selama berjualan online, tentu saya juga harus fokus...

140
D isusun Oleh : W idatin Mayasari Tekhnik Informatika “Dunia Baru untuk Sebuah Pengalaman” Dari sebuah impian ingin membuka sebuah Toko kue saya ingin membuat usaha dan membuat kue hasil dari buatan saya sendiri dan mencoba untuk menjual serta memasarkan kue buatan saya untuk dikonsumsi oleh orang lain, tetapi dengan keterbatasan dan kendala yang saya miliki saya memilih, melakukan, dan mencoba dari hal yang terkecil yaitu dengan membuat risoles. Saya membuat risoles dengan memakai uang pribadi saya untuk membuat usaha ini. Saya menjual 20 risoles ke warung-warung disekitar rumah saya. Sebenarnya saya masih kebingungan untuk mengatur keuangan dari sebuah usaha. Seperti yang saya alami, saya menjual sebuah risoles dengan harga Rp 1.500 dan modal yang saya keluarkan untuk membuat sebuah risoles adalah Rp 1.000. Saya saat itu hanya menjual sekitar 20 risoles, tetapi yang berhasil terjual hanya sekitar 8 risoles. Sedangkan saya harus menjual risoles baru pada keesokan harinya dengan jumlah yang sama, tetapi saya belum mendapatkan keuntungan dari penjualan saya yang sebelumnya. Meskipun begitu, usaha membuat risoles ini sudah berjalan sekitar satu bulan, namun saya hentikan karena dari usaha ini bukan keuntung yang saya dapat tapi justru kerugian yang saya dapatkan dari setiap harinya. Dari kerugian yang saya dapatkan saya telah kehabisan modal untuk membuat risoles lagi. Saya menjual risoles yang sudah matang (digoreng) sedangkan risoles yang sudah matang tidak bertahan lebih dari satu hari, jadi setiap hari saya harus mengganti risoles yang saya jual dengan risoles yang baru, kecuali risoles yang belum digoreng dapat bertahan lama hingga tiga hari jika dimasukan kedalam mesin pendingin (kulkas). Meskipun begitu sebenarnya saya masih ingin dan sudah berencanan untuk memulai usaha membuat risoles ini lagi, tetapi saat ini saya masih disibukkan dengan tugas kuliah yang kebanyakan adalah sebuah project. Karena saya sadar kemampuan saya sangat kurang dalam membagi waktu saya tetap mengutamakan kuliah saya terlebih dahulu. 1

Upload: truongtu

Post on 30-Jan-2018

310 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Disusun Oleh : Widatin Mayasari

Tekhnik Informatika

“Dunia Baru untuk Sebuah Pengalaman”

Dari sebuah impian ingin membuka sebuah Toko kue saya ingin membuat usaha dan membuat kue hasil dari buatan saya sendiri dan mencoba untuk menjual serta memasarkan kue buatan saya untuk dikonsumsi oleh orang lain, tetapi dengan keterbatasan dan kendala yang saya miliki saya memilih, melakukan, dan mencoba dari hal yang terkecil yaitu dengan membuat risoles. Saya membuat risoles dengan memakai uang pribadi saya untuk membuat usaha ini. Saya menjual 20 risoles ke warung-warung disekitar rumah saya.

Sebenarnya saya masih kebingungan untuk mengatur keuangan dari sebuah usaha. Seperti yang saya alami, saya menjual sebuah risoles dengan harga Rp 1.500 dan modal yang saya keluarkan untuk membuat sebuah risoles adalah Rp 1.000. Saya saat itu hanya menjual sekitar 20 risoles, tetapi yang berhasil terjual hanya sekitar 8 risoles. Sedangkan saya harus menjual risoles baru pada keesokan harinya dengan jumlah yang sama, tetapi saya belum mendapatkan keuntungan dari penjualan saya yang sebelumnya. Meskipun begitu, usaha membuat risoles ini sudah berjalan sekitar satu bulan, namun saya hentikan karena dari usaha ini bukan keuntung yang saya dapat tapi justru kerugian yang saya dapatkan dari setiap harinya. Dari kerugian yang saya dapatkan saya telah kehabisan modal untuk membuat risoles lagi. Saya menjual risoles yang sudah matang (digoreng) sedangkan risoles yang sudah matang tidak bertahan lebih dari satu hari, jadi setiap hari saya harus mengganti risoles yang saya jual dengan risoles yang baru, kecuali risoles yang belum digoreng dapat bertahan lama hingga tiga hari jika dimasukan kedalam mesin pendingin (kulkas). Meskipun begitu sebenarnya saya masih ingin dan sudah berencanan untuk memulai usaha membuat risoles ini lagi, tetapi saat ini saya masih disibukkan dengan tugas kuliah yang kebanyakan adalah sebuah project. Karena saya sadar kemampuan saya sangat kurang dalam membagi waktu saya tetap mengutamakan kuliah saya terlebih dahulu.

Namun disela-sela kuliah saya, saya menjadi pengajar ekstrakulikuler disebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya mengajar ekstrakulikuler HW (Hizbul Wathan). Hizbul Wathan atau HW itu sama saja dengan pramuka, hanya saja Hizbul Wathan ini dibawah naungan sebuah lembaga atau Majelis Muhammadiyah. Yang menjadi perbedaan antara pramuka dan Hizbul Wathan yaitu jika pramuka berisikan ajaran menjadi seorang pramuka yang terbaik, sedangkan di Hizbul Wathan berisikan ajaran materi untuk menjadi sebuah pandu yang baik dan mendapatkan pelajaran agama di dalamnya. Jadi Hizbul Wathan tidak hanya tentang bagaimana kita mengerti sandi, jejak alam, mendirikan tenda, tetapi juga disini diajarkan sebuah nilai keagamaan yang di praktekkan dengan sebuah kepanduan.

Alasan saya mengajar di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta yang berada di daerah Karangkajen ini karena saya dulu pernah belajar di SMP tersebut selain itu saya sudah terbiasa dengan lingkungan disana dengan pengalaman 3 tahun saya menuntut ilmu di SMP tesebut saya sudah tau bagaimana lingkungan disana, saya juga diminta secara langsung oleh guru disana untuk mengajar disekolah tersebut dan alasan saya yang ketiga karena saya bisa bertemu teman-teman yang juga mengajar di SMP tersebut. Jadi disela saya mengajar, saya juga dapat bertemu dengan teman-teman lama saya, namun yang paling penting saya juga mendapat sebuah pengalaman tentang bagaimana sulitnya untuk menjadi seorang pengajar.

Selain saya bekerja sebagai seorang pengajar ekstrakulikuler disebuah Sekolah Menengah Pertama saya juga mengambil kesempatan untuk menjadi asisten dosen di Universitas Mercubuana Yogyakarta. Universitas dimana saya kuliah saat ini. Saya menjadi

1

seorang asisten dosen dari mata kuliah Praktek Aplikom 1. Sebenarnya saya tidak pernah mempunyai keinginan untuk menjadi seorang asisten dosen, tetapi ketika saya melihat sebuah kesempatan yang bagus untuk saya kedepan kenapa tidak saya mencoba untuk mengambil kesempatan ini.

Untuk kegiatan asisten dosen, sudah dirancangkan sebuah jadwal untuk setiap asisten dosen yang mengajar. Yang pertama adalah jadawal tentang ruangan yang akan dipakai, karena Universitas Mercubuana Yogyakarta kampus 2 hanya memiliki 2 Lab komputer dan memiliki lebih dari 100 mahasiswa yang akan memakai jadi harus ada jadwal agar tidak ada peristiwa berbenturan waktu. Setiap kelas yang diajar diisi oleh sekitar 20 mahasiswa dan 2 asiaten dosen didalamnya. Disaat praktek kita juga mempunyai sebuah peraturan agar dapat membuat para mahasiswa menjadi lebih disiplin dan dapat menghargai asisten dosen mereka.Dan dalam pembagian jadwal itu saya mendapatkan bagian untuk hari jumat malam pukul 20.00-22.00 WIB, rabu pagi pukul 08.00-10.00 WIB, dan hari kamis malam pukul 18.00-20.00 WIB. Ketika mengajar didalam kelas saya tidak selalu mendapatkan rekan kerja yang sama. Hanya saja setiap asisten dosen mempunyai pembagian kelas yang berebeda. Ada yang mendapatkan 4 kelas dalam 1 minggu, ada yang 3 kelas, bahkan ada yang hanya 2 kelas.

Di kegiatan saya menjadi asisten dosen ini, saya mengajar 7 minggu atau bisa disebut 7 pertemuan. Setiap minggu saya mengajar 3 kelas. Dan setiap minggunya memiliki materi yang berbeda. Setiap minggunya sebelum memulai untuk mengajar para asisten dosen harus menghadiri rapat evaluasi setiap pertemuan. Rapat ini membahas apa saja yang telah terjadi saat proses mengajar. Dan materi apa yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya, dan para asisten sudah memiliki materi yang akan diajarakan atau belum. Kurang lebih seperti itulah pembahasan rapat evaluasi asisten dosen.

Untuk gaji yang saya terima, setiap kelas dihitung sekitar Rp 8.000. Jadi jika saya mengambil 3 kelas maka 3 x Rp 8.000 = Rp 24.000/minggu. Dan saya mengajar sekitar 7 minggu. Tetapi meskipun begitu saya tidak pernah mempermasalahkannya yang saya cari dari asisten dosen ini adalah sebuah pengalaman.Walaupun dengan gaji atau bayaran yang tidak seberapa, saya sangat senang menjalani kegiatan ini. Karena saya dapat melatih diri saya untuk terbiasa berbicara didepan umum. Untuk membisakan diri saya untuk menjadi seorang pengajar. Dan untuk melatih kesabaran saya ketika menghadapi mahasiswa dan mahasiswi yang tidak seperti yang kita harapkan atau dengan kata lain terlambat dalam menerima materi, seenaknya sendiri jika didalam kelas, dan harus memiliki berbagai cara supaya yang kita didik mau untuk mendengrakan kita dan mau untuk memahami materi yang kita sampaikan. Tetapi itu lah resiko yang harus saya jalani dari kegiatan yang saya ambil ini.

Saya bekerja untuk menggali potensi yang belum muncul dalam diri saya. Saya bekerja bukan untuk sekedar hanya mencari uang. Saya mencari sebuah pekejaan yang dapat membantu saya untuk mengembangkan diri saya. Karena saya sadar, saya masih seorang remaja yang masih butuh banyak belajar dalam sebuah bisnis, usaha, maupun pekerjaan dan saya mengambil sebuah pekerjaan yang berbeda dari orang lain. Selain itu waktu yang diberikan untuk mengajar sangat bersahabat dengan waktu kuliah saya sehingga saya dapat bekerja sekaligus juga dapat kuliah tanpa harus menemui sebuah kesulitan dalam membagi waktu antar keduanya.

Seperti itulah kegiatan dalam dunia baru dengan segala pengalaman yang saya dapatkan dan yang saya jalani saat ini. Mungkin belum seberapa untuk mencapai target usaha saya, tetapi seperti itulah kegiatan yang dapat saya jalani saat ini. Tetapi saya selalu berusaha untuk membuat kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu usaha saya agar bisa segera terlaksana. Saya hanya sedang berusaha untuk mencapainya.

***

2

Disusun Oleh: Dian Ramadhan NisaManajemen

“Mie Titi Khas Makassar”

Masakan asli mie titi khas Makassar ini beragam-ragam bahannya, ada yang menggunakan seafood seperti cumi, udang, dan potongan bakso/gorengan mirip bakso ada juga yang menggunakan suiran daging ayam dan ati ampela. Tetapi dalam usaha ini saya menjualnya dengan bahan yang menggunakan suiran ayam dan gembus goreng tepung. Awalnya pada tester pertama saya, saya menggunakan banyak bahan seperti suiran ayam, ati ampela, bakso, dan juga menambahkan bunga kol. Saya memberikan masakan ini pada teman-teman kos saya untuk bahan tester. Menurut mereka masakan saya keasinan, lalu saya menambahkan sedikit air dan memasaknya kembali agar merata dan setelah itu untuk kritik kedua masakan saya terlalu amis manurut mereka ini karena ati ampelanya, dan karena itulah saya menghapus ati ampela dari bahan saya. Sedangkan ntuk

bunga kol, karena setahu saya bunga kol tidak ada di masakan mie titi manapun jadi saya juga menghapus bahan itu. Dan untuk bakso, saya pikir ini terlalu mahal untuk memasukkan bakso kedalam mie titi, jadi saya juga menghapusnya untuk bahan mie titi yang akan saya jual. Setelah cukup banyak yang saya revisi lalu saya pergi membeli bahan untuk penjualan pertama, saya melihat ada bahan makanan yang cukup unik menurut saya dan saya membelinya berniat untuk mencoba sesuatu yang baru. Setelah saya beli bahan tersebut saya kembali ke kos untuk memasaknya, sampai di kos saya bertanya pada mbak penjaga kosan. Mbak Trim menyarankan untuk menggorengnya dengan tepung agar lebih enak. Akhirnya saya mencoba saran mbak Trim untuk menggoreng gembus itu dengan tepung, setelah saya menggorengnya saya memotong-motong kecil gembus tersebut. Setelah itu saya memasak mie titi dengan menggunakan bahan gembus tersebut dan hasilnya, ada beberapa teman yang bahkan merasa gembus itu rasanya berbeda, rasanya seperti bakso. Saya pun ikut mencobanya dan rasanya tetap rasa gembus hanya saja dia kenyal dan terasa seperti bakso ayam. Dari situ saya berinisiatif untuk membuat mie titi dengan menggunakan gembus, selain rasanya yang enak bahan makanan ini juga murah dan mudah di temukan di pasar-pasar. Jadi begitulah cerita bagimana mie titi dengan bahan gembus tercipta.

Bahan tersebut saya masak untuk dua kali masak dua kali jual. Karena pada saat tester saya memulai masak pukul 17.00 WIB dan selesai pada pukul 19.30 WIB maka saya mempercepat memasak pada pukul 16.00 WIB pada penjualan di hari pertama, masakan ini selesai pada pukul 18.00 WIB, lalu saya menge-pack nya hingga selesai pada pukul 18.30 WIB dan saya membawanya ke kampus. Saya sedikit canggung, karena ini pertama kalinya saya menjual makanan seperti ini, saya menitipkan 10 bungkus mie titi di kantin kampus, pada saat saya membawa mie titi itu kebetulan ada mbak yang katanya mengetahui makanan itu karena ayahnya berasal dari makassar, mbak itu pun menawarkan kepada temannya “Ayo cobain ini, ini enak loh khas makassar, aku suka banget makan ini kalo ke makassar” kata mbaknya, saya pun ikut memasarkannya pada teman mbak yang promosikan tadi “Iya mbak, ini makanan khas makassar, enak loh, masih anget, aku sendiri yang masak, dijamin enak loh mbak cobain aja” saya berkata sambil tersenyum memberikan mie titi tersebut, mbak itu pun alhamdulillah membalasnya dengan jawaban positif “Oh yaudah deh mbak aku cobain satu

3

deh” kata mbaknya membalas senyum saya. Dan bertambah satu poinlah semangat saya dalam usaha ini.

Pada penjualan pertama itu mie titi yang laku adalah 4 bungkus. Saya sebenernya sedikit kecewa, maka saya membawa makan itu pulang ke kos, sampai di kos teman kos saya bertanya tentang mie titi tersebut, dan saya pun berkata kalau makanan saya cuman laku 4, dan ini membuat saya kecewa. Teman kos saya pun menyarankan untuk menjual ke kontrakan-kontrakan sebelah kos kami, mereka menyarankan itu dan menawarkan diri untuk menemani saya, lalu kami pun keliling kontrakan sebelah kosan kami, karena kontrakan-kontrakan sebelah kosan kami kebanyakan kontrakan cowok, jadi ini adalah hal baik untuk kami menjualnya untuk jam yang bukan jam makan lagi, dan kebetulan ada kontrakan yang di tinggali orang afrika, kami mulai menawari ke kontrakan tersebut. Dari penjualan di kampus tadi lebih 6 bungkus, dan alhamdulillah laku pada penjualan kontrakan keliling tadi, kami berhasil menjual ke 3 rumah kontrakan, per kontrakannya membeli 2 mie titi. Jadi kekecewaan saya yang tadi tiba-tiba hilang karena lakunya makanan yang saya jual.

Keesokan harinya pada penjualan ke 2, saya hanya menitip 4 bungkus di kampus, saya berfikir untuk mengantarkan sedikit saja, jadi apabila memang makanannya habis saya akan membawakan mie titi lagi ke kampus. Pada saat saya mengantar makanan itu, saya bertemu mbak nisa, pada saat saya datang itu mbak nisa terkejut saya membawa makanan khas makassar yang dia tahu benar bahwa hanya orang makassar yang biasanya tau makanan ini, jadi disitulah saya berkenalan dengan mbak nisa, mbak nisa baru mengetahui kalau saya ternyata orang makassar, saya lalu menawarkan mbak nisa untuk membeli mie titi buatan saya, mbak nisa awalnya ingin membelinya tapi ketika saya berkata mie titi ini seharga Rp 10.000/bungkus, mbak nisa langsung mengkerut, ya ini memang cukup mahal untuk harga makanan di jogja, dan juga untuk mahasiswa-mahasiswa seperti kami. Tapi mbak nisa berkata “Iya si, emang mie titi itu mahal, di makassar aja Rp 15.000-Rp 20.000 per porsinya” kata mbak nisa pada temannya, mbak nisa kemudian mengajak temannya untuk membeli mie titi buatan saya, tapi sayangnya teman mbak nisa tidak membelinya.

Sebenarnya saya menjual 1 porsi mie titi dengan harga Rp 8.000 tetapi harga berbeda jika membeli dikampus, untuk dikampus harga seporsinya Rp 10.000 ini karena saya hanya menitipkan makanan saya di kantin kampus.Pada saat pukul 20.00 WIB saya ke kampus untuk mengambil hasil jualan hari ke-2 dan yang laku pada hari itu hanya satu porsi, saya benar-benar drop, semangat saya yang kemarin 1.000 poin benar-benar berkurang, saya lalu pulang bergandengkan 3 bungkus mie titi. Dan karena saya tidak tau harus bagaimana lagi, saya lalu pergi ke kos mbak neng, di kos mbak neng ternyata ada susi yang sedang mengerjakan tugas, saya menawarkannya untuk membeli mie titi dan alhamdulillah dia pun membelinya, setidaknya bertambah satu lagi jualan saya yang laku.

Saat UTS, saya memberhentikan sejenak jualan saya ini, namun beberapa hari setelahnya saya diberitahu bahwa anak kontrakan yang sebelumnya membeli mie titi saya ingin membelinya lagi, begitu pula dengan orang afrika yang mengontrak dekat kosan saya, dengan mendengar hal ini saya benar-benar merasa ingin menjual kembali dengan cepat, namun tetap untuk saat ini saya harus menunggu UTS selesai lalu saya melanjutkan jualan saya kembali.

Setelah UTS saya melanjutkan jualan saya, tapi dengan cara yang berbeda, saya tidak lagi menitipkannya di kantin kampus, karena saya tidak bisa mengejar waktu titipan, terkadang saya harus kuliah sampai pukul 14.00 WIB sedangkan mie titi dibuat dalam waktu 3 jam. Jadi untuk sekarang saya hanya menerima pesanan yang bisa sinkron dengan jadwal kuliah saya, walaupun sebenarnya jadwal saya tidak begitu padat tapi untuk memasak mie titi saya benar-benar membutuhkan waktu yang luang dikarenakan juga saya mengerjakannya sendirian.

4

Dan dalam penjualan saya setelah UTS saya cukup banyak menjual dari pesanan-pesanan konsumen, awalnya yang membeli hanya dari teman kampus, tetapi ada teman dari tante saya yang sedang kuliah di UGM yang memesannya dari via Instagram, awalnya saya hanya iseng mengupload foto mie titi buatan saya ke instagram, lalu teman tante saya itu tertarik dan penasaran dengan rasanya, karena dia dari pontianak jadi dia tidak tahu seperti apa mie titi makanan khas Makassar itu. Hingga keesokan harinya saya membuat mie titi itu, tapi karena saya hanya mendapatkan satu pesanan dengan hanya satu porsi, jadi saya berfikir untuk membuatnya menjadi beberapa porsi untuk saya jual kembali, pada saat itu saya membuat 6 porsi karena bersisa 5 porsi, saya lalu menawarkannya kepada teman saya Mira yang saat itu sedang chat-an dengan saya, saat itu sedang hujan dan saya tau dia tidak memiliki kendaraan untuk keluar membeli makanan, pada saat itu pula ibunya sedang menjenguk mira di kosnya, jadi saya lalu menawarkan pada Mira mie titi itu dengan membebaskan delivery untuknya, alhasil dia memesan 4 porsi, untuk Mira, ibu, adiknya, dan Hida, jadi alhamdulillah 6 porsi itu laku terjual semuanya.

Saya juga mendapatkan pesanan dari mas Ferdy, dia adalah teman kelas kewirausahaan 2, dia mengatakan penasaran dengan rasa dari makanan khas makassar ini, jadi saya membawakannya ke kampus tepat di kelas kewirausahaan 2, tapi ternyata pada saat saya membawakannya mas Ferdy tidak hadir. Jadi saya berinisiatif menawarkan ke anggota HMPS Manajemen 2014 yang saat itu sedang berchatan ria di grub HMPSM, alhasil dari postingan saya di group itu mie titi saya yang 4 porsi itu laku 2 porsi dibeli oleh Radit & Pospos, lalu 2 porsi lebihnya saya berikan satu tester kepada anak HMPSM lainnya yang keliatannya begitu penasaran dengan makanan ini, lalu 1 porsi lebihnya lagi karena sudah tidak ada yang membeli dan mie titi itu juga sudah tidak hangat, maka saya sendiri yang memakannya karena saat itu kebetulan sudah waktunya untuk makan siang, jadi rasa kecewa saya terbayarkan dengan lakunya 2 porsi mie titi saya.

***

5

Disusun Oleh : Lisa dwi putri silalahi

Manajemen

“Usaha Donat Kecil-kecilan”

Saya dan teman saya yang bernama Hida ini memang hobi dan suka memasak, awalnya kami berencana untuk memasak nasi goreng dan mie goreng tetapi ternyata setelah kami survey ke tempat penjualan dimana kami berencana untuk menitipkan jualan kami (di kantin mb Ika), ternyata sudah ada yang membuat nasi goreng dan mie goreng terpaksa rencana itu kami batalkan dan kami mulai berfikir untuk mencari alternative lain. Saat itu Hida menawarkan untuk membuat resoles, tahu bakso, dan martabak karena dia bercerita bahwa di Kendal dia sering membuat makanan-makanan itu dengan Ibunya sekedar untuk dinikmati keluarga. Namun ternyata saat kami survey ke kantin kampus lagi, sudah ada yang menjual semua makanan yang tadinya kami pikirkan untuk kami buat dan beberapa hari setelah itu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2014 setelah perkuliahan Kewirausahaan 2 selesai, saya didatangi oleh mbak Lina yang juga mengambil mata kuliah Kewirausahaan 2 sama dengan saya. Ia menawarkan saya untuk melanjutkan usahanya untuk membuat donat dan dijual ke kantin kampus. Dia bercerita pada saya bahwa dia memulai usahanya itu bersama dengan temannya sekitar setahun yang lalu. “Awalnya memang gak mudah, aku aja dalam seminggu itu nyoba bikin terus baru akhirnya jadi juga”, katanya. Mendengar hal itu ada rasa takut dibenak saya akankah usaha kecil-kecilan kami ini bisa berjalan atau tidak, tetapi mbak Lina tetap meyakinkan kami bahwa kami pasti bisa membuatnya dan berbekal resep dari nya dan beberapa sumber yang saya cari juga baik dari internet maupun bertanya dengan ibunya Nadia (teman kuliah saya) yang notabene memang berdagang roti dan kue.

Tepatnya kami baru memulai usaha ini pada akhir Oktober 2014 lalu, sebenarnya kami tergolong terlambat memulainya karena setelah mendapat ide itu, Hida berencana mudik ke kampung halamannya dan membawa peralatan seperti kompor, wajan dan hal-hal lain yang dibutuhkan (selain bahan kue) yang tujuannya agar modal yang kami keluarkan tidak telalu besar supaya lebih mudah karena kami memulai bisnis ini berdua.

Tester pertama kami lakukan pada tanggal 27 Oktober 2014 di kos Hida, karena masih belum mengerti takaran yang paling tepat (sebenarnya kami sudah diberikan takaran oleh Ibunya Nadia) namun karena takarannya dalam gram, sementara kami tidak memiliki timbangan dan akhirnya kami pun hanya mengira-ngira berapa takaran yang tepat. Namun ternyata kami gagal dan adonan donat kami bantet (tidak mau mengembang). Karena memang baru percobaan pertama, kami masih tetap bersemangat untuk mencoba lagi dan merasa bahwa kegagalan ini bukan masalah. Sebenarnya menurut mbak kos tetangga kos Hida itu mengatakan bahwa rasanya sudah enak namun hanya kurang pengembang “Kalau udah ditambahin pengembang pasti lebih bagus hasilnya”,ucapnya.

Lanjut lagi kami memulai tester kedua kami pada tanggal 28 Oktober 2014, awalnya setelah kami mencampurkan semua bahan-bahan yang ada, kami diamkan dulu adonan tersebut selama 2 jam agar dapat mengembang dengan lebih baik. Setelah 2 jam berlalu dan saat kami mengecek adonannya kembali ternyata adonan kami dapat mengembang dengan baik dan dengan senang hati kami pun menyiapkan wajan untuk penggorengan. Namun memang keberhasilan belum memihak kami, donat yang kami buat pun masih kurang manis dan kurang berasa. Meskipun begitu kami tetap berfikir bahwa ini baru percobaan kedua dan kami mencoba meyakinkan diri kami sendiri bahwa tidak apa untuk gagal yang kedua kali

6

ini. Di hari itu juga kami sepakat untuk mencoba tester selanjutnya pada hari kamis tanggal 30 Oktober 2014. Namun ternyata ada hal yang mengharuskan Hida untuk pulang ke Kendal sehingga rencana itu harus tertunda. Saya sempat terfikir bahwa mengapa saya tidak mencoba sendiri saja dari pada banyak waktu yang terbuang sia-sia. Saya pun meminjam kompor, kuali dan alat-alat yang diperlukan untuk tester yang diletakkan di kos Hida dan saya letakkan di kos saya agar saya bisa tester sendiri. Dengan berbekal kemauan sendiri saja saya pergi ke swalayan dan membeli keperluan untuk tester saya disana. Siang harinya saya memulai tester dengan mencampurkan semua bahan-bahannya seperti tepung terigu, gula, garam, pengembang, pelembut, susu, telur, kentang dan yang terakhir mentega (karena saya dapat masukan dari Ibu Nadia bahwa sebaiknya mentega dimasukkan terakhir).

Sesuai dengan percobaan sebelumnya saya mendiamkan adonan yang telah jadi tadi selama 2-3 jam. Dan lanjut saya menyiapkan penggorengan untuk memasak adonan donat yang telah mengembang tadi. Ternyata hasil nya masih belum seperti yang diharapkan karena donatnya ternyata terlalu asin karena sepertinya garam yang saya masukkan terlalu banyak. Ada rasa kecewa terlintas dalam diri saya, namun saya tetap mengingatkan diri sendiri bahwa ini baru perjuangan dan saya tidak boleh menyerah di tengah jalan.

Keesokan harinya yaitu jum’at 31 Oktober 2014 saya mencoba lagi. Nadia pernah memberi masukan pada saya untuk mencoba mendiamkan adonan lebih dari 2-3 jam karena biasanya ibu nya jika membuat adonan selalu dibuat malam hari dan digoreng pada pagi harinya. Dan saya pun mencoba hal yang demikian juga dengan membuat adonan pada malam hari dan memasaknya di pagi hari, malah ternyata saat menggoreng adonannya donat tersebut sudah asam (mungkin karena terlalu lama). Dan tidak dapat dipungkiri saat itu sempat terfikir untuk saya menyerah saja, namun setelah dipikir-pikir ulang sepertinya jika saya menyerah begitu saja, usaha saya selama ini terasa percuma saja.

Akhirnya pada hari minggu tanggal 2 November 2014 pagi Hida sudah kembali ke Jogja dan kami pun memulai untuk percobaan kami selanjutnya. Dengan kembali mencampurkan semua bahan-bahannya seperti ±200 gr tepung terigu, 3 sendok makan gula pasir, satu sendok the garam, 1 butir telur, 1 bungkus susu kental manis, setengah bungkus pengembang dan satu sendok the pelembut, dan 3 sendok mentega dan dengan ditambahkan sedikit air kami mencampurkan semuanya itu dan kembali mendiamkan adonan selama 3-4 jam. Setelah itu akhirnya donat yang kami buat berhasil dan dapat mengembang dengan baik dan kami pun bersyukur bahwa sudah mendapatkan jalan untuk usaha kami ini.

Kami memulai untuk menjualnya ke kantin kampus pada tanggal 3 November kemarin dan dengan bermodal Rp 55.000 untuk 2 kali adonan dan setiap sekali adonan kami menghasilkan ±15 tusuk donat yang setiap tusuknya berisi 3 bulatan donat dan kami jual pertusuknya Rp 2.000. Sehingga jika dihitung-hitung dalam dua kali adonan sekitar Rp 5.000an dan sampai sekarang kami masih berusaha membuat donat dan menjualnya di kantin kampus.

Pada tanggal 10 November 2014, kami berencana untuk menjual donat kami lagi, tapi ternyata karena saat itu pulang kuliah sudah terlalu sore sementara kami perlu waktu beberapa jam untuk membuat donat tersebut, dan sudah terlalu malam untuk menitipkannya

7

di kantin kampus hingga akhirnya kami menjualnya di burjo dekat kos. Kami menitipkannya pukul 19.30 WIB sementara burjo tersebut tutup pukul 23.00 WIB.

Awalnya kami berencana untuk menjual Rp 2.000/tusuk namun karena teteh yang berjualan di burjo itu complain harganya telalu mahal, jadi kami hanya menjual Rp 1.500 per tusuk dengan isi dalam satu tusuknya 4 buah. Keesokan harinya saya dan Hida berencana untuk memasak lagi besok, jadi sore harinya kami mendatangi burjo itu lagi untuk mengecek berapa hasil donat yang terjual. Saat itu kami menitipkan 10 tusuk namun kami sedikit kecewa karena yang laku terjual hanya 6 tusuk.

Ketika teteh penjual burjo itu akan memberikan hasil uang penjualan donat kami, beliau cerita katanya isi dalam donat kami tidak terlalu matang, jadi beliau memberi masukan jika akan memasak lagi agar minyaknya lebih diperbanyak sehingga semua adonan donat yang akan digoreng tenggelam di dalam minyak.

Keesokan harinya tanggal 14 November 2014, setelah selesai kuliah, kami langsung ke swalayan untuk membeli bahan-bahan untuk membuat donat, awalnya saya akan membeli susu kental manis namun Hida memberi masukan agar kami tidak usah menggunakan susu karena jika kami menjual di burjo dengan harga Rp 1.500/tusuk untung yang kami dapatkan hanya sedikit dan kami juga berinisiatif utuk sedikit memperkecil ukuran donat kami dari ukuran sebelumnya.

Saat sedang membeli kentang di tempat ibu sayur di gang yang tidak terlalu jauh dari kos kami ternyata di tempat ibu sayur itu di jual juga jajanan-janjanan pasar namun karena kami kesana sudah sore jadi kue-kue tersebut sudah habis, dan ibu itu cerita kalau biasanya jajanan makanan disana di beli saat pagi hari dari pasar dan siangnya biasanya sudah habis. Dan melihat itu, saya berinisiatif untuk menjual donat kami juga disana. Ternyata ibu itu juga mengizinkan rencana kami itu dengan tetap menjual Rp 1.500/tusuknya.

Hari itu kami menyelesaikan pembuatan donat pada pukul 18.00 WIB dan mengantarkannya ke burjo pukul 18.30 WIB, sebelumnya saat memasak kami takut donat yang kami masak tetap tidak matang, namun ternyata bisa matang sampai ke dalam. Dan dengan percaya diri kami menjualnya ke burjo teteh itu lagi. Hari minggu tanggal 16 nya kami jemput lagi ke burjo itu dan Puji Tuhan donat kami laku semua.

Selanjutnya tanggal 19 november, kami membuat adonan lagi dan berencana membuat untuk 30 tusuk yang akan kami titipkan di burjo dan di tempat ibu penjual sayur. Kami membuat adonan mulai pukul 04.30 WIB sampai pukul 06.30 WIB dan memasukkan masing-masing 15 tusuk ke dua buah kotak.

Besoknya kami kembali ke burjo untuk melihat hasil titipan kami dan ternyata di burjo donat kami habis sedangkan di warung sayur itu hanya terjual 10 tusuk tetapi kami tetap senang karena paling tidak ada perkembangan dari penjualan kami sebelumnya. Kami masih membuat donat untuk kami jual pada akhir desember sampai sekarang. Sampai saat ini kami masih tetap menitipkannya di warung burjo dan di warung ibu penjual sayur walaupun untungnya tidak terlalu besar kami senang karena paling tidak kami sudah mengerti bagaimana caranya berusaha.

***

8

Disusun Oleh : Siti RomelahManajemen

“Chipo KroketJajanan Praktis dan Bergizi”

Jajanan pasar merupakan makanan yang sudah akrab di lidah orang Indonesia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Indonesia yang kaya budaya membuat jajanan pasarnya memiliki beraneka ragam bentuk dan rasa. Salah satu jajanan pasar yang diminati masyarakat adalah kroket. Namun di beberapa daerah di Indonesia tidak begitu mengenal makanan yang pada umumnya terbuat dari kentang ini. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang dengan isian berupa ayam serta berbentuk bulat. Namun sekarang ini, banyak pula kroket yang dibuat berbentung lonjong atau sedikit lebih panjang.

Di Yogyakarta, jajanan pasar sangat mudah didapatkan dibeberapa tempat. Misalnya saja di pasar-pasar maupun di pinggiran jalan besar seperti Jalan Glagahsari, Jalan Ngeksigondo dan Jalan Brigjen Katamso. Harganya pun terbilang sangat ekonomis untuk ukuran mahasiswa maupun masyarakat umum. Sangat nikmat dimakan di pagi hari untuk sekedar mengganjal perut atau menemani aktivitas di pagi hari. Di Yogyakarta juga banyak industri rumah tangga yang memproduksi jajanan pasar. Jajanan pasar tersebut biasanya dijual kepada para penjual jajanan pasar atau toko-toko yang menjual kue. Ada juga yang sudah berhasil memasarkan jajanannya ke hotel-hotel dengan jumlah pesanan yang menetap setiap harinya. Para pembuat jajanan pasar akan mengalami masa panen pada saat bulan Ramadhan, jumlah jajanan yang di produksi bisa mencapai tiga kali lipat dari biasanya.

Kroket termasuk jajanan yang masih jarang dijual. Para pembuat jajanan pasar pun enggan untuk membuat jajanan yang satu ini. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang, dan kentang inilah yang dianggap sebagai kendala dalam proses pembuatan kroket. Harga kentang yang lumayan mahal terlebih lagi proses pembuatannya hingga menjadi adonan kentang membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Ibu teman saya merupakan salah seorang pembuat kroket yang sukses dan menjadi suplier tetap untuk hotel Inna Garuda Yogyakarta. Sekitar satu tahun yang lalu saya belajar untuk membuat kroket, karena pada waktu itu saya sering membeli kroketnya sehingga ada keinginan untuk belajar membuatnya. Ternyata proses pembuatannya tidak serumit yang saya bayangkan. Adonan kentang bukan terbuat dari kentang yang direbus dan dihaluskan, namun terbuat dari tepung kentang. Harga tepung kentang ternyata cukup ekonomis, yaitu Rp 40.000 per kilogram. Satu kilogram tepung kentang bisa untuk membuat sekitar 250 buah kroket, tergantung dari besarnya kroket yang dibuat.

Resep yang saya buat sama persis dengan yang dibuat ibu teman saya, mulai dari takaran hingga cara membuatnya. Kroket pertama yang saya buat untuk dijual yaitu pada tanggal 23 Oktober 2014. Modal awal untuk membeli bahan-bahan kroket sebsesar Rp 150.000. Modal sebesar itu cukup untuk membeli ayam 1 kg, tepung kentang 1 kg, tepung panir 1 kg, telur 0,5 kg, gula pasir 0,5 kg, 2 buah wadah plastik ukuran sedang dan bahan-bahan pelengkap lain seperti garam, vetsin, lada, bawang Bombay, bawang putih serta penyedap rasa. Bahan-bahan tersebut apabila digunakan semuanya maka akan menghasilkan sekitar 250 buah kroket. Satu buah kroket saya jual dengan harga Rp 1.300 per buah, dikalikan 250 maka total omset yang didapat adalah Rp 325.000. Jadi dapat disimpulkan bahwa profit yang didapat per 250 buah kroket adalah sebesar Rp 175.000. Itu adalah penghitungan awal yang saya lakukan. Namun pada kenyataannya ada beberapa kendala yang saya hadapi sehingga profit yang didapat lebih sedikit dari penghitungan awal.

9

Sebelumnya saya belum pernah berbisnis atau berniaga dalam waktu yang lama. Dulu pernah berjualan jilbab namun karena kurang serius menggelutinya dan ketidaktahuan saya terhadap selera pasar sehingga membuat bisnis tersebut tidak berjalan lama. Hanya merasa nyaman saat menjalaninya diawal dan selanjutnya menjadi malas. Ketika akan membuat

suatu usaha diperlukan sebuah konsep yang detail. Ketidaktahuan saya dalam bisnis ini memaksa saya untuk mengenal pola pasar terlebih dahulu.

Pada awalnya saya menitipkan kroket di pasar dekat rumah saya di Kotagede. Kebetulan di sana belum ada yang menjual kroket. Saya menjual kroket seharga Rp 1.300 per buah, kemudian dari pihak pemilik toko menjualnya kepada konsumen dengan harga Rp 1.500 per buah. Uang selisih itulah yang menjadi keuntungan pemilik toko. Pada hari itu hari sabtu yang kebetulan

adalah hari libur. Saya menitipkan sebanyak 20 buah kroket, dan ternyata kroket ludes terjual di hari pertama. Kemudian hari kedua yang juga hari libur saya membuat 20 kroket lagi, dan terjual habis seperti pada hari pertama. Setelah itu saya berencana untuk menambah jumlah kroket yaitu menjadi 30 buah. Di hari ketiga yaitu hari senin ternyata hanya 10 buah kroket yang laku terjual. Berdasarkan kejadian tersebut saya menyimpulkan bahwa hari pertama dan kedua kroket terjual habis karena pada hari itu adalah hari libur atau akhir pekan, sehingga jumlah pengunjung pasar meningkat dan orang yang berminat membeli jajanan pasar menjadi lebih banyak. Sedangkan hari senin sampai dengan jumat orang sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Setelah kejadian tersebut saya memutuskan untuk membuat kroket sebanyak 20 buah untuk hari senin sampai dengan jumat, dan sebanyak 40 buah untuk hari sabtu, minggu, dan hari libur. Pasar Kotagede memiliki hari tertentu untuk pasaran besar yaitu pada saat hari Legi. Pada saat pasaran legi saya juga menambah jumlah dagangan menjadi 30 buah karena pengunjung pasar lebih banyak dari hari biasanya. Setelah seminggu pertama, tidak setiap hari kroket yang saya titipkan habis terjual. Terkadang sisa 3 buah, dan tidak jarang juga tersisa 5 buah kroket. Pada hari ke delapan, saya memutuskan untuk menitipkan kroket di tempat lain juga yaitu di toko kue di jalan Ngeksigondo. Toko tersebut hanya buka pada saat pagi sampai menjelang siang dan setiap hari selalu ramai pembeli karena dekat dengan lingkungan sekolah dan jalan besar.

Strategi yang saya terapkan sama dengan sebelumnya, yaitu 20 buah kroket hari senin sampai dengan kamis dan 30-40 buah kroket pada hari sabtu dan minggu. Di toko kue jalan Ngeksigondo tersebut kroket yang saya titipkan lebih banyak terjual dari pada di pasar Kotagede. Mungkin karena tempatnya yang strategis di pinggir jalan besar, sehingga orang lebih nyaman berbelanja disana. Berbeda dengan di pasar Kotagede yang harus melakukan parkir terlebih dahulu, selain itu juga terdapat lebih dari satu toko kue disana sehingga peluang jajanan untuk terjual menjadi lebih kecil disebabkan banyaknya saingan. Untuk sementara saya hanya membuat kroket dengan isian ayam, namun selanjutnya saya juga berencana untuk membuat variasi isian lain seperti sayuran, keju, ikan dan udang. Inovasi harus dilakukan untuk memberi ciri khas tersendiri dan membuat konsumen menjadi tidak cepat bosan. Bahan adonan yang terbuat dari kentang juga bisa terbuat dari bahan lain

10

misalnya kroket nasi. Mungkin bisa juga membuat eksperimen dengan menggunakan singkong atau ubi, namun saya belum pernah mencoba membuatnya. Tetapi inovasi-inovasi yang dilakukan juga tetap harus memperhatikan selera pasar dan mengikuti perkembangan jaman.

Saya mulai membuat kroket pada pukul 19.00 WIB atau setelah sholat isya, biasanya selesai pada pukul 21.00 WIB tergantung dari jumlah yang dibuat. Kemudian pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB tinggal menggoreng saja yang membutuhkan waktu tidak terlalu lama. Pada pukul 07.00 WIB kroket diantar ke tempat penitipan, setelah itu baru saya berangkat ke kampus. Memang sedikit melelahkan, tetapi jika dijalani dengan niat terasa semakin ringan. Saya pun masih bisa membagi waktu untuk belajar, mengerjakan tugas kuliah, membaca buku, mengikuti taklim dan pengajian. Saya berusaha menyesuaikan semuanya agar dapat berjalan beriringan bersama. Hal ini juga menjadi pembelajaran bagi saya bahwa untuk membuat usaha sekecil apapun itu tidak mudah. Menguras banyak tenaga dan pikiran, butuh ketekunan, keseriusan, manajemen usaha yang baik dan semangat untuk terus konsisten.

Dalam bisnis kroket ini saya tidak memiliki target khusus, tetapi berawal dari sini saya mulai belajar untuk memulai usaha dan cara-cara untuk mengembangkan usaha disertai dengan target-target yang harus dicapai. Memulai sebuah usaha sebenarnya mudah, tetapi sangat sulit untuk konsisten dalam menjalankan usaha tersebut. Dibutuhkan keuletan dan kesabaran untuk dapat terus menjalankan usaha tanpa rasa bosan.

Setelah usaha ini berjalan selama kurang lebih satu bulan, saya mulai memikirkan untuk memberi nama produk yang saya buat. Dengan adanya nama produk akan memudahkan saya dalam mempromosikannya dan juga untuk menarik minat konsumen agar merasa penasaran dan tertarik dengan kroket yang saya buat. Kroket ini saya beri nama “Chipo Kroket”. Chipo merupakan singkatan dari chicken potato kroket, karena kroket pada umumnya terbuat dari kentang dengan isian berupa ayam. Nama tersebut cukup unik dan membuat teman-teman saya merasa penasaran.

Pada awalnya rencana memberikan nama produk ini bertujuan untuk pembuatan sticker yang akan di tempel pada kemasan kroket, namun kenyataannya sampai saat ini pun saya belum merealisasikan hal tersebut. Sejauh ini saya hanya mencetak brosur untuk memperkenalkan produk saya kepada masyarakat terutama teman-teman dan tetangga di sekitar saya. Pelanggan yang membeli produk saya sebagian besar adalah para ibu rumah tangga.

Awalnya saya merasa takut untuk menawarkan pesanan dalam jumlah yang besar karena terkendala masalah tenaga dan waktu karena saya masih harus membagi waktu dengan kuliah dan hanya seorang diri membuat kroket. Hal ini juga yang terkadang membuat saya merasa bosan karena lelah harus membuat kroket setiap hari. Untuk saat ini tidak setiap hari saya membuat kroket, saya membuat kroket hanya pada saat pasar ramai yaitu pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu serta hari-hari besar atau hari libur saat pasar dipenuhi pengunjung. Pada hari-hari biasa jumlah pengunjung sedikit sehingga kroket yang saya titipkan selalu tidak habis terjual, oleh karena itu saya memutuskan untuk membuat kroket pada hari-hari tertentu saja dan pada saat ada pesanan.

Promosi yang sudah dilakukan yaitu melalui mulut ke mulut saja. Saya menawarkan kroket kepada teman-teman di kampus dan ibu-ibu di sekitar rumah saya. Selain itu saya juga membuat desain brosur yang sederhana untuk memperkenalkan chipo kroket yang saya buat. Promosi sederhana yang saya lakukan membuahkan hasil. Saya mendapatkan pesanan 100 buah kroket untuk arisan ibu-ibu PKK di sekitar rumah saya. Saya juga mendapat pesanan

11

dari teman kampus yang beberapa memesan kroket meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit. Tanggapan dari teman-teman pun cukup memuaskan, terbukti ada salah seorang teman yang tidak hanya sekali memesan. Mereka memesan bukan karena terpaksa atau hanya ingin mencicipi saja, tapi memang suka dengan kroket buatan saya.

Keunggulan chipo kroket yang saya buat adalah yang pertama terbuat dari tepung kentang. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang yang direbus lalu dibuat adonan, kendala produksi kroket yang terbuat dari kentang adalah sulit untuk mendapatkan kentang yang bagus dengan kualitas yang sama secara terus-menerus. Sehingga apabila kentang mempunyai kualitas yang buruk maka akan mempengaruhi rasa kroket secara keseluruhan, karena bahan utamanya adalah kentang.Saya membuat adonan yang terbuat dari tepung kentang yang berasal dari kentang asli. Tepung kentang tersebut mudah didapatkan di toko-toko kue. Adonan yang terbuat dari tepung kentang akan membuat rasanya konsisten dari waktu ke waktu, proses pembuatannya pun lebih mudah dan cepat bila dibandingkan dengan menggunakan kentang asli.

Keunggulan yang kedua yaitu menggunakan bahan-bahan yang segar. Saya selalu membuat kroket dari bahan-bahan yang berkualitas bagus dan segar. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari pasar, sehingga memudahkan saya untuk mendapatkan bahan-bahan bagus yang masih segar. Bahan-bahan dibeli pada saat adonan akan dibuat agar kualitas kroket tetap terjaga dan dapat bertahan lama. Keunggulan yang terakhir adalah harga yang lebih murah. Chipo kroket lebih murah daripada kroket yang ada di pasaran. Hal ini karena chipo kroket terbuat dari tepung kentang yang selalu tersedia di toko kue, sehingga ketersediaan kentang di pasaran tidak mempengaruhi harga kroket.

Promosi merupakan sarana paling efektif untuk memperkenalkan produk, tetapi tidak cukup dilakukan hanya sekali. Harus diiringi dengan strategi yang jelas untuk mencapai target yang telah ditentukan dan dilaksanakan secara terus-menerus. Bagi mereka yang memang berhasrat tinggi dalam hal bisnis tentu akan terus mencari cara agar tidak cepat merasa jenuh dalam menjalankan bisnisnya. Semangat berbisnis harus dipupuk terus-menerus agar tidak cepat merasa bosan. Saya merasa belum memiliki semangat itu, sehingga menjadi cepat bosan setelah menjalankan usaha dalam beberapa waktu. Tetapi dengan ini saya telah mencoba untuk memulai sebuah usaha dengan pengalaman-pengalaman berharga yang saya dapatkan.

***

12

Disusun Oleh : Yesi Septa Lindawati

Manajemen

“Online Shop Baju Cowok”

Memulai sebuah bisnis baru di dunia maya yaitu bisnis toko online menimbulkan rasa takut, deg-degan sekaligus menciptakan rasa kesenangan tersendiri karena mempunyai dunia baru dengan memulai suatu bisnis. Untuk memulai bisnis baru tidak harus diawali dengan pembelajaran bisnis ataupun mempunyai banyak pengalaman. Karena bisnis baru dapat di lakukan dengan apa adanya. Yang penting disini adalah mau bertindak dan berani mengambil resiko gagal maupun berhasil.

Walaupun berawal dari hal yang sederhana dan apa adanya dalam membangun bisnis toko online namun untuk hasilnya jangan apa adanya. Justru degan hal yang apa adanya dan sederhana jika kita menjalankan dan mengembangkan dengan ketekuan, kegigihan maka akan menjadi bisnis yang besar dan akan mendatangkan keuntungan yang besar pula.

Awalnya saya tidak pernah berfikiran untuk menggeluti bisnis online tetapi karena ada seorang teman yang menawarkan saya untuk menjualkan barangnya dengan upah yang lumayan untuk seorang mahasiswa, jadi setelah saya pikir-pikir lebih baik saya ambil tawaran tersebut untuk menambah uang saku bulanan saya.

Dengan berbekal handphone saya mulai melihat lihat harga dan model-model baju cowok meskipun sebelumnya saya tidak mengerti dalam masalah style cowok dengan mensurvey harga dan kualitas produk toko milik teman saya dengan toko-toko lainnya untuk perbandingan. Setelah saya melakukan survey untuk melihat-lihat barang-barang yang nantinya akan dijadikan gambar atau foto baju-baju yang ada di distro mlik teman saya untuk di pajang pada media online seperti BBM dan Facebook. Setiap ada barang baru dari toko teman saya, saya selalu di beri kabar dan saya dikirimkan foto-foto baju, celana, dan topi tersebut untuk dishare ke teman terdekat ataupun teman yang ada di sosial media milik saya.

Sudah sekitar 3 minggu saya menjalankan bisnis ini dan hasilnya lumayan memuaskan. Untuk target sendiri teman saya tidak terlalu mengekang hanya saja dia memberi upah Rp 500.000 jika terjual 10 barang dan itu belum dengan keuntungan yang saya ambil dari setiap barang tersebut.

Harga untuk satu baju mulai Rp 65.000-Rp 350.000, harga celana mulai dari Rp 130.000-Rp 400.000 dan topi mulai dari Rp 100.000-Rp 250.000 dan sedikit demi sedikit akhirnya pesanan baju pun mulai berdatangan dan semua pesanan mulai di kirim melalui jasa kurir sehingga secara otomatis keuntungan dapat saya peroleh.

Sebagai seorang marketing seperti saya dengan pendapatan kurang lebih Rp 700.000 sampai Rp 850.000/bulan lumayan cukup untuk tambahan uang bulanan saya dari pada tidak sama sekali. Dari pendapatan yang saya peroleh di setiap bulannya saya akan menjalankan bisnis ini dengan baik dan akan mengembangkannya lebih maju dari sebelumnya agar pendapatan saya juga lebih baik dari sekarang. Disamping itu juga banyak rintangan-rintangan yang saya lalui seperti, banyak teman-teman yang bertanya tentang produk yang saya pasarkan dan mereka bertanya tentang harga dan terkadang ada yang mengkritik karena terlalu mahal, dan jika memang sebenarnya harganya murah di kritik murahan produk KW ya? memang harus menyiapkan mental meskipun kita belum pernah bertemu langsung dengan orang tersebut. Tapi terkadang juga dapat membuat emosi saat sudah bertanya tentang harga, size, warna dan sebagainya calon pembeli tidak jadi membeli barang tersebut.

13

Tetapi dari pengalaman saya selama berjualan ini sangat banyak yang saya dapatkan bukan hanya uang tetapi juga kesabaran, dan menambah teman yang awalnya hanya teman-teman saja sekarang lebih sering berkomunikasi meskipun yang kita bahas hanya barang-barang jualan.

Dua bulanan lebih saya menjalankan usaha ini banyak yang memberi masukan- masukan positif seperti saya disarankan agar memasarkan tidak hanya melalui via facebook dan bbm saja tetapi lebih banyak mengetahui tentang sosial media lainnya supaya banyak yang tahu tentang produk saya dan bukan hanya itu kemarin saya mendapat masukan dari sahabat saya dian, dia menyarankan agar saya menjualkan baju-baju milik distro lain bukan hanya satu distro yang saya jualkan.

Melihat pendapatan perbulan dari teman saya terlintas saya berfikir ingin membuka toko distro dan membuat brand sendiri tetapi untuk saat ini saya harus lebih banyak belajar terlebih dahulu tentang bisnis distro milik teman saya agar lebih menguasai dan mengerti pasar-pasar ataupun cara penjualan yang lebih luas dari saat ini.

Di lihat dari usaha saya saat ini saya lebih mengerti tentang usaha bisnis online dan mengerti tentang dunia pasar dan dengan kegigihan saya selalu menawarkan produk-

produk saya kepada kerabat, teman dekat, ataupun orang yang belum pernah saya temui dan saya kenal sebelumnya.

***

14

Disusun oleh: Anita Ferawati Saudale

Manajemen

“Nasi Ayam Balado”

Sebagai salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, ayam dapat dijadikan berbagai macam menu makanan. Ada ayam bakar, ayam goreng, ayam rica-rica, ayam balado, dll. Dan utuk kali ini, saya (fera) dan teman-teman (stevi, lupita, prima, us dan ana) kami sepakat untuk membuat ayam balado untuk berjualan. Sebelum lanjut ke makanan yang akan kami masak, sedikit cerita bahwa kami berniat untuk berjualan memang karena kami semua adalah penyuka ayam. Entah ayam goreng, bakar, balado, atau apapun itu asalkan ayam maka kami akan dengan senang hati untuk menghabiskannya. Sebenarnya kami telah melakukan jualan ini sejak bulan januari 2014. Namun terhenti karena kami masing-masing mulai sibuk dengan tugas akhir kami yang cukup menguras tenaga. Dan kami baru memulai mencoba lagi saat saya mengatakan bahwa saya ingin melakukan sesuatu yang menghasilkan uang. Teman-temanpun menyambut baik saat saya bercerita.

Kami berenam akhirnya memutuskan untuk berjualan nasi ayam karena hasilnya lumayan untuk bisa membeli pulsa sendiri, hitung-hitung menghemat uang bulanan yang keluar hanya untuk membeli pulsa. Dan yang kami pilih adalah nasi ayam balado, kenapa? Karena kami semuanya berasal dari luar pulau jawa yang sering makan makanan pedas. Kamipun mulai merencanakan kapan kami akan berjualan, dimana dan bagaimana kami akan berjualan. Kami memulai dengan menentukan target yang kami jadikan sebagai pembeli. Dan anak kos (teman-teman kami sendiri) adalah target kami. Kami berenam masing-masing harus mencari sepuluh orang pembeli dengan begitu maka akan semakin cepat jualan kami terjual. Sepuluh orang itu akan kami data sehingga tidak akan terjadi kekeliruan. Setelah mendapat target maka yang kami lakukan adalah menentukan harga. Karena target adalah anak kos maka harga yang diberikan pun harus murah. Dalam hal ini tidak terlalu mahal sehingga mereka mau membeli. Kamipun memutuskan untuk menjual nasi ayam balado kami dengan harga Rp 10.000.

Setelah itu kami juga memutuskan untuk menjual makanan kami pada malam hari saat akan makan malam. Dengan begitu teman-teman tidak perlu keluar untuk mencari makan lagi, karena kami juga yang akan mengantarkan langsung makanannya. Kami juga memberikan waktu bayaran kepada teman-teman yang tidak bisa langsung membayar, paling tidak dua hari setelah itu. Dan hari yang kami tentukan untuk bisa memasak dan menjual adalah hari jumat karena besoknya sabtu dan kami tidak ada kuliah. Dalam sebulan kami hanya berjualan 2-3 kali dengan alasan agar para pelanggan kami tidak bosan akan menu makanan yang kami tawarkan. Maklum, anak kos tidak selalu bisa membeli setiap makanan yang kami tawarkan. Untuk itu, dalam sebulan paling banyak kami berjualan adalah 3 kali.

Dan tanggal 17 oktober (siang) adalah kami mulai untuk membuat nasi ayam. Kami membagi tugas agar semuanya dapat bekerja dengan benar. Berhubung hanya ada 2 orang laki-laki maka mereka yang kami tugaskan untuk mendata berapa banyak teman kami yang akan membeli nasi ayam kami. Tujuannya agar kami tidak rugi apabila yang kami buat tidak habis terjual dan yang lainnya mulai memasak dari nasi sayur dan ayam balado.

Setelah semuanya selesai dimasak dan dihitung maka yang kami akan jual adalah 80 bungkus nasi ayam balado. Dengan 80 bungkus maka kami semua akan mengantar ke teman-teman

15

yang sudah sejak awal telah memesan untuk makan malam. Kami antar makanan sekitar pukul 18.30 WIB. Dan yang lebih membuat senang adalah teman-teman kami bertambah. Yang awalnya hanya teman waktu kami menempuh bangku kuliah D3, sekarang bertambah saat kami melanjutkan S1. Jadi penjualan pun bertambah luas, tidak hanya didaerah Giwangan seperti dulu. Dan akhirnya jualan kami pun habis terjual. 80 bungkus nasi ayam balado ludes terjual. Awal yang baik untuk minggu berikutnya. Hal ini juga terjadi pada tanggal 31 oktober 2014. Walaupun hanya 56 bungkus yang kami jual namun kami merasa puas.

Catatan:

Minggu ke 1:

Ayam 6 kg = Rp 180.000 (perkiraan bahwa akan mendapatkan ± 11 potong perkilo,ternyata lebih). Ditambah dengan wortel, buncis, bumbu dapur, gas, dan mika maka pengeluarannya adalah Rp 250.000

Diluar beras( karena beras kami iuran). Modal : per orang Rp 50.000= Rp 300.000 Pemasukan: Rp 800.000

Jadi, keuntungan yang kami peroleh diluar modal adalah Rp.500.000/6= Rp.83.000

Minggu ke 2:

Ayam 4 kg= Rp 120.000 (12-13 potong perkilo). Ditambah dengan wortel, buncis, bumbu dapur, dan gas maka pengeluarannya adalah Rp 160.000

Diluar beras Modal : per orang Rp 30.000= Rp 180.000 Pemasukan : Rp 560.000

Jadi, keuntungan yang kami peroleh diluar modal adalah Rp 380.000/6 = Rp 63.000

Usaha yang saya dan teman-teman lakukan ini masih tetap berjalan. Walaupun saat ini, nasi ayam yang kami jual sudah tidak sebanyak ketika awal kami berjualan. Yang ketika awal berjualan bisa mencapai 80 bungkus nasi ayam, saat ini hanya bisa mencapai 20-50 bungkus nasi ayam. Alasan merekapun beragam. Ada yang mengatakan bahwa mereka akan makan diluar, ada yang mengatakan bosan makan nasi ayam, dan ada juga yang mengatakan bahwa lain waktu saja mereka akan membeli. Dan kamipun tidak bisa memaksakan mereka agar mau membelinya. Dengan begitu jumlah pesanan tidak sebanyak yang dulu lagi.

Dan pemesanan pun pernah kami dapatkan dari salah satu teman kami yang kebetulan keluarganya datang menjemput seusai acara wisudanya. Saat itu teman kami menceritakan bahwa keluarganya akan datang untuk menjemputnya dan dia tidak ingin memasak sehingga dia ingin memesan nasi ayam juga (jogja chiken). Saat itu juga saya dan teman saya menawarkan teman kami supaya memesan saja kepada kami. Setelah kami menjelaskan bahwa nasi ayam kami menggunakan sayuran maka diapun setuju untuk memesan kepada kami. Dan pemesanan itu kami dapatkan sebanyak 50 bungkus. Saat itu kami tidak perlu

16

mendata karena pemesanan yang kami dapatkan hanya untuk satu orang namun dalam jumlah yang banyak. Setelah pemesanan sebanyak 50 bungkus itu, kami kembali mendapatkan pesanan dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dari sebelumnya yaitu hanya 40 bungkus. Dan penjualan kami pada saat itu dilakukan untuk anak-anak yang akan melaksanakan Natal bersama. Kebetulan salah satu teman saya adalah guru sekolah minggu. Setelah dua kali kami mendapatkan pesanan yaitu dari teman dan anak sekolah minggu maka kami merasa bahwa lebih baik jika memperkenalkan makanan yang kami buat. Dengan begitu maka kami tidak perlu lagi berkeliling untuk menawarkan kepada teman-teman yang ingin membeli nasi ayam balado kami. Bersamaan dengan itu, ketika saya melakukan presentasi tugas KW II juga saya di sarankan untuk membuat brosur yang bisa memperkenalkan makanan yang kami buat.

Awalnya kami membuat brosur yang kecil untuk menempelkan dibagian atas kertas mika. Dan kami melakukan ini untuk yang pertama kali hanya sebanyak 20 bungkus. Itupun hanya sebatas teman yang masih dalam lingkungan kost. Kami mengantarkan itu kepada teman kami. Namun itu dirasa oleh teman-teman menutupi makanan yang ingin mereka lihat sebelum mereka memutuskan untuk mengambilnya. Melihat perbedaan ketika tidak menempelkan brosur dan menempelkan brosur maka teman-teman menyarankan untuk tidak menempelkan apapun diatas kertas mika tersebut.

Sampai saat ini, dilihat dari usaha saya dan teman-teman saya lakukan adalah tidak semua hal bisa diterima oleh konsumen. Mereka terkadang bosan dan merasa membutuhkan sesuatu yang berbeda. Itu hal yang kami rasakan ketika teman-teman menolak untuk membeli dengan alasan bosan dengan lauk yang sama lagi. Dan yang paling kelihatan perubahan atas apa yang kami lakukan adalah jumlah makanan yang setiap waktu bisa berubah akibat selera dan perubahan itu membuat kami merasa bahwa ada yang perlu kami perbaiki. Baik dari cara membuat makanan ataupun cara kami menawarkan kepada teman-teman kami.

Untuk penghasilan semua akan dibagi rata untuk kami berenam. Dapat dihitung total kami berjualan selama 3 kali dalam bulan desember. Untuk semuanya :

Penjualan sebanyak 110 bungkusUntuk 3 kali pembuatan ( 50 + 40 + 20)

Pengeluaran = Rp 380.000 Untuk 3 kali pembuatan

Modal = Rp 480.000 (3x penjualan) Pemasukan = Rp 1.100.000 – Rp 480.000 = Rp 620.000 / 6 = Rp 103.333

Dengan hasil yang saya dapatkan saat ini, saya merasa bahwa saya dan teman-teman jika ingin mendapatkan sesuatu yang lebih maka kami harus lebih sungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari saat ini. Baik itu untuk produk yang kami tawarkan, cara kami untuk menawarkan harus jauh lebih baik. Dengan ini juga saya mengetahui bahwa tidak semua hal bisa didapatkan dengan mudah. Butuh usaha yang sungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti target kami yang ingin mendapatkan 80 konsumen tapi hanya mendapatkan 50 dan yang paling kecil adalah 20 dan saya berharap usah kami ini tetap berjalan walaupun harus tetap berusaha keras untuk bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.

***

17

Disusun Oleh : Susi Sasi

Manajemen

“Susan Online Shop”

Usaha saya ini sudah berjalan 5 bulan dan perjalanan saya tidaklah mudah melainkan banyak sekali hambatan yang datang kepada saya. Hampir putus asa juga saat satu-satunya hp untuk menjalankan usaha saya rusak tidak bisa untuk menyimpan foto. Saat itu saya bingung namun saya menemukan solusinya, akhirnya saya meminjam uang kepada teman terdekat saya untuk membeli hp sebagai fasilitas usaha saya dan akhirnya hp itu sekarang sudah lunas setelah saya cicil dengan hasil dari jualan saya, saya juga bersyukur saya bisa membayar spp sendiri dengan uang hasil usaha sendiri.

Pada bulan Agustus 2014 lalu hasil jualan saya Rp 1.265.000 dengan total barang yang terjual 17 pcs dan barang yang tersisa 3 pcs, untuk bulan September saya mendapatkan Rp 1.661.000 dengan barang yang terjual 11 pcs dan sisa barang yang belum terjual 2 pcs. Di bulan September itu saya dibantu oleh teman saya untuk menjual barang dagangan saya dengan demikian hasil yang di dapatkan juga lumayan banyak.

Di bulan September saya sangat merasa senang karena hsil penjualan saya meningkat terlebih lagi di bantu teman saya. Teman saya bergabung dengan saya pada awal September jadi saya menitipkan baju kepadanya dan dia menjualnya kembali. Per pcs baju saya mengambil keuntungan 20-45% khusus untuk dia atau bagi reseler saya harga baju yang dia jual kembali dapat sesuai dengan keinginannya sendiri. Untuk mencegah terjadinya konflik biasanya harga jual kami kepada customers kami samakan tetapi yang membedakan adalah dari segi pelayanan kami.

Selain itu saya memang melayani hutang kepada pembeli yang mau berhutang baju, dan untuk pembayaranya setiap tanggal 6 dan 21 karena di tanggal tersebut sebagian besar mereka sudah menerima gaji. Jadi setiap tanggal 6 dan 21 saya selalu berkeliling menagih hutang kepada pelanggan yang berhutang kepada saya. Yang berkesan ketika tidak sedikit orang yang selalu menghindar saat saya menagih hutangnya dan saya sering mendapat ejekan dari teman-teman dengan berkata saya tukang kredit (rentenir) dan ocehan-ocehan yang tidak jelas. Tetapi saya tidak mendengarkan ejekan dan ocehan mereka, yang terpenting saya melakukan usaha ini dengan halal.

Namun dari ejekan dan ocehan mereka membuat customers saya bertambah dan banyak yang mengetahui jika saya berjualan baju online, yang awalnya hanya kelompok tertentu yang tahu jika saya berjualan baju tetapi sekarang teman-teman kuliah, teman main, jadi mengetahui jika sekarang saya berjualan baju. Apa lagi dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan, itu menjadi pengaruh besar bagi saya, dan dari situlah juga saya menemukan ide-ide untuk memajukan usaha saya. Di bulan November ini penjualan saya lumayan mengalami peningkatan di bandingkan bulan sebelumnya. Di bulan November saya melakukan transaksi sebanyak 21 pcs dan saya bisa mendapatkan Rp 1.055.000 dari 16 pcs baju yang terjual dan 5 pcs yang tersisa. Setiap barang yang tersisa selalu saya kumpulkan dan terus saya bawa ketika saya sedang menagih uang pakaian dan saya bawa saat mengantar pesanan supaya ikut laku terjual.

Banyak hambatan yang saya lalui saat saya menagih hutang pada teman saya yang berhutang baju pada saya dan saya harus mengambil uang itu di tempat yang jauh padahal untung yang

18

saya terima tidak seberapa. Meskipun begitu semua itu juga demi pelayanan dari Online Shopku. Rasa capek memang sudah saya rasakan dari saat pulang kuliah yang kebiasaan saya selalu tidur, tetapi sekarang setelah pulang kuliah harus mengecek barang dari supplier, berkomunikasi dengan calon pembeli jika banyak pesanan harus mengantarkan pesanan, jika saat panas kepanasan saat hujan kehujanan. Pada waktu itu pernah saya mengantarkan pesanan pada seorang pembeli dan kami bertemu di suatu tempat, saat itu memang hujan lebat sekali kebetulan saya tidak membawa jas hujan. Saat itu memang saya benar-benar dalam kondisi sangat lelah tetapi karena ada pemesan dan diminta di antarkan saat itu juga, jadi walaupun hujan lebat tetap saya antarkan, setelah bertemu dengan calon pembeli, ternyata beliau tidak jadi membeli dengan alasan tidak tertarik dan barangnya tidak sesuai. Padahal dari awal saya sudah memberi tahu spesifikasi dari barang yang beliau pesan. Namun beliau tetap tidak mau membeli. Saya sangat kecewa, dan itu juga membuat saya menangis. Dengan adanya kejadian tersebut sekarang saya semakin teliti dalam membeli barang yang akan saya jual, dan saya lebih sabar dalam menghadapi calon pembeli. Dan sekarang jika ada orang yang memesan saya selalu memberi informasi mengenai bahan, motif, dan harga, supaya hal itu tidak terjadi untuk kedua kalinya.

Selain itu terkadang hal yang membuat saya benar-benar lelah adalah saat siang saya mengantarkan pesanan nanti sore jam 6 saya mengantarkan pesanan lagi, kemudian jam 9 mengantarkan pesanan lagi. Jadi saya harus bola-balik dan tidak bisa langsung jadi satu karena waktu pembelinya berbeda dan sulit untuk diatur. Dan itu belum tentu mereka membayarnya dengan cash karena terkadang ada yang hutang, terkadang hutangpun saya harus mengambil uangnya. Mereka tidak mengantarnya. Tapi terkadang ada yang membayar via transfer. Namun saya lebih suka ketemu langsung dengan pembeli, karena dapat membuat suasana keakraban diantara penjual dan pembeli.

Untuk bulan Desember kemarin saya mendapat pesanan baju Natal dan Tahun baru. Kebanayakan para customers memesan baju warna merah untuk di gunakan waktu Natal dan baju berwarna cerah dan agak sedikit mewah untuk digunakan sewaktu Tahun baru. Kemudian saya segera memesan baju pada beberapa supplier saya dan saat itu juga saya sering mengupdate foto baju baru dengan model yang baru dengan bernuasa Natal dan Tahun baru. Setelah barang datang saya mulai men-share foto-foto baju tersebut di grup online saya.

Setelah selesai tahun baru +3 saya mulai membuka lagi discount besar-besaran mulai dari 30% hingga 50% hal itu saya lakukan untuk mengantisipasi sisa barang saya yang belum laku terjual, saya mengadakan promo discount selama 2 hari, dan hal itu saya umumkan dengan cara Broadcast pada grup online saya.

Di bulan Desember ini saya mendapatkan Rp 1.530.000 dengan membeli 16 pcs baju yang terjual 13 pcs dan sisa 3 pcs baju. Sebenarnya di bulan Desember ini saya sempat kebingungan dengan modal karena ada pembeli yang masih berhutang kepada saya di bulan September dan belum juga membayar hutangnya, namun akhirnya saya pertegas dan Alhamdulillah saya bisa mengatasinya.

Di bulan ini ada lumayan banyak keuntungan yang saya dapatkan namun saya juga menerima tidak sedikit kerugian akibat keputusan saya yang beresiko besar. Saya dari awal memang melayani hutang dan ada salah satu customers saya yang berhutang pada saya dari bulan September sampai sekarag belum di bayar. Kerugian yang saya alami ini sebesar Rp 315.000. Kemarin saya juga mengalami hambatan karena paket pengiriman terhambat karena saya sulit mengambil keputusan, karena saya harus memastikan customers saya pesan baju pilihan

19

mereka dan saat saya laporan ke supplier itu menjadi lambat. Di tambah lagi paketan terhambat karena hari Natal dan Tahun baru. Yang biasanya saya 3-4 hari sudah sampai dan ini membutuhkan 10 hari baru terkirim. Saya kemarin juga kurang teliti karena alamat yang saya tulis kurang lengkap jadi saya harus konfirmasi ulang kepada pihak paket JNE untuk mengubah alamat paket. Saya tidak teliti karena terlalu terburu-buru. Saya selalu melayani customers selama 24 jam bahkan malam Tahun baru kemarin saja saya masih di sibukan dengan pengantaran barang.

Gambar tersebut adalah contoh baju yang saya jual. Saya menjual baju dengan harga yang standart biasanya saya mengambil keuntungan sebesar 20%-30% untuk baju santai biasa, dan saya mengambil keuntungan 30%-45% untuk baju dress, karena bahanya bagus dan peminatnya lumayan banyak sekali dan peminat dari baj dress memang orang kalangan menengah atas yang bergaya hidup mewah.

Sekarang saya mulai berjualan baju dengan PO bangkok. Harga PO bangkok jauh lebih mahal di bandingkan baju-baju biasanya. Untuk baju PO Bangkok saya beli dengan harga kurang lebih Rp 150.000 dan biasanya saya menjualnya kembali dengan harga Rp 200.000 an per pcs. Saya juga mulai mencari supplier -

supplier baru supaya saya bisa lebih leluasa memilih dan mempertimbangkan mana yang sekiranya cocok untuk saya jual, cocok pada sasaran saya, dan cocok dengan harga. Saya juga melakukan pemberian bonus belt/ikat pinggang dan bross untuk pembelian di atas Rp 200.000 . Untuk belt/brossnya saya beli beberapa saja karena jarang sekali orang membeli 2 pcs baju dengan hrga Rp 200.000. Itu juga merupakan trik yang saat ini saya lakukan.

Saya juga berusaha meminimalkan pengeluaran saya untuk menghemat modal dengan cara sebagai berikut:

1. Untuk menghemat biaya transportasi biasanya saya mengantisipasinya dengan mengantarkan barang banyak sekaligus. Misalnya ada 5 orang yang memesan baju, maka saya akan antar di hari yang sama. Jadi saya membawa 5 pesanan orang dengan hari yang sama, 5 pesanan saya antarkan 1 sekali dalam 1 antaran. Jadi saya tidak bolak-balik mengantarkan pesanan, hal demikian membuat saya menghemat anggaran bensin.

2. Untuk menghemat biaya pengiriman paket, biasanya saya memesan terlebih dahulu dan saya pending selama 1 minggu. Setelah jangka 1 minggu barang akan dikirim ke alamat saya jadi selama satu minggu hanya transaksi 1 kali pengiriman paket.

3. Untuk plastik pembungkus baju, saya hanya menggunakan plastik pembungkus baju yang berwarna putih, dan plastik hitam biasa.

Itu adalah cara saya dalam menghemat pengeluaran modal usaha saya. Dengan demikian saya bisa menjalankan usaha ini dengan baik dengan pengaturan yang baik juga. Setiap bulanya saya juga membuat rincian buku besar, supaya keuangan di usaha ini bisa tertata rapi, dan saya lebih mudah untuk mengelolanya.

Sekarang modal saya yang Rp 2.000.000 telah kembali, dan saya sudah mengembalikan uang pinjaman dari orang terdekat saya. Dan Alhamdulillah saya juga sudah membayar hutang HP dari usaha saya.

20

Memang diperlukan kesabaran dan proses yang cukup lama. Dari berbagai macam strategi yang sudah saya lakukan, dari pelayanan yang saya berikan kepada customers, saya ingin meningkatnya lagi supaya lebih maju dan lebih berkembang. Sekarang planning saya adalah mempunyai toko baju sendiri, memang kemarin saya sudah mendapatkan info ruko di daerah godean dengan harga Rp 9.000.000/tahun tetapi setelah saya survey tempatnya masih sepi. Sekarang saya masih mencari - cari tempat supaya dapat maju dan ada perkembangan, tidak monoton seperti ini. Sambil jalan sambil mencari-cari tempat dan meningkatkan volume penjualan.

Semoga saja usaha yang telah saya lakukan selama ini tidak sia - sia dan membuahkan hasil manis yang bisa saya petik dan saya nikmati bersama orang-orang yang selalu mendukung saya dalam usaha saya selama ini. Semoga saja demikian.

Dengan usaha online yang saya beri nama “Susan Online Shop” saya mendapat banyak sekali pelajaran, tidak punya pekerjaan membuat saya memutar otak bagimana caranya saya bisa membiayai kuliah dan membiayai hidup sehari-hari dengan tidak bekerja dengan orang lain, dan kemudian saya menemukan yang cocok untuk saya. Di sini saya benar-benar merasa tertolong dan merasa puas dengan usaha yang saya jalani sendiri.

***

21

Disusun Oleh : Muhammad Zulfikar

Sistem Informasi

“Marketing, Langkah Awal Menjadi Seorang Enterpreneur”

Di semester 3 ini saya mengambil salah satu mata kuliah yang mulai menyadarkan saya tentang pentingnya berjuang dan bermimpi sukses di masa muda, yaitu mata kuliah kewirausahaan. Pada mata kuliah ini, saya dan teman-teman seperjuangan terus di dorong untuk memiliki sebuah mimpi yaitu kesuksesan, kami terus di beri motivasi untuk terus berfikir maju dan mau berusaha untuk sukses. Usaha tersebut bukan berarti kami harus menjadi seorang pedagang, berjualan sesuatu untuk di perjual-belikan, namun apapun jalannya, apapun usaha tersebut agar kami bisa menemukan yang sesuai dengan model dan passion kami untuk di perjuangkan.

Saya mulai mencari kemampuan yang saya rasa bisa saya andalkan. Saya berfikir bahwa saya mempunyai sedikit kemampuan di bidang desain grafis dan itu bisa saya kembangkan. Lagipula itu sedikit parallel dengan jurusan yang sedang saya tempuh sekarang yaitu di bidang ilmu komputer, walaupun di kurikulum jurusan ini tidak sedikitpun membahas tentang ilmu desain grafis namun kemampuan yang saya dapat dijurusan ini (pembuatan dan desain website, pemrograman aplikasi) juga bisa saya gunakan untuk usaha saya nantinya.

Berangkat dari pikiran itu saya mulai bercita-cita untuk membuat sebuah usaha yang berkaitan dengan kemampuan saya tersebut. Untuk merealisasikan usaha tersebut, langkah awal yang saya lakukan saat ini adalah dengan belajar serius dalam mengembangkan kemampuan saya di bidang itu. Saya mulai lebih sering membuka program-program desain grafis dan mengutak-atik fungsi dari setiap tool yang ada di dalamnya. Saya juga sudah membuat sedikit karya desain (pakaian distro) dan masih saya simpan di dalam file komputer saya. Dan untuk menjalankan usaha tersebut, saya pastinya di tuntut untuk mempunyai kemampuan di bidang pemasaran. Nah, saat ini saya juga sedang mengembangkan kemampuan di bidang tersebut. Saya akan mencoba bercerita sedikit tentang pengalaman saya belajar pemasaran.

Saya mencoba menawarkan diri untuk menjadi reseller di salah satu badan usaha milik keluarga saya di Sulawesi. Pada saat-saat pertama mendaftarkan diri menjadi reseller itu saya hanya memberikan alasan kepada beliau bahwa saya hanya ingin belajar berwirausaha dan mengatakan saya tak apa-apa bekerja tanpa bayaran. Dan beliau lantas menerima saya bekerja.

Untuk jenis barang yang saya tawarkan, saya memasarkan pakaian (jaket, baju kaos, jeans) dan aksesoris seperti jam tangan, dll. Saya biasanya menawarkan barang tersebut melalui social media seperti BBM (Blackberry Messenger) dan Facebook karena saya anggap lebih mudah. Karena teman saya dominan berada di Sulawesi, maka target penjualannya adalah orang-orang disana, walaupun saya juga tidak akan menolak jika ada pembeli dari luar Sulawesi yang

22

ingin membeli produk saya. Lagipula jika calon pembeli barang saya adalah dari pulau Jawa, itu bisa lebih murah karena barang yang di order juga berasal dari Bandung dan Jakarta.

Awal memulai pekerjaan ini tidak mudah. Minggu pertama sampai kedua orang-orang masih belum ada yang mau membeli barang yang saya tawarkan. Mereka hanya sekedar menanyakan perihal harga dan kualitas barang, tanpa ada satupun yang membelinya. Mereka tampaknya masih ragu tentang kualitas barang yang saya tawarkan. Namun menurut saya itu hal wajar karena disamping saya masih pemula saya juga menawarkan barang lewat media online dan itu artinya orang-orang hanya bisa melihat barang tersebut lewat layar ponsel/komputer mereka, barang-barang yang ditawarkan tidak bisa di lihat dan di sentuh secara langsung.

Memasuki minggu ketiga sudah ada beberapa orang yang berani memesan barang yang saya tawarkan. mereka rata-rata berasal dari Sulawesi, bahkan ada juga yang sampai ke Samarinda (Kaltim), karena memang ada juga teman saya yang kuliah di salah satu Universitas disana.

Setiap perjuangan ada ujiannya...

Selama berjualan online, tentu saya juga harus fokus merencanakan tujuan utama bisnis yang akan saya jalani, yaitu usaha di bidang desain grafis. Awalnya saya sangat bersemangat untuk terus belajar mengembangkan skill saya dibidang itu, namun ditengah jalan ada beberapa hambatan yang mengharuskan saya untuk berhenti dan beralih fokus ke kegiatan yang lain. Dan itu juga bahkan menghentikan saya selama beberapa minggu dalam berjualan online. Bukannya mengeluh, tapi saya memasukkannya ke cerita ini agar nantinya saya punya cerita kepada diri saya sendiri, dan agar bisa menjadi penyemangat saya supaya bisa terus berjuang. Ada beberapa hambatan yang telah saya hadapi selama dalam merencanakan dan menjalankan usaha saya (ada sebagian mungkin yang tidak pantas saya jadikan alasan), yakni :

Laptop bermasalah

Untuk terus belajar desain grafis, tentu harus lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer dan mempelajari setiap fungsi-fungsi dari tool dalam aplikasi tersebut. Namun pernah saat saya sedang mengerjakan tugas kuliah, tiba-tiba komputer saya mati dengan sendirinya, dan harus dibawa ke tukang servis komputer. Bukan hanya itu, aplikasi desain grafis di dalamnya juga sampai saat ini masih belum bisa di operasikan.

Tugas – tugas kuliah yang semakin ganas“Saya datang ke Jogja untuk belajar. Saya punya banyak tugas-tugas kuliah dan jika

saya mengabaikannya untuk pekerjaan-pekerjaan lain, saya telah berpaling dari tujuan utama..”

Kalimat ini mungkin yang sering menjadi alasan utama saya untuk mengabaikan banyak hal lain di luar kuliah yang telah saya rencanakan. Tugas-tugas semester yang kebanyakan pekerjaan proyek rasanya sangat sulit untuk dijalani bersamaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Bahkan sampai saat ini saya harus membagi waktu bergantian dengan tugas-tugas lain dalam menyelesaikan tulisan yang saya sedang kerjakan sekarang ini.

23

MinderIni mungkin penyakit utama yang paling umum dirasakan oleh para pejuang bisnis

baru, tak terkecuali saya sendiri. Saat melihat teman-teman saya yang lain sudah melangkah sangat jauh dengan penghasilan sampai di atas Rp 10.000.000 dengan bisnis yang dijalaninya, saya semakin selalu bertanya pada diri saya sendiri apakah mampu melakukan hal yang sama yang mereka telah lakukan.

Menjadi pembantu dosenSaya tidak akan mengatakan bahwa ini adalah salah satu hambatan saya dalam

menjalankan rencana saya berusaha, tapi justru juga mendukung usaha saya dalam banyak hal. Tapi ada juga yang menjadi alasan sehingga saya menuliskannya disini.Saat tugas - tugas kuliah satu persatu sedang memanggil untuk dikerjakan, ada kewajiban lain yang juga tak kalah pentingnya yaitu asisten dosen. Hampir setiap hari tidak ada jeda waktu selain harus menghabiskan waktu di kampus. Walaupun begitu banyak pengalaman yang bisa saya dapatkan dalam menjalani kegiatan ini, diantaranya melatih cara saya berbicara di depan orang banyak.

Ternyata barangnya sudah habis..Ini adalah salah satu dari sedikit lika-liku perjalanan saya dalam menjadi seorang

reseller online. Pernah suatu hari salah seorang teman saya yang sedang kuliah di Kalimantan Timur memesan barang yang saya pasarkan lewat media sosial. Sebagaimana umumnya seorang konsumen online, sebelum membeli dia awalnya menanyakan apakah stok untuk barang itu masih ada atau tidak. Sebagai seorang reseller, saya sendiri belum tahu secara pasti tentang ketersediaan barang tersebut secara jelas, karena saya hanya memasarkan barang yang di upload si pemilik di media social. Lantas sebelum menjawab pertanyaan konsumen itu, saya tanyakan dulu ke si pemilik barang, apakah barang tersebut stok nya masih ada. Beliau menjawab bahwa barang itu masih ada, dan menjelaskan tentang detail barang tersebut. Biasanya barang yang dibeli untuk sampai ke tangan konsumen adalah 3 hari. Lantas saya memberi tahu teman saya untuk menunggu barang yang dibelinya sampai ke tangannya 3 hari berikutnya. Dia setuju.

Tiga hari berikutnya, dia menelpon saya dan menanyakan apakah barang tersebut sudah dikirim. Saya menelpon bos saya si pemilik toko apakah barang tersebut sudah dikirim dan saya kaget setelah diberitahu bahwa barang tersebut sudah habis 4 hari sebelumnya, artinya barang itu habis sehari sebelum barang tersebut di pesan oleh teman saya. Lantas orang itu meminta maaf pada saya dan bilang bahwa masih banyak stok lain yang mungkin bisa menjadi alternatif selain barang yang sudah di pesan tadi.

Betapa malunya saya kepada teman saya yang sudah memesan barang itu. Dia yang sudah membayar transfer biaya barang itu dan bahkan sudah menunggu 3 hari ternyata harus menelan kecewa karena barang tersebut telah habis sebelum dia memesan barang. Bukan si pemilik toko yang seharusnya malu, melainkan saya yang memasarkan dan berkomunikasi langsung dengan si pembeli.

Namun saya beruntung karena teman saya tidak marah dengan kejadian itu, padahal seharusnya dia pantas marah dan memaki saya, karena barang yang dipesan dan dibayar olehnya tersebut sudah habis bahkan sebelum dia memesan barang tersebut kepada saya. Dia cukup pemaaf dengan memaafkan saya setelah saya jelaskan pada dia bahwa itu merupakan kesalahan komunikasi antara saya dengan pihak toko. Padahal saya sendiri tidak tahu apakah

24

orang dipihak toko itu sedang tertidur saat menjawab pertanyaan saya ataukah hanya menjawab dengan asal-asalan tanpa mengecek dulu barang yang saya tanyakan itu benar-benar ada atau tidak. Setelah itu saya pun menawarkan alternative lain kepada teman saya, sembari memperlihatkan stok barang-barang lain, saya menanyakan padanya apakah mau membeli barang lain yang harganya sama dengan barang pesanannya ataukah ingin menarik kembali uang yang sudah di transfernya. Setelah mengecek barang-barang yang saya tawarkan, dia bilang pada saya bahwa dia ingin menarik kembali uang yang sudah di transfernya. Disitu perasaan malu saya kembali muncul. Di pikiran saya tentang teman saya itu hanya ada dua perkiraan yaitu dia sudah terlanjur kecewa atau memang hanya tertarik pada barang yang pertama dia pesan itu. Dan sampai saat ini teman saya tidak pernah lagi menanyakan barang yang saya tawarkan. Mungkin dia sudah terlanjur kecewa kepada saya karena kejadian tersebut.

Sampai saat ini saya menjalankan pekerjaan ini selama lebih dari satu bulan. Dan banyak sesuatu yang berharga yang bisa saya dapatkan dari pekerjaan ini, disamping mendapatkan keuntungan financial juga kembali ke tujuan awal saya yaitu bagaimana cara memasarkan produk ke orang lain, apa saja selera produk kebanyakan orang, serta mengetahui perilaku konsumen yang bermacam-macam. Dan tidak mudah menjadi seorang reseller. Menjadi seorang reseller dan memasarkan barang tersebut secara online tentunya banyak memiliki kekurangan di banding memasarkan barang milik kita sendiri secara langsung, karena pengetahuan akan kualitas, kuantitas, dan ada/tidaknya barang tersebut kita sendiri tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Yang bisa kita lakukan sebagai seorang reseller adalah memperbaiki sebaik mungkin komunikasi kita kepada pihak toko yang kita pasarkan barangnya.Pekerjaan menjadi seorang reseller hanya langkah awal saya, dan semoga lewat pengalaman menjadi reseller ini bisa sangat berharga dalam menjalankan usaha bisnis saya nantinya.

***

25

Disusun Oleh : Ginsa Adisti Nugraha

“Rambak Cap Ginseng”

Gin dan seng yang berarti “gigitan pertama bikin ngangenin, sing purun tumbas rejekine padang”.

Pertama saya ucapkan puji syukur atas rahmat yang di berikan kepada saya, sehingga sampai detik ini usaha saya yang pertama masih berjalan dengan lancar dan mulus. Belum begitu lama saya menjalankan project ini dan belum juga banyak pengalaman yang saya dapat, saya pun juga masih harus belajar untuk memajukan usaha saya ini.

Alhamdulillah tidak terasa sudah hampir setengah tahun lebih sedikit usaha kecil saya ini bertahan, disini saya akan sedikit menceritakan tentang kinerja saya atau hasil saya menjalankan usaha saya ini, selama 3 bulan terakhir penjualan kerupuk rambak kulit sapi cap ginseng berkembang lumayan pesat, saat ini sudah ada 25 warung makan, kantin, yang mau diajak berkerja sama dengan saya, sebenarnya saya belum maksimal untuk mengajukan penawaran kerjasama konsinyasi kepada warung makan dan kantin-kantin tersebut, jujur saya masih kurang giat dan sedikit malas untuk berkeliling mencari toko, alasan saya sih panas dan takut hitam. Setidaknya saya berhasil membuktikan kepada warung-warung makan yang dulu menolak produk saya bahwa produk saya ini memang laku di jual, masih teringat ketika mereka menolak saya untuk melakukan kerjasama.

Pernah suatu ketika, salah seorang teman saya yang memiliki warung makan dan bekerja sama dengan saya untuk memasarkan kerupuk rambak di warung makannya, waktu itu dia bercerita kepada saya bahwa ada kerupuk rambak yang harganya lebih murah dari pada produk saya. Awalnya saya terkejut dan sempat berpikiran untuk mengurangi laba yang saya dapatkan. Walaupun laba yang saya dapatkan juga sudah sangat minim. Namun, saya beruntung karena tidak gegabah mengambil keputusan karena ternyata kerupuk rambak yang lebih murah harganya, kualitasnya juga jauh dibawah kualitas produk kerupuk rambak saya. Konsumen yang cerdas pasti akan tetap memilih kerupuk rambak produksi Cap Ginseng. Memang ada beberapa kualitas kerupuk rambak dan harganya pun bervariasi, yang jelas kerupuk rambak Cap Ginseng memang sedikit lebih mahal namun rasanya boleh di adu.

Selain saya menjual dengan cara konsinyasi saya juga terkadang mendapatkan orderan beli putus. Maksudnya pembeli order langsung dengan saya dan langsung membayarnya, sebenarnya bagi saya dan pembeli lebih menguntungkan beli putus, kentungan untuk saya karena tidak menanggung return dan barang jelas laku, sedangkan keuntungan untuk pembeli harganya lebih murah ini di sebabkan karena saya tidak menambahkan biaya return ke produk saya. Apalagi jika pembeli mengorder banyak minimal 100 bungkus pasti saya memberi potongan harga. Potongan harga tersebut juga merupakan strategi saya untuk menyenangkan konsumen. Konsumen yang suka dengan produk saya akan lebih suka jika saat membeli juga mendapatkan potongan harga.

Pernah juga sekali mendapat kerjasama dengan catering di Semarang, waktu itu saya mendapat kabar dari orang tua saya di untuk mengajukan penawaran kerjasama ke usaha catering temannya, waktu itu saya ragu-ragu untuk melakukannya sebab saya sudah putus asa

26

atas penawaran kerjasama saya dengan usaha catering tidak pernah tercapai di Yogjakarta, tetapi dengan sedikit terpaksa saya tetap mencoba untuk mengajukan penawaran beserta price list dan tester saya kirimkan, ternyata penawaran saya di acc oleh pengusaha catering itu kebetulan dia mempunyai pesanan 150 box dan didalam box itu ada krupuk rambaknya untuk acara pengajian di salah satu konsumennya. Mungkin karena beliau teman orang tua saya jadi tidak enak hati sehingga memilih krupuk saya lagi pula banyak juga penjual kerupuk rambak di kota Semarang, tetapi bisa karena beliau telah mengicipi rambak Cap Ginseng jadi ada keinginan untuk mengorder, ingat kan dengan arti ginseng? Sebab saya mengajukan penawaran dengan memberi price list dan tester yang dapat langsung dicicipi. Alhamdulillah saat itu saya mendapatkan order dari catering tersebut sebanyak 150 bungkus dan ukuran besar tiap bungkusnya saya jual dengan harga Rp 1.000 dan saya memberikan bonus 15 bungkus, jadi total saya memberikan 165 bungkus, dan ini baru kali pertama penjualan saya yang paling banyak.

Namun sayangnya tidak setiap saat catering tersebut mengorder rambak saya walaupun saya sudah menjadi supplier tunggal kerupuk rambak catering tersebut, hal ini disebabkan pihak catering hanya memberikan menu terhadap konsumen dan membiarkan konsumen yang menentukan pilihan sesuai budgetnya, repotnya saya tidak bisa selalu memberikan tester ke setiap konsumen catering terkait padahal itu salah satu cara memikat konsumen yaitu dengan rasa. Serta banyaknya pilihan kerupuk di catering tersebut, ada kerupuk udang, kerupuk biasa, kerupuk rambak, dan lain-lain. Namun jika ada konsumen yang menghendaki kerupuk rambak sudah pasti saya kebanjiran order apalagi untuk acara pernikahan.

Saya juga sempat mendapat kritik oleh pengusaha catering tersebut, beliau mengkritik masalah merk krupuk saya, berikut percakapan saya dengan bapak Gatot owner catering : Bpk Gatot : mas harusnya namanya di ganti biar lebih menjual.

Saya : hehehe (saya hanya tertawa dan bilang) ya yang pentingkan hasil penjualannya pak.

Bpk Gatot : tapi brand kan juga mempengaruhi penjualan mas.Saya : ya itu kan bagi yang percaya pak, contohnya saja banyak artis - artis yang

mengubah namanya berharap bisa menjual dan dia laku tapi justru dia semakin terpuruk, tapi tidak sedikit pula artis yang terkenal tanpa mengubah namanya.

Itu adalah sedikit percakapan saya dengan bapak Gatot mengenai merk produk saya, saya pernah membaca artikel yang berjudul “Branding Untuk Yang Kecil” Dibalik brand selalu ada cerita nya (his-story). Cerita tentang orang biasa yang melakukan hal - hal tidak biasa, beda, utama, bahkan pertama dan satu-satunya. Ini salah satu yang saya ingat sehingga kenapa saya memilih memberi merk Cap Ginseng karena menurut saya ini adalah merk yang berbeda dan unik, dan sebenarnya usaha saya ini hanya batu loncatan untuk saya mencapai usaha saya yang saya inginkan, saya mempunyai suatu ide boleh dikatakan ini adalah hal-hal yang beda dan petama, yaitu “encok si emping dan coklat ” yang sudah saya tulis beberapa waktu lalu. Dan ada tulisan lagi dalam artikel tersebut yang masih saya ingat “Branding adalah soal nilai lebih. Ia melekat pada usaha yang tidak sekedar menjual barang atau jasa wadag, melainkan kepedulian dan kebermanfaatan. Terus bertahan, belajar, dan berjuang itulah yang mengantarkan sang pelaku pada keahlian dan keunggulan pencirinya. Branding adalah buahnya. “

Saya akan tetap berusaha membesarkan usaha saya ini, masih banyak target - target yang belum saya penuhi salah satunya membuat inovasi baru yang pernah saya tulis sebelumnya, saya ingin membuat inovasi baru tidak hanya mengandalkan rasa original saja,

27

saya akan membumbui rambak tersebut agar mempunyai berbagai macam rasa, misalnya rasa pedas, keju, bbq dan lain-lain, lalu saya juga akan membuat packaging yang layak jual untuk kalangan menengah keatas.

Dan satu hal yang masih saya ingat dari kata-kata kakek Bob Sadino : “Saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, terkubur bersama tubuh saya ketika mati kelak”

Saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan semoga usaha ini berkembang pesat agar saya bisa lebih mengembangkan bisnis ini menjadi lebih besar dan yang jelas saya tetap ingin mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada semua orang yang selalu mendukung dan mendoakan saya serta member motivasi saya agar lebih baik dan selangkah demi selangkah lebih maju dan sukses hingga saya menjadi orang hebat kelak, seperti : Bob Sadino, Putri (pengusaha termuda), Chairul Tanjung, Susi Pudjiastuti, serta seluruh orang-orang hebat yang lainnya.

***

28

Disusun Oleh : RA. Nadia Ayu Cahya NingTyas

Manajemen

“Kue Kering Ibuku, Peluang Bisnisku”

RAINBOWBAKERY, logo dan merk yang saya buat untuk kue yang dibuat oleh ibu saya. Arti dari logo ini adalah segala hambatan, kerugian, dan jatuh bangun yang sudah ibuku alami jika dijalani dengan keuletan, kerja keras, pantang menyerah dan selalu berusaha maka suatu saat hasil dari semua itu akan berbuah manis, sama seperti pelangi dari gelapnya langit, turun hujan, hingga adanya petir dan badai setelah semua itu selesai maka akan muncullah pelangi. Bukan sebagai sebuah keindahan semata, namun menjadi awal yang baru untuk bisnis kue yang ibuku buat.

Pertama kali saya mempromosikan dengan cara membawa bekal makanan setiap saya sekolah, dari saya duduk dibangku SMP hingga SMA saya selalu membawa bekal makanan yang berisi kue dan makanan ringan buatan ibu saya. Tujuan saya membawa bekal makanan tersebut adalah untuk memberitahu teman-teman saya kalau ibu saya dapat membuat kue dengan cara tidak langsung. Ternyata kue buatan ibu saya banyak disukai dan berita bahwa ibu saya pintar membuat kue pun tersebar dengan sendirinya dikalangan teman-teman maupun guru-guru disekolah dan dari situlah mulai ada pesanan datang.

Bermula ketika saya ingin dibuatkan kue sus oleh ibu saya, ketika kuenya matang tetangga saya kebetulan ada yang berkunjung ke rumah dan saya mengusulkan untuk menjamunya dengan kue sus buatan ibu saya. Namun ibu saya tidak berani untuk menjamu tetangga saya dengan kue sus buatan beliau, ibu saya pesimis dengan hasil kue buatanya karena menurut beliau pendapat yang ayah saya dan saya berikan tentang hasil kue tersebut tidak dapat menjamin kalau orang lain juga akan suka. Dan setelah saya yakinkan, ibu saya akhirnya mau untuk menjamu tetangga dengan kue sus buatan beliau sendiri. Dan responnya pun sangat baik. Kue buatan ibu saya dipromosikan untuk menjadi tambahan snack di acara pengajian, sebanyak 40 kue sus pun diterima ibu saya. Saat pertama kali memperoleh pesanan 40 kue sus tersebut, ibu saya tidak memperoleh keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian itu karena pada tahap ini kue yang diproduksi ada beberapa yang gagal (tidak mengembang/bantet, terlalu kecil) sehingga keuntunganpun semakin berkurang, dan hasil dari keuntungannya berbentuk kue yang gagal produksi tadi dan hanya dapat dikonsumsi pribadi.

Ketika bulan Ramadhan, saya masuk di Langgar tempat tarawihan untuk anak-anak dan remaja yang bernama “Langgar Suasana”. Dan untuk acara malam takbiran, saya merekomendasika kue buatan ibu saya. Sehingga ibu saya memperoleh pesanan untuk membuat snack sebanyak 40 kotak. Snack tersebut berisikan : kue sus, kue lumpur, lumpia dan cemilan (Lombok-lombokan). Keuntungan disini sangat sedikit, kurang lebih hanya Rp 5.000, dikarenakan anggaran untuk per satuan snack yang sedikit/ sangat minim untuk 4 jenis snack dalam satu kotak dan ibu saya hanya bertujuan untuk membantu acara takbiran tersebut agar berjalan dengan lancar, walaupun keuntungan yang diperoleh tidak seberapa. Namun setiap tahun ibu saya selalu mendapat pesanan untuk konsumsi acara takbiran dengan menu snack yang setiap tahun berbeda dan yang selalu ada dan wajib ada adalah kue sus. Walaupun

29

keuntungannya sedikit namun ibu saya tetap menerima pesanan tersebut selama satu tahun sekali.

Disisi lain keenakan dari sus buatan ibu saya semakin menyebar luas, kabar itu pun sampai ditelinga sebuah catering yang berada didekat rumah saya yang bernama “Catering Livia”. Ibu saya memperoleh pesanan kue sus sebanyak 300 kue sus yang dijual @Rp 2.000. Saat itu saya, dan kakak-kakak saya semua membantu untuk memproduksi kue sus tersebut. Kami saling membagi tugas. Dan kami bekerja dari sore pukul 03.00 WIB sampai keesokan paginya pukul 07.00 WIB. Kami kerja lembur karena ibu saya sangat menjaga kualitas dari kue yang beliau buat, karena beliau ingin kue yang beliau buat masih hangat dan masih sangat fresh yang benar – benar baru saja dibuat meskipun membuatnya harus lembur.

Semakin lama pesananpun semakin banyak yang datang dan responnya juga semakin baik, sehingga ibu saya memperoleh pesanan lagi sebanyak 300 kue sus, untuk kali ini ibu saya diminta untuk membuat kue sus buah yang diberi topping buah diatasnya (jeruk, strawberry, dan nanas) dan dilapisi dengan jelly agar buahnya terlihat semakin segar, awet dan dapat meningkatkan keinginan untuk memakannya. Setelah itu Ibu saya rutin per minggu selalu mendapatkan pesanan kue sus berisi fla maupun kue sus buah. Dan keuntungannya pun dapat dipergunakan untuk membiayai kebutuhan saya sekolah, seperti membelikan buku bacaan, alat-alat tulis, maupun spp tiap bulan.

Saat akan memasuki tanggal ulang tahun kakak saya pada tanggal 31 Agustus, saya mengobrol dengan ibu saya diteras. Kakak saya bingung harus mentraktir apa untuk teman-teman kerjanya, saat itu saya tiba-tiba mengusulkan untuk membuat makanan untuk diberikan kepada teman-teman kakak saya di kantor, dan ibu saya pun setuju.

Sehingga pada tanggal 31 Agustus tahun 2013 lalu ibu saya membuat songgo buana (kue sus yang berisikan daging sapi, telur, selada, dan mayonaise), kue sus, resoles mayo dan tanggal 31 Agustus 2014 membuat ledre pisang (ledre pisang adalah makanan khusus yang hanya ada diKraton), pudding, dan butter ballen (kentang rebus yang dicampur dengan daging sapi).

Komentar dari teman-teman kerja kakakku sangat baik mereka juga meminta resep cara membuat kue sus kepada ibu saya dan teman-teman kakakku juga bertanya apakah bisa pesan kue lebaran kepada ibu saya? ibu saya berfikir sejenak, saya berkata “Nanti aku bantu bu, saya bantu mencetak adonan, mengolesi dengan kuning telur dan menaburkan keju. Nanti saya bantu” dan ibu saya langsung menyanggupi pesanan 8 topless kue nastar dan 6 topless kue kastangels. Dan tahun berikutnya 12 kue nastar dan 12 kue kastangels. Sudah 2 tahun ini ibu saya mendapat pesanan kue nastar dan kastangels dari kantor kakakku (PT MIROTA KSM).

Dan sudah 3 minggu saya mencoba menjual kue sus dan resoles mayo dengan menitipkannya dikantin dekat Mualimat. Selama 3 minggu (dari hari senin-kamis) saya menitipkan kue sus dan resoles mayo di kantin dekat Mualimat tersebut, dan responnya cukup baik. Karena murid-murid sekolah disana cukup tertarik untuk membeli kue sus dan resoles buatan ibu saya. Saya tidak berjualan pada hari Jumat karena pada hari tersebut Mualimat libur dan masuk kembali hari Sabtu dan minggu sedangkan Sabtu dan Minggu digunakan ibu saya untuk istirahat dan tidak membuat kue untuk dititipkan di Mualimat.

Pada tanggal 12 Desember 2014 kemarin ibu saya memperoleh pesanan dari PT Mirota KSM untuk membuat kue nastar dan kue kastangels untuk hari Natal. Sebanyak 8 topless nastar dan 8 topless kastangels ibu saya buat dan saya membantu beliau.

30

Setiap saya membantu dan jika ibu saya menerima banyak pesanan, saya selalu mendapatkan uang jajan tambahan dari ibu saya.Meskipun niat saya hanya membantu dan tidak bermaksut untuk meminta uang namun ibu saya selalu memberikan tambahan uang jajan untuk saya.

Dan sebenarnya jauh sebelum banyak pesanan yang datang, saat ibu saya memperoleh pesanan snack yang diminta oleh pelanggan harus ada arem-arem/lemper sedangkan ibu saya tidak bisa membuatnya, ibu saya meminta tolong kepada Bu Tuwuh (tetangga saya) untuk membuat arem-arem tersebut. Kebetulan saat itu

Bu Tuwuh sedang tidak ada tugas memasak di catering. Dan pernah suatu ketika ada pesanan nasi kuning untuk acara syukuran yang sama sekali ibu saya tidak pernah membuatnya ibu saya tetap menerima pesanan itu dan meminta untuk Bu Sam (tetangga saya) untuk membuat nasi kuning dan ibu saya yang membuat lauk pendampingnya.

Ketika saya menjadi seksi konsumsi dalam acara 17 agustus 2014 ibu saya yang membuat snack untuk acara tersebut, dan didalam snack tersebut juga harus ada arem-arem, sedangkan Bu Tuwuh yang selama ini membuat arem-arem tersebut sudah meninggal. Akhirnya saya mencari info dari para tetangga yang bisa membuat arem-arem. Belakang rumah saya namanya Bu Sapari saya mintai tolong untuk membuat arem-arem tersebut.

Banyak dari ibu-ibu tetangga saya yang menganggur untuk membantu ibu saya dalam membuat pesanan. Selain mengisi waktu luang, ibu-ibu tersebut juga dapat mempunyai pendapatan sendiri.

Dan saya mempunyai Tante yang bertempat tinggal di Semarang dan sekarang pindah ke jogja, namanya Tante Mita. Beliau sangat hobi membuat kue kering sama seperti bu saya, dan kemarin minggu saya dan ibu saya berkunjung ke rumah Tante Mita yang berlokasi di dekat Pabrik Susu SGM. Saat berkunjung ke rumah Tante Mita kebetulan saat itu sedang membuat kue Nastar, saya dan ibu saya pun ikut membantu dan saling sharing. Dan waktu membuat kue tersebut saya mengusulkan bagaimana kalau ibu saya mengajarkan cara membuat Nastar dan Kastengels dengan resep ala ibu saya dan ibu saya juga diajarkan membuat Kue Nastar dengan resep ala Tante Mita. Saya mengusulkan hal tersebut karena saat diajarkan Tante Mita untuk membuat kue Nastar bahan yang digunakan banyak yang berbeda dari bahan yang ibu saya biasa gunakan. Bahan yang Tante Mita gunakan adalah bahan-bahan yang kualitasnya sudah terjamin dan harga dari bahan-bahannya pun sangat tergolong mahal dan dari segi komposisi bahannya juga berbeda. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan ibu saya adalah bahan-bahan yang sangat umum dan sangat mudah untuk didapatkan dan harganya masih terjangkau, namun walaupun bahan-bahannya umum dan mudah untuk didapatkan tetap saja tidak semua bahan yang umum tersebut dapat membuat kue dengan rasa yang enak. Dan sebelum menggunakan bahan tersebut ibu saya juga terlebih dahulu melakukan ekperimen untuk mencocokkan bahan-bahan tersebut apakah dapat membuat kue menjadi mempunyai rasa enak atau tidak. Dari pandangan tersebut saya dapat mengusulkan hal tersebut, dan Tante Mita dan ibu saya pun menyetujuinya. Saat proses membuat kue saya juga cukup mengambil bagian, saya diajarkan cara menimbang bahan-bahan agar pas/ sesuai dan diajarkan bagaimana memanggang kue tersebut. Dengan saling bertukar informasi mengenai resep masing-masing ini ibu saya da Tante Mita mempunyai referensi jika suatu saat memperoleh pesanan yang mengharuskan menggunakan bahan-

31

bahan yang mahal ataupun terjangkau, karena dari bahan yang mahal dan terjangkau itu dapat menghasilkan kue yang cukup berbeda.

Dari bermacam-macam kue yang dibuat oleh Ibu saya namun tetap saja kue sus yang paling utama dan untuk harga dari kue sus yang ibu saya jual lebih murah dari harga dipasaran (toko). Jika di toko kue sus sekitar Rp 2.500-Rp 3.500/kue namun ibu saya menjual dengan harga Rp 2.000/kue. Walaupun yang dijual dipasar tradisional juga ada yang lebih murah yaitu Rp 1.500/kue, namun kualitas dari bahannya pun berbeda dengan kue sus buatan ibu saya. Jika kue sus yang berharga Rp 1.500 isian flanya tidak terasa rasa susunya dan cukup jarang juga yang memakai susu segar untuk membuat flanya.

Harga untuk resoles mayo pun jika di pasaran Rp 3.500-Rp 5.500/ resoles sedangkan harga untuk satu resoles mayo milik ibu saya hanya Rp 2.500 dengan ukuran sedang.

Sedangkan untuk harga kue kering seperti nastar dipasaran mencapai Rp 50.000 – Rp 80.000/ topless berbanding terbalik dengan harga nastar buatan ibu saya yang hanya Rp 40.000 dan untuk kue kastangels Rp 60.000-Rp 100.000/ topless dengan buatan ibu saya yang bisa dibeli dengan harga yang terjangkau Rp 45.000/topless.

Usaha kue ini walaupun ibu saya yang membuat kue tersebut, namun saya pasti ikut membantu saat proses produksi dan saya juga berusaha membantu dalam pemasaran untuk membantu agar ibu saya mendapatkan pesanan untuk mengisi waktu luang ibu saat dirumah. Saya juga mengupload kue ibu saya ke jejaring sosial seperti di instagram, twitter dan path. Dari situlah setiap saya mengupload kue, cemilan, maupun makanan selalu direspon teman-teman saya yang juga penggemar dari masakan ibu saya. Namun ibu saya tidak berniat untuk mengembangkan usahanya secara online dikarenakan ibu saya tidak suka dengan kecanggihan teknologi sekarang.

Dan meskipun ibu saya sering memperoleh keuntungan yang tidak cukup besar bahkan terkadang tidak mendapat keuntungan tetapi ibu saya cukup senang jika makanan yang beliau buat dapat disukai/digemari oleh para konsumennya.Seperti prinsip ibu saya adalah “Biarlah keuntungannya sedikit, namun jika konsumen suka dengan rasa dari kue tersebut dan kita menjualnya dengan harga yang cukup murah, konsumen akan datang untuk yang pertama, kedua, ketiga kalinya, keempat kalinya, bahkan akan terus datang kembali”.Karena kepuasan dari konsumenlah yang paling utama, jika konsumen puas maka mereka akan datang kembali. Dan dari profit yang awalnya sedikit, jika konsumen terus memesan, membeli secara terus menerus maka profit akan semakin bertambah.

***

32

Disusun Oleh : Nur Fajrina PutriajiManajemen

“Jadi Pengusaha atau Jadi Budak Pengusaha Selamanya?”

Semua orang bisa berwirausaha. Tidak mengenal usia, pendidikan, bahkan status sosial. Asal ada kemauan dan niat, usaha itu pasti bisa dilaksanakan. Bahkan modal yang hanya pas-pasan juga bisa mewujudkan kita menjadi seorang wirausahawan. Ide-ide kreatif akan produk atau jasa menjadi salah satu penunjang dalam mendirikan sebuah usaha.

Dan usaha saya adalah menjual asesoris dari kain flannel. Di sini saya bukan menjajakan hasil karya orang lain, melainkan menjual hasil karya saya sendiri. Menjual hasil karya sendiri memang repot. Kita harus memproduksi dahulu produk yang akan kita jual. Tetapi dengan memproduksi sendiri (tanpa perantara) produk yang akan kita jual, ada rasa puas tersendiri yang muncul. Terlebih saya juga harus memasarkan sendiri produk saya. Awalnya saya menawarkan ke teman-teman sekelas. Lalu kemudian dari mulut ke mulut. Bahkan kala itu saya terkenal sebagai penjual asesoris dan banyak pula teman-teman sekolah yang memesan produk saya.

Tidak hanya itu saat ini saya juga sedang merintis usaha berjualan kroket. Kroket adalah makanan yang terbuat dari kentang dan diisi oleh bermacam-macam bahan. Tapi kali ini kroket yang saya buat berisi bahan daging giling dan sayuran. Cikal bakal dari bisnis ini sebenarnya karena saya yang memang doyan makan. Kebetulan budhe saya pintar memasak. Dan beliau sering sekali membuat makanan-makanan seperti kroket ini. Karena saya ketagihan kroket buatan budhe saya, saya pun penasaran bagaimana cara membuatnya. Ternyata setelah mencoba beberapa kali kroket buatan saya tidak kalah dengan yang dibuat oleh budhe saya. Bahkan ada yang bilang kroket buatan saya rasanya lebih enak. Saya pun melihat peluang bisnis dari jajanan pasar ini.Awalnya saya memang sedikit bingung. Dari menentukan harganya dan bagaimana cara memasarkan produk saya ini. Saya harus pintar-pintar memilih bahan dan cara membuat kudapan ini agar pas dengan harga yang saya tentukan. Apalagi melihat harga bahan-bahannya yang dia atas rata-rata. Saya harus pintar menyeimbangkan rasa, bahan, dan harganya.

Enam bulan yang lalu, tepatnya saat bulan Ramadhan, ada peluang untuk usaha saya ini. Kebetulan teman saya yang bekerja di catering menawarkan menjualkan produk yang saya buat. Walau beliau hanya menjanjikan khusus untuk bulan Ramadhan saja. Kebetulan karena waktu itu saya baru saja mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja, kesempatan itu langsung saya terima. Bermodalkan uang Rp 200.000 saya bisa menghasilkan 40 buah kroket. Saya memang tidak membuat banyak, karena pasaran yang akan membeli produk saya hanyalah ibu-ibu di sekitar kantor tempat teman saya bekerja. Membuat kroket sebenarnya tidak sulit, namun prosesnya yang panjang menghabiskan banyak waktu. Ditambah lagi saya hanya memproduksi sendirian. Jadi sedikit sulit jika harus memproduksi dalam porsi besar.Setiap hari saya menyetor kroket ke teman saya itu. Hari pertama saya menyetor 40 buah. Alhamdulillah habis terjual semua. Hari kedua, saya memproduksi sekitar 60 buah karena ada kelebihan bahan. Tapi ternyata masih banyak sisa yang tidak terjual. Karena kroket termasuk makanan basah alias bisa cepat basi, saya tak mungkin menjualnya lagi keesokan harinya. Saya pernah mencoba memasukkan kroket yang sudah matang (digoreng) ke dalam kulkas, dan besoknya saya panaskan lagi. Ternyata rasanya memang berbeda dan cenderung tidak enak. Saya tidak mau mengambil resiko, jika kejadian itu juga dirasakan oleh konsumen. Saya memang ingin mengunggulkan kualitas rasa dari pada keuntungan. Sebenarnya bisa saja

33

saya menjual kroket yang sudah tidak fresh. Pastinya saya akan mendapat untung yang lebih. Tapi saya yakin kepercayaan konsumen adalah hal yang utama.

Hari ketiga, keempat, kelima saya menjual 40 buah. Lagi-lagi habis semuanya. Karena saya adalah wirausahawan awam, tidak dipungkiri rasa ingin mendapat keuntungan yang lebih banyak juga tersirat di pikiran saya. Hari berikutnya saya menambah pasokan menjadi 60 lagi. Siapa tahu kali ini habis semua seperti hari-hari sebelumnya. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. Kali ini tidak semua terjual. Bahkan hari itu bisa dikatakan saya rugi karena balik modal saja tidak.Saya pun berusaha memutar otak. Bagaimana supaya produk saya bisa habis terjual. Akhirnya saya memutuskan untuk menitipkan produk saya ke warung-warung. Karena pada saat bulan Ramadhan banyak sekali yang menjual hidangan untuk buka puasa, maka saya pun optimis bisa menumpang jualan di lapak mereka. Tapi ternyata dugaan saya salah. Produk saya sudah banyak yang menjual. Saya tidak putus asa, akhirnya ada satu warung yang mau menerima produk saya.Akhirnya setiap hari selama bulan Ramadhan saya memproduksi kurang lebih 80 buah kroket. 40 buah untuk disetor di tempat teman saya, 40 buah disetor ke warung satunya. Alhamdulillah setiap hari laku semua. Walaupun hasilnya belum seberapa, tapi saya senang karena baru pertama kali bisa menjual hasil buatan sendiri sebanyak itu.

Modal yang saya keluarkan per harinya adalah sekitar Rp 85.000 untuk 40 buah, jadi per buahnya saya jual ke distributor sebesar Rp 2.375 dan dijual ke konsumen sebesar Rp 2.500 supaya mereka bisa mengambil keuntungan sebesar Rp 125. Saya sendiri mengambil keuntungan sebesar Rp 250. Untuk omzetnya per hari saya bisa mendapatkan Rp 170.000 dengan keuntungan bersih Rp 20.000 per hari.Angka yang cukup kecil memang. Saya sadar kendala saya waktu itu sampai sekarang adalah kekurangan tenaga. Kalau saya bisa memproduksi lebih banyak lagi dan bisa memasarkannya dengan pasar yang lebih luas, saya yakin omzet yang saya dapat bisa lebih dari itu. Tidak hanya menjual di lapak orang saya juga pernah mendapat pesanan untuk buka puasa bersama. Waktu itu omzetnya bisa lumayan karena pesanan yang saya dapat juga melebihi produksi saya sehari-hari.Berakhirnya bulan Ramadhan pun menyulitkan usaha saya ini karena lapak tempat teman saya berjualan harus ditutup. Harus ditutup karena memang mereka hanya membuka lapak makanan pada saat bulan Ramadhan saja. Saya pun kini hanya menyetor di satu tempat saja.

Akhirnya saya memutuskan untuk menambahkan produk lain. Pilihan saya jatuh pada produk tahu daun singkong. Untuk produk kali ini proses pembuatannya cukup simple dan harganya pun juga lebih murah. Saya optimis produk saya kali ini mampu menembus pasaran.Bahan-bahan yang digunakan hanya tahu, daun singkong, dan telur sebagai pelapis. Produk ini bisa tercipta awalnya karena dihidangkan pada saat arisan di rumah. Dan produk ini banyak diminati dari pada kudapan yang lainnya. Karena itu saya pun langsung memutuskan untuk menjual produk ini.

Dengan modal awal Rp 150.000 saya bisa menghasilkan 100 buah tahu dengan omset Rp 180.000 per hari. Saya tidak hanya menyetorkan ke satu tempat melainkan hingga 3 tempat. Sekali lagi kendala yang saya dapati lagi-lagi urusan produksi. Karena sampai sekarang saya juga masih bekerja sehingga saya harus membagi waktu untuk bekerja, memproduksi dan juga kuliah.

Strategi pemasaran yang saya terapkan masih cukup sederhana. Hanya menyetor ke warung-warung dan dari mulut ke mulut. Bisnis saya ini memang masih kecil dan bisnis ini bagaikan jamur yang tumbuh di mana-mana alias sudah merebak. Bahkan banyak para pebisnis yang memiliki omset lebih besar, atau beraneka macam makanan lainnya, dan juga

34

rasa yang lebih unggul dari pada produk saya. Rasa pesimis itu ada. Walau sebenarnya kendala saya bukan hanya soal pemasaran tapi juga dari sisi produksi.

Saat ini saya masih bekerja di sebuah perusahaan swasta. Perusahaan tempat saya bekerja bergerak di bidang penerbitan buku. Secara garis besar perusahaan saya juga masih mengembangkan cara memasarkan buku-buku yang sudah tercetak. Dan saya pun juga ambil bagian dalam proses pemasaran itu. Saya lalu berpikir saya sendiri saja harus memikirkan bagaimana mempromosikan produk yang saya jual, tapi kenapa saya harus lebih mementingkan pemasaran di kantor saya. Seperti yang teman saya katakan, “Kenapa kita harus membuat profit untuk usaha orang lain sedangkan kita pun berpeluang untuk menguntungkan usaha kita sendiri”. Ada benarnya perkataan teman saya itu. Saya pun berpikir untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang dan memulai usaha baru yang dapat menghasilkan keuntungan.Tetapi sebelum memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya, tentunya saya harus memantapkan usaha baru yang akan saya buat ini. Saya harus menyusun rencana bagaimana menjalankan usaha ini dan mengapa saya harus membuka usaha ini. Saya berencana untuk membuka usaha foto copy. Seperti yang saya lihat bisnis ini sepertinya cukup menjanjikan. Apalagi semakin banyaknya mahasiswa yang berkuliah di Jogja menjadikan usaha foto copy menjadi primadona di kalangan mahasiswa. Saya sendiri yang seorang mahasiswa menyadari benar akan pentingnya usaha jasa satu ini.

Sebenarnya peluang ini saya ambil dengan melihat kondisi yang ada di kampus kita ini. Di sekitar kampus Mercu Buana II tidak ada usaha foto copy yang berdiri. Padahal saya pribadi sering mencari keberadaan usaha ini. Sehingga jika saya memerlukannya, terpaksa saya harus rela mendatangi foto copy di ujung jalan yang jaraknya lumayan. Saya melihat peluang, jika saya membuka usaha foto copy di sekitar kampus Mercu Buana II pasti akan laris manis karena kebutuhannya yang tinggi.

Saya pun mencari-cari lokasi usaha yang cocok. Dan ternyata teman saya sendiri mempunyai rumah yang dikontrak di sekitar kampus Mercu Buana II kurang lebih berjarak 300 meter. Saat ini saya sedang bernegosiasi apakah saya bisa mengontrak rumah teman saya itu untuk dijadikan tempat usaha. Memang pertimbangan saya ingin membuka usaha ini karena melihat lokasi yang menjanjikan. Karena untuk urusan modal jujur saja belum memungkinkan untuk mendirikan usaha dalam waktu dekat ini. Selain karena pertimbangan lokasi, juga karena saya sendiri bisa mengoperasikan mesin foto copy. Itu yang semakin membuat saya semangat untuk mendirikan usaha ini. Dengan keterampilan yang saya miliki ini tentu saja meminimalisir pengeluaran untuk merekrut karyawan. Untuk awalnya mungkin saya mampu sendiri tapi untuk kedepannya perekrutan karyawan akan dilakukan sesuai kondisi yang terjadi nantinya.

Mungkin usaha ini masih menjadi wacana belaka. Tapi suatu saat jika Allah mengizinkan usaha ini akan segera terealisasikan. Tergantung niat dan usaha yang saya lakukan tentunya. Ditambah dengan dukungan dari keluarga dan semua pihak agar terwujudnya cita-cita yang belum terwujud ini. Saya yakin suatu saat saya akan menjadi seorang pengusaha dan bukan lagi sebagai budak pengusaha.Apalagi dengan membuka usaha saya bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain yang membutuhkan.

Yang terpenting adalah jangan takut bermimpi, karena dengan bermimpi kita bisa menghadapi kenyataan. Dan juga jangan lupa berusaha, karena bermimpi tanpa berusaha hanya seperti mimpi buruk semata. Dan yang paling penting adalah berdoa. Karena tanpa doa, mau berusaha sekeras apapun, jika Allah tak menghendaki, semua akan menjadi sia-sia.

***

35

Disusun Oleh : Ernita Destianingrum

Manajemen

“Bisnis Kecil yang Akan Menuntunku ke Bisnis yang Lebih Besar”

Setelah menjalani bisnis merchandise “SEKOCI” Creative disini saya akan kembali menceritakan usaha yang kedua saya, usaha ini hanya sebagai sampingan saya saja dan baru mulai saya rintis bulan September tahun 2014 yang lalu dan usaha ini masih terbilang baru karena baru saya jalani sekitar 5 bulan. Usaha ini hanya usaha kecil-kecilan saja yaitu menjual pulsa tronik.

Berawal hanya sekedar keinginan saya dan sebagai usaha sampingan dikantor maka saya mencoba membuka usaha ini karena dengan pengalaman saya yang tiap harinya bekerja dikantor sering mendengar banyak keluhan karyawan-karyawan di tempat saya bekerja kehabisan pulsa dan bingung untuk membelinya dan jika ingin keluar pergi membeli pulsa ke counter pulsapun dirasa malas karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan.

Alasan pertama itulah yang membuat saya merintis usaha pulsa tronik ini karena saya hanya sekedar membantu teman-teman kantor agar dengan cepat dapat memperoleh pulsa tanpa membebani mereka yang harus keluar kantor untuk pergi ke counter pulsa. Selain alasan itu ada beberapa alasan yang lain karena selain bisnis pulsa ini mudah, praktis, dan bisa menambahkan penghasilan atau sekedar untuk uang jajan dan uang bensin dari berbagai alasan-alasan tersebut itulah menjadikan saya semakin berniat untuk membuka usaha pulsa tronik ini.

Tak dapat dipungkiri memang kebutuhan masyarakat akan pulsa sampai sekarang masih sangat tinggi. Bahkan bisa dibilang bahwa kini pulsa sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat sekitar. Dengan adanya peristiwa ini saya meyakini bahwa bisnis pulsa ini adalah bisnis yang menjanjikan

Awal mula untuk memulai bisnis ini saya mencari dan membanding-bandingkan harga dari agen-agen pulsa yang berada di sekitar daerah Yogyakarta. Mencari tahu agen pulsa manakah yang menjual pulsa dengan harga yang terjangkau, pelayanan pulsa cepat, tempat nyaman dan bersih, dan yang paling penting jarang trouble atau eror. Setelah membanding-bandingkan dan direkomendasikan oleh salah satu seorang teman saya bahwa didaerah Ngampilan, Yogyakarta itulah yang teman saya gunakan sebagai agen pulsanya karena kebetulan teman saya ini juga menjual pulsa dan akhirnya saya datangi agen pulsa yang dimaksud tersebut dan setelah saya mendatangi tempat tersebut saya langsung mendaftarkan menjadi anggota/ member disitu setelah membaca brosur yang dirasa cukup menarik dan menguntungkan juga.

Saya memilih agen pulsa di daerah Ngampilan, Yogyakarta ini bukan karena harga yang dijual murah bisa dibilang harga disini standar dari agen-agen pulsa yang lain tetapi alasan saya pilih agen ini karena pelayanan cepat dan ramah jika ada kendala trouble atau eror dengan cepat ditindak lanjuti, banyak promo yang ditawarkan, pendaftaran menjadi agenpun juga gratis tidak dipungut biaya sepersenpun, reply sms transaksi dan reply sms komplain tidak memotong saldo deposit pulsa atau gratis, sistem refund yang Auto-reverse. Terkadang gangguan operator Provider menimbulkan masalah teknis yakni kegagalan pengisian pulsa. Tak perlu khawatir, saldo deposit akan di-refund atau dikembalikan secara otomatis oleh sistem server dengan segera, jika sudah menjadi agen kita dapat mendaftarkan sendiri calon agen yang baru, kita bisa mendapatkan komisi dari setiap transaksi dari agen baru yang kita

36

daftarkan jadi semakin banyak agen yang didaftarkan semakin banyak komisi yang kita dapatkan sistem yang diterapkan ini bukan seperti MLM karena disini tidak diwajibkan agen untuk memenuhi target penjualan, tidak mewajibkan perekrutan member baru jadi terserah kita sendiri jika tidak ada perekrutan juga tidak masalah, karena sistem marketing di agen pulsa ini hanya mendaftarkan agen sebanyak-banyaknya sehingga dapat mengoptimalkan penghasilan agen itu sendiri dari komisi transaksi, dan selain berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh agen tersebut tempat yang nyaman dan bersih menambahkan point plus tersendiri untuk saya dan menjadikan saya memilih agen pulsa ini untuk langganan saya untuk mendepositkan pulsa sampai dengan saat ini.

Memulai bisnis pulsa ini pertama kali saya mendepositkan pulsa sebesar Rp 500.000 yang saya peroleh dari uang tabungan saya sendiri dan dari penjualan pulsa dengan deposit Rp 500.00 tersebut saya bisa mendapatkan untung sekitar Rp 22.000. Keuntungan tersebut cukup untuk menambah uang jajan saya, dan semakin hari saya berjualan pulsa ini saya sudah dapat menambahkan deposit pulsa dan sampai saat ini saya sudah bisa menambahkan deposit saya sekitar Rp 800.000 dan saya bisa mendapatkan untung kira-kira sekitar Rp 33.000.

Bisnis pulsa ini bisa dibilang berjalan dengan mulus dan saya hitung untuk transaksi dari menjual pulsa yang saya lakukan ini rata-rata setiap harinya bisa bertransaksi mengirimkan pulsa kira-kira ke 10 nomor paling sedikit, pernah juga dalam sehari saya bertransaksi mengirimkan pulsa ke 20 an nomor. Keuntungan yang saya peroleh dari hasil berjualan pulsa yang saya dapat saya hitung bukan setiap bulannya tapi sekali deposit jadi jika saya mendepositkan pulsa dengan Rp 500.000 saya bisa mendapatkan keuntungan dengan kira-kira Rp 22.000 begitu seterusnya, jadi keuntungan saya hitung berdasarkan pendepositan saya kembali.

Keuntungan yang saya dapat juga dipengaruhi berdasarkan perdana apa yang pembeli gunakan karena setiap perdana memiliki harga yang berbeda dan memiliki keuntungan yang berbeda pula jadi setiap pendepositan saya memiliki keuntungan yang berbeda-beda dan semakin sedikit nominal pulsa yang konsumen beli semakin saya mendapatkan untung yang lumayan dan saya juga tidak begitu sering untuk mendepostikan pulsa kembali karena saldo hanya berkurang sedikit-sedikit. Jika saya hitung keuntungan saya dari bulan September 2014 sampai dengan Januari 2015 yang baru berjalan 5 bulan ini saya sudah mendapatkan total keuntungan yang kira-kira mencapai Rp 600.000 lumayan cukup untuk menambah uang tabungan saya.

Perhitungan keuntungan saya sejauh ini bila digambarkan dalam diagram bisa dikatakan naik dan turun keuntungan tersebut tergantung deposit pulsa yang saya lakukan karena dengan begitu saya mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda pula berikut saya rincikan hasil keuntungan saya dari bulan September 2014 hingga Januari 2015 :

1. Bulan September 2014 : Rp 85.0002. Bulan Oktober 2014 : Rp 163.5003. Bulan November 2014 : Rp 98.2004. Bulan Desember 2014 : Rp 169.2005. Bulan Januari 2015 : Rp 121.300

Keuntungan bulan Januari 2015 ini belum sepenuhnya saya hitung karena belum semua masuk dalam buku laporan keuangan saya perhitungan hanya saya lakukan sampai tanggal 20 Januari 2015.

37

Target pemasaran pulsa tronik ini saya targetkan secara umum terutama memang saya khususkan untuk teman-teman dikantor karena memang awalnya alasan saya merintis bisnis ini karena membantu teman-teman kantor yang kehabisan pulsa tanpa meninggalkan diri dari pekerjaan kantor, tetapi kini bisnis saya makin berkembang juga setelah teman-teman kampuspun juga mulai ikut serta menjadi langganan saya, walaupun dengan laba yang tidak seberapa tapi saya menekuni bisnis ini karena saya berpikir ditengah perkembangan modern ini pasti semua kalangan mempunyai handphone dan pasti akan membutuhkan pulsa untuk berkomunikasi.

Usaha pulsa ini terbilang tidak cukup memperlukan cara promosi yang melelahkan karena dengan seseorang yang membeli pulsa kepada saya maka orang tersebut akan datang kembali dikemudian hari untuk membeli pulsa kembali dan pasti dengan sendirinya teman-teman yang lain ikut serta membeli di tempat saya, selain itu dengan cara SMS ke saya saja sudah bisa saya kirimkan pulsa ke nomor yang ditujukan.

Keunggulan yang saya terapkan dalam bidang usaha pulsa tronik ini selain pelayanan yang cepat, bisa sistem downline jika ingin menambah penghasilan yang berlebih dengan sistem merekrut member baru tetapi disini tidak diwajibkan juga, pulsa tronik saya bisa dihutangi dan bisa membayar keesokan harinya atau melalui via transfer, cukup dengan mengirimkan SMS saja nominal pulsa yang diinginkan bisa langsung cepat pulsa itu sampai ke nomor yang diinginkan mungkin keunggulan yang paling saya utamakan disini pelayanan cepat karena mengingat jika pulsa habis itu sangat dibutuhkan apabila memang yang membutuhkan pulsa itu dalam keadaan yang mendesak dan benar-benar membutuhkan pulsa.

Beberapa strategi pemasaran untuk menunjang bisnis pulsa elektrik samapi sekarang ini adalah saya sebagai berikut :

1. Jangan ada pemaksaan ketika menawarkan pulsa pada seseorang.

Disini saya terapkan begitu karena saya berjualan pulsa tidak ada pemaksaan yang mengharuskan pembeli membeli pulsa elektik ditempat saya, cara berpromosipun saya tidak berlebihan mungkin cara ini membuat konsumen menjadi lebih tertarik karena jika ada pemaksaan efeknya adalah kesan buruk pada saya sendiri.

2. Memberikan fasilitas.

Memberikan fasilitas disini sebagai contoh saya memberikan masa tenggang waktu bagi pembeli pulsa untuk pembayaran/ hutang terlebih dahulu.

3. Mengutamakan PelangganSaya mengusahakan melayani permintaan pulsa dimanapun dan kapanpun yang saya usahakan bisa efektif misalkan melalui chating, sms, atau melalui telepon karena dengan begitu sangat membantu para pembeli mendapatkan pulsa dengan praktis dan mudah.

4. Harga Terjangkau

Saya bisa memberikan harga yang lebih murah daripada counter tetapi tentunya saya jangan sampai merugi, cara ini membuat para pelanggan tidak membeli ditempat lain karena harga yang saya tawarkan lebih murah dari counter tentunya pelanggan saya menjadikan saya langganan.

Kendala dalam menjalani bisnis pulsa ini terkadang pembayaran pembelian pulsa ini lama atau hutang kepada saya tapi tidak segera dibayarkan kepada saya, apalagi saya tipe orang yang tidak tegaan dan tidak berani untuk menagih jika ada yang belum membayar

38

pulsa mengakibatkan kadang saya harus menggunakan uang saya pribadi dahulu untuk mendepositkan pulsa kembali agar bisa berjualan pulsa kembali.Memang seharusnya saya bisa lebih tegas untuk menagih pembeli yang mempunyai tanggungan hutang yang menumpuk tetapi terkadang saya tidak bisa tegas dan membiarkannya begitu saja tetapi saat ini saya harus bisa tegas karena bisa merugikan saya sendiri dengan sikap membiarkan pelanggan yang seperti itu dan menjadikan penghambat untuk mendepositkan pulsa kembali.

Tak lupa demi melancarkan bisnis usaha pulsa tronik ini saya rajin membuat pembukuan/laporan keuangan setiap harinya mencatat siapa saja yang membeli pulsa dengan nominal berapa, keuntungan beserta sisa saldo yang tersisa untuk menghitung jumlah keuntungan yang saya dapat ditiap transaksi pendepositan yang saya perkirakan kira-kira laba yang saya dapat di transaksi deposit ini rata-rata mencapai Rp 20.000 tergantung berapa banyaknya saya mendepositkan pulsa.

Dalam usaha pulsa ini kedepannya saya memang berniat untuk mengembangkan lagi menjadi sebuah counter pulsa yang saya dirikan sendiri dan mempunyai lahan untuk menjalani bisnis pulsa tersebut. Saya mempunyai mimpi untuk membuka toko counter pulsa yang strategis yang dengan cepat dapat mengirimkan pulsa dan dapat dijangkau orang-orang dengan mudah selain itu menjual pulsa dengan harga terjangkau dari counter yang lain dan tidak hanya itu saja impian saya bukan hanya sekedar menjual pulsa saja tetapi accesories handphone lainnya seperti casing, cash handphone, gantungan handphone dan lain-lain, ditambah lagi membuka jasa service untuk handphone seperti itulah keinginan saya untuk mengembangkan bisnis pulsa ini. Tapi sampai saat ini bisnis ini hanya sebagai sampingan saya saja diwaktu bekerja maupun kuliah belum ada kemajuan yang signifikan untuk kedepannya karena mengingat waktu sayapun juga masih terbagi menjadi dua dengan menjadi karyawan dan sebagai mahasiswi.

Tetapi sampai saat ini demi melancarkan bisnis pulsa tersebut sembari saya menjalankannya sambil bekerja dan kuliah saya menyisihkan uang hasil kerja, laba yang saya dapat dari keuntungan membuka usaha ini dan uang tabungan untuk dapat mewujudkan mimpi saya tersebut walaupun saya rasa persaingan penjualan pulsa di counter pulsa semakin merajalela tetapi saya yakin dengan usaha dan keyakinan saya untuk membuka usaha ini dapat berjalan dengan baik apabila mampu kita olah dengan baik pula, persaingan dalam bisnis memang hal yang wajar tetapi jika kita yakin untuk membuka usaha ini dengan sunguh-sungguh pasti akan ada jalannya dan rejeki sudah diatur oleh Tuhan jadi kita tidak perlu khawatir untuk persaingan di dunia bisnis yang kini semakin banyak.

Demikian cerita usaha bisnis pulsa elektrik sampingan saya semoga mimpi saya untuk menjadikan usaha yang lebih besar seperti mempunyai counter pulsa sendiri bisa terwujud walaupun saat ini memang hanya sebagai usaha yang kecil-kecilan atau usaha sampingan saya tetapi saya juga ingin usaha ini mempunyai dampak yang lebih besar nantinya, tentunya dengan proses yang tidak mudah pula untuk menuju jalan kesuksesan dengan terus berusaha menjadikan rencana kedepan itu menjadi nyata.

***

39

Disusun Oleh : Ririn Dwiningsih

Manajemen

“Penjualan Pulsa All Operator

Vian Cell”

Bergelut di bidang usaha memang penting dan merupakan suatu tantangan yang perlu untuk di coba karena akan membawa diri menjadi lebih mandiri dan tentunya berusaha untuk mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri sesorang serta menambah pengalaman. Saat itu saya memang sempat tertarik untuk melakukan usaha kecil. Usaha kecil yang saya lakukan adalah membuat pudding ubi ungu. Saya terinspirasi terhadap jajanan tersebut karena saya sendiri menyukai ubi ungu dan ubi ungu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yakni sebagai sumber karbohidrat dan memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi sebagai penangkal radikal bebas serta memiliki warna alami yang cantik ketika sudah diolah menjadi makanan sehingga tidak memerlukan bahan pewarna tambahan.

Pada awalnya saya melakukan usaha pudding ungu, saat itu saya memang sedang bekerja, namun tidak mengurangi semangat saya untuk melakukan usaha tersebut. Modal yang saya gunakan untuk membuat usaha pudding ungu tersebut dari hasil saya bekerja yang saya sisihkan sebagian untuk modal. Dari hasil olahan ubi ungu tersebut menjadi pudding kemudian saya menjualnya. Sistem penjualan yang saya lakukan pada waktu itu adalah saya menitipkan ke warung-warung, kantin-kantin kampus serta ke teman-teman kost, karena saat itu saya harus membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Biasanya pagi-pagi sekali saya bangun untuk membuat pudding ubi ungu, kemudian ketika mau berangkat kerja saya bawa sebagian untuk saya titipkan ke warung, pulang kerja biasanya saya gunakan untuk berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pudding ubi ungu dan bila tidak sempat biasanya malam setelah pulang dari kuliah, dan memang bahannya mudah ditemukan di pasar-pasar tradisonal. Saat berangkat kuliah pun saya bawa untuk saya titipkan ke kantin kampus, dan saya ambil ketika pulang kuliah, untung yang saya dapatkan cukup lumayan namun terkadang juga tidak selalu habis terjual.

Seiring berakhirnya perkuliahan kewirausahaan satu berakhir pula usaha kecil pudding ubi ungu, hal ini bukan dikarenakan saya tidak mau menjalankan atau melanjutkan usaha tersebut. Namun, karena adanya beberapa kendala seperti keterbatasan tempat dan juga peralatan, karena waktu itu peralatan utama yang saya gunakan untuk mengolah pudding ubi ungu saya menggunakan peralatan milik teman satu kamar di kost, dan saat itu teman satu kamar tersebut harus meninggalkan kost-kostan karena sudah lulus kuliah, dan dia yang biasanya membantu menjual di kampusnya saat itu sudah tidak bisa lagi, selain itu juga salah satu warung yang cukup ramai dengan pengunjungnya pindah tempat tanpa ada pemberitahuan.

Memasuki semester ganjil tahun ini saya memutuskan untuk berhenti dari tempat kerja sebelumnya, dan saat ini usaha kecil yang saya lakukan adalah menyediakan atau menjual pulsa, karena saya melihat peluang usaha ini cukup strategis karena di kost-kostan teman-teman pasti membutuhkan pulsa dan teman kost lumayan banyak serta belum ada yang melakukan usaha ini di antara teman-teman kost. Saya berusaha melakukan pelayanan yang terbaik dan juga cepat bagi teman-teman dengan melayani pembelian pulsa 24 jam kapanpun dan dimanapun teman-teman membutuhkan pulsa sehingga mereka tidak perlu keluar ke counter untuk membeli pulsa dan ketika kondisi mendesak dan benar-benar membutuhkan saya selalu siap melayani pengisian pulsa serta berusaha sebisa mungkin untuk tidak

40

mengecewakan teman-teman karena apabila salah satu teman atau konsumen ada yang kecewa akan berdampak kurang baik terhadap jalannya usaha tersebut. Usaha sekecil apapun yang kita lakukan serta seberapaun hasil yang kita dapatkan harus tetap disyukuri karena semakin banyak bersyukur maka Allah akan senantiasa menambah nikmatNya. Meskipun saat ini saya hanya melakukan usaha menjual pulsa dimana memang saat ini counter-counter pulsa sudah menjamur, banyaknya penjual pulsa secara perorangan dan profit yang di ambil pun bersaing dan hanya bisa sedikit mengambil keuntungan, namun tidak mengurangi semangat saya untuk melakukan usaha tersebut. Persaingan yang ketat ini lah yang menjadikan tantangan ketika melakukan usaha, bagaimana kita bisa mengelola usaha tersebut dan mendapatkan konsumen serta pelanggan yang tetap mempercayakan kepada kita, serta menjadikan pelajaran bagi kita bahwa untuk mendapatkan sesuatu memang membutuhkan perjuangan, kerja keras dan tentunya kesabaran.

Setiap melakukan usaha tidak terlepas dari yang namanya kendala, meskipun usaha yang saya lakukan hanya menjual pulsa namun tetap ada kendala, berhutang menjadi kendala utama karena terkadang menghambat dalam melakukan deposit isi ulang pulsa, karena semakin banyak yang berhutang saldo pulsa akan semakin berkurang sedangkan saya harus tetap menyediakan pulsa bagi teman-teman, jika harus menunggu teman-teman membayarkan utangnya akan menunda proses transaksi pulsa ke teman-teman yang lain, untuk itu ketika kondisinya mendesak saya menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari dulu, dan jika teman-teman sudah membayar utangnya maka saya kembalikan uang yang saya guanakan tersebut, sehingga dengan demikian tidak pernah terjadi kehabisaan saldo ketika teman-teman membeli pulsa. Selain itu promosi dari mulut ke mulut pun dilakukan oleh teman-teman kost ke teman-teman kampusnya meskipun tanpa saya memintanya sehingga semakin memperlancar usaha penjualan pulsa ini.

Awal saya melakukan usaha ini setelah lebaran idul fitri tahun ini, saat itu saya mendapat uang saku dari orangtua, dan saya terfikirkan uang itu akan saya gunakan untuk melakukan usaha penjualan pulsa karena melihat peluang di tempat kostan belum ada yang melakukan usaha ini. Disamping itu, saya juga sempat mencoba usaha sampingan lain, saya sempat melakukan usaha bersama dengan teman saya, dibidang yang memang saya belum pernah melakukan itu dan belum memiliki pengalaman dalam usaha tersebut, yakni usaha membuat brownies dengan konsep brownies sayur, karena adanya kendala dalam mempromosikan dan menjual brownies tersebut selain itu juga membutuhkan modal yang cukup besar serta hasil dari brownies tersebut masih kurang baik dibanding dengan brownies-brownies yang banyak beredar, hingga akhirnya usaha tersebut tidak berjalan dan saat ini saya masih fokus di usaha penjualan pulsa dan saya berharap akan terus menambah konsumen dan usaha kecil ini bisa berkembang.

Melanjutkan cerita tentang usaha yang sama yakni berjualan pulsa, bertambah hari, bertambah bulan saya sangat bersyukur karena usaha ini terus berjalan meskipun hambatan-hambatan terkadang terjadi tapi itulah yang harus dihadapi. Dari penjualan pulsa ini meskipun keuntungan yang didapat tidak terlalu banyak namun jika konsumen maupun pelanggan yang dimiliki banyak maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha ini dan tentunya sangat berpengaruh terhadap profit yang diterima. Penjualan pulsa yang saya lakukan semakin hari pun semakin banyak yang membeli hal ini dikarenakan teman-teman kost yang merekomendasikan kepada teman-temannya, dan pembayarannya dilakukan dengan menitipkan kepadanya, sehingga hal ini membuat usaha saya semakin berkembang.

Perkembangan usaha saya bisa terlihat bahwa dengan modal awal saya sebesar Rp 100.000 kini saya bisa terus meningkatkan deposit pulsa sebesar Rp 300.000 biasanya saya

41

lakukan setiap minggu. Dan itu yang menjadi modal belum termasuk profit, karena profit yang saya peroleh biasanya saya perhitungkan saat teman-teman yang berhutang pulsa dan belum membayarnya itu yang menajdi profit saya, yang terpenting dari usaha penjualan pulsa ini, saya bisa terus meningkatkan penjualan pulsa kepada teman-teman dan saya selalu siap melayani 24 jam sehingga pelayanan tetap berjalan meskipun pembayaran terkadang terlambat.

Dalam melakukan usaha penjualan pulsa ini saya banyak belajar bahwa dalam melakukan usaha memang sangat lah penting memperhatikan konsumen, kita harus pintar mencari teman atau kenalan sebanyak-banyaknya dengan demikian kita bisa mendapatkan konsumen dan meningkatkan pelayanan, yang terpenting jangan sampai dengan usaha itu kita memberikan kekecewaan. Jika kita memberikan kepuasan maka secara tidak langsung konsumen akan merekomendasikan teman-temannya untuk datang dan membeli pulsa ke kita. Kembali ke usaha penjualan pulsa, dengan berjualan pulsa setidaknya saya memiliki usaha sampingan yang tidak mengganggu aktivitas-aktivitas yang lain, karena konsumennya pun tidak harus datang ke tempat saya namun bisa melalui pesan singkat atau sms kemudian nanti saya akan mentransfernya. Pembayaran tidak harus secara langsung jadi bisa dilakukan kapan saja atau pada saat bertemu, karena berbeda dengan counter-counter yang ada dimana kita beli pulsa maka langsung dibayar di tempat. Disinilah letak perbedaannya dengan memberikan kemudahan bagi konsumen dan bagi penjual pulsa profit yang di dapat pun berbeda-beda dari setiap operator karena pematokan harga tiap kartu memang berbeda meskipun perbedaan itu tidak terlalu jauh.

Persaingan di kota besar memang cukup ketat karena di kota Jogja khususnya penjualan pulsa termasuk masih murah karena di kota-kota kecil penjualan pulsa jauh lebih mahal dibandingakan dengan dikota-kota besar misalnya saja untuk pulsa Rp 5.000 di Jogja harganya masih Rp 6.000, namun jika sudah keluar jogja pulsa Rp 5.000 bisa dihargai Rp 7.000, penetapan harga tersebut dikarenakan penjualan pulsa yang tidak terlalu banyak beredar dikota-kota kecil atau desa dan bahkan terkadang counter yang ada pun jauh dari rumah mereka, sehingga dari sinilah sebenarnya menjadi peluang bagi yang mau melakukan usaha penjualan pulsa.

Dalam penjualan pulsa ini pun sama meskipun hanya usaha kecil kendala pun selalu ada terutama yang berhubungan dengan pembayarannya dikarenakan penjualan pulsa secara individu memberikan kebebasan dalam melakukan pembayaran sehingga inilah yang menjadi kelemahan dalam melakukan usaha penjualan pulsa secara pribadi, dan hal ini mayoritas dilakukan oleh kalangana mahasiswa mereka lebih senang berhutang dan pembayarannya tidak tentu, dan terkadang ada pula yang melupakan utangnya dan tidak dibayar. Hal ini lah yang menghambat usaha kecil ini dan yang terpenting adalah jangan takut akan kegagalan karena dengan kegagalan tersebut akan menjadi awal kesuksesan dan terus berinovasi serta jangan sampai membuat konsumen lari atau kecewa dengan pelayanan yang diberikan dan tetap menjaga kepercayaan konsumen. Dengan demikian semakin bertambah semangat saya untuk meneruskan perjuangan beliau sebagai seorang pengusaha.

Banyak pengalaman yang tak terlupakan dan banyak pelajaran yang saya dapatkan bahwa berwirusaha itu menyenangkan namun juga banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga harus ditanamkan dalam diri semangat yang tinggi dan terus berjuang tetap optimis untuk terus membawa manfaat bagi orang lain.

***

42

Disusun Oleh : RiskaMardinawan

Teknik Informatika

“Kisah Pendekku”

Di kewirausahaan ini saya akan berbagi cerita tentang kegiatan apa saja yang selama ini sudah dilakukan untuk meringankan beban orang tua dan mewujudkan mimpi saya menjadi orang yang berguna bagi siapa saja dan yang terpenting tidak menjadi sampah masyarakat.

Awal mula sebelum masuk kampus Universitas Mercubuana Yogyakarta, saya sekolah di SMK Muahammadiyah 1 Moyudan, di SMK bisnis yang pertama kali saya lakukan adalah berjualan pulsa, untungnya pun tak seberapa setidaknya bisa menambah uang jajan, dan pada masa SMK saya juga sering membantu ibu, setiap hari membantu berbelanja di pasar gamping setelah sholat subuh, dan jika sudah selesai pulang dan langsung mandi seterusnya berangkat sekolah. Itu yang saya lakukan hampir setiap hari. Setelah lulus dari SMK Muhammadiyah 1 Moyudan, kebetulan kakak saya menawarkan pekerjaan ditempat temanya disebuah tempat makan yang masih baru dibuka, dengan syarat-syarat yang cukup mudah . Seingat saya syarat-syaratnya hanya fotocopy ktp, fotocopy ijazah dan tentunya surat lamaran serta CV dan seminggu kemudian diterima di rumah makan tersebut, setiap hari berangkat pukul 08.00 WIB pulang pukul 16.00 WIB belum lagi jika lembur bisa sampai pukul 21.00 WIB atau pukul 22.00 WIB tergantung banyaknya konsumen/pembeli. Pernah ada peristiwa yang tidak bisa terlupakan, dihari Senin banyak pembelinya dan saya bertugas sebagai pemasak didapur saya tidak sengaja memecahkan piring dan atasan saya marah besar, itu kejadian yang tidak pernah terlupakan dan pasti saya selalu ingat kecerobohan itu.

Setelah 2 bulan bekerja di resto dan merasa sudah tidak nyaman lagi karena kecapekan saya putuskan untuk keluar dan menjadi pengangguran, selama nganggur dirumah hanya membantu ibu selama 2 minggu dan alhamdulilah mendapat pekerjaan sebagai penjaga warnet di Salam Net, tepatnya di jalan wates didaerah kalibayem. Pemiliknya bernama Pak Jarot, pertama kali datang ke kediaman beliau bertanya kepada saya tentang bagaimana saya mengetahui jika warnet tersebut ada lowongan pekerjaan. Saya mengetahuinya dari bertanya dan membaca tentang lowongan pekerjaan dari Koran tribun jogja dan alhamdulilah 3 hari setelah interview says diberi kabar oleh Pak Jarot.

Diwarnet itu saya diajarkan berbagai cara untuk mengendalikan system, diberitahu letak Wc, Mushola, alat jika sewaktu-waktu listrik mati, catatan pendapatan tanggal, serta pendapatan warnet. Hari pertama bekerja biasa saja dan terkesan membosankan saat pagi hari karena tidak ada pelanggan sama sekali pada saat siang hari barulah ada beberapa pelanggan warnet berdatangan dan kebanyakan anak kecil dari SD sampai kuliah. Di warnet jam kerjanya lebih pagi pukul 07.00-16.00 WIB dan jika menambah jam sampai pukul 22.00 WIB saya akan mendapat bonus

Begitulah kisahku bekerja di perusahaan suasta dari pengalaman yang indah enak bagus hingga pengalaman buruk ku terima agar menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang, itu Cuma sebagian cita-cita yang sudah terwujud, lanjut cerita masuk kampus Universitas mercubuana Yogyakarta pada waktu itu masuk gelombang 3 dan mendaftar dikampus 1 dibantu oleh teman om saya namanya pak Sagi yang bekerja dikampus 1 di universitas mercubuana Yogyakarta setelah resmi masuk.

43

Beranjak ke semester 2 event pertama yaitu mengadakan Lomba web design se-Indonesia di Kampus 2 Universitas mercubuana Yogyakarta. Web design merupakan lomba yang sudah familiar dikalangan IT dimana cara mendesaign web secanggih dan sebagus mungkin, saat mencari dana untuk kegiatan tersebut kami anak tenknik informatika sampai mengamen di Alun-alun kota Yogyakarta tepatnya di Alun-alun Kidul dan di selatan Tugu Yogyakarta. Selepas mengamen dan dipusingkan masalah dana selanjutnya mencari seponsor dan bekerja bersama Sri Wahyuni, kami mengajukan proposal di bank BRI dan Indomaret. Di Bank BRI yang beralamat dijalan Magelang kami berdua datang dan kami memberikan informasi tentang web design, tentang cara periklanan produk di acara ini. Setelah itu kami bergegas ke Indomaret pusat yang bertempat di Ringroad barat, sama seperti di Bank BRI, kami datang kemudian menjelaskan periklanan. Setelah event web design selesai dan sudah ditentukan pemenangnya saya kembali kekehidupan mahasiswa yang membosankan dengan banyak tugas, kuliah, kuis, dll.

Di semester ini juga ada 1 kegiatan yang saya lakukan untuk menambah uang jajan yaitu berjualan hp lawas /second serta menjadi Asisten dosen untuk kelas praktikum Aplikom I, kegiatan berjualan Hp jadul/lawas itu kebanyakan merk Nokia yang bertipe 1202, 1208, 1280, 105, 107. Asal mula kegiatan ini, saat saya jaga warnet saya tidak sengaja membuka web Tokobagus.com dan disitu banyak barang bekas dijual termasuk Hp, baju, kaos, dll, tidak hanya barang bekas barang yang masih baru pun ada.

Saya menggunakan ID Mardinawan dan siapa saja dapat melihat barang-barang yang saya jual dan kebetulan stok sekarang penuh sehingga bisa memesan Hp jadul yang sesuai keinginan. Cara mendapatkan Hp lawas untuk dijual lagi caranya cukup mudah, hanya tulis difacebook di grub atau halaman tentang bisnis “dicari hp lawas nokia bertype 1202, 1208, 1280, 105, 107, dll, harga siap jika barang Ok bisa hubungin 09655641144” begitulah cara mendapatkan hp yang untuk stok barang di Olx.co.id yang dulunya Tokobagus.com.

Untuk keuntungan yang saya ambil Rp 50.000 per unit HP, tergantung juga dekat atau tidaknya saat melakukan Cash on Delivery/ bertemu dengan pembeli Hp. Setiap hari biasanya saya bertemuan dengan pembeli sampai 2 kali, bahkan jika sedang ramai bisa sampai 7 kali tergantung permintaan dan stok hp. Banyak yang mencari hp lama karena sebagai cadangan Android serta BB karena android susah jika untuk mengirim pesan singkat (SMS) atau telefon.

Kegiatan ini saya lakukan hingga saat ini dan Alhamdulillah pelanggan saya juga puas dengan Hp yang performanya bagus walaupun sudah second /lawas dan jika ditanya omset penjualan hp ini, sangat cukup untuk kebutuhan perkuliahan saya. Selain berjualan Hp, saya juga mengikuti kegiatan menjadi Asdos praktikum bersama 4 Sahabat saya dari Tenkik informatika. Pada hari senin saya mengajar pukul 20.00-22.00 WIB, hari Selasa waktunya juga sama seperti hari Senin yaitu pukul 20.00-22.00 WIB hingga hari Rabu.

Itulah impian saya untuk tidak menjadi sampah masyarakat yang sudah terwujud hingga saat ini belum terfikir nanti mau jadi apa kelak, yang terpenting bagi saya pribadi untuk tidak bergantung pada orang lain dan jangan malas untuk saat ini yang bisa dilakukan. Jika mencoba jadi orang sukses sudah banyak orang yang sukses ingin menjadi orang berguna untuk siapa saja itu bagi saya, saya sudah sangat senang. Karena prinsip hidup saya menjadi orang bernilai bukan orang sukses, jika menjadi orang bernilai maka kesuksesan akan dibelakangku.

***

44

Disusun oleh : Ni Luh Putu Rian Sumariska

Manajemen

“Pie Susu”

Sebelumnya saya mengambil mata kuliah ini beberapa kali saya sempat mencoba-coba untuk mencari tambahan penghasilan dengan berjualan. Namun beberapa kali saya berniat melakukan kegiatan ini ada beberapa hambatan dan berujung dengan kegagalan dan rasa menyerah tanpa mau melanjutkan usaa tersebut. Sampai akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk tidak berjualan lagi.

Pada semester 3 di mata kuliah kewirausahaan II ini saya memulai berusaha kembali. Sekian lama saya memikirkan usaha apa yang akan saya lakukan namun belum juga mendapatkan ide yang cocok, hingga suatu hari teman sekelasku mengajak untuk melakukan usaha bersama. Ini merupakan tawaran yang cukup menarik karena kerjasama yang ditawarkan adalah usaha memproduksi pie susu, dimana usaha ini cukup menjanjikan dan untuk kendala tempat kami melakukan kegiatan produksi yang dilakukan dirumah teman saya. Industrinya masih industri rumahan untuk sekali produksinya pun masih terbatas karena kami masih kekurangan tenaga kerja dan waktunya juga terbatas. Untuk produksi kami baru bisa melakukannya pada saat weekend karena kami terhalang dengan jam kantor. Hal ini merupakan salah satu hambatan yang saya alami saat ini. Namum saya selalu optimis jika nanti usaha ini mampu mendapatkan tempat di lidah para pelanggan sedikit demi sedikit kami akan membangun usaha ini agar menjadi usaha yang lebih baik lagi.

Karena usaha ini baru berjalan belum ada 2 bulan maka perkembangan yang terjadi belum terlalu signifikan ditambah dengan hari produksi yang hanya dilaksanakan pada hari weekend. Namun sejauh ini usaha yang saya jalankan ini mendapat respon yang positif dari para konsumen. Tidak lupa ketika saya melakukan pemasaran atau penjualan kepada para konsumen yang saat ini baru mencangkup teman-teman di tempat kerja dan di kantin salah satu Universitas diJjogja, saya meminta kritik dan saran terhadap produk yang saya jual.

Untuk produksi pertama memang mengalami beberapa hambatan. Hal ini dikarenakan kami baru pertama kali memproduksi pie susu sendiri dan kami belum terbiasa membuat dan mengolahnya sendiri. Namun hasilnya tidak begitu mengecewakan karena rasanya enak dan kami mengalami kesulitan dalam pengemasannya supaya terlihat lebih menarik.

Pada produksi yang pertama ada 2 varian rasa pie yang saya dan teman saya buat. Yang pertama adalah rasa original dan yang kedua rasa coklat. Untuk rasa original pie yang dihasilkan rasanya enak sedangkan untuk yang rasa coklat sedikit mengalami kerusakan karena kesalahan di dalam melakukan adonan fla. Untuk menghemat biaya produksi saya berniatan mengurangi beberapa bahan dari resep namun ternyata hal ini malah merusak adonan. Sehingga untuk pembuatan selanjutnya saya memutuskan untuk tidak mengurangi bahan-bahan

yang sudah ditentukan untuk hasil produksi yang lebih baik.

Dalam hal produksi saya mencoba meningkatan skill agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan bagus serta lebih menarik. Dalam hal pemasaran untuk saat ini baru di targetkan pada orang-orang yang sering saya jumpai dan beberapa kantin. Untuk selanjutnya

45

saya akan menggunakan media sosial untuk memasarkan produksi saya. Karena saat ini sedang trend melakukan kegiatan jual beli melalui media sosial seperti facebook, twitter dan instagram. Dalam sosial media sendiri sistem penjualannya dilakukan dengan cara PO (preorder). Konsumen dapat memesan pie dengan jumlah yang diinginkan dan rasanya sesuai pilihan yang ada. Dan untuk produksi selanjutnya pengemasan dengan menggunakan plastik khusus untuk membungkus pie. Sehingga modal yang diperlukan lebih kecil dari pada yang sebelumnya.

Modal pertama yang kami dikeluarkan Rp 203.800 dengan penjualan Rp 1.500 per pcs dengan sekali produksi 100 pcs untuk produksi pertama ini mengalami sedikit kerugian karena kerusakan pie, yang kedua karena ada bahan yang seharusnya bisa dihemat yaitu dengan penggunaan mentega dengan harga yang lebih murah dan penggunaan mika diganti dengan plastik pie. Sehingga produksi selanjutnya akan mengembalikan kerugian yang terjadi pada produksi pertama. Karena setelah produksi yang pertama kali masih mengalami kerugian karena kerusakan produksi dan beberapa kesalahan seperti kerusakan adonan, kurangnya penekanan pada biaya produksi, dan cara pengemasan yang masih belum sempurna. Maka untuk produksi selanjutnya kami benar-benar melakukan perbaikan dari segi kualitas adonan, penekanan biaya produksi dan pengemasan akhir dari pie. Untuk kualitas adonan sendiri sudah mampu diatasi karena kami sudah tahu cara membuat adonan yang baik dan yang menghasilkan bentuk pie yang bagus dan rapi.

Dengan seiring berjalannya dan perkembangan usaha ini saya pun semakin lancar dalam proses pembuatannya. Mungkin bisa dibilangkan tangan ini semakin terbiasa melakukan tahap demi tahap pembuatan pie. Untuk penekanan biaya produksi sendiri saya sudah melakukan penekanan sehingga biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi tidak sebanyak pertama kali produksi pie. Untuk penekanan sendiri dilakukan dengan cara mengganti beberapa bahan yang seharusnya bisa menggunakan bahan yang sejenis namun dengan harga yang berbeda seperti mengganti mentega tawar dengan dengan mentega non tawar yang ternyata sama sekali tidak merubah rasa dan tampilan pie. Melainkan hasil rasa yang dihasilkan lebih enak dari pada menggunakan mentega tawar. Penekanan biaya juga dilakukan pada tahap akhir yaitu pada saat pengemasan jika pertama kali produksi menggunakan mika dengan biaya yang lebih mahal maka sekarang sudah diganti dengan menggunakan plastik pembungkus pie biasa yang membuat kemasannya menjadi lebih simpel dan mudah di packing. Sehingga untuk keseluruhan biaya dan usaha untuk menutupi kerugian pada pertama kali dengan cara ini berhasil. Karena dalam beberapa kali penjualan sudah mampu menutup kerugian yang ada.

Hal ini bisa terjadi juga dikarenakan pesanan yang semakin hari semakin bertambah karena sudah semakin banyak yang mengetahui produk pie susu ini. Untuk setiap produksi pemesanan yang diperoleh dari minggu ke minggu bisa dibilang semakin bertambah kira-kira 2x lipatnya. Ini sangat menguntungkan bagi saya karena semakin banyak pesanan maka semakin cepat penutupan kerugian yang ada dan modal yang pada awalnya saya tanam juga akan semakin cepat kembali. Sejauh ini target sudah tercapai dan kerugian sudah tidak lagi saya alami, melainkan sudah mendapat keuntungan bersih dari hasil penjualan pie susu ini. Banyaknya orderan atau pesanan berasal dari promisi yang dilakukan oleh teman-teman saya yang juga berlangganan pie susu dari mulut ke mulut mereka mempromisikan pie susu hasil produksi saya. Alhasil orderan semakin banyak. Selain promosi dari teman-teman ini juga berasal dari promosi beberapa teman langganan saya kepada kerabat maupun teman-teman sekampus dan teman kerja mereka. Biasanya mereka invite bbm saya dan mulai melakukan pemesanan lewat bbm dan selanjutnya pie bisa saya antar ke tempat yang memesan, namun tentunya dengan syarat pembelian beberapa pie yaitu minimal pembelian 10-20 biji. Kalau di

46

bawah itu belum bisa menikmai jasa antar karena keuntungan yang di peroleh belum seberapa. Untuk jasa pengantaran sendiri hanya di sekitaran kota jogja saja, karena untuk pelayanan keluar kota jogja perlu biaya lebih untuk bensin. Dengan cara seperti ini maka tidak akan merugikan saya selaku penjual.

Namun ketika saya melaksanakan usaha ini masih ada halangan yang sangat menghambat usaha ini yaitu masalah waktu dan tenaga kerja yang ada. Meskipun saya bekerja sama dengan 2 orang teman saya masih belum cukup untuk memenuhi pesanan yang ada. Tidak jarang kami menolak pesanan karena berbentur dengan permintaan pesanan bukan pada hari weekend. Sedangkan kami hanya melakukan produksi pada hari weekend. Untuk hari weekend pun kami masih biasa lembur untuk memenuhi pesanan yang ada. Itupun dengan tenaga yang seadanya sehingga produksi yang terjadi tidak seefektif jika kami menggunakan tenaga yang full dan stamina yang kuat. Untuk sementara kami masih menggunakan tenaga kami bertiga dalam proses produksi namun untuk kedepannya jika pesanan semakin banyak diperlukan adanya tenaga kerja tambahan hanya untuk proses produksi. Jika ada tenaga produksi akan sangat membantu apalagi dengan adanya tenaga produksi hari weekday pun saya bisa tetap melayani pesanan para pelanggan. Namun untuk merekrut pekerja ini masih bingung sistem apa yang akan dipakai untuk menggajinya. Apakah akan di upah sesuai dengan sekian persen dari jumlah pie yang ia hasilkan atau ditentukan begitu saja tanpa ada sistem bagi hasil. Untuk yang ini masih bingung dan akan melihat situasi yang ada dulu, jika situasi pesanan memdukung untuk upahnya dengan cara bagi hasil sekian persen dari jumlah pie yang dibuat maka akan dilaksanakan dengan cara itu agar tidak merugikan tenaga yang sudah dikeluarkan. Tetapi untuk rencana penambahan tenaga produksi sudah pasti akan dilakukan seiring dengan semakin banyaknya pesanan dan demi perkembangan usaha ini menjadi lebih besar lagi.

Adapun harapan yang ingin dicapai untuk selanjutnya yaitu pemasaran dilakukan lebih baik lagi mungkin dengan menggunakan facebook, twitter maupun instagram. Sehingga bisa diketahui oleh banyak orang dan lebih luas lagi. Namun pemasaran dari mulut ke mulut oleh temen-teman maupun pelanggan yang lain juga diharapkan masih berjalan dengan cara ini sangat efektif karena calon pembeli sudah mendapat sugesti tentang rasa dari pie susu ini dan kemudian menarik calon pembeli yang lain. Selain itu ada harapan jika diberikan kesempatan untuk ikut bazzar makan saya ingin sekali mengikutinya karena mungkin dari sana banyak pengunjung bazzar yang mengetahui produk saya dan mungkin nantinya akan tertarik dan menjadi pelanggan setia pie susu saya ini. Harapan terbesarnya mungkin mempunyai toko sendiri agar para pelanggan lebih mudah menjangkau tanpa harus melakukan jasa pengiriman. Jika tempatnya strategis kemungkinan akan lebih banyak pembeli yang datang karena kebetulan lewat dan mencoba pie susu dan jika mereka menyukai pie susu saya dengan mudah mereka akan datang dan megunjungi toko saya lagi untuk membeli pie susu.

Harapan saya kedepannya usaha pie susu ini akan tetap berjalan dan semakin berkembang sesuai rencana yang saya sudah ceritakan diatas tadi. Walaupun nantinya mungkin akan mengalami hambatan semoga itu bukan hambatan yang berarti dan semoga itu hambatan yang bisa membangun usaha saya menjadi lebih baik lagi.

***

47

Disusun Oleh : Devina Christianto

Awal berdirinya usaha catering yang saya rintis bersama ibu saya ini berawal dari awal tahun 2014. Sebelumnya ibu saya membuka usaha toko sepatu dengan sistem join dengan saudara ibu saya, namun sayangnya usaha tersebut tidak berjalan dengan baik dan tidak menghasilkan profit yang signifikan sehingga ibu dan saudara ibu saya menutup usaha tersebut. Lalu setelah itu muncul lah pemikiran untuk membuka usaha catering ini. Sebenarnya pemikiran untuk membuka usaha catering ini sudah lama terlintas dalam benak saya karena usaha catering menghasilkan laba yang cukup besar dan juga sebelum ibu saya membuka toko sepatu itu ibu saya sering menerima pemesanan makanan seperti nasi box, snack box, dan makanan lainnya. Hasil yang di dapat juga cukup lumayan, namun memang saat itu usaha tersebut belum dikembangkan secara maksimal. Pada awal tahun 2014 inilah saya mulai menekuni usaha catering ini. Ibu saya yang memasak makanannya sedangkan saya yang membuat konsep dan memasarkan makanan tersebut.

Saya mengawali usaha ini dengan membuat snack dan makanan lauk pauk seperti capjay, nasi goreng, bakmi goreng, ayam goreng, nasi langgi, aneka sup, dan bubur ayam yang sudah di porsi menggunakan packaging mika dan dititipkan di toko yang menjual aneka makanan yang kebetulan letak nya di sekitar kompleks rumah saya. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini bisa di bilang tidak terlalu besar karena saya hanya mengeluarkan modal untuk membeli bahan baku dan packaging saja. Berbeda dengan usaha restaurant yang dimana kita juga harus mengelurkan modal untuk membeli meja, kursi, peralatan makanan dan sewa tempat. Modal untuk usaha catering kecil-kecilan ini hanya sekitar Rp 300.000 saja untuk membeli bahan baku dan Packaging. Sedangkan laba yang dihasilkan bisa mencapai sekitar 30 – 40 %.Saya membuat sampel makanan yang akan dijual dan diberikan kepada pemilik toko tersebut sambil mengajukan diri sebagai supplier untuk memasok makanan yang dijual di toko tersebut. Sang pemilik toko pun setuju dan mulai mengajukan pemesanan. Pada bulan – bulan awal saya memasok makanan di toko tersebut, setiap harinya dapat laku sekitar 25 – 30 bungkus. Lalu memasuki bulan ketiga dan keempat saya mulai menambah macam masakan yang dijual dan mengganti menu-menu yang kurang laku di pasar seperti capjay dan nasi goreng. Di bulan ketiga dan keempat mulai ada kenaikan penjualan sekitar 45 bungkus perhari dan habis terjual, maka saya mulai menambah jumlah makanan yang saya jual menjadi sekitar 60 bungkus perhari. Pada awal nya memang sering terdapat sisa sekitar 10 bungkus perhari, namun sekitar 3 minggu setelah saya konsisten menambah porsi makanan menjadi 60 bungkus perhari tersebut, penjualan pun meningkat dan mulai terjual 60 bungkus per hari nya hingga sekarang.

Usaha catering dengan menitipkan makanan kepada pemilik toko tersebut hanya berlangsung pagi hari karena toko tersebut hanya buka di pagi hari. Sedangkan di siang hari kami tidak ada kegiatan apa-apa. Lalu muncul ide untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.

48

Pada saat itu teman saya ada yang menawarkan tempat di samping toko alat tulis yang dia dirikan. Tempat tersebut memang milik teman saya. Untuk luas ruangan nya relative kecil dan tidak terpakai. Lalu teman saya ini menawarkan kepada saya secara free untuk menempati tempat tersebut, saya pun terpikir untuk membuat warung makan kecil-kecilan di tempat itu yang saya buka setelah selesai mensupplay makanan yang di jual di toko. Dikarenakan modal saya terbatas untuk membuka warung tersebut jadi peralatan untuk membuka warung tersebut juga seadanya. Saya hanya menyediakan 1 meja dan beberapa kursi di warung tersebut dan juga meja makan, kompor, dan beberapa peralatan makan. Menu yang dijual di warung tersebut adalah nasi ayam goreng, mie ayam, dan es buah. Kami memang tidak menyediakan menu yang beraneka ragam karena memang space untuk memasak di tempat tersebut memang kurang.

Di bulan pertama warung tersebut saya buka dengan menjual makanan sekitar 15 porsi sehari dan itupun teman-teman saya, teman-teman dari ibu saya, dan tetangga sebelah toko saja yang turut meramaikan warung. Lalu memasuki bulan kedua hingga ketiga penjualan semakin menurun dan kalau dihitung-hitung saya rugi di bahan bakunya. Setelah saya cermati memang di area tersebut di siang hari memang agak sepi dan jarang ada yang tertarik membeli makanan. Pada waktu itu saya mengambil keputusan untuk membuka usaha warung dikarenakan mendapat tempat secara free jadi saya coba untuk membuka warung tersebut namun ternyata gagal. Akhirnya warung tersebut saya tutup di bulan ketiga.

Setelah warung yang saya tutup dan bangkrut tersebut saya masih tetap memikirkan untuk membuka usaha makanan di siang hari untuk menambah pendapatan. Kalau saya membuka warung berarti saya mengundang customer untuk datang ke warung saya, saya sudah mencoba membuka warung makan dan gagal. Lalu saya berpikir untuk membuat catering harian saja, yang langsung saya antar ke rumah konsumen sehinga konsumen tidak perlu repot-repot. Saya mempertimbangkan membuka usaha ini karena melihat target pasar yang saya bidik di sekitar kompleks rumah saya ini adalah ibu- ibu wanita karier yang memiliki anak yang masih kecil dan juga banyak terdapat kos-kosan anak SMA karena lokasi rumah saya dekat dengan SMA. Jadi saya memutuskan untuk membuka usaha catering harian ini.

Mula-mula saya membuat konsep catering harian ini dengan merencanakan menu harian yang saya rolling setiap harinya. 1 paket makanan saya jual dengan harga Rp 10.000 untuk porsi 1 orang dan juga saya jual Rp 36.000 untuk porsi keluarga (kurang lebih untuk 4 orang). Menu makanannya ada nasi putih, 2 macam lauk, dan 1 macam sayuran. Saya mulai membuat brosur yang saya edarkan di seluruh kompleks dan saya edarkan di pintu gerbang SMA-SMA tersebut setelah jam pulang sekolah. Di dalam brosur tersebut sudah saya cantumkan menu minggu pertama hingga minggu terakhir sehingga calon konsumen mendapatkan gambaran menu apa saja yang akan mereka pilih. Dengan sistem calon konsumen harus deposit untuk paling tidak 7x pemesanan dahulu, dan calon konsumen bebas memilih di hari apa mereka akan memesan makanan (jadi tidak harus setiap hari pesan) konfirmasi atau perubahan pemesanan makanan saya terima minimal 1 hari sebelumnya. Dan makanan akan diantarkan antara pukul 11.00-12.00 WIB.

Di bulan pertama usaha ini berjalan, kami mendapatkan sekitar 10-15 pelanggan setiap harinya. Usaha ini tidak mengeluarkan modal yang besar karena yang dimasak juga adalah menu harian yang kebetulan juga ibu saya memasak untuk keluarga kami. Lagipula kami juga hanya menerima pemesanan paling lambat 1 hari sebelumnya jadi masih ada waktu untuk menambah belanjaan bahan baku dan dengan sistem ini mengurangi adanya resiko makanan yang return / tidak laku seperti yang bisa terjadi pada usaha catering saya dimana saya mensupplay makanan di toko. Usaha ini kini sudah hampir mencapai bulan keempat dan saya mendapatkan pelanggan kurang lebih 20-25 perharinya. Di tahun 2015 ini usaha

49

catering harian kami semakin bertambah yaitu bisa mencapai sekitar 30-40 pelanggan perhari.

Bulan November 2014 kemarin saya mencoba untuk berani memulai outside catering. Sebenarnya hal ini sudah lama ingin saya lakukan namun karena terkendala dengan peralatan, transportasi, dan berbagai persiapan yang belum matang sehingga belum terlaksana. Akhirnya pada bulan November kemarin salah seorang saudara saya yang bekerja di salah satu bank di Solo merekomendasikan catering saya ke bank tersebut karena bank tersebut akan mengadakan acara gathering karyawan di kantor. Jumlah pemesanan yang diminta di angka 80 orang. Pada saat itu saya menargetkan untuk menjual makanan per orang dengan harga Rp 100.000 dengan menu sebanyak 10 macam, namun dikarenakan budget yang terbatas dari bank tersebut maka saya coba sesuaikan dengan budget mereka di harga Rp 80.000 dan mendapatkan 9 macam makanan.Hal – hal yang perlu saya persiapkan untuk outside catering ini cukup banyak namun ada beberapa teman saya yang membantu. Contohnya untuk piring dan peralatan makan dan minum, sebelumnya saya sudah punya sekitar 50 piring, sendok, garpu, dan gelas sebagai peralatan makan, sehingga masih ada kekurangan sekitar 30 piring. Untunglah ada beberapa teman saya yang juga pernah membuka warung makan kecil-kecilan dan mereka meminjamkan beberapa peralatan kepada saya. Selebihnya saya membeli sendiri peralatan yang lain yang masih belum lengkap. Selain peralatan makan saya juga harus menyiapkan transportasi untuk membawa makanan, minuman, dan peralatan makan kesana. Saya menyewa mobil luxio dari teman saya yang mempunyai usaha persewaan mobil dan mendapatkan harga diskon. Hal ini sangat membantu sekali karena membantu saya menekan pengeluaran. Juga saya perlu menyiapkan beberapa meja lipat untuk display makanan dan beberapa aksesoris seperti taplak dan aneka hiasan untuk menghias meja display, saya pun harus membeli beberapa peralatan tersebut. Hal lain yang perlu saya persiapkan adalah tenaga pembantu untuk membantu dari persiapan memasak dan membantu untuk set up makanan dan minuman disana. Untuk tenaga pembantu saya menggunakan 1 tenaga pembantu wanita yang dibayar harian untuk membantu dari persiapan hingga membantu display makanan disana. Pada hari H saya juga membayar 1 tenaga pembantu pria yang membantu saya untuk mengangkat dan menurunkan meja display dan membantu menyetir mobil, dan membantu set up makanan disana.Sebenarnya saya ingin membuatkan seragam untuk dipakai di outside catering ini sekaligus untuk branding, namun adanya waktu yang singkat dan belum siap maka seragam yang kami gunakan adalah menggunakan baju batik yang rapi, simple, dan nyaman dipakai, yang penting bagi saya adalah harus terlihat rapi dan bersih dari mulai seragam, peralatan makanan minuman, meja diplay dan atribut lainnya sehingga orang-orang yang melihat juga merasa nyaman dan percaya pada kualitas catering kami.

Beruntung dari segi persiapan belanja, memasak, hingga pada hari H acara berjalan lancar dan tidak ada kendala yang berarti dan yang paling membahagiakan adalah pada saat saya menanyakan comment dari para konsumen dan panitia acara, mereka semua merasa puas pada makanan dan minuman yang disajikan dan memberikan beberapa masukan kecil yang berarti bagi kami. Beberapa konsumen juga menanyakan beberapa pertanyaan seperti dari catering mana dan contact person catering kami sehingga bisa menjadi referensi bagi mereka jika akan mengadakan acara.Dari segi profit bisa dikatakan belum begitu besar karena masih sekitar 16% saja. Hal ini dikarenakan adanya biaya pembelian peralatan makanan dan minuman yang belum lengkap dan peralatan display makanan. Namun keuntungan yang saya dapatkan adalah saya sekarang sudah cukup memiliki beberapa peralatan makan dan peralatan display makanan sehingga jika suatu saat kami ada outside catering lagi kami sudah memiliki peralatan yang cukup. Juga hal lain yang saya dapatkan adalah memiliki pengalaman outside catering yang menjadi

50

pembelajaran bagi saya untuk memulai sesuatu yang lebih besar. Dan juga yang paling besar adalah saya mulai dapat melakukan branding yang lebih luas dan mendapatkan berbagai referensi, karena pada saat saya melakukan outside catering tersebut orang-orang mulai mengenal catering kami dan menjadi referensi bagi mereka jika suatu saat membutuhkan jasa catering.

Di langkah awal saya membuat catering ini strategi marketing yang saya lakukan adalah dengan Pricing Strategy. Dimana harga makanan yang saya jual harus dapat bersaing dengan produk sejenis yang di supplay oleh supplyer lain. Saat menetapkan harga pun perlu dihitung antara cost dengan pendapatan yang diterima setiap hari nya agar harga makanan yang saya jual tetap bersaing dan tetap memperoleh laba. Dan pada awalnya untuk strategi pemasaran saya menggunakan strategi Word of Mouth jadi hanya dari mulut ke mulut saja. Setiap orang yang telah mencoba makanan yang saya jual dan cocok biasanya merekomendasikan makanan yang saya jual ke teman-teman mereka.Memasuki babak baru pada usaha catering harian, strategi yang saya gunakan pada saat membuat catering harian adalah saya mulai melakukan Survey Pasar. Disini saya mensurvey calon-calon pelanggan yang saya bidik berasal dari segmen mana dan apakah sekiranya mereka membutuhkan produk yang saya jual. Saya juga melakukan competitor info dengan cara saya menelepon catering harian sejenis di Solo untuk mengetahui berapa harga jual produk mereka, menu apa saja yang mereka tawarkan dan bagaimana sistem penjualan yang mereka terapkan. Pricing Strategy masih saya terapkan di tahap ini, fungsinya agar harga jual produk saya masih bersaing. Dari segi media promosi, media yang saya gunakan untuk mempromosikan produk saya ini yaitu dengan menggunakan brosur yang saya sebar di beberapa tempat yang menjadi sumber target market saya. Juga Word of Mouth Effect masih sangat berpengaruh dalam proses promosi produk ini.Saat outside Catering, saya benar-benar merasakan effect dari Word of Mouth hal ini karena saya mendapatkan bisnis ini dari saudara saya yang mereferensikan catering saya tersebut. Disaat menawarkan harga untuk outside catering ini saya juga sudah mensurvey dari competitor sejenis berapa harga paket yang mereka tawarkan dan menu apa saja. Ini membantu saya untuk merancang harga jual, agar harga jual produk saya masih bersaing ataupun jika lebih mahal dari catering yang lain tapi ada keistimewaan dan kelebihan yang bisa didapatkan oleh konsumen tersebut dibandingkan dengan catering yang lain. Pada saat saya mendiplay makanan di saat outside catering tersebut, saya juga membuat semacam plakat kecil yang menuliskan nama catering kami, alamat, dan contact person catering kami. Hal ini berfungsi untuk branding, agar para konsumen mulai mengenal catering kami. Juga kami menyediakan beberapa brosur bagi para konsumen agar para konsumen dapat mengenal lebih jauh mengenai produk kami.Untuk promosi secara online, saya menggunakan media jejaring sosial seperti BBM, facebook, path, twitter, dan instagram saya untuk promosi. Jadi saya akan update menu makanan yang kami tawarkan pada hari itu supaya semakin banyak teman saya dan teman-teman dari teman saya yang melihat dan tertarik pada makanan yang saya tawarkan.Untuk prosentase efektifitas media promosi yang saya gunakan, dari total 40 pelanggan catering harian yang saya miliki sekarang, sekitar 10% berasal dari media sosial yang saya gunakan, 30% berasal dari referensi teman (word of mouth) dan 60% berasal dari brosur yang sebarkan. Sehingga kesimpulan nya untuk penggunaan brosur sampai dengan saat ini masih menjadi media yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan brosur yang saya sebarkan langsung diterima oleh target market yang saya bidik.

Kendala yang saya hadapi untuk membuat bisnis ini lebih berkembang adalah saya belum menemukan pegawai tetap untuk mengantar makanan catering hingga jauh di luar kompleks selain itu dengan semakin banyaknya pemesanan dan pengantaran makanan dibutuhkan alat transportasi yang lebih memadai untuk mengantar makanan dan tenaga kerja

51

yang lebih banyak untuk membantu memasak makanan. Mengingat saat ini saya masih menggunakan 1 tenaga pembantu yang di bayar harian untuk membantu memasak makanan. Saya belum menemukan tenaga pembantu yang bisa bekerja tetap untuk membantu setiap harinya, dan saya masih dalam tahap menabung untuk semakin melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan. Saya berharap usaha ini dapat semakin saya kembangkan agar kedepannya saya dapat menerima pemesanan makanan yang lebih banyak dan juga saya menargetkan untuk dapat melakukan outside catering lebih banyak dan dapat secara regular mensupplay makanan untuk kantoran dan juga dapat mensupplay makanan untuk kebutuhan pesta.

***

52

Disusun Oleh : Arini Dwi Astuti

“Banyak Usaha, Banyak pula yang Ku Coba”

Selama ini ada beberapa usaha yang pernah saya lakukan. Usaha pertama yang saya lakukan adalah Kaos Flanel Hand Made. Usaha ini saya lakukan setelah saya lulus kuliah D3 dan pada saat itu saya belum mendapatkan pekerjaan. Usaha ini saya jalankan bersama 2 teman saya. Modal dalam usaha ini berasal dari patungan kami bertiga. Untuk pemasarannya kami tawarkan kepada saudara dan teman-teman kami dan Alhamdulillah banyak yang merespon positif dan membeli produk kami. Selain menawarkan kepada teman dan saudara, kami juga membuka online shop lewat facebook. Menurut teman saya yang pernah membeli produk kaos flanel kami, kaos yang kami buat ini sangat awet dan dari segi jahitannya pun rapi. Kami pun semakin bersemangat untuk menjalani bisnis ini. Namun ditengah jalan bisnis ini terbengkalai dikarenakan teman kami mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan di Yogyakarta, kemudian setelah itu tidak lama saya juga mendapatkan sebuah panggilan pekerjaan dari Rumah Sakit Swasta di Jakarta. Dikarenakan 2 dari kami sudah mendapatkan pekerjaan maka 1 teman kami ini pun merasa kwalahan jika harus mengerjakan bisnis ini sendirian. Sedangkan saya dan teman saya yang sudah mendapatkan pekerjaan mungkin hanya bisa mengerjakan bisnis ini pada saat libur saja. Karena bisnis ini memerlukan ketelitian dan konsentrasi penuh. Apalagi dalam membuat pola kain flanelnya dan menjahit kain flanelnya diatas kain. Oleh karena itu bisnis ini terpaksa berhenti dan tidak kami lanjutkan lagi. Mungkin suatu saat nanti saya berniat untuk meneruskan lagi bisnis ini karena pada dasarnya saya sangat menyukai pekerjaan jahit-menjahit dan saya sangat hobi dengan jahit-menjahit.

Pada saat saya bekerja di Jakarta, selain saya bekerja sebagai seorang karyawan Rumah Sakit Swasta saya juga membantu sebuah usaha saudara saya. Pada saat itu usaha yang kami lakukan adalah usaha membuat asinan buah. Asinan buah ini adalah makanan khas yang berasal dari daerah jakarta. Asinan itu ada 2 macam, yaitu asinan sayur dan asinan buah. Perbedaan antara asinan sayur dan asinan buah terletak pada isi dan kuahnya. Asinan sayur itu berisi sayur-sayuran seperti kecambah, tahu, selada, kacang, dan mie kuning kemudian kuahnya sendiri adalah kuah kacang. Sedangkan asinan buah terdiri dari segala macam buah tergantung selera si pembuat asinan dan kuahnya sendiri adalah kuah cabai yang dicampur dengan cuka dan gula pasir.

Sedangkan untuk modalnya sendiri berasal dari saudara saya sendiri. Karena usaha ini tidak membutuhkan modal yang terlalu besar cukup sekitar Rp 100.000 per hari. Untuk pemasarannya sendiri kami titipkan diwarung-warung dekat rumah dan dikantin kantor saya. Bahkan terkadang kami berjualan didepan rumah setiap hari selasa malam karena setiap hari itu selalu ada pasar malam didepan rumah kami.

Keuntungan yang kami dapat sangat lumayan bisa mencapai 2 kali lipat dari modal yang sudah kami keluarkan. Bahkan terkadang pada saat saudara saya sedang tidak membuat asinan buah ini banyak orang yang menanyakan tentang asinan buah kami. Menurut mereka asinan buah kami pas rasanya tidak terlalu pedas dan tidak terlalu asin. Saya dan saudara saya selalu menerima semua masukan dari para pembeli kami. Apa yang mereka katakan kami selalu jadikan masukan untuk menambah kualitas produk kami. Namun sangat disayangkan usaha ini pun juga tidak bertahan lama, hanya bertahan beberapa bulan saja dikarenakan saudara saya yang sering mengeluh sakit dan saya sendiri sibuk dengan pekerjaan saya

53

dikantor. Padahal keuntungan usaha ini sangat lumayan sekali. Jadi terpaksa usaha ini tidak kami teruskan lagi.

Setelah 2 tahun lamanya saya bekerja di Jakarta, akhirnya saya kembali lagi ke kota Jogja ini. Dengan banyak pengalaman hidup yang telah saya dapatkan disana saya mencoba mencari pekerjaan lagi di kota jogja ini. Dan saat ini saya bekerja disebuah Rumah Sakit Pemerintah di Yogyakarta. Pada awalnya saya merasa sangat sedih dengan upah atau gaji yang saya terima ditempat saya bekerja sekarang ini, karena tidak sepadan dengan gaji yang saya terima ditempat saya bekerja dulu di Jakarta. Oleh karena itu saya mencoba bisnis kecil-kecilan yaitu menjual pulsa elektrik. Selain untuk tambahan pendapatan saya, saya juga merasa termotivasi dengan mata kuliah Kewirausahaan ini. Saya berfikir ada baiknya uang saya ini saya putarkan agar menjadi lebih berguna dan menjadi investasi saya nantinya. Saya menjadi bersemangat mencoba usaha untuk berjualan pulsa ini. Modal jualan pulsa ini berasal dari uang saya sendiri bukan dari pinjaman kepada pihak asing maupaun bank dan lembaga keuangan lainnya. Untuk pemasarannya hanya lingkup teman-teman kantor teman kuliah dan saudara saja. Karena kebetulan dilingkungan tempat saya bekerja jauh dari counter yang bejualan pulsa. Untuk keuntungannya sendiri memang tidak terlalu besar tapi saya lebih senang menjalankan bisnis ini karena tidak mengganggu pekerjaan saya dikantor dan jadwal kuliah saya. Bisnis ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Saat ini peluang bisnis pulsa memiliki berbagai pilihan sistem, dari cara yang murah dan mudah hingga cara yang membutuhkan modal cukup besar pun dapat dijalankan. Salah satu peluang usaha pulsa yang murah dan mudah dijalankan adalah bisnis pulsa elektrik. Bisnis pulsa elektrik ini dapat dilakukan dengan menggunakan 1 chip all operator (GSM atau CDMA), itu artinya hanya dengan modal satu handphone saja sudah dapat digunakan untuk bertransaksi jualan pulsa ke semua operator. Selain itu juga ada 1 chip 1 operator, yang artinya chip resmi yang langsung dikeluarkan oleh operator seluler seperti Mkios, Mtronik, Dompul, dan lain-lain. Jadi proses transanksi langsung ke operator resmi tersebut.

Dalam bisnis pulsa ini saya menggunakan 1 chip all operator. Sistem ini mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah harga lebih mahal dibandingkan menggunakan sistem 1 chip 1 operator dan server terkadang sering error sehingga kita harus mengulang transaksi yang sama ke server lain, hal ini membuat saya sedikit rugi karena yang seharusnya hanya sekali transaksi saja jadi dua kali transaksi. Sedangkan kelebihannya adalah kita tidak perlu repot menghitung stok masing-masing operator. Dan sangat praktis karena hanya dengan satu handphone dan satu chip atau satu nomor saja sudah bisa melakukan trasaksi ke semua operator.

Awalnya saya deposit seminggu sekali dengan modal Rp 100.000 kemudian saya tambah menjadi Rp 300.000 dalam dua minggu sekali. Namun terkadang belum sampai dua minggu saja deposit saya sudah habis sehingga saya tambah lagi menjadi Rp 500.000 dalam satu bulan sekali. Namun terkadang dengan deposit Rp 500.000 ini tidak sampai satu bulan sudah juga seudah habis, sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen saya terkadang deposit satu bulan sebanyak dua kali deposit dan sekarang ini saya deposit Rp 1.000.000 satu bulan sekali. Sampai sekarang ini usaha pulsa elektrik yang saya jalani masih tetap berjalan dan semakin baik prospeknya. Bahkan keuntungannya sudah mulai dapat saya nikmati.

Namun bisnis pulsa ini juga tidak mudah karena semakin lama semakin banyak pesaingnya. Banyak counter-counter pulsa dipinggir-pinggir jalan. Jadi saya berupaya untuk menarik perhatian teman-teman dan saudara-saudara saya agar lebih tertarik membeli pulsa saya dari pada milik orang lain. Saya menjual pulsa lebih murah Rp 500 untuk pulsa elektrik milik

54

orang lain pulsa Rp 5.000 dijual Rp 7.000 kalau ditempat saya pulsa Rp 5.000 saya jual Rp 6.500. Untuk pembayaran pembeli dapat pesan dan dibayar nanti pada saat bertemu dengan saya, namun ada batasan waktunya. Itu saya lakukan untuk mengurangi banyaknya kas bon. Saya berfikir walaupun hanya berbeda Rp 500 namun itu sangat berpengaruh terhadap pemasaran pulsa saya ini. Selain mendapatkan keuntungan yang lumayan, berjualan pulsa ini juga mempunyai kendala-kendala. Kendala yang dihadapi yaitu apabila bertemu pembeli yang curang terkadang mereka suka berbohong, yang seharusnya pulsa sudah masuk tetapi mengaku pulsa belum masuk. Keadaan seperti ini sangat susah untuk dicrosschek karena terkadang pembeli itu membeli hanya lewat sms dan tidak bertemu langsung dan akan membayar hari berikutnya pada saat bertemu. Cara untuk meminimalisir kejadian-kejadian seperti ini adalah saya selalu menyimpan semua report transaksi para pembeli yang belum membayar, sebagai bukti transakasi yang terjadi apakah pulsa sudah masuk atau belum. Kemudian ada juga pembeli yang berpura-pura lupa sudah membayar atau belum. Untuk mengatasinya saya selalu mencatat setiap transaksi yang ada dalam sebuah buku. Dalam buku ini tercatat semua transaksi pembeli yang sudah membayar ataupun belum membayar.

Selain usaha pulsa elektrik ini sekarang ini saya sedang dalam proses membuat usaha lagi, yaitu usaha toko oleh-oleh khas Jogja. Pada saat ini masih dalam proses mencari supplyer untuk menyetok isi toko. Konsep dari toko oleh-oleh ini adalah saya akan melakukan konsep titip jual. Konsep titip jual ini adalah konsep dimana saya hanya menyediakan tempat atau lahan untuk berjualan, sedangkan produk dagangannya akan saya ambil dari supplyer-supplyer yang membuat oleh-oleh khas Jogja.

Saat ini saya telah mempunyai lahan atau tempat dan sebuah etalase yang mungkin cukup untuk membuka toko ini, lahan ini adalah rumah nenek saya didaerah Wirobrajan. Kebetulan rumah nenek saya ini sangat strategis berada dipinggir jalan raya dan berdekatan dengan sebuah hotel. Keinginan saya untuk membuka toko oleh-oleh ini pun terinspirasi dari hotel sebelah rumah nenek saya ini, karena hotel ini sangat ramai apalagi setiap hari sabtu dan minggu. Sehingga menurut saya sayang sekali apabila situasi seperti ini tidak dimanfaatkan. Pangsa pasarnya pun menurut saya lumayan banyak karena selain dekat dengan hotel juga merupakan jalur yang dilalui untuk menuju Malioboro dan pusat kota Yogjakarta. Dan mungkin suatu saat nanti akan banyak toko-toko yang serupa yang akan berdiri didaerah Wirobrajan ini, sehingga bisa menjadi pusat oleh-oleh yang dituju banyak wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, karena biasanya para wisatawan lebih suka berbelanja diarea yang banyak berdiri toko oleh-oleh.

Dalam usaha toko oleh-oleh ini tentunya produk yang dijual adalah sesuatu yang khas dari Yogjakarta. Saat ini supplyer yang saya pilih untuk produk makanan saya adalah dari saudara saya sendiri. Saudara saya ini adalah pembuat kripik kentang pedas manis didaerah Bantul. Disini saudara saya tidak menjualnya sendiri beliau bergabung dengan perkumpulan para pembuat makanan yang lain. Didalam perkumpulan ini terdapat 10 pengusaha makanan, seperti pembuat bakpia, wingko, yangko, kripik, dan masih banyak lagi. Sistem dari perkumpulan ini adalah mereka menitipkan produk mereka ke toko oleh-oleh yang ada di Jogja, namun harus terdiri dari 10 makanan yang tergabung dalam perkumpulan tersebut. Tidak hanya dititipkan saja tetapi mereka juga mengikuti pameran-pameran makanan yang ada di Yogjakarta dan harus dengan sistem yang sama terdiri dari 10 makanan yang tergabung dalam perkumpulan tersebut.

Usaha ini saya lakukan bersama saudara saya. Upaya kami untuk mempromosikannya atau memasarkan toko oleh-oleh ini adalah dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang sangat berhubungan dengan usaha ini, misalnya menjalin kerjasama dengan hotel-hotel

55

terdekat, dengan rental-rental mobil yang sering membawa para wisatawan untuk berwisata dan masih banyak lainnya. Dengan semakin banyak kerjasama dengan pihak-pihak lain akan memperluas pemasaran usaha ini. Seperti toko oleh-oleh yang lain biasanya mereka menjalin kerjasama pula dengan pihak-pihak yang bisa mereka gunakan untuk media promosi toko mereka. Bahkan banyak dari mereka yang menjalin kerjasama dengan para tukang becak. Sampai saat ini kami dalam proses melobi supplyer pemasok dagangan kami yaitu saudara saya sendiri karena perkumpulan tersebut terdiri dari banyak pembuat makanan maka prosesnya lumayan lama. Karena kesepakatan tersebut tidak bisa hanya dari seorang saja tapi harus dari kesepakatan seluruh anggota perkumpulan.

***

56

Di Susun Oleh: Sri Wahyuni Teknik Informatika

“Usaha dan perjuangan hidup Anak Kos”Saya berfikir pekerjaan yang bagus adalah kita bisa memperkerjakan orang lain dan

mampu memanfaatkan peluang usaha. Sepertinya bagus sekali jika kemampuan saya ini terus saya asah dan dikembangkan. Saya harus mengambil keputusan dan harus bisa belajar mandiri dan tidak terus bergantung pada orang tua saya. Saya memiliki sedikit kegiatan kecil diluar jam perkuliahan saya. Yaitu usaha percetakan dikos dan tidak hanya itu saja saya dipercaya dosen untuk menjadi asisten dosen yaitu mengajar kuliah praktikum aplikom kelas pagi dikampus. Mungkin memang hasilnya tidak mencukupi uang makan saya perbulan tetapi usaha ini dapat membantu sedikit demi sedikit uang saku saya.

Kegiatan usaha percetakan saya ini sebenarnya bukan dari ide saya sendiri melainkan dari salah seorang teman saya, awalnya saya bingung kegiatan apa yang dapat saya lakukan disela hari libur kuliah. Dan temanku Vega memberikan saran untuk membuka usaha percetakan dikos. Setelah saya pikir ada baiknya juga saran dari teman saya, saya rasa ini dapat membantu saya dan belajar hidup mandiri.

Kebetulan alat percetakan saya memadai dan saya lihat juga penghuni anak kos ditempat saya masih minim yang mempunyai fasilitas alat percetakan dikamar mereka, jadi saya pikir dengan saya membuka usaha kecil tersebut dapat membantu mereka selain menghemat waktu dan biaya, saya juga memberikan hak akses kepada mereka pada saat mengeprint file dan bebas mengedit.Usaha tersebut dapat membantu saya untuk lebih mengembangkannya sesuai bakat dan juga kemampuan saya. Saya membuka usaha percetakan itu kira-kira baru berjalan kurang lebihnya satu bulan.Ketika hari pertama saya buka percetakan ini memang masih sedikit yang datang hanya tiga orang saja, mereka juga sempat menyarankan kepada saya untuk mengembangkannya tidak hanya sebatas cetak print biasa tetapi juga dapat mencetak foto.

Adapun kendala yang saya hadapi ketika saya membuka usaha adalah yang pertama masalah ruang lingkup, saya berfikir jika usaha saya hanya berkembang sebatas kos saja

maka agak sulit bagi saya untuk merelasikannya dalam hal ini, meskipun ruang lingkup usaha bukan pokok utama tetapi jika saya tidak merelasikannya maka agak sulit bagi saya untuk mengembangkannya, selain itu kendala saya yaitu waktu saya kerena sebagian besar kegiatan saya lebih banyak dikampus.Usaha dan pendapatan hasil percetakan ini cukup lumayan dapat menambah uang makan saya. Berkat saran teman saya juga saya dapat lebih berinovatif mengmbangkan usaha kecil saya ini. Disini juga teman saya membantu usaha percetakan ini, dia menawarkan kepada teman dan anak kos untuk mengeprint tugas mereka kepada saya.

Setelah usaha saya berjalan hampir dua minggu, hasilnya cukup memuaskan dan membuat saya percaya diri mengembangkan usaha ini. Banyak yang membutuhkan bantuan saya untuk mencetak tugas kuliah dan yang lebih menguntungkan lagi, mereka sedang menyusun skripsi jadi banyak yang membutuhkan jasa print. Dan cukup lumayan hasilnya dari usaha tersebut juga dapat membuahkan hasil dan dapat membantu pekerjaan mereka.

Adapun harga untuk per lembarnya : Print biasa = Rp 200

Photo copy = Rp 200

57

Print warna = Rp 800

Dan berikut jumlah pendapatan usaha saya:

Selain diluar kegiatan kampus saya mengerjakan tugas sambil membuka usaha percetakan saya. Jika libur kuliah saya buka pukul 08.00-22.15 WIB. Alhamdullah dengan jumlah total penghasilan kurang lebih satu bulan kemarin, saya bisa membeli keperluan saya seperti makan dan alat mandi.Saya berharap saya dapat terus meningkatkan usaha saya dan terus mengembangkannya, tidak hanya mengeprint saja, saya akan menambah lagi dengan mencetakan foto. Jadi usaha saya tidak hanya disitu saja dan juga saya akan terus berinovasi bagaimana usaha saya tetap maju dan terus berkembang agar saya bisa hidup mandiri tidak selalu bergantung kepada orang tua saya.

Selain saya mempunyai usaha percetakan dikos, saya juga memiliki kegiatan dikampus yaitu menjadi tenaga pengajar perkuliahan praktikum/asisten dosen. Saya tidak berharap penuh dari penghasilan asisten dosen tersebut karena saya sangat senang mendapat kepercayaan dari dosen untuk mengajar perkuliahan praktikum pagi dan malam kepada mahasiswa dengan kegiatan tersebut saya mendapatkan banyak pengalaman, cara menyikapi mereka, dan memahami karakter mahasiswa. Yang lebih membuat saya senang yaitu bisa mengajarkan mereka dan berbagi ilmu kepada mahasiswa baru. Dengan kegiatan tersebut saya baru sadar jika menjadi seorang pendidik itu seperti apa dan hal itu juga membuat saya kagum dengan dosen maupun guru yang sudah mendidik saya.

Saat tatap muka pertama kali membuat saya grogi, menghadapi banyak mahasiswa. Pertemuan pertama sebagai pendahuluan kita harus menjelaskan materi dan langkah- langkah praktikum kepada mahasiswa. Sementara untuk penilaian praktikum sendiri ada beberapa aspek yaitu dari aspek kehadiran, modul, dan sikap. Jam perkuliahan praktikum sendiri berlangsung selama 2 jam dalam hal ini sebagai asisten dosen saya harus bisa membimbing saat berlangsungnya praktikum dan juga menguasai materi yang akan diajarkan yang terkadang saat jam praktikum berlangsung ada-ada saja sikap dari mahasiswa yang membuat saya jengkel ada yang susah diatur (semaunya sendiri), tidak menaati aturan perkuliahan praktikum dan ada salah satu atau beberapa dari mereka yang malas, sering tidak masuk praktikum dan jarang mengumpulkan tugas, tetapi dari hal itu membuat saya harus lebih bisa memahai dan berkomunikasi dan memahami karakter mereka. Saya benar-benar bersemangat dan mensyukuri posisi saya ketika dipercaya oleh dosen dengan mengemban amanah yang diberikan.Selain itu setiap hari sabtu atau minggu untuk asisten dosen akan diadakan evaluasi mingguan. Dalam hal ini manajer asdos akan menerangkan evaluasi proses perkuliahan praktikum tidak hanya itu banyak sekali pembahasan dalam forum tersebut, memantau

58

No Minggu Hasil

1 Minggu I Rp 22.500

2 Minggu II Rp 14.3003 Minggu III Rp 19.5004 Minggu IV Rp 7.200

5 Minggu V Rp 4.200

Jumlah Rp 56.300

kinerja asdos, evaluasi materi, cara memahami karakter siswa, dan masih banyak lagi. Untuk menjadi asisten dosen tidaklah mudah ada kriteria tersendiri yaitu dilihat dari kemampuan kita dan indeks prestasi semester.

Untuk penggajian asisten dosen sendiri yaitu dihitung per berapa kali pertemuan. Gaji yang saya dapatkan memang tidak seberapa tetapi saya melihat hal besar disini adalah suatu kepercayaan besar yang diberikan dosen kepada saya dan keikhlasan hati saya serta banyak sekali pengalaman menarik selama saya menjadi asisten dosen. Dalam hal ini sebagai asisten dosen tentunya diperuntukan suatu tanggung jawab kepada mahasiswa praktikum, karena konsekuensi sebagai asdos tetap menjadi pegangan saya. Jika saya melakukan kesalahan dalam proses mengajar maupun sistem penilaian maka itu adalah tanggung jawab dan konsekuen dari kesalahan saya. Jadi sebagai tenaga pengajar praktikum saya benar-benar merasa bagimana menjadi seorang pendidik. Dan dari sinilah pengalaman berharga saya, dari kegiatan ini membuat saya terus bersemangat untuk dapat menjadi asisten dosen lagi tahun depan dan lebih banyak belajar lagi.

Itulah sejumlah kegiatan saya diluar jam kuliah menjadi asisten dosen dan membuka usaha percetakan dikos. Walaupun hasilnya sedikit semua itu membuat saya bisa belajar hidup mandiri dengan usaha tersebut dan dapat berbagi sedikit ilmu kepada mahasiswa praktikum saya dan banyak sekali pengalaman saya ketika mengajar. Saya berharap dengan usaha saya dan tekad saya lebih bermanfaat dan dapat membantu saya untuk mengembangkannya lebih lanjut.

***

59

Disusun Oleh : Meitty Tri Yanti

Pendidikan Matematika

“Omel Happy Shoping”

Menjadi mahasiswa yang hanya meminta uang kepada orang tua itu bukan keinginan saya. Saya mencoba usaha jual beli batik yang saya coba di kampung saya. Menelusuri pasar Beringharjo menanyakan harga dan membandingkan kualitasnya dan akhirnya saya bertemu dengan sebuah agen batik yang dapat saya ajak untuk bekerja sama. Disini saya diberikan harga agen, setiap pakaian saya mengambil keuntungan Rp 20.000.

Target pertama saya adalah kantor tempat kakak saya bekerja, disitu saya menawarkan batik seragam kantor dengan kualitas bagus dan harga murah. Untuk kemeja cowok saya tawarkan harga Rp 110.000 dan blus cewek Rp 90.000. Dan saya mendapatkan orderan 20 kemeja cowok dan 21 blus cewek. Saya juga mendapat pesanan seragam anak PAUD sebanyak 65 pasang sekarang dan dalam proses penjahitan.

Saya berpikir untuk apa saya mempunyai hp (alat komunikasi) kalau tidak bisa saya manfaatkan. Saya mulai dengan membuat group dibbm yang saya beri nama “Omel Happy Shoping” tidak hanya disitu saya juga mempromosikan

online shop saya di FB dan Path.

Saya tidak puas dengan yang saya lakukan saya mencari tahu apa yang sedang menjadi trend dikampung saya yaitu hijab Elzatta. Saya mulai mencari distributor produk tersebut dan saya

menawarkan untuk menjadi reseller, disini syarat untuk menjadi reseller saya harus belanja pertama minimal Rp 3.000.000. Saya bingung untuk belanja langsung memakai uang sendiri saya belum bisa dan akhirnya saya memasukan gambar-gambar hijab tersebut di group saya dan saya tidak menduga permintaan begitu tinggi dan melebihi syarat reseller. Disini saya menjual dengan harga bandrol saya dan hanya mengambil untung dari distributor sebesar 20%. Untuk pemesanan pertama saya bisa mencapai Rp 4.200.000 kedua

Rp 5.150.000 dan sampai sekarang terus meningkat, dan pengiriman dua minggu sekali saya lakukan.

Distributor saya ada di Surabaya jadi saya hanya mengorder lewat bbm atau sms dan mereka yang mengirim ke alamat pembelinya dengan nama saya sebagai pengirim. Sekarang saya tidak hanya menjual untuk di kampung saya tetapi untuk seluruh Indonesia, saya terus mempromosikan batik dan hijab di sosial media. Setiap ada produk baru langsung saya masukkan ke group saya.

Setiap usaha pasti ada kendala dan resikonya, masalah yang sering saya alami adalah pengiriman yang lambat sampai dan pelanggan yang tidak sabar. Untuk mengatasinya setiap pengiriman barang saya krimikan no resi pengirimana ke pelanggan supaya barang mudah dicek di POS atau JNE.

60

Menghadapi pelanggan yang bermacam-macam, kadang barang sudah di keep atau pesan tidak jadi diambil, beliau berkata mau transfer tetapi saya tunggu beliau menghilang begitu saja dan sebagainya tetapi saya menganggap semua itu sebagai pengalaman supaya ke depannya lebih pintar menghadapi pelanggan.

Usaha saya baru berjalan dua bulan dan alhamdulillah semakin berkembang sampai sekarang, dan keuntungan yang saya dapatkan untuk bulan pertama sekitar Rp 2.690.000 dan bulan kedua Rp 3.510.000, saya berharap omset saya semakin meningkat dibulan selanjutnya. Keuntung dari jualan saya gunakan untuk kebutuhan kuliah, keperluan saya sehari-hari dan selebihnya saya tabung. Sekarang saya tidak meminta kiriman dari orang tua lagi.

Memasuki bulan ke tiga usaha saya alhamdulillah masih berjalan dan bulan ini pesanan seragam PAUD selesai dan siap dikirim. Satu pasang baju seragam saya jual dengan harga Rp 65.000 yang saya ambil dari agen RP 40.000, jadi satu pasang seragam saya ambil keuntungan Rp 25.000 dan totalnya dikali kan 65 pasang Rp 1.625.000.

Untuk jilbab masih seperti biasa saya masih mempromosikan melalui grup bbm, facebook dan path. Dan bulan ini saya mendapat orderan dari Kalimantan Barat, Natuna dan Tanjung Pinang. Saya mengirim Elzatta ke Kalimantan Barat dengan total belanja Rp 3.025.000 dan ke Terempa Kepulauan Riau dengan total belanja Rp 4.160.0000 dengan ini saya mendapat keuntungan Rp 2.155.500. Setiap model baru saya selalu update dan langsung saya promosikan ke pelanggan. Dan saya juga mendapat pelanggan yang jilbabnya akan ia jual kembali di daerahnya, saya memberi harga khusus kepada pelanggan yang ini dengan potongan 10% setiap belanja Rp 1.000.000. Dan untuk keuntungan saya bulan ini sebesar Rp 3.735.000. Saya juga ada stok jilbab Elzatta dikost dan saya jual kepada teman-teman dengan sistem kredit tiga kali bayar dalam satu bulan.

Memasuki bulan ke empat saya mendapat sedikit kendala dipengiriman, barang yang saya kirim pertengahan bulan kemarin tidak sampai tujuan, dikarenakan cuaca buruk didaerah saya. Sudah sering saya cek di POS barangnya masih ada dipropinsi namun tidak ada kapal yang menyeberang di daerah saya dikarenakan gelombang tinggi sedangkankan barang POS dikirim melalui kapal penyebarangan. Pelanggan yang menunggu barang mereka sering menanyakan keberadaan barang mereka dan saya mencoba menjelaskan dan meminta mereka mengecek langsung di POS dengan kode pengiriman yang saya berikan.

Saya diberikan modal oleh suami sebesar Rp 5.000.000 untuk mengembangkan usaha ini dan saya memilih Elzatta sebagai target saya. Ditambah dengan tabungan saya Rp 3.000.000 saya membeli Jilbab Elzatta dan saya sudah dapat menjadi agen karena syarat untuk menjadi agen harus berbelanja minimal Rp 3.000.000. Sekarang setiap saya berbelanja digalery Elzaatta saya mendapat keuntungan 30% setiap produk. Jilbab yang saya beli saya kirim ke kampung untuk dijual kembali oleh adik saya disana dan saya memilih mengirimnya melewati JNE walaupun agak sedikit mahal tetapi cepat sampai tujuan.

Disana saya meminta bapak saya untuk memberikan ruangan kecil disamping tokonya untuk adik saya membuka toko khusus menjual jilbab Elzatta dan alhamdulillah sudah berjalan. Saya menganggap ini awal dari tujuan usaha saya dan saya mempunyai tujuan ingin membuka galery Elzatta dikampung saya setelah selesai kuliah. Dan saya disini tetap mempromosikan batik terbaru, jilbab zoya dan elzatta terbaru juga kebetulan bulan ini baru keluar katalog awal tahun Zoya dan Elzatta. Gambar-gambar terbaru batik, jilbab Zoya dan Elzatta saya masukan ke grub bbm.

61

Saya juga pernah mendapat pelanggan yang sangat mengecewakan, barang yang sudah dipesan begitu banyak dan ia tidak konfirmasi kembali, kontak bbm saya juga dihapus beruntung pusat Elzatta mau mengerti dan tidak meminta ganti rugi kepada saya.

Sekarang menghadapi UAS saya tetap melayani pembeli dan pertanyaan digrup bbm hanya waktunya saya atur dan sedikit lama membalas pertanyaan mereka. Saya juga tidak mau dengan usaha ini kuliah saya jadi berantakan, saya tetap ingin kuliah seperti biasa dan mendapatkan nilai yang memuaskan agar saya bisa membahagiakan orang tua saya.

Saya merasa nyaman dengan berjualan online seperti ini, disamping bisa mengisi waktu luang saya juga bisa membayar uang SPP dan keperluan saya sendiri. Saya berharap teman-teman bisa mengambil sisi positif dari pengalaman saya. Semoga saya bisa menyeimbangkan antara bisnis dan kuliah. Mata kuliah kewirausahaan I bagi saya sebagai motivator saya untuk memulai usaha karena disini saya diminta untuk merencanakan usaha yang baik dan benar.

Impian saya selesai kuliah pendidikan matematika tidak ingin menjadi guru tapi saya ingin membuka toko Hijab Elzatta dikampung saya, karena menjadi guru atau PNS bukan tujuan hidup saya. Saya ingin bisa menjadi pengusaha yang sukses seperti bapak saya dan semoga bisa berjalan sesuai rencana saya.

***

62

Disusun Oleh : Nurul Arifianti

Sistem Informasi

“Berjualan Jam Tangan Melalui Media Sosial”

Saya mempunyai bisnis dibidang online shop, sebenarnya usaha ini sudah cukup lama saya jalankan tetapi saya sempat berhenti untuk menjalankan bisnis ini. Pertama kali saya berkeinginan untuk berbisnis ini yaitu karena saya mempunyai jaringan sosial media (facebook) disitu saya melihat stock atau agen jam tangan dan boleh siapa saja yang bergabung juga dapat menjadi resellernya. Dari situlah saya berpikiran untuk menjadi resellernya dari agen tersebut. Dan waktu itu saya mencoba untuk menghubungi kontak person dari si agenya dan saya sudah bisa menjadi resellernya. Jadi dibisnis ini saya mengambil stok barang dari agen tersebut dan saya jual kembali. Karena dari si agen tersebut jika bergabung menjadi resellernya harganya lebih murah jadi saya bisa mengambil keuntungan yang cukup lumayan dari sana.

Dengan mempunyai usaha dalam bidang penjualan online yaitu dengan berjualan jam tangan perempuan dan laki-laki ini saya biasanya memasarkannya melalui jejaringan sosial, salah satunya yang saya pakai yaitu di bbm. Saya membentuk sebuah grup online shop jam tangan dan disitu saya mengupload gambar-gambar beserta harganya sekaligus supaya para calon konsumen bisa lebih mudah untuk mengetahui kualitas jam tangan tersebut.Bisnis dengan berjualan jam tangan online ini sebenarnya sudah cukup lama berjalan tetapi dulu saya kurang bisa mempromosikan dan aktif menawar-nawarkan sehingga kurang banyak peminat untuk membeli dan pada akhirnya belum ada yang membeli. Bisnis itu sempat terhambat dan kadang juga berhenti, tetapi bisnis itu sekarang saya jalankan kembali dan alhamdulillah bisnis itu sekarang berjalan dan membuahkan hasil, meskipun hasilnya belum seberapa atau belum bisa mencapai target yang diinginkan.

Jam tangan yang saya jual ada beberapa macam pilihanya, seperti yang ori langsung dan ada yg juga barang yang kw. Disini saya menjual yang ori dengan harga dimulai dari Rp 200.000/jam dan untuk yang KW saya jual dengan harga mulai dari Rp 35.000 tergantung merk dan spesifikasinya. Untuk saat ini para pembeli hanya dilingkup teman-teman saya dan didaerah Jawa Tengah saja belum ada yang dari luar itu, dan jika ada konsumen yang membeli tidak bisa bertatap muka secara langsung atau bertransaksi langsung bisa melalukan cod langsung dengan saya tetapi cod hanya dilakukan disekitar-sekitar daerah tempat saya tinggal atau

diwilayah Yogyakarta dan sekitar Magelang, Jawa Tengah. Dengan berjualan melalui media sosial atau dengan online shop ini bisa dikatakan

susah dan gampang, karena jika ada seseorang yang membeli dan si pembeli meminta cod dengan saya otomatis saya harus sudah menyediakan barang tersebut atau bisa dikatakan saya harus membeli produk jam dari agenya terlebih dahulu baru setelah itu saya cod dengan si pembeli dan itu juga harus ada modal terlebih dahulu. Meskipun tidak menggunakan modal yang terlalu banyak, namun dengan modal sedikit pun bisa. Sedangkan untuk pembayaran, jika jarak jauh bisa dilakukan dengan via transfer di Bank

dan dapat transaksi langsung dengan saya.Dan ada kejadian tidak mengenakan juga ketika seseorang membeli jam tangan dari

saya dan harga yang dibeli si pembeli tidak begitu mahal (dibawah Rp 50.000) sedangkan di ATM saya saldo tidak mencukupi untuk mentransfer dan si pembeli sudah mentransfer ke

63

ATM saya tetapi di ATM saya tidak mencukupi untuk transfer kepada si agenya dan saya harus membawa uang pas untuk pergi ke Bank untuk mentransfer uang kepada agen meskipun saya mentransfer hanya sedikit tetapi itu tetap saya lakukan karena demi untuk memuaskan dan supaya tidak mengecewakan para konsumen di shop saya.

Dalam penjualan di online shop saya ini, saya mengambil untung yang sewajarnya dari mulai Rp 10.000-Rp 15.000 dan itu menurut saya sudah lumayan banyak untuk dikumpulkan atau ditabung dalam tabungan saya.Dari pengalaman saya selama saya berbisnis dibidang online shop ini saya banyak menjumpai konsumen-konsumen yang kebanyakan banyak yang berminat tetapi mereka belum mempunyai uang dan kemudian dia menjanjikan kepada saya dibulan-bulan tertentu dan setelah tanggal muda. Dan banyak juga dari konsumen yang menjanjikan tetapi sampai hari H-nya tidak jadi untuk membelinya dan banyak juga yang bertanya-tanya mengenai harga dan spesifikasinya serta meminta penjelasan secara detail, tetapi ada juga yang sudah dijelaskan secara detail dan sudah ada yang menawar-nawar juga tetapi tidak jadi membeli, itu juga cukup membuat kesal tetapi tetap saya harus bersabar karena pembeli adalah raja. Dan saya juga terkadang membujuk konsumen supaya membeli produk jam tangan dari saya dengan memperlihatkan jam-jam yang kualitasnya baik dan harga terjangkau spesifikasinya juga yang baik pula. Dengan cara tersebut ada yang berhasil dan ada juga yang tidak juga tergantung dengan kepercayaan para pembeli. Terkadang juga ada konsumen yang sengaja bertanya-tanya saja tetapi tidak mempunyai niat untuk membeli, dan ada konsumen yang percaya dengan bisnis online shop saya ini dan ada yang tidak, ada juga yang mengira ini hanya bisnis main-main atau bohongan saja dan banyak juga yang mengejek-ejek ketika saya sedang menawarkan produk-produk dari jam tangan saya ini. Tetapi saya yakin saya akan berhasil menjalankan bisnis saya ini walaupun belum merupakan bisnis yang besar.

Dan disini saya akan berusaha untuk bisnis online shop jam tangan saya berkembang dan meningkatkan peminat dan pembeli dengan cara saya akan memasarkannya lebih mendalam dan lebih efisien.

***

Disusun Oleh : Nur Fauzi

Manajemen

64

“Mengapa Harus Gengsi Untuk Bertani?”

Saat ini saya bekerja di salah satu Authorized Dealer Otomotif di Yogyakarta, lebih tepatnya di Toyota Nasmoco Janti Yogyakarta. Di perusahaan itu saya berkedudukan sebagai salah satu Toyota Technician yang alhamdulillah telah diangkat sebagai pegawai tetap per September tahun ini (2014). Saya bukanlah orang asli Yogyakarta, saya adalah orang desa yang mencoba peruntungan di Yogyakarta. Desa saya berada di Dalangan, Pandean, Ngablak, kab. Magelang yang mana desa tempat saya tinggal hampir 98% penduduknya adalah seorang petani termasuk orang tua saya. Mereka bercocok tanam berbagai jenis sayur-sayuran.

Melihat kondisi para petani desa saya yang seperti di nomor bawahkan di rantai perdagangan sayur-sayuran membuat saya bertanya-tanya. Harga yang para petani dapatkan selalu saja jauh dari harapan sebagian besar dari mereka. Terkadang walaupun di pasar-pasar dan kota -kota besar seperti Yogyakarta harga sayur-sayuran merangkak naik namun tidak begitu halnya dengan harga yang para petani dapatkan, malah harga yang mereka dapatkan cenderung turun. Akhirnya saya tahu mengapa harga dari petani bisa sangat jauh dari harga pasar. Ini adalah permainan pasar, dimana terlalu banyak tingkat distributor dari petani menuju pasar. Tentu ini membuat harga sudah melonjak duluan karena para distributor tentu menaikkan harga agar mendapat keuntungan. Bayangkan dari petani ke pengepul sayur, kemudian dari pengepul diserahkan ke pengepul lagi yang lebih besar, baru kemudian dibawa oleh distributor ke pasar-pasar. Belum juga jika di pasar harus lewat sebuah sistem yang mengharuskan memasok barang ke sebuah kelompok dalam jumlah terentu dan harga tertentu sebagai syarat wajib untuk melakukan transaksi di sebuah pasar. Itu hanya sedikit gambaran, bahkan mungkin ada yang lebih panjang rantai pendistribusiannya.

Dari situ timbul sebuah ide, mengapa saya tidak mencoba menjadi distributor langsung? Sehingga harga dari petani bisa langsung saya jual dengan harga akhir di pasar yang tinggi. Ini tentu sangat menguntungkan saya dan juga para petani dimana para petani mendapat harga yang pantas, saya juga bisa meraup keuntungan dengan margin yang lumayan.

Dulu saya sempat berfikir ingin memulainya dari saat saya berangkat pagi, saya boncengkan saja sayur-mayur itu di motor saya. Namun tentu itu tidak efektif jika saya ingin usaha yang lebih berproyeksi baik ke depan. Akhirnya teman kuliah saya yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan ini juga punya ketertarikan yang sama. Dia adalah mas Halim Fauzan. Dari kami berdua timbul sebuah ide. Mas Halim yang mempunyai sedikit modal lebih yaitu sebuah mobil bak terbuka, membuat adanya semangat dan peluang baru untuk memulai usaha ini. Dengan adanya transportasi salah satu penunjang usaha ini mulai ada. Namun tentu ada hal lain yang masi jadi PR besar sebagai persiapan untuk memulai usaha ini. Hal lain itu tentu pengalaman dan tentunya target pasar. Untuk pengalaman mungkin bisa sekalian menjalan usaha namun target pasar tentu harus segera kami pecahkan bersama. Sedikit rencana awalnya kami akan mengambil barang dagangan ke desa saya, yang mana tentu di desa barang dagangan sudah disiapkan oleh bantuan paman saya yang juga adalah pengepul sayuran di desa saya. Dengan begitu harga tidak terlalu melambung karena hanya lewat satu pengepul saja. Setelah itu barang langsung kami drop ke pedagang pedagang sayur di pasar-pasar tradisional di Yogyakarta.

Sebelum saya melangkah lebih jauh dalam usaha ini, saya telah mencoba berkonsultasi dengan dosen saya sendiri Pak Awan Santosa tentunya. Dari situ muncullah ide-ide baru dan

65

target pasar kami yang direkomedasikan beliau. Pasar sambilegi adalah tujuan pertama kami untuk mensurvey apakah kami bisa memasuki pasar tersebut untuk memulai usaha. Beliau memberi saran untuk mencari pasar yang terdapat kelompok koperasinya agar mudah dalam menjalankan usaha. Selain pasar-pasar tradisional kami juga disarankan untuk mencoba masuk di supermarket lokal seperti Pamela, yang mana belum mempunyai distributor tetap untuk pemasok barang sayur-mayur di supermarket tersebut. Rencananya akhir minggu ini akan mulai melakukan survey pasar disekitar pasar tradisional dan juga supermarket-supermarket lokal di Yogyakarta.

Sebelumnya saya telah menjalankan suatu usaha pertanian. Sekitar 4 bulan lalu saya menyewa tanah atau ladang milik salah salah satu keluarga senilai Rp 3.000.000 dengan

tempo 5 tahun, dari sewa tanah itu saya dan ayah saya memulai usaha pertanian dengan menanam beberapa jenis sayur-mayur diantaranya kol, daun bawang, cabai, tomat dan lain-lain. Alhamdulillah dalam 3 bulan pertama ladang kami telah berhasil panen, dengan untung bersih Rp 3.000.000 dan uang sewa telah kembali itupun dalam bentuk untung bersih.

Bulan keempat tanah itu telah kembali ditanami beberapa tanaman. Kemudian saya mempunyai keinginan untuk bisa memiliki sapi. Tentu tidak bisa jika langsung banyak dan tidak bisa jika saya urus sendiri. Akhirnya pada akhir bulan Oktober saya membeli bakal sapi pedaging seharga Rp 9.800.000 dan untuk merawatnya saya serahkan ke Bibi. Tentu nantinya saat sapi siap untuk disembelih dan ditimbang akan ada prosedur bagi hasil karena sistem itu bisa menguntungkan satu sama lainnya. Baik yang mempunyai sapi atau pun yang memelihara sapi. Dari situ saya yakin untuk mencoba usaha ini.

Mungkin usaha yang saya jalankan saat ini adalah sebuah usaha yang mempunyai pemasukan dalam jangka panjang. Karena seperti sayur-mayur tentu tidak bisa bila panen setiap harinya bisa tiga atau malah empat bulan sekali tergantung jenis tanaman dan juga kondisi cuacanya. Begitu pula usaha memelihara sapi pedaging. Tentu butuh waktu berbulan-bulan agar sapi siap dijual. Sebenarnya tujuan awal saya membeli atau memelihara hewan ternak karena ingin menabung uang yang mana uang itu bisa bergerak atau bertambah bila dikelola dan yang halal tentunya karena “Menimbun uang adalah bukan sebuah kebijaksanaan, kita harus menginvestasikannya“.

Saya mempunyai harapan dan rencana ke depan dari masing-masing usaha ini. Untuk di bidang pertanian yang bisa dibilang saya baru mulai belajar, saya benar-benar ingin mewujudkan keinginan saya di awal tulisan ini yaitu ingin memasarkan langsung hasil bumi desa kelahiran saya, sehingga kesejahteraan dari masyarakat menjadi lebih tinggi. Untuk peternakan sapi, saya akan terus berusaha agar bisa menambah jumlah sapi yang ada. Hasil penjualan sapi yang pertama ini nantinya akan saya buat untuk membeli sapi lagi dengan kuantitas yang lebih banyak. Bila bisa saya kelola dengan baik maka bukan tidak mungkin setiap bulan minimal satu sapi siap dijual, sehingga setiap bulan saya bisa mendapat keuntungan dari penjualan sapi itu.

Memang saya rasa ada usaha yang mungkin tidak dapat maksimal saya mengelolanya. Usaha itu adalah usaha pendistribusian sayur. Usaha ini menuntut pelakunya untuk bisa meluangkan waktu yang saya miliki lebih ekstra lagi. Padahal dengan profesi saya yang sudah menyita banyak waktu saya, dan juga setelah itu saya harus melaksanakan kuliah tentu

66

bukanlah hal yang mudah untuk mencari waktu yang tepat dalam hal untuk melaksanakan jenis usaha distribusi seperti ini. Alasan yang lainnya adalah fokus seperti yang disarankan saat presentasin saya waktu itu. Jika saya bisa meluangkan waktu ekstra untuk melaksanakan usaha ini saya kawatir jika akan mengganggu fokus saya yang lain terhadap usaha saya yang lainnya. Apalagi saya juga tidak mau jika usaha ini mengganggu profesi saya di pekerjaan saya dan mengganggu kuliah saya.

Dan ada hal menarik lagi yang baru saya tahu, ini juga merupakan saran dan ada teman yang mau berbagi. Ternyata jika saya mendistribusikan sayur ini ke toko-toko modern itu kita tidak akan mendapatkan benefit yang cukup. Ini cerita dari salah satu teman kuliah saya bahwa supermarket yang menjual bahan-bahan sayur-mayur akan membeli sayur dari kita dengan harga dibawah rata-rata. Dari situ saya mulai ragu untuk melanjutakn usaha saya di bidang pendistribusian sayur. Akhirnya saya putuskan untuk menunda dalam memulai usaha saya di bidang ini. Kesiapan pengalaman dan juga mental saya akan saya pupuk terlebih dahulu sampai dalam waktu yang dilalui nanti akan ditemukan jalannya. Saya akan berfokus pada usaha pertanian dan penggemukan sapi.

Dalam usaha pertanian ada saran untuk saya mengusahakan pertanian sayur organik. Sebenarnya saya juga sudah mempunyai rencana ke depan untuk melangkah menuju kesana. Apalagi ada teman saya yang sudah memulai usaha jenis sayur organik. Namun sebelum kesana saya akan memaksimalkan usaha yang ada terlebih dahulu. Setelah ini berhasil barulah saya akan mencoba usaha sayur organik karena selain butuh perawatan yang khusus, sayur organik juga mempunyai market share yang berbeda dengan usaha sayur biasa. Namun bukan tidak mungkin ke depan saya akan mencobanya, mengingat peluang yang ada akan kebutuhan sayur organik yang mulai banyak di masyaralat. Apalgi nilai jual yang lebih baik tentu akan membuat usaha ini menjanjikan, saya akan mencari informasi dan juga relasi terlebih dahulu sebelum benar-benar memutuskan untuk memulai usaha ini.

Saya mulai dari lahan yang saya sewa yang sudah hampir memasuki bulan keenam. Dalam 5 bulan terakhir ini usaha ini sudah memberikan saya dua kali hasil panen. Untuk hasil yang pertama sudah saya ceritakan sebelumnya bahwa hasil bersihnya sudah dapat untuk menutup biaya sewa dari lahan ini sendiri. Namun untuk hasil panen yang kedua ternyata tidak seperti yang diharapkan, hasil panen yang didapat hanya dapat menutup modal tanam awal dan juga untuk modal tanam selanjutnya beserta dengan biaya obat-obatan dan juga pupuknya. Faktor cuaca adalah faktor utama mengapa saat itu hasil panen yang dihasilkan tidak dapat maksimal. Cuaca buruk yang mana hujan deras setiap hari hampir satu bulan membuat tanaman yang ditanam mempunyai banyak penyakit dan mudah busuk. Banyak tanaman yang harus dipanen sebelum waktunya agar mencegah gagal panen, seperti kol yang daunnya lebih cepat membusuk saat terjadi seperti itu. Selain itu banyaknya ulat juga membuat penyakit yang ada dalam tanaman semakin bertambah saja. Menamg sudah diusahakan untuk diobati namun karena hujan yang tiada henti, obat pestisida yang diberikan hilang bersama dengan hujan yang datang.

Anggap saja itu adalah sebuah tantangan dan ujian yang diberikan kepada saya saat ini. Maka dari itu saya tidak boleh berputus asa jika ingin kembali melanjutkan usaha ini. Apalagi dukungan orang tua saya yang senantiasa menjadi penyemangat hidup saya selama ini.

Pada bulan keenam lahan yang saya sewa mulai akan saya tanami kembali. Saya dan keluarga saya memutuskan untuk membuat benih sendiri dari pada membeli benih yang sudah siap tanam, selain kualitas yang lebih bisa terjaga, biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih sedikit dari pada membeli benih yang siap tanam. Saat itu benih yang kami usahakan

67

adalah benih tomat dan kol. Namun tidak semua benih kami mengusahakannya sendiri, karena keterbatasan ruang semai maka ada beberapa benih yang masih harus kami beli siap tanam dari orang lain. Saat ini benih yang kami beli dari orang lain adalah benih sawi putih. Biasanya penyemaian benih memerlukan waktu kurang lebih 30-40 hari dan dari situ kami dapat menekan biaya produksi.

Akhirnya 2 minggu yang lalu benih-benih tersebut telah kami tanam, semoga saja dengan cuaca yang kemungkinan bisa lebih baik dari pada sebelumnya bisa membuat hasil yang akan dicapai lebih bagus lagi. Lahan yang saya sewa tersebut saat ini diisi dengan beberapa varietas sayur-mayur, antara lain tomat, daun bawang dan juga sawi putih. Pada saat yang sama juga kami menggarap lahan ayah saya yang tidak jauh dari lahan yang saya sewa. Kami memulainya dengan mencangkul lahan, kemudian memberi pupuk kandang juga pupuk urea dan ponska, barulah kemudian lahan itu dibuat gundukan gundukan yang nantinya akan dibuat bedengan (baris). Lahan yang kami garap itu bisa dibuat bedengan sampai 30 bedengan dengan lebar kurang lebih 70 cm. Kemudian saat gudukan itu sudah jadi kami akan menghaluskan dan merapikannya. Barulah kemudian ditutup dengan plastik mulsa agar dapat menjaga kandungan hara tanah yang telah diberi pupuk tetap terjaga. Selain itu plastik mulsa akan menjaga kelembapan dari tanah itu sendiri. Saat terjadi kemarau atau panas, maka tanah tidak secara signifikan langsung habis kandungan air yang ada di dalamnya.

Di bidang penggemukan hewan sapi sudah berjalan kurang lebih 3 bulan. Pada cerita sebelumnya saya telah menargetkan untuk bisa menghitung biaya pakan hewan ternak sapi ini. Setelah tiga bulan berjalan bisa saya ketahui bahwa dalam satu bulan sapi saya menghabiskan 50 kg pakan sapi (dedak) yang mana saat ini harga pakan sapi berkisar antara Rp 3.000-Rp 4.000. Dari situ dapat diketahui setiap bulan biaya perawatan kotor dari hewan ternak sapi ini adalah Rp 150.000-Rp 200.000 per bulannya. Dalam sisem usaha saya ini, nantinya biaya pakan ternak sapi akan ikut dihitung sebagai modal sehingga uang atau biaya pakan sapi akan dicatat untuk kemudian dihitung pada akhir saat sapi siap untuk dipotong. Jadi bisa di asumsikan biaya hewan ternak ini juga sebagai tabungan saya ke depannya. Biaya yang saya keluarkan juga tidak akan hilang karena telah dicatat untuk nantinya dihitung sebagai bagian dari modal.

Jika sapi saya bisa siap dipotong dalam jangka waktu yang saya ambil rata-rata satu setengah tahun lama perawaan dan penggemukan maka bisa kita hitung :

Biaya perawatan : 18 bulan x Rp 200.000 = Rp 3.600.000 Biaya total : Rp 9.800.000 + Rp 3.600.000 = Rp 14.400.000 Laba kotor : rata-rata harga jual sapi potong – biaya total

: Rp 30.000.000 – Rp14.400.000 = Rp 15.600.000

Saat sudah diestimasikan laba kotor yang didapat, maka saya hanya tinggal menghitung laba bersih untuk saya dengan menghitung berapa bagian untuk saya dan berapa bagian untuk si perawat hewan ternak. Saya estimasikan 1/3 untuk perawat hewan dan 2/3 untuk saya maka laba bersih yang saya dapat kurang lebih Rp 10.000.000. Saat saya bisa mendapatkan laba dari penggemukan sapi ini, maka akan saya gunakan untuk membeli sapi lagi. Jika beruntung maka uang yang saya dapat dari sapi ini bisa untuk membeli 3 sapi sekaligus. Namun jika kurang akan saya tambah dengan uang dari tabungan saya sendiri. Begitu seterusnya sehingga jumlah sapi yang saya punya akan semakin bertambah dan bukan hal yang mustahil jika 3 tahun yang akan datang saya telah mempunyai sepuluh ekor sapi.

Telah banyak pengalaman dan pelajaran yang mengiringi perjalanan usaha saya selama enam bulan terakhir ini. Mungkin jauh jika dari kesan wow atau keren, namun hanya

68

sampai itu usaha yang bisa saya bangun sampai saat ini. Kedepannya apa yang telah saya tuliskan di tulisan ini akan senantiasa saya tingkatkan dan apa yang menjadi harapan yang telah saya ungkapkan dalam tulisan ini semoga segera dapat saya capai bahkan kalau bisa melampauinya.

***

Disusun Oleh : Elisa Sari

Manajemen

69

“Kedai Todong”

Untuk memulai usaha brownies saya tidak sendiri, saya bekerjasama dengan teman saya Ririn Dwiningsih supaya lebih ringan dalam hal modal usaha. Mengapa saya memilih membuat brownies pisang, hal ini dikarenakan saya mempunyai kebun pisang raja, yang terkadang jika panen hanya dibagi-bagikan ke tetangga dan sanak saudara, sedangkan jika diolah sendiri selalu monoton dengan cara digoreng atau dikukus. Disini saya ingin hasil kebun tersebut bisa menjadi sumber tambahan penghasilan, oleh karenanya saya ingin mengolah pisang raja tersebut menjadi sesuatu yang berbeda dengan mengolahnya menjadi banana cake. Sedangkan alasan saya memilih membuat brownies sayur karena seperti yang kita tahu, brownies adalah jenis kue yang paling banyak diminati. Kami ingin membuat sesuatu yang beda dengan menambahkan bahan sayur di dalamnya, sehingga ketika kita memakan brownies tidak enaknya saja yang didapat tapi kita juga mendapatkan supply vitamin dari sayur tersebut yang menyehatkan tubuh. Peluang brownies sayur juga masih sangat terbuka luas karena kami belum pernah menjumpai pedangang yang menjual brownies sayur di Yogyakarta.

Dari misi tersebut kami pun mulai melakukan percobaan. Langkah pertama kami harus mencari resepnya terlebih dahulu, beruntung orang yang kos disebelah rumah saya adalah orang yang ahli membuat kue sehingga saya minta resep kue tersebut. Setelah itu kami membuat brownies originalnya terlebih dahulu, karena menurut kami, kita harus bisa membuat kue dasarnya terlebih dahulu sebelum mencoba menambahkan sayur ke dalamnya.

Setelah kami selesai membeli bahan-bahan yang dibutuhkan di pasar Ambarukmo tidak disangka pengeluaran untuk membeli bahan-bahan tersebut benar-benar melampaui perkiraan kami. Untuk membeli bahan kue brownies tersebut kami mengeluarkan uang sebesar Rp 70.000. Harga yang cukup mahal bagi kami dan yang terbayang dalam benak kami berapa harga jual per potongnya jika harga bahannya semahal itu. Kami pun kembali fokus ke proses membuat kue brownies. Kami lakukan dengan bertahap seperti yang tertulis di resep. Setelah semua tahapan selesai dilakukan, akhirnya tiba waktunya mengoven adonan tersebut, butuh kesabaran untuk menunggu kuenya matang karena api yang digunakan harus api kecil agar suhunya stabil dan kuenya bisa matang sempurna. Butuh waktu 1 jam an hingga akhirnya kue ini matang. Melihat hasilnya ada rasa senang dan kecewa, senang karena kuenya mengembang dengan sangat bagus yang membuat kecewa dari segi tampilan warnanya tidak seperti brownies, warnanya coklat terang sedangkan brownies yang asli berwarna coklat gelap, selain itu setelah kue tersebut dingin dan saat diiris kuenya mudah hancur, teksturnya kurang padat dan dari segi rasa coklatnya kurang terasa seperti ketika memakan brownies (yang asli) tetapi rasanya cukup lumayan. Untuk keseluruhan, bisa dibilang percobaan kue brownies ini gagal. Melihat hasil yang tidak sesuai dengan harapan ada sedikit perasaan kecewa. Dari kesalahan tahapan di awal tadi kami telah menyisakan butter cair yang tidak terpakai. Akhirnya atas usulan ibu saya, butter tersebut digunakan untuk membuat kue pisang saja dengan bahan-bahan yang masih tersisa dan untuk kekurangannya kami membeli bahan lagi ke pasar termasuk bahan utama yakni pisangnnya karena pisang di kebun saya belum ada yang masak, sedangkan untuk belanja tambahan ini kami mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000.

Pembuatan kue ke dua banana cake, pembuatan kue yang ke dua ini untungnya kami dibantu oleh Cheff nya yang ahli membuat roti dan kue. Kami diajarkan tips-tips saat membuat kue agar hasilnya bagus. Ada satu hal yang saya sadari ketika mengamati cheff nya membuat kue, insting orang yang terbiasa membuat kue akan tahu takaran-takaran yang tepat, dalam artian tidak sesuai dengan resep, padahal resep tersebut dituliskan oleh Cheffnya

70

sendiri namun masih terjadi penambahan takaran bahan. Waktu saya amati terkadang ada bahan yang takarannya masih ditambahkan lagi, jadi saya berpikir mengapa jika membuat kue sendiri hasilnya selalu gagal walaupun sudah mengikuti resep yang ada, mungkin itu dikarenakan langkah membuatnya ada yang salah, atau takaran bahannya yang kurang pas.

Tiba waktunya untuk mengoven banana cake, waktu yang dibutuhkan untuk mengoven kue sampai matang sama seperti pemanggangan sebelumnya, yakni memakan waktu sampai 1 jam. Alhamdulillah, hasil untuk percobaan yang kedua ini lebih bagus, warnanya kuning cerah, rasa pisang ambonnya begitu terasa, teksturnya lembut, rasa kuenya pun enak dan ketika dipotong tidak mudah hancur. Untuk keseluruhan, percobaan kedua ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan percobaan kedua ini setidaknya mengurangi rasa kecewa kami atas kegagalan pembuatan kue brownies di awal tadi. Kebingungan pun melanda kami saat melihat ada dua kue di depan mata kami. Dalam pikiran kami yang terbayang kemana kami bisa menjual kue-kue ini, yang terpikir pertama kali adalah kantin kampus II. Banana cake rencana kami jual ke kampus, tiap potong kue kami beri harga Rp 2.000 dari kami dan Rp 2.500 dari penjual dengan pertimbangan ukurannya cukup besar karena kami menggunakan loyang untuk kue bolu. Sedangkan kue browniesnya saya titipkan di warung tetangga dengan harga 1.700 dari kami dan Rp 2.000 dari penjual.

Saat kami coba ke kampus ke esokan harinya ternyata kantin dalam masih tutup, dan kami bertanya ternyata kantin buka jam 2 siang. Lalu kami mencoba untuk menitipkan kue tersebut ke warnet, harapan kosong pula yang kami dapat, untuk dapat menitipkan di warnet tersebut ternyata harus mendapat persetujuan dari pemiliknya dan waktu itu pemiliknya sedang pergi, sehingga saya meninggalkan nomor telfon untuk nantinya dikonfirmasi. Kami mencoba ke tukang burjo dekat rumah saya dan hal yang sama terjadi. Akhirnya kue itu rencananya kami bawa ke kampus lagi nanti sore bersamaan dengan saya berangkat kuliah. Saat tiba di kampus ternyata kantin masih tutup dan waktu itu kampus juga mati lampu. Rencana hari ini untuk menjual banana cake pun gagal. Malam itu pula saya mendapat konfirmasi dari pihak warnet bahwa disana tidak dapat menerima titipan dikarenakan sudah penuh, begitu pula di warung burjo, pihaknya tidak bisa menerima titipan jualan dari luar dikarenakan takut makanannya tidak laku.

Keesok harinya saya mengambil kue brownies yang saya titipkan di warung tetangga, Alhamdulillah ada yang terjual walaupun hanya 3 potong. Kue browniesnya saya ambil dan saya ganti dengan banana cake, masih saya jual dengan harga yang sama dengan kue brownies sebelumnya. Dan keesok harinya saya mengambil banana cake yang saya titipkan kemarin, dan Alhamdulillah laku 2 slice. Sulit sekali berjualan kue ini. Ibu tetangga tersebut mengusulkan untuk menitipkan kue tersebut ke pasar sambil mejelaskan pedagang mana yang dapat dititipi. Akhrirnya saya putuskan untuk mencobanya di esok hari. Saya berangkat pukul 06.00 WIB, karena umumnya pada jam tersebut pedagang sedang menyiapkan dagangannya. Tibanya di sana saya mencoba jelaskan maksud kedatangan saya dan saya utarakan harga per slice nya. Bapak tersebut menerangakan rata-rata produk yang ia jual dengan membandingkan produk sejenis yakni semuanya berkisar Rp 1.000-Rp 1.500 jika banana cake tersebut diberi harga Rp 2.000 atau Rp 2.500 per slice nya maka tidak akan laku tutur bapak pedagang tersebut. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk menitip banana cake di pasar, karena jika diberi harga Rp 1.500 per slice nya kami bisa rugi banyak sekali. Rasa putus asa memenuhi hati saya waktu itu, kue ini harus saya jual kemana lagi, sedangkan kue basah tidak bisa bertahan terlalu lama. Selama kue ini masih tetap bagus karena saya simpan di kulkas. Mungkin karena rasa iba atau kasihan, adek saya pun membeli kue saya. Kebetulan saya pun juga suka rasa kue pisangnya jadi ketika saya ingin saya juga membelinya dan kebetulan juga ayah saya sedang mengurusi renovasi ruko baru kakak saya,

71

dengan menyewa tukang. Maka ayah saya membeli beberapa kue saya untuk makanan di ruko. Akhirnya banana cake pun terjual semua dan menyisakan beberapa slice brownies. Saya meyerahkan sisa kue tersebut ke Ririn untuk di jual ke temannya atau ke siapa saja, disitu saya pasrahkan kue brownies tersebut ke Ririn. Beberapa hari kemudian saya mendapat kabar jika kue browniesnya terjual ke teman-temannya walaupun sedikit memaksa kata Ririn. Mendengar hal itu saya menjadi merasa tidak enak dengan teman-temannya Ririn.

Kami pun sudah membagi hasil, dapat dikatakan disini kami merugi namun yang terpenting kue tersebut terjual semua dan kami ada pemasukan untuk mengganti pengeluaran kemarin walau tidak sepenuhnya kembali tetapi disisi lain banyak pelajaran yang saya ambil ketika berjualan kue terutama ketika kita ingin menjual produk. Kesalahan kami waktu itu kemasan kami tidak meyakinkan karena hanya dibungkus plastik bening ukuran ¼ kg, potongan kue kami tidak sesuai dengan porsi untuk dijual, harga bahan kami terlalu mahal sehingga harga jualnya juga mahal, dan mungkin juga kami salah sasaran untuk memilih berjualan kue. Mayoritas kue-kue banyak dijual di toko-toko kue, sedangkan yang banyak dijual di pasar adalah jenis roti, mungkin karena bahan untuk membuat kue itu lebih mahal maka jarang kue di jual ecer dan kebanyakan jenis kue tersebut di jual di toko kue dalam bentuk utuh. Apapun itu sepertinya kami tidak tertarik untuk melanjutkan usaha ini lagi karena bahan-bahannya yang mahal dan pasarnya pun ternyata sangat sulit.

Pikiran saya yang sebagian besar sudah teralihkan oleh masalah skripsi membuat saya tidak bisa berpikir lebih banyak. Saya memilih untuk tetap membantu usaha baru kakak saya yakni usaha bakso dan mie ayam serta menyediakan aneka kuliner lainnya seperti aneka masakan manado, nasi goreng jakarta, bakmi jawa goreng/godog, dll. Rencananya di ruko baru selain membuka usaha PS dan game online, kami juga membuka usaha kuliner.

Bulan Desember 2014 kami pindah ke ruko baru karena kontrakan di sayegan ini tidak dapat diperpanjang lagi dikarenakan ruko tersebut akan ditempati adik dari ibu pemilik ruko. Tetapi mungkin ada hikmahnya juga kami akan pindah dari ruko lama karena setelah ada isu RKS itu merbak disertai jatuhnya korban di daerah cebongan, keamanan di daerah ruko pun semakin mengkhawatirkan. Selain itu baru-baru ini ditambah adanya kasus-kasus pencurian disekitar ruko membuat kami semakin matap untuk pindah dari ruko lama.

Agar kami tidak kehilangan pelanggan lama sepenuhnya, kami sudah memberitahukan kepada mereka bahwa bulan Desember nanti kami sudah pindah ke ruko baru dan kami menjelaskan alamat ruko baru kami kepada mereka. Mungkin bagi pelanggan yang remaja atau dewasa yang mempunyai kendaraan bisa datang di ruko kami yang baru, namun untuk anak-anak SD mungkin sudah tidak bisa lagi datang di tempat kami.

Waktu itu setelah mendapat informasi bahwa ruko tidak bisa diperpanjang lagi, maka kami pun segera bergegas untuk mencari ruko baru dan akhirnya kami mendapatkannya di daerah Godean tepatnya di daerah Kelangkapan. Cukup jauh memang dari ruko lama, namun kami memilih disitu dengan pertimbangan harga rukonya termasuk murah dengan ukurannya yang lebih besar dari ruko lama serta tempatnya cukup strategis di pinggir jalan dekat dengan sekolah dan rumah sakit. Seperti halnya ruko lama di situ kami juga menyewa dua ruko, satu untuk PS dan game online dan satunya lagi untuk kuliner. Keamanan di ruko baru, kami

72

merasa tenang karena disamping ruko baru adalah tempat tinggal seorang polisi dan beliau juga sudah baik kepada kami.

Strategi dalam berjualan kuliner ini, kami berusaha meyakinkan konsumen dari segi tempatnya terlebih dahulu, yakni dengan merubah ruko tersebut menjadi tempat yang bersih, nyaman dan enak dipandang, karena ketika kami berkunjung pertama kali ke ruko tersebut kesan pertama yang kami lihat tidak seperti itu, tempat tersebut tak terawat, kurang enak dipandang, yang terlintas dipikiran kami saat itu, tempat tersebut perlu banyak perbaikan. Mungkin salah satu alasan mengapa tempat tersebut murah dikarenakan dari segi bangunan ruko tersebut masih sangat sederhana. Saat ini ruko tersebut masih dalam tahap renovasi. Kami juga sudah memesan spanduk kulinernya agar konsumen tahu bahwa kami telah membuka warung bakso dan mie ayam di situ.

Untuk menarik konsumen kami juga memberikan nama yang unik pada warung kuliner kami, yakni kami beri nama ‘Kedai Todong’. Kata Todong diambil dari nama kakak ipar saya, yang mungkin jika orang lain mengira arti kata todong itu seperti menantang, padahal itu adalah sebuah nama marga. Untuk promosinya kami rencananya akan membuat blog untuk memperkenalkan kuliner kami terutama masakan Manado yang mungkin banyak juga orang yang mencarinya. Jadi kami minta tolong kepada rekan kami untuk dibuatkan blog yang search engine nya bisa muncul di halaman awal pencarian. Selain itu rencananya jika sudah buka kami akan promosi juga lewat sosial media baik itu FB, BB, twitter, dll. Dari segi menu kami sudah merencanakan nama-nama yang unik dari setiap baksonya. Sementara ini ada bakso ranjau karena baksonya pedas, bakso tenis karena di dalamnya ada telurnya, dan bakso urat. Untuk mie ayamnya kami juga menyediakan mie ayam ceker.

Walaupun banyak yang berjualan bakso di daerah ruko baru kami, namun kami tidak takut bakso kami tidak laku, karena bagi kami konsumen selalu mementingkan rasa saat membeli makanan, jika mereka menemukan bakso yang enak maka mereka akan kembali lagi untuk membelinya. Rasa adalah hal yang kami prioritaskan. Berdasarkan pengalaman kami sebagai pecinta makanan bakso kami sudah mencoba berbagai bakso yang ada di Jogja ini tetapi kami belum pernah menemukan rasa bakso seperti bakso yang ada di Ciamis. Oleh karena itu kami berencana untuk membuka warung bakso dengan cita rasa yang berbeda, dengan menggunakan 100% daging sapi asli serta bebas dari formalin atau boraks. Kebanyakan tukang bakso dalam membuat bakso mereka mencampur daging sapi dengan daging ayam untuk menekan pengeluaran dan memperoleh laba yang lebih banyak. Disini kami berbeda, cita rasa bakso yang kami suguhkan benar-benar rasa bakso sapi yang rasanya berbeda dari yang lain.

Semoga saja usaha baru kami di ruko baru nanti lancar dan tidak kalah ramai dari ruko sebelumnya. Amin

***

Disusun Oleh : Sigid PamungkasTeknik Informatika

73

“Flanel Emoticon”Untuk project yang saat ini saya kerjakan selama beberapa bulan terkhir, saya mulai

untuk mencoba membuka usaha kecil-kecilan. Usaha yang saya kerjakan tersebut yaitu dengan jualan jagung bakar. Usaha tersebut saya lakukan barsama dengan teman saya yang juga sedang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Alasan saya mengajak teman untuk berjualan karena dia juga mau memulai membuka sebuah usaha.Untuk memulai sebuah usaha saya dan teman saya melakukan survey dengan mencari tempat yang cocok untuk berjualan jagung bakar. Selama kurang lebih 2 minggu mencari tempat akhirnya kami mendapat tempat di teras sebuah rumah orang letaknya di pinggiran jalan raya jogja-solo, kami pun meminta izin kepada bapak yang punya rumah untuk membolehkan kami berjualan jagung bakar disitu dan akhirnya bapak tersebut memperbolehkan akan tetapi ada syaratnya yaitu setelah jualan selesai sampah yang berserakan harus dibuang dan di bersihkan. Tempat yang kami pilih juga tidak terlalu jauh dari rumah teman saya, sehingga jika membutuhkan sesuatu seperti tikar atau peralatan yang kami butuhkan tidak sulit untuk mencarinya.

Kemudian hari saat kami libur kami memulai untuk mencari bahan dan alat untuk berjualan jagung bakar. Kami mencoba melihat jagung di Pasar Kalasan terlebih dahulu ternyata harga jagung bakarnya mahal kira-kira Rp 20.000 berisi sekitar lima belas jagung kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Prambanan ternyata disana belum ada yang menyetok jagung, sehingga kami menunggu sore hari sekitar pukul 17.00 WIB akhirnya datang juga mobil penyetok jagung bakar, lalu kami mencoba bertanya kepada penjual tentang harga jagungnya ternyata harganya sekitar Rp 19.000 berisi sekitar lima belas jagung dan akhirnya kami membelinya. Setelah jagung kami dapatkan lalu membeli bahan-bahan lainnya seperti sambal dan madu, kami mencoba untuk mencari alat bakar jagung seperti tengku, kuas, arang dan alat kipas kira-kira total bahan dan alat kami beli sekitar Rp 60.000.

Hari selanjutnya kami memulai untuk mempersiapkan alat dan bahan apa saja yang nantinya akan dibawa untuk berjualan, setelah maghrib kami pun mulai bersiap untuk berangkat menuju tempat berjualan kami. Kami mempersiapkan arang yang kami bakar terlebih dahulu kemudian kami menggelar tikar dan mempersiapkan bumbu-bumbu yang telah kami racik. Setelah semua siap kami pun menunggu pembeli datang, kira-kira dua jam telah menunggu kami kedatangan pembeli seorang ibu dan anaknya kami mulai membakar jagung tersebut dan ibu tersebut membeli 3 jagung, kami sepakat untuk mematok jagung rasa pedas dengan harga Rp 2.000 sedangkan untuk jagung manis Rp 2.500. Hari itu hanya ada 2 orang pembeli dan hanya laku 5 jagung saja kira-kira dapat uang Rp 10.000.

Kami hanya berjualan ketika hari minggu malam saja karena jika berjualan pada hari senin sampai sabtu kami tidak bisa berjualan karena sama-sama masih sibuk kuliah dengan tugas-tugas dari kampus. Setelah satu bulan kami hitung pendapatan kami kira-kira hanya mendapatkan Rp 25.000, karena sepi pembeli. Untuk bulan berikutnya kami berjualan lagi tetapi juga hanya mendapat uang Rp 18.000 akan tetapi kami masih bersemangat untuk jualan lagi meskipun hasinya tidak terlalu besar. Kami juga pernah berjualan di alun-alun selatan jogja (alkid) tetapi kendala yang kami hadapi juga tidak mudah, sepeda motor yang kami tunggangi juga bannya bocor saat di perjalanan, tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan untuk ke alun-alun selatan. Setelah sampai kami mulai berjualan pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB setelah lamanya menunggu kami hanya mendapat 2 pembeli saja dan uang yang kami dapat hanya Rp 10.000 saja, mungkin kami belum beruntung. Kemudian hujan mulai turun deras kami pun segera membereskan dagangan kami dan kami sepakat untuk pulang. Setelah dua bulan lebih kami memutuskan untuk berhenti berjualan karena kami juga akan ada ujian tengan semester sehingga kami fokus terlebih dahulu ke ujiannya. Kami juga akan berfikir lagi untuk berpindah tempat lain saja karena tempat dahulu sepertinya sepi pembeli.

74

Setelah ujian tengah semester berlalu kami berdiskusi lagi untuk melanjutkan ataupun beralih usaha yang lainnya. Setelah berdiskusi kira keputusan yang kami ambil yaitu untuk berhenti usaha dari berjualan jagung bakar karena untuk menjalankan sebuah usaha berjualan jagung bakar banyak sekali masalah dan hambatannya misalnya saja untuk jagungnya sendiri haruslah jagung dengan kondisi yang masih bagus dan yang masih muda, terkadang untuk daya tahan jagungnya sendiri tidak dapat bertahan lama dan mudah sekali membusuk, walaupun sudah di masukkan ke dalam lemari es. Hambatan yang lain adalah soal waktu dan kondisi tempat untuk berjualan. Untuk masalah waktu itu sendiri saya memulai usaha dengan teman-teman saya yang rata-rata masih kuliah dan masih sibuk dengan tugas kuliah mereka masing-masing dan juga dengan jadwal mereka yang padat dan untuk menyamakan jadwal yang kosong itulah yang membuat saya menjadi kurang optimal dalam berjualan bersama dengan teman-teman saya. Masalah kondisi untuk tempat berjualan menurut saya sudah cocok karena tempat di pinggir jalan raya dan dekat dengan salah satu rumah dari teman saya apabila untuk alat dan bahan dalam berjualan ada yang kurang sehingga kami hanya mengambil dari rumah teman kami. Akan tetapi menurut saya tempat disini kurang ramai mungkin karena tidak banyak pedagang yang lain, tempat berjualan kami hanya ada pedangan angkringan dan pegadang yang berjualan mie ayam dan bakso dan kami lihat mereka juga sepi pelanggan.

Kami memulai berfikir usaha baru apa yang cocok untuk mahasiswa seperti kita yang nantinya tidak terlalu merepotkan kami, setelah berdiskusi kami mendapatkan ide yaitu untuk membuka usaha dengan membuat gantungan kunci dari kain flanel ataupun kerajinan apapun dengan berbahan kain flanel. Usaha yang kami pilih ini agar kami tidak terlalu repot dengan aktivitas kami sebagai mahasiswa. Alasan kami memilih usaha dengan kain flanel karena menurut kami barang yang imut dan mungil seperti ini banyak yang berminat baik untuk kalangan anak-anak, remaja, ataupun untuk kalangan dewasa. Yang kedua buatan aksesoris kami dengan buatan tangan sendiri atau handmade sehingga masih banyak orang yang menyukai produk aksesoris kami dan menghargai hasil karya dan kreatifitas dari kami. Yang ketiga kain flannel bersifat fleksibel karena dapat dibentuk bermacam-macam seperti gantungan kunci, untuk hiasan kotak tissue dan bross sebagai aksesoris entah untuk yang memakai hijab atau untuk di pakai di baju dan masih banyak lagi yang dapat kita kreasikan dengan bahan kain flannel tersebut. Yang keempat untuk kondisi kain flannel tidak akan mudah luntur karena dapat bertahan lama. Yang kelima untuk modal yang kami keluarkan juga tidak terlalu mahal sehingga dapat menghemat pengeluaran baik untuk bahan maupun untuk alatnya. Dan menurut pandangan kami biasanya untuk para konsumen pasti mencari sesuatu yang benar-benar unik yang jarang dilihat, serta warna kain yang berwarna-warni ini juga yang bisa menjadi daya tarik para konsumen. Dan dari berbagai faktor diatas kami sepakat untuk memilih usaha tersebut sebagai pengganti usaha jagung bakar.

Saat itu kami jalan-jalan dipasar malam dan kami mulai mencari produk yang unik dan menghibur, kami melihat banyak sekali barang-barang yang menarik di pasar malam tersebut, suatu saat kami berhenti dan melihat sebuah gantungan kunci yang menarik yang terbuat dari kain flnel lalu kami melihat macam-macam motif dari kain flannel tersebut serta bentuk, dan warna yang cerah yang dapat membuat orang tertarik. Setelah itu kami mencoba menjahit dengan autodidak dan kami membeli bahan percobaan dan alat untuk gantungan kunci kain flannel tersebut. Kami membuat sebuah emoticon yang lucu dan imut, akan tetapi jahitan itu hanya untuk

percobaan yang hasilnya belum terlau bagus karena kami masih belajar dan belum tahu cara yang benar dalam membuatnya, setelah berminggu-minggu kami berkumpul dan melihat

75

hasil yang makin lama makin banyak dari buatan kami, dan hasilnya mulai rapi dan bagus. Kemudian kami membeli bahan yang lebih banyak karena sudah yakin untuk memulai usaha aksesoris ini.

Awal untuk mencari bahan dan alat, kami pertama kali pergi ke toko merah yang ada di Gejayan, kami akan membuat gantungan kunci emoticon kira-kira akan membuat 50 emoticon. Disana kami membeli kain flannel dengan ukuran 20cm x 30 cm dengan harga Rp 2.000. Lalu kami membeli 2 lem UHU, kira-kira harga untuk 1 lem UHU tersebut seharga Rp 15.000, untuk benang sendiri kami membeli 3 macam warna benang harga benang masing-masing Rp 2.000/ benang, untuk dakron dan gantungan kunci kami beli di daerah klaten dengan harga 5 ons drakron sekitar Rp 5.000 untuk gantungan kunci kami membeli 50 biji kira-kira harga 1 biji seharga Rp 200. Dan total belanjaan kami kira-kira habis Rp 45.000.

Setelah hasil aksesoris gantungan kunci emoticon dan gantungan kunci aplikasi menjadi banyak lalu kami membuat sebuah iklan di berniaga.com dengan harga mulai dari Rp 2.000/pc – Rp 4.000/pc. Kami juga berjualan di car free day saat minggu pagi tiba. Kami menggelar lapak di pinggir jalan dengan alas terpal dan kami siap untuk menjual hasil produk kami. Setelah setengah jam lebih kami menunggu belum ada yang membeli, kami terus menunggu kira-kira sudah ada satu jam lebih ada seorang yang membeli aksesoris kami dia membeli 2 buah gantungan kunci emoticon. Alhamdulillah kami mendapat Rp 4.000, ada lagi yang membeli 1 buah gantungan kunci aplikasi fb seharga Rp 3.000, setelah dua jam lebih akhirnya kami membereskan dagangan kami lalu pulang dengan membawa uang Rp 7.000. Untuk minggu berikutnya kami masih tetap berjualan di tempat yang sama, kami berangkat hanya naik sepeda dengan membawa tas yang berisi alas dan gantungan kunci emoticon, walaupun jarak yang harus kami tempuh kira-kira lebih dari 4 km kami tetap bersemangat untuk menjual dagangan kami, kami tidak menggunakan kendaraan bermotor karena pertama di kawasan car free day motor tidak boleh melewati jalan diarea car free day, kedua kami naik sepeda juga untuk olahraga pagi. Yang ketiga untuk menghemat pengeluaran bensin.

Saat minggu kedua mungkin kami kurang beruntung karena tidak ada yang membeli aksesoris kami, tetapi kami tidak putus asa untuk menjualnya kembali pada minggu berikutnya. Saat hari itu teman saya membuka dan mengecek iklan di berniaga.com apakah sudah ada yang memesan aksesoris dari kami dan ternyata ada yang memesan dua buah gantungan kunci sebuah inisial nama, kemudian kami langsung membuatnya dan segera bertemu dengan pembeli karena kebetulan pembeli itu rumahnya tidak jauh dari candi prambanan. Dan kami mengantongi uang Rp 10.000 dari pesanan tersebut. Setelah satu bulan lebih kami mendapatkan uang kira-kira Rp 50.000 dan biaya modal sudah dapat kembali akan tetapi keuntungan belum kami dapatkan karena baru satu bulan kami berjualan.

Untuk bulan berikutnya kami berdiskusi lagi untuk mencari tempat dan mencari solusi untuk menjual aksesoris kami. Dan kami juga akan memasarkannya melalui dan akan menambah produksi dagangan kami, walaupun kendala mengenai waktu masih menjadi hal yang utama, tetapi saya yakin kalau nantinya akan dapat berkembang dan dari usaha yang telah saya lakukan ini walaupun hasilnya kecil namun tidak apa-apa, meskipun juga usaha saya berasal dari usaha yang kecil, insyaallah dapat berhasil. Saya ingat sesuatu dari perkataan para pengusaha yaitu “Usaha yang besar tidak mungkin jika tidak dimulai dari hal yang kecil / dari nol terlebih dahulu.

***

Disusun Oleh : Fatmiyatun Sriyani

76

Pendidikan Matematika

“Meraih Mimpi Tidak Memandang Situasi dan Kondisi”

Awalnya saya tinggal di kost yang pada saat itu uang kost per bulan Rp 250.000 dan orang tua saya harus mengeluarkan uang per bulan Rp 1.000.000 untuk kebutuhan serta bayaran uang kost saya per bulan, ini cukup berat untuk orang tua saya yang bekerja sebagai patani. Lalu saya kembali mencari kost yang lebih murah agar sedikit meringankan beban pengeluaran orang tua saya. Saya mendapat info dari teman saya bahwa di asrama putri yayasan SPA Indonesia membutuhkan 1 orang penghuni kost lagi. Sehingga saya bisa masuk kesana yang pada saat itu uang asramanya Rp 1.000.000 per tahun.

Setelah tinggal di asrama selama 3 minggu, saya mendapat amanah untuk mengajar Baca Tulis Al-Qur’an (BTAQ) di SDN Deresan untuk kelas 5. Saya mengajar 4 kali pertemuan dalam satu bulan. Awal mengajar, karena saya belum tahu lokasinya sehingga saya harus berangkat lebih awal untuk mencari SDN Deresan. Pada saat itu siswa masuk pukul 10.00 WIB dan saya berangkat dari asrama pukul 09.00 WIB

Saat masuk kelas saya belum tahu harus mulai darimana, awalnya saya hanya mengajarkan cara membaca Al-Qur’an sambil sesekali melihat teman saya ketika menyampaikan materi dan ini adalah pengalaman pertama saya mengajar.

Pada hari kedua mengajar kebetulan teman saya izin tidak mengajar, sehingga saya mengajar sendirian. Dengan siswa sebanyak 32 anak dan saya hanya sendiri disini saya harus memikirkan cara bagaimana agar bisa terkondisikan dan semua juga bisa mengaji. Dan di papan tulis saya menuliskan sebuah surat Al-Qur’an, kemudian anak-anak saya minta untuk menyalin surat tersebut dan saya panggil satu persatu untuk mengaji. Kemudian ada 3 anak yang berbaris untuk mengaji, setelah mengaji ternyata 3 anak ini sudah lancar. Lalu 3 anak ini saya minta untuk mengajari teman-temannya untuk mengaji. Disinilah saya menggunakan metode tutor sebaya dan Alhamdulillah anak-anak antusias dengan metode ini. Ketika mengajar banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan. Selain itu, dalam satu bulan saya mendapatkan TA (Tunjangan Akhir) sebanyak Rp 28.000.

Selain mengajar di SDN Deresan, saya juga mengajar di TPA Al-Huda di Jalan Kaliurang setiap hari rabu, kamis dan sabtu. Terkadang saya harus berlari untuk menuju ke TPA, karena terkadang saat saya pulang kuliah dapat bersamaan dengan waktu mengajar di TPA, tetapi justru hal itu yang membuat saya bersemangat untuk mengajar di TPA, karena disana anak-anak selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajarnya. Pada bulan selanjutnya saya mendapat tambahan mengajar di SD Muhamaddiyah Demangan setiap satu bulan dengan 8 kali pertemuan yaitu pada hari selasa dan kamis dan kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 10.00-11.30 WIB, jadi di pagi hari saya kuliah siang hari saya mengajar dan sehabis pukul 12.00 WIB saya kuliah lagi, itupun saya tempuh dengan berjalan kaki sekitar 40 menit namun terkadang saya naik sepeda ketika ada sepeda teman saya di asrama yang menganggur. Sehingga pada bulan ke dua saat di asrama, saya mengajar di SDN Deresan, SD Muhammadiyah Demangan dan di TPA Al-huda kumpulrejo dengan total mengajar sebanyak 24 kali pertemuan. Sedangkan untuk tunjangan akhir mengajar di SDN Deresan, SD Muhammadiyah Demangan Rp 90.000.

Selama tiga bulan berlangsung saya mendapat tambahan mengajar lagi di SDIT Salsabila Bangun Tapan Bantul. Pada saat itu saya bimbang, karena dari asrama ke SDIT

77

Salsabila Bangun Tapan Bantul jaraknya cukup jauh dan pada saat itu saya mengajar dengan berjalan kaki karena saya tidak mempunyai kendaraan. Saat itu saya mengatakan kepada bagian personalia bahwa saya tidak bisa mengajar di SDIT Salsabila Bangun Tapan Bantul dengan alasan tidak mempunyai kendaraan, tetapi dari yayasan saya diberi fasilitas kendaraan motor tua yang sudah tidak berpajak. Kemudian saya setiap pagi sebelum berangkat kuliah mengajar di SDIT Salsabila Bangun Tapan Bantul. Dan jadwal mengajar juga di sesuaikan dengan jadwal kuliah saya. Pada waktu itu saya mengajar di SDN Deresan, SD Muhammadiyah Demangan dan SD IT Salsabila Bangun Tapan Bantul setiap akhir bulan saya mendapat tunjangan akhir sebanyak Rp 150.000- Rp 170.000 setiap bulan.

Saya benar-benar membagi waktu dari pagi sampai sore untuk kegiatan mengajar dan belajar. Dari situ saya juga mulai berfikir bagaimana caranya membuat metode-metode belajar membaca Al-Qur’an agar mengasyikan dan tidak monoton. Saya berusaha setiap mengajar metode yang saya gunakan selalu berbeda-beda pada akhirnya hasilnya pun memuaskan dan Alhamdulillah, siswa dan siswinya sudah lancar membaca Al-Qur’an. Disinilah letak kepuasan saya ketika melihat anak didik saya sudah dapat di wisuda dan dapat membaca Al-Qur’an di depan semua wali murid. Saya merasa senang dan bangga ketika orang tua wali merasa puas dan bangga terhadap anaknya. Pada saat wisuda santri di SD IT Salsabila Bangun Tapan Bantul, peserta wisudanya sekitar 100 siswa dan pada saat itu saya mendapat reward sebagai guru BTAQ terbaik. Reward tersebut berupa Map dan amplop yang berisi surat ucapan terimakasih dan uang sebanyak Rp 250.000 dan Alhamdulillah sekali, karena pada waktu itu orang tua saya belum mengirim uang bulanan.

Setelah itu saya mendapat tawaran untuk menjadi guru les di rumah salah satu siswa, yaitu les baca Al-Qur’an dan les privat matematika. Jaraknya Alhamdulillah dekat dapat saya jangkau dengan berjalan kaki selama 35 menit dari asrama. Setiap sehabis maghrib saya berangkat untuk mengajar les dan jadwal les setiap hari rabu, kamis dan sabtu sehingga setiap pulang kuliah, saya mengajar TPA kemudian mengajar les. Karena kebetulan jadwal TPA dan les harinya sama (hari rabu, kamis dan sabtu), setelah sebulan berjalan saya sempat sakit selama satu minggu saya ingin mengundurkan diri dan ingin mencarikan pengganti untuk guru les, tetapi anak yang saya didik tidak mau les jika dengan guru yang lain. Kemudian saya berinisiatif untuk mengganti jadwal les tersebut menjadi hari senin, kamis dan jum’at.

Meskipun masih ada jadwal satu hari yang sama dengan jadwal ngajar di SD dan di TPA, tetapi saya bersyukur karena sedikit bisa beristirahat. Ketika saya mengajar les sering sekali kehabisan pertanyaan atau latihan soal, karena anak ini memang cerdas, sehingga saya tidak perlu waktu lama untuk membuatnya paham. Pada saat itu saya mengajar les setiap satu kali pertemuan saya mendapat tunjangan sebanyak Rp 25.000 kira-kira untuk les setiap bulan saya mendapat tunjangan Rp 250.000- Rp 300.000. Dari les privat, mengajar di sekolah dan ngajar TPA kira-kira setiap bulan saya mendapatkan tambahan uang saku kurang lebih Rp 300.000- Rp 400.000. Semenjak les dan mengajar di sekolah jadwal saya setiap hari padat. Pagi mengajar, lalu kuliah, sore harinya mengajar TPA, dan setelah itu mengajar les privat, meskipun kegiatan padat tetap saya nikmati, karena pada dasarnya saya memang senang dengan anak-anak.

Pada awal semester 3, saya ditawari untuk mengajar les anak SD kelas 4, yaitu les matematika. Awalnya saya berfikir kalau ini kesempatan saya untuk menyalurkan ilmu yang saya dapat di kampus yang sesuai dengan jurusan saya yaitu program pendidikan matematika. Tetapi saya tidak menyangka anak tersebut mempunyai keterbelakangan mental. Sehingga ini merupakan tantangan baru saya, karena saya harus memahami cara penyampaian untuk anak yang mempunyai keterbelakangan. Sudah beberapa kali saya mengajar saya belum terbiasa

78

dengan anak tersebut. Tetapi sudah menjadi hal yang biasa melihat kebiasaan (dapat dikatakan it merupakan kebiasaan buruk) anak itu. Dan saya sedikit demi sedikit merubah kebiasaan anak itu, dan Alhamdulillah anak itu sekarang sudah ada peningkatan yang positif. Selain itu, saya merasa kesulitan karena anak tersebut tidak mudah untuk menangkap materi yang saya jelaskan sehingga saya mendownload soal-soal untuk latihan dan game-game belajar agar mudah dipahami. Saya menggunakan banyak sekali metode-metode pembelajaran dan itupun tidak ada hasilnya. Kemudian selama saya mengajar les anak tersebut, saya menggunakan metode game, awalnya anak tersebut suka dan senang belajar, tetapi pelajaran yang saya sampaikan hanya sebatas angin lalu yang jika diulang pada hari selanjutnya anak tersebut lupa. Kemudian saya menggunakan metode bercerita, tetapi gagal juga dan selanjutnya pada saat saya membawa permen ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung memberi anak tersebut permen dan dimakan sambil belajar, anak itupun senang. Pada hari berikutnya, anak tersebut saya beri soal yang mirip dengan soal hari sebelumnya dan anak itupun paham, sehingga sekarang setiap mau mengajar les saya selalu membawa permen dan makanan ringan untuk anak tersebut, sampai pada akhirnya ibunya pun tahu bahwa saya sering membawakan makanan untuk teman belajar anaknya sehingga saya menjelaskan bahwa dia bisa paham dalam belajar jika mengemil. Sehingga ibunya pun menyediakan makanan ringan setiap kali anaknya (bernama Kanya) ada jadwal les.

Setelah satu bulan mengajar les, saya mendapat kabar dari ibunya bahwa untuk nilai matematika Kanya nilainya sudah ada peningkatan bahkan ketika UTS. Dan itu merupakan hal yang luar biasa bagi saya, karena perkiraan saya Kanya dalam belajar butuh waktu yang lama, sehingga untuk meningkatkan nilainya pun merupakan tantangan berat bagi saya, tetapi Alhamdulillah Allah telah memudahkan saya untuk membantu anak tersebut agar anak tersebut tidak di sepelekan dengan orang-orang di sekitarnya. Karena setiap selesai belajar dengan saya Kanya selalu bercerita bahwa disekolah dia selalu di ejek oleh teman-temannya dan bahkan jika tidak bisa mengerjakan latihan soal Kanya selalu di maki-maki oleh gurunya. Padahal untuk anak yang seperti Kanya seharusnya mendapat dukungan dan motivasi yang lebih dari anak-anak normal lainnya. Jadi, disini saya sedikit memaksakan diri walaupun lelah, hujan, sakit, saya tetap berangkat mengajar les untuk Kanya dan Ghina. Disini saya menaruh harapan besar kepada Kanya, bawasannya setiap anak yang terlahir tidak ada yang bodoh, saya yakin kalau suatu saat Kanya akan menjadi anak kebanggaan orang tuanya dan saya.

Meskipun Kanya memiliki keterbelakangan, tetapi Kanya memiliki bakat dibidang seni yaitu menggambar dan bermain biola. Saat November 2014, Kanya mendapatkan juara II lomba biola se-DIY. Selain itu, pada semester ganjil ini Kanya juga mengalami peningkatan dalam belajar yaitu dari peringkat 20 menjadi peringkat ke 18. Meskipun baru naik 2 peringkat, tetapi bagi saya itu adalah langkah awal yang baik.

Sampai saat ini saya masih mengajar di sekolah, mengajar di TPA Al-Huda dan mengajar les privat 2 orang anak, kira-kira saya mendapatkan tunjangan setiap bulan Rp 600.000- Rp 700.000 dan itupun tidak menentu, karena harus disesuaikan dengan jadwal kuliah saya. Dan yang paling penting saya sedikit bisa meringakan beban orang tua saya. Meskipun uang yang didapat tidak seberapa, tetapi disinilah banyak pengalaman dan kebanggaan yang saya dapatkan. Dan dengan penghasilan tersebut Alhamdulillah saya bisa menabung yang nantinya apabila sudah cukup tabungannya saya mempunyai keinginan untuk membeli sepeda ontel supaya saya tidak terlambat untuk berangkat mengajar.

Saya menyukai kegiatan saya ini. Meskipun terkadang harus membagi waktu antara kuliah, tugas kuliah dan kewajiban. Awalnya saya mengajar les hanya untuk mencari

79

tambahan uang saku agar meringankan beban orang tua saya, tetapi setelah mengajar les Kanya, saya berfikir ulang, bawasannya saya memang benar-benar di butuhkan untuk membantu orang lain bukan untuk mencari uang. Karena jika segala sesuatu yang kita lakukan di niatkan karena Allah subhanahu wata’ala semata, insya Allah rejeki tidak akan jauh dari kita. Dari sini, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, selain saya dapat berbagi saya juga mendapatkan keluarga baru. Meskipun hal ini tidak mudah saya lakukan, tetapi dengan niat yang baik saya yakin bahwa suatu saat pengalaman yang saya dapatkan akan bermanfaat untuk saya dan untuk orang banyak nantinya.

***

Disusun Oleh : Meji Okta Lestian

80

Manajemen

“Lika-liku Usaha Bawang”

Dalam usaha bisnis bawang ini saya memang belum paham dan masih banyak membutuhkan pengalaman dan pelajaran dari pembisnis importir bawang yang jauh lebih berpengalam dari saya, akan tetapi saya disini seorang perantau yang tidak memiliki kerabat maupun saudara yang terjun di bisnis jual bawang ini. Dan dari pengalaman berkeliling pasar dan kampung-kampung itu lah yang memacu semangat saya untuk belajar bagaimana caranya agar bawang saya dapat terjual di pasaran dan para pedagang mau pesan bawang dari saya.

Dalam dua bulan terakhir ini perkembangan jualan saya sudah cukup menyenangkan diri saya, karena saya sudah mempunyai langganan di pasar yang setiap minggunya pasti pesan bawang kepada saya dan dari langganan si (A) inilah saya bertemu dengan langganan baru yang juga setiap minggu pasti memesan bawang walaupun dalam jumlah yang sedikit atau tidak sebanyak langganan si (A) tersebut. Dalam dua bulan terakhir ini saya sudah fokus berjualan di pasar dan saya mencari konsumen di pasar-pasar besar yang memiliki gudang atau mempunyai lapak yang sudah pasti mempunyai langganan pembeli mereka selama berjualan.

Saya fokus menjual bawang di pasar karena di pasar rata-rata para pedagang membeli bawang saya dengan jumlah besar dan yang pasti cara pembayaran secara pembayaran langsung walaupun untung perkilonya lebih kecil dibandingkan pada saat saya menjual ke warung yang ada di kampung-kampung, akan tetapi jika saya menjual bawang di pasar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu, karena di pasar rata-rata konsumen lebih berminat membeli bawang yang masih kotor (masih ada kulit luarnya) karena selisih harganya lebih murah di bandingkan barang yang sudah bersih dan hal ini sangat bertolak belakang jika saya menjual bawang ke warung di kampung-kampung sangat mengahiskan waktu apa lagi waktu dalam proses packing atau mengemas bawang dalam kantong plastik yang ukuran 5 kg-10 kg, belum lagi masih membutuhkan waktu untuk mengantar barang tersebut ke warung yang ada di kampung-kampung. Jika di pasar saya mendapat peluang keuntungan lainnya sebagai contohnya di pasar sering meminta jenis barang lain seperti lada dan kemiri untuk jenis kemiri dan lada saat ini saya langsung pesan dari kampung saya sendiri dikarenakan harganya jauh lebih murah dan barangnya juga jauh lebih bagus dibanding disini dan apabila para pedagang atau calon konsumen tersebut membutuhkan barang jenis lada dan kemiri biasanya saya langsung menghubungi kakak saya di kampung memalui skype dan membiarkan calon konsumen tersebut melihat barangnya langsung melalui skype. Apabila calon konsumen itu setuju dengan barang saya, maka saya meminta tempo waktu 2 sampai 3 hari untuk mengantarkan barang yang di pesan tersebut.

Untuk mengembangkan usaha ini saya juga harus mempunyai strategi apa lagi saya pemain baru dalam usaha menjual bawang ini. Untuk sekarang yang bisa saya lakukan hanya menjaga hubungan baik dengan berkomunikasi baik dengan pelanggan-pelanggan saya.

Dalam skala penjualan kecil saya berencana menjual barang dagangan saya dengan sistem memberi barang terlebih dahulu atau menerima uang setelah barang habis. Mengapa saya memilih seperti ini? Karena keuntungnya lebih besar dibandingkan dengan penjualan dengan membayar secara langsung dan kita akan menjalin hubungan baik dengan para pedagang yang ada di kampung-kampung. Sementara itu untuk penjualan di pasar-pasar kecil saya juga berencana untuk menjual barang saya dengan sistem yang sama halnya dengan para pedagang yang ada di kampung, saya cukup mencari tengkulak-tengkulak yang ada di pasar untuk

81

menawarkan barang saya dan jika para tengkulak pasar ini mau mengambil barang dengan saya otomatis akan terjadi hubungan secara tidak langsung.

Melihat kondisi banyak terdapat pasar-pasar yang ada di Yogyakarta ini tentu sangat berprospek dan menjanjikan peluang yang sangat besar untuk kita berdagang ataupun berjualan, melihat akan banyaknya pasar itu lah saya mengambil keputusan untuk benar-benar fokus berjualan bawang putih di pasar-pasar besar sebelum matahari memperlihatkan dirinya, saya sudah bergegas untuk menyiapkan barang dagangan saya yang terutama bawang putih dan juga saya masih bisa berkonsentrasi di pekerjaan saya di barber shop (cukur rambut pria).

Dalam menjalani berbisnis bawang dan bahan pokok hasil bumi selama ini tentunya saya banyak mengalami kendala dan juga

mengalami pasang surut pembeli dan tentunya pasti saya juga harus pandai-pandai dalam mengatur dan menyikapi hal tersebut apalagi harga barang pada saat ini pasang surut bahkan sempat melonjak naik dan tiba-tiba harganya bisa turun dengan begitu cepat dan itulah tantangan yang saya alami saat berjulan, tidak semudah atau segampang mata melihat karena jika ceroboh sedikit saja kita pasti merugi bahkan dapat bangkrut.

Kemarin sore saya mencoba peruntungan berjualan di pasar dengan adanya semangat dan tekad yang besar untuk mengubah hidup bahkan mensejahterakan keluarga di kampung, saya rela menghabiskan waktu muda saya untuk berjualan bawang putih dan berkeliling pasar setiap harinya, lain halnya dengan mereka yang bisa bersenang-senang dan yang saya alami saat ini saya harus bekutat dengan kebisingan pasar untuk mendulang rupiah.

Bisnis berjulan bawang ini tentunya membutuhkan modal yang cukup besar apalagi saat ini saya fokus berjualan di pasar, karena di pasar yang biasanya saya masuki dapat mengambil bawang dalam jumlah banyak dan pernah salah satu pelanggan saya meminta bawang putih sekitar 300 kg untuk satu pelanggan saja, belum lagi jika ada pelanggang yang meminta barang jenis lain, dengan adanya pesanan barang lain tentunya saya tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk menarik minat pelanggan agar mengambil barang dari saya. Akhirnya saya memutuskan untuk menjual motor yang selama ini saya gunakan sehari-hari, agar uangnya bisa saya jadikan modal awal untuk bisnis bawang putih ini, akan tetapi pada saat motor sudah saya jual saya sempat mengalami stres sejenak karena tidak memiliki kendaraan sama sekali, bagaimana mau berjalan usaha saya jika tidak memiliki kendaraan sendiri namun saya di bantu teman saya dan saya dapat meminjam motornya untuk saya mengambil bawang di Magelang.

Seiring berjalannya waktu usaha berjualan bawang putih ini dalam waktu kurang lebih 3 bulan saya akhirnya dapat membeli motor lagi untuk membantu usaha saya yang mulai banyak pelanggang. Setelah saya mengambil motor, saya terlena dengan kata-kata manis teman saya sendiri yang mana akhirnya dia membawa kabur uang saya dan dia pun seakan hilang ditelan bumi sampai dan saya pun mengalami guncangan betapa sakitnya tertipu oleh teman sendiri bahkan teman yang bersama-sama melewati masa-masa sulit merintis usaha berjulan bawang putih ini dan saya sempat berhenti sejenak untuk tidak meneruskan usaha bawang ini, akan tetapi semangat untuk berjualan lagi muncul pada saat pelanggang-pelanggan saya menghubungi untuk meminta bawang putih lagi. Dari situlah saya berpikir keras bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan modal lagi dan akhirnya saya mengambil keputusan untuk kedua kalinya menjual motor saya dan tentunya uang hasil

82

menjual motor itu untuk dijadikan modal membeli bawang lagi. Untuk kesempatan yang kedua ini saya di bantu rekan kerja saya yang bekerja di barber shop, dan kami pun membagi waktu untuk melancarkan usaha ini, jika saya tidak bisa mengantarkan barang yang di pesan pelanggan teman saya ini yang menghendel pelanggan tersebut, karena saya belum memiliki kendaraan lagi dan sesekali saya sering merental mobil pickup untuk mengambil barang di Magelang dengan jumlah barang yang cukup banyak untuk kami jual di kampung-kampung terutama di pasar-pasar besar.

Tetapi kejadian pahit terulang kembali, teman saya ini mulai menikam dari belakang karena teman saya ini sering kali berbohong dan parahnya lagi dia juga kabur membawa lari uang hasil berjualan kami. Saya sempat libur untuk berjulan kembali dan akhirnya saya bangkit sendiri karena cita-cita untuk usaha itu sudah didepan mata apalagi pelanggan-pelanggan yang terus menghubungi saya untuk memesan bawang putih lagi, dan akhirnya saya bertemu mas Khodim teman sekelas di kampus yang saat ini membantu saya berjualan bawang. Dan sebelum memulai usaha berjulan lagi sempat ada kendala dengan modal lagi karena pelangan memesan bawang dalam jumlah banyak, akhirnya saya meminjam uang di koperasi barber shop dengan jaminan BPKB motor karena saya juga sudah mempertimbangkan dengan banyaknya pesanan bawang putih dari pelanggan-pelanggan yang ada di pasar saya sangat yakin bisa menjalakan kembali usaha ini.

Allhamdulillah setelah uang koperasi ini cair dalam dua hari langsung ada pesanan besar dari Pasar Bringharjo dengan memesan bawang putih sebanyak 500kg dan bawang merah 200kg dan pesanan besar dari pembeli lainnya mulai bermunculan untuk jenis bawang putih ini dari keuntungan disinilah saya dan mas Khodim melipat gandakan keuntungan kami untuk di jadikan modal membeli barang kembali untuk dapat membesarkan usaha kami berjulan bawang putih saat ini. Dan sudah beberapa bulan usaha kami berbuah manis yang mana uang koperasi untuk modal dapat saya lunasi dan kami pun sudah tidak ada pinjaman lagi di koperasi tersebut, akan tetapi karena mas Khodim ini mengalami konflik dengan salah satu anggota keluarganya dan akhirnya mas Khodim pun tidak dapat membatu saya dalam mengembangkan usaha berjualan bawang lagi dan hasil dari berjualan bawang tersebut kami bagi rata.

Dan diposisi saat ini lah saya mengalami kesulitan untuk menghendel ataupun mengantar pesanan barang yang dipesan dari pembeli yang ada di pasar-pasar tersebut dan saya pun sempat mengajari mas Andreas untuk nyetir mobil agar bisa menjadi patner kerja saya dalam berjualan bawang putih ini, akan tetapi dengan kesibukan kerja mas Andre disalah satu perusahan dengan jam kerjanya terlalu padat, niat untuk bekerja samapun kandas dan belum bisa terwujud.

Dengan keadaan yang saya alami itulah saya memutuskan untuk maju sendiri dan memperjuangkan apapun yang akan terjadi ke depannya itulah yang ada dibenak saya ketika memperjuangkan usaha berjualan bawang ini sendiri, yang mana saya harus menikmati pahit getirnya berjuang sendirian masuk pasar satu ke pasar lainnya untuk mengantarkan pesanan dari para pembeli dan dalam keadaan berat inilah saya mendapat jalan. Usaha yang saya jalankan mulai lancar dan pembeli bawang memesan bawangnya di atas rata-rata dari situlah mobil pickup ini datang, dengan sehari-harinya saya di barber shop saya bertemu dengan orang yang mau menggadaikan mobil pickup itu yang sampai detik ini orang itu pun saya tidak tahu keberadaannya dimana sama seperti teman saya yang melarikan uang yang bagai hilang ditelan bumi. Saya pun mencoba mendatangi ke rumah orang tuanya, orang tuanya pun bingung karena beliau tidak tahu keberadaan anaknya. Dulu kami membuat perjanjian setelah dia mengembalikan uang saya, mobilnya juga saya kembalikan dan itu juga di ketahui

83

oleh orang tua beliau yang mempunyai mobil pickup tersebut juga bos saya sendiri yang menjadi saksi pada saat saya memberikan uang yang akan dipakai olehnya. Namun saya tidak membuat surat hitam diatas putih karena saya terburu-buru membutuh modal untuk mengembangkan usaha saya dan usaha saya berjualan bawang putih ini benar-benar saya rasakan dengan hasil yang sangat besar menurut saya. Usaha saya pun mengalami ke naikan pesat di karenakan saat kenaikan harga BBM beberapa bulan lalu.

Dari usaha berjualan bawang putih di pasar besar yang ada di Yogyakarta ini saya menjalankan trik dengan mengambil keuntungan sedikit tetapi dengan jumlah barang yang banyak, saya mengambil keuntung hanya Rp 600 sampai Rp 900 perkilo (kg), memang sedikit sekali dibandingkan dengan penjual-penjual lain yang ada di pasar-pasar besar yang ada di Yogyakarta ini. Saya memutuskan untuk menjual barang cukup murah karena saya ingin mencari pelanggan dan pasti ada trik lainnya. Dan untuk dapat masuk ke pasar-pasar besar agar barang kita aman dan tentunya bisa lancar untuk kita jual ke pembeli, harus ada orang dalam dari pasar itu sendiri, dan saya pun mencari orang dalam pasar tersebut dan saya pun mensurvey berkali-kali ke pasar-pasar untuk mencari orang dalam atau orang yang bisa melancarkan usaha saya dalam berjualan bawang putih ini.

Telah banyak pengalaman dan pelajaran yang mengiringi perjalanan usaha saya selama satu tahun ini. Untuk ke depannya jika uang sudah terkumpul, saya berencana membuka gudang sendiri di pasar atau mensewa ruko untuk menyetok bawang dan barang-barang jenis lain terutama hasil bumi yang setiap harinya di pakai seperti bawang pasti setiap harinya digunakan. Semoga rencana untuk mensewa ruko atau membuka gudang di pasar itu secepatnya terwujud.

***

84

Disusun oleh : Vega Dwi Suryani

Sistem Informasi

“Rintangan Memulai Bisnis Online Shop

(Vegas Ollshop)”

Bisnis yang saya jalani ini masih dalam tahap awal, karena baru berjalan selama 1 bulan. Pada saat memulai usaha online ini saya sempat kebingungan bagaimana cara untuk menjalankannya. Sehingga saya bertanya-tanya terlebih dulu kepada supplyer terlebih dahulu. Setelah saya mengerti bagaimana berbisnis online ini saya langsung memulainya pada saat itu juga. Jadi saya sebagai reseller yang mempromosikan produk orang lain. Untuk jam tangan cod Jogja saya mengambil keuntungan Rp 15.000 – Rp 25.000. Untuk Pakaian cod Surakarta yang saya jual mendapat keuntungan Rp 10.000. Sekarang saya juga mencoba menjual sepatu cod Tangerang dan mendapat keuntungan Rp 25.000- Rp 60.000. Dan untuk pengiriman saya menggunakan jasa pengiriman JNE dan POS.

Sebelum memulai bisnis ini saya belum mempunyai sosial media (Sosmed) kecuali facebook. Saat supplyer dan pembeli saya menanyakan tentang harga atau model produk saya meminjam handphone teman saya untuk membuka facebook saya. Kegiatan ini saya lakukan terus-menerus sampai saya membeli handphone bekas dari hasil keuntungan saya sendiri dan kakak saya menambahkan sebagian uangnya untuk saya membeli handphone. Sekarang saya tidak perlu pulang malam dari kampus untuk menumpang internet atau meminjam handphone teman saya. Setelah membeli handphone, saya membuat grub facebook dan BBM, di dalam grub tersebut berisi produk-produk jualan saya. Setiap hari saya selalu mengupdate barang-barang terbaru dari supplyer-supplyer saya dan yang paling terupdate adalah produk jam dan sepatu.

Bisnis yang saya jalani sekarang ini termasuk beresiko. Terkadang ada yang tidak percaya dengan jualan online dengan modus penipuan, ada juga yang komplain tentang produk yang dijual tidak seperti yang mereka bayangkan, terkadang ada pembeli yang hanya menanyakan tentang barang yang saya upload tetapi tidak jadi membelinya. Pembeli saya terkadang adalah teman saya sendiri, terkadang mereka ingin membeli tetapi meminta saya untuk membayarnya terlebih dahulu. Jika prosedurnya seperti itu saya tidak mau melakukannya, karena jika seperti itu keuntungannya tidak jelas, seperti yang pernah dialami teman saya, karena temannya selalu mengulur-ngulur waktu untuk membayarnya. Jadi saya tidak memberlakukan prosedur seperti itu.

Apabila membeli, barang bisa dikirim setelah mentransfer uang terlebih dahulu atau dapat melalui cod. Ada pembeli yang ingin melihat barangnya terlebih dahulu sebelum membelinya, karena barang tersebut tidak cod di Kudus jadi barang tidak bisa dilihat oleh pembeli. Hanya dengan gambar yang saya uploadkan mereka bisa melihat barangnya. Jadi mereka tidak jadi membeli barangnya karena mereka menginginkan agar dapat melihat barang tersebut secara langsung.

Ada seorang pembeli saya berasal dari Bekasi yang membeli 2 buah jam tangan. Tetapi pada saat barang sudah sampai ke Bekasi, pembeli saya ini komplain dengan salah satu jam tangan yang saya jual karena ada jarum jam yang tidak menyala. Pada saat pembeli saya memberitahukan kejadian tersebut, saya langsung memberitahukan kepada supplyernya, kemudian supplyer meminta saya untuk memberitahukan bahwa produknya bisa diganti

85

dengan model yang sama. Pada saat itu juga saya langsung memberitahukan kepada pembeli saya. Tetapi setelah saya memberitahukan bahwa barang bisa diganti, pembeli saya tidak merespon balik. Sehingga sampai saat ini kejadian ini berlalu saja.

Barang yang saya jual terkadang saya share ke sosmed teman-teman saya. Dan dari hasil saya mengeshare barang-barang ke sosmed teman-teman saya ada salah satu teman saya yang memesan jam tangan dari Pekanbaru. Pembeli saya memesan 2 jam tangan sekaligus dan langsung mentransfer uang pada hari itu juga.

Pada saat akhir Desember banyak pembeli yang membeli produk saya seperti jam dan jaket. Karena waktunya tepat pada saat tahun baru pengiriman menjadi overload. Banyak pembeli saya yang komplain karena barang tidak datang tepat waktu. Pernah ada suatu kejadian ketika salah satu teman saya membeli 2 jaket, namun hampir 2 minggu barang belum sampai ke tangan pembeli. Pembeli saya ini selalu menanyakan kapan barang tersebut sampai, saya terus berusaha memintanya untuk bersabar karena dari pihak kantor pengiriman sedang overload. Saya terus menghubungi pihak toko menanyakan kapan barang tersebut sampai dan mereka langsung menghubungi pihak kantor pengiriman barang untuk memastikan kapan barang dapat sampai. Pada hari sabtu, 10 januari 2015 yang seharusnya saya pulang terpaksa saya tunda karena menunggu pengirimannya sampai. Karena pihak kantor pengiriman barang mengatakan akan sampai di hari tersebut, sehingga saya harus menunggunya. Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB dan akhirnya barang sudah sampai. Begitu senangnya saya menerima barang tersebut, saya langsung menghubungi pembeli saya bahwa barang sudah sampai. Keesokan harinya saya langsung pulang ke kota saya, setelah saya sampai barang langsung diambil oleh teman saya (si pembeli).

Yang sangat membutuhkan pengorbanan yaitu pada saat mentransfer uang ke supplyer. Karena saya tidak membawa motor di Jogja, jadi saya meminjam motor teman saya untuk ke ATM. Dan jika motor teman saya akan di pakai sendiri biasanya saya meminjam motor ke teman kos saya. Jika teman kos saya tidak bisa meminjamkan terpaksa saya menunggu teman saya sampai dia selesai dengan urusannya.

Dan kejadian yang baru terjadi minggu ini, saat seorang pembeli yang ingin membeli 1 jam tangan yang akan dikirim ke Banten. Setelah memilih barang yang cocok dengannya kemudian saya boking barang tersebut ke supplyer supaya tidak kehabisan. Saya menanyakan alamat lengkap pembeli tersebut tetapi pada saat di cek supplyer saya alamatnya masih kurang jelas. Kemudian saya menanyakan kembali alamat pembeli tersebut agar memberikan alamat yang lengkap, tetapi sampai sekarang pembeli tersebut tidak membalas pesan saya. Pembeli tersebut sempat memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi, tetapi pada saat saya telfon nomornya tidak aktif. Setelah beberapa hari, kemudian pembeli tersebut memberitahukan kepada saya bahwa dia sudah mentransfer uang kepada saya. Tetapi setelah saya cek saldo kartu ATM saya tidak bertambah. Saya selalu memberitahukan berita ini kepada pembeli saya via pesan. Tetapi pembeli tersebut tidak membalas pesan tersebut sampai sekarang. Jadi barang yang seharusnya sudah siap dikirim ditunda terlebih dulu oleh supplyer saya.

Juga ada calon pembeli yang bertanya-tanya tentang jam tangan lama yang sudah saya upload dan dia menyukainya, dan saya menanyakan jam tangan tersebut e supplyer namun barang tersebut sudah kosong. Setelah itu dia memilih jam tangan yang lain dan pilihannya jatuh pada jam tangan couple. Setelah itu saya langsung boking kepada supplyer saya. Keesokan harinya supplyer saya memberitahukan bahwa barang tersebut sudah kosong. Saya memberikan pilihan jam tangan lain kepada pembeli saya tetapi calon pembeli tersebut tidak

86

membalas pesan saya. Saya selalu menghubunginya secara terus-menerus supaya membalas pesan saya dan menanyakan kelanjutannya.

Dalam berbisnis tidak selamanya berjalan mulus. Ada kalanya pembeli memesan banyak dan ada yang tidak memesan sama sekali. Ada pembeli yang banyak bertanya dan tidak membeli, ada juga pembeli yang bertanya dan membelinya. Dan untuk keuntungan yang saya ambil ini memang tidak terlalu banyak. Sebagian keuntungan saya tabung untuk keperluan saya sendiri. Terkadang ibu saya meminjam uang dari hasil keuntungan saya walaupun sedikit, tetapi perasaan saya begitu bahagia. Penghasilan yang saya dapatkan bisa saya gunakan dengan bijak dan berkah.

Bisnis akan saya lanjutkan sebagai bisnis sampingan saya selama kuliah ini. Supaya keuntungan bisa untuk kebutuhan dan sebagian bisa saya tabung.

***

87

Disusun oleh : Baiq Swari Arini Octavia

Pendidikan Matematika

“Bimbel Smart”Aku ceria.

Begitulah, pendapat murid-murid di Bimbel Smart. Walaupun sekarang saya baru duduk disemester 3 jurusan pendidikan matematika, namun saya sangat bangga sudah bisa mengelola sebuah bimbingan belajar.

Saya sempat menggantikan tentor untuk mengisi jadwal les anak pra sekolah, tiba-tiba saja tentor bimbel Smart (patner kerjaku) sedang sakit dan kebetulan waktu itu saya sedang kosong, dari pada diam dimeja kantor lebih baik saya mengisi bimbel saja. Tepat pukul 13.00 WIB anak pra sekolah sudah mulai berdatangan dengan celoteh riangnya.

“ Halo,Bintang apa kabar? “ sapaku kepada Bintang salah satu anak murid pra-sekolah yang baru datang bersama ibunya. Bintang selalu diantar oleh ibunya walaupun Bintang naik sepeda mini roda dua kesayangannya yang berwarna biru yang selalu ia pakai saat datang les.

“ Iya, mbak cantik. Baik kok “ balas Bintang sambil tertawa malu sambil menyalami tanganku. Mbak Cantik itulah julukannya padaku. Lucu memang dan akhirnya saya malu sendiri dengan julukan seperti itu.

Kemudian Rifki dan Radit pun datang dan berteriak serentak, “ Halo, mbak cantik “ lalu merekapun berlari menuju kelas. Mereka bertiga merupakan murid pra-sekolah yang jadwal lesnya setiap hari senin-kamis. Badan mereka kecil-kecil dan sangat lincah.Kelas begitu riuh saat mereka bertiga sudah berkumpul menjadi satu di satu kelas.

Waktu 90 menit pun berlalu yang diisi dengan teriakan, permainan dan pertengkaran si Radit dan Rifki. Tetapi walaupun begitu mereka bertiga sangat pintar dan saya bangga melihatnya. Kemudian, saya pun kembali ke meja kantor karena siapa tahu ada murid baru lagi yang datang, tetapi ternyata masih sepi. Lalu terfikir olehku mengapa dulu kami sempat menutup bimbel smart? Saat itu disebelah bimbel kami ada sebuah laundry, pemilik laundry saat pertama kali memang baik-baik saja, tetapi pemilik laundry tersebut secara tidak langsung mengajak kami bersaing. Ia adalah seorang rentenir yang dikenal disekitar komplek tersebut. Saat itu setiap saya mengajar, ia selalu ribut dengan mengencangkan nada suaranya didepan tempat bimbel saya, sehingga hal tersebut sangat menganggu konsentrasi siswa saat belajar.

Saat itu tepat hari selasa kebetulan muridku anak kelas 4 SD yang bernama Paula dan ibunya bekerja di laundry tersebut dan si anak ini suka mengubah jadwal seenak sendiri. Jadi, waktu itu juga ada muridku kelas 1 SMP yang bernama Aan sempat les bersama dengan Paula, karena adanya miss communication dan waktu itu kami hanya mempunyai satu ruangan saja terpaksa saya mengampu mereka berdua. Dan pemilik laundry disebelah bimbel saya kembali membuat kegaduhan. Saat itu juga terulang kembali, karena tiba-tiba Paula anak SD kelas 4 ini datang terlebih dahulu dan saya pun heran karena seharusnya ini jadwalnya Aan untuk bimbel. Dan Aan saya suruh untuk pulang dan kembali lagi hari Rabu untuk les, dan tiba-tiba ibu dari Paula memarahi Aan yang datang di jadwal Paula. Aan pun trauma untuk datang les karena takut dimarahi lagi. Masalah demi masalah datang kembali karena ada pihak yang menghina, dan berharap kami harus tutup. Memang waktu kami

88

memutuskan untuk tutup sementara banyak orang tua murid yang sangat kecewa dan tidak percaya Bimbel murah tetapi berkualitas seperti kami harus tutup. Akhirnya selama 4 bulan itu kami tutup untuk menetralisir masalah yang ada, karena orang-orang disekitar dan lingkungan disana yang sudah tidak kondusif. Dan semua itu sudah berakhir, sekarang kami sudah kembali berdiri kembali dan saudaraku yang diluar daerah sekali-kali memantau dari jauh perkembangan bimbel Smart.

Pada saat menyebar brosur, penyebar brosurnya sudah mulai nakal dan tidak benar lagi menyebarkan brosurnya. Dan saat saya telfon banyak sekali alasan yang diberikan, padahal saya sudah menaikkan biaya penyebaran brosurnya menjadi Rp 250 per lembar dan akhirnya saya sendiri yang turun untuk menyebarkan brosur dimulai dari pra-sekolah, SD, SMP, dan SMA disekitar bimbel Smart, memang butuh perjuangan dan kesabaran saat menyebar brosur, terlebih lagi saat kita menyaksikan sendiri brosur itu dibuang langsung. Namun akhirnya perjuangan itu tidak sia-sia banyak anak yang tertarik dan bimbel Smart juga dikenal dari mulut kemulut.

Di Tahun 2015 ini banyak anak yang sedang duduk di kelas 3 SMP yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Adelia, Aan dan masih banyak lagi anak yang mendapat prestasi disekolahnya setelah mengikut Bimbel disini. Dan saat ini saya hanya mengampu pelajaran Matematika untuk SMP dan SMA.

Sekarang murid di Bimbel Smart sudah 64 anak yang terdiri dari anak Pra-sekolah, SD, SMP dan SMA. Bimbel Smart juga sudah memiliki 6 pengajar yang sudah berpengalaman dan memang tidak mudah memanajemen Bimbel Smart, karena masih ada saja beberapa orang tua murid yang lupa untuk membayar kewajibannya.

Di Tahun 2015 ini, kami sudah menaikkan biaya Bimbel Smart sebesar Rp 20.000, untuk pra-sekolah Rp 120.000, SD Rp 140.000, SMP sebesar Rp 160.000, dan SMA Rp 200.000. Durasi belajar untuk sekali pertemuan 90 menit permata pelajaran, dan dalam satu bulan ada 8 kali pertemuan.

Ada dua anak yang belajar di bimbel Smart yang dibebaskan dari kewajiban pembayaran yaitu Nisa dan Yuli, orang tua mereka hanyalah pekerja serabutan, beli beraspun susah tetapi semangat untuk belajar sangat tinggi. Ada juga Angga anak seorang tukang parkir sempat berhenti les karena tidak punya biaya lagi, masih terngiang apa yang dia ucapkan padaku “ Mbak, aku berhenti les dulu ya, soalnya lagi krisis uang ”. Sungguh pedih saat saya mendengar seorang bocah kelas 5 SD yang begitu mengerti keadaan keuangan orang tuanya.

Sekarang pendapatan bimbel Smart sudah mendekati nominal Rp 8.000.000, tetapi dipotong biaya operasional dan biaya jasa untuk pengajar sebesar Rp 450.000 tiap pengajar. Selain itu saya juga mengajar privat untuk anak SD dan SMP yang akan menghadapi ujian kenaikan kelas, maupun Ujian Nasional. Sebanyak 7 anak selama bulan Januari ini, karena dikelas Bimbel Smart saya hanya memegang dua kelas saja karena tugasku hanya memanajemen agar Bimbel Smart tetap berjalan dengan baik.

Pernah saya salah memilih tentor, dan akibatnya banyak anak yang kabur dan saya sangat bingung dan terpaksa saya harus memberhentikan tentor tersebut. Banyak kendala yang didapat saat mencari tentor atau pengajar yang tepat karena tidak semua orang pintar mampu membagi pengetahuannya kepada orang lain. Waktu itu ada 2 murid yang keluar dari bimbel Smart karena tidak cocok dengan pengajarnya dan mereka pindah ke bimbingan lain, tetapi sebulan setelah itu mereka kembali lagi karena bimbingan tersebut sama seperti sekolah

89

kedua bagi mereka, tugas rumah yang diberikan pun cukup banyak bukannya membantu mereka belajar tetapi menambah kesulitan untuk belajar.

Sebelum dibuka Bimbel Smart ini saya sempat mengikuti training cara mengajar anak membaca disuatu tempat pelatihan. Dalam waktu sehari itu saya dan saudaraku benar-benar memperhatikan metode cara mengajar yang baik, tanpa modal yang besar hanya dengan ruangan 3 x 4 saja cukup, dengan meja lipat dan duduk lesehan, memang terbukti dari hanya ruangan berukuran 7 x 6 saya dan saudaraku sudah dapat mendirikan sebuah Bimbel yang sangat bersahabat dengan kantong masyarakat menengah kebawah.

Dan saya sangat tidak menyangka hanya duduk tenang membantu mengerjakan tugas seorang anak bisa mendapat uang yang cukup lumayan. Sekarang saya juga sudah bisa membayar kuliah sendiri, dan membayar kos sendiri.

Ternyata dengan berwirausaha dibidang pendidikan itu sangat menjanjikan di era globalisasi seperti ini. Saat ini banyak anak-anak murid yang ingin mendapatkan kursus komputer dan mulai bulan Januari 2015 ini saya sudah mencoba membuka satu kelas saja kursus komputer dengan bermodal satu laptop dan ternyata banyak juga peminatnya, tetapi karena masih kekurangan fasilitas saya hanya bisa mengajar maksimal 5 anak saja. Dan saya pun hanya menarik biaya Rp 25.000 per jam, memang cukup murah, tetapi melihat muridku bisa pintar mengoperasikan komputer sudah membuatku bangga dan mereka tidak diejek gaptek (gagap teknologi) lagi oleh teman-teman sekelasnya.

Dan saya kembali mengingat masa itu saat bimbel Smart sempat tutup sementara, jujur saya sangat berterimakasih untuk orang yang telah berusaha menghina, menjelek-jelekan Bimbel Smart, tetapi karena itu juga kami bisa berdiri lebih kokoh dan menjadi besar. Dan rencananya Bulan Oktober mendatang Bimbel Smart akan segera didaftarkan secara resmi.

Terimakasih Bimbel Smart ucapku dalam hati, karena kegiatan yang bermanfaat dapat menghasilkan pundi-pundi uang sekaligus ibadah.

***

90