sinopsis perubahan

8
MODEL PENGELOLAAN DANAU TEMPE SECARA BERKELANJUTAN (Kasus Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Air antara Pertanian dan Perikanan) Oleh SUKARDI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Tempe yang merupakan sumber kehidupan dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Disamping untuk keseimbangan ekosistem alam, bagi manusia yang bermukim disekitar Danau Tempe keberadaannya sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk kegiatan ekonomi, transportasi dan sebagainya. Begitu pentingnya keberadaan Danau Tempe membuat aktifitas sehari-hari penduduk yang tinggal di sekitarnya tidak terlepas dari karakteristik danau sehingga pada akhirnya terbentuk pola kebiasaan dan kebudayaan masyarakat di tepian Danau Tempe. Seiring dengan modernisasi, peradaban di sekitar Danau Tempe dan tepian daerah aliran sungai (DAS) terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Pesatnya perkembangan yang terjadi, tak lain disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan lahan untuk dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi dan tempat tinggal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya konsentrasi dan aktifitas penduduk pada daerah Sekitar Danau dan tepian Daerah Aliran Sungai (DAS) bahkan beberapa diantaranya tumbuh dan berkembang menjadi kawasan padat penduduk serta peningkatan areal pertanian dan perkebunan. Danau Tempe yang merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di daerah Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang mendukung untuk dikembangkan potensi pariwisatanya yaitu Ekowisata Danau Tempe. Keunikan Danau Tempe yaitu dengan adanya rumah terapung dan satwa burung endemik serta memiliki biodiversity yang cukup beragam menjadikan Danau Tempe sebagai daya tarik wisatawan mancanegara.

Upload: sukardi

Post on 31-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SINOPSIS

TRANSCRIPT

Page 1: Sinopsis Perubahan

MODEL PENGELOLAAN DANAU TEMPE SECARA BERKELANJUTAN

(Kasus Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Air antara Pertanian dan Perikanan)

Oleh

SUKARDI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau Tempe yang merupakan sumber kehidupan dan dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan. Disamping untuk keseimbangan ekosistem

alam, bagi manusia yang bermukim disekitar Danau Tempe keberadaannya

sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk kegiatan

ekonomi, transportasi dan sebagainya. Begitu pentingnya keberadaan Danau

Tempe membuat aktifitas sehari-hari penduduk yang tinggal di sekitarnya

tidak terlepas dari karakteristik danau sehingga pada akhirnya terbentuk pola

kebiasaan dan kebudayaan masyarakat di tepian Danau Tempe. Seiring

dengan modernisasi, peradaban di sekitar Danau Tempe dan tepian daerah

aliran sungai (DAS) terus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.

Pesatnya perkembangan yang terjadi, tak lain disebabkan oleh tingginya

kebutuhan akan lahan untuk dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi dan tempat

tinggal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya konsentrasi dan

aktifitas penduduk pada daerah Sekitar Danau dan tepian Daerah Aliran

Sungai (DAS) bahkan beberapa diantaranya tumbuh dan berkembang

menjadi kawasan padat penduduk serta peningkatan areal pertanian dan

perkebunan.

Danau Tempe yang merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di

daerah Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Sulawesi Selatan yang mendukung untuk dikembangkan potensi

pariwisatanya yaitu Ekowisata Danau Tempe. Keunikan Danau Tempe yaitu

dengan adanya rumah terapung dan satwa burung endemik serta memiliki

biodiversity yang cukup beragam menjadikan Danau Tempe sebagai daya

tarik wisatawan mancanegara.

Page 2: Sinopsis Perubahan

2

Ditinjau dari segi sosial budaya, Danau Tempe bagi masyarakat

nelayan tradisional merupakan sumber mata pencaharian dan menjadi

kebagaan. Karakter khas yang dimiliki oleh Danau Tempe yang pada saat

musim hujan menjadi banjir yang dapat mencapai level +9 meter dan pada

saat musim kemarau Danau Tempe menjadi dangkal. Dengan karakter yang

dimiliki Danau Tempe tersebut maka masyarakat nelayan dan pengusaha

ikan sesuai aturan dan pengelolaan desa, pemanfaatan Danau Tempe

terbagi atas beberapa zona/kawasan yang berlaku pada saat pergantian

musim yaitu munculnya zona/kawasan penangkapan ikan yang dikenal

dengan Cappeang – Pallawang – Bungka, sedangkan pada lahan pertanian

dikenal dengan Langga 1 – Langga 2 – Langga 3 dan seterusnya.

Pembagian zona/kawasan tersebut bagian dari pranata lokal masyarakat

setempat.

Dengan karakteristik Danau Tempe pada saat musim kemarau

menjadi kering dan pada saat musim hujan menjadi banjir, sehingga

pemerintah membuat kebijakan dalam membangun Bendung Gerak Tempe

yang berfungsi mempertahankan level air pada saat musim kering. Dengan

adanya bendung tersebut membuat fenomena baru dan munculnya konflik-

konflik baru terhadap pemanfaatan sumberdaya air milik bersama.

Bendung gerak yang fungsinya sebagai pengontrol level air di Danau

Tempe, membuat sebahagian masyarakat menjadi kekurangan air pada saat

musim kemarau lahan pertanian khususnya dikecamatan Pammana menjadi

kekurangan air, sehingga harus mengeluarkan biaya produksi pertanian

menjadi mahal yaitu penggunaan pompanisasi. Disatu sisi akibat level air

menjadi stabil di Danau Tempe, para nelayan tradisional telah bisa

beraktifitas menangkap ikan pada saat musim kemarau.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang dikemukakan dalam latar

belakang masalah dan diidentifikasi permasalahan tersebut diatas maka

masalah yang ingin dikaji dan ditelaah adalah sebagai berikut :

1) Bentuk konflik pemanfaatan ruang di Danau Tempe?

2) Bagaimana strategi pengelolaan Danau Tempe pada sektor perikanan

dan pertanian yang mempertimbangkan aspek nilai ekonomi, aspek

ekosistem Danau Tempe, aspek sosial budaya masyarakat tersebut?.

Page 3: Sinopsis Perubahan

3

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah tertulis diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menaganalisis potensi konflik

pemanfaatan ruang Danau Tempe;

2) Membuat Model strategi pengelolaan Danau Tempe pada sektor

perikanan dan Pertanian yang mempertimbangkan aspek nilai ekonomi,

ekosistem Danau Tempe, dan kondisi sosia budaya masyarakat.

Page 4: Sinopsis Perubahan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Danau

Danau Tempe yang memiliki luas sekitar 13.000 hektar, yang diapit

oleh tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Wajo, Sidrap dan Kabupaten Soppeng.

Danau ini menjadi salah satu obyek wisata favorit dan banyak dikunjungi oleh

wisatawan, baik domestik maupun mancanegara (Novita,2012).

Menurut Organisasi (2010), pengertian dari danau itu sendiri yaitu

suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki

manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta

kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik

tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber

penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir

dan erosi.

2.2. Fungsi dan Potensi Danau

Danau mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi. Salah satu

fungsi terpenting danau adalah perikanan, baik budidaya ataupun perikanan

tangkap. Jika dikelola dengan benar, perikanan danau dapat mendatangkan

keuntungan yang cukup besar. Apalagi, perikanan air tawar di Indonesia

dicirikan oleh kekayaan species dan kekayaan jenis biota lainnya.

Danau juga penting dari sisi tata lain (antara lain mencegah

kekeringan dan banjir) dan dalam kaitannya dengan penyediaan air bersih,

baik untuk minum, irigasi ataupun industri. Dengan demikian, danau

mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan. Selain itu jika ditinjau dari

segi ekosistem, danau merupakan tempat hidup berbagai kehidupan

organisme, termasuk yang bersifat endemik, mulai dari ikan sampai burung

air.

Berbagai fungsi dari danau yang telah diuraikan diatas, danau dapat

juga menjadi obyek wisata karena orang-orang dapat menikmati aktivitas-

aktivitas seperti memancing, berenang, berperahu, atau bahkan sekadar

menikmati keindahan alam. Pemanfaatan danau sebagai tempat wisata jelas

akan memicu ekonomi masyarakat yang tinggal disekelilingnya. Akan tetapi,

pemanfaatan danau sebagai obyek wisata juga tentunya harus dilaksanakan

dengan pengelolaan yang baik dan terkendali, karena jika danau itu rusak,

otomatis orang-orang tidak akan tertarik lagi mengunjunginya untuk

berwisata.

Page 5: Sinopsis Perubahan

5

2.3. Permasalahan Ekosistem Danau Tempe

Kerusakan daerah hulu Danau Tempe diakibatkan oleh penebangan

yang tak terkendali, diantaranya perambahan hutan, perladangan berpindah,

illegal logging sehingga menjadikan jumlah kawasan kritis Danau Tempe.

Terjadinya konversi daerah resapan dan kantong-kantong air, Kekeringan,

kawasan daerah resapan danau yang menurun, sehingga cadangan air yang

dapat disimpan semakin menipis.

Laju sedimentasi di Danau Tempe yaitu sebesar 1-3 cm per tahun.

Akibat sedimentasi ini, danau mengalami pendangkalan dan menyebabkan

terjadinya bencana banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Apabila laju sedimentasi diasumsikan sebesar 0,38 cm pertahun, maka

diperkirakan pada tahun 2018 Danau Tempe akan hilang pada musim

kemarau. Pendangkalan yang terjadi di Danau Tempe secara alami

diakibatkan oleh sedimentasi yang dibawah oleh inlet sungai yang bermuara

di danau ini seperti S. Lawo, S. Batu-batu, S. Belokka, S. Nila dan Sungai

Walannae. Terjadinya pendangkalan tersebut mengakibatkan penurunan

kapasitas tampung bagi danau tersebut sehingga memicu terjadinya bencana

banjir di kawasan sekitarnya. Pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung

danau, Penurunan produktivitas lahan dan Peningkatan jumlah penduduk

mengakibatkan tekanan degradasi akan semakin besar.

Perubahan Ekosistem akibat pemanfaatan lahan Danau Tempe pada

saat musim kering sehingga lahan dijadikan menjadi lahan pertanian,

membuat ketidak seimbangannya ekosistem perairan di Danau Tempe.

Page 6: Sinopsis Perubahan

6

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Danau merupakan salah satu perairan air tawar, dimana danau ini

memiliki peranan sebagai kegiatan irigasi pertanian, sebagai pembangkit

tenaga listrik, serta kegiatan pariwisata serta kegiatan perikanan. Perairan

Danau Tempe ini mempunyai potensi dan peranan yang besar di dalam

kegiatan apapun, misalnya saja, di bidang perikanan, yaitu adanya usaha

penangkapan yang dikenal dengan Bungka Toddo, Cappeang dan

Pallawang, dimana usaha penangkapan ini, memanfaatkan dangkalnya

Danau Tempe dalam menangkap ikan dengan cara mengepung dengan

menggunakan “ Belle (anyaman bambu). Sedangkan pada daerah sekitar

Danau Tempe pada saat Danau Tempe dalam kondisi surut / kering,

masyarakat berlomba-lomba memanfaatkan tanah timbul (tana koti) akibat

surutnya air danau sebagai lahan pertanian sawah ataupun palawija. Lahan

tersebut dikenal dengan istilah Langga.

Pengelolaan sumberdaya perikanan di Danau Tempe tidak cukup

hanya mempertimbangkan aspek produksi saja, karena pada kenyataanya

kondisi Danau Tempe pada saat ini telah menjadi media konflik penggunaan

air akibat munculnya fenomena baru akibat adanya Bendung Gerak Tempe

dan Penggunaan Alat Tangkap “ Jabba Troll (Alat sejenis bubu), Tonggkang

dan strom aki”. Sedangkan pada sumberdaya pertanian munculnya para

pemanfaat lahan sekitar danau digunakan sebagai lahan pertanian sawah

dan palawija, yang tentunya hal tersebut diatas membuat semakin

terdegredasinya Danau Tempe pada titik yang kritis.

Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran

Danau Tempe

Input

Ekosistem Danau Tempe

1. Profil Karakteristik

Potensi Perikanan dan Pertanian Danau Tempe

Proses

Pengelolaan Danau Tempe

berkelanjutan

1. Operasional Pengelolaan Perikanan, Pertanian dan Pariwisata.

Output

1. Nilai Ekonomi Danau Tempe

2. Nilai Pendapatan Rumahtangga Perikanan (RTP)

Strategi Pengelolaan Danau Tempe Pada Sektor Perikanan

Dan Pertanian

Ekosis

tem

Sistem

Sosial

Page 7: Sinopsis Perubahan

7

3.2. Variabel dan Definisi Penelitian

Variabel dan definisi operasional dalam penyusunan strategi

pengelolaan Danau Tempe pada sektor perikanan dan Pertanian dengan

pendekatan sistem tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1 Sistem Sosial Hal-hal yang berhubungan dengan manusia tentang perilaku masyarakat, hubungan organisasi masyarakat dan budaya / kearifan lokal

2 Ekosistem Ekosistem alami dan ekosistem buatan.

3 Penggunaan Lahan

Pola Penggunaan Lahan di Danau Tempe

3.3. Desain Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian tentang strategi pengelolaan Danau Tempe

pada sektor perikanan dan Pertanian melalui beberapa tahap, meliputi:

Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel

dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan

dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor perikanan

Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel

dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan

dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor pertanian

Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari penentuan variabel

dan isu-isu, kondisi lingkungan sosial masyarakat, kondisi kelembagaan

dan nilai ekonomi Danau Tempe sektor pariwisata

3.4. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

Dengan menggunakan pendekatan kualitif. Pendekatan tersebut dilakukan

dengan metode wawancara dengan cara sampel purposif, yaitu respoden

yang diwawancarai mewakili kelompok-kelompok tertentu di masyarakat

(misalnya tokoh masyarakat seperti Macoa Tappareng, Macoa Tani, Tokoh

yang dituakan, tokoh agama seperti pemangku, tokoh pemuda, kelompok

nelayan/kelompok tani),

Untuk mencerminkan pendapat atau keadaan yang luas. Wawancara berkisar

antara percakapan non-formal sampai wawancara formal pada waktu yang

tepat. Selain wawancara, penelitian ini juga berdasarkan pengalaman dan

observasi penulis di lokasi Danau Tempe. Informasi umum diperoleh dari

literatur tertulis dan penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, dokumen-

Page 8: Sinopsis Perubahan

8

dokumen tentang penelitian terkait yng diperoleh dari berbagai sumber.

Pengambilan data sekunder dan primer dengan menggunakan cara :

1. Wawancara mendalam

2. Observasi

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan

menggunakan Puprosive sampling, yang mana dari beberapa responden

yang terpilih akan mewakili dari hasil data penelitian yang akan dibutuhkan

peneliti.