sinopsis perubahan
DESCRIPTION
SINOPSISTRANSCRIPT
MODEL PENGELOLAAN DANAU TEMPE SECARA BERKELANJUTAN
(Kasus Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Air antara Pertanian dan Perikanan)
Oleh
SUKARDI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau Tempe yang merupakan sumber kehidupan dan dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan. Disamping untuk keseimbangan ekosistem
alam, bagi manusia yang bermukim disekitar Danau Tempe keberadaannya
sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk kegiatan
ekonomi, transportasi dan sebagainya. Begitu pentingnya keberadaan Danau
Tempe membuat aktifitas sehari-hari penduduk yang tinggal di sekitarnya
tidak terlepas dari karakteristik danau sehingga pada akhirnya terbentuk pola
kebiasaan dan kebudayaan masyarakat di tepian Danau Tempe. Seiring
dengan modernisasi, peradaban di sekitar Danau Tempe dan tepian daerah
aliran sungai (DAS) terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Pesatnya perkembangan yang terjadi, tak lain disebabkan oleh tingginya
kebutuhan akan lahan untuk dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi dan tempat
tinggal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya konsentrasi dan
aktifitas penduduk pada daerah Sekitar Danau dan tepian Daerah Aliran
Sungai (DAS) bahkan beberapa diantaranya tumbuh dan berkembang
menjadi kawasan padat penduduk serta peningkatan areal pertanian dan
perkebunan.
Danau Tempe yang merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di
daerah Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Sulawesi Selatan yang mendukung untuk dikembangkan potensi
pariwisatanya yaitu Ekowisata Danau Tempe. Keunikan Danau Tempe yaitu
dengan adanya rumah terapung dan satwa burung endemik serta memiliki
biodiversity yang cukup beragam menjadikan Danau Tempe sebagai daya
tarik wisatawan mancanegara.
2
Ditinjau dari segi sosial budaya, Danau Tempe bagi masyarakat
nelayan tradisional merupakan sumber mata pencaharian dan menjadi
kebagaan. Karakter khas yang dimiliki oleh Danau Tempe yang pada saat
musim hujan menjadi banjir yang dapat mencapai level +9 meter dan pada
saat musim kemarau Danau Tempe menjadi dangkal. Dengan karakter yang
dimiliki Danau Tempe tersebut maka masyarakat nelayan dan pengusaha
ikan sesuai aturan dan pengelolaan desa, pemanfaatan Danau Tempe
terbagi atas beberapa zona/kawasan yang berlaku pada saat pergantian
musim yaitu munculnya zona/kawasan penangkapan ikan yang dikenal
dengan Cappeang – Pallawang – Bungka, sedangkan pada lahan pertanian
dikenal dengan Langga 1 – Langga 2 – Langga 3 dan seterusnya.
Pembagian zona/kawasan tersebut bagian dari pranata lokal masyarakat
setempat.
Dengan karakteristik Danau Tempe pada saat musim kemarau
menjadi kering dan pada saat musim hujan menjadi banjir, sehingga
pemerintah membuat kebijakan dalam membangun Bendung Gerak Tempe
yang berfungsi mempertahankan level air pada saat musim kering. Dengan
adanya bendung tersebut membuat fenomena baru dan munculnya konflik-
konflik baru terhadap pemanfaatan sumberdaya air milik bersama.
Bendung gerak yang fungsinya sebagai pengontrol level air di Danau
Tempe, membuat sebahagian masyarakat menjadi kekurangan air pada saat
musim kemarau lahan pertanian khususnya dikecamatan Pammana menjadi
kekurangan air, sehingga harus mengeluarkan biaya produksi pertanian
menjadi mahal yaitu penggunaan pompanisasi. Disatu sisi akibat level air
menjadi stabil di Danau Tempe, para nelayan tradisional telah bisa
beraktifitas menangkap ikan pada saat musim kemarau.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang dikemukakan dalam latar
belakang masalah dan diidentifikasi permasalahan tersebut diatas maka
masalah yang ingin dikaji dan ditelaah adalah sebagai berikut :
1) Bentuk konflik pemanfaatan ruang di Danau Tempe?
2) Bagaimana strategi pengelolaan Danau Tempe pada sektor perikanan
dan pertanian yang mempertimbangkan aspek nilai ekonomi, aspek
ekosistem Danau Tempe, aspek sosial budaya masyarakat tersebut?.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah tertulis diatas maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menaganalisis potensi konflik
pemanfaatan ruang Danau Tempe;
2) Membuat Model strategi pengelolaan Danau Tempe pada sektor
perikanan dan Pertanian yang mempertimbangkan aspek nilai ekonomi,
ekosistem Danau Tempe, dan kondisi sosia budaya masyarakat.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Danau
Danau Tempe yang memiliki luas sekitar 13.000 hektar, yang diapit
oleh tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Wajo, Sidrap dan Kabupaten Soppeng.
Danau ini menjadi salah satu obyek wisata favorit dan banyak dikunjungi oleh
wisatawan, baik domestik maupun mancanegara (Novita,2012).
Menurut Organisasi (2010), pengertian dari danau itu sendiri yaitu
suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki
manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta
kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik
tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber
penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir
dan erosi.
2.2. Fungsi dan Potensi Danau
Danau mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi. Salah satu
fungsi terpenting danau adalah perikanan, baik budidaya ataupun perikanan
tangkap. Jika dikelola dengan benar, perikanan danau dapat mendatangkan
keuntungan yang cukup besar. Apalagi, perikanan air tawar di Indonesia
dicirikan oleh kekayaan species dan kekayaan jenis biota lainnya.
Danau juga penting dari sisi tata lain (antara lain mencegah
kekeringan dan banjir) dan dalam kaitannya dengan penyediaan air bersih,
baik untuk minum, irigasi ataupun industri. Dengan demikian, danau
mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan. Selain itu jika ditinjau dari
segi ekosistem, danau merupakan tempat hidup berbagai kehidupan
organisme, termasuk yang bersifat endemik, mulai dari ikan sampai burung
air.
Berbagai fungsi dari danau yang telah diuraikan diatas, danau dapat
juga menjadi obyek wisata karena orang-orang dapat menikmati aktivitas-
aktivitas seperti memancing, berenang, berperahu, atau bahkan sekadar
menikmati keindahan alam. Pemanfaatan danau sebagai tempat wisata jelas
akan memicu ekonomi masyarakat yang tinggal disekelilingnya. Akan tetapi,
pemanfaatan danau sebagai obyek wisata juga tentunya harus dilaksanakan
dengan pengelolaan yang baik dan terkendali, karena jika danau itu rusak,
otomatis orang-orang tidak akan tertarik lagi mengunjunginya untuk
berwisata.
5
2.3. Permasalahan Ekosistem Danau Tempe
Kerusakan daerah hulu Danau Tempe diakibatkan oleh penebangan
yang tak terkendali, diantaranya perambahan hutan, perladangan berpindah,
illegal logging sehingga menjadikan jumlah kawasan kritis Danau Tempe.
Terjadinya konversi daerah resapan dan kantong-kantong air, Kekeringan,
kawasan daerah resapan danau yang menurun, sehingga cadangan air yang
dapat disimpan semakin menipis.
Laju sedimentasi di Danau Tempe yaitu sebesar 1-3 cm per tahun.
Akibat sedimentasi ini, danau mengalami pendangkalan dan menyebabkan
terjadinya bencana banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Apabila laju sedimentasi diasumsikan sebesar 0,38 cm pertahun, maka
diperkirakan pada tahun 2018 Danau Tempe akan hilang pada musim
kemarau. Pendangkalan yang terjadi di Danau Tempe secara alami
diakibatkan oleh sedimentasi yang dibawah oleh inlet sungai yang bermuara
di danau ini seperti S. Lawo, S. Batu-batu, S. Belokka, S. Nila dan Sungai
Walannae. Terjadinya pendangkalan tersebut mengakibatkan penurunan
kapasitas tampung bagi danau tersebut sehingga memicu terjadinya bencana
banjir di kawasan sekitarnya. Pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung
danau, Penurunan produktivitas lahan dan Peningkatan jumlah penduduk
mengakibatkan tekanan degradasi akan semakin besar.
Perubahan Ekosistem akibat pemanfaatan lahan Danau Tempe pada
saat musim kering sehingga lahan dijadikan menjadi lahan pertanian,
membuat ketidak seimbangannya ekosistem perairan di Danau Tempe.
6
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Danau merupakan salah satu perairan air tawar, dimana danau ini
memiliki peranan sebagai kegiatan irigasi pertanian, sebagai pembangkit
tenaga listrik, serta kegiatan pariwisata serta kegiatan perikanan. Perairan
Danau Tempe ini mempunyai potensi dan peranan yang besar di dalam
kegiatan apapun, misalnya saja, di bidang perikanan, yaitu adanya usaha
penangkapan yang dikenal dengan Bungka Toddo, Cappeang dan
Pallawang, dimana usaha penangkapan ini, memanfaatkan dangkalnya
Danau Tempe dalam menangkap ikan dengan cara mengepung dengan
menggunakan “ Belle (anyaman bambu). Sedangkan pada daerah sekitar
Danau Tempe pada saat Danau Tempe dalam kondisi surut / kering,
masyarakat berlomba-lomba memanfaatkan tanah timbul (tana koti) akibat
surutnya air danau sebagai lahan pertanian sawah ataupun palawija. Lahan
tersebut dikenal dengan istilah Langga.
Pengelolaan sumberdaya perikanan di Danau Tempe tidak cukup
hanya mempertimbangkan aspek produksi saja, karena pada kenyataanya
kondisi Danau Tempe pada saat ini telah menjadi media konflik penggunaan
air akibat munculnya fenomena baru akibat adanya Bendung Gerak Tempe
dan Penggunaan Alat Tangkap “ Jabba Troll (Alat sejenis bubu), Tonggkang
dan strom aki”. Sedangkan pada sumberdaya pertanian munculnya para
pemanfaat lahan sekitar danau digunakan sebagai lahan pertanian sawah
dan palawija, yang tentunya hal tersebut diatas membuat semakin
terdegredasinya Danau Tempe pada titik yang kritis.
Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran
Danau Tempe
Input
Ekosistem Danau Tempe
1. Profil Karakteristik
Potensi Perikanan dan Pertanian Danau Tempe
Proses
Pengelolaan Danau Tempe
berkelanjutan
1. Operasional Pengelolaan Perikanan, Pertanian dan Pariwisata.
Output
1. Nilai Ekonomi Danau Tempe
2. Nilai Pendapatan Rumahtangga Perikanan (RTP)
Strategi Pengelolaan Danau Tempe Pada Sektor Perikanan
Dan Pertanian
Ekosis
tem
Sistem
Sosial
7
3.2. Variabel dan Definisi Penelitian
Variabel dan definisi operasional dalam penyusunan strategi
pengelolaan Danau Tempe pada sektor perikanan dan Pertanian dengan
pendekatan sistem tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
1 Sistem Sosial Hal-hal yang berhubungan dengan manusia tentang perilaku masyarakat, hubungan organisasi masyarakat dan budaya / kearifan lokal
2 Ekosistem Ekosistem alami dan ekosistem buatan.
3 Penggunaan Lahan
Pola Penggunaan Lahan di Danau Tempe
3.3. Desain Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian tentang strategi pengelolaan Danau Tempe
pada sektor perikanan dan Pertanian melalui beberapa tahap, meliputi:
Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel
dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan
dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor perikanan
Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel
dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan
dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor pertanian
Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel
dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan
dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor pariwisata
3.4. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
Dengan menggunakan pendekatan kualitif. Pendekatan tersebut dilakukan
dengan metode wawancara dengan cara sampel purposif, yaitu respoden
yang diwawancarai mewakili kelompok-kelompok tertentu di masyarakat
(misalnya tokoh masyarakat seperti Macoa Tappareng, Macoa Tani, Tokoh
yang dituakan, tokoh agama seperti pemangku, tokoh pemuda, kelompok
nelayan/kelompok tani),
Untuk mencerminkan pendapat atau keadaan yang luas. Wawancara berkisar
antara percakapan non-formal sampai wawancara formal pada waktu yang
tepat. Selain wawancara, penelitian ini juga berdasarkan pengalaman dan
observasi penulis di lokasi Danau Tempe. Informasi umum diperoleh dari
literatur tertulis dan penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, dokumen-
8
dokumen tentang penelitian terkait yng diperoleh dari berbagai sumber.
Pengambilan data sekunder dan primer dengan menggunakan cara :
1. Wawancara mendalam
2. Observasi
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan
menggunakan Puprosive sampling, yang mana dari beberapa responden
yang terpilih akan mewakili dari hasil data penelitian yang akan dibutuhkan
peneliti.