seminar nasional - smujo.idsmujo.id/s/2015/bandung/images/a0203aaall.pdf · jadwal seminar nasional...

57
Seminar Nasional& International Conference Abs Sem Nas Masy Biodiv Indon vol. 2 | no. 3 | pp. 91-135 | Juni 2015 ISSN: 2407-8069 Penyelenggara & Pendukung Bunga-bunga liar di Puncak Gunung Prau, Dataran Tinggi Dieng, foto: Alidesta

Upload: vocong

Post on 26-May-2019

294 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

SeminarNasional&

InternationalConference

Abs Sem Nas Masy Biodiv Indonvol. 2 | no. 3 | pp. 91-135 | Juni 2015

ISSN: 2407-8069

Penyelenggara &Pendukung

Bung

a-bu

nga

liard

i Pun

cak

Gun

ung

Prau

, Dat

aran

Tin

ggi D

ieng

, fot

o:Al

ides

ta

Page 2: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Registrasi: goo.gl/forms/6efwJ7uzKc| Kontak: Afin (0813-8506-6018) | email: [email protected]: biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/index.html | Rp. 450.000,- (Anggota MBI Rp. 350.000,-) | BNI 0356986994

Alamat surat: Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel./Fax. 0271-663375.

Penyelenggara &Pendukung

Registrasi: goo.gl/forms/6efwJ7uzKc| Kontak: Afin (0813-8506-6018) | email: [email protected]: biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/index.html | Rp. 450.000,- (Anggota MBI Rp. 350.000,-) | BNI 0356986994

Alamat surat: Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel./Fax. 0271-663375.

Penyelenggara &Pendukung

Registrasi: goo.gl/forms/6efwJ7uzKc| Kontak: Afin (0813-8506-6018) | email: [email protected]: biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/index.html | Rp. 450.000,- (Anggota MBI Rp. 350.000,-) | BNI 0356986994

Alamat surat: Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel./Fax. 0271-663375.

Penyelenggara &Pendukung

Page 3: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

JADWALSeminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bandung, 13 Juni 2015

PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB RUANG

08.00-08.45 Registrasi dan Persiapan Panitia Selasar

08.45-09.00 Sambutan Ketua Panitia R1

09.00-09.15 Sambutan dan Pembukaan Dekan SITH ITB R1

09.15-10.45 Panel I Moderator 1 R1

Prof. Dr. Tati Suryati R1

Prof. Dr. Herny Emma Inonta Simbala R1

10.45-11.00 Kudapan Pagi Panitia Selasar

11.00-12.30 Panel II Moderator 2 R1

Prof. Dr. Johan Iskandar R1

Dr. Laode M. Harjoni Kilowasid R1

12.30 Foto Bersama Panitia R1

12.30-13.30 Ishoma dan Presentasi Poster Panitia Selasar

13.30-15.00 Presentasi OralAO-01 s.d. BO-06 Moderator 3 R1

BO-07 s.d. CO-05 Moderator 4 R2

CO-06 s.d. CO-15 Moderator 5 R3

CO-16 s.d. CO-25 Moderator 6 R4

CO-26 s.d. DO-05 Moderator 7 R5

DO-06 s.d. EO-08 Moderator 8 R6

EO-09 s.d. EO-18 Moderator 9 R7

EO-19 s.d. EO-27 Moderator 10 R8

15.30-15.45 Kudapan Sore Panitia Selasar

15.45-16.00 Penutupan dan Penjelasan lain Ketua Panitia R1

Kegiatan berikutnya:Seminar Nasional MBI, Kampus UAI Jakarta, 12 September 2015

Page 4: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

DAFTAR ISIAbstrak Seminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bandung, 13 Juni 2015

KODE JUDUL PENULIS HAL.

BIODIVERSITAS GENETIK

AO-01 Keragaman genetik padi lokal Kalimantan Timur Nurhasanah 91

AO-02 Aplikasi DNA Barcoding untuk analisis keragamangenetik lai-durian (Durio zibethinus x kutejensis) asalKalimantan Timur

Widi Sunaryo 91

AO-03 Level ekspresi gen CAT (Katalase) dan gen APX(Askorbat Peroksidase) pada pertumbuhan pinak pisang(Musa paradisiaca) cv. Nangka yang mengalami cekamankromium (Cr)

Lida Amalia, Sri Nanan B.Widiyanto, Taufikurahman

92

AO-04 Akumulasi prolin dan profil ekspresi gen P5CS pada kulurin vitro Pisang (Musa acuminata cv Barangan) yangdiberi cekaman NaCl

Kusdianti, Iriawati, Diky S.Diningrat, Sri Nanan B. Widiyanto

92

BIODIVERSITAS SPESIES

BO-01 Keragaman morfologi tanaman jabon merah(Anthocephalus macrophyllus) dan jabon putih(Anthocephalus cadamba): Berdasarkan dimensi buah,benih dan daun

Yulianti Bramasto, Dede JajatSudrajat, Eva Yusvita Rustam

92

BO-02 Keanekaragaman makrofungi di kawasan Wana WisataAlas Bromo, Karanganyar, Jawa Tengah

Rekyan Galuh Witantri, FahrurNuzulul Kurniawati, NafsulMuthmainah

93

BO-03 Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) diWana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara,Karanganyar, Jawa Tengah

Deby Fajar Lestari, Rizma DeraAnggraini Putri, MuhammadRidwan, Atika Dewi Purwaningsih

93

BO-04 Eksplorasi keanekaragaman jenis tumbuhan di ProvinsiMaluku Utara sebagai antifertilitas

Herny Emma Inonta Simbala,Edwin de Queljoe, Carla FerlyKairupan

93

BO-05 Diversitas, perilaku kunjungan, dan efektivitas lebahpenyerbuk pada tanaman tomat (Lycopersiconesculentum; Solanaceae)

Andi Gita Maulidyah IndraswariSuhri, Tri Atmowidi, Sih Kahono

94

BO-06 Explorative inventory of plants diversity of tropical wethighland in Mount Seblat, Bengkulu

Imawan Wahyu Hidayat, IkhsanNoviady

94

Page 5: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

iv

(Inventarisasi eksploratif keragaman tumbuhan datarantinggi basah tropis di Gunung Seblat, Bengkulu)

BO-07 Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung Gammi Puspita Endah, RuhyatPartasasmita,

95

BO-08 Keragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata) dibeberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur

Diagal Wisnu Pamungkas,Muhammad Ridwan

95

BO-09 Biodiversitas bakteri dari limbah abu batubara asal pabrikminyak goreng di daerah Kumai, Kalimantan Barat

Lia Yulistia, Munawar, HaryWidjajanti

95

BO-10 Keanekaragaman Arthopoda laba-laba pada persawahantadah hujan di Kalimantan Selatan

Samharinto Soedijo, M. IndarPramudi

96

BO-11 Jenis-jenis dan penapisan alkaloids tumbuhan paku diPegunungan Mahawu, Sulawesi Utara

Dingse Pandiangan, Febby Kandou,Ikhlas Jorongga, Parluhutan Siahaan

96

BP-01 Keanekaragaman jenis Selaginella di Taman NasionalGunung Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur

Ahmad Dwi Setyawan, Sugiyarto 96

BP-02 Keanekaragaman jenis-jenis pepohonan mangrove diPulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau

Ahmad Dwi Setyawan, Yahya IhyaUlumuddin

97

BP-03 Keanekaragaman Lamiaceae berpotensi obat koleksiTaman Tumbuhan Obat Kebun Raya Cibodas

Aisyah Handayani 97

BP-04 Biji-biji menarik dan unik koleksi Kebun Raya Cibodas Masfiro Lailati, Indriani Ekasari 97

BP-05 Keragaman flora berpotensi dan komposisi vegetasi diGunung Marapi, Sumatera Barat

Taufikurrahman Nasution, EkaAditya Putri Iskandar, Lily Ismaini

98

BP-06 Eksplorasi flora di kawasan Gunung Galunggung, JawaBarat untuk pengayaan koleksi Kebun Raya Kuningan,Jawa Barat

Musyarofah Zuhri, HarryWiriadinata, Ratna Suti Astuti,Supan Hadiwaluyo, Syamsudin

98

BIODIVERSITAS EKOSISTEM

CO-01 Preferensi ekologis pohon kilemo (Litsea cubeba) sebagaipenghasil minyak atsiri potensial: Studi kasus di GunungPapandayan, Jawa Barat

Ichsan Suwandhi, Cecep Kusmana,Ani Suryani, Tatang Tiryana

99

CO-02 Biodiversitas bakteri indigen dan kontribusinya dalampengelolaan lingkungan tercemar: Studi kasus beberapawilayah di Indonesia

Munawar, Elfita 99

CO-03 Komposisi dan struktur vegetasi penghasil kopal dikawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata,Halmahera, Maluku Utara

Lis Nurrani, Supratman Tabba 100

CO-04 Suksesi sekunder hutan terganggu bekas perambahan diTaman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat

Hendra Gunawan 100

CO-05 Konservasi ex situ jenis-jenis pohon hutan pegununganJawa di Taman Kehati Babakan Pari, KabupatenSukabumi

Hendra Gunawan, Sugiarti 101

CO-06 Vegetasi kaldera Tengger, Taman Nasional BromoTengger Semeru, Jawa Timur

Luchman Hakim, FarianaPrabandari, Jehan Ramdani,Muhammad Yusuf

101

CO-07 Strategi resolusi konflik ekosistem kawasan TamanNasional Gunung Merapi: Pelajaran dari Jurang Jero

Nurpana Sulaksono, Yayan Hadiyan 101

CO-08 Evaluasi nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) danAPI (Anticipated Performance Index) pada Swieteniamacrophylla dan Agathis dammara yang terdapat diKampus ITB Ganesha, Bandung

Cucun Kurniati, Rina RatnasihIrwanto

102

Page 6: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

v

CO-09 Evaluasi Reforestasi di Kawasan Taman Buru MasigitKareumbi, Sumedang, Jawa Barat

Izzat Nafisha Mirza, Rina RatnasihIrwanto

102

CO-10 Ekologi sosial pilang (Acacia leucophloea) di TimorTengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Gerson Ndawa Njurumana 103

CO-11 Pelestarian cendana (Santalum album) berbasismasyarakat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur

Gerson Ndawa Njurumana 103

CO-12 Ketersediaan dan keragaman tumbuhan bawah untukpakan ternak di wilayah sekitar Taman Nasional GunungHalimun Salak

Asmanah Widarti 103

CO-13 Kontribusi hutan rakyat untuk kelestarian lingkungan danpendapatan

Asmanah Widarti 104

CO-14 Aplikasi HESSA (Hydro Ecosystem Services SpatialAssessment) untuk pemetaan wilayah penyedia danpengguna air di kawasan hutan pegunungan

Hikmat Ramdan 104

CO-15 Keanekaragaman vegetasi pohon di sekitar sumber mataair di Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan

Muhammad Ridwan, Diagal WisnuPamungkas

104

CO-16 Aplikasi agroforestri sebagai upaya perbaikan TamanWisata Alam Gunung Selok Cilacap yang terdegradasi

Sumarhani 105

CO-17 Arti penting peran serta masyarakat dalam rehabilitasihutan lindung

Sumarhani, Diana Prameswari 105

CO-18 Keanekaragaman dan kelimpahan kumbang cerambycid(Coleoptera: Cerambycidae) di Cagar Alam PananjungPangandaran

Septiani Dewi Ariska, TriAtmowidi, Woro A. Noerdjito

106

CO-19 Perbedaan perilaku harimau Sumatra (Panthera tigrissumatrae) pada Taman Nasional Way Kambas dengankonservasi ex-situ Kebun Binatang Surabaya

Popy Febrianti Purwoko, AlifahAyu Wulandari, Octa Samudera

106

CO-20 Populasi, okupasi dan pengetahuan masyarakat tentangburung Serak Jawa (Tyto alba javanica J.F. Gmelin 1788)di kawasan Kampus Universitas Padjadjaran JatinangorSumedang

Ruhyat Partasasmita, Gema IkrarMuhammad, Johan Iskandar

106

CO-21 Perilaku harian owa jawa (Hylobates moloch) rehabilitandi Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (JavanGibbon Center) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Sangga Buana Komara, MuhammadQeitsal Sabil, Muhammad RezaSaputro

107

CO-22 Pemodelan distribusi habitat elang jawa (Nisaetusbartelsi) di Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah

Ilyas Nursamsi, NurvitaCundaningsih, Hasna Silmi R,Ruhyat Partasasmita

107

CO-23 Buhili (Bambu Hitam Lestari) untuk angklung alat musiktradisional warisan dunia: Kajian pengaruh faktorlingkungan

Syaima Rima Saputri, Budi Irawan 108

CO-24 Siklus hidup elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagaipredator tingkat tiga dalam menjaga keseimbanganbiodiversitas pegunungan Jawa Barat

Toufan Gifari, M Fachry Samudra,Dewi Elfidasari, Riris L. Puspitasari

108

CO-25 Layanan ekosistem di kawasan perkotaan: Studi kasus diKota Bandung

Meidha Audina, Restu AjengSaputri, Teguh Husodo, Herri Y.Hadikusumah

108

CO-26 Penggunaan ruang oleh berbagai jenis burung padalapisan kanopi hutan di Kawasan Gunung Dewata danGunung Waringin, Cagar Alam Gunung Tilu, KabupatenBandung, Jawa Barat

Zamzam I'lanul Anwar Atsaury,Teguh Husodo, Ruhyat Partasasmita

109

CO-27 Keanekaragaman rayap kasta prajurit di Pulau Randy Eka Aprilya, Enggar Utari,Evi Amelia

109

Page 7: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

vi

Handeuleum, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten

CO-28 Perbedaan fenotipe biawak air pada ekosistem CagarAlam Rawa Danau dan Cagar Alam Pulau Dua, Serang,Banten

Moch. Ali Ramadhan, Suroso MuktiLeksono, Dian Rachmawati, NajmiFirdaus

109

CO-29 Studi komposisi serangga yang terperangkap kantongsemar (Nepenthes gymnamphora) di Gunung Aseupan,Pandeglang, Banten

Azhari Rangkuti, Najmi Firdaus,Dian Rachmawati

110

CO-30 Deskripsi morfologi dan kelimpahan jenis kantong semar(Nepenthes sp.) di Gunung Aseupan, Pandeglang, Banten

Hasbullah, Evi Amelia, PipitMarianingsih

110

CP-01 Komposisi vegetasi di Robian Tongah-tongah, HutanLindung Gunung Sibuatan, Sumatera Utara

Ikhsan Noviady, Suluh Norma Siwi 110

CP-02 Identifikasi kondisi kesehatan pohon peneduh di kawasanEcopark, Cibinong Science Center

Ikhsan Noviady, Reza RamdanRivai

111

CP-03 Upaya konservasi ex situ dan in situ paku-pakuanpegunungan di Kebun Raya Cibodas

Taufikurrahman Nasution 111

CP-04 Ekologi jenis Lithocarpus (Fagaceae) di kawasan hutanGunung Papandayan, Garut, Jawa Barat

Inge Larashati Subro 111

CP-05 Analisis ekologi jenis - jenis Begonia (Begoniaceae) dikawasan hutan Gunung Halimun Salak, Jawa Barat

Inge Larashati Subro 112

CP-06 Analisis komposisi dan keanekaragaman tumbuhan diGunung Dempo, Sumatera Selatan

Lily Ismaini, Masfiro Lailati,Rustandi, dan Dadang Sunandar

112

ETNOBIOLOGI

DO-01 Pemanfaatan tumbuhan bawah di zona pemanfaatanTaman Nasional Gunung Merapi oleh masyarakat sekitarhutan

Sri Suharti 112

DO-02 Pengembangan aneka usaha kehutanan (AUK) untukpeningkatan pendapatan masyarakat

Sri Suharti 113

DO-03 Kaliwu: Model inisiatif lokal dalam konservasi daerahperbukitan Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur

Gerson Ndawa Njurumana 113

DO-04 Studi etnobotani keanekaragaman tanaman pangan pada“Sistem Huma” dalam menunjang keamanan panganOrang Baduy

Johan Iskandar, Budiawati S.Iskandar

114

DO-05 Studi etnoveterinari farmakologi pada masyarakat PasirBiru, Rancakalong, Sumedang

Asep Zainal Mutaqin, JokoKusmoro, Johan Iskandar, DherisaOktaviani

114

DO-06 Pengetahuan emik dan etik karakter bambu dalam prosespembuatan angklung: Studi kasus di Balai AngklungBandung

Syaima Rima Saputri, TeguhHusodo, Budi Irawan

114

DO-07 Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakatsekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat

Aisyah Handayani 115

BIOSAINS

EO-01 Implementasi gula aren (Arenga pinata) dan kurkuma(Curcuma longa) pra-transportasi sitem biosekurititerhadap glukosa darah dan kadar glikogen ayam broiler

Fredy J. Nangoy, T. Widjastuti, L.Adriani,

115

EO-02 Pengaruh pemberian pupuk hayati mikrosalin terhadappertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) pada tanah

Y.B. Subowo 116

Page 8: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

vii

kebun

EO-03 Teknik pematahan dormansi untuk mempercepatperkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril)

Naning Yuniarti, Dharmawati F.Djaman

116

EO-04 Teknik pengemasan yang tepat untuk mempertahankanviabilitas benih bakau (Rhizophora apiculata) selamapenyimpanan

Naning Yuniarti, Dharmawati F.Djaman

116

EO-05 Identifikasi hama dan penyakit benih nyamplung(Callophyllum inophyllum) di Carita, Ciamis, Cilacap,Purworejo, Gunung Kidul, Alas Purwo, Lombok danPariaman

Naning Yuniarti, Tati Suharti,Evayusvita Rustam

117

EO-06 Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria(PGPR) dalam pengendalian penyakit tungro pada padilokal Kalimantan Selatan

Salamiah, Raihani Wahdah 117

EO-07 Kemampuan adaptasi empat jenis tanaman lokal dalammendukung kegiatan rehabilitasi lahan alang-alang diKabupaten Bolaan Mongondow Utara, Sulawesi Utara

Arif Irawan, Iwanuddin, Jafred EHalawane, Moody C. Karundeng

118

EO-08 Performa sintasan dan pertumbuhan benih Cardinal tetra(Paracheirodon axelrodi) dengan aplikasi daun ketapang(Terminalia catappa)

Nurhidayat, Liza Wardin, EdiyantoSitorus

118

EO-09 Prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalansetempat rotan

Titi Kalima, Jasni, 118

EO-10 Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bayamcabut (Amaranthus spp.) pada Sistem Relay-IntercroppingJagung-Sayur Umur Pendek-Padi

Alfatika Permatasari, Sugiyarto,Dwi Setya Saputra

119

EO-11 Reaksi ketahanan 19 varietas padi rawa terhadap penyakithawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae)

Anggiani, Cahaya Umah 119

EO-12 Analisis pertumbuhan tiga jenis tanaman asli GunungGede Pangrango di lahan agroforestri melalui pendekatanallometrik di Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat

Indriani Ekasari, Masfiro Lailati 119

EO-13 Potensi senyawa alelopati Clidemia hirta sebagaibioherbisida

Lily Ismaini, Agnesia Lestari 120

EO-14 Penentuan model tarif sumber daya air sebagaikompensasijasa ekosistem kawasan hutan: Studi kasus di kawasanhutan Perhutani

Yooce Yustiana, Endang Hernawan,Hikmat Ramdhan

120

EO-15 Uji kualitas sperma sexing sapi FH (Fries Holstein) pascathawing

Rizma Dera Anggaini Putri,Muhammad Gunawan, EkayanaMulyawati Kaiin

120

EO-16 Potensi palma endemik Sulawesi (Areca vestiaria)sebagai bahan aktif produk fitofarmaka antikanker

Herny Emma Inonta Simbala, LindaW.A. Rotty, Fatimawali, FeckyR.Mantiri

121

EO-17 Analisis lanskap jalur hijau jalan sebagai koridorpersebaran burung di Kota Bandung

Evanti Arosyani, Teguh Husodo,Parikesit

121

EO-18 Rosot karbon vegetasi pohon di ruang terbuka hijau KotaBandung: Studi kasus Taman Badak, Kebun Binatang,dan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani

Nurvita Cundaningsih, TeguhHusodo, Herri Y. Hadikusumah

122

EO-19 Jamur entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo,1912) sebagai agen pengendali nyamuk Aedes aegypti(Linnaeus, 1762)

Maharani Herawan Ossa Putri,Hikmat Kasmara, Melanie

122

EO-20 Strategi adaptasi kalender tanam terhadap variabilitasiklim pada sentra produksi padi

Yayan Apriyana 122

Page 9: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

viii

EO-21 Pertumbuhan dan komposisi eksopolisakarida bakteripemfiksasi nitrogen Azotobacter spp. pada media yangmengandung kadmium

Reginawanti Hindersah 123

EO-22 Pengaruh suhu, pH , dan oksigen terlarut terhadapregenerasi dan populasi Planaria sp. di berbagai perairan

Farhani, Lidia Anggita Ramadhani,Mutia Arianata, Dewi Elfidasari,Riris L. Puspitasari

123

EO-23 Proses pembentukan telur pada burung puyuh (Cortunixcortunix sp.)

Nadya Karina, Nur KhamidatusSintia, Winda Siti Nurjanah

123

EO-24 Pengembangan metode penetasan telur terhadap budidayaburung walet putih (Collocalia fuciphaga)

Adinda Citra Dianita, Mona Soraya,Dewi Elfidasari, Riris LindiawatiPuspitasari

124

EO-25 Potensi cengkeh (Syzygium aromaticum) varietas afoternate sebagai larvasida pada nyamuk Anophelessubpictus dan Aedes aegypti

Dharmawaty M. Taher, Nurhasanah,Nurmaya Papuangan

124

EO-26 Pengkajian pemanfaatan amelioran terhadap kedelai dilahan kering Banten

Resmayeti Purba 125

Popi Rejekiningrum, Budi Kartiwa 125

EP-01 Keragaan hubungan panjang berat dua spesies ikanRasbora argyrotaenia dan Rasbora trilineata

Mochammad Zamroni, SitiZuhriyyah Musthofa, Nurhidayat

125

EP-02 Budidaya kilemo (Litsea cubeba) untuk mendukungkelestarian tanaman dataran tinggi penghasil atsiri

Kurniawati Purwaka Putri, DidaSyamsuwida, Rina Kurniaty

126

EP-03 Potensi kulit ari kelapa sebagai alternatif bahan pakanikan

Sukarman 126

EP-04 Perbaikan kualitas warna ikan Sumatra albino (Puntiustetrazona) menggunakan sumber karotenoid yang berbeda

Sukarman 126

EP-05 Potensi telur keong (Pamocea canaliculata) sebagaisumber pigment untuk meningkatkan kualitas warna ikanhias

Sukarman 127

EP-06 Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kangkungdarat (Ipomoea reptans) pada sistem relay-intercroppingjagung-sayur umur pendek-padi

Sugiyarto, Dwi Setya Saputra,Alfatika Permatasari

127

EP-07 Perbaikan teknologi budidaya jeruk keprok borneo primadan analisis usahataninya diKabupaten Berau, KalimantanTimur

Muhamad Rizal, Retno Widowati 127

EP-08 Perbaikan teknologi budidaya pisang kepok dan analisisusahataninya di Kabupaten Kutai Timur, KalimantanTimur

Retno Widowati, Muhamad Rizal 128

EP-09 Prospek pengembangan buah Lai (Durio kutejensis)sebagai varietas unggul lokal di Kabupaten KutaiKartanegara, Kalimantan Timur

Retno Widowati, Muhamad Rizal,Agus Supriyono

128

EP-10 Heat unit (akumulasi panas) untuk penentuan fasepertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran

Suciantini 128

EP-11 Identifikasi produksi mangga di Jawa Barat berdasarkankondisi iklim

Suciantini 129

EP-12 Dukungan kelestarian keanekaragaman melalui adaptasipemeliharaan ikan sumpit (Toxotes sp.) ex-situ

Tutik Kadarini, Siti Subandiyah 129

EP-13 Hubungan iklim terhadap populasi hama dan musuh alamipada varietas padi unggul baru

Trisnaningsih, Nia Kurniasih 129

EO-27 Upaya peningkatan produksi tanaman jagungmenggunakan teknik irigasi otomatis di lahan keringKabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat

Page 10: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ix

EP-14 Resurgensi insektisida Karbofuran 3% terhadap hamawereng batang coklat (Nilaparvata lugens)pada tanaman padi sawah

Trisnaningsih 130

EP-15 Keragaan produktivitas varietas jagung pada musim hujandi lahan kering dataran tinggi Kabupaten Bandung, JawaBarat

Taemi Fahmi, Endjang Sujitno 130

EP-16 Respon berbagai varietas terhadap produksi tomat di halankering dataran tinggi Kabupaten Garut, Jawa Barat

Endjang Sujitno, Meksy Dianawati 130

EP-17 Keripik kangkung rasa paru sebagai produk olahan gunameningkatkan nilai tambah

Sri Lestari, Yati Astuti, SyahrizalMuttakin

130

EP-18 Daya kecambah dan multiplikasi tunas in vitro sengon(Paraserianthes falcataria) unggul benih segar dan yangdisimpan selama empat tahun

Dody Priadi, N. Sri Hartati 131

EP-19 Pertumbuhan bibit Alpinia malaccensis pada variasikerapatan tanam

Reza Ramdan Rivai, Fitri FatmaWardani

131

EP-20 Pemetaan paten terdaftar berdasarkan pemanfaatansumber daya hayati di Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI)

Andi Budiansyah, Reza RamdanRivai

131

EP-21 Diversitas jamur pangan terhadap kandungan beta-glukandan manfaatnya terhadap kesehatan

Donowati Tjokrokusumo 132

EP-22 Kajian aplikasi pupuk hayati pada tanaman padi sawah diBanten

Resmayeti Purba 132

EP-23 Reduksi kadar oksalat pada talas lokal banten melaluiperendaman dalam air garam

Syahrizal Muttakin, Muharfiza, SriLestari

132

EP-24 Keragaan tanaman di pekarangan pada lokasi KawasanRumah Pangan Lestari (KRPL) untuk mendukung pangankeluarga di Kabupaten Tangerang

Silvia Yuniarti, Rina Sinta Wati 133

EP-25 Adaptasi beberapa varietas unggul padi di Dataran TinggiLore UtaraKabupaten Poso, Sulawesi Tengah

Saidah, Irwan Suluk P., AbdiNegara

133

EP-26 Kajian adaptasi beberapa klon sebagai bahan sambungsamping kakao di Sulawesi Tengah

Saidah, Abdi Negara, Sahardi 133

EP-27 Tanggapan hama penggerek buah kakao Conopomorphacramerella terhadap seks feromon dan intensitasserangannya di Kabupaten Parigi Moutong, SulawesiTengah

Abdi Negara 134

EP-28 Studi awal potensi jamur tiram (Pleurotus ostreatus)sebagai imunomodulator dengan sampel sel limfosit

Netty Widyastuti, Iim Sukarti, ReniGiarni, dan Donowati

134

EP-29 Potensi senyawa organik kayu ular (Strychnos lucida)sebagai sumber biofarmaka

Gusmailina, Sri Komarayati 134

EP-30 Pengembangan kultur akar rambut Rauwolfia serpentina(L.) Benth untuk produksi invitro reserpin

Helda Lasboda Hader, ErlyMarwani

135

EP-31 Potensi jamur kancing (Agaricus bisporus) dalammelawan kanker dan penyakit degeneratif

Donowati Tjokrokusumo 135

Page 11: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

Page 12: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABSTRAKSeminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bandung, 13 Juni 2015

Genetik

AO-01Keragaman genetik padi lokal Kalimantan Timur

NurhasanahJurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.Kampus Gunung Kelua, Jl. Pasir Balengkong, No. 1, Samarinda 75123,Kalimantan Timur. Tel.: +62-541-749343, email:[email protected]

Keanekaragaman plasma nuftah merupakan bahan dasargenetik yang sangat penting untuk merakit varietas-varietasunggul baru dengan produktivitas dan kualitas hasil yangbaik, serta memiliki ketahanan terhadap cekaman faktorlingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkatpotensi daerah Kabupaten Kutai Barat, ProvinsiKalimantan Timur berupa kekayaan sumber daya genetikpadi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan secaraoptimal dalam program pemuliaan tanaman padi. Hasileksplorasi di kabupaten tersebut menunjukkan tingginyakeragaman genetik padi lokal. Sebanyak 44 kultivar padilokal berhasil dikumpulkan, yang terdiri dari 40 kultivarpadi beras dan empat kultivar padi ketan. Sekitar 80% darikultivar-kultivar tersebut merupakan padi ladang. Terdapatdua kultivar beras merah, yang potensial untukdikembangkan sebagai pangan fungsional yang mempunyaisubstansi aktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Melaluitindakan eksplorasi dan konservasi, serta identifikasipotensi genetik, pemanfaatannya dalam program pemuliaantanaman melalui proses seleksi dan evaluasi, diharapkankekayaan genetik padi lokal ini dapat dimanfaatkan secaraoptimal dalam program pemuliaan tanaman padi, untukmerakit kultivar-kultivar unggul baru dengan produktivitasdan kualitas hasil yang tinggi, dan memiliki ketahananterhadap cekaman faktor lingkungan yang merupakantujuan utama dari program pemuliaan tanaman saat ini.

Keragaman genetik, Kalimantan Timur, padi lokal, potensigenetik

AO-02Aplikasi DNA Barcoding untuk analisiskeragaman genetik lai-durian (Durio zibethinus xkutejensis) asal Kalimantan Timur

Widi SunaryoFakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Kampus Gunung Kelua, Jl.Pasir Balengkong, No. 1, Samarinda 75123, Kalimantan Timur. Tel.: +62-541-749343, email: [email protected],[email protected]

Keragaman buah-buahan lokal di Indonesia merupakanmodal dasar untuk meningkatkan daya saing menghadapimembanjirnya buah-buah impor. Lai Durian (Duriozibethinus x kutejensis) yang awalnya merupakan hasilsilangan alami antara buah Durian (Durio zibethinus) danLai (Durio kutejensis) adalah buah khas Kalimantan Timuryang mempunyai sifat-sifat unggul dalam hal rasa danperforma buah, sehingga sering memenangkan kontesdurian bahkan beberapa varietas sudah di lepas sebagaivarietas unggul nasional. Eksplorasi dan identifikasikeragaman genetik dari buah ini berdasarkan analisismorfologi tanaman telah dikaji. Penggunaan markamolekuler seperti DNA barcoding mempunyai prospekyang sangat cerah untuk menelusuri keragaman genetik diantara tanaman Lai Durian itu sendiri ataupun denganinduk asalnya, yaitu tanaman Durian dan Lai. Teknologibaru identifikasi tanaman melalui DNA barcoding dapatdilakukan dengan cepat, akurat, dan tidak ambigu (bias)karena memerlukan jumlah sampel yang sedikit danmampu mengungkapkan variasi baru/keragaman baru padaspecies-species yang sebelumnya belum diungkapkan.Selain itu DNA barcoding dapat dilakukan oleh orang yangbukan ahli taksonomi sekalipun, dengan keakuratan yangsama, karena DNA barcoding bersifat reproducible,sehingga ketergantungan akan ahli taksonomi dapatdikurangi. Sementara itu, identifikasi species/varietasberdasarkan pada marka/penanda/ciri-ciri morfologi(kunci-kunci taksonomi) yang dilakukan oleh ahlitaksonomi mempunyai kelemahan, yaitu hanya dapatditerapkan untuk tanaman dewasa, memerlukan waktulama karena pengambilan sampel/pengamatan harusmenunggu masa tertentu, seperti masa berbunga atau

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDONVolume 2, Nomor 3, Juni 2015 ISSN: 2407-8069Halaman: 91-135 DOI: 10.13057/asnmbi/m020301

Page 13: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-13592

berbuah. Selain itu, pengamatan morfologi membutuhkanseorang pakar taksonomi yang sampai saat ini jumlahnyasangat terbatas. Oleh karena itu, aplikasi penggunaanteknologi DNA barcoding untuk analisis keragamangenetik tanaman Lai Durian asal Kalimantan Timur perludikemukakan.

DNA barcoding, keragaman genetik, Lai durian, varietaslokal, Kalimantan Timur

AO-03Level ekspresi gen CAT (Katalase) dan gen APX(Askorbat Peroksidase) pada pertumbuhan pinakpisang (Musa paradisiaca) cv. Nangka yangmengalami cekaman kromium (Cr)

Lida Amalia1,2,♥, Sri Nanan B. Widiyanto2,Taufikurahman2

1Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP Garut, Jl. Pahlawan No. 32Sukagalih, Tarogong Kidul, Garut 44151, Jawa Barat. Tel.: +62-262-233556, Fax.: +62-262-540469. ♥email: [email protected] Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung 40132, Jawa Barat.

Logam berat banyak ditemukan pada hampir semua jenislimbah industri, termasuk limbah penyamakan kulit yangmengandung kromium (Cr). Cr berpengaruh dalamproduksi Reactive Oxygen Species (ROS) yangmenyebabkan cekaman oksidatif. Cekaman oksidatifadalah keadaan ketika jumlah ROS, seperti H2O2, O

2-, OH-

(sebagai produk samping dalam sejumlah reaksimetabolisme pada organel sel) melebihi jumlah antioksidanyang dihasilkan. Antioksidan dapat berupa enzim atau non-enzim. Antioksidan enzim di antaranya katalase danaskorbat peroksidase. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui level ekspresi gen katalase (CAT) dan askorbatperoksidase (APX) pada kultur in vitro kultivar pisangnangka dengan penambahan cekaman Cr. Pemberianperlakuan cekaman selama periode pengkulturan in vitrodilakukan dengan menambahkan Cr pada konsentrasi 50ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm dan 0 ppm sebagaikontrol. Pada penelitian ini diamati pertumbuhan pinakpisang dan dievaluasi level ekspresi gen CAT dan APX,yang dilakukan dengan pendekatan molekuler. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pinak pisangmeningkat sampai konsentrasi 100 ppm, sedangkan padakonsentrasi lebih tinggi terjadi penurunan pertumbuhanpinak pisang. Pada bagian akar, hanya gen CAT yangterekspresi dan paling tinggi ekspresinya pada perlakuan400 ppm. Pada bagian pucuk, baik gen CAT maupun genAPX terekspresi. Ekspresi gen CAT paling tinggi padaperlakuan 50 ppm, sedang ekspresi gen APX paling tinggipada perlakuan 100 ppm.

Cekaman kromium, level ekspresi gen, Musa paradisiaca,pertumbuhan

AO-04Akumulasi prolin dan profil ekspresi gen P5CSpada kulur in vitro Pisang (Musa acuminata cvBarangan) yang diberi cekaman NaCl

Kusdianti1,2, ♥, Iriawati1, Diky S. Diningrat1, Sri NananB. Widiyanto1

1 Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung 40132, Jawa Barat.Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107, ♥email:[email protected], [email protected] Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr Setiabudi No. 229 Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat akumulasi prolin danprofil ekpresi gen Delta 1 Pyrroline-5-carboxylate synthase(P5CS) pada kultur pucuk pisang yang diberi cekamanNaCl. Pucuk pisang (Musa acuminata cv. Barangan)dikultur dalam medium MS (Murashige and Skoog 1962)dengan penambahan Benzilaminopurin (BAP), denganperlakuan pemberian 25 (N25), 50 (N50), 75 (N75), dan100 (N100) mM NaCl. Kandungan prolin (Bates 1973) danisolasi RNA (Chang el al. 1993) dilakukan pada pucuk danakar kontrol (BK) dan perlakuan. Profil ekspresi gendianalisis menggunakan quantitative Real-time PCR (qRT-PCR). Hasilnya menunjukkan kandungan prolin padapucuk paling tinggi adalah (135 mg/L) pada perlakuan 100mM NaCl, sedangkan pada akar paling tinggi (125 mg/L)pada perlakuan 75 dan 100 mM NaCl. Gen P5CSmeningkat pada akar di semua perlakuan, sedangkan padapucuk tertekan pada perlakuan 25, 50 dan 75 mM danmeningkat pada 100 mM. Ekspresi gen P5CS paling tingi(1,6 x) pada pucuk dengan perlakan 75 mM. Disimpulkanbahwa cekaman NaCl dapat meningkatkan akumulasiprolin dan ekspresi gen P5CS, baik pada pucuk maupunakar.

Profil ekspresi, cekaman salinias, quantitative Real-timePCR

Spesies

BO-01Keragaman morfologi tanaman jabon merah(Anthocephalus macrophyllus) dan jabon putih(Anthocephalus cadamba): Berdasarkan dimensibuah, benih dan daun

Yulianti Bramasto♥, Dede Jajat Sudrajat♥♥, Eva YusvitaRustam♥♥♥

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Jl. Pakuan,Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16100, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8327768. ♥email: [email protected], ♥♥ [email protected],♥♥♥ [email protected]

Page 14: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 93

Tanaman jabon putih (Anthocephalus cadamba) dan jabonmerah (Anthocephalus macrophyllus) merupakan jenispotensial yang saat ini sudah mulai berkembang pesatpemanfaatannya. Untuk mengetahui apakah ada variasimorfologi di antara kedua jenis tersebut dilihat berdasarkandimensi buah, benih dan daun, maka penelitian inidilakukan. Jabon putih mempunyai sebaran tempat tumbuhyang cukup luas dengan kondisi geoklimat yang beragam,sedangkan jabon merah mempunyai sebaran tempattumbuh yang relatif lebih sempit, terdapat di Sulawesi danMaluku. Secara umum terlihat ada perbedaan dalam halukuran buah dan benih antara jabon putih dan jabon merah.Berat buah jabon putih berkisar antara 28,15-111,25 g,sedangkan untuk jabon merah berkisar antara 47,2-56,25 g.Hal ini menunjukkan bentuk morfologi buah jabon merahyang berasal dari Makasar dan Manado hampir seragamatau variasinya sempit, karena kisaran nilai untuk semuaparameter yang diamati tidak terlalu jauh. Panjang ukuranpanjang benih jabon putih berkisar antara 562,8-635,6 µmdan diameter benih antara 395,9-471,0 µm. Adapun ukuranbenih jabon merah relatif lebih besar dari pada jabon putih,khususnya untuk benih asal Manado, rata-rata panjangbenih jabon merah berkisar 587,8-694,6 µm dan rata-ratadiameter benih jabon merah adalah 383,4-481,9 µm.Terdapat variasi antar populasi dalam ukuran buah dandaun tanaman jabon, namun karakter-karakter tersebut(morfologi daun, buah dan benih) tidak berkorelasi nyatadengan ketinggian tempat, garis bujur, curah hujan, dansuhu rata-rata tahunan.

Jabon, karakter, morfologi, tempat tumbuh

BO-02Keanekaragaman makrofungi di kawasan WanaWisata Alas Bromo, Karanganyar, Jawa Tengah

Rekyan Galuh Witantri♥, Fahrur Nuzulul Kurniawati,Nafsul MuthmainahJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email:[email protected]

Hutan Wana Wisata Alas Bromo merupakan kawasanhutan wisata yang terketak di Kabupaten Karanganyar,Provinsi Jawa Tengah. Hutan Alas Bromo memilikiberbagai jenis tegakan pohon diantaranya tegakanSwietenia mahagoni, Tectona grandis, Pinus merkusii sertaDalbergia latifolia. Selain komposisi vegetasi yangberagam terdapat pula sumber air jernih, yaitu sungai yangmengalir di dalam kawasan hutan. Kedua faktor tersebutmerupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mendatangikawasan hutan Alas Bromo. Untuk meningkatkan mutusebagai hutan wisata serta pengembangannya sebagaikawasan hutan ekowisata, maka perlu dilakukan kajianmendalam mengenai potensi biodiversitas di kawasanhutan tersebut. Salah satu potensi biodiversitas yangmenarik untuk dikaji dikawasan tersebut adalahkeanekaragaman makrofungi. Penelitian ini dilakukan pada

bulan April s.d. Mei 2015. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode jelajah pada jalur yang telahditentukan sebelumnya dengan radius masing-masing 5 mke kanan dan 5 m ke kiri dari jalur penjelajahan. Padapenelitian ini diperoleh 20 jenis makrofungi di antaranyaadalah Marasmius crinisequi, Schizophyllum commune,Ganoderma australe, Polyporus arcularis, Clavulinopsiscorallinorosacea, Tremella fuciformis, serta Xylariahypoxylon.

Wana Wisata Alas Bromo, keanekaragaman. makrofungi

BO-03Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta:Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPHLawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

Deby Fajar Lestari♥, Rizma Dera Anggraini Putri,Muhammad Ridwan, Atika Dewi PurwaningsihKelompok Studi Biodiversitas, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir.Sutami36A Surakarta 57126, Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375,♥email: [email protected]

Kupu-kupu (Lepidoptera) merupakan bagian darikeanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya.Secara ekologis kupu-kupu turut andil dalammempertahankan keseimbangan ekosistem danmemperkaya keanekaragaman hayati di alam. Kupu-kupuberperan sebagai polinator pada proses penyerbukan bunga,sehingga membantu perbanyakan tumbuhan secara alamidalam suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui keanekaragaman fauna, khususnya kupu-kupu (Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPHLawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah. Kupu-kupudikoleksi dengan menggunakan metode sweeping yangditerapkan secara acak pada empat kawasan di WanaWisata Alas Bromo. Dalam penelitian ini, ditemukan 15spesies yang termasuk dalam 4 famili, yaitu: Nymphalidae,Papilionidae, Pieridae dan Lycaenidae. Dari 15 spesiesyang ditemukan, terdapat 4 spesies yang konstanditemukan pada 4 kawasan sampling, yaitu Troides helena,Mucalesis mineus, Euploea mulciber, dan Jamides alecto.Troides helena (Papilionidae) adalah salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi menurut UU No 5 Tahun 1990, PPNo 7 Tahun 1999 dan masuk dalam kategori CITESApendix II.

Keanekaragaman, kupu-kupu, Lepidoptera, Wana WisataAlas Bromo

BO-04Eksplorasi keanekaragaman jenis tumbuhan diProvinsi Maluku Utara sebagai antifertilitas

Herny Emma Inonta Simbala♥, Edwin de Queljoe,Carla Ferly Kairupan

Page 15: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-13594

Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus UNSRATKlea-Bahu Manado 95115 Sulawesi Utara, Tel./Fax. +62-431-863186,♥email: [email protected]

Rendahnya partisipasi pria dalam program KB, disebabkanterbatasnya pilihan kontrasepsi pria. Agar lebih mendorongkaum pria untuk berperan aktif dalam mengikuti programKB, maka sangatlah tepat untuk lebih banyak menyediakanjenis kontrasepsi untuk pria, sehingga kaum pria memilikiberbagai alternatif yang sesuai pilihannya. Dalam mencaribahan kontrasepsi untuk pria, selain harus mencegahterjadinya pembijian, juga harus memenuhi kriteria aman,reversibel, cepat kerjanya, mudah digunakan, dan tanpaefek samping yang berarti bagi kesehatan pemakainya,terutama potensi seks dan libido. Usaha untuk mengatasipermasalahan tersebut sudah dilakukan dengan carakonvensional, yaitu pemakaian kondom, vasektomi danhormon namun cara ini masih terdapat masalah yang cukupkompleks, yaitu kondom mempunyai efek psikis,penggunaan vasektomi dapat menimbulkan infeksi danbiayanya mahal. Sedangkan penggunaan hormon dapatmenyebabkan kanker pada kelenjar prostate. Salah satualternatif jenis kontrasepsi pria yang ideal adalahpenggunaan bahan alam, yaitu tanaman, yang sejalandengan Undang-undang no.23 tahun 1992 tentangpengobatan tradisional.

Antifertilitas, eksplorasi, keanekaragaman, Maluku Utara

BO-05Diversitas, perilaku kunjungan, dan efektivitaslebah penyerbuk pada tanaman tomat(Lycopersicon esculentum; Solanaceae)

Andi Gita Maulidyah Indraswari Suhri1,♥, TriAtmowidi1, Sih Kahono2

1Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Institut Pertanian Bogor. Jalan Agatis, Gedung Fapet Wing 2 Lt. 4.Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat. Tel./Fax.: +62-251-8622833, ♥email: [email protected] Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor16911, Jawa Barat.

Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanamanberumah satu dan mampu melakukan penyerbukan sendiri.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari diversitas danperilaku kunjungan lebah penyerbuk bunga tomat sertaefektivitasnya pada pembentukan buah tomat. Dalampenelitian ini digunakan pertanaman dikurung dengan kainkasa dan tanaman terbuka untuk membandingkan buahhasil penyerbukan dengan dan tanpa lebah. Diversitas lebahpenyerbuk diamati dengan metode scan sampling,sedangkan perilaku kunjungan lebah diamati denganmetode focal sampling. Hasil penelitian menunjukkanterdapat sebelas jenis lebah yang mengunjungi pertanamantomat. Tiga jenis lebah dominan mengunjungi bunga tomat,yaitu Xylocopa confusa, Amegilla cyrtandrae dan Ceratinacognata (Hymenoptera: Apidae). Ketiga spesies tersebutmerupakan lebah yang efektif sebagai penyerbuk, karena

frekuensi kunjungannya yang tinggi dan kesesuaian antarakarakter morfologi lebah dengan struktur bunga tomat.Penyerbukan oleh lebah tersebut meningkatkan persentasebunga menjadi buah 8,92%, ukuran panjang buah 43%,jumlah biji/buah 189%, berat biji/buah 355% pada tanamantomat yang tidak dikurung.

Diversitas, frekuensi kunjungan, lebah penyerbuk,Lycopersicon esculentum tomat

BO-06Explorative inventory of plants diversity oftropical wet highland in Mount Seblat, Bengkulu

(Inventarisasi eksploratif keragaman tumbuhandataran tinggi basah tropis di Gunung Seblat,Bengkulu)

Imawan Wahyu Hidayat♥, Ikhsan NoviadyUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233.♥email: [email protected]

Pegunungan di Sumatera masih menyimpan kekayaankeberagaman tumbuhan dataran tinggi basah tropis.Sebagai taman nasional terluas di Sumatera, TamanNasional Kerinci Seblat (TNKS) memiliki kekayaankeberagaman tumbuhan yang tinggi, baik secara vertikalmaupun horizontal. Gunung Seblat, sebagai bagian TNKS,merupakan pegunungan yang masih asli dan alami,terutama dari gangguan dan perusakan oleh aktifitasmanusia. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalahmenginventarisasi keberagaman tumbuhan khas datarantinggi basah Gunung Seblat, untuk mengetahui jenis-jenistumbuhan penyusunnya. Kegiatan inventarisasi dilakukanmelalui pengoleksian tumbuhan sepanjang jalur pendakian,yang selanjutnya tumbuhan-tumbuhan hasil pengoleksianlapangan dikonservasi secara ex situ di Kebun RayaCibodas (KRC). Penelitian dilakukan secara eksploratif,menyusuri jalur pendakian dari Desa Seblat Ulu,Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, ProvinsiBengkulu. (641 m dpl) hingga pada ketinggian 1036 m dpl.Selama pendakian, dilakukan pengoleksian tumbuhan,terutama dalam bentuk anakan, dan inventarisasikeberagaman jenis-jenisnya. Terdapat 18 titik pengambilansampel tumbuhan dengan radius pengamatan 3 x 3 m2

setiap titiknya. Pengoleksian tumbuhan menghasilkan 380spesimen. Lima kelompok tumbuhan terbanyak yangdikoleksi berasal dari suku Lauraceae dengan 18 spesies,Rubiaceae sebanyak 8 spesies, Anacardiaceae sebanyak 6spesies, Annonaceae sebanyak 5 spesies, Fagaceaesebanyak 4 spesies. Dalam rangka memperkaya koleksitumbuhan KRC dan usaha konservasi ex situ, makadilakukan pula pengoleksian tumbuhan untuk sukuOrchidaceae, yang menghasilkan koleksi sebanyak 33spesies.

Page 16: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 95

Dataran tinggi basah tropis, Gunung Seblat, inventarisasieksploratif, koleksi, keberagaman tumbuhan

BO-07Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung

Gammi Puspita Endah1,♥, Ruhyat Partasasmita2,♥♥

1 Program Studi Sarjana Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, JawaBarat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, email:[email protected] Program Studi Magister Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, JawaBarat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, email:[email protected].

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting darisuatu kota. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlahdiperlukan dalam mengendalikan dan memelihara kualitaslingkungan kota. Salah satu bentuk ruang terbuka hijauyang ada di Kota Bandung adalah taman kota. Taman kotamemiliki fungsi ekologis, yaitu sebagai tempat hidup satwaliar seperti burung. Kondisi habitat burung di taman kotabervariasi karena memiliki kondisi vegetasi yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan persebaran jenis-jenis burung diberbagai taman kota berbeda-beda. Penelitian mengenaikeanekaan jenis burung di beberapa taman kota Bandungdilakukan pada bulan Juli-September 2014. Metode yangdigunakan adalah metode line transect (Bibby et al. 1980).Hasilnya menunjukkan bahwa di taman kota Bandungditemukan 28 jenis burung dari 18 suku. Nilai indekskeanekaan Shannon-Wiener di seluruh lokasi penelitianadalah sebesar 2,48. Kategori guild didominasi olehinsectivorous dengan sembilan jenis burung sedangkankategori guild yang paling sedikit adalah granivorous,insectivorous-frugivorous-nectarivorous, dan nectarivorousdengan masing-masing sebanyak satu jenis. Nilai indekskesamaan jenis burung antar lokasi penelitian yangtertinggi adalah pada taman Ganesha dan Taman Lansiasebesar 0,87, sedangkan terendah adalah Taman Tegalegadan Taman Pramuka sebesar 0,42. Persebaran tertinggijenis burung adalah Passer montanus (91%), Pycnonotusaurigaster (100%), dan Megalaima haemacephala (91%).Tingginya nilai frekuensi ini mengindikasikan kehadiranketiga jenis burung tersebut hampir merata diseluruh tamankota. Berdasarkan uji T (Magurran 2004) Taman Tegalegadan Taman Maluku menunjukan perbedaan keanekaanjenis burung yang signifikan dengan taman lain, sedangkantaman Balai Kota, Lansia, Kandaga, Cilaki, Ganesha, danPramuka tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.

Burung, keanekaan jenis, line transect, taman kota

BO-08Keragaman jenis capung dan capung jarum(Odonata) di beberapa sumber air di Magetan,Jawa Timur

Diagal Wisnu Pamungkas♥, Muhammad RidwanKelompok Studi Biodiversitas (KS Biodiv), Jurusan Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas MaretSurakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126, Jawa Tengah. Tel./Fax.+62-271-663375, ♥email: [email protected]

Capung merupakan serangga yang berperan penting dalamkeseimbangan ekosistem, yaitu sebagai predator. Sebagianbesar fase hidupnya berada di air dalam bentuk larva,beberapa jenis capung menempati tipe habitat perairanyang spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeanekaragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata)di beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur, denganasumsi bahwa sumber air tersebut menyediakan air denganfaktor pencemar yang sedikit bahkan tidak ada. Diharapkandijumpai jenis-jenis capung yang menempati habitattersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metodedeskriptif dengan cara koleksi langsung menggunakanjaring serangga (insect net) untuk diidentifikasi.Pengoleksian dilakukan dengan penjelajahan secara aktif disekitar sumber air sampai ke formasi vegetasipenyusunnya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 19spesies Odonata meliputi 10 spesies capung (Anisoptera)dan 9 spesies capung jarum (Zygoptera). Jenis capungjarum Vestalis luctuosa merupakan jenis capung jarumyang mudah ditemui di beberapa sumber air, jenis capungjarum ini memiliki ukuran yang cukup besar (panjang totalkepala-ujung abdomen 5,9 cm) dan jantan berwarna birumetalik.

Keanekaragaman, Magetan, Odonata, sumber air

BO-09Biodiversitas bakteri dari limbah abu batubaraasal pabrik minyak goreng di daerah Kumai,Kalimantan Barat

Lia Yulistia♥, Munawar, Hary WidjajantiJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya,Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan. Tel. +62- 711-580056, Fax. +62-711-580268, ♥email: [email protected]

Penelitian ini mengenai biodiversitas bakteri dari limbahabu batubara asal pabrik minyak goreng di daerah Kumai,Kalimantan Barat, penelitian dilakukan pada bulanNovember 2014-Februari 2015, bertempat di LaboratoriumMikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir,Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini yaitu untukmengetahui keanekaragaman bakteri pada limbah abubatubara, yang diharapkan dapat menjadi dasarpengembangan pengolahan limbah abu batubara secarabiologis agar ramah lingkungan. Tahapan kerja pada

Page 17: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-13596

penlitian ini meliputi, isolasi pada medium Mineral SaltAgar dengan lima sumber karbon, yaitu glukosa, sukrosa,pati, manitol dan asam asetat, karakterisasi, identifikasi,perhitungan jumlah kepadatan sel bakteri, dan perhitunganindeks keanekaragaman bakteri yang terdapat pada limbahabu batubara. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 45isolat bakteri yang berasal dari lima sumber karbon yangdigunakan. Ke-45 isolat bakteri tersebut termasuk dalam 3genera bakteri di antaranya Aeromonas, Branhamella, danNisseria; dimana indeks keanekaragaman bakteri darimedia dengan sumber karbon sukrosa yaitu 2,35 (tinggi)dengan jumlah 17 isolat, indeks keanekaragaman darimedia dengan sumber karbon asetat 1,63 (tinggi) denganjumlah 12 isolat, indeks keanekaragaman dari mediadengan sumber karbon pati 1,27 (sedang) dengan jumlah 6isolat, indeks keanekaragaman dari media dengan sumberkarbon glukosa 1,07 (sedang) dengan jumlah 4 isolat, danindeks keanekaragaman dari media dengan sumber karbonmanitol 1,00 (sedang) dengan jumlah 6 isolat. Kesimpulanpada penelitian ini yaitu: media dengan sumber karbonsukrosa menunjukan keanekaragaman yang tinggi,dibandingkan dengan sumber karbon yan lain, dandiperoleh 17 isolat bakteri dari sumber karbon sukrosayang termasuk dalam tiga genera diantaranya Aeromonas,Branhamella, dan Nisseria.

Abu batubara, bakteri, biodiversitas, Kumai

BO-10Keanekaragaman Arthopoda laba-laba padapersawahan tadah hujan di Kalimantan Selatan

Samharinto Soedijo♥, M. Indar PramudiProgram Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas PertanianUniversitas Lambung Mangkurat. Jl. A Yani KM 36 Banjarbaru 70714,Kalimantan Selatan. Tel./Fax. +62-511-4772254. ♥email:[email protected]

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kehadiranArthropoda laba-laba pada persawahan tadah hujan di DesaPasar Kamis, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.Penelitian dilakukan dengan metode observasi denganmelakukan pengamatan mingguan pada pertanaman padisawah tadah hujan yang dikelola dengan konsepPengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Non PHT.Pengamatan dilakukan pada hasil tangkapan denganmenggunakan perangkap jaring serangga dengan periodesatu minggu sekali. Kelimpahan relatif laba-laba yangtertangkap lebih tinggi pada persawahan tadah hujan PHTdibandingkan non PHT, yakni masing-masing sebanyak3288 individu dan 1553 individu.

Keanekaragaman, laba-laba, persawahan tadah hujan,Pengendalian Hama Terpadu

BO-11Jenis-jenis dan penapisan alkaloids tumbuhanpaku di Pegunungan Mahawu, Sulawesi Utara

Dingse Pandiangan♥, Febby Kandou, Ikhlas Jorongga,Parluhutan SiahaanJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Kleak-Bahu Unsrat, Manado95115, Sulawesi Utara. Tel. +62-811-431 4386, 86 4386, Fax. +62-431-853715, ♥email: [email protected]

Penelitian tumbuhan paku-pakuan dari Sulawesi Utarabelum ada yang melaporkan dan sangat potensial menjadisumber obat-obatan tradisional khususnya obat kanker.Penelitian ini bertujuan untuk memberdayakan potensikeragaman hayati (biodivesitas) tumbuhan paku-pakuanyang sangat melimpah di Sulawesi Utara, terutama dikawasan pengunungan Mahawu. Maka perlu dilakukaninventarisasi tumbuhan paku-pakuan yang berfungsisebagai obat tradisional yang dijumpai di kawasanpegunungan Mahawu, untuk dipergunakan dalammenyusun database tumbuhan obat dari paku-pakuan yangbelum pernah diteliti. Adapun kegiatan yang akandilakukan adalah studi etnobotani untuk mengetahuipemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masyarakatdan identifikasi serta konservasi untuk melestarikan sumberdaya hayati paku-pakuan endemik, uji fitokimia khususnyapenapisan alkaloid untuk menemukan senyawa alkaloidbaru yang berpotensi untuk pengembangan obat antikankeroleh masyarakat maupun industri. Metode yang digunakanadalah survey dengan teknik jelajah yang dilakukan dalamdua tahap. Tahap pertama berupa inventarisasi jenis-jenistumbuhan paku-pakuan di gunung Mahawu, Minahasa, dansekaligus pengambilan sampel daun untuk penapisanalkaliod. Tahap kedua adalah ektraksi daun paku untukdiuji kandungan alkaloidnya dengan reagen Meyer,Dragendorf dan Wagner. Hasilnya menunjukkan bahwajenis-jenis tumbuhan paku di sekitar Gunung Mahawu adasekitar 75 spesies dan jenis paku-pakuan hasil uji positifalkaloid yaitu sebanyak 30 spesies, diantaranya yaituSelaginella plana, Selaginella sp. (Merah), Selaginella sp.,Cyhatea sp., Cyhatea contaminans, Pteris sp.(hijau), Pterissp.1, Pteris mertoides, Pteris tripartia, Nephrolepisundulata, Nephrolepis biserata, Sphaerostephanospenniger, Microsorum pteropus, Tectaria zeilanica,Phytogramma alismatifolia, Lycopodium sp., Loxogrammescolopendria, Phyrrosia sp., Lindsaea sp., Davallia sp.,Tectaria sp., Blechinum sp., Vittaria elongata,Elaphoglossum sp., danPsilotum sp..

Alkaloid, Gunung Mahawu, paku-pakuan, Sulawesi Utara

BP-01Keanekaragaman jenis Selaginella di TamanNasional Gunung Bromo Tengger Semeru, JawaTimur

Ahmad Dwi Setyawan♥, Sugiyarto

Page 18: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 97

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email: [email protected]

Jawa bagian timur memiliki iklim yang relatif lebih keringdaripada daerah lain di Pulau Jawa, namun memiliki cukupbanyak kumpulan gunung-gunung yang sejuk danmenyediakan cukup air, misalnya kompleks PegununganBromo, Tengger dan Semeru. Selaginella adalah jenistumbuhan herba yang memerlukan air untuk reproduksi,sehingga sangat menarik untuk mengetahuikeberadaannyadi kawasan yang beriklim relatif kering. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenisSelaginella di kawasan Taman Nasional Gunung Bromo,Tengger dan Semeru (TNBTS), Jawa Timur. Penelitianlapangan dilakukan pada bulan Juli 2007 dan Mei 2015,dan lengkapi dengan pengamatan koleksi spesiemn dari“Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi LIPICibinong, Bogor. Dari penelitian lapangan telah dikoleksitujuh spesimen herbarium, sementara dari koleksi BOdiamati 54 spesimen herbarium. Hasil penelitianmenujukkan di kawasan taman nasional ini dan daerahperbatasannya ditemukan delapan spesies Selaginella,yaitu: S. ciliaris, S. intermedia, S. involvens, S. opaca, S.ornata, S. plana, S. remotifolia dan S. singalanensis.Namun, keberadaan S. intermedia dan S. singalanensisperlu dikonfirmasi lebih lanjut karena masing-masinghanya teramati dari satu lembar herbariun, yaitu OPosthumus 1615 dan Kobus Tosari 147. Di Jawa, sebaranS. intermedia terkonsentrasi di Jawa bagian barat.Sementara, perjumpaan S. singalanensis di Jawa relatifjarang.

Keanekaragaman, Selaginella, Taman Nasional GunungBromo Tengger Semeru

BP-02Keanekaragaman jenis-jenis pepohonan mangrovedi Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, KepulauanRiau

Ahmad Dwi Setyawan1,♥, Yahya Ihya Ulumuddin2

1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email: [email protected] Penelitian Oseanografi, LIPI, Ancol, Jakarta Utara

Serasan adalah salah satu pulau terdepan di ProvinsiKepulauan Riau, yang berhadapan langsung denganSarawak, Malaysia. Pulau kecil ini memiliki luas sekitar 70km2 dengan jumlah penduduk sekitar 8000 jiwa, manuntelah dihuni sejak ratusan tahun lalu karena memiliki telukyang sangat sesuai untuk berlindung kapal-kapal dagang.Pantai di sebelah utara pulau didominasi oleh karang danpasir putih, sementara di bagian selatan terdapat banyakteluk dan yang dilindungi oleh pulau-pulau kecil (PulauGordon dan Batu Berian), sehingga sangat sesuai untukpertumbuhan mangrove. Penelitian mangrove di pulau-pulau kecil sangat menarik terkait dengan proses migrasidan pertukaran genetik dengan pulau utama. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pepohonanmangrove di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, KepulauanRiau. Penelitian dilakukan dengan metode penjelajahan diTeluk Serasan dan Pulau Gordon, pada akhir tahun 2010.Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 spesies pohonmangrove dari delapan familia, yaitu: Avicennia marina,Avicennia officinalis (Avicenniaceae), Lumnitzera littorea(Combretaceae), Pemphis acidula (Lythraceae),Xylocarpus granatum (Meliaceae), Aegiceras floridum(Myrsinaceae), Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal,Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa(Rhizoporaceae), Scyphiphora hydrophyllacea(Rubiaceae), dan Sonneratia alba (Sonneratiaceae). Jenis-jenis tersebut merupakan pohon mangrove yang jugabanyak tumbuh di Kalimantan Barat dan Sarawak.

Mangrove, pohon, Natuna, Serasan

BP-03Keanekaragaman Lamiaceae berpotensi obatkoleksi Taman Tumbuhan Obat Kebun RayaCibodas

Aisyah HandayaniUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233. email:[email protected]

Lamiaceae merupakan salah satu suku tumbuhan yangmemiliki peran dalam pengobatan tradisional. Beberapajenisnya dimanfaatkan sebagai bahan obat karena memilikikandungan minyak atsiri. Penggalian potensi Lamiaceaekoleksi Taman Tumbuhan Obat Kebun Raya Cibodas,Cianjur Jawa Barat sebagai bahan obat perlu dilakukanuntuk mengetahui keanekaragaman dan manfaat yangdimiliki oleh setiap jenisnya. Data ini juga dapat digunakandalam kegiatan pendidikan lingkungan. Penelitiandilakukan pada Februari s.d. Maret 2015 di area TamanTumbuhan Obat Kebun Raya Cibodas yang termasuk kedalam Vak IX A. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat 10 jenis tumbuhan dari suku Lamiaceae yangmemiliki berbagai potensi untuk pengobatan, yakniLavandula angustifolia, Mentha arvensis, Mentha piperita,Orthosiphon aristatus, Plectranthus scutellarioides,Pogostemon cablin, Rosmarinus officinalis, Rothecaserrata, Scutellaria discolor, dan Scutellaria javanica.Jenis yang umum digunakan untuk pengobatan adalahOrthosiphon aristatus, Plectranthus scutellarioides,Rotheca serrata, dan Scutellaria discolor.

Kebun Raya Cibodas, Lamiaceae, tumbuhan obat

BP-04Biji-biji menarik dan unik koleksi Kebun RayaCibodas

Page 19: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-13598

Masfiro Lailati♥, Indriani EkasariUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233,♥email: [email protected]

Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) dikenal sebagai tempat wisatapegunungan yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrangodi Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Kebun Raya Cibodasselain sebagai tempat wisata edukatif juga memiliki fungsiutama sebagai tempat penelitian dan konservasi tumbuhanex-situ. Areal seluas 85 ha ini digunakan untuk memeliharatanaman koleksi yang berasal dari Indonesia maupun dariluar negeri sejak tahun 1862. Selain tanaman sebagaikoleksi hidup, di Kebun Raya Cibodas, juga terdapat biji-biji yang dipanen dari tanaman koleksi dan tersimpandalam bank biji. Biji-biji yang tersimpan di bank bijiberasal dari tanaman koleksi, dari kegiatan eksplorasi dikawasan Indonesia terutama pada dataran tinggi basah ataudari kegiatan pertukaran biji antar kebun raya (seedexchange). Di antara koleksi biji-biji terdapat beberapa bijiyang unik dan menarik, baik dari segi ukuran ataupunbentuk morfologinya. Tujuan penelitian ini adalah untukmengenal lebih mendalam biji-biji menarik berpotensi yangbelum dikenal luas di masyarakat. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode survei di bank biji Kebun RayaCibodas dan studi pustaka. Biji-biji unik dan menarik yangdiamati adalah Areca vestiaria, Arytera littolaris,Cinnamomum porrectum, C. rhynchophyllum, Elaeocarpusangustifolius, E. pierrei, E. submonoceras, Lithocarpusindutus, Pachira aquatica, Symplocos costata danTabebuia chrystoricha.

Koleksi, konservasi, Kebun Raya Cibodas, manfaat, unik

BP-05Keragaman flora berpotensi dan komposisivegetasi di Gunung Marapi, Sumatera Barat

Taufikurrahman Nasution♥, Eka Aditya PutriIskandar, Lily IsmainiUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: [email protected]

Gunung Marapi di Provinsi Sumatera Barat merupakansalah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Sumatera.Seringnya terjadi letusan mempengaruhi komposisivegetasi di area tersebut. Telah dilakukan kegiatanpenelitian untuk mengoleksi tumbuhan berpotensi danmelakukan analisis vegetasi di dalam kawasan.Pengoleksian flora berpotensi dilakukan dengan metodesurvey dengan melakukan penjelajahan pada ketinggian1420-2260 m dpl. Analisis vegetasi dilakukan denganmetode belt transect pada zona sub montana. Metodepeletakan plot secara purpossive sampling. Sebanyak 151jenis tumbuhan berpotensi telah dikoleksi. Tumbuhanberpotensi sebagai tanaman hias, di antaranya

Rhododendron spp., Begonia spp., dan Impatiens spp.Dikoleksi tumbuhan berpotensi sebagai penghasil kayu diantaranya Lithocarpus spp., Exbucklandia populnea,Syzygium spp.; adapun Gaultheria spp., Zingiberaceae, danPiperaceae merupakan jenis-jenis tumbuhan berpotensisebagai bahan obat-obatan. Tumbuhan yang berpotensisebagai bahan pangan antara lain Rubus spp., Calamus sp.dan Smilax sp. Hasil analisis vegetasi pada tumbuhanbawah menunjukkan Ophiorriza sp., Elatostema sp., danSyzygium sp., mendominasi kawasan Gunung Marapi padazona sub montana. Jenis-jenis pohon yang dominan dalamzona itu adalah Macropanax dispermum, Villebrunearubescens, dan Castanopsis javanica.

keragaman, flora berpotensi, komposisi vegetasi, GunungMarapi, Sumatera Barat

BP-06Eksplorasi flora di kawasan Gunung Galunggung,Jawa Barat untuk pengayaan koleksi Kebun RayaKuningan, Jawa Barat

Musyarofah Zuhri1,♥, Harry Wiriadinata2, Ratna SutiAstuti3, Supan Hadiwaluyo3, Syamsudin1

1 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: [email protected], [email protected] Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),Kompleks CSC-LIPI, Jl. Raya Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911,Jawa Barat3 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. JuandaNo. 13, P.O. Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat.

Kegiatan eksplorasi flora di kawasan Gunung Galunggung,Jawa Barat telah dilakukan pada Oktober 2014. Tujuaneksplorasi ini adalah untuk mendokumentasikankeanekaragaman tumbuhan di kawasan Hutan LindungTerbatas Gunung Galunggung serta mengumpulkanspesimen hidup dalam rangka pengayaan koleksi di KebunRaya Kuningan (KRK). Eksplorasi flora dilakukan denganmetode jelajah secara acak terwakili pada ketinggian 600-1200 m dpl. Dalam eksplorasi ini berhasil dikumpulkanspesimen tumbuhan hidup sebanyak 273 nomor koleksiyang terdiri dari 213 jenis, 143 marga dan 72 suku. Sukuyang paling banyak ditemui berturut-turut adalahMoraceae, Euphorbiaceae, Lauraceae dan Arecaceae. Padakawasan yang dekat dengan kawah banyak dikoleksi jenistumbuhan pionir khas pegunungan Jawa Barat, sepertidawola (Trema cannabina Lour.), paku tiang (Cyatheaspp.), nangsi (Villebrunea rubescens (Blume) Blume),muncang cina (Ostodes paniculata Blume), mara(Macaranga tanarius (L.) Mull.Arg.), dan kareumbi(Homalanthus populneus (Geiseler) Pax). Sementara itu,pada kawasan yang jauh dari kawah dikoleksi anakan daritumbuhan khas pegunungan Jawa Barat seperti saninten(Castanopsis argentea (Blume) A.DC.), puspa (Schimawallichii Choisy) dan beberapa jenis huru dari sukuLauraceae. Beberapa jenis tumbuhan yang dikoleksi

Page 20: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 99

memiliki keunikan dan memiliki status langka, yaitudawola (Trema cannabina Lour.), Gaultheria sp., pendeuy(Parkia roxburghii G.Don), Pinanga sp., cau cungit (Musatroglodytarum L.), jambu nagri (Psidium sp.) dan ki leho(Saurauia cauliflora DC.) yang memiliki status konservasirentan (vulnerable) berdasarkan IUCN Red List versi2014.2.

Eksplorasi flora, Gunung Galunggung, Tumbuhan pionir,vegetasi kawah

Ekosistem

CO-01Preferensi ekologis pohon kilemo (Litsea cubeba)sebagai penghasil minyak atsiri potensial: Studikasus di Gunung Papandayan, Jawa Barat

Ichsan Suwandhi1,♥, Cecep Kusmana2, Ani Suryani3,Tatang Tiryana2

1 Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung 40132, Jawa Barat.Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107, ♥email:2 Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Puspa No. 1 KampusIPB Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat.3 Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPBDarmaga Bogor 16680, Jawa Barat

Litsea cubeba Lour. Persoon atau secara lokal dikenaldengan nama kilemo atau lemo (Jawa Barat), kranggean(Jawa Tengah) dan attarasa (Sumatera Utara) merupakanpohon kecil sampai sedang, anggota dari suku Lauraceae.Jenis pohon ini merupakan salah satu unit keanekaragamanhayati Jawa Barat yang sangat penting, dikenal sebagaipenghasil minyak atsiri potensial dari seluruh bagianpohonnya. Penelitian tentang preferensi ekologis padahabitat alaminya dalam kaitannya dengan minyak atisiriyang dihasilkan sangat penting sebagai dasar dalam upayapembudidayaannya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui preferensi ekologis L. cubeba terhadap faktor-faktor habitat yang berperan menghasilkan minyak atsiri.Metode yang digunakan adalah dengan membuat plot-plotpengamatan pada tipe-tipe habitat yang berbeda di GunungPapandayan, Jawa Barat untuk memperoleh informasibiofisik, dilanjutkan dengan pengujian minyak atsiri dilaboratorium. Sampel-sampel daun, buah dan kulit batangdiambil untuk diuji kandungan minyak atsirinyamenggunakan metode destilasi uap dan dilanjutkan dengananalisis GCMS. Pengujian statistik menggunakan analisisstepwise regression untuk memperoleh faktor-faktorhabitat tertentu yang berpengaruh terhadap rendemen dankomposisi minyak atsiri yang dihasilkan. Hasil penelitiandiperoleh informasi bahwa L. cubeba memiliki preferensiterhadap lima faktor yang secara bersama-samaberpengaruh nyata terhadap rendemen dengan nilai R2

sebesar 0.745, yaitu: rasio C/N, kandungan Fe, kelerengan,porsi liat tanah, dan air tersedia. Sedangkan faktor-faktoryang secara signifikan berpengaruh terhadap kandungansenyawa minyak L. cubeba diperoleh lima faktor yangsecara bersama-sama berpengaruh nyata dengan nilai R2sebesar 0.737, yaitu: ruang pori total, sulfur (S), airtersedia, nitrogen (N), dan magnesium (Mg). Hasil analisisini memberikan informasi bahwa faktor tanah baik sifatfisika maupun kimia memiliki peran dominan terhadapkandungan minyak atsiri L. cubeba.

Litsea cubeba, Gunung Papandayan, minyak atsiri,preferensi ekologis

CO-02Biodiversitas bakteri indigen dan kontribusinyadalam pengelolaan lingkungan tercemar: Studikasus beberapa wilayah di Indonesia

Munawar♥, Elfita1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya,Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan. Tel. +62- 711-580056, Fax. +62-711-580268, ♥email: [email protected] Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya,Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan

Bakteri merupakan kelompok makluk hidup berukuranrenik, namun menempati dua domain dari tiga domaindalam sistem klasifikasi. Hal ini berarti bakteri mempunyaikeanekaragaman yang sangat tinggi baik secara morfologi,fisiologi, dan potensi. Beberapa lokasi tercemar di tigapropinsi, yaitu Sumatera Selatan, Jambi, dan Papua Barattelah dilakukan eksplorasi mikroba dan dipelajarikontribusinya dalam pengelolaan lingkungan tercemar.Metode yang digunakan meliputi tahapan isolasi danidentifikasi bakteri, uji potensi, dan penerapan dalammengatasi lingkungan tercemar di lapangan. Biodiversitasbakteri yang diperoleh adalah Nitrosococcus sp. (P1.1.);Enterococcus sp. (P2.3.); Planococcus sp. (P4.5.);Micrococcus sp. (LC.I4); Bacillus sp. (LC.VI3);Pseudomonas sp. (LC.II7); dan Xanthomonas sp.(LC.III10); Bacillus coagulan; B. slentimorbus; B.spasteuri; B. freudenrechii; Pseudomonas freudenreichi;P. aeruginosa; merupakan bakteri indigen yangberkontribusi dalam pemulihan lingkungan tercemarlimbah cair dan padat dari kegiatan ekslporasi dan produksiminyak bumi di Propinsi Sumatera Selatan. Bakteri indigenyang ditemukan di Propinsi Jambi meliputi P.pseudoalcaligenes, B. sphaericus, B. megaterium, B.cereus, B. mycoides, dan Xanthobacter autotrophicusberkontribusi dalam pemulihan lingkungan tercemarlimbah padat dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyakbumi. Sedangkan P. flourescens, P. aeruginosa, dan B.coagulan merupakan bakteri indigen yang berkontribusidalam pemulihan lingkungan tercemar limbah padat darikegiatan ekslporasi dan produksi minyak bumi di PropinsiPapua Barat. Waktu yang diperlukan untuk memulihkanlingkungan tercemar limbah minyak bumi oleh bakteri

Page 21: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135100

tersebut tidak lebih dari delapan bulan, sehingga masihmemenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu maksimumdelapan bulan. Berdasarkan hasil tersebut dapatdisimpulkan bahwa setiap lokasi tersebut ditemukanbiodiversitas bakteri indigen yang dapat digunakan dalammemulihkan lingkungan yang telah tercemar oleh limbahminyak bumi dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyakbumi.

Bakteri indigen, biodiversitas, lingkungan tercemar

CO-03Komposisi dan struktur vegetasi penghasil kopaldi kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata,Halmahera, Maluku Utara

Lis Nurrani♥, Supratman TabbaBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado. Jl. Raya Adipura, Kima Atas,Mapanget, Manado 95259, Sulawesi Utara. Tel. +62-431-3666683, Fax.+62-431-3666683, ♥email: [email protected]

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang banyakdimanfaatkan dan memberikan kontribusi terhadappeningkatan pendapatan masyarakat di sekitar TamanNasional Aketajawe Lolobata (TNAL), Halmahera,Maluku Utara adalah getah kopal yang disadap daritegakan Agathis dammara (Lambert) L. Rich. Tingginyapemanfaatan getah oleh masyarakat, maka dipandang perluadanya evaluasi dan kajian potensi tegakannya. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi danstruktur vegetasi tumbuhan pada habitat A. dammara.Pengambilan data menggunakan plot ukur berbentukkuadrat berukuran 20 m x 20 m yang diletakkan secarapurposive sebanyak 11 plot dengan jarak antar plot 150-200 m pada ketinggian tempat antara 650-850 m dpl. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis padahabitat A. dammara untuk semua tingkatan baik pohon,tiang, pancang, dan semai bernilai rendah (H' < 2,3026).Penguasaan jenis A. dammara sangat dominan pada tingkatpohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 70,41%,dominansi relatif 37,48%, kerapatan relatif 21,35% danfrekuensi relatif 11,58%. Selain A. dammara, strata pohondidominasi oleh H. arafuruensis, C. hirsutum dan Dilleniaspp. Tingkat tiang didominasi oleh jenis M. florida,Dillenia spp dan Syzigium. Dominansi A. dammara jugaterlihat pada tingkat pancang, namun kerapatan danfrekuensi perjumpaan ditingkat ini sedikit lebih rendahdibandingkan dengan Dillenia spp. Tingkat tiang dan semaididominasi oleh Dillenia spp, Callophylum dan Syzigium.Berdasarkan jumlah spesies dalam setiap suku, Myrtaceaemerupakan suku yang paling dominan yang terdiri atas tigajenis. Umumnya jenis yang hidup pada habitat A. dammaramemiliki kesamaan karakter dengan vegetasi utamanya,yaitu memiliki getah dengan aroma khas yang menyengat.Kurva struktur populasi A. dammara berdasarkan jumlahsebaran individu pada tingkat pertumbuhannya berbentuk Jterbalik

Agathis dammara, komposisi, struktur, Taman NasionalAketajawe Lolobata

CO-04Suksesi sekunder hutan terganggu bekasperambahan di Taman Nasional Gunung Ciremai,Jawa Barat

Hendra GunawanPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan danLingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001,Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111.email: [email protected]

Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Baratditetapkan pada tahun 2004 dengan luas ±14,390 ha.Kawasan konservasi ini merupakan perwakilan ekosistemhutan hujan dataran rendah (200-1000 m dpl), hutan hujanpegunungan (1000-2400 m dpl) dan hutan sub alpin (>2400m dpl). Sebelum ditetapkan sebagai, taman nasional,kawasan Gunung Ciremai merupakan hutan lindung danhutan produksi yang sudah mengalami perambahan yangmasif oleh masyarakat di sekitarnya. Sekitar 7,222 ha(50,19%) kawasan hutan TNGC telah digarap olehmasyarakat untuk budidaya tanaman pangan, khususnyasayur mayur. Perambahan ini menyebabkan degradasikeanekaragaman hayati flora dan fauna. Perambahan jugamengancam fungsi hidrologi karena sekitar 4206.57 ha atau58,25% dari luas perambahan berada pada lereng-lerengcuram dan sangat curam dengan kemiringan lebih dari25%. Oleh karena itu, pada tahun 2010/2011 pengelolaTNGC bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukanevakuasi perambah keluar dari kawasan TNGC. Sekitarsatu tahun setelah ditinggalkan oleh perambah, terjadisuksesi sekunder melalui rekolonisasi oleh hutan-hutanutuh di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan mengetahuihasil suksesi sekunder pada areal terdegradasi pascaditinggalkan perambah. Metode yang digunakan adalahanalisis vegetasi jalur berpetak pada empat lokasi contoh,yaitu: Cigugur, Batu Kancah, Cipari dan Seda. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa di areal bekas perambahantelah terjasi suksesi sekunder melalui rekoloniasai olehhutan-hutan utuh di dekatnya. Hal ini diindikasikan olehhadirnya berbagai jenis anakan pohon asli seperti Quercussp., Castanopsis argeritea, Trema orientale, Mallotusricinoides, Villebrunea rubescens, Actinorhytis calapparia,Melochia umbellata, Dillenia pulchella, Streculia sp.,Ficus sp., Scheffera aromatica, Ficus variegata,Arthocarpus elasticus, Macaranga gigantea, Antidesmabunius, Cryptocarya densiflora, Sterculia campanulata,Crypteronia paniculata, Alstonia scholaris, Phyllanthusemblica dan Dracontomelon mangiferum. Dari empat plotpengamatan suksesi alam menunjukkan indekskeanekaragaman jenis anakan yang bervariasi, yaitu diCigugur 2,45, Batu Kancah 1,92, Cipari 2,78 dan Seda0,69. Indeks kemerataan jenis (evenness) anakan pohon diCigugur 0,63, Batu Kancah 0,54, Cipari 0,89 dan Seda0,31.

Page 22: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 101

Hutan pegunungan, perambahan, rekolonisasi, suksesi

CO-05Konservasi ex situ jenis-jenis pohon hutanpegunungan Jawa di Taman Kehati Babakan Pari,Kabupaten Sukabumi

Hendra Gunawan1,♥, Sugiarti2

1Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan danLingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001,Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111.♥email: [email protected] Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, P.O. Box 309,Bogor 16003, Jawa Barat.

Upaya konservasi spesies pohon asli dan terancam punahmasih jarang dilakukan. Usaha pemerintah pun masihsangat terbatas di kebun-kebun raya yang jumlahnya belumbanyak. Oleh karena itu, pembangunan Taman Kehati olehswasta untuk konservasi ex situ spesies pohon asli danterancam punah dapat menjadi harapan baru bagikonservasi berbagai spesies pohon di masa mendatang.Pembangunan Taman Kehati bertujuan meningkatkankeanekaragaman hayati melalui pelestarian berbagaispesies pohon asli dan terancam punah secara ex situ.Pengukuran peningkatan keanekaragaman hayatimenggunakan parameter jumlah spesies, jumlah koleksi,indeks keanekaragaman spesies dan indeks kemerataanspesies. Hasilnya, sampai akhir tahun 2014 Taman KehatiBabakan Pari, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat telahmemiliki 107 koleksi spesies pohon dan beberapadiantaranya merupakan spesies pohon hutan pegunungan diJawa Barat, antara lain: Agathis borneensis L., Altingiaexcelsa Noronha, Cinnamomum verum J.Presl.,Lithocarpus javensis Bl., Manglietia glauca Bl.,Dracontomelon dao (Blanco) Merril & Rolfe dan Schimawallichii (DC.) Korth. Secara umum pembangunan danpengelolaan Taman Kehati Babakan Pari telahmeningkatkan keanekaragaman hayati flora yangdiindikasikan oleh adanya peningkatan jumlah spesies dari18 jenis (2010) menjadi 77 jenis (2014), jumlah pohonkoleksi dari 89 pohon menjadi 1423 pohon, serta nilaiindeks keanekaragaman jenis dari 1,69 menjadi 4,14 dannilai indeks kemerataan jenis dari 0,59 menjadi 0,95.Konservasi ex situ spesies pohon di Taman Kehati BabakanPari juga menjanjikan prospek yang baik. Hal iniditunjukkan oleh daya survival yang tinggi dari berbagaispesies pohon yang dikoleksi. Secara fungsional TamanKehati Babakan Pari telah dimanfaatkan untuk pendidikanlingkungan oleh anak-anak Sekolah Dasar di sekitarnyadan menjadi habitat berbagai jenis satwa, terutama jenis-jenis burung.

Ex situ, flora, konservasi, pegunungan, taman kehati

CO-06Vegetasi kaldera Tengger, Taman Nasional BromoTengger Semeru, Jawa Timur

Luchman Hakim1,♥, Fariana Prabandari1, JehanRamdani1, Muhammad Yusuf2

1Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Brawijaya. Jl. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur. Tel. +62-341-554403, 551611, Fax. +62-341-554403. ♥email: [email protected] Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan, Malang, JawaTimur

Kaldera Tengger saat ini tumbuh menjadi salah satu atraksipenting selain atraksi-atraksi wisata alam lainnya yang adadi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, JawaTimur. Kedatangan wisatawan di area kaldera semakinmeningkat dan dikhawatirkan mengganggu ekosistemkaldera. Dalam rangka melengkapi data dasar terkaitvegetasi kaldera sebagai salah satu data penting dalammerumuskan strategi konservasi destinasi wisata yangberkelanjutan, penelitian tentang vegetasi kaldera Tenggersangat penting. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuijenis-jenis tanaman dan struktur vegetasi di kalderaTengger. Penelitian di lakukan di bagian selatan zonakaldera Tengger. Sebanyak 230 plot pengamatan (1 x 1 m2)dibuat dan tersebar di tiga stasiun pengataman, bagianselatan, tengah, dan utara. Hasil penelitian menunjukkanbahwa secara keseluruhan terdapat 61 species dalamekosistem kaldera. Pada stasiun pengamatan bagian selatanditemukan 25 spesies. Di antara spesies-spesies tersebut,Imperata cylindrica adalah spesies dengan Indeks NilaiPenting (INP) tertinggi (44,76), disusul dengan paku sp.1(33,87) dan rumput Agrostis sp. (21,31). Pada stasiunpengamatan bagian tengah, tercatat 32 spesies, dimana I.cylindrica mempunyai INP tertinggi (48,96), diikuti olehrumput-dengan kode g.2-(24,06) dan rumput Agrostis sp.(21,07). Tercatat sebanyak 34 spesies tumbuhan di bagianutara. INP tertinggi adalah Imperata cylindrica (5.47), yangdiikuti oleh Equisetum sp. (34,82) dan tumbuhan Paku sp.1(32,07).

Keanekaragaman hayati gunung, ekolologi kaldera,ekowisata, manajemen atraksi wisata

CO-07Strategi resolusi konflik ekosistem kawasanTaman Nasional Gunung Merapi: Pelajaran dariJurang Jero

Nurpana Sulaksono1,♥, Yayan Hadiyan2

1Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Jl. Kaliurang Km. 22.6,Banteng, Hargobinangun, Pakem, Sleman 55582, Yogyakarta. Tel. +62-274-4478664, Fax. +62-274-4478665, email: [email protected] Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan,Yogyakarta. Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem,Sleman 55582, Yogyakarta.

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang terletak diProvinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta merupakan

Page 23: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135102

kawasan alami yang memiliki ekosistem asli dataraantinggi dan berperan sangat penting dalam menjagakeanekaragam spesies tumbuhan dan hewan. ErupsiGunung Merapi pada tahun 2006 dan 2010 telahmengeluarkan jutaan kubik pasir yang tersebar terutama didalam kawasan taman nasional. Akibatnya, disamping pasirmenjadi material bernilai ekonomi yang menjanjikan,kawasan dimana pasir beradapun menjadi sumber konflikbanyak pihak, sehingga ekosistem kawasan taman nasionalpun terancam. Konflik tersebut harus dapat diselesaikan,karena telah mengancam keberadaan kawasan tamannasional yang menjadi sumber jasa ekologi bagi daerah-daerah di sekitarnya. Salah satu tempat yang menjadisumber konflik adalah Jurang Jero di Srumbung,Magelang, yang berada di hulu Kali Putih, salah satusungai yang dilewati jutaan kubik material erupsi GunungMerapi tahun 2010. Di satu sisi, pemanfaatan pasir diJurang Jero menjadi sisi positif bagi peningkatanperekonomian bagi para penambang, tetapi di sisi lain,secara legal melalui Undang Undang No. 18 Tahun 2013diatur bahwa penambangan dan pengambilan hasil tambangpada kawasan taman nasional tersebut dilarang tanpa seizinmenteri. Balai TNGM merupakan pihak yang sangatberkepentingan atas hal kontradiksi tersebut, sehinggakonflik dengan berbagai pihakpun tidak menjadi perhatian.Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan racangan resolusikonflik pemanfaatan pasir pada kawasan TNGM. Identikasimasalah dan analisis peta konflik telah dibuat untukmembangun strategi penyelesaian yang terbaik agar dapatberkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Hasil analisisdidapat bahwa kontrol dari pihak berwenang, kebutuhanekonomi dan kesadaran menjadi sumber masalah yangsangat penting. Beberapa pihak yang teridentifikasiberkonflik dengan TNGM adalah: para pengambil pasirtradisional, pengambil pasir mekanis, Balai Besar WilayahSungai Serayu Opak (BBWSSO) dan masyarakat nonpenambang. Strategi bekerjasama (collaborating) menjadipilihan terbaik untuk penyelesaian konflik denganpengambil material manual. Sementara itu, strategibertanding (competiting) dapat dilakukan terhadap parapengambil pasir mekanis, sedangkan konflik denganBBWSSOP dan masyarakat non penambang dapatdiselesaikan dengan cara meningkatkan koordinasi danhubungan baik.

Gunung Merapi, penambangan, resolusi konflik, tamannasional

CO-08Evaluasi nilai APTI (Air Pollution ToleranceIndex) dan API (Anticipated Performance Index)pada Swietenia macrophylla dan Agathis dammarayang terdapat di Kampus ITB Ganesha, Bandung

Cucun Kurniati♥, Rina Ratnasih Irwanto♥♥

Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. InstitutTeknologi Bandung. Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-

2534107, ♥email: [email protected],♥♥ [email protected]

Vegetasi dari berbagai bentuk hidup, baik pohon, perdumaupun herba dapat menjadi salah satu komponen yangberperan secara ekologis dalam memperbaiki lingkungan disuatu kawasan perkotaan. Setiap jenis tumbuhan memilikikerentanan yang berbeda terhadap polusi udara. Penelitianini dilakukan untuk mengevaluasi nilai APTI (Air PollutionTolerance Index) dan API (Anticipated Performance Index)pada tumbuhan Swietenia macrophylla dan Agathisdammara yang merupakan pohon pelindung di kampusITB Ganesha, Bandung. Metode yang digunakan adalahmenghitung nilai APTI yang terdiri dari berbagai parameterfisiologi pada daun, yaitu total klorofil, kandungan asamaskorbat, kandungan air relatif, dan pH. Berdasarkan nilaiAPTI, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi beberapakategori, yaitu toleran (nilai APTI 30-100), intermediettoleran (nilai APTI 29-17), sensitif (nilai APTI 16-1), dansangat sensitif (nilai APTI <1). Kemudian, nilai APIdianalisis berdasarkan nilai APTI, karakter biologi dan nilaisosio-ekonomi. Nilai API dapat digunakan untukmerekomendasikan tumbuhan yang akan dipilih sebagaitumbuhan yang berfungsi ekologis, diantaranya sebagaipenyerap polusi. Hasil penelitian menunjukan nilai APTIpada S. macrophylla adalah 7.02 sedangkan pada A.dammara adalah 8.54, sehingga kedua tanaman tersebutdikelompokkan ke dalam tumbuhan sensitif terhadapterhadap polusi udara. Nilai API pada S. macrophyllaadalah 41,18% sehingga termasuk kategori spesies poor,sedangkan pada A. dammara adalah 54,94% sehinggatermasuk kategori spesies moderate.

Agathis dammara, Air Pollution Tolerance Index, APTI,API, Kampus ITB Ganesha, Swietenia macrophylla

CO-09Evaluasi reforestasi di Kawasan Taman BuruMasigit Kareumbi, Sumedang, Jawa Barat

Izzat Nafisha Mirza♥, Rina Ratnasih Irwanto♥♥

Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. InstitutTeknologi Bandung. Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107, ♥email: [email protected], ♥♥ [email protected]

Reforestasi merupakan salah satu metode pemulihanlingkungan pasca kerusakan pada lahan yang dulunyaterdapat area hutan. Reforestasi telah dilakukan di kawasanTaman Buru Masigit Kareumbi (TBMK), Sumedang, JawaBarat yang dikenal dengan Program Adopsi Pohon TBMK.Perkembangan program ini selama enam tahunmenunjukan keberhasilan penanaman sekitar 150.000pohon, tetapi di lain pihak kegagalan penanaman bibit dikawasan reforestrasi mencapai 29%. Tujuan penelitian iniadalah untuk menganalisis faktor penyebab kegagalanpenanaman bibit pohon dengan menganalisis pertumbuhanpohon yang diadopsi berdasarkan tahap hidup(semai,pancang, tiang dan pohon); menentukan jenis pohon

Page 24: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 103

yang paling banyak diadopsi serta menentukan faktorabiotik yang paling berpengaruh tehadap pertumbuhanpohon yang diadopsi. Penelitian dilakukan pada pohonyang berusia satu sampai lima tahun setelah tanam.Sampling dilakukan pada kuadrat berukuran 10 x 10 m2

dengan petak ganda yang diletakkan secara acak. Padasetiap plot usia tanam, dilakukan perhitungan jumlahindividu per petak berdasarkan semai, pancang, tiang danpohon, pengukuran DBH (diameter at breast height)dengan cara mengukur lingkar pohon pada ketinggiansekitar 1,3-1,5 m dari permukaan tanah. Faktor abiotikyang diukur adalah kelembapan udara, suhu udara,intensitas cahaya, pH tanah, suhu tanah, dan kelembapantanah, sedangkan analisis tanah dilakukan untukmenentukan kadar C, N, rasio C/N, proporsi partikel tanahserta kadar air. Faktor abiotik dianalisis menggunakanPrincipal Component Analysis dan Stepwise LinearRegression. Hasil analisis vegetasi menunjukkan terjadinyapenurunan jumlah individu seiring bertambahnya usiatanam, dengan tahap tumbuh pohon adopsi terbanyak barumencapai tahap pancang. Jenis pohon yang paling banyakdiadopsi adalah puspa (Schima walichii) dan suren (Toonasureni). Diduga faktor penyebab kekurang berhasilanpenanaman adalah adaptasi pohon pada awal usia tanam,sedangkan faktor yang paling berpengaruh padapertumbuhan pohon adalah kadar karbon dalam tanah.

Karbon tanah, pohon adopsi, Principal Component Analysis,reforestasi, Stepwise Linear Regression

CO-10Ekologi sosial pilang (Acacia leucophloea) diTimor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Gerson Ndawa NjurumanaBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang. Jl. Alfons Nisnoni (UntungSurapati) No. 7 Airnona 85115 Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tel. +62-380-823357, Fax. +62-380-831068 email: [email protected]

Penelitian terhadap ekologi-sosial pilang (Acacialeucophloea) (Roxb.) Willd. bertujuan untuk memahamisebaran ekologi pilang dan pemanfaatannya olehmasyarakat di Pulau Timor. Penelitian dilakukan pada 16desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa TenggaraTimur. Metode survei, observasi dan wawancaradigunakan, sedangkan analisis data dilakukan secaradeskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkansebaran ekologi pilang dominan pada mintakat 250-750 mdpl, terutama pada tanah-tanah kambisol. Pemanfaatanpilang terutama sebagai atribut sosial-budaya untukpengobatan tradisional, kayu bangunan, pakan ternak, kayubakar dan kayu pagar. Disimpulkan bahwa pilang memilikikelayakan secara ekologi dan sosial-budaya untukdikembangkan dalam skala luas

Pemanfaatan, pilang, sebaran ekologi

CO-11Pelestarian cendana (Santalum album) berbasismasyarakat di Pulau Sumba, Nusa TenggaraTimur

Gerson Ndawa NjurumanaBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang. Jl. Alfons Nisnoni (UntungSurapati) No. 7 Airnona 85115 Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tel. +62-380-823357, Fax. +62-380-831068 email: [email protected]

Cendana (Santalum album Linn) merupakan salah satuspesies unggulan karena kandungan santalol berupa bahanaromatik bernilai sangat tinggi untuk berbagaipenggunaanya. Kebutuhan minyak cendana di dunia masihmengalami defisit 80 ton/tahun dari total kebutuhan 200ton/tahun, sehingga membuka peluang masyarakat dalampengembangannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahuipartisipasi masyarakat dalam mengembangkan cendanapada lahan milik. Penelitian dilaksanakan di KabupatenSumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Metode observasidan wawancara digunakan terhadap 21 unit rumah tangga,analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Hasilpenelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalampengembangan cendana pada lahan milik berupapekarangan, kebun dan agroforestri cukup bervariasi.Intervensi pemerintah daerah diperlukan untukmemperkuat pengembangan cendana dalam skala luas.Disimpulkan bahwa peranserta masyarakat merupakansalah satu pilar penting untuk pelestarian danpengembangan cendana di masa depan.

Cendana, pelestarian, masyarakat

CO-12Ketersediaan dan keragaman tumbuhan bawahuntuk pakan ternak di wilayah sekitar TamanNasional Gunung Halimun Salak

Asmanah WidartiPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box165 Bogor 16001, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8633234, 7520067. Fax.+62-251-8638111, email: [email protected]

Tekanan terhadap kelestarian taman nasional akan terusmeningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan peranekonomi taman nasional bagi kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan. Beternak kambing merupakan salah satusumber mata pencaharian masyarakat di sekitar TamanNasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang sangatpotensial dikembangkan. Namun saat ini, ketersediaanpakan ternak dirasakan sudah semakin berkurang.Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Mengetahui deskripsimasyarakat di sekitar TNGHS. (ii). Mengetahuiketersediaan tumbuhan bawah dan jenis pakan ternak disekitar TNGHS dan kontribusi taman nasional dalampenyediaan pakan ternak masyarakat. Penelitian ini

Page 25: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135104

menggunakan metode survey dan observasi lapangan untukanalisis vegetasi. Penelitian dilaksanakan di DesaCipeuteuy dan Cihamerang, Kecamatan Kabandungan,Sukabumi, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkanbahwa masyarakat memiliki ternak kambing berkisar antara7-9 ekor dengan kebutuhan pakan ternak sebanyak 6-7pikul atau 180-210 kg rumput per hari. Sebagian besarmasyarakat mendapatkan pakan dari tegalan,ladang/pinggir sawah, pinggir sungai/jalan dan hanyasedikit dari zona pemanfaatan TNGHS. Dari hasil analisisvegetasi diketahui bahwa hanya 76% tumbuhan bawahyang merupakan jenis tanaman pakan ternak, selebihnyamerupakan gulma. Namun, jenis gulma tersebut masihdapat dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti komposdan penutup tanah.

Kambing, kesejahteraan, manfaat, peningkatkan, potensi

CO-13Kontribusi hutan rakyat untuk kelestarianlingkungan dan pendapatan

Asmanah WidartiPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box165 Bogor 16001, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8633234, 7520067. Fax.+62-251-8638111, email: [email protected]

Pengembangan hutan rakyat di Jawa mempunyai perananyang strategis karena dengan semakin gencarnya alihfungsi lahan untuk pemukiman, maka diperlukan dayadukung jasa lingkungan yang lebih besar. Walaupun masihdikelola secara tradisional, hutan rakyat memiliki perananpenting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat,maupun di bidang ekologi khususnya dalam perbaikan tataair, perlindungan/pelestarian lingkungan, dan penyerapankarbondioksida. Penelitian ini dilakukan di beberapa lokasidi Jawa Barat dengan metode survai dan observasilapangan untuk analisis vegetasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa struktur vegetasi hutan rakyat (kebuncampuran) lebih sederhana dibandingkan hutan alam, tetapikerapatan pohon dan penutupan tajuknya hampir sama.Keanekaragaman hayati dan penutupan tajuk hutan rakyatlebih baik, yakni berkisar antara 96,4-246,3%, sehinggalebih baik dari segi manfaat ekologis. Selanjutnya dari segimanfaat sebagai penyerap karbondoiksida, hutan rakyatmemiliki komponen pohon sumber persediaan karbon yangmencapai > 80%. Dari segi sosial ekonomi hutan rakyat,sesuai dengan komposisi tanamannya, memberikanpendapatan kepada petani secara berkelanjutan, antara lain:kayu dan buah-buahan.

Ekologis, kebun campuran, komposisi, struktur vegetasi,pendapatan

CO-14Aplikasi HESSA (Hydro Ecosystem Services SpatialAssessment) untuk pemetaan wilayah penyediadan pengguna air di kawasan hutan pegunungan

Hikmat RamdanSekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung. GedungSITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107, email:[email protected]

Ekosistem hutan pegunungan merupakan wilayah penyediajasa ekosistem air yang alirannya dimanfaatkan masyarakatdi wilayah hilir untuk berbagai kegiatan konsumsi danproduksi. Kontinuitas, kuantitas dan kualitas air akan tetapterjaga apabila kondisi ekosistem hutan baik. Tanggungjawab konservasi ekosistem hutan sebagai wilayahpenyedia air juga menjadi tanggung jawab pengguna airmelalui mekanisme Pembayaran Jasa Ekosistem (PJE).Belum adanya metode pemetaan jasa ekosistem yangpraktis untuk menentukan batas wilayah, antara wilayahekosistem penyedia air dan wilayah pengguna air seringmenjadi kendala proses PJE. Penelitian ini bertujuan untukmenentukan pendekatan spasial dalam pemetaan wilayahpenyedia dan pengguna air di kawasan hutan pegunungan.Metode analisis spasial dilakukan terhadap koordinatsumber air di lapangan yang diolah dengan data SRTM(Shuttle Radar Topography Mission) menggunakanperangkat lunak Global Mapper menjadi peta PJE Air.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan spasialHESSA (Hydro Ecosystem Services Spatial Assessment)efektif dalam memetakan batas daerah tangkapan airsebagai wilayah penyedia air di bagian hulu dan wilayahpengguna air di bagian hilirnya berupa peta jasa ekosistemair. Model HESSA telah diujikan di beberapa kawasanhutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi diProvinsi Jawa Barat. Pendekatan spatial HESSAmerupakan salahsatu inovasi metode pemetaan yang efektifuntuk menentukan batas wilayah penyedia air dan wilayahpengguna air. Peta PJE air sangat membantu prosesimplementasi PJE antara penyedia air dan kelompokpengguna air.

Air, hutan, peta jasa air

CO-15Keanekaragaman vegetasi pohon di sekitarsumber mata air di Kecamatan Panekan,Kabupaten Magetan

Muhammad Ridwan♥, Diagal Wisnu PamungkasJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email:[email protected]

Sumber mata air alami biasa muncul pada daerah dengankondisi vegetasi tertentu. Kecamatan Panekan, Magetan,Jawa Timur terletak di lereng timur Gunung Lawu dan

Page 26: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 105

memiliki banyak sumber mata air yang masih alami.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenispohon yang biasa terdapat di sekitar mata air di kecamatantersebut. Metode yang digunakan adalah ekplorasi denganmendata setiap jenis pohon pada radius 20 meter di sekitarmata air. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 15 jenispohon biasa dijumpai di sekitar mata air. Jenis tersebutdidominasi oleh kelompok Ficus seperti Ficus microcarpa,Ficus elastica, Ficus retusa, Ficus variegata, Ficusracemosa, Ficus annulata dan Ficus benjamina.

Mata air, panekan, pohon, vegetasi

CO-16Aplikasi agroforestri sebagai upaya perbaikanTaman Wisata Alam Gunung Selok Cilacap yangterdegradasi

SumarhaniPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan danLingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001,Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111.email: [email protected]

Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Selok merupakansalah satu kawasan konservasi di bawah pengelolaan BalaiKonservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. Secaraadministrasi kawasan ini termasuk dalam DesaKarangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah. TWA Gunung Selok yang kaya akankeanekaragaman flora dan fauna saat ini telah rusak akibatalih fungsi kawasan menjadi lahan pertanian yangdilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan. Upayaperbaikan TWA Gunung Selok pada blok pemanfaatantelah dilakukan melalui agroforestri. Tujuan penelitian iniadalah untuk memperoleh informasi dan teknik perbaikanTWA Gunung Selok secara partisipatif. Luas plot uji coba± 3 ha yang terbagi dalam 18 petak dan dikelola oleh 18petani penggarap. Jenis tanaman yang dicoba adalahtanaman hutan: ketapang (Terminalia catappa), salam(Syzygium polianthum), kedawung (Parkia roxburghii) dankedoya (Dysoxylum gaudichaudianum); dan tanamanserbaguna, kemiri (Aleurites moluccana), petai (Parkiaspeciosa), sukun (Artocarpus communis) dan mangga(Mangifera indica), dengan jarak tanam 5 m x 5 m. Hasilpengamatan memperlihatkan bahwa pertumbuhan awaltanaman umur 14 bulan yang meliputi persen hidup,pertumbuhan (riap) tinggi dan diameter tanaman adalah: (i)tanaman serbaguna: kemiri (81,88%, 79,7 cm, 1,1 cm),petai (80,62%, 16,49 cm, 0,6 cm), sukun (81,59%, 18,29cm, 0,5 cm) dan mangga (84,15%, 20,93%, 0,85; (ii)tanaman hutan: kedawung (76,43%, 44, cm, 1,1 cm), salam(82,35%, 29,6 cm,, 0,7 cm), kedoya (83,12%, 10,02 cm,0,6 cm) dan ketapang (83,67%, 41,94 cm, 0,9 cm). Daripenelitian ini dapat disimpulkan bahwa model kombinasijenis tanaman hutan dan tanaman serbaguna tersebut dapatdikembangkan untk mengembalikan fungsi kawasan yang

telah rusak Selanjutnya melalui produksi tanamanserbaguna diharapkan dapat menambah pendapatan petani

Agroforestri, perbaikan kawasan, tanaman hutan, tanamanserbaguna, TWA Gunung Selok

CO-17Arti penting peran serta masyarakat dalamrehabilitasi hutan lindung

Sumarhani♥, Diana PrameswariPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan danLingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001,Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111.♥email: [email protected]

Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) ataudisebut Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah salahsatu program pemerintah dalam merehabilitasi di dalamdan di luar kawasan. Kegiatan RHL Bukit Batu Menangis,Ketapang, Kalimantan Barat belum memperlihatkantutupan vegetasi yang memuaskan, karena kebakaran hutanyang sering terjadi di musim kemarau. Masyarakat sekitarkawasan adalah salah satu stakeholder dalam pengamananhutan, yang seharusnya perlu mendapat perhatian. Pihakpelaksana rehabilitasi hutan mengabaikan masyarakatsetempat, kalaupun ada hanya sebatas buruh. Tujuanpenelitian ini adalah mendapatkan informasi RHL BatuMenangis ditinjau dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi.Penelitian kajian peran serta masyarakat dalam rehabilitasiHL Bukit Batu Menangis telah dilakukan di dua desa, yaituSebuak dan Engkadin, Kecamatan Nanga Tayap,Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Pengumpulan datadilakukan melalui wawancara dan pengamatan lapangan.Penentuan responden secara purposive sampling, yaitumasyarakat yang melakukan kegiatan rehailitasi. Hasilpenelitian memperlihatkan bahwa karakteristik masyarakatsekitar HL adalah penduduk asli dengan mayoritas sukudayak, pendidikan SD, mata pencaharian sebagai petanipeladang berpindah dan berkebun karet. Pendapatansampingan petani dari buruh tani kelapa sawit dengan rata-rata pendapatan Rp 2-2,5 juta/bulan. Hasil rehabilitasikawasan dengan berbagai jenis pohon umur 6 bulan,memperlihatkan persen hidup 40-50%, rata-rata tinggimahoni 40 cm, sengon 60 cm, sungkai 50 cm dan karet 90cm. Keterlibatan masyarakat sekitar kawasan dalampengelolaan kawasan HL diharapkan kawasan akan selaluterjaga dan dapat memberikan kesempatan kerja dan usahabagi masyarakat. Hasil penelitian diharapkan sebagaimasukkan pemerintah daerah dalam program pengelolaanhutan lindung secara partisipatif.

Hutan lindung, pertumbuhan tanaman, rehabilitasi

Page 27: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135106

CO-18Keanekaragaman dan kelimpahan kumbangcerambycid (Coleoptera: Cerambycidae) di CagarAlam Pananjung Pangandaran

Septiani Dewi Ariska1,♥, Tri Atmowidi1, Woro A.Noerdjito2

1Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Institut Pertanian Bogor. Jl Agatis, Gedung Fapet Wing 2 Lt. 4. KampusIPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat. Tel./Fax.: +62-251-8622833,♥email: [email protected] Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor16911, Jawa Barat.

Kumbang cerambycid mudah dikenali karena memilikiantena panjang. Larva kumbang cerambycid merupakanpengebor tumbuhan berkayu, terutama pada kayu mati,kayu yang sedang melapuk, dan beberapa pada kayukering. Struktur komunitas kumbang cerambycid di suatukawasan erat kaitannya dengan komunitas tumbuhanberkayu, sehingga kehadiran cerambycid di suatu kawasandapat digunakan sebagai bioindikator. Cagar AlamPananjung Pangandaran terletak di suatu semenanjung(tombolo), sehingga memiliki komunitas flora dan faunayang unik, termasuk kumbang cerambycid. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis keanekaragaman dankelimpahan kumbang cerambycid di Cagar AlamPananjung Pangandaran, Jawa Barat. Pengambilan sampelkumbang cerambycid dilakukan dengan menggunakanperangkap cabang Artocarpus dan Ficus. Jumlah kumbangcerambycid yang ditemukan sebanyak 574 individu, yangterdiri atas satu subfamili, 12 genus, dan 20 spesies.Spesies yang dominan adalah S. binotata, S. alternans, P.melanura, dan P. uniformis, yang memiliki kelimpahantinggi di lokasi terbuka. Tujuh spesies, yaitu M. javanicus,C. curta, S. obliquefasciata, S. fuscotriangularis, P.triangularis, N. javanus, dan E. artocarpi merupakanendemik Jawa. Ketersediaan kayu dan ranting lapuk disuatu habitat dapat berpengaruh terhadap tingkatkeanekaragaman kumbang cerambycid. Penggunaanperangkap Artocarpus lebih efektif dibandingkanperangkap Ficus dalam monitoring kumbang cerambycid.

Artocarpus, Cerambycidae, keanekaragaman, kelimpahan,perangkap, struktur komunitas

CO-19Perbedaan perilaku harimau Sumatra (Pantheratigris sumatrae) pada Taman Nasional WayKambas dengan konservasi ex-situ KebunBinatang Surabaya

Popy Febrianti Purwoko♥, Alifah Ayu Wulandari, OctaSamuderaJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: [email protected]

Harimau sumatera termasuk ke dalam kategori hewan yangdilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun1999 dan termasuk dalam kategori Apendix I dalam CITES(Convention on International Trade in Endangered Speciesof Wild Flora and Fauna). Taman Nasional Way Kambas,Lampung merupakan salah satu kawasan penting bagipelestarian harimau sumatera. Status critically endangeredmenyebabkan harimau sumatra dikonservasi secara ex situ.Salah satu kebun binatang nasional melakukan programpenangkaran pada harimau sumatera adalah KebunBinatang Surabaya. Selain memperhatikan populasi, aspekhabitat yang optimal dan mendukung kehidupan harimausumatera juga diperlukan dalam pelestarian di kawasantaman nasional maupun suaka marga satwa. Studi literaturini bertujuan untuk membandingkan perilaku harimausumatera di Kebun Binatang Surabaya dan di TamanNasional Way Kambas, kemudian dibandingkan denganliteratur perilaku harimau sumatera di habitat aslinya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ganesha danAunurohim (2012), pengamatan perilaku dibedakanmenjadi (i) Perilaku Makan; (ii) Perilaku Istirahat; dan (iii)Perilaku Sosial. Sedangkan penelitian yang dilakukan olehLestari (2006), perilaku dibedakan menjadi (i) PerilakuBerburu; (ii) Perilaku Reproduksi; dan (iii) Wilayah Jelajahdan Teritori. Dari perbedaan perilaku yang dilakukan,perilaku harimau sumatera di Taman Nasional WayKambas lebih mendekati literatur perilaku harimausumatera di habitat aslinya.

Harimau Sumatera, Panthera tigris sumatrae, KebunBinatang Surabaya, perilaku, Taman Nasional Way Kambas.

CO-20Populasi, okupasi dan pengetahuan masyarakattentang burung Serak Jawa (Tyto alba javanicaJ.F. Gmelin 1788) di kawasan Kampus UniversitasPadjadjaran Jatinangor Sumedang

Ruhyat Partasasmita1,♥, Gema Ikrar Muhammad2,Johan Iskandar1

1 Program Studi Magister Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran,Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected] Program Studi Sarjana Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran,Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545.

Burung serak jawa (Tyto alba) merupakan karnivoranoktunal yang akrab dengan kehidupan masyarakat, seringmendiami kawasan hutan yang berbatasan dengan daerahpertanian bahkan daerah pemukiman. Pada kawasanpemukiman, burung ini sering menggunakan bagunanperumahan, perkantoran termasuk bangunan kampusseperti di kawasan Kampus Unpad Jatinangor sebagaitempat bersarang atau perlindungan. Sesuai pertambahanbangunan Kampus Unpad kemungkinan menyediakan

Page 28: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 107

tempat bersarang dan sejalan dengan itu akan terjadipenambahan populasi, sedangkan di lain pihak keberadaanburung serak jawa sering dikaitkan dengan mitos ataupengendalian hama. Dengan demikian dilakukan penelitianyang berkaitan dengan populasi, okupasi dan pengetahuanmasyarakat tentang serak jawa di kawasan Kampus UnpadJatinangor. Teknik pencuplikan data menggunakan metodelook-see untuk mengetahui populasi dan okupasi, sertametode wawancara berfokus semi struktur untuk menggalipengetahuan lokal mengenai jenis, habitat, kebiasaan hidupserta pengaruh aktivitas dan sikap penduduk terhadapkeberadaan serak jawa di kawasan Kampus UnpadJatinangor. Hasil penelitian menunjukkan terjadinyapenurunan populasi dari ± 5 individu pada awal tahun 2012karena pengaruh pembangunan kampus. Rata-rata okupasigedung sebesar 0,24 dari gedung yang tersedia, dan rata-rata jumlah sarang setiap gedung diokupasi sebagai tempatbersarang ± 1,16 sarang/gedung. Penamaan burung serakjawa oleh masyarakat sekitar kampus Unpad adalah koreak,pengetahuan dan kepercayaan penduduk terhadapkeberadaan serak jawa dikaitkan dengan hal gaib, sehinggamenghasilkan kelestarian burung tersebut.

Okupasi, populasi, serak jawa, pengetahuan lokal

CO-21Perilaku harian owa jawa (Hylobates moloch)rehabilitan di Pusat Penyelamatan danRehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center)Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Sangga Buana Komara♥, Muhammad Qeitsal Sabil,Muhammad Reza SaputroJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: [email protected]

Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan hewan endemikyang hanya terdapat di Pulau Jawa. Populasi owa jawapada habitat alaminya semakin hari semakin terancampunah akibat tingkat penebangan hutan yang tinggi, disertaidengan perdagangan serta perburuan untuk dijadikanhewan peliharaan. Dalam rangka penyelamatan owa jawadari kepunahan, instansi pemerintah dalam hal iniDepartemen Kehutanan RI bekerjasama dengan YayasanOwa Jawa, Universitas Indonesia, Balai Taman NasionalGunung Gede Pangrango dan Conservation InternationalIndonesia, pada tahun 2002 mendirikan PusatPenyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan GibbonCenter; JGC) yang memiliki tujuan utama menyelamatkanowa jawa dari kepunahan dan merehabilitasi owa jawayang berasal dari masyarakat. Studi literatur ini membahastentang perilaku owa jawa setelah dilepaskan ke habitatalaminya dari Javan Gibbon Center di Taman NasionalGunung Gede Pangrango. Berdasarkan penelitian yangtelah dilakukan oleh Arifin (2006), Ayu (2009) dan AntoArio (2009), didapatkan rata-rata hasil bahwa perilaku owajawa rehabilitan setelah dilepaskan ke habitat alaminya

adalah sebesar 30,14% untuk makan, 29% untuk bergerak,33,77% untuk istirahat, dan 7,09% untuk aktivitas sosial.

Hylobates moloch, JGC, Owa jawa, populasi, perilaku

CO-22Pemodelan distribusi habitat elang jawa (Nisaetusbartelsi) di Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah

Ilyas Nursamsi1,♥, Nurvita Cundaningsih1, Hasna SilmiR1, Ruhyat Partasasmita2

1 Program Studi Sarjana Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, JawaBarat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email:[email protected] Program Studi Magister Biologi, Departemen Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, JawaBarat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545

Elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan burung raptorendemik yang hanya terdapat di Pulau Jawa, statuskonservasi elang jawa saat ini menurut IUCN adalahEndangered (EN) atau terancam punah dan termasuk dalamdaftar Appendix II CITES serta merupakan hewan yangdilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan UU No.5 Tahun 1990. Posisi elang jawa sebagai predator puncakkini sangat terancam oleh terfragmentasi habitatnya sertakualitas habitat yang menurun. Di Pulau Jawa, konversilahan menyebabkan banyak hutan yang mengalamifragmentasi dan penurunan kualitas, yang berjalan sejakjaman kolonial Belanda, sehingga ekosistem alami hanyatersisa di beberapa gunung saja. Hal ini menyebabkanberkurangnya luasan okupasi elang jawa. Oleh karena itu,diperlukan adanya data mengenai estimasi penyebaranhabitat elang jawa secara alami di hutan-hutan Pulau Jawa.Pemetaan secara tradisional sulit dilakukan karenamembutuhkan sumberdaya waktu, biaya dan tenaga yangbesar. Pendekatan yang paling memungkinkan adalahdengan menggunakan Pemodelan Distribusi Spesies(Species Distribution Modelling) dalam estimasipenyebaran habitat potensial elang jawa ini digunakanmetode Maximum Entropy (MAXENT v. 3.3.3k).Penelitian ini dibatasi untuk analisis wilayah ProvinsiBanten, Jawa Barat, serta Jawa Tengah. Peta distribusipotensi habitat menunjukkan hasil yang cukup suksessesuai dengan data perjumpaan di masa lampau dan cukupsukses menggambarkan rentang habitat yang luas mulaidari area-area yang kecil hingga area yang cukup besarsebagai habitat potensial. Pemodelan relung ekologi(Ecological Niche Modelling) menunjukkan annual meantemperature, temperature seasonally, February NDVI, danaltitude memberikan kontribusi terhadap prediksi sebaranpotensial habitat masing-masing sebesar 44%, 43.3%,6.5%, dan 6.2%. Sebanyak lebih dari 50% habitat potensialhasil prediksi masuk ke dalam area yang dilindungiberdasarkan peta dari World Protected Area (WDPA).Hasil juga menunjukkan bahwa elang jawa lebih menyukaiarea hutan sekunder, perkebunan campuran yang dekat

Page 29: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135108

dengan areal terbuka serta lebih memilih untukmembangun sarang di lereng-lereng bukit.

Elang jawa, Maximum entropy, prediksi distribusi,pemodelan distribusi spesies

CO-23Buhili (Bambu Hitam Lestari) untuk angklungalat musik tradisional warisan dunia: Kajianpengaruh faktor lingkungan

Syaima Rima Saputri, Budi IrawanProgram Studi Sarjana Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Angklung merupakan alat musik tradisional suku SundaJawa Barat yang populer baik di negara sendiri maupun dimancanegara. Bahkan alat musik ini telah terdaftar sebagaiKarya Agung Warisan Budaya Lisan serta Non-BendawiManusia (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritageof Humanity) oleh UNESCO. Keunikan angklung selaindari cara memainkannya, jenis bahan baku (bambu) yangdigunakan pun memiliki karakteristik khusus. Bahan bakuutama tersebut di antaranya adalah bambu hitam(Gigantochloa atroviolaceae Widjaja). Bambu sebagaitumbuhan multifungsi, keberadaannya di alam mulaiterancam karena budi daya di masyarakat belum dapatmemenuhi permintaan pasar. Selain itu cara budi daya yangdilestarikan secara turun-menurun termasuk aspek ekologibambu hitam belum terdokumentasikan secara lengkap.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasidan kelimpahan bambu hitam (G. atroviolaceae) sekaligusfaktor lingkungan yang paling berpengaruh pada bambuhitam di beberapa kebun-talun Jawa Barat (Sukabumi,Cianjur, dan Kuningan) ,sebagai suatu referensi kajianpemilihan tempat budi daya bambu hitam masa depan yangsesuai ekologi bambu hitam. Metode yang digunakandeskriptif-kuantitatif dengan melakukan pengukuran faktorlingkungan (iklim mikro di antaranya intensitas cahaya,kelembaban udara, suhu udara, ketinggian tempat, pHtanah, tekstur tanah, Kapasitas Tukar Kation, KejenuhanBasa) sekitar tanaman bambu hitam dan eksploratif yangdilakukan dengan mengambil data kehadiran bambu didaerah penghasil bambu hitam. Struktur vegetasi,kelimpahan bambu di alam, dan asosiasi bambu dianalisisberdasarkan faktor lingkungan hasil olah datamenggunakan Analisis Komponen Utama (PCA), sehinggakarakteristik tempat dengan faktor lingkungan yang sesuaidapat diketahui

Bambu, lingkungan, PCA, ordinansi

CO-24Siklus hidup elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagaipredator tingkat tiga dalam menjaga

keseimbangan biodiversitas pegunungan JawaBarat

Toufan Gifari♥, M. Fachry Samudra, Dewi Elfidasari,Riris L. PuspitasariJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: [email protected]

Elang jawa (Nizaetus bartelsi) yang merupakan hewanendemik khas Jawa yang banyak tersebar di Pulau Jawa.Burung ini berperan sebagai konsumen tingkat 3 yangmenjaga kestabilan ekosistem. Ruang lingkup hidup elangjawa berkisar pada ketinggian 1400-3000 m. dpl, denganjarak antar sarang beriksar 300-400 ha. Eksistensi burungini semakin lama semakin menurun karena rusaknyahabitat dan perburuan ilegal. Hewan seperti musang,kelelawar, tupai dan lain-lain yang merupakan target elangjawa diperkirakan akan mengalami lonjakan populasiakibat penurunan populasi predator ini, sehingga dapatmengancam kestabilan biodiversitas di kawasan pegunuganJawa. Observasi yang pernah dilakukan pada tahun 1992 dikawasan gunung Gede-Pangrango menunjukan bahwasiklus perbiakan hewan ini terjadi selama 47 hari dari mulaipertama telur keluar dan dierami hingga menetas. Spesiesini diindikasikan melakukan perkawinan binual dalaminterval waktu yang singkat karena pengaruh cuaca,biasanya terjadi pada bulan Januari dan Juli. Elang mudayang telah menetas biasanya berada pada kawan induknyasampai mencapai ukuran yang cukup dewasa setelah 70hari bahkan hingga 5 tahun. Elang jawa dianggap dewasaketika berumur 6-20 tahun. Sementara dari laju reproduksi,elang jawa hanya bertelur satu butir setiap dua tahun.Sebagai hewan monogami dengan laju reproduksi yangrendah, elang jawa sudah masuk kategori terancam punah.Namun kondisi ini semakin membaik dengan adanyapeningkatan jumlah populasi di Jawa dari tahun 1989-2004dari kurang 100 ekor dan sekarang hampir mendekati 600-1000 ekor. Konservasi burung ini telah lama dilakukan diantaranya mengenai siklus perkembangbiakkan,perlindungan sarang dan pemantauan aktivitas hidupnya.

Biodiversitas, elang jawa, Nizaetus bartelsi, populasi, siklushidup

CO-25Layanan ekosistem di kawasan perkotaan: Studikasus di Kota Bandung

Meidha Audina♥, Restu Ajeng Saputri, Teguh Husodo,Herri Y. HadikusumahDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Layanan ekosistem didefinisikan sebagai manfaat yangdidapatkan manusia dari suatu ekosistem (MilleniumEcosystem Assesment, 2005).Millenium Ecosystem

Page 30: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 109

Assesment (MEA) telah mengklasifikasi layanan ekosistemmenjadi empat kategori, yaitu layanan penyediaan, layananpengaturan, layanan kultural, dan layanan pendukung.Ekosistem urban merupakan ekosistem yang didominasioleh manusia. Kawasan perkotaan memiliki lahan terbukayang terbatas. Fungsi kawasan perkotaan kebanyakan tidakmendukung aspek ekologis suatu wilayah seringkalimembuat kawasan perkotaan menjadi kawasan yang penuhpolusi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area dikawasan perkotaan yang memanjang/jalur dan ataumengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secaraalamiahmaupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijaumerupakan komponen kawasan urban yang dapatmenyeimbangkan ekosistem urban. Penelitian dilakukan ditujuh ruang terbuka hijau di Kota Bandung, yaitu BabakanSiliwangi, Taman Tegalega, Taman KandagaPuspa, TamanLansia, Pet Park, Taman Balaikota, dan Taman Maluku.Layanan ekosistem di ruang terbuka hijau dinilaimenggunakan metode deskriptif kualitatif kuantitatif.Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui layananpenyediaan dan pengaturan. Metode kuantitif digunakanuntuk mengetahui layanan pengaturan dan kultural.

Layanan ekosistem, ekosistem urban, Kota Bandung

CO-26Penggunaan ruang oleh berbagai jenis burungpada lapisan kanopi hutan di Kawasan GunungDewata dan Gunung Waringin, Cagar AlamGunung Tilu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Zamzam I'lanul Anwar Atsaury♥, Teguh Husodo,Ruhyat PartasasmitaDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Burung merupakan satwa liar pengguna ruang yang cukupbaik, terlihat dari penyebarannya, baik secara horizontalmaupun vertikal. Berdasarkan stratifikasi penggunaanruang pada profil hutan maupun penyebaran secarahorizontal pada berbagai tipe habitat, tampak adanya kaitanyang erat antara burung dengan lingkungan hidupnyaterutama dalam pola adaptasi dan strategi untukmemperoleh sumber pakan. Penyebaran burung secaravertikal dimaksudkan untuk mengetahui komposisiberbagai burung dalam memanfaatkan suatu pohon secarautuh. Untuk itu, keadaan vegetasi dalam suatu habitat biladihubungkan dengan keanekaragaman jenis akanmemperlihatkan bahwa kehadiran jenis-jenis burung dalamsuatu habitat berhubungan dengan penampakan strukturvegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenggunaan ruang oleh berbagai jenis burung pada kanopihutan. Penelitian ini dilakukan dengan sigi lapangandengan menggunakan metode Point Count untukmengetahui struktur dan komunitas burung, metodeOpportunistic spot-observation of individuals untuk

mengetahui aktivitas dan penggunaan ruang oleh burungdan metode diagram profil untuk mengetahui struktur dankomunitas vegetasi. Analisis data dilakukan dengan carakualitatif dan kuantitatif serta menggunakan analisisordinasi dengan menggunakan DCA (DetrendedCorrespondence Analysis) menggunakan programCANOCO for Windows 4.5.

Burung, penggunaan ruang, kanopi, Cagar Alam GunungTilu

CO-27Keanekaragaman rayap kasta prajurit di PulauHandeuleum, Taman Nasional Ujung Kulon,Banten

Randy Eka Aprilya♥, Enggar Utari, Evi AmeliaJurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta Km 04, Pakupatan,Serang, Banten. Tel. +62-254-395502. ♥email: [email protected]+6287772876319

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragamanrayap di Pulau Handeuleum, Taman Nasional Ujung Kulon(TNUK), Banten. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2014. Sampel diambil pada dua zona yangberbeda, yaitu zona pemanfaatan dan zona rimba di PulauHandeuleum TNUK. Pengambilan sampel menggunakantransek sepanjang 100 m yang terbagi ke dalam 20 bagian(masing-masing 5 x 2 m2). Ditemukan 15 jenis rayap diPulau Handeuleum TNUK yang termasuk ke dalam FamiliTermitidae dan Rhinotermitidae, diantaranya Nasutitermesmatangensis, Nasutitermes roboratus, Nasutitermeshavilandi, Nasutitermes sp.1, Nasutitermes sp.2,Nasutitermes sp.3, Nasutitermes sp.4, Nasutitermes sp.5,Nasutitermes sp.6, Nasutitermes sp.7, Longipeditermes sp.,Ancistrotermes pakistanicus, Macrotermes gilvus,Macrotermes ahmadi, dan Coptotermes sp. Tingkatkeragaman dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener dengan hasil Hˈ=0,639 dimana Hˈ<1 artinyakeragamannya rendah.

Keanekaragaman, Pulau Handeuleum (TNUK), rayap

CO-28Perbedaan fenotipe biawak air pada ekosistemCagar Alam Rawa Danau dan Cagar Alam PulauDua, Serang, Banten

Moch. Ali Ramadhan♥, Suroso Mukti Leksono, DianRachmawati, Najmi FirdausJurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta Km 04, Pakupatan,Serang, Banten. Tel. +62-254-395502. ♥email:[email protected]

Page 31: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135110

Ekosistem Cagar Alam Rawa Danau (CARD) dan CagarAlam Pulau Dua (CAPD), Banten merupakan duaekosistem yang berbeda dari segi vegetasi dan tipeekosistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperbedaan fenotip biawak air di ekosistem CARD danCAPD. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2014. Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah Capture Mark Recapture (CMR) denganparameter fenotip yaitu warna dan pola warna pada tubuh,panjang kepala, panjang moncong hidung (snout ventlength) dan panjang total, serta diameter tubuh dan berattubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biawak air dikedua ekosistem menunjukkan adanya perbedaan dalam halukuran tubuh. Rata-rata parameter fenotip biawak airmenunjukkan bahwa biawak air di ekosistem CARD lebihbesar dibandingkan dengan biawak air di ekosistem CAPD.

Biawak air, CAPD, CARD, fenotip

CO-29Studi komposisi serangga yang terperangkapkantong semar (Nepenthes gymnamphora) diGunung Aseupan, Pandeglang, Banten

Azhari Rangkuti♥, Najmi Firdaus, Dian RachmawatiJurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta Km 04, Pakupatan,Serang, Banten. Tel. +62-254-395502. ♥email:[email protected]

Telah dilakukan studi mengenai komposisi serangga yangterperangkap kantong semar (Nepenthes gymnamphora) dikawasan Gunung Aseupan Pandeglang, Banten denganmenggunakan metode jelajah. Sampel serangga diperolehdari dalam bagian kantong N. gymnamphora yang terdapatpada jarak 25 m di sisi kanan dan kiri jalur pendakianuntuk kemudian dikumpulkan dan diidentifikasi dilaboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwaserangga yang terperangkap dalam kantong N.gymnamphora terdiri dari empat ordo yaitu Hymenoptera,Coleoptera, Diptera, dan Orthoptera. Ordo Hymenopteraterdiri dari beberapa subfamili antara lain Formicinae(genus Camponotus, Paratrechina, dan Polyrachis)Dolichoderinae (genus Dolichoderus), Pseudomyrmicinae(genus Tetraponera), Myrmicinae (genus Tetramorium),dan Dorylinae (genus Aenictus). Ordo Coleoptera terdiridari kumbang moncong (Curculionidae), dan larvakumbang. Ordo Diptera terdiri dari larva nyamuk dan lalat,sedangkan Ordo Orthopthera terdiri dari jangkrik (familiGryllidae). Adapun serangga yang yang paling banyakditemukan dalam kantong N. gymnamphora adalah jenissemut Dolicoderus sp. dari subfamili Dolicoderinae. Datayang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan temuanbaru bagi kawasan Gunung Aseupan Pandeglang, Bantenyang merupakan salah satu habitat alami bagi N.gymnamphora yang keberadaannya semakin terancam dialam.

Gunung Aseupan, komposisi, Nepenthes gymnamphora,serangga

CO-30Deskripsi morfologi dan kelimpahan jenis kantongsemar (Nepenthes sp.) di Gunung Aseupan,Pandeglang, Banten

Hasbullah♥, Evi Amelia, Pipit MarianingsihJurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta Km 04, Pakupatan,Serang, Banten. Tel. +62-254-395502. ♥email:[email protected]

Nepenthes adalah tumbuhan pemakan serangga dengankantong yang berisi cairan nektar yang dapat memikatserangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuideksripsi morfologi dan kelimpahan jenis Nepenthes dikawasan Gunung Aseupan, Kabupaten Pandeglang,Banten. Pengambilan sampel dilakukan denganmenggunakan metode jelajah dengan mengambil langsungsampel daun, kantong, batang, dan bunga; selain ituidentifikasi dan penghitungan kelimpahan jenis jugadilakukan dengan foto sebagai penunjang data. JenisNepenthes yang terdapat di Gunung Aseupan yaituNepenthes gymnamphora, dengan dua variasi kantong yaituvariasi pertama adalah hijau polos di luar kantong dancorak merah keunguan didalam kantong, sedangkan variasikedua adalah hijau polos di dalam kantong dan corakmerah keunguan di luar kantong. Kelimpahan jenis kantongsemar di gunung Aseupan memperoleh hasil dengan rata-rata kelimpahan jenis adalah 1,42 individu/m². data yangdihasilkan dalam penelitian ini merupakan temuan barubagi kawasan gunung Aseupan Pandeglang, Banten.

Deskripsi morfologi, kelimpahan jenis, Gunung Aseupan,Nepenthes, Pandeglang

CP-01Komposisi vegetasi di Robian Tongah-tongah,Hutan Lindung Gunung Sibuatan, SumateraUtara

Ikhsan Noviady♥, Suluh Norma SiwiUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233.♥email: [email protected]

Hutan lindung Gunung Sibuatan merupakan salah satukawasan hutan pegunungan yang memilikikeanekaragaman tumbuhan yang masih sangat tinggi diSumatera Utara. Sebanyak 80 suku berhasil tercatat padaberbagai tingkat ketinggian. Robian Tongah-tongah adalahnama wilayah yang ada di Hutan Lindung GunungSibuatan yang dilewati jalur pendakian. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui komposisi vegetasi yangmenyusun kawasan hutan di Robian Tongah-tongah.

Page 32: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 111

Komposisi vegetasi yang diamati, yaitu dari tingkat semaidan tumbuhan bawah, tingkat pancang, dan tingkat pohon.Pengumpulan data menggunakan metode transek dengananalisis kuadran, masing-masing 10 plot ukuran 10 m x 10m (tingkat pohon), 5 m x 5 m (tingkat pancang) dan 1 m x1 m (tingkat semai dan tumbuhan bawah). Hasil analisisvegetasi di Robian Tongah-tongah Hutan LindungG.Sibuatan menunjukan pada tingkat pohon jenis Aglaiasp. mendominasi dengan INP sebesar 32,14% dan sukuMeliaceae dengan INP 58,18%. Pohon dengan diameterkurang dari 10 cm didominasi oleh Acronychia trifoliatadengan INP sebesar 14,54% dan suku Lauraceae denganINP 31,91%. Tumbuhan bawah didominasi Argostema sp.dengan INP 88,30%.

Dataran tinggi basah, Gunung Sibuatan, Sumatera

CP-02Identifikasi kondisi kesehatan pohon peneduh dikawasan Ecopark, Cibinong Science Center

Ikhsan Noviady♥, Reza Ramdan Rivai1 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: [email protected] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. JuandaNo. 13, P.O. Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat.

Cibinong Science Center (CSC) Ecology Park merupakantaman ekologi (Ecopark) yang terletak di Cibinong denganluas hingga 32 hektar dan menyimpan koleksi tumbuhanlebih dari 105 suku, 346 marga, 901 jenis, dan 7577spesimen dan telah dibuka untuk umum semenjak 2004.Pada kegiatan penelitian ini dilakukan identifikasi kondisikesehatan pohon di kawasan Ecopark, CSC. Penentuanpohon yang menjadi subyek penelitian adalah denganmetode purposive sampling dengan jumlah populasisebanyak 52 pohon yang mewakili suku dominan danterletak di daerah yang ramai dilewati pengunjung. Analisiskerusakan pohon dilakukan dengan metode Forest HealthMonitoring (FHM) dengan modifikasi Manglod. Dalamstudi ini juga dilakukan survey terhadap 36 respondenterkait dengan aspek kemanan dan kenyamanan. Dari hasilpengamatan teridentifikasi pohon yang sehat sebanyak68%, kerusakan ringan sebanyak 29% dan kerusakansedang sebanyak 3%. Tipe kerusakan yang paling banyakterlihat adalah luka terbuka, yaitu sebanyak 19% dari totalkasus. Lokasi kerusakan yang banyak terlihat adalah padacabang sebanyak 29% kasus dan pada batang bagian bawahdengan jumlah sebanyak 27% kasus. Hasil surveyresponden menyatakan 94,44% responden merasa perluadanya pengecekan rutin terhadap pohon peneduh. Danmeskipun sebanyak 83,33% responden menyatakan masihmerasa aman karena umur pohon yang relatif masih mudadengan kisaran 10 tahun, namun 88,89% respondenmenginginkan adanya tanda peringatan terkait kondisipohon peneduh yang memiliki resiko tidak aman.Penelitian ini juga mengungkapkan pentingnya edukasi

terhadap kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitaskesehatan pohon yang harus dibarengi dengan usahapeningkatan pola perawatan koleksi pohon di Ecopark.

Ecopark, Forest Health Monitoring, FHM, kesehatan pohon,konservasi

CP-03Upaya konservasi ex situ dan in situ paku-pakuanpegunungan di Kebun Raya Cibodas

Taufikurrahman NasutionUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233.♥email: [email protected]

Kebun Raya Cibodas terletak di lereng Gunung GedePangrango pada ketinggian 1250-1425 m dpl., merupakansalah satu kebun raya yang berada di bawah Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Tugas pokok lembaga meliputikonservasi ex situ tumbuhan dataran tinggi basah,penelitian, pendidikan lingkungan, dan pariwisata. Sebagailembaga konservasi tumbuhan yang menitikberatkan padakoleksi tumbuhan dataran tinggi basah, Kebun RayaCibodas memfokuskan pada konservasi tumbuhan khaspegunungan termasuk di antaranya kelompok tumbuhanpaku-pakuan. Saat ini Kebun Raya Cibodas telahmengoleksi sebanyak 27 suku, 59 marga, 100 jenis, 136nomor koleksi dan 162 spesimen. Selain konservasi paku-pakuan secara ex situ di kebun koleksi, Kebun RayaCibodas merupakan habitat yang ideal bagi paku-pakuanliar. Kondisi iklim dengan temperatur rendah dankelembaban tinggi serta curah hujan yang tinggimendukung pertumbuhan paku-pakuan. Telah dilakukanpenelitian dengan metode survey untuk menginventarisasijenis-jenis paku-pakuan yang tumbuh liar di Kebun RayaCibodas. Sebanyak 106 jenis paku-pakuan dan lycophyteditemukan, yang terdiri atas 58 jenis epifit dan 48 jenisterestrial. Polypodiaceae merupakan suku dengan jumlahjenis terbanyak, yaitu 49 jenis paku-pakuan yang tumbuhliar berpotensi sebagai tanaman hias, obat-obatan danpangan. Potensi terbesar dari paku-pakuan yang tumbuhliar adalah sebagai tanaman hias.

Kebun Raya Cibodas, konservasi, paku-pakuan, pegunungan

CP-04Ekologi jenis Lithocarpus (Fagaceae) di kawasanhutan Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat

Inge Larashati SubroPusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765062. ♥email:[email protected]

Page 33: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135112

Gunung Papandayan sering kali disebut KawahPapandayan karena memiliki kawah yang masih sangataktif dan mengepulkan asap belerang. Gunung Papandayanmenjadi penting keberadaannya karena merupakankawasan konservasi dan daerah perlindungan bagi biotakhas hutan hujan tropis dataran tinggi yang masih tersisa diPulau Jawa. Inventarisasi dan koleksi tumbuhan dariGunung Papandayan belum banyak dilakukan terlebihkajian ekologi jenis. Penelitian ini bertujuan untukmengungkap keberadaan jenis-jenis tumbuhan khas datarantinggi yang masih tersisa di Jawa Barat. Penelitian inimenggunakan metode petak kuadrat mengikuti caraMuller-Dumbois and Ellenberg. Berdasarkan hasil analisisdata diketahui terdapat tiga jenis anggota dari sukuFagaceae, yaitu Lithocarpus eleganus (pasang beureum),Lithocarpus korthalsii (hiur) dan Lithocapus sp. (pasang).

Ekologi jenis, Lithocarpus eleganus, Lithocarpus korthalsii,Lithocapus sp., Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat

CP-05Analisis ekologi jenis - jenis Begonia (Begoniaceae)di kawasan hutan Gunung Halimun Salak, JawaBarat

Inge Larashati SubroPusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765062. email:[email protected]

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan salahsatu sisa ekosistem hutan alami di Jawa Barat yangkondisinya masih cukup baik dan perlu dipertahankankeberadaannya. Sebagai salah satu kawasan konservasi diIndonesia, hutan Gunung Salak memiliki sumber kekayaanalam yang sangat menunjang kehidupan masyarakatkhususnya masyarakat di Jawa Barat, Banten dan Jakarta.Namun, kerusakan hutan di kawasan ini semakin tinggi dansangat memprihatinkan. Untuk mengetahui keberadaanvegetasi di kawasan konservasi yang masih tersisa ini makadilakukan pengkajian ekologi dengan membuat petakpenelitian seluas satu hektar. Dalam tulisan ini dilaporkansebagian hasil penelitian, berupa kajian analisis vegetasipada Begonia (Begoniaceae) yang merupakan tumbuhanbawah. Pengumpulan data dilakukan pada anak petakdengan ukuran 1 x 1 m2 yang diletakkan secara sistematis.Petak tersebut terletak di hutan alami yang masih relatifbaik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tiga jenisBegonia (Begoniaceae) merupakan jenis-jenis yangmendominasi kawasan hutan TN Gunung Salak.

Begonia bracteata, Begonia multangula, Begoniamuricata,Taman Nasional Gunung Salak, Jawa Barat.

CP-06Analisis komposisi dan keanekaragamantumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan

Lily Ismaini♥, Masfiro Lailati, Rustandi, dan DadangSunandarUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233.♥email: [email protected]

Gunung Dempo merupakan daerah kawasan hutan lindungyang terletak pada gugusan Bukit Barisan Pulau Sumatera.Gunung ini memiliki ketinggian 3159 mdpl dan merupakangunung tertinggi di Sumatera Selatan. Keberlangsunganfungsi hutan lindung sangat ditentukan oleh keberadaanvegetasi di dalamnya, dan diperlukan upaya pengelolaanyang didasarkan pada analisis vegetasi. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui struktur dan komposisivegetasi di kawasan Hutan Lindung Gunung Dempo.Metode penelitian menggunakan metode analisis vegetasipada petak contoh (plot) 10x10 m2 untuk pohon dan 2x2 m2

untuk seedling (semai) dengan jumlah 16 plot pengamatan.Hasil inventarisasi vegetasi tingkat pohon ditemukan 21jenis dengan total individu 119 dan pada tingkat semaiditemukan 98 jenis dengan total individu 830. Hasilanalisis vegetasi menunjukkan jenis pohon Cassia sp. danCamellia sinensis mendominasi tingkat pohon denganIndeks Nilai Penting 83,83% dan 77%, sedangkan untuktumbuhan bawah didominasi oleh Strobilantheshamiltoniana dan Strophacanthus membranifolium denganIndeks Nilai Penting 12,20% dan 10,46%. IndeksKeanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H′) adalah 1,9394(pohon) dan 3,697 (semai) menunjukkan keanekaragamansedang dan tinggi; Indeks Kekayaan Jenis (Dmg) adalah4,1849 (pohon) dan 14,4315 (semai) menunjukkankekayaan sedang dan tinggi; serta Indeks Kemerataan jenis(E) adalah 0,6370 (pohon) dan 0,8063 (semai)menunjukkan kemerataan tinggi.

Analisis vegetasi, Gunung Dempo, keanekaragamantumbuhan

Etnobiologi

DO-01Pemanfaatan tumbuhan bawah di zonapemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapioleh masyarakat sekitar hutan

Sri SuhartiPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box165 Bogor 16001, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8633234, 7520067. Fax.+62-251-8638111, email: [email protected]

Page 34: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 113

Ketergantungan masyarakat dengan lingkungan alamberupa hutan merupakan manifestasi dari upaya masyarakatsekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salahsatu komoditas yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakatsekitar hutan adalah berbagai jenis tumbuhan bawah yangditemukan di dalam kawasan hutan. Di kawasan TamanNasional Gunung Merapi (TNGM), keberadaan tumbuhanbawah masih kurang diperhatikan karena selama inidianggap variasi pemanfaatannya masih terbatas sertasebagian masih dianggap sebagai gulma. Penelitian inibertujuan untuk mempelajari keanekaragaman jenistumbuhan bawah di zona pemanfaatan TNGM sertapemanfaatan yang telah dilakukan oleh masyarakat di desa-desa sekitarnya. Untuk mengetahui pola penyebaran danidentifikasi jenis tumbuhan bawah, dilakukan analisisvegetasi (ANVEG) pada tiga buah petak/plot pengamatandengan ukuran 1 x 1 m2. Pada masing-masing plotpengamatan dibuat sub petak/sub plot dengan ukuran 10 x10 cm2. Untuk mengkaji pemanfaatan tumbuhan bawaholeh masyarakat sekitar TNGM, dilakukan wawancaradengan 30 orang responden yang dipilih secara purposifdari Desa Umbulharjo dan Glagahharjo, Yogyakartadengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkansebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 23jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada plotpengamatan di zona pemanfaatan TNGM. Sebagian wargasekitar TNGM sudah memanfaatkan tumbuhan bawahuntuk berbagai keperluan antara lain campuran/tambahanpakan ternak, pupuk, obat tradisional, minuman penyegardan alas tidur ternak. Manfaat tumbuhan bawah perludisosialisasikan secara luas kepada warga sekitar TNGMagar pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal.

Gunung Merapi, pemanfaatan, tumbuhan bawah

DO-02Pengembangan aneka usaha kehutanan (AUK)untuk peningkatan pendapatan masyarakat

Sri SuhartiPusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box165 Bogor 16001, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8633234, 7520067. Fax.+62-251-8638111, email: [email protected]

Pemanfaatan lahan dengan mengembangkan komoditasaneka usaha kehutanan (AUK) merupakan salah satu modelpengelolaan hutan yang pro-poor, pro-job, pro-growth danpro-lingkungan yang mengakomodasikan kepentinganekologis sekaligus dengan pertimbangan sosial ekonomi.Tujuan pengembangan komoditas AUK adalahmengoptimalkan ruang tumbuh melalui perbaikan strukturdan komposisi hutan tanpa merubah kondisi hutan secararadikal. Komoditas AUK yang dipilih adalah produk hutannon kayu yang memiliki keunggulan komparatif dankompetitif dan dilaksanakan secara tumpangsari melaluipola agroforestri, wanafarma, hutan cadangan pangan danbudidaya pohon penghasil buah, resin dan minyak atsiri.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi

tentang model pemanfaatan lahan dengan budidayakomoditas AUK yang disisipkan di antara tegakan pohonhutan yang sudah ada. Metode penelitian adalah studiliteratur dari beberapa hasil penelitian sebelumnya tentangpeluang pengembangan komoditas AUK yang dilakukan dibeberapa lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengembangan komoditas AUK memberikankesempatan bagi masyarakat setempat untuk mendapatkanakses ke hutan, meningkatkan pendapatan masyarakatsecara signifikan dan sekaligus merehabilitasi lahan yangterdegradasi. Komoditas AUK sangat berpotensi untukdikembangkan di areal yang mayoritas penduduk disekitarnya sangat tergantung pada hutan, serta di kawasanhutan milik yang lahannya belum dimanfaatkan secaraoptimal. Pengembangan komoditas AUK perlu diarahkanpada komoditas andalan setempat yang sesuai dengankondisi biofisik wilayah, penguasaan teknologi sertabudaya masyarakat setempat.

AUK, masyarakat, pemanfaatan lahan, pendapatan

DO-03Kaliwu: Model inisiatif lokal dalam konservasidaerah perbukitan Pulau Sumba, Nusa TenggaraTimur

Gerson Ndawa NjurumanaBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang. Jl. Alfons Nisnoni (UntungSurapati) No. 7 Airnona 85115 Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tel. +62-380-823357, Fax. +62-380-831068 email: [email protected]

Pulau Sumba dicirikan dominannya topografi perbukitanyang berkelerengan agak curam dan tutupan lahan semakbelukar serta savana. Hal ini meningkatkan resikokerusakan lahan, diindikasikan akumulasi kondisi biofisikdan faktor sosial yang berimplikasi terhadap peningkatanlahan kritis. Lahan tidak kritis diluar kawasan hutan 1,84%,sedangkan didalam kawasan hutan 5,40%, danmengindikasikan tantangan pengelolaan yang cukup serius.Penelitian bertujuan mengkaji inisiatif lokal berbasismasyarakat yang mendukung konservasi lahan perbukitan.Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sumba Tengah, NusaTenggara Timur. Metode observasi dan wawancaradigunakan terhadap 70 unit rumah tangga, analisis datasecara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukanterdapat inisiatif masyarakat lokal yang mendukungkonservasi lahan terutama daerah perbukitan, diindikasikanoleh terintegrasinya pengembangan unit-unit pemukimantradisional pada wilayah perbukitan dengan pengembanganKaliwu yang terdiri dari aneka spesies tanaman yangmeningkatkan tutupan lahan. Perbandingan luaspemukiman dan unit-unit pekarangan rata-rata 1:7 m2,sedangkan perbandingan pemukiman dengan unit-unitKaliwu rata-rata 1:93 m2, serta penerapan metodekonservasi tanah dan air. Disimpulkan inisiatif lokalberbasis Kaliwu berkontribusi terhadap peningkatantutupan lahan dan konservasi daerah perbukitan.

Inisiatif lokal, konservasi lahan perbukitan

Page 35: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135114

DO-04Studi etnobotani keanekaragaman tanamanpangan pada “Sistem Huma” dalam menunjangkeamanan pangan Orang Baduy

Johan Iskandar♥, Budiawati S. Iskandar♥♥

1 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-SumedangKm 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran, KampusJatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km21, Jatinangor, Sumedang45363, Jawa Barat, ♥♥email: [email protected]

Paper ini mendiskusikan hasil studi tentangkeanekaragaman jenis tanaman pangan pada sistemagroforestri ladang (huma) yang berperan penting dalammendukung keamanan pangan masyarakat Baduy di DesaKanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak,Provinsi Banten. Tujuan studi yaitu (i) memahami sistembudidaya tanaman padi gogo pada sistem agroforestri humapada masyarakat Baduy; (ii) menginventarisasi anekaragamtanaman pangan yang biasa dibudidayakan pada sistemagroforestri huma masyarakat Baduy; dan (iii) memahamisistem keamanan pangan masyarakat Baduy dan berbagaiperubahannya akibat perubahan lingkungan. Metodepenelitian menggunakan kualititatif. Teknik pengumpulandata botani dilakukan inventarisasi tentang jenis-jenistanaman pada sistem agroforestri huma dan tipeagroforestri lainnya, seperti hutan sekunder bekas garapanhuma yang sedang diberakan (reuma). Sementara itu, datasosial tentang pengelolaan sistem huma secara lekat budayaoleh masyarakat Baduy, kaitannya dengan menjagakeamanan pangan bagi masyarakat Baduy, dilakukanwawancara mendalam (deep interview) dengan informanyang dipilih secara purposive yang dianggap kompetendengan memperhatikan keragamannya. Hasil studimenujukkan bahwa masyarakat Baduy dalam mengelolasistem agroforestri huma dengan lekat budaya, berbasiskepentingan moral dan intersest, serta mengelolakeanekaragaman tanaman tinggi, termasuk anekaragamantanaman pangan. Pada sistem agroforestri huma tercatat 41jenis tanaman pangan, yaitu 9 jenis tanaman pangankarbohidrat dan 32 jenis pangan non-karbohidrat. Denganmenerapkan strategi mengkombinasikan tanam padi,sebagai kepentingan moral, pantang (tabu) diperdagangkan;dan dicampur dengan anekaragam tanaman lainnya, untukkepentingan interest, dengan tidak tabu untukdiperdagangkan. Maka, sistem agroforestri huma Baduymemiliki fungsi penting dalam mengkonservasianekaragam tanaman, termasuk anekaragam tanamanpangan. Serta, dengan adanya keanekaragaman tanamanpada sistem agroforestri huma, telah memberikankeuntungan dalam mendukung dan menciptakan keamananpangan bagi masyrakat Baduy. Seiring dengan kianintensifnya penetrasi ekonomi pasar pada kawasan Baduy,telah menyebabkan perubahan pola konsumsi panganmasyarakat Baduy. Namun demikian, mereka juga dapatterlibat dalam ekonomi pasar, dengan tanpa mempengaruhikeamanan pangan mereka. Pasalnya, denganmemperdagangkan anekaragam non-padi, dan uangnya

mereka dapat gunakan untuk membeli beras dan kebutuhansehari-hari, sehingga hasil padi huma mereka dapatdisimpan di lumbung-lumbung padi (leuit) hingga puluhantahun.

Keanekaragaman, keamanan pangan, masyarakat Baduy,sistem agroforestri huma, tanaman pangan

DO-05Studi etnoveterinari farmakologi pada masyarakatPasir Biru, Rancakalong, Sumedang

Asep Zainal Mutaqin♥, Joko Kusmoro, Johan Iskandar,Dherisa OktavianiProgram Studi Sarjana Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email:[email protected]

Penelitian tentang etnoveterinari farmakologi telahdilakukan di Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong,Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuanuntuk mengeksplorasi pengetahuan lokal masyarakat DesaPasir Biru tentang berbagai penyakit ternak ruminansia,tanaman herbal sebagai obatnya, serta bagaimanapengetahuan farmakologi etnoveteriner didapatkan.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dankuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat14 penyakit ternak ruminansia yang umum dikenal olehmasyarakat Pasir Biru; ada 46 spesies tanaman herbaluntuk menyembuhkan penyakit ternak ruminansia yangbiasa ditanam di pekarangan dan kebun masyarakat PasirBiru; serta pengetahuan lokal etnoveteriner farmakologipada umumnya didapatkan melalui belajar dari orang tua(parental learning) (44,32%), bertanya pada orang lain(21,59%), mencoba-coba sendiri (19,32%), membaca dariberbagai sumber bacaan (11,36%), dan sumber lainnya(3,41%).

Etnoveterinari, farmakologi, masyarakat, Rancakalong

DO-06Pengetahuan emik dan etik karakter bambudalam proses pembuatan angklung: Studi kasus diBalai Angklung Bandung

Syaima Rima Saputri♥, Teguh Husodo, Budi IrawanDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Angklung merupakan salah satu karya cipta masyarakattradisional Sunda dalam pemanfaatan tanaman bambu dibidang kesenian. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakatSunda dalam menghasilkan karya seni telah mengantarkanangklung menjadi Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan

Page 36: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 115

Nonbendawi Manusia (Masterpieces of the Oral andIntangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO padatahun 2010. Namun jika Indonesia tidak dapatmengembangkan dan melastarikan angklung, pengakuanini dapat kembali dicabut oleh UNESCO. Oleh karena ituupaya pelestarian angklung penting untuk dilakukan. Salahsatu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pewarisanpengetahuan proses pembuatan angklung. Namun prosespewarisan ini sulit untuk dilakukan dikarenakan belumadanya standar baku dalam pengolahan bambu untukmenghasilkan angklung yang berkualitas. Selain itu prosespewarisan informasi pembuatan angklung masih dilakukansecara turun-temurun melalui lisan. Hal ini dapatmenghambat proses pewarisan pengetahuan pembuatanangklung yang nantinya akan perdampak pada pelestarianangklung. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian inipengetahuan lokal mengenai proses pembuatan angklung(pengetahuan emik) menjadi objek penelitian yangkemudian diterjemahkan secara ilmiah (pengetahuan etik).Uji laboratorium yang dilakukan mencakup sifat dasarbambu yaitu sifat anatomi, fisika, dan mekanik. Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah campurandeskriptif kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan informasiyang dikumpulkan berupa data primer dan sekundermengenai proses pengolahan serta karakteristik bambuuntuk angklung. Untuk memperoleh pengetahuan emikdigunakan metode deep interview. Sedangkan padapengetahuan etik dilakukan uji laboratorium terhadapsampel bambu menggunakan metode sesuai denganmasing-masing sifat dasar bambu (anatomi, fisik,mekanik). Hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan informasi serta menjadi standar baku dalamproses pengolahan bambu untuk menghasilkan angklungyang berkualitas.

Emik, etik, bambu

DO-07Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat olehmasyarakat sekitar Cagar Alam GunungSimpang, Jawa Barat

Aisyah Handayani1,2

1Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, FakultasKehutanan, IPB, Kampus Fahutan IPB Darmaga, Kotak Pos 168, Bogor160012UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233. email:[email protected]

Cagar Alam Gunung Simpang merupakan kawasankonservasi yang terletak di Cianjur, Jawa Barat. Untukmengetahui pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obatoleh masyarakat di kawasan ini, telah dilakukan penggalianinformasi terhadap pengetahuan masyarakat yang tinggal disekitarnya. Penelitian dilakukan selama satu bulan padaFebruari 2010 di Dusun Miduana, Desa Balegede,Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.Pengumpulan informasi dilakukan dengan metode

wawancara terhadap 30 orang responden. Hasil penelitianmenunjukkan terdapat 74 jenis tumbuhan termasuk dalam40 suku yang biasa digunakan untuk pengobatan. Di antarajenis-jenis tersebut, Staurogyne elongata merupakan jenisyang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahanobat.

CA Gunung Simpang, tumbuhan obat, Staurogyne elongata

Biosains

EO-01Implementasi gula aren (Arenga pinata) dankurkuma (Curcuma longa) pra-transportasi sitembiosekuriti terhadap glukosa darah dan kadarglikogen ayam broiler

Fredy J. Nangoy1,♥, T. Widjastuti2, ♥♥, L. Adriani2, ♥♥♥

1 Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas SamRatulangi. Jl. Kampus UNSRAT Klea-Bahu Manado 95115 SulawesiUtara, Tel./Fax. +62-431-863186, ♥email: [email protected] Jurusan Produksi Ternak, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor Sumedang 45363, Jawa Barat. ♥♥email:[email protected], ♥♥ [email protected].

Transportasi ayam broiler dari kandang penelitian ketempat pemotongan dapat menyebabkan terjadinya stres.Stres transportasi secara substansial tidak dapat dihindari,namun dampak negatif stres dapat dikurangi. Upayaalternatif menekan dampak merugikan stres transportasisalah satunya dapat dilakukan dengan manajemen sebelumtransportasi, yaitu melalui pemberian air minummengandung gula aren (Arenga pinata) dan ransummengandung kurkuma (Curcuma longa). Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui pengaruh pemberian gula arendan kurkuma pra-tarnsportasi dalam mempertahankanstabilitas performan ayam broiler. Penelitian dilaksanakanselama 35 hari di Desa Bentar Cibitung, Kecamatan BuahDua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada kelompokpeternak Haji Mulyadi. Jalur transportasi dilaksanakan dariDesa Bentar Cibitung-Cipadung-Nagrag (2 jam), DesaBentar Cibitung-Cipadung-Nagrag-Cipadung-Tanjungkarta-Cipadung-Nagrag (3 jam), Desa BentarCibitung-Cipadung-Nagrag-Cipadung-Nagrag-Congeang-Nagrag (4 jam). Kecepatan mobil selama perjalanan 50-60km/jam. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodeeksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 3 x3. Faktor A adalah transportasi ternak dengan tiga ulangan,yaitu A1 adalah transportasi 2 jam, A2 adalah transportasi3 jam, A3 adalah transportasi 4 jam; faktor B adalah antistres dengan tiga ulangan yaitu B1 adalah gula aren-kurkuma 2%, B2 adalah gula aren-kurkuma 3%, B3 adalahgula aren-kurkuma 4%. Uji statistik dilakukan dengan ujisidik ragam dan perbedaan pengaruh antara perlakuan

Page 37: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135116

dikaji menggunakan uji beda nyata jujur. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa implementasi gula aren-kurkumamenghasilkan penurunan glukosa darah 5,37-11,13 mg/dLdan glikogen 119,77-129,93 mg/g.

Ayam broiler, gula aren, kurkuma

EO-02Pengaruh pemberian pupuk hayati mikrosalinterhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zeamays) pada tanah kebun

Y.B. SubowoBidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya JakartaBogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156.Fax. +62-21-8765062. email: [email protected]

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruhpenambahan pupuk hayati mikrosalin terhadappertumbuhan tanaman jagung pada tanah kebun. Pupukhayati mikrosalin merupakan pupuk organik yang berisimikroba penambat nitrogen, pelarut posfat, pengurailignoselulosa dan mikroba biokontrol yang tahan salinitas.Pupuk ini biasanya digunakan untuk membantupertumbuhan tanaman padi pada lahan salin. Penggunaanpupuk mikrosalin pada lahan kebun atau lahan dengansalinitas rendah belum banyak dilakukan. Tujuan penelitianini adalah untuk mengamati pertumbuhan tanaman jagungyang diberi perlakuan pupuk hayati mikrosalin pada lahankebun. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan CibinongScience Centre (CSC) di Cibinong-Bogor. Tanaman yangdigunakan adalah jagung manis (Zea mays), sedangkanperlakuan pupuk meliputi: pupuk hayati mikrosalin,kompos, kontrol (tanpa pupuk). Pemberian pupuk padatanaman jagung dilakukan satu kali, sebanyak 100 g pertanaman, pada saat tanaman berumur 3 minggu. Hasilnyamenunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati mikrosalinpada tanaman jagung yang ditanam di lahan dengansalinitas rendah, dapat membantu pertumbuhan tanaman.Tanaman jagung yang diberi pupuk mikrosalin daunnyalebih hijau, bobot tanaman segar lebih besar, tinggitanaman juga lebih besar, diameter batang juga lebih besar.Pemberian pupuk mikrosalin dapat meningkatkan bobotkering tanaman jagung sebanyak 61%, meningkatkanpanen buah jagung sebanyak 65%. Selain itu pemberianpupuk mikrosalin juga meningkatkan pertumbuhan akartanaman sebanyak 71% serta meningkatkan kandunganposfat tanah sebanyak dua kali lipat.

Pertumbuhan, pupuk mikrosalin, tanah kebun, tanamanjagung, salinitas rendah

EO-03Teknik pematahan dormansi untuk mempercepatperkecambahan benih kourbaril (Hymenaeacourbaril)

Naning Yuniarti♥, Dharmawati F. DjamanBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Jl. Pakuan,Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16100, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8327768. ♥email: [email protected]

Kourbaril (Hymenaea courbaril Linn.) merupakan jeniseksotik dari Amerika. Jenis ini sangat potensial untukdikembangkan di Indonesia. Kayunya mudah diserut,dibubut, dipolis, tidak pernah diserang oleh cacing dantidak terbakar. Kegunaan kayunya untuk perkakas rumahtangga, kapal dan gerbong kereta api. Pengembangantanaman ini mempunyai kendala karena benihnya sulituntuk berkecambah. Kulit benihnya sangat keras karenamemiliki sifat dormansi. Untuk mematahkan dormansinyadiperlukan suatu perlakuan pendahuluan. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui teknik pematahan dormansiyang tepat untuk mempercepat perkecambahan benihkourbaril. Benih yang digunakan berasal dari HutanPenelitian Cikampek, Jawa Barat. Rancangan percobaanmenggunakan Rancangan Acak Lengkap, denganperlakuan sebagai berikut: kontrol, direndam air dingin 24jam, direndam air panas 24 jam, direndam air panas 1menit kemudian direndam air dingin 24 jam, direndamlarutan H2SO4 10 menit, direndam larutan H2SO4 20 menit,direndam larutan H2SO4 30 menit, dikikir kemudiandirendam air dingin 24 jam, dikikir kemudian direndam airpanas 24 jam, dikikir kemudian direndam larutan H2SO4 10menit, dikikir kemudian direndam larutan H2SO4 20 menit,dan dikikir kemudian direndam larutan H2SO4 30 menit.Respon yang diamati dalam penelitian ini adalah dayaberkecambah dan kecepatan berkecambah. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa teknik pematahan dormansimemberikan pengaruh yang nyata terhadap dayaberkecambah dan kecepatan berkecambah benih kourbaril.Perlakuan terbaik untuk mematahkan dormansi benihkourbaril adalah perlakuan benih direndam dalam larutanH2SO4 selama 20 menit. Daya berkecambah yangdihasilkan adalah 97% dan kecepatan berkecambahnya6,47%/hari. Dibandingkan dengan perlakuan kontrol,dengan menggunakan perlakuan ini dapat meningkatkanperkecambahan sebesar 86% dan mempercepat waktuperkecambahan 5,77%/hari.

Benih, kourbaril, pematahan dormansi, perkecambahan

EO-04Teknik pengemasan yang tepat untukmempertahankan viabilitas benih bakau(Rhizophora apiculata) selama penyimpanan

Naning Yuniarti♥, Dharmawati F. DjamanBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Jl. Pakuan,Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16100, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8327768. ♥email: [email protected]

Benih bakau (Rhizophora apiculata) termasuk kelompokbenih rekalsitran. Benih ini cepat rusak (viabilitasmenurun) apabila diturunkan kadar airnya dan tidak tahandisimpan dalam waktu lama pada suhu dan kelembaban

Page 38: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 117

yang rendah. Permasalahan dalam pengadaan danpenanganan benih jenis rekalsitran adalah cepatmenurunnya viabilitas benih seiring dengan lamanyapenyimpanan. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui teknik pengemasan yang tepat untukmempertahankan viabilitas benih bakau selamapenyimpanan. Benih bakau yang digunakan dalampenelitian ini berasal dari Bali. Penelitian dilaksanakan dilaboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian TeknologiPerbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) Bogor. Rancanganpercobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalahRancangan Acak Lengkap Pola Faktorial, denganmenggunakan dua faktor yaitu faktor wadah pengemasan(kotak stereoform, kotak kayu, kotak kardus, kotakstereoform+cocopeat, kotak kayu+cocopeat, kotakkardus+cocopeat) dan faktor lama penyimpanan (0, 5, 10,15 hari). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang suhukamar. Parameter yang diamati adalah daya berkecambahdan kadar air benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(i) Wadah pengemasan, lama penyimpanan, daninteraksinya berpengaruh nyata terhadap viabilitas benihbakau, (ii) Wadah pengemasan yang terbaik untuk benihuntuk bakau adalah kotak kardus yang didalamnya dibericocopeat. Dengan perlakuan ini pada lama penyimpanan 15hari dapat menghasilkan nilai daya berkecambah sebesar93% dengan nilai kadar air benih 51,44%, dan (iii) Lamapenyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas benihbakau. Semakin lama waktu penyimpanan maka semakinmenurun viabilitasnya.

Bakau, benih, pengemasan, penyimpanan, viabilitas

EO-05Identifikasi hama dan penyakit benih nyamplung(Callophyllum inophyllum) di Carita, Ciamis,Cilacap, Purworejo, Gunung Kidul, Alas Purwo,Lombok dan Pariaman

Naning Yuniarti♥, Tati Suharti, Evayusvita RustamBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Jl. Pakuan,Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16100, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8327768. ♥email: [email protected]

Serangan hama dan penyakit pada benih pasca panenberpengaruh sangat besar terhadap kualitas benih, bibit,dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yangmenyerang benih nyamplung (Callophyllum inophyllum)pada pasca panen dari delapan lokasi sumber benih, yaituCarita, Ciamis, Cilacap, Purworejo, Gunung Kidul, AlasPurwo Banyuwangi, Lombok, dan Pariaman. Hasilpenelitian adalah: (i) Kadar air benih tertinggi diperolehdari lokasi Gunung Kidul, dan nilai kadar air benihterendah dari lokasi Carita, (ii) Daya berkecambah yangtertinggi dari lokasi Carita, dan daya berkecambah terendahberasal dari Gunung Kidul, (iii) Semakin rendah nilai kadarair benih akan menghasilkan nilai daya berkecambah yangpaling besar, (iv) Sebagian besar lokasi asal benih tidakditemukan hama yang menginfeksi benih. Hanya lokasi

benih Gunung Kidul yang ditemukan ulat grayak(Spodoptera litura), (v) Jenis cendawan yang menginfeksipada benih pasca panen di semua lokasi ada 4 genus, yaituFusarium sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., danRhizophus sp. Presentase infeksi cendawan yang terbesarterdapat pada benih asal Gunung Kidul, sedangkanpersentase infeksi cendawan yang terkecil terdapat padabenih asal Carita, (vi) Jenis bakteri yang menginfeksi padabenih pasca panen adalah genus Agrobacterium,Burkholderia, Erwinia, Pseudomonas, Xanthomonas, danPantoea. Rata-rata presentase infeksi bakteri yang terbesardidapat pada benih asal Gunung Kidul, sedangkan padalokasi Purworejo dan Pariaman tidak ditemukan bakteri,(vi) Tidak ditemukan virus pada benih pasca panen disemua lokasi.

Benih, hama dan penyakit, identifikasi, nyamplung, pascapanen

EO-06Pemanfaatan Plant Growth PromotingRhizobacteria (PGPR) dalam pengendalianpenyakit tungro pada padi lokal KalimantanSelatan

Salamiah♥, Raihani WahdahFakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Jl A. Yani PO Box1028 Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan. Tel/Fax: +62-511-4777392,email:[email protected].

Padi lokal merupakan plasma nutfah yang seharusnyamendapat perhatian dari semua pemangku kepentingan,karena sebagian mulai terancam hilang dan beberapa tahunterakhir dilaporkan terserang penyakit tungro yangmengakibatkan gagal panen. Tujuan jangka panjang yangingin dicapai dari penelitian ini adalah pengendalian virustungro yang ramah lingkungan (produk pertanian yangsehat dan aman bagi konsumen dan lingkungan) denganmelakukan induksi sistem pertahanan varietas padi lokal,karena ketahanan tanaman terhadap patogen dapatdiperoleh melalui pengaktifan sistem pertahanan tanamandan penggunaan varietas tahan merupakan salah satupengendalian penyakit yang efektif dan ramah lingkungan.Sedangkan target khususnya adalah melakukan isolasi dankarakterisasi serta aplikasi Plant Growth PromotingRhizobacteria (PGPR) sebagai salah satu agensia hayatiyang berpotensi untuk diaplikasikan guna menekanserangan tungro. Kegunaan penelitian ini adalah sebagaiusaha awal guna membantu pengendalian penyakit tungro,sehingga dapat mencegah kehilangan hasil yang lebih besarbagi petani padi akibat serangan tungro di KalimantanSelatan. Penelitian dilakukan di LaboratoriumPengendalian Hayati dan Laboratorium FitopatologiJurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas PertanianUniversitas Lambung Mangkurat Banjarbaru serta di sawahpasang surut Barito Kuala Kalimantan Selatan. IsolasiPGPR dilakukan dari sawah pasang surut, KabupatenBarito Kuala, Kalimantan Selatan dan berhasildikumpulkan 15 isolat PGPR. Dari ke-15 isolat tersebut,

Page 39: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135118

diperoleh 5 isolat yang berpotensi sebagai agensia hayatiuntuk menginduksi sistem pertahanan tanaman terhadapserangan tungro, karena kelimanya mampu memproduksiHCN dalam jumlah yang cukup dan mampu melarutkanfosfat. Tiga isolat diambil untuk diuji di lapangan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa aplikasi PGPR belummampu menekan serangan tungro pada padi lokal, tetapiada satu PGPR (Pseudomonas flourescens isolat 2) mampumenekan serangan tungro pada padi Inpara-4 dan 5.

Inpara-4, Inpara-5, PGPR, tungro, varietas padi lokal

EO-07Kemampuan adaptasi empat jenis tanaman lokaldalam mendukung kegiatan rehabilitasi lahanalang-alang di Kabupaten Bolaan MongondowUtara, Sulawesi Utara

Arif Irawan♥, Iwanuddin, Jafred E. Halawane, MoodyC. KarundengBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado. Jl. Raya Adipura, Kima Atas,Mapanget, Manado 95259, Sulawesi Utara. Tel. +62-431-3666683, Fax.+62-431-3666683, ♥email: [email protected]

Kegiatan perambahan hutan yang tidak terkendali telahmengakibatkan perluasan kawasan padang alang-alang diKabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara.Pemilihan jenis tanaman yang tepat merupakan faktorpenentu dalam kegiatan rehabilitasi. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui jenis tanaman lokal yangmampu beradaptasi dengan baik pada lahan alang-alang diKabupaten Bolaang Mongondow Utara. Rancanganpercobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalahrancangan acak kelompok dengan perlakuan yang diujikanadalah empat jenis tanaman lokal, yaitu Magnolia elegans,Palaquium obtusifolium, Anthocephalus macrophyllus danShorea assamica. Parameter yang diamati adalahpersentase hidup tanaman umur satu bulan setelahpenanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlakuan jenis tanaman memberikan pengaruh nyataterhadap persentase hidup tanaman yang diuji. Jenistanaman M. elegans tidak direkomendasikan dalamkegiatan rehabilitasi lahan alang-alang, karena memilikipersentase hidup yang rendah, yaitu 23,33%. Sedangkanketiga jenis lainnya memiliki persentase hidup yang lebihbaik, yaitu 63,33% (A. macrophyllus), 56,67% (P.obtusifolium), dan 53,33% (S. assamica).

Alang-alang, tanaman lokal, rehabilitasi

EO-08Performa sintasan dan pertumbuhan benihCardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) denganaplikasi daun ketapang (Terminalia catappa)

Nurhidayat♥, Liza Wardin, Ediyanto Sitorus

1 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, ♥email: [email protected] SUPM Negeri Aceh, Banda Aceh, NAD3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Satya NegaraIndonesia, Jl. Arteri Pondok Indah No. 11, Kebayoran Lama, jakartaSelatan 12240, Jakarta.

Tampilan yang proposional antara panjang, berat dankombinasi warna menjadi kunci kualitas ikan hias. Aplikasilingkungan dan pakan dapat dilakukan untuk meningkatkankualitas ikan hias, salah satu aplikasi lingkungan melaluipenambahan bahan aktif dengan daun ketapang.Penambahan daun ketapang (Terminalia catappa L.),melalui dosis yang tepat dapat diaplikasikan untukmeningkatkan sintasan, pertumbuhan benih ikan cardinaltetra (Paracheirodon axelrodi). Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), denganempat perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Jumlahsatuan percobaan adalah 32 unit. Perlakuan yang diberikanadalah perbedaan dosis daun ketapang dan padat tebar,yaitu: D0 tanpa pemberian daun ketapang, D1 dosis daunketapang 0,5 g/L, D2 dosis daun ketapang 1,5 g/L, D3dosis daun ketapang 2,5 g/L. Hewan uji yang akandigunakan adalah benih ikan cardinal tetra. Hasil penelitianmenunjukan bahwa perlakuan dosis 0.5 g/L memberikanhasil terbaik dengan sintasan 100%, pertambahan panjang1.28 cm/ekor dan pertumbuhan bobot berat 0.092 g/ekor.Nilai parameter kualitas air paling baik selama penelitiansuhu 25-29 oC, DO 6-6,6 ppm, pH 6-6,5, alkalinitas 22,66-33,98 ppm, kesadahan 26,17-57,00 ppm, amoniak 0,0052-0,0104 ppm, dan nitrit 0,0029-0,0696 ppm.

Cardinal Tetra, daun ketapang, kualitas air, pertumbuhan,sintasan

EO-09Prioritas penelitian dan pengembangan jenisandalan setempat rotan

Titi Kalima1,♥, Jasni2,♥♥

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan danLingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001,Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111.♥email: [email protected] Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan danPengolahan Hasil Hutan. Jl.Gunung Batu No.5 PO Box 165, Bogor16001,Jawa Barat. Telp.0251 86333784, 8633413. Fx.0251 8633413,♥♥email: [email protected]

Tulisan ini merupakan hasil penelitian untuk mendapatkaninformasi keanekaragaman jenis rotan dan sifat-sifatdasarnya sebagai dasar pijakan pemanfaatannya. Vegetasidiamati dengan menggunakan metode eksplorasi, kemudiandilakukan identifikasi ciri-ciri taksonomi dan sifat-sifatdasar jenis rotan yang ditemukan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada sekitar 36 jenis rotan andalansetempat (indigenious rattan species). Sesuai denganprogram industri berbasis hutan tanaman rotan, maka

Page 40: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 119

penelitian dan pengembangan rotan perlu diarahkan padajenis andalan setempat rotan.

Andalan setempat, eksplorasi, Indonesia, rotan

EO-10Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhanbayam cabut (Amaranthus spp.) pada SistemRelay-Intercropping Jagung-Sayur Umur Pendek-Padi

Alfatika Permatasari1, Sugiyarto2,♥, Dwi Setya Saputra1

1Kelompok Studi Biodiversitas Jurusan BIologi Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir.Sutami36A Surakarta 57126, Jawa Tengah.2 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email:[email protected]

Peningkatan produktivitas lahan merupakan bagian pentingdalam menghadapi masalah semakin sempitnyakepemilikan lahan oleh petani. Diversifikasi komoditastanaman pada lahan sempit melalui sistem relay-intercropping perlu dikembangkan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengkaji pengaruh media tanam terhadappertumbuhan bayam cabut (Amaranthus spp.) sebagai salahsatu jenis sayur umur pendek pada sistem relay-intercropping jagung-sayur umur pendek-padi. Percobaanlapangan disusun dalam rancangan acak kelompok denganperlakuan: kontrol (tanah saja), abu sekam, pupuk kandangdan campuran abu sekam dengan pupuk kandang. Tanamansayur ditanam serempak dengan jagung pada guludanberbeda dan bersebelahan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemberian abu sekam, pupuk kandang maupuncampuran keduanya memacu pertumbuhan bayam cabutlebih cepat dibanding kontrol. Campuran abu sekamdengan pupuk kandang menunjukkan pengaruh terbaikterhadap pertumbuhan bayam cabut, berturut-turut diikutiperlakuan pupuk kandang, abu sekam dan kontrol.

Amaranthus, bayam cabut, relay-intercropping,produktivitas, lahan sempit, media tanam

EO-11Reaksi ketahanan 19 varietas padi rawa terhadappenyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzaepv. oryzae)

Anggiani1,♥, Cahaya Umah2

1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang41256, Jawa Barat. Tel. +62-260-520157. Fax. +62-260-5201582Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Institut Pertanian Bogor. Jalan Agatis, Gedung Fapet Wing 2 Lt. 4.Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat.

Luas total lahan rawa di Indonesia seluas 33.393.570 ha.Sebaran areal tersebut ada di Sumatera 9.370.000 ha;

Kalimantan 11.707.400 ha; Sulawesi 1.793.450 ha danPapua 10.522.720 ha. Varietas padi sawah tumbuh baik didaerah tersebut, tetapi tidak tahan terhadap cekamanabiotik dan biotik. Kendala biotik yang ada di lahan initikus, wereng, penyakit blas, juga hawar daun bakteri(Xanthomonas oryzae pv oryzae). Hawar daun bakterimerupakan penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonasoryzae pv oryzae (Xoo) yang merupakan salah satupenyakit penting yang menyerang padi sawah pada semuafase pertumbuhan. Bakteri ini mampu membentuk ‘strain’atau kelompok yang berbeda-beda di setiap daerah yangmenjadi lokasi serangannya. Di Indonesia dikenal beberapakelompok (paratipe), yang sering menyerang, antara lainkelompok III, IV, V, VI, VIII dan VIII. Dari kelompok-kelompok tersebut yang paling tinggi tingkat virulensinyaadalah kelompok IV. Hasil penelitian 2011 menunjukkanbahwa komposisi patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzaedi daerah sentra produksi padi di Jawa pada umumnyaterdiri dari patotipe III (12,8%), IV (18,6%) dan VIII(68,6%). Tujuan penelitian ini adalah menginformasikanreaksi ketahan 19 varietas padi rawa nasional yang sudahdilepas terhadap penyakit hawar daun bakteri kelompok IVdan VIII di rumah kaca. Hasil pengujian terhadap 19varietas diuji ternyata bervariasi, ada yang tahan, agaktahan, agak rentan dan rentan pada pengamatan I danumumnya rentan pada pengamatan II pada kelompok VIIIsedang pada kelompok IV agak rentan dan rentan.

Hawar daun bakteri, padi rawa, Xanthomonas oryzae pv.oryzae

EO-12Analisis pertumbuhan tiga jenis tanaman asliGunung Gede Pangrango di lahan agroforestrimelalui pendekatan allometrik di Nagrak,Sukabumi, Jawa Barat

Indriani Ekasari, Masfiro Lailati♥

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233,♥email: [email protected]

Ekosistem pegunungan Jawa yang terbentuk di wilayahGunung Gede Pangrango, Jawa Barat memilikikarakteristik tersendiri seperti sebagai penahan erosi,penyerap karbon dan keindahan pada tajuk pohon. Namun,hanya sedikit informasi mengenai pertumbuhan jenis-jenistanaman asli Gunung Gede Pangrango yang dapat ditanamdengan pola tanam agroforestri. Tujuan penelitian iniadalah memberikan informasi awal mengenai pertumbuhanpada tingkat semai untuk tiga jenis tanaman asli GunungGede Pangrango yang ditanam dengan pola tanamagroforestri melalui pendekatan allometrik. Penelitian inidilakukan dengan metode survei di kawasan pemanfaatanTaman Nasional Gunung Gede Pangrango dan lahanmasyarakat di Desa Cihanjawar, Nagrak, Sukabumi, JawaBarat. Ketiga jenis tanaman yang diukur adalah Altingiaexcelsa (rasamala), Magnolia champaca (cempaka) dan

Page 41: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135120

Elaeocarpus angustifolius (ganitri). Parameter yangdiamati adalah tinggi, diameter, luas daun, kandunganklorofil dan berat kering daun. Hasil analisis data yangmenunjukkan koefisien determinasi tertinggi hubunganallometrik berat kering daun-luas daun pada A. excelsaadalah r2 = 0.869, untuk jenis E. angustifolius r2 = 0.766dan untuk M. champaca r2 = 0.475. Hal ini menunjukkanbahwa pendekatan hubungan allometrik untukpertumbuhan ketiga jenis tanaman yang diamati bergunauntuk model penelitian selanjutnya yang berhubungandengan proses ekosistem terutama pada ekosistemagroforestri.

Agroforestri, Gunung Gede Pangrango, pendekatanallometrik.

EO-13Potensi senyawa alelopati Clidemia hirta sebagaibioherbisida

Lily Ismaini1,♥, Agnesia Lestari2

1 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253,Jawa Barat. Tel.: +62-263-512233, 520448; Fax.: +62-263-512233.♥email: [email protected] Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. InstitutTeknologi Bandung. Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung40132, Jawa Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek alelopatiekstrak daun, batang, dan akar tumbuhan invasif Clidemiahirta terhadap germinasi biji, pertumbuhan akar dan batangRaphanus sativus dan Brassica oleracea. Penelitian inimenggunakan metode Rancangan Acak KelompokLengkap, dengan dua faktor yaitu: organ tanaman C. hirta(akar, batang, dan daun) dan tanaman uji (R. sativus dan B.oleracea), dengan tiga ulangan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ekstrak daun C. hirta berpengaruhsignifikan terhadap germinasi biji, penghambatanpertumbuhan akar dan batang tanaman R. sativus dibandingekstrak akar dan batang.

Alelopati, Clidemia hirta, germinasi, tumbuhan invasif

EO-14Penentuan model tarif sumber daya airsebagaikompensasi jasa ekosistem kawasan hutan:Studi kasus di kawasan hutan Perhutani

Yooce Yustiana♥, Endang Hernawan, Hikmat RamdhanKelompok Keahlian Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu danTeknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung. Gedung SITH Labtek XI.Jl.Ganesha 10 Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575,2500258, Fax.: +62-22-2534107, ♥email: [email protected]

Sistem alamiah ekosistem hutan dan interaksi komponenfisik dan biologis di dalamnya menjadikan hutan berperan

sebagai wilayah tangkapan air terpenting dalam siklushidrologis. Namun, kontribusi nilai manfaat hutan dalammenyediakan air yang berjalan sepanjang waktu belummendapatkan apresiasi yang layak dari para pengguna airyang berperan sebagai penerima manfaat (benefeciaries)jasa lingkungan kawasan hutan tersebut. Para pemanfaat airmasih banyak yang tidak mempedulikan dan kurangmemberikan apresiasi nilai terhadap kegiatan-kegiatanpengelolaan hutan sebagai wilayah tangkapan airnya. Olehkarena itu, untuk menjaga kontinuitas, kuantitas, dankualitas air yang dimanfaatkan maka ekosistem hutan harusdijaga kelestariannya dengan cara menentukan tarif airsebagai kompensasi jasa lingkungan kawasan hutan.Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Merumuskanformula/model penentuan tarif sumber daya air sebagaiproduk jasa ekosistem hutan; dan (ii) Mengaplikasikanmodel penentuan tarif sumber daya air sebagai produk jasaekositem hutan di kawasan hutan Bandung Utara, JawaBarat. Analisis penentuan model tarif menggunakanmekanisme water pricing yang berdasarkan Step Tarrifatau Increasing Block Rates (IBR), yang mencerminkanbiaya yang sebenarnya akan memberikan sinyal kepadapengguna mengenai nilai dari air dan dapat menjadiinsentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana. Hasilanalisis, struktur penetapan tarif air didasarkan padapembagian (i) blok konsumsi; (ii) segmentasi konsumen;dan (iii) biaya usaha dan biaya dasar. Konsumendikelompokkan menjadi: (i) layak mendapat subsidi, (ii)tidak mendapat subsidi, dan (iii) memberi subsidi dengantarif yang mengandung tingkat keuntungan. Tarif airdibedakan menjadi empat, yaitu: tarif rendah, tarif dasar,tarif penuh, dan tarif yang ditetapkan berdasarkankesepakatan (khusus). Adapun model yang telahdihasilkan: TD= TBPAT/(VHHL+VKAS); TR=TD-RSb;TP=TD+RTK+RSbS, dimana: TD (Tarif Dasar), TBPAT(Total Biaya Pemanfaatan Air Terproduksi), VHHL(Volume Hasil Hutan Lainnya), VKAS (VolumeKehilangan Air Standar), TR (Tarif Rendah), RSb (Rata²Subsidi), TP (Tarif Penuh), RTK (Rata² TingkatKeuntungan), RSbS (Rata² Subsidi Silang). Hasilimplementasi model tarif air sebagai kompensasi jasalingkungan kawasan hutan menunjukkan nilai: untukkawasan hutan di Bandung Utara, tarif dasar Rp 578,-perm³, tarif rendah Rp 403,-per m³ dan tarif penuh Rp 1.848,-per m³; dan untuk kawasan hutan di Cianjur, tarif dasar Rp373,5 per m³, tarif rendah Rp 299,-per m³, tarif penuh Rp1.575,-per m³.

Kompensasi jasa ekosistem, tarif dasar, tarif rendah, tarifpenuh, water pricing with step tarrif

EO-15Uji kualitas sperma sexing sapi FH (FriesHolstein) pasca thawing

Rizma Dera Anggaini Putri1,♥, Muhammad Gunawan2,Ekayana Mulyawati Kaiin3

1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,

Page 42: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 121

Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375. ♥email:[email protected],3 Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI). Jl. Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalamInseminasi Buatan (IB) adalah kualitas sperma yangdiinjeksikan. Penyimpanan sperma dalam bentuk bekudilakukan untuk memperpanjang usia sperma. Namun,terdapat dampak yang diakibatkan oleh pembekuan spermaini. Kualitas sperma yang masih segar tentu saja berbedadengan kualitas sperma pasca thawing. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui kualitas sperma sexing sapiFH (Fries Holstein) pasca thawing. Parameter kualitas yangdiujikan, yaitu motilitas sperma, membran plasma utuh(MPU), viabilitas, abnormalitas serta morfometrinya.Motilitas sperma dihitung menggunakan SpermVision,abnormalitas dan morfometri menggunakan pewarnaEosin-Negrosin, sedangkan viabilitas menggunakanpewarna Eosin-Negrosin dan pewarna Hoechst, sertapengamatan parameter MPU menggunakan tiga larutanHOS Test yang berbeda. Hasil pengujian didapatkanmotilitas sperma tertinggi, yaitu Sperma X (52,39%), NilaiMPU tertinggi, yaitu Sperma X (80,95%), Viabilitastertinggi, yaitu Sperma Y (80,16%), Abnormalitasterendah, yaitu Sperma Non-sexing (5,4%). Berdasarkanparameter yang digunakan, kualitas sperma X lebih baikdibandingkan dengan kualitas Sperma Y dan Sperma non-sexing.

Kualitas sperma, sapi Fries Holstein, sexing

EO-16Potensi palma endemik Sulawesi (Areca vestiaria)sebagai bahan aktif produk fitofarmakaantikanker

Herny Emma Inonta Simbala♥, Linda W.A. Rotty,Fatimawali, Fecky R.MantiriFakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Klea-Bahu Manado 95115, Sulawesi Utara, Tel./Fax. +62-431-863186, ♥email:[email protected]

Bahan alam mempunyai prospek sebagai penghambatkanker. Distribusi aktivitas anti kanker sangat luas dalamtumbuhan. Efek bahan alam erat hubungannya dengansenyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Penyakitkanker saat ini masih menempati urutan teratas penyebabkematian dan sangat ditakuti oleh semua orang. Bahan-bahan alam mempunyai prospek sebagai penghambatkanker. Efek bahan alam erat hubungannya dengansenyawa kimia yang terkandung di dalamnya. MenurutSimbala (2005), dalam buah Areca vestiaria Giseke(pinang yaki) terkandung flavonoid, triterpen, saponin dantanin, ketiganya mempunyai efek anti kanker, yangmenunjang penyembuhan kanker. Selanjutnya Simbala(2006), Uji BSLT Areca vestiaria sebagai antikankerdiperoleh nilai LC50 = 399 ppm. Selanjutnya dari fraksiheksan ekstrak buah Areca vestiaria diperoleh 5 senyawayaitu pentadekana, metil dodekanoat, metil tetradekanoat,

asam hexadekanoat, metil tetradekanoat (Simbala 2008).Hasil tahun 2009 membuktikan bahwa ekstrak heksan buahAreca vestiaria dapat menurunkan berat kanker mencit.Pada tahun 2010, ditemukan bahwa ekstrak heksan Arecavestiaria pada dosis 500 mg/kg BB dan 1000 mg/kg BBmencit memiliki aktivitas antikanker terhadap kankerfibrosarkoma mencit hasil induksi benzopirena (Simbala etal. 2010). Hasil penelitian tahun 2012, ekstrak heksan buahAreca vestiaria dapat membunuh 60-70% sel kankerserviks dan sel kanker payudara. Hingga saat ini harga obatdi Indonesia masih sangat tinggi. Selain disebabkan olehfaktor distribusi, pada dasarnya ketergantungan importerhadap bahan baku aktif dan bahan pembantu merupakanfaktor utama penyebab mahalnya harga obat. Lebih dari90% kebutuhan bahan baku obat Indonesia diimpor dariluar negeri. Pengembangan bahan baku obat untukmemperkuat struktur industri bahan baku farmasi nasionalperlu dilakukan agar secara bertahap danberkesinambungan dapat mengurangi kebutuhan impor;termasuk pengembangan produk-produk obat tradisional(jamu) menjadi obat herbal (herbal medicine), baik sebagaisediaan obat herbal terstandar maupun fitofarmaka.

Antikanker, Areca vestiaria, palma endemik, fitofarmaka,

EO-17Analisis lanskap jalur hijau jalan sebagai koridorpersebaran burung di Kota Bandung

Evanti Arosyani♥, Teguh Husodo, ParikesitDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-SumedangKm 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Ekosistem perkotaan merupakan ekosistem buatan yangselalu mengalami perubahan terutama dalampengalihgunaan lahan yang menyebabkan terjadinyafragmentasi habitat bagi satwa liar. Pengupayaan dalammengatasi permasalahan fragmentasi di perkotaan salahsatunya dengan membuat peraturan tentang Ruang TerbukaHijau (RTH) sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan.Penerapan RTH ini ada pada taman-taman kota dan jugaJalur Jalan Hijau (JHJ). Telah banyak dilakukan penelitiandi taman-taman Kota Bandung tentang studi habitat satwaliar khususnya burung. Hal tersebut menunjukan adanyapersebaran burung yang memadai di wilayah perkotaanpada RTH taman-taman kota. Lokasi RTH taman kota yangsaling berjauhan menunjukan bahwa taman kota sebagaihabitat burung terpecah dan memerlukan penghubunghabitat agar dinamika persebaran populasinya terbentukdengan baik. Jalur hijau jalan (JHJ) memiliki fungsisebagai koridor penghubung bagi burung untukpersebarannya antar RTH taman kota. Penelitian inidilakukan untuk mengukur kualitas JHJ sebagai koridorpersebaran burung di taman kota. Pengamatan kehadiranjenis burung dilakukan dengan menggunakan metodetransek dengan mengikuti panjang JHJ. Pengukuruanterhadap 3 variabel (vegetasi, gangguan dan dimensi)

Page 43: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135122

penyusun JHJ dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif,ketiga variabel ini dianalisis dengan analisis korelasi untukmelihat kualitas karakter JHJ sebagai koridor persebaranburung.

Burung, jalur hijau jalan, JHJ, koridor, persebaran

EO-18Rosot karbon vegetasi pohon di ruang terbukahijau Kota Bandung: Studi kasus Taman Badak,Kebun Binatang, dan Taman Lalu Lintas AdeIrma Suryani

Nurvita Cundaningsih♥, Teguh Husodo, Herri Y.HadikusumahDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-SumedangKm 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected]

Ruang terbuka hijau di Kota Bandung merupakan hutankota yang mampu menyerap gas CO2. Gas CO2 hasil emisibahan bakar fosil dari kegiatan di Kota Bandung dapatdiserap oleh vegetasi hutan kota, lalu disimpan dalambentuk lain, yaitu karbon pada biomassa tumbuhan yangada di Ruang Terbuka Hijau (RTH). Studi area RTH publiksudah banyak dilakukan, sedangkan RTH privat denganluasan yang cukup besar belum dilaksanakan (yaitu: TamanBalaikota, Kebun Binatang Kota Bandung, dan TamanLalu Lintas Ade Irma Suryani). Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kandungan biomassa vegetasi khususnyadi ruang terbuka hijau privat Kota Bandung sehingga dapatdiketahui kemampuan vegetasi yang ada dalam menyimpancadangan karbon. Metode yang digunakan dalam penelitianadalah metode dominant quantitative. Pendekatankuantitatif bertujuan untuk mengetahui nilai rosot karbon,densitas cadangan CO2, densitas laju penambatan CO2 danstruktur floristik ruang terbuka hijau. Metode pengumpulandata yang dilakukan dengan total sensus, teknikpengukuran dilakukan secara langsung di lapangan danpengumpulan data sekunder. Pengumpulan data berupapengukuran langsung di lokasi penelitian dilakukan untukmengumpulkan data primer yang meliputi, pengukurandiameter setinggi dada (DBH) pohon, jenis pohon, jumlahindividu, tinggi pohon, tipe arsitektur tumbuhan, bercabangatau tidak bercabang, dan fungsi tumbuhan. Metode yangdigunakan pada pengukuran cadangan karbon di dalamRTH privat adalah dengan menggunakan pendekatanpengukuran biomassa atau RaCSA (Rapid CarbonAssesment) dari World Agroforestry Centre (Hairiah 2011).Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis antarakondisi ruang terbuka hijau secara riil di lapangan baikkomposisi dan struktur vegetasi. Informasi tersebut akandianalisis dan dibandingkan dengan besarnya nilai karbonyang tersimpan pada masing-masing RTH yang diteliti.Selain itu perbandingan dilakukan berdasarkan beberapapengkategorian seperti berdasarkan DBH, adanyapercabangan, arsitektur tumbuhan, fungsi pohon, danberdasarkan famili.

RTH, kota, pohon, karbon, CO2

EO-19Jamur entomopatogen Beauveria bassiana(Balsamo, 1912) sebagai agen pengendali nyamukAedes aegypti (Linnaeus, 1762)

Maharani Herawan Ossa Putri♥, Hikmat Kasmara♥♥,Melanie♥♥♥

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-SumedangKm 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel. +62-22-7797712psw. 104, Fax. +62-22-7794545, ♥email: [email protected],♥♥ [email protected], ♥♥♥ [email protected]

Telah dilakukan penelitian mengenai jamur entomopatogenBeauveria bassiana sebagai agen pengendali hayatinyamuk Aedes aegypti. Penelitian bertujuan untukmengetahui konsentrasi spora jamur B. bassiana yangdapat menyebabkan LC50 terhadap larva dan imago.Penelitian menggunakan metode eksperimental dilaboratorium dengan uji hayati. Tahap penelitian pertamadan kedua dilakukan dengan menggunakan larva danimago Ae. aegypti dengan membuat suspensi spora jamurB. bassiana yang terdiri dari tujuh taraf perlakuanpengenceran yaitu kontrol (0 spora/mL); 10-1; 10-2; 10-3; 10-

4; 10-5; 10-6. Parameter yang diamati jumlah kematian larvadan imago selama 24 jam dan 48 jam. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai LC50 24 jam dan 48 jam yangdapat menyebabkan kematian pada larva sebesar 49 × 109spora/mL dan 19,0 × 108 spora/mL. Nilai LC50 24 jam dan48 jam pada imago Ae. aegypti sebesar 1,07 × 107spora/mL spora/mL dan 1,49 ×105 spora/mL.

Aedes aegypti, Beauveria bassiana, LC50, mortalitas

EO-20Strategi adaptasi kalender tanam terhadapvariabilitas iklim pada sentra produksi padi

Yayan ApriyanaBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Jl. Tentara PelajarNo.1A, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Tel. +62-251312760, email:[email protected]

Strategi adaptasi terhadap variabilitas iklim pada setiapperiode musim tanam sangat diperlukan dalam upayameningkatkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.Penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat yangmempunyai pola curah hujan Monsunal dan ProvinsiSumatera Barat dengan pola curah hujan Equatorial.Analisis korelasi antara ENSO dan IOD dengan curahhujan dilakukan untuk menemukan hubungan antara ENSO(El Niño) dan IOD dengan curah hujan pada periodeDesember-Februari, Maret-Mei, Juni-Agustus, danSeptember-November. Analisis indeks kecukupan air danneraca air irigasi sawah digunakan untuk memperoleh

Page 44: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 123

waktu tanam optimal. Distribusi spasial hasil korelasiparsial antara ENSO dan IOD dengan curah hujan diSumatera Barat dan Jawa Barat menunjukkan dampak yangsignifikan terhadap anomali curah hujan sepanjang periodeSeptember-November. Pada periode Juni-Novemberdampak terhadap luasan lahan padi sawah di SumateraBarat hanya sekitar 20%, sementara dampak di Jawa Baratdapat mencapai hingga 80%. Pada wilayah dipengaruhioleh ENSO dan IOD yang kuat seperti Indramayu, dampakENSO dan IOD positif secara bersamaan mengakibatkanpenundaan waktu tanam lebih dari 6 dasarian (periodesepuluh hari). Puncak tanam terjadi pada bulan NovemberIII / Desember dapat mencapai 30% akibat ENSO dan 35%akibat IOD positif. Kejadian ENSO menunda waktu tanam2-5 dasarian pada pola curah hujan monsunal di Jawa Baratdan 1 dasarian pada pola equatorial di Sumatera Barat.Sementara itu kejadian IOD positif dapat menunda waktutanam 1-2 dasarian baik di Sumatera Barat maupun JawaBarat. Adaptasi petani terhadap anomali iklim lebih jelas didaerah pola curah hujan monsunal dengan penyesuaianwaktu tanam 2-3 dasarian dan merubah rotasi tanaman dariPadi-Padi-Bera menjadi Padi-Jagung / Kedelai-Bera danPadi-Padi-Jagung / Kedelai menjadi Padi-Jagung / Kedelai-Bera.

Adaptasi, kalender tanam, sentra produksi padi, variabilitasiklim

EO-21Pertumbuhan dan komposisi eksopolisakaridabakteri pemfiksasi nitrogen Azotobacter spp. padamedia yang mengandung kadmium

Reginawanti HindersahLaboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, JawaBarat. Tel. +62-22-7796316, Fax. +62-22-7796316 email:[email protected]

Penggunaan pupuk fosfat yang intensif di lahan pertaniansayuran menyisakan kontaminan kadmium (Cd) karenasecara alami batuan fosfat mengandung Cd. Pupuk hayatipada pertanaman sayuran antara lain adalah Azotobacterpemfiksasi N2 yang memiliki mekanisme resistensiterhadap Cd melalui produksi eksopolisakarida (EPS).Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasiperbedaan kurva pertumbuhan dan komposisi EPSbeberapa isolat Azotobacter dengan keberadaan beberapakonsentrasi kadmium pada media cair yang resistenterhadap logam berat serta komposisi EPS yang disintesisAzotobacter. Tiga isolat Azotobacter penghasil EPSdiisolasi dari rizosfer sayuran yang tumbuh di DataranTinggi Lembang, Bandung, Jawa Barat dengan metodePengenceran Plat. Penetapan kurva pertumbuhan dankomposisi EPS Azotobacter dilakukan pada kultur cairdengan dan tanpa Cd pada suhu kamar. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa pertumbuhan ketiga isolatAzotobacter sampai 84 jam dihambat oleh 1 dan 10 mMCdCl2. Namun, isolat LKM6 lebih resisten terhadap 0,01

dan 0,01 mM CdCl2 dibandingkan kedua isolat lainnya.Eksopolisakarida yang dihasilkan oleh ketiga isolatmengandung polisakarida dan asam organik dengankonsentrasi yang berbeda untuk setiap isolat. KeberadaanCd di dalam kultur cair mengubah pula konsentrasi dankomposisi EPS. Hasil ini menjelaskan bahwa untuk lahanpertanian terkontaminasi ringan oleh Cd, penggunaanpupuk hayati Azotobacter resisten Cd dapat disarankan.

Azotobacter, kadmium, eksopolisakarida

EO-22Pengaruh suhu, pH , dan oksigen terlarutterhadap regenerasi dan populasi Planaria sp. diberbagai perairan

Farhani♥, Lidia Anggita Ramadhani, Mutia Arianata,Dewi Elfidasari, Riris L. PuspitasariJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: [email protected]

Planaria merupakan hewan Avertebrata yang termasuk kedalam Filum Platyhelminthes. Hewan ini hidup di perairanyang jernih,dan ternaung oleh pepohonan. KeberadaanPlanaria dapat dijadikan sebagai bioindikator adanyapencemaran perairan air tawar. Jumlah Planariamengindikasikan kondisi perairan tersebut masih bagus danbelum tercemar. Analisis terhadap keberadaan Planariadapat dilakukan dengan mengukur suhu, kadar pH, danoksigen terlarut. Uji juga dilakukan dengan mengambilPlanaria yang dipancing menggunakan hati ayam segar.Proses perkembangbiakan dan regenerasi dari planariadipengaruhi oleh suhu, pH, dan kadar oksigen terlarut.Suhu optimum untuk proses tersebut adalah antara 14-23oC, nilai pH air yaitu 3.5-5.0. Kadar oksigen terlarutsemakin besar nilainya semakin baik untuk perkembanganserta regenerasi Planaria.

Kadar Oksigen Terlarut, pH, Planaria, regenerasi, suhu

EO-23Proses pembentukan telur pada burung puyuh(Cortunix cortunix sp.)

Nadya Karina♥, Nur Khamidatus Sintia, Winda SitiNurjanahJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email:[email protected]

Setiap makhluk hidup secara alamiah harusmempertahankan populasinya untuk keberlangsunganhidupnya dengan cara bereproduksi. Proses reproduksisetiap jenis hewan berbeda, untuk itu perlu dipelajari

Page 45: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135124

mekanismenya. Tujuan dari pembuatan paper ini adalahuntuk memperoleh data tentang proses perkembangan telurpada burung puyuh (Coturnix coturnix sp.) dengan metodestudi literatur. Puyuh merupakan salah satu jenis burungyang tidak dapat terbang, ukuran tubuhnya kecil, sertamemiliki kaki yang pendek dan bersifat kanibal. Prosespertumbuhan dan perkembangan puyuh terbilang sangatcepat. Burung puyuh mencapai dewasa pada umur 41 haridan sudah dapat menghasilkan telur. Puyuh mempunyaikemampuan untuk menghasilkan keturunan sebanyak 3-4generasi pertahun dan sekitar 250-300 butir setiap ekornyaper tahun. Proses ini terjadi dan dimulai pada alatreproduksi unggas betina. Alat reproduksi pada unggasbetina terdiri atas indung telur (ovarium) dan saluran telur(oviduk). Berdasarkan fungsi fisiologis dan strukturmikroskopis, oviduk dibagi menjadi 5 bagian yaituinfundibulum, magnum, isthmus, uterus (kelenjarkerabang), dan vagina. Tahap-tahap dari pembentukan telurdiawali dengan melepasnya kuning telur (ovum) dariovarium. Perjalanan dari pembentukan dan pertumbuhantelur, mulai dari calon kuning telur hingga menjadi telursempurna memakan waktu yang lama dan semua bangsaunggas mengikuti perjalanannya demikian, hanya terdapatsedikit variasi dalam waktu perjalanan tersebut. Perbedaanwaktu perjalanan dan lama berdiam pada setiap bagianpembentukan itulah yang menyebabkan waktu bertelurunggas berbeda, tetapi proses pembentukannya relatifsama. Secara umum, susunan cangkang telurnya terdiri darimammilary layer, spongy layer, kutikula, dan terdapatbanyak pori-pori.

Burung puyuh, Cortunix cortunix sp., proses pembentukantelur, telur puyuh

EO-24Pengembangan metode penetasan telur terhadapbudidaya burung walet putih (Collocaliafuciphaga)

Adinda Citra Dianita♥, Mona Soraya, Dewi Elfidasari,Riris Lindiawati PuspitasariJurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, UniversitasAl Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl.Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: [email protected]

Penetasan merupakan salah satu metode dalam upayapeningkatan populasi walet. Burung walet putih(Collocalia fuciphaga) memliki potensi yang perludikembangkan dan dibudidayakan, karena menghasilkansarang bernilai ekonomi tinggi. Sarang burung waletmerupakan mata dagangan ekspor yang mempunyai nilaiekonomi tinggi. Studi literatur ini bertujuan untukmembandingkan hasil penetasan telur walet putih yangoptimal. Hasil studi literatur menunjukkan telur walet putihyang ditetaskan pada alat penetas memiliki daya tetas 90%,telur walet putih pada sarang walet asli berhasil menetas100%, telur walet putih yang ditetaskan disarang waletimitasi memiliki daya tetas 85%, dan yang ditetaskan

disarang sriti memiliki daya tetas 55%. Melalui hasil ini,dapat disimpulkan bahwa penetasan telur walet putih padasarang aslinya merupakan metode yang optimal. Hal inikemungkinan besar disebabkan karena telur tersebutdierami oleh induknya dan dierami pada sarang aslinyasehingga kenyamanan induk dalam mengerami telurnyatidak terganggu. Namun daya tetas pada alat penetas dapatdigunakan sebagai alternatif untuk mengembangkanmetode pengembangbiakkan walet dan meningkatkanproduksi sarang burung walet.

Metode penetasan, penetasan telur walet, walet putih

EO-25Potensi cengkeh (Syzygium aromaticum) varietasafo ternate sebagai larvasida pada nyamukAnopheles subpictus dan Aedes aegypti

Dharmawaty M. Taher♥, Nurhasanah, NurmayaPapuanganFakultas Pertanian, Universitas Khairun. Jl. Bandara Babullah,Ternate 97728, Maluku Utara. Tel. +62 921 3110903, +62-921-21550, Fax. +62-921-23364, ♥email: [email protected]

Cengkeh (Syzygium aromaticum) varietas afo ternatedikenal sebagai cengkeh tertua di dunia karena mencapaiusia ratusan tahun dan tumbuh di kawasan pegununganGamalama, Ternate, Maluku Utara. Kandungan minyakatsiri daun cengkeh afo sebesar 3.20% dan kadar eugenol90.53% dapat dimanfaatkan sebagai larvasida alami.Pengendalian vektor nyamuk Anopheles sp. dan Aedesaegypti adalah salah satu langkah pengendalian pentinguntuk menanggulangi bahaya penyakit malaria dan DemamBerdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui efektivitas daun cengkehvarietas afo terhadap kematian larva nyamuk Anophelessubpictus dan Aedes aegypti. Metode penelitian adalaheksperimen. Larva nyamuk Anopheles subpictus instar IIIsejumlah 330 ekor dibagi menjadi 10 perlakuan ekstrak airdaun cengkeh (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,80%, 90% dan 100%) ditambah 1 kontrol dengan 3 kaliulangan. Setiap perlakuan berisi 10 ekor larva dan diamatisetiap selang waktu 5 menit selama 30 menit. Pengujianlarva Aedes aegypti instar III menggunakan ekstrak airdalam bentuk infusa daun cengkeh. Jumlah larva yangdigunakan sebanyak 400 ekor dengan 4 perlakuan (5%,10%, 15% dan 20%) ditambah 1 kontrol. Masing-masingkelompok perlakuan berisi 20 ekor larva dan dilakukan 4kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap selang waktu 3jam selama 15 jam dan dihitung jumlah larva yang mati.Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas ekstrakdaun cengkeh varietas afo terhadap larva Anophelessubpictus terjadi pada menit ke 10 setelah perlakuandengan konsentrasi 80% dengan tingkat kematian mencapai33,3% dan semakin meningkat seiring lamanya waktuaplikasi. Konsentrasi infusa daun cengkeh 20% efektifterhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti pada 3 jampertama aplikasi, dan mencapai kematian larva 85% pada

Page 46: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 125

aplikasi selama 15 jam. Cengkeh varietas afo ternateberpotensi sebagai larvasida untuk penanggulangan vektornyamuk malaria dan DBD.

Aedes aegypti, Anopheles, cengkeh, larvasida

EO-26Pengkajian pemanfaatan amelioran terhadapkedelai di lahan kering Banten

Resmayeti PurbaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Jl. Ciptayasa Km01 Ciruas-Serang 42182, Banten. Tel. +62-254-281055, Fax. +62-254-282507, email: [email protected]

Pengembangan kedelai di lahan kering merupakan salahsatu jawaban dalam meningkatkan produksi kedelai, tetapiproduktivitas kedelai di lahan kering di Banten masihsangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah masihrendahnya produktivtas lahan kering akibat kesuburan harayang rendah. Pemberian amelioran merupakan upaya untukmeningkatkan produktivitas lahan sekaligus peningkatanproduksi kedelai. Telah dilakukan pengkajian pemanfaatanbahan amelioran pada tanaman kedelai di Desa Mekarsari,Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Bantenpada bulan Maret s.d. Juli 2013. Pengkajian dilaksanakanpada lahan kering milik petani dengan susunan perlakuanpemberian amelioran: (i) pupuk kandang ayam, (ii)dolomit, (iii) petroganik dan (iv) pola petani tanpapemberian amelioran, masing-masing perlakuan diulang 7kali. Varietas kedelai yang digunakan adalah Anjasmoro.Budidaya kedelai dilaksanakan dengan menerapkanPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai di lahankering. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil kedelaitertinggi diperoleh pada perlakuan amelioran pupukkandang ayam sebesar 2,4 t/ha, lebih tinggi dibandingdengan hasil pola petani sebesar 1.5 t/ha, sehingga terjadipeningkatan hasil kedelai sebesar 900 kg/ ha. Keuntunganyang diperoleh dari perlakuan amelioran pupuk kandangayam lebih tinggi Rp. 8.200.000/ha dibanding dengankeuntungan perlakuan pola petani Rp 3.800.000/ha, atauterjadi peningkatan keuntungan Rp. 4.400.000/ha. Manfaatamelioran di lahan kering dapat meningkatkan hasil dankeuntungan usahatani, sehingga berdampak padaswasembada pangan kedelai yang berkelanjutan.

Amelioran, hasil, kedelai

EO-27Upaya peningkatan produksi tanaman jagungmenggunakan teknik irigasi otomatis di lahankering Kabupaten Lombok Barat, Nusa TenggaraBarat

Popi Rejekiningrum♥, Budi KartiwaBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Jl. Tentara Pelajar

No.1A, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Tel. +62-251-312760, email:[email protected]

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman jagung dilahan kering terkendala oleh keterbatasan ketersediaan airkarena belum optimalnya pemanfaatan potensi ketersediaanair. Upaya optimalisasi penggunaan air memerlukaninformasi potensi ketersediaan air dan kebutuhan airtanaman untuk penentuan pola tanamnya. Penelitianbertujuan untuk: (i). Mengidentifikasi karakteristik sumberdaya air (ketersediaan dan kebutuhan), (ii) Menyusundesain pengelolaan air, dan (iii).Mengembangkan teknologiirigasi berdasarkan karakteristik sumber daya air.Berdasarkan informasi ketersediaan air, maka didesainteknologi irigasi otomatis big gun sprinkler sebagai irigasisuplementer pada berbagai varietas tanaman jagung(Srikandi Kuning, Sukmaraga, Bima-3, Bisma, danLamuru). Kebutuhan air tanaman dianalisis berdasarkankebutuhan air tanaman menurut model neraca air tanamanFAO, metode ini menghitung kebutuhan air tanamandengan mempertimbangkan karakteristik fisik tanah sertakedalaman perakaran setiap fase pertumbuhan tanaman.Berdasarkan model neraca ketersediaan-kebutuhan airdihitung kebutuhan irigasi (volume dan interval) untukberbagai varietas tanaman jagung yang dikembangkan.Hasil analisis volume dan interval irigasi menunjukkanbahwa total irigasi yang diberikan pada tanaman jagungyang ditanam pada awal MK-2 pada Juli selama fasepertumbuhannya (105 hari) sebesar 524 mm. Intervalirigasi diberikan setiap 10 hari dengan volume irigasiberkisar antara 34 menit sampai 1 jam 56 menit. Denganirigasi suplementer menggunakan big gun sprinkler akanmenghemat tenaga dan waktu untuk irigasi, sehinggaefisiensi penggunaan air meningkat jika dibanding denganirigasi konvensional.Tanaman jagung varietas Bima-3sangat potensial untuk dikembangkan karena mempunyaipotensi produksi yang relatif tinggi yaitu 4,51 ton/ha dandapat memproduksi biomasa lebih banyak, yaitu sebesar2,66 ton/ha dibandingkan varietas Srikandi Kuning,Sukmaraga, Bisma, dan Lamuruyang mempunyai produksiberkisar 3,19-4,01 ton/ha dan biomassa 1,61-2,56 ton/ha.

Irigasi otomatis, jagung, lahan kering, Lombok Barat

EP-01Keragaan hubungan panjang berat dua spesiesikan Rasbora argyrotaenia dan Rasbora trilineata

Mochammad Zamroni♥, Siti Zuhriyyah Musthofa,NurhidayatBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, ♥email: [email protected]

Ikan rasbora, Rasbora argyrotaenia dan Rasbora trilineatamerupakan dua spesies ikan yang berasal dari Indonesia.Ikan ini hidup bergerombol dan merupakan salah satu jenisikan hias untuk akuaskaping. Penelitian mengenai

Page 47: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135126

hubungan panjang berat penting untuk dilakukan, untukmengetahui dan mengevaluasi pola pertumbuhan dan faktorkondisi dari setiap spesies dari setiap jenis kelamin.Penelitian ini dilakukan terhadap dua spesies ikan rasbora,yaitu Rasbora argyrotaenia dan Rasbora trilineata, denganjenis kelamin jantan dan betina. Ikan diukur panjang total,panjang standar, dan beratnya kemudian dianalisis denganrumus W=aLb, lalu ditranformasi ke dalam bentukpersamaan regresi linier dengan menarik logaritma ln W =a + b ln L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keduaspesies ikan rasbora ini memiliki pola pertumbuhan yangbervariasi. R. argyrotaenia (jantan dan betina), dan R.trilineata jantan memiliki nilai allometrik negatif,sedangkan R. trilineata betina memiliki allometrik positifdengan faktor kondisi ikan yang tidak berbeda nyata

Betina, hubungan panjang berat, jantan, Rasboraargyrotaenia, Rasbora trilineata

EP-02Budidaya kilemo (Litsea cubeba) untukmendukung kelestarian tanaman dataran tinggipenghasil atsiri

Kurniawati Purwaka Putri♥, Dida Syamsuwida, RinaKurniatyBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Jl. Pakuan,Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16100, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8327768. ♥email: [email protected]

Kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) merupakan jenis pohonindigen yang tumbuh liar di daerah pegunungan. Dalamrangka kelangsungan jenis kilemo sebagai salah satusumber plasma nutfah penghasil minyak atsiri potensialdiperlukan upaya regenerasi buatan (budidaya). Naskah inibertujuan menyajikan informasi dan teknik budidayatanaman kilemo. Metode yang digunakan meliputipengamatan langsung pembungaan dan pembuahan,pengukuran potensi produksi buah, metode pengujian fisikdan fisiologis benih, metode perkecambahan danpembibitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kilemodapat berbunga sepanjang tahun, namun masa berbuahterbanyak pada bulan Juli-Agustus. Siklus perkembanganpembungaan dan pembuahan membutuhkan waktu sekitar3-4 bulan. Produksi buah kilemo dari pohon berdiameterberdiameter 4-14,7 cm berkisar 0,12-2,4 kg, sedangkan daripohon berdiameter 14,8-25,3 cm berkisar 0,25-9,8 kg.Berat buah kilemo dalam 1 kg terdapat 26.434 butir benih.Daya berkecambah benih kilemo adalah 73,3% pada kadarair 9-10%. Perendaman dengan larutan asam giberelin(GA3) konsentrasi 200 ppm selama 48 jam meningkatkandaya berkecambah hingga 81%. Penyimpanan benih yangbaik dilakukan di dalam kulkas (7-9ºC) dengan wadahkantong plastik tertutup rapat. Teknik pembibitan kilemodapat dilakukan melalui perbanyakan benih langsungdengan media campuran tanah dan cocopeat (v/v 1:1), asalcabutan dengan tinggi anakan (10-20) cm, stek pucukdengan ukuran 10-12 cm (2-3 ruas), anakan alam tinggi 50cm, stek batang tengah dengan ukuran 7-10 cm dan kultur

jaringan dengan menggunakan tunas apeks serta perlakuansitokinin (BAP, Banzylaminopurin).

Biodiversitas, dataran tinggi, konservasi, Litsea cubeba,minyak atsiri

EP-03Potensi kulit ari kelapa sebagai alternatif bahanpakan ikan

SukarmanBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, email: [email protected]

Kulit Ari Kelapa (KAK) banyak terbuang di pasartradisional dan belum ada pemanfaatannya. Penelitian iniadalah studi awal mengenai proses pengolahan kulit arikelapa dan potensi aplikasinya sebagai bahan pakan.Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kulit arikelapa di pasar tradisional, dikeringkan di bawah terikmatahari, dianalisis proksimat dan membandingannyadengan profil bungkil kelapa. Parameter yang diamatiadalah perbandingan jumlah tepung kulit ari kelapa keringdibandingkan basah (yield), komposisi proksimat danmembandingkan profilnya dengan bungkil kelapa. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa yield yang diperolehsebesar 40%, sedangkan komposisi proksimat adalahsebagai berikut: protein 22,50%, lemak 22,14%, serat kasar29,19%, abu 2,38%, kadar air 5,31% dan BETN sebesar23,79%. Kadar protein lebih tinggi dibandingkan bungkilkelapa (14,87%), demikian pula kadar lemaknya (10,30%);tetapi serat kasarnya lebih baik bungkil kelapa (21,47%).Berdasarkan hal tersebut maka KAK dapat dijadikanalternatif bahan pakan ikan.

Ikan, pakan, paring, proksimat

EP-04Perbaikan kualitas warna ikan Sumatra albino(Puntius tetrazona) menggunakan sumberkarotenoid yang berbeda

SukarmanBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, email: [email protected]

Kualitas warna ikan dalam akuarium merupakan faktoryang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh pemberian sumber karotenoid yangberbeda terhadap kualitas warna ikan Sumatra albino(Puntius tetrazona). Perlakuan yang diujikan adalah pakankontrol (K), pakan cantaxanthin (C), pakan bunga marigold(M) dan pakan astaxanthin (A). Parameter yang diamatiadalah perubahan kualitas warna badan berupa nilai

Page 48: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 127

lightness (L), Chroma (C) dan Hue (H); serta perubahanwarna pada sirip dan ekor. Penilaian warna pada tubuh ikandilakukan menggunakan colorimetry, sedangkan pada siripdan ekor dibandingkan secara visual. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tidak ada perubahan warna pada ikanyang diberi pakan cantaxanthin. Pemberian pakan bungamarigold dan astaxanthin meningkatkan nilai choma danmemperbaiki nilai hue untuk kisaran warna oranye-merah.Secara visual warna sirip dan ekor ikan pada keduaperlakuan pakan terakhir lebih merah dibandingkan kontroldan perlakuan cantaxanthin.

Astaxanthin, cantaxanthin, marigold, warna

EP-05Potensi telur keong (Pamocea canaliculata) sebagaisumber pigment untuk meningkatkan kualitaswarna ikan hias

SukarmanBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, email: [email protected]

Keong mas (Pamocea canaliculata) sampai saat ini masihdianggap sebagai hama pertanian, penggunaanya jugasangat terbatas. Penelitian ini adalah studi pendahuluanmengenai potensi telur keong mas sebagai sumber pigmentuntuk peningkatan kualitas warna ikan hias. Studi literaturdilakukan untuk mengetahui kandungan pigmen yangterdapat dalam telur keong mas. Pengamatan awal terhadaptelur keong mas dilakukan untuk menghitung berat rata-rata dari satu koloni telur keong mas. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa telur keong mas mengandungastxanthin, sama dengan pigment yang digunakan untukmeningkatkan kualitas warna daging ikan salmon, udangdan ikan hias. Hasil studi awal menunjukkan bahwa beratsetiap koloni telur keong mas bervarisasi, didugatergantung dari besarnya induk keong. Namun, kisaranberat telur keong mas dalam satu koloni adalah sebesar 15-50 g. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwatelur keong mas berpotensi sebagai sumber astaxanthinuntuk meningkatkan kualitas warna ikan hias.

Astaxanthin, keong, pigmen, telur

EP-06Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhankangkung darat (Ipomoea reptans) pada sistemrelay-intercropping jagung-sayur umur pendek-padi

Sugiyarto1,♥, Dwi Setya Saputra2, Alfatika Permatasari2

1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126,Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email:

[email protected] Studi Biodiversitas, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir.Sutami36A Surakarta 57126, Jawa Tengah.

Peningkatan produktivitas lahan merupakan bagian pentingdalam menghadapi masalah semakin sempitnyakepemilikan lahan oleh petani. Diversifikasi komoditastanaman pada lahan sempit melalui sistem relay-intercropping perlu dikembangkan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengkaji pengaruh media tanam terhadappertumbuhan dan produktivitas kangkung darat (Ipomoeareptans Poir) sebagai salah satu jenis sayur umur pendekpada sistem relay-intercropping jagung-sayur umurpendek-padi. Percobaan lapangan disusun dalam rancanganacak kelompok dengan perlakuan: kontrol (tanah saja), abusekam, pupuk kandang dan campuran abu sekam denganpupuk kandang. Tanaman sayur ditanam serempak denganjagung pada guludan berbeda dan bersebelahan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pemberian abu sekam,pupuk kandang maupun campuran keduanya memacupertumbuhan kangkung darat lebih cepat dibandingkontrol. Campuran abu sekam dengan pupuk kandangmenunjukkan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhankangkung darat, berturut-turut diikuti perlakuan pupukkandang, abu sekam dan kontrol.

Ipomoea reptans, kangkung darat, lahan sempit, mediatanam, relay-intercropping

EP-07Perbaikan teknologi budidaya jeruk keprokborneo prima dan analisis usahataninyadiKabupaten Berau, Kalimantan Timur

Muhamad Rizal♥, Retno WidowatiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M.Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857, ♥email: [email protected]

Era globalisasi dan pasar bebas telah menciptakan kondisipersaingan pasar yang semakin ketat. Oleh karena itu,pengembangan jeruk yang telah dan akan dilakukan perludiikuti dengan penerapan teknologi budidaya yang baik,agar buah yang dihasilkan mampu bersaing denganproduksi negara lain yang pada saat ini telah banyak dijualdi pasar tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untukmemberikan informasi mengenai perbaikan teknologibudidaya jeruk keprok Borneo Prima dan analisisusahataninya. Penelitian dilaksanakan di Desa Tubaan,Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau, ProvinsiKalimantan Timur pada tahun 2012 s.d. 2013.Pengumpulan data menggunakan metode desk study danfield study, selanjutnya dideskripsikan dan dianalisis secarakualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikanteknologi budidaya yang tepat telah meningkatkanproduktivitas jeruk yang dihasilkan. Secara keseluruhan,pada tahun 2012 produksi buah jeruk di Kabupaten Berausebanyak 478 ton dan tahun 2013 meningkat menjadi 1.768ton. Sedangkan pendapatan petani melalui perbaikan

Page 49: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135128

teknologi adalah Rp. 4.085.000,-atau nilai R/C ratiosebesar 1,57. Penerapan perbaikan teknologi budidayajeruk di Berau memberikan nilai tambah dan daya saingkomoditas hortikultura jeruk di Kalimantan Timur.

Berau, jeruk keprok Borneo Prima, teknologi budidaya

EP-08Perbaikan teknologi budidaya pisang kepok dananalisis usahataninya di Kabupaten Kutai Timur,Kalimantan Timur

Retno Widowati, Muhamad Rizal♥

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M.Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857, ♥email: [email protected]

Potensi usahatani komoditas hortikultura khususnya pisangdi Kalimantan Timur mempunyai prospek yang lebih cerahdikembangkan dibandingkan dengan komoditas buahlainnya, baik dalam bentuk segar maupun olahan, karenaKalimantan Timur merupakan salah satu daerah sentraproduksi pisang. Namun, fakta di lapangan menunjukkansemakin rendahnya mutu buah pisang yang dihasilkan,karena tidak diikuti dengan aplikasi teknologi budidayayang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikaninformasi mengenai perbaikan teknologi budidaya pisangkepok dan analisis usahataninya. Penelitian dilaksanakan diDesa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten KutaiTimur, Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2012.Pengumpulan data menggunakan metode desk study danfield study, selanjutnya dideskripsikan dan dianalisis secarakualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologibudidaya yang tepat dapat meningkatkan kualitas danproduktivitas pisang yang dihasilkan. Melalui perbaikanteknologi, petani memperoleh keuntungan Rp. 6.371.000,-atau nilai R/C ratio sebesar 2,00. Penerapan perbaikanteknologi budidaya pisang di Kutai Timur memberikannilai tambah dan daya saing komoditas hortikultura pisangdi Kalimantan Timur.

Kutai Timur, pisang kepok, teknologi budidaya

EP-09Prospek pengembangan buah Lai (Duriokutejensis) sebagai varietas unggul lokal diKabupaten Kutai Kartanegara, KalimantanTimur

Retno Widowati1, Muhamad Rizal1,♥, Agus Supriyono2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M.Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857, ♥email: [email protected] Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kahutanan (BP3K),Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Tanaman Durio kutejensis (Hass.) Becc, dikenal dengannama lai. Tanaman ini merupakan salah satu kerabat durianyang cukup prospektif untuk dikembangkan sebagaikomoditas unggul Kalimantan Timur. Prospek komoditaslai sangat baik mengingat permintaannya terus meningkatdan pesaingnya terbatas, karena hanya dapat tumbuh danberproduksi dengan baik di Provinsi Kalimantan Timur.Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasimengenai prospek pengembangan lai mahakam sebagaisalah satu varietas unggul lokal di Kalimantan Timur.Penelitian dilaksanakan di Desa Batuah, Kecamatan LoaJanan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi KalimantanTimur pada tahun 2014. Pengumpulan data menggunakanmetode desk study dan field study, selanjutnyadideskripsikan dan dianalisis secara kualitatif. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga varietas buahlai (lai batuah, lai kutai dan lai mahakam) yangdibudidayakan di lokasi penelitian tersebut dan memilikikeunggulan masing-masing serta sangat disukai olehberbagai konsumen baik di dalam negeri bahkan sampai keluar negeri. Berdasarkan sampel buah lai mahakam yangdikirim pada musim 2009/2010, konsumen dan pelakuusaha di Singapura menunjukkan respon yang cukup baikdan berminat untuk melakukan transaksi secara kontinyu.

Buah Lai, Kutai Kartanegara, prospek, varietas unggul

EP-10Heat unit (akumulasi panas) untuk penentuan fasepertumbuhan dan perkembangan tanamansayuran

SuciantiniBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian danPengembangan Kementerian Pertanian. Jl. Tentara Pelajar No. 1ACimanggu, Kota Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia. Tel. +62-251-8312760, Fax. +62-251-8323909, email: [email protected].

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua prosesyang sangat berkaitan pada makhluk hidup. Pada tanaman,terutama tanaman semusim, pertumbuhan merupakanperubahan ukuran, sedangkan perkembangan merupakanproses perubahan fase tanaman. Semua unsur iklimberpengaruh pada pertumbuhan, sedangkan unsur yangdominan pada perkembangan terutama suhu dan panjanghari. Heat unit merupakan akumulasi panas. Perhitunganheat unit pada suatu tanaman semusim dihitung dariperiode pertumbuhan, perkembangan hingga panen. Tujuanpenulisan ini adalah untuk menentukan akumulasi satuanpanas dari sayuran yang ditanam pada beberapa wilayah.Data cuaca yang digunakan untuk perhitungan adalah datasuhu udara, suhu minimum dan maksimum, kelembabanrelatif serta lama penyinaran. Fase perkembangan antaramasing-masing kejadian fenologi dihitung denganmenggunakan persamaan berdasarkan Handoko (1994).Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa terdapat variasiwaktu panen sesuai ketinggian wilayah. Pada wilayahdataran rendah umur tanaman lebih pendek daripada di

Page 50: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 129

dataran tinggi, karena akumulasi panas lebih cepat tercapaidi dataran rendah.

Akumulasi panas, heat unit, sayuran

EP-11Identifikasi produksi mangga di Jawa Baratberdasarkan kondisi iklim

SuciantiniBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian danPengembangan Kementerian Pertanian. Jl. Tentara Pelajar No. 1ACimanggu, Kota Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia. Tel. +62-251-8312760, Fax. +62-251-8323909, email: [email protected].

Produksi buah-buahan ditentukan oleh kecocokan terhadapkondisi iklim/lingkungan, selain oleh kondisi internal.Demikian pula halnya pada tanaman mangga, produksimangga ditentukan oleh kondisi iklim terutama curahhujan, karena mangga memerlukan kondisi kering ataustres air untuk terjadinya pembungaan dan pembuahan.Namun, kekurangan air pada fase-fase inipun dapatmenyebabkan kerontokan dan mengeringnya bunga danbuah-buah kecil atau bakal buah. Kondisi iklim yang sesuaimemungkinkan produksi yang optimal. Oleh sebab itu,dengan memperhatikan kondisi iklim yang dikorelasikandengan produksi mangga, dapat diketahui wilayah-wilayahyang sesuai, untuk pengembangan sentra mangga. Tujuanpenulisan ini adalah untuk mengidentifikasi penyebaranproduksi mangga di Jawa Barat ditinjau dari kondisi iklim.Data cuaca yang digunakan terutama data curah hujan,yang ditunjang dengan data suhu udara, kelembaban relatifserta lama penyinaran. Data curah hujan dikelompokkan kedalam bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan hasilyang diperoleh diketahui bahwa untuk fase pembungaanmangga diperlukan lingkungan yang tidak terlalu basah.Dilihat dari penyebaran data produksinya, ada beberapakabupaten di Jawa Barat yang berpotensi untukpengembangan mangga.

Iklim, Jawa Barat, mangga, produksi

EP-12Dukungan kelestarian keanekaragaman melaluiadaptasi pemeliharaan ikan sumpit (Toxotes sp.)ex-situ

Tutik Kadarini♥, Siti SubandiyahBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, KementerianKelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, ♥email: [email protected]

Ikan sumpit (Toxotes sp.) termasuk ikan yang hidup di airpayau dan memiliki kebiasaan unik mendapatkan makandengan menyemburkan air hingga mencapai satu meter.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toleransipemeliharaan ikan sumpit (Toxotes sp.) di luar habitat.

Penelitian dilakukan di Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Ikan Hias Depok. Perlakuan yang digunakanpada tahap awal media salinitas berbeda (0,4,8,12, 16 ppt)dan tahap berikutnya pakan buatan untuk ikan yangdipelihara di kolam. Parameter yang diamati adalahkualitas air, pertumbuhan dan sintasan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ikan sumpit mempunyai toleransiyang sangat luas pada media air mulai salinitas 0-16 pptdan sangat merespon pakan buatan.

Adaptasi, ikan sumpit, keanekaragaman, Toxotes, ex situ

EP-13Hubungan iklim terhadap populasi hama danmusuh alami pada varietas padi unggul baru

Trisnaningsih♥, Nia KurniasihBalai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang41256, Jawa Barat. Tel.: +62-260-520157. Fax.: +62-260-520158. ♥email:[email protected]

Pertanaman padi di lapangan sering diserang oleh berbagaihama, di antara hama yang menyerang wereng coklatmerupakan hama utama. Serangan wereng coklat padapertanaman padi dapat menimbulkan kerugian yang sangatbesar, sehingga produksi berkurang dan dapatmempengaruhi produksi beras nasional. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui hubungan iklim denganpopulasi hama dan musuh alaminya pada varietas padiunggul baru. Penelitian dilaksanakan pada MT I 2011, diKebun Percobaan (KP) Sukamandi dan KP Pusakanegara,Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan pengamatanpopulasi hama dan musuh alaminya pada areal pertanamanpadi varietas Ciherang seluas 0,25 ha. Pengamatandilakukan pada sampel dengan menghitung hama utama:penggerek batang padi; seluruh jenis wereng (werengcoklat; wereng punggung putih; wereng hijau) sertalembing batu dan ulat grayak. Juga diamati musuhalaminya, yaitu: laba-laba (Pardosa pseudoannulata,Tetragnatha sp. Callitrichia sp.), Cyrtorhinus lividipennis,Paederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata, dan Coccinellaarcuata, dan hasil panen. Diamati juga data cuaca/ iklim,antara lain kelembaban, suhu, dan curah hujan. Datadianalisis dan dihitung hubungan antara hama dan musuhalaminya serta hubungannya dengan keadaan cuaca. Hasilpenelitian pada MT I, percobaan yang dilakukan bulanMei-Juli, jenis hama utama yang ditemui adalah penggerekbatang padi dan wereng coklat dengan serangan danpopulasinya rendah. Musuh alaminya adalah: laba-laba,Paederus, Ophionea, Coccinella dan Cyrtorhinuspopulasinya rendah; Faktor iklim yang mempengaruhipopulasi hama dan musuh alami pada pengamatan dilapangan adalah suhu, kelembaban, curah hujan dan angin.

Hama padi, iklim, musuh alami

Page 51: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135130

EP-14Resurgensi insektisida Karbofuran 3% terhadaphama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens)pada tanaman padi sawah

TrisnaningsihBalai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang41256, Jawa Barat. Tel.: +62-260-520157. Fax.: +62-260-520158. ♥email:[email protected]

Penelitian laboratorium mengenai resurgensi wereng coklat(Nilaparvata lugens) terhadap insektisida Karbofuran 3%telah dilakukan di Bogor pada Juni-Oktober 2013.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhinsektisida Karbofuran 3% terhadap resurjensi hamawereng batang coklat. Rancangan percobaan dilakukandengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5perlakuan dan 5 ulangan. Prosedur percobaan dilakukansesuai standar menurut komisi pestisida. Hasil percobaanmenunjukkan bahwa Karbofuran 3% tidak menyebabkanresurgensi terhadap wereng coklat.

Karbofuran 3%, resurgensi, tanaman padi, wereng coklat

EP-15Keragaan produktivitas varietas jagung padamusim hujan di lahan kering dataran tinggiKabupaten Bandung, Jawa Barat

Taemi Fahmi, Endjang Sujitno♥

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Jl. Kayuambon80, PO Box 8495, Lembang, Bandung Barat 40391, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2786238, 2789846, Fax.: +62-22-2786238, ♥email:[email protected], [email protected]

Produktivitas yang dihasilkan oleh suatu tanaman sangatbergantung pada kemampuan adaptasi varietas yangdigunakan terhadap kondisi dan karakteristik lingkungandimana tanaman tersebut diusahakan. Penyebab masihrendahnya tingkat produktivitas tanaman khususnya jagungyang diusahakan di lahan kering dataran tinggi diKabupaten Bandung, Jawa Barat adalah akibat dariketidaksesuaian pemilihan varietas jagung yang digunakan.Untuk mengetahui keragaan produktivitas beberapavarietas jagung yang diusahakan di lahan kering datarantinggi di Kabupaten Bandung dilaksanakan pengkajianmengenai penggunaan beberapa varietas jagung yangdiusahakan di lahan kering dataran tinggi di KabupatenBandung. Pengkajian dilaksanakan di Desa Citaman,Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung pada bulanNovember 2013 s.d. Februari 2014. Pengkajianmenggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan5 perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 5 kali.Perlakuan yang digunakan adalah varietas jagung yangterdiri dari Varietas Bima 2, Bima 5, NK 22, Bisma danvarietas lokal dengan petani sebagai ulangan. Hasil kajianmenunjukkan bahwa produktivitas varietas unggul barumenunjukkan perbedaan yang nyata dengan kisaran

produktivitas antara 6,290-6,32 t/ha dibanding denganproduktivitas varietas lokal dengan produktivitas sebesar3,716 t/ha, sedangkan diantara varietas unggul baru tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata.

Jagung, lahan kering, produktivitas, varietas

EP-16Respon berbagai varietas terhadap produksitomat di halan kering dataran tinggi KabupatenGarut, Jawa Barat

Endjang Sujitno, Meksy Dianawati♥

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Jl. Kayuambon80, PO Box 8495, Lembang, Bandung Barat 40391, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2786238, 2789846, Fax.: +62-22-2786238, ♥email:[email protected]

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tomat adalahdengan penggunaan varietas unggul baru. Tujuan penelitianini adalah mengetahui respon berbagai varietas unggul baruterhadap produksi tomat di lahan kering dataran tinggiKabupaten Garut, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan diDesa Ranca Salak, Kecamatan Kadungora, KabupatenGarut, Jawa Barat pada ketinggian 900 m dpl dari Januaris.d. Mei 2015. Percobaan dilaksanakan di lahan keringdengan jenis tanah andisol. Penelitian dilaksanakan denganrancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan varietas dan6 ulangan dengan petani sebagai ulangan. Perlakuanvarietas yang diuji adalah Warani, Maya, Marta, danPermata. Data dianalisis dengan Anova dan dilanjutkandengan uji contras ortogonal dan uji korelasi pada P<0.05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi buah per ha,bobot per buah, lebar buah, dan panjang buah varietaskelompok buah ukuran besar (Warani dan Maya) nyatalebih tinggi, tetapi jumlah buah per tandan nyata lebihrendah dibandingkan varietas kelompok buah ukuran kecil(Amarta dan Permata). Peubah yang berpengaruh terhadapproduksi buah per ha adalah jumlah buah per tandansebesar 75%, dimana semakin banyak produksi buah per hanyata dapat mengurangi jumlah buah per tandan.

Produksi, tomat, varietas

EP-17Keripik kangkung rasa paru sebagai produkolahan guna meningkatkan nilai tambah

Sri Lestari♥, Yati Astuti, Syahrizal MuttakinBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Jl. Ciptayasa Km01 Ciruas-Serang 42182, Banten. Tel. +62-254-281055, Fax. +62-254-282507, ♥email: [email protected]

Salah satu produk hortikultura yang memiliki banyakpenggemar adalah kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.).Dukungan inovasi teknologi pengolahan diperlukan untukmeningkatkan nilai tambah produk kangkung. Tujuan

Page 52: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 131

penelitian ini adalah untuk menguji secara organoleptikkeripik kangkung rasa paru serta menganalisis kelayakanusaha pengolahan keripik kangkung rasa paru. Penelitiandilakukan di Laboratorium Pascapanen Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Banten pada bulan Maret-April 2015. Rancangan penelitian yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan, yaitukomposisi tepung beras 100% (sampel A), tepung beras75%:tepung pati singkong 25% (sampel B) dan tepungberas 50%:tepung pati singkong 50% (sampel C).Pengujian dilakukan oleh 30 orang panelis semi terlatihterhadap sifat organoleptik yang meliputi uji hedonikterhadap warna, aroma, tekstur dan rasa serta kesimpulanproduk yang paling disukai. Analisis data menggunakanmetode ANOVA dan jika berbeda nyata dilanjutkandengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwapada ketiga perlakuan, untuk parameter warna aroma danrasa tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.Untuk parameter tekstur menunjukkan berbeda nyata antarasampel A dan sampel C yaitu dengan skor kesukaantertinggi pada sampel A dengan skor 5,1 (agak suka sampaisuka). Untuk kesukaan produk secara umum, 53,3% panelismenyukai sampel A; 20% panelis menyukai sampel B serta26,7% panelis menyukai sampel C. Usaha pengolahankeripik kangkung rasa paru secara finansial layakdilakukan karena memiliki nilai Gross B/C sebesar 1,77.

Keripik, kangkung, paru

EP-18Daya kecambah dan multiplikasi tunas in vitrosengon (Paraserianthes falcataria) unggul benihsegar dan yang disimpan selama empat tahun

Dody Priadi♥, N. Sri HartatiPusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor16911, Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, ♥email:[email protected]

Ketersediaan bibit yang berkualitas sangat mendukungproduktivitas sektor kehutanan maupun untuk revegetasilahan marginal. Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) merupakan salah satu jenis tanaman kehutananyang sangat potensial untuk dikembangkan. Bibitkehutanan unggul dapat diperoleh dari pohon induk yangberkualitas atau memenuhi persyaratan sebagai pohonunggul. Pada penelitian ini telah dilakukan percobaanproduksi bibit sengon secara in vitro dengan eksplan bijiyang dikoleksi dari pohon sengon plus. Daya kecambahbenih segar (baru diunduh) dibandingkan dengan benihyang disimpan selama empat tahun secara in vitro. Hasilmenunjukkan bahwa daya kecambah in vitro benih segarmencapai 92,08% , sedangkan benih yang disimpan selama4 tahun pada lemari pendingin adalah sebesar 90% ataumengalami penurunan daya kecambah sebesar 2,08%.Kecepatan multiplikasi dalam waktu 3 bulan menggunakanruas batang kecambah in vitro asal eksplan benih segaradalah 2,1 kali, sedangkan dari eksplan benih yang

disimpan selama 4 tahun adalah 4,8 kali. Produksi bibitunggul sengon secara in vitro diharapkan dapat mendukungpenyediaan benih secara massal dengan waktu yang lebihcepat.

Daya kecambah, multiplikasi tunas, in vitro, Paraserianthesfalcataria, sengon

EP-19Pertumbuhan bibit Alpinia malaccensis padavariasi kerapatan tanam

Reza Ramdan Rivai♥, Fitri Fatma WardaniPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13,P.O. Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187,♥email: [email protected].

Alpinia malaccensis merupakan jenis tanaman dari sukuZingiberaceae yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan bakuobat maupun tanaman hias. A. malaccensis masih belumbanyak dibudidayakan oleh petani. Fase bibit merupakansalah satu tahap kritis dalam membudidayakan tanaman.Kompetisi antar bibit dalam memperoleh asupan nutrisi, airmaupun cahaya diduga menjadi salah satu faktor pembataspertumbuhan A. malaccensis di pembibitan. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mendapatkan kerapatan tanamyang tepat dalam menumbuhkan bibit A. malaccensis.Penelitian dilaksanakan di Rumah Paranet, LaboratoriumTreub, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tigapengulangan. Bibit A. malaccensis ditanam pada bakplastik ukuran (40 x 30 x 15) cm3. Faktor yang diujikanadalah kerapatan tanam yang terdiri atas 4, 6 dan 8 bibit perbak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahantinggi dan jumlah daun bibit A. malaccensis tidak berbedanyata pada setiap perlakuan kerapatan tanam yang diujikan.Setiap tanaman dapat tumbuh baik pada kerapatan tanam 4,6 dan 8 bibit per bak.

Alpinia malaccensis, bibit, kerapatan tanam, pertumbuhan

EP-20Pemetaan paten terdaftar berdasarkanpemanfaatan sumber daya hayati di LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Andi Budiansyah♥, Reza Ramdan Rivai1 Pusat Inovasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. RayaBogor KM 47, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Tel./Fax. +62-21-87917221 ♥email: [email protected] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. JuandaNo. 13, P.O. Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat.

Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan salahsatu perlindungan atas kekayaan intelektual, salah satunya

Page 53: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135132

adalah paten. Paten mempunyai peran untuk melindungiteknologi yang dihasilkan oleh peneliti. Selain itu, patendapat digunakan sebagai alat diseminasi ilmu pengetahuan.Perlindungan kekayaan sumber daya hayati Indonesia,sebagai negara mega biodiversitas merupakan hal yangpenting dilakukan oleh lembaga penelitian danpengembangan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) sebagai salah satu lembaga penelitian terbesar diIndonesia, telah mengkaji dan mendiseminasikan hasilpemanfaatan sumber daya hayati untuk digunakan olehpihak terkait, seperti masyarakat, pemerintah dan industri.Pada akhir tahun 2014, LIPI telah mendaftarkan 368 patenyang terdiri atas 32% di bidang hayati. Tujuan penelitianini adalah untuk memetakan jenis paten yang dibuatberdasarkan pemanfaatan sumber daya hayati. Metodeyang digunakan pada penelitian ini adalah analisisdeskriptif berdasarkan database paten di Pusat Inovasi LIPIdari tahun 1991-2014. Hasil penelitian menunjukkan 37%paten termasuk ke dalam paten yang dimanfaatkan sebagaipangan.

Hak atas Kekayaan Intelektual, hayati, LIPI, paten

EP-21Diversitas jamur pangan terhadap kandunganbeta-glukan dan manfaatnya terhadap kesehatan

Donowati TjokrokusumoPusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.Gedung 2, BPP Teknologi , Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340.Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316 9510, ♥email:[email protected]

Keanekaragaman hayati jamur pangan (edibel), baik dalambentuk keanekaragaman morfologi maupun kandunganmetabolit sekundernya merupakan modal yang sangatberharga untuk kelangsungan hidup mahkluk lain. Kajianini bertujuan untuk menelaah diversitas jamur, yaitu: jamurtiram (Pleurotus ostreatus), jamur shiitake (Lentinusedodes), dan jamur merang (Volvaria volvaceae), terhadapkandungan beta glukan dan manfaatnya bagi kesehatan.Kajian dilakukan berdasarkan studi literatur dan analisiskandungan beta glukan jamur dengan menggunakannmetode Megazyme. Hasil analisis menunjukkan bahwakadar beta glukan larut dalam air dari jamur tiram, jamurshiitake dan jamur merang menunjukkan secara berurutan36,76%; 43,87% dan 11,00%. Hasil studi menyatakanbahwa jamur pangan memiliki ciri khas dalam halkandungan beta glukan dan pengaruhnya terhadapkesehatan dalam mendukung imunitas dan pencegahanpenyakit degeneratif.

Diversitas, jamur pangan, kesehatan, penyakit degeneratif

EP-22Kajian aplikasi pupuk hayati pada tanaman padisawah di Banten

Resmayeti PurbaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Jl. Ciptayasa Km01 Ciruas-Serang 42182, Banten. Tel. +62-254-281055, Fax. +62-254-282507, ♥email: [email protected]

Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus di lahansawah menyebabkan menurunnya produktivitas dankualitas tanah sawah di Banten. Penurunan produktivitastanah sawah menyebabkan produksi tanaman padi kurangoptimal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui respontanaman padi sawah dengan pemberian pupuk hayati.Kegiatan dilakukan di Kabupaten Serang dan Pandeglang,Banten di lahan petani pada bulan Oktober 2014 sampaiJanuari 2015. Jenis pupuk hayati yang diaplikasikan padatanaman padi sawah adalah Probio, Biovam, dan Agrimeth,yang diaplikasikan waktu persemaian benih dan umur 2, 6dan 8 minggu. Hasil pengkajian menunjukkan bahwapupuk hayati yang diaplikasikan pada tanaman padi sawahmemberikan tinggi tanaman, jumlah anakan, panjangmalai, jumlah gabah/malai, bobot 1.000 butir dan hasilgabah lebih tinggi dari pada tanpa pupuk hayati.Produktivitas padi sawah dengan aplikasi pupuk hayatiAgrimeth rata-rata 6,38 t/ha sedangkan tanpa Agrimethrata-rata 5,77 t/ha. Produktivitas padi sawah denganaplikasi Biovam rata-rata 6,13 t/ha dan tanpa Biovam 5,88t/ha. Produktivitas padi sawah dengan aplikasi Probio rata-rata 6,23 t/ha dan tanpa Probio 5,69 t/ha. Produktivitas padisawah dengan aplikasi tiga jenis pupuk hayati rata rata-rata6,24 t/ha sedangkan tanpa pupuk hayati 5,87 t/ha, berartipenggunaan pupuk hayati dapat meningkatkanproduktivitas padi sawah 0,37 t/ha. Penggunaan pupukhayati perlu dikembangkan agar produktivitas lahanmeningkat, sehingga dapat memberikan hasil padi sawahyang optimal untuk mendukung swasembada panganberkelanjutan.

Padi sawah, produktivitas, pupuk hayati

EP-23Reduksi kadar oksalat pada talas lokal bantenmelalui perendaman dalam air garam

Syahrizal Muttakin♥, Muharfiza, Sri LestariBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Jl. Ciptayasa Km01 Ciruas-Serang 42182, Banten. Tel. +62-254-281055, Fax. +62-254-282507, ♥email: [email protected]

Talas lokal Banten atau lebih dikenal dengan nama talasbeneng (Xanthosoma undipes K. Koch) memiliki umbiyang dapat mencapai berat 20 kg dalam umur 2 tahun.Bahan pangan dari jenis umbi ini memiliki potensi sebagaibahan pangan lokal substitusi beras dan tepung terigu.Salah satu kekurangan jenis talas ini adalah tingginyakandungan oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal ditenggorokan setelah dikonsumsi serta bersifat antinutrisibagi tubuh manusia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkajipengaruh jumlah dan lama perendaman larutan air garamuntuk mereduksi kandungan oksalat di talas beneng.Penelitian dilakukan di Laboratorium Pascapanen BPTP

Page 54: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 133

Banten, Serang dan Balai Besar Penelitian danPengembangan Pascapanen, Bogor pada Agustus-Oktober2012. Sampel perlakuan terdiri dari talas beneng budidayadan liar dilakukan perendaman dalam larutan garam 10%,20% dan 30% dengan lama perendaman masing-masing 2dan 3 jam. Hasil uji kandungan oksalat memperlihatkanbahwa dari 14 sampel pengujian reduksi kadar oksalat,perlakuan talas beneng budidaya dengan perendamanselama 120 menit menggunakan air garam 10%menghasilkan kadar oksalat yang terendah yaitu sebesar1600 ppm (tereduksi 51,5%). Hasil pengkajian ini dapatmenjadi panduan bagi petani untuk meningkatkan mutuproduk olahan talas beneng yang rendah kadar oksalat.

Air garam, oksalat, talas beneng

EP-24Keragaan tanaman di pekarangan pada lokasiKawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untukmendukung pangan keluarga di KabupatenTangerang

Silvia Yuniarti♥, Rina Sinta WatiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten. Jl. Ciptayasa Km01 Ciruas-Serang 42182, Banten. Tel. +62-254-281055, Fax. +62-254-282507, ♥email: [email protected]

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya panganbagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermindari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupunmutunya, aman, beragam, bergizi dan terjangkau serta tidakbertentangan dengan agama, keyakinan, dan budayamasyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktifsecara berkelanjutan. Salah satu upaya untuk meningkatkanketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat diawalidengan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dilingkungannya, yaitu pekarangan. Lahan pekarangan yangdikelola dengan optimal dan keanekaragaman jenistanaman akan mampu menyediakan bahan pangan dan giziyang diperlukan secara berkelanjutan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenistanaman yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT)dalam rangka memenuhi pangan gizi keluarga. Kegiatan inidilaksanakan di lokasi Kawasan Rumah Pangan Lestari(KRPL) Komplek Perumahan Bukit Gading Balaraja,Kabupaten Tangerang tahun 2014. Metode yang digunakanadalah survey pada KWT yang tergabung dalam kegiatanKRPL. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekarangan masukdalam tipe Strata 1 dimana pekarangan yang dapatdimanfaatkan hanya teras karena termasuk pekarangansempit. Karakteristik KWT pada lokasi ini memiliki rata-rata umur 27-40 tahun dengan tingkat pendidikan SMA.Jenis tanaman yang diusahakan, yaitu cabe, kangkung,caisim, kembang kol, kubis, terong dan seledri. Denganadanya pemanfaatan pekarangan ini terpenuhinya gizi yangdikonsumsi keluarga secara mudah dan terjangkau dalamjumlah yang cukup dan berkelanjutan.

Kabupaten Tangerang, keragaan tanaman, ketahananpangan, KRPL, pekarangan

EP-25Adaptasi beberapa varietas unggul padi diDataran Tinggi Lore UtaraKabupaten Poso, Sulawesi Tengah

Saidah♥, Irwan Suluk P., Abdi NegaraBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Jl.

Lasoso 62 Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tel. +62-451-482546. ♥email: [email protected]

Tujuan kajian ini adalah mengetahui tingkat adaptasivarietas unggul padi di Dataran Tinggi Lore UtaraKabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi kajiandi desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.Terdapat lima varietas yang diuji, yaitu Inpari 16, Inpari23, Inpari 24, Inpari 27, Inpari 24 dan sebagai pembandingadalah varietas lokal (Superwin dan Kamba). Setiapvarietas diulang tiga kali, dimana petani sebagai ulangan.Luasan kajian +1,0 hektar. Analisis data menggunakanrata-rata. Hasil pengujian menunjukkan Inpari 16 danInpari 24 memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengantiga varietas unggul lainnya, yakni masing 7,71 t/ha GKPdan 7,50 t/ha GKP. Apabila dibandingkan dengan varietaslokal, produktivitas varietas unggul jauh lebih tinggi, yaituberkisar 2,8-5,71 t/ha.

Adaptasi, dataran tinggi, padi, varietas

EP-26Kajian adaptasi beberapa klon sebagai bahansambung samping kakao di Sulawesi Tengah

Saidah1,♥, Abdi Negara1, Sahardi2

1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Jl.Lasoso 62 Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tel. +62-451-482546. ♥email: [email protected] Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Jl. PerintisKemerdekaan Km. 17,5 Makassar-Sulawesi Selatan Telp. +62-411-556449

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi penghasilkakao (Theobroma cacao) terbesar di Indonesia.Komoditas kakao menjadi komoditas unggulan di SulawesiTengah, sehingga dapat memberikan berfungsi ganda yaknisebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatanasli daerah (PAD). Di Sulawesi Tengah, luas arealpertanaman kakao pada tahun 2009 mencapai 225.926 hayang terdiri dari 400 ha perkebunan besar dan 225.526 haperkebunan rakyat. Masalah yang dihadapi oleh petaniadalah sebagian besar umur kakao lebih 15 tahun dantingginya serangan hama/penyakit. Sambung sampingmerupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahantersebut. Tujuan kajian ini adalah mencari klon adaptifuntuk dijadikan bahan sambung samping guna perbaikanmutu kakao. Metode yang digunakan adalah Rancangan

Page 55: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

ABS SEM NAS MASY BIODIV INDON, Bandung, 13 Juni 2015, hal. 91-135134

Acak Kelompok. Jumlah ulangan empat unit. Terdapatenam klon yang digunakan, yaitu ICCRI 03, ICS60,TSH858, UIT 1, Sulawesi 1 dan Sulawesi 2. Hasil kajianmenunjukkan tingkat keberhasilan sambung samping94,4%. Klon yang memiliki tingkat keberhasilan sambungsamping tinggi adalah Sulawesi 1, Sulawesi 2, UIT 1 danTSH 858, sedangkan klon ICCRI 03 memiliki tingkatkeberhasilan sambung samping yang lebih rendah dari limaklon yang lain. Dari enam klon yang dikaji, hanya ada duaklon yang memiliki pertumbuhan dan hasil yang baik dandisukai petani, yaitu Sulawesi 1 dan Sulawesi 2.

Adaptasi, kakao, klon, sambung samping

EP-27Tanggapan hama penggerek buah kakaoConopomorpha cramerella terhadap seks feromondan intensitas serangannya di Kabupaten ParigiMoutong, Sulawesi Tengah

Abdi NegaraBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Jl.Lasoso 62 Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tel. +62-451-482546. ♥email: [email protected]

Hama Penggerek Buah Kakao/PBK (Conopomorphacramerella, Lepidoptera, Gracilaridae) merupakan hamautama tanaman kakao yang sangat merugikan karena dapatmenurunkan produksi 50-90%. Serangan PBKdikategorikan berat apabila menurunkan produksi bijisebesar 82,2%.Salah satu pengendalian hama PBK yangefektif dan ramah lingkungan adalah menggunakan seksfromon. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jumlahtangkapan serangga hama PBK dengan penggunaan seksferomon dan intensitas serangannya. Penelitian dilakukanpada bulan Oktober 2013 di Desa Sausu Torono,Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, SulawesiTengah dengan luasan 1,0 ha. Perlakuannya adalahpemasangan satu unit perangkap seks feromon pada setiappohon perlakuan sebanyak delapan pohon dengan delapanblok ulangan. Pengamatan meliputi menghitung hasiltangkapan serangga jantan yang tertangkap setiap duaminggu hingga panen pertama dan panen 3 bulan akhir;serta tingkat kerusakan buah dengan menyekor gejalakerusakan akibat serangan PBK. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa jumlah serangga PBK tertangkap padapanen pertama pada masing-masing blok adalah: Blok I 25ekor, Blok II 31ekor, Blok III 51 ekor, Blok IV 60 ekor,Blok V 31, Blok VI 33, Blok VII 32 dan Blok VIII 19.Total hasil tangkapan serangga pada semua blok 282 ekor,kategori serangan berkisar 4,38-16,398 dengan intensitasserangan 69% sebelum aplikasi dan setelah aplikasi seksferomon rata-rata intensitas serangan turun menjadi 0,08%.

Intensitas serangan, kakao, penggerek buah, seks feromon

EP-28Studi awal potensi jamur tiram (Pleurotusostreatus) sebagai imunomodulator dengan sampelsel limfosit

Netty Widyastuti, Iim Sukarti♥, Reni Giarni, DonowatiPusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.Gedung 2, BPP Teknologi , Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340.Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316 9510, ♥email:[email protected]

Prevalensi penyakit kanker menunjukkan peningkatan yangsignifikan setiap tahunnya dan merupakan salah satupenyebab utama kematian di Indonesia. Beta glukanmerupakan sumber potensial untuk mengatasi penyakitkanker melalui sifatnya sebagai imunomodulator. Jamurtiram (Pleurotus ostreatus) telah terbukti mengandungsenyawa aktif beta glukan yang diharapkan dapat berfungsisebagai imunomodulator. Penelitian ini merupakan studiawal untuk mengetahui potensi ekstrak jamur tiram darikebun jamur CV. Asa Agro Corporation, Cianjur, JawaBarat, untuk meningkatkan proliferasi sel limfosit danindikasi potensi imunostimulasi pada ekstrak jamur tiram.Telah dilakukan pengenceran sampel dengan konsentrasilima dan10 kali. Pengujian aktivitas imunomodulator dariekstrak beta glukan menunjukkan nilai induksi proliferasilimfosit. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak jamurtiram dengan pengenceran 10 kali meningkatkan proliferasisel 8,97%, sedangkan pengenceran lima kali meningkatkanproliferasi sel limfosit 35,17% lebih tinggi dibandingkanproliferasi sel tanpa penambahan imunostimulan (K-).Aktifitas imunostimulasi jamur tiram ekstrak denganpengenceran lima kali adalah 135,17%, sedangkan kontrolpositif, yakni concovalin A pada konsentrasi 10 ppmmempunyai indeks stimulasi 145,52%.

Ekstrak jamur tiram, Pleurotus ostreatus, limfosit,proliferasi, imunostimulasi

EP-29Potensi senyawa organik kayu ular (Strychnoslucida) sebagai sumber biofarmaka

Gusmailina♥, Sri KomarayatiPusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan danPengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165 Bogor16001, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8633378; 8633413, ♥email:[email protected]

Kayu ular (Strychnos lucida), sinonim Strychnos ligustrinaBlume) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk familiaLoganiaceae, tumbuhan ini endemik di Nusa TenggaraBarat (NTB), namun kini banyak juga dijumpai di beberapadaerah antara lain di Roti, Kalimantan, Timor, Bali,Pasuruan, Banyuwangi dan di Taman Nasional MeruBetiri, Jember. Tumbuhan ini dapat tumbuh padaketinggian 1-1500 m dpl. Selain dikenal dengan nama kayuular, tumbuhan ini memiliki berbagai nama, antara lain

Page 56: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

Abstrak Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Bandung, 13 Juni 2015 135

bidara laut, bidara pahit, bidara putih, kayu ular (Sumatra);dara laut, dara putih, bidara gunung (Jawa); lapai, danbidara mapai (Sulawesi). Secara tradisi masyarakat sudahlama memanfaatkan kayu ular untuk mengobati beberapapenyakit sebagai warisan dari nenek moyang. Bagiantumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat adalah kayunya.Sejak tahun 2000-an, masyarakat NTB mulai menjual kayuular ini ke luar NTB sebagai bahan baku obat. Sebagianbesar masyarakat meyakini bahwa kayu ular dapatmengobati/ menyembuhkan berbagai penyakit seperti obatkencing manis, darah tinggi, malaria, kanker, dan lain-lain.Senyawa kimia yang terkandung dalam kayu ular berupaalkaloid (brusina, striknina), tannin < 1%, steroid/triterpenoid (saponin). Senyawa kimia ini dapatmempengaruhi jantung, hati, paru-paru, usus besar, danusus kecil, sedangkan efek farmakologisnya, yaitumemiliki rasa pahit. Tulisan ini menyajikan informasitentang potensi senyawa organik kayu ular (Strychnoslucida), sebagai sumber biofarmaka. Analisis dilakukan diPusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogordengan menggunakan Pyrolisis-GCMS. Hasil analisismenunjukkan bahwa kayu ular memiliki 30 komponensenyawa, dimana 10 senyawa yang dominan adalah: 2,5-Dimethoxybenzyl alcohol, Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS)2,6-Dimethoxyphenol. 3-Methoxyacetophenone, Phenol,2,6-dimethyl-4-nitro- (CAS) 2,6-Dimethyl-4-nitrophenol,Pentanal (CAS) n-Pentanal, 2-Propanone, 1-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)- (CAS) 1-(4-HYDROXY, Phenol, 2-methoxy- (CAS) Guaiacol, Phenol, 2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)- (CAS) 4-Allyl-2,6-dimethoxyphenol, Aceticacid (CAS) Ethylic acid, dan 2-Methoxy-4-methylphenol.Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat digunakansebagai informasi dasar bagi penelitian pengembanganselanjutnya.

Analisis senyawa aktif, biofarmaka, kayu ular

EP-30Pengembangan kultur akar rambut Rauwolfiaserpentina (L.) Benth untuk produksi invitroreserpin

Helda Lasboda Hader♥, Erly MarwaniProgram Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. InstitutTeknologi Bandung. Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107, ♥email: [email protected]

Rauwolfia serpentina (L.) Benth dilaporkan mengandungalkaloid reserpin. Salah satu sumber alternatif untuk

menyediakan reserpin adalah melalui kultur akar rambut.Penelitian ini bertujuan untuk menginduksi akar rambutdengan cara mentransformasi jaringan R.serpentina olehA.rhizogenes strain ATCC 15834, mengoptimasi danmenentukan konsentrasi IBA untuk pertumbuhan akarrambut dan akumulasi reserpin. Induksi akar rambutdilakukan dengan mentransformasi potongan daun R.serpentina oleh bakteri A.rhizogenes ATCC 15834. Induksidilakukan pada medium MS padat dengan penambahan 100μM asetosiringon. Pertumbuhan akar rambut hasiltransformasi tersebut dioptimasi pada medium ½ MS cairdengan penambahan IBA masing-masing sebesar 0,01μM;0,1μM dan 1,0 μM dan tanpa pena IBA sebagai kontrol.Analisis kadar reserpin dilakukan pada KCKT.Pertumbuhan akar rambut menunjukkan bahwa hasiltertinggi diperoleh pada medium dengan penambahan IBAsebesar 0,01 µM pada minggu ke-2, yaitu sebesar 0,12 ±0,003 g. Hasil analisis HPLC menunjukkan kadar reserpintertinggi diperoleh pada perlakuan penambahan IBA 1,0µM saat minggu ke- 4 yaitu sebesar 557,6 ± 27,4 mg/gberat kering.

R. serpentina, A. rhizogenes, akar rambut, reserpin.

EP-31Potensi jamur kancing (Agaricus bisporus) dalammelawan kanker dan penyakit degeneratif

Donowati TjokrokusumoPusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.Gedung 2, BPP Teknologi , Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340.Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316 9510, ♥email:[email protected]

Agaricus bisporus adalah jamur kancing putih yang sangatpopuler dipergunakan untuk konsumsi bagi bangsa Baratdan bangsa Asia Pasifik. Telah diketemukan oleh para ahlijamur bahwa jamur kancing (A. bisporus) mengandungbahan aktif (mycochemical) yang dapat melindungi danmelawan penyakit kanker dan penyakit metabolik. Dalamtulisan ini, disampaikan hasil-hasil penelitian yangberkaitan dengan aktivitas bahan aktif A. bisporus melawanpenyakit kanker dan penyakit degeratif, termasukpenelitian-penelitian jamur kancing yang dianggap pentingdan mempunyai nilai terobosan dalam dunia kesehatan

Agaricus bisporus, degeneratif, jamur kancing putih,mycochemical, nutrisi

Page 57: Seminar Nasional - smujo.idsmujo.id/S/2015/bandung/images/A0203aaALL.pdf · JADWAL Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI) Bandung, 13 Juni 2015 PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK