sistem pendidikan di jerman

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan telah menjadi sebuah keniscayaan bagi peningkatan kualitas kehidupan baik secara individual maupun kolektif. Keyakinan akan urgensi pendidikan telah mengantarkan peradaban manusia kepada pembentukan sistem pendidikan, yang dipandang sebagai satu hal yang wajib ada dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan penyesuaian terhadap keunikan setiap komunitas yang umumnya terkait dengan nilai, ritual, teladan dan simbol (Hofstede 2001: 9). Setiap bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu menjadi sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar prinsip pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai tingkatan kebijakan dan teknis pelaksanaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong para penggiat pendidikan untuk meninggalkan pola pandang sempit dalam mengembangkan sistem pendidikan. Pendidikan tidak lagi dilihat melalui kaca mata kuda, dimana para pengambil kebijakan di bidang pendidikan hanya terfokus pada sistem pendidikan sendiri. Semakin berkembang kesadaran bahwa pola pandang egosentris hanya akan 1

Upload: rifa-atul-mahmuda

Post on 19-Feb-2016

1.619 views

Category:

Documents


308 download

DESCRIPTION

sejarah dan sistem pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: sistem pendidikan di jerman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan telah menjadi sebuah keniscayaan bagi peningkatan kualitas

kehidupan baik secara individual maupun kolektif. Keyakinan akan urgensi pendidikan

telah mengantarkan peradaban manusia kepada pembentukan sistem pendidikan, yang

dipandang sebagai satu hal yang wajib ada dalam sistem kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dengan penyesuaian terhadap keunikan setiap komunitas yang umumnya

terkait dengan nilai, ritual, teladan dan simbol (Hofstede 2001: 9). Setiap bangsa

mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu menjadi sarana

yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita lihat beragam

sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar prinsip pendidikan yang

persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di berbagai tingkatan kebijakan dan

teknis pelaksanaan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong para penggiat

pendidikan untuk meninggalkan pola pandang sempit dalam mengembangkan sistem

pendidikan. Pendidikan tidak lagi dilihat melalui kaca mata kuda, dimana para

pengambil kebijakan di bidang pendidikan hanya terfokus pada sistem pendidikan

sendiri. Semakin berkembang kesadaran bahwa pola pandang egosentris hanya akan

menjadikan sistem pendidikan sebuah bangsa rentan terhadap resiko stagnasi pendidikan

yang akan menyebabkan perkembangan ke arah yang lebih baik menjadi terhambat

akibat tidak adanya upaya benchmarking dengan sistem pendidikan yang dikembangkan

pihak lain. Tanpa ada bandingan, kerap seseorang terjebak dalam pola pandang “baik

sendiri”.

Seiring dengan derasnya arus tukar informasi mengenai sistem pendidikan yang

beragam di berbagai kawasan, berkembang pula sebuah disiplin baru yang dipandang

mulai berperan nyata sejak 1960, yang disebut dengan comparative education (Syah Nur

2003:1). Tujuan dari comparative education utamanya adalah untuk mengetahui berbagai

macam perbedaan yang berimbas pada berbedanya sistem pendidikan di dunia, dengan

kata lain, bertujuan untuk mengetahui berbagai prinsip yang mendasari pengaturan

1

Page 2: sistem pendidikan di jerman

perkembangan sistem pendidikan nasional. Pada gilirannya upaya-upaya memahami

beragam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia telah memberikan kontribusi yang

signifikan bagi perkembangan dan perbaikan pendidikan di banyak negara.

Tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki oleh sistem pendidikan di kedua negara. Mengkaji perbedaan tersebut

berdasarkan prinsip studi perbandingan dan pada gilirannya diharapkan mampu

memperoleh hasil-hasil kaji banding yang mampu memberikan kontribusi berupa saran

bagi upaya pengembangan sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang

dirumuskan adalah :

a. Bagaimana sejarah perkembangan guru di Jerman ?

b. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan di Jerman ?

c. Apa filsafat dan tujuan pendidikan di Jerman ?

d. Bagaimana persyaratan menjadi guru dan peningkatan karir guru di Jerman ?

e. Bagaimana sistem penggajian guru di Jerman ?

f. Bagaimana sistem pendidikan di Jerman ?

g. Bagaimana perbandingan sistem Pendidikan di Jerman dan di Indonesia ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui perkembangan

sejarah guru dan sistem pendidikan yang ada di Jerman dan mengetahui perbedaan

antara sistem pendidikan yang ada di Jerman dengan sistem pendidikan yang ada di

Indonesia.

1.4. Sistematika Penulisan.

Sistematika yang dibuat ini dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan

dan penyusunan. Dalam makalah ini dibagi menjadi tiga bab yang terdiri dari :

BAB I. Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, , perumusan masalah,

tujuan masalah, dan sampai terakhir pada sistematika penulisan.

BAB III. Pembahasan. Pada bab ini dibahas secara keseluruhan tentang masalah yang

akan dibahas.

2

Page 3: sistem pendidikan di jerman

BAB III. Penutup. Sebagai bab terakhir yang memuat kesimpulan dari pembahasan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah guru di Jerman

Pada saat kekaisaran Roma tidak kunjung berhasil untuk mendapatkan kontrol

politik atas sebagian bangsa Jerman, di saat bangsa Franka dan kepala dinasti

Merovingian berhasil memperluas daerah kekuasaannnya hingga Elba dan sebagian

besar wilayah yang kini menjadi wilayah Prancis, Low Country dan Jerman Barat. Di

sisi lain Gereja Roma mengerahkan segala daya dan upayanya untuk mendirikan

sekolah di pusat-pusat populasi utama Jerman dengan mengelola sekolah biara. Tidak

terlepas dari kepentingan pendidikan gereja itu sendiri maka pendidikan yang

dibangunnya hanya meliputi pendidikan pendeta dan pendidikan rakyat bisa tidak di

cakup.

Beriringan dengan itu maka sekolah-sekolah latin kotapraja mulai

bermunculan yang mendukung pada bidang studi Yunani dan Latin Klasik sehingga

memunculkan jenis khas sekolah yang dikenal sebagai Gymnasium yang nantinya

jenis sekolah ini akan menjadi standar ukuran sekolah menengah di Jerman samapai

sekarang.

Pada pergantian abad, sebuah komisi kerajaan dibentuk untuk melaporkan

perkembangan sekolah, dan alhasil mutu dari sekolah-sekolah yang tersedia memiliki

mutu yang sangat rendah dan jauh dari apa yang diharapkan. Maka strategi yang

diambil adalah guru diharuskan untuk mengerjakan suatu keterampilan agar

memperoleh biaya hidup. Oleh sebab itu para guru sering menggunakan toko atau

tempat kerja untuk melakukan kegiatan belajar mengajar serta mangawasi murid-

muridnya dengan bekerja. Selain itu Oberschulkollegium (badan pengurus sekolah)

yang dirasa kurang efektif diganti dengan instansi nasional atau kementrian

pendidikan.

Komite pendidikan memusatkan kegiatan belajar mengajar pada jenjang

sekolah dasar dan menengah (Schulkollegnen). Dari komite ini muncul dua prosedur ,

yaitu :

3

Page 4: sistem pendidikan di jerman

1. Mempersyaratkan guru mendapatkan ijazah dari Schulkollegnen dengan

menetapkan program studi yang harus dipelajari oleh calon-calon guru di

universitas serta mempersiapkan dan melaksanakan ujian ijazah.

2. Mempersyaratkan ujian seragam untuk mengatur mengatur penerimaan ke

universitas dan dilaksanakan pada tingkat provinsi. Schulkollegnen juga

berperan untuk melakukan pelatihan atas guru sekolah dasar, tetapi

pemerintah pusat berperan aktif dan mengamban suatu tanggung jawab

keuangan termasuk biaya untuk mengatur seminar guru.

Pada tahun 1809 pemerintah mengirimkan beberapa tenaga pendidik negeri

melatih para guru yang berada diatas pendidikan swasta. Hasil dari pelatihan itu

merupakan guru institusi negeri yang di bawah kontrol kementrian. Kurikulum dan

program pelatihan dibakukan, langkah-langkah baru diambil untuk memastikan

bahwa institusi itu akan menghasilkan guru baru yang terlatih secara seragam menurut

metodologi sistematis yang diadopsi dari Pestalozzi. Semua guru ini selanjutnya

diwajibkan memiliki ijazah dan diperkenalkan sebuah ujian kualifikasi negara guna

mengevaluasi kecakapan akademik dan kecakapan pedagogik dan kurikulumnya

mencakup pendidikan umum dan studi pedagogik.

B. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Jerman

Dalam membincangkan perkembangan pendidikan di Jerman ini ada beberapa

periode yang berpengaruh di dalamnya.

1. Republik Weimar

Konstitusi Weimar yang disahkan pada 1918, mendirikan sebuah federasi negara

bagian berbentuk republic, dan dalam hal ini pendidikan dijadikan sebagai kegiatan

kerjasama antara pemerintah federal, negara bagian, dan kotapraja yang berbagi

tanggung jawab dan kekuasaan. Saat itu diperkenalkan pendidikan dasar empat

tahun di Grundschulen untuk semua anak. Selain itu regulasi yang berhubungan

dengan hati nurani dan menjadikan pendidikan agama sebagai mata pelajaran

pilihan baik bagi guru maupun murid.

2. Periode Nazi

Pada 1933 Nazi mengambil alih kontrol atas Jerman dan menyapu bersih semua

prestasi yang dicapai Republik Weimar. Di bawah kendali Nazi, bentuk

pemerintahan terpusat pertama kali diperkenalkan dan satu-satunya dalam sejarah

4

Page 5: sistem pendidikan di jerman

Jerman. Pendidikan dijadikan tujuan nasional dan diperkenalkan sebuah sistem

sekolah terpadu yang di mulai dari taman kanak-kanak sampai unversitas. Sekolah

menengah dipilih sebagai sekolah pelatihan untuk para pemimpin orde baru ini dan

kurikulum dirombak sepenuhnya untuk memenuhi tujuan itu. Pendidikan Nazi

menekankan doktrin ras, supremasi Jerman dan keharusan untuk menghukum siapa

saja yang melakukan kejahatan yang dilakukan untuk menentang rakyat Jerman.

Selain itu bahasa Latin dan Yunani dibatasi , bahasa Inggris dijadikan bahasa asing

utama.

3. Setelah Perang Dunia II

Setelah Perang Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua bagian yakni Jerman Barat

dan Jerman Timur. Pendidikan di Jerman Barat lebih mengacu pada pendidikan

terpadu, hal ini dibuktikan denga menculnya kembali Grundschulen empat tahun

wajib sekolah yang diikuti oleh semua anak. Dan banyaknya inovasi yang

dilakukan akhirnya empat tahun menjadi enam tahun wajib belajar.1

C. Filsafat dan Tujuan Pendidikan di Jerman

Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber, gereja dan

negara. Pengumuman resmi mengenai wajib belajar pada beberapa daerah semenjak

akhir abad ke- 17 dapat dianggap sebagai penenda resmi bahwa masalah pendidikan

adalah tanggung jawab negara. Semenjak itu pengaruh gereja secara umum

berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama pada kekuatan

politik-para guru, orang tua, siswa/ mahasiswa sebagai kelompok yang langsung

terlibat untuk menentukan keadaan pendidikan, serta perubahan-perubahan dalam

sistem pendidikan dan mereka memandang pendidikan sebagai modal utama untuk

membangun ekonomi dan ideologi negara tersebut.2

1 Arif Rohman, Pendidikan Komparatif ; Menju ke Arah Perbandingan Antar Negara, (Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2010), hal. 124.2 Arif Sugianto, Membangun Pendidikan Negara, http://www.uny_repository.ac.id/perbadinganpendidikanantarnegara.html . 2008. Diakses pada tanggal 25 oktober pukul 21.15 wib.

5

Page 6: sistem pendidikan di jerman

D. Sistem Pendidikan Jerman

Pada mulanya, pendidikan di Jerman senantiasa dipengaruhi oleh dua lembaga besar,

yaitu negara dan agama, dalam hal ini gereja. Selain itu, negara bagian juga ikut mengklaim

wewenang untuk mengatur sistem pendidikan secara mandiri. Sejak dikumandangkannya

wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun mulai beralih menjadi

kewajiban negara (Nur Syah 2001:156).

Undang-undang dasar menjamin hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan

kepribadiannya dan memilih sekolah, pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan

keinginan dan kemampuannya. Berdasarkan tata negara federal Jerman, kewenangan

pendidikan dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama bertanggung

jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak.

Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi: pendidikan dasar (primary

education), pendidikan menengah (lower secondary education), dan pendidikan tinggi. Wajib

sekolah/belajar di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk

sekolah pada usia enam tahun. Namun demikian, sebagian anak-anak Jerman ada yang

mengikuti pendidikan pra-sekolah (Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun3.

Adapun sistem pendidikan di Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut.

3 Siyatma, Perbandingan Sistem Pendidikan Di Beberapa Negara (Saudi Arabia, Germany, Finlandia, Amerika Serikat, Australia dan Sudan), https://www.academia.edu/7874306/Perbandingan_Sistem_Pendidikan_di_Beberapa_Negara_Saudi_Arabia_Germany_Finlandia_Amerika_Australia_Sudan_, 2014, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, pukul 20.00 WIB.

6

Page 7: sistem pendidikan di jerman

Struktur Sistem Pendidikan di Jerman

Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dimulai dari umur 3-6 Tahun. Pendidikan ini

dinamakan "Vorschulische Einrichtungen", yang berarti "Persiapan sebelum Pendidikan".

Konsep taman kanak-kanak di Jerman banyak ditiru oleh negara lain. Oleh sebab itulah,

tingkatan sekolah ini di beberapa negara tetap mengadopsi nama Jermannya “Kindergarten”.

Penyelenggara taman kanak-kanak paling banyak adalah gereja-gereja, organisasi sosial dan

komune, kadang-kadang juga perusahaan dan perkumpulan.

Setelah Kindergarten, dimulai pendidikan dasar (primary school) dengan lama

pendidikan umumnya 4 tahun (usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan

sistem 6 tahun, sementara beberapa negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran

tambahan 2 tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan

berbagai jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah.

Negara bagian lain menyediakan bentuk yang lain pula dengan memberikan pelajaran-

pelajaran khusus pada grade 5 dan 6, dan siswa dapat dengan mudah pindah dari sekolah satu

ke sekolah yang lainnya sesuai dengan program yang diinginkan. Sekolah menengah (lower

secondary education) di Jerman dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

Hauptschule/Restschule, Realschule/Mittelsvhule, Gymnasium dan Gesamtschule4.

Untuk memasuki Hauptschule, Realschule atau Gymnasium, seseorang harus melalui

"Orienterungsstufe" (Tahapan Orientasi). Di tahap ini diteliti bakat dan kemampuan dari

4Ibid.,

7

Page 8: sistem pendidikan di jerman

anak, dan tahap ini menentukan kemana tujuan seorang anak selanjutnya. Hauptschule dan

Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin langsung kerja bila telah menyelesaikan

sekolah5. Hauptschule/Restschule merupakan jenis sekolah menengah yang memberikan

pengajaran yang diarahkan untuk memasuki pemagangan setelah siswa menerima sertifikat

tamat belajar. Program ini memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa

menghadapi kariernya di masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya

bahasa Inggris). Program Hauptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan

tuntutan akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9. Tentu saja setelah melalui

pendidikan di "Berufsfachschule" atau "Fachoberschule". Bagi yang ingin melanjutkan ke

Universitas, jalan tercepat adalah melalui Gymnasium. Jalan pendidikan lain juga dapat

mengikuti kuliah di universitas, tapi dengan melalui jalan yang panjang. Misal harus

melakukan praktek kerja dahulu selama sekian tahun.

Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk memasuki

karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah. Program ini memiliki tuntutan akademik

yang lebih tinggi daripada haupschule. Semenjak tahun 1970-an, tamatan sekolah ini telah

menjadi persyaratan untuk memasuki program-program pemagangan. Sertifikat dari sekolah

ini juga menjadi kunci untuk memasuki berbagai jalur pendidikan yang lebih tinggi6.

Gymnasium, bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi, walaupun tidak

semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum

bervariasi sesuai dengan jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa dapat memilih

spesialisasi dalam susunan yang agak rumit. Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada grade

13 siswa berhak memasuki perguruan tinggi7.

Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara komprehensif bagi

semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak akan memperoleh sertifikat yang berbeda

sesuai dengan bidang yang dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada

program sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini (hanya

dibuka di daerah yang beraliran sosial demokrat).

Sebelum memasuki kuliah, para pria di Jerman diwajibkan untuk memasuki "Wajib

Militer". Bila seseorang dengan alasan kesehatan tidak dapat mengikuti "Wajib Militer" maka

5Op.Cit.,6 Siyatma, Perbandingan Sistem Pendidikan Di Beberapa Negara (Saudi Arabia, Germany, Finlandia, Amerika Serikat, Australia dan Sudan), https://www.academia.edu/7874306/Perbandingan_Sistem_Pendidikan_di_Beberapa_Negara_Saudi_Arabia_Germany_Finlandia_Amerika_Australia_Sudan_, 2014, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, pukul 20.00 WIB.7 Ibid.,

8

Page 9: sistem pendidikan di jerman

sebagai gantinya ia harus menjalani "Zivilliansdienst" atau lebih dikenal dengan Zivis. Zivis

ini bekerja di rumah sakit, badan sosial ataupun badan pendidikan dari pemerintah8.

Di Jerman dikenal ada dua jenis pendidikan tinggi utama: yaitu Fachhochschule dan

Universität. Tidak ada persyaratan program tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak

ada perbedaan yang jelas antara program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat

Pertama dapat diperoleh setelah 4 atau enam tahun pelajaran. Fachhochschule yang sering

disebut juga FH ini mirip semacam politeknik di Indonesia, yaitu lembaga pendidikan yang

menekankan pada bidang aplikasi. Studi di Fachhochschule tak dapat mencapai gelar doktor

dan pendidikan di sini ditujukan bagi mereka yang ingin terjun ke industri langsung. Jenis

pendidikan tinggi lainnya Pedagogische Hochschule adalah Musikhochschule (untuk bidang

musik), (untuk bidang pendidikan, mirip IKIP dahulu) dan Kunsthochschule (untuk bidang

seni). Sistem Universität (Universitas) di Jerman, berbeda dengan di Indonesia, tidak ada

"panduan" ketat per semesternya, dan urutan mata kuliah A, B, C, dst. Hal ini berarti bahwa

mahasiswa dituntut harus dapat menentukan sendiri, kuliah, latihan, seminar, ujian yang akan

diikutinya, dll. Hal ini secara langsung memberikan "kebebasan yang sangat besar", tapi bisa

juga “menjerumuskan" mahasiswa ke kondisi kelewat santai (banyak beberapa mahasiswa

Indonesia yang terjebak ke situasi ini, dimana sudah 8 tahun tapi belum ujian apa-apa, karena

keasikan kerja atau kesibukan lainnya). Mahasiswa benar-benar dituntut untuk mandiri

menentukan apa yang ingin dia pelajari, ujian yang dia ikuti, dan apa yang dia lakukan dan

dia inginkan. Terkadang perkuliahan dilakukan dalam ruang auditorium besar (sampai 600

siswa), sehingga kesiapan "mental" mahasiswa untuk belajar mandiri perlu benar-benar

dipertimbangkan bila memilih kuliah di Universitas. Kuliah rata-rata dilakukan dalam bahasa

Jerman. Walau demikian di beberapa Universitas (seperti di Universitas Bielefeld,

Universitas Bremen, dll) ada juga beberapa kuliah yang dilakukan dalam bahasa Inggris9.

Model perkuliahan tersusun dari Vorlessung (perkuliahan), Seminar (semacam diskusi

dalam ukuran kecil atau dalam kelompok kecil), dan Übung (latihan). Ujian dilakukan

langsung dengan Profesor yang bersangkutan. Rata-rata ujian bersifat lisan, walau ada juga

yang diberikan secara tulisan. Sistem ujiannya juga bervariasi ada yang diperbolehkan

mengulang (untuk mata kuliah yang tidak lulus), namun sering juga hanya sekali saja (boleh

mengulang namun tahun berikutnya. bukan semester berikutnya).

8 Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Studi Pendidikan Mancanegara Jerman dan Indonesia, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JERMAN/195906231987031-SETIAWAN/Studi_Pend_Mancanegara_Ind-Jerman.pdf , 2009, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB. 9 Ibid.,

9

Page 10: sistem pendidikan di jerman

Sistem Fachhochschule (nama internasionalnya sekarang sering disebut sebagai

University of Applied Science) lebih diatur secara ketat mirip dengan sistem perkuliahan di

Indonesia, misal urutan perkuliahan, praktek, dan lain sebagainya. Berdasarkan dua lembaga

pendidikan tinggi tersebut, mana yang lebih baik dan cocok, ini bergantung dengan tujuan

sekolahnya. Fachchochschule rata-rata disukai oleh orang Jerman yang ingin langsung

bekerja di industri, sedangkan Universitas lebih disukai bagi mereka yang ingin berkarir di

bidang riset dan pengembangan, atau di bidang akademik.

E. Perbedaan Sistem Pendidikan Jerman dan Indonesia

Secara umum sistem pendidikan Jerman dan sistem pendidikan Indonesia tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan. Sistem pendidikan dibangun di atas prinsip

pendidikan dan keilmuan yang relatif sama, namun dengan ideologi dan kekhasan budaya

yang berbeda. Berikut adalah beberapa catatan sederhana mengenai kajian banding sistem

pendidikan di antara dua negara tersebut10.

No.Permasalahan

Pendidikan

Perbandingan

Jerman Indonesia

1 Pendanaan Pembebasan biaya

pendidikan dilakukan

melalui kebijakan subsidi

silang. Kebijakan ini

terbukti ampuh

meningkatkan partisipasi

penduduk Jerman yang

berimbas pada angka

human developtment

index yang

membanggakan.

Masalah pendanaan

pendidikan juga akan

berimbas langsung

terhadap ketersediaan

sarana dan prasarana

pendidikan. Salah satu

Walaupun biaya SPP

bebas, masyarakat masih

mengeluhkan besarnya

biaya lain yang harus

dibayarkan dalam

menempuh pendidikan

dasar.

10 Ibid.,

10

Page 11: sistem pendidikan di jerman

daya tarik pendidikan

Jerman adalah tersedianya

semua sarana yang

dibutuhkan untuk

melatihkan keterampilan,

praktek pendidikan, dan

pendukung keilmuan.

2 Metode dalam

Sistem

Pendidikan

Nasional

Sistem pendidikan Jerman

biasa kita lihat bahwa

sistem menyediakan

pilihan yang

komperhensif bagi siswa,

apakah mau menjadi

ilmuwan atau menjadi

seorang yang siap kerja

dengan keahlian khusus

setelah melalui

pendidikan. Semua siswa

melalui tes penentuan

minat bakat terlebih

dahulu sebelum kemudian

memilih jalur sekolah

yang akan diambil. Hasil

tes menjadi bahan

pertimbangan bagi siswa

dan orang tuanya untuk

menentukan pilihan.

Kelemahan dari sistem

Jerman ini adalah beban

memilih yang sudah

diberikan sejak siswa

lulus Grundstuffe,

sehingga di usia muda

mereka sudah harus tahu

Di Indonesia, pembagian

alur dimulai sejak masuk

sekolah menengah atas,

dimana pendidikan

terbagi menjadi dua jalur,

yaitu sekolah menengah

kejuruan dan sekolah

menengah atas.

Tingkat SMP masih

bersifat tahu sedikit dari

banyak bidang.

Pendidikan juga masih

diwarnai oleh hal-hal

yang bersifat trivial

semacam kesibukan siswa

SD menghafalkan nama-

nama menteri dalam

kabinet yang kadang

akhir-akhir ini

pergantiannya lebih cepat

dibandingkan kecepatan

siswa SD menghafalkan

nama seluruh menteri

dalam satu kabinet.

11

Page 12: sistem pendidikan di jerman

arah pendidikannya mau

ke mana. Meskipun

begitu, sistem pendidikan

Jerman juga menyediakan

kemungkinan siswa yang

ingin mencoba keduanya.

Keuntungan lain dari

pembagian ini adalah

terfokusnya pengetahuan

atau keterampilan siswa

akan satu hal. Jadi siswa

mempunyai pengetahuan

yang mendalam di satu

atau beberapa bidang

tertentu.

3 Nilai Sikap Nilai pertama yang

mereka tanamkan adalah

kemauan yang kuat,

kesiapan untuk bekerja

keras dan keyakinan akan

urgensi pendidikan.

Ketiga nilai ini masih

menjadi tradisi yang

mengakar kokoh dalam

budaya pendidikan

Jerman, sehingga sulit

kita menemukan

fenomena dosen atau

siswa yang terlambat

masuk kelas atau

kelompok mahasiswa

yang berkerumun

mengobrol di tangga

gedung-gedung

Pendidikan nilai di

Indonesia memang

memiliki alokasi yang

minim. Sebagai contoh,

selama 4 tahun kuliah di

pendidikan tinggi di

Indonesia, pembelajaran

nilai umumnya hanya

selama 2 sks dalam satu

semester. Menurut

beberapa pengamat

pendidikan, sistem

pendidikan di Indonesia

masih membuat

pengdikotomian terhadap

pendidikan nilai dan

pendidikan sekuler.

Pendidikan nilai umum

diajarkan di pesantren

12

Page 13: sistem pendidikan di jerman

perkuliahan. Sikap

mandiri juga tercermin

dalam tata kurikulum

yang terbuka, dan

mempersilakan

sepenuhnya kepada

mahasiswa, mata kuliah

mana yang akan dikontrak

dan kapan.

misalnya, dan tidak

terintegrasi dengan

pendidikan di lembaga

non-keagamaan. Di

lembaga pendidikan

formal non-keagamaan

pun, penanaman sikap

dinilai kurang. Siswa dan

guru lebih terfokus pada

nilai raport dan UN,

sehingga nilai menjadi

segala-galanya di

Indonesia.

4 Manajemen

Pendidikan

kontribusi masyarakat

sudah menjadi budaya

yang mengakar dalam

dunia pendidikan.

Partisipasi aktif ini

muncul dari keyakinan

bahwa pendidikan

merupakan hal yang

sangat urgen, sehingga

tidak mau mengambil

resiko membahayakan

kualitas pendidikan.

Keterlibatan masyarakat

dalam pendidikan masih

kurang. Hal ini didorong

oleh anggapan bahwa

pendidikan sepenuhnya

adalah tanggung jawab

pemerintah dan bukan

masyarakat. Hal ini

menjadi sulit mengingat

berbagai keterbatasan

yang dimiliki pemerintah

menghambat terwujudnya

sistem pendidikan yang

ideal dalam ranah konsep

dan teknis.

5 Sistem Sistem pendidikan Jerman

Barat adalah desentralisasi

sedangkan Jerman Timur

adalah sentralisasi.

Sistem pendidikan di

Indonesia adalah sentralisasi,

namun dalam

penyelengaraannya satuan

dan kegiatan pendidikan

dilaksanakan secara

13

Page 14: sistem pendidikan di jerman

desentralisasi.

6 Jenjang Pendidikan Dasar

Pendidikan Menengah

1. Hauptschule/Restschul

2. Realschule/Mittelsvhule

3. Gymnasium

4. Gesamtschule

Pendidikan Tinggi

1. Fachhochschule

2. Universität

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

7 Wajib Belajar 9 atau 10 tahun 12 tahun

8 Waktu yang

Diperlukan

Sebelum Ke

Jenjang

Perguruan Tinggi

13 tahun 12 ahun

F. Persyaratan Menjadi Guru dan Peningkatan Karir Guru di Jerman

1. Pendidikan Guru

Pemerintah Jerman sangat memperhatikan kualifikasi guru. Menjadi guru di

Jerman mungkin sama sulitnya untuk menjadi dokter. Relevansi keahlian guru dengan

mata pelajaran yang diajarkan, kualitas pengajar dan kesejahteraan yang diperoleh

guru merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di Jerman. 11

Lembaga pendidikan keguruan di Jerman awalnya merupakan institusi yang berdiri

sendiri dan dinamakan Akademi Ilmu Keguruan atau Pädagogische Hochschule (PH)

yang merupakan jenis pendidikan tinggi semacam Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (IKIP) di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan guru-guru

terutama untuk tingkat Sekolah Dasar (Primary Education) dan Sekolah Menengah

(Secondary Education). Kini di Jerman hampir tidak ada perguruan tinggi ilmu

pendidikan yang berdiri sendiri, setidaknya terdapat 11 jenis pendidikan tinggi seperti 11 Setiawan, Studi Pendidikan Mancanegara Indonesia dan Jerman, file.upi.edu/Direktori/FPBS/I

UR_PEND_BAHASA_JERMAN/195906231987031-SETIAWAN/Studi_Pend_Mancanegara_Ind-Jerman.pdf , 2012, diunggah pada tanggal 25 Oktober 2015 pukul 07.11 WIB

14

Page 15: sistem pendidikan di jerman

ini, Di beberapa negara bagian di Jerman seperti Bayern, Berlin, Bremen, Hamburg,

Hessen, Niedersachsen, Nordrhein-Westfalen dan Saarland pendidikan guru secara

khusus ini telah dihapuskan dan diubah menjadi universitas atau merupakan fakultas

tersendiri di dalam institusi universitas. Hanya beberapa universitas yang masih

diberikan kewenangan untuk memberikan Diplom bidang pendidikan (Diplom Päd)

dan Doktor der Erzeihungswissenschaften (Dr. Päd) atau Doktor der Philosophie (Dr.

Phil) terutama dalam bidang pendidikan dan metodologi pengajaran, diantaranya

adalah PH di Baden-Wurttemberg, Rheinland-Pfalz dan Schleswing-Holstein.

Tugas perguruan tinggi ilmu pendidikan (PTIP) atau Pädagogische Hochschule

(PH) adalah mendidik guru untuk sekolah dasar, sekolah umum (Hauptschule),

sekolah menengah (Realschule) dan sekolah luar biasa (Sonderschule). Yang terakhir

tidak hanya untuk anak-anak yang memiliki cacat mental dan fisik, akan tetapi juga

yang mengalami kesulitan belajar. PH tidak mendidik guru untuk sekolah Gymnasium.

Beberapa perguruan tinggi ilmu pendidikan juga memberikan pendidikan bagi yang

ingin menjadi guru kejuruan. Disamping mata pelajaran yang akan diajarkan kelak,

mata kuliah di PH mencakup dasar-dasar pengetahuan ilmiah, ilmu pendidikan umum,

ilmu pendidikan sekolah dan psikologi. Selain mata pelajaran pilihannya mahasiswa

diharuskan mengambil pelajaran keterampilan seperti musik, melukis dan sebagainya.

Persyaratan studi di perguruan tinggi adalah ujian akhir sekolah menengah atas

yakni Abitur (ujian akhir yang paling sulit di sekolah Jerman). Bagi mahasiswa yang

ingin menjadi guru seni rupa, seni musik atau olah-raga harus mengikuti ujian bakat.

Program studi ilmu pendidikan berbeda-beda di setiap negara bagian, ada program

ujian negara atau master. Abitur yang berasal dari bahasa Latin Abire berarti

meninggalkan adalah ujian akhir yang harus dilalui saat menyelesaikan sekolah

menengah. Selain di Jerman, beberapa negera seperti Finlandia dan Estonia juga

memberlakukan Abitur sebagai ujian akhir di sekolah. Abitur dilakukan pada tingkat

kelas 12 atau 13. Umumnya siswa di Jerman akan mendapatkan sertifikat The Zeugnis

der Allgemeinen Hochschulreife atau disebut juga Abiturzeugnis saat siswa lulus dalam

ujian akhir. Jika telah memiliki sertifikat ini, memungkinkan siswa untuk mendaftar di

universitas. Sertifikat ini biasanya diakui di negara-negara Uni Eropa, jadi bukan hal

yang tidak mungkin siswa yang melamar di universitas adalah dari negara-negara lain.

Jikapun tidak memiliki sertifikat tersebut, maka siswa harus mengikuti sekolah

kembali untuk mendapatkan ijazah kesetaraan. Berbeda dengan Indonesia yang

menerapkan ujian bersama masuk perguruan tinggi negeri. Siswa di sana boleh

15

Page 16: sistem pendidikan di jerman

melamar langsung ke universitas, dan universitas akan langsung memutuskan

berdasarkan nilai Abitur yang diraihnya. Kualitas pendidikan di Jerman yang hampir

rata diseluruh negara bagian, membuat hal tersebut mungkin untuk dilakukan. Bahkan

untuk menjamin kualitas pendidikan yang merata, setiap anak wajib masuk ke sekolah

terdekat. Jikapun siswa memilih untuk belajar di sekolah lain, maka harus ada

pengajuan permintaan khusus yang disertai dengan alasan-alasan mengapa memilih

sekolah tersebut. Guna mendukung kualitas pendidikan, pemerintah Jerman menjaga

kualitas pendidikan para calon guru di universitas agar guru yang dihasilkan memiliki

standar kualitas yang sama.12

Setelah diterima di universitas pendidikan yang dilamar oleh calon mahasiswa. Ia

boleh memilih dua sampai tiga subyek bidang studi yang diinginkan untuk mengajar di

masa depan. Selain mempelajari mata kuliah dari subyek yang dipilih, mahasiswa

pendidikan juga mendapatkan mata kuliah didaktik dan pedagogi. Bagi mahasiswa

yang memilih dua subyek bidang studi, harus menempuh pendidikan antara 4,5 tahun

sampai 5,5 tahun. Jika memilih tiga subyek bidang studi, maka harus menambah satu

tahun masa studi. Studi biasanya diakhiri dengan suatu ujian negara (Staatsexamen),

dimana mereka diharuskan membuat semacam tesis yang disebut Staatsexamen –

Arbeit di universitas masing-masing. Ujian Negara Pertama tersebut mencakup tesis

akhir, serta ujian tertulis dan lisan dari teori subyek studi pendidikan dan didaktik

sehingga setelah itu akan mendapatkan gelar diplom. Selama masa studi, mereka juga

harus menyelesaikan tiga bulan kerja praktek di sekolah.13

Untuk semua jurusan ditetapkan empat hari praktek kerja (satu kali seminggu

dalam satu semester) dan dua blok praktek kerja, masing-masing selama empat

minggu pada saat libur semester. Banyak mahasiswa merasakan praktek kerja sebagai

kesempatan untuk melihat apakah mereka memilikijiwa guru dan mampu melakukan

tugas-tugas guru dengan baik. Menjelang akhir studi, selama 18 bulan mahasiswa PH

harus melakukan praktek kerja akhir di sekolah. Tahap ini adalah yang terakhir untuk

mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja sebagai guru.

Seseorang yang akan menjadi guru di Gymnasium dan sebagian guru-guru

spesialis untuk bidang keuangan akan dididik di tingkat Universitas (S1), dengan

tekanan utama bidang keahlian daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak

12 Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung:Lubuk Agung, 2001), hlm.9813 Katarzyna Przegietka and Józefina Turlo, School System and Teacher Training Germany,

www.helsinki.fi/luma/eutrain/outputs/teacher_education_germany.pdf , 2014, diunggah pada tanggal 25 Oktober 2015 pukul 8.45 WIB

16

Page 17: sistem pendidikan di jerman

tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua

guru, minimal telah di didik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam menerapkan metode mengajar ditempuh melalui in-service training.14

2. Pelatihan Praktik

Setelah sebuah menyelesaikan studi akademis, para calon guru harus mencapai

fase pendidikan ke dua disebut Referendariat dan diakhiri dengan State Examination

Kedua, berlangsung 1,5 atau 2 tahun ketika mereka dibayar gaji kecil. Pada tahap ini,

mereka harus menghadiri dan memberikan pelajaran di sekolah di bawah instruksi

dari guru pembimbing dan para pemimpin pedagogik dan ilmu seminar pendidikan.

Selama fase ini para calon guru harus melewati beberapa ujian pelajaran dan pada

akhir ujian lisan berbatasan pedagogi dan metode pengajaran sesuai subjek mereka.

Selain itu, mereka harus menulis laporan tentang metode pengajaran dan pelajaran

perencanaan dengan hormat dari praktek mereka sendiri. Adapun struktur pelatihan

guru yang diselenggarakan pelaksanaanya bervariasi dimasing-masing Länder.

Masing-masing Länder memiliki tanggung jawab berbeda untuk pendidikan guru.

Setelah lulus dari ujian kedua, baru kita benar-benar dinyatakan sebagai guru secara

resmi.15

Sulit dan lamanya menjadi guru di Jerman bukan tidak mungkin adalah semata

untuk menjaga kualitas dari pendidikan di Jerman itu sendiri. Seperti yang diketahui,

guru merupakan ujung tombak dari kualitas pendidikan suatu negara. Sehingga

kualitas yang dihasilkan bergantung pada kualitas guru itu sendiri. Umumnya semua

kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran

yang tinggi di antara para penggiat pendidikan, rasa tanggung jawab yang dimiliki

semua elemen masyarakat dan pengawasan yang mapan.

3. Evaluasi, Sertifikasi

Seperti halnya dengan semua program studi di pendidikan tinggi, sertifikat tertentu

diperlukan untuk masuk ujian dan ujian menengah harus diambil dalam kursus

pelatihan guru. Perinciannya telah diatur oleh Peraturan studi dan ujian

(Studienordnung dan Prüfungsordnungen). Pendidikan mengajar ditentukan dengan

ujian yang dikenal sebagai First State Examination pertama yang memberikan hak

14 Ali Muhtadi, Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan, https://www.academia.edu/5003768/STUDI_KOMPARATIF_SISTEM_PENDIDIKAN, 2008, diakses pada tanggal 25 Oktober pukul 13.48 WIB

15 Claudia Unseld, Perguruan Tinggi Ilmu Pendidikan di Jerman, http://www.dw.com/id/perguruan-tinggi-ilmu-pendidikan-di-jerman/a-17082530, 2013, diakses pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 01.03 WIB

17

Page 18: sistem pendidikan di jerman

kepada pemegangnya untuk dapat diterima dalam tahap Pelayanan Persiapan (State

Preparatory Service).

Preparatory Service diakhiri dengan State Examination Kedua setelah tahap kedua

dari proses pendidikan guru. Sertifikat tersebut akan berguana bagi calon guru untuk

bisa diterima Zweites Staatsexamen - adalah prasyarat untuk pekerjaan tetap dalam

karir mengajar, namun tidak menjamin posisi mengajar.

individual telah mencapai perencanaan atau tahap pengujian untuk pelaksanaan

struktur berturut-turut program studi dengan Bachelor dan gelar Master dalam

pelatihan guru tetap menjaga tanggung jawab negara untuk ujian akhir.

4. Pelatihan Guru pada Tingkat Bachelor dan Master

Dalam kesepakatan Maastrich 1992, semua negara Uni Eropa harus mengakui

kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga

profesi di negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Kesepakatan itu

diperbaharui melalui Kesepakatan Bologna tahun 1999, dimana semua negara Uni

Eropa sepakat menyesuaikan sistem pendidikan antar negara-negara dikawasan Uni

Eropa. Salah satu isi dari Kesepakatan Bologna 1999 tersebut adalah semua negara

Uni Eropa akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang

Bachelor-Master-Doktor. Bachelor merupakan gelar kesarjanaan pertama yang

diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap

memasuki dunia kerja dengan masa studi 3-4 tahun. Sedangkan Master adalah

program pendidikan lanjutan setelah Bachelor dengan masa studi selama 2 tahun. Saat

ini di hampir semua universitas di Jerman memiliki jenjang Bachelor-Master.

Saat ini, remodulisasi terdiri atas studi universitas serta layanan persiapan yang

dikurangi menjadi 12 bulan karena pengkreditan praktek pelatihan pedagogik. Periode

praktek pelatihan diintegrasikan ke dalam program studi, sedangkan durasi waktu

yang disediakan untuk pelatihan akademik akan tetap tidak berubah. Hal ini

dimungkinkan dengan cara struktur berturut-turut dan modular studi: kursus studi

Bachelor tiga tahun di dua bidang subyek tertentu yang relevan dan dalam ilmu

pendidikan. Mahasiswa menerima pelatihan untuk jenis tertentu dari sekolah dan

pelatihan independen umum dari jenis tertentu di sekolah. Bagi siswa yang telah

berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana, program studi Master ditawarkan dengan

isi yang terkait dengan jenis tertentu dari sekolah. Durasiya adalah 1 tahun untuk karir

18

Page 19: sistem pendidikan di jerman

mengajar di Grundschule, Hauptschule dan Realschule, 1,5 tahun untuk karir

mengajar di Sonderschulen dan 2 tahun untuk karir mengajar di Gymnasium dan di

sekolah-sekolah kejuruan. 16

G. Sistem Penggajian Guru di Jerman

Guru diberi gaji layaknya peserta pelatihan pada saat Referendariat atau fase ujian

kedua praktek mengajar di sekolah setelah 2 tahun pertama dibimbin oleh senior. Setelah

lulus dari ujian kedua, baru benar-benar dinyatakan sebagai guru secara resmi dan

mendapatkan gaji sesuai dengan yang ditetapkan pemerntah untuk guru-guru di Jerman.

Guru di Jerman dapat mengharapkan untuk mendapat upah hidup nyaman. Sementara

tempat tinggal tidak tersedia untuk semua pekerjaan karir, guru akan menerima bantuan

dan sumber daya yang membantu untuk menemukan akomodasi.17

Laporan survei yang dibuat oleh Varkey Gems Foundation mengenai rerata gaji guru

per tahun di sejumlah negara, seperti dikutip dari Huffington Post, menunjukkan bahwa

Negara Jerman berada pada urutan ke tiga gaji guru yang paling tertinggi, yaitu rerata

guru digaji sebesar USD 42.254 atau senilai Rp471 juta per tahun. Sementara Indonesia

brada pada urutan ke -30, yakni sebesar USD 2.830/tahun atau senilai Rp. 34,4 juta per

tahun.18

Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari sistem pendidikan di Jerman. Upaya untuk

memberikan kualitas pendidikan yang merata di seluruh negara bagian melalui

pemerataan kualitas, fasilitas, dan sistem di masing-masing sekolah perlu juga menjadi

perhatian pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan yang merata di wilayah-wilayah

Indonesia tentu akan memberikan peningkatan kualitas pendidikan manusianya sendiri

yang berdampak bagi kualitas hidup masyarakatnya. Konsistensi Jerman untuk menjaga

kualitas pendidikannya dengan cara memberikan perhatian tinggi mulai dari sistem

pendidikan dasar dan menengah. Sehingga perhatian besar Jerman terhadap kualitas

pendidikannya akan berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan dihasilkan.

16 Katarzyna Przegietka and Józefina Turlo, Op.Cit.17 6 Administrator, T eaching in Germany, https://www.teachaway.com/teaching-in-germany , 2015,

diakses pada tanggal 25 Oktober pukul 06.57WIB 18 B.Galgoczi, Comparative Study Of Tachers Pay in Europe, download.ei ie.org/Docs/WebDepot/

TeachersPay2008Report.pdf , 2008, diunggah pada tanggal 24 Oktober pukul 00.15 WIB

19

Page 20: sistem pendidikan di jerman

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Berdasarkan uraian – uraian yang telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara historis pendidikan di Jerman berawal dari gereja yang memunculkan jenis

khas sekolah yang dikenal sebagai Gymnasium yang nantinya jenis sekolah ini akan

menjadi standar ukuran sekolah menengah di Jerman.

2. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Jerman terbagi menjadi beberapa periode antara

lain Periode Republik Weimar, Periode Nazi. Dan Periode Setelah Perang Dunia II

3. Sistem pendidikan di Jerman memandang pendidikan sebagai modal utama untuk

membangun ekonomi dan ideologi negara tersebut.

4. Sistem Pendidikan di Jerman yang menonjol adalah Berufsschulle (Duales System)

dimana menggabungkan sistem Pendidikan antara dunia kerja dengan sekolah.

Struktur sistem pendidikannya dimulai dari Kindergarten, Grundschulle, Gymnasium,

Realschule, Hauptschule, Sondernschule atau langsung ke Gesamptschule. Tingkatan

di atasnya adalah jalur Akademik (Universitas) dan Jalur spesialis (Berufsschulle).

5. Di Jerman, jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi itu hanya ada 2 macam, yaitu

pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule,

atau Berufschulle). Kalau di Indonesia, pendidikan Pra Perguruan Tinggi ada 3

macam, yaitu SD-SMP-SMA. Dari sisi waktu juga berbeda, di Indonesia memerlukan

waktu 12 tahun (normal) sebelum ke jenjang Perguruan Tinggi, sedangkan di Jerman

butuh waktu 13 tahun.

6. Persyaratan studi di perguruan tinggi adalah ujian akhir sekolah menengah atas yakni

Abitur yang harus dilalui saat menyelesaikan sekolah menengah. Lembaga pendidikan

keguruan di Jerman awalnya merupakan institusi yang berdiri sendiri dan dinamakan

Akademi Ilmu Keguruan atau Pädagogische Hochschule (PH) yang merupakan jenis

20

Page 21: sistem pendidikan di jerman

pendidikan tinggi semacam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di

Indonesia

7. Studi biasanya diakhiri dengan suatu ujian negara (Staatsexamen), dimana mereka

diharuskan membuat semacam tesis di universitas masing-masing. Setelah sebuah

menyelesaikan studi akademis, para calon guru harus mencapai fase pendidikan ke

dua disebut Referendariat dan diakhiri dengan State Examination Kedua, berlangsung

1,5 atau 2 tahun ketika mereka dibayar gaji kecil

8. Negara Jerman berada pada urutan ke tiga gaji guru yang paling tertinggi, yaitu rerata

guru digaji sebesar USD 42.254 atau senilai Rp471 juta per tahun. Sementara

Indonesia brada pada urutan ke -30, yakni sebesar USD 2.830/tahun atau senilai Rp.

34,4 juta per tahun

9. Konsistensi Jerman untuk menjaga kualitas pendidikannya dengan cara memberikan

perhatian tinggi mulai dari sistem pendidikan dasar dan menengah. Sehingga

perhatian besar Jerman terhadap kualitas pendidikannya akan berdampak bagi kualitas

sumber daya manusia yang akan dihasilkan.

21