skripsi - metrouniv.ac.idrepository.metrouniv.ac.id/id/eprint/136/1/skripsi 008.fuad.2019.pdf ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERAN DA’I DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
SHALAT BERJAMAAH DI DESA TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
LENI MARDALENA
NPM 1503060092
Jurusan: Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas: Ushuluddin, Adab dan Dakwah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
ii
PERAN DA’I DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
SHALAT BERJAMAAH DI DESA TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh
LENI MARDALENA
NPM 150306092
Pembimbing I : Hemlan Elhany, S.Ag, M.Ag.
Pembimbing II : Dr. Wahyudin, S.Ag, MA, M.Phil
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
PERAN DA’I DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
SHALAT BERJAMAAH DI DESA TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
OLEH :
LENI MARDALENA
NPM 1503060092
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya peran da’i untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan status yang diberikan masyarakat dengan
asusmsi untuk memberikan panutan dan membimbing masyarakat diantaranya
untuk melaksanakan shalat berjamaah. Shalat berjamaah dilakukan karena tidak
mengenal perbedaan kaya dan miskin antara atasan dan bawahan serta suku, ras
dan budaya kesemuanya itu sama dihadapan Allah. Pada kenyataannya ada
masalah-masalah fenomena shalat berjamaah yang terjadi di daerah penelitian
diantaranya masyarakat lebih mementingkan duniawi, tidak mementingkan
akhirat dan menganggap shalat berjamaah tidak terlalu penting. Berdasarkan hal
tersebut yang menjadi tujuan penelitian Skripsi yaitu untuk mengetahui peran da’i
dalam menigkatkan kesadaran shalat berjamaah di desa Trimurjo serta untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah.
Jenis penelitian ini penelitian lapangan (field research) sifat penelitian ini
deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan induktif metode
berfikir yang bersifat khusus dan ditarik kesimpulan bersifat umum.
Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti, peran da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjmaah adalah dengan pendekatan-pendekatan antara lain
Pertama, dengan tindakan yaitu memberikan pemahaman shalat berjamaah yang
disertai dengan tindakan yang nyata seperti mengajak shalat berjamaah. Kedua,
dengan bijaksana yaitu melalui pendekatan kepada masyarakat dengan sikap baik.
Ketiga, kesabaran dalam memberikan nasihat kepada masyarakat dengan cara
yang baik, sehingga membawa perubahan pada masyarakat. Keempat, menjadi
suri tauladan yang baik bagi masyarakatnya dan mampu membawa masyarakatnya
kejalan yang benar.
Adapun yang menjadi faktor pendukung dan penghambat da’i adalah
pertama, faktor pendukungnya adanya dukungan dari masyarakat dan jamaah
yang ikut dalam mengajak masyarakat agar melaksanakan shalat berjamaah di
masjid serta tersedianya fasilitas yang memadai sehingga dapat digunakan dalam
pelaksanaan shalat berjamaah. Kedua, Faktor penghambat di sebabkan karena
kesibukan masyarakat yang mayoritas petani serta faktor individual yang memiliki
sifat keras.
vii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : LENI MARDALENA
NPM : 1503060092
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ushuluddin, Adab, dan Dakwah
Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya
kecuali bagian-bagian tertentu yang di rujuk dari sumbernya dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Metro, 18 April 2019
Yang Menyatakan
Leni Mardalena
NMP 1503060092
viii
MOTTO
Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah:71)1
1 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-Qur’an
Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.198
ix
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan ilmu kepada penulis, penulis mempersembahkan Skripsi
ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus kepada :
1. Kedua orang tua ayahandaku Wardi dan Ibundaku Miswana yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Terima kasih atas semua pengorbanan dan senantiasa berdo’a untuk
keberhasilan penulis.
2. Kakakku Mely Astuti dan adikku Rina Febria Amanda terima kasih atas
do’a dan dukungannya.
3. Dan teman-teman KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) angkatan 2015.
Terima kasih atas segala bentuk bantuan, dukungan dan do’a serta
nasihatnya.
Terima kasih peneliti ucapkan atas keikhlasan dan ketulusannya dalam
mencurahkan cinta kasih sayang dan do’anya untuk penulis. Terima kasih untuk
perjuangan dan pengorbanan kalian semua. Semoga kita semua termasuk orang-
orang yang dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat.
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala (SWT) yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, guna memperoleh
gelar sarjana S.Sos.
Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Dakwah Dr. Mat Jalil, M.Hum, pembimbing I Hemlan Elhany, S.Ag, M.Ag,
pembimbing II Dr. Wahyudin, S.Ag, M.A, M.Phil yang telah memberi bimbingan
penulisan Skripsi yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan
motivasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen
dan Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan sarana
prasarana dalam penulis menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih juga penulis
haturkan kepada sahabat KPI yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan
Skripsi ini. Kritik dan saran demi perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan dan
akan diterima dengan lapang dada. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat
dikembangkan dalam penelitian sebenarnya.
Metro, 26 Juni 2019
Penulis
Leni Mardalena
NPM 1503060092
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................ vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
D. Penelitian Relevan ............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Da’i .......................................................................................... 12
1. Pengertian Da’i ........................................................................... 12
2. Tugas Dan Fungsi Da’i ............................................................... 13
xii
3. Peran Da’i ................................................................................... 17
4. Sifat – sifat seorang da’i ............................................................. 21
5. Sikap seorang da’i ....................................................................... 22
B. Shalat berjama’ah............................................................................... 24
1. Pengertian shalat ......................................................................... 24
2. Pengertian shalat berjama’ah ...................................................... 25
3. Hukum shalat berjama’ah ........................................................... 27
4. Udzur yang dibolehkan tidak shalat berjama’ah
(A’dzar Al-Jama’ah) ................................................................... 31
5. Hikmah shalat berjama’ah .......................................................... 32
6. Kesadaran Dan Ketaatan Dalam Melaksanakan
Shalat Berjama’ah ...................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................... 36
B. Sumber Data....................................................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 38
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ..................................................... 39
E. Teknik Analisa Data .......................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 44
1. Sejarah berdirinya Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah . 44
2. Visi dan Misi DesaTrimurjo Kabupaten Lampung Tengah .......... 47
3. Struktur Organisasi Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah 47
B. Pelaksanaan Shalat berjama’ah di Masjid Nurul Huda ........................ 49
C. Peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjama’ah
xiii
di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah................................... 51
D. Faktor Pendukung dan Penghambat da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah .................................................................................................. 53
1. Faktor pendukung da’i dalam meningkatkan kesadaran
shalat berjama’a........................................................................... 54
2. Faktor penghambat da’i dalam meningkatkan kesadaran
shalat berjama’ah........................................................................... 55
E. Pembahasan ......................................................................................... 56
BAB V SIMPULAN
A. Simpulan .............................................................................................. 59
B. Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel. I Periode kepemimpinan Kepala Desa Trimurjo........................................ 45
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi Kelurahan Trimurjo/ Desa Trimurjo
2. Foto Majid Nurul Huda di Desa Trimurjo
3. Foto Wawancara dengan Sekertaris Desa Trimurjo (Sabar)
4. Foto Wawancara dengan Ustadz (Kasimin)
5. Foto Wawancara dengan Tokoh Agama (Kaulun Ma’ruf)
6. Foto Wawancara dengan Tokoh Agama (Nur Kholik)
7. Foto Wawancara dengan Warga Desa Trimurjo ( Sulam)
8. Foto Wawancara dengan Warga Desa Trimurjo (Masum)
9. Foto kegiatan dzikir di Musholah Nurul Iman
10. Foto Pelaksanaan Shalat berjamaah
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keputusan (SK) Bimbingan
2. Outline
3. Alat Pengumpul Data
4. Surat Izin Research
5. Surat Tugas
6. Surat Balasan
7. Daftar Narasumber
8. Surat Keterangan Bebas Pustaka
9. Transkrip Wawancara
10. Kartu Bimbingan Konsultasi Skripsi
11. Foto Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran sebagai perangkat yang diberikan para individu untuk
menempati kedudukan sosial tertentu. Pengertian peran bagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan dan di tanamakan sebagai kondisi atau
akibat kedudukan. Peran lebih menunjukkan pada fungsi, menyesuaikan
diri, dan sebagai suatu proses. Masyarakat biasanya memberikan fasilitas
pada individu untuk dapat menjalankan peran.2 Dapat di jelaskan bahwa
peran mengacu pada sekumpulan norma berprilaku untuk mengajak
kebaikan dalam masyarakat. Untuk mengajak kepada kebaikan adalah yang
menjadi tugas mulia pada diri seorang da’i sebagai mana dalam Firman
Allah Swt.
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( Q.S An-Nahl (16)
: 125 )3
2Soekanto, sosiologi suatu pengantar ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 213
3Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-Qur’an
Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.281
2
Ayat diatas dijelaskan agar manusia berbuat sesuai syariat Islam dan
meninggalkan larangannya.Usaha dakwah Islamiyah yang mencakup segi-
segi yang sangat luas, hal tersebut dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien, apabila sebelumnya sudah dilakukan dengan tindakan tindakan
persiapan dan perencanaan secara matang.
Da’i menunjuk pada pelaku dan penggerak (aktivis) kegiatan
dakwah yaitu orang yang berusaha untuk mensyiarkan Islam dalam semua
segi kehidupan baik pada tataran individu, masyarakat, umat, dan
bangsa.4Da’i adalah seorang komunikator yang sifatnya mengajak dan
menyeru manusia kejalan yang benar baik secara langsung maupun tidak
langsung. Da’i berperan sangat penting karena dan harus memiliki
kepribadian yang baik, sehingga dapat member contoh kepada masyarakat
dan menjadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Dakwah Islam harus
terprogramkan secara baik dan dikerjakan sesuai rencana tidak dengan apa
adanya.Dakwah tidak dipahami sebagai kegiatan yang identik berupa
pengajian umum atau memberikan ceramah di atas podium. Esensi dakwah
adalah segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur amar ma'ruf dan
nahi munkar.
Peran da’i adalah seseoang yang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan status yang diberikan oleh masyarakat dengan
tujuan untuk memberikan panutan dan membimbing kepada masyarakat
kejalan yang benar. Peran da’i ditengah- tengah masyarakatsangat penting,
4Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam,
Jakarta: Kencana, 2011, Cet.1, h. 73
3
karena harus mampu menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara
dirinya dan masyarakat.
Da’i harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang semestinya
dilakukan oleh seorang pemimpin. Da’i harus mampu berbicara dengan
masyarakatnya dengan bahasa yang dimengerti. Oleh karena itu, seorang
da’i harus mengetahui dengan pasti tentang latar belakang dan kondisi
masyarakat yang dihadapinya.5 Seseorang di nilai telah berperan, apabila
seorang da’i telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
statusnya.
Masyarakat muslim tidak akan terbentuk jika tidak ada aktifitaas
dakwah. Dakwah merupakan aktivitas yang berfungsi mentransformasikan
nilai nilai Islam sebagai ajaran menjadi kenyataan. Pada masa sekarang
Masjid mengalami pergeseran fungsi dan tidak menunjukkan
kemakmurannya. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang banyak orang
yang membangun Masjid tidak didasari atas dasar taqwa melainkan Masjid
dibangun hanya sebagai pelengkap.
Masjid jika dilihat dari fungsinya adalah tempat untuk bersujud
kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Serta
memberi manfaat bagi jamaah dan masyarakatnya. Tidak hanya bangunan
saja yang menjadi komponen yang harus diperhatikan melainkan beberapa
macam kegiatan-kegiatan yang harus diciptakan karena hal ini bertujuan
5Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , Jakarta: Amzah, 2009, cet.1 h. 69
4
memotivasi masyarakat agar mau melaksanakan shalat berjamaah di Masjid
khususnya bagi warga sekitar.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan telah ditemukan bahwa,
dikalangan masyarakat khususnya di desa Trimurjo jarang sekali melakukan
shalat berjamaah dimasjid. Padahal mereka mengetahui bahwa fungsi
masjid sebagai tempat beribadah tetapi, Kebanyakan dari mereka lebih
mementingkan duniawi saja, tidak mementingkan akhirat, menganggap
shalat berjamaah tidak terlalu penting, kurangnya kesadaran masyarakat
dalam melaksanakan shalat berjamaah, mereka hanya menganggap
melaksanakan shalat saja sudah cukup tidak harus berjamaah. Ustad
mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat jarang sekali yang
melaksanakan shalat berjama’ah dimasjid Nurul Huda terkhusus remaja
yang ada di desa Trimurjo. Ustad berharap masyarakat lebih sadar akan
pentingnya kewajiban shalat berjamah diMasjid. Hakikatnya hukum
melaksanakan shalat berjama’ah itu adalah fardhu’ain atau harus
dilaksanakan oleh laki laki tanpa terkecuali.6
Segala amal ibadah harus dilaksanakan atas panggilan di dalam jiwa,
tanpa ada pengaruh dari siapapun yaitu dilakukan atas dasar kesadaran
sendiri.mengerjakannya secara terus menerus setiap waktu dengan
memusatkan jiwa kepada kebesaran Allah SWT, untuk membiasakan diri
tunduk kepadaNya. Ketika kesadaran diri sudah mulai tumbuh, maka akan
diikuti dengan ketaatan. Dalam shalat berjama’ah membiasakan umat untuk
6Kasimin, Ustad, Desa Trimurjo, Kec. Trimurjo, Kab. Lampung Tengah, Hasil
Wawancara, 05 Agustus 2018
5
bersatu, berkumpul, dan taat kepada pemimpinnya (imam). Shalat jamaah
adalah kepemimpinan dalam skala kecil, karena makmum secara persis
mencontoh dan mengikuti imam yang satu. Di antara hikmah shalat
berjamaah yaitu mempertunjukkan bagaimana sikap kepemimpinan dalam
Islam yang memperlihatkan sikap persamaan derajat dan kepatuhan sebagai
bawahan terhadap atasannya.
Allah berfirman tentang kewajiban shalat berjama’ah.
Q.S Al- Baqarah:43
Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'.(Q.S Al- Baqarah:43)7
Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa maksudnya adalah
memerintahkan orang-orang Yahudi untuk masuk ke dalam Islam dengan
mengerjakan shalat secara benar dan menunaikan zakat.Umat manusia
tergolong orang-orang yang ruku', yakni tergolong ummat Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ada yang menafsirkan ayat “dan ruku'lah beserta orang yang ruku’"
adalah perintah mengerjakan shalat berjamaah dan ada pula yang
mengartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama orang-
orang yang tunduk. Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk
menerangkan wajibnya shalat berjama'ah, yaitu dari ayat "dan ruku'lah
beserta orang yang ruku'", yakni shalatlah beserta orang yang shalat.
7Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-Qur’an
Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.7
6
Disebutnya shalat dengan ruku' menunjukkan bahwa ruku' merupakan rukun
shalat, dan tidak dinamakan shalat jika tidak ada ruku'nya. Disebutkan
bagian dari gerakan shalat, yaitu ruku' untuk shalat menunjukkan wajibnya
ruku'.
Berdasarkan permasalahan di atas dapat penulis jelaskan bahwa
pemahaman masyarakat tentang shalat berjamaah masih kurang dan masih
banyak masyarakat yang belum melaksanakan shalat bejamaah maka dari
itu penulis akan meneliti tentang bagaimana peran da’i agar bisa mengajak
masyarakat supaya dapat meningkatkan kesadaran tentang kewajiban shalat
berjamaah, karena dikalangan sekarang sudah minim sekali yang
melaksanakan shalat berjamaah dimasjid.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengemukakan
Pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah?
2. Apa saja faktor Pendukung dan penghambat da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjama’ah pada masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah.
7
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat da’i dalam
meningkatkan kesadaran shalat berjama’ah pada masyarakat.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Mengembangkan dakwah Islam serta menjadi sumber
referensi bagi penelitian serupa.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian dapat menjadikan pijakan
dan panduan bahwa peran da’i ternyata berpengaruh terhadap
kesadaran masyarakat dalam melakukan shalat berjama’ah.
b. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini
bagi da’i yaitu dapat mengetahui sosial keberagamaan
masyarakat kemudian dapat menerapkan metode yang tepat sesuai
kondisi keagamaan setempat. Sedangkan manfaat bagi
masyarakat yaitu seorang da'i dapat menyampaikan materi
agama dengan benar kepada mad'u,sehingga masyarakat dapat
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai tuntunan Nash dan
Sunnah Rasul.
D. Penelitian Relevan
Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil
penelitian terdahulu (Prior Research) tentang persoalan yang dikaji. Peneliti
mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan
8
dibahas belum pernah diteliti atau berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Berdasarkan dalam penelitian terdahulu terdapat pembahasan mengenai
peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjama’ah. Penelusuran
yang penulis temukan dalam penelitian terdahulu terkait dengan peran da’i
dalam meningkatkan kesadaran shalat berjama’ah sebagai berikut:
1. Peran Dai Dalam Pembinaan Toleransi Kerukunan Antar Ummat
Beragama Di Desa Bukit Ratu Kecamatan Kasui Kabupaten Way
Kanan, oleh IIS ARISKA ( 14411010171), tahun 2018, UIN Raden
Intan Lampung,8Metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu
penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan populasi berjumlah 3
orang dan tokoh agama Hindu 2 orang, sedangkan wakil dari
masyarakat 4 orang dan ada 3 orang dari Hindu, sedangkan informan 1
orang dari kepala desa. Teknik pengambilan data menggunakan metode
observasi wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran Dai dalam
pembinaan toleransi kerukunan antar umat beragama dilakukan dengan
melalui ceramah di majelis majelis taklim untuk membangun serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kerukunan antar
umat beragama. Bentuk bentuk dan wujud kerukunan beragama
dibuktikan dengan adanya gotong royong dan pembangunan sarana dan
prasarana umum terdapat Sikap saling menghormati dan saling
menghargai antar kedua suku yang berbeda agama.
8Iis Ariska, Peran Dai Dalam Pembinaan Toleransi Kerukunan Antar Ummat Beragama
Di Desa Bukit Ratu Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan, UIN Raden Intan Lampung
9
2. Peran Da’i Dalam Memotivasi Pemahaman Keagamaan Masyarakat
Melalui Pendekatan Komunikasi Persuasif Di Gampong Bukit Tiga
Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, oleh SUKARTIK
(210901162), tahun 2014 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa, 9Penelitian ini ditempuh dengan
menggunakan metode field research (penelitian lapangan) serta dengan
menelaah sejumlah sumber tertulis di perpustakaan (library research)
yang ada kaitannya dengan kajian skripsi ini. Sementara teknik dan
instrument pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara serta
observasi di Gampong Bukit Tiga Kecamatan Birem Bayeun.
Hasil dari penelitian ini dapat penulis uraikan bahwa, peran da’i
dalam menjalankan dakwahnya dapat berbentuk bermacam-macam
salah satunya adalah dengan berdakwah dengan berkomunikasi secara
persuasif. Dakwah dengan cara ini sangat memudahkan Da’i dalam
mengajak masyarakat untuk lebih mengetahui tentang agama, seperti
kita ketahui dakwah secara persuasif adalah dakwah yang mengajak
masyarakat secara kesadaran, kerelaan, disertai dengan perasaan senang
untuk berbuat baik.
3. Peranan Kepribadian Da’i Dalam Menunjang Keberhasilan Dakwah
Dalam Mengubah Perilaku Keagamaan Nelayan, oleh AHMAD FAUZI
(06210015), tahun 2012, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syehk
9Sukartik, Peran Da’i Dalam Memotivasi Pemahaman Keagamaan Masyarakat Melalui
Pendekatan Komunikasi Persuasif Di Gampong Bukit Tiga Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten
Aceh Timur, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
10
Nurjati Cirebon,10
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kepribadian sebagai factor yang menunjang keberhasilan dakwah.
Dalam halini Kepribadian yang bersifat jasmani seperti kepribadan
dalam ketepatan waktu dalam sholat dan juga dalam berjamaah, dan
kepribadian dalam kegiatan social seperti zakat.
Pengumpulan data dilakukan melelui tekhnik pengumpulan data
observasi, angket wawancara, dan dokumentasi.Kemudian tekhnik
analisis datanya menggunakan perhitungan prosentase dan regresi
sederhana.Sehingga data yang terkumpul dapat saling melengkapi.
Berdasarkan Hasil penelitian penulis dapat menganalisis, kepribadian
da’I yang bersifat jasmani seperti kepribadian dalam ketepatan sholat
dan kegiatan sosial terdapat hubungan antara perubahan prilaku
keagamaan nelayan dalam hal ini nelayan selalu tepat waktu dalam
mejalankan sholat, dan nelayan mengeluarkan zakat setealah meihat
kepribadian da’i.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, rencana penelitian dalam
skripsi ini terdapat perbedaan dengan penelitian atau kajian yang sudah ada.
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian yaitu kesadaran shalat
berjamaah.Persamaannya terletak pada peran da’i. Penelitian ini mencoba
melengkapi kajian tentang peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah dalam pembahasan secara globalnya yang sudah ada dengan
penelitian sebelumnya.
10
Ahmad Fauzi, Peranan Kepribadian Da’i Dalam Menunjang Keberhasilan Dakwah
Dalam Mengubah Perilaku Keagamaan Nelayan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syehk
Nurjati Cirebon.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Da’i
1. Pengertian Da’i
Kata da’i berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang
mengajak. Istilah ilmu komunikasi disebut sebagai komunikator. Di
indonesia, da’i juga dikenal dengan sebutan lain seperti mubaligh, ustadz.
Hal ini di dasarkan atas tugas eksistensinya sama seperti da’i. Dalam
pengertian yang khusus da’i adalah orang yang mengajak kepada orang
lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata kata, perbuatan
atau tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut
syariat Al- Qur’an dan Sunnah.11
Dalam pengertian khusus tersebut da’i
identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Da’i menunjuk pada pelaku dan penggerak (aktivis) kegiatan
dakwah yaitu orang yang berusaha untuk mewujudkan Islam dalam
semua segi kehidupan baik pada tataran individu, masyarakat, umat, dan
bangsa.12
Sebagai pelaku dan penggerak dakwah, da’i memiliki
kedudukan penting, bahkan sangat penting karena dapat menjadi penentu
keberhasilan dan kesuksesan dakwah.
Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah
memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i. Seorang da’i
11
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , Jakarta: Amzah, 2009, cet.1 h. 68 12
Ilyas Ismail,Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam,
Jakarta: Kencana, 2011, Cet.1, h. 73
12
adalah figur yang dicontoh dalam segala tingkah laku dan geraknya.
Seorang da’i hendaklah menjadi uswatun hasanah bagi masyarakatnya.
Kedudukan seorang da’i sangat penting ditengah masyarakat,
karena harus mampu menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara
dirinya dan masyarakat. Da’i harus mampu bertindak dan bertingkah
laku yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin. Da’i harus
mampu berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa yang dimengerti.
Oleh karena itu, seorang da’i harus mengetahui dengan pasti tentang latar
belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapinya.13
Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa da’i adalah
seorang komunikator yang sifatnya mengajak dan menyeru manusia
kejalan yang benar baik secara langsung maupun tidak langsung. Da’i
berperan sangat penting karena dan harus memiliki kepribadian yang
baik, sehingga dapat memberi contoh kepada masyarakat dan menjadikan
tolak ukur oleh masyarakatnya.
2. Tugas dan Fungsi Da’i
Tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas nabi
Muhammad, yakni Tugaslah da’i sangatlah berat karena harus mampu
menterjemahkan bahasa Al- Quran dan Sunnah kedalam bahasa yang
dapat dimengerti oleh masyarakatnya. 14
13
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah., h.69 14
Ibid., h.70
13
Tugas seorang da’i sebagai berikut:
a. Da’i bertugas menyeru manusia kejalan tuhan untuk kebahagiaan
mereka dunia dan akhirat dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran
agama yang disampaikan. 15
b. Da’i bertugas untuk menjawab persoalan- persoalan yang sedang
dihadapi masyarakat, selain itu da’i juga mengemban misi
pemberdayaan seluruh potensi yang ada dalammasyarakat.16
c. Menyampaikan ajaran ajaran Allah seperti termuat dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullulah. Lebih tegas bahwa tugas da’i adalah
merealiasikan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah ditengah masyarakat
sehingga Al-Quran dan Sunnah dijadikan pedoman dan panutan
hidupnya.17
Firman Allah:
Artinya :Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
An-Nahl (16) :97) 18
15
Faizah dan Lalu Muchin Efendi, psikologi Dakwah,Jakarta: Prenada Media,2018, cet
4, h. 194 16
Fathul Bahri An-Nabiry,Meneliti Jalan Dakwah Bekal Pejuang Para Da’i, Jakarta :
Amzah,2008 Cet.1 h.135 17
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , Jakarta: Amzah, 2009, cet.1 h 71 18
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik
Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia
Arkanleenma, h.278
14
Berdasarkan uraian di atas bahwa dapat di pahami bahwa tugas
seorang da’i itu harus bisa mengajak manusia kejalan yang benar, dengan
cara yang baik agar mereka bisa mengikuti apa yang disampaikan oleh
da’i dan harus berpedoman Al-quran dan sunnah.
Da’i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup
menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut:
a. Meluruskan Aqidah
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang dan tidak
ragu terhadapnya, dengan kata lain memeluk satu pemikirandan
mengakui kebenarannya dengan pertimbangan social, perasaan dan
logika.19
Naluri manusia selalu tidak lepas dari kesalahan dan
kekeliruan. Banyak terjadi pada seorang muslim, tetapi karena
sesuatu hal dan keyakinannya berubah dan bergeser hal tersebut
disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhi.
Keberadaan da’i berfungsi meluruskan kembali anggota
masyarakat yang kedapatan mulai melakukan praktik syirik atau
yang mendekatinya kepada jalan yang tidak di ridhoinya, sehingga
mereka yang berada pada sesuatu keyakinan bahwa hanya Allah lah
Dzat yang Maha Kuasa yang Maha Perkasa, tidak ada kekuatan
manapun menandingi kekuatan dan kekuasaan Allah.
19
Taufik Al- Wa’iy, Dakwah Kejalan Allah, Jakarta: Robbani Press, 2010, cet.1, h. 31
15
b. Memotivasi Umat Untuk Beribadah Dengan Baik
Kehadiran manusia dimuka bumi adalah untuk beribadah
kepada Allah, yaitu melaksanakan suatu aktivitas dalam rangka
melaksanakan hubungan langsung dengan Allah. Ibadah seperti
disebut diatas merupakan ibadah-ibadah khusus yang dalam Islam
telah diatur. Seorang muslim tidak dibenarkan mengubah ibadah-
ibadah khusus yang telah diatur sesuai dengan cara sendiri. Al-
Qur’an memang tidak mengatur ibadah khusus sampai detail, tetapi
Nabi Muhammad telah mengaturnya dengan jelas dalam Sunnahnya.
Pelaksanaan ibadah masih banyak umat Islam sendiri yang belum
benar dalam pelaksanaannya, masih banyak umat Islam yang
melaksanakan ibadah hanya meniru para pendahulu yang tidak
jarang mereka masih belum betul juga. Faktor tersebut disebabkan
karena keterbatasan umat Islam dalam memahami seluk beluk
agamanya sendiri, sehingga mereka tidak tahu persis mana yang
ajaran Islam yang sebenarnya dan mana yang tercampur dengan
ajaran lain. 20
Da’i berfungsi memotivasi umat untuk bisa beribadah
dengan benar dan baik, sehingga muncul suatu kesadaran untuk
selalu belajar sekaligus mengamalkan apa yang dipelajarinya.
c. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Islam memiliki konsep untuk menganjurkan umatnya selalu
saling memngingatkan berbuat baik dan meninggalkan yang tidak
20
Fathul Bahri An-Nabiry,Meneliti Jalan Dakwah Bekal Pejuang Para Da’i, Jakarta :
Amzah,2008 Cet.1 h. 134
16
baik. Landasan persudaraan harus selalu dipelihara dan dibina
sehingga umat Islam semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan
erat tali persaudaraannya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat di pahami bahwa fungsi
seorang da’i dalam masyarakat luas yaitu seseorang yang mampu
memberikan pesan dakwah kepada mad’u yang tujuan utamanya untuk
mengajak kepada jalan yang benar dan mengubah manusia, baik individu
maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih
baik.
3. Peran Da’i
Peran adalah perangkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dimasyarakat. Peran sebagai perangkat yang diberikan
para individu untuk menempati kedudukan sosial tertentu. 21
Pengertian
peran bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan dan di tanamakan
sebagai kondisi atau akibat kedudukan.
Peran lebih menunjukkan pada fungsi, menyesuaikan diri, dan
sebagai suatu proses. Masyarakat biasanya memberikan fasilitas pada
individu untuk dapat menjalankan peran.22
Dapat di jelaskan bahwa
peran mengacu pada sekumpulan norma berprilaku yang berlaku untuk
suatu posisi dalam struktur sosial, yang bersifat saling mempengaruhi
dan menjalankan peran yang diharapkan oleh masyarakat. Seseorang di
21
S. Nasution, sosiologi pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2004, h.73 22
Soekanto, sosiologi suatu pengantar ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 269
17
nilai telah berperan, apabila seorang da’i telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan statusnya.
Peran da’i terdiri dari 5 bagian yaitu:
a. Keteladanan Yang Baik (Qudwah Hasanah)
Peran pertama yang harus diperankan para juru dakwah
adalah keteladanan yang baik. Perbuatan yang baik dan komitmen
dengan sikap yang baik adalah yang pertama yang membuat
seseorang yang dimuliakan dan diterima. Sudah merupakan dakwah
kepada ajaran agama 23
Berdasarkan firman Allah
Artinya : dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam:4)24
Seorang da’i harus menjadi teladan dalam hal yang menjadi
perhatian pemuda, seperti kemajuan, keberanian, keshalehan, dan
menolak kerusakan. Rata-rata da’i dicintai kebanyakan orang, dan
merangkum sifat-sifat yang membuat banyak orang menghormatinya
dan mampu menjadi daya tarik masyarakat.
23
Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Kejalan Allah, Jakarta: Robbani Press, 2010, cet.1, h. 610 24
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.564
18
b. Kecemerlangan Ilmiah (Al- Ibhar Al-Ilmy)
Umat manusia khususnya para pemuda, akan mengarahkan
perhatiannya kepada ketinggian cita-cita, kemampuan, dan
keunggulan. Para juru dakwah dilevel akademis tidak diperhatikan
keunggulannya kecuali keunggulan ilmu dan keistimewaan dalam
bidangnya.Keberhasilan pribadi akan mengantarkan kepada
keberhasilan prinsipnya, keberhasilan manhaj-nya akan menjadi
daya tarik untuk mengkaji pemikiran yang bersangkutan,
kemampuannya serta semangat dan perjuangnnya.
c. Kesabaran (Ash-Shabru)
Seorang da’i harus memiliki kesabaran yang lebih, seperti
kesabaran seorang da’i menghadapi anak muda yang reaktif dan
semngat tinggi, yang sering melakukan tindakan yang bertentangan
dengan pemahaman dakwah. Peran da’i tidak boleh menyikapi
dengan keras atau kasar, tetapi menyikapi dengan tenangdan
memberikan nasihat dengan baik yang menyejukkan dengan
penjelasan dan perkataan lunak.
d. Aktif Dalam Berbagai Bidang Kegiatan
Da’i harus beraktivitas dalam berbagai kegiatan, baik sosial,
ilmiah maupun rekreasi. Da’i adalah orang yang aktif bergerak,
menata kehidupan, mendorong, mendayagunakan dan
mengembangkan potensi serta memanfaatkannya. Pada waktu
bersamaan kegiatan keagamaan dapat menguatkan hubungan antar
19
masyarakat dan mendapat kepercayaan dari mereka. Kegiatan-
kegiatan tersebut dapat menampilkan kebudayaan Islami, akhlak,
dan tradisi Islami. Hal ini sangat penting untuk menjadi sasaran
dakwah. 25
Kegiatan-kegiatan dapat dilakukan dengan tahap, tidak
dipaksakan, dan tidak menyulitkan dengan cara memberikan
teladan yang baik dari para da’i serta rasa saling mencintai dan
memahami.
e. Menampilkan Kepemimpinan Yang Islami
Sebaik-baiknya orang yang melakukan tugas ini adalah
orang- orang bertangan bersih, bercitra bersih, berakhlak lurus,
bersemngat membara, kepemimpinan rasa cinta negeri yang tidak
pernah pudar, yang ingin menjadikan Agama Allah berjaya, dan
ingin memuliakan umatnya. Bersih adalah bersihnya hati yang
dapat mencintai dan menyayangi orang lain, tidak bersuka ria atas
kesalahan dan penderitaan orang lain.
Kepemimpinan tidak akan ada kecuali dengan kerja serius,
bersih, rapih, menghasilkan buah pemikiran, sosial, dan politik bagi
umat islam dan para juru dakwah kaum muslimin. Mereka harus
memiliki kualifikasi yang mampu memikul beban, sehingga tidak
ada yang menelantarkan amanah dari pundaknya. Menjadikan
amanah itu jauh dari dirinya. Kepemimpinan harus dapat
menampilkan keindahan ajaran Islam dalam kerja, amal dan
25
Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Kejalan ., h. 615
20
kehidupannya sehari-hari sehingga, mereka bisa membawa dakwah
bukan dibawa oleh dakwah. 26
Berdasarkan uraian di atas dapat di jelaskan bahwa da’i sangat
berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi seorang da’i
tidaklah mudah, melainkan banyak sekali tantangan dan tanggung jawab
yang harus dimiliki oleh seorang da’i seperti keteladanan yang baik,
keteladanan yang baik adalah peran yang harus diterapkan dalam diri
seoarang da’i sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh
masyarakat setempat. Menjadi seorang da’i harus dapat menyesuaikan
dalam penyampaian dakwahnya sesuai degan kadar ilmu yang dimiliki
oleh masyarakat.
4. Sifat-sifat Da’i
Keberadaan da’i ditengah masyarakat tidak dapat dipisahkan,
karena da’i adalah agen of change (seorang pembawa perubahan) yang
berarti seorang da’i harus inovatif, kreatif dan dinamis. Da’i harus selalu
mencari ide-ide baru dan mengembangkannya, sehingga terwujud suatu
masyarakat yang lebih maju. Da’i sebagai key peoplee (manusia
penentu) yang berarti harus tanggap, bijaksana, dan tegas dalam
memutuskan sesuatu.
Sifat-sifat seorang da’i adalah sebagai berikut:
a. Da’i harus beriman kepada Allah Swt.
b. Da’i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah, dan tidak
mengedepankan kepentingan pribadi.
c. Da’i harus ramah dan penuh pengertian.
26
Fathul Bahri An- Nabiry, Meneliti Jalan Dakwah, Jakarta: Amzah, 2008, cet.1, h.203
21
d. Da’i harus tawadhu atau rendah hati.
e. Da’i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya.
f. Da’i harus tidak memiliki sifat egoisme.
g. Da’i harus memiliki sifat yang tinggi dalam tugasnya.
h. Da’i harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugasnya.
i. Da’i harus memiliki jiwa toleran yang tinggi.
j. Da’i harus memiliki sifat yang terbuka atau demokrasis.
k. Da’i tidak memiliki penyakit hati dan dengki.27
Fathul Bahri menjelaskan, sifat-sifat yang harus dimiliki seorang
da’i adalah beriman, bertaqwa, ikhlas, tawadhu, amanah, sabar dan tabah,
tawakal, rahmah (kasih saying), jujur, uswah dan qudwah hasanah,
cerdas dan bersih, serta tidak memelihara penyakit hati.28
Berdasarkan uraian di atas, da’i adalah suri tauladan bagi
masyarakat atau objek dakwah, contohnya Rasulullah Saw. Figur seorang
da’i adalah contoh dan panutan dalam segala aspek kehidupan manusia
muslim. Sifat-sifat yang dimiliki seorang da’i tersebut akan
mempermudahnya dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.
5. Sikap Seorang Da’i
Sikap dan tingkah laku da’i merupakan salah satu faktor
penunjang keberhasilan dakwah, masyarakat sebagai suatu komunitas
sosial lebih cenderung menilai karakter dan tabiat seseorang dari tingkah
laku keseharian yang dapat dilihat dan didengar. Sikap seorang da’i
merupakan cerminan dari perkataan dan perbuatan yang dilakukan
sehari-hari.
27
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , Jakarta: Amzah, 2009, cet.1 h. 77. 28
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, h. 137-
202.
22
Sikap ideal yang harus dimiliki oleh seorang da’i adalah:
a. Berakhlak mulia
Berbudi pekerti yang baik adalah syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh siapapun terlebih seorang da’i. Hamka mengatakan
bahwa alat dakwah yang paling utama adalah akhlak dan budi
pekerti. Oleh karena itu Rasulullah diutus tidak lain untuk
memperbaiki moralitas umat manusia.
b. Disiplin dan bijaksana
Acuh tak acuh adalah perbuatan yang tidak disukai oleh
orang lain. Disiplin dalam arti luas sangat dibutuhkan oleh seorang
da’i dalam mengemban tugasnya sebagai muballig. Begitupun
bijaksana yaitu sikap yang tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan
pristiwa dalam menjalankan tugas sangat berperan untuk menunjang
keberhasilan dakwah.
c. Wara’ dan berwibawa
Sikap wara’ adalah menjauhkan perbuatan-perbuatan yang
kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, sikap ini
menimbulkan kewibawaan seorang da’i. Kewibawaan merupakan
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk percaya menerima suatu
ajakan.
d. Berpandangan luas
Seorang da’i dalam menentukan strategi dakwahnya sangat
perlu berpandangan jauh, tidak fanatik, pada satu golongan saja dan
waspada dalam menjalankan tugasnya. Berpandangan luas dapat
bearti bijaksana dalam melihat dan menyelesaikan segala
permasalahan dan tidak melihat dari satu sudut pandang dan
mengabaikan sudut pandang yang lain.
e. Berpengetahuan yang cukup
Pengetahuan seorang da’i meliputi pengetahuan yang
berhubungan dengan materi dakwah yang disampaikan dan ilmu
pengetahuan yang erat hubungannya dengan teknik-teknik dakwah.
Seorang da’i harus memiliki pengetahuan tentang Al-quran dan
hadist bahwa keduanya menjadi penunjang keberhasilan dakwah.29
Berdasarkan uraian di atas dapat di analisa bahwah sikap
seorang da’i sangat berpengaruh dalam keberhasilan penyampaian
dakwah dikalangan masyarakat, karena seorang da’i merupakan
panutan bagi mad’unya maka apa yang dikatakan dan di contohkan oleh
29
Faizah dan Lalu Muchin Efendi, psikologi Dakwah,Jakarta: Prenada Media,2018, cet
4, h. 99
23
da’i lewat prilakunya akan menjadi acuan untuk di ikuti oleh seorang
mad’u.
B. Shalat Berjamaah
1. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa arab adalah “doa”, teteapi yang dimaksud
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimualai dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa
syarat yang ditentukan.30
Shalat adalah fundamen kedua dalam agama
islam. Mengerjakan shalat diawal waktunya merupakan amal kebaikan
yang paling utama. Mendirikannya adalah bukti keimanan. Mengabaikan
shalat akan mengundang kemurkaan Allah dan menjaga pelaksanaannya
akan memudahkan meraih kebahagiaan disurga.31
Firman Allah Swt:
Artinya: bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Alkitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah ( Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(QS. Al- Ankabut:45)32
30
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Biru Algensindo, 2018, cet 83, h.53 31
Abu Malik Kamal Bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah Untuk Wanita, Jakarta: Al- I’tishom
Cahaya Umat, 2007, Cet.1 H. 97 32
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.401
24
Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa shalat
merupakan salah satu bentuk ibadah sebagai wujud kepercayaan dan
ketundukan seseorang terhadap tuhan dan sang pencipta.
2. Pengertian Shalat Berjama’ah
Istilah Al-Jama’ah berarti berkumpul. Shalat berjama’ah adalah
shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama sama dan
salah satu di antara mereka diikuti oleh orang lain. Seseorang yang
diikuti dinamakan imam. Seseorang yang mengikuti dinamakan
makmum.33
Pengertian tersebut menunjukan bahwa shalat yang dilakukan
secara bersama-sama itu tidak mesti merupakan shalat berjama’ah,
karena bisa tidak dimaksudkan untuk mengikuti (berniat makmum) pada
salah seorang di antara mereka.
Di antara dalil tentang disyariatkannya shalat berjama’ah adalah
QS.An-Nissa’:102
.....
Artinya : Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka,
Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu......
(QS.An-Nissa’:102)34
Berdasarkan Ayat di atas menjelaskan bahwa apabila berada
dalam jamaah yang sama sama beriman dan ingin mendirikan shalat
33
Saleh Fauzan, Fiqih sehari-hari Jakarta: Gema Insani Press, 2005 cet.1 h.20 34
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.95
25
bersama mereka, maka mereka menjadi dua golongan. Kemudian
hendaklah segolongan dari mereka shalat bersamamu dan segolongan
yang lain berdiri menghadapi musuh sambil menjaga orang yang sedang
shalat. Konteks tersebut menunjukkan shalat fardhu adalah ibadah yang
sangat besar dan penting, sehingga dalam keadaan apapun
pelaksanaannya dianjurkan secara berjama’ah.
Shalat berjama’ah merupakan keistimewaan bagi umat Nabi
Muhammad SAW. Manusia yang pertama kali melaksanakan shalat
berjama’ah, Beliau pernah bersabda, “ shalat berjama’ah itu lebih utama
dari pada shalat sendirian dengan selisih pahala dua puluh tujuh
derajat,”35
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan bersama-
sama dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum.
Hukum shalat berjama’ah adalah fardu kifayah, namun sebagian ulama
berpendapat hukumnya sunah muakkadah bagi seorang laki-laki yang
berakal, merdeka, muqim ( bertempat tinggal tetap, bukan musafir),
menutup aurat, tidak mempunyai halangan (uzur).
Berdasakan uraian di atas dapat di pahami bahwa shalat
berjama’ah itu adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dari takbir dan diakhiri dengan salam, dengan maksud untuk beribadah
kepada Allah, menurut syarat yang sudah ditentukan dan pelaksanaannya
dilakukan secara bersama-sama, salah seorang diantaranya sebagai imam
dan yang lainnya sebagai makmum.
35
Masykuri Abdurrahman, Kupas Tuntas Shalat, Tata Cara Dan Hikmahnya, Jakarta :
Erlangga, 2006 , h.142
26
3. Hukum Shalat Berjama’ah
Ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat berjama’ah ada
yang mengatakan fardhu’ain, ada yang mengatakan fardhu kifayah, ada
pula yang mengatakan sunah mu’akkadah.
a. Fardhu ‘ain
Fardhu a’in maknanya, wajib bagi setiap individu muslim
lelaki yang sudah baligh dan mampu untuk menghadirinya.
Umumnya mazhab Al-Hanabilah berpendapat shalat berjama’ah itu
hukumnya fardhu ‘ain bukuan fardhu kifayah. Ibnu Qudamah
seorang ulama rujukan dalam Mazhab Al- Hanabilah menuliskan
didalam kitab Al- Muhgni menyatakan bahwa:“berjamaah itu
hukumnya wajib dalam shalat lima waktu”
Al- Mardawi yang juga merupakan salah satu ulama rujukan
dalam Mazhab Al-Hanabilah didalam kitabnya Al-Insaf Fi Ma’rifati
Ar-Rajih Min Al- Khilaf menyatakan:“bab shalat berjama’ah:
qauluhu- hukumnya wajib untuk shalat lima waktu bagi laki-laki
tanpa syarat.”36
Barang siapa meninggalkan shalat berjama’ah tanpa uzur, sah
shalatnya namun ia berdosa, yang berpendapat demikian adalah
Atha’ bin Abi Rabah, Al-Auza’i, Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, umumnya ulama Al-Hanafiyah dan mazhab Hanabilah. Atha
berkata bahwa kewajiban yang harus dilakukan dan tidak halal selain
36
Ahmad Sarwat, Lc, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing,
2015, cet.1. h.291
27
itu, yaitu ketika seorang mendengar adzan , haruslah mendatanginya
untuk shalat. (Mukhtashar Al- Fatwa Al-Mashriyah, 50) Pendapat
tersebut didasarkan pada beberapa dalil antara lain sebagai berikut:
1) Firman Allah
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku'lah beserta orang-orang yang ruku.( Al-Baqarah:43)37
Berdasarkan ayat tersebut dapat di maknai bahwa shalat
berjama'ah dan dapat pula diartikan tunduklah kepada perintah-
perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk. Ibnu
katsir menerangkan bahwa kebanyakan para ulama berdalil
dengan ayat ini atas wajibnya shalat berjama’ah.
2) As-Sunnah
Dalil dari As-sunnah diantaranya adalah hadis dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah SAW hendak membakar rumah-
rumah yang tidak menghadiri shalat berjama’ah.
37
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.7
28
Artinya: “Shalat yang paling berat bagi orang munafik
adalah salat isya dan salat subuh. Kalau mereka mengetahui
keutamaan yang terdapat dalam kedua salat tersebut, mereka
akan mendatanginya walau dengan merangkak. Aku sangat
ingin memerintahkan salat (dikerjakan),lalu dikumandangkan
iqamat dan kuperingatkan seseorang untuk mengimani para
jamaah. Sementara itu aku pergi bersama beberapa orang
yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang
tidak ikut salat berjamaah dan membakar rumah-rumah
mereka dengan api”. (H.R Bukhari dan Muslim Dari Abu
Hurairah)38
Para sahabat Rasulullah sangat memerintahkan dengan
shalat jama’ah dan berupa untuk tidak ketinggalan
melaksanakannya. Ibnu Mas'ud Beliau berkata,“Sungguh aku
telah menyaksikan para sahabat, tidak ada seseorang yang tidak
ikut salat berjamaah selain munafik yang jelas kemunafikannya.”
b. Fardhu Kifayah
Pendapat mayoritas ulama Mazhab Syafi'i, Hanafi dan
Maliki. Mereka berdalil dengan dalil-dalil yang dinyatakan oleh para
ulama yang berpendapat tentang fardhu ‘ain. Hanya saja dalil-dalil
tersebut bermakna fardhu kifayah.
Fardu kifayah maksudnya adalah bila sudah ada yang
mengerjakan salat jama’ah, maka gugurlah kewajiban yang lain
38
Khalilurahman Al- Mahfani, Kitab Lengkap Panduan Shalat, Jakarta: Wahyu Qalbu,
2016, cet.1, h.341
29
untuk menunaikannya. Sebaliknya, bila tidak ada satupun yang
mengerjakannya, maka berdosalah semua orang yang mengikuti
shalat berjama’ah.
Imam An-nawawi dalam kitabnya Raudhatuth-Thalibin
mengatakan bahwa,“Shalat Jumat itu hukumnya fardhu ‘ain untuk
shalat Jumat, sedangkan untuk shalat fardu lainnya, ada beberapa
pendapat, dan yang paling shahih hukumnya adalah fardu kifayah.”
c. Sunnah Muakkad
Pendapat Sunnah muakkad didukung oleh mazhab Al-
Hanafiyah dan Al-Malikiyah sebagaimana disebutkan oleh Imam
As-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar (III/146). Beliau berkata
bahwa,“Pendapat yang paling tengah dalam masalah hukum shalat
berjama’ah adalah sunah muakkadah.”
Pendapat tersebut antara lain didasarkan pada hadis
Rasulullah yang mengatakan bahwa “Salat berjama’ah lebih baik
daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat atau dua
puluh lima.39
Shalat berjamaah hukumnya wajib, Rasulullah dalam
Haditsnya membandingkan derajat salat berjama’ah dengan salat
sendirian, yang juga mengandung makna bahwa salat sendirian tetap
sah. Hukumnya wajib maka salat sendirian tidak sah dan Rasulullah
tidak membandingkan antara keduanya. Sejatinya seorang yang
39
ibid., h. 344
30
beriman kepada Allah dan rasulnya tentu akan melaksanakan salat
dengan berjama’ah.
4. Udzur yang dibolehkan tidak shalat berjama’ah (A’dzar Al-Jamaah)
Udzur-udzur (alasan) yang diperbolehkan secara syara’ untuk
tidak melakukan shalat berjama’ah, seperti shalat lima waktu berjama’ah
atau shalat jum’at. Adapun udzur-udzur antaralain:
a. Sakit yang tidak memungkinkan untuk shalat berjama’ah.
b. Mengkhawatirkan/ takut akan keselamatan diri, orang lain atau harta
benda.
c. Udara yang sangat panas atau dingin.
d. Sedang menunggu saudara atau orang tua yang sedang sakratul
maut, atau sakit dan sejenisnya.
e. Hujan lebat dan ia tidak memiliki payung atau sejenisnya.40
Berdasarkan uraian di atas dapat di jelaskan bahwa udzur yang di
perbolehkan tidak melaksanakan shalat berjamaah harus memiliki alasan
yang kuat, sehingga boleh tidak melaksankan shalat berjamaah, atau
dalam keadaan darurat yang tidak bisa melaksanakan shalat secara
berjamaah di Masjid.
5. Hikmah Shalat Berjamaah
Allah SWT telah mensyari’atkan shalat berjama’ah karena
mempunyai hikmah-hikmah yang besar, diantaranya:
a. Persatuan Umat
Allah SWT menginginkan umat Islam menjadi umat yang
satu, maka disyariatkan shalat berjama’ah sehari semalam lima kali.
Islam memperluas jangkauan persatuan dengan mengadakan shalat
40
Abas Arfan Lc, Fiqih Ibadah Praktis, Malang: UIN- Maliki Press, 2011, Cet.1,h.83
31
jum’at, seminggu sekali supaya jumlah umat semakin besar. Hal itu
menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang satu.
b. Menumbuhkan kedisiplinan
Melaksanakan shalat berjama’ah secara rutin, maka
seseorang akan terbiasa berdisiplin dalam mengatur dan menjalani
kehidupan. Diantara shalat berjama’ah adalah melatih kedisiplinan
para jama’ah, dimana shalat jamaah merupakan model pelatihan
untuk membentuk watak kedisiplinan.41
Diantaranya disiplin waktu,
karena setiap shalat fardhu memiliki waktu masing-masing. Shalat
berjamaah apabila dijalankan dengan benar maka shalat itu dijadikan
sarana mendisiplinkan diri.
c. Mensyiarkan Syiar Islam
Allah SWT mensyariatkan shalat di masjid, dengan shalat
berjamaah di masjid, maka berkumpul umat Islam di dalamnya,
sebelum shalat ada pengumandangan adzan di tengah-tengah
mereka, semua itu adalah pemaklumatan dari umat akan penegakan
syiar Allah SWT di muka bumi.
d. Merealisasikan Penghambaan Kepada Allah
Tatkala mendengar adzan maka menyegerakan untuk
memenuhi panggilan adzan tersebut kemudian melaksanakan sholat
berjamaah dan meninggalkan segala urusan dunia, sebagai bukti atas
penghambaan kepada Allah.
41
Ahmad Sarwat, Lc, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing,
2015, cet.1. h.61
32
e. Menghilangkan perbedaan status sosial
Ketika melakukan shalat berjama’ah di masjid, maka sudah
tidak ada perbedaan lagi antara yang kaya dan yang miskin, antara
atasan dan bawahan, demikian seterusnya. Semua dihadapan Allah
SWT sama, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
6. Kesadaran Dan Ketaatan Dalam Melaksanakan Shalat Berjama’ah
Kesadaran adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang terjadi
disekitarnya, atau kemampuan untuk menceritakan apa yang terjadi
dalam pikirannya.42
Segala amal ibadah harus dilaksanakan atas
panggilan di dalam jiwa, tanpa ada pengaruh dari siapapun yaitu
dilakukan atas dasar kesadaran sendiri.
Kesadaran manusia terhadap kekuasaan Allah, kesadarannya
terhadap ketidakberdayaannya dihadapan Allah, dan kesadaran akan
Kerahiman-Nya. Melaksanakan shalat berjama’ah seorang muslim harus
hadir hatinya dalam shalat, sehingga kesadaran berbuat dan berucap
selalu bersama-sama dengan perbuatan dan ucapan. Shalat itu dilakukan
hanya untuk Allah SWT semata, artinya hendaklah dikerjakan dengan
ikhlas karena Allah, bersih dari pengaruh yang lain, tidak mengharap
sanjungan, sayang atau perhatian umum.
42
Bisri. M. Djaelani, Besucces With Shalat, Yogyakarta: Madina, 2010, cet.1 h.42
33
Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama
yang lurus.(Q.S. Al-Bayyinah98: 5)43
Mendirikan shalat dalam ayat tersebut maksudnya adalah
mengerjakannya secara terus menerus setiap waktu dengan memusatkan
jiwa kepada kebesaran Allah SWT, untuk membiasakan diri tunduk
kepadaNya. Ketika kesadaran diri sudah mulai tumbuh, maka akan
diikuti dengan ketaatan. Dalam shalat berjama’ah membiasakan umat
untuk bersatu, berkumpul, dan taat kepada pemimpinnya (imam). Shalat
jamaah adalah kepemimpinan dalam skala kecil, karena makmum secara
persis mencontoh dan mengikuti imam yang satu. Di antara hikmah
shalat berjamaah yaitu mempertunjukkan bagaimana sikap
kepemimpinan dalam Islam yang memperlihatkan sikap persamaan
derajat dan kepatuhan sebagai bawahan terhadap atasannya.
43
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.598
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research) yang bersifat kualitatif, yaitu prosedur penelitian lapangan
yang menghasilkan data deskriptif yang berupa data-data tertulis atau
lisan dari orang-orang dan penelitian yang diamati.44
Penelitian lapangan adalah penelitian yang pengumpulan datanya
dilakukan dilapangan, seperti lingkungan masyarakat. Bedasarkan
penjelasan tersebut maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan
menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan yaitu mengumpulkan
data dari desa Trimurjo sebagai tempat penelitian.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, pada saat
memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian, pada tahap ini
peneliti belum membawa apa yang akan diteliti, maka peneliti melakukan
penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap
semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Karena data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
44
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2015, h.26.
35
B. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (sekunder).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertanyaan dan disajikan dari sumber pertama45
. sumber
primer yaitu,pertama, karena penulis menggunakan metode wawancara
dalam mengumpulkan datanya, maka sumber data tersebut adalah
responden, yaitu bapak Kasimin selaku Da’i, bapak Ma’ruf dan bapak
kholik selaku tokoh yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti. Kedua, karena penulis menggunakan metode
observasi dalam pengumpulan datanya, maka sumber data pendukung
adalah Masyarakat di desa Trimurjo.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan bahan atau data yang menjadi
pelengkap atau penunjang dari sumber data primer. Merupakan data yang
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang
berwujud laporan, buku harian, majalah, koran, makalah, internet dan
wawancara dengan masyarakat di Desa Trimurjo yang berhubungan
dengan Peran Da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjamaah di
Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.
45
Moeloeng, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2001. Op.Cit., h. 4
36
C. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya dan jawab lisan antara dua
orang atau lebih yang dilakukan secara langsung. Wawancara dalam
pengumpulan data berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama,
dan menjadi pelengkap untuk data yang sudah dikumpulkan. Karena
tujuan utama wawancara adalah untuk mendapatkan informasi secara
valid (sah atau shahih).46
Penulis menggunakan metode wawancara terpimpin yakni
wawancara yang dilakukan dengan cara membawa daftar pertanyaan
yang lengkap dan terperinci mengenai peran da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah di Desa Trimurjo Kabubaten Lampung
Tengah.
2. Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan. Dalam hal ini observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena fenomena yang
diselidiki. Observasi yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi
46
Dewi Sadiah, MetodePenelitianDakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015, cet I, h. 88.
37
kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra.47
Observasi yang dilakukan observasi partisipan yaitu mengadakan
pengamatan mengenai pelaksanaan shalat berjamaah di Desa Trimurjo.
3. Dokumentasi
Proses pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat-surat, majalah, jurnal, laporan
penelitian dan lain-lain. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari
menghimpun dokumen, memilih-milih, dokumen sesuai dengan tujuan
penulisan, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya dan
menghubungkan dengan fenomena lain.48
Penelitian yang akan dilakukan, penulis mengumpulkan data
berupa catatan atau gambar kegiatan yang berkaitan dengan penelitian
yaitu tentang Sejarah Desa, Struktur Organisasi Desa, Visi Dan Misi
Desa.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Demi terjaminnya keakuratan data, maka peneliti akan melakukan
keabsahan data. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan
yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan
kesimpulan hasil penelitian yang benar. Tantangan bagi segala jenis
penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang
47
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta : Bumi Aksara, 1996, h. 106 48
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015, cet.1, h.13
38
valid, sahih, benar dan beretika.49
Kebenaran atau validitas harus dirasakan
merupakan tuntutan yang terdiri dari tiga yakni: deskriptif, interpretasi, dan
teori dalam penelitian kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan data
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yaitu:
1. Derajat kepercayaan (Credibility)
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non
kualitatif. Fungsinya untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat
kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan (Transferability)
Keteralihan mengacu pada tingkat hasil penelitian kualitatif dan
dapat di transfer pada konteks atau lingkungan lain. Bedasarkan
perspektif kualitatif, keteralihan berarti bahwa hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang memiliki karakteristik
dan konteks yang relative sama. 50
Peneliti kualitatif dapat memperluas
keteralihan dengan melakukan suatu usaha keras dalam menggambarkan
konteks penelitian dan asumsi yang melandasi penelitian dan membuat
pertimbangan alasan pertransferan.
3. Kebergantungan (Dependabiliy)
49
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2011, h. 23 50
Djamil, Paradigma Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015 h. 135
39
Kebergantungan merupakan substitusi istilah realibilitas dalam
penelitian non kualitatif, yaitu bila ditiadakan dua atau beberapa kali
pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial
sama.Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi
yang benar-benar sama. Faktor manusia sebagai instrumen, faktor
kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh dalam penelitian.
Dependabilitydilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian.51
4. Kepastian (Confirmability)
Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas
hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau
banyak orang. Menguji dengan metode ini berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian.52
Untuk menjamin keabsahan data penelitian yang dilakukan,
penulis mengunakan teknik trianggulasi data. Teknik ini adalah salah
satu cara untuk mengukur derajat kepercayaan (Credibility) yang biasa
digunakan dalam penelitian. Triangulasi data digunakan untuk mengukur
derajat kepercayaan dengan membandingkan:
a. Membandingkan data dari metode yang sama dengan sumber yang
berbeda dengan memanfaatkan teori lain untuk memeriksa data
dengan tujuan penjelasan banding.
b. Membandingkan sumber data yang sama dengan observasi dengan
data dari wawancara.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 276. 52
Ibid, h. 277
40
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi dan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lain untuk meluruskan dalam pengumpulan data. 53
E. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi satu yang
dapat dikelola, mencari, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.54
Setelah
data-data yang di perlukan dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut
akan dianalisis dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan cara pertahapan secara berurutan dan interaksionis, yang terdiri
dari tiga alur kegiatan bersamaan yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 55
Mengingat penelitian ini menampilkan data-data kualitatif, maka
penulis menggunakan analisis data induktif, yaitu suatu metode berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan konkret tersebut ditarik secara
generalisasi yang mempunyai sifat umum.56
53
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016), Cet.1, h. 40. 54
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009,
h.248 55
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara,2013,
hal.157 56
Sutrisno Hadi, Metode Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2009, Jilid-1,
h. 42
41
Maka dalam penelitian yang bersifat khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi kesimpulan yang bersifat umum yaitu untuk mengetahui
peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjama’ah di desa Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Sejarah awal berdirinya Desa Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah secara fisik dibuka pada tahun 1935 oleh Pemerintah Colonial
Belanda yang pada waktu masih merupakan hutan belantara, adapun
perintis Desa Trimurjo di datangkan dari Pulau Jawa dengan nama
Kolonisasi.57
Desa Trimurjo pada saat itu terus memperjuangkan hidupnya
dengan membuka lahan baru yang masih merupakan hutan belantara
untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Penduduk perintis Desa
Trimurjo pada waktu itu banyak mengalami rintangan pada saat
Memperjuangkan Desa Trimurjo demi mencapai tujuan yaitu membentuk
suatu Wilayah Desa yang pada saat itu bernama Desa Trimurjo yang
sekarang bernama Kelurahan Trimurjo pada tahun 1981sampai sekarang.
Pemerintah pada waktu itu masih dibawah Pemerintah jajahan
Colonial Belanda dan Jepang yang prilakunya sangat kejam pada
masyarakat. Seiring dengan perkembangan waktu Negara Indonesia
dinyatakan merdeka, tepatnya pada tanggal 17 agustus 1945, maka secara
57
Monografi Kelurahan Trimurjo, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2019, h. 1
43
otomatis Pemerintah Desa langsung berada dibawah pemerintahan
Negara Republik Indonesia.
Awal berdirinya Kelurahan Trimurjo masih berstatus sebagai
pemerintah desa dengan perangkat desanya yang disebut Pamong Desa.
Tanggal 01 januari 1981 sistem pemerintah Desa Trimurjo berubah
menjadi Pemerintahan Kelurahan dan para Pamong Desa diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan Trimurjo telah memalui
beberapa periode kepemimpinan Pemerintah/ Penggantian Kepala Desa/
Kepala Kelurahan sebagai berikut:58
TABEL. I
Periode Kepemimpinan Kepala Desa Trimurjo
NO NAMA MASA
BHAKTI KETERANGAN
1 Joyo Sudiro 1935-1941 KEPALA DESA
2 Sasro Wijoyo 1941-1943 KEPALA DESA
3 Sawi Reja 1943-1946 KEPALA DESA
4 Sp Sumarto 1946-1968 KEPALA DESA
5 Karso Dimejo 1968-1971 KEPALA DESA
6 Dimin Ms 1971-1980 KEPALA DESA
7 Sutrisno 1980-1993 LURAH
8 Drs. RUBIYO 1993-1999 LURAH
9 Adi Sriyono, S.Sos 1999-2004 LURAH
10 Sutedjo Sukmana, SH 2004-2010 LURAH
11 Misran 2010-2012 LURAH
12 Supardi Hakim 2012-2014 LURAH
13 Misran 2014-2017 LURAH
14 Riyanto 2017- sekarang LURAH
Masing- masing kepala desa dan lurah selama menjalankan tugas
dan fungsinya bersama masyarakat dan lembaga-lembaga yang telah ada
berupaya untuk meningkatkan pembangunan, baik fisik maupun non fisik
58
Ibid.,h.2
44
sesuai dengan apa yang direncanakan. Pergantian kepemimpinan dari
tahun 1935 hingga saat ini telah terwujud tingkat kemajuan pembangunan
kelurahan Trimurjo.
Kelurahan Trimurjo adalah kampung yang berada dikecamatan
Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah. Terdapat 3 bedeng di Kelurahan
Trimurjo , yaitu bedeng 4,5 dan bedeng 10 yang memiliki jumlah
penduduk 4.531 orang dan jumlah Kepela Keluarga 1.303 KK, jumlah
tersebut terbagi menjadi 2.266 laki-laki serta 2.265 perempuan.
Kelurahan/Desa trimurjo rata-rata masyarakat bermata pencaharian
Petani 865 jiwa, Buruh Tani 137 jiwa dan PNS 84 jiwa.
Berdasarkan wawancara dengan sekertaris di Kelurahan Trimurjo
(Sabar), bahwa masyarakat Trimurjo 90% beragama Islam yaitu 3.774
jiwa, yang beragama Non Muslim mencapai 10% yaitu beragama
Khatolik 14 jiwa, Protestan 16 jiwa, Hindu 18 jiwa dan Budha 8 jiwa.
Kelurahan trimurjo berbatasan dengan Desa Notoharjo sebelah utara,
sebelah selatan Kelurahan Adipuro, sebelah Timur Kelurahan
Simbawaringin, dan sebelah Barat Desa Sidokerto yang memiliki luas
530 Ha.
Letak geografis Kelurahan Trimurjo membuat jarak desa dengan
ibukota kecamatan hanya sejauh 1 KM, jarak desa dengan ibukota
kabupaten sejauh 27 KM serta jarak tempuh ke ibukota Provinsi
mencapai 51 KM. Kelurahan/Desa Trimurjo memiliki 5 Masjid, 10
45
Mushola dan 3 Pura sebagai tempat beribadah bagi masyarakat
yang ada di Kelurahan Trimurjo ini.
2. Visi Dan Misi Desa Trimurjo Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah
a. Visi
Mewujudkan Pelayanan terbaik kepada Masyarakat kelurahan
Trimurjo dan meningkat Manajemen Pelayanan Prima dan
Pembangunan Partisipatif.
b. Misi
1. Memberikan Pelayanan Prima kepada Masyarakat
2. Penguatan Kelembagaan Organisasi Kemasyarakatan
3. Meningkatkan Pembangunan guna kesejahteraan Masyarakat
4. Meningkatkan Peran serta Masyarakat dalam Pembangunan59
3. Struktur Organisasi Desa Trimurjo Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah
Struktur organisasi sangat penting dan sangat berperan demi
suksesnya kegiatan-kegitan pada suatu lembaga. Struktur organisasi di
perlukan agar terjadi pembagian tugas yang seimbang dan objektif yaitu
memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-
masing anggotanya. Adapun Struktur Organisasi Desa Trimurjo
Kebupaten Lampung Tengah sebagai berikut:
Gambar. I Gambaran Struktur Organisasi Kelurahan/ Desa Trimurjo
59
Monografi Kelurahan Trimurjo, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun 2019, h.26
46
STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN/DESA TRIMURJO
B. Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Masjid Nurul Huda
Bedasarkan observasi yang penulis lakukan, di Masjid Nurul Huda
Kelurahan Trimurjo shalat berjamaah merupakan ibadah yang dianjurkan
untuk melaksanakannya secara berjamaah di Masjid khususnya laki-laki
kecuali perempuan karena tidak di haruskan melaksanakan shalat berjamaah
LURAH
RIYANTO
PENATA( III/c )
NIP.19680602 198803 1 009
SEKRETARIS
KELURAHAN
S A B A R
PENATA( III/c )
NIP.19661103 198603 1 004
KASI PEMERINTAHAN
DAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
ARMAN
PENATA( III/c )
NIP.196207051986031015
KASI PEMBANGUNAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
SUPRIYADI
PENATA TK.I ( III/b )
NIP.196811011989031003
KASI KETENTRAMAN,
KETERTIBAN UMUM DAN
PENDAPATAN
MUJI LESTARI,SE
PENATA TK.I (III/d)
NIP.196404061986032012
STAF PEMERINTAHAN
DAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
MISNAH
PENATA MUDA TK.I (IIIb)
NIP.197011101991032005
STAF PEMBANGUNAN
DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
HARISO
PENGATUR TK.I ( II/d )
NIP.196808211989091002
VERONIKA AYU YOHANA
Pengatur Muda TK.I
Nip.19860603 2010 2 006
STAF KETENTRAMAN,
KETERTIBAN UMUM DAN
PENDAPATAN
SUROYO
PENGATUR (II/c)
NIP.197402212007011001
47
di Masjid. Masyarakat Kelurahan Trimurjo mereka rutin melaksanakan shalat
lima waktu secara berjamaah di Masjid, di samping itu juga masyarakat
trimurjo memiliki kegiatan seperti membaca Al-quran, yasinan, wirid (Jumat
Kliwon),dzikir, sholawat dan kegiatan keagamaan di hari hari besar.
Hasil pengamatan dari kegiatan yang dilakukan di Masjid Nurul Huda
membaca Al-qur’an dilaksanakan pada hari minggu legi, yasinan dan wiridan
dilaksanakan setiap malam jum’at, dzikir setiap tanggal 15 jawa atau setiap
minggu keempat.
Shalat berjamaah adalah termasuk yang diwajibkan , yaitu berjamaah
shalat fardu. Shalat berjamaah dalam Al-quran sudah dijelaskan dalam QS.
Al-Baqarah (2) : 43:
Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'.60
Ayat di atas sudah jelas bahwa dalam Al- quran sudah ada perintah
dalam melaksanakan shlat berjamaah, yang menjelaskan bahwa ruku’lah
bersama orang-orang yang rukuk.
Hasil observasi yang dilakukan di Masjid Nurul Huda di Desa
Trimurjo bahwa Pelaksanaan shalat berjamaah di Masjid ini termasuk sudah
baik, dan sudah mengalami peningkatan dari hari ke hari sehingga masjid
yang ada di kelurahan tersebut berfungsi sebagai mestinya. Peningkatan
shalat fardhu secara berjamaah di Masjid Nurul Huda pada hari pertama,
60
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma, h.7
48
shalat dzuhur mencapai 10 jamaah, hari kedua 17 jamaah. Pada hari ketiga
shalat maghrib, jamaah di Masjid Nurul huda mencapai 25 jamaah dan hari
berikutnya mencapai 38 jamaah. Shalat Isya pada hari ke lima mencapai 25
jamaah dan hari berikutnya mencapai 30 jamaah.
Pelaksanaan sahalat berjamaah di Masjid Nurul Huda mengalami
peningkatan sampai sekarang dari yang jamaahnya sedikit, saat ini jamaah
sahalat berjamaah sudah lumayan banyak yang melaksanakan shalat.
Masyarakat juga di himbau untuk berangkat lebih awal sebelum adzan
berkumandang, dan tidak memberatkan masyarakat karena pada hakikatnya
Allah sudah memberikan kemudahan shalat berjmaah bagi orang-orang yang
memiliki kesibukan, yang terpenting memiliki niat untuk melaksanakan shalat
berjamaah di Masjid dan lebih baik menjadi masbuk dari pada tidak sama
sekali melaksanakan shalat berjamaah karena pahala sama seperti yang
melaksanakan shalat berjamaah.
Shalat berjamaah ini mengajarkan masyarakat agar lebih menghargai
waktu dan kedisiplinan dalam mengerjakan shalat lima waktu terutama untuk
melakukan secara berjamaah karena dengan senantiasa melaksankan shalat
tepat waktu akan melatih masyarakat disiplin dan memperoleh keutamaan
dari shalat berjamaah. Melaksankan shalat berjamaah juga dapat menjalin
silaturahmi antar umat, sehingga masyarakat lebih rukun dan saling tolong
menolong satu sama lain.
49
C. Peran Da’i Dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Berjamaah Di Desa
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Bedasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan informan
pertama ( sumber primer) ( Kasimin ) tentang peran da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah di Kelurahan/ desa Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah. Diperoleh data hasil wawancara sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapat bapak tentang kewajiban shalat berjamaah?
Jawab :
Kasimin menjelaskan bahwa shalat berjamaah itu diwajibkan bagi
laki-laki tanpa terkecuali, yang tidak diharuskan itu adalah
perempuan dan beliau menjelaskan bahwa lebih baik datang
terlambat ( Masbuk) dari pada tidak melaksanakan shalat
berjamaah sama sekali. Untuk keberangkatan itu sudah sebelum
adzan berkumandang diusahakan sudah sampai dimasjid.
2. Apa saja peran dai dalam lingkup masyarakat setempat?
Jawab:
Kasimin mengatakan bahwa peran da’i itu memberikan contoh
yang baik melalui tindakan kepada masyarakat setempat
khususnya shalat berjamaah, dan dimulai dari diri sendiri setelah
itu baru mengajak/ merangkul masyarakat supaya mau
melaksanakan shalat berjamaah di Masjid.
50
3. Apa kegiatan yang dilakukan da’i dalam bidangnya?
Jawab:
Kasimin Memberikan wawasan tentang keagaaman kepada
masyarakat.
4. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam melaksanakan shalat
berjamaah?
Jawab :
Kasimin mengatakan kesadaran masyarakat sudah cukup baik
dalam kesadaran shalat berjamaahnya, hanya saja faktor
kesibukan yang menjadi penghambat mereka untuk melaksanakan
shalat berjamaah baiasanya shalat dzuhur yang sedikit karena
mayoritas di desa ini pekerjaannya adalah petani.
5. Bagaimana keadaan shalat berjamaah di Masjid Nurul Huda?
Jawab :
Kasimin mengatakan bahwa keadaan shalat berjamaah di desa ini
sudah membaik sudah meningkat dari hari kehari.
6. Apakah peran da’i berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah?
Jawab :
Kasimin mengatakan sangat berpengaruh karena pada awalnya
dari diri sendiri dulu, setelah itu memberikan contoh kepada
masyarakat serta mengajak shalat berjamaah dan timbul
51
kesadaran/ keinginan dari masyarakat itu melaksanakan shalat
berjamaah di Masjid.
7. Bagaimana cara da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjamaah?
Jawab :
Kasimin mengatakan yaitu dengan cara pendekatan kepada
masyarakat supaya masyarakat mampu melaksanakan apa yang
disampaikan sesuai dengan syariat Islam. Selain itu dengan
memberikan nasehat kepada masyarakat dengan cara yang baik,
yaitu petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang
baik. Selanjutnya adalah dengan cara memberikan
pengetahuan/wawasan dan disertai tindakan nyata serta
membrikan contoh yang baik seperti, ajakan sholat lima waktu
dengan tepat waktu, zakat dan ilmu keagamaan lainnya sehingga
dengan cara seperti itu akan tumbuh kesadaran dari diri mereka
supaya melaksanakan shalat berjamaah.
8. Bagaimana peran da’i dalam meningkatkan dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah?
Jawab :
Kasimin menjelaskan peran da’i dalam meningkatkan kesadaran
shalat berjamaah di Desa Trimurjo adalah memberikan wawasan
atau pemahaman tentang kewajiban shalat berjamah dan
memberikan contoh atau keteladaan yang baik kepada
masyarakat dengan pendekatan-pendekatan yaitu dengan
tindakan, dengan bijaksana, dengan memberikan nasihat, dan
memberikan suri tauladan yang baik. Setelah itu baru kita
rangkul/ ajak masyarakat untuk melaksanakan shalat berjamaah di
Masjid berama-sama.
52
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Da’i Dalam Meningkatkan
Kesadaran Shalat Berjamaah Di Desa Trimurjo
1. Faktor Pendukung Da’i Dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat
Berjamaah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh agama ( Ma’ruf)
Adapun faktor pendukung da’i dalam menigkatkan kesadaran shalat
berjamaah di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah adalah:
a. Harus berwawasan yang luas.
b. Cara mengajak dan menyampaikannya sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat atau individual.
c. Adanya dukungan atau respon dari masyarakat serta tokoh agama
d. Jamaah ikut dalam mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat
berjamaah.
e. Tersedianya fasilitas Masjid yang memadai untuk digunkan shalat
berjmaah.
Faktor pendukung da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah adalah berwawasan yang luas dalam arti seorang da’i
memberikan tausiah kepada masyarkat setiap shalat maghrib dan subuh
serta memberikan tausiah pada saat mengisi pengajian di desa Trimurjo
menjadi salah satu faktor pendukung da’i dalam memberikan
pemahaman kepada masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi
mayarakat, serta adanya dukungan dari masyarakat dan jamaah yang ikut
dalam mengajak masyarakat agar melaksanakan shalat berjamaah di
masjid.
Faktor pendukung lainnya adalah tersedianya fasilitas Masjid
yang memadai sehingga dapat digunkan dalam pelaksanaan shalat
berjamaah di Masjid Nurul Huda. Sehingga dengan seperti itu lebih
53
terjalin silaturahmi masyarakat dan dapat memakmurkan Masjid
sebagaimna mestinya.
1. Faktor Penghambat Da’i Dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat
Berjamaah
Berdasarkan wawancara dengan da’i (Kasimin) Faktor
penghambat da’i dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
melaksanakan shalat berjamaah di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah yaitu:
a. Faktor pengetahuan masyarakat yang masih rendah, utamanya
pengetahuan tentang keagamaan.
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang keagamaan terutama
tentang kewajiban shalat berjamaah serta shalat 5 waktu. Banyak
masyarakat yang masih tidak mau melaksanakan shalat, masih
banyak masyarakat yang tidak tau ilmu agama secara mendalam.
b. Masyarakat yang memiliki sifat keras.
Masyarakat yang memiliki sifat keras, sangat susah diluluhkan
karna keegoisan yang dimiliki setiap individu contohnya tidak mau
dinasehati karna tidak melaksanakan shalat.
c. Faktor kesibukan sehingga jarang yg melaksanakan shalat jamaah.
Faktor penghambat da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah di sebabkan karena kesibukan masyarakat yang
mayoritas petani yang menyebabkan da’i sulit untuk mengajak
54
masyarakat melaksanakan shalat berjmaah dengan alasan
kelelahan.
E. Pembahasan
Bedasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis diperoleh
data mengenai peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjamaah di
Desa Trimurjo adalah memberikan pemahaman keagamaan khususnya shalat
berjamaah kepada masyarakat dengan pendekatan-pendekatan antara lain
dengan tindakan, dengan bijaksana, dengan kesabaran yaitu memberikan
nasihat dan memberikan suri tauladan yang baik, dengan cara seperti itu akan
timbul kesadaran masyarakat untuk melaksanakan shalat berjamaah di Masjid
Nurul Huda yaitu.
Penerapan yang digunakan seorang da’i adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan Tindakan yaitu dengan memberikan pemahaman
keagamaan yang disertai dengan tindakan yang nyata artinya dapat
memberikan contoh kepada masyarakat seperti, mengajak shalat lima
waktu berjamaah di Masjid, bersosialisasi dengan masyarakat sehingga
apa yang sampaikan dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya, seiringnya
waktu akan di contoh oleh masyarakat setempat. Memberikan
pemahaman seperti memberikan tausiah pada saat sebelum shalat
berjamaah serta memberikan tausiah saat pengajian didesa Trimurjo.
Dengan cara seperti itu dapat mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan shalat secara
berjamaah.
55
2. Dengan Bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa kepada
masyarakat dengan sikap yang tepat dalam menyikapi setiap keadaan
suapaya masyarakat mampu melaksanakan apa yang disampaikan sesuai
dengan syariat Islam. Melalukan mendekatan dengan masyarakat
contohnya seperti mengajak berbincang bincang mengenai kewajiban
shalat berjamaah. Melakukan pendekatan kepada masyarakat khususnya
yang ada di Desa Trimurjo mengajak dengan cara memberi semangat,
sabar, dan ramah sehingga masyaakat merespon baik apa yang
disampaikan. Dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat
khususnya di Desa Trimurjo ini supaya dapat membawa perubahan yang
baik bagi masyarakat.
3. Kesabaran Dalam Memberikan Nasihat, maksudnya adalah memberikan
nasehat kepada mayarakat di Desa Trimurjo dengan cara yang baik, yaitu
petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang lembut, sopan
dan tidak menyinggung perasaan orang lain contohnya adalah ajakan
sholat lima waktu dengan tepat waktu, ketika ada seseorang yang tidak
melaksanakan shalat. Sehingga apa yang disampaikan dapat menyentuh
hati masyarakat dan dengan cara seperti itu akan tumbuh kesadaran dari
diri mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah.
4. Mampu Menjadi Suri Tauladan, Seorang da’i juga harus mampu menjadi
suri tauladan bagi masyarakatnya. Seperti contoh selalu melaksanakan
shalat berjamaah dengan tepat waktu, berbicara dengan bahasa yang
halus, dan harus mampu membawa masyarakatnya kejalan yang benar.
56
Seorang da’i juga harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi, sesuai
dengan tiggkat pemahaman yang berbeda-beda. Maka da’i di tuntut
untuk menggunakan cara sesuai dengan kondisi masing-masing orang
sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Menggunakan 4 penerapan itu dalam kehidupan masyarakat dapat
menimbulkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan shalat lima waktu
secara berjamaah di Masjid Nurul Huda, dan menjadikan perubahan bagi
masyarakat yang ada di Desa Trimurjo serta dapat menjalin kekeluargaan
antar masyarakat dengan baik.
Dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di Desa Trimurjo
diantaranya masyarakat lebih mementingkan duniawi, menganggap shalat
berjamaah tidak terlalu penting, faktor kesibukan dan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam melaksanakan shalat berjmaah, dapat diatasi dengan
berbagai pendekatan-pendekatan yang dapat meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah yaitu pertama, dengan tindakan yang dilakukan da’i seperti
mengajak shalat berjmaah. Kedua, dengan bijaksana, melakukan pendekatan
kepada masyarakat dengan sikap baik yaitu dengan ramah, memberikan
motivasi dan semngat kepada masyarakat untuk melaksanakan shalat
berjamaah. Ketiga, kesabaran dalam memberikan nasihat, dengan
menggunakan tutur kata yang lembut, sopan, tidak memaksakan kehendak
dan tidak menyinggung masyarakat. Keempat, memberikan suri tauladan
seperti konsisten melaksanakan shalat berjamaah, membiasakan
57
memberikan salam kepada semua orang, dan tidak mengucapkan kalimat-
kalimat yang kasar.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh seorang da’i dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat di Desa Trimurjo dalam melaksanakan
shalat berjmaah yaitu masyarakat lebih rajin melaksanakan shalat secara
berjamaah di Masjid, lebih terjalin silaturahmi antar masyarakat, tidak
mementingkan diri sendiri dan lebih memakmurkan masjid sebagaimana
fungsinya sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt.
Faktor pendukung da’i dalam menigkatkan kesadaran shalat
berjamaah adalah berwawasan yang luas menjadi salah satu faktor
pendukung da’i dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat sesuai
dengan situasi dan kondisi mayarakat, adanya dukungan dari masyarakat
dan jamaah yang ikut dalam mengajak masyarakat agar melaksanakan shalat
berjamaah di masjid serta tersedia fasilitas yang memadai sehingga dapat
digunakan dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
Faktor penghambat da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah di sebabkan karena kesibukan masyarakat yang menyebabkan
da’i sulit untuk mengajak masyarakat melaksanakan shalat berjmaah dengan
alasan kelelahan. Serta faktor individual yang memiliki sifat keras.
58
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap peran da’i dalam meningkatkan
kesadaran shalat berjamaah di Desa Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran da’i dalam meningkatkan kesadaran shalat berjamaah yaitu dengan
memberikan pemahaman dan disertai dengan tindakan yang nyata seperti
mengajak shalat berjamaah. Kedua, dengan bijaksana yaitu melalui
pendekatan kepada masyarakat dengan sikap baik. Ketiga, kesabaran
dalam memberikan nasihat kepada masyarakat di Desa Trimurjo dengan
cara yang baik, sehingga membawa perubahan pada masyarakat.
Keempat, menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakatnya dan
mampu membawa masyarakatnya kejalan yang benar.
2. Faktor pendukungnya adanya dukungan dari masyarakat dan jamaah
yang ikut dalam mengajak masyarakat agar melaksanakan shalat
berjamaah di masjid serta tersedianya fasilitas yang memadai sehingga
dapat digunakan dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
Faktor penghambat di sebabkan sebabkan karena kesibukan
masyarakat yang mayoritas petani yang menyebabkan da’i sulit untuk
mengajak masyarakat melaksanakan shalat berjmaah dengan alasan
kelelahan. Serta faktor individual yang memiliki sifat keras.
59
B. SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis peroleh, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi da’i, sebaiknya da’i lebih memberikan pemahaman kepada
masyarakat sehingga mereka mengetahui lebih dalam tentang ilmu
keagamaan dengan cara yang tepat dan tidak memaksakan kehendak
masyarakat. Seorang da’i juga harus mampu menjadi contoh yang baik
bagi masyarakatnya, dan masyarakatnya akan mengikui prilaku
pemimpin yang baik.
2. Bagi masyarakat, sebaiknya masyarakat lebih memperbaiki ilmu agama
dan mengutamakan akhirat serta menjadikan shalat sebagai kewajiban
yang harus di laksanakan. Kedudukan shalat lima waktu ibarat tiang
agama yang menjadi pondasi tegaknya Agama Allah Swt, yang menjadi
pembeda antara kaum muslimin dan kaum kafir serta menjadi penentu
baik tidaknya amalan-amalan yang pertama kali di hisab Allah di akhirat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abas Arfan Lc, Fiqih Ibadah Praktis, Malang: UIN- Maliki Press, 2011
Abu Malik Kamal Bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah Untuk Wanita, Jakarta: Al-
I’tishom Cahaya Umat, 2007
Ahmad Sarwat, Lc,Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2015
Bisri. M. Djaelani, Besucces With Shalat, Yogyakarta: Madina, 2010
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara,
2013
Dewi Sadiah, MetodePenelitianDakwah, Pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015
Faizah dan Lalu Muchin Efendi, Psikologi Dakwah,Jakarta: Prenada Media,2018
Fathul Bahri An-Nabiry,Meneliti Jalan Dakwah Bekal Pejuang Para Da’i, Jakarta
: Amzah,2008
Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban
Islam, Jakarta: Kencana, 2011
Khalilurahman Al- Mahfani, Kitab Lengkap Panduan Shalat, Jakarta: Wahyu
Qalbu, 2016
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Department Agama Repuplik Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemah, Bandung: Pt. Sigma Exmedia Arkanleenma
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2015
Monografi Kelurahan Trimurjo, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2019
Nasution, sosiologi pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2004
Masykuri Abdurrahman, Kupas Tuntas Shalat, Tata Cara Dan Hikmahnya,
Jakarta : Erlangga, 2006
Saleh Fauzan, Fiqih sehari-hari Jakarta: Gema Insani Press, 2005
64
Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2016
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah , Jakarta: Amzah, 2009
Soekanto, Sosiologi suatu pengantar ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2011
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Biru Algensindo, 2018
Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Kejalan Allah, Jakarta: Robbani Press, 2011
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
66
JADWAL DAN WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN
TAHUN 2018/2019
No Keterangan 2018 2019
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Penyusunan Proposal
2 Penentuan Sampel
Penelitian
3 Seminar Proposal
4 Pengurusan Izin dan
Pengiriman Proposal
5 Izin Dinas (Surat
Menyurat)
6 Pengumpulan Data
7 Kroscek Kevalidan
Data
8 Tabulasi Data
9 Penulisan Laporan
Skripsi
10 Ujian Munaqasah
11 Penggandaan Laporan
dan Publikasi
TRANSKIP WAWANCARA
HASIL WAWANCARA I
Pewawancara : Leni Mardalena
Informan : Kasimin
Status : Ustadz
Keterangan : Hari Kamis, 21-03-2019
Waktu :11.00
NO Peneliti Responden
1 Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr. Wb
2 Perkenalkan nama saya
Leni Mardalena
Mahasiswa IAIN Metro
yang sedang melakukan
penelitian di sini, bolehkah
saya melakukan
wawancara dengan bapak?
Iya mba boleh.
3 Bagaimana menurut
ustadz tentang kewajiban
shalat berjamaah?
Shalat berjamaah itu
diwajibkan bagi laki-laki
tanpa terkecuali, yang
tidak diharuskan itu adalah
perempuan dan beliau
menjelaskan bahwa lebih
baik datang terlambat (
Masbuk) dari pada tidak
melaksanakan shalat
berjamaah sama sekali.
Untuk keberangkatan itu
sudah sebelum adzan
berkumandang diusahakan
sudah sampai di Masjid.
4 Bagaimana pendapat
ustadz saat mengetahui
masjid sepi dalam
melaksanakan shalat
berjamaah?
Miris sebenarnya melihat
masjid sepi akan jamaah.
Karena faktor kesibukan,
yang mengakibatkan
mereka tidak
melaksanakan shalat
jamaah.
5 Apakah ustad, pada saat
melaksanakan shalat
berjamaah tidak ada
jamaah yang datang?
Belum pernah, pasti ada
yang datang untuk
melaksanakan shalat secara
berjamaah di Masjid.
6 Bagaimana pendapat ustad
terhadap masyarakat yang
tidak melaksanakan shalat
berjamaah?
Karena kesibukan masing
masing, jadi tidak bisa
memaksakan kalau ada
kesadaran pasti akan
melaksanaakan shalat
berjamaah.
7 Bagaimana cara ustad
mengatasi masyarakat
yang jarang sekali
melaksanakan shalat
berjamaah?
Dengan cara melalui
pendekatan terlebih dahulu
serta memberi himbauan
terhadap masyarakat untuk
mengajak melaksanakan
shalat berjamaah.
8 Menurut ustad yang
melaksanakan shalat
berjamaah kisaran berapa
persen?
Yang melaksanakan shalat
berjamaah kisaran 80%,
9 Menurut ustad yang
melaksanakan shalat
alhamdulillah dari hari
kehari mengalami
berjmaah dimasjid
bagaimana
perkembangannya?
peningkatan.
10 Menurut bapak yang
melaksanakan shalat
berjamaah dominan
remaja atau lanjut usia?
Lebih dominan yang sudah
berkeluarga, remaja hanya
1/3 nya saja.
11 Faktor apa saja yang
menjadi pendukung dan
penghambat dalam
mengajak masyarakat
supaya melaksanakan
shalat berjmaaah?
Faktor pendukungnya
harus berwawasan luas
supaya dapat memberikan
pemahaman tentang shalat
berjmaaah, serta adanya
dukungan dari masyarakat
dan tokoh agama, faktor
penghambatnya karena
kesibukan masyarakat
disini yang mayoritas
petani.
12 Menurut ustad
metode/cara yang tepat
digunakan untuk mengajak
masyarakat melaksanakan
shalat berjmaaah?
Dengan cara melalui
pendekatan terlebih dahulu
terhadap masyarakat. Dan
memberikan sedikit
pemahaman terhadap
masyarakat tentang
kewajiban shalat
berjamaah.
13 Menurut ustad peran da’i
itu seperti apa?
Menurut saya peran da’i
itu suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan
dan bisa membawa
perubahan terhadap
masyarakat setempat.
14 Apa saja peran bapak
didalam lingkup
mayarakat setempat?
Memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat,
contoh kecilya dengan
melaksankan shalat
berjamaah dimasjid.
15 Apakah bapak sering
mengikuti kegiatan
keagamaan didesa ini?
Iya , mengikuti kegiatan
keagamaaan yang ada
didesa ini, seperti yasinan,
dzikir, pengajian akbar dll.
16 Materi apa saja yang
bapak sampaikan didesa
ini?
Biasanya saya
menyampaikan materi dari
yang dasar, seperti tentang
wudhu, shalat dll.
17 Menurut bapak seperti apa
kesadaran masyarakat
dalam melaksankan shalat
berjmaah?
kesadaran masyarakat
sudah cukup baik dalam
kesadaran shalat
berjamaahnya, hanya saja
faktor kesibukan yang
menjadi penghambat
mereka untuk
melaksanakan shalat
berjamaah baiasanya shalat
dzuhur yang sedikit karena
mayoritas di desa ini
pekerjaannya adalah
petani.
18 Bagaimana keadaan shalat keadaan shalat berjamaah
berjamaah di Masjid
Nurul Huda?
di desa ini sudah membaik
sudah meningkat dari hari
kehari.
19 Bagaimana cara da’i
dalam meningkatkan
kesadaran shalat
berjamaah?
dengan cara pendekatan
kepada masyarakat supaya
masyarakat mampu
melaksanakan apa yang
disampaikan sesuai dengan
syariat Islam. Selain itu
dengan memberikan
nasehat kepada masyarakat
dengan cara yang baik,
yaitu petunjuk-petunjuk
kearah kebaikan dengan
bahasa yang baik.
Selanjutnya adalah dengan
cara memberikan
pengetahuan/wawasan dan
disertai tindakan nyata
serta membrikan contoh
yang baik seperti, ajakan
sholat lima waktu dengan
tepat waktu, zakat dan
ilmu keagamaan lainnya
sehingga dengan cara
seperti itu akan tumbuh
kesadaran dari diri mereka
supaya melaksanakan
shalat berjamaah.
20 Apakah peran da’i sangat berpengaruh karena
berpengaruh dalam
meningkatkan kesadaran
shalat berjamaah?
pada awalnya dari diri
sendiri dulu, setelah itu
memberikan contoh
kepada masyarakat serta
mengajak shalat berjamaah
dan timbul kesadaran/
keinginan dari masyarakat
itu melaksanakan shalat
berjamaah di Masjid.
21 Bagaimana peran da’i
dalam meningkatkan
kesadaran shalat
berjmaah?
Dengan memberikan
wawasan atau pemahaman
tentang kewajiban shalat
berjamah dan memberikan
contoh atau keteladaan
yang baik kepada
masyarakat dengan
pendekatan-pendekatan
yaitu dengan tindakan,
dengan bijaksana, dengan
memberikan nasihat, dan
memberikan suri tauladan
yang baik. Setelah itu baru
kita rangkul/ ajak
masyarakat untuk
melaksanakan shalat
berjamaah di Masjid
berama-sama.
22 Terimakasih banyak pak
atas informasinya
Iya sama-sama mbak
TRANSKIP WAWANCARA
HASIL WAWANCARA II
Pewawancara : Leni Mardalena
Informan : Kaulun Ma’ruf
Status : Tokoh Agama
Keterangan :Hari Selasa, 19-03-2019
Waktu :11.00
NO Peneliti Responden
1 Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr. Wb
2 Perkenalkan nama saya Leni
Mardalena Mahasiswa IAIN Metro
yang sedang melakukan penelitian di
sini, bolehkah saya melakukan
wawancara dengan ibu ?
Iya boleh, silahkan mba.
3 Bagaimana menurut bapak tentang
kewajiban shalat berjamaah?
Diwajibkan bagi setiap
laki-laki.
4 Apakah bapak, pada saat melaksanakan
shalat berjamaah tidak ada jamaah
yang datang?
Belum pernah
5 Bagaimana cara bapak mengatasi
masyarakat yang jarang sekali
melaksanakan shalat berjamaah?
Dengan cara memberikan
sedikit pemahaman dan
mengajak sahalat
berjamaah dimasjid.
6 Menurut bapak yang melaksanakan
shalat berjamaah kisaran berapa
persen?
Shalat subuh, ashar
maghrb dan isya
mencapai 80% sedangkan
shalat jumat mencapai
100%
7 Menurut bapak seperti apa kesadaran
masyarakat dalam melaksankan shalat
Alhamdulillah sudah
mulai ada perubahan,
berjmaah? yang tadinya belum
melaksankan shalat
berjamaah dimasjid
sekarang sudah mulai
melaksanakan shalat
dimasjid.
8 Bagaimana keadaan shalat berjamaah
di Masjid Nurul Huda?
Mengalami peningkatan.
9 Apakah peran da’i berpengaruh dalam
meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah?
Sanagat berpengaruh,
karena seorang da’i
dituntut untuk mengajak
masyarakat kejalan yang
benar, dalam hal
mengajak shalat
berjamaah.
12 Terimakasih banyak pak atas
informasinya
Iya sama-sama mbak
TRANSKIP WAWANCARA
HASIL WAWANCARA III
Pewawancara : Leni Mardalena
Informan : M. Nur Kholik
Status : Tokoh Agama
Keterangan :Hari Selasa, 19-03-2019
Waktu :10.00
NO Peneliti Responden
1 Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr. Wb
2 Perkenalkan nama saya Leni
Mardalena Mahasiswa IAIN Metro
yang sedang melakukan penelitian di
sini, bolehkah saya melakukan
wawancara dengan ibu ?
Iya boleh, silahkan mba.
3 Bagaimana menurut bapak tentang
kewajiban shalat berjamaah?
Menurut saya diharuskan
untuk laki laki yang sudah
baligh.
4 Apakah bapak, pada saat melaksanakan
shalat berjamaah tidak ada jamaah
yang datang?
Tidak pernah, pasti ada
jamaah yang datang.
5 Bagaimana cara bapak mengatasi
masyarakat yang jarang sekali
melaksanakan shalat berjamaah?
Dengan cara memberikan
nasihat kepada
masyarakat agar mau
melaksanakan shalat
berjmaaah
6 Menurut bapak yang melaksanakan
shalat berjamaah kisaran berapa
persen?
Banyak, yang sedikit
jamaahnya biasanya
shalat dzuhur, karna
masyarakat kebanyakan
sibuk kerja.
7 Menurut bapak seperti apa kesadaran
masyarakat dalam melaksankan shalat
berjmaah?
Sudah baik, sudah ada
kemauan dari diri sendri
untuk melaksanakan
shalat berjmaah.
8 Bagaimana keadaan shalat berjamaah
di Masjid Nurul Huda?
Alhamdulillah ada
peningkatan.
9 Apakah peran da’i berpengaruh dalam
meningkatkan kesadaran shalat
berjamaah?
berpengaruh, karena
seorang da’i harus
memberikan contoh yang
baik, seperti
melaksanakan shalat
berjamaah.
12 Terimakasih banyak pak atas
informasinya
Iya sama-sama mbak
TRANSKIP WAWANCARA
HASIL WAWANCARA IV
Pewawancara : Leni Mardalena
Informan : Sulam
Status : Masyarakat Trimurjo
Keterangan :Hari Kamis, 21-03-2019
Waktu :11.00
NO Peneliti Responden
1 Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr. Wb
2 Perkenalkan nama saya Leni
Mardalena Mahasiswa IAIN Metro
yang sedang melakukan penelitian di
sini, bolehkah saya melakukan
wawancara dengan ibu ?
Iya boleh, silahkan mba.
3 Bagaimana menurut bapak tentang
kewajiban shalat berjamaah?
diwajibkan
4 Menurut bapak bagaimna pelaksanaan
shalat berjamaah di Masjid Nurul Huda
ini?
Menurut saya masyarakat
didesa trimurjo ini rutin
melaksanakan shalat 5
waktu secara berjamaah di
Masjid dan mengikuti
kegiatan keagamaan.
5 Menurut bapak yang melaksanakan
shalat berjamaah dominan remaja atau
lanjut usia?
Berkeluarga, remaja
biasanya saat tertentu
seperti shalat maghrib dan
isya.
6 Apakah bapak mengetahui alasan
masyarakat yang jarang melaksanakan
shalat berjamaah?
Faktor pekerjaan
masyarakat yang
mayoritas petani sehingga
jarang melaksanakan
shalat berjamaah.
7 Bagaimana cara dai menumbuhkan
semngat masyarakat agar selalu
melaksanakan shalat berjmaaah
dimasjid?
Dengan adanya dorongan
dari da’i itu sendiri untuk
mengajak masyarakatnya
agar selalu melaksanakan
shalat berjmaaah
dimasjid.
8 Menurut bapak bagaimana peran dai
yang ada didesa ini, apakah sudah
sesuai dengan yang diharapkan?
Sudah sesuai, karna yang
sayaa tau da’i disini sudah
menjalankan tugasnya
dengan benar, dan selalu
memberikan nasihat serta
memberikan contoh yang
baik.
9 Materi dakwah apasaja yang biasanya
da’i sampaikan didesa ini?
Biasanya da’i disni
meberikan tausiah seputar
shalat.
10 Biasanya da’i menyampaikan pesan
dakwah menggunakan cara apa?
Biasanaya da’i disni
menyampaikan pesan
dakwah menggunakan
metode ceramah.
11 Menurut bapak peran da’i sudah sesuai
belum dengan yang bapak harapkan?
Sudah sesuai, karena
menurut saya da’i disini
cukup membantu dalam
memecahkan masalah
yang ada disini, terutama
tentang masalah
keagamaan.
12 Menurut bapak peran dai berpengaruh
tidak dalam meningkatkan kesadaran
Berpengaruh, termasuk
saya sendiri yang tadinya
shalat berjamaah? jarang melaksanakan
shalat dimasjid dan
sekrang bisa membagi
waktu antara bekerja dan
shalat berjamaah
dimasjid.
12 Terimakasih banyak pak atas
informasinya
Iya sama-sama mbak
TRANSKIP WAWANCARA
HASIL WAWANCARA V
Pewawancara : Leni Mardalena
Informan : Masum
Status : Masyarakat Trimurjo
Keterangan :Hari Kamis, 21-03-2019
Waktu :11.30
NO Peneliti Responden
1 Assalamualaikum Wr. Wb Waalaikumsalam Wr. Wb
2 Perkenalkan nama saya Leni
Mardalena Mahasiswa IAIN Metro
yang sedang melakukan penelitian di
sini, bolehkah saya melakukan
wawancara dengan ibu ?
Iya boleh, silahkan mba.
3 Bagaimana menurut bapak tentang
kewajiban shalat berjamaah?
Fardhu kifayah, tapi kalau
bisa secara berjamaah.
Karena shalat berjamaah
lebih baik dari pada shalat
sendirian.
4 Menurut bapak bagaimna pelaksanaan
shalat berjamaah di Masjid Nurul Huda
ini?
Menurut saya pelaksanaan
shalat berjamaah di
Masjid ini sudah mulai
meningkat jamaahnya dari
hari kehari.
5 Menurut bapak yang melaksanakan
shalat berjamaah dominan remaja atau
lanjut usia?
Rata-rata yang
melaksanakan shalat
berjamaah dimasjid ini
yang sudah berkeluarga
dan lanjut usia.
6 Apakah bapak mengetahui alasan
masyarakat yang jarang melaksanakan
shalat berjamaah?
Faktor pekerjaan
7 Bagaimana cara dai menumbuhkan
semngat masyarakat agar selalu
melaksanakan shalat berjmaaah
dimasjid?
Dengan adanya dorongan
dari da’i itu sendiri untuk
mengajak masyarakatnya
agar selalu melaksanakan
shalat berjmaaah
dimasjid.
8 Menurut bapak bagaimana peran dai
yang ada didesa ini, apakah sudah
sesuai dengan yang diharapkan?
Sudah sesuai.
9 Materi dakwah apasaja yang biasanya
da’i sampaikan didesa ini?
Wudhu, shalat, dan zakat
10 Biasanya da’i menyampaikan pesan
dakwah menggunakan cara apa?
Da’i menyampaikan
pesan dakwah
menggunakan metode
ceramah dan Tanya
jawab.
11 Menurut bapak peran da’i sudah sesuai
belum dengan yang bapak harapkan?
Sudah sesuai, karena
menurut saya da’i disini
sudah cukup membawa
perubahan, dari yang
kurang baik menjadi baik,
dari yang tadinya tidak
melaksanakan shalat
berjamah sekarang sudah
melaksanakan shalat.
12 Menurut bapak peran dai berpengaruh
tidak dalam meningkatkan kesadaran
Sangat Berpengaruh,
shalat berjamaah?
12 Terimakasih banyak pak atas
informasinya
Iya sama-sama mbak
POTO KEGIATAN
Foto Masjid Nurul Huda di Desa Trimurjo/ Kelurahan Trimurjo
Foto Wawancara dengan Sabar, Sekertaris di Desa Trimurjo, Tanggal 19 Maret
2019 Pukul 13.00 WIB
Foto Wawancara dengan Kasimin, Ustadz di Desa Trimurjo Tanggal 21 Maret
2019, pukul 11.00 WIB
Foto Wawancara dengan Kaulun Ma’ruf, Tokoh Agama di Kelurahan Trimurjo
Pada Tanggal 19 Maret 2019, Pukul 11.00
Foto Wawancara dengan M. Nur Kholik, tokoh agama di Kelurahan Trimurjo
Pada Tanggal 19 Maret 2019, Pukul 10.00
Wawancara dengan Sulam, Masyarakat di Kelurahan Trimurjo Pada Tanggal 21
Maret 2019, Pukul 10.00 WIB
Foto Wawancara dengan Masum, Masyarakat di Kelurahan Trimurjo Pada
Tanggal 21 Maret 2019, Pukul 10.30 WIB
Foto kegiatan dzikir di Musholah Nurul Iman, tanggal 21 April 2019 pukul 19.00
Foto kegiatan dzikir di Musholah Nurul Iman, tanggal 21 April 2019 pukul 19.00
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
Foto Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Masjid Nurul Huda Kelurahan Trimurjo
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Leni Mardalena lahir di Bumi
dipasena Utama tanggal 26 Agustus 1997. Dibesarkan di
Bumi Dipasena Sentosa, Blok 01 jalur 36 nomor 04
Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang.
Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di TK Darma Wanita pada
tahun 2002-2003, SD Negeri 1 Bumi Dipasena Sentosa 2003-2009, SMP Negeri
01 Rawajitu Timur pada tahun 2009-2012, SMK Negeri 01 Rawajitu Timur tahun
2012-2015. Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di Institut Agama Islam Negeri Metro melalui
seleksi UM-Mandiri.
Bagi penulis menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggaan
tersendiri yang pada saat ini membawa dampak yang positif bagi kehidupan baik
dari segi pengetahuan maupun pengaplikasian ilmu di masyarakat.