skenario bert

Upload: inandanita

Post on 05-Apr-2018

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    1/25

    SKENARIO

    Afdal, mahasiswa berumur 20 tahun, dating ke orthodontist, dengan keluhan merasa

    kurang nyaman dalam penampilan giginya. Pasien merasa giginya tonggos dan tidak

    beraturan. Orthodontist tersebut melakukan anamnesa pada pasien tersebut. Pada

    anamnesa diketahui, pasien pada waktu kecil suka menghisap ibu jari dan saat sd

    kelas 4 sudah tidak melakukan kebiasaan itu lagi. Pasien memiliki riwayat sinusitis.

    Pasien juga menceritakan bahwa, adik pasien pernah menyampaikan kepada orang

    tua mereka, apabila pasien tidur sering mendengkur. Orthodontist tersebut kemudian

    melakukan pemeriksaan gigi geligi pasien, mengamati wajah pasien, melakukan

    pencetakan gigi-gigi pasien, dan pasien diebrikan pengantar untuk melakukan foto

    rontgen. Orthodontist memberitahukan kepada pasien kemungkinan ada beberapa

    gigi yang dicabut. Orthodontis kemudian memberikan jadwal temu janji untuk

    pertemuan berikutnya.

    1

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    2/25

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pasien yang memerlukan perawatan orthodontic biasanya dating dengan

    kelainan dentofasial atau kelainan pertumbuhan wajah. Kelainan dentofasial dapat

    disebabkan oleh berbagai factor antara lain: factor keturunan dan gangguan

    pertumbuhan. Hambatan saluran pernafasan, trauma dan kebiasaan buruk termasuk

    gangguan pertumbuhan yang dapat dianggap sebagai suatu etiologi maloklusi

    Kelainan dentofasial sering menunjukkan adanya suatu maloklusi. Maloklusi

    adalah suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi yang normal, atau dapat pula

    diartikan sebagai suatu keadaan yang menyimpang dari hubungan yang normal.

    Maloklusi dapat disebabkan oleh berbagai hal, menurut Moyers (1988),

    penyebab maloklusi ada 7, diantaranya: (1) factor keturunan, seperti: system

    neuromuscular, tulang, gigi, dan bagian lain di luar otot dan syaraf. (2) gangguan

    pertumbuhan. (3) trauma, yaitu terbagi: trauma sebelum lahir dan trauma saat

    dilahirkan serta trauma sesudah lahir. (4)keadaan fisik, seperti: pencabutan gigi susu

    yang terlalu dini dan keseimbangan makanan. (5) kebiasaan, seperti: menghisap jari,

    menjulurkan lidah, menghisap dan mnggigit bibir, menggigit kuku, serta kebiasaan

    lainnya. (6) penyakit dapat dibagi menjadi: penyakit sistemik, kelainan endokrin,

    penyakit lokal. Penyakit local juga bermacam-macam, diantaranya: (a) penyakit padahidung, faring, dan ganggaun saluran peranafasan (b) penyakit gusi dan jaringan

    penyangga gigi (c) tumor (gigi berlubang). (7) malnutrisi.

    Kelainan dentofasial atau kelainan pertumbuhan wajah dapat mempengaruhi

    fungsi dalam rongga mulut sedikitnya dapat membuat seseorang sulit bernafas,

    menggigit, mengunyah, menelan dan berbicara. Sebaliknya, perubahan atau adaptasi

    dan fungsi dapat merupakan factor penyebab maloklusi yang mempengaruhi pola

    pertumbuhan dan perkembangan, seperti halnya dalam fungsi pernafasan.

    Rickets (1968); Dunn dkk (1973) dan Linder-Aronson (1970) menemukan

    bahwa adanya penyumbatan pada hidung (sinusitis) menyebabkan subjek bernafas

    melalui mulut yang berhubungan dengan lebar nasopharynx seperti penyempitan

    nasopharynx, dan pembesaran dari adenoid. Perubahan postur diperkirakan

    berpengaruh terhadap hubungan antara gigi dan juga arah pertumbuhan rahang,

    yang mungkin dapat mengakibatkan rahang menjadi sangat mundur. Pasien yang

    bernafas melalui mulut kebanyakan pada maloklusi Klas II, mempunyai wajah yang

    panjang serta lebar saluran udara pharynxatas yang lebih sempit sedangkan lebar

    saluran udarapharynxbawah tidak berbeda secara nyata dengan pola pertumbuhan

    kraniofasial dan tipe maloklusi.

    2

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    3/25

    Pola pernafasan dapat mempengaruhi pembentukan rahang dan lidah.

    Bernafas melalui mulut dapat mengubah postur kepala, rahang dan lidah. Keadaan ini

    dapat mengubah keseimbangan tekanan pada rahang dan gigi sehingga

    mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Pada pasien yang bernafas

    melalui mulut, posisi lidah rendah dan ke belakang jika perubahan postural ini

    berlangsung terus menerus akan mengakibatkan tinggi wajah bertambah, mandibula

    berotasi ke bawah dan ke belakang, tekanan otot buksinator meningkat sehingga

    menyebabkan lengkung maksila menjadi sempit.

    Semakin berkembangnya ilmu ortodonti, maka semakin banyak orang yang

    ingin memperbaiki posisi gigi mereka yang tidak teratur. Maloklusi gigi merupakan

    problema bagi beberapa individu karena dapat menyebabkan gangguan fungsi

    pengunyahan, penelanan, bicara dan gangguan temporo mandibular joint (TMJ).

    Maloklusi juga merupakan predisposisi untuk terjadinya penyakit-penyakit periodontal

    akibat oral higiene yang jelek sehingga berpengaruh buruk terhadap penampilan

    wajah dan dapat mempengaruhi psikologi penderita.

    Perawatan ortodonti bertujuan untuk menghasilkan fungsi yang maksimal,

    keseimbangan struktural dan keselarasan estetik. Saat ini perawatan ortodonti tidak

    hanya ditujukan untuk perbaikan gigi dan rahang saja tetapi juga jaringan lunak

    wajah. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan diagnosis serta rencanaperawatan yang tepat. Salah satu alat bantu untuk menegakkan diagnosis adalah

    foto sefalometri.

    Dalam bidang ortodonti kasus-kasus maloklusi yang sering menjadi keluhan

    utama pasien adalah kasus gigi anterior berjejal dan kasus gigi protrusif. Kasus-kasus

    ini berhubungan langsung dengan aspek estetika yang sangat berpengaruh terhadap

    penampilan wajah pasien. Penampilan wajah seseorang di daerah sepertiga bagian

    bawah sangat ditentukan oleh posisi bibir sedangkan posisi bibir sangat ditentukan

    oleh inklinasi gigi anterior.

    Perawatan ortodonti dapat dikatakan memuaskan apabila dapat

    memberikanfungsi yang maksimal dan dapat dicapainya penampilan wajah pasien

    yang lebih harmonis dan seimbang. Keadaan harmonis dan seimbang ini sangat

    ditentukan oleh susunan gigi yang teratur dengan inklinasi dan angulasi gigi anterior

    yang baik sesuai dengan kriteria oklusi normal menurut six keys of Andrews.

    1.2 Masalah

    3

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    4/25

    Bagaimanakah prosedur perawatan orthodontic yang akan dilakukan pada

    pasien yang mengalami maloklusi akibat adanya sinusitis dan bad habit yang pernah

    dilakukannya dahulu?

    1.3 Tujuan

    Memberikan informasi tentang prosedur perawatan orthodontik yang harus

    dilakukan jika menemui kasus maloklusi.

    1.4 Manfaat

    Seorang dokter gigi mampu melakukan prosedur perawatan orthodontik jika

    menemui kasus pasien yang memiliki maloklusi sehingga nantinya akan terbentuk

    lengkung rahang, oklusi gigi dan inklinasi gigi yang normal.

    4

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    5/25

    II. PEMBAHASAN

    A.Sinusitis

    Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput

    lender sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan

    cairan atau kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga

    yang terdapat pada tulang-tulang di wajah. Terdiri dari sinus fronta (di dahi), sinus

    etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di

    belakang sinus etmoid).

    Sinus paranasal salah satu

    fungsinya adalah menghasilkan lenderyang dialirkan ke dalam hidung, untuk

    selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah

    tenggorokan untuk ditelan ke saluran

    pencernaan. Semua keadaan yang

    mengakibatkan tersumbatnya aliran

    lender dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.

    Penyebab sinusitis ada 2 yaitu:

    a. Rhinogenik

    Semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan;

    antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan,

    dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir).

    Gejala yang dialami:

    Minor: sakit kepala, demam dan disertai dengan nafas yang bau

    Mayor: adanya nyeri di seluruh wajah dan obstruksi hidung

    Tidak dapat mengeluarkan mukus secara langsung dari hidung

    Selalu mengeluh pusing dig labella

    5

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    6/25

    Mukus yang dihasilkan bau sehingga pasien merasa kalau hidungnya

    bau

    Mukus bening dan cair

    b. Dentogenik

    Adanya infeksi yang berasal dari gigi, biasanya pada gigi P1 dan P2 lalu disusul

    oleh M1 dan M2. Gigi yang paling jarang terjadi itu gigi C.

    Gejala yang dialami:

    Biasanya hanya terjadi pada satu sisi

    Selalu ada kelainan periapikal dan periodontal

    Rasa sakit lebih hebat dari pada rhinogenik

    Penjalaran lebih lambat dari pada rhinogenik

    Orang yang terkena sinusitis pasti akan mengakibatkan hambatan dalam

    saluran nafas. Dalam keadaan normal manusia akan bernafas melalui hidung karena

    hidung mempunyai fungsi sebagai jalan nafas, alat pengatur kondisi udara (air

    conditioning), penyaringan udara, sebagai indra penciuman, untuk resonansi udara,

    turut membantu proses bicara dan reflek nasal.

    Selama bertahun-tahun hambatan saluran pernafasan sebenarnya telah

    dikaitkan sebagai salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan dentofasial. ORay dkk (1982), menyatakan bahwa saluran pernafasan

    yang tidak berfungsi secara optimal akan mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan dentofasial dan menjadi dalah satu penyebab maloklusi serta

    memberikan gambaran wajah yang spesifik seperti wajah adenoid atau sindrom

    wajah panjang.

    Mekanisme terjadinya kelainan dentofasial sebagai akibat hambatan saluran

    pernafasan menurut Kusnoto (1982), dapat dijelaskan sebagai berikut: Akibat

    hambatan saluran pernafasan akan menyebabkan ketidakaktifan fungsi saluran

    pernafasan, oleh sebab itu akan terjadi kurangnya perkembangan dari rongga hidung

    dan rahang atas sehingga akan terlihat lengkungan rahang atas yang sempit,

    palatum yang dalam serta adanya overbite posterior dari gigi-gigi anterior yang

    protusif. Hambatan saluran pernafasan saluran pernafasan juga akan menyebabkan

    udara yang dihirup penderita kurang, bila hanya bernafas dari hidung, maka

    penderita akan berusaha mencukupi udara yang harus dihirup dengan menghirup

    dari mulut, sehingga mulutnya akan menganga dan kepalanya akan mendongakkan

    ke atas. Gigitan akan terbuka, mandibula akan tergantung ke bawah (rotasi posterior

    dari mandibula), lidah akan terletak di bawah dan wajah bagian depan akan terlihatlebih panjang.

    6

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    7/25

    Pola pernafasan dapat mempengaruhi pembentukan rahang dan lidah.

    Bernafas melalui mulut dapat mengubah postur kepala, rahang dan lidah. Keadaan ini

    dapat mengubah keseimbangan tekanan pada rahang dan gigi sehingga

    mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Pada pasien yang bernafas

    melalui mulut, posisi lidah rendah dan ke belakang jika perubahan postural ini

    berlangsung terus menerus akan mengakibatkan tinggi wajah bertambah, mandibula

    berotasi ke bawah dan ke belakang, tekanan otot buksinator meningkat sehingga

    menyebabkan lengkung maksila menjadi sempit. Apabila ditambah dengan adanya

    bad habit seperti menghisap ibu jari pasti akan lebih memperparah keadaan karena

    adanya tekanan dari ibu jari ke arah superior terhadap palatum dan tekanan otot

    bucinator terhadap rahang atas maka akan mengakibatkan palatum tinggi dan

    dalam, dan keadaan gigi pada rahang atas menjadi protusi sedangkan pada rahang

    bawah bisa retrusi.

    Sinusitis sibagi menjadi:

    a. Akut berlangsung kurang dari 4 minggu

    b. Subakut berlangsung anatara 4-12 minggu

    c. Kronis berlangsung lebih dari 12 minggu

    Apabila seorang penderita merasa dirinya terkena sinusitis, maka yang

    bersangkutan perlu segera memeriksakan dirinya ke dokter spesialis THT untuk

    mendapatkan penanganan lebih lanjut, agar dapat dicegah komplikasi akibat

    penyakit ini.

    Diagnosis pasti sinusitis itu sendiri ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang

    anatara lain foto rontgen, CT scan, endoskopi, biakan dan uji kepekaan kuman.

    Kesemuanya itu tergantung pada kondoso penderita dan fasilitas yang tersedia.

    B. Perawatan Orthodontik

    Sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi,

    diperlukan seperangkat data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil

    pemeriksaan. Terhadap data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut

    kemudian dilakukan analisis dengan berbagai macam metoda. Setelah itu baru dapat

    ditetapkan diagnosis, etiologi maloklusi, perencanaan perawatan , macam dan desain

    alat yang akan dipergunakan selama perawatan serta memperkirakan prognosis

    pasien akibat perawatan yang dilakukan.

    Untuk dapat melakukan perawatan ortodontik dengan baik dan benar, ada

    beberapa langkah perdahuluan yang harus diambil , antara lain :

    1. Memberi penjelasan mengenai beberapa persyaratan yang harus

    dipenuhi oleh pasien.7

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    8/25

    Perawatan ortodontik adalah perawatan yang dilakukan untuk

    mengoreksi maloklusi membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama (1 - 2

    tahun), oleh karena itu sangat diperlukan kerja sama yang baik antara

    operator (dokter gigi) yang merawat dengan pasien yang dirawat.agar

    perawatan yang akan dilakukan dapat berhasil dengan baik. Pasien akan mau

    melaksanakan instruksi - instruksi yang diberikan apabila mengerti dan

    memahami perlakuan apa yang akan dikenakan terhadap dirinya selama

    perawatan dan hasil apa akan dia dapatkan setelah tindakan perawatan

    dilakukan.

    Oleh karena itu beberapa penjelasan tentang persyaratan yang harus

    dipenuhi oleh pasien harus diberikan sebelum prosedur pemeriksaan dimulai :

    Pasien sanggup kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang telah

    ditetapkan selama

    perawatan, (misalnya seminggu sekali sesuai dengan hari dan jam praktikum

    ortodonsia). Tidak pindah domisili ke luar kota selama perawatan sehingga

    tidak bisa melanjutkan kontrol, tidak ada jadwal sekolah/kerja yang bersamaan

    sehingga tidak bisa kontrol pada waktu yang ditentukan secara terus menerus

    dan lain-lain.

    Jika dalam perhitungan nanti perawatan membutuhkan pencabutan gigi,

    pasien telahmenyatakan kesanggupannya untuk dicabut giginya sebelum pemeriksaan

    dimulai. Tanpa adanya kesanggupan pasien untuk dicabut giginya, apabila

    harus dilakukan pencabutan perawatan tidak mungkin dikerjakan.

    Pasien bersedia memakai alat ortodontik sesuai dengan aturan

    pemakaiannya selama

    perawatan, (misalnya alat ortodontik harus dipakai siang dan malam hari, ke

    sekolah/bekerja, dirumah, keluar rumah, tidur harus dipakai, hanya pada waktu

    makan dan sikat gigi boleh dilepas, bahkan ada pula pada waktu makanpun

    harus dipakai, pemakaian minimal 20 jam sehari).

    Pasien harus lebih rajin dan teliti melakukan pembersihan dan penyikatan

    gigi dan alat ortodontiknya selama perawatan, karena adanya alat ortodontik

    didalam mulut mempermudah terjadi timbunan sisa makanan yang menempel

    pada gigi dan alat ortodontik tersebut.

    Pasien bersedia untuk patuh melaksanakan nasihat dan instruksi tambahan

    yang diberikan oleh dokter atau operator yang merawat, berkaitan dengan

    keadaan tertentu. (misalnya untuk perawatan kasus deep over bite diperlukan

    8

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    9/25

    alat tetap dipakai pada waktu makan dan sering di gigit-gigit pada waktu tidak

    makan).

    Pasien bersedia untuk datang jika sewaktu-waktu diperlukan untuk kontrol

    diluar hari kontrol rutin, (misalnya diperlukan untuk pencetakan ulang,

    penggantian alat, evlauasi hasil perawatan atau perubahan jadwal kontrol).

    Pasien sanggup membayar biaya perawatan.

    Pesien mengisi formulir Informed Consent tentang perawatan yang akan

    dilakukan.

    2. Identifikasi pasien

    Pencatatan identitas pasien meliputi:

    a) Nama pasien

    b) Umur

    c) Jenis kelamin

    d) Alamat

    e) Pendidikan

    f) Suku bangsa

    g) Namaorang tua

    h) Alamat orang tua

    i) Pekerjaan orang tuaSemua identitas pasien perlu dicatat pada kartu status. selain itu juga dicatat :

    a) Tanggal pemeriksaan pertama

    b) Nomer Kartu status : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket

    pendaftaran bagian diagnostic.

    c) Nomer Model : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket bagiam

    Ortodonsia, diikuti dengan anggka 0 bila pasien perempuan atau angka

    9 bila pasien laki-laki serta dua angka terakhir sesuai dengan umur

    pasien.

    d) Nama Operator/Mahasiswa yang mengerjakan

    3. Anamnesis

    Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang

    didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

    berhubungan dengan keadaan pasien :

    Anamnesis meliputi :

    a) Keluhan utama

    9

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    10/25

    Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien

    datang untuk dirawat. Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan

    dapat diketahui:

    Apa sebenarnya yang pasien inginkan untuk mendapat perbaikan

    dari perator/dokter gigi

    Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi dengan

    perawatan ortodontik?

    Apakah keluhan itu menyangkut faktor esteik atau fungsional

    (bicara , mengunyah)?

    Keluhan utama bisanya diikuti oleh keluhan sekunder yaitu keluhan

    yang baru disadari setelah mendapat penjelasan dari operator:

    Apakah ada keadaan lain yang tidak disadari oleh pasien yang

    merupakan suatu kelainan yang memungkinkan untuk dirawat

    secara ortodontik ? Jika ada ini perlu dijelaskan dan dimintakan

    persetujuan untuk dirawat.

    b) Riwayat kesehatan

    Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat

    pertumbuhan dan

    perkembangan pasien yang melibatkan komponen dentofasial sampai

    terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Rawayatkasus dapat ditelusuri dari beberapa aspek :

    Kesehatan umum

    Riwayat pertumbuhan danperkembangan gigi geligi

    Kebiasaan jelek/ bad habit

    Anamnesis bad habitdinamaksudkan untuk mengetahui etiologi

    maloklusi pasienapakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang

    telah / sedang dilakukan pasien. Untuk itu tanyakan kepada

    pasien atau orang tuanya tentang :

    - Jenis : Bad habit apa yang telah dilakukan ?

    - Kapan : Umur berapa bad habit dilakukan, apakah sekarang

    masih dilakukan ?

    - Durasi : Dari sejak kapan sampai kapan dilakukan ?

    - Frekuensi : Berapa kali per jam / perhari dilakukan ?

    - Intensitas : Seberapa kuat / keras dilakukan ?

    - Posisi : Bagaimana dan di bagian mana dilakukan ?

    - Apakah ada hubungan anatara bad habit yang dilakukan

    dengan keadaan maloklusi pasien10

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    11/25

    Riwayat keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien

    4. Pemeriksaan klinis, baik umum (general) maupun khusus (local)

    a) Umum (general)

    Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan

    mengukur dan mengamati :

    Tinggi badan : cm.

    Berat badan : kg.

    Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek

    Keadaan mental : baik / cukup / jelek

    Status gizi : baik / cukup / jelek

    Indeks masa tubuh (IMT) = BB (kg) x 100

    TB 2 (m)

    Keterangan:

    Indeks Status gizi Kategori25,0 Lebih Gemuk

    Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan,

    keadaan jasmani serta keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakanpertumbuhan dan perkembangan pasien secara umum, sedangkan data

    keadaan mental pasien diperlukan untuk menentukan apakah pasien nanti

    dapat bekerja sama (kooperatif) dengan baik bersama operator dalam

    proses perawatan untuk mendapatkan hasil perawatan yang optimal.

    b) Local (local)

    1) Ekstra oral

    i. Kepala

    Indeks kepala = Lebar kepala (B) x 100

    Panjang kepala (A)

    Lebar kepala: jarak horizontal terlebar anatara puncak

    mastoidea dan zygomatikus kanan dan kiri

    Panjang kepala: jarak glabella - occipital

    Klasifikasi indeks kepala :

    - Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9

    11

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    12/25

    - Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9

    - Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9

    Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

    > 84,9 : Hiper Brahisepali

    ii. Muka

    Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N Gn) x 100

    Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

    Klasifikasi indeks muka :

    - Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9

    - Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9

    - Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9

    Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

    > 94,9 : Hiper Leptoprosop

    iii. Profil muka

    Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :

    - Cembung (convex) bila titik petemuan Lcb-Lca berada

    didepan garis Gl-Pog

    - Lurus (straight ) bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat

    pada garis Gl-Pog

    - Cekung (concave) bila titik petemuan Lcb-Lca berada

    dibelakang garis Gl-Pog

    Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis

    Gabella (Gl), Lip Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb)

    dan Pogonion (pog) serta garis referensi Gl-Pog sebagaia

    acuan :

    Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada

    tengah-tengah diantara alis mata kanan dan kiri.

    Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

    Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah

    Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah

    symphisis mandibula.

    12

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    13/25

    iv. Posisi rahang terhadap bidang orbita (garis simon)

    Bila posisi penggaris pada model studi tepat di permukaan

    labial gigi C di daerah 1/3 bagian distal, berarti posisi maksila

    normal. Bila berada di belakang berarti maksila protusif. Bila

    berada di depan berarti maksila retrusif

    Pada posisi oklusi normal C atas beroklusi di daerah

    interdental C dan P1 bawah, penggaris akan lewat tepat pada

    sisi distal C bawah, berarti mandibula normal. Bila posisi distal

    C bawah berada di belakang posisis bidang orbital pasien

    berarti mandibula protusif. Bila berada di depan berarti

    mandibula retrusif

    v. Sendi temporomandibula (TMJ)

    vi. Tonus otot mastikasi dan tonus otot bibir

    Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam

    ketegangan (tonus), aktif dan pasif. Pada waktu kontraksi

    terdapat ketegangan yang aktif dan apabila dalam keadaan

    dilatasi terdapat ketegangan pasif. Dengan demikian pada

    waktu istirahat otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus

    yang dalam keadaan normal terdapat keseimbangan yang

    harmonis, bila tidak normal tonus otot sangat kuat(hypertonus) atau sangat lemah (hipotonus) dapat

    menimbulkan anomali pada lengkung gigi akibat adanya

    ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam

    mulut.

    Pada pemeriksaan klinis, periksa :

    - Otot-otot mastikasi : normal / hypertonus / hypotonus

    - Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus

    - Otot bibir bawah : normal / hypertonus / hypotonus

    13

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    14/25

    vii. Bibir posisi istirahat (terbuka atau menutup)

    Bibir terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena

    bibir terlalu pendek (incompetent) atau hypotonus otot bibir

    sering dijumpai pada pada pasien yang gigi depannya

    protrusif.

    viii. Free way space

    Diukur dari titik subnasal dan pogonion saat bibir tertutup

    pada posisi istirahat. Dan ukur saan oklusi sentrik, hitung

    selisihnya. Free way space normal 2-4 mm

    2) Intra oral

    Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati:

    i. Kebersihan mulut (oral hygiene/ OH): baik/ cukup/ jelek

    ii. Keadaan lidah: normal/ makroglosia/ mikroglosia

    iii. Palatum: normal/ tinggi/ rendah serta normal/ lebar/ sempit

    iv. Gingival: normal/ hypertrophy/ hypotrophy

    v. Mukosa: normal/ inflamasi/ kelainan lainnya

    vi. Frenulum labii superior: normal/ tinggi/ rendah, tebal/ tipis

    vii. Frenulum labii inferior: normal/ tinggi/ rendah, tebal/ tipis

    viii. Frenulum lingualis: normal/ tinggi/ rendah, tebal/ tipisix. Tonsila palatine: normal/ inflamasi/ hypertrophy

    x. Tonsila lingualis: normal/ inflamasi/ hypertrophy

    xi. Tonsila pharengea: normal/ inflamasi/ hypertrophy

    xii. Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah :

    Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-form / V-form /

    Setengah lingkaran

    Ciri-ciri :

    - Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)

    beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi

    gigi M2 merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak

    lengkung (C C) berbentuk garis lengkung (curved).

    - Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung

    konvergen ke posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai

    berbelok kearah median line, sedangkan puncak lengkung

    juga merupakan garis lengkung (curved). .

    14

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    15/25

    - Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen

    ke posterior dan puncak lengkung merupakan garis datar di

    anterior dari gigi C C.

    - U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke

    posterior,

    sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.

    - V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen

    ke posterior,tetapi puncak lengkung merupakan garis

    menyudut ke anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih

    merupakan terusan kaki lengkung lurus konvergen ke

    anterior.

    - Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung

    merupakan garis lengkung merupakan bagian dari setengah

    lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir periode gigi

    desidui sampai awal periode gigi campuran (mixeddentision)

    xiii. Pemeriksaan gigi geligi

    - Rumus gigi: periksa elemen gigi apa saja yang ada

    pada pasien

    - Apel gigi: periksa gigi-gigi yang telah mengalami

    perawatan dan gigi yang tidak normal atau telahmengalami perawatan

    - Anomaly/ malposisi gigi indivisu

    - Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik

    - Midline rahang atas dengan rahang bawah

    5. Pembuatan studi model.

    a. Pembuatan model studi

    Untuk mendapatkan model studi dilakukan :

    Mencetak rahang atas dan rahang bawah pasien

    Membuat gigitan sentrik (centric occlusal record)

    Boxing model cetakan

    Pemberian nomer model

    Penyabunan

    b. Analisis pada model studi

    Tujuan pembuatan model studi yaitu:

    15

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    16/25

    - Untuk membuat model studi Untuk mengetahui rencana

    perawatan yg akan dilakukan, Untuk mengetahui relasi maloklusi klas

    berapa, prognosis

    - model kerja pembuatan pesawat orthodontic, menentukan

    garis simon

    - Untuk mengoreksi giginya

    - Sebagai prosedur rekam medis

    - Pembnding studi setelah perawatan

    - Mengetahui bad habit pasien inisial etiologi

    - Menilai dan mencatat hubungan oklusi sblm dan sesudah

    perawatan

    - Menilai dan mencatat lengkung rahang- Untuk mengetahui berapa besar retraksi/ protraksi

    - Untuk mengetaui berapa gigi dan gigi mana yang akan

    diekstraksi/ grinding

    6. Analisis foto Rontgen.

    Foto rontgen yang sering digunakan dalam orthodontic yaitu panoramic dan

    sefalometri

    Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya

    secara keseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi,

    dll.

    Sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis

    maloklusi dan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:

    Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial

    Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak

    Posisi gigi-gigi terhadap rahang

    Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis cranium

    Keuntungannya dapat diperoleh informasi mengenai morfologi dentoalveolar,

    skeletal dan jarinagn lunak pada 3 bidang, yaitu sagital, transversal, dan

    vertical

    Analisis sefalometri

    Analisis kecembungan profil Subtelny :

    - Profill skeletal (sudut N-A-Pog) : Klas I : 174 , Klas II 178 , Klas III : 181

    16

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    17/25

    - Profil Jar Lunak (sudut N-Sn-pog) : Klas I : 159 , Klas II 163 , Klas III :

    168

    - Profil total jar lunak (sudut N-No-pog) : Klas I : 133 , Klas II 133 , Klas III

    : 139

    (N/n= Nasion, A= Subspinale, Sn = subnasale, No = puncak hidung, Pog

    = Pogonion)

    Analisis Steiner dengan mengukur besar :

    - Sudut SNA (normal 82) , >82 maksila protrusif , < 82 maksila retrusif

    - Sudut SNB (normal 80) , > 80 mandibula protrusif, < 80 mandibula

    retrusif

    - Sudut ANB, bila titik A di depan titik B (normal rata-rata 2): klas I

    skeletal/ ortognatik, bila titk A jauh didepan titik B (>>2/ positif) : klas II

    skeletal/ retrognatik, bila titik A jauh di belakang titik B (

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    18/25

    Subspinale (A): titik paling dalam antara spina nasalis anterior

    dan prosthion

    - Titik jaringan lunak

    Glabella

    Pronasal (P/Pr): titik paling anterior dari hidung

    Sulcus labial superior (SLs): titik tercekung diantara Sn dan Ls

    Inferior labial sulcus (Ils): titik paling cekung diantara Li dan

    pogonion kulit juga dikenal sebagai sulkus labiomentalis

    Pogonion kulit (Pog): titik paling anterior pada jaringan lunak

    dagu

    7. Analisis foto profil dan foto muka (wajah).

    8. Dilakukan perhitungan-perhitungan berdasarkan metoda :

    a. Metode moyers untuk kasus maloklusi pada periode gigi campuran yaitu

    untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C,P1,dan P2 yang belum

    tumbuh

    b. Metode Nance untuk mengetahui besar lee way space pada kasus gigi

    campuran

    c. Metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen, digunakan untuk

    mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kea rah lateral di region

    interpremolar dan intermolar pertama. Dengan lebar mesiodistal 21I12

    sebagai predictor dilakukan untuk menghitung lebar lengkung gigi di region

    inter P1 dan M1 yang ideal untuk menampung gigi

    18

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    19/25

    d. Metode Korkhaus dilakukan untuk mengetahui tinggi lengkung gigi yang

    idela untuk pasien dengan lebar gigi 21I12 sebagai predictor. Pada kasus

    gigi permanen

    e. Metode Howes dilakukan untuk analisis lengkung pada periode gigi

    permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan basal (basis

    alveolar) pasien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-giggi

    dari M1-M1 sebagai predictor

    f. Metode Berendonk digunakan untuk menentukan gigi mana yang akan

    tumbuh. Dapat ditentukan dengan mengukur jumlah lebar mesiodistal dari

    ke 4 insisivus permanen pada RA dan RB, lalu melihat table berendonk

    g. Metode Nolla digunakan untuk memperkirakan maturasi gigi. Nolla

    membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 11 stadium yg dimulaidengan pengamatan terbentuknya benih gigi sampai penutupan for.apikal

    Menurut Nolla, tingkatan perkembangan gigi dari kalsifikasi benih gigi

    sampai gigi itu mencapai oklusi di mulut dibaginya dalam 10 tingkatan.

    Pada pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar gigi yang dapat

    dilihat pada foto radiografi disebut dengan tingkat 1, dan selanjutnya

    sampai penutupan dari apeks dari akar gigi adalah tingkat10.

    Tahap Kalsifikasi gigi menurut Nolla, yaitu :

    0. Tidak ada benih gigi

    1. Terlihat adanya benih gigi

    2. Inisial kalsifikasi

    3. Sepertiga korona terbentuk

    4. Dua pertiga korona terbentuk

    5. Korona hampir terbentuk sempurna

    6. Korona terbentuk sempurna

    7. Sepertiga akar terbentuk

    8. Dua pertiga akar terbentuk

    9. Akar penuh terbentuk dengan apeks terbuka

    10. Penutupan apeks akar yang penuh terbentuk

    Gambar:

    O

    1

    19

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    20/25

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    9. Determinasi lengkung

    Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran

    mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal

    mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien

    10. Penentuan diagnosis

    Dalam diagnose ini menyatakan tentang:

    a. Kalsifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi M1 atas dan bawah pasien

    sesuai dengan kalsifikasi Angle: kelas I, II, atau III, bila diperlukan dilengkapi

    dengan keterangan divisi dan subdivisinya

    b. Tipe maloklusinya dan komponen dentofasial yang dilibatkan: skeletal,

    dental, atau dentoskeletal

    c. Malrelasi gigi lainnya

    d. Malposisi gigi individual yang ada

    20

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    21/25

    e. Kelainan-kelainan lain yang melibatkan maloklusi pasien: misalnya impaksi,

    agenese, dll

    f. Bad habit (jika ada)

    11. Analisis etiologi maloklusi

    Analisis etiologi maloklusi suatu analisis untuk menentukan sumber penyebab

    terjadinya maloklusi pada pasien yang disimpulkan dari semua data hasil

    pemeriksaan yang telah dilakukan.

    12.Prosedur perawatan

    a. Rencana perawatan

    Menyatakan tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses

    perawatan, disusun sesuai urutan kronologi tahap perawatan sesuai dengan

    masing-masing kasus yang dihadapi, misalnya:

    Menghilangkan sinusitis rujuk ke THT

    Menghilangkan kebiasaan buruk

    Pencarian ruang

    Distribusi ruang

    Koreksi deep overbite

    Koreksi malposisi gigi individual

    Koreksi lengkung gigi

    Penutupan sisa ruang

    Penyesuaian oklusi

    Retainer

    Cara pencarian ruang:

    Observasi

    Grinding

    Dengan menggrinding lebar mesio distal gigi-gigi, dapat dilakukan

    apabila:

    Jumlah ruang yang dibutuhkan tidak banyak, < lebar

    mesiodistal gigi P1 (

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    22/25

    Lebar mesiodistal tidak menjadi lebih kecil dari ukuran normal

    terkecil

    Gigi pasien tidak banyak karies, pencegahan karies dapat

    dilakukan dengan topical aplikasi stanus fluoride setelah

    penggrindingan

    Ekspansi/ pelebaran dapat dilakukan bila kekurangan ruang

    lebar mesiodistal gigi P1 persisi lengkung, jadi diperlukan

    pencabutan 2 gigi P1 per rahang (RA dan RB)

    Bila kebutuhan ruang < tapi > lebar P1 per sisi lengkung

    bisa dilakukan pencabutan 1 gigi P1 per rahang bila midline tidak

    segaris atau pencabutan 2 gigi P2 bila midline segaris/ normal

    Indikasi diskrepansi >10mm or 5-9mm untuk dilakukan ekstraksi

    Catatan:

    Harus dilihat analisa yg lain, ex: profil wajah, fossa canina, dan

    basal(basis alveolar)

    Tujuan pencabutan yaitu:

    Dari perhitungan bisa menggunakan metode howes, yaitu

    menghitung indeks P1 dan fossa canina

    Jika premolar sekurang kurangnya 43% normal

    Jika indeks fossa canina sekurang kurangnya 44%

    normal

    Jika indeks fossa canina pasien kurang dari 37%

    indikasi pencabutan/ ekstraksi Jika indeks fossa canina pasien kurang dari 44% tetapi

    lebih besar dari 37% ini kasus meragukan , apakah

    merupakan indikasi cabut atau ekspansi

    Untuk memperbaiki lengkung gigi anterior posterior

    Mungkin lengkung gigi dan skeletal lebih cembung sehingga

    jika sudah dilakukan pencabutan akan menjadi tirus

    Dokter menyarankan untuk pencabutan gigi karena untuk mencari ruang agar

    giginya bisa rapi saat akan dilakukan orthodonsi. Pencarian tidak mungkin

    dilakukan dengan alat ekspansi karena dilihat dari umurnya yg sudah 20 tahun

    22

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    23/25

    itu perkembangan rahang sudah menurun(dalam arti lambat) sehingga kurang

    efisien

    b. Jalannya perawatan

    Menjelaskan secara detai masing-masing tahap perawatan tersebut,

    meliputi: Bagiamana dan dengan apa masing-masing tahap dari rencana

    perawatan tersebut diatas dikerjakan?

    c. Gambar/ desain alat

    Gambar desain alat untuk masing-masing rahang yang akan dipakai, beri

    keterangan komponen alat dan ukuran diameter kawat yang digunakan

    13. Prognosis

    Prognosis yaitu perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan yang

    akan dilakukan: baik, buruk, atau meragukan

    Indikasi dan kontraindikasi perawatan ortho

    Indikasi:

    Kooperatif

    Memiliki abutment yg kuat

    Kontraindikasi:

    Terkena DM

    Pasien yg tidak kooperatif karena membutuhkan control beberapa kali

    Diagnose dari scenarioyang kemungkinan terjadi

    - Maloklusi klas 1 dengan protusif tipe dental atau skeletal

    - Maloklusi klas 2 divisi 1 tipe dental atau skeletal

    - Malposisi linguoversi, torsi versi, labioversi, bukoversi, palatoversi

    - Malrelasi crossbite posterior, crowded

    - Bad habit

    - Anomaly

    23

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    24/25

    III.KONSEP MAPPING

    24

    Maloklusi

    Anamnesa

    EO

    IO

    Study model

    Pemeriksaan

    Klinis Penunjang

    Mouth

    breathing

    Bad habid

    Sinusitis

    Foto rontgen

    panoramic

    Foto rontgen

    sefalometri

    Diagnose

    Rencana perawatan

  • 8/2/2019 Skenario Bert

    25/25

    IV.DAFTAR PUSTAKA

    1. Buku petunjuk skill lab Child Disease

    2. Materi kuliah orthodonsia I Sefalometri, drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K)

    3. Materi kuliah orthodonsia II Diagnosis Orthodontik, drg. Wayan Ardhana, MS,

    Sp Ort (K)

    4. Materi kuliah orthodonsia I Prosedur Pemeriksaan Orthodontik, drg. WayanArdhana, MS, Sp Ort (K)

    5. Kusnoto, H. Penggunaan Sefalometri Radiografi dalam bidang

    Orthodonti,

    Bagian Orthodonti, Fakultas Trisakti, Jakarta, 1977

    6. Salzmann, J.A., Principles of Orthodontics, 2nd.Ed. J.B. Lippincott Co.,

    Philadelphia, London, 1950.

    7. Graber,T.M. and Swain,B.F.,Orthodontics, Principles and Technique, The

    C.V. Mosby Co.,St.Louis,Toronto, Princeton,1985

    8. Jurnal Hubungan Antara Maloklusi Dengan Hambatan Saluran Pernafasan, Dewi

    Suminy dan Yuniar Zen, 2007

    OrthodonticPencarian ruangSinusitis

    Grinding Ekspansi Ekstraksi