shoelihatul badriah-fah.pdf
TRANSCRIPT
UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN
LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
AN-NISAA’ PONDOK AREN-BINTARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
SHOELIHATUL BADRIAH
NIM : 105025001028
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN
LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS
PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-NISAA’
PONDOK AREN-BINTARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Shoelihatul Badriah
NIM : 105025001028
Di Bawah Bimbingan :
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA
NIP. 19530319 199504 1 001
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM
MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS DI
SEKOLAH AN-NISAA’ PONDOK AREN-BINTARO telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 03 Desember 2009 . Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program
Studi Ilmu Perpustakaan.
Jakarta, 22 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA Pungki Purnomo, MLIS
NIP. 19530319 199504 1 001 NIP. 19641215 199903 1 005
Penguji Pembimbing
Ida Farida, MLIS Drs. Rizal Saiful-Haq, MA
NIP. 19700407 200003 2 003 NIP. 19530319 199504 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Desember 2009
Shoelihatul Badriah
ABSTRAK
SHOELIHATUL BADRIAH
Upaya Perpustakaan Dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : Studi
Kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok Aren-Bintaro
Skripsi ini membahas tentang “Upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa : studi kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok
Aren-Bintaro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apa
saja yang dilakukan pihak perpustakaan dalam meningkatkan kemampuan siswa
yang mengarah ke literasi informasi. Sehingga perpustakaan juga berperan aktif
dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan siswa, tidak hanya diserahkan
kepada pihak sekolah (guru) yang dilakukan di dalam kelas.
Metode penelitian dilakukan melalui penelitian deskriprif dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan
September-Oktober 2009. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode observasi dengan melakukan pengamatan langsung, sedangkan untuk
wawancara hanya ditunjukkan kepada kepala perpustakaan dan guru. Dan untuk
kuesioner disebar kepada siswa kelas 5 SD dengan populasi penelitian siswa kelas
5 sebesar 75 siswa yang terdiri atas 3 kelas. Adapun sampel yang digunakan
sebanyak 24 responden atau 32 % dari keseluruhan dengan menggunakan teknik purposive sample yang diatur berdasarkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara global perpustakaan sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan literasi informasi siswa dengan mengadakan berbagai
program kegiatan baik yang bersifat interen maupun yang berkolaborasi dengan sekolah, yang dilakukan kepada seluruh siswa. Dalam pembentukan program
perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Sehingga pihak perpustakaan memasukkan program-program pembelajaran yang disesuaikan
dengan tingkat masing-masing kelas. Selain itu, terintegrasinya jadwal
perpustakaan di jadwal sekolah memberikan kemudahan bagi perpustakaan dalam
menjalankan program yang telah dicanangkan. Selanjutnya penulis juga
melakukan uji pengetahuan dan pemahaman untuk para siswa yang berjumlah 7
pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa
mengenai keterampilan dalam memperoleh informasi di perpustakaan. Setelah
semua jawaban diolah diperoleh hasil akumulatif dari keseluruhan yaitu berkisar
92 % tingkat ketepatan menjawab. Sehingga hasil dari uji pemahaman bisa
memperlihatkan bahwa usaha-usaha yang diberikan oleh perpustakaan berdampak
positif terhadap literasi informasi.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir kuliah
(Skripsi) tepat pada waktunya. Untuk menyekesaikan skripsi ini, penulis
mengambil judul tentang “Upaya Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi
Informasi Siswa : studi kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok Aren-
Bintaro” yang merupakan hasil penelitian selama penulis melakukan kegiatan
penelitian yang dilakukan di Perpustakaan An-nisaa’.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan
pengalaman lebih bagi penulis didalam mengetahui dunia perpustakaan demi
menunjang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Serta membeikan
sumbangsih terhadap perpustakaan ang dilakukan penelitian serta memberikan
manfaat bagi semua pihak yang terkait.
Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran dalam
berbagai aktifitas yang penulis lakukan.
2. Kedua orang tua, adik, kakak dan beserta keluarga besar saya yang selalu
mendukung dalam pengerjaan penulisan laporan ini.
3. Kepada Bapak Abdul Chair selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
4. Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA selaku Ketua Jurusan dan Dosen
Pembimbing skripsi yang baik sehingga dapat membimbing penulis
sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Wakil Ketua Jurusan.
6. Ibu Ida Farida, MLIS selaku penguji penulis yang baik sehingga dapat
membimbing penulis dalam perbaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan
ilmu yang berharga terhadap penulis.
8. Seluruh staff dan karyawan di Perpustakaan An-nisaa’ terutama kepada
Ibu Teta dan Bapak Fendi yang senantiasa membantu penulis jika
mengalami kesulitan pada saat melakukan penelitian, serta seluruh siswa-
siswi di Sekolah An-nisaa’ yang menjadi obyek dari penelitian yang telah
banyak membantu.
9. Untuk para guru di P.P. Al-Munawwariyah dan terutama untuk Romo
Kyai beserta keluarga terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan
kepada penulis mudah-mudahan ilmu yang diberikan bisa bermanfaat.
10. Seluruh teman-teman di UIN terutama jurusan ilmu perpustakaan angkatan
2005 yang sangat penulis sayangi. Dan wabil khusus untuk dita, erna,
imas, nining, dan nunung thank you so much karena telah menjadi teman
dan sahabat penulis baik senang maupun duka and “Thanks U Full”.
11. Untuk sahabatku tersayang desi dan anisa tetap berjuang kita pasti bisa.
Thanks atas segala dukungannya “I Love U So Much”.
12. Dan semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu terima kasih atas segala dukungannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dan masih ada kekurangan hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
menunjang kesempurnaan dari Tugas Akhir kuliah (Skripsi). Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 14 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah ................................................ 5
2. Perumusan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ..................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ..................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Perpustakaan Sekolah
1. Pengertian dan Tujuan .............................................. 12
2. Tugas dan Fungsi ...................................................... 17
3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 19
B. Kebijakan Perpustakaan Sekolah
1. Misi Perpustakaan ..................................................... 27
2. Komponen-Komponen Kerangka Kebijakan ........... 28
3. Unsur-Unsur Utama Perpustakaan ........................... 36
C. Program Perpustakaan Sekolah ...................................... 40
D. Literasi Informasi
1. Konsep dan Pengertian Literasi Informasi ............... 44
2. Landasan dan Prospek .............................................. 47
3. Program Literasi Informasi di Sekolah ..................... 54
E. Menunjang Kurikulum Sekolah ...................................... 57
BAB III PROFIL SEKOLAH DAN PERPUSTAKAAN
A. Sekolah An-nisaa’
1. Profil Singkat ............................................................ 60
2. Konsep Sekolah ........................................................ 61
3. Kurikulum ................................................................. 61
4. Metode Pembelajaran ............................................... 62
B. Perpustakaan sekolah An-nisaa’
1. Profil Singkat ............................................................ 62
2. Visi dan Misi ............................................................. 63
3. Struktur Organisasi ................................................... 64
4. Kedudukan Perpustakaan .......................................... 67
5. Sumber Daya Manusia .............................................. 68
6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan .......................... 68
7. Jenis Koleksi dan Layanan Perpustakaan ................. 69
8. Kerjasama Perpustakaan ........................................... 72
9. Program Perpustakaan .............................................. 72
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data ..................................... 76
B. Perolehan Data
1. Usaha Meningkatkan Literasi Informasi Siswa ....... 78
2. Program Perpustakaan Mendukung Kurikulum
Sekolah .................................................................... 86
3. Hambatan dan Solusi ............................................... 89
4. Hasil Kuesioner dan Pembahasan ........................... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 115
B. Saran .............................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Kompetensi Perpustakaan Sekolah
Table 1 : Kompetensi kepala perpustakaan sekolah/madrasah ........ 48
Tabel 2 : Kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah ….... 49
B. Identitas Responden
Tabel 3 : Kuesioner yang diedarkan ………………………………. 90
Tabel 4 : Jenis kelamin responden ………………………………… 91
Tabel 5 : Asal kelas responden ……………………………………. 92
C. Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan
Tabel 6 : Kunjungan ke perpustakaan …………………………….. 93
Tabel 7 : Jadwal khusus …………………………………………… 94
D. Penggunaan Perpustakaan
Tabel 8 : Dapat menggunakan internet ……………………………. 95
Tabel 9 : Asal belajar menggunakan internet .................................... 96
Tabel 10 : Dapat menggunakan OPAC .............................................. 97
Tabel 11 : Asal belajar menggunakan internet ................................... 97
Tabel 12 : Siswa didampingi guru ketika kunjungan ke perpustakaan. 98
Tabel 13 : Sumber informasi yang sering digunakan ………………. 99
Tabel 14 : Persepsi siswa terhadap penggunaan koleksi perpustakaan
dalam penyelesaian tugas………………………………... 100
Tabel 15 : Persepsi siswa terhadap penggunaan koleksi perpustakaan
yang digunakan oleh guru ……………………………… 101
Tabel 16 : Koleksi yang digunakan guru dalam mengajar ……….... 102
Tabel 17 : Acara perpustakaan yang sering digunakan ……………. 104
Tabel 18 : Program perpustakaan yang paling disenangi ……..…… 105
Tabel 19 : Perasaan siswa terhadap program perpustakaan …..……. 105
Tabel 20 : Manfaat perpustakaan dalam proses pembelajaran ……... 106
E. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa
Tabel 21 : Menemukan arti sebuah istilah ……………………….… 108
Tabel 22 : Koleksi non fiksi ………………………………..……… 109
Tabel 23 : Koleksi fiksi ……………………………..……………... 110
Tabel 24 : Mencari informasi riwayat hidup seseorang……………. 111
Tabel 25 : Mencari berita terbaru ……………..…………………… 112
Tabel 26 : Mencari letak geografis ……..………………………….. 113
Tabel 27 : Koleksi audio visual …..………………………………… 114
F. Diagram
Diagram 1 : Gambar stuktur organisasi ……………..……………….. 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya informasi seperti sekarang ini menyebabkan
terjadinya ledakan informasi (information explosion) yang tidak bisa
dihindarkan. Hal tersebut sangat wajar mengingat banyaknya informasi yang
tersedia baik tertulis, terekam maupun digital yang setiap saat bertambah dan
beredar dikalangan masyarakat pada umumnya. Tidak terbendungnya
informasi yang beredar menjadikan era sekarang dinamakan dengan era
informasi.
Dalam era informasi ini, tiap orang atau individu harus mempunyai
alat atau sarana yang diperlukan untuk berhubungan dengan informasi yang
ada. Kita menyadari bahwa berbagai jenis sarana yang dipelajari dan
digunakan akan membantu mereka dalam mengatasi berbagai pemasalahan
secara efektif dan efisien. Namun, tanpa adanya pengetahuan dan
keterampilan dalam memanfaatkan berbagai sarana informasi yang ada, maka
segala perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat dan
kompleks akan sulit diantisipasi oleh siapa saja (Farida, dkk, 2005 : 9).
Dengan adanya permasalahan seperti itu maka, seorang pustakawan perlu
melakukan upaya penanggulangan dengan kemampuan yang mereka miliki
yang sering dilupakan. Berbagai upaya yang dilakukan pustakawan melalui
sarana perpustakaan memberikan dampak yang positif bagi setiap orang yang
menerimanya.
Pemanfaatan perpustakaan selalu diupayakan pada perpustakaan-
perpustakaan umum maupun perpustakaan yang berada dilingkungan sekolah.
Namun tidak dapat dipungkiri perpustakaan sekolah hendaknya lebih intensif
dalam membimbing dan mengarahkan setiap penggunanya dibandingkan
dengan perpustakaan lain. Hal ini dipicu oleh kenyataan bahwa perpustakaan
sekolah merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang ada di
sekolah. Perpustakaan sekolah dapat diterapkan dari tingkat sekolah dasar
sampai menengah ke atas bahkan bisa juga sampai ketingkat perguruan tinggi.
Pada tingkat sekolah dasar siswa mulai diperkenalkan pada informasi-
informasi yang ada. Sehingga pustakawan seharusnya lebih aktif dalam
mennyikapi dan mengatur perpustakaan supaya pada tingkat selanjutnya siswa
telah terbiasa dengan informasi-informasi yang ada. Dan juga melalui
perpustakaan, pustakawan hendaknya bekerjasama dengan pihak sekolah
dalam memonitor perkembangan anak pada setiap tingkat perkembangannya.
Di samping itu, pustakawan perlu pula memiliki kemampuan untuk dapat
mengajarkan keterampilan literasi informasi secara efektif, dan harus dapat
memilih cara yang paling baik bagi siswa untuk membangun kemampuan
mereka untuk berfikir kritis dan belajar secara mandiri.
Pengalaman pendidikan yang seharusnya diterima oleh siswa tidak
hanya meliputi aktifitas-aktifitas mengingat. Akan tetapi merupakan kegiatan
yang mencerminkan proses berfikir yang kompleks, dan di serap melalui
energi kreatif dan kritis (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 146). Hal ini dilandasi bahwa
bagaimanapun juga pembelajaran secara dini bagi siswa yang mengarah ke
literasi informasi sangat dibutuhkan oleh para siswa dalam proses
pembelajaran secara mandiri dalam mencari, menemukan dan mengevaluasi
informasi yang dibutuhkan.
Literasi informasi atau keberaksaan informasi atau information literacy
dalam bahasa asing merupakan istilah-istilah yang sama. Istilah tersebut masih
terdengar asing oleh sebagian orang walaupun tak sedikit pula yang sering
mendengar walaupun mereka terkadang tidak memahami arti sebenarnya dari
istilah tersebut. Secara sederhana istilah literasi informasi didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang dalam menemukan dan menggunakan
informasi. (Farida, dkk, 2005 : 30).
Berbagai upaya pemberdayaan perpustakaan yang berada di
lingkungan sekolah perlu ditingkatkan dengan adanya fasilitas yang
menunjang serta adanya seorang pustakawan yang mengorganisir
perpustakaan. Perpustakaan sekolah dituntut untuk lebih intensif dalam
membantu siswa yang mengacu pada kurikulum sekolah. Sehingga seorang
pustakawan di sini dianjurkan untuk tidak hanya terperangkap oleh pekerjaan
yang bersifat teknis yang sering kali kita temui di sebuah lembaga, instansi
atau bahkan tak jarang kita temui di sekolah-sekolah, akan tetapi mereka juga
harus memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pendidik yang akan
mengantarkan anak-anak didiknya untuk mengembangkan tingkat
kemampuannya.
Dalam penjelasan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pada penjelasan
umum alinea keempat dinyatakan bahwa salah satu misi pendidikan nasional
adalah membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar (Saiful-Haq, 2006a : 77). Dengan disediakannya
perpustakaan yang di beri fasilitas dengan adanya progran-program
didalamnya akan mengantarkan siswa untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Hal ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh Perpustakaan An-
nisaa’. Perpustakaan An-nisaa’ tidak hanya digunakan sebagai tempat atau
ruang untuk menyimpan koleksi. Tetapi bagi mereka, perpustakaan
merupakan sarana yang digunakan untuk membimbing siswa-siswi di sekolah
yang diperuntukkan untuk meningkatkan literasi informasi siswa. Di sini,
perpustakaan membuat program-program yang diselenggarakan di
perpustakaan yang disesuaikan dengan tingkat kelas masing-masing. Sehingga
siswa tidak hanya belajar di ruang kelas tetapi siswa juga di ajak untuk
mengeksplor imajinasinya dan kreativitasnya di perpustakaan yang di bimbing
langsung oleh seorang pustakawan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka penulis
merasa tertarik untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan tersebut.
Adapun tema yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah ”Upaya
Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : studi kasus di
Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Pondok Aren-Bintaro”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang lebih luas dan agar penelitian
ini memberikan hasil yang maksimal, maka penelitian ini akan dibatasi
pada masalah upaya-upaya yang dilakukan oleh perpustakaan dalam
meningkatkan literasi informasi siswa di Perpustakaan An-nisaa’ yang
meliputi siswa kelas 5 pada tingkat sekolah dasar.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Usaha apa saja yang diterapkan Perpustakaan An-nisaa’ dalam
meningkatkan literasi informasi siswa?
b. Apakah program perpustakaan mendukung kurikulum sekolah?
c. Bagaimana pihak perpustakaan menanggulangi segala hambatan yang
ditemui dan bagaimana solusinya?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada pembatasan dan perumusan di atas maka penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh
perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa di Sekolah
An-nisaa’.
2. Untuk mengetahui apakah program perpustakaan terintegrasi dengan
kurikulum sekolah.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat yang menjadi kendala dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas serta solusinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan memiliki dua
manfaat, akademis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis, yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam meraih gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Fakultas Adab dan
Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan.
2. Manfaat Praktis, yaitu:
a. Bagi penulis sebagai sarana untuk menambah wawasan ilmu dalam
pelaksanaan Kepustakawanan.
b. Memberi kontribusi berupa masukan-masukan bagi kemajuan
instansi yang terkait, terutama pihak sekolah dan perpustakaan.
c. Memberikan informasi-informasi baru bagi dunia ilmu
pengetahuan khususnya bidang ilmu perpustakaan.
E. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif,
yaitu yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang
sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-
sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla, 1993 : 71).
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap gejala
yang ada pada saat penelitian dilakukan (Koentjaraningrat, 1991 : 251).
3. Jenis dan Sumber data
a. Data primer yaitu data yang bersumber dari responden yang ditemui
langsung di lapangan (lokasi penelitian) yaitu pengguna Perpustakaan
An-nisaa’.
b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari kepustakaan, yang terdiri
dari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
4. Populasi dan Sampel
a. Kerlinger (1973) mendefinisikan populasi sebagai “keseluruhan
anggota, kejadian atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan
baik”(Sevilla, 1993 : 160). Sedangkan populasi untuk penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas 5 SD.
b. Ferguson (1976) mendefinisikan sampel adalah beberapa bagian kecil
atau cuplikan yang ditarik dari populasi (Singarimbun, 1991 : 150).
Berdasarkan pertimbangan untuk menghasilkan data yang akurat
maka, sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
5. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan data
atau informasi dalam penelitian ini adalah :
a. Library Research (Riset Kepustakaan)
Dalam riset kepustakaan peneliti melakukannya dengan
mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teoritis sesuai dengan
masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data
secara langsung dari objek penelitian dengan cara :
1) Kuesioner, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara
kronologis dari yang umum mengarah ke yang khusus untuk
diberikan kepada responden (Subagyo, 1991: 5). Kuesioner berisi
pertanyaan mengenai responden.
2) Observasi, yaitu penulis mengamati secara langsung untuk
mendapaktan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
Observasi dilakukan sebagai tambahan dalam mengumpulkan data
yang diperlukan.
3) Wawancara dilakukan kepada pihak perpustakaan, dan guru
sekolah.
6. Pengolahan dan Analisis Data
Dalam Penelitian data yang sudah diolah dituangkan dalam bentuk
tabel. Hasil jawaban dari responden kemudian dihitung prosentasenya.
Hasil tabulasi data kemudian dianalisis dalam bentuk penelitian. Analisis
data dimulai dengan analisis data kelompok demi kelompok. Setiap
analisis data diikuti dengan pengambilan kesimpulan sementara yang
merupakan hasil perbandingan antara data yang diperoleh dengan
prosentasenya. Selanjutnya diikuti dengan analisis secara keseluruhan.
Adapun rumus penghitungan data adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.
N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
(Sudijojo, 1997 : 40).
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan daftar pustaka literatur yang digunakan, penulis
mengacu pada peraturan APA (American Psychological Association),
sedangkan untuk kutipan dan cara-cara mengutip serta tata cara penulisan
skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : skripsi,
tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika
penulisan ini adalah sebagai berikut :
P =F/ N x 100 %
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah
yang hendak diteliti, yaitu perpustakaan sekolah meliputi :
pengertian dan tujuan perpustakaan sekolah, tugas dan fungsi
perpustakaan sekolah, organisasi dan sumber daya manusia.
Kebijakan perpustakaan meliputi : misi perpustakaan, komponen-
komponen kerangka kebijakan, dan unsur-unsur utama
perpustakaan. Program perpustakaan sekolah dan Literasi
informasi yang meliputi : konsep dan pengertian literasi informasi,
landasan dan prospek, program literasi informasi di sekolah. Dan
yang terakhir menunjang kurikulum sekolah.
BAB III PEPUSTAKAAN AN-NISAA’
Bab ini berisi profil Sekolah An-nisaa’ meliputi : profil singkat,
konsep sekolah, kurikulum dan metode pembelajaran. Sedangkan
untuk Perpustakaan An-nisaa’ meliputi : profil singkat, visi dan
misi perpustakaan, struktur organisasi, kedudukan perpustakaan,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana perpustakaan, jenis
koleksi dan layanan perpustakaan, kerjasama perpustakaan, serta
program perpustakaan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang, usaha apa
saja yang dilakukan perpustakaan dalam rangka meningkatkan
literasi informasi siswa di Sekolah An-nisaa’. Program
perpustakaan mendukung kurikulum sekolah. Hambatan apa saja
yang ditemui dan bagaimana solusi untuk menangulanggi
hambatan yang terjadi, serta hasil angket dan pembahasannya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan solusi permasalahan yang diangkat
dan diteliti, serta saran yang diberikan untuk kemajuan
Perpustakaan An-nisaa’ dalam upaya perpustakaan dalam
meningkatkan literasi informasi siswa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perpustakaan Sekolah
1. Pengertian dan Tujuan Perpustakaan Sekolah
Sebelum kita mengetahui pengertian dari perpustakaan sekolah,
terlebih dahulu diberi batasan dari pengertian perpustakaan itu sendiri.
Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung,
ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara
dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat
tertentu (Surachman, 2007 : 1). Kemudian apabila dilihat secara umum
pengertian perpustakaan terbagi atas dua segi, yaitu :
a. Pengertian menurut bahasa
1) Dalam bahasa Indonesia istilah “perpustakaan” dibentuk dari kata
dasar “pustaka” yang berarti kitab/buku (Sulistyo-Basuki, 2003 :
1). Kemudian kata dasar “pustaka” ditambah awalan per” dan
akhiran ”an”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
perpustakaan diartikan sebagai “kumpulan buku-buku (bahan
bacaan, dan sebagainya). (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 : 713).
2) Dalam bahasa Inggris disebut library yang berarti perpustakaan
3) Dalam bahasa Arab disebut al-maktabah yang berarti tempat
menyimpan buku-buku (Al Hamid, Zaid Husein, 1982 : 494).
b. Pengertian menurut istilah
1) Menurut IFIA (International Federation of Library Associations
and Institutions).
“Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non
tercetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang tersusun
secara sistematis untuk kepentingan pemakai”(Sulistyo-Basuki,
2003 : 5).
2) Menurut Sutarno NS, M. Si
“Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung atau
bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi,
yang disusun dan diatur sedemekian rupa sehingga mudah dicari
dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk
pembaca” (Sutarno NS, 2003 : 7).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan yang
mengacu pada Keputusan Presiden RI No. 11 tahun 2000, disebutkan
bahwa perpustakaan adalah merupakan salah satu sarana pelestarian bahan
pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber
informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional (Surachman, 2007 :1).
Sedangkan untuk perpustakaan sekolah sendiri mempunyai
pengertian yaitu sebagai suatu kumpulan buku yang terorganisir,
ditempatkan di sekolah untuk digunakan oleh para guru atau murid.
Perpustakaan sekolah terdiri atas buku rujukan dan buku-buku untuk baca
di rumah, dan berada dalam perawatan seorang pustakawan profesional,
guru atau guru pustakawan. Perpustakaan sekolah dapat disebut sebagai
pusat bahan-bahan pengajaran (instructional material center), pusat
sumber belajar (learning resources center) atau pusat media (media
center) (Prytherch, 1990 : 649). Dan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 23 Ayat 1 telah
disebutkan bahwasannya “Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan
perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan
memperhatikan standar nasional pendidikan”.
Adapun tujuan dari perpustakaan sekolah menurut buku
perpustakaan sekolah dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tujuan umum
Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat
kelengkapan pendidikan untuk bersama-sama dengan kelengkapan-
kelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi
pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas Pembangunan nasional yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.
b. Tujuan khusus
1) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca,
khususnya mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor
kehidupan.
2) Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta
memanfaatkan informasi.
3) Mendidik murid agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan
pustaka secara tepat dan berhasil guna.
4) Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
5) Memupuk minat dan bakat.
6) Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.
7) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan
usaha sendiri (Perpustakaan Nasional, 1992 : 10).
Dalam Manifesto perpustakaan sekolah telah dipaparkan tujuan
perpustakaan sekolah melalui butiran-butiran penting bagi
pengembangan literasi : literasi informasi, pengajaran, pembelajaran
dan kebudayaan serta jasa inti perpustakaan sekolah, yaitu yang
meliputi :
a. Memperluas sarana pendidikan sebagaimana digariskan dalam misi
dan kurikulum sekolah.
b. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam
kebiasaan dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan
perpustakaan sepanjang hayat mereka.
c. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam
menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan,
pemahaman, daya pikir dan keceriaan.
d. Mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek
keterampilan mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa
memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan
berkomunikasi di komunitas.
e. Menyediakan akses sumber daya lokal, regional, nasional dan
global dan kesempatan pembelajaran menyingkap ide, pengalaman
dan opini yang beraneka ragam.
f. Mengorganisasi yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya
dan sosial.
g. Bekerja dengan murid, guru, administrator dan orang tua untuk
mencapai misi sekolah.
h. Menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses
informasi merupakan hal penting terciptanya warga negara yang
bertanggung jawab dan efektif serta partisipasi di alam demokrasi.
i. Promosi membaca dan sumber serta jasa perpustakaan sekolah
kepada seluruh komunitas sekolah dan masyarakat luas (IFLA,
2002 : 33).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah
merupakan sarana yang diperuntukkan bagi siswa/siswi agar mempunyai
keterampilan belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya
fikir mereka agar dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung
jawab.
2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah diselenggarakan pada berbagai jenis dan
tingkatan sekolah. Tugas perpustakaan sekolah adalah memberikan
layanan informasi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah
dalam rangka pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah (Mudjito , 2001 : 8). Tugas didirikannya perpustakaan sekolah
tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara
keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk
mengikuti pendidikan menengah. Perpustakaan sekolah sebagai bagian
integral dari sekolah, merupakan komponen utama pendidikan di sekolah,
diharapkan dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut (Yusuf,
et al , 2007 : 3).
Tugas pokok dan fungsi perpustakaan sekolah/madrasah perlu
dirumuskan dengan baik agar dapat dijadikan pedoman penyelenggaraan
dan pengembangan perpustakaan sekolah, baik untuk setiap unit sekolah,
maupun secara nasional. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan
hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi
dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat
membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses
belajar mengajar. Oleh sebab itu, segala bahan pustaka yang dimiliki
perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses belajar mengajar.
Agar dapat menunjang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan
bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta
selera para pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid (Bafadal,
2001 : 5).
Davies menyatakan bahwa fungsi utama perpustakaan sekolah
adalah berpartisipasi dalam pendidikan murid-murid dan untuk
melaksanakan program pendidikan dengan bekerjasama secara langsung
dengan guru untuk memfasilitasi kegiatan pengajaran (Herring, 1982 : 72).
Ada beberapa fungsi perpustakaan sekolah, yaitu sebagai berikut :
a. Membantu para siswa melakukan penelitian dan membantu
menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran
yang didapatnya di dalam kelas.
b. Memupuk daya kritis siswa
c. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa dengan
adanya berbagai buku tentang keterampilan-keterampilan yang
meningkatkan daya kreasi siswa
d. Tempat untuk melestarikan kebudayaan. Adanya koleksi-koleksi
karya sastra dan budaya dari masa ke masa, siswa dapat
mempelajari dari perpustakaan
e. Sebagai pusat penerangan. Berbagai informasi-informasi
perkembangan zaman sebagai penerangan bagi siswa untuk
berpijak pada zamannya
f. Menjadi pusat dokumentasi. Berbagi dokumen-dokumen sekolah
baik dari hasil karya siswa ataupun dokumen lainnya yang
berharga untuk dikenang dan diketahui para siswa tahun-tahun
berikutnya bahkan bisa menjadi pendorong untuk maju.
g. Sebagai tempat rekreasi. Bacaan-bacaan ringan, cerita-cerita fiksi
yang tersedia di perpustakaan dapat menjadi pelepas ketegangan
setelah sekian jam menggeluti ilmu di dalam kelas. Masuk
perpustakaan dan membaca bacaan segar merupakan rekreasi yang
sehat dan tetap mendidik (Milburga, 1991 :81).
Dapat disimpulkan bahwasannya tugas pokok perpustakaan
sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai salah satu
sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang mendukung tugas sekolah secara keseluruhan yang berkaitan
dengan kurikulum sekolah. Sedangkan fungsi perpustakaan sekolah adalah
bekerjasama dengan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa pada
bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan. Sehingga dapat
meningkatkan kemampuan literasi siswa.
3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Organisasi merupakan aspek penting dalam suatu lembaga,
termasuk perpustakaan sekolah. Suatu organisasi tidak saja
menggambarkan bagian-bagian atau aspek-aspek kegiatan suatu lembaga,
tetapi juga berkaitan dengan pelaksanaan atau pegawai yang akan
melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Di samping itu, suatu organisasi
juga akan memberikan deskripsi bagaimana suatu bagian atau staf di
dalam suatu organisasi bekerja. Bagaimana satu bagian berhubungan
dengan bagian lainnya di dalam suatu perpustakaan, dan bagaimana
perpustakaan berhubungan dengan organisasi atau lembaga lainnya
(Sismanto, 2007 : 14). Adapun pengertian dari organisasi perpustakaan
adalah wadah kegiatan orang-orang atau para pengelola (karyawan atau
petugas atau personil) yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dalam
rangka mengelola suatu perpustakaan (Bangun, 1992 : 191).
Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah,
Pekerjaan mengorganisasi di perpustakaan sekolah adalah "Rangkaian
kegiatan mengelompokkan pekerjaan serta orang yang akan mengerjakan
pekerjaan tersebut, menetapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing masing individu dan menetapkan hubungan antara unit-unit kerja
yang ada untuk mencapai tujuan dari Perpustakaan Sekolah".
Sedangkan perpustakaan sekolah ditinjau dari struktur
organisasinya dapat dibagi atas dua kelompok :
a. Secara makro
Organisasi perpustakaan sekolah secara makro menggambarkan
kedudukan perpustakaan sekolah dalam organisasi sekolah secara
keseluruhan.
b. Secara mikro
Organisasi perpustakaan sekolah secara mikro menggambarkan
kedudukan unit-unit seluruhan organisasi perpustakaan sekolah
(Zahara, 2003 : 1).
Dalam struktur makro sekolah, seperti tercantum dalam manifesto
IFLA atau UNESCO, keberadaan suatu perpustakaan merupakan bagiam
integral dari proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti perpustakaan
sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mensukseskan
program-program dan kegiatan sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah diterapkan (Sismanto, 2007 : 14).
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa organisasi
perpustakaan sekolah terbagi dalam dua sub yakni makro dan mikro.
Dimana kedua sub tersebut berhubungan langsung mulai dari lingkup
yang lebih kecil yaitu unit-unit perpustakaan sendiri sampai dengan
lingkup yang lebih luas atau besar yaitu sekolah dalam pembelajaran.
Faktor lain yang penting dalam pengelolaan perpustakaan sekolah
adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. Kita
sering menemui bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan perpustakaan
hanya menjadi pekerjaan sampingan sehingga tidak dikelola secara baik.
Bahkan dalam beberapa kasus ketiadaan sumber daya manusia ini
membuat sekolah sama sekali tidak memperdulikan adanya perpustakaan
sebagai bagian integral dari sistem pendidikannya (Saiful-Haq, 2007 : 24).
Menurut pedoman perpustakaan sekolah IFLA atau UNESCO sumber
daya manusia mencakup :
a. Tenaga Perpustakaan
Pengertian “tenaga”, dalam konteks ini, adalah pustakawan dan
asisten pustakawan berkualifikasi. Di samping itu, mungkin masih ada
tenaga penunjang, seperti para guru, teknisi, orang tua murid dan berbagai
jenis relawan. Pustakawan sekolah hendaknya memiliki pendidikan
profesional dan berkualifikasi, dengan pelatihan tambahan di bidang teori
pendidikan dan metodologi pembelajaran. Tenaga perpustakaan
didalamnya terdiri dari 2 peran yaitu :
1) Peran Pustakawan Sekolah
Peran utama pustakawan adalah memberikan sumbangan pada
misi dan tujuan sekolah termasuk prosedur evaluasi dan
mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan
sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah,
administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan
rencana dan implementasi kurikulum. Pustakawan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan
informasi dan pemecahan masalah informasi serta keahlian dalam
menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik.
Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah tertentu.
2) Peran Asisten Pustakawan
Asisten pustakawan melaporkan kepada pustakawan serta
membantunya sesuai dengan fungsinya. Asisten pustakawan harus
memiliki keterampilan dasar kepustakawanan. Bila belum memiliki
keterampilan dasar kepustakawanan, maka perpustakaan sekolah akan
memberikannya. Beberapa tugas pekerjaan asisten pustakawan,
meliputi : kegiatan rutin, menyusun materi perpustakaan di rak,
peminjaman, mengembalikan materi perpustakaan ke rak serta
pengolahan materi perpustakaan (IFLA, 2002 : 14).
Untuk peraturan IFLA sudah banyak digunakan oleh negara-negara
maju seperti Kanada, Amerika bahkan Malaysia karena di dalamnya
mencakup peran dari pustakawan tersebut. Namun di Indonesia belum
secara keseluruhan menggunakan peraturan ini dikarenakan tidak
terpenuhinya keadaan perpustakaan sekolah yang masih jarang ditemui.
Namun negara kita telah membuat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 25 tahun 2008 yang di dalamnya membahas
tentang standar tenaga perpustakaan sekolah atau madarasah seperti yang
dijabarkan di bawah ini.
Sedangkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 25 tahun 2008 tentang Standard Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah :
a. Pasal 1 alinea 1 di dalamya mencakup kepala perpustakaan
sekolah/madrasah dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.
b. Pasal 1 alinea 2 standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah
sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 yang tercamtum pada
lampiran Peraturan Menteri.
Sebagaimana terdapat pada Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut :
a. Kualifikasi
Setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang
mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu
orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar (rombel), serta
memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat
mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.
1) Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur pendidik
Kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi syarat :
a) Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau
sarjana (S1);
b) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah;
c) Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.
2) Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur tenaga
kependidikan. Kepala perpustakaan sekolah dan madrasah harus
memenuhi salah satu syarat berikut :
a) Berkualifikasi Diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan
Informasi bagi pustakawan dengan masa kerja minimal 4
tahun; atau
b) Berkualifikasi diploma dua (D2) Non-Ilmu Perpustakaan dan
Informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan
perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan
oleh pemerintah dengan masa kerja minimal 4 tahun di
perpustakaan sekolah/madrasah.
3) Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Setiap perpustakaan sekolah/madrasah memiliki sekurang-
kurangnya satu tenaga perpustakaan Sekolah/madrasah yang
berkualifikasi SMA atau yang sederajat dan bersertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari
lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah (Sholeh, 2008 : 138).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketenagaan
perpustakaan sekolah dari IFLA dibagi menjadi dua yaitu pustakawan
sekolah dan asisten pustakawan sedangkan untuk ketenagaan perpustakaan
sekolah menurut Peraturan Menteri mencakup kepala perpustakaan
sekolah/madrasah dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Untuk
Peraturan menteri tidak mencantumkan nama pustakawan tapi
menggunakan istilah tenaga perpustakaan.
B. Kebijakan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah hendaknya dikelola dalam kerangka kerja
kebijakan yang tersusun secara jelas. Kebijakan perpustakaan sekolah disusun
dengan mempertimbangkan berbagai kebijakan dan kebutuhan sekolah yang
menyeluruh, serta mencerminkan etos, tujuan dan sasaran maupun kenyataan
sekolah. Kebijakan tersebut menentukan kapan, di mana, untuk siapa dan oleh
siapa potensi maksimal akan dilaksanakan. Kebijakan perpustakaan akan
dapat dilaksanakan bila komunitas sekolah mendukung dan memberikan
sumbangan pada maksud dan tujuan yang ditetapkan di dalam kebijakan.
Karena itu, kebijakan tersebut harus tertulis dengan sebanyak mungkin
keterlibatan yang berjalan secara dinamis, melalui banyak konsultasi yang
dapat diterangkan, serta hendaknya disebarkan seluas mungkin melalui media
cetak (IFLA, 2002 : 6).
Kebijakan tentang pentingnya peran perpustakaan dalam sistem
pendidikan perlu jelas sehingga peran perpustakaan benar-benar dapat
menunjang proses berbagai aktifitas pembelajar. Semua pihak seperti
pemerintah, kepala sekolah atau rektor, guru atau dosen, dan para stokeholder
lainnya harus terlibat langsung dalam membuat rumusan tersebut. Dokumen
rumusan dan berbagai rencana pelaksanaan tersebut harus jelas menyatakan
tentang peran perpustakaan dalam sistem pendidikan yang sangat terkait
dengan aspek-aspek berikut :
a. Kurikulum sekolah
b. Metode pembelajaran di sekolah
c. Memenuhi berbagai standar dan kriteria lokal maupun nasional
d. Berbagai kebutuhan pembelajaran siswa pengembangan pribadi
e. Berbagai kebutuhan pengajaran bagi staf
f. Meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan (Purnomo, 2006 : 135).
1. Misi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah menyediakan jasa pembelajaran, buku dan
sumber daya yang memungkinkan semua anggota komunitas sekolah
menjadi pemikir kritis dan pengguna informasi yang efektif dalam
berbagai format dan media. Perpustakaan sekolah berhubungan dengan
jaringan perpustakaan dan informasi yang lebih luas sesuai dengan prinsip
Manifesto Perpustakaan Umum yang dikeluarkan UNESCO. Staf
perpustakaan menunjang penggunaan buku dan sumber informasi lainnya,
mulai dari buku fiksi sampai dokumenter, dari tercetak sampai elektronik,
yang tersedia di sekolah maupun tempat lain. Materi tersebut melengkapi
dan memperkaya buku ajar, bahan dan metodologi mengajar.
Telah terbukti, jika para pustakawan dan guru bekerja sama, maka
murid akan mencapai tingkat literasi, kemampuan membaca, belajar,
memecahkan masalah serta keterampilan teknologi informasi dan
komunikasi yang lebih tinggi. Jasa perpustakaan sekolah harus
diselenggarakan secara adil dan merata bagi semua anggota komunitas
sekolah tanpa membeda-bedakan umur, ras, jenis kelamin, agama,
kebangsaan, bahasa, status profesional ataupun sosial. Jasa dan materi
khusus perpustakaan harus disediakan bagi mereka yang tak mampu
menggunakan arus utama jasa dan materi perpustakaan. Akses ke jasa dan
koleksi perpustakaan hendaknya didasarkan pada Deklarasi Hak Asasi
Manusia dan Kebebasan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak terikat
pada segala bentuk ideologi, politik dan sensor agama, ataupun tekanan
perdagangan (IFLA, 2002 : 32).
2. Komponen-Komponen Kerangka Kebijakan
Komponen yang memberikan sumbangan ikut ambil bagian dalam
perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik dan efektif secara
maksimal adalah sebagai berikut :
a. Anggaran dan Pendanaan
Perpustakaan sekolah harus memperoleh dana yang mencukupi
dan berlanjut untuk tenaga yang terlatih, materi perpustakaan,
teknologi dan fasilitas serta aksesnya harus bebas biaya. Untuk
menjamin agar perpustakaan memperoleh bagian yang adil dari
anggaran sekolah, butir berikut penting artinya :
1) Memahami proses penganggaran sekolah
2) Menyadari jadwal siklus anggaran
3) Mengenal siapa yang menjadi tenaga penting
4) Memastikan bahwa segala kebutuhan perpustakaan teridentifikasi.
Dalam merencanankan anggaran komponen rencana anggaran
berikut mencakup :
1) Biaya pengadaan sumberdaya baru (misalnya, buku, terbitan
berkalaataumajalah dan bahan terekamatautidak tercetak);
biaya keperluan promosi (misalnya, poster)
2) Biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan keperluan
administrasi
3) Biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi
4) Biaya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT),
biaya perangkat lunak dan lisensi, jika keperluan tersebut
belum termasuk di dalam biaya teknologi dan komunikasi
informasi umum di sekolah.
Sebagai ketentuan umum, anggaran material perpustakaan
sekolah paling sedikit adalah 5 % untuk biaya per murid dalam sistem
persekolahan, tidak termasuk untuk belanja gaji dan upah, pengeluaran
pendidikan khusus, anggaran transportasi serta perbaikan gedung dan
sarana lain (IFLA, 2002 : 9).
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007
tentang Perpustakaan :
1) Bab VII Bagian Ketiga Pasal 23 Ayat 6 menyatakan bahwa
sekolah/madrasah mengalokasikan dana palng sedikit 5 % dari
anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja
barang di luar belanja modal untuk pengembangan
perpustakaan.
Dapat dsimpulkan bahwasanya anggaran yang dialokasikan
untuk perpustakaan sekolah dari ketetapan IFLA dan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan adalah
sama yakni paling sedikit 5 %.
b. Tempat atau lokasi
Pertimbangan berikut ini perlu disertakan dalam proses perencanaan :
1) Lokasi terpusat atau sentral
2) Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
3) Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa
bagian yang bebas dari kebisingan dari luar
4) Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun
lampu penerangan
5) Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan
ataupun ventilasi yang mencukupi) untuk menjamin kondisi
bekerja yang baik sepanjang tahun disamping preservasi koleksi
6) Disain yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacat fisik
7) Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi
dan non-fiksi, buku sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan
majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya, ruang belajar,
ruang baca, komputer meja, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan
meja perpustakaan
8) Fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta
perubahan kurikulum dan teknologi pada masa mendatang (IFLA,
2002 : 10).
c. Sumberdaya
1) Sumberdaya Materi
Ruang perpustakaan berstandar tinggi dan memiliki
sejumlah besar sumberdaya berkualitas tinggi merupakan hal
penting. Karena alasan tersebut, maka kebijakan manajemen
koleksi bersifat penting. Kebijakan ini menjelaskan maksud, ruang
lingkup dan isi koleksi termasuk akses ke sumber eksternal.
a) Kebijakan Manajemen Koleksi
Perpustakaan sekolah hendaknya menyediakan akses ke
sejumlah besar sumberdaya yang memenuhi kebutuhan pengguna
berkaitan dengan pendidikan, informasi dan pengembangan
pribadi. Perkembangan koleksi yang terus menerus merupakan
keharusan untuk menjamin penggguna memperoleh pilihan
terhadap materi baru secara tetap. Tenaga perpustakaan sekolah
harus bekerjasama dengan administrator dan guru agar dapat
mengembangkan kebijakan manajemen koleksi bersama.
Pernyataan kebijakan semacam itu harus berdasarkan kurikulum,
kebutuhan khusus dan kepentingan komunitas sekolah, dan
mencerminkan keanekaragaman masyarakat di luar sekolah. Unsur
berikut hendaknya dimasukkan dalam pernyataan kebijakan :
(1) Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO – Misi
(2) Pernyataan Kebebasan Intelektual
(3) Kebebasan Informasi
(4) Tujuan kebijakan manajemen koleksi dan kaitannya pada
sekolah dan kurikulum
(5) Program jangka pendek dan panjang (IFLA, 2002 : 12).
2) Sumberdaya Elektronik
Cakupan jasa harus mencakup akses pada sumber informasi
elektronik yang mencerminkan kurikulum dan minat serta budaya
pengguna. Sumberdaya elektronik hendaknya meliputi akses ke
internet, pangkalan data referens khusus dan teks lengkap, bermacam
paket perangkat lunak komputer berkaitan dengan pengajaran. Sumber
tersebut dapat diperoleh dalam bentuk CD-ROM dan DVD (IFLA,
2002 : 13).
d. Organisasi
Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar, perlu diatur dan
ditata dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat
berjalan dengan efisien dan efektif. Untuk dapat memperoleh hasil
yang baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk
bekerjasama sehingga dalam suatu organisasi perpustakaan perlu ada
pembagian tugas untuk pelaksanaan yang meliputi :
1) Beban kerja yang harus dipikul
2) Jenis pekerjaan yang beragam
3) Kebutuhan berbagai macam spesialisasi (Darmono, 2007 : 37).
e. Ketenagaan
Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi
serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh tenaga yang
mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah
dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya.
f. Penggunaan perpustakaan
1) Program
Di dalam program pengembangan kurikulum dan pendidikan
nasional, perpustakaan sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian
penting guna memenuhi berbagai tujuan yang berkaitan dengan hal
berikut:
a) Literasi informasi untuk semua, dikembangkan dan diterima secara
bertahap melalui sistem sekolah
b) Ketersediaan sumber daya informasi bagi murid pada semua
tingkat pendidikan
c) Membuka penyebaran informasi dan pengetahuan bagi semua
kelompok murid sebagai pelaksanaan hak demokrasi dan asasi
manusia
Pada tingkat nasional maupun lokal, disarankan agar memiliki
program yang dirancangkan secara khusus untuk tujuan pengembangan
perpustakaan sekolah. Program tersebut mungkin meliputi tujuan dan
kegiatan yang berbeda-beda menurut konteksnya. Berikut ini beberapa
contoh kegiatan :
a) Mengembangkan dan menerbitkan berbagai standar dan panduan
nasional dan lokal untuk perpustakaan sekolah.
b) Menyediakan model perpustakaan untuk menunjukkan
perpustakaan percontohan.
c) Membentuk komite perpustakaan sekolah di tingkat nasional dan
lokal.
d) Mendisain kerangka kerja formal untuk kerjasama antara
perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum di tingkat nasional
dan lokal.
e) Memprakarsai dan menawarkan program pelatihan pustakawan
sekolah profesional.
f) Menyediakan dana untuk proyek perpustakaan sekolah, seperti
kampanye membaca.
g) Memprakarsai dan mendanai proyek penelitian yang berkaitan
dengan kegiatan dan pengembangan perpustakaan sekolah.
2) Kerjasama dan Pemanfaatan Bersama dengan Perpustakaan Umum
Guna menyempurnakan jasa perpustakaan bagi anak-anak dan
remaja di komunitas tertentu, disarankan agar perpustakaan sekolah
bekerja sama dengan perpustakaan umum.
3) Kegiatan di Tingkat Sekolah
Perpustakaan sekolah harus mencakup berbagai kegiatan secara
luas dan harus berperan penting guna mencapai misi dan visi sekolah.
Semuanya harus ditujukan guna melayani pengguna potensial di dalam
komunitas sekolahdan guna memenuhi kebutuhan tertentu dan
berbeda-beda dari berbagai kelompok sasaran.
Berbagai program dan kegiatan tersebut harus didisain melalui
kerjasama erat dengan:
a) Kepala sekolah atau guru kepala
b) Para kepala unit kerja
c) Para guru
d) Tenaga pendukung
e) Para murid (IFLA, 2002 : 18).
g. Promosi
Jasa dan fasilitas yang disediakan perpustakaan sekolah harus
aktif dipromosikan sehingga berbagai kelompok sasaran selalu
menyadari peran utamanya sebagai mitra dalam pembelajaran dan
sebagai pintu gerbang ke semua jenis sumber informasi. Berbagai
kelompok sasaran tersebut telah diuraikan di beberapa bab
sebelumnya. Mereka adalah para kepala sekolah dan anggota
kelompok manajemen sekolah, para kepala unit kerja sekolah, guru
murid, para eksekutif pemerintahan dan orang tua murid. Dengan
demikian berbagai macam promosi harus disesuaikan dengan berbagai
kelompok sasaran yang berbeda-beda (IFLA, 2002 : 24).
Semua komponen tersebut di atas adalah penting di dalam
kerangka kerja kebijakan dan rencana kegiatan yang realistis. Rencana
kegiatan harus mencakup strategi, tugas, sasaran, pemantauan dan
evaluasi secara rutin. Kebijakan dan rencana merupakan dokumen aktif
yang harus selalu ditinjau ulang (IFLA, 2002 : 6). Dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen di dalamnya yang
mengacu pada Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA atau UNESCO.
3. Unsur-Unsur Utama Perpustakaan
Pelaksanaan tugas perpustakaan hendaknya terjamin efektifitasnya dan
pemanfaatannya optimal. Untuk itu perlu diperhatikan unsur-unsur suatu
perpustakaan.
a. Pengguna
Pengguna adalah unsur utama pada satu perpustakaan, karena
untuk pengguna perpustakaan dibangun dan dikembangkan. Pada dasarnya
pengguna adalah masyarakat yang memiliki kebutuhan informasi yang
harus dipenuhi oleh perpustakaan. Pengguna perpustakaan sekolah adalah
guru dan murid selain itu dapat juga ditetapkan oleh kebijakan sekolah
siapa saja yang akan dilayani oleh perpustakaan.
Pihak-pihak lain yang dapat digariskan dan ditetapkan dalam
kebijakan sekolah sebagai pengguna perpustakaan yang akan dilayani
adalah sebagai berikut :
1) Siswa
2) Guru
3) Orang tua siswa
4) Alumni sekolah yang bersangkutan
5) Komite sekolah
6) Berbagai organisasi yang bekerjasama dengan sekolah baik dalam hal
pendidikan dan keilmuan, maupun kebudayaan, kesenian, olah raga,
pengembangan masyarakat dan lain-lain (Saiful-Haq, Rizal, dkk,
2006:40).
b. Koleksi
Unsur utama yang kedua, yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari para pengguna adalah koleksi. Koleksi adalah
sumber daya perpustakaan sekolah untuk dapat memenuhi kebutuhan
informasi para penggunanya. Pada umumnya koleksi perpustakaan sekolah
dapat dibagi atas beberapa jenis :
1) Koleksi referen, yaitu sekumpulan buku atau bahan lain yang berguna
untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
yang muncul dalam kegiatan sehari-hari, dalam kegiatan belajar atau
penelitian.
2) Koleksi buku non-fiksi, yaitu bahan bacaan yang dikembangkan sesuai
dengan kebijakan pengembangan koleksi yang diorientasikan untuk
menunjang kurikulum.
3) Koleksi buku fiksi, yaitu pengembangan koleksi buku fiksiharus
mengacu kepada kebijakan pengembangan koleksi yang berorientasi
kepada tujuan menyukseskan kurikulum yang sekaligus dapat
berfungsi untuk memberikan layanan bacaan rekreatif, edukatif,
kultural, religius dan meningkatkan minat baca.
4) Koleksi serial, yaitu majalah, surat kabar, bahan terbitan berkala yang
lain. Serial adalah bahan yang direncanakan untuk terbit terus menerus
dalam frekwensi tertentu.
5) Koleksi non buku, yaitu dapat berupa rekaman suara, rekaman gambar,
rekaman video atau film, rekaman file komputer, atlas, peta, globe,
panflet, dan lain-lain.
6) Koleksi deposit dan buku tandon. Koleksi deposit adalah koleksi dari
karya-karya yang lahir di lingkungan sekolah yang dapat berupa karya
penulis perorangan (siswa, guru, dan pihak lain) maupun organisasi.
Buku tandon adalah buku yang tidak dapat dipinjamkan kepada
anggota karena jumlahnya satu atau sangat terbatas akan tetapi
kegunaannya tinggi (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 41).
c. Sumber Daya Manusia
Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi
serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh tenaga yang
mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan
berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal
cukup diperlukan pustakawan yang memiliki keterampilan dasar
perpustakaan, seperti berikut :
1) Administrasi bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada
shelfing)
2) Klasifikasi
3) Katalogisasi
4) Sirkulasi
5) Adminstrasi anggota
6) Statistik sirkulasi (LIPI, 2009 : 5).
d. Sistem dan Manajemen Penyelenggaraan
Walaupun lengkap dan handalnya koleksi perpustakaan tidak serta
merta dapat digunakan dengan baik dalam pemberian layanan
perpustakaan tanpa disusun dalam suatu sistem yang baik. Sistem-sistem
dan manajemen perpustakaan meliputi :
1) Sistem simpan dan temu kembali informasi (katalogisasi dan
klasifikasi serta sistem penjajaran)
2) Sistem layanan baca
3) Sistem layanan pinjam
4) Tata tertib perpustakaan
5) Sistem layanan perpustakaan, dan lain-lain
6) Manajemen koleksi
7) Manajemen sarana dan prasarana
8) Manajemen anggaran dan keuangan
9) Manajemen sumberdaya manusia
10) Manajemen kerja sama, komunikasi dan koordinasi.
e. Sarana
Sarana perpustakaan meliputi gedung atau ruangan serta
perlengkapan perpustakaan yang memiliki spesifikasi khusus untuk
pemanfaatan di perpustakaan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007
tentang Perpustakaan:
1) Bab IX Pasal 38 Ayat 1 menyatakan setiap penyelenggara perpustakaan
menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional
perpustakaan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima
unsur utama perpustakaan yang harus di penuhi sehingga pelaksanaan
tugas perpustakaan dapat berjalan dengan lancar.
C. Program Perpustakaan
Program yang dibuat oleh perpustakaan sekolah merupakan bagian
yang sangat penting untuk membentuk siswa menjadi pembelajar seumur
hidup. Program yang dibuat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
belajar siswa, membantu mereka untuk menjadi pemikir bebas dan problem
solvers, serta membantu mereka menjadi cinta membaca. Mereka juga
dimotivasi untuk menjadi pengguna informasi yang efektif dan penghasil
informasi yang produktif. Beberapa program yang dapat dilakukan di
antaranya adalah :
1. Gerakan Cinta Membaca di Sekolah
Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses yang memerlukan
waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah
melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Misalnya dapat
dimulai dengan kegiatan pemilihan duta pustaka, lomba resensi, pameran,
mendatangkan penulis, ilmuwan, membentuk klub buku atau klub baca,
dan lain-lain (LIPI, 2009 : 10).
2. Mendongeng (storytelling)
Storytelling adalah menceritakan sebuah dongeng atau cerita secara
lisan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa storytelling adalah
menceritakan sebuah cerita, baik fiksi maupun non fiksi, dongeng, dan
sebagainya. Berbagai program yang bisa dilakukan dalam storytelling,
misalnya :
a. Mula-mula melalui acara yang tidak ada kaitannya secara langsung
dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka
diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca
buku.
b. Mengadakan acara yang langsung berhubungan dengan buku. Kegiatan
mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan
membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan
memintanya ikut menjadi salah satu tokoh, bisa juga mendongeng
dengan boneka dan alat peraga lain.membaca cerita tidak hanya bagi
yang belum bisa membaca saja, tetapi anak yang sudah besar pun akan
menyukainya.
c. Mengatur kerjasama dengan para relawan untuk membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, misal dengan bantuan
orang tua, guru dan relawan lainnya yang mempunyai minat pada buku
(Bunanta, 2004 : 77).
3. Literasi Informasi
Menurut ALA: “information literacy is a set of abilities requiring
individuals to recognize when information is needed and have the ability
to locate, evaluate, and use effective needed information”. Artinya, literasi
informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi
informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi,
mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan
etis (Nibaho, 2008 : 4).
Melalui pengajaran literasi informasi peserta didik akan diajarkan
pada sebuah metode untuk menelusuri informasi dari berbagai sumber
informasi yang terus berkembang, bagaimana cara mengelolanya, seperti
apa cara menilai dan bagaimana cara menggunakan serta
mengkomunikasikannya. Karena tidak akan ada seorang pun pada zaman
sekarang ini yang mampu untuk mengikuti semua informasi yang ada.
Konsekuensi bagi pustakawan dalam memasuki fase ketiga ini adalah dia
dituntut harus memiliki kualitas dan keterampilan mendasar yang
didefinisikan sebagai berikut :
a. Kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka dengan anak
dan orang dewasa.
b. Kemampuan memahami kebutuhan pemustaka (pengguna
perpustakaan).
c. Kemampuan bekerja sama dengan perorangan serta kelompok di
dalam dan di luar komunitas sekolah.
d. Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keaneka-
ragaman budaya.
e. Memiliki pengetahuan mengenai metodologi pembelajaran dan
teori pendidikan.
f. Memiliki keterampilan informasi serta bagaimana
menggunakannya.
g. Memiliki pengetahuan mengenai bahan pustaka untuk membangun
koleksi perpustakaan serta bagaimana mengaksesnya.
h. Memiliki pengetahuan mengenai bacaan anak, media, dan
kebudayaan.
i. Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang manajemen
dan pemasaran.
j. Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang teknologi
informasi.
k. Memiliki keahlian finansial dan manajemen.
l. Gemar membaca.
m. Memiliki keahlian mengajar.
n. Memahami proses penelitian.
o. Memiliki pengetahuan kurikulum sekolah.
p. Memiliki kemampuan bekerja dengan seluruh murid dan guru.
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwasnnya program
perpustakaan sekolah terdapat tiga fase yaitu, gerakan cinta membaca di
sekolah, mendongeng (storytelling), dan yang terakhir adalah literasi
informasi. Program ini ditujukan agar dapat membentuk siswa untuk
menjadi pembelajar sepanjang hidup.
D. Literasi Informasi
1. Konsep dan Pengertian Literasi Informasi
Konsep literasi informasi banyak diartikan dalam berbagai istilah
sejak awal tahun 70-an. Istilah orientasi perpustakaan, instruksi
perpustakaan, instruksi bibliografi, study skill, research skills, dan library
skills cenderung digunakan dalam konteks pendidikan. Seluruh kegiatan
tersebut merupakan bagian dari keterampilan literasi informasi. Berbagai
istilah yang digunakan tersebut tetap merujuk kepada kemampuan
mencari, mengevaluasi, menggunakan informasi secara efektif (Alfida,
2008 : 251).
Zurkowski adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah
literasi informasi (information literacy) lebih dari 30 tahun yang lalu. Dia
menggambarkan orang-orang yang ketika itu melek informasi sebagai
orang-orang yang terdidik di dalam pengaplikasian sumber-sumber
informasi terhadap pekerjaan mereka. Mereka belajar teknik-teknik dan
keterampilan untuk memanfaatkan cakupan yang luas dari sarana
informasi sebagaimana juga sumber-sumber utama dalam memecahkan
permasalahan (Alfida, 2008 : 252).
Di Indonesia istilah kemelekan informasi memang masih hal yang
baru meskipun di negara-negara maju dan berkembang seperti; Malaysia,
Srilangka, Taiwan Singapura dan Hongkong bukanlah hal yang baru lagi.
Di sana perpustakaan mendapatkan perhatian yang cukup bagus dari
pemerintahannya sehingga program kemelekan informasi dapat
berkembang dengan baik. Bicara tentang penerapan kemelekan informasi
di Indonesia khususnya di sekolah tentunya tidak terlepas dari kondisi
perpustakaan sekolah sendiri yang secara umum masih amat sangat
memprihatinkan.
Mengutip dari pendapat Kuhlthau (1987) memberikan sudut
pandang yang tidak jauh berbeda, yaitu bahwa literasi informasi lebih
mengarah ke functional literacy, yang mencakup kemampuan membaca
dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
mengetahui suatu informasi yang diperlukan dan menelusuri informasi
untuk mengambil keputusan yang tepat (Nibaho, 2008 : 4).
Menurut Marais (1992 : 75) literasi informasi adalah suatu proses
pendidikan informasi yaitu suatu proses dimana pengetahuan, dan keahlian
dibutuhkan untuk terjun dalam masyarakat informasi. Evolusi literasi
informasi ditandai dengan berbagai tingkat dalam pendidikan informasi
dan dipengaruhi oleh kecenderungan tertentu dalam ilmu informasi dan
pendidikan tingkat pendidikan informasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sumber informasi terarah
Tingkatan ini disebut sebagai “pendidikan lewat buku”. Tingkatan
ini membahas mengenai pentingnya informasi dalam bentuk fisik
dari kata-kata tercetak yang awalnya berupa buku-buku sampai
media tercetak lainnya.
b. Pendidikan layanan dan sistem informasi terarah
Karena koleksi buku meningkat, maka koleksi ini disentralisasikan
pada perpustakaan atau pusat informasi lainnya dan pendidikan
informasi formal diserahkan pada pustakawan atau guru
pustakawan. Oleh karena itu tingkatan ini merujuk pada
pendidikan informasi dengan menitikberatkan pada koleksi
terorganisir dari sumber informasi.
c. Pendidikan pemakai informasi terarah
Pada tahap ini pendidikan ditekankan pada belajar mandiri.
Penekanan utama pada tingkatan ini adalah kemandirian pemakai
dalam mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan.
d. Pendidikan dengan fokus pada informasi itu sendiri
Pada tahap ini penekanan utamanya adalah pada pencarian
informasi atau penelusuran informasi, baik yang terdapat dalam
perpustakaan, informasi elektronik dan tempat informasi lainnya.
Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwasannya konsep
literasi informasi sudah banyak diartikan istilah jadi literasi informasi
sebenarnya bukan hal baru namun bagi negara kita istilah tersebut
merupakan hal baru sehingga pada masa-masa sekarang literasi informasi
baru terasa yang diterapkan dimulai dari TK sampai tingkat Universitas.
2. Landasan dan Prospek
a. Landasan
Landasan utama bagi pendidikan cakap informasi atau information
literacy adalah pendidikan nasional membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai
akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. Berdasarkan
pandangan ini maka karakteristik masyarakat yang didambakan adalah
masyarakat belajar yang tiada henti. Untuk mencapai cita-cita itu maka
pendidikan nasional hendaknya diselenggarakan tidak hanya di sekolah
(kelas) tetapi ditunjang kompetensi cakap informasi. Perpustakaan sekolah
menunjang proses pembelajaran dan memberikan dasar kemampuan
peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dan mengembangkan
kemampuan informasinya. Pengalaman peserta didik berinteraksi dengan
perpustakaan menjadi bekal baginya dalam studi lanjut (Saiful-Haq, 2006b
: 58).
Hal ini tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43
tahun 2007 tentang Perpustakaan :
1) BAB I Ketentuan Umum Pasal 2 yaitu, perpustakaan
diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat,
demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran,
dan kemitraan.
2) Pasal 3 perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
3) Pasal 4 perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada
pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Pada bagian kompetensi Kepala dan
tenaga perpustakaan sekolah/madrasah mengandung mengenai literasi
informasi seperti yang terjabar di bawah ini :
(a) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Dimensi
kompetensi
Kompetensi Sub-kompetensi
Kompetensi
Kependidikan
Memberikan
bimbingan literasi
informasi
• Mengidentifikasi
kemampuan dasar literasi
informasi pengguna
• Menyusun panduan dan
materi bimbingan literasi
informasi sesuai dengan
kebutuhan pengguna
• Membimbing pengguna
mencapai literasi informasi
• Mengevaluasi pencapaian
bimbingan literasi informasi
• Memotivasi dan
mengembangkan minat
baca komunitas sekolah
atau madrasah
• Menciptakan kiat
pengembangan
perpustakaan sekolah atau
madrasah
(b) Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Dimensi
kompetensi
Kompetensi Sub-kompetensi
Kompetensi
Kependidikan
Memberikan
bimbingan literasi
informasi
• Mengidentifikasi
kemampuan dasar literasi
informasi pengguna
• Menyusun panduan dan
materi bimbingan literasi
informasi sesuai dengan
kebutuhan pengguna
• Membimbing pengguna
mencapai literasi informasi
• Mengevaluasi pencapaian
bimbingan literasi
informasi
• Memotivasi dan
mengembangkan minat
baca komunitas sekolah
atau madrasah
Untuk melaksanakan keterampilan literasi informasi ini,
pustakawan perlu memahami 9 standar literasi informasi yang ditetapkan
oleh American Association of School Librarian seperti di bawah ini :
Information Literacy
Standar 1 : siswa yang dianggap information literate dapat mengakses
informasi secara efektif dan efisien.
Standar 2 : siswa yang dianggap information literate dapat mengevaluasi
informasi secara kritis dan kompeten.
Standar3 : siswa yang dianggap information literate menggunakan
informasi secara akurat dan kreatif.
Belajar Mandiri
Standar 4 : siswa yang dianggap sebagai pelajar yang mandiri adalah
siswa yang information literate dan mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan minat pribadi.
Standar 5 : siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang
information literate dan menghargai literatur serta ekspresi
informasi kreatif lainnya.
Standar 6 : siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang
information literate dan berusaha dengan sebaik mungkin
dalam mencari informasi dan penyebaran pengetahuan.
Tanggung Jawab Sosial
Standar 7 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat
belajar dan masyarakat lainnya adalah siswa yang
information literate dan memahami pentingnya informasi
terhadap masyarakat yang demokratis.
Standar 8 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat
belajar dan masyarakat lainnya adalah siswa yang
information literate dan mempraktekkan sikap yang etis
berkenaan dengan informasi dan teknologi informasi.
Standar 9 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat
belajar dan masyarakat lainnya adalah siswa yang
information literatedan berpartisipasi secara efektif dalam
kelompok untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi.
Bila kita merujuk pada standar di atas, jelas bagi kita, bahwa jika
kita menginginkan siswa sekolah/madrasah menjadi siswa yang
information literate, maka akan banyak keterampilan yang harus mereka
miliki berkenaan dengan literasi informasi ini. Hal ini tentunya
membutuhkan perhatian yang besar bagi para pustakawan
sekolah/madrasah dan juga bantuan dari guru kelas (Saiful-Haq, 2006 :
147).
b. Prospek
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007
tentang Perpustakaan didalamnya menerangkan bahwasannya
perpustakaan mempunyai andil yang cukup besar dalam dunia pendidikan.
Perpustakaan diselenggarakan khusunya di sekolah atau tempat pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik
melalui media fasilitator yakni seorang pustakawan. Pada undang-undang
tentang perpustakaan pada Bab 1 menerangkan bahwasanya perpustakaan
diselenggarakan untuk sepanjang hayat yang berarti perpustakaan harus
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam informasi yang berdampak
positif dan bermanfaat pada kehidupannya nanti.
Amanah pendidikan cakap informasi memang tidak eksplisit dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20
tahun 2003. Namun, bila ditelaah visi, misi, tujuan, fungsi dan strategi
pembangunan pendidikan yang ada dalam Penjelasan UU itu ada isyarat
menuju pendidikan cakap informasi (Saiful-Haq, 2006 : 57). Salah satu
misi pendidikan Indonesia adalah membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai
akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
Sedangkan pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah di dalamnya memuat mengenai literasi
informasi yang harus terus diberikan dan dikembangkan oleh pustakawan.
Hal ini mengacu pada tujuan utama dari pendidikan sendiri adalah
bagaimana supaya manusia pandai memberdayakan informasi untuk dapat
dikatakan bahwa seseorang telah melek informasi (information literate)
paling tidak harus memiliki kemampuan :
1) Menentukan cakupan informasi yang diperlukan
2) Mengakses informasi secara efektif
3) Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis
4) Menggunakan informasi sesuai dengan tujuan.
Jelas bahwa dalam dunia pendidikan kemampuan literasi informasi
merupakan yang sangat esensial harus dimiliki oleh setiap peserta didik
(Suherman, 2009 : 3).
Sekarang literasi informasi merupakan syarat untuk memasuki
dunia kerja atau terjun kemasyarakat atau dapat bertahan hidup sebagai
anggota masyarakat yang tidak bergantung kepada orang lain. Anak didik
harus disiapkan untuk cakap informasi atau literasi informasi agar dapat
meneruskan pendidikan dan belajarnya sampai ke lahad (akhir hayatnya)
secara mandiri. Pendidikan mandiri sepanjang hayat dilaksanakan harus
dengan menguasai sumber-sumber informasi. Cakap informasi baru dapat
berhasil bila seseorang memiliki berbagai keterampilan informasi yang
memadai (information skills information handling skills). Tidak berlebihan
bila satu buku di antara sekian banyak judul buku skills for life
(keterampilan untuk bertahan hidup dan meningkatkan kehidupan) (Saiful-
Haq, 2006b : 60).
Untuk kemudahan proses belajarnya, semua siswa perlu
mendapatkan keterampilan literasi informasi. Keterampilan semacam ini
bukan saja berguna pada saat mereka berada ditingkat sekolah, tapi juga
sangat penting bila mereka telah menyelesaikan studinya atau melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga siswa memiliki motivasi yangkuat
untuk terus belajar dan pada saat-saat tertentu ikut berpartisipasi dalam
masyarakat dimana mereka tinggal (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 149).
3. Program Literasi Informasi di Sekolah
Para ahli di bidang literasi informasi sepakat bahwa perpustakaan
memiliki peran sangat penting dalam menciptakan masyarakat literat.
Perpustakaan memiliki kontribusi besar untuk membentuk masyarakat
informasi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajaran seumur hidup.
Mengutip dari Behrens (1994) dekade 80-an, pustakawan akademis
melakukan tinjauan terhadap program pendidikan pengguna dengan fokus
pengembangan untuk masa depan. Di akhir dekade tersebut, beberapa
program pendidikan pengguna digantikan oleh program-program yang
bertujuan mencapai literasi informasi. Pada saat yang sama perpustakaan
di Amerika juga memberi perhatian khusus pada peran mereka terhadap
proses pembelajaran. Tindakan ini merupakan rekomendasi dari beberapa
laporan mengenai pentingnya reformasi pendidikan di negara tersebut,
seperti yang tertuang dalam A Nation at Risk and College. Pustakawan
mulai memperhatikan hubungan antara pendidikan pengguna, literasi
informasi, dan pembelajaran seumur hidup. Pemikiran lebih lanjut adalah
bahwa pustakawan harus mengajarkan pengguna mengelola informasi
(bekerja sama dengan aplikasi teknologi baru), dan untuk mencapai hasil
optimal sebaiknya materi tersebut terintegrasi dengan kurikulum di
sekolah atau di pendidikan tinggi (Naibaho, 2008 : 1).
Mengutip California School Library Association istilah
keterampilan informasi sendiri kadang disamakan dengan pengertian
keterampilan keperpustakaan, yang lebih menekankan pada pengajaran
bagaimana menemukan informasi di perpustakaan, intinya mengajarkan
bagaimana sistem layanan perpustakaan beroperasi. Program literasi
informasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada keterampilan
keperpustakaan (library skills). Literasi informasi menekankan pada
sumber primer, keberagaman bahasa dan sumber informasi, pendekatan
keberagaman perspektif, kerjasama identifikasi masalah, dan lain-lain.
Program ini juga membimbing siwa akan terbentuknya kecakapan dalam
mengelola dan mengorganisir berbagai fakta sehingga terjadi sinkronisasi
dengan kebutuhan, kecakapan dalam menciptakan pengetahuan dalam
menghubungkan informasi yang baru dengan pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya, termasuk secara kecakapan dalam menggunakan
pengetahuan tersebut secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam penerapannya pustakawan atau guru pustakawan
(teacher-librarian) perlu membuat perencanaan yang matang berkaitan
dengan persiapan sarana, penyediaan sumberdaya informasi maupun
prosedur kegiatan yang akan dijalankan. Untuk menjalankan program
pengajaran literasi informasi, masing-masing tenaga didik di sekolah harus
ikut berperan aktif. Musyawarah perlu diupayakan dengan melakukan
komunikasi atau pertemuan-pertemuan baik secara formal maupun
informal dengan individu-individu terkait. Materi dan metode setiap
kegiatan literasi informasi dapat dibicarakan secara detail dan terpadu agar
memperoleh pemahaman yang sejalan bagi semua pihak. Program literasi
informasi di sekolah bisa jadi mengintervensi penerapan kurikulum,
metode belajar mengajar dan pengadaan sarana serta sumber daya
informasi sekolah yang bersangkutan. Keinginan pustakawan perlu
memperoleh dukungan yang kuat dari guru dan kepala sekolah (Nuryudi,
2006 : 25).
Penerapan literasi informasi dapat dilaksanakan di pendidikan
dasar dan sama pentingnya bagi siswa sekolah. Oleh karena itu program
literasi informasi mulai perlu diterapkan di perpustakaan sekolah di
Indonesia karena kemampuan anak dalam mengenali informasi yang
dibutuhkan, mencari, menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya
kepada orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan seumur hidup
(Hariyadi, 2005 : 35).
Hal tersebut diperkuat, dengan isi peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 22 tahun 2006 mengenai melek informasi. standar
tersebut untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, siswa sebaiknya
diarahkan dalam mencari atau menelusur informasi yang dibutuhkan agar
siswa tidak tersesat dalam ribuan informasi yang ada baik di perpustakaan
atau sumber informasi lainnya. Oleh karena itu siswa harus melek
informasi dengan menyadari pentingnya informasi dalam proses belajar
dan mengetahui cara mencarinya. Sekolah melalui salah satu layanan
perpustakaannya dapat membuat program literasi informasi.
E. Menunjang Kurikulum Sekolah
Pendidikan modern perlu menumbuhkan kesadaran siswa bahwa
tujuan pendidikan dan pembelajaran tidak hanya terbatas pada pengalihan
ilmu pengetahuan yang terkandung dalam buku ajar. Anak didik perlu
menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tidak terpisahkan
dari aspek pengetahuan lain yang terkandung di berbagai sumber, media dan
alam sekitar. Pada diri anak didik perlu juga ditanamkan pengertian bahwa
kemampuan dan keterampilan mereka akan berkembang dengan
meningkatkan penggunaan berbagai sumber atau media informasi yang lebih
luas, termasuk media internet, buku fiksi, dan juga termasuk lewat
pengamatan kejadian di lingkungan disekitarnya. Sehingga buku teks bukan
merupakan satu-satunya sumber pengetahuan mereka. Oleh karena itu,
kegiatan belajar perlu diperlengkapi dengan beragam bahan bacaan dan
literatur sebagai sarana penguatan dan pengayaan keilmuan yang terkandung
pada buku ajar dari kurikulum sekolah.
Pada fase ini mulai dimasukan pembelajaran perpustakaan (library
skill) pada kurikulum sekolah sebagai muatan lokal (Mulok). Peran
perpustakaan sekolah akan menjadi signifikan dalam pembelajaran di sekolah
(dalam sistem belajar mengajar):
1. Perpustakaan berubah dari hanya berperan sebagai “layanan
penunjang” (supportive services) menjadi mitra proses pembelajaran.
2. Perpustakaan berubah dari penyedia informasi tercetak menjadi koleksi
multimedia dinamis yang menyediakan informasi lengkap yang
berhubungan kegiatan kurikulum.
Dengan melihat perubahan di atas maka pustakawan akan terlibat aktif
dalam pembelajaran di sekolah. Selama fokus pendidikan telah beranjak dari
produk pembelajaran kepada proses pembelajaran yang akan menghasilkan
outcome maka tugas, fungsi dan dedikasi pustakawan akan semakin besar
peranannya (Lipi, 2009 : 8).
Kemandirian siswa hendaknya diarahkan menuju terbentuknya sikap
mental, dimana siswa tidak saja memiliki pengetahuan dasar, tetapi juga
keahlian informasi (information literate student). Siswa yang demikian tidak
hanya cukup memiliki pengetahuan yang diajarkan, tetapi juga
mengembangkannya melalui media atau sarana yang ada di sekitarnya.
Mereka tidak hanya menerima informasi dan data begitu saja tetapi juga
mampu membuktikan akurasi dan kebenaran teorinya dari setiap informasi
yang mereka temukan. Sehingga, mereka dapat menyadari dan berupaya untuk
menggunakan informasi yang benar pada saat yang tepat. Perpustakaan
sekolah dapat menunjang sistem pembelajaran yang demikian ini bila dikelola
dengan profesional sehingga di dalamnya terkandung koleksi dan terbentuk
lingkungan yang kondusif untuk membangun pertumbuhan minat baca dan
keahlian informasi. dengan demikian peserta didik akan terbiasa
memanfaatkan keberadaan berbagai sarana perpustakaan yang menunjang
terbentuknya kompetensi pribadi yang kokoh (Nuryudi, 2006 : 14). Para
pustakawan harus mempunyai cara untuk mengintegrasikan keterampilan
perpustakaan pada kurikulum yang bertujuan untuk mengarahkan para siswa
pada keterampilan informasi dalam melakukan tugas-tugas informasi (Farida,
dkk, 2005 : 24).
BAB III
PROFIL
A. Profil Singkat
1. Sekolah An-nisaa’
Sekolah An-nisaa’ didirikan pada tahun 1995 oleh Bapak Rasyid
Izada dan Ibu Rosfia Rasyid ditengah keprihatinan semakin menurunnya
moral dan akhlak bangsa yang berkembang semakin tidak bernurani.
Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan bahkan membahayakan masa
depan bangsa.
Sekolah An-nisaa’ telah beroperasi sejak tahun 1995 dimulai dari
Taman Kanak-Kanak. Pada saat ini, Sekolah An-nisaa’ telah berkembang
dan menyelenggarakan pendidikan bermutu pada tingkat Kelompok
Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan
Sekolah Menegah Pertama (SMP). Untuk mendukung tujuannya, Sekolah
An-nisaa’ melengkapi diri dengan berbagai sarana dan prasarana sekolah
yang memadai, diantaranya ruangan kelas yang representatif, lingkungan
yang lapang dan bernuansa asri, dua perpustakaan yang nyaman dan
memiliki koleksi memadai, lab komputer, lab sains, ruang musik, ruang
musik kedap suara, antar jemput, caterring, kantin, mushola yang luas,
area parkir, green lab, UKS, aula, ruang serbaguna, lapangan sepak bola,
lapangan futsal dan lapangan basket.
2. Konsep Sekolah
Sekolah An-nisaa’ merupakan sekolah umum yang bernuansa
nilai-nilai islam. Namun demikian, Sekolah An-nisaa’ bukan sekolah
untuk golongan tertentu yang ekslusif sebaliknya, Sekolah An-nisaa’
mendidik siswa dari berbagai latar belakang, menyediakan pendidikan
bermutu guna membekali siswa dengan berbagai kecakapan hidup,
kemampuan intelektual, pengelolaan emosional, dan pemahaman agama
sesuai Al-Qur'an dan Hadits.
3. Kurikulum
Kurikulum Sekolah An-nisaa’ mengacu pada kurikulum
DepDiknas yang diperkaya. Dalam penerapannya, berbagai mata pelajaran
saling dikaitkan melalui tema-tema tertentu yang disebut spider web,
dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebaikan universal menjadi
ruhnya. Pengintegrasian berbagai mata pelajaran ditujukan agar siswa
memahami secara mendalam menyeluruh berbagai materi yang diajarkan
dan dapat melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang disiplin
ilmu yang berbeda. Sementara itu, pengintegrasian nilai-nilai agama dan
nilai-nilai kebaikan universal dilakukan dalam semua pelajaran agar
menghasilkan output siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual,
namun juga memiliki akhlak terpuji dan mampu memahami serta
mengaplikasikan ajaran agama sesuai levelnya.
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran active learning merupakan metode
pendidikan yang dipilih oleh sekolah An-Nisaa. Dengan metode active
learning, siswa berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan
analitis, eksplorasi, kritisme sikap ilmiah, dan kemampuan sharing ide
(melalui presentasi atau program lainnya) secara optimal. Guru lebih
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membimbing siswa
untuk menemukan dan memahami pengetahuan yang sedang dipelajarinya.
Metode ini juga memacu siswa untuk mandiri dan kreatif.
Sebagai penunjang, sekolah menyediakan berbagai prasarana
seperti perpustakaan yang dilengkapi buku-buku dan media lain yang
dibutuhkan seperti internet dan berbagai source dari National Geographic,
Discovery, dan lainnya. Ada juga fasilitas Green Lab untuk media
eksplorasi siswa.
Sistem pembelajaran melalui tema-tema biasanya diakhiri dengan
puncak tema, yaitu suatu kegiatan yang akan menghimpun semua
pengetahuan yang telah dipelajari. Puncak tema dapat berupa
Performance, Field trip ke tempat yang sesuai, mengerjakan suatu project,
atau pameran.
B. Profil Singkat
1. Perpustakaan An-nisaa’
Yayasan Pendidikan Islam Ibuku (YPII) An-nisaa’ berdiri pada
tahun 1995 dengan membuka jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK) yang diberi nama TK An-nisaa’. Satu tahun kemudian tepatnya tahun
1996 Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ berdiri sebagai fasilitas sekolah
yang bertujuan untuk menunjang proses belajar mengajar siswa dan guru
di sekolah. Selain itu, yayasan mempunyai komitmen besar untuk
melahirkan generasi-generasi yang mempunyai minat baca yang tinggi
sebagai bekal generasi pembelajaran oleh satu orang staf yang merangkap
sebagai tenaga tata usaha. Dan waktu itu, perpustakaan Al-izhar sebagai
konsultan untuk Perpustakaan An-nisaa’.
Pada tahun 1997 Perpustakaan An-nisaa’ seorang pustakawan
lulusan UNPAD yang bernama Bu Teta (Vera), bergabung ke Sekolah An-
nisaa’, beliau mulai mengembangkan perpustakaan tersebut dengan sistem
yang lebih rapi, pengolahan bahan pustaka mengunakan DDC, meskipun
administrasinya masih manual dan belum ada OPAC. Pada tahun 2006
baru mulai melakukannya penginputan data menuju OPAC, dan pada
tanggal 14 Januari 2008 baru secara aktif menggunakan OPAC ”Athenium
Light“. Akan tetapi, OPAC ini hanya digunakan untuk pustakawan
sebagai layanan sirkulasi. Saat ini pustakawan yang ada di Perpustakaan
An-nisaa’ berjumlah 3 orang, yaitu Ibu Teta (Kepala Perpustakaan),
Bapak. Effendi, dan Bapak. Heri.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Melaksanakan firman Allah SWT melalui upaya mempersiapkan
generasi pelurus yang tangguh dan amanah (QS An-Nisaa’ ayat 9) :
"Hendaklah mereka merasa takut kepada Allah SWT jika meninggalkan
generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar."
b. Misi
Menyediakan sarana yang berkualitas, menyiapkan tenaga pengajar
yang andal, melaksanakan pendidikan secara teratur dan
berkesinambungan, untuk menghasilkan lulusan intelek yang amanah,
cerdas, bernurani, bijaksana dan berpandangan luas sebagai bekal untuk
menjadi “real leader” yang akan memimpin masa depan bangsa.
3. Struktur Perpustakaan
Diagram 1 Gambar Struktur Organisasi Perpustakaan
Ketua Perguruan
Bagian Perpustakaan
Urusan
Pengadaan
Urusan
Pengolahan
Urusan
Pemeliharaan
Urusan
Reference
Urusan
Pelayanan
Siswa/Guru/Masyarakat
Sesuai dengan bagian di atas tugas masing-masing dari bagan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ketua Pengurus
Ketua yang bertugas mengawasi kerja pengurus sekolah yaitu: Kepala
sekolah KB/TK, SD, SMP, LITBANG dan Kepala Perpustaaan.
b. Kepala Bagian Perpustakaan
1) Bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan secara umum, pada Perpustakaan An-
nisaa’
2) Mengorganisir dan mengkoordinir tata kerja dan tata hubungan
seluruh staf perpustakaan sekolah
3) Pengadaan koleksi perpustakaan, baik berupa buku-buku
maupun non buku
4) Terbinanya hubungan baik antara staf dan antara bagiannya
dengan bagian lain di lingkungan sekolah.
Wewenang :
1) Menentukan kebijakan umum perpustakaan
2) Membuat perencanaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
perpustakaan
3) Memberikan penilaian terhadap buku-buku yang akan
dihilangkan di rak
4) Menandatangani surat-surat umum perpustakaan
5) Memberi tugas dan evaluasi serta meminta pertanggung
jawaban tugas yang dideligasikan pada seluruh personalia yang
ada di bawah koordinasinya.
Tugas :
1) Membuat program kerja tahunan
2) Menjalin kerjasama dengan unit terkait di lingkungan YPII An-
nisaa’ dan instansi diluar YPPI An-nisaa’
3) Membuat bagan tugas, mengkoordinir kegiatan dan personalia
perpustakaan serta mengadakan pengawasan atau evaluasi
4) Mengadakan koleksi perpustakaan, baik buku-buku maupun
non buku.
c. Urusan Pengadaan
1) Menambah koleksi perpustakaan
2) Menyeleksi koleksi perpustakaan
3) Menerima surat dan permintaan dari para pemakai
4) Memperhatikan dan menanggapai selera pemakai
5) Mengadakan kerjasama dengan instansi-instansi lain yang
terkait.
d. Urusan pengolahan
Urusan pengolahan bertugas untuk memproses bukuyang
diterima sehingga siap digunakan, yang meliputi:
1) Membubuhi cap
2) Menetapkan nomor klasifikasi buku (call number)
3) Membubuhi nomor buku.
e. Urusan Pelayanan
1) Melayani permintaan kartu anggota
2) Melayani pengunjung perpustakaan
3) Melayani peminjaman dan pengembalian buku
4) Melakukan penagihan.
f. Pemeliharaan
1) Mengatur buku (shelving)
2) Menjaga kebersihan beserta isinya
3) Menjaga keselamatan buku
4) Memperbaiki kerusakan-kerusakan buku
5) Menjilid buku, majalah, surat kabar dan sebagainya.
g. Reference
1) Memberi saran-saran tentang sumber-sumber reference
2) Memberikan bimbingan membaca dan diskusi.
4. Kedudukan Perpustakaan
Kedudukan Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ sebagai unit
penunjang dalam membantu proses belajar mengajar yang bertanggung
jawab langsung pada ketua perguruan. Peranan penting perpustakaan
sekolah ini, antara lain :
a. Membantu menyediakan bahan atau sumber belajar baik berupa buku
maupun non buku dan fasilitas berupa KBM (Kegiatan belajar
mengajar)
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kecintaan siswa dan siswi
terhadap bacaan
c. Memperkaya pengalaman belajar siswa
d. Menanamkan kebiasaan belajar mandiri
e. Melatih siswa dan siswi kearah tanggung jawab
f. Memperlancar siswa dan siswi dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah
g. Membantu guru dalam melengkapi sumber-sumber pengajaran
h. Membuat siswa, guru, karyawan serta orang tua siswa dalam
mengikuti perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Perpustakaan Sekolah
An-nisaa’ berjumlah 3 orang, yaitu:
a. Ibu Vera Yunindra sebagai kepala perpustakaan, lulusan S1 dari
UNPAD
b. Bpk. Effendi sebagai staf perpustakaan, lulusan S1 dari UIN Jakarta
c. Bpk. Heri sebagai staf pepustakaan.
6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Prasarana yang digunakan adalah sebuah ruangan yang terletak
disudut dekat dengan ruang lab dengan ukuran 6x8m². Sedangkan sarana
yang terdapat di perpustakaan adalah sebagai berikut :
a. Komputer;
b. Meja baca lesehan;
c. Karpet;
d. Televisi serta perangkatnya; dan
e. Sofa dan perangkatnya.
7. Jenis Koleksi dan Layanan Perpustakaan
a. Jenis Koleksi
Koleksi buku perpustakaan dikelompokkan secara sistematis
menurut subjek masing-masing ilmu pengetahuan dengan mengguankan
sistem DDC. Koleksi Perpustakaan An-nisaa’ terdiri atas :
1) Koleksi Buku Teks
Berupa buku non fiksi dan berbagai subjek (disiplin ilmu) yang
disusun berdasarkan DDC
2) Koleksi Buku Paket
Berupa buku-buku pelajaran dari bidang studi, yang dipinjamkan
kepada guru selama 1 tahun atau sesuai kebutuhan
3) Koleksi Referensi
Terdiri dari ensiklopedi, kamus, alat peraga, dan lain-lain. Koleksi ini
hanya dapat dibaca di tempat, di foto kopi, atau dipinjam untuk guru
selama satu minggu
4) Koleksi Teacher Resources
Merupakan koleksi yang diperuntukkan khusus untuk guru Sekolah
An-nisaa’
5) Koleksi Karya Tulis
Adalah karya tulis siswa-siswi SMP An-nisaa’ sebagai syarat
kelulusan, yang diberikan pada akhir kegiatan belajar
6) Koleksi Hiburan
Perpustakaan menyediakan buku-buku fiksi, sebagai sarana hiburan.
Selain itu juga disediakan majalah, surat kabar, dan tabloid
7) Koleksi Audio visual
Terdiri dari VCD, CD, DVD, dan kaset. Koleksi ini hanya dapat
dipinjamkan pada saat jam pengajaran berlangsung atau sesuai
kebutuhan
8) Koleksi Kliping
Perpustakaan An-nisaa’ menyediakan koleksi kliping dalam beberapa
subjek yaitu diantaranya: pendidikan, sastra, kesehatan, masakan,
politik dan hukum, olah raga, agama, psikologi, remaja dan dunia anak
9) Jurnal
Program ini diadakan setiap tahun atau disebut pekan buku (Book
Week) yang menghasilkan jurnal. Penyelenggaraan program ini
dilakukan bersama-sama oleh setiap tingkatan siswa mulai dari KB,
TK, SD, dan SMP.
a. Layanan Perpustakaan
Minat baca siswa sekolah An-nisa sangat tinggi sekali, sehingga
perpustakaan mengharuskan siswa untuk dapat meminjam bahan pustaka.
Aturan perminjaman pada perpustakaan yaitu siswa diwajibkan memiliki
kartu anggota perpustakaan mulai KB–SMP dan di perbolehkan membaca
di perpustakaan karena mereka belum diwajibkan memiliki kartu, dan
yang telah memiliki kartu perpustakaan siswa diperbolehkan meminjam
buku sebanyak 2 buku/minggu.
Setiap siswa KB dan TK yang datang ke perpustakaan di wajibkan
membawa folder plastik, tujuannya agar buku yang mereka pinjam
dimasukkan kedalam folder tidak basah dan jika buku hilang maka mudah
dikembalikan, folder plastik itu terdapat barcode scanner sehingga mudah
diidentifikasiakan.
Sumber pengadaan koleksi mempunyai beberapa sumber. Ada
yang berasal dari dana perpustakaan, yakni berasal dari sumbangan wajib
siswa tiap tahunnya. Siswa KB menyumbang Rp 75.000,-/tahun, siswa SD
menyumbang Rp 100.000,-/tahun. Dari sekolah juga ada dana
pengadaannya. Kerjasama dengan penerbit tidak ada sumbangan dana
pengadaan, akan tetapi cuma memberi diskon pada setiap pembelian
koleksi. Pengadaan buku yang berasal dari Depdiknas tidak begitu banyak
karena buku Depdiknas tidak begitu diminati dan dibaca oleh pembaca.
Buku Depdiknas, bacaannya lebih cenderung sastra, jadi anak-anak
cenderung boring atau bosan. Oleh karena itu koleksi buku Depdiknas
hanya disimpan pada rak koleksi. Kalau itu dipakai hanya pada jam mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber lain berasal dari denda buku. Tiap
pengembalian buku yang terlambat 1 buku/hari di denda Rp.100.-
ditambah pengurangan waktu baca mereka setelah tiga kali terlambat
mengembalikan buku. Kalau bagi anak KB dan TK yang terlambat
pengembalian bukunya tidak ada denda, tetapi hanya pengurangan waktu
baca mereka. Jadi ada perjanjian diawal.
8. Kerjasama Perpustakaan
Dalam rangka mendukung proses pembelajaran, perpustakaan
melakukan kerjasama, baik dengan masyarakat sekolah, seperti : ketua
yayasan, guru staf administrasi, dan orang tua atau wali siswa maupun
dengan masyarakat sekolah. Kerjasama dengan pimpinan yayasan dan staf
administrasi dilakukan dalam rangka menyusun program kerja beserta
dana yang diperlukan untuk melaksanakan program kegiatan.
Sedangkan dengan guru, kerjasama dilakukan dalam hal pemilihan
bahan pustaka atau koleksi perpustakaan, dan dalam hal pelaksanaan
kegiatan atau pelaksanaan perpustakaan, misalnya : dalam kelas 4-6 SD.
Dengan para orang tua atau wali, kerjasama dilakukan, misalnya, dalam
hal penerbitan karya siswa. Banyak karya siswa yang telah di nilai oleh
guru kemudian diterbitkan atas biaya orang tua atau wali, dan selanjutnya
menjadi koleksi perpustakaan. Adapun kerjasama dengan masyarakat luar
sekolah dilakukan dengan beberapa lembaga seperti, Perpustakaan
Nasional Plus, Perpustakaan Al-Izhar.
9. Program Perpustakaan
a. Friend of Library
Program ini diperuntukkan kepada anggota yang benar-benar
‘concern’ terhadap perkembangan koleksi di perpustakaan temasuk
guru dan siswa. Program ini kengharuskan tiap anggota menyumbang
4 buku yang terdiri dari fiksi, non fiksi, majalah dan prioritas untuk
meminjan koleksi terbaru dan pin sahabat perpustakaan.
b. Bimbingan Pemakai Perpustakaan
Program ini diberikan pada awal tahun ajaran, yang
mengajarkan tentang fungsi perpustakaan dan menjelaskan tentang
otomasi perpustakaan dan persyaratan dalam peminjaman,
pengembalian buku dengan program athenium light, serta
menginformasiakan No. DDC dan lokasi buku tersebut di rak dengan
warna yang berbeda.
c. Info Buku Baru
Penyebaran informasi buku baru yang dimiliki oleh
Perpustakaan An-nisa melalui brosur atau mading yang siap
dipinjamkan kepada anggota perpustakaan. Mading Perpustakaan:
Siswa membuat mading menurut kelas, sesuai dengan tema yang
diberikan oleh staf perpustakaan.
d. Program Storytelling
Program ini diadakan untuk siswa KB, TK, dan siswa kelas 1-3
pustakawan dapat mengapresiasikan kemampuannya dalam
mendongeng melalui media yang telah disediakan di perpustakaan,
seperti : boneka, buku cerita yang ada, melalui chart, draw talk, radio
set lengkap dengan audio sistem. Lalu cerita tersebut didiskusikan oleh
setiap siswa, agarmereka dapat menginformasikan kembali tentang
karakter tokoh dan alur cerita. Selain itu ada juga program membaca
buku cerita, menggambar dan mewarnai serta mendisplay, bermain
puzzle, membuat cerita sendiri, dan mempelajari cara membaca dan
mencari kata kamus.
Untuk kelas 4 SD-SMP lebih diarahkan kepada latihan
menggunakan dan lomba mencari kata di kamus dan ensiklopedi, serta
siswa juga dijelaskan bagaimana tehnik penggunaan indeks dengan
cepat. Untuk program nonton film menggunakan TV dan DVD, setelah
selesai didakan sharing, apa yang didapat pada film tersebut. Untuk
kelas yang lebih tinggi harus menganalisa tokoh-tokoh film, lalu
mereka mengapresiasikan.
Di kelas 5 dan 6 SD ada teknik pembuatan kliping. Pustakawan
yang menentukan materi dan tema, siswa sediakan koran, kemudian.
Dan kliping yang mereka buat dengan menyertakan nama, tanggal,
halaman, kolom serta baris apa atau berapa. Untuk kelas 6 diadakan
program pengenalan internet dan teknik mencari informasi dengan
google, pustakawan hanya membimbing secara teori, untuk praktek
mereka langsung ke lab komputer bersama pembimbingnya.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang ada di bawah ini merupakan jawaban yang
dihasilkan dari observasi, wawancara dan kuesioner. Adapun deskripsi
dilaksanakannya ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut :
Metode yang dilakukan pertama adalah observasi, yang
dilaksanakan di Perpustakaan An-nisaa’ dengan mengadakan peninjauan
secara langsung dalam jangka waktu selama dua minggu, yang
pelaksanaannya tidak dilakukan secara berurutan. Observasi dilaksanakan
dengan cara melihat keadaan perpustakaan dari semua segi yang dilakukan
secara keseluruhan mulai dari ruangan hingga program-program yang
diselenggarakan. Keunggulan melakukan observasi terlebih dahulu adalah
bisa membandingkan pelaksanaan yang ada di lapangan dengan hasil
wawancara maupun kuesioner.
Metode yang kedua adalah dengan melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua nara sumber yaitu yang
berasal dari perpustakaan dan sekolah. Dari perpustakaan diwakilkan oleh
kepala perpustakaan dan dari sekolah diwakilkan oleh guru yang mengajar
kelas 5. Alasan diadakannya wawancara dengan pihak perpustakaan dan
sekolah adalah untuk mengetahui secara pasti tentang upaya-upaya yang
dilakukan oleh pihak perpustakaan dari sudut pandang kedua belah pihak
sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih akurat dan memperoleh
informasi yang berimbang. Waktu yang digunakan untuk wawancara
adalah selama 2 hari yaitu pada hari Rabu tepatnya tanggal 21 Oktober
2009 yang dilaksanakan untuk pihak perpustakaan sedangkan hari Kamis
tanggal 22 Oktober 2009 untuk pihak guru.
Metode yang terakhir adalah menggunakan kuesioner atau angket
yang pada skripsi ini hanya diperuntukkan pada siswa/siswi kelas 5 SD.
Penyebaran kuesioner dilaksanakan hanya satu hari yang jadwalnya
disesuaikan dengan jadwal kunjungan perpustakaan untuk siswa/siswi
kelas 5 SD yang tepatnya dijadwalkan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober
2009. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 5 SD An-
nisaa’. Alasan penulis hanya memilih siswa/siswi kelas 5 dilatarbelakangi
oleh asumsi bahwa siswa/siswi kelas 5 sudah cukup mampu untuk
memenuhi kriteria yang penulis inginkan. Sedangkan penulis tidak
mengambil kelas 6 karena siswa/siswi tersebut sedang mengikuti
bimbingan belajar untuk ujian sehingga dari pihak sekolah tidak
mengizinkan. Untuk sampelnya penulis menggunakan purposive sample
(sampel bertujuan) yang dilakukan berdasarkan pretasi belajar siswa.
Responden yang digunakan berjumlah 24 respondent atau 32 % dari
keseluruhan siswa kelas 5 yang berjumlah 75 siswa/siswi dari 3 kelas.
Untuk hasil observasi dan wawancara diolah sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Sedangkan untuk data-data kuesioner selanjutnya di
hitung frekuensi dan prosentasenya dari setiap jawaban yang dikumpulkan.
Dan diberi penafsiran pada nilai prosentase yang diperoleh dengan
menggunakan rumus :
P = F/N x 100 %
Ket : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sample yang diolah (Sudijono, 2001: 40).
Adapun parameter untuk penafsiran untuk nilai prosentase adalah :
0 % = Tidak ada satu pun
1 % - 25 % = Sebagian kecil
26 % - 49 % = Hampir setengahnya
50 % = Setengahnya
51 % - 75 % = Sebagian besar
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
100 % = Seluruhnya (Warsito, 1992 : 11).
B. Perolehan Data
1. Usaha Meningkatkan Literasi Informasi Siswa
Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ senantiasa berusaha untuk
meningkatkan literasi informasi siswa sesuai dengan visi dari sekolah ini,
yaitu sebagai jantung dari sekolah yang saling terkait satu sama lain.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan Perpustakaan An-nisaa’
dalam meningkatkan literasi informasi siswa adalah melaksanakan
berbagai macam program kegiatan. Adapun program kegiatan di
Perpustakaan An-nisaa’ yaitu meliputi program kegiatan sebagai berikut :
a. Bimbingan Pemakai Perpustakaan
Program ini diberikan pada awal tahun ajaran yang mengajarkan
tentang fungsi perpustakaan dan menjelaskan tentang otomasi
perpustakaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini :
1) Persyaratan dalam peminjaman dan pengembalian buku dengan
program Athenium light
Dalam program ini dijelaskan tentang sistem Athenium light
dalam pengoperasiannya seperti bar code dan scannernya. Dan juga
diberi penjelasan kepada siswa ketika ingin meminjam buku harus
membawa kartu perpustakaan, kemudian kartu discan pada bar
codenya dan datanya masuk ke data file masing-masing siswa di
komputer. Biasanya pustakawan menjelaskan di depan dan membawa
contoh-contoh peralatan yang dibutuhkan dan memberi penjelasan
bahwa apabila siswa tidak mematuhi maka, mereka tidak dapat
menjalankan sistem tersebut. Pada dasarnya program ini berfungsi
sebagai pengenalan Athenium light secara garis besar.
2) Menginformasikan No. DDC (Dewey Decimal Classification) dan
lokasi buku
Untuk memudahkan siswa mencari buku, selain ada no
klasifikasi juga di pasang warna stiker yang berbeda disetiap subjek-
subjek buku. Contoh: tentang hutan No. 500 (SCIENCE) stikernya
warna pink. Dalam pengajarannya pustakawan melakukannya secara
bertahap. Langkah-langkah menginformasikan No. DDC kepada siswa
yaitu melalui beberapa tahap :
a) Pustakawan memberi penjelasan terlebih dahulu tentang No. DDC
dan kegunaanya serta warna stiker yang menyertai setiap subyek
buku secara umum.
b) Siswa diajak ke rak buku dan ditunjukkan langsung letak lokasi
buku.
c) Ketika siswa meminjam buku biasanya pustakawan memberikan
pertanyaan tentang penomoran buku yang sesuai dengan subyek
buku yang mereka pinjam dan ini dilakukan berulang kali.
d) Membuat game atau perlombaan tentang No. DDC yang telah
diajarkan. Dalam perlombaan ini pustakawan memberikan masing-
masing 5 amplop kepada setiap kelompok yang berisikan
pertanyaan mengenai subyek-subyek tertentu. Kemudian siswa
diharuskan menjawab pertanyaan yang tersedia diamplop tersebut.
Contoh : misalnya tentang teknologi atau tentang sejarah, di sini
siswa dituntut untuk menjawab bidang teknologi dan sejarah
masuk pada penomoran berapa.
Apabila melihat standar literasi informasi menurut American
Association of School Librarian program ini lebih mengarah ke
Standar 4 yaitu siswa yang dianggap sebagai pelajar yang mandiri
adalah siswa yang information literate dan mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan minat pribadi, dibandingkan dengan Standar
1 yang lebih mengarah dalam mengakses informasi secara efektif dan
efisien. Hal ini tergambar dengan adanya tujuan diadakannya program
ini yaitu memudahkan siswa mencari buku yang mereka suka sehingga
akan membuat siswa belajar mandiri dan bukan hanya sekedar dapat
mencari informasi secara efektif dan efisien.
b. Latihan Penggunaan Koleksi
Untuk kelas 4 SD-SMP lebih diarahkan pada program latihan
penggunaan koleksi. Pada program latihan penggunaan koleksi dibagi atas
beberapa kegiatan yaitu :
1) Latihan Menggunakan Kamus dan Ensiklopedia
Pada program ini pustakawan menjelaskan cara menggunakan
kamus dan ensiklopedia dengan cara alfabet berdasarkan huruf abjad.
Langkah-langkah dalam latihan menggunakan kamus dan ensiklopedia
ada beberapa tahap yaitu :
a) Biasanya dalam menelusur lewat ensiklopedia dan kamus
ditentukan dulu topik apa yang ingin dicari menurut abjad.
b) Kemudian apabila terdapat kata lihat juga di dalam ensiklopedia
pustakawan juga menginformasikan sehingga informasi yang dicari
lebih lengkap. Biasanya ensiklopedia yang digunakan ensiklopedia
science.
c) Setelah siswa mahir menggunakannya dilakukan lomba untuk
mencari kata di kamus dan ensiklopedia. Caranya dengan
memberikan 5 amplop yang berisi 5 kata yang harus dijawab oleh
siswa. Selain itu, pustakawan juga membantu kegiatan kelas sesuai
dengan materi yang digunakan contoh: tentang bumi. Jadi,
pustakawan mengajarkan dengan menggunakan ensiklopedia
science yang memuat topik tentang bumi.
2) Teknik Penggunaan Indeks dengan Cepat
Dalam pengajaran menggunakan indeks secara cepat biasanya
pustakawan lebih menggunakan ensiklopedi science yang berdasarkan
atas tema tertentu dalam satu buku, misalnya : ensiklopedia tersebut
membahas mengenai IPTEK sehingga di dalam ensiklopedia tersebut
hanya membahas tentang IPTEK. Melalui ensiklopedia tersebut
pustakawan mengajarkan penggunaan dan pencarian melalui indeks
yang berada diakhir buku dengan menjelaskan maksud dari setiap
bagian-bagian seperti : nama, subyek yang tertera secara alfabetis
maupun halaman nomor.
Apabila melihat standar literasi informasi menurut American
Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 1
yaitu siswa yang dianggap information literate dapat mengakses
informasi secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa dengan
melakukan program ini siswa dapat melakukan pencarian sumber-
sumber informasi secara efektif dan efisien dengan bantuan
penggunaan indeks.
c. Pembuatan Kliping
Pada tingkat kelas 5 dan 6 SD diadakan program pembuatan
kliping. Pada kegiatan ini pustakawan mengajarkan siswa teknik
pembuatan kliping. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tema, biasanya dalam menentukan tema ditentukan oleh
pustakawan contoh : Aids.
2) Mengambil dari koran berdasarkan tema yang telah ditentukan.
3) Menyebutkan sumber asalnya.
4) Mencantumkan nama, tanggal dan diberi halaman, kolom serta baris.
Tujuan diadakannya program ini adalah menambah informasi
kepada siswa dan dapat merubah tingkah laku atau sikap. Misalnya,
tentang Aids, dari pembuatan kliping tersebut siswa dapat mengetahui
sebab dan akibat dari Aids tersebut.
Apabila melihat standar literasi informasi menurut American
Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 5 yaitu
siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang information
literate dan menghargai literatur serta ekspresi informasi kreatif lainnya.
Dimana program pembuatan kliping ini dapat menambah kreativitas anak
didalamnya.
d. Pengenalan Internet
Pemanfaatan layanan internet befungsi sebagai sarana penelusuran
informasi. Pada program ini pustakawan mengenalkan internet dengan
memberi pelajaran tentang teknik mencari informasi dengan menggunakan
google. Dalam program pengenalan internet, pustakawan hanya
membimbing secara teori. Sedangkan untuk praktek sendiri siswa
langsung ke laboratorium komputer bersama pembimbingnya. Dan untuk
SMP pustakawan langsung mengajarkannya di laboratorium komputer.
Apabila melihat standar literasi informasi menurut American
Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 1 yaitu
siswa yang dianggap information literate dapat mengakses informasi
secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa pengenalan internet pada
program ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menelusur dalam
menggunakan teknologi media elektronik secara efektif dan efisien.
Namun pada kenyataannya program ini belum maksimal dijalankan
disebabkan pustakawan hanya membimbing secara teori. Dan dari
kuesioner yang di sebar siswa lebih dominan memilih orang tua dalam
pengenalan internet dibandingkan dengan pustakawan sendiri.
e. Nonton Film
Pada program ini setelah selesai menonton biasanya siswa akan
ditanya oleh pustakawan tentang apa saja yang didapat dalam film
tersebut. Untuk kelas yang lebih tinggi akan menganalisa tokoh-tokoh
pada film itu. Seperti peran antagonis atau protagonis dan juga tentang
kekurangan dan kelebihan film tersebut serta pesan apa yang dapat
diambil. Sementara untuk KB, TK hanya ditanya seputar tokohnya saja.
Secara umun film yang diputar disesuaikan dengan kurikulum pada setiap
kelasnya masing-masing. Contoh : pelajaran bahasa Indonesia memutar
tentang dongeng kura-kura atau tentang pelajaran IPA memutar tentang
bumi dan lain-lain.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Dikenalkan dan dijelaskan tentang judul, tema dan isi dari film yang
akan ditonton
2) Setelah menonton diberi pertanyaan yang disesuikan dengan materi
yang diberi apa film tersebut fiksi atau non fiksi
Apabila melihat standar literasi informasi menurut American
Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 2 yaitu
siswa yang dianggap information literate dapat mengevaluasi informasi
secara kritis dan kompeten Hal ini dilihat dari manfaat program tersebut
yaitu siswa bisa bersikap kritis tentang apa yang mereka lihat pada suatu
film. Selain itu, siswa diharapkan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
terjadi di film tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima
program perpustakaan yang mendukung upaya perpustakaan dalam
meningkatkan literasi informasi. Dan apabila kelima program tersebut
dianalisa menurut standar literasi informasi menurut American Association
of School Librarian terdapat dua program yang masuk ke dalam Standar 1
yaitu latihan penggunaan koleksi, dan pengenalan internet. Sedangkan
terdapat satu program yang memiliki karakter ke dalam Standar 2 yaitu
nonton film. Kemudian untuk Standar 4 terdapat satu program
perpustakaan yaitu bimbingan pemakai perpustakaan. Dan untuk Standar 5
memiliki satu program perpustakaan yaitu pembuatan kliping.
2. Program Perpustakaan Mendukung Kurikulum Sekolah
Kurikulum Sekolah An-Nisaa’ mengacu pada kurikulum
Departemen Pendidikan Nasional yang diperkaya dalam penerapannya.
Peningkatan mutu pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia seutuhnya melalui olah hati (SQ), olah rasa (EQ), olah
pikir (IQ), dan olah raga (PQ) agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global.
Untuk mendukung tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
Sekolah An-Nisaa’ menerapkan PIESQ-Integrated. PIESQ Integrated
berupaya mengintegrasikan dan mengembangkan kecerdasan physical,
intelectual, emotional, dan spiritual secara seimbang yang akan
melahirkan manusia penuh dengan makna dan keagungan (greatness).
Dalam penerapannya, berbagai mata pelajaran saling dikaitkan melalui
tema-tema tertentu (spider web) dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai
kebaikan universal menjadi ruhnya. Dengan metode pembelajaran active
learning, diharapkan terjadi sinergi PIESQ-Integrated yang berwawasan
agama, teknologi, seni dan lingkungan. Pengintegrasian berbagai mata
pelajaran ditujukan agar siswa memahami secara mendalam menyeluruh
berbagai materi yang diajarkan dan dapat melihat suatu permasalahan dari
berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang berbeda.
Sedangkan untuk program perpustakaan, Sekolah An-Nisaa’
menerapkan jadwal kunjungan tersendiri yang diperuntukkan bagi siswa
dalam melakukan pembelajaran di perpustakaan yang program-program
tersebut diajarkan langsung oleh pustakawan, seperti contoh program
kegiatan yang telah dipaparkan di atas. Sehingga setiap kelas mempunyai
waktu sendiri yang jadwalnya dapat dilihat pada bagian lampiran library’s
schedule.
Dalam pembentukan dan penyusunan program perpustakaan
disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan sekolah yang telah selesai
dibentuk. Pembentukan dan penyusunan program-program pembelajaran
perpustakaan dibuat sendiri oleh pihak perpustakaan yang program-
programnya disesuaikan dengan tingkat masing-masing kelas, sehingga
menghasilkan suatu kurikulum perpustakaan tersendiri yang dibuat pada
setiap awal semester. Sehingga di sini program perpustakaan tidak terdapat
di kurikulum sekolah melainkan berada di kurikulum tersediri yang dapat
dilihat pada lampiran dibelakang tentang program perpustakaan 2008-
2009.
Untuk kelas 5 SD-SMP perpustakaan bekerjasama dengan guru
Bahasa Indonesia dengan mengadakan kegiatan lingkar sastra. Kegiatan
lingkar sastra adalah kerjasama antara guru bahasa Indonesia kelas 5
dengan pihak perpustakaan. Contohnya seperti : menganalisa sebuah puisi,
membuat resensi dari sebuah novel, dan sebagainya. Dalam melakukan
kegiatan lingkar sastra biasanya dibuat kelompok kecil yang
beranggotakan 3-4 orang. Sedangkan untuk materinya sendiri tergantung
dari guru. Manfaat dari program ini adalah melatih siswa untuk
menghargai teman dan memberikan kesempatan untuk berbicara dan
mengungkapkan pendapat. Serta melatih kemampuan untuk menyimak
pendapat orang lain.Selain itu, perpustakaan juga bekerjasama dengan para
guru lain misalnya dengan guru IPA yaitu seperti contoh di bawah ini:
Apabila guru memberikan tugas kepada siswa tentang “habitat”
kemudian guru tersebut meminta bantuan kepada pihak perpustakaan
untuk memberikan pelajaran-pelajaran tentang “habitat” dengan
menggunakan koleksi yang ada di perpustakaan. Maka, para siswa diajak
ke perpustakaan oleh gurunya dan di perpustakaan pustakawan
menunjukkan buku apa saja yang memuat tentang “habitat” kepada para
siswa. Sehingga dari sini siswa dapat belajar tidak hanya pada satu buku
tetapi dapat belajar dari berbagai sumber buku yang ada di perpustakaan.
Dari penjelasan di atas dapat diuraikan bahwasannya perpustakaan
dalam pembentukan program perpustakaan belum terintegrasi dengan
kurikulum sekolah yang dalam hal ini program perpustakaan masih berdiri
sendiri seperti pada contoh : lampiran program perpustakaan 2008-2009.
Akan tetapi, program perpustakaan di Sekolah An-Nisaa’ ikut mendukung
(pro-aktif) kurikulum yang telah diterapkan sekolah. Dengan memberikan
program-program yang ikut mendukung sehingga kurikulum yang ada
dalam penerapannya dapat diperkaya. Selain itu, seringnya pustakawan
melakukan kerjasama seperti yang diuraikan di atas merupakan point yang
penting dalam mendukung kurikulum sekolah.
3. Hambatan dan Solusi
Data yang ada di bawah ini merupakan hasil dari wawancara
pribadi dengan kepala perpustakaan dan juga hasil wawancara dari guru
kelas serta para siswa. Seperti yang dipaparkan di bawah ini :
Hambatan dan solusinya yang pernah dialami menurut pihak
perpustakaan diantaranya yaitu :
a. Apabila program perpustakaan tidak dapat dilaksanakan karena
terdapat pelajaran tambahan, maka solusinya adalah dengan
melakukan komunikasi dengan semua pihak sekolah, karena
apabila komunikasi jalan maka semua akan berjalan lancar
menghindari miss communication.
b. Apabila pihak perpustakaan telah mempersiapkan materi untuk
kelas tetapi ketika masuk para siswa tidak semangat, maka
solusinya adalah pihak perpustakaan melakukan sistem proses
dalam artian tidak terlalu melakukan pembelajaran secara formal
jadi lebih mengarah ke praktek sehingga mereka bisa senang dan
semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Sedangkan dari guru kendalanya tidak ada hanya perlu
ditingkatkan dari beberapa aspek:
a. Yang berhubungan dengan pengadaan buku, terkadang guru sangat
memerlukan buku baru, namun kadangkala terjadi keterlambatan.
b. Tenaga kerja perpustakaan mungkin di tambah.
Terakhir dari siswa/siswi sendiri yang menggunakan angket
terbuka rata-rata mereka menghadapi kendala dari segi waktu. Menurut
mereka waktu pada kunjungan pembelajaran di perpustakaan terlalu
sempit sehingga perlu penambahan waktu. Namun sebagian siswa juga
mengatakan bahwa tidak ada hambatan atau kendala di perpustakaan
karena para siswa sudah merasa puas dan senang dengan semua program
yang ada.
4. Hasil Kuesioner Dan Pembahasan
Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian tentang upaya
perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi Siswa : Studi Kasus
di Perpustakaan Sekolah An-nisaa’. Kuesioner ini disebarkan secara
purposive sample kepada 24 siswa atau 32 % siswa kelas 5 SD ajaran
2009/2010. Data-data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner diolah
secara manual dengan mengunakan tabel yang bertujuan untuk
memudahkan analisa data yang diperoleh. Dari jumlah kuesioner yang
disebarkan, hasil penggambarannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3
Kuesioner Yang Diedarkan
Kuesioner Jumlah P
Diedarkan 24 100 %
Tidak dikembalikan/hilang 0 0 %
Jumlah 24 100%
Dari Tabel 3 yang tertera di atas terdapat 24 kuesioner yang
disebarkan di Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ dan data yang diperoleh
atau yang dikembalikan sebanyak 24 kuesioner pula (100 %).
Kuesioner ini disebarkan kepada responden di Perpustakaan
Sekolah An-nisaa’ yang direncanakan terlebih dahulu karena responden
yang pilih telah ditentukan. Berikut adalah rincian tabel serta
pembahasannya :
a. Identitas Responden
Dalam penelitian ini penulis menganalisa identitas responden hanya
dari dua aspek yaitu jenis kelamin dan asal kelas respoden.
1) Jenis Kelamin
Penulis mengidentifikasi pengguna berdasarkan jenis kelamin, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan gender terhadap
kemampuan siswa yang telah mengikuti program-program yang diberikan
perpustakaan, tidak ada perbedaan semuanya mempunyai peluang yang
sama seperti yang dijabarkan dengan tabel di bawah ini :
Tabel 4
Jenis Kelamin Responden
Variabel Jawaban Frekuensi Prosentase
Laki-laki 11 45,83 %
Perempuan 13 54,16 %
Jumlah 24 100 %
Dari data Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 24 responden yang
dipilih secara tertentu (purposive) siswa yang dianggap memiliki
kemampuan lebih yang ditunjukkan langsung oleh pihak Perpustakaan An-
nisaa’ terlihat pada data tersebut perempuan mendapatkan hasil 54,16 %
dengan nilai prosentase sebagian besar, sedangkan untuk laki-laki
memperoleh 45,83 % dengan nilai prosentase hampir setengahnya.
2) Asal Kelas Responden
Identifikasi responden yang kedua adalah berdasarkan kelas,
karena hanya kelas 5 yang menjadi sampel maka terdapat 3 kelas seperti
yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
Asal Kelas Responden
Kriteria F P
Kelas 5 Y 8 33,33 %
Kelas 5 N 8 33,33 %
Kelas 5 T 8 33,33 %
Jumlah 24 100 %
Dengan melihat Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 24
responden yang dipilih, setiap kelas menghasilkan masing-masing 8
responden yaitu dari kelas 5 Y, kelas 5 N dan kelas 5 T. Dan ketiganya
menghasilkan prosentase yang sama yaitu 33,33 %. Hal ini bisa terjadi
karena penulis membagi sama banyak perkelas terhadap seluruh
responden.
b. Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan
Untuk Frekuensi kunjungan ke perpustakaan terdapat dua pertanyaan yaitu
mengenai : kunjungan ke perpustakaan, dan jadwal khusus, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada sub bab berikut ini :
3) Kunjungan ke Perpustakaan
Kunjungan ke perpustakaan ini dilakukan oleh siswa selain pada
jadwal perpustakaan yang telah ditetapkan. Seringnya siswa mengunjungi
perpustakaan memperlihatkan bahwa perpustakaan mempunyai fungsi
yang besar bagi kebutuhan siswa akan informasi.
Tabel 6
Kunjungan ke Perpustakaan
Variabel Jawaban F P
Tidak pernah 0 0 %
1 kali 3 12,5 %
2 kali 5 20,83 %
Lebih dari 2 kali 6 25 %
Tidak tentu 10 41,6 %
Jumlah 24 100 %
Melalui Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 24 responden, sebagian
kecil responden memilih kunjungan ke perpustakaan sebanyak 1 kali
berjumlah 12,5 %, yang memilih 2 kali kunjungan yaitu sebesar 20,83 %,
dan yang memilih lebih dari 2 kali yaitu sebesar 25 %. Adapun hampir
setengahnya memilih jawaban tidak tentu yaitu sebanyak 41,6 %.
Berdasarkan data-data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hampir setengah responden menjawab frekuensi kunjungan ke
perpustakaan dalam waktu seminggu adalah tidak tentu yaitu sebesar 41,6
%. Dan ini bisa menjadikan ukuran bahwasannya para siswa tidak hanya
datang pada saat jadwal perpustakaan.
4) Jadwal Khusus
Jadwal ini menunjukkan bahwa pihak sekolah memberikan ruang
bagi siswa untuk datang ke perpustakaan dalam memperoleh pengetahuan
dan informasi yang di bimbing langsung oleh pihak perpustakaan sehingga
jadwal ini bisa terkontrol seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 7
Jadwal Khusus
Variabel Jawaban F P
Ya 23 95,83 %
Tidak 1 4,16 %
Jumlah 24 100 %
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa siswa yang menyatakan terdapat
jadwal khusus untuk kunjungan ke Perpustakaan An-nisaa’ sebagian besar
menjawab ‘ya’ dengan jumlah responden pemilih hampir seluruhnya yaitu
23 responden dengan prosentase 95,83 % sedangkan sebagian kecil
menjawab tidak, yaitu sebesar 4,16 % dengan 1 responden. Sehingga dari
pemaparan tersebut diperoleh hasil bahwa penilaian responden terhadap
ketersediaan jadwal khusus perpustakaan sudah positif dengan menyatakan
‘ya’ yang berarti ada atau tersedia jadwal khusus.
c. Penggunaan Perpustakaan
Penggunaan perpustakaan merupakan hal yang sangat penting karena
banyak kegunaan dari perpustakaan itu sendiri. Berikut terdapat 13 pertanyaan
yang di bahas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab berikut ini :
5) Dapat Menggunakan Internet
Penggunaan internet tidak asing lagi bagi siswa pada tingkat
sekolah dasar karena di sekolah-sekolah dasar sekarang ini sudah mulai
diperkenalkan tentang penggunaan internet. Di bawah ini disajikan tabel
yang menerangkan seberapa besar kemampuan siswa dalam menggunakan
internet dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 8
Dapat Menggunakan Internet
Variabel Jawaban F P
Bisa 24 100 %
Sedikit-sedikit 0 0 %
Kurang bisa 0 0 %
Tidak bisa 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Dengan melihat hasil dari Tabel 8 dapat dipaparkan bahwasanya
responden secara keseluruhan dengan prosentase 100 % memilih bisa
dalam penggunaan internet. Sehingga dapat diperoleh hasil bahwa
penilaian responden terhadap penggunaan internet secara keseluruhan
mendapat hasil 100 % untuk jawaban ‘bisa’.
6) Asal Belajar Menggunakan Internet
Pada tabel ini penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
perpustakaan dalam memberikan pelajaran tentang penggunaan internet
apakah persentasenya lebih dominan atau tidak dapat kita rinci pada tabel
di bawah ini :
Tabel 9
Asal Belajar Menggunakan Internet
Variabel Jawaban F P
Guru 0 0 %
Petugas perpustakaan 2 5,12 %
Orang tua 16 41,02 %
Saudara 12 30,76 %
Teman 7 17,94 %
Lain-lain (sebutkan)....
Buku panduan, sendiri
2 5,12 %
Jumlah 39 100 %
Melalui Tabel 9 dapat diketahui bahwasannya dari 24 responden
diperoleh 39 jawaban. Sebagian kecil responden petugas perpustakaan
sebesar 5,12 %, sedangkan hampir setengahnya memilih orang tua yaitu
sebesar 41,02 %, adapun 30,76 % dipilih untuk jawaban saudara dengan
nilai prosentase hampir setengahnya, selanjutnya sebagian kecil juga
dipilih untuk teman sebesar 17,94 % dan yang memilih lain-lain dengan
jawaban buku panduan dan sendiri yaitu sebesar 5,12%.
Dari data-data di atas dapat diperoleh hasil bahwa pihak
perpustakaan kurang berperan dalam hal pembelajaran menggunakan
internet karena hampir setengahnys responden memilih asal mereka
mengetahui cara belajar menggunakan internet yaitu melalui ‘orang tua’
dengan jawaban sebesar 41,02 %.
7) Dapat Menggunakan OPAC
Dalam mencari koleksi pengguna dapat langsung mencarinya ke
rak atau dengan menggunakan OPAC. Di tabel ini dapat kita ketahui
seberapa besar kemampuan siswa/siswi kelas 5 dapat menggunakan
OPAC.
Tabel 10
Dapat Menggunakan OPAC
Variabel Jawaban F P
Bisa 20 83,33 %
Sedikit-sedikit 3 12,5 %
Kurang bisa 1 4,16 %
Tidak bisa 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Dari Tabel 10 diketahui bahwa dari 24 responden diperoleh
prosentase hampir seluruhnya memilih jawaban ‘bisa’ yaitu sebesar 83,33
% sedangkan sebagian kecil responden memilih sedikit-sedikit dengan
hasil 12,5 % dan kurang bisa sebesar 4,16 %. Sehingga bila disimpulkan
siswa dapat menggunakan OPAC sebesar 83,33 %.
8) Asal Belajar Menggunakan OPAC
Seperti halnya dengan pertanyaan sebelumnya pada tabel ini dapat
diketahui dari mana asal siswa/siswi kelas 5 dapat menggunakan OPAC
dan seberapa besar kontribusi yang dilakukan pihak perpustakaan.
Tabel 11
Asal Belajar Menggunakan OPAC
Variabel Jawaban F P
Guru 0 0 %
Petugas perpustakaan 22 91,6 %
Orang tua 0 0 %
Saudara 0 0 %
Teman 2 8,33 %
Lain-lain (sebutkan)... 0 0 %
Jumlah 39 100 %
Dengan melihat data dari Tabel 11 dapat dipaparkan bahwa hampir
seluruh responden memilih petugas perpustakaan yaitu sebesar 91,6 %.
Sedangkan sebagian kecil responden memilih teman dengan prosentase
8,33 %. Sehingga dapat disimpulkan asal siswa/siswi belajar
menggunakan OPAC yaitu dari petugas perpustakaan dengan nilai
prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 91,6 %.
9) Siswa Didampingi Guru Ketika ke Perpustakaan
Keikutsertaan guru ketika terdapat kunjungan ke perpustakaan
mencerminkan bahwa perpustakaan tidak bekerja sendiri tapi di bantu oleh
guru. Selain itu guru juga bisa memonitor tingkat perkembangan dan
kemampuan siswa sewaktu berada di perpustakaan. Pada tabel di bawah
ini akan diketahui tingkat keseringan guru mendampingi siswa pada saat
berkunjung ke perpustakaan.
Tabel 12
Siswa Didampingi Guru Ketika ke Perpustakaan
Variabel Jawaban F P
Selalu 0 0 %
Sering 0 0 %
Kadang-kadang 24 100 %
Jarang 0 0 %
Tidak pernah 0 0 %
Tidak tahu 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Data-data pada Tabel 12 menyatakan bahwa dari 24 responden
secara keseluruhan semua memilih jawaban kadang-kadang dengan nilai
prosentase sebesar 100%. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa didampingi guru ketika terdapat jadwal kunjungan ke
perpustakaan adalah kadang-kadang dengan hasil akhir sebesar 100 %.
10) Sumber Informasi yang Sering Digunakan
Sumber informasi yang ada sekarang ini sangat bervariasi seiring
meningkatnya teknologi di dunia ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui sumber informasi apa yang sering digunakan siswa apabila
mereka membutuhkan informasi.
Tabel 13
Sumber Informasi yang Sering Digunakan
Variabel Jawaban F P
Ensiklopedia 12 26,66 %
Kamus 2 4,44 %
Cerita Rakyat 3 6,66 %
Internet 22 48,88 %
Majalah 4 8,88 %
Lain-lain (sebutkan)....
Orang tua, berita
2 4,44 %
Jumlah 45 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 13 yang terlihat dari
24 responden dengan hasil 45 jawaban. Sumber jawaban informasi yang
sering digunakan oleh responden, untuk ensiklopedia dipilih responden
hampir setengahnya yaitu sebesar 26,66 %, sedangkan sebagian kecil
dipilih untuk cerita rakyat yaitu sebesar 6,66 %, untuk internet
mendapatkan nilai hampir setengahnya yaitu sebesar 48,88 %, dan masing-
masing sebagian kecil untuk majalah sebesar 8,88 % dan jawaban orang
tua dan berita mendapatkan 4,44 %.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dari 24 responden hampir setengahnya menjawab ‘internet’ untuk sumber
informasi yang sering digunakan yaitu sebesar 48,88 %.
11) Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan dalam
Penyelesaian Tugas
Penggunaan koleksi perpustakaan oleh siswa dalam penyelesaian
tugas dari sekolah dapat mengadaptasikan bahwa siswa dapat
menggunakan berbagai koleksi tidak hanya terfokus oleh satu buku dan ini
bisa terjadi apabila pihak sekolah terintegrasi dengan pihak perpustakaan.
Tabel 14
Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan dalam
Penyelesaian Tugas
Variabel Jawaban F P
Sering sekali 0 0 %
Sering 2 8,33 %
Kadang-kadang 17 70,83 %
Jarang 0 0 %
Tidak pernah 5 20,83 %
Tidak tahu 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 24 responden menyatakan
bahwa sebagian kecil yaitu 8,33 % memilih jawaban sering, sedangkan
sebagian besar responden menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 70,83 %
dan yang menjawab tidak pernah juga sebagian kecil yaitu 20,83 %.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi siswa terhadap
penggunaan koleksi perpustakaan dalam penyelesaian tugas sebagian besar
menjawab ‘kadang-kadang’ yaitu sebesar 70,83 %.
12) Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan oleh Guru
Penggunaan koleksi perpustakaan oleh guru dapat dijadikan
barometer bahwasannya guru tidak hanya terpaku untuk menggunakan
buku pelajaran tetapi dapat mengkombinasikan penggunaan koleksi
perpustakaan seperti : cerita rakyat, dongeng, ensiklopedia, kamus dan
lain-lain. Dan ini bisa terjadi apabila pihak sekolah terintegrasi dengan
pihak perpustakaan untuk lebih jelasnya lihatlah tabel di bawah ini :
Tabel 15
Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan oleh Guru
Variabel Jawaban F P
Sering sekali 1 4,16 %
Sering 11 45,83 %
Kadang-kadang 9 37,5 %
Jarang 0 0 %
Tidak pernah 3 12,5 %
Tidak tahu 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 15 terlihat bahwa dari
24 responden sebagian kecil memilih jawaban sering sekali yaitu sebesar
4,16 %, sedangkan hampir setengahnya (45,83 %) menjawab sering, dan
yang menjawab kadang-kadang sebesar 37,5 % dan yang terakhir juga
sebagian kecil menjawab tidak pernah dengan yaitu sebesar 12,5 %.
Dari data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa responden
paling banyak menjawab ‘sering’ dalam penggunaan koleksi perpustakaan
oleh guru yaitu sebesar 45,83 % dengan nilai prosentase hampir
setengahnya
13) Koleksi yang digunakan Guru dalam Mengajar
Penggunaan koleksi perpustakaan oleh guru dalam mengajar
menandakan bahwa perpustakaan merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran sekolah. Bervariasinya koleksi yang ada menjadikan sekolah
membuat peraturan koleksi apa yang dapat di pakai dalam pengajaran.
Untuk mengetahui koleksi apa saja yang digunakan kita dapat melihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 16
Koleksi yang digunakan Guru dalam Mengajar
Variabel Jawaban F P
Cerpen 2 3,57 %
Novel 6 10,71 %
Surat kabar 4 7,14 %
Buku cerita 18 32,14 %
Ensiklopedia 14 25 %
Kamus 11 19,64 %
Majalah 1 1,78 %
Lain-lain (sebutkan)..... 0 0 %
Jumlah 56 100 %
Dari Tabel 16 diperoleh keterangan bahwa dari 24 responden yang
terdiri atas 56 jawaban diperoleh hasil bahwa sebagian kecil responden
memilih cerpen yaitu sebesar 3,57 %, novel sebesar 10,71 % dan surat
kabar sebesar 7,14 %. Sedangkan untuk buku cerita dipilih hampir
setengahnya yaitu sebesar 32,14 %. Dan sebagian kecil responden memilih
ensiklopedia berkisar 25 %, kamus sebesar 19,64 % dan yang terakhir
majalah yaitu sebesar 1,78 %.
Berdasarkan data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari
56 jawaban yang dipilih responden hampir setengahnya menjawab ‘buku
cerita’ yaitu sebesar 32,14 %. Sehingga diperoleh hasil bahwa penilaian
responden terhadap point di atas sebagian besar memilih buku cerita untuk
koleksi yang digunakan guru dalam mengajar.
14) Acara Perpustakaan yang Sering Diadakan
Dalam mengadakan sebuah acara perpustakaan, perpustakaan
memiliki bermacam-macam kegiatan di dalamnya. Hal ini yang dapat
memicu perkembangan kemampuan anak. Di bawah ini merupakan
beberapa acara yang ada di perpustakaan, adapun acara perpustakaan yang
sering diadakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 17
Acara Perpustakaan yang Sering Diadakan
Variabel Jawaban F P
Storytelling 16 30,18 %
Nonton film 23 43,39 %
Membuat keterampilan 1 1,88 %
Lomba 12 22,64 %
Lain-lain (sebutkan)……
Ketertiban kelas
1 1,88 %
Jumlah 53 100 %
Data-data dari Tabel 17 menyatakan bahwa dari 24 responden
dengan 53 jawaban menyatakan bahwa acara perpustakaan yang sering
diadakan yaitu hampir setengahya memilih storytelling yaitu sebesar
30,18% dan nonton film sebesar 43,39 %. Sedangkan sebagian kecil
responden memilih membuat keterampilan dengan hasil sebesar 1,88 %,
lomba (22,64 %), dan juga ketertiban kelas yaitu sebesar 1,88 %.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dari 53
jawaban hampir setengahnya menjawab ‘nonton film’ yaitu sebesar
43,39%. Dan dari penjelasan di atas diperoleh hasil bahwa ‘nonton film’
merupakan acara yang sering diadakan oleh perpustakaan.
15) Program Perpustakaan yang Paling Disenangi
Kegiatan-kegiatan ini bisa dijadikan barometer bahwa kegiatan apa
yang paling disenangi oleh siswa pada saat diadakannya kegiatan di
perpustakaan seperti yang sudah tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 18
Program Perpustakaan yang Paling Disenangi
Variabel Jawaban F P
Storytelling 5 13,88 %
Nonton film 14 38,88 %
Menelusur lewat media cetak 4 11,11 %
Menelusur lewat media elektronik 13 36,11 %
Lain-lain (sebutkan)......... 0 0 %
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan Tabel 18 yang terdiri atas 24 responden dari 36
jawaban dapat diketahui bahwasannya sebagian kecil responden memilih
storytelling yaitu sebesar 13,88 %, sedangkan hampir setengahnya
memilih nonton film yaitu 38,88 %. Dan untuk menelusur lewat media
cetak berjumlah 11,11 % dengan nilai prosentase sebagian kecil,
selanjutnya hampir setengahnya memilih media elektronik yaitu sebesar
36,11 %. Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh hasil bahwa ‘nonton
film’ merupakan pelajaran yang paling disenangi siswa di perpustakaan
dengan nilai prosentase hampir setengahnya yaitu 38,88 %.
16) Perasaan Siswa terhadap Program Perpustakaan
Tabel ini menunjukkan persentase siswa mengenai perasaan siswa
terhadap program yang diadakan perpustakaan di mana bisa diketahui
apakah perpustakaan berhasil apa tidak dalam memgadakan program
perpustakaan bagi pribadi siswa.
Tabel 19
Perasaan Siswa Terhadap Program Perpustakaan
Variabel Jawaban F P
Senang 20 83,33 %
Biasa saja 4 16,66 %
Tidak peduli 0 0 %
Tidak senang 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Dari Tabel 19 dapat dilihat tentang perasaan siswa terhadap
program perpustakaan di atas diperoleh keterangan bahwa dari 24
responden sebagian besar 83,33 % menyatakan senang, dan sebagian kecil
16,66 % menyatakan biasa saja. Berdasarkan keterangan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa responden yang menjawab ‘senang’ terhadap
perasaan mereka mengenai tersedianya program perpustakaan
mendapatkan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 83,33 %.
17) Manfaat Perpustakaan dalam Proses Pembelajaran
Salah satu manfaat perpustakaan adalah pada proses
pembelajarannya yang melibatkan semua pihak mulai dari guru sampai
murid. Oleh karena itu, dapat dilihat pada tabel ini apakah perpustakaan
bermanfaat dalam proses pembelajaran seperti yang tertera di bawah ini :
Tabel 20
Manfaat Perpustakaan dalam Proses Pembelajaran
Variabel Jawaban F P
Sangat bermanfaat 12 50 %
Bermanfaat 12 50 %
Kurang bermanfaat 0 0 %
Tidak bermanfaat 0 0 %
Jumlah 24 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 20 terlihat bahwa dari
24 responden terlihat seimbang. Masing-masing jawaban yang memilih
sangat bermanfaat dan bermanfaat mendapat hasil sebesar 50 %. Dari
keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat
perpustakaan dalam proses pembelajaran mendapatkan nilai prosentase
setengahnya yaitu masing-masing memiliki 50 % untuk yang menjawab
sangat bermanfaat dan bermanfaat.
d. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa
Uji Pengetahuan dan pemahaman siswa merupakan hal yang penting
untuk melihat seberapa besar kemampuan anak. Data ini diambil untuk
melihat secara garis besar kemampuan siswa Sekolah An-nisaa’ khususnya
untuk kelas 5 SD. Dalam sub bagian ini penulis membuat sedikit pembuktian
dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang sederhana. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada sub-sub bagian di bawah ini :
9) Menemukan Arti sebuah Istilah
Pada tabel ini penulis ingin mengetahui bagaimana kemampuan
siswa dalam mencari sebuah istilah yang asing atau tidak diketahui.
Melalui media apa siswa dapat menemukan istilah-istilah tersebut. Banyak
media yang terdapat di perpustakaan namun terdapat media yang sangat
tepat yang digunakan untuk membantu dalam mencari istilah tersebut.
Tabel 20
Menemukan Arti sebuah Istilah
Variabel Jawaban F P
Kamus 20 68,96 %
Ensiklopedia 8 27,58 %
Bibliografi 1 3,44 %
Indeks 0 0 %
Atlas 0 0 %
Lain-lain (sebutkan)......... 0 0 %
Jumlah 29 100 %
Dari Tabel 20 diperoleh keterangan bahwa dari 24 responden
dengan hasil 29 jawaban responden sebagian besar memilih kamus dengan
prosentase 68,96 %. Sedangkan hampir setengahnya memilih ensiklopedia
yaitu berjumlah 27,58 % dan sisanya sebagian kecil memilih bibliografi
yaitu sebesar 3,44 %.
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban
yang paling tepat mengenai media yang digunakan untuk menemukan arti
sebuah istilah adalah dengan menggunakan kamus dengan nilai prosentase
sebagian besar yaitu sebesar 68,96 %.
10) Koleksi Non Fiksi
Koleksi non fiksi merupakan koleksi yang berhubungan dengan
ilmu pasti yang sering digunakan dalam proses pembelajaran seperti buku
pelajaran, ensiklopedia, kamus dan lain-lain. Di sini penulis ingin melihat
seberapa besar pengetahuan siswa tentang apa itu koleksi non fiksi
sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 21
Koleksi Non Fiksi
Variabel Jawaban F P
Buku pelajaran 24 35,29 %
Ensiklopedia 22 32,35 %
Novel 0 0 %
Kamus 17 25 %
Cerita rakyat 5 7,35 %
Jumlah 68 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 21 terlihat bahwa dari
24 responden yang terdiri atas 68 jawaban. Hampir setengahnya 35,29 %
memilih buku pelajaran, jika dilihat dari jumlah responden maka seluruh
responden memilih jawaban ini. Sedangkan untuk ensiklopedia 32,35 %
yaitu hampir setengahnya di pilih oleh responden. Selanjutnya sebagian
kecil memilih kamus dengan prosentase 25 % dan yang terakhir untuk
cerita rakyat juga dipilih sebagian kecil responden yaitu sebesar 7,35 %.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang
tepat mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi non fiksi adalah buku
pelajaran, ensiklopedia dan kamus dengan nilai prosentase yaitu sebesar
92,64 %.
11) Koleksi Fiksi
Sedangkan untuk koleksi fiksi merupakan cerita hiburan seperti
novel, komik, cerita rakyat dan sebagainya. Seperti halnya dengan
penjelasan di atas penulis ingin mengetahui apakah siswa bisa
membedakan antara koleksi fiksi dan non fiksi yang dapat kita cermati
pada tabel berikut ini :
Tabel 22
Koleksi Fiksi
Variabel Jawaban F P
Cerita rakyat 12 36,32 %
Novel 20 60,6 %
Ensiklopedia 0 0 %
Kamus 1 3,03 %
Buku pelajaran 0 0 %
Jumlah 34 100 %
Melalui Tabel 22 dapat diketahui bahwa dari 34 jawaban yang
terdiri atas 24 responden hampir setengahnya memilih cerita rakyat yaitu
sebesar 36,32 %. Sedangkan untuk novel (60,6 %) dipilih sebagian besar
responden, selanjutnya untuk sebagian kecil yaitu kamus dipilih sebesar
3,03 %.
Dari data-data di atas diperoleh jawaban yang paling tepat
mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi fiksi adalah cerita rakyat
dan novel dengan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar
96,92%.
12) Mencari Informasi Riwayat Hidup Seseorang
Riwayat seseorang sangat dibutuhkan untuk mengetahui tentang
perjalanan hidup seseorang sehingga apabila kita tidak tahu media apa
yang menyediakan informasi tersebut kita akan merasa kesulitan dalam
mencarinya. Untuk itu penulis ingin melihat bagaimana siswa mencari
informasi tersebut dengan menggunakan media apa dan jawaban-jawaban
mereka akan terlihat di bawah ini :
Tabel 23
Mencari Informasi Riwayat Hidup Seseorang
Variabel Jawaban F P
Kamus 4 15,38 %
Ensiklopedia 1 3,84 %
Majalah 0 0 %
Atlas 0 0 %
Biografi 21 80,76 %
Lain-lain (sebutkan)......... 0 0 %
Jumlah 26 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 23 tergambar bahwa
dari 24 responden dengan jumlah 26 jawaban sebagian kecil memilih
kamus yaitu sebesar 15,38 %. Sedangkan sebagian kecil lagi yaitu 3,84 %
juga dipilih untuk ensiklopedia. Dan yang terakhir hampir seluruhnya
responden memilih biografi yaitu dengan hasil 80,76 %.
Dari data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban
yang paling tepat untuk media yang digunakan dalam mencari informasi
riwayat hidup seseorang adalah dengan menggunakan biografi dengan
nilai prosentase hampir seluuruhnya yaitu sebesar 80,76 %.
13) Mencari Berita Terbaru
Berita terbaru sangat dibutuhkan bagi seseorang apabila tidak ingin
ketinggalan dengan informasi yang ada untuk itu perlu kita ketahui media
apa yang dapat membantu kita untuk menemukan berita tersebut. Untuk
itu penulis membuat tabel seperti di bawah ini untuk mengetahui media
apa yang siswa gunakan untuk mencari berita baru.
Tabel 24
Mencari Berita Terbaru
Variabel Jawaban F P
Surat kabar 19 44,18 %
Kamus 0 0 %
Internet 24 55,81 %
Novel 0 0 %
Komik 0 0 %
Jumlah 43 100 %
Tabel 24 menunjukkan bahwa dari 43 jumlah jawaban responden
yang terdiri atas 24 responden hampir setengahnya responden memilih
surat kabar yaitu berjumlah 44,18 %. Sedangkan sebagian besar memilih
internet dengan hasil 55,81 % dan apabila dilihat dari jumlah responden
jawaban tersebut mempunyai nilai sempurna atau 100 %.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang
paling tepat mengenai media yang digunakan untuk mencari berita terbaru
adalah dengan menggunakan surat kabar dan internet dengan nilai
prosentase secara keseluruhan yaitu sebesar 100 %.
14) Mencari Letak Geografis
Pada tabel ini penulis ingin melihat bagaimana kemampuan siswa
dalam mencari letak geografis pada media-media yang telah disediakan di
bawah ini untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 25
Mencari Letak Geografis
Variabel Jawaban F P
Globe 19 44,18 %
Atlas 24 55,81 %
Majalah 0 0 %
Kamus 0 0 %
Ensiklopedia 0 0 %
Jumlah 43 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 25 terlihat bahwa dari
43 jawaban yang dipilih oleh 24 responden bahwa hampir setengahnya
memilih jawaban globe yaitu sebesar 44,18 %. Sedangkan untuk atlas
dipilih sebagian besar responden yaitu sebesar 55,81 %.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang
paling tepat untuk mencari letak geografis adalah dengan menggunakan
globe dan atlas dengan nilai prosentase seluruhnya yaitu 100 %.
15) Koleksi Audio Visual
Koleksi audio visual merupakan koleksi yang membutuhkan
teknologi dan visual karena koleksi tersebut tidak berbentuk tercetak
seperti buku, koran dan sebagainya. Pada bagian ini penulis ingin
mengetahui apakah siswa kelas 5 bisa mengetahui apakah koleksi audio
visual itu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 26
Koleksi Audio Visual
Variabel Jawaban F P
Koran 2 5,12 %
Kaset 14 35,89 %
CD/DVD 23 58,97 %
Majalah 0 0 %
Novel 0 0 %
Jumlah 39 100 %
Dengan melihat Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 39
jawaban yang terdiri atas 24 responden sebagian kecil memilih koran yaitu
5,12 %. Sedangkan hampir setengahnya memilih kaset sebesar 35,89 %.
Dan untuk CD/DVD dipilih hampir sebagian besar responden yaitu
sebesar 58,97 %.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang
paling tepat mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi audio visual
adalah yang memilih kaset dan CD/DVD dengan nilai prosentase hampir
seluruhnya yaitu sebesar 94,86 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian dengan menggunakan metode
observasi, wawancara dengan pihak perpustakaaan dan guru serta
menyebarkan kuesioner sebanyak 24 siswa pada SD kelas 5 yang
menggunakan purposive sample. Pada bab ini penulis akan
mengemukakan kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian tersebut.
Kesimpulan dari penelitian yang diadakan di Perpustakaan An-nisaa’
adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perpustakaan An-nisaa’ telah
melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan literasi infomasi bagi
siswa/siswi secara optimal. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai
macam program kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak
perpustakaan seperti : bimbingan pemakai perpustakaan, latihan
penggunaan koleksi, pembuatan kliping, pengenalan internet, dan
lingkar sastra yang bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia.
2. Dari hasil lima program yang diadakan perpustakaan apabila dianalisa
menurut standar literasi informasi menurut American Association of
School Librarian terdapat dua program yang masuk ke dalam Standar
1 yaitu latihan penggunaan koleksi, dan pengenalan internet.
Sedangkan terdapat satu program yang memiliki karakter ke dalam
Standar 2 yaitu nonton film. Kemudian untuk Standar 4 terdapat satu
program perpustakaan yaitu bimbingan pemakai perpustakaan. Dan
untuk Standar 5 memiliki satu program perpustakaan yaitu pembuatan
kliping.
3. Dalam pembentukan program perpustakaan disesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan. Sehingga pihak perpustakaan memasukkan
program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat
masing-masing kelas. Selain itu, adanya jadwal kunjungan
perpustakaan yang telah ditetapkan atau dijadwalkan bagi tiap-tiap
kelas menjadikan pihak perpustakaan bisa lebih intensif dalam
menjalankan program-program tersebut.
4. Dari hasil yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
siswa terlihat bahwa dari uji pengetahuan dan pemahaman yang
dilakukan oleh penulis melalui 7 pertanyaan sederhana mengenai
peraturan dan keterampilan dalam memperoleh informasi di
perpustakaan yang disebarkan melalui kuesioner terilihat jelas bahwa
hampir keseluruhan siswa kelas 5 memilih jawaban yang tepat, yang
apabila diakumulasikan berkisah 92% tingkat ketepatan menjawab.
5. Pimpinan Yayasan, para tenaga pendidik serta orang tua siswa saling
memahami akan fungsi dari perpustakaan sekolah, sehingga mereka
dapat memberikan perhatian kepada perpustakaan. Hal ini tercermin
dengan adanya respon yang positif antara satu dengan yang lainnya
yang ditunjukkan dengan adanya saling bekerjasama.
B. Saran
Telah dijelaskan dan disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan
pihak perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa sudah
optimal namun dari hasil penelitian, penulis hanya ingin memberikan
saran-saran untuk Perpustakaan An-nisaa’ yaitu sebagai berikut :
1. Pihak perpustakaan sebaiknya menambah waktu untuk program
kunjungan ke perpustakaan yang sudah dijadwalkan khususnya
untuk kelas 5 SD karena dari kuesioner terbuka yang disebarkan
sebagian besar siswa menyatakan bahwa waktu yang diberikan
perpustakaan terlalu singkat yaitu dengan prosentase pemilih
sebesar 66,66 % hal ini dipicu karena waktu yang digunakan hanya
kurang lebih sekitar 35 menit.
2. Selain itu dari guru yang diwawancarai seputar perpustakaan juga
menyarankan sebaiknya jumlah staf perpustakaan ditambah. Hal
ini dilatar belakangi bahwasannya, apabila salah satu staf pergi
maka staf yang lain menanggung tugas yang terlalu berat, karena
harus mengajar sendiri sehingga kurang kondusif ditambah lagi
jika tidak ada guru pendamping. Dan juga soal pengadaan koleksi
terkadang datangnya terlambat sehingga ini juga perlu dikaji lagi.
3. Selanjutnya saran yang terakhir sebaiknya guru sering
mendampingi siswa apabila ada jadwal ke perpustakaan baik dari
tingkat paling bawah sampai tingkat yang paling atas, sehingga
bisa terkontrol. Hal ini terlihat dari kuesioner yang di isi oleh siswa
bahwa seluruhnya mengatakan bahwa guru mendampingi siswa
saat jadwal kunjungan ke perpustakaan adalah kadang-kadang
dengan prosentase sebesar 100 %. Dari data-data yang diperoleh
menunjukkan bahwa guru jarang mendampingi siswanya. Padahal
keikutsertaan guru ke perpustakaan pada jam kunjungan ke
perpustakaan telah diatur oleh unit sekolah. Dan dengan ikut
sertanya guru ke perpustakaan juga dapat melihat kemampuan anak
didiknya selain berada di kelas dan apabila terdapat kendala dapat
didiskusikan bersama dengan pihak perpustakaan.
Demikian kesimpulan dan saran yang bisa penulis kemukakan pada
bab ini sebagai penutup dari penelitian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alfida. (2008). “Pustakawan dan literasi informasi : menguak kemampuan
pustakawan dalam membimbing pengguna”. Al-Maktabah : jurnal
komunikasi dan informasi perpustakaan, 9 (2), 251.
Bafadal, Ibrahim. (2001). Pengelolaan perpustakaan sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara.
Bangun, Antonius, dkk. (1992). Kepustakawanan Indonesia : potensi dan
tantangan. Jakarta : Kesain Blane.
Bunanta, Murti. (2004). Buku, mendongeng dan minat membaca. Jakarta : Pustaka
Tangga.
Darmono. (2007). Perpustakaan sekolah : pendekatan aspek manajemen dan tata
kerja. Jakarta : Grasindo.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1986). Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.. (1988). Kamus umum bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Farida, Ida, dkk. (2005). Information literacy skill : dasar pembelajaran seumur
hidup. Jakarta : UIN Jakarta Press.
Al Hamid, Zaid Husein. (1982). Kamus Al-Muyassar Arab-Indonesia.
Pekalongan.
Hariyadi, Utama. (2005). “Strategi melakukan keberaksaraan informasi di
perpustakaan sekolah”. Jurnal ilmu informasi : perpustakaan dan
kearsipan, 1 (2), 35.
Herring, James. E. (1982). School librarianship. London : Clive Bingle.
IFLA. (2006). Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO. Diakses 19
Agustus 2009. www.ifla.org/VII/s11/pubs/scholl-guidelines.html
Koentjaraningrat (1991). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
LIPI. (2009). Membangun perpustakaan sekolah model. Diakses 18 Agustus
2009. www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php
Marais, J.J. (1992). “Evolution of information literacy as product of information
education. South African”. Journal of library of information science, 60
(2), 75.
Milburga, Larasati, et al. (1991). Membina perpustakaan sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Mudjito. (2001). Pembinaan minat baca. Jakarta : Universitas Terbuka.
Naibaho, Kalarensi. (2008). Menciptakan generasi literat melalui perpustakaan.
Diakses 24 April 2009.
http://claranaibaho.multiply.com/journal/item/44
Nuryudi. (2006). “Mendukung pendidikan berbasis kompetensi dengan program
literasi dasar dan information literacy di perpustakaan sekolah”. Al-
Maktabah : jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan, 8 (2), 24-27.
Nuryudi. (2006). “Advokasi perpustakaan madrasah: pendekatan kolaborasi
external”. Perpustakaan sebagai center for learning society : gagasan
untuk pengembangan perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul
Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah.
Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar metodologi penelitian : buku panduan
mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Perpustakaan An-nisa’. (2007). YPII Annisa’. Diakses 24 April
Perpustakaan Nasional. (1992). Perpustakaan sekolah : petunjuk untuk membina,
memakai dan memelihara perpustakaan di sekolah. Jakarta :
Perpustakaan Nasional.
Prytherch, Ray. (1990). Harrod’s librarians’ glossary and reference book.
England : Gower.
Purnomo, Pungki. (2006). “Pembekalan life long learning di madrasah melalui
penerapan pembelajaran berbasis perpustakaan”. Perpustakaan sebagai
center for learning society : gagasan untuk pengembangan
perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta :
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
Rohanda. (2000). Fungsi dan peranan perpustakaan sekolah. Diakses 02 Februari
2009.
Saiful-Haq, Rizal (2006a). “Cakap informasi: tanggung jawab pustakawan
sekolah dan pustakawan guru”. Perpustakaan sebagai center for
learning society : gagasan untuk pengembangan perpustakaan
madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
_____________ , (2006b). “Information literacy : kelayakan kompetensi lulus
sekolah dan pengembangan di Universitas”. Al-turas : mimbar sejarah,
sastra, budaya dan agama, 12 (1), 58.
______________ , dkk. (2006). Pengantar manajemen perpustakaan madrasah.
Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah.
_____________ , dkk. (2007). Perpustakaan dan pendidikan: pemetaan peran
serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Jakarta : Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Jakarta.
Sevilla, Consuelo G, dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta
:Universitas Indonesia Pres.
Sholeh, Asrorun Ni’am. (2008). Perpustakaan jendela peradaban : teks, konteks,
dan dinamika pembahasan undang-undang tentang perpustakaan.
Depok : Elsas.
Sismanto. (2007). Manajemen perpustakaan digital. Tangerang : Afifa Pustaka.
Subagyo, Joko. (1991). Metode Penelitian dalm teori dan praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Sudijojo, Anas.(1997). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Suherman. (2009). Kekuatan informasi : dari preliteracy ke postliteracy. Diakses
24 april 2009. http://www.bit.lipi.go.id/index.php
Sulistyo-Basuki. (2003). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Surachman, Arif. (2007). Manajemen Perpustakaan sekolah. Diakses 15 Mei
2009. http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf
Sutarno NS. (2003). Perpustakaan dan masyarakat. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Teta, dkk. Laporan program kerja Perpustakaan Sekolah An-nissa’ 2005-2006.
Yusuf, Pawit. M, et al. (2007). Pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
Jakarta : Kencana.
Zahara, Zurni. (2003). Organisasi dan administrasi perpustakaan sekolah.
Diakses 15 Mei 2009. http://library.usu.ac.id
Kuesioner Penelitian
Upaya Perpustakaan Dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : Studi Kasus
Perpustakaan Sekolah An-nissa’
Petunjuk Pengisian: 1. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data sehubungan dengan
penelitian 2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan secara seksama sebelum Adik mengisi
kuesioner ini 3. Jawablah pertanyaan dengan melingkari (O) atau menyilang (X) jawaban yang
menurut anda sesuai
4. Terima kasih atas kerjasama dan kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini.
Data Responden
Nama : Jenis kelamin : (Laki-laki / Perempuan)
Kelas :
A. Penggunaan Perpustakaan
1. Berapa kali dalam seminggu Adik mengunjungi perpustakaan?
a. Tidak pernah d. Lebih dari 2 kali b. 1 kali e. Tidak tentu
c. 2 kali 2. Apakah terdapat jadwal khusus untuk datang ke perpustakaan?
a. Ya b. Tidak 3. Apakah Adik bisa menggunakan internet?
a. Bisa c. Kurang bisa
b. Sedikit-sedikit d. Tidak bisa
4. Apakah Adik bisa menggunakan OPAC?
a. Bisa c. Kurang bisa
b. Sedikit-sedikit d. Tidak bisa
5. Dari mana belajar menggunakan internet?
a. Guru d. Saudara
b. Petugas perpustakaan e. Teman
c. Orang tua f. Lain-lain (sebutkan)........
6. Dari mana belajar menggunakan OPAC?
a. Guru d. Saudara
b. Petugas perpustakaan e. Teman
c. Orang tua f. Lain-lain (sebutkan)........ 7. Ketika Adik datang ke perpustakaan apakah didampingi guru?
a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah
c. Kadang-kadang e. Tidak tahu 8. Sumber informasi apa yang sering Adik gunakan? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Ensiklopedia d. Internet b. Kamus e. Majalah
c. Cerita rakyat f. Lain-lain (sebutkan)……
9. Apakah Adik sering menggunakan koleksi perpustakaan dalam menyelesaikan
tugas sekolah?
a. Sering sekali d. Jarang b. Sering e. Tidak pernah
c kadang-kadang f. Tidak tahu 10. Apakah guru sering menggunakan koleksi perpustakaan waktu mengajar di
kelas? a. Sering sekali d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah c. Kadang-kadang f. Tidak tahu
11. Koleksi apa yang biasanya guru gunakan waktu mengajar dikelas?
(boleh pilih lebih dari satu)
a. Cerpen e. Ensiklopedia
b. Novel f. Kamus
c. Surat kabar g. Majalah
d. Buku cerita h. Lain-lain (sebutkan)……
12. Acara apa yang sering diadakan oleh pihak perpustakaan? (boleh pilih lebih
dari satu)
a. Storytelling (mendongeng) d. Lomba
b. Nonton film e. Lain-lain (sebutkan)…….
c. Membuat keterampilan
13. Program apa yang paling Adik senangi? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Storytelling c. Menelusur lewat media cetak b. Nonton film d. Menelusur lewat media elektronik
14. Apa yang Adik rasakan dengan adanya program di perpustakaan bagi diri Adik sendiri?
a. Senang c. Tidak peduli b. Biasa saja d. Tidak senang
15. Menurut adik, sejauh mana manfaat perpustakaan dalam proses pembelajaran? a. Sangat bermanfaat c. kurang bermanfaat
b. Bermanfaat d. Tidak bermanfaat
16. Apa yang menjadi kendala Adik dalam program pembelajaran yang diadakan
oleh perpustakaan?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………........................................................................................
B. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa
1. Media apa yang Adik gunakan apabila ingin menemukan arti dari sebuah
istilah tertentu? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Kamus c. Bibliografi e. Atlas b. Ensiklopedia d. Indeks
2. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk buku-buku non fiksi? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Buku pelajaran c. Novel e. Cerita rakyat b. Ensiklopedia d. Kamus
3. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk buku-buku fiksi? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Cerita rakyat c. Ensiklopedia e. Buku pelajaran
b. Novel d. Kamus
4. Apabila Adik ingin mencari informasi riwayat hidup seseorang adik
mencarinya dimana? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Kamus c. Majalah e. Biografi
b. Ensiklopedia d. Atlas
5. Apabila Adik ingin mencari berita terbaru atau terkini dimana mencarinya?
(boleh pilih lebih dari satu)
a. Surat kabar c. Internet e. Komik
b. Kamus d. Novel
6. Apabila Adik ingin mencari letak geografis negara-negara dimana
mencarinya? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Globe c. Majalah e. Ensiklopedia b. Atlas d. Kamus
7. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk koleksi audio visual?(boleh pilih lebih dari satu)
a. Koran c. CD/DVD e. Novel b. Kaset d. Majalah
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
Transkrip Wawancara Kepala Perpustakaan
Pokok Pembicaraan
1. Dalam hal membuat peraturan perpustakaan, apakah Ibu bekerja sama dengan
pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa)? Bagaimana bentuk
kerjasamanya?
“Peraturan dibuat interen oleh perpustakaan karena ide dan aturannya
dibuat sesuai kebutuhan-kebutuhan dan selanjutnya dari hasil tersebut
disosialisasikan ke sekolah”
2. Menurut Ibu apakah visi dan misi perpustakaan menunjang visi dan misi
sekolah?
“Pasti, karena perpustakaan merupakan jantung sekolah”
3. Bagaimana proses pendanaan perpustakaan?
“Dana perpustakaan berasal dari iuran siswa jadi, siswa membayar uang
perpustakaan pertahun besarnya tergantung pada unit masing-masing
tingkatan sekolah (KB, TK, SD, SMP)”
4. Selama ini dari mana saja koleksi perpustakaan diperoleh?
“Penerbit datang dan menjual koleksinya ke kita kemudian ada distributor,
dari toko buku pameran, dari guru yang membelikan buku, sumbangan siswa
yang ingin mengikuti program sahabat buku dengan memberikan 4 buah buku
sebagai syarat”
5. Berapa kali dalam sebulan pihak perpustakaan mengadakan program
kunjungan anak ke perpustakaan? waktu yang digunakan berapa lama?
“Seminggu sekali setiap pelajaran, untuk TK ± 45 menit sedangkan untuk SD
jauh lebih sebentar ± 35 menit”
6. Apakah Ibu melibatkan pihak sekolah dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perpustakaan?
“Iya, misalnya setiap kunjungan program guru selalu ikut menemani selain
itu work shop akhir semester 2 tahun 2008/2009”
7. Mohon Ibu jelaskan secara spesifik tentang hubungan pustakawan dengan
guru?
“Rekan, tidak ada perbedaan saling membutuhkan”
8. Apakah dalam mengajar pihak guru menggunakan koleksi yang dimiliki
perpustakaan?
“Pasti, kita mengakomodir koleksi yang digunakan karena semua mata
pelajaran menggunakan koleksi perpustakaan baik buku pegangan guru yang
disebut dengan teacher resources maupun koleksi seperti; ensiklopedia,
kamus, koleksi fiksi, dan lain-lain”.
9. Apakah ada kebijakan mengenai literasi informasi di perpustakaan ini? Jika
ada tolong Ibu jelaskan bagaimana kebijakan tersebut?
“Semua program yang ada merupakan mengenai literasi informasi namun
untuk kebijakannya sendiri berupa jadwal yang diperuntukkan untuk tiap-tiap
kelas jadi, setiap kelas mempunyai waktu sendiri. Selain itu, dalam
pengajaran di perpustakaan kita lebih ke sistem proses jadi kita tidak terlalu
formal dalam memberikan materi sehingga siswa juga bisa semangat dengan
apa yang kita berikan”
10. Bagaimana Ibu beserta staf perpustakaan merancang program pengajaran
dengan menggunakan perpustakaan? (Dengan menggunakan sumber-sumber
yang ada di perpustakaan sekolah)
“Kita merancangnya dilihat dari weekly plan kemudian diberikan ke
perpustakaan untuk diberi materi program di perpustakaan ada gak materi
yang bisa ditambah, contoh; non film, menelusur, dan lain-lain”
11. Apakah pembelajaran di perpustakaan mengacu ke kurikulum sekolah?
“Harus dan kita sebagai fasilitatornya”
12. Usaha apa yang dilakukan perpustakaan dalam upaya meningkatkan literasi
informasi?
“Seperti bagaimana kita mengenalkan koleksi, DDC, workshop”
13. Sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap upaya peningkatan proses
literasi informasi?
“Sangat berpengaruh sekali”
14. Bagaimana Ibu beserta staf perpustakaan menanggulangi segala permasalahan
yang ada?
“Yang penting komunikasi sehingga apabila komunikasi jadi semua lancar”
15. Apakah upaya-upaya yang dilakukan pihak perpustakaan sudah maksimal
dalam program pembelajaran perpustakaan? Tolong dijelaskan?
“Sudah cukup namunperlu ditingkatkan dikarenakan apabila terjadi masalah
yang tidak terduga contoh, pihak perpustakaan telah mempersiapkan materi
kelas
namun ketika kita lakukan ternyata siswa kurang bersemangat jadi kita
melakukan dengan cara melakukan sesuai proses saja”
16. Apa yang menjadi pertimbangan perpustakaan untuk tidak mengangkat
seorang guru pustakawan (teacher-librarian) sedangkan tugas yang dilakukan
pihak perpustakaan sudah mengacu ke sana?
“Sebenarnya kita sudah mengajukan ke pihak yayasan namun pihak yayasan
belum bisa menyetujui dalam waktu sekarang-sekarang ini. Disebabkan
sistem yang digunakan Sekolah An-nisaa’ menggunakan sistem Diknas yang
belum ada pemahaman dan sosialisasi di system tersebut. Sedangkan untuk
pembentukan Teacher Librarian sendiri menggunakan sistem National Plus”
17. Apa yang Ibu sarankan kepada pihak sekolah dan sekolah-sekolah yang ingin
mencanangkan program ini?
“Untuk pihak sekolah sendiri saya rasa sudah berjalan bagus (cooperative)
dan untuk sekolah-sekolah lain yang ingin menjalankan program seperti ini,
minat baca akan tumbuh jika kita memasukkan jadwal perpustakaan ke dalam
pelajaran harus ada rutinitas barulah ia dapat menyukainya”
Transkrip Wawancara Guru Kelas
Pokok Pembicaraan
1. Apakah visi dan misi perpustakaan menunjang dengan visi dan misi sekolah?
“Menunjang, dari segi agama maupun pendidikannya”
2. Apakah perkembangan perpustakaan termasuk bagian dari perencanaan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran?
“Iya, karena perpustakaan menunjang pada buku pegangan guru (teacher
resource) jadi, perpustakaan yang menyediakan sehingga apabil terdapat
buku baru akan ada pengembangan baru yang dapat meningkatkan mutu
kurikulum sekolah”
3. Menurut Bapak apakah upaya-upaya yang dilakukan pihak perpustakaan
sudah maksimal dalam pembentukan program perpustakaan? Tolong jelaskan?
“Menurut saya, sudah lumayan bagus tetapi untuk optimalnya belum karena
terdapat beberapa hal yang nggak mit, sehingg aanak bisa suka membaca jadi
saya rasa belum maksimal”
4. Menurut Bapak Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak perpustakaan
berdampak pada pendidikan anak di sekolah?
“Iya, karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan ada kerjasama antar guru dan
pihak perpustakaan misalnya tentang pelajaran mencari tentang habitat maka
kita bekerjasama dengan pihak perpustakaan tentang habitat dengan
melakukan komunikasi terlebih dahulu kemudian siswa diajak ke
perpustakaan dan pihak perpustkaan mengajarkan kepada siswa sumber apa
saja yang membahas tentang haitat jadi, siswa diajarkan untuk menggunakan
berbagai sumber tidak hanya buku pelajaran yang diajarkan di kelas”
5. Tolong Bapak jelaskan apakah ada perbedaan prestasi yang dicapai siswa di
sekolah sebelum dan sesudah di bentuknya program kegiatan perpustakaan?
“Upaya untuk perbaikan-perbaikan untuk pembangunan prestasi siswa pasti
ada setelah di bentuknya program di perpustakaan ini”
6. Apakah dalam mengajar di kelas Bapak menggunakan koleksi yang dimiliki
perpustakaan?
“Iya pasti karena buku pegangan guru berasal dari perpustakaan yaitu yang
disebut teacher resource tetapi kadang juga buku-buku anak”
7. Apakah Bapak sering mendampingi siswa ketika ada kelas di perpustakaan?
“Sering, jika saya tidak bisa mendampingi karena sesuatu hal misalnya, rapat
saya memberitahukan ke pihak perpustakaan melalui telepon atau diberi
wewenang kepada ketua kelas kemudian hasilnya di beritahukan kepada saya
atau guru yang bersangkutan.
8. Apakah Bapak ikut terlibat dalam program-program perpustakaan? Sejauh
mana Bapak ikut terlibat?
“Tidak selalu, dikarenakan waktunya tidak tepat kalau dulu saya sering aktif
tetapi bila diadakan book week semua ikut terlibat”
9. Menurut Bapak, apakah keberadaan perpustakaan sangat penting dalam upaya
meningkatkan literasi informasi?
“Iya, meskipun ada internet buku tetap penting”
10. Apakah pembelajaran di perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum sekolah?
“Iya, sudah dijadwalkan”
11. Menurut Bapak adakah hambatan-hambatan yang dialami pihak sekolah
dalam mengembangkan perpustakaan sekolah?
“Yang berhubungan dengan pengadaan buku, buku yang kita perlukan
kadang terlambat selain itu mungkin juga di tenaga kerja perpustakaan
terlalu sedikit”
12. Mungkin ini pertanyaa terakhir saya, apa yang Bapak sarankan kepada pihak
perpustakaan dan pihak sekolah dalam menjalankan program di perpustakaan?
“Lebih membuat anak untuk menyukai buku”.