senth ekokultur arsitektur pada destinasi wisata …
TRANSCRIPT
SENTHONG,Vol.1,No.2,Juli2018
195
EKOKULTURARSITEKTURPADADESTINASIWISATAPANTAINAMPUDIWONOGIRI
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih
ProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta
Abstrak PerancangandestinasiwisatapantaiNampuWonogirididasaripotensialamdipantaiNampuyangbelum dikembangkan dan dikelola secara maksimal padahal jumlah pengunjung semakin meningkat padatahun2011-2015.KondisiwisatapantaiNampusaatinikurangterawat,fasilitaswisatapantaiNampuhanyatersedia tidak layak untuk digunakan, serta lanskap pantai yang belum tertata dengan baik. Perancangandestinasi wisata pantai Nampu adalah upaya untuk mengembangkan dan menata objek wisata pantai.Metodeyangdigunakanadalahmetodepengumpulandata,baikdatayangdiperolehdari fenomenaempirismaupunfenomenaabstrakyangkemudiandiolahmenggunakanpendekatanekokultur.Pendekatanekokulturadalahpendekatanarsitekturalyangdalammelakukanperancangandesainbangunan,tetapmemperhatikanhubungan timbal balik antara lingkungan dan budaya lingkungan setempat.Sebagai respons dari fenomenapotensi alam pantai Nampu, maka ekokultur arsitektur dinilai sangat sesuai untuk digunakan sebagaipenyelesaianpermasalahandalampenyediaan fasilitaswisata danpenataan lanskap karenapengembanganwisatayangmemerlukanwaktuyangtidaksingkat.PendekatanekokulturdiharapkandapatmenjagakondisialampantaiNampusekaligustetapmelestarikanbudayalokalsebagaicirikhaswisata.DestinasiwisatapantaiNampumenerapkanekokulturarsitekturyangfokuspadapemanfaatanenergialamsebagaienergicadangan,pemanfaataan material bangunan lokal yang ramah lingkungan, respons terhadap iklim,serta penggunaanbentukrumahJawasebagaipenerapandarikultursetempat.Katakunci:ekokulturarsitektur,destinasiwisata,pantainampu,wonogiri.
1.PENDAHULUAN
Destinasi wisata adalah suatu kawasan khusus yang dipilih oleh wisatawan untuk dapatmenetap selama jangka waktu yang ditentukan (Hardinoto, 1996). Sebuah destinasi wisatamempunyai daya tarik khusus sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Pantai Nampumempunyai potensi yang menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata pantai.PantaiNampumerupakanpantaiyangberadadidesaDringo,kecamatanParanggupito,kabupatenWonogiri. Pantai Nampu terletak kurang lebih 70 KM kearah selatan dari pusat kota Wonogiri.KawasanpantaiNampumemilikibeberapapermasalahanantara lain: fasilitaspenunjangwisatadipantaiNampu yangmasih kurang, fasilitas umumyang belumdikelola denganbaik, serta lanskappantaiyangbelumtertatadenganbaik.Disampingpermasalahan-permasalahan,pantaiNampujugamempunyai beberapa potensi, antara lain: pantai Nampu merupakan salah satu dari pantai diWonogiri yang berpasir putih bersih, pemandangan alam yang indah serta belumbanyak dijamaholehorang,kawasansekitarpantaipantaiNampuberbukitdanbertebingdenganviewpantai,sertakarangsertakondisieksistingyangmasihbagus,yangapabiladiolahdenganbaikakanmenjadidayatarikwisatawanuntukberkunjung.
PengunjungpantaidiWonogirimengalamipeningkatanpadakurunwaktutahun2011-2015,sehingga sangat potensial untuk dikembangkanmenjadi sebuah destinasi wisata(Dinas PariwisataWonogiri). Adapun kriteria-kriteria dalam sebuah pengembangan destinasi wisata antara lain:(a)mengeksplorasi potensi yang ada, (b) melestarikan potensi lokal,(c) mengembangkan kawasansesuaipotensiyangada,(d)mengemasdanmenjadikansebuahdestinasiwisatayangbaru.
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
196
Pengembangan sebuah destinasi wisata memerlukan waktu yang tidak singkat danmembutuhkan progress yang bertahap. Berdasarkan hal tersebut, maka pendekatan ekokulturdipilih dalam perancangan destinasi wisata, supaya tidak merusak alam, serta dapat menjagakeselarasandenganalam,sekaligusmengangkatunsurkebudayaanlokalsebagaicirikhasdandayatarikwisata.
Secara bahasa ekokultur terdiri dari dua kata eko atau ekologis dan kultur atau budaya.Arsitekturekologisadalahsuatuwadahataufasilitasdalamhubungantimbalbalikantarakebutuhanmanusia dengan lingkungannya(Frick & Suskiyatno, 2007). Sementara, kultur adalah keseluruhansistem gagasan,tindakan,dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan milik diri manusia setelah melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 1987).Kultur ataukebudayaan mempunyai relevansi yang erat dengan arsitektur. Karya arsitektur adalah wujudkebudayaan yang berasal dari hasil perilakumanusia dalam rangkamemenuhi kebutuhan hidupmanusia.
Dalam perancangan arsitektur,pendekatan ekokultur dapat dimaknai sebagai wadahpemenuhanakankebutuhanmanusiadengan tetapmemperhatikanhubungan timbalbalik antaramanusia dengan lingkungan, serta tetapmempertahankan budaya lingkungan sekitar. Heinz Frick(Frick & Suskiyatno, 2007) mengatakan bahwa arsitektur ekologi tidakmenentukan sesuatu yangharusditerapkanpadaarsitektur.Sehinggatidakadastandarbakuatauukuranbakudantidakadaciri khas yang mengikat, tapi tetap memperhatikan keselarasan antara manusia dan alam.Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa arsitektur ekologi mempunyai sifat holistis,atau berhubungan dengan seluruh sistem secara menyeluruh, dengan cara penyesuaian padalingkunganalamsetempat,misalnya:(a)menghematenergialamyangtidakdapatdiperbaharui,(b)memeliharasumberlingkungan(air,tanah,danudara),(c)memeliharadanmemperbaikiperedaranalam dengan penggunaanmaterial yang ramah lingkungan, (d) mengurangi ketergantungan padapusatsistemenergi(listrik,air).
Menurut Koentjaraningrat salah satu unsur kebudayaan adalah teknologi atau sistemperalatan hidup (Koentjaraningrat, 1987). Termasuk di dalam unsur kebudayaan adalah seluruhteknik yang dimiliki oleh manusia dalam suatu masyarakat, termasuk pula keseluruhan caramendirikan sebuah bangunan. Dalam hal ini,sebagai contoh adalah perancangan bangunan yangdisesuaikandenganbudayalingkungansekitarmisalnya,bentukbangunanrumahJawa.Penerapanekokultur dalam perancangan destinasi wisata berfokus pada beberapa hal seperti: pemanfaatanenergi alam sebagai energi cadangan, pemanfaataan material bangunan lokal yang ramahlingkungan, respons terhadap iklim,serta penggunaanbentuk rumah Jawa sebagai penerapandarikultursetempat.
Melihatpotensi-potensisertabeberapapermasalahan,makapengembanganpantaiNampusebagai destinasiwisatamerupakan langkah yang tepat. Pengembangan tersebut dapat dilakukandenganmengemasdanmemfasilitasikawasanwisatapantai,supayamemberikannuansabaruyangdapatmenarikkedatanganwisatawan.
2.METODEPENELITIAN
MetodepenelitianyangdigunakandalammerancangdestinasiwisatapantaiNampudibagike dalam beberapa tahapan, diantaranya: (1) Menentukan ide perancangan meliputi, prosespenentuan ide berdasarkan fenomena-fenomena dan potensi di pantai Nampu.Dalam hal ini,fenomenasemakinmeningkatnyapengunjungpantaiNampudanpotensialampantaiNampuyangdapat dikembangkan. (2) Pengumpulan dataterkait objek yang akan direncanakan. Tahappengumpulan data merupakan tahap pengidentifikasian, pengenalan, dan pemahaman berbagaiaspek yang ada di dalam kawasan perencanaan.Pendataan dilakukan melalui studi literaturdokumen-dokumenyangberupa laporan-laporan, foto-foto,peta, survey terhadapkondisi fisikdikawasanpantai.Selanjutnya,padatahappengumpulandatajugadilakukanobsevasidanwawancaraterhadap pihak atau instansi terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata danmasyarakat sekitar pantai
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
197
Nampu Wonogiri. Data yang diperlukan meliputi penyusunan data-data fisik maupun data-datanonfisik tentang wilayah yang akan direncanakan. (3) Analisis data berupa kondisi fisik maupunnonfisik dilakukan untuk mencari peluang-peluang yang ada di kawasan pantai Nampu, akandijadikanpetunjukdalampenataandanpengembangankawasanwisatapantaiNampu.Kontribusiutamadari analisis kondisi kawasanpantaiNampuadalahuntukmemberikan informasimengenaisegala situasi dan kondisi fisik kawasan. (4) Perumusan konsep penerapan ekokultur padaperancangandestinasiwisatadenganmengacupadaprinsipekokultur,diantaranya:(a)pemanfaatanenergialamsebagaisumberenergicadanganberupaenergi listriksolarcelldarimatahariyaitudanpemanfaatan air hujan pada bangunan pengelola dan bangunan cottage,(b)menggunakan bahanbangunan lokaldanramah lingkungan,berupamaterial:atap ijuk,gentengtanah liat,batubata,dankayu dalam setiap desain bangunan pada kawasan wisata,(c)penggunaan bentuk rumah Jawasebagaibentukpenerapandarikultursetempat,denganbentukrumahpanggangpeuntukpengeloladan bentuk rumah kampung untuk bangunan selain pengelola, (d) respons terhadap iklimdiwujudkan dengan menggunakan ventilasi silang dan pemanfaatan bukaan yang lebar padabangunancottage.
3.HASILDANPEMBAHASAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan teoritis disimpulkan bahwa penerapan ekokulturberfokus pada empat aspek yaitu: pada pemanfaatan energi alam sebagai energi cadangan,pemanfaataan material bangunan lokal yang ramah lingkungan, respons terhadap iklim,sertapenggunaan bentuk rumah Jawa sebagai penerapan dari kultur setempat. Penerapan ekokulturselanjutnya dijabarkan sebagai berikut: (a)Penggunaan bentuk rumah Jawa sebagai implementasidari kultur setempat.Konsep tata masa bangunan pada kawasan site menggunakan konsep tatamassa kluster merupakan cara pengelompokan ruang yang mempunyai fungsi sama tapi masihberhubungansatusamalain.Tatamassabangunandibagimenjadidelapanbagian(lihatgambar1).
Gambar1.GubahanTataMasaBangunan
MayoritasbangunanyangadapadadesaindiatasadalahbangunandenganbentukrumahJawa. Pemilihan bentuk bangunan tersebut disesuaikan dengan kultur atau budaya masayarakat
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
198
setempat,sehinggabentukbangunanJawaberupabentukrumahpanggangpedanrumahkampungdigunakansebagaiaplikasibentukdesainpadaperancangan.
Bentukdasarrumahpanggangpepadadesainditerapkanpadabangunankantorpengelolawisata. Pada bentuk bangunan ini dilakukan transformasi bentuk yang disesuaikan dengankebutuhanruang(lihatgambar2).
Gambar2.PenerapanBentukRumahPanggangpepadaDesain
Bentukrumahkampungditerapkanpadadesainbentukbangunancottage,kios,areawisatapantai,danresto(lihatgambar3).
Gambar3.PenerapanBentukRumahKampungpadaDesain
(b)Penggunaanmaterial ramah lingkungan.Menurut Heinz frick (Frick & Suskiyatno, 2007)salah satu prinsip dari arsitektur ekologis adalah penggunaan material ramah lingkungan padadesainbangunan,sehinggadapatmengurangidampakyangburukterhadaplingkungan.Selaindapatmengurangidampakyangburuk terhadap lingkungan,penggunaanmaterial ramah lingkungan jugamudahdiaplikasikankarenamudahdidapatkandikawasanpantai.
COTTAGE KIOS-KIOS
RESTO WISATA PANTAI
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
199
Material ramah lingkungan pada desain destinasi wisata diterapkan pada atap bangunan,dindingbangunan,danstrukturbangunan.Padabagianatapbangunandigunakanmaterialijukdaunkelapasebagaiatapbangunankarenadaunkelapabanyaktersediadisekitarkawasanpantai.Selainselain atap yang menggunakan ijukb daun kelapa, material genting tanah liat juga dirterapkansebagaipenutupatapbangunan(lihatgambar4).
Gambar4.PenerapanMaterialIjukdanGentingTanahLiat
Sebagai penutup dinding digunakan material batu bata ekspos dan material kayu. Selainramah lingkungan, penerapanmaterial batubata jugabertujuanuntukmenambahestetikadalamrancanganbangunan(lihatgambar5).
Gambar5.PenerapanMaterialBatuBatadanKayu
Penerapanmaterial ramah lingkunganpadabagianstrukturterkhususstrukturbagianatapdenganmenggunakanmaterialkayu.(lihatgambar6).
Gambar6.PenerapanMaterialKayusebagaiStruktur
Pemanfaatan material ijuk yang banyakterdapat di sekitas site sebagai atapbangunan
Penggunaanatapdari gentingtanahliat
Pemanfaatan material dinding bata ekspossebagaiperubahanbentukpadaatap
Pemanfaatanmaterial kayupadadindingkios
Pemanfaatan material kayupadastrukturbangunan
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
200
(c)Responsterhadapiklim.Arsitekturekologismerupakanarsitekturyangtanggapterhadapiklim. Hal tersebut diwujudkan dengan memanfaatkan iklim dalam desain sebuah bangunan.Pemanfaatan iklim dalam desain bangunan diterapkan pada bangunan cottage, denganmemanfaatkanpenghawaandanpencahayaanalamisebagairesponsterhadapiklim.Padabangunancottage,diterapkansistemventilasisilanguntukmemaksimalkanpenghawaanyangmasukkedalambangunan,dandigunakanpulabukaanyanglebaruntukmemaksimalkanpencahayaan(lihatgambar7).
Gambar7.
PenerapanVentilasiSilangdanBukaanyangLebar
(d)Pemanfaatan energi alam sebagai sumber energi cadangan. Pemanfaatan energi alamsebagai energi cadangan dalam desain dilakukan denganmemanfaatkan energi matahari sebagaisumberenergilistrikcadangansesuaidenganprinsiparsitekturekologis(Frick&Suskiyatno,2007).Solarcell digunakan untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik untuk selanjutnyadimanfaatkan sebagai sumber energi listrik pada bangunan. Solarcell dipasang pada bangunanpengelolapantaidanbangunancottagekarenabangunantersebutmemerlukanlebihbanyakenergilistrikdaripadabangunanlain(lihatgambar8).
Gambar8.PenggunaanSolarCellpadaBangunanCottagedanPengelola
Selainpenggunaansolarcell,airhujanjugadimanfaatkansebagaisumberenergiaircadangan
untukkawasan.Pemanfaatanairhujanuntukkeperluanaktivitaswisatadipantaiyangmemerlukanbanyak sumber air bersih. Air hujan yang jatuh keatap dialirkan ke bawah melalui pipa paralon
Bukaan yang lebar padabangunancottage
Penggunaan solar cell sebagi energilistrik cadangan pada bangunanpengeloladancottage
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
201
kemudian dialirkan ke saringan ijuk dan batu kerikil, kemudian hasil saringan dialirkan ke bakpenampunganuntukselanjutnyadipompadandidistibusikankekawasanwisata(lihatgambar9).
Gambar9.
SkemaPemanfaatanAirHujan
Metode perancangan dan proses penerapan ekokultur menghasilkan desain kawasandestinasiwisatayangramahlingkungandansesuaidengankulturmasyarakatsetempat(lihatgambar10).
Gambar10.
GambarPerspektifDesainKawasanDestinasiWisata
Arah aliran air hujan dari atap dialirkanmelalui pipa, selanjutnya masuk ke saringanfiltrasidanbaktampung
RachmatWibowo,MadeSuastika,WiwikSetyaningsih/JurnalSENTHONG2018
202
4.KESIMPULANDANSARAN
Berdasarkan pembahasan terkait penerapan prinsip-prinsip ekokultur,akhirnya dihasilkandesain kawasan destinasi wisata yang sesuai dengan lingkungan dan kultur setempat,denganmenerapkan konsep-konsep sebagai berikut: (a)Pemanfaatan energi alam sebagai sumberenergi cadangan, berupa energi listrik dari matahari dan pemanfaatan air hujan pada bangunanpengelola dan bangunan cottage.(b) Penggunaan bahan bangunan lokal dan ramah lingkunganberupamaterial atap ijuk, genting tanah liat,batubata,dan kayu di seluruh desain bangunan padakawasanwisata.(c)PenggunaanbentukrumahJawasebagaibentukpenerapandarikultursetempatyaitu dengan bentuk rumah panggangpe untuk pengelola dan bentuk rumah kampung untukbangunan selain pengelola.(d) Respons terhadap iklim diwujudkan dengan penggunaan ventilasisilangdanpemanfaatanbukaanyanglebarpadabangunancottage.
REFERENSI
Frick, H., dan Suskiyatno, F. B. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologi Seri 1. Semarang: KanisiusYogyakarta.
Hardinoto,K.(1996).PerencanaandanPengembanganPariwisata.Jakarta:UIPress.Koentjaraningrat.(1987).SejarahTeoriAntropologi1.Jakarta:UIPress.Wonogiri,B.P.(2016).WonogiriDalamData2016.Wonogiri.