skenario 4 lo farah

14
GEJALA RETARDASI MENTAL Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386). Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria : 1. Skor rendah pada tes intelegensi formal (skor kira-kira 70 atau di bawahnya) 2. Adanya bukti hendaknya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya tertentu 3. Perkembangan gangguan terjadi pada usia 18 tahun Manifestasi Klinis Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ) Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa

Upload: harunakbar

Post on 10-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skenario 4 LO Farah.docx

TRANSCRIPT

GEJALA RETARDASI MENTAL

Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).

Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria :1. Skor rendah pada tes intelegensi formal (skor kira-kira 70 atau di bawahnya)2. Adanya bukti hendaknya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya tertentu3. Perkembangan gangguan terjadi pada usia 18 tahunManifestasi Klinis Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ) Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa Gagal melewati tahap perkembangan yang utama Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ) Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ) Kemungkinan ciri-ciri dismorfik Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasarGejala Retardasi Mental Bagian Oral Pasien retardasi mental memiliki karies gigi lebih banyak, prevalensi gingivitis lebih tinggi, dan penyakit periodontal lain Tidak ada benih gigi permanen Erusi terhambat Hipoplasia email Gigi berlebih atau malformasi gigi Lidah dan bibir terbentuk fissure Terdapat geographic tongue, dan di tepinya terdapat cetakan gigi scallope tongue Palatum sempit, cekungan tajam

KOMPLIKASI RETARDASI MENTAL

1. Cerebral PalsyBagaimanapun terdapat hubungan antara keparahan serebral palsy dengan retardasi mental. Anak dengan spastik quadriplegia serebral palsy memiliki tingkat retardasi mental yang lebih besar dibanding spastik quadriplegia serebral palsy. Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan gangguan kognitif termasuk epilepsi dan abnormalitas kortikal.

2. EpilepsiEpilepsi dapat dijadikan indikator terhadap keparahan kerusakan neurologis atau yang melibatkan kerusakan korteks. Beberapa obat anti epilepsi terbaru dapat mengontrol kejang pada anak ini. 3. Gangguan Nutrisi dan pertumbuhanSekitar 30% anak dengan retardasi mental mengalami kekurangan gizi, dan kebanyakan menunjukkan pertumbuhan yang berada dibawah persentil 3. Meskipun dalam perjalannya banyak faktor yang bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Ini semua adalah gangguan dari upper motor neuron yang mengakibatkan lemahnya kordinasi menghisap, mengunyah, dan menelan. Ditambah ladi GERD yang menyebabkan regurgitasi, muntah, dan kemungkinan aspirasi. GERD menyebabkan rasa sakit sehingga anak menolak dan sulit untuk diberi makan. Distonik dispepsia (Sandifers Syndrome) pada anak dengan GERD yang berat sulit dibedakan dengan kejang tonik. Pemberian segera makanan melalui NGT atau gastrostomy tube bia menjadi solusi dari masalah ini. Pemberian makanan melalui NGT biasanya digunakan untuk pemenuhan nutrisi jangka pendek. Bagaimanapun pemberian makanan melalui NGT dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada hidung, sinusitis, iritasi laring. Gastrostomy tube merupakan solusi jangka panjang untuk gangguan pemberian makanan dan ini juga berhubungan dengan pengobatan dari GERD.

4. Disfungsi vesika urinariaAnak dengan retardasi mental mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami inkontinensia, urgensi, dan infeksi. Berhubungan dengan kekakuan dari otot detrusor sehingga frekuensi pengosongan sedikit dan kapasitas vesika urinaria rendah. Inkontinensia terjadi pada lebih 23% anak dan berhubungan dengan penurunan kesadaran dan defisit motorik yang berat. 5. Disfungsi saluran cernaKonstipasi adalah hal yang sering terjadi pada anak dengan retardasi mental. Hal Ini terjadi dengan melibatkan banyak faktor termasuk didalamnya buruknya pemberian makanan, berkurangnya asupan cairan, dan imobilisasi. Meningkatkan konsumsi cairan, jus, buah-buahan, dan sayuran merupakan solusi jangka panjang dari masalah ini. Dianjrkan pengeluaran isi saluran cerna dengan menggunakan konbinasi lanksansia baik secara oral maupun supositoria. Setelah itu, pemberian softening agent seperti serat atau docusatesodium dengan modifikasi diet bisa menghasilkan pergerakan saluran cerna yang normal dan teratur. Buang air besar setelah makan memberikan keuntungan meningkatkan refleks dari saluran cerna dan selanjutnya dapat distimulasi menggunakan glicerin supositoria bila perlu. Dengan manajemen saluran cerna yang efektif, pergerakan saluran cerna yang teratur bisa dicapai oleh anak dengan retardasi mental.

6. Gangguan tidurGangguan tidur adalah masalah yang sering terjadi pada anak dengan retardasi mental. Sekitar 50% kasus biasanya diikuti dengan kelainan penglihatan. Anak dengan retardasi mental sering mengalami gangguan pola tidur, seperti sering terbangun pada malam hari dan tidur yang terbagi. Semua ini sangat menggangu para orang tua. Obat-obatan yang meningkatkan siklus tidur-bangun kemungkinan menurunkan spastisitas dan meningkatkan prilaku keseharian. Obat-obatan hipnotik secara keseluruhan efektif untuk jangka pendek karena efeknya akan menghilang beberapa hari diakarenakan meningkatnya toleransi terhadap obat tersebut. Melatonin sekarang ini dikembangkan dengan menggunakan bahan alami sebagai obat untuk gangguan tidur. Melatonin adalah hormon yang aktif dalam keadaan gelap. Gelap merangsang hipotalamus untuk menstimulasi glandula peneal melalui jaras simpatetik sehingga meningkatkan sekresi dari melatonin. Gangguan penglihatan mengurangi kemampuan anak untuk merasakan dan menginterpretasi banyak isyarat untuk menyakan pola tidur mereka dengan lingkungan. Hal ini yang meyebabkan irama tidur-bangun anak terganggu. Sekitar 80% anak mengalami respon yang hebat terhadap pemberian 3mg melatonin saat waktu tidur dengan penurunan kegiatan terbangun dimalam hari, bangun yang terlampau cepat, dan tidur yang terlampau lambat. Obat ini mempunyai efek samping yang minimal dan tidak menimbulkan toleransi dan ketergantungn.

7. Pengeluaran air liurPengeluaran air liur terjadi pada 30% kasus. Hal ini tidak berhubungan dengan produksi saliva asalkan tidak ada lesi iritatif saat itu, seperti karies gigi dan infeksi tenggorok. Pengeluaran air liur biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut dan/atau kesulitan mengunyah karena paseudobulbar palsy. Umumnya, hal ini tidak dapat diterima dan dapat menimbulkan aspirasi, iritasi kulit, dan kesulitan berbicara. Manajemen dari kejadian ini tidak terlalu efektif. Obat antikolinergik, seperti glycopirrolate, mengurangi salivasi dengan menghambat jaras parasimtetik. Efek samping termasuk iritabilitas, sedasi, pangdangan kabung, dan konstipasi. Scopolamine adalah obat antikolinergik lain yang tersedia sebagai skin patch.Pembuatan jalur duktus saliva secara bedah adalah pilihan, tetapi dapat menimbulkan aspirasi. Studi terbaru menyarankan bahwa injeksi botulinum ke kelenjar parotis dan submandibular dapt bermanfaat untuk mengurangi pengeluaran air liur yang berlebihan.

8. Hilang pendengaranEtiologi pasti, seperti kernikterus, post-meningitis, dan rubella kongenital, meningkatkan faktor resiko ari kehilangan pendengaran. Jika tidak terdiagnosa dan tertangani secara cepat, kehilangan pendengaran dapat menggagu pertumbuhan dan rehabilitasi, demikian selanjutnya terdapat keterlambatan perkembangan. Disarankan untuk dilakukan skrining, termasuk behavioral audiometry, auditory-evoked brainstem responses (ABR), atau transient evoked otoacoustic emissions.

9. Gangguan penglihatanAnak dengan retardasi mental, terutama bayi preterm, juga meningkatkan faktor resiko gangguan penglihatan, termasuk retinopati karena prematuritas, miopia, strabismus, glaukoma, dan ambliopia. Bila tida terdiagnosa dan tertagani dengan cepat, penurunan penglihatan dapat mengganggu perkembangan dan rehabiltasi. Strabismus dapat menyebabkan ambliopia. Gangguan penglihatan dapat di terjadi di kortikal karena kerusakan lobus oksipital. Dianjurkan untuk dilakukan skrining termasuk tes ketajaman penglihatan, pergerakan mata, dan funduskopi.

10. Gangguan ortopediSpastisitas dapat menyebabkan kontraktur sendi, pemendekan otot, dan defotmitas tungkai. Komplikasi ortopedi lain membutuhkan pengamatan seperti skoliosis dan fraktur akibat osteomalasia dan osteoporosis. Manifestasi ini sering terjadi pada gangguan motorik yang berat dan imobilisasi, seperti kuadriplegia.

PENATALAKSANAAN

PENCEGAHANFokus pada pencegahan gangguan intelektual dan komplikasi yangmenyertainya. Dengan cara : Newborn metabolik screening berhasil mengurangi insidensi timbulnya Retardasi Mental Pemberian asam folat mengurangi defek pada neural tube Pemeriksaan diagnostik prenatal untuk mengurangi trisomy 21.

PSIKOEDUKASI Penerangan pada orang tua Pada retardasi mental, atau disebut juga mampu latih, pasien diberi latihan keterampilan seperti menjahit, memesak, menyulam, berkebun, beternak, perbengkelan, dan lainnya. Pada retardasi mental ringan, atau disebut juga mampu didik, pasien diberikan pelajaran akademik setaraf sekolah yang disesuaikan, misalnya Sekolah Luar Biasa Penerangan pada masyarakat mengenai retardasi mental, agar dapat diterima dengan wajar

PSIKOTERAPI Pendekatan Psikoanalitik fokus pada teori perkembangan, untuk memperbaiki ekspresi emosi, meningkatkan self esteem, meningkatkan indepedence, dan interaksi social CBT untuk pasien depresi Brief relaxation therapy : untuk mengurangi kecemasan Terapi perilaku : untuk mengubah perilaku agresi, self injury Modifikasi lingkungan, edukasi kepada caregiver. Group therapy social skill building Supportive group untuk orang tua dan sibling Family therapy

PSIKOFARMAKA Terapis harus ekstra berhatihati di dalam pemberian obat pada pasien dengan RM uji coba obat yang melibatkan pasien RM sangat terbatas. Perlu memperhatikan interaksi obat Pemakaian Anti Depresan Trisiklik menurunkan ambang kejang pada pasien dengan RM resikonya meningkat 1 : 5 Pasien RM pemakaian dosisnya lebih rendah dibanding dengan orang normal. Antikonvulsi Carbamazepine paling sering digunakan. Buspirone di laporkan baik untuk gangguan cemas dengan manifestasi Self injury behavior dan agresi. Dengan dosis sekitar 15 45 mg /hari. Pasien dengan RM mempunyai resiko yang tinggi untuk timbul tardive dyskinesia sekitar 1830 % sehingga obat antipsikotik atipikal diharapkan dapat membantu mengurangi timbulnya tardive diskinesia. Pemberian Risperidone dapat membantu untuk mengatasi agresifitas. Dosis 0,02 mg/kg BB hari 0,06 mg/kg BB Hari Nootropics Agent piracetam efeknya baik untuk belajar, memori dan perhatian Namun piracetam memiliki efek samping berupa agresi, agitasi, sexsual arousal, sulit tidur dan nafsu makan yang menurun.

Referensi

Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) Retardasi Mental Universitas Indonesia

drg. Siti Salmiah. 2010. Retardasi Mental. Departemen Ilmu kedokteran gigi anak, Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Sumatra Utara