sensibilitas penerjemahan al-qur ... - jurnal.stiqsi.ac.id

21
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 2, Desember 2019 | 19 SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR’AN (STUDI LINGUISTIK TERHADAP BEST PRACTICE PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QUR’AN) Fathurrofiq Pengkaji Linguistik dan Literasi di Education Care Surabaya dan Associate di East-West Center, Honolulu, Hawaii, USA Email: [email protected] Abstrak Kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya (QT) memang tersedia di mana-mana dan memudahkan setiap muslim dan siapa saja untuk membaca. Namun ini tidak menjadikan umat Islam Indonesia lalu semata-mata bergantung pada QT dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an . Motivasi banyak umat Islam untuk belajar langsung menerjemahkan Al-Qur’an tetap tinggi. Buktinya, sejumlah buku yang berisi terjemahan Al-Qur’an kata per kata (TQK) banyak beredar di samping QIT. Aktivitas pembelaraan terjemahan kata per kata juga hidup menggejala di masyarakat perkotaan semisal Surabaya. Pada dasarnya, belajar terjemahan kata per kata menekankan pada pendekatan berbasis daftar kosakata (vocabulary) dan pemahaman gramatika bahasa Arab. Bagaimana menerjemahkan kata per kata yang bekerja dalam pikiran penerjemah (guru) terjemah Al-Qur’an adalah persoalan yang ingin dijelaskan oleh penelitian ini. Pendekatan linguistik dimanfaatkan untuk menjelaskan; 1) cara baca (act of reading) dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan 2) praktik menerjemahkan Al-Qur’an yang dilakukan guru-guru terjemah Al-Qur’an . Dengan metode etnografis, penelitian ini menjelaskan horizon pandang guru-guru terjemah dalam membaca referensi: QT danTQK untuk pengembangan pembelajaran terjemah Al-Qur’an. Dalam menerjemahlan Al-Qur’an termasuk TQK, sejumlah tantangan akan menghadang para guru. Tantangan ini muncul mengingat bahasa Al-Qur’an (bahasa Arab) berbeda dari bahasa Indonesia. Setiap bahasa memiliki keistimewaan gramatikanya sendiri-sendiri. Secara kultural dan natural, setiap bahasa mengembangkan sistem konvensi dan arbitrasinya masing-masing yang pasti berbeda satu denganbahasa-bahasa yang lain. Maka sesungguhnya praktik TQK adalah upaya menjembatani perbedaan tersebut. Kata Kunci: QT, TQK, Ayat Al-Qur’an , Penerjemahan Kata Demi Kata.

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 2, Desember 2019 | 19

SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR’AN

(STUDI LINGUISTIK TERHADAP BEST PRACTICE

PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QUR’AN)

Fathurrofiq

Pengkaji Linguistik dan Literasi di Education Care Surabaya dan Associate di

East-West Center, Honolulu, Hawaii, USA

Email: [email protected]

Abstrak

Kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya (QT) memang tersedia di mana-mana dan

memudahkan setiap muslim dan siapa saja untuk membaca. Namun ini tidak

menjadikan umat Islam Indonesia lalu semata-mata bergantung pada QT dalam

memahami ayat-ayat Al-Qur’an . Motivasi banyak umat Islam untuk belajar

langsung menerjemahkan Al-Qur’an tetap tinggi. Buktinya, sejumlah buku yang

berisi terjemahan Al-Qur’an kata per kata (TQK) banyak beredar di samping

QIT. Aktivitas pembelaraan terjemahan kata per kata juga hidup menggejala di

masyarakat perkotaan semisal Surabaya. Pada dasarnya, belajar terjemahan kata

per kata menekankan pada pendekatan berbasis daftar kosakata (vocabulary) dan

pemahaman gramatika bahasa Arab. Bagaimana menerjemahkan kata per kata

yang bekerja dalam pikiran penerjemah (guru) terjemah Al-Qur’an adalah

persoalan yang ingin dijelaskan oleh penelitian ini. Pendekatan linguistik

dimanfaatkan untuk menjelaskan; 1) cara baca (act of reading) dalam

menerjemahkan Al-Qur’an dan 2) praktik menerjemahkan Al-Qur’an yang

dilakukan guru-guru terjemah Al-Qur’an . Dengan metode etnografis, penelitian

ini menjelaskan horizon pandang guru-guru terjemah dalam membaca referensi:

QT danTQK untuk pengembangan pembelajaran terjemah Al-Qur’an. Dalam

menerjemahlan Al-Qur’an termasuk TQK, sejumlah tantangan akan menghadang

para guru. Tantangan ini muncul mengingat bahasa Al-Qur’an (bahasa Arab)

berbeda dari bahasa Indonesia. Setiap bahasa memiliki keistimewaan

gramatikanya sendiri-sendiri. Secara kultural dan natural, setiap bahasa

mengembangkan sistem konvensi dan arbitrasinya masing-masing yang pasti

berbeda satu denganbahasa-bahasa yang lain. Maka sesungguhnya praktik TQK

adalah upaya menjembatani perbedaan tersebut.

Kata Kunci: QT, TQK, Ayat Al-Qur’an , Penerjemahan Kata Demi Kata.

Page 2: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

20 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

A. Pendahuluan

Setiap muslim dipastikan memiliki motivasi untuk memahami Al-Qur’an

secara langsung berdasarkan sumber asli bahasanya: bahasa Arab. Motivasi

semacam ini tentu mendorong mereka belajar bahasa Al-Qur’an . Salah satu cara

yang berkesesuaian dengan motivasi belajar memahami Al-Qur’an ini adalah

belajar terjemah Al-Qur’an kata demi kata (TQK). Kemampuan TQK bagi

penutur asli bahasa Indonesia bisa menumbuhkan penguasaan bahasa Al-Qur’an

dibandingkan dengan hanya semata-mata menggantungkan pada membaca Kitab

Al-Qur’an dan Terjemahnnya (QT) yang dikeluarkan kemetria Agama RI.

Sejumlah buku yang berisi TQK di antaranya: Tafsir Quran Per Kata karya

Dr. Ahmad Hatta diterbitkan oleh Maghfiroh Pustaka Jakarta dan Al-Qur’an ul

Karim Tafsir Per Kata diterbitkan oleh Sigma dan Syamil Publisher Bandung,

atau buku-buku TQK sejenis, tetapi dengan berbagai variasi judul. Buku-buku ini

terbit untuk melayani banyaknya permintaan terhadap buku TQK yang

menggejala di masyarakat.

Bagaimana TQK diparktikkan dalam pembelajaran di antaranya didemonstra-

sikan oleh Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Al-Qur’an (LPPIQ) di

Surabaya yang dipimpin oleh Mohammad Roem Rowi. Lembaga ini adalah salah

satu lembaga tertua dalam melayani pembelajaran TQK berdasar kemahiran

berbahasa Arab. Buku yang dimanfaatkan adalah TQK dan QIT. Sejumlah

lembaga, termasuk lembaga pendidikan, mengikuti cara LPPIQ atau mengadopsi

pendekatan yang dikenalkannya.

Pertanyaan terkait guru-guru terjemah tersebut adalah bagaimana mereka

membaca QT dan TQK lalu memraktikkan penerjemahan dalam proses

pembelajaran? Dua ranah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1) cara baca

mereka, 2) cara mereka menerjemah dalam proses pembelajaran. Perihal poin

kedua, ada dua kemungkinan: mereka menerjemahkan secara harfiah persis

berdasar buku atau mereka secara kreatif mengonstruksi redaksi bahasa

terjemahan mereka dengan membuat diksi dan struktur kalimat mereka sendiri.

Page 3: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 21

Concern yang dalam pada cara baca dan cara menerjemahkan inilah yang

diistilahkan dalam riset ini sebagai sensibilitas.1

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji hubungan antara buku TQK-QT

dengan pembacanya: para guru terjemah; 2) mengkaji bagaimana Al-Qur’an

dipahami dengan model TQK dalam bahasa Indonesia. Pentingnya riset ini

dilakukan untuk menunjukkan keterbacaan QT dan TQK sekaligus menunjukkan

pengaruh horizon pandang (tingkat literasi) yang dimiliki penutur asli bahasa

Indonesia dalam memahami Al-Qur’an . Pada kasus ini direpresentasikan oleh

guru-guru terjemah.

B. Teori Resepsi dalam Linguistik

Teori resepsi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara teks dengan

pembacanya. Teori ini menggariskan bahwa teks menjadi bermakna jika dibaca

oleh pembaca. Tanpa pembaca, tesk nyaris tidak ada gunanya. Dalam pandangan

teori ini, wawasan pembaca mempengaruhi cara membaca teks.2 Cara membaca

mereka sangat dipengaruhi oleh tingkat literasi. Semakin tinggi dan kritis tingkat

literasi, semakin luas dan dalam memaknai teks. Sebaliknya semakin miskin

literasi semakin jelek memaknai teks.

Pada akhirnya bagi teori resepsi, pemahaman pembaca menpengaruhi

bagaimana teks dimaknai. Pemahaman itu bisa jadi terbentuk dari ilmu

pengetahuan yang digeluti. Psikiater yang menggeluti penyakit mental, misalnya,

akan lebih memahami tentang problem schozofrenia dibandingkan ahli teknik

lingkungan. Kasus serupa adalah guru-guru terjemah Al-Qur’an yang akrab

menggeluti penerjemahan Al-Qur’an dipastikan mereka memiliki eligibilitas

bahasa Arab, melek Hadits dan juga mamahami buku-buku tafsir Al-Qur’an .

Guru-guru memiliki kompetensi untuk menerangkan makna ayat-ayat Al-Qur’an .

Resepsi teori yang memandang pembaca sebagai agen utama penghasil

makna teks tidak berarti membiarkan pembaca memonopoli makna teks

sekehendak mereka sendiri. Membiarkan pembaca utuk memonopoli makna akan

membawa pada interpretasi yang anarkis atau menghasilkan kebebasan tanpa

1Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Learners

(Edinburg: Pearson Education Limited, 2009), 1586. 2 Terry Eagleton, Literary Theory (Blackwell Publisher, 2003), 47

Page 4: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

22 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

batas dalam memaknai teks. Meskipun pembaca memiliki hak untuk memaknai

teks, tetapi bagaimanapun mereka harus berpulang merujuk pada teks yang

dibaca. Eagleton menyatakan dalam karyanya:

For an interpretation to be an interpretation of this text and not some other, it

must be in some sense logically constrained by the text itself. The work in other

word, exercises a degree of determinacy over readers’ response to it, otherwise

criticism would seem to fall into total anarchy.3

Kasus ini dapat dilihat dari cara mufasir memahami ayat pembuka suratAl-

Qur’an. Awal surat Al Baqoroh tersusunan huruf Alif-Lam-Mim (انم). Apa arti

susunan huruf ini? Tidak ada yang mengetahui kecuali Alah Swt. Tidak ada satu

pun ahli penerjemah atau ahli tafsir dari semua penjuru dunia yang memiliki

pengetahuan yang akurat arti susunan huruf ini. Maka untuk mengartikan susunan

huruf ini dikembalikan pada huruf yang merepresentasikan bunyi asalnya.4 Jangan

lagi (انم) yang merupakan salah satu huruf-huruf rahasia yang ada dalam Al-

Qur’an, bahkan untuk kata atau frase dalam Al-Qur’an yang jelas maka

leksikalnya masih menyisakan perdebatan dalam penafsiran. Ambil contoh, ( أو

(لامستم انىسبء ....5 sebagian ulama menafsirkan frase ini sebatas kontak kulit. Namun

ada pula yang menafsirkan hubungan seksual.

C. Pendekatan Etnografi

Bagaimana memotret cara baca yang diparktikkan guru terjemah? Metode

etnografi dimanfaatkan untuk menjelaskan ikhwal ini. Sebagaimana dimaklumi,

etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Pendekatan ini

menekankan pada perilaku kelompok orang tertentu yang secara asli terikat dalam

kultur kebiasaan yang sama. Creswell menjelaskan:

3 Ibid, 84

4 Ibnu Mandhur summarized three points of how Ibnu Abbas interpreted such letters ( انحشوف

none but Allah (Alone) knows their :(انم) One of the points Ibnu Abbas stated that .(انمقطعت

meaning. See IbnuMandhur, Lisanul Arabi (Beirut: DaarulKitaab, 2009), 10. 55

An Nisa (QS, 4:43)

Page 5: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 23

…that ethnography research allows the researchers to explore how people

create, sustain, change, and pass on their shared values, belief, and behavior in

essence their culture.6

Dalam etnografi klasik, adalah lazim diteliti kelompok masyarakat

berdasarkan lokasi atau tempat tertentu dalam budaya tertentu pula. Etnografi

tradisional luput melihat kesamaan teks budaya karena terlalu menekankan

kesamaan lokasi budaya. Pandangan terhadap teks sebagai objek yang alami

menjadi kurang kritis. Dalam etnografi modern, lokasi budaya tidak lagi menjadi

faktor penentu. Melampaui lokasi sebagai pusat perhatian riset, ada semacam

pergeseran pada etnografi yang kritis: pengayaan etnografi untuk melihat teks

hasil kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat meskipun mereka

tidak bertempat tinggal di lokasi yang sama. Teks yang dimiliki oleh kelompok itu

disatukan oleh isu yang sama. Dengan demikian isu tentang TQK adalah semacam

isu yang menyatukan teks yang dipraktikkan guru-guru terjemah. Atkinson

membuat identifikasi:

Atkinson (1990) identified the recurrent textual method and motifs by which

ethnographic texts have been constructed. He looks at several standard elements

of literary analysis, and thus examines the use of various major devices and

tropes. For example, narrative forms are used to convey accounts of social action

and causation.7

Berkesesuaian dengan metode etnografi adalah dua strategi pilar dalam

mengumpulkan data: observasi dan wawancara. Berkaitan dengan subjek

penelitian yaitu guru-guru terjemah, penelitian ini dilakukan dengan mengikuti

kelas mereka. Di kelas, peneliti mengamati mereka dalam mempraktikkan

penerjemahan Al-Qur’an. Cara mengamati ini dikenal dengan participatory

observation. Menurut Gold (1958) dan Junker (1960), peneliti terlibat sebagai

peserta di kelas terjemahan. Hammersley dan Atkinson (1983) menegaskan bahwa

6 Juanita Heighem and Keiko Sakui, “Ethnography” in Juanita Heighem and Robert A.

Croker, Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction, (Palgrave

Mcmillan, 2009), 93 7 Paul Atkinson and Martyn Hammesley, “Ethnography and Participant Observatory”,

Norman K. Denzin and Yvonna s. Lincoln (ed), Handbook of Qualitative Research (Sage

Publication, 1994), 255.

Page 6: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

24 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

tidak akan berguna pengamatan yang dilakukan peneliti tanpa keterlibatan

langsung atau tanpa menjadi bagian di dalam orang-orang yang diteliti.8

Untuk melengkapi pengamatan, para guru terjemah diwawancarai dengan

kerangka topik TQK. Dalam proses wawancara, penelitian ini menekankan pada

praktik penerjemahan mereka di kelas. Dengan menggunakan asumsi cerita, guru-

guru terjemah itu adalah tokoh utamanya. penelitian ini menempatkan mereka

untuk menceritakan pengalaman dan aktivitas dalam TQK selama ini. Ini adalah

semacam wawancara tidak terstruktur. Dalam telaah narrative inquiry, cerita

mereka, jawaban mereka, konfirmasi mereka adalah semacam bagian, pecahan

data yang disusun peneliti menjadi recount text. Webster dan Metrova

memarafrase dengan jelas tentang metode narrative inquiry:

Narrative inquiry is set of human stories of experience. It provides

researchers with rich framework through which they can investigate the ways

human experience the world depicted through their stories.9

Dengan demikian jika ada lima guru terjemahan yang diwawancarai, maka

ada lima tokoh cerita tentang cara baca dan praktik terjemahan. Tentu saja riset ini

tidak secara totaliter mewujudkan diri seperti tuturan cerita prosa sebagaimana

dilakukan olehF. Michael Connelly and D. Jean Clandinin dalam riset bidang

pendidikan.10

Cara bertutur riset ini lebih tepatnya merujuk pada apa yang

dilakukan oleh Peter K Manning and Betsy Cullum-Swan, yaitu narrative inquiry

sebagai analisis. Dalam kasus penelitian medis, narrative anayisis ternyata

digunakan dalam penulisan cerita kasus medis. Tuturan cerita prosais

menunjukkan bahwa itu mencerminkan sisi kemanusiaan dan pengalaman

manusiawi dalam praktik klinis atau medis.11

8 Ibid, 248-249

9 Leonard Webster and Patrcie Mertova, Using Narative Inquiry as a Research Method: An

Introduction to Using Critical Event Narrative Analysis in Research on Learning and Teaching

(New York: Routlage, 2007), 1 10

F. Michael Conelly and D. Jean Clandinin, ”Stories of Experience and Narrative Inquiry”,

Educational Research, Vol 19, No 5 (June-July 1990), 2-4 11

Peter K. Manning and Betsy Cullum-Swan, “Narrative, Content, and Semiotic Analysis”,

Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln (ed), Op.cit, 464-465.

Page 7: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 25

D. Sensibilitas Penerjemahan

Sensibilitas, serapan dari bahasa Inggris sensibility, adalah ketajaman

kognitif, perhatian yang tinggi, concern yang mendalam. Longman dalam

Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Leaner

mendefinisikan sensibilitas adalah kemampuan memberikan penilian yang baik

(showing good judgment).12

Dalam tradisi akademis, sensibilitas adalah kemam-

puan manusia mempersepsi objek yang hadir di depannya.“A capacity for

receiving representation through the mode in which we are affected by the

objects,” jelas Bryan Jacob dalam karyanya tentang pemikiran antropologis

Immanuel Kant.13

E. Membaca Terjemahan Al-Qur’an

Sejumlah buku yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia di

antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya

(QT). Buku ini berisi lengkap terjemahan ayat Al-Qur’an. Penerjemahannya

adalah ayat per ayat. Satu ayat ditulis lengkap dan diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Buku ini dikeluarkan Kementrian Agama Republik Indonesia. Ini

merupakan buku penerjemahan resmi yang dikeluarkan negara. Untuk

menerbitkan tidak saja ditangani negara. Banyak penerbit swasta ikut menerbitkan

QT melalui persetujuan negara. Penerbit-penerbit tersebut mencantumkan lembar

validasi dari otoritas yang ditunjuk negara dalam QT terbitan mereka.

Menurut Nur Ichwan, QT adalah proyek yang sudah dilakukan sejak Orde

Lama di Era Presiden Soekarno hingga masa Orde Baru Presiden Soeharto.

Selama dua orde itu, proyek penerjemahan Al-Qur’an secara resmi oleh negara

telah menerbitkan tiga edisi. Meskipun harus segara dicatat, tradisi penerjemahan

Al-Qur’an ternyata tidak hanya dikerjakan oleh negara. Sejumlah buku

terjemahan Al-Qur’an yang dilakukan agen di luar negara juga beredar. Mahmud

Yunus menulis Terjemah Al-Qur’an; A.Hasan menulis Tafsir Al Furqon;

12

Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Learners

(Edinburg: Pearson Education Limited, 2009), 1586. 13

Bryan Jacob, Essay on Kant’s Anthropology (Edinburg: Cambridge University Press,

2003), 165

Page 8: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

26 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Zainuddin Hamdy dan Fachruddin HS menulis Tafsir Qur’an.14

Tidak terkecuali

karya Terjemahan Al Qur’anul Karim Bacaan Mulia yang ditulis oleh HB Jassin

atau yang terbaru Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriah yang ditulis Muhammad Tholib.

Meskipun buku-buku karya terjemahan beragam, QT dari negara adalah buku

yang lazim dipegang oleh guru-guru terjemah.

Kedua, jenis buku terjemahan yang memuat terjemahan Al-Qur’an secara

lengkap. Namun pola penerjemahannya adalah kata per kata; terjemahan Al-

Qur’an kata per kata (TQK). Sejumlah judul menunjukkan nama buku ini terbit

dari penerbit yang berbeda, tetapi isinya serupa: penerjemahan Al-Qur’an kata per

kata. Di antara buku-buku ini: Tafsir Quran Per Kata karya Dr. Ahmad Hatta

diterbitkan Maghfiroh Pustaka of Jakarta; Al-Qur’an ul Karim Tafsir Per Kata

diterbitkan Sigma dan Syamil Publisher of Bandung; Al Qur’an Terjemah Per

Kata diterbitkan Nur Alam Semesta, Bandung; Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid

Kode Angka diterbitkan Kalim Jakarta, dan judul-judul yang lain.

Ketiga, karya terjemahan yang disusun oleh guru-guru terjemah. Buku

terjemah jenis ini ditulis dengan cara yang sama dengan TQK. Akan tetapi

biasanya buku ini memuat ayat-ayat atau surat-surat terpilih, tidak memuat

terjemahan yang lengkap. Dengan demikian tentu saja buku ini termasuk dalam

TQK. Buku ini semacam modul untuk kalangan terbatas dalam proses

pembelajaran terjemah. Para guru terjemah penyusun dibantu lembaga atau

sekolah mencetak buku untuk kalangan mereka sendiri. Sejumlah contoh: Kunci

Memahami Terjemah Al-Qur’an ditulis oleh Roem Rowi. Buku ini diterbitkan

oleh LPPIQ (Lembaga pendidikan dan Pengkajian Al-Qur’an ) Surabaya;

Terjemah Kalimat Al-Qur’an ditulis oleh Abdul Muhaimin As’ad dan Anas

Adnan. Buku ini dicetak oleh Indah Jaya Offset Surabaya; Panduan Tarjim

Lafdhiyah. Buku ini ditulis oleh Zainul Arifin and Zainal Arifin and diterbitkan

oleh Sekolah Al Hikmah Surabaya.

Tentu saja guru-guru terjemah tidak semata-mata merujuk pada QI maupun

TQK. Mereka juga membaca kitab-kitab Tafsir. Mereka membaca kitab-kitab

tafsir mengingat mereka memiliki kompetensi membaca bahasa Arab, selain

1414

Moch Nur Ichwan, “Negara, Kitab Suci dan Politik”, Henri Chambert-Loir (editor),

Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,

2009), 479.

Page 9: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 27

motivasi untuk memperluas dan memperdalam pemahaman terhadap ayat-ayat Al-

Qur’an untuk kebermanfatan best practice pembelajaran mereka. Sejumlah buku

tafsir kanonik yang dibaca: Jalalain, Shofwatut Tafasir (Asshobuni), Tafsir Ibnu

Katsir, dan Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Mishbah. Dua yang terakhir (Al Azhar dan

Al Mishbah) adalah karya ulama terkemuka Indonesia: Hamka dan Quraish

Shihab.

Concern guru-guru terjemah membaca kitab tafsir

No Guru Jalalain Ibn Katsir Ashobuni Al Azhar Al Misbah

1 Dwi Buchro 2 3 5 1 1

2 Kasuwi 3 5 2 2 2

3 Harun 3 2 2 3 1

4 Kholil 2 2 1 1 1

5 Hidayah 2 1 1 2 1

Keterangan: 1= tahu, 2= pernah baca, 3= kadang baca, 4= seringkali baca,

5= selalu baca

Di luar lima judul kitab tafsir di atas, guru-guru tafsir tentu membaca judul

yang lain yang mungkin tidak dibaca oleh sejawatnya. Al Maraghi, misalnya

hanya dibaca oleh dua guru. Lima judul dalam tabel itu adalah judul yang

diucapkan semua guru terjemah yang diwawancarai. Setiap guru bebas saja

membuka apa saja kitab tafsir yang diinginkan selagi bisa diakses. Dengan

demikian wajarlah jika mereka memiliki concern yang berbeda dalam membaca

kitab tafsir. Di antara mereka selalu berbagi pengetahuan, berdiskusi kandungan

ayat. Tabel di atas sekaligus membuktikan bahwa mereka membaca kitab tafsir

berbahasa Arab. Ini niscaya karena mereka melek bahasa Arab. Literasi bahasa

Arab mereka sudah terbentuk sejak belajar di tingkat sekolah menengah: di

pesantren. Bahasa Arab adalah syarat pertama untuk memahami Al-Qur’an.

Dengan kompetensi bahasa Arab guru terjemah memahami gramatika dan leksikal

Al-Qur’an dan kitab tafsir yag tertulis dalam bahasa Arab.

Para guru membaca kitab tafsir adalah untuk memperluas pemahaman mereka

terhadap kandungan Al-Qur’an. Adalah lazim dan keharusan mereka memahami

makna ayat Al-Qur’an jauh lebih dalam dan luas dari pemahaman awam. Contoh

kasus adalah kosa kata: (انشحمبن) dan (انشحُم) diterjemahkan ke dalam Indonesia

Page 10: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

28 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

dengan pengasih/pemurah dan penyayang. Istilah pengasih berasal dari kasih,

penyayang berasal dari sayang. Dua kosa kata ini kasih-sayang sinonim.15

Namun

dalam morfologi Arab, baik (انشحمبن) atau (انشحُم) berasal dari satu asal kata (سحم).

Proses afiksasi yang berbeda, maka secara lingusitk keduanya memiliki makna

yang berbeda. Untuk membedakan pengertian keduanya dibutuhkan kitab tafsir,

tidak cukup dengan QIT dan TQK.

Dalam kitab tafsir Shofwatut Tafasir karya Muhammad Ali Ash Shabuni,

diterangkan (انشحمبن) berarti pemberian (benefit) dari Allah di dunia. Sementara

berarti pemberian (mercy) dari Allah di Akhirat. Bisa disimpulkan, Ash (انشحُم)

Shobuni memaknai dua kata ini meskipun berasal dari akar kata yang sama (سحم)

secara kamus memiliki makna yang berbeda.16

Meskipun guru-guru terjemah memiliki kompetensi bahasa Arab yang

memungkinkan mereka memahami Al-Qur’an langsung dari bahasa aslinya,

mereka tetap membuka QT dan TQK. Ini dilakukan untuk membantu mereka

menyusun kalimat terjemahan dengan struktur bahasa dan pilihan kalimat yang

baik. Bagimanapun QT membawakan bahasa terjemahan dengan bahasa Indonesia

standar. Guru-guru terjemah memang menguasai bahasa Arab dengan baik, tetapi

kemampuan mengartikulasikan bahasa Indonesia membutuhkan model dan

contoh. Itu ditemukan dari QT. Membaca QT juga merupakan upaya konfirmasi

dan membandingkan pemahaman mereka pada Al-Qur’an dengan cara melihat

ulang QT. Seorang guru terjemah menegaskan ia sudah paham arti ( ن بسم الله انشحمب

انشحمبن ) Dengan membuka ulang QT, ia menyadari variasi penerjemahan .(انشحُم

QT secara konsisten menerjemahkan semua kata sifat Allah menjadi .(انشحُم

superlative dengan menambahi: maha.17

Bandingkan dengan penerjemahan dalam

bahasa Inggris. Ada buku yang menambah: the most sebagai kata sifat superlatif.

Namun buku yang lain tidak.18

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), 631

and 1234 16

Yassin (translator) Shofwatut Tafasir: Tafsir-Tafsir Pilihan Syeich Muhammad Ali Ash

Shobuni, jilid I (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011), 11. 17

Al Quran danTerjemahnya, (cetakan Madinah), 5. 18

Bagian ayat ( انشحمبن انشحُم) ini diterjemahkan: The Compassionate and The Merciful tanpa

didahului ”the most”. Lihatlah The Quran: An English Translation of the Meaning Of the Quran

(Lebanon: Dar Choura, 1980), 1. Frase ini juga diterjemahkan: The Most Gracious and The Most

Merciful. Baca Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran: Text and Translation (Kuala Lumpur:

Islamic Book Trust, 2006), 1. Baca juga Also Muhammad Taqiud-Din Al Hilali and Muhammad

Page 11: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 29

Guru-guru terjemah yang tumbuh kembang sebagai muslim di Indonesia telah

membaca QT sejak kecil ketika belum paham bahasa Arab. Sejak SD anak-anak

muslim telah membaca QT untuk kebutuhan pelajaran agama saat mereka belum

belajar bahasa Arab. Namun setelah mereka belajar bahasa Arab, bukan berarti

mereka menutup QT. Mereka tetap memabaca QT meskipun tidak lagi sesering

ketika mereka belum paham bahasa Arab.

Alasan dan frekuensi guru-guru terjemah membaca QT

No Guru Alasan Frekuensi

1 Dwi Buchro Konfirmasi pemahaman ayat Pernah

2 Kasuwi Memahami makna ayat Sangat jarang

3 Harun Model/contoh mengucapkan bahasa Indonesia

standar Jarang

4 Kholil Tidak ada alas an Kadangkala

5 Hidayah Mengingat kandungan ayat Al-Qur’an Kadangkala

Para guru terjemah memandang QT sebagai karya yang membantu terutama

masyarakat muslim Indonesia memahami Al-Qur’an dengan bahasa Indonesia.

Jangankan bagi mereka yang belum paham bahasa Arab, bagi yang melek bahasa

Arab, QT memberi manfaat. Para penyusun QT tidak diragukan adalah ulama

muslim Indonesia yang ahli Ulum Al-Qur’an. Sementara QT membantu pembaca

memahami kandungan ayat demi ayat Al-Qur’an, TQK membantu pembaca

memahami kata demi kata dalam Al-Qur’an. Dengan demikian membaca TQK

memacu pembaca belajar bahasa Arab. Membaca TQK memperkaya pembaca

dengan kosa kata bahasa Arab.

Ambil contoh misalnya: (فببٌ الاء سبكمب تكزببن)19

. Ayat di surat ar-Rahman ini

diterjemahkan dalam QT: Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan20

.

Diterjemahkan dalam satu ayat lengkap. Penerjemah bekerja berdasar satu

kesatuan sintaksis ayat itu. Pembaca dengan demikian fokus pada keseluruhan arti

Muhsin Khan, Translation of The Meanings of Noble Qur’an in English Language (Madinah:

King Fahd Complex for The Printing of The Holy Qur’an), 1. 19

Al Quran (QS, 55: 13) 20

Al Quran danTerjemahnya (cetakanMadinah), 889

Page 12: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

30 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

dalam satu ayat itu. Sementara dalam TQK, ayat ini dipotong-potong menjadi kata

demi kata21

.

فببٌ الاء سبكمب تكزببن

Kalian

dustakan

Tuhan kalian berdua (jin dan

manusia) nikmat

Maka yang

manakah

Penerjemahan kata per kata itu, penerjemah bekerja berdasar makna leksikal

yang dikandungnya. Pembaca dengan demikian membahami makna ayat itu

dengan membelah pengertian kata per kata dalam satu ayat itu22

.

Di samping pengakuan terhadap karta QT, telah lazim di kalangan guru

terjemah memberikan kritik pada QT. Kritik itu, bisa jadi, mengucapkan ulang

dari apa yang pernah mereka dengar atau mereka menemukan sendiri kesulitan-

kesulitan dari terjemahan QT. Menurut para guru, meskipun mereka memahami

terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka kebingungan juga untuk menerjemahkan

sejumlah kosa kata dalam Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia. Contohnya: ( انمه

(وانسهىي23

atau (وانتُه وانضَتىن)24

. Memamahi ayat ini tidak cukup hanya dengan

memahami makna leksikal kata per kata. Memahami kata demi kata itu

dibutuhkan penjelasan yang lebih lanjut. Pada arah inilah dibutuhkan kitab tafsir

yang mengurai makna kata tersebut. Dalam banyak kesempatan guru-guru

terjemah mengucapkan ulang koreksi Roem Rowi terhadap penerjemahan QT dari

ayat berikut. (….. ( انسمىاث والاسض انً مغفشة مه سبكم وجىت عشضهب وسبسعىا25

. QT

menerjemahkan (عشض) luas. Menurut Roem Rowi, (عشض) adalah lebar bukan

luas. Maka jika diterjemahkan dengan lebar, betapa tidak terbayangkan luas

surga. Jangankan luasnya, lebarnya saja sebagaimana tidak terukurnya bumi dan

langit. Dalam kamus Arab-Indonesia Al Munawwir, (عشض) juga mengartikan

serupa dengan pengertian Roem Rowi.26

21

The Noble Quran: English Translation of The MeaurahArning and Commentary 22

Al Quran Terjemahan Per Kata (Bandung: Semesta Al Quran, 2013), 532 23

Al Quran (QS, 2: 57) 24

Al Quran (QS, 95:1) 25

Al Quran (QS, 2: 133). 26

Dalam kamus Arab Indonesia, ( عشض ) berarti ( ضذانطىل) artinya lebar .Lihat. Attabik Ali

Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum

Pondok Pesantren Krapyak, 1999), 1282. Sementara dalam Kamus Indonesia Arab, lebar adalah

.( عشَض)

Page 13: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 31

F. Praktik Penerjemahan

Praktik penerjemahan terutama dilakukan oleh guru di depan kelas untuk

mengantarkan siswa mereka paham dengan Al-Qur’an. Maka harus dipahami

bahwa siswa yang belajar terjemah belum memahami bahasa Arab. Mereka belum

bisa membaca, menulis, mendengar dan berbiacara dalam bahasa Arab meskipun

mereka telah familiar dengan kosa kata, kalimat bahasa Arab yang mereka dapat

dari Al-Qur’an, dalam ibadah, dzikir sehari-hari. Akan tetapi mereka belum punya

kompetensi dan performasi bahasa Arab.

Meskipun mereka belum memiliki literasi bahasa Arab, sebagai muslim

mereka pasti memiliki motivasi untuk memahami Al-Qur’an. Untuk mengatasi

keterbatasan bahasa Arab, mereka sebenarnya bisa membuka QT untuk

memahami kandungan ayat Al-Qur’an. Namun bagi yang ingin memahami Al-

Qur’an dengan memahami bahasanya, membaca QT semata kurang menantang.

Untuk memenuhi motivasi itu, belajarlah mereka TQK. Bagaimanapun TQK

menjadikan siswa dalam kelas terjemahan lebih akrab dengan kosa kata Al-

Qur’an. Ketika mereka belajar sebuah kosa kata dari suatu ayat, dan menemukan

kata itu di ayat yang berbeda, mereka aka mengingkat ulang dan menerapkan

pengertian kosa kata itu pada ayat yang baru.

Teori penerjemahan menjelaskan bahwa penerjemahan adalah upaya

membandingkan isi dan struktur bahasa asal (Al-Qur’an) ke dalam bahasa tujuan

(Indonesian language). Sejumlah teori penerjemahan di antaranya: philological

theory, linguistics theory, grammatical theory, sociolinguistic theory, analysis text

theory27

. Jika penerjemahan ayat demi ayat seperti dalam QT bisa dikategorikan

sebagai grammatical theory, maka penerjemahan kata demi kata adalah

pengalihan kode (to switch code) dari kata Al-Qur’an sebagai bahasa asal ke

dalam bahasa tujuan. Dasar utamanya terletak pada makna kata. Cara

menerjemahkannya: kata disusun mengikuti urutan ayat, tetapi seringkali

mengabaikan gramatika atau konstruksi sintaksis bahasa sasaran yang

membangun keseluruhan makna dalam satu ayat penuh. Ciri ini sebagaimana

27

Muhammad Shaheen, Theories of Translation and Their Application to Teaching of

English/ Arabic-Arabic/ English Translation (Glasgow University: Thesis for Ph.D), 14 and 19.

Page 14: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

32 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

dijelaskan Shaheen adalah model penerjemahan philological model. Berikut ini

adalah contoh28

.

وار ابتهً ابشاهُم سبه بكهمبث فبتمهه

maka ia menyem-

purnakannya

dengan beberapa

kalimat Tuhannya Ibrahim menguji

Dan

ketika

Jika pembelahan kata demi kata ini disusun dalam kalimat yang lengkap

menjadi: Dan ketika menguji Ibrahim Tuhannya dengan beberapa kalimat maka

ia menyempurnakannya. Secara sintaksis-semantis kalimat ini membingungkan.

Konstruksinya tidak membatu pemahaman pembaca untuk memaknai lebih jelas.

Urutan ini membingungkan apakah Allah subjek atau Ibrahim yang menjadi

subjek. Bandingkan dengan kalimat terjemahan: Dan (ingatlah) ketika Tuhan

Ibrahim mengujinya dengan beberapa kalimat, maka (Ibrahim)

menyempurnakannya29

. Kalimat ini secara gramatika dan sintaksis lebih efektif

daripada kalimat sebelumnya. Dalam QT bahkan kalimat terjemahan bisa diubah

menjadi pasif: Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa

kalimat (perintah dan larangan). Maka ia pun menunaikannya.30

Menjadi tantangan guru-guru terjemah untuk mengantarkan murid memahami

Al-Qur’an dengan penerjemahan. Maka pemahaman yang baik dari penerjemahan

adalah kemampuan memahami Al-Qur’an dari bahasa Arab sekaligus kemampuan

mengucapkan pemahaman itu dengan artikulasi kalimat yang benar. Dalam proses

mengajar, guru terjemah membacakan ayat-ayat terpilih kemudian kelas

mengikuti arti secara kamus yang dibacakan guru. Berikut ini sejumlah variasi

buku TQK yang menjadi rujukan guru-guru terjemah.

28

Al Baqoroh, 2: 124. 29

Roem Rowi, Kunci Memahami Terjemah Al Quran (Surabaya: Lembaga Pendidikan dan

Pengkajian Ilmu Al Quran, 2011), iii 30

Al Quran dan Terjemahnya, (QS, 2: 124), 34

Page 15: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 33

Contoh dari ayat Al-Qur’an surat (Al-Baqarah: 1-3). TQK mengikuti setiap

kata dari ayat.31

Setiap satu kata diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Harusnya

dengan membaca, sudah bisa dipahami ayat itu oleh pembaca. Namun kehadiran

guru bagi kelas terjemah tetap dibutuhkan untuk menjelasan lebih lanjut dari

kandungan Al-Qur’an.

31

Mudhawi Ma’arif, Bimbingan Menghafal & Memahami Al Quran (Surabaya, YLPI Al

Hikmah, 2012), 2

Page 16: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

34 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Ini adalah versi lain dalam TQK. Tabel ini dilengkapi dengan klasifikasi jenis

kata. Setiap kosa kata dalam Al-Qur’an diikuti dengan arti bahasa Indonesia dan

penjelasan jenis kata32

.

Model penerjemahan yang ini diajarkan tanpa menampilkan arti dalam bahasa

Indonesia.33

Tanpa keterampilan bahasa Arab, model ini merupakan tersulit

dibandingkan model-model sebelumnya. Model ini mengharuskan guru hadir

untuk memberikan bimbingan atau murid harus rajin membuka kamus.

Kelebihan dan kesulitan TQK

No Teachers Kelebihan Kesulitan

1 Dwi Buchro Mempermudah pemula

memahami Al-Qur’an Memahami makna kiasan

2 Kasuwi

Memperkuat pembelajaran

bahasa Arab sekaligus Al-

Qur’an

Memaknai arti yang beragam

dari satu kata (homonim)

3 Harun Mengingat arti yang

terkandung dalam ayat

Tidak selalu mampu

menjelaskan makna yang utuh

dari setiap ayat

4 Kholil Memperkaya kosa kata bahasa

Arab

Memahami ayat secara

grmatikal

32

Abdul Muhaimin As’addan M. Anas Adnan, Terjemah Kalimat Al Qur’an (Surabaya:

Indah Jaya Ofset, 1994), 21 33

M. Zaenul Arifin and Zaenal Arifin, Panduan Tarjim Lafdhiyah Juz I (Surabaya: YLPI Al

Hikmah), 4

Page 17: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 35

5 Hidayah Memahami makna Al-Qur’an Memahami kosa kata baru

Dalam pembelajaran terjemah, seringkali guru mengalami kesulitan untuk

menerjemahkan kata demi kata saat menjumpai istilah dalam Al-Qur’an yang

membutuhkan penjelasan lebih jauh. Salah satu yang lazim dilakukan guru

terjemah adalah memparafrase. Sejumlah istilah yang membutuhkan parafrase

adalah: kata kiasan, polisemi, homonim. Bahasa kiasan dalam Al-Qur’an cukup

melimpah. Untuk menerjemahkan metafora tidak cukup dengan menerjemahkan

secara harfiah dari Arab ke Indonsia. Untuk memahami metafora atau kiasan

diperlukan parafrase. Contohnya, (وجعهىب انهُم نببسب)34

. Kosa kata (نببسب ) tidak bisa

diterjemahkan menjadi baju. Akan tetapi itu menjadi kiasan malam menutup

dunia, sebagaimana baju menutup aurat. Mari dibaca juga ( وسع كشسُه انسمىاث

(والاض35

. Kata (ٍكشس) kiasan tentang kuasa atau otoritas. Arti harfiahnya tempat

duduk.

Dalam Al-Qur’an terdapat juga sejumlah problem kosa kata mirip sinonim:

( نالاحسب )36

(انخُش) ,37

(انبش) ,38

(انمعشوف) ,39

Semua kosa kata ini diterjemahkan menjadi

kebaikan. Mereka yang mahir bahasa Arab secara mudah bisa memilah kapan

menggunakan masing-masing kosa kata tersebut. Nida menegaskan bahwa

sinonim itu dibatasi oleh konteks. Konteks yang berbeda akan mengubah rasa atau

memberi gradasi makna suatu kata menjadi berbeda. Nida memberikan contoh

dalam bahasa Inggris bahwa mudah untuk menyamakan makna rich man dan

wealthy man. Tetapi menjadi sulit atau salah menyatakan rich experience dan

wealthy experience40

. Beruntung juga bahasa Indonesia cukup fleskibel menyerap

kosa kata Arab, terutama dalam kosa kata yang berkaitan dengan ritual ibadah:

sholat, rukuk, sujud, dzikir, doa, sabar, ibadah, zakat, infaq, shodaqoh, haji. Dari

lima rukun Islam, hanya puasa yang tidak diserap dari bahasa Arab. Akan tetapi

diserap dari bahasa Jawa: poso.

34

Al Quran (QS, 78: 10) 35

Al Quran (QS, 2: 155). 36

Al Quran (QS, 2: 178), (QS, 4: 36), (QS, 2: 229) 37

Al Quran (QS, 2: 217), (QS, 2: 138), (QS, 2: 269) (QS, 99: 7), (QS, 4: 19) 38

Al Quran (QS, 2: 177), (QS, 5: 2) 39

Al Quran (QS, 2: 178), (QS, 2: 228), (QS, 2: 231) 40

Eugene ANida, “Theories of Translation” in Pliegos de Yusta No 4, I, 2006.

Page 18: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

36 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Kosa kata (انهجشة) istilah yang dinaturalisasi menjadi: hijrah. Bisa diartikan:

perbindahan sesuatu atau seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Pengertian

ini sama dengan migrasi atau eksodus. Kosa kata lain yang jarang atau sedikit

dikenali adalah (انىشىص )41

. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan: desertion. Akan

tetapi dalam Indonesian, kata ini tidak ada terjemahnnya juga tidak dinaturalisasi.

Konsekuensinya, untuk memahaminya, memparafrase adalah langkah yang tepat.

Dalam QT, (انىشىص) diartikan: 1) meninggalkan kewajiban bersuami isteri; 2)

meninggalkan rumah tanpa izin; and 3) sikap keras terhadap isteri: tidak

menggauli dan memberi hak42

. Hampir sama dengan (انىشىص) adalah (كسىة)43

.

Meskipun yang kedua lebih simpel dari yang pertama, kata ini juga membutuhkan

parafrase: memberi pakaian. Kosa kata ini juga belum dinaturalisasi. Kosa kata ini

lalu diasosiakan dengan kain penutup Ka’bah.

Sejumlah kata lain juga mengandung kesulitan untuk diterjemahkan adalah

kosa kata homonim atau polisemi. Misalnya kata (امت). Kosa kata ini memiliki

sejumlah makna. Pertama dalam ayat ( وقبل انزي وجب مىهمب وادكش بعذ امت اوب اوبئكم

(فبسسهىن44

. Dalam ayat ini berarti waktu yang lama. ( ان ابشاهُم كبن امت قبوتب لله حىُفب ونم َك

(مه انمششكُه45

. Dalam ayat ini berarti model atau pemimpin. Yang berikut artinya

komunitas atau masyarakat (بم قبنىا اوب وجذوب ءاببءوب عهً امت واوب عهً اثشهم مهتذون )46

.

Kesulitan mencarikan padanan kosa kata dari bahasa asal ke dalam bahasa sasaran

dalam terjemahan akhirnya menjadi tantangan dalam praktik penerjemahan untuk

diselesaikan.

G. Kesimpulan

Berkaitan dengan TQK, sensibilitas guru sangat terpengaruh oleh cara baca

dan praktik penerjemahan yang mereka lakukan. Cara baca terhadap QT, TQK,

kitab tafsir mempengaruhi literasi. Literasi itu mempengaruhi kedalaman atau

keluasan pemahaman dalam penerjemahan. Dari sejumlah kitab tafsir yang rata-

rata dibaca oleh guru-guru terjemah yaitu: Jalalain, Ibnu Katsir, As Shobuny, Al

41

Al Quran (QS, 3: 128), (QS, 3: 34) 42

Al Quran danTerjemahnya (terbitan Madinah), 124 dan 144. 43

Al Quran (QS, 2: 233). 44

Al Quran (QS, 12: 45) 45

Al Quran (QS, 16: 120) 46

Al Quran (QS, 43: 22)

Page 19: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 37

Azhar, dan Al Misbah. Untuk membaca kitab tafsir yang berbahasa Arab,

kemahiran berbahasa Arab menjadi syarat utama. Namun demikian kemahiran

bahasa Arab bukan satu-satunya jaminan untuk bisa menerjemahkan apalagi

menafsir. Pembacaan yang ektensif dan intensif menjadi penentu pemahamn Al-

Qur’an yang tidak pernah ada garis akhirnya.

Dalam praktik penerjemahan (TQK), sementara itu, dipengaruhi oleh minimal

tiga faktor: 1) mengingat dan mengetahui kosa kata Al-Qur’an. 2) kemahiran

menyusun kalimat bahasa Indonesia. Dua poin ini mengonfirmasi bahwa

kemampuan menerjemahkan Al-Qur’an tidak hanya bergantung pada daftar kosa

kata. Untuk memahami Al-Qur’an, meskipun harfiah, tetap dibutuhkan kemahiran

menyusun kosa kata itu dalam gramatika bahasa yang benar dalam level

linguistik: morfem, frase, dan sintaksis. Benar secara gramatika dari bahasa asal

dan bahasa sasaran adalah syarat. Syarat ini penting mengingat perbedaan natural

dan kultural antara bahasa Arab (bahasa asal) dan bahasa Indonesia (bahasa

sasaran). Bahasa Indonesia tentu saja memiliki keterbatasan dalam

menerjemahkan bahasa Arab kata per kata secara harfiah. Contoh kasus (انىشىص)

dan (كسىة) dalam Al-Qur’an menegaskan itu.

Untuk itu harus segera dicatat bahwa TQK dan juga QT adalah salah satu

pendekatan dalam memahami Al-Qur’an. Lazim pula bagi pendekatan ini

memberikan peran positif. Pendekatan ini sangat mangkus bagi mereka yang tidak

mahir bahasa Arab, tetapi pada saat bersamaan mereka ingin belajar bahasa Arab

untuk tujuan khusus yaitu memahami kandungan Al-Qur’an dan bacaan dalam

ritual agama Islam.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an.

Al-Qur’an danTerjemahnya, (cetakan Madinah).

Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Quran: Text and Translation. Kuala Lumpur:

Islamic Book Trust, 2006.

An English Translation of the Meaning of the Quran. Lebanon: Dar Choura, 1980.

Page 20: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Fathurrofiq

38 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Arifin, M. Zaenul and Arifin, Zaenal. Panduan Tarjim Lafdhiyah Juz I. Surabaya:

YLPI Al Hikmah.

As’ad, Abdul Muhaimindan Adnan, M. Anas. Terjemah Kalimat Al Qur’an.

Surabaya: Indah Jaya Ofset, 1994.

Atkinson, Paul and Hammesley,Martyn. “Ethnography and Participant

Observatory” Denzin, Norman K and Lincoln, Yvonna S. (ed) 1994.

Handbook of Qualitative Research. Sage Publication.

Conelly, F. Michael and Clandinin, D. Jean. ”Stories of Experience and Narrative

Inquiry”, Educational Research, Vol 19, No 5 (June-July 1990).

Eagleton, Terry. Literary Theory. Blackwell Publisher, 2003.

Heighem, Juanita and Sakui, Keiko “Ethnography” in Heighem, Juanita and

Croker, Robert A. Qualitative Research in Applied Linguistics: A

Practical Introduction. Palgrave Mcmillan, 2009.

Hilali (al), Muhammad Taqiud-Din and Khan, Muhammad Muhsin. Translation

of the Meanings of Noble Qur’an in English Language. Madinah: King

Fahd Complex for the Printing of the Holy Qur’an, t.t.

Ichwan, Moch Nur “Negara, Kitab Suci dan Politik”.in Chambert-Loir, Henri

(ed). Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2009.

Jacob, Bryan. Essay on Kant’s Anthropology. Edinburg: Cambridge University

Press, 2003.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013.

Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced

Learners. Edinburg: Pearson Education Limited, 2009.

Ma’arif, Mudhawi. Bimbingan Menghafal & Memahami Al-Qur’an. Surabaya,

YLPI Al Hikmah, 2012.

Mandhur, Ibnu. Lisanul Arabi. Beirut: Daarul Kitaab, 2009.

Manning, Peter K. and Cullum-Swan, Betsy. “Narrative, Content, and Semiotic

Analysis”. Denzin, Norman K. and Lincoln, Yvonna S. (ed). Handbook of

Qualitative Research. Sage Publication, 1994.

Page 21: SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id

Sensibilitas Penerjemahan….

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 39

Muhdlor, Attabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1999.

Nida, Eugene A. “Theories of Translation” in Pliegos de Yusta No 4, I, 2006.

Rowi, Roem. Kunci Memahami Terjemah Al-Qur’an . Surabaya: Lembaga

Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Al-Qur’an, 2011.

Shaheen, Muhammad. Theories of Translation and Their Application to Teaching

of English/ Arabic-Arabic/ English Translation. Glasgow University:

Thesis for Ph.D.

Syamil Al-Qur’an . Bandung: Sygma, 2007.

Webster, Leonard and Mertova, Patrcie. Using Narrative Inquiry as a Research

Method: An Introduction to Using Critical Event Narrative Analysis in

Research on Learning and Teaching. New York: Routlage, 2007.

Yassin (translator) Shofwatut Tafasir: Tafsir-Tafsir Pilihan Syeich Muhammad Ali

Ash Shobuni, Jilid I. Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011.