skripsi anc
DESCRIPTION
fakTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan bidang kesehatan pada hakikatnya bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan
terjangkau. Salah satu program kesehatan yang digalakkan pemerintah adalah
program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ). Upaya menuju tersedianya standar
pelayanan medik dalam bidang kesehatan maternal dan neonatal telah dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan dalam tahun-tahun terakhir. Pada tahun 1990 WHO
meluncurkan strategi MPS ( Making pregnancy Safer). Tahun 1990 – 1991 Depkes
dibantu WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan Assesment . Save Motherhood dalam
bentuk strategi operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu. Awal tahun
1996 Depkes menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan
reproduksi. Pada pertengahan tahun itu juga, Menperta meluncurkan Gerakan Sayang Ibu yaitu
upaya advokasi dan mobilisasi sosial untuk menclukung upaya percepatan penurunan
angka kematian ibu. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan
kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sexing ticlak
dapat diperkirakai, sebelumnya. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,
pemerintah juga telah menyediakan Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) di
setiap kecamatan dengan pelayanan khusus untuk Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Untuk
memperluas jangkauan pelayanan tersebut tersedia juga Puskesmas keliling, Puskesmas
Pembantu dan Pos pelayanan Terpadu (POSYANDU). (1,2,3,4)
1
Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan
wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat menyebabkan kesakitan dan
kematian pada ibu. Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang perlu perawatan
khusus agar dapat berlangsung dengan balk. Kehamilan mengandung kehidupan ibu dan
janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang mulanya normal secara
tiba-tiba dapat menjadi resiko tingi.(5)
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia menggambarkan rendahnya posisi ibu
dan wanita dalam keluarga, kurangnya perhatian keluarga dan lingkungannya,
kurangnya pendidikan dan pengetahuan kaum ibu untuk dapat mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan bagi diri sendiri dan keluarganya. Selain itu tingginya angka
kematian ibu ini juga menggambarkan kurang memadainya jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat seperti kualitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric serta sistem
rujukan yang umumnya disebabkan oleh hambatan transportasi dan pembiayaan.(6)
Pelayananan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini meliputi
pemeriksaan kehamilan dan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, Serta
mendidik dan memotivasi ibu agar dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan
persalinannya. Pelayanan antenatal ini sebenarnya bukan hanya difokuskan kepada bayi
dalam kanclungan, melainkan juga ditujukan untuk kesehatan sang ibu. Dengan pelayanan
antenatal yang dini, teratur dan komprehensif tentunya dapat mendeteksi sejak dini
kelainan-kelainan dan resiko-resiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga dapat
dicarikan solusi yang tepat guna mengatasi masalah tersebut. (8)
Kontak antara petugas dengan ibu hamil pada saat pemeriksaan kehamilan merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan, sekaligus
2
memberikan kesadaran, pengetahuan serta berbagai informasi tentang tindakan yang harus
dilakukan oleh ibu menuju kehamilan serta persalinan yang sehat. Namun kesempatan
tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan.(7)
Pelayanan antenatal merupakan unsur penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan sekaligus menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi. lbu hamil yang memeriksakan kehamilan secara dini dan teratur
selama kehamilan akan berpengaruh besar kepada ibu dan calon bayi yang akan
dilahirkannya. Pelayanan antenatal bagi ibu hamil mencakup kegiatan 5T yaitu
pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat badan, pemeriksaan tinggi fundus uteri,
pemberian tablet Fe dan pemberian imunisasi TT (8)
Gambaran persen tase cakupan pe layanan Antena ta l (K4) menuru t
kabupaten/kota di Sulsel 2004 sesuai dengan indikator kinerja SPM bidang kesehatan
tercatat sebesar 74,91 %. cakupan ini berada diatas rata-rata nasional (72,62%),
namun bila dilihat menurut kabupaten/kota maka masih terdapat kabupaten/kota yang
berada dibawah rata-rata nasional bahkan berada dibawah rata-rata provinsi. Untuk
wilayah kola Makassar sendiri, cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan barn ibu hamil untuk tahun 2004, cakupan rata-rata pelayanan
sebanyak 21.997 (78,92%) sedangkan jumlah ibu hamil beresiko tinggi sebanyak 5.892
jiwa. (8)
Dengan adanya pengawasan antenatal, faktor resiko dapat ditemukan sedini
mungkin, lalu dilakukan koreksi dan penanganan sehingga dapat menghilangkan atau
memperkecil pengaruhnya terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan anak serta untuk
memelihara pertumbuhan optimal dan perkembanagan ibu dan anak.(9)
3
Dari hasil wawancara awal peneliti dengan tiga subjek penelitian menghasilkan asumsi
yang berbeda-beda tentang antenatal care. Ny Ye, 32 tahun, pendidikan terakhir SMP, gravid 5
paritas 3 abortus 1, telah melakukan antenatal care sebanyak 6 kali di dokter praktek setiap kali
kehamilannya ny.ye selalu memeriksakan kehamilannya ke dokter karena pasien ingin
mengetahui bagaimana keadaan bayinya, untuk mengetahui kapan taksiran persalinnya, untuk
mengetahui bagaimana posisi bayinya.
Ny. H, 34 tahun, pendidikan terakhir SMA, gravid 3 abortus 2, telah melakukan antenatal
care sebanyak 10 kali di puskesmas, ny.H rajin memeriksakan kandungannya dari bulan pertama
mengandung dan kontrol kehamilannya setiap bulan karena pasien takut mengalami keguguran
lagi, karena pasien sudah mengalami keguguran sebanyak 2 kali karena terlalu lelah bekerja
Ny. I, 20 tahun, pendidikan terakhir SD, gravid 1, tidak pernah melakukan antenatal care
di tenaga kesehatan karena pasien tidak mengetahui pentingnya pemeriksaan antenatal care ny. I
juga tidak mengatahui penyakit-penyakit karena kehamilan, jika pasien merasa ada kelainan
pasien pergi ke dukun untuk mencari pengobatan karena mengikuti anjuran orang tuanya yang
karena mengikuti kebiasaan orang tua yang bersalin ditolong oleh dukun beranak.
Rumah Sakit Umum Daerah Haji merupakan salah satu Rumah Sakit yang turut
menunjang, program pelayananan kesehatan ibu dan anak dari berbagai lapisan
masyarakat khususnya yang bermukim di Kotamadya Ujung Pandang dan sekitarnya
serta mempunyai jumlah kunjungan yang cukup tinggi. Selain itu Rumah Sakit Umum
Haji merupakan Rumah Sakit tipe B dan menjadi pusat rujukan dari Rumah Sakit
Kabupaten, puskesmas atau dokter praktek swasta serta berfungsi sebagai Rumah Sakit
pendidikan untuk dokter umum, dokter ahli dan paramedik.
4
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku antenatal care ibu hamil di Rumah Sakit
Umum Haji.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antenatal care ibu hamil di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji ?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan perilaku antenatal care ibu hamil
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku antenatal care ibu hamil
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan perilaku antenatal care ibu hamil
d. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku antenatal care ibu hamil
e. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan ibu dengan perilaku antenatal care
ibu hamil
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu bahan masukan bagi penentu kebijakan pada instansi terkait dalam
menyusun kebijakan pada pelaksanaan antenatal care
2. Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan setempat dalam melaksanakan
pelayanan antenatal
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya
4. Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan pada masyarakat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
Antenatal Care adalah pengawasan ibu hamil pada masa kehamilannya yang perlu
diadakan sehingga, apabila ada tanda-tanda kelainan fisik atau psikologis dapat segera
ditanggulangi untuk menghindari resiko semaksimal mungkin baik bagi ibu maupun
bayi. (9)
Pada setiap wanita hamil, perlu diadakan suatu pengawasan dan pemeriksaan yang
teratur untuk menyediakan kondisi fisik dan mental sebaik-baiknya, serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan sampai kelahiran sehingga post
partum tetap sehat dan normal. Dalam hal ini diperlukan pelayanan antenatal berupa
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga
kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini berarti dalam perawatan antenatal harus
diusahakan agar wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus
sama sehatnya atau lebih sehat, adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini
dan diobati sehingga wanita dapat rnelahirkan tanpa kesulitan serta bayi yang di
lahirkan sehat. (4,7)
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
clipersiapkan langkah-langkah dan pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin
dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga
kesehatan yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin.
(10,11)
6
Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk (10,11)
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan dan kala nifas
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan kala nifas
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut: (11)
1. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2. Pemeriksaan ulang
a. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan
b. Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
c. Setiap satu minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan
1. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah dimanfaatkannya pelayanan antenatal oleh ibu
hamil selama masa kehamilannya dengan melakukan kunjungan kehamilan (K I sampai
K4) secara sistemik dan teratur. (9)
Adapun kunjungan kehamilan itu adalah:
7
KI ( Kunjungan Pertama )
Adalah kunjungan/kontak pertama dengan petugas kesehatan pada trimester pertama
selama masa kehamilan, yang dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. Kegiatannya adalah :
a. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetric dan ginekologi
terdahulu
b. Pemeriksaan fisik: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, bunyi jantun, edema dan lain-
lain
c. Pemeriksaan obstetrik : usia kehamilan, besar uterus, bunyi jantung janin dan pengukuran
panggul luar
d. Pemeriksaan laboratorium: Urin lengkap dan darah (Hb, leukosit dan gula darah)
e. Penilaian status gizi: dilihat dari keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan
atau lingkar lengan atas (LLA)
2. K2 ( Kunjungan Kedua)
Adalah kunjungan/kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada
trimester kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko
kehamilan dan kelainan/carat bawaan.
Kegiatannya adalah
a. Anamnesis : keluhan dan perkembangan yang dirasa oleh ibu
b. Pemeriksan fisik dan obstetric
c. Pemeriksaan dengan USG : besar dan usia kehamilan, aktivitas janin, kelainan atau cacat
bawaan, cairan ketuban dan letak plasenta
8
d. Penilaian resiko kehamilan
e. Pemeriksaan imunisasi TT-1 dan pemberian tablet tambah darah (Fe)
3. K3 (Kunjungan Ketiga)
Adalah kunjungan/kontak ketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
ketiga selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan, juga
untuk melihat aktivitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis. Kegiatannya adalah
a. Anamnesis: keluhan, gerakan janin
b. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (Pemeriksaan panggul dalam khusus pada
kehamilan pertama)
c. Penilaian resiko kehamilan
d. Pemberian TT-2 dan pemberian tablet tambah darah (Fe)
4. K4 (Kunjungan Keempat)
Adalah kunjungan/Kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada
trimester keempat selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama ditujukan kepada
penilaian kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatannya adalah
a. Anamnesis: keluhan, gerakan janin dan lain-lain
b. Pengamatan gerakan janin
c. Pemeriksaan fisik dan obstetrik
d. USG ulang (4,12,13)
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama
hamil. Dinegara berkembang pemeriksaan antenatal dilakukan sebanyak empat kali
9
sudah cukup sebagai kasus tercatat. Pada setiap kunjungan berat badan dan tekanan darah
ibu hamil dicatat, sampel urin pagi dicek untuk keberadaan glukosa dan protein, dan
pertanyaan spesifik ditanyakan sesuai dengan gejala yang timbul. Sesudah 4 minggu,
pemeriksaan perut dilakukan pada setiap kali kunjungan, tinggi fundus di atas simphisis
dicatat, posisi janin dan denyut jantung janin juga dicatat. Satu atau dua minggu sebelum
batas waktu persalinan, pemeriksaan perut diulangi untuk mengevaluasi kembali kapasitas
pelvik dan penurunan kepala janin. (14)
Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan mengenai
kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, perawatan diri selama kehamilan, serta tanda bahaya yang perlu
diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk
menjaga dirinya dan kehamilannya dengan mentaati nasehat yang diberikan oleh
pelaksana pemeriksa kehamilan, sehingga ibu dapat melewati masa kehamilannya dengan
baik dan menghasilkan bayi yang sehat.(15)
Terdapat pula beberapa faktor yang menjadi pengaruh terhadap pemeriksaan
antenatal. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan antenatal tidak terlepas dari perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu
a) Predisposisingfactor, atau faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap dan persepsi yang berhubungan dengan
motivasi kelompok atau individu dalam masyarakat.
b) Enabling factor, atau faktor-faktor pendukung seperti tersedianya fasilitas
kesehatan
10
c) Reinforcingfactor, atau faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam bentuk sikap
dan perilaku dari petugas kesehatan dan petugas lainnya. (4)
B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Perilaku merupakan sesuatu yang kompleks, merupakan resultan dari berbagai aspek internal
maupun eksternal psikologik maupun fisik. Perilaku tidak berdiri sendiri, selalu berkaitan dengan
dengan faktor-faktor lain. Perilaku dapat dipengaruhi oleh lingkungan, pelayanan kesehatan serta
keturunan. Perilaku manusia mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan individu maupun
kelompok masyarakat. Berdasarkan analisis Hendrik L. Blum (1974), menyimpulkan bahwa
faktor perilaku mempunyai peranan penting terhadap tingkat kesehatan setelah faktor
lingkungan. (16,17)
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responder sudah lebih baik lagi
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (17)
11
Perilaku ibu yang baik dapat diamati pada kepatuhan atau keteraturan dalam
mengikuti jadwal antenatal care yaitu:
a) Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2. Pemeriksaan ulang
a. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan
b. Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
c. Setiap satu minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan
3. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Pesan-pesan yang perlu disampaikan kepada ibu dan merupakan perilaku ibu yang
perlu diupayakan secara bertahap setiap kali kunjungan:
1. Kehamilan muda
a) Perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan, dan beberapa gangguan
fisiologis yang akan dialami ibu
b) Makanan bergizi seimbang dalam jumlah yang cukup bagi kehamilannya
c) Perlu makan tablet besi folat setiap hari dan tidak boleh diminum bersama susu, teh
atau kopi karena akan mengganggu penyerapan
d) Kebersihan diri, perawatan gigi dan olahraga ringan
e) Ibu perlu menghindari beberapa hal berikut selama hamil:
1) Berada dekat dengan orang yang sakit atau berpenyakit menular
2) Makan obat tanpa resep dokter
3) Gas yang mengganggu, asap rokok, debu dan zat kimia beracun
12
2. Selama masa kehamilan
a. Upayakan istirahat paling sedikit 1 jam pada siang hari
b. Menjalani masa kehamilan dengan bahagia
c. Makan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
d. Mempersiapkan kedatangan bayi
e. Mempersiapkan diri untuk menyusui bayi-bayi dengan ASI
f. Mempersiapkan persalinan
g. Mempersiapkan kehamilan berikutnya agar tidal terlalu cepat terjadi, paling sedikit
2 tahun setelah persalinan (11)
C. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Antenatal Care
1. Umur Ibu
Seorang ibu secara biologis sudah memasuki usia reproduksinya beberapa tahun
sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan
aman. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kelangsungan kehamilan dan ramalan persalinan. Umur ibu yang aman untuk hamil adalah
antara 20 – 35 tahun. Seorang ibu sebaiknya hamil pertama kali umur 20 tahun karena
pada usia tersebut rahim ibu sudah siap menerima kehamilan dan sudah matang sehingga dapat
merawat bayi dan dirinya. Umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun adalah
resiko tinggi bagi ibu untuk melahirkan.
Bagi ibu yang hamil pada usia lanjut ketika proses faal dalam tubuh telah
mengalami kemunduran, maka hal ini pula akan mempengaruhi keadaan rahim dan
13
peredaran darah yang sudah mengalami pengapuran. Keadaan ini nantinya akan
mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin, yang akhirnya akan menyebabkan
kelahiran dengan Berat badan Lahir Rendah (BBLR). Kebanyakan ibu yang
melahirkan pada usia diatas 35 tahun disebabkan oleh alasan-alasan sangat pribadi, karena
seorang wanita tidak merasa siap sebelumnya. Ibu memandang hal ini sebagi bagian dari
rencana jangka panjang mereka. Beberapa ibu berpendapat bahwa mereka
mengutamakan karirnya sebelum memikirkan anak. Sebagian lagi permulaan
menghendaki anak tetapi keadaan tidak memungkinkan. Pada usia ini bisanya dipandang
sebagai titik yang menentukan dalam kehidupan seorang wanita, saat untuk memulai
kehidupan pribadinya.(18)
Sedangkan ibu yang hamil pada usia yang terlalu muda atau kurang dari 20 tahun,
pertumbuhan alat reproduksinya belum sangat sempurna, dimana masih memiliki
tulang panggul yang kecil sehingga dapat menyebabkan terhambatnya persalinan yang
akan mengakibatkan kematian ibu dan janin. (19)
2. Pengetahuan
Pengetahuan ialah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap
individu setelah ia mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan sejak ia lahir
hingga dewasa. Pengetahuan pada dasarnya bisa didapatkan dari pendidikan formal maupun
informal.
H.M Rusli Ngatimin pada diktat Health Education and Behavior Science,
mengutip pendapat Bloom mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari
cognitiv domain, yang terdiri dari 6 tingkatan penerimaan sesuai inovasi, antara lain :
1. Knowledge, bila yang bersangkutan hanya mampu mengingat secara garis besar apa yang
dipelajari
14
2. Comprehention yaitu tingkat mengetahui secara pokok pengertian tentang pelajaran
yang telah dipelajarinya serta kemampuannya merubah dari bentuk satu ke bentuk lain
atau menginterpretasikan bahan.
3. Application, bila telah mampu menggunakan sesuatu yang diperoleh kepada suatu keadaan
atau situasi baru
4. Analyse, mampu menganalisa hubungan satu bagian dengan bagian lain sehingga dalam
tingkat ini mampu menguasai isi maupun bentuk struktural dari bahan yang dipelajari.
5. Syntese, mampu melakukan sintese atau menyusun kembali sesuatu yang baru
6. Evaluation, dituntut kemampuan untuk melakukan pertimbangan/penilaian dengan
memperhatikan kriteria yang ada.
Jika dikaitkan dengan perilaku antenatal care ibu hamil, maka apa yang
diketahui tentang segala sesuatu yang mendukung ataupun yang menghambat
terhadap antenatal care adalah merupakan pengetahuan yang, dimiliki oleh ibu
mengenai manfaat pemeriksaan antenatal.
Beberapa keadaan yang kurang mendukung terlaksananya perilaku hidup sehat
pada ibu hamil masih banyak ditemukan di masyarakat antara lain: (6)
1. Anggapan keliru bahwa kehamilan merupakan keadaan alami sehingga ibu yang hamil
tidak perlu memeriksakan kehamilannya
2. Belum memadainya pengetahuan ibu hamil tentang pemeliharaan kesehatan
dirinya
3. Adanya hambatan dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan rujukan, baik
karena masalah transportasi, biaya maupun sosial budaya dalam masyarakat.
Pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan antenatal sedikit banyak akan
mempengaruhi perilaku ibu hamil di dalam memilih fasilitas kesehatan untuk
15
memeriksakan kesehatannya. Pengetahuan sangat penting peranannya di dalam
memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap, yang selanjutnya akan diikuti
dengan t indakan di dalam memil ih pelayanan kesehatan yang diyakini
kemampuannya.
3. Paritas
Paritas menandakan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
atau pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain. Makin sering seorang ibu melahirkan atau ibu yang,
multipara merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada ibu hamil. Oleh karena itu ibu
hamil sebaiknya rajin memeriksakan kehamilannya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
akibat persalinan. (20)
Gravida 4 atau lebih (pari tas t inggi) dapat menyebabkan terjadinya
persalianan lama atau terhambat, perdarahan post partum dan juga sepsis. Hal ini disebabkan
kram otot uterus lemah, akibat persalinan yang lalu. Paritas tinggi juga dapat menyebabkan
terjadinya plasenta previa akibat vaskularisasi yang berkurang ,atau perubahan atrofi pada
desidua akaibat persalinan yang lampau. (20)
4. Pekerjaan Ibu
Keseimbangan hidup yang serasi meliputi keseimbangan pendapatan dan belanja
rumah tangga, keseimbangan pengaturan waktu bagi setiap anggota keluarga, keseimbangan
pembagian tugas bagi setiap anggota keluarga sesuai dengan kemampuannya, serta
keseimbangan hidup yang serasi memungkinkan setiap anggota keluarga berperan
optimal dalam kegiatan keluarga, dalam masyarakat, maupun dalam kegiatan
16
pembangunan kesehatan. (20)
5. Kebiasaan Ibu
Dalam kamus Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta kebiasaan diartikan
sebagai sesuatu yang telah biasa (dilakukan) atau aturan (perbuatan) yang lazim atau
dilakukan sejak dahulu kala.
Perilaku antenatal sedikit banyak dipengaruhi oleh kebiasaan ibu dalam
menanggapi kesehatan diri dan keluarganya dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil karena mereka telah terbiasa
meminta pertolongan pada dukun dengan alasan kemudahan karena jarak, pelayanan yang
lebih lama, biaya yang dapat dicicil atau dalam bentuk bahan lain. (2)
6. Jarak Rumah Ke Tempat pelayanan
Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tentu tidak mudah
dicapai. Apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pemakai jasa
pelayanan kesehatan. Jarak mempengaruhi frekuensi kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan. Makin dekat tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan, makin besar
jumlah kunjungan ke pusat pelayanan tersebut (20)
7. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran atau jarak antara 2 kehamilan adalah jarak waktu anak sejak lahir
sampai terjadinya kehamilan kembali. Seorang wanita membutuhkan 2 – 3 tahun jarak
antara kelahiran agar dapat pulih secara fisik dari suatu kehamilan atau persalinan dan
mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Makin pendek jarak antara dua
kehamilan, makin besar pula resiko kematian untuk ibu dan anak terutama jika jarak
tersebut kurang dari 2 tahun, dapat juga terjadi komplikasi dalam kehamilan maupun
17
persalinan seperti anemia berat, partus preterm dan kematian perinatal.
Kehamilan yang berulang menyebabkan keadaan rahim tidak sehat lagi untuk kehamilan
berikutnya pada jarak waktu yang berdekatan. Hal ini dapat dimengerti bahwa setelah
melahirkan, rahim memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan sebelum terisi lagi
oleh janin. Pada waktu melahirkan tidak dapat dihindarkan adanya kerusakan
pembuluh-pembuluh darah pada dinding rahim, sehingga kehamilan yang terlalu dekat
dapat mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin. (20)
BAB III
18
METODE PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sunanto
(2012) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi
strategi, yaitu strategi interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dukumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman dll. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif
partisipan. Penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekedar memahami fenomena tetapi juga
mengembangkan teori.
III.2. Langkah dan Proses Penelitian
III.2.1. Persiapan
a. Melakukan wawancara awal dengan tiga subjek penelitian. Peneliti
melakukan wawancara awal dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
umum alasan penderita pasien melakukan antenatal care. Wawancara awal ini
dilakukan pada hari Ahad, 17 Juli 2013.
b. Menentukan fokus penelitian. Peneliti merumuskan fokus penelitian setelah
melakukan wawancara awal. Dengan adanya fokus penelitian, peneliti akan
lebih terarah dan mudah membuat laporan hasil penelitian.
c. Merumuskan asumsi atau anggapan sementara yang pada akhir penelitian
akan dinilai kesesuaiannya dengan hasil penelitian.
d. Memilih paradigma penelitian sebagai acuan dalam teknik penelitian.
Penelitian ini menggunakan paradigm kualitatif, sehingga dari awal sampai
19
akhir penelitian peneliti akan berada dalam penelitian kualitatif untuk
memperoleh hasil penelitian.
III.2.2. Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth
interview) dengan beberapa responden, sesuai dengan acuan pada metode
penelitian. Terlebih dahulu subjek dijelaskan tentang tujuan penelitian dan
diminta kesediaannya untuk diwawancarai, kemudian mencari waktu dan
tempat yang tepat untuk melakukan wawancara.
b. Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti kemudian menganalisis data
tersebut untuk dijadikan laporan pada akhir penelitian dan disusun secara
sistematis untuk memudahkan tahap penulisan laporan penelitian. Analisis
data dilakukan peneliti setiap saat, terutama setelah memperoleh data baru.
III.2.3. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan
berupa hasil yang sebenarnya yang diperoleh dari lapangan, seperti catata
hasil wawancara dan rekaman yang kemudian digambarkan atau
dideskripsikan ke dalam tulisan.
b. Menarik kesimpulan atas hasil penelitian yang telah diperoleh.
III.3. Metode Pengumpulan Data
20
Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interviews).
Menurut Prabowo (1996) seperti yang dikutip oleh Al-Anshori (2009), wawancara adalah
metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden. Caranya
adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Menurut Patton (dalam Al-Anshori 2009) dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum,
serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan
mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek
apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan
tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam Al-
Anshori, 2009).
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara
mendalam kepada subjek penelitian yang berisi data pribadi dan pertanyaan tentang alasan
memilih pengobatan alternatif dibandingkan dengan pengobatan medis.
Untuk menjamin jawaban responden mendekati nilai validitas dan realibilitas dilakukan
upaya berupa :
1. Jaminan kerahasiaan identitas subjek penelitian dengan tidak menuliskan nama lengkap
(hanya inisial) dan alamat subjek penelitian.
2. Memberikan penjelasan sebelum wawancara kepada subjek penelitian.
3. Memberikan waktu yang cukup untuk menjawab dengan jelas setiap pertanyaan yang
diberikan.
21
4. Menciptakan suasana yang nyaman agar subjek penelitian dapat bekerja sama dengan baik.
Selanjutnya setiap jawaban yang direkam dan dicatat diperiksa dan dicocokkan dengan
saksama secara manual. Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian
dan disajikan dalam bentuk naskah.
III.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan
pertanyaan untuk menggali faktor-faktor psikologis yang menjadi alasan pengambilan keputusan
penderita penyakit kronis memilih pengobatan alternatif dibandingkan dengan pengobatan
medis. Adapun alat yang dipergunakan antara lain:
a. Alat perekam
b. Alat tulis
c. Buku catatan
III.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 12-24 Agustus 2013 di RSUD Haji
Makassar.
III.6. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria berikut:
1. Pasien yang hamil..
2. Pasien berusia 18 tahun ke atas.
3. Pasien berdomisili di Makassar.
4. Pasien dalam keadaan sadar, mental sehat, bersedia untuk diwawancarai, dan mampu
berkomunikasi aktif.
22
III.7. Analisis Data
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh dan selanjutnya dikembangkan menjadi asumsi. Asumsi awal yang telah dirumuskan
selanjutnya dicarikan data-datanya secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi sehingga
pada akhirnya dapat diketahui perkembangan asumsi tersebut. Analisis data dilakukan sebelum
memasuki lapangan dan selama di lapangan. Setelah di lapangan, peneliti tidak melakukan
analisis data lagi tetapi hanya memaparkan kesimpulan yang dapat dipahami oleh dirinya sendiri
maupun orang lain (Junaedi, 2011).
Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Junaedi (2011) mengemukakan bahwa
analisis data kualitatid merupakan upaya berlanjut, berulang, dan terus-menerus. Menurut
mereka, ada tiga tahap analisis data, yaitu:
III.7.1. Reduksi Data
Proses reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
III.7.2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan langkah kedua setelah reduksi data dilakukan. Penyajian
data diikuti oleh proses mengumpulkan data-data yang saling berhubungan satu sama lain
melalui wawancara mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data
untuk diolah lebih lanjut sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan.
III.8. Pemeriksan Keabsahan Data
23
Rahardjo (2010) mengutip definisi triangulasi data oleh Norman K. Denkin yang
mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai
untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti
(jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori.
Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data
adalah triangulasi sumber data dan triangulasi teori.
III.8.1. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti
bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen
sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing
cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan
itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal (Rahardjo,
2010).
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil
observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut
pandang yang berbeda (Patton dalam Al-Anshori, 2012).
III.8.2. Triangulasi Teori
24
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement.
Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu,
triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali
pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap
ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan
temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil
yang jauh berbeda (Rahardjo, 2010).
Pada triangulasi teori digunakan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah
dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut (Patton
dalam Al-Anshori, 2012).
III.9. Etika Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti menyertakan surat pengantar
yang ditujukan kepada pihak pemerintah sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Menyediakan lembar berisi persetujuan dan penjelasan prosedur penelitian. Lembar
ini ditandatangani oleh subjek penelitian. Pada lembar tersebut juga dijelaskan
tentang kerahasiaan informasi subjek.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait
sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Departemen Kesehatan RI. Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Ibu
dan Anak. Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga. Jakarta. 1996.
2. Moeloek, FA. Upaya Keselamatan Ibu. dalam Majalah Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Tahun XVIII. No.2. 1989.
3. Biro Perencanaan Depkes RI. Pembangunan Kesehatan Dalam Repelita VI, Dalam
Berita Epidemiologi RI. Februari 1994.
4. Saifuddin, B. Pemeriksaan Obstetri . Dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001.
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar. Proyek
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Propinsi IRJA. 2000.
6. Rai, NK. Perkembangan Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Situasi Terakhir Berta
Visi dan Misi Pernbangunan Untuk dan Masa Depan. Jakarta: Juli 1997.
7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan
Dasar. Jakarta. 1996.
8. Dinas Kesehatan Provinsi SulSel. Profit Kesehatan Provinsi SulSel. Makassar. 2004.
9. Ilyas, J. Mulyati, S. Nurlina, S. Asuhan Keperawatan Perinatal. EGC. Jakarta. 1994.
10. WHO,2012.AntenatalCare.Online.http://www.who.int/gho/maternal_health/
reproductive_health/antenatal_care_text/en/index.html. Diakses 17 Juli 2013
11. Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar2010. Online.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Lapor
n_riskesdas_2010.pdf. Diakses 17 Juli 2013
12. Kemenkes RI.2011a. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
26
KementerianKesehatan.Online.http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/
downloads/2011/12/PEDOMAN-KEMITRAAN-BIDAN-DUKUN .pdf. Diakses 17 Juli
2013
13. Kemenkes RI. 2011b. Lima Strategi Operasional Turunkan Angka Kematian
Ibu
.Online.http://depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/1387limastrategioperasionalturunka
nangka-kematian-ibu.html. Diakses 17 Juli 2013
14. Sarminah, 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care Di
Provinsi Papua Tahun 2010. Skripsi Universitas Indonesia Jakarta. Online. http://
lontar .ui .ac .id / file? file=digital/20296280-S-Sarminah.pdf. Diakses 17 Juli 2013
15. Simanjuntak, Tumiar. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal
di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002. Skripsi Universitas Indonesia Jakarta.
Online. http://eprints.lib.ui. ac.id.Diakses 17 Juli 2013.
16. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. hal: 1, 8, 10,
12-5, 240.
17. Andersen, Ronald M. 1995. Revisiting the behavioral model and access to medical care:
Does it matter?. Online.http://globalhealth.stanford.edu/resources/Revisiting_Behavioral_
Model_ and_Access.pdf. Diakses 17 Juli 2013.
18. Ansariadi, 2011. Trend Cakupan KIA Sulsel. Presentasi pada acara Review, Analisa Cakupan
dan Perencanaan Tahunan Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Makassar 20 Oktober
2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
19. Candra, Siti, dkk. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Antenatal Care
dengan Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Postpartum di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Arjowinangun Kota Malang. Online. http://elibrary.ub.ac.id.Diakses 17 Juli
27
2013
20. Chote, et.al. 2011. Explaining Ethnic Differences in Late Antenatal Care Entry by
Predisposing, Enabling and Need Factors in the Netherlands. The Generation R Study.
Online. http:// download.springer.com/static/pdf/278/art%253A10.1007%252Fs10995-010
06192.pdf?auth66=1351789680_bd76efdc46efb837c2d2d20f3c0734ef &ext=.pdf. Diakses
17 Juli 2013
28