skenario c blok 10 fix
DESCRIPTION
Skenario CTRANSCRIPT
Skenario C Blok 10
Naruto, 3 year old boy is referred to the hospital for shortness of breath.
Since 1 week ago, he suffered from cough and has been treated by doctor. Usually, after
consuming drugs, Naruto recovered from his cough, but in this last treatment there is no
improvement.
Two days before hospitalization, Naruto complained shortness of breath, anorexia, decreased
of activities, fatigue easily and cold sweat on the forehead. His mother worried about his
condition and took him to hospital.
Gestational history : His mother has an history of drug abuse (amphetamines) during the
first trimester of pregnancy
Post natal history : birth weight was 3 kg, frequent respiratory infection, poor weight
Physical Examination :
Body weight 8 kg, body height : 96 cm
Orthopnea, palem temperature: 37, 5 C, respiration rate 40 x/minute, heart rates 120
beats/minutes reguler, blood pressure 100/40 mmHg.
Chest precordial bulging, hyperactive precordium, a systolic thrill in the upper left sternal
borders, a grade 4/6 continous murmur at the left infraclavicular area, an apical diastolic
rumble. Pulmonary crackles (+). Hepatomegaly
ECG: sinus rhythm, normal axis, HR = 120x/menit, regular, left atrial hypertrophy, left
ventricle hypertrophy
Chest X-ray : Cardiothoracic ration 60%, downward apex, increase pulmonary vascular
markings
1
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Shortness of breath : Sesak nafas
2. Cough : Ekspulsi udara yang tiba-tiba dan berisik dari paru-paru,
biasanya terjadi untuk menjaga agar jalan udara paru-paru
bebas dari benda asing
3. Anorexia : Tidak ada atau kehilangan selera terhadap makanan
4. Fatigue : Keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan menurunnya
efisiensi akibat pekerjaan berkepanjangan atau berlebihan
5. Cold sweat : Keringat dingin
6. Amphetamines : 1.simpatomimetik amina mempunyai efek stimulasi pada
system saraf pusat dan perifer ,terutama digunakan sebagai
garam sulfat atau aspartat.penyalahgunaan dapat
menimbulkan ketergantungan.2.sekelompok persenyawaan
yang erat hubungannya dengan kerja serupa dan
amfetamin,misalnya,metamfetamin
7. Orthopnoe : kesulitan bernapas kecuali pada saat berdiri
8. Chest precordial bulging : penonjol pada daerah tubuh yang menutupi jantung dan
dada bagian bawah (biasanya bawaan lahir)
9. Hyperactive precordium : Keadaan peninggian beban volume pada penyakit jantung
bawaan dan keadaan insufisiensi katup berat
10. Systolic thrill : fibrasi yang dirasakan di atas prekordium selama sistolik
pada stenosis aorta,tenosis pulmonal dan defek septum
ventrikel
11. Apical diastolic rumble : bising yang terdengar pada daerah apex jantung pada saat
relaksasi jantung
12. Pulmonary crackles : Krepitasi yang timbul akibat edem paru
13. Hepatomegaly : Pembesaran pada hati
14. Downward apex : Keadaan apex yang tenggelam ke bawah
15. Increase pulmonary vascular marking : pembesaran pembuluh darah paru akibat
peningkatan tekanan intrapulmonar oleh edem paru.
2
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Anamnesis :
a. Naruto, 3 tahun, keluhan utama : Shortness of breath
b. Riwayat perjalanan penyakit:
1 minggu lalu, batuk yang tidak smebuh-sembuh
2 hari sebelum masuk rumah sakit : - Nafas pendek
- Anorexia
- Penurunan aktivitas
- Fatigue
- Cold sweat on forehead
c. R/ kehamilan : Ibu mengkonsumsi amphetamines selama trimester pertama
d. R/ post natal : - Berat badan lahir 3 kg
- Frequent respiration infection
- Poor weight gain
2. Pemeriksaan Fisik :
a. BB : 8 kg. TB: 96 cm
b. Orthopnoe, pucat, temperatur: 37.5 C, RR 40x/menit, HR 120x/menit reguler, BP
100/40 mmHg.
c. Chest precordial bulging, hyperactive precordium, a systolic thrill in the upper left
sternal borders, a grade 4/6 continous murmur at the left infraclavicular area, an
apical diastolic rumble. Pulmonary crackles (+). Hepatomegaly
d. ECG: sinus rhythm, normal axis, HR = 120x/menit, reguler, hipertrofi atrium kiri,
hipertrofi ventrikel kiri
e. Chest X-ray : Cardiothoracic ration 60%, downward apex, increase pulmonary
vascular markings
III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung ? (sintesis)
2. Bagaimana embriologi perkembangan jantung ? (sintesis)
3. Apa penyebab-penyebab nafas pendek ?
3
Edem pulmo, kelemahan otot-otot pernafasan, penyempitan jalur pernafasan, dan
penyakit-penyakit yang mengganggu keseimbangan O2.
4. Bagaimana patofisiologi nafas pendek pada kasus ini ?
Komplikasi gagal jantung (kiri) cadangan darah di jantung berlebih
mengumpul di kapiler pulmonalis pembentukan edem interstitial mengganggu
pergerakan alveoli defek oksigenasi saturnasi o2 darah menurun
merangsang kemoreseptor (pusat pernafasan) shortness of breath
5. Apa penyebab dan bagaimana patofisiologi dari batuk pada kasus ini ?
Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran napas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan primitif untuk membuang sekresi berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Tapi batuk ini menjadi tidak fisiologik lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan.
Penyebab
1. Bronkitisa) radang : infeksi (virus, tifus, radang paru, cacing, TBC )b) Alergi : asmac) Kimiawi : inhalasi asap rokokd) Berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas
2. Penyakit paru supuratif3. Lesi fokal dari laring,trakea atau bronkus4. Tuberkulosis 5. Batuk psikogen6. penyakit jantung Dan apabila seorang dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan batuk yang cukup lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan kemungkinan tiga hal, yaitu batuk karena TB primer, batuk karena alergi dan batuk karena kelainan jantung bawaan.
Pada Naruto, penyebab batuknya adalah adanya radang dan penyakit jantung.
Mekanisme
4
6. Mengapa batuk tidak sembuh setelah pengobatan terakhir ?
Karena pengobatan yang diberikan hanya untuk mengobati symptom.bukan untuk
mengobati kausanya.
7. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme anorexia, penurunan aktivitas, fatigue, serta
keringat dingin di dahi ? (sintesis)
8. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari amfetamin ? (sintesis)
9. Bagaimana pengaruh pemakaian ampetamin dengan perkembangan janin khususnya pada trimester I ? (sintesis)
10. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme infeksi pernafasan dan peningkatan BB
yang buruk pada Naruto ?
BB buruk akibat anoreksia dan penurunan metabolisme tubuh (ATP kurang akibat
O2 <<) yang disebabkan oleh PDA
Infeksi pernafasan: - edema paru-paru yang disebabkan PDA
- sistem imun yang menurun yang disebakan intake makanan
berkurang karena anorexia akibat PDA
11. Bagaiman hubungan antara keadaan post-natal dan keluhan yang dialami Naruto ?
Keadaan post-natal Naruto menjadi faktor pendukung timbulnya keluhan-keluhan
yang dialami oleh Naruto
12. Bagaimana BB dan TB anak umur 3 tahun ?
Berat badan normal untuk anak usia tiga tahun adalah antara 12 hingga 18 kg dan tinggi badan normal antara 88 hingga 102cm. (Pemeriksaan Fisik Bates; 2009:764)Naruto :TB 96cm di antara persentil ke-50 dan ke-75 (normal)BB 8kg di bawah persentil ke-5 (gangguan pertumbuhan)(IKA Nelson; 2000:62)
13. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus ini ? (sintesis)
5
Kongesti paru
Penumpukan cairan
Terganggunya pertukaran O2 di paru-paru
Refleks tubuh untuk mengeluarkan
BATUK
14. Bagaimana interpretasi pemeriksaan EKG ? Bagaimana mekanismenya (yang
abnormal) ? (sintesis)
15. Bagaimana interpretasi pemeriksaan Chest X-ray ? Bagaimana mekanismenya (yang
abnormal) ? (sintesis)
16. Bagaimana diagnosis bandingnya ?
Sign & Simptom PDA ASD VSD Koartasio Aorta
Pulmonary Stenosis
Sesak nafas √ √ √ √ √
Mudah lelah √ √ √ √ √
Infeksi Sal.Nafas (ditandai batuk)
√ √ √
Pucat √ √
Berkeringat √ √
Takikardi √ √ √ √ √
Murmur Continuous Murmur
(Machinery)
Systolic Murmur
Pansystolic Murmur
Murmur halus
Systolic Murmur
Pertumbuhan terhambat
√ √ √
Systolic thrill The upper left sternal
border
The lower left sternal
border
The lower left sternal
border
the suprasternal
notch
Sela iga II tepi sternum
kiri
grade continous murmur
1-4/6 in the left
infraclavicular area
2-3/6 2-5/6 in the lower left
sternal border
2-4/6 at the upper right
sternal border and
mid or lower left sternal border and
the left interscapular area in the
back.
Sinus rhytm √
6
Normal axis √ Right axis deviation of
+ 90 to + 180 degrees
HR= 120x/menit, regular
√
Left atrial hypertrophy dan
Left ventricle hypertorphy
√ right ventricular
hypertrophy
√ √ √
Cardiothoracic ratio 60 %
√ √
Downward apex √ √
Increase pulmonary
vascular marking
√ √ √ Normal
17. Bagaimana cara menegakan diagnosis dan diagnosis kerjanya ?
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan
menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur (bunyi jantung yang terus-menerus )
yang nyaring.
A.Anamnesis (aloanamnesis): Dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengn keluhan yang dapat dilihat pada pasien.
Riwayat gestasi dan kelahiran : premature, kebiasaan dan konsumsi ibu saat
mengandung, cara kelahiran
Riwayat penyakit pasien : infeksi, dll
Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit cardiovascular
7
Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali, angina,
palpitasi, sinkop.
Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari pengukuran tekanan darah, denyut jantung, pernapasan,
dan suhu tubuh sampai pada langkah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
C. Pemeriksaan radiologi (foto thorax)
Foto thorax: Normal jika defeknya kecil. CTR > 50 % indikasi ada kardiomegali,
pembesaran segmen pulmonal, dan downward apex indikasi ada hipertrofi ventrikel kiri.
D. Pemeriksaan tambahan
a. ECG
Dapat ditemukan gelombang P yang melebar dengan indikasi hipertrofi
atrium kiri. Selain itu, gel. Q yang dalam dan R tinggi
Jika ada gel. R tinggi dengan perubahan axis ke kanan menunjukkan
adanya hipertrofi ventrikel kanan dan hiperensi pulmonal
b. Echocardiography
o Mengetahui lokasi defek, ukuran defek, arah, dan gradient aliran
o Perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal
o Gambaran beban volume yang diterima jantung kiri
o Keterelibatan katup aorta dan trikuspid
c. MRI
Mengetahui besarnya curah jantung, besar pirau, dan kelainan pada aorta
8
d. Kateter (untuk indikasi hipertensi pulmonal)
o Menentukan teakan serta resistensi arteri pulmonalis
o Reversibilitas resistensi oksigen, NO, prostaglandin, atau adenosin
o Evaluasi aliran intrakardiak
o Angiografi venrikel kiri untuk mengetahui letak dan jumlah defek
o Angiografi aorta untuk mengetahui adanya kemungkinan prolaps aorta
dan regurgitasi.
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang, diagnosis
kerjanya ialah (PDA) patent duktus arteriosus
*PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
18. Bagaimana etiologi, faktor resiko dan epidemiologi dari kasus ? (sintesis)
19. Bagaimana patofisiologi dan patogenesisnya dari kasus ini? (sintesis)
20. Bagaimana manifestasi klinis dari kasus ini ? (sintesis)
21. Bagaiamana penatalaksanaan dari kasus ini? (sintesis)
22. Bagaiamana prognosis? (sintesis)
23. Bagaiamana komplikasi yang terjadi ? (sintesis)
24. Bagaimanan kompetensi dokter umum dalam kasus ini ? (sintesis)
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
IV. HIPOTESIS
Naruto, 3 tahun, mengalami Patent Ductus Arteriosus (PDA) karena penyalahgunaan obat
amphetamine saat trimester pertama kehamilan
9
V. KERANGKA KONSEP
10
Anamnesis
Keluhan Utama=sesak nafas
1 mg lalu lalu batuk, namun tidak mebaik dengan pengobatan
2hari sblm masuk RS, sesak nafas, anorexia, aktivitas menurun, mudah capek, keringat dingin di dahi
Ibunya aphetamine abuse slama trimester pertama
BB lahir=3kg, infeksi
Pemeriksaan Fisik
BB 8 kg
TB 96 cm
suhu tubuh 37,5C
RR 40 x/menit
denyut jantung 120 bpm reguler
TD 100/40 mm Hg.
Orthopnea
pale
Precordial bulging pada dada
precordium hiperaktif
systolic thrill pada daerah kiri atas
sternal
continuous murmur dengan grade
4/6 pada daerah linfraclavicular
kiri
Naruto, 3 tahun
Pemriksaan Penunjang,
1. EKG : Sinus rhythm, normal
axis, HR= 120 bpm, regular,
atrial kiri hipertrofi, left
ventrikel kiri hipertrofi.
2. Chest X-Ray : Cardiothoracic
rasio 60 %, downward apex,
pulmonary vascular markings
PDA tidak cepat
CHF Umur 3 tahun
VI. SINTESIS
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung Anak
Pada bayi dan anak kecil, posisi jantung lebih horizontal, sehingga iktus kordis dalam keadaan normal terdapat di sela iga ke-4 pada garis midclavicularis kiri atau sedikit lateral. Pada anak usia 3 tahun ke atas, iktus kordis terdapat pada sela iga ke-5, sedikit medial dari garis midclavicularis kiri.
Jantung merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mirip pyramid dan terletak didalam pericardium di mediastinum. Jantung memiliki tiga permukaan :
a) Facies sternocostalis (anterior) terutama dibentuk oleh atrium dexter dan ventriculus dexter, yangdipisahkan satu sama lain oleh sulcus atrioventricularis.
b) Facies diaphragmatica (inferior) jantung terutama dibentuk oleh ventriculus dexter dan sinister yang dipisahkan oleh sulcus interventricularis posterior.
c) Basis cordis (facies posterior) terutama ibentuk oleh atrium sinistrum, tempat bermuara empat venae pulmonales. Basis cordis terletak berlawanan dengan apex cordis
d) Apex cordis, dibentuk oleh vtriculus sinister, mengarah ke bawah, depan, dan kiri, terletak setinggi spatium intercostale V sinistra, 9 cm dari garis tengah.
Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang : atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Jantung merupakan pompa
11
muscular. Serangkaian perubahan yang terjadi di dalam jantung pada saat pengisisan darah dan pengosongan darah disebut sebagai siklus jantung. Jantung nomal berdenyut sekitar 70 sampai 90 kali per menit pada orang dewasa yang sedang istirahat dan sekitar 130 sampai 150 kali per menit pada anak yang baru lahir.
Darah secara terus menerus kembali ke jantung, dan selama sistolik ventrikel (kontraksi), saat valva atrioventrikularis tertutup, darah untuk sementara ditampung di dalam vena- vena besar dan atrium. Bila ventrikel mengalami diastolik (relaksasi), valva atrioventrikularis terbuka, dan darah secara pasif mengalir daria trium ke ventrikel. Waktu ventrikel hampir penuh, terjadi sistolik atrium dan memaksa sisa darah dalam strium masuk ke dalam ventrikel. Nodus sinuatrialis memulai gelombang kontraksi pada trium, yang dimulai di sekitar muara- muara vena- vena besar dan memeras darah ke ventrikel. Dengan cara ini tidak terdapat refluks darah ke dalam vena. Impuls jantung yang telah mencapai nodus atrioventrikularis diteruskan ke musculli papillares lalu mulai berkontraksi dan memendekkan chordae tendineae yang kendur. Sementara itu ventrikel mulai berkontraksi dan valva atrioventricularis menutup. Penyebaran impuls jantung sepanjang fasciculus atrioventricularis dan cabang- cabang terminalnya, termasuk serabut Purkinje, emnjamin bahwa kontraksi myocardium terjadi hampir bersamaan waktunya di seluruh ventrikel. Bila tekanan darah intraventrikular melebihi tekanan di dalam arteri- arteri besar (aorta dan truncus pulmonalis), cuspis valvula semilunaris terdorong ke samping dan darah dikeluarkan dari jantung. Pada akhir sistolik ventrikel, darah mulai bergerak kembali ke ventrikel dan dengan segera mengisi kanong- kantong valvula semilunaris. Cuspis terletak dalam keadaan aposisi dan menutupi ostium aortae dan pulmonalis dengan segera.
Hemodinamika pada Janin
Selama kehidupan janin, paru-paru berada dalam keadaan kolaps, dan faktor-faktor kompresi elastik paru yang mempertahankan alveoli agar tetap kolaps juga mempertahankan sebagian besar pembuluh darah paru tetap kolaps. Karena itu, tahanan terhadap aliran darah yang melalui paru begitu besarnya sehingga tekanan arteri pulmonalis pada janin tinggi. Selain itu, karena tahanan yang rendah terhadap aliran darah dari aorta melalui pembuluh besar plasenta, maka tekanan dalam aorta janin lebih rendah daripada normal-bahkan lebih rendah daripada arteri pulmonalis. Hal ini mengakibatkan hampir seluruh darah arteri pulmonalis mengalir melalui arteri khusus yang terdapat dalam janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta, yaitu duktus arteriosus, jadi memintas paru-paru. Keadaan ini memungkinkan resirkulasi darah dengan cepat melalui arteri sistemik janin tanpa harus melewati paru-paru. Kurangnya aliran darah yang melalui paru-paru tidak menimbulkan kerugian bagi janin karena darah dioksigenasi oleh plasenta.
12
Penutupan duktus arteriosus setelah lahir
Segera setelah bayi lahir dan mulai bernapas, paru-parunya mengembang; tidak hanya terjadi pengisian alveoli oleh judara tetapi juga tahanan terhadap aliran darah yang melalui vaskularisasi paru mengalami penurunan hebat, sehingga tekanan arteri pulmonalis turun. Bersamaan dengan itu, tekanan aorta naik akibat terhentinya aliran darah dari aorta ke plasenta secara mendadak. Jadi, tekanan di arteri pulmonalis turun, sementara tekanan di aorta naik. Sebagai akibatnya, aliran maju darah yang melalui duktus terhenti secara tiba-tiba pada saat lahir, dan, sekarang, darah mulai mengalir terbalik dari aorta ke arteri pulmonal melalui duktus. Keadaan aliran darah terbalik yang baru ini menyebabkan duktus arteriosus menutup dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari pada kebanyakan bayi, sehingga aliran darah yang melalui duktus tidak ada lagi. Duktus diduga menutup karena darah aorta yang sekarang mengalir melalui duktus
13
mempunyai kadar oksigen dua kali lebih tinggi daripada darah yang mengalir dari arteri pulmonalis ke duktus selama kehidupan janin. Kemungkinan oksigen menyebabkan konstriksi otot di dinding duktus. Sayangnya, sekitar 1 dari tiap 5500 bayi, tidak terjadi penutupan duktus sehingga menimbulkan keadaan yang dikenal sebagai patent duktus arteriosus.
B. Embriologi Jantung
Jantung mulai berkembang dari lapisan mesoderm pada hari ke-18 atau ke-19 setelah fertilisasi. Pada bagian head end embrio, sel-sel calon jantung berkembang menjadi cardiogenic area. Mesoderm di cardiogenic area membentuk sepasang cardiogenic cords yang kemudian berkembang menjadi sepasang tabung berongga yang disebut sebagai endocardial tube. Karena pelekukan lateral embrio, endocardial tubes menyatu membentuk primitive heart tube pada hari ke-21 setelah fertilisasi.
Pada hari ke-22, primitive heart tube berkembang menjadi lima bagian yang mulai memompa darah,yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel, bulbus cordis, dan trunkus arteriosus. Sinus venosus menerima darah dari semua vena embrio dan kontraksi bakal jantung bermula dari bagian ini.
Pada hari ke-23, primitive heart tube memanjang. Karena bulbus cordis dan ventrikel berkembang lebih cepat daripada bagian lain dari primitive heart tube, tabung mulai melekuk berbentuk U kemudian berbentuk S. Hasilnya, pada hari ke-28, calon atrium dan ventrikel berada pada posisi akhir seperti pada orang dewasa.
Pembagian bagian kanal atrioventrikular, atrium, dan ventrikel pada dasarnya akan sempurna pada akhir menggu kelima. Pembentukan katup atrioventrikular antara minggu kelima dan kedelapan, sedangkan pembentukan katup semilunar antara minggu kelima dan minggu kesembilan.
14
C. Interpretasi pemeriksaan fisik
1. Berat badan 8 kg
Interpretasi: berat badan kurang (gagal tumbuh)
Normal: 12,5 kg-16,6 kg (persentil ke 10-90)
2. Tinggi badan 96 cm normal
Normal : 91 cm-101 cm (persentil ke 10-90)
3. Pale / pucat
Dapat dilihat pada kuku, konjungtiva, mukosa mulut, lidah, faring.
Interpretasi:
o Anemia
o Alergi
o Kurang sinar matahari
o Sirkulasi darah tidak adekuat
Pada kasus: pucat diakibatkan karena sirkulasi darah yang tidak adekuat sehingga
menurunkan perfusi darah ke jaringan.
4. Orthopnea
Adalah kesulitan bernapas kecuali pada saat berdiri.
Interpretasi : merupakan tanda awal terjadinya gagal jantung.
Mekanisme :
15
5. Suhu 37,5˚C subfebris, disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan.
6. RR 40 x/menit
Interpretasi: takipnea (merupakan tanda awal adanya gagal jantung)
Normal:
o Neonatus : 30-60 x/menit
o 1 bulan-1 tahun : 30-60 x/menit
o 1 tahun-2 tahun : 25-50 x/menit
o 3 tahun-4 tahun : 20-30 x/menit
o 5 tahun-9 tahun : 15-30 x/menit
o 10 tahun atau lebih : 15-30 x/menit
7. HR 120 bpm, regular normal
o Lahir : 120-140 bpm
o 1 tahun : 80-140 bpm
o 2 tahun : 80-130 bpm
o 3 tahun : 80-120 bpm
16
Edema paru-paru
Saat posisi berdiri berubah menjadi posisi berbaring
Tekanan hidrostatik di vena tungkai menurun & volume darah yang terbendung kembali ke jantung kanan
Disalurkan ke paru-paru Reduksi tekanan vena ekstremitas menyebabkan berpindahnya keseimbangan cairan melintasi membran kapiler
Karena fungsi ventrikel kiri tidak adekuat, aliran darah keluar dari vaskular paru terganggu
Menambah kongesti paru
orthopnea
Cairan memasuki ruang vaskular
Volume darah sirkulasi >>
o > 3 tahun : 70-115 bpm
8. Tekanan darah 100/40 mmHg normal
o Lahir : 60-90/20-60 mmHg
o Setiap tahun bertambah 2-3 mmHg
o 3 tahun : 66-100/26-70 mmHg
9. Chest precordial bulging
Daerah precordial yang lebih menonjol dari daerah di sekitarnya.
Interpretasi: ada defek septum ventrikel besar.
10. Hyperactive precordium
Keadaan peninggian beban volume pada penyakit jantung bawaandan keadaan
insufisiensi katup berat.
Interpretasi: ada defek septum ventrikel besar.
11. Systolic thrill at the lower left sternal border
Getaran yang dihasilkan pada dinding dada akibat adanya aliran turbulen
intrakardiak yang cukup kuat pada saat systole, biasanya terdapat pada grade
murmur > 4.
Interpretasi: ada VSD besar, stenosis pulmonal, stenosis arteri pulmonal, PDA.
12. Grade 4/6 holosystolic murmur at the lower left sternal border
Bising yang dimulai bersamaan dengan bunyi jantung I, terdengar sepanjang fase
sistolik dan berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II.
Interpretasi: ada defek septum ventrikel, insufisiensi mitral, dan insufisiensi
tricuspid.
Derajat bising:
Derajat 1/6: bising yang sangat lemah, dapat didengar oleh pemeriksa yang
berpengalaman di ruangan yang tenang.
Derajat 2/6: Bising yang lemah tetapi mudah didengar, dengan penjalaran
minimal.
Derajat 3/6: Bising yang keras tetapi tidak disertai getaran bising, penjalaran
sedang.
Derajat 4/6: Bising yang keras yang disertai getaran bising, penjalarannya
luas.
17
Derajat 5/6: Bising yang sangat keras, tetap terdengar bila stetoskop
ditempelkan sebagian saja pada dinding dada, penjalaran luas.
Derajat 6/6: Bising yang paling keras, tetap terdengar meskipun stetoskop
diangkat dari dinding dada, penjalarannya sangat luas.
13. Apical diastolic rumble
Interpretasi: ada defek septum ventrikel sedang-berat
14. Pulmonary crackles (+)
Bunyi gemercak halus di paru-paru (ronkhi halus)
Interpretasi:
Bila terdapat di seluruh bidang dada mengindikasikan adanya bronkhiolitis,
bronkhopneumonia, atelaktasis.
Bila terdapat di dada bagian atas mengindikasikan adanya kistik fibrosis.
Bila terdapat di dada bagian bawah mengindikasikan adanya gagal jantung.
15. Hepatomegali
Pembesaran hati karena adanya kongesti hati akibat kongesti vena pada gagal jantung.
Normalnya hati terletak 2 cm di bawah tepi iga kanan pada garis midklavikularis.
D. Interpretasi Pemeriksaan EKG
Gambaran ECG normal
a. Sinus rhythm
Menunjukan tidak ada kelainan
seperti Long QT atau elevated T
pada pola sinus rhythm EKG
18
b. Normal axis
Dengan batasan -30° sampai + 105°. Menunjukan tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan axis:
Left axis deviation:
1. Left Posterior Hemiblock (rare due to dual supply)
2. Left Anterior Hemiblock
a. QRS Axis more negative than -30 degrees (AVL)
b. Axis <-30 if Lead II is more negative than positive
Right axis deviation:
o Right ventricular hipertrofi
o Anerolateral myocardial infarction
o WPW syndrome – left side accessory pathway
o Atrial septal defect
o Ventrikular septal defect
c.HR = 120 bpm, regular
Sama dengan penjelasan HR pada pemeriksaan fisik
d. Left atrial & ventricle hipertrofi
Pembesaran atrium Kiri dan Ventrikel kiri akibat darah dari aorta kembali ke arteri
pulmonalis, sehingga volume darah menuju jantung kiri dari paru-paru meningkat dan
menyebabkan atrium serta vertrikel berkontraksi lebih kuat untuk mendorong darah
ke sistemik. Akibatnya terjadi pembesaran sebagai kompensasi.
Interpretasi pemeriksaan EKG
Hasil EKG menunjukan:
– Sinus rythm yang berarti setiap gelombang P diikuti gelombang QRS
(Normal).
– Normal axis (Normal)
– HR = 120 bpm (Naruto mengalami takikardi, nilai normal 60 -
100bpm)
19
– Reguler (Normal)
– Pembesaran atrium kiri (terdapat ketidak laziman pada gelombang P)
– Pembesaran ventrikel kiri (terdapat ketidak laziman pada komplek
QRS)
E.Amphetamine
Farmakokinetik
Amphetamine masuk ke dalam tubuh manusia dengan cari ditelan, diinjeksi, dibakar, atau dihirup. Pada penggunaan oral, akan diserap 30-40 menit seteah ditelan. Pemberian intravena akan memberi efek segera dan jika dihirup berefek setelah 5 hingga 20 menit. Amphetamine memiliki waktu paruh yang panjang antara 11 hingga 12 jam. Ekskresi melalui urin dan dapat ditemukan di dalam urin selama beberapa hari.
(Yudko V., Hall HV, McPherson SB. Methamphetamine use. Clinical and Forensic Aspec. Washington : CRC Press. 2003)
Farmakodinamik
Amphetamine memiliki sasaran pusat yang mengatur pemahaman. Cara kerjanya, menghambat re-uptake dopamin dan meningkatkan pelepasan dopamin hingga 1200 unit per pemakaian. Maphetamine menyebabkan penumpukan katekolamin dalam celah sinaps dan masuk ke dalam sirkulasi. Selain itu, amphetamine juga ditransport ke prenisaps sehingga menghambat penyimpanan katekolamin pada ujung saraf. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas simpatik.
Amphetamine memiliki molekul yang mirip dengan dopamin dan merangsang otak untuk menghasilkan lebih banyak dopamin sehingga menghasilkan euphoria, percaya diri berlebihan, hiperaktif, dan halusinasi. Penyalahgunaan kronis menyebabkan kerusakan lobus frontal sehingga kesulitan mengambil keputusan.
(Miller RL. The encyclopedia of Addictive Drugs. London : Greenwood Press. 2002 :
275 -87)
Efek amfetamin berbeda-beda dan tergantung pada dosis, cara pemakaian, orang itu
sendiri, dan keadaan saat amfetamin dipakai. Dosis yang ringan dapat menghasilkan
perasaan euphoria peningkatan kewaspadaan, peningkatan tenaga dan kegiatan,
mengurangi nafsu makan dan kepercayaan diri. Penggunaan jangka panjang dapat
mengakibatkan malanutrisi, kelelahan, depresi dan psikosis. Kematian yang diakibatkan
penggunaan obat perangsang jarang terjadi tetapi lebih mungkin jika amfetamin
20
disuntikkan. efek samping cardiovascular dari amfetamin adalah: takikardi, palpitasi.dan
vasokonstriksi, hal ini menyebabkan naiknya tekanan darah sang ibu yang akan
mempengaruhi sirkulasi darah ke janin, tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan pada tunica intima duktus arteriosus pada janin dan efek langsung amfetamin
bagi merupakan teratogen bagi janin sehingga memperparah kerusakan tunica intima pada
janin. Apabila tunica intima mengalami kerusakan maka duktus arteriosus pada saat bayi
lahir tidak menutup.
Pada kasus Naruto :
F. Patent Ductus Arteriosus
1. Etiologi dan faktor resiko
a. Infeksi rubella pada trimester pertama kehamilan (≥ 85%)
b. Paru-paru yang immature
c. coexisting congenital heart defects
d. Penggunaan obat, alcohol maupun tereksposenya ibu dengan substansi kimia
serta radiasi
e. Prematurity
f. Prostaglandin
21
Ibu hamil Trimester I
Amfetamin
Efek - = Malformasi organ(trimester I = organogenesis pd janin)
Naruto ductus arteriosus tdk terbentuk sempurna
Tangisan bayi I paru mengembang
Tekanan & aliran darah dari aorta (P>) masuk ke arteri pulmonalis (P<)
PDA
Saat Lahir
Klep ductus arteriosus tidak tertutup
g. high altitude & reduce of atmosphere oxigen tension
h. masalah respirasi persisten, ex: hipoksia
Faktor resiko PDA
a. Wanita lebih banyak dari laki-laki 1,2 sampai 1,5 : 1
b. Diabetes yang tidak terkontrol pada ibu
c. prematur infant dengan usia > 32 minggu (20 %)
d. prematur infant dengan usia < 28 minggu (60%)
e. Dilahirkan di dataran tinggi (rendah O2)
f. Bayi dengan berat lahir yang rendah (<2500 g)
g. Bayi dengan kelainan genetik seperti Down syndrome
h. Ibunya selama hamil menderita penyakit measles (rubella)
i. Biasanya pada bayi yang memiliki masalah jantung kongenital, seperti
hypoplastic left heart syndrome, transposition of the great vessels, dan
pulmonary stenosis
2. Epidemiologi
a. Prevalensi sekitar 5-10% dari semua CHD. Diperkirakan insidens dari PDA
sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 x
lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan
sebesar 15 %.
b. Kelainan ini bisa terjadi baik pada bayi prematur maupun pada bayi cukup
umur, dan ditemukan pada 1 diantara 2500-5000 bayi.
Biasanya gejalanya ringan, tetapi akan semakin berat jika tidak
diobati/diperbaiki pada usia 2 tahun.
3. Patofisiologi dan Patogenesis
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah
pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran 22
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2).
Setelah
persalinan
terjadi
perubahan
sirkulasi dan
fisiologis
yang dimulai
segera
setelah
eliminasi
plasenta dari
neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan
menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus
arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang
kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan
vaskuler paru (PVR)
Gambar A menunjukkan bagian jantung normal dan aliran darah normal. Gambar B
menunjukkan hati dengan patent ductus arteriosus. Kelainan tersebut menghubungkan
aorta dengan arteri paru-paru. Hal ini memungkinkan darah yang kaya oksigen dari aorta
untuk bergaul dengan darah miskin oksigen di arteri paru-paru.
23
Patofisiologi gejala-gejala
Infeksi pernapasan berulang
Etiologinya : - edema paru-paru yang disebabkan PDA
- sistem imun yang menurun yang disebakan intake makanan
berkurang karena anorexia akibat PDA
Patofisiologinya
24
Poor Weight Gain
Etiologinya : - perfusi jaringan berkurang akibat PDA
- anorexia akibat PDA
Patofisiologi :
25
PDA
ANOREXIAEDEMA PARU-PARU
GANGGUAN FUNGSI PARU-PARU
GANGGUAN SEL-SEL PENYARING DEBRIS UNTUK
MENYARING KUMAN
INFEKSI PERNAPASAN BERULANG
SISTEM IMUN MENURUN
INTAKE MAKANAN BERKURANG
PDA
anorexia
Perfusi jaringan <<<
Penurunan metabolisme tubuh
Suplai darah ke GI <<<ATP <<<
Oksigen dan glukosa jaringan <<<
mual
hepatomegali
Pada kasus, Naruto telah menunjukkan tanda-tanda adanya gagal jantung kongestif, yaitu
memenuhi lebih dari 1 kriteria mayor, kardiomegali dan ronki (pulmonary crackles) dan dua
kriteria minor, yaitu hepatomegali dan takikardia berdasarkan kriteria Framingham
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Paroksima nocturnal dyspneu
Distensi Vena leher
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan JVP
Refluks Hepatojugular
Edema Ekdtremitas
Batuk malam
Dispneu ‘de effort
Hepatomegali
Efusi Pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia
Diagnosi gagal jantung ditegakan minimal ada satu kriteria mayor dan dua 26
Poor weight gain
kriteria minor.
Bukti adanya kongesti Bukti adanya perfusi rendah
Orthopneu
JVP tinggi
Edema
Asites
Gelombang valsava kuadrat
Refleks abdomino jugularis
Tekanan nadi sempit
Ekstremitas dingin
Lemas
Hipotensi
4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah
lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih
besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
a. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
b. Malnutrisi
c. Gangguan pertumbuhan
d. Machinery murmur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
e. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
f. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
g. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
h. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
i. Apnea
27
j. Tachypnea
k. Nasal flaring
l. Retraksi dada
m. Hipoksemia
PENATALAKSANAAN
Tujuan
Penatalaksanaan disini bertujuan untuk menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan
kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan
bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
PDA
Penatalaksanaan Konservatif
o Restriksi cairan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular
o Pemberian obat prostaglandin inhibitor : indomethacin, ibuprofen untuk
mempermudah penutupan duktus
o Pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung (Gianturco spring occluding coil, the Amplatzer PDA device).
28
Intervensi
Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit
Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik
pencegahan bahaya toksisitas.
Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
Berikan diuretik sesuai indikasi.
Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
Monitor kualitas dan irama pernafasan
Atur posisi anak dengan posisi fowler
Hindari anak dari orang yang terinfeksi
Berikan istirahat yang cukup
Berikan nutrisi yang optimal
Berikan oksigen jika ada indikasi
Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat
tidur
Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan
kemampuan anak.
Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
Memberikan support untuk tumbuh kembang
Kaji tingkat tumbuh kembang anak
Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV,
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
29
Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat
Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik
untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu
yang sama
Catat intake dan output secara benar
Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari
kelelahan pada saat makan
Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena
itu cairan tidak dibatasi.
Memberikan support pada orang tua
o Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena
memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana
pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan
o Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah,
berduka, dan perasaan tidak mampu
o Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan
informasi yang jelas
o Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
o Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga
lain dalama perawatan anak.
Tatalaksana malnutrisi energy protein (MEP) :Pada tahap awal, koreksi kekurangan cairan dan elektrolit, dan tangani faktor
penyerta seperti infeksi. Abnormalitas yang sering meliputi : hypokalemia, hypocalcemia, hypophosphatemia, and hypomagnesemia.
Naruto yang mengalami MEP kronis, harus diasup dengan nutrisi yan cukup untuk
mencapai tumbuh ideal. Pada minggu awal, berikan makanan ad libitum. Setelah 1
minggu, berikan makanan dengan kalori 100-175 kkal/kgBB/hari dan 4 g/kgBB/hari
protein
Rujuk ke :
30
Pediatric cardiologist
Pediatric cardiovascular surgeon
Follow up :o Pasien control setiap 2-3 minggu untuk echokardiografi setelah prosedur penilaian
keberhasilan penutupan duktus.
o Jika digunakan operasi tradisional untuk menutup duktus, maka pasien harus cek
rutin tiap minggu untuk mengetahui keberadaan komplikasi pada paru-paru (misal : ateletacsis, efusi pleura) dan untuk penyembuhan luka.
o Pengobatan konservatif/paliatif pada dasarnya diberikan hanya untuk menunggu
saat yang tepat untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang memiliki
potensi untuk dapat disembuhkan.
Congestive Heart Failure (Gagal Jantung Kongestif)
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup untuk metabolisme tubuh.
Penyebab CHF bayi:
JaninAnemia berat, takikardia supraventrikular, blokade jantung total
Neonatus prematurKelebihan beban cairan, PDA, defek sekat ventrikel, displasia bronkopulmonal, hipertensi
Neonatus cukup bulanKardiomiopati asfiksia, vena Galen, lesi obstruktif sisi kiri, trunkus arteriosus, miokarditis virus
Bayi belajar jalanMalformasi arteriovenosa, kardiomiopati metabolik, penyakit Kawasaki
Anak-remajaDemam reumatik, hipertensi akut, tirotoksikosis, endokarditis
Patofisiologi (karena PDA)
Patent Ductus Arteriosus (PDA) menyebabkan lesi yang berakibat kenaikan beban volume. Patofisiologinya adalah komunikasi antara sisi sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal bercampur karena darah dari ventrikel kiri bergabung dengan darah dari ventrikel kanan menimbulkan shunt darah teroksigenasi penuh kembali ke dalam paru-paru. Akibatnya, darah ke sirkulasi sistemik berkurang sehingga menimbulkan gejala yang sama dengan gagal jantung. Bertambahnya volume darah ke paru-paru menurunkan
31
kelenturan paru-paru dan meningkatkan kerja paru-paru. Cairan bocor ke interstisial dan alveoli, menimbulkan edema paru.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis bergantung pada tingkat cadangan jantung berbagai keadaan. Gagal jantung akibat PDA dapat bermanifestasi takipnea, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, mengi, takikardi, iritabel, berkeringat, dan gagal tumbuh.
Tata Laksana
Cara umum. Sering istirahat dan cukup tidur. Dapat dianjurkan tidur dengan posisi
setengah duduk dengan kursi bayi. Aktivitas dibatasi. Pasien dengan edema paru berat
diperlukan ventilasi tekanan positif. Agonis adrenergik-beta mungkin diperlukan dalam
ruangan intensif. Perlu tambahan kalori untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
32
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi ke-11). Jakarta : EGC.
Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. 2000. Jakarta : EGC
Kumar, Vinay, dkk.2007.Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta:EGC.
Katzung, Bertram G.1997.Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta:EGC
Staf pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah IKA. 1985. Jakarta : Infomedia
Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. 2006. Jakarta : EGC
Tim Penyusun. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi ke-4). Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
33