simultan inh vit b6 ansed praktikum

18
PENETAPAN KADAR TABLET ISONIAZID DAN PYRIDOXINE MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN METODE SIMULTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui cara penetapan kadar tablet isoniazid dan pyridoxine menggunakan spektrofotometri uv dengan metode simultan II. DASAR TEORI Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah dan hubungan digunakan untuk menggambarkan gelombang ini. Panjang gelombang merupakan jarak linear dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (Ibnu Gholib Ginanjar dan Rohman,2007). Bila diinginkan pengukuran dua buah senyawa secara bersama – sama pada spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang yang mana masing – masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang alin paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan mempunyai kekuatan absorbsicahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing – masing larutan pada 2 panjang gelombang, sehingga diperoleh 2 persamaan

Upload: yohana-saputri

Post on 19-Jul-2016

95 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

SIMULTAN INH VITAMIN B6 SPEKTROFOTOMETRI

TRANSCRIPT

Page 1: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR TABLET ISONIAZID DAN PYRIDOXINE MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN METODE SIMULTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui cara penetapan kadar tablet isoniazid dan pyridoxine menggunakan spektrofotometri uv dengan metode simultan

II. DASAR TEORIRadiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak

merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam

bentuk gelombang. Beberapa istilah dan hubungan digunakan untuk menggambarkan

gelombang ini. Panjang gelombang merupakan jarak linear dari suatu titik pada satu

gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (Ibnu Gholib

Ginanjar dan Rohman,2007).

Bila diinginkan pengukuran dua buah senyawa secara bersama – sama pada

spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang yang mana

masing – masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen

yang alin paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan mempunyai kekuatan

absorbsicahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran

dilakukan pada masing – masing larutan pada 2 panjang gelombang, sehingga

diperoleh 2 persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi pada dua

panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing – masing komponen dapat

dihitung (Ibnu Gholib Ginanjar dan Rohman,2007).

Pada percobaan ini bertujuan untuk menetapkan kadar INH dalam sediaan

tablet yang mengandung INH-vitamin B6 dengan metode persamaan simultan

menggunakan spektrofotometri UV-Multikomponen. Spektroskopi adalah dasar suatu

percobaan pokok dan menyangkut absorpsi, emisi/ pengeluaran atau penyebaran

radiasi elektromagnetik oleh atom atau molekul (Ibnu Gholib Ginanjar dan

Rohman,2007).

Spektrofotometri UV-Multikomponen merupakan suatu pengukuran untuk

analisis 2 atau lebih komponen senyawa dengan menggunakan metode simultan atau

Page 2: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

metode derifatif. Pada percobaan ini, metode yang digunakan untuk menetapkan INH

dalam tablet INH-vitamin B6 adalah metode persamaan simultan. Metode persamaan

simultan dilakukan dengan mengukur pada 2 atau lebih panjang gelombang, yang

mana masing-masing komponen tidak akan saling mengganggu. Pada percobaan ini,

dua panjang gelombang didapat dari λmax pada senyawa baku INH dan λmax pada

senyawa baku vitamin B6 (Anonim,1979).

Sampel yang digunakan adalah tablet yang mengandung INH dan vitamin

B6. INH (Isoniazin) mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

101,0%  C6H7N3O, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. INH merupakan hablur

tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit, terurai

perlahan-lahan oleh udara dan cahaya (Anonim,1979).

INH memiliki khasiat tubekulostatik yang paling kuat, terhadap bakteri lain

tidak aktif. Bekerja tuberkulosid terhadap hasil yang sedang bertumbuh,

mekanismenya bekerja berdasarkan antagonisme saingan hingga metabolism sel

menjadi terganggu (Fessenden,1997).

Vitamin B6 (piridoksin) selain digunakan dalam keadaan devisiensi, juga

digunakan untuk melawan mual, muntah dan pada depresi yang disebabkan oleh pil

antihamil, yang mana dikira ada hubungannya denagn kekurangan serotonin di otak

akibat metabolism triptofan yang dipertinggi (Fessenden,1997).

Untuk suatu larutan yang mengandung 2 komponen yang menyerap, x dan

y, serapan diukur pada 2 panjang gelombang. Ketelitian dan tinggi di dapatkan

dengan memilih panjang gelombang dimana panjang gelombang pengukuran

merupakan panjang gelombang dimana serapanya maksimal, karena dengan

pergeseran sedikit pada kurva serapan tidak menyebabkan perubahan serapan yang

terlampau jauh (www.digilib.ui.ac.id).

Jumlah komponen dalam campuran dapat mencapai 8 komponen dengan

syarat selisih panjang gelombang maksimum antara komponen minimal 5 nm. Jika

jumlah komponen dalam sampel lebih dari 3, makauntuk menghitung kadar di

gunakan software multikomponen yang terdapat pada alat spektrofotometri UV-Vis

(www.digilib.ui.ac.id).

Page 3: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Metode analisis yang digunakanpada analisis multikomponen juga harus

divalidas seperti analisis zat tunggal (www.digilib.ui.ac.id).

Absortivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada

konsentrasi, tebal kuvet, dan interaksi radiasi yang mengenai sampel. Absortivitas

tergantung pada suhu,pelarut,struktur molekul dan panjang gelombangradiasi. Satuan

ditentukan oleh satuan-satuan b (tebal kuvet), c (konsentrasi). Jika satuan c adalah M

(molar) maka absortivitas disebut dengan absortivitas molar dan disimbolkan dengan

e dengan satuan M-1cm-1atau liter.mol-1 cm-1. Jika c dinyatakan dengan persen

berat/volume (g/100ml) maka absortivitas dapat ditulis dengan E1%1cm dan juga sering

kali ditulis dengan A1%1cm (Ibnu Gholib Ginanjar dan Rohman,2007).

E1%1cm merupakan absorbansi suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi

1% b/v (1g/100ml) dan dengan kuvet yang mempunyai ketebalan 1cm pada ketebalan

1cm pada panjang gelombang dan pelarut tertentu (Ibnu Gholib Ginanjar dan

Rohman,2007).

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kualitatif antara panjang

gelombang yang mempunyai panjang gelombang maksimal. Untuk memilih panjang

gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubung antara absorbansi

dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu (Ibnu

Gholib Ginanjar dan Rohman,2007).

III. SIFAT BAHAN Isoniazid/INH (Md 36 hal 288)

Rumus molekul :

Bm :137,1

Pemeriaan :tidak berwarna, putih tidak berbau ,Kristal atau bubuk Kristal putih

Kelarutan : 1:8 air, 1:50 alkohol, sedikit larut dalam klorofom, sangat sedikit larut

dalam eter.

Pyridoxine /vitamin B6 (Md 36 hal 1978)

Rumus molekul :

Bm :205,6

Pemerian :putih/praktis putih,Kristal /bubuk Kristal

Page 4: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Kelarutan : 1:5 (air), 1:115 (alkohol), tidak larut dalam eter

Isoniazid (AOAC, p.252)

Isoniazid Lambda Max A1% 1cm Solvent

Isoniazid 265 420 0,01 N HCl

Isoniazid 263 370 95% EtOH

Isoniazid 267 374 0,5 N H2SO4

Isoniazid 296 292 0,5 N NaOH

Pyridoxine HCl (AOAC, p.259)

Pyridoxine HCl Lambda Max A1% 1cm Solvent

Pyridoxine HCl 288 345 95% EtOH

Pyridoxine HCl 290 425 0,1 N HCl

Pyridoxine HCl 324, 254 350, 180 H2O

Pelarut terpilih = 95% EtOH

Rentang absorbansi 0,5 – 1,5

Isoniazid

C = 0,2370

x10000 C= 1,5370

x10000

= 5,4 ppm = 40,5 ppm

Rentang terpilih = 5,4- 40,5

Pyridoxine

C = 0,2345

x10000 C= 1,5345

x10000

=5,8 ppm =43,5 ppm

Rentang terpilih = 5,8-43,5

Larutan baku induk isoniazid

Page 5: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Konsentrasi : 56,1mg25 ml

× 1000=2244 ppm

Cara kerja:

Timbang 50 mg pyridoxine

Larutkan dalam labu takar 25 ml dengan etanol ad 25 ml

Kocok ad homogen

Laruan baku :

C1 → 2244 ppm× 0,0310

=6,732 ppm

C2 →2244 ppm× 0,0510

=11,22 ppm

C3→ 2244 ppm× 0,0710

=15,71 ppm

C4→ 2244 ppm× 0,110

=22,44 ppm

C5→ 2244 ppm× 0,1310

=29,17 ppm

C6 → 2244 ppm× 0,1610

=35,90 ppm

Cara kerja :

Pipet larutan baku induk (30 µl, 50µl, 70µl, 130µl, 160µl)

Masing – masing ditambahkan etanol ad 10 ml, cek absorbansinya

Larutan baku induk pyridoxine

Konsentrasi : 50 ,4 mg50ml

×1000=1008 ppm

Page 6: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Cara kerja:

Timbang 50 mg pyridoxine

Larutkan dalam labu takar 50 ml dengan etanol ad 50 ml

Kocok ad homogen

Laruan baku :

C1 → 1008 ppm × 0,0310

=3,02 ppm

C2 →1008 ppm× 0,0510

=5 , 04 ppm

C3→ 1008 ppm × 0,0710

=7 , 06 ppm

C4→ 1008 ppm × 0,110

=10 , 08 ppm

C5→ 1008 ppm × 0,1310

=13 , 10 ppm

C6 → 1008 ppm × 0,1610

=16 , 13 ppm

Cara kerja :

Pipet larutan baku induk (30 µl, 50µl, 70µl, 130µl, 160µl)

Masing – masing ditambahkan etanol ad 10 ml, cek absorbansinya

Preparasi sampel

Cara kerja :

Timbang sampel sebanyak 25 mg

Page 7: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Tambahkan etanol ad 25 ml dalam labu takar 25 mll

Saring dengan kertas whatman

Pipet 0,3 ml (300 µl) dengan mikropipet

Tambahkan etanol ad 10 ml dalam labu takar (30 ppm)

Bobot rata – rata 3 tablet = 1,6901

3=0,56 g ≈ 563 mg

Isoniazid ¿ x400

× 563=25 mg

x=17,76 mg

Pyridoxine = x

10×563=25 mg

x = 0,44 mg

Penimbangan sampel

Sampel I = 0,0268 g

Sampel II = 0,0269 g

Sampel III = 0,0258 g

Perhitungan konsentrasi sampel

Sampel I = 26,8 mg25ml

×1000=1072 ppm

= 1072 x 0,3 ml10 ml = 32,16

Sampel II = 26 , 9mg

25ml×1000=1076 ppm

Page 8: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

= 1076 x 0,3 ml10 ml = 32,28

Sampel III = 25 ,8 mg

25ml×1000=103 2 ppm

= 1032 x 0,3 ml10 ml = 30,96

Tabel pengamatan baku Isoniazid (INH)

Konsentrasi Abs λ1 Isoniazid

(265,5)

Abs λ2 Pyridoxine

(286,5)

A1%1cm Isoniazid A1%

1cm Pyridoxine

6,73 0,183 0,079 271,92 117,38

11,22 0,319 0,318 284,31 283,42

15,71 0,459 0,204 292,17 129,85

22,44 0,633 0,275 282,09 122,55

29,17 0,826 0,367 283,17 125,81

35,30 0,953 0,432 265,46 120,33

Rata-rata = 279,85 Rata-rata = 149,89

Isoniazid pada λ isoniazid

C 1=0,1836,73

×10.000

= 271,92

C 2=0,31911,22

×10.000

= 284,31

C 3=0,45915,71

×10.000

= 292,17

C 4=0,63322,44

×10.000

= 282,09

C 5=0,82629,17

×10.000

Page 9: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

= 283,17 C 6=0,95335,90

×10.000

= 265,46

Isoniazid pada λ pyridoxine

C 1=0,0796,73

×10.000

= 117,38

C 2=0,13811,22

×10.000

= 283,42

C 3=0,20415,71

× 10.000

= 129,85

C 4=0,27522,44

×10.000

= 122,55

C 5=0,36729,17

×10.000

= 125,81

C 6=0,43235,90

×10.000

= 120,33

Tabel pengamatan Baku Pyridoxine

Konsentrasi Abs λ1 Isoniazid

(265,5)

Abs λ2 Pyridoxine

(286,5)

A1%1cm Isoniazid A1%

1cm Pyridoxine

3,02 0,014 0,057 46,36 188,74

5,04 0,028 0,110 55,55 218,25

7,06 0,060 0,184 84,95 260,62

10,08 0,083 0,238 82,34 236,11

13,10 0,104 0,311 79,39 237,40

16,13 0,153 0,419 94,85 259,76

Rata-rata = 73,91 Rata-rata = 233,48

Pyridoxine pada λ isoniazid C 1=0,0143,02

×10.000

Page 10: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

= 46,36

C 2=0,0285,04

×10.000

= 55,55

C 3=0,0607,06

×10.000

= 84,95

C 4=0,08310,08

×10.000

= 82,34

C 5=0,10413,10

× 10.000

= 79,39

C 6=0,15316,13

×10.000

= 94,85

Pyridoxine pada λ pyriddoxine

C 1=0,0573,02

×10.000

= 188,74

C 2=0,1105,04

×10.000

= 218,25

C 3=0,1847,06

× 10.000

= 260,62

C 4=0,23810,08

×10.000

= 236,11

C 5=0,31113,10

×10.000

= 237,40

C 6=0,41916,13

×10.000

= 259,76

Tabel Pengamatan sampel

Konsentrasi Abs λ1 Isoniazid (265,5) Abs λ1 Isoniazid (286,5)

32,16 0,617 0,279

32,28 0,430 0,195

30,96 0,270 0,270

Page 11: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

Sampel 1:0,617=279,85 INH . CINH+73,91 PR .CPR∨x 233,48

0,279=149,89 INH . CINH+233,48 PR .CPR∨x 73,91

144,05716=65339,378 INH .CINH+17256,5068 PR

20,62089=11078,3699 INH . CINH+17256,5068 PR

123,43627=54261,0081 INH .CINH

CINH=2,275 ×10−3 ×10.000=22,75 ppm

CPR=−¿

Sampel 2:0,430=279,85 INH . CINH+73,91 PR .CPR∨x 233,48

0,195=149,89 INH . CINH+233,48 PR .CPR∨x 73,91

100,3964=65339,378 INH . CINH+17256,5068 PR

14,41245=11078,3699 INH . CINH+17256,5068 PR

85,98395=54261,0081 INH .CINH

CINH=1,585 ×10−3 ×10.000=15,85 ppm

CPR=−¿

Sampel 3: 0,600=279,85 INH .CINH +73,91 PR .CPR∨x233,48

0,270=149,89 INH .CINH+233,48 PR .CPR∨x 73,91

140,088=65339,378 INH .CINH +17256,5068 PR

19,957=11078,3699 INH . CINH+17256,5068 PR

Page 12: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

120,1323=54261,0081 INH . CINH

CINH=2,213 ×10−3 ×10.000=22,13 ppm

CPR=−¿

Perhitungan kadar isoniazid

Sampel 1 = 22,7532,16

x100 %

= 70,74 %

Sampel 2 = 15,8532,28

x100 %

= 49,10 %

Sampel 3 = 22,1330,96

x100 %

= 71,47 %

Perhitungan berat

Sampel 1 = 70,47 % x 563 = 396, 75

Sampel 2 = 49, 10 % x 563 = 276,43

Sampel 3 = 71,47 % x 563 = 402,37

Perhitungan 4d

Kadar (%) Rata-rata % d

S1 276,43

Page 13: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

S2 396,75 2,81

S3 402,37 2,81

4d = 4 x 2,81

=11,24

d* = 399,56 – 276,43

= 123,13

d* > 4d data dibuang

berat = 396,75+402,37

2=399,56 mg / tablet

PEMBAHASAN

Sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini

terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena

itu, sampel yang tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent

tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu

diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentrifugasi. Prinsip dasar

pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel koloid

apalagi suspensi, karena apabila sampel tidak jernih atau dikatakan terdapat senyawa lain yang

tidak larut maka hasil pembacaan absorbansi menjadi tidak tepat. Pada penetapan kadar kapsul

kloramfenikol ini praktikan melakukan preparasi sampel dengan metode filtrasi atau di disaring

menggunkan kertas saring.

Pada praktikum ini kelompok kami mendapatkan hasil jumlah isoniazid 399,56 mg /

tablet. sedangkan kadar sebenarnya adalah 400 mg/tablet sedangkan kadar pyridoksine tidak

terbaca. Kesalahan dalam penetapan kadar ini disebabkan karena kelarutan pyridoxyne sangat

besar dan kadar pyridoxyne yang terlalu kecil yaitu 10 mg/tablet sedankan kadar isoniazid 400

mg/tablet dan kearutannya yaitu 1:115 dalam etanol dan kelarutan isoniazid 1:50 dalam etanol.

Akibat dari perbedaan kelarutan dan kadar yang signifikan ini maka ada sejumlah pyridoxyne

yang tidak terlarut sempurna selain itu juga masih ada yang tertinggal dalam labu ukur maupun

dalam proses penyaringan sehingga ketika dilakukan penetapan kadar maka tidak terbaca. Dapat

Page 14: Simultan INH VIT B6 ANSED PRAKTIKUM

dikatakan juga semakin kecil kadar obat yang akan ditentukan maka akan semakin besar persen

kesalahan yang didapat.

KESIMPULAN

Kadar pyridoxine yang didapat adalah 399,56 mg/ tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta.

Rohman, Abdul, Ibnu Gandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar : Yogyakarta. 2008. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden, 1997, “Kimia Organik”, jilid 1 edisi ketiga,

terjemahan oleh : Aloysius H. P, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Martindale. (2009). Martindale – The Complete Drug Reference. - 36th Edition ed.

Pharmaceutical Press.