sistem verifikasi legalitas kayu sistem milik...

8
SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIA

Upload: others

Post on 06-Nov-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYUSISTEM MILIK INDONESIA

Page 2: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

SKEMA SVLK

KOMITE AKREDITASI NASIONAL (KAN)

SERTIFIKAT SVLK

SERTIFIKAT AKREDITASI

AKREDITASI

LEMBAGAPENILAI KESESUAIAN

AUDIT BANDING

UNIT MANAJEMEN/BISNIS

(DITUNJUK) OTORITAS

PEMBERI LISENSI

KELUHAN

PEMANTAU INDEPENDEN

DOKUMEN V-LEGAL

SILK

BANDING

KELUHAN

PEMERINTAH (SEBAGAI REGULATOR)

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU – SISTEM MILIK INDONESIA

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu, dikenal dengan singkatan SVLK, dikembangkan oleh Indonesia guna menjamin kelestarian hutan-hutan kita, dengan mendorong terjadinya perdagangan atas kayu yang legal semata. Sistem ini dikembangkan sejak 2001, lewat konsultasi banyak pihak yang melibatkan masyarakat sipil, pihak pemerintah dan pihak swasta.

SVLK memberikan insentif bagi pelaku yang menjaga kesahihan dan kelestarian hutan dengan memudahkan akses pasar hanya bagi produk-produk legal yang telah diverifikasi, dan melakukan pemblokiran atas akses pasar bagi kayu yang tidak legal. SVLK juga mendukung reformasi tata kelola pemerintahan di ranah lebih luas, seperti sistem informasi, transparansi, kapasitas dan hak-hak masyarakat.

Di bawah SVLK, kayu Indonesia bisa dianggap legal kalamana asal-usulnya, produksi, pemrosesan, transportasi dan perdagangannya diverifikasi telah patuh pada seluruh perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

DEFINISI LEGALITAS

Demi menjamin legalitas dan kelestarian kayu serta produk kayu kita, Indonesia telah mengembangkan lima standar legalitas yang dituangkan dalam seperangkat prinsip, kriteria, indikator dan verifikasi, kesemua mana didasarkan atas hukum, peraturan dan prosedur yang berlaku di Indonesia.

STANDAR LEGALITAS 1. Untuk konsesi di dalam kawasan hutan produksi di atas tanah milik negara atau tanah yang dikelola perusahaan: hutan produksi alam, hutan tanaman industri, restorasi ekosistem hutan, hutan hak.STANDAR LEGALITAS 2. Untuk hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat di dalam kawasan hutan produksi di atas tanah milik negara.STANDAR LEGALITAS 3. Untuk tanah atau hutan yang dikelola atau dimiliki swasta.STANDAR LEGALITAS 4. Untuk hak menggunakan kayu dalam kawasan non-hutan di atas tanah milik negara, atau yang berasal dari hutan produksi yang dialihfungsikan.STANDAR LEGALITAS 5. Untuk industri dan pedagang primer dan hilir berbasis hutan.

Page 3: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

Standar bagi semua kesatuan pengelolaan hutan mencakup izin dan surat lisensi yang mengonfirmasi hak bagi pemegang konsesi atau hak pemilik hutan swasta atas kawasan hutan tersebut. Bagi konsesi hutan, standar yang berlaku juga meliput unsur produksi, ekologi dan sosial, termasuk transportasi kayu, serta kepatuhan kepada prinsip Free Prior Informed Consent (FPIC), atau Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA).

Bagi industri hilir, standar yang berlaku mencakup izin dan surat-surat yang berlaku bagi perusahaan atau koperasi berdasarkan undang-undang. Industri besar berkapasitas di atas 6000 m3 juga diharuskan menyerahkan laporan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai perencanaan panennya. Aspek produksi meliput bukti legalitas rantai pasok termasuk transportasi produk. Semua industri hilir harus mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku sesuai ketenagakerjaan.

Bagi hutan hak, prinsip-prinsip ini meliput hak atas kayu sekaitan dengan luasnya kawasan, kayu bulat dan perdagangan kayu bulat, serta harus diverifikasi agar mudah terlacak.

PENGENDALIAN ATAS RANTAI PASOK

SVLK mengharuskan adanya pengendalian ketat atas rantai pasok melalui sistem transportasi bahan baku dan produk yang didokumentasi dengan baik di tiap titik rantai pasok, sebagaimana digariskan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peraturan ini mengharuskan pejabat kehutanan provinsi dan kabupaten melakukan verifikasi lapangan dan validasi data serta dokumen yang secara rutin diserahkan oleh pemegang hak, pemilik tanah serta pengelola di tiap titik rantai pasok. Dokumen transportasi terkait harus terlampir dalam tiap pengiriman di dalam rantai pasok.

VERIFIKASI

Komite Akreditasi Nasional memberikan akreditasi bagi perusahaan-perusahaan swasta independen, yang dikenal dengan sebutan lembaga penilai kesesuaian, atau LPK, untuk mengaudit usaha-usaha kehutanan dan industri berbasis kayu. LPK memverifikasi kepatuhan terhadap definisi legalitas dan/atau menilai kinerja pemegang izin yang beroperasi di hutan produksi di atas tanah negara berdasarkan standar pengelolaan hutan produksi. LPK juga memeriksa kesesuaian data yang disampaikan oleh pihak yang diaudit saat berlangsung audit awal atau audit pemeriksaan, dan bisa melakukan inspeksi lapangan jika diperlukan.

Sebagai lembaga pemberi lisensi yang terakreditasi, LPK juga menerbitkan dokumen ‘V-legal’ untuk dilampirkan ketika kayu legal yang telah diverifikasi diekspor.

Page 4: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

FLEGT VPA

Guna mendorong akses pasar yang lebih baik bagi kayu yang bersertifikasi, Indonesia telah melangsungkan negosiasi bilateral bersama beberapa mitra dagang kita, guna mendorong perdagangan produk kayu legal.

Indonesia menandatangani FLEGT VPA (Forest Law Enforcement, Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement), yakni Perjanjian Kemitraan Sukarela dalam Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Bidang Kehutanan pada 2013, hal mana membuat Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang melakukan negosiasi, dan kemudian meratifikasi FLEGT VPA tersebut dengan Uni Eropa. Perjanjian ini diratifikasi melalui sebuah Keputusan Presiden pada 2014. Hal ini mengunci komitmen Indonesia untuk hanya memperdagangkan kayu legal ke seluruh dunia. Sejak itu, Indonesia dan Uni Eropa secara terus-menerus melangsungkan negosiasi guna meningkatkan standar SVLK dan demi memenuhi persyaratan di dalam VPA.

Pada 21 April, 2016, Presiden Joko Widodo dan Presiden Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, serta Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, sepakat untuk mengawali gerak cepat dalam rangka mengurangi pembalakan liar dan mendorong perdagangan kayu yang diproduksi secara legal antara Uni Eropa dan Indonesia. Instrumennya yakni skema lisensi FLEGT yang paling pertama tersebut. Uni Eropa mengonfirmasi bahwa Indonesia telah memenuhi syarat-syarat pokok terakhir dari VPA dengan UE, dan merupakan negara pertama di dunia yang menerbitkan Lisensi FLEGT bagi produk-produk kayu ekspornya ke UE.

PEMANTAU INDEPENDEN DAN EVALUASI BERKALA

Pemantau Independen merupakan bagian yang integral dari SVLK. Para pemantau terdiri dari LSM dengan status legal serta masyarakat-masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan. Mereka memantau kepatuhan dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi legalitas, kesesuaian dengan akreditasi, verifikasi, evaluasi berkala dan proses lisensi yang cocok dengan persyaratan di dalam sistem verifikasi legalitas kayu. Terakhir, para Pemantau Independen bisa menyampaikan keluhan kepada lembaga penilai kesesuaian, pihak berwenang pemberi izin, Komite Akreditasi Nasional, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam melaksanakan tugas, para Pemantau Independen punya hak penuh untuk mengakses data dan informasi pihak-pihak yang terkait dengan proses sertifikasi, di samping memiliki akses ke lokasi-lokasi yang terkait dengan proses pemantauan. Keamanan pribadi mereka selama pemantauan dijamin oleh Pemerintah. Pemantau juga dilindungi dari tuntutan hukum sekaitan dengan laporan pemantauan mereka.

Di samping Pemantau Independen, VPA memandatkan dilaksanakannya Evaluasi Berkala tahunan oleh pihak ketiga yang independen, guna menjamin bahwa sistem ini berlaku sesuai persyaratan yang digariskan di dalam VPA.

Page 5: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

DATA

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggunakan serangkaian pangkalan data dalam jaringan (daring) untuk melacak rantai pasok, termasuk di dalamnya sebuah basis data yang melacak kayu dan merekamnya sejak dari operasi hutan sampai ke industri, sebuah pangkalan data industri-industri kayu yang merekam asal-muasal kayu mentah sebagai bahan masukan bagi industri, sebuah sistem informasi daring mengenai produksi hutan alam, dan terakhir, sebuah pangkalan data informasi mengenai ekspor kayu bersertifikat V-legal.

Saat ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tengah mengembangkan sistem data daring yang terintegrasi yang menggabungkan semua sistem data jaringan luar yang telah disebut, yang bakal mampu membeberkan seluruh data dari rantai pasok secara utuh.

Pangkalan data daring bernama SILK (Sistem Informasi Legalitas Kayu) merupakan kumpulan dokumen V-legal. SILK terhubung otomatis dengan sistem-sistem informasi pada Kementerian Perdagangan dan Kantor Pabean dari Kementerian Keuangan.

Pihak-pihak berwenang di pasar ekspor yang dituju dapat dengan leluasa menelusuri SILK guna memverifikasi dokumen V-legal dan meminta klarifikasi jika diperlukan.

Page 6: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi
Page 7: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

PASARUNI EROPA

PASARGLOBAL

2013 USD 593,337,822

USD 6,067,386,152

2014 USD 644,213,671

USD 6,602,595,732

2015 USD 882,234,291

USD 9,859,389,633

2016PER 1 AGUSTUS 2016

USD 708.387.394

USD 5.445.734.927PASARUNI EROPA

PASARGLOBAL

2013 USD 593,337,822

USD 6,067,386,152

2014 USD 644,213,671

USD 6,602,595,732

2015 USD 882,234,291

USD 9,859,389,633

2016 USD 708.387.394

USD 5.445.734.927

USD 9.86 milyar

15.73 juta

Produk kayu berlisensi memilikiberat bersih

ton dan senilai

USD 5.44 milyar

7.53 juta

Produk kayu berlisensi memilikiberat bersih

ton dan senilai

per 1 agustus

2016

per 1 agustus

2016per 1 agustus

2016

per 1 agustus

2016

191 negara

Indonesia mengekspor produk kayu berlisensiSVLK kepada

di Uni Eropa

termasuk

28 negara

Indonesia mengekspor produk kayu berlisensiSVLK kepada

di Uni Eropa

termasuk184 negara

28 negara

86 pelabuhan

2055 pelabuhan

Produk kayu berlisensi telah menempuh perjalanan dari

di Indonesia ke

di luar negeri

84 pelabuhan

1425pelabuhan

Produk kayu berlisensi telah menempuh perjalanan dari

di Indonesia ke

di luar negeri

2500industri kayu

Lebih dari

hektar hutan alamtersertifikasi SVLK

13.64 juTA

hektar hutan tanamantersertifikasi SVLK

9.02 JUTA

2015 2015

2015

181.269

43 tipe

SVLK mengeluarkan

Dokumen Lisensiekspor V-Legal untuk

HS code (4 digit)

93.611

43 tipe

SVLK mengeluarkan

Dokumen Lisensiekspor V-Legal untuk

HS code (4 digit)

2015

PENCAPAIAN

EKSPOR PRODUK KAYU INDONESIA

Per 1 Agustus 2016, seluruh kayu yang dipanen dalam konsesi hutan alam dan yang berasal dari konsesi hutan tanaman telah bersertifkat SVLK. Sistem ini juga telah menyertifikasi 13,64 juta hektar hutan alam dan 9,02 juta hektar hutan tanaman dan lebih dari 2,500 kesatuan pengelolaan untuk hutan dan industri kayu. Untuk mendukung proses sertifikasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah melatih 980 auditor SVLK dan mendaftarkan 4.634 pejabat teknis yang mengawasi pengiriman kayu dan produk kayu.

Selain itu, 22 Lembaga Penilaian Kesesuaian yang menerbitkan sertifikat legalitas SVLK (Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu, atau LVLK) dan 14 Lembaga Penilaian Kesesuaian yang menerbitkan sertifikat lestari (Lembaga Penilai – Pengelolaan Hutan Produski Lestari, atau LP-PHPL) telah diberikan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Page 8: SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU SISTEM MILIK INDONESIAsilk.dephut.go.id/app/Upload/repos/20190625/ea61fadccc60f6b0c3b2f99d5e... · dalam pelaksanaan operasi sesuai dengan definisi

Mulai 15 November 2016, Indonesia menerbitkan FLEGT License atas produk kayu berverifikasi yang diekspor ke Uni Eropa. Ini berarti Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang meraih capaian ini dalam upaya global untuk memberantas pembalakan liar serta

perdagangan kayu ilegal.