sejarah perkembangan logika

11
Sejarah Logika 1. Dunia Yunani Kuno Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium, disebutkan bahwa tokoh Stoa adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika. Namun, akar logika sudah terdapat dalampikiran delektis para filsuf mazhab Elea. Akan tetapi, kaum sofis yang membuat pikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit. Gorgias dari Lionti, mempersoalkan masalah penggunaan bahasa dalam kegiatan pemikiran. Sokrates, dengan metode sokratesnya mengembangkan metode induktif, yaitu pengumpulan contoh dan peristiwa konkret untuk dicari ciri umumnya. Metode ini kemudian diumumkan oleh Plato (Aristokles) sehingga menjadi teori ide yang bernama teori Dinge an sich versi Plato. Menurut Plato, ide adalah bentuk mulajadi atau model yang bersifat umum dan sempurna yang disebut prototypa, sedangkan benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan yang tidak sempurna, yang disebut ectypa. Namun, logikè epistèmè (logika ilmiah) baru dapat dikatakan terwujud berkat Aristoteles. Karya Aristoteles yang bernama To Organon mencakup Kategoriai (logika istilah dan prediksi), Peri Hermeneias (logika proposisi), Analytica Protera (silogisme dan pemikiran), Analytica Hystera (pembuktian), Topica (metode berdebat), dan Peri Sophistikoon Elegchoon (kesalahan berpikir). Hingga kini, kebanyakan penulis masih mengikuti pola To Organon jika berbicara tentang logika,

Upload: syu130990

Post on 25-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Sejarah Perkembangan Logika

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Perkembangan Logika

Sejarah Logika

1. Dunia Yunani Kuno

Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium, disebutkan bahwa tokoh

Stoa adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika. Namun, akar logika sudah

terdapat dalampikiran delektis para filsuf mazhab Elea. Akan tetapi, kaum sofis yang

membuat pikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit. Gorgias dari

Lionti, mempersoalkan masalah penggunaan bahasa dalam kegiatan pemikiran.

Sokrates, dengan metode sokratesnya mengembangkan metode induktif, yaitu

pengumpulan contoh dan peristiwa konkret untuk dicari ciri umumnya. Metode ini

kemudian diumumkan oleh Plato (Aristokles) sehingga menjadi teori ide yang

bernama teori Dinge an sich versi Plato. Menurut Plato, ide adalah bentuk mulajadi

atau model yang bersifat umum dan sempurna yang disebut prototypa, sedangkan

benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan yang tidak sempurna, yang

disebut ectypa. Namun, logikè epistèmè (logika ilmiah) baru dapat dikatakan terwujud

berkat Aristoteles.

Karya Aristoteles yang bernama To Organon mencakup Kategoriai (logika

istilah dan prediksi), Peri Hermeneias (logika proposisi), Analytica Protera

(silogisme dan pemikiran), Analytica Hystera (pembuktian), Topica (metode

berdebat), dan Peri Sophistikoon Elegchoon (kesalahan berpikir). Hingga kini,

kebanyakan penulis masih mengikuti pola To Organon jika berbicara tentang logika,

yakni tentang ide, keputusan, dan tentang proses pemikiran.

Setelah itu, Theoprastus mengembangkan logika Aristoteles, dan kaum Stoa

mengembangkan teori logika dengan menggarap masalah bentuk argumen disjungtif

dan hipotesis serta beberapa segi masalah bahasa. Galenus, Alexander Aphrodisiens,

dan Sextus Empricius mengadakan sistematisasi logika dengan metode ilmu ukur.

Karya utamanya berjudul Logika Ordine Geometrico.

Selama ini, logika berkembang karena menyertai perkembangan pengetahuan

dan ilmu. Kini, ilmu menjadi dangkal sifatnya dan sangat sederhana, maka logika juga

merosot. Akan tetapi, karya dari Porphyrios yg bernama eisagogen dan komentar-

komentar dari Boethius dan Fons Scientiae karya Johannes Damascenus patut

mendapat perhatian dari kita.

Page 2: Sejarah Perkembangan Logika

2. Dunia Abad Pertengahan

Pada tahun 1141, beberapa karya lain Aristoteles mulai dikenal lebih luas dan

disebut sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut logika

antik untuk membedakan diri dari logika terministis atau logika modern, disebut juga

logika suposisi yang tumbuh berkat pengaruh para filsuf Arab. Thomas Aquinas dkk.

mengusahakan sistematisasi dan mengajukan komentar-komentar dalam usaha

mengembangkan logika yang telah ada.

Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern. Tokohnya adalah Petrus

Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lulus yang menemukan metode

logika baru yang disebutnya Ars magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan

tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.

Karya Boethius yang orsinal di bidang silogisme hipotesis berpengaruh bagi

perkembangan teori konsekuensi. Teori tentang ciri-ciri term, teori suposisi yang jika

diperdalam ternyata lebih kaya dari semiotika matematik zaman kini.

3. Dunia modern

Logika Aristoteles dilanjutkan oleh sebagian pemikir dengan tekanan-tekanan

yang berbeda, seperti Thomas Hobbes dan John Locke, meskipun mengikuti tradisi

Aristoteles tetapi doktrin-doktrinnya sangat dikuasai paham nominalisme. Kedua

tokoh ini memberikan suatu interpretasi tentang kedudukan bahasa di dalam

pengalaman.

Logika Aristoteles yang rancangan utamanya bersifat deduktif silogistis dan

menunjukkan adanya tanda-tanda induktif berhadapan dengan dua metode pikiran

lainnya, yakni logika fisika induktif murni sebagaimana terpapar dalam karya Francis

Bacon, Novum Organum, serta logika matematika deduktif murni sebagaimana terurai

di dalam karya Rene Descartes, discous de La methode.

Metode induktif untuk menemukan kebenaran, yang direncanakan Francis Bacon,

didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati, penyimpulan yang

terwujud dalam hipotesis, dan verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan

eksperimen lebih lanjut. Penghalang bagi metode ini adalah prakonsepsi dan

prasangka yang dikelompokkan Francis Bacon ke dalam empat klasifikasi, yakni:

a. The Idols of the Tribe (Idola Tribus)

b. The Idols of the Cave (Idola Specus)

c. The idols of the market Place (Idola Fori)

Page 3: Sejarah Perkembangan Logika

d. The Idols of the Theatre (Idola Theatri)

Penggunaan hal yang sama, meskipun tidak venggunakan istilah idols, telah pula

dikembangkan oleh Grosseteste dan Roger Bacon dalam abad XIII.

Gottfried Wilhelm Leibniz, dengan rencana calculus universalnya, menurut

kenyataannya mendasari munculnya logika simbolis. Liebniz menciptakan

simbolisme bagi konsep-konsep dan hubungan-hubungan seperti “dan”, “atau”;

menggarap implikasi antara konsep-konsep, ruang lingkup kelompok, ekuivalensi

kelompok dan ekuivalensi konseptual, dan lain-lain.

John stuart mill melalui karyanya System of Logic berharap dan berkeyakinan

bahwa jasa metodenya bagi logika induktif sama besarnya dengan jasa Aristoteles

bagi logika deduktif. Rumusan metode induktif J.S. mill dimaksudkan untuk

menemukan hubungan kausal antara fenomena (gejala). Mill merumuskan sebab suatu

kejadian sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negatif yang diperlukan.

Metodenya adalah:

a. Methode of Agreement (metode mencocokkan)

b. Methode of Difference (metode membedakan)

c. Joint method of agreement and difference (metode mencocokkan dan

membedakan)

d. Method of concomitant variations (metode perubahan selang-seling yang seiring)

e. Method of Residues (metode menyisakan)

Metode mencocokkan, metode membedakan, dan metode mencocokkan membedakan

pada hakikatnya adalah eliminatif, bersifat mengesampingkan.

Henry Newman juga memberikan banyak jasa pada pemikiran tentang logika.

Dalam karyanya Essay in Aid of a Grammar of Assent, ia mengadakan analisis

fenomenologis yang tajam tentang pikiran manusia. Logika ilmiah artifisial atau

logika di atas kertas hanya dipraktekkan oleh mereka yang berkecimpung dalam dunia

ilmu, sedangkan logika alami mempunyai arti yang lebih besar bagi sebagian terbesar

orang. Menurut Newman terdapat tiga macam bentuk pemikiran:

Formal inference, kesimpulan diambil dari premis-premis yang dirumuskan

dengan tajam menurut peraturan logika.

Page 4: Sejarah Perkembangan Logika

Informal inference, sarana untuk mengetahui benda-benda individual konkret.

Natural inference, bentuk pemikiran kita sehari-hari.

Dalam hidup ini, menurut Newvan, terdapat lebih banyak hal daripada yang dapat

diungkapkan dengan kata-kata. Logic of language harus dilengkapi dengan logic of

thought. Gaya pikiran ini dekat sekali dengan gaya pikiran Aurelius Augustinus, Blaise

Pascal, dan max Scheler, dan akrab dengan bentuk pemikiran yang bisa disebut

“pemikiran eksistensial”.

4. Dunia Sezaman

H.W.B. joseph dalam karyanya Introduction to Logic mengembangkan

masalah esensialia dari subjek. Sedangkan Peter Coffey dalam karyanya Science of

Logic menggarap prosedur deduktif dan induktif dan kaitannya dengan metode

ilmiah.

Immanuel Kant memunculkan konsepsi logika transendental sebagaimana

dalam karyanya Kritik der Reinen Vernunft. Disebut logika karena membicarakan

bentuk-bentuk pikiran pada umumnya dan disebut transendal karena melintasi batas

pengalaman. Menurut caranya sendiri, kategori Aristoteles juga digarapnya, demikian

pula bentuk-bentuk dasar logika tradisional.

Karya Logic dari Hegel merupakan kelanjutan dari tesis Kant yang berbunyi

bahwa pengalaman dapat diketahui apabila sesuai dengan struktur pikiran. Logika dan

ontologi merupakan satu kesatuan. Akibatnya apa yang disebut logika adalah

metafisika.

Menurut W. Wundt, logika merupakan sekadar peristiwa psikologis dan

epitemologis. Sedangkan john Dewey dalam karyanya Studies in Logical Theory

memandang logika sebagai metedologi.

Konsepsi ilmiah yang telah tersudut pada pola ilmiah matematis telah

menjuruskan munculnya suatu perkembangan yang diberi nama logika simbolis.

Peristiwa ini berdasarkan kesepakatan banyak sejarawan filsafat, bermula dengan

Leibniz. Ia melihat keterbatasan logika Aristoteles, karenanya ia merencanakan suatu

studi tentang proses berpikir dalam scope yang lebih luas. Leibniz menciptakan

hukum-hukum simplifikasi, tautologi, identitas, transposisi, komposisi, dan banyak

hal yang kemudian akan terpakai dan dirasakan manfaatnya dalam perkembangan

logika simbolis. J.H. Lambert melanjutkan studi Leibniz, dan menggunakan simbol

matematis untuk mengungkapkan proses logis.

Page 5: Sejarah Perkembangan Logika

Sebagai seorang matematikus, George Boole melalui bukunya mathematical

Analys of Logic dan Laws of Thought mengabdikan logika pada matematika. Akan

tetapi, teori logika matematika menemukan penggarapannya yang serius lebih-lebih

pada diri G. Free melalui karyanya Begriffsschrift. Betrand Russell terpengaruh oleh

gagasannya.

Logika hubungan berkembang berkat karya Charles Pierce. Sedangkan John

Venn menambahkan lingkaran keempat dalam mengungkapkan hubungan kelompok.

Zaman Renaissance logika dalam abad XX ditandai dengan terbitnya Principia

mathematica jilid I yang merupakan karya bersama A.N. Whitehead dan Bertrand

A.W. Russell. Karya ini membuktikan bahwa matematika murni berasal dari logika.

Di dalam abad XX ini, disamping perkembangan logika yang de facto beberapa

dasarnya telah dibakukan oleh Aristoteles, juga terdapat kritik terhadap logika klasik.

Berbagai alasan diajukan guna membenarkan diterimanya sistem-sistem logika yang

menyimpang.

5. Perkembangan di India

India merupakan negara di Asia yang telah mengembangkan logika secara

formal sejak masa lalunya. logika lahir karena Sri gautama harus sering berdebat

melawan golongan Hindu fanantik yang menyerang aliran kesusilaan yang

diajarkannya. Dengan sistematis logika dipaparkan dalam Nyaya-Sutra sehingga

mencapai taraf perkembangan ilmu. Logika kemudian diteruskan sebagai metode

berdebat, dan mengundang banyak komentar dari orang-orang . akan tetapi, orang-

orang tersebut tidak menciptakan sesuatu yang baru melainkan menyusun dan

meningkatkan seistematisasi doktrin-doktrin klasik dengan lebih seksama.

Navya Nyaya merupakan pengntegrasian kritis doktrin-doktrin golongan

Brahmanisme, Buddhisme, dan juga golongan Jainisme. Gangesa menulis Tattva-

Cintamani yang mendapat penjelasan-penjelasan yang baik dari murid-muridnya.

Masa sesudahnya adalah masa yang mengalami kekenduran dan logika menjadi

dangkal.

India sekarang, kecuali mendapat pengaruh banyak dari logika seperti yang

dikembangkan di dunia Eropa Barat, masih memakai Nyaya.

6. Indonesia

Page 6: Sejarah Perkembangan Logika

Studi dan penguasaan logika dipandang sebagai sokoguru pendidikan

intelektual, yang merupakan hak asasi dari pendidikan manusia seutuhnya. Namun,

terdapat juga mereka yang priori menolak segala sesuatunya, termasuk logika yang

secara historis tidak berasal dari bumi Nusantara ini. Alasan penolakan terhadap

logika diantaranya adalah karena logika dipandang tidak sesuai, bahkan merusak ‘rasa

ketimuran’.

Dibayangi rasa takut pada rasionalisme dan intelektualisme, terdapat

kelompok orang yang senantiasa ragu-ragu untuk secara akrab menggauli serta secara

tegas mengakui dan menekankan penggunaan akal sebagai prinsip pengatur dalam

praktek kehidupan. Sebagian orang ada yang mencuigai dan mengambil jarak

terhadap logika karena alasan agama, keyakinan, iman. Kecurigaan sering bertumpu

pada sikap tradisional yang tidak dapat melihat, tidak sanggup melihat mutu filsafat,

khususnya logika, sebagai sarana yang jitu untuk membersihkan dan menjernihkan

konsepsi keagamaan yang de facto dihiasi dan sering dirembesi, digelimangi, serta

dibaluti berbagai fantasi dan imajinasi kemanusiaan, yang ditertawakan kaum ateis

dan berhasil membuat banyak orang menjadi keras hati dalam menolak Tuhan dan

wahyu-Nya yang sebenarnya.

Tidak tanpa sebab kiranya bilamana Tuhan Sang Pencipta memberi kita

kemampuan jangkauan pemikiran yang sangat luar biasa hingga titik yang tidak dapat

lagi dilampauinya. Berkat akal budinya, terungkaplah manusia sebagai kemungkinan-

kemungkinan luar biasa. Maka seharusnya manusia tidak meringkuk seperti benda

mati, beku, buntu tanpa usaha menjelajahi, mencari, memperjuangkan kemungkinan-

kemungkinan yang lebih insani, yang lebih sesuai dengan tuntutan keluhuran insani di

semua bidang dan sektor kehidupan.

Sumber:

Poespoprodjo, W. 2010. LOGIKA SCIENTIFIKA: Pengantar Dialeka dan Ilmu. Bandung: CV Pustaka Grafika.

Page 7: Sejarah Perkembangan Logika

SEJARAH LOGIKA

Oleh:

Khairunnisa Zenfin

210110130207

PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS PADJADJARAN

2013