sistem kata kerja pada masyarakat dayak kanayatn ahe desa lingga kec. sungai ambawang kab. kubu...
DESCRIPTION
Tugas Proposal Penelitian Maikell Jim YuniorTRANSCRIPT
Proposal Penelitian
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kec. Sungai Ambawang
Kab. Kubu Raya
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
OLEH :
MAIKEL JIM YUNIOR
NIM 511100109
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyusun proposal
penelitian, Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan kegiatan penyusunan proposal ini
adalah untuk memenuhi tugas individu pada salah satu mata kuliah.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan.
Semoga segala bimbingan yang telah diberikan kepada saya bermanfaat
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Akhirnya saya berharap semoga proposal
yang telah saya kerjakan dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan pada
pembaca.
Sungai Ambawang ,
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................
Daftar Isi ......................................................................................
Bagian I Rancangan Penelitian .....................................................
a. Latar Belakang ................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ............................................................ 2
c. Tujuan .............................................................................. 3
d. Manfaat ............................................................................ 3
e. Metodologi Penelitian ...................................................... 4
f. Pendekatan Penelitian ....................................................... 4
g. Data dan Sumber Data ...................................................... 5
h. Teknik dan Alat Pengumpul Data ..................................... 6
i. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 8
Bagian II Sistem Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Ahe Kanayatn
Desa Lingga Kec. Sui. Ambawang ..............................................
a. Pengertian Kata Kerja ( Verba ) ..................................................... 11
b. Fungsi Kata Kerja ( Verba ).............................................12
c. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif ......................16
d. Bahasa Dayak Kanayatn (Ahe ) ......................................19
e. Kata Kerja ( Verba ) Pasif ............................................................ 20
Daftar Pustaka ..............................................................................................
BAB I
RANCANGAN PENELITIAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa selaian bersifat sistematis dan juga bersifat
sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu
pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan
sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem
tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem
fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem
leksikon. Sistem bahasa yang dibicarakan di atas adalah berupa lambang-
lambang dalam bentuk bunyi. Artinya lambang-lambang itu berbentuk
bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang
bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus
kita sadari benar-benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di
Indonesia yang begitu banyak. Keragaman bahasa inilah yang
menyebabkan situasi Sosiolinguistik di Indonesia menjadi bervariasi. Ini
terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara terkaya di seluruh
permukaan bumi.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting
keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk
mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga
akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak
akan terjalin dengan baik.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak
Kanayatn Ahe merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di
wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Sungai Ambawang,
Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sampai
sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh Dayak Kanayatn Ahe.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi
memiliki ciri baik bentuk, bunyi, dan makna yang berbeda antara manusia
pada satu kelompok tertentu dengan kelompok manusia yang lain.
Perbedaan bahasa tersebut tampak pada penggunaan bahasa oleh dayak
kanayatn yang ada di Desa Lingga, kecamatan Sungai Ambawang. Bahasa
daerah di Indonesia digunakan oleh masyarakat yang harus dilestarikan
kerana memiliki peran dan kedudukan yang dalam berkomunikasi. Peran
dan kedudukan bahasa bagi Dayak Kanayatn Desa Lingga Kecamatan
Sungai Ambawang sangat komunikatif terutama dalam pergaulan sehari-
hari, upacara adat dan ketika menuturkan cerita rakyat. Dari penlitian ini
memfokuskan pada Kata Kerja Bahasa Dayak Kanayatn Sungai
Ambawang.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
sistem kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang ?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam
submasalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah sistem kata kerja aktif transitif dan intrasitif pada
bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang ?
b. Bagaimanakah sistem pembentukan kata kerja aktif transitif dan
intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang ?
c. Bagaimanakah sistem kata kerja pasif pada bahasa Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang ?
C. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem
kata kerja pada Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan sistem kata kerja aktif transitif dan intrasitif
pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan
Sungai Ambawang.
b. Mendeskripsikan sistem pembentukan kata kerja aktif transitif
dan intrasitif Dayak pada bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa
Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
c. Mendeskripsikan sistem kata kerja pasif pada bahasa Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan
pembelajaran dan pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya
yang berkaitan dengan sistem kata kerja. Manfaat praktisnya antara lain
sebagai berikut.
a. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
tentang bahasa, khusunya mengenai sistem kata kerja pada
bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru
bahasa Indonesia sebagai salah satu alternasi bahan
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran
kebahasaan yang berkaitan dengan sistem kata kerja.
3. Bagi penelitian lainnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternasi bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem
kata kerja.
E. Metologi Penelitian
Penelitian ini mengkaji bentuk kata kerja pada bahasa Dayak Kanayatn
Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif
diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang
diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian
dilakukan.
Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata
berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya.
Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan gambaran yang objektif
tentang sistem kata kerja bahasa Dayak Kanayatn Ahe Sungai Ambawang
yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari
bahasa Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Sungai Ambawang.
F. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan
bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka
(Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak
menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada
makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep data yang
dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam
bentuk kata-kata atau kalimat.
Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat
deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data
bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994).
Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-
peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat
Dayak Kanayatn Ahe Kecamatan Suingai Ambawang. Bersifat deskriptif,
maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data
dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks
diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan
kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk
deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan
temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.
Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam
pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih
diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya
pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat
fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya
dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan
pada perencanaan atau target tertentu.
Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak
diarahkan untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu,
paparan hasil analisis penelitian yang berkaitan dengan sistem kata kerja
pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di
lapangan.
G. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung kata
kerja dan konteks penggunaannya pada Dayak Kanayatn Ahe Desa
Lingga Kecamatan Sungai Ambawang
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan
oleh penutur asli bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang dan konteks tuturan yang diperoleh
melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung.
Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks tuturan
berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata kerja pada masyarakat
Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
masyarakat asli penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga
Kecamatan Sungai Ambawang. Namun, tidak semua masyarakat asli
penutur bahasa Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang mempunyai kedudukan yang sama sebagai informan
dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis selama dan
setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data,
data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan
disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan,
pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan
data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.
H. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap
langsung, pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap
langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan
antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan
cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen
penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara
langsung sistem kata kerja pada masyarakat Dayak Kanayatn Ahe
Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks
tuturan yang berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan
teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem kata kerja pada
masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai
Ambawang.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya
bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri,
atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data
utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini
dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai
pencari tahu alami dalam pengumpulan data.
Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus
diperhatikan, yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2)
tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia
pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin
ilmu serta paradigma. Selain peneliti sebagai instrumen utama,
penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape
recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan
kalimat yang mengandung kata kerja. Alat perekam (tape recorder)
digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan
digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan
kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang
dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c)
penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang
saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah
pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di
bawah ini.
Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a)
identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data
adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi
kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak
Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data
berdasarkan sistem kata kerja dan konteks tuturan. Kodefikasi data
adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem kerja dan
konteks tuturan.
Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah
direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel,
Dengan penyajian data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi
terarah.
Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih
dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran
dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan,
nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata kerja pada masyarakat
Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah
sering dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan
penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai
kebenaran (keabsahan) terhadap data informasi yang dikumpulkan peneliti
dari lapangan, untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadi
kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data yang dianalisis.
Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan trianggulasi sebagai
salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong, 2005).
Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada
sembilan teknik, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan
pengamatan, (3) trianggulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5)
analisis kasus negatif, (6) kecukupan referensi, (7) pengecekan
keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan
pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178).
Teknik trianggulasi paling banyak digunakan ialah pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode penyidik dan teori (Denzin
dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan trianggulasi adalah untuk
memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan penelitian.
Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk mengatasi terjadinya
perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan penelitian. Beberapa ahli
mengatakan bahwa trianggulasi dilakukan untuk pengecekan data agar
penelitian memiliki taraf kepercayaan yang tinggi (Miles dan Huberman,
1984). Dalam penelitian ini, trianggulasi digunakan untuk memeriksa
keabsahan dan kesalahan data sebagai strategi yang dapat meningkatkan
kredibitas penelitian ini.
BAB II
Sistem Kata Kerja (Verba) Bahasa Dayak Kanayatn
Kecamatan Sungai Ambawang
A. Pengertian Kata Kerja ( Verba )
Kata kerja ( verba ) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan
atau tingkah laku. Verba dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai
kelas kata yang menyatakan suatu pekerjaan, pengalaman, keberadaan
ataupun yang dalam pengertian lainnya dalam perspektif yang dinamis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008:1546) “Verba
adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; kata
kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang artinya „kata‟.
Verba dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”.
Keberadaan kata terbagi dalam berbagai kelompok yang
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Harimurti
Kridalaksana (1993: 226) menyatakan bahwa “verba adalah kelas kata
yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain
verba mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau
jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan, keadaan
dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai dengan
kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin
diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.
Verba dalam tataran bahasa Indonesia merupakan bagain dari
kategori gramatikal. Verba ini mengacu kepada peristiwa dalam
kaitannya sebagai bagian dari kategori semantik. Verba dalam bahasa
Indonesia memiliki kelas utama yang terdiri dari tiga bagian yakni:
keadaan, aksi atau perbuatan serta proses. Sedangkan menurut (Van
Ophuijser 1983:116) mengatakan bahwa "verba Melayu adalah pangkal
verba yang tampil secara mandiri sebagai bentuk perintah".
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai verba penulis dapat
simpulkan bahwa verba merupakan kata yang menggambarkan proses,
perbuatan, atau pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam
beberapa bahasa lain yang mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di
antara kelas kata dalam tuturan kebangsaan verba mempunyai frekuensi
yang tinggi pemakaiannya dalam suatu kalimat, verba mempunyai
pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan struktur
pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk verba.
B. Fungsi Kata Kerja (Verba)
Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat
dalam kalimat.Menurut Alwi, dkk. (2010:167) “Verba memiliki fungsi
utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat
walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Jika ditinjau dari segi
fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama menduduki fungsi
predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki fungsi lain
seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek,
pelengkap, dan keterangan).
a. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat, menurut Alwi, dkk.
(2010:168)
Telah dikemukakan bahwa verba berfungsi terutama sebagai
predikat atau sebagai inti perdikat kalimat.
Kaca jendela itu pecahOrang tuanya bertani.
Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan
Mobil yang ditumpanginya tahan peluru.
Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru.
Para tamu bersalam-salaman dengan akrab.
Dalam kalimat (a-d), verba pecah, bertani, berpeluk-pelukan
dan tahan peluru berfungsi sebagai predikat. (perlu diperhatikan
bahwa tahan peluru adalah verba majemuk. Jadi, tahan dan peluru
bukan dua kata yang berdiri sendiri). Predikat kalimat (e-f) adalah
frasa verba, tetapi diikuti oleh unsur-unsur lain. Pada (e) frasa akan
mengeluarkan diikuti oleh objek kalimat peraturan moneter baru.
Pada (f) keterangan cara dengan akrab mengikuti predikat
bersalam-salaman.
Predikatadalah bagian kalimat yang menandai apa yang
dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba
atau frasa verbal sebagai predikat dikarenakan verba berfungsi
sebagai inti predikat kalimat.
b. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek
Pada kalimat-kalimat di bawah ini terlihat bahwa verba dan
perluasannya (yang berupa objek, pelengkap, dan / atau keterangan
dapat berfungsi sebagai subjek. Pada umumnya verba yang
berfungsi sebagai subjek adalah verba inti. Tanpa pewatas depan
ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki unsur lain
seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek.
Lihatlah contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:169).
Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.
Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.
Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan
kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas subjek adalah pokok pembicaraan
atau pokok bahasan dan pada umumnya verba berfungsi sebagai
subjek adalah verba inti. Unsur bagian dari subjek bisa merupakan
unsur lain seperti objek dan keterangan.
c. Verba dan Frasa verba sebagai Objek
Dalam kalimat berikut verba dan frasa verba dengan
perluasannya berfungsi sebagai objek.Menurut Alwi, dkk.
(2010:170).
Dia sedang mengajarkan menari pada adik saya.
Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.
Mereka menekuni membaca Alkitab pada pagi hari.
Berdasarkan uraian di atas objek merupakan hal, perkara, atau
orang yang menjadi pokok pembicaraan. Terkait verba dan frasa
verbal juga berfungsi sebagai objek yang masing-masing diikuti
oleh kata keterangan.
d. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap
Verba dan frasa verbal berserta perluasannya dapat berfungsi
sebagai pelengkap dalam kalimat seperti terlihat pada contoh-
contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:171), contohnya :
Dia sudah berhenti merokok
Mertuanya merasa tidak bersalah.
Samuel baru mulai mengerti masalah itu.
Verba merokok, frasa verbal tidak bersalah, dan perluasan
verba mengerti masalah itu dalam kalimat (a-c) berfungsi sebagai
pelengkap dari predikat berhenti, merasa, dan mulai. Masing-
masing predikat itu tidak lengkap, dan dengan demikian predikat
yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti oleh
pelengkap.
Berdasarkan uraian di atas verba dan frasa verbal dapat juga
berfungsi sebagai pelengkap dari predikat. Predikat yang
bersangkutan tidak diteriama jika diikuti oleh pelengkap.
e. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan
Dalam kalimat berikut verba perluasannya berfungsi sebagai
keterangan. Menurut Alwi, dkk. (2010:172), contohnya :
bu sudah pergi berbelanja
Paman datang berkunjung minggu yang lalu.
Saya bersedia membantu Anda.
Mereka baru saja pulan bertamasya.
Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang
letaknya berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua
bertindak sebagai keterangan. Pada kalimat (a-c) terkandung
pengertian „maksud‟ atau „tujuan‟ dari perbuatan yang dinyatakan
predikat. Karena itu, perkataan untuk dapat disisipkan. Pergi untuk
berbelanja, datang untuk berkunjung, dan bersedia untuk
membantu Anda. Pada kalimat (d) terkandung pengertian „asal‟ dan
oleh sebeb itu dapat disisipkan kata dari: pulang dari bertamasya.
Dalam hal ini verba (dengan perluasannya) menjadi bagian dari
frasa preposisional seperti juga dalam kedua kalimat beikut.
Dia mengawini gadis Australia itu untuk memperoleh status
penduduk menetap.
Pencuri memasuki rumah itu dengan memecahkan kaca
jendela.
f. Verba yang Bersifat Atributif
Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan
keterangan tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada
pada tataran frasa. Perhatikan contoh berikut. Menurut Alwi, dkk.
(2010:172)
Anjing tidur tak boleh diganggu.
Negara itu sedang berada dalam situasi berbahaya.
Kami terpaksa bekerja lembur karena banyak pekerjaan
mendesak.
Emosi tak terkendali sangat merugikan.
Verba tidur, berbahaya, medesak, dan tak terkendali bersifat
atributif dalam frasa nomina anjing tidur, situasi berbahya,
pekerjaan mendesak, dan emosi tak terkendali. Setiap verba
tersebut menerangkan nomina inti anjing, situasi, pekerjaan, dan
emosi. Verba yang berfungsi atributif seperti inimerupakan
kependekan dari bentuk lain yang memakai kata yang. Dengan
demikian, bentuk panjangnya adalah adalah (anjing) yang tidur,
(situasi) yang berbahaya (pekerjaan) yang mendesak, dan (emosi)
yang tak terkendali.
Berdasarkan uraian di atas verba juga bersifat atributif yang
memberikan keterangan tambahan pada nomina. dengan kata lain,
verba yang bersifat atributif tersebut menerangkan nomina inti.
Frasa verbal bukan bersifat atributif.
g. Verba yang Bersifat Apositif
Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu
sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, seperti yang
terdapat dalam kalimat berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:173).
Pekerjaannya, mengajar, sudah dijalankan.
Usaha Pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju.
Sumber pencarian penduduk desa itu, bertani dan beternak,
sudah lumayan.
Verba dan perluasannya mengajar, berdagang kain, dan
bertani dan beternak dalam kalimat-kalimat di atas berfungsi
sebagai aposisi. Konstruksi tersebut masing-masing menambah
keterangan pada nomina pekerjaannya, dan frasa nominal usaha
Pak Suroso dan sumber pencarian penduduk desa itu.
Sebagaimana dapat dilihat, verba (dengan perluasannya) yang
berfungsi sebagai aposisi tersebut terletak di antara koma. Dalam
membaca, intonasi keterangan yang ditambahkan seperti itu
biasanya direndahkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
verba dapat berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap,
keterangan, aposisi, dan artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa
kategori sintaksinya tetap verba. Fungsinya saja yang dapat
bermacam-macam.
C. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif dan Intrasitif
Verba (kata kerja) dapat digolongikan menjadi 2, yaitu: verba
transitif dan verba intransitif.
1. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Transitif
Yang dimaksud dengan kalimat transitif adalah kalimat yang
mempunyai obyek seperti: SPO, SPOK, KSPO.
Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek (O).
Kata kerja transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif berbeda
dengan kata kerja intransitif yang tidak dapat diubah ke bentuk
pasif. Dalam bahasa Indonesia, verba (kata kerja) transitif terdiri
dari verba atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:
a) Berafiks me-
Contoh: membawa, menolong, membahas
Ibu membawa roti
Adik menolong ibu
Pak guru membahas kata kerja transitif
b) Berafiks memper-
Contoh: memperbesar, memperistri
Bupati akan memperbesar taman kota tahun depan.
Joni memperistri Tuti si kembang desa.
c) Berafik memper-kan
Contoh: mempersoalkan
Roni senang mempersoalkan masalah kecil.
d) Berafiks me-i
Contoh: mengurangi, melindungi
Pemerintah mengurangi pasokan BBM bersubsidi.
e) Berafiks memper-I
Ayah memperbaiki kursi di depan rumah
Pemerintah akan memperbaharui kurikulum
pendidikan.
f) Berafiks me-kan
Andi mengerjakan tugas .
Joni menyelesaikan permasalahan dengan baik.
2. Kata Kerja ( Verba ) Aktif Intransitif
Verba (kata kerja) intransitif adalah kata kerja yang tidak
membutuhkan (menghindari) objek (O). Bentuk kalimat yang
mengandung kata kerja intransitif tidak bisa dipasifkan. Dalam
bahasa Indonesia, verba (kata kerja) intransitif terdiri dari verba
atau kata kerja berimbuhan sebagai berikut:
a) Berupa verba dasar
Contoh: tenggelam,
Kapal itu tenggelam.
b) Berafiks ber-
Contoh: berlari, berpakaian
Ibu berlari dengan kencang.
Ani berpakaian dengan rapi.
c) Berafisk ber-kan
Contoh: berdasarkan, beralaskan
d) Berafiks ter-
Contoh: tersenyum, tertawa
Rina sedang tersenyum.
Ia tertawa
e) Berafiks ke-an
Contoh: kelaparan, ketakutan
Secara garis besar perbedaan antara kata kerja (verba) transitif dan
intransitif adalah sebagai berikut.
Perbedaan Transitif Intransitif
Objek Membutuhkan objek Tidak membutuhkan objek
Bentuk pasif Bisa diubah ke bentuk pasif Tidak bisa diubah ke bentuk
pasif
Imbuhan yang
digunakan
Me-, memper-, memper-kan, me-
i, memper-I, me-kan
Verba dasar, ber-, ber-kan,
ter-, ke-an
D. Bahasa Dayak Kanayatn ( Ahe )
Dayak Kanayatn adalah salah satu dari sekian ratus sub suku
Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, yaitu wilayah Kalimantan
barat, tepatnya di daerah kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak,
Serta Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di kabupaten Ketapang
serta kabupaten Sanggau.
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan
yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang
menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun)
sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang
dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat pengucapan.
Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami
wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi
ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak
Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa satolo-
ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit.
selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran
bahasa menjadi bahasa baru. Dayak Kanayatn memakai bahasa
ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara
isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa
kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini
dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga
logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn
yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa
ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan
bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi
dalam bahasa satolo-ngalampa, songga batukng-ngalampa dan
angkabakng-ngabukit. selain itu percampuran dialek dan logat
menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan
bahasa yang dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini,
banyak kosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-
kan". Misalnya ialah :bahasa ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti
,bahasa ahe sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai sekarang oleh
generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa
indonesia atau melayu.
E. Kata Kerja ( Verba ) Pasif
Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan di atau ter.
Jika ia kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaaan
sedang berlangsung, maka kata kerja pasif memberi pengertian bahwa
suatu peerjaan sudah berlangsung atau telah selesai dikerjakan atau
atau akan berlangsung.
Kata kerja pasif dapat dikelompokan menjadi beberapa macam seperti
disebutkan di bawah ini :
a) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-
Contoh :
Baju saya diambil Tono
Bajuku dibawanya kemarin
Kemarin aku dipanggil Ibunya
b) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-i
Contoh :
Mangga Pak Raden dilempari anak-anak
Buah mangga harus dikuliti sebelum dimakan
c) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-kan
Contoh :
Bata merah itu dilemparkan ke samping
Bendera itu diturunan embali pada sore hari
d) Kata kerja pasif dengan imbuhan di-per
Contoh :
Gambar itu dperkecil dua kali
Ruangan sempit itu diperkecil lagi
e) Kata kerja pasif dengan imbuhan ter-
Contoh :
Huruf itu terbaca juga olehnya
Bukunya terbawa olehku
f) Kata kerja pasif dengan imbuhan ku dan engkau
Contoh :
Akan kupukul jika melawan!
Mengapa kau tiup api itu ?
DAFTAR PUSTAKA
Alloy, Sujarni, dkk. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa
Dayak Di Kalimatan Barat. Pontianak: Institut Dayaklogi.
Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hs, Widjono. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Idrus, Muhammad. (2002). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogjakarta: Erlangga.
Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta:
Media Perkasa.
Permendiknas, (2009). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
Yogjakarta: Pustaka Timur.
Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV
Karyono
Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Sidu, Ode L. (2013). Sintaksis: Bahasa Indonesia. Kediri: Unhalu Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
RosdaKarya
Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak: Yuma Pustaka.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta:
Media Perkasa.
Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV
Karyono
Rohmadi, dkk. MORFOLOGI : Telaah Morfem dan Kata, Surakarta: Yuma
Pustaka.
Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak:Yuma Pustaka.
Stepanus Djuweng ed., Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap
Modernisasi (Pontianak: Institute of Dayakology Research and Development,
1998) pp. 59-71.