sistem pengkondisian udara hotel santika …1].pdf · pendingin/refrigerasi adalah evaporator,...
TRANSCRIPT
i
SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
HOTEL SANTIKA YOGYAKARTA LANTAI 1
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat sarjana S-1
Diajukan oleh :
SIMEON HERMAWAN
NIM : 065214021
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
AIR CONDITIONING (AC) SYSTEM OF
HOTEL SANTIKA YOGYAKARTA ON THE FIRST FLOOR
FINAL PROJECT
As partitial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
by
SIMEON HERMAWAN
Student Number : 065214021
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iii
vi
ABSTRAK
Perancangan sistem pengkondisian udara dilakukan untuk memperoleh
temperatur, kelembaban, kebersihan, kesejukan udara dan pendistribusian udara
yang nyaman pada gedung Hotel. Pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan
Hotel Santika Premiere Yogyakarta sebagai gedung Hotel yang akan dirancang.
Pengkondisian udara yang dirancang adalah lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta. Sistem pengkondisian udara yang digunakan dalam perancangan ini
menggunakan sistem air-udara. Sistem air-udara ini menggunakan AHU (Air
Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Komponen utama pada mesin
pendingin/refrigerasi adalah evaporator, kompresor, katup ekspansi, kondenser.
Komponen pendukung sistem pengkondisian udara yang digunakan adalah
pompa, air cooled chiller, AHU, dan FCU. Refrigeran yang digunakan adalah R-
22.
Perhitungan beban pendinginan untuk gedung Hotel Santika Premiere
Yogyakarta lantai I diperoleh sebesar 72,71 TR. Pada perancangan sistem
pengkondisian udara ini menggunakan Air Cooled Chiller Carrier 30 GTN 080,
AHU I Carrier 39G 1724, AHU II Carrier 39G 1118, AHU III 39G 0914, FCU
standard room Carrier 42 CMX 003, FCU deluxe room Carrier 42 CMX 004,
FCU suite room Carrier 42 CMX 006.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir merupakan sebagian persyaratan yang wajib ditempuh oleh
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini juga merupakan wujud
pemahaman dari hasil belajar mahasiswa selama mengikuti kegiatan perkuliahan
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai perancangan sistem
pengkondisian udara (AC) untuk Hotel Santika Yogyakarta. Dalam Tugas Akhir
tersebut penulis merancang ulang sistem pengkondisian udara pada lantai 1 Hotel
Santika Yogyakarta dengan menggunakan sistem AC sentral.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini melibatkan banyak
pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Budi Setyahandana, S.T., M.T., Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Setiyana, Chief Engineer Hotel Santika Yogyakarta.
ix
6. Ibu Fiatin Riastuti, S.E. Sekretaris bagian Engineering Hotel Santika
Yogyakarta.
7. Bapak dan Ibu penulis yang memberikan motivasi/semangat paling kuat dan
membiayai penulis dalam menyelesaikan kuliah dan Tugas Akhir ini.
8. Adik penulis Tabita Hermayani dan Hana Hermantriani yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Teman akrab penulis, Maria Karina Metta Hanjani yang selalu memberikan
dorongan semangat, menghibur di kala susah, dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Nona Ria, wanita yang sekarang berada di relung hatiku, yang menjadi
inspirasi, dan semangatku di dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Teman-teman seperjuangan kelompok TA, FX. Hatminto Widhi Kuncoro, dan
Evan terimakasih atas sumbangan pemikiran di dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
12. Teman-teman Teknik Mesin 2006, adik-adik Teknik Mesin angkatan 2007.
13. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada kami
14. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu kami mengharapkan masukan
dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga
x
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima
kasih.
Yogyakarta, Maret 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
TITLE PAGE ........................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................... 3
1.4. Langkah Perancangan ............................................................................. 3
1.5. Batasan Masalah ..................................................................................... 4
xii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor............................................................... 6
2.2. Tujuan Penyegaran Udara....................................................................... 8
2.3. Sistem Penyegaran Udara ....................................................................... 8
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap .................................. 11
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara...... 17
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi .................................. 18
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara.................... 26
2.8. Refrigeran ............................................................................................. 28
2.9. Sistem Perpipaan....................................................................................29
BAB III BEBAN PENDINGINAN
3.1. Kalor Sensibel ....................................................................................... 31
3.2. Kalor Laten ........................................................................................... 32
3.3. Kondisi Umum Bangunan..................................................................... 32
3.4. Rumus yang Digunakan Dalam Perhitungan Beban Pendinginan........ 39
3.5. Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I Hotel Santika
Premiere Yogyakarta ............................................................................ 43
3.6. Psychometric Chart ............................................................................. 120
BAB IV PEMILIHAN AIR COOLED CHILLER, AHU, dan FCU
4.1. Air Cooled Chiller............................................................................... 139
4.2. AHU (Air Handling Unit) ................................................................... 145
xiii
4.3. FCU (Fan Coil Unit) ........................................................................... 152
BAB V PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN dan DUCTING
5.1. Sistem Perpipaan yang Digunakan ..................................................... 158
5.2. Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara ............................ 159
5.3. Perhitungan Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta .......................................................................................... 161
5.4. Perhitungan Head Pompa Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta .......................................................................................... 175
5.5. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta ............ 177
BAB VI LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI PADA HOTEL
6.1. Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel .............................. 189
6.2. Pemeliharaan Rutin Terhadap Mesin AC/Chiller ............................... 200
BAB VII KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan ......................................................................................... 202
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 204
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nilai Koefisien Perpindahan Panas Melalui Dinding .......................... 45
Tabel 3.2. Maximum Solar Heat Gain Factors Untuk Kaca ................................ 48
Tabel 3.3. Shading Coefficients Untuk Kaca ........................................................ 49
Tabel 3.4. Cooling Load Factors Untuk Kaca Dengan Interior Shading ............. 50
Tabel 3.5. Sensible and Laten Heat Gain Pada Manusia...................................... 52
Tabel 3.6. CFM Untuk Ventilasi........................................................................... 53
Tabel 3.7. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Standar Room ...... 55
Tabel 3.8. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Deluxe Room ....... 61
Tabel 3.9. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Suite Room .......... 67
Tabel 3.10. Heat Gain From Restaurant Appliances ............................................ 70
Tabel 3.11. Properties of Common Foods ............................................................ 73
Tabel 3.12. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Jatinom
Indonesia Restaurant ......................................................................... 76
Tabel 3.13. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Pandan Sari
Coffee Shop ....................................................................................... 83
Tabel 3.14. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Samudera Bar,
Lobby, dan Receptionist .................................................................... 89
Tabel 3.15. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Ruang
Ardiyanto Batik ................................................................................. 95
Tabel 3.16. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Ruang
Batik Gentong.................................................................................. 101
xv
Tabel 3.17. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Ruang Shop I.... 107
Tabel 3.18. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Ruang Shop II .. 113
Tabel 3.19. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Koridor............. 118
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR ......................... 141
Tabel 4.2. Spesifikasi Air Cooled Chiller Tipe 30GTN-080, pada 50 Hz.......... 142
Tabel 4.3. Cooling Capacity pada Frekuensi 50 Hz ........................................... 143
Tabel 4.4. Jenis-jenis AHU Carrier 39 G............................................................ 147
Tabel 4.5. Spesifikasi FCU 42CMX,C/V-2ROW............................................... 154
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Laju Aliran Pendingin .......................................... 161
Tabel 5.2. Equivalent Feet of Pipe for Fitting and Valves.................................. 166
Tabel 5.3. Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop Untuk
Perpipaan Jalur 1 ................................................................................ 168
Tabel 5.4. Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop Untuk
Perpipaan Jalur 2................................................................................ 172
Tabel 5.5. Recommended maximum duct velocity for low velocity system
(FPM) ................................................................................................. 179
Tabel 5.6. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU I ......... 185
Tabel 5.7. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU II ........ 187
Tabel 5.8. Tabel Perhitungan Friction Loss Dan Ukuran Ducting AHU III....... 188
Tabel 6.1. Standar Penerangan Untuk Sektor Perhotelan ................................... 199
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Hotel Santika Premiere Yogyakarta................................................... 4
Gambar 1.2. Hotel Santika Premiere Yogyakarta................................................... 5
Gambar 2.1. Sistem Air-Udara ............................................................................... 9
Gambar 2.2. Sistem Udara Penuh ......................................................................... 10
Gambar 2.3. Sistem Air Penuh ............................................................................. 11
Gambar 2.4. Siklus Kompresi Uap ....................................................................... 13
Gambar 2.5. Diagram P-h ..................................................................................... 14
Gambar 2.6. Kompresor Torak ............................................................................. 19
Gambar 2.7. Langkah Kerja Kompresor............................................................... 21
Gambar 2.8. Kondenser Berpendingin Udara....................................................... 23
Gambar 2.9. Flooded Evaporator dan Direct Expansion Evaporator ................... 25
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas Dengan Penyaring ............................... 27
Gambar 3.1. Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I .......... 33
Gambar 3.2. Sistem Pengkondisian Udara Di Dalam Ruang ber- AC ............... 125
Gambar 3.3. Diagram Psikometri Untuk AHU I Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta............................................... 126
Gambar 3.4. Diagram Psikometri Untuk AHU II Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta............................................... 132
Gambar 3.5. Diagram Psikometri Untuk AHU III Lantai I
Hotel Santika Premiere Yogyakarta............................................... 138
Gambar 4.1. Dimensi Ukuran Air Cooled Chiller Tipe 30GTN-080 ................. 144
xvii
Gambar 4.2. Gambar Grafik Pemilihan AHU..................................................... 148
Gambar 4.3. AHU Carrier 39G........................................................................... 149
Gambar 4.4. Dimensi Ukuran FCU 42 CMX, C/V-2ROW................................ 155
Gambar 4.5. FCU 42 CMX, C/V-2ROW ........................................................... 156
Gambar 5.1. Two Pipe Direct Return System..................................................... 159
Gambar 5.2. Grafik Friction Loss Untuk Air Dalam Pipa Tembaga .................. 165
Gambar 5.3. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta .... 167
Gambar 5.4. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Yogyakarta Jalur 1 ........ 170
Gambar 5.5. Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Yogyakarta Jalur 2 ........ 174
Gambar 5.6. Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel Round Duct........ 180
Gambar 5.7. Equivalent Round Duct Sizes......................................................... 181
Gambar 5.8. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Yogyakarta AHU I........... 182
Gambar 5.9. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Yogyakarta AHU II.......... 183
Gambar 5.10. Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Yogyakarta AHU III ...... 184
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang ini tuntutan kebutuhan hidup makin lama makin banyak.
Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan rasa
nyaman di dalam beraktivitas. Kenyamanan di dalam beraktivitas dapat dicapai
dengan tersedianya lingkungan yang bersih, sejuk, dan bebas dari polusi. Tentu
keadaan yang seperti ini sudah sangat jarang ditemukan di lingkungan tempat
tinggal kita, khususnya daerah perkotaan.
Dalam kondisi seperti ini, manusia dituntut untuk aktif di dalam berbagai
macam kegiatan/aktivitas. Akan tetapi, dengan keadaan udara yang panas, kotor,
dan kurangnya suplai oksigen yang kita hirup dalam udara akan menyebabkan
manusia lebih cepat lelah, mengantuk, malas beraktivitas, dan sangat
dimungkinkan timbulnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran
pernapasan.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi udara.
Polusi udara ini dapat disebabkan dari berbagai macam sumber, yaitu asap
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
asap pembakaran sampah, bakteri/virus, bau keringat manusia.
2
Berbagai macam upaya telah dilakukan manusia untuk mengurangi udara
panas dan kotor. Salah satunya dengan menggunakan AC(Air Conditioning), yang
dapat digunakan pada berbagai macam bangunan dan kendaraan. AC pada
bangunan dapat berupa AC central atau AC split. Untuk bangunan dengan ukuran
yang besar, seperti rumah sakit, bank, perkantoran, hotel, supermarket, mall dll
lebih cocok menggunakan AC central, tetapi untuk bangunan dengan ukuran kecil
ataupun sedang akan lebih cocok menggunakan AC split.
Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta merupakan salah satu gedung
yang berperan penting dalam mobilitas pengunjung atau turis/wisatawan asing
maupun domestik dengan berbagai keperluan/kegiatan. Oleh karena itu, untuk
mendukung seluruh kegiatan di dalamnya, maka sirkulasi udara di dalam gedung
hotel harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung di dalamnya merasa
nyaman dan betah.
1.2 Tujuan
1. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada suhu yang nyaman.
2. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada RH (kelembaban) tertentu.
3. Mengkondisikan ruangan agar udara segar tercukupi.
4. Menjaga agar udara di dalam ruangan bersih dan terbebas dari polusi, baik itu
dari debu, kuman, virus, bakteri, maupun bibit penyakit.
5. Menghilangkan bau – bau yang menyengat dari ruangan.
3
6. Membuang udara kotor yang ada dalam ruangan.
7. Mengatur sistem aliran udara dalam udara sehingga kondisi udara baik suhu
dan kelembabannya merata.
1.3 Manfaat
1. Membuat pengunjung merasa nyaman untuk beristirahat di dalam kamar.
2. Membuat pengunjung merasa betah di dalam hotel.
3. Memberikan suplai udara segar pada pengunjung hotel.
4. Meningkatkan produktivitas para staff Hotel Santika Yogyakarta.
1.4 Langkah perancangan
1. Menentukan gedung yang akan dijadikan sebagai latar perancangan.
2. Mengetahui atau menggambar terlebih dahulu denah ruangan.
3. Melakukan perhitungan beban pendinginan dalam setiap ruangan.
4. Menentukan air cooled chiller yang akan digunakan sesuai beban
pendinginan.
5. Menentukan AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit)
6. Menggambar dan merancang sistem pengkondisian udara, baik itu ducting
maupun sistem perpipaannya.
4
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam perancangan ini adalah merancang ulang sistem
pengkondisian udara (AC) yang diperuntukkan bagi Hotel Santika Premiere
Yogyakarta yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.19 Yogyakarta.
Sistem pengkondisian yang dipilih adalah sistem AC sentral,
AC sentral ini dirancang menggunakan mesin pendinginan udara (Air
Cooled Chiller), AHU (Air Handling Unit), dan FCU (Fan Coil Unit)
Air Cooled Chiller, AHU, dan FCU yang akan digunakan pada rancangan
ini sudah terdapat dipasaran.
Temperatur udara lingkungan yang terletak diluar dan didalam ruangan
dianggap tetap (tidak berubah terhadap waktu).
Gambar 1.1 Hotel Santika Premiere Yogyakarta
5
Gambar 1.2 Hotel Santika Premiere Yogyakarta
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua sistem yang
dikarenakan perbedaan temperatur. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari,
kalor sering digunakan untuk mengartikan tenaga dalam (energi internal).
Dalam termodinamika, kalor dan energi internal adalah dua hal yang berbeda, energi
adalah suatu sifat tetapi kalor bukan merupakan sifat. Suatu benda mengandung energi
tetapi bukan kalor, energi berhubungan dengan suatu keadaan sedangkan kalor
berhubungan dengan proses. Maka dalam termodinamika, kalor berarti heat transfer.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah energi sebagai hasil dari perbedaan
temperatur. Adapun mekanisme perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses mengalirnya kalor dari
daerahyang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah di
dalam satu medium atau antar medium berlainan yang bersinggungan secara
langsung.
7
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang
disebabkan karena adanya fluida yang mengalir. Perpindahan kalor
konveksi dapat terjadi secara alami (natural convection) dan secara paksa
(forced convection). Konveksi alami terjadi karena adanya fluida yang
mengalir tanpa ada sumber gerakan dari luar. Sedangkan konveksi paksa
terjadi karena adanya sumber gerakan dari luar yang menyebabkan fluida
mengalir, misalnya kipas, pompa, kompresor, blower, dan sebagainya.
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan panas oleh adanya
gerakan gelombang elektromagnetik. Pads perpindahan panas konduksi
dan konveksi memerlukan adanya media, tetapi pads perpindahan kalor
secara radiasi di ruang hampa atau tanpa adanya perantara medium juga
dapat terjadi.
8
2.2. Tujuan Penyegaran Udara
Tujuan dari penyegaran udara adalah supaya temperatur, kelembaban,
kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
yang diinginkan.
2.3. Sistem Penyegaran Udara
Jenis sistem penyegaran udara yang digunakan dalam perancangan adalah
sistem air-udara. Adapun sistem penyegaran udara lainnya adalah sistem udara
penuh dan sistem air penuh.
2.3.1. Sistem Air-Udara
Dalam sistem air-udara, seperti terlihat pada Gambar 2.1, unit koil-
kipas udara atau unit induksi dipasang di dalam ruangan yang akan
disegarkan. Air dingin (dalam hal pendinginan) atau air panas (dalam hal
pemanasan) dialirkan ke dalam unit tersebut, sedangkan udara ruangan
dialirkan melalui unit tersebut sehingga menjadi dingin atau panas.
Selanjutnya, udara tersebut bersirkulasi di dalam ruangan. Demikian pula
untuk keperluan ventilasi, udara luar yang telah didinginkan dan
dikeringkan atau udara luar yang telah dipanaskan dan dilembabkan
dialirkan dari mesin penyegar sentral ke ruangan yang akan disegarkan.
Oleh karena berat jenis dan kalor spesifik air lebih besar dari pada
udara, maka baik daya yang diperlukan untuk mengalirkan maupun
9
ukuran pipa yang diperlukan untuk memindahkan kalor yang sama, adalah
lebih kecil.
Seperti terlihat pada Gambar 2.1, untuk sistem air-udara jumlah
pemasukan udara ke dalam ruangan biasanya sama dengan jumlah udara
luar untuk ventilasi atau jumlah udara yang dikeluarkan dari ruangan.
Udara luar tersebut di atas, didinginkan dan dikeringkan, atau dipanaskan
dan dilembabkan dan termasuk sebagian dari beban kalor ruangan. Udara
tersebut dinamai udara primer. Pada umumnya, sebagian dari kalor
sensibel dari ruangan diatasi oleh unit ruangan, sedangkan kalor laten
diatasi oleh udara primer.
Gambar 2.1 Sistem Air-Udara
10
2.3.1. Sistem Udara Penuh
Pada sistem udara penuh campuran udara luar dan udara ruangan
didinginkan dan dilembabkan, kemudian dialirkan kembali ke dalam
ruangan melalui saluran udara (ducting). Mesin pendingin dari sistem
udara penuh terletak di dalam ruangan yang akan disegarkan.
Gambar 2.2 Sistem Udara Penuh
2.3.2. Sistem Air Penuh
Pada sistem air penuh air dingin dialirkan melalui FCU untuk
penyegaran udara. FCU diletakkan di dalam ruangan yang akan
dikondisikan udaranya.
11
Gambar 2.3 Sistem Air Penuh
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap
2.4.1. Proses Siklus Kompresi Uap
Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap menggunakan empat
komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator. Sistem ini menggunakan kompresor untuk mengalirkan
refrigeran yang ada di dalam sistem. Kompresor mengisap uap refrigeran
dari ruang penampung uap.di dalam penampung uap, tekanannya
diusahakan supaya tetap rendah agar refrigerant senantiasa berada dalam
12
keadaan uap dan bertemperatur rendah. Di dalam kompresor, tekanan
refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi
yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang
menggerakkan kompresor. Uap refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan
dengan mendinginkannya dengan air pendingin atau dengan udara
lingkungan temperatur normal. Di mana uap refrigeran melepaskan kalor
laten pengembunannya kepada air pendingin atau udara pendingin di dalam
kondenser, sehingga mengembun dan menjadi cair.
Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair, terdapat
campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan pengembunan dan
temperatur pengembunannya konstan.
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondenser adalah jumlah kalor yang
diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas
pendinginan) dan kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepada
refrigeran. Uap refrigeran menjadi cair sempurna di dalam kondensor,
kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.
Dalam hal ini, temperatur refrigeran cair biasanya 5-10 °F lebih rendah dari
temperatur refrigeran cair jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperatur
tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan lanjut (degree of
subcooling).
13
Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair bertekanan tinggi yang
dicairkan di dalam kondensor supaya dapat mudah menguap maka
dipergunakan alai yaitu katup ekspansi atau pipa kapiler. Diameter dalam
dan panjang dari katup ekspansi ditentukan berdasarkan besarnya
perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi
dan bagian yang bertekanan rendah, dan jumlah refrigeran yang
bersirkulasi.
Tekanan cairan refrigeran yang keluar dari katup ekspansi didistribusikan
secara merata ke dalam pipa evaporator. Di dalam evaporator, refrigeran
akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan
melalui permukaan luar dari pipa evaporator. Apabila udara didinginkan di
bawah titik embun, maka air yang ada dalam udara, akan mengembun pada
permukaan evaporator.
Gambar 2.4. Siklus kompresi uap
14
Cairan refrigeran diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima kalor
laten penguapan, selama mengalir di dalam pipa evaporator. Selama proses
penguapan, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam fasa
cair dan gas. Oleh sebab itu, biasanya dilakukan pemanasan lanjut
(superheating) sebesar 5 - 10 oF lebih tinggi dari uap jenuh, agar refrigeran
masuk ke kompresor semuanya berwujud gas. Selanjutnya refrigeran
masuk ke dalam kompresor dan siklus tersebut terjadi secara berulang-
ulang. Tujuan lain dari subcooling dan superheating adalah untuk
menaikkan nilai COP (Coefficient of Performance).
Gambar 2.5. Diagram P – h
15
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5. sebagai berikut :
1 - 2 : Proses kompresi berlangsung di kompresor
2 - 4 : Proses pelepasan kalor dan pengembunan refrigeran
4 - 5 : Proses pendinginan lanjut (subcooling)
5 - 6 :Proses penurunan tekanan (throtling) berlangsung di katup ekspansi
6 - 1 : Proses penguapan berlangsung di evaporator
2.4.2. Perhitungan Siklus Kompresi Uap
Perhitungan siklus kompresi uap dengan berdasarkan diagram P – h dapat
menentukan besarnya daya kompresor yang diperlukan dan COP yang
dihasilkan oleh mesin pendingin. Daya kompresor yang diperlukan untuk
mengkondisikan udara pada temperatur tertentu adalah :
Wkomp = . (h2-h1) (BTU/menit)…………………………….. (2.1)
keterangan :
: massa aliran refrigeran (lb/menit)
h1 : besarnya entalpi pada saat masuk kompresor (BTU/lb)
h2 : besarnya entalpi pada saat keluar dari kompresor (BTU/lb)
16
Refrigeration Effect (RE) adalah
RE = h6-h1 (BTU/Ib) …………………………………………(2.2)
Keterangan :
h6 : besarnya entalpi pada saat masuk evaporator (BTU/lb)
Kalor yang diserap evaporator adalah :
Qin = r (h1-h5) (BTU/mnt)…………………………………..(2.3)
Dari persamaan (2.2) dan (2.3), maka laju aliran massa refrigeran dapat ditulis :
lb/menit … … … … … … … … … … … … … … … … . 2.4
Kalor yang dilepas kondenser adalah
Qout = (h2—h4) (BTU/mnt) ………………………………..(2.5)
Keterangan :
h4 : besarnya entalpi pada saat sebelum masuk proses subcooling
(BTU/1b)
COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin adalah :
… … … … … … … … … … … … … … … … … . . … … . 2.6
17
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara
Sistem penyegaran udara untuk kenyamanan manusia dirancang agar
temperatur, kelembapan, kebersihan dan pendistribusian udara dapat
dipertahankan pada keadaan yang diinginkan. Oleh sebab itu, perancangan harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam pemilihan sistem penyegaran udara.
Adapun faktor-faktor pemilihan sistem penyegaran udara meliputi :
a. Faktor kenyamanan
Kenyamanan pada sistem penyegaran udara yang dirancang ditentukan oleh
beberapa parameter, antara lain : aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas
ventilasi, tingkat kebisingan dan interior ruangan. Tingkat keadaan pada
sistem penyegaran udara dirancang dapat diatur dengan sistem pengaturan
yang ada pada mesin penyegar udara.
b. Faktor ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan
yang digunakan harus diperhitungkan pula segi-segi ekonominya. Oleh sebab
itu, dalam perancangan sistem penyegaran udara harus mempertimbangkan
biaya awal, operasional, dan biaya perawatan yaitu sistem tersebut dapat
beroperasi maksimal dengan biaya total yang serendah-rendahnya.
18
c. Faktor operasi dan perawatan
Pemilihan sistem penyegaran udara yang paling disukai adalah sistem yang
mudah dipahami konstruksi, susunan dan cara menjalankannya. Beberapa
faktor pertimbangan operasi dan perawatan meliputi :
− Konstruksi sederhana
− Tahan lama
− Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
− Mudah perawatannya
− Dapat fleksibel melayani perubahan kondisi operasi
− Efisiensi tinggi
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi
Komponen utama dari mesm pendingin/refrigerasi terdiri dari kompresor,
kondenser, katup ekspansi dan evaporator.
2.6.1. Kompresor
Dalam sistem penyegaran udara, fungsi dari kompresor adalah
untuk mengalirkan dan menaikkan tekanan refrigeran dalam mesin
pendingin agar dapat berlangsung proses pendingin. Kompresor terdiri
dari beberapa jenis, yaitu :
− Kompresor torak (reciprocating compressor)
− Kompresor rotary (rotary compressor)
19
− Kompresor sentrifugal (centrifugal compressor)
− Kompresor hermetik (hermetic compressor)
− Kompresor semi hermetik
Perancangan penyegaran udara ini akan digunakan jenis kompresor torak
(reciprocating compressor) dengan pertimbangan efisiensi tinggi, tidak
berisik, dan umur pakai lebih panjang. Pada Gambar 2.6. menunjukkan
konstruksi dari kompresor torak.
Gambar 2.6. kompresor torak
Adapun cara kerja kompresor torak sebagai berikut :
Lubang yang dilalui refrigeran menuju ke kompresor dan dari kompresor
dikontrol oleh katup masuk (suction valve) dan katup keluar (discharge
valve). Kedua katup tersebut terletak pada bagian tutup silinder. Gerak
naik turun katup menyebabkan refrigeran dapat mengalir keluar melalui
20
saluran keluar (discharge) dan dapat masuk melalui saluran masuk
(suction).
Pada saat torak bergerak ke bawah (menjauhi dari katup masuk) maka
tekanan di dalam silinder menjadi berkurang lebih kecil dibanding tekanan
di atasnya, dengan demikian refrigeran akan dapat mendorong katup
masuk ke sebelah dalam dan mengalirlah refrigeran masuk ke dalam
silinder kompresor.
Pada saat gerak katup ke atas dan katup tertutup (karena telah dicapai
keseimbangan) tekanan di dalam silinder naik sedikit demi sedikit sesuai
dengan jarak yang sudah ditempuh torak. Akibat daya dorong ke atas
maka uap refrigerant terkompresikan sehingga sanggup mendorong katup
keluar (discharge valve) ke arah atas dan dapat mengalirkan refrigeran
tersebut menuju kondenser pada tekanan dan temperatur tinggi.
21
Gambar 2.7. Langkah kerja kompresor
Berdasarkan Gambar 2.7. torak berada di titik mati atas, katup masuk
(suction valve) dan katup keluar (discharge valve) tertutup. Katup keluar
(discharge valve) tertutup karena gaya tekan dari luar terhadapnya,
sedangkan katup masuk (suction valve) tertutup karena tekanan yang ada
pada ruang antara (clearance) kepala kepala torak dengan tutup silinder.
Jika torak bergerak ke bawah tekanan di dalam silinder menjadi menurun
karena volumenya membesar. Pada saat tekanannya lebih kecil dari
tekanan masuk, katup saluran masuk terbuka dan uap akan mengalir
masuk ke dalam silinder. Kejadian ini akan terus terjadi sampai torak
mencapai titik mati bawah. Setelah mencapai titik mati bawah, katup
masuk akan tertutup lagi karena gaya pegas.yang bekerja padanya.
Kemudian torak bergerak lagi ke atas, volume di dalam silinder mengecil,
berarti uap yang ada di dalammya tertekan dan tekanannya menjadi naik.
22
Pada saat tekanan uap tersebut lebih besar dari gays pegas pada katup
keluar (discharge valve) maka katup keluar akan terbuka dan uap akan
mengalir ke dalam kondenser.
2.6.2. Kondenser
Fungsi dari kondenser adalah untuk mendinginkan atau mengembunkan
uap refrigeran di dalam sistem penyegaran udara sehingga refrigeran
tersebut berubah fase menjadi cair. Jumlah kalor yang dilepaskan oleh
kondenser ke media pendingin merupakan jumlah kalor yang diterima dari
evaporator dan kalor akibat kompresi oleh kompresor. Berdasarkan media
pendinginannya, kondenser dibagi menjadi 3 macam yaitu :
− Kondenser berpendinginan udara (air cooled)
− Kondenser berpendinginan air (water cooled)
− Kondenser jenis campuran (evaporative)
Pada perancangan sistem penyegaran udara akan digunakan kondenser
berpendinginan udara (air cooled). Pada Gambar 2.8. menunjukkan salah
satu jenis dari kondenser berpendinginan udara.
23
Gambar 2.8. Kondenser berpendinginan udara
Kondenser berpendinginan udara menggunakan udara yang berada
disekitar kondenser untuk mendinginkan koil-koil kondenser. Kondenser
jenis pada umumnya memiliki fan dibagian atas untuk mensirkulasikan
udara melewati koil-koil kondenser. Kondenser ini memiliki biaya
perawatan yang lebih murah dan pengoprasiannya mudah. Kondenser tipe
ini harus dipasang pada bagian atap gedung, supaya mendapatkan udara
pendingin yang cukup.
2.6.3. Katup Ekspansi
Fungsi dari katup ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan cairan
refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah dan mengatur jumlah
refrigeran yang masuk ke dalam evaporator sesuai dengan beban
pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator. Katup ekspansi yang
24
banyak digunakan adalah
1. Katup ekspansi otomatis termostatik
2. Katup ekspansi manual
3. Katup ekspansi tekanan konstan
4. Pipa kapiler
5. Orifice plates
2.6.4. Evaporator
Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap kalor pada suatu produk
yang akan didinginkan serta untuk menguapkan cairan refrigeran yang ada
di dalam sistem penyegaran udara. Temperatur refrigeran di dalam
evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya, sehingga
kalor yang ada di sekelilingnya dapat diserap oleh refrigeran. Evaporator
menguapkan cairan refrigeran juga bertujuan agar tidak merusak
kompresor.
Pada water chiller, evaporator digunakan untuk mendinginkan air dan
merubah fase refrigerant menjadi gas. Air yang telah didinginkan pada
water chiller akan digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan.
25
Terdapat dua jenis evaprorator yang sering digunakan pada water chiller
yaitu :
- flooded evaporator
- direct expansion evaporator
Gambar 2.9 Flooded Evaporator dan Direct Expansion Evaporator
26
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara
2.7.1. Pompa
Dalam hal ini, pompa berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin ke dalam
ruangan yang akan dikondisikan udaranya serta untuk memompakan air
dari dan ke evaporator untuk didinginkan. Pada perancangan penyegaran
udara ini digunakan pompa sentrifugal, dengan pertimbangan perawatan
dan pengoprasiannya yang mudah.
2.7.2. Kipas dan Blower
Kipas berfungsi untuk menghisap udara dari luar atau ke luar ruangan.
Blower juga mempunyai fungsi yang sama, hanya saja blower mampu
menghisap udara dalam kapasitas yang sangat besar.
2.7.3. Pemisah Minyak Pelumas
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang
membutuhkan pelumasan untuk mengurangi gesekan antara bagian ring
piston dan dinding silinder. Pelumas (refrigerator oil) yang digunakan
untuk melumasi kompresor akan bercampur dengan refrigeran. Pelumas
akan mengganggu proses perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan
kondenser.
Untuk mencegah terjadinya minyak pelumas ikut masuk ke dalam
kondenser dan kemudian masuk evaporator, maka perlu dipasang pemisah
27
minyak pelumas di antara kompresor dan kondenser. Pemisah tersebut akan
memisahkan pelumas dari refrigeran dan akan mengalirkannya kembali ke
dalam ruang engkol kompresor.
Gambar 2.10. Pemisah minyak pelumas dengan penyaring
Minyak yang terpisah tersebut akan berkumpul di bagian bawah dari
pemisah minyak pelumas. Apabila permukaan minyak pelumas telah
mencapai suatu ketinggian tertentu, minyak pelumas tersebut akan
mengalir ke dalam ruang engkol kompresor secara otomatik, yaitu apabila
pelampung mencapai suatu posisi tertentu.
2.7.4. Saringan
Saringan berfungsi sebagai penyaring kotoran yang akan mengganggu.
Kotoran yang ada di dalam refrigeran yang bersirkulasi dapat menempel
dan mengendap dalam orifice dari katup ekspansi, katup hisap atau katup
buang kompresor, sehingga akan menggangu kerja dari kompresor.
28
2.8. Refrigeran
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi
cair atau sebaliknya, dipakai untuk menyerap kalor dari evaporator dan
membuang kalor di kondenser.
Dalam pemilihan refrigeran, sifat-sifat refrigeran yang perlu diperhatikan adalah
1. Tekanan evaporator dan tekanan kondenser diusahakan lebih besar dari
tekanan atmosfir untuk mencegah udara masuk dan memudahkan mencari
kebocoran.
2. Mempunyai viskositas yang rendah.
3. Tidak beracun dan berbau merangsang.
4. Tidak mudah terbakar dan mudah meledak.
5. Tidak bersifat korosif.
6. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
7. Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai jika dimampatkan
(dikompesi), diembunkan dan diuapkan mempunyai kalor laten yang besar
agar kalor penguapan yang terjadi di evaporator besar sehingga dapat
menyerap kalor dalam jumlah yang besar pula dan refrigeran yang
bersirkulasi sedikit.
8. Hemat energi
9. Ramah lingkungan (tidak merusak ozon)
29
2.9. Sistem Perpipaan
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran
Dalam menentukan ukuran pipa refrigeran perlu diperhatikan faktor-faktor
yang berhubungan dengan ekonomi dan kerugian akibat gesekan (friction
loss). Jika dilihat dari segi ekonomi tentunya dipilih ukuran pipa sekecil
mungkin, akan tetapi dari segi lain akan dijumpai beberapa kerugian yang
akan timbul akibat kerugian gesek, baik pada pipa suction maupun pada
pipa discharge, yang nantinya akan mempengaruhi kapasitas sistem. Selain
itu, adanya penurunan tekanan (pressure drop) pada liquid line akan
menyebabkan refrigeran cair mengalir tidak lancar dengan konsekuensi
katup ekspansi tidak akan bekerja normal.
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin
Kunci keberhasilan dari sistem pendinginan adalah sebagian besar
tergantung pada perencanaan sistem perpipaan. Dalam pemasangan
perpipaan diusahakan tidak terlalu banyak belokan dan sambungan guna
untuk mengurangi timbulnya kerugian gesekan (friction loss) dan kerugian
tekanan (pressure loss) yang tedadi.
Pipa-pipa pada yang mengalir air dingin atau udara dingin untuk
menyegarkan ruangan harus diisolasi karena ada perbedaan temperatur
antara air dingin atau udara dingin dengan udara luar. Tujuan lain dari
isolasi adalah untuk mengurangi masuknya kalor ke fluida kerja dari
30
dinding pipa. Bahan isolasi pipa dapat mengunakan asbestos, serat kaca,
magnesium karbida, kalsium silikat, busa polistilen dan bulu binatang
ternak. Untuk mencegah perembesan air embun melalui isolasi maka
permukaan luar isolasi biasanya dilapisi dengan aluminium koil.
BAB III
BEBAN PENDINGINAN
Dalam perancangan sistem penyegaran udara, beban pendinginan
merupakan h a l y a n g p a l i n g p e n t i n g . U n t u k m e m p e r o l e h
k e n y a m a n a n m a k a b e b a n pendinginan perlu diperhitungkan. Beban
pendinginan yang dihitung juga akan menentukan sistem perpipaan dan ukuran
ducting dari sistem penyegaran udara.
Sumber beban pendinginan suatu ruangan ada, 2 macam yaitu beban kalor
sensibel dan beban kalor laten. Beban kalor sensibel adalah beban karena kalor
yang dilepas atau diperlukan untuk merubah temperatur.
Sedangkan beban kalor laten adalah beban karena kalor yang dilepas atau
diperlukan untuk berubah fase.
3.1. Kalor Sensibel
Kalor sensibel suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh
1. Manusia
2. Penyinaran matahari
3. Udara luar yang masuk ke ruangan
4. Peralatan listrik yang dioperasikan di dalam ruangan (motor listrik,
televisi, kipas angin, tape, lampu, dll).
32
5. Benda yang bertemperatur tinggi, seperti kopi, air panas, dan
makanan yang dibawa ke dalam ruangan.
6. Perbedaan suhu permukaan dinding luar dengan permukaan dinding
dalam.
3.2. Kalor Laten
Kalor laten suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh:
1. Manusia.
2. Udara luar yang masuk ke dalam ruangan.
3. Perbedaan kelembaban udara luar dan udara ruangan (ventilasi).
4. Adanya perubahan fase zat yang terjadi di dalam ruangan.
3.3. Kondisi Umum Bangunan
Hotel Santika Premiere terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 19
Yogyakarta pada 7,48o LS dan 110,22o BT. Untuk memudahkan perhitungan
beban pendinginan, kondisi udara Yogyakarta dianggap sama dengan kondisi
udara Jakarta. Kota Jakarta terletak pada 6o LS dan 107o BT.
3 .3 .1 . Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
33
Gambar 3.1 Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
34
3. 3. 2. Lantai I
Sistem penyegaran udara yang digunakan pada lantai I adalah sistem
udara penuh dan sistem air penuh. Pada sistem udara penuh
menggunakan AHU (dengan peletakkan AHU berada di luar ruangan
yang dikondisikan), sedangkan sistem air penuh menggunakan FCU (dengan
peletakkan FCU berada di dalam ruangan yang dikondisikan). Lantai I terdiri dari
beberapa ruangan dengan ukuran yang berbeda.
a. Standart Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruang sebagai berikut:
Luas lantai : 248,52 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 2853,01 ft3
Luas pintu dan jendela kaca : 53,792 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 6 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 2 orang
b. Deluxe Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 331,47 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
35
Volume ruangan : 3805,27 ft3
Luas pintu dan jendela kaca : 64,55 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 8 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 4 orang
c. Suite Room Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas pintu dan jendela kaca : 86,07 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Televisi : 100 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 6 orang
d. Jatinom Indonesia Restoran Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai :387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
36
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 30 @ 40 W
Food Warmer
Stoves
Griddle Frying
Fry Kettle
Jumlah pengunjung : 50 orang
e. Pandan Sari Coffee Shop Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut :
Luas lantai : 1175,4 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 13493,59 ft3
Luas pintu dan jendela kaca : 451,85 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 20 @ 40 W
Coffee Warmer
Toaster
Waffle Iron
Jumlah pengunjung : 50 orang
37
f. Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist Hotel Santika Premiere
Yogyakarta
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 4357,2 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Luas pintu dan jendela kaca : 309,304 ft2
Volume ruangan : 50020,66 ft3
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 50 @ 40 W
Kulkas : 300 W
Komputer : 2 @ 350 W
Printer : 2 @ 100 W
Jumlah pengunjung : 40 orang
g. Ruang Ardiyanto Batik Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas kaca jendela : 96,83 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Komputer : 1 @ 350 W
Printer : 1 @ 100 W
38
Jumlah pengunjung : 10 orang
h. Ruang Batik Gentong Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 258,20 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 2964,14 ft3
Luas kaca jendela : 96,83 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Komputer : 1 @ 350 W
Printer : 1 @ 100 W
Jumlah pengunjung : 10 orang
i. Ruang Shop I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas kaca jendela : 96,83 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Komputer : 1@ 350 W
Jumlah pengunjung : 10 orang
39
j. Ruang Shop II Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Kondisi ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas kaca jendela : 96,83 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Komputer : 1@ 350 W
Jumlah pengunjung : 10 orang
3.4. Rumus yang Digunakan dalam Perhitungan Beban Pendinginan
Komponen-komponen yang menghasilkan kalor terhadap ruangan
merupakan faktor utama dalam mempengaruhi besar kecilnya beban pendinginan.
Sumber kalor yang ditimbulkan dapat berasal dari luar maupun dari dalam
ruangan.
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit-langit/atap,
lantai, partisi, dan pintu pada bangunan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Q = U x A x ∆T (BTU/hr) …………………………………………………. (3.1)
40
Keterangan :
Q : kalor konduksi melalui lantai, kaca dinding dan atap bangunan (BTU/hr)
U : koefisien perpindahan kalor dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan
(BTU/hr. ft2 . ° F)
A : luas permukaan dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan (ft2 )
∆T : perbedaan temperatur antara permukaan dinding luar dan permukaan
dinding dalam ruangan, tetapi untuk pendekatan dapat dipergunakan kondisi
udara luar dan dalam ruangan (oF ).
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca
Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)……………………………………. (3.2)
Keterangan :
Q : kalor dari radiasi sinar matahari melalui kaca (BTU/hr)
SHGF : faktor kalor dari sinar matahari (BTU/hr. ft2 )
A : luas permukaan kaca yang terkena sinar matahari (ft2 )
SC : koefisien penyerapan kaca terhadap sinar matahari
CLF : faktor beban pendinginan pada kaca
41
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik
Besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)………………………………… (3.3)
Keterangan :
Q : kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik (BTU/hr)
W : daya dari lampu atau peralatan listrik (Watt)
BF : faktor ballast
CLF : faktor beban pendinginan pada lampu atau peralatan listrik
3.4.4. Manusia
Besarnya beban kalor yang dihasilkan manusia dibagi menjadi 2 macam
yaitu kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel yang dihasilkan manusia dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)……………………………………………… (3.4)
Sedangkan kalor laten yang dihasilkan manusia dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
QL = qL x n (BTU/hr)…………………………………………………….. (3.5)
Keterangan :
Qs : kalor sensibel yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
QL : kalor laten yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
qs : kalor sensibel yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
42
qL : kalor laten yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
n : jumlah manusia
CLF : faktor beban pendinginan pada manusia
3.4.5. Ventilasi
Besarnya beban kalor yang dihasilkan ventilasi terdiri atas kalor sensibel
dan kalor laten. Kalor sensibel dari ventilasi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)…………………………………………………. (3.6)
Sedangkan untuk menghitung kalor laten dapat digunakan persamaan berikut:
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr) ……………………………………… (3.7)
Keterangan
Qs : beban pendinginan kalor sensible dari ventilasi (BTU/hr)
QL : beban pendinginan kalor latent dari ventilasi (BTU/hr)
CFM : laju aliran udara pads ventilasi (ft3/min)
∆T : perbedaan temperatur antara di luar dan di dalam ruangan (oF)
∆W’ : perbedaan kelembaban antara di luar dan di dalam ruangan (gr/lb)
Dengan diuraikannya persamaan untuk menghitung beban
pendinginannya, maka perhitungan beban pendinginan pada Gedung Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai I yang posisinya menghadap ke arah Selatan
sebagai berikut :
43
3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta
Perhitungan beban pendinginan pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap ruangan pada lantai
tersebut.
3.5.1 Ruang Standar Room Hotel Santika Lantai I
a. Kondisi Perancangan
Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 80 oF
Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50%
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Temperatur bola basah : 67 oF
Entalpi (h) : 31,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 76 gr/lb
Kondisi di luar ruangan
Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas di
Jakarta).
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF)
Temperatur bola basah :28 oC (82,4 oF)
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Entalpi (h) : 46,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 170 gr/lb
44
Kondisi udara di dalam hotel dan tempat-tempat lainnya yang tidak
terkena langsung radiasi matahari dan tidak dikondisikan diasumsikan:
Temperatur bola kering: 28 oC (82,4 oF)
Temperatur bola basah: 24 oC (75,2 oF)
b. Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U) pada
kaca, dinding, langit-langit/atap, dan lantai
Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca single dengan tebal ¼ inchi.
Nilai U = 1,04 BTU/hr.ft2.oF (Air Conditioning Principles and
Systems, Edward G. Pita, Tabel A.5 hal. 449)
Dinding
Dinding terbuat dari beton yang terdiri dari lapisan plester, batu bata,
dan plester. Plester dibuat dengan campuran antara semen dan pasir,
kemudian dicat krem. Sehingga tebal dinding keseluruhan 6 inchi.
Dari Tabel 3.1 diperoleh, U = 0,200 BTU/hr.ft2.oF
L
p
d
T
(Air
Langit-langit
panas. Hal
dikondisikan
Tabel 3.1 Nil
r Conditioni
t dan lantai
ini dikaren
n pada suhu
lai Koefisien
ing Principl
i diasumsik
nakan kondi
dan kelemba
n Perpindaha
les and Syste
an tidak me
isi semua ru
aban udara y
an Panas M
ems, Edward
engalami pe
uangan pad
yang sama.
Melalui Dind
d G. Pita, ha
45
erpindahan
da lantai I
ding
al 99)
46
Pintu yang terbuat dari kaca pada standar room lantai I Hotel Santika,
khususnya pada bagian balkon diasumsikan sama dengan jendela.
c. Menghitung Besarnya Beban Pendinginan dengan Rumus-rumus yang
Tersedia
Untuk menghitung beban pendinginan pada lantai I Hotel Santika
Premiere Yogyakarta, digunakan standar room sebagai contoh dalam
perhitungan beban pendinginan.
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur
(terdapat 9 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 9 53,792 95 80
7552,40 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah barat (terdapat
16 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 16 53,792 95 80
13426,48 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara (terdapat
3 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 3 53,792 95 80
2517,47 ⁄
47
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
(terdapat 4 kamar) adalah:
1,04 ⁄ . . 4 53,792 95 80
3356,62 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding yang menghadap arah
utara adalah:
0,20 ⁄ . . 2 25 13,12 95 80
1968 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
utara (terdapat 3 kamar) adalah:
35 3 53,792 0,29 0,88 1441,41 ⁄
B
t
Q
B
b
Q
B
s
Q
(Air C
Besarnya be
timur (terdap
Q = 231 x ( 9
Besarnya be
barat (terdap
Q = 231 x (
Besarnya be
selatan (terda
Q = 108 x ( 4
Tabel 3
Conditioning
eban kalor r
pat 9 kamar)
9 x 53,792 ft
eban kalor r
pat 16 kamar
16 x 53,792 f
eban kalor r
apat 4 kama
4 x 53,792 ft
3.2 Maximum
g Principles
radiasi mela
) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
radiasi mela
r) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
radiasi mela
ar) adalah:
ft2 ) x 0,29 x
m Solar Hea
and Systems
alui kaca yan
0,22 = 7134
alui kaca yan
x 0,31 = 178
alui kaca yan
0,79 = 5323
at Gain Fact
s, Edward G
ng terletak
4,98 BTU/hr
ng terletak
873,49 BTU/
ng terletak
3,86 BTU/hr
tors untuk k
G. Pita, Tabe
48
di sebelah
di sebelah
/hr
di sebelah
kaca
el 6.6 hal. 10
02)
(Air C
T
Conditioning
Tabel 3.3 Sh
g Principles a
hading Coeff
and Systems
fficients untu
s, Edward G
uk kaca
G. Pita, Tabe
49
el 6.7 hal. 10
04)
B
Q
D
m
d
T
k
E
k
p
(Air
Beban kalor
Q = 3,4 x W
Di dalam st
masing mem
dihasilkan ad
TL diasumsi
kulkas, dll) d
Edward G.
kerja, sehing
penggunaan
Tabel 3.4 C
Conditionin
peralatan lis
W x BF x CLF
tandar room
miliki daya
dalah sebesa
ikan 1,25 se
diasumsikan
Pita, hal. 1
gga lama w
AC, sehingg
Cooling Load
ng Principles
strik/lampu
F (BTU/hr)
m terdapat 6
a 40 Watt,
ar 240 Watt
edangkan un
n 1 (Air Con
11). Lampu
waktu penya
ga nilai CLF
d Factors un
s and System
6 buah lam
maka day
. Ballast Fac
ntuk peralata
nditioning Pr
u hanya diny
alaan lampu
F = 1.
ntuk kaca de
ms, Edward
mpu TL yan
ya total lam
ctor (BF) un
an listrik lai
rinciples and
yalakan sela
u sama deng
engan interi
G. Pita, Tab
50
ng masing-
mpu yang
ntuk lampu
innya (TV,
d Systems,
ama waktu
gan waktu
ior shading
bel 6.8 hal. 1
106)
51
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL dari 32 kamar
adalah:
3,4 240 32 1,25 1 32640 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV dari 32 kamar adalah:
3,4 75 32 1 1 8160 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas dari 32 kamar adalah:
3,4 45 32 1 1 4896 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam standar room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 2 orang yang beristirahat (seated at rest), maka
perhitungannya:
Q
Q
M
B
Q
Q
U
s
(Air Con
Qs = 210 Btu
QL = 140 Btu
Maka besarn
Beban kalor
Qs = 1,1 x C
QL = 0,68 x
Untuk ventil
sebanyak 20
Tabel 3.
nditioning P
uh x 64 x 1 =
uh x 64 =
nya Qtotal = 2
dari ventilas
CFM x ∆T (B
CFM x ∆W’
lasi, diasum
CFM, terda
.5 Sensible
Principles an
= 13440 BTU
= 8960 BT
22400 BTU/h
si
BTU/hr)
’ (BTU/hr)
msikan setiap
apat pada Ta
and Laten H
nd Systems,
U/hr
TU/hr
hr
p orang mem
abel 3.6.
Heat Gain p
Edward G.
mbutuhkan u
pada manus
Pita, Tabel
52
udara segar
sia
6.11 hal. 11
0)
53
Tabel 3.6 CFM untuk ventilasi
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.15 hal. 118)
54
Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar
5% dari total CFM. Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk
menghembuskan udara suplai air fan gain (draw through) sebesar
2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 64 15 21120 ⁄
0,68 20 64 94 ⁄ 81817,60 ⁄
Maka besarnya 102937,6 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Standar Room Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.7
55
Tabel perhitungan total beban pendinginan standar room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Standar Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur 1,04 484,13 95 80 7552,40
Pintu dan Barat 1,04 860,67 95 80 13426,48 Jendela Kaca Utara 1,04 161,38 95 80 2517,47
Selatan 1,04 215,17 95 80 3356,62
Dinding
Timur Barat Utara 0,20 656 95 80 1968 Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur 231 484,13 0,29 0,22 7134,98
Pintu dan Barat 231 860,67 0,29 0,31 17873,49 Jendela Kaca Utara 35 161,38 0,29 0,88 1441,41
Selatan 108 215,17 0,29 0,79 5323,86
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 7680 1,25 1 32640 Bohlam
Peralatan Televisi 3,4 2400 1 1 8160 Kulkas 3,4 1440 1 1 4896 Komputer
Tabel 3.7 Data hasil perhitungan total beban pendinginan standar room
56
Printer Food Warmer Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 64 13440 Laten 140 64 8960
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 5986,54 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 2993,27
Room Heat Gain 128710,51 8960
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 64 21120 Laten 0,68 20 94 64 81817,60
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 149830,51 90777,60 240608,11
Tons 20,05
Lanjutan Tabel 3.7
57
3.5.2 Ruang Deluxe Room Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi udara
rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang
digunakan untuk kaca, dinding, dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas
menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan beban
pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur adalah:
1,04 ⁄ . . 64,55 95 80
1006,98 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah timur
adalah:
0,20 ⁄ . . 184,73 95 80
554,19 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
58
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
231 64,55 0,29 0,22 951,32 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 8 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 320 Watt. Ballast Factor (BF) untuk lampu
TL diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya (TV,
kulkas, dll) diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu
kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 320 1,25 1 1360 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
3,4 75 1 1 255 /
59
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
3,4 45 1 1 153 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam deluxe room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 4 orang yang beristirahat (seated at rest), maka
perhitungannya:
210 4 1 840 ⁄
140 4 560 ⁄
Maka besarnya 1400 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
60
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 4 15 1320 ⁄
0,68 20 4 94 ⁄ 5113,6 ⁄
Maka besarnya 6433,6 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Deluxe Room Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.8
61
Tabel perhitungan beban pendinginan deluxe room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Deluxe Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur 1,04 64,55 95 80 1006,98
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur 0,20 184,73 95 80 554,19 Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur 231 64,55 0,29 0,22 951,32
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara Selatan
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 320 1,25 1 1360 Bohlam
Peralatan Televisi 3,4 75 1 1 255 Kulkas 3,4 45 1 1 153 Komputer Printer Food Warmer Stoves
Tabel 3.8 Data hasil perhitungan beban pendinginan deluxe room
62
Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 4 840 Laten 140 4 560
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 256,02 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 128,01
Room Heat Gain 5504,53 560
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 4 1320 Laten 0,68 20 94 4 5113,60
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 6824,53 5673,60 12498,13
Tons 1,04
Lanjutan Tabel 3.8
63
3.5.3 Ruang Suite Room Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan suite room ini, kondisi udara
rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room Hotel
Santika Premiere dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, dan pintu sama dengan bahan yang digunakan pada
standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya
(U) sama dengan standar room. Perhitungan beban pendinginan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah timur adalah:
1,04 ⁄ . . 86,07 95 80
1342,69 ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah selatan
adalah:
0,20 ⁄ . . 196,8 95 80
649,44 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
64
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah:
231 86,07 0,29 0,22 1268,48 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 10 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 400 Watt. Ballast Factor (BF) untuk lampu
TL diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya (TV,
kulkas, dll) diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu
kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah:
3,4 100 1 1 340 /
65
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah:
3,4 45 1 1 153 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam suite room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 6 orang yang beristirahat (seated at rest), maka
perhitungannya:
210 6 1 1260 ⁄
140 6 840 ⁄
Maka besarnya 2100 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
66
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 6 15 1980 ⁄
0,68 20 6 94 ⁄ 7670,4 ⁄
Maka besarnya 9650,4 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Suite Room Hotel Santika
Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.9
67
Tabel perhitungan beban pendinginan suite room
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Suite Room Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur 1,04 86,07 95 80 1342,69
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur Barat Utara Selatan 0,22 196,8 95 80 649,44
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur 231 86,07 0,29 0,22 1268,48
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara Selatan
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam
Peralatan Televisi 3,4 100 1 1 340 Kulkas 3,4 45 1 1 153 Komputer Printer Food Warmer Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Tabel 3.9 Data hasil perhitungan beban pendinginan suite room
68
Makanan Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 6 1260 Laten 140 6 840
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 335,68 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 167,84
Room Heat Gain 7217,14 840
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 6 1980 Laten 0,68 20 94 6 7670,4
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 9197,14 8510,4 17707,54
Tons 1,48
Lanjutan Tabel 3.9
69
3.5.4 Ruang Jatinom Indonesia Restaurant
Dalam perhitungan beban pendinginan Jatinom Indonesia Restaurant Hotel
Santika Premiere Yogyakarta, kondisi udara rancangan berbeda dengan
kondisi udara rancangan pada ruangan lain. Pada ruang restaurant ini nilai
konduksi dan radiasi kaca serta dinding diabaikan. Karena ruangan ini tidak
langsung terpengaruh oleh kondisi udara di luar lingkungan. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Jatinom Indonesia Restaurant terdapat 30 buah lampu TL
yang masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu
yang dihasilkan adalah sebesar 1200 Watt.
Ballast Factor (BF) untuk lampu TL diasumsikan 1,25 sedangkan
untuk peralatan listrik lainnya diasumsikan 1. Lampu hanya
dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan
lampu sama dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Untuk peralatan yang menimbulkan beban kalor sensible dan kalor
laten pada ruang restoran dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 1200 1,25 1 5100 /
(Handboo
Tabel
ok of Air Con
l 3.10 Heat G
nditioning SyTabe
Gain From R
ystem Desigel 50-51 hal.
Restaurant A
gn, Carrier A 105-106)
Appliances
Air Condition
70
ning Compa
ny,
B
M
B
M
Besarnya beb
Maka besarn
Besarnya beb
Maka besarn
ban kalor ya
nya
ban kalor ya
nya
ang dihasilka
ang dihasilka
an food warm
an stoves ada
mer adalah:
alah:
71
72
Besarnya beban kalor yang dihasilkan griddle frying adalah:
3100 ⁄
1700 ⁄
Maka besarnya 4800 ⁄
Besarnya beban kalor yang dihasilkan fry kettle adalah:
1600 ⁄
2400 ⁄
Maka besarnya 4000 ⁄
Besarnya beban kalor yang dihasilkan makanan di dalam ruangan
dapat dihitung dengan melihat Cp dari masing-masing jenis makanan
yang terdapat pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
(Heat T
Ta
Transfer a Pr
abel 3.11 Pro
ractical Appr
operties of c
roach, Ceng
common foo
gel,Property
ds
Tables and
73
Charts)
74
∆ ⁄
Buah-buahan (asumsi massa = 8 kg)
17,64 ⁄ 0,650 . 73 82,4 ⁄
107,78 ⁄
Makanan (asumsi massa = 15 kg)
33,07 ⁄ 0,802 . 212 82,4 ⁄
3437,27 ⁄
Minuman panas (asumsi massa = 8 kg)
17,64 1,000 . 212 82,4 ⁄
2286,14 ⁄
Minuman dingin (asumsi massa = 8 kg)
17,64 0,922 . 50 82,4 ⁄
526,96 ⁄
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam Jatinom Indonesia Restaurant yang melakukan
aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF
= 1 dan terdapat 50 orang yang makan (seated, eating), maka
perhitungannya:
255 50 1 12750 ⁄
325 50 16250 ⁄
75
Maka besarnya 29000 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF – 82,4oF) = 12,6oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 50 12,6 13860 ⁄
0,68 20 50 94 ⁄ 63920 ⁄
Maka besarnya 77780 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Jatinom Indonesia
Restoran Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat
pada Tabel 3.12
76
Tabel perhitungan beban pendinginan Jatinom Indonesia Restaurant
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Jatinom Indonesia Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Restaurant Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 1200 1,25 1 5100 Bohlam
Peralatan Televisi Kulkas Komputer Printer Food Warmer 350 350 Stoves 4200 4200 Griddle Frying 3100 1700 Fry Kettle 1600 2400
Tabel 3.12 Data hasil perhitungan beban pendinginan Jatinom Indonesia Restaurant
77
Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2 (0F) T1 (0F) Buah-buahan 17,64 0,65 73,00 82,40 -107,78 Makanan 33,07 0,80 212,00 82,40 3437,27 Minuman panas 17,64 1,00 212,00 82,40 2286,14 Minuman dingin 17,64 0,92 50,00 82,40 -526,96
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 255 1 50 12750 Laten 325 50 16250
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 1521,47 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 760,74
Room Heat Gain 32711,70 26659,19
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F) Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 12,6 50 13860 Laten 0,68 20 94 50 63920
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 46571,70 90579,19 137150,89
Tons 11,43
Lanjutan Tabel 3.12
78
3.5.5 Ruang Pandan Sari Coffee Shop
Dalam perhitungan beban pendinginan Pandan Sari Coffee Shop Hotel
Santika Premiere Yogyakarta, kondisi udara rancangan sama dengan
kondisi udara pada ruang standar room dan ruangan lainnya. Selain itu,
bahan yang digunakan untuk kaca dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas
menyeluruhnya (U) sama dengan standar room.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 451,85 95 80
7048,86 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
79
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 451,85 0,29 0,79 11180,03 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Pandan Sari Coffee Shop terdapat 20 buah lampu TL yang
masing-masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 800 Watt. Ballast Factor (BF) diasumsikan
1,25. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama
waktu penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC,
sehingga nilai CLF = 1.
Untuk peralatan yang menimbulkan beban kalor sensible dan kalor
laten pada ruang restoran dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 800 1,25 1 3400 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Coffee Warmer adalah:
230 ⁄
90 ⁄
Maka besarnya 500 ⁄
80
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Toaster adalah:
5100 ⁄
1300 ⁄
Maka besarnya 6400 ⁄
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Waffle Iron adalah:
1100 ⁄
750 ⁄
Maka besarnya 1850 ⁄
Besarnya beban kalor yang dihasilkan makanan di dalam ruangan
dapat dihitung dengan melihat Cp dari masing-masing jenis makanan
yang terdapat pada Tabel 3.11.
Beban kalor yang dihasilkan makanan di dalam ruangan dapat
dihitung sebagai berikut:
∆ ⁄
Makanan (asumsi massa = 15 kg)
33,07 ⁄ 0,591 . 212 80 ⁄
2579,86 ⁄
Minuman panas (asumsi massa = 15 kg)
33,07 1,000 . 212 80 ⁄
4365,24 ⁄
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
81
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam Pandan Sari Coffee Shop yang melakukan
aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF
= 1, dan terdapat 50 orang yang makan (seated, eating), maka
perhitungannya:
255 50 1 12750 ⁄
325 50 16250 ⁄
Maka besarnya 29000 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 50 15 16500 ⁄
0,68 20 50 94 ⁄ 63920 ⁄
82
Maka besarnya 80420 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Ruang Pandan Sari Coffee
Shop Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada
Tabel 3.13
83
Tabel perhitungan beban pendinginan Pandan Sari Coffee Shop
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Pandan Sari
Coffee Engr : Simeon Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Shop Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 451,85 95 80 7048,86
Dinding
Timur 0,20 408,82 95 80 1226,46 Barat 0,20 408,82 95 80 1226,46 Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 451,85 0,29 0,79 11180,03
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 800 1,25 1 3400 Bohlam Peralatan
Televisi Kulkas Komputer Printer Food Warmer Stoves Griddle
Tabel 3.13 Data hasil perhitungan beban pendinginan Pandan Sari Coffee Shop
84
Frying
Fry Kettle Coffee Warmer 230 90 Toaster 5100 1300 Waffle Iron 1100 750
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan 33,07 0,591 212 80 2579,86 Minuman panas 33,07 1 212 80 4365,24 Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 255 1 50 12750 Laten 325 50 16250
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 2292,08 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 1146,04
Room Heat Gain 49279,79 22755,24
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 12,6 50 13860 Laten 0,68 20 94 50 63920
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0%
Cooling Load 63139,79 86675,24 149815,03 Tons 12,48
Lanjutan Tabel 3.13
85
3.5.6 Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist Hotel Santika
Dalam perhitungan beban pendinginan Samudera Bar Lounge, Lobby, dan
Receptionist Hotel Santika Premiere Yogyakarta, kondisi udara rancangan
sama dengan kondisi udara ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang
digunakan untuk kaca, dan pintu sama dengan bahan yang digunakan pada
standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya
(U) juga sama.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca, pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 309,304 95 80
4825,14 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
86
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 309,304 0,29 0,79 7653,05 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist Hotel Santika
terdapat 50 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40
Watt, 1 buah kulkas pada ruangan Samudera Bar Lounge dengan daya
300 W, 2 buah komputer yang masing-masing memiliki daya 350 W,
dan 2 buah printer yang masing-masing memiliki daya 100 W. Maka
dari data didapat daya total lampu yang dihasilkan sebesar 2000 Watt,
daya total komputer yang dihasilkan sebesar 700 W, dan daya total
printer yang dihasilkan sebesar 200 W. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1,25. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 2000 1,25 1 8500 /
87
Besarnya beban kalor yang dihasilkan kulkas pada Samudera Bar
Lounge adalah:
3,4 300 1 1 1020 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah:
3,4 700 1 1 2380 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan printer adalah:
3,4 200 1 1 680 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam Samudera Bar Lounge, Lobby, dan
Receptionist Hotel Santika Yogyakarta yang melakukan aktivitas
dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 20 orang (standing, light work or walking slowly), 20 orang
(seated, light work, typing) maka perhitungannya:
315 40 1 255 20 1
17700 ⁄
325 40 255 20 18100 ⁄
Maka besarnya 35800 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
88
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 40 15 13200 ⁄
0,68 20 40 94 ⁄ 51136 ⁄
Maka besarnya 64336 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Samudera Bar Lounge,
Lobby, dan Receptionist Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat
dilihat pada Tabel 3.14
89
Tabel perhitungan beban pendinginan Samudera Bar Lounge, Lobby, dan Receptionist
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Samudera
Bar Lounge Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Lobby dan
Receptionist Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 309,30 95 80 4825,14
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 309,30 0,29 0,79 7653,05
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 2000 1,25 1 8500 Bohlam Peralatan Televisi Kulkas 3,4 300 1 1 1020 Komputer 3,4 700 1 1 2380 Printer 3,4 200 1 1 680 Food Warmer Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee
Tabel 3.14 Data hasil perhitungan beban pendinginan Samudera Bar, Lobby, dan Receptionist
90
Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315;255 1 40;20 17700 Laten 325;255 40;20 18100
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 2137,91 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 1068,95
Room Heat Gain 45965,05 18100
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F) Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 12,6 60 16632 Laten 0,68 20 94 60 76704
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0%
Cooling Load 62597,05 94804 157401,05 Tons 13,12
Lanjutan Tabel 3.14
91
3.5.7 Ruang Ardiyanto Batik Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan Ruang Ardiyanto Batik Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai I, kondisi udara rancangan sama
dengan kondisi udara ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dan pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar
room, sehingga nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga
sama. Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 96,83 95 80
1510,55 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
92
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 96,83 0,29 0,79 2395,84 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Ruang Ardiyanto Batik Hotel Santika Yogyakarta Lantai I
terdapat 10 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40
Watt, dan 1 buah komputer yang memiliki daya 350 W, dan 1 buah
printer yang memiliki daya 100 W. Maka dari data didapat daya total
lampu yang dihasilkan sebesar 400 Watt, daya total komputer yang
dihasilkan sebesar 350 W, dan daya total printer yang dihasilkan
sebesar 100 W. Ballast Factor (BF) untuk lampu TL diasumsikan 1,25
sedangkan untuk peralatan listrik lainnya 1. Lampu hanya dinyalakan
selama waktu kerja, sehingga lama waktu penyalaan lampu sama
dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah:
3,4 350 1 1 1190 /
93
Besarnya beban kalor yang dihasilkan printer adalah:
3,4 100 1 1 340 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam Ruang Ardiyanto Batik Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan
dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 8 orang
(standing, light work or walking slowly), 2 orang (seated, light work,
typing)maka perhitungannya:
315 8 1 255 2 1 3030 ⁄
325 8 255 2 3110 ⁄
Maka besarnya 6140 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
94
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 10 15 3300 ⁄
0,68 20 10 94 ⁄ 12784 ⁄
Maka besarnya 16084 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Ruang Ardiyanto Batik
Hotel Santika Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.15
95
Tabel perhitungan beban pendinginan ruang Ardiyanto Batik
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Ardiyanto
Batik Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 96,83 95 80 1510,55
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 96,83 0,29 0,79 2395,85
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam
Peralatan Televisi Kulkas Komputer 3,4 350 1 1 1190 Printer 3,4 100 1 1 340 Food
Tabel 3.15 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang Ardiyanto Batik
96
Warmer
Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315;255 1 8;2 3030 Laten 325;255 8;2 3110
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 508,32 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 254,16
Room Heat Gain 10928,87 3110
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 10 3300 Laten 0,68 20 94 10 12784
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 14228,87 15894 30122,87
Tons 2,51
Lanjutan Tabel 3.15
97
3.5.8 Ruang Batik Gentong Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan Ruang Batik Gentong Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi
udara ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dan
pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar room, sehingga nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 96,83 95 80
1510,55 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
98
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 96,83 0,29 0,79 2395,84 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Ruang Batik Gentong Hotel Santika Yogyakarta Lantai I
terdapat 10 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40
Watt, dan 1 buah komputer yang memiliki daya 350 W, dan 1 buah
printer yang masing-masing memiliki daya 100 W. Maka dari data
didapat daya total lampu yang dihasilkan sebesar 400 Watt, daya total
komputer yang dihasilkan sebesar 350 W, dan daya total printer yang
dihasilkan sebesar 100 W. Ballast Factor (BF) untuk lampu TL
diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah:
3,4 350 1 1 1190 /
99
Besarnya beban kalor yang dihasilkan printer adalah:
3,4 100 1 1 340 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam Ruang Batik Gentong Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan
dari Tabel 3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 8 orang
(standing, light work or walking slowly), 2 orang (seated, light work,
typing) maka perhitungannya:
315 8 1 255 2 1 3030 ⁄
325 8 255 2 3110 ⁄
Maka besarnya 6140 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
100
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 10 15 3300 ⁄
0,68 20 10 94 ⁄ 12784 ⁄
Maka besarnya 16084 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Ruang Batik Gentong
Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel
3.16.
101
Tabel perhitungan beban pendinginan Batik Gentong
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Batik
Gentong Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 96,83 95 80 1510,55
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 96,83 0,29 0,79 2395,85
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam Peralatan
Televisi Kulkas Komputer 3,4 350 1 1 1190 Printer 3,4 100 1 1 340 Food Warmer Stoves
Tabel 3.16 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang Batik Gentong
102
Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315;255 1 8;2 3030 Laten 325;255 8;2 3110
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 508,32 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 254,16
Room Heat Gain 10928,87 3110
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 10 3300 Laten 0,68 20 94 10 12784
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 14228,87 15894 30122,87
Tons 2,51
Lanjutan Tabel 3.16
103
3.5.9 Ruang Shop I Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan Ruang Shop I Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi
udara ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dan
pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar room, sehingga nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 96,83 95 80
1510,55 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
104
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 96,83 0,29 0,79 2395,84 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Ruang Shop I Hotel Santika Yogyakarta Lantai I terdapat
10 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40 Watt, dan 1
buah komputer yang memiliki daya 350 W. Maka dari data didapat
daya total lampu yang dihasilkan sebesar 400 Watt, daya total
komputer yang dihasilkan sebesar 350 W. Ballast Factor (BF) untuk
lampu TL diasumsikan 1,25 sedangkan untuk peralatan listrik lainnya
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah:
3,4 350 1 1 1190 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
105
Orang-orang di dalam Ruang Shop I Hotel Santika Yogyakarta Lantai
I yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel 3.5.
Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 8 orang (standing, light work
or walking slowly), 2 orang (seated, light work, typing)maka
perhitungannya:
315 8 1 255 2 1 3030 ⁄
325 8 255 2 3110 ⁄
Maka besarnya 6140 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga:
1,1 20 10 15 3300 ⁄
0,68 20 10 94 ⁄ 12784 ⁄
106
Maka besarnya 16084 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Ruang Shop I Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.17.
107
Tabel perhitungan beban pendinginan Shop I
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Shop 1 Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00
Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 96,83 95 80 1510,55
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 96,83 0,29 0,79 2395,85
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam Peralatan
Televisi Kulkas Komputer 3,4 350 1 1 1190 Printer Food Warmer
Tabel 3.17 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang Shop I
108
Stoves Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315;255 1 8;2 3030 Laten 325;255 8;2 3110
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 491,32 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 245,66
Room Heat Gain 10563,37 3110
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 10 3300 Laten 0,68 20 94 10 12784
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 13863,37 15894 29757,37
Tons 2,48
Lanjutan Tabel 3.17
109
3.5.10 Ruang Shop II Hotel Santika Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan Ruang Shop II Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi
udara ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk kaca, dan
pintu sama dengan bahan yang digunakan pada standar room, sehingga
nilai koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) juga sama.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah selatan
adalah:
1,04 ⁄ . . 96,83 95 80
1510,55 ⁄
Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.2 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari Tabel 3.3 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
110
Tabel 3.4, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
108 96,83 0,29 0,79 2395,84 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam Ruang Shop II Hotel Santika Yogyakarta Lantai I terdapat
10 buah lampu TL yang masing-masing memiliki daya 40 Watt, dan 1
buah komputer yang memiliki daya 350 W. Maka dari data didapat
daya total lampu yang dihasilkan sebesar 400 Watt, daya total
komputer yang dihasilkan sebesar 350 W. Ballast Factor (BF) lampu
TL diasumsikan 1,25 sedangkan peralatan listrik lainnya diasumsikan
1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama waktu
penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC, sehingga nilai
CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 400 1,25 1 1700 /
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah:
3,4 350 1 1 1190 /
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
111
Orang-orang di dalam Ruang Shop II Hotel Santika Yogyakarta
Lantai I yang melakukan aktivitas dapat diperhitungkan dari Tabel
3.5. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan terdapat 8 orang (standing, light
work or walking slowly), 2 orang (seated, light work, typing)maka
perhitungannya:
315 8 1 255 2 1 3030 ⁄
325 8 255 2 3110 ⁄
Maka besarnya 6140 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
112
Sehingga:
1,1 20 10 15 3300 ⁄
0,68 20 10 94 ⁄ 12784 ⁄
Maka besarnya 16084 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada Ruang Shop II Hotel
Santika Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.18.
113
Tabel perhitungan beban pendinginan Shop II
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Shop 2 Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 1,04 96,83 95 80 1510,55
Dinding
Timur Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan 108 96,83 0,29 0,79 2395,85
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam Peralatan
Televisi Kulkas Komputer 3,4 350 1 1 1190 Printer Food Warmer Stoves Griddle Frying
Tabel 3.18 Data hasil perhitungan beban pendinginan ruang shop II
114
Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2
(0F) T1
(0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315;255 1 8;2 3030 Laten 325;255 8;2 3110
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 491,32 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 245,66
Room Heat Gain 10563,37 3110
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 10 3300 Laten 0,68 20 94 10 12784
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0% Cooling Load 13863,37 15894 29757,37
Tons 2,48
Lanjutan Tabel 3.18
115
3.5.11 Koridor Hotel Santika Yogyakarta Lantai I
Dalam perhitungan beban pendinginan koridor Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I ini, kondisi udara rancangan sama dengan kondisi
udara ruangan lainnya. Pada koridor hanya memperhitungkan beban kalor
konduksi pada dinding sebelah timur saja dan tidak memperhitungkan
beban kalor konduksi melalui kaca, dan beban kalor radiasi matahari
melalui kaca. Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding di sebelah timur
adalah:
0,20 ⁄ . . 918 95 80
2755,2 ⁄
Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Koridor Hotel Santika Yogyakarta Lantai I secara keseluruhan
memiliki panjang 292,05 ft, dan lebar 4,92 ft. Jumlah lampu TL yang
digunakan adalah 40 lampu @ 40 W. Sehingya total lampu yang
dihasilkan sebesar 1600 W. Ballast Factor (BF) diasumsikan 1,25.
Lampu dinyalakan selama 24 jam, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah:
3,4 1600 1,25 1 6800 /
116
Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Pada koridor keseluruhan diasumsikan terdapat 12 orang (standing,
light work or walking slowly) diperhitungkan dari Tabel 3.5.
Diasumsikan nilai CLF = 1, maka perhitungannya:
315 12 1 3780 ⁄
325 12 3900 ⁄
Maka besarnya 7680 ⁄
Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM, terdapat pada Tabel 3.6. Pada sambungan ducting
juga diasumsikan terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM.
Selain itu, juga dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara
suplai air fan gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
117
Sehingga:
1,1 20 12 15 3960 ⁄
0,68 20 12 94 ⁄ 15340,8 ⁄
Maka besarnya 19300,8 ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada koridor Hotel Santika
Yogyakarta Lantai I dapat dilihat pada Tabel 3.19
118
Tabel perhitungan beban pendinginan koridor
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Koridor Engr : Simeon
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Simeon
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu (0F) RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Timur
Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Dinding
Timur 0,20 918,4 95 80 2755,2 Barat Utara Selatan
Langit-langit Lantai Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Timur Pintu dan Barat Jendela Kaca Utara
Selatan
Lampu W BF CLF RLHG Watt BTU/hr
Flourance 3,4 1600 1,25 1 6800 Bohlam
Peralatan Televisi Kulkas Komputer Printer Food Warmer Stoves
Tabel 3.19 Data hasil perhitungan beban pendinginan koridor
119
Griddle Frying Fry Kettle Coffee Warmer Toaster Waffle Iron
Makanan massa (lb) Cp
(BTU/lbm.0F) T2 (0F) T1 (0F) Buah-buahan Makanan Minuman panas Minuman dingin
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 315 1 12 3780 Laten 325 12 3900
Infiltrasi CFM W ∆T ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 666,76 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 333,38
Room Heat Gain 14335,34 3900
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 12 3960 Laten 0,68 20 94 12 15340,8
Supply air fan gain ( blow through) 0% RTHG Pump gain BTU/hr Return air duct gain
Return air fan gain 0%
Cooling Load 18295,34 19240,8 37536,14 Tons 3,13
Lanjutan Tabel 3.19
120
3.6. Psychometric Chart
Psychrometric chart merupakan suatu diagram yang menunjukkan
sifat termal dari udara basah. Sifat-sifat termal dari udara dibedakan menjadi
2, yaitu sensibel dan laten. Dalam uraian berikut akan dipaprkan contoh
penggunaan diagram psychometric.
Dalam hal ini akan diambil dua buah contoh penggunaan diagram
psikometri, yaitu AHU pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
3.6.1 AHU I pada lantai I
AHU I pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk
mendinginkan ruang kamar standar room (16 kamar), Jatinom Indonesia
Restaurant, Pandan Sari Coffee Shop, sebagian koridor, Shop I, dan Shop
II. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
121
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
= ......................................................(3.8)
Dengan :
RSHG = Room Sensible Heat Gain
RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan
yang didinginkan oleh AHU I lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (16 kamar) = 63701,89 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 32711,70 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 49279,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 7734,84 BTU/hr
Shop I = 10563,37 BTU/hr
Shop II = 10563,37 BTU/hr
Maka RSHG total = 174554,96 BTU/hr
RLHG:
Standar room (16 kamar) = 4480 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 26659,19 BTU/hr
122
Pandan Sari Coffee Shop = 22755,24 BTU/hr
Sebagian koridor = 1950 BTU/hr
Shop I = 3110 BTU/hr
Shop II = 3110 BTU/hr
Maka RLHG total = 62064,43 BTU/hr
174554,96 ⁄174554,96 ⁄ 62064,43 ⁄ 0,73
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat
dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui
titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10
atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
= ......................................................(3.9)
123
Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat
TLH = Total Latent Heat
GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU I lantai
I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (16 kamar) = 74261,89 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 46571,70 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 63139,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 9714,84 BTU/hr
Shop I = 13863,37 BTU/hr
Shop II = 13863,37 BTU/hr
Maka TSH total = 221414,96 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 90579,19 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 86675,24 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Shop I = 15894 BTU/hr
Shop II = 15894 BTU/hr
124
Maka TLH total = 264051,64 BTU/hr
221414,96 ⁄221414,96 ⁄ 264051,64 ⁄ 0,45
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU I pada lantai I Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai
berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb)
= 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
92oF, WB (Wet Bulb) = 80oF, dan RH = 60%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
125
yaitu 53oF dan RH = 100%.
Letak dari masing-masing titik dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Sistem pengkondisian udara di dalam ruang ber-AC
Keterangan :
A : kondisi udara luar
B : kondisi udara di dalam ruangan ber-AC
C : kondisi udara hasil campuran udara luar dengan udara
dari dalam ruang ber-AC
D : suhu permukaan koil pendingin
E : kondisi udara keluar setelah melalui koil pendingin
126
Gambar 3.3 Diagram Psikometri untuk AHU I Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
127
3.6.2 AHU II pada lantai I
AHU II pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk
mendinginkan ruang kamar standar room (3 kamar), deluxe room, Samudera
Bar Lounge, Lobby, dan Receptionist, Ardiyanto Batik, Batik Gentong.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
= ......................................................(3.8)
Dengan :
RSHG = Room Sensible Heat Gain
RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
128
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan
yang didinginkan oleh AHU II lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (3 kamar) = 12379,75 BTU/hr
Deluxe room = 5504,53 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 45965,05 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 10928,87 BTU/hr
Batik Gentong = 10928,87 BTU/hr
Maka RSHG total = 85707,07 BTU/hr
RLHG:
Standar room (3 kamar) = 840 BTU/hr
Deluxe room = 560 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 18100 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 3110 BTU/hr
Batik Gentong = 3110 BTU/hr
Maka RLHG total = 25720 BTU/hr
85707,07 ⁄85707,07 ⁄ 25720 ⁄ 0,77
129
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat
dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui
titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10
atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
= ......................................................(3.9)
Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat
TLH = Total Latent Heat
GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU II
130
lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (3 kamar) = 14359,75 BTU/hr
Deluxe room = 6824,53 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 62597,05 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 14228,87 BTU/hr
Batik Gentong = 14228,87 BTU/hr
Maka TSH total = 112239,07 BTU/hr
TLH :
Standar room (3 kamar) = 8510,40 BTU/hr
Deluxe room = 5673,60 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 94804 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 15894 BTU/hr
Batik Gentong = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 140776 BTU/hr
112239,07 ⁄112239,07 ⁄ 140776 ⁄ 0,44
131
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU II pada lantai I Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai
berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb)
= 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
93oF, WB (Wet Bulb) = 80,6oF, dan RH = 60%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 55,5oF dan RH = 98%.
132
Gambar 3.4 Diagram Psikometri untuk AHU II Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
133
3.6.3 AHU III pada lantai I
AHU III pada lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan untuk
mendinginkan ruang kamar standar room (13 kamar), suite room, dan
sebagian koridor. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
= ......................................................(3.8)
Dengan :
RSHG = Room Sensible Heat Gain
RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa ruangan
yang didinginkan oleh AHU III lantai I Hotel Santika Premiere
134
Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (13 kamar) = 52628,91 BTU/hr
Suite room = 7217,14 BTU/hr
Sebagian koridor = 9562,34 BTU/hr
Maka RSHG total = 69408,39 BTU/hr
RLHG:
Standar room (13 kamar) = 3640 BTU/hr
Suite room = 840 BTU/hr
Sebagian koridor = 1950 BTU/hr
Maka RLHG total = 6430 BTU/hr
69408,39 ⁄69408,39 ⁄ 6430 ⁄ 0,91
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF didapat
dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1) melalui
titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 10
atau 50 , sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
135
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 50 .
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
= ......................................................(3.9)
Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat
TLH = Total Latent Heat
GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU III
lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (13 kamar) = 61208,91 BTU/hr
Suite room = 9197,14 BTU/hr
Sebagian koridor = 11542,34 BTU/hr
Maka TSH total = 81948,39 BTU/hr
136
TLH :
Standar room (13 kamar) = 36878,40 BTU/hr
Suite room = 8510,4 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Maka TLH total = 55009,2 BTU/hr
81948,39 ⁄81948,39 ⁄ 55009,2 ⁄ 0,6
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU III pada lantai I Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai
berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb)
= 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
137
83,4oF, WB (Wet Bulb) = 70,5oF, dan RH = 55%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 50oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 67,7oF dan RH = 74%.
138
Gambar 3.5 Diagram Psikometri untuk AHU III Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
BAB IV
PEMILIHAN AIR COOLED CHILLER, AHU, DAN FCU
4.1 Air Cooled Chiller
Air Cooled Chiller adalah mesin yang digunakan untuk mendinginkan air
dengan menggunakan suatu refrigeran tertentu. Air hangat yang masuk ke evaporator
air cooled chiller akan mengenai pipa-pipa dingin yang didalamnya mengalir
refrigerant, sehingga air yang keluar dari air cooled chiller dengan suhu yang rendah.
Air dingin tersebut ditampung terlebih dahulu di Header Supply sebelum dialirkan
dengan menggunakan pompa, yang kemudian digunakan untuk mendinginkan koil
pendingin yang terletak di dalam unit pendingin, yang biasa dikenal dengan istilah
AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Dalam hal ini, pompa berperan
penting dalam mengalirkan air dingin karena jika tidak ada pompa, maka air tidak
akan mengalir menuju AHU atau FCU.
Untuk memilih air cooled chiller digunakan beban pendinginan total dari keseluruhan
ruangan. Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
RTHG (Room Total Heat Gain) :
Standard Room : 240608,11 BTU/hr : 20,05 Tons
Deluxe Room : 12498,13 BTU/hr : 1,04 Tons
Suite Room total : 17707,54 BTU/hr : 1,48 Tons
Jatinom Restaurant Indonesia : 137150,89 BTU/hr : 11,43 Tons
140
Pandan Sari Coffee Shop : 149815,03 BTU/hr : 12,48 Tons
Samudera Bar Lounge, Lobby, Receptionist: 157401,05BTU/hr :13,12 Tons
Ardiyanto Batik : 30122,87 BTU/hr : 2,51 Tons
Batik Gentong : 30122,87 BTU/hr : 2,51 Tons
Shop I : 29757,37 BTU/hr : 2,48 Tons
Shop II : 29757,37 BTU/hr : 2,48 Tons
Koridor : 37536,14 BTU/hr : 3,13 Tons
Maka RTHG Total : 72,71 Tons
Dari perhitungan beban pendinginan yang telah dilakukan, diperoleh total beban
pendinginan sebesar 72,71 TR atau 872520 BTU/hr. Apabila diketahui 1 kW = 3410
BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada air cooled chiller adalah 255,87 kW.
Dari besar beban pendinginan yang telah dihitung, maka air cooled chiller yang akan
digunakan dapat dipilih sesuai dengan Tabel 4.1.
141
Dengan demikian, air cooled chiller yang akan digunakan adalah Air Cooled Chiller
buatan Carrier Unit 30GTN 080 dan memiliki spesifikasi dan dimensi ukuran yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR
(Product Data Carrier International Sdn. Bdn. Malaysia)
142
Tabel 4.2. Spesifikasi Air Cooled Chiller Tipe 30GTN-080, pada 50 Hz (Product Data Carrier International Sdn. Bdn. Malaysia)
Tabel 4. (Product D
3. Cooling Capata Carrier Inte
pacity pada frekuernational Sdn. B
uensi 50 Hz Bdn. Malaysia)
143
Gammbar 4.1 Dimens
(Product Data
si Ukuran Air C
Carrier Interna
Cooled Chiller T
ational Sdn. Bdn
Tipe 30 GTN-08
n. Malaysia)
0
144
145
4.2 AHU (Air Handling Unit)
Air Handling Unit tersedia dengan kapasitas antara 2000-1.000.000
m3/jam, dalam berbagai ukuran sesuai dengan standar yang diberikan oleh pabrik
pembuatnya. Ada dua jenis air handling unit, yaitu jenis vertikal dan jenis
horisontal. Jenis kipas udara yang digunakan tergantung dari volume udara dan
tekanan yang diinginkan. Kipas udara yang banyak dipakai adalah jenis daun
berganda (multiblade). Koil udara dibuat dari pipa bersirip plat; dalam hal tersebut
pipa dibuat dari tembaga, sedangkan sirip dibuat dari aluminium. Ada dua jenis
koil udara, satu untuk pendinginan dan yang lain untuk pemanasan; namun, dapat
dipergunakan satu koil udara saja yang dapat dipakai untuk pendinginan dan
pemanasan.
Untuk memilih Air Handling Unit digunakan beban pendinginan total dari
keseluruhan ruangan yang akan dikondisikan oleh AHU I, AHU II, dan AHU III.
4.2.1 AHU I
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (16 kamar) = 74261,89 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 46571,70 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 63139,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 9714,84 BTU/hr
Shop I = 13863,37 BTU/hr
Shop II = 13863,37 BTU/hr
146
Maka TSH total = 221414,96 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr
Jatinom Indonesia Restaurant = 90579,19 BTU/hr
Pandan Sari Coffee Shop = 86675,24 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Shop I = 15894 BTU/hr
Shop II = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 264051,64 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 221414,96 BTU/hr + 264051,64 BTU/hr
= 485466,6 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 485466,6 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit)
adalah 142,36 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4 dan
Gambar 4.2.
(Produc
Tabel 4.4. J
t Data Carr
Jenis-jenis AH
ier Internati
HU Carrier
ional Sdn. Bh
39 G
hd. Malaysia
147
a)
148
Gambar 4.2 Gambar grafik pemilihan AHU
(Product Data Carrier International Sdn. Bhd. Malaysia)
149
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 1724. AHU ini
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.2.2 AHU II
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (3 kamar) = 14359,75 BTU/hr
Deluxe room = 6824,53 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 62597,05 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 14228,87 BTU/hr
Batik Gentong = 14228,87 BTU/hr
Maka TSH total = 112239,07 BTU/hr
Gambar 4.3 AHU Carrier 39G
(Product Data Carrier International Sdn. Bhd. Malaysia)
150
TLH :
Standar room (3 kamar) = 8510,40 BTU/hr
Deluxe room = 5673,60 BTU/hr
Samudera Bar, Lobby, Receptionist= 94804 BTU/hr
Ardiyanto Batik = 15894 BTU/hr
Batik Gentong = 15894 BTU/hr
Maka TLH total = 140776 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 112239,07 BTU/hr + 140776 BTU/hr
= 253015,07 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 253015,07 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit)
adalah 74,2 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4. dan
Gambar 4.2.
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 1118.
151
4.2.3 AHU III
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (13 kamar) = 61208,91 BTU/hr
Suite room = 9197,14 BTU/hr
Sebagian koridor = 11542,34 BTU/hr
Maka TSH total = 81948,39 BTU/hr
TLH :
Standar room (13 kamar) = 36878,40 BTU/hr
Suite room = 8510,4 BTU/hr
Sebagian koridor = 9620,4 BTU/hr
Maka TLH total = 55009,2 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 81948,39 BTU/hr + 55009,2 BTU/hr
= 136957,59 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 136957,59 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air Handling Unit)
152
adalah 40,16 kW. AHU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4 dan
Gambar 4.2.
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 0914.
1.2 FCU (Fan Coil Unit)
FCU (Fan Coil Unit) adalah penyegar udara kecil yang dipergunakan di
dalam ruangan, terdiri dari kipas udara, motor listrik, koil udara dan saringan
udara yang terletak dalam satu kotak. Di dalam unit ini, udara ruangan yang diisap
masuk diatur temperatur serta kelembabannya, kemudian dimasukkan kembali ke
dalam ruangan. Unit ini dapat merupakan jenis lantai atau jenis langit-langit, yang
dapat diletakkan di atas lantai atau digantungkan pada langit-langit, atau
ditanamkan di dalamnya.
Pada perancangan ini FCU (Fan Coil Unit) akan diletakkan pada ruang kamar
tidur saja, yaitu pada standar room, deluxe room, dan suite room.
Untuk memilih Fan Coil Unit digunakan beban pendinginan pada satu kamar
standar room, deluxe room, dan suite room.
4.3.1 Standar Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Standar room (1kamar) = 4749,52 BTU/hr
Maka TSH total = 4749,52 BTU/hr
153
TLH :
Standar room (1 kamar) = 2836,80 BTU/hr
Maka TLH total = 2836,80 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 4749,52 BTU/hr + 2836,80 BTU/hr
= 7586,32 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 7586,32 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah
2,22 kW = 2200 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5.
(STabe
Shanghai Tonel 4.5. Spesifnghui Carrie
fikasi FCU 4er Air-Condi
42CMX,C/Vitioning Equ
V-2ROW uipment Co.,L
154
LTD)
(SGambar 4.
Shanghai Tongh4 Dimensi Ukur
hui Carrier Air-ran FCU 42CM-Conditioning E
MX,C/V-2ROW Equipment Co.,LLTD)
155
156
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 003.
4.3.2 Deluxe Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Deluxe room (1kamar) = 6824,53 BTU/hr
Maka TSH total = 6824,53 BTU/hr
TLH :
Deluxe room (1 kamar) = 5673,60 BTU/hr
Maka TLH total = 5673,60 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 6824,53 BTU/hr + 5673,60 BTU/hr
= 12498,13 BTU/hr
Gambar 4.5 FCU 42CMX,C/V-2ROW (Shanghai Tonghui Carrier Air-Conditioning Equipment Co.,LTD)
157
Diperoleh beban pendinginan sebesar 12498,13 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah
3,66 kW = 3660 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 004.
4.3.3 Suite Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Suite room (1kamar) = 9197,14 BTU/hr
Maka TSH total = 9197,14 BTU/hr
TLH :
Suite room (1 kamar) = 8510,4 BTU/hr
Maka TLH total = 8510,4 BTU/hr
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= 9197,14 BTU/hr + 8510,4 BTU/hr
= 17707,54 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 17707,54 BTU/hr. Jika diketahui 1 kW =
3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan Coil Unit) adalah
5,19 kW = 5190 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier 42 CMX 006.
158
Bab V
Rancangan Sistem Perpipaan dan Ducting
5.1 Sistem Perpipaan Yang Digunakan
5.1.1 Two Pipe Direct Return
Sistem ini juga disebut sistem kembali langsung. Sistem ini bertujuan
untuk memperoleh air dingin yang sama pada saat masuk ke setiap unit pendingin
udara. Siistem ini menggunakan dua buah pipa utama, yaitu masing-masing pipa
mendapatkan fungsi yang berlainan, yang satu sebagai pipa suplai dan yang
satunya menjadi pipa balik.
Two pipe system ini diberikan untuk kontrol dan servis terpisah dari tiap-
tiap unit terminal. Dan karena suhu air suplai sama pada tiap-tiap unit, sistem ini
dapat digunakan untuk berbagai macam ukuran instalasi. Two pipe system sering
digunakan untuk sistem dalam skala besar. Sehingga biaya perawatannya pun jauh
lebih besar dari one pipe system, maka biaya yang dibutuhkan pun semakin mahal.
Sistem dengan dua pipa ini disebut direct return system karena saluran balik
untuk mengalirkan air kembali ke generator menggunakan jalur yang terdekat.
Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.
159
5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara
Setelah dilakukan perhitungan pada Bab III, maka dapat diketahui beban
pendingin keseluruhan pada grdung Hotel Santika Yogyakarta adalah sebesar
872520 BTU/hr. Dengan demikian, laju aliran air pendingin yang masuk pada
setiap unit penyegar udara dapat dihitung meggunakan persamaan:
Q = 500 x GPM x TC …………………………………………………………(5.1)
(Air Conditioning Principles and System, Edward G. Pita, Eq 5.2)
Dengan:
Q = beban pendingin, BTU/hr
GPM = laju aliran air pendingin
TC = Tempeature Change (perubahan temperatur)
Gambar 5.1 Two Pipe Direct Return System
Air Conditioning Principles and System, Edward G. Pita, Fig 5.5, hal.77
160
Sistem pengkondisian udara lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta ini
dirancang menggunakan menggunakan 37 unit penyegar udara, yaitu 34 buah
FCU dan 3 buah AHU. Setiap unit mempunyai beban pendinginan yang berbeda-
beda sehingga debit air yang masuk juga berbeda-beda.
Temperatur air dingin yang keluar water chiller menuju ke unit-unit
penyegar udara adalah 10 C ( 50 F) sedangkan yang masuk ke dalam water chiller
temperaturnya adalah 15 C ( 59 F). Dengan demikian dapat dihitung laju aliran
air dingin yang masuk ke setiap unit penyegar udara.
Pada pemompaan jalur 1, AHU I digunakan untuk mendinginkan 16
Standard Room, Jatinom Indonesia Restoran, Pandan Sari Coffee Shop, sebagian
koridor, Shop I, dan Shop II dan pada jalur 1 terdapat 16 FCU yang digunakan
untuk mendinginkan 16 Standard Room. Maka beban pendinginan pada
pemompaan jalur I adalah penjumlahan beban pendinginan AHU I dan 16 FCU,
yaitu sebesar 493052,92 BTU/hr. Dengan demikian, dapat dilakukan perhitungan
laju aliran pendingin yang masuk pada pemompaan jalur 1 sebagai berikut :
GPM AHU I =
GPM AHU I = , TU/
107,88
GPM untuk 16 FCU =
GPM untuk 16bh FCU = , /
26,97 GPM
Sehingga debit air pendingin yang masuk pada pemompaan jalur 1 adalah
GPM tot = GPM untuk AHU I + GPM untuk 16 FCU
161
= 107,88 GPM + 26,97 GPM
= 134,86 GPM
Perhitungan dengan cara tersebut juga dilakukan terhadap unit-unit
penyegar udara yang lain. Dengan menggunakan microsoft excell, maka dapat
diperoleh hasil perhitungan laju aliran pendingin yang masuk ke setiap unit
penyegar udara. Hasil perhitungan selengkapnya ditunjukan pada Tabel 5.1
Peralatan
Beban/ Unit
JumlahTC Debit (GPM)
(BTU/hr) oF Setiap peralatan
Pompa ke-
Pemompaan Jalur 1 AHU1 485466,6 1 9 107,88
134,86 FCU-Standard Room 7586,32 16 9 26,97
Pemompaan Jalur 2 AHU2 253015,07 1 9 56,23
120,35
AHU3 136957,59 1 9 30,44 FCU-Standard
Room 7586,32 16 9 26,97
FCU-Deluxe Room 12498,13 1 9 2,78 FCU-Suite Room 17707,54 1 9 3,94
Total GPM 255,20
5.3 Perhitungan Sistem Perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere
Yogyakarta
Sebelum dilakukan perhitungan system perpipaan yang akan digunakan,
terlebih dahulu harus ditentukan bahan pipa yang akan digunakan. Pipa-pipa dapat
dibuat dengan berbagai macam bahan. Pemilihannya tergantung pada sejauh mana
Tabel 5.1 Hasil perhitungan laju aliran pendingin
162
pipa-pipa tersebut akan digunakan. Beberapa hal yang digunakan dalam pemilihan
bahan pipa, antaralain:
1. Fluida yang mengalir dalam pipa
2. Temperatur
3. Tekanan
4. Ketahanan pipa terhadap oksidasi dan karat
Bahan yang sering digunakan untuk system perpipaan pada system
pengkondisian udara adalah baja dan tembaga. Masing-masing bahan tersebut
memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Biasanya pipa baja
digunakan untuk instalasi perpipaan yang besar, sedangkan untuk pipa
tembaga digunkana untuk instalasi perpipaan yang relative lebih kecil.
Pipa tembaga memiliki tiga macam keuntungan. Pertama, hambatan
karena gesekan lebih kecil bila dibandingkan dengan pipa baja, sehingga
pompa yang digunakan ukurannya juga lebih kecildan konsumsi daya yang
digunakan juga lebih kecil. Kedua, tembaga bukan merupakan bahan yang
mudah teroksidasi. Ketiga, tembaga merupakan bahan yang mudah diperoleh,
dikerjakan, dan harganya lebih relative murah.
Sedangkan baja memiliki daya tahan yang lebih lama, karena baja
merupakan bahan yang lebih kuat dan tidak mudah rusak. Seringkali pipa
yang berukuran besar dibuat dari baja dan pipa yang berukuran kecil terbuat
dari tembaga. Apabila pipa baja dan tembaga digunakan dalam satu
163
sambungan maka keduanya tetap harus dipisahkan dengan sambungan yang
terbuat dari plastik. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya korosi.
Dari penjelasan sebelumnya, maka system perpipaan yang akan digunakan
adalah yang terbuat dari tembaga. Hal tersebut bertujuan agar system
perpipaan tersebut tidak mudah teroksidasi dan dapat menghemat biaya
seefisien mungkin.
Pemasangan pipa air pendingin diasumsikan menempel pada dinding,
shingga panjangg pipa mesesuaikan dengan ukuran dinding. Perlu diketahui
bahwa system perpipaan yang akan digunakan adalah sistem tertutup (closed
hydronic system), hal tersebut dikarenakan pemasangan sistem
perpipaanberada di tempay tang relative terlindungi. Untuk menentukan
ukuran pipa yang akan digunakan pada setiap sambungan, maka langkah-
langkah yang diperlukan untuk menentukan ukuran sistem perpipaan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan skema sistem perpipaanyang akan digunakan. Pada gedung
ini digambarkan skema perpipaan pada lantai 1
2. Laju aliran rata-rata air pendingin pada setiap pipa ditentukan dengan
menjumlahkan debit air pendingin yang mengalir di setiap unit penyegar
udara.
3. Air pendingin ynag mengalir melalui pipa tembaga akan mengalami rugi-
rugi gesekan. Untuk pipa dengan bahan tembaga dapat ditentukan dengan
Gambar 5.2. seperti yang telah dejelaskan sebelumnya, pipa yang
164
digunakan dalam system perpipaan ini menggunkana pipa berbahan
tembaga.
a. Besar rugi-rugi gesekan rata-rata berada di antara 1 s/d 5 feed.w/100ft.
b. Kecepatan alira air pendingin melalui pipa berada di antara 4s/d 6 FPS
pada system yang kecil dan 8 s/d 10 pada system yang besar. Akan
tetapi, kecepatan aliran airpendingin dalam pipa yang berada di daerah
yang dihuni tidak boleh lebih dari 4 FPS, hal ini bertujuan untuk
menghindari suara berisik.
4. Ukuran pipa ditentukan melalui Gambar 5.2. untuk pipa tembaga sesuai
dengan laju aliran air dan besar rugi-rugi gesekan yang terjadi.
165
Gambar 5.2 Grafik Friction loss untuk air dalam pipa tembaga
Air Conditioning Principles and System, Edward G. Pita, Fig 8.15, hal.179
5
t
u
S
S
k
P
5.3.1 Sistem
Pad
sistem perpi
telah ditentu
unit FCU da
Standard R
Standard Ro
koridor, Sho
Panjang eku
(Air Co
m Perpipaan
da lantai I
ipaan yang a
ukan. Sistem
an 1 unit AH
oom dan 1
oom, Jatinom
op I, dan Sh
uivalen untuk
Tabel 5.2 onditioning P
n Jalur I
Hotel Santi
akan mengk
m perpipaan
HU. 16 unit F
unit AHU
m Indonesia
op II. Pada
k belokan ter
Equivalent FPrinciples and
ika Premier
kondisikan A
jalur I digu
FCU disini d
disini digu
Restoran, P
sistem perpi
rsebut dapat
Feet of Pipe fd Systems, Ed
re Yogyakar
AHU dan FC
unakan untu
digunakan u
unakan untu
Pandan Sari
ipaan jalur I
t dilihat pada
for Fittings andward G. Pita
rta digunak
CU pada rua
uk mengkon
untuk mendin
uk mengkon
Coffee Shop
I terdapat be
a Tabel 5.2.
nd Valves a, tabel 8.1 ha
166
kan 2 jalur
angan yang
ndisikan 16
nginkan 16
ndisikan 16
p, sebagian
elokan 90o.
al. 181)
167
Gambar 5.3 Sistem perpipaan Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
168
Skema Sistem perpipaan lengkap Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat
dilihat pada Gambar 5.3. Skema perpipaan jalur I lantai II Hotel Santika Premiere
Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 5.4. Setiap unit penyegar (FCU) untuk
Standard Room menerima 1,68 GPM air pendingin dan untuk AHU I menerima
107,88 GPM air pendingin. Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar
5.2, maka diperoleh data-data menggunakan excel yang ditunjukan melalui Tabel
5.3.
Perpipaan Jalur 1
Section D, in GPM V, FPS E. L.,
L, ft Friction Loss, Hf
ft ft w./100 ft ft w AB 5 255,2 4,4 13 76 1,20 1,07 BC 3 134,86 5,9 16 115 3,80 4,98 CD 2 26,98 2,7 29 1,50 0,44 DE 2 23,62 2,5 8 1,30 0,10 EF 2 20,26 2,2 24 1,00 0,24 FG 1,5 16,9 2,9 8 2,40 0,19 GH 1,5 13,54 2,3 24 1,60 0,38 HI 1,5 10,18 1,9 8 1,20 0,10 IJ 1,25 6,82 1,7 24 1,30 0,31 JK 1 3,46 1,4 8 1,30 0,10 LM 1 3,46 1,4 10 1,30 0,13 MN 1,25 6,82 1,7 25 1,30 0,33 NO 1,5 10,18 1,9 10 1,20 0,12 OP 1,5 13,54 2,3 25 1,60 0,40 PQ 1,5 16,9 2,9 10 2,40 0,24 QR 2 20,26 2,2 25 1,00 0,25 RS 2 23,62 2,5 10 1,30 0,13 ST 2 26,98 2,7 25 1,50 0,38 TU 3 134,86 5,9 8 36 1,80 0,79 UV 5 255,2 4,4 26 80 1,20 1,27
V-HR 5 255,2 4,4 23 1,20 0,28
Tabel 5.3 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 1
169
CABANG C-T 3,5 107,88 3,8 16 1,3 0,208
D1-S1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 D2-S2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 E1-R1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 E2-R2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 F1-Q1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 F2-Q2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 G1-P1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 G2-P2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 H1-O1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 H2-O2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 I1-N1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 I2-N2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 J1-M1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 J2-M2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 K1-L1 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1 K2-L2 0,75 1,68 1,2 10 1 0,1
Total 14,03
170
Gambar 5.4 Sistem Perpipaan Lantai 1 Hotel Santika Yogyakarta jalur 1
171
1.3.2 Sistem Perpipaan Jalur II
Sistem perpipaan jalur II digunakan untuk mengkondisikan 2 unit AHU
dan 18 unit FCU. 2 unit AHU terdiri dari AHU 2 untuk mendinginkan 3 Standard
Room, 1 Deluxe Room, Samudera Bar, Lobby, Receptionist, Ardiyanto Batik,
Batik Gentong dan AHU 3 untuk mendinginkan 13 Standard Room, 1 Suite
Room, sebagian koridor. Pada sistem perpipaan jalur II juga terdapat belokan 90o.
Panjang ekuivalen untuk belokan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Skema perpipaan jalur II lantai II Hotel Santika Premiere Yogyakarta dapat
dilihat pada Gambar 5.5. Setiap unit penyegar untuk Standard Room menerima
1,68 GPM air pendingin, unit penyegar untuk Deluxe Room menerima 2,78 GPM,
unit penyegar untuk Suite Room menerima 3,94 GPM, AHU 2 disini mendapat
56,23 GPM, dan AHU 3 mendapat 30,44 GPM. Setelah dilakukan pembacaan
grafik pada Gambar 5.2, maka diperoleh data-data menggunakan excel yang
ditunjukan melalui Tabel 5.4.
172
Perpipaan Jalur 2
Section D, in GPM
V, FPS
E. L.,
L, ft
Friction Loss, Hf
ft ft w./100 ft ft w AB 5 255,2 4,40 13,00 76 1,2 1,07
B-BA 3 120,35 5,70 16,00 59 3,4 2,55 BA-BB 2,5 60,76 4,00 18 2,4 0,43 BB-BC 2,5 59,08 4,00 24 2,4 0,58 BC-BD 2,5 56,3 3,50 13,00 58 1,8 1,28 BD-BE 2,5 54,62 3,50 17 1,8 0,31 BE-BF 2,5 52,94 3,50 17 1,8 0,31 BF-BG 2,5 51,26 3,50 17 1,8 0,31 BG-BH 2,5 49,58 3,30 17 1,7 0,29 BH-BI 2,5 47,9 3,30 17 1,6 0,27 BI-BJ 2,5 46,22 3,20 17 1,5 0,26 BJ-BK 2 44,54 4,50 5,50 17 3,8 0,86 BK-BL 2 42,86 4,50 7 3,7 0,26 BL-BM 2 41,18 4,50 6 3,6 0,22 BM-BN 1,5 10,74 1,90 15 1,3 0,20 BN-BO 1,25 7,38 1,90 17 1,4 0,24 BO-BP 1 4,02 1,60 5,20 12 1,4 0,24 BQ-BR 1 4,02 1,60 12 1,4 0,17 BR-BS 1,25 7,38 1,90 16 1,4 0,22 BS-BT 1,5 10,74 1,90 13 1,3 0,17 BT-BU 2 41,18 4,50 8 3,6 0,29 BU-BV 2 42,86 4,50 2 3,7 0,07 BV-BW 2 44,54 4,50 17 3,8 0,65 BW-BX 2,5 46,22 3,20 17 1,5 0,26 BX-BY 2,5 47,9 3,30 17 1,6 0,27 BY-BZ 2,5 49,58 3,30 17 1,7 0,29 BZ-CA 2,5 51,26 3,50 17 1,8 0,31 CA-CB 2,5 52,94 3,50 17 1,8 0,31 CB-CC 2,5 54,62 3,50 17 1,8 0,31 CC-CD 2,5 56,3 3,50 62 1,8 1,12 CD-CE 2,5 59,08 4,00 24 2,4 0,58 CE-CF 2,5 60,76 4,00 10 2,4 0,24 CF-U 3 120,35 5,70 129 3,4 4,39 U-V 5 255,2 4,40 80 1,2 0,96
V-HR 5 255,2 4,40 23 1,2 0,28 CABANG
BA-CF (AHU2) 2,5 56,23 3,80 35 2,1 0,74 BA-CF (FCU pojok) 0,75 1,68 1,20 31 1 0,31
BA-CF (FCU pinggir) 0,75 1,68 1,20 71 1 0,71 BB-CE 0,75 1,68 1,20 6 1 0,06 BC-CD 0,75 2,78 1,70 6 2,4 0,14
Tabel 5.4 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 2
173
BD-CC 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BE-CB 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BF-CA 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BG-BZ 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BH-BY 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BI-BX 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BJ-BW 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BK-BV 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BL-BU 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BM-BT 2 30,44 3,20 35 2 0,70
BN1-BS1 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BN2-BS2 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BO1-BR1 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10 BO2-BR2 0,75 1,68 1,20 10 1 0,10
BP-BQ 1 3,94 1,60 24 1,4 0,34 Total 24,79
174
Gambar 5.5 Sistem Perpipaan Lantai 1 Hotel Santika Yogyakarta jalur 2
175
5.4 Perhitungan Head Pompa Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
5.4.1 Perhitungan Head Pompa jalur I
Skema perpipaan pada perpipaan jalur I dapat dilihat pada Gambar
5.4.Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur I saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa1-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U-V-HR.
Pompa1-B
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 115 ft dengan diameter 3 inchi
dan mengalirkan air sebanyak 134,86 GPM. Pada Tabel 5.2 diketahui bahwa rugi-
rugi gesekan 1ft . w/100ft dan pada saluran ini terdapat sambungan siku standar
sebanyak 2 buah. Pada Tabel 5.2 didapatkan ekivalen 90o elbow standard sebesar
8 ft dengan rugi-rugi gesek sebesar 1ft . w/100ft, maka rugi-rugi tekanan pada dua
sambungan siku standar adalah :
Hf = L + (E.L x n) x Friction Loss ........................................................ 5.1
Hf = Head pompa (ft w)
L = Panjang (ft)
E.L = Ekivalen panjang (ft)
n = Jumlah belokan
FL = Rugirugi gesekan (ft . w/100ft)
Maka :
Hf = 115 ft + (8 ft x 2) x 3,80 ft . w/100ft
Hf = 4,98 ft w
176
Perhitungan Head pompa untuk saluran lain juga menggunakan cara yang sama
yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil perhitungan Head
pompa untuk jalur I dapat dilihat dari Tabel 5.3. Dari perhitungan dengan
menggunakan Microsoft Excel diperoleh Hf total jalur 1 sebesar 14,03 ft w.
5.4.2 Perhitungan Head Pompa jalur II
Skema perpipaan pada perpipaan jalur II dapat dilihat pada Gambar
5.5.Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur II saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa1-BA-BB-BC-BD-BE-BF-BG-BH-BI-BJ-BK-BL-BM-BN-BO-BP-BQ-
BR-BS-BT-BU-BV-BW-BX-BY-BZ-CA-CB-CC-CD-CE-CF-U-V-HR.
Perhitungan Head pompa untuk jalur II juga menggunakan cara yang sama
dengan perhitungan Head pompa pada jalur I yaitu dengan menggunakan
Microsoft Excel diperoleh hasil perhitungan Head pompa untuk jalur II dapat
dilihat dar Tabel 5.4. Dari perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel
diperoleh Hf total sebesar 24,79 ft w.
177
5.5 Sistem Ducting Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Ducting yaitu sebuah saluran yang mengalirkan/medistribusikan udara dari
mesin penyegar udara ke lubang keluaran dalam suatu ruangan, dari lubang hisap
ke mesin penyegar udara, mengalirkan udara segar masuk ke penyegar udara, atau
mengalirkan udara kotor untuk dibuang keluar ruangan.
Dalam perancangan sistem saluran udara (ducting), hal pertama yang perlu
diperhitungkan adalah ukuran saluran yang akan digunakan. Metode perancangan
saluran udara ada beberapa macam, tetapi yang digunakan di dalam perancangan
ini adalah metode gesekan sama.
Sistem ducting pada Hotel Santika Premiere Yogyakarta lantai I ini
dirancang menggunakan metode gesekan sama. Dasar dari metode ini adalah
besar rugi-rugi gesek rata-rata per satuan panjang saluran udara saluran udara
yang telah ditentukan sebelumnya. Besar rugi-rugi gesekan yang telah ditentukan
biasanya didasarkan pada kecepatan maksimum udara yang diijinkan di saluran
udara utama dari fan. Hal ini bertujuan untuk mencegah suara bising yang
ditimbulkan akibat aliran udara.
Untuk menentukan besar ukuran saluran udara yang akan digunakan, perlu
dilakukan langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1. Menentukan AHU yang sesuai dengan beban pendinginan yang telah didapat
dari perhitungan.
2. Menggambarkan skema ducting bersama panjang pada setiap bagian.
Biasanya digambarkan secara sederhana untuk mempermudah perhitungan.
178
3. Menentukan jumlah kapasitas udara yang mengalir sebekum akhirnya
dikeluarkan ke ruangan.
4. Menentukan kecepatan udara rancangan untuk saluran udara utama, yaitu
yang langsung dihembuskan oleh fan. Kecepatan udara ini dapat ditentukan
dari Tabel 5.5.
5. Menentukan rugi-rugi gesekan pada saluran udara utama. Rugi-rugi gesekan
ini dapat ditentukan melalui Gambar 5.6. rugi-rugi gesekan yang telah
diperoleh digunakan sebagai acuan untuk menentukan ukuran saluran udara.
Dengan kata lain semua saluran udara memiliki rugi-rugi gesekan yang sama.
6. Ukuran diameter saluran udara (equivalent round duct) juga ditentukan
melalui Gambar 5.6
7. Setelah diperoleh ukuran diameter saluran udara, maka ukuran saluran udara
dalam bentuk segi empat (rectangular sizes) dapat ditentukan menggunakan
Gambar 5.7.
179
APPLICATION
CONTROLLING FACTOR CONTROLLING FACTOR‐DUCT FRICTION
NOISE GENERATION Main ducts Branch Ducts Main Ducts Supply Return Supply Return
Residences 600 1000 800 600 600 Apartments
1000 1500 1300 1200 1000 Hotel Bedrooms Hospital Bedrooms Private Offices
1200 2000 1500 1600 1200 Directors Rooms Libraries Theatres
800 1300 1100 1000 800 Auditoriums General Offices
1500 2000 1500 1600 1200 High Class Restaurants High Class Stores Banks Averages Stores
1800 2000 1500 1600 1200 Cafetarias Industrial 2500 3000 1800 2200 1500
Tabel 5.5 Recommended maximum duct velocity for low velocity system (FPM)
(Handbook of Air Conditioning System Design, Table 2
180
Gambar 5.6 Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel round Ducts (Air Conditioning Principles and systems, Edward G. Pita, Fig 8.21)
181
Gambar 5.7 Equivalent round duct sizes (Air Conditioning Principles and systems, Edward G. Pita, Fig 8.23)
182
A
3
CD
3
B
2 2
3
2
3
E
2
F
2
3
G
2
3
H
3
2
I
2
3
J
K
2
3
L
2
3
M
2
3
N
2
4
3
5
O
2
4
3
5
P
2
4
3
5
Q
40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM
12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 12 CFM 111,11 111,11 111,11
111,11 111,11 111,11
111,11 111,11 111,11
62,5 CFM 62,5 CFM 62,5 CFM
62,5 CFM 62,5 CFM 62,5 CFM
62,5 CFM 62,5 CFM 62,5 CFM
62,5 CFM
62,5 CFM 62,5 CFM 62,5 CFM
62,5 CFM 62,5 CFM 62,5 CFM
Gambar 5.8 Sistem Ducting Lantai 1 Hotel Santika Yogyakarta AHU 1
183
A
2
B
2
3 4
C2
D 2
E
F
G
H
I
J 2
K 2
L
M
2
3
4
5
6
N
2
3
4
5
6
7
8
40 CFM
40 CFM
40 CFM 80 CFM
200 CFM
200 CFM
200 CFM
200 CFM
66,67 CFM66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
66,67 CFM
Gambar 5.9 Sistem Ducting Lantai 1 Hotel Santika Yogyakarta AHU 2
184
AHU 3
A
B
C
D
2
2 3
3 2
E
2
F
2
G
2 2
H I
2
J
2
K
2
L
2
M
N
O P8,6 CFM 8,6 CFM
8,6 CFM
8,6 CFM
8,6 CFM 8,6 CFM 8,6 CFM 8,6 CFM 8,6 CFM 8,6 CFM 8,6 CFM
8,6 CFM
8,6 CFM
8,6 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM
120 CFM
Gambar 5.10 Sistem Ducting Lantai 1 Hotel Santika Yogyakarta AHU 3
185
AHU I
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
AHU-A 2759,99 1000 0,06 22 20 X 21 AB 748 740 0,06 13,8 10 X 15 BC 656 710 0,06 13 10 X 14 CD 564 690 0,06 12 10 X 12 DE 472 670 0,06 11,8 10 X 11,5 EF 380 640 0,06 11,4 10 X 10,2 FG 288 580 0,06 9,5 10 X 7,8 GH 196 540 0,06 8,3 10 X 5,8 HI 104 450 0,06 6,7 7 X 5,5 IJ 12 270 0,06 3 3 X 3
AK 1999,99 910 0,06 20 17 X 20 KL 1666,66 880 0,06 18 15 X 18 LM 1333,33 850 0,06 17 15 X 16,5 MN 1000 790 0,06 15,8 15 X 14 NO 687,5 710 0,06 13 10 X 14 OP 375 640 0,06 11,4 10 X 10,2 PQ 62,5 390 0,06 5,5 7 X 3,8
CABANG B2 & B3
40 350 0,06 4,8 6 X 3,4
C2 & C3 D2 & D3 E2 & E3 F2 & F3 G2 & G3 H2 & H3 I2 & I3 J2 & J3
Tabel 5.6 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Ukuran Ducting AHU I
186
B, C
12 270 0,06 3 3 X 3 D, E F, G
H, I, J K, K2, K3
111,11 480 0,06 6,8 7 X 5,6 L, L2, L3 M, M2, M3
N, N2,N3,N4, N5
62,5 390 0,06 5,5 7 X 3,8 O, O2,O3,O4,O5 P, P2, P3, P4, P5
Q
187
AHU II
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
AHU-A 2200,06 1000 0,07 20 17 X 20 AB 2160,06 995 0,07 18,9 17 X 18 BC 2000,06 990 0,07 18,8 17 X 18 CD 1800,06 970 0,07 18 17 X 16 DE 800,02 800 0,07 13,8 15 X 10,5 EF 733,35 790 0,07 13,6 15 X 10,4 FG 666,68 750 0,07 12,8 15 X 10 GH 600,01 750 0,07 12,5 15 X 9,5 HI 533,34 720 0,07 11,8 12 X 9,5 IJ 466,67 700 0,07 11,3 12 X 9 JK 266,67 600 0,07 9 9 X 7,5 KL 66,67 430 0,07 5,4 5 X 5
CABANG D & M 800,04 801 0,07 13,9 13 X 12 M & N 466,69 700 0,07 11 11 X 9
M2 & M3 266,68 600 0,07 9 9 X 7,5 M3 & M4 200,01 580 0,07 8,2 8 X 7 M4 & M5 133,34 510 0,07 7 7 X 5,9 M5 & M6 66,67 430 0,07 5,4 5 X 5 N & N2 66,67 430 0,07 5,4 5 X 5 N & N3 400,02 690 0,07 10,8 10 X 10 N3 & N4 333,35 650 0,07 9,8 9 X 9 N4 & N5 266,68 600 0,07 9 9 X 7,5 N5 & N6 200,01 580 0,07 8,2 8 X 7 N6 & N7 133,34 510 0,07 7 7 X 5,9 N7 & N8 66,67 430 0,07 5,4 5 X 5
Tabel 5.7 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Ukuran Ducting AHU II
188
AHU III
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
AHU-A 760,4 1000 0,13 11,8 12 X 10 AB 297,2 795 0,13 8,1 8 X 7 BC 208,6 730 0,13 7,3 7 X 6,5 CD 120 620 0,13 5,8 7 X 4,5 AE 414,6 890 0,13 9,5 9 X 8,5 EF 374,6 820 0,13 8,8 9 X 7,5 FG 326 800 0,13 8,5 8 X 7,5 GH 277,4 780 0,13 7,7 8 X 6,5 HI 228,8 740 0,13 7,4 7 X 6,4 IJ 180,2 710 0,13 7 7 X 6 JK 131,6 680 0,13 6,3 6 X 5,5 KL 83 580 0,13 5,4 5 X 4,7 LM 34,4 480 0,13 3,8 3,8 X 3,8 MN 25,8 450 0,13 3,5 3,5 X 3,5 NO 17,2 380 0,13 2,8 3 X 3 OP 8,6 350 0,13 2,7 3 X 3
CABANG A, B, C
8,6 350 0,13 2,7 3 X 3
F, G H, I J, K L, M
N, O, P A2
40 480 0,13 4 4 X 3,4
B2 & B3 C2 & C3 E2 & F2 G2 & H2 I2 & J2
K2 & L2 D 120 620 0,13 5,8 7 X 4,5
Tabel 5.8 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Ukuran Ducting AHU III
189
BAB VI
LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI PADA HOTEL
6.1 Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghemat energi: (1) kebijakan
pengaturan pola pola operasi, (2) modifikasi ringan, dan (3) modifikasi yang
menyeluruh. Jika dilaksanakan, kebijakan pola-pola operasi akan dapat
menghemat konsumsi energi antara 5% sampai 10%, modifikasi ringan dapat
menghemat energi 10% sampai 20%, dan modifikasi menyeluruh akan dapat
menghemat energi sampai 30%.
Kebijakan pengaturan pola-pola operasi relatif membutuhkan biaya rendah
bahkan bisa tidak berbiaya karena sebenarnya tidak melakukan modifikasi apa-
apa. Contohnya, mematikan alat jika tidak dipergunakan, membersihkan alat agar
dapat bekerja secara optimal, menurunkan jam kerja peralatan, dll. Untuk
modifikasi ringan, meskipun memerlukan biaya, tetapi pengeluarannya tidak
begitu besar. Misalnya memberikan alat kontrol, mengganti refrigerant, dll.
Sedangkan modifikasi yang sifatnya lebih menyeluruh membutuhkan biaya yang
cukup tinggi, karena harus mengganti peralatan yang boros energi dengan
peralatan yang hemat energi.
190
Misalnya mengganti semua lampu lama dengan lampu yang hemat energi,
mengganti mesin AC yang hemat energi, dll.
Program hemat energi tidak dimaksudkan untuk mengurangi kenyamanan
tamu. Kenyamanan para tamu tetap dinomorsatukan. Program hemat energi
dilakukan untuk mencegah terjadinya pembuangan energi yang tidak semestinya.
6.1.1 Pergunakan FCU, AHU, atau AC Paket Seoptimal Mungkin
Untuk AC kamar, sistemnya adalah AC sentral. Mematikan AC kamar
berarti mematikan kipas-angin FCU (Fan Coil Unit) di kamar bersangkutan.
Sedangkan AC ruangan besar, berarti mematikan blower AHU (Air Handling
Unit) ruangan bersangkutan. Jadi chiller tetap bekerja dan sirkulasi air dingin
tetap berlangsung. Jika kipas angin atau blower mati, maka air dingin tidak akan
menyedot panas ruangan kamar. Untuk ruangan dengan sistem AC paket,
mematikan AC berarti mematikan keseluruhan kerja AC window, AC split, AC
floor mounted, atau Rooftop liquid chiller, sesuai dengan AC yang ada di ruangan
itu. Pola operasi yang harus dilakukan adalah, gunakan AC ketika diperlukan dan
matikan AC ketika tidak dipergunakan.
Jika AC kamar tidak dipergunakan, AC dimatikan, pelaksanaannya dapat
diserahkan pada tamu hotel sendiri atau dapat diserahkan kepada staf karyawan
hotel. Ketika tamu keluar dalam waktu yang cukup lama, dan jika tamu lupa
untuk mematikan AC, maka staf karyawan dapat bekerja untuk mematikan AC
ruang kamar. Sedangkan untuk ruang-ruang hotel besar yang dipergunakan untuk
191
segala macam kegiatan, pekerjaan mematikan blower dapat diserahkan pada staf
karyawan.
6.1.2 Mengatur Kondisi Udara Ber-AC pada Kondisi Standar
Kondisi udara di dalam ruangan meliputi suhu dan kelembaban udara.
Untuk mendapatkan kondisi yang nyaman, suhu dan kelembaban udara pada
ruangan ber-AC dijaga pada nilai tertentu. Untuk negara-negara yang berada di
daerah tropis, suhu udara nyaman standar terletak pada daerah: 24°C-26°C.
Sedangkan kelembaban udara atau RH standar terletak pada daerah 55%-60%.
Pola operasi yang harus dilakukan, menjaga suhu dan kelembaban udara pada
kondisi udara standar. Para tamu diminta untuk menset suhu dan RH pada
keadaan standar.
Pada kondisi udara ruangan standar ber-AC udara dalam ruangan ber-AC
dipertahankan tetap antara 55%-60%. Nilai kelembaban yang rendah ini
menyebabkan jika ada air yang ada di dalam ruangan ber-AC akan menjadi
menguap. Karenanya perlu dihindari benda-benda yang basah berair yang tidak
perlu berada di dalam ruangan ber-AC. Misalnya kain basah. Air minum yang ada
di dalam ruangan diberi tutup dan tidak dimasukkan ke dalam kulkas juga
berpotensi untuk cepat menguap. Akibat jika banyak air yang menguap,
kelembaban udara akan naik, dan untuk menurunkan kelembaban udara kembali
naik ke posisi RH 55%-60% diperlukan konsumsi energi untuk AC semakin
besar.
192
6.1.3 Mengganti Fluida Kerja (Refrigeran) Mesin Pendingin
Mesin pendingin chiller mempergunakan refrigeran (fluida kerja) tertentu
untuk mendinginkan air. Demikian juga pada AC jenis paket, mempergunakan
refrigeran tertentu untuk mendinginkan udara ruangan. Energi listrik yang utama
dipergunakan untuk menggerakkan kompresor. Besarnya konsumsi energi listrik
yang diperlukan ternyata bergantung pada jenis refrigeran yang dipergunakan.
Mesin pendingin dengan refrigeran jenis hidrokarbon ternyata lebih irit
daripada mesin dengan refrigeran jenis freon R12 atau R134a. Di Indonesia
banyak refrigeran jenis hidrokarbon produksi Pertamina yang dapat dipergunakan:
Petrozon, Musicool, maupun Hycool. Hasil penelitian yang telah dilakukan,
penggantian R12 dengan refrigeran hidrokarbon pada AC split kapasitas 2,5 PK,
mampu menurunkan konsumsi listrik sampai sebesar 23%. Selain hemat energi,
refrigeran jenis hidrokarbon juga bersifat ramah lingkungan.
Hasil penelitian lain juga memperlihatkan bahwa besarnya penghematan
konsumsi listrik tergantung pada merk mesin pendingin, umur pemakaian mesin
pendingin, kondisi mesin pendingin, serta kapasitas mesin pendingin. Pada AC
split, penggantian refrigeran R22 dengan Musicool dapat menghemat energi
listrik sebesar 14%-20%. Sedangkan penggantian freon dengan Petrozon mampu
menghemat listrik sebesar: 10%-20%.
193
6.1.4 Menurunkan Jumlah Jam Kerja Mesin Pendingin
Salah satu alternatif untuk menghemat energi dilakukan dengan
menurunkan jam kerja chiller. Pihak hotel dapat melakukan pemilihan kapan
waktu yang tepat untuk mematikan/menghentikan kerja chiller, yang dirasa tidak
mengganggu kenyamanan para tamu hotel.
6.1.5 Mencegah Pemasukan Udara dari Luar Gedung
Udara di luar gedung hotel mempunyai kondisi yang berbeda dengan
kondisi udara di dalam ruangan ber-AC. Perbedaannya terletak pada suhu dan
kelembabannya. Suhu udara luar dapat mencapai suhu yang tinggi, misalnya 34°C
dengan kelembaban udara sekitar 85%. Jika udara luar gedung hotel masuk ke
dalam ruangan ber-AC, maka kondisi udara luar ini selain harus diturunkan
suhunya pada suhu standar (24°C-26°C), juga harus diturunkan kelembabannya
pada RH standar 55%-60%.
Udara dari luar gedung dapat masuk ke dalam ruangan melalui banyak
cara, misalnya lewat pintu, jendela, dan celah celah udara. Karenanya pintu
jendela (meskipun dapat dibuka) jangan dibuka ketika AC dihidupkan. Udara
segar sudah disediakan untuk ruangan yang dikondisikan udaranya dengan sistem
sentral, jadi tidak perlu kuatir kekurangan oksigen. Kecuali untuk ruangan yang
mempergunakan jenis AC paket (kebutuhan udara segar diserahkan pada
penghuni ruangan). Pintu masuk hotel (atau semua pintu yang berbatasan dengan
udara luar hotel) juga harus diperhatikan, udara harus dikontrol agar udara luar
194
yang masuk tidak terlalu banyak, atau melebihi debit udara rancangan. Kecuali
jika sudah dirancang dengan "tirai udara dingin" pada pintu masuk. Prinsipnya
udara yang masuk dari luar gedung hotel diusahakan seminim mungkin. Jika
mungkin tidak ada udara luar yang masuk ke dalam ruangan ber-AC.
6.1.6 Memilih AC Paket Hemat Energi
Untuk ruangan yang dikondisikan dengan AC paket, pemilihan AC yang
tepat adalah AC yang hemat energi dengan kapasitas pendingin yang sesuai
dengan ruangan. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Kapasitas pendingin
ditunjukkan dengan satuan BTU/jam atau dalam TR. (1 TR=12.000 BTU/jam).
Walaupun tidak ada acuan standar yang tepat, tetapi kapasitas pendinginnya rata-
rata berkisar antara 600 BTU/jam/m2. Berarti untuk luas ruangan 20 m2, dapat
dipilih AC dengan kapasitas pendingin sebesar 12.000 BTU/jam atau 1 TR.
Dapat juga menggunakan tips sederhana berikut, (1) Tentukan total area
ruangan yang ingin dikondisikan udaranya (dalam m2), kemudian hasilnya dibagi
dengan 55. Hasil yang diperoleh merupakan kebutuhan TR minimal yang harus
disediakan. (2) Tentukan jumlah orang yang biasanya ada di ruangan, jika
seringkali di dalam ruangan ada lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan,
tambahkan 0,5 TR dari kebutuhan minimal hasil perhitungan 1. Jika kurang dari
10 orang tidak perlu ada tambahan 0,5 TR. (3) Berapa banyak peralatan yang
menggunakan listrik atau penerangan di ruangan. Tambahkan 0,5 TR untuk setiap
1500 watt listrik yang dipergunakan (4) Hitung kapasitas pendinginnya atau
jumlah TR-nya.
195
Harga setiap AC tergantung pada jenis AC: AC window, AC split, AC floor
mounted atau Rooftop liquid chiller dan kapasitas pendinginnya. Pilihlah AC yang
hemat energi. Dalam arti AC, memiliki kemampuan mendinginkan paling tinggi
namun dengan energi paling sedikit Langkah ini merupakan langkah penghematan
dengan cara mempergunakan AC hemat energi dan dengan kapasitas pendingin
sesuai dengan ruangan. Jika ruangan sudah ber-AC, tetapi mesin AC kurang
dingin atau terlalu dingin, maka AC perlu diganti dengan AC yang sesuai. Perlu
biaya yang tidak sedikit, tetapi untuk jangka panjang penggunaan AC yang hemat
energi dan sesuai akan lebih menguntungkan.
6.1.7 Mengurangi Pemakaian Peralatan/Bahan yang Mampu Menimbulkan
Panas.
Banyak peralatan dalam ruangan yang mampu menimbulkan panas atau
kalor, seperti lampu, televisi, komputer, kipas angin, kulkas (kondenser-kulkas).
Semua peralatan listrik ketika bekerja akan menimbulkan efek panas yang tidak
dapat dihindarkan. Dalam sistem pengkondisian udara, munculnya panas/kalor
harus diusahakan sedikit mungkin dan sesingkat mungkin.
Pola operasi yang dipergunakan adalah, jika lampu tidak terpakai, lampu
dimatikan. Nyalakan lampu pada saat diperlukan. Pada saat ruangan kamar
ditinggalkan tamu, lampu kamar sebaiknya dirancang secara otomatis padam. Saat
ini kemajuan teknologi dapat menciptakan peralatan yang dapat membantu
mengendalikan lampu. Gunakan teknologi pengendali penerangan, misalnya
photocell (ketika cahaya alami lemah, sensor ini secara otomatis akan
196
menghidupkan lampu, dan sebaliknya) atau sensor gerakan (akan
menghidupkan/mematikan lampu berdasarkan gerakan manusia, cocok untuk
lampu di koridor). Pesawat televisi dan video, jika tidak ditonton, hendaknya
dimatikan. Hindari kondisi stand by ketika TV tidak dipergunakan dalam waktu
yang lama. Demikian juga dengan kipas angin, tape compo jika tidak dipakai,
dimatikan dan gunakan pada saat diperlukan saja. Semua peralatan kantor yang
dapat merupakan sumber panas, seperti komputer dimatikan ketika tidak
dipergunakan. Dan gunakan semua peralatan listrik yang hemat energi.
Jika ruangan sudah terang karena adanya pencahayaan matahari melalui
dinding kaca, sebaiknya lampu dimatikan saja. Tentunya dengan rancangan
dinding kaca yang baik sehingga aliran kalor yang menembus melalui dinding
kaca kecil. Penurunan jam kerja lampu akan dapat menurunkan "sedotan kalor"
yang akhirnya akan menghemat energi. Pemakaian lampu yang dikurangi dari 12
jam per hari menjadi 10 jam per hari bisa menghemat 70 persen dari biaya listrik.
Untuk hotel berbintang, bisa menghemat biaya sebesar Rp 6 juta per bulan.
Penghematan ini tidak butuh investasi besar, hanya membutuhkan kedisiplinan
staf hotel (Kompas, 13 Mei 2005)
Makanan yang masih panas juga merupakan sumber panas yang harus
dihindarkan dalam sistem pengkondisian udara. Jika tidak harus panas, sebaiknya
makanan yang masuk sudah didinginkan terlebih dahulu. Rokok juga merupakan
sumber panas. Ujung rokok adalah bara yang suhunya tinggi. Karenanya
diusahakan para tamu dilarang merokok di ruang ber-AC. Kondenser kulkas juga
197
merupakan sumber panas. Pemilihan kulkas yang hemat energi akan mampu
menurunkan konsumsi energi sebesar 20%.
6.1.8 Menghindari Dinding Luar/Dinding Kaca/Jendela terkena Sinar
Matahari Langsung
Perbedaan suhu akan dapat menyebabkan adanya aliran kalor atau aliran
panas. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah. Semakin tinggi
perbedaan suhu, maka semakin besar aliran kalor yang terjadi. Demikian juga
yang terjadi pada permukaan dinding pada bangunan AC. Jika terjadi perbedaan
yang cukup besar antara suhu permukaan dinding luar dengan dengan suhu
permukaan dinding bagian dalam ruangan yang ber-AC, maka akan terjadi aliran
kalor yang cukup besar.
Untuk menghemat energi, sebaiknya permukaan dinding bagian luar tidak
terkena langsung cahaya matahari. Akan terjadi Penghematan energi jika di luar
ruangan ber-AC ada peneduhnya (overhang atau peneduh jenis lain). Pohon
pohon yang tinggi yang ada di sekitar gedung hotel dapat juga membantu
penghematan energi (relatip kecil). Penghematan energi juga akan terjadi jika
suhu ruangan dijaga tetap pada daerah suhu standar. Jika suhu udara ruangan ber-
AC turun dan menjauh dari suhu standar, maka dengan sendirinya aliran kalor
masuk secara konduksi akan menjadi lebih besar.
Jika dinding hotel terbuat dari kaca, maka selain ada energi kalor yang
lewat melalui konduksi juga ada energi radiasi matahari yang dapat masuk ke
198
dalam ruangan. Untuk menghemat energi, gunakan dinding kaca ganda. Sehingga
kaca bagian dalam tidak kontak langsung dengan sinar matahari. Karena antara
kaca bagian luar (lapis luar) dengan lapis dalam terdapat udara, yang mampu
bersifat sebagai isolator panas. Demikian juga untuk jendela ruangan kamar yang
terbuat dari dinding kaca. Prinsipnya, cahaya matahari dibiarkan dapat masuk
keruangan seterang-terangnya, tetapi kalor yang masuk keruangan sedikit
mungkin, Dengan demikian, korden dapat dibuka. Lampu ruangan dapat
dipadamkan.
6.1.9 Mengganti lampu
Dari segi keindahan dan warna yang dihasilkan, lampu pijar memang
menarik, terutama untuk lampu meja dan ruang kamar mandi. Karenanya masih
banyak hotel mempergunakan lampu pijar untuk penerangannya. Tapi sebenarnya
lampu pijar boros energi, hampir 85% daya yang dikonsumsi lampu pijar diubah
menjadi panas dan bukannya menjadi cahaya. Lampu jenis TL sebenarnya lebih
hemat energi, tetapi penggunaan lampu TL menuntut adanya ballast yang
memakan daya. Ballast pada lampu TL (neon) dipergunakan untuk pengatur
voltase.
Lampu merupakan kebutuhan yang harus ada, maka langkah untuk
menghemat energi adalah dengan cara mengganti lampu yang yang lama dengan
lampu yang hemat energi, seperti mengganti dengan jenis CFL. Lampu jenis ini
dapat menghemat energi hingga 80%. Sekarang banyak sekali lampu hemat energi
yang dijual di pasaran. Dengan lampu CFL, jumlah lampu yang terpasang akan
199
menjadi lebih sedikit. Lampu pijar mempunyai 10-20 lumen per watt (Ipw),
sedangkan lampu jenis CFL mempunyai 50-60 Ipw. Meski harga awal lampu CFL
lebih mahal tetapi untuk jangka panjang, lampu CFL tetap lebih hemat dari lampu
pijar. Jika masih mempertahankan lampu TL, maka untuk menghemat energi,
gunakan lampu TL dengan ballast elektronik. Jenis lampu ini mampu mengurangi
konsumsi listrik hingga 30% dibandingan dengan lampu TL yang
mempergunakan ballas konvensional.
Tabel 6.1. Standar Penerangan untuk Sektor Perhotelan
No Area Standar
(lumen/m2)
1. Area umum, taman 30
2. Lorong, gudang yang jarang dipergunakan, restoran 75
3. Kantor, lobby, lift, tangga, tempat parkir 150
4. Ruang pertemuan, kantor, toko, kasir 300
5. Kamar tamu, ruang laundry, dapur 300-400
Membersihkan lampu dari debu yang melekat juga diperlukan, agar
kekuatan penerangan yang dihasilkan tidak berkurang. Debu pada lampu, dapat
menurunkan produksi lumen hingga 5%. Terkadang orang lebih tertarik
menambah jumlah lampu ketika yang seharusnya dilakukan adalah membersihkan
200
lampu yang sudah ada. Menambah lampu ketika tidak diperlukan merupakan
tindakan pemborosan energi.
6.2 Pemeliharaan Rutin Terhadap Mesin AC/Chiller
a. Pemeliharaan AC Jenis Paket
Pemeliharaan rutin perlu dilakukan terhadap mesin AC. Kegiatan ini
diperlukan untuk memaksimalkan kinerja mesin AC. Seperti pengisian
refrigeran ulang, pergantian pelumas kompresor, pembersihan evaporator,
filter udara, pengencangan mur-baut (untuk tidak menimbulkan suara) dan
kipas dari debu/kotoran. Karena sifatnya yang mudah terbakar sebaiknya
pengisian ulang refrigeran dilakukan oleh tenaga profesional sedangkan
pembersihan dari kotoran, dan yang lainnya dapat dilakukan sendiri oleh
karyawan hotel. Pipa refrigeran dan sambungan-sambungan pada sistem AC
juga perlu diperiksa agar kebocoran refrigeran tidak terjadi. Remote kontrol
juga diperiksa apakah masih berfungsi dengan baik.
Jika evaporator terlalu berdebu atau kotor, maka udara yang
dihasilkan tidak sedingin jika evaporator tidak berdebu. Karena udara dingin
diperoleh secara kontak langsung dengan permukaan evaporator. Demikian
juga dengan filter udara yang terlalu kotor. Filter udara yang terlalu kotor
dapat menghambat aliran udara yang akan lewat. Debit udara yang mengalir
akan menjadi turun sehingga kemampuan mendinginkan udara menjadi
berkurang. Pembersihan dan perawatan pada kipas juga perlu dilakukan, agar
kipas dapat berputar dengan baik. Jangan sampai kotoran dapat
201
menggangu/memperlambat kerja dari kipas ini. Putaran kipas yang lambat,
akan menyebabkan debit udara berkurang.
b. Pemeliharaan Sistem AC Sentral
Pemeliharaan rutin pada sistem AC sentral tidak jauh berbeda dengan
sistem AC paket, dengan tujuan utama memaksimalkan kinerja mesin. Kipas
angin, filter udara FCU, blower, filter udara AHU, pipa air dingin perlu
dibersihkan. Pelumasan pada benda yang berputar perlu dilakukan. Pada
chiller demikian juga, pelumasan kompresor, pengisian refrigeran,
pembersihan pipa kondenser yang mungkin timbul kerak, demikian juga pipa-
pipa evoporator. Perawatan rutin kipas angin, dan pompa sirkulasi pada
sistem hidronik, semua juga dilakukan.
202
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan sistem pengkondisian udara pada Hotel Santika
Premiere Yogyakarta yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data-data
sebagai berikut:
1. Kondisi udara
Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 80 oF
Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50%
Kondisi di luar ruangan
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF)
Temperatur bola basah :28 oC (82,4 oF)
2. Beban pendinginan total pada Hotel Santika Premiere Yogyakarta adalah
72,71 TR atau 872520 BTU/hr.
3. Air Cooled Chiller yang digunakan adalah Air Cooled Chiller buatan Carrier
unit 30 GTN 080.
4. AHU (Air Handling Unit) yang digunakan adalah
AHU I : Carrier 39G 1724
203
AHU II : Carrier 39G 1118
AHU III : Carrier 39G 0914
5. FCU (Fan Coil Unit) yang digunakan adalah
FCU standar room : Carrier 42 CMX 003
FCU deluxe room : Carrier 42 CMX 004
FCU suite room : Carrier 42 CMX 006
6. Sistem perpipaan yang digunakan pada Hotel Santika Premiere Yogyakarta
adalah Two Pipe Direct Return System sehingga air pendingin yang masuk
ke setiap unit penyegar udara mempunyai temperatur yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Carrier Handbook of Air Conditioning System Design
Holman, J.P. alih bahasa : Jasjfi. E. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga, 1995.
Pita, Edward G. Air Conditioning Principles and System An Energy Approach.
New York,1981.
Product Data Carrier International Sdn. Bhd. Malaysia
Purwadi, PK. Arah Reformasi Indonesia; Beberapa Langkah Penghematan
Energi Untuk Sistem AC Pada Hotel Berbintang. Yogyakarta : LPPM
USD Yogyakarta
Saito, Heizo. Alih bahasa : Wiranto Arismunandar. Penyegaran Udara. Jakarta :
Pradnya Paramita, 1980.
Shanghai Tonghui Carrier Air-Conditioning Equipment Co., LTD
Sugarman, Samuel C., 1946. HVAC fundamentals
Wang, Shan K. Handbook of Air Conditioning And Refrigeration. New York :
Mc Graw Hill.