sejarah perkembangan logika
DESCRIPTION
Sejarah Perkembangan LogikaTRANSCRIPT
Sejarah Logika
1. Dunia Yunani Kuno
Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium, disebutkan bahwa tokoh
Stoa adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika. Namun, akar logika sudah
terdapat dalampikiran delektis para filsuf mazhab Elea. Akan tetapi, kaum sofis yang
membuat pikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit. Gorgias dari
Lionti, mempersoalkan masalah penggunaan bahasa dalam kegiatan pemikiran.
Sokrates, dengan metode sokratesnya mengembangkan metode induktif, yaitu
pengumpulan contoh dan peristiwa konkret untuk dicari ciri umumnya. Metode ini
kemudian diumumkan oleh Plato (Aristokles) sehingga menjadi teori ide yang
bernama teori Dinge an sich versi Plato. Menurut Plato, ide adalah bentuk mulajadi
atau model yang bersifat umum dan sempurna yang disebut prototypa, sedangkan
benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan yang tidak sempurna, yang
disebut ectypa. Namun, logikè epistèmè (logika ilmiah) baru dapat dikatakan terwujud
berkat Aristoteles.
Karya Aristoteles yang bernama To Organon mencakup Kategoriai (logika
istilah dan prediksi), Peri Hermeneias (logika proposisi), Analytica Protera
(silogisme dan pemikiran), Analytica Hystera (pembuktian), Topica (metode
berdebat), dan Peri Sophistikoon Elegchoon (kesalahan berpikir). Hingga kini,
kebanyakan penulis masih mengikuti pola To Organon jika berbicara tentang logika,
yakni tentang ide, keputusan, dan tentang proses pemikiran.
Setelah itu, Theoprastus mengembangkan logika Aristoteles, dan kaum Stoa
mengembangkan teori logika dengan menggarap masalah bentuk argumen disjungtif
dan hipotesis serta beberapa segi masalah bahasa. Galenus, Alexander Aphrodisiens,
dan Sextus Empricius mengadakan sistematisasi logika dengan metode ilmu ukur.
Karya utamanya berjudul Logika Ordine Geometrico.
Selama ini, logika berkembang karena menyertai perkembangan pengetahuan
dan ilmu. Kini, ilmu menjadi dangkal sifatnya dan sangat sederhana, maka logika juga
merosot. Akan tetapi, karya dari Porphyrios yg bernama eisagogen dan komentar-
komentar dari Boethius dan Fons Scientiae karya Johannes Damascenus patut
mendapat perhatian dari kita.
2. Dunia Abad Pertengahan
Pada tahun 1141, beberapa karya lain Aristoteles mulai dikenal lebih luas dan
disebut sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut logika
antik untuk membedakan diri dari logika terministis atau logika modern, disebut juga
logika suposisi yang tumbuh berkat pengaruh para filsuf Arab. Thomas Aquinas dkk.
mengusahakan sistematisasi dan mengajukan komentar-komentar dalam usaha
mengembangkan logika yang telah ada.
Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern. Tokohnya adalah Petrus
Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lulus yang menemukan metode
logika baru yang disebutnya Ars magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan
tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.
Karya Boethius yang orsinal di bidang silogisme hipotesis berpengaruh bagi
perkembangan teori konsekuensi. Teori tentang ciri-ciri term, teori suposisi yang jika
diperdalam ternyata lebih kaya dari semiotika matematik zaman kini.
3. Dunia modern
Logika Aristoteles dilanjutkan oleh sebagian pemikir dengan tekanan-tekanan
yang berbeda, seperti Thomas Hobbes dan John Locke, meskipun mengikuti tradisi
Aristoteles tetapi doktrin-doktrinnya sangat dikuasai paham nominalisme. Kedua
tokoh ini memberikan suatu interpretasi tentang kedudukan bahasa di dalam
pengalaman.
Logika Aristoteles yang rancangan utamanya bersifat deduktif silogistis dan
menunjukkan adanya tanda-tanda induktif berhadapan dengan dua metode pikiran
lainnya, yakni logika fisika induktif murni sebagaimana terpapar dalam karya Francis
Bacon, Novum Organum, serta logika matematika deduktif murni sebagaimana terurai
di dalam karya Rene Descartes, discous de La methode.
Metode induktif untuk menemukan kebenaran, yang direncanakan Francis Bacon,
didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati, penyimpulan yang
terwujud dalam hipotesis, dan verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan
eksperimen lebih lanjut. Penghalang bagi metode ini adalah prakonsepsi dan
prasangka yang dikelompokkan Francis Bacon ke dalam empat klasifikasi, yakni:
a. The Idols of the Tribe (Idola Tribus)
b. The Idols of the Cave (Idola Specus)
c. The idols of the market Place (Idola Fori)
d. The Idols of the Theatre (Idola Theatri)
Penggunaan hal yang sama, meskipun tidak venggunakan istilah idols, telah pula
dikembangkan oleh Grosseteste dan Roger Bacon dalam abad XIII.
Gottfried Wilhelm Leibniz, dengan rencana calculus universalnya, menurut
kenyataannya mendasari munculnya logika simbolis. Liebniz menciptakan
simbolisme bagi konsep-konsep dan hubungan-hubungan seperti “dan”, “atau”;
menggarap implikasi antara konsep-konsep, ruang lingkup kelompok, ekuivalensi
kelompok dan ekuivalensi konseptual, dan lain-lain.
John stuart mill melalui karyanya System of Logic berharap dan berkeyakinan
bahwa jasa metodenya bagi logika induktif sama besarnya dengan jasa Aristoteles
bagi logika deduktif. Rumusan metode induktif J.S. mill dimaksudkan untuk
menemukan hubungan kausal antara fenomena (gejala). Mill merumuskan sebab suatu
kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negatif yang diperlukan.
Metodenya adalah:
a. Methode of Agreement (metode mencocokkan)
b. Methode of Difference (metode membedakan)
c. Joint method of agreement and difference (metode mencocokkan dan
membedakan)
d. Method of concomitant variations (metode perubahan selang-seling yang seiring)
e. Method of Residues (metode menyisakan)
Metode mencocokkan, metode membedakan, dan metode mencocokkan membedakan
pada hakikatnya adalah eliminatif, bersifat mengesampingkan.
Henry Newman juga memberikan banyak jasa pada pemikiran tentang logika.
Dalam karyanya Essay in Aid of a Grammar of Assent, ia mengadakan analisis
fenomenologis yang tajam tentang pikiran manusia. Logika ilmiah artifisial atau
logika di atas kertas hanya dipraktekkan oleh mereka yang berkecimpung dalam dunia
ilmu, sedangkan logika alami mempunyai arti yang lebih besar bagi sebagian terbesar
orang. Menurut Newman terdapat tiga macam bentuk pemikiran:
Formal inference, kesimpulan diambil dari premis-premis yang dirumuskan
dengan tajam menurut peraturan logika.
Informal inference, sarana untuk mengetahui benda-benda individual konkret.
Natural inference, bentuk pemikiran kita sehari-hari.
Dalam hidup ini, menurut Newvan, terdapat lebih banyak hal daripada yang dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Logic of language harus dilengkapi dengan logic of
thought. Gaya pikiran ini dekat sekali dengan gaya pikiran Aurelius Augustinus, Blaise
Pascal, dan max Scheler, dan akrab dengan bentuk pemikiran yang bisa disebut
“pemikiran eksistensial”.
4. Dunia Sezaman
H.W.B. joseph dalam karyanya Introduction to Logic mengembangkan
masalah esensialia dari subjek. Sedangkan Peter Coffey dalam karyanya Science of
Logic menggarap prosedur deduktif dan induktif dan kaitannya dengan metode
ilmiah.
Immanuel Kant memunculkan konsepsi logika transendental sebagaimana
dalam karyanya Kritik der Reinen Vernunft. Disebut logika karena membicarakan
bentuk-bentuk pikiran pada umumnya dan disebut transendal karena melintasi batas
pengalaman. Menurut caranya sendiri, kategori Aristoteles juga digarapnya, demikian
pula bentuk-bentuk dasar logika tradisional.
Karya Logic dari Hegel merupakan kelanjutan dari tesis Kant yang berbunyi
bahwa pengalaman dapat diketahui apabila sesuai dengan struktur pikiran. Logika dan
ontologi merupakan satu kesatuan. Akibatnya apa yang disebut logika adalah
metafisika.
Menurut W. Wundt, logika merupakan sekadar peristiwa psikologis dan
epitemologis. Sedangkan john Dewey dalam karyanya Studies in Logical Theory
memandang logika sebagai metedologi.
Konsepsi ilmiah yang telah tersudut pada pola ilmiah matematis telah
menjuruskan munculnya suatu perkembangan yang diberi nama logika simbolis.
Peristiwa ini berdasarkan kesepakatan banyak sejarawan filsafat, bermula dengan
Leibniz. Ia melihat keterbatasan logika Aristoteles, karenanya ia merencanakan suatu
studi tentang proses berpikir dalam scope yang lebih luas. Leibniz menciptakan
hukum-hukum simplifikasi, tautologi, identitas, transposisi, komposisi, dan banyak
hal yang kemudian akan terpakai dan dirasakan manfaatnya dalam perkembangan
logika simbolis. J.H. Lambert melanjutkan studi Leibniz, dan menggunakan simbol
matematis untuk mengungkapkan proses logis.
Sebagai seorang matematikus, George Boole melalui bukunya mathematical
Analys of Logic dan Laws of Thought mengabdikan logika pada matematika. Akan
tetapi, teori logika matematika menemukan penggarapannya yang serius lebih-lebih
pada diri G. Free melalui karyanya Begriffsschrift. Betrand Russell terpengaruh oleh
gagasannya.
Logika hubungan berkembang berkat karya Charles Pierce. Sedangkan John
Venn menambahkan lingkaran keempat dalam mengungkapkan hubungan kelompok.
Zaman Renaissance logika dalam abad XX ditandai dengan terbitnya Principia
mathematica jilid I yang merupakan karya bersama A.N. Whitehead dan Bertrand
A.W. Russell. Karya ini membuktikan bahwa matematika murni berasal dari logika.
Di dalam abad XX ini, disamping perkembangan logika yang de facto beberapa
dasarnya telah dibakukan oleh Aristoteles, juga terdapat kritik terhadap logika klasik.
Berbagai alasan diajukan guna membenarkan diterimanya sistem-sistem logika yang
menyimpang.
5. Perkembangan di India
India merupakan negara di Asia yang telah mengembangkan logika secara
formal sejak masa lalunya. logika lahir karena Sri gautama harus sering berdebat
melawan golongan Hindu fanantik yang menyerang aliran kesusilaan yang
diajarkannya. Dengan sistematis logika dipaparkan dalam Nyaya-Sutra sehingga
mencapai taraf perkembangan ilmu. Logika kemudian diteruskan sebagai metode
berdebat, dan mengundang banyak komentar dari orang-orang . akan tetapi, orang-
orang tersebut tidak menciptakan sesuatu yang baru melainkan menyusun dan
meningkatkan seistematisasi doktrin-doktrin klasik dengan lebih seksama.
Navya Nyaya merupakan pengntegrasian kritis doktrin-doktrin golongan
Brahmanisme, Buddhisme, dan juga golongan Jainisme. Gangesa menulis Tattva-
Cintamani yang mendapat penjelasan-penjelasan yang baik dari murid-muridnya.
Masa sesudahnya adalah masa yang mengalami kekenduran dan logika menjadi
dangkal.
India sekarang, kecuali mendapat pengaruh banyak dari logika seperti yang
dikembangkan di dunia Eropa Barat, masih memakai Nyaya.
6. Indonesia
Studi dan penguasaan logika dipandang sebagai sokoguru pendidikan
intelektual, yang merupakan hak asasi dari pendidikan manusia seutuhnya. Namun,
terdapat juga mereka yang priori menolak segala sesuatunya, termasuk logika yang
secara historis tidak berasal dari bumi Nusantara ini. Alasan penolakan terhadap
logika diantaranya adalah karena logika dipandang tidak sesuai, bahkan merusak ‘rasa
ketimuran’.
Dibayangi rasa takut pada rasionalisme dan intelektualisme, terdapat
kelompok orang yang senantiasa ragu-ragu untuk secara akrab menggauli serta secara
tegas mengakui dan menekankan penggunaan akal sebagai prinsip pengatur dalam
praktek kehidupan. Sebagian orang ada yang mencuigai dan mengambil jarak
terhadap logika karena alasan agama, keyakinan, iman. Kecurigaan sering bertumpu
pada sikap tradisional yang tidak dapat melihat, tidak sanggup melihat mutu filsafat,
khususnya logika, sebagai sarana yang jitu untuk membersihkan dan menjernihkan
konsepsi keagamaan yang de facto dihiasi dan sering dirembesi, digelimangi, serta
dibaluti berbagai fantasi dan imajinasi kemanusiaan, yang ditertawakan kaum ateis
dan berhasil membuat banyak orang menjadi keras hati dalam menolak Tuhan dan
wahyu-Nya yang sebenarnya.
Tidak tanpa sebab kiranya bilamana Tuhan Sang Pencipta memberi kita
kemampuan jangkauan pemikiran yang sangat luar biasa hingga titik yang tidak dapat
lagi dilampauinya. Berkat akal budinya, terungkaplah manusia sebagai kemungkinan-
kemungkinan luar biasa. Maka seharusnya manusia tidak meringkuk seperti benda
mati, beku, buntu tanpa usaha menjelajahi, mencari, memperjuangkan kemungkinan-
kemungkinan yang lebih insani, yang lebih sesuai dengan tuntutan keluhuran insani di
semua bidang dan sektor kehidupan.
Sumber:
Poespoprodjo, W. 2010. LOGIKA SCIENTIFIKA: Pengantar Dialeka dan Ilmu. Bandung: CV Pustaka Grafika.
SEJARAH LOGIKA
Oleh:
Khairunnisa Zenfin
210110130207
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS PADJADJARAN
2013