa: Dan juga di antara tanda-tanda kekuasaanny-Nya adalah Dia menciptakan

secara khusus pasangan-pasangan hidup suami dari jenis sendiri, supaya tenang

dan tentram, demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir

11

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.9 12

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, j. 4, h.343

Page 54: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

38

tentang kuasa dan nimat Allah. Dalam ayat ini menunjuk kepada penciptaan

pasangan serta dampak yang dihasilkannya sebagai âyât yakni banyak bukti-buki

bukan hanya satu atau dua. 13

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan pasangan ialah surah Az-

Zukhruf [43]: 12; An-Najm [53]: 45; surah Yasîn [36] ayat 36; surah Asy-Syuara‟

[26]: 166.

e. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan makhluk

Surah Al-Mu‟minun Ayat 91

Artinya:

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada

Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-

masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian

dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha suci Allah

dari apa yang mereka sifatkan itu”.

f. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan laki-laki dan Perempuan

Surah Al-Lail [92]: 3

Artinya:

“Dan penciptaan laki-laki dan perempuan”.

Menurut tafsir Al-misbah karya M. Quraish Shihab; Jantan dan betina dikenal

pada manusia dan semua binatang mamalia. Kedua jenis ini pada mulanya adalah

nuthfah di dalam Rahim. Yang dari satu pertemuan antara sel kelamin dan indung

13

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, j. 4, h. 33

Page 55: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

39

telur. Mengapa hasilnya berbeda da laki-laki dan perempuan. Jika demikian pasti

ada pencipta yang maha kuasa yang mengatur dan menetapkannya.14

g. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Hewan

Surah An-Nur [24]: 45

Artinya:

“Dan Allah Swt. telah menciptakan semua jenis hewan dari air,

Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan

sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan

dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

“Allah Swt. telah menciptakan semua jenis hewan dari air”. Maksudnya

adalah dari nuthfah (air mani). Mak sebagai dari hewan itu ada yang berjalan

diatas perutnya seperti ular. Dan Allah Swt. telah menciptakan semua jenis hewan

termasuk manusia dan yang lainnya. Allah kemudian berfirman “maka sebagian

dari hewan itu, karena berkumpul dan bercampurnya jenis manusia, binatang

ternak, dan yang lainnya.15

h. Kata khalaqa yang mempunyai objek Penciptaan Jin

Surah Ar-Rahman [55]: 15:

14

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, j. 4, h.

313 15

al-Tabar , Tafs r al- Tabar , h. 221

Page 56: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

40

Artinya:

“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api”

Allah menciptakan jin dari nyala api, yaitu api yang bercampur satu sama

lain, antara merah, kuning, dan hijau. Contohnya adalah perkataan mereka,

“urusan suatu kaum tercampur.” Serta dari perkataan Nabi Muhammad SAW

kepada Abdullah bin Amr, “Dan apa yang kau lakukan jika engkau berada

diantara orang rendahan yang telah tercampur janji-janji dan amanah mereka.”

Itulah gejolak dan lidah api.16

Karena jin terbuat dari api yang memiliki unsur

panas untuk menguap. Gas seluruhnya lebih ringan dari pada udara, hingga ia

dapat terbang dan bergerak di udara. Selain itu mudah dan dapat mengubah

dirinya menyerupai makhluk jasad kasar yang dapat terlihat oleh mata manusia.17

2. Kata Ja’ala

Kata ja‟ala (جعم) yaitu huruf jim,‟ayn dan lam yaitu kalimat yang tidak

kurang dan tidak ada yang menyerupai selainnya18

. menciptakan atau menjadikan

dari sesuatu, sesuatu yang lain karena itu kata ja‟ala membutuhkan dua objek.

Tidak jarang ditemukan kata ja‟ala hanya menggunakan satu objek, ketika itu ia

semakna dengan khalaqa.19

Kata ja‟ala menunjukan bahwa penciptaan itu dari

materi yang sudah ada, yakni nafs wâhidat.20

Kata ja‟ala dalam al-Qur‟an disebut 346 kali, terdapat dalam 66 surah.21

16

al-Tabar , Tafs r al- Tabar , h. 368 17

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4, h.

505 18

Abû al-Husein Ahmad ibn F ris ibn Zakariya, Mu‟jam Muqâyîs al-Lugah (Kairo, Mesir:

Maktabah al-19

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam memahami al-Qur‟ᾱ n, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 133, Cet. II 20

M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati,

2007),h. 458. Cet. 1 21

M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata, h. 368. Cet. 1

Page 57: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

41

a. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan bumi dan langit

Surat al-Baqarah [2]: 22:

Artinya:

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia

menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;

karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah Padahal

kamu mengetahui”.

Firman Allah Swt. انذي جعم (Dialah yang menjadikan) di sini maknanya

adalah shayyara, kata kerja yang membutuhkan kepada dua maf‟ul (objek). Bisa

bermakna khalaqa.contohnya firman Allah Swt. بحيزة وال سائبت ي Allah“ يا جعم انه

sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah saaibah.”

(QS.AlMaidah:103) juga firman Allah Swt, اث وانور Dan mengadakan“ وجعم انظه

gelap dan terang.” (QS. Al-An‟aam :1) bisa juga berarti sama. Misalnya firman

Allah Swt. قزآا عزبيا ا إا جعه . بي وانكتاب ان Haa Miim. Demi kitab (Al-Qur‟an)“ حى .

yang menerangkan. Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur‟an dalam bahasa

Arab. (Qs. Az-Zukhruf [43]: 1-3).

Ja‟ala juga bisa bermakna akhadza (mulai). Terkadang ja‟ala hanya tambahan.22

Kata ja‟ala mengandung makna mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah

ada sebelumnya sambil menekankan bahwa yang wujud itu sangat bermanfaat dan

harus diraih manfaatnya, khususnya oleh yang untuknya diwujudkan sesuatu itu,

yakni oleh manusia. Allah bukan hanya menciptakan bumi dan menjadikannya

terhampar tetapi juga menjadikan langit sebagai bangunan/atap.

Thâhir Ibn „Âsyur menjelaskan bahwa memahami makna kata ja‟ala dalam

arti menjadikan yakni mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah ada

sebelumnya- memahaminya – demikian- memberi isyarat bahwa bumi yang

22

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 521

Page 58: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

42

dihuni telah mengalami perubahan dan berpindah dari keadaan yang lain hingga

menjadi seperti sekarang.23

Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan

dan bahwasanya semuanya itu pasti ada yang menciptakan; itulah Allah. Tak

mungkin ada kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu.

Sebab itu maka datanglah ujung ayat mengatsksn tidaklah patut kita menyembah

kepada Tuhan yang lain, selain Allah.24

Surah lainnya yang mempunyai objek

penciptaan bumi dan langit ialah surah Yunus [5]: 5; surah Thaha [20]: 53; surah

Al-Furqon [25]: 61; surah An-Naml [27]: 61; surah Al-Mu‟minun [23]: 64; surah

Az-Zukhruf [43]: 10; surah Al-Mulk [67]: 15; surah Nuh [71]: 19.

b. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan Istri

Qur’an Surah An-Nahl [16]: 72:

Artinya:

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman

kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"

Firman Allah Swt. فسكى أسواجا أ جعم نكى ي Allah menjadikan bagi kamu“ وانه

istri-istri dari jenis kamu sendiri.” Ja‟ala artinya adalah menciptakan, dan telah

dijelaskan di atas فسكى أسواجا أ ”.bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri“ ي

Maksudnya, Adam dan diciptakan darinya Hawa.

23

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.122 24

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 183

Page 59: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

43

Ada yang berpendapat, makna فسكى أ adalah bahwa dari jenismu dan جعم نكى ي

macammu serta sebagaimana penciptaanmu.”25

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah, selain anugrah yang rezeki

Allah juga menjadikan bagi kamu pasang-pasangan dari istri, yakni jenis kamu

sendiri agar kamu dapat merasakan ketenangan hidup dan menjadikan bagi kamu

dari hasil hubungan kamu dengan pasang-pasangan kamu itu, anak-anak kandung

dan menjadikan dari anak-anak itu cucu-cucu baik lelaki maupun perempuan.

Bukan hanya itu, Dia juga memberi rezeki aneka anugerah dan rezeki yang baik-

baik, yakni yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak membawa dampak negatif,

baik berupa benda, pangan dan lain-lain yang memelihara kelanjutan dan

kenyamanan hidup.26

Di dalam hadis-hadis nabi Muhammad Saw. Telah menerangkan bahwasanya

nenek moyang umat manusia Siti Hawa adalah bahagian dari diri nenek nabi

Adam, maka dalam ayat ini dijelaskan, bahwa seorang isteri itu adalah bahagian

dari suami.27

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan istri ialah surah

Al-A‟raf [7]: 189; surah Al-Ahzab [33]: 4; surah Az-Zumar [39]: 6.

c. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan Siang dan Malam

Qur‟an Surah Al-An‟am ayat 96

25

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h.352 26

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.287 27

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.270

Page 60: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

44

Artinya:

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat,

dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan

Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.

Hasan, Isa bin Umar, Hamzah dan Al-Kiasa‟i membaca سكاوجعم انهيم “dan

menjadikan malam untuk istirahat,” tanpa menyertakan huruf alif dan memebaca

kata انيم sengan harakat fathah, sesuai dengan makna فانق didua tempat di atas.

Keduanya bermakna membelah, sebab termasuk perkara yang telah terjadi. Oleh

karenanya diartikan seperti itu. Selain itu, setelahnya adabeberapa fiil madhi (kata

kerja bentuk lampau), yaitu firman Allah Swt, جعم نكى انجوو “Dialah yang telah

menjadikan bintang-bintang bagimu. (QS. al-An‟am: 97).28

Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya terhadap sesuatu yang bersifat material

dan berada di bumi, kini melalui ayat ini di jelaskan kekuasaan-Nya terhadap

benda-benda langit, yakni bahwa Dia menyingsingkan pagi agar makhluk dapat

bergerak dengan bebas dan menjadikan malam gelap untuk menyediakan waktu

beristirahat.

Setelah menyebut gelap terang disebutnya penyebab gelap dan terang itu dan

di nyatakannya bahwa, dan Allah juga yang menjadikan matahari dan bulan

beredar berdasar perhitungan yang sangat teliti, memancarkan cahaya dan sinar

dan menyilihgantikan malam dan siang. Yang demikian itu bertujuan untuk

menjadi perhitungan waktu untuk semua.29

Menurut tafsir al-Azhar karya hamka, Ayat di atas, jka diperhatikan belah

atau rengkahnya buah-buahan dan biji-bijian. Dari memperhatikan yang halus itu

28

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 114 29

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.204.

Page 61: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

45

dengan kesimpulan, bahwa Allahlah pembelah buah dan biji itu. Setelah menekur

melihat buah dan biji, menengadah melihat kesebelah timur di kala malam akan

berganti dengan siang. Orang yang taat bangun subuh untuk mengerjakan

sembahyang subuh, hampir tiap pagi dapat memperhatikan bagaimana waktu

subuh itu terbelah. Tadinya malam gelap gulita. Kemudian kelihatanlah di sebelah

timur cahaya fajar mmbelah kegelapan malam, sebab matahari telah dekat terbit.

Waktu itu bernama subh, dan waktu itulah muslim yang taat tiba saat

mengerjakan sembahyang subuh. Waktu subuh ialah dari mulai fajar membelah

malam sampai matahari terbit. Maka Allahlah yang emmbelah subuh itu, dengan

peredaran Falaq, bumi mengelilingi matahari. “Dan telah dia jadikan malam itu

tenang.” Semua kita dapat merasai ketenangan malam, karena manusia dan

margasatwa pun istirahat. Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan siang

dn malam ialah surah Al-Furqan [25]: 57, 62; Al-Qashash [28]: 71, 72; surah Al-

Mu‟minun [23]: 61.

d. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan Pasangan

Surah Asy-Syura ayat 11:

Artinya:

“(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis

kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-

pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.

Page 62: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

46

tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha

mendengar dan melihat”.

Allah telah menjadikan bagi manusia dari jenis sendiri pasang –pasangan baik

sebagai lelaki (suami) maupun perempuan (istri) dan menjadikan pula dari jenis

binatang ternak pasang-pasangan untuk masing-masing binatang, baik jantan

maupun betina. Sehingga manusia dan binatang-binatang itu dapat melanjutkan

keturunan.30

Allah memberi pasangan untuk manusia ,yaitu dengan menciptakan Hawa

dari tulang rusuk Adam, maka wanita berasal dari laki-laki, dan Dia menjadikan

binatang ternak berpasang-pasangan pula; seperti domba dua jenis, sapi dua jenis,

jantan dan betina, serta setiap jenis berpasangan seperti ini.31

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan siang dan malam ialah

surah Al-Qiyamah [72]: 39.

e. Kata Ja’ala yang Mempunyai Objek Penciptaan Hewan

Surah Al-Maidah [5] ayat 60:

30

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4, h.

468 31

al-Tabar , Tafs r al- Tabar , h. 825

Page 63: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

47

Artinya:

“Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang

orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu

disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di

antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)

menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih

tersesat dari jalan yang lurus”.

Dalam ayat ini apakah bentuk rupa mereka yang dijadikan atau diubah

menjadi kera atau hati dan pikiran mereka saja. Karna binatang yang ditunjuk oleh

Allah Swt. Itu Kera adalah satu-satunya binatang yang selalu terlihat auratnya.

Sementara orang yahudi yang dikecam oleh al-Qur‟an. Karena tidak tunduk dan

taat kecuali dijatuhi sanksi atau ancaman., selanjutnya Babi adalah binatang yang

tidak memiliki sedikitpun rasa cemburu, sehingga walau betinanya ditunggangi

oleh yang lain. Ini juga merupaka sifat dari sebagian orang yahudi. Tidak adanya

cemburu walau istrinya berdansa dengan pria lain.32

Dari tafsir lain di sebutkan bahwa yang dijadikan kera dan babi, maksudnya

adalah murka Allah yang diberikan kepada mereka dengan merubag bentuk

mereka menjadi kera dan babi, yang menjadikan mereka hina dan tertimpa

bencana di dunia. 33

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan siang dan malam ialah surah

Al-Maidah [5]: 103; surah Al-Mu‟minun [23]: 79.

32

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4, h.

141 33

al-Tabar , Tafs r al- Tabar , h. 160

Page 64: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

48

f. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan Manusia

Surah As-Sajadah ayat 8:

Artinya:

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang

hina”.

Manusia diciptakan dari saripati airmani yang diremehkan bila dilihat

kadarnya atau menjijikan bila dipandang, atau lemah, tidak berdaya karena

sedikitnya. Ayat ini melukiskan sekelumit dari substansi manusia.34

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan Hewan ialah surah Hud

[11]: 118.

g. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan Gunung

Surah Fushilat ayat 10:

Artinya:

“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di

atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar

makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu

sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

Allah yang mnjadikan di bumi itu gunung-gunung yang kukuh di atasnya

agar bumi yang terus beredar itu tidak oleng, dan ia juga memberkahinya yakni

melimpahkan aneka kebajikan sehingga ia dapat berfungsi sebaik mungkin dan

34

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4, h.

183

Page 65: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

49

dapat menjadi hunian yang nyaman buat manusia dan hewan.35

Surah lainnya

yang mempunyai objek penciptaan Gunung ialah surah Ar-Ra‟d [13]: 3.

h. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan surga

Surah Al-Furqan ayat 10 :

Artinya:

“Maha suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya

bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang

mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu

istana-istana”.

Allah Swt. Akan menjadikan di surga taman indah, mengalir dibawahnya

mengalir sungai-sungai yang jernih airnya, dan bukan Tuhan sanggup

membuatkan Nabi Muhamad Istana. Karena semua hal itu tidak akan emnjamin

akan mengubah fikiran orang yang tadinya telah dimulai dari awal.36

i. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan binatang

Surah Al-An‟am ayat 97:

35

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4, h.

381 36

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 260

Page 66: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

50

Artinya:

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar

kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.

Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami)

kepada orang-orang yang mengetahui”.

Ayat ini berbicara tentang bintang-bintang serta manfaatnya untuk manusia.

Dan Allah lah yang menjadikan bagi manusia bintang-bintang yang memancarkan

cahayanya ke bumi dengan tujuan antara lain agar menjadikannya petunjuk dalam

keglapan di darat dan di laut. Telah dijelaskan secara rinci dan dengan aneka

ragam dan cara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah kepada kaum, yakni

orang-orang yang mau mengetahui.37

B. Kata Khauf dan Khasyyah

1. Kata Khauf

Kata khauf terdiri dari dari tiga huruf khā (خ), wau (و), dan fâ‟ (ف) adalah

mashdar dari khâfa (خاف), yakhâfu (يخاف), khaufan (خوفا), khīfatan (خيفت),

makhāfatan (يخافت). Adapun bentuk pelaku khauf adalah khāif (خائف), dan bentuk

nahi-nya adalah khaf (خف), yakni dengan huruf kha di fathah. Khiftu minhu

berarti al-faza‟ (انفشع) yang berarti takut atau khawatir, al-qatl (انقتم) yaitu

pembunuhan, al-„ilm (انعهى) yaitu pengetahuan, dan adīmul ahmar (أديى ألحز) kulit

merah yang disamak.38

37

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.211 38

Ibnu Manzur, Lisan al-„Arâb (Kairo: Al-Mu‟assasah al-Misriyyah al-„Ammah), h.

1290-1292.

Page 67: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

51

Di dalam al-Qur‟an kata khauf ada dalam berbagai bentuknya yaitu 124 ayat.

18 ayat menggunakan bentuk fi‟il madhi (kata kerja masa lalu), 60 ayat dengan

bentuk fi‟il mudhari (kata kerja masa kini), satu ayat dengan bentuk fi‟il amr (kata

kerja perintah), 8 ayat dengan bentuk fi‟il nahy (kata kerja larangan) dan 3 ayat

dengan bentuk isim fail (kata pelaku).39

a. Kata Khauf yang mempunyai Objek Kekuasaan Allah Swt.

Surah Al-Baqarah ayat 229:

Artinya:

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak

halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan

kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya

(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak

ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk

menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu

melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka

Itulah orang-orang yang zalim”.

39

M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata, h. 473. Cet. 1

Page 68: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

52

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan Gunung ialah surah Ali

Imran [3]: 175, An-Nisa [4]: 9, Al-Maidah [5]: 23, 108, 28, Al- An‟am [6]: 51,

Al-A‟raf [7]: 205, Al-Anfal [8] 26, Al-Ra‟d [13]: 12, Ibrahim [14]: 14, Al-Nahl

[16]: 50, AlIsra‟ [17]: 59,60, Al-Naml [27]: 10, Al-Rum [30]: 24, Al-Sajdah [32]:

16, 81, Al-Rahman [55]: 46, Al-Hasyr [59]: 16, Al-Jinn [72]: 13.

b. Kata Khauf yang mempunyai Objek Musuh (Quraisy, kaum kafir,

tentara Fir’aun)

Surah An-Nisa ayat 101;

Artinya:

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah

mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang

orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh

yang nyata bagimu”.

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan musuh ialah surah Al-

Maidah [5]: 54, Al-Anfal [8]: 26, Al-Fath [48]: 27, Taha [20]: 21, 67, Al-Syu‟ara‟

[26]: 12, 14, Al-Qasas [28]: 18,33, Al-Naml [27]: 10

c. Kata Khauf yang mempunyai Objek Manusia

Surah Hud ayat 70;

Page 69: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

53

Artinya:

“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,

Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada

mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya Kami

adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth."

Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan manusia ialah surah Al-

Rum [30]: 24, Shâd [38]: 22.

d. Kata Khauf yang mempunyai objek Azab Allah Swt.

Surah Al-baqarah ayat : 38;

Artinya:

“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!

kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang

mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan

tidak (pula) mereka bersedih hati".

Surah lainnya yang mempunyai objek Azab Allah Swt. ialah surah Al-

Baqarah [2]: 62, 112, 114, 262, 274, Ali Imran [3]: 170, Al-Maidah [5]: 69, 94,

Al-An‟am [6]: 48, Al-A‟raf [7]: 35, 49, 59, yunus [10]: 15, 62, Hud [11]: 3, 26,

84, 103, Ibrahim [14]: 14, Al- Nahl [16]: 47, Al-Isra‟ [17]: 57, An-Nur [24]: 50,

Al-Syu‟ara‟ [26]: 135, Al-Ankabut [29]: 33, Al-Zumar [39]: 13, 16, Gafir [40]:

32, Fussilat [141]: 30, Al-Aqâf [46]: 13, [50]: 45, Al-Zâriyat [51]: 37, Al-

Muddassir [74]: 53, Al- Insan [76]: 7, 10, Al-Syams [91]: 15.

Page 70: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

54

e. Kata Khauf yang mempunyai objek Generasi Penerus yang Miskin

Surah At-Taubah [9] ayat 28;

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang

musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam

sesudah tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, Maka Allah

nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia

menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana.”

f. Kata Khauf yang mempunyai Objek Hari Kiamat

Surah An-Nisa [4] ayat 83;

Artinya:

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang

keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau

mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,

tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)

mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[323]. kalau tidaklah

karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut

syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)”.

Page 71: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

55

Selain ayat di di atas, Surah lainnya yang mempunyai objek hari Kiamat

ialah Al- An‟am [6]: 15, Al-Ra‟d [13]: 21, Al-Nur [24]: 37, Al-Zukhruf [43]: 68.

g. Kata Khauf yang mempunyai Objek Cobaan/bencana

Surah Al-Baqarah [2] ayat 114;

Artinya:

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang

menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan

berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke

dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).

mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang

berat.”

Surah lainnya yang mempunyai objek cobaan/bencana ialah Yusuf [12]:

13, Al-Nur [24]: 55,Taha [20]: 77, Al-An‟am [6]: 80, Al-Nahl [16]: 112, Al

Ahzab [33]: 19, Gafir [40]: 26.

h. Kata Khauf yang mempunyai objek Kematian

Surah Al-Baqarah [2] ayat 239;

Artinya:

“Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah

sambil berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman,

Maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan

kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.

Surah lainnya yang mempunyai objek Kematian ialah yunus [10]: 83, Taha

[20]: 45, 46, Al-qasas [28]: 7, 18, Quraisy [106]: 4.

Page 72: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

56

i. Kata Khauf yang mempunyai Objek Syaitan

Surah Ali Imran [3] ayat 175;

Artinya:

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang

menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik

Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah

kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

j. Kata Khauf yang mempunyai Objek Nusyuz

Surah An-Nisa [4] ayat 34;

Artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang

saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya

tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita

yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan

pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari

jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha besar”.

Surah lainnya yang mempunyai Objek Nusyuz ialah An-Nisa [4]: 35, 128.

Page 73: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

57

k. Kata Khauf yang mempunyai Objek Perjanjian

Surah Al-Anfal [8] ayat 58;

Artinya:

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari

suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka

dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berkhianat”.

l. Kata Khauf yang mempunyai Objek Tidak memperoleh keturunan

Surah Maryam [19] ayat 5;

Artinya:

“Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku

sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka

anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera”.

m. Kata Khauf yang mempunyai objek Menyembah selain Allah

Surah Al-An‟am [6] ayat 81;

Artinya:

“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu

persekutukan (dengan Allah), Padahal kamu tidak mempersekutukan Allah

dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah

kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua

golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka),

jika kamu mengetahui?”

Page 74: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

58

Surah lainnya yang mempunyai objek menyembah selain Allah Swt. Ialah

Maryam [19]: 45, Al-Zumar [39]: 36.

n. Kata Khauf yang mempunyai Objek Perlakuan Tidak Adil

Surah An-Nisa [4] ayat 3;

Artinya:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka

(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Surah lainnya yang mempunyai Objek perlakuan tidak adil ialah Taha

[20]: 112, Alsyu‟ara‟ [26]: 12, Al-Qasas [28]: 34.

o. Kata Khauf yang mempunyai Objek Malaikat

Surah Az-Zariyat [51] ayat 28;

Artinya:

“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa

takut terhadap mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan

mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang

anak yang alim (Ishak)”.

Tafsiran Surah Al-Baqarah ayat 229 tentang kata Khauf

Page 75: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

59

Artinya:

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak

halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan

kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya

(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak

ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk

menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu

melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka

Itulah orang-orang yang zalim.”

Firman Allah Swt. ا حدود ا يخافا أال يقي إال أ نه “kecuali kalau keduanya khawatir

tidak akan dapat menjalankan hukumhukum Allah.” Dalam ayat ini Allah Swt

melarang suami mengambil harta kecuali kalau keduanya khawatir tidak dapat

menjalankan hokum-hukum Allah, larangan ini dikuatkan dengan ancaman bagi

yang melampaui batas. Maksudnya hendaknya keduanya menyangka dirinya tidak

sanggup memenuhi hak pernikahan sesuai dengan apa yang telah diwajibkan

kepadanya disebabkan oleh kebencian yang mereka yakini, maka tidak dilarang

bagi istri untuk membayar tebusan dan tidak ada larangan bagi suami untuk

mengambilnya.40

“Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.”

Potongan arti dari ayat ini ditunjukan kepada para hakim atau yang menjadi

penengah antara suami dengan istri.Tidak dapat disangkal, bahwa suami bisa

mengalami kerugian berganda jika istrinya melakukan ulah atau kedurhakaan

kepada Allah dan suaminya kerugian pertama adalah tidak terciptanya kenangan

yang merupakam tujuan kehidupan rumah tangga dan kerugian kedua adalah

40

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 296

Page 76: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

60

hilangnya mas kawin dan uang belanja yang pernah diberikan dalam rangka

melaksanakan perkawinan.41

Kecuali jika keduanya takut bahwa keduanya tidak akan mendirikan bats-

batas peraturan Allah. Ini adalah perceraian yang terjadi karena keduanya sudah

sama insaf bahwa pergaulan mereka tidak akan bias diteruskan lagi. Pihak

perempuan merasa lebih baik bercerai saja, dan pihak laki-laki setuju asalkan

diganti kerugiannya. Pada saat seperti ini tangan ketiga boleh ikut campur

memasuki untuk mencari penyelesaian. Sebab itu di sambungan ayat disebut

“maka jika kamu takut mereka berdua tidak akan mendirikan peraturan-peraturan

Allah, makan tidaklah mengapa atas keduanya tentang apa yang ditebuskansi

isteri dengan dia. Di sini sudah disebut kamu, tidak khusus jadi urusan (mereka)

berdua lagi. Kamu di sini pada tingkat pertama ialah keluarga, dan tingkat terakhir

hakim.42

2. Kata Khasyyah

Khasyyah secara etimologi adalah bentuk mashdar dari fi‟il Madhi Khasyia –

Yakhsya – Khasyyah yang mempunyai arti takut. Ibnu Manzur mengartikan

khasyyah sebagai khauf, yakni rasa takut. Al-Ragib al-Asfahani juga menjelaskan

dengan detail dan spesifik dalam kitabnya Mu‟jam mufradât Alfâẓ al-Qur‟ân,

makna dari kata khasyyah, yaitu rasa takut yang dilandasi dengan sikap

mengagungkan.43

Khasyyah lebih khusus dan lebih tinggi tingkatannya dari pada

khauf, karena khasyyah diiringi dengan ma‟rifatullah, sehingga akan menjadikan

seseorang mendekat terhadap apa yang ia takuti. Kata khasyyah terulang sebanyak

48 kali dalam 20 bentuk dan 24 surat.44

Sebagaimana firman Allah Swt.:

41

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.494 42

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 214 43

Al-Ragib Asfahani, Mu‟jam Mufradât Alfâz al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2004) h.198 44

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfadz al- Qur‟ân al-karim,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1987), h.233

Page 77: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

61

Artinya:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-

Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir [35]: 28).

a. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Kekuasaan Allah Swt

Surah Al-Baqarah ayat [2] 74;

Artinya:

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan

lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang

mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang

terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh

ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-

sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”.

Surah lain yang mempunyai objek kekuasaan Allah Swt. ialah surah Al-

Baqarah [2]: 150, An-Nisa [4]: 9, 77, Al-Maidah [3]: 44, Al-Taubah [10]: 13, 18,

AlRa‟d [13]: 21, Taha [20]: 3, 44, Al-Anbiya [21]: 28, Al-Nur [24]: 52, Luqman

[31]: 37, 39, Fatir [35]: 18, Yasin [36]: 11, Al-Zumar [39]: 23, Qaf [50]: 33, Al-

Hasyr [59]: 21, Al-Mulk [67]: 12, Al-Naziat [79]: 19, 26, Abasa [80]: 9, Al-A‟la

[87]: 10, Al-Bayyinah [98]: 8

b. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Musuh (Quraisy, kaum

kafir, tentara Fir’aun)

Surah Al-Baqarah [2] ayat 150;

Page 78: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

62

Artinya:

“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu

ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka

Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia

atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja).

dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu

mendapat petunjuk”.

Surah lain yang mempunyai objek musuh (quraisy, kaum kafir tentara

fir‟aun) ialah surah Ali Imran [3]: 173, Taha [20]: 77

c. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Berbuat Maksiat

Surah Al-Nisa [4] ayat 25;

Artinya:

“Dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak

cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman,

ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu

miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari

Page 79: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

63

sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan

mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang

merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan

bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya;

dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka

melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo

hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami.

(Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut

kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara

kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.”

d. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Manusia

Surah Al-Nisa [4] ayat 77;

Artinya:

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada

mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang

dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang,

tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada

manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat

dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau

wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan

(kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu

lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat

itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan

dianiaya sedikitpun”.

Page 80: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

64

Surah lain yang mempunyai manusia ialah surah Al-Maidah [5]: 3, 44, Al-

Taubah [10]: 13, Al-Ahzab [33]: 37

e. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Azab Allah Swt

Surah Al-Maidah [5] ayat 52;

Artinya:

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam

hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan

Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana".

Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-

Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka

menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri

mereka”.

Surah lain yang mempunyai objek azab Allah Swt.ialah surah Al-Anbiya

[21]: 49 Al-Mukminun [23]: 57, Fatir [35]: 18.

f. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Generasi Penerus yang

Miskin

Surah Al-Isra [17] ayat 31;

Artinya:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut

kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga

kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang

besar.”

Page 81: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

65

g. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Kikir

Surah Al-Isra [17] ayat 100;

Artinya:

“Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-

perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu

tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat

kikir”

h. Kata Khasyyah yang memiliki objek Perpecahan Umat

Surah Taha [20] ayat 94;

Artinya:

“Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang

janggutku dan jangan (pula) kepalaku; Sesungguhnya aku khawatir

bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara

Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".

i. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Kematian

Surah Al-Nisa [4] ayat 77;

Page 82: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

66

Artinya:

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada

mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang

dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang,

tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada

manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat

dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau

wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan

(kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu

lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat

itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan

dianiaya sedikitpun.”

i. Kata Khasyyah yang mempunyai objek Menyembah selain Allah

Surah Al-Kahfi [18] ayat 80;

Artinya:

“Dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang

mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang

tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran”.

Surah lain yang mempunyai objek menyembah selain Allah Swt. Ialah

surahAl-Taubah [10]: 24.

Tafsiran surat al-Baqarah ayat 150 tentang kata Khasyyah

Page 83: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

67

Artinya:

“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu

ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka

Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia

atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan

agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat

petunjuk”.

Firman Allah Swt, ى ”.Maka janganlah kamu takut kepada mereka“ فال تخشو

Kata khasyyah (takut) sendiri asal maknanya adalah ketenangan dalam hati

yang terbias dari ketakwaan seseorang. Berbeda maknanya dengan kata khauf

(takut), walaupun sama-sama takut tapi kata kedua ini (khauf) biasanya digunakan

untuk perasaan yang ada di dalam hati seseorang karena ia sedang berhadapan

dengan musuhnya atau yang lainnya, yang menyebabkan sekujur tubuhnya

merinding, atau membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Makna ayat ini adalah penghinaan untuk yang selain Allah Swt, juga perintah

untuk memperhatikan segala urusan mereka dan melaksanakan segala perintah

Allah Swt.45

Yaitu orang-orang yahudi yang keras kepala, dan menyembunyikan

kebenaran serta orang-orang musyrik yang mempersekutukan Allah walau

mengaku mengikuti tradisi Nabi Ibrahim as. Mereka semua dikecualikan karena

apapun yang nabi kerjakan dan apapun yang keterangan yang nabi jelaskan

kepada mereka, walau betapapn kuat, dan banyaknya dalil-dalil, pasti mereka

akan tetap mengecam dan mencemoohkan kamu.

45

Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 398

Page 84: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

68

Maka janganlah kamu takut kepada mereka janganlah kamu takut kepada

mereka dan takutlah kepada-ku. Aku akan melindungi kalian dan mematahkan

segala makar mereka.46

Orang yang aniaya yang lidahnya tidak bertulang tentu aka nada saja

bantahannya. Orang-orang yang aniaya dari kalangan yahudi akan berkata:

“dialihnya kiblat ke makkah karena rupanya dia hendak menarik-narik kita atau

telah insaf atas kesalahnnya. Orang munafik di madinah akan berkata: “memang

pendiriannya tidak tetap, sebentar begini sebentar begitu. Maka janganlah

dipedulikan itu semua dan takut akan serangan-serangan yang demikian, tetapi

kepada Aku sajalah takut, kata Allah. perintahKu sajalah yang akan dilaksanakan.

Dan aku sempurnakan nikmatku kepada kamu, dan supaya kamu mendapat

petunjuk.47

Tabel 3.2: Objek kata Khauf dan Khasyyah

No Objek Surah dan Ayat dalam Al-Qur‟an

Khauf Khasyyah

1. Kekuasaan Allah Swt

Al-Baqarah [2]: 229,

Ali Imran [3]: 175,

An-Nisa [4]: 9, Al-

Maidah [5]: 23, 108,

Al-Baqarah [2]: 74,

150, An-Nisa [4]: 9, 77,

Al-Maidah [3]: 44, Al-

Taubah [10]: 13, 18,

46

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, jil. 4,

h.358 47

Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.16

Page 85: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

69

28, Al- An‟am [6]:

51, Al-A‟raf [7]:

205, Al-Anfal [8] 26,

Al-Ra‟d [13]: 12,

Ibrahim [14]: 14, Al-

Nahl [16]: 50,

AlIsra‟ [17]: 59,60,

Al-Naml [27]: 10,

Al-Rum [30]: 24,

Al-Sajdah [32]: 16,

81, Al-Rahman [55]:

46, Al-Hasyr [59]:

16, Al-Jinn [72]: 13.

AlRa‟d [13]: 21, Taha

[20]: 3, 44, Al-Anbiya

[21]: 28, Al-Nur [24]:

52, Luqman [31]: 37,

39, Fatir [35]: 18, Yasin

[36]: 11, Al-Zumar

[39]: 23, Qaf [50]: 33,

Al-Hasyr [59]: 21, Al-

Mulk [67]: 12, Al-

Naziat [79]: 19, 26,

Abasa [80]: 9, Al-A‟la

[87]: 10, Al-Bayyinah

[98]: 8

2.

Musuh (Quraisy,

kaum kafir, tentara

Fir‟aun)

An-Nisa [4]: 101,

[Al-Maidah [5]: 54,

Al-Anfal [8]: 26, Al-

Fath [48]: 27, Taha

[20]: 21, 67, Al-

Syu‟ara‟ [26]: 12,

14, Al-Qasas [28]:

18,33, Al-Naml [27]:

10

AL-Baqarah [2]: 150,

Ali Imran [3]: 173,

Taha [20]: 77

3. Berbuat Maksiat Al-Nisa [4]: 25

Page 86: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

70

4. Manusia

Hud [11]: 70, Al-

Rum [30]: 24, Shâd

[38]: 22.

Al-Nisa [4]: 77, Al-

Maidah [5]: 3, 44, Al-

Taubah [10]: 13, Al-

Ahzab [33]: 37

5. Azab Allah Swt

Al-Baqarah [2]: 38,

62, 112, 114, 262,

274, Ali Imran [3]:

170, Al-Maidah [5]:

69, 94, Al-An‟am

[6]: 48, Al-A‟raf [7]:

35, 49, 59, yunus

[10]: 15, 62, Hud

[11]: 3, 26, 84, 103,

Ibrahim [14]: 14, Al-

Nahl [16]: 47, Al-

Isra‟ [17]: 57, An-

Nur [24]: 50, Al-

Syu‟ara‟ [26]: 135,

Al-Ankabut [29]: 33,

Al-Zumar [39]: 13,

16, Gafir [40]: 32,

Fussilat [141]: 30,

Al-Aqâf [46]: 13,

[50]: 45, Al-Zâriyat

[51]: 37, Al-

Muddassir [74]: 53,

Al- Insan [76]: 7, 10,

Al-Syams [91]: 15.

Al-Maidah [5]: 52, Al-

Anbiya [21]: 49 Al-

Mukminun [23]: 57,

Fatir [35]: 18

Page 87: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

71

6. Generasi Penerus

yang Miskin At-Taubah [9]: 28 Al-Isra [17]: 31

7. Kikir Al-Isra [17]: 100

8. Perpecahan Umat Taha [20]: 94

9. Hari Kiamat

An-Nisa [4]: 83, Al-

An‟am [6]: 15, Al-

Ra‟d [13]: 21, Al-

Nur [24]: 37, Al-

Zukhruf [43]: 68.

10..

Cobaan/bencana

Al-Baqarah [2]: 114,

Yusuf [12]: 13, Al-

Nur [24]: 55,Taha

[20]: 77, Al-An‟am

[6]: 80, Al-Nahl

[16]: 112, Al Ahzab

[33]: 19, Gafir [40]:

26.

Page 88: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

72

11..

Kematian

Al-Baqarah [2]: 239,

yunus [10]: 83, Taha

[20]: 45, 46, Al-

qasas [28]: 7, 18,

Quraisy [106]: 4

Al-Nisa [4]: 77

12. Syaitan Ali Imran [3]: 175

13. Nusyuz An-Nisa [4]: 34, 35,

128

14. Perjanjian Al-Anfal [8]: 58

15. Tidak memperoleh

keturunan Maryam [19]: 5

16.

Menyembah selain

Allah

Al-An‟am ayat 81,

Maryam [19]: 45,

Al-Zumar [39]: 36.

Al-Kahfi [81]: 80, Al-

Taubah [10]: 24

17.

Perlakuan Tidak Adil

An-Nisa [4]: 3, Taha

[20]: 112, Alsyu‟ara‟

[26]: 12, Al-Qasas

[28]: 34.

18. Malaikat Az-Zariyat [51]: 28

Page 89: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

73

BAB IV

IMPLIKASI MAKNA KATA DALAM AL-QUR'AN

A. Tidak Ada Kata yang Sama Artinya

Setelah penulis menelaah kata-kata tarâduf khalaqa-ja‟ala dan khauf-

khasyyah, penulis menemukan bahwa semua kata tersebut tidak memiliki

kesamaan dalam makna maupun fungsi dari masing-masing kata tersebut.

1. Arti Kata Khalaqa dan Ja‟ala

Perumpamaan Al-Ghazali mengenai konsep penciptaan oleh Allah

terkiat urutannya melalui tahapan perencanaan yang menggunakan

ukuran, pembangunan, dan pendesainan. Makna lafadz khalaqa dalam

konsep penciptaan adalah menciptakan sesuatu yang sebelumnya dan

baik.1, dijabarkan pemakaian kata khalaqa dalam al-Qur‟an yang

memiliki pengertian berikut.

Pertama, Apabila objeknya selain semesta, maka kata khalaqa ini

berarti اجياد الشيء من الشيء atau menjadikan sesuatu dari bahan atau

materi yang telah ada. Objek ini ditemuan dalam al-Qur‟an diantaranya

untuk manusia, (Adam dan keturunannya) yang diciptakan Allah dari

materi yang telah ada sebelumnya.2

Kedua, Apabila objeknya alam semesta maka al-Qur‟an tidak

menjelaskan secara rinci apakah ia tercipta dari bahan materi yang telah

ada atau tidak. Sebagaimana QS. al-An‟am [6[: 1 dan 73 serta al-A‟raf

1 M. Quraish Shihab, “Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna Perspektif al-Qur‟an”,

Lentera Hati, Ciputat, Cet.III, 2000. h. 75-79. 2 Lihat QS. al-Rahman [55]:14,QS. al-Hijr [15]: 27. Atau QS. al-Nûr [24]:45.

Page 90: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

74

[7]: 54. Sedangkan Kata ja‟ala diartikan menjadikan atau menciptakan

atau bersifat umum yang dapat digumakan untuk segala perbuatan.3

Sedangkan makna ja‟ala antara lain:

1) Ja‟ala memiliki satu objek, bermakna khalaqa (menciptakan) dan

ikhtaro‟a (membuat atau menjadikan), yakni menjadikan sesuatu

yang belum ada contoh sebelumnya. Sebagaimana dalam QS. al-

An‟am [6]: Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah Swt.

menciptakan gelap dan terang dengan ketiadaan sebelumnya dari

keduanya.

2) Ja‟ala yang berarti menjadikan atau mengadakan sesuatu dari

materi atau bahan yang telah ada sebelumnya. Sebagaimana

dalam QS. al-Nahl [16]: 72, Allah Swt. menjadikan istri-istri

manusia dari jenisnya, yakni manusia yang telah ada sebelumnya.

Dalam QS. al-Rûm [30]: 21 juga ditemukan penggunaan kata

khalaqa dengan ungkapan yang sama sebagaimana QS. al-nahl:

72 di atas. Pada ayat ini Allah Swt. menggambarkan kehebatan

ciptaan Allah serta penciptaan pasangan tersebut. Dengan

penggunaan kata ja‟ala dimaksudkan bahwa proses penciptaan

telah melalui bahan materi yang telah ada sebelumnya untuk

dimanfaatkan dengan baik. Selain berkaitan dengan penciptaan

kata ja‟ala juga terdapat makna lain yaitu ja‟ala yang berarti

menuduh atau berdusta. Arti ini terkandung dalam Qs. al-Hijr

[15]: 91. Ayat ini menunjukkan kedustaan orang kafir terhadap

3 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati,

2007), h. 368.

Page 91: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

75

al-Qur‟an yang dianggap sihir dan dongeng yang dibuat

Rasulullah.

3) Ja‟ala yang berarti mengubah sesuatu dengan mengubahnya dari

suatu bentuk (keadaan) kepada bentuk yang lain. Sebagaimana

dalam QS. al-Baqarah [2]: 22. Dalam ayat ini ja‟ala memiliki dua

objek, yakni bumi dan hamparan. Karena bumi diciptakan Allah

dengan sedemikian rupa, dan kemudian dijadikan hamparan

sebagai tempat tinggal dan selainnya oleh manusia. Ja‟ala yang

diartikan untuk penetapan atau keputusan sesuatu untuk dijadikan

sesuatu QS. al-Qasâs [28]: 7, dan keputusan salah dalam QS. al-

An‟am [6]: 136.

2. Arti Kata Khauf dan Khasyyah

Kata khauf terdiri dari dari tiga huruf khā (خ), wau (و), dan fâ‟

,(خوفا) khaufan ,(خياف) yakhâfu ,(خاف) adalah mashdar dari khâfa (ف)

khīfatan (خيفة), makhāfatan (مخافة). Adapun bentuk pelaku khauf adalah

khāif (خائف), dan bentuk nahi-nya adalah khaf (خف), yakni dengan huruf

kha di fathah. Khiftu minhu berarti al-faza‟ (الفزع) yang berarti takut atau

khawatir, al-qatl (القتل) yaitu pembunuhan, al-„ilm (العلم) yaitu

pengetahuan, dan adīmul ahmar (أدمي ألمحر) kulit merah yang disamak.4

Makna kata khauf adalah faza‟ (takut atau khawatir). Maksud makna

“takut” yang melekat pada kata khauf di sini adalah takut atau khawatir

4 Ibnu Manzur, Lisan al-„Arâb (Kairo: Al-Mu‟assasah al-Misriyyah al-„Ammah), h. 1290-

1292.

Page 92: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

76

karena menduga, menebak dan meyakini bahwa pasti akan terjadi suatu

kejelekan yang menimpa.orang yang mengalami khauf bisa mendekat dan

bisa menjauh tergantung objek. Kata khauf ditunjukkan untuk semua

makhluk selain Allah Swt.

Pelaku atau subjek yang hanya dimiliki oleh kata khauf adalah orang

dzalim, umat Nabi Musa as., Habil, Nabi Ibrahim as., umat Nabi Ibrahim

as., Nabi Nuh as., kaum Muhajirin, Syaitan, Nabi Syu‟aib as., Nabi

Ya‟kub as., umat Nabi Salih as., Nabi Zakariya as., Nabi Hud as., Nabi

Dawud as., Ibu Nabi Musa as., dan kaum Quraisy.

Objek yang dimiliki oleh kata khauf adalah hari kiamat, cobaan dan

bencana di dunia, syaitan, nusyuz, perjanjian, tidak mendapat keturunan,

malaikat dan perlakuan tidak adil.di miliki oleh kata khauf adalah hari

kiamat, cobaan dan bencana di dunia, syaitan, nusyuz, perjankjian, tidak

mendapat keturunan, malaikat dan perlakuan tidak adil.

Khasyyah secara etimologi adalah bentuk mashdar dari fi‟il Madhi

Khasyia – Yakhsya – Khasyyah yang mempunyai arti takut. Ibnu Manzur

mengartikan khasyyah sebagai khauf, yakni rasa takut. Al-Ragib al-

Asfahani juga menjelaskan dengan detail dan spesifik dalam kitabnya

Mu‟jam mufradât Alfâẓ al-Qur‟ân, makna dari kata khasyyah,yaitu rasa

takut yang dilandasi dengan sikap mengagungkan.5

5 Al-Ragib Asfahani, Mu‟jam Mufradât Al-fâz al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2004) h.198

Page 93: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

77

Makna yang selalu melekat pada kata khasyyah adalah takut. Takut

yang dimaksud adalah perasaan takut yang disertai dengan pengagungan

terhadap yang ditakuti, walaupun seorang yang takut adalah orang yang

kuat. Takut terhadap kebesarannya, takut terhadap kekuasaannya karena

pengetahuan seseorang yang khasyyah tentang yang ditakuti sehingga ada

rasa untuk lebih dekat kepada yang ditakuti.

Pelaku atau subjek yang dimiliki oleh kata Khasyyah adalah Nabi

Khidzir, malaikat dan Ulama dan Sedangkan objek yang dimiliki oleh kata

khasyyah adalah berbuat maksiat, kikir, dan perpecahan umat.

B. Relevansi Ungkapan Al-Qur’an Bagi Kehidupan

Al Quran tidak hanya mengandung pokok-pokok ajaran agama yang

meliputi akidah, syariah dan akhlak, yang mengatur hubungan manusia dengan

Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya, tetapi juga

isyarat-isyarat tentang iptek. Semua isi kandungan dalam al-Qur‟an mempunyai

petunjuk dan manfaat bagi seluruh umat manusia begitupun dengan Kata kalaqa,

di sisi lain juga menunjukkan aksentuasi terhadap ke Maha Kuasa-an dan

kehebatan ciptaan Allah Swt. Karena pada hakikatnya sebenarnya ungkapan kata

ini hanya ditunjukan kepada Allah Swt. sebagai al-khalq. dan ia Maha uasa

menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan yang ditentukannya dan

penyesuaian tersebut tidak dapat dijangkau akal manusia. Sebagaimana

diciptaannya Nabi Isa tanpa seorang Ayah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman

Page 94: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

78

bahwa kata ini hanya digunakan untuk segala penciptaan yang pada hakikatnya

tidak dapat dilakukan oleh manusia pada umumnya.6

Dalam kehidupan, masyarakat melakukan kegiatan ataupun moment penting

lainnya tidak terlepas dari ketaatan dan imannya terhadap Allah Swt dan al-

Qur‟an. Contohnya setiap anak yang baru lahir di adakannya Aqiqah, yaitu

dengan tujuan ucapan rasa syukur terhadap ciptaan Allah Swt karena telah

diberikan keturunan untuknya. Surah Al-Furqan ayat 74:

ماما والذين ي قولون رب نا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا ق رة أعي واجعلنا للمتقي إ

Artinya:

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,

anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan

Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam

bagi orang-orang yang bertakwa”.7

Menurut tafsir al-Qurtubi mereka adalah orang-orang yang memohon

kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada

Allah dan menyembah-nya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang

selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk

melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun akhirat.

6 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati,

2007), vol. 3 h. 457 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya (Semarang : 1992), h. 292

Page 95: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

79

Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar peroleh ketrunan yang

tampan, tidak pula yang cantik. Tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat.

Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang ayat ini. Iamenjawab, “makna yang

dimaksud ialah bila Allah memperlihatkn kepada seorang hamba yang muslim,

istri, saudara, dan kerabatnya yang taat- taat kepada Allah. Tiada sesuatu pun yang

lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu,

sudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada allah Swt.

Ibnu juraji telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

anugerahkanlah kepada kamiistri- istri kami dan keturunan kami sebagai

penyenang hati (kami). (al-Furqon: 74) yakni orang – orang yang menyembah-Mu

dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan- perbuatan yang

dilarang.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka

memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk kepada istri-istri mereka

dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu

Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah

menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Abdur

Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan, "Pada suatu hari

kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnu Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki

yang mengatakan kepadanya, 'Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat

Rasulullah Saw. Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat

matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.' Maka Al-Miqdad marah

sehingga membuat diriku terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan

Page 96: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

80

kata-kata kecuali yang baik-baik. Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki

itu seraya berkata, 'Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal

yang digaibkan oleh Allah darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan

dia menyaksikan masa itu (masa Nabi Saw.), apa yang bakal dilakukannya. Demi

Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah Saw., tetapi

Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak

menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya. Apakah kalian tidak

memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian

dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya

percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian;

sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian. Allah

mengutus Nabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh

seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat

adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan

menyembah berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang

membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan

(hak) antara orang tua dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya

untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya

yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak

akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan

ke dalam neraka." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Dan

orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-

istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)

Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya.

Page 97: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

81

Ibnu Qayyim juga menyebutkan bebrapa hikmah di balik syari‟at aqiqah

dan penyembelihan kambing ini, di antaranya:

a. Menghidupkan sunah Nabi

b. Taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah dan syukur kepada-Nya

c. Membebaskan anak bayi dari pergadaian.

d. Penyebbab kebaikan anak, pertumbuhannya, keselamatannya, panjang

umurnya, dan terhindar dari gangguan setan.

Selain itu rasa takut seorang hamba kepada tuhannya bagaimana dia

mengekspresikannnya. Dalam al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa sebelum turun ke

alam jasmani ruh pernah mengadakan perjanjian primordial dengan tuhan untuk

selalu mengingat dan mencintai-Nya. Itulah sebabnya, menurut kalangan sufi,

kerinduan akan tuhan itu sedikit terobati dan hati menjadi tenang ketika seseorang

berdoa dan merasakan keintiman dengan tuhan. Dalam hidup ini tidak ada orang

yang tidak takut akan kehilangan. Bawah sadar seseorang yang menyimpan

rangkaian kenangan pahit masa lalu menuntuk konpensasi dan substitusi.orang

dilanda perasaan takut kehilangan bisa berprilaku aneh-aneh yang semuanya

menunjukkan kepribadian yang tidak matang dan jiwa yang tidak sehat. Bahkan

sejarah pernah mencatat, banyak tragedi sosial-politik yang memakan banyak

korban manusia dan harta semata karena ulah seseorang atau kelompok yang takut

kehilangan kekuasaan yang telah lama dipeluknya. Namun ada juga fenomena

lain, karena seseorang menyadari bahwa betapa sempitnya usia manusia dan

kesempatan berbuat baik, maka kesempatan yang ada dimanfaatkan secara

optimal untuk beramal saleh ataupun menembus berbagai dosa dan kesalahan

Page 98: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

82

masa lalu.8 Dengan beribadah dan beramal secara tidak langsung mendekatkan

diri kepada Allah Swt. karena takut akan keagungannya.

Surah al-Baqarah ayat 155:

ر الصاب لونكم بشيء من الوف والوع ون قص من األموال واألن فس والثمرات وبش رين ولنب

Artinya:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,

dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang

yang sabar.”

Dalam tafsir al-Maraghi menurut Ahmad Mustofa Al-Marghi bahwa,

sungguh allah akan Allah akan menguji dengan aneka ragam percobaan. Misalnya

perasaan takut teradap musuh dan adanya musibah yang wajar terjadi, seperti

kelaparan dan kekurangan buah-buahan (paceklik). Bagi orang yang berimn

kepada Allah, keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun terisolir dri

lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu. Sampai-sampai

karena laparnya, orang-orang beriman jika memerlukan makan hanya cukup

dengan menghisap buah kurma, lalu disimpannya kembali mengingat jangka yang

8 Komarudin Hidayat, Tuhan Begitu Dekat, Menangkap makna-makna Tersembunyi Di

balik Perintah Beribadah, (Jakarta: Paramadina, 2002). h. 25-28.

Page 99: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

83

masih panjang. Terutama sekali ketika mereka berlaga di medan perang Ahzab

dan Tabuk.9

Allah juga menguji mereka dengan terbunuh di medan perang, atau mati

karena sakit. Sebab ketika kaum muslimin melakukan hijrah ke madinah, disitu

terjangkit wabah penyakit panas dingin yang luar biasa.

Ayat di atas memberikan pengertian bahwa iman itu tidak menjamin

seseorang untuk mendapatkan rizki yang banyak, kekuasaan atau tidak ada rasa

takut. Tetapi semuanya itu justru berjalan sesuai dengan ketetuan sunnatullah

yang berlaku untuk hamba-Nya, jika terdapat sesuau musibah, maka musibah itu

tidak dapat dihalangi dan akan menimpanya, tetapi bagi seseorang yang

mempunyai kesempurnaan iman, dan dirinya sudah mempunyai pengalaman

digembleng dalam penderitaan, maka adanya musibah itu akan semakin

membersihan jiwa.

9 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. AnshoriUmar sitanggal, dkk,

(Semarang:Karya Toha Putra, 1993. Th.

Page 100: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada akhirnya saya mengakhiri penelitian dengan menampilkan

kesimpulan dan saran pada bab terakhir ini. Kesimpulan di bab ini merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang diteliti. Sedangkan saran dalam bab ini

memuat berbagai rekomendasi yang ditemukan dalam penelitian ini yang bisa

ditindak lanjuti.

Lafadz khalaqa lebih banyak digunakan dalam penciptaan langit dan bumi

dapat mengandung makna bahwa penciptaan berdasarkan suatu sistem yang Allah

telah tetapkan, yaitu sistem yang sangat rapi. Ja’ala mempunyai satu objek,

berarti khalaqa (menciptakan) dan ikhtara’a (membuat atau menjadikan), yakni

menjadikan, menciptakan, dan membuat sesuatau yang sudah ada sebelumnya.

Sedangkan Khauf adalah perasaan takut yang disertai cemas dan khawatir

terhadap keselamatan diri seseorang, khauf banyak digunakan untuk

menggambarkan adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam, orang

yang mengalami khauf bisa mendekat dan bias menjauh tergantung objek. Kata

khauf ditunjukkan untuk semua makhluk selain Allah Swt.

Kemudian khasyyah, takut yang dimaksud adalah perasaan takut yang

disertai dengan pengagungan terhadap yang ditakuti, walaupun seorang yang takut

adalah orang yang kuat. Takut terhadap kebesarannya, takut terhadap

kekuasaannya karena pengetahuan seseorang yang khasyyah dengan yang

ditakuti, sehingga ada rasa untuk lebih dekat kepada yang ditakuti.khasyyah hanya

Page 101: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

85

dikhususkan kepada Allah Swt.. Karena mereka adalah orang-orang yang

mengetahui akan kekuasaan dan keagungan Allah Swt.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari

bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Sehingga penulis

yakin bahwa penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di

dalamnya. Karena itu penelitian ini sesungguhnya tidak dapat dikatakan telah

selesai, masih banyak hal yang dapat dikaji dari penelitian ini lebih dalam lagi.

Diantaranya yaitu pengkajian secara mendetail mengenai konsep mutarâdif dalam

al-Qur’an. Mengingat banyaknya kata dalam al-Qur’an yang memiliki kesamaan

makna, akan tetapi memiliki perbedaan dari segi penggunaaan kata.

Page 102: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

86

DAFTAR PUSTAKA

Abû Bakr Ibn „Abd al-Qahir Ibn Abd al-Rahman Ibn Muhammad al-Jurjani, Kitab

al-Ta’rifât, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2009.

al-Asfahani, Al-Ragib. Mu’jam Mufradât li Alfaz al-Qur’an Beirut: Dār al-Fikr,

2008

Badan Litbang & Diklat Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu

pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-

qur’ᾱn dan sains (Tafsir ‘ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Qur‟an, 2010

Bakir, Moh. “Konsep Maqâsid al-Qur‟an Perspektif Badi‟ al-Zaman Sa‟id Nursi

(Upaya Memahami Makna al-Qur‟an Sesuai dengan Tujuannya),” Jurnal

Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Vol. I, 01 Agustus 2015.

Baqi, Muhammad Fuad „Abdul. Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadz al- Qur’an al-

karim. Beirut: Dar al-Fikr, 1987.

Bucaille Maurice Dr., Asal-usul Manusia menurut Bibel Al-Qur’an Sains.

Bandung: PT. Mizan, 1986

Bollata, Issa, kata pengantar dalam ‘Aisyah Bint al-Syati’, Tafsir Bint al-Syati’,

terj. Muzakir. Bandung: Mizan 1996.

Chaer, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2013.

Fawaid, Ahmad “Kaidah Mutarâdif al-Fâẓ dalam al-Quran”, Jurnal Mutawatir,

IAIN Nurul Jadid Probolinggo, Vol. V. 01 juni 2015.

Gulen, Muhammad Fetullah. Tasawuf: Untuk Kita Semua, Menapaki Bukit-bukit

Zamrud Kalbu Melalui Istilah-istilah dalam Praktik Sufisme. Jakarta:

Republika, 2013.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka panjimas, 1988.

Hasyim, Muhammad Syarif 2012. Al-‘Ālam Dalam Alquran: (Analisis tentang

Ayat-ayat Penciptaan). Vol. 9, No.1 55-85

Hidayat, Komarudin. Tuhan Begitu Dekat, Menangkap makna-makna

Tersembunyi Di balik Perintah Beribadah, Jakarta: Paramadina, 2002.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012.

Page 103: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

87

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Penciptaan Bumi dalam perspektif Al-

Qur’an dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan MushafAl-

Qur‟an, 2010, Cet. Ke-1.

al-Munajjad, Muhammad Nuruddin, al-Tarâduf fi al-qur’ân al-Karîm Baina al-

Mazâriyah Wa al-Tatbīq, tp.t.th

Manzur, Ibnu, Lisân al-‘Arab. Kairo: Dâr al-Ma‟ârif, t.th.

Ahmad, Syadali dan Rofi‟I, Ahmad, Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka Setia,

2000.

Mukhtar „Umar, Ilm al-Dalalah, cet. Ke-1 Kuwait: Maktabah Dar „Urubah, 1982.

Rahman Fazlur, Tema Pokok Al-Qur’an, terj. Anas Mahyudin. Bandung: PT.

Pustaka, 1996, cet. Ke-2.

Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: PT. Mizan,2007, cet. Ke-1.

Kaidah Tafsir: Syarat Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam

Memahani ayat-Ayat al-Qur’an. Tangerang: PT. Lentera Hati, 2013

“Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna Perspektif al-Qur’an”, Lentera Hati,

Ciputat, Cet.III, 2000.

Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat.

Bandung: PT. Mizan, 1992.

Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, jil. 4, Jakarta: Lentera

Hati, 2002.

Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu`i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung:

PT. Mizan, 1997.

Saleh, Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir al-Qur’an Kontemporer dalam

Pandangan Fazlur Rahman. Ciputat: PT. Sulthan Thaha Press, 2007.

al-Suyuṭi, Jalaluddin, al-Munzir ‘ulûm al-Lugah wa ‘Anwâ’uhâ Kairo: Maktabah

Dâr al-Turas.

Taslaman Caner, Miracle Of The Quran, Keajaiban al-Qur’an Mengungkap

Penemuan-penemuan Ilmiah Modern. Bandung: PT. Mizan 2011, cet. Ke- 2

al-Tabarî, Abû Ja‟far Muhammad bin Jarîr. Tafsir al-Tabarî. Penerjemah Ahsan

Askan. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ya‟qub, Emil badi‟, Mausû’ah Ulûm al-‘Arâbiyah Beirut: Dar al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2006.

Zakarīya, Abū al-husain Ahmad ibn Fᾱris ibn. Mu’jam Maqᾱyīs al-Lughah.

Kairo, Mesir: Maktabah al-Khanji, 1981.

Page 104: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45701/1/SITI NURADNI ADZKIAH-FUF.pdfsesuatu dari yang sudah ada sebelumnya

88

Dari Web:

Namedia, Metodologi Penafsiran Dr. Aisyah Abdurrahman (Bintu Syathi), from

https://milahidayah.wordpress.com/2014/10/01/metodologi-penafsiran-dr-

aisyah-abdurrahman-bintu-syathi/. Pada Tanggal 20 Januari 2018 pukul

11.10.

www.idblognetwork.com, keadilan Al-Khaliq dan Persamaan kepada Keadilan.