seminar anak
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial dimana anak mendapat
kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman,
kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995). Bermain juga merupakan setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara
suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak
tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang
diperoleh (Hurlock, 1998).
Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan
mulus, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan
kesehatan sehingga anak harus dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi
(Eiser, 1990 dikutip oleh Harsono, 2005).
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab
stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti
bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit
maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh anak (Supartini, 2004).
Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit takut pada dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orangtua dan saudaranya
(Ngastiyah, 2005 ).
Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
perawatan. Reaksi stres yang ditunjukkan anak saat dilakukan perawatan sangat
bermacam-macam seperti ada anak yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan
diri dengan mengeluarkan kata-kata mendesis dan membentak serta menutup diri dan
tidak kooperatif saat menjalani perawatan (Alifatin, 2003).
Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien dapat mendorong terjadinya proses
adaptasi di lingkungan rumah sakit. Desain interior di dalam ruang perawatan pasien,
dapat menjadi salah satu upaya untuk membantu proses adaptasi mereka yang
berdampak pada proses penyembuhan yang sedang berlangsung. Kondisi fisik anak-
anak jika dalam keadaan letih, lapar, kurang sehat, mereka bereaksi dengan ketakutan
yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi normal, dan mereka lebih mudah takut
terhadap berbagai macam situasi yang dalam kondisi normal tidak menimbulkan rasa
takut. Dengan adanya rasa takut tersebut, penyembuhan akan berjalan tidak optimal.
Sehingga sudah seharusnya ruang rawap inap anak berbeda dengan ruang inap
dewasa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menentukan konsep ruang perawatan anak untuk meminimalkan dampak
hospitalisasi pada anak
2. Tujuan khusus
a. Mengurangi trauma psikologis anak terhadap hospitalisasi sehingga
mendukung peningkatan kesehatan mental anak
b. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permainan anak
c. Melatih perkembangan keterampilan anak sesuai tahap tumbuh kembang
d. Meningkatkan imaginasi dan kreativitas anak
C. Sasaran
1. Perawat
2. Bagian sarana dan prasarana
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Karakteristik Anak
1. Tumbuh Kembang Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, antara lain
sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam, meliputi segala potensi, bakat dan kemampuan atau
pembawaan yang dimiliki anak sejak lahir.
b. Faktor dari luar, meliputi suasana, pergaulan, pendidikan, pengaruh,
perangsang, keadaan iklim, sosial ekonomi, kebudayaan, kegiatan sosial,
dan sebagainya.
c. Kegiatan anak itu sendiri, meliputi kemauan dan keaktifan dari anak itu
sendiri yang akan mempengaruhi kemampuan anak tersebut dalam
mencapai kesempurnaan.
Perkembangan dan pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa
aspek sebagai berikut:
a. Aspek psikomotorik, yang menitik beratkan pada kesehatan fisik,
kekuatan motorik (kasar maupun halus), kemampuan merawat diri sendiri,
kemandirian dan rasa kompetensi.
b. Aspek kognitif intelektual, yang menitik beratkan pada kreatifitas,
penalaran, perkembangan bahasa, pengetahuan dasar umum, dan
pengenalan lingkungan hidup.
c. Aspek emosi, yang menitik beratkan pada pengendalian diri, ketekunan
dan antusiasme pada kegiatan.
d. Aspek sosial, yang menitik beratkan pada ketertiban, disiplin kegiatan dan
kerjasama.
Berikut ini penjelasan mengenai perkembangan yang terjadi pada anak-anak :
a. Perkembangan Fisik
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai
perkembangan anak, kita perlu mengetahui perkembangan fisik anak
disamping juga mengulas perkembangan psikologisnya. Perkembangan
fisik dipandang penting untuk dipelajari, karena baik secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.
Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak. Seorang anak usia 6 tahun yang
bentuk tubuhnya sesuai dengan usianya, akan dapat melakukan hal-hal
yang lazim dilakukan oleh anak yang berusia 6 tahun. Bila ia mengalami
hambatan / cacat tertentu sehingga tubuhnya tidak berkembang sempurna,
maka jelas tidak mungkin mengikuti permainan yang dilakukan teman
sebayanya. Secara langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan
mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan
bagaimana ia memandang orang lain. Ini semua akan tercermin dari pola
penyesuaian diri anak secara umum. Seorang anak, misalnya yang terlalu
gemuk akan cepat menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan
yang dilakukan teman sebayanya. Dipihak lain, teman-temannya akan
menganggap anak gendut itu terlalu lamban, dan tidak pernah lagi diajak
bermain. Semula timbul perasaan tidak mampu, selanjutnya akan muncul
perasaan selalu tertimpa nasib buruk. Perpaduan kedua perasaan ini akan
memberi warna tersendiri pada perkembangan kepribadian anak.
b. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerak
jasmani melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang
terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi
dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Selama 4 atau 5 tahun
pertama pasca lahir, anak akan mengendalikan gerakan yang kasar.
Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang luas, yang digunakan
dalam berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya. Setelah
berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian
koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih
kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola,
menulis, dan menggunakan alat. Seandainya tidak ada gangguan
lingkungan atau fisik atau hambatan mental yang mengganggu
perkembangan motorik, secara normal anak yang berusia 6 tahun akan
siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam
kegiatan bermain teman sebaya, anak juga akan memiliki sifat yang sesuai
dengan harapan masyarakat dan akan melakukan penyesuaian sosial dan
pribadi yang baik. Sumbangan perkembangan motorik, antara lain :
1) Kesehatan yang baik
Kesehatan yang baik dimana sebagian bergantung pada latihan
penting bagi perkembangan dan kebahagiaan anak. Apabila
koordinasi motorik sangat jelek sehingga prestasi anak berada
dibawah standar kelompok sebaya, maka anak hanya memperoleh
kepuasan yang sedikit demi kegiatan fisik dan kurang termotivasi
untuk mengambil bagian.
2) Katarsis Emosional
Melalui latihan yang berat, anak dapat melepas tenaga yang
tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan
keputus asaan. Kemudian mereka dapat mengendurkan diri, baik
secara fisik maupun psikologis.
3) Kemandirian
Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar
kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan
menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri.
4) Hiburan diri
Pengendalian motorik memungkinkan anak berkecimpung
dalam kegiatan yang akan menimbulkan kesenangan baginya
meskipun tidak ada teman sebaya.
5) Sosialisasi
Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi
penerimaan anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari
keterampilan sosial. Keunggulan perkembangan motorik
memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan.
6) Konsep diri
Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik,
yang akan melahirkan perasaan aman secara psikologis. Rasa aman
psikologis pada gilirannya menimbulkan rasa percaya diri yang
umumnya akan mempengaruhi perilaku.
7) Perkembangan Bicara
Sebagian besar ketidakberdayaan bayi yang baru lahir berasal
dari ketidakmampuan mereka untuk meyatakan kebutuhan dan
keinginan mereka dalam.bentuk yang dapat dipahami orang lain dan
ketidakmampuan mereka memahami kita dan isyarat yang digunakan
orang lain. Ketidakberdayaan itu berkurang dengan cepat pada awal
tahun kehidupan, pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang
diperlukan bagi berbagai mekanisme komunikasi. Kemampuan
berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan
anak. yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
Sebagaimana halnya dalam hidangan perkembangan lainnya tahun-
tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak.
Landasan untuk perkembangan bicara diletakkan dalam masa
tersebut.
8) Perkembangan Emosi
Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting
dalamkehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan
dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.
Dibawah ini adalah hal-hal bagaimana emosi mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial anak.
a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
b) Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
d) Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
e) Emosi mengganggu aktivitas mental
f) Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
g) Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
h) Emosi mempengaruhi interaksi sosial
i) Emosi memperlihatkan kesannya pada eksprsi wajah
j) Emosi mempengaruhi suasana psikologis
k) Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi
kebiasaan
9) Perkembangan Sosial
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak
masih sangat kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka
peroleh dalam segi perkembangan sosial. Sejumlah studi tentang
sumber ketidak bahagiaan yang dilaporkan para remaja, banyak
memberikan perhatian pada masalah sosial.
10) Perkembangan Bermain
Sudah merupakan keyakinan sejak beberapa generasi bahwa
meskipun bermain menyenangkan, ia juga merupakan pemborosan
waktu yang dapat digunakan secara lebih menguntungkan untuk
melakukan hal lain yang berguna. Karena anak kecil tidak mampu
melakukan sesuatu yang berguna, dianggap sudah selayaknya mereka
menghabiskan waktu dengan bermain. Akan tetapi sejak peralihan
abad sekarang, para ilmuwan menunjukkan bahwa bermain
merupakan pengalaman belajar yang berharga. Mereka menekankan
bahwa tidak ada bidang lain yang lebih benar kecuali belajar menjadi
seorang yang sosial. Karena belajar menjadi sosial bergantung pada
kesempatan berhubungan dengan anggota kelompok teman sebaya
dan karena hal ini terutama terjadi dalam kegiatan bermain, maka
bermain sekarang dianggap sebagai alat yang penting bagi sosialisasi.
11) Perkembangan Kreativitas
Para psikolog, sosiolog, dan ilmuwan lainnya telah lama
mengetahui pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat.
Meskipun telah diketahui, kreatifitas masih merupakan salah satu
subyek penelitian ilmiah yang paling diabaikan. Ada 5 alasan penting
mengapa kreatifitas diabaikan, antara lain:
a) Ada keyakinan bahwa kreativitas diturunkan
b) Hanya sedikit orang yang kreatif Mereka yang cerdas dan
berprestasi lebih berhasil dari pada yang kreatif
c) Ada keyakinan, orang yang kreatif tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya
d) Kreatifitas sulit dipelajari dan dimengerti
12) Perkembangan Pengertian
Salah satu nilai tertinggi pengertian ialah bahwa ia
memungkinkan anak untuk beradaptasi terhadap perubahan, baik
perubahan pribadi maupun perubahan lingkungan. Perubahan dalam
bentuk tubuh pada masa pubertas, dengan perubahan perilaku dan
minatnya merupakan contoh yang baik. Sikap terhadap orang lain,
benda, dan apa saja yang penting dalam kehidupan juga bergantung
pada pengertian.
Tahap perkembangan anak berdasarkan usianya :
a. Usia 1 - 3 tahun
1) Mencapai kecakapan motorik dan berbicara
2) Timbul kebutuhan akan berjalan, memanjat, memegang, bercakap
cakap
3) Dapat membedakan orang tua dan orang lainnya
4) Sering merasa takut dan cemas bila didekati orang lain
5) Berpikir statis
6) Terpaku pada kesan pertama
7) Belum bisa berpikir sebaliknya
b. Usia 3-6 tahun
1) Sangat giat, tapi cepat lelah
2) Sebagian besar dari mereka sangat suka bergerak
3) Memiliki reaksi yang spontan
4) Rasa ingin tahu sangat besar melalui permainan
5) Mulai belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain
6) Membutuhkan perlindungan dan perhatian yang ekstra
7) Cara berpikir masih statis, ia tidak mampu menggambarkan suatu
proses
c. Usia 6- 12 tahun
1) Sangat aktif
2) Mempunyai kemampuan belajar
3) Memiliki daya fantasi yang besar
4) Ingin melihat, mendengar dan menjamah
5) Suka meniru
6) Banyak bertanya, rasa ingin tahunya sangat besar
2. Karakteristik bermain pada Anak
Ciri-ciri fisik dan mental anak menurut perkembangannya, antara lain :
a. Kelompok usia 0 - 3 tahun
Kelompok usia ini biasanya masih dalam tahap latihan dan
penguasaan gerak motorik, aktivitas ruang dan gerak terbatas, kontak
dengan dunia luar masih sempit dan sangat tergantung pada individu yang
lebih dewasa.
b. Kelompok usia 3-6 tahun
Kecakapan motorik mulai berkembang, aktifitas dan ruang gerak
mulai mengarah keluar, kontak dengan dunia luar terjadi secara sederhana,
permainan masa transisi antara dunia khayal dan nyata.
c. Kelompok usia 6-12 tahun
Kecakapan motorik sudah berkembang, aktifitas dan kontak yang
terjadi dengan dunia luar lebih luas, cenderung suka meniru dan rasa ingin
tahunya sangat besar.
B. Hospitalisasi pada Anak
1. Definisi Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,
takut, dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan
tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu
yang dirasakan menyakitkan.
Beberapa reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di Rumah Sakit sesuai
dengan tahapan perkembangan anak :
a. Masa Toddler (1 -3 tahun)
Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon
perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan
pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan
adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap
pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai
menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai
terlihat menyukai lingkungannya.
b. Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan pada anak usia
prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis
walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak
menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.
Oleh karena itu. hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan
berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak
mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.
c. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan
dengan ekpresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah
mampu mengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu
mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir
atau memegang sesuatu dengan erat.
2. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak
maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Perasaan cemas
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena
menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.2
Dampak hospitalisasi pada anak menurut Pearce (2000) meliputi:
a. Perpisahan
Perpisahan dengan figur pemberi kasih sayang selama prosedur
yangmenakutkan atau menyakitkan akan meningkatkan rasa tidak
nyaman.
b. Kehilangan kendali
Hospitalisasi menyebabkan anak menjadi tidak berdaya dan frustasi
sertamenimbulkan ketergantungan pada orang lain.
c. Perubahan gambaran diri
Perubahan penampilan tubuh atau fungsinya disebabkan oleh pengobatan,
perlukaan atau ketidakmampuan menyebabkan anak merasa tidak nyaman
d. Nyeri
Prosedur yang menyakitkan dan invasif merupakan stressor bagi anak
padasemua usia
e. Rasa takut
Ketakutan terjadi karena anak berada di lingkungan rumah sakit yang
asing baginya dan karena perpisahan dengan orang-orang yang sudah
dikenalnya.
3. Upaya Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak
Anak yang merasa bosan akibat hospitalisasi kerap merasakan perasaan
tertindas atau terperangkap yang memicu munculnya sikap marah dan
bermusuhan, baik disadari maupun tidak. Memberikan terapi bermain dan
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak guna mengurangi trauma
psikologis akibat penyakit dapat mendukung peningkatan kesehatan mental
dan perkembangan anak.1 Terapi bermain dapat membantu mengatasi ansietas
selama semua fase penyakit, setiap prosedur baru, lingkungan baru, dan orang-
orang asing.3 Karena itu, sangatlah penting memberikan terapi bermain dan
ruang perawatan yang menyenangkan bagi anak untuk mendukung pemulihan
kesehatan anak yang mengalami hospitalisasi.
C. Konsep Ruang Perawatan Anak
Satu hal yang harus menjadi perhatian perawat adalah dampak dari
lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri yang sering kali
menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak
dan orang tuanya dapat menjadi stressor. Demikian juga pakaian tim kesehatan
yaitu baju seragam putih menjadi stressor bagi anak, sedangkan orang tua dapat
menjadi stress apabila mendapat informasi yang mengejutkan tentang kondisi
anaknya. Dengan demikian lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat
menjadi stressor bagi anak. Selain perilaku petugasnya, ruang perawatan untuk
anak tidak bisa disamakan dengan ruang rawat dewasa. Ruangan tersebut
memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar
dinding berupa gambar binatang atau bunga, tirai dan sprei dan sprei serta sarung
bantal yang bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria. Selain itu tersedia ruang bermain anak agar
anak tidak bosan dan dapat teralihkan dari penyakitnya.
BAB III
GAGASAN
A. Judul Project
Konsep tata ruang perawatan anak untuk hospitalisasi.
B. Gambaran Umum Sasaran
Ruang Kenanga Rumah Sakit (RS) Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang akan
dijadikan ruang perawatan anak berada di bagian tenggara RS. Ruang Kenanga
berbatasan dengan instalasi gizi dan taman pada bagian utara; tembok batas RS
pada bagian timur; tanah lapang pada bagian selatan; dan mesjid pada bagian
barat. Terdapat kolam ikan di halaman depan ruang Kenanga.
Ruang Kenanga terdiri dari 4 kamar VIP (@ satu tempat tidur), 2 kamar kelas
I (@ satu tempat tidur), 2 kamar kelas II (@ dua tempat tidur), dan 1 kamar kelas
III (enam tempat tidur). Karena itu, kuota pasien ruang Kenanga sebanyak 16
anak. Disediakan pula area yang rencananya akan dijadikan pojok bermain di
dalam ruang Kenanga berukuran kira-kira 2,5 x 2 meter. Arena tersebut berada di
antara kamar kelas I dan dapur.
D. Konsep Ruang Perawatan Anak
1. Klasifikasi Ruang Perawatan Anak
Anak masih sangat rentan terhadap penularan penyakit karena sistem
imun yang imatur. Karena itu, sebaiknya perlu ada klasifikasi ruang bagi
pasien infeksius dan non-infeksius. Kamar kelas II yang terdiri dari dua kamar
dibedakan menjadi satu kamar infeksius dan satu kamar non-infeksius. Kamar
kelas III yang terdiri dari enam tempat tidur dipisahkan dengan tiga tempat
tidur pada bagian kanan bagi pasien infeksius dan tiga tempat tidur pada
bagian kiri bagi pasien non-infeksi.
2. Tata Ruang Perawatan Anak
a. Ruang Kenanga
Kesan Rumah Sakit yang menakutkan bagi anak-anak perlu diminimalkan
dengan cara menata ruang perawatan yang menarik. Misalnya :
1) Pemberian cat dengan gradasi warna yang cerah pada dinding, kusen
jendela/pintu, dan nurse station.
Nurse station
2) Pojok bermain yang nyaman dengan tikar berwarna dan bergambar, lemari/rak
berwarna yang ditata rapih, dilengkapi buku bacaan dan permainan yang sesuai
dengan setiap usia tumbuh kembang anak
b. Setiap kamar
1) Setiap kamar perawatan disertai wall paper di kamar VIP dan lukisan
dinding gambar lucu pada kamar kelas I, II, dan III
Lukisan dinding dan wallpaper
2) Tempat tidur diberi cat berwarna
3) Tirai jendela, sprai, dan selimut bermotif menarik
Tirai jendela
Sprei
4) Pojok bermain mini di kamar kelas III
c. Taman
Taman yang berada di bagian utara ruang Kenanga ditata menjadi taman
yang lebih menarik dengan difasilitasi oleh kolam ikan, ayunan, patung, dan
tempat duduk. Taman ini dapat dimanfaatkan ketika anak ingin menghirup
udara bebas alam, ketika anak makan, serta ketika anak bermain bersama
sibbling dan orang tua.
3. Keterlibatan Orangtua dan sibbling
Anak akan merasa seperti berada di lingkungan yang nyaman ketika
didampingi oleh orang-orang terdekat disampingnya. Orang tua dan saudara
sedarah (sibbling) adalah orang terdekat pada kehidupan anak. Keterlibatan
orang tua dan sibbling dapat mempercepat proses pemulihan kesehatan anak,
meminimalkan hospitalisasi pada anak, dan mengontrol emosi (psikologis)
anak.
4. Fasilitas Ruang Perawatan Anak
Pojok bermain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak
(bermain). Pojok bermain diisi bermacam-macam permainan sesuai tingkatan
usia anak. Permainan yang disediakan mempertimbangkan keselamatan anak,
kesesuaian dengan tumbuh kembang anak di setiap tingkatan usia. Alat
permainan berupa boneka, mobil-mobilan, susun bangun geometri, bola,
puzzle, ular tangga, monopoli, dan sebagainya. Pojok bermain juga diisi
dengan perpustakaan mini berisi komik, dongeng, buku cerita fiksi, fabel,
novel, buku gambar, buku mewarnai serta beberapa alat tulis seperti pensil
warna, pensil, krayon, penggaris bentuk geometri, dan lain-lain.
Alat permainan sesuai tingkatan usia
a. Usia 0-3 tahun
b. Usia 3-6 tahun
c. Usia 6-12 tahun
5. Upaya Lain Mengatasi Hospitalisasi pada Anak
a. Perawat
Seragam perawat bermotif lucu, perawat yang ramah dan mencintai anak-
anak.
b. Alat medis
1) Peralatan berwarna-warni
2) masker bergambar
3) kursi roda berbentuk mobil atau sebagainya
c. Kejutan
Ruang Kenanga memberikan hadiah/kejutan bagi pasien yang berulang
tahun ketika di rawat dan mengundang badut/hiburan satu bulan sekali.
d. Barang kesayangan
Menganjurkan orangtua membawakan barang-barang kesayangan anak di
rumah untuk memberikan kenyamanan pada anak dan membawa suasana
rumah atau tempat yang telah dikenali anak.
E. Rancangan Biaya
1. Cat tembok @ 450.000 x 10 4.500.000
(Hijau , Kuning, Biru, Oranye, Merah)
2. Lukis dinding kelas I 1 m2 (175.000) x 42 m2 7.350.000
3. Lukis dinding kelas II 1 m2 (175.000) x 42 m2 7.350.000
4. Lukis dinding kelas III 1 m2 (175.000) x 52 m2 9.100.000
5. Wallpaper kelas VIP 1 m2 (250.000) x 80 m2 20.000.000
6. Dekorasi dinding pojok bermain 350.000
(stiker dinding)
7. Sprei kelas II dan III 1 m2 ( 30.000) x 30 m2 900.000
8. Sprei kelas VIP dan I @100.000 x 10 bed 1.000.000
9. Tirai jendela kelas I, II, III 1 m2 ( 20.000) x 47,5 m2 950.000
dan pojok bermain
10. Tirai jendela VIP @ 200.000 x 4 800.000
11. Rak bermain @200.000 x 3 600.000
12. Karpet
- Karpet puzzle @ 90.000 x 2 180.000
- Tikar bergambar @ 60.000 x 3 180.000
13. Meja kecil @ 40.000 x 4 160.000
14. Buku 1.500.000
15. Permainan 3.000.000
Total Rp 57. 920.000
F. Strategi Pelakanaan
1. Kegiatan tahap I : Penyusunan proposal
Penyusunan proposal harus terkonsep secara matang, mengenai apa saja yang
ingin dimodifikasi dengan berbagai pertimbangan yang menyertai, yaitu dari
segi waktu, biaya, dan tenaga.
2. Kegiatan tahap II : Tempat
Tempat : Ruang Kenang
3. Kegiatan tahap III : Penyediaan SDM
Kegiatan tahap III berisi mengenai pengadaan sumber daya manusia (SDM)
yaitu tenaga yang akan mengecat dinding, pelukis dinding, dan pemasang
wallpaper, gorden, dan penata taman bermain.
4. Kegiatan tahap IV: Tahap pelaksanaan
Setelah 3 item diatas terpenuhi barulah di tempatkan pada tempat-tempat yang
strategis di Ruang Kenanga. Kegiatan diperkirakan membutuhkan waktu 2
bulan.
5. Kegiatan tahap V : Evaluasi
G. Prediksi Hasil
Setelah dilakukan penataan ruangan, diharapkan anak menjadi lebih nyaman dan
rasa takut terhadap rumah sakit, dokter, dan perawat menjadi berkurang. Anak
senang dan merasa seperti tinggal di rumah sendiri.
H. Hal yang Perlu Diwaspadai
Kesulitan dalam pemenuhan dan penyediaan barang-barang yang diinginkan.
I. Kelebihan dan Kendala
1. Kelebihan dari project ini adalah
- tersedianya ruang bangsal anak yang representatif
- tersedianya dana yang dialokasikan khusus untuk bangsal anak
2. Kendala dari project ini adalah
- Ruang perawatan anak yang masih terlalu sempit
- Alokasi dana yang besar
- Membutuhkan waktu yang lama
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hospitalisasi pada anak mempunyai dampak yang sangat besar terutama pada sisi
psikologisnya. Anak akan cenderung lebih rewel, cemas, dan tidak tenang. Terlebih lagi
apabila kebutuhan bermain yang biasa terpebuhi di luar rumah sakit, tidak dapat terpenuhi
ketika di rumah sakit. Maka dari itu, perawat harus jeli terhadap kebutuhan anak dan
tentunya memahami karakteristik anak dari segala rentang usia.
Karakteristik anak yang unik ini juga mempengaruhi ruang perawatan di rumah sakit
yang tentunya berbeda dengan ruang perawatan dewasa. Ruang perawatan anak sebaiknya
bernuansa anak-anak yang ceria dan tidak monoton, sehingga anak-anak tidak merasa
bosan dan asing berada di kamar perawatan. Selain itu kebutuhan bermain anak juga harus
diperhatikan, misalnya dengan menempatkan pojok bermain di setiap ruang perawatan.
Tidak hanya dari sisi ruang ataupun faislitas, perawat anak juga haruslah yang ramah dan
sabar.
B. Saran
Demi mempercepat kesembuhan anak, sebaiknya ruang perawatan anak di setting
dengan memberikan nuansa anak seperti cat yang berwarna warni atau diberikan pojok
bermain, alat kesehatan yang dipakai juga disesuaikan dengan minat anak agar anak tidak
merasa takut apabila akan diperiksa, begitu pula dengan perawat yang akan merawat anak,
sebaiknya menggunakan seragam yang ceria dan tidak serba putih.
Lampiran
1. Ruang kelas III
warna cat gorden
Lukis dinding
2. Ruang kelas II
warna cat gorden
Lukis dinding
3. Ruang kelas I
warna cat gorden
Lukis dinding