sejarah konflik antar umat beragama

4
SEJARAH KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Oleh Pratiwi Rostiningtyas Lusiono, 1306370833 Judul buku : Pendidikan Agama Islam, Buku Ajar MPK Agama Islam Mahasiswa Universitas Indonesia Nama pengarang : Drs. H. Mujilan, MA ; Dr. H. Nurwahidin, MA Data publikasi : [Jakarta: Midada Center.2011.] Cetakan ke: 4 Penganut Islam merupakan penduduk yang terbesar jumlahnya, dan sekaligus terbesar di seluruh dunia. Sehingga bukan hal aneh, meski Indonesia bukan negara agama dan bukan pula negara Islam, kalau berdirinya negara Indonesia juga banyak diwarnai oleh nilai-nilai keberagamaan yang bersumber dari ajaran atau pengaruh Islam. Namun sejarah menunjukkan, bahwa kesatuan agama tidak menjamin kesatuan opini dalam politik, tidak juga menjadi kesatuan pandangan dalam memilih cara beragama. Perbedaan itu menjadi benih-benih timbulnya konflik, baik secara samar maupun terpendam, atau terbuka. Konflik atau kekerasan pada kalangan umat beragama, terjadi pada hampir semua tingkat penjenjangan. Penyebab terjadinya cukup kompleks dan tidak selalu alasan agama, tetapi sudah berkaitan dengan kepentingan politik dan perebutan sumber ekonomi, dan sebagainya. MASA SEPENINGGALNYA NABI MUHAMMAD Nabi Muhammad adalah tokoh sentral dalam perkembangan agama ini. Perbedaan visi dan kepentingan, perbedaan pandangan dan pemikiran, mendorong terjadinya sharing dan partisipasi aktif, di

Upload: saliva-silvia

Post on 24-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Konflik Antar Umat Beragama

SEJARAH KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

Oleh Pratiwi Rostiningtyas Lusiono, 1306370833

Judul buku : Pendidikan Agama Islam, Buku Ajar MPK Agama Islam Mahasiswa

Universitas Indonesia

Nama pengarang : Drs. H. Mujilan, MA ; Dr. H. Nurwahidin, MA

Data publikasi : [Jakarta: Midada Center.2011.]

Cetakan ke: 4

Penganut Islam merupakan penduduk yang terbesar jumlahnya, dan sekaligus terbesar di seluruh dunia. Sehingga bukan hal aneh, meski Indonesia bukan negara agama dan bukan pula negara Islam, kalau berdirinya negara Indonesia juga banyak diwarnai oleh nilai-nilai keberagamaan yang bersumber dari ajaran atau pengaruh Islam.

Namun sejarah menunjukkan, bahwa kesatuan agama tidak menjamin kesatuan opini dalam politik, tidak juga menjadi kesatuan pandangan dalam memilih cara beragama. Perbedaan itu menjadi benih-benih timbulnya konflik, baik secara samar maupun terpendam, atau terbuka.

Konflik atau kekerasan pada kalangan umat beragama, terjadi pada hampir semua tingkat penjenjangan. Penyebab terjadinya  cukup kompleks dan tidak selalu alasan agama, tetapi sudah berkaitan dengan kepentingan politik dan perebutan sumber ekonomi, dan sebagainya.

MASA SEPENINGGALNYA NABI MUHAMMAD

Nabi Muhammad adalah tokoh sentral dalam perkembangan agama ini. Perbedaan visi dan kepentingan, perbedaan pandangan dan pemikiran, mendorong terjadinya sharing dan partisipasi aktif, di antara anggota suatu kelompok, mematangkan proses pembentukan bangunan kelompok atau komunitas yang kuat, yakni komunitas yang berakar pada nilai-nilai yang dijunjung dan dipelihara secara bersama-sama. Kenyataan itu memang benar-benar dibuktikan pada negara Madinah sewaktu dipimpinan langsung oleh nabi Muhammad. Namun menjadi lain ketika nabi tiada.

Konflik muncul ketika Umar menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah. Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Umar ibn al-Khatab (tahun 644 M) oleh seseorang budak bangsa Persia bernama Abu Lu’luah, yang tidak lain adalah dari kalangan rakyatnya sendiri. Pembunuhan tragis atas diri Khalifah itu seakan mengawali budaya kekerasan atas sesama muslim.

Perjalanan kekhalifahan Utsman  mengalami hal yang nyaris sama dengan Umar r.a.. Menurut Engeneer, telah terjadi erosi nilai-nilai pada masyarakat Islam waktu itu, yang kemudian ada sekelompok Islam bergerak melawan Khalifah. Sang Khalifah pun terbunuh secara

Page 2: Sejarah Konflik Antar Umat Beragama

mengenaskan. Inilah peristiwa tragis pertama dalam sejarah awal Islam yang sangat disayangkan. Kemudian Utsman digantikan oleh Sayidina Ali (1661 M ), seorang khalifah yang berusaha sekuat tenaga untuk menerapkan norma-norma Islam secara keras, namun tidak berhasil, karena kelompok-kelompok vested-interest dalam ekonomi dan politik telah mengkosnolidasikan diri. Sayidina Ali harus menghadapi sebuah peranag sipil di mana ribuan orang tewas. 

Sebagaimana juga yang terjadi pada peristiwa Karbala, Kisah ini yang kemudian bisa diperingati setiap tanggal 10 Muaharam, oleh terutama kaum Muslim Syiah.

Turki Utsmani, yang berkuasa antara tahun 948 M-1918 M. Bersamaan dengan penciptaan tata pemerintahan dan pemakmuran masyarakat pada masa kekuasaan Turki Utsmani pula, tersebut serentetan peristiwa kekerasan dan kekejaman yang menimpa penduduk Madinah, terutama ketika Gubernur Madinah dipegang oleh Ali Pasha Marmahin (tahun 1904 M). Jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan harus dipegang oleh orang Turki, sebanyak 42 pemuka masyarakat dan 40 perwira Madinah dipenjarakan. Menyusul kemudian pengepungan terhadap penduduk Madinah selama 2 tahun (pada tahun 1917).  Di bawah panglima Militer Umar Fakhri Pasha, menjadikan Madinah sebagai pangkalan militer untuk melindungi kekayaan dan kekuasaan . Mereka menguasai bahan-bahan pangan. Penduduk yang dilanda kelaparan, bukannya diberi makan, tetapi justru diungsikan, antara lain ke Suriah, Libanon dan Turki. Sebagian lainnya mengungsi ke Makkah. Mereka semua dijadikan pengunsgi dalam arti yang sebenar-benarnya, diangkut dengan gerbong-gerbong kereta api seperti layaknya barang. Sehingga penduduk Madinah habis keluar kecuali beberapa gelintir orang.

Peperangan antar Faksi di Afganistan, yang berlangsung terutama sejak keluarnya hegemoni Rusia di negara tersebut, selama bertahun-tahun, serta perang Irak – Iran (1980-1989)

KASUS DI INDONESIA

Pertama, kekerasan di Propinsi Aceh. Sewaktu muncul pemberontakan DI/TII, yang berlangsung antara 1953-1964, sekitar 4000 warga Aceh terbunuh. Menyusul kemudian berdirinya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tahun 1976, yang diproklamirkan oleh Dr. Teuku Hasan Tiro.

Kedua, Tragedi Sampit. Tersulut mulai tanggal 18 Februari 2001, yakni ketika orang Dayak memusuhi orang-orang Madura di Sampit. Orang-orang dari etnis Madura yang merupakan warga pendatang dikejar-kejar dan dibunuh oleh orang-orang dari kalangan suku Dayak, yang merupakan suku asli. Tidak kurang dari lima ratusan warga Madura mati terbunuh secara mengerikan. Lebih dari 5000 jiwa yang mereka lari tungganglanggang menjadi lari ke hutan dan terkepung di hutan. Sebagian lagi lari ke tanah asalnya, Madura.

Page 3: Sejarah Konflik Antar Umat Beragama

Sebenarnya, hak untuk melakukan tindak kekerasan diperbolehkan dalam tradisi Islam, ketika dalam keadaan tertindas. Jika penduduk sebuah kota menjadi penindas dan menganiaya orang yang lemah, maka orang yang lemah ini berhak melawannya. Jadi apabila tidak dalam kondisi yang demikian, maka Islam melarang kekerasan. Mereka yang membunuh, bukan karena alasan-alasan tersebut sangat dimurkai Tuhan. Tersebut firman Tuhan: 

32. oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.